STUDY EXCURSIE JADIKAN PERBEDAAN SEBAGAI JALAN UNTUK MEMPERSATUKAN BANGSA
Disusun Oleh : Nama : Ayu Susilawati Nim : 131211131010
Fakultas Keperawatan UNIVERSITAS AIRLANGGA Surabaya 2012
TEMA : DIALOG PERADABAN LINTAS AGAMA DAN BUDAYA : KEBHINEKAAN,ETNISITAS,GAYA HIDUP, DAN SOLIDARITAS SOSIAL TERBUKA
A. JUDUL : JADIKAN PERBEDAAN SEBAGAI JALAN UNTUK MEMPERSATUKAN
BANGSA
B. PENGANTAR Fakta sosial empiris yang ada menunjukkan bahwa sebagai masyarakat multikultural, bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan yang bersifat lokal dan global. Tarik menarik nilai-nilai etnisitas di tingkat lokal dan nilai-nilai kosmopolitanisme di tingkat global jika tidak dikelola dengan baik akan menjadi sesuatu yang bersifat disharmoni dan merusak keutuhan dan kesatuan bangsa. Selain wawasan yang telah diuraikan diatas. Kita tentu paham bahwa Negara kita bersemboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan suku, bangsa, bahasa, budaya , warna kulit , dan adat istiadat. Terlebih Negara kita sangat multikultural, berbagai keragaman menghiasai negeri yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Namun hal itu tidak mengurangi semangat untuk meraih kemerdekaan. Konkretnya, kita dibangun dari banyak etnis dari itu kemultietnisan tersebut telah dikelola dengan baik berlandaskan semangat kebangsaan untuk
memajukan
Negara yang luas dan besar yang kita cintai yakni Indonesia.
Indonesia yang multikultural terutama dalam hal agama membuat Indonesia menjadi sangat rentang terhadap konflik antar umat beragama. Permasalahan-permasalahan yang timbul dinegara yang kita cintai ini, kondisi yang Karut –marut, ketegangan antar umat beragama, tak pelak sering kali menimbulkan perang saudara. Secara historis banyak terjadi konflik antar umat beragama, misalnya konflik di Poso antara umat islam dan umat kristen. Agama disini terlihat sebagai pemicu atau sumber dari konflik tersebut. Kejadian itu mengindikasikan bahwa telah terjadi kesenjangan sosiologis dalam hidup
berdampingan antarumat beragama di tanah air. Itukah yang namanya rasa nasionalisme?
Lalu dimana sifat pluralis yang mewarnai negeri ini.
Seolah
kebhinekaan bangsa ini tidak ada artinya ditengah pluralitas dan keragaman budaya dan agama. Sampai kapan ketegangan antar umat beragama akan reda, Sangatlah ironis konflik yang terjadi tersebut padahal suatu agama pada dasarnya mengajarkan kepada para pemeluknya agar hidup dalam kedamaian, saling tolong menolong dan juga saling menghormati. Jangan harap berbagai ketegangan antar umat beragama yang terjadi di negeri tercinta ini bisa cepat selesai kalu kita belum bisa menumbuhkan rasa toleransi yang tinggi. Telah lunturkah sesungguhnya nilai-nilai luhur kerukunan antar umat beragama masyarakat Indonesia? Namun jawabannya adalah Tidak sama sekali. Karena disamping permasalahan permasalahan di atas ternyata masih banyak daerah lainnya yang masyarakatnya terus menjunjung tinggi sikap toleransi dan saling menghargai antara umat beragama. Tengok Tomohon, salah satu desa di kabupaten lamongan.yakni desa Balun. Sejarahnya desa ini dijuluki sebagai desa “ Pancasila”. Dan ini bertahan hingga kini. Desa Balun ini masih memelihara budaya-budaya terdahulunya. Di samping itu keanekaragaman agama semakin memperkaya budaya desa balun dan yang menjadi ciri khas adalh interaksi social diantar warganya yang multikultur ( islam, Kristen, hindu ). Sejak masuknya hindu dan Kristen tahun 1967 dan islam sebagai agama asli belum pernah terjadi konflik yang berkaiatan dengan agama. Bahkan komunitas hindu dan Kristen hidup tentram dan damai di desa ini. Mereka berbaur dengan warga setempat, berbahasa daerah yang sama. Walau minoritas, mereka mendapat perlakuan sama oleh kaum mayoritas. Tak ada perbedaan.
C. KONSEP POKOK Periode silam, Indonesia dikenal sebagai Negara dengan toleransi antar umat beragama yang tinggi. Semuanya berjalan dengan sempurna. Mesjid didirikan berdampingan dengan gereja, ataupun pura. Doa bersama antar umat beragama kerap digaungkan. Puluhan tahun toleransi antar umat beragama nyaris tanpa cacat.
Perbedaan keyakinan dalam hidup bermasyarakat, memang seharusnya tidak dipandang sasebagai satu ancaman keutuhan bangsa. Perbedaan seharusnya
dijadikan kekuatan untuk maju menjadi bangsa yang lebih besar. Kekuatan untuk maju dan bersaing dengan bangsa lain. Bukan malah untuk saling menghancurkan antar sesama.
D. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil studi excursie yang telah kita lakukan ternyata disamping konflik-konflik yang bernuansa suku, agama, ras, dan budaya banyak melanda di Indonesia. Bukan berarti nilai-nilai kerukunan antar umat beragama telah luntur. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan desa balun atau yang sering dikenal dengan sebutan desa pancasila, dan juga keberagaman di pondok pesantren sunan derajat lamongan. Berikut akan didiskripsikan bagaimana keberagaman yang ada dalam dua tempat tersebut. a. Toleransi Yang Tak Akan Pernah Pupus Di Desa “BALUN” Desa balun merupakan salah desa tua yang syarat dengan berbagai nilai sejarah, termasuk tentang penyebaran islam oleh para santri murid wali songo. Balun adalah sebuah desa yang terletak di kabupaten lamongan kecamatan turi. Ada yang unik dari desa balun tersebut desa balun sering disebut sebagai desa pancasila dikarenakan penduduk di desa balun memiliki toleransi yang cukup tinggi dalam hidup berdampingan antar umat beragama. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa desa balun ini para penganut berbagai agama dapat berkumpul, beribadat dan bermeditasi di alam terbuka yang sunyi dan hening. Di desa ini terdapat rumah ibadah seluruh agama yaitu Gereja ,Pura, Mesjid dibangun berdampingan yang masing-masing bangunannya hanya berjarak beberapa meter saja. Mayoritas penduduk desa balun adalah pemeluk agama Islam, jumlahnya mencapai 3498 orang 75% . Sisanya Kristen 18% ( 857 orang ), sisanya hindu 7% ( 289 orang) ”Namun begitu penduduk desa balun hidup rukun
tidak ada
pengelompokan tempat tinggal berdasarkan agama, mereka berbaur dan menyebar merata. Semua menjunjung tinggi sikap saling toleransi,” Berdasarkan dialog lintas agama dan budaya yang dilakukan pada tanggal 13 oktober kepala desa yakni bapak Suderjo dan juga para tokoh agama yakni bapak sumitro ( tokoh agama islam ), Drs. Adi Wijono ( tokoh agama hindu) dan bapak Sutrisno ( tokoh agam Kristen) menyatakan, meskipun berada dalam
lingkungan mayoritas penduduk muslim, namun tidak pernah terjadi konflik ataupun benturan yang berarti. Hal ini didasari oleh sikap saling menghargai keyakinan masing masing sudah membudaya di wilayah desa balun yang juga termasuk desa tertua di kabuaten lamongan tersebut. “Keyakinan adalah hak setiap individu, semua mempunyai hak dalam beribadah. Meskipun beda agama dan tempat ibadahnya juga berbeda semua harus tetap saling menghormati”. Pemerintah kabupaten, kecamatan, beserta kepala desa dan juga tokohtokoh masyarakat dan sejumlah pihak terkait , menyambungnya dengan upaya optimalisasi kordinasi dan komunikasi dalam pembinaan masyarakat. Kepala desa balun bapak suderejo bahkan menjamin wilayahnya hingga saat ini tenteram dan damai dan tak ada masalah yang berarti dalam masyarakat yang hidup dalam perbedaan keyakinan. “Sejak dulu kerukunan umat beragama di sini sangat kondusif dan damai. Hubungan kita dengan agama lain sangat baik dan menghargai keyakinan mereka. Begitu pula mereka juga sangat menghargai kita. Bapak bupati sendiri mengintensifkan pembinaan kepada semua agama yang dianut masyarakat Kabupaten Lamongan. Pertemuan-pertemuan rutin antar tokoh-tokoh agama, juga sering dilakukan. Hal ini tak lain untuk menjalin hubungan yang lebih baik disamping harmonisasi antarumat beragama. Perbedaan keyakinan dalam hidup bermasyarakat, memang seharusnya tidak dipandang sebagai satu ancaman keutuhan bangsa. Perbedaan seharusnya dijadikan kekuatan untuk maju menjadi bangsa yang lebih besar. Kekuatan untuk maju dan bersaing dengan bangsa lain. Bukan malah untuk saling menghancurkan antar sesama.
Jadi, pupuskah nilai-nilai toleransi kita? TIDAK!. Toleransi adal modal untuk menjalin kebersamaan di masyarakat. Ada pertikaian memang. Tapi masih lebih banyak lagi masyarakat yang menganggap perbedaan bukan alasan untuk saling serang, melainkan penguat rasa kebangsaan. Banyak perbedaan, tapi semuanya akan jadi satu dalam kesatuan bingkai NKRI.
b. keberagaman hidup santri di pesantren Sunan Drajat Pondok pesantren Sunan Drajat terletak di Desa Banjaranyar Paciran Lamongan Jawa Timur pendirinya adalah Raden Qosim yang dikenal sebagai Sunan Drajat. Raden Qosim ini adalah putra Sunan Ampel yang diutus ayahandanya untuk membantu Mbah Banjar Dan Mbah Mayang Madu dari Paciran pesisir pantai utara lamongan dalam penyebaran agama islam. Pondok pesantren ini banyak menyelanggarakan pemberdayaan bagi para santrinya.dalam perjalanannya, pesantren itu sempat mengalami pasang surut. Baru pada generasi ke 14 atau sekitar 1977, eksistensi pesantren ini berlanjut dan secara resmi didirikan kembali oleh KH Abdul Ghofur.nah yang menarik dari ponpes Sunan Drajat ini adalah kemandirian perekonomian ponpes yang ditopang oleh berbagai usaha sehingga ponpes ini disebut sebagai ponpes entrepreneur. Namun yang menjadi focus perhatian kita tidak hanya dari segi kemandiriannya saja akan tetapi lebih pada bagaimana management pesantren dalam membina santri yang sebegitu banyaknya dari daerah dan latar belakang yang berbeda. Bahkan menurut sekjen ikatan Sarjana Nahdatul Ulama ( ISNU )Kholid Syeirozi, banyak onpes di Jawa Timur mengalami penurunan jumlah santri, tetapi tidak untuk pesantren sunan Drajat” jumlah santri di esantren ini terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan system yang bagus dalam mengatur kebijakan di pesantren. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sunan Fanani,S.Ag.M.Pd.I salah satu pembicara pada dialog lintas agama dan budaya belaiu menyebutkan ada beberapa hal yang sangat di dijunjung tinggi dalam menjalankan ponpes Sunan Drajat ini yang pertama adalah konsep keilmuwan yang tujuan utamanya adalah melahirkan pemuda pemuda sholeh serta memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi. Yang ke dua adalah konsep kemandirian dalam segi ekonomi sedangkan yang ke tiga adalah konsep kebersamaan yang diharapkan dari konsep ke tiga ini tidak lain adalah dimasa yang akan datang santri bisa mengatasi dinamika yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Maka dari 3 konsep yang telah disebutkan diatas para santri digembleng, dididik untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan, toleransi, kepedulian, di masing-masing ribadi santri dan hal ini pun sangat ditekankan dalam kehidupan sehari-hari di pondok pesantren Sunan Drajat.
Dan yang membuat saya terkagum kagum ketika saya berada di ponpes Sunan Drajat tersebut adalah sikap keramahan, sopan santun yang tinggi di kalangan para santri. Mereka duduk diserambi masjid dan serentak melantunkan sholawat sebagai bentuk sapaan kepada para tamu hal ini tidak ada yang mengkomando akan tetapi memang inisiatif dari para santri itu sendiri. Jadi meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda namun masih bisa hidup rukun dan berdampingan antara yang satu dengan yang lain tidak memandang berasal dari keluarga kaya atau miskin semuanya berbaur menjadi satu.
E. SIMPULAN DAN SARAN kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dantercipta berkat adanya toleransi agama. Toleransi agama adalah suatu sikap saling pengertian
dan
menghargai
tanpa
adanya
diskriminasi
dalam
hal
apapun,khususnya dalam masalah agama.Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini. Indonesia
memiliki
keragaman
adat istiadat atau
yangbegitu
banyak.
budaya
Tak hanya
masalah
seni, tapi
juga
termasuk agama. Walaupun mayoritas penduduk Indonesia
memeluk agama
Islam,
penduduk
ada
beberapa
agama
lain
yang
juga
dianut
ini:
(Kristen)Protestan, Katolik, Hindu, dan Buddha.Setiap agama tentu punya aturan masing-masing dalam beribadah. Namun perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah belah. Oleh karna itu, marilah sebagai satu saudara dalam tanah air yang sama, kita bekerjasama dengan Pemerintah menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia agar negara ini tetapmenjadi satu kesatuan yang utuh, aman dan sejahtera.Dan yang tak kalah pentingnya, jika kita mencintai Negara Indonesia kita harus memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme. Nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Selama ini nasionalisme Indonesia menunjukkan identitasnya
pada
derajat
integrasi
tertentu.
Nilai-nilai
tidak
akan
menggoncangkan nasionalisme itu sendiri selama pendukungnya yakni bangsa Indonesia tetap menjaganya. Menanamkan jiwa patriotisme dan nasionalisme dikalangan anak muda sangatlah penting dan dapat diwujudkan selalu mencintai dan membela tanah air.
Sebagai konsekuensinya, Negara Indonesia ini harus dipertahankan dan seluruh warga Negara berkewajiban mematuhi segala aturan dan undang-undang. Sebagai generasi penerus wajib hukumnya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan meneruskan cita-cita para pejuang yakni memajukan Indonesia. Inilah tugas kita sebagai generasi muda untuk membawa perubahan ( agent of change). Berubah dari keadan saat ini menjadi lebih baik lagi. Jadi adalah peran pemuda berada di garda terdepan untuk selalu membuat perubahan kearah yang lebih baik serta menyatukan segala perbedaan menuju Indonesia satu ( Bhineka Tunggal Ika).
F. DAFTAR PUSTAKA Kalidjernih, Freddy Kirana. (2009). Puspa Ragam Konsep dan Isu Kewarganegaraan , Widya Aksara Press: Bandung – Indonesia. Kymlicka, Will. (2002) Kewargaan Multikultural, Terjemahan Edlina Hafmini Eddin, Jakarta: LP3ES. Liliweri, Alo. (2005) Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur, LKiS: Yogyakarta. Sumber
: http://ldii.info/ldii-hadiri-seminar-kerukunan-umat-beragama.html.
Diakses tanggal 10 Oktober 2012