GERAKAN PENYELAMATAN DANAU TOBA (GERMADAN TOBA)
Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Toba
© Kementerian Lingkungan Hidup, 2014 Bagian atau seluruh isi buku ini dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya disertai ucapan terimakasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Cara mengutip : Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2014. Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Toba. Pengarah : Arief Yuwono Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, KLH Penanggung Jawab : Hermono Sigit Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat, KLH Tim Penyusun : Laksana Umanda Sitanggang, Hidayati, Harmin Manurung, Titi Novitha Harahap, Inge Retnowati, Siti Rachmiati Nasution, Wahyu Cahyadi Rustadi. Didukung oleh : Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bappeda Provinsi Sumatera Utara, Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Utara, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Di Provinsi Sumatera Utara, Bappeda, Badan/Kantor Lingkungan Hidup Daerah serta SKPD di Kabupaten Samosir, Toba Samosir, Dairi, Karo, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara dan Simalungun. Diterbitkan oleh : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015
SAMBUTAN DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN IKLIM Konferensi Nasional Danau Indonesia I yang diselengarakan pada tahun 2009, telah menghasilkan Kesepakatan Bali yang ditandatangani oleh 9 Menteri yakni Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Pertanian, Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Menteri Riset dan Teknologi untuk mempertahankan, melestarikan dan memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan, pada 15 Danau Prioritas Nasional. Untuk mempercepat implementasi Kesepakatan Bali Tahun 2009, maka pada Konferensi Nasional Danau Indonesia II di Semarang, Kementerian Lingkungan Hidup telah meluncurkan Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) dan mengangkat Penyelamatan Danau Rawapening sebagai model. Diharapkan Model Penyelamatan Danau Rawapening dapat direplikasikan kepada 14 danau prioritas lainnya. Sebagai wujud replikasi model penyelamatan Danau Rawapening, hingga saat ini telah tersusun dokumen GERMADAN Toba, Maninjau, Singkarak, Kerinci, Tondano, Limboto, Poso, Tempe, Matano, Kaskade Mahakam (Semayang, Melintang, Jempang), Sentarum, Sentani, Rawa Danau dan Batur. Dokumen GERMADAN ini lahir berdasarkan arahan dan kebijakan yang telah digariskan dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia serta hasil kajian, penelitian serta data dan informasi terbaru mengenai danau prioritas tersebut dari berbagai sumber terkait. GERMADAN ini berisi Rencana Aksi penyelamatan Danau Toba yang menjelaskan program super prioritas dan prioritas penyelamatan Danau Toba yang akan dilaksanakan secara bertahap oleh Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan Masyarakat sesuai tugas, fungsi dan kewenangannya. Germadan Toba
iii
Akhir kata saya menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada Tim Penyusun dan para narasumber, baik yang berasal dari pemerintah pusat, daerah, akademisi, dunia usaha maupun masyarakat, sehingga dokumen Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) ini dapat tersusun. Diharapkan dokumen GERMADAN ini dapat menjadi bahan arahan dan acuan bersama bagi para pihak untuk secara sinergis dan terpadu merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan penyelamatan Danau Toba. Jakarta, November 2014 Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim
Ir. Arief Yuwono, MA
iv
Germadan Toba
GUBERNUR SUMATERA UTARA KATA SAMBUTAN Danau Toba beserta seluruh ekosistemnya merupakan anugerah Tuhan yang luar biasa bagi Provinsi Sumatera Utara. Potensinya yang berlimpah, berupa keindahan alam, keunikan budaya, keanekaragaman hayati, sumber pembangkit listrik, sarana budidaya, sarana transportasi bahkan keunikan geologisnya, telah memberi manfaat yang besar bagi kesejahteraan Sumatera Utara. Disisi lain ekosistem kawasan Danau Toba adalah ekosistem yang rentan dari aspek lingkungan hidup. Kekurang hati-hatian eksploitasi sumber daya alam telah menyebabkan degradasi lingkungan. Daerah tangkapan air tidak terlindungi dengan baik, kualitas air danau cenderung menurun, bahkan keanekaragaman hayati turut mengalami ancaman. Degradasi ini harus segera diatasi. Oleh karena itu saya menyambut baik, upaya Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam menggulirkan aksi penyelamatan Danau Toba yang disebut dengan Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Toba. Germadan Toba merupakan rangkaian kegiatan penyelamatan yang berdasarkan kepentingan dan kegentingannya dikelompokkan atas kegiatan super prioritas dan kegiatan prioritas yang melibatkan berbagai pihak, baik di pusat, provinsi maupun kabupaten sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Oleh karena itu saya menginstruksikan agar setiap SKPD dijajaran Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang turut serta dalam Gerakan Germadan Toba
v
Penyelamatan Danau Toba ini agar menginternasilasi kegiatan Germadan kedalam kegiatan SKPD masing-masing dan berkoordinasi dengan SKPD terkait di kabupaten sekawasan Danau Toba untuk merealisasikannya. Keberhasilan Gerakan Penyelamatan Danau ini akan meningkatkan daya saing Provinsi Sumatera Utara. Akhirnya saya menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Kementerian Lingkungan Hidup RI yang telah memfasilitasi penyusunan dokumen Germadan ini dan berharap agar tetap bergandeng tangan dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam pengawasan pelaksanaan Germadan. Horas! Medan,
Desember 2014
GUBERNUR SUMATERA UTARA
H. GATOT PUJO NUGROHO, ST, M
vi
Germadan Toba
KATA PENGANTAR KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA Danau Toba, danau yang dicinta masyarakat Sumatera Utara, masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia, terus mengalami degradasi. Status trofik danau yang pada awal tahun 1990 adalah oligotofik, kini berangsur menjadi eutotrof. Perubahan status trofik yang drastis ini menunjukkan pesatnya pengayaan nutrien yang dialami danau ini. Pengayaan yang bersumber dari pollutan ini semakin hari semakin meningkat seiring dengan peningkatan aktifitas pembangunan di kawasan Danau Toba. Tekanan lain yang dialami oleh kawasan ini adalah kerusakan daerah tangkapan air. Luas lahan kritis bertambah dari tahun ke tahun. Jika tekanan-tekanan ini tidak direduksi hingga ke tingkat yang sesuai dengan daya tampung, maka lama kelamaan danau ini tinggal sekedar kumpulan air yang kehilangan potensi untuk mendukung kehidupan di dalam dan di sekitarnya. Berbagai upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan kawasan Danau Toba sudah dilakukan, namum belum optimal mereduksi berbagai tekanan tersebut, antara lain karena belum komprehensifnya upaya yang dilakukan serta belum bersinerginya seluruh pemangku kepentingan dalam menyelamatkan danau ini. Gerakan Penyelamatan Danau Toba yang merupakan bagian dari Gerakan Penyelamatan Danau di Indonesia, kiranya menjadi suatu gerakan yang komprehensif, sinergis dan operasional di lapangan. Dengan cara itulah idaman para pemangku amanah “lestarinya ekosistem kawasan Danau Toba, optimalnya pemanfaatan demi terwujudnya keutuhan ekosistem dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan” dapat diwujudnyatakan. Germadan Toba
vii
Akhirnya kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Kementerian Lingkungan Hidup RI dan pihak-pihak lainnya, yang telah bekerja keras sehingga Germadan Danau Toba ini dapat disusun. Medan, Desember 2014 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara
Dr. Ir. Hj.Hidayati, M.Si
viii Germadan Toba
DAFTAR ISI Kata Sambutan ........................................................................................ iii Kata Sambutan Gubernur ........................................................................ v Kata Pengantar ......................................................................................... vii Daftar Isi ................................................................................................... ix Daftar Tabel .............................................................................................. xi Daftar Grafik ............................................................................................. xii Daftar Gambar .......................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Peraturan Perundang-undangan .................................................. 2 1.3 Tujuan ........................................................................................ 6
BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN DANAU TOBA ...............
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6
Kondisi Umum ........................................................................... Pemanfaatan Kawasan Danau Toba ........................................... Keanekaragaman Hayati ............................................................ Penurunan Kualitas Lingkungan Kawasan Danau Toba ............ Kondisi Sosial Ekonomi ............................................................. Kondisi Sosial Budaya ...............................................................
7 7 11 17 19 21 23
BAB III IDAMAN PEMANGKU AMANAH ......................................... 25 BAB IV PERMASALAHAN LINGKUNGAN EKOSISTEM DANAU TOBA .......................................................................... 29
4.1 Kerentanan Alami Kawasan Danau Toba .................................. 29
4.2 Kerusakan Daerah Tangkapan Air ............................................. 4.3 Penurunan Kualitas Air .............................................................. 4.4 Ancaman Keanekaragaman Hayati ............................................ 4.5 Kemiskinan ................................................................................ Germadan Toba
33 36 51 52 ix
BAB V KEBIJAKAN PENGELOLAAN EKSOSTEM DANAU TOBA ......................................................................... 53
5.1 Kebijakan Pemerintah Pusat ...................................................... 53
5.2 Kebijakan Pemerintah Provinsi .................................................. 56
5.3 Kebijakan Pemerintah Kabupaten ............................................... 62
BAB VI GERAKAN PENYELAMATAN DANAU TOBA .................... 75 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 85
x
Germadan Toba
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas dan Jumlah Penduduk DTA Danau Toba ……..............
8
Tabel 2.2 Profil Danau Toba ………………………….............………. 10 Tabel 2.3 Lokasi dan Jumlah KJA di Danau Toba …………....…..…. 14 Tabel 4.1 Jenis Tanah yang terdapat di DTA Danau Toba …….....…… 31 Tabel 4.2 Jenis dan Tutupan Lahan DTA Danau Toba 2012 …........…. 34 Tabel 4.3 Beban Limbah Domestik dari DTA Danau Toba …….....….. 38 Tabel 4.4 Beban Pencemaran Danau Toba dari Jenis Pemanfaatan
Lahan Dan Curah Hujan …………………………………… 40
Tabel 4.5 Jumlah Ternak di DTA Danau Toba ………………….....….. 42 Tabel 4.6 Beban Pencemaran Danau Toba dari Peternakan ……..……. 42 Tabel 4.7 Lokasi dan Jumlah KJA di Danau Toba ………..........…….. 44 Tabel 4.8 Limbah P dan N dari budidaya Perikanan ………….......….. 44 Tabel 4.9 Beban Pencemaran dari Sumber-sumber teridentifikasi ….... 46 Tabel 4.10 Status Mutu Air Danau Toba ………….............…………… 49 Tabel 6.1 Matrik Analisis Lingkungan Kawasan Danau Toba dan
Rekomendasi ……….......................…………..…………..... 77
Tabel 6.2 Program Super Prioritas dan Program Prioritas Gerakan
Penyelamatan Danau Toba ….....………....………………… 81
Germadan Toba
xi
DAFTAR GRAFIK Grafik 2.1 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB ......................... 21 Grafik 4.1 Persentase luas hutan di DTA Danau Toba ............................. 33 Grafik 4.2 Beban Pencemaran dari Budidaya Perikanan ......................... 45 Grafik 4.3 Perbandingan beban pencemar T-P dari berbagai sumber ....... 46 Grafik 4.4 Perbandingan beban pencemar T-N dari berbagai sumber ...... 47 Grafik 4.5 Grafik DTBPA Danau Toba untuk T-P .................................... 48 Grafik 4.6 Perbandingan Skor Storet Periode 2005-2010 dan 2012 ........ 50
xii
Germadan Toba
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Batas Administrasi dan Daerah Tangkapan Air Danau Toba
7
Gambar 2.2 Peta Batimetri Danau Toba ................................................. 11 Gambar 2.3 Pemanfaatan Danau Toba sebagai sumber air baku air minum ................................................................................ 12 Gambar 2.4 Siguragura Intake Dam Pengatur air untuk PLTA Sigura-gura ......................................................................... 13 Gambar 2.5 KJA di Danau Toba ............................................................ 14 Gambar 2.6 Lokasi KJA di Danau Toba ................................................ 15 Gambar 2.7 Bagan di Danau Toba .......................................................... 15 Gambar 2.8 Sarana Transportasi di Danau Toba ...................................... 16 Gambar 2.9 Keindahan alam dan wisata Danau Toba ................................ 17 Gambar 2.10 Keanekaragaman Hayati di Danau Toba .............................. 19 Gambar 2.11 Berbagai komoditas kawasan Danau Toba ............................ 19 Gambar 4.1 Peta Kemiringan Lereng DTA Danau Toba .......................... 29 Gambar 4.2 Peta Jenis Tanah DTA Danau Toba ..................................... 32 Gambar 4.3 Peta Penutupan Lahan DTA Danau Toba Tahun 2012 ......... 35 Gambar 4.4 Penambangan pada tebing danau dan kebakaran lahan ...... 36 Gambar 4.5 Peta Kepadatan Penduduk DTA Danau Toba ...................... 39 Gambar 4.6 Kecerahan Air Danau Toba Tahun 2010-2012 .................... 45 Gambar 4.7 Ikan Pora-pora dan Ikan Bilih ............................................. 52
Germadan Toba
xiii
xiv Germadan Toba
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Konferensi Nasional Danau Indonesia ke-1 diselenggarakan dalam rangka penyelamatan dan pengelolaan ekosistem danau di Indonesia. Konferensi ini menghasilkan Kesepakatan Bali 2009, yang bertujuan untuk mempertahankan, melestarikan dan memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan melalui (1) pengelolaan ekosistem danau, (2) pemanfaatan sumberdaya air danau, (3) pengembangan sistem monitoring, evaluasi dan informasi danau, (4) penyiapan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim terhadap danau, (5) pengembangan kapasitas kelembagaan dan koordinasi, dan (6) peningkatan peran masyarakat, serta (7) pendanaan berkelanjutan. Sebagai tindak lanjut Kesepakatan Bali 2009, pemerintah menetapkan danau prioritas yang akan ditangani secara terpadu, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk periode 2010-2014. Penetapan danau prioritas tersebut didasarkan pada kerusakan danau, pemanfaatan danau, komitmen pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengelolaan danau, fungsi strategis untuk kepentingan nasional, keanekaragaman hayati, dan tingkat resiko bencana. Berdasarkan pertimbangan tersebut ditetapkan lima belas danau prioritas yaitu Danau Poso, Maninjau, Singkarak, Kerinci, Tondano, Limboto, Rawapening, Tempe, Matano, Mahakam, Sentarum, Sentani, Batur, Rawa Danau, dan Danau Toba. Khusus Danau Toba, pada tahun 2004 telah disusun sebuah dokumen Rencana Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba yang merupakan dokumen referensi sekaligus proposal panduan Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba yang dikenal sebagai Lake Toba Ecosystem Management Plan (LTEMP). Sayangnya rencana pengelolaan yang tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat seluruh pemangku amanah ini, juga tidak dilengkapi dengan Germadan Toba
1
tahapan-tahapan pencapaian, tenggang waktu pencapaian, penanggungjawab serta sumber pembiayaan. Oleh sebab itu pelaksanaan rencana pengelolaan ini belum optimal hingga saat ini. Pada sisi lain kualitas air Danau Toba terus menurun, antara lain oleh masuknya berbagai jenis limbah, baik limbah domestik, pertanian, peternakan, perikanan, pariwisata, transportasi serta kegiatan lainnya. Daerah tangkapan airnya juga terus mengalami tekanan baik oleh alih fungsi lahan/hutan, perladangan berpindah, illegal logging, kebakaran, dll. Untuk memulihkan kondisi danau ini, dicanangkanlah suatu gerakan penyelamatan yang disebut sebagai Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Toba. Melalui gerakan ini diharapkan Danau Toba dapat berfungsi secara optimal mendukung kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalamnya maupun sekitarnya dengan tetap menjaga kelestarian dan keberlanjutannya. 1.2. Peraturan Perundang-Undangan a. Undang-Undang 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati; 4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2001 tentang Perumahan dan Pemukiman; 6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 9. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara; 10. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan; 2
Germadan Toba
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. b. Peraturan Pemerintah 1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2001 tentang Tata Pengaturan Air; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten /Kota; 12. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 13. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Perencanaan Kehutanan; 14. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai; Germadan Toba
3
17. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai; dan 18. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2013 tentang Rawa. c. Peraturan Presiden Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan sekitarnya. d. Keputusan Presiden 1. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 2. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Bidang Pertanahan; 3. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk KepentinganUmum; dan 4. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai. e. Peraturan Menteri 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/1990 tentang SyaratSyarat Pengawasan Kualitas Air; 2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 tentang Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum; 3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman mengenai Syarat dan Tata Cara Perijinan serta Pedoman Pembuangan Limbah ke Air dan Sumber Air. 4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air danau dan/atau Waduk; 5. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 86/HK.501/ MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan Akomodasi; 6. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 87/HK.501/ MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Makanan dan Minuman; 4
Germadan Toba
7. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 88/HK.501/ MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Kawasan Pariwisata; 8. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 89/HK.501/ MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Transportasi Wisata; 9. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 90/HK.501/ MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Daya Tarik Wisata; 10. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 91/HK.501/ MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi; dan 11. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 92/HK.501/ MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Pramuwisata. f. KeputusanMenteri 1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 458/KPTS/1986 tentang Ketentuan Pengamanan Sungai dalam Hubungan dengan Penambangan Bahan Galian Golongan C; dan 2. Peraturan Menteri Kehutanan No.P.4/Menhut-II/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.48/MenhutII/2010, dan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.48/Menhut-II/2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. g. Peraturan Gubernur Sumatera Utara 1. Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara; 2. Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 18 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba. h. Keputusan Gubernur Sumatera Utara Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 062.05/255/K/ 2002 tentang Badan Koordinasi Pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba.
Germadan Toba
5
1.3. Tujuan Gerakan Penyelamatan Danau Toba bertujuan untuk: 1. Melestarikan fungsi ekosistem Kawasan Danau Toba serta mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan Kawasan Danau Toba, sehingga daya dukungnya terhadap kehidupan tetap lestari; 2. Meningkatkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi para penentu kebijakan di pusat, provinsi maupun kabupaten di Kawasan Danau Toba dalam implementasi program Germadan Toba di lapangan; 3. Pengembangan peran kelembagaan dan instansi terkait dalam penyelamatan Kawasan Danau Toba sesuai dengan kewenangan masingmasing; dan 4. Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam penyelamatan Kawasan Danau Toba.
6
Germadan Toba
BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN DANAU TOBA 2.1 Kondisi Umum Danau Toba berjarak 176 Km arah Selatan Kota Medan. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara, berada pada ketinggian sekitar 905 m dpl. Danau Toba merupakan danau vulkanotektonik, terbentuk kira-kira 75.000 tahun yang lalu karena letusan gunung api dan amblasnya tanah secara tektonik. Letusan tersebut membentuk lubang kawah raksasa dan menjadi sebuah danau. Bagian yang tidak runtuh terbentuk menjadi sebuah pulau yang dikenal dengan Pulau Samosir.
Gambar 2.1 Batas Administrasi dan Daerah Tangkapan Air Danau Toba Daerah tangkapan air (DTA) Danau Toba meliputi wilayah seluas lebih kurang 259.700 Ha daratan dan 112.960 Ha perairan. Secara geografis DTA ini terletak antara 2021’32”–2056’28’’LU dan 980 26’35’’–99015’40’’ BT. Daerah tangkapan air Danau Toba menurut wilayah administrasi pemerintahan meliputi tujuh kabupaten yaitu: Germadan Toba
7
tujuh kabupaten yaitu: (1) Tapanuli Utara, (2) Toba Samosir, (1) Tapanuli Utara, (3) Humbang Hasundutan, (2) Toba Samosir, (3) Humbang Hasundutan, (4) Samosir, (4) Samosir, (5) Simalungun, (5) Simalungun, (6) Karo, dan (6) Karo, dan (7) Dairi (7) Dairi
Kecamatan-kecamatan yang sebagian atau seluruh wilayahnya masuk
Kecamatan-kecamatan yang sebagian atau seluruh wilayahnya masuk kedalam DTA Tabel 2.1.2.1. kedalam DTADanau DanauToba, Toba,disajikan disajikanpada pada Tabel Tabel Luas dan JumlahPenduduk PendudukDTA DTA Danau Danau Toba Tabel 2.1.2.1. Luas dan Jumlah Toba 2345 No
Kabupaten/Kecamatan
2
Luas (m ) Kecamatan
2)
Jumlah Penduduk (jiwa) 3)
DTA
4)
Kecamatan
5)
DTA
1. Karo Kec. Merek Jumlah
242.668.802 242.668.802
59.142.331 59.142.331
18.223 18.223
4.441 4.441
2. Humbang Has 1. Kec. Baktiraja 2. Kec. Paranginan 3. Kec. Lintong Nihuta 4. Kec. Dolok Sanggul 5. Kec. Pollung Jumlah
22.481.755 48.076.136 180.954.211 208.289.677 331.699.180 791.500.959
22.481.755 30.129.866 122.490.385 27.279.695 229.918.334 432.300.035
6.854 12.536 29.336 43.997 17.785 110.508
6.854 7.856 19.858 5.762 12.328 52.658
3. Taput 1. Kec. Muara 2. Kec. Siborong-borong 3. Kec. Sipahutar No Jumlah Kabupaten/Kecamatan
79.750.000 79.750.000 13.365 13.365 279.910.000 93.078.775 44.771 14.888 408.220.000 22.536.912 24.866 1.373 2 Luas (m ) 195.365.686 Jumlah Penduduk 29.626 (jiwa) 767.880.000 83.002 2) 3) 4) 5) Kecamatan DTA Kecamatan DTA
Samosir 1. Kec. Nainggolan 66.021.806 2 2. Kec. Palipi Kabupaten Kawasan 151.858.931 Data shp RTRW Danau Toba 3 3. Kec. Sitio-tio 92.719.817 Hasil delineasi dengan batas DTA Danau Toba 4 4. Kec. Harian Dalam Angka 2011 527.230.289 BPS, Kabupaten 5 Hasil Perhitungan 5. Kec. Sianjur Mula2 142.857.558 6. Kec. Simanindo 147.903.598 7. Kec. Sianjur mula2 180.591 8. Kec. Pangururan 110.914.114 9.Kec. Onan Rungu 69.685.758 10. Kec. Runggur Nihuta 108.101.067 1.417.473.528 8 Jumlah Germadan Toba
4.
5. Tobasa 1. Kec. Ajibata
69.165.800
66.021.806 151.858.931 92.719.817 196.282.297 142.857.558 147.903.598 180.591 110.914.114 69.685.758 108.101.067 1.086.525.536
11.960 16.237 7.191 7.933 9.224 19.681 9.224 29.687 10.425 8.434 129.996
11.960 16.237 7.191 2.953 9.224 19.681 9.224 29.687 10.425 8.434 125.016
69.165.800
7.297
7.297
8
No 4.
5.
5.
6.
7.
6.
3. Kec. Sitio-tio 4. Kec. Harian 5. Kec. Sianjur Mula2 6. Kec. Simanindo 7. Kec. Sianjur mula2 8. Kec. Pangururan Kabupaten/Kecamatan 9.Kec. Onan Rungu 10. Kec. Runggur Nihuta Samosir Jumlah 1. Kec. Nainggolan 2. Kec. Palipi Tobasa 3. Kec. Sitio-tio 1. 4. Kec. Ajibata Harian 2. JuluMula2 5. Kec.Lba Kec. Sianjur 3. Pohan Meranti 6. Kec.Pintu Kec. Simanindo 4. Tuamula2 Lunasi 7. Kec.Bona Kec. Sianjur 5. 8. Kec.Porsea Kec. Pangururan 6. Kec.Parmaksian 9.Kec. Onan Rungu 7. Narumanda 10.Kec.Siantar Kec. Runggur Nihuta 8. Kec.Uluan Jumlah 9. Kec.habinsaran 10. Kec.Nassau Tobasa 11. Kec.Silaen 1. Kec. Ajibata 12. Kec.Sigumpar 2. Kec.Lba Julu 13. Kec.Loju Pohan boti Meranti 3. Kec.Pintu 14. Kec.Tampahan 4. Kec.Bona Tua Lunasi 15. Kec.Balige 5. Kec.Porsea 16. Kec.Bor-bor 6. Kec.Parmaksian Jumlah 7. Kec.Siantar Narumanda 8. Kec.Uluan Dairi 9. Kec.habinsaran 1. Sabungan 10.Kec.Silahi Kec.Nassau 2. 11.Kec.Pegagan Kec.Silaen Hilir Jumlah 12. Kec.Sigumpar 13. Kec.Loju boti Simalungun 14. Kec.Tampahan 1. 15.Kec.Silimakuta Kec.Balige 2. 16.Kec.Purba Kec.Bor-bor 3. Kec.Haranggaol Horison Jumlah 4. Kec.Dolog Pardamean 5. Kec.Pematang Sidamanik Dairi 6. Kec.Silahi Kec.Girsang Sipangan Bolon 1. Sabungan Jumlah 2. Kec.Pegagan Hilir Jumlah Total
92.719.817 527.230.289 142.857.558 147.903.598 180.591 2 Luas (m ) 110.914.114
2) 69.685.758 Kecamatan 108.101.067 1.417.473.528 66.021.806 151.858.931 92.719.817 69.165.800 527.230.289 132.716.000 142.857.558 381.928.000 147.903.598 62.512.300 180.591 49.007.200 110.914.114 21.608.100 69.685.758 34.992.700 108.101.067 62.972.100 1.417.473.528 314.222.000 297.786.000 64.804.500 69.165.800 22.865.700 132.716.000 63.362.300 381.928.000 27.479.700 62.512.300 84.736.100 49.007.200 38.205.700 21.608.100 1.728.364.200 34.992.700 62.972.100 314.222.000 119.200.000 297.786.000 155.330.000 64.804.500 274.530.000 22.865.700 63.362.300 27.479.700 77.500.000 84.736.100 172.000.000 38.205.700 38.456.635 1.728.364.200 99.450.000 125.190.000 130.195.804 119.200.000 642.792.439 155.330.000 5.865.209.927 274.530.000
92.719.817 7.191 7.191 196.282.297 7.933 2.953 142.857.558 9.224 9.224 147.903.598 19.681 19.681 180.591 9.224 9.224 Penduduk 29.687 (jiwa) 110.914.114 Jumlah 29.687 3) 5) 69.685.758 10.4254) 10.425 DTA Kecamatan DTA 108.101.067 8.434 8.434 1.086.525.536 129.996 125.016 66.021.806 11.960 11.960 151.858.931 16.237 16.237 92.719.817 7.191 7.191 69.165.800 7.297 7.297 196.282.297 7.933 2.953 132.716.000 8.218 8.218 142.857.558 9.224 9.224 381.928.000 7.130 7.130 147.903.598 19.681 19.681 58.778.684 5.081 4.778 180.591 9.224 9.224 49.007.200 13.505 13.505 110.914.114 29.687 29.687 13.875.917 10.366 6.657 69.685.758 10.425 10.425 34.992.700 5.761 5.761 108.101.067 8.434 8.434 62.972.100 8.094 8.094 1.086.525.536 129.996 125.016 7.624.230 15.605 379 297.786.000 7.282 7.282 64.804.500 12.209 12.209 69.165.800 7.297 7.297 22.865.700 7.483 7.483 132.716.000 8.218 8.218 63.362.300 18.529 18.529 381.928.000 7.130 7.130 27.479.700 4.333 4.333 58.778.684 5.081 4.778 84.736.100 37.008 37.008 49.007.200 13.505 13.505 20.567.383 6.847 3.686 13.875.917 10.366 6.657 1.392.662.313 174.748 152.348 34.992.700 5.761 5.761 62.972.100 8.094 8.094 7.624.230 15.605 379 63.090.573 4.473 2.367 297.786.000 7.282 7.282 1.947.135 14.748 185 64.804.500 12.209 12.209 65.037.708 19.221 2.552 22.865.700 7.483 7.483 63.362.300 18.529 18.529 27.479.700 4.333 4.333 6.208.937 14.269 1.143 84.736.100 37.008 37.008 40.896.902 22.504 5.351 20.567.383 6.847 3.686 38.456.635 5.017 5.017 1.392.662.313 174.748 152.348 12.159.206 16.058 1.963 16.328.695 16.391 2.138 72.669.797 14.328 7.997 63.090.573 4.473 2.367 186.720.172 88.567 23.610 1.947.135 14.748 185 3.417.753.781 624.265 390.251 65.037.708 19.221 2.552
Sumber: BPS (2001) (2001) dan 7. Simalungun Sumber: BPS dan RTRW RTRWKabupaten Kabupaten2011-2015. 2011-2015.
1. Kec.Silimakuta 77.500.000 6.208.937 14.269 1.143 2. Kec.Purba 172.000.000 40.896.902 22.504 5.351 Daerah Tangkapan Air Danau Toba terdiri 38.456.635 dari 19 sub DTA sungai yakni 3. Kec.Haranggaol Horison 38.456.635 5.017 5.017 sub4.DTA; (1) Pardamean Sungai Sigubang, (2) Sungai Bah12.159.206 Bolon, (3) Sungai (4) Kec.Dolog 99.450.000 16.058 Guluan, 1.963 5. Kec.Pematang 125.190.000 16.328.695 2.138 Sungai Arun, (5)Sidamanik Sungai Tomok, (6) Sungai Sibandang, (7)16.391 Sungai Halian, 130.195.804 72.669.797 14.328 7.997 6. Kec.Girsang Sipangan Bolon (8) Jumlah Sungai Simare, (9) Sungai 642.792.439 Aek Bolon, (10) Sungai Mongu, (11) Sungai 186.720.172 88.567 23.610 Jumlah Total 5.865.209.927 3.417.753.781 624.265 390.251
Sumber: BPS (2001) dan RTRW Kabupaten 2011-2015.
Germadan Toba
9
9
Mandosi, (12) Sungai Gopgopan, (13) Sungai Kijang, (14) Sungai Sinabung, (15) Sungai Ringo, (16) Sungai Prembakan, (17) Sungai Sipultakhuda, (18) Sungai Silang, dan (19) Sungai Bah Tongguran, Sedangkan outlet Danau Toba hanya terdiri dari satu buah sungai yaitu Sungai Asahan. Pada kondisi hujan normal masukan air dari sungai-sungai tersebut berkisar antara 41,613 m3/detik pada puncak musim kemarau sampai dengan 124,914 m3/detik pada puncak musim hujan. Pada tahun kering 1997 debit aliran masuk dari sungai-sungai tersebut berkisar antara 8,56 m3/detik pada bulan Januari sampai dengan 62,39 m3/detik pada bulan April. Sedangkan pada tahun basah 1999, debit aliran masuk berkisar antara 83,535 m3/detik pada bulan Agustus sampai dengan 493,812 m3/detik pada bulan Mei. Curah hujan rata-rata berkisar antara 2,200 – 3,000 mm/tahun. Puncak musim hujan terjadi pada bulan November-Desember dengan curah hujan antara 190-320 mm/bulan. Sedangkan tipe iklim pada Kawasan Danau Toba menurut penggolongan Oldeman adalah tipe C, D1, dan E. Topografi DTA Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, dengan kelerengan lapangan terdiri dari datar dengan kemiringan (0 – 8%), landai (8–15%), agak curam (15–25%), curam(25–45%), sangat curam sampai dengan terjal (> 45%). Daerah datar meliputi lebih kurang 27% dari total kawasan, daerah landai 31%, daerah agak curam 24%, daerah curam 16% dan daerah yang sangat curam sampai terjal lebih kurang 2% dari total DTA. Jenis tanah pada bagian Timur DTA Danau Toba merupakan jenis kompleks litosol dan regosol yang sangat peka terhadap erosi, pada bagian Tenggara jenis podsilik coklat (peka erosi), sedangkan di Pulau Samosir jenis tanahnya sebagian besar merupakan jenis tanah brown forest (agak peka erosi).
Secara umum profil Danau Toba disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Profil Danau Toba Letak Geografis Morfologi dan stratifikasi Luas permukaan (km2)
10
Germadan Toba
2021’32”–2056’28’’LU dan 980 26’35’’– 99015’40’’ BT. 1.124
Keliling (km) Panjang maksimum (km) Lebar maksimum (km) Kedalamam maksimum (m) Volume (x 109 m3) Kedalaman rata-rata (m) Kedalaman relatif (%) Luas DTA (km2) Rasio luas DTA/luas permukaan danau Pengembangan garis pantai (SLD) Lapisan epilimnion (m) Lapisan metalimnion (m)
428,7 50,2 26,8 508 256,2 228 1,34 2,486 2,21 3,61 0-30 30-100
Gambar 2.2 Peta Batimetri Danau Toba 2.2 Pemanfaatan Kawasan Danau Toba Keindahan Danau Toba serta kelimpahan sumberdaya alamnya telah menjadi daya tarik bagi manusia untuk bermukim di daerah ini. Seiring dengan perjalanan waktu jumlah masyarakat yang berdomisili semakin meningkat demikian juga dengan pemanfaatan dan jenis pemanfaatan sumberdaya alam semakin meningkat dan bervariasi. Germadan Toba
11
Sejak dahulu air Danau Toba telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air minum dan keperluan domestik lainnya. Persentasi masyarakat pengguna air danau sebagai sumber air minum semakin berkurang karena penurunan kualitas air danau. Sebagian masyarakat mencari alternatif lain berupa air gunung, sedangkan masyarakat lainnya tetap menggunakan air danau karena belum mempunyai sumber lain. Survey Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2007 menunjukkan bahwa dari 147 lokasi pemukiman yang berada di pinggiran Danau Toba, 88% diantaranya menggunakan air danau sebagai sumber air baku air minum tanpa pengolahan lanjut. Selain itu, terdapat tiga Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang menggunakan air danau sebagai sumber air bakunya yaitu PDAM Balige, PDAM Laguboti dan PDAM Pangururan. Oleh karena fungsi yang sangat vital ini Pemerintah Sumatera Utara melalui Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2009 menetapkan Baku Mutu Air Danau Toba menjadi kelas I (PP Nomor 82 Tahun 2001) dimana kualitas airnya harus memenuhi persyaratan sebagai air baku air minum. Pada bagian hilir danau, Sungai Asahan sebagai satu-satunya sungai yang mengalirkan air Danau Toba digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik dengan potensi total sekitar 1056 MW, yang terbagi dalam 5 kelompok pembangkitan. PLTA Asahan I dengan kapasitas 2 x 90 MW telah selesai dibangun, PLTA Asahan II sudah beroperasi dengan kapasitas 604 MW, PLTA Asahan III dengan kapasitas 174 MW sedang dalam proses persiapan pembangunan. Sedangkan PLTA Asahan IV dan V, masih memungkinkan untuk dibangun dengan kapasitas masing-masing sebesar 80 MW dan 18 MW.
(a) PDAM
(b) Pemanfaatan langsung
Gambar 2.3 Pemanfaat Danau Toba sebagai Sumber Air Baku Air Minum
(a) PDAM (b) Pemanfaatan langsung Gambar 2.3 Pemanfaat Danau Toba sebagai Sumber Air Baku Air Minum 12 Germadan Toba
Sedangkan pada bagian hulu danau, air Lae Renun dialirkan ke Danau
Sedangkan pada bagian hulu danau, air Lae Renun dialirkan ke Dan
Toba untuk menggerakkan turbin dengan kapasitas 82 MW. Pengaliran air L
Sedangkan pada bagiansendirinya hulu danau, telah air Lae Renun dialirkan ke Danau Danau Toba. Renun ke Danau Toba, dengan memperluas DTA Toba untuk menggerakkan turbin dengan kapasitas 82 MW. Pengaliran air Lau Renun ke Danau Toba, dengan sendirinya telah memperluas DTA Danau Toba.
Gambar 2.4 Siguragura Intake Dam Pengatur Air untuk PLTA Siguragura
Gambar 2.4 Siguragura Intake Dam Pengatur Air untuk PLTA Siguragur
Air Danau Toba yang jernih dan tenang serta memiliki dasar yang dalam membuat danau ini memiliki potensi yang sangat baik untuk budidaya Air DanauPada Toba jernih dan tenang memiliki yang dala perikanan. sisi yang lain, perikanan tangkap masihserta menjadi andalan dasar sebagian sumber matapotensi pencaharian. membuatmasyarakat danau sebagai ini memiliki yang sangat baik untuk budida
Budidaya dengan keramba apung (KJA) diandalan Danau sebagi perikanan.Pada sisi perikanan lain, perikanan tangkapjaring masih menjadi Toba (Haranggaol) dimulai pada tahun 1996. Kegiatan ini terus berkembang
masyarakat mata pencaharian. dan sebagai menyebarsumber hampir ke seluruh perairan Danau Toba. Survey Bapedalda (sekarang Badan Lingkungan Hidup-BLH) Sumatera Utara pada tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah total KJA milik masyarakat mencapai 4.922 unit yang tersebar pada 51 lokasi. Survey BLH Sumatera Utara pada tahun 2012 menunjukkan bahwa keramba jaring apung milik masyarakat mencapai 8.428 unit dimana 6.768 terdapat di Haranggaol. Penyebaran keramba juga lebih terpusat pada bagian utara Danau Toba, mulai dari Desa Silalahi di Kabupaten Dairi hingga ke Desa Panahatan di Kabupaten Simalungun. Germadan Toba
13
Danau Toba, mulai dari Desa Silalahi di Kabupaten Dairi hingga ke Desa Panahatan di Kabupaten Simalungun. Pada tahun 1998 PT. Aquafarm yang berbasis di Pulau Jawa memperluas
Pada tahun 1998 PT. Aquafarm yang berbasis di Pulau Jawa memperluas lokasi usahanya ke Danau Toba dengan membudidayakan ikan nila.Jumlah KJA lokasi usahanya ke Danau Toba dengan membudidayakan ikan nila. Jumlah milik PT. Aquafarm pada tahun 2012 adalah 484 unit dengan total kapasitas KJA milik PT. Aquafarm pada tahun 2012 adalah 484 unit dengan total 25.407.200 ekor ikan nila serta produksi rata-rata 31.000 ton/tahun. kapasitas 25.407.200 ekor ikan nila serta produksi rata-rata 31.000 ton/tahun.
(b) (a)(a) (b) Gambar KJA DanauToba Toba(a) (a)KJA KJA Masyarakat Masyarakat (b) PT. Aquafarm Gambar 2.52.5 KJA di di Danau (b)KJA KJA PT. Aquafarm
Tabel 2.3 2.3 Lokasi Lokasi dan Tabel dan Jumlah JumlahKJA KJAdidiDanau DanauToba Toba No.
Lokasi Milik Masyarakat 1 Silalahi II 2 Silalahi III 3 Paropo 4 Tongging 5 Haranggaol 6 Tigaras 7 Panahatan 8 Sibaganding 9 Soalan Jumlah Milik PT. Aquafarm 1 Panahatan 2 Sirungkungon 3 Silimalombu 4 Lontung 5 Pangambatan Jumlah
Jumlah KJA (unit) 300 40 400 500 6768 85 100 50 185 8428 152 134 60 60 78 484
Sumber : Survey BLH Provsu dan PT. Aquafarm Nusantara
14
Germadan Toba
14
Sumber : Survey BLH Provsu dan PT. Aquafarm Nusantara
4 Lontung 5 Pangambatan Jumlah
60 78 484
Sumber : Survey BLH Provsu dan PT. Aquafarm Nusantara
Selain budidaya dan penangkapan ikan secara tradisional, belakangan ini Gambar LokasiKJA Danau Toba Toba Gambar 2.62.6 Lokasi didiDanau berkembang metode penangkapan ikanKJA (khususnya ikan bilih) menggunakan bagan (lift net).Jaring yang ditopang oleh rangka kayu/besi berbentuk segi empat Selain budidaya dan penangkapan ikan secara tradisional, belakangan ini yang diapungkan, diturunkan ke danau, sementara dari atas dinyalakan15 berkembang metode penangkapan ikan (khususnya ikan bagian bilih) menggunakan lampu dengan terang.Ikan-ikan yang tertarik dengan cahaya segi lampu bagan (lift net). cahaya Jaring yang ditopang oleh rangka kayu/besi berbentuk
empat yangpada diapungkan, diturunkan ke danau,diangkat.Penangkapan sementara dari bagian atas ini berkumpul bagian tengah bagan, kemudian model dinyalakan lampu cahaya terang. yang tertarik dengan berkembang hampir dengan di seluruh wilayah DanauIkan-ikan Toba. cahaya lampu berkumpul pada bagian tengah bagan, kemudian diangkat. Penangkapan model ini berkembang hampir di seluruh wilayah Danau Toba.
Gambar 2.7 Bagan di Danau Toba Gambar 2.7 Bagan di Danau Toba Germadan Toba
15
Masyarakat sudah sejak dulu memanfaatkan Danau Toba sebagai media
Masyarakat sudah sejak dulu memanfaatkan Danau Toba sebagai media transportasi. Pusat-pusat transportasi tradisional kemudian berkembang menjadi pelabuhan-pelabuhan kapal. Pada saat ini terdapat dua pusat penyeberangan antara Pulau Sumatera dengan Pulau Samosir dengan menggunakan kapal Fery yakni, TomokAjibata dan Tigaras-Ambarita. Sedangkan pusat-pusat tranportasi lainnya yang menggunakan kapal motor terdapat diberbagai tempat seperti, Ajibata, Parapat, Balige, Muara, Tigaras, Tomok dll.
Gambar 2.8 Sarana Transportasi di Danau Toba Gambar 2.8 Sarana Transportasi di Danau Toba Keunikan budaya masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Toba berpadu
Keunikan budaya masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Toba berpadu dengan keindahan alamnya telah menjadikan kawasan ini menjadi salah satu dengan keindahan alamnya telah menjadikan kawasan ini menjadi salah satu tujuan wisata andalan di Sumatera Utara.Hampir di sekeliling danau terdapat tujuan wisata andalan di Sumatera Utara. Hampir di sekeliling danau terdapat objek-objek wisata, wisata, baik baik wisata wisata budaya, budaya, situs situs alam alammaupun maupunkeindahan keindahan alam, alam, objek-objek diantaranya Makam Makam Raja Raja Sidabutar Sidabutar di di Tomok, Tomok,Batu BatuPersidangan PersidangandidiSiallagan, Siallagan, diantaranya Rumah Batu Gantung Gantung didi Sibaganding, Sibaganding,Aek AekSipangolu Sipangoludi Rumah Adat Adat di di Lumban Lumban Julu, Julu, Batu diSimangulampe, Simangulampe, Hobon di Samosir, Aek Dai Sipitu Dai di Limbong, BatuBatu Hobon di Samosir, Aek Sipitu di Limbong, panorama panorama alam di Tele, Huta Ginjang, Bakara, Muara, Parapat, Tuktuk, Air alam di Tele, Huta Ginjang, Bakara, Muara, Parapat, Tuktuk, Air Terjun Terjun Sipisopiso dan masih banyak lagi. Sipisopiso dan masih banyak lagi.
Potensi wisata kawasan Danau Toba telah dikenal secara internasional, Potensi wisata kawasan Danau Toba telah dikenal secara internasional, dan pemerintah kabupaten pada kawasan ini pada umumnya menetapkan dan pemerintah kawasan menjadi ini pada tujuan umumnya menetapkan kawasan kawasan Danau kabupaten Toba padapada wilayahnya wisata. Danau Toba pada wilayahnya menjadi tujuan wisata.
16
Germadan Toba
Danau Toba pada wilayahnya menjadi tujuan wisata.
Gambar Alamdan danWisata WisataDanau Danau Toba Gambar2.9 2.9 Keindahan Keindahan Alam Toba Selain pemanfaatan perairan, daratan daerah tangkapan air Danau Toba juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, diantaranya pemukiman, pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan dll, yang mendukung kehidupan masyarakat sekitar. 17
2.3 Keanekaragaman Hayati Secara umum habitat ekosistem kawasan Danau Toba dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu habitat daratan dan habitat perairan. Pada habitat daratan terdapat berbagai jenis flora dan fauna. Flora pada kawasan ini terdiri dari tumbuhan alam berupa pohon, semak/ perdu, herba perennial dan rumput serta tumbuhan, diantaranya: meranti, kapur, keruing, puspa, manggis hutan, kayu raja, pinus, liana, epifit, zing iberaceae, pohon Hoting Batu, Atuang (Semecarpus, sp), Sona, Dakkap dan Kamboang angsana, beringin, cemara, ekaliptus, mahoni, kaliandra, kemiri, johar, mindi, palu, pinus dan suren, alpukat, aren, bambu, belimbing, cengkeh, coklat, dadap, durian, gamal, jambu mente, jarak, jengkol, jeruk, kapuk, kecapi, kelapa, kemiri, kopi, kayu manis, mangga, nangka, petai cina, petai, pinang, rambutan, sawit, sawo dan sirsak. Tanaman endemik kawasan Danau Toba terus berkurang akibat perambahan, pembukaan lahan, penggunaan pestisida, dan kebakaran. Sejumlah tanaman sudah sulit ditemukan seperti daun rasa mint antarasa (Litsea cubeba), rumput obat ampapaga (Centella asiatica), pohon buah andalehat (Chrysophyllum roxburghii G), dan tanaman cemara sampinur tali serta andaliman. Sejumlah pohon juga sudah sangat sulit ditemukan, seperti Germadan Toba
17
pohon pokki, pohon kayu keras, dan pohon piupiu tanggule, pohon mistis warga Batak yang kayunya digunakan sebagai tongkat tunggal panaluhan. Dari jenis bunga, anggrek toba juga menuju punah sejak maraknya perambahan hutan di kawasan Toba. Pelestari anggrek toba, Ria Telaumbanua, mencoba melestarikan anggrek dengan mendokumentasikannya dan membuat pembibitan di kawasan Taman Eden 100. Hingga saat ini belum ada upaya serius yang dilakukan untuk menjaga kelestarian jenis-jenis flora ini. Sedangkan fauna terdiri dari golongan mammalia, amfibi, reptilian, aves dan insekta. Beberapa diataranya adalah burung rangkong, elang, kuau, burung hantu, beo, monyet beruk, siamang, kancil, kucing hutan, macan dahan, babi hutan, biawak, Tapir (Tapirus indicus), Kambing Hutan, Rusa (Cervus unicolor), Harimau Sumatera (Panthera tiris sumatrensis), kutilang, sikatan, tekukur, bubut, dan beo. Keanekaragaman biota pada perairan Danau Toba tergolong terbatas. Hal ini disebabkan oleh karakteristik perairan danau yang oligotrofik, miskin unsur hara. Oleh karena itu populasi plankton dan bentos pada danau ini juga terbatas. Komunitas plankton (fitoplankton dan zooplankton) merupakan basis tersusunnya suatu jaringan makanan, sehingga plankton berperan sangat penting dalam ekosistem danau dalam menunjang kehidupan biota air, terutama ikan. Jenis ikan endemik yang masih dijumpai di perairan Danau Toba, namum hampir punah adalah Ihan (Ikan Batak). Ihan terdiri dari dua spesies yaitu Lissochilus sumatranus dan Labeobarbus soro. Jenis endemik lainnya yang sangat jarang ditemui adalah ikan Pora-pora (Puntius binotatus). Ikan porapora berbeda dengan ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) yang diintroduksi dari Danau Singkarak. Jenis ikan eksotik non budidaya maupun yang dibudidayakan oleh masyarakat al. ikan mas, ikan mujair, ikan kepala timah dll.
18
Germadan Toba
Danau Singkarak.Jenis ikan eksotik non budidaya maupun yang dibudidayakan oleh masyarakat al. ikan mas, ikan mujair, ikan kepala timah dll.
(a)(a
(b)
(b) Gambar 2.10 KeanekaragamanHayati HayatididiDanau DanauToba Toba(a) (a) Ihan, Ihan (b) Gambar 2.10 Keanekaragaman (b)Anggrek AnggrekBatak Batak 2.4 Penurunan Kualitas Lingkungan Kawasan Danau TobaToba 2.4 Penurunan Kualitas Lingkungan Kawasan Danau Sebagai konsekuensi konsekuensi pemanfaatan pemanfaatan sumberdaya sumberdaya ini, ini, terjadi terjadi penurunan penurunan Sebagai kualitaslingkungan lingkungankawasan kawasanDanau DanauToba Toba dan dan penurunan penurunan ini ini semakin kualitas semakin masif masif Luasan hutan berkurang secara signifikan, pada tahun 1985 luasan hutan takkala pemanfaatan sumberdaya alam kurang memperhatikan prinsip-prinsip takkala pemanfaatan sumberdaya alam kurang memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian pada lingkungan. kawasan ini mencapai 78.558 ha (28% dari total DTA),12 tahun kemudian kelestarian lingkungan. ini menyusut menjadi 62.403 (22%). Penurunan ini terutama Luasan(1997) hutan luasan berkurang secara signifikan, pada ha tahun 1985 luasan hutan pada kawasan ini mencapai 78.558 hahutan (28%menjadi dari total DTA),12 tahun kemudian disebabkan oleh alih fungsi ladang, sawah, alang-alang, semak dan (1997) luasan ini menyusut menjadi 62.403 ha (22%). Penurunan ini terutama 10 pemukiman . Sedangkan menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) luas disebabkan oleh alih fungsi hutan menjadi ladang, sawah, alang-alang, semak 19 kawasan DTA yang diperuntukkan sebagai kawasan hutan adalah 143.840 ha dan pemukiman. Sedangkan menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) (51%). luas kawasan DTA yang diperuntukkan sebagai kawasan hutan adalah 143.840 ha (51%).
Gambar 2.11 Berbagai Komoditas Kawasan Danau Toba Gambar 2.11 Berbagai Komoditas Kawasan Danau Toba Germadan Toba 19 Luasan hutan ini semakin menyusut, pada tahun 2001 luasan hutan pada
Luasan hutan ini semakin menyusut, pada tahun 2001 luasan hutan pada DTA Danau Toba hanya mencapai 13%. Dengan kata lain dalam kurun waktu empat tahun telah terjadi penyusutan luasan hutan hampir 50% dari kondisi sebelumnya. Hasil analisa citra satelit kawasan Danau Toba tahun 2012 menunjukkan penurunan luasan hutan terus terjadi, luas hutan yang tinggal hanya mencapai 12% . Lahan tererosi juga sangat nyata terlihat. Tiang-tiang penyangga rumah penduduk yang dibangun empat generasi yang lalu, sudah banyak yang menggantung karena batu penopangnya tergerus antara lain seperti terlihat di Huta Sitanggang Lipan di Desa Huta Nomora. Lahan yang tertutup batuan juga terlihat di banyak tempat. Tanah penutup batu-batu ini telah mengalami erosi. Pemantauan BLH Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 menunjukkan bahwa kualitas air Danau Toba telah tercemar, dengan kategori cemar sedang (mengacu kepada Baku Mutu Air kelas I sesuai dengan PP Nomor 82 Tahun 2001). Berbagai sumber pencemar air Danau Toba antara lain adalah limbah domestik, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi air dan pertambangan bahan galian golongan C. Limbah domestik mengandung bahan-bahan pencemar antara lain bahan organik, nitrogen, phosphor, potassium, kalsium, amoniak, nitrat dan padatanpadatan tersuspensi serta organisme patogen. Pencemaran dari kegiatan pertanian berupa limbah pestisida dan pupuk menyebabkan meningkatnya kadar phospor, nitrogen, kalium, dan zat organik di perairan Danau Toba. Limbah dari kegiatan peternakan menimbulkan pencemaran bahan organik, unsur N, P, K dan bakteri e-coli. Sedangkan limbah dari kegiatan budidaya perikanan antara lain berupa unsur phosphor, nitrogen, vitamin, mineral dan zat-zat organik. Kegiatan transportasi air berpotensi menurunkan kualitas perairan melalui ceceran oli dan bahan bakar, limbah padat dan air limbah dari toilet kapal. Kegiatan pertambangan bahan galian golongan C akan meningkatkan kekeruhan yang dapat mengganggu kehidupan biota air dan meningkatkan sedimentasi. 20
Germadan Toba
Bahan-bahan pencemar tersebut telah meningkatkan kandungan unsur hara pada perairan danau sehingga mengakibatkan eutrofikasi. Eutrofikasi ditandai dengan makin suburnya eceng gondok dan gulma air lain di perairan danau. Jika eutrofikasi tidak dikendalikan, maka Danau Toba akan kehilangan potensi untuk mendukung kehidupan di dalam dan di sekitarnya. 2.4 Kondisi Sosial Ekonomi Kegiatan perekonomian masyarakat di Kawasan Danau Toba didominasi kontribusi sektor ini terhadap Produk Domestik Regional (PDRB) oleh pertanian, termasuk peternakan dan perikanan. Hal Bruto ini dapat dilihatmasingdari kontribusi sektor ini terhadap Produk Regional Bruto (PDRB) masing kabupaten sebagaimana terlihat padaDomestik Grafik 2.1. masing-masing kabupaten sebagaimana terlihat pada Grafik 2.1. Grafik 2.1 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB 64 62 60 58 56 54 52 50 48
60.64 53.9
54.28
63.11 58.64
54.27
55.83
Sumber :2011-2015 RPJM Kabupaten 2011-2015 Sumber : RPJM Kabupaten
Dari grafik terlihat bahwa sektor pertanianmenyumbang lebih dari 50% Dari grafik terlihat bahwa sektor pertanian menyumbang lebih dari 50% PDRB masing-masing kabupaten. Besarannya PDRB masing-masing kabupaten. Besarannyacenderung cenderungmenurun menurundari dari tahun tahun ke ke tahun. Di Kabupaten tahun2006 2006 sektor tahun.Di Kabupaten Karo,Karo, padapada tahun sektor pertanian pertanianmemberi memberi kontribusi sebesar 66.20% dan pada tahun 2008 turun menjadi 58.64%. Di kontribusisebesar 66.20% dan pada tahun 2008 turun menjadi 58.64%. Di Kabupaten Tapanuli Utara sektor pertanian menyumbang PDRB 56.72% pada Kabupaten Tapanuli Utarapada sektor pertanian menyumbang tahun 2005, sedangkan tahun 2008 menurun menjadi PDRB 54.20%.56.72% pada tahun 2005, sedangkan pada tahunbudidaya 2008 menurun menjadi 54.20%. Ditinjau dari karakteristik pertanian umumnya dilakukan pada lahanDitinjau kering dari untuk budidaya tanaman perkebunan karakteristik budidaya pangan, pertaniantanaman umumnya dilakukandan pada
lahan kering untuk budidaya tanaman pangan, tanaman perkebunan Germadan Toba 21dan kehutanan.Sementara pengusahaan kegiatan pertanian pada lahan basah hanya
kehutanan. Sementara pengusahaan kegiatan pertanian pada lahan basah hanya dilakukan untuk tanaman padi. Kegiatan perikanan pada kawasan ini merupakan perikanan air tawar, baik berupa perikanan darat maupun danau. Perikanan danau dilakukan dengan dua cara, yakni perikanan tangkap dan budidaya. Sarana dan prasarana pendidikan pada Kawasan Danau Toba umumnya sudah tersedia dari tingkat SD hingga SLTA pada masing-masing kecamatan. Di ibu kota kabupaten umumnya terdapat taman kanak-kanak, dan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, sebagian desa telah memiliki Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sarana dan prasarana kesehatan juga tersebar pada kawasan ini. Pada setiap ibu kota kabupaten terdapat minimal satu rumah sakit type D, pada setiap kecamatan terdapat Puskesmas, dan atau Puskesmas Pembantu. Pada tingkat desa terdapat Balai Pengobatan Umum (BPU), Pondok Bersalin Desa (Polindes), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) atau Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Sarana transportasi baik darat, danau maupun udara terdapat pada kawasan ini. Sistem jaringan jalan meliputi jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten yang membentuk pola linier dan lingkar. Jalan provinsi membentuk sebagian jalan lingkar luar dari Siborong-borong Dolok SanggulTele Sidikalang Kabanjahe. Sarana transportasi danau berupa pelabuhan terdapat hampir pada semua pemukiman di pinggiran danau. Pelabuhan-pelabuhan utama menghubungkan kota-kota besar di pinggiran danau, yakni Ajibata – Tomok, Ajibata – Ambarita – Pangururan, Balige - Nainggolan – Mogang –Pangururan, Ajibata – Nainggolan dan Nainggolan - Muara. Terdapat dua bandar udara pada kawasan ini, yakni bandar udara Sibisa di Kecamatan Lumban Julu, Toba Samosir dan bandar udara Silangit di Kecamatan Siborong-borong Tapanuli Utara.
22
Germadan Toba
2.6 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat di kawasan Danau Toba mayoritas berasal dari etnis Batak Toba, Karo, Pakpak dan Simalungun,yang dipengaruhi oleh adat istiadat yang sudah turun-temurun diwariskan oleh leluhur seperti kegiatan gotong-royong, pesta dan lain-lain. Sistem kekeluargaan dalam masyarakat Batak bersifat patrilineal. Sistem ini merupakan tulang punggung masyarakat Batak yang dibangun berdasarkan silsilah atau keturunan marga yang menghubungkan mereka satu sama lain, dalam garis laki-laki (Male line). Laki-laki membentuk kelompok kekerabatan, sementara kaum perempuan membentuk afiliasi kekeluargaan (affinal relationship), karena mereka menikah dengan kelompok patrilineal yang lain (Vergowen, 1994).
Germadan Toba
23
24
Germadan Toba
BAB III IDAMAN PEMANGKU AMANAH Kelestarian ekosistem Kawasan Danau Toba adalah idaman dari generasi ke generasi masyarakat kawasan Danau Toba serta para pemangku amanah lainnya. Potensi yang terkandung pada kawasan ini disadari sangat besar, demikian juga dengan tekanan yang dihadapinya. Telah lama kesadaran dan idaman itu terbenam dalam sanubari para pemangku amanah. Barulah pada tahun 2004, kesadaran dan idaman itu diikrarkan secara bersama sebagai ungkapan tekad Pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba serta pengoptimalan pemanfaatannya agar terwujud keutuhan Ekosistem Kawasan Danau Toba serta kesejahteraan masyarakatnya secara berkelanjutan. Kesadaran dan idaman itu dideklarasikan pada Juni 2004 oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara beserta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara, Otorita Asahan, beserta pemerintah kabupaten/kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang berada di kawasan Danau Toba, dan daerah hilirnya, yakni Kabupaten Karo, Dairi, Humbang Hasundutan, Samosir, Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Asahan dan Kota Tanjung Balai. Kesadaran dan idaman yang dituangkan dalam Deklarasi Kesepakatan Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba adalah sebagai berikut: 1. Menyadari bahwa Ekosistem Kawasan Danau Toba adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, yang merupakan ruang bagi kehidupan manusia dan lingkungan hidup lainnya, serta sebagai salah satu kekayaan tak ternilai bagi Sumatera Utara, bagi Indonesia dan bagi dunia; 2. Menyadari bahwa Ekosistem Kawasan Danau Toba memiliki nilai ekologi, sosial-budaya, dan ekonomi bagi kehidupan manusia, serta memiliki keterkaitan ekologis yang tidak terpisahkan dengan ekosistem kawasan sekitarnya, yang mencakup dan tidak terbatas pada ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Asahan; Germadan Toba
25
3. Menyadari bahwa Ekosistem Kawasan Danau Toba mengalami berbagai tekanan, baik yang disebabkan oleh faktor alamiah maupun yang disebabkan oleh beragam aktifitas yang kurang mengindahkan prinsipprinsip kelestarian ekosistem. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengantisipasi kemungkinan dan atau terjadinya degradasi daya dukung komponen-komponen Ekosistem Kawasan Danau Toba bagi kehidupan manusia yang hidup di dalamnya; 4. Menyadari bahwa keberhasilan pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba hanya akan berdaya guna dan berhasil guna, jika dilakukan secara bersama-sama dan dengan mendefinisikan dan mengintegrasikan keberadaan faktor-faktor ekologi, ekonomi dan sosial di wilayah para Pemangku Amanah secara ekologis, bukan berdasarkan batas-batas administratif, sektor, dan kewilayahan semata; 5. Menyadari bahwa keberhasilan pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba sangat ditentukan oleh keberadaan rencana pengelolaan ekosistem dengan visi, tujuan dan sasaran pengelolaan ekosistem yang terintegrasi, disepakati bersama, serta dilaksanakan dengan berlandaskan prinsipprinsip kerjasama, kemitraan dan tanggung jawab; 6. Menegaskan bahwa di dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, setiap tingkatan Pemerintahan, sesuai kewenangan yang dimilikinya, mempunyai tanggung jawab untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan tetap menjaga daya dukung komponen Ekosistem Kawasan Danau Toba; 7. Memahami bahwa meningkatkan kualitas hidup masyarakat merupakan tujuan utama pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba; 8. Memahami eratnya keterkaitan antara tradisi dan nilai budaya masyarakat dengan keberadaan dan pemanfaatan komponen-komponen Ekosistem Kawasan Danau Toba, maka sangat penting untuk memberdayakan kearifan, inovasi dan pengetahuan tradisional yang ada dan yang hidup di masyarakat dalam upaya pemulihan, pelestarian, serta perlindungan Ekosistem Kawasan Danau Toba; 9. Menegaskan bahwa dibutuhkan peningkatan kerjasama lokal, regional, nasional dan internasional, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun non-pemerintah dalam upaya pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba, serta pemanfaatan komponen-komponen ekosistemnya; 26
Germadan Toba
10. Menegaskan bahwa sangat diperlukan pengaturan-pengaturan yang bersifat khusus untuk mengakomodasi kebutuhan pemulihan, pelestarian dan perlindungan komponen-komponen Ekosistem Kawasan Danau Toba yang berdaya guna dan berhasil guna, termasuk di dalamnya pengaturan tentang kelembagaan, alokasi keuangan, sumber keuangan dan akses terhadap teknologi yang diperlukan; 11. Pemangku Amanah berketetapan hati untuk mengelola Ekosistem Kawasan Danau Toba agar mampu memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi mereka yang hidup saat ini, dan bagi generasi mendatang. Adapun sasaran pengelolaan Kawasan Ekosistem Danau Toba yang disepakati oleh para pemangku amanah adalah: 1. Air di Ekosistem Kawasan Danau Toba layak dipergunakan sebagai air minum; 2. Danau Toba memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk berinteraksi dengan Ekosistem Kawasan Danau Toba (rekreasi, dapat direnangi dengan aman); 3. Lahan di Daerah Tangkapan Air Danau Toba mempunyai fungsi ekosistem yang optimal; 4. Ikan dan hasil pertanian dari Ekosistem Kawasan Danau Toba layak dikonsumsi dan atau tidak terkontaminasi; 5. Air Danau Toba dapat dipergunakan sebagai sumber tenaga listrik; 6. Ekosistem flora dan fauna dalam keadaan sehat dan terpelihara keanekaragaman hayatinya; 7. Udara di Ekosistem Kawasan Danau Toba dapat mendukung kehidupan ekosistem yang sehat. Sasaran pengelolaan (manfaat) tersebut dapat dicapai melalui 6 (enam) dasar pencapaian yaitu: 1. Keberadaan data dan informasi yang cukup untuk dipergunakan dalam proses perencanaan, perumusan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan di Ekosistem Kawasan Danau Toba; 2. Perumusan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan di Ekosistem Kawasan Danau Toba didasarkan atas prinsip pengelolaan ekosistem yang telah disepakati bersama; Germadan Toba
27
3. Masyarakat dan pranata masyarakat mampu mengambil peran proaktif dalam pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba; 4. Sedimen, udara, daratan dan perairan di Ekosistem Kawasan Danau Toba tidak menjadi sumber/jalur stresor terhadap keutuhan ekosistem; 5. Badan Koordinasi Pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba (BKPEKDT) yang berdaya guna; 6. Keberadan spesies eksotik di Ekosistem Kawasan Danau Toba dapat terpantau dengan baik dan terkendali. Deklarasi kesepakatan tersebut dilengkapi dengan Dokumen Lake Toba Ecosystem Management Plan (LTEMP) yang terdiri dari Buku LTEMP dan Dokumen Peta kawasan Danau Toba. Dokumen LTEMP merupakan dokumen Rencana Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba dan juga dokumen referensi sekaligus proposal yang menjadi panduan Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau para pemangku amanah (stakeholders). Dengan adanya dokumen LTEMP, sesungguhnya arah dan sasaran pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba sudah digariskan dengan jelas.
28
Germadan Toba
BAB IV PERMASALAHAN LINGKUNGAN EKOSISTEM DANAU TOBA 4.1 Kerentanan Alami Kawasan Danau Toba 4.1.1 Topografi dan Jenis Tanah Pada umumnya kondisi lingkungan pada suatu wilayah dipengaruhi oleh dua faktor, yakni kondisi alamiah lingkungan itu sendiri serta eksploitasi manusia. Kondisi alamiah kawasan Danau Toba memang rentan terhadap timbulnya resiko lingkungan hidup. Topografi dominan, yakni curam hingga terjal serta didominasi oleh jenis tanah yang rentan erosi serta iklim yang sangat kering pada musim kemarau merupakan faktor-faktor alamiah yang membuat kawasan ini rentan terhadap resiko lingkungan hidup.
Gambar 4.1 Peta Kemiringan Lereng DTA Danau Toba Germadan Toba
29
Berdasarkan Kajian Teknis Pemanfaatan Sumberdaya Alam dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Danau Toba (KTPSDA & PLHDT) yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Institut Teknologi Bandung (LP ITB) tahun 2001, disimpulkan bahwa topografi DTA Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan pegunungan. Luas daerah yang datar (kemiringan 0 - 8%) meliputi lebih kurang 27% dari total DTA, daerah yang landai (kemiringan 8 – 15%) mencapai 31%, daerah yang agak curam (kemiringan 15 - 25%) mencapai 24%, daerah curam (kemiringan 25 - 45%) mencapai 16% dan daerah yang sangat curam sampai terjal (kemiringan > 45%) lebih kurang 2% dari total DTA. Kondisi topografi yang demikian mengakibatkan DTA ini kurang dapat menyimpan air hujan karena aliran permukaan cenderung tinggi, laju erosi tinggi dan potensi longsoran juga tinggi terutama pada daerah-daerah yang sangat curam sampai terjal pada tebing-tebing pinggiran danau. Rendahnya potensi resapan/penyimpananan air pada DTA, diindikasikan oleh banyaknya sungai-sungai kecil yang bersifat intermitten, dimana sungaisungai ini mengalir pada musim hujan dan mengering pada musim kemarau. Tingginya laju erosi pada DTA ditandai dengan banyaknya lahan yang mempunyai lapisan tanah yang sangat tipis terutama pada daerah-daerah perbukitan dengan lereng yang curam, bahkan di beberapa lokasi yang muncul di permukaan hanya batuan pembentuk tanah tanpa adanya lapisan tanah. Hal ini terjadi karena pada daerah-daerah tersebut telah terjadi proses erosi yang cukup tinggi secara terus-menerus. Keberadaan semak belukar dan alang-alang/padang rumput yang cukup luas pada DTA ini juga merupakan indikasi tingginya laju erosi sehingga lahan yang telah terbuka sulit membentuk formasi hutan alam kembali karena lapisan tanahnya relatif tipis. Proses pembentukan lapisan tanah secara alamiah, tidak mampu mengimbangi proses penipisan lapisan tanah karena proses erosi. Menurut Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT) Wilayah I, Medan 1987, jenis tanah DTA Danau Toba di bagian timur merupakan jenis tanah kompleks litosol dan regosol yang sangat peka terhadap erosi, bagian Tenggara jenis podsilik coklat (peka erosi) dan jenis tanah kompleks pegunungan. 30
Germadan Toba
Di bagian Barat DTA terdapat jenis tanah podsolik coklat (peka erosi), sedangkan di Pulau Samosir jenis tanahnya sebagain besar merupakan jenis tanah brown forest (agak peka erosi). Jenis-jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang peka sampai dengan sangat peka terhadap erosi. Kepekaan erosi akan semakin meningkat jika kondisi kelerengan semakin curam dan penutupan tanah semakin berkurang (terbuka dari penutupan vegetasi/tumbuhan). Jenis-jenis tanah yang terdapat di DTA Danau Toba ini disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Jenis Tanah Yang Terdapat di DTA Danau Toba No.
Jenis Tanah
1.
Litosol Podsolik coklat kelabu, Podsol, Tanah diatomea Litosol/Podsolik/ Regosol Podsolik coklat, Regosol Alluvial Regosol, Organosol Podsilik Coklat Kekuningan Podsolik Coklat kelabu, Podsolik Coklat
2. 3. 4. 5. 6. 7.
% Variasi Bentuk terhadap Lahan Luas DTA 36,4 Daerah Curam
Kepekaan Terhadap Erosi Sangat Peka
Datar dan Berombak
Peka – sangat peka
3,5 Daerah Curam
Peka – sangat peka
Bergelombang, Curam
Peka – sangat peka
13,8
18,7
3,2 Datar 2,7
Datar dan bergelombang
21,6
Datar dan bergelombang
Tidak peka Peka Peka
Sumber: Ditjen RRL Departemen Kehutanan –LP IPB, 1990
Dari Tabel 4.1 diketahui sekitar 97% tanah pada DTA Danau Toba merupakan tanah yang peka sampai dengan sangat peka terhadap erosi. Kondisi topografi yang curam akan memperbesar potensi erosi ini. Lebih kurang 59 % DTA ini mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap erosi dengan kondisi topografi yang berat (daerah bergelombang sampai dengan curam). Germadan Toba
31
Gambar 4.2 Peta Jenis Tanah DTA Danau Toba 4.1.2 Kondisi Iklim Dari tujuh stasiun penakar hujan yang terdapat di DTA Danau Toba (Parapat, Sidamanik, Situnggaling, Balige, Siborong-borong, Dolok Sanggul, dan Pangururan) diketahui bahwa curah hujan tahunan di kawasan ini berkisar antara 2.200 sampai dengan 3.000 mm/tahun. Puncak musim hujan terjadi pada bulan November-Desember dengan curah hujan antara 190 – 320 mm/ bulan. Sedangkan puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni-Juli dengan curah hujan berkisar antara 54 – 151 mm/bulan. Suhu udara bulanan di DTA Danau Toba berkisar antara 18,0 – 19,7 0C di Balige dan antara 20,0 – 21,0 0C di Sidamanik. Suhu udara selama musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan selama musim hujan. Sedangkan angka kelembaban tahunannya berkisar antara 79 – 95%. Pada bulan-bulan musim kemarau kelembaban udara cenderung agak rendah dibandingkan pada bulan-bulan musim hujan. 32
Germadan Toba
Suhu udara yang lebih tinggi dan kelembaban yang lebih rendah pada musim kemarau menyebabkan kawasan DTA Danau Toba rentan terhadap kebakaran. Tutupan lahan berupa semak belukar yang tersebar pada perbukitan menambah kerentanan terhadap bahaya kebakaran. Eksploitasi kawasan yang kurang mempertimbangkan kondisi alamiah ini telah menimbulkan berbagai permasalahan baik permasalahan lingkungan maupun ekonomi. Permasalahan-permasalahan ini saling terkait dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. 4.2 Kerusakan Daerah Tangkapan Air Kondisi alamiah sebagaimana diuraikan di atas serta pengelolaan yang kurang tepat telah mengakibatkan kerusakan DTA Danau Toba, diantaranya berupa pengurangan luasan hutan dan peningkatan luasan lahan kritis. Menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan (2009), luasan hutan di DTA Danau Toba adalah 143.840,32 Ha atau 51% dari luasan DTA. Namun hingga saat ini luasan ini belum pernah tercapai. Luasan hutan di DTA Danau Toba cenderung menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 1985 luasan hutan pada kawasan ini mencapai 78.558,18 ha (28% dari total DTA), 12 tahun kemudian (1997) luasan ini menyusut menjadi 62.403,19 ha (22%). Penurunan ini terutama disebabkan oleh alih fungsi hutan menjadi ladang, sawah, alang-alang, semak dan pemukiman.
Germadan Toba
33
Pada tahun 2012, Badan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba (BKPEKDT) bekerja sama dengan PT. Wahana Rekakarya melakukan analisa jenis tutupan lahan di DTA Danau Toba. Menurut hasil analisa citra satelit, luasan hutan di DTA Danau Toba adalah 57.604,88 ha (tanpa memperhitungkan luasan hutan pada DTA Lau Renun), sebagaimana ditunjukkan pada Tabel4.2. Tabel 4.2 Jenis dan Tutupan Lahan DTA Danau Toba 2012 No.
Penutup Lahan Tahun 2012
Luas (Ha)
% terhadap DTA
1
Hutan
57.604,88
15,3
2
Belukar
25.446,55
6,7
3
Ladang/ Belukar
49.959,01
13,2
4
Rumput/ Belukar
47.359,01
12,6
5
Ladang/ Rumput
24.372,68
6,5
6
Ladang
7.586,54
2,0
7
Rumput
27.098,51
7,2
8
Sawah
22.100,03
5,9
9
Lahan Terbuka
686,4
0,2
10
Danau
115.025,21
30,5
377.238,82
100,0
Jumlah
Jika jenis tutupan lahan belukar, rumput belukar, rumput dan lahan terbuka dikategorikan sebagai lahan kritis, maka luasan lahan kritis di DTA Danau Toba sudah mencapai 38,36% dari luasan DTA. Hampir setiap tahun kebakaran hutan/semak dan/atau lahan terjadi pada kawasan ini. Kebakaran umumnya menghanguskan semak belukar atau pepohonan, menyebabkan hilangnya vegetasi penutup lahan. Lahan yang terbakar sangat rentan terhadap erosi, baik oleh tiupan angin maupun oleh guyuran air hujan. Erosi akan mempersulit tumbuhnya vegetasi baru, karena lapisan tanah yang semakin tipis. Kebakaran selalu memunculkan lahan kritis baru. Mengingat sumber utama api adalah kegiatan pembersihan lahan dengan pembakaran oleh masyarakat, maka peningkatan kesadaran masyarakat akan 34
Germadan Toba
dampak kebakaran lahan sangat penting diupayakan. Selain hal tersebut, penanaman pohon yang tidak peka terhadap kebakaran perlu dilakukan pada batas-batas lahan masyarakat dengan hutan/areal yang tidak diusahakan.
Gambar 4.3 Peta Penutup Lahan DTA Danau Toba Tahun 2012 Mengingat topografi kawasan yang didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, maka penggunaan sarana pemadam kebarakaran berbasis daratan kurang dapat diandalkan. Oleh sebab itu penyediaan fasilitas pemadam berbasis udara perlu diupayakan bersama oleh para pemerintah daerah pada kawasan ini. Penyebab lain kerusakan DTA adalah penambangan bahan galian golongan C dari badan air, pinggiran pantai dan tebing Danau Toba. Penambangan pasir dari badan air dan pantai Danau Toba dapat ditemui di Desa Sitanggang Upar sampai Desa Parbaba. Daerah ini merupakan satu-satunya pantai Danau Toba yang landai dan berpasir, sangat potensial untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata. Di daerah Horsik sampai Panamean, berdasarkan Survey BLH tahun 2007 ditemukan 34 titik penambangan batu pada daerah sepanjang 6 km dari dinding danau. Tebing danau yang berupa bebatuan digali bahkan sampai mencapai Germadan Toba
35
puncak tebing. Penambangan ini sangat merusak ekosistem, menimbulkan erosi, sedimentasi, kekeruhan, menambah lahan kritis dan berpeluang untuk melongsorkan/meruntuhkan dinding danau. Penambangan sejenis juga dapat ditemukan di Haranggaol, Harian dan daerah lainnya.
(a) (b) Gambar 4.4 Penambangan pada tebing danau (a), kebakaran lahan (b) Kerusakan DTA Danau Toba berpotensi mengganggu siklus hidrologi. Jika kemampuan pengaturan fungsi hidrologis kawasan ini semakin menyusut, maka fenomena banjir pada pinggiran Danau Toba dan hilir Sungai Asahan menjadi hal yang selalu terjadi pada musim penghujan, demikian juga penurunan tinggi muka air danau akan terjadi setiap musim kemarau. Dampak yang lebih serius adalah semakin menurunnya daya dukung kawasan terhadap kehidupan karena rendahnya potensi air tanah. Dengan demikian upaya-upaya peningkatan stabilitas kuantitas air danau, perlu mendapat perhatian serius baik dari pemerintah pusat yang telah menetapkan kawasan ini sebagai kawasan strategis nasional, maupun pemerintah provinsi dan kabupaten yang bersentuhan langsung dengan kawasan ini. 4.3 Penurunan Kualitas Air Danau Danau Toba adalah danau oligotrofik, yakni danau yang miskin unsur hara. Namun danau yang miskin ini telah mengalami pengayaan (eutrofikasi), karena dampak dari berbagai aktifitas manusia serta alam. Pengayaan ini telah menyebabkan penurunan kualitas air danau, padahal sekitar 88% penduduk 36
Germadan Toba
yang bermukim di pinggiran danau menggunakan air Danau Toba sebagai air baku air minum . Sementara itu hasil analisa data pemantauan kualitas air Danau Toba tahun 2012, menunjukkan bahwa air danau ini sudah tercemar dengan kategori tercemar sedang . Dengan kata lain, mayoritas masyarakat sekitar pantai mengkonsumsi air dari sumber yang tidak layak sebagai air baku air minum tanpa pengolahan. Sebagai dampak tercemarnya air danau, terjadi blooming tumbuhan air seperti enceng gondok dan gulma air lainnya. Enceng gondok menimbulkan deplesi oksigen, menghambat akses ke danau, meningkatkan evaporasi dan mengurangi nilai estetika. Kekurangan oksigen pada badan air menyebabkan berkurangnya populasi ikan, penurunan populasi ikan mengakibatkan penurunan pendapatan nelayan. Sebagian nelayan beralih profesi menjadi petani, membuka lahan-lahan kritis sehingga menimbulkan dampak lingkungan baru. Efek domino ini terus berlanjut, menimbulkan dampak lingkungan demi dampak lingkungan yang semakin mendegradasi kawasan Danau Toba. 4.3.1
Sumber-sumber Pencemar Perairan Danau
Sulit disangkal bahwa Danau Toba adalah tempat pembuangan limbah raksasa, baik limbah domestik, pertanian, peternakan maupun limbah lainnya. Hukum alam memang mengharuskan bahwa semua air, baik air sungai, air larian (run off) maupun air selokan pada daerah tangkapan air danau akan bermuara ke danau. Limbah-limbah yang terbawa oleh air dari daerah seluas 259.594 ha masuk ke Danau Toba umumnya tanpa pengolahan, ditambah lagi oleh limbah yang dihasilkan pada perairan seperti sisa pakan dan sekresi ikan pada keramba serta oli kapal yang terbuang. Kontribusi beban pencemar dari berbagai sumber diuraikan berikut ini. 1. Limbah Domestik Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan kerumahtanggaan. Limbah domestik dapat berupa padatan, maupun cairan. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limah Domestik menjelaskan bahwa air limbah domestik adalah air Germadan Toba
37
Mutu Air Limah Domestik menjelaskan bahwa air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman,
rumah makan,
limbah yangperniagaan, berasal dariapartemen usaha dandan atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, asrama. perkantoran, perniagaan,perhitungan apartemen beban dan asrama. Dalam melakukan pencemar dari limbah domestik ke Dalam perhitungan beban pencemar dari limbah domestik ke Danau Toba,melakukan hanya unsur pemukiman yang diikutsertakan, karena data dari Danau Toba, hanya unsur pemukiman yang diikutsertakan, karena data dari sumber lainnya belum tersedia. sumber lainnya belum tersedia. Besaran beban pencemar limbah domestik dari masing-masing kabupaten di
Besaran beban pencemar limbah domestik dari masing-masing kabupaten DTA Danau Toba, adalah sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4.3. di DTA Danau Toba, adalah sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4.3. Tabel4.3. 4.3.Beban BebanLimbah Limbah Domestik Domestik dari Tabel dariDTA DTADanau DanauToba Toba No.
Kabupaten
1 Karo 2 H. Hasundutan 3 Tapanuli Utara 4 Samosir 5 Toba Samosir 6 Dairi 7 Simalungun Total
BOD5 109,92 1.303,30 586,59 3.094,16 3.770,61 63,17 584,34 9.512,07
Beban Limbah Domestik (Kg/hari) COD Suspended Solid Total Nitrogen T- Phospor 192,36 2.387,17 19,99 5,66 2.280,77 2.830,39 236,96 67,14 1.026,53 1.273,90 106,65 30,22 5.414,77 6.719,63 562,57 159,40 6.598,56 8.188,69 685,57 194,24 110,55 137,19 11,49 3,25 1.022,59 1.269,01 106,24 30,10 16.646,13 22.805,98 1.729,47 490,02
Sumber : Kajian DTBPA Danau Toba, 2012 Sumber : Kajian DTBPA Danau Toba, 2012
Dari Tabel terlihat bahwa kontributorutama utamabeban bebanpencemar pencemar limbah limbah Dari Tabel 4.34.3 terlihat bahwa kontributor domestik terhadap Danau Danau Toba Toba adalah Toba Samosir, domestik terhadap adalah Kabupaten Kabupaten Toba Samosir, diikuti diikuti oleh Kabupaten Samosir dan Humbang Hasundutan, sedangkan kontributor Kabupaten Samosir dan Humbang Hasundutan, sedangkan kontributor terkecil terkecil adalah Kabupaten Dairi. Besaran kontribusi ini berbanding lurus dengan adalah Kabupaten Dairi. Besaran kontribusi ini berbanding lurus dengan jumlah jumlah penduduk di DTA Danau Toba pada masing-masing kabupaten. penduduk di DTA Danau Toba pada masing-masing kabupaten.
Total beban BOD yang masuk ke Danau Toba dari limbah domestik Total beban BOD yang masuk ke Danau Toba dari limbah domestik mencapai 9,5 ton perhari. Dalam satu tahun beban yang masuk mencapai mencapai ton perhari. Dalam satumeningkat tahun beban yang masuk 3.500 3.500 ton.9,5 Jumlah ini akan terus seiring denganmencapai pertumbuhan ton. JumlahBeban ini akan terus seiring dengan pertumbuhan penduduk. penduduk. COD darimeningkat limbah domestik mencapai 16,6 ton setiap hari, atau 6 juta Beban CODton/tahun. dari limbah domestik mencapai 16,6 ton setiap hari, atau 6 juta ton/tahun. Kontribusi beban pencemaran berupa padatan tersuspensi dari limbah
domestik terhadapbeban Danaupencemaran Toba mencapai ton perhari atau 8,3 ton Kontribusi berupa22,8 padatan tersuspensi dari juta limbah pertahun. Sedangkan T-N mencapai 600 ton lebih tahun. domestik terhadap Danau Toba mencapai 22,8 tonsetiap perhari atau Bahan-bahan 8,3 juta ton 38
Germadan Toba
pencemar ini cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.
Gambar 4.5 Peta Kepadatan Penduduk DTA Danau Toba Kontribusi limbah pencemar berupa T-P dari limbah domestik tergolong besar, mencapai 178,8 ton pertahun. T-P dari limbah domestik ini turut memperkaya nutrisi di Danau Toba. Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa kontribusi beban limbah domestik cukup besar terhadap peningkatan kadar pencemar di Danau Toba. Oleh karena itu penanganan limbah domestik secara komprehensif mendesak untuk dilakukan. Sumber utama pencemar limbah domestik adalah kota-kota berpenduduk padat di pinggiran Danau Toba seperti Balige, Porsea, Pangururan, Parapat, Bakara, Nainggolan dan Tomok. Pembangunan instalasi pengolahan limbah domestik perlu diprioritaskan pada kota-kota ini. Selain pembangunan instalasi pengolahan air limbah, pendidikan masyarakat juga sangat penting dilakukan. Pintu utama menuju perubahan adalah pendidikan. Oleh karena itu pendidikan generasi muda sangat penting dilakukan secara berjenjang dan berkelanjutan. Germadan Toba
39
dari pemukiman, interaksi masyarakat secara langsung ke Danau Toba untuk
menyuci baik peralatan masak dan makan, pakaian dan kendaraan perlu dihindari.
2.
Hal lain yang perlu dilakukan untuk meminimalisasi limbah domestik adalah melakukan penataan kawasan. Daerah sempadan danau harus Limbah dari Berbagai Jenis Pemanfaatan Lahansecara langsung ke Danau dibebaskan dari pemukiman, interaksi masyarakat Toba dengan untuk menyuci baik peralatan masak dan makan, pakaian dan kendaraan Lahan berbagai pemanfaatannya juga berkontribusi terhadap perlu dihindari.
pencemaran perairan. Residu pupuk, pestisida, herbisida maupun material tererosi 2. Limbah dari Berbagai Jenis Pemanfaatan Lahan
merupakan contoh-contoh bahan pencemar dari pertanian. Bahkan hutan juga Lahan dengan berbagai pemanfaatannya juga berkontribusi terhadap
turut menyumbangkan bahan-bahan pencemar, seperti phosphor dan material nitrogen. pencemaran perairan. Residu pupuk, pestisida, herbisida maupun
tererosi contoh-contohpolutan, bahan pencemar dari pertanian. Bahkan Curah hujan jugamerupakan turut menyumbangkan khususnya phosphor.
hutan juga turut menyumbangkan bahan-bahan pencemar, seperti phosphor dan nitrogen. Curah hujan juga turut menyumbangkan polutan, khususnya pemanfaatan/tutupan lahan, serta curah hujan untuk parameter Chemical Oxygen phosphor.
Besaran beban pencemaran Danau Toba yang berasal dari berbagai
Demand (COD), Totalbeban Nitrogen (T-N) Danau dan Total Phosphor (T-P) dari disajikan pada Besaran pencemaran Toba yang berasal berbagai
Tabel 4.4.pemanfaatan/tutupan lahan, serta curah hujan untuk parameter Chemical Oxygen Demand (COD), Total Nitrogen (T-N) dan Total Phosphor (T-P) disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Beban Pencemaran Danau Toba dari Jenis Pemanfaatan Lahan Tabel 4.4 Beban Pencemaran Danau Toba dari Jenis Pemanfaatan dan Curah hujan Lahan dan Curah hujan
Polutan Sumber Curah Hujan Pertanian Padang Rumput Hutan Sawah Total
COD 986,30 704,13 198,56 154,92 2.043,91
T-N (ton/thn) 18,57 28,17 80,79 47,74 175,27
T-P 2,05 6,19 6,19 2,79 1,89 19,10
Sumber : Kajian Danau DTBPA Toba, Danau Toba, Sumber : Kajian DTBPA 20122012
Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa hutan merupakan penyumbang bahan
Daripencemar Tabel 4.4 diketahui hutanT-N, merupakan penyumbang bahan terbesar untuk bahwa parameter dibandingkan dengan jenis
lahanparameter lainnya serta hujan, yakni mencapai ton/tahun pencemarpemanfaatan terbesar untuk T-N,curah dibandingkan dengan jenis80pemanfaatan 40
Germadan Toba
meskipun luasannya hanya mencapai 22% dari total luasan pemanfaatan lahan lainnya. Sedangkan untuk parameter T-P, penyumbang terbesar adalah pertanian dan padang rumput diikuti oleh hutan sebagaimana terlihat pada Tabel 4.4. Lahan pertanian dan padang rumput menyumbangkan T-P sebesar 6 ton/tahun. Diantara kedua jenis pemanfaatan lahan ini, pertanian merupakan kontributor terbesar. Meskipun luasannya lebih kecil 18% dari padang rumput, tetapi memberi kontribusi yang sama besar. Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa pertanian merupakan penyumbang terbesar beban pencemar COD disusul padang rumput dan hutan. Bahan pencemar COD dari pertanian mencapai 986 ton/tahun. Bahan-bahan pencemar dari pemanfaatan lahan ini sulit dikelola karena tersebar pada hamparan yang luas. Selain mengurangi penggunaan bahan-bahan pestisida, herbisida dan pupuk kimiawi pada lahan pertanian, pemeliharaan buffer danau juga sangat penting. Buffer yang baik dapat memerangkap pollutan hingga 80-85%. Aktifitas kimiawi dan biologi di dalam tanah, terutama pada hutan di tepi danau dapat menangkap dan merubah polutan menjadi bahan yang kurang berbahaya. Buffer juga dapat bertindak sebagai penyerap nutrient dan kelebihan air karena sistem akar tumbuhan menyerap bahan-bahan ini dan menyimpannya dalam biomassa tumbuhan. 3. Limbah Peternakan Peternakan, selain memberi manfaat ekonomi juga berpotensi menimbulkan dampak lingkungan, terutama jika penanganan limbahnya tidak dilakukan dengan benar. Besaran beban pencemaran perairan Danau Toba dari limbah peternakan bergantung kepada jumlah ternak, serta kontribusi pencemaran dari berbagai jenis ternak. Jumlah beberapa jenis ternak di DTA Danau Toba yang diperoleh dari data Kabupaten Dalam Angka 2011 ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Germadan Toba
41
Tabel 4.5 Jumlah Ternak di DTA Danau Toba JumlahDanau (ekor) Tabel TernakdidiDTA DTA Toba Kabupaten Tabel4.5 4.5 Jumlah Jumlah Ternak Danau Toba Sapi Kerbau Kuda Kambing Babi Kelinci Domba 1 Karo 39 149 1 98Jumlah 203 34 (ekor) No. Kabupaten 2 Humbang Hasundutan 4.209 Kuda 131 Kambing 57 12.647 Sapi24 Kerbau Babi Kelinci- DombaTapanuli Utara 164 331 1.223 7313 Karo 39 1.141 149 98 6.435 203 34Samosir Hasundutan 1.942 341 7.971 23.835 29824 Humbang 24 23.332 4.209 131 57 12.647 Toba Samosir 1.426 31 1.223 3.424 14.826 1.817 35 Tapanuli Utara 164 11.677 1.141 33 6.435 73 Dairi 13 23.332 110 79 23.835 1.782 46 Samosir 1.942 3415 7.971 298Simalungun 29 11.677 320 35 14.826 2.943 23 57 Toba Samosir 1.426 312 3.424 - 1.817 Total 3.637 5445 12.887 342.2116 Dairi 13 40.938 110 79 62.671 1.782 7 Simalungun 29 perhitungan 320 2 35 2.943 23 Sumber: BPS (2011) dan hasil Total 3.637 40.938 544 12.887 62.671 34 2.211 No.
Ayam 1.339 58.115 Ayam 39.467 1.339 79.180 58.115 193.256 39.467 13.054 79.180 193.256384.411 13.054 384.411
Itik 146 5.264 Itik 3.176 146 6.535 5.264 171.737 3.176 150 6.535 171.737187.008 150 187.008
Sumber: BPS (2011) dan hasil perhitungan Sumber: BPS (2011) dan hasil perhitungan Besaran kontribusi beban pencemar dari kegiatan peternakan terhadap Danau Toba ditunjukkan pada Tabel 4.6. Total beban pencemaran BOD dari Besarankontribusi kontribusibeban bebanpencemar pencemar dari dari kegiatan kegiatan peternakan peternakan terhadap Besaran terhadap peternakan di kawasan Danau Toba mencapai lebih dari 5.600 ton pertahun, Danau pada Tabel Tabel 4.6. 4.6. Total Total beban beban pencemaran pencemaranBOD BODdari dari Danau Toba Toba ditunjukkan ditunjukkan pada sedangkan COD mencapai lebih dari 22.600 ton pertahun. Melihat besarnya peternakan di kawasan kawasan Danau Danau Toba Toba mencapai mencapailebih lebihdari dari 5.600 5.600ton ton pertahun, pertahun, peternakan di kontribusi bahan pencemaranlebih daridari peternakan, maka pengelolaan peternakan sedangkan COD mencapai 22.600 ton pertahun. Melihat besarnya sedangkan COD mencapai lebih dari 22.600 ton pertahun. Melihat besarnya kontribusi bahan pencemaran dari peternakan, maka pengelolaan peternakan sudah seharusnya dilakukan. kontribusi bahan pencemaran dari peternakan, maka pengelolaan peternakan sudah seharusnya dilakukan. Pola peternakan di kawasan Danau Toba, khusunya untuk ternak sudah seharusnya dilakukan. Pola adalah peternakan di kawasan Toba,kuda, khusunya ternak ruminanse non kandang. Ternak Danau sapi, kerbau, kambing,untuk atau domba Pola peternakan di kawasan Danau Toba, khusunya untuk ternak ruminanse adalah non kandang. Ternak sapi, kerbau, kuda, kambing, atau dibiarkan merumput di padang penggembalaan. Pola seperti ini menyebabkan ruminanse adalah non kandang. Ternak sapi, kerbau, kuda, kambing, domba domba dibiarkan merumput di padang penggembalaan. Polaatau seperti ini polutan tersebar pada daerah yang sangat luas, sehingga menyulitkan dibiarkan merumput di padang menyebabkan menyebabkan polutan tersebarpenggembalaan. pada daerah Pola yangseperti sangatini luas, sehingga pengelolaannya. menyulitkan pengelolaannya. polutan tersebar pada daerah yang sangat luas, sehingga menyulitkan pengelolaannya. Tabel4.6 4.6Beban BebanPencemaran Pencemaran Danau Tabel DanauToba Tobadari dariPeternakan Peternakan Pollutan Total Solid BOD COD T-N Tabel 4.6 Beban Pencemaran Danau Toba dari Peternakan Kabupaten ton/tahun Karo 51,48 Pollutan Total Solid BOD10,86 COD43,52 T-N 3,74 Humbang 1.561,31 367,13 ton/tahun 1.320,48 118,24 Kabupaten Taput 625,55 156,58 537,64 48,91 Karo 51,48 10,86 43,52 3,74 Samosir 6.622,14 1.370,82 5.522,18 476,51 Humbang 1.561,31 367,13 1.320,48 118,24 Tobasa 18.035,68 3.676,45 14.949,01 1.211,77 Taput 625,55 156,58 537,64 48,91 Dairi 121,25 34,10 107,38 10,14 Samosir 6.622,14 1.370,82 5.522,18 476,51 Simalungun 186,04 51,95 167,17 15,72 Tobasa 18.035,68 3.676,45 14.949,01 1.211,77 Total 27.203,45 5.667,90 22.647,37 1.885,03 Dairi 121,25 34,10 107,38 10,14 Simalungun 186,04 51,95 167,17 Sumber : Kajian DTBPA Toba, 2012 15,72 Sumber : Kajian DTBPA Danau Toba, 2012 Danau Total 27.203,45 5.667,90 22.647,37 1.885,03
42 Germadan Toba Sumber : Kajian DTBPA Danau Toba, 2012
T-P T-P0,52 17,62 7,85 0,52 63,46 17,62 199,22 7,85 1,79 63,46 2,26 199,22 292,72 1,79 2,26 292,72
Beban pencemaran untuk parameter T-N dan T-P dari kegiatan peternakan juga tinggi. Total-N, mencapai 1,8 ribu ton pertahun sedangkan Total-P mencapai sembilan ribu ton pertahun. Keberadaan unsur-unsur pencemar ini juga patut dikelola untuk menghindari eutrofikasi pada danau. Salah satu upaya pengelolaan limbah peternakan adalah dengan memelihara buffer danau maupun sungai-sungai yang mengalir ke danau. 4. Limbah Budidaya Perikanan Berdasarkan hasil survey Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012, diketahui bahwa jumlah unit keramba jaring apung milik masyarakat di Danau Toba mencapai 8.428 unit dengan ukuran bervariasi. Rata-rata jumlah produksi 2,84 ton/unit KJA/tahun dengan penggunaan pakan rata-rata 4,3 ton/unit KJA/tahun. Berdasarkan paparan PT. Aquafaram Nusantara kepada Komisi VIII DPR-RI di Hotel Niagara, Parapat tanggal 24 September 2012, diketahui jumlah keramba jaring apung milik PT. Aquafarm adalah 484 unit dengan bentuk dan ukuran bervariasi dengan kapasitas total 25.407.200 ekor ikan nila serta produksi rata-rata 31.000 ton/tahun. Berdasarkan data produksi dan penggunaan pakan, diketahui bahwa feed conversion ratio pada budidaya ikan PT. Aquafarn Nusantara adalah 1,92. Dengan demikian rata-rata penggunaan pakan untuk mencapai produksi 31.000 ton/tahun adalah 59.520 ton pakan/tahun. Hasil penelitian Pohan, (2009) menunjukkan bahwa jumlah limbah nitrogen yang dihasilkan pada budidaya ikan PT. Aquafarm Nusantara adalah 0,0321 dan 0,0323 kg/kg pakan untuk dua jenis pakan yang berbeda. Sedangkan limbah phosphor yang dihasilkan adalah 0,013 dan 0,0102 kg/kg pakan. Berdasarkan data-data tersebut, maka limbah nitrogen dan limbah phosphor yang dihasilkan dari budidaya perikanan di Danau Toba adalah sebagaimana terdapat pada Tabel 4.9 dengan asumsi bahwa proporsi limbah nitrogen maupun phosphor yang dihasilkan dari budidaya ikan oleh masyarakat dan PT. Aquafarm Nusantara adalah sama.
Germadan Toba
43
Tabel4.7 4.7Lokasi Lokasidan danJumlah JumlahKJA KJAdidiDanau DanauToba Toba Tabel Tabel dan Jumlah KJA di KJA Danau Toba No. 4.7 LokasiLokasi Jumlah (unit) Milik Masyarakat No. Lokasi Jumlah KJA (unit) 1 Silalahi II 300 Milik Masyarakat 2 Silalahi III II 40 1 Silalahi 300 3 Paropo 400 2 Silalahi III 40 4 Tongging 500 3 Paropo 400 5 Haranggaol 6768 4 Tongging 500 6 Tigaras 85 5 Haranggaol 6768 7 Panahatan 100 6 Tigaras 85 7 Panahatan 100 8 Sibaganding 50 8 Sibaganding 50 9 Soalan 185 9 Soalan 185 Jumlah 8428 Jumlah 8428 Milik PT. Aquafarm Milik PT. Aquafarm 1 Panahatan 152 1 Panahatan 152 2 Sirungkungon 134 2 Sirungkungon 134 3 Silimalombu 60 3 Silimalombu 60 4 Lontung 60 4 Lontung 60 5 Pangambatan 78 5 Pangambatan 78 Jumlah 484 Jumlah 484 Sumber :Kajian DTBPA Danau Toba, 2012
Sumber :Kajian DTBPA Sumber :Kajian DTBPADanau DanauToba, Toba,2012 2012
Tabel 4.8 PPdan NNdari Budidaya Perikanan Tabel 4.8Limbah Limbah dan Budidaya Perikanan Tabel 4.8 Limbah P dan Ndari dari Budidaya Perikanan
Rata-rata Rata-rata Total Total Unit TotalLimbah Limbah UnitLimbah Limbah Total JumlahJumlah Rata-rata Rata-rata Total Total PemilikPemilik KJA KJA Produksi Nitrogen Phospor Phospor ProduksiPakan PakanProduksi Produksi Pakan Pakan Nitrogen Nitrogen Phospor Phospor BOD Nitrogen (ton/tahun/unit (ton/tahun) (Kg/KgPakan) Pakan) (ton/tahun) KJA)KJA) (ton/tahun) (Kg/Kg (ton/tahun) unit unit(ton/tahun/unit Masyarakat 8428 8428 2,84 2,84 4,3 4,323.935,5 23.935,536.240,4 36.240,4 1.163,3 409,5 Masyarakat 1.163,3 409,5 0,0321 0,0113 0,0321 0,0113 0 PT. Aquafarm 484 484 31.000,059.520,0 59.520,0 1.910,6 PT. Aquafarm 31.000,0 1.910,6 672,6 672,6 Total 54.935,5 95.760,4 3.073,9 1.082,1 Total 54.935,5 95.760,4 3.073,9 1.082,1 Sumber: Kajian DTBPA Danau Toba, 2012 Danau Toba, 2012 Sumber: Kajian DTBPA Sumber: Kajian DTBPA Danau Toba, 2012
Dari Grafik 4.2 4.2telihat telihatbahwa bahwa budidaya perikanan Dari Tabel Tabel 4.8 4.8 dan dan Grafik budidaya perikanan milikmilik PT. Dari Tabel 4.8 dan Grafik 4.2 telihat bahwa budidaya perikanan milik PT. PT. Aquafarm Nusantara menyumbangkan limbah phosphor dan nitrogen jauh Aquafarm Nusantara menyumbangkan limbah phosphor dan nitrogen jauh lebih Aquafarm Nusantara menyumbangkan phosphor nitrogen jauh lebih lebih tinggi dari budidaya perikananlimbah masyarakat, yaknidan 62,2%. tinggi dari budidaya perikanan masyarakat, yakni 62,2%.
tinggi dari budidaya perikanan masyarakat, yakni 62,2%. 44 Germadan Toba
Sumber : Kajian DTBPA Danau Toba, 2012
Derajat kekeruhan perairan Danau Toba, semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan data kualitas air, yang diverifikasi oleh KLH pada tahun 2012. Kecerahan rata-rata air, menurun dari tahun 2010 ke tahun 2012 (Gambar 4.6). Hal ini kemungkinan besar disebabkan sisa pakan ikan yang tidak termakan oleh ikan, dari kegiatan budi daya perikanan KJA (Keramba Jaring Apung).
Gambar 4.6. Kecerahan Air Danau Toba Tahun 2010 dan 2012 Germadan Toba
45
4.3.2 Perbandingan dari Sumber-sumber 4.3.2 Perbandingan BebanBeban PencemarPencemar dari Sumber-sumber Teridentifikasi DariTeridentifikasi sumber-sumber pencemar yang teridentifikasi yakni, limbah domestik,
4.3.2
Perbandingan Beban Pencemar dari Sumber-sumber Teridentifikasi
Dari sumber-sumber teridentifikasi limbah domestik, limbah peternakan, limbahpencemar pertanian,yang kehutanan, sawah,yakni, padang rumput, hujan Dari sumber-sumber pencemar yang teridentifikasi yakni, limbah domestik,
limbah peternakan, limbah pertanian, kehutanan, padang hujan serta perikanan, diketahui bahwa kontributor utamasawah, pencemar untukrumput, parameter T-
peternakan, limbah pertanian, kehutanan, sawah, padang rumput, hujan sertalimbah perikanan, diketahui bahwa kontributor utama pencemar untuk parameter T-P dan T-N adalah budidaya perikanan, diikuti oleh peternakan dan domestik, sebagaimana terlihat Tabelperikanan, 4.3 dan P dan T-N adalahpada budidaya diikuti dan sebagaimana terlihat pada Tabel4.9 4.9serta sertaGrafik Grafikoleh 4.3 peternakan danGrafik Grafik4.4. 4.4.domestik,
P dan T-N adalah budidaya perikanan, diikuti oleh peternakan dan domestik, serta perikanan, diketahui bahwa kontributor utama pencemar untuk parameter Tsebagaimana terlihat pada Tabel 4.9 serta Grafik 4.3 dan Grafik 4.4.
Tabel dari Sumber-sumber Sumber-sumberTeridentifikasi Teridentifikasi Tabel4.9 4.9Beban BebanPencemaran Pencemaran dari Tabel 4.9 Beban Pencemaran dari Sumber-sumber Teridentifikasi
Pollutan
TSS Total Solid Sumber Pollutan TSS Total Solid DTA (daratan) Sumber DTA (daratan) 8.440,43 Domestik Domestik 8.440,43 Pertanian Pertanian Padang rumput SawahPadang rumput Sawah Hutan Hutan CurahCurah hujanhujan Peternakan 27,20 Peternakan 27,20 8.440,43 27,20 Total Total DTA (daratan) 27,20 DTA (daratan) 8.440,43 DanauDanau Perikanan Perikanan 8.440,43 27,20 Total Total 8.440,43 27,20
BOD
COD
T-N
BOD (ton/tahun) COD (ton/tahun)
3.525,43 3.525,43
T-N
6.169,51
640,99
5,67 5,67 3.531,10 3.531,10
640,99 18,57 18,57 28,17 28,17 47,74 47,74 80,79 80,79 1.885,03 1.885,03 2.701,28 2.701,28
-3.531,10 3.531,10
30.860,79 30.860,79
3.073,9 3.073,9 1.082,1 1.082,1 5.775,19 5.775,19 1.575,53 1.575,53
Grafik 4.3 Perbandingan beban pencemar T-P dari berbagai sumber
Grafik 4.3 Perbandingan beban pencemar T-P dari berbagai sumber (ton/tahun) (ton/tahun) 1082.1
1200.0
1082.1
1200.0 1000.0 800.0 1000.0 600.0 800.0 200.0
400.0 200.0
0.0
292.7
181.6
181.6
6.2
6.2
6.2
6.2
1.9
2.8
1.9
2.8
2.0
292.7
2.0
0.0
Sumber : Kajian DTBPA Danau Toba, 2012
Sumber : Kajian DTBPA Danau Toba, 2012
46
181,61
6.169,51 986,30 986,30 704,13 704,13 154,92 154,92 198,56 198,56 22.647,37 22.647,37 30.860,79 30.860,79
Sumber: Kajian DTBPA DanauToba, Toba, 2012 2012 Sumber: Kajian DTBPA Danau Sumber: Kajian DTBPA Danau Toba, 2012
400.0 600.0
T-P
T-P
Germadan Toba Sumber : Kajian DTBPA Danau Toba, 2012
181,61 6,18 6,18 6,19 6,19 1,89 1,89 2,79 2,79 2,05 2,05 292,72 292,72 493,43 493,43
Sektor budidaya perikanan menyumbangkan pencemar T-P sebesar 68,7% sedangkan sektor lainnya hanya 31,3%. Untuk pencemar T-N, kegiatan budidaya Sektor budidaya perikanan menyumbangkan pencemar T-P sebesar ini menyumbangkan sebesar 53,2%. Kedua pencemar sangat 68,7% sedangkanpencemar sektor lainnya hanya 31,3%. Untukjenis pencemar T-N, ini kegiatan budidaya ini menyumbangkan pencemar sebesar 53,2%. Kedua jeniskarena pencemaritu berperan dalam peningkatan status trofik Danau Toba. Oleh ini sangat berperan dalam peningkatan status trofik Danau Toba. Oleh karena pengendalian volume budidaya perikanan di Danau Toba sangat penting untuk itu pengendalian volume budidaya perikanan di Danau Toba sangat penting dilakukan. untuk dilakukan. Grafik 4.4 Perbandingan beban pencemar T-N dari berbagai sumber (ton/tahun) 3500.0 3000.0 2500.0 2000.0 1500.0 1000.0 500.0 0.0
3073.9 1885.0 641.0 18.6
28.2
47.7
80.8
0.0
Sumber: Kajian DTBPA Danau Toba, 2012
Sumber: Kajian DTBPA Danau Toba, 2012
Berdasarkan perhitungan beban pencemar dari sumber-sumber terindifikasi, bahwa budidaya perikanan menyumbangkan Berdasarkan diketahui perhitungan bebansektor pencemar dari sumber-sumber terindifikasi, pencemar T-P sebesar 68,7% sedangkan sector lainnya hanya 31,3%. diketahui bahwa sector budidaya perikanan menyumbangkan pencemar T-P Saat ini jumlah beban pencemar phosphor dari sumber yang teridentifikasi sebesar 68,7% sedangkan sector lainnya hanya 31,3%. mencapai 1.575,53 ton pertahun, 1.082,1 ton diantaranya berasal dari kegiatan Saat iniperikanan jumlah beban pencemar phosphor sumberdari yang teridentifikasi budidaya sedangkan sisanya 493,43dari ton berasal DTA dan curah mencapai hujan.1.575,53 ton pertahun, 1.082,1 ton diantaranya berasal dari kegiatan
budidaya Jumlah perikanan sedangkan sisanya 493,43 berasaldaya dari tampung DTA dandanau curah bahan pencemar ini sudah jauhton melebihi hujan.yakni 898,209 kgP/tahun, dengan demikian terdapat kelebihan phosphor sebesar 677,221 kg/tahun. Jumlah bahan pencemar ini sudah jauh melebihi daya tampung danau yakni 898,209 kgP/tahun, dengan demikian terdapat kelebihan phosphor sebesar Germadan Toba 47 677,221 kg/tahun. Agar sesuai dengan daya tampung danau, maka beban phosphor
budidaya perikanan, beban maksimum adalah 608.087 kgP/tahun. Untuk kondisi
Agar sesuai dengan daya tampung danau, maka beban phosphor maksimum dari DTA dan curah hujan adalah 281.139 kgP/tahun dan dari DTA dan curah hujan serta 474.005 kgP/tahun (44%) dari kegiatan budidaya budidaya perikanan, beban maksimum adalah 608.087 kgP/tahun. Untuk perikanan. kondisi saat ini terdapat kelebihan beban phosphor sebesar 212.295 kgP/tahun (43%) Salah dari DTA curah hujan serta 474.005 kegiatan satudan upaya pengendalian kelebihankgP/tahun phosphor(44%) adalahdari mengurangi budidaya perikanan. dari sumbernya. Beban phosphor dari DTA harus dikurangi sebesar 43% dan dari saat ini terdapat kelebihan beban phosphor sebesar 212.295 kgP/tahun (43%) dari
Salahperikanan satu upaya pengendalian phosphor mengurangi budidaya sebesar 44%. Halkelebihan ini berarti produksiadalah ikan dari kegiatan dari sumbernya. Beban phosphor dari DTA harus dikurangi sebesar 43% budidaya harus dikurangi, sehingga produksi maksimum pertahunnya 30.763,89
dan dari budidaya perikanan sebesar 44%. Hal ini berarti produksi ikan dari kegiatan budidaya harus dikurangi, sehingga produksi maksimum pertahunnya masyarakat dan Jika industri adalah sama, maka masyarakatproduksi harus mengurangi 30.763,89 ton. diasumsikan proporsi pengurangan ikan dari produksinya hingga maksimum 13.403,89 sedangkan industri harus harus budidaya masyarakat dan industri adalahton/tahun sama, maka masyarakat mengurangiproduksi produksinya maksimum ton/tahun. 13.403,89 ton/tahun sedangkan mengurangi hinggahingga maksimum17.360 industri harus mengurangi produksi hingga maksimum17.360 ton/tahun.
ton. Jika diasumsikan proporsi pengurangan produksi ikan dari budidaya
kgP/thn
Grafik 4.5 DTBPA Danau Toba untuk T-P
4.3.3
1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0
Status Mutu Air Danau Toba
yang masuk ke Danau Toba telah menyebabkan 4.3.3 Bahan-bahan Status Mutupencemar Air Danau Toba
danau ini tercemar,pencemar dengan kategori cemarkesedang, dibandingkan dengan Bahan-bahan yang masuk Danaujika Toba telah menyebabkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penetapan danau ini tercemar, dengan kategori cemar sedang, jika dibandingkan dengan Baku Mutu Air Danau Toba. Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penetapan 48 Mutu Germadan Baku AirToba Danau Toba.
Dari Tabel 4.10 terlihat bahwa status mutu air Danau Toba pada tahun 2012, pada titikterlihat pantaubahwa adalahstatus cemar sedang, sedangkan pada tahun periode Dari semua Tabel 4.10 mutu air Danau Toba pada 2012, pada titik pantau cemar pada periode 2005-2010, duasemua titik pantau yakniadalah Tengah Tao sedang, Silalahisedangkan dan Lintong masih cemar 2005-2010, dua titik pantau yakni Tengah Tao Silalahi dan Lintong masih ringan. Hal ini menunjukkan peningkatan dan penyebaran bahan polutan semakin cemar ringan. Hal ini menunjukkan peningkatan dan penyebaran bahan besar dan merata di perairan polutan semakin besar danDanau merataToba. di perairan Danau Toba. Tabel 4.10 Status Mutu Air Danau Toba Tabel 4.10 Status Mutu Air Danau Toba No
Titik Sampling
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
TONGGING HARANGGAOL SALBE TIGARAS PARAPAT SIMANINDO AJIBATA TENGAH SILALAHI AMBARITA TOMOK ONAN RUNGU TENGAH TAO SILALAHI SIREGAR AEK NALAS/SIGAOL PORSEA BALIGE I BALIGE II LINTONG MUARA BAKARA PALIPI/MOGANG PANGURURAN SILALAHI PANAHATAN
Status Mutu 2005-2010 2012 Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Ringan Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Ringan Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang
Sumber : Indeks KualitasLingkungan Lingkungan Hidup Hidup Kawasan Toba (2012) Sumber : Indeks Kualitas KawasanDanau Danau Toba (2012)
Germadan Toba
49
Grafik 4.6 Perbandingan Skor Storet Periode 2005-2010 dan 2012
-26
Panahatan -20
-20
-18 -20 -22
-12
Balige-1
-12
Balige-2
-18
Onan Runggu Sigaol
-20 -18 -18 -18 -18
Tomok Tao Nainggolan
-22
-26
Mogang -18 -18 -18 -20
-20
-18 -18
Ambarita
-12
Muara
-16 -16
Simanindo
-16
Tigaras
-16
Silalahi Bakara
-18 -18
Pangururan -16
-26 -20 -20
Porsea
-18
Ajibata
-18
Parapat -16
-20
Haranggaol
-15
-25 2005-2010
-20
Tongging
-12
-20
2012
Salbe
-12
-18
-30
Lintong
-8
-10 -15
-10
Tao Silalahi -5
0
Skor Storet
Sumber: Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kawasan Danau Toba,2012 2012 Sumber: Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kawasan Danau Toba,
50
Germadan Toba
Jika ditinjau dari skor Storet, sebagaimana terlihat pada Grafik 4.6, skor pada tahun 2012 cenderung menurun dibandingkan periode sebelumnya. Artinya
Jika ditinjau dari skor Storet, sebagaimana terlihat pada Grafik 4.6, skor pada tahun 2012 cenderung menurun dibandingkan periode sebelumnya. Artinya meskipun status mutu pada titik pantau tersebut sama-sama cemar sedang, namum bobot tercemarnya lebih tinggi pada tahun 2012. Perubahan status mutu air ini serta penurunan skor Storetnya, harus menjadi perhatian para pihak yang berkepentingan. Jika pengendalian pencemaran tidak dilakukan dengan segera maka status mutu air ini akan terus bergerak ke arah cemar berat. 4.4 Ancaman Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati (kehati) pada kawasan Danau Toba telah mengalami ancaman, baik pada habitat daratan maupun habitat perairan. Terdapat berbagai faktor penyebab terancamnya kehati pada kawasan ini diantaranya; perusakan habitat karena kebakaran, konversi lahan, aplikasi pestisida, pembuangan limbah, penyempitan luasan habitat, introduksi spesies asing, maupun serangan hama dan penyakit serta bencana alam banjir, longsor atau gempa. Dengan dalih peningkatan ekonomi, berbagai pihak melakukan intrusi spesies asing ke perairan Danau Toba tanpa kajian yang memadai. Intrusi spesies asing telah mengganggu bahkan hampir memunahkan spesies asli. Pada saat ini terjadi blooming spesies endemik; ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) di Danau Toba, dan pada saat yang sama nelayan kesulitan menangkap ikan pora-pora (Puntius binotatus) salah satu spesies endemik danau ini. Bentuk ikan bilih yang mirip dengan ikan pora-pora membuat banyak pihak mengganggap ikan bilih sama dengan pora-pora, namun kedua spesies ini sesungguhnya berbeda. Ikan bilih merupakan spesies endemik Danau Singkarak, sedangkan pora-pora merupakan spesies endemik Danau Toba. Intrusi spesies asing telah mengganggu keberadaan spesies endemik, oleh karena itu sangat diperlukan kebijakan yang ketat dan tepat dalam pelestarian keanekaragaman hayati Kawasan Danau Toba.
Germadan Toba
51
(a) (a)
(b)(b)
Gambar 4.7 Ikan Pora-pora Bilih(b) (b) Gambar 4.7 Ikan Pora-pora(a) (a)dan dan Ikan Ikan Bilih 4.5 Kemiskinan
4.5 Kemiskinan
Sebagai danau tektonik vulkanik, maka kawasan Danau Toba pada Sebagai danau tektonik vulkanik, maka kawasan Danau Toba pada umumnya didominasi oleh perbukitan dan pegunungan dengan topografi agak umumnya didominasi oleh perbukitan dan pegunungan dengan topografi agak curam sampai terjal mencapai 52 % (LTEMP, 2006). curam sampai terjal mencapai 52 % (LTEMP, 2006).
Pada sebagian wilayah, khususnya yang berdekatan dengan pantai banyak sebagian wilayah,Jenis khususnya yang DTA berdekatan dengan pantai ditemuiPada lahan berbatu-batu. tanah pada juga didominasi olehbanyak tanah ditemui lahan berbatu-batu. Jeniserosi, tanah meliputi pada DTA juga didominasi tanah yang peka sampai sangat peka 96% dari luas DTAoleh (LTEMP, 2006).peka Faktor topografi, danmeliputi erosi menjadikan wilayah kurang yang sampai sangat bebatuan peka erosi, 96% dari luas DTAini (LTEMP, produktif sebagai lahan bebatuan pertanian, sumber kehidupan mayoritas 2006). Faktor topografi, danpadahal erosi menjadikan wilayah ini kurang masyarakat daerah ini adalah pertanian. Hal inilah yang menyebabkan sebagian produktif sebagai lahan pertanian, padahal sumber kehidupan mayoritas besar masyarakat kawasan Danau Toba hidup dalam kemiskinan. Kemiskinan masyarakat daerah ini adalah pertanian. Hal inilah yang menyebabkan sebagian sering menjadi penghalang pembangunan berwawasan lingkungan, karena besar masyarakat kawasan Danau Toba hidup dalam kemiskinan. masyarakat dan pemangku kebijakan lebih mengedepankan aspekKemiskinan ekonomi. sering menjadi penghalang pembangunan berwawasan lingkungan, karena masyarakat dan pemangku kebijakan lebih mengedepankan aspek ekonomi.
52
Germadan Toba
BAB V KEBIJAKAN PENGELOLAAN EKOSISTEM DANAU TOBA Berbagai kebijakan sudah digariskan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi maupun pemerintah kabupaten untuk pengelolaan kawasan Danau Toba. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain adalah Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 1990 tentang Penataan Kawasan Danau Toba, Peraturan Daerah Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003 tentang Rencana Umum Tata Ruang Sumatera Utara, Lake Toba Ecosystem Management Plan (LTEMP - 2004), Peraturan Gubernur tentang Zonasi Perikanan, Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penetapan Baku Mutu Air Danau Toba dan Rencana Pembangungan Jangka Panjang dan Jangka Menengah (RPJP dan RPJM) kabupaten sekawasan Danau Toba. Namun implementasi kebijakan-kebijakan tersebut hingga saat ini belum mampu menjaga kelestarian kawasan Danau Toba. 5.1 Kebijakan Pemerintah Pusat Pemerintah menyadari bahwa Danau Toba telah mengalami degradasi lingkungan, oleh sebab itu pemerintah menetapkan Kawasan Danau Toba sebagai kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup (PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Tata Ruang Wilayah Nasional). Sehubungan dengan hal tersebut pemerintah menetapkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan sekitarnya. Dalam Peraturan Presiden tersebut, disebutkan bahwa tujuan penataan ruang kawasan Danau Toba adalah mewujudkan kawasan Danau Toba sebagai air kehidupan (Aek Natio) masyarakat, ekosistem, dan kawasan kampung masyarakat adat Batak dan pengembangan kawasan pariwisata berskala dunia yang terintegrasi dengan pengendalian kasawan budi daya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta adaptif terhadap bencana alam. Germadan Toba
53
Lingkup pengaturan Perpres 81/2014 tersebut meliputi: (a) peran dan fungsi Rencana Tata Ruang serta cakupan Kawasan Danau Toba (KDT), (b) tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang KDT, (c) rencana struktur ruang KDT, (d) rencana pola ruang KDT, (e) arahan pemanfaatan ruang KDT, (f) arahan pengendalian ruang KDT, (g) pengelolaan KDT dan (h) peran masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang KDT. Rencana Tata Ruang KDT berperan sebagai alat operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan sebagai alat koordinasi pelaksanaan pembangunan di KDT untuk meningkatkan kualitas lingkungan, sosial budaya dan kesejahteraan masyarakat dengan fungsi sebagai pedoman untuk: a. penyusunan rencana pembangunan di KDT; b. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten di KDT; c. perwujudan keterpaduan, keserasian, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah kabupaten, serta keserasian antar sektor di KDT; d. penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di KDT e. pengelolaan KDT; dan f. perwujudan keterpaduan rencana pengembangan KDT dengan kawasan sekitarnya Kebijakan penataan ruang KDT ini meliputi: (a) pemertahanan kestabilan kuantitas dan pengendalian kualitas air danau, (b) pelestarian ekosistem penting perairan danau dan sekitarnya, (c) pelestarian kawasan kampung dan budaya masyarakat adat Batak, (d) pengembangan dan pengendalian pemanfaatan kawasan pariwisata berkelas (high-end) dan kawasan pariwisata massal yang berdaya tarik internasional, nasional, dan regional yang adaptif terhadap bencana alam, (e) pengendalian kawasan budidaya perikanan danau, (f) pemertahanan kawasan pertanian tanaman pangan untuk ketahanan pangan, (g) pengendalian kawasan budidaya peternakan, holtikultura, dan perkebunan berbasis masyarakat dan ramah lingkungan, dan (h) perwujudan kerjasama pengelolaan dan pemeliharaan kualitas lingkungan hidup, pemasaran produksi kawasan budidaya dan peningkatan pelayanan prasarana dan sarana antar wilayah. Secara umum Perpres RTR Kawasan Danau Toba dan sekitarnya, sangat baik mengedepankan kelestarian lingkungan dalam pengembangan aktifitas 54
Germadan Toba
ekonomi dan sosial budaya di Kawasan Danau Toba. Hanya saja karena Perpres ini lahir setelah RTRW provinsi dan kabupaten di Kawasan Danau Toba selesai disusun, maka adaptasi pola ruang dan struktur ruang pada Perpres ini kedalam RTRW provinsi dan kabupaten menjadi tidak dapat dilakukan dengan segera. Namun demikian untuk mempercepat implementasi RTR Kawasan Danau Toba dan sekitarnya, hendaknya para pemerintah daerah segera mengadopsi program-program perwujudan struktur dan pola ruang yang digariskan dalam Perpres ini kedalam program-program pembangunan di Kawasan Danau Toba. Kebijakan Pemerintah Pusat lainnya adalah dokumen Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau yang menggariskan bahwa terdapat 8 (delapan) program terkait upaya Penyelamatan Ekosistem Danau di Indonesia, termasuk Danau Toba, yakni: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Penetapan Tata Ruang Kawasan Danau; Penyelamatan Ekosistem DAS dan DTA; Penyelamatan Ekosistem Lahan Sempadan; Penyelamatan Ekosistem Perairan Danau; Pemanfaatan Sumberdaya Air Danau; Pengembangan Sistem Monitoring, Evaluasi dan Informasi Ekosistem Danau; 7. Pengembangan Kapasitas, Kelembagaan dan Koordinasi; dan 8. Peningkatan Peran dan Partisipasi Masyarakat. Program – program tersebut adalah arah kebijakan program secara umum yang dapat dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga, baik di tingkat pusat dan daerah, dunia usaha serta masyarakat dalam mewujudkan upaya penyelamatan danau. Namun, dalam pelaksanaannya kebijakan ini sangat sulit untuk diterapkan, karena belum didukung oleh payung hukum yang mengikat seluruh Kementerian/Lembaga baik di tingkat pusat maupun daerah dalam mewujudkannya. Untuk itu, keberadaan peraturan perundangan tentang danau yang memperkuat pelaksanaan kebijakan ini menjadi satu prioritas utama yang harus segera diterbitkan agar operasionalisasi pelaksanaan kebijakan yang dituangkan dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau dapat mengenai sasaran. Germadan Toba
55
5.2 Kebijakan Pemerintah Provinsi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah melakukan berbagai upaya pengelolaan kawasan Danau Toba, baik melalui kegiatan praktis maupun melalui penyusunan peraturan dan atau pedoman pengelolaan, diantaranya Peraturan Daerah tentang Penataan Kawasan, rencana pengelolaan ekosistem kawasan, zonasi budidaya perikanan serta penetapan baku mutu air Danau Toba. 1.2.1
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 1990 tentang Penataan Kawasan Danau Toba
Peraturan Daerah (Perda) Tk. I Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 1990 mengatur tentang Penataan Kawasan Danau Toba. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 2 Perda ini, maka tujuan penataan Kawasan Danau Toba adalah untuk memelihara, mengendalikan dan meningkatkan mutu lingkungan hidup serta mengoptimasikan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan. Adapun sasaran penataannya adalah untuk (1) meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, udara, flora dan fauna, (2) meningkatkan fungsi budidaya kepariwisataan, perindustrian, pertanian tanaman pangan, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, perhubungan, pertambangan, pemukiman pedesaan dan pemukiman perkotaan serta (3) untuk meningkatkan disiplin penghuni. Dalam rangka melestarikan lingkungan, maka melalui Perda ini, setiap penduduk dan pemilik tanah di Kawasan Danau Toba diwajibkan melestarikan perairan dan pantai Danau Toba serta daerah hulu dan aliran sungai sekitarnya. Untuk mencapai hal ini maka setiap penduduk dilarang untuk melakukan perladangan berpindah, merambah dan membakar hutan, melepaskan ternak ke Danau Toba, membuang limbah padat, cair dan gas ke Danau Toba, menambang bahan galian golongan C (kecuali dengan ijin Gubernur), menangkap ikan dengan alat peledak, listrik dan zat kimia lainnya, memanfaatkan dan menguasai tanah timbul, mengganggu lokasi tempat pembiakan ikan, mencuci kendaraan bermotor di sungai dan Danau Toba (kecuali pada lokasi yang ditentukan), membiarkan ternak berkeliaran, 56
Germadan Toba
membiarkan eceng gondok, gulma dan endapan lumpur, serta menelantarkan tanah milik. Untuk menunjang pemeliharaan lingkungan dalam bidang transportasi danau, Perda ini mengharuskan semua kapal/perahu motor yang beroperasi di Danau Toba harus dilengkapi dengan tangki WC dan tempat sampah. Setiap pemilik, pengusaha kapal/perahu motor diwajibkan membuang sampah, limbah dari WC dan oli bekas/minyak ke tempat pembuangan di dermaga. Dalam hal penataan bangunan, melalui Perda ini Pemerintah melarang mendirikan bangunan di sepanjang pantai Danau Toba yang jaraknya 50 m dari tepi pantai danau ke arah darat dan antara tepi danau dengan jalan umum tepi danau. Dilarang mendirikan bangunan usaha industri yang menimbulkan pencemaran yang melebihi ambang batas baku mutu lingkungan, dan dilarang mendirikan bangunan di atas perairan danau kecuali atas izin Gubernur. Setiap bangunan yang didirikan di permukiman perkotaan pada wilayah Kawasan Danau Toba diharuskan mempunyai tempat penampungan sampah, air limbah, WC dengan septic tank dan peresapan. Dari pengaturan-pengaturan tersebut di atas, terdapat beberapa hal mendasar yang belum menjadi rumusan yakni: a. Perlindungan dan/atau penataan lingkungan perairan dan daratan.
Dalam ketentuan umum disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Kawasan Danau Toba adalah Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba dan perairan Danau Toba. Dengan kata lain penataan Kawasan Danau Toba mencakup penataan perairan dan daratan yang menjadi DTA Danau Toba. Jika diperhatikan isi keseluruhan Perda ini, maka penataannya hanya meliputi daratan yang menjadi DTA saja. Padahal salah satu sumber tekanan terhadap kawasan ini adalah pemanfaatan perairan danau sebagai daerah budidaya perikanan. Oleh karena itu kebijakan penataan selanjutnya harus dilakukan secara terintegrasi antara perairan dan daratan.
b. Tanggungjawab pengelolaan/pengolahan limbah cair.
Pada Perda ini disebutkan bahwa setiap penduduk dan pemilik tanah dilarang membuang limbah padat, cair dan gas ke Danau Toba, oleh Germadan Toba
57
karena itu setiap rumah penduduk dan fasilitas umum di pemukiman perkotaan diharuskan memiliki tempat penampungan sampah, air limbah, WC dengan septic tank dan peresapan. Dari ketentuan ini terlihat bahwa pengelolaan/pengolahan limbah cair hanya menjadi tanggungjawab penduduk.
Pada kota-kota maju, pengolahan limbah domestik umumnya dilakukan secara terpusat oleh pemerintah. Oleh sebab itu, pemerintah perlu dan patut mengambil tanggungjawab ini melalui penyediaan sarana dan prasarana pengolahan limbah.
c. Perlindungan Keanekaragaman Hayati
Salah satu sasaran penataan Kawasan Danau Toba yang digariskan dalam Perda ini adalah meningkatkan fungsi lindung terhadap flora dan fauna. Namun tidak disertai pengaturan lebih lanjut tentang bagaimana mencapai sasaran ini. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh kawasan ini adalah ancaman terhadap keanekaragaman hayati baik di darat maupun di perairan. Introduksi spesies asing ke dalam danau dapat mengancam keberadaan spesies asli, dan saat ini banyak ditemui spesies eksotik pada perairan Danau Toba seperti ikan Bilih (Puntius binotatus), Udang, ikan Bujuk (Channa luctus) dan pada saat yang sama populasi ikan endemik semakin langka seperti ikan mujair dan ihan batak. Oleh karena itu perlu kebijakan yang lebih jelas dan ketat tentang perlindungan keanekaragaman hayati ini.
5.2.2
Lake Toba Ecosystem Management Plan (LTEMP)
Seluruh pemangku amanah Ekosistem Kawasan Danau Toba, yakni para pimpinan eksekutif dan legislatif pada Ekosistem Kawasan Danau Toba serta Provinsi Sumatera Utara dan Otorita Asahan, pada tahun 2004 telah sepakat untuk melakukan pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba untuk mencapai tujuh sasaran manfaat yakni: 1. Air di Ekosistem Kawasan Danau Toba layak dipergunakan sebagai air minum; 2. Danau Toba memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk berinteraksi dengan Ekosistem Kawasan Danau Toba (rekreasi, dapat 58
Germadan Toba
3. 4. 5. 6. 7.
direnangi dengan aman); Lahan di Daerah Tangkapan Air Danau Toba mempunyai fungsi ekosistem yang optimal; Ikan dan hasil pertanian dari Ekosistem Kawasan Danau Toba layak dikonsumsi dan atau tidak terkontaminasi; Air Danau Toba dapat dipergunakan sebagai sumber tenaga listrik; Ekosistem flora dan fauna dalam keadaan sehat dan terpelihara keanekaragaman hayatinya; Udara di Ekosistem Kawasan Danau Toba dapat mendukung kehidupan ekosistem yang sehat.
Sasaran pengelolaan (manfaat) tersebut dapat dicapai melalui 6 (enam) dasar pencapaian yaitu: 1. Keberadaan data dan informasi yang cukup untuk dipergunakan dalam proses perencanaan, perumusan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan di Ekosistem Kawasan Danau Toba; 2. Perumusan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan di Ekosistem Kawasan Danau Toba didasarkan atas prinsip pengelolaan ekosistem yang telah disepakati bersama; 3. Masyarakat dan pranata masyarakat mampu mengambil peran proaktif dalam pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba; 4. Sedimen, udara, daratan dan perairan di Ekosistem Kawasan Danau Toba tidak menjadi sumber/jalur stresor terhadap keutuhan ekosistem; 5. Badan Koordinasi Pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba (BKPEKDT) yang berdaya guna; 6. Keberadan spesies eksotik di Ekosistem Kawasan Danau Toba dapat terpantau dengan baik dan terkendali. Untuk mencapai sasaran manfaat tersebut para pemangku amanah juga sepakat untuk menjadikan Lake Toba Ecosystem Management Plan (LTEMP) sebagai Pedoman Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba yang akan digunakan sebagai salah satu acuan bagi penyusunan program pembangunan di daerah masing-masing. Germadan Toba
59
Dokumen pengelolaan ini telah memuat berbagai rekomendasi strategis untuk mencapai sasaran manfaat dimaksud, bahkan rekomendasi strategis tersebut telah diuraikan lebih rinci dalam rekomendasi program untuk memudahkan para pemangku amanah mengimplementasikannya pada kebijakan, rencana dan program pembangunan pada daerah masing-masing. Rekomendasi strategis dan rekomendasi program tersebut sangat baik dan sangat tepat diimplementasikan untuk memulihkan dan melindungi integritas Ekosistem Kawasan Danau Toba, namun tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat seluruh pemangku amanah, sehingga sinergitas pengelolaan kawasan sulit dicapai. Selain hal tersebut, kelemahan lain dokumen perencanaan ini adalah tidak dijelaskannya tahapan-tahapan pencapaian idaman, tenggang waktu pencapaian, siapa melakukan apa serta sumber pembiayaan. Oleh sebab itu para pemangku amanah perlu menggariskan kebijakan berkekuatan hukum, mengatur lebih lanjut hal-hal tersebut diatas yang diterjemahkan dalam kebijakan masing-masing daerah. 5.2.3
Zonasi Perikanan di Danau Toba
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2005 telah menyusun Zonasi Budidaya Ikan pada KJA di Perairan Danau Toba. Penentuan zonasi budidaya ikan pada KJA (keramba jaring apung) tersebut didasarkan pada faktor-faktor berikut: 1. Ekosistem akuatik yang seimbang. Luas perairan yang diusahakan untuk budidaya KJA maksimal 1% dari luas total perairan; 2. Faktor pembatas pemanfaatan, yaitu peruntukan badan air dan tepi pantai danau untuk kegiatan pariwisata, dermaga dan jalur lalu lintas transportasi air, dan kondisi alam, sehingga pemanfaatan lebih kecil dari 1%; 3. Ketersediaan lahan. Berdasarkan perhitungan luas perairan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya ikan adalah seluas 743 ha; 4. Tata letak KJA, kondisi dasar perairan yang berbatu sangat mendukung penempatan KJA; 60
Germadan Toba
5. Kepadatan Unit/Kantong KJA per hektar sebesar 14 unit kantong (ukuran 3x3x3 m) untuk 1 ha dengan kepadatan tebar ikan 75 kg/m3; 6. Penempatan posisi atau letak KJA mempertimbangkan aspek lalu lintas pelayaran, jarak antara KJA dan peruntukan kegiatan wisata. Salah satu faktor penentu zonasi KJA yang disebutkan dalam pedoman tersebut adalah keseimbangan ekosistem akuatik. Untuk mencapai keseimbangan ini maka ditentukanlah luas zonasi KJA maksimal 1% dari luasan perairan. Namun faktor luasan bukanlah faktor mendasar dalam penentuan zonasi melainkan faktor daya tampung beban pencemaran perairan danau. Diantara enam faktor tersebut tidak ada satupun yang mempertimbangkan daya tampung beban pencemaran air danau sebagai penentu zonasi KJA. Mengingat danau ini adalah danau oligotrofik dan sudah mengalami eutrofikasi maka faktor daya tampung beban pencemaran airnya harus dijadikan dasar penentuan kebijakan pemanfaatan perairan dan DTA danau. 5.2.4 Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penetapan Baku Mutu Air Danau Toba Melalui Peraturan Gubernur (Pergub) Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2009 Pemerintah Sumatera Utara menetapkan Baku Mutu Air Danau Toba sebagai kelas I sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 dengan mutu air yang memenuhi persyaratan untuk air baku air minum. Melalui penetapan baku mutu ini dapat ditentukan status mutu air Danau Toba apakah masih memenuhi baku mutu atau sudah tercemar. Jika status mutu air sudah tercemar maka Pemerintah Provinsi melakukan upaya penanggulangan pencemaran dan pemulihan kualitas air. Satu-satunya instrumen pengendalian pencemaran yang diatur dalam Peraturan Gubernur ini adalah melalui perijinan yang harus dipenuhi oleh para penanggungjawab usaha dan atau kegiatan serta kewajiban yang melekat pada perijinan tersebut. Dengan kata lain, pengendalian pencemaran hanya diarahkan untuk sumber-sumber pencemar yang point source. Hingga saat ini diketahui bahwa salah satu sumber pencemar dominan perairan danau adalah limbah domestik, selain budidaya perikanan. Pemekaran Germadan Toba
61
wilayah pemerintahan, pertambahan penduduk dan perkembangan daerah perkotaan akan menambah beban pencemaran limbah domestik. Oleh karena itu kebijakan pengaturan pengendalian dan pengolahan pencemar non point source ini harus diprioritaskan dan menjadi tanggungjawab pemerintah, khususnya pada daerah-daerah perkotaan di kawasan Danau Toba. Pada sisi lain, pengendalian dan pengolahan bahan pencemar dari kegiatan budidaya perikanan pada keramba jaring apung sulit dilakukan karena bahan pencemar tersebut langsung bersentuhan dengan badan air Danau Toba. Oleh karena itu pengaturannya harus dilakukan tersendiri melalui pendekatan daya tampung beban pencemaran air. Pengaturan ini harus dicantumkan pada kebijakan yang akan datang. Dalam Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2009, terdapat lima pengaturan lanjutan yang harus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, untuk menunjang keefektifan implementasinya. Kelima hal tersebut adalah (1) pengaturan tentang pemantauan kualitas air, (2) penetapan daya tampung beban pencemaran air danau, (3) penetapan persyaratan aplikasi limbah untuk tanah, (4) persyaratan pembuangan limbah ke air atau sumber air dan (5) persyaratan baku mutu limbah. Pengaturan ini perlu segera dilakukan agar penurunan kualitas air Danau Toba dapat dicegah. 5.3 Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kebijakan pembangunan daerah oleh pemerintah daerah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJP disusun untuk jangka waktu dua puluh tahun, sedangkan RPJM disusun untuk jangka waktu lima tahun. Dengan demikian untuk mengetahui apakah pemerintah sudah mempertimbangkan faktor lingkungan sama penting dengan faktor ekonomi dan sosial dalam pembangunan antara lain dapat dilihat dari RPJM yang disusun oleh pemerintah daerah tersebut. 5.3.1
Kabupaten Samosir
Dalam rangka mewujudkan visi Kabupaten Samosir, “Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif 2015”, maka Pemerintah 62
Germadan Toba
Samosir menetapkan 14 (empat belas) prioritas pembangunan yang akan diimplementasikan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahunnya yaitu: reformasi birokrasi dan tata kelola, pendidikan, kesehatan, pariwisata dan budaya, ketahanan pangan, penanggulangan kemiskinan, pengembangan infrastruktur, pelestarian lingkungan, pembangunan perdesaan, pemberdayaan masyarakat, penanggulangan bencana, penanaman modal, pengembangan ekonomi kreatif dan pembinaan pemuda dan olah raga. Pada gambaran umum dan kondisi kabupaten disebutkan bahwa pada tahun 2008 tempat pembuangan air limbah/tinja di Kabupaten Samosir yang memakai septick tank sebesar 35,34%, ke kolam/sawah sebesar 0,63%, ke sungai/danau sebesar 57,55% dan lainnya sebesar 6,48%. Secara umum air limbah yang paling dominan adalah limbah rumah tangga, rumah sakit, hotel, restauran, perbengkelan, door smeer, industri rumah tangga dan pasar. Sedangkan isu-isu strategis yang berkembang dan permasalahan yang akan diatasi dalam kurun waktu 5 tahun ke depan dalam bidang lingkungan adalah pengelolaan persampahan untuk meningkatkan citra daerah pariwisata. Sebagaimana diketahui bahwa kualitas air Danau Toba cenderung semakin menurun dan disinyalir salah satu sumber dominan pencemar adalah limbah domestik. Dari gambaran umum diketahui bahwa lebih dari 50% penduduk Kabupaten Samosir membuang limbahnya secara langsung ke sungai/danau. Keadaan ini akan semakin menurunkan kualitas air. Penanganan penurunan kualitas air ini belum mendapat perhatian serius dari Pemerintah Samosir, sedangkan untuk kepentingan pariwisata pengendalian kualitas air ini sangat penting mengingat mayoritas penduduk kabupaten ini menggunakan air Danau Toba sebagai sumber air baku air minum/air minum. Dari RPJMD Kabupaten Samosir 2011-2015, diketahui, hanya ada satu hal yang menyinggung masalah lingkungan yaitu sistem pengelolaan persampahan, itu pun terletak pada sektor perekonomian bukan pada sektor pengelolaan lingkungan hidup. Beberapa program Pemerintah Samosir yang berpeluang menimbulkan dampak lingkungan yaitu program peningkatan produksi pertanian dan perkebunan, program peningkatan penerapan teknologi pertanian tepat Germadan Toba
63
guna, program peningkatan produksi hasil peternakan, program peningkatan ketahanan pangan dan program peningkatan produksi perikanan. Program-program yang memperjuangkan kelestarian lingkungan diantaranya, program pengembangan pertanian organik, program perlindungan dan konservasi sumber daya hutan, program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup dan program pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber daya air lainnya. Program-program tersebut dalam pelaksanaannya belum sepenuhnya dapat mengatasi permasalahan lingkungan yang dihadapi kabupaten ini. Program-program prioritas pada masing-masing sektor masih berpihak pada peningkatan perekonomian. 5.3.2 Kabupaten Toba Samosir Visi dan misi Kabupaten Toba Samosir : “Terwujudnya Kabupaten Toba Samosir yang memiliki rasa kasih, peduli dan bermartabat” Peduli maksudnya peduli terhadap segenap lapisan masyarakat miskin, karena kita menyadari sebagian masyarakat masih tergolong miskin dan juga peduli terhadap lingkungan hidup. Kabupaten Toba Samosir telah memasukkan pengarusutamaan pengelolaan lingkungan hidup pada misi ke-6 Kabupaten Toba Samosir yaitu : Mengoptimalkan serta memanfaatkan sumber daya alam. Dari misi ini tujuan arah pembangunan yaitu : 1. meningkatkan jangkauan layanan fungsi dan peranan sarana prasarana kebersihan, kesehatan, dan kenyamanan lingkungan hidup, dan sasaran arah pembangunan yaitu : a. Tersedianya tatanan regulasi tentang pengelolaan air limbah, dan persampahan; b. Tersusunnya tatanan perencanaan pengelolaan air limbah, dan persampahan; c. Terwujudnya pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) domestik; 64
Germadan Toba
d. Terwujudnya peningkatan fungsi dan peran sarana dan prasarana tempat pembuangan akhir (TPA) sampah; e. Terwujudnya peningkatan PAD dari sektor pengelolaan air limbah dan persampahan; dan f. Terwujudnya peningkatan keberadaan, fungsi dan peranan drainase di pusat-pusat pasar di seluruh kecamatan. 2. Meningkatkan potensi sumber daya alam hayati; 3. Meningkatkan kenyamanan dan keasrian lingkungan hidup; 4. Meningkatkan penataan pembangunan lingkungan hidup yang ramah lingkungan (sustainable development); 5. Meningkatkan penggalian potensi sumber daya alam non hayati (abiotik); 6. Meningkatkan penataan pembangunan energi dan sumber daya mineral yang ramah lingkungan (sustainable development); 7. Mewujudkan kepastian hukum terhadap kawasan hutan; 8. Meningkatkan fungsi lindung dan tata air dari kawasan hutan dan lahan; 9. Meningkatkan pengamanan kawasan hutan dan hasil hutan; 10. Meningkatkan fungsi dan peran kawasan hutan dan hasil hutan; dan 11. Mewujudkan kepastian hukum terhadap penataan ruang daerah Isu strategis di bidang lingkungan hidup pada RPJMD Kabupaten Toba Samosir : 1. 2. 3. 4.
Pencemaran dan kerusakan ekosistem Danau Toba; Permasalahan lingkungan sektor industri dan pertambangan; Konservasi potensi sumber daya hutan; dan Konversi lahan pertanian menjadi lahan perumahan/permukiman dan industri.
Analisis pengaruh kebijakan, rencana dan program yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan atau meningkatkan potensi permasalahan lingkungan yaitu : 1. Program perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar. Program ini berpotensi mengkonversi lahan dari kawasan lindung menjadi kawasan pusat perekonomian, menciptakan kawasan permukiman yang baru yang pada gilirannya akan menghasilkan limbah padat dan limbah cair; Germadan Toba
65
2. Program pengembangan wilayah transmigrasi. Program ini berpotensi mengkonversi lahan dari kawasan lindung menjadi kawasan permukiman, kawasan pertanian dan perkebunan; 3. Program Pengembangan budidaya perikanan. Program ini berpotensi menurunkan kualitas air Danau Toba; 4. Program pengembangan perumahan. Program ini berpotensi untuk menghasilkan limbah padat dan limbah cair dari kegiatan domestik; 5. Program peningkatan produksi dan populasi ternak. Program ini berpotensi menghasilkan limbah padat, meningkatkan emisi gas CH4 (metan) sebagai penyumbang gas rumah kaca; 6. Program destinasi daerah pariwisata. Program ini berpotensi pada kegiatan alih fungsi lahan pada sempadan danau. 7. Program pengembangan industri kecil dan menengah; Program ini berpotensi menghasilkan limbah cair, dan limbah padat dari kegiatan industri. Analisis kebijakan, rencana dan program yang berpeluang melestarikan lingkungan adalah : 1. Program pembangunan saluran drainase, gorong-gorong; 2. Program Turap/Talud/Bronjong; 3. Program pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber daya air lainnya; 4. Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah; 5. Program pengendalian banjir; 6. Program lingkungan sehat perumahan; 7. Program pengelolaan kinerja persampahan; 8. Progran pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup; dan 9. Program perlindungan dan konservasi sumber daya air. 5.3.3
Kabupaten Humbang Hasundutan
Salah satu isu strategis dalam pembangungan Kabupaten Humbang Hasundutan adalah masalah pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup sebagaimana tertuang dalam RPJMD 2011-2015. 66
Germadan Toba
Dalam isu strategis disebutkan bahwa pengelolaan sumber daya alam masih belum berkelanjutan dan relatif mengabaikan kelestarian fungsi lingkungan sehingga menurunkan daya dukung lingkungan. Apabila hal ini tidak diantisipasi maka krisis pangan, krisis air dan krisis energi akan mengancam. Pada sisi lain bertambahnya kebutuhan lahan pertanian menjadi ancaman bagi keberadaan hutan. Memburuknya kondisi hutan akibat deforestasi juga akan mengganggu keseimbangan hidrologi. Dalam RPJMD tersebut, kesadaran lingkungan yang baik diimplementasikan dengan mendukung kebijakan nasional untuk melakukan penanaman pohon di lereng-lereng kawasan Danau Toba, meningkatkan kesehatan lingkungan Danau Toba melalui pencegahan kontaminasi nosokomial, infeksi dari limbah sarana kesehatan dan limbah rumah tangga. Mengingat bahwa hanya satu kecamatan dari Kabupaten Humbang Hasundutan yang berbatasan langsung dengan Danau Toba dan pada kecamatan ini hanya terdapat satu buah puskesmas, maka pencegahan kontaminasi (infeksi) nosokomial dan infeksi dari limbah kesehatan sebagai cara meningkatkan kesehatan lingkungan Danau Toba bukanlah prioritas, meskipun upaya tersebut perlu dilakukan. Hal terpenting dilakukan adalah pengolahan limbah rumah tangga, penyelenggaraan pertanian dan perikanan ramah lingkungan serta perlindungan dan konservasi hutan serta membudayakan pertanian organik. RTRW Kabupaten Humbang Hasundutan Salah satu isu strategis dari RTRW Kabupaten Humbang Hasundutan adalah terjadinya deforestasi yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan dan kesuburan tanah. Pada tujuan penataan ruang telah dimasukkan unsur pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yaitu : terwujudnya masyarakat Humbang Hasundutan yang sejahtera melalui pemanfaatan ruang yang berbasis agro, budaya, serta pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, yang didukung dengan infrastruktur yang memadai dan sumber daya manusia yang handal. Germadan Toba
67
Dari kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten salah satu kebijakannya ialah pelestarian lingkungan hidup dan peningkatan ekosistem melalui : • • •
Identifikasi dan inventarisasi keberadaan lingkungan hidup dan ekosistem kawasan; Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan lingkungan hidup; dan Rehabilitasi dan revitalisasi ekosistem dan lingkungan hidup pengelolaan persampahan dan pengelolaan limbah di Kota Dolok Sanggul serta rencana sistem penyediaan air minum yang difokuskan ke Kota Dolok Sanggul.
Arahan pemanfaatan ruang pada RTRW Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu perwujudan pusat-pusat kegiatan lokal yang menjadi perhatian utama yaitu Kota Dolok Sanggul sebagai pusat kegiatan lokal sebagai prioritas utama, kemudian yang mendapat perhatian utama adalah perwujudan sistem sarana jaringan transportasi. 5.3.4
Kabupaten Simalungun
“Terwujudnya masyarakat dan daerah Kabupaten Simalungun yang makmur perekonomian, adil, nyaman, taqwa, aman, dan berbudaya (mantab)”. Visi ini akan dicapai melalui lima misi yaitu, peningkatan dan percepatan pembangunan infrastruktur, percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi secara berkelanjutan, peningkatan ketertiban dan keamanan dan menciptakan pemerintahan yang bersih dan profesional. Dari visi dan misi di atas terlihat bahwa Pemerintah Kabupaten Simalungun belum mengintegrasikan aspek lingkungan terhadap aspek ekonomi dan sosial, meskipun permasalahan lingkungan merupakan salah satu tantangan yang sudah diprediksi akan terjadi. Dalam RPJPD Kabupaten Simalungun tahun 2005-2025 kondisi lingkungan hidup Kabupaten Simalungun digambarkan sebagai berikut : 1) Semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka akan terjadi konversi lahan-lahan pertanian ke dalam bentuk areal pemukiman, kerusakan hutan akan semakin parah akibat perilaku yang tidak bertanggung jawab 68
Germadan Toba
dari pihak-pihak tertentu yang melakukan eksploitasi hutan secara besarbesaran; 2) Perambahan hutan akan semakin tinggi intensitasnya karena didukung oleh krisis energi dan tingginya harga jual minyak mentah di pasar, sehingga kondisi ini memaksa masyarakat untuk mendapatkan energi alternatif dari kayu hutan yang berada di sekitar lokasi pemukiman; 3) Penambangan bahan galian golongan C yang jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun, akan mengakibatkan habitat sungai menjadi rusak; 4) Krisis air bersih diperkirakan akan menjadi ancaman serius tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan air domestik tetapi juga untuk keperluan industri dan pertanian. Hal ini disebabkan karena daerah resapan air dan daerah tangkapan air semakin berkurang atau beralih fungsi; 5) Polusi udara akan semakin tinggi akibat komsumsi bahan bakar yang semakin banyak; dan 6) Polusi air akan semakin tinggi akibat pembuangan limbah ke sungai tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Dari enam kondisi lingkungan yang digambarkan, tidak ada yang menyangkut kualitas air Danau Toba. Padahal kabupaten ini sangat berkepentingan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kualitas air Danau Toba untuk menunjang kegiatan wisata di Parapat, Tigaras, Haranggaol dan daerah-daerah lainnya. Selain potensi wisata, wilayah kabupaten ini juga menjadi salah satu sumber pencemaran air danau, baik dari pemukiman di sekitar danau, lahan pertanian, budidaya perikanan maupun peternakan babi. Oleh karena itu, perlindungan lingkungan hidup harus menjadi salah satu kegiatan pembangunan yang mendesak untuk dilaksanakan. Isu strategis bidang lingkungan hidup yang diangkat oleh kabupaten ini adalah pengelolaan persampahan secara mandiri, pengembangan bio energy, pelaksanaan 3R (Recycle, Reuce, Reduce), pengelolaan ruang terbuka hijau, penurunan kualitas dan kuantitas air tanah, penambangan liar bahan galian golongan C tetapi tidak menyinggung masalah penurunan kualitas air danau. Dari berbagai program pembangungan yang disusun oleh pemerintah, Germadan Toba
69
terdapat beberapa program yang dapat menimbulkan dampak lingkugan atau berpotensi meningkatkan permasalahan lingkungan, yaitu; program pengembangan industri kecil dan menengah, program pengembangan budidaya perikanan, program peningkatan produksi peternakan, program pemanfaatan hasil hutan dan program peningkatan destinasi daerah pariwisata. Pelaksanaan program ini perlu diawasi untuk meminimalisasi dampak lingkungan hidup. Selain hal tersebut, Pemerintah Simalungun juga memiliki berbagai program yang memperjuangkan kepentingan lingkungan, diantaranya; program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan, program pengembangan teknologi pengelolaan persampahan, program pembangunan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber daya air lainnya, program pengendalian banjir, program pengembangan sarana air bersih, program perlindungan dan konservasi sumber daya alam, program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, program rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA, program peningkatan akses informasi SDA dan lingkungan hidup, program peningkatan pengendalian polusi, program pengendalian kebakaran hutan, serta program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Selain program-program tersebut, pemerintah juga perlu melakukan pengendalian pencemaran perairan, baik sungai maupun danau, pengendalian pencemaran dari sumber peternakan dan perikanan, rehabilitasi lahan kritis, mengendalikan kebakaran hutan dan lahan dan melindungai sempadan sungai dan danau serta menghindari reklamasi pantai. 5.3.5
Kabupaten Karo
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan, maka melalui Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karo Tahun 2010-2030, ditetapkan Tujuan Penataan Ruang, yaitu:“Terwujudnya Kabupaten Karo sebagai kawasan pertanian dan pariwisata berbasis agribisnis yang aman, nyaman, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan.” Isu strategis Kabupaten Karo yaitu : Kabupaten Karo merupakan wilayah yang berbasiskan pertanian dan sudah ditetapkan sebagai pusat Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan. Dengan demikian saat ini pengembangan pertanian dengan 70
Germadan Toba
konsep agropolitan serta pariwisata berbasis pertanian (agrowisata) sedang dikembangkan di Kabupaten Karo; Kabupaten Karo merupakan catchment area bagi kawasan perkotaan Mebidang dengan penekanan fungsi pada kawasan hutan lindung dan suaka alam. Dengan demikian keberadaan hutan harus diperhatikan dengan pengelolaan kawasan hutan dengan konsep social-forestry (melibatkan masyarakat) serta pemanfaatan kawasan hutan lindung dan suaka alam sebagai objek wisata, dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya. Penetapan kawasan hutan yang sampai saat ini belum terselesaikan dan belum terintegrasi dengan Provinsi menyebabkan kendala dalam beberapa aspek, khususnya pengembangan pariwisata. Sebagai wilayah yang berada di dataran tinggi dengan kemiringan yang cukup curam, menyebabkan wilayah ini merupakan kawasan bencana geologi (daerah waspada dan daerah bahaya), dengan demikian pencegahan dan penanggulangan bencana merupakan hal yang sangat penting di kabupaten ini. Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang pada RTRW Kabupaten Karo : 1. Peningkatan pusat-pusat pelayanan wilayah dan pusat-pusat kegiatan ekonomi secara merata sesuai dengan daya dukung dan potensinya; 2. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan transportasi ke seluruh wilayah dan wilayah di sekitar Kabupaten Karo; dan 3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi, sumber daya energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah kabupaten. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang Kabupaten Karo, meliputi: 1. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung; 2. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya. Kebijakan pola ruang telah mempertimbangkan kualitas lingkungan hidup, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Kawasan Danau Toba pada RTRW Kabupaten Karo diarahkan sebagai kawasan dengan fungsi daya dukung lingkungan hidup. Germadan Toba
71
5.3.6
Kabupaten Tapanuli Utara
Mewujudkan kemakmuran masyarakat berbasis pertanian adalah tujuan yang hendak dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, sebagaimana tertuang dalam RPJMD tahun 2010-2014. Dalam rangka perwujudan visi ini Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara juga menyadari pentingnya pelestarian lingkungan. Dalam analisa isu-isu strategis, disebutkan bahwa masalah utama lingkungan di kabupaten ini adalah kerusakan hutan yang umumnya disebabkan oleh perambahan dan pembakaran. Perambahan dilakukan untuk memperluas areal pertanian sedangkan kebakaran selain karena faktor kemarau juga disebabkan oleh kecerobohan masyarakat. Khusus kawasan Danau Toba, permasalahan lingkungan yang diidentifikasi oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara adalah ketiadaan tata ruang, khususnya daerah pantai sehingga pemukiman tidak tertata dengan baik serta adanya akumulasi limbah. Sedangkan sasaran yang hendak dicapai oleh pemerintah dalam kurun waktu 2010 – 2014 dalam bidang lingkungan hidup adalah memulihkan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang rusak, mencegah kerusakan yang lebih parah, serta mendorong keterlibatan masyarakat luas untuk menjaga kelestarian lingkungan, peningkatan keindahan kota dan penerapan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup. Sasaran ini akan dicapai melalui program pengembangan hutan dan hasil hutan serta pengelolaan dan pemanfaatan hutan. Mencermati RPJMD Kabupaten Tapanuli Utara ini terdapat beberapa hal yang perlu disoroti, khususnya dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup, yakni: 1. Isu utama lingkungan hidup yang diidentifikasi adalah masalah kerusakan hutan, sedangkan program yang dicanangkan adalah pengembangan hutan dan pengelolaan hutan. Untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, perlindungan dan pengamanan hutan perlu dikedepankan; 2. Akumulasi limbah adalah masalah lingkungan yang juga disoroti, terutama di kawasan Danau Toba, namun tidak disertai dengan upaya 72
Germadan Toba
penanggulangan. Memang wilayah Danau Toba yang termasuk ke kabupaten ini hanya mencakup satu kecamatan yakni Kecamatan Muara, namun demikian limbah yang dihasilkan terutama limbah domestik perlu mendapat penangangan; dan 3. Peningkatan pertanian yang menjadi fokus utama pembangunan kabupaten ini perlu dilakukan dengan menyeimbangkan kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan. 5.3.7
Kabupaten Dairi
Terdapat tiga kecamatan pada Kabupaten Dairi yang berada di DTA Danau Toba yaitu Kecamatan Silahi Sabungan (berbatasan langsung dengan Danau Toba), Sumbul, dan Parbuluan. Tujuan penataan ruang di Kabupaten Dairi, adalah”Mewujudkan Wilayah Kabupaten Dairi Yang Aman, Nyaman, Produktif, Berwawasan Lingkungan dan Berorientasi Agribisnis”.
Kebijakan struktur ruang, yaitu :
1. Peningkatan pelayanan pusat-pusat kegiatan yang merata, berhierarki dan sinergis; dan 2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana dan sarana wilayah yang terpadu dan merata di seluruh wilayah.
Kebijakan pola ruang, yaitu :
1. Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung; 2. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya; dan 3. Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis. Kebijakan yang ada pada pola ruang telah mempertimbangkan keseimbangan ekosistem, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, alih fungsi lahan, dan pemanfaatan sumber daya alam. Kawasan strategis pada RTRW Kabupaten Dairi telah diarahkan pada Kawasan Danau Toba yang diperuntukkan sebagai fungsi daya dukung lingkungan hidup, sosial dan budaya, dan pertumbuhan ekonomi. Kawasan Germadan Toba
73
Danau Toba selain sebagai kawasan strategis nasional, juga merupakan kawasan strategis kabupaten. Fungsi daya dukung lingkungan hidup diarahkan untuk kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup. Fungsi sosial dan budaya diarahkan untuk kawasan konservasi warisan budaya. Fungsi pertumbuhan ekonomi diarahkan untuk : 1. Kawasan Pengembangan Pariwisata; dan 2. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu.
74
Germadan Toba
BAB VI GERAKAN PENYELAMATAN DANAU TOBA Berdasarkan isu pokok yang terdapat pada kawasan Danau Toba, baik ditinjau dari sudut lingkungan hidup maupun kebijakan pengelolaan, maka disusun rekomendasi penyelamatan Danau Toba yang disusun dalam bentuk matrik sebagaimana disajikan pada Tabel 6.1. Matrik disusun berdasarkan isu pokok, permasalahan yang mungkin timbul/sudah terjadi sebagai akibat isu pokok tersebut serta rekomendasi penanggulangan/pencegahan permasalahan. Rekomendasi ini tentu bersifat iteratif dan progresif, selalu perlu dikaji ulang dan dikembangkan dengan tujuan utama memperlakukan aspek lingkungan sama penting dengan aspek ekonomi dan sosial. Mengingat bahwa kawasan ini telah ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional dari segi lingkungan hidup, maka perlindungan lingkungan hidup menjadi salah satu isu penting yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan selalu mengikutsertakan perlindungan lingkungan dalam setiap aspek pembangunan, maka daya dukung kawasan terhadap kehidupan di dalam dan sekitar danau dapat terpelihara secara berkelanjutan.
Germadan Toba
75
76
Germadan Toba
Tabel 6.1 Matrik Analisis Lingkungan Kawasan Danau Toba dan Rekomendasi Isu Pokok 1. Kerentanan alamiah kawasan Danau Toba terhadap resiko lingkungan
Kondisi - Topografi didominasi oleh perbukitan dan pegunungan (43% DTA agak curam s/d sangat curam - Jenis tanah dominan peka sampai dengan sangat peka terhadap erosi,mencapai 97% dariDTA
- Iklim: sangat kering pada musim kemarau
2. Penurunan Kualitas Air Danau
- Danau Toba tercemar sedang (Kls I PP 82/2001) Sumber Pencemar al.: limbah domestik, pertanian/pemanfaatan lahan, peternakan, perikanan dan transportasi danau
Permasalahan - - - - - - -
Potensi resapan air hujan rendah Aliran permukaan cukup tinggi Erosi tinggi Potensi longsor tinggi Sungai-sungai bersifat intermitten Sedimentasi tinggi Rawan kebakaran
- Peningkatan bahan-bahan pencemar - Dapat menurunkan produktifitas primer - Membahayakan kehidupan biota air dan manusia - Eutrofikasi
Rekomendasi Program/Kegiatan - - - - - - -
Perlindungan kawasan hutan Penanggulangan lahan kritis Perlindungan daerah dengan topografi agak curam hingga terjal Perlindungan sempadan sungai, danau dan daerah air surut Penerapan pertanian ramah lingkungan Pengendalian konversi lahan agar tidak melebihi daya dukung lingkungan Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap resiko/dampak kebakaran hutan/ lahan - Penanaman pohon yang kurang peka terhadap kebakaran terutama pada lahan yang berbatasan dengan pemukiman dan perladangan - Penyediaan pemadam kebakaran berbasis udara Pengelolaan limbah domestik - Pembangunan IPAL domestik pada kota-kota utama di kawasan Danau Toba serta menyusun regulasi/perda pendukungnya - Pemeliharaan dan pembangunan buffer zone khususnya pada sempadan danau dan sungai - Fasilitasi sarana air bersih ke rumah-rumah penduduk - Pengoptimalan IPAL Ajibata - Penertiban dan pengawasan izin pembuangan air limbah - Penyediaan sarana dan prasarana pengeloaan sampah Penanggulangan limbah pertanian/pemanfaatan lahan - Pemeliharaan dan pembangunan buffer zone khususnya pada sempadan danau dan sungai - Penerapan pertanian ramah lingkungan - Fasilitasi dan pengawasan penggunaan pupuk dan pestisida - Pengendalian konversi lahan agar tidak melebihi daya dukung lingkungan Penanggulangan limbah peternakan - Pemeliharaan dan pembangunan buffer zone khususnya pada sempadan danau dan sungai - Pengelolaan limbah peternakan - Pengembangan peternakan ramah lingkungan Penanggulangan limbah perikanan - Pembatasan budidaya perikanan berdasarkan daya dukung dan daya tampung perairan danau - Pengembangan perikanan ramah lingkungan Penanggulangan limbah transportasi danau - Penertiban sarana transportasi yang membuang limbah ke danau
Germadan Toba
77
Isu Pokok
Kondisi
Permasalahan
Rekomendasi Program/Kegiatan Program Pendukung - Pemantauan kualitas air secara berkala dan berkesinambungan - Evaluasi dan/atau penetapan baku mutu air - Penentuan status trofik - Penentuan dan penetapan daya tampung beban pencemaran air danau - Penanganan eceng gondok
3. Kerusakan DTA Danau Toba
4. Ancaman Keanekaragaman hayati
- Laju erosi dan sedimentasi meningkat - Kebakaran hutan dan lahan masih sering terjadi
- Banyak spesies eksotik diintroduksi ke kawasan Danau Toba tanpa didahului penelitian - Menurunnya populasi spesies endemik
- - - -
- - - -
Peningkatan laju erosi Peningkatan volume sedimen Peningkatan lahan kritis Mengganggu keseimbangan hidrologis
Ancaman kepunahan spesies endemik Kerusakan habitat Fragmentasi habitat Introduksi spesies eksotik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Konservasi tanah DAS/DTA secara vegetatif dan sipil teknis Melarang pertambangan bahan galian golongan C Pengendalian konversi lahan agar tidak melebihi daya dukung lingkungan Menciptakan alternatif mata pencaharian lain selain pertanian Mencegah reklamasi pantai Menerapkan sistim agroforestry Pendeliniasian dan penetapan kawasan rawan bencana longsor dan erosi agar terhindar dari berbagai jenis kegiatan budidaya Merehabilitasi kawasan rawan longsor dan erosi Pencegahan kebakaran hutan dan lahan melalui peningkatan kesadaran masyarakat Mengembangkan pembudidayaan rumput makanan ternak Perlindungan dan konservasi keanekaragaman hayati Inventarisasi tipe-tipe habitat daratan dan perairan kawasan Danau Toba Inventarisasi keanekaragaman hayati dan kelimpahan flora/ fauna pada setiap habitat Pemetaan spesies endemik Perlindungan spesies serta habitatnya Mengawasi secara ketat introduksi spesies eksotik Mencegah penangkapan ikan dengan menggunakan racun Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keanekaragaman hayati Pembangunan reservat/rumah ikan endemik
5. Kebijakan/Tata Kelola Kawasan DTA Danau Toba a. Pemerintah Pusat (Perpres 81/2014 tentang RTR Kawasan Danau Toba dan sekitarnya) b. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 1. Perda Tk. I SU No. I/1990
78
Germadan Toba
- RTR Kawasan Danau Toba dan sekitarnya ditetapkan setelah pemerintah daerah menyusun RTRW sehingga adopsi RTR Kawasan Danau Toba dan sekitarnya terhadap RTRW daerah menjadi lambat
- Ketidaksesuaian RTRW daerah terhadap RTR Kawasan - Sosialisasi RTR Kawasan Danau Toba dan sekitarnya kepada SKPD pemerintah provinsi Danau Toba dan sekitarnya dapat menimbulkan konflik di dan kabupaten di Kawasan Danau Toba daerah - Internalisasi program-program perwujudan struktur ruang dan perwujudan pola ruang kedalam program pemerintah provinsi dan kabupaten di Kawasan Danau Toba
- Pengaturan penataan peraian danau tidak tercakup dalam - Tujuan pembuatan Perda tidak tercapai, permasalahan perda ini lingkungan tetap terjadi - Tanggungjawab pengelolaan/pengolahan limbah cair hanya dibebankan pada penduduk - Pengaturan tentang fungsi lindung terhadap flora dan fauna tidak dicantumkan - Pelanggaran tidak ditindaklanjuti dengan penegakan hukum
- Pengaturan penataan pemanfaatan perairan juga harus diatur - Pemerintah harus mengambil peran penting dalam pengelolaan limbah cair baik domestik maupun industri - Fungsi lindung terhadap flora dan fauna harus diatur lebih lanjut
Isu Pokok
Kondisi
Permasalahan
Rekomendasi Program/Kegiatan
2. LTEMP
- LTEMP tidak mempunyai kekuatan hukum yang mewajibkan seluruh pemangku amanah untuk melaksanakan amanah yang terkandung di dalamnya - Tidak ditegaskan waktu pencapaian target, serta siapa melakukan apa,
- LTEMP gagal diinternalisasikan oleh para pemangku kebijakan ke dalam program masing-masing - Maksud dan tujuan LTEMP belum/ gagal tercapai
- Para pemangku amanah perlu menggariskan kebijakan bersama yang berkekuatan hukum yang diterjemahkan dalam kebijakan masing-masing daerah - Perlu ditegaskan tahapan serta jangka waktu pencapaian sasaran serta tanggungjawab masing-masing sektor serta sumber pembiayaan
3. Zonasi Perikanan di Danau Toba
- Faktor utama penentu kapasitas budidaya perikanan di Danau Toba, yakni daya tampung beban pencemaran air danau, tidak dipertimbangkan dalam pengaturan ini - Pengendalian pencemaran hanya ditujukan untuk sumbersumber pencemar yang point source - Belum terdapat pengaturan pengendalian pencemaran dari KJA - Terdapat lima pengaturan lanjutan yang harus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, untuk menunjang keefektifan implementasi Pergub ini yaitu (1) pengaturan tentang pemantauan kualitas air, (2) penetapan daya tampung beban pencemaran air danau, (3) penetapan persyaratan aplikasi limbah untuk tanah, (4) persyaratan pembuangan limbah ke air atau sumber air dan (5) persyaratan baku mutu limbah
- Potensi peningkatan beban pencemaran dari budidaya perikanan sangat besar - Terdapat potensi penurunan aktivitas pariwisata - Eutrofikasi
- Dalam menentukan kapasitas budidaya perikanan di Danau Toba, maka daya tampung beban pencemaran air danau harus menjadi pertimbangan utama
- Sumber pencemar dominan tidak tertangani - Peningkatan beban pencemar sulit dikendalikan - Eutrofikasi
- Pemerintah harus menanggungjawabi pengendalian dan pengolahan pencemar non point source sebagai salah satu sumber pencemar dominan perairan Danau Toba - Pengendalian pencemaran dari KJA harus dicantumkan dan didasarkan pada daya tampung beban pencemaran air danau - Pengaturan ini perlu segera dilakukan agar penurunan kualitas air Danau Toba dapat dicegah
4. Pergub Sumut I/2009 tentang Penetapan BM Air Danau Toba
c. Kebijakan Pemerintah Kabupaten 1. Kab. Samosir - Aspek lingkungan hidup belum dimasukkan sebagai isu strategis - Penanganan penurunan kualitas air belum menjadi prioritas pemerintah 2. Kab. Toba Samosir Terdapat beberapa program pembangunan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan namun belum disertai dengan mitigasinya, 3. Kab. Humbahas
Program peningkatan produksi pertanian, terfokus pada kegiatan perluasan lahan, pemakaian pupuk kimia dan pestisida dan penanaman bibit unggul
4. Kab. Simalungun
- Belum mencantumkan masalah lingkungan dalam visi dan misinya meskipun permasalahan lingkungan yang digambarkan membutuhkan penanganan segera dan berkelanjutan - Penurunan kualitas air Danau Toba belum dimasukkan sebagai permasalahan lingkungan - Isu strategis bidang lingkungan hidup yang diangkat oleh Pemerintah Simalungun kurang bersesuaian dengan kondisi lingkungan yang dikemukakan
Potensi kerusakan dan pencemaran lingkungan cukup tinggi - Perlu memasukkan isu lingkungan sebagai salah satu isu strategis - Perlu membuat kebijakan pengelolaan kualitas air
Potensi kerusakan dan pencemaran lingkungan cukup tinggi Program-program tersebut perlu disertai dengan program mitigasi dampak yang ditimbulkan, misalnya program pengembangan kota perlu disertai dengan program pembangunan IPAL domestik, pengelolaan persampahan dan penyediaan ruang terbuka hijau. Potensi kerusakan dan pencemaran lingkungan cukup - Untuk peningkatan kesehatan lingkungan Danau Toba, hal yang lebih diutamakan tinggi sebaiknya pengelolaan limbah domestik dan rehabilitasi lahan-lahan kritis - Untuk peningkatan produksi pertanian program penggunaan pupuk organik perlu dilakukan. Perluasan lahan pertanian perlu dibatasi jangan sampai merambah daerah-daerah dengan kemiringan agak curam hingga terjal Potensi kerusakan dan pencemaran lingkungan cukup - Pelestarian lingkunan seharusnya menjadi salah satu komponen dalam visi dan misi tinggi - Penurunan kualitas air Danau Toba merupakan permasalahan lingkungan yang harus ditanggulangi oleh seluruh pemerintah daerah pada kawasan Danau Toba - Sebaiknya isu stategis yang diangkat bersumber dari kondisi lingkungan yang terjadi/dikemukakan sehingga upaya pengelolaan lingkungan dapat dilakukan lebih efektif - Program-program tersebut perlu disempurnakan dengan mengintegrasikan mitigasi dampak yang ditimbulkan
Germadan Toba
79
Isu Pokok
Kondisi
Permasalahan
- Beberapa program pembangunan yang dicanangkan berpotensi menimbulkan dampak lingkungan namun belum disertai dengan mitigasi dampaknya
Rekomendasi Program/Kegiatan - Pemerintah juga perlu memprogramkan pengendalian pencemaran perairan, baik sungai maupun danau, pengendalian pencemaran dari sumber peternakan dan perikanan, rehabilitasi lahan kritis, mengendalikan kebakaran hutan dan lahan dan melindungai sempadan sungai dan danau serta menghindari reklamasi pa ntai - Untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, perlindungan dan pengamanan hutan perlu dikedepankan - Upaya pengelolaan limbah, terutama limbah domestik perlu diprogramkan
5. Kab. Tapanuli Utara
- Isu utama lingkungan hidup yang diidentifikasi adalah masalah kerusakan hutan, sedangkan program yang dicanangkan adalah pengembangan hutan dan pengelolaan hutan - Akumulasi limbah adalah masalah lingkungan yang juga disoroti, terutama di kawasan Danau Toba, namun tidak disertai dengan upaya penanggulangan
Potensi kerusakan dan pencemaran lingkungan cukup tinggi
6. Kab. Dairi*
- Limbah domestik yang berasal dari pemukiman di pinggiran Danau Toba pada wilayah Kab. Dairi, yakni di Kecamatan Silalahi Sabungan masuk ke danau tanpa pengolahan - Alih fungsi kawasan hutan pada bagian hulu DTA Lau Renun, dapat mengancam keberlanjutan PLTA Lau Renun yang berada di pinggiran Danau Toba
Potensi kerusakan dan pencemaran lingkungan cukup tinggi
- Pendidikan masyarakat tentang pengelolaan limbah domestik perlu dilakukan, demikian juga dengan pembangunan instalasi pengolahan limbah domestik - Pengawasan kawasan hutan lindung perlu ditingkatkan yang dibarengi dengan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya perlindungan hutan
7. Kab. Karo*
- Limbah domestik yang berasal dari pemukiman di pinggiran Danau Toba pada wilayah Kab. Karo yakni Desa Tongging masuk ke danau tanpa pengolahan - Pertumbuhan bangunan di sempadan danau
Potensi kerusakan dan pencemaran lingkungan cukup tinggi
- Pendidikan masyarakat tentang pengelolaan limbah domestik perlu dilakukan, demikian juga dengan pembangunan instalasi pengolahan limbah domestik - Pencegahan dini pembangunan pada sempadan danau harus segera dilakukan, untuk menghindari kesulitan penertiban pada masa yang akan datang
*) Pada saat penyusunan materi ini, RPJMD belum diperoleh, dengan demikian permasalahan dan rekomendasi terutama didasarkan pada pengamatan lapangan
Rekomendasi-rekomendasi tersebut dapat digolongkan ke dalam lima program penyelamatan Danau Toba, yaitu (1) perlindungan DTA, sempadan danau dan sungai, serta penanggulangan lahan kritis (2) pengendalian pencemaran air, (3) perlindungan keanekaragaman hayati (4) penataan kebijakan, dan (5) peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Namun karena salah satu tekanan terhadap kawasan Danau Toba adalah kegiatan pertanian, perikanan dan peternakan yang merupakan mata pencaharian dominan masyarakat kawasan Danau Toba, maka perlu dicari alternatif mata pencaharian lain untuk meminimalkan tekanan tersebut, yaitu (6) pengembangan pariwisata. Oleh karena itu bidang lainnya yang perlu dilakukan untuk penyelamatan Danau Toba adalah pengembangan pariwisata. Masing-masing bidang penyelamatan tersebut diaktualisasikan melalui sejumlah kegiatan yang berdasarkan efektifitas serta kegentingannya dikelompokkan atas kegiatan super prioritas dan kegiatan prioritas. Program-program ini akan dilaksanakan sebagai Gerakan Penyelamatan Danau Toba yang rincian selanjutnya adalah sebagaimana dicantumkan pada Tabel 6.2.
80
Germadan Toba
Tabel 6.2. Kegiatan Super Prioritas dan Kegiatan Prioritas Gerakan Penyelamatan Danau Toba (2015-2019) No. 1.
Program
Kegiatan
Perlindungan DTA dan 1. Reforestry penanggulangan lahaan kritis 2. Penanaman dan pemeliharaan sabuk hijau (buffer) pada sempadan danau dan sungai 3. Penanggulangan lahan kritis
Sasaran
Indikator Output
Baseline
Menambah luas hutan hingga 51 % dari DTA sesuai dengan TGHK 2009 Melindungi sempadan danau dan sungai serta mengendalikan erosi dan sedimentasi Memulihkan 110.441 ha lahan kritis
2
3
4
5
Penanggung Jawab
Pendukung
38,4 % luasan hutan di DTA Luas hutan 12,6 Danau Toba bertambah % dari DTA
5%
10%
10%
10%
3,4%
25 % sempadan danau dan sungai, memiliki sabuk hijau
5%
5%
5%
5%
5%
10%
10%
10%
10%
10%
Dishut (Provsu dan Kab), KLH, BLH Provsu & Kab BPDAS, Kemenhut serta pihak lain pemanfaat EKDT
10%
10%
10%
10%
Dinas Pertananian, Dinas Kementan, KLH Peternakan, BLH (Provsu dan Kab)
1
-
-
-
Penetapan BM & Sosialisasi Sosialisasi & implementassi
Implementasi
-
50 % luas lahan kritis dapat Luas lahan kritis direhabilitasi 110.441 ha (2012)
Kegiatan Prioritas 10%
1. Pengembangan pertanian Terkendalinya erosi dan dan peternakan ramah pencemaran dari pertanian lingkungan dan peternakan
50% penurunan erosi dari pertanian
-
2. Penyediaan sarana pemadam kebakaran berbasis udara
1 Unit helikopter
0
Pengendalian Pencemaran 1. Evaluasi dan Penetapan Air Baku Mutu dan Status Trofik Danau Toba
1
Kegiatan Super Prioritas
2.
Target Capaian (Tahun ke)
Mencegah perluasan kebakaran hutan dan lahan
-
Dishut (Provsu dan Kab) Kemenhut , BKSDA
KLH, BLH Provsu & Kab, serta pihak lain pemanfaat EKDT Dishut (Provsu dan Kab), KLH, BLH Provsu & Kab BPDAS, Kemenhut serta pihak lain pemanfaat EKDT
BNPB,BPBD Sumatera Utara
Kemenristek
Implementasi
BLH Provsu , KLH, LIPI Biro Hukum Provsu
Dinas Kelautan & Perikanan, Menteri Kelautan dan Perikanan
Implementasi
Implementasi
BLH Provsu, KLH, Biro Hukum Provsu
LIPI
1 IPAL
2 IPAL
2 IPAL
Dinas Tarukim, Dinas Bina Marga (Provsu dan Kab)
Menteri PU, BLH Provsu
10%
14%
20%
Dinas Kelautan dan Perikanan, BLH (Provsu & Kab)
KLH, Kementerian Kelautan dan Perikanan
Kegiatan Super Prioritas Ditetapkannya Baku Mutu (BM) dan Status Trofik Danau
SK Gubernur tentang BM dan Status Trofik Danau
Pergub Sumatera Evaluasi Utara No. 1 Tahun BM 2009
Rancangan BM & Status Trofik 2. Penentuan dan Penetapan Ditetapkannya Daya Tampung SK Gubernur tentang Kajian DTBPA Penentu- PenetaDaya Tampung Beban Beban Pencemaran Air Penetapan Daya Tampung Danau Toba an DTBPA pan Pencemaran Air (DTBPA) Beban Pencemaran Air Danau DTBPA Danau Toba Toba Danau Toba 3. Pembangunan sarana & Mengurangi beban limbah 7 IPAL Domestik terbangun 1 IPAL Domestik di 1 IPAL 1 IPAL prasarana IPAL domestik domestik dalam 5 tahun Ajibata dan di kota-kota utama optimakawasan Danau Toba dan lisasi IPAL optimalisasi IPAL Ajibata Ajibata 4. Penertiban budidaya Produksi budidaya perikanan Penurunan 44% beban 1082 ton T-P/ SosialiSosialiperikanan sesuai dengan DTBPA Danau pencemaran dari budidaya tahun sasi sasi Toba perikanan
Germadan Toba
81
1. Pemantauan kualitas air secara berkala dan berkesinambungan
Tersedianya data kualitas air
2. Penyediaan sarana dan Tersedianya data kualitas air prasarana pemantauan secara kontinyu kualitas air secara real time 3.
Perlindungan Keanekaraga1. Konservasi Reservat Ikan man Hayati
2. Pembentukan UPT Perlindungan Flora dan Fauna (Keanekaragaman hayati)
Penataan Kebijakan
Kegiatan Prioritas 2 /21 /±10 4/21/ 4/21/ lengkap lengkap
0
10%
4/21/ lengkap
4/21/ lengkap
4/21/ lengkap
BLH (Provsu & Kab)
KLH, LIPI
20%
20%
30%
20%
Menristek, LIPI, BLH Provsu
KLH
2 kab
Kegiatan Super Prioritas Terlindunginya reservat ikan
7 kabupaten yang reservat Ikannya terlidungi
-
1 kab
1 kab
1 kab
2 kab
Lestarinya flora fauna endemik di kawasan Danau Toba
Terbentuknya UPT Perlindungan Flora dan Fauna (Keanekaragaman hayati)
0
Persiapan
Pembentukan
Operasional
Operasioanal
10.000
10.000
10.000
1. Penebaran (Restocking) spesies Memulihkan keberadaan endemik di kawasan Danau dan kelimpahan spesies Toba endemik yang terancam punah 4.
Frekuensi pemantauan pertahun/jumlah titik pantau/jumlah parameter (PP 82/2001) 100% sarana dan prasarana pemantauan kualitas air secara real time tersedia secara lengkap
50.000 benih ihan batak, pora-pora ditaburkan di Danau Toba dalam 5 tahun
Kegiatan Prioritas Tidak terdata 10.000
Dinas Kelautan dan Perikanan, BKSDA,BPDAS, BLH (Provsu dan Kab) Operasi- Dinas Pertanian, Dinas onal Kelautan dan Perikanan, BLH (Provsu dan Kab), BKSDA
Kementerian Kelautan dan Perikanan, KLH
10.000
Dinas Kelautan dan Perikanan BLH (Provsu & Kab)
Menteri Kelautan dan Perikanan, BLH
Kementan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kemenhut, KLH
Kegiatan Super Prioritas 1. Sosialisasi dan internasilasi Perpres No. 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya 2. Penertiban pemanfaatan ruang di kawasan Danau Toba
RTRW kabupaten di Kawasan Danau Toba dan sekitarnya sesuai dengan Perpres No. 81/2014 Pemanfaatan ruang sesuai dengan Perpres 81/2014
100% RTRW Kabupaten di RTRW Provsu Kawasan Danau Toba sesuai dan RTRW kab di dengan Perpres 81/2014 kawasan Danau Toba
Sosialisasi
7 kab yang ditertibkan pemanfaatan ruangnya
3. Penetapan Zonasi Pemanfaatan Tertatanya pemanfaatan Penetapan zonasi Perairan Danau ruang perairan pemanfaatan perairan danau
RTRW Provsu dan RTRW kab di kawasan Danau Toba -
25%
50%
75%
100%
Dinas Tarukim, Bapeda, BKPRD, BLH (Provsu dan Kab)
Menteri PU, KLH dan Bapenas
SosialiPenertisasi 7 kab ban 1 kab
Penertiban 2 kab
Penertiban 2 kab
Penertiban 2 kab
Dinas Tarukim, Bapeda, BKPRD, BLH (Provsu dan Kab
Menteri PU, Bappenas
Kajian Perumupendahu- san luan
Penetapan
Implementasi
Implementa-si
Dinas Tarukim, Bappeda, Menteri PU, KLH dan BLH, Dinas Perikanan Bapenas dan Kelautan (Provsu & Kab)
25%
25%
Kegiatan Prioritas 1. Penataan kebijakan pada tingkat pedesaan
82
Germadan Toba
Desa-desa di DTA Danau Toba memiliki peraturan tentang konservasi lingkungan
100% desa pada pinggiran pantai Danau Toba memiliki peraturan tentang konservasi
-
15%
20%
15%
BLH, Pemberdayaan KLH Masyarakat dan Pemerintah Desa (Provsu & Kab)
No.
Program
5.
Peningkatan Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan
Sasaran
Pengembangan Pariwisata
Baseline
Target Capaian (Tahun ke) 1
2
3
4
2x penyuluhan/kab
2x penyuluhan/kab
2x penyuluhan/kab
20%
20%
20%
5
Penanggung Jawab
Pendukung
Kegiatan Super Prioritas 1. Penyuluhan dan pembinaan
Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan lingkungan
2 kali penyuluhan per kab/tahun
2. Pembentukan kelompokkelompok masyarakat pencinta lingkungan
Terbentuk kelompokkelompok penyelamatan lingkungan
1 kelompok terbentuk/ kab/ tahun
1. Pengkajian kearifan lokal dalam pelestarian lingkungan
Teridentifikasinya dan tersosialisasi-kannya kearifan lokal
7 kabupaten yang kearifan lokalnya teridentifikasi dan tersosialisasi Terbentuknya 2 kelompok masyarakat per tahun yang menekuni ekonomi kreatif berbasis pariwisata
2. Pengembangan ekonomi Meningkatkan ekonomi kreatif berbasis pariwisata masyarakat dan mengurangi tekanan terhadap lingkungan
6.
Indikator Output
0
2x penyuluhan/kab
2x BLH, Badan KLH penyulu- Pemberdayaan han/kab Masyarakat & Pemerintah Desa (Provsu dan Kab) 0 1 kel/kab 1 kel/kab 1 kel/kab 1 kel/kab 1 kel/kab BLH, Badan KLH Pemberdayaan Masyarakat & Pemerintah Desa (Provsu dan Kab) Kegiatan Prioritas 1 1 1 2 2 Perguruan Tinggi, BLH, Biro Bina Kemasyarakatan dan Sosial, (Provsu dan Kab) 2 kel/kab 2 kel/kab 2 kel/kab 2 kel/kab 2 kel/kab Badan Pemberdayaan Menteri Pariwisata dan Masyarakat dan Ekonomi Kreatif, serta Pemerintah Desa, pihak lain pemanfaat Dinas Kebudayaan EKDT dan Pariwisata, Dinas Kesejahteraan Sosial (Provsu dan Kab)
Kegiatan Super Prioritas 1. Peningkatan dan pembangunan jalan lingkar luar Danau Toba
Terkoneksinya desinasidestinasi pariwisata melalui jalan darat
100% jalan lingkar dalam (tepian danau) terkoneksi dan ditingkatkan
2. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung objek-objek wisata
Tersedianya fasilitas umum pada objek-objek wisata
2 objek wisata dengan fasilitas umum yang lengkap/kab/tahun
1. Pengembangan budaya sadar wisata
Terbentuknya kelompok masyarakat sadar wisata
2. Promosi wisata Danau Toba Semakin dikenalnya potensi pariwisata Danau Toba
Panjang jalan 20% ± 419 km, sebagaian besar sudah terbangun
Kegiatan Prioritas 1 kelompok sadar wisata pada masing-masing kab/ tahun 4 kegiatan promosi/kab/ tahun
0
2 objek wisata / kab
2 objek wisata / kab
2 objek wisata / kab
2 objek wisata / kab
0
1 kelompok/kab
1 kelompok/kab
1 kelompok/kab
1 kelompok/kab
20%
Dinas PU, Tarukim, Dinas Menteri PU Jalan dan Jembatan (Provsu dan Kab)
2 objek Dinas PU, Tarukim, Dinas Menteri PU, Menteri wisata / Pariwisata (Provsu dan Pariwisata dan Ekonomi kab Kab) Kreatif, serta pihak lain pemanfaat EKDT 1 kelompok/kab
Dinas Pariwisata, Dinas Sosial (Provsu dan Kab)
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
4 4 4 4 4 Dinas Pariwisata (Provsu Menteri Pariwisata dan kegiatan/ kegiatan/ kegiatan/ kegiatan/ kegiatan/ dan Kab) Ekonomi Kreatif kab kab kab kab kab
Germadan Toba
83
84
Germadan Toba
DAFTAR PUSTAKA BKPEKDT, (2004), “Lake Toba Ecosystem Management Plan”. BPS, (2012), “Kabupaten Dalam Angka 2011”. _______ , ( ) “Kajian Akademis Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba”. Asep Sukma, ( ),“Implementasi Rehabilitasi Lahan dan Hutan dalam Pelestarian Danau Toba”. ________, (2001), “PengkajianTeknis PSDA dan PLHDT” LP ITB. BLHSU, (2011), “Kajian Lingkungan Hidup Strategis Danau Toba”. BLHSU, (2012), “Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kawasan Danau Toba”. Pohan Panjaitan, (2009), “Kajian Potensi Pencemaran Keramba Jaring Apung PT. Aquafarm Nusantara di Ekosistem PerairanDanau Toba”, VISI (2009) 17 (3), 290 – 300. Draft Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Danau Toba. Lukman & I. Ridwansyah, (2010), “Kajian Kondisi Morfometri dan Beberapa Parameter Stratifikasi Perairan Danau Toba” Jurnal Limnotek Vol 17 (2) hal 158-170. KLH, (2012), “Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia”. BLHSU, (2012), “Kajian Daya Tampung Beban Pencemaran Danau Toba”. ________, (1990) Perda Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 1 Tahun 1990 tentang Penataan Kawasan Danau Toba. ________, (2009), “Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penetapan Baku Mutu Air Danau Toba”. RPJMD Kabupaten Samosir 2011-2015. RPJMD Kabupaten Humbang Hasundutan 2011-2015. RPJMD Kabupaten Simalungun 2010-2015. RPJMD Kabupaten Toba Samosir 2011-2015. Germadan Toba
85
RPJMD Kabupaten Tapanuli Utara 2010-2015. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan sekitarnya
86
Germadan Toba