KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP
Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Danau Singkarak
2014
Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Singkarak
© Kementerian Lingkungan Hidup, 2014 Bagian atau seluruh isi buku ini dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya disertai ucapan terimakasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Cara mengutip : Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2014. Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Singkarak. Pengarah : Arief Yuwono Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, KLH Penanggung Jawab : Hermono Sigit Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat, KLH Tim Penyusun : Hafrijal Syandri, Nasaruddin, Harmin Manurung, Titi Novitha Harahap, Inge Retnowati, Siti Rachmiati, Wahyu Cahyadi Rustadi, Azrita. Didukung oleh : Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Kelautan Perikanan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bappeda Provinsi Sumatera Barat, Bapedalda Provinsi Sumatera Barat, Bappeda dan BLH Kabupaten Solok, Bappeda dan BLH Kabupaten Tanah Datar serta Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar dan Badan Pengelola Kawasan Danau Singkarak (BPKDS).
Diterbitkan oleh : Kementerian Lingkungan Hidup. Cetakan I : Tahun 2013 Cetakan II : Tahun 2014
SAMBUTAN DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN IKLIM
Danau Singkarak merupakan salah satu dari 15 Danau Prioritas Nasional yang disepakati pada Kesepakatan Bali tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan pada Konferensi Nasional Danau Indonesia I pada tahun 2009. Kesepakatan Bali yang ditandatangani oleh 9 Menteri yakni Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Pertanian, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Menteri Riset dan Teknologi telah melahirkan komitmen untuk mempertahankan, melestarikan dan memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungannya. Untuk mempercepat implementasi Kesepakatan Bali Tahun 2009, maka pada Konferensi Nasional Danau Indonesia II di Semarang, KLH telah meluncurkan Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) dan mengangkat Penyelamatan Danau Rawapening sebagai model. Diharapkan Model Penyelamatan Danau Rawapening yang telah disusun dalam dokumen Germadan Rawapening dapat direplikasikan kepada 14 danau prioritas lainnya. Sebagai wujud replikasi model penyelamatan Danau Rawapening, maka saat ini dokumen Germadan Danau Singkarak telah tersusun. Dokumen Germadan Singkarak ini lahir berdasarkan arahan dan kebijakan yang telah digariskan dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia serta hasil kajian, penelitian serta data dan informasi terbaru mengenai Danau Singkarak dari berbagai sumber terkait. Germadan Singkarak ini berisi Rencana Aksi Penyelamatan Danau Singkarak yang menjelaskan program super prioritas dan prioritas penyelamatan Danau Singkarak yang akan dilaksanakan secara bertahap oleh Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah serta oleh Dunia Usaha dan Masyarakat sesuai tugas fungsi dan kewenangannya. Danau Singkarak yang terletak di provinsi Sumatera Barat adalah danau terbesar kedua di pulau Sumatera setelah Danau Toba. Danau Singkarak adalah danau vulkanis yang memiliki potensi sumberdaya alam dan budaya yang cukup besar. Salah satu potensi wisata yang paling menonjol adalah kegiatan tour de Singkarak dan keberadaan biota endemik ikan bilih (Mystacoleucus padangendis). Namun beberapa tahun terakhir ini kondisi lingkungan Danau Singkarak menghadapi tantangan yang cukup besar, seperti penurunan kualitas air dan peningkatan tingkat kesuburan danau akibat tingginya potensi buangan limbah dari berbagai kegiatan masyarakat di kawasan danau. Selain itu masih luasnya lahan kritis di Daerah Tangkapan Air Danau serta pemanfaatan sempadan danau yang menyalahi ketentuan peraturan perundangan juga menjadi ancaman bagi keberlangsungan pelestarian danau.
i
Akhir kata saya mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih kepada Tim Penyusun khususnya dan para narasumber baik yang berasal dari pemerintah pusat, daerah, dunia usaha maupun masyarakat pada umumnya, sehingga dokumen Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak ini dapat tersusun. Diharapkan dokumen Germadan ini dapat menjadi bahan arahan dan acuan bersama bagi para pihak untuk secara sinergis dan terpadu merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan penyelamatan Danau Singkarak.
Jakarta,
September 2013
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim
Ir. Arief Yuwono, MA
ii
KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PROVINSI SUMATERA BARAT
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Singkarak ini disusun sebagai salah satu upaya untuk menyelamatkan ekosistem Danau Singkarak dari kerusakan yang terjadi pada saat sekarang maupun dimasa yang akan datang dengan Visi “Melestarikan fungsi ekosistem Danau Singkarak untuk kepentingan generasi sekarang dan waktu akan datang yang berbudaya, taat hukum dan berkeadilan pada tahun 2020”. Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak merupakan salah satu wujud komitmen pemerintah dalam pengelolaan ekosistem danau secara berkelanjutan yang dicetuskan pada Kesepakatan Bali tahun 2009. Komitmen pemerintah tersebut ditandatangani oleh sembilan menteri terkait, yaitu Menteri Negara Lingkungan Hidup, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), dan Menteri Negara Riset dan Teknologi. Selanjutnya, pada tahun 2011, komitmen tersebut kian diperkuat dengan dibentuknya Panitia Kerja Lingkungan Hidup Kawasan Danau dengan Fokus pada 15 Danau Prioritas oleh Komisi VII DPR-RI, yang salah satu fokus 15 danau prioritas tersebut adalah Danau Singkarak. Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak dilakukan dalam rangka mewujudkan pengelolaan ekosistem Danau Singkarak secara seimbang antara kepentingan pemanfaatan dan kelestariannya oleh berbagai pemangku kepentingan. Di dalam buku ini akan diuraikan, antara lain, maksud, tujuan, dan sasaran penyusunan Germadan Singkarak, kondisi ekosistem danau saat ini, serta permasalahan dan kondisi ideal yang diinginkan berdasarkan analisis SWOT. Selain itu, dibahas pula pokok-pokok pikiran program super prioritas dan prioritas penyelamatan ekosistem Danau Singkarak untuk jangka waktu lima tahun ke depan. Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi para pemangku kepentingan, baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat, dalam merencanakan, melaksanakan rencana aksi, dan/atau mengevaluasi pelaksanaan penyelamatan ekosistem Danau Singkarak. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak ini. Harapannya, semoga buku ini dapat bermanfaat dalam menentukan arah penyelamatan ekosistem Danau Singkarak.
Padang, September 2013 Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Provinsi Sumatera Barat
Drs. Asrizal Asnan, MM
iii
DAFTAR ISI Sambutan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Bab 1. PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1.2 Landasan Hukum .................................................................................................. 1.3 Ruang Lingkup dan Kerangka Pikir ....................................................................... 1.4 Tujuan dan Manfaat Program Penyelamatan Danau Singkarak ........................... 1.4.1 Tujuan ........................................................................................................... 1.4.2 Manfaat .........................................................................................................
i iii iv vii viii
Bab 2. GAMBARAN UMUM DANAU SINGKARAK ...................................................................... 2.1 Profil Ekosistem Danau Singkarak ........................................................................ 2.1.1. Letak Geografis ........................................................................................... 2.1.2. Iklim ............................................................................................................. 2.1.3. Hidrologi ...................................................................................................... 2.1.4. Topografi dan Tata Guna Lahan ................................................................. 2.1.5. Fungsi dan Manfaat Danau Singkarak ........................................................ 2.2 Karakteristik Danau Singkarak .............................................................................. 2.2.1. Hidromorfometri Danau ............................................................................... 2.2.2. Sumberdaya Perikanan Danu Singkarak .................................................... 2.2.3 Flora Fauna yang Hidup di Danau Singkarak ............................................. 2.2.4 Tanaman air ................................................................................................. 2.3 Sumber-sumber Pencemaran air Danau Singkarak .............................................. 2.3.1. Limbah Pertanian ........................................................................................ 2.3.2. Limbah Penduduk ........................................................................................ 2.3.3. Limbah Detergen ......................................................................................... 2.3.4. Limbah Keramba Jaring Apung (KJA).......................................................... 2.4 Status Mutu Air dan Status Trofik Danau Singkarak ............................................. 2.5 Sumber Daya Manusia Nelayan Danau Singkarak ............................................... 2.6 Potensi Wisata Danau Singkarak........................................................................... 2.6.1. Pemandangan Alam Perbukitan .................................................................. 2.6.2. Tanjung Mutiara ........................................................................................... 2.6.3 Pemandangan Keindahan Daerah Penangkapan Ikan Bilih dengan Alahan ........................................................................................................ 2.6.4 Olahraga Paralayang di Payorapuih ........................................................... 2.6.5 Kereta Wisata ............................................................................................. 2.6.6 Festival Singkarak dan Danau Kembar ...................................................... 2.6.7 Tour de Singkarak ...................................................................................... 2.7 Elemen-Elemen Lembaga yang Bertanggung Jawab untuk Penyelamatan Danau Singkarak …....................................................................………………..… iv
Bab 3. GERAKAN PENYELAMATAN DANAU SINGKARAK ...................................................... 3.1 Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Ancaman dan Peluang Kawasan Danau Singkarak ............................................................................................................... 3.1.1 Kekuatan (Strength).................................................................................. a. Kealamian Ekosistem Danau Singkarak .................................................. b. Letak Yang Strategis ................................................................................ c. Potensi Sumberdaya Danau yang Besar ................................................. d. Potensi Sumberdaya Air Untuk PLTA Singkarak ..................................... e. Keunikan Wilayah Dengan Adanya Ikan Bilih .......................................... f. Adanya Hutan Rakyat ............................................................................... g. Dukungan Masyarakat .............................................................................. 3.1.2. Kelemahan (Weakness) ............................................................................ a. Belum Memiliki Visi dan Misi ..................................................................... b. Sarana dan Prasarana Umum Tidak Memadai ......................................... c. Topografi Dasar Danau yang Curam ........................................................ d. Topografi Tepian Daratan Danau yang Sempit ......................................... e. Banyaknya Bangunan Yang Tidak Tertata Dengan Baik di Sepanjang Sempadan Danau ..................................................................................... f. Belum Ada Zonasi dan Kesepakatan Antar Pemangku Kepentingan Dalam Mengelola Danau Singkarak .......................................................... g. Belum Ada Peraturan Bersama 13 Nagari (Desa) tentang Pengelolaan Ikan Bilih ............................................................................................................ 3.1.3 Peluang (Opportunity) .............................................................................. a. Danau Singkarak Berpeluang Besar Menjadi Objek Wisata melalui Promosi Tour de Singkarak ..................................................................... a. Danau Terletak di antara Dua Kabupaten ............................................... b. Kerjasama Instansi Terkait ...................................................................... c. Adanya Pihak Swasta Yang Ingin Menanamkan Modal .......................... d. Terbuka Peluang Produk Ikan Bilih Dijual ke Provinsi Tetangga dan Negara Jiran ............................................................................................ e. Diversifikasi Hasil Perkebunan ……………………………….…………..... 3.1.4. Ancaman (Threat) ..................................................................................... a. Adanya Bencana Alam ............................................................................. b. Ikan Bilih Terancam Punah karena Penangkapan yang Tidak Ramah Lingkungan ........................................................................................................ c. Surutnya Air Danau Karena Aktifitas PLTA Singkarak …………............... d. Potensi Buangan Limbah ......................................................................... e. Daerah Tangkapan Air Semakin Kritis ..................................................... 3.2 Analisis SWOT dan Strategi Program ................................................................... 3.3 Program Super Prioritas (Pokok)............................................................................ 3.3.1. Koordinasi Antar Pemangku Kepentingan dalam Mengatasi Permasalahan dan Ancaman yang terdapat di Danau Singkarak ………... 3.3.2. Melengkapi Sarana dan Prasarana untuk Pelayanan Wisatawan ………… v
3.3.3. Membuat Peraturan Daerah tentang Pembangunan Pemukiman di Sempadan Danau ....................................................................................... 3.3.4. Penghijauan DTA dan Sempadan Danau yang sesuai dengan Kondisi Biofisik Lahan ............................................................................................. 3.3.5. Peningkatan Pengawasan Penangkapan Biota danau, Validasi Alat Tangkap Ikan, Rumah Tangga Petani Ikan serta Pemacuan Stok Ikan Lokal Ekonomis melalui Restocking............................................................ 3.3.6. Pelatihan dan Percontohan Pengelolaan Sampah ..................................... 3.4 Program Prioritas (Penunjang) .............................................................................. 3.4.1. Menarik Investor untuk Pengembangan Wisata Danau Singkarak dengan tetap Memperhatikan Kelestarian Sumberdayanya .................................... 3.4.2. Membuat Aturan Pelarangan Budidaya Ikan dengan Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau ................................................................................ 3.4.3. Mengendalikan Penyebaran Eceng Gondok .............................................. Bab 4. PENUTUP ........................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 3.1 Tabel 3.2
Sub DAS di DTA Danau Singkarak ........................................................................... Wilayah Kecamatan pada Setiap Kabupaten/Kota di DTA Danau Singkarak ........... Jenis Penutupan dan Penggunaan Lahan di DTA Singkarak................................... Morfometri dan Batimetri Danau Singkarak ............................................................. Rata-rata P-Total, Total N, Klorofil-a dan Kecerahan pada Inlet, Tengah Danau dan Outlet Danau Singkarak ..................................................................................... Elemen Lembaga yang harus terlibat dalam Pengelolaan Danau Singkarak............ Elemen Peran Pemerintah dalam Pengembangan Pengelolaan Danau Singkarak................................................................................................................... Elemen Kebutuhan dalam Pengelolaan Danau Singkarak........................................ Elemen Kendala dalam Pengembangan Pengelolaan Danau Singkarak................................................................................................................... Matrik SWOT Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman................................... Alternatif Program dan Kegiatan Penyelamatan Danau Singkarak…………….........
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 3.1 Gambar 3.2
Pendekatan Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak ........................................... Peta Padu Serasi Rencana Pola Ruang Selingkar Danau Singkarak …………........ Peta Batimetri Danau Singkarak .............................................................................. Persentase Limbah yang Masuk ke Badan Air Danau............................................. Peta Kesesuaian Wisata Danau Singkarak .............................................................. Rata-rata Outflow Air melalui Intake PLTA Singkarak .............................................. Perkembangan Jumlah KJA (petak) Danau Singkarak ............................................
viii
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesepakatan Bali 2009 menetapkan 15 danau prioritas yang akan ditangani bersama secara terpadu, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan pada periode 2010-2014. Penetapan danau prioritas berlandaskan pada kerusakan danau, pemanfaatan danau, komitmen Pemda dan masyarakat dalam pengelolaan danau, fungsi strategis untuk kepentingan nasional, keanekaragaman hayati, dan tingkat resiko bencana. 15 danau tersebut adalah Danau Toba, Maninjau, Singkarak, Kerinci, Tondano, Limboto, Poso, Tempe, Matano, Mahakam, Sentarum, Sentani, Batur, Rawa Danau, dan Rawapening. Provinsi Sumatera Barat dengan luas areal 42.297,3 km2 memiliki kondisi alam yang berupa dataran tinggi yang bergunung-gunung. Dari luas areal yang dimiliki hanya 15% yang dapat digunakan untuk pertanian. Provinsi ini memiliki lima danau besar yaitu Danau Maninjau (9.950 ha), Danau Singkarak (10.908,2 ha), Danau Diatas (3.500 ha), Danau Dibawah (1.400 ha) dan Danau Talang (500 ha) (Suryono et al, 2008). Danau Diatas dan Danau Dibawah atau sering disebut dengan danau kembar merupakan danau tektonik. Berdasarkan pemetaan dengan GPS Danau Diatas berada pada ketinggian 1.531 m di atas permukaan laut dan Danau Dibawah 1.462 m di atas permukaan laut. Kedua danau ini merupakan salah satu kawasan yang sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara maupun domistik. Kawasan danau kembar terletak 60 km dari Kota Solok, beriklim sejuk pegunungan sehingga banyak dimanfaatkan untuk peristirahatan, dengan kondisi alam seperti ini maka dikawatirkan akan terjadi perkembangan yang pesat dalam sektor pariwisata sehingga kalau hal ini tidak dikendalikan akan menimbulkan persoalan baru terhadap danau. Danau Diatas kedalamannya sekitar 44 meter, merupakan danau air tawar dangkal yang lebar di Indonesia. Danau ini memiliki outlet utama yaitu sungai Gumanti, kondisinya relatif bagus akan tetapi sumber pencemar dari non-point source seperti pertanian dan domistik perlu diwaspadai. Danau Dibawah memiliki kedalaman maksimum 309 meter. Air danau ini mengalir melalui outlet utama yaitu sungai Lembong dan airnya bergabung dengan Sungai Sumani yang masuk ke Danau Singkarak. Danau Singkarak merupakan danau terbesar kedua di pulau Sumatera setelah Danau Toba dan menjadi danau terbesar di Provinsi Sumatera Barat, terletak di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok, memiliki luas 11.200 ha dengan kedalaman rata-rata 178.68 m, merupakan danau vulkanis yang berasal dari bekas letusan gunung berapi yang terjadi pada masa Kwarter. Sumber air Danau Singkarak berasal dari beberapa sungai, terutama dari Sungai Sumpur yang masuk dari sebelah utara, Sungai Paninggahan sebelah barat, dan Sungai Sumani dari sebelah selatan dengan luas daerah tangkapan air 129.000 hektar (Syandri, 1996). Outlet Danau Singkarak secara alami keluar mengalir ke Sungai Ombilin yang bermuara ke pantai timur pulau Sumatera. Semenjak tahun 1998 air Danau Singkarak lebih banyak volumenya 1
dialirkan melalui terowongan PLTA Singkarak ke daerah Asam Pulau Lubuk Alung untuk menghasilkan energi listrik 175 MW dan bermuara ke samudera Hindia di wilayah Kabupaten Padang Pariaman. Danau Singkarak memiliki potensi sumberdaya alam dan budaya yang cukup besar yakni potensi sumberdaya alam terdiri dari lingkungan fisik dan biologi (hayati). Lingkungan fisik yang menjadi daya tarik Danau Singkarak adalah hamparan danau yang luas dengan air yang tenang, bukit-bukit yang mengelilingi danau, pohon-pohon yang tumbuh di sepanjang tepian danau yang menjadi pembatas antara daratan dan air, lingkungan yang asri dan hawanya yang sejuk, dan sungai-sungai terdapat di sekitar danau. Di Danau ini hidup 19 jenis ikan ekonomis penting, namun yang popular untuk menjadi potensi wisata bagi Danau Singkarak adalah adanya biota endemik ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). Ikan endemik ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung untuk melihat secara langsung atau sekedar mencicipi cita rasa makanan ikan bilih. Selain itu Danau Singkarak juga memiliki potensi budaya dari masyarakat setempat yang dapat menjadi objek yang menarik bagi wisatawan apabila dikelola dengan baik (Syandri, 2008). Salah satu icon pariwisata Sumatera Barat yang terkenal ke mancanegara adalah tour de Singkarak. Selain kegiatan pariwisata dan penangkapan ikan di danau ini, sudah mulai ada kegiatan budidaya ikan dengan sistem Karamba Jaring Apung (KJA). Permasalahan di daerah tangkapan air Danau Singkarak adalah terdapat pemanfatan lahan yang tidak sesuai dengan tata guna lahan, terdapat lahan kritis, erosi di musim hujan dan adanya pencemaran karena masuknya limbah rumah tangga dan industri kecil di sepanjang daerah aliran sungai yang bermuara ke Danau Singkarak. Pembangunan pemukiman di daerah sempadan danau dan pembuangan sampah oleh masyarakat juga menurunkan nilai estetika danau ini. Kondisi demikian dapat dinyatakan bahwa beban limbah bahan organik yang masuk ke badan air Danau Singkarak semakin meningkat. Bahan organik tersebut dapat berasal dari limbah rumah tangga, industri kecil, limbah pertanian dan peternakan, pariwisata dan beban dari aktifitas kegiatan perikanan Keramba Jaring Apung (KJA). Tingkat kesuburan Danau Singkarak pada tahun 1996 berdasarkan hasil laporan penelitian Syandri (1998) adalah oligotropik yaitu miskin unsur hara, pada tahun 2008 tingkat kesuburan meningkat menjadi mesotropik yaitu agak subur (Syandri, 2008; Purnomo dan Sunarno, 2009). Berdasarkan keunikan dan permasalahan Danau Singkarak maka sudah banyak program yang telah dikembangkan dan dijalankan, namun masih bersifat sporadis, dan seringkali berbenturan dengan kewenangan dan tanggung jawab, sehingga hasilnya kurang optimal. Program-program tersebut hanya menyelesaikan permasalahan sesaat, namun ketika program telah berhenti, permasalahan akan muncul lagi. Berdasarkan hal tersebut, sangat perlu dikembangkan grand design yang mampu mengatasi akar permasalahan dan keberlanjutan programnya terjamin.
2
1.2. Landasan Hukum Dasar Hukum yang digunakan dalam penyusunan Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Singkarak antara lain sebagai berikut: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang; 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan; 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan ; 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan; 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 tentang Sistem Budidaya Pertanian; 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfataan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar; 13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan; 16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan; 17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air; 18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan; 19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai; 20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik; 21. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2005-2025; 22. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012 – 2032;
3
23. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata cara persyaratan penimbunan hasil pengolahan, persyaratan lokasi bekas pengolahan, lokasi bekas penimbunan limbah B3; 24. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat kerja; 25. Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor Kep02/MENKLH/6/1988 tentang Pedoman Baku Mutu Lingkungan;dan 26. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51/KEPLH/10/ 1995 tentang Limbah Cair. 1.3. Ruang Lingkup dan Kerangka Pikir Bahwa perkembangan pembangunan khususnya pemanfaatan ruang di wilayah Provinsi Sumatera Barat diselenggarakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan potensi sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan sumberdaya manusia dengan tetap memperhatikan daya dukung, daya tampung, dan kelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012 – 2032 Danau Singkarak termasuk kawasan unggulan wisata maupun kawasan potensial wisata serta perikanan dan kelautan. Setiap analisis terhadap keragaan kegiatan di ekosistem perairan Danau Singkarak (perikanan tangkap, budidaya, pariwisata, pemukiman, pertanian dan lain sebagainya) seharusnya dilakukan dalam kaitannya dengan ekosistem yang lebih luas. Visi pengembangan Kawasan Danau Singkarak merupakan salah satu penjabaran dari visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Tanah Datar Tahun 2020 ”Tanah Datar Sebagai Pusat Budaya Minangkabau Yang Maju, Sejahtera dan Berkeadilan’’ dan Visi RPJP Kabupaten Solok Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Lokal Yang Berwibawa dan Taat Hukum. Berdasarkan Visi kedua Kabupaten tersebut maka Visi pengelolaan Danau Singkarak adalah “Melestarikan fungsi ekosistem danau untuk kepentingan generasi sekarang dan waktu akan datang yang berbudaya, taat hukum dan berkeadilan pada tahun 2020”. Untuk mewujudkan Visi tersebut di atas, maka ditetapkan Misi Pengembangan Kawasan Danau Singkarak sebagai berikut : 1. Meningkatkan kegiatan inventarisasi, penelitian dan kajian ekosistem danau dengan mengikutsertakan peran aktif masyarakat setempat dan meningkatkan kapasitas kelembagaan dengan kerjasama, koordinasi, dan keterpaduan antar pemangku kepentingan; 2. Meningkatkan pemanfaatan Danau Singkarak untuk pariwisata, energi dan perikanan tangkap yang berbudaya, taat hukum dan berwawasan lingkungan; 3. Melakukan tindakan pengelolaan dan konservasi berbasis kearifan lokal dan pemanfaatan yang bijak serta taat hukum atas badan air danau dan daerah tangkapan airnya; dan
4
4. Mengembangkan kawasan minapolitan (perikanan tangkap, budidaya di lahan atas dan pengolahan ikan bilih) yang berwawasan lingkungan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, mengamanahkan bahwa setiap pembangunan yang dilaksanakan di daerah harus berada dalam koridor ”perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup”. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Hal ini akan tercermin dalam perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Prinsip ini ditetapkan dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Daerah dengan mempertimbangkan segi-segi konservasi, pemulihan terhadap kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup sesuai dengan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu strategi kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat ditempatkan pada 3 (tiga) isu yaitu isu pertama terkait masalah hutan dan lahan; isu kedua terkait masalah air; isu ketiga terkait masalah kebencanaan. Ketiga isu prioritas tersebut juga merupakan isu prioritas dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2010-2015 dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2009 -2029 Provinsi Sumatera Barat. Sumberdaya perairan Danau Singkarak masih tergolong alami, dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci, minum, dan aktifitas ekonomi penangkapan ikan bilih. Namun sudah ada permasalahan yang muncul antara lain pada bidang penataan ruang di sempadan danau, fluktuasi air (elevasi danau) akibat operasional PLTA Singkarak, terancamnya biota danau seperti spesies endemik ikan bilih, pembuangan sampah ke badan sungai dan badan air danau, menurunnya kualitas air, aktifitas Keramba Jaring Apung (KJA) dan lahan kritis di daerah tangkapan air. Berdasarkan hal tersebut antisipasi terhadap kerusakan ekosistem Danau Singkarak penting disusun melalui Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Singkarak untuk lima tahun ke depan menuju tercapainya visi 2020 dengan 3 pendekatan yang saling mendukung dan terintegrasi seperti pada Gambar 1. Pendekatan untuk GERMADAN Singkarak tediri dari Aplikasi sains dan teknologi untuk remediasi badan danau dan DTA, Pengembangan kelembagaan untuk peningkatan pengelolaan ekosistem danau, dan Peningkatan peran serta masyarakat berbasis kearifan lokal untuk kemajuan pariwisata, energi, perikanan tangkap, konservasi dan kebencanaan.
5
Gambar 1.1. Pendekatan Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak 1.4. Tujuan Dan Manfaat Program Penyelamatan Danau Singkarak 1.4.1. Tujuan Program Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Singkarak bertujuan untuk mengkonservasi ekosistem danau sehingga fungsi dan peranannya sebagai reservoir alami untuk pariwisata, PLTA Singkarak, irigasi pertanian, kehidupan biota danau, khususnya spesies endemik ikan bilih, perikanan, perhubungan dan sumber baku air minum dapat terjaga. Adapun tujuan khusus dari program ini adalah: a.
Mengaplikasikan sains dan teknologi untuk remediasi badan air dan Daerah Tangkapan Air (DTA);
b.
Mengembangkan proses kebijakan pengelolaan Danau Singkarak yang didukung oleh kelembagaan yang baik; dan
c.
Meningkatkan peran serta masyarakat berbasis kearifan lokal untuk kemajuan pariwisata, energi listrik, perikanan tangkap, konservasi dan antisipasi kebencanaan di selingkar Danau Singkarak.
1.4.2. Manfaat Gerakan penyelamatan Danau Singkarak akan memberikan berbagai manfaat antara lain: a.
Mencegah kerusakan ekosistem danau, terutama daerah tangkapan air dari kekritisan, ketersediaan air sebagai sumber energi serta kehidupan biota danau terutama spesies endemik ikan bilih dari penangkapan yang tidak ramah lingkungan;
6
b.
Menjadi acuan dan arah kebijakan oleh pemerintah untuk mengantisipasi kerusakan DTA, lahan dan sumber daya air sesuai dengan strategi kebijakan pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat berdasarkan isu masalah hutan dan lahan, isu masalah air dan isu masalah kebencanaan; dan
c.
Melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi di dalam kegiatan pengelolaan lingkungan Danau Singkarak. Melalui partisipasi masyarakat dalam proses penyelamatan ekosistem danau diharapkan di masa mendatang masyarakat akan turut serta secara aktif dalam pengambilan keputusan penyelamatan ekosistem Danau Singkarak.
7
Bab 2 GAMBARAN UMUM DANAU SINGKARAK
2.1. Profil Ekosistem Danau Singkarak 2.1.1. Letak Geografis Danau Singkarak merupakan salah satu danau yang berada di Sumatera Barat, terletak di antara Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Secara geografis Danau Singkarak terletak pada 1000 26′ 15" – 1000 35′ 55" BT dan 00 31′ 46" – 00 42′ 20" LS. Danau Singkarak berjarak ± 10 km dari Kota Solok, apabila menggunakan kendaraan umum dapat dicapai dalam waktu ± 1 jam dari Kota Solok atau ± 1.5 jam dari Kota Bukittinggi. Danau ini dikelilingi 13 nagari yaitu: Kacang, Tikalak, Singkarak, Sumani, Saning Baka, Muaro Pingai, Paninggahan, Guguak Malalo, Padang Laweh, Sumpur, Tigo Jorong, Batu Taba dan Simawang. Secara administratif 40% wilayah Danau Singkarak berada di Kabupaten Solok dan 60% berada di Kabupaten Tanah Datar. Danau ini berada di tepi jalan raya Lintas Sumatera pada jalur Solok - Bukitinggi yang menyusuri hampir separuh pinggiran danau. Danau Singkarak memiliki sungai-sungai yang memberikan masukan air (inlet) bagi danau tersebut. Sumber air Danau Singkarak yang relatif besar berasal dari Sungai Sumpur yang inletnya dari sebelah utara, Sungai Paninggahan, Sungai Pingai dan Sungai Baing dari sebelah barat, dan Sungai Sumani dari sebelah selatan. Danau ini merupakan hulu Sungai/Batang Ombilin yang bermuara ke Sungai Indragiri Hulu Provinsi Riau dan merupakan sumber pengairan penting bagi lahan pertanian yang dilalui aliran sungai ini. Rencana pola ruang Danau Singkarak disajikan pada Gambar 2.1. 2.1.2. Iklim Tipe iklim DTA Singkarak tergolong pada tipe B (basah), wilayah ini termasuk pada iklim tipe Afa dan Ama. Tipe Afa dicirikan dengan iklim hujan tropis dengan suhu normal di atas 22 0C, sedangkan tipe Ama dicirikan dengan iklim basah yang cukup, meskipun waktu kering terdapat kelebihan air dalam tanah dari bulan yang banyak hujan. Jumlah hari hujan di daerah sekitar Danau Singkarak sekitar 144-288 hari/tahun dengan intensitas hujan antara 1632-3063 mm/tahun atau 82-252 mm/bulan. Musim kering di daerah sekitar Danau Singkarak hanya sekitar dua bulan yaitu pada bulan Juni sampai dengan Juli (bulan dengan curah hujan bulanan kurang dari 100 mm). Suhu rata-rata disekitar Danau Singkarak 26-27 oC, sedangkan suhu air danau bekisar antara 25- 27oC dan kelembaban relatif rata-rata 80,7.
8
9 Gambar 2.1. Peta Padu Serasi Rencana Pola Ruang Selingkar Danau Singkarak
2.1.3. Hidrologi Kondisi hidrologis Danau Singkarak dibentuk oleh aliran sungai yang berukuran kecil hingga besar yang bermuara ke Danau Singkarak antara lain : Sungai Sumpur, Sungai Baing, Sungai Paninggahan, Sungai Saningbakar, Sungai Muaro Pingai dan Sungai Sumani. Sedangkan outlet Danau Singkarak secara alami mengalir ke arah timur melalui Sungai Ombilin dan bermuara ke Provinsi Riau. Sejak tahun 1996 dialirkan melalui terowongan PLTA ke daerah Asam Pulau untuk menghasil daya listrik 175 MW dan bermuara ke pantai barat pulau Sumatera. Ditinjau dari tatanan hidrologis, Danau Singkarak dan sekitarnya merupakan areal yang dipengaruhi oleh tujuh wilayah sub DAS seperti Tabel 2.1. Tabel 2.1. Sub DAS di DTA Danau Singkarak No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama Sub DAS Sub Das Aripan Sub Das Imanggadang Sub DAS Kuok Sub DAS Lembang Sub DAS Paninggahan Sub DAS Partahunan Sub DAS Sumani Sub DAS Sumpur Danau Dibawah Danau Singkarak Jumlah Sumber : BPDAS Kuantan Indragiri, 2009.
Luas (Ha) 11.634 5.252 6.104 14.967 11.652 5.678 24.864 19.697 1.108 10.751 111.652
Persentase (%) 10,37 4,70 5,47 13,41 10,44 5,09 22,27 17,64 0,99 9,63 100,00
2.1.4. Topografi dan Tata Guna Lahan
Secara administrasi kecamatan yang masuk ke dalam daerah tangkapan air (DTA) Danau Singkarak pada tiap kabupaten dapat dilihat pada Tabel 2.2. Daerah tangkapan air (DTA) danau mempunyai peran yang sangat penting terhadap ketersediaan air dan kualitas air danau, semakin besar perbandingan antara luas DTA dengan luas permukaan danau akan semakin besar peran DTA. Luas DTA Danau Singkarak 129.000 hektar yang diperuntukkan untuk berbagai kepentingan. Luas yang terbesar digunakan untuk hutan lahan kering primer yaitu 23.235,4 ha (20,70%), pertanian lahan kering 28.062,1 ha (25,0%) dan pertanian lahan kering campur semak 21.749,6 ha (19,38%) dan paling kecil digunakan untuk hutan tanaman 29,4 ha (0,03%). Lebih jelasnya penggunakan lahan di daerah tangkapan air dicantumkan pada Tabel 2.3.
10
Tabel 2.2. Wilayah Kecamatan pada Setiap Kabupaten/Kota di DTA Danau Singkarak No. Kecamatan pada Setiap Kab/Kota 1. Kota Padang Panjang Padang Panjang Barat Padang Panjang Timur Jumlah Padang Panjang 2. Koto Solok Lubuk Sikarah Tanjung Harapan Jumlah Koto Solok 3. Kabupaten Solok Bukit Sundi Danau Kembar Gunung Talang IX Koto Sungai Lasi Junjung Sirih Kubung Lembang Jaya X Koto Singkarak Jumlah Kabupaten Solok 4. Kabupaten Tanah Datar Batipuh Batipuh Selatan Rambatan Sepuluh Koto Jumlah Kab. Tanah Datar Sumber : Analisis Digital Peta RBI
Luas (Ha)
Luas (%) 1.077 2.963 4.040
0,96 2,65 3,62
7.562 2.454 10.016
6,77 2,20 8,97
5.186 1.775 17.288 66 7.169 17.864 4.938 14.778 69.065
4,64 1,59 15,48 0,06 6,42 16,00 4,42 13,24 61,86
9.104 10.379 3.646 5.402 111.652
8,15 9,30 3,27 4,84 100,00
Tabel 2.3. Jenis Penutupan dan Penggunaan Lahan di DTA Singkarak No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Jenis penutupan lahan Hutan Lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Sekunder Hutan Tanaman Pemukiman Perkebunan Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering Campur Semak Sawah Semak/Belukar Tanah Terbuka Tubuh Air Jumlah Sumber : BPDAS Kuantan Indragiri, 2011
Luas (Ha) 23.235,4 5.595,9 29,4 3.665,2 167,4 28.062,1 21.749,6 14.559,0 2.815,7 316,5 12.032,4 112.228,6
% 20,70 4,99 0,03 3,27 0,15 25,00 19,38 12,97 2,51 0,28 10,72 100,0%
Berdasarkan data tersebut ternyata daerah tangkapan air Danau Singkarak sudah dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan masyarakat, sehingga lahan terbuka lebih tinggi yang pada gilirannya akan mengakibatkan banyak terjadi erosi dan sedimen yang masuk ke Danau Singkarak melalui sub daerah aliran sungai. Kondisi ini juga akan membahayakan terhadap debit
11
air sungai yang secara tidak langsung akan berepengaruh kepada habitat pemijahan ikan bilih di sepanjang daerah aliran sungai, terutama di muara-muara sungai. Sebaliknya apabila proses yang terjadi pada DTA Danau Singkarak masih berjalan dengan baik maka fluktuasi aliran permukaan pada oulet DTA (inlet danau) mempunyai perbedaan yang relatif kecil dan kandungan sedimen baik yang melayang maupun pada dasar sungai juga relatif kecil. Menurut Fakhruddin (2001) penggundulan lahan merupakan unsur yang dapat dirubah secara cepat oleh manusia dan merupakan unsur penting dalam pengelolaan DAS khususnya dalam teknik-teknik pertanian. Penggunaan lahan yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan kemampuan lahan (land capability) akan menimbulkan berbagai kerugian antara lain (1) erosi yang dipercepat atau erosi yang melebihi batas-batas toleransi dan penurunan produktivitas pertanian. Erosi ini menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air, (2) tanah yang terangkut akan diendapkan di dalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi, di atas tanah pertanian dan sebagainya, (3) kerusakan yang ditimbulkan oleh peristiwa erosi terjadi di 2 (dua) tempat yaitu pada tempat erosi terjadi dan pada tempat tujuan akhir tanah yang terangkut tersebut diendapkan (Arsyad, 1989). Oleh karena itu dalam pengelolaan danau, daerah cakupannya tidak dibatasi oleh batas-batas administrasi pemerintahan tapi yang menjadi pembatas sistem hidrologi yaitu mencakup seluruh daerah yang dihubungkan oleh sistem sungai yang ketika hujan alirannya dapat mencapai danau. 2.1.5. Fungsi dan Manfaat Danau Singkarak
Perairan umum daratan yang berupa sungai dan paparan banjirnya, danau, waduk dan genangan air tawar lainnya merupakan sumberdaya air tawar yang berperan sangat penting dan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Ditinjau dari sektor perikanan, perairan umum daratan sebagai salah satu wilayah pengelolaan perikanan RI berperan penting seperti yang dikemukakan oleh Kartamihardja et al, (2009) adalah sebagai berikut : (1) sumber protein dan ketahanan pangan, (2) sumber ekonomi masyarakat, (3) sumber lapangan kerja, (4) sumber plasma nutfah dan genetik, (5) sumber devisa dan pendapatan asli daerah dan (6) objek wisata alam (eco-tourism). Adapun fungsi dan manfaat lingkungan Danau Singkarak (ekosistem danau dan ekosistem sempadan danau) adalah sebagai berikut : 1. Sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan genetik; 2. Tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna; 3. Sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya (rumah tangga, industri, pertanian dan perikanan); 4. Tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan, sungai-sungai atau sumber air bawah tanah; 5. Memelihara iklim mikro, karena dapat mempengaruhi kelembaban dan tingkat curah hujan setempat; 6. Sebagai sarana transportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat satu ke tempat yang lainnya; 7. Sebagai penghasil energi listrik melalui PLTA Singkarak dengan kapasitas pembangkit 175 MW; 12
8. Sebagai sarana rekreasi dan objek pariwisata; dan 9. Selain tempat wisata, Danau Singkarak juga digunakan sebagai tempat olah raga (sport tourism) dan berbagai event nasional dan internasional telah digelar di kawasan danau ini, seperti yang menjadi rutinitas tahunan yaitu lomba balap sepeda yang dipopulerkan dengan Tour de Singkarak. 2.2. Karakteristik Danau Singkarak 2.2.1. Hidromorfometri Danau Hidromorfometri danau merupakan sifat-sifat danau yang terkait dengan bentuk dan hidrometri. Menurut Wetzel (1983) parameter morfologi danau direpresentasikan oleh panjang dan lebar maksimum permukaan danau, volume air, luas permukaan danau, kedalaman maksimum, panjang garis pantai dan shoreline development. Parameter morfologi mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi perairan danau. Pada danau yang mempunyai panjang maksimum besar akan mempengaruhi potensi angin untuk mengaduk/menghantam permukaan air danau. Posisi Danau Singkarak menunjukkan bentuk danau yang memanjang dengan arah barat laut tenggara searah dengan tegasan sumatera, hal ini sesuai dengan tipe danau yaitu volcano-tektonik yang terbentuk akibat letusan gunung api dimasa lampau dengan akibat tektonik pulau Sumatera. Hasil pemetaan batimetri menunjukkan bahwa cekungan yang dalam di Danau Singkarak terdapat di bagian utara dan barat.
13
Tabel 2.4. Morfometri dan Batimetri Danau Singkarak No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Parameter Luas permukaan Keliling Panjang maksimum Lebar maksimum Kedalaman maksimum volume air Kedalaman rata-rata Kedalaman relatif Pengembangan garis pantai Luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Rasio luas DTA/luas permukaan Danau
Satuan Ha km km km m km3 m (%) (DL) Ha
Dimensi 11.220 61,00 20,00 7,00 296,00 16.1 136 2,45 0,16 129.000 1 :11,5
Gambar. 2.2. Peta Batimetri Danau Singkarak (Sumber: Puslit-Limnologi 2009)
Pola sedimentasi di dasar danau belum dapat ditentukan. Namun demikian tingkat erosi yang kemungkinan sudah terjadi akibat pemanfaatan lahan di DTA dan akumulasi material sedimen diduga terjadi terutama di sisi selatan, utara dan barat yang menjadi muara sungai inlet utama Danau Singkarak yaitu Sungai Sumani, Sungai Paninggahan dan Sungai Sumpur. Struktur tanah di DTA Singkarak pada umumnya merupakan tanah yang lempung liat, liat, agak liat lepas sehingga mudah longsor. Dikemukakan bahwa kejadian banjir sesaat dengan debit cukup besar akan membawa material sedimen dari tanah yang mudah longsor dan masuk ke sungai yang kemudian selain terendapkan di bagian daratan, juga masuk ke Danau Singkarak. Luas perairan Danau Singkarak mencakup 8,68% dari DTA-nya atau dengan rasio sebesar 1:11,5. Luas perairan tersebut menempati proporsi yang cukup besar di DTA-nya. Luasan DTA terutama akan berpengaruh terhadap debit aliran yang masuk ke danau dan 14
akhirnya pada debit aliran yang keluar danau. Hankanson (2005) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara luasan DTA dengan debit aliran air tahunan yang keluar dari danau, luasan DTA juga akan memberikan peran terhadap tingkat sedimentasi di danau. Parameter morfometrik danau memberikan pengaruh terhadap proses-proses fisika, kimia dan biologi di dalam perairan danau itu sendiri, seperti kedalaman relatif, pengembangan garis pantai, maupun pola dari cekungannya. Berdasarkan tingkat kedalaman relatif (Zr = 2,45%), maka Danau Singkarak memiliki stabilitas perairan yang rendah. Menurut Wetzel (1983) dalam Lukman dan Ridwansyah (2009) sebagian besar danau memiliki nilai Zr kurang dari 2% menunjukkan tingkat stabilitas yang rendah. Sedangkan danau yang memiliki stabilitas tinggi umumnya memiliki nilai Z r >4% dan merupakan danau dalam dengan luas permukaan sempit. Pengembangan garis pantai (D L) adalah gambaran potensi dan peran wilayah tepian dalam hubungannya dengan kesuburan danau, semakin panjang garis pantai, maka semakin besar nilai DL. Menurut Welch (1952) semakin panjang garis pantai semakin besar produktivitas danau. Garis pantai diantaranya akan berkontribusi terhadap luasan kontak perairan dan daratan, memberikan daerah terlindung serta luasan dari wilayah litoral danau. Nilai DL Danau Singkarak mencapai 0,16 yang menunjukkan bahwa peranan wilayah tepian Danau Singkarak kurang mendukung produktivitas perairannya. Nila DL Danau Poso 1,59 (Lukman dan Ridwansyah, 2009), Danau Semayang 2,78 (Lukman et al,1998), Danau Lindu 1,27 (Lukman da Ridwansyah, 2003). Berdasarkan debit air keluar danau rata-rata 42,02 m3/detik dan vulume air danau 16.100.000.000 m3 maka Danau Singkarak memiliki masa simpan air 20,4 tahun, lebih kecil daripada masa simpan air Danau Maninjau 25,05 tahun (Lukman dan Ridwansyah, 2003) dan lebih besar daripada masa simpan air Danau Poso 7,21 tahun (Lukman dan Ridwansyah, 2009), Danau Lindu 2,26 tahun (Lukman dan Ridwansyah, 2003). 2.2.2. Sumberdaya Perikanan Danau Singkarak Danau Singkarak memiliki 19 spesies ikan yakni ikan bilih/bako (Mystacoleucus padangensis), asang/nilem (Osteochilus brachmoides), rinuak, turiak/turiq (Cyclocheilichthys de Zwani), lelan (Osteochilis vittatus), sasau/barau (Hampala mocrolepidota), gariang/tor (Tor tambroides), kapiek (Puntius shwanefeldi), balinka/belingkah (Puntius belinka), baung (Macrones planiceps), kalang (Clarias batrachus), jabuih/buntal (Tetradon mappa), kalai/gurami (Osphronemus gurami lac), puyu/betok (Anabas testudeneus), sapek/sepat (Trichogaster trichopterus), tilan (Mastacembelus unicolor), jumpo/gabus (Channa striatus), kiuang/bujuk (Channa lucius), dan mujaie/mujair (Tilapia nilaticus). Ikan yang memiliki populasi paling tinggi adalah ikan bilih/bako (Mystacoleucus padangensis), dan rinuak (Psylopsis sp) (Syandri 2008). Danau Singkarak memiliki keunikan yang sangat khas yaitu memiliki spesies ikan endemik yakni ikan bilih. Ikan ini bernilai ekonomis penting bagi masyarakat sekitar dan juga dapat menjadi salah satu daya tarik wisata Danau Singkarak. Ikan bilih memiliki ukuran kecil berkisar antara 6-12 cm, namun merupakan populasi paling besar di Danau Singkarak. Ikan ini memiliki cita rasa yang lezat dan gurih mengandung protein, lemak, vitamin yang sangat baik
15
sehingga merupakan komoditas penting perikanan Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok (Syandri, 2008). Ikan bilih memijah ribuan ekor setiap hari mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 02.00 WIB dengan cara beruaya menentang arus ke sungai-sungai yang bermuara ke Danau Singkarak, antara lain Sungai Sumpur, Sungai Paninggahan, Sungai Baing, Sungai Saningbakar, dan Sungai Muaro Pingai untuk kemudian bertelur di sela-sela batu (Syandri et al, 2011). Keberadaan ikan bilih di Danau Singkarak, memberikan sumbangan yang sangat besar sebagai sumber mata pencarian bagi masyarakat di selingkar danau. Dalam menangkap ikan bilih, masyarakat setempat menggunakan beberapa alat tangkap seperti menangkap dengan cara sistem alahan, jala, jaring insang, lukah dan setrum aki. Dari hasil tangkapan masyarakat dengan menggunakan sistem alat tangkap alahan setiap hari berkisar Rp 5.000.00 – Rp 100. 000.00 per kepala keluarga, jaring insang antara Rp 40.000.- – Rp 80.000., per kepala keluarga, jala antara Rp 60. 000.00 – Rp 100. 000.00 per orang, lukah antara Rp 20 000., –Rp 40. 000., per orang dan sentrum antara Rp 5.000., – Rp 10. 000., per orang. Total produksi ikan bilih setiap hari dari berbagai jenis alat tangkap tersebut rata-rata 2 ton dengan nilai Rp 20.000.000., per hari. Hal ini memperlihatkan bahwa ikan bilih memberikan sumbangan yang sangat besar sebagai sumber mata pencaharian masyarakat di selingkar Danau Singkarak (Syandri, 2008). Akhir - akhir ini hasil tangkapan ikan bilih di Danau Singkarak cenderung mengalami penurunan, penyebabnya bermacam-macam antara lain karena intensitas penangkapan yang kurang memperhatikan kelestarian ikan bilih, aktifitas masyarakat di pemukiman selingkar Danau Singkarak, dan fluktuasi air permukaan serta perubahan outlet danau akibat beroperasinya PLTA Singkarak. Dari segi alat tangkap banyak nelayan yang menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan, seperti penggunaan jaring insang dengan ukuran mata jaring 5/8 inci dan ¾ inci bahkan ada yang memakai 5/8 inci, setrum aki, dan penggunaan bahan peledak, hal ini pada akhirnya akan berpengaruh terhadap keadaan stok ikan bilih (Syandri, 2010). Danau Singkarak juga digunakan sebagai tempat membuang berbagai jenis limbah yang dihasilkan dari kegiatan pertanian, limbah domestik dari pemukiman dan pasar, limbah pariwisata dan transportasi air. Apabila proses pencemaran terus berlanjut tanpa adanya upaya-upaya untuk meminimalkan pencemaran yang terjadi, maka beban pencemaran ekosistem Danau Singkarak akan semakin berat dan pada akhirnya akan merugikan semua pihak yang berkepentingan, termasuk kelestarian biota danau, khususnya ikan bilih. Keberadaaan ikan bilih yang terancam punah harus segera diatasi oleh semua pihak agar kelestarian sumberdayanya tetap terjaga. 2.2.4. Flora Fauna yang Hidup di Danau Singkarak Danau Singkarak dikelilingi oleh Bukit Barisan dan Gunung Singgalang yang menyimpan berbagai jenis flora fauna. Flora yang hidup di Danau Singkarak diantaranya adalah: pinus (Pinus merkusii), jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia mahogani), surian (Toonasureni), coklat (Theobroa cacao), mangga (Mangiferaindica), durian (Durio zibenthinus), kemiri (Aleurites moluccana), alpukat (Perseaamericana), cengkeh (Eugenia aromatica), sawo (Diospyros digyna), melinjo (Gnetum gnemon), pisang (Musa spp), kelapa (Cocos nucfera), kapuk (Ceiba pentandra), 16
padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), cabai (Capsicum annum), bawang (Allium cepa), beringin (Ficus benjamina), dan nangka (Artocarpus) (Farida et al. 2005). Keberadaan flora di Danau Singkarak tentunya dapat menambah keindahan dan kesejukan mata. Fauna atau jenis binatang yang hidup di sekitar Danau Singkarak adalah: harimau, monyet, kelelawar, anjing dan tikus (Farida et al. 2005). Penduduk yang berdomisili di kawasan Danau Singkarak juga memiliki usaha beternak kambing, sapi dan ayam. 2.2.5. Tanaman Air Tanaman air merupakan salah satu komponen biologi yang terdapat pada suatu ekosistem danau. Kehadiran tumbuhan air pada suatu ekosistem perairan darat adalah penting selama populasinya masih terkendali. Fungsi tumbuhan air pada suatu ekosistem perairan darat diantaranya adalah sebagai sumber makanan bagi manusia maupun hewan, tempat berlindung bagi hewan-hewan seperti invertebrate maupun vertebrate dari pemangsaan predator maupun teriknya sinar matahari, tempat ikan-ikan meletakkan telurnya, dapat menahan nutrien yang datang dari ekosistem darat dan juga dapat mengurangi kecepatan aliran air sehingga dapat mengurangi erosi dan menurunkan kadar kekeruhan. Tanaman air yang terdapat di Danau Singkarak adalah eceng gondok (Eichornia crassipes), dan rumput ikan (Potamogeton malaianus). Dua jenis tanaman air ini dominan keberadaannya dibandingkan tanaman air lainnya. Jenis tanaman air lainnya yang hidup di Danau Singkarak adalah kiambang (Salvinia natans dan Azolla pinnata), kangkung (Ipomoea aquatica), Hydrilla sp, seroja (Nelumbo nucifera), dan genjer (Lymnocharis flava). 2.3. Sumber-sumber Pencemaran Air Danau Singkarak 2.3.1. Limbah Pertanian Pencemaran air yang berasal dari aliran permukaan akibat fosfor (Total -P) dari tanah yang diolah (dalam hal adalah sawah) adalah 0,9 kg/ha/tahun (Moran et al, 1985). Jika luas persawahan di Kecamatan Batipuh Selatan 872 ha, Kecamatan Rambatan 1.803 ha, diperkirakan 30% masuk ke Danau Singkarak yaitu 541 ha, Kecamatan Junjung Sirih 900 ha dan Kecamatan X Koto Singkarak 1.200 ha. Total luas sawah di selingkar Danau Singkarak adalah 3.513 ha, maka diprediksi beban pencemaran berupa Total P dari lahan sawah sebesar 3.513 ha x 0,9 = 3.161,70 kg/tahun (3,16 ton/tahun). Menurut Kusumaningtyas dan Sukamto (2010) erosi tanah pertanian merupakan salah satu sumber ortofosfat di perairan. Ortofosfat adalah suatu bentuk senyawa fosfor yang dapat digunakan langsung oleh alga tanpa pemecahan terlebih lanjut (Krismono et al, 2010). 2.3.2. Limbah Penduduk Limbah penduduk yang masuk ke Danau Singkarak berdasarkan jumlah penduduk yang terdapat di Kecamatan X Koto Singkarak 31.493 jiwa, dipredikasi 50% bermukim di daerah tangkapan air Danau Singkarak sebesar 15.476 jiwa, Kecamatan Junjung Sirih 12.103 jiwa, Kecamatan Batipuh Selatan 10.479 jiwa dan Kecamatan Rambatan 33.479 jiwa, dipredikasi sebesar 30% berada di tangkapan air Danau Singkarak (16.818 jiwa) sehingga diperkirakan 17
total jumlah penduduk yang bermukim di selingkar Danau Singkarak 32.294 jiwa (Data tahun 2011). Limbah penduduk terdiri dari tinja dan urin setiap orang per hari akan menghasilkan beban total nitogen (N) dan total Fosfor (P) (Irianto, 1996). • Tinja, mengandung T-N : 14,5 gram/orang/hari dan T-P : 1,9 gram/ orang/hari • Urin, mengandung T-N : 7 gram/orang/hari, dan T-P : 2 gram/orang/hari. • Berdasarkan perhitungan tersebut, diperkirakan 25 % limbah ini akan masuk ke danau Singkarak, meliputi T-N dari tinja sebesar 62,77 ton/tahun, dan T-P dari tinja sebesar 8,22 ton/tahun. T-N dari urin 30,30 ton/tahun/tahun dan T-P urin sebesar 8,66 ton/tahun. Jadi total limbah penduduk dalam bentuk P yang masuk ke Danau sebesar 16,88 ton/tahun. 2.3.5. Limbah Detergen Limbah yang berasal dari detergen setiap orang adalah 1,2 kg /tahun. Jika jumlah penduduk yang bermukim di selingkar Danau Singkarak sebanyak 48.101 jiwa yang berasal dari kecamatan Batipuh Selatan, Rambatan, Junjung Sirih dan X Koto Singkarak (data tahun 2011), maka jumlah detergen yang dihasilkan sebesar 57,72 ton/tahun . Diasumsikan 25 % saja yang masuk ke Danau, maka detergen yang masuk ke Danau Singkarak sebesar 14,43 ton P/tahun. 2.3.6. Limbah Keramba Jaring Apung (KJA) Jumlah petak KJA berdasarkan hasil survei di Danau Singkarak 200 petak dengan jumlah pakan yang digunakan sebanyak 200 petak x 1 ton/petak x 2 kali periode pemeliharaan/tahun = 400 ton/tahun. Jumlah produksi ikan Nila dari KJA (ton)/tahun dengan nilai konversi pakan (NKP) 1,6 : 1 (1,6 ton pakan menghasilkan 1, 0 ton daging ikan) = 250 ton ikan nila. Jumlah pakan yang terbuang rata-rata 15% x 400 ton (ton/tahun) = 60 ton. Jumlah total Fosfor (P) yang masuk ke Danau Singkarak dari produksi ikan nila dengan NKP 1,6 :1 = 22,6 kg/ton produksi ikan nila (250 ton/tahun) = 5,65 ton/tahun. Jumlah total Nitrogen (N) yang masuk ke badan air Danau Singkarak dari produksi ikan nila = 48,8 kg/ton, produksi ikan nila (250 ton/tahun) = 12,2 ton/tahun. Dari 4 (empat) jenis sumber pencemaran (limbah) yang masuk ke Danau Singkarak maka total P adalah sebesar 40,02 ton/tahun dengan rincian limbah pertanian 3,16 ton (7,89%), limbah penduduk 16,88 ton (42,17%), limbah detergen 14,33 ton (35,80%) dan limbah KJA 5,65 ton (14,11%), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut.
18
Gambar 2.3. Persentase Limbah yang Masuk ke Badan Air Danau 2.4. Status Mutu Air dan Status Trofik Danau Singkarak Status mutu air Danau Singkarak berdasarkan metode Storet yaitu membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya. Klasifikasi mutu air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas. Berdasarkan data kualitas maka status mutu air Danau Singkarak untuk kelas I dan II tergolong sedang, untuk kelas III tergolong baik dan kelas IV tergolong baik sekali. Penentuan status trofik Danau Singkarak ditentukan dengan membandingkan nilai status perairan dengan empat parameter berikut yaitu kadar rata-rata N (mg/l), rata-rata total P (mg/l), rata-rata khlorofil-a (mg/l) dan rata-rata kecerahan air (cm) disajikan pada Tabel 2.5. Tabel 2.5. Rata-rata P-Total, Total N, klorofil-a dan kecerahan pada inlet, tengah Danau dan outlet Danau Singkarak Parameter
Satuan
P-Total (mg/L) N-Total (mg/L) Klorofil-a (mg/L) Kecerahan cm Sumber : Data Primer, Agustus 2012
Inlet 0,479±0,05 0,806±0,11 0,667±0,11 56,66±11,5
Stasiun Pengamatan Tengah Danau 0,172±0,01 0,513±0,09 0,967±0,35 316,6±28,86
Outlet 0,276±0,09 0,487±0,14 1,110±0,26 291,66±38,18
Berdasarkan hasil analisis kualitas air pada tiga stasiun penelitian diperoleh kadar ratarata N pada stasiun inlet (muara sungai Sumani) 806±110 µg/l, rata-rata total P sebesar 479±57 µg/l, rata-rata khloropihil-a sebesar 6673±1147 µg/l dan kedalaman berkisar antara 5-8 m, kecerahan rata-rata 0,5 meter. Pada data terlihat bahwa unsur P tertinggi terdapat di daerah inlet dan menurun pada daerah tengah danau dan outlet. Menurut Haryadi et al (1991) fosfat terdapat di air atau air limbah sebagai senyawa polifosfat, fosfat, dan orthofosfat. Orthofosfat adalah fosfat anorganik merupakan salah satu bentuk fosforus (p) yang terlarut di dalam air. Jorgensen et al (1989) menerangkan bahwa proses penurunan P04 di dalam perairan tergenang (danau dan waduk) karena terjadi absorbsi oleh partikulat kemudian mengendap atau diserap untuk pertumbuhan fitoplankton dan dapat dijadikan sebagai indikator kualitas bagi aktifitas perikanan. Berdasarkan data empat parameter tersebut maka status trofik perairan di inlet (muara Sungai Sumani) adalah eutrofik yaitu perairan kaya unsur ortofosfat (P-PO4). Perairan danau yang relatif dangkal seperti di muara Sungai Sumani dengan kandungan nutrien yang tinggi
19
memacu pertumbuhan makrofita. Komposisi tumbuhan air disekitar kawasan muara Sungai Sumani (Stasiun inlet) didominasi oleh eceng gondok dan kangkung air 80%, ganggang (hydrilla sp.). Peran eceng gondok di muara sungai Sumani sangat besar dan dapat berdampak positif dan negatif. Hasil penelitian membuktikan bahwa eceng gondok (makrofita) merupakan komponen yang penting bagi ekosistem, sebagai penghasil oksigen untuk fotosintesis, habitat pemijahan ikan, asuhan ikan, menempelnya pakan alami dari hewan dan konsentrasi nutrient. Pengaruh makrofita pada ekosistem danau adalah merupakan bagian dari rantai stabilitas perairan (Pipalova, 2006; Krismono et al, 2007 dalam Krismono dan Kartamihardja, 2010). Eceng gondok selain berfungsi sebagai pembersih limbah rumah tangga (detergen) juga dapat membersihkan danau dan waduk dari cemaran pestisida dan logam berat (Marson, 2006). Kadar rata-rata N pada stasiun tengah danau 531±95 µg/l, rata-rata total P sebesar 205±47 µg/l, rata-rata khlorophil-a sebesar 9677±3518 µg/l dan kecerahan rata-rata 5 meter. Pada stasiun outlet (air keluar) di sekitar intake PLTA Singkarak di perairan Malalo kadar ratarata N sebesar 487±144 µg/l, rata-rata total P 276±92 µg/l, rata-rata khlorophil-a sebesar 11.108±2622 µg/l dan kecerahan rata-rata 5 meter. Berdasarkan data tersebut maka status trofik Danau Singkarak lebih cenderung bersifat mesotrofik. Nutrien N dan P di perairan Danau Singkarak dapat berasal dari limbah domestik, limbah pakan ikan budidaya, detergen, dan limbah penduduk. Sebagai pembanding di Danau Limboto nutrien N dan P berasal dari limbah domestik, limbah pakan ikan dalam hampang, dan erosi dari pebukitan sekitarnya (Krismono et al, 2009), sedangkan di Danau Maninjau unsur P dan N lebih dominan (94%) berasal dari limbah karamba jaring apung (Syandri et al, 2012). 2.5. Sumber Daya Manusia Danau Singkarak Danau Singkarak terletak diantara dua kabupaten yakni Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Secara administratif, wilayah Danau Singkarak yang termasuk Kabupaten Solok adalah Kecamatan X Koto Singkarak dan Kecamatan Junjuang Siriah, sedangkan wilayah Danau Singkarak yang termasuk Kabupaten Tanah Datar adalah Kecamatan Batipuah Selatan dan Kecamatan Rambatan. Total penduduk yang bermukim di selingkar Danau Singkarak sebanyak 32.294 jiwa. Mata pencarian masyarakat di selingkar danau cukup beragam antara lain nelayan, petani, pedagang, PNS, tukang dan buruh. Persentase terbesar didominasi oleh masyarakat petani dan nelayan. Jumlah petani nelayan di Danau Singkarak mencapai 395 RTP (Data tahun 2001), yang tersebar hampir di selingkar danau, khususnya di Nagari Sumpur, Tigo Koto, Padang Laweh, Guguak Malalo, Paninggahan, Saning Baka dan Singkarak. Petani nelayan di Danau Singkarak merupakan nelayan yang berusia antara 15-70 tahun, komposisi terbesar adalah petani nelayan yang berusia 26-50 tahun (74%). Hal ini menggambarkan usia petani nelayan termasuk usia produktif yang berarti usia muda pada umumnya relatif lebih ekonomis dan aktif dalam mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Syandri (2008) tingkat pendidikan sebagian besar petani nelayan di Danau Singkarak tidak tamat SD (37,81%), tamat SD (23,80%), tidak tamat SLTP (0,99%), tamat SLTP (16,51%), tamat SMU (16,91%), tamat D1/D3 (1,50%) dan tamat Sarjana (1,50%). 20
2.6. Potensi Wisata Danau Singkarak 2.6.1. Pemandangan Alam Perbukitan Danau Singkarak di kelilingi oleh perbukitan yang dikenal dengan bukit barisan. Perbukitan ini ditumbuhi oleh beraneka ragam pepohonan, seperti kelapa, pinus, mahoni, surian, pala, durian, saus dan sebagainya. Hijaunya perbukitan dapat menyejukkan mata dan dapat memberikan perasaan tenang serta nyaman bagi yang memandangnya. Selain itu, hamparan danau yang luas dapat dilihat keindahannya dari atas bukit-bukit tersebut, untuk itu keberadaan flora dan fauna yang terdapat di sekeliling bukit Danau Singkarak harus terjaga kelestariannya agar keindahan danau tetap terjaga. 2.6.2. Tanjung Mutiara Tanjung Mutiara merupakan objek wisata Danau Singkarak yang terdapatdi wilayah Kabupaten Tanah Datar. Kegiatan wisata yang bisa dilakukan oleh wisatawan di Tanjung Mutiara adalah berenang di pinggiran danau yang dangkal dan berperahu. Sebelum memasuki bulan Ramadhan Tanjung Mutiara ramai dikunjungi karena adanya tradisi masyarakat Minangkabau yang dikenal dengan “Balimau”. Balimau merupakan acara pembersihan diri untuk menyambut bulan suci dengan cara mandi. 2.6.3. Pemandangan Keindahan Daerah Penangkapan Ikan Bilih dengan Alahan Danau Singkarak memiliki keunikan yang sangat khas yaitu memiliki spesies endemik ikan bilih. Ikan bilih memijah ribuan ekor setiap hari mulai pukul 16.00 WIB sampai pukul 02.00 WIB dengan cara beruaya ke sungai-sungai yang bermuara ke Danau Singkarak, antara lain Sungai Sumpur, Sungai Paninggahan, Sungai Baing, Sungai Saningbakar, dan Sungai Muaro Pingai untuk kemudian bertelur di sela-sela batu (Syandri, 2008). Di daerah pemijahan ikan tersebut masyarakat memasang alat tangkap yang diberi nama “Sistem Alahan”. Alahan ini dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata di Danau Singkarak, karena petak-petak pemijahan ikan bilih tersebut airnya jernih dan dingin, berarus, dangkal, dan substrat dasarnya terdiri atas kerikil dan kerakal sehingga ribuan ikan bilih yang terdapat di kawasan ini dapat dilihat dengan mata telanjang. 2.6.4. Olahraga Paralayang di Payorapuih
Perbukitan Danau Singkarak di wilayah Payorapuih memiliki karakteristik angin timur sehingga cocok dikembangkan untuk kegiatan olahraga paralayang. Olahraga Paralayang ini sedang dikembangkan oleh pihak pengelola kawasan wisata Danau Singkarak.
21
2.6.5. Kereta Api Wisata Kereta api wisata merupakan program wisata provinsi Sumatrera Barat. Jalur kereta ini dimulai dari Padang sampai ke Kota Sawahlunto. Dalam perjalanannya, kereta wisata tersebut melewati kawasan wisata Danau Singkarak. Penumpang kereta yang sedang berada di kereta tersebut dapat memandang secara langsung keindahan Danau Singkarak. Tetapi kereta ini masih beroperasi setiap hari Minggu, dan jumlah penumpangnya belum terlalu banyak. Oleh karena itu potensi ini perlu dikemas dan dikembangkan. 2.6.6. Festival Singkarak dan Danau Kembar
Festival Singkarak - Danau Kembar merupakan kegiatan wisata Kabupaten Solok. Acara ini pertama kali diadakan pada tanggal 23-27 Agustus 2008. Tujuan diadakannya festival ini adalah untuk lebih mengenalkan seni, budaya, dan keindahan alam di Kabupaten Solok kepada seluruh masyarakat di Indonesia dan masyarakat keturunan Minang yang berada di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam sehingga dapat lebih mengenal dan pada akhirnya mencintai seni, budaya, dan kekayaan alam Indonesia khususnya Sumatera Barat. Festival ini berhasil mencetak rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan menggelar arakarakan 74 jenis adat dan budaya khas dari 74 nagari di 14 Kecamatan yang ada di Kabupaten Solok. Festival ini direncanakan diadakan dua tahun sekali. Festival Danau Singkarak dan Danau Kembar bisa menjadi ajang promosi pariwisata Danau Singkarak khususnya secara nasional bahkan internasional melalui pemberitaan media cetak dan elektronik. 2.6.7. Tour de Singkarak Tour de Singkarak merupakan perlombaan balap sepeda tingkat internasional yang diadakan di Sumatera Barat. Perlombaan ini melewati berbagai daerah wisata di Sumatera Barat seperti Padang, Bukittinggi, Lembah Harau di Payakumbuh, Sijunjung, Sawahlunto dan tentunya Danau Singkarak. Perlombaan balap sepeda Tour de Singkarak baru pertama kali dilaksanakan di Sumatera Barat dan direncanakan menjadi acara tahunan. Tahun 2009 merupakan tahun pertama penyelenggaraannya yang dimenangkan oleh pembalap asal negara Iran. Puncak acara dilaksanakan di Danau Singkarak. Tahun 2013 lintasan tour de Singkarak sudah mencakup 15 kabupaten dan kota. Acara ini bertujuan untuk mempromosikan daerah wisata yang terdapat di provinsi Sumatera Barat termasuk Danau Singkarak dan Danau Maninjau.
22
Gambar 2.4. Peta Kesesuaian Wisata Danau Singkarak (Sumber Fitri, 2009)
2.7. Elemen-Elemen Lembaga yang Bertanggungjawab untuk Penyelamatan Danau Singkarak Penyelamatan Danau Singkarak harus melibatkan pemangku kepentingan, maka berdasarkan analisis yang dilakukan terdapat 14 sub elemen lembaga yang terlibat dalam penyelamatan pengelolaan Danau Singkarak (Tabel 2.6). Lembaga yang menjadi elemen kunci dalam pengelolaan tersebut adalah Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pemukiman dan Tata Ruang, Tokoh Adat/Lembaga Adat, Bapedalda, Perguruan Tinggi dan Dinas Pariwisata dan PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bukittinggi yang membawahi PLTA Singkarak. Tabel 2.6. Elemen lembaga yang harus terlibat dalam pengelolaan Danau Singkarak No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12 13 14
Sub Elemen Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi dan Dinas Terkait diKabupaten Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Bapedalda Propinsi dan Dinas terkait di Kabupaten) Dinas Kehutanan Propinsi dan Dinasterkait di Kabupaten Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi dan Dinas terkait diKabupaten Dinas Kesehatan (Propinsi-Kabupaten) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Prop/Kab/Kota PLN Sektor Pembangkitan Bukittinggi Perguruan Tinggi Industri dan Pengusaha (Hotel, budidaya KJA, restaurant, dll) Camat Wali Nagari/Wali Jorong/ BPRN Tokoh agama/tokoh adat Lembaga Swadaya Masyarakat
Arah dan kebijakan yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah pengelolaan Danau Singkarak harus secara menyeluruh dan terpadu yang melibatkan berbagai sektor baik dari pemerintah (policy maker), pelaku hukum, pengusaha maupun masyarakat umum (Lembaga adat dan Lembaga Agama). Arahan tersebut adalah untuk tidak menganggap Danau Singkarak sebagai tempat eksploitasi saja karena nilai ekonomis yang tinggi, tetapi juga harus mempunyai 23
nilai dan hak untuk dijaga, dikembangkan dan dilestarikan. Ganjaran hukum harus ditegakkan secara konsekuen dan konsisten terhadap pemanfaatan Danau yang mengabaikan aspek pelestariannya. Berdasarkan kondisi eksisting Danau Singkarak maka elemen peran pemerintah yang terlibat dalam pengelolaan Danau Singkarak baik langsung maupun tidak langsung dijabarkan menjadi 10 sub elemen (Tabel 2.7). Sedangkan hasil analisis elemen untuk kebutuhan dalam pengembangan model pengelolaan Danau Singkarak dijabarkan lagi menjadi 9 sub elemen (Tabel 2.8 dan 2.9).
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Tabel 2.7. Elemen Peran Pemerintah dalam Pengembangan Pengelolaan Danau Singkarak Sub-Elemen Pemetaan tata ruang Evaluasi kesesuian lahan di DTA dan badan air Danau Singkarak Master plan perwilayahan ekologi, ekonomi dan sosial Penerapan kebijakan antar pemangku kepentingan Ketegasan penegakan hukum terhadap pelanggaran Kajian kebijakan Perioritas rencana strategis Membuat dan merealisasikan penerapan rencana strategis Koordinasi antar wilayah administrasi Prinsip integrasi lintas sektoral Tabel 2.8. Elemen Kebutuhan dalam Pengelolaan Danau Singkarak
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sub-Elemen Pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia berkualitas Pengendalian sumber erosi dan pencemaran di DTA, sempadan danau dan di kolom air danau Pengembangan ekowisata dengan melengkap sarana dan prasarana Pelestarian dan pengendalian keberlanjutan biota danau Pengaturan perikanan (penangkapan ikan dan budidaya KJA) Pengelolaan budidaya pertanian dan perkebunan sesuai tata guna lahan Modal untuk pemberdayaan masyarakat Manajemen usaha Stabilitas politik Tabel 2.9. Elemen Kendala dalam Pengembangan Pengelolaan Danau Singkarak
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Sub-Elemen Belum ada Visi dan Misi pengelolaan lingkungan Danau Singkarak Perbedaan tujuan antar pemangku kepentingan Belum sinkron tujuan antar wilayah adiministrasi Belum ada konsistensi arah kerja sama antar wilayah administrasi Belum ada konsistensi arah kerja sama antar pemangku kepentingan Koordinasi antar instansi belum optimal Kualitas dan kuantitas SDM masih rendah Dukungan peratuan secara bersama-sama antara pemangku kepentingan belum ada Manajemen antara pemangku kepentingan masih rendah Persaingan kebutuhan/kepentingan Penegakan peraturan persektor masih lemah 24
Berdasarkan elemen-elemen tersebut maka perlu ada pembagian peran antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka pengelolaan danau Singkarak melalui model pengelolaan Co-manajemen yaitu pembagian kekuasaan untuk mengelola danau antara pemerintah, instansi swasta dengan masyarakat. Berdasarkan elemen-elemen tersebut maka disusun rencana kerja, tujuan, sasaran, rekomendasi, indikator kinerja, tahap pelaksanaan dan instansi pelaksana seperti dijabarkan pada Bab 3.
25
Bab 3 GERAKAN PENYELAMATAN DANAU SINGKARAK
3.1. Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Ancaman dan Peluang Kawasan Danau Singkarak Penentuan strategi pengembangan kawasan Danau Singkarak dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Caranya adalah manganalisa faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki kawasan Danau Singkarak. Faktor-faktor internal yang dimaksud adalah faktorfaktor yang mempengaruhi ekosistem yang berasal dari dalam Danau Singkarak sendiri, sedangkan faktor-faktor eksternal adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi degradasi danau yang berasal dari luar badan air. Faktor-faktor internal terdiri atas kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Faktor-faktor eksternal terdiri atas peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat). 3.1.1. Kekuatan (strength) a. Kealamian Ekosistem Danau Singkarak Sumberdaya perairan Danau Singkarak masih tergolong alami, terlihat dari permukaan perairan danau yang tidak banyak mengalami campur tangan manusia khususnya dalam perubahan bentang. Selama ini Danau Singkarak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan minum. Selain itu, perairan ini juga dimanfaatkan untuk perikanan, irigasi, sumber energi listrik oleh PLTA Singkarak dan wisata air. Danau Singkarak lebih banyak dimanfaatkan sebagai usaha perikanan tangkap, terutama penangkapan ikan bilih, namun sejak tahun 2011 sudah mulai dimanfaatkan untuk usaha perikanan dengan Keramba Jaring Apung (KJA). Kegiatan KJA sebetulnya tidak cocok dilaksanakan di danau ini karena faktor musuh alami berupa hewan isopoda (istilah lokal Gamih) yang mengisap darah dari insang ikan yang dipelihara. Selain itu angin dan arus pada musim tertentu di Danau Singkarak juga cukup kuat sehingga bisa merusak KJA seperti kejadian di perairan Nagari Singkarak. Hal inilah salah satu penyebab yang membuat Danau Singkarak masih terlihat sangat alami dan indah sehingga manjadi kekuatan daya tarik bagi wisatawan. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menetapkan kawasan Danau Singkarak dalam rencana strategisnya adalah sebagai kawasan pariwisata dan kawasan cadangan air untuk sumber energi PLTA Singkarak. b. Letak Yang Strategis Danau Singkarak terletak di jalur lintas Sumatera yaitu jalan yang menghubungkan provinsi-provinsi di pulau Sumatera. Jarak perjalanan dari pusat kota di Sumatera Barat tidak terlalu jauh. Dari Kota Padang dan Bandara Internasional Minangkabau dapat ditempuh selama ± 2 jam. Dari Solok dapat ditempuh 30 menit dan dari Kota Bukittinggi dan Kota Padang Panjang ke Danau Singkarak dapat ditempuh selama 1-1,5 jam dengan menggunakan kendaraan umum.
26
Dengan adanya letak yang stategis ini dapat memudahkan wisatawan menemukan lokasi wisata Danau Singkarak. Disepanjang pinggir Danau Singkarak antara Nagari Batu Taba dengan Nagari Singkarak lebih kurang 35 km disebelah timur Danau Singkarak terdapat jalur kereta api yang sangat berpeluang untuk dikembangkan menjadi wisata kereta api untuk menikmati keindahan Danau Singkarak. c. Potensi Sumberdaya Danau yang Besar Danau Singkarak merupakan danau terluas ke dua di Pulau Sumatera setelah danau Toba dengan luas 10.908,2 ha yang tentunya banyak memiliki potensi sumberdaya alam, baik sumberdaya perairan maupun sumberdaya perikanan. Danau Singkarak memiliki pemandangan yang indah dan alami. Hamparan perairan danau yang begitu luas dan jernih dikelilingi perbukitan, enam buah sungai besar yang airnya masih jernih pada musim kemarau; kecuali sungai Sumani airnya sangat keruh akibat banyak limbah dari Kota Solok dan galian C sepanjang aliran sungai tersebut; serta pepohonan yang sangat potensial untuk dijadikan kawasan wisata. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di kawasan Danau Singkarak adalah berkemah, perahu wisata, memancing, duduk santai, outbound, berenang dan wisata kuliner serta wisata penangkapan ikan bilih dengan sistem alahan dan jala di muara-muara sungai. Semua kegiatan wisata tersebut harus dikelola dan ditata sedemikian rupa sehingga dalam pelaksanaannya tidak merusak atau mengurangi kealamian kawasan. d. Potensi Sumberdaya Air Untuk PLTA Singkarak Danau Singkarak mempunyai potensi sumber daya air sebesar 16.1 km3. Dari volume air tersebut PLTA Singkarak memproduksi energi listrik dengan frekuensi 50 Hz, tegangan 10 KV dan menghasilkan daya 4 x 43,5 MW (175 MW). Dari hasil pemantauan outflow turbin dari bulan Januari sampai bulan Oktober 2012 berkisar antara 52.253.857–180.881.672 m3/detik. Outflow tertinggi terjadi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Agustus 2012 dengan elevasi akhir muka air danau berkisar antara 360,86-362,20 mdpl. Produksi energi pada tahun 2012 berkisar antara 22.129.472- 105.392.867 GWH/bulan. Produk berupa energi listrik diserahkan kepada Pusat Pengendalian Pengatur Beban (P3B) dan disalurkan ke Unit Pengatur Transmisi (UPT), Unit Pengatur Beban (UPB) dan Unit Pengatur Distribusi (UPD) yang selanjutnya dijual kepada masyarakat atau instansi yang membutuhkan. e. Keunikan Wilayah Dengan Adanya Ikan Bilih Keunikan Danau Singkarak yang tidak dimilliki oleh danau lainnya adalah adanya spesies ikan endemik yaitu ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). Ikan bilih yang hidup di Danau Singkarak berukuran kecil antara 5 - 12 cm. Ikan bilih merupakan ikan bernilai ekonomi tinggi karena harganya cukup mahal berkisar antara Rp 50.000.,-100.000.,/kg dalam bentuk olahan ikan goreng atau ikan kering. Berbagai kegiatan wisata ikan bilih dapat dikembangkan oleh pengelola, tentunya dengan tetap memperhatikan kelestariannya. Wisata kegiatan penangkapan ikan bilih dengan sistem alahan dan jala di muara sungai yang masuk ke danau, antara lain muara Sungai Paninggahan, Sungai Sumpur, Sungai Baing dapat dikemas menjadi 27
obyek wisata yang menarik. Selain itu juga ada wisata kuliner misalnya, ikan bilih (baby fish) goreng, pangek ikan sasau dan pangek ikan belingka yang memiliki rasa yang gurih dan enak menjadi daya tarik dan diharapkan dapat mengundang banyak wisatawan yang datang ke Danau Singkarak khusus mencicipi hidangan ikan bilih dan pangek yang tersedia di warung makan dan restoran di sepanjang sempadan kawasan Danau Singkarak. f. Adanya Hutan Rakyat Di daerah tangkapan air (catchment area) terdapat hutan rakyat yang terdiri dari hutan tanaman, hutan perkebunan dan hutan semak sekitar 21.946,4 hektar. Hutan rakyat tersebut berpotensi untuk dikembangkan berupa tanaman sawo, coklat, pala, alpokat, mangga, manggis, durian, cengkeh dan kelapa yang masih memerlukan penguatan kelembagaan petani untuk peningkatan hasil produksi berupa diversifikasi produk yang dapat meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani. g. Dukungan Dari Masyarakat Dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengelola suatu ekosistem Danau Singkarak agar tidak terjadi konflik dikemudian hari antara pemangku kepentingan (Stakeholders). Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, masyarakat sekitar kawasan Danau Singkarak mempunyai dukungan yang besar terhadap kawasan wisata ini asal sesuai dengan sosial dan budaya. Contohnya, 100% responden menyatakan senang dengan adanya kawasan wisata tersebut dan sebesar 63,33% responden bersedia apabila tanah mereka digunakan untuk membangun fasilitas wisata seperti hotel. Masyarakat menyadari adanya kawasan wisata Danau Singkarak dapat memberikan manfaat bagi mereka, karena memiliki kesempatan untuk berdagang, terlibat dalam tim pengelola, berinteraksi dengan wisatawan dan berekreasi di kawasan wisata Danau Singkarak. Masyarakat juga berkewajiban menjaga potensi sumberdaya alam yang dimiliki danau terluas di Provinsi Sumatera Barat ini yaitu dengan tidak membuang limbah cair dan sampah padat hasil kegiatan rumah tangga, pasar, pertanian dan perikanan ke saluran air yang menuju danau. Hal ini diperlukan agar kelestarian danau dapat terus terjaga yang selanjutnya dapat mempengaruhi keberlanjutan pengembangan kawasan wisata. Selain itu, perlu diadakan kegiatan gotong royong masyarakat sekitar danau dalam pembangunan tempat sampah umum dan bak penampungan air limbah. Sebaliknya persepsi masyarakat, terutama nelayan masih negatif terhadap kehadiran PLTA Singkarak karena mereka beranggapan berkurangnya populasi ikan bilih disebabkan oleh perubahan ekosistem danau ini, terutama dengan di bangunnya Dam Weir di Hulu Sungai Ombilin yang merupakan outlet alami Danau Singkarak. Semenjak tahun 1998 air Danau Singkarak dialirkan melalui terowongan PLTA sepanjang 17 km yang outletnya berlokasi di Nagari Malalo yang mengalir ke daerah Asam Pulau untuk memutar turbin PLTA.
28
3.1.2. Kelemahan (weakness) a. Belum Memiliki Visi dan Misi Pemangku kepentingan yang terlibat di dalam pemanfaatan dan pengelolaan Danau Singkarak belum memiliki Visi dan Misi. Hal ini mengakibatkan setiap instansi pemerintah, swasta dan badan lain yang memanfaatkan Danau Singkarak masih berjalan secara parsial yang dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem Danau Singkarak di masa yang akan datang. b. Sarana dan Prasarana Umum Tidak Memadai Sarana dan prasarana umum yang terdapat di kawasan wisata Danau Singkarak masih sangat kurang walaupun ada kondisinya kurang terawat. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung seperti tempat sampah, toilet, tempat duduk santai, tempat ibadah dan air bersih, terutama di lokasi wisata menyebabkan masyarakat masih membuang sampah ke badan air danau, selain itu pelayanan dan kemanan yang diberikan juga kurang. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di Pasar Ombilin dan Pasar Sumani serta wisatawan, sekitar 35% mereka menyatakan membuang sampah ke sungai dan danau serta di kawasan wisata Danau Singkarak karena kurangnya ketersediaan tempat sampah. Kotornya kawasan dengan sampah dapat mengganggu keindahan dan kelestarian sumberdaya air Danau Singkarak. Setiap hari minggu yang merupakan hari pasar di Jorong Ombilin, setelah kegiatan pasar selesai maka sampah ± 4 m 3 dibuang ke danau yaitu di sekitar jembatan di hulu Sungai Ombilin (di lokasi Dam Weir PLTA). Demikian pula di pasar Sumani pada setiap hari minggu sampah dari sisa aktifitas pasar ± 6 m3 di buang ke Sungai Lembang yang berlokasi di bawah Jembatan Sumani. c. Topografi Dasar Danau Yang Curam Danau Singkarak tergolong danau yang sangat dalam dengan kedalaman maksimal 296 m dan kedalaman rata-rata 136 m dan tidak ditemukan petunjuk mengenai zona berbahaya untuk beraktifitas di badan air dan sempadan danau, termasuk rambu-rambu-rambu lalu lintas, terutama untuk kegiatan wisata sehingga bagi wisatawan yang tidak mengetahui bahwa Danau Singkarak sangat dalam akan berbahaya bagi keselamatan mereka ketika melakukan kegiatan wisata berenang, berperahu dan memancing. Pada saat angin kencang, gelombang perairan tergolong besar dan dapat membahayakan wisatawan apabila melakukan kegiatan di air. Selain itu di daerah litoral danau juga terdapat tanaman air yaitu Jariamun yang dapat membahayakan pengunjung wisata jika berenang di air. d. Topografi Tepian Daratan Danau Yang Sempit Danau Singkarak memiliki tepian yang sempit, bahkan sebagian besar danau Singkarak di wilayah studi tidak ditemukan tepian danau sama sekali, danau dibatasi langsung dengan jalan raya. Hal ini menyebabkan pilihan wisata di danau Singkarak menjadi terbatas.Padahal dibeberapa titik yang tidak ada tepian danaunya memiliki pemandangan yang sangat indah.Berdasarkan tingkat kedalaman relatif (Zr = 2,45%), maka danau Singkarak memiliki stabilitas perairan yang rendah. Menurut Wetzel (1983) dalam Lukman dan Ridwansyah (2009). 29
sebagian besar Danau memiliki nilai Zr kurang dari 2% menunjukkan tingkat stabilitas yang rendah. Sedangkan Danau yang memiliki stabilitas tinggi umumnya memiliki nilai Z r>4% dan merupakan Danau dalam dengan luas permukaan sempit. Pengembangan garis pantai (D L) adalah gambaran potensi dan peran wilayah tepian dalam hubungannya dengan kesuburan danau, semakin panjang garis pantai semakin besar nilai D L. Nilai DLdanau Singkarak mencapai 0,16 yang menunjukkan bahwa peranan wilayah tepian danau kurang mendukung produktivitas perairannya (Syandri et al, 2012). e. Banyaknya Bangunan Yang Tidak Tertata Dengan Baik di Sepanjang Sempadan Danau Bangunan perumahan, warung dan restoran yang tidak tertata dengan baik di sepanjang sempadan Danau Singkarak menyebabkan nilai keindahan danau semakin berkurang. Berdasarkan laporan dari Pemerintah Kecamatan Rambatan jumlah bangunan baru yang tumbuh di sempadan danau Singkarak kurang lebih 500 unit, dari jumlah tersebut hanya 50 unit yang memiliki izin mendirikan bangunan (IMB). Akibatnya wisatawan yang ingin melihat pemandangan danau terganggu dengan bangunan yang berdiri di sepanjang sempadan danau tersebut. Tidak adanya peraturan yang tegas untuk membatasi pembangunan di sepanjang sempadan danau menyebabkan masyarakat leluasa mendirikan bangunan. Selain itu kesadaran masyarakat sekitar sangat diperlukan agar keindahan Danau Singkarak tetap terjaga. f.
Belum Ada Zonasi dan Kesepakatan Antar Pemangku Kepentingan Dalam Mengelola Danau Singkarak
Pemanfaatan Danau Singkarak untuk berbagai kegiatan oleh Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) masih bersifat ego sektoral. Hal ini menyebabkan masing-masing SKPD melaksanakan program secara parsial. Misalnya Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sumatera Barat masih menginginkan dikembangkan budidaya ikan dengan sistem karamba jaring apung (KJA), padahal karakteristik danau ini tidak mendukung pelaksanaan usaha budidaya ikan dengan KJA, sedangkan dari Bapedalda dan Dinas Pariwisata dan kebudayaan ingin mengembangkan danau ini untuk tujuan wisata, karena Danau Singkarak sudah mendunia dengan wisata tour de Singkarak. g.
Belum Ada Peraturan Bersama 13 Nagari (Desa) Tentang Pengelolaan Ikan Bilih
Ikan bilih merupakan spesies endemik di Danau Singkarak dan memiliki nilai ekonomis penting bagi masyarakat yang bermukim di selingkar danau. Berdasarkan data yang ada di lapangan, jumlah alat tangkap yang tidak ramah lingkungan untuk menangkap ikan bilih semakin bertambah, antara lain jaring insang yang memiliki ukuran mata jaring 5/8 inci dan ¾ inci serta setroom aki, bahkan dengan bahan peledak. Dari 13 nagari yang terdapat di selingkar danau, hanya 1(satu) Nagari Sumpur yang sudah mempunyai peraturan tentang penangkapan ikan bilih dengan melibatkan pemerintahan nagari, pemuka adat, tokoh agama, pemuda dan nelayan.
30
3.1.3. Peluang (opportunity) a.
Danau Singkarak Berpeluang Besar Menjadi Objek Wisata Melalui Promosi Tour de Singkarak
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok, dalam hal ini Dinas Pariwisata kedua kabupaten telah melakukan berbagai promosi mengenai Danau Singkarak melalui brosur, leafletdan pameran. Namun promosi tersebut masih kurang. Dengan adanya acara tahunan balap sepeda internasional Tour de Singkarak, maka secara tidak langsung Danau Singkarak juga ikut dipromosikan secara nasional dan internasional melalui media iklan yang terdapat di media cetak dan elektronik. Balap sepeda Tour de Singkarak merupakan perlombaan balap sepeda tingkat internasional yang melewati berbagai daerah di Sumatera Barat termasuk mengelilingi Danau Singkarak. Acara balap sepeda ini pertama kali diadakan di Sumatera Barat pada bulan Mei tahun 2009 dan diikuti oleh 11 negara. Event ini setiap tahun sudah menjadi agenda promosi wisata pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota, dan pada tahun 2013 telah diikuti oleh 23 negara. Dengan adanya event seperti ini secara tidak langsung sarana prasarana, aksesibilitas, fasilitas wisata di Danau Singkarak seharusnya semakin baik agar peserta, tamu undangan dan penonton merasa nyaman berada di Danau Singkarak. Namun sampai saat ini, acara Tour de Singkarak belum mampu memperbaiki wajah Danau Singkarak. Selain Tour de Singkarak, bentuk kegiatan lain yang digunakan sebagai ajang promosi Danau Singkarak adalah Festival Danau Kembar dan Danau Singkarak yang diadakan dua tahun sekali. a. Danau Terletak di Antara Dua Kabupaten
Danau Singkarak berada di wilayah dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok, secara administratif 40% wilayah Danau Singkarak berada di Kabupaten Solok dan 60% berada dikawasan Tanah Datar. Dua pemerintahan kabupaten ini memiliki peluang yang besar untuk menjadikan Danau Singkarak sebagai objek wisata yang sangat diminati wisatawan. Dua pemerintahan kabupaten ini dapat bekerja sama dalam hal pendanaan penggalian potensi sumberdaya Danau Singkarak, pengembangan wisatanya, promosi, perbaikan sarana dan prasarana, penetapan peraturan-peraturan daerah, dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia sehingga tercipta suatu kawasan wisata yang memperhatikan kelestarian danau. b. Kerjasama Instansi Terkait Instansi terkait bertugas mengawasi keberlanjutan Danau Singkarak yang berwawsan lingkungan, terutama kawasan wisata baik perairannya, sarana dan prasarana, fasilitas wisata, dan masyarakat sekitar danau. Dengan adanya kerjasama antara instansi seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Tata Ruang dan Pemukiman, Dinas Perikanan dan Kelautan, dan Bapedalda, maka kelemahan ataupun ancaman terhadap kawasan Danau Singkarak, terutama wisata danau dapat dikurangi atau diwaspadai.
31
c. Adanya Pihak Swasta Yang Ingin Menanamkan Modal Melihat potensi Danau Singkarak yang sangat sangat besar, maka banyak pihak swasta yang ingin menanamkan modal untuk berbisnis di kawasan Danau ini. Oleh karena itu penting untuk membuat zonasi pemanfaatan danau serta melakukan pembenahan dalam hal sarana dan prasarana terutama sarana wisata dan variasi kegiatan wisata. Untuk itu diperlukan modal guna mendorong pembangunan dan pengembangannya yang dapat berasal dari pihak swasta. Fasilitas wisata seperti perahu dan hotel yang terdapat di kawasan wisata Danau Singkarak saat ini berasal dari pihak swasta. d. Terbuka Peluang Produk Ikan Bilih Dijual ke Provinsi Tetangga dan Negara Jiran Ikan bilih yang ditangkap oleh nelayan sebagian besar dijual dalam bentuk segar kepada agen dan konsumen lokal, yang harganya sangat tergantung kepada musim. Pada saat musim ikan bilih, nelayan dan keluarganya sangat dirugikan oleh pedagang karena harga ikan ini murah. Oleh karena itu diperlukan diversifikasi dari produksi ikan bilih, terutama dalam bentuk ikan olahan, misalnya ikan bilih goreng, ikan salai, ikan kering, dan kerupuk ikan bilih. Generasi muda/perempuan di selingkar Danau Singkarak mempunyai minat untuk meningkatkan produk olahan ikan bilih, sehingga mereka yang menganggur dapat berusaha dalam usaha ini yang pada gilirannya dapat menumbuhkan pekerjaan baru dan meningkatkan tingkat pendapatannya. Dengan melakukan pengolahan pasca penangkapan, masyarakat mendapatkan beberapa keuntungan (1) dapat meningkatkan nilai jual ikan bilih dari Rp 40.000,/kg (dalam keadaan basah) menjadi Rp 90.000,-/kg (dalam bentuk produk olahan ikan bilih salai); (2) meningkatkan daya tahan pemanfaatan produk sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga dapat di jual ke propinsi tetangga dan negara jiran; dan (3) mengembangkan potensi SDA spesifik daerah. e. Diversifikasi Hasil Perkebunan Wilayah catchment area yang subur dan luas di selingkar Danau Singkarak berpotensi untuk menjadi hutan rakyat yang menghasilkan produk-produk perkebunan dan sudah dikelola oleh masyarakat secara turun temurun seperti perkebunan sawo, pala dengan jumlah produksi yang cukup tinggi. Untuk itu perlu dikembangkan diversifikasi hasil perkebunan sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi, misalnya keripik sawo, manisan pala, minyak pala dan lain sebagainya. 3.1.4. Ancaman (threat) a. Adanya Bencana Alam Danau Singkarak pernah beberapa kali mengalami bencana alam seperti gempa bumi dan tanah longsor. Bencana alam tersebut telah merusak berbagai fasilitas wisata di Danau Singkarak seperti tempat-tempat duduk yang terbuat dari semen. Kawasan Sumatera Barat memang sering terjadi bencana alam salah satunya adalah gempa. Adanya bencana alam dapat mengancam keberadaan suatu kawasan wisata, tidak terkecuali di Danau Singkarak. 32
b. Ikan Bilih Terancam Punah Karena Penangkapan Yang Tidak Ramah Lingkungan
Ikan bilih ditangkap menggunakan peralatan tradisional seperti jaring insang, jala, sistem lahan, dan lukah. Akan tetapi banyak juga nelayan yang menangkapnya menggunakan peralatan yang tidak ramah lingkungan seperti setrum aki, racun, bahan peledak, jaring insang dengan ukuran mata jaring 5/8 inci, dan ¾ inci . Hal ini dilakukan oleh nelayan karena ikan bilih memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga terjadilah eksploitasi besar-besaran terutama dengan alat tangkap jaring insang (baca jaring langli). Berdasarkan laporan Syandri et al (2001), jumlah alat jaring insang pada tahun 1980 sebanyak 30 unit dan bartambah menjadi 854 unit pada tahun 2001. Menurut data tahun 1997 menyebutkan stok ikan bilih mencapai 542.56 ton dan yang telah dieksploitasi sebesar 416.90 ton (Syandri, 1997). Ini menggambarkan sumberdaya ikan bilih sudah mengalami tangkap lebih. Nelayan juga mengakui bahwa tangkapan mereka beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan. Sekitar 10 tahun lalu, masing-masing nelayan setiap harinya bisa menangkap ikan bilih 50 kg per harinya, tetapi belakangan ini mereka masing-masing hanya memperoleh hasil tangkapan sebanyak 0.5 kg per harinya. Apabila kegiatan penangkapan ikan bilih yang tidak ramah lingkungan ini tetap berlangsung maka ikan endemik ini akan mengalami kepunahan. Padahal ikan bilih memiliki keunikan tersendiri bagi Danau Singkarak dan berpotensi menjadi objek wisata. Untuk itu diperlukan tindakan dari instansi terkait dan kesadaran masyarakat agar kelestarian sumberdaya ikan bilih tetap terjaga. c. Surutnya Air Danau Karena Aktifitas PLTA Singkarak PLTA yang sudah dibangun semenjak tahun 1998 telah mengancam surutnya air Danau Singkarak. Menurut masyarakat, air Danau Singkarak mengalami penyusutan sejauh 20 meter, tetapi belum ada data yang menyebutkan dengan pasti. Hal ini mungkin terjadi karena produksi energi PLTA Singkarak dimanfaatkan secara interkoneksi oleh provinsi tetangga yaitu Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Menurut masyarakat sekitar, keberadaan PLTA juga mengancam populasi ikan bilih, karena ikan bilih tersebut terbawa oleh arus ke dalam terowongan PLTA yang mana air danau ini sebagian besar dialirkan melewati terowongan menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak di daerah Asam Pulau Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman yang berjarak sekitar 17 km dari Danau Singkarak. Selain itu keberadaan PLTA menyebabkan penurunan permukaan air danau sehingga aktifitas memijah bagi ikan danau ini menjadi terhambat (Syandri 2008). Hasil pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan (UKL dan UPL) outflow turbin tahun 2009 dari bulan Januari - Desember 2009 berkisar antara 43.623.963- 175.513.181 m3/detik, outflow tertinggi terjadi pada bulan Desember 2009 dan terendah pada bulan Juli 2009 dengan kondisi elevasi akhir muka air danau berkisar antara 361,06-362,48 mdpl (Syandri et al, 2012).
33
Gambar 3.1. Rata-rata Outflow Air melalui Intake PLTA Singkarak d. Potensi Buangan Limbah Adanya pemanfaatan Danau Singkarak bagi kehidupan masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang bermukim di sepanjang sungai yang bermuara ke Danau Singkarak serta kunjungan wisatawan dapat menyebabkan tercemarnya air danau. Tercemarnya air danau tentunya akan berdampak bagi kelestarian sumberdaya yang hidup di dalamnya dan akan mengancam kegiatan wisatanya. Oleh karena itu, untuk mengurangi limbah yang masuk ke perairan Danau Singkarak, perlu diadakan tempat penampungan sampah sementara pada lokasi-lokasi padat penduduk dan pasar, dan masyarakat didampingi oleh instansi-instansi terkait melakukan gotong royong untuk membersihkan danau dan sungai-sungai yang mengalir di sepanjang danau.Dengan terciptanya perairan danau yang bersih sehingga dapat menjadi daya tarik unggulan bagi wisatawan. e. Daerah Tangkapan Air Semakin Kritis
Luas daerah tangkapan air (catchment area) Danau Singkarak adalah 129.000 ha, 43.000 ha berstatus lahan kritis termasuk di dalamnya peruntukan pertanian lahan kering, sawah dan perumahan. Pemanfaatan yang paling besar digunakan untuk pertanian lahan kering seluas 28.062,1 ha (25%) dan hutan lahan kering primer seluas 23.235,4 ha (20,70%). 3.2. Analisis SWOT dan Strategi Program
Rangkuti (2005) menyatakan bahwa analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi. Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui atau melihat kondisi ekosistem Danau Singkarak secara sistematik berdasarkan faktor-faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) yang merupakan faktor internal serta peluang/kesempatan (Opportunity) dan ancaman (Threat) yang merupakan faktor eksternal yang dihadapi. Strategi yang efektif diasumsikan dapat tercapai dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki dan kesempatan yang ada serta meminimalkan kelemahan yang dimiliki dan ancaman yang dihadapi. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap ekosistem Danau Singkarak, maka disajikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman seperti ditampilkan pada Tabel 3.1. Sedangkan Alternatif Program dan Kegiatan Penyelamatan Danau Singkarak dapat dilihat pada Tabel 3.2.
34
Tabel 3.1. Matrik SWOT Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Internal Factor Evaluation (IFE)
External Factor Evaluation (EFE)
Peluang (O) a.
b. c.
d.
e.
Danau Singkarak berpeluang besar untuk dijadikan objek wisata melalui promosi Tour de Singkarak dan festival danau Kerjasama instansi terkait Ada pihak swasta yang ingin menanamkan modal dalam bidang kepariwisataan Terbuka peluang produk ikan bilih di jual ke provinsi tetangga dan negara jiran dan wisata kuliner Terbuka peluang diversifikasi hasil perkebunan (keripik Sawo,manisan pala, minyak pala)
Kekuatan
Kelemahan
a. Kealamian ekosistem Danau Singkarak b. Letak yang strategis c. Sumberdaya ekosistem danau yang besar untuk wisata alam (duduk santai, outbond, wisata religious, berperahu, olah raga paralayang) d. Potensi sumberdaya air untukPLTA Singkarak e. Keunikan danau dengan adanya spesies endemik ikan bilih f. Memiliki hutan rakyat (tanaman sawo, pala dan vanilla dan coklat) g. Ada dukungan masyarakat.
a. Belum ada Visi dan Misi pengelolaan kawasan Danau Singkarak b. Sarana dan prasarana umum belum memadai c. Topografi dasar danau yang curam. d. Topografi tepian daratan danau yang sempit. e. Banyak bangunan di sepanjang sempadan danau yang tidak tertata dengan baik. f. Belum ada zonasi pemanfaatan danau antar pemangku kepentingan g. Belum ada peraturan bersama 13 Nagari (Desa) tentang pengelolaan ikan bilih. h. Data dasar tentang danau masih kurang
Strategi S-O
Strategi W-O
1. Kerjasama kedua pemerintahan kabupaten dalam bidang pendanaan untuk membenahi objek wisata (sarana dan prasarana) 2. Mengadakan kerjasama dalam promosi Danau Singkarak sebagai kawasan wisata yang terjaga kealamian dan kelestariannya. 3. Promosi kesenian & budaya serta atraksi 4. Mengajak investor untuk pengembangan wisata Danau Singkarak (bukan KJA) dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdayanya 4. Menjaga kelestarian ikan bilih dengan meningkatkan pengawasan dan membuat daerah suaka konservasi dan restocking
1. Mengupayakan modal dari kerjasama dari berbagai pihak yang dapat digunakan untuk pengembangan wisata Danau Singkarakyang berkelanjutan seperti penyediaan sarana dan prasarana, sehingga dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke Danau Singkarak 2. Perancangan dan pengadaan fasilitas wisata seperti perahu wisata yang aman dan nyaman digunakan di perairan Danau Singkarak yang tergolong dalam 3.Menampilkan atraksi wisata budaya dan seni 4. Membuat peraturan daerah yang memberikan izin pembangunan di sepanjang sempadan Danau dan 5. Membuat peraturan penangkapan ikan bilih berbasis kearifan lokal 6. Pengembangan wisata pada daerah yang topografinya memadai.
Ancaman (T)
Strategi S-T
Strategi W-T
a. Bencana alam (jalur gempa bumi) b. DTA semakin kritis c. Potensi buangan limbah semakin besar. d. Pembangunan pemukiman tanpa IMB semakin banyak di sempadan danau e. Ikan bilih terancam punah f. Aktifitas PLTA Singkarak berpengaruh terhadap ekosistem danau dan Dam Weir terhadap jalur ruaya ikan (fishway).
1. Penghijauan DTA dan sempadan danau yang sesuai dengan kondisi biofisik lahan 2. Melengkapi sarana dan prasarana wisata di Danau Singkarak 3. Membuat Peraturan tentang pembangunan pemukiman di sempadan Danau berdasarkan RT-RW Pemerintah Sumatera Barat dengan dukungan kelembagaan BPKDS dan melibatkan tokoh adat, pemuka masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya 4. Peningkatan Pokwasmas dalam menggunakan alat tangkap ikan bilih dan jenis ikan lainnya untuk kelestariannya 5. Membangun daerah konservasi secara insitu dan eksitu untuk menjaga kelestarian biota danau , terutama ikan bilih dan melakukan restocking ikan asli (ikan asang, baung, garing, dll.)
1. Meningkatkan sarana-prasarana dan mengurangi beban pencemaran ke danau Singkarak 2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian Danau Singkarak 3. Mengurangi jumlah alat tangkap jaring insang ukuran mata jaring ¾ dan 5/8 inci dan memberikan penggantian dengan ukuran 1,0 inci. 4. Mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke danau dengan menyediakan tempat penampungan sampah sementara 5. Memprioritaskan pembuatan peraturan bersama 13 nagari untuk menyelamatkan ekosistem danau dan biota danau yang difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi dan pemerintah kabupaten.
35
Tabel 3.2. Alternatif Program dan Kegiatan Penyelamatan Danau Singkarak No. 1.
2. 3.
4.
5.
6.
7.
8. 9.
Program dan Kegiatan Penyelamatan Danau Singkarak Mengintensifkan Koordinasi antar pemangku kepentingan dengan melibatkan tokoh adat, agama dan Badan Pengelola Kawasan Danau Singkarak (BPKDS) dalam mengatasi kelemahan, ancaman dan peluang yang ada Melengkapi sarana dan prasarana untuk pelayanan wisatawan Membuat Peraturan Daerah selingkar danau tentang pembangunan pemukiman/rumah makan di sempadan Danau berdasarkan RTRW Pemerintah Provinsi Sumatera Barat Penghijauan DTA dan sempadan danau yang sesuai dengan kondisi biofisik lahan, permintaan pasar dan diterima masyarakat setempat (misalnya tumbuhan dalu-dalu dan jawi-jawi yang ditanam di sempadan danau) Peningkatan peran Pokmaswas dalam pengawasan illegal fishing ikan bilih, validasi data rumah tangga dan alat penangkapan ikan bilih. Membuat peraturan bersama selingkar danau (13 nagari) tentang pengelolaan ikan bilih dan membangun daerah konservasi secara insitu dan eksitu untuk menjaga kelestarian biota danau, terutama ikan bilih Pelatihan dan Percontohan Pengelolaan Sampah berbasis 3R kepada masyarakat dan dunia usaha dilengkapi dengan daerah percontohan
Sifat Program Super Prioritas Prioritas
Mengundang investor untuk pengembangan wisata Danau Singkarak dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdayanya Membuat aturan pelarangan tidak melakukan budidaya ikan dengan KJA di danau Pengendalian penyebaran eceng gondok agar tidak berkembang menutupi badan air
3.3.
Program Super Prioritas (Pokok)
3.3.1.
Mengintensifkan Koordinasi antar Pemangku Kepentingan Mengatasi Permasalahan dan Ancaman yang terdapat di Danau Singkarak
dalam
Danau Singkarak selain memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan dalam bidang pariwisata, perikanan tangkap dan sumber energi listrik juga tidak lepas dari segala bentuk kelemahan dan ancaman. Ancaman-ancaman seperti bencana alam, penurunan populasi ikan bilih akibat penangkapan yang tidak ramah lingkungan, penurunan muka air danau akibat operasional PLTA Singkarak, dan potensi buangan limbah masyarakat serta kelemahankelemahan dalam hal sarana prasarana, topografi dasar danau yang curam, topografi tepian 36
daratan yang sempit dan banyaknya bangunan di sepanjang sempadan danau dapat dikurangi dengan cara melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti Badan Pengelola Kawasan Danau Singkarak (BPKDS), tokoh adat, tokoh agama, pemerintah, Kepala PLTA Singkarak dan Perguruan Tinggi. Koordinasi yang baik antar semua pihak dapat meminimalkan ancaman dan mengatasi kelemahan dan permasalahan dalam upaya menjaga kelestarian ekosistem, biota danau dan wisata serta pemanfaatan air untuk kepentingan PLTA Singkarak secara berkelanjutan sehingga kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan. Diagram posisi analisis SWOT untuk strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan ekosistem Danau Singkarak sebaiknya menggunakan strategi prioritas utama berdasarkan pada strategi S-O (Strength-Opportunities). Dengan potensi sumberdaya Danau Singkarak yang memiliki kealamian, keunikan endemik ikan bilih, letak yang stategis, serta dukungan masyarakat, dapat mewujudkan Danau Singkarak sebagai objek ekowisata andalan Sumatera Barat. Hal ini sangat mungkin terwujud karena didukung oleh dua pemerintah Daerah Kabupaten, instansi-instansi terkait, modal dari pihak swasta, dan promosi dan agenda Tour de Singkarak setiap tahun. 3.3.2. Membuat Peraturan Daerah tentang Pembangunan Pemukiman di Sempadan Danau Kawasan sempadan danau (kawasan sekitar danau) dimaksud dalam hal ini adalah sebagaimana tercantum dalam Keppres No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung yaitu wilayah yang terletak sejauh 100 meter dari titik pasang tertingginya merupakan kawasan lindung setempat yang perlu dilindungi dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau tersebut. Namun jika melihat kondisi eksisting kawasan sekitar Danau Singkarak, terutama di daerah Batu Taba, Ombilin hingga perbatasan dengan Kabupaten Solok tampak bahwa hampir sebagian besar kawasan sempadan danau tersebut sudah merupakan kawasan pemukiman. Menurut informasi dari 500 unit bangunan yang memiliki IMB hanya 5 unit, selain itu daerah sempadan Danau Singkarak juga digunakan untuk kegiatan budidaya pertanian, pariwisata dan sebagainya. Oleh karena itu, pengembangan kawasan sempadan danau sebagian diarahkan sebagai kawasan lindung dengan mempertimbangkan keberadaan kegiatan yang telah ada saat ini. Untuk mencapai arahan tersebut, maka kriteria-kriteria pengembangan kawasan sempadan danau antara lain: 1. Alokasi lahan untuk kegiatan jasa pedesaan, seperti hotel, perdagangan, dan tempat hiburan di sempadan danau dapat dilakukan secara terbatas dengan memperhatikan keberlangsungan lingkungan (tidak menimbulkan erosi, dan sebagainya). Sedangkan untuk kegiatan yang telah berkembang di sempadan danau diterapkan arahan pengendalian pemanfaatan ruang. Untuk lahan-lahan yang masih kosong di pinggiran danau dapat dikembangkan untuk pengembangan ruang terbuka hijau atau ruang publik yang sifatnya dibangun untuk kepentingan umum dengan konstruksi yang ramah lingkungan; 2. Dikembangkan model konsolidasi lahan dan revitalisasi zona-zona wisata (kawasan yang memiliki objek-objek wisata bersejarah yang potensial untuk dikembangkan) 37
dengan mengubah orientasi pengembangan menghadap danau atau menjadikan danau sebagai beranda rumah mereka. Tentunya konsep ini juga akan disertai dengan pengembangan jalan-jalan lokal sekunder pada tepian danau yang bermanfaat untuk mobilitas penduduk dalam berjalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua, sepeda, atau yang sejenis, maupun aktivitas yang tidak menimbulkan polusi lainnya; 3. Perlu ditetapkan fungsi lindung bagi daerah yang berupa lahan terbuka. Hal ini dilakukan untuk mengantipasi tingginya intensitas pembangunan kawasan budidaya yang dapat mempengaruhi secara negatif nilai estetika danau dan keseimbangan lingkungan, sehingga nantinya dapat menurunkan nilai daya tarik kawasan Danau Singkarak secara keseluruhan. 3.3.3. Penghijauan DTA dan Penataan Sempadan Danau yang sesuai dengan kondisi Biofisik Lahan Daerah tangkapan air (catchment area) Danau Singkarak yang luasnya sekitar 129.000 hektar diperuntukkan untuk berbagai kepentingan. Luas terbesar digunakan untuk hutan lahan kering primer yaitu seluas 23.235,4 ha (20,70%), pertanian lahan kering seluas 28.062,1 ha (25,0%) dan pertanian lahan kering campur semak seluas 21.749,6 ha (19,38%) dan paling kecil digunakan untuk hutan tanaman seluas 29,4 ha (0,03%). Permasalahan yang dihadapi pada DTA Singkarak adalah alih fungsi lahan dan adanya kerusakan lahan sehingga mengakibatkan terjadinya lahan-lahan kritis. Upaya mengembalikan fungsi lahan-lahan kritis adalah dengan melakukan rehabilitasi lahan, yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008, pada pasal 28 dan pasal 32 yang menyebutkan bahwa rehabilitasi lahan diselenggarakan pada lahan kritis dan tidak produktif. Kegiatan rehabilitasi lahan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu (1) mengkombinasikan teknik-teknik konservasi tanah yang sesuai dengan kondisi lahan dan merangsang partisipasi aktif masyarakat yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring; (2) pengelolaan DAS yang dilakukan secara terpadu oleh semua pihak termasuk Badan Pengelola Danau Singkarak dengan mempertimbangkan aspek biofisik, sosial, ekonomi dan budaya; dan (3) pemahaman yang sifatnya komprehenship dan terpadu untuk menyelesaikan permasalahan lahan kritis dalam kedudukan yang seimbang antara faktor fisik, biotik, teknik, sosial, ekonomi dan budaya. Khusus untuk sempadan danau yang saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa terkendali yang telah menimbulkan gangguan pada ekosistem dan nilai estetika danau diperlukan program-program yang ditujukan untuk menata sempadan danau sehingga kelestarian danau dapat tetap terjaga. 3.3.4. Membuat Peraturan Daerah tentang Pembangunan Pemukiman di Sempadan Danau Kawasan sempadan danau (kawasan sekitar danau) dimaksud dalam hal ini adalah sebagaimana tercantum dalam Keppres No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung yaitu wilayah yang terletak sejauh 100 meter dari titik pasang tertingginya merupakan kawasan lindung setempat yang perlu dilindungi dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau tersebut. Namun jika melihat kondisi eksisting kawasan sekitar Danau
38
Singkarak, terutama di daerah Batu Taba, Ombilin hingga perbatasan dengan Kabupaten Solok tampak bahwa hampir sebagian besar kawasan sempadan danau tersebut sudah merupakan kawasan pemukiman. Menurut informasi dari 500 unit bangunan yang memiliki IMB hanya 5 unit, selain itu daerah sempadan Danau Singkarak juga digunakan untuk kegiatan budidaya pertanian, pariwisata dan sebagainya. Oleh karena itu, pengembangan kawasan sempadan danau sebagian diarahkan sebagai kawasan lindung dengan mempertimbangkan keberadaan kegiatan yang telah ada saat ini. Untuk mencapai arahan tersebut, maka kriteria-kriteria pengembangan kawasan sempadan danau antara lain: 4. Alokasi lahan untuk kegiatan jasa pedesaan, seperti hotel, perdagangan, dan tempat hiburan di sempadan danau dapat dilakukan secara terbatas dengan memperhatikan keberlangsungan lingkungan (tidak menimbulkan erosi, dan sebagainya). Sedangkan untuk kegiatan yang telah berkembang di sempadan danau diterapkan arahan pengendalian pemanfaatan ruang. Untuk lahan-lahan yang masih kosong di pinggiran danau dapat dikembangkan untuk pengembangan ruang terbuka hijau atau ruang publik yang sifatnya dibangun untuk kepentingan umum dengan konstruksi yang ramah lingkungan; 5. Dikembangkan model konsolidasi lahan dan revitalisasi zona-zona wisata (kawasan yang memiliki objek-objek wisata bersejarah yang potensial untuk dikembangkan) dengan mengubah orientasi pengembangan menghadap danau atau menjadikan danau sebagai beranda rumah mereka. Tentunya konsep ini juga akan disertai dengan pengembangan jalan-jalan lokal sekunder pada tepian danau yang bermanfaat untuk mobilitas penduduk dalam berjalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua, sepeda, atau yang sejenis, maupun aktivitas yang tidak menimbulkan polusi lainnya; 6. Perlu ditetapkan fungsi lindung bagi daerah yang berupa lahan terbuka. Hal ini dilakukan untuk mengantipasi tingginya intensitas pembangunan kawasan budidaya yang dapat mempengaruhi secara negatif nilai estetika danau dan keseimbangan lingkungan, sehingga nantinya dapat menurunkan nilai daya tarik kawasan Danau Singkarak secara keseluruhan. 3.3.5. Peningkatan Pengawasan Penangkapan Biota Danau, Validasi Alat Tangkap Ikan,
Rumah Tangga Petani Ikan serta Pemacuan Stok Ikan Lokal Ekonomis melalui Restocking Ikan bilih sebagaimana dicantumkan pada analisis SWOT merupakan ikan endemik yang sudah terancam punah, namun berfungsi sebagai sumber mata pencarian masyarakat. Hal ini disebabkan karena jumlah alat tangkap, terutama jaring insang (istilah lokal jaring langli) ukuran mata jaringnya semakin kecil yang dipakai oleh nelayan untuk menangkap ikan bilih yaitu dari 1 inci menjadi 3/4 inci dan ada yang memakai 5/8 inci. Secara berturut-turut jumlah alat tangkap jaring insang sejak tahun 1980 (30 unit), 1985 (56 unit), 1990 (98 unit), 1995 (201 unit), 2001 (894 unit) seperti dicantumkan pada Gambar 3.2. Jumlah alat tangkap dan rumah tangga nelayan sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2013 (±12 tahun) tidak pernah dilakukan pendataan
39
yang valid. Pada hal data tersebut sangat penting yang dapat dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun kebijakan pengelolaan penangkapan ikan bilih di masa yang akan datang.
Gambar 3.2. Perkembangan Jumlah Alat Tangkap Jaring Inssang di Danau Singkarak
Pemacuan stok ikan (fish stock enhancement) yang kemudian istilah tersebut berkembang lebih luas menjadi pemacuan sumber daya ikan (fisheries enhancement), didefinisikan sebagai aktifitas yang ditujukan untuk menambah atau melestarikan pengadaan satu atau lebih organisme perairan dan meningkatkan total produksi. Upaya ini dilakukan di perairan yang produktifitas alaminya tinggi, tetapi pengadaan alami terbatas akibat penangkapan yang intensif dengan alat yang tidak selektif. Dari definisi tersebut di atas tersirat bahwa pemacuan sumber daya ikan bilih pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan atau memperbaiki populasi ikan bilih yang sudah menurun. Jika ikan bilih punah maka sumber pendapatan masyarakat dan potensi wisata Danau Singkarak akan menurun. Pemacuan sumber daya ikan di Danau Singkarak juga dimaksudkan untuk memperbaiki kuantitas dan kualitas stok ikan yang memijah sehingga memperbaiki potensi reproduksi alminya. Ikan yang terganggu reproduksi alaminya antara lain adalah ikan balingka, ikan asang, ikan sasau dan ikan garing yang terganggu proses pemijahan akibat fluktuasi permukaan air danau sehingga daerah litoral seringkali tidak terendam oleh air. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 menyebutkan bahwa konservasi sumber daya ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan. Danau Singkarak yang berada di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok, maka berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007, maka pengelolaan suatu kawasan konservasi berada pada kewenangan pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Agar suaka berfungsi dengan baik secara insitu diperlukan evaluasi badan air yang akan menjadi calon suaka ikan. Kriteria yang dipakai adalah luas perairan, kedalaman, kualitas air, kelimpahan plankton, kelimpahan tumbuhan air, tempat asuhan, tempat pemijahan, keanekaragaman spesies dan keterlindungan. Konservasi biota Danau Singkarak secara eksitu diprogramkan dengan membangun panti pembenihan ikan di pinggir Danau Singkarak.
40
Konservasi dapat dimulai dengan proses domestikasi, pembenihan dan restocking berdasarkan skala prioritas keterancaman spesies ikan. 3.3.6. Melengkapi Sarana dan Prasarana untuk Pelayanan Wisatawan Danau Singkarak memiliki pemandangan yang indah serta masih tergolong alami karena belum banyak mengalami campur tangan manusia.Kedua potensi ini dapat menjadi modal untuk megemmbangkan kegiatan ekowisata, ditambah lagi dengan keunikan danau Singkarak yang tidak dimiliki oleh perairan lainnya adalah adanya spesies endemik ikan bilih.Potensi-potensi tersebut seharusnya dapat menarik wisatawan dari berbagai daerah bahkan berbagai negara di dunia datang berkunjung ke danau Singkarak.Pada saat sekarang ini wisatawan mancanegara khususnya lebih menyukai kegiatan wisata dengan prinsip ekowisata, karena bagi mereka bentuk wisata buatan manusia sudah banyak dikembangkan di negara mereka.Hal ini menjadi peluang besar bagi pemerintah dan instansi terkait untuk memperkenalkan danau Singkarak kepada wisatawan baik nasional maupun internasional.Bentuk promosi harus dikemas dengan sebaik mungkin agar menarik wisatawan untuk datang berkunjung. Salah satu bentuk promosi yang dapat memperkenalkan Danau Singkarak secara nasional maupun internasional adalah melalui kegiatan Tour de Singkarak.Tour de Singkarak merupakan perlombaan balap sepeda bertaraf internasional yang telah dilaksanakan semenjak tahun 2009. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempromosikan objek-objek wisata yang ada di Sumatera Barat dengan cara para pembalap tersebut mengelilingi berbagai daerah di Sumatera Barat seperti Kota Padang, Kabupaten Agam, Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Solok, Solok Selatan dan Kota Solok, Kota Sawahlunto, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat. Danau Singkarak jika dibenahi akan dapat dipilih menjadi tempat penyelenggaraan puncak acara. Kegiatan Tour de Singkarak memberikan peluang yang besar kepada danau Singkarak, budaya dan kesenian untuk diperkenalkan ke dunia internasional. Promosi melalui media cetak dan elektronik harus dimanfaatkan semaksimal mungkin agar wisatawan tertarik untuk berkunjung, sehingga pada akhirnya akan menambah devisa bagi negara dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 3.3.7. Pelatihan dan Percontohan Pengelolaan Sampah Sampah organik rumah tangga/pasar merupakan permasalahan yang hingga saat ini belum teratasi dengan baik di Danau Singkarak. Penumpukan sampah di Dam Weir PLTA Singkarak di Jorong Ombilin dan pembuangan sampah ke Sungai Sumani di lokasi jembatan dapat hanyut oleh air ke Danau Singkarak dan mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan badan air danau. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan atau pengolahan yang sekaligus diharapkan dapat menghasilkan suatu produk yang bernilai ekonomi. Selain sampah anorganik yang dapat didaur ulang, sampah organik dapat diolah menjadi pupuk atau biogas. Volume sampah di Pasar Ombilin yang dibuang ke badan danau kurang lebih 4 m3 per/hari dan yang berasal dari Pasar Sumani 5 m3 per hari.
41
Persepsi negatif dari masyarakat adalah Dam Weir PLTA di Ombilin dan Intake PLTA di Malalo telah mengakibatkan banyak sampah yang tidak bisa keluar dari danau. Berdasarkan hasil pemantauan sangat banyak sampah di dasar perairan di sekitar Dam Weir PLTA di Ombilin yang berasal dari sampah organik dan anorganik. Air limpasan dari Dam Weir dipergunakan oleh masyarakat untuk mandi dan mencuci disekitar hilir Dam Weir. Upaya pengelolaan sampah yang telah dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bukittinggi yang membawahi PLTA Singkarak adalah: (1) menyediakan tempat sampah dalam bentuk bak sampah, namun belum menyediakan tempat akhir pembuangan sampah (TPA), (2) membersihan sampah pada areal intake dan screen yang dilakukan setiap hari atau setiap minggu, meliputi proses perawatan dan pembersihan sampah-sampah organik dan anorganik, dan (3) membersihkan sampah-sampah yang ada di sekitar Dam Weir dengan mengatur stoplog. Sampah basah organik (SBO) merupakan limbah rumah tangga yang dapat diolah menjadi pupuk yang bernilai ekonomi dan sekaligus ramah lingkungan. Proses penguraian SBO menjadi pupuk kompos membutuhkan kondisi dan pengaturan komposisi bahan yang tepat. Faktor-faktor seperti rasio C/N (carbon-to-nitrogen) dalam SBO, ukuran bahan dalam SBO, jenis dan jumlah mikroba (starter), kelembaban, aerasi, suhu, derajat keasaman(pH), dan penggunaan bahan aditif sangatmempengaruhi keberhasilan proses pengomposan. Untuk mengatasi sampah yang menumpuk di sekitar intake dan Dam Weir PLTA disarankan : a. Untuk melakukan pembinaan kepada masyarakat melalui kegiatan Bank Sampah, pemisahan sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik dapat dikumpulkan oleh masyarakat (ibu-ibu rumah tangga dan remaja), kemudian diserahkan ke Bank Sampah dan dinilai harganya. Sampah organik dapat dibuat menjadi wadah tas/tas, seminar kit dan lain sebagainya; b. Mengadakan pelatihan dan pembinaan kepada masyarakat untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk, sehingga mempunyai nilai ekonomi dan dapat menambah penghasilan masyarakat; c. Mengadakan pelatihan kepada masyarakat (ibu-ibu rumah tangga) untuk membuat kerajinan tangan berupa tas, dompet sehingga dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga dan mendukung perkembangan wisata di Danau Singkarak. 3.4. Program Prioritas (Penunjang) 3.4.1. Menarik Investor untuk Pengembangan Wisata Danau Singkarak dengan tetap memperhatikan Kelestarian Sumberdayanya Keunggulan serta peluang yang dimiliki Danau Singkarak seperti potensi sumberdaya yang besar, kealamian wilayah, keunikan karena adanya spesies endemik ikan bilih, letak yang strategis, serta adanya dukungan masyarakat dapat menjadi peluang bagi pemerintah atau instansi terkait untuk mencari investor dalam pengembangan wisata danau yang berkelanjutan. Investor sangat diperlukan dalam pengembangan wisata, dan biasanya investor akan
42
menginvestasikan modal mereka apabila berpeluang menguntungkan. Melihat berbagai keunggulan dan peluang yang dimiliki Danau Singkarak, maka peluang menguntungkan bagi investor bisa tercapai. Keuntungan yang diperoleh harus berasal dari pengembangan wisata danau yang berkelanjutan. Investor dapat berperan dalam perbaikan dan penambahan sarana prasarana, fasilitas wisata, promosi, dan pengembangan kegiatan wisata yang terdapat di Danau Singkarak. Pada saat ini, fasilitas, sarana dan prasarana wisata masih sangat kurang. Pemerintah, instansi terkait, investor serta masyarakat harus bisa bekerjasama untuk menciptakan suatu kawasan wisata danau dengan memperhatikan aspek-aspek kelestarian sumberdayanya, sehingga pada akhirnya akan menarik wisatawan untuk datang ke Danau Singkarak sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. 3.4.2. Membuat Aturan Pelarangan Budidaya Ikan dengan Keramba Jaring Apung (KJA) di
Danau Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu menjadikan Indonesia sebagai penghasil ikan terbesar tahun 2015 dengan meningkatkan produksi ikan sebesar 353%. Budidaya ikan sistem KJA di danau dan waduk memiliki prospek yang cerah untuk meningkatkan produksi ikan. Di danau Singkarak KJA sudah mulai dioperasikan tahun 2011, namun dalam bentuk ujicoba oleh instansi terkait. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa KJA kurang berkembang karena ada gamih yang mengisap darah pada insang ikan. Rencana strategis pemanfaatan Danau Singkarak adalah untuk pariwisata, sumber energi listrik dan perikanan tangkap, disarankan kepada para pemangku kepentingan Danau Singkarak sebaiknya untuk tidak mengembangkan kegiatan budidaya ikan dengan KJA. Belajar dari kasus Danau Maninjau yang statusnya kini rusak parah bermula dari aktifitas kegiatan KJA. Jika ingin meningkatkan produksi ikan maka sebaiknya disarankan untuk melakukan usaha budidaya di lahan atas pada daerah tangkapan air. 3.4.3. Mengendalikan Penyebaran Eceng Gondok Perkembangan gulma air antara lain eceng gondok sudah mulai tumbuh di daerah pinggiran Danau Singkarak terutama di daerah muara Sungai Sumani dan daerah Saning Bakar yang disebabkan banyak limbah yang berasal dari daerah tangkapan air, penduduk, detergen dan ternak yang melalui aliran sungai Sumani sehingga menyebabkan perairan kaya akan unsur N dan P. Kondisi pencemaran ini telah banyak meningkat jika dibandingkan dengan kondisi awal atau kondisi alamiah sebelum ada Dam Weir PLTA di Ombilin, pertambahan penduduk dan pemukiman di sempadan danau. Persentase luas tutupan badan air oleh eceng gondok di Danau Singkarak belum mencapai 1%. Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solm.) merupakan tanaman gulma di wilayah perairan yang hidup terapung pada air yang dalam atau mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air yang dangkal. Eceng gondok berkembangbiak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif maupun generatif. Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7-10 hari. Hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Sumatera Utara di Danau Toba (2003) melaporkan bahwa satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu berkembang seluas 1 m2, atau dalam waktu 1 tahun mampu menutup area seluas 7 m2. Heyne (1987) menyatakan 43
bahwa dalam waktu 6 bulan pertumbuhan eceng gondok pada areal 1 ha dapat mencapai bobot basah sebesar 125 ton. Eceng gondok dianggap sebagai gulma yang mengganggu, oleh karena itu maka berbagai cara perlu dilakukan untuk menanggulanginya. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya antara lain: menggunakan herbisida, mengangkat eceng gondok tersebut secara langsung dari lingkungan perairan, menggunakan predator (hewan sebagai pemakan eceng gondok), salah satunya adalah dengan menggunakan ikan grass carp (Ctenopharyngodon idella) atau ikan koan. Ikan grass carp memakan akar eceng gondok, sehingga keseimbangan gulma di permukaan air hilang, daunnya menyentuh permukaan air sehingga terjadi dekomposisi dan kemudian dimakan ikan. Cara ini pernah dilakukan di Danau Kerinci dan berhasil mengatasi eceng gondok di danau tersebut. Selain itu juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan eceng gondok tersebut, misalnya sebagai bahan pembuatan kertas, kompos, biogas, perabotan, kerajinan tangan, dan juga sebagai media pertumbuhan bagi jamur merang. Namun program ini belum menjadi prioritas untuk dilaksanakan karena luas tutupan eceng di Danau Singkarak belum sampai 1% dari luas danau (11.200 ha). Selain itu kegiatan ini juga memerlukan kehatihatian karena ada biota danau yaitu jenis ikan tertentu yang kehidupannya juga tergantung kepada gulma air. Secara keseluruhan, program super prioritas (pokok) dan prioritas (penunjang) yang dituangkan dalam matrik Rencana Aksi Penyelamatan Danau Singkarak untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.3.
44
TABEL 3.3. RENCANA AKSI PENYELAMATAN DANAU SINGKARAK BERDASARKAN SKALA PRIORITAS No
Rencana Aksi/ Program
Tujuan
1
2
3
1.
Pengembangan Kelembagaan dan Pranata hukum
Memperkuat kelembagaan pengelolaan kawasan Danau Singkarak yang sudah ada
Meningkat-kan kesadaran seluruh pemangku kepentingan untuk menjalankan peraturan yang berlaku
Sasaran 4 Optimalisasi fungsi Badan Pengelola kawasan Danau Singkarak (BPKDS) Pemerintah Nagari, Pemerintah Kabupaten Tanah Datar dan Kab. Solok serta Pemprov Sumbar. Terciptanya aturan hukum untuk pelestarian kawasan Danau Singkarak
Dasar Pertimbangan/ Permasalahan 5
Kegiatan 6
Indikator capaian Kegiatan
2014
7
8
Belum ada dukungan yang memadai dari Pemerintah Kabupaten dan provinsi terhadap optimaliasi kinerja BPKDS Fungsi dan tugas Pemerintah Nagari dan Pemerintahan Kab. belum terlihat kontribusinya untuk penyelamatan Danau Singkarak
Mengintensifkan koordinasi antar pemangku kepentingan
Fungsi dan peran BPKDS dalam membantu pengelolaan kawasan Danau Singkarak semakin optimal
Membuat peraturan nagari Selingkar Danau yang mengacu kepada RTRW Pemerintah Kabupaten dan Provinsi Sumatera Barat
Diterbitkan Peraturan Bersama Seluruh Nagari Selingkar danau untuk menjaga kelestarian Danau Singkarak
Belum ada Perda yang sama pada dua Kabupaten untuk pengelolaan danau Singkarak (Contoh bangunan di Sempadan Danau 90% belum ada IMB)
Mempercepat terbitnya Perda Pengelolaan Kawasan Danau Singkarak
Terbit Perda Pengelolaan Kawasan Danau Singkarak berbasis kearifan lokal
Tahap Pelaksanaan 2015 2016 2017 9
10
11
2018 12
Pelaksana
Sifat Program
13
14
Kementerian Lingkungan Hidup, Pemprov. Sumbar PemKab.Tanah Datar dan Solok berserta Tokoh Masyarakat Kementerian Dalam Negeri, Pemprov Sumbar, dan Lembaga Adat, BPKDS, PLTA Singkarak dan Perg. Tinggi Kementerian Dalam Negeri, Pemprov. Sumbar, Pemerintah Kab. Tanah Datar dan Solok, BPKDS, PLTA Singkarak, Perg. Tinggi,
Super Prioritas
Super Prioritas
Prioritas
45
No. 1
Rencana Aksi/ Program 2
Tujuan 3
Sasaran 4 Pengaturan tata kelola daerah tangkapan air dan sempadan danau
Peningkat an kualitas air danau
2.
Pengendalia n laju erosi dan sedimentasi serta sumber pencemaran air Danau Singkarak
Mengurangi laju sedimentasi di danau dan air danau tidak tercemar dan sesuai dengan peruntukannya
Dasar Pertimbangan/ Permasalahan 5 Lahan kritis ± 40% dari luas DTA (129.000 ha) belum dikelola dengan baik dan pemanfaatan lahan yang belum tepat sehingga laju erosi dan sedimentasi besar
Masih banyak yang membuang bahan pencemaran ke danau (sampah, erosi Galian C, sisa pakan KJA, detergen)
Baku Mutu Kualitas Air pada Kelas II dan Status trofik mesotrofik-eutrofik KJA tidak dilaksana-kan di Danau Singkarak
Limbah KJA akan mencamari air danau (belajar dari Danau Maninjau)
Peningka-tan kesadaran lingkungan
Belum optimal berbagai pihak dalam penyelamatan ekosistem danau
Pengelola-an sampah ramah lingkungan
Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke danau & sungai (kasus di Jembatan Ombilin dan Jembatan Sumani setelah hari pasar)
Kegiatan 6
Indikator capaian Kegiatan
2014
7
8
Penghijauan DTA dengan tanaman yang mengandung nilai konservasi dan ekonomi
Ditanam tanaman yang sesuai dengan kondisi biofisik lahan di DTA (100.000 batang/tahun)
Pembangunan cek dam dan embung
Ditanam daerah sempadan dengan tumbuhan DaluDalu di pinggir danau (1.000 batang/tahun)
Pembangunan IPAL terpadu 2 unit dan 10 unit IPAL komunal Penertiban pengambilan sirtu di litoral danau Pemantauan kualitas air secara berkala
Melahirkan Peraturan pelarangan KJA dan usaha perikanan dilaksanakan di daerah daratan selingkar danau Penataan kawasan dengan peningkatan penyadaran dan pendidikan lingkungan untuk 13 nagari Membuat percontohan pengelolaan sampah di 4 (empat) lokasi pasar dan sampah rumah tangga di 13 nagari
Terbangun cek dam dan embung Terbangun IPAL Terpadu 2 unit dan IPAL Komunal sebanyak 10 unit. Masyarakat tidak ada lagi yang mengambil sirtu di danau
Tahap Pelaksanaan 2015 2016 2017 9
10
11
2018 12
Pelaksana Utama 13
Sifat Program 14
KLH, Kemenhut, Dinas Kehutanan, BPDAS Rokan Indragiri, PLTA Singkarak
Super Prioritas
KLH, Pemprov Sumbar, Pemkab. Tanah Datar dan Solok, PLTA Singkarak dan Perusahaan lain
Super Prioritas
Kemen Kelautan & Perikanan, PemProv. Sumbar , Pemkab Tanah Datar dan Solok, BPKDS, Perg. Tinggi KLH, PemProv. Sumbar, Perguruan Tinggi, PLTA Singkarak
Prioritas
KLH, Kemen. PU, Pemprov Sumbar, Pem Kab. Tanah Datar dan Solok. PLTA Singkarak, Perg. Tinggi
Super Prioritas
Mempertahankan Baku Mutu Kualitas Air Danau pada Kelas II dan status tropik menjadi mesotrofik Ditetapkan Perda tentang larangan budidaya perikanan KJA di perairan danau yang disepakati oleh masyarakat Pelatihan dan percon-tohan pengelolaan lingkungan (pengelolaan sampah) 1 kali/tahun/ kabupaten Terbangun model pengelolaan sampah sebagai percontohan dan digunakan oleh masyarakat 4 (empat) unit
Super Prioritas
Lokasi TPS di Ombilin, Sumani, Guguak Malalo, Paninggahan dan membawa ke TPA sampah
46
No. 1
3.
Rencana Aksi/ Program 2
Pelestarian dan Pengendalian ikan/ biota danau
Tujuan 3
Keseimbangan ekologi dan mempertahankan keberadaan plasma nutfah ikan, terutama ikan bilih
4
Dasar Pertimbangan/ Permasalahan 5
Ikan bilih dan spesies lainnya tetap lestari di Danau Singkarak
Ikan bilih terancam punah (ukuran semakinkecil dan produksi menurun),
Menyadarkan masyarakat arti penting pelestarian biota danau, terutama ikan bilih
Alat tangkap semakin bertambah dan ukuran mata jaring semakin kecil dari ¾ inci ke 5/8 inci
Sasaran
Penetapan zonasi Konservasi ikan secara insitu
Populasi ikan asli semakin berkurang (bilih, asang, turiq, lelan, garing, kapiek)
Domestikasi / budidaya ikan lokal ekonomis penting secara eksitu
Daerah Pemijahan, pembesaran dan ruaya ikan berkurang dan ada yang terputus akibat Dam PLTA
Pengendalian eceng gondok
Eceng gondok sudah mulai berkembang , terutama di muara sungai Lembang dan daerah Saningbakar
Indikator capaian Kegiatan
2014
6
7
8
Meningkatkan aktifitas pengawasan oleh Instansi terkait & melakukan validasi data alat tangkap ikan bilih dan rumah tangga nelayan Pendataan jumlah alat tangkap dan RTP (Rumah Tangga Petani) perikanan
Meningkatnya kinerja Pokmaswas berbasis nagari secara periodik dengan menyediakan sarana /prasarana untuk pengawasan Tersedia data alat tangkap dan RTP yang valid di Danau Singkarak
Kegiatan
Mengatur jumlah alat tangkap jaring insang dan waktu penangkapan. Membuat peraturan penangkapan ikan bilih Survei lokasi reservat yang memenuhi syarat
Pembuatan daerah suaka perikanan dan petak pemijahan ikan bilih (komanajemen) Membangun tempat Penangkaran ikan lokal ekonomis penting (Hacthery) di kawasan Danau Singkarak 2 (dua) unit Pengendalian secara biologis dan fisik dan pembuatan pagar pembatas eceng gondok
Lahir Peraturan Nagari ( 13 Nagari) untuk menyelamatkan ikan bilih dan biota danai lainnya Tersedia tempat berkembangbiak ikan sebanyak 39 unit Dapat dikelola dengan baik oleh masyarakat
Terbangunan Hacthery 2 (dua) unit Tersedia benih ikan lokal yang dapat ditebar ke danau setiap tahun sebanyak 100.000 ekor/tahun Volume gulma air (eceng gondok) tidak bertambah di Danau Singkarak
Tahap Pelaksanaan 2015 2016 2017 9
10
11
2018 12
Pelaksana 13
Sifat Program 14
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemprov Sumbar , Pemkab Tanah Datar dan Solok, BKPDS, Perg.Tinggi
Super Prioritas
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemprov. Sumbar, Pemkab. Tanah Datar dan Solok, Pemerintahan Nagari, PLTA Singkarak, Perg. Tinggi
Prioritas
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemprov Sumbar, Perg. Tinggi, Pemkab Tanah Datar dan Solok, Perg. Tinggi, PLTA Singkarak
Super Prioritas
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemprov Sumbar, Pemkab. Tanah Datar dan Solok, PLTA Singkarak, Perguruan Tinggi
Super Prioritas
PemProv. Sumbar, Pemkab Tanah Datar dan Solok, PLTA Singkarak. Perg. Tinggi
Prioritas
47
No.
Rencana Aksi/Program
Tujuan
1
2
3
Sasaran 4 Wisatawan domestik
4.
Pengembangan Ekowisata
Kegiatan
Indikator capaian Kegiatan
2014
6
7
8
Potensi wisata belum dikemas dengan agenda yang menarik
Pengemasan agenda tahunan wisata domestik
Hutan dan danau yang unik menjadi modal pengembangan wisata privasi
Membuat model hikling, track hutan, lomba sepeda dan perkampungan unik
Peningkatan kegiatan tour de Singkarak
Pelaksanaan tour de Singkarak belum diikuiti dengan agenda wisata lain
Lokasi Wisata bebas sampah, dilengkapi trambu-rambu wisata dan penamaan daerah/lokasi spesifik
Pengelolaan sampah belum optimal, lokasi wisata belum baik, belum ada ramburambu wisata & penamaan daerah spesifik komoditi Danau Singkarak .
Mengembangkan agenda wisata lain yang dapat mendukung Tour de Singkarak Mengelola sampah domestik dengan menyediakan sarana dan prasarana
Penyediaan kuliner spesifik
Belum optimalnya kuliner spesifik berbasis sumberdaya lokal
Penujukkan lokasi wisata serta penamaan lokasi spesifik daerah yang bersangkutan Penyediaan kuliner olahan berbasis sumberdaya lokal
Tertata dengan rapi daerah sempadan danau
Pemanfaatan daerah sempadan merusak ekosistem danau
Penataan semua bangunan yang ada di sempadan danau
Tercipta kegiatan wisata yang unik dengan layanan Prima
Danau Singkarak menjadi daerah tujuan wisata utama
Dasar Pertimbangan/ Permasalahan 5
Tersedia agenda wisata yang terjadwal serta rambu-rambu petunjuk wisata Terbangunnya areal lokasi wisata yang unik Terlaksananya pelayanan prima di lokasi wisata Tersedia agenda wisata lain untuk mendukung kegiatan Tour de Singkarak
Terkelola sampah dengan baik didukung dengan sarana dan prasarana Terpasang informasi daerah spesifik komoditi (misal : Anda memasuki Kampung Ikan Bilih ) di Sekitar Ombilin
Tercipta olahan ikan bilih, buah sao dan lain-lain untuk peningkatan pendapatan masyarakat Tertata dengan rapi bangunan di Sempadan Danau
Tahap Pelaksanaan 2015 2016 2017 9
10
11
2018 12
Pelaksana
Sifat Program
13
14
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif, PemProv. Sumbar , Pemkab Tanah Datar dan Solok, Perg. Tinggi
Prioritas
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif, PemProv. Sumbar , Pemkab Tanah Datar dan Solok, Perg. Tinggi
Super Prioritas
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif, PemProv. Sumbar , Pemkab, Pem. Nagari, Perg. Tinggi Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif, Kementerian LH, Kemeterian PU, Pemprov. Sumbar, Pemkab, PLTA Singkarak, Perg. Tinggi.
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif, Pemprov. Sumbar, Pemkab. Kementerian PU, Pemprov Sumbar, Pemkab Kabupaten
Super Prioritas
Super Prioritas
Prioritas
Super Prioritas
48
Bab 4 PENUTUP
Menindaklanjuti Kesepakatan Bali Tahun 2009 tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan yang telah menyepakati 15 danau (Danau Toba, Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Kerinci, Rawa Danau, Danau Rawapening, Danau Sentarum, Danau Tondano, Danau Tempe, Danau Poso, Danau Mahakam (Semayang, Melintang, Jempang), Danau Matano, Danau Limboto, Danau Batur, Danau Sentani) menjadi danau prioritas, maka pada tahun 2011 telah dicanangkan Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) sebagai wujud upaya percepatan impelementasi Kesepakatan Bali. Untuk itu maka sebagai model, Germadan Rawapening yang telah diluncurkan pada KNDI II (Konferensi Nasional Danau Indonesia Kedua) di Semarang harus dapat direplikasikan ke-14 danau prioritas lainnya, salah satunya adalah Danau Singkarak. Dokumen Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak yang telah tersusun ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pihak, baik pemerintah, dunia usaha, masyarakat, maupun perguruan tinggi dan LSM dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan penyelamatan Danau Singkarak. Guna mendukung keberhasilan penyelamatan Danau Singkarak sangat diperlukan kerjasama yang kuat antar para pihak dalam melaksanakan komitmen penyelamatan Danau Singkarak. Untuk itu, maka Gubernur Sumatera Barat, Bupati Tanah Datar dan Kabupaten Solok dapat meminta Bappeda serta unit SKPD terkait di daerah untuk menggunakan dokumen Germadan Singkarak ini menjadi dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program dan kegiatan penyelamatan Danau Singkarak. Program penyelamatan Danau Singkarak dapat dilaksanakan dengan mengoptimalkan peran dan fungsi masing-masing institusi terkait. Untuk menilai keberhasilan program dan kegiatan penyelamatan Danau Singkarak di tingkat daerah, maka perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi. Unit pemantauan dan evaluasi penyelamatan Danau Singkarak dapat merupakan lembaga Ad-Hoc yang dibentuk oleh Gubernur dan memiliki kekuatan hukum. Lembaga tersebut dapat dibentuk dengan penguatan kelembagaan yang telah ada tanpa membentuk lembaga baru. Sinergisitas program dan kegiatan antar sektor dan SKPD terkait di daerah sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan penyelamatan Danau Singkarak. Untuk itu, maka komunikasi dan koordinasi dalam mengawal pelaksanaan penyelamatan danau hingga mencapai sasaran dan target capaian yang diinginkan menjadi prasyarat utama dan kunci keberhasilan program penyelamatan Danau Singkarak.
51
DAFTAR PUSTAKA Arsyad,S. 1989. Konservasi tanah dan air. Institut Pertanian Bogor, 290 halaman. Fakhruddin, M, 2001. Evaluasi pengelolaan DAS dengan pendekatan erosi (Studi kasus DAS Cinere, Pengalengan Jawa Barat. Limnotek 1 (VIII) : 11-20. Farida, K. Jeanes, D. Kurniasari, A. Widayati A, Ekadinata A, Hadi DP, Joshi L, Suyatmo D, Van Noordwijk M. 2005. Rapid Hydrological Appraisal (RHA) of Singkarak lake in the context of rewarding upland poor for environmental services (RUPES). ICRAF. Hakanson.L. 2005. The importance of lake morphometry and catchment characteristic in limnology-rangking based on statistical analysis, Hydrobiologia 541 : 117-137. Haryadi,S; Suryadiputra dan W,Bambang, 1991. Limnologi : Metode analisis kualitas air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Jorgensen, S. E., 1986. Fundamental of ecological modelling. Elsevier Science Publiser B. V. Amsterdam. 387 p Kartamihardja, E.S., K. Purnomo dan C. Umar. 2009. Sumber daya perairan umum daratan di Indonesia terabaikan. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 1 (1) : 1-15. Krismono, Astuti L.P., & Sugianti Y., 2009, Karakteristik Kualitas Air Danau Limboto, Provinsi Gorontalo. JurnalPenelitian Perikanan Indonesia 15(1) : 59-68. Krismono dan E, Kartamihardja., 2010. Pengelolaan sumber daya ikan di Danau Limbota, Gorontolo. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 2(1):27-41. Krismono, M.F. Rahadjo, E. Harris dan E.S Kartamihardja. 2010. Pengaruh perambahan eceng gondok (Eichhornia crassipes) oleh ikan Koan (Ctenopharyngodon idella) terhadap kesuburan (N,P) dan kelimpahan fitoplankton di Danau Limboto. Bawal 2 (3) : 103-113. Kusumaningtyas, D.I dan Sukamto, 2010. Analisis kadar Ortofosfat di peraian waduk Ir.H.Djuanda periode bulan Mei 208. Buletin Teknik Litkayasa Sumber daya dan penangkapan 1 (8) : 9-14. Lukman.M, Fakhrudin, Gunawan, I. Ridwansyah. 1998. Ciri morfometri dan pola genangan Danau Semayang . Laporan Rehabilitasi Lingkungan Danau Semayang. PEP-LIPI 15-23. Lukman dan I. Ridwansyah. 2003. Kondisi daerah tangkapan dan ciri morfometri Danau Lindu Sulawesi Tengah. Oceanologi dan Limnologi di Indonesia 7 (1) : 1-10. Lukman dan I, Ridwansyah, 2009. Telaah kondisi fisik Danau Poso dan prediksi ciri ekosistem perairannya. Limnotek 2 (XVI) : 64-73. Lukman dan I, Ridwansyah, 2009. Kondisi daerah tangkapan air dan ciri morfometrik Danau Lindu Sulawesi Tengah. Oceanologi dan Limnologi di Indonesia 35 : 11-20. Marson, 2006. Jenis dan pernanan tumbuhan air bagi perikanan di perairan Lebak Lebung. Bawal 1 (2) : 49-52. Pipalova.I. 2006. A review og grass carp use for aquatic weed control and its impact on water bodies. Journal Aquatic Plant.Manage 44 : 1-12. Purnomo. K & M.S.D. Sunarno. 2009. Beberapa aspek biologi ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr) di Danau Singkarak. Bawal 2 (6) : 265-271. 52
Suryono et al, 2008. Syandri.H. 1996. Aspek Reproduksi Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr) dan Kemungkinan Pembenihannya di Danau Singkarak. Disertasi Program Pascasarjana IPB Bogor. Syandri, H. 1998. Fekunditas, Makanan dan habitat pemijahan ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr) di Danau Singkarak. Jurnal Iptekni 2 (5) : 61-72. Syandri, H. 2008. Ancaman terhadap plasma nutfah ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr) dan upaya pelestariannya di Danau Singkarak. Orasi Ilmiah pada upacara pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Padang. Syandri.H. 2010. Efektifitas bantuan paket jaring insang terhadap pendapatan nelayan ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr) di Danau Singkarak. Makalah disampaikan pada seminar Nasional Forum Perairan Umum Daratan di Palembang tanggal 26-27 September 2011. Syandri, H; Junaidi, Azrita, 2011. Pengelolaan Sumber Daya Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr) Berbasis Kearifan Lokal di Danau Singkarak. Jurnal Kebijakan Penelitian Perikanan 3 (2) : 135-143. Syandri.H, N. Aryani, Azrita dan Jafri. 2012. Kajian pengelolaan dan pemantauan lingkungan Danau Singkarak Sumatera Barat. Laporan RKL-RPL PLTA Singkarak. Kerjasama PT. PLN Sektor pembangkitan Bukittinggi dengan LPPM Universitas Bung Hatta (tidak dipublikasikan). BPDAS Kuantan Indragiri, 2009. Laporan Tahunan. BPDAS Kuantan Indragiri, 2011. Laporan Tahunan. Welsh.P.S. 1952. Limnology. Mc Graw-Hill Book Company. Inc.538 pp. Wetzel, R.G.1983. Limnology. W.B Saunders College Publ. Philadelphia, 744 pp.
53