2015
GERAKAN PENYELAMATAN DANAU TONDANO (GERMADAN TONDANO)
Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Tondano
© Kementerian Lingkungan Hidup, 2014 Bagian atau seluruh isi buku ini dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya disertai ucapan terimakasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Cara mengutip : Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2014. Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Tondano. Pengarah : Arief Yuwono Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, KLH Penanggung Jawab : Hermono Sigit Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat, KLH Tim Penyusun : Sofia Wantasen, Benny Aipideli, Aekman Sigar, Harmin Manurung, Inge Retnowati, Titi Novitha Harahap , Wahyu Cahyadi Rustadi, Siti Rachmiati Nasution. Didukung oleh : Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bappeda Provinsi Sulawesi Utara, Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Utara, Bappeda Kabupaten Minahasa, Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Minahasa, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Sulawesi Utara dan Kabupaten Minahasa serta Universitas Sam Ratulangi. Diterbitkan oleh : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015
SAMBUTAN DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN IKLIM Konferensi Nasional Danau Indonesia I yang diselengarakan pada tahun 2009, telah menghasilkan Kesepakatan Bali yang ditandatangani oleh 9 Menteri yakni Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Pertanian, Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Menteri Riset dan Teknologi untuk mempertahankan, melestarikan dan memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan, pada 15 Danau Prioritas Nasional. Untuk mempercepat implementasi Kesepakatan Bali Tahun 2009, maka pada Konferensi Nasional Danau Indonesia II di Semarang, Kementerian Lingkungan Hidup telah meluncurkan Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) dan mengangkat Penyelamatan Danau Rawapening sebagai model. Diharapkan Model Penyelamatan Danau Rawapening dapat direplikasikan kepada 14 danau prioritas lainnya. Sebagai wujud replikasi model penyelamatan Danau Rawapening, hingga saat ini telah tersusun dokumen GERMADAN Toba, Maninjau, Singkarak, Kerinci, Tondano, Limboto, Poso, Tempe, Matano, Kaskade Mahakam (Semayang, Melintang, Jempang), Sentarum, Sentani, Rawa Danau dan Batur. Dokumen GERMADAN ini lahir berdasarkan arahan dan kebijakan yang telah digariskan dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia serta hasil kajian, penelitian serta data dan informasi terbaru mengenai danau prioritas tersebut dari berbagai sumber terkait. GERMADAN ini berisi Rencana Aksi penyelamatan Danau Tondano yang menjelaskan program super prioritas dan prioritas penyelamatan Danau Tondano yang akan dilaksanakan secara bertahap oleh Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan Masyarakat sesuai tugas, fungsi dan kewenangannya. Germadan Tondano — iii
Akhir kata saya menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada Tim Penyusun dan para narasumber, baik yang berasal dari pemerintah pusat, daerah, akademisi, dunia usaha maupun masyarakat, sehingga dokumen Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) ini dapat tersusun. Diharapkan dokumen GERMADAN ini dapat menjadi bahan arahan dan acuan bersama bagi para pihak untuk secara sinergis dan terpadu merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan penyelamatan Danau Tondano. Jakarta,
November 2014
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim
Ir. Arief Yuwono, MA
iv — Germadan Tondano
SAMBUTAN SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA Danau Tondano merupakan salah satu dari 15 (lima belas) danau prioritas yang disepakati pada Kesepakatan Bali Tahun 2009 tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan. Kesepakatan ini telah melahirkan komitmen bersama 9 (sembilan) kementerian untuk mempertahankan, melestarikan dan memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungannya melalui Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan). Oleh sebab itu, publikasi Dokumen Gerakan Penyelamatan Danau Tondano ini saya sambut dengan gembira, karena didalamnya menguraikan kondisi dan permasalahan dari berbagai aspek di kawasan Danau Tondano beserta rumusan program super prioritas dan prioritas penyelamatan ekosistem Danau Tondano kurun waktu 2015 – 2019. Agar memberikan hasil yang optimal sesuai dengan tujuan Germadan, maka tentu saja peran sinergis dari seluruh pemangku kepentingan sangat penting. Kepada para pemangku kepentingan saya menyarankan mengikuti substansi dokumen ini dengan cermat dan efektif sehingga dapat segera merealisasikan perannya masing-masing agar sasaran pengelolaan ekosistem Danau Tondano dapat terwujud dan permasalahan kerusakan ekosistem Danau Tondano dapat penanganan segera. Pada kesempatan ini, saya sangat menghargai dan mengucapkan terima kasih atas upaya semua pihak yang telah berhasil menyusun dokumen ini. Saya percaya bahwa upaya kita ini semata-mata meningkatkan kepedulian publik dan komitmen bersama terhadap penanganan ekosistem Danau Tondano sekaligus memberi kesempatan untuk edukasi publik terkait pengelolaan ekosistem Danau Tondano. Semoga dokumen ini bermanfaat bagi kita semua. Manado, Desember 2014
Germadan Tondano — v
vi — Germadan Tondano
KATA PENGANTAR KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SULAWESI UTARA Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Tondano merupakan salah satu wujud komitmen Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam pengelolaan ekosistem danau secara berkelanjutan, menindaklanjuti hasil Kesepakatan Bali Tahun 2009 tentang Pengelolaan 15 Danau Prioritas di Indonesia oleh 9 (sembilan) Kementerian terkait. Dokumen Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Tondano disusun sebagai landasan dan arahan bagi para pihak dalam upaya penyelamatan dan pengelolaan ekosistem Danau Tondano secara terpadu dan berbasis masyarakat guna mempertahankan keberadaan dan meningkatkan manfaat serta fungsi kelestarian Danau Tondano untuk mendukung pelestarian lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano secara lestari dan berkelanjutan. Didalam dokumen ini akan diuraikan, antara lain maksud, tujuan, dan sasaran penyusunan GERMADAN Tondano, kondisi serta telahaan permasalahan yang dihadapi saat ini serta kondisi ideal yang diharapkan berdasarkan analisis SWOT. Selain itu, dibahas juga pokok-pokok pikiran program super prioritas dan prioritas penyelamatan ekosistem Danau Tondano untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan. Dokumen GERMADAN Tondano sangat diperlukan untuk memberikan acuan bagi para stakeholders dalam melakukan pengelolaan ekosistem Danau Tondano. Oleh karenanya, substansinya harus dapat memberikan informasi kepada seluruh lapisan masyarakat tentang bagaimana pengelolaan ekosistem Danau Tondano yang baik dan terarah di Provinsi Sulawesi Utara. Penghargaan dan terima kasih saya kepada Kementerian Lingkungan Hidup melalui Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, Akademisi Universitas Sam Ratulangi serta berbagai pihak Germadan Tondano — vii
yang berperan dan turut serta dalam penyusunan dokumen ini, sehingga Gerakan Penyelamatan Danau Tondano ini dapat segera terwujud. semoga Dokumen ini dapat bermanfaat dalam menentukan arah penyelamatan ekosistem Danau Tondano. Manado, Desember 2014 Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Utara,
Edwin H. Silangen, SE., MS
viii — Germadan Tondano
DAFTAR ISI Sambutan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim ....................................................................................... Sambutan Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Utara ............................. Kata Pengantar Kepala BLH Provinsi Sulawesi Utara ............................... Daftar Isi ................................................................................................... Daftar Tabel .............................................................................................. Daftar Gambar ........................................................................................
iii v vii ix x xi
Bab 1 PENDAHULUAN ...........................................................................
1
1 6 9
1.1. Latar Belakang .................................................................... 1.2. Dasar Hukum Peraturan Perundangan ............................... 1.3. Tujuan Penyusunan Program Penyelamatan Danau Tondano
Bab 2 GAMBARAN UMUM ..................................................................... 11
2.1. Informasi Umum ................................................................. 2.2. Kondisi Lahan ....................................................................... 2.3. Hidrologi .............................................................................. 2.4. Status Mutu dan Kelas Air Danau ........................................ 2.5. Status Trofik Danau .............................................................. 2.6. Topografi .............................................................................. 2.7. Fungsi dan Manfaat Danau .................................................. 2.8. Karakteristik Danau ..............................................................
11 18 44 46 50 52 53 59
Bab 3 GERAKAN PENYELAMATAN DANAU TONDANO ........................... 73 Bab 4 Penutup ...................................................................................... 81 Daftar Pustaka ........................................................................................ 83
Germadan Tondano — ix
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Data curah hujan bulanan 1996-2012 Stasiun Pengamat Hujan Tondano, Minahasa ............................................................... 12 Tabel 2.2. Data curah hujan bulanan 2004-2013 Stasiun Pengamat Hujan Noongan-Winebetan, Minahasa ........................................... 14 Tabel 2.3. Penutupan Lahan DTA Danau Tondano ................................. 20 Tabel 2.4. Jenis Penggunaan Lahan Bagian Hulu (up stream) DTA Danau Tondano ..................................................................... 20 Tabel 2.5. Jenis Tanah di DTA Danau Tondano ...................................... 23 Tabel 2.6. Geologi DTA Danau Tondano ................................................ 31 Tabel 2.7. Geomorfologi DTA Danau Tondano ....................................... 35 Tabel 2.8. Tingkat Bahaya Erosi Danau Tondano ................................... 38 Tabel 2.9. Tingkat Kekritisan Lahan DTA Danau Tondano ...................... 41 Tabel 2.10. Lahan Kritis pada fungsi kawasan hutan di DTA Danau Tondano 43 Tabel 2.11. Data Debit Air Sungai/Saluran Irigasi Inlet dan Outlet Danau Tondano .................................................................... 44 Tabel 2.12. Kriteria Status Trofik Danau .................................................. 52 Tabel 2.13. Fungsi dan Manfaat Danau ................................................... 54 Tabel 2.14. Beberapa Tipe Danau di Indonesia ....................................... 61 Tabel 2.15. Data Luas Danau dari Instansi Terkait ................................... 62 Tabel 2.16. Perubahan Kedalaman Danau Tondano ............................... 63 Tabel 2.17. Perbandingan Hasil Pengukuran Bathimetri Tahun 2010 terhadap Tahun 2004 ........................................................... 64 Tabel 2.18. Komposisi Spesies dan Indeks Nilai Penting Flora Akuatik di Danau Tondano .................................................................... 65 Tabel 3.1. Matrik Analisis Lingkungan Kawasan Danau Tondano dan Rekomendasi ....................................................................... 74 Tabel 3.2. Kegiatan Super Prioritas dan Kegiatan Prioritas Gerakan Penyelamatan Danau Tondano (2015-2019) ........................ 77
x — Germadan Tondano
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Pendekatan Gerakan Penyelamatan Danau Tondano ...... 8 Gambar 2.1. Daerah Tangkapan Air Danau Tondano ............................ 11 Gambar 2.2. Grafik pola curah hujan di Stasiun Pengamat Hujan Tondano, Minahasa ......................................................................... 13 Gambar 2.3. Grafik pola curah hujan di Stasiun Pengamat Hujan Noongan-Winebetan, Minahasa ..................................... 15 Gambar 2.4. Rata-rata suhu udara bulanan (oC) Periode 2001-2010 ... 16 Gambar 2.5. Rata-rata kelembaban udara bulanan (%) Periode 2001-2010 17 Gambar 2.6. Penutupan Lahan DTA Danau Tondano ........................... 19 Gambar 2.7. Peta Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian .................... 21 Gambar 2.8. Jenis Tanah DAS Tondano ................................................. 25 Gambar 2.9. Geologi Danau Tondano ................................................... 33 Gambar 2.10. Peta Geomorfologi DTA Danau Tondano .......................... 35 Gambar 2.11. Tingkat Bahaya Erosi DTA Danau Tondano ....................... 38 Gambar 2.12. Tingkat Kekritisan Lahan DTA Danau Tondano ................. 43 Gambar 2.13. Sketsa pola aliran sungai masuk (inlet) dan keluar (outlet) 45 Gambar 2.14. Total Nitrogen pada 50 titik smapling di Danau Tondano . 46 Gambar 2.15. Konsentrasi Ammonia di Danau Tondano ........................ 47 Gambar 2.16. Konsentrasi Total Fosfat di Danau Tondano ...................... 48 Gambar 2.17. Konsentasi Nitrat, Nitrit, Ammonia di Outket Saluran Irigasi Bagian Timur Danau Tondano .......................................... 49 Gambar 2.18. Kondisi Pertumbuhan Vegetatif Aktif ............................... 49 Gambar 2.19. Konsentrasi Klorofil-a di Danau Tondano ......................... 50 Gambar 2.20. Peta Sebaran Klorofil-a di Permukaan Danau Tondano hingga 3 meter ................................................................ 51 Gambar 2.21. Kelas Lereng DTA Danau Tondano ................................... 53 Gambar 2.22. Aktifitas Masyarakat Nelayan di Danau Tondano ............. 55 Gambar 2.23. Obyek Wisata Sumaru Endo di Remboken ....................... 57 Gambar 2.24. Lokasi Wisata di Paleloan ................................................. 58 Gambar 2.25. Jaringan Makanan di Danau Tondano .............................. 69
Germadan Tondano — xi
xii — Germadan Tondano
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Kesepakatan Bali tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan yang merupakan komitmen dari 9 (sembilan)Kementerian terkait untuk mempertahankan, melestarikan dan memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungannya melalui tujuh butir program strategis danau. Tujuh butir program strategis danau dalam kesepakatan tersebut adalah Pengelolaan ekosistem danau, Pemanfaatan Sumber Daya Air danau, pengembangan sistem monitoring, evaluasi dan informasi danau, penyiapan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim terhadap danau, pengembangan kapasitas, kelembagaan dan koordinasi, peningkatan peran masyarakat, dan pendanaan berkelanjutan. Dalam mewujudkan kesepakatan bersama tersebut, 9 (sembilan) Kementeriantersebut menyatakan kesediaannya untuk bekerja sama dengan semua pihak melalui sinkronisasi dan sinergisitas Program/ Kegiatan Pengelolaan Danau Berkelanjutan pada 15 danau prioritas, yaitu Danau Toba, Danau Tondano, Danau Maninjau, Danau Kerinci,Danau Rawa Pening, Danau Batur, Danau Matano, DanauMahakam, DanauSentarum, DanauRawa Danau, Danau Tempe, Danau Poso, Danau Limboto,Danau Tondano dan Danau Sentani. Serta menerapkannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sulawesi Utara terdapat 19 danau dan 1 buah Embung yang tersebar di hampir seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Utara. (SLD Prov Sulut, 2011). Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), DAS Tondano ditetapkan sebagai: 1. Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup (Lampiran X), dan 2. Wilayah Sungai Strategis Nasional (Lampiran VI) Germadan Tondano — 1
Menurut pasal 80 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008, kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria: a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati; b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan; c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara; d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup. f. rawan bencana alam nasional; atau g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan. Menurut pasal 49 ayat (3), wilayah sungai strategis nasional ditetapkan dengan kriteria: a. melayani kawasan strategis nasional, PKN, atau kawasan andalan; b. melayani paling sedikit 1 (satu) daerah irigasi yang luasnya lebih besar atau sama dengan 10.000 (sepuluh ribu) hektar; dan/atau c. memiliki dampak negatif akibat daya rusak air terhadap pertumbuhan ekonomi yang mengakibatkan tingkat kerugian ekonomi paling sedikit 1% (satu persen) dari produk domestik regional bruto (PDRB) provinsi. Selanjutnya dalam Peraturan Menteri PU No.11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai sebagai penjabaran dari PP No. 28 tahun 2008, Penetapan dan kriteria wilayah strategis nasional didasarkan pada pertimbangan a. efektivitas pengelolaan sumberdaya air b. efisiensi pengelolaan sumberdaya air c. tercukupinya hak setiap orang untuk mendapatkan air guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. d. memenuhi parameter besarnya dampak terhadap pembangunan nasional: sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi. 2 — Germadan Tondano
Fungsi Strategis Danau Tondano diuraikan sebagai berikut: 1. Kawasan Strategis Nasional a. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) ManadoBitung yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi; b. Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.Kawasan Strategis Provinsi. 2. Kawasan Strategis Provinsi yang ada di Kabupaten Minahasa adalah sebagai berikut: a. Aspek Ekonomi • •
Koridor Pantai Pesisir Utara (PANTURA) dari Manado sampai dengan Bolaang Mongondow Utara Koridor Pantai Pesisir Selatan (PANSELA) dari Minahasa sampai dengan Bolaang Mongondow Selatan.
b. Aspek Sosial Budaya Rencana Kawasan Strategis Wilayah Provinsi Sulawesi Utara 2011 – 2031 dari Aspek Sosial Budaya, meliputi : • •
Kawasan Kampung Jawa di Tondano Kawasan Kompleks Lodji di Tondano
c. Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan/atau Teknologi Tinggi Daerah kawasan area panas bumi Lahendong, di Kecamatan Sonder, Remboken dan Tompaso. d. Aspek Daya Dukung Lingkungan Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), PLT Mikro Hidro Dan PLT Mini Hidro yang tersebar di Kabupaten Minahasa. Danau Tondano banyak memberikan kontribusi untuk sumber pembangkit listrik, air baku untuk air minum untuk Kota Manado dan Kota Tondano serta direncanakan penyediaan air baku air minum untuk Kota Germadan Tondano — 3
Bitung dan Kabupaten Minahasa Utara melalui pembangunan Embung di Kabupaten Minahasa Utara. Fungsi strategis tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Sumber Pembangkit Listrik (PLTA): Sumberdaya air Danau Tondano digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik(PLTA) Tanggari yang dibangun oleh pemerintah Jepang pada tahun 1950 dengan kapasitas 4,440 kW dan Tonsea Lama. Kemudian dilakukan pengembangan PLTA Tanggari I dan Tanggari II di sungai Tondano sehingga total daya yang terpasang sekitar 51.000 kW. Kota – kota besar di bagian Timur Provinsi Sulawesi Utara dicukupi kebutuhan listriknya dari PLTA tersebut. Kegiatan ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap perekonomian masyarakat luas karena energi listrik sangat dibutuhkan dalam menjalankan kegiatan perekonomian sektor lainnya. b. Sebagai Sumber Air Baku untuk Air Minum: Air dari Danau Tondano dan Sungai Tondano dimanfaatkan sebagai suplai air baku untuk air minum masyarakat Manado dan Kabupaten Minahasa. c. Perikanan Darat :Danau Tondano sebagai salah satu kawasan perairan dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat sebagai tempat budidaya ikan. Sistem budidaya yang digunakan adalah sistem perikanan tancap. d. Obyek Wisata: Pemanfaatan lain dari perairan danauTondano adalah sebagai lahan obyek wisata danau yaitu di daerah Remboken. Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) merupakan upaya bersama meningkatkan kepedulian masyarakat, pemerintah pusat dan daerah, instansi terkait serta sektor swasta dalam pengelolaan, penyelamatan serta pemanfaatan fungsi dan jasa lingkungan danau secara lestari dan berkesinambungan. Permasalahan Danau Tondano tumbuh seiring dengan pertambahan penduduk dan waktu sehingga tugas pengelolaannya hampir tanpa akhir. Permasalahan yang terkait dengan perubahan keseimbangan ekosistem Danau Tondano bertumpu pada: (1). Manajemen yang tidak terpadu dan tidak kontinue (one river, one management plan belum terpenuhi), (2) Prinsip keadilan antara penduduk hilir sebagai pengguna jasa ekositem dan 4 — Germadan Tondano
masyarakat hulu sebagai pelindung ekosistem belum dijabarkan secara konkrit, (3) Kepedulian dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya fungsi hutan tanah dan air masih tergolong rendah. (4) Sens of crisis bagi instansi pengelola yang terkait dengan ekosistem Danau Tondano belum terbangun dengan baik. (5) Peran serta instansi pemerintah baik di tingkat propinsi hingga tingkat desa dalam pemberdayaan masyarakat pemilik lahan di danau belum maksimal dan hanya bersifat insidentil; (6) Implementasi kegiatan rehabilitasi danau yang dilakukan dengan pendekatan proyek telah berdampak pada perubahan perilaku masyarakat yang berprinsip bahwa tanggung jawab rehabilitasi semata-mata berada pada pemerintah. Sedangkan masyarakat pemilik lahan tidak diberdayakan dengan baik untuk menghasilkan kemandirian dalam memanfaatkan lahan secara benar sesuai prinsip konservasi tanah dan air. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999 pasal 42 ayat 2 bahwa pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan diutamakan pelaksanaannya secara partisipatif dalam rangka mengembangkan potensi dan memberdayakan masyarakat. Permasalahan atau ancaman tersebut jika tidak segera ditanggulangi diduga akan merugikan berbagai pihak pengguna danau, karena nilai-nilai maupun manfaat yang diberikan danau akan berkurang bahkan hilang akibat pengelolaan yang kurang bijaksana. Permasalahan pengelolaan danau bertumpu pada aspek sosial ekonomi, politicalwill dari pemerintah daerah serta peningkatan kesadaran dan peran serta semua pihak terutama pemilik/ penguasa lahan untuk mengaplikasikan pemanfaatan lahan yang didasarkan pada prinsip KTA yang benar. Kebijakan pengelolaan ekosistem danau berkelanjutan yang telah disepakati oleh 9 (sembilan) Menteri pada tanggal 13 Agustus 2009 di Bali. Sebagai tindak lanjut dalam kesepakatan tersebut diperlukan antara lain mengkoordinasikan dan melaksanakan pengelolaan dan pengawasan danau secara terencana, terpadu dan menyeluruh. Salah satu upaya untuk menata pengelolaan danau, agar dapat memberi nilai dan manfaat optimal jangka panjang (berkelanjutan) adalah melalui penyusunan Grand Design Rencana Penyelamatan Danau Tondano. Germadan Tondano — 5
1.2. Dasar Hukum Peraturan Perundangan 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Sistem Budidaya Pertanian; 3. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan; 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan; 7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara; 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 9. Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; 10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 11. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air; 12. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah 13. Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-14. Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 15. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati; 16. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 17. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria; 18,. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2013 tentang Rawa; 19. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS; 20. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan; 21. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik; 22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai; 6 — Germadan Tondano
23. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan; 24. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air; 25. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 26. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan; 27. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 28. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan 29. Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan; 30. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan; 31. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan; 32. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah; 33. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 34. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi; 35. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom; 36. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar; 37. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar; 38. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah; 39. Peraturan Nasional terkait dengan Rencana Tata Ruang di wilayah Strategis Nasional. Untuk peraturan di tingkat daerah, maka yang perlu ditampilkan adalah :
Germadan Tondano — 7
1) Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP Daerah); 2) Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Rencana Tata Ruang Wilayah; 3) Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Kawasan Strategis Provinsi/Kabupaten/Kota; 4) Peraturan-peraturan daerah lainnya yang terkait dengan : a. Kelembagaan pengelolaan danau (Pembentukan Forum Danau, Badan Koordinasi/Pengelolaan Danau, dll); b. Perikanan (aturan penangkapan ikan, dll); c. Baku Mutu Lingkungan/Air; d. Pengelolaan Danau; e. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS); f. Pengelolaan Sumber Daya Air; dll.
Gambar 1.1. Pendekatan Gerakan Penyelamatan Danau Tondano 8 — Germadan Tondano
1.3. Tujuan Penyusunan Program Penyelamatan Danau Tondano Program Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Tondano bertujuan untuk mengkonservasi ekosistem danau sehingga fungsi dan peranannya sebagai reservoir alami untuk pariwisata, PLTA Tondano, irigasi pertanian, kehidupan biota danau, khususnya spesies endemic ikan bilih, perikanan, perhubungan dan sumber baku air minum dapat terjaga. Adapun tujuan khusus dari program inia dalah: a. Mengaplikasikan sains dan teknologi untuk remediasi badan air dan Daerah Tangkapan Air (DTA); b. Mengembangkan proses kebijakan pengelolaan Danau Tondano yang didukung oleh kelembagaan yang baik; dan c. Meningkatkan peran serta masyarakat berbasis kearifan local untuk kemajuan pariwisata, energy listrik, perikanan tangkap, konservasi dan antisipasi kebencanaan diselingkar Danau Tondano.
Germadan Tondano — 9
10 — Germadan Tondano
BAB 2 GAMBARAN UMUM 2.1. Informasi Umum
BAB II. Gambaran Umum
1. Luas dan Letak Daerah Tangkapan Air Danau Tondano 2.1. Informasi Umum
Secara geografis, Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Tondano terletak 2.1.1. Luas dan Letak Daerah Tangkapan Air Danau Tondano di antara 124° 45.09’’ BT dan 1° 5’Air 39.76’’ sampai dengan Secara45’ geografis, Daerah Tangkapan (DTA)LU Danau Tondano terletak di124° antara 58’ 29.28’’ 124° 45' 45.09'' BT dan 1° 5' 39.76'' LU sampai dengan 124° 58' 29.28'' BT dan 1° 18' BT dan 1° 18’ 56.48’’ LU seluas ±25.676 ha termasuk Danau Tondano. Secara 56.48'' LU seluas ±25.676 ha termasuk Danau Tondano. Secara administratif, DTA Danau Tondano terdapat diTondano wilayah Kabupaten Minahasa. administratif, DTA Danau terdapat di wilayah Kabupaten Minahasa.
Gambar 1. Daerah Tangkapan Air Danau Tondano
Gambar 2.1. Daerah Tangkapan Air Danau Tondano
2.1.2. Status dan Kondisi Kawasan Danau
Kondisi curah hujan di wilayah DTA Danau Tondano diamati menggunakan data dari
2. Curah Hujan stasiun pengamat hujan Tondano milik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kondisi curah hujan di wilayah DTA Danau Tondano diamati menggunakan data dari stasiun pengamat hujan Tondano milik Badan Meteorologi Klimatologi Germadan Tondano — 11
dan Geofisika dan Stasiun Noongan milik Balai Wilayah Sungai Sulawesi I. Hasil pengamatan dan analisis data curah hujan dengan kurun waktu 1996 – 2012 di Stasiun Tondano digunakan untuk mengamati besar dan pola curah hujan di wilayah ini. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Nopember dan terendah pada bulan Agustus. Musim kemarau terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama yakni pada bulan Juli – September, dan musim hujan dimulai pada bulan Oktober. Menurut klasifikasi iklim Schmidt – Ferguson, wilayah ini memiliki iklim A (Sangat Basah), dimana rasio antara bulan kering dan bulan basah adalah sebesar 0,13 (kurang dari 0,14). Tabel 2.1. Data curah hujan bulanan 1996 – 2012 Stasiun Pengamat Hujan Tondano, Minahasa Tahun
Jan 1996 163 1997 149 1998 40 1999 166 2000 221 2001 250 2002 273 2003 174 2004 158 2005 162 2006 183 2007 232 2008 147 2009 114 2010 103 2011 155 2012 163 Rata-rata 168
Feb 297 168 34 142 215 326 70 201 130 226 284 78 120 203 92 386 145 183
Mar 186 74 48 338 194 318 138 344 193 226 150 208 167 108 27 226 257 188
Apr 103 231 133 151 299 402 196 149 391 209 70 208 279 148 155 200 461 223
Mei 213 116 181 285 93 216 225 110 221 138 384 139 253 307 200 358 185 213
Bulan Jun Jul 0 177 2 210 453 195 204 98 443 27 145 61 320 0 128 147 115 217 112 80 310 10 246 249 328 194 225 125 129 229 141 28 110 179 201 131
Agu 138 0 159 124 105 67 2 203 0 31 44 88 131 37 153 44 189 89
Sep 149 7 63 197 93 208 13 78 60 150 49 72 164 4 227 217 112 110
Okt 263 129 258 239 284 273 85 100 76 251 104 192 235 283 246 104 135 192
Sumber : BMKG Ket : BB = Bulan Basah (>100mm) BK = Bulan Kering (<60mm) BL = Bulan Lembab (60 – 100mm)
12 — Germadan Tondano
Nop 211 157 263 115 339 264 309 305 544 343 243 310 315 373 188 238 252 281
Jumlah Des 228 2128 77 1320 210 2037 132 2191 215 2528 94 2624 74 1705 300 2239 182 2287 219 2147 275 2106 210 2232 217 2548 100 2028 264 2014 258 2355 202 2390 192 2048.83
BB
BK
BL
11 1 0 7 3 2 8 3 1 11 0 1 9 1 2 9 0 3 6 3 3 11 0 1 9 1 2 10 1 1 8 3 1 9 0 3 12 0 0 10 2 0 10 1 1 10 2 0 12 0 0 9 1.17 1.17
Berdasarkan pembagian iklim Oldeman, di wilayah ini dimungkinkan terjadi bulan basah (>200 mm/bulan) selama < 3 bulan berturut – turut dan bulan kering hanya terjadi dalam satu bulan, sehingga digolongkan dalam golongan iklim E, terlalu kering dan hanya mungkin satu kali palawija. Namun demikian di wilayah Sub DAS Tondano, memiliki curah hujan yang relatif sedang atau tidak kering, melainkan banyak yang termasuk dalam bulan lembab karena berada di daerah dengan elevasi tinggi dan dikelilingi oleh pegunungan. Dengan kondisi alam dataran lakustrin yang dominan datar sehingga fluks radiasi surya dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara maksimal dan persediaan air tawar yang disuplai oleh Danau Tondano melalui sistem irigasi yang baik, maka banyak sekali tanaman padi sawah dibudidayakan di daerah ini. 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Jan
Feb Mar Apr Mei Jun
Jul
Agu Sep Okt Nop Des
Gambar 2. Grafik pola curah hujan di Stasiun Pengamat Hujan Tondano, Minahas Gambar 2.2. Grafik pola curah hujan di Stasiun Pengamat Hujan Tondano, Minahasa
curahhujan hujan pada Tondano dan sekitarnya, dapat dijelaskan PolaPola curah padadaerah daerah Tondano dan sekitarnya, dapat menggu gambar grafik. Curah hujan tertinggi terjadi hujan pada bulan Februari dan terendah dijelaskan menggunakan gambar grafik. Curah tertinggi terjadi
pada bulan Februari dan terendah pada bulan Musim bulan Agustus. Musim penghujan mulai Agustus. terjadi pada bulanpenghujan Oktober hingga mem mulai terjadi bulanpada Oktober memasuki pada dengan a musimpada kemarau bulanhingga Agustus. Musim musim kemaraukemarau yang ditandai bulan Agustus. Musim kemarau yang ditandai dengan adanya bulan – bulan – bulan kering, terjadi dalam jangka waktu yang relatif lebih pende bulan kering, terjadi dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek jika dibandingkan musim penghujan. Besarnya curahrata hujan ratatahunan – rata tahunan dibandingkan musim penghujan. Besarnya curah hujan – rata sebesar 2048.83 dalam kategori sedang, yakni antara 2 adalah sebesar 2048.83 mm/th mm/thdimana dimanatermasuk termasuk dalam kategori sedang,
2500 mm/th, dengan jumlah hari hujan rata – rata tiap tahunnya sebanyak 219 har Germadan Tondano — 13 intensitas hujannya adalah sebesar 9,35 mm/hari dengan kategori sangat rendah, kurang dari 13,60 mm/hari.
yakni antara 2000 – 2500 mm/th, dengan jumlah hari hujan rata – rata tiap tahunnya sebanyak 219 hari maka intensitas hujannya adalah sebesar 9,35 mm/hari dengan kategori sangat rendah, yakni kurang dari 13,60 mm/hari. Kondisi curah hujan di wilayah DTA Danau Tondano bagian selatan diamati menggunakan data dari stasiun pengamat curah hujan Noongan – Winebetan milik Balai Wilayah Sungai Sulawesi I, Kementerian Pekerjaan Umum. Hasil pengamatan dan analisis data curah hujan dengan kurun waktu 2004 - 2013 di Stasiun Noongan digunakan untuk mengamati besar dan pola curah hujan di wilayah ini. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Nopember dan terendah pada bulan September. Tabel 2.2. Data curah hujan bulanan 2004 – 2013 Stasiun Pengamat Hujan NoonganWinebetan, Minahasa Tahun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Bulan Jun Jul
Agu
Sep
Okt
Nop
Des
Jumlah BB BK BL
2004
154.0
50.7
295.0
288.3
330.6
124.6
358.5
0.00
51.4
70.0
358.3 208.6 2290.00
8
3
1
2005
112.6
247.6
270.1
113.6
158.8
160.9
151.0
0.00
0.00
331.5
358.0 389.0 2293.10
10
2
0
2006
117.9
269.8
140.6
217.8
288.1
265.7
0.00
0.00
0.00
80.00
139.4 366.2 1885.50
8
3
1
2007
112.6
195.0
367.9
313.0
238.6
190.4
372.2 102.6
14.6
197.2
267.2 320.5 2691.80
11
1
0
2008
104.8
136.9
137.0
258.0
236.5
117.0
287.6 186.1
63.0
180.2
287.9 186.6 2,181.60
11
0
1
2009
104.9
79.2
127.0
154.4
296.6
137.3
0.0
146.4
369.4 114.2 1,636.20
8
2
2
2010
38.3
10.2
102.0
186.2
179.0
82.9
118.9 126.3 111.2
194.4
128.8 170.9
1449.1
9
2
1
2011
141.6
279.0
303.5
173.4
405.2
167.4
147.2
234.7 205.0 2,521.80
10
0
2
2012
231.0
157.4
291.6
319.5
127.0
56.1
2013
301.8
312.9
85.4
337.0
179.3
141.2
80.8 60.5
26.0
90.9 313.4
251.2 175.0
47.8
47.0
191.0 192.3 2,086.90
9
3
0
215.6
61.2
170.0
291.2 152.7 2,336.70
9
0
3
Rata-rata 141.9 173.87 212.01 236.12 243.97 144.35 189.63 79.53 66.26 156.39 262.59 230.6 2153.82 9.4 1.45
1
88.4
Sumber : BWS Sulawesi I Ket : BB = Bulan Basah (>100mm) BK = Bulan Kering (<60mm) BL = Bulan Lembab (60 – 100mm)
14 — Germadan Tondano
Sumber : BWS Sulawesi I Ket : BB = Bulan Basah (>100mm)
BK = Bulan Kering (<60mm)
BL = Bulan Lembab (60 – 100mm)
300 250 200 150 100 50 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nop
Des
GambarGambar 3. Grafik pola pola curah hujan di diStasiun Hujan Noongan-Winebe 2.3. Grafik curah hujan Stasiun Pengamat Pengamat Hujan Minahasa Noongan-Winebetan, Minahasa
Menurutklasifikasi klasifikasi iklim wilayah ini memiliki iklim iklim B Menurut iklimSchmidt Schmidt– Ferguson, – Ferguson, wilayah ini memiliki B (Basah), dimana rasio antara bulan kering dan bulan basah adalah sebesar dimana rasio antara bulan kering dan bulan basah adalah sebesar 0,15 (lebih d 0,15 (lebih dari 0,14 dan kurang dari 0,33). Berdasarkan klasifikasi iklim dan kurang dariNoongan 0,33). Berdasarkan klasifikasi Sub DAS N Oldeman, Sub DAS memiliki tipe iklim yangiklim samaOldeman, dengan Sub iklim sama Submemiliki DAS Tondano, yakni iklim E. Su DASmemiliki Tondano,tipe yakni iklimyang E. Sub DASdengan Noongan, curah hujan yang relatif sedang atau tidak kering, melainkan banyak yang termasuk dalam Noongan, memiliki curah hujan yang relatif sedang atau tidak kering, melainkan bulan lembab. Dengan kondisi alam yang sama dengan sub DAS Tondano yang termasuk dalam bulan lembab. Dengan kondisi alam yang sama dengan s yakni berupa dataran lakustrin yang datar dikelilingi oleh pegunungan Tondano berupa lakustrin yang datar dikelilingi sehingga fluksyakni radiasi surya dataran dapat dimanfaatkan oleh tanaman secaraoleh pegu maksimal danfluks persediaan air tawar yang disuplai oleh Danau Tondano sehingga radiasi surya dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara maksim melalui sistem irigasi yang baik, maka banyak sekali tanaman padi sawah persediaan air tawar yang disuplai oleh Danau Tondano melalui sistem irigasi ya dibudidayakan di daerah ini. maka banyak sekali tanaman padi sawah dibudidayakan di daerah ini. Pola curah hujan pada daerah Noongan dan sekitarnya, yakni Sub DAS Pola hujan padadan daerah dan sekitarnya, yakni Sub DAS Noongan Noongancurah bagian tengah huluNoongan dapat dijelaskan menggunakan gambar grafik. Curah terjadi pada bulan Nopember terendah tengah danhujan hulutertinggi dapat dijelaskan menggunakan gambardan grafik. Curah hujan t pada bulan September. Musim penghujan mulai terjadi pada bulan Oktober terjadi pada bulan Nopember dan terendah pada bulan September. Musim pe hingga memasuki musim kemarau pada bulan Agustus. Musim kemarau mulai terjadi padaadanya bulan bulan Oktober hingga memasuki musimjangka kemarau pad yang ditandai dengan – bulan kering, terjadi dalam waktu yang Musim relatif lebih pendek dibandingkan musim bulan penghujan. Agustus. kemarau yangjika ditandai dengan adanya – bulan kering
dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek jika dibandingkan musim pen Germadan Tondano — 15 Besarnya curah hujan rata – rata tahunan adalah sebesar 2.153,82 mm/th
Besarnya curah hujan rata – rata tahunan adalah sebesar 2.153,82 mm/th dimana termasuk dalam kategori sedang, yakni antara 2000 – 2500 mm/th, dengan rata – rata jumlah hari hujan sebanyak 135 hari sehingga intensitas jumlah hari hujan sebanyak 135 hari sehingga intensitas hujannya adalah sebesar 15,96 hujannya adalah sebesar 15,96 mm/hari dengan kategori rendah, yakni mm/hari dengan kategori rendah, yakni 13,61 - 20,70 mm/hari. 13,61 - 20,70 mm/hari. 3. Suhu Udara b. Suhu Udara
Hasil pencatatan rata-rata suhu udara bulanan untuk periode 10 tahun Hasil pencatatan rata-rata suhu udara bulanan untuk periode0 10 tahun terakhir (2001-2010) terakhir (2001-2010) memiliki kisaran sebesar 22,32 C-230C. Pola rata-rata 0 0 memiliki kisaran sebesar 22,32 C-23 C. Pola rata-rata suhu udara bulanan seperti pada Gambar 4 suhu udara bulanan seperti pada Gambar 4 menunjukkan bahwa rata-rata menunjukkan bahwa rata-rata suhu udara tertinggi terjadi pada bulan Mei sebesar 230C dan suhu udara tertinggi terjadi pada0 bulan Mei sebesar 230C dan terendah terendah pada bulan Februari sebesar 22,32 C. pada bulan Februari sebesar 22,32 0C. 23.2 23
Temperatur (⁰C)
22.8 22.6 22.4 22.2 22 21.8 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
0
0 Periode 2001-2010 Gambar 4. Rata-Rata SuhuUdara UdaraBulanan Bulanan ( (C) Gambar 2.4. Rata-Rata Suhu C) Periode 2001-2010
c. Kelembaban Udara
4. Kelembaban Udara Berdasarkan data hasil pengamatan kelembaban udara diperoleh nilai kisaran sebesar
Berdasarkan data hasil pengamatan kelembaban udara diperoleh 86,7%-91,6%. Pola kelembaban udara pada Gambar 5 menunjukkan bahwa rata-rata kelembaban nilai kisaran sebesar 86,7%-91,6%. Pola kelembaban udara pada Gambar udara bulanan cukup tinggi sepanjang tahun meskipun pada bulan-bulan kering/musim kemarau. 5 menunjukkan bahwa rata-rata kelembaban udara bulanan cukup tinggi Kelembaban udara pada musim kemarau yakni, pada bulan Agustus dan September lebih besar dari sepanjang tahun meskipun pada bulan-bulan kering/musim kemarau. 80 %. Kelembaban udara pada musim kemarau yakni, pada bulan Agustus dan September lebih besar dari 80 %. 16 — Germadan Tondano
92
Kelembaban udara (%)
91 90 89 88 87 86 85 84 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
Gambar 5. Rata-Rata Kelembaban udara Bulanan (%) Periode 2001-2010
Gambar 2.5. Rata-Rata Kelembaban udara Bulanan (%) Periode 2001-2010 5. Kecepatan dan Arah Angin d. Kecepatan dan Arah Angin
Hasil analisis data kecepatan dan arah angin adalah Bulan Januari Hasil analisis dataangin kecepatan dan arah angin Januari besar angin sebagian besar berhembus dariadalah UtaraBulan (52%) dansebagian Barat(35%). Dariberhembus 52 dari Utara (52%) dan Barat(35%). Darimemiliki 52 % hembusan angin utara memiliki kecepatan ≤ 6 knot % hembusan angin utara 47% kecepatan ≤ 47% 6 knot (±11,1 km/s), sedangkan angin Barat 30% kecepatan ≤ 6 knot (±11,1 km/s). (±11,1 km/s), sedangkan angin memiliki Barat 30% memiliki kecepatan ≤ 6 knot (±11,1 km/s).Pada Pada Bulan Bulan Pebruari peningkatan frekuensi angin Utara dan Pebruari terjadi terjadi peningkatan frekuensi angin Utara dan penurunan anginpenurunan Barat. Angin utara angin Barat. Angin utara memiliki frekuensi 75% dan sebagian besar (67%)km/s), memiliki frekuensi 75% dan sebagian besar (67%) memiliki kecepatan ≤ 6 knot (±11,1 memiliki kecepatan 6 knot frekuensi (±11,1 km/s), sedangkan angin Barat memiliki sedangkan angin Barat≤memiliki 20%. Bulan Maret terjadi peningkatan frekuensi angin frekuensi 20%. Bulan Maret terjadi peningkatan frekuensi angin utara angin utara khususnya pada kecepatan ≤ 3 knot (±5,5 km/s) dan penurunan frekuensi kecepatan khususnya pada4->7 kecepatan ≤ 3 knot km/s) penurunan untuk kecepatan knot(±7,4-12,95 km/s),(±5,5 demikian puladan dengan angin Barat frekuensi terjadi penurunan kecepatan angin untuk kecepatan 4->7 knot(±7,4-12,95 km/s), demikian frekuensi. Sama halnya yang terjadi pada Bulan April terjadi peningkatan kecepatan angin utara pula dengan angin Barat terjadi penurunan frekuensi. Sama halnya khususnya pada kecepatan ≤ 3 knot (±5,5 km/s) dan penurunan angin Barat serta hembusan angin yang terjadi pada Bulan April terjadi peningkatan kecepatan angin utara Selatan mulai meningkat. Pada Bulan Mei pola angin berubah, pada bulan tersebut terjadi khususnya pada kecepatan ≤ 3 knot (±5,5 km/s) dan penurunan angin penurunan kecepatan angin utara dan peningkatan angin selatan secara drastis dari 16 % meningkat Barat serta hembusan angin Selatan mulai meningkat. Pada Bulan Mei pola menjadi ± 59%. Kejadian yang sama terjadi pada bulan Juni hingga Oktober arah angin didominasi angin berubah, pada bulan tersebut terjadi penurunan kecepatan angin oleh angin selatan dengan kisaran frekuensi ± 71 % - 93 %. Pada Bulan November terjadi penurunan utara dan peningkatan angin selatan secara drastis dari 16 % meningkat angin selatan dan peningkatan angin utara dan angin barat. Bulan Desember sebagian besar angin menjadi ± 59%. Kejadian yang sama terjadi pada bulan Juni hingga Oktober berhembus dari barat dan utara dengan frekuensi hampir berimbang yakni, 41% dan 40,6% . arah angin didominasi oleh angin selatan dengan kisaran frekuensi ± 71 % - 93 %. Pada Bulan November terjadi penurunan angin selatan dan Germadan Tondano — 17
peningkatan angin utara dan angin barat. Bulan Desember sebagian besar angin berhembus dari barat dan utara dengan frekuensi hampir berimbang yakni, 41% dan 40,6% . 2.2. Kondisi Lahan 1. Penutupan Lahan Berdasarkan interpretasi citra Landsat tahun 2013, didapatkan bahwa luasan hutan di DTA Danau Tondano adalah sekitar 4% dari total DTA Danau Tondano. Jenis tutupan lahan dominan di DTA Danau Tondano adalah pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campur semak. Pertanian lahan kering adalah lahan usaha pertanian yang ditanami tanaman pangan atau sayuran. Jenis komoditas yang banyak ditanam petani adalah jagung, kacang tanah, kacang merah, buncis, wortel, cabe, tomat, mentimun dan buncis. Pertanian lahan kering campur semak di wilayah ini merupakan campuran antara tanaman pertanian semusim dan perkebunan tahunan. Jenis tanaman yang banyak dijumpai dalam kelas ini adalah cengkeh, kelapa, aren, bambu, pisang, jagung, kacang tanah, tanaman buah-buahan seperti nangka, mangga dan tanaman penghijauan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi tanah, elevasi, topografi dan curah hujan. Pertanian lahan basah berupa sawah adalah lahan budidaya pertanian yang biasanya ditanami padi, yang mendapat pengairan teknis ataupun non teknis. Lahan berpengairan teknis umumnya ditanami padi secara terus menerus atau dua kali dalam setahun, sedangkan yang tidak berpengairan teknis hanya satu kali dalam setahun. Pada musim kering lahan ini ditanami jagung, kedelai, kacang merah dan kacang tanah sehingga kadang-kadang daerah seperti ini digolongkan sebagai tegalan. Penggunaan lahan sawah umumnya terdapat pada bentuk lahan dataran aluvial dan aluvio-lakustrin. Belukar adalah lahan yang ditumbuhi vegetasi alami seperti kayu sirihsirihan yang bercampur dengan tanaman keras lainnya. Lahan ini umumnya merupakan bekas ladang atau kebun campuran yang telah diterlantarkan dalam jangka waktu yang relatif lama. Keadaan ini umumnya dapat ditemukan pada bentuk lahan aliran lava. Di daerah ini, penduduk selain memanfaatkan tanaman cengkeh yang sudah mati juga menggunakan 18 — Germadan Tondano
kayu-kayuan yang berasal dari penggunaan lahan ini untuk dijadikan kayu bakar. Tanah terbuka di DAS Tondano merupakan bekas muntahan lava Gunung Soputan dan kawah Gunung Mahawu.
2.6. Penutupan Lahan DTA Danau Tondano Gambar. PenutupanGambar Lahan DTA Danau Tondano Hutan pada umumnya terdapat pada puncak-puncak perbukitan/pegunungan yang
Hutan bagian padadari umumnya terdapat pada puncak-puncak merupakan hutan lindung Gunung Masarang, Gunung Tampusu, perbukitan/ Gunung pegunungan yang merupakan dari hutan lindung Masarang, Lengkoan, Gunung Lembean, Gunungbagian Kawatak, Gunung Soputan dan Gunung Gunung Kaweng. Gunung Lengkoan, Gunung Lembean, Gunung Kawatak, Luasan Tampusu, hutan primerGunung dan sekunder akan cenderung berkurang akibat rambahan Gunung Soputan dan Gunung Kaweng. Luasan hutan primer dan sekunder penduduk. Hampir semua areal hutan yang memiliki aksesibilitas telah dimasuki dan akan cenderung berkurang akibat rambahan penduduk. Hampiryang semua mengalami perambahan. Bagian yang tersisa hanyalah bagian puncak gunung areal yang memiliki aksesibilitas telah dimasuki dan mengalami relatifhutan sulit dijangkau. perambahan. yang tersisa hanyalah bagian puncak gunung yang Tabel. PenutupanBagian Lahan DTA Danau Tondano relatif sulit dijangkau. Penutupan Lahan Luas (ha) Prosentase Hutan lahan kering primer 297.64 Hutan lahan kering sekunder 453.23 Germadan Tondano —978.95 19 Permukiman Pertanian lahan kering 12341.26
1.43 2.17 4.69 59.15
Tabel 2.3. Penutupan Lahan DTA Danau Tondano Penutupan Lahan Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Permukiman Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Sawah Semak belukar Tanah Terbuka Grand Total
Luas (ha) Prosentase 297.64 1.43 453.23 2.17 978.95 4.69 12341.26 59.15 1343.74 6.44 3728.29 17.87 1686.89 8.09 32.83 0.16 20862.83 100.00
Berdasarkan hasil interpretasi Citra Quikbird diperoleh bahwa bagian hulu (up stream) dari daerah tangkapan Danau Tondano dapat dibedakan atas 11 (sebelas) jenis penggunaan lahan. Penyebaran penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 7, sedangkan luas masing-masing jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 2.4. Jenis Penggunaan Lahan bagian hulu (up stream) dari Daerah Tangkapan Danau Tondano No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Penggunaan Lahan Hutan Kebun Campuran Sawah Tegalan Semak Belukar Rumput Permukiman Kolam Rawa Tubuh Air Solfatara/fumarole JUMLAH
Luas ha 1.233 1.856 2.924 3.231 89 51 1.032 10 27 4 9 10.464
% 11,79 17,73 27,95 30,88 0,85 0,48 9,86 0,09 0,25 0,03 0,08 100,00
Sumber : Interpretasi Citra Quikbird dan Pengecekan Lapangan 2011 (Luntungan, 2014) 20 — Germadan Tondano
Penggunaan lahan di lokasi penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: Hutan adalah lahan yang umumnya ditumbuhi vegetasi alami yang terdiri dari pohon-pohon besar dengan tinggi lebih dari 5 meter dan bertajuk rapat. Penggunaan lahan ini banyak dijumpai di puncak perbukitan/ pegunungan dan lembah curam/tebing-tebing sungai. Luas penggunaan lahan ini adalah 1.223 ha atau 11,79 persen dari total daerah penelitian. Kebun Campuran adalah lahan yang ditanami petani dengan berbagai macam jenis tanaman baik tanaman tahunan, buah-buahan maupun tanaman semusim secara bersama-sama. Penggunaan lahan ini tersebar merata di daerah penelitian. Jenis tanaman yang banyak dijumpai dalam kategori ini adalah cengkeh, kelapa, aren, bambu, pisang, jagung, kacang tanah, tanaman buah-buahan seperti nangka,mangga, dan tanaman penghijauan seperti penggunaan ini adalah 1.856 hadi lokasi adalah 1.856 ha atau 17,73lamtoro. persen dariLuas total daerah penelitian.lahan Gambaran kebun campuran atau 17,73 persen daerah penelitian. Gambaran kebun campuran penelitian dapat dilihat dari pada total Gambar ... di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 2.7. Peta Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian Gambar ..... Peta Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian Germadan Tondano — 21
Sawah adalah lahan budidaya pertanian yang biasanya ditanami padi, yang mendapat air pengairan
Sawah adalah lahan budidaya pertanian yang biasanya ditanami padi, yang mendapat air pengairan teknis ataupun non teknis. Lahan berpengairan teknis umumnya ditanami padi secara terus menerus atau dua bahkan tiga kali dalam setahun, sedangkan yang tidak berpengairan teknis hanya satu kali dalam setahun dan pada musim kering lahan ini ditanami palawija seperti tomat, jagung, kacang merah dan kacang tanah. Sawah banyak dijumpai di sekitar sungai. Luas penggunaan lahan ini adalah 2.924 ha atau 27,95 persen dari total daerah penelitian Tegalan adalah lahan usaha pertanian yang ditanami tanaman pangan atau sayuran. Jenis komoditas yang banyak ditanam petani adalah jagung, kacang tanah, kacang merah, buncis, wortel, cabe, tomat, mentimum dan buncis. Penggunaan lahan ini hampir tersebar merata di seluruh daerah penelitian, dari dataran sampai perbukitan/pegunungan dengan berbagai macam kemiringan lereng. Luas penggunaan lahan ini adalah 3.231 ha atau 30,88 persen dari luas keseluruhan areal penelitian. Semak belukar adalah lahan yang ditumbuhi vegetasi alami seperti alang-alang yang bercampur dengan vegetasi yang lebih besar seperti kayu sirih-sirihan. Lahan ini umumnya merupakan bekas ladang atau usaha tani lainnya yang telah diterlantarkan. Luas penggunaan lahan ini adalah 89 ha atau 0,85 persen dari luas daerah penelitian. Rumput adalah lahan yang ditumbuhi rerumputan, yang tumbuh tidak teratur. Daerah ini sering terpengaruh oleh aktivitas vulkanik Gunungapi Soputan. Penggunaan lahan rumput didaerah ini dapat dijumpai di daerah sekitar puncak Gunung Soputan Tua. Permukiman adalah lahan yang digunakan untuk bangunan tempat tinggal dan pekarangan (termasuk tanaman) dan sarana umum seperti kantor, sekolah, gedung ibadah, rumah sakit, lapangan olahraga, pasar, terminal, dan semua daerah terbangun lainnya. Luas penggunaan lahan ini adalah 1.032 ha atau 9,86 persen dari total daerah penelitian. Kolam adalah ceruk di tanah yang agak luas dan dalam berisi air untuk memelihara ikan. Kolam di lokasi penelitian relative sempit, hanya sekitar 10 ha atau 0,09 persen dari keseluruhan lokasi penelitian. 22 — Germadan Tondano
Rawa adalah lahan berair atau sering dipengaruhi oleh air yang ditumbuhi oleh vegetasi rawa dan sagu. Penggunaan lahan ini dijumpai di bagian utara lokasi penelitian atau di bagian selatan dari danau Tondano. Penggunaan lahan ini menempati areal seluas 27 ha atau 0,25% dari luas daerah penelitian. Tubuh Airatau badan air merupakan kumpulan air permukaan yang berbentuk sungai yang mengalir dari bagian hulu ke bagian hilir di sekitar Danau Tondano. Sungai-sungai yang berada di lokasi penelitian ini semuanya bermuara di Danau Tondano. Solfatara/fumaroladalah bentuk manifestasi geothermal berupa mata air panas dan semburan uap air dan gas-gas oksida belerang. Di lokasi penelitian, lapangan solfatara/fumarol terdapat dalam bentuk kolam dan lumpur air panas yang banyak mengandung endapan belerang. Potensi geothermal di daerah ini sedang dikembangkan dan saat ini telah dilakukan pengeboran di titik sekitar wilayah Tompaso. 2. Tanah Jenis tanah di DTA Danau Tondano didominasi oleh ordo tanah Inceptisol, sebagian Alfisol, Entisol, dan Ultisol. Namun dalam kajian ini disajikan dalam asosiasi tanah, karena keterbatasan data yang ada mengenai peta tanah di Sulawesi Utara. Tanah di uraikan berdasarkan Satuan Peta Tanah (SPT) dalam Peta Tanah dan mengikuti asosiasi tanah yang bersangkutan. Asosiasi adalah dua atau lebihtakson yang saling bercampur. Tabel 2.5. Jenis Tanah DTA Danau Tondano Jenis Tanah Dystropepts Humitropepts Tropohumults Dystropepts Humitropepts Tropudalts Dystropepts Tropudalfs Dystropepts Tropudalfs Troporthents Eutrandepts Eutropepts Eutropepts Eutropepts Eutrandepts Humitropepts Dystrandepts Hydrandepts Tropaquepts Fluvaquents Tropudalfs Humitropepts Grand Total Germadan Tondano — 23
Luas (ha) 3611.41 54.88 483.47 403.89 1235.55 2890.38 3227.37 1722.74 6431.16 866.71 20927.56
Jenis tanah di DTA Danau Tondano bervariasi. Dominasi jenis tanahnya adalah Eutropept atau padanannya adalah Latosol Merah. Latosol adalah jenis tanah dari tanah zonal termasuk tanah yang terbentuk di bawah kondisi lembab, tropik berhutan serta dicirikan oleh perbandingan silika – seskuioksida yang rendah dalam fraksi lempung, kapasitas pertukaran basa yang rendah, aktifitas lempung yang rendah, kandungan mineral paling primer yang rendah, kandungan unsur-unsur terlarut yang rendah, dan derajat stabilitas agregat yang tinggi, biasanya berwarna coklat kuning kemerahan (Siswomartono, 1989). Dijelaskan lebih lanjut tanah latosol merah ini bertekstur halus – sedikit, drainase yang baik, solum dalam hingga sedang dan kesuburan yang tinggi. Selain itu, terdapat jenis tanah Distropept atau padanannya adalah Latosol Coklat. Di hulu, jenis tanah lain yang ditemui selain Eutropept dan Distropept adalah Eutrandept dan Humitropept. Jenis ini termasuk dalam kelas tanah Inceptisol. Inceptisol adalah tanah yang biasanya basah dengan horizon pedogenik dari bahan induk tetapi bukan iluviasi. Secara umum, arah perkembangan tanah belum nyata dari tanda-tanda yang ditinggalkan oleh berbagai proses pembentukan tanah atau tanda itu terlalu lemah untuk diklasifikasikan dalam kelas lain.Jenis tanah lainnya yang dominan adalah Dystrandepts dan Eutrandepts. Jenis tanah dengan akhiran „andepts“ merupakan subordo dari Inceptisol. Andepts memiliki kandungan abu volkan yang tinggi dan memiliki kelembaban tanah yang kurang. Mengingat DAS Tondano, DAS Paniki dan DAS Sario merupakan daerah yag dikelilingi oleh gunung – gunung api, maka dapat diperkirakan bahwa tanah di daerah ini merupakan hasil dari erupsi volkanik yang pernah terjadi pada masa lampau. Tanah dengan akhiran “andepts” dipadankan dengan jenis tanah Andosol atau juga disebut sebagai tanah vulkanis yang berasal dari abu gunung api. Tanah ini digunakan terutama untuk tanaman sayur-sayuran dan bunga-bungaan, perkebunan cengkeh. Juga untuk hutan pinus dan obyek-obyek pariwisata.
24 — Germadan Tondano
sayur-sayuran dan bunga-bungaan, perkebunan cengkeh. Juga untuk hutan pinus dan obyekobyek pariwisata.
Gambar. Jenis tanah DAS Tondano Gambar 2. 8. Jenis Tanah DAS Tondano Deskripsi setiap satuan tanah diuraikan sebagai berikut : SatuanDeskripsi Peta Tanah Dystropepts Tropaquepts setiap satuanDystrandepts tanah diuraikan sebagai berikut : Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari tiga greatgroup tanah yang masing-masing
Satuan Peta Tanah Dystropepts Dystrandepts Tropaquepts
dijelaskan sebagai berikut :
Satuan adalah Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari dan tigagreat greatgroup tanah • Dystropepts tanah ordo Inceptisolls subordo tropepts group Dystropepts. yang masing-masing dijelaskan : 4OAc) pada kedalaman 25-100 Perbedaan dengan Eutropepts adalahsebagai kejenuhanberikut Basa (NH dari permukaan tanah besarnya < 50%. • cm Dystropepts adalah tanah ordo Inceptisolls subordo tropepts dan great group Dystropepts. Perbedaan dengan Eutropepts adalah kejenuhan Basa (NH4OAc) pada kedalaman 25-100 cm dari permukaan tanah besarnya < 50%. • Dystrandepts adalah Andepts yang terbentuk pada iklim lembab. Kata Dystr dari Yunani berarti infertile atau tidak subur. Andepts merupakan subordo dari Inceptisol. Andepts memiliki kandungan abu volkan yang tinggi dan memiliki kelembaban tanah yang kurang.
Germadan Tondano — 25
•
Tropaquepts termasuk dalam sub ordo aquepts ordo Inceptisol. Yaitu Inceptisol yang memiliki sifat pada lapisan di atas kontak densik, litik atau paralitik, atau lapisan di antara kedalaman 40 cm dan 50 cm dari permukaan tanah mineral, mana saja yang lebih dangkal, memiliki kondisi akuik selama sebagian waktu pada tahun-tahun normal atau telah didrainase.
Satuan Peta Tanah Dystropepts Dystrandepts Tropudults Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari tiga greatgroup tanah yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut : • • •
Dystropepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya. Dystrandepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya Tropudults adalah greatgroup tanah dari orde Ultisol dan sub orde Udults. Tropudults tergolong memiliki erodibilitas yang agak tinggi. Nampak kecenderungan kepekaan tanah terhadap erosi di dominasi oleh agak tinggi. Dengan keadaan relief berbukit sampai bergunung peluang bahaya erosi tanah cukup besar.
Satuan Peta Tanah Dystropepts Humitropepts Tropohumults Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari tiga greatgroup tanah yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut : • •
•
Dystropepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya. Humitropepts merupakan greatgroup dari suborde Tropepts dan orde Inceptisols. Humitropepts adalah tropepts yang memiliki kandungan humus yang tinggi dan berkisar pada daerah yang memiliki rata-rata curah hujan yang tinggi. Tergolong tropepts karena mempunyai resin temperatur isohipertermik. Tropohumultstergolong ordo Ultisols, sub ordo humults greatgroup tropohumults. Tanah ultisols di lapangan ditujukkan oleh adanya horizon argilik. Hanya saja tanah ultisols ini pada kedalaman < 180 cm dari permukaan tanah memiliki kejenuhan basa (Jumlah Kation) <35 % sehingga KBJK sangat rendah. Di lapangan dapat di dekati besarnya PH Tanah.
26 — Germadan Tondano
Satuan Peta Tanah Dystropepts Humitropepts Tropudalfs Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari tiga greatgroup tanah yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut : • • •
Dystropepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya. Humitropepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya. Tropudalfs adalah tanah ordo Alfisols, sub ordo udalfs dan great group tropudalfs, klasifikasi tanah brown Forest Soil dan Mediteran merah kuning dahulu tergolong dalam alfisols ini. Sifat utama tanah ini yakni memiliki horizon argillik artinya memiliki kadar liat yang sangat nyata di horizon B (horizon illuviasi). Dengan demikian di horizon B atau horizon bawah dijumpai sifat yang sangat padat dibandingkan dengan horizon A di atasnya. Itulah sebabnya bilamana lahan tidak memiliki tutupan lahan atau vegetasi, terutama berakar dalam maka pada lerengan bila hujan turun akan menimbulkan bahaya longsoran tanah dan erosi.
Satuan Peta Tanah Dystropepts Tropudalfs Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari dua greatgroup tanah yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut : • •
Dystropepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya. Tropudalfs adalah tanah ordo Alfisols, sub ordo udalfs dan great group tropudalfs, klasifikasi tanah brown Forest Soil dan Mediteran merah kuning dahulu tergolong dalam alfisols ini. Sifat utama tanah ini yakni memiliki horizon argillik artinya memiliki kadar liat yang sangat nyata di horizon B (horizon illuviasi). Dengan demikian di horizon B atau horizon bawah dijumpai sifat yang sangat padat dibandingkan dengan horizon A di atasnya. Itulah sebabnya bilamana lahan tidak memiliki tutupan lahan atau vegetasi, terutama berakar dalam maka pada lerengan bila hujan turun akan menimbulkan bahaya longsoran tanah dan erosi.
Satuan Peta Tanah Dystropepts Tropudalfs Troporthents Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari tiga greatgroup tanah yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut : Germadan Tondano — 27
• • •
Dystropepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya. Tropudalfs adalah sama dengan penjelasan sebelumnya. Troporthents adalah great group dari ordo entisols, sub ordo orthents. Diduga tanah Troporthents ini adalah tanah litosol dahulu, di mana kedalaman tanah dangkal sampai sangat dangkal. Dengan demikian kepekaan terhadap erosi tergolong tinggi.
Satuan Peta Tanah Eutrandepts Eutropepts Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari dua greatgroup tanah yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut : •
•
Eutrandepts adalah greatgroup dari orde Inceptisol dan sub orde Andepts. Andept memiliki kandungan abu volkan yang tinggi dan memiliki kelembaban tanah yang kurang. Eutrandepts terbentuk dari abu volkanik dalam iklim semi arid, karena rendahnya curah hujan. Eutropeptsadalah great group dari ordo Inceptisols, Sub ordo Tropepts. Inceptisols adalah tanah-tanah yang tergolong masih muda tetapi sudah memiliki perkembangan profil ABC. Horison penciri adalah B kambik. Klasifikasi tanah latosol dahulu tergolong Inceptisolls ini. Pada umumnya memiliki epipedon umbrik, mollik, histik atau plagen. Tergolong tropepts karena mempunyai resin temperatur isohipertermik. Awalan Eutr pada eutropepts berasal dari bahasa Yunani yang berarti subur.
Satuan Peta Tanah Eutrandepts Hydrandepts Humitropepts Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari tiga greatgroup tanah yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut : • •
•
Eutrandepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya. Hydrandepts adalah greatgroup dari orde Inceptisol sub orde Andepts. Andepts yang mengandung liat yang terdehidrasi hingga berukuran kerikil tergolong hydrandepts. Awalan hydr dari Yunani yang berarti air. Hydrandepts terbentuk pada iklim yang paling basah. Kandungan organik yang dimiliki pada hydrandepts sangat tinggi. Humitropepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
28 — Germadan Tondano
Satuan Peta Tanah Eutropepts Satuan Peta Tanah ini hanya berupa satu jenis greatgroup tanah Eutropepts yang penjelasannya dapat dilihat pada uraian sebelumnya. Satuan Peta Tanah Eutropepts Dystrandepts Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari dua greatgroup tanah yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut : • •
Eutropeptsadalah sama dengan penjelasan sebelumnya. Dystrandeptsadalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
Satuan Peta Tanah Eutropepts Eutrandepts Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari dua greatgroup tanah yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut : • •
Eutropeptsadalah sama dengan penjelasan sebelumnya. Eutrandepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
Satuan Peta Tanah Humitropepts Dystrandepts Hydrandepts Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari tiga greatgroup tanah yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut : • • •
Humitropeptadalah sama dengan penjelasan sebelumnya. Dystrandepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya. Hydrandepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
Satuan Peta Tanah Tropaquepts Fluvaquents Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari dua greatgroup tanah yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut : • •
Tropaqueptsadalah sama dengan penjelasan sebelumnya. Fluvaquents adalah greatgroup dari orde Entisols dan sub orde aquents. Aquents adalah entisols yang mempunyai satu atau lebih sifat ;1) kondisi aquik dan bahan sulfidik di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral, atau selalu jenuh air dan matriksnya tereduksi pada semua horizon di bawah kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral, atau pada suatu lapisan di atas kontak densik, litik, atau paralitik, atau lapisan di antara kedalaman 40 cm dan 50 cm di bawah permukaan tanah mineral, mana saja yang lebih dangkal, memiliki kondisi aquik Germadan Tondano — 29
selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal. Memiliki tekstur lebih halus dari pasir halus berlempung atau tekstur pasir halus berlempung yang lebih kasar. Mengandung cukup besi fero aktif untuk dapat memberikan reaksi positif terhadap alpha, alpha dypyridyl ketika tanah sedang tidak diirigasi. Aquents telah dijelaskan dalam uraian sebelumnya. Fluvaquents adalah aquents yang mengandung karbon organik berumur holosen sebesar 0,2 % atau lebih pada kedalaman 125 cm di bawah permukaan tanah mineral atau memiliki penurunan kandungan karbon organik secara tidak teratur dari kedalaman 25 cm sampai 125 cm atau mencapai kontak densik, litik, atau paralitik apabila lebih dangkal. Satuan Peta Tanah Tropudalfs Humitropepts Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari dua greatgroup tanah yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut : • •
Tropudalfsadalah sama dengan penjelasan sebelumnya. Humitropepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
3. Geologi Secara geologis, menurut van Bemmelen (1970), irisan geologi Minahasa masih terjalin dengan jajaran gunung api Sangihe. Erupsi sebuah gunung api besar Tondano pada periode akhir waktu geologi Tersier dan awal waktu Quater membentuk sebuah lobang raksasa (crater). Danau Tondano terbentuk akibat pengisian crater oleh aliran permukaan dari pegunungan sekitar pada lembah geantiklin Minahasa yang berbatasan dengan lengkung jurang Lembean di sebelah Tenggara dan barisan gunung-gunung muda, yaitu Soputan, Tampusu, dan Mahawu. Jenis bahan induk batuan di DTA Danau Tondano yang paling banyak ditemui adalah batuan gunung api : tuf Tondano dan batuan gunung api muda. Batuan ini merupakan hasil dari aktivitas vulkanik dari gunung – gunung api yang ada di DTA Danau Tondano. Efendi (1976) memaparkan dalam Peta Geologi Minahasa bahwa struktur geologi kawasan DTA Danau Tondano didominer oleh batuan gunung api, tuva Tondano, batuan gunung api tua, endapan danau dan sungai, aluvium. Batuan gunung api membentuk gunung api 30 — Germadan Tondano
strato muda yang sebagian masih aktif, seperti Gunung Soputan yang mengeluarkan materi lava, lapili dan abu yang bersifar basal. Tufa Tondano terbentuk dari bahan klastika gunung api kasar yang umumnya bersifat andesit yang tersusun dari komponen menyudut hingga menyudut tanggung dan dicirikan oleh banyaknya pecahan batu apung dan tuva. Endapan piroklastikan ini diperkirakan berasal dari letusan hebat pada waktu terjadinya kaldera Tondano. Batuan gunung api tua umumnya terdiri atas breksi, lava dan tuva yang bersifat andesit sampai basal. Endapan danau dan sungai berupa bahan pasir, debu, konglomerat dan liat napalan. Terakhir, bahan aluvium terdapat dalam bentuk bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lumpur dari berbagai macam batuan. Tabel 2.6. Geologi DTA Danau Tondano Jenis Batuan Batuan 4508.52 21.43 Sedimen
Kode Luas (ha) Qs
QTv
Qv
Tmv
Total
%
Periode Pembentukan
Deskripsi
Endapan Danau dan Sungai Tua : pasir, lanau, dan lempung ; sebagian terkonsolidasi Batuan Gunung Api : tuf Tondano (Efendi, Batuan 1974); tuf, tuf lapili, breksi dan lava, bersifat 6013.96 28.59 Pleistosen-Pliosen Gunung Api andesit banyak mengandung pecahan batuapung Batuan Batuan Gunung Api Muda : lava, bom, lapili 5684.96 27.02 Holosen Gunung Api dan abu Batuan Gunung Api : breksi, aglomerat, tuf dan lava, Batuan 4829.82 22.96 Miosen Tengah bersifat andesit dan basal, Gunung Api mengandung sisipan batupasir, batulanau, serpih dan batu gamping 21037.25 100 Pleistosen
Kode Qs adalah sistem geologi batuan sedimen yang berasal dari endapan danau dan sungai Tua yang berupa pasir, lanau, dan lempung serta sebagian terkonsolidasi. Pembentukan formasi geologi ini adalah pada masa Pleistosen. Plestosen dulu disebut diluvium yakni formasi sekarang (holosen atau aluvium), bermula dari 1.750.000 tahun yang lalu hingga 10000 tahun yang lalu dibawah satuan waktu geologi ini terdapat kala pliosen Germadan Tondano — 31
dan diatasnya kala holosen. Pada kala ini, bumi mengalami beberapa kala es. Kala ini pula yang menyaksikan homo sapiens pertama yang pertama dan berbagai jenis yang mendahuluinya. Sebaran tipe geologi Qs di DAS Tondano menyebar di sekitar danau Tondano yaitu di Roong, Toulour, Kiniar, Liningaan, Wewelan, Watulambot dan sekitarnya dan di Passo, Tountimomor, Totolan, Panasen, Tounelet, Pahalaten dan sekitarnya. Kode QTv adalah sistem geologi batuan gunung api yang berasal dari tuf Tondano (Efendi, 1974); tuf, tuf lapili, breksi dan lava, bersifat andesit banyak mengandung pecahan batu apung. Pembentukan formasi geologi ini adalah pada masa Pleistosen hingga Pliosen. Pliosen adalah suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung 5,332 hingga 1,806 juta tahun yang lalu. Kala ini merupakan kala kedua pada periode Neogen di era Kenozoikum. Pliosen berlangsung setelah Miosen dan diikuti oleh kala Pleistosen. Namanya diberikan oleh Sir Charles Lyell dan berasal dari kata bahasa Yunani πλεῖον (pleion, “lebih”) dan καινός (kainos, “baru”) dan kurang lebih berarti “kelanjutan dari sekarang”, merujuk pada fauna laut moluska yang relatif modern yang hidup pada zaman ini. Seperti periode geologi lain yang lebih tua, stratum geologi yang menentukan awal dan akhir teridentifikasi, tapi waktu pasti awal dan akhir kala ini agak tak pasti. Batas yang menentukan kemunculan Pliosen tidak ditentukan oleh suatu peristiwa tertentu melainkan hanya berupa batas semu antara Miosen yang lebih hangat dan Pliosen yang relatif lebih sejuk. Kode Qv adalah sistem geologi batuan gunung api muda yang berupa lava, bom, lapili dan abu. Pembentukan formasi geologi ini adalah pada masa Holosen. Holosen adalah kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung mulai sekitar 10.000 tahun hidrokarbon atau kurang lebih 11.430 ± 130 tahun kalender yang lalu (antara 9560 hingga 9300 SM). Holosen adalah kala keempat dan terakhir dari periode Neogen. Kode Tmv merupakan sistem geologi batuan gunung api yang berupa breksi, aglomerat, tuf dan lava, bersifat andesit dan basal, mengandung sisipan batupasir, batulanau, serpih dan batu gamping. Kala pembentukan formasi ini adalah pada Miosen Tengah. Miosen adalah suatu kala pada skala waktu geologi yang berlangsung antara 23,03 hingga 5,332 juta tahun yang lalu. Seperti halnya periode geologi yang lebih tua lainnya, lapisan 32 — Germadan Tondano
batuan yang membedakan awal dan akhir kala ini dapat teridentifikasi, tapi waktu tepat awal dan akhirnya tidak dapat terlalu dipastikan. Miosen dinamai oleh Sir Charles Lyell dan berasal dari kata bahasa Yunani μείων (meioon, “kurang”) dan καινός (kainos, “baru”) dan kurang lebih merujuk pada “kurang baru” karena hanya memiliki 18% (kurang dari Pliosen) invertebrata laut modern. Miosen mengikuti Oligosen dan diikuti oleh Pliosen dan merupakan kala pertama pada periode Neogen.
Gambar 2.9. Geologi Danau Tondano
Gambar. Geologi Danau Tondano 4. Geomorfologi
G. Geomorfologi Bentuk lahan atau geomorfologi merupakan salah satu parameter Bentuk lahan atau geomorfologi merupakanpulau salah satu paramete dalam karakteristik morfologi DAS. Proses geomorphologi Sulawesi,
dimana DASDAS. TondanoProses terletak,geomorphologi sangat dipengaruhi oleh proses geotektonik morfologi pulau Sulawesi, dimana DA
Tondano — 33 sangat dipengaruhi olehGermadan proses geotektonik yang menghasilkan teba
kawasan Asia Timur di satu sisi dan sistem pegunungan Sunda Besar
yang menghasilkan tebaran pulau-pulau di kawasan Asia Timur di satu sisi dan sistem pegunungan Sunda Besar di sisi lain. Sistem orogenik (pegunungan) yang membentuk sebagian besar Pulau Sulawesi sehingga pulau ini dikenal sebagai “Celebes Orogenic“ (van Bemmelen, 1970). Laporan JICA (2001) membagi wilayah DTA Danau Tondano atas kelompok pegunungan, kelompok daerah berlereng (piedmont) dan kelompok dataran. Kelompok pegunungan terdiri atas gunung dan bukit. Kelompok daerah berlereng terdiri atas dataran tinggi dan lerengnya. Kelompok terakhir adalah kelompok dataran. Daerah gunung terdiri atas tiga tipe topografi, yaitu kerucut gunung, yang dirajai tutupan abu vulkanik, tuva, dan lava serta memiliki kelerengan sedang sampai sangat curam (3 – 60%). Tipe kedua adalah topografi aliran lava yang banyak mengandung lava andesit dan basaltik dari gunung api Tampusu serta berlereng landai hingga curam (3 – 25%). Daerah punggung bukit adalah tipe ketiga yang dibentuk dari lava vulkanik dan tuva serta berlereng curam (25 – 75%). Daerah bukit terbagi atas dua tipe topografi, yaitu yang berlereng curam (15 – 45%) dan lereng berombak (3 – 8%) yang ditutupi bahan aluvial dan koluvial. Luasan dataran tinggi di DTA Danau Tondano tergolong kecil dan ditutupi abu vulkan dan tuva berwarna gelap serta berlereng landai 3 – 15%, kecuali daerah berjurang (15 – 25%). Wilayah berlereng di sekitar dataran tinggi adalah lereng gunung api Soputan yang ditutupi abu vulkanik. Kelompok dataran terbagi atas endapan danau di sekitar Danau Tondano dan endapan aluvial-koluvial. Endapan danau memiliki topografi datar hingga sedikit cekung. Sedangkan endapan aluvial-koluvial terdapat di daerah yang sedikit lebih tinggi dari endapan danau, memiliki topografi berombak. Komposisi endapan biasanya adalah liat yang menutupi bahan pasir dan kerikil.
34 — Germadan Tondano
Tabel 2.7. Geomorfologi DTA Danau Tondano Geomorfologi Bukit yang agak curam diatas kerucut vulkanik basa (V97) Dataran lakustrin (A44) Dataran lava basa berbulit kecil (V51) Dataran tufa vulkanik sedang sampai basa yang bergelombang (V83) Dataran vulkanik basa yang berombak sampai bergelombang (V83) Gunung berapi setrato muda berasal dari vulkanik basa (V32) Krucut kecil vulkanik muda basa/ sedang (V97) Punggung bukit sejajar diatas tufa vulkanik sedang/basa (H42) Punggung bukit yang sangat curam di atas vulkanik basa (V52) Punggung gunung yang tak teratur diatas batuan vulkanik Grand Total
Luas (ha) 2890.38 6431.16 483.47 3227.37 54.88 1722.74 866.71 1235.55 403.89 3611.41 20927.56
Gambar 2.10. Geomorfologi Gambar. Peta Geomorfologi DTAPeta Danau Tondano DTA Danau Tondano H. Tingkat Bahaya Erosi Germadan Tondano — 35 Erosi merupakan proses pengikisan dan terangkutnya partikel tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh tenaga erosif (dalam hal ini air), yang menyebabkan hilangnya lapisan
5. Tingkat Bahaya Erosi Erosi merupakan proses pengikisan dan terangkutnya partikel tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh tenaga erosif (dalam hal ini air), yang menyebabkan hilangnya lapisan permukaan tanah dan mengakibatkan kerusakan lahan. Penyebab utama timbulnya erosi adalah penggunaan lahan yang kurang sesuai dengan fungsinya atau yang tanpa disertai dengan teknik pengawetan yang sesuai, termasuk akibatnya kurang kesadaran para pemakai atau pemilik lahan atas bahaya erosi. Berdasarkan kenampakannya, erosi dapat dibedakan menjadi erosi percik (splash erosion), erosi permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi jurang (gully erosion). Erosi merupakan proses alamiah yang tidak dapat atau sulit untuk dihilangkan sama sekali atau menjadi tingkat erosinya nol, khususnya untuk lahan-lahan yang diusahakan untuk pertanian. Tindakan yang dapat dilakukan adalah mengusahakan supaya erosi yang terjadi masih di bawah ambang batas yang maksimum (soil loss tolerance), yang besar erosinya tidak melebihi laju pembentukan tanah. Hal ini penting dilakukan padalahan-lahan pertanian untuk membatasi tanah yang hilang, sehingga tingkat kesuburan dan atau produktivitas tanah tidak terganggu dan dapat dipertahankan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk menenkan besarnya erosi yang masih dapat dibiarkan untuk tiap-tiap jenis tanah untuk dijadikan dasar dalam menentukan tata guna lahan, pola dan intensitas tanam, manajemen lahan dan tindakan konservasi (Suripin, 2002). Sejumlah model prediksi erosi lahan sudah banyak dikembangkan, sebagaimana telah dibahas dalam berbagai literatur. Model-model yang ada kebanyakan adalah empiris (parametrik) yang dikembangkan berdasarkan proses hidrologi dan fisis yang terjadi selama peristiwa erosi dan pengangkutannya dari DAS ke titik yang ditinjau. Idealnya metode prediksi harus memenuhi persyaratan yang nampaknya bertentangan, yaitu model harus dapat diandalkan, dapat digunakan secara umum, mudah dipergunakan, data yang minimum, komprehensif dalam hal faktor-faktor yang dipergunakan dan dapat mengikuti (peka) terhadap perubahanperubahan yang terjadi di DAS seperti tindakan konservasi lahan (Morgan, 36 — Germadan Tondano
1986). Salah satu model prediksi erosi yang banyak dipergunakan adalah metode USLE. USLE dikembangkan di USDA – SCS (United States Department of Agriculture – Soil Conservation Services) bekerja sama dengan Purdue University oleh Wischmeier dan Smith sejak 1965. Model ini memungkinkan perencana memprediksi laju erosi rata-rata lahan tertentu pada suatu kemiringan dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam jenis tanah dan penerapan pengelolaan lahan (tindakan konservasi lahan). Metode ini dirancang untuk memprediksi erosi jangka panjang dari erosi permukaan dan erosi alur dibawah kondisi tertentu. Persamaan ini dapt memprediksi erosi pada lahan-lahan non pertanian, tetapi tidak dapat untuk memprediksi pengendapan. Selain itu juga tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai. Berdasarkan analisis statistik terhadap lebih dari 10.000 tahun data erosi dan aliran permukaan, parameter fisik dan pengelolaan dikelompokkan menjadi lima parameter utama yang nilainya untuk setiap tempat dapat dinyatakan secara numeris. Persamaan yang pertama kali dikembangkan untuk mempelajari erosi lahan adalah yang disebut persamaan Musgrave, yang selanjutnya berkembang terus menjadi persamaan yang sangat terkenal dan masih banyak dipakai sampai sekarang, yaitu Universal Soil Loss Equation (USLE). USLE memungkinkan perencana memprediksi laju erosi rata-rata lahan tertentu pada suatu kemiringan dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam jenis tanah dan penerapan pengelolaan lahan (tindakan konservasi lahan). USLE dirancang untuk memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar dan erosi alur dibawah kondisi tertentu. Persamaan tersebut dapat juga memprediksi pengendapan dan tidak memprehitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan oleh BPDAS Tondano (2013), diketahui nilai erosi tertimbang (A) untuk DTA Danau Tondano adalah sebesar 46,46 ton/ha/th. Hasil analisis prediksi erosi menunjukkan bahwa terdapat wilayah – wilayah yang memiliki kelas bahaya erosi sedang hingga sangat berat yang tersebar daerah yang memiliki topografi agak curam hingga sangat curam. Wilayah – wilayah yang demikian perlu diperhatikan dengan penanganan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah guna menekan erosi. Germadan Tondano — 37
Tabel 2.8 Tingkat Bahaya Erosi Danau Tondano Tingkat Bahaya Erosi Sangat Ringan Ringan Sedang Berat Sangat Berat Grand Total
Luas (ha) 6407.48 441.68 7623.58 2075.58 4359.18 20907.5
GambarErosi 2.11.DTA Tingkat Bahaya Erosi DTA Danau Tondano Gambar. Tingkat Bahaya Danau Tondano I. Lahan Kritis 38 — Germadan Tondano Lahan adalah suatu wilayah daratan bumi yang ciri-cirinya mencakup semua tanda pengenal (atribut) atmosfer, tanah, geologi, timbulan, hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan,
6. Lahan Kritis Lahan adalah suatu wilayah daratan bumi yang ciri-cirinya mencakup semua tanda pengenal (atribut) atmosfer, tanah, geologi, timbulan, hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan, baik yang bersifat mantap maupun yang bersifat mendaur, serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan masa kini, sejauh hal-hal tadi berpengaruh secara signifikan atas penggunaan lahan pada masa kini dan masa mendatang. Lahan kritis didefinisikan sebagai lahan yang mengalami proses kerusakan fisik, kimia dan biologi karena tidak sesuai penggunaan dan kemampuannya, yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologis, orologis, produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi dan daerah lingkungan pengaruhnya. Lahan dapat bersifat kritis menurut ukuran sosial ekonomi. Dalam hal ini, kekritisan mencakup lahan yang dibiarkan terbengkalai atau tidur, digunakan di bawah kemampuan potensialnya sehingga tidak efektif atau digunakan melampaui kemampuan potensialnya. Lahan yang dibiarkan tidur, tergantung pada keadaannya, dapat juga kritis menurut ukuran biofisik atau justru aman dari kerusakan biofisik. Misalnya, lahan alang-alang yang secara sosial ekonomi kritis namun baik dalam menghadapi gangguan biofisik. Sebaliknya, lahan yang telah diolah namun dibiarkan terbengkalai sangat rentan terhadap kerusakan biofisik. Lahan yang digunakan secara tidak efektif biasanya tidak mudah mengalami kerusakan biofisik karena intensitas gangguan oleh pengguna lahan masih kecil daripada tingkat usikan yang dapat ditanggung lahan. Direktur Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan melalui Keputusan Nomor: 041/Kpts/V/1998 mendefenisikan lahan kritis sebagai lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau diharapkan. Fungsi yang dimaksud pada defenisi tersebut adalah fungsi produksi dan fungsi tata airnya. Sebagaimana dikemukakan di atas, fungsi produksi berkaitan dengan fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan fungsi tata air berkaitan dengan fungsi tanah sebagai tempat berjangkarnya akar dan menyimpan air tanah. Penurunan fungsi produksi dan fungsi tata air tertentu yaitu pada nilai total skor tertentu di fungsi kawasan lindung, fungsi kawasan lindung di luar kawasan hutan dan kawasan budidaya akan menentukan tingkat kekritisan lahan pada fungsi kawasan tersebut. Germadan Tondano — 39
Lahan kering marginal yang berstatus kritis dicirikan oleh solum tanah yang dangkal, lereng curam, tingkat erosi tinggi, produktivitas rendah, penutupan vegetasi kurang. Kondisi demikian umumnya terdapat di wilayah desa tertinggal dan sebagian besar dikelola oleh petani miskin yang tidak mampu melaksanakan upaya-upaya konservasi, sehingga kondisinya makin lama makin memburuk. Kondisi tersebut lebih parah jika menerapkan sistem usaha tani yang orientasinya subsisten, sehingga mempercepat terbentuknya lahan kritis. Lahan kritis terjadi akibat erosi oleh air hujan. Erosi sendiri diakibatkan oleh faktor-faktor iklim, topografi, vegetasi, kondisi tanah dan ulah manusia. Sulawesi Utara memiliki curah hujan tinggi, lahan berlereng. Ketika pohon maupun vegetasi penutup tanah lainnya yang tumbuh di atas lahan ditebangi maka curah hujan yang tinggi memukul langsung permukaan tanah yang gundul. Butiran tanah terlepas dari agregatnya dan dibawa hanyut oleh aliran permukaan (run off) ke lereng bawah sampai akhirnya diindapkan di muara-muara sungai. Tanah yang terhanyut mengandung zat-zat hara penting untuk tanaman. Dengan demikian yang tertinggal adalah lapisan bawah tanah (sub soil) atau bahan induk yang tidak subur dan bukan media tumbuh yang baik untuk pertanian. Para ahli mengatakan bahwa untuk pembentukan lapisan olah (top soil) setebal 2,5 cm diperlukan waktu 30 –300 tahun. Kerusakan tanah di DTA Danau Tondano terutama disebabkan oleh hilangnya lapisan permukaan (top soil) oleh kekuatan pukulan butir-butir hujan dan kekuatan daya angkut aliran permukaan oleh air hujan. Sebagai proses selanjutnya akan terbentuk lahan kritis dan marginal yang semakin bertambah setiap tahunnya bila tidak ditangani. Penggunaan lahan yang dilakukan secara asal-asalan mengakibatkan tingginya laju erosi, sebaliknya penggunaan lahan yang baik menghasilkan laju erosi yang rendah. Hutan dan lahan yang telah terganggu oleh kejadian alam atau tindakan manusia memerlukan pengelolaan yang khusus untuk mencegah kemerosotan lebih lanjut dan untuk memulihkannya memerlukan waktu yang cukup lama. Hutan memberikan penutupan yang terbaik yang mungkin untuk pencegahan kerusakan-kerusakan akibat banjir, khususnya kerusakan yang terjadi sebagai akibat dari erosi dan sedimentasi. 40 — Germadan Tondano
Berikut ini adalah kondisi tingkat kekritisan lahan di DTA Danau Tondano : Tabel 2.9 Tingkat Kekritisan Lahan DTA Danau Tondano Tingkat Kekritisan Lahan Potensial Kritis Agak Kritis Kritis Sangat Kritis Grand Total
Luas (ha) 12407.91 5295.96 3245.49 58.81 21008.17
% 59.06 25.21 15.45 0.28 100.00
BPDAS Tondano (2013) Berdasarkan tingkatannya, menurut Balai Penelitian Tanah (2004), lahan kritis dibedakan menjadi : 1. Lahan Sangat Kritis, mempunyai salah satu ciri atau dapat lebih dari satu ciri sebagai berikut : a. Lahan mengalami erosi berat, selain erosi parit (gully errossion) juga banyak dijumpai tanah longsor, tanah merayap, dengan dinding longsoran yang sangat terjal. b. Kedalaman tanah dangkal sampai sangat dangkal, atau tanpa horizon A dan atau bahan induk, sebagian horizon B telah tererosi. c. Persentase tutupan vegetasi permanen sangat rendah bahkan hingga gundul atau tandus. d. Lereng umumnya lebih dari 45 persen, namun banyak pula lahan kritis yang mempunyai lereng kurang dari 30 persen. 2. Lahan Kritis, mempunyai salah satu ciri atau dapat lebih dari satu ciri sebagai berikut : a. Lahan telah mengalami erosi berat, dimana tingkat erosi umumnya parit. b. Kedalaman tanah sedang hingga dangkal, dengan horizon A kurang dari 5 cm c. Persentase tutupan vegetasi permanen antara 20 – 50% d. Lereng antara 15 – 30 persen. Kesuburan tanah rendah. Germadan Tondano — 41
3. Lahan Agak Kritis, mempunyai salah satu ciri atau dapat lebih dari satu ciri sebagai berikut : a. Lahan telah mengalami erosi ringan sampai sedang, antara erosi permukaan dan erosi alur, tetapi produktivitasnya sudah rendah, karena tingkat kesuburannya rendah. Lahan masih produktif, tetapi tingkat bahaya erosi tinggi, sehingga fungsi hidrologisnya menurun. Bila tidak ada usaha perbaikan, maka dalam waktu singkat akan menjadi kritis. b. Kedalaman tanah sedang dengan horizon A kurng dari 15 cm c. Persentase vegetasi permanen 50-70%, vegetasi dominan biasanya alang-alang, rumput semak belukar dan hutan jarang. 4. Lahan Potensial Kritis, mempunyai salah satu ciri atau dapat lebih dari satu ciri sebagai berikut: a. Lahan masih tertutup vegetasi permanen cukup tinggi lebih dari 75% dengan ketebalan horizon A lebih dari 15 cm. Namun jika kegiatan konservasi tidak dilakukan dan tanah dibiarkan terbuka erosi dapat terjadi. b. Lahan asih mempunyai fungsi produksi, hidrologi, hidroorologi cukup baik, tetapi bahaya untuk menjadi kritis sangat besar bila lahan tersebut dibuka atau bila tidak dilakukan usaha konservasi c. Lahan masih tertutup vegetasi, karena kondisi topografi atau keadaan lereng sedemikian curam (lebih dari 45%), sangat tertoreh dan kondisi tanah mudah longsor, maka bila vegetasi dibuka akan terjadi erosi berat/kuat. d. Lahan karena keadaan topografi dan bahan induknya, bila terbuka atau vegetasi rusak karena erosi atau longsor, misalnya tanah berbahan batuan induk sedimen, bahan volkan dan bahan kapur lunak. e. Produktivitas lahan masih baik, tetapi penggunaannya tidak sesuai dengan kemampuan dan belum dilakukan usaha konservasi.
42 — Germadan Tondano
Gambar. TingkatGambar Kekritisan Lahan DTA Danau Tondano 2.12. Tingkat Kekritisan Lahan DTA Danau Tondano Tabel. Lahan kritis pada fungsi kawasan hutan di DTA Danau Tondano
Tabel 2.10. Lahan kritis pada fungsi kawasan hutan di DTA Danau Tondano
Tingkat Kekritisan Lahan Areal Penggunaan Lain Kawasan Hutan Lindung Total Potensial Kritis 12089.92 Lain Kawasan Hutan 317.99 12407.91Total Tingkat Kekritisan Lahan Areal Penggunaan Lindung Agak Kritis 5025.32 270.64 5295.96 Potensial Kritis 12089.92 317.99 12407.91 Kritis 2909.11 336.38 3245.49 AgakKritis Kritis 5025.32 Sangat 58.81270.64 58.81 5295.96 KritisTotal 2909.11 Grand 20024.35 983.82336.38 21008.17 3245.49
Sangat Kritis
-
58.81
58.81
Yang dikategorikan sebagai lahan kritis adalah pada tingkat kekritisan lahan agak kritis kritis Totalkritis. Berdasarkan hal tersebut 20024.35 21008.17 danGrand sangat maka prioritas penanganan983.82 kegiatan rehabilitasi hutan dan ahan adalah pada kategori kritis dan sangat kritis. Kategori lahan sangat kritis di DTA Danau adalah pada lahanlahan terbukakritis hasil adalah erupsi Gunung Soputan.kekritisan Berdasarkan Yang Tondano dikategorikan sebagai pada tingkat overlay antara peta lahan kritis dan peta kawasan hutan lindung didapatkan bahwa lahan lahan agak kritis kritis dan sangat kritis. Berdasarkan hal tersebut maka sangat kritis di fungsi kawasan hutan lindung adalah sebesar 600 ha sedangkan lebih banyak
prioritas penanganan kegiatan rehabilitasi hutan dan ahan adalah Germadan Tondano — 43
pada kategori kritis dan sangat kritis. Kategori lahan sangat kritis di DTA Danau Tondano adalah pada lahan terbuka hasil erupsi Gunung Soputan. Berdasarkan overlay antara peta lahan kritis dan peta kawasan hutan lindung didapatkan bahwa lahan sangat kritis di fungsi kawasan hutan lindung adalah sebesar 600 ha sedangkan lebih banyak pada kawasan budidaya. Luas kawasan hutan lindung di DTA Danau Tondano hanya 983 ha atau sekitar 4,6% dari luas daerah tangkapan air. 2.3. Hidrologi Terdapat 3 (tiga) sungai yaitu Sungai Panasen, Sungai Ranoweleng dan Sungai Mawalelong/Leleko yang bermuara ke Danau Tondano, disamping sejumlah saluran irigasi, sungai intermitten dan saluran drainase permukiman yang bermuara ke Danau Tondano. Danau Tondano memiliki 1 (satu) outlet yaitu Sungai Tondano yang bermuara di Teluk Manado. Data rata-rata debit air masuk danau (inlet) dan air keluar (outlet) untuk musim kemarau dan penghujan. Jumlah Data debit air untuk sungai/saluran irigasi yang menjadi inlet Danau Tondano dan Data debit air oulet Danau Tondano/Sungai Tondano (PPSA, 2006) dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 2.11. Data Debit Air Sungai/Saluran Irigasi Inlet dan Outlet Danau Tondano No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Lokasi di 24 Inlet Danau Tondano dan 1 Outlet (Sungai Tondano/Toulour) k. Koya k. Toubeke k. Salupokol k. Tougela Leput 2 k. Tougela 1 k. Tougela 3 k. Tougela 4 S. Leleko*) S. Talikuran Irigasi 1 Irigasi 2 Irigasi 3
Debit (m3/detik)
44 — Germadan Tondano
0,012 0,015 0,015 0,044 0,940 0,225 0,124 0,090 0,935 0,895 0,014 0,014 0,015
Keterangan
Lokasi di 24 Inlet Danau Tondano dan 1 Outlet (Sungai Tondano/Toulour) 14. Irigasi 4 15. S. Panasen*) 16. S. Ranoweleng 17. S. Saluwangko 18. s.irigasi (Tandengan) 19. s.irigasi (Tounipus) 20. s.irigasi (Serawet) 21. s.irigasi (Toulumbuten) ) Data sekunder PPSA, 2003, * Data Wantasen, 2008 22. s. irigasi (Tounsukun) 23. s.irigasi Makalonsow) 24. s.irigasi Papakelan 25. S. Tondano (Outlet)*) No.
Sumber:
Debit (m3/detik)
Keterangan
0,013 8,100 7,610 4,860 0,114 0,014 0,014 0.018 0.114 0.105 1.086 4.200
Sumber: Data sekunder PPSA, 2003, *) Data Wantasen, 2008
Sungai Leleko (inlet)
Sungai Tondano (outlet)
Sungai Panasen (inlet)
Sungai Saluwangko (inlet)
Sungai Ranoweleng (inlet)
Gambar 2.13. Sketsa pola aliran sungai masuk (inlet) dan outlet (keluar).
Gambar .... sketsa pola aliran sungai masuk (inlet) dan outlet (keluar).
Germadan Tondano — 45 2.4. Data series status mutu dan kelas air danau terakhir Data kualitas air Danau Tondano diperlukan dalam menentukan status mutu dan kelas air danau.
2.4. Status mutu dan kelas air danau Data kualitas air Danau Tondano diperlukan dalam menentukan status mutu dan kelas air danau. Data kualitas air Danau Tondano yang tersedia adalah data dari penelitian kerjama pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah luar negeri seperti Jepang dan Canada. Japan International Cooperation Agency (JICA), 2001 melakukan pengukuran kualitas air pada 50 titik sampling di Danau Tondano. Diperoleh data konsentrasi total nitrogen 1,11 mg/l-3,58 mg/l, dan total fosfat 1,7 mg/l. Rata-rata total nitrogen 2540 µg/l dan total fosfat di Danau Tondano 1700 µg/l (JICA, Rata-ratadapat total nitrogen µg/lGambar dan total 2.13 fosfat dan di Danau Tondano 1700 µg/l (JICA, 2001), dapat 2001), dilihat2540 pada 2,15 dilihat pada Gambar ....
Total Nitrogen (mg/l)
Total Nitrogen di Danau Tondano 4 2 0 13 5 7 9 11131517 19 21 23
Total N (mg/l) 25 27 29 31
33 35 37 39
41 43 45 47 49
Gambar .... Total Nitrogen pada 50 titik sampling di Danau Tondano (JICA, 2001)
Gambar 2.14. Total Nitrogen pada 50 titik sampling di Danau Tondano (JICA, 2001)
Penelitian kualitas air yang dilakukan oleh Dinas Sumberdaya Air Dinas Provinsi Sumberdaya Sulawesi Utara melalui Penelitian kualitas air yang dilakukan oleh Air Proyek Pengembangan Pengelolaan Sumber Air/PPSA (2003) menunjukkan kualitas air di Provinsi Sulawesi dan Utara melalui Proyek Pengembangan danbahwa Pengelolaan inlet DanauAir/PPSA Tondano dan Sungai menunjukkan Tondano melebihi ambang baku mutu air sesuai PP No. 82 Sumber (2003) bahwabatas kualitas air di inlet Danau Tahun 2001 (parameter: TSS, TDS, fosfat, BOD, COD, nitrat, coliform). Tondano dan Sungai Tondano melebihi ambang batas baku mutu air sesuai PP No. Tahunpada 2001tahun (parameter: TDS,2008 fosfat, BOD, kecenderungan COD, nitrat, yang sama yang82diukur 2000 danTSS, tahun terdapat coliform). meningkat yaitu 0,21 mg/l-0,41 mg/l, secara rinci dapat dilihat pada Gambar ...
Konsentrasi Ammonia (mg/l)
Konsentrasi ammonia diukur pada tahun 2000 dan tahun 2008 terdapat kecenderungan meningkat yaitu 0,21 mg/l-0,41 mg/l, secara rinci dapat 0.45 dilihat pada Gambar 2.14 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0
46 — Germadan Tondano Timur danau
Timur danau(
Timur danau
selatan danau
Konsentrasi Ammonia (mg/l)
meningkat yaitu 0,21 mg/l-0,41 mg/l, secara rinci dapat dilihat pada Gambar ...
0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0
Timur danau (Telap)
Ammonia, 2000
0.27
Timur danau( Toulim embet) 0.35
Ammonia, 2008
0.3
0.41
Timur danau (Rano merut) 0.27
selatan danau
0.33
0.21
0.2
Gambar ... Konsentrasi Ammonia di Danau Tondano (data JICA tahun 2000 dan Wantasen, 2008),
Gambar 2.15. Konsentrasi Ammonia di Danau Tondano (data JICA tahun 2000 dan Wantasen, 2008), Konsentrasi ammonia di permukaan Danau Tondano masi memenuhi ketentuan baku mutu
yang dipersyaratkan sesuai Peraturan Pemerintah tahun 2001 tentang Konsentrasi ammonia di permukaan DanauNomor Tondano82masi memenuhi ketentuan baku mutu yang dipersyaratkan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian PencemaranAir (Kelas I) yaitu peruntukan air baku untuk air bersih konsentrasi ammonia yang dipersyaratkan adalah 0,50 mg/l. Akan tetapi ada kecenderungan bertambah. Konsentrasi tertinggi terdapat di muaramuara sungai yang menjadi inlet danau dan di Danau Tondano terutama pada bagian timur dan bagian tengah danau. Konsentrasi Nitrit (NO2-) di permukaan Danau Tondano berada pada kisaran 0,001-0,118 mg/l. Konsentrasi Nitrit ini melebihi baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian PencemaranAir (Kelas I), konsentrasi nitrit yang diperbolehkan adalah 0,06 mg/l, termasuk kebutuhan untuk PDAM. Konsentrasi Nitrit tertinggi adalah terdapat di bagian timur Danau Tondano. Bagian timur Danau Tondano menjadi lokasi kegiatan perikanan sistem karamba jaring apung, dan konsentrasi nitrit yang terukur adalah 0,070 mg/l–0,118 mg/l. Sedangkan konsentrasi nitrit di bagian barat Danau Germadan Tondano — 47
Tondano 0,003-0,024 mg/l (memenuhi syarat baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001). Konsentrasi nitrat di permukaan Danau Tondano, diperoleh data konsentrasi nitrat berkisar antara 0,1 mg/l hingga 1,1 mg/l (Wantasen, 2012). Hasil penelitian Korah (2000) di perairan bagian timur Danau Tondano, diperoleh data bahwa konsentrasi Nitrat di permukaan danau yaitu di stasiun pengukuran Eris (0,85 mg/l), Telap (0,65 mg/l), Toulimembet (0,80 mg/l), Kaweng (0,68 mg/l). Konsentrasi Nitrat masih memenuhi syarat baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Kelas I), konsentrasi Nitrat yang diperbolehkan adalah 10 mg/l. Pengukuran konsentrasi nitrat, nitrit, ammonia di Danau Tondano dilakukan pada 50 (lima puluh) titik lokasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat <0,005-0,018 mg/l, nitrit <0,001-0,002 mg/l, ammonia 0,007-0,11 mg/l, dan total fosfat 0,011-0,347 mg/l. Konsentrasi nitrat, nitrit, dan ammonia berada di bawa baku mutu kualitas air sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001. Konsentrasi nitrat 10 mg/l, nitrit 0,06 mg/l, ammonia 0,5 mg/l. Konsentrasi fosfat pada lokasi bagian timur Danau Tondano telah melebihi baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 yaitu diperoleh konsentrasi fosfat 0,347 mg/l sedangkan konsentrasi fosfat sesuai baku mutu 0,2 mg/l. Konsentrasi fosfat secara grafik dapat dilihat pada Gambar 2.15.
Total Fosfat
0.35
0.35
Konsentrasi (mg/l)
Konsentrasi (mg/l)
Total Fosfat
0.3
Total Fosfat
0.3
0.250.25 0.2
0.15
0.2 Total Fosfat
0.10.15
0.05 0
0.1
Total Fosfat
0.05
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
0
Lokasi
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 Fosfat Total Fosfat Gambar .....Total Konsentrasi Lokasidi Danau Tondano (Rumende, dkk, 2014)
Gambar 2.16. Konsentrasi Total Fosfat di Danau Tondano (Rumende, dkk, 2014)
Konsentrasi nitrat, nitrit, ammonia di outlet saluran irigasi yan menjadi inlet Danau Tondano bagian
Gambar ..... Konsentrasi Total Fosfat di Danau Tondano (Rumende, dkk, 201
timur (Data Tahun 2008 dan 2014) digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar ...).
9 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 Lokasi
48 — Germadan Tondano
Konsentrasi nitrat, nitrit, ammonia di outlet saluran irigasi yan menjadi inlet Danau Tonda 0.9
Lokasi
Gambar ..... Konsentrasi Total Fosfat di Danau Tondano (Rumende, dkk, 2014)
Konsentrasi nitrat, nitrit, ammonia di outlet saluran irigasi yan menjadi Konsentrasi nitrat,bagian nitrit, ammonia di outlet saluran2008 irigasidan yan menjadi inlet Danau Tondano bagian inlet Danau Tondano timur (Data Tahun 2014) digambarkan timur (Data Tahun(Gambar 2008 dan 2014) digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar ...). dalam bentuk grafik 2.16). 0.9
Konsentrasi (mg/l)
0.8 0.7 0.6
s.irigasi (Tandengan1)
0.5 0.4
s.irigasi (Tounipus 2)
0.3
s.irigasi (Serawet)
0.2
s.irigasi (Toulumbuten)
0.1 0
2008 2014 2008 2014 2008 2014 Nitrat
Nitrit
Ammonia
Gambar 2.17. Konsentrasi Nitrat, Nitrit, Ammonia di Outletdi Saluran IrigasiIrigasi Bagian Timur Gambar .....Konsentrasi Nitrat, Nitrit, Ammonia Outlet Saluran Bagian Timur Danau Danau TondanoTondano (Data Tahun 2008 dan (Data Tahun 20082014) dan 2014) Data yang tertuang dalam Gambar .. menunjukkan bahwa konsentrasi Sungai Tounipus 2
Data yang tertuang dalam Gambar .. menunjukkan bahwa konsentrasi memiliki konsentrasi nitrat yang tinggi. Saat pengambilan sampel kualitas air, tanaman berada dalam Sungai Tounipus 2 memiliki konsentrasi nitrat yang tinggi. Saat pengambilan saat pertumbuhan aktif dan saat pemupukan sintetis (Urea) dilakukan. sampel kualitas air, tanaman berada dalam saat pertumbuhan aktif dan saat pemupukan sintetis (Urea) dilakukan.
Gambar 2.18. Kondisi tanaman Pertumbuhan Vegetatif Aktif
Gambar .....Kondisi tanaman Pertumbuhan Vegetatif Aktif Germadan Tondano — 49
2.5. Status trofik danau Tingkat Trofik Danau Tondano. Kondisi kualitas air Danau Tondano diklasifikasikan berdasarkan eutrofikasi yang disebabkan adanya peningkatan konsentrasi unsur hara dalam air. Faktor pembatas sebagai penentu eutrofikasi adalah unsur Fosfor (P) dan Nitrogen (N). Pada umumnya rata-rata tumbuhan air mengandung Nitrogen dan Fosfor masing-masing 0,7% dan 0,09% dari berat basah. Khlorofil-a dapat digunakan untuk memprediksi biomassa phytoplankton. Konsentrasi khlorofil-a tertinggi terdapat pada kedalaman 3 meter, dibandingkan dengan konsentrasi khlorofil-a yang terdapat di permukaan Danau Tondano. Konsentrasi tinggi terdapat di bagian timur Danau Tondano (jaring apung Kaweng 26,77 µg/l), bagian selatan danau (22,49 µg/l) dan bagian tengah Danau Tondano (27,01 µg/l). Konsentrasi terendah terdapat di lokasi Wisata Paleloan 3,7 µg/l (lokasi bagian barat Danau Tondano). Konsentrasi khlorofil-a di Danau Tondano pada permukaan danau berkisar antara 0,93 µg/l - 24,2 µg/l , kedalaman 1 (satu) meter berkisar antara 10,3 µg/l – 24,7 µg/l, kedalaman 2 (dua) meter berkisar adalah 13,9 µg/l, dan kedalaman 3 (tiga) meter berkisar antara 3,7 µg/l – 27,0 µg/l, digambarkan dalam bentuk grafik, yang terdapat pada Gambar 2.18. 30 Konsentrasi Klorofil-a (µg/l)
25 20 15 10 5 0
Permukaan
inlet wisata selata inlet inlet danau Sumar n danau danau Leleko u Endo danau Panas Ranow en eleng 0.93 8.72 19.71 19 24.26
Kedalaman 1 m
10.39
24.73
Kedalaman 2 m Kedalaman 3 m
jaring tengah jaring wisata outlet apung danau apung Palelo danau Kawen Eris an g 14.42 19 18.76 5.97 18.32
13.98 15.37
22.49
26.77
27.01
26.33
3.7
16.7
GambarKonsentrasi ....... Konsentrasi Klorofil- aa di Tondano (Wantasen, 2012) Gambar 2.19. KlorofildiDanau Danau Tondano (Wantasen, 2012) Tingginya konsentrasi khlorofil-a di bagian timur Danau Tondano, bagian selatan danau dan
50 — Germadan Tondano
bagian tengah Danau Tondano adalah disebabkan oleh adanya proses sirkulasi massa air yang memungkinkan terangkatnya sejumlah nutrien dari tempat lain, juga disebabkan oleh nutrien dari sisa makanan ikan (Pellet) lokasi KJA yang dominan terdapat di bagian timur dan selatan Danau
Tingginya konsentrasi khlorofil-a di bagian timur Danau Tondano, bagian selatan danau dan bagian tengah Danau Tondano adalah disebabkan oleh adanya proses sirkulasi massa air yang memungkinkan terangkatnya sejumlah nutrien dari tempat lain, juga disebabkan oleh nutrien dari sisa makanan ikan (Pellet) lokasi KJA yang dominan terdapat di bagian timur dan selatan Danau Tondano. Berkaitan dengan lebih tingginya konsentrasi khlorofil-a pada kedalaman 3 meter di Danau Tondano, disamping faktor cahaya juga oleh bahan organik tinggi. Tingkat kecerahan Danau Tondano sekitar 2,0-3 meter dengan demikian radiasi matahari bisa sampai pada kedalaman 3 meter dan didukung oleh ketersediaan nutrien (Nitrogen) menyebabkan fotosintesis berlangsung baik sehingga pertumbuhan phytoplankton meningkat pada kedalaman 3 meter.
Gambar 2.20. Peta Sebaran Khlorofil-a di Permukaan Danau Tondano Hingga 3 meter Gamba.... Peta Sebaran Khlorofil-a di Permukaan Danau Tondano Hingga 3 meter Gamba.... Peta Sebaran Khlorofil-a di Permukaan Danau Tondano Hingga 3 meter Hasil pengukuran terhadap rata-rata Nitrogen total adalah 2540 µg/l, konsentrasi rata-rata total
51
Gamba.... Peta Sebaran Khlorofil-a di Permukaan Danau Tondano Hingga 3 meter
Germadan Tondano — 2540 µg/l, konsentrasi rata-rata total Hasil pengukuran terhadap Nitrogen total adalah Phosphat adalah 1700 µg/l rata-rata (JICA, 2001). Pengukuran tingkat kecerahan diperoleh data bahwa HasilPhosphat pengukuran terhadap rata-rata Nitrogen adalah 2540 µg/l, konsentrasi rata-rata adalah 1700 µg/l (JICA, 2001). tingkat kecerahan diperoleh data bahwa kecerahan di Danau Tondano adalah sekitarPengukuran 2,0total meter sampai dengan 3 meter. Konsentrasi rata-total Phosphat adalah 1700 µg/l (JICA, 2001). Pengukuran tingkat kecerahan diperoleh bahwa kecerahan di Danau Tondano adalah sekitar 2,0 meter sampai dengan 3Status meter. Konsentrasi ratarata khlorofil-a adalah 16,85 µg/l. Apabila dibandingkan dengan Kriteria Trofik danaudata seperti
Hasil pengukuran terhadap rata-rata Nitrogen total adalah 2540 µg/l, konsentrasi rata-rata total Phosphat adalah 1700 µg/l (JICA, 2001). Pengukuran tingkat kecerahan diperoleh data bahwa kecerahan di Danau Tondano adalah sekitar 2,0 meter sampai dengan 3 meter. Konsentrasi ratarata khlorofil-a adalah 16,85 µg/l. Apabila dibandingkan dengan Kriteria Status Trofik danau seperti yang tertera pada Tabel ....., maka status trofik Danau Tondano absolut berada pada Eutrof dan bahkan mengarah ke status Hipereutrof. Tabel 2.12. Kriteria Status Trofik Danau Status Trofik
KadarRata-rata Total-N (µg/l)
Kadar Rata-rata Total-P (µg/l)
KadarRata-rata Khlorofil-a (µg/l)
Kecerahan Rata-rata (m)
Oligotrof
≤ 650
< 10
< 2.0
≥ 10
Mesotrof
≤ 750
< 30
< 5.0
≥4
Eutrof
≤ 1900
<100
< 15
≥ 2,5
Hipereutrof
> 1900
≥ 100
≥ 200
< 2,5
Sumber : Peraturan Menteri No 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau/dan atau Waduk
2.6. Topografi Keadaan topografi DTA Danau Tondano sebagian besar mempunyai relief datar sampai berombak, dan sebagian lainnya bergelombang sampai curam. Kemiringan lereng yang menonjol adalah datar yang luasnya 59% dari luas DAS, diikuti dengan curam yang luasnya 18% dari total luas DAS. Topografi datar sebagian besar terdapat di wilayah pemukiman di Tondanodan Langowan yang berlokasi di sekitar Danau Tondano. Sedangkan lereng curam terdapat di kawasan hutan yang merupakan daerah pegunungan.
52 — Germadan Tondano
Gambar 2.21. LerengTondano DTA Danau Tondano Gambar . Kelas Lereng DTAKelas Danau
Fungsi dan Manfaat Danau D.2.7 Penutupan Lahan Fungsi dan manfaat danau menjelaskan fungsi didapatkan dan nilai bahwa Berdasarkan interpretasi citra Landsattentang tahun 2013, manfaat danau yang meliputi : manfaat langsung, manfaat ekologi, hasil
DTA Danau Tondano sekitar 4% total DTADanau Tondano. Jen produksi (ekonomis danadalah non ekonomis) dandari kekhasan. Berikut ini adalah contoh-contoh fungsi dan nilai manfaat ekosistem danau.
dominan di DTA Danau Tondano adalah pertanian lahan kering dan pertan
Germadan Tondano — 53 campur semak. Pertanian lahan kering adalah lahan usaha pertanian yang di
Tabel 2.13. Fungsi dan Manfaat Danau Fungsi dan Nilai Manfaat Keterangan Manfaat langsung (Direct Function) Sebagai tempat tampungan air yang berlebih baik dari air hujan, aliran permukaan • Pengatur tata air maupun sumber–sumber air bawah tanah sehingga danau berfungsi juga untuk membantu mengatasi banjir Sebagai sumber air yang dapat digunakan oleh masyarakat baik langsung (pertanian/ • Kebutuhan air peternakan, industri, rumah tangga) maupun tidak langsung(sumber bahan baku air minum danpenghasil energi melalui PLTA). Perairan danau telah digunakan selama ribuan tahun oleh masyarakat sebagai sarana • Jalur transportasi perhubungan (transportasi). Danau, terutama yang memiliki nilai estetika, dapat menjadi lokasi yang menarik untuk • Rekreasi rekreasi. Banyak danau yang menyimpan misteri ilmu pengetahuan sehingga menarik untuk • Penelitian dan pendidikan digunakan sebagai lokasi penelitian, termasuk kegiatan pendidikan. Fungsi ekologi Sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora dan fauna yang penting. • Habitat • Penahan dan penawar pencemaran
Badan air dan keseluruhan komponen lingkungan yang terdapat di dalamnya dapat menurunkan daya racun bahan pencemar yang masuk ke dalamnya. Secara keseluruhan, kondisi hidrologi dan daur materi pada lahan basah dapat • Stabilisasi iklim mikro menstabilkan iklim mikro, terutama curah hujan dan suhu. Danau dapat meyerap dan menyimpan karbon sehingga berfungsi sebagai pengendali • Pengendali iklim global lepasnya karbon ke udara yang berkaitan langsung dengan perubahan iklim global. Hasil produksi (ekonomis dan non-ekonomis) • Penyedia air untuk Sejak dahulu, air permukaan yang terdapat di danau telah digunakan oleh masyarakat masyarakat untuk berbagai keperluan. • Pengisi air tanah Air permukaan yang terdapat di danau dapat mengisi akuifer melalui pori-pori tanah. • Penyedia air untuk lahan outlet Danau Tondano adalah Sungai Tondano dapat mengairi ekosistem lahan basah basah lainnya yang berada di hilirnya Danau merupakan habitat berbagai komoditas perikanan, seperti ikan mas, ikan mujair, • Sumber perikanan udang, payangka (perikanan tangkap dan perikanan budidaya). Kekhasan (attributes) • Merupakan habitat Berbagai jenis flora dan fauna menjadikan danau sebagai habitatnya baik dalam berbagai keanekaragaman sebagian maupun keseluruhan siklus hidupnya. hayati • Keunikan tradisi, budaya Banyak danau memiliki nilai estetika yang khas sehingga menjadi bagian dari dan warisan perkembangan budaya masyarakat setempat. • Habitat bagi sebagian atau Berbagai jenis flora dan fauna menjadikan danau sebagai tempat perkembangbiakan, seluruh siklus hidup flora pemeliharaan, pembesaran, dan tempat mencari makan. dan fauna.
Sumber : Straegi Lahan Basah (KLH, 2004) dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau, 2012 54 — Germadan Tondano
perkembangbiakan, pemeliharaan, pembesaran, dan tempat mencari makan. s flora dan fauna. m sumber : Straegi Lahan Basah (KLH, 2004) dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau, 2012
Fungsi dan manfaat danau yang paling dominan adala penyedia air untuk tankap dan budidaya nfaat danau yang PLTA, palingperikanan dominan adala penyedia air untukserta PLTA,pariwisata. perikanan tankap erta pariwisata. 1. Perikanan tangkap
yangterdapat potensial terdapat di Danau Tondano kap. Ikan-ikanIkan-ikan yang potensial di Danau Tondano adalah Ikan betutu,adalah nike, Ikan
betutu, nike, mujair dan payangka. Data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa, 2009 menunjukkan bahwa capaian produksi produksi Penangkapan ikan-ikan tersebut adalah 400 ton/tahun. Harga jual tingkat Penangkapan ikan-ikan tersebut adalah 400 ton/tahun. Harga jual tingkat 10.000/kg,pedagang: maka penghasilan yang diperoleh Rp. 4.000.000.000. Kegiatan Rp. 10.000/kg, maka sebesar penghasilan yang diperoleh sebesar Rp. 4.000.000.000. Kegiatan eksport ikan betutu untuk triwulan terakhir etutu untuk triwulan terakhir adalah 120 ton. Harga jual tingkat pedagang Rp.adalah 120 ton. Harga jual tingkat pedagang Rp. 70.000/kg, total harga jual betutu al harga jual betutu : 120.000 x Rp. 70.000 = Rp. 8.400.000.000. : 120.000 x Rp. 70.000 = Rp. 8.400.000.000.
angka. Data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa, 2009 menunjukkan
Gambar 2.22. Aktifitas Masyarakat Nelayan di Danau Tondano Sumber : www.illunowa.com,2008
Gambar .... Aktifitas Masyarakat Nelayan di Danau Tondano Sumber : www.illunowa.com,2008
2. Perikanan budidaya
didaya.
Danau Tondano dimanfaatkan juga untuk perikanan budidaya sistem sistem Danau Tondano dimanfaatkan juga untuk perikanan budidaya
karamba (floating net). Data dari Dinas Perikanan dan Kelautan apung (floating net).jaring Dataapung dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa
Kabupaten Minahasa Tahun 2009, menunjukkan bahwa terdapat sekitar 8.500 – 10.000 unit jaring apung yang terdapat di Danau Tondano. Sekitar o. Sekitar 2.000 jaring apung yang telah rusak tersebar di Danau Tondano terutama di 2.000 jaring apung yang telah rusak tersebar di Danau Tondano terutama
enunjukkan bahwa terdapat sekitar 8.500 – 10.000 unit jaring apung yang terdapat di
Danau Tondano. Hal ini mempengaruhi nilai estetika danau serta pendangkalan. Germadan Tondano — 55
di bagian timur Danau Tondano. Hal ini mempengaruhi nilai estetika danau serta pendangkalan. Usaha budidaya jaring apung di Danau Tondano adalah dikelola oleh 750 KK. Jenis ikan yang dibudidaya : Ikan nila, ikan mas. Capaian produksi Kegiatan budidaya : 5100 ton/tahun. Harga jual tingkat pedagang: Rp. 10.000/kg. Penghasilan/tahun : Rp. 51.000.000.000. Hasil wawancara dengan pembudidaya ikan yang memiliki budidaya ikan sistem jaring apung di Danau Tondano, diperoleh data bahwa untuk 1000 ekor Ikan Nila ukuran 10-12 cm sampai dengan panen membutuhkan makanan 5 sak/1000 ekor (1 sak = 50 kg; 5 x 50 kg =250 kg), dengan waktu 3-5 bulan. Saat ini jumlah Jaring Apung aktif sekitar 3500 (ukuran 1 jaring= 3x4 m atau 4x4 m). Cara pemberian makanan adalah 2 x sehari. Jenis makanan adalah CPP, Confeed, Bintang, Karka (nama dagang). Kadar air pakan 13%, kadar air ikan 77-78%. Jadi hanya sekitar 30% yang menjadi daging ikan. Jika produksi 400 ton/tahun dan perbandingan penggunaan pakan dan produksi 1:2, maka diperkirakan penggunaan pakan adalah 200 ton/tahun (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa, 2010). 3. Pariwisata Kegiatan wisata untuk wilayah Kabupaten Minahasa yang berada di dalam lingkup Kawasan DAS Tondano, kegiatan terbesar adalah di Danau Tondano. Di area danau ini terdapat sejumlah titik atraksi yang menjadi kunjungan wisatawan. Obyek wisata yang sudah lama terkenal adalah Sumaru Endo di Remboken dan kawasan wisata di Paleloan yaitu keduanya terletak di bagian barat dari Danau Tondano, seperti terlihat pada Gambar 2.23.
56 — Germadan Tondano
dari Danau Tondano, seperti terlihat pada Gambar .....
Gambar 2.23. Obyek Wisata Sumaru Endo di Remboken ((Bahasa Tombulu Minahasa:
Gambar ..... Obyek Wisata Sumaru Endo di Remboken ((Bahasa Menghadap Mentari Pagi) gambar Wantasen, 28 November 2009) Tombulu Minahasa: Menghadap Mentari Pagi) gambar Wantasen, Gambaran 2009) kondisi sumberdaya pariwisata wilayah pada dasarnya 28 November
dapat dilihat dari berbagai aspek. Di dalam sistem pariwisata, tinjauannya mencakup sisi pasokan ataudasarnya produk pariwisata maupun kebutuhan berdaya pariwisata wilayah pada dapat dilihat darisisiberbagai aspek. atau pasar pariwisata. Sisi produk dapat dipilah atas atraksi atau daya ata, tinjauannya mencakup sisi pasokan atau produk pariwisata maupun sisi tarik wisata dan aktivitas wisata, akomodasi, fasilitas, aksesibilitas dan transportasi, prasarana serta pariwisata. Sisi produk dapatpendukung, dipilah atas atraksi atau daya tarik wisata dan Sarana dan prasarana pariwisata yang tersedia adalah cottage-cottage yang terdapat di di kawasan wisata Sumaru Endo dan di kawasan Paleloan serta rumah makan terapung, dapat dilihat pada Gambar 2.23 dan 2.24.
dasi, fasilitas, aksesibilitas dan transportasi, prasarana pendukung, serta
Germadan Tondano — 57
Gambar 2.24. Lokasi Wisata di Paleloan (bagian barat Danau Tondano) (gambar diambil Wantasen: 11 November 2008)
Gambar .... Lokasi Wisata di Paleloan (bagian barat Danau Potensi lain adalah sumber air panas alami yang merentang luas Tondano) (gambar diambil Wantasen: 11 November 2008) di sebelah barat dan selatan Danau Tondano, dari Kecamatan Tondano Selatan, Kecamatan Kakas, dan Kecamatan Langowan Barat. Terdapat juga Waruga (kuburan adat Minahasa zaman dahulu) di sebelah utara Danau Tondano. Di Kota Tondano sendiri terdapat atraksi Wisata Budaya Minahasa maupun keterkaitan dengan sejarah.
er air panas alami yang merentang luas di sebelah barat dan selata 4. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
n Tondano Selatan, Kecamatan Kakas,Pembangkit dan Kecamatan Langowa Dibangun semasa penjajahan Belanda, Listrik Tenaga Air (PLTA) Tonsealama unit I menjadi PLTA Tertua di negeri ini, terletak di
uburan Desa adatTonsealama Minahasa zamanTondano dahulu) di Kendati sebelah utara Danau Tond Kecamatan Utara. usianya lebih tua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tapi dayanya masih rutin
dapat atraksi Wisata maupun keterkaitan menerangi ribuan Budaya rumah di Minahasa Sulut. Daya yang dikeluarkan masih 3.300dengan kilo Watt (3,3 Mega Watt) dan tegangannya 16,8 kilo Volt (kV). Melihat kondisinya, orang mungkin takkan percaya bila generator merek General
ga Air (PLTA). Dibangun semasa Belanda, Pembangk 58 — Germadanpenjajahan Tondano
alama unit I menjadi PLTA Tertua di negeri ini, terletak di Desa Ton
Electric yang diproduksi 1917, itu masih kuat memikul beban hingga setara satu kecamatan (Wola, 2010). Sungai Tondano dengan debit yang cukup besar dan kelerengan yang cukup curam berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Saat ini Sungai Tondano telah dimanfaatkan untuk mengoperasikan tiga buah pembangkit listrik, yaitu: PLTA Tonsealama I, PLTA Tanggari I, dan PLTA Tanggari II. Sistem PLTA yang ada di DAS Tondano, penyaluran airnya model kaskade (bertingkat). Yakni, Tonsea Lama yang berada di hulu. Airnya jatuh dalam pipa pesat setinggi 90 meter. Air yang telah terpakai di PLTA Tonsealama menghasilkan 14,38 MW, PLTA Tanggari I menghasilkan 17,20 MW, dan Tanggari II menghasilkan 19,00 MW. Total energi yang dihasilkan ketiga PLTA ini adalah 50,58 MW. 2.8. Karakteristik Danau 1. Tipe Danau Sejarah terbentuknya Danau Tondano diawali dengan evolusi geologi daerah semenanjung Minahasa tidak terlepas dari faktor kendali keberadaan struktur cekungan busur gunung api akhir Tersier-Kuarter Sulawesi Utara dan Sangihe. Wilayah ini memiliki fase kejadian perulangan erupsi dan tektonik aktif, yang ditandai oleh pembentukan cekungan pull-apart. Kegiatan ini berlanjut dengan berkembangnya vulkanisme di kawasan ini yang ditandai oleh pembentukan Kaldera Tondano pada 2±0,4 juta tahun yang lalu (Lecuyer drr, 1997; Pratomo dan Leuyer, 2007 dalam Moechtar, H, dkk, 2007). Danau Tondano mengalami perubahan bentang alam dari waktu ke waktu. Litologi sedimen kuarter bawah permukaan tersusun oleh lempung bergambut, lempung organik/humus, lempung tufan, pasir, lanau dan lempung (Moechtar, H, dkk, 2007). Secara umum ciri litologi yang demikian dapat dibedakan menjadi fasies erupsi gunung api sebagai tuf Tondano dan erupsi gunung api muda, fasies sedimen dapat dibedakan menjadi endapan-endapan danau, pasir danau (fasies paparan danau), pasang surut (perulangan fasies danau dan rawa), dan rawa. Soil/tanah penutup merupakan endapan permukaan terdiri atas lempung dan lanau pasiran, berwarna coklat kekuning-kuningan, coklat dan Germadan Tondano — 59
kuning, terpilah buruk, mengandung sisa tumbuhan dan diinterpretasikan sebagai tanah pelapukan yang berasal dari sedimen dibawahnya (soil). Ciri litologi yang berbeda dan mencolok antara tuf Tondano dengan fasies sedimen, diantaranya kekerasan, komposisi, dan warna sehingga memberikan kesan bahwa fasies tersebut sebagai alas endapan sedimen dan batuan gunungapi muda. Di lapangan, batuan tersebut tersingkap di selatan danau pada bentang alam perbukitan bergelombang, sehingga memperkuat dugaan bahwa fasies tersebut sebagai alas dari rangkaian sedimen Kuarter. Fasies Piroklastika lainnya yang keterdapatannya bersama-sama dengan fasies sedimen memiliki sifat litologi yang relatif lunak dan berlapis, sehingga ditafsirkan sebagai material hasil erupsi gunung api yang masuk ke dalam danau dan kemungkinan termasuk ke dalam gunung api muda (Qv). Rangkaian susunan litologi yang ditafsirkan tersebut diatas, selanjutnya dicirikan oleh suatu penerusan lapisan secara berkesinambungan, yaitu hasil suatu proses sedimentasi dari waktu ke waktu. Susunan lapisan tersebut secara lateral dan vertical membentuk suatu rangkaian. Susunan perlapisan yang demikian dapat dikelompokkan menjadi satu kesatuan dengan karakter yang berbeda dari waktu ke waktu menjadi Unit Fasies Pengendapan (UFP). Proses kesinambungan perlapisan tersebut masih berlangsung dan terus menerus hingga sekarang. Menurut Effendi dan Bawono (1997) endapan danau dan sungai yang terdiri atas pasir, lanau, konglomerat, dan lempung napalan. Komposisi litologi tersebut tidak jauh berbeda dengan fasies di bawah permukaannya, sehingga rangkaian fasies tersebut dapat dimasukkan ke dalam apa yang dimaksud dengan endapan danau dan sungai (Qs). Hasil erupsi gunung api muda (Qv) turut memperkaya rangkaian endapan danau dan sungai purba di daerah ini. Pada bagian ini dijelaskan tentang tipe danau. Beberapa tipe danau yang ada di Indonesia dapat dilihat pada dapat dilihat pada tabel berikut ini :
60 — Germadan Tondano
Tabel 2.14. Beberapa Tipe Danau di Indonesia No. Tipe Danau 1. Danau Tektonik 2. Danau Vulkanik 3. Danau Tektovulkanik 4. Danau Kawah 5. Danau Kaldera 6. Danau Sesar – Lingkar Kaldera 7. Danau Paparan Banjir (Flood Plain)
Danau Keterangan Diatas, Dibawah, Lindu, Matano, Terbentuk akibat gempa bumi, Paniai, Poso, Singkarak dan Towuti Danau Tiga Warna dan Segara Anak, Terbentuk akibat letusan gunung berapi Rawa Danau, Tondano Toba, Maninjau, Kerinci dan Ranau Terbentuk oleh aktivitas gempa bumi dan letusan gunung berapi Gunung Kelud dan Galunggung Terletak pada elevasi tinggi di sekitar gunung, memiliki dasar yang dalam dan relatif stabil Maninjau dan Batur Terletak pada elevasi tinggi di sekitar gunung, memiliki dasar yang dalam dan rekatif stabil Bratan-Buyan-Tamblingan Semayang, Melintang, Jempang, Limboto dan Tempe
8. Danau Tapal Kuda (Oxbow) 9. Danau Longsoran/ Bencana Alam 10. Danau Pelarutan 11. Danau Morai/Gletser 12. Danau Kars
Danau Teluk di Jambi
13. Danau Payau
Danau Bunung di Sulawesi Utara
Terletak pada elevasi rendah dan dangkal serta cenderung mengalami pendangkalan terus-menerus akibat pelumpuran dan berkembangnya tumbuhan air
Sentani, Ranau dan Bandung Purba Paniai dan Dolina di Biak Danau Ertzberg di Papua Danau Ayamaru di Papua Barat
Terbentuk akibat perkembangan tektonik yang intensif berupa sesar atau patahan yang telah memotong dan merobek batuan karbonat di kawasan setempat Terletak di pantai, kualitas air payau akibat terkena intrusi air asin dari laut
Sumber : Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau, 2012 2. Morofologi Danau Tipe Danau di Indonesia menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2009), terdapat 9 tipe yaitu danau tektonik, danau vulkanik, danau tekto-vulkanik, danau kawah, danau kaldera, danau sesar-lingkar kaldera, danau paparan banjir (flood plain), danau longsoran, danau semi-alami (semi natural). Menurut Hehanussa dan Sri Haryani, 2009 bahwa Untuk keperluan perencanaan, diusulkan klasifikasi danau berdasarkan genesisnya, yang dinamai klasifikasi morphogenesis danau Indonesia. Usulan klasifikasi Germadan Tondano — 61
danau ini bukan untuk membagi-bagi danau di Indonesia, tetapi terlebih untuk mempermudah tim yang bertugas menyusun rencana pengelolaan danau di Indonesia yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 500 danau besar, berarti perlu ada 500 rencana pengelolaan. Indonesia memiliki 12 kelas morfogenesis yaitu kelas morfogenesis Danau Tektonik, Danau Volcano-Tektonik, Danau Kaldera dan Endorheik, Danau Amblesan di lereng gunung api aktif, Danau Paparan dan Oxbow, Danau Sesar dan Bencana Alam, Danau Akibat Pelarutan, Danau Estuari, Danau Akibat Bencana ALam, Reservoar, waduk, tasik, situ, embung, Danau sisa tambang dan galian dan Danau akibat campuran proses diatas. Danau Tondano termasuk dalam kelas morfogenesis danau akibat bencana alam. Luas perairan Danau Tondano diperoleh beberapa data dari instansi terkait dan data tersebut bervariasi dari tahun ke tahun. Data luasan Danau Tondano terdapat pada Tabel 2.15. Tabel 2.15. Data Luas Danau Tondano dari instansi Terkait No. 1. 2. 3. 4. 5.
Data Luas Perairan Danau Tondano 4.638 Ha 4.600 Ha 5.100 Ha 4.625 Ha 4.950 Ha
6. 4.650 Ha
Sumber Data (Tahun) JICA (2001) BPDAS (2003) BPDAS (2003) Proyek PPSA (2004) Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa (2008) Direktorat Jenderal Penataan Ruang Dep. PU RI(2009)
Keterangan Musim kemarau Musim penghujan
Sumber: JICA (2001), BPDAS (2003), Proyek PPSA (2004), Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa (2008), Direktorat Jenderal Penataan Ruang Dep. PU RI(2009). Studi Proyek PPSA tahun 2004 diperoleh data bahwa muka air Danau Tondano terkontrol oleh inlet bangunan PLTA Tonsea Lama terletak pada elevasi +681,151 meter dari permukaan laut. Keliling danau pada kondisi normal sekitar 35.5 km. Dilihat dari klasifikasi ukuran danau, Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2009) mengklasifikasikan bahwa Danau Tondano termasuk danau klasifikasi kecil yaitu luas 1-100 Km2. Hasil studi Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Aliran Sungai 62 — Germadan Tondano
Tondano tahun 2009, diperoleh data bahwa luas Danau Tondano adalah 4650 Ha. Perubahan tinggi permukaan perairan danau secara permanen dengan memperluas area genangan air dari tahun ke tahun adalah salah satu indikator terganggunya sumberdaya alam danau. Perubahan tinggi permukaan perairan Danau Tondano dipengaruhi oleh perubahan kedalamannya (Tabel 2.16.), dimana kondisi tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi pengendapan (sedimentasi) di perairan. Pengendapan oleh sedimentasi diakibatkan oleh erosi, dan erosi yang terjadi akibat perubahan pemanfaatan lahan dari lahan lindung ke lahan budidaya sangat beresiko mengurangi kestabilan tanah yang pada akhirnya akan meningkatkan erosi. Berubahnya tinggi permukaan air Danau Tondano akan mengganggu jumlah debit air, dan seterusnya akan mengganggu pemanfaatan sumberdaya air Danau Tondano sebagai sumber tenaga penggerak turbin untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Tabel 2.16. Perubahan Kedalaman Danau Tondano Tahun
Kedalaman (m)
1934 1974 1983 1987 1992 1996 2000
40 28 27 20 16 15 14
Sumber: Dep. PU, 2005 Sungai Tondano memiliki panjang 41.100 meter yang bermuara ke Laut Sulawesi. Hulu Sungai Tondano adalah Danau Tondano, dengan demikian air Sungai Tondano tersebut berasal dari Danau Tondano. Pengukuran debit sungai di outlet Danau Tondano diperoleh data debit sungai maksimum 5,684 m3/det dan minimum 5,024 m3/det (Dep. PU, 2005). Berdasarkan kajian pendangkalan berdasarkan morfologi dasar danau dengan menbandingkan hasil penggambaran bathimetri tahun 2010 dengan hasil yang pernah ada sebelumnya yaitu tahun 2004 didapatkan Germadan Tondano — 63
angka rerata volume endapan 6.190.118,39 m3/tahun dan kecepatan pendangkalannya 13,41 cm/tahun (Dirjen SDA-BWS, 2010). Analisis data topografi dan bathimetri diperoleh karakteristik situasi danau Tondano sebagai berikut (Dirjen SDA-BWS, 2010).: - - - - - -
- - - -
Elevasi Muka Air = 682,47 mdpl Elevasi Dasar Rerata = 667,36 mdpl Kedalaman Rerata = 15,11 m Luasan = 4616 Ha = 46,16 km2 Volume Berdasarkan Kontur = 668,57 Juta m3 Elevasi Terdalam = 32,7 m. Titik ini diperkirakan sebagai lubang mata air. Untuk dasar danau elevasi terdalam yang terbaca oleh alat adalah 20 m. Debit air (sungai) yang masuk ke danau Tondano = 10,840 m3/sec Kadar sedimen yang terangkut = 67.972,50 ton/thn Volume sedimen yang mengendap = 88.364 m3/thn Laju endapan = 1,9 mm/thn
Tabel 2.17. Perbandingan Hasil Pengukuran Bathimetri Tahun 2010 Terhadap Tahun 2004 Pengukuran Luas genangan Volume Tampungan Penyusutan / Tahun
Satuan km2 Juta m3 cm/thn
Tahun 2004 46,86 672,28 0,12
Tahun 2010 46,16 668,57 0,62
Penyusutan / Tahun 0,12 0,62
Sumber: Kementerian PU, Dirjen SDA-BWS, 2010 3. Keanekaragaman Hayati Flora Data tumbuhan/ flora akuatik yang terdapat di Danau Tondano diperoleh dari 6 (enam) lokasi pengukuran yaitu Paleloan, Eris, Tasuka, Ranomerut, Talikuran, Tolour. Flora akuatik di Danau Tondano digolongkan dalam tiga jenis yaitu: 1). Jenis yang melayang dan berakar di dasar; 2). Jenis yang terapung bebas; 3). Jenis di pinggiran danau dan terapung. Dari ketiga jenis tersebut, jenis yang dominan terdapat di perairan Danau Tondano adalah jenis yang tumbuhnya melayang dan berakar di dasar. Teridentifikasi sekitar 14 jenis tanaman air yang terdapat di Danau Tondano: Brachiaria mutica, Ceratophhyllum demersum, Cyperus plastistilys, 64 — Germadan Tondano
Eclipta prostate, Eichhornia crassipes, Hydrilla verticilata, Ipomoea aquatic, Limnocharis flava, Nelumbium nelumbo, Phragmites australis, Pistia stratiotus, Sacharum spontaneum, Sphenoclea zeylanica, Potamogeton malaianus. Data komposisi spesies dan Indeks Nilai Penting (INP) ditunjukkan dalam angka 7,54 hingga angka 155,19. Komposisi Spesies dan Indeks Nilai Penting Flora Akuatik di danauTondano dapat dilihat pada Tabel 2.18. Indeks Nilai Penting Flora Aquatik di Danau Tondano tertinggi adalah Eceng Gondok (Eichhornia crassipes). Tumbuhan Eceng Gondok ini baru terdapat di Danau Tondano sekitar tahun 1985. Data dari Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan menunjukkan bahwa pada tahun 1981 tumbuhan Eceng Gondok belum terdapat di Danau Tondano. Tumbuhan air yang mendominasi tahun 1981 adalah Hydrilla verticilata, Ceratophhyllum demersum, Najas indica, Potamogeton malaianus. Jenisjenis ini tergolong tumbuhan air yang melayang dan berakar di dasar. Juga tumbuhan yang tergolong terapung bebas yaitu Pistia stratiotus, Spirodelapolyrhiza, Azolla pinnata, Lemna minor. Tabel 2.18. Komposisi Spesies dan Indeks Nilai Penting Flora Aquatik di DanauTondano Nama Latin Brachiaria mutica Ceratophhyllum demersum Cyperus plastistilys Eclipta prostata Eichhornia crassipes Hydrilla verticilata Ipomoea aquatica Limnocharis flava Nelumbium nelumbo Phragmites australis Pistia stratiotus Potamogeton malaianus Sphenoclea zeylanica Sacharum spontaneum Extent of coverage from shoreline (m)
Eris Tolour 22,80 16,84 7,30 109,01 39,60 3,08 14,00
60,35 65,61 15,97
Lokasi Pengukuran Flora Aquatik Tasuka Paleloan Ranomerut 5,74 8,54 5,75
9,67 148,58 16,42 16,23
5,96 141,23 27,83
155,19 18,23 20,21
15,09 9,30
5
9,30 7,54 1
19,19 40
15,66
Sumber: Wantasen, S; J. Nebath ; B. Soeroto, 2005 Germadan Tondano — 65
106,15 38,90
19,96 2,40 2,22 10,11
11,25 4,22
Talikuran
23
6,3
Data pada Tabel 2.18., menunjukkan bahwa Eichhornia crassipes adalah spesies yang dominan di semua lokasi penelitian dengan Indeks Nilai Penting 60 hingga 155. Tumbuhan lainnya yang mendominansi adalah Hydrilla verticilata, Sphenoclea zeylanica Ceratophhyllum demersum. Selain tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes), tumbuhan lainnya yang mendominansi terdapat pada enam lokasi pengamatan di Danau Tondano yaitu Hydrilla verticilata, Sphenoclea zeylanica terdapat di Eris, Tolour, Paleloan dan Talikuran, dan Ceratophhyllum demersum terdapat di Tolour, Tasuka dan Ranomerut. Hydrilla verticilata mempunyai Indeks Nilai Penting 16,42 hingga 65,61; Sphenoclea zeylanica dengan Indeks Nilai Penting 4,22 hingga 19,19; Ceratophhyllum demersum dengan Indeks Nilai Penting 5,75 hingga 16,84. Lokasi Paleloan adalah termasuk lokasi yang terdapat di bagian barat Danau Tondano. Lokasi Eris, Tasuka, Ranomerut dan Talikuran adalah lokasi yang terdapat di bagian timur Danau Tondano, dan lokasi Toulour adalah lokasi di bagian utara Danau Tondano (outlet danau). Pola penyebaran tumbuhan air dari pinggiran Danau Tondano ke arah tengah Danau Tondano dapat ditemukan hingga kedalaman 6,4 meter. Tumbuhan air Hydrilla verticilata dapat ditemukan pada kedalaman 1 meter - 6,4 meter, Ceratophyllum demersum ditemukan pada kedalaman 1 meter – 5,10 meter, Potamegeton malaianus ditemukan pada kedalaman 1 meter – 5,25 meter, Ganggang hijau pada kedalaman 1 meter – 2,80 meter (Rundengan, 1996). Menurut Soeroto, Tumbuhan tingkat tinggi yang punah atau menghilang dari Danau Tondano karena munculnya eceng gondok adalah Najas indica. Fauna Danau Tondano merupakan danau penghasil ikan air tawar. Jenis-jenis ikan air tawar yang dihasilkan menurut Soeroto (1988) adalah Ikan: Payangka (Ophieleotris aporos), Nike (Ophieleotris aporos), Mujair (Oreochromis mossambicus), Nila (Oreochromis niloticus), Gabus (Ophicephalus striatus), Nilem (Osteochilus hasselti), Sepat (Trichogaster trichopterus), Betok (Anabas 66 — Germadan Tondano
testudineus), Mas (Cyprinus carpio), Tawes (Puntius gonionotus); Crustacea : Udang Waor (Caridina spp); Moluska : Renga (Angulyagra costata), Kolombi (Pila ampullacea). Keanekaragaman yang tinggi mengindikasikan lingkungan yang stabil. Hasil penelitian Korah (2000) menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman fitoplankton di Danau Tondano pada beberapa stasiun adalah terendah di stasiun Eris (1,09548), secara berurutan diikuti oleh stasiun Telap (1,31382), Toulimembet (1,12756), Kaweng (1,25971), dan Tountimomor (1,53553). Jenis fitoplankton yang mendominasi perairan Danau Tondano adalah Closterium sp. Rendahnya indeks keanekaragaman fitoplankton di stasiun Eris menggambarkan bahwa di lokasi tersebut lebih banyak mendapat masukan limbah yang berasal dari aktivitas jarring apung yang terdapat di lokasi tersebut, juga dari outlet saluran irigasi dan drainase permukiman yang menjadi inlet Danau Tondano. Komunitas Benthos sering digunakan sebagai bioindikator lingkungan perairan. Hasil penelitian Korah (2000) di Danau Tondano menunjukkan bahwa Organisme Benthos yang terdapat di Danau Tondano adalah organism Tubifex sp, Stenothyra ventricosa. Organisme Tubifex sp adalah organism yang khas terdapat di perairan yang terpolusi organik. Indeks keanekaragaman Benthos di Danau Tondano pada beberapa stasiun adalah terendah di stasiun Eris (1,58509), secara berurutan diikuti oleh stasiun Telap (2,0232), Toulimembet (1,77021), Kaweng (1,96308), dan Tountimomor (2,07006). Kelima lokasi ini terletak di bagian timur Danau Tondano. Danau Tondano juga memiliki jenis-jenis ikan yaitu ikan Nike dan ikan Payangka yang menjadi ikan khas Danau Tondano, disamping Plankton, dan Benthos yang telah diuraikan sebelumnya. Soeroto (1988) mengemukakan bahwa jaringan makanan di Danau Tondano, kedudukan ikan Payangka dan Nike penting karena merupakan produksi danau terbesar yang dapat dimanfaatkan manusia. Gambaran jaringan makanan di Danau Tondano (hasil penelitian Soeroto, 1988) di sajikan pada Gambar .... Rantai makanan Nike merupakan konsumen sekunder dan Payangka sebagai konsumen tersier atau konsumen puncak (top consumer/predator) yaitu keduanya tidak mempunyai saingan yang berarti di Danau Tondano. Germadan Tondano — 67
Keduanya merupakan rantai makanan yang sangat penting. Jenis-jenis produksi perikanan yang terdapat di Danau Tondano: Ikan: Payangka (Ophieleotris aporos), Nike (Ophieleotris aporos), Mujair (Oreochromis mossambicus), Nila (Oreochromis niloticus), Gabus (Ophicephalus striatus), Nilem (Osteochilus hasselti), Sepat (Trichogaster trichopterus), Betok (Anabas testudineus), Mas (Cyprinus carpio), Tawes (Puntius gonionotus); Crustacea : Udang Waor (Caridina spp); Moluska : Renga (Angulyagra costata), Kolombi (Pila ampullacea). Makanan ikan Payangka di Danau Tondano adalah udang Caridina, moluska, larva serangga, nike dan alga benang. Soeroto (1988) menemukan bahwa yang paling sering ada di dalam lambung ikan Payangka adalah Alga benang, kemudian berturut-turut Stenothyra, Caridina, Thiara, Angulyagra, larva serangga, tumbuhan tingkat tinggi, nike, Cyclops, Cladocera, Melanoides, sisa dapur dan Detritus. Ikan Payangka nampaknya lebih memilih udang Caridina, larva serangga, dan keong Stenothyra. Sedangkan makanan ikan Nike adalah campuran zooplankton dan fitoplankton (Cyclops, nauplius, Keratella, Oscillatoria, Bosmina, Phormidium, Nitzschia, Ceriodaphnia, Cladophora, Navicula dan Polyarthra). Payangka menempati relung (niche) ekologik tersendiri di Danau Tondano. Payangka meletakkan telur pada batu di dasar danau atau obyek keras di dalam air (litofil), jelas tidak mempunyai saingan tempat pemijahan kecuali spesiesnya sendiri. Jadi dalam relung pemijahan Payangka tidak mempunyai saingan. Larva Payangka yang planktonis segera mencapai permukaan dan cepat tersebar ke seluruh Danau Tondano. Berdasarkan data yang dipeoleh bahwa Payangka berpijah sepanjang tahun (bulan Juni dan Oktober). Puncak pemijahan adalah bulan September atau Oktober. Hal ini terjadi pada permulaan musim hujan. Ikan Payangka mempunyai relung ekologi khusus di Danau Tondano. Dari mulai tempat pemijahan yang tak tersaingi, larva yang planktonis, ikan muda sampai besar dapat memanfaatkan hampir seluruh sumber makanan di Danau Tondano. Hal ini yang membuat Payangka tetap eksis dan terdapat dalam jumlah yang berlimpah di Danau Tondano. Kedudukan Payangka dan Nike penting di dalam jaringan makanan di Danau Tondano, 68 — Germadan Tondano
karena produksi Danau Tondano terbesar yang dapat dimanfaatkan manusia adalah Payangka dan Nike (Soeroto, 1988). Ikan Payangka tertangkap pada kedalaman 1-6 m, dan sebagian besar didapat pada daerah dengan tumbuhan yang lebat. Tumbuhan air selain penting di dalam jaringan makanan di Danau Tondano, karena produksi Danau Tondano terbesar sebagai tempat berlindung ikan juga tempat mencari makan, sebab udang yang dapat dimanfaatkan manusia adalah Payangka dan Nike (Soeroto, 1988). Caridina dan juga moluska banyak terdapat di sekitar tumbuhan air. Ikan Ikan Payangka tertangkap pada kedalaman 1-6 m, dan sebagian besar didapat pada daerah Nike dengan (anakan Payangka) terdapat terutama di bagian danau dan tumbuhan yang lebat. Tumbuhan air selain sebagai tempat berlindung pinggir ikan juga tempat hidupmencari berkelompok. Konsentrasi biasanya di daerah terlindung dari makan, sebab udang Caridina dan jugaNike moluska banyak terdapat di sekitar tumbuhan air. Ikan Nike (anakan Payangka) bagian pinggir danau dan hidup berkelompok. antara gelombang, tenang danterdapat tidakterutama ada ditumbuhan, dengan kedalaman di daerah terlindung dari gelombang, tenang dan tidak ada tumbuhan, 75 cmKonsentrasi sampaiNike2 biasanya m. Penangkapan Nike oleh para nelayan dilakukan dengan dengan kedalaman antara 75 cm sampai 2 m. Penangkapan Nike oleh para nelayan dilakukan jarring angkat (lift net) berbentuk segitiga, yang dipasang di satu tempat di dengan jarring angkat (lift net) berbentuk segitiga, yang dipasang di satu tempat di tepi danau tepi danau kemudian berulang-ulang diangkat. (Soeroto, 1988). kemudian berulang-ulang diangkat. (Soeroto, 1988). Batok
Gabus
Nike, anak ikan lain
Payangka
Caridina
Lele
Siput
Nilam, Tawes Larva serangga
Zooplankton
Fitoplankton
Tumbuhan tingkat tinggi
Alga benang
Gastropoda
Mujair, Nila
Detritus
Gambar ..Jaringan Makanan di Danau Tondano (Soeroto (1988) dalam Wantasen, 2012) Gambar 2.25. Jaringan Makanan di Danau Tondano (Soeroto (1988) dalam Wantasen, 2012) Fauna di danau dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok fauna berdasarkan tempat hidupnya, Fauna di danau dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok fauna yaitu fauna yang hidup didasar perairan (benthos), fauna yang hidup di kolom air (pelagis) dan berdasarkan tempat hidupnya, yaitu fauna yang hidup didasar perairan hewan yang hidup bersembunyi di antara tumbuhan air. Benthos dapat berupa siput atau keong, (benthos), fauna yang hidup di kolom air (pelagis) dan hewan yang hidup cacing serta larva serangga. Siput di Danau Tondano adalah keong mas (Pomacea sp), keong bersembunyi antara tumbuhan Benthos dapat berupa siput atau gondang atau di kolombi (Pila ampullacea), rengaair. (Angulyagra costata), keong mini (Stenothyra ventricosa), duri larva (Thiara serangga. scabra), keong (Melanoides Melanoides granifera, keong, cacingkeong serta Siput di tuberculata), Danau Tondano adalah keong mas (Pomacea sp), keong gondang atau kolombi (Pila ampullacea), renga (Angulyagra costata), keong mini (Stenothyra ventricosa), keong duri (Thiara
Germadan Tondano — 69
scabra), keong (Melanoides tuberculata), Melanoides granifera, sedang yang berupa kerang adalah kijing Taiwan (Anodonta woodiana). Jenis cacing di danau adalah cacing rambut (Tubifex sp), cacing tanah (Lumbricus sp) dan cacing polychaeta (Nereis sp.). Hewan-hewan yang bersembunyi di antara tumbuhan air adalah udangudang kecil seperti Caridina wycki, dan Caridina helleri yang merupakan species-species endemik Sulawesi, dan berbagai jenis larva serangga. Larva serangga yang berupa anak capung (Agrion spp dan Lestes spp.) Larva-larva Baetis sp., Ephemera sp., Hydropsyche sp., Epeorus sp. dll bersembunyi di antara Hydrilla dan Ceratophyllum ; larva-larva ini menjadi makanan ikan-ikan di danau seperti ikan gabus yang masih muda dan ikan payangka. Menurut Soeroto (1988), Ikan-ikan di danau Tondano adalah ikanikan hasil introduksi (penebaran) dari luar. Ikan payangka misalnya, ikan ini berasal dari Danau Limboto dan di introduksi tahun 1902. Ikan mas (Cyprinus carpio) dan nilem (Osteochilus hasselti) dimasukkan tahun 1940-an, ikan mujair (Oreochromis mossambicus) tahun 1957, ikan nila (Oreochromis niloticus) tahun 1971. Setelah itu berbagai jenis mujair, yaitu mujair putih, mujair merah, mujair mercy (Oreochromis spp) ditebar sekitar tahun 1980an. Berbagai jenis ikan hias, juga pernah masuk ke Danau Tondano, seperti ikan platis (Xypophorus maculatus), platis pedang (Xypophorus helleri) dan lele putih (Clarias batrachus), yang masuk secara liar (introduksi liar) pada tahun 1980-an tersebut. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dan ikan koan (Ctenopharyngodon idella) juga pernah di masukkan ke Danau Tondano, namun ikan-ikan ini tidak dapat berkembang biak di Danau Tondano, karena selalu harus dengan hyphofisasi atau kawin suntik dan stripping (membuahkan telur dalam piring setelah telur dan sperma dikeluarkan dari tubuh ikan). Ikan sidat (Anguila sp) pernah dilaporkan ada di danau, bahkan kami sempat menangkap ikan belut (Monopterus albus) pada tahun 1999. Ikan yang sukses di introduksi di danau adalah ikan betutu (Oxyeleotris marmoratus) sekitar 10 tahun terakhir ini. Sejak sekitar 20 tahun terakhir ini produksi ikan di danau naik karena ada pemeliharaan ikan di jaring tancap. Ikan yang dipelihara di jaring ini adalah ikan mas,nila dan mujair ; juga beberapa 70 — Germadan Tondano
jenis ikan hias seperti mas koki (Carassius auratus), koi (Cyprinus sp.), lohan (Cichlasoma sp.) dan ikan mas kumpai (C.carpio var. flavipinnis). Ikan-ikan yang dianggap asli Danau Tondano seperti ikan sepat, betok dan gabus bahkan telah ditebar sebelum tahun 1900, dan ikan-ikan ini didatangkan dari Filipina (Darlington, 1957). Ikan yang endemik Danau Tondano adalah ikan Tondanichhthys kottelati, yang telah diidentifikasi dan diberi nama oleh ahli ichthyologi Amerika bernama Bruce Collete (Collete,1995). 4. Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat Minahasa terkenal dengan budaya gotong royong yang dinamakan Marpalus.
Germadan Tondano — 71
72 — Germadan Tondano
Bab 3 GERAKAN PENYELAMATAN DANAU TONDANO Berdasarkan isu pokok yang terdapat pada kawasan Danau Tondano, baik ditinjau dari sudut lingkungan hidup maupun kebijakan pengelolaan, maka disusun rekomendasi penyelamatan Danau Tondanoyang disusun dalam bentuk matrik sebagaimana disajikan pada Tabel 6.1. Matrik disusun berdasarkan isu pokok, permasalahan yang mungkin timbul/sudah terjadi sebagai akibat isu pokok tersebut serta rekomendasi penanggulangan/pencegahan permasalahan. Rekomendasi ini tentu bersifat iteratif dan progresif, selalu perlu dikaji ulang dan dikembangkan dengan tujuan utama memperlakukan aspek lingkungan sama penting dengan aspek ekonomi dan sosial. Mengingat bahwa kawasan ini telah ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional dari segi lingkungan hidup, maka perlindungan lingkungan hidup menjadi salah satu isu penting yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan selalu mengikutsertakan perlindungan lingkungan dalam setiap aspek pembangunan, maka daya dukung kawasan terhadap kehidupan di dalam dan sekitar danau dapat terpelihara secara berkelanjutan.
Germadan Tondano — 73
74 — Germadan Tondano
Isu Pokok 1. Penurunan Kualitas Air Danau
Kondisi - Kualitas air Danau Tondano (Kelas II PP 82/2001) - sisa makanan ikan pada perikanan budidaya yang tidak semua dimakan oleh ikan, feces ikan serta pembuatan jaring tancap yang tidak terkendali - penggunaan pupuk sintetis/an organik
Permasalahan - Membahayakan kehidupan manusia - Pertumbuhan Eceng gondok melimpah - Kematian ikan secara masal (upwelling) - Sumber Pencemar al.: limbah domestik, pertanian/ pemanfaatan lahan, peternakan, perikanan
Pengendalian Pembuatan jarring tancap - Beralih ke pemakaian jaring apung & pembersihan jaring tancap yang tidak dimanfaatkan lagi
Penanggulangan limbah transportasi danau - Penertiban sarana transportasi yang membuang limbah ke danau
Penanggulangan limbah perikanan - Pembatasan budidaya perikanan berdasarkan daya dukung dan daya tampung perairan danau - Pengembangan perikanan ramah lingkungan - Pemakaian pakan ikan tidak berlebihan
Penanggulangan limbah peternakan - Pengelolaan limbah peternakan - Pengembangan peternakan ramah lingkungan - Pembuatan pupuk kompos serta biogas
Penanggulangan limbah pertanian/pemanfaatan lahan - Penerapan pertanian ramah lingkungan/ penggunaan pupuk organik (70%) - Fasilitasi dan pengawasan penggunaan pupuk dan pestisida
Rekomendasi Program/Kegiatan - Pembangunan IPAL domestic/komunal pada pemukiman padat penduduk terutama di seputaran Danau Tondano serta menyusun regulasi/perda pendukungnya - IPAL jaring apung - Pemeliharaan tanaman (rewo) sebagai buffer zone khususnya pada pinggiran danau - Monitoring limbah rumah makan terapung
Tabel 3.1. Matrik Analisis Lingkungan Kawasan Danau Tondano dan Rekomendasi
Germadan Tondano — 75
– Tumbuhan tingkat tinggi Najas indica yang punah atau menghilang dari Danau Tondano karena munculnya eceng gondok - Menurunnya populasi spesies endemik ikan Tondanichhthys kottelati
kecepatan pendangkalan Danau Tondano 13,41 cm/tahun
Status trofik Danau Tondano adalah Eutrof
4. Perubahan Kedalaman Danau Tondano
5. Eutrofikasi Danau Tondano
- Potensi menjadi Hipereutrof
- Ancaman pendangkalan Danau Tondano
- Ancaman kepunahan spesies endemik - Kerusakan habitat - Menurunnya estetika Danau Tondano - Mengganggu transportasi danau, dan perikanan tangkap
Peningkatan laju erosi Peningkatan volume sedimen Peningkatan lahan kritis Mengganggu keseimbangan hidrologis
- Laju erosi dan sedimentasi meningkat - Penebangan pohon yang tidak terkendali
- - - -
Permasalahan
Kondisi
3. Pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali
2. Kerusakan Daerah Tangkapan Air Danau Tondano
Isu Pokok
- Memasang Sedimen trap di muara Sungai Panasen, Sungai Ranoweleng, dan Sungai Leleko - Membersihkan tiang pancang bambu yang telah rusak - Pengurangan KJA sampai 50% - IPAL jaring apung
Rekomendasi Program/Kegiatan Program Pendukung - Pemantauan kualitas air secara berkala dan berkesinambungan - Evaluasi dan/atau penetapan baku mutu air - Penentuan status trofik - Penentuan dan penetapan daya tampung beban pencemaran air danau - Penanganan eceng gondok secara berkesinambungan serta penetapan zonasi untuk bahan baku pupuk organik, kerajinan, biogas - Konservasi tanah DAS/DTA secara vegetatif dan sipil teknis - Melarang pertambangan bahan galian golongan C - Pengendalian konversi lahan agar tidak melebihi daya dukung lingkungan - Menciptakan alternatif mata pencaharian lain selain pertanian - Mencegah reklamasi pinggiran danau - Menerapkan sistim agroforestry - Pendeliniasian dan penetapan kawasan rawan bencana longsor dan erosi agar terhindar dari berbagai jenis kegiatan budidaya - Merehabilitasi kawasan rawan longsor dan erosi - melalui peningkatan kesadaran masyarakat - Penanaman pohon seputaran danau tondano khususnya di lahan kritis serta lahan tidur - Pengurangan KJA secara bertahap - Pengendalian eceng gondok dengan memanfaatkan untuk pupuk organik dan/atau bio gas serta kerajinan - Inventarisasi keanekaragaman hayati dan kelimpahan flora/ fauna pada setiap habitat - Pemetaan spesies endemik - Perlindungan spesies serta habitatnya - Mengawasi secara ketat introduksi spesies eksotik - Mencegah penangkapan ikan dengan menggunakan racun ataupun dengan listrik
Rekomendasi-rekomendasi tersebut dapat digolongkan kedalam enam program penyelamatan Danau Tondano, yaitu (1) perlindungan DTA, sempadan danau dan sungai, serta penanggulangan lahan kritis (2) pengendalian penurunan kualitas air/pencemaran air dan eutrofikasi Danau Tondano, (3) pengendalian pertumbuhan eceng gondok yg tidak terkendali, (4) pengendalian sedimentasi, 5). penataan kebijakan, dan (6) peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Namun karena salah satu tekanan terhadap kawasan Danau Tondano adalah kegiatan pertanian, perikanan dan peternakan yang merupakan mata pencaharian dominan masyarakat kawasan Danau Tondano, maka perlu dicari alternatif mata pencaharian lain untuk meminimalkan tekanan tersebut, yaitu (6) pengembangan pariwisata. Oleh karena itu bidanglainnya yang perlu dilakukan untuk penyelamatan Danau Tondano adalah pengembangan pariwisata. Masing-masing bidang penyelamatan tersebutdiaktualisasikan melalui sejumlahkegiatan yang berdasarkan efektifitas serta kegentingannya dikelompokkan ataskegiatan super prioritas dan kegiatan prioritas. Program-program ini akan dilaksanakan sebagai Gerakan Penyelamatan Danau Tondano yang rincian selanjutnya adalah sebagaimana dicantumkan pada Tabel 6.2.
76 — Germadan Tondano
Tabel 3.2. Kegiatan Super Prioritas dan Kegiatan Prioritas Gerakan Penyelamatan Danau Tondano (2015-2019) No. 1.
Program
Perlindungan DTA dan penanggulangan 1. Reforestry lahan kritis
2.
Kegiatan
Pengendalian Pencemaran Air, erosi dan Eceng Gondok
Sasaran
Indikator
Baseline
Target Capaian (Tahunke) 2015
2016
2017
2018
2019
Penanggung Jawab
Pendukung
Kegiatan Super Prioritas Menambah luas hutan di DTA
Luasan hutan di DTA Danau Tondano bertambah
2. Penanaman dan pemeliharaan sabuk hijau (buffer) pada sempadan dan audan sungai 3. Penanggulangan lahan kritis
Melindungi sempadan sempadan danau dan danau dan sungai serta sungai, memiliki sabuk mengendalikan erosi dan hijau sedimentasi
1. Pengembangan pertanian dan peternakan ramah lingkungan 2. Penyediaan sarana pemadam kebakaran berbasis udara
Terkendalinya erosi penurunan erosi dari dan pencemaran dari pertanian pertanian dan peternakan
Memulihkan lahan kritis luas lahan kritis seputaran danau tondano yang direhabilitasi bertambah
Mencegah perluasan kebakaran hutan dan lahan
Kendaraan pemadam
Belum ada
5%
10%
10%
10%
3,4%
Belum ada
5%
5%
5%
5%
5%
Luas lahan kritis
10%
10%
10%
10%
Kegiatan Prioritas 10% 10%
10%
-
Belum ada
0
-
1
Dinas Kehutanan Sulut, BWS, BPDAS dan Pemerintah Kab. Minahasa Dishut (Prov dan Kab), BPDAS, Kemenhut
KLH, BLH Prov& Kab, serta pihak lainyang mempunyai keterkaitan KLH, BLH Provsu & Kabserta pihak lain
10%
Dishut (Prov dan Kab), BPDAS, Kemenhut
KLH, BLH Provsu & Kabserta pihak lain
10%
10%
-
-
Dinas Pertananian, Kementan, KLH Dinas Peternakan, BLH (Prov dan Kab) BNPB,BPBD Sulawesi Pemerintah Prov Sulut Utara dan Kabupaten
Kegiatan Super Prioritas 7. Evaluasi dan Penetapan Baku Mutu danStatus Trofik Danau Tondano 8. Penentuan dan Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA) 9. Pembangunan sarana & prasarana IPAL domestik pemukiman kawasan seputaran Danau Tondano dan optimalisasi IPAL serta tanggul penahan lumpur
Ditetapkannya Baku Mutu SK Gubernur tentang (BM) dan Status Trofik BM dan Status Trofik Danau Danau
Pergub Sulawesi Evaluasi BM Utara No. 1 Tahun 2009
Implementasi
Implementasi
Ditetapkannya Daya Tampung Beban Pencemaran Air
Kajian tentang Penentu-an Peneta-pan Sosialisasi & ImplemenDanau Tondano DTBPA Danau DTBPA Danau implemen- tasi Tondano Tondano tasi
Implementasi
Mengurangi beban limbah domestic seri ta tingkat mengurangi tingkat pendangkalan Danau Tondano dari erosi
SK Gubernur tentang Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Tondano IPAL Domestik terbangun dalam 5 tahun dan tanggul penahan lumpur
1 IPAL Domestik 1 IPAL dan tanggul optimalisasi IPAL serta tanggul
Germadan Tondano — 77
Ranca-ngan PenetaBM & Status pan BM& Trofik Sosialisasi
IPAL dan tanggul
IPAL dan tanggul
2 IPAL
2 IPAL
BLH Provsu , KLH, Dinas Kelautan & LIPI Biro Hukum Prov Perikanan, Menteri Kelautan dan Perikanan BLH Prov, KLH, Biro LIPI Hukum Prov
Dinas PU, Dinas Bina Menteri PU, BLH Prov Marga (Prov dan Kab)
10. Penertiban Produksi budidaya budidaya perikanan perikanan sesuai
Pengendalian jaring
Sosialisa-si
Sosialisa-si
11. Pengendalian Gulma Air Eceng Gondok 12. Pengendalian pemberian ijin usaha rmh makan
Penurunan beban pencemaran dari budidaya perikanan Pengangkatan, Berkurangnya populasi pemanfaatan serta zonasi eceng gondok
Belum ada
Pembersihan
Pembersihan
pembatasan pemberian jin
Peninjauan kembali ijin
Sosialisasi
10%
Terkendalinya pencemaran air danau
3. Pemantauan kualitas Tersedianya data kualitas Frekuensi pemantauan air secara berkala dan air pertahun/jumlah berkesinambungan titik pantau/jumlah parameter (PP 82/2001) 4. Penyediaan sarana Tersedianya data kualitas 100% sarana dan dan prasarana air secara kontinyu prasarana pemantauan pemantauan kualitas kualitas air secara real air secara real time time tersedia secara lengkap 3.
4.
Perlindungan Keanekaragaman Hayati
Penyelamatan ekosistem lahan sempadan dan perairan
2 /21 /±10
0
Kegiatan Prioritas 4/21/lengkap 4/21/ lengkap
10%
20%
10%
14%
20%
evaluasi
Evaluasi
Evaluasi
10%
10%
10%
4/21/ lengkap
DKP, BLH (Prov&Kab) KLH, Kementerian Kelautan dan Perikanan BLH, DKP, BWS, PU, KLH, KKP, Kementerian BP DAS (Prov & Kab) PU KPPT, Pariwisata, BLH
4/21/lengkap 4/21/lengkap BLH (Prov & Kab)
20%
30%
20%
kab
kab
kab
BLH, Pariwisata Prop.`
KLH, Unsrat, Unima, BWS Laboratorium
Menristek, LIPI, BLH KLH Prov
Kegiatan Super Prioritas 1. Konservasi Reservat Ikan
Terlindunginya reservat ikan
7 kabupaten yang reservat Ikannya terlidungi
-
2. Pembentukan UPT Perlindungan Flora dan Fauna (Keanekaragaman hayati)
Lestarinya flora fauna endemik di kawasan Danau Tondano
Terbentuknya UPT Perlindungan Flora dan Fauna (Keanekaragaman hayati)
0
1. Penebaran (Restocking) spesies endemik di kawasan Danau Tondano
Memulihkan keberadaan dan kelimpahan spesies endemik yang terancam punah
ikan endemik Tidak terdata dibudidayakan seperti payangka, Ike, kesa dan kabos di budi daya sehingga tidak puma Sarana dan prasarana RTRW tertata baik. Penertiban jin usaha pariwisata sekitar Danau
1. Penertiban sarana Terlidunginya sarana dan dan prasarana wisata prasarana wisata yang melanggar RTRW
kab
kab
Persiapan dan Operasional Operasi-onal pembentukan
Kegiatan Prioritas 10.000 10.000
Kab
78 — Germadan Tondano
Kab
Operasioanal
Dinas Kelautan dan Perikanan, BKSDA,BPDAS, BLH (Provdan Kab) Operasi-onal Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan Perikanan, BLH (Provdan Kab), BKSDA
10.000
10.000
10.000
Kab
Kab
Kab
Kementerian Kelautan dan Perikanan, KLH
Kementan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kemenhut, KLH
Dinas Kelautan Menteri Kelautan dan dan Perikanan BLH Perikanan, BLH (Prov&Kab)
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pro dan Kab
Kementerian Kebudayaan Pariwisata, BLH
5.
2. Penetapan Wilayah Sempadan Danau
Terkendaliya alih fungsi lahanuntuk pemukiman, usaha/jasa dan pertanian
Luas sempadan danau Belum ada yang dapat dipulihkan / ditertiban
3. Perluasan dan pelebaran jalan di seputaran danau
Terciptanya sarana dan prasarana jalan
Tersedianya sarana jalan keliling danau tondano
1. Sosialisasi dan internasilasi Perpres No. 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Tondano dan Sekitarnya 2. Penertiban pemanfaatan ruang di kawasan Danau Tondano 3. Penetapan Zonasi Pemanfaatan Perairan Danau
RTRW kabupatendiKawasan Danau Tondanodan sekitarnya sesuai dengan Perpres No. 81/2014
100% RTRW Kabupaten di Kawasan Danau Tondano sesuai dengan Perpres 81/2014
RTRW Prov dan Sosialisasi RTRW kab di kawasan Danau Tondano
Pemanfaatan ruang sesuai dengan Perpres 81/2014
Lokasi yang ditertibkan pemanfaatan ruangnya
Tertatanya pemanfaatan ruang perairan
Penetapan zonasi pemanfaatan perairan danau
RTRW Prov dan Sosialisa-si Penerti-ban Penerti-ban Penerti-ban RTRW kab di kawasan Danau Tondano Kajian Perumu-san Peneta-pan Implependahuluan mentasi
Belum ada
PenataanKebijakan
Rp.198 M
BWS, PU
Kementerian LH, Kementerian PU, Prov & Kab}
Dinas PU Provinsi
Kementerian PU, Dinas PU dan Bapeda (Prov & Kab
Kegiatan Super Prioritas 25%
50%
75%
100%
Dinas Tarukim, Menteri PU, KLH dan Bapeda, BKPRD, BLH Bapenas (Provdan Kab)
Penertiban
Dinas Tarukim, Menteri PU, Bappenas Bapeda, BKPRD, BLH (Provdan Kab
Implementa-si
Dinas, Bappeda, Menteri PU, KLH dan BLH, Dinas Perikanan Bapenas dan Kelautan (Prov & Kab)
Kegiatan Prioritas 1. Penataan kebijakan pada tingkat pedesaan
5.
Peningkatan Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa-desa di DTA Danau Tondano memiliki peraturan tentang konservasi lingkungan
100% desa pada pinggiran pantai Danau Tondano memiliki peraturan tentang konservasi
-
15%
20%
25%
25%
15%
BLH, Pemberdayaan KLH Masyarakat dan Pemerintah Desa (Prov& Kab)
2x penyuluhan
2x penyuluhan
Klmpk mas
Klmpk mas
2x BLH, Badan penyuluhan Pemberdayaan Masyarakat & Pemerintah Desa (Provdan Kab) Klmpk masy BLH, Badan Pemberdayaan Masyarakat & Pemerintah Desa (Provdan Kab)
Kegiatan Super Prioritas 1. Penyuluhan dan pembinaan
Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan lingkungan
2. Pembentukan Terbentuk kelompokkelompok-kelompok kelompok penyelamatan masyarakat pencinta lingkungan lingkungan
2 kali penyuluhanper/ tahun
0
2x penyuluhan
1 kelompok terbentuk/ tahun
0
Klmpk masy Klmpk mas
Germadan Tondano — 79
2x penyuluhan
KLH
KLH
No.
6.
Program
Pengembangan Pariwisata
Kegiatan
Sasaran
Indikator Output
Baseline
1. Pengkajian kearifan lokal dalam pelestarian lingkungan
Teridentifikasinya dan tersosialisasi-kannya kearifan lokal
kearifan lokalnya teridentifikasi dan tersosialisasi
-
2. Pengembangan ekonomi kreatif berbasis pariwisata
Meningkatkan ekonomi masyarakat dan mengurangi tekanan terhadap lingkungan
Terbentuknya kelompok masyarakat per tahun yang menekuni ekonomi kreatif berbasis pariwisata
-
Target Capaian (Tahunke) 1 2 Kegiatan Prioritas 1 1
Klmpk mas
3
4
5
1
2
2
Klmpk mas
Klmpk mas
Klmpk mas
20%
20%
20%
Penanggung Jawab
Perguruan Tinggi, BLH, Biro Bina Kemasyaraka-tan dan Sosial, (Prov dan Kab) Klmpk masy Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Kesejahteraan Sosial(Prov dan Kab)
Pendukung Menteri Kebudayaan danPariwisata
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta pihak lain pemanfaat EKDT
Kegiatan Super Prioritas 1. Peningkatan dan pembangunan jalan lingkar Danau Tondano 2. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung objekobjek wisata
Terkoneksinya desinasidestinasi pariwisata melalui jalan darat Tersedianya fasilitas umum pada objek-objek wisata
jalan lingkar dalam (tepian danau) terkoneksi dan ditingkatkan objek wisata dengan fasilitas umum yang lengkap/tahun
1. Pengembangan Terbentuknya kelompok budaya sadar wisata masyarakat sadar wisata
kelompok sadar wisata/ tahun
2. Promosi wisata Danau Tondano
kegiatan promosi/tahun
Semakin dikenalnya potensi pariwisata Danau Tondano
Pelebaran jalan, 20% sebagaian sudah terbangun 0
Kegiatan Prioritas 0
20%
Dinas PU, (Prov dan Kab)
Menteri PU
objek wisata objek wisata objek wisata objek wisata objek wisata Dinas PU, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Prov dan Kab)
Menteri PU, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta pihak lain pemanfaat EKDT
Kelom-pok Masy.
Kelom-pok Masy.
Kelom-pok Masy.
Kelom-pok Masy.
Kelom-pok Masy.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
kegiatan
kegiatan
kegiatan
kegiatan
kegiatan
80 — Germadan Tondano
Dinas Pariwisata, Dinas Sosial (Prov dan Kab) Dinas Pariwisata (Prov dan Kab)
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
BAB IV PENUTUP Dokumen Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Tondano yang telah tersusun ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pihak, baik pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi, LSM maupun masyarakat umum, dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan penyelamatan Danau Tondano. Guna mendukung keberhasilan penyelamatan Danau Tondano, sangat diperlukan kerjasama yang kuat antar para pihak dalam melaksanakan komitmen penyelamatan Danau Tondano. Untuk itu, maka Gubernur Sulawesi Utara dan Bupati Minahasa, dapat meminta Bappeda serta unit SKPD terkait di daerah untuk menggunakan dokumen Germadan Tondano ini menjadi dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program dan kegiatan penyelamatan Danau Tondano. Program penyelamatan Danau Tondano dapat dilaksanakan dengan mengoptimalkan peran dan fungsi masing-masing institusi terkait. Untuk menilai keberhasilan program dan kegiatan penyelamatan Danau Tondano di tingkat daerah, maka perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi. Unit pemantauan dan evaluasi penyelamatan Danau Tondano dapat merupakan lembaga Ad-Hoc yang dibentuk oleh Gubernur dan memiliki kekuatan hukum. Lembaga tersebut dapat dibentuk dengan penguatan kelembagaan yang telah ada tanpa membentuk lembaga baru. Institusi pengelola Danau Tondano diharapkan dapat berfungsi secara rutin dan berkesinambungan. Sinergisitas program dan kegiatan antar sektor dan SKPD terkait di daerah sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan penyelamatan Danau Tondano. Untuk itu, maka komunikasi dan koordinasi dalam mengawal pelaksanaan penyelamatan danau hingga mencapai sasaran dan target capaian yang diinginkan menjadi prasyarat utama dan kunci keberhasilan program penyelamatan Danau Tondano.
Germadan Tondano — 81
82 — Germadan Tondano
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, 2005, Minahasa dalam angka tahun 2004/2005, BPS Kabupaten Minahasa. Balai Wilayah Sungai Sulawesi I, 2010. Pengukuran dan Analisa Bathimetri, Kualitas Air dan Sedimen Danau Tondano, Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan, 1981. Studi Perencanaan Perbaikan Keadaan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara. Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2005. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan DAS Danau Tondano dan Sekitarnya. Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2009. Perencanaan Tata Ruang Kawasan Daerah Aliran Sungai Tondano Provinsi Sulawesi Utara, Jakarta. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa, 2010. Tahunan Tahun 2009. Minahasa Tondano.
Laporan
Efendi, A.C dan S.S. Bawono, 1997, Peta Geologi Lembar Manado Sulawesi Utara Skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. JICA, 2001, The Study on Critical Land and Protection Forest Rehabilitation at Tondano Watershed in Republik of Indonesia, Vol I, Main Report, Nippon Koei Co, Ltd and Kokusai Kogyo Co, Ltd. JICA, 2001, The Study on Critical Land and Protection Forest Rehabilitation at Tondano Watershed in Republik of Indonesia, Vol II, Appendices (1/2) Nippon Koei Co, Ltd and Kokusai Kogyo Co, Ltd. Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH), 2009. Gambaran Umum Potensi dan Kondisi Danau Indonesia dan Dampak Perubahan Iklim, makalah: Tema Pengelolaan Danau Konferensi Nasional Danau Indonesia I di Bali 13-15 Agustus 2009. Germadan Tondano — 83
Korah, R. 2000. Dampak Budidaya Ikan Jaring Apung Terhadap Lingkungan Perairan Danau Tondano di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Tesis Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Luntungan, J.N, 2014. Dinamika Spasial Penggunaan Lahan Pertanian Berdasarkan Citra Penginderaan Jauh Tinjauan Dalam Rangka Menuju Pertanian Lestari di Daerah Aliran Sungai (DAS) Noongan dan Panasen Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara(Disertasi), Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Moechtar, H; I. Pratomo; H. Mulyana; S. Poedjoprajitno, 2007, Gerakan Struktur dan Kaitannya dengan Faktor Kendali Tektonik, Berdasarkan Analisis Stratigrafi: Studi Kasus Geologi Kuarter Terhadap Fase Perkembangan Danau Tondano Purba Sepanjang Remboken-Kakas Kecamatan Remboken dan Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Jurnal Geologi Indonesia Vol. 2 (3): 177-190. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian PencemaranAir (Kelas I). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), DAS Tondano ditetapkan sebagai: Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup (Lampiran XI) dan Wilayah Sungai Strategis Nasional (Lampiran VI). Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk. PPSA, 2003, Investigasi Kualitas Air Sungai dan Danau Tondano. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jendral Sumberdaya Air Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air (PPSA) Sulawesi Utara. PPSA, 2004, Pengukuran Batimetri dan Studi Pemodelan Sirkulasi Air serta Ekosistem Danau Tondano, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jendral Sumberdaya Air Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air (PPSA) Sulawesi Utara. 84 — Germadan Tondano
PPSA, 2006, Monitoring dan Daya Dukung Sungai dan Danau Tondano. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jendral Sumberdaya Air Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air (PPSA) Sulawesi Utara. Puslittanak, 1995, Data Hasil Survey dan Pemetaan Sumberdaya Tanah Tingakt Semi Detail (Skala 1: 50.000) Daerah Tondano Sulawesi Utara untuk Penyediaan Air dan Hydro Power, Tim Peneliti Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Rundengan, H.A, 1996, Analisis Tumbuhan Air dan Tingkat Sedimentasi Bahan Organik di Danau Tondano, Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado. Soeroto Bambang, 1988. Makanan dan Reproduksi Ikan Payangka (Ophieleotris aporos (Bleeker)) di Danau Tondano, Disertasi Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Sukimin, S. 2009. Pengendalian Gulma Air Eceng Gondok (Eicchornia crassipes) dan Kematian Massal Ikan Budidaya di Perairan Danau. makalah: Konferensi Nasional Danau Indonesia I di Bali 13-15 Agustus 2009. Tim Peneliti Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslittanak), 1995. Survey dan Pemetaan Sumber daya Tanah Tingkat semi Detail (Skala: 1 : 50.000) Daerah Tondano Sulawesi Utara untuk Penyediaan Air dan Hydropower, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta. Wantasen, S; J. Nebath ; B. Soeroto, 2005, Water Quality and Biodiversity in Lake Tondano and the Tondano River In T.Babcock ;S.K.Wismer and B. Nurkin (eds) From Sky to Sea : Environment and Development in Sulawesi, Departement of Geography University of Waterloo. Rumende, R.R.H.; J.L. Rantung; Wantasen, S, 2014. Sebaran Spasial Ekologi Nitrogen dan Fosfat di Danau Tondano, Universitas Sam Ratulangi, Manado. Wantasen, S, 2012. Sebaran Spasial Ekologi Nitrogen di Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara (Disertasi), Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Germadan Tondano — 85
86 — Germadan Tondano