KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP
Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Danau Kerinci
2014
Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Kerinci
© Kementerian Lingkungan Hidup, 2014 Bagian atau seluruh isi buku ini dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya disertai ucapan terimakasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Cara mengutip : Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2014. Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Kerinci. Pengarah : Arief Yuwono Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, KLH Penanggung Jawab : Hermono Sigit Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat, KLH Tim Penyusun : Aswandi Idris, Asropi, Harmin Manurung, Titi Novitha Harahap, Inge Retnowati, Siti Rachmiati Nasution, Wahyu Cahyadi Rustadi. Didukung oleh : Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bappeda Provinsi Jambi, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jambi, Bappeda Kabupaten Kerinci, Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kerinci, serta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Jambi dan Kabupaten Kerinci.
Diterbitkan oleh : Kementerian Lingkungan Hidup. Cetakan I : Tahun 2013 Cetakan II : Tahun 2014
SAMBUTAN DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN IKLIM
Danau Kerinci merupakan salah satu dari 15 (lima belas) danau prioritas yang disepakati pada Kesepakatan Bali tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan saat penyelengaraan Konferensi Nasional Danau Indonesia I tahun 2009 di Denpasar Bali. Kesepakatan Bali yang ditandatangani oleh 9 Menteri yakni Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Pertanian, Menteri Energi Sumber Daya Mineral, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Menteri Riset dan Teknologi telah melahirkan komitmen untuk mempertahankan, melestarikan dan memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungannya. Untuk mempercepat implementasi Kesepakatan Bali Tahun 2009, maka pada Konferensi Nasional Danau Indonesia II di Semarang, KLH telah meluncurkan Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) dan mengangkat Penyelamatan Danau Rawapening sebagai model. Diharapkan Model Penyelamatan Danau Rawapening yang telah disusun dalam dokumen Germadan Rawapening dapat direplikasikan kepada 14 danau prioritas lainnya. Sebagai wujud replikasi model penyelamatan Danau Rawapening, maka saat ini dokumen Germadan Danau Kerinci telah tersusun. Dokumen Germadan Kerinci ini lahir berdasarkan arahan dan kebijakan yang telah digariskan dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia serta hasil kajian, penelitian serta data dan informasi terbaru mengenai Danau Kerinci dari berbagai sumber terkait. Germadan Kerinci ini berisi Rencana Aksi Penyelamatan Danau Kerinci yang menjelaskan program super prioritas dan prioritas penyelamatan Danau Kerinci yang akan dilaksanakan secara bertahap oleh Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah serta oleh Dunia Usaha dan Masyarakat sesuai tugas fungsi dan kewenangannya. Danau Kerinci yang terletak di Provinsi Jambi memiliki potensi sumber daya alam yang tinggi diantaranya sebagai sumber energi, perikanan, pengendali banjir, irigasi pertanian, dan lain sebagainya. Danau Kerinci merupakan danau volcano-tectonik yang mendapatkan pasokan air dari sungai-sungai yang berasal dari Gunung Kerinci dan keluar melalui Sungai Batang Merangin. Danau Kerinci pada tahun 1995 mengalami penurunan kualitas air danau yaitu mengalami eutrofikasi berat dengan gejala dimana 80% permukaan danau telah tertutup oleh Eceng Gondok. Akbat dari kejadian tersebut, aktivitas pemanenan ikan oleh masyarakat hamper terhenti total sehingga pada tahun 1998 permukaan danau telah bersih kembali dengan adanya introduksi ikan pemakan Eceng Gondok (Grass Carp) sebagai penanganan alami untuk Eceng Gondok. Dalam rangka mewujudkan Danau Kerinci yang Elok, Sejuk, Sehat, Berdayaguna maksimal serta berkelanjutan, maka diharapkan dengan adanya buku Gerakan Penyelamatan Danau Kerinci ini dapat menjadi sumber acuan penyelamatan danau serta mempermudah penyelenggaraan program aksi penyelatan ekosistem Danau Kerinci
Akhir kata saya mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih kepada Tim Penyusun khususnya dan para narasumber baik yang berasal dari pemerintah pusat, daerah, dunia usaha maupun masyarakat pada umumnya, sehingga dokumen Gerakan Penyelamatan Danau Kerinci ini dapat tersusun. Diharapkan dokumen Germadan ini dapat menjadi bahan arahan dan acuan bersama bagi para pihak untuk secara sinergis dan terpadu merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan penyelamatan Danau Kerinci.
Jakarta,
Juli 2013
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim
Ir. Arief Yuwono, MA
DAFTAR ISI TIM PENYUSUN ............................................................................................. ABSTRAK ........................................................................................................ SAMBUTAN DEPUTI PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM KLH ...................................................................................................... KATA PENGANTAR GUBERNUR PROVINSI JAMBI .................................... DAFTAR ISI ..................................................................................................... DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................. BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1.2 Dasar Hukum .......................................................................................... 1.3 Strategi Penyelamatan Ekosistem Danau Kerinci ................................... 1.4 Tujuan Penyusunan Progran Penyelamatan Danau Kerinci ................... BAB II PERMASALAHAN, KONDISI YANG DIHARAPKAN, RUANG LINGKUP DAN PENDEKATAN .......................................................... 2.1 Permasalahan ......................................................................................... 2.2 Kondisi Yang Diharapkan ........................................................................ 2.3 Ruang Lingkup dan Pendekatan ............................................................. BAB III GAMBARAN UMUM DANAU KERINCI .............................................. 3.1 Kondisi Geografis .................................................................................... 3.2 Batas Administrasi .................................................................................. 3.3. Topografi ................................................................................................ 3.4 Geologi dan Potensi Tambang .............................................................. 3.5 Tutupan Lahan ...................................................................................... 3.6 Sumber Daya Air dan Hidrologi ............................................................. 3.7 Keanekaragaman Hayati ....................................................................... 3.8 Kependudukan ........................................................................................ 3.9 Perekonomian BAB IV PROGRAM AKSI PENYELAMATAN DANAU KERINCI .................. 4.1 Faktor-faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan Faktor-faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) ....................................................... 4.2 Analisis SWOT ..................................................................................... 4.3 Program Pokok (Super Prioritas) dan Program Penunjang (Prioritas) .. BAB V PENUTUP ......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
i ii iii vi viii ix x
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 2.1. Tabel 3.1.
Daftar Potensi Danau di Provinsi Jambi …...……....……………………. Zonasi wilayah DTA Danau Kerinci …………………………….…….….. Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi (Kecamatan) ………...………………...…………………………………….
Tabel 3.2. Tabel 3.3.
Bentuk lahan pada DTA Danau Kerinci ………….………….…….…....... Penggunaan Lahan Kabupaten Kerinci Tahun 2006 .......................................................................................………………… Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang Budidaya ................................................................................................................. Penggunaan Lahan di Daerah Tangkapan Air Danau Kerinci........................................................................................................ Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kerinci .………………...…………….…... Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Kerinci ………………….…………………………………….....…………….
Tabel 3.4. Tabel 3.5 Tabel 3.6. Tabel 3.7.
Tabel 3.8.
Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan Keliling Danau ………………………………………...……………………...
Tabel 3.9.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku ………………………..……………… Matrik Analisis SWOT Untuk Kawasan Danau Kerinci …………….…….
Tabel 4.1. Tabel 4.3.
Rencana Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci Berdasarkan Skala Prioritas (2014-2018) ………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Gambar 2.1. Gambar 2.2. Gambar 2.3. Gambar 3.1. Gambar 3.2. Gambar 3.3. Gambar 3.4. Gambar 3.5. Gambar 3.6. Gambar. 2.7. Gambar 3.8. Gambar 3.9. Gambar 3.10. Gambar 3.11. Gambar 3.12. Gambar 3.13. Gambar 3.14. Gambar 3.15. Gambar 3.16.
Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Kerinci ……..……….…...……….. Peta lahan kritis di sekitar Danau Kerinci ……..……………...…………. Peta Penambangan Galian C di Danau Kerinci ..................................... Aktivitas penambangan bahan galian Golongan C oleh masyarakat di Danau Kerinci ....................................................................................... Pemandangan Danau Kerinci ................................................................ Peta Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Kerinci ….............................. Topografi/kelas lereng DTA Danau Kerinci ............................................ Tutupan Lahan Kabupaten Kerinci......................................................... Tutupan Lahan Daerah Tangkapan Air Danau Kerinci …...................... Penggunaan Lahan DTA Danau Kerinci ............................................... Peta Daerah Aliran Sungai Yang Menjadi Daerah Tangkapan Air Danau Kerinci ........................................................................................ Sketsa penggunaan air Danau Kerinci (Sumber: BWS Sumatera VI, 2007) ...................................................................................................... Daerah Aliran Sungai Batanghari …………………………………………. Air Danau Kerinci yang biru ……………………………………………….. Hasil Pemanenan Ikan di Danau Kerinci…………………………………. Ikan dari Danau Kerinci ……………………………………………………. Jenis ikan yang hidup di Danau Kerinci ………………………………….. Lokasi Permukiman Sekitar Danau Kerinci ……………………………… Persawahan di Sekitar Danau Kerinci ……………………………………. Pemanfaatan Badan Air Danau Kerinci untuk Perikanan ………………
Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Di Provinsi Jambi terdapat beberapa danau (Tabel 1.1) yang merupakan salah satu sumber air tawar yang berfungsi tidak hanya sebagai penyedia air bersih, namun juga sebagai sumber air untuk energi, pertanian, perikanan, serta sebagai pengendali banjir, asimilasi nutrisi tanaman, penampung sedimen serta sumber pengisian ulang air tanah. Danau Kerinci terbentuk dari proses patahan tektonik di jalur Bukit Barisan yang merupakan salah satu kawasan yang memiliki potensi besar, namun kelestariannya sedang terancam oleh proses sedimentasi dan eutrofikasi yang berasal dari wilayah Daerah Tangkpan Air (DTA). DTA danau memiliki jenis tanah yang sangat subur dan peka terhadap erosi, sehingga sangat mudah tergerus oleh curah hujan dan kemudian dibawa aliran sungai masuk ke danau. Kemiringan aliran (water sloping) yang tinggi serta pengolahan lahan yang sangat intensif namun belum menerapkan sistem pertanian konservatif, telah memicu tingginya laju sedimentasi yang masuk ke dalam danau. Hal ini juga dipengaruhi oleh keberadaan 10 sungai yang menjadi inlet suplai air Danau Kerinci. Potensi sumberdaya air Danau Kerinci tergolong besar dan masih alami, dengan aliran permukaan yang semuanya berasal dari kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang memiliki curah hujan sangat tinggi dan komposisi hutan yang masih lebat. Potensi pasokan air Danau Kerinci yang cukup terjamin keberadaannya sepanjang musim ini terkait dengan keberadaan TNKS yang merupakan kawasan konservasi dengan luas hampir 1,5 juta Ha. Mengingat keterkaitan erat antara ketersediaan air danau dengan kondisi hutan dan lahan di hulu, maka upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Kerinci serta kabupaten/kota lain disekitarnya harus dilakukan secara terintegrasi terhadap potensi hutan, lahan dan air. Ekosistem Danau Kerinci memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat beragam, meliputi sumber energi (PLTA), pariwisata, pertanian, perikanan (minapolitan), sumber air baku air minum, serta pertambangan (bahan galian Golongan C). Besar dan beragamnya potensi ekosistem Danau Kerinci memiliki dampak positif terhadap perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat; namun, apabila pemanfaatan ekosistem danau dilakukan dengan tidak efisien, justru akan menyebabkan dampak negatif secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan. Dampak negatif langsung yang dapat terjadi antara lain berupa penurunan kualitas air dan umur pakai danau (lake usage). Dampak negatif tidak langsung antara lain terganggunya
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
I-1
Pendahuluan
pemanfaatan debit aliran air danau bagi PLTA Merangin (Kapasitas 2 x 175 MWt) yang saat ini sedang dibangun. Tabel 1.1. Daftar Danau di Provinsi Jambi No
Nama Danau
LOKASI Kecamatan
1
Danau Kerinci
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Danau Gunung Tujuh Danau Belibis Danau Lingkat Danau Duo Danau Sipin Danau Kenali Danau Teluk Danau Biaro Danau Baru Danau Sarang Burung Danau Sirih Danau Depati Empat Danau Kecil Danau Pauh
Danau Kerinci dan Keliling Danau Kayu Aro Kayu Aro Gunung Raya Gunung Raya Telanaipura Telanaipura Danau Teluk Sarolangun Sarolangun Jambi Luar Kota Jambi Luar Kota Jangkat Jangkat Jangkat
Kabupaten
Keterangan
Kerinci Kerinci Kerinci Kerinci Kerinci Kota Jambi Kota Jambi Kota Jambi Sarolangun Sarolangun Muaro Jambi Muaro Jambi Merangin Merangin Merangin
Telah menjadi sawah Telah menjadi sawah
Sumber: Survei, inventarisasi, identifikasi dan reconnaisance danau-danau di wilayah Sungai Batanghari, Provinsi Jambi, Tahun 2007. BWS-VI Sumatera.
Kerusakan ekosistem Danau Kerinci kurang dipahami oleh pihak-pihak terkait, antara lain karena ketidakpahaman mereka akan batas-batas sistem hidrologi dan tata air danau yang sangat komplek, dengan intensitas dan durasi curah hujan yang sangat tinggi. Akibat ketidakpahaman tersebut, pembangunan yang dilakukan di daerah hulu (DTA) sering kali menyebabkan kerusakan di hilir (di Danau Kerinci). Kondisi ini mencerminkan tidak terintegrasinya kebijakan sistem pengelolaan sumber daya air dari hulu hingga ke hilir. Peningkatan jumlah sedimen yang dibawa oleh aliran air dari sungai-sungai ke Danau Kerinci merupakan permasalahan besar dan penting. Selain itu, telah banyak hasil studi yang menjelaskan bahwa banjir besar yang selalu terjadi setiap tahun di Kerinci telah mengangkut sedimen dalam jumlah besar yang selalu berakhir di danau Kerinci. Agar Danau Kerinci tidak menjadi “sediment trap” atau bahkan menjadi danau mati, harus dilakukan pengelolaan daerah tangkapan air (DTA) secara terintegrasi. Penurunan kualitas lingkungan di kawasan Danau Kerinci perlu segera ditangani agar tidak berpengaruh lebih jauh terhadap kualitas ekosistem danau maupun keberlangsungan kegiatan ekonomi masyarakat. Untuk itu, tindakan penyelamatan yang dilakukan perlu melibatkan pemerintah, masyarakat dan pihak swasta, serta dalam lingkup keruangan (spasial) yang terpadu, terintegrasi dalam satu kesatuan ekosistem.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
I-2
Pendahuluan
Gambar 1.1 Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Kerinci
1.2. Dasar Hukum A. Undang - Undang 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 3. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati; 4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang; Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
I-3
Pendahuluan
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 9. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara; 10. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan; 11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 12. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. B. Peraturan Pemerintah 1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2013 tentang Rawa. C. Keputusan Presiden 1. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. 2. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Bidang Pertanahan. 3. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
I-4
Pendahuluan
D. Peraturan Menteri 1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 39/PRTI1990 tentang Pembagian Wilayah Sungai. 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber-Sumber Air. 3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Atas Air dan Sumber Air Pada Wilayah Sungai. 4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 49/PRT/1990 tentang Tata Cara dan Persyaratan Ijin Penggunaan dan atau Sumber Sumber Air. 5. Peraturan Menteri Kesehatan Pengawasan Kualitas Air.
Nomor
416/1990
tentang
Syarat-Syarat
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sepadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Peguasaan Sungai dan Bekas Sungai 7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Dan/Atau Waduk. 8. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM 86/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan Akomodasi. 9. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM 87/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Makanan dan Minuman. 10. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM 88/HK.501/MKP /2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Kawasan Pariwisata. 11. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM 89/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Transportasi Wisata. 12. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM 90/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Daya Tarik Wisata. 13. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM 91/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi. 14. Peraturan Menteri 92/HK.501/MKP/2010 Pramuwisata.
Kebudayaan tentang Tata
dan Cara
Pariwisata Pendaftaran
Nomor Usaha
15. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 96/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Wisata Tirta.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
PM Jasa PM
I-5
Pendahuluan
E. Keputusan Menteri 1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 458/KPTS/1986 tentang Ketentuan Pengamanan Sungai dalam Hubungan dengan Penambangan Bahan Galian Golongan C. 2. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 687/KPTS-11/1989 tentang Pengusahaan Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Rakyat dan Taman Wisata Laut. 3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor Pengendalian Banjir dan Pengaturan Sungai.
779/KPTS/1990
tentang
4. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 167/KPTS-11/1994 tentang Sarana dan Prasarana Pengusahaan Pariwisata di Kawasan Pelestarian Alam. 5. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/KPTS-11/1996 tentang Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Pariwisata Alam. 6. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 348IKPTS-11/1997 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 446/KPTS-ll/1996 tentang Tata Cara Permohonan, Pemberian dan Pencabutan Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam. 7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 tentang Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. 8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 Tahun 2003 tentang Pedoman mengenai Syarat dan Tata Cara Perijinan serta Pedoman Pembuangan Limbah ke Air. F. Peraturan Daerah Provinsi Jambi 1. Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Provinsi Jambi. 2. Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pengelolaan DAS Provinsi Jambi. 3. Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 10 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jambi Tahun 2013 – 2033. G. Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci 1. Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 24 Tahun 2012, tentang RTRW Kabupaten Kerinci Tahun 2012-2032. H. Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh 1. Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh Tahun 2011-2031.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
I-6
Pendahuluan
1.3. Strategi Penyelamatan Ekosistem Danau Kerinci Visi pengelolaan Kawasan Danau Kerinci merupakan penjabaran dari visi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kerinci yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 24 Tahun 2012 dan visi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sungai Penuh yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh Nomor 5 Tahun 2012. Berdasarkan Visi Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh tersebut maka Visi pengelolaan Danau Kerinci adalah sebagai berikut: Visi "Menuju Fungsi Ekosistem Danau Kerinci Yang Elok, Sejuk, Sehat, Berdayaguna Maksimal dan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Masyarakat yang Taat Kepada Agama" Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditentukan misi Pengelolaan Kawasan Danau Kerinci sebagai berikut: Misi 1. Mewujudkan upaya-upaya penyelamatan ekosistem danau (menghentikan laju kerusakan dan pemulihan fungsi danau), dan nilai manfaat yang berkelanjutan dari potensi sumbardaya yang dimiliki sesuai daya dukung dan daya tampungnya. 2. Mewujudkan semangat dan dinamika kerjasama akademik antar pihak-pihak untuk melindungi, mengendalikan dan memanfaatkan ekosistem danau untuk kesejahteraan bersama. 3. Mewujudkan kesadaran, peningkatan kapasitas dan peran serta masyarakat lokal sekitar danau dalam melakukan pengawalan, perlindungan dan pengelolaan ekosistem danau. 4. Mewujudkan suasana aman, damai, harmonis, bermoral dan berbudaya agama, yang dijunjung secara bersama untuk mendorong kemajuan kunjungan wisata danau Kerinci. 5. Mewujudkan Sistem Informasi Danau (SID) Danau Kerinci yang lengkap dan mudah diakses oleh semua pihak.
Terkait dengan misi tersebut, perlu dipastikan bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikembangkan di wilayah Provinsi Jambi maupun Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh telah memuat ketentuan yang diperlukan bagi penyelamatan ekosistem danau berdasarkan misi penyelamatan ekosistem danau, antara lain dengan mengintegrasikan upaya pengendalian kerusakan dan pencemaran danau ke dalam kebijakan, rencana dan/atau program (KRP). Untuk itu melalui Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang dilaksanakan terhadap KRP, antara lain terhadap RTRW dan RPJM Provinsi Jambi atau Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh, perlu dipastikan bahwa KRP tersebut mengintergrasikan atau mengangkat Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
I-1
Pendahuluan
kepentingan penyelamatan ekosistem danau, artinya, dipastikan bahwa pertimbangan lingkungan diintegrasikan dalam proses pengambilan keputusan pada tahap perumusan KRP. Salah satu implementasi pengintegrasian kepentingan lingkungan hidup dalam KRP, adalah pengintegrasian upaya konservasi dan pemulihan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup bagi pembangunan berkelanjutan, dalam rencana pembangunan jangka panjang di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Selain itu, dalam Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 10 Tahun 2013 tentang RTRW Provinsi Jambi Tahun 2013-2033, telah termuat kebijakan dan strategi pengelolaan lingkungan hidup yang memperhatikan upaya konservasi hutan dan lahan, dengan mengingat dominannya daya rusak air di wilayah tersebut. Hal ini juga sejalan dengan prinsip yang termuat dalam Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (RPDAS), dimana pendekatan pengelolaan DAS dilakukan secara terpadu antar komponennya, yaitu hutan, lahan dan air. Berdasarkan pentingnya keterpaduan pengelolaan hutan, lahan dan air, wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh didorong untuk dapat menerapkan konsep kabupaten dan kota konservasi. Sesuai arahan Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia (KLH, 2012), perumusan program penyelamatan Danau Kerinci dilakukan dengan strategi umum Penataan, Pengendalian dan Pengembangan Ekosistem Danau; Pengaturan, Penertiban dan Pengawasan Ekosistem Danau; serta Penyediaan Sistem Informasi Ekosistem Danau. Ketiga strategi umum tersebut akan menjadi acuan untuk perumusan Program Super Prioritas (Pokok) dan Program Prioritas (Penunjang) dalam penyelamatan ekosistem Danau Kerinci, berdasarkan kondisi dan permasalahan danau. Program yang dirumuskan diharapkan mampu mengatasi permasalahan ekosistem Danau Kerinci dalam jangka waktu 5 tahun, sehingga fungsi danau dapat dipertahankan. 1.4. Tujuan Penyusunan Program Penyelamatan Danau Kerinci Penyusunan program penyelamatan Danau Kerinci bertujuan untuk memberikan arahan dan menyediakan acuan bagi pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan aksi penyelamatan Danau Kerinci, guna mengembalikan dan meningkatkan fungsi ekologis, sosial maupun ekonomis danau, yang mencakup: a. Tersedianya sumber air yang cukup sepanjang tahun sehingga fungsi dan peran Danau kerinci sebagai reservoir alami untuk berbagai kebutuhan seperti irigasi pertanian, perikanan, sumber air baku air minum, PLTA dan wisata dapat tetap terjaga; b. Terjaganya kualitas air danau (in-situ) dari pencemaran limbah pertanian, domestik maupun dari kegiatan lainnya, dan dari gulma air, melalui proses pembangunan di badan air maupun di sempadan dan daerah tangkapan air (ex-situ) yang memenuhi kaidah konservasi;
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
I-1
Pendahuluan
c. Terlaksananya kegiatan pembangunan di berbagai bidang, baik di badan air, sempadan danau maupun DTA, yang memenuhi kaidah konservasi, sehingga mendukung upaya penyelamatan danau; d. Terciptanya kerjasama mulipihak dalam upaya penyelamatan danau; dan e. Keterlibatan masyarakat secara aktif dalam pengambilan keputusan penyusunan kebijakan maupun program yang terkait dengan penyelamatan Danau Kerinci.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
I-2
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
BAB II PERMASALAHAN, KONDISI YANG DIHARAPKAN, RUANG LINGKUP DAN PENDEKATAN
2.1
Permasalahan
Danau Kerinci merupakan suatu ekosistem dimana manusia beserta aktivitasnya berinteraksi dengan daerah tangkapan air (DTA) atau daerah aliran sungai (DAS) serta komponen sumber daya alam hutan, tanah dan air dikelola untuk memenuhi kebutuhannya secara lestari. Kekeliruan dalam pengelolaan sumber daya alam dalam wilayah DTA akan mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kemerosotan biogeofisik lingkungan Danau Kerinci, yang pada gilirannya dapat berakibat pada penurunan kesejahteraan manusia di sekitarnya. Pengendalian erosi, sedimentasi dan banjir merupakan isu utama dalam pengelolaan DTA Danau Kerinci, karena ketiga kejadian alam tersebut tidak hanya terkait dengan kondisi fisik dan kesejahteraan penduduk di bagian hulu, tetapi juga akan terkait langsung dengan kondisi fisik alam, infrastruktur maupun produktivitas danau di bagian hilir. 2.1.1 Erosi, Sedimentasi, Pendangkalan Danau dan Banjir Yang Dipengaruhi oleh Kondisi Daerah Tangkapan Air (DTA) Daerah tangkapan air (DTA) Danau Kerinci merupakan wilayah-wilayah DAS bercurah hujan tinggi yang terletak di dataran tinggi daerah volkan, mulai dari Gunung Kerinci. Wilayah ini memiliki topografi bergunung dan berbukit yang umumnya ditutupi hutan lebat (kawasan TNKS) dengan jenis tanah yang berasal dari endapan lahar atau abu vulkanik baik basaltik maupun andesetik. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang cukup subur dan kaya unsur hara (kecuali N) serta bertekstur pasir halus hingga lempung berpasir dengan kadar tanah liat yang rendah, sehingga kapasitas infiltrasinya menjadi sangat tinggi. Karakteristik tanah di wilayah DTA ini adalah memiliki lapisan padas (harpan) yang tak tembus air. Apabila tanah jenis ini terus dibasahi oleh air hujan hingga melampaui batas konsistensi maksimumnya (liquid limit), maka kestabilan agregatnya terganggu dan menjadi labil. Lapisan padas yang tak tembus air menjadi sejenis bidang peluncur yang menggerakan tanah dan menjadikan bencana tanah longsor. Ancaman tanah longsor ini sering terjadi bahkan pada saat penutupan hutan di atasnya masih utuh. Erosi yang terjadi pada kawasan DTA yang berlereng dapat mengakibatkan penipisan lapisan tanah, menurunkan tingkat kesuburan tanah serta merusak kondisi tutupan lahan (land cover). Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 1
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
Berdasarkan pada pola tata ruang kabupaten/kota dan sesuai dengan arahan penggunaan lahan berdasarkan Pola Pola RLKT (Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah), penggunaan lahan di DTA Danau Kerinci terdiri dari beberapa zonasi yaitu kawasan lindung, kawasan penyangga, kawasan budidaya (tahunan, semusim dan sawah) dan kawasan permukiman/perkotaan pada masing-masing sub DAS. Zonasi tersebut didasarkan pada kemiringan lahan, jenis tanah dan penggunaan lahan (land cover). Kawasan hutan lindung di daerah Kerinci merupakan salah satu hutan simpanan yang ditetapkan berdasarkan Besluit Van Den Gouvernour – General Van Nederland – Indian Van (GBdd 29 Juni 1926 No.44), dan dikukuhkan kembali dengan Tata Guna Hutan (TGH) tahun 1987.
Tabel 2.1. Zonasi wilayah DTA Danau Kerinci NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jml
NAMA DAS
Ambai Jujun Air Milut Tanjung Baru Anak Kerinci Buai Semerap Koto Pulau Tengah Merao Koto Petai
Kawasan Budidaya Luas (ha)
%
1488 551 1860 2115 1368 4042 1824 1352
46.49 17.11 72.57 95.01 33.50 41.73 100.00 71.01
46514 1326 62440
68.00 100.00
Kawasan Lindung Luas % (ha) 1249 39.02 2363 73.39 697 27.19
Kawasan Penyangga Luas % (ha) 464 14.50 306 9.50 6 0.23 111 4.99
2716 5219
66.50 53.88
425
4.39
186
9.77
366
19.22
16633
24.32
5256
7.68
29063
6934
Jumlah
3201 3220 2563 2226 4084 9686 1824 1904 68403 1326 98437
Sistem pengolahan lahan di Kerinci pada umumnya masih konvensional, dan dibatasi oleh kepemilikan lahan yang kecil, sehingga sulit menerapkan manajemen pengolahan yang lebih baik dalam suatu keluarga. Petani sulit mengadopsi teknologi konservasi karena terbatasnya kepemilikan lahan. Pemilihan teknik pertanian konservasi telah banyak ditawarkan namun petani masih sulit mengadopsi, sehingga petani cenderung mengolah lahan tidak sesuai konsep konservasi tanah dan air, terutama pada lahan tanaman semusim. Kegiatan pertanian yang semula hanya di wilayah Kayu Aro berupa perkebunan campuran, saat ini sudah meluas hingga ke lahan dengan kemiringan >40% terutama di sekitar Sungai Gelampeh. Kegiatan pertanian semacam ini dan tingginya curah curah hujan mengakibatkan kerusakan pada jenis tanah Andosol. Kerusakan ini telah berjalan cukup lama khususnya di kawasan pertanian campuran Kayu Aro sehingga diperkirakan menjadi salah satu sumber permasalahan erosi lahan. Kegiatan konservasi tanah yang telah dilakukan belum mampu menahan tingginya laju sedimentasi pada wilayah yang proses erosinya didominasi oleh tanah-tanah andosol yang bersifat morpho-erosi ini. Contoh kegiatan represif yang telah dilakukan adalah II - 2 Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
normalisasi sungai Batang Merao di wilayah DTA danau, yang hasilnya mampu menurunkan intensitas banjir namun justru mempercepat laju sedimentasi dan proses pendangkalan danau. PETA LAHAN KRITIS
Sumber : BPDAS 2011 Gambar 2.1. Peta lahan kritis di sekitar Danau Kerinci
Kondisi lahan, curah hujan, serta penggunaan dan pengelolaan lahan di daerah tangkapan air (DTA) Danau Kerinci yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi ini berpengaruh pada kondisi Danau Kerinci. Proses erosi dan sedimentasi berlangsung cukup intensif dan menjadi salah satu masalah utama dalam pengembangan potensi Danau Kerinci. Bendungan yang terbentuk secara alami dari cekungan yang melintang pada aliran sungai menyebabkan akumulasi endapan dari proses erosi-sedimentasi atau pendangkalan danau. Berdasarkan hasil perhitungan BP-DAS Batanghari tahun 2003, kerusakan yang terjadi di DTA Danau Kerinci telah mengakibatkan bahaya erosi dengan potensi sedimentasi di Danau Kerinci sebesar 2,68 juta ton/tahun. Perhitungan ini diperkuat oleh perhitungan BWS Sumatera VI tahun 2008 yang menjelaskan bahwa laju sedimentasi yang terjadi di DTA Danau Kerinci adalah sebesar 2,23 juta m3/tahun. Jumlah sedimentasi tersebut setara dengan laju pengendapan di danau 5,0 cm/tahun. Masalah yang dihadapi oleh perencana ataupun pengguna Danau Kerinci adalah sulitnya memperkirakan laju erosi pada lahan dan laju sedimentasi yang masuk ke danau. Laju erosi dan sedimentasi tersebut cenderung terus meningkat, dipicu oleh Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 3
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
tingkat kesuburan tanah yang tinggi di daerah hulu maupun tingginya tingkat pertumbuhan masyarakat sekitar danau. Untuk mengoptimalkan umur pakai (useful life) danau, laju sedimentasi Danau Kerinci yang merupakan outlet dari 10 DAS harus dikendalikan. Untuk itu, laju erosi lahan harus dikendalikan, di samping melakukan pengerukan lumpur yang mengendap di dasar danau. Selain erosi dan sedimentasi, kejadian lain yang dipengaruhi oleh ketidaktepatan tata guna lahan pada daerah tangkapan air danau sehingga mengakibatkan kerusakan lahan di wilayah DTA, adalah banjir. Istilah banjir dalam tulisan ini adalah luapan air yang tidak tertampung oleh badan sungai (banjir bandang, flash flood, torrent). Dalam hidrologi, istilah banjir juga berarti puncak hidrograf, yang tidak selalu berasosiasi dengan bencana. Banjir adalah sebuah kisah pahit di wilayah tropika basah. Setelah musim kemaran dilalui, dimana terjadi perubahan yang cukup besar terhadap kondisi ekologi, ekonomi dan sosial masyarakat sekitar danau, terjadinya musim penghujan dengan intensitas yang tinggi yang menimbulkan musibah baru berupa banjir dan tanah longsor dengan dampak yang besar. Dalam konsep pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) (watershed management, catchment area, drainage/river basin), DAS adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh topografi, dimana air hujan yang jatuh di wilayah tersebut mengalir ke anak-anak sungai atau sub-DAS, menuju ke sungai utama yang mengalir ke danau atau ke laut. Jadi secara teoritis, seluruh wilayah di permukaan bumi terbagi habis dalam wilayah DAS, dimana wilayah hulu (upstream) dan hilir (downstream) memiliki keterkaitan hidrologi yang erat. Degradasi ekologi secara on-site di wilayah hulu berdampak secara off-site di wilayah hilir (danau), Oleh karena itu DAS sebagai wilayah DTA danau adalah unit hidrologi yang sangat ideal digunakan sebagai unit perencanaan, pengelolaan dan pemantauan sumberdaya alam, khususnya sumberdaya air. Pada puncak musim hujan, deforestasi atau degradasi lahan di DTA antara lain mengakibatkan kondisi tanah jenuh terhadap curah hujan yang turun terus menerus. Banjir yang disebabkan oleh terbatasnya daya tampung tanah atau kapasitas tanah menginfiltrasi air ini berakibat pada timbulnya akumulasi debit puncak banjir yang tinggi. Dalam kasus ini deforestasi menjadi faktor penyebab yang sama dominannya dengan faktor-faktor penyebab banjir lainnya. Dalam beberapa waktu terakhir, frekuensi banjir ekstrim cenderung meningkat, terlihat dari debit sungai yang meningkat tajam dan fluktuatif. Kecenderungan meningkatnya rasio debit maksimum dan minimum menunjukkan bahwa kondisi wilayah DTA telah rusak. DAS-DAS di wilayah DTA Danau Kerinci tidak lentur terhadap perubahan, air hujan lebih banyak menjadi aliran permukaan (surface flow) dan akan langsung masuk ke sungai, sementara mekanisme pengisian air tanah (ground water) pada sistem akuifer semakin lambat, akibatnya pelepasan air pada musim kemarau menurun drastis. Karakteristik wilayah DTA Danau Kerinci dengan 10 DAS-nya, sangat responsife terhadap kondisi iklim ekstrim. Salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu karena tingkat kemiringan sungai sangat tajam dengan elevasi terendah di muka air danau (800 m sementara titik tertinggi 3.867 m dengan jarak 80 km). Kondisi tanah juga mudah tererosi. Selain itu, tingginya aktifitas pertanian di kawasan ini telah ikut memicu laju kerusakan sistem pengisian air tanah. Berkurangnya jumlah kawasan resapan air akibat alih fungsi lahan menjadi penyebab utama permasalahan banjir di Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 4
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
beberapa kawasan DTA danau. Dilematik permasalahan ini semakin nyata sejak digulirkannya UU Otonomi Daerah serta dipicu oleh proses demokratisasi yang belum selesai. Kondisi curah hujan dengan intensitas tinggi terjadi secara merata dalam waktu lama menjadikan pola pengaliran air di wilayah DTA ini berlangsung dengan tenggang waktu yang sama atau lebih cepat dan kemudian terakumulasi ke bagian hilir. Luapan air dari bentangan sungai utama di bagian hilir akan segera terjadi dan sekaligus mengangkut semua material ke dalam danau. Dengan demikian, banjir yang terjadi di wilayah DTA Danau Kerinci terjadi karena pengaruh intensitas hujan, distribusi ruang hujan, lama hujan, dan pola aliran sungai. Sementara itu, perubahan lahan yang terjadi menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan debit minimum air danau pada musim kemarau. 2.1.2 Penurunan Kualitas Air dan Gulma Air Akibat Pencemaran Limbah Pertanian, Perikanan dan Domestik Sumber pencemaran limbah penduduk berasal dari permukiman pada daerah tangkapan air (DTA) Danau Kerinci, khususnya permukiman di sekeliling danau pada Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan Keliling Danau. Jumlah beban penduduk 150.000 orang adalah 11,58 ton P/tahun yang menimbulkan kadar Total P di danau Kerinci 6,2 mg/m3, sedangkan proyeksi jumlah penduduk 818.000 orang membuang beban pencemaran 61,56 ton P/tahun yang menimbulkan kadar Total P di danau 33,65 mg/m3. Beban limbah pertanian sisa pupuk pertanian mengandung unsur Nitrogen dan Phosphor yang menimbulkan eutrofikasi danau. Beban pencemaran limbah sawah sekitar Danau Kerinci adalah 3.100 hektar. Jumlah keramba jaring apung (KJA) yang saat ini berkembang di perairan Danau kerinci yaitu sebanyak 400 unit, dimana potensi danau untuk kegiatan KJA tersebut mencapai hingga 8.000 unit. Tingginya potensi Danau Kerinci untuk kegiatan perikanan budidaya diiringi dengan tingkat resiko kerusakan danau. Berkembangnya kegiatan budidaya perikanan KJA dapat memperburuk kondisi kualitas air danau karena pemberian pakan terhadap ikan akan menimbulkan sisa yang kemudian mengendap di dasar danau. Karena itu, pengembangan kegiatan perikanan budidaya di perairan Danau Kerinci dapat dikaji ulang terhadap akibat yang akan ditimbulkan serta kondisi Danau kerinci yang sudah mengalami sedimentasi yang tinggi. Hasil perhitungan beban pencemaran budidaya ikan keramba saat ini menunjukkan bahwa dari 412 petak KJA yang ada total beban limbah sebesar 59,5 ton P/tahun, yang menimbulkan kadar Total P dalam air danau sebesar 16,2 mg/m3. Batas beban pencemaran budidaya ikan keramba berdasarkan alokasi kadar Total P dalam air danau 15 mg/m3 adalah 383 petak. Hasil perhitungan tambahan beban pencemaran budidaya ikan keramba Program Minapolitan 1282 petak adalah 512,7 ton P/tahun,
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 5
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
yang menambah kadar Total P dalam air danau 139,5 mg/m3 sehingga statusnya akan menjadi Hypertrofik. Kondisi tahun 2012 menunjukkan bahwa Status Mutu Air Danau Kerinci menggunakan Metoda Indeks Pencemaran Air Kelas 2 adalah Status Mutu B atau tercemar ringan oleh parameter BOD, H2S dan NO2; sedangkan Status Trofik Danau Kerinci adalah eutrofik dengan kadar Total P 45 – 57 ug/l melebihi syarat Mesotrofik 30 ug/l, kecerahan 1,5 m kurang dari syarat 2,50 m, dan kadar Chlorophyl @ 0,5- 4,0 masih memenuhi syarat. Berdasarkan karakteristik morfometriknya, daya tampung beban pencemaran air (DTBPA) Danau Kerinci memenuhi syarat status trofik danau Mesotrof dengan Total P 30 ug/l adalah 55,13 ton P/tahun. Namun beban pencemaran air saat ini telah melebihi DTBPA, yaitu diperkirakan 130 ton P/tahun yang berasal dari penduduk, pertanian dan budidaya perikanan dengan KJA. Danau Kerinci pernah menghadapi permasalahan gulma air yang cukup berat, yaitu penutupan perairan danau oleh tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) sampai pada tingkat yang sangat mencemaskan. Penutupan pada saat itu mencapai 70-80 persen luas permukaan danau. Pada saat itu nelayan tidak bisa menggunakan jaring dan jala. Sejak tahun 1970-an berbagai upaya dilakukan untuk mengendalikan eceng gondok ini, namun tidak berhasil. Hingga pada akhirnya diterapkannya pengendalian eceng gondok secara biologis yang dimulai pada tahun 1995 dengan menggunakan ikan grass carp (Ikan Koan) (Clenophoryingodon idella). Hal ini dilakukan dengan cara melepas 48.500 ekor benih ikan grass carp ukuran 5-8 cm ke danau selama tiga tahun berturut-turut. Cara bekerja ikan tersebut yaitu memakan tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) hingga ke bagian akar tanaman, sehingga tanaman gulma mengalami ketidakseimbangan dan jatuh ke dasar danau. Dekomposisi penumpukan tanaman di dasar danau menjadi alternatif pakan ikan tersebut. Hingga akhirnya pada tahun 1998 perairan Danau Kerinci telah bersih dari tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) dan siap dimanfaatkan potensinya secara arif dan bijaksana. Saat ini perairan Danau Kerinci hampir bebas dari tanaman air, hanya sedikit bagian yang ditumbuhi tanaman rumput dan eceng gondok. Namun demikian tumbuhan air tidak perlu dihabisi semua, karena perlu disisakan untuk keperluan konservasi perikanan tangkap yaitu sebagai media kembang biak biota dan ikan serta sumber pakannya. 2.1.3 Penurunan populasi ikan lokal Upaya yang telah dilakukan untuk mengendalikan eceng gondok, diduga menyebabkan menurunnya populasi ikan lokal, yaitu ikan semah, karena biota yang Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 6
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
digunakan untuk membasmi eceng gondok tersebut, yaitu ikan koan, memakan eceng gondok, sementara eceng gondok merupakan tempat pemijahan yang penting bagi ikan semah. Ikan koan atau grass carp (Ctenopharyngodan idella) memang terkenal sebagai ikan pemangsa tanaman air khususnya eceng gondok. Meskipun pemerintah sudah melakukan upaya peningkatkan populasi ikan di Danau Kerinci dengan cara menaburkan ribuan ekor benih ikan, namun jumlah ikan tetap berkurang. Berdasarkan informasi sejumlah nelayan, turunnya populasi ikan diduga kuat akibat musnahnya eceng gondok di Danau Kerinci. Danau selama ini menjadi sarang dan tempat penetasan telur ikan, sehingga nelayan bisa memperoleh ikan dalam jumlah yang cukup banyak. Namun, sejak habisnya eceng gondok, jumlah ikan kian menurun, bahkan ukurannya pun tidak besar lagi. Keberadaan eceng gondok selain menjadi pelindung telur ikan, juga menjadi makanan sebagian spesies ikan yang hidup di Danau Kerinci. Habisnya eceng gondok selain berdampak terhadap turunnya spesies ikan, juga menurunkan populasi udang. Selain itu, diduga pula bahwa berkurangnya ikan varietas lokal di Danau Kerinci berkaitan dengan pesatnya perkembangan populasi ikan koan yang merupakan ikan predator, yang sebelumnya dibudidayakan oleh pemerintah dengan tujuan untuk memberantas eceng gondok. Untuk mengetahui penyebab penurunan populasi ikan lokal secara pasti, harus dilakukan penelitian secara mendalam, antara lain, harus dipelajari apa saja yang menjadi makanan Ikan Koan, karena tidak tertutup kemungkinan ikan koan yang menyebabkan populasi ikan lokal berkurang. 2.1.4 Ketidaktertiban Pemanfaatan Ruang di Sempadan Danau Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, pada Pasal 56, zona sempadan danau adalah daratan dengan jarak 50 (lima puluh) sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air danau, atau daratan sepanjang tepian danau yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk. Sementara itu, Perda Kabupaten Kerinci No 24 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Kerinci, mengatur lebih ketat, dimana pada Pasal 28 disebutkan bahwa kawasan sempadan danau adalah daratan berjarak 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi danau. Untuk mengimplementasikan peraturan tersebut, beberapa kawasan permukiman perkotaan yang berada di tepian danau perlu ditertibkan, diantaranya di Desa Sanggaran Agung dan Desa Koto Petai. 2.1.5 Penambangan Pasir Danau Usaha penambangan galian pasir danau memerlukan penertiban karena lokasinya tersebar dan tumpang tindih dengan area perikanan yang peka terhadap kekeruhan. Lokasi penambangan Galian C tersebut antara lain di Semerap, Talago, Jujun, Tanjung Batu, Koto Petai dan lainnya. Kegiatan eksploitasi tambang bahan galian Golongan C yang dilakukan di Danau Kerinci harus dikendalikan dan disesuaikan Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 7
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
dengan peruntukan zonasi danau, karena bila tidak, dalam jangka panjang kegiatan ini dikhawatirkan akan menyebabkan kerusakan kondisi fisik ekosistem danau dan menurunkan kualitas air, sehingga dapat mengganggu kegiatan pariwisata, produksi perikanan dan pemenuhan kebutuhan air untuk keperluan lainnya. Oleh karena itu perlu kewaspadaan terhadap kegiatan pertambangan yang potensial berdampak negatif terhadap kelestarian dan kualitas air danau. Namun, apabila kegiatan pertambangan tersebut dilakukan secara terencana dan sesuai dengan Rencana Pengembangan dan Penyelamatan Danau, dampak negatif diharapkan dapat dicegah atau diminimalkan.
Gambar 2.2. Peta Penambangan Galian C di Danau Kerinci
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 8
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
Gambar 2.3. Aktivitas penambangan bahan galian Golongan C oleh masyarakat di Danau Kerinci
2.1.6 Sosial Ekonomi: Tekanan Penduduk terhadap Lahan dan Kurangnya Pengembangan Alternatif Perekonomian Tekanan penduduk terhadap lahan di wilayah DTA Danau Kerinci cukup memprihatinkan dan perlu dikendalikan. Salah satu penyebabnya adalah tingginya ketergantungan penduduk terhadap lahan itu sendiri. Ketergantungan penduduk terhadap lahan di wilayah DTA Danau Kerinci yang cukup tinggi, antara lain ditunjukkan oleh besarnya persentase petani di wilayah tersebut, antara lain untuk pertanian tanaman padi, kulit manis, jagung dan kopi. Hampir seluruh penduduk (±93%) di wilayah tersebut melakukan kegiatan pertanian/perkebunan. Bahkan apabila diamati di lapangan, tidak hanya petani yang memiliki lahan tetapi juga pegawai dan pedagang. Ketergantungan penduduk yang tinggi terhadap lahan menyebabkan intensitas pemanfaatan lahan meningkat sehingga berakibat pada perubahan sifat fisik lahan secara drastis. Pada akhirnya erosi dan kerusakan lahan akan menurunkan produktivitas lahan, dan akibat lanjutnya adalah kemiskinan penduduk Kondisi lahan memburuk antara lain karena sistem usahatani yang diterapkan tidak memperhatikan lingkungan. Untuk itu, perlu diupayakan agar para petani menerapkan alternatif teknologi yang konservatif terhadap lingkungan, antara lain yang dapat meminimalkan tingkat erosi. Untuk mengatasi hal tersebut, telah dilakukan penyuluhan pertanian agar petani menerapkan sistem usahatani konservasi (SUK). Namun secara umum respon penduduk terhadap SUK masih rendah. Hal ini terlihat dari data hasil Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 9
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
penelitian yang menunjukkan bahwa sebesar 91% petani di wilayah penelitian belum meyakini SUK yang dianjurkan oleh para penyuluh. Salah satu contoh yang terlihat di lapangan adalah bahwa system pertanian tanam kubis, cabe dan bawang merah masih ditanam dengan sistem membujur atau searah lereng, tidak melintang lereng sebagaimana yang dianjurkan oleh penyuluh. Terkait dengan sulitnya petani menerima dan menerapkan teknologi baru, secara teoritis, dapat dipahami bahwa petani akan bersedia menerima suatu teknologi baru jika menguntungkan bagi dirinya secara ekonomi maupun sosial. Untuk itu perlu dilakukan kajian yang melibatkan para petani mengenai teknologi SUK yang sesuai dengan kondisi mereka. Pengembangan teknologi SUK ini dapat dilakukan melalui kerjasama dengan lembaga penelitian/ perguruan tinggi. Tingginya ketergantungan penduduk terhadap lahan juga terkait dengan sempitnya lapangan pekerjaan dan usaha di luar usaha tani. Untuk itu penting diupayakan pengembangan alternatif perekonomian berdasarkan potensi wilayah yang dapat menjadi sektor unggulan. Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mengalahkan sektor yang sama dari wilayah lain. Sektor uggulan yang dikembangkan diharapkan berbasis sendi-sendi ekonomi rakyat, sehingga akan dapat meningkatkan perekonomian rakyat secara nyata. Di kawasan DTA Danau Kerinci, sektor unggulan yang masih sangat potensial untuk dikembangkan di luar pertanian adalah pariwisata dan industri. Untuk itu perlu dikembangkan industri rumah tangga perdesaan yang menggunakan bahan baku lokal, seperti industri kerajinan. Saat ini industrialisasi di desa belum berkembang dengan baik, diantaranya karena rendahnya kemampuan penduduk menghasilkan barang-barang berkualitas sehingga kalah bersaing di pasaran, serta kurangnya dukungan pemerintah dalam penyediaan bahan baku dan akses pasar. 2.2 Kondisi Yang Diharapkan Program kegiatan penyelamatan Danau Kerinci diharapkan dapat menjadi acuan upaya bersama unuk mewujudkan kondisi yang diharapkan yaitu terselamatkannya Danau Kerinci sehingga fungsi danau baik secara ekologis, sosial maupun ekonomi dapat tetap terjaga. Adapun rincian kondisi yang diharapkan adalah sebagai berikut: a. Tersedianya sumber air yang cukup sepanjang tahun sehingga fungsi dan peran Danau kerinci sebagai reservoir alami untuk berbagai kebutuhan seperti irigasi pertanian, perikanan, sumber air baku air minum, PLTA dan wisata dapat tetap terjaga. b. Terjaganya kualitas air danau (in-situ) dari pencemaran limbah pertanian, domestik maupun dari kegiatan lainnya, dan dari gulma air, melalui proses pembangunan di badan air maupun di sempadan dan daerah tangkapan air (ex-situ) yang memenuhi kaidah konservasi. Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 10
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
c. Terlaksananya kegiatan pembangunan di daerah tangkapan air (DTA) yang dapat menurunkan laju sedimentasi yang tinggi dari proses erosi pada 10 daerah aliran sungai (DAS) yang mengalir ke danau, agar proses pendangkalan danau dapat diperlambat dan sekaligus memperpanjang umur pakai danau (usefull life). d. Terpantaunya proses perlindungan dan pemanfaatan sumber daya danau, baik di badan air, di sempadan danau maupun di wilayah DTA. e. Terciptanya diversifikasi kegiatan perekonomian masyarakat yang berbasis potensi lokal dan keelokan wisata danau. f. Berkembangnya sektor pariwisata yang dipromosikan antara lain melalui kegiatan Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK). g. Terciptanya kerjasama berbagai pihak di bidang pariwisata pada skala regional, nasional maupun internasional, antara lain dalam penyediaan paket-paket wisata alam terpadu. h. Terbentuknya Forum Penyelamatan Danau Kerinci yang merupakan gugus kerjasama multipihak dalam upaya penyelamatan danau. i. Terbentuknya pusat data dan informasi Danau Kerinci yang sangat diperlukan dalam penyusunan program aksi penyelamatan danau. j. Tersusunnya kebijakan (di tingkat kabupaten, provinsi maupun pusat) yang akan memayungi upaya penyelamatan Danau Kerinci antara lain dengan konsep Kabupaten Konservasi. k. Terbentuknya opini publik yang mengangkat kepentingan penyelamatan Danau Kerinci melalui kegiatan kampanye dan konsultasi para pihak. l. Keterlibatan masyarakat secara aktif dalam pengambilan keputusan berbagai kebijakan perlindungan dan penyelamatan danau, maupun kelayakan lingkungan dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan untuk perlindungan dan pemanfataan danau. 2.3 Ruang Lingkup dan Pendekatan Sebagaimana digariskan dalam buku Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia (KLH, 2012), secara umum, lingkup perumusan rencana aksi penyelamatan Danau Kerinci mencakup tiga wilayah, yaitu di wilayah daerah tangkapan air (DTA), di sempadan danau dan pada badan air danau. Penyelamatan ekosistem danau mencakup pengelolaan DAS Terpadu untuk 10 DAS yang menjadi inlet Danau Kerinci, yang sejalan dengan kebijakan yang tertuang dalam Perda Provinsi Jambi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pengelolaan DAS Terpadu di Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 11
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
Provinsi Jambi, dimana unit DAS menjadi unit pengelolaan dan pemantauan. Dalam peraturan daerah tersebut, rencana pengelolaan DAS telah disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang dihadapi. Untuk itu pengelolaan DTA Danau Kerinci harus dilakukan melalui pendekatan pengelolaan per DAS dari masing-masing DAS yang menjadi DTA danau. Selain itu, pengelolaan DTA juga harus memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kerinci, RTRW Kota Sungai Penuh serta Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) DAS atau Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu (RP-DAST) yang telah ditetapkan dalam Perda Provinsi Jambi Nomor 1 Tahun 2013. Penyusunan rencana pengelolaan DTA Danau Kerinci dilakukan dengan pendekatan fungsional dan optimasi, yaitu pemanfaatan sumber daya alam yang memperhatikan daya dukungnya. Dalam hal ini, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya lahan dilakukan dengan memperhitungkan resiko serta pengaturan berbasiskan ruang pemanfaatan lahan pada setiap DAS-nya. Program rehabilitasi yang akan disusun didekati dengan pengembangan teknik rehabilitasi lahan dan konservasi tanah, yang mempertimbangkan aspek biofisik maupun sosial-ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Dari aspek biofisik, perencanaan pada suatu bidang lahan didasarkan pada permasalahan utama yang telah atau sedang terjadi serta ditinjau dari tingkat kekritisan lahan. Jika permasalahan utamanya adalah pengendalian banjir dan peningkatan potensi air, maka perlu dilakukan analisis terhadap tingkat kekritisan peresapan air hujan ke dalam tanah atau tingkat kekritisan daerah resapannya. Sementara itu, apabila masalah utamanya adalah erosi dan sedimentasi, maka perlu dianalisis tingkat erosi dan tingkat bahaya erosinya. Jika dirasakan luas lahan kritis semakin meningkat, maka perlu dilakukan kaji ulang terhadap area dan penyebaran lahan kritis tersebut. Sementara untuk permasalahan yang berkaitan dengan menurunnya produktivitas lahan perlu didukung dengan analisis mengenai kemampuan penggunaan lahan. Dari aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat, diperlukan informasi dalam pemilihan teknik konservasi yang akan direkomendasikan, yang meliputi tekanan penduduk, kegiatan dasar wilayah, pendapatan petani, keadaan tenaga kerja, perkembangan penduduk dan tenaga kerja, pusat pertumbuhan wilayah, disamping mempertimbangkan tanggapan/respon masyarakat serta adat kebiasaan masyarakat dalam kaitannya dengan upaya konservasi. Informasi tersebut selanjutnya digunakan untuk evaluasi kondisi sosial ekonomi untuk wilayah yang bersangkutan ke dalam tiga indikator, yaitu tingkat ketergantungan penduduk terhadap lahan, tingkat pemahaman dan kemampuan petani terhadap penerapan teknologi baru yang diperkenalkan, serta keberadaan dan aktifitas kelembagaan yang ada untuk mendukung sistem pertanian. Prinsip aksi yang perlu dipahami yaitu bahwa setiap penggunaan sumberdaya alam baik hutan, tanah, maupun air harus diupayakan keberadaan dan kelestarian fungsinya. Hal ini tidak terlepas dari misi penyelamatan Danau Kerinci. Tekait dengan II - 12 Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
hal tersebut, dalam penyelamatan Danau Kerinci, diperlukan berbagai pengaturan melalui sistem pendekatan pengelolaan ruang DAS, dan yang sejalan dengan konsep kabupaten konservasi, dimana ada upaya menempatkan domain kegiatan konservasi sejalan dengan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam yang meningkatkan efisiensi, di samping peningkatan produksi. Strategi atau pendekatan rencana aksi penyelamatan Danau Kerinci di ekosistem danau ini antara lain ditekankan kepada penerapan teknologi tepat guna, untuk mendorong tumbuh kembangnya perekonomian, baik melalui pemberian keterampilan usaha minapolitan, industri kerajinan maupun pengembangan potensi wisata. Guna penguatan aksi penyelamatan di kalangan masyarakat sekitar danau, untuk mendorong keterlibatan semua pihak terkait, serta agar kegiatan aksi bisa terlaksana sesuai arah atau target penyelamatan ekosistem Danau Kerinci di masa datang, diperlukan wadah organisasi multi pihak.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 13
Gambaran Umum Danau Kerinci
BAB III GAMBARAN UMUM DANAU KERINCI
3.1 Kondisi Geografis Danau Kerinci memiliki luas 4.370 hektar dengan kedalaman 110 m dan terletak pada ketinggian lebih kurang 800 m dari permukaan laut. Secara geografis, Danau Kerinci terletak pada 2o08’58,72” LU dan 101o29’19,02” BT. Danau Kerinci berada pada dua kecamatan di Kabupaten Kerinci, yaitu Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan Keliling Danau. Jarak Danau Kerinci dari Kota Jambi lebih kurang 420 km dan dari Kota Sungai Penuh lebih kurang 20 km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Gambar 3.1. Pemandangan Danau Kerinci
3.2 Batas Administrasi Secara administratif, badan air Danau Kerinci berada pada dua Kecamatan, yaitu Kecamatan Keliling Danau dan Kecamatan Danau Kerinci, sedangkan daerah tangkapan air (DTA) danau meliputi Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh, tepat di wilayah Desa Koto Petai, Ujung Pasir, Sumerap, Lumpur Danau, Koto Tua, Jujun dan Keluru.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 1
Gambaran Umum Danau Kerinci
Gambar 3.2. Peta Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Kerinci
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 2
Gambaran Umum Danau Kerinci
Tabel 3.1. Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi (Kecamatan) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Wilayah Gunung Raya Batang Merangin Keliling Danau Danau Kerinci Sitinja Laut Air Hangat Air Hangat Timur Depati VII Gunung Kerinci Siulak Kayu Aro Gunung Tujuh Jumlah
Luas (Ha) 74.385 56.510 30.320 29.730 3.950 22.221 15.152 2.580 44.476 59.020 26.655 16.250 381.249
Sumber: Kabupaten Kerinci Dalam Angka 2012
3.3 Topografi Topografi Kabupaten Kerinci secara umum terbagi dalam 3 bagian, yaitu dataran tinggi, dataran sedang dan dataran rendah. Ketinggian kawasan berkisar antara 5001.500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan kemiringan lereng, wilayah Kabupaten Kerinci terbagi menjadi 4 kelompok kategori, yaitu: 1) Kemiringan 0 - 2 % dari jumlah 3,33 % dari luas wilayah Kabupaten Kerinci, sebagian besar berada di Kecamatan Gunung Raya, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh. 2) Kemiringan 2-15 % berjumlah 15,62 % dari luas Kabupaten Kerinci yang sebagian besar Kecamatan Gunung Raya, Batang Merangin, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh. 3) Kemiringan Lereng 15 - 40 % lebih kurang 26,51 % dari luas Kabupaten Kerinci dengan penyebaran hamparan ke seluruh wilayah kecamatan, akan tetapi yang paling dominan di Kecamatan Gunung Raya, Batang Merangin, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 3
Gambaran Umum Danau Kerinci
4) Kemiringan Lereng > 40 % merupakan persentase terbesar yaitu berkisar 53,05 % dari luas Kabupaten Kerinci, penyebarannya terdapat di Kecamatan Gunung Raya, Batang Merangin, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh. Kondisi Lahan di sekeliling Danau Kerinci, yaitu pada Kecamatan Keliling Danau dan Kecamatan Danau Kerinci juga terdiri dari empat kategori tersebut, sehingga terdapat tepian danau yang landai maupun curam.
Gambar 3.3. Topografi/kelas lereng DTA Danau Kerinci
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 4
Gambaran Umum Danau Kerinci
3.4 Geologi dan Potensi Tambang Berdasarkan sistem lahan pada peta Repprot, Bakosurtanal, diperoleh 14 bentuk lahan atau geomorfologi pada DAS Batang Merao Kerinci. Bentuk lahan dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.2. Tabel 3.2. Bentuk lahan pada DTA Danau Kerinci No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Sistem Lahan (dalam kode unit)
BBG BBR BMS BPP BTG GJO KNJ MPT PDH PKS SLK TGM TLU UBD
Bentuk Lahan Pegunungan Perbukitan Perbukitan Pegunungan Dataran Kipas dan Lahar Kipas dan Lahar Perbukitan Pegunungan Dataran Dataran Aluvial Pegunungan Kipas dan Lahar Perbukitan
Sumber: BP-DAS Batanghari, Departemen Kehutanan, 2004
Bentuk lahan yang terdapat di DAS Batang Merao didominasi oleh pegunungan dengan luas 52,26% ha atau sebanyak 50,78% dan dataran aluvial yang banyak dimanfaatkan untuk budidaya padi sawah, yaitu mencapai 13660,7 ha atau 13,88% dari luas DAS Danau Kerinci secara geologi merupakan hasil bentukan alam berupa danau tektonik, yang secara fisiografi merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. Kabupaten Kerinci secara morfologi terdiri dari beberapa satuan yaitu: a. Satuan morfologi dataran tinggi yang merupakan lembah Kerinci pada ketinggian 835 m di atas permukaan air laut dan tersusun oleh alluvial. Endapan Alluvial berupa lapisan, pasiran, kerikil dan kerakal.Endapan alluvial merupakan hasil dari endapan danau dan endapan banjir terutama daerah dataran yang terkena banjir. b. Satuan morfologi kuesta terdapat di bagian barat laut Danau Kerinci, dan tersusun oleh batuan sedimen Formasi Kumun.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 5
Gambaran Umum Danau Kerinci
c. Satuan morfologi pegunungan kasar mengapit daerah morfologi dataran tinggi yang merupakan Danau Kerinci. Struktur geologi yang berkembang adalah struktur geser atau dikenal dengan Sesar Siulak, yang mengarah dari barat laut ke tenggara. Pekembangan struktur sesar tersebut sangat rumit terutama pada daerah sekitar Danau Kerinci, hal ini terkait erat dengan dengan sifat tektonik lempeng samudra. Jenis tanah yang terdapat di wilayah ini terbagi ke dalam enam jenis, yaitu, andosol, latosol, podsolik, alluvial komplek podsolik-latosol dan litosol. Dilihat dari penyebarannya, maka jenis tanah yang mendominasi adalah andosol dengan wilayah penyebaran seluas 275.755 Ha (65,65%) dari luas wilayah dan hampir sebagian besar berada di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat. Kondisi jenis tanah disekitar danau terdiri dari hidromorfik dan andosol (BP-DAS Batanghari, 2014). Kabupaten Kerinci banyak memiliki deposit endapan bahan tambang, baik yang berupa golongan A, B, maupun C. Potensi ini terutama ditemukan pada sungai-sungai yang bermuara ke Danau Kerinci, dan juga di dalam Danau Kerinci dimana terdapat kegiatan penambangan pasir (Galian C), baik yang berizin maupun yang tidak berizin. 3.5 Tutupan Lahan Berdasarkan data BP-DAS Batanghari, penggunaan lahan Kabupaten Kerinci (termasuk Kota Sungai Penuh) yang terluas adalah hutan lebat (TNKS), kemudian perkebunan yaitu berturut-turut 51,19 % dan 28,71 %. Sedangkan sawah hanya 3,96 % (Tabel 2.3 dan Gambar 2.7). Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci mengalokasikan lahan pertanian seluas 22.70 % (Tabel 2.4). Tutupan lahan pada daerah tangkapan air (DTA) danau atau Sub-DAS Danau Kerinci juga teridiri dari hutan alam 33,50 % dan sawah 16,0 % (Gambar 2.8, Gambar 2.9 dan Tabel 2.5). Penggunaan lahan di sekitar danau yang paling dominan adalah pertanian dan perkebunan. Berdasarkan hasil tinjauan lapangan di sekeliling Danau Kerinci, diketahui bahwa dominansi lahan pertanian mencapai tepi perairan danau, bahkan pada sempadan danau. Pertanian lahan padi sawah di Kecamatan Keliling Danau seluas 1.040 ha dan hutan rakyat sebesar 200 ha, sedangkan di Kecamatan Danau Kerinci luas lahan padi sawah adalah 2.051 ha dan hutan rakyat seluas 700 ha. Sementara itu lahan perkebunan menyebar di atas bantaran danau hingga ke daerah yang memiliki kelerengan yang lebih tinggi. (BP-DAS Batanghari, 2004).
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 6
Gambaran Umum Danau Kerinci
Tabel 3.3. Penggunaan Lahan Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh Tahun 2006 No 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
Jenis Penggunaan Tanah Permukiman/kampung Sawah Tegalan dan ladang Perkebunan a. Kayu manis b. Teh c. Kopi d. Karet Kebun campuran Semak/alang-alang/rumput dsb Hutan lebat/hutan negara (TNKS) Hutan rakyat/belukar Htan sejenis (pinus) dll Sungai, danau dan rawa Jalan (perhubungan) Jumlah
Luas (Ha) 3.345,00 16.630,00 36.450,00 120.587,00 109.823,00 3.016,00 7.000,00 719,00 3.625,00 16.082,00 215.000,00 846,00 1.250,00 5.890,00 295,00 420.000,00
% luas Kabupaten 0,796 3,960 8,679 28,711 26,148 0,718 1,667 0,178 0,863 3,829 51,190 0,201 0,298 1,402 0,070 100,000
Sumber : BWS Sumatera IV, 2008
Tabel 3.4. Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang Budidaya No A
B
Jenis Penggunaan Tanah
Luas (Ha)
Kawasan Lindung 1. Kawasan Pelestarian Alam 2. Kawasan Suaka Alam 3. Kawasan Cagar Biosfer 4. Kawasan Cagar Budaya 5. Kawasan Sempadan Sungai dan Danau 6. Kawasan Gambut 7. Kawasan Rawan Bencana Alam 8. Kawasan Penyangga
253.126,00 191.819,00 60,00 4.212,00 1.679,00 54.426,00
% luas Kabupaten 66,46 50,37 0,02 1,11 0,44 14,29
576,00 325,00
0,15 0,09
30,00
0,01
Kawasan Budidaya 1. Kawasan Produksi 2. Kawasan Pertanian 3. Kawasan Permukiman dan Perkotaan 4. Area Penggunaan Lain Jumlah
127.724,00 30.490,00 86.459,00 3.345,00
33,64 6,01 22,70 0,88
7.430,00 380.850,00
1,95 100,00
Sumber: Data Pokok Bappeda Kabupaten Kerinci, 2010
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 7
Gambaran Umum Danau Kerinci
Gambar 3.4. Tutupan Lahan Kabupaten Kerinci (Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kerinci)
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 8
Gambaran Umum Danau Kerinci
Gambar 3.5. Tutupan Lahan Daerah Tangkapan Air Danau Kerinci
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 9
Gambaran Umum Danau Kerinci
Tabel 3.5. Penggunaan Lahan di Daerah Tangkapan Air Danau Kerinci
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Penggunaan Lahan Belukar Danau Hutan alam Hutan lahan kering Kebun campuran Permukiman Sawah Tegalan Jumlah
Luas (Ha) 19.784,87 5.517,91 32.104,70 1.843,31 9.743,43 3.711,01 15.349,10 8.612,54 95.666,90
% luas DTA 20,68 4,72 33,56 1,93 10,18 3,88 16,04 9,00 100,00
(Sumber: Tim Kajian, BPLHD Prov.Jambi, 2012)
Gambar 3.6. Penggunaan Lahan DTA Danau Kerinci (Sumber: Tim Kajian, BPLHD Prov.Jambi, 2012)
3.6 Sumberdaya Air dan Hidrologi Badan air Danau Kerinci memiliki luas genangan 4.370.000 ha, dengan volume tampungan 2.266.390.000,00 m3. Kedalaman rata-rata danau adalah 70 m, dimana kedalaman maksimum mencapai 105,20 m. Elevasi muka air minimum + 795,00 m, dan elevasi muka air maksimum + 796,72 m. Wilayah Kabupaten Kerinci banyak memiliki aliran sungai yang secara umum mengalir dari mata air pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang masih alami, terutama dari kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Aliran air dari kawasan yang masih alami ini masuk ke kawasan budidaya pertanian dan perkebunan dan bermuara di Danau Kerinci. Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 10
Gambaran Umum Danau Kerinci
Sungai yang mengalirkan air ke Danau Kerinci antara lain Sungai Batang Merao, Sungai Buai, Sungai Jujun, Sungai Batang Sangkir, Sungai Batang Merangin, Sungai Betung Kuning dan sejumlah besar terbagi dalam anak-anak sungai kecil dan sedang. Selain itu, sumber air yang terdapat di wilayah Kabupaten Kerinci juga mencakup danau dan rawa yang memiliki kekayaan hayati, seperti Danau Gunung Tujuh, Danau Belibis, Danau Kerinci, Danau Lingkat, Danau Padeang, Danau Kaco, dan Danau Kecik. Sedangkan rawa banyak tersebar di dataran rendah.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 11
Gambaran Umum Danau Kerinci
Gambar. 2.7. Peta Daerah Aliran Sungai Yang Menjadi Daerah Tangkapan Air Danau Kerinci
Sistem sungai yang mengalir di Kabupaten Kerinci dapat diklasifikasikan atas dua kelompok, yaitu: a). Sistem sungai yang merupakan sumber air masuk (inlet) Danau Kerinci yakni DAS Batang Merao yang merupakan bagian dari DTA Danau Kerinci, Sungai
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 12
Gambaran Umum Danau Kerinci
Kerinci, Sungai Tebing Tinggi, Sungai Siulak atau Merau, Sungai Kapur dan Sungai Jujun. b). Sistem sungai yang merupakan sumber air keluar (outlet) danau, yaitu DAS Merangin yang merupakan bagian dari DAS Batanghari. Sungai Merangin adalah sungai yang keluar dari Danau Kerinci, dan sumberdaya airnya dimanfaatkan untuk PDAM dan PLTA Merangin. Perencanaan pembangunan PLTA Kerinci Tira Energi (KTA) yang akan di dirikan di Danau Kerinci di Kecamatan Batang Merangin Kabupaten Kerinci sudah dalam tahap konstruksi. PLTA ini memanfaatkan air yang keluar dari Danau Kerinci melalui Sungai Batang Merangin untuk menggerakkan turbin berkekuatan 2 x175 MW. Pembangunan PLTA ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jambi dan Kabupaten Kerinci dengan Stat Kraft, Perusahaan Norwegia. Adapun penggunaan air Danau Kerinci adalah sebagaimana diilusrasikan pada Gambar 3.8. Selain dari air sungai, aliran yang masuk ke Danau Kerinci juga berasal dari air tanah dengan aliran yang relatif besar, termasuk dari sumber mata air yang muncul dari dasar danau. Aliran air tanah ini menyebabkan ketersediaan air danau atau debit di outlet (Sanggaran Agung) tetap tinggi, walaupun pasokan air yang terukur dari sungaisungai yang masuk kecil, terutama pada musim kemarau (BP-DAS Batanghari, 2004). Permasalahan klasik sumber daya air adalah banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Hal ini telah diupayakan dikendalikan dengan pembangunan saluran banjir sebagai tambahan outlet Danau Kerinci, yang bermuara di sungai Batang Merangin. Namun beberapa persawahan yang berada di sekeliling danau masih mengalami genangan banjir karena pendangkalan muara sungai Batang Merau; bahkan material batu-batu besar sering terbawa sungai Sei Jujun dan Sei Pulau Tengah.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 13
Gambaran Umum Danau Kerinci
Gambar 3.8. Sketsa penggunaan air Danau Kerinci (Sumber: BWS Sumatera VI, 2007)
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 14
Gambaran Umum Danau Kerinci
Gambar 3.9. Daerah Aliran Sungai Batanghari
Gambar 3.10. Air Danau Kerinci yang biru
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 15
Gambaran Umum Danau Kerinci
3.7 Keanekaragaman Hayati Jenis ikan yang ada di Danau Kerinci antara lain ikan Nila, Basu, Seluang, Mujair, Medik, Udang, Gabus, Sepat, Lele, Gurame dan Semah. Sedangkan ikan yang dominan terdapat di danau Kerinci adalah ikan Nila, Barau, Mujair, Seluang, Tilan dan Koan.
Gambar 3.11. Hasil Pemanenan Ikan di Danau Kerinci
Gambar 3.12. Ikan dari Danau Kerinci Pemerintah Kabupaten Kerinci terus mendorong petani budidaya untuk mengembangkan tiga jenis ikan lokal yang semakin langka dan sulit ditemukan, terutama di Danau Kerinci. Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Peteternakan Kabupaten Kerinci, terdapat tiga jenis ikan lokal yang menjadi prioritas pengembangan yakni ikan semah, ikan barau, ikan medik dan ikan batok. Dinas Perikanan dan Petenakan Kabupaten Kerinci mendapatkan bantuan dari Tim Puslitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengembangan budidaya ikan batok di Danau Kerinci berupa pemberian bibit ikan semah dan batok. Pengembangan ketiga jenis ikan lokal tersebut dilakukan dengan keramba tancap. Prioritas utama yang dikembangkan adalah ikan semah yang dikenal sangat enak dan gurih serta harganya yang lebih mahal dibandingkan jenis ikan air tawar lainnya yang hidup di danau dan sungai air deras. Permintaan dan peminat ikan semah juga kian III - 16 Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Gambaran Umum Danau Kerinci
tinggi, namun belum bisa diimbangi dengan produksi yang masih mengandalkan hasil tangkapan. Warga yang bermukim di sekitar danau dan bantaran sungai arus deras kini digalakkan untuk mengembangkan ikan tersebut lewat keramba tancap. Melalui perikanan dengan keramba tancap, perbanyakan lubuk larangan serta suaka mina bagi pengembangan ikan tersebut, diharapkan produksi ikan bisa ditingkatkan. Selain itu, untuk pengembangan ikan lokal, telah dibangun balai benih ikan (BBI) perairan umum, dimana benih ikan dibiakkan atau dikembangkan untuk ditebar di Danau Kerinci dan sungai-sungai di sekitarnya. Saat ini di Kerinci telah tersedia tiga Balai Benih Air Tawar (BBAT) untuk meningkatkan produksi berbagai jenis ikan lokal. Pengembangan budi daya ikan semah yang hanya ada di Kabupaten Kerinci ini terus dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan, sejak tahun 2009. Eceng gondok (Eicchornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air yang mengapung di perairan. eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah, dengan tinggi sekitar 0,4-0,8 meter. Tingkat pertumbuhannya dapat mencapai 100% luas dalam waktu hanya dua minggu. Gulma air eceng gondok pernah tumbuh marak di Danau Kerinci, namun telah berhasil dikendalikan secara biologi dengan penebaran ikan koan atau grass carp (Ctenopharyngodan idella) pada tahun 1997. Ikan Koan memang terkenal sebagai ikan pemangsa tanaman air khususnya eceng gondok. Ikan tersebut adalah ikan herbivora yang lezat dengan kandungan gizi dagingnya yang tinggi. Saat ini perairan Danau Kerinci hampir bebas dari tanaman air, hanya sedikit bagian yang ditumbuhi tanaman rumput dan eceng gondok. Namun demikian tumbuhan air tidak perlu dihabisi semua, karena perlu disisakan untuk keperluan konservasi perikanan tangkap yaitu sebagai media kembang biak biota dan ikan serta sumber pakannya. Meskipun pemerintah sudah melakukan upaya peningkatkan populasi ikan di Danau Kerinci dengan cara menaburkan ribuan ekor benih ikan, namun jumlah ikan tetap berkurang. Berdasarkan informasi sejumlah nelayan, turunnya populasi ikan diduga kuat akibat musnahnya eceng gondok di Danau Kerinci. Danau selama ini menjadi sarang dan tempat penetasan telur ikan, sehingga nelayan bisa memperoleh ikan dalam jumlah yang cukup banyak. Namun, sejak habisnya eceng gondok, jumlah ikan kian menurun, bahkan ukurannya pun tidak besar lagi. Keberadaan eceng gondok selain menjadi pelindung telur ikan, juga menjadi makanan sebagian spesies ikan yang hidup di Danau Kerinci. Habisnya eceng gondok selain berdampak terhadap turunnya spesies ikan, juga menurunkan populasi udang. Selain itu, diduga pula bahwa berkurangnya ikan varietas lokal di Danau Kerinci berkaitan dengan pesatnya perkembangan populasi ikan koan yang merupakan ikan predator, yang sebelumnya dibudidayakan oleh pemerintah dengan tujuan untuk III - 17 Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Gambaran Umum Danau Kerinci
memberantas eceng gondok. Untuk mengetahui penyebab penurunan populasi ikan lokal secara pasti, harus dilakukan penelitian secara mendalam, antara lain, peneliti harus mempelajari apa saja yang menjadi makanan Ikan Koan, karena tidak tertutup kemungkinan ikan koan yang menyebabkan populasi ikan lokal berkurang.
Gambar 3.13. Jenis ikan yang hidup di Danau Kerinci
(Sumber: Badruddin M, 2004, 2010)
3.8 Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Kerinci pada tahun 2012 tercatat sebesar 235.251 jiwa, terdiri dari 117.682 jiwa perempuan dan 117.569 jiwa laki-laki, yang tersebar di 12 wilayah kecamatan. Total jumlah penduduk terbesar yaitu terdapat di Kecarnatan Kayu Aro dan Kecamatan Siulak, sementara jumlah penduduk paling kecil terdapat di Kecamatan Gunung Tujuh dan Gunung Raya. Proporsi penduduk laki-laki dan perempuan pada setiap wilayah kecamatan relatif berimbang, namun pada sebagian besar kecamatan, teridentifikasi jumlah penduduk perempuan lebih besar dari jumlah penduduk laki-laki. Jumlah penduduk laki-laki yang melebihi jumlah penduduk perempuan hanya terdapat pada lima wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Batang Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 18
Gambaran Umum Danau Kerinci
Merangin, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh. Kecenderungan tersebut berkaitan langsung dengan karakteristik angka harapan hidup kaum perempuan yang umumnya lebih tinggi dari pada kaum laki-laki. Tabel 3.6. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kerinci Kelompok umur 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 + Jumlah
Jenis kelamin Laki-laki 10.722 11.010 11.514 9.794 8.283 9.203 10.295 9.695 7.646 7.309 6.680 5.794 3.490 2.247 1.915 1.972 117.569
Perempuan 9.767 10.170 10.633 9.374 8.396 9.711 10.872 9.288 7.790 7.671 7.039 5.596 3.303 2.731 2.275 3.066 117.682
Jumlah 20.489 21.180 22.147 19.168 16.679 19.914 21.167 18.983 15.436 14.980 13.719 11.390 6.793 4.978 4.190 5.038 235.251
Sumber: BPS Kabupaten Kerinci, 2012
Persebaran penduduk di Kabupaten Kerinci tergolong tidak merata. Pada tahun 2012, Kecamatan Depati VII merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Kerinci yaitu 573 jiwa per km2. Kondisi tersebut karena luas wilayah yang relatif sempit dan merupakan pemekaran dari Kecamatan Air Hangat dan sekaligus dekat dengan pusat pemerintahan. Kecamatan Sitinjau Laut mencatat tingkat kepadatan tertinggi setelah Depati VII, yaitu mencapai 245 jiwa per km2. Sementara Kecamatan Gunung Raya merupakan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu 19 jiwa per km2. Di Kecamatan Keliling Danau dan Kecamatan Danau Kerinci yang merupakan lokasi Danau Kerinci, jumlah penduduknya mencapai 16,43 % dari jumlah penduduk di kabupaten. Namun berdasarkan informasi Balai Wilayah Sungai pada tahun 2008, proyeksi penduduk tersebut pada tahun 2021 diperkirakan akan mencapai 818.162 jiwa. Permasalahan limbah penduduk yang masuk badan air danau adalah Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 19
Gambaran Umum Danau Kerinci
pencemaran zat organik, unsur hara dan bakteri patogen. Beban pencemaran tersebut akan terus meningkat bila tidak dilakukan upaya pengendalian melalui program sanitasi lingkungan.
Tabel 3.7. Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Kerinci No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11. 12.
Kecamatan Gunung Raya Batang Merangin Keliling Danau Danau Kerinci Sitinja Laut Air Hangat Air Hangat Timur Depati VII Gunung Kerinci Siulak Kayu Aro Gunung Tujuh
Luas Km2 746,77 567,32 304,39 298,47 58,25 216,75 160,00 25,80 350,00 590,20 328,05 162,50
% 19,61 14,90 7,99 7,84 1,53 5,69 4,20 0,68 9,19 15,50 8,61 4,27
Penduduk Jumlah % 14.277 6,07 17.312 7,36 22.519 9,57 16.138 6,86 14.292 6,08 19.944 8,48 17.897 7,61 14.785 6,28 11.892 5,06 31.513 13,40 40.294 17,13 14.388 6,12
Kepadatan jiwa/Km2 19 31 74 54 245 92 112 573 34 53 123 89
Sumber: BPS Kabupaten Kerinci, 2012
Tabel 3.8. Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan Keliling Danau Prediksi Jumlah Penduduk (Jiwa) Kecamatan 2006 2007 2009 2013 2021 Danau Kerinci dan Keliling Danau
37.967
46.591
70.161
Interval Tahun
0
1
2
159.102 818.162
4
6
Sumber: Investigasi & Desain Pengembangan Danau Kerinci, Balai Wilayah Sungai 2008
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 20
Gambaran Umum Danau Kerinci
Gambar 3.14. Lokasi Permukiman Sekitar Danau Kerinci (Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kerinci)
3.9 Perekonomian Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci mencapai 5,89 persen per tahun selama periode 2009-2011 yang ditunjukkan oleh kenaikan PDRB dari Rp 2,652,261.55 juta pada tahun 2009 menjadi Rp 3.464.114,25 juta pada tahun 2011. Kontribusi terbesar berasal dari sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 66.94 %. Bidang usaha pertanian (tanaman pangan) dan perkebunan memberikan kontribusi terbesar, berturutan 34,32 % dan 26,87 % (Tabel 2.9). Namun bidang usaha perikanan termasuk kecil yaitu hanya 1,38 % saja. Sumberdaya lahan dan sumberdaya air sangat berperan terhadap lapangan usaha pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Bidang pertambangan sangat rendah hanya 0,42 %. Selain itu sektor perdagangan, perhotelan dan restoran juga berperan penting yaitu 9,62 % antara lain berasal dari usaha pariwisata Danau Kerinci. Meskipun demikian, pengembangan pertanian dan peternakan di sekeliling danau dan limbah perikanan budidaya pada badan air danau perlu diantisipasi dampaknya terhadap kualitas air danau.Limbah pupuk, limbah ternak dan limbah budidaya ikan keramba berpotensi mencemari perairan danau (Gambar 2.14).Perairan danau saat ini sebagian dikelilingi sarana budidaya perikanan Keramba Jaring Apung (KJA) dan keramba jaring tancap (KJT), serta pukat perikanan tangkap (Gambar 2.15).Perlu Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 21
Gambaran Umum Danau Kerinci
diantisipasi pengendalian jumlah KJA dan KJT agar tidak melampaui daya dukung danau sehingga pencemaran limbah perikanan budidaya dapat dicegah atau diminimalkan.Kelestarian badan air danau perlu dijaga untuk menjamin kesinambungan usaha perikanan.
Tabel 3.9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku
No
Lapangan Usaha
1
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan a. Tanaman bahan makanan b. Tanaman perkebunan c. Peternakan dan hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan Pertambangan Industri pengolahan Listrik dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel, restoran Pengangkutan, komunikasi Keuangan Jasa-jasa PDRB
2 3 4 5 6 7 8 9
2009 PDRB % (juta Rp) 1.777.606,35 67,02
2010 PDRB % (juta Rp) 2.048.869,87 66,74
2011 PDRB % (juta Rp) 2.318.868,99 66,94
921.664,51
34,75
1.072.672,95
34,99
1.188.724,67
34,32
706.071,22
26,62
801.652,61
26,11
930.959,53
26,87
111.679,19
4,21
129.816,91
4,23
149.790,88
4,32
1.131,49 37.059,93 10.340,06 60.389,33 16.926,68 87.866,38 252.491,19
0,04 1,40 0,39 2,28 0,64 3,31 9,52
1.465,21 43.262,18 18.826,92 73.343,68 20.555,24 102.876,77 292.981,89
0,05 1,41 0,42 2,39 0,67 3,35 9,54
1.578,95 47.814,96 14.562,56 84.075,45 22.754,70 117.342,85 333.086,22
0,05 1,38 0,42 2,43 0,66 3,39 9,62
97.930,84
3,69
113.561,86
3,70
125.407,02
3,62
21.819,96 326.890,76 2.652.261,55
0,82 12,32 100,00
25.462,42 326.890,76 3.069.977,13
0,83 12,36 100,00
28.692,31 419.324,16 3.464.114,25
0,83 12,10 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Kerinci 2012
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 22
Gambaran Umum Danau Kerinci
Gambar 3.15. Persawahan di Sekitar Danau Kerinci
Gambar 3.16. Pemanfaatan Badan Air Danau Kerinci untuk Perikanan (Sumber:Pemetaan Tim Kajian Danau Kerinci, BPLHD Provinsi Jambi, 2012) Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 23
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
BAB IV PROGRAM AKSI PENYELAMATAN DANAU KERINCI
Untuk menyusun program aksi penyelamatan Danau Kerinci, dilakukan pendekatan melalui analisis kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman (SWOT Analysis). Pendekatan keempat faktor tersebut dinilai masih relevan dalam menjelaskan faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap kelestarian ekosistem Danau Kerinci.
4.1 Faktor-faktor Internal (Kekuatan Eksternal (Ancaman dan Peluang)
dan
Kelemahan)
dan
Faktor-faktor
Faktor internal yang dimaksud adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekosistem yang berasal dari dalam ekosistem Danau Kerinci, sedangkan faktor eksternal adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi degradasi Danau Kerinci yang berasal dari luar ekosistem danau. Faktor internal terdiri atas faktor kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) sedangkan faktor eksternal terdiri atas peluang (opportunity) dan ancaman (threat) bagi ekosistem Danau Kerinci.
4.1.1 Kekuatan (strength) a. Potensi Ketersediaan Air Sumberdaya air Danau Kerinci yang melimpah berasal dari kawasan DTA yang masih terjaga baik, yaitu dari hutan TNKS yang masih tergolong alami. Potensi ketersediaan air yang tinggi ini sangat bermanfaat bagi kegiatan yang ada di Danau Kerinci dan sekitarnya, terutama air baku air minum, kemudian untuk wisata, perikanan, dan PLTA maupun kegiatan lainnya. Danau Kerinci mempunyai potensi sumber daya air yang cukup besar yaitu 1.796 juta m3. (BLHD Prov Jambi, 2012) Volume air tersebut diperkirakan dapat memproduksi energi listrik dengan daya 2 x 75 MW (150 MW) (pembangunan PLTA Saat ini sedang Tahap Konstruksi). Potensi listrik dari proyek PLTA Merangin ini, sepenuhnya ditentukan oleh ketersediaan air Danau Kerinci. Suplai air danau yang berasal dari 10 sungai di wilayah DTA Danau Kerinci, didukung dengan potensi curah yang tinggi serta keberadaan hutan TNKS yang terpelihara, maka dapat diperkirakan volume air Danau Kerinci dapat mendukung untuk keberlangsungan operasional PLTA Merangin.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 1
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
b.
Potensi Keindahan Alam
Danau Kerinci yang terletak pada ketinggian hampir 800 meter diatas permukaan air laut merupakan objek alam dengan fungsi yang beragam. Selain memiliki pemandangan yang cukup indah dengan bentang alam yang masih alami, Danau Kerinci pun memiliki udara yang sejuk di sekitar kawasan danau. Danau Kerinci merupakan danau yang berada di lembah pegunungan Kerinci (3.850 meter dpl, gunung tertinggi di Sumatera), dengan luas danau 4.370 ha (BLHD Provinsi Jambi, 2012). Hamparan perairan danau yang cukup luas dan jernih dikelilingi pegunungan dan perbukitan serta sepuluh buah sungai yang airnya masih jernih yang berasal dari hutan TNKS pada musim kemarau aktif mengalirkan airnya ke Danau Kerinci. Bebarapa pilihan kegiatan wisata dapat dikembangkan di kawasan Danau Kerinci seperti berkemah, perahu wisata, memancing, outbound, berenang, wisata kuliner serta wisata penangkapan Ikan Semah. Keindahan alam Danau Kerinci bukan merupakan satu-satunya potensi yang dimiliki oleh Danau Kerinci, tetapi masih terdapat beberapa objek wisata yang saling berinteraksi dengan Danau Kerinci seperti potensi air terjun yang besar, pemandian air panas alami, panorama, kebun teh Kayu Aro, Danau Gunung Tujuh pada ketinggian 1950 m dpl (Dikelilingi oleh 7 buah puncak gunung, adalah danau tertinggi di Asia), serta paket-paket wisata religius (di Masjid Hijau-Ust. Karim Jambek Kerinci) dan paket wisata konservasi yang telah dikembangkan oleh TNKS untuk kunjungan wisata dan keperluan riset. Pemerintah Provinsi Jambi dan juga Kabupaten Kerinci telah lama menetapkan Danau Kerinci sebagai objek wisata utama dan dipadukan dengan paket wisata lainnya yang terdapat di Kabupaten Kerinci. Beberapa objek wisata yang terdapat di sekitar Danau Kerinci antara lain Kunjungan Air Terjun Talun Berasap, Pemandian Air Panas, Panorama, Pendakian Gunung Kerinci, Danau Gunung Tujuh, dan Kunjungan TNKS. Selain itu, potensi wisata juga dikuatkan dengan diselenggarakannya kegiatan Festival Penyelamatan Danau Kerinci yang digelar setiap tahun.
c.
Potensi Perikanan Lokal
Potensi ikan lokal dari Danau Kerinci yang merupakan ikan endemik adalah Ikan Semah. Ikan Semah yang terdapat di Danau Kerinci berukuran cukup besar, dengan bobot yang mencapai 7 kg/ekor. Ikan Semah merupakan ikan bernilai ekonomi tinggi karena rasanya yang enak (banyak minyak). Potensi Ikan Semah juga menjadi paket pilihan utama untuk kegiatan wisata kuliner di restoran-rentoran di sekitar Danau Kerinci. Keberadaan Ikan Semah tersebut diharapkan dapat menarik banyak wisatawan yang datang ke Danau Kerinci khususnya menikmati hidangan Ikan Semah yang tersedia di warung makan dan restoran di sepanjang sempadan Danau Kerinci. Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 2
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
Untuk meningkatkan populasi ikan ini telah diupayakan re-stocking di perairan danau oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci, dan reservat ikan semah di outlet danau menuju Sungai Batang Merangin oleh Pemerintah Provinsi Jambi.
4.1.2 Kelemahan (weakness) a. Penurunan Populasi Ikan Lokal Kondisi perairan Danau Kerinci yang alami menjadikan perairan tersebut salah tempat hidup ikan endemik setempat yakni Ikan Semah. Namun populasi yang tinggi dari Ikan Semah saat ini mengalami penurunan. Penurunan populasi ikan ini disebabkan oleh produktivitasnya yang memang rendah, sementara animo masyarakat untuk mengambilnya sangat tinggi. b.
Kurangnya Sarana dan Prasarana Wisata
Kurangnya sarana dan prasarana pendukung wisata di sekitar Danau Kerinci seperti tempat sampah, toilet, tempat istirahat, tempat ibadah dan pasokan air bersih menyebabkan masyarakat dan wisatawan yang datang masih melakukan kegiatan pencemaran lingkungan seperti membuang sampah sembarangan. Tersedianya sarana dan prasarana umum di kawasan wisata Danau Kerinci masih berjumlah minimal dengan kondisi yang tidak terawat. Hal ini, selain telah memberikan kesan yang tidak indah, kenyamanan akan tempat wisata lambat laun akan hilang serta kelestarian danau menjadi terancam. c.
Kurangnya Akses Jalan
Danau Kerinci terletak di jalur perbukitan Bukit Barisan, dengan Gunung Kerinci (tertinggi di Sumatera) adalah kawasan dengan curah hujan yang tinggi sering menyebabkan kondisi jalan rusak karena tanah longsor. Akses jalan lebih mudah dari Padang dibandingkan akses dari Kota Jambi. Dari Kota Padang dapat ditempuh selama ± 5 jam perjalanan darat, dan dari Kota Jambi ke Danau Kerinci memerlukan waktu selama 10 jam perjalanan darat. Topografi kawasan ini adalah bergunung dan berbukit dan menyebabkan akses jalan darat kurang lancar, karena jalan berkelokkelok mulai dari Bangko sampai ke Kerinci. Untuk meningkatkan akses jalan menuju Danau Kerinci, terutama dari ibukota Provinsi Jambi (Jambi), di samping dari ibukota Provinsi Sumatera Barat (Padang), akses jalan masih perlu dikembangkan.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 3
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
d.
Keberadaan Bangunan di Sempadan Danau
Di sempadan Danau Kerinci, banyak terdapat rumah penduduk, restoran serta pendukung kegiatan wisata, yang dapat mengganggu kelestarian dan keindahan Danau Kerinci. Kebanyakan bangunan di kawasan danau ini belum memiliki surat IMB; selain itu perkembangan bangunan belum diarahkan sesuai dengan rencana pengembangan danau. Tidak adanya peraturan yang tegas untuk membatasi pembangunan di sepanjang sempadan danau menyebabkan masyarakat leluasa mendirikan bangunan. Selain itu kesadaran masyarakat masih rendah dalam menjaga keindahan dan kelestarian ekosistem Danau Kerinci. 4.1.3 Peluang (opportunity) a. DTA Danau Kerinci Dapat Mensuplai Air Lebih Besar Kabupaten Kerinci memiliki banyak aliran sungai yang pada umumnya mengalir dari mata air di kawasan pergunungan dan perbukitan khususnya dari kawasan hutan TNKS. Aliran sungai tersebut mengalir ke sekeliling Danau Kerinci melalui kawasan pertanian dan perkebunan hingga bermuara di Danau Kerinci. Sungai yang menjadi inlet air Danau Kerinci antara lain Sungai Batang Merao, Sungai Buai, Sungai Jujun, Sungai Batang Sangkir, Sungai Batang Merangin, Sungai Betung Kuning dan sejumlah besar terbagi dalam anak-anak sungai kecil dan sedang. Selain aliran air sungai, yang menjadi sumber air Danau Kerinci yaitu sumber mata air yang jumlahnya relatif banyak yang bersumber dari dasar danau. Banyaknya sumber air yang menjadi inlet Danau Kerinci menjadikan danau tersebut tetap memiliki debit air yang relative tinggi meskipun pada saat musim kemarau. (BP-DAS Batanghari, 2004). b.
Dukungan Masyarakat
Masyarakat telah menyadari adanya kawasan wisata Danau Kerinci yang dapat memberikan manfaat bagi mereka. Terbukanya kesempatan untuk berusaha, terlibat dalam tim pengelola, berinteraksi dengan wisatawan dan berekreasi di kawasan wisata Danau Kerinci merupakan kegiatan yang banyak dilakukan oleh masyrakat sekitar danau. Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK) merupakan salah satu kegiatan yang dapat menjadi wadah keterlibatan masyarakat. Selain itu, masyarakat juga diwajibkan menjaga potensi sumberdaya alam yang dimiliki Danau Kerinci yaitu dengan tidak membuang limbah cair dan sampah padat hasil kegiatan rumah tangga, pertanian dan perikanan ke saluran air yang menuju danau. Adanya potensi dan manfaat Danau Kerinci mendorong masyarakat untuk dapat mengelola lingkungannya agar terjaga baik, baik kegiatan tersebut diatas maupun kegiatan PLTA Merangin yang saat ini masih dalam tahap pembangunan. Diharapkan keberadaan PLTA tersebut dapat mendukung upaya penyelamatan dan pelestarian ekosistem Danau Kerinci serta keberadaannya tidak merubah struktur ekosistem yang telah dimiliki oleh Danau Kerinci. Dukungan masyarakat ini harus diupayakan untuk dipertahankan, karena sangat dipengaruhi oleh manfaat sosial ekonomi yang dapat diperoleh masyarakat. IV - 4 Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
c.
Forum Kerjasama Yang Sudah Terbentuk (Forum DAS, TKPSDA, dan Dewan Air Provinsi Jambi)
Penetapan Perda No. 1 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan DAS oleh DPRD Provinsi Jambi telah menjadi perhatian berbagai pihak dalam implementasi penyelamatan sumberdaya air, termasuk air danau. Legitimasi upaya penyelamatan DAS berdampak positif untuk mendorong DTA Danau Kerinci dikelola secara baik dan lestari. Dalam mengontrol pelaksanaan Perda No. 1 Tahun 2013 ini, Gubernur telah membentuk Forum DAS Batanghari. Keseriusan pemerintah dalam menfasilitasi terjaganya sumberdaya air di Provinsi Jambi, telah ditunjukkan dengan dibentuknya Dewan Sumberdaya Air Provinsi. Kemudian juga telah dibentuk TKPSDA melakukan kegiatan aksi penyelamtan DAS Batanghari, diamana di sana terdapat Danau Kerinci. Maka dalam uapaya melibatkan peran serta masyarakat Kerinci khususnya untuk penyelamatan Danau Kerinci, juga telah dilakukan pertemuan antar stakeholder untuk menginisiasi terbentuknya Forum Penyelamatan Ekosistem Danau Kerinci. d.
Terdapat Banyak Objek Wisata Di Sekitar Danau Kerinci Yang Dapat Dipadukan Dengan Wisata Danau
Melihat potensi Danau Kerinci yang khas, yang dikelilingi daerah pergunungan dimana terdapat Kebun Teh Kayu Aro yang telah ada sejak zaman Belanda, pemandangan yang menarik, memiliki sumber air terjun dan mata air panas yang dapat digunakan untuk mandi, serta tersedia juga paket wisata konservasi yang telah dirancang oleh pihak TNKS. Semua pilihan-pilihan objek wisata tersebut telah menjadi agenda wisata Kabupaten Kerinci. Kabupaten Kerinci merupakan en-clave di TNKS, terletak di lembah Pergunungan/Bukit Barisan di jantung Pulau Sumatera dengan luas 420.000 hektar, dimana 215.000 hektar di antaranya merupakan kawasan konservasi TNKS. Di samping Danau Kerinci, memiliki udara yang sejuk dan panorama alam yang indah, Kabupaten Kerinci memiliki beragam obyek wisata yang alam yang menarik. Pemda Kabupaten Kerinci, Pemda Provinsi dan Dinas Pariwisata Provinsi Jambi serta Balai TNKS bertekat menjadikan Kerinci sebagai obyek dan sasaran utama pengembangan ekowisata (wisata alam) di Provinsi Jambi. e.
Adanya Promosi Wisata
Promosi wisata Danau Kerinci disampaikan melalui Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK) telah dilaksanakan setiap dua tahun dalam kurun waktu 10 tahun ini. Pemerintah Provinsi Jambi bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kerinci dan Dinas Pariwisata telah melakukan berbagai promosi mengenai Danau Kerinci melalui brosur, leaflet, dan pameran. Dengan adanya penyelenggaraan festival danau ini secara tidak langsung telah membantu penyediaan dan perbaikan sarana prasarana, aksesibilitas dan fasilitas wisata di Danau Kerinci, sehingga sektor pariwisata di Kabupaten Kerinci kian membaik.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 5
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
4.1.4 Ancaman (threat) a.
Pola Penggunaan dan Pengelolaan Lahan Di Hulu Yang Dapat Menyebabkan Erosi, Sedimentasi dan Pendangkalan Danau
Wilayah DTA Danau Kerinci merupakan wilayah-wilayah DAS yang terletak di dataran tinggi daerah volkan Gunung Kerinci. Wilayah ini memiliki curah hujan yang tinggi, jenis tanah yang peka terhadap erosi serta kemiringan lereng bukit yang tinggi tersebut menyebabkan proses erosi dan sedimentasi berlangsung cukup tinggi dan cepat. Hal tersebut menjadi salah satu masalah utama dalam pengembangan potensi Danau Kerinci sebagai sumber air. Bendungan yang terjadi secara alami dari cekungan yang melintang pada aliran sungai menjadi lokasi utama terjadinya akumulasi material dari proses erosi-sedimentasi yang menjadi penyebab terjadinya pendangkalan Danau Kerinci. Erosi yang terjadi pada kawasan DTA yang berlereng mengakibatkan penipisan lapisan tanah, menurunkan tingkat kesuburan tanah dan rusaknya kondisi tutupan lahan (land cover). Kerusakan jenis tanah Andosol, khususnya pada kawasan pertanian campuran menjadikan kawasan tersebut terdegradasi sehingga mengakibatkan terjadinya erosi-sedimentasi yang tinggi. Tingginya kondisi curah hujan di kawasan tersebut menjadi salah satu pendukung terjadinya erosi lahan DTA bahkan bencana tanah longsor. Kegiatan konservasi yang dilakukan saat ini masih sangat minimal dan tidak mampu untuk menahan terjadinya laju erosi khususnya pada wilayah yang memiliki jenis tanah andosol. Tindakan refresif atau in-stream normalisasi sungai Batang Merao di wilayah DTA danau telah dapat menurunkan kawasan banjir, namun akibatnya telah mempercepat laju sedimentasi aliran masuk ke Danau Kerinci, sehingga pendangkalan danau semakin cepat terjadi. Kegiatan antiipatif saat ini menjadi prioritas khususnya dalam menghitung laju sedimentasi dari 10 DAS yang masuk ke Danau Kerinci. b.
Pencemaran Air Akibat Pembuangan Limbah dari Hulu (limbah pertanian maupun domestik)
Pemanfaatan sumber daya alam Ekosistem Danau Kerinci oleh masyarakat diduga menjadi salah satu penyebab meningkatnya pencemaran dan masuknya limbah sampah domestik ke perairan danau. Tingginya jumlah masyarakat yang bermukim di kawasan hulu Danau Kerinci (kawasan sempadan sungai) hingga sempadan ekosistem Danau Kerinci menjadikan ekosistem danau menjadi tercemar. Kondisi kualitas air danau kerinci pada beberapa tahun terakhir mengalami penurunan akibat pencemaran tersebut. Penurunan kualitas air danau tersebut dikhawatirkan dapat menurunkan kelestarian sumberdaya yang hidup di dalamnya serta mengancam kegiatan wisata. Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 6
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
4.2 Analisis SWOT Analisis SWOT Danau Kerinci dilakukan untuk mengetahui atau mengukur kondisi sebuah objek sumberdaya Danau Kerinci secara sistematik berdasarkan faktor-faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) yang merupakan faktor internal serta peluang/kesempatan (Opportunity) dan ancaman (Threat) yang merupakan faktor eksternal yang dihadapi. Pendekatan strategi yang efektif akan dapat tercapai yaitu dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki dan kesempatan yang ada serta meminimalkan kelemahan yang dimiliki dan ancaman yang dihadapi. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap ekosistem Danau Kerinci, maka dapat disajikan faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman seperti pada Tabel 4.1. Berdasarkan hasil analisis SWOT dapat diketahui strategi yang diperlukan bagi upaya penyelamatan ekosistem Danau Kerinci. Strategi tersebut dituangkan dalam program aksi, yang berdasarkan urgensinya ditentukan Program Super Prioritas (Program Pokok) dan Program Prioritas (Program Penunjang). Sebelum ditentukan program aksi yang prioritas, untuk dapat mengetahui daftar panjang kegiatan aksi yang diperlukan, dilakukan pemetaan permasalahan dan program aksi dalam penyelamatan Danau Kerinci, sebagaimana tertuang pada Tabel 4.2.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 7
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
Tabel 4.1. Matrik Analisis SWOT Untuk Kawasan Danau Kerinci
Evaluasi Faktor Eksternal
Evaluasi Faktor Internal
Kekuatan (S) 1. Potensi ketersediaan air 2. Potensi keindahan alam 3. Potensi perikanan lokal
1. 2. 3. 4. 5. 1.
2. 3. 4.
1. 2. 3. 4.
Kelemahan (W) Penurunan populasi ikan lokal Kurangnya sarana prasaran wisata Kurangnya akses jalan Keberadaan bangunan di sempadan danau
Peluang (O) Suplai air yang besar dari DTA Dukungan masyarakat Forum Kerjasama Obyek wisata sekitr Agenda promosi wisata Strategi S-O Mendorong terjaganya kawasan konservasi TNKS untuk pasokan volume air danau yang lestari & khususnya agar suplai air terjaga dan cukup saat musim kemarau Mengadakan kerjasama promosi wisata yang tetap menjaga kealamian dan kelestariannya. Menawarkan investasi wisata Menginisiasi terbentuknya forum atau lembaga independen penyelamatan danau guna meningkatkan pengawalan dan mendampingi proses pelibatan pihak-pihak secara terintegrasi
Strategi W-O 1.
2.
3. 4.
Pemberdayaan masyarakat untuk kegiatan ekonomi alternatif yang tidak merusak ekosistem danau tetapi juga mendukung potensi wisata seperti industri kerajian, kuliner dan keterlibatan dalam paket-paket wisata. Penyediaan berbagai prasarana dan fasilitas wisata Danau Kerinci (termasuk akses jalan dan tempat penampungan sampah sementara) Mendorong kerjasama berbagai pihak untuk pengembangan wisata Danau Kerinci dan kawasan di sekitarnya Mengoptimalkan peran dan fungsi forum kerjasama yang ada dalam sinergi upaya penyelamatan danau
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
1. 2.
Ancaman (T) Pola penggunaan dan pengelolaan lahan di daerah tangkapan air Pencemaran air dari hulu dan sempadan
Strategi S-T 1. Mendorong tersusunnya peraturan penataaan ruang dan zonasi terutama untuk menata kawasan di DTA, kawasan sekitar danau dan sempadan danau, yang memperhatikan aspekaspek penyelamatan danau 2. Pendampingan untuk penerapan sistem pertanian konservasi dengan konsep adaptasi dan modifikasi pengelolaan lahan pada kemiringan tinggi 3. Mendorong sistem penanaman tanaman non monokultur dan bernilai ekonomi tinggi 4. Mendorong tersusunya konsep kabupaten konservasi untuk meningkatkan nilai ekonomi dan umur pakai Danau Kerinci di masa mendatang 5. Pengendalian sedimen yang menuju ke danau maupun yang di badan danau Strategi W-T 1. Peningkatan upaya pelestarian dan pengembangan ikan lokal termasuk pembangunan fish-way (tangga ikan) 2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian Danau Kerinci melalui kegiatan peningkatan kesadaran dan pemberdayaan masyarakat 3. Meningkatkan upaya pengendalian pencemaran baik dari hulu maupun sempadan danau. 4. Mendorong pembatasan jumlah dan zona KJA (keramba jaring apung) dan KJT (keramba jaring tancap) 5. Penataan dan penertiban penggunaan lahan sempadan danau 6. Pengembangan sistem informasi, pemantauan dan evaluasi
IV - 8
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
Tabel 4.2 Matrik Pemetaan Permasalahan dan Program Aksi dalam Penyelamatan Ekosistem Danau Kerinci Permasalahan
Peningkatan laju kerusakan DTA yang berpengaruh pada kestabilan lahan (erosi dan sedimentasi) serta suplai air
Penurunan kualitas air
Penurunan poulasi ikan lokal
Penurunan kelestarian dan keindahan sempadan danau
Sosial ekonomi: Tekanan penduduk terhadap lahan yang berakibat pada kerusakan ekosistem danau
Tujuan
Pelestarian fungsi DTA
Peningkatan kualitas air danau (agar kualitas air terjaga untuk pemenuhan fungsinya sebagai air baku air minum, sumber air PLTA, dan kegiatan lainnya)
Pelestarian ikan lokal
Peningkatan kelestarian dan keindahan sempadan danau
Penurunan tekanan penduduk terhadap lahan
Program
A. Penatagunaan dan pengelolaan lahan DTA
B. Penurunan beban pencemaran dari kegiatan pertanian, pertambangan, industri dan wisata
E. Pelestarian dan pengembangan ikan lokal
F. Penatagunaan lahan sempadan danau
G. Pengembangan kegiatan ekonomi alternatif: wisata
Komponen manajemen: 1.
Pengembanga n regulasi dan konsep pengelolaan
C. Penurunan beban pencemaran limbah domestik (limbah cair & padat)
D. Penurunan beban pencemaran dari perikanan budidaya
Kegiatan per program dan per komponen manajemen Penataan ruang Kawasan Danau Kerinci (termasuk di DTA dan kawasan konservasi TNKS) Penyusunan peraturan dan panduan teknis penyelamatan dan pemanfaatan danau termasuk untuk penerapan sistem insetif- disinsentif & imbal jasa Integrasi kearifan lokal dalam peraturan pengelolaan danau Pengembangan regulasi di tingkat kecamatan (untuk lebih meningkatkan peran pihak-pihak terkait sampai ke tingkat kecamatan) Pengendalian/ Pengembangan peraturan untuk Pengendalian KJT pembatasan jumlah kepentingan konservasi TNKS (keramba jaring tancap) dan zona KJA Pengembangan konsep kabupaten Peraturan penangkapan konservasi ikan (pembatasan alat dan metode tangkap) Penetapan zonasi danau (antara lain untuk area suaka/ perlindungan ikan lokal)
2.
Pengembanga n/ penerapan teknologi/tekni k tertentu
Pengembangan teknik budidaya pertanian/ perkebunan yang konservatif Rehabilitasi lahan kritis Diversifikasi tanaman (non monokultur) Pengembangan tanaman produktif & bernilai ekonomi tinggi yang sesuai kondisi tanah & iklim Intensifikasi pertanian/ perkebunan Pengerukan sedimen di dasar danau
Pengembangan pertanian organik: Penggunaan pupuk alami Penggunaan pestisida ramah lingkungan
Pengembangan teknologi pengolahan sampah
3.
Pengembanga n sarana dan prasarana
Pembangunan sediment trap Pembuatan bangunan pengarah aliran/ drainase Pembuatan bangunan pengendali banjir
Pembangunan IPAL komunal Pengembangan saluran irigasi yang terpisah dari drainase limbah
Pembangunan drainase Pembangunan sarana sanitasi Penyediaan
Pengendalian area sebaran eceng gondok (misal dengan pagar pembatas) Pengembangan pupuk organik dan media tanam dari sedimen limbah pakan ikan Pengembangan batubata dari sedimen
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Penangkaran ikan Pengembangan alat tangkap ramah lingkungan Penebaran benih ikan ke danau (re-stocking)
Pembangunan tempat penangkaran ikan Pembangunan fish-way (tangga ikan) pada dam PLTA
Penentuan daerah sempadan & pasang surut Re-disain sempadan danau Peraturan zonasi sempadan danau (termasuk tata bangunan) Pemasangan patok batas sempadan & penanaman tanaman keras sebagai batas alami sempadan Revitalisasi danau Pengerukan sedimen di tepi danau
Pembangunan jalan pembatas ruas danau Pembangunan drainase Pembangunan dermaga
IV - 9
Peningkatan akses jalan untuk wisata Peningkatan/penye diaan berbagai fasilitas wisata
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci Permasalahan
Peningkatan laju kerusakan DTA yang berpengaruh pada kestabilan lahan (erosi dan sedimentasi) serta suplai air
Penurunan kualitas air
Penurunan poulasi ikan lokal
Penurunan kelestarian dan keindahan sempadan danau
Sosial ekonomi: Tekanan penduduk terhadap lahan yang berakibat pada kerusakan ekosistem danau
Tujuan
Pelestarian fungsi DTA
Peningkatan kualitas air danau (agar kualitas air terjaga untuk pemenuhan fungsinya sebagai air baku air minum, sumber air PLTA, dan kegiatan lainnya)
Pelestarian ikan lokal
Peningkatan kelestarian dan keindahan sempadan danau
Penurunan tekanan penduduk terhadap lahan
Program
A. Penatagunaan dan pengelolaan lahan DTA
B. Penurunan beban pencemaran dari kegiatan pertanian, pertambangan, industri dan wisata
E. Pelestarian dan pengembangan ikan lokal
F. Penatagunaan lahan sempadan danau
G. Pengembangan kegiatan ekonomi alternatif: wisata
Komponen manajemen:
C. Penurunan beban pencemaran limbah domestik (limbah cair & padat)
D. Penurunan beban pencemaran dari perikanan budidaya
Kegiatan per program dan per komponen manajemen Penguatan tebing danau
TPS Pembangunan septic tank permukiman
4.
Pengawasan, pemantauan dan evaluasi
Evaluasi kesesuaian lahan Moitoring laju sedimentasi dari 10 DAS Pemantauan lahan kritis
5.
Pengembanga n basis data dan informasi
Profil DTA
Data kualitas air Hasil penghitungan dan penetapan DTBPA
6.
Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan kesadaran, pemahaman & keterampilan masyarakat, misal dengan pendidikan lingkungan Pemberdayaan masyarakat untuk turut menjaga kelestarian danau (DTA, sempadan maupun badan air) Pelatihan dan percontohan Pemberdayaan masyarakat untuk kegiatan ekonomi alternatif, misal: wisata dan industri rumah tangga Pelibatan masyarakat dalam Percontohan menjaga kelestarian kawasan pengelolaan sampah konservasi TNKS
7.
Pengembanga n kelembagaan
Pemantauan kualitas air Pemantauan status trofik air Pemantauan sumber pencemar Pengawasan ijin pembuangan limbah Pengawasan pembuangan limbah
Validasi alat tangkap Monitoring status flora dan fauna (keanekaragaman hayati) perairan danau
Pengawasan dan penertiban pemanfaatan ruang pada lahan sempadan maupun lahan pasang surut Pengawasan ijin dan penertiban bangunan (termasuk sarana prasarana wisata) Pengawasan pengurugan/ penimbunan tepi danau
Data alat tangkap Kajian produktivitas perikanan lokal
Agenda wisata Paket wisata Promosi wisata (misal melalui event festival)
Kerjasama berbagai pihak (termasuk pihak swasta) dalam penyediaan fasilitas wisata
Optimasi peran dan fungsi forum kerjasama ayang sudah ada Pengembangan forum baru yang independen untuk mengawal upaya penyelamatan danau
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 10
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
4.3 Program Pokok (Super Prioritas) dan Program Penunjang (Prioritas) Berdasarkan hasil analisis SWOT maupun pemetaan permasalahan dan program aksi yang diperlukan sebagaimana tertuang dalam matrik pada Tabel 4.1. dan 4.2, ditentukan program pokok (Program Super Prioritas) dan Program Penunjang (Program Prioritas) Penyelamatan Ekosistem Danau Kerinci, 4.3.1 Program Pokok (Super Prioritas) 1. Pengembangan dan Penerapan Pola Pertanian dan Perkebunan Yang Konservatif Untuk Mengurangi Laju Erosi dan Sedimentasi Pada DTA Danau Kerinci terdapat lahan kritis yang telah rusak akibat perambahan liar seluas 200.000 hektar yang memerlukan rehabilitasi baik melalui penghijauan berbasis masyarakat dengan skema imbal jasa lingkungan maupun penanaman pohon pada sempadan danau. Rehabilitasi lahan kritis melalui penghijauan berbasis masyarakat dengan skema imbal jasa lingkungan yaitu dengan didasarkan pada prinsip bahwa siapa yang mendapatkan manfaat dari jasa lingkungan yang dihasilkan oleh masyarakat melalui penghijauan lahan kritis harus membayar kepada masyarakat yang melaksanakan penghijauan tersebut. Sementara rehabilitasi lahan kritis melalui penanaman pohon pada sempadan danau dilakukan dengan menanam tanaman lokal yang beraneka jenis atau multi purpose trees species (MPTS) dengan tujuan agar kawasan sempadan danau selain berfungsi sebagai pengendali banjir dan erosi juga memiliki fungsi sebagai kawasan biodiversity yang pohonnya dapat menjadi rumah burung. Pembinaan sistem pertanian dan perkebunan konservasi dilakukan dalam rangka menekan tingginya laju erosi karena curah hujan dan sifat morfometri aliran sungai yang tidak mendukung upaya penyelamatan Danau Kerinci.
2. Pengembangan Paket Wisata Terpadu Pengembangan paket wisata danau perlu dilakukan melalui pengembangan agenda dan sarana promosi, pengembangan paket wisata dan pengembangan. fasilitas dan prasarana wisata, termasuk akses jalan dan berbagai fasilitas lainnya. Paket wisata danau yang dikembangkan berupa paket wisata terpadu, yaitu paket wisata yang mencakup pula obyek-obyek wsata lain di sekitar Danau Kerinci, yang masih termasuk dalam DTA Danau Kerinci, yaitu Danau Air Hangat, Air Terjun, Kebun Teh Kayu Aro, Danau Gunung Tujuh, Gunung Kerinci, Taman Nasional Kerinci Seblat, dll. Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 11
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
3. Pengembangan Kelembagaan Hingga saat ini institusi khusus yang mengelola Danau Kerinci belum ada sehingga menjadikan Danau Kerinci sebagai suatu ruang terbuka yang tidak ada pemiliknya dan semua pihak dapat mengeksploitasi Danau Kerinci untuk pencapaian target kegiatan masing-masing. Sektor pariwisata memanfaatkan Danau Kerinci dengan menjual keindahannya untuk mendapatkan pemasukan dalam bentuk PAD. Sektor perikanan menjadikan perairan Danau Kerinci sebagai wilayah perairan umum yang akan dipenuhi dengan kerambakeramba ikan dalam upaya mencapai swasembada ikan. PDAM menggunakan air Danau Kerinci sebagai pasokan air baku untuk air minum. Sementara sektor lingkungan hidup baru sebatas memantau kualitas air Danau Kerinci setiap enam bulan sekali. Pada tingkat pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota juga belum ada tim khusus yang dibentuk untuk menangani dan mengelola Danau Kerinci, kalaupun ada di bentuk Dewan Sumber Daya Air Daerah ruang lingkup kerjanya masih tergolong umum. Dalam kondisi seperti ini, kebijakan yang dihasilkan dalam upaya penyelamatan Danau Kerinci masih tergolong sedikit serta bersifat parsial. Untuk itu sebagai langkah awal perlu dibentuk suatu kelembagaan yang diberi wewenang untuk mengelola Danau Kerinci. Dengan adanya lembaga ini maka semua informasi dan kegiatan yang dilakukan untuk Danau Kerinci dapat dihimpun menjadi satu sehingga mudah untuk dikoordinasikan dan ditindaklanjuti. Apabila kelembagaan ini sudah terbentuk, maka perlu disusun aturan teknis mengenai pemanfaatan Danau Kerinci baik yang menyangkut insentif maupun disinsentif. Pada masa mendatang dapat disusun skema imbal jasa bagi pemanfaatan air danau sehingga memberikan pemasukan bagi daerah yang pada akhirnya akan digunakan kembali untuk pengelolaan Danau Kerinci.
4. Pengembangan Regulasi Hingga Bulan Desember 2012, Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah Kabupaten Kerinci belum menerbitkan peraturan daerah tentang penyelamatan danau, antara lain peraturan penataan ruang kawasan Danau Kerinci, padahal peraturan daerah ini sangat diperlukan agar pemeliharaan lingkungan dan pemanfaatan kawasan Danau Kerinci dapat dilaksanakan secara optimal, serasi, seimbang dan lestari oleh berbagai instansi pemerintah dan mayarakat secara terpadu. Beberapa ketentuan yang perlu dicantumkan dalam perda ini meliputi amanat penataan kawasan dalam rencana umum tata ruang dan rencana pembangunan, dan ketentuan dalam penataan lingkungan Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 12
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
yang terdiri dari pengaturan pada kegiatan masyarakat yang dapat mengganggu kelestarian danau serta ketentuan dalam penataan bangunan, termasuk pengaturan jenis-jenis kegiatan yang diperkenankan, baik di DTA, sempadan danau maupun badan air, baik berupa kegiatan wisata, kehutanan, pertanian, perkebunan, permukiman, perikanan dll. Sebagai objek wisata, keberadaan Danau Kerinci telah memberikan pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian wilayah sekitarnya dan hal ini telah memberikan tekanan pada lingkungan yang dibuktikan dengan penurunan kualitas air danau. Jumlah penduduk di sekitar kawasan danau semakin meningkat diiringi pertumbuhan permukiman baru dan jasa lainnya yang memberikan dampak negatif berupa masuknya limbah padat dan cair ke perarian Danau kerinci. Pada kawasan hulu sungai-sungai yang airnya mengalir ke Danau Kerinci juga terdapat masalah penebangan liar yang menyebabkan hutan menjadi gundul serta alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian serta pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa dari luas 98.535 hektar daratan daerah tangkapan air (DTA) Danau Kerinci seluas 27.000 hektar (29%) telah berubah menjadi lading dan kebun. Guna mewujudkan arah pengelolaan kawasan Danau Kerinci yang optimal maka perlu disusun Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Kerinci yang akan menjadi pedoman bagi para pemangku kepentingan kawasan Danau Kerinci dalam rangka pengelolaan secara terpadu. Rencana tata ruang ini juga mencakup pengalokasian ruang bagi kegiatan wisata di sempadan danau, yang memnuhi kaidah konservasi, yaitu tetap menjaga kelestarian fungsi ekologis sempadan danau. Dengan adanya Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Kerinci diharapkan tercipta pengelolaan Danau Kerinci yang berkelanjutan yang dapat memberi banyak manfaat bagi masyarakat yang meliputi: Air di ekosistem kawasan Danau Kerinci layak di pergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Danau Kerinci memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk berinteraksi dengan ekosistem danau baik sebagai objek wisata maupun kegiatan lainnya. Lahan di daerah tangkapan air mempunyai fungsi ekosistem yang optimal. Ikan dan hasil pertanian dari ekosistem kawasan danau dipastikan tidak terkontaminasi dan layak untuk dikomsumsi. Air Danau Kerinci berpotensi besar digunakan sebagai sumber tenaga listrik (saat ini PLTA sedang pada tahap konstruksi). IV - 13 Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
Ekosistem flora dan fauna dalam keadaan sehat dan terpelihara keanekaragaman hayatinya. Udara di ekosiostem kawasan danau dapat mendukung kehidupan ekosistem yang sehat. Sempadan Danau Kerinci sudah mengalami alih fungsi lahan yang cukup luas sehingga perlu upaya pemulihan dan penertiban. Alih fungsi lahan yang terus meningkat menjadikan perubahan yang signifikan terhadap kondisi sempadan danau. Perubahan yang pada umumnya terjadi yaitu alih fungsi lahan menjadi persawahan dan pemukiman. Langkah awal yang perlu dilaksanakan yaitu penentuan daerah sempadan dan daerah air surut (draw drow) sebagai zona perlindungan danau dalam tata ruang ekosistem danau, yang kemudian dilanjutkan dengan pemasangan patok batas sempadan danau. Upaya berikutnya adalah penanaman tanaman keras di daerah sempadan danau sebagai batas alami perlindungan danau (penanaman tumbuhan pelindung), penguatan tebing batas tepi danau, pembangunan jalan pembatas ruas danau, pembangunan sarana drainase, dan pembangunan dermaga beserta fasilitas pembuangan limbah yang memadai. Terlaksananya seluruh kegiatan dalam rangka penyelamatan Danau Kerinci tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, salah satunya upaya persuasif yang perlu dilakukan dalam menegakkan aturan dengan disusunnya aturan dan larangan dalam rangka penertiban terhadap tindakan eksploitasi terhadap lahan sempadan dan daerah air surut. Disamping itu, penertiban sarana dan prasarana pariwisata yang melanggar tatakelola lingkungan, tidak memiliki sertifikat tanah dan izin mendirikan bangunan di sempadan danau, serta pelarangan pengurugan/penimbunan di tepian danau dilakukan penindakan yang tegas demi terselenggaranya upaya penyelamatan ekosistem danau di Danau Kerinci.
4.3.2 Program Prioritas (Penunjang) 1. Pengendalian Sedimentasi di Sekitar Inlet dan di Badan Danau Upaya yang harus dilakukan yaitu melalui pengerukan dasar danau dengan tetap memperhatikan kondisi kealamiahan ekosistem danau. Proses pengerukan harus bertahap dan hati-hati jangan sampai terjadi gerakan kenaikan air dari lapisan dasar danau ke lapisan permukaan danau. Bila hal ini terjadi maka zat-zat yang bersifat toksik yang mengendap di dasar danau akan naik ke permukaan dan menyebabkan pembalikkan air danau yang dapat berakibat pada kematian ikan. Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 14
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pengendalian sedimen di perairan Danau Kerinci yaitu dengan memanfaatkan sedimen untuk hal yang produktif seperti pembuatan pupuk organik. Upaya ini dilakukan dengan cara pengerukan terhadap sedimen yang berbentuk tanah mineral (bukan tanah gambut) untuk selanjutnya di olah untuk menjadi pupuk organik, media tanam maupun batu bata. Dengan adanya upaya ini diharapkan dapat diambil sedimen banyak 50 ton per tahun sehingga kedalaman danau akan bertambah 50 cm setiap tahun. Danau Kerinci mengalami sedimentasi dengan ketebalan yang berbeda-beda pada beberapa lokasi. Pada sebagian besar dasar danau ketebalan sedimentasi mencapai 10-50 cm, pada bagian tengah danau ketebalan sedimentasi mencapai 60-70 cm, dan pada lokasi Keramba Jaring Apung (KJA) dan Keramba Jaring Tancap (KJT) ketebalan sedimentasi mencapai 110-150 cm. Tingginya ketebalan sedimentasi yang terdapat di sekitar lokasi budidaya perikanan ini disebabkan oleh adanya pengendapan dari pakan ikan yang tidak termakan sehingga mengendap di dasar danau.
2. Pengendalian Pencemaran Air Permasalahan sempadan Danau Kerinci tidak hanya terbatas pada alih fungsi lahan, tetapi juga menyangkut limbah rumah tangga yang dibuang ke sempadan dan badan air danau tersebut. Limbah ini perlu segera ditangani agar tidak mencemari wilayah danau yang lebih luas. Upaya yang dapat ditempuh antara lain melalui pembangunan sarana drainase dan sanitasi untuk kegiatan di sempadan danau, pengolahan limbah tinja penduduk, pembuatan saluran/peredam limbah penduduk rumah tangga (IPLT), pembangunan septic tank pemukiman, penertiban dan pengawasan izin pembuangan air limbah, dan perbaikan fasilitas teknologi pengolahan sampah. Dengan beberapa upaya ini diharapkan limbah rumah tangga tersebut dapat dikendalikan dan tidak mencemari perairan Danau Kerinci sehingga bahaya timbulnya penyakit pencernaan seperti diare, sakit perut dan disentri yang disebabkan oleh bakteri Eschericha coli yang berkembang biak pada tinja manusia dapat dihindari. Dalam upaya menciptakan kualitas air Danau Kerinci yang bersih dan sehat serta bebas dari pencemaran, maka pada daerah tangkapan air atau daerah aliran sungai perlu dilakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran. Upayaupaya yang mendesak untuk segera dilaksanakan adalah penentuan daya tampung beban pencemaran air (DTBPA) pada ekosistem DAS, pembuatan saluran penyaring/peredam limbah rumah tangga (IPLT), pembuatan septic tank di pemukiman, pembangunan IPAL komunal (terintegrasi dengan Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 15
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
pembangunan drainase di sub-sub DAS), penertiban dan pengawasan izin pembuangan air limbah, pelarangan kegiatan pertambangan (Galian C), perbaikan fasilitas teknologi pengolahan sampah, dan penyediaan tempat pembuangan sampah dan sarana pengolahan sampah. Dengan adanya berbagai upaya ini maka diharapkan kualitas perairan Danau Kerinci dapat dikembalikan kepada kondisi semula yaitu dengan status mutu air kelas 1 yang dapat dipergunakan sebagai sumber air baku untuk air minum. Sebagian daerah tangkapan air Danau Kerinci adalah areal persawahan yang menjadi lumbung beras bagi Kabupaten Kerinci. Penggunaan pestisida berkelanjutan telah menyebabkan meningkatnya kandungan phosphate dan nitrit pada perairan danau dan menjadi salah satu penyebab kondisi eutrofik pada perairan Danau Kerinci. Untuk mempertahankan fungsi Danau Kerinci sebagai air baku air minum PDAM, maka sangat perlu dikembangkan pertanian yang ramah lingkungan dengan sasaran peningkatan produksi pertanian yang tidak diiringi dengan peningkatan konsentrasi bahan pencemar yang masuk ke danau. Upaya-upaya yang perlu dilakukan agar pengembangan pertanian ramah lingkungan ini dapat berjalan dengan baik adalah melalui pengembangan pertanian organik, penyuluhan penggunaan pupuk organik, pengembangan SRI (System Rice Intensification), pengaturan pola tanam, pengembangan UPPO (unit pengolahan pupuk organik), pengembangan RPPO (rumah pengolahan pupuk organik), fasilitasi dan pengawasan penggunaan pupuk organik, dan pengembangan drainase irigasi yang terpisah dengan drainase limbah.
3. Pelestarian dan Pengembangan Ikan Lokal Danau Kerinci kaya akan berbagai jenis ikan lokal antara lain Nila, Basu, Barau, Tilan, Koan, Seluang, Mujair, Medik, Udang, Gabus, Sepat, Lele, Gurame dan Semah. Selain itu juga terdapat Eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang pada beberapa tahun yang lalu pernah tumbuh marak di Danau Kerinci, namun telah berhasil dikendalikan secara biologi dengan penebaran Ikan Koan atau grass carp (Ctenopharyngodan idella) pada tahun 1997. Dewasa ini populasi ikan lokal di Danau Kerinci semakin menurun akibat penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat setempat melebihi kemampuan ikan untuk bereproduksi. Upaya pemulihan sudah dilakukan melalui penebaran benih ikan, namun tetap tidak menjamin ikan-ikan tersebut dapat berkembang sampai bereproduksi sebelum ditangkap oleh masyarakat. Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 16
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk menjamin keberlanjutan populasi ikan di Danau Kerinci antara lain penetapan kawasan perlindungan Ikan Semah. Ikan Semah merupakan ikan endemik Danau Kerinci yang hidup di sungai-sungai di pegunungan, yang berbatu dan beraliran deras dengan panjang mencapai satu meter lebih. Ikan Semah adalah jenis ikan pemakan segala (omnivora) dengan makanan utamanya berupa buah-buahan, moluska dan serangga. Ikan Semah memijah dengan cara meletakkan telur di bebatuan yang jumlahnya dapat mencapai 63.360 butir. Kawasan perlindungan Ikan Semah yang ada di Kabupaten Kerinci baru satu lokasi yaitu yang terdapat di kawasan lubuk larangan di Desa Pulau Sangkar Kecamatan Batang Merangin. Kawasan ini harus dilindungi secara hukum melalui penetapan statusnya dengan Keputusan Bupati Kerinci. Selain itu perlu pula dilakukan penyusunan aturan penangkapan ikan melalui Keputusan Bupati Kerinci agar ada batas maksimal baik jumlah maupun ukuran ikan yang boleh ditangkap oleh masyarakat sehingga ketersediaan ikan dapat berlangsung secara terus menerus. Hal lain yang perlu dilakukan yaitu monitoring status flora dan fauna yang terdapat di Danau Kerinci secara berkala sehingga akan diperoleh gambaran tentang status flora dan fauna tersebut apakah masih berlimpah atau sudah tergolong ke dalam status terancam atau status langka. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang Danau Kerinci dinilai perlu untuk melakukan penelitian tentang peningkatan produktivitas ikan danau akibat introduksi Ikan Koan dalam rangka mengatasi eceng gondok, sehingga diperoleh informasi yang tepat mengenai baik buruknya pemanfaatan Ikan Koan ini. Selain itu, terkait dengan pembangunan PLTA Merangin yang masih dalam tahap konstruksi fasilitas turbin, terowongan air dan pembuatan DAM penampung air sebelum dialirkan ke dalam terowongan pemutar turbin, perlu diperhatikan bahwa pembangunan DAM dapat menghambat migrasi ikan dari dan ke Danau Kerinci, terutama untuk Ikan Semah. Oleh karena itu diperlukan pembuatan tangga ikan atau fish-way. Fish way tersebut berguna sebagai pijakan Ikan Semah ketika akan menaiki outlet danau dan melakukan pemijahan di Danau Kerinci.
Setelah ditentukan Program Super Prioritas (Program Pokok) maupun Program Prioritas (Program Penunjang) sebagaimana diuraikan di atas, disusun rencana aksi kegiatan berdasarkan skala prioritas, untuk diimplementasikan dalam periode waktu 5 (lima) tahun, yaitu dari tahun 2014 hingga 2018. Agar implementasi aksi kegiatan tersebut lebih terukur dan dapat diverifikasi, dicatat baseline atau status kegiatan berdasarkan kondisi terkini, serta ditentukan targettarget tahunan yang akan dicapai. Rencana aksi kegiatan penyelamatan Danau Kerinci berdasarkan skala prioritas tersebut dituangkan pada Tabel 4.3.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 17
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
Tabel 4.3. Rencana Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci Berdasarkan Skala Prioritas (2014-2018) No
1
Program
Penerapan teknik pertanian/ perkebunan konservasi
Pertimbangan/ permasalahan
Penurunan kondisi daerah tangkapan air (DTA), yang terkait dengan alih fungsi dan pola pengelolaan lahan yang tidak memperhatikan kaidah konservasi
Kegiatan
3
Pengembangan paket wisata danau
Pengembangan kelembagaan
Potensi alam Danau Kerinci untuk pariwisata
Urgensi adanya forum untuk pengawalan
Indikator output
Baseline
Target capaian
Pelaksana
2014
2015
2016
2017
2018
1. Diversifikasi & intensifikasi pertanian
1. Terlaksananya diversifikasi dan intensifikasi pertanian
Luas (hektar)
26.745
26.738
26.751
26.764
26.777
26.790
2. Pengembangan tanaman produktif bernilai ekonomi tinggi yang sesuai kondisi tanah & iklim
2. Terlaksananya penanaman tanaman produktif bernilai ekonomi tinggi yang sesuai kondisi tanah & iklim 3. Terlaksananya penyuluhan pertanian
Luas (hektar)
49.233
49.504
52.276
55.203
58.295
61.559
Jumlah peserta (orang)
40
60
80
100
120
140
4. Promosi wisata
4. Terlaksananya promosi wisata
Jumlah paket promosi
1 Paket (FMPDK)
2
3
4
5
6
5. Penyiapan agenda dan paket wisata
5. Tersedianya agenda dan paket wisata
Jumlah paket wisata
1 Paket (FMPDK)
2
3
4
5
6
6. Pengembangan fasilitas wisata (termasuk TPS)
6. Tersedianya fasilitas wisata yang memenuhi kebutuhan
Jumlah fasilitas
2 (lokasi dan jalan)
3
4
5
6
7
7. Pembentukan forum independen penyelamatan
7. Terbentuknya forum independen penyelamatan
Tahapan pembentukan
Belum ada
Persiap an
Pemben tukan Tim
Penguk uhan
Implementasi
3. Penggunaan pupuk alami
2
Output
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Rapat Umum
IV - 18
Kementerian Pertanian, BAPPEDA Provinsi Jambi, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci, Kementerian Kehutanan, BAPPEDA Provinsi Jambi, Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci,
Kementerian Pertanian, BAPPEDA Provinsi Jambi, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, BAPPEDA Provinsi Jambi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, BAPPEDA Provinsi Jambi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, BAPPEDA Provinsi Jambi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci, Kementerian Lingkungan Hidup, BAPPEDA Provinsi Jambi, BLHD
Sifat Program Aksi Super Prioritas
Super Prioritas
Super Prioritas
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
No
Program
Pertimbangan/ permasalahan
Kegiatan
Output
Indikator output
Baseline
Target capaian
2014
4
5
6
Pengembangan regulasi
Pengendalian sedimentasi di sekitar inlet dan badan danau
Pengendalian pencemaran
kepentingan penyelamatan Danau Kerinci Belum adanya dasar peraturan penyelamatan danau yang menjadi acuan para pemangku kepentingan
Laju erosi dan sedimentasi yang tingg, yang menyebabkan pendangkalan danau
Penurunan kuaitas air danau
danau
danau
2015
2016
2017
Pelaksana
2018
Formatu r
Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci,
8. Penyusunan Perda atau SK Bupati tentang Penyelamatan Kawasan Danau Kerinci 9. Penyusunan peraturan penyelamatan danau yang lebih detil di tingkat kecamatan 10. Pembuatan sediment trap
8. Tersusun dan disahkannya Perda atau SK Bupati tentang Penyelamatan Kawasan Danau 9. Tersusunnya peraturan penyelamatan danau di tingkat kecamatan
Tahapan penyusunan
Belum ada
Penyiap an Ranper da
Persetuj uan DPRD
Pengesa han dan pengund angan
Impleme ntasi
Implementasi
Kementerian Lingkungan Hidup, BAPPEDA Provinsi Jambi, BLHD Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci,
Tahapan penyusunan
Belum ada
Penyiap an Ranper da
Persetuj uan DPRD
Pengesa han dan pengund angan
Impleme ntasi
Implementasi
Kementerian Lingkungan Hidup, BAPPEDA Provinsi Jambi, BLHD Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci,
10. Terbangunnya sediment trap
Tahapan pembangunan
Belum ada
Sedime nt trap 1
Sedime nt trap 2
Sedimen t trap 3
Sedime nt trap 4
Sediment trap 5
11. Penanganan tebing danau
11.
Terlaksananya penanganan tebing danau
Tahapan penanganan
Belum ada
Penceg ah longsor 1
Penceg ah longsor 2
Pencega h longsor 3
Penceg ah longsor 4
Pencegah longsor 5
12.
Monitoring dan pendataan sedimentasi dari 10 DAS
12.
Tersedianya basis data sedimentasi
Tahapan pengembanga n basisi data
Belum ada
Perenc anaan
Desain basis data
Memilih DBMS dan Desain Aplikasi
Pembuatan Prototype dan implementasi
13.
Penyusunan model pendugaan laju sedimen
13.
Tersusunnya model pendugaan laju sedimen
Tahapan penyusunan model
Belum ada
Perenc anaan
Pengum pulan dan analisis kebutuh an Pemban gunan
Kementerian PU, BAPPEDA Provinsi Jambi, Dinas PU Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci, Kementerian PU, BAPPEDA Provinsi Jambi, Dinas PU Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci, Kementerian Lingkungan Hidup, BAPPEDA Provinsi Jambi, BLHD Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci,
Operasi onal
Operasi onal
Operasional
14.
Pembangunan IPAL komunal
14.
Terlaksananya pembangunan IPAL komunal
Tahapan pembangunan IPAL
Belum ada
Perenc anaan
Pemban gunan
Operasi onal
Operasi onal
Operasional
15.
Pembatasan jumlah dan zona KJA
15.
Tersusunnya peraturan pembatasan jumlah dan zona KJA
Tahapan penyusunan
Belum ada
Penyiap an
Pembah asan
Pengesa han dan pengund angan
Impleme ntasi
Implementasi
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Sifat Program Aksi
IV - 19
Kementerian Lingkungan Hidup, BAPPEDA Provinsi Jambi, BLHD Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci, Kementerian PU, BAPPEDA Provinsi Jambi, Dinas PU Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kelautan dan Perikanan, BAPPEDA Provinsi Jambi, BLHD Provinsi Jambi, Dinas kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci,
Super Prioritas
Prioritas
Prioritas
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci No
7
Program
Pelestarian dan pengembangan ikan lokal
Pertimbangan/ permasalahan
Penurunan populasi ikan lokal
Kegiatan
Output
Indikator output
Baseline
Target capaian
Pelaksana
2014
2015
2016
2017
2018
16.
Pendidikan danpelatihan pengelolaan lingkungan
16.
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan pengelolaan lingkungan
Jumlah peserta
Belum ada
40
60
80
100
120
Kementerian Lingkungan Hidup, BAPPEDA Provinsi Jambi, BLHD Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci,
17.
Pelaksanaan percontohan pengelolaan sampah
17.
Terlaksananya percontohan pengelolaan sampah
Jumlah paket percontohan
Belum ada
1
2
3
4
5
18.
Penyusunan peraturan penangkapan ikan
18.
Tahapan penyusunan
Belum ada
Penyiap an
Pembah asan
Pengesa han dan pengund angan
Impleme ntasi
Implementasi
19.
Pengawasan penangkapan ikan dan validasi alat tangkap
19.
Tersusunnya peraturan penangkapan ikan mencakup pengaturan alat & metode tangkap, zona suaka perikanan, dll. Terlaksananya pengawasan penangkapan ikan
Jumlah kelompok nelayan yang dipantau
Belum ada
2
4
6
8
10
20.
Pembangunan tempat penangkaran ikan
20.
Tersedianya tempat penangkaran ikan
Tahapan pembangunan
1 (Sudah operasional)
1
1
1
1
1
21.
Penyebaran benih ikan lokal (restocking)
21.
Terlaksannya re-stocking
Jumlah benih yang disebar
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
100.000
22.
Pembatasan area eceng gondok
22.
Terpasangnya pagar pembatas area eceng gondok
Belum ada
80 m
160 m
240 m
320 m
400 m
Kementerian Lingkungan Hidup, BAPPEDA Provinsi Jambi, BLHD Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kelautan dan Perikanan, BAPPEDA Provinsi Jambi, BLHD Provinsi Jambi, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci, Kementerian Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, BAPPEDA Provinsi Jambi, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci, Kementerian Kelautan dan Perikanan, BAPPEDA Provinsi Jambi, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci, Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Kerinci, Kementerian Kelautan dan Perikanan, BAPPEDA Provinsi Jambi, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci, Kementerian Lingkungan Hidup, BAPPEDA Provinsi Jambi, BLHD Provinsi Jambi, BAPPEDA Kab. Kerinci,
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 20
Sifat Program Aksi
Prioritas
Penutup
BAB V PENUTUP
Menindaklanjuti Kesepakatan Bali Tahun 2009 tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan yang telah menyepakati 15 danau (Danau Toba, Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Kerinci, Rawa Danau, Danau Rawapening, Danau Sentarum, Danau Tondano, Danau Tempe, Danau Poso, Danau Mahakam (Semayang, Melintang, Jempang), Danau Matano, Danau Limboto, Danau Batur, Danau Sentani) menjadi danau prioritas, maka pada tahun 2011 telah dicanangkan Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) sebagai wujud upaya percepatan impelementasi Kesepakatan Bali. Untuk itu maka sebagai model, Germadan Rawapening yang telah diluncurkan pada KNDI II (Konferensi Nasional Danau Indonesia Kedua) di Semarang harus dapat direplikasikan ke-14 danau prioritas lainnya, salah satunya adalah Danau Kerinci. Dokumen Gerakan Penyelamatan Danau Kerinci yang telah tersusun ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pihak, baik pemerintah, dunia usaha, masyarakat, maupun perguruan tinggi dan LSM dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan penyelamatan Danau Kerinci. Guna mendukung keberhasilan penyelamatan Danau Kerinci sangat diperlukan kerjasama yang kuat antar para pihak dalam melaksanakan komitmen penyelamatan Danau Kerinci. Untuk itu, maka Gubernur Jambi dan Bupati Kerinci dapat meminta Bappeda serta unit SKPD terkait di daerah untuk menggunakan dokumen Germadan Kerinci ini menjadi dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program dan kegiatan penyelamatan Danau Kerinci. Program penyelamatan Danau Kerinci dapat dilaksanakan dengan mengoptimalkan peran dan fungsi masing-masing institusi terkait. Untuk menilai keberhasilan program dan kegiatan penyelamatan Danau Kerinci di tingkat daerah, maka perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi. Unit pemantauan dan evaluasi penyelamatan Danau Kerinci dapat merupakan lembaga Ad-Hoc yang dibentuk oleh Gubernur dan memiliki kekuatan hukum.
Lembaga tersebut dapat
dibentuk dengan penguatan kelembagaan yang telah ada tanpa membentuk lembaga baru. Sinergisitas program dan kegiatan antar sektor dan SKPD terkait di daerah sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan penyelamatan Danau Kerinci. Untuk Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
V-1
Penutup
itu, maka komunikasi dan koordinasi dalam mengawal pelaksanaan penyelamatan danau hingga mencapai sasaran dan target capaian yang diinginkan menjadi prasyarat utama dan kunci keberhasilan program penyelamatan Danau Kerinci.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
V-2
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
BAPPEDA Kabupaten kerinci, 2013. Kabupaten kerinci Dalam Angka 2012. BAPPEDA Provinsi Jambi, 2013. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi. Balai Pengelolaan DAS Batanghari Provinsi Jambi, 2013. Lahan Kritis Di Provinsi Jambi. Balai Pengelolaan DAS Batanghari, Kementerian Kehutanan, 2004. Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan Konservasi Tanah (RTL-RLKT) DAS Batang Merao, Kabupaten Kerinci. BLHD Provinsi Jambi, 2013. Laporan Hasil Pengkajian Daya Dukung dan Daya Tampung Danau Kerinci, Provinsi Jambi. BLHD Provinsi Jambi. 2012. Kajian Penyelamatan Danau Kerinci di Provinsi Jambi. BWS
Sumatera VI, Kementerian Pekerjaan Umum, Danau/Waduk/Situ/Embung Yang Terdapat di Provinsi Jambi.
2013.
Daftar
BWS Sumatera VI, Kementerian Pekerjaan Umum, 2007. Survey, Inventarisasi, Identifikasi dan Reconaissance Danau-danau di Wilayah Sungai Batanghari. Pemda Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, 2011. Paparan Kisah Sukses Penanganan Eceng Gondok di Kabupaten Kerinci.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
V-3