GERAKAN PENYELAMATAN DANAU SENTANI (GERMADAN SENTANI)
Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Sentani
© Kementerian Lingkungan Hidup, 2014 Bagian atau seluruh isi buku ini dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya disertai ucapan terimakasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Cara mengutip : Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2014. Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Sentani. Pengarah : Arief Yuwono Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, KLH Penanggung Jawab : Hermono Sigit Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat, KLH Tim Penyusun : Prihananto Setiaji, Margaretha Sermumes, Harmin Manurung, Titi Novitha Harahap, Inge Retnowati, Siti Rachmiati Nasution, Wahyu Cahyadi Rustadi. Didukung oleh : Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bappeda Provinsi Papua, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Papua, Bappeda Kabupaten Jayapura, Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Papua, Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura serta Universitas Cenderawasih Papua. Diterbitkan oleh : Kementerian Lingkungan Hidup.
SAMBUTAN DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN IKLIM Konferensi Nasional Danau Indonesia I yang diselengarakan pada tahun 2009, telah menghasilkan Kesepakatan Bali yang ditandatangani oleh 9 Menteri yakni Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Pertanian, Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Menteri Riset dan Teknologi untuk mempertahankan, melestarikan dan memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan, pada 15 Danau Prioritas Nasional. Untuk mempercepat implementasi Kesepakatan Bali Tahun 2009, maka pada Konferensi Nasional Danau Indonesia II di Semarang, Kementerian Lingkungan Hidup telah meluncurkan Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) dan mengangkat Penyelamatan Danau Rawapening sebagai model. Diharapkan Model Penyelamatan Danau Rawapening dapat direplikasikan kepada 14 danau prioritas lainnya. Sebagai wujud replikasi model penyelamatan Danau Rawapening, hingga saat ini telah tersusun dokumen GERMADAN Toba, Maninjau, Singkarak, Kerinci, Tondano, Limboto, Poso, Tempe, Matano, Kaskade Mahakam (Semayang, Melintang, Jempang), Sentarum, Sentani, Rawa Danau dan Batur. Dokumen GERMADAN ini lahir berdasarkan arahan dan kebijakan yang telah digariskan dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia serta hasil kajian, penelitian serta data dan informasi terbaru mengenai danau prioritas tersebut dari berbagai sumber terkait. GERMADAN ini berisi Rencana Aksi penyelamatan Danau Sentani yang menjelaskan program super prioritas dan prioritas penyelamatan Danau Sentani yang akan dilaksanakan secara bertahap oleh Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan Masyarakat sesuai tugas, fungsi dan kewenangannya. Germadan Sentani
iii
Akhir kata saya menyampaikan penghargaan yang setinggitingginya dan ucapan terima kasih kepada Tim Penyusun dan para narasumber, baik yang berasal dari pemerintah pusat, daerah, akademisi, dunia usaha maupun masyarakat, sehingga dokumen Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) ini dapat tersusun. Diharapkan dokumen GERMADAN ini dapat menjadi bahan arahan dan acuan bersama bagi para pihak untuk secara sinergis dan terpadu merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan penyelamatan Danau Sentani. Jakarta, November 2014 Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim
Ir. Arief Yuwono, MA
iv
Germadan Sentani
ABSTRAK Danau Sentani merupakan satu dari 15 danau di Indonesia yang ditetapkan sebagai danau prioritas nasional berdasarkan Konferensi Nasional Danau Indonesia II (2011), berada dibagian utara pulau Papua yang melampar diantara Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura, Provinsi Papua. Danau ini memiliki luas 9.360 hektar dan berada pada ketinggian sekitar 85 meter dari permukaan laut, serta kedalaman sekitar 75 m (LPPM ITB, 2004). Danau Sentani terbentuk sebagai hasil longsoran atau bencana alam (Pedoman Pengelolaan Ekosistem Danau, 2008 dalam Grand Design Penyelematan Ekosistem Danau Indonesia, 2012), bentuk danau menyerupai huruf “S” dan memanjang searah Timur – Barat. Danau ini memiliki sekitar 12 sungai masuk (inlet) yang berasal dari Pegunungan Cyclops yang berada di sebelah Utara dan hanya 1 sungai keluar (outlet), yaitu sungai Jaifuri di sebelah Timur. Di Danau Sentani dijumpai 30 species ikan air tawar dan 4 diantaranya adalah spesies endemik, yaitu ikan Gabus Sentani, Ikan Pelangi Sentani, ikan Pelangi Merah dan Hiu Gergaji. Danau Sentani juga dimanfaatkan untuk budidaya perikanan air tawar, seperti nila dan mujair. Di dalam danau Sentani terdapat 21 pulau yang sebagian besar dihuni oleh penduduk lokal dengan keragaman adat istiadat dan budaya yang unik. Keindahan dan keunikan alam Danau Sentani menginspirasi penduduk setempat untuk menciptakan seni dan tradisi yang menarik untuk dinikmati sebagai keragaman wisata, yang pada bulan Juni setiap tahun dipertontonkan Festival Danau Sentani (FDS). Permasalahan ekosistem Danau Sentani dikelompokan menjadi 2 (dua) bagian. Pertama, masalah ekosistem daratan (terestrial), antara lain : a) Bertambah luasnya lahan kritis, b) Meningkatnya erosi dan sedimentasi, c) Bertambahnya penduduk, dan d) Pembuangan limbah domestik. Kedua, masalah ekosistem perairan, antara lain : a) Pendangkalan dasar danau, b) Pencemaran air danau, c) Peningkatan gulma air, d) Berkurangnya flora/fauna endemik, dan e) Perubahan Germadan Sentani
v
fluktuasi muka air danau. Permasalahan tersebut berpengaruh terhadap kelestarian fungsi danau sebagai sumber daya hayati dan sumber daya air. Pendekatan Gerakan Penyelamatan Danau Sentani pada hakekatnya menempatkan kawasan danau sebagai inti pengelolaan. Danau Sentani secara ekologis perlu dilestarikan sebagai landasan penting bagi perencanaan aktivitas antropogenik yang saling keterkaitan dengan ekosistem danau secara menyeluruh. Kawasan Danau Sentani secara keruangan meliputi perairan Danau Sentani dan Daerah Tangkapan Air/DTA (catchment area) Pegunungan Cyclops. Peran DTA menjadi penting dalam rangka menciptakan kondisi danau yang lestari. Oleh karena itu, upaya penyelamatan danau dilaksanakan dengan pendekatan pengelolaan lingkungan yang terintegrasi pada daerah tangkapan air dan perairan Danau Sentani menjadi suatu kesatuan. Pendekatan ini menjadi jalan menciptakan (visi) Danau Sentani yang Berdaya Guna dan Lestari melalui tindakan melindungi keunikan dan keanekaragaman hayati serta ekosistem Danau Sentani, memanfaatkan potensi sumber daya Danau Sentani secara optimal dan efektif, membangun kerjasama antar pemangku kepentingan dalam pengelolaan dan penyelamatan Danau Sentani secara terpadu, serta memberdayakan masyarakat melalui pengakuan adat dan penghargaan terhadap kearifan lokal. Kata kunci : Danau Sentani, Pegunungan Cyclops, Antropogenik, Berdaya Guna, Lestari
vi
Germadan Sentani
BUPATI JAYAPURA KATA SAMBUTAN Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Saya menyambut gembira atas terbitnya buku Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Sentani yang merupakan kerjasama antara Kementerian Lingkungan Hidup, Pemerintah Provinsi Papua, Pemerintah Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura, serta Univeritas Cenderawasih. Buku ini menggambarkan kondisi terkini tentang sumber daya dan potensi, serta permasalahan yang terjadi di danau maupun masyarakat di sekitar Danau Sentani. Buku ini juga memuat Rencana Aksi Upaya Penyelamatan Danau Sentani yang merupakan program yang perlu diakukan dalam rangka mewujudkan pengelolaan ekosistem Danau Sentani yang berdaya guna dan lestari, serta harus ditindaklanjuti oleh pemerintah, masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya, sebagai penerima manfaat dari keberadaan Danau Sentani. Buku ini diterbitkan sebagai tindak lanjut dari komitmen pemerintah dalam pengelolaan ekosistem danau di Indonesia secara berkelanjutan, sebagaimana yang telah dicetuskan pada Konferensi Nasional Danau Indonesia I di Denpasar yang dikenal sebagai Kesepakatan Bali Tahun 2009. Kesepakatan ini mencetuskan 15 danau Prioritas yang salah satunya adalah Danau Sentani yang perlu diselamatkan agar keberadaanya tetap lestari. Keberadaan Danau Sentani di Provinsi Papua memiliki peran penting dalam aspek social budaya berkaitan dengan adat istiadat dan pariwisata, hidrologi utamanya sebagai penyediaan air baku dan Germadan Sentani
vii
pengatur iklim mikro, serta utamnya ekologi sebagai habitat spesies ikan endemic yang khas dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Danau Sentani merupakan asset daerah yang sepatutnya dijaga dan dipelihara serta didayagunakan bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat Papua. Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan buku ini. Semoga buku dapat menyediakan informasi yang bermanfaat dalam mewujudkan kelestarian dan pengelolaan sumber daya dan potensi Danau Sentani, bagi masyarakat yang bermukim disekitarnya. “Khena Mbay Umbay” (Satu Utuh Ceria Berkarya Meraih Kejayaan) Jayapura, November 2014 BUPATI JAYAPURA
MATHIUS AWOITAUW, SE., M.Si
viii
Germadan Sentani
BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI PAPUA KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerahNya sehingga rancangan Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Sentani dapat disusun dengan baik dan lancar Disampaikan terima kasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup yang telah memberikan kepercayaan kepada Tim penyusun untuk menyusun rancangan ini. Sungguh menjadi kehormatan dan kebanggaan bagi Kami dalam melaksanakan tugas penting ini. Danau Sentani adalah danau terbesar di Pulau Papua, melintasi dua wilayah administrasi, yaitu Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura Provinsi Papua, memiliki potensi yang besar dan unik, baik di daratanm sempadan maupun perairannya. Di dalam Danau Sentani terdapat 21 Pulau yang dihuni oleh penduduk Suku Sentani yang memiliki keragaman adat istiadat dan budaya yang unik. Danau Sentani dengan air yang tenang, dikelilingi oleh panorama perbukitan berhutan dan tidak berhutan yang berkontribusi penting bagi hidrologi, ekologis dan wisata. Disamping potensi kekayaan sumber daya alam yang besar, Danau Sentani juga menghadapi permasalahan, yaitu masalah pada ekosistem daratan (terestrial) dan perairan (akuatik) yang perlu diatasi agar tidak berpengaruh negatif terhadap kelestarian dan fungsi danau, serta potensi sumber daya hayati dan sumber daya air yang ada. Banyak pihak telah berupaya untuk mengatasi masalah-masalah di Danau Sentani, namun belum menunjukkan hasil yang optimal disebabkan kepentingan dan ego sektoral. Buku ini berisi acuan dan arahan serta aksi bagi para pihak terkait dalam upaya penyelamatan Danau Sentani yang beragam diantara para pihak yang perduli Danau Sentani. Germadan Sentani
ix
Kami menyadari, substansi buku ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu, masukan dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan hikmat bagi kita untuk mengimplementasikan substansi buku ini dengan arif dan bijaksana. Jayapura,
November 2014
KEPALA BPLH PROVINSI PAPUA
DR. IR. NOAK KAPISA, M.SC.
x
Germadan Sentani
DAFTAR ISI SAMBUTAN .................................................................................. iii ABSTRAK ..................................................................................... v SAMBUTAN BUPATI JAYAPURA ................................................. vii KATA PENGANTAR .................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................... 1.2. Dasar Hukum ............................................................ 1.3. Strategi Penyelamatan Ekosistem ........................... 1.4. Tujuan Program Penyelamatan Danau Sentani .........
1 2 5 5
BAB II GAMBARAN UMUM DANAU SENTANI ............................ 7 2.1. Kondisi Geografis ....................................................... 7 2.2. Batas Administrasi ..................................................... 7 2.3. Topografi .................................................................... 8 2.4. Geologi dan Potensi Tambang ................................... 9 2.5. Penggunaan Lahan .................................................... 13 2.6. Sumber Daya Air dan Hidrologi .................................. 14 2.7. Keanekaragaman Hayati ............................................ 16 2.8. Kependudukan ........................................................... 18 2.9. Perekonomian ............................................................ 20 2.10. Sosial, Ekonomi dan Budaya .................................. 21 BAB III PERMASALAHAN, KONDISI YANG DIHARAPKAN, RUANG LINGKUP DAN PENDEKATAN .......................... 27 3.1. Permasalahan ............................................................ 27 3.2. Kondisi yang Diharapkan ........................................... 34 3.3. Fungsi Danau Sentani ............................................... 37 3.4. Ruang Lingkup dan Pendekatan ................................ 41 Germadan Sentani
xi
BAB IV GERAKAN PENYELAMATAN DANAU SENTANI ............. 43 4.1. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal ........................ 43 4.2. Analisis Kekuatan - Kelemahan - Peluang - Ancaman 50 4.3. Program Pokok (Super Prioritas) dan Program Penunjang (Prioritas) ................................................. 57 BAB V PENUTUP ......................................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 69 LAMPIRAN ................................................................................... 71
xii
Germadan Sentani
DAFTAR TABEL 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4.
Jenis Ikan di Danau Sentani ................................................. 17 Sebaran penduduk Kabupaten dan Kota Jayapura ............. 19 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Jayapura ............................................................................... 21 Luas dan Produksi Keramba Jaring Apung Danau Sentani .. 23 Matrik Analisis SWOT untuk Kawasan Danau Sentani ........ 52 Matrik pemetaan permasalahan di Danau Sentani .............. 53 Program/kegiatan penyelamatan ekosistem Danau Sentani 54 Program Super Prioritas Penetapan Tata Ruang Kawasan Danau ................................................................................... 58 4.5. Program Super Prioritas Penyelamatan Ekosistem Perairan Danau ....................................................................................... 59 4.6. Program Super Prioritas Penyelamatan Ekosistem Lahan Sempadan ................................................................................... 61 4.7. Program Super Prioritas Penyelamatan Ekosistem DAS dan DTA ............................................................................... 61 4.8. Program Prioritas Pengembangan Sistem Monitoring, Evaluasi dan Informasi ......................................................... 63 4.9. Program Prioritas Pengembangan Kapasitas, Kelembagaan dan Koordinasi .............................................. 64 4.10. Program Prioritas Peningkatan Peran dan Partisipasi Masyarakat .......................................................................... 65
Germadan Sentani
xiii
DAFTAR GAMBAR 2.1. Peta administrasi wilayah sekitar Danau Sentani .................. 7 2.2. Peta topografi pada Kawasan sekitar Danau Sentani ............ 9 2.3. Peta Geologi Kawasan Danau Sentani ................................. 11 2.4. Kolom Stratigrafi Kawasan Danau Sentani ........................... 12 2.5. Peta penggunaan lahan sekitar Danau Sentani .................... 14 2.6. Peta sungai (inlet) yang mengalir ke Danau Sentani ............. 15
xiv
Germadan Sentani
DAFTAR LAMPIRAN Program Super Prioritas 1. Penetapan Tata Ruang Kawasan Danau ............................................... 73 Program Super Prioritas 2. Penyelamatan Ekosistem Perairan Danau ................................................ 73 Program Super Prioritas 3. Penyelamatan Ekosistem Lahan Sempadan ......................................... 74 Program Super Prioritas 4. Penyelamatan Ekosistem DAS dan DTA Sentani ....................................... 74 Program Prioritas 1. Pengembangan Sistem Monitoring, Evaluasi dan Informasi Ekosistem Danau .... 75 Program Prioritas 2. Pengembangan Kapasitas, Kelembagaan Dan Koordinasi ............................................. 75 Program Prioritas 3. Peningkatan Peran dan Partisipasi Masyarakat ................................................... 76
Germadan Sentani
xv
xvi
Germadan Sentani
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Sentani merupakan satu dari 15 danau di Indonesia yang ditetapkan sebagai danau prioritas nasional pada Konferensi Nasional Danau Indonesia I tahun 2009 di Bali. Danau ini berada dibagian utara pulau Papua dan melampar diantara Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura. Danau Sentani adalah danau terbesar di Provinsi Papua memiliki luas 9.360 hektar dan berada pada ketinggian sekitar 85 meter dari permukaan laut, serta kedalaman sekitar 75 m (LPPM ITB, 2004). Kawasan Danau Sentani dengan bertopografi bergelombang merupakan satu kesatuan ekosistem dalam wilayah Pegunungan Cyclops. Pegunungan Cyclops adalah kawasan konservasi “Cagar Alam Cyclops” dengan luas 22.500 hektar (Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 365/Kpts-II/1987). Danau Sentani juga penting secara hidrologi karena menjadi bagian dari sistem tata alir Daerah Aliran Sungai (DAS) Sentani. Berdasarkan Kepmenhut RI Nomor SK. 328/Menhut-II/2009 tentang Penetapan DAS Prioritas dalam rangka RPJM 2010-2014 telah ditetap DAS Sentani sebagai DAS prioritas di Provisi Papua. Danau Sentani terbentuk sebagai hasil longsoran atau bencana alam (Pedoman Pengelolaan Ekosistem Danau, 2008 dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia, 2012), tergambar pada bentuk danau yang menyerupai huruf “S” yang memanjang searah Timur – Barat. Danau ini memiliki 12 sungai masuk (inlet) yang berasal dari Pegunungan Cyclops di sebelah Utara dan 1 sungai keluar (outlet) yaitu sungai Jaifuri di Kampung Yokiwa sebelah Timur. Kejadian bencana alam di dalam atau sekitar danau sering terjadi, seperti banjir dan longsor pada tahun 2007, 2009, 2011, 2012 serta naiknya permukaan air danau pada 2013. Di Danau Sentani terdapat sekitar 30 species ikan air tawar, 4 diantara merupakan spesies endemik yaitu ikan Gabus Sentani (Oxyeleotris Germadan Sentani
1
heterodon), Ikan Pelangi Sentani (Chilatherina sentaniensis), ikan Pelangi Merah (Glossolepis incisus) dan Hiu Gergaji (Pristis microdon). Di samping itu, Danau Sentani juga dimanfaatkan untuk budidaya ikan air tawar, seperti nila dan mujair. Danau Sentani dalam bahasa lokal disebut buyakha atau buyakhala yang berarti air yang tenang, terdapat 21 pulau yang sebagian besar dihuni oleh penduduk Suku Sentani yang memiliki keragaman adat istiadat dan budaya. Panorama tubuh air yang tenang, tanah/batuan yang membentuk dinding perbukitan, serta berbagai jenis tumbuhan menjadikan Danau Sentani indah dan eksotik. Keunikan alam Danau Sentani menginspirasi penduduk setempat menciptakan kreasi seni dan budaya yang menarik untuk pertunjukan wisata, seni dan budaya, setiap bulan Juni pada even Festival Danau Sentani (FDS) di Provinsi Papua. Potensi ekosistem dan sumber daya alam Danau Sentani memerlukan pengelolaan yang terintegrasi secara komprehensif untuk mencapai manfaat bagi masyarakat dan kelestarian fungsi ekologis serta sosial budaya dan ekonomi disekitar danau, serta menjadi aset yang sangat berharga bagi lingkungan hidup. 1.2. Dasar Hukum Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan dan penyelamatan Danau Sentani, antara lain : 1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; 2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian; 4) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati; 5) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 6) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua; 2
Germadan Sentani
7) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 8) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 9) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan; 10) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 11) Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan ; 12) Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 13) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara; 14) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan; 15) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan; 16) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 17) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Sistem Budidaya Pertanian; 18) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; 19) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 20) Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan; 21) Peraturan Pemerintah Nomor. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air; 22) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa; 23) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah; 24) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa; 25) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar; Germadan Sentani
3
26) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom; 27) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2001 tentang Tata Pengaturan Air; 28) Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi; 29) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 30) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah; 31) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pemanfaatan Jasa Lingkungan; 32) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan; 33) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan; 34) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 35) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan; 36) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 37) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan; 38) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai; 39) Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pelestarian Lingkungan Hidup; 40) Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 23 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua Tahun 2013 – 2033. 41) Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua Nomor 18 Tahun 2008 tentang Perekonomian Berbasis Kerakyataan; 42) Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua Nomor 22 Tahun 2008 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Masyarakat Hukum Adat Papua; 43) Peraturan Daerah Kabupaten Jayapura Nomor 3 Tahun 2000 tentang Pelestarian Kawasan Hutan Sagu; 4
Germadan Sentani
44) Peraturan Daerah Kota Jayapura Nomor 5 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Jayapura; 45) Peraturan Daerah Kabupaten Jayapura Nomor 21 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jayapura Tahun 2008 – 2028. 1.3. Strategi Penyelamatan Ekosistem Visi
: “ Danau Sentani yang Berdaya Guna dan Lestari “
Misi
:
1. Melindungi keunikan dan keanekaragaman hayati serta ekosistem Danau Sentani; 2. Memanfaatkan potensi sumber daya Danau Sentani secara optimal dan efektif; 3. Membangun kerjasama antar pemangku kepentingan dalam pengelolaan dan penyelamatan Danau Sentani secara terpadu; 4. Memberdayakan masyarakat melalui pengakuan adat dan penghargaan terhadap kearifan lokal. 1.4. Tujuan Program Penyelamatan Danau Sentani Gerakan Penyelamatan Danau Sentani bertujuan untuk memberikan arahan bagi pihak-pihak terkait (stakeholders) dalam upaya penyelamatan Danau Sentani, agar tercipta fungsi ekologis, sosial dan ekonomis danau Sentani yang optimal melalui : 1. Pengelolaan ekosistem danau 2. Pemanfaatan sumber daya danau 3. Pengembangan kapasitas kelembagaan – kerja sama secara kolaboratif dan partisipatif 4. Peningkatan peran masyarakat 5. Pendanaan berkelanjutan 6. Sistem informasi, monitoring dan evaluasi
Germadan Sentani
5
6
Germadan Sentani
BAB II GAMBARAN UMUM DANAU SENTANI 2.1. Kondisi Geografis Danau Sentani terletak di bagian utara Provinsi Papua dan secara administrasi sebagian besar berada pada wiayah Kabupaten Jayapura dan sedikit berada di wilayah Kota Jayapura. Luas wilayah Kabupaten Jayapura adalah Luas danau mencapai 9.360 Ha atau meliputi 12 % luas DAS Sentani (77.967 Ha).Secara geografis Danau Sentani terletak antara 2030’ - 2043’ LS dan 140024’ - 140041’ BT.
Gambar 2.1. Peta administrasi wilayah sekitar Danau Sentani 2.2. Batas Administrasi Secara administrasi, wilayah Danau Sentani meliputi Kabupaten Jayapura yang beribukota di Sentani dan Kota Jayapura yang beribukota Germadan Sentani
7
di Entrop. Di Kabupaten Jayapura, Danau Sentani mencakup 4 distrik (kecamatan), yaitu Sentani Timur, Sentani, Ebungfauw dan Waibu. Sedangkan, di Kota Jayapura hanya 1 distrik yang bersentuhan dengan Danau Sentani, yaitu Heram. Kawasan danau Sentani dibatasi oleh : a. b. c. d.
Pegunungan Cyclops (Cagar Alam Cyclops), di sebelah Utara; Pegunungan dan lembah Abepura, di sebelah Timur; Pegunugan Kemtuk, di sebelah Selatan, dan Pegunungan Nimboran, di sebelah Barat.
2.3. Topografi Kondisi topografi kawasan sekitar Danau Sentani berupa dataran Sentani, perbukitan dan pegunungan yang merupakan bagian dari pegunungan Cyclops, Kemtuk dan Nimboran. Berdasarkan interpretasi citra satelit landsat ETM+, lereng kawasan sekitar Danau Sentani memiliki kemiringan yang beragam yang didominasi oleh kemiringan yang curam. Kawasan Danau Sentani sebagian besar merupakan daerah dengan topografi perbukitan bergelombang hingga pegunungan tersayat. Daerah dataran dan perbukitan bergelombang lemah umumnya terdapat pada ketinggian 150 m dpl, daerah perbukitan bergelombang sedang hingga bergelombang kuat berkisar antara 150 - 1.800 m dpl, dan daerah pegunungan tersayat berada pada ketinggian antara 500 – 2.000 m dpl. Morfologi di sekitar Danau Sentani termasuk berelief sedikit kasar, dengan klasifikasi kemiringan lereng sebagai berikut: − Kemiringan lereng (0 - 8)% berada di bantaran Danau Sentani yang merupakan daerah rawa sagu dengan beda tinggi antara 0 25 m. − Kemiringan lereng (8– 15)% berada di sebelah baratdaya Danau Sentani yang meliputi wilayah kota Sentani memanjang ke arah Barat, dengan beda tinggi lebih dari 75 m. 8
Germadan Sentani
− Kemiringan lereng (15 - 40)% berada pada bagianBarat dan Timur Danau Sentani dengan beda tinggi antara 75 - 300 m. − Kemiringan lebih dari 40% terletak di sebelah utara Danau Sentani dengan beda tinggi antara 300 - 500 m.
Gambar 2.2. Peta topografi pada Kawasan sekitar Danau Sentani 2.4. Geologi dan Potensi Tambang Kawasan sekitar Danau Sentani umumnya terdiri dari batuan sedimen belum terkonsolidasi yang berumur Kuarter dan sedimen yang berumur Tersier serta batuan beku basa-ultrabasa dan batuan metamorfik sebagai batuan dasar.Kondisi batuan-batuan ini memberi pengaruh terhadap hasil sedimentasi alami yang masuk ke dalam danau. Batuan berumur Kuarter yang dijumpai disekitar danau (dari paling muda hingga paling tua) adalah sebagai berikut: Endapan aluvium dan endapan pantai (Qa) terdiri dari kerikil, kerakal, pasir, lanau, dan lumpur endapan pantai mengandung Germadan Sentani
9
batugamping koral. Endapan aluvial ini dijumpai di sebelah utara danau dan membentuk dataran yang menjadi dasar kota . Endapan kipas aluvial (Qf) dengan fragmen heterogen dari pasir halus hingga kerakal melalui sungai-sungai dengan sumber berasal dari batuan ultrabasa dan metamorf. Batuan ini dijumpai di sebelah utara kota.
Formasi Jayapura (Qpj) merupakan batuan hasil rombakan daratan hingga laut dangkal terbuka. Batuannya adalah batugamping koral-ganggang, kalsirudit, kalkarenit, batugamping napalan, dan napal berlapis jelek dengan struktur terumbu setempat serta banyak dijumpai fosil foraminifera, bentos, dan pelagos. Formasi ini dijumpai di sebelah barat-baratdaya danau.
Formasi Unk (Qtu) terdiri dari batulempung, batulanau, napal, konglomerat, dan sisipan batupasir dan lignit. Formasi ini banyak dijumpai di sebelah selatan danau . Batuan berumur Tersier dijumpai di sekitar danau umumnya adalah batuan basa-ultrabasa dan batuan metamorfik (urutan dari paling muda hingga ke paling tua) adalah sebagai berikut : Formasi Aurimi (Tmpa) terdiri dari batupasir dan batulempung dengan sisipan batugamping, batulanau, dan napal. Banyak dijumpai urat-urat kalsit. konglomerat aneka bahan dijumpai pada bagian bawah dengan komponen basal, diabas, dan gabro. Batuan-batuan ini sedikit dijumpai di sebelah selatan danau Formasi Makats (Tmm) terdiri dari grewak, berselingan dengan batulanau dan batulempung, sisipan napal dan konglomerat aneka bahan, dijumpai lensa-lensa batugamping pada bagian bawah berupa tuf dan breksi gunungapi. Batuan dari formasi ini terhampar di sebelah timur-tenggara danau Formasi Nubai (Tomn) berupa batugamping bersisipan biomikrit, napal, pasir halus, grewak gampingan, tufan, tuf setempat bersisipan kalkarenit dan kalsipelit. Formasi ini terhampar di sebelah timurlaut dan tenggara danau. 10
Germadan Sentani
Formasi Auwewa (Tema) ini terdiri dari lava basal, diabas, dan andesit, aglomerat, breksi gunungapi, tufa, dan sisipan batugamping, grewak dan tuf gamping pasiran. Batuan ini dijumpai di permukaan di sebelah selatan-tenggara dari danau . Batuan beku basa (m), berupa gabro dan diorit, terbreksikan oleh struktur. Batuan ultrabasa (um) terdiri dari harsburgit, serpentinit, piroksenit, dan dunit.
Kelompok batuan metamorfik (pTmc) terdiri dari sekis, geneis, filit, amfibolit, unakit, dan batu pualam, aktinolit dan hornfels.
Peta Geologi dan Kolom Stratigrafi yang menunjukkan litologi batuan di Kawasan Danau Sentani dapat dilihat pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. PETA GEOLOGI
Kawasan Danau Sentani
Samudra Pasifik
Tmm Um
Qa
U
Um Um
Qa Tmpb
skala Um
pTmc
Tema Qa
Qa
Um
Qpj Tomn
Qf
m Qa
Qa
Danau
m
Qpj
Tmm
Tmm
Tema
Teluk Humbolot
Teluk Youtefa
Um Sentani
Qa Tmpa
Qpj Qa
m
Qa
Tomn
Tomn Qa Qpj
Qa
Tomn Qtu
FORMASI JAYAPURA
QTu
FORMASI UNK
Tmpa
FORMASI AUWEWA
Tmpb
FORMASI BENAI
Tmm
FORMASI MAKATS
Tomn
FORMASI NUBAI
Tema
FORMASI AUWEWA
Tomn
Tomn
pTmc
Tomn
Qa
Tmpb
KIPAS ALUVIUM
Qpj
Um
Qtu
BATUAN MAFIK ULTRAMAFIK KELOMPOK MALIHAN CYCLOOPS
Keterangan : Qpj
Tmm
ALUVIUM DAN ENDAPAN PANTAI
Qf
m
Qtu
Tmpa
100 km
0m
Legenda :
LOKASI BAHAN GALIAN C LOKASI PENAMBANGAN EMAS
Qpj Qa
CATCHMENT AREA DANAU SENTANI STRUKTUR GEOLOGI
Tmpa
Gambar 2.3. Peta Geologi Kawasan Danau Sentani
Germadan Sentani
11
K U A R T E R
Masa Zaman
Kala Holosen
Plistosen
Aluvium dan Endapan Pantai : Kerakal, kerikil, pasir, lanau dan lumpur di lingkungan rawa dan pantai, Endapan pantai mengandung pecahan batugamping koral Resen
Qf
Kipas aluvium : aluvium kasar dan fanglomerat, terpilah buruk, terdiri terutama dari pasir, kerakal, dan kerikil batuan ultramafik dan malihan.
Qpj
Formasi Jayapura : batugamping koral-ganggang, kalsirudit, kalkarenit, setempat batugamping kapuran, batugamping napalan dan napal, berlapis jelek, setempat berstruktur terumbu, setempat berselingan dengan batugamping pelagos
Qf Qpj QTu Tmpb
Tmpa
QTu Formasi Unk : greywacke berselingan batulempung,batulnau, napl,
konglomerat dan sisipan batupasir dan lignit, greywacke berlapis dari 10 cm - 1 m, kepingan kuarsa, batu beku, alihan, batuan karbonan.
Tmm
Tmpa
Formasi Aurimi : batu pasir dan batulempung, sisipan batu gamping, lanau dan napal. Batupasir halus sedang terpilah kurang baik. batulepmpung, lanau dan napal pejal berlapis baik, setempat menyerpih, mengandung lempengan lignit dan sisa tumbuhan.
Tmpb
Formasi Benai : Batugamping halus kasar pejal, fosil koral cangkang molusca. perubahan kesamping menjadi sedimen klastika Formasi Aurimi atau keduanya menjemari.
Tmm
Formasi Makats : reywacke, berseling dengan batulanau batu lempung, sisipan napal dan konglomerat, lensa dan buncak gamping, bagian bawah bersisipa tuff dan breksi gunungapi.
Awal
Tengah
Miosen
K R
I O Z
E I
O N
S R
E
Qa
Qa
Tomm
Tema
E T
K
Keterangan
Korelasi Satuan Peta
Akhir
U
M
Pliosen
Umur
juta thn
Tomm Formasi Nubai : batugamping bersisipan biomokrit, napal, batupasir
Oligosen
halus, greywacke gampingan, tufan, tuf, setempat bersisipan kalkarenit dan kalsipelit.
Tema
Formasi Auwewa : lava basal, diabas, andesit, aglomerat, breksi gunung api, tuff, sisipan batugamping, greywacke dan tuf pasiran gampingan. satuan batugamping ini hasil kegiatan gunungapi bawah laut.
m
Batuan mafik : gabro dan diorit. gabro sebagian teruralitkan, terbreksikan, banyak plagioklas dan ortho-klinopiroksen, tremolit, aktinolit hasil ubahan dari piroksen, olivin mengandung inklusi piroksen
um
Ultramafik : harsburgit, serpentinit, piroksenit, dan dunit. harsburgit berbutir menengah sampai kasar, serpentinit, mineral antigort dan sedikit piroksen, dunit terserpentinkan;mineral piroksen.
pTmc
Kelompok malihan Cycloop : sekis, setempat genes, filit amfibolit, unakit, batupualam, aktinolit dan hornfels. sekis bersusunan karbonat klorit, genes bersusunan mika, Satuan batuan bersentuhan tektonik dengan batuan ultramafik (um)
Eosen Paleosen
PRA TERSIER
m um pTmc
Gambar 2.4 Kolom Stratigrafi Kawasan Danau Sentani Struktur geologi yang berkembang disekitar danau berupa sesarsesar. Arah umum sesar tersebut pada batuan sedimen Kuarter umumnya adalah ke arah barat sampai tenggara dan pada batuan yang berumur Tersier umumnya berarah tenggara hingga ke selatan. Sedangkan, arah struktur pada batuan basa-ultrabasa adalah timur timurlaut, dan pada batuan malihan arah berarah hampir ke selatan. Struktur sesar naik berarah jurus baratlaut - tenggara, memisahkan batuan malihan Cycloop dengan batuan ultrabasa dan basa. Sesar mendatar berarah baratdaya-timurlaut umumnya juga merupakan batas satuan batuan dan formasi. Struktur sesar dan kekar lebih dominan berada pada batuan yang berumur Tersier yaitu di batuan malihan dan ultrabasa-basa. 12
Germadan Sentani
Dengan banyaknya struktur kekar pada batuan yang berumur Tersier, maka batuan yang umumnya relatif kompak akan menjadi berongga dan dapat dilalui air tanah. Diperkirakan arah aliran air tanah ini umumnya menuju ke arah Danau Sentani. Potensi sumberdaya mineral di daerah Kawasan Danau Sentani cukup banyak, baik yang dapat dimanfaatkan secara ekonomisi maupun yang belum dikelola. Potensi endapan bahan galian logam berupa nikel hasil lateritisasi peridotit-serpentinit membentuk endapan laterit in-situ bersama kobal dan kromit.Endapan laterit dijumpai di Kabupaten Jayapura berada di Doyo Baru dan Doyo Lama, serta Kota Jayaura di Waena.Cadangan bijih diduga mencapai 3.000.000 ton. Batugamping ditemukan cukup melimpah di distrik Waibu dan digunakan sebagai bahan bangunan dan bahan timbunan. Batuan beku basa dan ultrabasa yang menyusun Pegunungan Cyclops telah banyak dimanfaatkan sebagai material timbunan untuk jalan dan bandara. Berdasarkan informasi Dinas Pertambangan dan energi Kabupaten Jayapura (2010) ditemukan endapan emas sekunder yang terbawa ke sunga, seperti pada Buper Waena dan Puay. Sumber diperkirakan berupa urat-urat kuarsa yang membawa emas sebagai hasil terobosan pada batuan malihan dan ultrabasa-basa di sekitar Pegunungan Cyclops. 2.5. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di wilayah Sentani dan sekitarnya sebagian besar lahan adalah hutan campuran, semak, hutan sagu dan pemukiman. Penduduk umumnya bermukim di sepanjang jalan raya Abepura (kota Jayapura) – Sentani (Kabupaten Jayapura) dan di pinggiran danau serta pada beberapa pulau kecil di tengah danau. Daerah utara sepanjang Selat Simporo merupakan daerah sagu yang cukup luas. Daerah rawa sagu yang lebih sempit terdapat antara Yabaso dan Netar, di sekitar Puay dan di muara-muara sungai yang masuk ke danau. Germadan Sentani
13
Tutupan lahan di Kawasan Danau Sentani menurut klasifikasi hutan primer, hutan mangrove, hutan sekunder, hutan rawa, permukiman, dan lahan terbuka, seperti ditunjukan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Peta penggunaan lahan sekitar Danau Sentani. 2.6. Sumber Daya Air dan Hidrologi Hasil studi Uncen (2010) mengenai kondisi sungai di wilayah Kabupaten Jayapura, diketahui bahwa jumlah seluruh sungai yang mengalir ke danau Sentani sebanyak 26 sungai dengan total panjang mencapai 208,45 kmdan hanya sebagian kecil dari sungai tersebut yang merupakan sungai yang mengalir sepanjang tahun (parenial). Namun dari pengamatan yang dilakukan Tim BPLH Provinsi Papua (2013) didapatkan hanya 10 sungai yang masih mengalirkan air, yaitu delapan sungai di bagian utara dan dua sungai di bagian selatan. Studi dan Detail Desain Pengembangan Danau Sentani (PT Pramathana Konsultan, 2002) mencatat sungai-sungai yang berpengaruh 14
Germadan Sentani
dominan terhadap pasokan air Danau Sentani adalah sungai-sungai yang berhulu di Pegunungan Cyclops di utara danau, yaitu Sungai Doyo, Kemiri, Sentani, Jaferi, Nimebem, Haway, Yabawi, Yapataita, Hoboi, Younolo, Klandili, Dofroko, dan Kuyabu. Sedang di bagian barat adalah Sungai Dombule dan Boroway dan di bagian selatan adalah Sungai Tenak Sawe dan Ayapo. Sungai-sungai yang mengalir dari arah utara bersumber dari beberapa mata air yang terdapat di Pegunungan Cycloop. Satu-satunya outlet Danau Sentani adalah Sungai Jaifuri di bagian selatan yang menyatu dengan Sungai Sungrum, Skamto, dan Tami di Kabupaten Keerom yang berjarak sekitar 10 km dari outlet danau, kemudian bermuara di Teluk Youtefa di Samudera Pasifik. Kawasan Danau Sentani memiliki Daerah Tangkapan Air (catchment area) di wilayah sekeliling danau dan gugusan pulau kecil di danau dengan luas keseluruhan 54.353 Hektar (BPLH Prov. Papua 2013). Daerah Tangkapan Air Danau Sentani di bagian utara dibatasi oleh puncak Pegunungan Cycloop.
Gambar 2.6. Peta sungai (inlet) yang mengalir ke Danau Sentani. Germadan Sentani
15
2.7. Keanekaragaman Hayati Danau Sentani mendukung kelompok spesies atau sub spesies tumbuhan dan hewan yang berstatus langka, rentan terhadap kepunahan (vulnerable), atau sejumlah individu dari satu atau lebih dari spesies tersebut. Beberapa jenis hewan yang ditemukan di Danau Sentani antara lain beberapa jenis ikan, seperti ikan gabus sentani, ikan gabus toraja (Channa striata), ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan lele (Clarias batrchus), ikan betik, ikan mujahir (Oreochromis mosambicus), ikan belut (Anguilla sp). Sementara jenis reptil seperti soa-soa (Varamussp), dan beberapa ular. Spesies burung seperti : Helcyonchloris, Egretta, Heliansturindus dan dari mamalia seperti tikus, babi, anjing, kucing dan lain-lain. Spesies yang sebelumnya biasa ditemukan di danau Sentani seperti Hiu gergaji dan buaya pada beberapa tahun belakangan ini tidak pernah lag iditemukan, sehingga diprediksi spesies tersebut sudah mengalami kepunahan. Selain kedua jenis tersebut di atas yang keberadaannya juga sudah semakin memprihatinkan adalah duajenis ikan gabus lokal sentani. Akhir-akhir ini jenis gabus sentani tersebut semakin jarang dan sulit ditemukan, sehingga dapat dipastikan juga sudah semakin langka. Jenis tumbuhan (flora) yang ada tumbuh dalam danau ataupun dipinggiran Danau sentani antara lain : Hydrilla verticillata, pistia sratioes, eceng gondok (Eichornia crasipes), kanggkung air (Ipomoea aquatica), Panicum sp, Teratai (Nelumblum sp), Poligonum sp, Alata (Limnocharis flava), Buangga (Cyperus sp), Pandan (Pandanus sp), Patomageton crispus,Salvinia natans, Kayu susu (Alstonia scholaris), sagu (Metroxylon sagu), Lemna sp, Nymphaceae, Pulehrus, Elodea sp, Ceratophyllum demersum, Myriophyllum sp, Valisneria spdan Acrostichum aureum. Fauna perairan yang terdapat di Danau Sentani menurut beberapa kajian sangat beragam dan dari waktu ke waktu mengalami perubahan dalam jumlah jenis. Jenis ikan yang unik yang pernah dijumpai di danau Sentani adalah Pristis microdon (marlemai atau latham gergaji) 16
Germadan Sentani
merupakan salah satu jenis ikan yang dilindungi menurut PP Nomor 7 Tahun 1999. Selain itu jenis Glossolepis inciscus (hewu, kaskado atau salmon red rainbowfish ) merupakan ikan asli Danau Sentani. Jenis ikan asli endemik lainnya, antara lain kanseli (Hemipimelodus velutinus), holiya (Neosilusnavae guinea); humen/gabus (Oxyeleotris mierops); gete-gete (Apogon wichmani); kaskado/hewu (Chailaterina sentaniensis); kahilo (Anguilla australis), barra (Carranx stelanus); kaijako/belanak (Mugil cephalus); dan bandeng (Chanos chanos). Selain itu dijumpai jenis ikan yang baru dideskripsikan untuk kawasan Danau Sentani, seperti jenis Lentipes. Jenis ikan lainnya diantaranya Ophiocephalus sp; Pegoneteotris microps; Apogon wicharani; Apogon beauforios; Hepimimelodies velutinus; Chilathenina sentaniensis; Plotusius canius; Cyprinus carpio; Sarotherodon nilotica; Tilapia sp; Puntius sp; Helostoma femminoki; Puntius orphoides; Trichogaster sp, dan Clarias batracus. Tabel 2.1.memperlihatkan jenis ikan di Danau Sentani. Tabel 2.1. Jenis Ikan di Danau Sentani Group
Famili Tachysuridae Plotosidae Claridae
Eleotridae Indigenous
Gobiidae Channidae Apogonidae Atherinidae
Germadan Sentani
Nama Spesifik
Nama Lokal
Kanseli, sembilang Neosilurus novaeguineae Weber Holiya Clarius betrachus Weber & de Beaufort Lele Oxyelectris heterodon Humen Gabus Steindachner Oxyelectris herwedeni Weber Gabus Oxyelectris lineolatus Humen Gabus Steindachner Ophieleotris aporos Humen, BLKR Gabus Pogoneleotris microps Humen Gabus Glossobius giurus Humen, Ham-Buch Gabus Channa striata Bloch Gabus Apogon wichmani Weber Kahe, gete-gete Apogon beauforti Weber Kandei, gete-gete Chilatherina sentaniensis Weber Hewu, kaskado Glossolepis incisus Weber Hewu, kaskado Arius velutinus
17
Anguilla australis Weber Anguillidae
Anadromes
Pristidae Carangidae Mugilidae Elopidae Lutjanidae Chanidae
Cyprinidae
Introduced
Anabantidae
Cichlidae Cyprinodontidae
Anguilla bicolor McCleland Anguilla marmorata Quoy & Garmand Anguilla obscura Gunther Pristis microdon Latham Caranx stellatus Eydox et Souleyet Caranx ognobilis Forskal Mugil cephalus Linnaeus Megalops cyprinoides Broussonet Lutjanus sp Chanos chanos Forskal Cyprinus carpio Linnaeus Puntius gonionotus Blecker Puntius orphoides Cuv. & Val. Osteochilus hasseltii Cuv. & Val. Osteochilus sp Helostoma temmincki Cuvier Trichogaster pectoralis Regan Osphronemus goramy Lacepede Oreochromis mossambica Peters Oreochromis spp Oreochromis nilotica Xiphophorus sp
Kahilo, spesies kaskado Belut Belut Belut Merlemai, gergaji Barra Barra Kaijoko, belanak
Bandeng Mas Tawes Mata merah Nilem hijau Nilem merah Tambakan Sepat Siam Gurami Mujair Mujair Mujair Ekor pedang
Sumber : Renyaan 1993; Allen 1991; Allen, pers. comm.
2.8. Kependudukan Aspek kependudukan bagi upaya penyelamatan Danau Sentani perlu memperhatikan 2 wilayah administrasi, yaitu Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura. Berdasarkan data BPS (2012) jumlah penduduk Kabupaten Jayapura tercatat sebanyak 118.182 jiwa, terdiri dari 62.444 orang laki-laki dan 55.738 orang perempuan yang tersebar di 19 distrik (kecamatan) dengan total luas wilayah 175.166 hektar dan kepadatan penduduk 6,75 jiwa per km2. Jumlah penduduk Kota Jayapura tercatat sebanyak 271.012 jiwa, terdiri dari 144.200 orang laki-laki dan 126.812 orang perempuan yang tersebar pada 5 distrik (kecamatan) dengan total luas wilayah 9.400 hektar dan kepadatan penduduk 288 orang per km2. 18
Germadan Sentani
Tabel 2.2. Sebaran penduduk Kabupaten dan Kota Jayapura menurut distrik, luas wilayah dan kepadatan
NAMA DISTRIK (KECAMATAN) KABUPATEN JAYAPURA 1 Kaureh 2 Airu 3 Yapsi 4 Kemtuk 5 Kemtuk Gresi 6 Gresi Selatan 7 Nimboran 8 Namblong 9 Nimbokrang 10 Unurum Guay 11 Demta 12 Yokari 13 Depapre 14 Raveni Rara 15 Sentani Barat 16 Waibu 17 Sentani 18 Ebungfauw 19 Sentani Timur JUMLAH KOTA JAYAPURA 1 Muara Tami 2 Abepura 3 Heram 4 Jayapura Selatan 5 Jayapura Utara JUMLAH NO.
LUAS WILAYAH JUMLAH (HA) PENDUDUK
KEPADATAN
43.579 2.583 1.824 7.102 7.748 31.313 4.975 4.043 1.292 2.259 4.843 2.583 3.874 1.937 12.913 30.990 5.195 4.674 1.439 175.166
6.504 946 6.026 3.723 4.261 935 4.228 3.121 6.676 2.036 3.300 1.981 3.996 1.165 4.379 7.363 47.271 2.580 7.691 118.182
1,49 3,66 33,04 5,24 5,50 0,30 8,50 7,72 51,67 9,01 6,81 7,67 10,31 6,01 3,39 2,38 90,99 5,52 53,45 6,75
6.267 1.557 632 434 510 9.400
11.757 77.235 42.689 70.668 68.663 271.012
18,76 496,05 675,46 1628,29 1346,33 288,31
Sumber : BPS Kabupaten Jayapura (2012) dan Kota Jayapura (2012) Germadan Sentani
19
Distrik-distrik yang terletak di sekitar Danau Sentani antara lain Sentani Timur, Sentani, Ebungfauw dan Waibu pada Kabupaten Jayapura dan distrik Heram pada Kota Jayapura. Jumlah penduduk Kabupaten Jayapura di sekitar Danau Sentani berjumlah 64.905 jiwa atau 54,9% dari seluruh penduduk Kabupaten Jayapura. Jumlah penduduk Kota Jayapura di sekitar Danau Sentani berjumlah 42.689 jiwa atau 15,8% dari seluruh penduduk Kota Jayapura. Jumlah penduduk di sekitar danau yang terbanyak berada di distrik Sentani (Kabupaten Jayapura), yaitu 47.271 jiwa dan terpadat dimiliki oleh Distrik Heram (Kota Jayapura), yaitu 675,46 jiwa per km2. 2.9. Perekonomian Perkembangan kawasan Danau Sentani terutama sejak penunjukan kota Sentani menjadi ibukota Kabupaten Jayapura berdasarkan PP Nomor 15 Tahun 2000, telah mendorong berlangsungnya pengalihan fungsi lahan terutama di Distrik Sentani, Sentani Timur, Sentani Barat, dan Kemtuk, menjadi kawasan terbangun perkotaan dimana aktivitas perekonomian tumbuh dengan pesat. Hal tersebut juga dibangkitkan oleh keberadaan bandar udara Sentani yang menjadi tulang punggung transportasi daerah Jayapura dengan daerah lainnya. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Jayapura pada tahun 2011 sebesar 2.235.766,34 juta rupiah dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 1.932.710,22 juta rupiah untuk PDRB atas dasar harga berlaku, sedangkan untuk PDRB atas dasar harga konstan sebesar 996.071,53 juta rupiah meningkat dari tahun 2009 sebesar 903.283,19 juta rupiah.
20
Germadan Sentani
Tabel 2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Jayapura Atas Dasar Harga Berlaku menurut Kelompok Sektor Periode Tahun 2007 - 2011 KELOMPOK SEKTOR
2007 Nilai
2008 Persen
Nilai
2009 Persen
Nilai
2010 Persen
Nilai
2011 Persen
Nilai
Persen
PRIMER Pertanian Pertambangan & Penggalian
461.536,12
40,30
511.318,04
38,26
576.466,69
35,82
658.045,46
34,05
753.177,31
33,69
435.805,40
38,06
479.359,99
35,87
538.751,24
33,48
612.204,00
31,68
700.408,94
31,33
25.730,72
2,24
31.958,05
2,39
37.715,45
2,34
45.841,46
2,37
52.768,37
2,36
SEKUNDER Industri Pengolahan
191.556,19
16,72
230.883,22
17,27
296.599,80
18,43
389.636,12
20,16
468.316,13
20,95
104.926,35
9,16
115.106,04
8,61
128.111,45
7,96
150.020,62
7,76
177.571,49
7,94
Listrik & Air Bersih
3.233,18
0,28
3.484,24
0,26
3.878,41
0,24
4.124,72
0,22
4.806,91
0,22
83.396,66
7,28
112.292,94
8,40
164.609,94
10,23
235.490,78
12,18
285.937,73
12,79
492.061,35
42,98
594.365,67
44,47
736.294,44
45,75
885.028,64
45,79 1.014.272,90
45,36
109.085,89
9,53
129.069,55
9,66
150.289,64
9,33
172.085,64
8,91
197.437,24
8,83
182.871,89
15,97
230.424,07
17,24
273.363,04
16,99
320.099,07
16,56
362.905,41
16,23
50.455,61
4,41
66.460,43
4,97
83.610,33
5,20
95.949,35
4,96
108.319,08
4,84
149.647,96
13,07
168.411,62
12,60
229.031,43
14,23
296.894,58
15,36
345.611,17
15,46
Bangunan TERSIER Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB
1.145.153,66 100,00 1.336.566,93 100,00 1.609.360,93 100,00 1.932.710,22 100,00 2.235.766,34 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Jayapura (2012)
2.10. Sosial, Ekonomi dan Budaya Aktivitas ekonomi masyarakat yang bermukim di kawasan Danau Sentani didominasi oleh kegiatan pertanian tanaman pangan. Kegiatan pertanian tradisional dilakukan dengan sistem peladangan berpindah yang dilakukan oleh sebagian masyarakat adat Sentani dan masyarakat asal Pegunungan Tengah Papua, terutama di utara danau di kaki Pegunungan Cyclops. Sebagian aktivitas peladangan berlangsung di kawasan Cagar Alam Cycloop. Sistem ladang berpindah yang dilakukan masyarakat adat pada dasarnya memperhatikan proses pemulihan alami, yaitu meninggalkan kawasan yang telah ditanami untuk jangka waktu tertentu hingga kawasan tersebut kembali ditumbuhi pepohonan. Germadan Sentani
21
Dalam budidaya pertanian, sebagian masyarakat di kawasan Danau Sentani mulai berorientasi ke pasar, diantaranya dengan mengembangkan tanaman perkebunan seperti lada dan coklat. Sebagai contoh, di Desa Puay, Distrik Sentani Timur, penduduk selain bercocok tanam sayuran dan palawija, juga mengembangkan tanaman lada. Masyarakat Puay memanfaatkan keberadaan akses jalan yang menghubungkan pemukiman mereka dengan Kota Jayapura dan Sentani melalui Yoka untuk memasarkan produk pertanian. Desa Yokiwa merupakan areal relokasi sebagian penduduk Desa Puay yang baru dihuni sejak tiga tahun yang lalu. Untuk mengolah lahan pertanian, penduduk mendapat bantuan sapi dari Pemerintah Daerah. Aktivitas pertanian penduduk Desa Yokiwa merupakan fenomena pergeseran dari aktivitas pemanfaatan hasil hutan, contohnya buah pinang. Sebagian masyarakat telah melakukan budi daya tanaman pinang di seputar tempat tinggalnya. Diharapkan dalam empat tahun mendatang masyarakat dapat memanen hasil pohon pinang. Untuk itu, pangsa pasar untuk buah pinang perlu diperluas, misalnya untuk bahan baku obat-obatan dan kosmetika. Selain pinang, jenis tanaman lain yang berpotensi memperoleh pasar luas adalah buah matoa. Kegiatan masyarakat di sektor peternakan yang menonjol adalah pemeliharaan babi oleh masyarakat Dhani yang banyak bermigrasi dari Pegunungan Tengah, ke kawasan Sentani dan membangun permukiman di pinggiran Danau Sentani. Kegiatan ini merupakan salah satu sumber peningkatan pencemar organik Danau Sentani. Budidaya perikanan di Danau Sentani yang dikembangkan berupa Keramba Jaring Apung (KJA). Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jayapura (2011) luas areal KJA sekitar 13,8 hektar dengan produksi mencapai 402,14 ton (Tabel 2.4). Sebagian besar KJA berada di distrik Sentani Timur dan hanya sedikit menempati wilayah distrik Waibu. Aktivitas budaya masyarakat sekitar Danau Sentani yang menarik dinikmati adalah Festival Danau Sentani yang dilaksanakan secara rutin setiap bulan Juni. Festival ini merupakan promosi wisata yang 22
Germadan Sentani
menampilkan pawai budaya dan seni pertunjukan tradisional, serta berbagai perlombaan antar kampung di sekitar Danau Sentani. Tabel 2.4. Luas dan Produksi Keramba Jaring Apung Danau Sentani TAHUN 2008 2009 2010 2011
LUAS (Ha) 9,5 10 11,5 13,8
PRODUKSI (ton) 93,4 97,5 141,1 402,14
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jayapura (2012)
Danau Sentani merupakan badan perairan yang potensial untuk pengembangan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Sumberdaya Danau Sentani telah dimanfaatkan sebagai budi daya perikanan (Karamba Jaring Aung), transportasi air dan tirtawisata. Saat ini pemanfaatan danau masih terbatas pada kegiatan ekonomi penduduk setempat dalam bentuk penangkapan ikan dengan peralatan yang sederhana. Penebangan pohon sagu yang tumbuh di tepi danau digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat setempat dan air danau dimanfaatkan penduduk sekitar (pinggir danau) untuk keperluan mandi dan cuci. Galis (1969) menyebutkan bahwa masyarakat Sentani berasal dari timur, lalu menyebar ke barat dan menemukan Danau Sentani yang disebut buyakha atau buyakhala, yang berarti air yang tenang. Penduduk Sentani tersebar di tiga wilayah, yaitu : − Di bagian barat terkonsentrasi di Yonokon dan menyebar di beberapa kampung. − Di bagian timur terkonsentrasi di Pulau Asei dan menyebar di beberapa kampung. − Di bagian tengah terkonsentrasi di Pulau Ajauw dan menyebar di beberapa kampung. Germadan Sentani
23
Secara umum penduduk di kawasan Danau Sentani bersifat heterogen, pendatang bermukim di kawasan perkotaan dan penduduk asli berdiam di kawasan pedesaan. Masyarakat adat Sentani adalah Awetau, Fiobotau, Mimitau, Yobe, dan Yahim, sedang masyarakat pendatang, yang berasal dari Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, serta masyarakat Papua dari suku Dhani (Pegunungan Tengah). Sedangkan masyarakat adat Sentani adalah Awetau, Fiobotau, Mimitau, Yobe, dan Yahim.Kehidupan masyarakat di kawasan Danau Sentani umumnya masih bercirikan masyarakat perdesaan tradisional. Pada masyarakat adat Sentani dikenal adanya penguasaan lahan secara komunal berdasarkan hak ulayat.Penguasaan lahan tersebut berlangsung secara turun temurun.Setiap anggota dalam satu komunitas adat memiliki hak untuk menguasai dan memanfaatkan lahan yang termasuk dalam hak ulayat komunitas masing-masing. Pengaturan dalam penguasaan dan pemanfaatan lahan ditetapkan melalui lembaga adat yang dipimpin oleh ondofolo dan khoselo. Pada umumnya masyarakat adat sentani dikelompokan kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu Ondoafi/Ondofolo Koseo, Yoyo Kose dan Agha Peagha.Golongan pertama merupakan golongan elit tradisional yang terdiri dari para Ondoafi/Ondofolo dan Khoselo dalamklen besar Yo yang bersangkutan. Golongan kedua merupakan tua-tua adat, terdiri dari pembantu-pembantu pimpinan klen dan sesepuh adat.Secara struktur adat golongan kedua ini berada dibawah kepemimpinan Ondoafi/Ondofolo dan Khoselo.Golongan ketiga adalah masyarakat biasa dalam klen tersebut.Berdasarkan struktur adat golongan ketiga ini berada langsung dibawah kepemimpinan Ondoafi/Ondofolo. Kehidupan masyarakat di kawasan Danau Sentani umumnya masih bercirikan masyarakat perdesaan tradisional. Pada masyarakat adat Sentani dikenal adanya penguasaan lahan secara komunal berdasarkan hak ulayat. Penguasaan lahan tersebut berlangsung secara turun temurun. Setiap anggota dalam satu komunitas adat memiliki hak untuk menguasai dan memanfaatkan lahan yang termasuk 24
Germadan Sentani
dalam hak ulayat komunitas masing-masing. Pengaturan dalam penguasaan dan pemanfaatan lahan ditetapkan melalui lembaga adat yang dipimpin oleh ondofolo dan khoselo. Dikaitkan dengan sistem administrasi pertanahan, sebagian anggota masyarakat adat mengadministrasikan dan mengalihkan kepemilikan lahan kepada masyarakat pendatang, terutama yang bermukim di sekitar jalan raya yang telah berkembang kegiatan ekonominya. Di antara kepentingan pengalihan penggunaan lahan di antaranya untuk pembangunan fasilitas publik. Sebagian proses tersebut juga berimplikasi terhadap pengalihan penguasaan lahan, sebagai contoh pengalihan lahan dari masyarakat adat Yobe, Yahim, dan Ifar Besar di Sentani kepada Pemda Provinsi Papua yang dimanfaatkan untuk pembangunan bandar udara Sentani. Lahan hutan umumnya dikuasai oleh masyarakat adat. Pemanfaatannya diatur oleh lembaga adat, baik oleh komunitas maupun perorangan. Budaya masyarakat suku Sentani yang berorientasi pada konservasi dan perlindungan lingkungan adalah tradisi sasi yang dalam bahasa setempat disebut Burekheng. Tradisi ini dilakukan oleh para klen atau keret, berupa membuat patok kayu yang berbentuk lingkaran (dalam bahasa setempat disebut Sero) di dalam Danau Sentani. Di dalam Sero tersebut dimasukan daun-daun, pelepah dan batang sagu, serta dibiarkan untuk waktu yang cukup lama. Panen ikan dilakukan pada musim-musim tertentu yang sudah dijadwalkan dan disepakati bersama. Ikan di dalam Sero tidak boleh diambil sembarangan dan diluar waktu yang sudah disepakati. Hasil panen ikan dalam Sero yang berukuran besar akan diberikan kepada Ondoafi atau Ondofolo dan juga ibu-ibu yang baru melahirkan. Sedangkan hasil panen ikan lainnya akan dibagi kepada seluruh masyarakat di dalam Klen atau Keret. Saat ini tradisi Burekheng mulai jarang dilaksanakan, karena populasi ikan asli mulai berkurang dan sulit mengendalikan ikan-ikan introduced.
Germadan Sentani
25
26
Germadan Sentani
BAB III PERMASALAHAN, KONDISI YANG DIHARAPKAN, RUANG LINGKUP DAN PENDEKATAN 3.1. Permasalahan Permasalahan utama yang ditemui pada ekosistem Danau Sentani dapat dikelompokan menjadi 2 bagian, yaitu pada ekosistem daratan (terestrial) dan perairan (akuatik). Permasalahan tersebut telah memberi pengaruh terhadap aspek kelestarian dan fungsi danau, sebagai sumber daya hayati dan sumber daya air. Fungsi danau, sebagai sumber daya hayati dan sumber daya air. A. Permasalahan di daratan, antara lain : a. Bertambah luasnya lahan kritis b. Meningkatnya erosi dan sedimentasi c. Bertambahnya penduduk d. Pembuangan limbah domestik B. Permasalahan di perairan, antara lain : a. Pendangkalan dasar danau b. Pencemaran air danau c. Peningkatan gulma air d. Berkurangnya flora/fauna endemik e. Perubahan fluktuasi muka air danau 3.1.1. Permasalahan di daratan A. Bertambah luasnya lahan kritis Luas Daerah Tangkapan Air (DTA) di DAS Sentani kian hari terus berkurang. Pengurangan ini disebabkan karena banyaknya penduduk lokal maupun pendatang yang memanfaatkan kawasan CA Cyclops sebagai daerah pertanian dan pemukiman. Lahan Germadan Sentani
27
kritis di DAS Sentani adalah 14.847 ha atau 19,04 % dari luas total DAS Sentani 77.967 ha (BPDAS, 2012).Bertambahnya lahan kritis tentu sangat berpengaruh terhadap Danau Sentani. Dalam kondisi DAS seperti ini, maka sedimen yang masuk ke dalam danau semakin besar, air larian permukaan (run off) tinggi, serta banjir akan segera terjadi pada saat curah hujan cukup tinggi. Selain itu pada musim kemarau beberapa sungai yang dulu mengalir sepanjang tahun sekarang menjadi kering.Hasil kajian yang dilakukan Uncen (2013) didapatkan hanya 10 sungai yang masih mengalirkan air, yaitu delapan sungai di bagian utara dan dua sungai di bagian selatan. Dengan semakin bertambahnya lahan kritis tentu sangat berpengaruh terhadap Danau Sentani. Dalam kondisi DAS seperti ini, maka banjir sering terjadi pada saat curah hujan cukup tinggi. Selain itu pada musim kemarau beberapa sungai yang dulu mengalir sepanjang tahun sekarang menjadi kering. Peristiwa banjir dan tanah longsor yang cukup besar terjadi pada tahun 2007 dan 2012. B. Meningkatnya erosi dan sedimentasi DAS Sentani juga menghadapi persoalan erosi tanah dan sedimentasi yang masuk ke badan air Danau Sentani. Aktifitas penggalian pasir dan batu (sirtu) pada sungai Harapan, Kemiri dan Doyo serta perladangan liar di kawasan penyangga Cagar Alam Cyclops, serta pendulangan emas (penambangan tanpa ijin) yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar hulu Sungai Jembatan Dua, juga tanah dan batuan yang bersifat rentan telah menambah erosi dan sedimentasi pada Danau Sentani. DAS Sentani dengan curah hujan yang cukup tinggi ikut mempercepat sekitar 90 ton/thn atau ± 5 m/thn sedimen masuk Danau Sentani (BP DAS Memberamo, 2012). Pembangunan pelebaran jalan Sentani-Jayapura adalah sumber lain penyebab banyak sedimen yang masuk ke Danau Sentani. Luas daerah yang ditimbun akibat kegiatan pelebaran jalan mencapai sekitar 20 hektar. Terutama di daerah Telaga 28
Germadan Sentani
Maya hingga Kampung Harapan Distrik Sentni Timur. Akibat dari sedimen yang tinggi, maka berpengaruh terhadap kedalaman air Danau. C. Bertambahnya penduduk Penduduk di wilayah DAS Sentani menunjukkan laju pertambahan yang tinggi, sekitar 5% pertahun, melampaui laju pertambahan penduduk rata-rata nasional yang berkisar 2 – 3%. Dengan mengasumsikan bahwa Kabupaten Jayapura (ibukota : Sentani) merupakan kawasan terdekat dari Danau Sentani dan kawasan tercepat pertumbuhannya, maka laju pertambahan penduduk Kabupaten Jayapura dapat merepresentasikan proses perkembangan sosial-ekonomi dan sosial-budaya masyarakat di kawasan Danau Sentani. Jika separuh jumlah penduduk Kabupaten Jayapura dianggap merupakan komponen pencemar bagi Danau Sentani secara langsung, maka tekanan terhadap danau menjadi sangat signifikan. Pada tahun 2010 tekanan terhadap Danau Sentani akan dibangkitkan oleh sekitar 125.420 jiwa dan pada tahun 2025 oleh sekitar 188.130 jiwa. Dengan daya dukung dan daya tampung wilayah yang terbatas menjadikan pertambahan penduduk tentu akan berkorelasi terhadap perkembangan kehidupan social ekonomi dan budaya, serta kelestarian ekologis Danau Sentani. D. Pembuangan limbah domestik Bertambahnya penduduk berpengaruh terhadap pencemaran Danau Sentani. Bahan pencemar dari limbah domestik yang berasal dari rumah tangga, kantor dan pertokoan, hotel, restoran di sekitar Kota Sentani dan Waena yang dibuang ke sungai dan masuk ke dalam danau. Volume limbah domestik terus bertambah, namun belum ada unit pengolahan limbah yang dibangun untuk mengurangi dan mencegah pencemaran limbah yang terangkut dan terakumulasi ke dalam Danau Sentani. Germadan Sentani
29
3.1.2. Permasalahan di Perairan A. Pendangkalan dasar danau Erodibilitas di DAS dan DTA yang tinggi menyebabkan sedimentasi meningkat di Danau Sentani sehingga berpengaruh pada kedalaman air atau terjadi pendangkalan. Pendangkalan tersebut dipengaruhi oleh pembuangan sampah domestik, sisa penggalian dan pendulangan serta penimbunan hutan sagu dan sempadan danau akibat pelebaran jalan. Hasil pengukuran sedimentasi yang masuk ke dalam Danau Sentani mencapai 1,54 mm/tahun (BPDAS Memberamo, 2013). Sedimentasi terbesar terlihat di muara sungai Hubai (Kali Jembatan Dua) di Distrik Sentani Timur. B. Pencemaran air danau Sumber pencemaran air Danau Sentani adalah limbah domestik berupa bahan organik dari pemukiman penduduk di daerah tangkapan air dan sempadan danau. Kegiatan lain berupa usaha pertanian, peternakan, perikanan, penggalian dan pertambangan, industri rumah tangga dan pariwisata menambah volume limbah bahan organik dan non organik yang masuk ke perairan danau. Limbah tersebut ada yang terurai menjadi bahan anorganik, yaitu unsur hara nitrogen dan fosfor yang berpotensi menyuburkan air danau. Hasil pengukuran kualitas air Danau Sentani Pada tahun 2013, berdasarkan status mutu air dengan menggunakan Metode Perhitungan Indeks Pencemaran dengan mengacu pada Kepmen LH Nomor : 115 Tahun 2003 sebagai berikut : Tabel. 3.1. Hasil Perhitungan Indeks Pencemaran (IP) Kualitas Air Danau Sentani Tahun 2013. NO 1.
30
STATION PENGAMATAN Sosiri
HASIL PERHITUNGAN IP April
Juli
Oktober
2.68
2.98
3.20
EVALUASI TERHADAP NILAI IP Cemar Cemar Cemar Baku Mutu Ringan Sedang Berat √ -
Germadan Sentani
NO 2. 3. 4. 5. 6.
STATION PENGAMATAN Ifale Ayapo Puai Jembatan II Tanjung Elmo
HASIL PERHITUNGAN IP April
Juli
Oktober
2.80 2.70 3.40 2.70 2.50
2.30 5.30 1.80 3.20 1.90
1.60 1.88 1.60 2.03 1.83
EVALUASI TERHADAP NILAI IP Baku Cemar Cemar Cemar Mutu Ringan Sedang Berat √ √ √ √ √ √ -
Sumber : Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua, 2013
C. Peningkatan gulma air Tumbuhan gulma air yang dijumpai di Danau Sentanti adalah Eceng Gondok. Keberadaan Eceng Gondok perlu diwaspadai karena pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat, dan akan lebih susah dimusnahkan jika sudah dalam jumlah yang banyak. Eceng Gondok hanya dijumpai pada 2 tempat, yaitu di Kampung Ifale (Distrik Sentani Timur) da di bagian barat Danau Sentani yaitu di kampung Borowai (Distrik Waibu). Sebaran Eceng Gondok tersebut tidak luas, hanya setempat-setempat dengan luasan kurang dari 100 m2 dan tidak menetap. Tumbuhan air jenis Hydrilla verticilla, Eichornia crassipes, Ceratophylum demersum tumbuh subur pada bagian pesisir danau hingga 50 meter dan diperkirakan tumbuhan air telah menutupi 30% permukaan danau. Tumbuhan-tumbuhan air tersebut di perairan menandakan bahwa perairan Danau Sentani mempunyai kesuburan yang cukup tinggi atau eutrofik akibat limbah domistik yang membawa unsur Natrium-Posfhor-Kalium (NPK). Tingkat kesuburan perairan yang terlalu tinggi tentu kurang baik untuk keberadaan ekosistem Danau Sentani karena dapat menimbulkan pendangkalan danau. D. Berkurangnya flora/fauna endemik Ketidakseimbangan ekosistem Danau Sentani akibat aktivitas pembangunan dan manusia juga diprediksi berpengaruh terhadap Germadan Sentani
31
ekosistem flora dan fauna endemik. Jenis-jenis ikan eksotik sangat dominan dalam kompetisi terhadap sumberdaya yang ada. Jenis ikan endemik Danau Sentani, seperti gabus lokal yang selama ini mendominasi populasi ikan di Danau Sentani terancam punah, sementara introduksi jenis ikan eksotik semakin masif dan invasif. Beberapa jenis ikan seperti hiu gergaji dan ikan pelangi sudah lama tidak ditemukan lagi di Danau Sentani. Menurut Ohee (2014) ikan-ikan yang terdapat di Danau Sentani yang telah teridentifikasi antara lain 3 spesies endemik, 7 spesies indigeneus, dan 8 spesies anadromous, serta 17 spesies invasif. Dari 3 spesies endemik tersebut, 2 diantara termasuk ke dalam IUCN Red List, yaitu ikan pelangi sentani (Chilatherina sentaniensis) dan ikan pelangi merah (Glossolepis incisus). Daftar jenis-jenis ikan yang dijumpai di Danau Sentani ditunjukan oleh Tabel 2.1. Masuknya beberapa jenis ikan invasif telah menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem Danau Sentani yang ada selama ini. Umumnya jenis-jenis ikan eksotik invasif tersebut sangat dominan dalam kompetisi terhadap sumberdaya yang ada. Hal ini terlihat dengan semakin jarangnya ikan ikan asli Danau Sentani, seperti gabus lokal yang selama ini merupakan ikan yang mendominasi ikan di Danau Sentani. Bahkan beberapa jenis ikan seperti hiu gergaji dan ikan pelangi sudah lama tidak ditemukan lagi di Danau Sentani. E. Perubahan fluktuasi muka air danau Meluapnya air danau pada Bulan Maret-Mei 2013 akibat curah hujan yang ekstrim, sedimen dan timbunan pada Danau Sentani telah menimbulkan kerugian yang besar bagi masyarakat yang bermukim di Danau Sentani. Banyak rumah masyarakat yang rusak sehingga terjadi pengungsian besar-besaran dan kehilangan mata pencaharian seperti budidaya ikan keramba. Kejadian ini menunjukan bahwa DAS dan DTA telah mengalami kerusakan fungsi hidrologis. Sungai Jaifuri sebagai satu-satunya pintu keluar air Danau Sentani juga tidak mampu mengalirkan air 32
Germadan Sentani
yang keluar danau secara normal. Neraca air yang masuk dan yang keluar tidak berimbang akibatnya air Danau Sentani meluap dengan cepat karena berkurangnya luas penampungan air danau. 3.1.3. Permasalahan Tata Ruang Pembuatan konsep dan dokumen perencanaan mengenai pengelolaan dan pemanfaatan Danau Sentani sudah cukup banyak dihasilkan tetapi produk hukum yang menaungi dokumen tersebut masih sedikit dan kurang implementatif. Dokumen tata ruang yang disusun oleh Pemerintah Provinsi Papua, Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura yang berkaitan dengan Danau Sentani belum terintegrasi dan selaras. Disamping itu, perubahan yang terjadi di Danau Sentani dan sekitarnya sangat cepat dan tidak terkoordinasi dengan baik. Koordinasi antar lembaga (pemerintah, adat, swasta dll) dalam pemanfaatan DAS Sentani juga kurang sehingga sering terjadi overleping antara lembaga tersebut. Sebagai contoh tidak sinkron produk hukum yang terjadi adalah antar Perda Provinsi Papua Nomor 23 Tahun 2013 tentang Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua 2013 – 2033 dan Perda Kabupaten Jayapura Nomor 21 Tahun 2009 tentang Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jayapura 2008 – 2028 dengan Perda Kabupaten Jayapura Nomor 3 tahun 200 tentang Pelestarian Kawasan Hutan Sagu. Kedua dokumen tata ruang tersebut belum memperhatikan arahan tentang pelestarian hutan sagu yang merupakan sumber pangan dan juga perlindungan ekosistem pada sempadan danau. Sempadan danau belum dianggap sebagai Kawasan Lindung Danau dan belum diakomodir di dalam dokumen tata ruang. Sebagai contoh tidak konsisten dan tidak terkoordinasi antar lembaga adalah kegiatan pembangunan dan pelebaran jalan Jayapura - Sentani sepanjang 12 km. Akibat kegiatan ini tidak hanya tingkat bahaya erosi di DAS dan DTA yang bertambah dan juga sedimentasi di danau meningkat. Tetapi juga berubahnya fungsi kawasan, yang semula merupakan kawasan yang dilindungi menjadi kawasan yang diperutukan bagi budidaya dan pemanfaatan lainnya. Hal ini tidak Germadan Sentani
33
hanya mengganggu ekosistem tetapi juga merubah pola kehidupan masyarakat. 3.2. Kondisi Yang Diharapkan Kondisi yang diharapkan dari pengelolaan ekosistem Danau Sentani adalah terpeliharanya fungsi, daya dukung dan daya tampung, kemampuan pemulihan ekosistem danau dalam mendukung kualitas kehidupan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat di sekitar danau, menuju pemanfaatan danau yang lestari. Keanekaragaman hayati endemik dan bernilai budaya tinggi bagi masyarakat setempat terpelihara. Kesadaran, sikap mental dan perilaku para pihak (stakeholder) dalam memanfaatkan dan mengelola danau diharapkan dapat memberi kenyamanan dan keserasian antara manusia dengan alam yang harmonis dan berkelanjutan. Beberapa aspek penting dalam pengelolaan ekosistem danau yang perlu dikelola untuk mencapai ekosistem Danau Sentani yang lestari adalah sebagai berikut : 1. Penataan ruang kawasan danau 2. Penyelamatan ekosistem perairan danau 3. Penyelamatan ekosistem lahan sempadan 4. Penyelamatan ekosistem daerah aliran sungai (DAS) dan daerah tangkapan air (DTA) 5. Pemanfaatan sumber daya air danau 6. Pengembangan sistem monitoring, evaluasi dan informasi ekosistem danau 7. Peningkatan peran dan partisipasi masyarakat 8. Pendanaan yang memadai 3.2.1. Penataan ruang kawasan danau Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Danau Sentani berbasis zonasi, misalnya zona penyanggah, zona pemanfaatan, zona konservasi perairan dan zona lainnya, diperlukan dalam rangka pengelolaan kawasan Danau Sentani secara berkelanjutan. Penataan 34
Germadan Sentani
RDTR sangat mendesak untuk dilakukan dan tentu diharmonisasikan dan disinkronkan dengan RTRW Provinsi Papua dan RTRW Kabupaten/Kota Jayapura. RDTR juga hendaknya disusun dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan daya tampung Danau Sentani. 3.2.2. Penyelamatan ekosistem perairan danau Upaya penyelamatan ekosistem perairan danau yang perlu dilakukan oleh para stakeholder adalah : a) Kelas Air, Status Trofik dan Daya Tampung Beban Pencemaran Air. Kelas Air ideal pada ekosistem danau adalah Kelas 1 sampai Kelas 2, sedangkan status trofiknya adalah Mesotrofik. Alokasi daya tampung beban pencemaran air ditentukan berdasarkan sumber limbah. b) Melakukan konservasi potensi dan keanekaragaman hayati danau, dan mengendalikan penangkapan ikan dan introduksi spesies dari luar danau; c) Pemberantasan dan pengendalian luas gulma air sebesar 1 % dari luas danau. 3.2.3. Penyelamatan ekosistem lahan sempadan Lahan sempadan danau berfungsi sebagai kawasan lindung danau yang harus bebas dari bangunan, baik pemukiman maupun perhotelan, kecuali bangunan tertentu yang memiliki fungsi perlindungan danau. Bangunan lain yang diijinkan adalah dermaga untuk sarana singgah atau sandar perahu yang menjadi bagian dari transportasi masyarakat setempat. 3.2.4. Penyelamatan ekosistem DAS dan DTA Ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS)/Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Sentani yang baik adalah yang memiliki tutupan lahan hutan minimal 30 %, laju erosi dan sedimentasinya terkendali, sehingga fungsi ekosistem dan fungsi hidrologi danau dapat terjamin dengan baik. Germadan Sentani
35
Seluruh kegiatan di DAS atau DTA Danau Sentani yang menghasilkan limbah harus dicegah melalui perizinan dan pengendalian sehingga tidak melampaui daya dukung dan daya tampung Danau Sentani. 3.2.5. P emanfaatan sumber daya air danau Sumber daya air Danau Sentani telah dimanfaatkan sebagai media perikanan, wisata dan transportasi, serta sebagai air baku atau air bersih dan minum. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya air Danau Sentani yang lestari dan berkualitas baik, maka : a) Limbah akibat pemanfaatan air sebagai media tidak boleh melampaui daya tampung beban pencemaran air dan baku mutu air danau; b) Pemanfaatan air baku harus memenuhi neraca air dan fluktuasi permukaan air danau secara alamiah; c) Bangunan air untuk air baku tidak boleh menaikkan permukaan air; d) Bangunan air di sungai outlet danau tidak menutup jalur migrasi ikan dari danau ke sungai dan ke laut atau jalur sebaliknya. 3.2.6. Pengembangan sistem monitoring, evaluasi dan informasi ekosistem danau Penyelamatan ekosistem dan pemanfaatan sumberdaya air danau memerlukan informasi tentang karakteristik dan kondisi danau yang antara lain : a) Peta dan data pemantauan kualitas lingkungan; b) Informasi kegiatan yang berisiko merusak dan mencemari ekosistem danau; c) Informasi keanekaragaman hayati perairan danau; d) Informasi jenis dan luas gulma air yang tumbuh di perairan danau; e) Sistem informasi yang dapat diakses oleh berbagai pihak dan masyarakat yang berkepentingan dengan danau.
36
Germadan Sentani
3.2.7. Peningkatan peran dan partisipasi masyarakat Kondisi ekosistem Danau Sentani yang baik harus dapat meningkatkan kualitas lingkungan sosial, khususnya kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar danau. Agar kondisi ekosistem danau menjadi baik, diperlukan peningkatan kepedulian masyarakat terhadap keselamatan danau. Kearifan lokal dalam pemanfaatan danau dan pelestariannya perlu dikembangkan dan diterapkan. Peran dan partisipasi masyarakat perlu terorganisir, antara lain melalui pembentukan dan pengembangan forum penyelamatan danau. 3.2.8. Pengembangan Kapasitas Kelembagaan dan koordinasi Pengelolaan dan penyelamatan ekosistem danau Sentani memerlukan peraturan daerah. Koordinasi berbagai sektor pemerintah dengan pemerintah daerah, masyarakat sekitar danau, serta badan usaha pemanfaat danau juga penting dan diperlukan. Selain koordinasi, kapasitas kelembagaan perlu diperkuat agar program penyelamatan danau dapat berlangsung dengan baik dan berhasil guna. 3.2.9. Pendanaan yang memadai Program dan kegiatan penyelamatan Danau Sentani memerlukan dana yang tidak sedikit. Oleh sebab itu, ketersediaan anggaran yang memadai sangat diperlukan untuk menjaga komitmen dan konsistensi dalam penyelamatan danau. Pendanaan dapat dihimpun dari pemanfaat danau (pihak swasta), pemerintah (daerah dan/atau pusat) dan masyarakat. 3.3. Fungsi Danau Sentani Fungsi utama danau Sentani, pertama “fungsi ekologis” yaitu sebagai pengatur tata air (hidrologi) dan stabilitas iklim mikro, habitat flora/fauna endemik serta menambat sedimen dan bahan pencemar. Kedua “fungsi ekonomis dan non ekonomis” yaitu sebagai penyedia air baku bagi kota Sentani dan Jayapura, pengisi air tanah (akifer terbuka) dan sumber perikanan tangkap dan keramba jaring apung. Ketiga Germadan Sentani
37
“fungsi estetika” yaitu berupa keunikan tradisi dan budaya masyarakat setempat, serta keindahan panorama alam di sekitar Danau Sentani. Manfaat dari keberadaan Danau Sentani, antara lain : A. Sumber air bersih Air Danau Sentani menjadi potensial sebagai sumber air baku untuk penyuplai air bersih bagi pembangunan dan kehidupan masyarakat di Kota dan Kabupaten Jayapura. Pemanfaatan Danau Sentani untuk penyediaan air baku, perlu mempertimbangkan volume dan tinggi muka air danau yang lestari, sehingga tidak mengganggu neraca tata air danau serta kemungkinan pemanfaatan untuk kepentingan lain. Suplai air bersih untuk Kota Jayapura berasal dari Kali Anafre, Kali APO, Kali Kloofkam, Kali Entrop, Kali Kamp Wolker dan Kali Buper sedangkan untuk Kabupaten Jayapura (Sentani) berasal dari sungai-sungai dari Cyclops seperti, Kali Bello, Kali Kemiri dan Kampwolker. Debit sumber-sumber air tersebut semakin berkurang sehingga tidak mampu mencukupi permintaan konsumen yang ada. B. Budidaya Perikanan Pemanfaatan Danau Sentani untuk kegiatan perikanan telah lama dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana, seperti tombak, pancing, dan jaring oleh penduduk di sekitar danau. Hasil penangkapan digunakan untuk kebutuhan pangan sehari-hari dan dijual. Budidaya perikanan di Danau Sentani dimulai awal tahun 1980, yaitu dengan memelihara ikan dalam hampang berukuran 6 x 8 m2 yang terbuat dari anyaman kawat dan ditempatkan di bawah bangunan rumah panggung. Pada saat itu tercatat 120 unit hampang. Jenis ikan yang dibudidaya adalah ikan mujair, mas, dan nila dengan produktifitas 50 – 100 kg/hampang. Usaha perikanan lain yang berkembang pesat ialah budidaya keramba jaring apung (KJA) dengan jenis ikan yang dipelihara antara lain jenis mujair, mas, nila, lele dan louhan. 38
Germadan Sentani
Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jayapura (2012), budidaya KJA melibatkan sekitar 175 UPP dengan luas areal mencapai 13,8 hektar dan produksi ikan sebanyak 402,14 ton per tahun. Potensi Danau Sentani untuk pengembangan kegiatan perikanan berkelanjutan cukup tinggi diperkirakan sekitar 1.647 – 1.816 ton/tahun, usaha perikanan yang dilakukan pada saat ini baru mencapai sekitar 22 - 24 % potensi lestari. Dalam rangka mengembangkan usaha perikanan, Pemerintah Daerah Propinsi Papua dan Kabupaten Jayapura telah melakukan pembinaan pembibitan, pembinaan usaha, penyediaan pasar, dan penyediaan fasilitas kredit. Upaya tersebut diwujudkan melalui pembangunan prasarana dan sarana seperti balai benih ikan, pasar ikan, usaha pembenihan rakyat, kredit petani ikan, dan bantuan paket pengolahan ikan. Pengembangan kegiatan perikanan Danau Sentani perlu dilaksanakan dalam batas potensi lestari, dimana penebaran bibit ikan dipilih untuk jenis-jenis tertentu guna menghindari kemungkinan berkembangnya predator ikan asli endemic, usaha perikanan dengan keramba perlu memperhatikan pengendalian pencemaran sisa pakan ikan dan obat-obatan yang terlarut dalam perairan danau, budidaya perikanan perlu membantu menekan laju eutrofikasi oleh pencemaran bahan organic, dan kegiatan penangkapan ikan dilakukan dalam batas kelesatrian populasi Ikan. C. Pariwisata Danau Sentani dengan ekosistemnya yang indah dan unik menjadi aset yang berpotensi bagi pengembangan kegiatan pariwisata tirta. Pengembangan sektor pariwisata di Danau Sentani memang diakui belum berjalan secara optimum. Infrastruktur pendukung masih terbatas dan fasilitas wisata baru tersedia di Yougwa dan Kalkote. Di Yougwa tersedia hotel, penyewaan speed boat, dan restoran.Sedang di Kalkote hanya ada aktifitas Festival Danau Sentani setiap tahun. Germadan Sentani
39
Festival Danau Sentani (FDS) menjadi wahana dan even nasional untuk mempromosikan ekologis dan sosial budaya Papua sebagai aset paket wisata dan kreatifitas yang dapat dijual untuk dinikmati oleh wisatawan domestik dan asing. Festival ini menampilkan budaya masyarakat lokal, antara lain tarian Perang di atas perahu dan tarian-tarian tradisional lainnya yang sangat unik sebagai warisan dari nenek moyang (Ondoafi atau Ondofolo). Selain tarian masyarakat lokal, Festival Danau Sentani juga mempertontonkan tarian dari masyarakat adat di sekitar Danau Toba di Sumatera, Danau Mindanao di Sulawesi Utara dan danau Tempe di Sulawesi Selatan. Festival ini dimulai sejak 2007 dan telah menjadi even tahunan kalendar pariwisata utama di Papua yang diselenggarakan setiap bulan Juni serta masuk dalam. Disamping FDS juga ada Festival Asmat (di wilayah selatan Papua), Festival Baliem (di wilayah pegunungan Papua) dan Festival Raja Ampat (di wilayah barat Papua). Keindahan bentang alam danau dan gunung, yangdilengkapi dengan obyek wisata lainnya, seperti Cagar Alam Cycloop, Tugu McArthur, dan Gunung Batu Megalitikum di Doyo Lama, maka menjadikan Danau Sentani sebagai tujuan wisata potensial dan prospektik di Papua yang perlu dilestarikan. D. Transportasi Masyarakat lokal memanfaatkan Danau Sentani sarana transportasi air dan Pemerintah Daerah membangun dermaga Yahim,Telaga Maya dan Kalkote. Tercatat 60-70 perahu motor yang melayani angkutan Danau Sentanin dengan kapasitas rata-rata 10 – 15 orang/perahu. Transportasi danau sangat membantu kelancaran aktivitas orang dan barang di kampungkampung utamanya wilayah yang belum dijangkau prasarana jalan dan jembatan. Angkutan danau meningkatkan aksesibilitas antara kawasan bagian utara dengan selatan Danau Sentani walaupun dalam skala terbatas. Sarana tersebut umumnya 40
Germadan Sentani
dipergunakan masyarakat untuk mengangkut hasil pertanian ke kota dan mengangkut bahan pokok ke kampung-kampung sekitar danau, serta anak-anak yang bersekolah di luar kampung yang berada di tengah danau. E. Pendidikan dan Pelatihan Potensi Danau Sentani dari aspek pendidikan dan penelitian masih banyak yang belum dikaji dan diexpose. Kajian-kajian tentang Danau Sentani dan sekitarnya masih kurang yang dipublikasikan, misalnya tentang potensi sumber daya alam, sosial masyarakat dan budaya-budaya yang ada di sekitar Danau Sentani serta kawasan Cagar Alam Cyclops sebagai pendukung utama keberadaan Danau Sentani. Keanekaragaman hayati diperairan Danau Sentani juga menarik untuk dikaji. Demikian juga mengenai sejarah dan kearifan masyarakat lokal dalam memelihara ekosistem Danau Sentani. Pelatihan untuk peningkatan kapasitas masyarakat lokal banyak dilakukan sebagai bagian dari upaya pengembangan sumber daya manusia. F. Ekonomi dan budaya Aspek ekonomi yang berkaitan dengan keberadaan danau berupa pemenuhan kebutuhan hidup manusia yang ada di atas dan sekitar danau seperti memancing atau menjaring ikan, menjalankan usaha transportasi, mengembangkan usaha budidaya ikan air tawar, rekreasi dan kegiatan budaya serta pusat ekowisata (tirta wisata) dalam festival Danau Sentani. Usaha ekonomi sehari-hari yang berkembang cukup baik adalah budidaya Keramba Jaring Apung, dimana produksinya dikirim keluar Kabupaten Jayapura. 3.4. Ruang Lingkup dan Pendekatan Ruang lingkup Gerakan Penyelamatan Danau Sentani meliputi Bab I Pedahuluan menjelaskan tentang latar belakang, dasar hukum, strategi Germadan Sentani
41
penyelamatan ekosistem dan tujuan penyelamatan Danau Sentani, Bab II Gambaran Umum menjelaskan tentang kondisi geografis, batas administrasi, topografi, geologi dan potensi tambang, penggunaan lahan, sumber daya air dan hirologi, keanekaragaman hayati, kependudukan, perekonomian, sosial ekonomi dan budaya, Bab III Permasalahan, Kondisi yang Diharapkan, Ruang Lingkup dan Pendekatan, dan Bab IV Gerakan Penyelamatan Danau Sentani menjelaskan tentang faktorfaktor internal dan eksternal, analisis kekuatan – kelemahan – peluang dan ancaman, program-program pokok (superprioritas) dan programprogram penunjang (prioritas). Upaya penyelamatan dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kesatuan geografis dan segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Pendekatan Gerakan Penyelamatan Danau Sentani dilakukan melalui pendekatan unit pengelolaan. Dalam konteks ini, ekosistem Danau Sentani perlu dikelola dan dilestarikan sebagai basis perencanaan aktivitas antropogenik Danau Sentani. Aktivitas antropogenik perlu diposisikan sebagai bagian dari ekosistem Danau Sentani yang memiliki saling keterkaitan dengan ekosistem danau secara menyeluruh. Dari pendekatan ekosistem Danau Sentani secara keruangan juga terdiri dari kawasan Danau Sentani dan kawasan Daerah Tangkapan Air (catchment area) Danau Sentani. Dinamika ekosistem danau selain dipengaruhi oleh aktivitas antropogenik, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor alami yang mengakibatkan perubahan mendasar bagi ekosistem. Peran DTA danau menjadi penting dalam rangka menciptakan kondisi danau yang lestari. Kelestarian ekosistem Danau Sentani ditentukan oleh kinerja pengelolaan lingkungan di seluruh kawasan Danau Sentani. Oleh karena itu, upaya penyelamatan danau dengan pendekatan pengelolaan lingkungan pada daerah tangkapan air dan perairan Danau Sentani secara terintegrasi menjadi penting.
42
Germadan Sentani
BAB IV GERAKAN PENYELAMATAN DANAU SENTANI Dalam rangka menyusun Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Sentani dilakukan analisis melalui pendekatan Kekuatan (Strength) – Kelemahan (Weakness) – Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat) atau SWOT Analysis. Analisis SWOT merupakan analisis kondisi faktor-faktor internal maupun eksternal untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan, serta untuk merancang strategi dan program kerja. Melalui analisis kekuatan – kelemahan – peluang - ancaman yang dimiliki atau dihadapi oleh Danau sentani, maka disusun program aksi gerakan penyelamatan Danau Sentani. 4.1. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Yang dimaksud dengan faktor Internal dalam upaya pelestarian danau adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam atau sekitar Danau Sentani, seperti potensi air, keindahan panorama danau serta daya dukung dan daya tampung danau. Faktor internal menguraikan parameter kekuatan dan kelemahan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar danau dan berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap Danau Sentani, seperti kondisi DAS dan DTA, aktivitas penduduk, kelembagaan, dan teknologi. 4.1.1. Kekuatan (Strength) a. Potensi air danau Danau Sentani menyerupai bentuk huruf S dengan luas 9.360 Ha, memanjang dari timur ke barat sepanjang 26,5 km dan lebar danau bervariasi antara 2 hingga 24 km; di sekitar Selat Simporo antara 2 – 4 km dan lebar maksimum ± 24 km di sebelah barat dan timur danau. Tinggi muka air danau maksimum normal tercatat Germadan Sentani
43
setinggi +73 m dpl dan minimum normal +72 m dpl. Volume air yang ditampung oleh Danau Sentani dengan luas 9.360 Ha pada elevasi muka air +73 m dpl diperkirakan sebesar 2,8 milyar m3 (ITB, 2002). Potensi air Danau Sentani pada hakekatnya terdiri dari sumberdaya air yang tersimpan atau tertahan sebagai potensi airtanah dan yang ditampung di dalam Danau Sentani. Potensi air ditentukan berdasarkan air permukaan(sungai) yang mengalir ke Danau Sentani dan air tanah yang mengisi danau sentani. Sungai yang mengalir dan mengisi danau Sentani sebanyak 26 sungai (PLN, 1993), tetapi yang mengalir sepanjang tahun sebanyak 10 sungai (Uncen 2013). Sebagian besar hulu sungai berada di Pegunungan Cyclops (sebelah Utara danau Sentani). Total debit aliran sungai yang masuk (inflow) ke Danau Sentani adalah 85,47 m3/dtk, sedangkan yang keluar (outflow) di sungai Jaifuri terukur sebesar 162,75 m3/dtk (Uncen, 2013). Air tanah yang mengisi Danau Sentani diperkirakan sebesar 90 m3/dtk. Potensi air Danau Sentani dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih Kota dan Kabupaten Jayapura, irigasi di hilir Sungai Jaifuri, dan sumber pembangkit listrik. Pemanfaatan tersebut diharapkan tidak mengakibatkan defisit neraca air dan tidak mengganggu keseimbangan ekosistem Danau Sentani. Dalam hal ini, selain pengendalian pemanfaatan air di outlet danau, juga diperlukan pengelolaan debit inlet ke Danau Sentani. Potensi tersebut merupakan sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, jika dilakukan pengelolaan lingkungan secara memadai. b. Keindahan panorama danau Kawasan Danau Sentani sebagian besar merupakan daerah dengan topografi dataran hingga perbukitan bergelombang. Dataran danau masih ditempati oleh hutan sagu dan rawa yang alami, sedangkan perbukitan didominasi oleh semak belukar dan alang-alang, serta pohon-pohon yang lebat pada lembahnya. Sepintas bentuk perbukitan yang mengelilingi danau menyerupai 44
Germadan Sentani
hamparan karpet yang rata dan halus, dengan latar belakang Pegunungan Cyclop yang besar dan tinggi menjulang, seperti seorang raksasa. Air Danau Sentani relatif tidak bergelombang dan jernih kehijauan memberi nuansa sejuk dan tenang. Perpaduan panorama daratan (perbukitan) dan perairan Danau Sentani yang eksotik memperlihatkan potensi wisata alam yang sangat besar. Panorama danau yang indah dan didukung oleh budaya penduduk lokal yang unik menjadi tujuan wisata yang menarik dikunjungi. c. Perikanan lokal Kegiatan perikanan di Danau Sentani terdiri dari kegiatan perikanan tangkap yang merupakan mata pencaharian masyarakat asli, dan perikanan budidaya dengan skala kecil. Kegiatan perikanan tangkap dilakukan oleh 892 orang nelayan menggunakan pancing, tombak dan jaring dengan perahu tanpa motor. Penangkapan dilakukan pada malam ataupun siang hari dengan hasil tangkapan sekitar 4 – 6 kg/hari atau total produksi sebesar 8.923 ton/ tahun (DKP Kab. Jayapura, 2013). Kegiatan budidaya perikanan dilakukan oleh 674 orang dengan luas lahan keramba sekitar 8,71 hektar yang sebagian besar berada di Distrik Sentani Timur. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah jenis ikan introduksi, seperti Nila (Oreochromis niloticus), Mujair (Oreochromis mossambicus), Mas (Cyprinus caprio), Gurame (Osphronemus gouramy). Produksi keramba diperkirakan sebesar 90.105 ton/tahun. Prospek usaha budidaya di Danau Sentani dapat dikembangkan hingga 150 hektar atau 1,6% luas danau. Kegiatan budidaya perikanan yang baru dilakukan sekitar 6% dari luas wilayah yang direncanakan. Pemasaran ikan yang berasal dari Danau Sentani tidak hanya bagi kota dan kabupaten Jayapura, tetapi sudah merambah hingga wilayah Pegunungan Tengah Papua. Permintaan ikan air tawar diprediksi akan meningkat setiap tahunnya.
Germadan Sentani
45
4.1.2. Kelemahan (Weakness) a. Menurunnya populasi ikan endemik Spesies ikan yang ada di danau Sentani sekitar 30 jenis, namun yang endemik hanya 4 jenis, yaitu ikan Gabus Sentani (Oxyeleotris heterodon), ikan Pelangi Sentani (Chilatherina sentaniensis), ikan Pelangi Merah (Glossolepis incisus), Hiu Gergaji (Pristis microdon). Diantara ikan endemis Danau Sentani, ikan Gabus Sentani (Khahebei/ Kayou: bahasa Sentani) mengalami penurunan populasi, karena telur ikan ini dimakan oleh jenis ikan gabus lain. Paling tidak ada 2 jenis ikan predator di danau ini, yaitu ikan Gabus Toraja (Channa striata) dan ikan Lohan. Tidak diketahui siapa dan kapan kedua jenis ikan ini masuk ke dalam danau Sentani. Kedua jenis ikan ini telah berkembang biak sangat cepat dan menjadi sulit dikedalikan. Jenis ikan endemik yang saat ini tidak mudah dijumpai atau sangat langka adalah Hiu Gergaji. Sekitar tahun 1970-an jenis ikan ini masih terlihat dan sering tersangkut oleh jaring nelayan. Namun, sekarang tidak ditemukan lagi hidup di Danau Sentani. b. Bangunan di sempadan danau Sempadan danau yang semestinya menjadi Kawasan Lindung Danau belum memperoleh perhatian yang serius dari pemerintah daerah. Beberapa bangunan, seperti rumah makan/restoran, rumah, cottage dan tempat wisata, telah didirikan. Keberadaan bangunanbangunan ini, tidak hanya mengganggu kelestarian danau dan mengurangi keindahan danau Sentani, tetapi juga tidak sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan. Misalkan, Peraturan Daerah Kabupaten Jayapura No. 3 Tahun 2000 tentang Pelestarian Kawasan Hutan Sagu. 4.1.3. Peluang (Opportunity) a. Penetapan Pegunungan Cyclop sebagai Cagar Alam Pegunungan Cyclop merupakan hulu dari sebagian besar 46
Germadan Sentani
sungai yang mengalir ke dalam Danau Sentani. Pegunungan ini memiliki peran besar dalam mengatur sistem hidrologi dan ekosistem serta memiliki keanekaragaman hayati yang unik dan khas. Oleh sebab itu, melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 56/Kpts/Um/6/1978, kawasan Pegunungan Cyclops ditunjuk sebagai kawasan konservasi dengan status sebagai Kawasan Cagar Alam. Dengan penetapan ini Pegunungan Cyclop mempunyai nilai strategis dalam penunjang sistem kehidupan, yaitu sebagai sumber plasma nutfa, kaya akan keanekaragaman hayati flora dan fauna endemik, serta ekosistem tipe hutan yang lengkap; sebagai daerah tangkapan air, penataan dan sumber penyediaan air, serta suplai bagi Danau Sentani dan pengatur iklim mikro; serta sebagai laboratorium alam bagi penelitian dan pendidikan. b. DAS Sentani sebagai DAS Prioritas Penetapan DAS Sentani sebagai DAS prioritas nasional ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.328/Menhut-II/2009 tentang Penetapan DAS Prioritas dalam rangka RPJM tahun2010 – 2014.Dengan keputusan ini maka kegiatan rehabilitas dan reklamasi hutan serta aset yang berada didalamnya perlu diselamatkan. Pengelolaan kawasan danau dan DAS prioritas nasional dilakukan untuk menurunkan laju kerusakan lingkungan. Permasalahan yang ada pada ekosistem danau dapat terjadi mulai dari wilayah daerah tangkapan air, sempadan danau dan badan air. Kerusakan ekosistem danau pada akhirnya berpotensi menimbulkan kerusakan bahkan menyebabkan punahnya ekosistem danau. c. Forum DAS Sentani – Tami Forum DAS Sentani – Tami terbentuk pada bulan Maret 2008. Forum ini dibentuk dalam rangka membangun komitmen dalam menanggulangi kerusakan lingkungan secara terpadu, komprehensif dan konsisten mulai dari hulu hingga hilir. Peran Forum DAS Sentani – Tami antara lain sebagai wadah komunikasi, Germadan Sentani
47
koordinasi dan konsultasi yang efektif dalam mengakomodir semua perencanaan dan penanganan pengelolaan DAS dan pembangunan berkelanjutan bagi kelangsungan hidup melalui upaya representatif dan preventif antar wilayah administrasi. Wilayah DAS sebagai suatu ekosistem mulai dari hulu sampai hilir sungai merupakan batas-batas ekologis sehingga dimungkinkan satu wilayah DAS dapat lintas kabupaten, provinsi bahkan lintas negara. Melalui forum DAS diharapkan terwujud kerjasama antar wilayah dan antar sektor sehingga bersinergi dengan perencanaan tata ruang wilayah dan mengembangkan perekonomian serta dapat mengakselerasi pembangunan fisik maupun sosial budaya. d. Promosi wisata danau Festival Danau Sentani yang diselenggarakan setiap tahun pada bulan Juni merupakan kegiatan pariwisata rutin yang mengangkat potensi wisata dan budaya di danau Sentani. Kegiatan ini selalu diminati dan dikunjungi oleh banyak wisatawan, baik lokal, nasional maupun internasional. Dalam festival ini baru sebagian kecil potensi budaya dan alam yang diekspos. Disekitar danau masih banyak potensi alam yang dapat disuguhkan, seperti air terjun Kemiri, situs megalith Doyo Lama dan lain-lain. e. Dukungan masyarakat Dukungan masyarakat terhadap pelestarian ekosistem danau tercermin pada aktivitas masyarakat dan nilai-nilai budaya lokal yang dipakai dalam mengelola sumberdaya alam Danau Sentani. Lembaga adat mempunyai peranan yang sangat penting dalam sistim kehidupan masyarakat adat. Ondoafi/Ondofolo dan Khoselo yang merupakan pemimpin adat memiliki hak dan kewajiban mengelola sumberdaya alam yang berada diwilayah adat. Tugas pemimpin adat adalah pembagian ruang pemanfaatan dan penyelesaian konflik yang berhubungan dengan pembagian ruang pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam yang berada di wilayah adat (phume ame dan yome yamme). Pengelolaan sumberdaya alam melibatkan nilai-nilai budaya 48
Germadan Sentani
atau kearifan lokal, seperti terlihat pada sistem berkebun, meramu sagu, berburu dan mencari ikan. Peralatan yang digunakan dalam mengelola sumberdaya alam ini masih sangat sederhana, sehingga kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam tetap terjaga. Keterlibatan masyarakat adat dalam pengelolaan sumberdaya alam Danau Sentani selain memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat adat juga sangat menentukan keberhasilan dari program-program pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. 4.1.4. Ancaman (Threat) a. Pola penggunaan lahan Perkembangan kegiatan masyarakat di kawasan Danau Sentani berpotensi mengubah penutupan lahan dan pola penggunaan lahan. Kawasan hutan di sekitar danau cenderung berubah menjadi lahan terbuka akibat aktifitas manusian. Perubahan lahan saat ini telah terindikasikan oleh meluasnya lahan kritis di sekitar danau. Selain perluasan lahan terbangun yang diperuntukkan bagi pembangunan perumahan, perkantoran, dan prasarana perkotaan lainnya, dicatat pula adanya perkembangan kegiatan pertanian, perkebunan, dan pertambangan bahan galian golongan C yang ikut mempercepat laju perluasan lahan kritis. Kegiatan pembukaan hutan berpotensi meningkatkan erosi permukaan yang pada akhirnya akan menyebabkan tingginya sedimentasi di Danau Sentani. Secara alamiah lereng Pegunungan Cycloop di utara danau mengalami erosi dan longsoran oleh karakteristik kemiringan lereng dan sifat batuan yang telah melapuk. Namun pembukaan hutan oleh aktivitas manusia akan mempertinggi tingkat erosi ke daerah bawahnya Selain memicu terjadinya erosi pada lahan dengan kemiringan lereng terjal, kegiatan-kegiatan tersebut juga mengakibatkan sedimentasi pada perairan danau serta mengganggu keseimbangan tata air kawasan Danau Sentani. Sedimentasi yang terjadi tergantung pada ukuran partikel halus yang terbawa Germadan Sentani
49
air larian, kecepatan aliran sungai, dan kondisi fisik perairan danau yang diindikasikan oleh tingkat kekeruhan dan kadar TDS dan TSS. b. Pencemaran air danau Pertambahan penduduk akan meningkatkan aktivitas domestik di kawasan Danau Sentani. Sumber pencemaran air danau Sentani berasal dari domestik berupa bahan organik dari pemukiman penduduk di daerah tangkapan air dan sempadan danau. Disamping itu, berasal dari kegiatan lain seperti usaha pertanian, peternakan, perikanan, penggalian dan pertambangan, industri rumah tangga dan pariwisata. Dengan mengasumsikan bahwa keterkaitan aktivitas domestik terhadap kelestarian Danau Sentani terutama diindikasikan oleh pemanfaatan danau sebagai tempat penampungan limbah domestik, maka diperkirakan beban pencemar yang harus ditampung oleh danau pada masa mendatang yang akan mempengaruhi kualitas perairan danau. c. Pelebaran jalan Aktifitas pelebaran jalan Sentani – Jayapura tidak hanya menguntungkan bagi kelancaran transportasi, tetapi memberi pengaruh yang sangat besar bagi Danau Sentani. Pelebaran jalan dengan cara cut and fill, yaitu memotong tebing dan menimbunnya di tepi danau menyebabkan pendangkalan dan penyempitan badan danau. Luas daerah penimbunan tidak signifikan dibandingkan luas danau Sentani. Tetapi penimbunan tersebut menyebabkan terganggunya kelestarian ekosistem danau dalam jangka panjang. 4.2. Analisis Kekuatan – Kelemahan – Peluang - Ancaman Analisis Kekuatan (Strength) – Kelemahan (Weakness) – Peluang (Opportunity) – Ancaman (Threat) atau SWOT Analysis merupakan metoda yang digunakan untuk menggali aspek-aspek kondisi yang terdapat di suatu wilayah yang akan direncanakan maupun untuk menguraikan berbagai potensi dan tantangan yang akan dihadapi dalam pengembangan wilayah. Analisis SWOT bertujuan untuk 50
Germadan Sentani
mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis, sehingga dapat dirumuskan suatu strategi pengelolaan ataupun pengembangan wilayah. Sebagai sebuah konsep dalam manajemen strategik, metode ini menekankan mengenai perlunya penilaian lingkungan eksternal dan internal, serta kecenderungan perkembangan/perubahan di masa depan sebelum menetapkan sebuah strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan terhadap ekosistem Danau Sentani, maka hubungan antar faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman disajikan seperti pada Tabel 4.1. Dengan memperhatikan permasalahan yang terjadi pada ekosistem danau, maka dapat ditentukan tujuan, strategi dan program penyelamatan ekosistem Danau Sentani, seperti ditunjukan oleh Tabel 4.2. Program dan strategi dijabarkan lebih lanjut menurut komponen penyelamatan danau, seperti Tabel 4.3.
Germadan Sentani
51
Tabel 4.1. Matrik Analisis SWOT untuk Kawasan Danau Sentani Penilaian Faktor Eksternal Peluang/Opportunity (O) Ancaman/Threat (T) 1. Penetapan Pegunungan 1. Pola penggunaan lahan Cyclops sebagai kawasan 2. Pencemaran air danau Cagar Alam 3. Pelebaran jalan Sentani Penilaian Faktor Internal 2. Penetapan DAS Sentani Jayapura sebagai DAS prioritas 3. Forum DAS Sentani – Tami 4. Promosi wisata danau 5. Dukungan masyarakat Kekuatan/Strength (S) Strategi S - O Strategi S - T 1. Potensi air danau 1. Mendorong terjaganya suplai 1. Mendorong terwujudnya 2. Potensi keindahan air permukaan dan bawah kebijakan dan panorama danau permukan yang berasal perencanaan ruang di 3. Potensi perikanan lokal dari Pegunungan Cyclops Danau Sentani yang agar volume air danau tetap memperhatikan aspek seimbang hidrologi dan ekosistem 2. Mendorong terwujudnya danau pengelolaan DAS secara 2. Mengendalikan terpadu agar mengurangi pencemaran yang masuk kerusakan lingkungan mulai ke dalam danau melalui dari hulu hingga hilir sungai di pengelolaan lingkungan dalam DAS Sentani 3. Mengembangkan sistem 3. Meningkatkan promosi budidaya perikanan yang wisata danau dengan tetap berkelanjutan memelihara wilayah daratan dan perairan danau Kelemahan/Weakness (W) Strategi W - O Strategi W - T 1. Menurunnya populasi ikan 1. Membatasi bangunan di 1. Meningkatkan populasi endemik sempadan danau dengan ikan endemik melalui 2. Keberadaan bangunan di penerapan ijin dan penegakan menerapkan sistem sempadan danau aturan (hukum) pemijahan tradisional 2. Mengembangkan potensi (sero-sero) alam dan budaya agar dapat 2. Mendorong partisipasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam masyarakat menjaga kelestarian 3. Memberdayakan masyarakat Danau Sentani melalui usaha produktif 3. Penataan dan penertiban dibidang perdagangan, bangunan di sempadan pertanian, perikanan, danau peternakan dan pariwisata 4. Mengembangkan sistem informasi, pemantauan dan evaluasi pengelolaan Danau Sentani
52
Germadan Sentani
Tabel 4.2. Matrik pemetaan permasalahan di Danau Sentani Bertambah Permasalahan luasnya lahan kritis Mewujudkan tata ruang yang tertib Tujuan dan harmonis
Strategi
Program
Kriteria Pengelolaan
Mendorong terwujudnya kebijakan dan perencanaan ruang di Danau Sentani yang memperhatikan aspek hidrologi dan ekosistem danau
Meningkatnya erosi dan sedimentasi
Bertambahnya penduduk
Pembuangan limbah Pendangkalan domestik dasar danau
Pencemaran air danau
Menciptakan DAS / DTA yang sehat
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Mengurangi limbah yang masuk ke dalam danau
Mengurangi sedimentasi dan penimbunan danau
Mengelola limbah Membersihcair dan padat kan danau dari gulma air
Mendorong terwujudnya pengelolaan DAS secara terpadu agar mengurangi kerusakan lingkungan mulai dari hulu hingga hilir sungai di dalam DAS Sentani
Memberdayakan masyarakat melalui usaha produktif dibidang perdagangan, pertanian, perikanan, peternakan dan pariwisata
Membatasi bangunan di sempadan danau dengan penerapan ijin dan penegakan aturan (hukum)
1. Mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian Danau Sentani 2. Penataan dan penertiban bangunan di sempadan danau Perlindungan kawasan sempadan danau
Mengendalikan pencemaran yang masuk ke dalam danau melalui pengelolaan lingkungan
Mengembangkan sistem budidaya perikanan yang berkelanjutan
1. Pembangunan unit pengolahan limbah 2. Penertiban kegiatan ekonomi di perairan Danau Sentani
Operasional dan pemeliharanan perairan Danau Sentani
Konservasi 1. Pengembangan sumber daya sarana dan perikanan dan prasarana keanekaragaman hidrografi hayati 2. Pemantauan kualitas air Danau Sentani
Penyelamatan Ekosistem Lahan Sempadan
Penyelamatan Ekosistem Perairan Danau
Penyelamatan Ekosistem Perairan Danau
Penyelamatan Ekpsistem Perairan Danau (Konservasi Sumber Daya dan KEHATI)
Penyusunan 1. Konservasi tanah 1. Pendidikan dokumen pada DAS / DTA dan latihan perencanaan 2. Rehabilitas hutan serta dan kajian dan lahan penyuluhan Kawasan Danau kepada Sentani masyarakat 2. Pembentukan kelompok masyarakat peduli Danau Sentani 3. Sosialisasi dan advokasi penyelamatan Danau Sentani Penataan Ruang Penyelamatan Peningkatan Ekosistem DAS dan Peran dan DTA Partisipasi Masyarakat
Germadan Sentani
1. Pengelolaan sampah 2. Penertiban bangunan dan aktifitas dibantara sungai dan sempada danau
Penyelamatan Ekosistem Lahan Sempadan (Pengendalian Limbah)
Peningkatan gulma air
53
berkurangnya flora/fauna endemik Menjaga kelestarian flora/ fauna endemik danau Sentani
Perubahan fluktuasi muka air danau Menjaga keseimbangan hidrologi pada kawasan DAS dan Danau Sentani Mendorong Meningkatkan populasi ikan terjaganya suplai endemik melalui air permukaan dan bawah permukan menerapkan sistem pemijahan yang berasal tradisional (sero- dari Pegunungan sero) Cyclops agar volume air danau tetap seimbang
Pemanfaatan Sumber Daya Air Danau
Tabel 4.3. Program/kegiatan penyelamatan ekosistem Danau Sentani Komponen Kegiatan Penyelamatan Danau 1. Penetapan Tata Ruang 1. Penyusunan Rencana Detail Kawasan Danau Tata Ruang Kawasan Danau Sentani 2. Penyusunan Kajian lingkungan hidup strategis Kawasan Ekonsistem Danau Sentani 3. Penyusunan Zonasi Pemanfaatan Peraian Danau Sentani 2. Penyelamatan 1. Penentuan dan penetapan Ekosistem Perairan kualitas air danau Danau 2. Penertiban kegiatan ekonomi di perairan danau 3. Konservasi sumber daya ikan dan keanekaragaman hayati 1. Penyelamatan Ekosistem Lahan Sempadan
2. Penyelamatan Ekosistem DAS dan DTA Sentani
1. Penetapan sempadan danau sebagai kawasan lindung danau 2. Pemasangan patok batas sempadan danau 3. Penanaman tanaman pelindung 4. Penataan sarana dan prasarana wisata 1. Konservasi tanah pada DAS / DTA 2. Rehabilitas hutan dan lahan pada kawasan penyangga
Indikator Tersedianya dokumen Peraturan Daerah (provinsi/ kabupaten) tentang rencana tata ruang wilayah, rencana detail, kajian lingkungan hidup strategis, dan zona pemanfaatan ekosistem danau
1. Perda Nomor 23 tahun 2013 tentang RTRW Provinsi Papua 2. Perda Kab. Jayapura Nomor 3 tahun 2000 tentang Pelestarian hutan sagu
Penanggung Jawab Bappeda dan BLH Provinsi Papua
Pendukung
Kementerian
Bappeda dan BLH kabupaten dan kota Jayapura, BPDAS Memberamo, BWS Papua, Dinas PU, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kehutanan
Dalam Negeri, Pekerjaan Umum, Lingkungan Hidup, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan
1. Status tropik air meningkat dari eutropik ke mesotropik 2. Perijinan dan pengawasan budidaya, transportasi air dan wisata air 3. Peningkatan populasi ikan endemik 1. Tersediannya peraturan daerah tentang kawasan lindung danau 2. Terwujudnya penertiban sempadan danau semula 3 km menjadi 1 km dalam 5 tahun
PP Nomor 82 tahun 2001 BLH Provinsi tentang Pengelolaan kualitas Papua air dan pengendalian pencemaran air , yaitu kelas II dengan status eutropik.
BLH kabupaten dan kota Jayapura, Dinas Kesehatan, Dinas Kelautan dan perikanan
Lingkungan Hidup, kelautan dan prikanan
Wilayah sempadan danau yang tidak tertib sepanjang 3 km
Bappeda Kabupaten dan kota Jayapura
Dinas pekerjaan umum, dinas tata ruang, dinas kehutanan
Dalam negeri, pekerjaan umum, kehutanan
1. Terpulihkan lahan kritis 2. Mempertahankan luas lahan hutan minimal 30% dari DAS / DTA
1. Lahan kritis DAS Sentani seluas 19.657 ha 2. Laju erosi dan sedi- mentasi di DAS Sentani sebesar 94,52 ton/ha 1. Monitoring kualitas air danau di 6 titik pantau, 3 kali setahun. 2. Papan informasi kualitas air danau terpasang di 11 titik disekitar danau
BPDAS Memberamo, BWS Papua
BLH kabupaten dan kota Jayapura, Dinas kehutanan dan konservasi, dinas pekerjaan umum, dinas pertambangan BPDAS Memberamo, BWS Papua, BMKG, BPKH, Dinas Kehutanan
Pekerjaan umum, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, lingkungan hidup Lingkungan hidup, pekerjaan umum, kehutanan
3. Pengembangan 1. Pendataan dan menyebarluasan Tersedianya peta-peta : Sistem Monitoring, informasi 1. Morfologi dan bathymetri Evaluasi, dan Informasi 2. Evaluasi dan penetapan status danau Ekosistem Danau kerusakan ekosistem danau 2. Hidrologi dan hidrogeologi 3. Geologi Tata Lingkungan Danau 4. DAS / DTA Informasi : 1. Kondisi dan status ekosistem danau 2. KEHATI 3. Kualitas air 4. Pemanfaatan sumber daya air
54
Baseline
BLH Provinsi Papua
Germadan Sentani
4. Pengembangan Kapasitas, Kelembagaan, dan Koordinasi
5. Peningkatan Peran dan Partisipasi Masyarakat
1. Koordinasi antar wilayah dan sektor pengelolaan ekosistem danau 2. Pembentukan forum peduli danau
1. Tersedianya peraturan daerah provinsi tentang lembaga koordinasi pengelolaan dan penyelamatan danau sentani 2. Terbentuknya kesepakatan atau kesepahaman dalam pengelolaan dan penyelamatan dana sentani 3. Terbentuknya kelompok pencinta danau sebanyak 2 kelompok per tahun 1. Pendidikan dan pelatihan serta 1. Terwujudnya masyarakat penyuluhan masyarakat sadar dan peduli terhadap 2. Sosialisasi dan advokasi kepada penyelamatan danau masyarakat dan pengambil 2. Terpeliharanya kearifan lokal kebijakan masyarakat
Germadan Sentani
1. Sudah ada Forum DAS Sentani – Tami 2. Terbangun Pusat informasi Pegunungan Cyclops dan Danau Sentani
BLH Provinsi Papua, BPDAS Memberamo
Bappeda provinsi dan kabupaten/kota, BLH kabupaten/kota, dinas kehutanan,
Dalam negeri, lingkungan hidup, kehutanan
1. Kampung Ifale sebagai Model Kawasan Rumah Pangan Lestari 2. Kampung Asei sebagai pusat kerajian kulit kayu
BLH kabupaten dan kota Jayapura
Bappeda kabupaten dan kota Jayapura, Badan pemberdayaan kampung, dinas kehutanan
Dalam negeri, kehutanan
55
56
Germadan Sentani
4.3. Program Pokok (Super Prioritas) dan Program Penunjang (Prioritas) Berdasarkan hasil analisis SWOT maupun pemetaan permasalahan dan program aksi yang diperlukan, sepertitertuang dalam matrik pada Tabel 4.1. dan 4.2, maka ditentukan program pokok atau Program Super Prioritas dan Program Penunjang atau Program Prioritas Penyelamatan Ekosistem Danau Sentani, Tabel 4.3. 4.3.1. Program Pokok (Super Prioritas) Program pokok atau program super prioritas merupakan program yang diarahkan untuk mencapai kondisi danau yang diharapkan, baik kondisi fisik maupun kondisi pendayagunaan ekosistem, pemulihan dan pemanfaatan danau. Program pokok atau program super prioritas dalam upaya penyelamatan Danau Sentani meliputi tata ruang kawasan danau, penyelamatan ekosistem perairan, sempadan serta daerah aliran sungai dan daerah tangkapan air. a. Penetapan Tata Ruang Kawasan Danau Dalam program ini dikembangkan kegiatan-kegiatan berupa penyusunan dokumen perencanaan yang dapat menjadi pedoman dan arahan bagi semua pihak (stakeholder) yang berkepentingan dalam upaya penyelamatan Danau Sentani. Kegiatan yang terkait dengan program ini (Tabel 4.4) adalah: 1) Penyusunan Rencana Tata Ruang kawasan danau; 2) Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) kawasan ekosistem danau Sentani; dan 3) Penyusunan zonasi pemanfaatan ekosistem perairan danau. Indikator capaian (output) dari seluruh kegiatan ini adalah: Perlunya dokumen Peraturan Daerah Provinsi Papua dan/atau Kabupaten dan Kota Jayapura tentang rencana tata ruang wilayah, rencana detail, kajian lingkungan hidup strategis, dan zona pemanfaatan ekosistem Danau Sentani. Penanggung Jawab program ini adalah Badan Perencana Pembangunan Daerah dan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Papua.
Germadan Sentani
57
Tabel 4.4. Program Super Prioritas Penetapan Tata Ruang Kawasan Danau PERMASAKEGIATAN LAHAN Bertambah Penyusunan luasnya Penataan lahan kritis Ruang Kawasan Danau Penyusunan Kajian lingkungan hidup strategis Kawasan Ekonsistem Danau Sentani Penyusunan Zonasi Pemanfaatan Perairan Danau Sentani
INDIKATOR/ BASELINE OUTPUT Tersedianya 1. Perda dokumen Nomor 23 Peraturan tahun 2013 Daerah tentang Provinsi Papua RTRW dan/atau Provinsi Kabupaten dan Papua Kota Jayapura 2. Perda Kab. tentang Jayapura rencana tata Nomor 3 ruang wilayah, tahun 2000 rencana tentang detail, kajian Pelestarian lingkungan hutan sagu hidup strategis, dan zona pemanfaatan ekosistem danau
PENANGGUNG JAWAB Bappeda dan BLH Provinsi Papua
PENDUKUNG KEMENTERIAN Bappeda dan BLH kabupaten dan kota Jayapura, BPDAS Memberamo, BWS Papua, Dinas PU, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kehutanan
Dalam Negeri, Pekerjaan Umum, Lingkungan Hidup , Kehutanan, Kelautan dan Perikanan
Hasil yang diharapkan dari program pokok ini adalah berkurangnya lahan kritis yang terjadi di daerah aliran sungai maupun daerah tangkapan airnya. Dengan terpeliharanya kondisi di hulu maka kondisi danau juga terpelihara dan diperoleh manfaat secara berkelanjutan. b. Penyelamatan Ekosistem Perairan Danau Kegiatan yang terkait dengan program ini adalah: 1) Penentuan dan penetapan kelas kualitas air danau; 2) Penertiban kegiatan ekonomi di perairan danau; 3) Konservasi sumber daya ikan dan keanekaragaman hayati; Secara umum indikator capaian dari seluruh kegiatan ini adalah: 1) Status tropik air meningkat dari eutropik ke mesotropik; 2) Perijinan dan pengawasan budidaya, transportasi air dan wisata air; 3) Peningkatan populasi ikan endemik. Penanggung jawab penuh program ini adalah Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Papua (Tabel 4.5). Sasaran yang ingin dicapai dari program penyelamatan ekosistem perairan danau adalah : berkurangnya pencemaran 58
Germadan Sentani
secara fisik maupun kimia, serta terkendalinya aktivitas ekonomi disekitar danau, sehingga dapat meningkatkan kualitas air dan meningkatkan populasi ikan endemik. Tabel 4.5. Program Super Prioritas Penyelamatan Ekosistem Perairan Danau PERMASALAHAN
KEGIATAN
INDIKATOR/ OUTPUT
Pencemaran Penentuan Status tropik air danau dan air meningkat penetapan dari eutropik kualitas air ke mesotropik danau Penertiban Perijinan kegiatan dan ekonomi pengawasan di perairan budidaya, danau transportasi air dan wisata air Konservasi Peningkatan sumber populasi daya ikan ikan dan endemik keanekaragaman hayati
BASELINE
PENANGGUNG PENDUKUNG KEMENTERIAN JAWAB
PP Nomor BLH Provinsi 82 tahun Papua 2001 tentang Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air , yaitu kelas II dengan status eutropik.
BLH kabupaten dan kota Jayapura, Dinas Kesehatan, Dinas Kelautan dan perikanan
Lingkungan Hidup, kelautan dan prikanan
c. Penyelamatan Ekosistem Lahan Sempadan Kegiatan yang terkait dengan program ini (Tabel 4.6) adalah: 1) Pembangunan unit pengolahan limbah; 2) Pengelolaan sampah; 3) Penertiban bangunan dan aktifitas di sempadan danau; 4) Penataan sarana dan prasarana wisata; 5) Penetapan sempadan danau sebagai kawasan lindung danau; 6) Pemasangan patok batas sempadan danau, dan 7) Penanaman tanaman pelindung. Indikator/output capaian dari program ini adalah: 1) Terbangunnya sarana pengolahan limbah dan sampah yang permanen; 2) Terwujudnya penertiban sempadan danau semula 3 km menjadi 1 km dalam 5 tahun, dan 3) Tersediannya peraturan daerah tentang kawasan lindung danau. Penanggung jawab program ini adalah Germadan Sentani
59
Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten dan Kota Jayapura. Program penyelamatan ekosistem lahan sempadan mengandung aspek hidrologi dan penggunaan lahan. Program ini bertujuan untuk mempertahankan luas genangan danau dan mendayagunakan sumber daya air secara optimal. Sasaran yang diharapkan setelah implementasi kegiatan ini adalah pengelolaan sampah dan pengolahan limbah yang lebih baik, serta berkurangnya pendangkalan dasar danau. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dan Perpres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. d. Penyelamatan Ekosistem DAS dan DTA Sentani Program ini berisi kegiatan antara lain : 1) Konservasi tanah pada DAS / DTA dan 2) Rehabilitas hutan dan lahan pada kawasan penyangga DTA (Tabel 4.7). Indikator capaian dari seluruh kegiatan tersebut adalah terpulihkan lahan kritis dari lahan kritis di DAS Sentani seluas 19.657 Ha dan Laju erosi dan sedimentasi di DAS Sentani sebesar 94,52 ton/ha, serta mempertahankan luas lahan hutan minimal 30% dari DAS / DTA. Penanggung jawab pelaksanaan program ini adalah Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Memberamo dan Balai Wilayah Sungai Papua. Hasil yang diharapkan dari program ini adalah : berkurangnya erosi dan sedimentasi yang masuk ke dalam perairan danau, sehingga dapat memperbaiki kualitas air secara fisik.
60
Germadan Sentani
Tabel 4.6. Program Super Prioritas Penyelamatan Ekosistem Lahan Sempadan PERMASALAHAN
KEGIATAN
INDIKATOR/ OUTPUT
Pembuang- Pembangunan Terbangunnya an limbah unit sarana domestik pengolahan pengolahan limbah limbah dan sampah yang Pengelolaan permanen sampah
Penertiban bangunan dan aktifitas di sempadan danau Penataan sarana dan prasarana wisata PendangPenetapan kalan dasar sempadan danau danau sebagai kawasan lindung danau Pemasangan patok batas sempadan danau Penanaman tanaman pelindung
Terwujudnya penertiban sempadan danau semula 3 km menjadi 1 km dalam 5 tahun
Tersediannya peraturan daerah tentang kawasan lindung danau
PENANGGUNG JAWAB
BASELINE
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga Wilayah sempadan danau yang tidak tertib sepanjang 3 km
Bappeda Kabupaten dan kota Jayapura
PENDUKUNG KEMENTERIAN
Dinas pekerjaan umum, dinas tata ruang, dinas kehutanan
Dalam negeri, pekerjaan umum, kehutanan
Perpres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
Tabel 4.7. Program Super Prioritas Penyelamatan Ekosistem DAS dan DTA PERMASALAHAN
KEGIATAN
Meningkatnya Konservasi erosi dan tanah pada sedimentasi DAS / DTA Rehabilitas hutan dan lahan pada kawasan penyangga
Germadan Sentani
INDIKATOR/ OUTPUT
Terpulihkan lahan kritis Mempertahankan luas lahan hutan minimal 30% dari DAS / DTA
BASELINE
PENANGGUNG JAWAB
Lahan kritis BPDAS DAS Sentani Memberamo, seluas BWS Papua 19.657 ha Laju erosi dan sedimentasi di DAS Sentani sebesar 94,52 ton/ha
PENDUKUNG
BLH kabupaten dan kota Jayapura, Dinas kehutanan dan konservasi, dinas pekerjaan umum, dinas pertambangan
KEMENTERIAN
Pekerjaan umum, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, lingkungan hidup
61
4.3.2. Program Penunjang (Prioritas) Program pendukung atau program prioritas merupakan program yang berperan mendukung tercapainya kondisi yang diharapkan melalui pengembangan sistem, manajemen dan peran masyarakat. Program penunjang atau program prioritas yang dikembangkan dalam penyelamatan Danau Sentani, mencakup pengembangan sistem monitoring, evaluasi dan informasi; pengembangan kapasitas dan kelembagaan; serta peningkatan peran dan partisipasi masyarakat. a. Pengembangan Sistem Monitoring, Evaluasi, dan Informasi Ekosistem Danau Program penunjang yang dikembangkan untuk sistem monitoring, evaluasi dan informasi ekosistem danau antara lain : Pendataan dan menyebarluasan informasi dan Evaluasi dan penetapan status kerusakan ekosistem danau. Indikator tercapainya program ini adalah tersedianya data dan peta, seperti peta morfologi dan bathymetri danau, peta hidrologi dan hidrogeologi, peta Geologi Tata Lingkungan Danau, dan peta DAS / DTA, serta informasi tentang kondisi dan status ekosistem danau, keanekaragaman hayati, kualitas air dan pemanfataan sumber daya air. Penanggung jawab program ini adalah Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Papua (Tabel 4.8).
62
Germadan Sentani
Tabel 4.8. Program Prioritas Pengembangan Sistem Monitoring, Evaluasi dan Informasi PERMASALAHAN
Belum tersedia data dan informasi yang memadai untuk mengatasi kerusakan ekosistem danau
KEGIATAN
Pendataan dan menyebarluasan informasi Evaluasi dan penetapan status kerusakan ekosistem danau
INDIKATOR/ OUTPUT
BASELINE
PENANGGUNG JAWAB
Data dan Peta 1. Monitoring BLH Provinsi 1. Morfologi dan kualitas air Papua bathymetri danau danau di 6 2. Hidrologi dan titik pantau, hidrogeologi 3 kali 3. Geologi Tata setahun. Lingkungan 2. Papan Danau informasi 4. DAS / DTA kualitas Informasi : air danau 1. Kondisi ekosistem terpasang danau di 11 titik 2. KEHATI disekitar 3. Kualitas air danau 4. Pemanfaatan sumber daya air
PENDUKUNG
KEMENTERIAN
BPDAS Memberamo, BWS Papua, BMKG, BPKH, Dinas Kehutanan
Lingkungan hidup, pekerjaan umum, kehutanan
Sasaran atau hasil yang diharapkan setelah pelaksanaan program ini adalah: tersedianya data (database) yang valid dan informasi yang memadai bagi upaya memperbaiki kerusakan ekosiste danau, sehingga sehingga memudahkan mengevaluasi perubahan-perubahan yang terjadi di dalam dan sekitar Danau Sentani b. Pengembangan Kapasitas, Kelembagaan, dan Koordinasi Kegiatan yang terkait dengan program ini adalah: 1) Koordinasi antar wilayah dan sektor pengelolaan ekosistem danau; dan 2) Pembentukan forum peduli danau. Sedangkan indikator capaian dari program ini adalah : tersedianya peraturan daerah provinsi tentang lembaga koordinasi pengelolaan dan penyelamatan Danau Sentani, terbentuknya kesepakatan atau kesepahaman dalam pengelolaan dan penyelamatan Danau Sentani dan terbentuknya kelompok pencinta danau. Penanggung jawab program adalah Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Papua (Tabel 4.9). Sedangkan hasil atau sasaran yang diharapkan adalah : terbentuk lembaga formal ditingkat provinsi yang berwenang mengelola Danau Sentani secara terpadu. Germadan Sentani
63
Tabel 4.9. Program Prioritas Pengembangan Kapasitas, Kelembagaan dan Koordinasi PERMASALAHAN
Belum ada lembaga formal yang berwenang mengelola Danau Sentani secara terpadu
KEGIATAN
Koordinasi antar wilayah dan sektor pengelolaan ekosistem danau
INDIKATOR/ OUTPUT
BASELINE
Tersedianya 1. Sudah ada peraturan Forum DAS daerah provinsi Sentani– tentang lembaga Tami koordinasi 2. Terbangun pengelolaan dan Pusat penyelamatan informasi danau sentani Pegunungan Cyclops Pembentu- 1. Terbentuknya dan Danau kan forum kesepakatan Sentani peduli danau atau kesepahaman dalam pengelolaan dan penyelamatan dana sentani 2. Terbentuknya kelompok pencinta danau sebanyak 2 kelompok per tahun
PENANGGUNG JAWAB
BLH Provinsi Papua, BPDAS Memberamo
PENDUKUNG
Bappeda provinsi dan kabupaten/ kota, BLH kabupaten/ kota, dinas kehutanan,
KEMENTERIAN
Dalam negeri, lingkungan hidup, kehutanan
c. Peningkatan Peran dan Partisipasi Masyarakat Program ini berisi kegiatan : 1) Pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan masyarakat; dan 2) Sosialisasi dan advokasi kepada masyarakat dan pengambil kebijakan. Sedangkan indikator capaian dari program ini adalah: Terwujudnya masyarakat sadar dan peduli terhadap penyelamatan danau dan terpeliharanya kearifan lokal masyarakat. Penanggung jawab program ini adalah Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten dan Kota Jayapura (Tabel 4.10). Hasil atau sasaran yang diharapkan dari program ini adalah : peningkatan kemampuan penduduk yang tinggal di sekitar danau dan memperoleh manfaat dari ruang kawasan Danau Sentani yang harmonis dan serasi antara manusia dengan alam. 64
Germadan Sentani
Tabel 4.10. Program Prioritas Peningkatan Peran dan Partisipasi Masyarakat PERMASALAHAN
Bertambahnya penduduk dan meningkatnya konflik pemanfaatan ruang
KEGIATAN
Pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan masyarakat
INDIKATOR/ OUTPUT
BASELINE
Terwujudnya 1. Kampung masyarakat Ifale sebagai sadar dan Model peduli Kawasan terhadap Rumah penyelamatan Pangan danau Lestari Sosialisasi Terpeliharanya 2. Kampung Asei sebagai dan advokasi kearifan lokal pusat kepada masyarakat kerajian kulit masyarakat kayu dan pengambil kebijakan
Germadan Sentani
PENANGGUNG JAWAB
BLH kabupaten dan kota Jayapura
PENDUKUNG
KEMENTERIAN
Bappeda Dalam negeri, kabupaten kehutanan dan kota Jayapura, Badan pemberdayaan kampung, dinas kehutanan
65
66
Germadan Sentani
BAB V PENUTUP Menindaklanjuti Kesepakatan Bali Tahun 2009 tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan, telah disepakati 15 danau menjadi danau prioritas, yaitu Danau Toba, Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Kerinci, Rawa Danau, Danau Rawapening, Danau Sentarum, Danau Tondano, Danau Tempe, Danau Poso, Danau Mahakam (Semayang, Melintang, Jempang), Danau Matano, Danau Limboto, Danau Batur, dan Danau Sentani. Tahun 2011 telah dicanangkan Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) sebagai wujud upaya percepatan impelementasi Kesepakatan Bali tersebut. Germadan Rawapening yang diluncurkan pada KNDI II (Konferensi Nasional Danau Indonesia Kedua) di Semarang ditetapkan sebagai model dan harus dapat direplikasikan ke-14 danau prioritas lainnya. Gerakan Penyelamatan Danau Sentani berupaya menciptakan Danau Sentani yang Berdaya Guna dan Lestari melalui tindakan melindungi keunikan dan keanekaragaman hayati serta ekosistem Danau Sentani, memanfaatkan potensi sumber daya Danau Sentani secara optimal dan efektif, membangun kerjasama antar pemangku kepentingan dalam pengelolaan dan penyelamatan Danau Sentani secara terpadu, serta memberdayakan masyarakat melalui pengakuan adat dan penghargaan terhadap kearifan lokal. Dokumen Gerakan Penyelamatan Danau Sentani disusun sebagai acuan bagi para pihak, baik pemerintah, dunia usaha, masyarakat, dan masyarakat adat serta perguruan tinggi dan LSM dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan penyelamatan Danau Sentani. Dokumen ini berisi Rencana Aksi Penyelamatan Danau Sentani yang jabarkan dalam program pokok (program super prioritas) dan program penunjang (program prioritas) yang dilaksanakan secara bertahap dalam 5 tahun. Pelaksanaan setiap program dan tahap memerlukan optomalisasi peran dan fungsi masing-masing pihak atau institusi terkait. Keberhasilan pelaksanaan dokumen ini memerlukan komitmen Germadan Sentani
67
dan kerjasama yang kuat antar para pihak. Untuk menilai keberhasilan program dan kegiatan penyelamatan Danau Sentani, maka perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh lembaga resmi yang dibentuk oleh Gubernur Papua dan memiliki kekuatan hukum. Lembaga tersebut merupakan lembaga multipihak dan antar sektor yang berperan sebagai lembaga koordinasi, konsultasi, kerjasama, pelaksana dan penyedia dana bagi upaya penyelamatan Danau Sentani.
68
Germadan Sentani
DAFTAR PUSTAKA Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Jayapura, 2013, GRAND DESIGN PEGUNUNGAN CYCLOPS DAN DANAU SENTANI. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Provinsi Papua dan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Teknologi Bandung (LPPM-ITB), 2004, STUDI EKOSISTEM KAWASAN DANAU SENTANI. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua, 2013, VALUASI EKONOMI C.A. PEGUNUNGAN CYCLOPS. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Memberamo (BPDAS), 2012, RENCANA PENGELOLAAN DAS TERPADU SENTANI. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Papua, 2013, PROFIL DANAU SENTANI. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Jayapura, PROFIL KABUPATEN JAYAPURA 2013. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Jayapura, PROFIL KOTA JAYAPURA 2013. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jayapura, KABUPATEN JAYAPURA DALAM ANGKA 2013. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Jayapura, KOTA JAYAPURA DALAM ANGKA 2013. Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua, 2012, KAJIAN PERMASALAHAN LINGKUNGAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP POTENSI KELANGSUNGAN DANAU SENTANI. Walukow, F. Auldry, 2010, ANALISIS KENDALA PENGELOLAAN DANAU SENTANI BERWAWASAN LINGKUNGAN.
Germadan Sentani
69
70
Germadan Sentani
LAMPIRAN
Germadan Sentani
71
72
Germadan Sentani
RENCANA AKSI PENYELAMATAN EKOSISTEM DANAU SENTANI PROGRAM SUPER PRIORITAS Program Super Prioritas 1. Penetapan Tata Ruang Kawasan Danau PERMASALAHAN
KEGIATAN
Bertambah Penyusunan luasnya lahan kritis Penataan Ruang Kawasan Danau Penyusunan Kajian lingkungan hidup strategis Kawasan Ekonsistem Danau Sentani Penyusunan Zonasi Pemanfaatan Peraian Danau Sentani
Pencema-ran air danau
INDIKATOR/ OUTPUT
TARGET CAPAIAN (TAHUN KE)
BASELINE
1
2
3
4
PENANGGUNG JAWAB
5
Tersedianya 1. Perda Rancangan Penetapan Rancangan Penetapan Implementasi dokumen Nomor 23 Dokumen Tata Ruang dokumen Peraturan peraturan Peraturan tahun 2013 Tata Ruang Kawasan KLHS Gubernur gubernur Daerah Provinsi tentang Kawasan Danau dan Kawasan tentang KLHS Papua dan/atau RTRW Danau dan Zonasi Danau dan Zonasi Kabupaten dan Provinsi Zonasi Pemanfaatan dan zonasi Pemanfaatan Kota Jayapura Papua Pemanfaa-tan Danau Sentani Pemanfaatan Danau Sentani tentang rencana 2. Perda Kab. Danau Sentani danau Sentani tata ruang Jayapura wilayah, rencana Nomor 3 detail, kajian tahun 2000 lingkungan tentang hidup strategis, Pelestarian dan zona hutan sagu pemanfaatan ekosistem danau Program Super Prioritas 2. Penyelamatan Ekosistem Perairan Danau
Penentuan Status tropik dan penetapan air meningkat kualitas air danau dari eutropik ke mesotropik
Penertiban Perijinan dan kegiatan ekonomi pengawasan di perairan danau budidaya, transportasi air dan wisata air Konservasi Peningkatan sumber daya ikan populasi ikan dan keanekaraga- endemik man hayati
PP Nomor Eutropik 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air , yaitu kelas II dengan Sosialisasi status eutropik. perijinan dan peraturan Persiapan penagkaran ikan endemik
Germadan Sentani
Eutropik
Eutropik
Mesotropik
Mesotropik
Proses perijinan dan pengendalian
Penertiban perijinan dan pengawasan
Penertiban dan pengawasan
Penertiban dan pengawasan
Pembangunan penangkaran ikan
Penangkaran dan pemeliharaan
Penyebaran benih ikan
Penyebaran benih ikan
Bappeda dan BLH Bappeda Provinsi Papua dan BLH kabupaten dan kota Jayapura, BPDAS Memberamo, BWS Papua, Dinas PU, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kehutanan
BLH Provinsi Papua
73
PENDUKUNG KEMENTERIAN Dalam Negeri, Pekerjaan Umum, Lingkungan Hidup , Kehutanan, Kelautan dan Perikanan
BLH Lingkungan kabupaten dan Hidup, kelautan kota Jayapura, dan prikanan Dinas Kesehatan, Dinas Kelautan dan perikanan
Program Super Prioritas 3. Penyelamatan Ekosistem Lahan Sempadan PERMASALAHAN Pembuang-an limbah domestik
Pendangkalan dasar danau
KEGIATAN
INDIKATOR/ OUTPUT
Pembangunan unit pengolahan limbah Pengelolaan sampah
Terbangunnya sarana pengolahan limbah dan sampah yang permanen
Penertiban bangunan dan aktifitas di sempadan danau Penataan sarana dan prasarana wisata Penetapan sempadan danau sebagai kawasan lindung danau Pemasangan patok batas sempadan danau Penanaman tanaman pelindung
Terwujudnya penertiban sempadan danau semula 3 km menjadi 1 km dalam 5 tahun Tersediannya peraturan daerah tentang kawasan lindung danau
BASELINE
TARGET CAPAIAN (TAHUN KE) 1
2
3
4
5
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga Wilayah sempadan danau yang tidak tertib sepanjang 3 km
Pemilihan dan Perencanaan penentuan lokasi pembangunan
Persiapan pembangunan
Pembangunan fisik
Operasional
Pemilahan sampah
Penetapan Tempat Pengolahan Akhir Sampah
Pembangunan Tempat Pengolahan Akhir Sampah
Operasional Tempat Pengolahan Akhir Sampah
Operasional Tempat Pengolahan Akhir Sampah
Sosialisasi peraturan
Penertiban bangunan di sempadan
Penertiban bangunan di sempadan
Penertiban bangunan di sempadan
Pengawasan dan pengendalian
Persiapan Perencanaan
Perencanaan
Implementasi
Implementasi
Implementasi
Perpres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
Identifikasi batas sempadan
Penentuan Pemasangan dan penetapan patok batas batas
Pemasangan patok batas
Pemeliharaan patok batas
Penentuan lokasi penanaman
Penanaman pohon pelindung
Pemeliharaan
Pemeliharaan
Penanaman pohon pelindung
PENANGGUNG JAWAB
PENDUKUNG KEMENTERIAN
Bappeda Kabupaten dan kota Jayapura
Dinas pekerjaan umum, dinas tata ruang, dinas kehutanan
Dalam negeri, pekerjaan umum, kehutanan
BPDAS Memberamo, BWS Papua
BLH kabupaten dan kota Jayapura, Dinas kehutanan dan konservasi, dinas pekerjaan umum, dinas pertambangan
Pekerjaan umum, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, lingkungan hidup
Program Super Prioritas 4. Penyelamatan Ekosistem DAS dan DTA Sentani Meningkatnya erosi dan sedimentasi
Konservasi tanah Terpulihkan pada DAS / DTA lahan kritis Rehabilitas hutan dan lahan pada kawasan penyangga
Mempertahankan luas lahan hutan minimal 30% dari DAS / DTA
74
Lahan kritis DAS Sentani seluas 19.657 ha Laju erosi dan sedimentasi di DAS Sentani sebesar 94,52 ton/ha
Pengurangan lahan kritis seluas 300 ha Pengurangan laju erosi dan sedimentasi sebesar 15 ton/ha
Pengurangan lahan kritis seluas 300 ha Pengurangan laju erosi dan sedimentasi sebesar 15 ton/ha
Pengurangan lahan kritis seluas 300 ha Pengurangan laju erosi dan sedimentasi sebesar 15 ton/ha
Pengurangan lahan kritis seluas 500 ha Pengurangan laju erosi dan sedimentasi sebesar 20 ton/ha
Pengurangan lahan kritis seluas 500 ha Pengurangan laju erosi dan sedimentasi sebesar 20 ton/ha
Germadan Sentani
PROGRAM PRIORITAS Program Prioritas 1. Pengembangan Sistem Monitoring, Evaluasi, dan Informasi Ekosistem Danau PERMASALAHAN Belum tersedia data dan informasi yang memadai untuk mengatasi kerusakan ekosistem danau
KEGIATAN Pendataan dan menyebarluasan informasi Evaluasi dan penetapan status kerusakan ekosistem danau
INDIKATOR/ OUTPUT
TARGET CAPAIAN (TAHUN KE)
BASELINE
1
2
Data dan Peta 1. Monitoring Penyiapan dan Penyusunan 1. Morfologi dan kualitas air penyediaan peta-peta bathymetri danau danau di 6 data dasar 2. Hidrologi dan titik pantau, 3 hidrogeologi kali setahun. 3. Geologi Tata 2. Papan Lingkungan Danau informasi 4. DAS / DTA kualitas Informasi : air danau 1. Kondisi dan status terpasang ekosistem danau di 11 titik 2. KEHATI disekitar 3. Kualitas air danau 4. Pemanfaatan sumber daya air
PENANGGUNG PENDUKUNG KEMENTERIAN JAWAB
3
4
5
Penyebarluasan informasi dan publikasi
Penyebarluasan informasi dan publikasi
Penyebarluasan informasi dan publikasi
BLH Provinsi Papua
BPDAS Memberamo, BWS Papua, BMKG, BPKH, Dinas Kehutanan
Lingkungan hidup, pekerjaan umum, kehutanan
BLH Provinsi Papua, BPDAS Memberamo
Bappeda provinsi dan kabupaten/ kota, BLH kabupaten/ kota, dinas kehutanan,
Dalam negeri, lingkungan hidup, kehutanan
Program Prioritas 2. Pengembangan Kapasitas, Kelembagaan, dan Koordinasi Belum ada lembaga formal yang berwenang mengelola Danau Sentani secara terpadu
Koordinasi antar wilayah dan sektor pengelolaan ekosistem danau
Pembentukan forum peduli danau
Tersedianya peraturan daerah provinsi tentang lembaga koordinasi pengelolaan dan penyelamatan danau sentani 1. Terbentuknya kesepakatan atau kesepahaman dalam pengelolaan dan penyelamatan dana sentani 2. Terbentuknya kelompok pencinta danau sebanyak 2 kelompok per tahun
1. Sudah ada Forum DAS Sentani – Tami 2. Terbangun Pusat informasi Pegunungan Cyclops dan Danau Sentani
Persiapan Pembentukan Operasional/ pembentukan lembaga / forum Implementasi lembaga / forum dan landasan hukum
Germadan Sentani
Operasional/ Implementasi
Operasional/ Implementasi
75
Program Prioritas 3. Peningkatan Peran dan Partisipasi Masyarakat PERMASALAHAN Bertambahnya penduduk dan meningkatnya konflik pemanfaatan ruang
KEGIATAN
INDIKATOR/ OUTPUT
BASELINE
Pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan masyarakat
Terwujudnya masyarakat sadar dan peduli terhadap penyelamatan danau
Sosialisasi dan advokasi kepada masyarakat dan pengambil kebijakan
Terpeliharanya kearifan lokal masyarakat
76
1. Kampung Ifale sebagai Model Kawasan Rumah Pangan Lestari 2. Kampung Asei sebagai pusat kerajian kulit kayu
TARGET CAPAIAN (TAHUN KE) 1
2
3
4
5
Identifikasi kebutuhan pendidikan dan latihan
Pelaksanaan pendidikan, latihan dan penyuluhan
Pelaksanaan pendidikan, latihan dan penyuluhan
Pelaksanaan pendidikan, latihan dan penyuluhan
Sosialisasi peraturan dan kebijakan
Sosialisasi peraturan dan kebijakan
Sosialisasi peraturan dan kebijakan
Implementasi Implementasi
PENANGGUNG JAWAB
Pelaksanaan BLH kabupaten pendidikan, dan kota latihan dan Jayapura penyuluhan
Germadan Sentani
PENDUKUNG
KEMENTERIAN
Bappeda Dalam negeri, kabupaten kehutanan dan kota Jayapura, Badan pemberdayaan kampung, dinas kehutanan