FONOLOGI BAHASA KERINCI DI DESA TANJUNG PAUH MUDIK KECAMATAN KELILING DANAU KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Wulandari1) Yetty Morelent2) Romi Isnanda2) 1) Mahasiswa JurusanPendidikan Bahasa dan Seni 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FakultasKeguruandanIlmu Pendidikan Universitas Bung Hatta E-mail:
[email protected] ABSTRACT This study aimed to describe the shape of the vocal, consonants and diphthongs of Kerinci language at Tanjung Pauh Mudik of Keliling Danau district of Kerinci Regency in Jambi Province. The theory used in this study was phonological theory proposed by Abdul Chaer. This research was a qualitative study by using descriptive method. Based on the analysis of data was found first, there were 6 pieces composed high vocal /i/ for example on the words /ita/ ‘black’, and, vocals /u/ at word /ula/ ‘Snake’, middle vocals were /e/ in the word /aye/ ‘air’, vocal /o/ in the word /ota?/ ‘otak’, vocal /∂/ in the word /b∂ru?/ ‘heavy’, and low vocal /a/ was found in the word /haraη/ ‘aromatic’. 20 consonants that were 3 pieces of the bilabial consonant, consonant /p/ in the word /putεh/ ‘white’, consonant /b/ in the word /d∂bow/ ‘dust’ and the consonant /m/ on the word /maka/ ‘eat’. 6 pieces of the alveolar consonant It, consonant /t/ for example the word /jahat/ ‘sewing’, consonant /d/ the word /dagon/ ‘meat’. Consonants /s/ on the word /sakat/ ‘sick’, consonant /r/ on the word /b∂nih/ ‘germ’, consonants /l/ in the word /l∂koh/ ‘dirty’, consonant /n/ the word /Kunan/ ‘yellow’. 11 comprises a stand-alone consonant and consonant /k/ for example, the word /baku/ ‘burn’, the consonant/g/ in the word /g∂tuh/ ‘sap’, consonant /y/ in the word /payo/ ‘umbrella’, consonant /η/ in the word /minaη/ ‘drink’, consonant /c/ in the world /cacan/ ‘worm’, consonant /j/ in words /panja/ ‘long’, consonant /ñ/ in the word /iñaih/ ‘this’, consonant /?/ in the word /saya?/ ‘wing’, consonant /š/ in the word /šilo/ ‘papaya’, consonant /x/ in the word /p∂xa? ‘stomach’, consonant /h/ in the word /basuh/ ‘wet’, dan 10 pieces of diphthongs, namely, /ia/ the word /Sia/ ‘weeded, /ua/ in the word /bulua/ ‘moon’. /au/ in the word /kusau?/ ‘tootbrush’, /ai/ in the word /tipaih/ ‘thin’, /ae/ in the word /kae/ ‘cloth’, /oi/ in the word /baloi?/ ‘return’, /ow/ the word /abow/ ‘dust’, /aw/ In the word /akaw/ ‘I’, /ay/ in the word /apay/ ‘fire’, and /oy/ in the word /Gudoy/ ‘dirty’. Based on the results of this research can be concluded that, The phonology was found in the village of Tanjung Pauh Mudik Keliling Danau Kerinci District of Kerinci Regency in Jambi Province composed 6 vocals, 20 consonants, 10 diphthongs and 30 data. Keywords : Phonology, Vocals, Consonants, diphthongs bahasa daerah dapat memperkaya kosakata
PENDAHULUAN
bahasa Indonesia karena bahasa daerah di
Bahasa daerah merupakan aset
Indonesia memiliki keragamaan bunyi
kekayaan Negara Indonesia. Selain itu,
yang berbeda antara daerah yang satu 1
dengan daerah yang lainnya. Menurut Kamus
Besar
Indonesia
yang digunakan oleh masyarakat Kerinci
(Depertement Pendidikan, 2008:16)bahasa
sebagai alat komunikasi dalam kehidupan
merupakan lambang bunyi yang arbiter,
sehari-hari.Keistimewaan bahasa kerinci
yang
suatu
di Desa Tanjung Pauh Mudik dengan
sama,
bahasa Kerinci umumnya adalah pada
berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.
bunyi bahasanya. Adapun bunyi-bunyi
Sedangkan dalam kamus linguistik yang
tertentu yang tidak sama dengan bahasa
dikemukakan
Kridalaksana,
Kerinci lainnya, misalnya pada kata
(2008:25)bahasa daerah merupakan bahasa
‘hujan’ diucapkan /ujeng/ dalam bahasa
yang dipergunakan penduduk asli suatu
Kerinci lainnya, sedangkan di Desa
daerah, biasanya dalam wilayah yang
Tanjung Pauh Mudik diucapkan [uju].
multilingual.
Selanjutnya pada kata ‘perut’ diucapkan
digunakan
masyarakat
Bahasa
Bahasa Kerinci merupakan bahasa
oleh
untuk
bekerja
oleh
Bahasa salahsatu
anggota
aset
daerah
/pehauk/ dalam bahasa kerinci lainnya,
merupakan
negara
yang
sedangkan di Desa Tanjung Pauh Mudik
perlu
diucapkan [pekhak].Demikian juga pada
dipertahankan. Selain itu, bahasa daerah
kata ‘hidup’ diucapkan /ideuk/ dalam
juga memiliki fungsi dan kedudukan
bahasa Kerinci lainnya, sedangkan di
dalam menunjang perkembangan bahasa
Desa Tanjung Pauh Mudik diucapkan
Indonesia.Sejalan dengan hal tersebut, Chaer
dan
Agustina
[idok], dan masih banyak lagi kata-kata
(2010:14)
lainnya yang berbeda. Hal tersebut yang
menyebutkan fungsi bahasa adalah alat untuk
berinteraksi
atau
alat
mendorong dilakukannya penelitian ini.
untuk
Penelitian ini merupakan jawaban
berkomunikasi, dalam arti, alat untuk
untuk masalah yang berkaitan dengan
menyampaikan pikiran, gagasan, konsep,
bagaimana
atau juga perasaan.Demikian juga dengan
Kerinci, Provinsi Jambiyang meliputi
bahasa daerah yang demikian penting,
aspek vokal, konsonan, diftong? Dengan
maka seharusnya bahasa daerah dibina
melakukan
penelitian
dengan
cara
bahasa,
salah
Bahasa
Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten
Mengingat kedudukan dan fungsi
dikembangkan
Fonologi
Kerinci di Desa Tanjung Pauh Mudik,
bahasa daerah.
dan
bentuk
demikian, tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk Fonologi Bahasa Kerinci di Desa Tanjung Pauh Mudik,
satunya penelitian bahasa kerinci.
Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten
2
Kerinci, Provinsi Jambiyang berkaitan
itu sebagai satuan yang dapat membedakan
dengan aspek vokal, konsonan, diftong.
makna kata. Lebih
KAJIAN TEORETIS
menyatakan
mendapat
ucap,
bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara, setelah arus ujar keluar dari glotis, lalu
gabungan kata fon yang berarti ‘bunyi’,
mendapat hambatan pada alat-alat ucap
dan logi yang berarti ‘ilmu’. Sebagai
tertentu dirongga mulut atau rongga
sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan
hidung.
sebagai bagian dari kajian linguistik yang
Seterusnya,
menyebutkan
mempelajari, membahas, membicarakan,
Chaer
bahwa
(2009:44)
konsep
diftong
berkaitan dengan dua buah vokal dan yang
dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa
merupakan satu bunyi dalam satu silabel.
yang diproduksi oleh alat-alat ucap
Studi
manusia.
mengenai
bunyi-bunyi
bahasa merupakan suatu proses yang
Clark dan Yallop (dalam Muslich, bahwa
alat
bentuk mulut. Sedangkan konsonan adalah
secara
etimologi kata fonologi berasal dari
menyatakan
dari
lidah, baik vertikal maupun horizontal, dan
pikiran’ (Arifin, 1991:2). Selanjutnya,
2008:8)
hambatan
melainkan hanya diganggu oleh posisi
berarti ‘ilmu pengetahuan, metode, atau
menyebutkan
bahasa
setelah ujar ke luar dari glotis tidak
bunyi konsonan’.Sedangkan kata logy
(2009:1)
bunyi
yang ketika dihasilkan atau diproduksi,
‘bunyi
bahasa’, baik berupa bunyi vokal maupun
Chaer
bahwa
(2009:38)
dan konsonan. Vokal adalah bunyi bahasa
phonology, yaitu gabungan kata phone berarti
Chaer
dikelompokkan menjadi dua, yaitu vokal
Istilah fonologi berasal dari kata
dan logy.Kata phone
lanjut
meliputi tiga aspek, yaitu (1) bagaimana
bidang
bunyi-bunyi bahasa itu diproduksi oleh
fonologi mengkaji hal-hal yang berkaitan
alat-alat ucap, (2) bunyi bahasa ketika
dengan fonetik dan fonemik. Kajian
merambat ke udara, (3) bagaimana bunyi
fonetik merupakan bidang yang berkaitan
bahasa
erat dengan kajian bagaimana manusia
itu
“diterima”
oleh
telinga,
sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan
berbahasa serta mendengar dan memproses
dapat dipahami. Cara yang pertama disebut
ujaran yang diterima.Sedangkanmenurut
fonetik artikulatoris, yang kedua disebut
Chaer (2009:10)fonemikadalah meneliti
fonetis akustis, dan yang ketiga disebut
bunyi-bunyi bahasa dengan melihat bunyi
fonetis
auditoris
(Chaer,
2009:11).
Penelitian ini menggunakan cara yang 3
pertama, yaitu menganalisis bunyi bahasa
anggota
berdasarkan proses bunyi yang dihasilkan
membuktikan bunyi [h] adalah fonem atau
oleh alat ucap si pembicara. Fonetik
bukan kita dapat mengambil pasangan
artikulatoris dipilih untuk menganalisis
[tuah] dan [tua].Bentuk [tuah] memiliki
bunyi-bunyi bahasa karena cara ini lebih
empat buah bunyi, sedangkan [tua] hanya
mudah, praktis dan dapat memberikan
memiliki tiga buah bunyi. Maka, kalau
bukti-bukti datanya sehingga hampir setiap
bunyi [h] itu ditanggalkan, makna kata itu
orang dapat menerapkannya.
akan berbeda. Oleh karena itu, dapat
untuk
menemukan
fonem.Chaer(2009:63)
utuh.Misalnya,
untuk
disimpulkan bunyi [h] adalah sebuah
Sedangkan fonemisasi merupakan prosedur
yang
fonem.
fonem-
menyebutkan
Dasar-dasar
analisis
fonem
bahwa untuk mengetahui sebuah bunyi
merupakan pokok-pokok pikiran yang
adalah fonem atau bukan, kita harus
dipakai
mencari yang disebut dengan, (1) pasangan
menganalisis
minimal yaitu, dua buah bentuk yang
bahasa.Pokok-pokok pikiran tersebut biasa
bunyinya mirip dan hanya sedikit berbeda.
disebut premis-premis. Muslich (2008:79)
Umpamanya kita ingin mengetahui bunyi
telah membagi premis-premis tersebut,
[p] fonem atau bukan, maka kita cari,
Premis
misalnya, pasangan kata paku dan baku.
berikut:pertama,
Kedua kata ini mirip sekali.Masing-masing
bahasa
terdiri dari empat buah bunyi. Kata paku
lingkungannya maksudnya adalah premis
terdiri dari bunyi [p], [a], [k], dan bunyi
bisa dibuktikan dengan deretan bunyi pada
[u]; sedangkan kata baku terdiri dari bunyi
kata-kata [nt] pada kata [tinta] dan [ṇ ḍ ]
[b[, [a], [k], dan [u]. jadi, pada pasangan
pada kata [tunda] selanjutnya [mp] pada
paku dan baku terdapat tiga buah bunyi
[mampu] dan [mb] pada [k∂mbar], deretan
yang sama, yaitu bunyi kedua, ketiga, dan
bunyi tersebut saling mempengaruhi dan
keempat. Yang berbeda hanya bunyi
saling menyesuaikan demi kemudahan
pertama, yaitu bunyi [p] pada kata paku
pengucapan. Deretan tersebut mempunyai
dan [b] pada kata baku, (2) pasangan
kesamaan fonetis.Bunyi [n], [d], dan [d]
minimal yang salah atau salah satu
sama-sama bunyi dental, bunyi [m], [p],
anggotanya “rumpang”. Artinya, jumlah
dan [b] sama-sama bunyi bilabial.
bunyi
pada
anggota
pasangan
yang
sebagai
pegangan
untuk
fonem-fonem
yang
cenderung
suatu
dimaksud
sebagai
bunyi-bunyi
suatu
dipengaruhi
oleh
Kedua, sistem bunyi suatu bahasa
rumpang itu kekurangan satu bunyi dari
berkecenderungan 4
bersifat
simetris
maksudnya, kesimetrisan sistem bunyi ini
pernah menduduki posisi bunyi yang lain,
bisa dilihat pada bunyi-bunyi bahasa
begitu juga sebaliknya. Masing-masing
Indonesia sebagai berikut. Selain ada
bunyi
bunyi hambat bilabial [p] dan [b], juga ada
Contoh: bunyi [k] dan [?] adalah bunyi
nasal bilabial [m].Selain ada bunyi hambat
yang mempunyai kesamaan fonetis. Dalam
dental [t] dan [d], juga ada bunyi nasal
bahasa Indonesia, kedua bunyi itu saling
dental
bisa
mengeksklusifkan. Bunyi [k] tidak pernah
bahasa
menduduki posisi [?], dan bunyi [?] tidak
[n].
Dari
diprediksikan,
fenomena
karena
ini
dalam
Indonesia ada bunyi hambat palatal [c] –
posisinya
sendiri.
pernah menduduki posisi [k].
[j] dan bunyi hambat velar [k] – [g] maka
Kelima,
akan dijumpai bunyi nasal palatal dan
bunyi-bunyi
yang
mempunyai kesamaan fonetis digolongkan
nasal velar, yaitu [ñ] dan [η].
ke dalam fonem yang berbeda apabila
Ketiga, bunyi-bunyi suatu bahasa cenderung berfluktuasi,
menduduki
berkontras dalam lingkungan yang sama
gejala fluktuasi
atau mirip, maksudnya di sini untuk
sering dilakukan oleh penutur bahasa,
mengetahui kontras tidaknya bunyi-bunyi
tetapi dalam batas-batas wajar, yaitu tidak
suatu bahasa dilakukan dengan
sampai
Contoh:
pasangan minimal, yaitu penjajaran dua
untuk makna yang sama, selain [papaya]
atau lebih bentuk bahasa terkecil dan
juga diucapkan [p∂paya], selain [s∂makīn]
bermakna dalam bahasa tertentu yang
juga
secara ideal (berbunyi) sama, kecuali satu
membedakan
diucapkan
makna.
[s∂maηkīn];
selain
[s∂kadar] juga diucapkan [s∂k∂dar]. Keempat,
bunyi-bunyi
bunyi yang berbeda. Bunyi-bunyi yang berbeda
yang
berkontras
apabila
[laut] dan [raut], bunyi pasangan minimal tersebut hampir sama, tetapi maknanya
tidak membedakan makna. Berarti, karena
berbeda.
tidak membedakan makna, bunyi-bunyi itu
apabila
Yang
membedakan
hanya
(masing-masing) kehadiran bunyi [t] – [d],
termasuk dalam fonem yang sama. Bunyi-
komplementer
atau
[dari], [paku] dan [baku], [kali] dan [gali],
Yang dimaksud tidak berkontrasadalah
dikatakan
bertentangan
yang sama atau mirip. Contoh: [tari] dan
berdistribusi
komplementer dan atau bervariasi bebas,
bunyi
tersebut
berkontras dalam posisi atau distribusi
mempunyai kesamaan fonetis digolongkan tidak
cara
[p] – [b], [k] – [g], [l] – [r]. Oleh karena
berdistribusi
itu, bunyi-bunyi yang membedakan makna
bunyi-bunyi
tersebut digolongkan ke dalam fonem yang
mempunyai kesamaan fonetis itu saling
berbeda, yaitu fonem /t/, /d/, /p/, /b/, /k/,
mengeksklusifkan. Bunyi yang satu tidak 5
/g/, /l/, dan /r/. Contoh pasangan minimal
SelanjutnyaKeraf (1984:35) juga
dalam lingkungan yang mirip: [ciri] – [jari]
menyebutkanterdapat empat faktor yang
dan [kilap’] [g∂lap’]. Dengan lingkungan
mempengaruhi bunyi konsonan, uraiannya
yang mirip, yaitu [c…ri] dan [k…lap’] --
sebagai
[g…lap’]
artikulator dan titik artikulasinya, (2)
masing-masing
pasangan
berikut
:
(1)
tersebut membedakan maknanya sebagai
berdasarkan
akibat dari perbedaan satu bunyi, yaitu [i]
dijumpai udara yang mengalir keluar, (3)
– [a] dan [i] – [∂]. Oleh karena bunyi-
berdasarkan turun tidaknya pita suara
bunyi
dalam
bergetar, (4) berdasarkan jalan yang dilalui
bunyi-bunyi
arus udara ketika keluar dari rongga-
tersebut
lingkungan
yang
berkontras mirip,
tersebut digolongkan ke dalam fonem yang
Penentuan fonem dalam sebuah bahasa dapat digunakan metode kosakata
menetukan jenis vokal, uraiannya sebagai
dasar.Kosakata yang digunakan dalam
berikut : (1) posisi bibir adalah bentuk
metode kosakata dasar adalah kata-kata
bibir pada waktu megucapkan suatu bunyi.
yang dianggap menjadi syarat hidup
Bibir dapat berposisi bundar atau rata, (2)
matinya sebuah bahasa, dan kosakata yang
tinggi rendahnya lidah adalah kalau ujung
dimiliki
lidah
dinaikkan
perkembangannya.Moriss Swadesh (dalam
terjadilah bunyi yang disebut vokal depan,
Keraf, 1996:139)telah meyusun sebuah
kalau hanya bagian belakang lidah yang
daftar kosakata dasar yang terdiri dari dua
diangkat terjadilah bunyivokal belakang,
ratus kosakata yang dianggap bersifat
kalau lidah itu rata terjadilah bunyi ujaran
universal.Kata-kata itulah yang dipakai
yang disebut vokal pusat, (3) maju-
dalam
mundurnya lidah, yang menjadi ukuran
karateristik
maju-mundurnya lidah adalah jarak antara
bahasa.Selain
lidah dan alveolum, apabila lidah itu dekat
Swadesh,
ke alveolum bunyi ujaran yang terjadi
penelitian ini, data juga diambil dari
bunyi vokal atas, bila lidah diundurkan
pengelompokan kosakata budaya yang
lagi terjadilah bunyi yang disebut vokal
disesuaikan dengan keadaan daerah tempat
tengah, bila lidah diundurkan sejauh-
penelitian.
belakang
penentu
yang
untuk
dan
tiga
halangan
rongga ujaran
berbeda, yaitu fonem /i/, /a/, dan /∂/. Terdapat
macam
berdasarkan
lidah
jauhnya terjadilah bunyi yang disebut vokal bawah(Keraf, 1984). 6
sebuah
bahasa
pengujian
untuk
fonem
lebih
awal
menentukan
dalam
kosakata
untuk
sejak
dasar
sebuah Morris
sempurnanya
budaya yang sesuai dengan keadaaan
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
daerah.
menggunakan
lainnya
(Meleong,2006:6).
akan
bahasa Indonesia agar informan dalam
analisis yang tidak menggunakan prosedur atau
yang
Indonesia. Kosakata dasar ini ditulis dalam
penelitian yang menghasilkan prosedur
statistik
dasar
diberikan kepada informan dalam bahasa
metode kualitatif. Metode kualitatif adalah
analisis
Kosakata
melafalkan kata-kata dalam bahasa Kerinci
carakualifikasi
tidak
Selanjutnya
terpengaruh
oleh
tulisan
yang
digunakan untuk menutur kosakata dasar.
penelitian kualitatif itu sendiri menurut Bogdan dan Taylor (dalam Meleong,
Infoman yang digunakan untuk
2006:4) adalah sebagai prosedur penelitian
menggumpulkan data sebanyak 3 orang, 1
yang menghasilkan data deskriptif berupa
orang informan kunci sekaligus menjadi
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
informan utama, dan 2orang informan
orangdan
tambahan.
perilaku
yang
dapat
Informan
kunci
berfungsi
diamati.Metode ini dipilih karena dianggap
sebagai sumber untuk menentukan dan
sesuai dengan objek kajian penelitian,
informan
yakni mengakaji kata-kata tertulis maupun
berfungsi sebagai sumber data utama
lisan dari orang-orang yang diamati yang
penelitian. Informan tambahan bersifat
berkaitan dengan mendeskripsikan bunyi
membentulkan,
bahasa atau fonologi bahasa Kerinci di
menambah data primer yang diberikan
Desa Tanjung Pauh Mudik.
oleh informan utama(Arifin, 1991:208).
tambahan.Informan
memperbaiki,
utama
atau
Penelitian ini dilakukan di Desa
Instrument dalam penelitian ini
Tanjung Pauh Mudik Kecamatan Keliling
adalah peneliti sendiri dibantu dengan alat
Danau Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.
perekam suara, lembaran pencatatan, dan
Sedangkan entri penelitian ini adalah
daftar pertanyaan yang berupa kosa kata
fonologi bahasa Kerinci di Desa Tanjung
dasar Morris Swadesh, serta kosakata
Pauh Mudik Kecamatan Keliling Danau
budaya yang sesuai dengan keadaan
Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi ditinjau
daerah tersebut.
dari
aspek
fonem
vokal,
konsonan,
Metode yang digunakan untuk
diftong.Penelitian ini dilakukan di rumah
mengumpulkan data dalam penelitian ini
informan. Peneliti langsung hadir dirumah informan,
namun
terlebih
ialah metode cakap dan metode simak
dahulu
dengan menggunakan teknik rekam dan
memberikan daftar kosakata dasar (Morris
catat. peneliti memberikan daftar kosakata
Swadesh) serta pengelompokan kata-kata 7
Morris Swades dan kosakata budaya yang
Lebih
lanjut
data
yang
telah
sesuai dengan keadaan daerah, kosakata
terkumpul dianalisis berdasarkan model
tersebut
analisis
dan
ditulis dalam bahasa Indonesia informan
urutan
sebagai
berikut,
untuk
pertama, mentranskripsikan datayang ada
oleh
di dalam rekaman ke dalam bahasa tulis,
sedang
kedua, menginvetarisasikan bunyi bahasa
telah
tersebut, ketiga, mengklasifikasikan bunyi
disediakan sesuai dengan kosakata dasar
vokal, konsonan, diftong yang ditemukan
Morris swadesh dan kosakata budaya yang
dalam bahasa Kerincidi Desa Tanjung
sesuai dengan keadaan daerah dengan itu
Pauh Mudik kecamatan Keliling Danau
digunakan teknik rekam. Setelah proses
Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, empat,
perekaman selesai, barulah dilanjutkan
merumuskan kesimpulan.
menuturkan peneliti.
data
yang
Ketika
menuturkan
dengan
diharapkan
data
penelitian
informan
kosakata
teknik
diminta
catat,
berupa
yang
sehingga
kosakata
data
HASIL PENELITIAN
Morris yang
Penelitian dilakukan selama tiga
disesuaikan dengan keadaanbahasa daerah
hari dimulai dari tanggal 24 Mei 2014
penelitian tersebut dapat terkumpul.
sampai tanggal 27 Mei 2014, penelitian ini
swadeshdan
kosakata
lain
dilakukan di rumah informan, dan peneliti Setelah melakukan metode cakap,
langsung
dilanjutkan dengan metode kedua yaitu
tuturan
Untukmengecek
data
dua
tersebut.
vokal tinggi /i/ misalnya pada kata /ita/
keabsahan data dari
dari
rumah
terdapat 6 buah vokal yang terdiri dari
informan.
‘hitam’, vokal /u/ pada kata /ula/ ‘ular,
informan utama, maka akan dilakukan pengujian
di
Penelitian ini memeperoleh hasil yaitu,
metode simak.Pada metode ini peneliti menyimak
hadir
vokal sedang /e/ pada kata /aye/ ‘air’, vokal
informan
/o/ pada kata /ota?/ ‘otak’, vokal /∂/ pada
tambahan dandilajutkan ke tahap analisis
kata /b∂ru?/ ‘berat’, dan vokal rendah /a/
data. Agar tidak terjadi kesalahpahaman
pada kata /haraη/ ‘harum’. 20 konsonan
dan kesalahan jawaban serta keraguan
yaitu, 3 buah konsonan bilabial yaitu,
informan terhadap data yang ditanyakan,
konsonan /p/ pada kata /putεh/ ‘putih’,
maka kepada informan diharapkan untuk
konsonan /b/ pada kata /d∂bow/ ‘debu’ ,
menunjukan atau memperlihatkan benda,
dan konsonan /m/ pada kata /maka/
gambar, atau pemeran lain yang dapat
‘makan’. 6 buah konsonan alveolar yaitu,
menjelaskan data yang dimaksud.
konsonan /t/ misalnya pada kata /jahat/ ‘jahit’, konsonan /d/ pada kata /dagon/ 8
‘daging’, konsonan /s/ pada kata /sakat/
SIMPULAN
‘sakit’, konsonan /r/ pada kata /b∂rih/
Berdasarkan hasil analisis data
‘berih’, konsonan /l/ pada kata /l∂koh/ ‘kotor’, konsonan /n/ pada kata /kunan/
yang telah dilakukan tentang “Fonologi
‘kuning’. 11 konsonan yang berdiri sendiri
Bahasa Kerinci di Desa Tanjung Pauh
terdiri dari, konsonan /k/ misalnya pada
Mudik
kata /baku/ ‘bakar’, konsonan /g/ pada kata
Kecamatan
Keliling
Danau
/g∂tuh/ ‘getah’, konsonan /y/ pada kata
Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi” maka
/payo/ ‘payung’, konsonan /η/ pada kata
dapat disimpulkan yakni, terdapat 6 vokal
/minaη/ ‘minum’, konsonan /c/ pada kata
yaitu, vokal tinggi /i/,/u/, vokal sedang /e/,
/cacan/ ‘cacing’ , konsonan /j/ pada kata /panja/ ‘panjang’, konsonan /ñ/ pada kata
/o/, /∂/ dan vokal rendah /a/. 20 konsonan
/iñaih/ ‘ini’, konsonan /?/ pada kata /saya?/
yang terdiri dari, 3 konsonan bilabial yaitu,
‘sayap’, konsonan /š/ pada kata/šilo/
/p/, /b/, dan /m/, 6 konsonan alveolar yang
‘papaya’, konsonan /x/ pada kata /p∂xa?/ ‘perut’, konsonan /h/ pada kata basuh/
terdiri dari, /t/, /d/, /s/, /r/, /l/, /n/, dan 11
‘basah’dan 10 buah diftong, yaitu, /ia/
konsonan yang berdiri sendiri terdiri dari,
pada kata /Sia/ ‘Siang’, /ua/ pada kata
/k/, /g/, /y/, /η/, /c/, /j/, /ñ/, /?/, /š/, /x/, /h/.
/bulua/ ‘bulan’, /au/ pada kata /kusau?/ ‘gosok’, /ai/ pada kata /tipaih/ ‘tipis’, /ae/
10 diftong yaitu,/ia/ ,/ua/ ,/au/ ,/ai/ ,/ae/
pada kata /kae/ ‘kail’, /oi/ pada kata
,/oi/,/ow/ ,/aw/ ,/ay/ ,dan /oy/ dari 30 data
/baloi?/ ‘balik’, /ow/ pada kata /abow/
pada 1046 kosakata yang digunakan dalam
‘abu’, /aw/ pada kata /akaw/ ‘aku’, /ay/
menggumpulkan data.
pada kata /apay/ ‘api’, dan /oy/ pada kata /gudoy/ ‘kotor’. Pada
Berdasarkanhasil penelitian dapat tahapan
analisis,
data
disarankan supaya bahasa daerah terus
dianalisis dengan menggunakan pengujian
dilestarikan
pasangan minimal, yakni dua buah bentuk
penelitian-penelitian bahasa. Selain itu,
yang bunyinya mirip dan hanyasedikit
bagi masyarakat disarankan hendaknya
berbeda.
dapat memperkenalkan bahasa daerah
dengan
cara
melakukan
(bahasa ibu) ini sedini mungkin kepada anak-anaknya, dengan demikian bahasa daerah tersebut dapat terus dipertahankan 9
agar tidak punah dari perkembangan zaman maupun pengaruh dari bahasa asing. DAFTAR RUJUKAN Arifin, Syamsir. 1991. Fonologi Bahasa Indonesia. Padang : FPBS IKIP Padang AmrildanErmanto. 2009. FonologiBahasa Indonesia. Padang : UNP Press
Chaer, Abduldan Leonie Agustina.2010. Sosiolinguistik. Jakarta:RenekaCipta Chaer, Abdul. 2009. FonologiBahasaIndonesia.Jakarta: RenekaCipta DeperetementPendidikan. 2008. KamusBesarBahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia Utama Pustaka Keraf,
Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta : Nusa Indah
Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Kushartanti, dkk., 2005. PesonaBahasa: LangkahAwalMemahamiLinguistik. Jakarta :GramediaPustakaUmum Kridalaksana, Harimurti. 1984. KamusLiguistik.Jakarta :Gramedia Meleong, Lexy J. 2006. MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung :RemajaRosdakarya Muslich, Masnur. 2008. FonologiBahasa Indonesia. Jakarta:BumiAngkasa
10