PENGEMBANGAN EKONOMI NELAYAN DAN PETANI IKAN DI DANAU KERINCI, PROVINSI JAMBI Alfian Zein Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta ABSTRAK Danau Kerinci merupakan salah satu perairan umum yang memiliki potensi besar dalam rangka pengembangan ekonomi masyarakat sekitar danau maupun pemerintah daerah di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Terdapat 1.042 orang yang menggantungkan kehidupannya melalui berbagai usaha dari danau ini, antara lain kegiatan menangkap ikan dan budidaya ikan di danau, kedua kegiatan ini masih dilakukan secara sub sisten. Kodisi social-ekonomi masyarakat masih rendah, dicirikan oleh tingkat keterampilan dan teknologi yang digunakan masih rendah, hal ini berimplikasi terhadap rendahnya hasil usaha, yang pada gilirannya pendapatan dan kesejahteraan mereka juga rendah. Guna pengembangan ekonomi masyarakat, perlu ditunjang dengan berbagai kegiatan; antara lain melalui peningkatan udaha berupa pengembangan alat tangkap ikan dan kegiatan budidaya ikan yang ramah lingkungan sesuai dengan daya dukung danau, antara lain; gillnet maksimum sebanyak 100 unit dan KJA maksimum 2480 unit. Hasil analisis usaha, menunjukkan bahwa usaha penangkapan dengan gillnet dan KJA layak dikembangkan, dengan variabel NPV, BC Ratio dan IRR berturut-turut Rp.11.111.000, 1,81 dan 70,91% untuk gillnet, sedangkan untuk KJA adalah Rp. 40.481.000,-, 1,34 dan 55,08%. Key words : pengembangan ekonomi nelayan dan petani ikan, kelayakan usaha
PENDAHULUAN Latar Belakang Perairan Umum Daratan (PUD) mempunyai posisi yang strategis dan berfungsi multi guna, selain dimanfaatkan sektor perikanan, juga dimanfaatkan oleh sektor lain seperti: perindustrian, pariwisata, perhubungan, pemukiman, dan sebagainya. Perairan umum terdiri dari danau, waduk, rawa, lebak, sungai serta genangan lainnya merupakan salah satu sumberdaya perairan yang potensial untuk lebih dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat, seperti untuk kegiatan penangkapan dan budidaya perikanan (Budiman, 2011).
1
Danau Kerinci terletak di Provinsi Jambi tepatnya di Kabupaten Kerinci yang memiliki 12 (dua belas) kecamatan yaitu: Kecamatan Gunung Raya, Batang Merangin, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro. Kabupaten Kerinci terletak di sebelah barat Kota Jambi yang memiliki jarak 425 km dan tepatnya 20 km dari Sungai Penuh sekaligus sebagai Ibukota Kabupaten Kerinci. Secara geografis lokasi Danau Kerinci berada pada koordinat antara 2o08’58,72” LU serta 101o29’19,02” BT yang terletak dengan ketinggian lebih kurang 783 m diatas permukaan laut dengan elevasi 462 m s/d 466 m. Danau ini hampir berbentuk bulat yang merupakan hasil bentukan alam berupa danau tektonik terjadi akibat proses faulting dengan tipe danau grabe. Pengelolaan Danau Kerinci sebagai salah satu upaya kegiatan perikanan dalam memanfaatkan sumberdaya ikan di Danau Kerinci secara berkelanjutan perlu dilaksanakan secara bijaksana. Paradigma pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi perlu digandeng dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan berkelanjutan didefinisikan oleh World Commission on Environment and Development, adalah “pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya”. Tantangan terbesar perikanan Danau Kerinci adalah bagaimana mengembangkan sumberdaya perikanan dengan berorientasi bisnis kerakyatan tidak hanya untuk mensejahterakan rakyat sekitar Danau Kerinci namun juga untuk melestarikan sumberdaya ikan dan habitatnya di perairan danau tersebut. Untuk itu diperlukan sebuah landasan pengelolaan dan pengembangan sumberdaya Danau Kerinci secara bijaksana dengan melibatkan semua pihak yang terkait (komanajemen perikanan). Penelitian ini mengkaji sejauhmana pengembangan usaha penagkapan ikan dan budidaya ikan dapat dikembangkan di Danau Kerinci.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : a.
Melakukan identifikasi tentang profil masyarakat petani ikan dan nelayan di sekitar Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi 2
b.
Analisis prospek pengembagan ekonomi kawasan danau
c.
Analisis kelayakan usaha penangkapan ikan dan budidaya ikan
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakasanakan selama 2 (dua) bulan dimulai pada bulan November sampai Desember 2011. Penelitian ini dilakukan disekitar Danau Kerinci dengan melibatkan masyarakat yang melakukan aktivitas ekonomi disekitar danau. METODE Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah : a.
Lokasi penelitian meliputi Kecamatan-kecamatan di sekeliling Danau Kerinci, dan terutama masyarakatnya melakukan aktifitas ekonomi yang bertumpu kepada danau
b.
Melakukan pengumpulan data baik sekunder maupun primer
c.
Analisis data
d.
Interpretasi hasil analisis
e.
Penulisan laporan penelitian
Sampel Sampel ditetapkan secara sengaja sesuai dengan tingkat proporsional populasi berdasarkan jenis usaha yang dilakukan dimana masing-masing jenis alat tangkap atau usaha KJA ditetapkan masing-masing 10 unit per Kecamatan dis ekitar Danau. Dengan demikian total sampel adalah sebanyak 70 unit, dengan alokasi sampel sebagai berikut ; nelayan sebanyak 50 orang (pada 3 Kecamatan) dan petani ikan sebanyak 20 orang pada 2 Kecamatan
Metode Analisis Analisis data dilakukan melalui 2 cara, yaitu melalui deskriptif analisis dan kuantitatif analisis, sebagai berikut :
3
Deskriptif analisis Deskriptif analisis dilakukan untuk melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat, yaitu melalui tabulasi silang (cross tab) dan penelaaahan situasi secara partisipasi (PRA) Kuantitatif analisis Kuantitatif analisis dilakukan untuk melihat Kelayakan usaha yang dilakukan oleh nelayan dan petani ikan. Indikator kelayakan yang digunakan adalah seperti NPV, B/C Ratio dan IRR (Gray et al, 1987). a. Analisis Net Present Value (NPV) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. Net Present Value merupakan selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada tingkat bunga tertentu, yang dinyatakan dengan rumus: n NPV =
Bt – Ct t=1 (1 + i) t
Keterangan: Bt = Pendapatan kotor unit usaha pada tahun t Ct = Biaya kotor unit usaha pada tahun t n = Umur ekonomis i = Tingkat bunga t = 1, 2, 3, …, n Kriteria: NPV > 0, berarti usaha layak/menguntungkan NPV = 0, berarti usaha mengembalikan sebesar biaya yang dikeluarkan NPV < 0, berarti usaha tidak layak/rugi.
b. Analisis Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek. Net B/C merupakan perbandingan antara total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat positif (Bt – Ct > 0) dengan total nilai sekarang dari penerimaan yang bersifat negatif (Bt – Ct < 0), dengan rumus: 4
n Net B/C =
Bt – Ct (untuk Bt – Ct > 0) t=1 (1 + i) t n Ct – Bt (untuk Bt – Ct < 0) t=1 (1 + i) t
Kriteria: Net B/C > 1, berarti usaha layak/menguntungkan Net B/C = 1, berarti usaha pulang pokok Net B/C < 1, berarti usaha tidak layak/rugi. c. Analisis Internal Rate of Return (IRR) Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang ditanamkan. Internal Rate of Return adalah tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat NPV dari usaha sama dengan nol, dinyatakan dengan rumus: Analisis Internal Rate of Return (IRR)
IRR = i’ + (
Keterangan: i’ = i’’ = NPV’ = NPV’’ =
NPV’ NPV’ – NPV’’
) x ( i’’ – i’)
Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV pada tingkat bunga i’ NPV pada tingkat bunga i’’
Apabila IRR lebih besar dari tingkat diskonto (discount rate) yang berlaku, maka dari aspek finansial usaha layak untuk dikembangkan.
HASIL PENELITIAN Profil Kawasan Kabupaten Kerinci terletak pada titik koordinat antara 101° 08’Bujur Barat” - 101° 50’00” Bujur Timur dan antara 1° 40’00” - 2° 26’00” Lintang Selatan, dengan luas sebesar 5
380.850 ha. Dalam mendukung jalannya roda pemerintahan, Pusat Pemerintahan Kerinci berada di Kota Sungai Penuh, luas wilayah Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 : Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi No Wilayah LUAS (ha) 1. Gunung Raya 74,385 2. Batang Merangin 56,510 3. Keliling Danau 30,320 4. Danau Kerinci 29,730 5. Sitinjau Laut 3,950 6. Air Hangat 22,221 7. Air Hangat Timur 15,152 8. Depati VII 2,580 9. Gunung Kerinci 44,476 10. Siulak 59,020 11. Kayu Aro 26,655 12. Gunung Tujuh 16,250 Sumber: Kabupaten Kerinci Dalam Angka 2010 Dari Tabel 1 diatas, dapat dilihat bahwa luas Kabupaten Kerinci secara keseluruhan adalah: 380.850 ha, yang terdiri dari dua bagian dataran yaitu: dataran rendah dengan luas 69.768 ha, dan dataran tinggi dengan luas 311.082 ha. Kabupaten Kerinci dengan Ibukotanya Sungai Penuh memiliki 12 Kecamatan, dari dua belas Kecamatan tersebut Kecamatan Gunung Raya merupakan Kecamatan terluas yaitu: 74.385 ha (19%), diikuti oleh Kecamatan Siulak dengan luas 59.020 ha (15%). Danau Kerinci terletak pada 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Danau Kerinci, Keliling Danau dan Merangin
Kondisi Fisik Wilayah a.
Topografi Kondisi topografi Kabupaten Kerinci secara umum terbagi dalam 3 bagian, yaitu dataran
tinggi, dataran sedang dan dataran rendah. Ketinggian berkisar antara 500 - 1.500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan kemiringan lereng / wilayah, Kabupaten Kerinci terbagi dalam 4 kategori, yaitu : Kemiringan lereng 0 - 2 % dari jumlah 3,33 % dari luas wilayah, Kemiringan Lereng 2-15 % berjumlah 15,62 %, Kemiringan Lereng 15 - 40 % lebih kurang 26,51 %, dan
6
Kemiringan Lereng > 40 % merupakan persentase terbesar yaitu berkisar 53,05 % dari luas Kabupaten Kerinci. b. Iklim Daerah Kecamatan Danau Kerinci dan Keliling Danau memiliki iklim yang tidak jauh berbeda dengan wilayah makronya yaitu Kabupaten Kerinci dimana beriklim tropis dengan temperatur udara berkisar antara 18,8 – 28,2 0C. Hasil pengamatan dalam tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa curah hujan rata-rata pertahun berkisar antara 179,1 mm dengan kelembaban antara 78 – 83 % serta penyinaran berkisar antara 37 – 65 %. c. Hidrologi Wilayah Kabupaten Kerinci banyak mengalir sejumlah sungai kecil, sedang dan besar di berbagai penjuru. Dimana arah alirannya rata-rata menuju ke sebelah timur. Sedangkan hulu sungai berada di bagian (pegunungan) ke arah barat (daerah rendah) yang merupakan daerah hilir, akhirnya bermuara ke Sungai Batanghari. Karena itu Sungai Batanghari merupakan muara dari sungai-sungai di wilayah bagian barat yang merupakan hulu sungai sekaligus sebagai daerah pegunungan atau dataran tinggi. Sungai besar antara lain Sungai Batang Merao, Sungai Buai, Sungai Jujun, Sungai Batang Sangkir, Sungai Batang Merangin, Sungai Betung Kuning dan sejumlah besar terbagi dalam anak-anak sungai kecil dan sedang. Disamping sungai terdapat pula Danau dan Rawa yang memiliki kekayaan hayati, seperti Danau Gunung Tujuh, Danau Belibis, Danau Kerinci, Danau Lingkat, Danau Padeang, Danau Kaco, dan Danau Kecik, dan sejumlah rawa-rawa yang tersebar di dataran rendah.
Kependudukan Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Kerinci pada tahun 2010 tercatat sebesar 229,495 jiwa, yang terdiri dari 114,929 jiwa perempuan dan 114,566 jiwa laki-laki, yang tersebar di
Piramida Penduduk Kabupaten Kerinci, 2010
12 wilayah kecamatan, seperti disajikan pada Piramida Penduduk pada Gambar 1.
60 - 64
7
40 - 44 20 - 24
0 - 4 (20.000)(10.000)
-
10.000 20.000
Jika dilihat dari jumlah penduduk yang berada di kawasan danau, yang dilingkupi oleh 3 (tiga) Kecamatan, berjumlah 37.712 Gambar 1 : Piramida Penduduk Kabupaten Kerinci
orang. Profil Sosial Ekonomi Masyarakat
Dari 70 orang sample umur nelayan dan petani ikan berkisar antara 30 – 45 tahun, ditemui juga ada yang berprofesi ganda dimana sebagai penangkap ikan dan juga memelihara ikan / budidaya, distribusi umur disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 : Distribusi Umur Nelayan dan Petani Ikan No 1 2 3 4 5
Kelas Umur (tahun) Jumlah < 30 4 30 – 35 21 35 – 40 12 40 – 45 12 > 45 21 Jumlah 70 Sumber : Pengolahan data Primer, 2011
Persen 6 30 17 17 30 100
Dilihat dari status perkawinan sampel pada umumnya sudah menikah dengan jumlah anal dalam satu keluarga rata-rata sebanyak 3 orang, dengan demikian satu keluarga harus menanggung sebanyak 5 jiwa. Menurut Zein, 2011 bahwa pada umumnya jumlah anggota keluarga masyarakat di pedesaan relative besar, antara 5 sampai 7 orang.
Sedangkan
pengalaman berusaha rata-rata berkisar antara 5 – 10 tahun, seperti diuraikan pada Tabel 3. Tabel 3 : Distribusi Pengalaman sebagai Nelayan dan Petani Ikan
1
Pengalaman sebagai nelayan/petani ikan (tahun) <5
2
5 – 10
No
3
Jumlah
Persen
17
24
35
50
> 10
18
26
Jumlah
70
100
Sumber : Pengolahan data Primer, 2011 Dilihat dari hasil tangkapan masih relative rendah yang berimplikasi kepada tingkat pendapatan yang tidak memadai (rata-rata dibawah Rp. 1 juta / bulan per KK). Hal ini terutama dikarenakan
8
masih menggunakan teknologi sederhana dan ekosistem telah mengalami kerusakan karena adanya kegiatan eksploitasi pasir danau yang cukup tinggi, disamping tingkat kompetisi penangkap ikan juga semakin tinggi. Dalam hal kegiatan budidaya ikan menggunakan KJA, dimana bibit relative sulit untuk didapatkan serta langkanya pakan ikan. Dewasa ini operasi mpenangkapan ikan di danau dilakukan dengan 3 jenis alat tangkap antara lain; jarring gillnet, jala dan bubu. Ketiga alat tangkap ini dioperasikan dengan cara sederhana menggunakan perahu kecil dan dayung, sedangkan udaha budidaya dewasa ini juga dilakukan dengan teknik Keramba Jaring Apung (KJA) dan Keramba Jaring Tancap (KJT) secara sederhana. Untuk itu diperlukan tingkat efisiensi dan kelancaran dalam berusaha baik dari segi penangkapan ikan maupun budidaya dengan KJA. Dengan demikian pemikiran alat tangkap yang efisien (Zein, 2001) dan teknik budidaya yang efektif dan efisien perlu dikembangkan di kawasan danau ini, antara lain gillnet dengan motor robin untuk menangkap ikan dibagian tengah danau, serta KJA yang lebih tertata sesuaidaya dukung perairan. Analisisi Ekonomi Pengembangan Perikanan Pengembangan suatu kawasan haruslah berdasarkan kekuatan basis ekonomi wilayah tersebut/ sector base (Todaro, 2004). Untuk itu pengembangan perikanan didarerah ini direkomendasikan kepada 2 macam usaha saja, yaitu kegiatan penangkapan ikan dan budidaya ikan. Dimana untuk kegiatan penangkapan ikan masih memungkinkan untuk ditingkatkan sebanyak 100 unit lagi alat tangkap baru, yaitu menggunakan gillnet. Sedangkan untuk kegiatan budidaya ikan adalah dalam kegiatan KJA sebanyak . Kedua macam kegiatan ini haruslah diarahkan kepada alat tangkap dan dan KJA yang ramah lingkungan dan dikembangkan secara bertahap, seperti disajikan pada Tabel 4 sebagai berikut : Tabel 4 : Target Pengembagan usaha Perikanan di Danau Kerinci A. Penangkapan Ikan 1 2
Jumlah Alat Trad Jumlah Alat Pakai Mesin
3
Produksi B. Budidaya
2010 2481
2011 2481
2012 2481 25
2013 2481 25
2014 2481 25
2015 2481 25
602
632
710
789
870
953
9
1 2
Total KJA Produksi Total Produksi Sumber : Hasil Analisis, 2011
412 1.463 2.065
592 752 3.263 4.863 3.895 5.573
922 6.563 7.352
1102 8.363 9.233
1382 11.163 12.116
Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Dalam rangka pengembangan penangkapan ikan direkomendasikan alat tangkap yang ramah lingkungan yaitu gillnet, untuk menagkap sumberdaya ikan yang berada ditengah danau yang belum termanfaatkan secara optimal. Dari hasil kajian dilakukan analisis finansial untuk melihat kelayakan usaha unit penangkapan gillnet. Analisis finansial yang dilakukan terdiri dari analisis keuntungan dan analisis kelayakan usaha. Dalam melakukan analisis finansial digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut: Teknologi penangkapan ikan dilakukan secara sederhana dengan menggunakan mesin berukuran kecil atau mesin robin Satuan analisis untuk satu unit gill net lengkap yang terdiri atas perahu, mesin alat tangkap dan peralatan pendukung. Ukuran perahu yaitu panjang 6 m dan ukuran jaring dengan panjang 100 m Dalam 1 bulan dilakukan sebanyak 22 trip penangkapan, dalam 1 tahun 12 bulan kegiatan penangkapan Hasil tangkapan rata-rata adalah 7 Kg / trip. Harga jual ikan segar hasil tangkapan adalah Rp 20.000,- per kg a. Analisis Keuntungan Penangkapan ikan dengan alat gill net ini membutuhkan biaya investasi sebesar Rp. 10.000.000,- untuk 1 unit. Biaya investasi tersebut digunakan untuk membeli perahu, mesin robin, alat tangkap dan peralatan tambahan. Biaya untuk usaha penangkapan terdiri dari biaya tetap (fix cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan dan biaya perawatan. Besarnya biaya tetap per tahun adalah sebesar 20% dari biaya investasi setiap tahunnya, yaitu sebesar Rp. 2.000.000,-. Sedangkan biaya variable yang dibutuhkan terdiri dari biaya operasional setiap pergi menangkap ikan, seperti; BBM, es, konsumsi, dll. Biaya variable per tahun adalah sebesar Rp. 12.540.000,- . Dengan demikian total biaya (total cost) yang dibutuhkan per tahun adalah sebesar Rp. 14.540.000,-, seperti disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 : Analisis Usaha penangkapan ikan No 1.
Komponen Modal/Biaya Modal Investasi
Usaha penangkapan ikan (Rp) 10.000.000 10
No Komponen Modal/Biaya 2. Biaya Variabel 3. Biaya Tetap 4. Total Biaya (BV + BT) 5. Penerimaan 6. Keuntungan Sumber: Hasil Perhitungan, 2011
Usaha penangkapan ikan (Rp) 12.540.000 2.000.000 14.540.000 18.724.000 9.362.000
Dalam satu tahun penerimaan nelayan dengan alat tangkap gillnet ini sebesar Rp.18.724.000,-, karena melibatkan ABK dalam kegiatan penangkapan ikan, maka penerimaan ini harus dibagi sebesar 50% untuk ABK (Bagi Hasil), sehingga keuntungan bersih bagi nelayan pemilik adalah sebesar Rp.9.362.000,- per tahun.
b.
Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha dalam jangka panjang. Analisis yang dilakukan yaitu analisis kriteria investasi yang terdiri dari perhitungan NPV, IRR dan B/C Ratio. NPV merupakan jumlah net benefit yang diperoleh selama umur proyek yang dihitung berdasarkan nilai saat ini. Net B/C merupakan perbandingan antara nilai total sekarang dari penerimaan yang bersifat positif dengan nilai total sekarang dari penerimaan yang bersifat negatif. IRR adalah nilai keuntungan internal dari investasi yang ditanamkan. Asumsi yang digunakan dalam analisis kelayakan usaha penangkapan ikan sebagai berikut:
Umur proyek ditetapkan selama 5 tahun.
Satu bulan dapat melakukan penangkapan selama 22 hari / trip, dan dalam satu tahun selama 12 bulan.
Harga ikan segar diasumsikan tetap selama umur proyek yaitu Rp 20.000 per kg.
Seluruh harga input tetap selama umur proyek.
Discount rate sebesar 12% (Hasil analisis disajikan pada Tabel 6) Tabel 6 : Nilai Kriteria Investasi Usaha Penangkapan Ikan No
Komponen
Usaha Penangkapan Ikan
11
1.
NPV (Rp)
18.111.000
2.
IRR (%)
70,91
3.
B/C Ratio
1,81
Kesimpulan
Layak
Sumber: Hasil Perhitungan, 2011 Berdasarkan uraian diatas, berarti usaha penangkapan ikan dengan alat gillnet layak untuk dikembangkan. Perhitungan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Kelayakan Usaha Budidaya Ikan dengan sistim KJA Pengembangan budidaya ikan di Danau Kerinci dengan sistim KJA dianalisis berdasarkan dengan asumsi-asumsi dasar yang biasa berjalan di lapangan. Untuk kebutuhan ini dilakukan analisis kegiatan budidaya ikan di KJA dengan jumlah kantong jaring sebanyak 4 petak per unit KJA dengan ukuran masing-masingnya 5 x 5 x 4 m. Kepadatan ikan yang di tebar per jaring 5000 ekor dengan survival rate panen 96% dan menggunakan pakan ikan / pelet. Dari asumsi ini diperoleh hasil sebagai berikut : a.
Analisis Keuntungan
Usaha budidaya ikan di KJA dengan komoditas ikan nila membutuhkan biaya investasi sebesar Rp. 30.000.000,- untuk membuat sebanyak 1 unit KJA dengan 4 petak / kantong jaring. Biaya investasi tersebut digunakan untuk membuat konstruksi KJA dengan bahan dasar kayu balok sebagai rangka utama, papan, drum pelampung, jaring, tali-temali dan jangkar. Biaya untuk usaha budidaya ikan terdiri dari biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan dan perawatan berbagai peralatan yang digunakan. Besarnya biaya tetap per tahun sebesar Rp 9.000.000,-. Biaya variabel yang dibutuhkan terdiri dari biaya benih, pakan dan obat-obatan, serta upah tenaga kerja. Total biaya variabel per musim panen sebesar Rp.39.860.000,-. Satu tahun dilakukan 3 kali pemeliharaan, sehingga biaya variable per tahun adalah Rp.119.580.000,-. Dengan demikian total biaya (total cost) yang dibutuhkan per tahun sebesar Rp. 128.580.000,- (Lihat Tabel 7) Tabel 7 : Analisis Usaha Budidaya ikan 12
No
Uraian
Jumlah
A.
Investasi
Rp
30.000.000
B.1. Biaya Tetap
Rp
9.000.000
B.2. Biaya Variabel
Rp
119.580.000
C.
Penerimaan
Rp
172.800.000
D.
Keuntungan per tahun
Rp
44.220.000
Sumber: Hasil Perhitungan, 2011 Dalam satu tahun terdiri atas 3 kali musim pemeliharaan / panen dimana
penerimaan
pembudidaya ikan sebesar Rp. 172.800.000,- sehingga diperoleh keuntungan usaha sebesar Rp. 44.220.000,- per tahun. b.
Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha dalam jangka panjang. Analisis yang dilakukan yaitu analisis kriteria investasi yang terdiri dari perhitungan NPV, IRR, dan B/C Ratio. NPV merupakan jumlah net benefit yang diperoleh selama umur proyek yang dihitung berdasarkan nilai saat ini. B/C Ratio merupakan perbandingan antara nilai total sekarang dari penerimaan yang bersifat positif dengan nilai total sekarang dari penerimaan yang bersifat negatif. IRR adalah nilai keuntungan internal dari investasi yang ditanamkan. Asumsi yang digunakan dalam analisis kelayakan usaha budidaya ikan ini sebagai berikut: Umur proyek ditetapkan selama 5 tahun. Satu siklus produksi selama 3 bulan, dalam 1 tahun 3 kali pemeliharaan Harga ikan nila diasumsikan tetap selama umur proyek yaitu Rp. 20.000 per kg. Seluruh harga input tetap selama umur proyek. Discount rate sebesar 12 % per tahun. (seperti disajikan pada Tabel 8) Tabel 8 : Nilai Kriteria Investasi Usaha Budidaya Ikan di KJA No
Uraian
Jumlah
1
NPV
40.481.000
2
IRR
55.08%
3
B/C Ratio
1.34
Kesimpulan
Layak
Sumber: Hasil Perhitungan, 2011 13
Berdasarkan perhitungan kriteria investasi pada usaha budidaya ikan terlihat bahwa nilai NPV sebesar Rp 40.481.000, IRR 55.08% dan B/C Ratio 1,34. Hal ini berarti bahwa usaha budidaya ikan di Danau Kerinci layak untuk dikembangkan. Perhitungan disajikan pada Lampiran 3, dan Lampiran 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : a. Danau Kerinci mempunyai prospek ekonomi yang sangat besar untuk dikembangkan, terutama dalam kegiatan menangkap ikan dan budidaya ikan dengan sistim KJA. Pengembagan usaha penangkapan dan KJA harus sesuai dengan daya dukung danau b. Pengembangan usaha penangkapan maksimum sebanyak 100 unit alat penangkapan dan 2480 unit KJA. c. Hasil analisis ekonomi, menunjukkan kedua jenis usaha tersebut layak untuk dikembangkan dengan indikator kelayakan, untuk gillnet BC Ratio 1,81 dan IRR 70,91%, sedangkan untuk KJA BC Ratio 1,34 dan IRR 55,08% Saran Untuk menjaga kelestarian ekosistem danau serta kegiatan perikanan dapat berjalan beriringan dengan kegiatan pariwisata dan kegiatan lainnya, maka pengembangan penangkapan ikan dan budidaya ikan haruslah sesuai dengan daya dukung danau, sehingga kegiatan perikanan dapat berjalan secara sustainable. PUSTAKA Alfian Zein, 1998. The enfluence of technological change on income and social structure in artisanal fisheries in Padang. Bung Hatta University Press, Padang. ISBN : 979-961990-4 Alfian Zein, 2011. Wanita Nelayan dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Bung Hatta University Press. ISBN: 978-602-8899-41-3. Bappeda Kabupaten Kerinci, 2011. Kabupaten Kerinci Dalam Angka 2010. Sungai Penuh. Budiman, 2011. Petunjuk Teknis Minapolitan. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
14
Clive Gray, Payaman Simanjuntak, Lien K. Sabur dan PFL Maspaitella, 1987. Pengantar Evaluasi Proyek. Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, 2004. Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga (Edisi Kedelapan. Alih Bahasa : Haris Munandar). Penerbit PT. Erlangga. Jakarta
15