FORUM AKADEMIKA IDENTIFIKASI DAN MODEL PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN KARANGANYAR Priscilla Uning STIE Wijaya Mulya Surakarta
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan mengkaji kondisi nyata KK Miskin dan memahami perilaku baik dilihat dari kebutuhan hidupnya maupun cara memenuhi kebutuhan hidupnya, (2) mengkaji potensi desa dimana KK Miskin tinggal, (3) membentuk Pola/Model Pemberdayaan Masyarakat agar kesejahteraan KK Miskin meningkat. Adapun identifikasi KK Miskin dilakukan 2 (dua) tahap, Tahap (I) meliputi 8 kecamatan, yaitu : Gondangrejo, Mojogedang, Karanganyar, Matesih, Tawangmangu, Tasikmadu, Jatiyoso, Kerjo. Tahap (II) meliputi 9 kecamatan, yaitu : Jatipuro, Jumapolo, Jumantono, Ngargoyoso, Karangpandan, Jaten, Colomadu, Kebakramat, Jenawi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari jumlah KK Miskin yang menyebar di 17 kecamatan Karangayar yang teridentifikasi maka potensi urutan terbesar yaitu : (a) peternakan (38,37%), (b) usaha kecil ( 20,05%), (c) kerajinan (16,51%), (d) perikanan (0,75%), sedang sebagian besar (24,34%) tidak berpotensi dan jompo. Dari uji Chi Square menyimpulkan bahwa potensi anggota KK Miskin di wilayah Kecamatan Tawangmangu, Matesih dan Jenawi dapat diberdayakan untuk mendukung potensi KK Miskin sangat signifikan dengan p<=0,05.Adapun langkah strategis yang diusulkan dengan mengembangkan pendekatan wilayah/kelompok, mengembangkan program, kemampuan mandiri, SDM dan kelembagaan yang ada. A. PENDAHULUAN Berbagai upaya pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan pemerintah melalui program bimbingan, bantuan dana penyediaan berbagai fasilitas yang ditujukan untuk meningkatkan kelembagaan, partisipasi dan keswadayaan masyarakat dalam pembangunan seperti program Bandes, IDT dan P2KP pada akhirnya belum mampu mengatasi kemiskinan secara menyeluruh, program-
program pembangunan yang dilakukan selama ini ternyata telah menimbulkan ketergantungan masyarakat pada bantuanbantuan tersebut. Program-program tersebut dinilai lebih berorientasi pada pemenuhan “Target Group” pembangunan yang kurang memperhatikan keberlanjutan program, proses pendidikan dan pelembagaan pembangunan. Faktor lain adalah sikap aparat yang terlalu birokratik dan teknokratik. Mereka
Penelitian ini hasil kerjasama BAPPEDA Kabupaten Karanganyar dengan STIE Wijaya Mulya Surakarta
Priscilla Uning cenderung memandang rendah kemampuan dan potensi/kekuatan atau ketrampilan yang ada dimasyarakat dan menjadi pihak yang “yang maha mengetaui” sehingga berhak menjadi tanggung jawab tunggal dalam proses pembangunan yang dilaksanakan. Akibatnya banyak program-program yang ditujukan bagi orang=orang miskin bersifat “Top Down”. Masyarakat hanya diperlakukan sebagai obyek pembangunan, tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut harkat hidup orang banyak. Maka tidak mengherankan kalau masyarakat menjadi enggan untuk berpartisipasi dan mengemukakan ide atau pendapatnya dalam proses pembangunan yang dilakukan pemerintah. Sementara itu dorongan pasar yang semakin kuat untuk memperoleh keuntungan yang sebesarbesarnya, seringkali mengabaikan dan bahkan merugikan kepentingan masyarakat luas, termasuk mereka yang miskin. Program-program yang berorientasi target dan tidak memperhatikan kebutuhan serta potensi masyarakat lokal tersebut menyebabkan program-program yang tersedia tidak dapat diakses oleh masyarakat miskin, bahkan semakin memarginalkan mereka pada posisi yang terbawah. Oleh karena itu pola atau model penangan kemiskinan tidak dapat hanya mengandalkan wewenang pemerintah selaku pemegang kekuasaan tetapi juga harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat melalui pola atau model-model pemberdayaan masyarakat terutama pada pemberdayaan KK miskin.
19
Menurut BPS Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah pada tahun 2005/2006 dikemukakan bahwa jumlah keluarga sebanyak 68.069 KK, yang terdata menerima BLT Awal 57.980 KK, KKB dibatalkan tahap I 277 KK, KKB dibatalkan tahap II, III dan IV 755 KK, sehingga KK Miskin penerima BLT Tahap III 56.948 ditambah yang terdata menerima BLT susulan sebanyak 11.121 KK. Sejumlah ini menyebar di 17 kecamatan yang terdiri dari 177 desa/kelurahan yaitu 162 desa dan 15 kelurahan. Ungkapan dan fenomena tersebut diatas merupakan bahasan pokok pada penelitian ini, dalam rangka melakukan “IDENTIFIKASI DAN MODEL PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN KARANGANYAR”. B. PERUMUSAN MASALAH Sebelum masalah dirumuskan perlu pembatasan masalah. Pembatasan masalah adalah upaya untuk mengadakan batasan ruang lingkup masalah yang akan diteliti agar tidak meluas. Dalam hal ini tindakan pembatasan daerah penyelidikan dan obyek penyelidikan. “Permasalahan-permasalahan penelitian juga menunjukkan alat-alat yang dibutuhkan untuk menjaring data, yang dapat mencakup tipe-tipe khusus observasi, wawancara, pengumpulan dokumen. Pada akhirnya batasan-batasan kasar dari pada analisis kami telah tersusun, paling tidak untuk sementara waktu. Jika kami bertanya : Bagaimana tindakan-tindakan
FORUM AKADEMIKA pembuat kebijakan mempengaruhi penerima program? Kami akan melihatnya pada data mengenai perilaku penerima proram”. (Mathew B.Miks dan A.Michael Huberman : 1992) Agar penelitian menjadi jelas dan terarah, penelitian dibatasi pada Identifikasi dan Model Pemberdayaan KK Miskin di 17 kecamatan : Tahap I ada 8 kecamatan, yaitu Gondangrejo, Mojogedang, Karanganyar, Matesih, Tawangmangu, Tasikmadu, Jatiyoso, Kerjo. Tahap II ada 9 kecamatan, yaitu Jatipuro, Jumapolo, Jumantono, Ngargoyoso, Karangpandan, Jaten, Colomadu, Kebakkramat, Jenawi. Yang sacara teoritis sudah barang tentu terjadi dampak social akibat dari pemberdayaan tersebut, dampak social itu dimaksudkan adalah perubahan taraf hidup masyarakat yang diberdayakan melalui program ini, perubahan dari sebelum diperdayakan dan sesudah program pemberdayaan dapat dimanfaatkan. Berdasarkan latar belakang dimuka, penelitian ini dapat dirumuskan permasalahannya, sebagai berikut : 1. Bagaimana mengidentifikasi KK Miskin 2. Potensi desa apa yang dapat diperdayakan (KK Miskin) 3. Model-model pemberdayaan KK Miskin
20 C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mempelajari, mengkaji dan menganalisis kebutuhan masyarakat KK Miskin di Kabupaten Karanganyar. Hasil dari studi ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang model-model pemberdayaan mayarakat KK Miskin di Kabupaten Karanganyar. Secara rinci tujuan dari kegiatan ini adalah: 1. Mengidentifikasi dan mengkaji kondisi nyata KK MIskin dan memahami perilaku baik dilihat dari kebutuhan hidupnya maupun cara memenuhi kebutuhan hidupnya 2. Mengkaji potensi desa dimana KK Miskin tinggal 3. Membentuk paguyuban masayarakat KK Miskin didesa sasaran 4. Menentukan pola/model pemberdayaan masyarakat agar kesejahteraan KK Miskin meningkat. Adapun manfaat dari kegiatan pemberdayaan KK Miskin di Kabupaten Karanganyar ini, antara lain : 1. Untuk mengembangkan poteni desa dan potensi KK Miskin sehingga dengan konsep ini diharapkan masyarakat KK Miskin akan merasa memiliki dan berkewajiban melestarikan potensi desa.
Priscilla Uning 2. Dengan pembentukan paguyuban diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu tujuan pemberdayaan KK Miskin, karena lembaga tersebut akan berfungsi sebagai penampung dan penyalur aspirasi kepada instansi terkait, khususnya menyangkut pembangunan potensi desa dan SDM nya. D. METODE PENELITIAN Berdasarkan bentuknya, penelitian ini termasuk penelitian tindakan (Applied Action Research), karena bertujuan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan praktis yang mengarah terwujudnya model pemberdayaan KK Miskin serta perubahan kearah kehidupan yang lebih baik Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk penelitian diskriptif, karena hasilnya akan menguraikan, melukiskan dan menggambarkan secara fisik tertentu dan frekwensi terjadinya suatu fenomena social, dan sekaligus termasuk penelitian penjelasan (Explanatory Research), karena kegiatan penelitian ini akan mencari hubungan antar variable yaitu Sosial Ekonomi Budaya – Pengkajian Potesi Desa/KK Miskin – Modelmodel Pemberdayan dan Kelembagaan Paguyuban. Namun demikian penelitian ini juga menggunakan Uji Chi Square untuk melihat keterkaitan antara jumlah anggota kaluarga dengan potensi yang dimiliki KK Miskin. Pelakasanaan kegiatan menggunakan metode kuesioner dengan mengisi blangko idetifikasi serta potensi KK Miskin dalam rangka kegiatan kolecting data.
21
Tujuan kegiatan ini adalah membantu proses penelitian, sebab tanpa ada proses pengumpulan data yang cepat dan akurat, melalui perangkat desa, staf kecamatan, mustahil penelitian ini dapat berhasil dengan baik. Mengingat terbatasnya dana dan waktu yang tersedia serta banyaknya jumlah KK Miskin yang penyebarannya hampir merata se Kabupaten Karanganyar maka penelitian / identifikasi ini dilakukan 2(dua) tahap. Tahap I sebanyak 8(delapan) kecamatan dan tahap II sebanyak 9(Sembilan) kecamatan. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner oleh perangkat desa, kepala desa, tokoh masyarakat dan KK Miskin yang merupakan sasaran. Data sekunder didapat dari catatan-catatan, buku-buku laporan dan lain sebagainya yang berhubungan dengan topic ini yang dimiliki Bappeda Kabupaten Karanganyar, BKKBN, Dinas-dinas Perpustakaan dan kantor-kantor kepala desa. E. INVENTARISASI DAN ANALISIS POTENSI DESA DAN KK MISKIN Penelitian Identifikasi Potensi ini kami kemukakan berdasarkan hasil pengumpulan data dan uji chi square yang akan kami analisa melalui potensi desa mana saja yang potensi anggota keluarganya mendukung potensi KK nya.
22
FORUM AKADEMIKA TABEL 1 IDENTIFIKASI DAN POTENSI KK MISKIN SERTA DUKUNGAN ANGGOTA KELUARGA MELALUI UJI CHISQUARE
Nama Kecamatan
Jumlah desa dan jumlah KK Miskin
Urutan potensi KK Miskin
Hasil Uji Chi Square
Pemberda yaan potensi anggota keluarga
1.Gondangrejo
13 desa / kel 7241 KK
Peternakan=34,5% Perikanan=0,3% Usaha kecil=17,3% Kerajinan=18% Takpotensi=29,9%
C h i s q u a r e Anggota Kelg.Tidak 4,566dan signifikan jika di ber P=0,601> 0,05 dayakan
2.Karanganyar
12 desa / kel 5898 KK
Peternakan=21,4% Perikanan=0,9% Usaha kecil=26,9% Kerajinan=22,6% Takpotensi=28,2%
C h i s q u a r e Anggota Kelg.Tidak 13,397dan signifikan jika di ber P=0,099> 0,05 dayakan
3.Mojogedang
13 desa / kel 5311 KK
Peternakan=41,2% Perikanan=1,2% Usaha kecil=12,7% Kerajinan=15,7% Takpotensi=29,2%
C h i s q u a r e Anggota Kelg.Tidak 12,343dan signifikan jika di ber P=0,137> 0,05 dayakan
4.Matesih
9 desa / kel 3771 KK
Peternakan=32,4% Perikanan=0,9% Usaha kecil=22,8% Kerajinan=22,3% Takpotensi=21,6%
C h i s q u a r e Anggota Kelg.sngat 18,013dan signifikan jika diber P=0,021< 0,05 dayakan
5.Tawangmangu 10 desa / kel 3786 KK
Peternakan=45,6% Perikanan=0,3% Usaha kecil=27,5% Kerajinan=7,7% Takpotensi=18,9%
C h i s q u a r e Anggota Kelg.sngat 15,504dan signifikan jika diber P=0,017< 0,05 dayakan
6.Tasikmadu
10 desa / kel 3722 KK
7.Jatiyoso
8 desa / kel 2854 KK
Peternakan=36,9% C h i s q u a r e Perikanan=0,8% 6,694dan Usaha kecil=18,3% P=0,350> 0,05 Kerajinan=20,7% Takpotensi=23,2% Peternakan=68,8% C h i s q u a r e Perikanan=0,7% 5,187dan Usaha kecil=11,8% P=0,520> 0,05 Kerajinan=5,5% Takpotensi=13,2%
Anggota Kelg.Tidak signifikan jika di ber dayakan Anggota Kelg. Tidak signifikan jika di ber dayakan
Priscilla Uning 8.Kerjo
10 desa / kel 3004 KK
9.Jatipuro
10 desa / kel 2787 KK
10.Jumapolo
12 desa / kel 3011 KK
11.Jumantono
11 desa / kel 4774 KK
12.Ngargoyoso
9 desa / kel 3044 KK
13.Karangpanda 11 desa / kel 3647 KK
14.Jaten
8 desa / kel 3833 KK
15.Colomadu
11 desa / kel 3237 KK
16.Kebakkramat 10 desa / kel 5036 KK
Peternakan=47,3% Perikanan=1,1% Usaha kecil=23,4% Kerajinan=11,8% Takpotensi=16,4% Peternakan=43,5% Perikanan=1,1% Usaha kecil=18% Kerajinan=14,7% Takpotensi=22,7% Peternakan=57,5% Perikanan=1,4% Usaha kecil=14,9% Kerajinan=9,9% Takpotensi=16,3% Peternakan=48,2% Perikanan=0,8% Usaha kecil=11,8% Kerajinan=22,2% Takpotensi=16,9% Peternakan=45,7% Perikanan=1,4% Usaha kecil=18% Kerajinan=8,8% Takpotensi=26% Peternakan=42% Perikanan=1,1% Usaha kecil=20,5% Kerajinan=13,6% Takpotensi=22,8% Peternakan=13,7% Perikanan=0,8% Usaha kecil=28,5% Kerajinan=17,1% Takpotensi=39,9% Peternakan=17,7% Perikanan=1,2% Usaha kecil=26,8% Kerajinan=10,3% Takpotensi=43,9% Peternakan=22,2% Perikanan=1,7% Usaha kecil=18,5% Kerajinan=22,2% Takpotensi=35,5%
23
C h i s q u a r e Anggota Kelg.Tidak 4,566dan signifikan jika di ber P=0,601> 0,05 dayakan C h i s q u a r e Anggota Kelg.Tidak 10,842dan signifikan jika di ber P=0,370> 0,05 dayakan C h i s q u a r e Anggota Kelg.Tidak 9,028dan signifikan jika di ber P=0,340> 0,05 dayakan C h i s q u a r e Anggota Kelg.Tidak 5,783dan signifikan jika di ber P=0,448> 0,05 dayakan C h i s q u a r e Anggota Kelg.Tidak 12,086dan signifikan jika di ber P=0,147> 0,05 dayakan C h i s q u a r e Anggota Kelg.Tidak 10,247dan signifikan jika di ber P=0,248> 0,05 dayakan C h i s q u a r e Anggota Kelg.Tidak 6,741dan signifikan jika di ber P=0,346> 0,05 dayakan C h i s q u a r e Anggota Kelg.Tidak 14,277dan signifikan jika di ber P=0,161> 0,05 dayakan C h i s q u a r e Anggota Kelg.Tidak 6,575dan signifikan jika di ber P=0,583> 0,05 dayakan
24
FORUM AKADEMIKA 17.Jenawi
9 desa / kel 2404 KK
Peternakan=70,1% Perikanan=0% Usaha kecil=7,8% Kerajinan=4,4% Takpotensi=19,2%
C h i s q u a r e Anggota Kelg.sngat 15,055dan signifikan jika di ber P=0,020< 0,05 dayakan
Sumber : Data Diolah Adapun model-model pemberdayaan yang diusulkan adalah Model Pemberdayaan Melalui Agen Pembaharu dan Model Pemberdayaan Melalui Kemitraan F. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan : Dari hasil identifikasi/penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 17 kecamatan se kabupaten Karanganyar menunjukkan bahwa potensi terbesar yang dimiliki oleh KK miskin yang terdistribusi secara merata ada pada bidang peternakan yaitu sebesar 38,37%, potensi kedua sebesar 20,05 % ada pada bidang usaha kecil, sedang potensi ketiga sebesar 16,51% ada pada bidang kerajinan dan potensi yang paling rendah ada pada bidang perikanan sebesar 0,75%. Kemudian sebesar 24,30% KK miskin tidak mempunyai potensi dibidang peternakan, perikanan, kerajinan maupun usaha kecil dikarenakan sudah jompo dan berstatus duda/janda tua. Dilihat dari uji statistik dengan Uji Chi Square ada 3(tiga) kecamatan yaitu kecamatan Tawangmangu, kecamatan Matesih dan kecamatan Jenawi, dimana anggota keluarga dapat diberdayakan untuk mendukung potensi KK Miskin. Rekomendasi : Dari model-model maupun pola pemberdayaan yang diajukan melalui program kegiatan maka agar dapat berhasil perlu diupayakan langkah-
langkah strategis berikut ini : 1. Mengembangkan pendekatan wilayah dan pendekatan kelompok. 2. Mengembangakan program-program secara partisipatif. 3. Menumbuhkan kemampuan mandiri. 4. Pengembangan sumberdaya manusia. 5. Pengembangan kelembagaan yang sudah ada DAFTAR PUSTAKA Arief, Sritua (2000), Ekonomi Kerakyatan Pemberdayaan Rakyat secara Nasional dan Daerah, dalam Seminar Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Menyongsong Indonesia Baru, 20 Mei 2000, IDEA, Yogyakarta. Asian Development Bank, t.th. Fighting Poverty in Asia and the Pacific: The Poverty Reduction Strategy. Bappenas (2000), Buku Panduan Pelaksanaan Program PDM-DKE untuk Fasilitator Kecamatan dan Desa, Jakarta. Djojohadikusumo, Sumitro (1994), Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta: LP3ES.
Priscilla Uning Mubyarto dkk (1994), Keswadayaan Masyarakat Desa Tertinggal, PSKK, UGM, Yogyakarta: Aditya Media. Sudibyo dalam Dewanta dkk. (1999), Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, ICMI Pusat, ICMI ORWIL DIY, PPSK Yogyakarta, Aditya Media, Yogyakarta Sulistiyani, Ambar Teguh (2000), Problema dan Kebijakan Perumahan di Perkotaan, dalam JSPV, Vol 5 No.3. Sumodiningrat Gunawan (1999), Kemiskinan : Teori, Fakta dan Kebijakan, Impac, Jakarta. Suprijatna Tjahja (2000), Perencanaan, Pembangunan Daerah dan Penyusunan Program Kegiatan, PerPod, Jakarta …………………………., (2000), Strategi Pembangunan dan Kemiskinan, Jakarta: Rineka Cipta. Usman, Sunyoto (1998), Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
25