FORMULASI STRATEGI PEMASARAN E-YOCI HOMEMADE YOGHURT ERYF FARM, CISARUA-BOGOR
SKRIPSI
IIF RAHMAT FAUZI H34061748
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i
RINGKASAN IIF RAHMAT FAUZI. Formulasi Strategi Pemasaran E-Yoci Homemade Yoghurt Eryf Farm, Cisarua-Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA). Perkembangan industri ternak dewasa ini semakin menunjukkan kontribusinya terhadap peningkatan pertumbuhan perekonomian nasional, baik dalam lingkup peternakan yang memiliki skala usaha kecil, menengah ataupun skala usaha besar. Hal yang menarik dari fenomena yang ada saat ini, dari ketiga skala usaha yang berkembang tersebut, usaha kecil, termasuk di dalamnya adalah usaha rumah tangga ternyata memiliki peranan yang cukup besar. Tercatat bahwa usaha kecil memiliki kontribusi terbesar pada PDB (tanpa migas) yaitu sebesar 42,25 persen, bahkan sektor lapangan usaha pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan dalam skala kecil terlihat secara signifikan memberikan kontribusi terbesar diantara sektor lainnya bagi PDB nasional, yaitu sebesar 86,90 persen. Sektor peternakan sebagai salah satu diantaranya, menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan ini di dominasi oleh kawasan kepulauan Jawa Indonesia. Di samping Jawa Timur, Provinsi Jawa Barat memberikan gambaran potensial terhadap perkembangan industri peternakan baik skala kecil, menengah, ataupun skala besar. Peternakan sapi sebagai komoditas unggulan di dalamnya terbukti memberikan gambaran yang menarik akan potensi pengembangan usaha tersebut pada masa yang akan datang. Perkembangan teknologi pasca panen mendorong munculnya berbagai hasil olahan produk peternakan yang berbahan dasar susu sapi, termasuk di dalamnya adalah yoghurt. Seiring dengan perkembangan daya beli dan gaya hidup masyarakat yang mengedepankan aspek kesehatan, industri yoghurt turut mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini terlihat dengan semakin menjamurnya usaha-usaha penghasil yoghurt yang di dominasi oleh usaha-usaha kecil dan menengah. E-YOCI sebagai salah satu usaha kecil berbasis rumah tangga menjadi salah satu perusahaan pendatang baru yang memiliki daya saing yang cukup tinggi dalam industri tersebut. Sebagai salah satu unit usaha dari peternakan Eryf Farm, E-YOCI memiliki fokus tersendiri dalam strategi pengembangan usahanya. Dalam tujuan strategis jangka panjangnya E-YOCI diharapkan mampu menyerap produksi susu segar Eryf Farm secara keseluruhan. Aspek produksi yang terjamin dengan dukungan bahan baku yang memadai serta teknologi yang baik merupakan potensi besar bagi E-YOCI untuk mengembangkan usahanya. Permasalahan yang kemudian muncul adalah aspek pemasaran yang belum mampu mengimbangi potensi produksi yang dimiliki. Lemahnya aspek manajerial usaha dan sumberdaya E-YOCI dianggap menjadi salah satu keterbatasan yang menghambat perkembangan pemasaran E-YOCI. Penelitian ini bertujuan merumuskan suatu alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk dilaksanakan E-YOCI berdasarkan identifikasi lingkungan perusahaan yang menghasilkan variabel kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman yang dimiliki E-YOCI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2010
ii
hingga Januari 2011 di E-YOCI Homemade Yoghurt Eryf Farm, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan E-YOCI merupakan usaha berskala kecil dengan basis rumah tangga, milik perorangan serta dibangun dari latar belakang sebuah peternakan besar milik pribadi yang dalam perjalanan usahanya selama satu semester ke belakang memiliki perkembangan usaha yang cukup baik. Pemilihan responden dipilih secara sengaja berdasarkan tingkat kepentingan dalam penelitian ini. Responden yang diambil dalam penelitian berjumlah 4 orang dari internal E-YOCI yang merupakan pengambil keputusan (decision maker) dalam kegiatan usaha, yang terdiri dari pemilik E-YOCI, pemilik Eryf Farm, manajer produksi, manajer pemasaran produk, dan 3 orang pihak eksternal yaitu agen individu pemasar produk. Analisis strategi pemasaran dalam penelitian ini dilakukan melalui analisis deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengetahui lingkungan perusahaan terkait dengan aspek kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan pada matriks Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), Internal-External (IE), StrengthWeakness-Opportunity-Threat (SWOT), dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan perusahaan, E-YOCI memiliki kekuatan utama berupa citarasa yoghurt yang khas dengan skor 0,552, kelemahan utama berupa kurangnya tenaga pemasaan yang handal dengan skor 0,096 serta peluang utama berupa perkembangan gaya hidup sehat dengan skor 0,480 dan ancaman utama berupa musim penghujan yang tidak menentu dengan skor 0,164. Sementara, dengan total matriks IFE sebesar 2,906 dan matriks EFE sebesar 3,108 menempatkan E-YOCI pada sel II (tumbuh dan membangun) dalam matriks IE, sehingga strategi yang tepat bagi perusahaan adalah strategi intensif atau strategi integrasi. Selanjutnya untuk mendapatkan alternatif strategi yang lebih spesifik maka dilakukan analisis matriks SWOT. Berdasarkan analisis tersebut dihasilkan enam alternatif strategi yang dianggap tepat untuk diterapkan oleh perusahaan, yaitu 1) Mempertahankan dan mengedepankan kualitas dan keunggulan produk, 2) Mengupayakan sertifikasi BPOM dan Halal, 3) Pengadaan sarana dan prasarana distribusi yang memadai, 4) merekrut personil pemasaan yang handal di bidang e-market, 5) Mempertahankan harga jual produk yang murah, dan 6) Melakukan promosi poduk yang lebih gencar. Dan diantara ke-enam alternatif strategi tersebut dipilihlah strategi mempertahankan serta mengedepankan kualitas dan keunggulan produk sebagai prioritas utama strategi yang tepat untuk dijalankan perusahaan dengan nilai Total Attractiveness Score (TAS) sebesar 6,776.
iii
FORMULASI STRATEGI PEMASARAN E-YOCI HOMEMADE YOGHURT ERYF FARM, CISARUA-BOGOR
IIF RAHMAT FAUZI H34061748
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 iv
Judul Skripsi
: Formulasi Strategi Pemasaran E-YOCI Homemade Yoghurt Eryf Farm, Cisarua-Bogor
Nama
: Iif Rahmat Fauzi
NIM
: H34061748
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 19690410 199512 001
Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
v
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Formulasi Strategi Pemasaran E-YOCI Homemade Yoghurt Eryf Farm, Cisarua-Bogor” adalah karya hasil sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2011
Iif Rahmat Fauzi H34061748
vi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 30 Juni 1988. Penulis adalah anak keenam dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Sapri Samin dan Ibunda Djuriah Matsir. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1 Sarua Indah pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SMPN 3 Ciputat. Sementara pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 1 Ciputat diselesaikan pada tahun 2006. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terpilih sebagai mahasiswa Depertemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2007 setelah satu tahun berada pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Selama Mengikuti pendidikan, penulis tercatat aktif sebagai pengurus Lembaga Dakwah Fakultas Sharia Economic Student Club (SES-C) periode tahun 2007-2008 sebagai staff divisi Sharia Economic Education (Share-E) dan periode tahun 2008-2009 sebagai Ketua Divisi Sumberdaya Insani (SDI), serta sekaligus menjadi staff divisi Syi’ar Forum Mahasiswa Studi Islam (FORMASI) pada periode tahun 2008-2009.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi Strategi Pemasaran E-YOCI Homemade Yoghurt Eryf Farm, CisaruaBogor”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa umatnya menuju zaman yang penuh dengan nuansa ilmu pengetahuan yang senantiasa bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat kelak. Skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas fungsi pemasaran E-YOCI Homemade Yoghurt. Kemudian, berdasarkan faktor-faktor lingkungan tersebut skripsi ini merumuskan alternatif dan prioritas strategi pemasaran yang tepat untuk diterapkan oleh EYOCI Homemade Yoghurt dalam rangka upaya pengembangan usahanya. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2011
Iif Rahmat Fauzi
viii
UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ir. Netti Tinaprilla, MMA selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Popong Nurhayati, MM dan Rahmat Yanuar, SP, MS selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikkan skripsi ini. 3. Ir. Burhanuddin, MM yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 4. Orangtua dan seluruh keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan terbaik. 5. Pihak Erif Farm dan E-YOCI Homemade Yoghurt sebagai objek penelitian penulis atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan. 6. Teman-teman seperjuangan baik di lingkungan tempat tinggal kost maupun teman-teman Agribisnis angkatan 43 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Januari 2011
Iif Rahmat Fauzi
ix
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ………………………………………………………..
x
DAFTAR TABEL ............................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................
xiv
I
PENDAHULUAN ................................................................. 1.1. Latar Belakang ........................................................... 1.2. Perumusan Masalah ................................................... 1.3. Tujuan ........................................................................ 1.4. Manfaat ...................................................................... 1.5. Ruang Lingkup ...........................................................
1 1 8 12 13 13
II
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................
14
III
KERANGKA PEMIKIRAN ............................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ..................................... 3.1.1 Manajemen Strategis ...................................... 3.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ………….. 3.1.3 Strategi dan Tingkatannya ............................... 3.1.3 Pemasaran …………………………………… 3.1.4 Manajemen Pemasaran ……………………… 3.1.5 Formulasi Strategi Fungsi Pemasaran .............. 3.1.5.1 Segmentation, Targeting, dan Positioning (STP) ……………………. 3.1.5.2 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) .… 3.1.5.3 Analisis Lingkungan Pemasaran ……... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ..............................
17 17 17 20 21 24 26 27
IV
METODE PENELITIAN .................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................... 4.2. Metode Penentuan Sampel ......................................... 4.3. Data dan Instrumentasi ............................................... 4.4. Metode Pengumpulan Data ........................................ 4.5. Metode Pengolahan Data ........................................... 4.5.1 Tahap Masukan (Input Stage) ........................ 4.5.2 Tahap Pencocokan(Matching Stage)................ 4.5.3 Tahap Keputusan (Decision Stage) ..................
48 48 48 48 49 50 51 55 59
V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................... 5.1. Sejarah Singkat E-YOCI .............................................. 5.2. Visi, Misi, dan Tujuan E-YOCI ................................... 5.3. Struktur Organisasi E-YOCI ........................................ 5.4. E-YOCI Homemade Yoghurt ...................................... 5.4.1 Pengadaan Bahan Baku ..................................
63 63 64 65 67 67
28 30 32 45
x
5.4.2 Produk dan Proses Produksi ............................. 5.4.3 Pemasaran ........................................................
68 68
VI
FORMULASI STRATEGI PEMASARAN ........................ 6.1. Analisis Lingkungan Internal ....................................... 6.1.1 Manajemen ....................................................... 6.1.2 Pemasaran …………………………………… 6.1.3. Keuangan dan Akuntansi .................................. 6.1.4. Produksi dan Operasi ....................................... 6.1.5. Sistem Informasi Manajemen ........................... 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal ………………………. 6.2.1 Lingkungan Eksternal Mikro ............................ 6.2.2. Lingkungan Eksternal Makro ………………… 6.3. Perumusan Alternatif Strategi ...................................... 6.3.1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ........ 6.3.2. Matriks External Factor Evaluation (EFE) ...... 6.3.3. Matriks Internal-External (IE) .......................... 6.3.4. Analisis Matriks SWOT ……………………… 6.3.5. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP).
70 70 70 73 82 83 84 86 86 94 102 102 104 106 107 113
VII
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 7.1. Kesimpulan ................................................................ 7.2. Saran ...........................................................................
115 115 116
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
117
LAMPIRAN ......................................................................................
119
xi
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Peran PDB Usaha Kecil, Menengah, dan Besar Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2006-2007..........................................
1
Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Jawa Barat Tahun 2004-2008 .....................................................................
3
Data Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Penduduk Jawa Barat untuk Produk Telur dan Susu Tahun 2007-2008...
4
4.
Volume Impor Yoghurt Nasional Tahun 2004-2008 ...............
5
5.
Volume Export Yoghurt Nasional Tahun 2004-2008 ..............
6
6.
Perkembangan Volume Penjualan E-YOCI Tahun 2010.........
9
7.
Daftar Produsen Yoghurt di Kota dan Kabupaten Bogor Tahun 2009 ..............................................................................
12
Ciri-ciri Keputusan Manajemen Strategis Pada Berbagai Tingkat ...........................................................
24
Bentuk Penilaian Bobot Faktor-faktor Strategis Internal dan Eksternal ...........................................................................
52
10.
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) .............................
54
11.
Matriks External Factor Evaluation (EFE) .............................
55
12.
Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) ..................
62
13.
Jumlah dan Kualifikasi SDM E-YOCI ....................................
71
14.
Kelembagaan Mitra Tani E-YOCI ...........................................
73
15.
Angka Kualitas Susu Segar E-YOCI Berdasarkan SNI……. ..
78
16.
Faktor-faktor Kekuatan dan Kelemahan Pemasaran E-YOCI Tahun 2010 … ............................................. ………..
85
17.
Persaingan Harga Produk Relatif E-YOCI-Cimory…………..
91
18.
Pertumbuhan Jumlah Penduduk Jawa Barat, Jakarta, dan Banten ………………………………………… .
95
Faktor-faktor Peluang dan Ancaman Pemasaran E-YOCI Tahun 2010 ................................................................
101
20.
Matriks IFE E-YOCI Tahun 2010 ...........................................
103
21.
Matriks EFE E-YOCI Tahun 2010 ..........................................
104
22.
Matriks SWOT Pemasaran E-YOCI Tahun 2010 ....................
109
2. 3.
8. 9.
19.
xii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Model Manajemen Strategis Komprehensif …………………….
19
2.
Tingkatan Strategi Perusahaan Kecil ……………………………
23
3.
Konsep Inti Pemasaran …………………………………………
26
4.
Proses Manajemen Pemasaran ………………………………….
27
5.
Unsur-unsur dalam Bauran Pemasaran …………………………
32
6.
Konsep Competitive Strategy dari Michael R. Porter ………….
40
7.
Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ……………………….
47
8.
Matriks Internal-External (IE) …………………………………
56
9.
Matriks SWOT …………………………………………………
59
10. Struktur Organisasi E-YOCI ……………………………………
66
11. Matriks Internal-External (IE) E-YOCI Tahun 2010 …………..
107
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Penentuan Bobot Faktor Internal ...........................................
120
2.
Penentuan Bobot Faktor Eksternal.........................................
122
3.
Penentuan Skor Rata-rata .......................................................
124
4.
Penentuan TAS ......................................................................
125
5.
Rata-rata TAS dan Urutan Strategi E-YOCI .........................
130
6.
Produk E-YOCI Homemade Yoghurt Eryf Farm ..................
131
7.
Pamflet E-YOCI Sebagai Strategi Promosi ...........................
132
8.
Tampilan Weblog Penjualan E-YOCI Agen Jakarta .............
133
9.
Kegiatan Produksi E-YOCI ...................................................
134
10.
Peternakan Sapi Perah Eryf Farm ..........................................
135
11.
Prosedur Operasional Standar Produksi E-YOCI ..................
136
xiv
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Perkembangan industri pertanian dan peternakan dewasa ini semakin
menunjukkan kontribusinya tarhadap peningkatan pertumbuhan perekonomian nasional, baik dalam lingkup peternakan yang memiliki skala usaha kecil, menengah ataupun skala usaha besar. Terbukti dengan perhatian pemerintah dalam mengawal perkembangan peternakan Indonesia. Hal yang menarik dari fenomena yang ada saat ini adalah, dari ketiga skala usaha yang berkembang tersebut, usaha kecil, termasuk di dalamnya usaha rumah tangga ternyata memiliki peranan yang cukup besar dalam peningkatan pertumbuhan perekonomian nasional tersebut. Faktor kemudahan untuk mendirikan usaha rumah tangga, organisasi usaha dan pengelolaannya yang relatif sederhana, akses modal yang didukung penuh oleh pemerintah dengan berbagai macam program penyaluran bantuannya, serta perputaran modal yang relatif cepat menjadi salah satu alasan banyak berkembangnya bisnis-bisnis yang berskala rumah tangga saat ini. Berikut pada Tabel 1 adalah data yang memperlihatkan kinerja perekonomian nasional melalui Produk Domestik Bruto (PDB) pada usaha skala kecil, menengah, UKM, dan usaha skala besar yang mencakup sembilan jenis sektor berdasarkan lapangan usahanya. Tabel 1. Peran PDB Usaha Kecil, Menengah, dan Besar Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2006-2007 No
Lapangan Usaha
1.
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restauran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9. PDB PDB Tanpa Migas Sumber : Badan Pusat Statistik (2007)
Kecil 86,90
Rata-Rata Tahun 2006-2007 (persen) Menengah UKM Besar Jumlah 8,85 95,75 4,25 100,00
8,15 12,25 0,53 44,94 74,19 27,93 16,56
3,26 11,35 7,58 21,12 22,26 25,03 47,16
11,41 23,90 8,11 66,06 96,45 52,96 63,72
88,59 76,10 91,89 33,94 3,55 47,04 36,28
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
39,24 37,67 42,25
7,94 15,88 17,70
47,18 53,55 59,95
52,82 46,45 40,05
100,00 100,00 100,00
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa usaha kecil memiliki kontribusi terbesar pada PDB (tanpa migas) yaitu sebesar 42,25 persen. Sektor lapangan usaha pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan dalam skala kecil terlihat secara signifikan memberikan kontribusi terbesar diantara sektor lainnya bagi PDB nasional, yaitu sebesar 86,90 persen. Hal inilah yang kemudian menjadi bukti akan peran strategis yang dimiliki sektor usaha kecil dalam upaya peningkatan pertumbuhan perekonomian nasional, terlebih pada sektor usaha pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Menurut Direktur Neraca Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Supriyanto, bahwa peran UKM dalam struktur perekonomian nasional tak perlu diragukan lagi. Pada tahun 2009, sebesar 53,32 persen produk domestik bruto (PDB) yang menjadi acuan pertumbuhan ekonomi nasional, disumbang oleh sektor UKM. Data BPS menunjukkan, pada 2009, komposisi PDB nasional tersusun dari UKM sebesar 53,32 persen, kemudian usaha besar 41,00 persen, dan sektor pemerintah 5,68 persen.1 Pada sektor peternakan, perkembangan usaha peternakan nasional secara umum di dominasi oleh kawasan kepulauan Jawa Indonesia. Di samping Jawa Timur, Provinsi Jawa Barat secara nyata memberikan gambaran potensial terhadap perkembangan industri peternakan baik skala kecil, menengah, ataupun skala besar. Peternakan sapi sebagai salah satu ternak unggulan di dalamnya terbukti memberikan gambaran yang menarik akan potensi pengembangan usaha tersebut pada masa yang akan datang.
______________________ 1
www.smemagazine.asia.com. 15 November 2010. UKM Sumbang 53,3 Persen PDB [diakses 4 Desember 2010]
2
Sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2, bahwa populasi sapi perah khususnya serta hasil ternak berupa susu didalamnya relatif meningkat mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2008. Secara tidak langsung gambaran ini menunjukkan bagaimana nilai strategis akan pengembangan industri peternakan nasional, khususnya di Jawa Barat. Tabel 2. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Jawa Barat Tahun 2004-2008 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008*
Populasi Sapi Perah (ekor) 98.958 92.770 97.367 103.489 117.059
Produksi Susu (ton) 215.330 201.885 211.889 225.212 225.212
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, diolah (2009)2
Berdasarkan data pada Tabel 2 di atas, pada tahun 2007 populasi sapi perah yang ada mencapai 103.489 ekor dengan produksi susu sebanyak 225.212 ton, meningkat sebesar 6,29 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya. Peningkatan produksi susu di Jawa Barat ini ternyata diikuti dengan adanya peningkatan pengeluaran rata-rata perkapita sebulan untuk telur dan susu, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Berdasarkan data tersebut, baik penduduk perkotaan maupun pedesaan mengalami peningkatan pengeluaran rata-rata perkapita untuk produk telur dan susu pada tahun 2008. Peningkatan konsumsi penduduk perkotaan dan pedesaan tahun 2008 tersebut masing-masing sebesar 13,29 persen dan 17,02 persen dibandingkan tahun 2007.
_____________________________________
2
www.ditjennak.go.id. 2009. Populasi Nasional (Per Provinsi) – Sapi Perah Tahun 2004-2008. [diakses 4 Desember 2010]
3
Tabel 3. Data Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Penduduk Jawa Barat untuk Produk Telur dan Susu Tahun 2007-2008 Keterangan
Tahun 2007
Tahun 2008
Penduduk Perkotaan
Rp. 14.405
Rp. 16.320
Penduduk Pedesaan
Rp. 6.257
Rp. 7.322
Perkotaan+Pedesaan
Rp. 11.048
Rp. 12.613
2,97%
3,12%
Persentase Penduduk Perkotaan+Pedesaan 3
Sumber: Badan Pusat Statistik (2008)
Peningkatan populasi dan produksi susu yang diiiringi oleh peningkatan konsumsi susu tersebut menunjukkan bahwa komoditas susu ini memiliki peluang usaha yang besar untuk dimanfaatkan khususnya di wilayah Jawa Barat. Peluang tersebut dikarenakan susu merupakan produk yang secara umum dibutuhkan oleh banyak orang meliputi seluruh kalangan pada setiap lapisan masyarakat. Selain itu, kecenderungan perubahan gaya hidup serta pola hidup masyarakat yang terus berkembang baik di perkotaan maupun di pedesaan yang mulai memperhatikan nilainilai gizi dan kesehatan juga turut mempengaruhi peningkatan permintaan produkproduk olahan yang bergizi dan sehat, tidak terkecuali produk-produk olahan susu. Perkembangan teknologi saat ini berimplikasi pada terciptanya berbagai jenis produk susu olahan. Produk susu olahan tersebut diantaranya berupa susu bubuk, susu kental manis, susu segar, susu pateurisasi, yoghurt, dan makanan lainnya yang mengandung susu seperti keju dan mentega yang banyak diminati masyarakat seperti terlihat berdasarkan data pada tahun 2008, konsumsi susu olahan dalam negeri mencapai 1.022.864 ton, dengan konsumsi per kapita sebesar 8,02 kg per tahun (Kementerian Perindustrian RI, 2009).
_______________________________ 3
www.ditjennak.go.id. 2009. Produksi Susu Nasional Per Provinsi – Susu Segar Tahun 2004-2008. [diakses 4 Desember 2010]
4
Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang sudah dikenal masyarakat umum dewasa ini. Pada mulanya yoghurt merupakan minuman tradisional masyarakat daerah Balkan dan Timur Tengah. Perkembangan selanjutnya, menunjukkan bahwa yoghurt menjadi produk pangan yang diterima dengan baik oleh masyarakat umum di seluruh dunia. Yoghurt dapat dibuat dari berbagai jenis susu hasil perahan ternak dan susu kacang kedelai. Akan tetapi produksi yoghurt saat ini didominasi oleh susu yang berasal dari susu sapi. Minat masyarakat terhadap yoghurt dikarenakan yoghurt memiliki citarasa yang khas, lembut, asam, segar, dan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh. Manfaat ini diperoleh dari kandungan bakteri probiotik pada yoghurt yang berguna bagi pencernaan makanan dalam usus manusia. Namun demikian patut disadari bahwa perkembangannya saat ini lebih mengarah pada gaya hidup di kalangan masyarakat menengah ke atas, sehingga seringkali manfaat kesehatan yang seharusnya ada pada produk-produk yoghurt yang ada saat ini mulai berkurang dan disadari mulai mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat. Besarnya minat masyarakat Indonesia terhadap yoghurt salah satunya dapat dilihat melalui data impor yoghurt yang mengalami kecenderungan meningkat sejak tahun 2004 (Tabel 4). Pada tahun 2008 (Januari-Oktober), Kementerian Perindustrian mencatat bahwa jumlah impor yoghurt nasional sebanyak 734.985 kg. Volume tersebut mengalami penurunan sebesar 44,87 persen dari tahun sebelumnya. Meskipun demikian, volume impor yoghurt nasional sempat mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2006 yaitu sebesar 321,1 persen. Tabel 4. Volume Impor Yoghurt Nasional Tahun 2004-2008 Tahun
Berat (Kg)
Nilai (US$)
2004
172.027
244.769
2005
169.396
293.988
2006
713.311
712.768
2007
1.481.554
1.502.598
2007 (Jan-Okt)
1.333.113
1.362.302
2008 (Jan-Okt)
734.985
770.089
Sumber: Kementerian Perindustrian RI (2009)
5
Sementara itu, berdasarkan data ekspor yoghurt nasional yang ditunjukkan pada Tabel 5 volume ekspor yoghurt mengalami penurunan dibandingkan tahun 2004. Namun pada tahun 2008 (Januari-Oktober) volume ekspor mengalami peningkatan sebesar 112,18 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ekspor tersebut jelas menunjukkan bahwa industri yoghurt nasional mulai berkembang saat ini. Tabel 5. Volume Ekspor Yoghurt Nasional Tahun 2004-2008 Tahun
Berat (Kg)
Nilai (US$)
2004
704.763
878.43
2005
336.982
743.494
2006
146.341
213.335
2007
126.046
284.045
2007 (Jan-Okt)
110.687
251.974
2008 (Jan-Okt)
234.861
660.077
Sumber: Kementerian Perindustrian RI (2009)
Berdasarkan perbandingan data impor dan ekspor yoghurt di atas, dapat dilihat bahwa nilai impor yoghurt nasional lebih tinggi daripada nilai ekspornya. Volume impor yoghurt tahun 2008 (Januari-Oktober) adalah sebanyak 734.985 kg, sedangkan volume ekspor yoghurt tahun 2008 (Januari-Oktober) adalah sebanyak 234.861 kg. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan yoghurt nasional lebih tinggi dibandingkan dengan produksi dalam negeri. Tingginya kebutuhan yoghurt nasional seperti yang ditunjukkan di atas memberikan peluang yang besar bagi para pengusaha produk olahan susu, terutama yoghurt. Melihat peluang tersebut, beberapa produsen susu telah memanfaatkan peluang ini untuk masuk ke dalam industri yoghurt termasuk salah satu diantaranya adalah usaha rumah tangga E-YOCI Homemade Yoghurt Eryf Farm. E-YOCI Homemade Yoghurt Eryf Farm yang selanjutnya ditulis dengan E-YOCI (Eryf Yoghurt Cisarua) merupakan produk baru hasil produksi peternakan perseorangan milik Bapak Eryf yang bernama Eryf Farm. Usaha E-YOCI yang dikelola sendiri oleh
6
Ibu Tuti Sulastri yang merupakan isteri dari Bapak Eryf ini menjadi salah satu usaha rumahan yang menghasilkan produk olahan susu berupa Yoghurt dengan perkembangan usaha yang cukup baik dalam satu tahun perjalanan usaha mereka belakangan ini. Sementara Eryf Farm itu sendiri merupakan salah satu peternakan perorangan terbesar yang menjadi pemasok utama kebutuhan susu segar di kawasan industri olahan susu di Cisarua. Dengan jumlah ternak sapi perah sebanyak 200 ekor, Eryf Farm mampu menghasilkan susu segar dalam jumlah yang tergolong besar, yaitu rata-rata sebanyak 1400 liter per hari. Meski sejauh ini perjalanan usaha Eryf Farm lebih di dominasi oleh aktivitas pemasokkan susu segar ke luar E-YOCI, namun dalam tujuan jangka panjangnya Eryf Farm berharap semua produksi susu segarnya mampu diserap sepenuhnya untuk perkembangan usaha E-YOCI. Potensi produksi susu segar yang besar ini menginisiasi munculnya produk olahan susu hasil produksi mereka sendiri berdasarkan peluan yang ada. Dari 200 ekor sapi yang mereka kelola sampai saat ini hanya beberapa sapi diantaranya yang sengaja dipilih untuk bisa menghasilkan susu segar berkualitas baik (premium class) yang tepat untuk dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan yoghurt. Hingga ditetapkan sapi dan kualitas susu segar yang baik muncullah produk olahan susu berupa yoghurt bernama E-YOCI. Menyadari akan potensi dari aspek bahan baku yang relatif besar didukung dengan penguasaan teknologi produksi yang baik, hal yang kemudian menjadi fokus perhatian perusahaan adalah bagaimana langkah pemasaran yang harus dilakukan EYOCI guna menjangkau pasar potensial yang telah dikemukakan sebelumnya. Pemasaran menjadi hal yang sangat penting ketika perusahaan mampu menjamin kontinuitas produksi barang atau jasa yang dihasilkannya. Menjadi satu hal yang merugikan bagi perusahaan ketika fungsi produksi mampu berjalan dengan baik namun fungsi pemasarannya tidak mampu mengimbangi perjalanan aspek produksinya, atau begitupun sebaliknya. Salah satu hal yang menarik dari keberadaan usaha ini adalah bagaimana kepedulian manajemen usaha terhadap masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang tergolong ekonomi lemah. E-YOCI berharap agar masyarakat yang mereka maksud tersebut juga dapat merasakan manfaat dari yoghurt yang mereka produksi
7
sendiri, seperti yang secara tegas disampaikan oleh pemilik sekaligus pengelola usaha E-YOCI tersebut. Sebagaimana produk yoghurt yang umumnya lebih di dominasi oleh pasar ekonomi menengah ke atas, E-YOCI mencoba memasuki pasar menengah ke bawah tanpa berusaha memperkecil manfaat atau kualitas dari yoghurt itu sendiri, yang kemudian membawa konsekuensi produk dengan kualitas terbaik namun memiliki harga yang relatif murah. Karenanya ditengah komitmen yang dipegangnya itu sangat penting dirasakan bagi perusahaan untuk merumuskan strategi yang tepat dalam menjalankan usahanya tersebut ke depan. 1.2.
Perumusan Masalah Unit usaha E-YOCI baru memulai aktivitas usahanya sejak akhir tahun 2008
lalu. Berdirinya unit usaha ini cenderung lebih dilatarbelakangi oleh kepedulian pemilik peternakan Eryf Farm terhadap kualitas atau kesejahteraan hidup masyarakat kecil atau menengah ke bawah disekitar lokasi usahanya. Sebagaimana yoghurt pada umumnya yang lebih banyak dikonsumsi oleh kalangan menengah ke atas karena harganya yang relatif mahal, bergeraknya unit usaha ini justru bertujuan agar masyarakat kecil hingga menengah ke bawah ikut merasakan khasiat yoghurt sebagai minuman kesehatan untuk mereka, disamping bertujuan lain untuk membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar lokasi usaha. Pada pertengahan tahun 2009, Eryf Farm secara kontinu memulai memproduksi E-YOCI yang dahulu bernama E-YOGHURT ini setara dengan 45 liter susu segar per hari. Dengan 45 liter susu segar tersebut E-YOCI mampu menghasilkan yoghurt dalam bentuk stik sebanyak rata-rata 150 bungkus
kecil
dengan isi per bungkus sejumlah 10 kemasan stik yoghurt ukuran 12 cm dengan diameter 1,5 cm dan volume per bungkusnya sebesar 300 mL atau 30 mL per stik. Dengan volume produksi tersebut E-YOCI memasarkan produknya melalui para agen individu di beberapa daerah utama yakni Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Dalam memilih lokasi pemasaran melalui agen-agennya EYOCI menetapkannya berdasarkan tingkat pengetahuan masyarakat di lokasi target pemasaran terhadap yoghurt. Sementara target-target utama dari para agennya sendiri
8
umumnya adalah perumahan, sekolah, dan acara bazar-bazar makanan. Namun demikian dengan saluran pemasarannya tersebut permintaan produk dari para agen saat ini belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan oleh kemampuan distribusi produk secara teknis yang masih terbatas dan organisasi permintaan yang belum baik. Sampai saat ini tercatat bahwa E-YOCI memiliki 12 agen yang terdiri atas 4 agen utama yang masing-masing membawahi 2 agen kecil. Permintaan yoghurt ratarata dari masing-masing agen utama tersebut adalah 400 bungkus perminggu. Sehingga dalam hitungan bulan total permintaan E-YOCI keseluruhan mencapai kurang lebih 6.400 bungkus atau sebanyak 64.000 stik yoghurt. Sementara saat ini EYOCI hanya mampu memenuhi permintaan sebanyak yoghurt yang diproduksinya sesuai Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Perkembangan Volume Penjualan E-YOCI Tahun 2010 Bulan
Jumlah Penjualan (Stik)
Jumlah Penjualan (Liter)
Januari
46.110
1383,3
Februari
29.790
893,4
Maret
30.790
923,7
April
38.260
1147,8
Mei
53.300
1599,0
Juni
44.780
1343,4
Sumber: E-YOCI, 2010 (diolah)
Berdasarkan Tabel 6 di atas, penjualan yoghurt rata-rata untuk semester pertama di tahun 2010 adalah sebanyak 40.505 stik. Jumlah tersebut juga menunjukkan permintaan yoghurt yang saat ini mampu dipenuhi oleh E-YOCI. Sementara di sisi lain permintaan yoghurt per bulannya mencapai angka 64.000 stik. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat selisih antara permintaan dan pemenuhan permintaan yoghurt oleh E-YOCI. Kelemahan ini disadari oleh E-YOCI akibat organisasi pemasaran usaha yang belum baik antara kepentingan penjualan kepada agen dan penjualan kepada konsumen secara langsung, terlebih dalam mengelola distribusi produk kepada konsumennya. 9
Kecenderungan pola penjualan yoghurt E-YOCI pada awal semester tahun 2010 memang menunjukkan peningkatan. Namun demikian tidak dapat dipungkiri masih terjadi penurunan penjualan yang cukup tajam pada bulan Februari 2010 yang menunjukkan ketidakstabilan usaha yang mereka jalankan selama ini. Belum stabilnya kondisi usaha ini diakui sebagai kelemahan yang bersumber dari manajemen pemasaran E-YOCI itu sendiri, hingga pada Juni 2010 kelemahan ini kembali menunjukkan pengaruhnya pada volume penjualan yoghurt yang menurun. Keterbatasan sumber daya manusia sebagai tenaga operasional dan pengelola unit usaha E-YOCI ini juga dianggap menjadi faktor yang mempengeruhi lemahnya aspek manajemen pemasaran E-YOCI terutama terkait pada sistem pengorganisasian di dalamnya. Kondisi ini memberi pengaruh besar terhadap kebijakan dan manajemen usaha yang dilakukan serta menyebabkan terjadinya tumpang tindih pekerjaan yang berdampak terhadap keberlangsungan usaha. Pada dasarnya E-YOCI memiliki potensi besar untuk terus mengembangkan usahanya, namun hal-hal tersebut belum dapat sepenuhnya dimanfaatkan oleh perusahaan. Dilihat dari sudut potensi produksi, kapasitas produksi terpasang yang dimiliki oleh E-YOCI adalah sebesar 150 liter per hari atau sekitar 53.000 liter per tahun dan setara dengan 4.400 liter per bulan. Sedangkan kapasitas terpakai saat ini jauh berada di bawah kapasitas terpasang tersebut yakni baru mencapai 1.350 liter per bulan. Namun sekali lagi hal ini terjadi bukan karena lemahnya aspek produksi namun lebih dikarenakan masih lemahnya fungsi pemasaran dalam menjamin permintaan produk Sehingga kecenderungan aktivitas produksi saat ini adalah menyesuaikan kinerja pemasaran E-YOCI. Selain potensi kapasitas terpasang yang cukup besar, seperti disebutkan pada latar belakang penulisan E-YOCI juga memiliki akses bahan baku yang relatif mudah karena memiliki peternakan sapi perah yang dikelola sendiri dari Eryf Farm. Selain itu, potensi produksi lain yang dimiliki yakni E-YOCI memiliki mesin pengolahan yang memadai untuk melakukan proses produksi yang lebih efisien dan memiliki kapasitas yang besar. Mesin tersebut adalah satu unit mesin pasteurisasi dan satu unit mesin inkubator untuk perbanyakan starter bakteri. Sementara itu E-YOCI belum
10
dapat memanfaatkan sepenuhnya mesin-mesin tersebut. Volume produksi saat ini dinilai kurang efisien untuk penggunaan kedua mesin tersebut. Sementara dari aspek potensi pemasarannya, selain secara mendasar tergambar pada latar belakang penelitian di atas, potensi pemasaran E-YOCI dapat terlihat dari keterlibatan beberapa kelembagaan ternak (kelompok ternak sapi perah) serta kelembagaan lain yang berafiliasi langsung dengan Eryf Farm yang banyak memberikan pengaruh positif terhadap pengenalan usaha dan pemasaran E-YOCI itu sendiri. Ditambah lagi peran aktif pemilik usaha dalam memberikan berbagai penyuluhan tentang ikhwal ternak sapi perah mereka di institusi pendidikan maupun institusi lain yang terkait didalamnya juga dirasa memberikan pengaruh positif dalam pengembangan pemasaran E-YOCI. Namun demikian kondisi ini belum sepenuhnya termanfaatkan dengan baik oleh perusahaan. Kurangnya pemanfaatan potensi yang dimiliki saat ini dikarenakan E-YOCI masih menghadapi kendala baik dari sisi internal maupun eksternal perusahaan. Pada lingkungan eksternal peluang pasar yang besar menyebabkan banyaknya perusahaan baik skala menengah, kecil, maupun skala usaha rumah tangga yang memproduksi yoghurt, sehingga kondisi tersebut berpotensi untuk menciptakan persaingan usaha yang cukup tinggi. Berdasarkan Tabel 7, E-YOCI menghadapi enam pesaing utama. Selain itu masih terdapat pula beberapa produsen yoghurt pada skala industri rumah tangga yang tidak tercatat pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan karena tidak memiliki TDI (Tanda Daftar Industri). Potensi dan peluang pada lingkungan eksternal yang dimiliki ini merupakan modal besar untuk dapat meningkatkan aktivitas pemasaran E-YOCI. Di sisi lain berbagai kendala dalam lingkungan internal dan eksternal E-YOCI memberikan pengaruh besar terhadap kelangsungan aktivitas pemasaran E-YOCI. Oleh karenanya E-YOCI membutuhkan suatu rumusan strategi yang tepat agar mampu bersaing dengan kompetitor lainnya dan mampu mengembangkan usahanya ke depan terlebih pada strategi pemasarannya.
11
Tabel 7. Daftar Produsen Yoghurt di Kota dan Kabupaten Bogor Tahun 2009 No.
Nama Perusahaan
1
PT Fajar Ahad Mandiri
2
Riri Yoghurt
3 4 5 6 7
Alamat Usaha
Desa Banjarwangi, Ciawi
Kapasitas Produksi Terpasang per Tahun (liter) Kec.
20.000
Desa Pasir Buncir, Kec. Caringin Murita Yoghurt Desa Pasir Buncir, Kec. Caringin PP Darul Fallah Desa Benteng, Kec. Ciampea PT Bambino Boga Jalan Pajajaran, Bogor Persada Timur PT Trias Sukses Jalan Raya Tajur Dinamika E-YOCI Eryf Farm Desa Cibeureum, Kec. Cisarua
9.000 8.000 20.000 6.000 31.500 53.000
Sumber : Dinas Perindustrian Kota dan Kabupaten Bogor, 2009 (diolah)
Berdasarkan pemaparan di atas, perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal apakah yang mempengaruhi fungsi pemasaran E-YOCI?
2.
Strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam fungsi pemasaran E-YOCI?
3.
Strategi apa yang menjadi prioritas utama dalam fungsi pemasaran E-YOCI?
1.3.
Tujuan Penelitian Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah: 1.
Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi fungsi pemasaran E-YOCI.
2.
Memformulasi alternatif strategi fungsi pemasaran E-YOCI.
3.
Menetapkan prioritas utama strategi fungsi pemasaran E-YOCI.
12
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak,
diantaranya: 1.
Bagi penulis, penelitian ini menjadi bahan pembelajaran dalam menerapkan teori-teori yang telah dipelajari dalam kegiatan perkuliahan.
2.
Bagi E-YOCI, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah mengenai kondisi lingkungan usaha dan memberikan alternatif perumusan strategi pemasaran E-YOCI sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan usaha.
3.
Bagi pembaca, sebagai wawasan dan bahan kajian mengenai studi strategi pemasaran serta sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi studi lingkungan pemasaran dan
penyusunan strategi pemasaran usaha melalui analisis faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi oleh E-YOCI. Penelitian ini difokuskan pada unit usaha EYOCI yang diproduksi secara kontinyu dan memiliki pasar yang jelas yaitu yoghurt berbahan baku susu sapi.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA Kajian terhadap analisis strategi pengembangan dan pemasaran suatu produk barang dan atau jasa sudah banyak dilakukan sebelumnya baik melalui individu maupun kelompok dalam sebuah organisasi usaha. Secara individu khususnya, Setiawan (2006) yang melakukan penelitian berjudul
Kajian
Pengembangan Usaha Minuman Yoghurt di PT Fits Mandiri. Dalam kajiannya tersebut Setiawan memberikan rekomendasi usaha untuk menciptakan minuman yoghurt (yoghurt drink) yang stabil dan disukai oleh konsumen hingga juga untuk mengembangkan teknologi pengolahan minuman yoghurt (yoghurt drink) yang dapat diterapkan dalam skala industri yang bersangkutan. Secara singkat penelitian tersebut lebih menekankan pada pencapaian hasil berupa formulasi kandungan minuman yoghurt (yoghurt drink) dengan kualitas yang baik berdasarkan komponen gizi yang terkandung didalamnya. Kemudian berdasarkan komponen gizi tersebut peneliti membandingkan atau menyesuaikan produk tersebut menurut standar mutu yang ditetapkan malalui SNI (Standar Nasional Indonesia). Rekomendasi formulasi yoghurt tersebut kemudian diharapkan mampu menjadi bagian dari strategi produk dalam bauran pemasaran yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk mengembangkan usaha yang dijalankannya. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan Dwiyarani (2006) yang berjudul Analisis Strategi Pemasaran Produk “Milk Cup” pada PT Agronesia Divisi BMC Bandung. Dalam penelitian yang dilakukannya tersebut Dwiyarani mencoba mengkaji strategi bauran pemasaran yang dijalankan oleh BMC, mengidentifikasi faktor internal dan eksternal BMC, serta menyusun dan memberikan alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk diterapkan oleh BMC. Adapun alat analisis yang digunakan dalam penelitiannya tersebut mengacu pada penerapan metode analisis yang meliputi analisis faktor lingkungan internal dan eksternal perusahaan melalui analisis matriks IFE-EFE, hingga dilanjutkan pada penerapan analisis matriks IE, analisis matriks SWOT, serta analisis matriks QSP. Dari analisis tersebut dihasilkan beberapa rekomendasi penelitian berupa
alternatif-alternatif strategi dan prioritas strategi pemasaran yang dianggap tepat dan unggul untuk dapat diterapkan oleh BMC. Begitupun halnya dengan penelittian yang dilakukan Budi (2008) dan Indriyani (2009) yang secara lebih luas lagi meneliti tentang bagaimana Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada studi kasus perusahaan yang berbeda berdasarkan lokasi penelitian mereka masing-masing. Seperti halnya penelitian yang dilakukan Dwiyarani (2006) tujuan penelitian yang mereka lakukan ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal perusahaan, serta merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan pihak organisasi perusahaan yang sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya masingmasing. Metode pengolahan dan analisis data dalam penelitian tersebut terdiri atas analisis deskriptif dan analisis tiga tahap formulasi strategi David. Sementara alat bantu yang digunakan dalam analisis data mereka adalah matriks faktor eksternal dan internal, matriks SWOT, matriks QSPM, hingga memuat langkah-langkah penerapan strategi yang didekati melalui analisis arsitektur strategi. Budi (2008) dan Indriyani (2009) memaparkan tentang kondisi lingkungan internal perusahaan yang mencakup kekuatan dan kelemahan perusahaan baik dari segi manajemen perusahaan maupun manajemen operasional dan produk yang dihasilkan, serta tentang kondisi ekternal perusahaan yang mencakup peluang yang diantaranya berupa pola konsumsi masyarakat dan peningkatan jumlah penduduk, serta ancaman perusahaan yang diantaranya berupa biaya produksi yang meningkat dan bargaining position pembeli yang kuat. Hal yang kemudian membedakan pada penelitian penulis kali ini selain tentu pada perbedaan waktu dan lokasi penelitian, penelitian ini difokuskan pada lini pemasaran dan secara kualitatif hendak memperhatikan bagaimana pengaruh dari penerapan prinsip pemasaran yang berbasis kualitas produk yang baik dengan harga produk yang relatif murah. Sebagaimana misi dan tujuan perusahaan yang hendak menyediakan pangan yang sehat dan bergizi dengan harga yang murah demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu alasan mengapa penulis tertarik untuk melakukan pendekatan kajian terhadap usaha kecil berskala rumah tangga
15
dalam penelitian ini adalah karena adanya perubahan lanskap dalam sistem perekonomian baik di Indonesia maupun di dunia yang dimotori oleh perkembangan usaha-usaha kecil dan menengah yang mengedepankan hasil pada pembangunan sektor riil di masyarakat. Selain itu, unit usaha E-YOCI yang baru memulai usahanya dan secara kontinyu memasuki pasar yoghurt pada tahun 2009 ini juga menjadi alasan lain bagi penulis untuk mengkaji perjalanan usaha mereka yang relatif berstatus baru namun disadari memiliki perkembangan yang cukup baik meski belum terlalu banyak yang mengenalnya. Pertimbangan lain atas kajian analisis strategi pemasaran usaha pada lokasi ini adalah bahwa E-YOCI memiliki potensi usaha yang baik, baik dari aspek produksi maupun pasar yang besar untuk dimanfaatkan ke depan, namun di sisi lain E-YOCI juga menghadapi berbagai hambatan baik dari sisi internal maupun ekternal perusahaan. Penelitian ini didasarkan pula pada kebutuhan Eryf Farm untuk dapat mengetahui bagaimana strategi yang harus dilakukan agar unit usaha E-YOCI yang dimilikinya dapat berkembang sehingga di kemudian hari dapat mencapai target tujuan yang telah ditentukan.
16
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1
Manajemen Strategis Setiap organisasi bisnis dihadapkan kepada dua jenis lingkungan, yaitu
lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Makin besar suatu perusahaan, atau organisasi, makin kompleks pula bentuk, jenis dan sifat interaksi yang terjadi dalam menghadapi ke dua jenis linglungan tersebut. Salah satu implikasi kompleksitas itu ialah proses pengambilan keputusan yang semakin sulit dan rumit. Untuk itulah diperlukan manajemen strategis (Siagian, 2007). Manajemen strategis merupakan serangkaian keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi atas rencana yang dirancang untuk mencapai tujuan perusahaan (Pearce & Robinson, 2009). Menurut Pearce & Robinson (2009), manajemen strategis mencakup sembilan tugas penting, yaitu: 1.
Merumuskan misi perusahaan termasuk pernyataan tentang maksud, filosofi, dan tujuan perusahaan.
2.
Melakukan analisis terhadap kondisi internal perusahaan yang mencakup kekuatan dan kelemahan.
3.
Menilai lingkungan eksternal perusahaan, meliputi tingkat persaingan dan faktor-faktor kontekstual secara umum.
4.
Menganalisis opsi perusahaan dengan mencocokkan sumberdaya berdasarkan lingkungan eksternal.
5.
Mengidentifikasi opsi yang paling diinginkan dengan mengevaluasi setiap opsi berdasarkan misi perusahaan.
6.
Menentukan tujuan jangka panjang dan grand strategies yang akan mencapai opsi yang paling diinginkan.
7.
Mengembangkan tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan tujuan jangka penjang dan grand strategies yang telah dipilih.
8.
Menerapkan pilihan strategi dengan mengalokasikan anggaran sumberdaya yang sesuai dengan tanggung jawab tugas, SDM, struktur, teknologi, dan sistem reward.
9.
Mengevaluasi keberhasilan proses strategi sebagai masukan dalam pengambilan keputusan di masa depan. Sementara menurut David (2009), manajemen strategis dapat didefinisikan
sebagai
seni
dan
pengetahuan
dalam
merumuskan
(formulating),
mengimplementasikan (implementing), serta mengevaluasi (evaluating) keputusankeputusan lintas fungsional yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasional. Model manajemen strategis menurut David (2009) terdiri atas tiga tahap, yaitu perumusan strategi, penerapan strategi, dan penilaian strategi. Perumusan strategi meliputi aspek pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternatif, dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Karena tidak ada satupun organisasi perusahaan yang memiliki sumber daya yang tidak terbatas maka penyusunan strategi harus memutuskan strategi alternatif mana yang akan paling menguntungkan perusahaan. Sementara, penerapan strategi merupakan manajemen
strategis.
Penerapan
strategi
tahap pelaksanaan
mengharuskan
perusahaan
dalam untuk
menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya, sehingga strategi-strategi yang telah dirumuskan dapat dijalankan. Penerapan strategi mencakup pengembangan budaya yang suportif pada strategi, penciptaan struktur organisasional yang efektif, pengerahan ulang upayaupaya pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi, dan pengaitan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi.
18
Tahap akhir dalam manajemen strategi adalah penilaian strategi. Penilaian strategi merupakan alat utama untuk memperoleh informasi mengenai kapan suatu strategi dapat dijalankan seperti yang diharapkan sebelumnya. Tiga aktivitas penilaian strategi yang mendasar adalah (1) peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan strategi saat ini, (2) pengukuran kinerja, dan (3) pengambilan langkah korektif. Model manajemen strategis David dapat dilihat pada Gambar 1. Model tersebut tidak menjamin keberhasilan, tetapi ia merepresentasikan sebuah pendekatan yang jelas dan praktis untuk merumuskan, menerapkan, dan menilai strategi.
Melakukan Audit Eksternal
Mengemba ngkan Pernyataan Visi-Misi
Menetapk an Tujuan Jangka Panjang Melakukan Audit Internal
Menciptak an, Mengevalu asi & Memilih Strategi
Menerapka n StrategiIsu-isu Manajeme n
Perumusan Strategi
Menerapka n Stretegi Fungsional
Penerapan Strategi
Mengukur & Mengevaluasi Kinerja
Evaluasi Strategi
Gambar 1. Model Manajemen Strategis Komprehensif Sumber: David (2009)
Penting untuk diperhatikan bahwa semua orang yang bertanggung jawab untuk perencanaan strategis di berbagai tingkatan tersebut idealnya berpartisipasi dan memahami strategi di tingkat organisasional yang lain. Hal ini dilakukan guna membantu memastikan koordinasi, fasilitasi, dan komitmen di samping menghindari ketidakkonsistenan, ketidakefektifan, dan kesalahpahaman.
19
Menurut David (2009), pada prinsipnya macam-macam strategi dapat dikelompokkan atas empat kelompok, yaitu: 1)
Strategi Integrasi (Integration Strategy) Strategi ini menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang lebih terhadap distributor, pemasok, dan/atau para pesaingnya, misalnya melalui merger, akuisisi, atau membuat perusahaan sendiri.
2)
Strategi Intensif (Intensive Strategy) Strategi ini memerlukan usaha-usaha yang intensif
untuk meningkatkan
posisi persaingan perusahaan melalui produk yang ada. 3)
Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy) Strategi ini dimaksudkan untuk menambah produk-produk baru. Strategi ini makin kurang popular, paling tidak ditinjau dari sisi tingginya tingkat kesulitan manajemen dalam mengendalikan aktivitas perusahaan yang berbeda-beda.
4)
Strategi Bertahan (Defensive Strategy) Strategi ini bermaksud agar perusahaan melakukan tindakan-tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar, yang pada akhirnya berakibat kebangkrutan.
3.1.2
Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Beberapa penyusun strategi menghabiskan hampir seluruh waktu kerjanya
untuk menangani persoalan-persoalan administratif dan taktis, sementara penyusun strategi yang terlalu tergesa-gesa dalam menetapkan tujuan dan menerapkan strategi seringkali melewatkan pengembangan pernyataan visi dan misi. Perusahaan yang mengembangkan dan secara sistematis meninjau ulang pernyataan visi dan misi mereka memperlakukan pernyataan tersebut sebagai dokumen yang hidup ,dan memandangnya sebagai sebuah bagian yang integral dari budaya perusahaan dalam merealisasikan manfaat yang luar biasa besar (David, 2009). Banyak orang yang mengembangkan baik pernyataan misi maupun pernyataan visinya. Sementara pernyataan misi menjawab pertanyaan “Apakah bisnis
20
kita?” pernyataan visi mencoba memberi jawaban atas pertanyaan “Ingin menjadi seperti apakah kita?”. Sebagaimana diindikasikan dalam model manajemen strategis, pernyataan visi dan misi yang jelas dibutuhkan sebelum strategi-strategi alternatif dapat dirumuskan dan diterapkan. Menurut Pearce & Robinson (2009), tujuan mendasar yang membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis dan yang menjelaskan cakupan operasinya dalam bentuk produk dan pasar didefinisikan sebagai misi perusahaan. Misi ini mengandung filosofi bisnis dari para pengambil keputusan strategik perusahaan, menyiratkan citra yang ingin dipancarkan perusahaan, mencerminkan konsep diri perusahaan, dan mengindikasikan bidang produk atau jasa utama perusahaan serta kebutuhan utama pelanggan yang akan dipenuhi perusahaan. Terdapat tiga tujuan ekonomis yang mendominasi arah strategik dari hampir semua organisasi bisnis yakni kelangsungan hidup (survival), pertumbuhan (growth), dan profitabilitas (profitability).
3.1.2
Strategi dan Tingkatannya Strategi didefinisikan sebagai suatu rencana berskala besar dan berorientasi
masa depan yang dilakukan dalam rangka berinteraksi dengan lingkungan yang kompetitif untuk mencapai tujuan perusahaan. Strategi mencerminkan kesadaran perusahaan tentang bagaimana, kapan, dimana, terhadap siapa, dan untuk apa perusahaan harus bersaing. (Pearce & Robinson, 2009). Sementara definisi strategi menurut Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip dalam Umar (2008) bahwa strategi merupakan suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat tercapai. Strategi adalah sebuah pendekatan secara keseluruhan terhadap apa yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja yang memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan
21
gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Berbagai organisasi bisnis dapat dikategorikan pada dua kategori utama, yaitu organisasi bisnis yang hanya terlibat dalam satu bidang usaha dan organisasi bisnis yang terlibat dalam berbagai bidang usaha. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk suatu organisasi yang hanya terlibat pada satu bidang bisnis memiliki dua tingkat strategi, yaitu strategi korporasi dan strategi fungsional. Strategi korporasi merupakan tanggung jawab sekelompok orang yang menduduki posisi manajerial puncak, sedangkan perumusan dan penentuan strategi fungsional diserahkan kepada manajer yang bertanggung jawab atas satu fungsi tertentu seperti produksi, pemasaran, keuangan dan akunting, hubungan masyarakat dan lain sebagainya (Siagian, 2007). Lain halnya dengan organisasi yang terlibat dalam berbagai bidang kegiatan bisnis. Korporasi demikian dikenal dengan berbagai nama seperti Group, Conglomerate, Holding Company, atau nama lain yang sejenis. Pada korporasi yang multi bisnis seperti ini terdapat tiga tingkatan strategi, yaitu strategi korporasi, strategi bidang satuan bisnis, dan strategi fungsional. Hal yang membedakan terlihat pada keberadaan strategi pada tingkatan bidang satuan bisnis. Strategi pada tingkat bidang satuan bisnis dirumuskan dan ditetapkan oleh para manajer yang diserahi tugas dan tanggung jawab oleh manajemen puncak untuk mengelola bisnis yang bersangkutan. Salah satu prinsip yang mendasar yang harus dipegang teguh oleh para manajer bidang bisnis adalah bahwa strategi yang mereka rumuskan dan tetapkan harus digali dan diangkat dari strategi korporasi yang dirumuskan dan ditetapkan oleh manajemen puncak. Cakupan strategi pada tingkat satuan bisnis hanya menyangkut bisnis yang bersangkutan tetapi dengan segala aspeknya, seperti aspek produksi, keuangan, akunting, pemasaran, SDM, teknologi, dan berbagai aspek bisnis lainnya. Jangkauan waktunya pun lebih pendek dari jangkauan waktu strategi tingkat korporasi. Membuat strategi bukan semata-mata tugas eksekutif puncak, melainkan harus sejauh mungkin melibatkan seluruh tingkatan strategi dalam proses
22
perencanaan strategis. Pada level perusahaan kecil khususnya terdapat dua tingkatan strategi, meliputi: tingkatan korporasi dan tingkatan fungsional, ditambah tingkatan terakhir pada level operasional. Gambar 2, menunjukkan tingkatan strategi pada perusahaan kecil tersebut.
Gambar 2. Tingkatan Strategi Perusahaan Kecil Sumber: David (2009)
Dengan pendekatan demikian, akan terwujud pengelolaan organisasi berdasarkan pendekatan kesisteman di mana korporasi dipandang dan diperlakukan sebagai satu satuan yang utuh, yang terdiri dari berbagai komponen sebagai sub system dan dibagi menjadi satuan-satuan kerja fungsional yang semakin kecil, tetapi tetap merupakan bagian dari sesuatu yang lebih besar. Berarti bahwa sasaran fungsional akan merupakan bagian dari sasaran kegiatan satuan bisnis dan sasaran kegiatan satuan bisnis merupakan bagian dari tujuan korporasi secara keseluruhan. Tabel 8, menunjukkan ciri-ciri keputusan manajemen strategis pada berbagai tingkat.
23
Tabel 8. Ciri-ciri Keputusan Manajemen Strategis pada Berbagai Tingkat Tingkat
Ciri
Korporasi
Satuan Bisnis
Fungsional
Tipe
Konseptual
Campuran
Operasional
Takaran
Kualitatif
Semi kualitatif
Kuantitatif
Frekuensi
Berkala/Sporadis
Berkala/Sporadis
Berkala
Adaptabilitas
Rendah
Sedang
Tinggi
Campuran
Tambahan
Kaitan
dengan Inovatif
kegiatan sekarang Risiko
Tinggi
Sedang
Rendah
Potensi Keuntungan
Besar
Sedang
Kecil
Biaya
Besar
Sedang
Kecil
Kurun waktu
Jauh ke depan
Jangka sedang
Jangka pendek
Keluwesan
Tinggi
Sedang
Rendah
Interdepensi,
Tinggi
Sedang
Rendah
interrelasi
dan
interaksi Sumber: Siagian (2007)
3.1.3
Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan distribusi produk dari tangan produsen ke
tangan konsumen. Proses pemasaran meliputi aspek perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi dari gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan perseorangan dan organisasi. Pemasaran juga menjadi salah satu upaya perusahaan untuk mempertahankan keberadaan produk, terlebih dalam kondisi permintaan pasar yang tidak stabil serta munculnya pesaing-pesaing baru di samping pesaing-pesaing yang sudah ada dalam industri yang jelas menimbulkan persaingan yang tajam diantara perusahaan produk sejenis. Kotler & Amstrong (1991), mendefinisikan pemasaran sebagai proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
24
butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai dengan orang lain. Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Contohnya, seorang manusia membutuhkan air dalam memenuhi kebutuhan dahaganya. Jika ada segelas air maka kebutuhan dahaganya akan terpenuhi. Namun manusia tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya namun juga ingin memenuhi keinginannya yaitu misalnya segelas air merek Aqua yang bersih dan mudah dibawa. Maka manusia ini memilih Aqua botol yang sesuai dengan kebutuhan dalam dahaga dan sesuai dengan keinginannya yang juga mudah dibawa.
4
Artinya proses pemasaran harus melibatkan kedua aspek
keputusan konsumen, yaitu kebutuhan dan keinginan. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan harga (price), pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang (promotion). Seorang Pemasar (marketer) sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju. Konsep pemasaran pada akhirnya akan membawa kita pada lingkar konsep inti pemasaran sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.
________________________________ 4
Jawi, Tiyang. 2007. Yogyakarta : http://prbusiness.blogspot.com [diakses 20 Oktober 2010]
25
Konsep Inti Pemasaran
Gambar 3. Konsep Inti Pemasaran Sumber: Kotler & Amstrong (1991)
3.1.4
Manajemen Pemasaran Kebanyakan orang berpikir bahwa manajemen pemasaran adalah kegiatan
mencari sejumlah pelanggan dalam rangka meningkatkan penjualan produk, mengingat adanya ketidakpastian permintaan terhadap produk yang dihasilkan. Namun demikian pemasaran tidak hanya berarti menemukan pelanggan atau meningkatkan permintaan melainkan mencakup kegiatan mengubah atau mengurangi permintaan (Kotler & Amstrong 1991). Kotler & Amstrong (1991) mendefinisikan pemasaran sebagai kegiatan yang mencakup proses analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan transaksi yang menguntungkan dengan pelanggan sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan definisi tersebut manajemen pemasaran meliputi empat langkah proses, yaitu 1. Menganalisis peluang pasar, 2. Menentukan target pasar, 3. Membangun bauran pemasaran, dan 4. Mengelola/mengendalikan kegiatan pemasaran. Gambar 4. menunjukkan proses manajemen pemasaran.
26
Gambar 4. Proses Manajemen Pemasaran Sumber: Kotler & Amstrong (1991)
Hal pertama yang harus dilakukan dalam manajemen pemasaran adalah menganalisis kondisi lingkungan dan konsumen untuk menghindari ancaman dan memanfaatkan peluang yang ada. Analisis konsumen mengharuskan perusahaan membagi pasar ke dalam segmen-segmen yang lebih kecil serta memilih diantara segmen tersebut target pasar perusahaan berdasarkan tujuan pasar yang telah ditentukan. Berdasarkan segmen pasar yang telah ditentukan tersebut perusahaan harus menentukan bauran pemasaran yang tepat untuk menarik dan memuaskan target pasar tersebut. Strategi bauran pemasaran tersebut harus didasarkan pada kebutuhan konsumen, serta mepertimbangkan posisi perusahaan dalam industri dan sumber daya relatif terhadap pesaing. Langkah terakhir dalam proses manajemen pemasaran adalah melakukan monitoring atau memantau secara terus menerus kondisi produk, harga, saluran, kegiatan promosi yang dilakukan oleh pesaing dan mengendalikan kondisi yang ada sebagai respon bagi kegiatan pemasaran perusahaan.
3.1.5
Formulasi Strategi Fungsi Pemasaran Formulasi strategi fungsional dilakukan untuk tiap-tiap fungsi dari suatu
perusahaan. Strategi pemasaran sebagai salah satu fungsi di dalamnya merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan dimana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah perusahaan yang menghimpun serangkaian 27
rancangan besar yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk mencapai tujuannya tersebut. Strategi pemasaran merupakan segala sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial. Berdasarkan definisi di atas, proses pemasaran dimulai dari menemukan apa yang diinginkan oleh konsumen, sehingga pada akhirnya proses pemasaran bertujuan agar: 1)
Konsumen potensial mengetahui secara detail produk yang kita hasilkan dan perusahaan dapat menyediakan semua permintaan mereka atas produk yang dihasilkan.
2)
Perusahaan
dapat
menjelaskan
secara
detail
semua
kegiatan
yang
berhubungan dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini meliputi berbagai kegiatan, mulai dari penjelasan mengenai produk, desain produk, promosi produk, pengiklanan produk, komunikasi kepada konsumen, sampai pengiriman produk agar sampai ke tangan konsumen secara cepat. 3)
Mengenal dan memahami konsumen sedemikian rupa sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya. Dalam mendesain suatu strategi pemasaran, hal terpenting yang perlu
dilakukan menurut Kotler & Amstrong (1991), oleh manajemen pemasaran adalah penerapan konsep STP (Segmentation, Targeting, and Positioning) serta konsep bauran pemasaran (Marketing Mix). Berikut ini akan dipaparkan kedua konsep strategi tersebut. 3.1.5.1 Segmentation, Targeting, and Positioning (STP) Tenaga-tenaga pemasaran telah lama menyadari bahwa produk dan jasa tidak dapat menjadi “seluruh barang untuk semua orang”. Pembeli memiliki selera, minat, sasaran, gaya hidup, dan lain-lain yang berbeda. Diantara hal-hal lain, kemunculan konsep pemasaran dan kesadaran akan kebutuhan dan keinginan konsumen membuat tenaga-tenaga pemasaran berpikir dalam kaitan langsung dengan pemasaran
28
bersasaran. Pasar sasaran atau target pasar adalah kelompok orang yang memiliki keinginan dan kebutuhan yang serupa. Menganalisis target pasar merupakan langkah awal yang harus dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi pemasarannya (Griffin & Ebert, 2003). Pemasaran bersasaran jelas-jelas membutuhkan segmentasi pasar, yaitu pembagian suatu pasar ke dalam kategori jenis atau segmen pelanggan tertentu. Setelah melalui proses segmentasi pasar, perusahaan akan dapat menerapkan beragam strategi. Beberapa perusahaan besar seringkali menetapkan beberapa segmen pasar yang akan digarapnya, namun tidak sedikit pula perusahaan yang hanya menetapkan satu segmen pasar tertentu sebagai fokus aktivitas usahanya. Segmentasi pasar merupakan strategi untuk menganalisa konsumen, bukan produk. Dalam pemasaran, proses menggabungkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan sifat produk itu sendiri ke benak masyarakat atau konsumen dikenal sebagai positioning. Berdasarkan definisinya, anggota segmen pasar harus memiliki beberapa sifat umum
yang
akan
mempengaruhi
keputusan
pembelian
mereka.
Dalam
mengidentifikasi segmen pasar, manajemen pemasaran harus mencari sejumlah pengaruh berbeda pada perilaku konsumen. Empat variabel yang penting dalam mengidentifikasi segmen pasar adalah variabel geografis, variabel demografis, variabel psikografis, dan variabel penggunaan produk (Griffin & Ebert, 2003). Variabel geografis mengidentifikasi konsumen berdasarkan aspek wilayah atau tempat dimana konsumen berada. Variabel demografis mengidentifikasi konsumen berdasarkan cirri-ciri umur, latar belakang etnis, status perkawinan, suku, agama, dan kelas sosial. Variabel psikografis mengidentifikasi konsumen berdasarkan gaya hidup, pendapat, minat, dan sikap, dan variabel penggunaan produk mengidentifikasi konsumen berdasarkan bagaimana cara-cara konsumen menggunakan produk, kesetiaan mereka terhadap merek tertentu, dan alasan mereka membelinya.
29
3.1.5.2 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Bauran pemasaran menurut Kotler & Amstrong (1991) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. Paparan bauran pemasaran tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Produk Menurut Kotler & Amstrong (1991), strategi produk menuntut koordinasi
berbagai keputusan mengenai bauran produk, lini produk, merek, kemasan, dan label. Bauran produk didefinisikan sebagai kumpulan seluruh lini produk dan jenis produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan penjualan tertentu kepada pembeli. Kotler & Amstrong (1991) menyatakan bahwa merek adalah suatu nama, istilah, tanda, simbol, atau kombinasi diantaranya yang ditujukan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari satu penjual, dan untuk membedakan barang atau jasa tersebut dari produkproduk milik pesaing. Sementara, kemasan diperlukan oleh produk-produk untuk memberikan manfaat-manfaat seperti perlindungan, manfaat ekonomi, kemudahan dan promosi. Disamping itu, produk fisik juga menuntut adanya label yang berisikan informasi tertulis yang menjelaskan tentang produk, untuk kepentingan identifikasi, penentuan kualitas, keterangan produk dan promosi. 2.
Harga Harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa,
jumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa. Perusahaan perlu menyesuaikan harga terhadap berbagai kondisi dalam pasar. Pertama, penetapan harga geografis dimana perusahaan memutuskan harga sesuai dengan jarak konsumen. Kedua, diskon harga dan potongan pembelian dimana perusahaan membuat diskon kas, diskon jumlah, diskon fungsional, diskon musim, dan potongan pembelian. Ketiga, penetapan harga promosional di mana perusahaan memutuskan penetapan harga pemimpin yang rugi, harga peristiwa khusus, rabat kas, pandangan harga rendah dan diskon psikologis. Keempat, penetapan harga diskriminatif di mana perusahaan membuat harga yang berbeda bagi segmen konsumen, bentuk produk, citra merek, waktu dan tempat yang berbeda. Kelima, penetapan harga bauran produk di mana perusahaan memutuskan
30
wilayah harga bagi beberapa produk dalam suatu lini produk, dan atas penetapan harga fungsi tambahan, produk tawaran, produk sampingan, dan kumpulan produk. 3.
Distribusi Saluran pemasaran menurut Kotler & Amstrong (1991), didefinisikan sebagai
serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Perusahaan menghadapi banyak saluran distribusi alternatif untuk menjangkau pasar sasaran. Perusahaan sebagai produsen dapat menjual langsung ataupun menggunakan satu, dua, tiga atau lebih tingkat saluran perantara guna menyalurkan produknya ke konsumen. Dalam distribusi langsung, produk yang dihasilkan diterima secara langsung oleh konsumen dari produsen. Pada saluran distribusi tidak langsung penyaluran barang melalui agen penjualan. Setiap saluran distribusi yang dipilih menciptakan berbagai tingkat penjualan dan membawa konsekuensi biaya tertentu. 4.
Promosi Komponen bauran pemasaran yang paling terlihat nyata tidak lain adalah
promosi, yang mengacu pada teknik-teknik untuk mengkomunikasikan informasi mengenai produk. Menurut Kotler & Amstrong (1991), bauran promosi terdiri atas lima hal utama, yaitu: 1)
Periklanan: semua bentuk presentasi non personal dan promosi ide, barang atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat pembayaran.
2)
Promosi penjualan: intensif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli produk atau jasa.
3)
Pemasaran langsung: penggunaan surat, telepon dan alat penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi dengan atau mendapatkan respon dari pelanggan dan calon pelanggan tertentu.
4)
Penjualan personal: interaksi langsung antara satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan melakukan pembelian.
5)
Hubungan masyarakat dan publisitas: berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan, melindungi citra perusahaan dan produknya.
31
Gambar 5, berikut di bawah menunjukkan unsur-unsur dalam bauran pemasaran suatu produk.
BAURAN PEMASARAN PASAR SASARAN
PRODUK: Ragam Produk, Mutu, Merek, Desain, Bentuk, Kemasan, Ukuran, & Pelayanan
HARGA: Daftar Harga, Diskon, Rabat, Kredit, & Jangka Waktu Pembayaran.
TEMPAT: Saluran, Lokasi, Persediaan, & Pengangkutan
PROMOSI: Periklanan, Promosi Penjualan, Penjualan Perseorangan, Hubungan Masyarakat
Gambar 5. Unsur-unsur dalam Bauran Pemasaran Sumber: Kotler & Amstrong (1991)
3.1.5.3 Analisis Lingkungan Pemasaran Lingkungan pemasaran suatu perusahaan mencakup pelaku atau kekuatan yang mempengaruhi kemampuan manajemen pemasaran untuk mengembangkan dan meningkatkan transaksi penjualan dengan pelanggan. Perubahan lingkungan pemasaran yang terus-menerus dan tidak menentu akan sangat mempengaruhi kondisi perusahaan. Lingkungan pemasaran suatu perusahaan terdiri atas lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Realisasi misi perusahaan akan menjadi sulit dilakukan jika perusahaan tidak mampu manganalisis dan memahami lingkungan internal secara mendalam. Begitupun dengan lingkungan eksternal, tindakan untuk mengetahui dan menganalisis lingkungan eksternal menjadi sangat penting karena pada hakikatnya kondisi lingkungan eksternal berada di luar kendali organisasi. Pendekatan lingkungan internal dan eksternal merupakan pendekatan dalam menganalisis kondisi
32
lingkungan pada tingkat korporasi/perusahaan, namun pada kasus ini pendekatan lingkungan tersebut akan difokuskan pada lini fungsi pemasaran perusahaan. Tahap pertama yang harus dilakukan dalam proses manajemen pemasaran adalah melakukan analisis terhadap peluang pasar berdasarkan kombinasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki atau dihadapi perusahaan. Hal ini dilakukan melalui identifikasi faktor-faktor lingkungan pemasaran perusahaan yang mencakup lingkungan internal dan lingkungan eksternal tersebut, yaitu sebagai berikut: 1.
Lingkungan Internal Semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional
bisnisnya. Kekuatan dan kelemahan internal adalah aktivitas organisasi yang dapat dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk. Mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi dalam area fungsional dari suatu bisnis adalah aktivitas manajemen yang sangat penting. Organisasi berusaha untuk
menjalankan
strategi
yang
mendayagunakan
kekuatan
internal
dan
menghilangkan kelemahan internal (David, 2009). Kekuatan dan kelemahan ditentukan relatif terhadap perusahaan pesaing. Kekurangan dan kelebihan relatif adalah informasi yang penting. Kekuatan dan kelemahan dapat juga ditentukan oleh keberadaan saat ini bukan oleh kinerja. Lingkungan internal adalah lingkungan yang terjadi di dalam aktivitas perusahaan. Hal ini berkaitan dengan adanya kekuatan dan kelemahan. Strategi diterapkan dengan tujuan dapat memanfaatkan kekuatan agar menjadi peluang dan mengatasi kelemahan agar tidak menjadi ancaman. Lingkungan internal yang akan diidentifikasi terdiri dari aspek manajemen organisasi, pemasaran, keuangan dan akuntansi, kegiatan produksi dan operasi, sumber daya manusia, dan sistem informasi manajemen (David 2009). 1)
Manajemen Organisasi Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas dasar, yaitu perencanaan,
perorganisasian,
pemberian
motivasi,
pengelolaan
staf,
dan
pengendalian.
Perencanaan terdiri atas semua aktivitas yang terkait dengan persiapan masa depan.
33
Perencanaan adalah proses di mana seseorang menentukan apakah akan menjalankan suatu usaha, menjalankan cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dan menyiapkan bagaimana mengatasi kesulitan yang tidak diharapkan dengan sumberdaya yang cukup. Pengorganisasian mencakup semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur pekerjaan dan hubungan otoritas. Tujuan pengorganisasian adalah untuk mencapai usaha terkoordinasi dengan mendefinisikan hubungan pekerjaan dan otoritas. Pengorganisasian artinya menentukan siapa melakukan apa dan siapa harus melapor kepada siapa (David, 2009). 2)
Pemasaran Faktor-faktor yang harus diperhatikan agar posisi produk di pasar sesuai
dengan harapan antara lain adalah: pangsa pasar, pelayanan purna jual, kepemilikan informasi tentang pasar, pengendalian distributor, kondisi satuan kerja pemasaran, kegiatan promosi, harga jual produk, komitmen manajemen puncak, loyalitas pelanggan dan kebijakan produk baru. Aspek pemasaran tersebut dapat dilihat dari pendekatan bauran pemasaran. Bauran pemasaran menurut Kotler & Amstrong (1991) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. 3)
Keuangan dan Akuntansi Menurut Umar (2008), faktor-faktor yang perlu diperhitungkan dalam aspek
keuangan adalah kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang, beban yang harus dipikul sebagai upaya memperoleh modal tambahan, hubungan baik dengan penanam modal dan pemegang saham, pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, pemantauan penyebab inefisiensi dan sistem akunting yang andal. 4)
Kegiatan Produksi-Operasi Kegiatan produksi-operasi perusahaan paling tidak dapat dilihat dari
keteguhan dalam prinsip efisiensi, efektivitas, dan produktivitas. Oleh karenanya, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah: hubungan baik dengan pemasok, sistem logistik yang andal, lokasi fasilistas yang tepat, pemanfaatan teknologi yang tepat, organisasi yang memiliki kesatuan sistem yang bulat, pembiayaan, pendekatan
34
inovatif dan proaktif, kemungkinan terjadinya terobosan dalam proses produksi, dan pengendalian mutu (Umar, 2008) 5)
Sumber Daya Manusia Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu,
manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif di kalangan karyawan perusahaan. Berbagai faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah: langkahlangkah yang jelas mengenai manajemen SDM, keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas, dan sistem imbalan (Umar 2008). 6)
Sistem Informasi Manajemen Sebuah organisasi perusahaan perlu menganalisis berbagai segi dari sistem
informasi manajemen yang meliputi aspek-aspek software, hardware dan brainware yang digunakan. Selain itu perusahaan juga harus memperhatikan input, process, dan output berupa informasi yang sesuai dengan kebutuhan pada setiap jenjang manajemen perusahaan.
2.
Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal di bagi ke dalam dua kategori, yaitu lingkungan
eksternal mikro dan lingkungan eksternal makro. Lingkungan eksternal mikro mengidentifikasi lingkungan pemasaran berdasarkan aspek perusahaan, pemasok, perantara pemasaran, pelanggan, pesaing, dan masyarakat dalam lingkup industri. Oleh karenanya lingkungan ini juga sering disebut sebagai lingkungan industri. Sementara, lingkungan eksternal makro mengidentifikan lingkungan perusahaan berdasarkan aspek demografi, ekonomi, alam, politik/hukum, teknologi/fisik dan budaya. 1)
Lingkungan Eksternal Mikro, yaitu perusahaan, pemasok, perantara pemasaran, pelanggan, pesaing dan publik. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai ke-enam aspek tersebut:
35
a)
Perusahaan Tugas utama perusahaan dalam lingkup industri yang kompetitif adalah
menentukan posisi perusahaan di dalam pasar sasaran. Berdasarkan posisi tersebut perusahaan merumuskan strategi pemasaran yang tepat untuk dilaksanakan. Menurut Kotler & Amstrong (1991), posisi kompetitif perusahaan dapat diklasifikasikan berdasarkan perannya dalam pasar sasaran, yaitu: i)
Sebagai Pemuka Pasar; yaitu perusahaan yang memiliki market share terbesar,
memimpin
dalam
perubahan-perubahan
khususnya
perubahan dalam bauran pemasaran, dan menjadi kiblat bagi perusahaan-perusahaan lain dalam menyusun strategi persaingan. ii)
Sebagai Penantang Pasar; yaitu perusahaan yang dapat digolongkan sebagai perusahaan runner-up yang dapat menerapkan strategi kompetitif dengan cara menyerang pemuka atau mengikuti strategi para pesaing.
iii)
Sebagai Pemanut Pasar; yaitu perusahaan yang cenderung mengikuti pemuka pasar daripada menyerangnya.
iv)
Sebagai Penceruk Pasar; yaitu perusahaan yang mengambil cerukceruk pasar yang tidak dimasuki oleh perusahaan-perusahaan besar.
b)
Pemasok Pemasok adalah individu atau perusahaan yang menyediakan sumber
bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa yang dihasilkan. Perkembangan kondisi pemasok juga menjadi hal yang sangat mempengaruhi pemasaran suatu perusahaan. Kekurangan atau keterlambatan pasokan menjadi hal yang dapat meningkatkan biaya produksi dan pemasaran produk, sehingga manajemen pemasaran harus terus memantau kondisi perkembangan pemasok tersebut terhadap perusahaan. c)
Perantara Pemasaran Perantara pemasaran adalah individu, lembaga, atau perusahaan yang
membantu melakukan promosi, menjual, dan mendistribusikan produk yang
36
dihasilkan kepada konsumen akhir. Perantara pemasaran ini meluputi calo, distributor, agen jasa pemasaran, maupun perantara keuangan. Keberadaan perantara pemasaran secara tidak langsung menentukan keberhasilan pemasaran perusahaan. Karenanya identifikasi kondisi perantara pemasaran terhadap perusahaan menjadi sangat penting untuk dilakukan. d)
Pelanggan Setiap perusahaan harus dapat mempelajari siapa sebenarnya pelanggan
pasar dari perusahaannya. Ada lima tipe pelanggan pasar yang dihadapi oleh suatu perusahaan, yaitu: pasar individu, pasar industri, pasar reseller, pasar pemerintah, dan pasar internasional. Masing-masing tipe pelanggan tersebut memiliki pengaruh tersendiri terhadap perkembangan pemasaran suatu perusahaan. e)
Pesaing Setiap perusahaan pasti menghadapi berbagai macam tingkat persaingan.
Dalam konsep pemasaran, suatu perusahaan akan berhasil jika mampu memberikukan kepuasan atas apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen melebihi apa yang diberikan oleh pesaingnya. Oleh karenanya pemasar harus mampu melakukan penyesuaian atas apa yang dibutuhkan oleh konsumen pada target pasarnya. Berbicara tentang pesaing tentu tidak lepas pula dengan persaingan. Porter (1980) mengemukakan konsep Competitive Strategy yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama yang di sebut Lima Kekuatan Bersaing. Freeman yang dikutip Wheelen dalam Umar (2008) merekomendasikan aspek yang keenam untuk melengkapinya. Pemetaan lingkungan bersaing tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. Secara lengkap keenam aspek atau variable yang membentuk model untuk strategi bersaing tersebut serta penjelasannya dipaparkan sebagai berikut: i)
Ancaman Masuk Pendatang Baru Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan
sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan 37
sumber daya produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang telah ada. Beberapa faktor penghambat munculnya pendatang baru untuk masuk ke dalam suatu industri yang sering disebut dengan Hambatan Masuk, adalah sebagai berikut (Porter, 1980): • Skala Ekonomi. Apabila pendatang baru berproduksi dalam skala kecil, mereka akan dipaksa berproduksi pada biaya per unit yang tinggi, padahal perusahaan yang ada tengah berupaya pada skala produksi yang terus diperbesar dan proses produksi yang terus menerus diefisienkan sehingga harga per unit barang menjadi lebih rendah. • Diferensiasi Produk Diferensiasi yang akan menciptakan hambatan masuk ini memaksa pendatang baru mengeluarkan biaya dan usaha yang besar untuk merebut para pelanggan yang loyal kepada perusahaan yang ada. Usaha besar itu, misalnya melakukan pengiklanan yang gencar dan memberi servis yang baik. Pada tahap awal, usaha-usaha ini membutuhkan biaya yang besar dan bahkan akan menciptakan kerugian. Seringkali kondisi ini berjalan cukup lama. • Kebutuhan Modal Jenis industri yang memerlukan modal besar merupakan hambatan yang besar bagi pemain baru, terutama pada jenis industri yang memerlukan biaya yang besar untuk riset dan pengambangan serta eksplorasi. • Biaya Beralih Pemasok Hambatan masuk akan tercipta dengan adanya biaya peralihan pemasok, yaitu biaya yang harus dikeluarkan pembeli bilamana berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya. Biaya peralihan (switching-cost) ini berupa biaya latihan, biaya
38
peralatan pelengkap yang harus diganti, dan desain ulang produk/jasa. Biaya-biaya ini akan ditanggung oleh konsumennya. Apabila biaya peralihan yang diperlukan cukup besar, pesaing baru harus memberikan penawaran yang jauh lebih menarik, terutama soal harga. • Akses ke Saluran Distribusi Jalur distribusi sangat menentukan penyebaran produk. Perusahaan yang mempunyai jalur distribusi yang luas dan bekerja secara baik akan sangat mengahambat masuknya produk baru ke dalam pasar. Pendatang baru mungkin sulit memasuki saluran yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membangun saluran sendiri. • Biaya Tak Menguntungkan Terlepas dari Skala Keunggulan biaya yang dimiliki oleh perusahaan yang sudah ada sulit ditiru oleh pendatang baru. Keunggul;an itu mungkin dimiliki karena teknologi yang telah dipatenkan perusahaan, konsesi bahan baku, atau subsidi pemerintah. • Kebijakan Pemerintah Pemerintah biasanya menerbitkan sejumlah aturan yang mengatur bidang-bidang tertentu seperti yang selalu diterbitkan oleh pemerintah Indonesia, misalnya lewat Daftar Investasi Negatif (DIN). Peraturan pemerintah dapat menimbulkan hambatan masuk bagi pendatang baru. ii)
Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan
kinerja
perusahaan.
perusahaan
Dalam
mempunyai
situasi
kekuatan
persaingan yang
yang
cukup
oligopoly,
besar
untuk
mempengaruhi pasar. Sedangkan, pada pasar persaingan sempurna biasanya akan memaksa perusahaan menjadi follower termasuk dalam hal harga produk. Menurut Porter (1980), tingkat persaingan yang tajam dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
39
• Jumlah Pesaing yang Banyak Jumlah Kompetitor atau pesaing sudah tentu akan mempengaruhi tingkat persaingan. Competitor hendaknya dilihat dari beberapa sisi, seperti jumlah, ukuran, dan kekuatannya. Pendatang Baru Potensial
Ancaman masuk pendatang baru
Kekuatan tawar menawar pemasok
Pesaing Industri Kekuatan tawar menawar pembeli
Other Stakeholders
Pembeli
Suppliers Persaingan antar perusahaan
Ancaman produk atau jasa pengganti
Produk pengganti
Gambar 6. Konsep Competitive Strategy dari Michael R. Porter Sumber: Porter (1980)
• Tingkat Pertumbuhan Industri yang Lamban Pertumbuhan industri yang besar biasanya menyediakan sejumlah peluang bagi perusahaan untuk tumbuh bersama industrinya.
40
Pertumbuhan industri yang lambat sebaiknya tidak direspons dengan ekspansi pasar kecuali perusahaan mampu mengambil pangsa pasar pesaing. Kondisi ini dapat menimbulkan trend penurunan harga atau terjadinya perang harga. • Ketiadaan Diferensiasi atau Biaya Peralihan Produk hendaknya tidak sekadar menyediakan kebutuhan dasar, tetapi juga memiliki suatu pembedaan (differentiation) atau nilai tambah. • Biaya Tetap atau Biaya Penyimpanan yang Tinggi Pada jenis industri yang mempunyai total biaya yang besar, perusahaan hendaknya beroperasi pada skala ekonomi yang tinggi. Akibatnya adalah perusahaan kadang kala terpaksa menjual produk di bawah biaya produksi. • Penambahan Kapasitas dalam Jumlah Besar Kapasitas selalu berkorelasi dengan biaya produksi per unit. Produksi pada kapasitas tinggi diperlukan untuk menjaga efisiensi biaya per unit. Penambahan fasilitas produksi dapat dilakukan apabila perusahaan telah mampu berproduksi pada tingkat yang maksimal. • Pesaing yang beragam Para pesaing yang berbeda dalam strategi, asal usul, kepribadian, serta hubungan mereka dengan perusahaan induk mempunyai tujuan yang berbeda dan strategi yang berlainan untuk bersaing dan akan terus menerus berhadapan satu sama lain dalam proses. • Taruhan Strategi yang Besar Persaingan dalam suatu industri menjadi makin tidak menentu jika sejumlah perusahaan mempunyai taruhan yang besar untuk mencapai sukses dalam industri tersebut. • Hambatan Pengunduran Diri yang Tinggi Hambatan keluar memaksa perusahaan untuk tidak keluar dari industri. Hambatan ini dapat berupa aset-aset khusus ataupun kesetiaan manajemen pada bisnis tersebut. Contohnya adalah 41
idealisme dalam bisnis. Dalam kondisi demikian, perusahaan biasanya akan berusaha bertahan dan menghindari kerugian yang besar sambil menunggu waktu yang tepat untuk keluar. iii)
Tekanan dari Produk Pengganti Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu
akan bersaing pula dengan produk pengganti. Walaupun karakteristiknya berbeda, barang substitusi dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. Ancaman produk substitusi kuat bilamana konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit dan jika produk substitusi itu mempunyai harga yang lebih murah atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri. iv)
Kekuatan Tawar-menawar Pembeli (Buyers) Para pembeli dengan kekuatan yang mereka miliki, mampu
mempengaruhi
perusahaan
untuk
menurunkan
harga
produk,
meningkatkan mutu dan servis, serta mengadu perusahaan dengan kompetitornya. Dengan demikian, beberapa kondisi yang mungkin dihadapi perusahaan sehubungan dengan adanya kekuatan ini antara lain: • Pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan • Sifat produk tidak terdiferensiasi dan banyak pemasok. • Switching Cost pemasok adalah kecil. • Pembeli mempunyai tingkat profitabilitas yang rendah, sehingga sensitif terhadap harga dan diferensiasi servis. • Produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli, sehingga pembeli dengan mudah mencari substitusinya. v)
Kekuatan Tawar-menawar Pemasok Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan mereka
menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk atau servis. Pemasok menjadi kuat apabila beberapa kondisi berikut terpenuhi:
42
Jumlah pemasok sedikit • Produk/servis yang ada adalah unik dan mampu menciptakan switching cost yang besar. • Tidak tersedia produk substitusi. • Pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mengolah produk yang dihasilkan menjadi produk yang sama yang dihasilkan perusahaan. vi)
Pengaruh Kekuatan Stakeholder lainnya Kekuatan keenam yang ditambahkan oleh Wheelen-Hunger dalam
Umar (2008) adalah berupa kekuatan di luar perusahaan yang mempunyai pengaruh dan kepentingan secara langsung bagi perusahaan. Stakeholder yang dimaksud antara lain adalah pemerintah, serikat pekerja, lingkungan masyarakat, kreditor, pemasok, asosiasi dagang, kelompok yang mempunyai kepentingan lain, dan pemegang saham. Pengaruh dari masing-masing stakeholder adalah bervariasi di antara industri yang satu dengan yang lain. f)
Publik Lingkungan pemasaran suatu perusahaan juga meliputi berbagai macam
publik. Publik adalah setiap kelompok yang mampu atau berpotensi untuk memberikan pengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Setiap perusahaan akan menghadapi tujuh tipe publik, yaitu: a)
Publik Finansial; mempengaruhi perusahaan dalam mengakses permodalan.
b)
Publik Media; meliputi koran, majalah, radio dan televisi.
c)
Publik Pemerintah; berbagai perkembangan isu-isu pemerintah yang mempengaruhi aspek pemasaran perusahaan.
d)
Publik Masyarakat; perkembangan opini masyarakat secara umum terhadap produk dan aktivitas pemasaran yang dilakukan perusahaan.
e)
Publik Internal; meliputi seluruh pelaku organisasi. 43
2)
Lingkungan
Eksternal
Makro,
yaitu
demografi,
ekonomi,
alam,
politik/hukum, teknologi/fisik dan budaya. Berikut pemaparan singkat mengenai faktor-faktor lingkungan eksternal makro tersebut. a) Demografi Aspek demografi mempelajari manusia dalam hal ukuran jumlah, kepadatan, lokasi, umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan dan statistik lainnya. Lingkungan demografi menjadi perhatian penting bagi pemasar dalam penentuan segmentasi pasar karena mencakup orang, dan orang merupakan faktor utama pembangun pasar. b) Ekonomi Lingkungan ekonomi mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli dan pola pengeluaran konsumen. Daya beli konsumen akan sangat dipengaruhi oleh jumlah pendapatan dan harga produk, sehingga seorang pemasar harus dapat memperhatikan kecenderungan pendapatan dan perubahan pola pengeluaran konsumen. c) Alam Lingkungan alam mencakup sumberdaya alam yang dibutuhkan sebagai input bagi pemasar serta kondisi alam yang mampu mempengaruhi aktivitas pemasaran suatu usaha. Selain itu juga mencakup isu-isu alam yang mempengaruhi aktivitas bisnis atau pemasaran suatu perusahaan. d) Teknologi Lingkungan teknologi mencakup kekuatan yang mendorong munculnya teknologi baru, menghasilkan produk baru, dan peluang pasar baru. Teknologi baru akan mendorong pada penciptaan produk baru, dan produk baru akan mendorong pasar yang baru. Dewasa ini perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat, baik di bidang bisnis maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis. Sebenarnya, teknologi itu tidak hanya mencakup penemuan-penemuan yang baru saja, tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan,
44
artinya bahwa ia memberikan suatu gambaran yang luas, yang meliputi: mendesain, menghasilkan, dan mendistribusikan. Setiap kegiatan usaha yang diinginkan
untuk
berjalan
terus
menerus
harus
selalu
mengikuti
perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk atau jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya. Oleh karenanya seorang pemasar harus mampu memantau perkembangan teknologi tersebut. e) Politik Keputusan pemasaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan politik yang mencakup undang-undang, badan atau kelembagaan pemerintah yang mendukung, menekan atau membatasi aktivitas perusahaan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari faktor politik agar bisnis dapat berkembang dengan baik adalah: undang-undang tentang lingkungan dan perburuhan, peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintahan, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan. f) Budaya Seperti kekuatan lain dalam lingkungan eksternal yang jauh (remote environment), lingkungan budaya adalah dinamis. Lingkungan budaya dibangun oleh institusi atau kekuatan lain yang mempengaruhi nilai-nilai dasar, persepsi, preferensi, dan sikap masyarakat. Seringkali lingkungan budaya baik dari dalam maupun dari luar akan sangat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen sehingga pada akhirnya juga mempengaruhi keputusan pemasaran suatu perusahaan. 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Unit usaha E-YOCI merupakan usaha pengolahan susu dengan produk akhir
berupa yoghurt kemasan yang berpotensi besar untuk terus dikembangkan. Dalam menjalankan aktivitas usahanya E-YOCI berusaha menetapkan harga yang rendah tanpa kemudian menurunkan kualitas serta manfaat yang seharusnya didapat dengan mengkonsumsi yoghurt, sebagaimana tujuan utama yang ditekankan oleh manajemen
45
usaha E-YOCI yang sangat mengedepankan aspek kualitas kesehatan serta kesejahteraan hidup masyarakat secara adil dan merata. Di sisi lain, unit usaha E-YOCI harus menghadapi persaingan usaha dan berbagai kondisi yang menghambat baik dalam lingkungan internal maupun eksternal usaha, tidak terkecuali terhadap konsekuensi prinsip usaha yang mereka jalankan tersebut. Potensi E-YOCI yang belum termanfaatkan secara maksimal ini dirasakan karena lemahnya aspek pemasaran produk serta diiringi dengan permasalahan internal yang muncul dalam perusahaan. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan mengapa analisis strategi pemasaran ini diperlukan. Langkah awal yang dilakukan untuk memformulasikan strategi pemasaran adalah mengidentifikasi visi, misi dan tujuan pemasaran dari organisasi perusahaan bersangkutan. Perumusan strategi pemasaran usaha selanjutnya akan dikaji berdasarkan pada kondisi internal dan eksternal E-YOCI. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Perumusan strategi dilakukan dengan melalui tiga tahap alur perumusan strategi. Tahap pertama merupakan tahap input (input stage), tahap kedua yaitu tahap pencocokkan (matching stage), dan tahap terakhir adalah tahap keputusan (decision stage). Tahap pertama dalam kerangka kerja perumusan strategi digunakan Matriks IFE dan Matriks EFE. Matriks tersebut diperoleh dari analisis lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi E-YOCI. Pada tahap kedua digunakan Matriks IE dan SWOT. Kemudian tahap selanjutnya dilakukan pemilihan strategi yang spesifik melalui Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM). QSPM merupakan pemetaan dari hasil analisis pada tahap satu dan tahap dua. Dengan membuat QSPM dapat diperoleh strategi terbaik yang sebaiknya dipilih diantara alternatif-alternatif strategi yang ada. Berdasarkan seluruh alat analisis yang digunakan maka akan diperoleh suatu manfaat berupa rekomendasi strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh Unit Usaha E-YOCI dengan baik. Bagan kerangka pemikiran operasinal penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.
46
E-YOCI Homemade Yoghurt Eryf Farm
Identifikasi masalah
Lemahnya kinerja lini fungsi pemasaran EYOCI Melakukan Analisis Lingkungan yang berpengaruh terhadap fungsi pemasaran E-YOCI Lingkungan Internal
Lingkungan Eksternal
Eksternal Mikro
Eksternal Makro
Analisis Matriks EFE
Analisis Matriks IFE
Analisis Matriks IE
Merumuskan Alternatif strategi pemasaran berdasarkan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman perusahaan melalui Anaalisis SWOT Alternatif Strategi Pemasaran E-YOCI Menentukan prioritas strategi pemasaran berdasarkan alternatif strategi yang ada melalui Analisi Matriks QSPM Prioritas strategi pemasaran yang dapat diterapkan E-YOCI
Rekomendasi Strategi
Gambar 7. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
47
IV. METODE PENELITIAN
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan pada Usaha Rumah Tangga E-YOCI, yang berlokasi di
Kampung Paragajen RT 03/06 No. 200, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan E-YOCI merupakan usaha berskala kecil dengan basis rumah tangga, milik perorangan serta dibangun dari latar belakang sebuah peternakan besar milik pribadi yang dalam perjalanan usahanya selama satu semester ke belakang memiliki perkembangan usaha yang cukup baik. Selain itu, tujuan utama pemasaran produk yang mengedepankan manfaat kesehatan, seiring dengan perkembangan gaya hidup sehat serta berkembang pesatnya usaha skala kecil dan menengah di masyarakat membuat kajian pengembangan pemasaran yang dilakukan E-YOCI bagi penulis semakin menarik untuk dilakukan. Adapun waktu pelaksanaan dari penelitian ini yaitu pada bulan Juli 2010 sampai Januari 2011. 4.2.
Metode Penentuan Sampel Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah
non probability sampling, yaitu dengan menggunakan metode purposive sampling. Pemilihan responden dipilih secara sengaja berdasarkan tingkat kepentingan dalam penelitian ini. Responden yang diambil dalam penelitian berjumlah 4 orang dari internal E-YOCI yang merupakan pengambil keputusan (decision maker) dalam kegiatan usaha, yang terdiri dari pemilik E-YOCI, pemilik Eryf Farm, manajer produksi, manajer pemasaran produk, dan 3 orang pihak eksternal yaitu agen individu terpilih. Pemilihan agen individu ditentukan berdasarkan kinerja yang dilihat dari tingkat penjualan produk kepada konsumen. 4.3.
Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara dan observasi langsung di
lokasi usaha berada. Data primer sebagian besar diperoleh dengan menggunakan instrumen daftar pertanyaan. Data primer berupa faktor-faktor strategis internal dan eksternal diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner yang diberikan kepada responden terpilih yang kemudian diolah dengan menggunakan alat bantu software computer Microsoft Exel 2007. Sementara data sekunder diperolah dari sumber informasi berupa laporan tertulis yang dimiliki E-YOCI maupun Eryf Farm. Selain itu juga diperolah dari studi literatur buku-buku terkait yang relevan, hasil penelitian terdahulu, artikel-artikel yang terkait pada topik, data dan informasi dari Badan Pusat Statistik Indonesia, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Perindustrian RI, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota dan Kabupaten Bogor, dan website-website terkait. Hampir seluruh data sekunder diperoleh dengan menggunakan instrumen alat pencatatan. 4.4.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sepanjang bulan Juli hingga Oktober 2010.
Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah dengan metode observasi langsung, wawancara, diskusi, kuesioner, dan browsing internet. Data yang dikumpulkan adalah berupa data primer maupun data sekunder. Berikut penjelasan singkat tentang metode pengumpulan data primer yang dilakukan: 1)
Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian, baik dari segi lingkungan, kegiatan usaha yang dilakukan, maupun hal-hal lain yang mendukung keberadaan penelitian.
2)
Wawancara, yaitu proses tanya jawab yang dilakukan dengan beberapa responden terpilih dalam penelitian. Wawancara dilakukan dengan pihak internal E-YOCI yang berperan dalam menentukan kebijakan usaha E-YOCI, meliputi Pemilik E-YOCI, Pemilik Eryf Farm, Manajer Produksi, dan Manajer Pemasaran, serta tiga orang agen individu sebagai pihak eksternal.
49
3)
Diskusi, yaitu wawancara mendalam dan proses tukar pikiran mengenai permasalahan dan kondisi yang ada baik dengan pihak internal E-YOCI maupun pihak eksternal.
4)
Kuesioner, yaitu memberikan daftar pertanyaan berupa kuesioner kepada responden terpilih. Kuesioner terdiri dari kuesioner untuk identifikasi faktor internal dan eksternal, rating dan pembobotan, serta kuesioner untuk penentuan prioritas strategi. Sementara data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dari beberapa telaah
laporan tertulis atau pencatatan data E-YOCI, Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Perindustrian RI, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota dan Kabupaten Bogor, serta hasil penelitian, kajian, dan bukubuku pustaka lain yang relevan dengan penelitian. Selain itu data sekunder juga diperoleh melalui proses browsing internet guna mencari artikel-artikel dan data informasi lain yang mendukung keberadaan penelitian. 4.5.
Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif melalui pendekatan konsep pemasaran menurut Kotler & Amstrong (1991). Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengetahui lingkungan internal dan eksternal pemasaran perusahaan terkait dengan aspek kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan pada matriks Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), InternalExternal (I-E), Strength-Weakness-Opportunity-Threat (SWOT), dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM), berdasarkan konsep manajemen strategis David (2009). Menurut David (2009), penyusunan suatu strategi dilakukan melalui tiga tahap kerja yakni tahap input, tahap pencocokkan, dan tahap keputusan. Tahap pertama dalam penelitian ini menggunakan Matriks IFE dan EFE. Tahap ini meringkas informasi dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. Tahap
50
pencocokkan berfokus pada menciptakan alternatif strategi yang layak dengan mencocokkan faktor eksternal dan internal. Alat analisis yang digunakan pada tahap pencocokkan adalah Matriks SWOT. Tahap terakhir dalam analisis yakni menggunakan Matriks QSP untuk menentukan keputusan strategi yang tepat. 4.5.1. Tahap Masukan (Input Stage) Tahap
masukan
merupakan
tahap
memasukkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kondisi usaha yang meliputi analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal dengan menggunakan matriks IFE dan EFE. Berikut merupakan gambaran penggunaan analisis kedua matriks tersebut. 1. Analisis Matriks IFE dan EFE Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation-IFE ) merupakan alat formulasi strategi untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Sementara Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation) memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan ke dalam faktor peluang dan ancaman bagi perusahaan. Adapun tahapantahapan dalam penyususnan matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut: a. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Tahap identifikasi faktor-faktor internal dilakukan dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Dalam penyajiannya, faktor yang bersifat positif (kekuatan) ditulis sebelum faktor yang bersifat negatif kelemahan. Begitu pula dengan tahap identifikasi faktor eksternal, dimana faktor yang mencakup peluang ditulis sebelum faktor yang mencakup ancaman bagi perusahaan. b. Pemberian Bobot pada Setiap Faktor Penentuan bobot pada analisis faktor internal dan eksternal perusahaan dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan pada pihak manajemen 51
perusahaan yang mengetahui benar kondisi dan permasalahan pada perusahaannya. Penentuan bobot untuk matriks IFE dan EFE dilakukan dengan menggunakan metode Paired Comparison Scales. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian pada setiap faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot setiap variable digunakan skala 1,2, dan 3. Skala yang digunakan untuk menentukan bobot adalah: 1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horisontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk penilaian dapat dilihat pada table di bawah ini: Tabel 9. Bentuk Penilaian Bobot Faktor-Faktor Strategis Internal dan Eksternal Faktor
A
B
C
D
E
F
G
Total
Bobot
Penentu A
xi
B C D E F G
Total
Sumber: dalam Indriyani (2009)
52
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan dengan menggunakan rumus:
Dimana, αi = Bobot variabel ke-i xi = Nilai variabel ke-i n = jumlah data I = 1,2,3, … n Adapun bobot yang diperoleh akan berada pada kisaran antara 0,0 (tidak penting), sampai 1,0 (sangat penting) pada setiap faktor. Tanpa memperdulikan apakah faktor kunci kekuatan atau kelemahan serta peluang dan ancaman perusahaan, faktor-faktor yang dianggap mempunyai pengaruh terbesar pada prestasi perusahaan diberikan bobot tertinggi. Sementara jumlah dari seluruh bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0. c. Penentuan Rating Menurut David (2009), pemberian rating pada faktor-faktor internal perusahaan mengikuti skala sebagai berikut: 4 = sangat kuat, 3 = kuat, 2 = lemah, 1 = sangat lemah. Sedangkan untuk lingkungan eksternal diberikan skala sebagai berikut: 4 = respon perusahaan sangat bagus, 3 = respon perusahaan di atas rata-rata, 2 = respon perusahaan rata-rata, 1 = respon perusahaan di bawah rata-rata. Perlu diperhatikan bahwa pada pemberian rating untuk faktor-faktor internal, kekuatan harus mendapatkan skala 3 atau 4, dan kelemahan harus mendapat skala 1 atau 2. d. Perkalian Bobot dan Peringkat Langkah selanjutnya, nilai dari pembobotan dikalikan dengan rating pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk 53
memperoleh total pembobotan. Pada matriks IFE, digunakan skala nilai peringkat untuk kekuatan dan kelemahan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Matriks Internal Faktor Evaluation Faktor-faktor Internal Utama
Bobot
Rating
Skor Bobot Kekuatan
Kekuatan 1………….. 2………….. …………… Kelemahan 1………….. 2………….. …………… Total Sumber: David (2009)
Terlepas dari berapa banyak faktor yang dimasukkan ke dalam matriks, total skor pembobotan berkisar antara 1,0 sampai 4,0 dengan rata-rata 2,5. Skor bobot total di bawah 2,5 mencirikan organisasi lemah secara internal, sedangkan skor yang secara signifikan berada di atas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat. Begitu pula halnya pada matriks EFE. Total skor pembobotan berkisar antara 1,0 sampai 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor EFE dikelompokkan dalam kuat (3,0 – 4,0) yang berarti perusahaan merespon kuat peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan, rata-rata (2,0 – 2,99) yang berarti perusahaan merespon sedang peluang dan ancaman yang ada, dan lemah (1,0 – 1,99) yang berarti perusahaan tidak dapat merespon peluang dan ancaman yang ada. 54
Tabel 11. Matriks Eksternal Faktor Evaluation Faktor-faktor Eksternal Utama
Bobot
Rating
Skor Bobot
Peluang 1………….. 2………….. …………… Ancaman 1………….. 2………….. …………… Total Sumber: David (2009)
4.5.2. Tahap Pencocokkan (Matching Stage) Tahap berikutnya dalam analisis ini adalah pemaduan atau pencocokkan dengan memasukkan hasil pembobotan matriks IFE dan EFE ke dalam matriks I-E untuk kemudian memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Setelah menganalisis matriks I-E selanjutnya dilakukan analisis SWOT. 1. Matriks IE (Internal-Eksternal) Matriks Internal-Eksternal memposisikan berbagai divisi organisasi dalam tampilan Sembilan sel. Matriks IE dikenal juga sebagai matriks portofolio. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci: skor bobot IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Skor bobot total yang diturunkan dari masing-masing divisi memungkinkan pembuatan matriks IE tingkat korporasi. Pada sumbu x dari matriks IE, skor bobot IFE total dari 1,0 hingga 1,99 menunjukkan posisi internal
55
yang lemah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 dianggap sedang; dan skor dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Skor Bobot Total IFE Kuat 3,0-4,0 3,0
Skor Bobot Total EFE
4,0 Tinggi 3,0-4,0
I 3,0
Rendah 1,0-1,99
Lemah 1,0-1,99 1,0
2,0 II
III
V
VI
VIII
IX
IV
Sedang 2,0-2,99 2,0
Sedang 2,0-2,99
VII
1,0
Gambar 8. Matriks Internal-Eksternal (IE) Sumber: David (2009)
Menurut David (2009), matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan membangun. Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal) dapat menjadi paling sesuai untuk divisi-divisi ini. Kedua, divisi yang masuk ke dalam sel III, V, atau VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi menjaga dan mempertahankan. Penetrasi pasar, dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum digunakan untuk divisi tipe ini. ketiga, rekomendasi yang umum diberikan untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, dan IX adalah panen atau divestasi dengan penciutan dan divestasi sebagai alternatif strategi yang relevan.
56
Organisai yang berhasil mampu mencapai portofolio yang diposisikan dalam atau sekitar sel I dalam matriks IE. 2. Analisis Matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) Menurut David (2009), matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (Strength-Weakness-Opportunity-Threat-
SWOT
Matrix)
adalah
alat
untuk
mencocokkan bagi para manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi: SO (Kekuatan-Peluang-Strength-Opportunity),
WO
(Kelemahan-Peluang-Weakness-
Opportunity), ST (Kekuatan-Ancaman-Strength-Threat), WT (Kelemahan-AncamanWeakness-Threat). Mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci adalah bagian yang paling sulit dalam mengembangkan Matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik, serta tidak ada pencocokkan yang terbaik. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Organisasi pada umumnya akan menjalankan Strategi WO, ST, atau WT agar dapat mencapai situasi di mana perusahaan dapat menerapkan strategi SO. Ketika suatu perusahaan memiliki kelemahan utama, ia akan berusaha mengatasinya dan menjadikannya kekuatan. Ketika sebuah organisasi menghadapi ancaman utama, ia akan berusaha menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Hal ini tidak berarti organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman lingkungan eksternal secara langsung. Strategi WT adalah taktik difensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi yang menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal akan berada pada posisi yang tidak aman. Namun pada kenyataannya, perusahaan harus berusaha untuk bertahan hidup, bergabung, mengurangi ukuran, mendeklarasikan kebangkrutan, atau memilih likuidasi.
57
Matriks SWOT disajikan dalam sel yang terdiri dari Sembilan buah sel. Empat sel faktor kunci, empat sel strategi yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT, dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci, diberi nama S, W, O, dan T. terdapat delapan langkah yang terlibat dalam pembuatan matriks SWOT: 1. Membuat daftar peluang eksternal kunci organisasi. 2. Membuat daftar ancaman eksternal kunci organisasi. 3. Membuat daftar kekuatan internal kunci organisasi. 4. Membuat daftar kelemahan internal kunci organisasi. 5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil strategi SO dalam sel yang ditentukan. 6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil strategi WO dalam sel yang ditentukan. 7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil strategi ST dalam sel yang ditentukan. 8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan. Tujuan dari alat pencocokkan analisis SWOT dan Matriks IE pada tahap ke-dua ini dalam konsep strategi Fred R. David adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak, bukan untuk memilih strategi mana yang terbaik.
58
KEKUATAN
KELEMAHAN
(STRENGTHS-S)
(WEAKNESS-W)
1.
1.
2.
PELUANG (OPPORTUNITIES-O) 1. 2.
Mendaftar peluangpeluang eksternal yang ada.
Mendaftar kekuatan-kekuatan internal perusahaan.
2.
Mendaftar kelemahankelemahan internal perusahaan.
3.
3.
STRATEGI S-O
STRATEGI W-O
Memanfaatkan kekuatan untuk meraih keuntungan dari peluang yang ada.
Memperkecil kelemahan dengan memanfaatkan keuntungan dari peluang.
3. ANCAMAN (THREATS-T) 1. 2. Tuliskan ancaman
STRATEGI S-T Memanfaatkan kekuatan untuk menghindari ancaman.
STRATEGI W-T Memperkecil kelemahan dan menghindari ancaman.
3. Gambar 9. Matriks SWOT Sumber: David dalam Umar (2008)
4.5.3. Tahap Keputusan (Decision Stage) Tahap terakhir dari penyusunan strategi yaitu tahap pengambilan keputusan. Analisis yang digunakan pada tahap ini adalah Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif atau yang disebut QSPM. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM) merupakan tahap ketiga dari
59
kerangka kerja analisis rumusan strategi. Teknik ini secara objektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik. QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang diidentifikasikan sebelumnya (David 2009). QSPM menggunakan input dari analisis tahap I dan hasil pencocokkan dari analisis tahap 2 untuk menentukan secara objektif diantara alternatif strategi. Matriks EFE dan Matriks IFE pada tahap I, Matriks IE dan Matriks SWOT pada tahap II memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan Matriks QSP (tahap III). Format dasar dari QSPM diilustrasikan pada Tabel 12. Kolom kiri QSPM terdiri atas informasi yang didapat langsung dari Matriks EFE dan Matriks IFE. Pada kolom yang berdekatan langsung dengan faktor keberhasilan kunci, masing-masing bobot yang diterima oleh setiap faktor dalam Matriks EFE dan Matriks IFE dicatat. Sedangkan baris atas QSPM terdiri atas alternatif strategi yang diturunkan dari Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks BCG, Matriks IE, dan Matriks Grand Strategy. Berikut adalah langkah-langkah dalam membuat QSPM (David 2009): 1)
Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM.
2)
Memberikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot ini identik dengan yang ada pada Matriks EFE dan IFE. Bobot disajikan dalam kolom persis di samping kanan faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal.
3)
Mengevaluasi matriks tahap 2 (pencocokkan), dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan. Catat strategi-strategi ini pada batas dari QSPM. Kelompokkan strategi ke dalam set yang independen jika memungkinkan.
60
4)
Menentukan nilai daya tarik (Attractiveness Scores-AS) Nilai daya tarik yaitu angka yang mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam set alternatif tertentu. Nilai daya tarik ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing faktor internal atau faktor eksternal kunci. Nilai daya tarik harus diberikan untuk masing-masing strategi untuk mengindikasikan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Jangkauan untuk Nilai Daya Tarik adalah 1= tidak menarik, 2= kurang menarik, 3= cukup menarik, 4= sangat menarik.
5)
Menghitung Total Nilai Daya Tarik Total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness Score-TAS) didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot (langkah 2) dengan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Score-AS) (langkah 4) dalam masing-masing baris. Total Nilai Daya Tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing alternatif strategi, dengan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal yang terdekat. Semakin tinggi Total Nilai Daya Tarik,
semakin
menarik
alternatif
strategi
tersebut
(dengan
hanya
mempertimbangkan faktor keberhasilan kunci terdekat). 6)
Menghitung Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik Tambahkan Total Nilai Daya Tarik dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik (TAS) mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis. Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar merupakan strategi yang paling tepat. Matriks QSPM tersebut dapat dilihat pada Tabel. 12.
61
Tabel 12. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Alternatif Strategi Faktor-faktor Utama
Bobot
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
AS
AS
AS
TAS
TAS
TAS
Faktor-faktor Internal Utama -
Kekuatan
-
Kelemahan
Faktor-faktor Eksternal Utama -
Peluang
-
Ancaman Total
Sumber: David (2009)
62
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Sejarah Singkat E-YOCI Berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP-MIKRO) Nomor: 01977/10-20/Pm/P0/2009 serta Tanda Daftar Perusahaan Nomor: 10.20.5.52. 01575, E-YOCI merupakan Perusahaan Perorangan yang secara legal berdiri pada tanggal 31 Desember 2009. Usaha yang tercatat bernama E-YOCI Homemade Yoghurt ini termasuk ke dalam sub kategori usaha pasca panen peternakan skala kecil-menengah. Berdirinya usaha ini dilatarbelakangi oleh perkembangan pesat sebuah peternakan besar milik H. Eryf yang lebih dikenal dengan nama peternakan Eryf Farm. Eryf Farm itu sendiri merupakan salah satu usaha peternakan yang dilakukan secara wirausaha. Peternakan ini berlokasi di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peternakan ini didirikan pada tahun 1986 di atas lahan seluas ± 1600 m2 dan berada pada ketinggian 900 meter diatas permukaan laut dengan jumlah ternak awal sebanyak 6 ekor. Luas lahan untuk peternakan ± 1600 m2 dan untuk penanaman rumput ± 1 Ha. Jumlah sapi perah sampai bulan Juni 2010 ter catat berjumlah 154 ekor dengan rincian kelompok dewasa berjumlah 105 ekor, sapi dara berjumlah 16 ekor dan pedet berjumlah 33 ekor. Bahkan berdasarkan pemaparan H. Eryf sendiri saat ini sapi perah yang dimilikinya berkembang menjadi sekitar 200 ekor sapi. Mulai tahun 2007 sampai sekarang Eryf Farm bekerjasama dengan PT Cisarua Mountain Dairy (Cimory) sebagai pemasok utama kebutuhan bahan baku susu segar Cimory. Pegawai yang bekerja pada peternakan ini berjumlah 24 orang. Setiap orang pekerja bertanggung jawab atas 8 ekor sapi betina dewasa dengan tugas memerah, memandikan, membersihkan kandang, dan memberi pakan. Selain itu, terdapat 2 orang petugas yang bertanggung jawab atas kandang pedet dan kandang dara. Dengan manajemen usaha yang terkelola dengan baik Eryf Farm berulang kali mendapatkan penghargaan sebagai kontestan ternak dan peternakan terbaik baik di tingkat daerah maupun di tingkat nasional.
Dengan 200 ekor sapi yang dimiliki serta manajemen ternak yang baik Eryf Farm mampu menghasilkan kualitas susu segar premium (premium class) sebanyak kurang lebih 1400 liter per hari. Sebagian besar produksi susu segarnya tersebut disuplai sebagai bahan baku pembuatan yoghurt Cimory berdasarkan kerjasama yang telah disepakatinya, sementara sebagian kecilnya lagi dikelola secara mandiri oleh Eryf Farm, namun demikian pengelolaannya belum berjalan dengan baik. Munculnya inisiatif untuk mengolah susu segar menjadi yoghurt adalah berkat hobi kuliner yang digeluti oleh isteri dari H. Eryf yang bernama Hj. Tuti Sulastri. Dukungan yang kuat dari Hj. Tuti Sulastri untuk memproduksi yoghurt inilah yang kemudian menginisiasi munculnya produk olahan yang dahulu bernama E-Yoghurt yang cukup berkembang pesat hingga kemudian sekarang berdiri menjadi E-YOCI Homemade Yoghurt. Sejak tahun 2009, sebanyak 70 liter susu sengaja diolah menjadi yoghurt dan mulai dipasarkan di lingkungan masyarakat sekitar lokasi usaha. Lokasi usaha yang berada di kawasan wisata Taman Safari dan jalur wisata puncak cukup memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan pemasaran E-YOCI. Peran wisatawan domestik yang berkunjung dan membeli E-YOCI ternyata memberikan efek promosi terhadap E-YOCI ke berbagai kota asal wisatawan berada. Selain pemasaran produk yang dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir, baik kepada masyarakat di sekitar lokasi usaha maupun kepada para wisatawan puncak, pemasaran E-YOCI juga dilakukan melalui beberapa distributor terpilihnya dengan sistem jual-beli terputus di berbagai daerah kota berkembang meliputi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. 5.2. Visi, Misi dan Tujuan E-YOCI Sebagaimana latar belakang penulisan pada penelitian ini, berdirinya usaha mandiri E-YOCI Homemade Yoghurt lebih cenderung dilatarbelakangi oleh kepedulian H. Eryf sebagai pemilik Eryf Farm terhadap kualitas dan kesejahteraan hidup masyarakat sekitar wilayah usaha ternaknya. Sebagaimana manfaat utama dari yoghurt itu sendiri H. Eryf dan manajemen usaha E-YOCI menekankan agar produk yoghurt yang mereka hasilkan mampu menjadi minuman kesehatan yang terjangkau
64
untuk di konsumsi oleh masyarakat pada segmen ekonomi menengah ke bawah. Sehingga secara tertulis visi, misi dan tujuan dari E-YOCI adalah sebagai berikut: •
Visi Mewujudkan peningkatan konsumsi susu dan produk olahan susu perkapita per tahun bagi masyarakat Indonesia untuk menuju sebagai bangsa yang bertaqwa, sehat dan cerdas.
•
Misi 1. Memotivasi tumbuh kembangnya usaha UMKM (Home Industry) di perdesaan untuk mencapai penghasilan dan membuka lapangan kerja. 2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk gemar minum susu dan yoghurt. 3. Menyediakan pangan bergizi dengan terjangkau dalam tangka turut serta mencerdaskan bangsa.
•
Tujuan 1. Untuk meningkatkan nilai tambah hasil produk peternakan (susu). 2. Untuk meningkatkan nilai gizi hasil produk peternakan (susu). 3. Membuka peluang industri pengolahan hasil produk peternakan. 4. Menyediakan pangan menyehatkan yang murah bagi tiap kalangan masyarakat. 5. Turut mencerdaskan kehidupan bangsa.
5.3 Struktur Organisasi E-YOCI Struktur organisasi dalam sebuah perusahaan menjadi sangat penting dalam memberikan kejelasan dalam menentukan pembagian tugas, tanggunga jawab, hubungan kerja, dan batas wewenang masing-masing peran. Struktur organisasi EYOCI relatif masih sangat sederhana, yang hanya terdiri dari pemilik usaha, manajer produksi, dan manajer pemasaran. Hal ini tentu berpengaruh pada kegiatan usaha EYOCI yang mengakibatkan kinerja usaha menjadi kurang optimal. Belum adanya pembagian tugas yang jelas menyebabkan beberapa tenaga kerja merangkap
65
melakukan pekerjaan yang lain. Struktur organisasi E-YOCI dapat dilihat pada Gambar 10. Hal yang dirasakan menjadi faktor utama keberhasilan E-YOCI di masa depan adalah dukungan sumberdaya manusia yang berdedikasi dan professional. Sumberdaya manusia adalah salah satu faktor yang sangat menentukan pertumbuhan usaha E-YOCI. Sumberdaya manusia yang dimiliki E-YOCI tercatat berjumlah 8 orang yang terdiri dari 1 orang pemilik sekaligus manajer umum, 1 orang manajer produksi, 1 orang manajer pemasaran, 1 orang staff pencatatan/administrasi usaha, dan 4 orang karyawan produksi. Tingkat pendidikan rata-rata tenaga kerja E-YOCI adalah 50 persen lulusan sarjana, 12,5 persen lulusan SD, 25 persen lulusan SMP, dan 12,5 persen sisanya lulusan SMA.
Manajer Umum
Manajer Produksi
Bagian Administrasi Usaha
Manajer Pemasaran
Karyawan Produksi Gambar 10. Struktur Organisasi E-YOCI Sumber: E-YOCI Homemade Yoghurt
1) Jam Kerja Produksi Jam kerja untuk tenaga kerja bagian produksi adalah pagi dan sore pada setiap hari Senin hingga Jum’at. Proses produksi berlangsung kurang lebih selama dua sampai tiga jam. Setiap harinya E-YOCI memproduksi yoghurt sejumlah setara 40 hingga 75 liter susu segar. Dari sejumlah susu segar yang diproses tersebut jumlah yoghurt kemasan yang dihasilkan sebanyak 150 bungkus, dimana satu bungkusnya berisi 10 yoghurt stik berukuran 30 mL. Pada hari Jum’at biasanya produksi 66
ditingkatkan hingga dua kali lipat untuk mengantisipasi jumlah permintaan akibat kunjungan wisatawan domestik akhir pekan. Sementara untuk ukuran cup 90 mL dan botol 250 mL E-YOCI melakukan produksinya masih berdasarkan pesanan konsumen atau distributor. Jika ada permintaan khusus dari distributor atau konsumen tertentu proses produksi dilakukan menyesuaikan dengan waktu pemesanan dan pengirimannya. 2) Sistem Upah Sistem pemberian upah didasarkan atas jumlah hari kerja tenaga kerja atau berapa kali tenaga kerja melakukan pekerjaan produksinya selama satu bulan dengan tingkat upah yang disesuaikan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Bogor. Pembayaran upah dilakukan sebulan sekali. Jika ada pekerjaan tambahan atau ada order tambahan maka tenaga kerja akan diberikan bonus atau insentif. Jumlah tenaga kerja upahan disesuaikan dengan banyaknya order yang diterima dari pelanggan. 5.4 E-YOCI Homemade Yoghurt 5.4.1 Pengadaan Bahan Baku Bahan baku pembuatan yoghurt E-YOCI adalah susu sapi segar berkualitas terbaik (premium class) yang diperoleh dari Eryf Farm yang menjadi peternakannya sendiri. Dengan jumlah ternak sebanyak 200 ekor sapi serta memiliki kualitas susu segar yang terbaik, aspek pengadaan bahan baku berupa susu segar dirasa bukan menjadi
hal
yang
mempersulit
proses
produksi.
Namun
demikian
tetap
diperhitungkan dalam pencatatan biaya produksi. Harga susu segar yang digunakan sendiri disesuaikan dengan harga jual susu segar Eryf Farm seharga Rp 7.000,- per liter. Sementara itu, sumber bahan baku lainnya seperti starter bakteri di dapat dari Balai Besar Pasca Panen Produk Pertanian, Cimanggu-Bogor, sedangkan gula, dan bahan baku lainnya dibeli langsung oleh bagian produksi dari toko-toko penjual.
67
5.4.2 Produk dan Proses Produksi Eryf Yoghurt Cisarua atau E-YOCI adalah produk olahan susu berupa yoghurt dengan bentuk kemasan stik berukuran volume 30 mL yang kemudian dikemas kembali per 10 stik yoghurt. Dalam satu bulan, E-YOCI mampu memproduksi yoghurt setara dengan 1.300 liter susu segar. Sementara pada tahun 2009 lalu tercatat dalam setahun E-YOCI mampu menghasilkan yoghurt sebanyak 18.000 L. Keunggulan yang dirasakan dari yoghurt yang dihasilkannya ini bagi konsumen adalah citarasa yoghurt yang benar-benar terasa dengan rasa gurih susu segar yang tetap terjaga. Keunggulan produk tersebut didapat dari proses produksi yang memang dilakukan dengan sangat baik serta disesuaikan dengan standar produksi secara nasional BPOM. Prosedur operasional standar pada proses produksi E-YOCI dapat dilihat pada Lampiran 5. Dalam prosesnya, E-YOCI menyediakan ruang khusus yang selalu terjaga kebersihan dan kehigienisannya. Selain bahan baku dan kemasan, peralatan dan mesin yang digunakan juga menjadi hal penting yang harus dijaga kebersihannya. Bahkan kebersihan dan kesehatan personil/tenaga kerja produksi harus terjaga dengan baik. Disebutkan bahwa kesehatan personil produksi harus selalu dikontrol oleh dokter pemerintah minimal enam bulan sekali. Dan selama menangani proses produksi personil tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan lain di luar SOP yang dapat mengancam kualitas yoghurt yang dihasilkan, seperti merokok, bersin, menggaruk kepala, dan lain-lain. 5.4.3 Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan distribusi produk dari tangan produsen ke tangan konsumen. Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh E-YOCI sejauh ini cenderung lebih bersifat pasif, dimana hanya mengandalkan konsumen yang datang langsung ke lokasi usaha dan secara tidak langsung memanfaatkan efek promosi dari mulut ke mulut yang didapat dari pengalaman konsumsi pengunjung. Dalam perkembangannya E-YOCI kemudian melakukan pemasaran melalui beberapa agen terpilihnya yang berada di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
68
Perkembangan pemasaran selanjutnya diserahkan kepada masing-masing agennya tersebut. Dalam teknisnya, proses pemasaran produk dilakukan dengan sistem FIFO (First In First Out), dimana yoghurt yang diproduksi lebih awal adalah yoghurt yang lebih dahulu dipasarkan. Hal ini dilakukan agar produk selalu terjaga dala kondisi baru. Pengiriman produk ke konsumen menggunakan wadah khusus yang tertutup rapat untuk mencegah terjadinya kontaminasi terhadap produk. Sementara kendaraan yang digunakan untuk pengiriman harus dipastikan dalam keadaan bersih dan tidak tercemar oleh toksin/bau-bauan yang menyengat dan dikhususkan hanya untuk mengirim produk yoghurt. Metode penjualan yang dilakukan E-YOCI adalah penjualan langsung dengan sistem jual-beli putus baik kepada konsumen akhir yang datang langsung ke lokasi usaha maupun kepada para agennya. Bonus seringkali diberikan kepada agen yang dianggap berprestasi dalam usaha penjualannya. Bonus yang diberikannya tersebut biasanya berupa potongan harga dan pemberian sejumlah yoghurt gratis. Adapun upaya yang dilakukan E-YOCI dalam proses promosi produknya adalah dengan mengikuti pameran, membuat katalog, brosur dan leaflet sederhana, serta pembuatan website. Bahkan dalam beberapa kesempatan E-YOCI mendapat kunjungan dari media massa yang hendak meliput keberadaan usaha E-YOCI. Hal tersebut tentu secara tidak langsung membawa efek positif terhadap pemasaran E-YOCI. Tercatat tabloid Wirausaha serta Agrina pernah berkunjung dan meliput keberadaan usaha EYOCI. Namun demikian dirasakan hal tersebut belum sepenuhnya berdampak maksimal pada penjualan E-YOCI.
69
VI. FORMULASI STRATEGI PEMASARAN 6.1
Analisis Lingkungan Internal Identifikasi faktor-faktor lingkungan internal merupakan identifikasi aspek-
aspek yang mempengaruhi perusahaan yang meliputi aspek manajemen, pemasaran, keuangan dan akuntansi, produksi dan operasi, serta sistem informasi manajemen operasi. Identifikasi aspek-aspek tersebut ditujukan untuk mendapatkan faktor strategis internal yang mempengaruhi perusahaan berupa kekuatan dan kelemahan. 6.1.1
Manajemen Untuk dapat membantu perusahaan mencapai hasil yang maksimum dari
usaha yang dijalankan diperlukan manajemen usaha yang baik yang memiliki perencanaan usaha yang matang. Sebagai sebuah unit bisnis, E-YOCI tentu tidak lepas dari perencanaan untuk meraih dan meningkatkan keuntungan usaha. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan menghasilkan produk yang berkualitas dan bermutu dengan harga yang terjangkau oleh konsumen. Diperlukan suatu organisasi yang terencana untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan bermutu. Pengorganisasian yang dimiliki E-YOCI relatif sederhana dimana terdapat kepala direktur/pemilik usaha yang bertanggung jawab terhadap seluruh fungsi organisasi perusahaan, manajer produksi yang bertanggung jawab mengelola fungsi produksi, manajer pemasaran yang bertanggung jawab terhadap fungsi peasaran, dan bagian administrasi perusahaan yang membantu mengelola administrasi perusahaan. Pemilik usaha sebagai penentu kebijakan dalam perjalanan usahanya berhak menentukan kualifikasi karyawan dalam proses perekrutan SDM. Karyawan kemudian diposisikan sesuai dengan keahliannya masing-masing guna mencegah terjadinya kelalaian dalam menjalankan tugasnya dan menjamin profesionalisme tenaga kerja yang lebih baik. Pada umumnya tenaga kerja yang dimiliki E-YOCI berasal dari lingkungan sekitar perusahaan itu sendiri, namun dalam proses perekrutannya tetap memperhatikan kriteria-kriteria yang disesuaikan dengan posisi
yang dibutuhkan. Tabel 13, menunjukkan jumlah dan kualifikasi SDM E-YOCI Tahun 2009-2010. Tabel 13. Jumlah dan Kualifikasi SDM E-YOCI 2009-2010 Kualifikasi
Jumlah (Orang)
Keterangan
SD
1
Produksi
SMP
2
Produksi
SMA/SMK
1
Produksi
Diploma
-
-
Sarjana
4
Manajerial Usaha -
Pemilik (1)
-
Produksi (1)
-
Pemasaran (1)
-
Administrasi Usaha (1)
Sumber: Profil Usaha E-YOCI Homemade Yoghurt (2010)
Selain sejumlah SDM di atas, E-YOCI seringkali merekrut tenaga kerja yang sifatnya tidak tetap yang biasanya berasal dari karyawan Eryf Farm atau dari kelembagaan kelompok tani binaan. Penambahan jumlah tenaga kerja biasanya dikhususkan pada lini produksi dan dilakukan pada saat terjadi peningkatan jumlah produksi berdasarkan permintaan yoghurt dari para pelanggan atau distributor wilayah tertentu. Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf dan pengendalian. Dari ke lima fungsi manajemen tersebut E-YOCI telah melakukan beberapa aktivitas manajemen diantaranya adalah melakukan fungsi perencanaan dengan penetapan sasaran produk yang akan dipasarkan. Sebagaimana tujuan yang telah ditetapkan
71
perusahaan, E-YOCI berusaha menjangkau sasaran pasar menengah ke bawah. Dari sasaran yang telah ditentukan itu kemudian manajemen melakukan proyeksi penjualan yang dianggap tepat untuk ke depannya. Meski tidak dilakukan secara kontinu hal ini dianggap mampu menjadi kontrol terhadap aktivitas perusahaan. Sedangkan untuk fungsi pengorganisasian E-YOCI hanya melakukan beberapa aktivitas manajerial seperti koordinasi antar fungsi dan pekerjaan serta melakukan deskripsi pekerjaan. Aktivitas manajerial dalam menjalankan fungsi pemberian motivasi dan pengelolaan staf yang dilakukan E-YOCI adalah dengan melakukan komunikasi intensif antara pimpinan dan karyawan serta melakukan penggajian karyawan sesuai dengan prestasi kerja, memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan karyawan, serta memberikan tunjangan atau bonus untuk meningkatkan kinerja yang baik agar tercipta iklim kerja yang kondusif dan produktif. Fungsi pengendalian dilakukan untuk memastikan bahwa hasil aktual konsisten dengan hasil yang direncanakan, seperti pengecekan terhadap produk yang dihasilkan tiap proses produksi, pengecekkan terhadap catatan penjualan dan proses pengiriman produk hingga ke tangan konsumen. Namun demikian hal yang justru dianggap menjadi kekuatan bagi E-YOCI adalah kemampuan manajemen dalam menjalin hubungan baik dengan para stakeholder, terlebih pada kelembagaan tani dan ternak serta institusi pemerintah. Berikut ini Tabel 14, menunjukkan kelembagaan mitra tani yang dimiliki oleh EYOCI.
72
Tabel 14. Kelembagaan Mitra Tani E-YOCI No.
Kelembagaan
Bentuk Kemitraan
Tahun
1.
KT. Bina Warga
Pembinaan
2008-2010
2.
KT. Taruna Tani Wanita Bina Pembinaan
2008-2010
Karya 3.
P4S
Pembinaan
2010
4.
IPB
Pembinaan
2008
5.
PPHP Deptan
Pembinaan
2008
6.
Balitnak Ciawi
Pembinaan
1992
Sumber: Profil Usaha E-YOCI Homemade Yoghurt (2010)
6.1.2 Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan distribusi produk dari tangan produsen ke tangan konsumen. Proses pemasaran meliputi aspek perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi dari gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan perseorangan dan organisasi. Pemasaran juga menjadi salah satu upaya perusahaan untuk mempertahankan keberadaan produk, terlebih lagi dalam kondisi permintaan pasar yang tidak stabil serta munculnya pesaing-pesaing baru di samping pesaing-pesaing yang sudah ada dalam industri yoghurt yang jelas menimbulkan persaingan yang tajam diantara perusahaan produk sejenis. Walaupun pemasaran seringkali berfokus pada transaksi tunggal atas suatu produk, perspektif jangka yang lebih panjang telah menjadi sama pentingnya bagi keberhasilan pemasaran. Hal inilah yang banyak diupayakan oleh E-YOCI dalam menjamin proses pemasaran serta tingkat penjualan perusahaan. Manajemen perusahaan lebih menekankan pada hubungan yang terus berlanjut baik dengan pelanggan maupun pemasok bukan sekedar pada satu ransaksi tunggal saja.
73
Dengan hubungan yang lebih kuat baik pada pertalian ekonomi maupun sosial perusahaan dapat menghasilkan kepuasan dan retensi pelanggan pada tingkatan yang lebih tinggi dan lebih lama.5 Selain itu, untuk membantu membentuk masa depan perusahaan, tidak jarang manajemen melakukan beberapa terobosan dengan melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang secara tidak langsung memberikan pengaruh positif terhadap pemasaran produknya. Tercatat E-YOCI mengikuti beberapa kegiatan pameran di beberapa instansi seperti IPB, Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Lebih dari itu E-YOCI beberapa kali mengadakan acara makan yoghurt dan minum susu gratis di beberapa institusi pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga universitas. Namun demikian kegiatan pemasaran E-YOCI tidak kemudian berjalan dengan baik. Sistem pemasaran pada E-YOCI masih terbatas dan cenderung pasif, karena hanya mengandalkan pelanggan yang sekaligus berperan sebagai distributor terputus. Dalam menjalankan usahanya E-YOCI belum memiliki rancangan strategi pemasaran yang baku, hal ini disebabkan belum adanya perencanaan pemasaran yang baik. Keterbatasan tenaga pemasar atau penjual juga menjadi salah satu diantara penyebabnya. Sejauh ini E-YOCI hanya mengandalkan seorang tenaga penjual yang sekaligus merupakan manajer pemasaran. Manajer pemasaran ini melakukan semua fungsi pemasaran seperti menjual dan mendistribusikan produk hingga mencari pelanggan baru. Keadaan ini menyebabkan kegiatan pemasaran menjadi tidak efektif dan efisien. Untuk melihat aspek manakah dari pemasaran yang termasuk ke dalam kekuatan atau kelemahan, harus dianalisis terlebih dahulu melalui beberapa faktor pendukung dalam bauran pemasaran.
_____________________________ 5 Philip Kotler, Marketing Management, Millenium ed. (Upper Saddle River, NJ:Prentice Hall, 2000) hal. 50-54 [diakses 21 November 2010]
74
1. Segmentation, Targeting, dan Positioning (STP) Tenaga-tenaga pemasaran telah lama menyadari bahwa suatu produk tidak dapat ditujukan untuk semua orang. Pembeli memiliki selera, minat, sasaran, gaya hidup, dan hal lain yang berbeda. Diantara hal-hal tersebut, kemunculan konsep pemasaran dan kesadaran akan kebutuhan dan keinginan konsumen membuat tenagatenaga pemasaran berpikir dalam kaitan langsung dengan pemasaran bersasaran. Pemasaran bersasaran ini jelas membutuhkan segmentasi pasar, yaitu pembagian suatu pasar ke dalam kategori jenis atau segmen pelanggan yang bersifat homogen. Segmentasi pasar merupakan pembagian suatu pasar ke dalam kategori atau segmen pelanggan tertentu. Segmentasi pasar yang dilakukan oleh E-YOCI adalah berdasarkan variabel psikografis yang terdiri atas aspek gaya hidup, pendapat, minat, dan sikap. Gaya hidup sehat menjadi fokus utama pemasaran E-YOCI. Budaya kerja yang aktif dan dinamis menuntut setiap orang untuk selalu menjaga kesehatannya agar tidak mudah terkena penyakit. Salah satunya dengan menjaga kebutuhan gizi yang cukup setiap hari. Sebagai sumber minuman yang mengandung gizi yang baik, yoghurt dapat dijadikan minuman selingan bagi konsumen yang membutuhkan minuman bergizi yang praktis untuk dibawa dan dikonsumsi guna menunjang aktivitas sehari-hari. Yoghurt termasuk jenis minuman ringan yang dapat dikonsumsi sepanjang tahun dengan target pasar yang cukup luas mulai dari anak-anak, orang dewasa hingga orang tua. Yoghurt memiliki kualitas yang baik dengan target pasar untuk semua umur dari golongan ekonomi manapun. Berdasarkan daerah pemsarannya maka E-YOCI masih memasarkan produknya di pasar domestik. Sementara target pasar E-YOCI selanjutnya adalah perumahan, sekolah, dan perkantoran. E-YOCI memasarkan produk dengan harga yang relatif murah serta memiliki kualitas dari segi citarasa yang baik jika dibandingkan dengan produk sejenis yang ada di pasaran. Perluasan pangsa pasar konsumen menengah ke bawah ini perlu difokuskan oleh perusahaan karena peluang untuk berkembang dan eksis untuk pasar ini sangat besar. Perusahaan dirasa mampu menjadi spesialisasi pada segmen pasar
75
tersebut. Citra produk yang dibentuk adalah produk berkualitas dengan harga yang terjangkau/murah. Untuk menentukan segmentasi dan target perusahaan yang tepat, harus dilakukan dengan hati-hati dan didukung dengan penempatan suatu posisi produk individu yang cermat. Segmentasi pasar yang dilakukan E-YOCI merupakan kekuatan, dimana segmentasi berdasarkan psikografis merupakan salah satu segmen yang ditunjuk sebagai konsumen akhir. Target perusahaan yang fokus menjadi kekuatan perusahaan karena perusahaan akan berusaha memenuhi dan melayani permintaan konsumen dengan sebaik mungkin, sedangkan citra produk islami dan kualitas yang baik merupakan kekuatan dala penentuan posisi pasar. 2.
Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Dalam merencanakan dan melaksanakan strategi pemasaran, para manajer
bergantung pada empat komponen dasar yang membentuk bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran yaitu variabel-variabel pemasaran yang dapat dikontrol, yang akan dikombinasikan perusahaan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Dalam bauran peasaran terdapat empat variabel pemasaran yang harus dikontrol, yaitu product, price, place and promotion (4P). 1) Bauran Produk Pemasaran tentu saja dimulai dengan produk barang, jasa, atau gagasan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan deikian menyusun dan mengembangkan produk-produk baru itu merupakan tantangan bagi tenaga pemasaran yang harus selalu mempertimbangkan faktor perubahan, seperti teknologi, keinginan dan kebutuhan konsumen, serta kondisi ekonomi yang selalu berubah. Sepanjang
setahun ke belakang E-YOCI secara kontinu memproduksi yoghurt
dengan bentuk kemasan stik. Menjelang akhir tahun 2010 ini berbagai upaya telah dilakukan untuk melakukan diversifikasi bentuk kemasan seperti bentuk cup dan botol, namun semua itu masih mengalami berbagai hambatan terutama dari segi bahan baku kemasannya.
76
Merek dagang menjadi hal yang penting atas keberadaan suatu produk. Pemberian merek produk merupakan salah satu teknik kebijakan produk yang mendasari strategi pemasaran. Dengan pemberian merek konsumen dapat dengan mudah mengingat, membaca, dan membedakan produk yang satu dengan yang lain. Merek dagang E-YOCI diambil dari singkatan Eryf Yoghurt Cisarua, dimana Eryf merupakan pemilik dari peternakan yang menjadi cikal bakal berdirinya E-YOCI, Yoghurt merupakan jenis produk yang dihasilkan, dan Cisarua adalah lokasi usaha berdiri. Sejauh ini E-YOCI mengemas yoghurtnya dalam bentuk stik berukuran 30 mL, berikutnya dikemas ulang per sepuluh stik yoghurt dengan kemasan plastik berdesain label sederhana yang memuat nama produk atau perusahaan, jenis rasa, komposisi produk, harga jual produk, serta alamat perusahaan. Ada tujuh varian rasa yang ditawarkan E-YOCI kepada konsumennya yaitu rasa Strawbery, Anggur, Leci, Melon, Jeruk, Durian, Sirsak, dan Nanas. Selain keunggulan pada varian rasa, E-YOCI juga memiliki citarasa yoghurt yang khas dimana rasa gurih susu segarnya tetap dipertahankan tanpa ada bahan pengental. Kekentalan yoghurt yang dihasilkan memang murni berasal dari susu segarnya tersebut. Tentunya proses tersebut dilakukan dengan tetap menjaga kualitas yoghurt yang disesuaikan dengan aturan pengawasan BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan), walaupun sampai saat ini E-YOCI masih belum mendapatkan izinnya, hanya masih dalam proses sertifikasi. Untuk memastikan kualitas produk yang baik E-YOCI telah melalui uji mutu produk yang dilakukan di Balai Pengujian Mutu Produk Peternakan yang terletak di jalan Pemuda, Bogor. Kualitas yoghurt yang baik juga akan tergantung pada kualitas dari susu segar yang digunakan sebagai bahan baku pembuatannya. Tabel 13, menunjukkan kualitas susu segar E-YOCI berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI).
77
Tabel 15. Angka Kualitas Susu Segar E-YOCI Berdasarkan SNI Kriteria
E-YOCI
SNI
Uji Organoleptik
Normal
Normal
Kotoran/Benda Asing
Tidak Ada
Tidak Ada
Bobot Jenis (27,50C)
1,026
1,026-1,028
Kadar Alkohol
Negatif
Negatif
Kadar Lemak
4,1
Min 3,0
Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak
8,21
Min 8,0
Tingkat Keasaman
6,66
4,4-7,0
Jumlah Bakteri Cemaran
160.000/ml
Maks. 3x106/ml
Sumber: Profil Usaha E-YOCI Homemade Yoghurt (2010)
Setiap harinya, dari hari senin hingga jum’at E-YOCI melakukan dua kali proses produksi pagi dan sore. Setiap kali produksi menghabiskan rata-rata susu segar sebanyak 70 hingga 75 liter. Dari sejumlah susu segar tersebut E-YOCI menghasilkan 150 bungkus E-YOCI yang berisi 10 stik yoghurt per bungkusnya. Umumnya daya tahan yoghurt yang dihasilkan mencapai 2-4 bulan jika disimpan dalam freezer. Secara keseluruhan bauran pemasaran dengan variabel produk menjadi kekuatan perusahaan, hal ini disebabkan karena E-YOCI sendiri memiliki keunggulan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. 2) Bauran Harga Menentukan harga produk atau memilih harga jual yang paling sesuai merupakan tindakan penyeimbang. Di satu sisi, harga harus mendukung beragam biaya: biaya operasi, administrasi, dan riset organisasi sendiri selain biaya pemasaran seperti promosi dan gaji tenaga pemasar. Di sisi lain, harga tidak dapat terlalu tinggi karena konsumen dapat berpaling ke produk-produk pesaing. Penetapan harga yang berhasil berarti mencari harga yang menguntungakan di antara kedua kebutuhan
78
tersebut. Strategi harga merupakan elemen pokok bauran pemasaran yang penting, karena pengaruhnya langsung terhadap jumlah hasil penjualan dan tingkat keuntungan yang diterima perusahaan. Strategi bauran harga meliputi strategi penetapan harga, tingkat harga, potongan harga serta syarat-syarat pembayaran. Penetapan harga selalu menjadi masalah bagi setiap perusahaan karena penetapan harga ini bukanlah kekuasaan atau kewenangan yang mutlak dari pengusaha. Peranan penetapan harga akan menjadi sangat penting terutama dalam keadaan persaingan usaha yang semakin kompetitif dengan permintaan yang terbatas. Dalam penetapan harga perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik langsung maupun tidak langsung. Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah harga bahan baku, biaya produksi, biaya pemasaran, adanya peraturan pemerintah dan faktor lainnya. Sementara faktor tidak langsung namun erat hubungannya dengan penetapan harga adalah harga produk sejenis yang dijual oleh para pesaing, pengaruh harga terhadap hubungan antara produk substitusi dan produk komplementer, serta potongan (discount) untuk para penyalur dan konsumen. Dalam penentuan harga produk yoghurt E-YOCI menerapkan metode penetapan harga berdasarkan harga bahan baku dan biaya produksi yang kemudian ditambahkan dengan sejumlah mark-up atau marjin keuntungan yang diinginkan. EYOCI menjumlahkan semua harga pokok produksinya terlebih dahulu, lalu menambah jumlah tertentu (mark up) pada harga pokok produksi yang kemudian menjadi harga jual produk. Dengan demikian strategi harga yang dipakai adalah cost plus pricing. Kebijakan harga ini tentu harus disertai dengan perbaikan kualitas dan inovasi yang terus menerus untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Harga jual E-YOCI dibedakan menjadi dua kategori yaitu harga konsumen dan harga distributor. Harga produk yang ditetapkan oleh E-YOCI untuk konsumennya ditentukan dengan harga eceran tertinggi seharga Rp. 10.000,-. Sementara untuk harga distributor E-YOCI sengaja memberikan rentang harga yang cukup jauh yaitu sebesar Rp. 6000,- Selain itu E-YOCI juga memberikan potongan harga atau discount kepada distributornya dengan syarat dan ketentuan penjualan tertentu yang telah disepakati,
79
tidak jarang juga terdapat sejumlah bonus berupa pemberian sejumlah yoghurt gratis atas penjualan yang dianggap prestatif kepada distributornya. Penetapan harga ini dianggap murah mengingat kualitas/citarasa yoghurt yang memang baik di mata konsumennya, sehingga variabel harga produk ini juga menjadi salah satu kekuatan bagi perusahaan. 3) Bauran Distribusi Dalam bauran pemasaran, menempatkan suatu produk ke tempat yang sesuai memerlukan keputusan mengenai sejumlah aktivitas distribusi yang keseluruhannya berkaitan dengan cara menyampaikan produk tersebut dari produsen ke konsumen. Misalnya keputusan mengenai pilihan transportasi, pergudangan dan pengendalian persediaan. Perusahaan harus membuat keputusan mengenai saluran yang akan digunakan untuk mendistribusikan produknya kepada konsumen. Saluran distribusi dibutuhkan terutama karena adanya perbedaan yang menimbulkan kesenjangan (gap) diantara produksi dan konsumsi. Perbedaan tersebut berupa perbedaan jarak geografis yang disebabkan perbedaan tempat pemusatan produksi dengan konsumen yang tersebar dimana-mana, sehingga jarak yang semakin jauh menimbulkan peranan lembaga penyalur menjadi bertambah penting. Suatu perusahaan dapat menentukan penyaluran produknya melalui pedagang besar atau distributor yang akan menyalurkannya ke pengecer (retailer), yang menjual produk langsung kepada konsumen. Walaupun demikian, perusahaan dapat langsung menjual produknya kepada pengecer atau konsumen akhir secara langsung. Hal inilah yang dilakukan E-YOCI dalam measarkan produknya. Lokasi usaha E-YOCI yang berada di jalur wisata puncak dan Taman Safari Bogor dianggap sangat strategis untuk dapat melakukan ketiga saluran pemasaran tersebut. Sejauh ini perusahaan lebih banyak memanfaatkan keberadaan lokasi usaha yang strategis tersebut untuk dapat menarik konsumen yang sebagian besarnya merupakan wisatawan domestik puncak dan Taman Safari Bogor. Bahkan tidak jarang dari kunjungan wisatawan tersebut perusahaan memperoleh pelanggan yang selanjutnya menjadi agen E-YOCI.
80
Namun demikian diantara kemudahan tersebut sarana dan prasana distribusi yang belum memadai menjadi hambatan utama perusahaan dalam menjangkau konsumen yang lebih luas. Selama ini E-YOCI secara pasif mendistribusikan produknya kepada konsumen, dalam arti perusahaan lebih banyak mengandalkan kunjungan langsung dari para pelanggannya ke lokasi usaha mereka. Sehingga ketiadaan sarana dan prasarana distribusi yang memadai ini menjadi salah satu kelemahan E-YOCI dalam memasarkan produknya. 4) Bauran Promosi Komponen bauran pemasaran yang paling terlihat nyata tidak lain adalah promosi, yang mengacu pada teknik-teknik untuk mengkomunikasikan informasi mengenai produk. Selain bertujuan memberitahukan dan mengingatkan konsumen akan keberadaan produk, promosi juga digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualan dengan cara meraih pembeli atau pelangga baru yang belum terjangkau oleh tenaga pemasar yang telah ada. Kegiatan pemasaran yang dilakukan sejalan dengan rancangan pemasaran secara keseluruhan serta direncanakan akan diarahkan dan dikendalikan dengan baik, diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan penjualan dan market share. Selain itu kegiatan promosi ini juga diharapkan akan dapat mempertahankan ketenaran merek (brand) selama ini di benak konsumen dan bahkan perlu ditingkatkan lagi. Kegiatan promosi yang dilakukan E-YOCI sejauh ini tergolong baik. Selain melalui brosur, leaflet, spanduk, banner, dan stiker kegiatan promosi umumnya dilakukan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan bazaar dan pameran-pameran dagang. Tercatat E-YOCI pernah mengikuti beberapa kali kegiatan bazaar dan pemeran di Institut Pertanian Bogor (IPB), Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, dan Pemerintah Kabupaten Bogor. Selain itu juga terdapat website yang dapat diakses oleh konsumen melalui internet walaupun dengan tampilan yang relatif sederhana. Beberapa distributor bahkan dipercayakan untuk membuat weblog sendiri yang berguna sebagai toko online. Bahkan dalam perjalanannya belakangan ini beberapa media masa sempat meliput keberadaan usaha E-YOCI sebagai usaha kecil yang cukup berkembang dengan pesat. Tercatat tabloid Wirausaha dan Agrina pernah melakukan 81
wawancara dengan manajemen usaha E-YOCI baik tentang ikhwal keberadaan EYOCI maupun Eryf Farm itu sendiri. Hal ini secara tidak langsung berdampak positif bagi pemasaran produk E-YOCI. Secara umum kegiatan promosi penjualan yoghurt E-YOCI lebih menekankan promosi dengan mengandalkan citra produk yang sehat dan bergizi serta diolah secara higienis untuk menarik konsumennya. Metode promosi yang dianggap banyak membantu proses pemasaran E-YOCI adalah penggunaan media internet melalui promosi-promosi dari website yang dibuatnya. Salah satu weblog distributor yang cukup memberikan kontribusi yang signifikan bagi pemasaran E-YOCI adalah eslilinyoghurt.wordpress.com milik salah satu distributor utama di Jakarta yang bernama Bapak Ady Cahyadi. Bahkan beberapa media massa yang pernah berkunjung untuk meliput keberadaan usaha E-YOCI adalah hasil rekomendasi dari eslilinyoghurt tersebut. Tidak jarang pesanan-pesanan dalam jumlah besar juga datang dari weblog miliknya. Meningkatnya jumlah pemakai internet dari tahun ke tahun yaitu meningkat dari 110.000 orang pemakai pada tahun 1996 menjadi 25.000.000 orang pemakai pada tahun 2007 menjadi faktor potensial akan strategisnya metode promosi berbasis internet pada pemasaran suatu produk (emarket). Kondisi ini menjadi salah satu kekuatan bagi E-YOCI yang memasarkan produknya. 6.1.3
Keuangan dan Akuntansi Keuangan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam setiap
usaha, begitupun dengan E-YOCI. Berdasarkan pengamatan dan analisis sikap organisasi E-YOCI serta hasil wawancara dengan pemilik dan manajemen usahanya, kondisi keuangan E-YOCI cukup baik karena karena didukung oleh modal sendiri dari usaha peternakan Eryf Farm dan tidak memiliki beban hutang. Sumber dana permodalan awal usaha E-YOCI adalah modal pribadi dari pemilik Eryf Farm. Selanjutnya sumber dana berkembang dari hasil perputaran kas penjualan yoghurt EYOCI itu sendiri. Kecukupan modal usaha yang berasal dari kemampuan pribadi milik Eryf Farm serta perputaran kas penjualan yang baik menjadikan aspek
82
permodalan tidak terlalu menjadi penghambat pengembangan pemasaran E-YOCI. Bahkan beberapa kali tawaran-tawaran pinjaman kredit usaha dari berbagai lembaga pembiayaan usaha baik bank maupun lembaga keuangan non bank secara tegas ditolak oleh manajemen usaha. Tercatat modal awal dan kekayaan bersih perusahaan (tidak termasuk tanah dan bangunan) adalah sebesar Rp. 30.000.000,-. Dengan modal sebesar itulah sampai saat ini E-YOCI berkembang. E-YOCI melakukan pencatatan keuangan secara sederhana, meliputi garis besar mengenai penerimaan dan pengeluaran perusahaan saja, dan belum menerapkan sisitem akuntansi dan penyimpanan data dalam komputer. Namun demikian keberadaan bagian administrasi perusahaan yang dipegang oleh petugas penyuluh lapang desa setempat cukup menjadi kontrol untuk membantu sistem pencatatan akuntansi yang dimiliki E-YOCI. Keberadaan petugas penyuluh desa sebagai pemegang administrasi usaha sengaja direkrut untuk membantu perjalanan usaha EYOCI. 6.1.4
Produksi dan Operasi Proses produksi E-YOCI dimulai dari pengadaan bahan baku yang langsung
di dapat di lokasi usaha karena berasal dari peternakan sendiri, hingga kemudian menghasilkan produk siap jual yang dikemas dalam kemasan plastik berbentuk stik. Yoghurt yang dihasilkan memiliki beberapa rasa, yaitu rasa strawberi, anggur, melon, jeruk, leci, sirsak, nenas, dan durian. Tidak seperti produk sejenis lain yang dalam satu kemasan berisi beberapa jenis rasa, E-YOCI mengemas 10 stik yoghurt dengan rasa sejenis dalam satu kemasan pak. Selain varian rasa yang banyak, keunggulan produk terdapat pada citarasa yoghurt yang benar-benar terasa serta rasa gurih susu segar yang tetap terjaga. Hal ini disebabkan pengolahan produksi yoghurt yang dilakukan murni berbahan baku utama susu sapi segar, tanpa adanya zat pengental berupa tepung yang umum dipakai di beberapa produk sejenis. Selain itu keunggulan produk juga terlihat pada kandungan empat bakteri positif yang terdapat pada E-YOCI, yaitu Lactobacillus bulgaricus,
83
Streptococcus thermophillus, Lactobacillus achidophillus, dan Bifido bacterium yang berguna bagi kesehatan pencernaan. Proses produksi dilakukan E-YOCI dengan menekankan aspek kebersihan dan kehigienisan baik pada tempat, personil, maupun operasi produksinya. Hal ini sesuai dengan prosedur operasional standar (SOP) yang ditetapkan oleh E-YOCI. Tingkat kehigienisan yoghurt E-YOCI juga didukung oleh pengadaan bahan baku yang fresh langsung dari peternakan sendiri dengan satu kali pemindahan, sehingga kualitas susu segar sebagai bahan baku utama trejaga dengan baik. Namun demikian diantara sejumlah keunggulan tersebut, hal yang menjadi kekurangan sekaligus kelemahan EYOCI adalah ketiadaan sertifikasi BPOM dan sertifikasi halal pada produk. Dan ini sangat berpengaruh signifikan terhadap preferansi konsumen terhadap produk sejenis. 6.1.5
Sistem Informasi Manajemen Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, sistem informasi manajemen E-
YOCI dilakukan secara sederhana. Pertukaran informasi antar fungsi organisasi relative berjalan dengan lambat. Standar operasional prosedur baru terlihat pada fungsi produksi, sementara pada fungsi pemasaran relatif belum memiliki standar baku. Data-data penting yang dimiliki perusahan belum tersimpan secara penuh dan masih tersebar di beberapa fungsi sehingga masih sulit untuk diakses oleh tiap-tiap fungsi tersebut. Antara pemilik, manajer, serta karyawan umumnya berkomunikasi dengan beberapa cara, yaitu komunikasi langsung, email dan telepon. Untuk komunikasi antara unit pengolahan, pemasaran, dan distributor dilakukan dengan kunjungan langsung atau melalui telepon. Identifikasi terhadap lingkungan internal pemasaran perusahaan dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam memasarkan produknya. Identfikasi faktor-faktor internal diperoleh melalui wawancara atau diskusi dengan pihak manajemen perusahaan, memberikan kuisioner , dan melihat data-data internal perusahaan. Identifikasi faktor-faktor kekuatan dan kelemahan utama yang dimiliki oleh E-YOCI dapat dilihat pada Tabel 16.
84
Tabel 16. Faktor-faktor Kekuatan dan Kelemahan Pemasaran E-YOCI Faktor Internal
Kekuatan
a.
- Kemampuan bermitra dengan -
Manajemen
Kelemahan
Kelembagaan Tani/Ternak - Visi dan misi usaha yang jelas b.
Pemasaran - STP - Marketing Mix
- STP yang jelas
•
Produk
- Citarasa yoghurt yang khas
•
Harga
- Harga yang relatif murah
•
Distribusi
- Lokasi usaha yang strategis
•
Promosi
- Kemasan
produk
yang
memiliki
label
sederhana - Belum
BPOM dan Halal - Sarana prasarana distribusi yang belum memadai - Belum
memiliki
pemasaran/transaksi
sistem yang
baku - Kurangnya
tenaga
pemasaran yang andal - Sistem bonus yang tidak baku. c. Keuangan
dan -
- Sistem akunting yang belum
Akuntansi
baik dan - SOP produksi yang jelas
d. Produksi
-
Operasi e. Sistem
Informasi .
Manajemen
- Komunikasi antar fungsi relatif lambat dan sederhana
85
6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Analisis terhadap lingkungan eksternal perusahaan dilakukan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dapat mempengaruhi keberadaan perusahaan. Analisis lingkungan eksternal penting dalam merumuskan strategi pemasaran karena dengan mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dalam pemasaran, perusahaan dapat memanfaatkan peluang dan mengantisipasi ancaman yang ada demi keberlangsungan pencapaian tujuan perusahaan. Analisis lingkungan eksternal kemudian terbagi ke dalam dua kategori, yaitu lingkungan eksternal mikro dan lingkungan eksternal makro. 6.2.1
Lingkungan Eksternal Mikro Identifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal mikro merupakan identifikasi
aspek-aspek yang mempengaruhi kemampuan fungsi pemasaran untuk melayani konsumen Analisis lingkungan eksternal mikro ini mencakup identifikasi terhadap kondisi perusahaan (Company), pemasok, perantara pemasaran, pelanggan, pesaing dan publik dalam lingkup industri. Identifikasi terhadap aspek-aspek tersebut dipaparkan sebagai berikut: 2.
Perusahaan Posisi E-YOCI dalam lingkup industri dapat dikategorikan sebagai penantang
pasar. Keunggulan dalam hal keuangan dan bahan baku memungkinkan E-YOCI menerapkan strategi kompetitif baik dengan cara menyerang pemuka maupun pesaingnya atau mengikuti strategi pesaing. Kecenderungan aktivitas strategi yang dilakukan E-YOCI adalah dengan mengadopsi strategi-strategi yang dilakukan oleh pesaing dan melakukan inovasi di dalamnya. Hal ini terlihat dari strategi bauran pemasaran yang dilakukannya. Keberadaan E-YOCI sebagai penantang pasar menjadi ancaman besar bagi pesaing-pesaing industri setempat yang relatif kecil. Biasanya pesaing-pesaing kecil ini mengalami kesulitan dalam hal keuangan dan dalam memberikan pelayanan pada pelanggan.
86
3.
Pemasok Fungsi produksi dan pemasaran menjadi dua hal yang sangat terkait satu sama
lain. Produksi akan berjalan dengan baik jika kinerja pemasaran mampu memastikan permintaan produk yang baik pula. Begitupun sebaliknya, aktivitas pemasaran akan berjalan dengan baik jika didukung oleh ketersediaan dan kontinuitas produksi yang baik. Sehingga menjadi sangat relevan jika kondisi pemasok bahan baku produksi yang mempengaruhi aktivitas produksi juga mempengaruhi aktivitas pemasaran. Sejauh ini kebutuhan bahan baku produksi E-YOCI secara umum dapat terpenuhi dengan baik. Kebutuhan susu segar secara mandiri mampu dipenuhi oleh Eryf Farm sebagai induk usaha E-YOCI. Bahan baku kemasan berupa plastik, cup, dan botol relatif mudah didapat karena tersedia dalam berbagai alternatif oleh beberapa perusahaan di pasaran. Bahan baku berupa starter bakteri didapat dengan mudah melalui jalinan kerjasama Eryf Farm dan manajemen usaha yang baik dengan Balai Besar Pasca Panen Produk Peternakan, Cimanggu-Bogor. Sementara bahan baku lainnya secara umum cukup banyak tersedia di pasaran. Identifikasi kondisi pemasok dalam konteks persaingan dengan perusahaan sejenis akan dibahas lebih lanjut pada sub-bab pesaing berdasarkan analisis Lima Kekuatan Bersaing Porter. 4.
Perantara Pemasaran Selain melakukan penjualan langsung kepada konsumen akhir, E-YOCI
melibatkan perantara pemasaran (marketing intermediaries) melalui beberapa agen individu. Lokasi yang terpilih untuk penempatan agen-agen tersebut adalah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Hal ini didasarkan pada pertimbangan jarak lokasi dan pengetahuan masyarakat terhadap yoghurt. Masyarakat pada daerah-daerah tersebut dianggap lebih memiliki pengetahuan yang cukup mengenai perkembangan produk yoghurt, serta memiliki perhatian yang lebih terhadap perkembangan gaya hidup sehat sebagai tren hidup yang berkembang saat ini yang turut mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap yoghurt sebagai minuman kesehatan.
87
Dalam perjalanannya, manajer pemasaran menyerahkan sepenuhnya metode pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing agen. Manajer pemasaran hanya menetapkan harga jual produk yang harus diterima oleh konsumen akhir serta memastikan produk yang sampai di tangan konsumen adalah produk yang sama tanpa ada perubahan baik, pada bentuk, kemasan, maupun merek. Selain itu juga, manajer pemasaran melakukan penilaian terhadap prestasi para agennya dalam rangka menentukan kebijakan pemberian bonus prestatif yang dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan dan loyalitas agen-agennya tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan komunikasi personal dengan para agen ketika proses pengiriman produk. 5.
Pelanggan Pelanggan yang secara umum dimiliki oleh E-YOCI adalah pelanggan
individu dan pelanggan reseller. Pelanggan individu umumnya berasal dari kunjungan para wisatawan baik domestik maupun mancanegara ke objek wisata Taman Safari Indonesia yang lokasinya berada tidak jauh dari lokasi usaha/produksi E-YOCI. Selain menempatkan satu buah outlet di Pasar Festival yang terletak di jalur wisata Taman Safari pelanggan seringkali sengaja untuk datang langsung ke lokasi produksi E-YOCI. Sementara untuk pelanggan reseller, selain memiliki agen-agen individu tetap E-YOCI juga seringkali menghadapi reseller-reseller yang sifatnya musiman. Diantara pelanggan-pelanggan individu yang datang langsung ke lokasi usaha tidak jarang melakukan pembelian dalam jumlah yang besar untuk kemudian dijual kembali kepada konsumen berikutnya. Kecenderungan aktivitas pemasaran yang pasif membuat loyalitas diantara sejumlah pelanggan menjadi rendah, hal ini menjadi salah satu hambatan yang dimiliki E-YOCI dalam memasarkan produksnya. 6.
Pesaing Aspek pesaing tentu tidak lepas dari lingkungan industri secara keseluruhan.
Tercatat dalam industri yoghurt, E-YOCI menghadapi enam pesaing pada skala usaha kecil dan satu pesaing utama pada skala usaha besar. Kondisi ini belum termasuk perusahaan-perusahaan pesaing yang belum terdaftar dalam Dinas Perindustrian Kota 88
dan Kabupaten Bogor. Diantara sejumlah pesaing tersebut, meski masih berskala usaha kecil manajemen E-YOCI menegaskan bahwa pesaing utama E-YOCI justru berada pada level skala usaha besar, yaitu PT Cisarua Mountain Diary (Cimory). Identifikasi pada lingkungan industri ini kemudian akan lebih mengarah pada aspek persaingan di mana perusahaan berada. Kekuatan persaingan adalah pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak industri. Secara lengkap aspek persaingan suatu industri terdiri atas enam bagian, yaitu: 1) Ancaman Masuk Pendatang Baru Masuknya pendatang baru pada industri susu fermentasi khususnya yoghurt yang mengeluarkan produk yang sejenis akan memberikan implikasi pada penurunan pangsa pasar dan tingkat penjualan yang tidak tetap dan akan cenderung menurun, sehingga dianggap sebagai ancaman bagi perusahaan. Hambatan masuk bagi pendatang baru dalam industri yoghurt relatif rendah. Hal ini dapat dilihat dari skala ekonomis dan permodalan yang cukup rendah, karena untuk dapat memulai usaha ini tidak diperlukan skala ekonomi yang besar dan kebutuhan modal awalnya relatif kecil. Secara legal formal, masalah regulasi tidak berpengaruh terhadap munculnya pendatang baru, karena pemerintah tidak membatasi atau menghambat kemungkinan masuknya perusahaan ke dalam industri dengan peraturan-peraturan tertentu, malah sebaliknya pemerintah menunjukkan dukungannya terhadap pertumbuhan dan perkembangan industri terutama industri mikro, kecil, dan menengah. Faktor-faktor yang menjadi penghambat bagi pendatang baru adalah akses saluran distribusi. Dalam industri ini, saluran yang dibentuk oleh perusahaan – perusahaan besar yang telah ada cukup kuat, sehingga pendatang baru harus mampu membuat saluran distribusi baru agar produknya dapat diterima masyarakat. Caracara yang bdapat dilakukan adalah dengan mempertahankan kualitas produk, melakukan doversifikasi produk, kerjasama periklanan, dan sebagainya. Diferensiasi produk menciptakan identifikasi merek yang untuk hal itu akan memaksa para pendatang baru untuk mengeluarkan biaya yang besar guna mendapatkan atau merebut perhatian pelanggan yang sudah loyal terhadap merek tertentu.
89
E-YOCI telah memiliki merek produk yang sudah cukup baik di telinga konsumen dan mudah untuk diingat. Produk E-YOCI yang dipasarkan memiliki karakteristik unggul yang menarik bagi konsumennya. Kemurnian bahan baku berupa susu segar tanpa ada penambahan bahan lain menjadi keunggulan tersendiri dari keberadaan E-YOCI. Kemurnian bahan baku susu segar yang didapat langsung dari peternakan sapi perahnya sendiri memunculkan citasara yoghurt yang khas serta diimbangi dengan rasa susu segar yang gurih di dalmnya, sehingga segi mutu atau kualitas yoghurt yang dihasilkan cukup terjamin. Masuknya pendatang baru memang menjadi ancaman bagi perusahaan, namun dengan terbukanya potensi pasar yoghurt yang luas merupakan peluang bagi perusahaan untuk terus mengembangkan produknya. Potensi pasar yang luas ini dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat dibarengi dengan permintaan yoghurt yang terus meningkat bagi E-YOCI sendiri. Nilai impor yoghurt ke Indonesia yang semakin meningkat serta semakin meningkatnya jumlah produksi yoghurt
dalam negeri menunjukkan kesadaran mengkonsumsi yoghurt
sebagai minuman kesehatan juga semakin meningkat. 2) Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri Tinggi rendahnya persaingan antar perusahaan dalam industri dapat dilihat dari jumlah peserta pesaing yang banyak dan kurang lebih setara dalam hal ukuran dan kekuatan modal dan penguasaan pangsa pasarnya. Pada kebanyakan industri gerakan persaingan oleh satu perusahaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap para pesaingnya, sehingga dengan demikian dapat mendorong perlawanan atau usaha untuk menandingi gerakan tersebut, artinya perusahaan-perusahaan saling tergantung dengan perusahaan lain. Beberapa perusahaan atau unit usaha yang berproduksi dengan produk yang sama antara lain PT Danone Indonesia sebagai market leader dengan produk komersial Activia, PT Cisarua Mountain Diary (Cimory) dengan produk yoghurt Cimorynya, dan beberapa produk pendatang baru lainnya yang tidak terdaftar di Dinas Perindustrian tetapi sangat mampu bersaing di pasar lokal. Tingkat persaingan antar perusahaan dalam industri susu fermentasi khususnya yoghurt saat ini cenderung sangat kompetitif sehingga menjadi ancaman 90
bagi perusahaan. Hal ini terlihat dengan banyaknya produk sejenis yang ada di pasaran, baik di toko-toko eceran maupun di supermarket. Terlebih dengan keberadaan perusahaan besar yang memang sudah berada dalm kondisi mapan. Produk yang dihasilkan dalam industri memiliki persamaan, sehingga anggota industri mengutamakan persaingan harga dan mutu produk, serta kemasan dan pelayanan untuk menarik konsumen. Para pelaku industri mengutamakan promosi untuk memperkenalkan produk kepada masyarakat, walaupun bersifat sederhana. Dalam hal ini setiap produsen harus memperhatikan gerakan setiap pesaing dalam industri. Tabel 15, menunjukkan tingkat persaingan harga produk relatif antara EYOCI dengan Cimory. Tabel 17. Persaingan Harga Produk Relatif E-YOCI-Cimory E-YOCI Jenis Produk EY Stik (300 mL) Cup Plain (90 mL) EY Botol (250 mL)
Cimory Harga (RP) 10.000 5.000 -
Jenis Cup Set (400 mL) Cup Ice Cream (85 mL) Drink Botol (250 mL)
Harga (Rp) 16.000 8.000 6.000
Sumber: Profil Usaha E-YOCI Homemade Yoghurt (2010)
3) Tekanan dari Produk Pengganti Ancaman produk pengganti merupakan produk-produk yang memiliki manfaat serta kegunaan yang sama sehingga dapat mengganti fungsi produk lain yang bertujuan memenuhi kebutuhan konsumen. Ancaman produk pengganti cukup besar karena produk minuman susu fermentasi seperti yoghurt sudah banyak di pasaran dan diproduksi oleh perusahaan-perusahaan besar. Produk pengganti yoghurt adalah susu fermentasi prebiotik. Saat ini susu fermentasi prebiotik sangat banyak beredar di pasaran dengan berbagai variasi rasa buah sehingga secara umum juga dapat menjadi ancaman bagi usaha E-YOCI. Beberapa perusahaan yang diidentifikasi memproduksi susu fermentasi prebiotik antara lain PT Yakult Indonesia dengan produk komersil Yakult, PT Pola Sehat Indonesia dengan merek produk Vitacharm, PT Orang Tua dengan produk Vitamilk dan Milkuat. Produk susu fermentasi prebiotik memiliki fungsi dan kegunaan yang hampir sama dengan produk yoghurt, sehingga besarnya 91
jumlah produk pengganti ini menjadi ancaman terhadap perkembangan pemasaran produk E-YOCI. 4) Kekuatan Tawar-menawar Pembeli (Buyers) Kualitas produk dan pelayanan, informasi produk, jumlah pembeli, serta kemudahan konsumen beralih ke produk pesaing yang sejenis maupun penggantinya adalah faktor-faktor yang berpengaruh kuat terhadap kekuatan tawar-menawar pembeli. Jumlah industri yang semakin banyak memberikan kemudahan bagi pembeli untuk dapat menentukan pilihannya, sehingga kekuatan pembeli cukup besar mempengaruhi industri susu fermentasi khususnya yoghurt sehingga merupakan ancaman bagi perusahaan. Minuman susu fermentasi seperti yoghurt selama ini diproduksi E-YOCI berdasarkan rata-rata jumlah pesanan dari pelanggan, sehingga produksi langsung terserap oleh konsumen sehingga kekhawatiran terhadap kekuatan pembeli tidak terlalu mengancam. Terlebih dengan meningkatnya permintaan yoghurt dewasa ini. Namun banyaknya jumlah produsen minuman yoghurt yang menyebabkan banyaknya alternatif pilihan konsumsi yoghurt bagi masyarakat memperkecil kemungkinan keputusan konsumsi E-YOCI. 5) Kekuatan Tawar-menawar Pemasok Analisis kekuatan tawar-menawar pemasok ditujukan untuk melihat kemampuan pemasok dalam mempengaruhi industri melalui kenaikan atau pengurangan kualitas produk. Kekuatan tawar-menawar pemasok dipengaruhi sejumlah kondisi. Adapun kekuatan tawar menawar pemasok menjadi besar apabila jumlah pemasok terbatas, tidak tersedianya bahan baku pengganti, peran produk yang dipasok bagi perusahaan, serta besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk beralih ke pemasok lain. Diluar kebutuhan susu segar yang dipasok dari peternakan sendiri, bahan baku pembuatan E-YOCI yang paling berpengaruh terhadap kondisi usaha adalah gula. Isu kenaikan harga gula yang terjadi setiap tahun akibat penurunan produksi gula nasional dan dunia serta peningkatan pemakaian gula sebagai bahan dasar industri
92
biodiesel menjadi ancaman besar bagi perjalanan usaha E-YOCI ke depan. Peningkatan harga ini jelas menghambat perkembangan pemasaran usaha di mana semakin meningkatnya harga bahan baku maka semakin meningkat pula biaya produksi yang harus dikeluarkan perusahaan, yang pada akhirnya memaksa perusahaan menaikkan harga jual produk yang dianggap sangat sensitif terhadap keputusan pembelian konsumen. 6) Pengaruh Kekuatan Stakeholder lainnya Pengaruh kekuatan stakeholder lain atas keberadaan E-YOCI secara langsung dapat dilihat dari keberadaan masyarakat sekitar lokasi dan kelembagaan peternak yang berafiliasi langsung dengan usaha E-YOCI. Sejauh ini keberadaan masyarakat sekitar lokasi usaha baik yang secara langsung terlibat dalam aktivitas usaha maupun tidak
memberikan
pengaruh
positif
terhadap
keberadaan
dan
kemajuan
perkembangan usaha dan pemasaran E-YOCI. 7.
Publik Identifikasi aspek publik dalam lingkungan eksternal mikro meliputi pengaruh
dari kekuatan-kekuatan finansial, media, pemerintah, masyarakat, dan internal pemasaran. Diantara lima kekuatan tersebut, yang paling dirasakan berpengaruh penting dalam aktivitas pemasaran E-YOCI adalah kekuatan media dan masyarakat. Sejauh ini respon perusahaan terhadap keberadaan media sudah cukup baik, dimana perusahaan menerima dengan terbuka sorotan media-media massa saat ini yang menyoroti isu perkembangan dunia usaha kecil dan menengah di Indonesia, terbukti dengan munculnya E-YOCI dalam kolom tabloid Wirausaha dan Agrina serta beberapa media massa lainnya. Sementara dari aspek kekuatan masyarakat, hal yang menjadi sangat berpengaruh bagi aktivitas pemasaran E-YOCI adalah pengalaman konsumsi masyarakat secara umum terhadap produk-produk sejenis yang kurang baik. Tidak jarang ditemui dalam sktivitas pemasaran E-YOCI, munculnya keluhan-keluhan masyarakat terhadap produk sejenis (sama dalam hal bentuk dan ukuran) yang diproduksi oleh perusahaan lain terhadap kualitas produk tersebut. Hal ini dirasakan
93
menjadi hambatan bagi perusahaan dalam memperkenalkan produk yang sama jenisnya ke benak masyarakat. Karena secara historis pengalaman konsumsi tersebut menimbulkan image buruk di benak masyarakat pada produk yang sama. Identifikasi lingkungan mikro yang diambil dari sudut pandang perusahaan terhadap keberadaan pemasok, perantara pemasaran, pelanggan, pesaing, dan aspek publik menhasilkan kecenderungan perusahaan akan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Tabel 16, menunjukkan kekuatan dan kelemahan pemasaran yang dimiliki E-YOCI berdasasarkan pendekatan lingkungan mikro di luar aspek persaingan yang cenderung mengarah pada ancaman bagi perusahaan. Aspek pesaing/persaingan dan publik ditampilkan pada identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. 6.2.2
Lingkungan Eksternal Makro Perusahaan beserta pemasoknya, perantara pemasarannya, pelanggannya,
pesaingnya, dan aspek publik yang mempengaruhinya secara keseluruhan beroperasi dalam lingkungan makro yang lebih luas. Respon perusahaan beserta pemasok, perantara pemasaran, pelanggan, pesaing, dan publik terhadap lingkungan makro akan menghasilkan suatu kombinasi berupa peluang dan ancaman bagi perusahaan. Lingkungan makro suatu perusahaan meliputi faktor-faktor demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik, serta sosial budaya. Adapun lingkungan makro yang dihadapi oleh E-YOCI dipaparkan sebagai berikut. 1.
Faktor Demografi Perkembangan pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun ke tahun akan
memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap perkembangan produk yoghurt karena adanya peluang munculnya konsumen baru. Adanya perkembangan jumlah penduduk akan berdampak pada ketersediaan jumlah tenaga kerja. Respon positif dari lingkungan sosial di luar perusahaan memberikan dampak positif dan merupakan peluang terhadap perkembangan usaha pemasaran yoghurt. Respon positif ini dapat berupa adanya dukungan terhadap peningkatan produksi sehingga akan menyerap jumlah tenaga kerja, selain itu peningkatan produksi juga akan membutuhkan bahan 94
baku yang besar sehingga perusahaan harus memasok bahan baku dari perusahaan terkait. Perkembangan pertumbuhan jumlah penduduk Jawa Barat, Jakarta, dan Banten sebagai daerah sasaran pasar dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 18. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Jawa Barat, Jakarta, dan Banten Provinsi Jawa Barat DKI Jakarta Banten
Sumber: BPS RI ( diolah)6
2.
1990 35.384.352 8.259.266 -
Tahun 2000 35.729.537 8.389.443 8.098.780
2010* 43.021.826 9.588.198 10.644.030
Rata-rata Pertumbuhan % 10,70 7,95 31,4
Faktor Ekonomi Keadaan perekonomian suatu Negara mempengaruhi kinerja perusahaan
dalam memasarkan produknya. Perekonomian yang stabil dan berkembang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ketidakstabilan kondisi perekonomian Indonesia saat ini memberikan pengaruh terhadap kecenderungan iklim usaha yang tidak menentu. Hal ini ditandai dengan tersendatnya perekonomian, dan tingkat inflasi yang cukup tinggi. Keadaan tersebut menyulitkan perusahaan ataupun lembaga keungan dalam membuka peluang pemberian bantuan usaha yang ditujukan untuk penambahan akses modal untuk perluasan usaha. Ketidakstabilan perekonomian suatu Negara menjadi ancaman untuk perkembangan dunia industri. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi keadaan perekonomian suatu Negara sehingga berdampak pada perkembangan perusahaan terutama pada aspek pemasaran. Dengan adanya krisis ekonomi global maka Negara-negara lain berlomba-lomba untuk mencari pasar baru guna memasarkan produknya sehingga arus impor produk yang masuk ke Indonesia semakin tinggi dari tahun ke tahun. Tingginya impor produk yoghurt tentu memberikan implikasi ancaman persaingan terhadap produk sejenis, sehingga perusahaan harus mengantisipasi persaingan ini dengan menciptakan pangsa pasar baru serta menciptakan produk yang sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen. _____________________________ 6
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php? [diakses 21 November 2010]
95
Kabar ekonomi terbaru yang berpengaruh terhadap kondisi industri di Indonesia bahkan dunia saat ini, terutama bagi keberadaan industri kecil dan menengah adalah kenaikan harga gula yang disebabkan oleh penurunan produksi gula dalam negeri akibat pergesaran iklim dan tingginya pemakaian bahan baku gula sebagai bahan dasar industri biodiesel. Kenaikan harga gula yang mencapai sekitar 20 persen dari harga sekitar Rp. 9.000,- per kilo menjadi Rp. 11.000,- per kilo ini sangat mengancam keberadaan industri kecil dan menengah yang memproduksi makanan dan minuman yang melibatkan komponen gula sebagai bahan bakunya. Kenaikan ini membuat industri makanan dan minuman berbahan baku gula harus mampu menghitung kembali harga jual yang tepat karena menjadi komponen utama pemasaran perusahaan. E-YOCI sebagai salah satu unit usaha yang menggunakan gula sebagai bahan baku produksinya turut merasakan dampak kenaikan harga gula ini. Biaya produksi perusahaan menjadi meningkat yang menyebabkan harga jual produk pun ikut meningkat. Hal ini tentu berpengaruh negatif terhadap penjualan produk E-YOCI. Namun demikian kenaikan yang wajar ini coba disiasati dengan perbaikan-perbaikan produk baik dari segi pelayanan maupun kualitas produk yang dihasilkan. Kenaikan harga bahan baku gula ini dirasakan menjadi sebuah ancaman yang akan terus dihadapi perusahaan sepanjang isu pergerakan harga gula terus terjadi. 3.
Faktor Alam Faktor alam yang biasanya paling berpengaruh terhadap aktivitas pemasaran
E-YOCI adalah cuaca. Musim penghujan yang tidak menentu dalam periode pemasaran E-YOCI seringkali menjadi penghambat aktivitas distribusi produk dan penurunan jumlah permintaan produk. Namun demikian kondisi ini hampir dihadapi oleh semua perusahaan sejenis dalam industri yoghurt karena menjadi satu kondisi yang relatif tidak dapat dihindari. Kelemahan E-YOCI yang sangat terkait dengan faktor alam berupa musim penghujan yang tidak menentu ini adalah ketiadaan kendaraan distribusi yang memadai sehingga faktor alam ini menjadi penghambat yang belum mampu diatasi oleh E-YOCI.
96
4.
Faktor Teknologi Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang harus
dipertimbangkan. Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi keberadaan bahan baku, produk, jasa, pasar, pesaing, pelanggan, distributor, proses produksi, termasuk pemasaran perusahaan. Perubahan teknologi dapat member peluang besar bagi perusahaan untuk meningkatkan hasil, tujuan, atau sebaliknya dapat mengancam kedudukan perusahaan. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru yang menghasilkan penciptaan produk baru dan produk yang lebih baik, perubahan posisi biaya kompetitif dalam suatu industri dan membuat produk dan jasa saat ini menjadi ketinggalan zaman. Perubahan teknologi dapat mengurangi hambatan biaya antar perusahaan, menciptakan siklus produksi yang lebih pendek, menciptakan kekurangan dalam keterampilan teknis, serta menghasilkan perubahan dalam nilai-nilai dan harapan karyawan, manajer, dan pelanggan. Kemajuan teknologi dalam perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif baru yang lebih baik dari keunggulan saat ini, hal ini didukung dengan pengetahuan yang mendalam mengenai pengguanaan teknologi yang dipakai. Teknologi merupakan salah satu fungsi yang memegang peranan penting dalam perlkembangan usaha E-YOCI. Perubahan teknologi yang terus mengalami kemajuan
menuntut
E-YOCI untuk
terus mengamati bahkan
mengadopsi
perkembangan teknologi tersebut dan melakukan berbagai inovasi agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Teknologi di bidang transportasi, komunikasi dan produksi yang dapat memperlancar dan mempermudah kegiatan pemasaran dan proses produksi merupakan sebuah peluang bagi perusahaan. Pemesanan produk dapat dilakukan tanpa harus datang ke lokasi usaha dan pengiriman dapat dilakukan dengan sistem delivery order. Perkembangan teknologi e-market menjadi satu peluang yang telah dimanfaatkan E-YOCI dengan pembuatan website atau toko online. Adanya teknologi yang lebih canggih yang digunakan oleh pesaing menjadikan suatu ancaman bagi E-YOCI. Namun ada beberapa pesaing yang menggunakan kemajuan teknologi untuk meningkatkan pendapatan melalui rekayasa
97
protein dengan menambahkan melamin ke dalam produk sehingga dapat merusak citra yoghurt yang dipasarkan sehingga pengalaman konsumsi masyarakat terhadap produk yoghurt yang tidak baik tersebut dapat mengancam proses pemasaran EYOCI saat ini. 5.
Faktor Politik Keadaan politik dan hukum yang berlaku saat ini dapat mempengaruhi
kegiatan operasional dan keberlangsungan usaha perusahaan. Peraturan-peraturan dan kebijakan pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan usaha di industri pengolahan produk peternakan seperti yoghurt. Selain dapat memudahkan perkembangan perusahaan kondisi politik dan hukum juga dapat menghambat perkembangan perusahaan sehingga dapat menjadi faktor peluang dan ancaman bagi perusahaan. Salah satu variabel politik yang dapat digunakan untuk menganalisa keadaan politik di suatu Negara adalah kebijakan-kebijakan atau peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah yang berhubungan dengan industri pengolahan susu. Salah satu kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan industri pengolahan susu yaitu kebijakan tariff impor susu termasuk di dalamnya adalah yoghurt dalam negeri sebagai makanan turunan susu. Pada tahun 1998 pemerintah Indonesia mengeluarkan tariff impor susu tentang Tarif Bea Masuk produk susu yang berkisar antara 5 persen sampai
dengan
20
persen
sesuai
dengan
SK
Menteri
Keuangan
No.
16/KMK.017/1998, akan tetapi pemerintah mengubah tingkat tariff impor sebesar 0 persen untuk bahan baku dan 5 persen untuk produk susu, dan pada tahun 2000 dikeluarkan kembali SK Menteri Keuangan No. 573 MK.01/2000 untuk tarif impor produk susu sebesar 5 persen. Informasi terbaru mengenai tarif impor adalah terhitung mulai 13 Februari 2009. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 19/PMK.011/2009 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor Produk-Produk Tertentu. Dalam peraturan tersebut ditetapkan bahwa tarif bea masuk untuk skim milk powder, full cream milk,
98
yoghurt, buttermilk, dan produk susu lainnya adalah 0 persen.7 Hal tersebut dipertegas lagi dengan adanya kesepakatan perdagangan bebas antara ASEAN dan China yang disebut ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang dimulai per 1 Januari 2010 yang sangat mengancam keberadaan industri nasional.8 Namun selain kebijakan tarif impor pemerintah juga turut serta membuat suatu program hari minum susu nasional, sehingga dapat memberikan peluang kepada industri susu dan produk turunannya untuk memasarkan lebih luas dan menarik pelanggan sebanyakbanyaknya. Perubahan tarif impor produk susu dan olahannya yang pada awalnya sebesar 20 persen menjadi 0 persen menyebabkan perusahaan susu dan olahannya harus siap berhadapan dengan produk-produk luar negeri yang masuk ke dalam negeri. Harga produk-produk impor yang lebih murah dan berkualitas mengharuskan perusahaan untuk mampu meningkatkan kualitas dan menekan harga jual untuk dapat terus bersaing. Hal inilah yang kemudian menjadi ancaman bagi perkembangan dan pemasaran produk perusahaan dalam negeri. Kebijakan pemerintah lainnya yang berkaitan dengan pengolahan makan dan minuman adalah tentang perlindungan konsumen dari produk pangan olahan yang membahayakan kesehatan. Kebijakan pemerintah tersebut adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 tahun 1999 tentang kewajiban pendaftaran produk pangan olahan. Dalam PP No. 69 tahun 1999 dinyatakan semua produk makanan dan minuman yang akan dijual di wilayah Indonesia, baik produksi local maupun impor harus didaftarkan dan mendapat nomor pendaftaran dari Badan POM sebelum beredar ke pasaran. Peraturan ini berlaku bagi semua produk pangan yang dikemas dengan menggunakan label sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. ___________________________ 7
www.google.com.susu Indonesia vs susu impor 04 april 2009 [diakses 16 mei 2009]
8 http://berita.liputan6.com/mendalam/201001/258439/ACFTA.Kado.Pahit.di.Awal.Tahun 11 Januari 2010 [diakses 27 Oktober 2010]
99
6.
Faktor Budaya Yoghurt tidak termasuk konsumsi utama masyarakat Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari posisi susu atau yoghurt dibandingkan makanan pokok atau bahan pokok yang lebih sering dikonsumsi oleh masyarakat. Akan tetapi pola konsumsi yang meningkat menunjukkan adanya kesadaran masyarakat dalam hal mengkonsumsi yoghurt. Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan menghasilkan loyalitas konsumen sehingga merupakan peluang bagi industri yoghurt. Adanya trend gaya hidup sehat dengan mengkonsumsi minuman berbahan dasar alami akan berpengaruh terhadap perkembangan pemasaran usaha E-YOCI, dengan demikian faktor budaya ini merupakan peluang bagi E-YOCI untuk mengembangkan pemasaran usahanya. Identifikasi peluang dan ancaman terlihat pada Tabel 18.
100
Tabel 18. Faktor-faktor Peluang dan Ancaman Pemasaran E-YOCI Tahun 2010 Lingkungan Eksternal
Peluang
Ancaman
Eksternal Mikro 1. Perusahaan
- Memiliki posisi penantang pasar
sebagai
-
2. Pemasok
- Ketersediaan pasokan bahan baku yang cukup.
-
3. Perantara Pemasaran
- Keterbatasan agen.
jangkauan
4. Pelanggan
- Loyalitas pelanggan rendah
yang
5. Pesaing & Persaingan a. Ancaman Pendatang Baru
Masuk
- Kemudahan mendirikan dan menjalankan usaha yoghurt.
b. Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri
- Keberadaan pesaing besar - Persaingan bahan baku susu segar
c. Ancaman Pengganti
Banyaknya produk substitusi
Produk
d. Kekuatan Menawar Pembeli
Tawar
e. Kekuatan Menawar Pemasok
Tawar
Banyaknya perusahaan sejenis - Banyaknya jumlah pemasok
f. Pengaruh Kekuatan Stake Holder Lainnya
- Dukungan masyarakat sekitar lokasi usaha.
6.
- Sorotan media terhadap perkembangan dunia usaha
Publik
- Pengetahuan konsumen terhadap produk yang kurang baik.
Eksternal Makro 1.
Demografi
- Potensi pasar dan permintaan produk yang meningkat
2.
Ekonomi
- Peningkatan masyarakat
3.
Alam
4.
Teknologi
- Perkembangan teknologi emarket
5.
Politik
- Dukungan pemerintah terhadap perkembangan usaha kecil dan menengah
6.
Budaya
- Perkembangan gaya hidup sehat
daya
beli
- Meningkatnya harga bahan baku Musim penghujan yang tidak menentu
- Kebijakan persen
tarif
impor
0
101
6.3
Perumusan Alternatif Strategi
6.3.1
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Analisis matriks IFE dilakukan melalui identifikasi faktor-faktor yang
menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan berdasarkan lingkungan usaha secara keseluruhan.
Setelah
diidentifikasi,
maka
dilanjutkan
dengan
memberikan
pembobotan dan rating. Pembobotan dilakukan dengan metode paired comparison pada faktor-faktor kunci internal sehingga diperoleh bobot dari masing-masing faktor pemberian rating untuk menunjukkan apakah faktor-faktor tersebut merupakan kekuatan yang besar atau yang kecil bagi perusahaan. Hasil pemberian bobot dan rating dari faktor-faktor internal pemasaran E-YOCI dapat dilihat pada Tabel 20. Berdasarkan penilaian responden terhadap faktor kunci internal perusahaan, didapatkan total skor rata-rata IFE adalah sebesar 2,906. Hal ini berarti posisi strategis usaha E-YOCI berada pada posisi rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk menghadapi kelemahan internal perusahaan. Dari Tabel 16, terdapat kekuatan utama yang dimiliki oleh perusahaan yaitu kualitas produk yang baik dengan skor tertinggi sebesar 0,552. Citarasa produk yang dihasilkan oleh EYOCI memang dikategorikan ke dalam citarasa produk yang khas. Meski belum mendapatkan sertifikasi produk baik dari BPOM maupun sertifikasi halal dari MUI produk E-YOCI ini dari segi citarasa diakui memiliki kualitas yang terjamin sebagaimana kandungan serta bahan baku susu sapi segar terbaik yang dimilikinya sendiri. Proses produksi yang bersih dan higienis serta pengolahan tanpa bahan tambahan menjadi faktor utama terjaminnya kualitas yoghurt yang dihasilkan.
102
Tabel 20. Matriks IFE E-YOCI Tahun 2010 Faktor Strategi Internal Kekuatan
Bobot
Rating
Skor
Citarasa yoghurt yang khas
0.138
4
0.552
Lokasi usaha yang strategis
0.099
4
0.396
Kemampuan bermitra dengan lembaga tani/ternak
0.101
4
0.404
Harga produk yang relatif murah
0.096
3.5
0.336
Memiliki visi & misi pemasaran yang jelas
0.093
4
0.372
Kelemahan Tampilan produk yang kurang menarik
0.095
2
0.19
Belum memiliki sertifikasi BPOM & Halal
0.095
2
0.19
Kurangnya tenaga pemasaran yang andal
0.096
1.5
0.096
Sarana & prasarana distribusi yang belum memadai
0.093
2
0.186
Sistem akunting yang belum baik Total
0.092 1
2
0.184 2.906
Selain dari kekuatan utama yang dimiliki oleh perusahaan terdapat juga kelemahan utama. Kelemahan utama yang dimiliki oleh E-YOCI adalah kurangnya tenaga pemasaran yang andal, dengan skor sebesar 0,096. Fungsi pemasaran pada EYOCI saat ini dipegang oleh satu orang, dan dalam keseluruhan aktivitas pemasarannya masih dilakukan sendiri olehnya. Kurangnya tenaga pemasaran ini mengakibatkan E-YOCI saat ini belum memiliki standar prosedur yang baku dan cenderung menyesuaikan keinginan pelanggan. Hal inilah yang dirasakan baik oleh E-YOCI maupun oleh para pelanggan atau agennya sebagai kelemahan teknis yang dimiliki oleh perusahaan. Ketiadaan sistem pemasaran yang mendukung seringkali membuat penjualan kepada pelanggan menjadi terputus pada satu transaksi tanpa berulang. Saat ini E-YOCI melakukan penjualan produknya dengan cara penjualan langsung
dan
bersifat
terputus
sehingga
keterikatan
perusahaan
dengan
distributor/agen dan pelanggan loyal lainnya menjadi lemah untuk kemungkinan permintaan pembelian selanjutnya.
103
6.3.2
Matriks External Faktor Evaluation (EFE) Analisis matriks EFE merupakan hasil identifikasi faktor-faktor eksternal
berupa peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap kondisi perusahaan. Pembobotan didasarkan pada tingkat kepentingan dari faktor-faktor eksternal tersebut terhadap perusahaan dengan metode “paired camparison”. Pemberian rating untuk menunjukkan apakah faktor-faktor tersebut merupakan peluang yang besar atau kecil bagi perusahaan. Hasil pemberian bobot dan rating dari faktor-faktor eksternal EYOCI dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Matriks EFE E-YOCI Tahun 2010 Faktor Strategi Eksternal Peluang Sorotan media terhadap dunia usaha kecil Potensi pasar dan permintaan yoghurt yang meningkat Dukungan institusi pemerintah daerah Perkembangan teknologi e-market Perkembangan gaya hidup sehat Ancaman Pengetahuan konsumen terhadap produk sejenis Banyaknya produk substitusi Keberadaan pesaing besar Kenaikan harga bahan baku Musim penghujan yang tidak menentu Total
Bobot
Rating
Skor
0,109
3,500
0,382
0,109 0,103 0,065 0,120
4,000 3,000 2,500 4,000
0,436 0,309 0,163 0,480
0,103 0,114 0,103 0,092 0,082 1
3,000 2,500 2,500 3,500 2,000
0,309 0,285 0,258 0,322 0,164 3,108
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan matriks EFE, pada Tabel 20, diperoleh jumlah skor rata-rata untuk faktor kunci eksternal adalah sebesar 3,108. Hal ini menunjukkan bahwa E-YOCI mampu merespon kuat faktor-faktor eksternal dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman. Peluang terbesar yang dimiliki oleh perusahaan adalah meningkatnya perkembangan gaya hidup sehat di masyarakat saat ini dengan total skor sebesar 0,480. Peluang akan perkembangan gaya hidup sehat ini dirasakan perusahaan sebagai faktor psikologis masyarakat sebagai konsumen yang sangat mempengaruhi keputusan pembelian bagi produk E104
YOCI. Karakteristik produk yang berkualitas dengan proses pengolahan yang bersih dan higienis dirasakan berkesesuaian dengan pola hidup masyarakat yang lebih mengedepankan nilai kesehatan dan kealamian dalam produk yang mereka konsumsi, sehingga pada akhirnya berdampak langsung terhadap tingkat penjualan perusahaan. Selain dari peluang-peluang yang dimiliki perusahaan terdapat juga ancaman bagi perusahaan. Ancaman terbesar yang dihadapi perusahaan adalah musim penghujan yang tidak menentu dengan total skor sebesar 0,164. Namun perhatikan pula bahwa terdapat peluang yang mendapatkan skor total lebih rendah dari ancaman terbesar yaitu pada perkembangan teknologi e-market, sebesar 0,163. Meski penggunaan
teknologi
e-market
yang
dilakukan
E-YOCI
dalam
kegiatan
pemasarannya sudah cukup besar namun dirasakan belum efektif dan maksimal. Kemampuan perusahaan pesaing yang telah mampu memanfaatkan teknologi emarket seperti Cimory dan Sour Sally menjadi ancaman besar bagi E-YOCI terhadap kegiatan pemasarannya. Semakin lebih baik penguasaan teknologi e-market yang dimiliki oleh perusahaan pesaing maka akan semakin kecil kemungkinan bagi EYOCI untuk dapat menarik konsumen yoghurt. Sementara itu, terkait dengan adanya kontrak kerjasama dengan perusahaan besar, secara tidak langsung adanya keterikatan kontrak yang dimiliki Eryf Farm dengan PT Cisarua Mountain Diary (Cimory) sebagai pemasok kebutuhan susu segar bagi produksi masalnya ternyata menjadi ancaman tersendiri bagi perkembangan usaha dan pemasaran E-YOCI. Di satu sisi keberadaan Cimory menjadi pesaing besar bagi perusahaan, di sisi lain Cimory adalah sumber penghasilan utama yang didapat Eryf Farm yang notabenenya merupakan induk usaha E-YOCI. Meski secara manajerial keberadaan Eryf Farm lepas dari usaha E-YOCI, tidak dapat dipungkiri bahwa sejauh perjalanan usahanya E-YOCI mendapat dukungan modal dari keberadaan Eryf Farm. Disamping itu kontrak kerjasama yang dimaksud bagi E-YOCI juga bisa dalam arti munculnya tawaran-tawaran kerjasama dari perusahaan-perusahaan besar untuk menjadikan E-YOCI sebagai pemasok yoghurt bagi kelengkapan produk perusahaannya. Hal ini diprediksi akan menjadi salah satu ancaman bagi E-YOCI
105
karena, di satu sisi E-YOCI membutuhkan kepastian penjualan yang besar, namun di sisi lain dengan adanya kesepakatan kerjasama dengan perusahaan besar dapat meniadakan brand E-YOCI yang berusaha untuk dibangun dan berganti dengan brand produk yang dimiliki
oleh perusahaan yang bersangkutan yang mengakibatkan
ketiadaan pula pada keberadaan perusahaan E-YOCI di mata konsumennya. 6.3.3
Matriks Internal-External (IE) Berdasarkan hasil yang diperoleh dari matrik IFE dan EFE maka selanjutnya
dapat disusun kembali dalam matriks Internal-Eksternal (I-E) sehingga dapat diketahui dimana posisi perusahaan berada. Matriks ini selanjutnya bsa digunakan untuk mempermudah dalam pemilihan alternatif strategi. Informasi spesifik tentang lingkungan internal maupun eksternal perusahaan mengacu pada satu cara untuk mendapatkan suatu kemampuan strategi antara peluang eksternal dan kekuatan eksternal. Nilai total matriks IFE yang sebesar 2,906 dan matriks EFE yang sebesar 3,108 menempatkan perusahaan pada posisi sel II dalam matriks IE. Posisi ini disebut tumbuh dan membangun (Grow and Build), sehingga strategi yang tepat bagi perusahaan adalah strategi intensif seperti penetrasi pasar (Market Penetration), pengembangan pasar (Market Development), dan pengembangan produk (Product Development) atau strategi terintegrasi seperti integrasi ke belakang (Backward Integration), integrasi ke depan (Forward Integration), dan integrasi horizontal Horizontal Integration. Berdasarkan posisi tersebut dan dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan, strategi yang secara spesifik layak untuk dijalankan E-YOCI diantaranya adalah merekrut distributor pada strategi integrasi, serta diferensiasi dan promosi produk pada strategi intensif. Analisis Matriks I-E pada E-YOCI dapat dilihat pada Gambar 11.
106
Total Skor IFE 4,0
Tinggi
3,0
Rata-rata
2,0
Lemah
1,0
Total Skor EFE
Tinggi 3,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
Rata-rata 2,0 Rendah 1,0 Gambar 11. Matriks Internal-External (IE) E-YOCI Tahun 2010 Strategi yang dihasilkan pada matriks IE hanya menghasilkan alternatif
strategi secara umum tanpa adanya implementasi strategi yang lebih teknis pada tingkat perusahaan. Oleh karena itu matriks IE harus kemudian dilengkapi oleh matriks SWOT yang memuat langkah-langkah kongkrit yang harus dilakukan oleh perusahaan berdasarkan pengmbangan matriks IE. 6.3.4
Analisis Matriks SWOT Berbagai alternatif strategi dapat dirumuskan berdasarkan model analisis
matriks
SWOT.
Keunggulan
dari
penggunaan
model
ini
adalah
mudah
memformulasikan strategi berdasarkan gabungan faktor eksternal dan internal. Strategi utama yang dapat disarankan ada empat macam, yaitu: strategi SO, ST, WO, dan WT. analisis ini menggunakan data yang telah diperoleh dari matriks IFE dan EFE sebelumnya. Hasil analisis matriks SWOT pada E-YOCI dapat dilihat pada Tabel 22. Perumusan alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan oleh E-YOCI dalam memasarkan produk E-YOCI berdasarkan matriks SWOT adalah sebagai berikut:
107
1. Strategi S-O Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih atau memanfaatkan peluang-peluang eksternal perusahaan. Alternatif strategi yang dapat dilakukan E-YOCI adalah dengan mempertahankan serta mengedepankan kualitas dan keunggulan produk yang menyehatkan dengan pengolahan yang bersih dan higienis untuk menarik pelanggan. Kualitas menjadi hal yang sangat penting bagi produk-produk makanan atau minuman olahan seperti yoghurt, terlebih dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan tubuhnya sehingga secara tidak langsung hal ini mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk. Secara keseluruhan E-YOCI memproduksi yoghurtnya dengan sangat memperhatikan serta mengedepankan nilai dan manfaat kesehatan atas produk yang dihasilkannya. Pengolahan yoghurt yang menjaga kebersihan dan kehigienisan baik pada tempat/ruang produksi, mesin-mesin produksi, alat dan bahan produksi, personil produksi, serta tahap-tahap produksi yang dilaluinya sebagaimana SOP yang ditetapkan perusahaan menjadi jaminan nyata terhadap kualitas produk E-YOCI yang baik. Ditambah dengan kualitas bahan baku yoghurtnya yang baik. Susu segar yang menjadi bahan baku utama E-YOCI 100 persen merupakan susu hasil perahan ternak sendiri dengan kualitas terbaik (premium class). Kemudian penggunaan sirup gula dan essence makanan berkualitas baik yang dilisensi oleh BPOM RI menjadikan yoghurt E-YOCI memiliki citarasa unggul yang tidak dimiliki produk sejenis lainnya, yaitu rasa khas yoghurt yang benar-benar terasa dan rasa gurih susu segar yang tetap terjaga.
108
Tabel 22. Matriks SWOT Pemasaran E-YOCI Tahun 2010 Kekuatan (Strengths)
Kelemahan (Weakness)
1. Citarasa produk yang khas
1.
2. Lokasi usaha yang strategis 3. Kemampuan bermitra dengan produk
yang
produk
yang
sederhana 2.
kelembagaan tani/ternak 4. Harga
Kemasan Belum
memiliki
sertifikasi
BPOM dan halal relatif
3.
Kurangnya tenaga pemasaran yang handal
murah 5. Memiliki visi dan misi yang
4.
Sarana distribusi
jelas
dan
prasarana
yang
belum
memadai 5.
Sistem akunting yang belum baik
Peluang (Opportunities) 1. 2. 3. 4.
Strategi S-O
Sorotan media terhadap dunia
1. Mempertahankan
Strategi W-O serta
1.
sertifikasi
mengedepankan kualitas dan
BPOM dan Halal (W2, O2,
Potensi pasar dan permintaan
keunggulan produk (S1, S4,
O5)
yoghurt yang meningkat
O1, O2, O5)
2.
Pengadaan
sarana
dan
distribusi
yang
Dukungan institusi pemerintah
prasarana
daerah
memadai (W4, O2, O4) 3.
Perkembangan teknologi ePerkembangan
Merekrut personil pemasaran yang handal di bidang e-
market 5.
Mengupayakan
usaha kecil
gaya
market (W3, O2, O4)
hidup
sehat Ancaman (Threaths) 1.
Pengetahuan
Strategi S-T konsumen
1. Mempertahankan harga jual
Strategi W-T 1.
Melakukan promosi produk
terhadap produk sejenis
produk yang murah (S4, T1,
yang lebih gencar. (W1, W2,
2.
Banyaknya produk substitusi
T2, T3, T4)
T1, T2, T3)
3.
Keberadaan pesaing besar
4.
Kenaikan harga bahan baku
5.
Musim penghujan yang tidak menentu
Hal yang perlu menjadi perhatian lebih bagi E-YOCI untuk menarik pelanggan lebih adalah atribut variasi pada rasa, serta bentuk dan kemasan produk
109
yang juga berimplikasi pada volume yoghurtnya. Upaya ini menekankan pada penyediaan produk bagi pembeli potensial. Dasar pemikiran strategi ini adalah bahwa pelanggan memiliki selera masing-masing dan selera tersebut dapat berubah sewaktuwaktu. Oleh karena itu pelanggan membutuhkan variasi dan perubahan, untuk itu perusahaan harus mampu memenuhi kebutuhan pasar tersebut. Sejauh ini yoghurt yang diproduksi secara masal dan kontinu adalah bentuk yoghurt stik atau batangan dengan volume 30 mL dan dengan tujuh variasi rasa, yaitu strawberi, anggur, melon, leci, sirsak, durian, dan jeruk. Sementara yoghurt bentuk cup dengan ukuran 90 mL dan botol berukuran 250 mL sejauh ini masih dalam perencanaan perusahaan walaupun sudah mulai mencoba diproduksi berdasarkan pesanan. Dengan tetap mempertahankan kualitas dan keunggulan produk inovasi seperti ini menjadi hal yang harus dilakukan demi memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan yang berdampak akhir pada kepuasan dan loyalitas pelanggan serta peningkatan permintaan pelanggan. 2. Strategi W-O Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. Alternatif strategi yang dapat dilakukan E-YOCI antara lain adalah dengan mengupayakan sertifikasi BPOM dan halal untuk meningkatkan loyalitas pelanggan, pengadaan sarana dan prasarana distribusi yang memadai untuk menjangkau pasar yang lebih luas, serta melakukan rekrutmen personil pemasaran yang baru. Meski keamanan dan kehalalan produk dapat dipastikan oleh perusahaan, label BPOM dan halal sangat berpengaruh penting terhadap keputusan pembelian konsumen, terutama label halal bagi konsumen muslim. Bahkan adanya label ini menjadi salah satu indikator kualitas produk di mata konsumennya. Sehingga menjadi sangat penting bagi perusahaan untuk dapat merealisasikan sertifikasi label BPOM dan halal pada produknya untuk meningkatkan kepercayaan konsumen. Pengadaan sarana dan prasarana distribusi juga menjadi upaya yang penting untuk dilakukan E-YOCI guna menjangkau pasar yang lebih luas. Saat ini E-YOCI
110
memanfaatkan kendaraan pribadi pemilik usaha atau kendaraan operasional Eryf Farm dalam memasarkan atau mengirim pesanan produk kepada pelanggan atau agennnya. E-YOCI belum mengkhususkan kendaraan operasional yang dapat digunakan untuk menjangkau pasar yang lebih luas dengan menambah jumlah agen baru, sehingga hal ini sedikit banyak memperkecil ruang gerak perusahaan dalam memasarkan produknya. Pengadaan kendaraan operasional untuk pengiriman produk kepada konsumen, pelanggan, atau distributor ini juga harus dilengkapi dengan tambahan jumlah personil serta pertimbangan pemilihan dan penempatan distributor yang tepat dengan memperhatikan segmentasi yang ditetapkan berdasarkan kondisi psikografis, demografis, geografis, dan perilaku masyarakat di lokasi tempat target pemasaran. Dalam arti perusahaan harus mengetahui sejauh mana pengetahuan, preferensi atau ketertarikan masyarakat di lokasi target terhadap produk yoghurt sehingga proses pemasaran tepat sasaran dan berjalan dengan baik. 3. Strategi S-T Melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. Alternatif strategi S-T yang dapat dilakukan oleh E-YOCI adalah dengan mempertahankan harga jual produk yang murah. strategi yang dilakukan dengan mempertahankan harga jual produk yang murah harus terus dipertahankan untuk menarik konsumen. Selain pada kualitas produk, keputusan pembelian konsumen sangat dipengaruhi juga oleh harga jual dari produk itu sendiri sehingga menjadi suatu hal yang penting bagi perusahaan untuk mempertahankan harga jual yang murah seiring dengan penyesuaian terhadap biaya produksi yang menuntut kualitas produk yang terbaik. Sehingga hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempertahankan target keuntungan yang diinginkan dengan harga jual produk yang murah (marjin keuntungan yang kecil) adalah dengan meningkatkat volume produksi E-YOCI yang membawa konsekuensi tehadap upaya untuk meningkatkan volume penjualan produk itu sendiri.
111
4. Strategi W-T Strategi ini merupakan strategi untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Alternatif strategi yang dapat dilakukan E-YOCI adalah dengan melakukan promosi produk yang lebih gencar dengan sistem pemasaran yang baik. Meski upaya promosi yang dilakukan E-YOCI sudah cukup besar namun sejauh ini dirasakan belum efektif dalam meningkatkan penjualan produk. Disamping cara promosi yang sudah ada hal yang mungkin dilakukan E-YOCI dalam meningkatkan promosi produknya adalah dengan memanfaatkan teknologi e-market yang memaksimalkan penggunaan blog website dan jejaring pertemanan sperti facebook, twitter, kaskus, dan lain-lain. Penggunaan teknologi e-market ini juga harus disertai dengan pembenahan konsep pemasaran seperti konten promosi yang akan ditampilkan dan sistem penjualan yang ditawarkan kepada konsumen. Pembenahan konten dan desain katalog, brosur, leaflet, pamflet, banner, dan spanduk yang selama ini menjadi metode promosi E-YOCI juga menjadi upaya yang tetap harus dilakukan untuk dapat membekali agen-agen yang ada dalam proses pemasaran yang dilakukannya, sehingga aktivitas jual beli yang dilakukan juga dapat berjalan dengan baik. Pembenahan konten tersebut dapat berupa pemberian keterangan akan khasiat atau manfaat yoghurt bagi kesehatan konsumen, dan lain sebagainya. Upaya promosi juga dapat dilakukan dengan melibatkan beberapa jenis usaha lain yang saling terkait dengan makanan dan minuman, seperti rumah makan, restoran, atau bahkan hotel dan rumah sakit dengan memposisikan produk sebagai minuman kesehatan. Selain itu hal yang dapat juga dilakukan adalah dengan mendorong para distributor yang ada untuk dapat menyediakan ruang display yang layak bagi promosi produk, terlebih lagi dapat menyediakan toko, outlet, atau gerai khusus yang menjual produk E-YOCI. Berdasarkan kombinasi analisis matriks IE dan matriks SWOT maka alternatif strategi yang berhasil dirumuskan adalah strategi intensif yaitu strategi penetrasi pasar
(market
penetration)
dan
strategi
pengembangan
produk
(product
development). Secara spesifik alternatif strategi yang tergolong ke dalam strategi
112
penetrasi pasar yaitu pengadaan sarana dan prasarana distribusi yang memadai, merekrut personil pemasaran yang handal di bidang e-market, dan melakukan promosi produk yang lebih gencar. Sementara alternatif strategi yang digolongkan ke dalam strategi pengembangan produk yaitu mempertahankan serta mengedepankan kualitas dan keunggulan produk, mengupayakan sertifikasi BPOM dan Halal, dan mempertahankan harga jual produk yang murah. 6.3.5 Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP) Tahap akhir dari kerangka kerja analisis formulasi strategi ini adalah menentukan alternatif strategi terbaik yang dapat dipilih E-YOCI dengan menggunakan analisis matriks QSP (QSPM). QSPM adalah alat yang digunakan untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif yang ada secara objektif berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal yang telah dilakukan sebelumnya melalui matriks IFE, EFE, I-E, serta matriks SWOT. Pada matriks QSPM terdapat nilai AS dan TAS. NIlai AS menunjukkan daya tarik masing-masing strategi terhadapa faktor kunci yang dimiliki. Nilai AS diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada pemilik usaha sekaligus manajer umum EYOCI sebagai pengambil kebijakan perusahaan. Selain itu dipilihnya pemilik usaha ini karena responden memiliki pengetahuan yang sangat baik mengenai perkembangan usaha E-YOCI selama ini. Nilai TAS merupakan hasil perkalian antara bobot rata-rata dengan nilai AS dari setiap faktor kunci strategis. Alternatif strategi yang muncul dari hasil analisis matriks SWOT adalah sebagai berikut: Strategi 1
: Mempertahankan serta mengedepankan kualitas dan keunggulan produk.
Strategi 2
: Mengupayakan sertifikasi BPOM dan Halal.
Strategi 3
: Pengadaan sarana dan prasarana distribusi yang memadai.
Strategi 4
: Merekrut personil pemasaran yang handal di bidang e-market.
Strategi 5
: Mempertahankan harga jual produk yang murah.
Strategi 6
: Melakukan promosi produk yang lebih gencar.
113
Berdasarkan hasil penilaian dari matriks QSPM, maka diperoleh urutan strategi dari yang nilai TAS-nya paling tinggi hingga paling rendah. Dari urutan tersebut dapat dihasilkan strategi yang paling menarik untuk diimplementasikan oleh E-YOCI sesuai dengan kewenangan manajemen usaha. Perumusan strategi ini hanya sampai pada tahap formulasi strategi. Adapun urutan strategi tersebut adalah sebagi berikut. 1. Mempertahankan serta mengedepankan kualitas dan keunggulan produk. (TAS = 6,776) 2. Merekrut personil pemasaran yang handal di bidang e-market. (TAS = 6,677) 3. Melakukan promosi produk yang lebih gencar. (TAS = 6,618) 4. Mempertahankan harga jual produk yang murah. (TAS = 6,596) 5. Pengadaan sarana dan prasarana distribusi yang memadai (TAS = 6,469) 6. Mengupayakan sertifikasi BPOM dan Halal. (TAS = 6,309)
114
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1
Kesimpulan E-YOCI Homemade Yoghurt merupakan perusahaan pengolahan hasil ternak
yang memproduksi yoghurt berbahan dasar susu sapi segar yang termasuk ke dalam usaha berskala kecil menengah. Namun dengan latar belakang usaha dari sebuah peternakan sapi perah terkemuka di Cisarua, E-YOCI menjadi usaha yang memiliki perkembangan usaha yang pesat dalam industri yoghurt serta memiliki daya saing yang kuat diantara sesama perusahaan yoghurt lainnya. Kondisi ini tentu didukung oleh lingkungan perusahaan baik dari segi internal maupun eksternal perusahaan. Dalam perjalanan usahanya, dari segi internal E-YOCI memiliki lima kekuatan utama yang mendukung perjalanan aktivitas pemasaran produknya, yaitu citarasa yoghurt yang khas, lokasi usaha yang strategis, kemampuan bermitra dengan kelembagaan petani/peternak yang baik, harga jual produk yang relatif murah, dan visi misi usaha yang jelas. Seiring dengan kekuatan yang dimilikinya, E-YOCI diidentifikasi memiliki lima kelemahan utama yang meliputi kemasan produk yang sederhana, ketiadaan sertifikasi BPOM dan Halal, kurangnya tenaga pemasaran yang handal, sarana dan prasarana distribusi yang belum memadai, dan sistem akunting perusahaan belum baik Sementara dari segi eksternal perusahaan, E-YOCI menghadapi lima peluang utama dan lima ancaman utama. Kelima peluang utama yang dihadapi yaitu, sorotan media terhadap perkembangan dunia usaha, potensi pasar dan permintaan yoghurt yang meningkat, dukungan institusi pemerintah daerah, perkembangan teknologi emarket, dan perkembangan gaya hidup sehat. Sedangkan lima ancaman utama perusahaan meliputi pengetahuan konsumen terhadap produk sejenis, banyaknya produk substitusi, keberadaan pesaing besar, kenaikan harga bahan baku, dan musim penghujan yang tidak menentu. Berdasarkan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman tersebut perusahaan ditetapkan berada pada posisi Grow and Build melalui analisis matriks IE. Sehingga memungkinkan perusahaan menerapkan satrategi Intensif berupa strategi
115
Market Penetration, Market Development, dan Product Development atau Strategi Terintegrasi seperti Backward Integration, Forward Integration, dan Horizontal Integration. Adapun secara spesifik melalui analisis matriks SWOT didapatkan enam alternatif strategi yang meliputi: 1. Mempertahankan serta mengedepankan kualitas dan keunggulan produk, 2. Mengupayakan sertifikasi BPOM dan Halal, 3. Pengadaan srana dan prasarana distribusi yang memadai, 4. Merekrut personil pemasaran yang handal di bidang e-market, 5. Mempertahankan harga jual produk yang murah, 6. Melakukan promosi produk yang lebih gencar. Keenam alternatif strategi tersebut merupakan strategi intensif berupa strategi pengembangan produk (product development) yaitu strategi 1, 2, dan 5, dan strategi penetrasi pasar (market penetration) yaitu strategi 3, 4, dan 6. . Dari keenam alternatif strategi yang ada melalui analisis matriks QSPM ditetapkan prioritas strategi yang tepat untuk dijalankan perusahaan dimana strategi pengembangan produk berupa strategi mempertahankan serta mengedepankan kualitas dan keunggulan produk menjadi prioritas utama yang harus dijalankan perusahaan.
7.2
Saran Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, tanpa meniadakan upaya-upaya yang
telah dilakukan, diharapkan dengan mempertahankan dan mengedepankan kualitas dan keunggulan produk pada prioritas strategi pertama, E-YOCI juga mampu merekrut personil pemasaran yang handal di bidang e-market pada prioritas strategi kedua dan melakukan promosi yang lebih gencar pada prioritas strategi ketiga dalam jangka waktu yang lebih pendek. Hal ini berdasarkan pertimbangan akan kemampuan perusahaan untuk menerapkan strategi-strategi yang telah dirumuskan baik dari segi finansial maupun urgensi SDM, sehingga dengan penerapan strategi berdasarkan ketiga prioritas utama stretagi tersebut, E-YOCI mampu bertahan sekaligus mengembangkan perusahaannya secara keseluruhan.
116
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Peran PDB Usaha Kecil, Menengah, dan Besar Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2006-2007. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009.Data Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Penduduk Jawa Barat untuk Produk Telur dan Susu Tahun 2007-2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Populasi Sapi Perah Tahun 2005-2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Produksi Susu Segar Tahun 2005-2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Budi. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Susu Kedelai Bubuk Instan (Studi Kasus: PD Mas Adam Berdasi, Kec. Rumpin Bogor) [skripsi] Bogor: Falkultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. David, R. Fred. 2009. Manajemen Strategis Konsep. Jakarta: Salemba Empat Dwiyarani D. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Produk “Milk Cup” pada PT Agronesia Divisi BMC Bandung [skripsi] Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Griffin RW, Ebert RJ. 2003. Bisnis. Ed ke-6. Terjemah. Jakarta: Prenhallindo. Indriyani. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Yoghurt (Studi Kasus pada Unit Peternakan Darul Fallah (Dafarm) Desa Benteng Ciampea, Bogor Jawa Barat) [skripsi] Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. [Kemenperin RI]. 2009. Volume Ekspor Yoghurt Tahun 2004-2008. Jakarta: Kementerian Perindustrian RI. [Kemenperin RI]. 2009. Volume Impor Yoghurt Tahun 2004-2008. Jakarta: Kementerian Perindustrian RI. Kusnadi. 2001. Pengantar Manjemen Strategi. Malang: Unibraw Kotler, Philip & Amstrong, Gary. 1991. Principles of Marketing. Ed ke-5. Amerika: Prentice Hall, Inc. 117
Pearce JA, Robinson RB. 2009. Strategic Management. Ed ke-8. New York: McGraw Hill Purwanto, Iwan. 2006. Manajemen Strategi. Bandung: Yrama Widya Rangkuti, Freddy. 2005. Marketing Analysis Made Easy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Risman. 2009. Analisis Strategi Pemasaran Produk Dafa Yoghurt pada Unit Pengolahan Peternakan Yayasan Darul Fallah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor [skripsi] Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Setiawan I. 2006. Kajian Pengembangan Usaha Minuman Yoghurt di PT Fits Mandiri [skripsi] Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Siagian, Sondang P. 2007. Manajemen Stratejik. Jakarta: Bumi Aksara Sulastri, Tuti. 2010. Profil Usaha E-YOCI Homemade Yoghurt. Bogor: E-YOCI Umar, Husein. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
118
LAMPIRAN
Lampiran 1. Penentuan Bobot Faktor Internal Responden 1: Eryf Kemal (Eryf Farm) Faktor Kunci A B C D E F G H J A 2 2 3 2 2 3 3 B 2 2 2 2 2 2 2 C 2 2 2 2 2 2 2 D 1 2 2 2 2 2 2 E 2 2 2 2 2 2 2 F 2 2 2 2 2 2 2 G 3 2 2 2 2 2 2 H 3 2 2 2 2 2 2 I 3 2 2 2 2 2 2 2 J 3 2 2 2 2 2 2 1 Total
J 3 2 2 2 2 2 2 2
3 2 2 2 2 2 2 3 2
2
Total Bobot 23 0.122 18 0.096 18 0.096 17 0.090 18 0.096 18 0.096 19 0.101 20 0.106 19 0.101 18 0.096 188 1
Responden 2: Tuti Sulastri (Manajer Umum) Faktor Kunci A B C D E F G H I A 3 3 2 3 3 3 3 B 1 2 2 2 2 2 2 C 1 2 2 2 2 2 2 D 2 2 2 2 2 2 2 E 1 2 2 2 2 2 2 F 1 2 2 2 2 2 2 G 1 2 2 2 2 2 2 H 1 2 2 2 2 2 2 I 1 2 2 2 2 2 2 2 J 1 2 2 2 2 2 2 2 Total
J 3 2 2 2 2 2 2 2 2
3 2 2 2 2 2 2 2 2
Total Bobot 26 0.144 17 0.094 17 0.094 18 0.100 17 0.094 17 0.094 17 0.094 17 0.094 17 0.094 17 0.094 180 1
120
Responden 3: Utami Kemala S (Produksi) Faktor Kunci A B C D E F G H I A 3 3 2 3 3 3 3 B 1 2 2 2 2 2 2 C 1 2 2 2 2 2 2 D 2 2 2 2 2 2 2 E 1 2 2 2 2 2 2 F 1 2 2 2 2 2 2 G 1 2 2 2 2 2 2 H 1 2 2 2 2 2 2 I 1 2 2 2 2 2 2 2 J 1 2 2 2 2 2 2 2 Total
J 3 2 2 2 2 2 2 2
3 2 2 2 2 2 2 2 2
2
Total Bobot 26 0.144 17 0.094 17 0.094 18 0.100 17 0.094 17 0.094 17 0.094 17 0.094 17 0.094 17 0.094 180 1
Responden 4: M. Dwi Satriyo (Pemasaran) Faktor Kunci A B C D E F G H I A 2 2 3 2 3 3 3 B 2 2 2 2 2 3 3 C 2 2 3 3 2 2 2 D 1 2 1 2 2 2 2 E 2 2 1 2 2 2 2 F 1 2 2 2 2 2 2 G 1 1 2 2 2 2 2 H 1 1 2 2 2 2 2 I 1 2 1 1 2 2 2 2 J 1 1 1 2 2 2 2 2 Total
J 3 2 3 3 2 2 2 2 2
3 3 3 2 2 2 2 2 2
Total Bobot 24 0.143 19 0.113 20 0.119 16 0.095 15 0.089 16 0.095 15 0.089 15 0.089 14 0.083 14 0.083 168 1
121
Lampiran 2. Penentuan Bobot Faktor Eksternal Responden 1: Eryf Kemal (Eryf Farm) Faktor Kunci A B C D E F G H I A 2 2 3 1 2 2 2 B 2 2 3 2 2 2 3 C 2 2 2 2 2 2 2 D 1 1 2 1 1 1 1 E 3 2 2 3 2 2 2 F 2 2 2 3 2 2 2 G 2 2 2 3 2 2 2 H 2 1 2 3 2 2 2 I 1 2 2 2 1 2 1 1 J 1 2 1 2 1 2 1 2 Total Responden 2: Tuti Sulastri (Manajer Umum) Faktor Kunci A B C D E F G H I A 2 2 3 1 1 2 2 B 2 2 3 2 2 2 2 C 2 2 3 1 3 2 2 D 1 1 1 2 2 2 2 E 3 2 3 2 2 2 2 F 3 2 1 2 2 1 1 G 2 2 2 2 2 3 2 H 2 2 2 2 2 3 2 I 2 2 2 2 2 2 2 1 J 1 1 1 2 2 2 2 2 Total
J 3 2 2 2 3 2 3 3
3 2 3 2 3 2 3 2 3
1
J 2 2 2 2 2 2 2 3 2
3 3 3 2 2 2 2 2 2
Total Bobot 20 0.111 20 0.111 19 0.106 12 0.067 22 0.122 19 0.106 21 0.117 19 0.106 15 0.083 13 0.072 180 1
Total Bobot 18 0.100 20 0.111 20 0.111 15 0.083 20 0.111 16 0.089 19 0.106 20 0.111 17 0.094 15 0.083 180 1
122
Responden 3: Utami Kemala S (Produksi) Faktor Kunci A B C D E F G H I A 2 2 3 1 1 2 2 B 2 2 3 2 2 3 3 C 2 2 3 2 2 2 2 D 1 1 1 1 1 1 1 E 3 2 2 3 2 2 2 F 3 2 2 3 2 2 2 G 2 1 2 3 2 2 2 H 2 1 2 3 2 2 2 I 2 2 2 3 2 2 2 2 J 1 1 1 1 1 1 1 1 Total
J 2 2 2 1 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3
1
Total Bobot 18 0.100 22 0.122 20 0.111 11 0.061 21 0.117 21 0.117 19 0.106 19 0.106 20 0.111 9 0.050 180 1
Responden 4: M. Dwi Satriyo (Pemasaran) Faktor Kunci A B C D E F G H I A 2 2 3 1 2 2 2 B 2 2 3 2 2 2 3 C 2 2 2 2 2 2 2 D 1 1 2 1 1 1 1 E 3 2 2 3 2 2 2 F 2 2 2 3 2 2 2 G 2 2 2 3 2 2 2 H 2 1 2 3 2 2 2 I 1 2 2 2 3 2 1 1 J 1 2 1 2 3 2 1 2 Total
J 3 2 2 2 3 2 3 3 1
3 2 3 2 3 2 3 2 3
Total Bobot 20 0.109 20 0.109 19 0.103 12 0.065 22 0.120 19 0.103 21 0.114 19 0.103 17 0.092 15 0.082 184 1
123
Lampiran 3. Penentuan Skor Rata-rata Faktor Internal E-YOCI Faktor Internal A B C D E F G H I J
Bobot
Rating
RataRes 1 Res 2 Res 3 Res 4 Rata-rata Res 1 Res 2 Res 3 Res 4 rata 0.122 0.144 0.144 0.143 0.138 4 4 4 4 4 0.096 0.094 0.094 0.113 0.099 4 4 4 4 4 0.096 0.094 0.094 0.119 0.101 4 4 4 4 4 0.090 0.100 0.100 0.095 0.096 3 4 4 3 3.5 0.096 0.094 0.094 0.089 0.093 4 4 4 4 4 0.096 0.094 0.094 0.095 0.095 2 2 2 2 2 0.101 0.094 0.094 0.089 0.095 2 2 2 2 2 0.106 0.094 0.094 0.089 0.096 1 2 2 1 1.5 0.101 0.094 0.094 0.083 0.093 2 2 2 2 2 0.096 0.094 0.094 0.083 0.092 2 2 2 2 2
Skor Total Rata-rata 0.552 0.396 0.404 0.336 0.372 0.190 0.190 0.144 0.186 0.184
Faktor Eksternal E-YOCI Bobot Faktor Eksternal Res 1 A 0.111 B 0.111 C 0.106 D 0.067 E 0.122 F 0.106 G 0.117 H 0.106 I 0.083 J 0.072
Res 2 0.1 0.111 0.111 0.083 0.111 0.089 0.106 0.111 0.094 0.083
Res 3 Res 4 0.1 0.108696 0.122 0.108696 0.111 0.103261 0.061 0.065217 0.117 0.119565 0.117 0.103261 0.106 0.11413 0.106 0.103261 0.111 0.092391 0.050 0.081522
Rating RataRatarata Res 1 Res 2 Res 3 Res 4 rata 0.109 4 3 3 4 3.5 0.109 4 4 4 4 4 0.103 3 3 3 3 3 0.065 2 3 3 2 2.5 0.120 4 4 4 4 4 0.103 2 4 4 2 3 0.114 2 3 3 2 2.5 0.103 2 3 3 2 2.5 0.092 4 3 3 4 3.5 0.082 2 2 2 2 2
Skor Total Rata-rata 0.382 0.436 0.309 0.163 0.480 0.309 0.285 0.258 0.322 0.164
124
Lampiran 4. Penentuan TAS Responden 1 FAKTOR KUNCI KEKUATAN 1 2 3 4 5 KELEMAHAN 1 2 3 4 5 PELUANG 1 2 3 4 5 ANCAMAN 1 2 3 4 5
STRATEGI 1 STRATEGI 2 STRATEGI 3 STRATEGI 4 STRATEGI 5 STRATEGI 6 BOBOT AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS 0.138 4 0.552 4 0.552 4 0.552 4 0.552 4 0.552 4 0.552 0.099 4 0.396 3 0.297 3 0.297 4 0.396 4 0.396 4 0.396 0.101 4 0.404 3 0.303 4 0.404 4 0.404 4 0.404 4 0.404 0.096 4 0.384 3 0.288 4 0.384 4 0.384 4 0.384 4 0.384 0.093 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 0.095 0.095 0.096 0.093 0.092
4 4 4 4 4
0.380 0.380 0.384 0.372 0.368
3 4 3 4 4
0.285 0.380 0.288 0.372 0.368
3 3 4 4 4
0.285 0.285 0.384 0.372 0.368
3 3 4 4 4
0.285 0.285 0.384 0.372 0.368
4 4 4 4 4
0.380 0.380 0.384 0.372 0.368
4 4 4 4 4
0.380 0.380 0.384 0.372 0.368
0.109 0.109 0.103 0.065 0.120
4 4 4 4 4
0.436 0.436 0.412 0.260 0.480
3 4 3 3 4
0.327 0.436 0.309 0.195 0.480
3 4 3 3 4
0.327 0.436 0.309 0.195 0.480
3 4 4 4 4
0.327 0.436 0.412 0.260 0.480
3 4 4 3 3
0.327 0.436 0.412 0.195 0.360
3 4 4 3 3
0.327 0.436 0.412 0.195 0.360
0.103 0.114 0.103 0.092 0.082
4 3 3 3 1
0.412 0.342 0.309 0.276 0.082 7.437
3 3 3 3 1
0.309 0.342 0.309 0.276 0.082 6.57
3 3 3 3 1
0.309 0.342 0.309 0.276 0.082 6.768
3 3 3 3 1
0.309 0.342 0.309 0.276 0.082 7.035
3 3 3 3 1
0.309 0.342 0.309 0.276 0.082 7.04
3 3 3 3 1
0.309 0.342 0.309 0.276 0.082 7.04
125
Responden 2 FAKTOR KUNCI KEKUATAN 1 2 3 4 5 KELEMAHAN 1 2 3 4 5 PELUANG 1 2 3 4 5 ANCAMAN 1 2 3 4 5
STRATEGI 1 STRATEGI 2 STRATEGI 3 STRATEGI 4 STRATEGI 5 STRATEGI 6 AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS BOBOT AS TAS 0.138 4 0.552 4 0.552 4 0.552 4 0.552 4 0.552 4 0.552 0.099 4 0.396 3 0.297 4 0.396 4 0.396 4 0.396 4 0.396 0.101 4 0.404 4 0.404 3 0.303 3 0.303 4 0.404 3 0.303 0.096 4 0.384 2 0.192 4 0.384 3 0.288 3 0.288 3 0.288 0.093 4 0.372 3 0.279 4 0.372 4 0.372 3 0.279 3 0.279 0.095 0.095 0.096 0.093 0.092
4 3 4 3 3
0.380 0.285 0.384 0.279 0.276
4 4 3 4 4
0.380 0.380 0.288 0.372 0.368
3 2 3 3 4
0.285 0.190 0.288 0.279 0.368
4 4 4 4 3
0.380 0.380 0.384 0.372 0.276
4 4 3 3 3
0.380 0.380 0.288 0.279 0.276
3 4 3 4 3
0.285 0.380 0.288 0.372 0.276
0.109 0.109 0.103 0.065 0.120
2 3 4 4 3
0.218 0.327 0.412 0.260 0.360
3 4 2 3 3
0.327 0.436 0.206 0.195 0.360
4 3 3 3 3
0.436 0.327 0.309 0.195 0.360
3 4 3 4 4
0.327 0.436 0.309 0.260 0.480
3 3 3 3 3
0.327 0.327 0.309 0.195 0.360
3 3 3 3 3
0.327 0.327 0.309 0.195 0.36
0.103 0.114 0.103 0.092 0.082
3 2 3 3 2
0.309 0.228 0.309 0.276 0.164 6.575
3 2 3 4 3
0.309 0.228 0.309 0.368 0.246 6.496
4 3 3 3 2
0.412 0.342 0.309 0.276 0.164 6.547
4 3 3 4 2
0.412 0.342 0.309 0.368 0.164 7.11
3 3 3 4 2
0.309 0.342 0.309 0.368 0.164 6.532
3 3 3 4 1
0.309 0.342 0.309 0.368 0.082 6.347
126
Responden 3 FAKTOR KUNCI KEKUATAN 1 2 3 4 5 KELEMAHAN 1 2 3 4 5 PELUANG 1 2 3 4 5 ANCAMAN 1 2 3 4 5
STRATEGI 1 STRATEGI 2 STRATEGI 3 STRATEGI 4 STRATEGI 5 STRATEGI 6 BOBOT AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS 0.138 4 0.552 4 0.552 4 0.552 4 0.552 4 0.552 4 0.552 0.099 4 0.396 3 0.297 3 0.297 4 0.396 4 0.396 4 0.396 0.101 4 0.404 3 0.303 4 0.404 4 0.404 4 0.404 4 0.404 0.096 4 0.384 3 0.288 4 0.384 4 0.384 4 0.384 4 0.384 0.093 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 4 0.372 0.095 0.095 0.096 0.093 0.092
4 4 4 4 4
0.38 0.38 0.384 0.372 0.368
3 4 4 4 4
0.285 0.38 0.384 0.372 0.368
3 3 4 4 4
0.285 0.285 0.384 0.372 0.368
3 3 4 4 4
0.285 0.285 0.384 0.372 0.368
4 4 4 4 4
0.38 0.38 0.384 0.372 0.368
4 4 4 4 4
0.38 0.38 0.384 0.372 0.368
0.109 0.109 0.103 0.065 0.12
4 4 4 4 4
0.436 0.436 0.412 0.26 0.48
3 4 3 3 4
0.327 0.436 0.309 0.195 0.48
3 4 4 3 4
0.327 0.436 0.412 0.195 0.48
3 4 4 4 4
0.327 0.436 0.412 0.26 0.48
3 4 4 3 3
0.327 0.436 0.412 0.195 0.36
3 4 4 3 3
0.327 0.436 0.412 0.195 0.36
0.103 0.114 0.103 0.092 0.082
4 3 3 3 1
0.412 0.342 0.309 0.276 0.082 7.437
3 3 3 3 1
0.309 0.342 0.309 0.276 0.082 6.666
3 3 3 3 1
0.309 0.342 0.309 0.276 0.082 6.871
3 3 3 3 1
0.309 0.342 0.309 0.276 0.082 7.035
3 3 3 3 1
0.309 0.342 0.309 0.276 0.082 7.04
3 3 3 3 1
0.309 0.342 0.309 0.276 0.082 7.04
127
Responden 4 FAKTOR KUNCI KEKUATAN 1 2 3 4 5 KELEMAHAN 1 2 3 4 5 PELUANG 1 2 3 4 5 ANCAMAN 1 2 3 4 5
STRATEGI 1 STRATEGI 2 STRATEGI 3 STRATEGI 4 STRATEGI 5 STRATEGI 6 AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS BOBOT AS TAS 0.138 4 0.552 3 0.414 3 0.414 3 0.414 3 0.414 4 0.552 0.099 4 0.396 3 0.297 4 0.396 3 0.297 3 0.297 3 0.297 0.101 4 0.404 3 0.303 3 0.303 3 0.303 3 0.303 4 0.404 0.096 4 0.384 3 0.288 3 0.288 3 0.288 4 0.384 4 0.384 0.093 4 0.372 3 0.279 3 0.279 3 0.279 3 0.279 3 0.279 0.095 0.095 0.096 0.093 0.092
4 2 2 2 2
0.38 0.19 0.192 0.186 0.184
4 3 3 3 2
0.38 0.285 0.288 0.279 0.184
3 3 3 2 2
0.285 0.285 0.288 0.186 0.184
3 3 3 3 3
0.285 0.285 0.288 0.279 0.276
3 3 3 3 3
0.285 0.285 0.288 0.279 0.276
4 3 3 3 3
0.38 0.285 0.288 0.279 0.276
0.109 0.109 0.103 0.065 0.12
2 3 2 3 4
0.218 0.327 0.206 0.195 0.48
3 3 2 3 3
0.327 0.327 0.206 0.195 0.36
3 3 3 3 3
0.327 0.327 0.309 0.195 0.36
3 3 2 3 3
0.327 0.327 0.206 0.195 0.36
3 3 3 3 3
0.327 0.327 0.309 0.195 0.36
3 3 3 3 3
0.327 0.327 0.309 0.195 0.36
0.103 0.114 0.103 0.092 0.082
2 2 2 2 2
0.206 0.228 0.206 0.184 0.164 5.654
3 2 2 2 2
0.309 0.228 0.206 0.184 0.164 5.503
3 2 2 3 3
0.309 0.228 0.206 0.276 0.246 5.691
3 2 3 3 2
0.309 0.228 0.309 0.276 0.164 5.695
2 2 2 3 3
0.206 0.228 0.206 0.276 0.246 5.77
2 2 3 3 1
0.206 0.228 0.309 0.276 0.082 6.043
128
TAS E-YOCI FAKTOR KUNCI KEKUATAN
STRATEGI 1 AS TAS 4 0.552 4 0.396 4 0.404 4 0.384 4 0.372
STRATEGI 2 AS TAS 3.75 0.518 3 0.297 3.25 0.328 2.75 0.264 3.5 0.325
STRATEGI 3 AS TAS 3.75 0.518 3.5 0.347 3.5 0.354 3.75 0.360 3.75 0.349
STRATEGI 4 AS TAS 3.75 0.518 3.75 0.371 3.5 0.354 3.5 0.336 3.75 0.349
STRATEGI 5 AS TAS 3.75 0.518 3.75 0.371 3.75 0.379 3.75 0.360 3.5 0.326
STRATEGI 6 AS TAS 4 0.552 3.75 0.371 3.75 0.379 3.75 0.360 3.5 0.326
1 2 3 4 5
BOBO T 0.138 0.099 0.101 0.096 0.093
1 2 3 4 5
0.095 0.095 0.096 0.093 0.092
4 3.25 3.5 3.25 3.25
0.38 0.309 0.336 0.302 0.299
3.5 3.75 3.25 3.75 3.5
0.332 0.356 0.312 0.349 0.322
3 2.75 3.5 3.25 3.5
0.285 0.261 0.336 0.302 0.322
3.25 3.25 3.75 3.75 3.5
0.309 0.309 0.360 0.349 0.322
3.75 3.75 3.5 3.5 3.5
0.356 0.356 0.336 0.326 0.322
3.75 3.75 3.5 3.75 3.5
0.356 0.356 0.336 0.349 0.322
1 2 3 4 5
0.109 0.109 0.103 0.065 0.12
3 3.5 3.5 3.75 3.75
0.327 0.381 0.360 0.244 0.450
3 3.75 2.5 3 3.5
0.327 0.409 0.258 0.195 0.420
3.25 3.5 3.25 3 3.5
0.354 0.382 0.335 0.195 0.420
3 3.75 3 3.5 3.75
0.327 0.409 0.309 0.228 0.450
3 3.5 3.5 3 3
0.327 0.382 0.361 0.195 0.360
3 3.5 3.5 3 3
0.327 0.382 0.361 0.195 0.360
1 2 3 4 5
0.103 0.114 0.103 0.092 0.082
3.25 2.5 2.75 2.75 1.5
0.335 0.285 0.283 0.253 0.123 6.776
3 2.5 2.75 3 1.75
0.309 0.285 0.283 0.276 0.144 6.309
3.25 2.75 2.75 3 1.75
0.335 0.313 0.283 0.276 0.144 6.469
3.25 2.75 3 3.25 1.5
0.335 0.314 0.309 0.299 0.123 6.677
2.75 2.75 2.75 3.25 1.75
0.283 0.314 0.283 0.299 0.144 6.596
2.75 2.75 3 3.25 1
0.283 0.314 0.309 0.299 0.082 6.618
KELEMAHA N
PELUANG
ANCAMAN
129
Lampiran 5. Rata-rata TAS dan Urutan Strategi E-YOCI Strategi Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6
Res 1 7.437 6.570 6.768 7.035 7.040 7.040
TAS Res 2 Res 3 Res 4 6.575 7.437 5.654 6.496 6.666 5.503 6.547 6.871 5.691 7.110 7.035 5.695 6.532 7.040 5.770 6.347 7.040 6.043
Rata-rata TAS 6.776 6.309 6.469 6.677 6.596 6.618
Urutan Strategi E-YOCI: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Strategi 1: Mempertahankan serta mengedepankan kualitas dan keunggulan produk. Strategi 4: Merekrut personil pemasaran yang handal di bidang e-market Strategi 6: Melakukan promosi produk yang lebih gencar. Strategi 5: Mempertahankan harga jual produk yang murah. Strategi 3: Pengadaan sarana dan prasarana distribusi yang memadai. Strategi 2: Mengupayakan sertifikasi BPOM dan Halal
130
Lampiran 6. Produk E-YOCI Homemade Yoghurt Eryf Farm
131
Lampiran 7. Pamflet E-YOCI Sebagai Strategi Promosi
Minum
Fresh & Healthy
Paket Pejualan Kemasan Hemat E-Yoghurt : Per Batang Per Bungkus
@ Rp 800/btg atau Rp 1500/2 btg @ Rp 8000/bks atau Rp 15000/2 bks
Mw Pesan Siap Antar??? Ketik EY<space>Nama<space>Alamat Kirim ke-
Telp: 0857 810 02 240
HOTLINE DELIVERY 0819 066 22 741 0857 810 02 240 Diproduksi oleh Agg. Kelompok Peternak Sapi Perah Barusireum, Jl. Raya Taman Safari, Cibereum, Cisarua-Bogor
132
Lampiran 8. Tampilan Weblog Penjualan E-YOCI Agen Jakarta
133
Lampiran 9. Kegiatan Produksi E-YOCI Keterangan: Gambar di samping merupakan aktivitas pengemasan produk E-YOCI.
134
Lampiran 10. Peternakan Sapi Perah Eryf Farm
Keterangan: Gambar di samping merupakan kondisi peternatakan sapi perah Eryf Farm.
135
Lampiran 11. Prosedur Operasional Standar Produksi E-YOCI No. 1.
2.
3.
4.
Tahap Penerimaan Susu
Prosedur Operasional Standar - Susu yang diterima di ruang produksi sudah melalui Analisa Kualitas susu dengan baik. - Analisa Kualitas Susu dilakukan oleh petugas PT. Cimory dengan hasil analisa rata-rata sebagai berikut: (setelah 2 ja pemerahan) • Temperatur : 270C • Uji Alkohol : - (negatif) • Organoleptik : OK • Fat : 4,1 • SNF : 8,21 • TS : 12,31 • pH : 6,66 • BJ (270C) : 1,026 • COB : > 4 menit • Karbonat : - (negatif) • Benda Asing : tidak ada • Bakteri : 160.000/mL (setelah 2 jam) - Hanya susu yang berkualitas baik (premium class) yang akan diproses menjadi yoghurt seperti analisa di atas. Proses Pasteurisasi - Ruang produksi, peralatan dan personil dipastikan dalam keadaan bersih dan higienis. - Susu segar dituangkan ked ala panic pasteurisasi (panic stainless) dalam keadaan bersih dengan volume sebanyak 10 liter setiap pancinya. Suhu awal 370C dipanaskan dalam air mendidih selama 25 menit sampai suhu 800C. - Pengukuran suhu enggunakan Thermometer khusus. - Semua detail pasteurisasi harus tercatat dengan baik. Proses Pendinginan - Setelah proses pasteurisasi selesai, susu direndam dalam air dingin yang mengalir hingga suhu 400C, selama 15 menit sambil dilakukan satu kali pengadukan. - Setelah mencapai suhu 400C, susu diangkat dari tempat perendaman untuk proses selanjutnya. - Pencatatan dan pengamatan suhu susu dengan tepat dan benar. Proses Pemberian Kultur Bibit - Kultur bibit dipastikan dalam keadaan baik dan Inkubasi dan berkualitas.
136
-
5.
Proses Penambahan Sirup Gula dan Essence Makanan
-
-
6.
Proses Pengemasan
-
7.
Proses Penyimpanan
-
Bibit yang digunakan adalah kultur: • Lactobacillus bulgaricus • Streptococcus thermophillus • Lactobacillus achidophillus • Bifido bacterium Bibit dihasilkan oleh Balai Besar Pasca Panen Produk Pertanian, Cianggu-Bogor. Pemberian kultur bibit sesuai aturan ke dalam susu dan dilakukan pengadukan secara merata. Panci+Susu yang sudah diberi kultur bibit ditutup dan dimasukkan ke dalam incubator selama 5-6 jam dengan suhu 380C. Keudian dipindahkan ke dalam lemari es selama 18-20 jam hingga dingin sampai dengan suhu 4-110C. Pencatatan dan pengamatan proses inkubasi dilakukan agar suhu tetap stabil dalam inkubator dan lemari es. Setelah 18-20 jam di lemari es (suhu 4-110C) ditambahkan sirup gula/essence makanan secukupnya. Pembuatan sirup gula dengan standar setiap 1 kg gula pasir murni ditambah 0,5 liter air, lalu dicampurkan dengan yoghurt sabil diaduk agar merata. Sirup gula yang digunakan dipastikan dari gula murni dan essence makanan berkualitas baik yang dilisensi BPOM RI. Dilakukan pencatatan proses dengan baik. Semua peralatan yang dipakai dalam proses pengemasan dipastikan dalam keadaan bersih, termasuk plastic kemasannya. Yoghurt dikemas dalam tiga bentuk, yiutu: • Stik berukuran 30 mL. • Cup berukuran 90 mL. • Botol berukuran 250 mL. Tanggal produksi dan jumlah yang dihasilkan dicatat dengan baik. Yoghurt yang telah dikemas disimpan dalam Freezer. Yoghurt dapat bertahan 2-4 bulan penyimpanan dalam freezer dengan kualitas tetap baik. Setiap produksi yang disimpan baik tanggal maupun jumlahnya dicatat dengan baik.
137