HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN NILAI AMBANG DENGAR TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. PUTRA KARANGETANG POPONTOLEN MINAHASA SELATAN Faikar Aviv Basalama*, Paul A. T. Kawatu*, Nancy S. H. Malonda* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
ABSTRAK Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki atau dapat diartikan pula sebagai suara yang salah pada tempat dan waktu yang salah. Saat ini, kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit lingkungan yang penting, terutama di bagian industri. Kebisingan telah menjadi salah satu faktor utama penyebab penyakit akibat kerja, akibat dari kebisingan bagi tenaga kerja dapat berupa menurunnya ambang pendengaran. Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi akibat dari kebisingan terhadap tenaga kerja adalah penggunaan alat pelindung diri, pengaturan jam kerja sesuai dengan peraturan yang ada, penyediaan penghambat kebisingan, peredam kebisingan serta penghalang kebisingan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara intensitas kebisingan dengan nilai ambang dengar pada tenaga kerja di bagian produksi PT. Putra Karangetang Popontolen Minahasa Selatan. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja di bagian produksi PT. Putra Karangetang Popontolen Minahasa Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yang berjumlah 48 orang. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas kebisingan di bagian produksi PT. Putra Karangetang Berkisar antara 82 dB sampai dengan 95 dB, dengan rata-rata intensitas kebisingan di bagian produksi adalah 89,75 dB. Sementara tenaga kerja dengan ambang pendengaran normal pada telinga kanan adalah 13 orang (27 %) dan 35 orang (73 %) dengan ambang pendengaran tidak normal. Sedangkan tenaga kerja dengan ambang pendengaran normal pada telinga kiri adalah 14 orang (29 %) dan 34 orang (71 %) dengan ambang pendengaran tidak normal. Hasil analisis data menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara intensitas kebisingan dengan nilai ambang dengar telinga kanan (p=0.001) serta terdapat hubungan antara intensitas kebisingan dengan nilai ambang dengar telinga kiri (p=0.013). Kata kunci : intensitas kebisingan, nilai ambang dengar, tenaga kerja bagian produksi ABSTRACT Noise is an unwanted voice or sound or may also be interpreted as a wrong voice/sound at the wrong places and the wrong time. Currently, noise is one of important environmental causes of disease, especially in industry. Noise has become one of the main factors causing occupational disease. The consequences of noise to the workers can be a decline in hearing threshold. The efforts should be made to overcome the results of noise of the workers are: using personal protective equipment, arrangement of working time in accordance with existing regulations, provision of noise inhibitors and noise barriers. The purpose of this study is to determine the relationship between the intensity of noise with hearing threshold value of the workers of PT. Putra Karangetang Popontolen South Minahasa. This study is an observational analytic method with crosssectional study design. The population in this study was all workers in production department of PT. Putra Karangetang Popontolen South Minahasa. The sample of this study was the total population of 48 people. Statistical test used in this study for bivariate analysis was Chi Square Test (CI=95%, α=0.05). The results showed that the intensity of the noise in the production department of PT. Putra Karangetang range from 82 dB to 95dB, with an average intensity of noise in the production department was 89.75 dB. While the workers with normal hearings treshold values(left ears) were 14 people (29%) and 34 people (71%) with abnormal hearings treshold. The results of the data analysis shows that there is a significant correlation between the intensity of noise with the right ear hearing threshold values (p = 0.001) and there is a relationship between the intensity of noise with the left ear hearing threshold values (p = 0.013). Keywords : intensity of noise, hearing threshold values, Workers of production department
Mesin-mesin
PENDAHULUAN Penggunaan
mesin-mesin
dengan
dalam
proses
yang digunakan produksi
teknologi tinggi sudah tidak asing lagi
mengakibatkan
terlihat
disetiap
industri.
Namun
kesehatan berupa penyakit akibat kerja
manusia
sebagai
komponen
utama
serta kecelakaan kerja. Salah satu faktor
dan
yang dapat mengakibatkan gangguan
keselamatan tenaga kerja sering kali
kesehatan dalam proses produksi adalah
tidak diperhatikan dalam perusahaan,
kebisingan yang berupa suara yang
sehingga
mengganggu yang dihasilkan akibat
sering
terabaikan.
Kesehatan
menyebabkan
penurunan
terjadinya
sering gangguan
produktivitas tenaga kerja, penyakit
penggunaan
akibat kerja, kecacatan, berkurangnya
Menurut Suma’mur (2009) Bunyi
fungsi tubuh hingga kematian. Data dari
atau
International
rangsangan pada sel saraf pendengar
Labour
Organization
(ILO) menghasilkan kesimpulan, setiap rata-rata 6000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap detik, atau 2,2 juta
per
tahun
akibat
sakit
atau
kecelakaan kerja yang berkaitan dengan tenaga kerjaan mereka. PT. Jamsostek
mesin-mesin
suara
dalam
didengar
telinga
longitudinal
produksi.
oleh
sebagai
gelombang
yang
ditimbulkan
getaran sumber bunyi atau suara dan gelombang
tersebut
merambat
melalui media udara atau penghantar
menyatakan di Indonesia hanya 2,1
lainnya, dan manakala bunyi tersebut
persen dari 15.000 perusahaan yang
tidak
berskala besar yang menerapkan sistem
mengganggu atau timbul di luar
manajemen kesehatan dan keselamatan
kemauan orang yang bersangkutan,
kerja. Data dari Kementerian Tenaga
maka
Kerja
dinyatakan sebagai kebisingan
dan
Transmigrasi
(Kemenakertrans)
menyebutkan
dikehendaki
oleh
bunyi-bunyian
Berdasarkan
karena
demikan
survey
awal
sepanjang tahun 2009 telah terjadi
peneliti, terdapat beberapa keluhan dari
54.398
di
tenaga kerja di bagian produksi, salah
Indonesia. Maka dapat di asumsikan
satunya adalah kebisingan yang timbul
bahwa ada 17 tenaga kerja yang
akibat
mengalami
akibat
produksi. Sesuai dengan pengukuran
kecelakaan kerja setiap hari dan salah
awal tingkat kebisingan di bagian
satu faktor utama penyebabnya adalah
produksi, intensitas kebisingan di bagian
kondisi lingkungan kerja yang tidak
produksi
aman.
sedangkan tenaga kerja harus bekerja
kasus
kecelakaan
cacat
fungsi
kerja
penggunaan
adalah
mesin-mesin
sebesar
95
dB,
selama
8
sampai
10
sehari.
cara pengukuran intensitas kebisingan
Peraturan menteri tenaga kerja dan
menggunakan Sound Level Meter dan
transmigrasi
nilai
RI
13/MEN/X/2011
jam
No.
Per.
menyatakan
bahwa
ambang
dengar
menggunakan
Audiometer. Pengolahan data dilakukan
nilai ambang batas (NAB) kebisingan
dengan
menggunakan
yang dapat diterima adalah sebesar 85
komputer.
Data
dB dalam waktu 8 jam per hari. Dapat
selanjutnya
dilihat bahwa kebisingan di bagian
menggunakan uji chi-square dengan α =
produksi PT. Putra Karangetang telah
0.05, untuk mengetahui hubungan antara
melebihi (NAB).
intensitas
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui
intensitas
hubungan
kebisingan
yang
aplikasi telah
dianalisis
kebisingan
diolah dengan
dengan
nilai
ambang dengar tenaga kerja.
antara
dengan
nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN
ambang dengar pada tenaga kerja di
Berdasarkan hasil penelitian ini, paling
bagian produksi PT. Putra Karangetang
banyak tenaga kerja yang berusia 18-25
Popontolen Minahasa Selatan.
tahun yaitu 16 orang (33 %), dan paling sedikit usia 47-54 tahun yaitu 2 orang (4
METODE PENELITIAN
%). Usia tenaga kerja yang paling tua
Penelitian ini merupakan penelitian
adalah 54 tahun, sedangkan yang paling
observasional
dengan
muda adalah 18 tahun. Tenaga kerja
(potong
dengan jenis kelamin laki-laki ada 27
lintang). Adapun tempat dan waktu
orang (56 %) dan perempuan ada 21
penelitian adalah di bagian produksi PT.
orang (44 %).
pendekatan
Putra
analitik cross
sectional
Karangetang
Popontolen
Masa kerja tenaga kerja yang
Kabupaten
paling banyak adalah 1-5 tahun yaitu 26
Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi
orang (54 %) dan yang paling sedikit
Utara pada bulan Juni 2014. Populasi
adalah 6-10 tahun yaitu 12 orang (21
dalam penelitian ini adalah semua
%). Masa kerja tertinggi adalah 14
tenaga kerja di bagian produksi PT.
tahun, sedangkan masa kerja terendah
Putra Karangetang Popontolen yang
adalah 1 tahun. Berdasarkan hasil dari
berjumlah 48 orang. Sementara sampel
kuesioner tidak terdapat tenaga kerja
dalam
yang memiliki riwayat penyakit telinga
Kecamatan
Tumpaan
penelitian
ini
adalah
total
populasi yang berjumlah 48 orang.
sebelum
bekerja
Pengumpulan data dilakukan dengan
Karangetang
di
PT.
Putra
Popontolen.
Tabel 1. Hasil pengukuran intensitas kebisingan di bagian produksi Rata-rata intensitas kebisingan (dB)
Frekuensi pengukuran Lokasi penelitian Bagian Pencucian Bagian Pencampuran Bagian Pemilahan Bagian Pengemasan Rata-rata
1 84 94 93 91
2 82 96 91 88
3 83 92 90 90
4 82 94 91 92
5 81 98 93 90
6 80 96 94 89
82 95 92 90 89,75
Berdasarkan hasil pengukuran
sedangkan rata-rata intensitas kebisingan
intensitas kebisingan di bagian produksi
terendah adalah di tempat pencucian
yang dilakukan pada 4 titik, rata-rata
yaitu 82 dB. Dengan rata-rata intensitas
intensitas kebisingan tertinggi adalah di
kebisingan di bagian produksi adalah
tempat pencampuran yaitu 95 dB,
89,75 dB.
Tabel 2. Hasil pengukuran nilai ambang dengar Hasil pengukuran Nilai Ambang Dengar Normal (≤ 25 db) Tidak Normal (> 25 db) Jumlah
Telinga Kanan Jumlah Persentase 13 27 % 35 73 % 48
Berdasarkan hasil pengukuran
Jumlah 14 34
Telinga Kiri Persentase 29 % 71 %
48
100 %
100 %
sedangkan tenaga kerja yang memiliki
nilai ambang dengar, tenaga kerja di
ambang
pendengaran
normal
bagian produksi yang memiliki ambang
telinga kiri adalah berjumlah 14 orang
pendengaran normal pada telinga kanan
(29 %) dan yang memiliki ambang
adalah berjumlah 13 orang (27 %) dan
pendengaran tidak normal adalah 34
yang memiliki ambang pendengaran
orang (71 %).
tidak normal adalah 35 orang (73 %),
Tabel 3. Hasil uji statistik intensitas kebisingan dengan nilai ambang dengar Intensitas Kebisingan Telinga Kanan : Normal Tinggi Telinga Kiri : Normal Tinggi
Nilai Ambang Dengar Normal Tidak Normal
Jumlah
p*
9 5
4 30
13 35
0,001
8 5
6 29
14 34
0,013
pada
Hasil uji statistik hubungan intensitas
kebisingan
dengan
nilai
yang masih dapat didengar telinga (Tambunan, 2005).
ambang dengar pada telinga kanan
Selain
dapat
menyebabkan
menunjukkan nilai p=0.001 (α<0.05),
gangguan
sedangakan
kiri
kebisingan juga dapat mengakibatkan
menunjukkan nilai p=0.013 (α<0.05).
berbagai permasalahan lainnya. Setyanto
berdasarkan
dapat
dkk (2011) dalam penelitiannya tentang
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
pengaruh faktor lingkungan fisik kerja
yang signifikan atau bermakna antara
terhadap waktu penyelesaian pekerjaan,
intensitas
nilai
menunjukkan hasil bahwa pada kondisi
ambang dengar telinga kanan dan kiri
tingkat kebisingan 50 dB merupakan
tenaga kerja di bagian produksi.
paparan yang dapat memberikan waktu
pada
telinga
hasil
tersebut
kebisingan
dengan
Kebisingan atau Noise pollution
pendengaran,
intensitas
penyelesaian pekerjaan sebesar 5,88
sering disebut sebagai suara atau bunyi
detik/unit,
yang tidak dikehendaki atau dapat
tingkat kebisingan 95 dB memberikan
diartikan pula sebagai suara yang salah
hasil yang paling lama yaitu sebesar
pada tempat dan waktu yang salah
7,19
(Chandra, 2007). Sementara itu menurut
kebisingan memberikan pengaruh yang
Soemirat
sangat
(2011)
Bising
adalah
campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki
ataupun
kesehatan.
Saat
yang ini,
sementara
detik/unit.
besar
pada
Faktor
terhadap
kondisi
tingkat
waktu
penyelesaian pekerjaan.
merusak
Pengukuran
intensitas
kebisingan
kebisingan di bagian produksi PT. Putra
merupakan salah satu penyebab penyakit
Karangetang Popontolen menunjukkan
lingkungan yang penting . Wardhana
nilai tertinggi yaitu 98 dB. Hal ini tentu
(2004) menyatakan Saat ini kebisingan
sangat
telah menjadi masalah yang banyak
pendengaran tenaga kerja di bagian
dihadapi penduduk kota besar. Suasana
produksi. Penelitian yang dilakukan oleh
akan lebih parah lagi apabila di suatu
Hidayati (2002) pada karyawan di
lingkungan
bagian Roughmill PT. Mailand-Smith
terdapat
industri
yang
peralatannya menimbulkan bunyi yang
Indonesia
keras.
bahwa
dapat
mempengaruhi
Semarang kebisingan
ambang
menunjukkan yang
diterima
Paparan kebisingan yang tinggi
karyawan adalah 101,86 dB dengan
mempengaruhi
kebisingan maksimal adalah 112,25 dB,
nilai
ambang
dengar seseorang. Nilai ambang dengar
sementara
itu
43,4
%
responden
dalam hal ini adalah bunyi terlemah
mengalami gangguan pendengaran pada
telinga kiri dan 40 % responden
(p<0,05), hal ini membuktikan bahwa
mengalami gangguan pendengaran pada
adanya hubungan antara efek bising
telinga kanan, sehingga hasil uji korelasi
terhadap gangguan fungsi pendengaran.
menunjukkan
bahwa
ada
hubungan
Paparan intensitas kebisingan
antara intensitas kebisingan dengan nilai
yang
ambang dengar pada telinga kiri dan
ambang
kanan. Hal tersebut juga sejalan dengan
Dengan ini maka di ambil kesimpulan
penelitian yang dilakukan oleh Haurisa
bahwa intensitas kebisingan berbanding
dkk (2013) yang menunjukan hasil
lurus dengan nilai ambang dengar, yang
bahwa siswa dengan paparan bising 100-
artinya
105 dB, sebanyak 4 siswa mengalami
kebisingan di suatu lingkungan maka
gangguan
dengan
semakin naik pula nilai ambang dengar
presentase (20 %) dan 16 siswa dengan
orang-orang yang berada di lingkungan
presentase (80 %) tidak mengalami
tersebut.
gangguan
pendengaran
pendengaran,
tinggi
dapat
pendengaran
semakin
mempengaruhi tenaga
tinggi
kerja.
intensitas
dengan
kesimpulan penelitian bahwa terdapat
Kesimpulan
pengaruh
Terdapat hubungan antara intensitas
paparan
bising
terhadap
ambang pendengaran.
kebisingan dengan nilai ambang dengar
Penelitian yang dilakukan Tjan
tenaga kerja di bagian produksi PT.
dkk (2013) tentang efek bising mesin
Putra Karangetang Popontolen Minahasa
elektronika terhadap gangguan fungsi
Selatan.
pendengaran pada pekerja di kecamatan Sario Kota Manado juga menunjukkan
Saran
hasil bahwa terdapat hubungan yang
Perlu adanya pengadaan alat pelindung
bermakna antara gangguan pendengaran
diri
dengan intensitas kebisingan, dimana
Melaksanakan pemeriksaan kesehatan
rentang pajanan intensitas ke bisingan
telinga pada saat menerima tenaga kerja,
pada pekerja adalah 80-97 dB, dengan
Perlu adanya Barrier atau penghalang
hasil
yang
antara sumber bising dengan tenaga
menunjukkan bahwa terdapat 5 orang
kerja, serta Pengaturan jam kerja/shift
dengan amabng pendengaran norma, 12
kerja
orang menderita tuli ringan, 2 orang
diperbolehkan dalam kondisi lingkungan
menderita tuli sedang, dan 1 orang
kerja dengan kebisingan 89,75 dB yakni
menderita tuli berat. Berdasarkan hasil
4 jam sehari.
pemeriksaan
audiometri
analisis data menunjukkan nilai p=0,031
dari
sesuai
kebisingan
dengan
produksi,
waktu
yang
DAFTAR PUSTAKA
terhadap waktu penyelesaian
Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan
pekerjaan (studi laboratorium).
Lingkungan. Jakarta : EGC. Haurissa,
M.
P.
Mengko,
Palendeng,
O.
paparan
bising
ambang
I.
S.
Jurnal Ekosains. Vol 3. No 2. K.
Juli
2011.
(online),
Pengaruh
(http://download.portalgaruda.or
terhadap
g/article.php?article=106995&v
pendengaran
siswa
SMK Negeri 2 Manado jurusan teknik konstruksi batu beton.
al=4048) diakses pada tanggal 6 agustus 2014. Soemirat,
J.
2011.
Kesehatan
(online),
lingkungan. Yogyakarta: Gadjah
(https://ejournal.unsrat.ac.id/ind
Mada University Press
ex.php/eclinic/artikel/download/ 4400/3929),
diakses
pada
tanggal 27 agustus 2014.
Suma’mur. 2009. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV. Sagung Seto
Hidayati, S. U. 2012. Pengaruh masa
Tambunan, S. T. 2005. Kebisingan di
kerja, intensitas kebisinagn dan
Tempat Kerja. Yogyakarta : CV.
rutinitas
Andi Offset.
pemakaian
pelindung
telinga
Alat dengan
Tjan, H. Lintong, F. Supit, W. 2013.
ambang pendengaran karyawan
Efek bising mesin elektronika
di
terhadap
Bagian
roughmill
maitland-smith
pt
gangguan
fungsi
indonesia
pendengaran pada pekerja di
semarang. Skripsi. Semarang :
kecamatan Sario Kota Manado
Universitas
Sulawesi
Diponegoro.
Utara.
Jurnal
e-
(online),
Biomedik (eBM), Vol 1. No 1.
(http://www.google.com/url?q=
Maret 2013 : 34-39. (online),
htttp://eprints.undip.ac.id/8469/1
(http://ejournal.unsrat.ac.id/inde
/1306.pdf&sa=U&ei=XRFKVI6
x.php/ebiomedik/article/viewFil
GCGzmwXw3lh4Aw&ved=0C
e/1158/934)
AsQFjAA&usg=AFQjCNE67d3
tanggal 7 agustus 2014
UYld_Z0gtVNmD19FkFgSHVr
Wardhana,
W.
A.
diakses
2004.
pada
Dampak
A) diakses pada tanggal 6
pencemaran
agustus 2014.
Yogyakarta : Andi Offset
Setyanto, H. R. Subiyanto, A. A. Wiryanto.
2011.
Pengaruh
faktor lingkungan fisik kerja
lingkungan.