FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN 2016 ABSTRAK YANTI NURJAYANTI FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INTENSI BERHENTI MEROKOK (Studi pada Perokok Keluarga Miskin Pasca Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Kemasan Rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis Tahun 2016) Niat perokok untuk berhenti merokok, dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis tahun 2016. Metode yang digunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 59 kepala keluarga. Hasil penelitian yaitu sebanyak 28 responden (47,5%) tidak memiliki niat dan 31 responden (52,5%) memiliki niat berhenti merokok. Sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku responden sebagian besar positif yaitu sebanyak 33 (55,9%), 35 (59,3%) dan 45 responden (76,3%). Uji statistik digunakan chi square. Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan antara sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku dengan intensi berhenti merokok (p=0,000). Sehingga disarankan untuk lebih memperhatikan bahaya merokok, melakukan promosi kesehatan serta merancang pesan dampak merokok berupa gambar penyakit akibat merokok. Kata Kunci :Sikap, Norma Subjektif, Kontrol Perilaku, Intensi Kepustakaan : 39 (2003-2016)
1
FACULTY OF HEALTH SCIENCES UNIVERSITY OF SILIWANGI TASIKMALAYA SPECIALISATION ADMINISTRATION HEALTH POLICY 2016 ABSTRACT YANTI NURJAYANTI FACTORS RELATED TO QUIT SMOKING INTENTIONS (STUDY IN POOR FAMILY SMOKERS AFTER HEALTH WARNING INCLUSION IN CIGARETTE PACKAGING IN THE SUKAMAJU HAMLET BUDIHARJA VILLAGE SINDANGKASIH CIAMIS DISTRICT 2016) Intention smokers to quit, are influenced by three factors: the attitude toward the behavior, subjective norms and perceived behavioral control. This study aims to factors that relate with of attitudes toward the behavior, subjective norms and perceived behavioral control in poor families smokers in Sukamaju hamlet Budiharja village Sindangkasih District of Ciamis. The method used observational with cross sectional approach. A sample of 59 house holds. The results of the study as 28 respondents (47.5%) did not have the intention and the 31 respondents (52.5%) have intention to quit smoking. Attitudes toward the behavior, subjective norms and perceived behavioral control respondents mostly positive as many as 33 (55.9%), 35 (59.3%) and 45 respondents (76.3%). The statistical test used chi square. Statistical results showed there is relation between attitudes toward the behavior, subjective norms and perceived behavioral control with intention to quit smoking (p=0.000). So it is advisable to pay more attention to the dangers of smoking, health promotion and design the effects of smoking message as image of diseases caused by smoking.
Keywords: Attitudes, Subjective Norms, Behavioral Control, Intention
2
A. PENDAHULUAN Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Beberapa dampak merokok bagi kesehatan menurut Sukmana (2011) diantaranya, merokok sumber penyakit paru-paru, penyakit kanker, penyakit jantung koroner, radang akut disebagian saluran pernafasan seperti membengkak dan mulai menyempit, tukak lambung dan usus kecil, menyebabkan kebutaan, mempercepat penuaan, menyebabkan impotensi yang mengganggu kesuburan pria dan wanita, merusak gen, menimbulkan kanker kulit, kanker mulut, kanker bibir, kerongkongan dan usus disebabkan panas dari asap rokok, menggerogoti jantung, kelumpuhan, emphysema atausulit bernafas, merusak otak dan indera dan mengancam kehamilan. Banyak perokok yang menyadari bahaya merokok, namun kenyataannya tidak sedikit perokok memutuskan untuk berhenti merokok. Sehinggaepidemi tembakau telah membunuh sekitar 6 juta orang per tahun, dimana 600 ribu diantaranya merupakan perokok pasif (WHO, 2014). Adanya dampak negatif yang ditimbulkan oleh rokok dan semakin meningkatnya minat konsumsi terhadap rokok, pemerintah berupaya melindungi kesehatan masyarakat dari bahaya rokok, yaitu mulai tanggal 24 Juni 2014 pemerintah Indonesia menerapkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia No. 28 tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau. Selain gambar peringatan, peraturan tersebut juga mewajibkan pencantuman kalimat yang berbunyi merokok membunuhmu. Setiap perokok mengetahui gambar peringatan yang terdapat dalam kemasan rokok. Namun adanya gambar peringatan tersebut, prevalensi perokok di Indonesia tidaklah menurun melainkan terus meningkat. Sebanyak 46,16% perokok ASEAN berada di Indonesia sehingga Indonesia menduduki urutan ke-3 dengan jumlah perokok terbanyak di dunia setelah Negara Cina (390 juta perokok atau 29% per penduduk) dan India (144 juta perokok atau 12,5% per penduduk) (IAKMI, 2010). Sekitar 140 juta orang setiap harinya mengkonsumsi rokok dan setiap tahun konsumsi rokok mencapai 199 miliar batang rokok (Kholish, 2013). Studi pada tahun 2000-2003 menunjukkan lebih dari 360.000 rumah tangga miskin di perkotaan dan pedesaan, kematian bayi dan balita lebih tinggi pada keluarga yang orang tuanya merokok dari pada yang tidak merokok, dengan angka kematian balita sebesar 32.400 kematian setiap tahun atau hampir 90 kematian balita per hari (IAKMI, 2012). Pemerintah berupaya mengurangi kemiskinan melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp. 100 ribu per bulan. Terdapat sekitar 19 juta kepala keluarga miskin penerima BLT, dengan prevalensi perokok penduduk miskin lakilaki dewasa sebesar 63%, diperkirakan terdapat sekitar 2/3 adalah keluarga
3
perokok. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 12 juta kepala keluarga menggunakan dana BLT untuk membeli rokok. Data Susenas (2006) menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran rokok pada keluarga perokok adalah sekitar Rp. 117 ribu per bulan, sementara pada keluarga miskin rata-rata Rp. 52 ribu yang berarti lebih dari separuh BLT akan dihabiskan untuk membeli rokok (IAKMI, 2012). Peringatan kesehatan pada kemasan rokok yang diwajibkan oleh pemerintah diharapkan mampu meningkatkan kesadaran konsumen rokok tentang bahaya produk tersebut dan akhirnya merubah perilaku perokok untuk berhenti merokok. Berkaitan dengan masalah perilaku, ada hal yang menjadi prediktor utama dalam menentukan perilaku yaitu intensi atau niat. Ajzen dan Fishbein (Sagitania, 2014) mengatakan bahwa hampir setiap perilaku manusia didahului oleh adanya niat atau kehendak untuk menampilkan perilaku. Menurut Ajzen (Permatasari, 2015), intensi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior), norma subjektif (subjective norm) dan
persepsi
kontrol
perilaku
(perceived
behavior
control).Theory
of
planned behavior menjelaskan sikap yang dibentuk oleh individu akan sesuai dengan keyakinan yang berasal dari diri sendiri atau pengalaman pribadi serta orang lain. Selain itu, persepsi kontrol perilaku maupun norma subjektif menjelaskan bahwa dengan mengetahui sikap, maka selanjutnya dapat diketahui sejauh mana pengaruh sikap tersebut terhadap niat. Niat tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh sikap, tetapi juga dipengaruhi oleh norma subjektif serta persepsi kontrol perilaku. Sehingga dapat diketahui bagaimana sikap terhadap perilaku(attitude toward behavior), norma subjektif (subjective norm) serta persepsi kontrol perilaku (perceived behavioral control) perokok akan merubah niat dan perilaku merokok dalam menyikapi peringatan kesehatan pada kemasan rokok tersebut (Ajzen dalam Permatasari, 2015). Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Elliot
dan
Shanahan
(Permatasari, 2015) disimpulkan bahwa, peringatan kesehatan secara grafis akan lebih diperhatikan dari pada pesan teks saja dan mendorong pemikiran konsumen tentang bahaya merokok. Hasil penelitian Permatasari (2015), sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku berpengaruh secara simultan terhadap intensi berhenti merokok pada mahasiswa strata satu di Kota Malang sebagai dampak peraturan gambar peringatan pada kemasan rokok. Berdasarkan DinSosNaKerTrans Kabupaten Ciamis, jumlah rumah tangga miskin tertinggi di Kabupaten Ciamis tahun 2015 adalah Kecamatan Sindangkasih. Kecamatan Sindangkasih terdiri dari sembilan desa, Desa Budiharja memiliki jumlah rumah tangga miskin tertinggi yaitu sebesar 56,7%. Dimana Dusun Sukamaju dengan masyarakat miskin perokok aktif sebesar 90,1% (Bahtiar, 2015). Dariuraian tersebut peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
4
berhubungan dengan intensi berhenti merokok studi pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis tahun 2016. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan
uraian
latar
belakang,
maka
dapat
dirumuskan
permasalahannya yaitu faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis tahun 2016?. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan intensi berhenti merokok (sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku) pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis tahun 2016. b. Mengidentifikasi intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis tahun 2016. c. Menganalisis hubungan sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku dengan intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis tahun 2016. D. TINJAUAN PUSTAKA 1. Intensi Berhenti Merokok Berhenti merokok adalah tindakan yang dilakukan oleh perokok untuk meninggalkan kebiasaan merokok yang pada dasarnya merupakan perpaduan dari terapi perilaku dan obat untuk menghentikan kebiasaan merokok (Syafiie, 2009). Menurut Ajzen dan Fishbein (Indrawani dkk, 2014), intensi berhenti
5
merokok adalah keinginan yang kuat dari individu untuk menghentikan kebiasaan merokok dan dilakukan secara sadar. 2. Aspek Intensi Berhenti Merokok Menurut Ajzen (Tsalits, 2013) dalamTheory Planned Behavioraspek intensi sering dikenal dengan istilah TACT (Target, Action, Context and Time), yaitu: a. Target (sasaran), artinya intensi untuk berperilaku mempunyai sasaran tertentu yang ingin dicapai, yaitu berhenti merokok. b. Action (perilaku atau tindakan), artinya perilaku yang akan diwujudkan secara nyata. c. Context, suatu situasi tertentu yang memunculkan atau mendukung
intensi
untuk berperilaku. d. Time (waktu), artinya waktu menyangkut kapan sebuah perilaku akan diwujudkan. 3. Faktor-Faktor Intensi Berhenti Merokok BerdasarkanTheory of Planned Behavior Ajzen dan Fishbein (Permatasari, 2015), intensi terbentuk dari tiga faktor, diantaranya: a. Sikap terhadap Perilaku (Attitude Toward Behavior) Sikap terhadap perilaku(attitude toward behavior) adalah penilaian yang bersifat pribadi dari individu yang bersangkutan, menyangkut pengetahuan dan keyakinannya mengenai perilaku tertentu, baik dan buruknya, keuntungan dan manfaat (Notoatmodjo, 2010). 1) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Faktor yang mempengaruhi sikap (Wawan dan Dewi, 2010): a) Pengalaman Pribadi b) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting c) Pengaruh Kebudayaan d) Media Massa e) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama f) Faktor Emosional 2) Bentuk Sikap terhadap Perilaku Sikap dapat dibedakan atas bentuknya (Purwanto, 2009), yaitu: a) Sikap
positif: perwujudan nyata
dari intensitas perasaan yang
memperhatikan hal- hal yang positif. b) Sikap
negatif:
sesuatu
yang
menunjukan
ketidaktenangan dan tidak memiliki kepercayaan diri.
6
ketidakramahan,
3) Proses Perubahan Sikap terhadap Perilaku Ada tiga proses perubahan sikap (Kelman dalam Saifudin, 2012): a) Kesediaan (Compliance) Ketika individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain dikarenakan ia berharap untuk memperoleh reaksi positif. b) Identifikasi (Identification) Individu meniru perilaku seseorang karena sikap tersebut sesuai dengan
apa
yang
dianggapnya
sebagai
bentuk
hubungan
menyenangkan antara lain dengan pihak yang dimaksud. c) Internalisasi (Internalization) Individu menerima pengaruh dan bersedia menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang ia percaya dan sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya. b. Norma Subjektif (Subjective Norm) Menurut Ajzen dan Fishbein (Permatasari, 2015), norma subjektif adalah persepsi individu berhubungan dengan kebanyakan orang-orang yang penting bagi dirinya mengharapkan individu untuk melakukan tingkah laku tertentu, orang-orang yang penting bagi dirinya itu kemudian dijadikan acuan untuk mengarahkan tingkah laku. Berikut komponen norma subjektif secara umum memiliki dua komponen, yaitu normative beliefs dan motivation to comply: 1) Keyakinan Normative(Normative Beliefs) Persepsi atau keyakinan mengenai harapan orang lain terhadap dirinya untuk menampilkan perilaku atau tidak. 2) Motivasi untuk Memenuhi(Motivation to Comply) Norma subjektif dapat dilihat sebagai dinamika antara dorongan yang dipersepsikan individu dari orang-orang disekitarnya untuk mengikuti pandangan dalam melakukan tingkah laku tersebut. c. Persepsi terhadap Kontrol Perilaku (Perceived Behavior Control) Persepsi
terhadap
kontrol
perilaku
adalah
kemampuan
untuk
membimbing tingkah laku sendiri dan kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif (Chaplin, 2005). Berikut merupakan komponen dari persepsi terhadap kontrol perilaku: 1) Keyakinan Kontrol(Control Beliefs) Keyakinan kontroladalah kepercayaan mengenai sumber dan kesempatan yang dibutuhkan untuk memunculkan tingkah laku. 2) Kekuatan Persepsi (Perceived Power) Kekuatan persepsiadalah persepsi individu mengenai seberapa kuat kontrol tersebut untuk mempengaruhi dirinya dalam memunculkan tingkah laku.
7
E. METODE PENELITIAN 1. Hipotesis Penelitian Ada hubungan sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi kontrol perilakudengan intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis 2016. 2. Desain Penelitian Yaitu metode survei dengan menggunakan pendekatan cross sectional. 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Yaitu seluruh kepala keluarga perokok aktif terdaftar sebagai keluarga miskin berdasarkan data penyaluran beras raskin tahun 2015 Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis yang berjumlah 59 orang. b. Sampel Pengambilan sampel ditentukan dengan total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 59 orang. 4. Analisis Data a. Analisis Univariat Mendeskripsikan
karakteristik
setiap
variabel
penelitian
dengan
menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya. b. Analisis Bivariat Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square (p value ≤ 0,05)sehingga ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. F. HASIL Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Intensi Berhenti Merokok pada PerokokKeluarga Miskin Pasca Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Kemasan Rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis Intensi n % Tidak mempunyai niat 28 47,5 Mempunyai niat 31 52,5 Total 59 100 Berdasarkan tabel 6.1, responden yang mempunyai niat berhenti merokok pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok lebih banyak (52,5%) dibandingkan responden yang tidak mempunyai niat berhenti merokok (47,5%).
8
Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi menurut Kategori Sikap Responden Pasca Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Kemasan Rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis No Sikap Responden Frekuensi Persentase (%) 1 Negatif 26 44,1 2 Positif 33 55,9 Total 59 100 Berdasarkan tabel 6.2, sebagian besar responden mempunyai sikap positif pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok yaitu sebanyak 33 orang (55,9%) sedangkan sikap negatif sebanyak 26 orang (44,1%). Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi menurut Kategori Norma Subjektif Responden Pasca Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Kemasan Rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis No Norma Subjektif Responden Frekuensi Persentase (%) 1 Negatif 24 40,7 2 Positif 35 59,3 Total 59 100 Berdasarkan tabel 6.3, sebagian besar responden mempunyai norma subjektif positif pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok (59,3%) sedangkan norma subjektif negatif sebanyak 24 orang (40,7%). Tabel 6.4 Distribusi Frekuensi menurut Kategori Persepsi Kontrol Perilaku Responden Pasca Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Kemasan Rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis Kontrol Perilaku No Frekuensi Persentase (%) Responden 1 Negatif 14 23,7 2 Positif 45 76,3 Total 59 100 Berdasarkan tabel 6.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi kontrol perilaku positif pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok, yaitu sebanyak 45 orang (76,3%) sedangkan kontrol perilaku negatif sebanyak 14 orang (23,7%). Tabel 6.5 Hubungan Sikap terhadap Perilaku dengan Intensi Berhenti Merokok pada Perokok Keluarga Miskin Pasca Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Kemasan Rokokdi Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis Tahun 2016 Sikap terhadap Perilaku Responden Intensi P Negatif Positif F % F % Tidak Mempunyai Niat 21 80,8 7 21,2 Mempunyai Niat 5 19,2 26 78,8 0,000 Total 26 100 33 100
9
Dapat dilihat pada tabel 6.5 berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,000 yang berarti nilai p≤α dengan α=0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perilaku dengan intensi berhenti merokok pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok. Tabel 6.6 Hubungan Norma Subjektif dengan Intensi Berhenti Merokok pada Perokok Keluarga Miskin Pasca Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Kemasan Rokok di Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis Tahun 2016 Norma Subjektif Responden Intensi Negatif Positif P F % F % Tidak Mempunyai Niat 19 79,2 9 25,7 Mempunyai Niat 5 20,8 26 74,3 0,000 Total 24 100 35 100 Tabel 6.6 menunjukan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,000 (p ≤ α) dengan α = 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara norma subjektif dengan intensi berhenti merokok pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok. Tabel 6.7 Hubungan Persepsi Kontrol Perilaku dengan Intensi Berhenti Merokok pada Perokok Keluarga Miskin Pasca Pencantuman Peringatan Kesehatan dalam Kemasan Rokokdi Dusun Sukamaju Desa Budiharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis Tahun 2016 Persepsi Kontrol Perilaku Responden Intensi Negatif Positif P F % F % Tidak Mempunyai Niat 13 92,9 15 33,3 Mempunyai Niat 1 7,1 30 66,7 0,000 Total 14 100 45 100 Tabel 6.7 menunjukan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,000 (p ≤ α) dengan α = 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi kontrol perilaku dengan intensi berhenti merokok pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok. G. PEMBAHASAN 1. Hubungan Sikap terhadap Perilaku dengan Intensi Berhenti Merokok Berdasarkan Theory of Planned Behavior Ajzen dan Fishbein (Permatasari, 2015), sikap merupakan turunan pertama dari intensi perilaku. Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan chi square diperoleh nilai (p=0,000), hasil ini menunjukan bahwa ada hubungan antara sikap terhadap perilaku dengan intensi berhenti merokok. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2015) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan intensi berhenti merokok (p=0,000) pada mahasiswa strata satu di Kota
10
Malang. Secara teoritis bahwa sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih terutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). 2. Hubungan Norma Subjektif dengan Intensi Berhenti Merokok Berdasarkan hasil uji analisis statistik chi square menunjukan bahwa ada hubungan norma subjektif dengan intensi berhenti merokok (p=0,000). Norma subjektif (subjective norm) merupakan hasil dari kepercayaan seseorang terhadap apa yang orang lain atau kelompok sosial pikir tentang perilakunya (normative belief) (Mada dalam Permatasari, 2015). Hasil penelitian Kumalasari (2014) menunjukkan norma subyektif berpengaruh secara signifikan terhadap intensi berhenti merokok. Penelitian ini norma subyektif dibentuk dari dukungan keluarga dan dukungan ustad. Norma subjektif menilai hal yang diyakini oleh para konsumen yang seharusnya dikerjakan menurut anggapan orang-orang (Mowen dalam Permatasari, 2015). 3. Hubungan Persepsi Kontrol Perilaku dengan Intensi Berhenti Merokok Berdasarkan hasil uji analisis statistik chi square menunjukan bahwa ada hubungan persepsikontrol perilaku dengan intensi berhenti merokok (p=0,000). Menurut Ajzen dan Fishbein (Permatasari,2015) kontrol perilaku menunjukkan sejauh mana seseorang mampu untuk mengontrol apa yang dia tampilkan dan tidak ditampilkan. Kontrol perilaku ditentukan oleh beberapa keyakinan terhadap faktor-faktor yang dapat memudahkan atau mempersulit suatu perilaku. Keyakinan yang dimaksud adalah berkaitan dengan gambar peringatan pada kemasan rokok. Hasil penelitian Anggunia (2015) persepsi kontrol perilaku mempunyai hubungan yang signifikan dengan intensi berhenti merokok. Penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa ini, persepsi kontrol perilaku menjadi penyumbang terbesar untuk mempunyai niat berhenti merokok yaitu sebesar 31,8 %. H. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan a. Ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perilaku dengan intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok. b. Ada hubungan yang signifikan antara norma subjektif dengan intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok. c. Ada hubungan yang signifikan antara persepsi kontrol perilaku dengan intensi berhenti merokok pada perokok keluarga miskin pasca pencantuman peringatan kesehatan dalam kemasan rokok.
11
2. Saran a. Diharapkan responden lebih memperhatikan bahaya merokok khususnya yang terdapat dalam kemasan rokok, agar dapat merubah perilaku merokok sehingga dapat mempengaruhi keluarganya untuk hidup sehat. b. Bagi intansi kesehatan (Puskesmas) untuk melakukan promosi kesehatan terkait pentingnya memperhatikan peringatan kesehatan dalam kemasan rokok. c. Bagi pembuat kebijakan, diharapkan dapat merancang pesan dampak merokok berupa gambar penyakit akibat rokok, karena peringatan berupa gambar penyakitlah yang paling diwaspadai oleh perokok. d. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mencari faktor lain yang berpengaruh terhadap intensi berhenti merokok serta lebih mengembangkan metode dan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. DAFTAR PUSTAKA Anggunia, Kiki Rahmi. (2015). Peranan Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavioral Control (PBC) terhadap Intensi Berhenti Merokok pada Perokok Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah. Bahtiar, Asep Aziz. (2015). Laporan Penduduk Lahir Mati Pindah Datang. Ciamis: Desa Budiharja. Chaplin, J.P. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah: dr. Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. IAKMI. (2010). Fakta Tembakau: Permasalahannya di Indonesia Tahun 2010. Jakarta: TCSC, IAKMI KPS PDKT. IAKMI. (2012). Fakta Tembakau 2012. Jakarta: TCSC IAKMI. Indrawani, Sherly Natasha, dkk. (2014). Intensi Berhenti Merokok: Peran Sikap Terhadap Peringatan pada Bungkus Rokok dan Perceived Behavioral Control. Psikologi: 65-73, Vol.9. Kemenkes RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 28 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan Pada Kemasan Produk Tembakau. Jakarta : Kemenkes RI. Kholis, Nur. (2013). Kisah Inspiratif Perjuangan Berhenti Merokok. Yogyakarta: Real Books. Kumalasari, Isti. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Berhenti Merokok Pada Santri Putra di Kabupaten Kudus. Journal of Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, vol 14.
12
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Permatasari, Lely Putri. (2015). Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, dan Kontrol Perilaku Terhadap Intensi Berhenti Merokok Sebagai Dampak Peraturan Gambar Peringatan Pada Mahasiswa Strata Satu di Kota Malang. Journal. Purwanto. (2009). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Sagitania. (2014). Hubugan antara Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavioral Control dengan Intensi Berhenti Merokok pada Siswa SMP di Kota Bandung. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia. Saifudin, Azwar. (2012). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Liberty. Sukmana, Teddie. (2011). Mengenal Rokok dan Bahayanya. Jakarta: Be Champion. Susenas (Survei Ekonomi Nasional). (2006). BPS (Badan Pusat Statistik). Jakarta: BPS. Syafiie, R. (2009). Stop Smoking!. Semarang: Universitas Diponegoro. Tsalits, Latiifah Husnu. (2013). Hubungan Dukungan Teman Sebaya dan Kontrol Perilaku dalam Merokok dengan Intensi Berhenti Merokok pada Remaja SLTA. Surakarta: Skripsi Universitas Muhammdiyah Surakarta. Wawan dan Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. WHO. (2014). PerilakuMerokok Masyarakat Indonesia. ISSN 2442-7659: INFODATIN (Pusat Data dan Informasi Kesehatan RI).
13