Gambaran Persepsi Pengambil Keputusan Perusahaan Nasabah Asuransi Kesehatan Kumpulan PT. XYZ Terhadap Pemberlakuan JKN Di Wilayah Jakarta Selatan Pada Tahun 2013 Romeryana Ningsih, Budi Hidayat Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Email :
[email protected]
Abstrak Indonesia mereformasi sistem pembiayaan kesehatan dengan menjamin seluruh penduduk dengan Jaminan Kesehatan Nasional efektif mulai tanggal 1 Januari 2014. JKN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Skripsi ini meneliti persepsi nasabah Asuransi Kesehatan Kumpulan PT. XYZ tentang JKN, sehubungan salah satu prinsip asuransi sosial adalah kepesertaan wajib maka kedepannya nasabah asuransi PT. XYZ juga wajib menjadi peserta JKN. Sebanyak 29 responden (49%) mempunyai sikap negatif terhadap JKN dan sebyak 30 responden (51%) mempunyai sikap positif terhadap JKN. Dari seluruh variabel independen berupa karakteristik nasabah dan karakteristik perusahaan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap nasabah terhadap JKN, diduga karena kurangnya informasi yang adekuat mengenai hak dan kewajiban penduduk dalam JKN Descriptive study on Company’s Decision Makers’ Perception of PT. XYZ’s clients about the implementation of National Health Security In South Jakarta Region in 2013 Abstract Indonesia conducts a reformation in health care funding system by covering all citizen’s helath care with National Health Security (NHS) which takes effect on January, 1 2014. NHS is held nationally based on social insurance principals and
1 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
equity principals. This studies researches the perception of PT. XYZ’s clients which represented by company’s decision maker, about the implementation of NHS. One of the social insurance’s principals is membership mandatory, thereby PT. XYZ’s clients have to obey the law to join the NHS in the future. From all the independent variables which comprise of decision maker’s characteristics and company’s characteristics, both don’t have the correlation significantly with the attitude of the clients on NHS. The respondents whom have negative attitude on NHS count of 29 (49%) and 30 respondents (51%) have positive attitude about NHS. This happens probably because of lack of proper information about the right and the duty of the citizen’s in NHS. Key words : National Health Security, client’s perception
Pendahuluan Pada tanggal 1 Januari 2014 Indonesia akan mulai melaksanakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). JKN merupakan salah satu bagian dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). SJSN-JKN diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. JKN merupakan
upaya pemerintah dalam
pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan sebagai bagian dari Sistem Kesehatan Nasional yaitu Subsistem Pembiayaan
Kesehatan
kesehatan universal. JKN diselenggarakan
untuk mencapai cakupan
secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Tujuan penyelenggaraan JKN adalah menjamin penduduk Indonesia agar memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Mulai 1 Januari 2014, pemerintah mulai memberlakukan jaminan sosial kesehatan (JKN) kepada seluruh penduduk Indonesia dan wajib mendaftar menjadi peserta JKN, termasuk wajib bagi para pemberi kerja untuk mendaftarkan karyawannya ke BPJS. Pemerintah telah melakukan sosialisasi mengenai SJSN dan BPJS melalui berbagai media. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti gambaran persepsi pengambil keputusan perusahaan nasabah asuransi kesehatan
2 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
kumpulan PT. XYZ terhadap pemberlakuan Jaminan Kesehatan Nasional-Sistem Jaminan Sosial Nasional (JKN-SJSN) tanggal 1 Januari 2014. Dalam penelitian ini persepsi positif atau negatifnya JKN diukur dengan melalui sikap nasabah terhadap pemberlakuan JKN mulai tanggal 1 Januari 2014. Penelitian dilakukan di PT. XYZ karena perusahaan ini adalah termasuk penyedia layanan asuransi kesehatan kumpulan komersial terbesar di Indonesia. Wilayah Jakarta Selatan diambil karena di wilayah ini nasabah asuransi kesehatan kumpulan PT. XYZ yang paling besar jumlahmya.
Tinjauan Teoritis Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Kebutuhan dasar secara flosofi dapat dipahami sebagai kebutuhan seseorang yang hidup yang apabila tidak dipenuhi ia tidak akan mampu berproduksi. Jenis Program Jaminan Sosial dalam UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN adalah : a. Jaminan Kesehatan b. Jaminan Kecelakaan Kerja c. Jaminan Hari Tua d. Jaminan Pensiun e. Jaminan Kematian Jaminan Sosial pertama kali yang akan mulai diselenggarakan SJSN oleh BPJS Kesehatan adalah Jaminan Kesehatan efektif tanggal 1 Januari 2014. Definisi asuransi sosial amat bervariasi, menurut UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN, asuransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan /atau anggota keluarganya. Empat elemen dasar asuransi sosial yang menjadi tulang punggung jaminan sosial, dijabarkan berikut ini : 1. Kepesertaan asuransi sosial bersifat wajib.
3 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
2. Paket jaminan 3. Kontribusi (iuran, premi) merupakan proporsi dari pendapatan 4. Pengelolaannya bersifat nirlaba (not for profit) Bloom membagi Ranah Perilaku terdiri dari 3 bagian yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practice) (Lumban Gaol, 2013). a. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman langsung atau orang lain yang sampai kepada seseorang (Notoatmodjo, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang : 1.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensi, minat dan kondisi fisik.
2.
Faktor eksternal, merupakan faktor yang berasal dari luar diri, misalnya masyarakat dan sarana.
3.
Faktor pendekatan belajar, yaitu faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.
b. Sikap (Attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari sesorang terhadap stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman, atau orang yang dekat
dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan
dengan sesuatu, atau menyebabkan kita menolaknya (Wahid
dari
kita dalam
Lumban Gaol, 2013). Menurut Allport dalam Lumban Gaol (2013), sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu : 1.
Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.
2.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
4 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
3.
Kecenderungan untuk bertindak.
Azwar dalam Lumban Gaol (2013), menguraikan ciri-ciri sikap sebagai berikut : 1.
Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feelings), hasil pemikiran dan perasaan seseorang, pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus.
2.
Adanya orang lain yang menjadi acuan (personal reference) merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.
3.
Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.
4.
Sosial budaya (culture) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu.
Azwar dalam Lumban Gaol (2013) menguraikan bahwa perbedaan pemanfaatan pelayanan kesehatan disebabkan sikap atau persepsi dan konsep masyarakat tentang sakit. Persepsi berhubungan dengan motivasi individu untuk melakukan kegiatan, bila persepsi seseorang telah benar tentang sakit maka ia cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan bila ia mengalami sakit (Green dalam Lumban Gaol 2013). c. Praktik atau Tindakan (Practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata maka diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan faktor dukungan (Notoatmodjo dalam Lumban Gaol, 2013). Menurut Robbins (2002) faktor-faktor yang berperan dalam membentuk persepsi dapat berada di dalam pihak pelaku persepsi, dalam objek atau target yang dipersepsikan, atau didalam konteks situasi dimana persepsi itu dibuat. 1. Faktor pada pemersepsi
5 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
Robbins (2002) mengungkapkan diantara karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan harapan. Potter dan Perry (2001) mengemukakan bahwa variabel interpersonal yang mempengaruhi persepsi meliputi
tingkat
pendidikan,
tingkat
perkembangan,
latar
belakang
sosiokultural, dan pengalaman pribadi. Sedangkan menurut Kozier (1995) faktor yang mempengaruhi persepsi yang berasal dari pelaku persepsi adalah : umur, jenis kelamin, ras dan suku bangsa. Kozier (1995) mengemukakan bahwa dalam peningkatan umur akan menentukan dalam mempersepsikan sesuatu. Potter dan Perry (2001) mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi karena masing-masing jenjang pendidikan memiliki perbedaan pengetahuan dan cara pandang. 2. Faktor dalam situasi Konteks dimana kita melihat obyek atau peristiwa tertentu juga penting. Waktu ketika obyek atau peristiwa terlihat dapat mempengaruhi perhatian, seperti lokasi, cahaya, suhu udara, atau sejumlah faktor situasi lainnya (Robbins 2002). 3. Faktor pada target Karakteristik-karakteristik target yang dapat diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Orang yang banyak berbicara kemungkinan mendapatkan perhatian lebih di kelompok tertentu daripada mereka yang diam. Demikian pula dengan individu-individu yang luar biasa menarik atau luar biasa tidak menarik. Karena target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan target tertentu dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi, seperti kecenderungan kita mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau mirip (Robbins, 2002). Ronald Andersen dalam Tibuludji (2002) menguraikan bahwa ada 3 kategori utama yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu : 1.
Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristics)
6 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
Setiap individu cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan yang berbeda beda disebabkan adanya perbedaan pada ciri-ciri demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, struktur sosial (tingkat pendidikan, ras, pekerjaan, ukuran keluarga) serta keyakinannya bahwa pelayanan kesehatan tersebut akan menolongnya menyembuhkan penyakit (termasuk didalamnya nilai-nilai terhadap kesehatan dan sakit, sikap terhadap pelayanan kesehatan dan pengetahuan tentang penyakit). Pada penelitian Tibuludji (2002) mengenai demand nasabah kumpulan (demand kelompok) terhadap asuransi komersial PT Askes, hal-hal yang dipertimbangkan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap demand adalah : −
Karakteristik perusahaan dipertimbangkan sebagai variabel yang cukup berpengaruh terhadap demand. Variabel ini terdiri dari jumlah dan karakteristik karyawan, jenis bidang usaha, serta ada atau tidaknya bagian-bagian dalam perusahaan tersebut yang memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.
−
Pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam pemanfaat pelayanan kesehatan seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik dalam bidang kesehatan akan cenderung lebih memanfaatkan pelayanan kesehatan. Demikian juga Pada dasarnya perilaku seseorang terhadap sesuatu dipengaruhi oleh pengetahuannya mengenai hal tersebut. Pada penilitian yang dilakukan Tukiman (1994) didapatkan adanya hubungan antara pengetahuan peserta JPKM Gotong Royong dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Juga dalam penelitian Wibowo (1992), dimana pengetahuan ibu mengenai pelayanan antenatal berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan oleh bidan. Aplikasinya dalam asuransi kesehatan yaitu dengan semakin baiknya pengetahuan seseorang mengenai asuransi kesehatan maka orang tersebuit cenderung akan lebih memanfaatkan auransi kesehatan (ada demand terhadap asuransi kesehatan).
7 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
−
Sikap merupakan suatu proses respon atau tanggapan seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mempengaruhi seseorang untuk bertindak. Seseorang yang bersikap positif terhadap suatu hal akan bertindak mendukung keyakinan tersebut. Sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur tungkat pendidikan, status perkawinan, pengetaguan tentang penyakit serta persepsi tentang sehat dan sakit. Aplikasinya pada asuransi kesehatan bahwa keyakinan bahwa dengan memiliki asuransi kesehatan maka akan memperkecil resiko kerugian akibat penyakit mempengaruhi sikap seseorang terhadap asuransu kesehatan.
2.
Faktor Pendukung (Enabling Factors) Faktor ini menggambarkan kemampuan individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Yang termasuk Faktor Pendukung adalah sumber daya keluarga (tingkat pendapatan, keluarga, ada atau tidaknya asuransi kesehatan dan lain-lain) serta sumber daya masyarakat (ketersediaan fasilitas, pelayanan serta kemudahan mendapatkan pelayanan tersebut). Dalam penelitiannya, Tibuludji memasukkan faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi demand masyarakat terhadap asuransi diantaranya Paket Jaminan. Paket jaminan merupakan benefit atau manfaat yang akan diterima peserta atau ditanggung pihak asuransi apabila terjadi kerugian akibat sakit. Besarnya jumlah atau jenis benefit tersebut akan disesuaikan dengan isi kontrak. Dalam penentuan paket jaminan asuransi komersial ini keterlibatan peserta akan sangat besar, karena salah satu tujuan penyelenggaraan asuransi adalah menjawab demand perorangan atau kelompok yang bervariasi. Oleh karena itu perusahaan asuransi akan berusaha merancang produk yang sesuai dengan permintaan peserta. Kesesuaian paket jaminan yang dirancang oleh perusahaan asuransi dapat mempengaruhi demand masyarakat. Semakin sesuai paket jaminan yang dirancang dengan yang diminta, semakin tinggi demand masyarakat terhadap asuransi kesehatan tersebut.
3.
Faktor Kebutuhan (Need)
8 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
Kebutuhan merupakan dasar stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan bila faktor predisposisi dan pendukung ada. Kebutuhan dibagi menjadi dua yaitu “perceived need” yaitu kebutuhan menurut persepsi seseorang terhadap kesehatannya dan “evaluated need” yaitu kebutuhan berdasarkan gejala dan hasil diagnosis penyakit. Menurut Ascobat Gani dalam Tibuludji, 2002, demand seseorang terhadap asuransi kesehatan komersial dipengaruhi dua faktor utama yaitu : 1. Seseorang membutuhkan asuransi kesehatan karena menyadari bahwa ia mempunyai resiko untuk jatuh sakit dan akan mengalami kerugian (finansial) akibat sakit tersebut. 2. Seseorang mempunyai kemampuan membayar premi apabila pendapatannya tinggi. Besar risiko yang dirasakan seseorang akan ditentukan oleh pola penyakit, tingkat pendidikan serta biaya pengobatan. Perubahan pola penyakit yang bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi yang biayanya relatif tinggi, terutama di kota-kota besar otomatis juga akan meningkatkan beban biaya pengobatan oleh masyarakat. Paul J. Feldstein dalam Theory of Demand for Health Insurance, mengatakan bahwa demand seseorang terhadap asuransi kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut : 1. Kegunaan (utility) 2. Pendapatan (income) 3. Harga Premi (Price) 4. Kemungkinan jatuh sakit (probability of loss) 5. Besarnya resiko (magnitude of loss) Rivany dalam Tibuludji, 2002, mengembangkan suatu model modifikasi demand total terhadap asuransi kesehatan dimana demand total asuransi kesehatan merupakan fungsi dari komponen kegunaan (utility), pendapatan (income), premi asuransi (price), kemungkinan jatuh sakit (probability of loss), besarnya resiko ( magnitude of loss) dan pelayanan (service).
9 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
Metodologi Penelitian
Desain Penelitian ini adalah observasional dengan cara melakukan survai dan bersifat cross sectional. Lokasi penelitian yaitu di wilayah Jakarta Selatan dengan pertimbangan jumlah nasabah asuransi kesehatan kumpulan PT XYZ paling banyak dibandingkan wilayah DKI lainnya. Penelitian dilaksanakan selama bulan November sampai Desember tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
peserta asuransi kesehatan kumpulan PT XYZ yang masih dalam
kepesertaan
aktif (inforce) periode polis 2013 sampai 2014 di wilayah Jakarta
Selatan. Selanjutnya yang menjadi informan atau respondennya adalah pengambil keputusan dalam perusahaan yaitu orang yang mempunyai wewenang memutuskan membeli atau tidak membeli asuransi kesehatan yang ditawarkan (CEO, Finance Manager, HR Manager,staf SDM bagian benefit dan kompensasi) . Besar sampel diambil 10% dari populasi (802 perusahaan) yaitu 82 perusahaan. istribusi sampel dibuat secara proporsional untuk masing-masing kategori ukuran jumlah peserta. Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling . Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer yaitu data yang langung dikumpulkan dari responden dalam hal ini para pengambil keputusan dari perusahaan yang terpilih dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Kuesioner terstruktur terdiri dari pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban dan Skala Likert untuk mengukur sikap. Sebelum didistribusikan, kuesioner dilakukan uji validitas dan realibilitas kepada 5 perusahaan. Semua variabel dalam kuesioner valid. Dalam penelitian ini teknik analisa statistik yang digunakan disesuaikan jenis variabel yang akan diolah dengan analisis univariat. Kemudian juga dilakukan analisis bivariat mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan uji kai kuadrat dan uji t independen.
10 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
Hasil Penelitian
Sikap Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tabel Distribusi Frekuensi Sikap Nasabah Kumpulan berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Sikap Positif Negatif Jumlah Persentase Jumlah Persentase Umur Dewasa Muda Dewasa Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
13 17
45 57
16 13
55 43
11 19
50 51
11 18
50 49
Pada tabel 16 nasabah dengan umur dewasa muda sebanyak 13 orang (45%) bersikap positif sedangkan sebanyak 16 orang (55%) bersikap negatif. Nasabah kumpulan dengan umur dewasa sebanyak 17 orang (57%) bersikap positif dan 13 orang (43%) bersikap negatif. Nasabah kumpulan dengan jenis kelamin laki-laki bersikap positif dan negatif dengan jumlah yang seimbang yaitu masing-masing kategori sikap sebanyak 11 orang (50%). Sedangkan nasabah dengan jenis kelamin perempuan yang mempunyai sikap positif sebanyak 19 orang (51%) dan mempunyai sikap negatif sebanyak 18 orang (49%).
Status Perkawinan Responden Tabel Status Perkawinan Responden Status Perkawinan Lajang Kawin Total
Jumlah 15 44 59
% 25 75 100
Responden yang sudah menikah sebanyak 44 orang (75%) dan yang tidak menikah sebanyak 15 orang (25%).
Pendidikan Responden
11 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
Tabel Pendidikan Responden Pendidikan D3-S1 S2-S3 Total
Jumlah 58 1 59
% 98 2 100
Semua responden mempunyai pendidikan akhir
tinggi yaitu tingkat D3
sampai dengan S3. Kemudian variabel pendidikan dibagi lagi menjadi 2 kategori yaitu kategori jenjang pendidikan D3-S1 dan jenjang pendidikan S2S3.
Pengetahuan Responden Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi 2 yaitu pengetahuan baik (median ≥3) sebanyak 30 responden (51%) dan pengetahuan kurang (median<3) sebanyak 29 orang (49%). Tabel Kategori Pengetahuan
Pengetahuan Kurang Baik Total
Jumlah 29 30 59
% 49 51 100
Karakteristik Perusahaan Tabel Distribusi Frekuensi Risiko Perusahaan Karakteristik Perusahaan Risiko Rendah Risiko Tinggi Total
Jumlah % 19 32,2 40 67,8 59 100
Perusahaan dengan risiko rendah sebanyak 19 (19%) dan perusahaan dengan risiko tinggi sebanyak 40 (67,8%). Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen maka dilakukan uji beda proporsi (chi-square).
12 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Pendidikan dan Pengetahuan dengan Sikap Nasabah Terhadap Pemberlakuan JKN Dengan menggunakan α=5% pada uji Chi-Square (Continuity Correction) diperoleh nilai p> α yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara umur dengan sikap nasabah terhadap pemberlakuan JKN. Dengan menggunakan α=5% pada uji Chi-Square (Continuity Correction) diperoleh nilai p> α yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan sikap nasabah terhadap pemberlakuan JKN. Dengan menggunakan α=5% pada uji Chi-Square (Continuity Correction) diperoleh nilai p> α yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan sikap nasabah terhadap pemberlakuan JKN. Hasil tabulasi silang antara Pendidikan dan Sikap responden didapatkan nilai p=1, artinya tidak ada hubungan yang bermakna. Dengan menggunakan α=5% pada uji Chi-Square (Continuity Correction) diperoleh nilai p> α yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap nasabah terhadap pemberlakuan JKN. Dengan menggunakan α=5% pada uji Chi-Square (Continuity Correction) diperoleh nilai p> α yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik perusahaan dengan sikap nasabah terhadap pemberlakuan JKN.
Hasil Uji T independen antara karakteristik karyawan dengan sikap nasabah terhadap JKN Mean Rank variabel jumlah karyawan, jumlah karyawan level manajer kebawah, jumlah karyawan laki-laki, jumlah karyawan status kawin, jumlah karyawan status lajang dan junlah karyawan usia 15-56 tahun menunjukkan hasil lebih tinggi pada perusahaan yang mempunyai sikap negatif terhadap JKN. Pada variabel jumlah karyawan level manajer ke atas, jumlah karyawan perempuan dan jumlah karyawan usia > 56 tahun mennunjukkan mean rank lebih tinggi pada perusahaan yang mempunyai sikap positif.
13 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
Pembahasan 1. Gambaran Sikap Nasabah Asuransi Kumpulan PT XYZ terhadap pemberlakuan JKN mulai tanggal 1 Januari 2014
di wilayah Jakarta
Selatan pada tahun 2014 Gambaran distribusi frekuensi mengenai sikap nasabah asuransi kumpulan PT. XYZ di wilayah Jakarta selatan adalah sebanyak 29 responden (49%) responden mempunyai sikap negatif terhadap JKN dan ada 30 responden (51%) yang bersikap positif terhadap JKN yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2014. Jumlah nasabah yang bersikap positif hampir sebanding dengan nasabah yang bersikap negatif terhadap JKN.
Menurut Azwar (1995), faktor-faktor yang
membentuk sikap adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang berpengaruh, kebudayaan dan media massa. Informasi mengenai BPJS kesehatan memang sudah banyak disosialisasikan ke masyarakat melalui berbagai
media massa. Menurut Prof. Habullah Thabrany MPH, Dr. PH
banyaknya masyarakat yang belum paham mengenai JKN bisa dimungkinkan karena BPJS kurang melakukan sosialisasi atau sosialisasinya keliru karena yang disosialisasikan adalah BPJS kesehatan bukan JKN atau kewajiban dan hak rakyat. 2.
Hubungan
Karakteristik
Nasabah
dengan
Sikap
terhadap
pemberlakuan JKN mulai tanggal 1 Januari 2014 di wilayah Jakarta Selatan pada tahun 201( (Umur,
Jenis
Kelamin,
Status
Perkawinan,
Pendidikan
dan
Pengetahuan) Pada uji statistik yang dilakukan untuk variabel jenis kelamin, umur, status perkawinan,
pendidikan
dan
pengetahuan
nasabah
ternyata
tidak
menunjukkan adanya hubungan bermakna antara karakteristik nasabah dengan sikap terhadap JKN. Hal ini mungkin karena sikap yang diteliti adalah sikap kelompok diwakili oleh
pengambil keputusan bukan sikap perorangan.
Dimana pada prakteknya keputusan pembelian asuransi kesehatan diputuskan dalam melalui forum/rapat direksi.
14 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
3. Hubungan Karakteristik Perusahaan dengan Sikap terhadap pemberlakuan JKN mulai tanggal 1 Januari 2014 di wilayah Jakarta Selatan pada tahun 2013 Mean rank pada jumlah karyawan level manajer ke bawah, jumlah karyawan laki-laki, jumlah karyawan usia 15-56 tahun, jumlah karyawan status lajang dan kawin juga menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada perusahaan yang bersikap negatif terhadap JKN. Kemungkinan variabel-variabel tersebut berkaitan dengan variabel jumlah karyawan yang merupakan pertimbangan dari perusahaan dalam memutuskan penyaluran pembiayaan kesehatan untuk karyawannya. Sebaliknya pada variabel jumlah karyawan level manajer ke atas, jumlah karyawan perempuan dan jumlah karyawan usia >56 tahun didapatkan hasil mean rank lebih tinggi pada perusahaan yang bersikap positif terhadap JKN. Kemungkinan perusahaan yang mempunyai sikap positif terhadap JKN dimana jumlah karyawan level manajer ke atas lebih tinggi, terkait perhitungan finansial pembiayaan kesehatan yang dilaukan oleh para manajer tersebut. Iur biaya pada JKN lebih menguntungkan karena ditetapkan proporsional terhadap pendapatan karyawan bukan pada risiko yang dimiliki oleh karyawan. Mean rank yang tinggi pada variabel jumlah karyawan perempuan kemungkinan karena secara secara statistik perempuan lebih sering memeriksakan kesehatan, sehingga JKN dapat disikapi positif oleh perusahaan dalam rangka menutup biaya kesehatan karyawan khususnya bagi perusahaan yang memiliki banyak karyawan perempuan. Begitupula dengan perusahaan dengan variabel jumlah karyawan usia >56 tahun, dimana akibat pertambahan usia kondisi seseorang mulai menurun sehingga rentan menderita penyakit, terutama penyakit degeneratif seperti hipertensi, stroke, diabetes, jantung koroner dan lain-lain, kemungkinan mempunyai sikap positif terhadap JKN terkait keuntungan finansial dalam menutup biaya kesehatan karyawannya.
15 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
Kesimpulan 1. Dari 59 nasabah pengambil keputusan pembelian asuransi kesehatan kumpulan PT. XYZ di wilayah Jakarta Selatan pada tahun 2013 sebanyak 29 responden (49%) responden mempunyai sikap negatif terhadap JKN dan ada 30 responden (51%) yang bersikap positif terhadap JKN yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2014. 2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara karakteristik nasabah dengan sikap nasabah terhadap pemberlakuan JKN mulai tanggal 1 Januari 2014. Hal ini sesuai dengan penelitian Tibuludji pada tahun 2012. 3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara karakteristik perusahaan dengan sikap nasabah terhadap pemberlakuan JKN mulai tanggal 1 Januari 2014. 4. Walaupun tidak memiliki kemaknaan secara statistik dalam uji T Independen Mann-Whitney-U, namun perusahaan yang memiliki jumlah karyawan dengan level manajer ke atas, jumlah karywan perempuan dan jumlah karyawan usia >56 tahun yang lebih tinggi mempunyai sikap positif terhadap JKN. Kemungkinan hal ini terkait dengan keuntungan finansial karena iur biaya yang lebih rendah dalam menutup biaya kesehatan karyawan. Saran Pada saat penelitian ini dilakukan JKN masih dalam tahap sosialisasi oleh BPJS. Namun dalam penelitian ini didapatkan bahwa proporsi nasabah asuransi kesehatan kumpulan PT. XYZ yang bersikap positif hampir sama banyaknya dengan yang bersifat negatif, meskipun ada 17 orang (29%) skor pengetahuan mengenai JKN adalah 0. Namun dengan adanya payung hukum yang mengawal JKN, dimana ditargetkan pada tahun 2019 seluruh rakyat Indonesia wajib menjadi peserta, maka masyarakat akan makin banyak terpapar dengan JKN. Hal ini kedepannya dapat menjadi pertimbangan bagi PT. XYZ untuk melakukan riset jenis cakupan manfaat apa yang dapat melengkapi (sinkron) dengan cakupan manfaat pada JKN guna memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah.
16 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
Pada Perpres No 12 Tahun 2013 tentang Jaminan kesehatan, disebutkan bahwa Peserta Jaminan Kesehatan dapat mengikuti program asuransi kesehatan tambahan dimana ketentuan mengenai tata cara koordinasi manfaat diatur dalam perjanjian kerjasama antara BPJS Kesehatan dengan penyelenggara program asuransi kesehatan tambahan.
Di Amerika, adanya asuransi kesehatan tambahan seperti
MediSup dan MediGap yang melengkapi asuransi kesehatan dasar, meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap cakupan manfaat asuransi. Daftar Referensi Jamsos
Indonesia, 2013. Iuran SJSN Masyarakat sebesar 2%..
[2 Oktober 2013]
WHO, 2010. Health Systems Financing. The Path to Universal Coverage. Ruslan,
Burhani, 2011. Survei: 79,3 persen responden tak setuju BPJS. Antaranews.com. [5 Oktober 2013]
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA Suara Pembaruan, 2013. Tolak BPJS, Pekerja Ancam Tarik Dana dari PT Jamsostek. Suara Pembaruan, kamis, 3 Januari 2013. 5 Oktober 2013. [5 Oktober 2013] Liputan
6, 2013. [12 Desember 2013]
Budianto, Arif, 2013. Apindo minta transformasi BPJS tepat waktu. Index Ekbis 25 September2013. [5 Oktober 2013] Kutnadi, 2013. Pemerintah giatkan sosialisasi UU SJSN dan UU BPJS.Berita Antaranews 30 April 2013. [20 Desember 2013]
17 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 Tentang Perubahan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan . Allianz,(2013).AsuransiKesehatan. [11 Nopember 2013] Departemen Kesehatan RI. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Departemen Kesehatan RI . Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Giehle,
S. (2013). Masyarakat : Jaminan Sosial. Fakta Mengenai Jerman.[16 Nopember 2013]
Ilyas, Y. (2005). Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan Bagian B. Jakarta: PAMJAKI. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Kementerian Kesehatan Republik Indoensia. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI. (2013, Juli 31). Sosialisasi SJSN, DJSN Gandeng 3 Mitra. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI. [3 Nopember 2013] Kinkartz, S. (2013, Agustus 2013). Rubrik : Jelajah Jerman Sistem Sosial Jerman Perlu Reformasi. Retrieved November 17, 2013, from DW. < http://www.dw.de/sistem-sosial-jerman-perlu-reformasi/a-17024980>[17 Nopember 2013] Organisasi Perburuhan Internasional. (2009). Memperluas Cakupan Jaminan Kesehatan bagi Pekerja sektor Perekonomian Informal: Langkah ke Depan. Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional. PAMJAKI. (2011). Asuransi Biaya Medis. Jakarta: PAMJAKI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Peraturan Presiden Republik Indonesia No 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan. (2013). Presiden Republik Indonesia. Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 Tentang Perubahan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan .
18 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
Pujiyanto. (2012). Mata Kuliah Dasar-Dasar Hukum Asuransi Kesehatan. Social
Security Administration USA. (2005, Agustus). Social Security Administration. SSA Publication: [16 Nopember 2013
Thabrany, H. (2005). Asuransi Kesehatan Nasional. Jakarta: PAMJAKI. Thabrany, H. (2009, Maret). Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional : Sebuah Policy Paper dalam Analisis kesesuaian Tujuan dan Struktur BPJS. Jakarta. Thabrany, H. (2005). Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan Bagian A. In H. Thabrany. Jakarta: PAMJAKI. Tibuludji, J. M. (2002). Analisis Demand Pengambil Keputusan Perusahaan Terhadap Asuransi Kesehatan Komersial PT. ASKES Di Wilayah Jakarta Pusat Pada Tahun 2001. Tesis . Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Universitas Gadjah Mada. (200, April 30). Beranda : Program BLT dan PNPM Identik dengan Jaring Pengaman Sosial. [28 Desember 2013] Gay,
L.R. dan Diehl, P.L. 1992. Research Methods for Management. MacMillan Publishing Company, New York
Business
and.
Kategori Umur Tenaga Kerja [17 Desember 2013] Kementerian Kesehatan, 2013. Menkes: terjadi pergeseran jenis penyakit di Indonesia. [24 Desember 2013] Greb, Stefan, 2007. Healthcare Policy . PMC US National Library of Medicine. National Institute of Health.
19 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014
[10 Januari 2014] Besral, 2012. Analisis Data Riset Kesehatan Tingkat Dasar Menggunakan SPSS. Departemen Biostatistika. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Lumban Gaol, 2013.Pengaruh Faktor Sosiodemografi, Sosioekonomi dan Kebutuhan Terhadap Perilaku Masyarakat dalam Pencarian Pengobatan Di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.
20 Gambaran persepsi..., Romeryana Ningsih, FKM UI, 2014