Persepsi Anak di Bawah Umur Terhadap Keselamatan Berkendara Sepeda Motor di Perumahan Munjul (Studi Kasus RT 11 RW 05 Kelurahan Munjul Jakarta Timur Tahun 2014) Anjar Kurniawan Saputra, Zulkifli Djunaidi Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Email :
[email protected] Abstrak Sepeda motor merupakan kendaraan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Salah satunya anak di bawah umur 17 tahun sudah menggunakan sepeda motor. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui persepsi anak di bawah umur tentang keselamatan berkendara sepeda motor di Perumahan Munjul. Analisis data yang digunakan adalah deksriptif kualitatif. Jumlah informan yang didapat penelitian ini yaitu 46 orang terdiri dari 25 anak dan 21 orang tua. Hasil penelitian ini adalah anak di bawah umur mengetahui tentang syarat berkendara sepeda motor yaitu harus mempunyai SIM dan berumur 17 tahun. Namun, karena kebutuhan transportasi yang cepat, aman dan nyaman menjadi motivasi utama anak di bawah umur berkendara sepeda motor. Pelanggaran lalu lintas dan kecelakaan yang dialami oleh anak mengindikasikan kurangnya persepsi risiko berkendara sepeda motor pada anak di bawah umur. Lingkungan sosial seperti orang tua dan teman-teman anak menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi anak di bawah umur mengendarai sepeda motor. Belum optimalnya pengawasan dari kepolisian menjadikan salah satu faktor anak di bawah umur mengendarai sepeda motor.
Perception of Underage Children About Safety Riding Motorcycle at Munjul Hometown (Case Study at RT 11 RW 05 Kelurahan Munjul, East Jakarta in 2014) Abstrack Motorcycle is the most common vehicle thet used by Indonesia people. One of the children under 17 years have been riding motorcycles. Purpose this study is to discover the perception of underage children about safety riding on motorcycle in Munjul Hometown. Data analysis that used to this study is qualitative descriptive. The periode of study was conducted in march until May 2014 with 46 of respondens that consist if 25 children and 21 parents. The result showed that the underage children know of requirement for riding motorcycle is must be having driver licence with 17 years old. However, it becauses fast, safety, and comfortable transportation are have been their needs to be their main motivation. Traffic violence and many accident that associated with underage children can indicate that this less perception of motorcycle riding risk. Social environment such as the parents and their friends could be influence them. Lack of supervise by police department could be one of factor that influence with this violence. Keywords: Perception, Safety Riding, Motorcycle
Pendahuluan Kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan merupakan salah satu faktor meningkatnya jumlah kendaraan di Indonesia. Menurut Departemen Perhubungan (2010), jumlah kendaraan di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2005 jumlah kendaraan di Indonesia
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014
tercatat sebesar 47.664.826 dan pada tahun 2008 meningkat berjumlah 72,363,330 kendaraan. Namun, dengan meningkatnya jumlah kendaraan, risiko terjadinya kecelakaan lalu lintaspun semakin tinggi. Menurut Departemen Perhubungan (2010), total kecelakaan kendaraan di Indonesia pada tahun 2009 total kecelakaan lalu lintas tercatat sebesar 62.9260 kejadian. Sementara WHO (2009), kecelakaan lalu lintas menjadi pembunuh terbesar ketiga setelah penyakit jantung koroner dan tuberkolosis (TBC). Salah satu kendaraan yang tinggi dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas yaitu motor. Sepeda motor merupakan suatu kendaraan yang paling banyak diminati masyarakat. Harganya yang murah dan ukuran yang kecil menyebabkan tingginya angka pertumbuhan motor di masyarakat. Menurut data Departemen Perhubungan (2010), jumlah kendaraan bermotor setiap tahun mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 18,87 %. Bertambahnya jumlah sepeda motor mengakibatkan tingkat kecelakaan motor semakin meningkat. Berdasarkan data dari Departemen Perhubungan (2010), bahwa jumlah kecelakaan sepeda motor lebih besar daripada kendaraan mobil, bus atau truck. Pada tahun 2005, total kecelakaan sepeda motor mencapai 33.193.076 unit. Semantara itu, total kecelakaan tahun 2009 meningkat sampai 59.447.626 unit. Menurut penelitian Extreme Behaviour on 2 Wheels di Swedia yang dikutip Kompas (2014), mengatakan bahwa terdapat 72 kasus kecelakaan fatal yang diteleiti, 25 diantaranya pengendara motor tidak mempunyai Surat Izin Mengemudi (SIM). Pengendara yang tidak mempunyai SIM tersebut kebanyakan berusia muda. Menurut WHO (2009), sekitar 400.000 korban di bawah usia 25 tahun yang meninggal di jalan raya dengan rata-rata angka kematian 1000 anak-anak dan remaja setiap harinya. Bahkan kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama kematian anak-anak rentang 10 – 24 tahun. Berdasarkan data Departemen Perhubungan (2010), bahwa jumlah kecelakaan kendaraan bermotor tertinggi terjadi pada umur 5-15 tahun dengan rata-rata pertumbuhan 117,66 %. Menurut hasil peneltian Oxley et al. (2013), bahwa anak yang mengendarai sepeda motor lebih banyak yang terluka dibandingkan anak yang menjadi penumpang saat berkendara sepeda motor. Menurut Sigit (2012), anak di bawah umur kurang mampu dalam mengontrol emosi, kematangan berfikir kurang, kesadaran akan bertanggung jawab rendah dan kurangnya pemahaman tentang keselamatan. Namun, kecelakaan lalu lintas pada anak tidak sepenuhnya disalahkan kepada anak selaku pengendara sepeda motor melainkan ada faktor dari orang tua sehingga anak melanggar aturan dalam mengendarai sepeda motor. Jakarta Timur merupakan daerah yang menyumbangkan kecelakaan tertinggi di Jakarta. Berdasarkan data kecelakaan Polda Metropolitan Jakarta Raya tahun 2013 terjadi 838
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014
kejadian kecelakaan lalu lintas dengan jumlah korban mencapai 983. Salah satu faktor terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah perilaku pengendara yang melakukan pelanggaran lalu lintas. Hasil observasi pada bulan Maret 2014 di Jalan Raya Munjul banyak ditemukan pelanggaran lalu lintas sepeda motor yang dilakukan oleh anak di bawah umur 17 tahun seperti tidak memakai helm, berpenumpang lebih dari satu orang, berkecepatan tinggi dan lain-lain. Hal ini akan membahayakan keselamatan anak selaku pengendara sepeda motor dan pengguna jalan lainnya. Selain itu, peran orang tua yang mengizinkan anak berkendara sepeda motor telah melanggar Undang-Undang Nomer 22 Tahun 2009 tentang minimal usia seseorang menggunakan sepeda motor. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang gambaran keselamatan berkendara sepeda motor pada anak di bawah umur di Perumahan Munjul khususnya RT 11 RW 05. Tinjauan Teoritis Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Menurut Bimo Walgito (2001) yang dikutip dalam Sunaryo (2004), persepsi merupakan proses pengorganisasian penginterprestasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Menurut
Robbins
(2008),
persepsi
adalah
proses
individu
mengatur
dan
mengiterprestasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Menurut David Krech, persepsi merupakan suatu proses kognitif yang komplek dan menghasilkan suatu gambar yang unik tentang kenyataan. Menurut Duncan, istilah persepsi digunakan untuk mengartikan perbuatan yang lebih dari sekedar mendengarkan, melihat atau merasakan sesuatu. (Thoha, 2003). Menurut David Krech (1962) yang dikutip dalam Rachmat (2009), terdapat faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya proses persepsi. Faktor-faktor tersebut antara lain : 1. Frame of reference yaitu pengetahuan yang dimiliki dalam manusia 2. Frame of experience yaitu pengalaman yang telah dialami di lingkungan seseorang tersebut.
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014
Menurut Robbins (2008), ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu faktor yang terletak dalam diri si pengarti, faktor dalam diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks situasi dimana persepsi telah dibuat. Faktor dari dalam diri si pengarti : • Sikap - sikap • Motif – motif • Minat – minat • Pengalaman • Harapan - harapan Faktor – faktor dalam situasi : • Waktu • Tempat/Keadaan kerja • Keadaan sosial
PERSEPSI
Faktor dalam diri target : • Sesuatu yang baru • Gerakan • Suara • Ukuran • Latar belakang • Kedekatan • Kemiripan Gambar 1. Faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Robbins (2008)
•
Pengetahuan Pengetahuan merupakan keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki oleh manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan mencakup segala sesuatu yang diketahui manusia seperti penalaran, penjelasan, dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu (Keraf, 2001)
•
Motivasi Menurut Robbins (2008), motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seseorang individu untuk mencapai tujuannya. Motivasi merupakan hasil dari interaksi antara individu dengan situasi. Setiap individu memiliki dorongan motivasional dasar yang berbeda-beda
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014
•
Pengalaman Menurut Rachmat (2009), pengalaman yang dimiliki seseorang akan sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus suatu seseorang. Pengalaman masa lalu atau apa yang dipelajari pada masa lalu akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.
•
Lingkungan Sosial Menurut Gunarsa (2004), lingkungan sosial dengan berbagai ciri khususnya memegang peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian anak. Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan besar dalam perkembangan kepribadian anak. Selain orang tua, keadaan masyarakat sekitar akan mempengaruhi persepsi anak terhadap sesuatu. Pengaruh pribadi terhadap pribadi lain di lingkungan masyarakat akan mempengaruhi kehidupan pribadi tersebut.
•
Lingkungan Jalan Menurut Boediharto (1986), hal yang harus diperhatikan kondisi jalan yaitu : -‐
Desain jalan harus sesuai dengan lingkungan sekitar
-‐
Jalan harus dapat menampung volume kendaraan.
-‐
Alat-alat kelengkapan jalan seperti lampu penerangan dan rambu lalu lintas.
-‐
Kondisi jalan
-‐
Adanya halangan yang menutupi pandangan pada pengendara
Selain itu, pengawasan dari pemerintah khususnya polisi sangat membantu untuk terciptanya keselamatan berkendara motor di jalan. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan desain kualitatif. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer. Data primer diambil dari hasil wawancara mendalam kepada seluruh informan. Wawancara mendalam dengan informan menghabiskan waktu kurang lebih 10 -15 menit dan dilakukan sendiri oleh peneliti dengan menggunakan pedoman pertanyaan wawancara mendalam serta bantuan alat pencatat dan alat perekam. Selain itu, peneliti melakukan observasi terhadap anak di bawah umur 17 tahun yang mengedarai sepeda motor. Observasi yang dilakukan menggunakan kamera untuk memfoto dan video anak berkendara sepeda motor. Peneltian ini dilakukan di Perumahan RT 11 RW 05 Kelurahan Munjul, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Pengambilan data dilakukan sekitar bulan Maret – Mei 2014. Pengambilan informan dilakukan secara purposive (non probability). Informan yang diambil pada penelitian ini yaitu anak di bawah umur 17 tahun dan orang tua yang bisa mengendarai
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014
sepeda motor di Perumahan Munjul RT 11 RW 05. Validitas data dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Pengolahan data yang dilakukan menggunakan menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan penelitian.
Hasil Penelitian Karakteristik Informan
•
Total informan yang didapatkan yaitu 46 orang, terdiri dari 25 anak dan 21 orang tua. Tabel 1. Informan Berdasarkan Jenis Kelamin No.
Informan
1 2
Anak Orang Tua
Umur (tahun) 11 – 16 35 – 57
Tabel 2. Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Umur (tahun) No. Informan 1 2
•
Anak Orang Tua
11 – 16 35 – 57
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 18 7 17 4
Pendidikan SD
SMP
SMA
6 4
9 3
10 12
Perguruan Tinggi 2
Pengetahuan
Tabel 3. Hasil Pengetahuan No. Pengetahuan 1
Syarat Berkendara sepeda motor (SIM dan Usia 17 tahun)
2
Rambu lalu lintas
3
Cara berbelok
4
Cara mendahului (menyalip)
5
Peralatan Keselamatan
Tabel 4. Hasil Motivasi No. Motivasi 1
Alasan mengendarai sepeda motor
2
Perasaan senang saat berkendara sepeda motor
Hasil Anak • 22 anak mengetahui • 3 anak tidak mengetahui Anak • 19 anak mengetahui • 6 anak tidak mengetahui Anak • 5 anak mengetahui • 22 tidak mengetahui Anak • 3 anak mengetahui • 22 anak tidak mengetahui Semua anak kurang mengetahui
Hasil Semua anak beralasan karena lebih cepat sampai tujuan, hemat pengeluaran biaya dan nyaman berkendara sepeda motor Anak • 6 anak menyatakan senang • 19 anak mengatakan biasa aja
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014
Tabel 5. Hasil Pengalaman No. Pengalaman 1 Pernah Melakukan Pelanggaran Lalu lintas
2
Pernah ditilang
3
Kepemilikan SIM Pada orang tua
4
Pernah mengalami kecelakaan lalu lintas
Hasil Anak • Semua anak pernah melakukan pelanggaran Orang Tua • 16 orang pernah melakukan pelanggaran • 5 orang tidak pernah Anak • Semua anak tidak pernah di tilang Orang Tua • 4 orang pernah ditilang • 17 orang tidak pernah ditilang • 19 orang tua punya SIM dan ikut sesuai prosedur • 2 orang sisanya tidak punya SIM Anak • 14 anak pernah kecelakaan • 11 anak sisanya belum pernah kecelakaan Orang Tua • 17 orang pernah • 4 orang sisanya belum pernah
Tabel 6. Hasil Lingkungan Sosial No
Lingkungan Sosial
Ringkasan
1
Melarang anak berkendara sepeda motor
Anak • 15 anak mengatakan keluarga tidak ada yang melarang • 10 anak mengatakan terkadang dilarang oleh orang tuanya Orang tua • Semua orang tua melarang kalau anak pergi jauh
2
Alasan orang tua mengizinkan anak berkendara sepeda motor
• •
14 orang mengatakan agar anak cepat sampai tujuan 8 orang mengatakan hanya proses belajar dan membantu keluarga
3
Teman-teman anak mengajak bermain menggunakan sepeda motor
•
25 anak mengatakan sudah banyak temen-teman menggunakan sepeda motor. Selain itu, terkadang mengajak bermain dengan mengendarai sepeda motor
Tabel 7. Hasil Lingkungan Jalan No
Pertanyaan
Ringkasan
1
Kondisi Jalan Raya Munjul
Anak 22 anak mengatakan sudah bagus 3 anak smengatakan masih kurang Orang tua 17 orang mengatakan sudah bagus 4 orang mengatakan masih kurang
2
Rambu – Rambu Lalu Lintas di Jalan Raya Munjul
Anak 17 anak mengatakan sudah ada 4 anak mengatakan tidak tahu 4 anak mengatakan masih kurang Orang Tua 13 orang mengatakan sudah ada 8 orang masih kurang
3
Pengawasan kepolisian di Jalan Raya Munjul
25 anak dan 21 orang tua mengatakan jarang ada penilangan dan razia
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014
Pembahasan 1. Pengetahuan -‐
Pengetahuan Tentang Peraturan Pasal 77 UU No. 22 Tahun 2009 menyebutkan bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor wajib memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). SIM khusus sepeda motor didapatkan dengan syarat usia minimal 17 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, informan anak maupun orang tua sudah mengetahui tentang peraturan seseorang yang dapat mengendarai sepeda motor yaitu harus berusia minimal 17 tahun dan memiliki SIM. Namun, anak dan orang tua hanya sebatas tahu dan tidak mematuhi peraturan tersebut. Menurut penelitian Asdar et.al (2013), ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengendarai sepeda motor tanpa memiliki SIM antara lain : 1. Tidak adanya sanksi tegas dari kepolisian seperti penilangan dan sanksi 2. Orang tua mengizinkan dan memfasilitasi anak untuk berkendara sepeda motor walaupun tidak dilengkapi dengan SIM 3. Kebiasaan masyarakat membiarkan atau tidak peduli dengan pelanggaran lalu lintas seperti anak di bawah umur yang mengendarai sepeda motor. 4. Kondisi lingkungan sekitar membuat anak di bawah umur mengemudikan sepeda motor. Selain itu, pengetahuan tentang peraturan rambu-rambu lalu lintas dan cara berkendara sangat penting bagi pengendara sepeda motor sehingga terciptanya keamanan, ketertiban, kelancaran dan kenyamanan bagi pengguna jalan. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak mengetahui rambu-rambu lalu lintas namun tidak mengetahui tentang cara berkendara yang baik di jalan raya. Pengetahuan anak di bawah umur yang masih kurang tentang cara berkendara atau safety riding berpotensi terjadinya kecelakaan. Menurut Lim (2009) yang dikutip dalam penelitian Hidayat (2012), pengetahuan anak remaja masih kurang tentang kendaraan dikarenakan sepeda motor merupakan hal baru bagi mereka sehingga sering menyebabkan terjadinya kecelakaan. Menurut penelitian Permanawati et.al (2010), bahwa kecelakaan umumnya lebih besar pada usia muda dibandingkan orang dewasa. Hal ini dikarenakan tingkat kematangan usia dan tingkat disiplin orang dewasa lebih baik daripada usia muda.
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014
-‐
Pengetahuan Tentang Peralatan Keselamatan Berkendara Peralatan keselamatan berkendara atau Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi
pengendara sepeda motor. Penggunaan peralatan keselamatan akan mengurangi risiko cidera jika terjadi kecelakaan pada pengendara sepeda motor. Menurut NHTSA (2006), peralatan keselamatan berkendara sepeda motor yaitu helm, pelindung mata, jaket, celana panjang, sarung tangan dan alas kaki seperti sepatu.
Berdasarkan
hasil
penelitian
wawancara mendalam didapatkan informan anak menjawab kurang lengkap tentang peralatan keselamatan berkendara sepeda motor. Hal ini mengindikasikan bahwa anak di bawah umur kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang peralatan keselamatan saat berkendara sepeda motor. Sejalan dengan penelitian
Octaviani (2008), bahwa
tingkat pengetahuan remaja masih kurang tentang alat pelindung diri saat berkendara sepeda motor. 2. Motivasi Motivasi merupakan sesuatu yang menggerakan atau mendorong seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa alasan informan pada anak maupun orang tua memakai sepeda motor adalah karena ingin lebih cepat sampai tujuan dan lebih hemat dalam segi biaya. Hal ini sejalan dengan penelitian Elliot et al. (2003), banyak pengendara menggunakan sepeda motor karena alasan ekonomi yaitu murah. Selain itu, pada beberapa pengendara mempunyai motif karena kenyamanan yaitu mudah dalam lalu lintas sehingga cepat sampai tujuan. Berdasarkan hasil penelitian, anak lebih memilih menggendarai sepeda motor dibandingkan dengan transportasi umum. Alasan anak tidak menggunakan transportasi umum karena lebih lama sampai tujuan dan pengeluaran biaya lebih besar dibandingkan dengan mengendarai sepeda motor. Menurut penelitian McDonald (2008), lamanya perjalanan sangat berpengaruh terhadap anak memilih transportasi. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin jauh dan lama waktu tempuh maka anak akan cenderung memilih transportasi yang lebih cepat yaitu sepeda motor. Menurut penelitian Sukarto (2006), bahwa masyarakat lebih memilih untuk mengendarai kendaraan pribadi daripada transportasi umum karena ada beberapa faktor, yaitu: 1. Aktifitas ekonomi belum mampu dilayani oleh angkutan umum yang memadai 2. Meningkatnya harga tanah di pusat kota menyebabkan lokasi pemukiman jauh dari pusat kota sehingga tidak tercakup oleh sistem jaringan layanan angkutan umum.
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014
3. Tidak tersedianya angkutan lingkungan untuk sampai ke jalur utama layanan angkutan umum. 4. Kurang terjamin kondisi rasa aman dan ketepatan waktu yang diinginkan penumpang dalam pelayanan angkutan umum. 5. Kemacetan di jalan khususnya Jakarta menyebabkan lama sampai tujuan. 3. Pengalaman Pengalaman yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang kita pelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi (Rakhmat, 2009). Menurut Bandura (1989) yang dikutip dari penelitian Sunardi (2012), mengungkapkan bahwa tingkah laku diproduksi dari proses belajar. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ratarata anak diajari cara mengendarai sepeda motor oleh orang tuanya. Hal ini mengindikasikan bahwa orang tua dengan sengaja mengajarkan anak mengendarai sepeda motor, padahal umur belum cukup sesuai dengan peraturan. Dengan demikian, anak di bawah umur merasa mendapatkan izin dari orang tuanya untuk mengendarai sepeda motor. Selain itu, anak hanya diajari cara mengunakan atau mengendarai kendaraan. Mereka tidak diajari peraturanperaturan lalu lintas dan cara berkendara yang baik sesuai peraturan yang berlaku di jalan. Pengalaman dalam pelanggaran lalu lintas juga akan berpengaruh terhadap persepsi keselamatan berkendara motor. Hasil penelitian dari wawancara mendalam bahwa semua informan anak pernah melanggar peraturan lalu lintas seperti tidak pakai helm, berboncengan lebih dari satu orang bahkan pernah menerobos lampu merah. Selain itu, mereka juga tidak pernah ditilang polisi. Sementara itu, orang tua juga pernah melakukan pelanggaran lalu lintas yang sama seperti anaknya. Menurut Bandura (1989) yang dikutip oleh penelitian Sunardi (2012), peristiwa belajar sosial diawali dari proses mengamati anak untuk pengambilan model dari lingkungan. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor keluarga dan lingkungan mempengaruhi anak untuk melanggar lalu lintas. Perilaku orang tua yang pernah melanggar lalu lintas akan mempengaruhi anaknya untuk mengikuti perilaku orang tua tersebut. Selain itu, lingkungan yang dilihat anak seperti banyaknya pengendara sepeda motor melakukan pelanggaran lalu lintas menyebakan anak mengikuti perilaku tersebut. Proses belajar sepeda motor yang dialami anak membuat pengetahuan anak masih kurang tentang peraturan cara berkendara di jalan. Hal ini menyebabkan banyaknya anak yang melanggar lalu lintas saat berkendara sepeda motor. Semakin banyak tingkat pelanggaran lalu lintas maka semakin tinggi risiko terjadinya suatu kecelakaan. Hasil
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014
penelitian tentang kecelakaan membuktikan bahwa anak dengan umur dibawah 17 tahun pernah mengalami kecelakaan meskipun tidak fatal. Pengalaman tersebut membuktikan bahwa anak di bawah umur memiliki persepsi risiko yang rendah terhadap kecelakaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Finn (1986) yang dikutip dalam Utami (2010), bahwa pengendara usia muda memiliki persepsi risiko yang rendah terhadap kecelakaan dibandingkan pengendara dewasa. Pengendara usia muda banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran lalu lintas sehingga merasa kemungkinan terlibat suatu kecelakaan lebih rendah daripada pengendara orang dewasa. 4. Lingkungan Sosial Keadaan sosial merupakan salah satu faktor timbulnya persepsi seseorang. Salah satu unit sosial yang paling kecil dalam masyarakat adalah keluarga. Orang tua menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian anak (Gunarsa, 2004). Berdasarkan hasil penelitian bahwa anak mempunyai inisiatif keinginan sendiri untuk mengendarai sepeda motor dan tidak ada dorongan dari keluarga. Sementara itu, orang tua memberikan izin anak mengendarai motor karena supaya cepat sampai tujuan, untuk belajar anak dan bisa membantu orang tua. Pemberian izin tersebut telah melanggar UU No. 22 tahun 2009 pasal 81 yang menyebutkan umur minimal berkendara sepeda motor yaitu 17 tahun. Selain itu, hal tersebut menunjukan bahwa orang tua masih kurang pemahaman tentang risiko kecelakaan sepeda motor pada anak di bawah umur. Menurut Rusyanto (2010), anak di bawah umur 17 tahun dinilai cenderung mudah terprovokasi sehingga emosinya tidak stabil saat berkendara. Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap konsentrasi saat berkendara sehingga berpotensi terjadinya kecelakaan di jalan. Selain itu, penelitian Finn (1986) megungkapkan bahwa pengendara usia muda memiliki persepsi risiko yang rendah terhadap kecelakaan. Anak di bawah umur masih sangat membutuhkan pengertian dan pengawasan dari keluarga khususnya orang tua. Kehangatan orang tua, bimbingan dan saran-saran sangat diperlukan oleh anak. Adanya pengawasan dari keluarga, maka perilaku remaja atau anak di bawah umur menjadi lebih terarah. Oleh karena itu, seharusnya orang tua tidak memberikan izin anak di bawah umur untuk mengendarai sepeda motor. Selain melanggar peraturan, juga berpotensi terjadinya kecelakaan yang akan merugikan anak maupun pengendara lain di jalan. Selain itu, sekarang banyak anak di bawah umur diberikan sepeda motor oleh orang tuanya. Hal ini dikarenakan mudahnya proses pembelian sepeda motor di masyarakat. Menurut penelitian Hairulsyah (2006), sepeda motor dapat diperoleh dengan cara kredit,
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014
dengan uang muka yang cukup rendah (down payment) dan cicilan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini menyebabkan masyarakat menengah ke bawah mampu mendapatkan jenis motor yang diinginkan sehingga mempengaruhi tingkat kemacetan dan keselamatan para pengguna jalan. Menurut Gunarsa (2004), selain faktor orang tua, lingkungan sosial memegang peranan besar dalam munculnya corak dan kepribadian anak. Lingkungan pergaulan anak bisa mempengaruhi ciri kepribadian anak tersebut. Namun, jika anak salah dalam bergaul akan mengakibatkan perilaku yang buruk atau negatif. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa di lingkungan informan sudah banyak anak-anak dibawah umur 17 tahun mengendarai sepeda motor. Informan anak juga mengungkapan bahwa, teman-temannya terkadang mengajak bermain atau berpergian dengan menggunakan sepeda motor. Hal ini menunjukan bahwa lingkungan sosial seperti pergaulan mempengaruhi anak di bawah umur untuk mengendarai sepeda motor. Anak tidak memikirkan risiko yang terjadi saat berkendara sepeda motor. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Ridho (2012), bahwa lingkungan sosial akan berpengaruh terhadap persepsi risiko keselamatan berkendara sepeda motor. 5. Lingkungan Jalan Lingkungan jalan merupakan salah satu faktor timbulnya keselamatan berkendara sepeda motor. Lingkungan jalan yang diteliti yaitu kondisi jalan, rambu-rambu lalu lintas dan pengawasan polisi setempat. Berdasarkan hasil penelitian wawancara mendalam bahwa informan menjawab kondisi jalan sudah bagus di kawasan Munjul. Selain itu, informan juga menjawab rambu-rambu lalu lintas sudah ada di kawasan Munjul. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi jalan dan rambu-rambu lalu lintas yang baik akan mengurangi risiko kecelakaan berkendara sepeda motor. Menurut Hobbs (1995), salah satu keuntungan dalam perencanaan jalan yang baik yaitu dapat mengurangi kecelakaan. Pengawasan yang baik dari polisi lalu lintas di jalan menyebabkan terciptanya keamanan dan ketertiban para pengendara di jalan. Berdasarkan hasil penelitian wawancara mendalam didapatkan, bahwa pengawasan dari polisi lalu lintas belum optimal di Jalan Raya Munjul. Polisi lalu lintas terkadang ada di Jalan Raya Munjul, namun hanya mengatur lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan. Selain itu, jarang terjadi penilangan dan razia khususnya pada anak di bawah umur yang berkendara sepeda motor. Hal ini diperkuat dengan hasil observasi bahwa banyaknya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pengendara anak di bawah umur maupun orang dewasa seperti, tidak memakai helm, berbonceng tiga, berkecepatan tinggi dan sebagainya.
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014
Salah satu faktor banyaknya pelanggaran lalu lintas adalah kurangnya pengawasan dari kepolisian. Menurut penelitian Gunadi (2013), masyarakat akan berperilaku tertib apabila ada penjagaan dari kepolisian, namun jika tidak ada polisi maka masih sering terjadi pelanggaran lalu lintas. Adanya pengawasan yang rutin dari kepolisian menyebabkan turunnya tingkat pelanggaran lalu lintas. Anak di bawah umur akan merasa takut untuk berkendara sepeda motor karena ketatnya pengawasan yang dilakukan oleh kepolisian. Selain itu, kepolisian harus melakukan tindakan yang tegas berupa penegakan hukum atau sanksi pada pelanggar lalu lintas. Pemberian sanksi atau tilang dari polisi akan membuat efek jera khususnya anak di bawah umur 17 tahun untuk tidak mengendarai sepeda motor. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa anak di bawah umur masih memiliki persepsi yang kurang baik tehadap keselamatan berkendara sepeda motor. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu : 1. Anak di bawah umur mengetahui tentang peraturan syarat berkendara sepeda motor yaitu mempunyai SIM dan berumur 17 tahun. Namun, anak tetap mengendarai sepeda motor dan melanggar peraturan tersebut. 2. Kebutuhan akan transportasi yang cepat, hemat dan nyaman menjadi motivasi utama anak di bawah umur mengendarai sepeda motor. 3. Pengalaman anak di bawah umur kurang baik saat mengendarai sepeda motor dikarenakan banyak melakukan pelanggaran lalu lintas dan mengalami kecelakaan. Hal ini mengindikasikan bahwa kurangnya persepsi risiko kecelakaan berkendara sepeda motor 4. Lingkungan sosial menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi anak di bawah umur mengendarai sepeda motor yaitu : a. Adanya izin dari orang tua kepada anak di bawah umur berkendara sepeda motor b. Banyaknya teman-teman anak yang mengendarai sepeda motor c. Mudahnya proses pembelian sepeda motor di masyarakat 5. Belum optimal pengawasan dan sanksi yang tegas dari kepolisian di daerah memberikan peluang bagi anak di bawah umur mengendarai sepeda motor. Saran Setelah dilakukan proses penelitian, saran yang dapat disampaikan adalah : 1. Perlu perbaikan pada transportasi umum sehingga anak di bawah umur tidak mengendarai sepeda motor seperti :
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014
-‐
Adanya jemputan sekolah
-‐
Adanya tarif murah untuk anak sekolah pada angkutan umum
-‐
Adanya perbaikan pada waktu tempuh angkutan umum sehingga cepat sampai tujuan
2. Perlu dilakukan edukasi kepada anak di lingkup sekolah tentang risiko yang terjadi jika anak di bawah umur 17 tahun mengendarai sepeda motor. 3. Perlu dilakukan edukasi di lingkungan sekitar seperti RT, RW dan Kelurahan tentang risiko anak di bawah umur 17 tahun mengendarai sepeda motor. Edukasi ini bertujuan agar orang tua dan masyarakat memahami dan tidak memberikan izin anak di bawah umur 17 tahun untuk mengendarai sepeda motor. 4. Perlunya penerapan peraturan yang kuat tentang uang muka (down paymen) sehingga masyarakat tidak mudah membeli sepeda motor dan diberikan kepada anak di bawah umur. 5. Perlu ditingkatkan pengawasan dari kepolisian yang ketat dan tegas terhadap pelanggaran lalu lintas khususnya anak di bawah umur 17 tahun. Pemberian tilang dan sanksi akan membuat anak di bawah umur berhenti menggunakan sepeda motor. Daftar Refrensi Asdar, Muhammad. et. al. (2013). Perilaku Safety Riding Pada Siswa SMA di Kabupaten Pangkep. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4246/MUHAMMAD%20AS DAR_K11109367.pdf?sequence=1 (diakses pada tanggal 10 Juni 2014, pukul 01.00 WIB) Boediharto. (1986). Pengaruh Operasi Zebra “85” Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas dan Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas yang Mengakibatkan Korban Luka Berat atau Mati di Wilayah Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya. Thesis FKM UI Depok Departemen
Perhubungan.
(2010).
Statistik
Darat.
http://gis.dephub.go.id/mapping/StatistikDarat.aspx (diakses pada tanggal 3 April 2014, pukul 15.00) Elliot,
M.
A.
et
al.
(2003).
Motorcycle
safety
:
a
scoping
study.
http://www.mosac.eu/public/file/Elliot%20e_a_%20DFT%20TRL%20581%20Motorcy
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014
cle%20safety%20a%20scoping%20study.pdf (diakses pada tanggal 25 Mei 2014, pukul 17.00) Finn, Peter & Bragg, B. W. (1986). Perception of the risk of an accident by young and older drivers.
Accid
Anal
Prev.
18
(4)
:
289-298
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3741580 (diakses pada tanggal 10 Juni 2014, pukul 18.26 WIB) Gunadi. (2013). Pelaksanaan Pengawasan Lalu Lintas di Kota Pontianak. Jurnal S-1 Ilmu Administrsi Negara. Vol : II (2). Gunarsa, Singgih D dan Yulia Singgih Gunarsa. (2004). Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta : BPK Gunung Mulia Gunarsa, D, Singgih, Y. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia Hairulsyah. (2006). Kajian Tentang Transportasi di Kota Medan dan Permasalahannya (Menuju
Sistem
Transportasi
Pengembangan
yang
Berkelanjutan).
Wilayah
Jurnal
Wahana
Perencanaan
&
Hijau.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15979/1/wah-apr2006-%20(5).pdf (diakses pada tanggal 22 Juni 2014, pukul 14.00) Hidayat, Rifki & Lakoro, Rahmatsyam. (2012). Perancangan Buku Visual Safety Riding Untuk Remaja Usia 16 – 18 Tahun Sebagai Panduan Keselamatan Oleh Honda. Jurnal Sains dan Seni ITS. I (1) Hobbs, F.D. (1995). Perancanaan dan Teknik Lalu Lintas Edisi Kedua. Yogyakarta : Gadja Mada University Press Keraf, Sonny, A dan Dua, Mikhael. (2001). Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta : Kanisius Kompas. (2014). Studi Keterkaitan antara Kecelakaan Sepeda Motor dan SIM. http://otomotif.kompas.com/read/2014/03/13/1846546/Studi.Keterkaitan.antara.Kecelak aan.Sepeda.Motor.dan.SIM (diakses pada tanggal 26 Maret 2014, pukul 15.00 WIB) McDonald, C. Noreen. (2008). Children’s Mode Choice For The School Trip : The Role of Distance and School Location in Walking to School. Transportation. Vol 35 : 23-35.
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014
NHTSA. (2006). Motorcycle Safety. http://www.nhtsa.gov/Safety/Motorcycles (diakses pada tanggal 2 Mei 2014, pukul 19.00) Octaviani, Dewi. (2008). Penerapan Injury Control pada Pelajar SMA Pengguna Sepeda motor (SMU di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur, Tahun 2008). Skripsi FKM UI Oxley, Jenniefer. et al. (2013). Identifying contributing factors to fatal and serious injury motorcycle collisions involving children in Malaysia. Vol 57 : 329-336. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3861809/#__ffn_sectitle (diakses pada tanggal 26 Mei 2014, pukul 18.30 WIB) Permanawati, Tyas. et al. (2010). Model Peluang Kecelakaan Sepeda Motor Berdasarkan Karakteristik
Pengendara.
Jurnal
Rekayasa
Sipil.
IV
(3)
http://rekayasasipil.ub.ac.id/index.php/rs/article/viewFile/184/170 (diakses pada tanggal 10 Juni 2010, pukul 01.00) Rachmat, Jallaludin. (2009). Psikologi Komunikasi. Bandung: CV Remadja Karya. Ridho, Muhammad. (2012). Hubungan Persepsi Risiko Keselamatan Berkendara Dengan Perilaku Pemakaian Helm Pada Mahasiswa Universitas Indonesia Depok. Skripsi FKM UI Depok Robbins, Stephen P dan Judge Timothy A. (2009). Perilaku Organisasi, Edisi 12. Jakarta : Salemba Empat Rusyanto, Edo. (2010). Hiruk Pikuk Bersepeda Motor. Jakarta : Tristar Kreasi Sigit,
Dwi.
(2012).
Awas
pengendara
dibawah
umur
rentan
kecelakaan.
http://www.tmcmetro.com/news/2012/02/awas-pengendara-di-bawah-umur-rentankecelakaan (diakses pada tanggal 14 April 2014, pukul 09.00 WIB) Sukarto, Haryono. (2006). Pemilihan Model Transportasi di DKI Jakarta dengan Analisis Kebijakan
“Proses
Hirarki
Analitik”.
Jurnal
Teknik
Sipil.
http://sipil-
uph.tripod.com/vol3.1.3.pdf (diakses pada tanggal 12 Juni 2014, pukul 12.15 WIB) Sunardi. Et Al. (2012). Analisa Teori Beajar Sosial Bandura Mengenal Gangguan Perilaku agresif pada Anak. Vol : 9 Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014
Thoha, Miftah. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta : Raja Grafindo Utami, Nadiyya. (2010). Hubungan Persepsi Risiko Kecelakaan Dengan Agresive Driving Pengemudi
Motor
Remaja.
Skripsi
UIN
Syarif
Hidyatullah
Jakarta.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21696/1/NADIYYA%20UTA MI-FPS.PDF (diakses pada tanggal 10 Juni 2014, pukul 18.18 WIB) WHO. (2009). Road accidents, suicide and maternal conditions are leading causes of death in
young
people.
http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2009/adolescent_mortality_20090911/e n/ (diakses pada tanggal 24 April 2014, pukul 20.00 WIB)
Persepsi anak…, Anjar Kurniawan Saputra, FKM UI, 2014