Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja (Operator) Di Area Wood Working I PT Yamaha Indonesia Tahun 2014 Atsni Kautsar Rahmawani, Zulkuifli Djunaidi Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan pekerja (operator) dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) pada area Wood Working I PT Yamaha Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada periode Maret – April 2014 dengan jumlah responden 47 orang. Analisis data dengan menggunakan uji statistik Chi-Square menunjukan ada hubungan penggunaan APD terhadap sikap penggunaan APD (p-value=0.013), pengawasan terhadap penggunaan APD (pvalue= 0.023) dan penerapan peraturan penggunaan APD (p-value = 0.024). Sebaliknya, tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang APD (p-value = 1.000), ketersediaan APD (p-value = 0.312), dan kenyamanan dalam menggunakan APD (pvalue =0.100) dengan perilaku penggunaan APD pada pekerja di area Wood Working I.
Factors Related to Usage Behaviour of Personal Protective Equipment (PPE) on Workers (Operators) at Wood Working I Area at PT Yamaha Indonesia in 2014. Abstrack This study aims to determine the factors related workers (operators) in the use of personal protective equipment (PPE) in the area of Wood Working I PT Yamaha Indonesia. This research is a descriptive cross-sectional quantitative approach. This research was conducted in the period March-April 2014, with the number of respondents 47 people. Data analysis using Chi-Square statistical test showed no relationship to the attitude of the use of PPE use (p-value = 0.013), supervision of the use of PPE (p-value = 0.023) and the application of the rules of use of PPE (p-value = 0.024). In contrast, there was no significant relationship between knowledge of the APD (pvalue = 1.000), availability of PPE (p-value = 0312), and convenience in use of PPE (p-value = 0.100) with the behavior of the use of PPE to workers in the area of Wood Working I. Keyword : internal factors; external factors; use of PPE; wood working.
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014
PENDAHULUAN Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengandung nilai perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Dimana tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang paling utama dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi sehingga perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan pekerja dari segi keselamatan dan kesehatan kerja. Jika ada pekerja yang cidera atau sakit akan memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap kerugian bagi perusahaan, diantaranya kehilangan pekerja yang berpengalaman, terjadinya kerusakan mesin, biaya perawatan dan pengobatan di rumah sakit (Ramli, 2010). International Labor Organitation (ILO) mengungkapkan bahwa setiap tahun terjadi 2,2 juta kematian yang disebabkan karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan tenaga kerjaan (ILO,2011). Sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan tenaga kerjaan baru setiap tahunnya. Hasil laporan tahunan yang diterbitkan oleh jamsostek dalam kurun waktu lima tahun terakhir cenderung mengalami kenaikan jumlah kasus kecelakaan kecelakaan diantaranya pada tahun 2008 yaitu terdapat jumlah kecelakaan kerja sebesar 94.736 kasus, tahun 2009 yaitu 96.314 kasus, tahun 2010 yaitu 98.711 kasus, tahun 2011 yaitu sebesar 99.491 kasus dan pada tahun 2012 terdapat 103.074 kasus kecelakaan kerja. (Laporan Tahunan Annual Report Jamsostek, 2012). Terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja tidak terlepas dari peran serta industri. Indutri manufaktur merupakan salah satu industri yang berperan membawa akibat bagi keselamatan dan kesehatan akibat kerja. PT Yamaha Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang manufacturing memproduksi alat musik piano. Ada tiga tahapan proses produksi, salah satunya pada tahap wood working. Dalam kegiatan produksinya banyak ditemukan potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Upaya pencegahan terus dilakukan perusahaan dalam mengurangi risiko kesehatan maupun penyakit akibat kerja. Salah satunya upaya pencegahan yang aktif dilakukan perusahaan adalah mewajibkan pekerja menggunakan APD. PT Yamaha Indonesia masih mengalami kasus kecelakaan walaupun upaya pencegahan sudah dilakukan oleh pihak perusahaan. Berdasarkan hasil laporan bulanan pada bulan Februari 2014 pada divisi K3 PT Yamaha Indonesia dimana pada periode 189 (kode yang digunakan perusahaan pada laporan tahunan April 2012 – Maret 2013) dan 190 (kode yang digunakan perusahaan pada laporan tahunan April 2013 – Maret 2014) didapatkan jumlah kasus kecelakaan
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014
kerja yaitu pada periode 189 terdapat tiga kasus kecelakaan kerja dan dan pada periode 190 meningkat menjadi 10 kasus kecelakaan kerja. Dari hasil analisis penyebab kecelakaan langsung terjadi karena pekerja tidak bekerja sesuai peraturan /SOP/standar K3. Salah satu tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan/SOP/standar K3 yaitu dalam hal pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada saat bekerja. Banyak faktor yang mempengaruhi pekerja pekerja untuk tidak menggunakan APD yang telah disediakan oleh perusahaan. Oleh karena itu, kajian inilah yang mendasar penulis untuk melakukan suatu penelitian mengenaiFaktor-faktor yang berhubungan dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja (Operator) di Area Wood Working I PT Yamaha Indonesia Tahun 2014. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di percetakan di area Wood Working I. Waktu pengumpulan data dimulai bulan Maret sampai April. Penelitian ini merupakan penelitian deskripstif kuantitatif dengan rancangan Cross Sectional Study yaitu mempelajari dinamika asosiasi antara variabel independen (pengetahuan, sikap, ketersediaan, kenyamanan, peraturan, pengawasan terhadap APD) dengan variabel dependen (penggunaan Alat pelindung diri) pada saat yang bersamaan (point time approach). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di Area Wood Working I di PT Yamaha Indonesia yang berjumlah 47 orang pekerja. Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan sampling jenuh atau peneliti menggambil jumlah seluruh pekerja yang akan dijadikan sampel yaitu sebanyak 47 orang. Pengumpulan data diperoleh dengan dua cara, yakni data primer (mengisi kuesioner) dan data sekunder yang diperoleh dari HSE officer. Data-data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan sistem komputerisasi program Statistical Package for Sosial Science (SPSS) melalui editing, coding, entry, cleaning serta analisis data dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014
HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Karakteristik umum responden antara lain kelompok umur responden, tingkat pendidikan responden, dan masa kerja responden. Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di Area Wood Working I PT Yamaha Indonesia Total
Keterangan •
•
•
N = 47
%
Umur 18 – 24 25 – 32 33 – 39 40 – 47
27 10 6 4
57,4 21,3 12,8 8,5
Tingkat Pendidikan SLTP SLTA/Sederajat
2 45
4.3 95.7
Lama Kerja < 5 Tahun ≥ 5 Tahun
25 22
53,2 46,8
Dari Tabel 1. Dapat dilihat distribusi karakteristik responden dimana distribusi umur responden paling banyak berkisar antara 18 tahun sampai 24 tahun, yaitu 27 responden (57,4,3%), pendidikan paling banyak pada jenjang pendidikan SMA, yaitu 45 responden (95,7%), sedangkan lama kerja paling banyak bekerja kurang dari 5 tahun, yaitu 25 responden (53,2%). Frekuensi Distribusi Responden Menurut Faktor Independen dan Dependen. • Frekuensi Distribusi Responden Menurut Perilaku Dari Tabel 2. Didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden mempunyai perilaku yang tidak baik terhadap penggunaan APD, yaitu sebanyak 23 pekerja (48,9%). • Frekuensi Distribusi Responden Menurut Pengetahuan terhadap Perilaku Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penggunaan APD, yaitu sebanyak 15 pekerja (31,9%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p= 0,100 yang berarti nilai p > α dengan α = 5% (0,05). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi pengetahuan mengenai APD dengan perilaku penggunaan APD (Tidak ada hubungan yang
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014
signifikan antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD). Besar perbedaan dapat dilihat dari nilai OR = 0,875 (95% CI: 0,265-2,989), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang berpengetahuan tinggi berisiko 0,8 kali untuk berperilaku baik dalam menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang pengetahuannya rendah. Tetapi nilai tersebut tidak bermakna secara statistik (Tabel 2). • Frekuensi Distribusi Responden Menurut Sikap terhadap Perilaku Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap yang positif terhadap penggunaan APD yaitu sebanyak 24 pekerja (51,1%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p= 0,013 yang berarti nilai p ≤ α dengan α = 5% (0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan proporsi sikap penggunaan APD dengan perilaku penggunaan APD ( terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku penggunaan APD). Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai OR = 5,551 (95% CI: 1,590 - 19,384), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang sikapnya positif atau mendukung penggunaan APD berisiko 5 kali untuk berperilaku baik dalam menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang sikapnya negative atau tidak mendukung dalam penggunaan APD (Tabel 2). •
Frekuensi Distribusi Responden Menurut Ketersediaan APD terhadap Perilaku Hasil penelitian ini diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden menyatakan ketersediaan APD kurang memadai, yaitu sebanyak 20 pekerja (42,96). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p= 0,312 yang berarti nilai p > α dengan α = 5% (0,05). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi ketersediaan APD dengan perilaku penggunaan APD (Tidak ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan APD dengan perilaku penggunaan APD). Besar perbedaan dapat dilihat dari nilai OR = 2,182 (95% CI: 0,671-7,092), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang menyatakan ketersediaan APD yang kurang memadai berisiko 2 kali untuk berperilaku tidak baik dalam menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang menyatakan ketersediaan APD kurang memadai. Tetapi nilai tersebut tidak bermakna secara statistic (Tabel 2).
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014
•
Frekuensi Distribusi Responden Menurut Kenyamanan Penggunaan APD terhadap Perilaku. Hasil penelitian ini diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden menyatakan nyaman dalam penggunaan APD pelatihan APD yaitu sebanyak 31 pekerja (65,96%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p= 0,100 yang berarti nilai p > α dengan α = 5% (0,05). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi kenyamanan penggunaan APD dengan perilaku penggunaan APD (Tidak ada hubungan yang signifikan antara kenyamanan penggunaa APD dengan perilaku penggunaan APD). Besar Perbedaan dapat dilihat dari nilai OR = 3,483 (95% CI: 0,671-7,092), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang menyatakan kenyamanan penggunaan APD yang kurang nyaman berisiko 3 kali untuk berperilaku tidak baik dalam menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang menyatakan nyaman dalam penggunaan APD. Tetapi nilai tersebut tidak bermakna secara statistic (Tabel 2).
•
Frekuensi Distribusi Responden Menurut Peraturan APD terhadap Perilaku Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan penerapan peraturan dalam penggunaan APD yang kurang baik yaitu sebanyak 28 pekerja (59,57%). Hasil Uji Statistik dengan menggunakan uji chi square di peroleh nilai p = 0,024 yang berarti nilai p ≤ α dengan α = 5% (0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan proporsi peraturan APD dengan perilaku penggunaan APD (terdapat hubungan yang signifikan antara peraturan APD dengan perilaku penggunaan APD). Keeratan hubungan dapat pula dilihat dari nilai OR = 5,040 (95% CI:1,400 – 18,140), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang menyatakan penerapan peraturan APD kurang baik berisiko 5 kali untuk berperilaku tidak baik dalam menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang menyatakan penerapan peraturan APD yang baik (Tabel 2).
•
Frekuensi Distribusi Responden Menurut Pengawasan APD terhadap Perilaku Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja yang menyatakan pengawasan APD kurang baik sebanyak 38 pekerja (80,85%). Hasil Uji Statistik dengan menggunakan uji chi square di peroleh nilai p = 0,023 yang berarti nilai p ≤ α dengan α = 5% (0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan proporsi pengawasan penggunaan APD dengan perilaku penggunaan APD (terdapat hubungan yang
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014
signifikan antara pengawasan penggunaan APD dengan perilaku penggunaan APD). Keeratan hubungan dapat pula dilihat dari nilai OR = 11,000 (95% Cl: 1,248 – 96,951), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang menyatakan pengawasan penggunaan APD kurang baik berisiko 11 kali untuk berperilaku tidak baik dalam menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang menyatakan pengawsan penggunaan APD yang baik. Tabel 2. Frekuensi Distribusi Responden Menurut Faktor Independen yang diteliti pada Pekerja di Area Wood working I PT Yamaha Indonesia Faktor Risiko Pengetahuan § Tinggi § Rendah Sikap § Positif § Negatif Ketersediaan APD § Memadai § Kurang memadai Kenyamanan APD § Nyaman § Kurang nyaman Peraturan APD § Baik § Kurang baik Pengawasan APD § Baik § Kurang baik
Perilaku Baik Tidak Baik N = 24 % N = 23 %
Total N = 47
%
P Value
OR (95% CI)
16 8
50,0 53,3
16 7
50,0 46,7
32 15
68,1 31,9
1,000
0,875 (0,265 – 2,989)
17 7
70,8 30,4
7 16
29,2 69,6
24 23
51,5
0,013
5,551 (1,590 – 19,384)
16 8
59,3 40,0
11 12
40,7 60,0
27 20
57,0 43,0
0,312
2,182 (0,671 – 7,092)
19 5
61,3 31,3
12 11
38,7 68,8
31 16
65,9 34,1
0,100
3,483 (0,968 – 12,535)
14 10
73,7 35,7
5 18
26,3 64,3
19 28
40,4 59,6
0,024
5,040 (1,400-18,140)
8 16
88,9 42,1
1 22
11,1 57,9
9 38
19,1 80,9
0,023
11,000 (1,248 – 96,951)
PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian tentang determinan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja (operator) di area Wood Working I dapat dilihat pada penjelasan berikut: Penggunaan APD merupakan tahap akhir dari pengendalian kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Meskipun demikian, penggunaan APD akan menjadi penting apabila pengendalian secara teknik dan administratif telah dilakukan secara maksimal namun potensi risiko masih tergolong tinggi. Berdasarkan hasil penelitian melalui penyebaran kuesioner pada 47 pekerja di area Wood Working I didapatkan hasil yaitu 51,1% responden yang berperilaku baik dalam penggunaan APD sedangakan 48,9% yang berperilaku tidak baik.
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014
Hasil penelitian dari beberapa faktor-faktor yang berhubungan terhadap perilaku penggunaan APD antara lain sikap penggunaan APD, penerapan peraturan penggunaan APD, dan pengawasan terhadap penggunaan APD. Hampir sebagian pekerja yang berperilaku tidak baik dalam hal penggunaan APD di area wood working I. Hal ini tidak sesuai dengan standar Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 dalam pasal 6 ayat 1 menyatakan bahwa “Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko”. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya perbaikan dari faktor yang berhubungan untuk meningkatkan perilaku baik penggunaan APD pada pekerja di area wood working I PT Yamaha Indonesia. Analisis Faktor Internal •
Analisis Pengetahuan mengenai APD terhadap perilaku penggunaan APD Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu dan mempunyai 6 tingkatan dalam domain kognitif seperti tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Notoatmodjo, 2010). Akan tetapi pengetahuan ini hanya menggali pengetahuan APD sampai tahap aplikasi. Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun pendidikan informal seperti pelatihan, penyuluhan, pengalaman, informasi lainnya (Notoadmodjo, 2007). Hasil penelitian menjelaskan bahwa responden yang berperilaku baik dalam penggunaan APD dan berpengetahuan tinggi, yaitu 16 dari 47 responden. Hasil analisis uji statistik tersebut menyatakan tidak adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan responden dengan perilaku penggunaan APD (p=1,000;α=0,05). Terdapat 8 responden yang berpengetahuan rendah tetapi mereka berperilaku baik dalam penggunaan APD. Hal ini di duga berhubungan dengan faktor peraturan APD yang mendorong pekerja untuk berperilaku baik dalam penggunaan APD dan lama kerja responden < 1 tahun sehingga responden harus mematuhi peraturan yang berlaku di perusahaan. Sebaliknya terdapat 16 responden yang berpengetahuan baik akan tetapi perilaku penggunaan APD tidak baik hal ini diduga ada faktor-faktor lain selain pengetahuan yang berhubungan terhadap perilaku penggunaan APD. Walapun pengetahuan responden tidak mempunyai hubungan dengan perilaku penggunaan APD, seyogianya perusahaan perlu meningkatkan kembali pengetahuan
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014
responden terutama mengenai pentingnya menggunakan APD saat bekerja sehingga risiko terjadinya cedera dan kecelakaan kerja dapat diminimalisasi atau bahkan tidak ada kecelakaan kerja dan meningkatkan pengetahuan pekerja tentang keselamatan kerja, yaitu dengan cara : •
Penambahah jadwal pelatihan tentang APD, simulasi dan workshop sesuai dengan analisa kebutuhan pelatihan.
•
Memasang papan wajib baca tentang manfat penggunaan APD di tempat kerja.
•
Memasang gambar mengenai pentunjuk cara menggunakan APD yang benar
•
Perusahaan harus terus memberikan informasi dengan cara menyebarkan selebaran atau media lain yang mudah dilihat dan dibaca oleh pekerja terkait tentang keselamatan bekerja seperti pentingnya dalam hal penggunaan APD pada saat bekerja.
•
Analisis Sikap Penggunaan APD terhadap Perilaku Penggunaan APD Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan sikap mental, yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-objek, dan situasisituasi dengan siapa ia berhubungan (Winardi,2004). Hasil penelitian yang telah dilakukan pada pekerja di area wood working I menunjukan bahwa terdapat 48,9 % responden yang bersikap negatif. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa responden yang berperilaku baik dalam penggunaan APD dan memilki sikap positif, yaitu 70,8% dari 47 responden. Hasil analisis dengan uji statistik tersebut menyatakan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara sikap penggunaan APD dengan perilaku penggunaan APD (p=0,013;α=0,05). Sedangkan dari seluruh responden yang berperilaku tidak baik dalam penggunaan APD dan sikap negatif ada 16 responden (69,6%) dari 47 responden. Hal ini diduga karena penerapan peraturan dan pengawasan tentang penggunaan APD yang kurang diterapkan sehingga mendorong pekerja untuk berperilaku tidak baik. Menurut Newcomb dalam Notoadmodjo (2007) menyatakan sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Dalam penelitian ini sikap yang baik menunjukan perilaku yang baik terhadap penggunaan APD pada saat bekerja. Sikap responden tersebut
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014
terwujud dari tingkat pemahaman tentang kegunaan APD, akibat yang ditimbulkan jika tidak menggunakan APD dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Menurut Allport dalam Notoadmodjo (2007) sikap terdiri dari tiga komponen pokok yakni kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, kenyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap tidak sama dengan perilaku dan sikap baru diketahui kalau seseorang sudah berperilaku meskipun demikian perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Suatu kecenderungan untuk berespon adalah apabila seseorang yang mempunyai sikap umumya mengetahui apa dilakukan bila bertemu dengan objeknya. Untuk mengubah sikap dan pemahaman pekerja diperlukan program-program diantaranya kampanye dan sosialisasi keselamatan kerja, publikasi data kecelakaan kerja. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas yaitu berupa tersedianya APD yang cukup. Dan memberikan motivasi yang mendukung misalnya perusahaan memberikan penghargaan bagi pekerja yang selalu mengunakan APD dengan lengkap serta baik dan benar. Analisis Faktor Eksternal •
Analisis Ketersediaan APD terhadap Perilaku Penggunaan APD APD harus tersedia sesuai dengan risiko bahaya yang ada di tempat kerja. Contohnya pada proses penipisan bahan material atau penyerutan kayu dengan menggunakan mesin double surfacer risiko bahaya yang ada seperti debu dan bising, maka APD yang harus digunakan adalah masker dan earmuff / earplug. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa responden yang berperilaku baik dalam penggunaan APD dan menyatakan bahwa ketersediaan APD memadai, yaitu 16 responden (59.6%) dari 47 responden. Sedangkan dari keseluruhan, terdapat 12 responden yang berperilaku tidak baik dalam penggunaan APD dan yang menyatakan bahwa ketersediaan APD kurang memadai hal ini didukung dengan pernyataan bahwa kurang mudah bagi mereka untuk mendapatkan APD sehingga mereka bekerja dengan tidak menggunakan APD. Meskipun, semua responden menyatakan
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014
bahwa perusahaan telah menyediakan APD sesuai dengan risiko bahaya dan jenis pekerjaan ditempat kerja. Hasil analisis uji statistik tersebut menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara ketersediaan APD dengan perilaku penggunaan APD (p=0,312, α=0,05). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Faizah (2013) pada pekerja di technical service department PT Indocement Tunggal, yang menyatakan tidak adanya hubungan antara ketersediaan APD dengan perilaku penggunaan APD pada pekerja. Terdapat 8 responden yang berperilaku baik dalam penggunaan APD, namun menyatakan ketersediaan APD kurang memadai. Hal tersebut diduga karena responden melihat praktik dilapangan bahwa APD masih kurang memadai dengan melihat keadaan yang terjadi pada rekan kerjanya, sehingga menyatakan bahwa ketersediaan APD masih kurang memadai. Hal ini juga dikarenakan pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner untuk persoalan ini tidak bersifat indvidu, tetapi melihat keadaan dilapangan. Terdapat juga 11 responden yang berperilaku tidak baik dalam penggunaan APD, namun ketersediaan APD memadai. Hal ini karena ada faktor lain yang melatarbelakangi perilaku yang kurang baik dalam penggunaan APD dan bukan karna tersedia atau tidak tersedia APD. Meskipun tidak adanya hubungan antara ketersediaan APD dengan perilaku penggunaan APD berarti perilaku pekerja akan baik jika ketersediaan APD memadai. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan identifikasi dan risk assessment dalam perencanaan penyediaan APD untuk memilih APD yang diperlukan dan sesuai potensi bahaya dari masing-masing pekerjaan. Pengendalian teknik dan administratif harus diutamakan, bila masih tersisa risiko maka dianjurkan untuk menyediakan APD. Selain itu, jenis dan kecukupan APD juga harus jelas. • Analisis Kenyamanan APD terhadap Perilaku Pengggunaan APD Dalam suasana kerja, kenyamanan tempat kerja dan fasilitas lain akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga kerja. Sehingga dengan demikian diharapkan setiap fasilitas atau perlengkapan kerja yang menimbulkan kenyamanan dalam pemakaiannya akan dapat digunakan oleh pekerja secara optimal. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa responden yang berperilaku baik dan menyatakan nyaman dalam penggunaan APD, yaitu 19 responden (61,3%) dari 47 responden. Berdasarkan analisis penelitian dihasilkan keterangan yakni semua pekerja
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014
meyakini bahwa perawatan APD menjadi salah satu faktor kenyamanan APD. Semua responden menyatakan bahwa pekerja sendirilah yang bertanggung jawab dalam melakukan perawatan APD. Dapat disimpulkan bahwa sebagian pekerja menyadari bahwa perawatan APD adalah tanggung jawab pekerja itu sendiri. Terdapat 5 responden yang berperilaku baik dalam penggunaan APD, namun menyatakan kurang nyaman dalam penggunaan APD. Selain itu, terdapat pula 12 responden yang berperilaku tidak baik dalam penggunaan APD namun menyatakan nyaman dalam penggunaan APD. Diduga ada faktor lain yang mempengaruhi perilaku penggunaan APD pada saat bekerja dan bukan karena faktor nyaman atau tidak nyaman dalam penggunaan APD. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden yang menyatakan nyaman menggunakan APD, yaitu sekitar 66,39%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa nyaman atau tidak nyaman menggunakan APD tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku mengingat kenyamanan yang cukup pada penggunaan APD dan banyaknya faktor lain yang membentuk perilaku pekerja dalam menggunakan APD (p=0,100, α=0,05). • Analisis Penerapan Peraturan APD terhadap Perilaku Penggunaan APD Peraturan yang mengatur penggunaan APD adalah Permenakertans No. 1 Tahun 1981 pasal 5 ayat 2 menyatakan “Pekerja harus memakai alat pelindung diri yang diwajibkan untuk mencegah penyakit akibat kerja” maksud dari dikeluarkannya peraturan tentang APD adalah: •
Melindungi pekerja dari bahaya-bahaya akibat kerja seperti mesin, pesawat, proses dan bahan kimia.
•
Memelihara dan meningkatkan derajat keselamatan dan kesehatan kerja khususnya dalam penggunaan APD sehingga mampu meningkatkan produktifitas.
•
Terciptanya perasaan aman dan terlindung, sehingga mampu meningkatkan motivasi untuk lebih berprestasi. Dari hasil penelitaian ini menjelaskan bahwa responden yang berperilaku baik
dalam penggunaan APD dan menyatakan bahwa penerapan peraturan baik, yaitu 14 responden dari 47 responden. Hasil analisis uji statistik tersebut menyatakan terdapat
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014
perbedaan yang bermakna atau ada hubungan yang bermakna antara peraturan dengan perilaku penggunaan APD (p=0,024, α=0,05). Sedangkan dari keseluruhan terdapat 17 responden (64,3%) yang berperilaku tidak baik dalam penggunaan APD dan menyatakan bahwa penerapan peraturan kurang baik. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner bahwa responden tersebut tidak mengetahui sangsi yang berlaku. Berdasarkan hasil wawancara dengan tim K3, bahwa sangsi jika pekerja tidak menggunakan APD adalah diberhentikan sementara dari pekerjaannya sampai mendapatkan APD. Namun sosialisasi mengenai sangsi tidak didukung pada pemasangan papan wajib baca atau spanduk. Oleh karena itu, Agar peraturan dapat dijalankan dengan semestinya, maka peraturan itu harus tegas dan untuk semua pekerja yang melanggar, tidak dibedakan apakah yang melanggar itu teman, saudara atau bahkan anak pejabat. Peraturan yang tegas dapat dijadikan contoh untuk semua pekerja akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu, perusahaan harus konsisten dalam melaksanakan peraturan dan menerapkan sangsi yang berlaku. Berdasarkan informasi dari hasil wawancara dengan petugas SHE Officer dan hasil pengamatan di lapangan bahwa penerapan peraturan baik yaitu mensosialisasikan peraturan wajib menggunakan APD kepada pekerja melalui safety induction, safety talk dan papan wajib dibaca. •
Analisis Pengawasan Penggunaan APD terhadap Perilaku Penggunaan APD Perilaku pekerja terhadap penggunaan APD sangat dipengaruhi oleh perilaku dari manajemen. Pengawas harus menjadi contoh yang pertama dalam menggunakan APD. Harus ada program pelatihan dan pendidikan ke pekerja dalam hal menggunakan dan merawat APD dengan benar. Hasil Penelitian ini menjelaskan bahwa responden yang berperilaku baik dalam penggunaan APD dan menyatakan pengawasan penggunaan APD juga baik, yaitu 8 responden dari 47 responden.Sedangkan dari keseluruhan terdapat 22 responden yang berperilaku tidak baik dan menyatakan bahwa pengawasan terhadap penggunaan APD masih kurang baik. Hasil analisis uji statistik tersebut menyatakan terdapat perbedaan yang bermakna atau ada hubungan yang bermakna antara pengawasan penggunaan APD dengan perilaku penggunaan APD (p=0,023;α=0,05).
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014
Terdapat 16 responden (42,1%) yang berperilaku baik dalam penggunaan APD, namun mereka menyatakan pengawasan terhadap penggunaan APD masih kurang baik atau berjalan. Hal ini dimungkinkan karena pekerja memiliki pengetahuan atau sikap yang baik, sehingga pekerja berperilaku baik meskipun pengawasan terhadap penggunaan APD masih kurang berjalan. Pengawasan kurang baik karena hanya dilakukan oleh petugas safety, sebenarnya pengawasan APD pekerja dapat dilakukan oleh setiap karyawan, baik dari manajer produksi, foreman, ketua kelompok atau wakil ketua kelompok dan operator wajib untuk mengingatkan dan menegur jika menemukan pekerja konstruksi yang tidak menggunakan APD saat bekerja. Adanya hubungan antara pengawasan dengan perilaku penggunaan APD berarti perilaku pekerja akan baik jika pengawasan dilakukan dengan baik. Walaupun demikian seyogianya pengawasan dilakukan secara teratur dan ada pendamping seperti rekan kerja dan tenaga lini.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian ini menggambarkan secara umum bahwa program K3 di area Wood Working I PT Yamaha Indonesia masih belum optimal pelaksanaannya. Penelitian studi ini memberikan hasil sebagai berikut : 1. Responden yang berpengetahuan rendah tentang APD sebanyak 31,9% dan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan tentang APD dengan perilaku penggunaan APD di area Wood Working I. 2. Responden yang mempunyai sikap negatif atau kurang mendukung terhadap penggunaan APD sebesar 48,9% dan terdapat hubungan antara sikap penggunaan APD dengan perilaku penggunaan APD di area Wood Working I. 3. Responden yang menyatakan ketersediaan APD yang kurang memadai sebanyak 42,96% dan tidak terdapat hubungan antara ketersediaan APD dengan perialku penggunaan APD di area Wood Working I. 4. Responden yang menyatakan dalam hal kenyamanan penggunaan APD yang kurang nyaman sebanyak 33,16% dan tidak terdapat hubungan antara kenyamanan penggunaan APD dengan perilaku penggunaan APD di area Wood Working I.
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014
5. Responden yang menyatakan penerapan peraturan penggunaan APD yang kurang baik sebanyak 59,6% dan terdapat hubungan antara penerapan penggunaan APD dengan perilaku penggunaan APD di area Wood Working I. 6. Responden yang menyatakan pengawasan penggunaan APD yang kurang baik sebanyak 80,9% dan terdapat hubungan antara pengawasan penggunaan APD dengan perilaku pengguaan APD di area Wood Working I. Saran
Berdasarkan telitian yang telah dilakukan, saran yang dapat direkomendasikan untuk
mengatasi atau meminimalisasi perilaku tidak baik dalam penggunaan APD pada pekerja atau operator di area Wood Working I PT Yamaha Indonesia, antara lain: 1. Meningkatkan pengetahuan pekerja dengan cara pemasangan papan wajib baca yang memuat informasi mengenai bahaya dan risiko di tempat kerja serta manfaat besar dari penggunaan APD saat bekerja, dan pemasangan gambar petunjuk mengenai cara menggunakan APD yang baik dan benar. 2. Menanamkan sikap positif dalam penggunaan APD dengan memberikan motivasi yang mendukung misalnya perusahaan memberikan penghargaan bagi pekerja yang selalu mengunakan APD dengan lengkap serta baik dan benar. 3. Melakukan identifikasi dan risk assessment dalam pemilihan APD yang diperlukan dan sesuai
dengan potensi bahaya dari masing-masing pekerjaan dengan memperhatikan
kenyamanan dalam penggunaan APD. 4. Meningkatkan sosialisasi peraturan APD antara lain pemasangan papan wajib baca atau spanduk mengenai sangsi tegas jika tidak menggunakan APD dan perusahaan diharapkan konsisten dalam melaksanakan peraturan dan menerapkan sangsi yang berlaku. 5. Penerapan peraturan yang mewajibkan untuk menggunakan APD di tempat kerja berlaku oleh seluruh karyawan yang berada di area tempat kerja. Dengan menerapkan peraturan yang baik sehingga menimbulkan kesadaran akan pentingnya menggunakan APD dan secara otomatis mereka terbiasa selalu menggunakan APD di setiap memasuki area tempat kerja. 6. Meningkatkan pengawasan APD dengan cara menghimbau setiap pegawai PT. Yamaha Indonesia untuk wajib menegur dan turut memberikan sangsi yang berlaku jika menemukan pekerja tidak menggunakan APD saat bekerja. Serta perlu dilakukan pengawasan secara rutin
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014
oleh petugas safety karena sebagian besar pekerja merasa diawasi jika pengawasan dilakukan oleh petugas safety.
DAFTAR PUSTAKA
Ariawan, Iwan. (1998). Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Depok: FKM UI Andrew, Tim. (Januari 2000). Getting Employees comfortable with PPE : You Can Do It!. Occupational hazard.Vol 62, No 1.ProQuest pg. 35. Anizar. (2009). Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Graha Ilmu. Jakarta. Annual Report Jamsostek. (2008-2012). Tersedia dalam :www.jamsostek.co.id (Diakses 20 Februari 2014, 13.00 WIB). Bandura, Albert. (1977). Social Learning Theory. Prentice-Hall Canadian Centre for Occupational Health and Safety. (2014). Personal Protective Equipment. Canada:
Faizah, N. (2013). Faktor-Faktor Determinan yang Berhubungan dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja di Technical Service Depatement PT. Indocement Tunggal, Prakarsa,Tbk, Unit Palant Site Cirebon Tahun 2013. Skripsi. FKM UI. Depok. GA Departement. (2014). Data Bulanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun 2014. PT Yamaha Indonesia. Jakarta. Geller, E. Scott. (2000). The Psychology of Safety Handbook. CRC Press LLC : Florida, USA. Green, LW.,etal. (1980). Perencanaan Pendidikan Kesehatan : Sebuah Pendekatan Diagnostik. (Zulasmy Mamdi, dkk., penerjemah). Proyek Pengembangan FKM UI, Depdikbud RI. Jakarta Hamzah, R.A.M., &Saftarina, Fitria. (februari 2013). Faktor-faktor Determinan yang mempengaruhi penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja Las di Kecamatan Kemiling. Medical Journal of Lampung University, Vol. 2, No.3. Hastono, S.P., (2007). Analisis Data Kesehatan, Jakarta, FKUI. International Labour Organization. (2011). ILO Introductory Report: Global Trends and Challenges in Occupational Safety and Health, XIX World Congress on Safety and Health at Work, Istanbul 11-15 September 2011 Khasani, Soemanto., & Nevded, M. (1991). Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Kimia dan Pengendalian Bahaya Besar. ILO : Jakarta. Kurniawidjaja,M.L. 2010. Teori Aplikasi Kesehatan Kerja. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Linggarsari. (2008) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri di Departemen Engineering PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. TangerangTahun 2008.Skripsi. FKM UI. Depok. McPherson, Donna. (Februari 2008).PPE Compliance in The Workplace : A continuing Concern. Kimberly - Clark Professional: Kimberly – Clark Worlwide Inc. Tersedia dalam http://www.kcprofessional.com /us/ download/ product% 20literature/K172908 01_PPEComp.pdf (Diakses 20 Februari 2014, 12.05 WIB) Moeckler, Robert J. (1992). The Management Control Process. Prentice Hall. Englewood Cliffs.
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014
Notoadmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Notoadmodjo,S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Notoadmodjo, S. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Occupational Safety and Health Administration. (2003). Personal Protective Equipment. U.S Department of Labor: OSHA Peraturan Republik Indonesia. Undang-undang No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Dian Rakyat. Jakarta. Rijanto, B. (2011). Pedoman Pencegahan Industri. Jakarta Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Suma’mur, P.K. (1992). KeselamatanKerjadanPencegahanKecelakaan, PT Toko Gunung Agung. Jakarta. Sunardi. (2010). Konsep Dasar Modifikasi Perilaku. PLB FIB UPI. Tersedia dalam :http://file.upi.edu/Directori/fip/jur.pend_luar_biasa/196002011987031-sunardi/ karya_tlsmateri_ajar_pdf/konsep_dasar_modifikasi_perilaku.pdf (Diakses 2 Maret 2014, 15.00 WIB). Syaaf, R.Z. (2007). Occupational Health and Safety Behavior. Bahan Kuliah. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Indonesia. Depok. Terry, G. R. (2006). Prinsip-prinsip Manajemen: Edisi Bahasa Indonesia. Penerjemah Smith. Jakarta: PT. Bumi Aksara Thoha, M, (2003). Perilaku Organisasi :Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT. Raja grafindo. Jakarta. Universitas Indonesia. (2008). Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Universitas Indonesia. Jakarta.
Faktor-Faktor..., Atsni Kautsar Rahmawani, FKM UI, 2014