e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016)
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN INSPIRATOR GAMBAR PERISTIWA SISWA KELAS VII A SMPN 1 MELAYA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Ni Putu Karmila1, Gede Gunatama2, Ida Bagus Sutresna3 1,2,3Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected] ,
[email protected] [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui: (1) peningkatan kemampuan menulis siswa kelas VII A dalam pembelajaran puisi, (2) langkah-langkah pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII A, dan (3) mengetahui respons siswa terhadap model pembelajaran kontekstual. Penelitian ini dilaksanakan melalui dua siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A. Objek penelitian ini dibedakan atas dua macam, yaitu objek yang mencerminkan proses objek yang mencerminkan produk. Objek yang mencerminkan proses adalah aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dan objek yang mencerminkan produk dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi siswa kelas VII A. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP N 1 Melaya, yaitu di kelas VII A. jumlah siswa di kelas VII A adalah 36 orang, terdiri atas 30 msiswa lakilaki dan 6 siswa perempuan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode kuesioner/angket, dan metode tes. Data mengenai kemampuan menulis puisi siswa dan respons siswa di analisis secara deskriptif kuantitatif. Data mengenai langkah-langkah model pembelajan kontekstual dianalisis secara deskriptif kualitatif. Perolehan skor rata-rata yang dicapai siswa kelas VII A dalam kegiatan menulis puisi pada observasi awal adalah (65,71%), pada siklus I meningkat 83,45, sehingga rata-ratanya menjadi (74,76%), dan pada siklus II meningkat 80,69%, sehingga rata-ratanya menjadi (83,45%). Respons siswa dalam penerapan model pembelajaran kontekstual adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor respons pada siklus I adalah 32,42 dengan kategori positif dan siklus II 38,09 dengan kategori positif. Berdasarkan pemerolehan skor siswa dari segi kemampuan menulis puisi dan respons terhadap penerapan model pembelajaran kontekstual penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Kata Kunci: kontekstual, menulis puisi, gambar peristiwa. ABSTRACT This research is a classroom action research (PTK). The purpose of this study was to determine: (1) an increase in students' writing ability of class VII A in learning poetry, (2) measures of contextual learning in enhancing the ability to write poetry class VII A, and (3) determine a student's response to contextual learning model. This study was conducted in two cycles, each cycle was conducted in two sessions. The subjects were students of class VII A. The object of research is divided into two kinds, namely objects that reflect objects that reflect the product. Objects that reflect the process is the activity of students in participating in learning activities to write poetry using contextual learning model and objects that reflect the product of this research is the ability to write poetry class VII A. Class Action Research was conducted in SMP N 1 Melaya, ie in class VII A. the number of students in class VII A was 36 people, consisting of 30 male students and 6 female
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) students.Data collection methods used in this research is the method of observation, questionnaires / questionnaire, and test methods. Data on students' ability to write poetry and a student's response in quantitative descriptive analysis. Data about the steps pembelajan contextual models were analyzed descriptively qualitative. Obtaining the average score achieved class VII A in the activities of writing poems on the initial observation was (65.71%), the first cycle increased 83.45, so that the average becomes (74.76%), and the second cycle increased by 80.69%, so the average into (83.45%). The response of students in the application of contextual learning model is positive. It can be seen from the acquisition score responses in the first cycle was 32.42 with positive categories and cycle II 38.09 with a positive category. Based on the scores of students in terms of acquiring the ability to write poetry and in response to the application of contextual learning model of this study was successful.
Keywords: contextual, writing poetry, drawing events.
PENDAHULUAN PENDAHULUAN Pendidikan pada hakikatnya berlangsung dalam suatu proses. Proses tersebut berupa transformasi nilai-nilai, pengetahuan, teknologi, dan keterampilan. Dalam proses belajar-mengajar, yang melakukan proses pembelajaran adalah siswa yang sedang tumbuh dan berkembang menuju arah pendewasaaan kepribadian dan penguasaaan pengetahuan (Arsjad, 1991:12). Dalam hal ini, kurikulum yang berlaku memiliki peran penting sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu, berperan penting. Seiring dengan hal itu, pada kurikulum yang berlaku sekarang ini, pembelajaran siswa dituntut lebih aktif daripada guru (Ahmad,1998:8). Salah satu mata pelajaran yang menunjang peningkatan kualitas manusia adalah bahasa Indonesia. Hal ini terkait dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Secara umum, dalam bahasa Indonesia ada empat keterampilan yang hubungannya sangat erat satu sama lainnya dan perlu dikuasai untuk dapat berkomunikasi. Keempat keterampilan tersebut meliputi keterampialn menyimak (listening skiils), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca
(reading skills) dan keterampilan menulis (writing skills). Dari empat keterampilan tersebut, keterampilan menulis sangat penting diperhatikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di setiap sekolah. Keterampilan menulis merupakan sarana siswa untuk dapat mengikuti proses pembelajaran berbagai mata pembelajaran berbagai mata pelajaran yang ada di masing-masing sekolah. Menulis juga merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis sebagai kegiatan produktif artinya segala sesuatu dalam menjalani hidup tidak terlepas dari yang namanya menulis. Menulis sebagai kegiatan yang ekspresif artinya dengan menulis seorang mengimajinasikan, mengekspresikan, dan mengungkapkan pikirannya melalui tulisan. Lasa Hs (2005:12) menyatakan bahwa menulis merupakan seni mengekspresikan ide atau perasaan melalaui tulisan, seperti halnya pelukis yang menuangkan ide atau perasaannya ke dalam bentuk lukisan. Hal itu juga tercermin dalam pandangan Hakim (2005:15) mengatakan bahwa menulis merupakan upaya mengekspresikan apa yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulis. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986:21). Menulis merupakan suatu
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung (tidak secara tatap muka dengan orang lain). Selain itu, Gie (2002:21) menjelaskan bahwa dengan memiliki keterampilan menulis, seorang dapat mengungkapkan berbagai gagasannya untuk dibaca oleh peminat yang luas. Ada beberapa jenis keterampilan menulis dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, salah satunya adalah ketermpilan menulis puisi. Puisi merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistic dalam bahasa emosional serta berirama. Untuk mencapai keartistikan dan keemosionalan puisi, penyair menggunakan sarana kiasan, citraan-citraan, susunan kata-kata secara artistik (misalnya selaras, simetris, diksi tepat), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturutturut secara teratur). Menulis puisi adalah suatu kegiatan atau proses yang kreatif dalam menuangkan ide-ide dan konsep. Dalam menulis puisi bisa dibantu dengan beberapa media, salah satunya adalah alat pandang (berupa media gambar). Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar karena aneka ragamnya media dengan berbagai karakter dan kegunaan serta fungsinya. Senada dengan hal itu, Gagne dalam S. Arief (2003:6) mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan murid yang dapat merangsangnya untuk dapat belajar. Sementara itu, Briggs dalam S. Arief (2003:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang murid untuk belajar. Heincich dalam Rusyanti (1998) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang
mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekeman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran, maka media itu disebut media pembelajaran. Sejalan dengan batasan ini, Hamidjojo dalam Latuheru (1993) memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan,atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran, khususnya puisi adalah media gambar atau foto. Hanya saja penggunaan gambar haruslah disesuaikan dengan tingkatan, kondisi dan situasi anak sehingga pembelajaran dengan menggunakan media gambar bisa efektif. Hal tersebut akan menambah kretaivitas siswa dan memperkaya pengalaman serta memperbaiki kekurangjelasan, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan baik. Berkaitan dengan gambar di atas, ternyata media gambar juga dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran menulis puisi. Hal ini tampak sesuai dengan peran kompetensi, baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kelas VII semester 2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar keterampilan menulis dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Kelas VII A semester 2 berdasarkan silabus, yakni mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi, dengan kompetensi
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) dasar (1) menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam, (2) menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami. Standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas jelas mengisyaratkan agar siswa memiliki kemampuan yang memadai dalam menulis puisi. Namun, setelah peneliti melakukan observasi awal di SMP N 1 Melaya, ternyata kemampuan menulis puisi siswa di kelas tersebut masih kurang memadai. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis puisi di kelas VII A disebabkan tidak tepatnya strategi yang digunakan guru dalam mengajar. Selama melakukan aktivitas mengajar di kelas, guru biasanya menerapkan strategi pembelajaran yang kurang inovatif, misalnya menggunakan satu model pembelajaran, sehingga menyebabkan siswa cenderung bosan dan kurang memperhatikan materi yang disampaikan. Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru cenderung menggunakan metode ceramah yang sifatnya teoritis, kemudian dilanjutkan dengan penugasan tanpa diawali contoh terhadap materi yang diajarkan terlebih dahulu. Dengan strategi pembelajaran seperti itu, jelas aktivitas belajar mengajar kurang memadai karena tidak adanya variasi yang dilakukan oleh guru dalam mengajar. Diterapkannya metode pembelajaran tersebut, juga menyebatkan siswa kurang bergairah dalam mengikuti proses belajar mengajar. Kebiasaan itu menyebabkan siswa tidak mampu menghasilkan tulisan dengan baik. Kesulitan lain yang dialami siswa dalam kegiatan menulis, yakni sulitnya siswa dalam menuangkan ide-ide baru, memilih dan merangkai kata-kata yang tept digunakan dalam megawali sebuah tulisan. Hal itulah yang menjadi penghalang utama siswa di kelas VII A dalam melakukan kegiatan menulis, selain
disebabkan oleh metode yang digunakan guru dalam mengajar. Menurut Surya (2003:3), perhatian, minat, dan motivasi sangat penting dalam upaya melakukan kegiatan belajar mengajar. Itu berarti, untuk mecapai tujuan tertentu dalam pembelajaran, perlu dilakukan sesuatu yang dapat membantu proses pembelajaran agar berjalan dengan lancar. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses belajar-mengajar di kelas tersebut berdampak pada hasil yang diperoleh siswa. Hal tersebut ditunjukan dengan perolehan nilai menulis puisi kelas VII A SMP N 1 Melaya hanya mencapai 65, dan masih jauh dari kriteria ketuntasan minimal (KKM), yakni 70. Dari rata-rata yang dicapai siswa, dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas hanya mencapai 13 orang (32,5%) dari jumlah siswa dan sisanya 23 orang (69,04%) tergolong masih belum tuntas. Jika hal ini terus dibiarkan, maka tujuan pembelajaran tidak akan pernah tercapai. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam proses belajarmengajar di kelas VII A SMP N 1 Melaya, hendaknya guru dapat menerapkan metode yang sesuai dan menggunakan media yang tepat. Setelah peneliti berkolaborasi dengan guru bahasa Indonesia di SMP N 1 Melaya, maka diputuskanlah salah satu cara yang dapat dilakukan sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi, yakni dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa. Oleh karena itulah penelitian ini dilaksanakan dengan harapan agar siswa mampu meningkatkan kemampuan menulis puisi. Beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya terkait dengan meningkatkan kemampuan menulis puisi sebagai berikut.
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) Putu Henty Pramadewi senet melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Media Lingkungan Sekolah untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa kelas X 2 SMA Laboratorium Undiksha Singaraja”. Dengan menggunakan Media Lingkungan Sekolah, penelitian yang dilakukan oleh Putu Hneti mengalami peningkatan. Hal tesebut terbukti dari presentase yang diperoleh siswa mengalami peningkatan yaitu dari rata-rata 72,35 meningkatkan menjadi 77,79. Adanya peningkatan ini tidak dapat dilepaskan dari diterapkannya Manfaat Media Lingkungan Sekolah dalam Pembelajaran Menulis Puisi di kelas X 2 SMA Laboratorium Undiksha Singaraja. Selain itu, Ni Nyoman Budi Tri Anggreni juga melakukan penelitian dengan judul “Pemajanan Gaya Bahasa Untuk Meningkatkan Kemampuan menulis Puisi Siswa Kelas VIII B SMP Baktiyasa Singaraja”. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi (puisi bebas dengan pemilihan kata yang sesuai) dengan menerapkan pemajanan sebagai gay bahasa pada siswa kelas VIII B SMP segi kualitas tulisan. Hal tersebut terlihat dari rata-rata kelas yang diperoleh siswa yang mengalami peningkatan dari 67.6 menjadi 72,03. Hal tersebut menunjukan bahwa katagori nilai rata-rata siswa juga mengalami peningkatan yaiti dari katagori cukup pada siklus I menjadi katagori baik pada siklus II. Pada dasarnya, penelitianpenelitian sejenis di atas berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Letak perbedaan tersebut pada model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa dan sekolah yang akan dijadikan sebagai subjek oleh peneliti yaitu SMP N 1 Melaya Tahun Pelajaran 2016/2017.
METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini diharapkan mampu (1) langkah-langkah model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa yang tepat dalam menulis puisi pada siswa kelas VII A SMP N 1 Melaya, (2) model pembelejaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII A SMP N 1 Melaya, dan (3) respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran kontekstul dengan inspirator gambar peristiwa untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII A SMP N 1 Melaya. Subjek penelitian ini adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII A dan siswa kelas VII A SMP N 1 Melaya. Objek penelitian ini adalah (1) langkahlangkah model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa yang tepat dalam menulis puisi pada siswa kelas VII A SMP N 1 Melaya, (2) model pembelejaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII A SMP N 1 Melaya, dan (3) respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII A SMP N 1 Melaya Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi, (1) metode observasi dan dokumentasi, (2) metode tes, dan (3) metode kuesioner. Metode observasi adalah metode penelitian dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Suandi, 2008: 39). Metode observasi, yang digunakan adalah metode observasi
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) kolaboratif. Instrument yang digunakan dalam metode observasi adalah lembar observasi atau catatan lapangan. Sedangkan pengumpulan data dengan metode dokumentasi, menggunakan alat perekam dan foto yang dianggap penting. Selain itu, metode dokumentasi juga dijadikan sebagai alat untuk menunjang metode observasi. Metode tes digunakan dengan menggunakan teknik tes esai.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitiatif. Teknik analisis data ini, meliputi tiga analisis (1) Data tentang hasil belajar menulis puisi siswa secara reseptif dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif menggunakan paparan sederhana yang berkaitan dengan angka-angka.
Agung, (2014:92) mengatakan bahwa metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh seorang atau sekelompok orang yang di tes (testee), dan dari dari tes dapat menghasilkan suatu skor (interval). Terakhir, metode kuesioner/angket. Metode kuesioner/angket merupakan cara memperoleh atau mengumpulkan data dengan mengirimkan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan-pernyataan kepada responden atau subjek penelitian (Agung, 2014: 99).
Secara klasikal pembelajaran dikatakan tuntas apabila 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut memperoleh nilai minimal 85, sehingga tindakan dapat dihentikan. Namun, apabila jumlah siswa yang memperoleh nilai 85 kurang dari 75%, maka tindakan perlu mendapat modifikasi, sehingga memperoleh hasil yang diharapkan.
Penggunaan metode ini, menggunakan lembar kuesioner/angket. Lembar kuesioner/angket adalah lembar pertanyaan yang harus diisi oleh sasaran kuesioner. Pertanyaan tersebut tergantung berdasarkan maksud dan tujuan evaluasi yang ingin dicapai. Metode ini nama siswa tidak perlu dicantumkan, untuk menjaga keobjektivitasnya. Responden/siswa hanya perlu mencantumkan tanda centang (√) sesuai dengan kata hati mereka. Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas lima alternatif jawaban. Untuk pilihan sangat setuju (SS) mendapat skor 5. Setuju (S) mendapat skor 4. Ragu-ragu (R) mendapat skor 3. Tidak Setuju (TS) mendapat skor 2. Dan, Sangat Tidak Setuju (STS) mendapat skor 2.
Untuk dapat mengetahui presentase siswa yang sudah mencapai ketuntasan dalam belajar, dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut.
Untuk dapat menetukan ketuntasan individual digunakan rumus sebagai berikut.
(2) Analisis Data Langkah-Langkah Pembelajaran. Data yang dikumpulkan mengenai langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dengan metode observasi, dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi kolaboratif. Dimana, peneliti tidak hanya mengamati proses pembelajaran saja. Akan tetapi, peneliti juga dapat terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Data yang dikumpulkan dengan
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) menggunakan teknik check list. (3) Data respons siswa dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif, untuk memeroleh data respons siswa secara klasikal. Analisis didasarkan pada skor rata-rata (X) dari respons siswa, mean ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Adapun krikteria skor terhadap pelaksanaan tindakan, sebagai berikut: Tabel 1.1 Krikteria Respons Siswa terhadap Pelaksanaan Tindakan Skor X ≥Mi+ 1,5 Sdi Mi+ 0,5 SDi ≤X<Mi + Sdi Mi – 0,5 SDi ≤X <Mi – 0,5 Sdi Mi – 1,5 SDi ≤X <Mi – 0,5 Sdi X<Mi – 1,5 Sdi
Kategori Sangat Positif Positif Cukup positif Kurang positif Sangat kurang positif
Skor tertinggi ideal untuk sikap/respon siswa melalui penyebaran angket/kuesioner adalah 50 sedangkan skor terendah ideal adalah 10. Oleh karena itu, konversi perolehan skor pelaksanaan atau tindakan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.2 Konversi Respons Siswa Terhadap Pelaksanaan Tindakan Skor X≥40 33≤X<40 27≤X<33 20≤X<27 X<20
Kategori Sangat positif Positif Cukup positif Kurang positif Sangat kurang positif
Penelitian mengenai respons siswa ini akan dianggap berhasil apabila 50 % dari jumlah siswa memberikan respons positif. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
DAN
Hasil penelitian ini meliputi (1) langkah-langkah model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa yang tepat dalam menulis puisi pada siswa kelas VII A SMP N 1 Melaya, (2) model pembelejaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII A SMP N 1 Melaya, dan (3) respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII A SMP N 1 Melaya Sebelum diadakan tindakan skor rata-rata siswa mencapai 64,28. Skor tersebut masih sangat jauh dari skor KKM yaitu 75. Selanjutnya, pada tindakan siklus siklus I skor rata-rata siswa meningkat menjadi 74,76. Dari 36 siswa yang mengikuti pembelajaran terdapat 20 (47,03%) siswa yang mendapatkan nilai 83, siswa yang mendapatkan nilai 76 yaitu 5 (22,22%) siswa. Selanjutnya, 6 (22,22%) siswa mendapatkan nilai 70, 5 (14,81%) siswa mendapat nilai 68, dan masih ada 1 siswa yang mendapat nilai 60 pada siklus ini. Namun, secara klasikal tindakan ini belum dikatakan berhasil karena, hanya 16 siswa atau (59.25%) siswa yang memperoleh nilai diatas KKM. Respons siswa pada siklus ini, tergolong positif yaitu 40,43. Pada siklus II, hasil belajar siswa meningkat menjadi 83,45. Dari 36 siswa yang mengikuti tes, terdapat 22 (46,15%)
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) siswa memperoleh nilai 90 dengan kategori baik sekali. Selanjutnya, 11 (42,30%) siswa memperoleh nilai 85 dengan kategori baik. Sedangkan sisanya 3 (11,53%) siswa memperoleh nilai 75 dengan kategori cukup. Secara klasikal terdapat 33 siswa dari 36 siswa di kelas yang sudah tuntas dalam pembelajaran ini, jika dipresentasekan menjadi (88,46%) siswa yang mendapatkan skor 85 ke atas. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran ini sudah berhasil diterapkan, karena sudah melebihi 75%. Sedangkan, respons siswa pada siklus II meningkat menjadi 41,00 (sangat positif). Bedasarkan hasil tindakan tersebut, membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa, sangat efektif untuk digunakan. Pembahasan Peningkatan kemampuan menulis siswa kelas VII A pada proses pembelajarannya disebabkan oleh model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa. Menurut Trianto, (2007: 103) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Keterkaitan antara teori dan praktik diciptakan dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pendekatan ini mengetahui dan melakukan, berpikir dan bertindak. Dengan demikian, aktivitas siswa tidak hanya duduk rapi mendengarkan pelajaran namun siswa diajak untuk melibatkan diri dalam pembelajaran. Hal itu sejalan dengan pernyataan Eline B. Jhohnson (2007:34) bahwa contextual teaching and Learning (CTL) melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan
konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Hal ini terlihat pada penelitian sejenis yang juga pernah diterapkan oleh peneliti lain, Putu Henty Pramadewi senet melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Media Lingkungan Sekolah untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa kelas X 2 SMA Laboratorium Undiksha Singaraja”. Dengan menggunakan Media Lingkungan Sekolah, penelitian yang dilakukan oleh Putu Hneti mengalami peningkatan. Hal tesebut terbukti dari presentase yang diperoleh siswa mengalami peningkatan yaitu dari rata-rata 72,35 meningkatkan menjadi 77,79. Adanya peningkatan ini tidak dapat dilepaskan dari diterapkannya Manfaat Media Lingkungan Sekolah dalam Pembelajaran Menulis Puisi di kelas X 2 SMA Laboratorium Undiksha Singaraja. Selain itu, Ni Nyoman Budi Tri Anggreni juga melakukan penelitian dengan judul “Pemajanan Gaya Bahasa Untuk Meningkatkan Kemampuan menulis Puisi Siswa Kelas VIII B SMP Baktiyasa Singaraja”. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi (puisi bebas dengan pemilihan kata yang sesuai) dengan menerapkan pemajanan sebagai gay bahasa pada siswa kelas VIII B SMP segi kualitas tulisan. Hal tersebut terlihat dari rata-rata kelas yang diperoleh siswa yang mengalami peningkatan dari 67.6 menjadi 72,03. Hal tersebut menunjukan bahwa katagori nilai rata-rata siswa juga mengalami peningkatan yaiti dari katagori cukup pada siklus I menjadi katagori baik pada siklus II. Respons siswa dapat diketahui dengan menggunakan kuesioner/angket. Metode kuesioner/angket merupakan cara memperoleh atau mengumpulkan data dengan mengirimkan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan kepada
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) responden atau subjek penelitian (Agung, 2014:99). Mengacu pada hasil angket siswa cukup banyak respons positif dan sangat positif pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Diterapkannya model pembelajaran ini, disambut positif oleh siswa kelas VII A SMP N 1 Melaya. Tingginya respons positif siswa pada penerapan model pembelajaran ini, terbukti dari tabel yang sudah dipaparkan sebelumnya pada siklus I dan siklus II.. Selain itu, hasil angket yang akan dilampirkan juga membuktikan bahwa model pembelajaran ini direspon cukup positif oleh siswa. Pengisian angket/kuesioner oleh siswa, peneliti mengarahkan untuk tidak mnecantumkan indentitas diri siswa. Sesuai dengan rencana penelitian yang sudah peneliti rencanakan. Hal ini dilakukan guna menghindari kesubjektivitasan dan keobjektivitas responden. Kejenuhan dalam menerima pelajaran tak jarang juga dirasakan oleh siswa. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk dapat mengembangkan keterampilan dalam mengajar. Mengajar merupakan seni atau kreativitas yang harus dilakukan oleh guru. Untuk dapat menghasilkan hasil belajar siswa yang lebih baik. Maka metode atau strategi pembelajaran merupakan langkah utama guru untuk dapat menciptakan kelas yang lebih baik lagi. Dalam penerapan model pembelajaran ini, respons siswa menjadi hal sangat penting untuk keberlangsungan pembelajaran di dalam kelas ini. Dengan digunakannya kuesioner/angket maka dapat diketahui bahwa model pembelajaran ini sangat efeektif untuk digunakan bagi siswa yang berkemampuan sedang, dan pada materi yang menekankan pada pemahaman konsep.
SIMPULAN DAN SARAN 1. Penerapan model pembelajaran kontestual dengan inspirator gambar peristiwa dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII A SMP N Melaya. Hal ini dintunjukan oleh peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa sebagai subjek penelitian. Pada refleksi awal ketuntasan belajar siswa baru mencapai 31%. Ketuntasan belajar siswa pun terus meningkat menjadi 64% pada pelaksanaan siklus I dan 98% pada pelaksanaan siklus II. Dalam hal itu, berarti guru sudah menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak bosan lagi dalam belajar. Dengan diterapkannya model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa dengan inspirator gambar peristiwa ini, keterampilan menulis puisi siswa di kelas dapat ditingkatkan. 2. Model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII A SMP N 1 Melaya karena guru menggunakan langkah-langkah yang tepat. Langkah-langkah yang dimaksud, yaitu (1) menyiapkan beberapa gambar peristiwa yang akan dijadikan contoh dalam pembelajaran. Gambar-gambar tersebut adalah gambar peristiwa yang akan dijadikan objek oleh siswa. (2) menjelaskan model pembelajaran kontekstual, apabila ada istilah-istilah baru langsung dijelaskan oleh guru agar siswa lebih mudah memahami. (3) membagi siswa menjadi beberapa
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) kelompok, kelompok dibentuk sesuai dengan nilai dan prestasi belajar siswa.tujuannya agar siswa yang pintar dapat menyumbangkan pikirannya kepada siswa yang kemampuannya kurang. Sebaliknya, siswa yang kemampuannya sedang dapat bertanya pada siswa yang pintar. (4) menugaskan siswa untuk mengamati dengan baik gambar peristiwa yang akan dijadikan objek dan mendiskusikan dengan teman sekelompok, dan (5) menugaskan siswa untuk menentukan kata-kata yang berhubungan dengan gambar yang dibawa, kemudian mengembangkan kata-kata itu menjadi sebuah puisi yang bagus. (6) menyimpulkan hasil pembelajaran serta merefleksi proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Tujuan dari refleksi adalah agar siswa dapat mengetahui gambaran menyeluruh tentang apa yang dipelajarinya, mengetahui kekurangankekurangannya,dan mengetahui tingkat pencapaian belajar yang dicapainya. 3. Siswa memberikan respons positif terhadap penerapan model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa. Menurut siswa, setelah diterapkan model pembelajaran ini, mereka merasa lebih mudah untuk menuangkan ide-ide yang lebih mudah untuk menuangkan ide-ide yang lebih bagus lagi karena dibantu oleh gambar peristiwa. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, peneliti dapat menyampaikan saran sebagai berikut. 1. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru
merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Jika guru menggunakan model pembelajaran yang monoton, maka siswa akan merasa cepat bosan dan akibatnya hasil belajarpun tidak dapat ditingkatkan, begitu juga dalam pembelajaran menulis. Untuk itu, guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang baru agar siswa menjadi tertarik dalam belajar. Model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa ini dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya siswa kelas VII A SMP N 1 Melaya pada pembelajaran menulis puisi. 2. Siswa sering merasa kekurangan ide-ide dalam membuat sebuah tulisan. Untuk itu perlu diterapkan model pembelajaran yang tepat agar siswa bisa mengembangkan ide-idenya yang terpendam. Salah satunya adalah model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa, sehingga mereka mampu mengeluarkan ide-ide barunya. 3. Agar model pembelajaran kontekstual dengan menggunakan gambar peristiwa benar-benar dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa, guru atau mahasiswa (calon guru) menggunakan langkah-langkah yang tepat dalam
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) penerapannya. Salah satunya seperti langkah-langkah yang diterapkan pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharisimi.2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta Hakim, Arif.2005. Kiat Menulis Artikel di media: dari pemula sampai mahir. Bandung: Nuansa Cendikia Herman, J. waluyo. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga. Jabrohim. 1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Moody H.L.B. 1989. Metode Pengajaran Sastra. (Saduran B. Rahmanto). Jogjakarta: Kanisius. Pradopo, Rachmat Djoko. 1993. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suandi, I Nengah. 2008. Pengantar metodologi penelitian bahasa. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Sugiyono.2007. Metodologi Pengantar Pendidikan (Pendekatan Kunatitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta Sudjna, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses BelajarMengajar. Bandung: Angkasa.
Tarigan, HenrynGuntur. 1986. Menulis sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktif. Surabaya: Prestasi Pustaka
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Erlangga. .
.