FAKTOR PENYEBAB ORANG DEWASA AWAL MENUNDA PERNIKAHAN
JURNAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)
NINI OKTAVIANI NPM. 10060186
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
FAKTOR PENYEBAB ORANG DEWASA AWAL MENUNDA PERNIKAHAN DI DESA MARUNGGI KECAMATAN PARIAMAN SELATAN Oleh: Nini Oktaviani Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACK The background of this research is about there are so many pra adult people who delayed their married, However, in our religion, married is a circumcision from our prophet which have so many benefit for pra adult people. Purpose of this research is to know the factor cause pra adult people delay their married. This research is descriptif kualitatif research. Informan is three pra adult people and the support informan are six people: three mothers and three sisters of pra adult in marunggi village kecamatan pariaman selatan. Data of this research was collected by interview. Goal of the data test by used data triangulasi, from the data analyse by interactive model among of collect data, data reduksi, presentasion and make conclusion.the result of research find out that it this caused pra adult people delay meried are: often faluare loking for partner not research maturity age which infact, rarely has opportunity to meed by commensurable opposite gender, higt indentify by parent, egosentrism and narsism to much season install from cultures of individualism because has duty and family, trauma of broken home and the fat is in the fire think of carrier.
Keywords : pra adult, married, carier. Pendahuluan Seiring dengan berputarnya roda kehidupan manusia, individu dituntut untuk menjalankan tugas perkembangan sesuai dengan tahapan usia masing-masing. Ketika memasuki usia kanak-kanak, individu belajar dari lingkungan sekitar dan memahami lingkungan tempat ia tinggal. Demikian juga ketika menginjak usia remaja dimana individu mulai mencari jati diri dan semakin mengenal dirinya sendiri. Memasuki usia dewasa individu sudah semakin merencanakan masa depannya yaitu memiliki keluarga baru. Hal tersebut dimulai dengan berkarya dan memulai kehidupan yang mandiri. Hal ini selaras dengan tugas-tugas perkembangan dewasa awal. Havigurst (Dariyo 2003:105) mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa awal sebagai berikut: 1. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup. 2. Belajar hidup bersama pasangan. 3. Membina kehidupan rumah tangga 4. Membesarkan anak 5. Mengurus rumah 6. Meniti karier dan pekerjaan. Memilih pasangan dan menikah merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dihadapi oleh individu yang berada pada masa dewasa awal. Pernikahan merupakan suatu hal yang disunnahkan oleh Allah SWT,
yang dilaksanakan oleh setiap umat manusia yang sudah cukup umur atau sudah dewasa. Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 21(Hasyim 2011:7) yang artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaa-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cendrung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. Ayat tersebut memperjelas manfaat dan pentingnya melaksanakan pernikahan bagi manusia. Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 (Hasyim 2011:7) “Pernikahan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Tujuan pernikahan yaitu untuk membentuk sebuah keluarga yang bahagia. Menurut Yaumil (Hasan 2006:3) “Tujuan pernikahan adalah suatu titik permulaan dari suatu mata rantai kehidupan baru”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, masa dewasa awal merupakan masa yang sangat ideal dalam melaksanakan pernikahan karena sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya. Selanjutnya
dalam ajaran agama menikah juga diwajibkan pada seseorang yang telah dewasa dan sudah bekerja. Selain itu pada masa dewasa awal ini masa yang bagus untuk kehamilan bagi wanita dan masa seorang pria untuk bertanggung jawab dengan pekerjaan serta keluarganya untuk mencari nafkah. Hasyim (2011:9) menjelaskan “Usia ideal menurut kesehatan untuk wanita usia 20-25 tahun dan pria usia 2530 tahun. Pada usia tersebut, organ reproduksi dapat berfungsi secara optimal”. Sehingga pada usia dewasa awal sangat dianjurkan untuk menikah. Pernikahan memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal kepada masyarakat, orang tua dan orang dewasa awal yang dilaksanakan di Desa Marunggi, Kecamatan Pariaman Selatan Kota Pariaman pada tanggal 10-15 Januari 2014, diperoleh informasi bahwa adanya orang dewasa awal yang sudah bekerja serta sudah memasuki usia cukup untuk menikah (25-30 tahun) belum mempersiapkan diri untuk menikah. Adanya orang tua orang dewasa awal terlihat resah karena anaknya belum juga mempersiapkan diri untuk menikah sedangkan teman-teman seusianya sudah banyak yang menikah. Adanya orang dewasa awal cendrung menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Adanya orang tua dewasa awal ini sudah mencoba untuk mencarikan jodoh ditolak oleh anaknya. Adanya orang dewasa awal yang tidak mengutamakan pernikahan. Adanya orang dewasa awal yang menganggap pernikahan suatu hal yang menakutkan ketika ia mulai memikirkan apa yang akan terjadi ketika mereka sudah berada dalam suatu pernikahan. Adanya orang dewasa awal yang menganggap bahwa permasalahan yang terjadi dalam keluarga hanya dipicu oleh masalah ekonomi, sehingga orang dewasa awal butuh persiapan materi yang cukup untuk menikah. Berdasarkan permasalahan di atas peneliti berkeinginan meneliti “Faktor Penyebab Orang Dewasa Awal Menunda Pernikahan di Desa Marunggi Kecamatan Pariaman Selatan ”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab orang dewasa awal menunda pernikahan. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan dan harapan-harapan sosial baru. Dewasa awal merupakan masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Dimana dewasa awal belajar menyesuaikan diri dengan linggkungan serta masyarakat. Prayitno (2006:9) menjelaskan “Dewasa awal merupakan orang yang memiliki tanggung jawab terhadap tingkah
laku, pekerjaan dan cinta yang telah diikrarkan, khususnya kepada pernikahan”. Periode usia dewasa awal dimulai pada usia 18-40 tahun. Bagindo M. Leter (Hasan 2000:2) menjelaskan “Perkawinan dari segi agama Islam merupakan aqad dengan ucapan ijab qabul antara calon suami dan istri untuk hidup bersama sebagai suatu pertalian suci (sakral), untuk menghalalkan hubungan kelamin antara pria dan wanita dengan tujuan untuk membentuk keluarga dalam makmurkan bumi Allah SWT yang luas ini”. Silalahi dan Meinarno (2010:33) juga berpendapat “Pernikahan merupakan dua individu yang dipersatukan menjadi satu dan juga mempersatukan dua keluarga besar. Metodologi Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, maka penelitian yang dilakukan termasuk penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriktif. Peneliti mengambarkan ”Faktor penyebab orang dewasa awal menunda pernikahan di Desa Marunggi Kecamatan Pariaman Selatan”. Moleong (2010:6) menjelaskan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan. Secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan. Adapun lokasi penelitian yang akan dilakukan adalah di Desa Marunggi Kecamatan Pariaman Selatan.. Informan Penelitian Bungin (2011:76) bahwa “informan penelitian adalah subjek yang memahami objek penelitian”. Informan penelitian ini ditentukan setelah peneliti menentukan informan kunci (key informants) dan selanjutnya dari informan kunci ditetapkan informan tambahan. Informan dalam penelitian ini adalah orang dewasa awal sebanyak 3 orang dan informan pendukung sebanyak 6 orang yaitu: 3 orang ibu dan 3 orang adik dari orang dewasa awal di desa marunggi kecamatan Pariaman Selatan. Untuk memperoleh data yang diharapkan dari responden adalah ditetapkan oleh peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara. Menurut Yusuf (2005: 278) bahwa “Wawancara (interviu) adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara (intervieweer) dengan responden atau orang yang di wawancarai (interviewee) melalui komunikasi lansung”. Wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu data tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Peneliti telah mengetahui informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu reduksi data (data reductions), penyajian data (display data) dan penarikan kesimpulan dan verifikasi (verifikasi/conclusion drawing) Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Sering Gagal dalam Mencari Pasangan Hasil temuan peneliti melalui wawancara dilapangan dapat diketahui bahwa dewasa awal menganggap pacaran banyak dampak negatif dan sering sekali berujung pada perpisahan. Dewasa awal pernah mengalami kegagalan dalam membina hubungan dengan lawan jenis sebingga dewasa awal belum mau mencari pasangan dan belum memikirkan pernikahan. Menurut Hurlock (2010:301) faktor yang mempengaruhi dewasa awal menunda pernikahan karena sering gagal dalam mencari pasangan. Dari pengalaman orang dewasa yang gagal dalam mencari pasangan sehingga orang dewasa awal belum menikah saat ini. 2. Tidak Mencapai Usia Kematangan yang Sebenarnya Hasil temuan peneliti melalui wawancara dilapangan dapat diketahui bahwa orang dewasa awal yang menganggap pernikahan merupakan suatu yang sakral dan suci sehingga menurut dewasa awal menikah butuh kesiapan mental dan materi secara matang. Orang dewasa awal menganggap dirinya belum siap secara mental dan materi untuk memikirkan dan mempersiapkan diri untuk menikah, sehingga sampai saat ini dewasa awal tersebut belum mempersiapkan diri untuk menikah. Kartono (2006:213) menjelaskan Kematangan itu pada hakekatnya tidak hanya secara kronologis, fisik dan mental saja, akan tetapi juga harus mencapai taraf kematangan secara sosial. Keempat jenis kematangan ini, terutama kematangan sosial, akan meningkatkan seseorang dari masa kekanak-kanakan penuh egosentrime akseptansi sepenuhnya dari tanggung jawab sebagai manusia dewasa ditengah masyarakat; jadi mampu melakukan adaptasi sosial di tengah
kelompok manusia dan mengintegrasikan diri di tengah masyarakat. Sehingga mampu mempersiapkan diri dan mental membina keluarga. Karena orang dewasa awal belum memncapai kematangan usia yang sebenarnya sehingga membuat orang dewasa awal merasa belum siap untuk menikah. 3. Jarang Mempunyai Kesempatan untuk Berkumpul dan Berjumpa dengan Lawan Jenis yang Sepadan Hasil temuan peneliti melalui wawancara dilapangan dapat diketahui bahwa orang dewasa awal jarang memiliki kesempatan bertemu dan berkumpul dengan lawan jenis. Orang dewasa awal cendrung menyibukkan diri dengan pekerjaan dan membantu keluarga sehingga dewasa awal tidak memiliki kesempatan untuk mencari pasangan yang cocok dan sepadan dengannya. Menurut Hurlock (2010:301) salah satu faktor penyebab dewasa awal menunda pernikahan yaitu jarang mempunyai kesempatan untuk berkumpul dan berjumpa dengan lawan jenis yang sepadan. Oleh karena itu dewasa awal sulit untuk mencari pasangan yang cocok dan sepadan dengannya. 4. Identifikasi yang Ketat Terhadap Orang Tua Hasil temuan penelitian melalui wawancara dilapangan dapat diketahui bahwa orang dewasa awal sangat mengagumi sosok ayah atau ibunya. Orang dewasa awal menganggap ayah atau ibunya memiliki peran pasangan penting dalam hidupnya. Rasa kasih sayang, perhatian dan tanggung jawab yang dilakukan ayah atau ibu dewasa awal yang baik dalam kehidupannya membuat dewasa awal tersebut ingin mencari pasangan seperti ayah atau ibunya tersebut. Menurut Kartono (2006:213) Identifikasi secara ketat terhadap orang tua, yaitu fikasi –ibu atau fikasi-ayah, jika seorang gadis terlampau mutlak mengadakan identifikasi terhadap ayahnya (fikasi-ayah, ada kompleks Elektra) maka akan terjadi depensiemosional yang ekstrim sampai usia dewasa. Sebagai akibatnya akan sukar baginya menemukan seorang pacar/calon suami yang sesuai dengan selera hatinya. Demikian pula dengan anak laki-laki atau pemuda ketat mengadakan identifikasi terhadap ibunya; jadi ada komleks Oedipus. Maka akan terjadi dependensi emosional infatitas emosional pada dirinya. Orang dewasa awal yang terlalu mengagumi sosok orang tuanya membuat mereka ingin memiliki pasangan seperti orang tuanya yang menyebabkan orang dewasa awal ingin mencari pasangan seperti orang tuanya
sehingga sulit bagi orang dewasa awal mencari pasangan dan masih belum menemukannya yang berdampak pada penundaan pernikahan mereka. 5. Egosentrisme dan Narsisme yang Berlebihan Hasil temuan peneliti melalui wawancara dilapangan dapat diketahui bahwa orang dewasa awal menganggap dirinya baik, disiplin, dan suka bekerja keras. Dewasa awal tidak mempedulikan komentar orang mengenai dirinya, orang dewasa awal menganggap bahwa selagi ia tak merugikan orang lain maka ia tidak akan mempedulikan komentar tersebut. Selain itu dewasa awal juga kurang bisa melakukan penyesuaian dengan lawan jenis yang baru ia kenal, sehingga dewasa awal cendrung menutup diri dengan lawan jenis. Menurut Kartono (2006:213) Ego Sentrisme dan narsisme yang berlebih-lebihan, maka sifatsifat tersebut pasti akan mempersukar daya penyesuaian diri seseorang terhadap orang lain. Seseorang yang mau menang sendiri dan selalu menganggap diri sendiri paling benar, serta tidak pernah mau mengakui kesalahannya; orang seperti ini paling disingkirkan oleh khalayak ramai sebagai partner bermain, sebagai suami atau isteri. Seorang yang terlalu narsis itu terlalu diasyikkan oleh pengalaman dan kesenangan diri sendiri, karena itu jarang sekali ia bisa menjalin relasi pribadi dengan orang lain. Kerena hal tersebut sulit bagi orang dewasa awal untuk menbina hubungan dengan lawan jenis. 6. Musim Pasang dari Kebudayaan Individualisme (pengaruh dari kebudayaan luar) Hasil temuan penelitian melalui wawancara dilapangan dapat diketahui bahwa orang dewasa awal sangat nyaman menjalani hidup sendiri saat sekarang ini karena tidak ada yang harus dipikirkan dan bebas untuk melakukan kegiatan. Dalam menjalani pekerjaanya orang dewasa awal juga lebih nyaman kerja sendiri dari pada kerja kelompok karena bagi dewasa awal kerja dengan sendiri ia akan lebih fokus dan cepat selesai. Menurut Kartono (2006:213) Kebudayaan individualisme ini juga mempengaruhi sebahagian masyarakat sehingga ini mempersulit kesediaan untuk melakukasssn perkawinan karena masingmasing individu (laki-laki atau wanita) mau mempertahankan hidup sendiri, serta melanjutkan pola hidup lama masingmasing. Karena hal tersebutr orang dewasa
awal merasa nyaman dengan hidup sendiri sehingga orang dewasa awal belum memikirkan untuk menikah. 7. Karena Mempunyai Tanggung Jawab Keuangan dan Waktu kepada Orang Tua dan Saudara-saudaranya Hasil temuan peneliti melalui wawancara dilapangan dapat diketahui bahwa orang dewasa awal ingin membahagiakan orang tuanya dengan cara membantu kedua orang tuanya. Orang dewasa awal ingin bertanggung jawab meringankan beban orang tua dengan membantu perekonomian keluarga dengan memberikan sebagian gajinya kepada orang tuanya. Menurut Hurlock (2010:300) faktor yang menyebabkan dewasa awal menunda pernikahan salah satunya yaitu karena memiliki tanggung jawab keuangan dan waktu kepada orang tua dan saudarasaudaranya. 8. Trauma Perceraian yang dialami oleh Keluarga Hasil temuan peneliti melalui wawancara dilapangan dapat diketahui bahwa orang dewasa awal berpendapat bahwa perceraian itu terjadi karena ketidaksiapan seseorang menerima tanggung jawab dan memerankan diri sebagai suami atau istri. Selain itu penyebab terjadinya perceraian disebabkan oleh masalah ekonomi dan masalah ketidakcocokan pasangan tersebut. Adanya keluarga dewasa awal yang telah bercerai membuat orang dewasa awal cemas dan takut menghadapi pernikahan sehingga ia belum siap untuk menikah saat ini. Dariyo (2003:143) menjelaskan perceraian merupakan suatu hal yang biasa. Kerap kali setelah menikah, tidak berapa lama kemudian, akhirnya perkawinan hancur karena masing-masing pasangan memilih hidup sendiri. Bagaimanapun peristiwa perceraian memberikan dampak luka batin yang tidak mungkin dapat dilupakan seumur hidup setiap orang. Orang dewasa awal yang berada di sekitar orang yang bercerai akan mengalami perasaan cemas dan merasa takut untuk membina rumah tangga. 9. Terlanjur Memikirkan Karier Hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa orang dewasa awal menjalani pekerjaannya dengan baik dan lancar. Orang dewasa awal sibuk menjalani pekerjaan dan membantu kedua orang tuanya sehingga orang dewasa awal tidak
memiliki waktu untuk mencari pasangan dan mempersiapkan pernikahan saat ini. Dewasa awal merencanakan pernikahan satu atau dua tahun kedepan. Dariyo (2003:143) menjelaskan tidak menutup kemungkinan, individu yang mencapai jenjang karier yang tinggi akan merasa kesulitan memperoleh jodoh yang diharapkan karena individu (calon pasangan) yang datting tidak sesuai dengan yang ditentukan individu yang bersanggkutan sehingga individu lebih cendrung lebih berkonsentrasi dengan pekerjaan dan karier kedepannya. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor penyebab orang dewasa awal menunda pernikahan di Desa Marunggi Kecamatan Pariaman Selatan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab orang dewasa awal menunda pernikahan yaitu: 1. Sering gagal dalam mencari pasangan, orang dewasa awal yang sering mengalami kegagalan dalam mencari pasangan yang membuat orang dewasa awal belum mempersiapkan diri untuk menikah. 2. Tidak mencapai usia kematangan yang sebenarnya, orang dewasa awal yang belum mencapai usia kematangan yang sebenarnya sehingga orang dewasa awal belum siap secara mental untuk menikah. 3. Jarang mempunyai kesempatan untuk berjumpa dan berkumpul dengan lawan jenis yang dianggap cocok dan sepadan, orang dewasa awal yang sibuk pekerjaan dan rutinitas sehari-hari yang membuat orang dewasa awal jarang memiliki kesempatan untuk mencari pasangan yang dianggap cocok dan sepadan. 4. Identikasi secara ketat terhadap orang tua, orang dewasa awal yang terlalu mengagumi sosok ayah dan ibu yang menyebabkan orang dewasa awal menginginkan pasangan seperti ibunya. Sehingga sulit bagi orang dewasa awal untuk menemukan pasangan seperti orang Tua dewasa awal tersebut. 5. Egosentrisme dan narsisme yang berlebihan, orang dewasa awal yang memiliki egosentrisme yang tinggi dan menganggap dirinya baik yang menyebabkan orang dewasa awal tersebut sulit untuk berinteraksi dan bersosialisi dengan lawan jenis sehingga orang dewasa awal belum menemukan pasangan yang cocok. 6. Musim pasang dari kebudayaan invidualisme, orang dewasa awal yang
memiliki sifat individual yang membuat orang dewasa awal lebih suka dan nyaman hidup sendiri sehingga orang dewasa awal tersebut belum mempersiapkan diri untuk menikah. 7. Karena mempunyai tanggung jawab keuangan dan waktu kepada orang tua dan saudara-saudaranya, orang dewasa awal yang memiliki keinginan untuk membantu dan membahagiakan orang tua dan keluarga yang menyebabkan orang dewasa awal tersebut tidak memikirkan pernikahan dan berkonsentrasi dengan pekerjaannya. 8. Trauma perceraian yang dialami oleh keluarga, banyaknya kasus perceraian yang terjadi pada saat ini yang membuat orang dewasa awal perlu kesiapan mental dan materi yang matang untuk menikah sehingga orang dewasa awal menunda pernikahan. 9. Terlanjur memikirkan karier, orang dewasa awal yang sibuk dengan pekerjaan dan karier yang sedang ditekuni membuat orang dewasa awal belum memikirkan pernikahan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut: 1. Orang dewasa awal, diharapkan dapat mulai memikirkan pernikahan 2. Orang tua, diharapkan orang tua dapat memahami anaknya yang belum menikah dan bisa mencarikan jalan keluar untuk anaknya dalam mempersiapkan diri untuk menikah 3. Program studi Bimbingan dan Konseling, diharapkan dapat dipertimbangan dalam menyusun bahan perkuliahan dan mata kuliah. Agar dapat meningkatkan wawasan mahasiswa dalam layanan bimbingan dan konseling Kepustakaan Dariyo, Agoes.2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hasan, Marwisni. 2000. Psikologi dan Konseling Keluarga. Padang : UNP Press. Hurlock, E.B.2012. Psikologi Perkembangan, S uatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Kartono, Kartini. 2006. Psikologi Wanita, Mengenal Gadis Remaja & Wanita Dewasa. Bandung: Mandar Maju.
Moleong, J Lexy. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Prayitno, Elida. 2006. Pisikologi Orang Dewasa. Padang : Angkasa Raya. Silalahi, Karlinawati & Eko A Meinarno. 2010. Keluarga Indonesia Aspek dan Dinamika Zaman. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.