CITRA PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM NOVEL DI BAWAH LINDUNGAN KA’BAH KARYA HAMKA
E JURNAL ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)
ALISMA YENTI NIM. 09080041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
CITRA PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM NOVEL DI BAWAH LINDUNGAN KA’BAH KARYA HAMKA
Oleh Alisma Yenti 1, Iswadi Bahardur 2, Zulfitriyani 3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRAK
Masalah pokok penelitian ini adalah citra perempuan Minangkabau, yang terdapat dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan citra perempuan Minangkabau dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan citra perempuan Minangkabau dapat dilihat dari perbuatan dan perilaku tokoh yang berupa ucapan, dan peristiwa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh perempuan dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka. Citra perempuan Minangkabau secara individu yang diperankan oleh tokoh yaitu dari perilaku yang ditampilkan oleh tokoh Zainab, Rosna, Mak Asiah, dan ibu Hamid sosok perempuan Minangkabau yang dipandang mulia dari kehidupan bermasyarakat yang bisa menjaga nama baik (martabatnya) sebagai perempuan Minangkabau. Sedangkan citra perempuan sebagai anggota masyarakat yang diperan oleh tokoh dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka yaitu perempuan Minangkabau yang memiliki sifat kepemimpinan yang dapat ditiru oleh masyarakat.
Kata Kunci: Citra Perempuan Minangkabau, Di Bawah Lindungan Ka’bah
CITRA PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM NOVEL DI BAWAH LINDUNGAN KA’BAH KARYA HAMKA
Oleh Alisma Yenti 1, Iswadi Bahardur 2, Zulfitriyani 3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT The underlying problem of this study is the image of Minangkabau women, who are in the novel Under the Kaaba cover Hamka work. This study aims to describe the image of women in the novel Paper Under the Kaaba cover Hamka work. Of this study was qualitative research using methods that are descriptive. The results of this study showed that the image of Minangkabau women can be seen from the acts and conduct in the form of figures of speech, and the event is done by the female figures in the novel Under the Kaaba cover Hamka work. Citra individual Minangkabau woman played by leaders of the behavior that is shown by the figure of Zainab, Rosna, Asiah Mom, daughter and mother Hamid figure is considered a noble Minangkabau of community life can save face ( dignity ) as Minangkabau woman. While the image of women as members of society diperan by characters in the novel Under the Kaaba cover work that is Hamka Minangkabau woman who has leadership qualities that can be emulated by the community. Keywords: Image Of Women Minangkabau, Di Bawah Lindungan Ka’bah
PENDAHULUAN Manusia selalu menjadi pembicaraan di dalam karya sastra. Hal itu dapat ditemukan pada sejumlah karya sastra yang beredar di masyarakat. Banyak karya sastra yang bercerita tentang kehidupan manusia. Salah satu bentuk karya sastra yang bercerita tentang kehidupan manusia adalah novel. Novel menceritakan pengalaman manusia yang paling menarik dengan bermacammacam latar, karakter dan masalah yang dihadapi manusia dan kehidupan. Peristiwa yang terjadi di dalam novel merupakan cerminan dari kehidupan yang nyata yang telah direkayasa. Salah satu sosok manusia yang selalu menjadi bahan pembicaraan dalam sastra adalah perempuan dan berbagai permasalahan hidupnya. Menurut Nizar (2004: 58), perempuan pada hakikatnya lebih spontan dan lebih mempunyai kemantapan jiwa terhadap putusan-putusan yang diambilnya. Berbeda dengan kaum laki-laki yang umumnya bimbang dalam mengambil keputusan, perempuan lebih antusias memperjuangkan pendiriannya dari pada kaum laki-laki. Pada masyarakat Minangkabau, khususnya, kaum perempuan mendapat tempat terhormat. Perempuan dalam masyarakat Minangkabau pada zaman dahulu sering ditempatkan di posisi yang tidak penting. Pada masa lampau, perempuan tidak diberi kesempatan yang sama seperti laki-laki contohnya dalam pendidikan. Pada budaya Minangkabau dahulu berkembang pameo di kalangan masyarakat awam bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi karena akhirnya ke dapur juga. Begitu keadaan tersebut juga sama halnya dalam memilih jodoh, dalam perjodohan selalu ditentukan oleh keluarga. Perempuan yang marjinal rata-rata menikah pada usia muda. Karena rendahnya tingkat pendidikan dan sosial ekonomi, menikah bertujuan agar terhindar dari godaan laki-laki atau gosip, sehingga tidak mengapa menjadi istri kedua daripada diaggap perawan tua. Karya sastra Indonesia warna lokal Minangkabau telah menegaskan pentingnya sosok perempuan. Tokoh perempuan dihadirkan dalam berbagai profil. Citra perempuan Minangkabau dalam sastra lokal Minangkabau nampak begitu kuat sesuai dengan fungsinya di dalam realita. Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka ini sebagai sumber data karena novel ini menarik sekali untuk diteliti dari aspek citra perempuan Minangkabau karena semua tokoh yang ada dalam novel ini adalah tokoh-tokoh orang Minangkabau. Citra perempuan yang tergambar dari tokoh-tokoh tersebut yaitu perempuan yang memiliki sifat pemalu dan sopan, memiliki raso dan pareso, dan menjaga nama baik (martabatnya) dan rajin beribadah. Disamping itu novel Di Bawah Lindungan Ka’bah tidak hanya memaparkan masalah cinta, tetapi novel ini juga bercerita tentang persoalan adat Minangkabau. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang citra perempuan Minangkabau dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka. Rosenblatt (dalam Gani, 1988: 13) menyarankan prinsip yang memungkinkan pengajaran sastra mengemban fungsinya dengan baik yaitu. Pertama, siswa harus diberi kebebasan untuk menampilkan respon dan reaksinya. Kedua, siswa harus diberi kesempatan untuk mempribadikan dan mengkritalisasikan rasa pribadinya terhadap cipta sastra yang dibaca dan dipelajarinya. Ketiga, guru harus berusaha untuk menemukan butir-butir kontak diantara para pendapat siswa. Keempat, peranan dan pengaruh guru harus merupakan dorongan terhadap penjelajahan pengaruh vital yang inheren di dalam sastra itu sendiri. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan metode deskriptif. Semi (1993:32) mengemukakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak mengutamakan angka-angka. Data dalam penelitian ini adalah tentang citra perempuan Mingkabau yang terdapat dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka yang telah diinventarisasi dan diklasifikasikan sesuai dengan format pencatatan, selanjutnya dianalisis Tahap analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menganalisis data sebagai berikut: (1) mendeskripsikan data yang sudah diinventarisasikan, (2) pembahasan, (3) menginterpresentasikan data yang sudah dianalisis, (4) membuat kesimpulan berdasarkan hasil penelitian, dan (5) menulis laporan. Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik uraian rinci.
HASIL PENELITIAN Setelah dilakukan analisis data maka ditemukan terkait dengan citra perempuan Minangkabau dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka adalah citra perempuan Minangkabau sebagai individu yang meliputi ingek dan jago pado adat, berilmu, bermakrifat, berfaham, ujud dan yakin tawakal pado Allah, murah dan mahal dalam laku dan perangai yang berpatutan, kayo dan miskin pado hati, sabar dan ridha, imek dan jimek lunak lambuik bakato-kato dan citra perempuan Minangkabau sebagai anggota masyarakat yang meliputi bersifat benar, bersifat jujur, dipercayai lahir dan batin, bersifat cerdik, pandai berbicara, mempunyai sifat malu. PEMBAHASAN Citra perempuan Minanagkabau yang telah dewasa terlihat pada tingkah laku dan perbuatannya baik di segi perkataan, berpakaian, tempat diam maupun dalam segi penglihatannya Zainab menjauhkan diri dari sifat tercela yang dilarang adat dan agama. Menurut Hakimy (1991: 87) pandangan agama maupun pandangan adat Minangkabau, perempuan dipandang mulia dan memegang fungsi yang penting di dalam kehidupan masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Hakimy (1991: 87) bahwa citra perempuan Minangkabau sebagai individu dapat disorot dan dituntut oleh masyarakat.Untuk menjaga martabat perempuan Minamgkabau ada beberapa sifat khusus perempuan Minangkabau menurut adat adalah ingek (ingat) dan jago (jaga pada) pado adat, berilmu, bermakrifat, berfaham, ujud yakin pado Allah, murah dan mahal dalam laku dan parangai yang berpatutan, kayo (kaya) miskin pado (pada) hati dan kebenaran, sabar dan rida, imek (hemat) dan jimek (cermat) lunak (lemah) lambuik (lembut) bakato-kato (berkata). Berkaitan dengan sifat khusus yang diungkapkan Hakimy tersebut, Zainab merupakan perempuan Minangkabau yang pandai menjaga adat dan yakin di dalam kehidupan agama dan beradat. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa citra Minangkabau perempuan sebagai individu, seperti ingek dan jago pado adat, berilmu, bermakrifat, berfaham, ujud yakin tawakkal pado Allah, murah dan mahal dalam lau dan perangai yang berpatutan, kayo dan miskin pado hati dan kebenaran, sabar dan ridha, imek dan jimek lunak lambuik bakato-kato. Dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka memperlihatkan tokoh-tokoh perempuan yang pandai dan menjaga adat. Sebagai perempuan Minangkabau harus pandai menjaga nama baik dan martabatnya sebagai jenis yang mulia harus menjauhikan diri dari tingkah laku yang tidak sesuai dengan dengan adat dan kebudayaan Minangkabau dan sebagai anggota masyarakat perempuan Minangkabau harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan, seperti yang digambarkan oleh tokoh-tokoh perempuan dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah perempuan yang memiliki sifat benar, bersifat jujur, dipercayai lahir dan batin, bersifat cerdik, pandai bicara, mempunyai sifat malu. Sebagai perempuan Minangkabau yang memegang fungsi penting dalam kehidupan bermasyarakat. Seorang bundo kanduang menurut adat Minangkabau merupakan tempat meniru dan diteladani oleh lingkungan dan keluarganya. IMPLIKASI Dalam proses implikasinya, terdapat beberapa langkah yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran apresiasi sastra di sekolah indikator yang perlu dicapai yaitu (a) guru menjelaskan cara menganalisis citra tokoh perempuan dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka, (b) Melalui sebuah novel ini guru dapat membantu siswa untuk memperluas pikiran, memperdalam daya tangkap, dan mengembangkan kreatifitas tiap-tiap siswa, sehingga berguna untuk memperbaiki perilaku dan kehidupan yang baik, (c) siswa mampu memahami pesan yang terdapat dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka (d) siswa terampil menghubungkan masalah yang ditemukan di dalam novel ke dalam realitas kehidupan sehari-hari.
SARAN Setelah melakukan penelitian ini ada beberapa hal yang dapat peneliti rekomendasikan sebagai saran kepada berbagai pihak yang terkait dengan sastra dan pengajarannya. Pertama, Siswa supaya lebih semangat dalam mempelajari karya sastra dan dapat mempelajari serta menerapkan citra perempuan yang terdapat dalam karya satra. Kedua, bagi guru bahasa dan sastra Indonesia citra perempuan Minangkabau dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka dapat dijadikan sebagai referensi dalam pembelajaran sastra di sekolah. Ketiga, Bagi peneliti lainya, dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam mempelajari apresiasi sastra. Keempat, diharapkan kepada pembaca, terutama siswa untuk sering membaca karya sastra karena dengan banyak membaca sastra dapat menambah pengetahuan. Kelima, bagi masyarakat dan pembaca, dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk melanjutkan penelitian yang sejenis. KEPUSTAKAAN Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia:Respon dan Analisis. Padang: Dian Dinamika Press. Hakimy, Idrus. 1991. Pegangan Penghulu, Bundo Kanduang dan Pidato Alua Pasambahan Adat Minangkabau. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hamka. 2012. Di Bawah Lindunga Ka’bah. Jakarta: PT Bulan Bintang. Nizar, Hayati. 2004. Bundo Kanduang dalam Kajian Islam dan Budaya. Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM) Sumatera Barat. Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.