FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG
MUHAMMAD IZZUDDIN FAIZAL
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat dan strategi pengembangan hutan rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014
Muhammad Izzuddin Faizal NIM E14100027
ABSTRAK MUHAMMAD IZZUDDIN FAIZAL. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat dan Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. Dibimbing oleh LETI SUNDAWATI. Hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung perlu dikelola secara intensif agar meningkatkan produktifitas lahan sehingga dapat meningkatkan supply kayu dari hutan rakyat. Intensitas pengelolaan hutan rakyat dapat dipengaruhi oleh karakteristik petani, persepsi, dan motivasi petani terhadap pembangunan dan pengembangan hutan rakyat. Pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung perlu strategi yang tepat dengan memperhatikan faktor lingkungan strategis baik internal maupun eksternal. Berdasarkan uji korelasi menunjukkan bahwa persepsi dan motivasi petani berpengaruh nyata terhadap tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat. Sedangkan hasil perumusan strategi dengan metode analisis Internal Factor Evaluation - External Factor Evaluation, analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) menunjukan bahwa prioritas strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung adalah : 1) Membangun kerja sama antara kelompok tani hutan rakyat dengan industri pengolahan kayu. 2) Penyerapan sumber dana pemerintah pusat dan daerah untuk sosialisasi dan pendampingan petani hutan rakyat. 3) Penambaham jumlah tenaga PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan) 4) Pemaksimalan peran tenaga PKL dalam mensosialisasikan program pemerintah. Kata kunci: hutan rakyat, intensitas, motivasi, persepsi, strategi
ABSTRACT MUHAMMAD IZZUDDIN FAIZAL. Factors Affecting Management Intensity of Community Forest and Forest Development Strategy of the Community Forest in Sendang Subdistrict Tulungagung Regency. Supervised by LETI SUNDAWATI. Community forests in Tulungagung Regency have to be managed intensively to increase the land productivity and wood supply from community forests. Community forest management intensity could be affected by the characteristics of farmers, farmers perceptions, and motivation. Community forest development in Tulungagung need appropriate strategies. Based on correlation test showed perceptions and motivations of farmers significantly effected of the level of intensity of community forest management. The results of the strategy formulation in development of community forest using analysis methods Internal Factor Evaluation - External Factor Evaluation, SWOT analysis and Quantitative Strategic Planning Matrix analysis showed that the priority strategies are: 1) build cooperation between community forest farmers group with timber industry. 2) Using the source of government funds for the program and assisting community forest farmers. 3) Increasing the number of extention worker 4) Maximizing the capacity of extention worker role in disseminating the government program. Keywords: community forests, motivation, intensity, perception, strategy
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG
MUHAMMAD IZZUDDIN FAIZAL
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat dan Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung Nama : Muhammad Izzuddin Faizal NIM : E14100027
Disetujui oleh
Dr Ir Leti Sundawati, MScFTrop Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2014 ini ialah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat dan Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Leti Sundawati, MScFTrop selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Agus Imam MW DIAT beserta staf Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung dan Bapak Edy sebagai koordinator tenaga Penyuluh Kehutanan Lapangan Kabupaten Tulungagung yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
Muhammad Izzuddin Faizal
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian METODE Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Prosedur Pelaksanaan Penelitian Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Pembangunan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Tingkat Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat Korelasi Faktor-faktor dalam Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat Perumusan Strategi Pembangunan Hutan Rakyat di Kabupaten Tulungagung SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
vi vi 1 1 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 5 10 10 12 13 14 16 16 23 23 23 24 25
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Skor pertanyaan intensitas pengelolaan hutan rakyat Kategori tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat Skor pertanyaan terkait persepsi Kategori tingkat persepsi Skor pertanyaan terkait motivasi Kategori tingkat motivasi Tingkat keeratan hubungan antara variabel Sebaran responden berdasarkan umur Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Sebaran responden berdasarkan luas hutan rakyat yang dimiliki Sebaran responden berdasarkan pendapatan total per tahun Sebaran responden berdasarkan pengalaman usaha tani hutan rakyat Sebaran responden berdasarkan intensitas pengelolaan hutan rakyat Sebaran responden berdasarkan kategori intensitas pengelolaan hutan rakyat Tingkat persepsi petani terhadap pembangunan hutan rakyat Tingkat motivasi petani terhadap pembangunan hutan rakyat Faktor karakteristik responden yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat Faktor persepsi dan motivasi responden yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat Analisis faktor internal Analisis faktor eksternal Hasil analisis faktor internal dan faktor eksternal Prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung berdasarkan hasil analisis QSPM
5 6 6 6 7 7 8 10 10 11 11 11 12 13 14 15 15 16 16 18 20 21 22
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Kerangka pemikiran penelitian Lokasi Penelitian Kuadran analisis SWOT stakeholder pengembangan hutan rakyat
3 4 21
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut UU No. 41 tahun 1999, hutan rakyat didefinisikan sebagai hutan yang dimiliki rakyat dengan luas minimal 0.25 ha yang ditutupi oleh tanaman dari jenis kayu-kayuan atau jenis lainnya. Hutan rakyat umumnya berada di tanah pribadi atau tanah adat. Pengembangan hutan rakyat sejalan dengan berbagai kebijakan baik di pusat maupun daerah. Untuk tingkat nasional pengembangan hutan rakyat merupakan kegiatan pokok dalam progran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) yang digulirkan sejak tahun 2003, dengan target seluas 3 juta ha yang akan dilaksanakan dalam waktu 5 tahun. Sasaran GNRHL ada di 15 provinsi, yaitu di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Lampung, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan. Untuk tingkat Propinsi Jawa Barat, sejak tahun 2003 juga telah digulirkan Program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis yang kegiatan utamanya adalah pengembangan hutan rakyat. Luas areal hutan rakyat di Provinsi Jawa Timur mengalami kenaikan yang cukup signifikan seiring dengan gencarnya program rehabilitasi hutan dan lahan yang digalakkan oleh pemerintah daerah setempat bekerjasama dengan masyarakat pemilik hutan rakyat. Areal hutan rakyat di Provinsi Jawa Timur menurut catatan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur yang semula 321 947.75 ha (tahun 2007) meningkat 48.82% pada akhir tahun 2011 menjadi 659 414.15 ha. Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang memiliki potensi hutan rakyat yang cukup besar. Menurut catatan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tulungagung, pada tahun 2012 luas kawasan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung seluas 13 832.76 ha yang tersebar di 12 kecamatan. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan hutan rakyat diantaranya tergantung pada intensitas pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani. Pola usaha tani hutan rakyat masih dilakukan secara tradisional dan belum sepenuhnya memperhatikan prinsip–prinsip ekonomi pengusahaan yang paling menguntungkan (Hardjanto 1990 dalam Suharjito 2000). Pemilik hutan rakyat umumnya belum menggantungkan penghidupannya pada hutan–hutan yang dimiliknya, mereka mengusahakan hutan rakyat tersebut sebagai sambilan. Hal ini dapat berakibat terhadap tingkat produktivitas kayu yang dihasilkan dari hutan rakyat yang masih rendah, sehingga berdampak pada pendapatan yang diperoleh. Produktivitas kayu yang dihasilkan dipengaruhi oleh intensitas dalam pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani hutan rakyat. Dalam pengelolaan hutan rakyat sampai saat ini dilakukan oleh petani hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung masih secara tradisional.
2 Perumusan Masalah Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas masyarakat dalam mengelola hutan rakyat beragam. Faktor-faktor tersebut diduga dipengaruhi oleh persepsi, motivasi, dan karakteristik petani. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan 2 masalah dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, yaitu : 1. Bagaimana keterkaitan persepsi, motivasi dan karakteristik petani hutan rakyat terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat? 2. Bagaimana merumuskan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengkaji keterkaitan persepsi, motivasi dan karakteristik petani hutan rakyat terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat. 2. Merumuskan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan gambaran sejauh mana keterkaitan persepsi, motivasi, dan karakteristik petani terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. 2. Memberikan informasi dan pertimbangan kebijakan bagi pemerintah daerah dalam strategi pembangunan dan pemanfaatan lahan di daerah. Ruang Lingkup Penelitian Batasan ruang lingkup dalam melakukan penelitian ini lebih ditujukan pada petani daerah Kabupaten Tulungagung yang lahannya sedang atau akan ditanami tanaman kehutanan seperti jati, sengon, akasia, jabon, dan gmelina. Selain itu penelitian ini hanya difokuskan untuk mengidentifikasi dan mengetahui pengaruh persepsi, motivasi, karakteristik petani hutan rakyat terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat, dan menganalisis strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung.
METODE Kerangka Pemikiran Melalui penelitian ini penulis ingin mengkaji keterkaitan persepsi petani terhadap hutan rakyat, motivasi petani dalam membangun hutan rakyat, dan karakteristik petani hutan rakyat terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung.
3
Untuk merumuskan strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, penulis ingin mengkaji faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pembangungan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Faktor internal terdiri atas faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang harus diatasi. Faktor kekuatan yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat berupa adanya tenaga PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan), tingginya komitmen pemerintah daerah terhadap kehutanan, dan adanya kelompok tani hutan rakyat. Faktor kelemahan yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat, masih minimnya tingkat pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan HR, data lahan kritis dan potensial hutan rakyat belum akurat, dan kurang intensifnya penyuluhan dan pendampingan dari tenaga PKL. Faktor eksternal terdiri atas faktor peluang dan faktor ancaman yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat. Faktor peluang yang mempengaruhi pembangunan hutan rakyat antara lain adanya kebun bibit rakyat, prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik, adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah, dan adanya program BLU (Badan Layanan Umum). Faktor ancaman yang muncul adalah murahnya harga yang ditawarkan oleh para tengkulak, administrasi surat kepemilikan tanah, dan mahalnya biaya pembuatan SKAU (Surat Keterangan Asal Usul) kayu khususnya untuk hasil hutan rakyat berupa kayu jati. Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat
Persepsi petani
Motivasi petani
Pengembangan pembangunan hutan rakyat
Faktor Internal
Analisis SWOT
Karakteristik petani hutan rakyat 1. Usia 2. Tingkat pendidikan 3. Jumlah anggota keluarga 4. Luas hutan rakyat yang dikelola 5. Pendapatan per tahun 6. Pengalaman usahan tani hutan rakyat
Faktor Eksternal
Alternatif strategi
Prioritas strategi
Strategi pengembangan hutan rakyat
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
4 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2014.
Sendang
Gambar 2 Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Alat dan bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kuesioner 2. Peta wilayah penelitian 3. Data statistik lokasi penelitian 4. Alat tulis 5. Unit komputer dengan program Microsoft Office Word 2013, Microsoft Office Excel 2013, dan SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17.0 for Windows. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari masyarakat melalui wawancara, kuesioner, dan observasi di lapangan. Sementara data sekunder berupa data kondisi lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, serta data terkait lokasi penelitian. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Metode pengambilan contoh responden dan analisis data Penentuan contoh terpilih dilakukan dengan purposive sampling atau contoh diarahkan dengan memperhatikan keberadaan hutan rakyat yang dicirikan dengan luas hutan rakyat serta posisi lokasi terhadap wilayah Kabupaten Tulungagung. Pengambilan contoh responden menggunakan metode pengambilan contoh tiga tingkat (three stage sampling). Satuan contoh tingkat pertama adalah kecamatan, satuan tingkat kedua adalah desa dan satuan contoh ketiga adalah rumah tangga. Dikarenakan keterbatasan sumber daya dan waktu penelitian maka pada satuan contoh tingkat pertama hanya dipilih satu kecamatan yaitu Kecamatan Sendang yang memiliki potensi hutan rakyat paling besar dinilai oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Tulungagung memiliki peningkatan luas hutan rakyat yang paling tinggi dibanding kecamatan-kecamatan
5
lain. Selain itu dipilihnya Kecamatan Sendang dikarenakan Kecamatan Sendang sering mendapatkan program bantuan terkait pembangunan hutan rakyat. Desa Nglurup, Desa Dono, dan Desa Krosok dipilih karena mewakili desadesa lainnya dalam hal kelas ketinggian wilayah dan memiliki potensi hutan rakyat terbesar dibandingkan desa-desa lainnya. Wilayah Desa Dono terletak di kelas ketinggian 100–500 mdpl, wilayah desa Nglurup masuk dalam kelas ketinggian 500–1000 mdpl, dan Desa Krosok wilayahnya masuk dalam ketinggian di atas 1000 mdpl. Selanjutnya diambil masing-masing 20 petani hutan rakyat dari setiap desa sebagai responden. Keseluruhan responden berjumlah 60 responden. Kriteria responden adalah petani yang aktif membudidayakan tanaman kayu-kayuan (tanaman kehutanan di lahan miliknya). Untuk responden penyusunan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, terdiri dari Kepala Dishutbun Kabupaten Tulungagung, Kepala Sie Perlindungan dan Konservasi Dishutbun Kabupaten Tulungagung, tiga orang ketua kelompok tani hutan rakyat dari tiga desa contoh (Desa Nglurup, Desa Dono, dan Desa Krosok) dan koordinator tenaga PKL di Kecamatan Sendang, sehingga terdapat enam responden untuk penyusunan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Pengolahan dan Analisis Data Analisis deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk melihat karakteristik petani yang membudidayakan tanaman kayu-kayuan di lahan miliknya. Karakteristik petani yang dianalisis meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan per tahun, lama usaha tani, dan luas lahan yang dimiliki. Penentuan karakterisktik individu Untuk penentuan karakteristik individu dijelaskan dengan menggunakan persamaan selang nilai (Irianto 2004), yaitu : Selang Nilai = Intensitas pengelolaan hutan rakyat Intensitas pengelolaan hutan rakyat merupakan curahan waktu yang digunakan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat di lahan milik mereka. Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara yang diolah dengan cara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan secara statistik. Intensitas pengelolaan hutan rakyat diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan tentang kegiatan pengelolaan yang telah dilakukan petani hutan rakyat. Pertanyaan terkait intensitas pengelolaan hutan rakyat terdiri dari tiga pertanyaan terkait perencanaan pengelolaan hutan rakyat dan tiga pertanyaan terkait pelaksanaan pengelolaan hutan rakyat, masing–masing pertanyaan memiliki skor seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Skor pertanyaan intensitas pengelolaan hutan rakyat Kategori Selalu Kadang-kadang Tidak pernah
Skor 3 2 1
6 Untuk mengetahui tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani hutan rakyat, maka jumlah skor dari tiap pertanyaan dari masing-masing responden dikategorikan sesuai Tabel 2 dibawah ini. Tabel 2 Kategori tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat Kategori Tinggi Sedang Rendah
Skor 14–18 10–13 6–9
Persepsi petani terhadap pembangunan hutan rakyat Persepsi merupakan proses perencanaan informasi untuk dipahami. Penginderaan (penglihatan, pendengaran, penciuman, dan lain-lain) merupakan alat untuk untuk memperoleh informasi tersebut. Untuk memahami informasi tersebut diperlukan kesadaran atau kognisi (Sarwono 2002). Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara yang diolah dengan cara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan secara statistik. Persepsi diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan tentang persepsi masyarakat tentang pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Pada persepsi memiliki 14 pertanyaan, masing – masing pertanyaan memiliki skor seperti pada Tabel 3. Tabel 3 Skor pertanyaan terkait persepsi Kategori Setuju Kurang setuju Tidak setuju
Skor 3 2 1
Tingkat persepsi petani terhadap pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung dapat diketahui dari jumlah skor dari tiap pertanyaan dari masingmasing responden dan dikategorikan sesuai dengan Tabel 4. Tabel 4 Kategori tingkat persepsi Kategori Baik Cukup baik Buruk
Skor 33–42 24–32 14–23
Motivasi petani dalam pembangunan hutan rakyat Motivasi menurut Sudaryanto et al (1987) adalah faktor dalam (endogen) yang tumbuh dalam diri manusia yang berupa nilai–nilai yang mendorong untuk memanfaatkan kesempatan dan atau mengambil manfaat dari kondisi–kondisi yang menguntungkan. Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara yang diolah dengan cara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan secara statistik. Motivasi diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan tentang motivasi petani dalam membangun hutan rakyat. Untuk mengetahui tingkat motivasi petani maka diajukan 8 pertanyaan, masing–masing pertanyaan memiliki skor seperti pada Tabel 5.
7
Tabel 5 Skor pertanyaan terkait motivasi Kategori Setuju Kurang setuju Tidak setuju
Skor 3 2 1
Untuk mengetahui tingkat motivasi pembangunan hutan rakyat yang dimiliki oleh petani hutan rakyat, maka jumlah skor dari tiap pertanyaan dari masing-masing responden dikategorikan sesuai Tabel 6. Tabel 6 Kategori tingkat motivasi Kategori Tinggi Sedang Rendah
Skor 20–24 14–19 8–13
Uji validitas Validitas menunjukkan sejauh mana skor, nilai atau ukuran yang diperoleh benar–benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin diukur. Validitas digolongkan dalam tiga tipe, yaitu validitas isi, validitas kriteria dan validitas konstruk. Pada penelitian ini menggunakan validitas konstruk karena validitas konstruk digunakan untuk menguji apakah pertanyaan-pertanyaan itu telah mengukur aspek yang sama. Uji validitas dilakukan dengan cara mengukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel. Uji reliabilitas Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu. Menurut Sarwono (2006), dalam uji reliabilitas nilai korelasi dikatakan reliabel, apabila ri semakin mendekati 1 (mempunyai cronbach alpha lebih dari 0.6). Dalam pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan bantuan software Microsoft excel dan software SPSS 17.0 for windows. Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada seluruh pertanyaan terkait persepsi yang valid diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.897. Untuk nilai Cronbach’s Alpha pada seluruh pertanyaan terkait motivasi yang valid diperoleh nilai sebesar 0.859. Maka dapat disimpulkan pertanyan-pertanyaan tersebut reliabel. Uji korelasi non-parametrik Spearman Uji korelasi non-parametrik Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk Ordinal. Setiap variabel yang berupa tingkat persepsi, tingkat motivasi dan karakteristik dari masing-masing responden dicari koefisien hubungan dan signifikansi hubungannya terhadap variabel tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani hutan rakyat.
8 Tabel 7 Tingkat keeratan hubungan antara variabel Interval koefisien 0-0.25 >0.25–0.5 >0.5– 0.75 >0.75–1
Tingkat Hubungan Sangat Lemah Cukup Erat Sangat Erat
(Sumber : Sarwono 2006) Metode perumusan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung Metode yang digunakan dalam penelitian untuk merumuskan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung adalah analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen formulasi strategi dengan mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan suatu strategi (Rangkuti 2005). SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan) serta lingkungan eksternal opportunity (peluang) dan threat (ancaman). Analisis SWOT didasarkan pada logika untuk dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang dan juga secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Hasil analisis SWOT berupa matriks empat kuadran yang masing-masing terdiri dari perpaduan strategi antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis SWOT (Rangkuti 2005): 1. Analisis faktor internal dan faktor eksternal Analisis faktor internal Analisis faktor internal digunakan untuk memperoleh faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang harus diatasi. Selanjutnya dievaluasi menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dengan langkah sebagai berikut : a. Menentukan faktor internal yang terdiri dari kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) dengan responden terbatas b. Menentukan derajat kepentingan relatif (bobot) setiap faktor internal c. Memberikan skala peringkat (rating) 1 sampai 4 pada setiap faktor kekuatan dan kelemahan untuk menunjukkan apakah faktor tersebut mewakili kelemahan utama (peringkat = 1), kelemahan kecil (peringkat = 2), kekuatan kecil (peringkat = 3), dan kekuatan utama (peringkat = 4) d. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor tertimbang. e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai 1 menunjukkan kondisi internal yang sangat buruk dan nilai 4 menunjukkan kondisi internal yang sangat baik. Analisis Faktor Eksternal Analisis faktor eksternal menggunakan matriks EFE (External Factor Evaluation) dengan langkah sebagai berikut : a. Menentukan faktor eksternal yang terdiri dari peluang (Opportunity) dan ancaman (Threats) dengan responden terbatas
9
b. Menentukan derajat kepentingan relatif (bobot) setiap faktor eksternal c. Memberikan skala peringkat (rating) 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal yang menunjukkan seberapa efektif respon terhadap faktor eksternal yang berpengaruh tersebut. Nilai peringkat berkisar antara 1 sampai 4. Nilai 4 jika jawaban rata-rata dari responden sangat baik dan nilai 1 jika jawaban rata-rata menyatakan buruk d. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor tertimbang. e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai 1 menunjukkan kondisi eksternal yang sangat buruk dan nilai 4 menunjukkan kondisi eksternal yang sangat baik. 2. Penentuan skala prioritas dengan Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi yang dihasilkan melalui analisis SWOT, untuk penentuan prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Langkah-langkah dalam analisis QSPM adalah sebagai berikut: a. Mendaftar kekuatan dan kelemahan kunci internal, serta peluang dan ancaman kunci eksternal dalam kolom kiri dari QSPM yang diperoleh dari matriks IFE dan matriks EFE. b. Memberi bobot untuk setiap faktor internal dan eksternal c. Menentukan posisi organisasi pada kuadran analisis SWOT dengan menggunakan selisih antara total skor kekuatan dengan total skor kelemahan untuk sumbu (X) dan selisih antara total skor peluang dengan total skor ancaman untuk sumbu (Y) d. Mengidentifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk diimplementasikan. e. Menetapkan nilai daya tarik (Attractive Score = AS), tentukan nilai yang menunjukkan daya tarik relatif dari setiap alternatif strategi. Nilai daya tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = menarik, 4 = sangat menarik. f. Menghitung total nilai daya tarik (Total Atttactiveness Score = TAS) Total nilai daya tarik ditetapkan sebagai hasil perkalian bobot dengan nilai daya tarik dalam setiap baris. Total nilai daya tarik menunujukkan daya tarik relatif dari setiap strategi alternatif. Semakin tinggi total nilai daya tarik, semakin menarik strategi alternatif itu.
10
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden 1. Usia responden Umumnya usia petani sangat berpengaruh pada produktivitas kerja dan selanjutnya akan berpengaruh pada besarnya pendapatan. Sebaran responden berdasarkan umur pada lokasi penelitian dapat terlihat pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan umur Usia 37–47 48–57 58–66 Jumlah
Jumlah (orang) 25 28 7 60
Persentase (%) 42 47 12 100
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada rentang usia yang produktif. Usia produktif yang ditetapkan oleh BPS adalah 15–64 tahun. Tingkat usia dari petani hutan rakyat diduga berpengaruh terhadap tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan. 2. Tingkat pendidikan formal responden Pada umumnya tingkat pendidikan mempengaruhi banyaknya ilmu pengetahuan yang dimiliki dan dipahami oleh seseorang. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam praktek pengelolaan hutan rakyat yang mereka miliki. Selain itu tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi dalam mengembangkan hutan rakyat. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal pada lokasi penelitian dapat terlihat pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal Tingkat Pendidikan Formal SD SMP/SMA D3/S1 Jumlah
Jumlah (orang) 10 44 6 60
Persentase (%) 17 73 10 100
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa sebagian besar (73%) dari responden memiliki tingkat pendidiakan formal pada tingkat SMP/SMA. Maka dapat disimpulkan tingkat pendidikan dari responden termasuk dalam kategori sedang. 3. Jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga merupakan indikator penilaian ukuran keluarga. Adapun asumsi yang berkembang di masyarakat adalah semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin besar pula jumlah kebutuhan sehingga mempengaruhi motivasi petani dalam mengelola lahan yang dimiliki. Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 10.
11
Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Jumlah Anggota Keluarga 2–3 4–5 6–7 Jumlah
Jumlah (orang) 26 32 2 60
Persentase (%) 43 53 3 100
4. Luas hutan rakyat yang dimiliki Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.22/Menhut-V/2007 tentang pedoman pembuatan tanaman hutan rakyat gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan, hutan rakyat didefinisikan sebagai hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya di luar kawasan hutan dengan ketentuan luas minimum 0.25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50%. Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa sebagian besar responden (62%) memiliki luas hutan rakyat 0.2–0.6 ha. Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan luas hutan rakyat yang dimiliki Luas hutan rakyat (ha) 0.2–0.6 0.7–1.1 1.2–1.5 Jumlah
Jumlah (orang) 37 18 5 60
Persentase (%) 62 30 8 100
5. Pendapatan total per tahun Pendapatan total per tahun diperoleh dari pendapatan petani dari pekerjaan utama dan pekerjaan sambilan dalam satu tahun. Tingkat pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi dalam intensitas pengelolaan hutan rakyat. Sebaran responden berdasarkan pendapatan per tahun dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan pendapatan total per tahun Pendapatan per tahun (Rp) 19.200.000–34.800.000 34.900.000–50.400.000 50.500.000–66.000.000 Jumlah
Jumlah (orang) 35 19 6 60
Persentase (%) 58 32 10 100
6. Pengalaman usaha tani hutan rakyat Pengalaman usaha tani adalah lama waktu melakukan usaha tani hutan rakyat yang dilakukan oleh responden. Sebaran responden berdasarkan pengalaman usaha tani hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 13.
12 Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan pengalaman usaha tani hutan rakyat Lama usaha tani hutan rakyat (tahun) 5–10 11–20 21–30 Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
9 41 10 60
15 68 7 100
Pembangunan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Pembangunan hutan rakyat di Kecamatan Sendang sebagian besar adalah tanaman kehutanan yang dikelola bersama dengan tanaman pertanian dengan sistem tumpangsari. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan hasil yang didapatkan dari lahan hutan rakyat yang dimiliki oleh petani. Dengan pola tumpang sari diharapkan produktifitas lahan meningkat dan petani dapat memperoleh manfaat dari lahan sambil menunggu masa tebang hutan rakyat. Jenis tanaman kehutanan yang berada di lahan milik sebagai tanaman pokok adalah sengon (Albizia falcataria), jabon (Anthocepalus cadamba) dan jati (Tectona grandis) sedangkan tanaman pertanian adalah singkong, pisang, talas, gadung, umbi porang, camcau, dan rumput odot yang ditanam sebagai tanaman sela. Kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang telah dilakukan oleh petani di Kecamatan Sendang meliputi pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran hasil. 1. Pengadaan bibit Petani mendapatkan bibit sengon dan jati yang ditanam dengan cara membeli bibit dalam polybag dengan harga Rp1000–1500 per polybag untuk bibit sengon dan Rp3000–4500 per polybag untuk bibit jati. Bibit dibeli dari pedagang yang khusus menjual bibit pohon yang didapat di luar Kecamatan Sendang. Pembelian bibit ada yang dilakukan secara kolektif oleh kelompok tani dan ada yang membeli secara mandiri. Pada tahun 2011 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung memberikan bantuan bibit kepada tiga kelompok tani di Desa Nglurup, Desa Dono, dan Desa Krosok dalam proyek Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Bibit yang diberi berupa tanaman sengon sebanyak 6000 batang tiap kelompok tani. 2. Penanaman Penanaman dilakukan saat musim penghujan tiba. Sebelum kegiatan penanaman dilakukan, petani melakukan persiapan lahan yang biasanya dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Persiapan lahan yang dilakukan adalah membersihkan lahan dari tumbuhan lain yang berpotensi mengganggu pertumbuhan pohon seperti rumput dan alang-alang. Setelah lahan dibersihkan dilakukan pembuatan lubang tanam yang kemudian diberi pupuk kandang dan dipasang ajir. Penentuan jarak tanam yang digunakan petani berbeda-beda, ada yang menggunakan jarak tanam 2 m×2 m, 3m×3m, dan 5m×5m.
13
3. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan petani pada hutan rakyat milik mereka masih sangat sederhana. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi kegiatan pemupukan, pemangkasan, dan penjarangan. Pada kegiatan pemupukan, sebagian besar petani menggunakan pupuk kandang yang diperoleh dari ternak peliharaan. Selain pupuk kandang, petani hutan rakyat juga menggunakan pupuk urea setiap 6 bulan sekali sampai usia 2 tahun. Sebagian besar kegiatan pemangkasan dilakukan oleh petani tiap empat bulan sekali hingga tanaman berusia 2 tahun. 4. Pemanenan Kegiatan pemanenan kayu dilakukan saat daur yang dikehendaki oleh petani sudah tercapai (5 hingga 8 tahun untuk jenis sengon dan jabon, dan 10 tahun untuk jenis jati), namun banyak juga yang memanen kayu dengan sistem tebang butuh yaitu saat petani membutuhkan biaya mendesak untuk sekolah anak atau untuk keperluan hajatan. Kegiatan pemanenan kayu dilakukan sendiri oleh pembeli kayu dalam hal ini dilakukan oleh tengkulak. Komoditas tanaman sela yang ditanam di sela-sela pohon dipanen untuk tambahan kebutuhan sehari-hari dan pakan ternak yang dimiliki. 5. Pemasaran hasil Pemasaran hasil hutan rakyat di Kecamatan Sendang saat ini masih bergantung kepada tengkulak dalam mendistribusikan hasil tanamannya ke industri. Sistem pembelian yang digunakan tengkulak adalah sistem borongan. Dalam penentuan harga, kebanyakan petani tidak tahu harga batangan dari ukuran diameter dan tinggi pohon, sehingga para tengkulak berani memberi harga rendah kepada petani. Tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Sendang Intensitas pengelolaan hutan rakyat merupakan curahan waktu yang digunakan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat di lahan milik mereka. Dalam penelitian ini kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang diidentifikasi untuk diketahui intensitasnya adalah kegiatan perencanaan dan kegiatan pelaksanaan. Kegiatan perencanaan mencakup kegiatan penentuan jenis bibit, penentuan jarak tanam, dan perencanaan pemasaran hasil. Kegiatan pelaksanaan mencakup kegiatan pemupukan, penjarangan, dan pengendalian penyakit. Hasil perhitungan tentang intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan intensitas pengelolaan hutan rakyat Variabel Perencanaan
Pelaksanaan
Kategori 3–5 (rendah) 6–8 (sedang) >8 (tinggi) 3–5 (rendah) 6–8 (sedang) >8 (tinggi)
Jumlah (orang) 10 41 9 40 11 9
Persentase (%) 17 68 15 67 18 15
14 Perencanaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang akan dilakukan untuk menjalankan suatu usaha pada periode tertentu, mencakup pengelolaan usaha, hasil produksi yang dijual, pasar dan pemasaran serta proyeksi keuangan (Simanjuntak 2004). Intensitas kegiatan perencanaan yang dilakukan oleh petani hutan rakyat memiliki kategori sedang, yaitu sebanyak 41 responden (68%). Hal ini disebabkan oleh karena petani rata-rata langsung melakukan kegiatan pelaksanaan, sehingga kegiatan perencanaan tidak dilakukan secara matang dan biasanya dibicarakan dalam kelompok tani. Pada kegiatan pelaksanaan, dominan petani memiliki tingkat intensitas yang sedang pada pelaksanaan pengelolaan hutan, yaitu sebanyak 40 responden (67%). Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan kategori intensitas pengelolaan hutan rakyat Variabel Intensitas pengelolaan hutan rakyat Jumlah
Kategori 14–18 (tinggi) 10–13 (sedang) 6–9 (rendah)
Jumlah (orang) 17 33 10 60
Persentase (%) 28 55 17 100
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung berada di kategori sedang, yaitu sebanyak 33 responden (55%) yang melakukan kegiatan pengelolaan hutan rakyat dengan cukup intensif. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat Persepsi petani terhadap hutan rakyat Dalam pengertian psikologi, persepsi merupakan proses perencanaan informasi untuk dipahami. Penginderaan (penglihatan, pendengaran, penciuman, dan lain-lain) merupakan alat untuk untuk memperoleh informasi tersebut. Untuk memahami informasi tersebut diperlukan kesadaran atau kognisi (Sarwono 2002). Persepsi erat hubungannya dengan penilaian individu terhadap suatu stimulus yang berakibat terhadap kemauan dan perasaan pada stimulus tersebut, serta motivasi tertentu. Menurut Lockard (1977) dalam Tampang (1999), persepsi dipengaruhi dari variabel-variabel yang berkombinasi satu dengan lainnya, yaitu: (1) pengalaman masa lalu, apa yang pernah dialami; (2) indoktrinasi budaya, bagaimana menerjemahkan apa yang dialami; (3) sikap pemahaman, apa yang diharapkan dan apa yang dimaksud dari hal tersebut. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang ada dalam individu tersebut. Minat, kemauan, perasaan, kebutuhan, motivasi, umur, kepribadian, kebiasaan, dan lain-lain serta sifat lain yang khas dimiliki oleh seseorang termasuk juga pengetahuan. Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti sosial budaya dan sosial ekonomi (pendidikan, lingkungan tempat tinggal, suku bangsa dan lainnya). Pengukuran tingkat persepsi petani hutan rakyat terhadap hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung dilihat dari total skor 14 pertanyaan valid penduga persepsi yang diukur dengan skala Likert sperti tercantum dalam Tabel 16.
15
Tabel 16 Tingkat persepsi petani terhadap hutan rakyat Kategori Buruk Cukup Baik Jumlah Rata-rata
Skor 14–23 24–32 33–42
Jumlah (orang) 9 17 34 60
Persentase (%) 15 28 57 100
30.4
Mayoritas responden (57% responden) memiliki persepsi yang baik terhadap pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Namun skor rata-rata dari keseluruhan responden terkait persepsi mereka terhadap pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung menunjukkan tingkat persepsi yang cukup baik. Motivasi petani dalam membangun hutan rakyat Menurut Suhaimin (2005) motivasi berasal dari bahasa inggris “motivation”, kata asalnya adalah motif yang berarti maksud tujuan. Motivasi menurut Sudaryanto et al (1987) merupakan faktor dalam (endogen) yang tumbuh dalam diri manusia yang berupa nilai–nilai yang mendorong untuk memanfaatkan kesempatan dan atau mengambil manfaat dari kondisi–kondisi yang menguntungkan. Secara singkat motivasi dapat dikatakan sebagai nilai–nilai atau motif yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Minat dari dalam tersebut akan tercermin dalam perilaku yang sebenarnya merupakan kumpulan fantasi dari berbagai aspek. Pengukuran tingkat motivasi petani dalam membangun hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung dilihat dari total skor 8 pertanyaan valid penduga motivasi yang diukur dengan skala Likert sperti tercantum dalam Tabel 17. Tabel 17 Tingkat motivasi petani dalam pembangunan hutan rakyat Kategori Rendah Sedang Tinggi Jumlah Rata-rata
Skor 8–13 14–19 20–24
Jumlah (orang) 8 12 40 60
Presentase (%) 13 20 67 100
19.47
Berdasarkan Tabel 17 sebanyak 67% responden memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam membangun hutan rakyat, maka dapat disimpulkan tingkat motivasi petani hutan rakyat dalam mengelola hutan rakyat termasuk dalam kategori tinggi.
16 Korelasi Faktor-faktor dalam Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat Pada Tabel 18 tersaji hasil uji korelasi faktor karakteristik responden yang diduga mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung menggunakan uji korelasi Spearman. Tabel 18 Faktor karakteristik responden yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat Karakteristik responden Umur Tingkat pendidikan Jumlah anggota keluarga Luas hutan rakyat Pendapatan per tahun Pengalaman usaha tani
Intensitas pengelolaan hutan rakyat Koefisien korelasi Sig. (2-tailed) -0.005 0.971 -0.068 0.606 -0.114 0.386 0.097 0.459 0.215 0.098 0.175 0.181
Tidak terdapat satu pun dari karakteristik responden yang memiliki nilai koefisien korelasi yang mencukupi untuk mempengaruhi tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat. Dapat disimpulkan bahwa keseluruhan karakteristik tersebut tidak ada yang berpengaruh terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat. Tabel 19 Faktor persepsi dan motivasi responden yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat Faktor Persepsi Motivasi
Intensitas pengelolaan hutan rakyat Koefisien korelasi Sig. (2-tailed) 0.271* 0.058 0.263* 0.042
* korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05 (2-tailed)
Pada Tabel 19 tersaji hasil uji korelasi antara faktor persepsi dan faktor motivasi yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung menggunakan uji korelasi Spearman. Terlihat faktor persepsi dan motivasi mempunyai korelasi positif yang secara signifikan pada selang kepercayaan 95% berpengaruh nyata terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Perumusan Strategi Pembangunan Hutan Rakyat di Kabupaten Tulungagung Analisis Faktor Lingkungan Strategis Pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung secara langsung mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara ekonomi maupun ekologi. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan strategis yang mempengaruhinya. Faktor lingkungan strategis tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.
17
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung, tenaga Penyuluh Kehutanan Lapang (PKL) dan kelompok tani hutan rakyat di Kecamatan Sendang dianggap memiliki peran strategis yang mempengaruhi perkembangan pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung khususnya di Kecamatan Sendang. Faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan yang ada pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung dan kelompok tani hutan rakyat di Kecamatan Sendang yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat. Faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman dari luar dinas dan kelompok tani hutan rakyat yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Analisis faktor lingkungan internal dan faktor eksternal didapatkan melalui wawancara dan pengamatan kepada responden yang memahami permasalahan pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Faktor Internal Faktor internal yang berpengaruh terhadap pembangunan hutan rakyat terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan meliputi : 1) Tersedianya tenaga penyuluh di 12 kecamatan yang khusus menangani hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, 2) Tingginya komitmen pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan, 3) Mulai munculnya kesadaran dari masyarakat untuk menjaga sumber air. Adapun faktor kelemahan meliputi :1) Data lahan potensial hutan rakyat masih belum akurat, 2) Masih rendahnya tingkat pengetahuan petani dalam mengelola hutan rakyat. A. Kekuatan 1. Adanya tenaga Penyuluh Kehutanan Lapang Penyuluh Kehutanan Lapang (PKL) merupakan ujung tombak dalam pembangunan kehutanan di lapangan. Idealnya tenaga PKL memainkan peran pendampingan terhadap kelompok yang melakukan kegiatan kehutanan. Sebagai salah satu faktor kekuatan yang mendukung pertumbuhan pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, PKL berperan penting dalam transfer ilmu pengetahuan dan teknologi terkait hutan rakyat. Selain itu PKL juga berperan dalam pendampingan petani hutan rakyat serta menampung kendala yang dihadapi oleh petani hutan rakyat. Saat ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung memliki 18 orang tenaga PKL yang tersebar di 12 kecamatan. 2. Komitmen tinggi pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan Komitmen pemerintah daerah dalam pembangunan hutan rakyat menjadi faktor internal kekuatan yang sangat berpengaruh. Komitmen pemerintah daerah dalam pembangunan hutan rakyat dapat ditunjukkan dalam alokasi APBD Kabupaten Tulungagung dalam kegiatan pendampingan program pemerintah pusat. Saat ini pertumbuhan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung sangat dipengaruhi oleh adanya program pemerintah Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK), Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL), dan program Gerakan Tanam Semilyar Pohon. Pada tahun 2008 dialokasikan anggaran sebesar Rp300 000 000 untuk pendampingan GRLK dan GNRHL.
18 3. Adanya kelompok petani hutan rakyat Adanya kelompok tani hutan rakyat merupakan salah satu indikator peningkatan modal sosial yang dimiliki oleh petani hutan rakyat. Kelompok tani hutan rakyat dibentuk oleh kumpulan petani hutan rakyat yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama. Petani hutan rakyat yang tergabung dalam kelompok tani memiliki keuntungan akses informasi yang lebih baik dan seringkali diprioritaskan untuk dilibatkan dalam program pemerintah terkait hutan rakyat. B. Kelemahan 1. Masih minimnya tingkat pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan HR Pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan hutan rakyat yang baik masih rendah. Hal ini terlihat dari jarak tanam yang kebanyakan masih tidak teratur. Selain itu hanya sebagian kecil dari petani hutan rakyat yang melakukan penjarangan pohon sehingga pertumbuhan pohon menjadi tidal optimal. 2. Data lahan kritis dan potensial hutan rakyat belum akurat Untuk merencanakan program pembangunan hutan rakyat sangat diperlukan data lahan kritis dan lahan potensi hutan rakyat. Saat ini data yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung masih belum lengkap dan akurat. Hal ini disebabkan kurangnya SDM yang tersedia untuk memperbaharui data dan mengecek ke lapangan. 3. Kurang intensifnya penyuluhan dan pendampingan dari tenaga PKL Tenaga Penyuluh Kehutanan Lapang (PKL) diharapkan mampu menjadi perpanjangan tangan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung dalam transfer informasi dan pendampingan petani hutan rakyat. Namun keterbatasan jumlah tenaga PKL menjadi kelemahan tersendiri yang membuat kurang intensifnya penyuluhan dan pendampingan petani hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Dari 12 kecamatan yang memiliki prospek hutan rakyat yang bagus, hanya tersedia 18 tenaga PKL. Padahal kebutuhan minimal tenaga PKL adalah minimal dua orang tiap kecamatan. Tabel 20 Analisis faktor internal Bobot Peringkat
Faktor Internal Kekuatan (S) 1. Adanya tenaga PKL 2. Komitmen tinggi pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan 3. Adanya kelompok tani hutan rakyat Kelemahan (W) 1. Masih minimnya tingkat pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan HR 2. Data lahan kritis dan potensial hutan rakyat belum akurat 3. Penyuluhan dan pendampingan dari tenaga PKL kurang intensif
Skor
0.21 0.17
4 3
0.84 0.51
0.22
4
0.88
0.13
2
0.26
0.11
1
0.11
0.16
3
0.48
19
Faktor Eksternal Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pembangunan hutan rakyat terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor peluang meliputi : 1) Adanya kebun bibit rakyat, 2) Prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik, 3) Adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah, 4) Adanya program BLU. Faktor ancaman meliputi : 1) Murahnya harga yang ditawarkan oleh para tengkulak, 2) Administrasi surat kepemilikan tanah, 3) Mahalnya biaya pembuatan SKAU A. Peluang 1. Adanya kebun bibit rakyat Keberadaan kebun bibit rakyat milik Dinas Kehutanan dan Kebudayaan yang berada di Kecamatan Sendang merupakan faktor peluang penting yang mempengaruhi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Dengan adanya kebun bibit rakyat ini masyarakat yang ingin membangun hutan rakyat tidak perlu lagi kesulitan mencari bibit yang berkualitas dan murah. 2. Prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik Industri pengolahan kayu di Jawa Timur khususnya untuk pembuatan palet kayu semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah industri ini membuat permintaan kayu sengon semakin meningkat dan berimbas pada meningkatnya harga jual sengon saat ini. Komoditi kayu jati hutan rakyat terserap oleh industri mebel dan bahan bangunan rumah. 3. Adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah Program pembangunan hutan rakyat memerlukan dana yang cukup besar, baik untuk kegiatan teknis maupun non teknis. Sumber dana yang bisa diharapkan yang mampu mendorong pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung antara lain berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) melalui program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Sumber yang lain berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melalui program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK). Pada tahun 2005 Kabupaten Tulungagung mendapatkan anggaran sebesar Rp2 500 000 000 untuk kegiatan GNRHL dan Rp500 000 000 untuk kegiatan GRLK. 4. Adanya program BLU yang menjangkau hutan rakyat Berubahnya dasar hukum Badan Layanan Umum (BLU) kehutanan dengan terbitnya Peraturan Bersama Menteri Kehutanan dan Menteri Keuangan No. PB. 1/Menhut-II/2011 & No. 04/PMK.02/2012 tentang pengelolaan Dana Reboisasi dalam Rekening Pembangunan Hutan membuat BLU mempunyai pasar yang lebih luas. Jika awalnya hanya melayani hutan tanaman rakyat (HTR) dan hutan tanaman industri (HTI), kini BLU juga melayani hutan rakyat. Program dari BLU ini berbentuk pembiayaan atau pinjaman jangka panjang bunga lunak untuk program pembangunan hutan, program pemeliharaan hutan, dan program tunda tebang. Tentu peluang ini menjadi angin segar bagi petani yang ingin membangun hutan rakyat namun terkendala modal yang minim. Selain itu adanya program tunda tebang menjadi daya tarik tersendiri bagi pemilik hutan rakyat untuk mengembangkan hutan rakyat yang sudah dimiliki.
20 B. Ancaman 1. Murahnya harga yang ditawarkan oleh para tengkulak Saat ini pemasaran kayu hasil hutan rakyat masih bergantung pada tengkulak yang mendatangi petani hutan rakyat untuk selanjutnya dijual ke pabrik. Dalam prakteknya masih banyak ditemukan tengkulak yang memberikan harga terlalu murah kepada petani hutan rakyat. Hal ini menjadi ancaman bagi perkembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung karena bisa mengurangi motivasi petani hutan rakyat untuk membangun dan mengembangkan hutan rakyat yang sudah dimiliki. 2. Administrasi surat kepemilikan tanah Dalam administrasi yang diperlukan untuk mengajukan permohonan dana BLU diperlukan surat kepemilikan tanah pribadi yang jelas dan sah. Saat ini masih banyak petani hutan rakyat dalam kelompok tani yang tanah miliknya belum memiliki surat kepemilikan tanah pribadi karena mayoritas tanah mereka merupakan tanah warisan. Untuk mengurus surat tanah tersebut harus melewati birokrasi pemerintah desa yang menurut kebanyakan petani hutan rakyat sangat menyita waktu dan menyusahkan. 3. Mahalnya biaya pembuatan SKAU Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) kayu merupakan surat keterangan yang dikeluarkan oleh pejabat desa yang menunjukkan legalitas kayu yang dijual oleh petani hutan rakyat. Sebernarnya untuk pembuatan SKAU sendiri tidak dipatok besaran uang yang harus dibayarkan kepada pemerintah desa, namun dari pihak desa sering meminta biaya antara Rp500 000 hingga Rp1 000 000 untuk sekali pembuatan SKAU. Biaya tersebut dirasa cukup memberatkan bagi petani hutan rakyat. Tabel 21 Analisis faktor eksternal Bobot Peringkat
Faktor Eksternal Peluang (O) 1. Adanya kebun bibit rakyat 2. Prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik 3. Adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah 4. Adanya program BLU Ancaman (T) 1. Murahnya harga kayu yang ditawarkan oleh para tengkulak 2. Administrasi surat kepemilikan tanah 3. Mahalnya biaya pembuatan SKAU
Skor
0.09 0.21 0.13
2 4 3
0.18 0.83 0.39
0.26
4
1.02
0.19
3
0.58
0.07 0.04
1 1
0.07 0.04
21
Alternatif strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung Tabel 22 Hasil analisis faktor internal dan faktor eksternal Internal Factor Attractive Score/IFAS Total skor kekuatan (S) Total skor kelemahan (W) S-W
3.09 2.25 0.84 1.41
Eksternal Factor Attractive Score/EFAS Total skor peluang (O) Total skor ancaman (T) O-T
3.13 2.43 0.71 1.73
1.41;1.73
Gambar 3 Kuadran analisis SWOT stakeholder pengembangan hutan rakyat Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa titik koordinat posisi kelembagaan stakeholder yang berpengaruh terhadap pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung pada titik-titik variabel sumbu (X) 1.41 dan sumbu (Y) 1.73. Koordinat tersebut berada di kuadran I, sehingga memerlukan strategi progresif dalam pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Berikut adalah alternatif strategi yang bisa dilakukan : 1. Menambah jumlah tenaga PKL dengan menggunakan sumber dana dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. (S3-O3) 2. Memaksimalkan peran tenaga PKL dalam mensosialisasikan program BLU (Badan Layanan Umum). (S1-O4) 3. Menyerap sumber dana pemerintah pusat dan daerah untuk sosialisasi dan pendampingan petani hutan rakyat. (S2-O3) 4. Kelompok tani hutan rakyat menjalin kerja sama dengan industri pengolahan kayu. (S3-O2)
22 Prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung Perumusan prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung dilakukan menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) yang merupakan lanjutan dari analisis perumusan alternatif strategi dengan analisis SWOT. Alternatif strategi yang memiliki total nilai kemenarikan (Total Attractive Score/TAS) tertinggi merupakan prioritas strategi pembangunan hutan rakyat yang diutamakan untuk diimplementasikan. Urutan prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung dapat diketahui pada Tabel 23. Tabel 23 Prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung berdasarkan hasil analisis QSPM Strategi Bobot Menambah jumlah tenaga PKL dengan 0.12 menggunakan sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah Memaksimalkan peran tenaga PKL dalam 0.16 mensosialisasikan program BLU Menyerap sumber dana pemerintah pusat 0.16 dan daerah untuk sosialisasi dan pendampingan petani hutan rakyat Kelompok tani hutan rakyat menjalin kerja 0.18 sama dengan industri pengolahan kayu
AS 3
TAS 0.36
Prioritas 3
2
0.32
4
4
0.63
2
4
0.73
1
Strategi yang memiliki nilai TAS tertinggi sebesar 0.73 adalah kelompok tani hutan rakyat menjalin kerja sama dengan industri pengolahan kayu. Strategi ini menjadi strategi utama dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Hal ini disebabkan oleh masalah utama yang masih menghambat pertumbuhan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung berupa rendahnya harga yang diterima petani hutan rakyat. Diharapkan dengan terjalinnya kerja sama antara kelompok tani hutan rakyat dengan industri pengolahan kayu hutan rakyat dapat meningkatkan harga kayu dan meningkatkan minat untuk membangun hutan rakyat. Strategi kedua menjadi prioritas strategi adalah menyerap sumber dana pemerintah pusat dan daerah untuk sosialisasi dan pendampingan petani hutan rakyat dengan nilai TAS 0.63. Strategi ini menitikberatkan pada upaya pemerintah daerah untuk bisa meningkatkan pengetahuan dan pengalaman petani hutan rakyat sehingga hasil yang didapatkan dari pengelolaan hutan rakyat bisa optimal. Peran tenaga PKL dalam strategi ini sangat penting sebagai perpanjangan tangan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung dalam pendampingan petani hutan rakyat. Strategi ketiga yang menjadi prioritas strategi adalah menambah jumlah tenaga PKL dengan menggunakan sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah dengan nilai TAS 0.36. Dengan sumber dana yang ada, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung dapat melakukan perekrutan tambahan untuk tenaga PKL yang hingga saat ini dirasa masih kurang jumlahnya. Selain itu dana tersebut bisa digunakan untuk melakukan program pengayaan kepada petani
23
hutan rakyat sehingga program-program yang sudah ada bisa lebih maksimal dirasakan manfaatnya oleh petani hutan rakyat. Strategi lain yang bisa dilakukan adalah memaksimalkan peran tenaga PKL dalam mensosialisasikan program BLU dengan nilai TAS 0.32. Strategi ini dimaksudkan untuk lebih menyosialisasikan program BLU kepada petani hutan rakyat agar memiliki motivasi lebih dalam mengembangkan hutan rakyat yang sudah dikelolanya.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Faktor yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung adalah persepsi dan motivasi petani hutan rakyat. Strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung antara lain: 1. Kelompok tani hutan rakyat menjalin kerja sama dengan industri pengolahan kayu. 2. Menyerap sumber dana pemerintah pusat dan daerah untuk sosialisasi dan pendampingan petani hutan rakyat. 3. Menambah jumlah tenaga PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan) dengan menggunakan sumber dana dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 4. Memaksimalkan peran tenaga PKL dalam mensosialisasikan program BLU (Badan Layanan Umum). Saran Pemerintah diharapkan mengambil peran aktif dalam memfasilitasi para petani hutan rakyat untuk menjalin kerja sama dengan industri pengolahan kayu hasil hutan rakyat. Perlu dilakukan peneltian lanjutan terkait faktor-faktor lain yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat Kabupaten Tulungagung. Selain itu perlu adanya apresiasi pemerintah terhadap petani untuk meningkatkan motivasi petani dalam mengelola hutan rakyat.
24
DAFTAR PUSTAKA Irianto A. 2004. Statistik : Konsep Dasar, Aplikasi, dan Pengembangannya. Jakarta : Kencana. Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Sarwono J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13. Bandung : Andi. Sarwono SW. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Simanjuntak IM. 2004. Solusi Jitu Bagi Pengusaha Kecil dan Menengah: Pedoman Menjalankan Usaha. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sudaryanto, Ahmad H, Andi S. 1987. Persepsi Hak Pengusahaan Hutan Terhadap Sistem Tebang Pilih Indonesia. Penelitian Pengelolaan Sumber Kehutanan Berwawasan Lingkungan Kerjasama Proyek Pengembangan Efisiensi Penggunaan Sumber Kehutanan dengan Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Suhaimin T. 2005. Teori Motivasi, Prestasi, dan Kepuasan Kerja. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Suharjito D. 2000. Hutan Rakyat di Jawa Perannya Dalam Perekonomian Desa. Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tampang BL. 1999. Persepsi masyarakat terhadap pencemaran udara dan kebisingan energi diesel: kasus Kabupaten Bogor [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
25
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 19 Juni 1993 dari pasangan Bapak Sudarwanto dan Ibu Winny Isnaini. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh di mulai dari TK Nurul Huda tahun 1996–1998 kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri Sukorame V Kediri tahun 1998-1999 kemudian pindah ke Sekolah Dasar (SD) Negeri Pojok II tahun 1999–2004, selanjutnya tahun 2004–2007 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Tulungagung, selanjutnya tahun 2007–2010 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kedungwaru. Tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah satu tahun mengikuti pendidikan Tingkat Persiapan Bersama, penulis diterima sebagai mahasiswa mayor Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) tahun 2012 di Baturaden dan Cilacap. Praktek Pengelolaam Hutan (PPH) tahun 2013 di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penulis melaksanakan Praktek kerja Lapang (PKL) tahun 2014 di IUPHHK - HA PT Wapoga Mutiara Timber, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat dan Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Kabupaten Tulungagung dibawah bimbingan Dr Ir Leti Sundawati MScFTrop.