EVALUASI PENERAPAN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (SIAK) DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA TANGERANG SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
DISUSUN OLEH : EUIS JUHAERIAH 6661081081
ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2015
ABSTRAK Euis Juhaeriah. NIM. 6661081081. Skripsi. Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing 1: Drs. Oman Supriadi, M.Si. Dosen Pembimbing 2: Listyaningsih, S.Sos, M.Si Kata Kunci : Evaluasi, Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa besar penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Penelitian ini menggunakan teori Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean yang terdiri dari 6 indikator : kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan, intensi penggunaan, kepuasan pemakai dan manfaat bersih. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah pegawai yang menggunakan SIAK dalam kegiatan pekerjaannya yaitu 23 orang dengan teknik pengambilan sampel jenuh. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan menyebar angket/kuisioner. Penganalisisan data menggunakan uji hipotesis t-test satu sampel dengan uji pihak kanan. Hasil perhitungan diperoleh thitung > t tabel (2,2 > 1,717) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan SIAK di Kota Tangerang mencapai angka 74,26% pada skala interval didapat nilai baik. Indikator terendah (71,3%) yaitu kualitas pelayanan dan indikator tertinggi (76,55%) yaitu kualitas sistem. Saran dari peneliti adalah membuat standar operasional prosedur yang akurat; melakukan pengecekkan data secara langsung guna meningkatkan kualitas informasi; memberikan fasilitasi sarana dan prasarana yang baik.
ABSTRACT
Euis Juhaeriah. NIM. 6661081081. Essay. Evaluation of Implementation Population Administration Information System in Population and Civil Registration Agency Tangerang Municipal. Programme Study of Public Administration Science. Faculty of Social and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa University. Advisor 1: Drs. Oman Supriadi, M.Si. Advisor 2: Listyaningsih, S.Sos, M.Si Keywords : Evaluation, Population Administration Information System The use of Population Administration Information System aims to improve public quality service in the field of population administration at the Population and Civil Registration Agency Tangerang Municipal. The purpose of this research is to know how much the application of SIAK at Population and Civil Registration Agency. This Research is using the the delone and mclean model of information systems success which consist of 6 indicator (system quality, information quality, service quality, application intention, user satisfaction, and clean benefit). The method that will be used is descriptive method with quantitative approach. The research population are the employees using SIAK in their daily activity which consist of 23 people with saturated sampling technique. The technique used for gathering data is by spreading questionnaire. Analysis data using hypothesis ttest one sample with right side test. The calculation result obtained from thitung > 2,2 t tabel (2,2 > 1,717) then Ho is rejected and Ha is accepted. Result of this research show that the used of SIAK reach 74,26% score on interval scale get good score. Lowest indicator (71,3 %) that is service quality and highest indicator (76,55%) that is system quality. Researcher advised that making accurate operational standard; Doing data checking directly to increase the quality of information; giving good infrastructure and facilitation
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan dalam hidup yang tak terhingga. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan kita pada umumnya. Syukur Alhamdulillah, dengan izin Allah SWT pembuatan skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul “ EVALUASI PENERAPAN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (SIAK) DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA TANGERANG”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Administrasi Negara. Skripsi ini tentunya tak lepas dari bantuan banyak pihak yang selalu mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka dengan ketulusan hati, peneliti ingin mengucapkan rasa terimakasih yang terhingga kepada pihak-pihak sebagai berikut: 1. Prof. Dr.H. Sholeh Hidayat. M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 3. Kandung Sapto Nugroho S.Sos.,M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 4. Mia Dwianna W., M.I.Kom selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
i
5. Gandung Ismanto S.Sos., MM selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 6. Rahmawati, S.IP, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 7. Ipah Ema Jumiati, S.Sos, M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 8. Drs. H. Oman Supriadi, M.Si selaku Pembimbing I dalam penyusunan skripsi yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam pembuatan skripsi. Terima kasih atas arahan dan pembelajaran selama proses penyusunan skripsi 9. Listyaningsih S.Sos., M.Si selaku Pembimbing II dalam penyusunan skripsi yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam pembuatan skripsi. Terima kasih atas arahan dan pembelajaran selama proses penyusunan skripsi 10. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan 11. Untuk kedua orangtuaku tercinta yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil dan tak pernah lelah untuk memberikan do’anya yang sangat berharga 12. Kedua saudaraku yang juga selalu membantu, mendo’akan, serta mendukung dalam penyusunan skripsi ini 13. Semua sahabatku dikampus tercinta Fitri Wahyuni, Esyin Quraesin, Ruhnuri Musfiroh, Lina Eliana, Ria Desriyani, Selvi Destiasari.
ii
14. Teman-teman seperjuangan kelas B Jurusan Administrasi Negara 2008 Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dalam kesempatan ini penulis hendak mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahpahaman yang kurang berkenan selama penelitian. Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah pengetahuan kepada yang membaca. Demikian yang disampaikan. Peneliti mengucapkan terima kasih.
Serang, April 2015
Euis Juhaeriah
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii DAFTAR DIAGRAM .......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................................1 1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah...............................................................11 1.3 Perumusan Masalah ...................................................................................12 1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................12 1.5 Manfaat Penelitian .....................................................................................12 1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................14 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR 2.1 Deskripsi Teori ...........................................................................................18 2.1.1 Pengertian Evaluasi...........................................................................19 2.1.2 Evaluasi Sistem Informasi ................................................................21 2.1.2.1 Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model ...................................................................21 2.1.2.2 Model DeLone dan McLean .................................................23
iv
2.1.3 Pengertian Sistem dan Informasi ......................................................31 2.1.4 Pengertian Sistem Informasi Manajemen .........................................32 2.1.5 Sistem Informasi Administrasi Kependudukan ................................37 2.1.6 SIAK Online dan SIAK Offline........................................................40 2.1.7 Tujuan SIAK .....................................................................................41 2.2 Kerangka Berfikir.......................................................................................43 2.3 Hipotesis Penelitian....................................................................................46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian.......................................................................................47 3.2 Instrumen Penelitian...................................................................................48 3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ....................................................50 3.3.1 Uji Validitas ...................................................................................50 3.3.2 Uji Reliabilitas ...............................................................................51 3.4 Populasi dan Sampel ..................................................................................51 3.5 Teknik Pengumpulan Data .........................................................................52 3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ...............................................53 3.6.1
Uji t-test..........................................................................................54
3.6.2
Uji Pihak Kanan .............................................................................55
3.7 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................56 3.7.1 Tempat Penelitian ...........................................................................56 3.7.2 Waktu Penelitian ............................................................................56 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian .........................................................................58 4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang ...............................................58
v
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Kepedudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang .......................................................................................59 4.1.2.1 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang .................................62 4.1.2.2 Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang ..................................................................63 4.1.2.3 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang ..........................................................65 4.1.2.4 Kelembagaan dan Pengaturan Hak Akses SIAK ................67 4.2 Pengujian Instrumen Penelitian ..................................................................72 4.2.1. Uji Validitas Instrumen ..................................................................72 4.2.2. Uji Reliabilitas Instrumen...............................................................74 4.3 Deskripsi Data 4.3.1. Identitas Responden........................................................................75 4.3.2. Analisis Data ..................................................................................78 4.4 Pengujian Hipotesis ..................................................................................112 4.5 Interpretasi Hail Penelitian .......................................................................116 4.6 Pembahasan ..............................................................................................117 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ..............................................................................................123 5.2 Saran .........................................................................................................124 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................127 LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1
Tahapan Tolok Ukur Model DeLone dan McLean ........................24
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian .......................................................48
Tabel 3.2
Skor dalam Penelitian ....................................................................49
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian............................................................................57
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Instrumen/Pertanyaan ......................................72
Table 4.2
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen .....................................................74
Tabel 4.3
Hasil Penelitian Dan Perhitungan Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Berdasarkan Teori Evaluasi Sistem Informasi Model DeLone dan McLean Tiap Indikator ....118
vii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1
Human-Organization-Technology (HOT) Model ..........................22
Gambar 2.2
Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean ..........23
Gambar 2.3
Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean yang diperbaharui....................................................................................25
Gambar 2.4
Kerangka Berfikir...........................................................................45
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang ..............................................................................67
Gambar 4.2
Kurva Penolakan dan Penerimaan Hipotesis ...............................115
Gambar 4.3
Instrumen Komponen SIAK ........................................................116
viii
DAFTAR DIAGRAM Halaman Diagram 4.1
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..........................76
Diagram 4.2
Identitas Responden Berdasarkan Usia ..........................................77
Diagram 4.3
Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..................78
Diagram 4.4
Tanggapan Responden Tentang Kebutuhan Pelatihan Khusus Dalam
Menggunakan
Sistem
Informasi
Adminitrasi
Kependudukan................................................................................80 Diagram 4.5
Tanggapan
Responden
Tentang
Kecepatan
Akses
Ketika
Melakukan Penelusuran Data Penduduk ........................................81 Diagram 4.6
Tanggapan Responden Tentang Pengaksesan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Selama 24 Jam .................................82
Diagram 4.7
Tanggapan Responden Tentang Pengembangan Sistem oleh Pegawai ..........................................................................................83
Diagram 4.8
Tanggapan Responden Tentang Hak Akses Yang Hanya Dimiliki Oleh Pegawai .................................................................................85
Diagram 4.9
Tanggapan Responden Tentang Data Penduduk yang Tersimpan dalam Database Terjaga dan Tidak Mudah Hilang Ketika Terjadi Kerusakan Sistem ...........................................................................86
Diagram 4.10 Tanggapan Responden Tentang Keamana Sistem Informasi Administrasi Kependudukan ..........................................................87 Diagram 4.11 Tanggapan Responden Tentang Kelengkapan Data pada Database Kependudukan................................................................................89
ix
Diagram 4.12 Tanggapan Responden Tentang Kelengkapan Pengisian Data Penduduk Oleh Pegawai ................................................................90 Diagram 4.13 Tanggapan Responden Tentang Pertanggungjawaban Kebenaran Informasi yang Dihasilkan Dari Pengelolaan Data Kependudukan ........................................................................................................91 Diagram 4.14 Tanggapan Responden Tentang Kesesuaian Data dengan Hasil Pendaftaran Penduduk ....................................................................92 Diagram 4.15 Tanggapan Responden Tentang Standarisasi Perangkat Komputer yang Digunakan .............................................................................94 Diagram 4.16 Tanggapan Responden Tentang Software (Perangkat Lunak) Sesuai dengan Standar Kesisteman ...........................................................95 Diagram 4.17 Tanggapan Responden Tentang Jaminan Penggantian Alat ..........96 Diagram 4.18 Tanggapan
tentang
Peningkatan
Kecepatan
Pelayanan
Administrasi Kependudukan ..........................................................98 Diagram 4.19 Tanggapan Responden Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Kependudukan ...............................................99 Diagram 4.20 Tanggapan Responden Tentang Pemanfaatan SIAK pada Hampir Keseluruhan Proses Administrasi Kependudukan .......................101 Diagram 4.21 Tanggapan Responden Tentang Kenyamanan Pegawai dalam Menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan ..102 Diagram 4.22 Tanggapan
Responden
Tentang
Terjadinya
Penghematan
Anggaran setelah Memanfaatkan SIAK.......................................104 Diagram 4.23 Tanggapan Responden Tentang Kepuasan Pegawai Terhadap Hasil Pekerjaannya ................................................................................105
x
Diagram 4.24 Tanggapan Responden Tentang SIAK sebagai Solusi bagi Permasalahan Pengelolaan Administrasi Kependudukan ............106 Diagram 4.25 Tanggapan Responden Tentang Peningkatan Produktivitas Kerja ......................................................................................................107 Diagram 4.26 Tanggapan
Responden
Tentang
Kemudahan
Pelayanan
Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil ......................108 Diagram 4.27 Tanggapan Responden Tentang Peningkatan Pendaftaran Peristiwa Kependudukan..............................................................................109 Diagram 4.28 Tanggapan Responden Tentang Pembangunan Sistem Jaringan Informasi Kependudukan Terpadu ...............................................111
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Penelitian
Lampiran 2
Kuisioner
Lampiran 3
Tabel Jawaban Responden Sebelum Uji Validitas
Lampiran 4
Tabel Jawaban Responden Setelah Uji Validitas
Lampiran 5
Uji t
Lampiran 6
Uji Validitas (Output SPSS 17.0)
Lampiran 7
Uji Reliabilitas (Output SPSS 17.0)
Lampiran 8
Tabel Nilai-Nilai r Product Moment
Lampiran 9
Tabel Nilai Distribusi t
Lampiran 10
Absensi Bimbingan Skripsi
Lampiran 11
SOP Pelayanan Kartu Keluarga WNI
Lampiran 12
Peraturan Daerah Kota Tangerang
Lampiran 13
Daftar Riwayat Hidup
xii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang terjadi diberbagai belahan dunia semakin membantu
kegiatan
manusia
diberbagai
bidang
kehidupan.
Teknologi
mempermudah pekerjaan manusia dibandingkan saat-saat sebelumnya. Dunia saat ini seakan-akan tanpa batas, dan jarak tidak lagi menjadi penghalang bagi setiap individu dalam memperoleh informasi. Informasi kini tersebar luas dalam internet dan dapat dengan mudah diakses oleh siapapun. Kemudahan dalam memperoleh informasi ini juga dibarengi dengan kemudahan dalam mengolah informasi. Bukan hanya bagi tiap-tiap individu tetapi juga kemudahan bagi organisasi baik bisnis maupun negara. Berbagai macam softwate diciptakan untuk mempermudah kerjasuatu organisasi dalam mengolah informasi. Software-software dibuat sesuai dengan kebutuhan bidang-bidang organisasi, misalnya sistem informasi pemasaran guna mendukung penyediaan informasi untuk pemasaran, sistem informasi SDM guna mendukung perencanaan, pengadaan, dan pengelolaan tenaga kerja. Sistem informasi juga mendukung kegiatan pengolahan data dan informasi pemerintah sebagai organisasi publik. Pemerintah sebagai pelayan publik yang bertanggung jawab memenuhi kepentingan masyarakat dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik. Perubahan-perubahan dilakukan oleh pemerintah guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, salah satunya
2
adalah
dengan
memanfaatkan
perkembangan
teknologidalam
aktivitas
pekerjaannya. Indonesia sebagai negara yang juga ikut terpengaruh perkembangan teknologi dunia, melakukan perubahan dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam organisasi birokrasi. Istilah e-government masuk dalam ranah pemerintahan di Indonesia seiring dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government. Tujuannya adalah untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam upaya meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Satu diantaranya adalah dengan membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu serta menyederhanakan akses perolehan informasi dan layanan publik yang harus disediakan pemerintah. Kebutuhan
akan
sistem
informasi
manajemen
yang
membantu
produktivitas kerja pemerintah mendoronginstansi pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan transformasi melalui teknologi jaringan komunikasi dan informasi. Teknologi informasi memberikan peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan data dan informasi dalam jumlah yang besar secara cepat dan akurat.Melalui dukungan infrastuktur, tingkat konektivitas dan penggunaa IT, sumber daya manusia, dana dan anggaran, serta perangkat hukum, semakin melengkapi teknologi informasi menjadi satu kesatuan untuk diterapkan dalam pemerintahan. Ketika semua instrumen itu dimiliki oleh satu wilayah, maka transformasi dalam optimalisasi pelayanan organisasi birokrasiakan terwujud.
3
Salah satu penerapan teknologi informasi yang dilakukan oleh instansi pemerintah adalah sistem informasi dalampengelolaan data kependudukan. Perlu diketahui bahwa pengelolaan data kependudukan merupakan salah satu kegiatan dalam administrasi kependudukan. Administrasi kependudukan pada pemerintah daerah dilaksanakan dimulai dari tingkat desa/kelurahan hingga dinas. Kemudahan serta proses pelayanan yang tidak berbelit-belit menjadi kriteria pelayanan yang ideal bagi masyarakat. Guna mewujudkan pelayanan seperti yang diharapkan, maka instansi pemerintah berusaha untuk mereformasi pelayanan publik. Salah satu caranya dengan memasukkan teknologi informasi ke dalam ranah administrasi pemerintahan dengan tujuan adanya peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam layanan pemerintahan. Di Indonesia, administrasi kependudukan diatur melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006. Tujuan dari adanya penyelenggaraan administrasi kependudukan sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang tersebutantara lain: 1. Memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen penduduk untuk setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk 2. Memberikan perlindungan status hak sipil penduduk 3. Menyediakan data dan informasi kependudukan secara nasional mengenai pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan pembangunan pada umumnya
4
4. Mewujudkan tertib administrasi kependudukan secara nasional dan terpadu 5. Menyediakan data penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor terkait
dalam
penyelenggaraan
setiap
kegiatan
pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan Sama halnya dengan penggunaan teknologi informasi pada manajemen perusahaan guna meningkatkan kinerja serta mendukung pimpinan dalam pengambilan
keputusan,
penggunaan
teknologi
pada
pengelolaan
data
kependudukan pun ditujukan untuk membantu kerja pegawai dan menghasilkan informasi yang berguna bagi keputusan perencanaan di bidang lain. Dalam kaitannya dengan pembangunan, pengelolaan data kependudukan memang tidak secara langsung berpengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun ketika pengelolaan data kependudukan ini dilakukan dengan baik, informasi yang dihasilkannya pun akan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan data-data tersebut, misalnya pembangunan dalam
bidang
pendidikan
dan
kesehatan.Dengan
cara
manual,sepertimengumpulkan arsip-arsip kependudukan, maka akan sangat sulit untukmendapatkan informasi kependudukan secara akurat. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar. Dalam hal ini diperlukan sistem informasi kependudukan yang dapat mengolah data kependudukan secara efektif dan efisien baik di dalam pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.Sistem informasi administrasi kependudukan mampu membantu dalam mengkategorikan data
5
kependudukan sesuai dengan kebutuhan, misalnya data penduduk berdasarkan usia sekolah yang dapat digunakan untuk pembangunan di bidang pendidikan. Asas otonomi daerah telah memberikan wewenang kepada daerah untuk mengatur daerahnya masing-masing. Atas dasar itu kemudian penerapan SIAK disesuaikan dengan kondisi dan keadaan wilayah masing-masing daerah. Melalui pertimbangan letak geografis, kemampuan SDM, serta ketersediaan dana dan anggaran, penerapannya akan menjadi berbeda pada masing-masing daerah. Oleh sebab itu dengan berdasarkan pada asas otonomi, pemerintahan daerah dapat membuat suatu kebijakan dengan berlandaskan Undang-Undang No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan untuk mendukung pengelolaan administrasi kependudukan. Melalui kebijakan, pemerintah daerah diharapkan dapat mengimplementasikan SIAK sesuai dengan kemampuan daerahnya. Sehingga tidak ada yang terlalu dipaksakan ketika sistem informasi diterapkan padahal pemerintah daerah tidak siap dari segi anggaran maupun SDM. Penerapan teknologi informasi dalam administrasi kependudukan dimulai pada tahun 1996. Sistem yang digunakan pada saat itu adalah Sistem Informasi Manajemen Kependudukan atau yang dikenal dengan SIMDUK. Pada perkembangannya SIMDUK digantikan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Inti dari penerapan kedua sistem informasi tersebut adalah sama, yaitu untuk menata administrasi kependudukan di Indonesia. SIAK dibuat dan dikembangkan oleh Ditjen Administrasi Kependudukan Kementrian Dalam Negeri dengan maksud memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan. Melalui jaringan komunikasi dan informasi, aplikasi ini
6
diharapkan mampu mengatasi segala permasalahan dalam pengelolaan data kependudukan serta membantu dinas terkait dalam melakukan pelayanan seperti pelayanan KTP, KK, Akta Kelahiran dan Kematian, Akta Perkawinan dan sebagainya. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kabupaten/kota merupakan pihak
yang
berperan
mengintegrasikan
SIAK
penting dengan
dalam
penerapan
kecamatan
dan
SIAK.Disdukcapil
kelurahan
setempat.
Memanfaatkan teknologi jaringan (network), perangkat komputer, serta perangkat lunak (software), pengelolaan administrasi kependudukan yang berada di tingkat kecamatan akan langsung terhubung dengan dinas. Data yang tersimpan secara digital akan terupdate secara online ketika terjadi perubahan pada database kependudukan. Database kependudukan ini hanya dapat diakses oleh pegawai yang ditunjuk untuk mengelolanya. Sebab database ini dapat menjadi informasi yang penting dan mesti dijaga keamanannya.Pada masa transisi dimana KTP digantikan dengan KTP elektronik (e-KTP) saat ini, SIAK digunakan berintegrasi dengan aplikasi e-KTP. Sumber data yang digunakan dalam perekaman e-KTP berasal dari database SIAK. Entry data baru juga masih menggunakan aplikasi SIAK untuk kemudian dilakukan perekaman melalui aplikasi e-KTP pada perangkat komputer yang berbeda. Dalam rangka mewujudkan tertib administrasi kependudukan di Kota Tangerang, pemerintah telah menerapkan SIAK untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
kerja
pegawai
dalam
melaksanakan
pelayanan
administrasi
kependudukan. SIAK sendiri pertama kali diterapkan di KotaTangerang dimulai
7
pada tahun 2007. Melalui sistem teknologi informasi yang diterapkan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan SipilKota Tangerang, diharapkan mampu mendukung proses administrasi kependudukan yang meliputi pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Sistem ini haruslah efisien dan fleksibel ketika digunakan untuk merekam data kependudukan yang jumlahnya cukup banyak. Sebab sebagai salah satu kota penunjang ibukota Jakarta,Tangerang menjadi kota dengan penduduk yang cukup padat. Untuk itu kegiatan administrasi kependudukannya pun akan semakin sering dilakukan. Hingga saat ini SIAK telah berjalan secara online ke seluruh 13 kecamatan yang ada di kota ini. Data penduduk yang dimasukan pada tiap kecamatan akan langsung terkirim dan masuk ke dalam database dinas kependudukan dan pencatatan sipil melalui jaringan komunikasi yang terdapat di masing-masing kecamatan. Pendaftaran penduduk dimulai pada tingkat kelurahan, kemudian diinput
oleh
kecamatan
dengan
menggunakan
aplikasi
SIAK
yang
langsungterhubung dengan dinas. Data penduduk yang telah diinput tadi kemudian masuk dan terinput ke dalam database SIAK yang ada di Disdukcapil. Untuk proses penerbitan dokumen kependudukan seperti Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga, Surat Pindah antar kecamatandilakukan oleh kecamatan sedangkan untuk Akte Kelahiran, Kematian, Perkawinan, Perceraian, Pindah Datang pendudukdilakukan oleh dinas. Dalam pengimplementasian SIAK guna mewujudkan tertib administrasi kependudukan di Kota Tangerang, Disdukcapildihadapkan pada beberapa kendala. Sebab pada hakikatnya sebuah sistem informasi manajemen dalam suatu
8
pemerintahan dapat diterapkan melalui dukungan beberapa faktor lain yang berasal dari internal maupun eksternal organisasi. Kendala-kendala yang dihadapi oleh
Disdukcapil
Kota
Tangerang
dalam
penerapan
Sistem
Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK) berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti, antara lain: Pertama, sumber daya manusia yang terdapat pada Disdukcapil Kota Tangerang kurang memiliki kemampuan pada bidang IT, sehingga pegawai sering melakukan kesalahan teknis sehingga menyebabkan kerugian beberapa pihak. Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa pada perekaman e-KTP yang dilaksanakan mulai tahun 2011 lalu banyak data penduduk yang hilang. Dibuktikan dengan banyaknya penduduk yang tidak mendapatkan undangan untuk perekaman e-ktp di kecamatan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan pihak Kecamatan yang menyebutkan bahwa mayoritasdata penduduk yang hilang adalah data yang diinput selama dan sebelum tahun 2008 (wawancara dengan pegawai kecamatan Jatiuwung, 26 Agustus 2013).Tentunya hal ini merugikan penduduk, dimana ia memiliki dokumen kependudukan yang sah seperti KTP dan KK tetapi dirinya tidak terdaftar dalam database kependudukan di Kota Tangerang. Database SIAK dikelola oleh Disdukcapil dan mengenai banyaknya data hilang harusnya menjadi tanggungjawab dinas, sebab hanya pegawai di dinas yang memiliki akses untuk masuk ke dalam database kependudukan. Hilangnya data penduduk dari database kependudukan dinas lebih disebabkan oleh human error. Ketidaktahuan akan sistem informasi dan penguasaan dalam ilmu komputerisasi membuat pegawai sering melakukan kesalahan-kesalahan. Untuk itulah harusnya
9
pegawai direkrut dengan latarbelakang berpendidikan IT atau setidaknya menguasai bidang IT guna meminimalisir kesalahan yang disebabkan oleh manusianya itu sendiri. Kedua, pada tahap implementasi suatu sistem informasi manajemen, perangkat keras seperti komputer, jaringan, dan infrastuktur menjadi faktor yang cukup penting. Jika dilihat dari besarnya APBD dan letak wilayahnya yang dekat dengan pusat kota, Kota Tangerang sangat memungkinkan dalam pengembangan infrastruktur
telekomunikasi.
Menggunakan
teknologi
terbaik
dan
canggihsehingga menunjang jaringan SIAK hingga dapat meminimalisir adanya gangguan dalam penerapan SIAK tentunya bukan hal yang sulit bagi Kota Tangerang. Namun kenyataannya jaringan SIAK yang menghubungkan antara kecamatan dengan dinas sering mengalami gangguan terutama ketika cuaca buruk. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Kholil selaku Kepala Seksi Pengolahan Data dan Jaringan Disdukcapil Kota Tangerang yang menyatakan bahwa kendala dalam penerapan SIAK lebih kepada gangguan jaringan akibat faktor alam seperti terkena petir (wawancara tanggal 26 Juni 2013). Pada saat terjadi gangguan jaringan ini, kecamatan dan dinas tidak dapat melakukan pelayanan administrasi kependudukan, sehingga berdampak pada menurunnya produktivitas kerja pegawai karena menghambat prosespengecekan serta penginputan biodata penduduk. Ketiga, masih belum diterapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan administrasi kependudukan terutama dalam pembuatan dokumen kependudukan seperti KTP dan KK.Mayoritas pegawai tidak menerapkan
10
mengenai uraian proses dan tata cara pembuatan dokumen kependudukan yang sesuai dengan aturan. Untuk pembuatan dokumen kependudukan seperti KTP dan KK proses lama atau tidaknya pelayanan ditentukan oleh masing-masing kecamatan. Pegawai bekerja sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan oleh di tiaptiap kecamatan. Sebab sejak pengecekan kelengkapan berkas hingga dilakukan pencetakan, semua dilakukan di kecamatan. Sehingga tidak ada keseragaman dalam pelayanan di Kota Tangerang. Keempat, dari sisi eksternal yang menjadi kendala utama dalam mewujudkan tertib administrasi kependudukan di Kota Tangerang adalah rendahnya kesadaran masyarakat dalam melaporkan peristiwa kependudukan, perubahan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk dan keluarganya. Peristiwa kependudukan ini meliputi: kematian, perkawinan, perceraian serta mutasi (perpindahan) penduduk yang akan mengubah komposisi anggota keluarga dalam dokumen kependudukan seperti Kartu Keluarga. Selain itu pelaporan peristiwa kependudukan ini juga sangat berpengaruh pada database kependudukan yang ada di Kota Tangerang. Ketika banyak penduduk tidak melaporkan peristiwa kependudukanya, maka akan sangat sulit menghasilkan data penduduk yang valid terutama data penduduk yang meninggal dan pindah. Disdukcapil Kota Tangerang saat ini merasa jika laporan kematian dan mutasi penduduk yang diterima masih rendah, sedangkan jumlah data penduduk semakin bertambah besar. Berdasarkan pada keadaan-keadaan tersebut penerapan sistem informasi dalam pemerintahan menjadi menarik untuk diteliti, terutama ketika e-goverment
11
dapat berhasil diterapkan di negara lain sedangkan di Indonesia tidak, karena selalu dihadapkan pada permasalahan-permasalahan lainnya. Dengan melihat penjabaran di atas, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam mengenai
“Evaluasi
Penerapan
Sistem
Informasi
Administrasi
Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang”.
1.2 Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah sebelumnya, maka peneliti mengidentifikasikan masalah-masalah penelitian yang terjadi pada lokus penelitian, diantaranya: 1. Sumber daya manusia yang terdapat pada dinas kurang memiliki kemampuan di bidang teknologi informasi. 2. Jaringan SIAK yang menjadi modal utama dalam perekaman data penduduk secara online sering mengalami gangguan terutama ketika cuaca buruk sehingga menghambat kerja pegawai untuk melakukan penginputan data kependudukan. 3. Tidak diterapkannya Standar Operasional Prosedur (SOP) mengenai pelayanan administrasi kependudukan. 4. Rendahnya
kesadaran
masyarakat
dalam
melaporkan
peristiwa
kependudukan. Dari uraian identifikasi masalah tersebut, peneliti mencoba untuk membatasi ruang lingkup permasalahan karena keterbatasan kemampuan yang
12
dimiliki oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Sedangkan untuk lokus penelitiannya yaitu di Kota Tangerang.
1.3 Perumusan Masalah Dengan menetapkan batasan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : Berapa besar penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang?
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
bagaimana
penerapan
Sistem
Informasi
Administrasi
Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari seluruh rangkaian aktifitas dan hasil penelitian ini antara lain: 1. Manfaat secara teoritis, yaitu: Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian dapat memperluas wawasan pembaca terutama mengenai Sistem Informasi Administrasi Kependudukan serta dapat dijadikan bahan pemahaman untuk penelitian selanjutnya
13
2. Manfaat secara Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan dan pertimbangan untuk mengatasi permasalahan mengenai tertib administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang.
14
1.6 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menggambarkan permasalahan yang menjadi awal mula dilakukannya penelitian, berisi data awal atau gejala yang berhubungan dengan fokus. Bentuk uraiannya dibuat secara deduktif, dari lingkup yang paling umum hingga mengerucut ke masalah yang lebih spesifik. 1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah Membuat poin-poin masalah yang telah digambarkan dalam latar belakang yang dikaitkan dengan topik yang akan diteliti. Sedangkan pembatasan masalah menetapkan fokus penelitian yang akan diajukan dalam rumusan masalah penelitian 1.3 Perumusan Masalah Berisi tentang pertanyaan yang memandu peneliti untuk menentukan landasan teori, asumsi dasar, instrumen dan teknik analisis data dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berisi pernyataan tentang output apa yang diharapkan peneliti terhadap masalah yang telah dirumuskan setelah penelitian ini selesai dilaksanakan. 1.5 Manfaat Penelitian Berisi pernyataan tentang manfaat yang bisa diambil dari temuan penelitian ini. Manfaat ini dibagi kedalam 2 macam, yaitu manfaat teoritis yaitu
15
manfaat yang dapat diberikan kepada dunia teori dan manfaat praktis yaitu manfaat yang segera dilaksanakan untuk keperluan praktis. BAB II KAJIAN TEORI DAN ASUMSI DASAR 1. Deskripsi Teori Berisi
berbagai
teori
dan
konsep-konsep
yang
relevan
dengan
permasalahan dan variabel penelitian yang disusun secara teratur sehingga dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis penelitian. 2. Kerangka Berfikir Berisi gambaran alur pikiran peneliti yang memberikan penjelasan mengenai alasan peneliti melakukan penelitian tersebut. Peneliti memaparkan masalah-masalah yang menjadi fokus penelitian dan mengkaitkanya dengan teori, kemudian melengkapinya dengan sebuah bagan. 3. Hipotesis Penelitian Peneliti membuat kesimpulan yang besifat sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis ini dibuat berdasakan teori yang relevan dalam penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode Penelitian Menggambarkan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. 2. Instrumen Penelitian Menjelaskan tentang alat yang digunakan untuk mengukur fenomena sosial yang diamati peneliti.
16
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Data Berkaitan dengan ketepatan alat ukur guna mencapai sasaran serta stabil dan konsisten ketika digunakan dalam mengukur suatu penelitian. 4. Populasi dan Sampel Merupakan responden yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Setelah melakukan pengumpulan data dengan berbagai macam metode , data dianalisis melalui teknik analisis data yang dipaparkan oleh Irawan 6. Lokasi dan Jadwal Penelitian Menjelaskan lokasi dan waktu penelitian sejak awal penelitian hingga penelitian berakhir untuk kemudian dipertanggung jawabkan di hadapan penguji. Biasanya disajikan dalam bentuk tabel.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Objek Penelitian Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari informan penelitiian yang telah ditentukan serta hal lain yang berhubungan dengan objek penelitian. 2. Deskripsi Data Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan.
17
3. Pembahasan Pembahasan lebih lanjut terhadap hasil penelitian BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Melakukan penyimpulan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan mudah dipahami. Kesimpulan penelitian kualitatif berbentuk deskriptif kualitatif, yang merupakan kristalisasi dan konseptualisasi dari temuan di lapangan. 2. Saran-saran Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun praktis. Saran praktis lebih operasional serta spesifik kepada siapa dan dalam bentuk apa saran diajukan. Sedangkan saran teoritis lebih mengarah pada pengembangan konsep atau teori.
18
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR
2.1 Deskripsi Teori Pengembangan
aplikasi
sistem
informasi
dan
telekomunikasi
di
lingkungan pemerintah pada dasarnya dilaksanakan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas layanan pemerintahan. Dengan berprinsip
pada
hal
tersebut,
Indonesia
membuat
kebijakan
mengenai
pengembangan elektronik government atau yang dikenal sebagai e-gov. Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan eGovernment menjadi pemicu perkembangan teknologi
informasi
dalam
lingkungan pemerintahan. Perubahan-perubahan dilakukan pada setiap jenjang pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kualitas layanan publik. Melalui pengembangan e-government maka dilakukan penataan sistem manajemendan proses kerja dilingkungan pemerintah dengan mengoptimalisasikan pemanfaatan teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2 (dua) aktivitas yang berkaitan, yaitu(http://www.bappenas.go.id/) : 1. Pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronis. 2. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negara.
19
Dalam rangka menjalankan aktivitas pemanfaatan teknologi informasi tersebut, Kementerian Dalam Negeri membuat suatu aplikasi kependudukan yang disebut dengan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK). SIAK didistribusikan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di daerah-daerah agar dapat dimanfaatkan secara optimal terutama dalam pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) dan Akte Kelahiran. Pada penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mengevaluasipenerapan SIAK yang dilaksanakan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang.
2.1.1 Pengertian Evaluasi Pendapat mengenai evaluasi diungkapkan Dunn dalam Agustino (2008:187) yang mengemukakan bahwa : Evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai-nilai atau manfaat-manfaat hasil kebijakan. Ketika ia bernilai dan bermanfaat bagi penilaian atas penyelesaian masalah, maka hasil tersebut memberi sumbangan pada tujuan dan sasaran bagi evaluator, secara khusus, dan penggunaan lainnya secara umum. Ada tiga fungsi dari evaluasi: Pertama, evaluasi harus memberi informasi yang valid dan dipercaya mengenai kinerja kebijakan yang meliputi seberapa jauh tujuan tertentu telah dicapai; apakah tindakan yang ditempuh oleh implementing agencies sudah benarbenar efektif, responsif, akuntabel, dan adil; serta bagaimana efek dan dampak dari kebijakan itu sendiri. Kedua, evaluasi berfungsi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target tanpa didasari oleh kepentingan nilai dari suatu kelompok/golongan tertentu. Ketiga, evaluasi berfungsi juga untuk memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk bagi perumusan masalah maupun pada rekomendasi kebijakan. Wibawa dalam Dwidjowijoto (2006:156) mengungkapkan bahwa evaluasi kebijakan publik memiliki empat fungsi, antara lain:
20
1. Eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar berbagai dimensi realitas yang diamatinya. Dari evaluasi ini, evaluator dapat mengidentifikasi masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung keberhasilan dan kegagalan kebijakan. 2. Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya, sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan. 3. Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai ke tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau penyimpangan. 4. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial-ekonomi dari kebijakan tersebut. Pada lingkup pemerintahan, evaluasi dibutuhkan untuk mengukur setiap produk yang dikeluarkan oleh pemerintah. Produk tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan
dan
program-program
yang
ditujukan
kepada
masyarakat.Pada penelitian ini evaluasi ditujukan pada penerapan suatusistem informasi
manajemen
kependudukan.Melalui
yang SIAK
data
berfungsi
untuk
kependudukan
mengolah dapat
data-data
dikelompokkan
berdasarkan kategorisasi tertentu untuk nantinya dimanfaatkan bagi kepentingan lain. Mengevaluasi sebuah kebijakan publik tentunya berbeda dengan evaluasi sistem informasi manajemen. SIAK merupakan suatu sistem informasi manajemen karena mengandung elemen-elemen fisik SIM seperti perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) komputer, prosedur, pedoman, model manajemen dan keputusan, dan sebuah database. Jadi pengevaluasian SIAK disini menggunakan model evaluasi sistem informasi yang memang dikhususkan untuk mengaudit sistem informasi manajemen yang dilaksanakan oleh instansi atau organisasi tertentu.
21
2.1.2 Evaluasi Sistem Informasi Evaluasi dalam sistem informasi manajemen biasanya disebut dengan audit sistem informasi. Para ahli mengenalkan beberapa metode-metode dalam mengaudit sebuah sistem informasi yang diterapkan pada suatu organisasi. 2.1.2.1 Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model Yusof et al. dalam Nugroho (2008:191)memberikan suatu kerangka baru yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi sistem informasi yang disebut Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model, model ini menempatkan komponen penting dalam sistem informasi yakni Manusia (Human), Organisasi (Organization) dan Teknologi (Technology) serta kesesuaian di antaranya. Komponen manusia (human) menilai sistem informasi dari sisi penggunaan sistem (system use) pada frekuensi dan luasnya fungsi dan penyelidikan sistem informasi. Penggunaan sistem ini juga berhubungan dengan siapa yang menggunakan (who use it), tingkat penggunaanya (level of user), pelatihan, pengetahuan, harapan dan sikap menerima atau menolak sistem. Komponen ini juga menilai sistem dari aspek kepuasan pengguna (user satisfaction).Kepuasan pengguna adalah keseluruhan evaluasi dari pengalaman pengguna dalam menggunakan sistem informasi dan dampak potensial dari sistem informasi. User satisfaction dapat dihubungkan dengan persepsi manfaat (usefulness) dan sikap pengguna terhadap sistem informasi yang dipengaruhi oleh karakteristik personal. Komponen organisasi menilai sistem dari aspek struktur organisasi dan lingkungan organisasi. Struktur organisasi terdiri dari tipe, kultur, politik, hierarki,
22
perencanaan dan pengendalian sistem, strategi, manajemen dan dukungan staf merupakan bagian yang penting dalam mengukur keberhasilan sistem. Sementara itu, lingkungan organisasi terdiri atas sumber pembiayaan, pemerintahan, politik, kompetisi, hubungan interorganisasional dan komunikasi. Komponen teknologi terdiri dari kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas layanan. Kualitas sistem dalam sistem informasi di institusi pelayanan kesehatan menyangkut keterkaitan fitur dalam sistem termasuk performa sistem dan user interface. Kemudahan penggunaan (ease of use), kemudahan untuk dipelajari (ease of learning), response time, usefulness, ketersediaan, fleksibilitas, dan sekuritas merupakan variabel atau faktor yang dapat dinilai dari kualitas sistem. Kualitas informasi berfokus pada informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi rekam medis pasien, laporan dan peresepan. Kriteria yang dapat digunakan untuk menilai informasi antara lain kelengkapan, keakuratan, ketepatan waktu, ketersediaan, relevansi, konsistensi, dan data entry. Adapun kualitas layanan berfokus pada keseluruhan dukungan yang diterima oleh service provider sistem atau teknologi. Kualitas layanan itu sendiri dapat dinilai dengan kecepatan respons, jaminan, empati dan tindak lanjut layanan. Gambar 2.1 Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model Orang (Human)
Organisasi (Organization) Sumber: Nugroho (2008 : 191)
Teknologi (Technology)
23
2.1.2.2 Model DeLone dan McLean Menurut DeLone dan McLean dalam Nugroho (2008:192) agar SIM sukses dan mempunyai dampak positif terhadap organisasi maka terlebih dahulu sistem informasi harus mempunyai dampak pada individual. Agar mempunyai dampak terhadap individual maka kepuasan pemakai haruslah tercapai, di samping bahwa sistem sudah mulai digunakan secara rutin operasional. Selanjutnya, agar kedua hal ini tercapai maka kualitas sistem dan kualitas informasi haruslah bagus terlebih dahulu. Diagramnya seperti terlihat pada gambar. Gambar 2.2 Model kesuksesan sistem informasi dari DeLone dan McLean Kualitas Informasi
Kualitas Sistem
Penggunaan
Kepuasan pemakai
Dampak Individual
Dampak Organisasional
Sumber: Nugroho (2008 : 193) Pada masing-masing tahap, haruslah ada tolok ukur untuk mengetahui tingkat kualitasnya. Tolok ukur yang harus digunakan untuk mengukur tiap-tiap tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
24
Tabel 2.1 Tahapan Tolok Ukur Model DeLone dan McLean
Kualitas Sistem
Akurasi data Kekinian data Isi basis data Kemudahan peggunaannya Kemudahan dipelajari Kenyamanan akses Aspek kognitif sistem Integrasi dari sistemsistem Realisasi kebutuhan pemakai Kegunaan fitur sistem Akurasi sistem Keluwesan sistem Keandalan sistem Kecanggihan sistem Pemanfaatan sumber daya Waktu respons Waktu siklus
Kualitas Informasi
Nilai penting Relevansi Kegunaan Kandungan informasinya Kemanfaatan Dapat dipahami Dapat dibaca Kejelasan Format Wujud Isi Akurasi Presisi Ketepatan Keandalan Kekinian Ketepatwaktu-an Keunikan Komparabilitas Nilai kuatitatif Kebebasan dari bias
Penggunaan Informasi
Banyak penggunaan Durasi penggunaan Banyak permintaan atas informasi Lama waktu koneksi Banyak rekaman yang diakses Frekuensi akses Frekuensi dari laporan yang diminta Jumlah laporan yang dihasilkan Pembebanan penggunaan sistem Kerutinan penggunaan Digunakan oleh siapa Digunakan langsung atau tidak Sifat penggunaan Tingkat penggunaan: umum vs spesifik Pengulangan penggunaan Formalitas penggunaan Laporan dapat termanfaatkannya informasi Persentase digunakan vs peluang digunakan Motivasi penggunaan
Kepuasan Pemakai
Kepuasan khusus Kepuasan menyeluruh Pengukuran item tunggal Pengukuran item banyak Kepuasan informasi Kesenangan Kepuasan pengambilan keputusan Kepuasan perangkat lunak
Sumber: Nugroho (2008: 193)
Dampak Individual
Pemahaman informasi Pembelajaran Akurasi interpretasi Kesadaran informasi Pengambilan informasi Identifikasi masalah Efektivitas keputusan Kebenaran keputusan Peningkatan kualitas analisis keputusan Waktu untuk membuat keputusan Keyakinan akan keputusan Partisipasi pengambilan keputusan Peningkatan produktivitas individual Perubahan di keputusan Dampak pada tindakan manajemen Pengaruh individual Kinerja tugas Kualitas rencana Kerelaan membayar informasi
Dampak Organisasi
Jangkauan dan lingkup aplikaasi Jumlah aplikasi kritikal Pengurangan biaya operasi Pengurangan staf Keseluruhan keuntungan produktivitas Peningkatan pendapatan Peningkatan penjualan Peningkatan pangsa pasar Peningkatan laba Return pada investasi Return pada aktiva Rasio pendapatan bersih pada pengeluaran Rasio biaya/manfaat Harga saham Peningkatan volume pekerjaan Kualitas produk Kontribusi pada pencapaian tujuan Efektivitas pelayanan
25
Dalam perkembangannya DeLone dan McLean menyempurnakan modelnya menjadi menjadi seperti pada gambar. Ditambahkan pula tahapan kualitas pelayanan, selain kualitas sistem dan kualitas informasi. Tahapan “penggunaan” diubah menjadi “intensi penggunaan (intensi memakai)“ lalu manfaat pada individual dan manfaat organisasi disempurnakan menjadi dampak keberhasilan secara bersih (netto), yang terdiri atas manfaat terhadap individual, organisasi, kelompok, masyarakat bahkan negara.
Gambar 2.3 Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean yang Diperbaharui Kualitas Sistem Intensi Penggunaan Kualitas Informasi
Manfaat bersih Kepuasan Pemakai
Kualitas Pelayanan
Sumber: Nugroho (2008 : 197)
Berdasarkan pada gambar di atas, DeLone dan McLean (2003) menguraikan indikator dari model kesuksesan sistem informasi yang diperbaharui, diantaranya:
26
1. Kualitas Sistem Kualitas sistem yaitu karakteristik dari informasi yang melekat mengenai sistem itu sendiri. Untuk mengukur seberapa besar kualitas suatu sistem diperlukan beberapa indikator, diantaranya :
Kemudahan untuk digunakan (ease of use)
Kecepatan akses (response time)
Keandalan sistem (reliability)
Fleksibilitas sistem (flexibility)
Keamanan sistem (security)
2. Kualitas Informasi Kualitas informasi merupakan output yang dihasilkan oleh sistem informasi yang digunakan. Kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kualitas informasi antara lain :
Kelengkapan (completeness)
Relevan (relevance)
Akurat (accurate)
Ketepatan waktu (timeliness)
3. Kualitas Pelayanan Dimensi kualitas pelayanan ditambahkan untuk melengkapi penilaian kualitas sistem dan kualitas informasi. Mengingat pemakai sistem bukan hanya sekedar karyawan atau pemakai internal organisasi melainkan lebih kepada pelanggan, maka kualitas pelayanan lebih penting dibandingkan
27
penerapan lainnya. Kualitas pelayanan dapat dinilai dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
Hardware dan software yang up to date (tangible)
Kecepatan respon (responsiveness). Memberikan pelayanan yang cepat kepada pelanggan.
Jaminan (assurance). Pegawai memiliki pengetahuan untuk dapat melakukan pekerjaan dengan baik.
Empati (emphaty). Memahani keperluan para pengguna sistem informasi.
4. Intensi Penggunaan Intensi penggunaan mengacu kepada seberapa sering pengguna memakai sistem informasi. Dalam kaitannya dengan hal ini penting untuk membedakan apakah pemakaiannya suatu keharusan atau sukarela. Variabel ini diukur dengan indikator yang hanya terdiri dari satu item yaitu frequency of use. 5. Kepuasan Pemakai Kepuasan pemakai sistem merupakan respon umpan balik yang dimunculkan pengguna setelah memakai sistem informasi. Variabel ini diukur dengan indikator. yang terdiri dari 3 item, yaitu efisiensi, keefektifan, dan kepuasan, ditambah dengan indikator lain yaitu kebanggaan menggunanakan sistem.
28
6. Manfaat Bersih (Netto) Manfaat bersih merupakan manfaat yang diterima berbagai pihak dari adanya sistem informasi. Terdiri atas manfaat terhadap individual, organisasi, kelompok, masyarakat bahkan negara.
Adapun Siagian (2009:115) menyatakan bahwa guna menghasilkan informasi yang memiliki peranan penting dalam peningkatan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja dalam suatu organisasi, diperlukan audit sistem pengolahan data yang mencakup di antaranya : 1. Audit Organisasi Satuan Kerja Pengolah Data Meneliti konfigurasi organisasional satuan kerja pengolah data,dimana semua aspek kegiatan pengolahan data mulai dari identifikasi kebutuhan informasi dan sumber-sumbernya, analisis data, pengoperasian perangkat keras, penggunaan aneka ragam perangkat lunak, pengembangan sistem dan pengawasannya serta distribusi informasi membutuhkan kelembagaan. Sasaran utamanya adalah untuk memperoleh bahan yang akurat dan faktual tentang tepat tidaknya struktur organisasi satuan kerja pengolah data. 2. Audit Proses Pengolahan Data Prosesnya terdiri dari tiga langkah utama. Pertama,menentukan data yang dibutuhkan serta dimana data tersebut ditemukan, apakah di dalam atau di luar organisasi. Kedua, informasi yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak yang memerlukan, termasuk ketepatan waktu
29
penyampaiannya kepada yang berkepentingan. Ketiga, adanya keamanan informasi, kerahasiaan informasi, biaya penyimpanan informasi dan akses terhadap informasi. 3. Audit Perangkat Keras Audit yang dilihat melalui keandalan perangkat keras yang digunakan. Komponen perangkat keras ini dilihat dari sudut pandang merknya, reputasi produsennya, ukurannya, kemampuannya, kecepatan kerjanya, mutunya, harganya, distributornya, dukungan suku cadang, pemeliharaan, pelatihan bagi pengguna, dan pelayanan purna jualnya. Audit ini dilakukan bertujuan untuk menjamin bahwa (a) konfigurasi perangkat keras yang dimiliki organisasi sesuai dengan kebutuhan informasi, baik rutin maupun nonrutin,
(b)
aspek
psikologis
penggunaan
teknologi
informasi
diperhitungkan secara matang, khususnya pemberian kesempatan pada para
manajer
pengambilan
eselon
bawahan
keputusan,
(c)
untuk
organisasi
berpartisipasi telah
aktif
dalam
mempertimbangkan
kenyataan bahwa usia atau “generasi” perangkat keras relatif makin pendek, (d) pengoperasian perangkat keras tersebut didukung oleh para brainware yang memenuhi kualifikasi yang diperlukan sehingga benarbena mampu memberikan dukungan informasi yang diperlukan berbagai komponen organisasi, dan (e) biaya pengadaan dan pemeliharaannya sudah merupakan beban paling ringan sehingga tidak sulit bagi organisasi untuk memikulnya.
30
4. Audit Perangkat Lunak Tujuannya untuk menemukan fakta bahwa perangkat lunak yang digunakan adalah perangkat lunak yang tepat dan sudah memenuhi kebutuhan informasi organisasi. Bagaimana perangkat lunak itu didapat, apakah diciptakan sendiri atau membelinya dari pihak lain atau vendor tertentu. 5. Audit Pekerja Otak (Brainware) Mencakup keseluruhan aspek yang berkaitan dengan sumber daya manusia yang berkaitan dengan latarbelakang pendidikan dan pelatihan yang pernah ditempuh, bakat, minat serta pengalaman di bidang pengolahan data dan informasi. Dari beberapa metode yang telah dijelaskan di atas dapat diketahui bahwa menilai suatu sistem informasi lebih mengarah pada penilaian dari sisi pegawai selaku pengguna sistem informasi. Sedangkan pelanggan hanya sebagai objek yang menerima ketika informasi tersebut telah diolah oleh petugas. Penilaian sistem mencakup kualitas teknologi (perangkat komputer), sumber daya manusia, struktur organisasi serta manfaat yang didapat dengan menerapkan sistem informasi. Penggunaan sistem pada suatu organisasi menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak inilah yang menjadi keluaran untuk kemudian dinilai dan menjadi masukan guna memperbaharui sistem informasi agar menjadi up to date.
31
2.1.3 Pengertian Sistem dan Informasi Secara umum suatu sistem terdiri dari input (masukan), pengolahan, dan output (keluaran). Input (masukan) masuk ke dalam sistem melalui unit input, kemudian diolah melalui unit pengolahan dan dikeluarkan dalam bentuk output. Menurut Nugroho(2008:17) sistem didefinisikan sebagai : “Sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam suatu sistem adalah elemen-elemennya. Tentunya setiap sistem memiliki elemen-elemennya sendiri, yang kombinasinya berbeda antara sistem yang satu dengan sistem yang lain. Namun demikian, susunan dasarnya tetap sama.” Definisi sistem lainnya diungkapkan oleh Mcleod (2004:12) yang menyatakan bahwa : “Sistem adalah elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sistem tersebut kemudian digolongkannya kedalam sistem fisik dan sistem konseptual. Perusahaan bisnis adalah suatu sistem fisik karena terdiri dari sejumlah sumber daya fisik. Suatu sistem konseptual, sebaliknya, adalah sistem yang menggunakan sumber daya konseptual yaitu informasi dan data untuk mewakili suatu sistem fisik. Komputer adalah suatu sistem fisik, tetapi data dan informasi yang disimpan didalamnya dapat dipandang sebagai suatu sistem konseptual.” Data dan informasi mewakili satu atau lebih sistem fisik. Bagaimana data dan informasi itu disimpan tidak penting. Yang penting adalah apa yang diwakili oleh data dan informasi itu. Sistem fisik penting karena keberadaannya, sedang sistem konseptual penting karena penggambarannya atas sistem fisik. Informasi menurut Nugroho (2008:15)adalah suatu pengetahuan yang berguna untuk pengambilan keputusan. Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan sebagai dasar pengambilan keputusan pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai informasi. Informasi yang baik adalah informasi yang akurat, tepat waktu,
32
dan relevan. Informasi merupakan data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Sistem pengolahan informasi akan mengolah data menjadi informasi atau mengolah data dari bentuk tak berguna menjadi berguna bagi yang menerimanya. Nilai informasi berhubungan dengan keputusan. Bila tidak ada pilihan atau keputusan maka informasi tidak diperlukan. Laudon & Laudon (2008:16) mengemukakan bahwa informasi merupakan data yang telah dibentuk menjadi sesuatu yang memiliki arti dan berguna bagi manusia.Sedangkan Informasi menurutMcLeod (2004:12) adalah data hasil pemrosesan yang memiliki makna, biasanya menceritakan suatu hal yang belum diketahui kepada pengguna. Berdasarkan pada definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan data yang telah diolah menjadi sesuatu yang berguna bagi penerimanya. Penerima yang dimaksudkan disini adalah penerima informasi yang benar-benar membutuhkan informasi tersebut.Informasi yang digunakan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan.
2.1.4
Pengertian Sistem Informasi Manajemen Sebelum membahas lebih jauh mengenai sistem informasi manajemen
sebaiknya kita mengetahui dahulu apa yang disebut dengan sistem informasi. Sistem informasi merupakan gabungan dari kata sistem dan informasi. Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan informasi yaitu sesuatu yang berguna dalam
33
pengambilan keputusan. Ketika kata-kata ini digabungkan maka akan memiliki makna
baru
sebagaimana
diungkapkan
oleh
Sutabri
(2004:36)
yang
mengemukakan bahwa sistem informasi adalah : “Suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporanlaporan yang diperlukan.” Menurut Laudon& Laudon (2008:15)sistem informasi didefinisikan sebagai : “Sekumpulan komponen yang saling berhubungan, mengumpulkan (atau mendapatkan), memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan dan pengawasan dalam suatu organisasi. Selain menunjang proses pengmbilan keputusan, koordinasi, dan pengawasan sistem informasi juga dapat membantu manajer dan karyawan menganalisis permasalahan, menggambarkan hal-hal yang rumit, dan menciptakan produk baru.” Pengelolaan sistem informasi tidak dapat dipisahkan dari studi manajemen bahkan dapat dikatakan bahwa pengelolaan sistem informasi merupakan faktor kunci bagi keterlaksanaan dan keberhasilan manajemen. Hal ini dapat dimengerti mengingat semua subsistem manajemen bertopang pada unsur manusia baik manajer maupun bawahan yang ditentukan dengan cara bertingkah laku perorangan dan organisasi untuk mencapai tujuan manajemen. Dalam konteks ini peran informasi sangat menentukan, sebab jika sistem manajemen hendak digerakkan secara maksimal maka perlu didukung sistem informasi yang dikelola secara baik dan benar sehingga dapat optimal hasilnya.
34
Stair dalam Al Fatta (2007:9) menjelaskan bahwa sistem informasi berbasis komputer dalam suatu organisasi terdiri dari komponen-komponen berikut: a. Perangkat keras, yaitu perangkat keras komponen untuk melengkapi kegiatan memasukkan data, memproses data, dan keluaran data. b. Perangkat lunak, yaitu program dan instruksi yang diberikan ke komputer. c. Database, yaitu kumpulan data dan informasi yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga mudah diakses pengguna sistem informasi. d. Telekomunikasi, yaitu komunikasi yang menghubungkan antara pengguna sistem dengan sistem komputer secara bersama-sama ke dalam suatu jaringan kerja yang efektif. e. Manusia, yaitu personel dari sistem informasi, meliputi manajer, analis, programer, dan operator, serta bertanggung jawab terhadap perawatan sistem. Selain kelima poin di atas, komponen yang berperan penting dalam sistem informasi adalah prosedur. Prosedur merupakan tata cara yang meliputi strategi, kebijakan, metode, dan peraturan-peraturan dalam menggunakan sistem informasi berbasis komputer. Jika kesemua komponen tersebut digabungkan maka akan membentuk satu kesatuan yang disebut dengan sistem informasi manajemen. Kertarahadi dalam Fatta (2007:9)mendefinisikan sistem informasi manajemen sebagai suatu alat untuk menyajikan informasi dengan cara sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Sedangkan menurut Davis dalam Gaol (2008:15) sistem informasi manajemen didefinisikan sebagai : “Sebuah kesatuan, sistem mesin pengguna yang terintegrasi dalam memberikan informasi untuk mendukung operasi, manajemen, dan fungsi pembuatan keputusan dalam suatu organisasi. Sistem yang dimaksud adalah sistem yang menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur manual, model yang digunakan untuk menganalisis, merencanakan, mengendalikan, dan membuat keputusan serta sebuah basis data.”
35
O’Brien dalam Gaol (2008:17) juga mendefinisikan sistem informasi manajemen sebagai : “Sebuah perpaduan/gabungan orang-orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumber daya-sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi pada sebuah organisasi. Tujuannya adalah memberikan informasi untuk pembuatan keputusan dalam merencanakan, memulai, mengatur, dan mengendalikan operasi sub-sistem dari perusahaan/organisasi dan juga untuk memberikan perusahaan sebuah sinergi dalam prosesnya.” Sedangkan menurut Nugroho (2008:16) Sistem Informasi Manajemen disingkat SIM adalah sebuah sistem informasi yang berfungsi mengelola informasi bagi manajemen organisasi yang terdiri atas elemen data, informasi, pengolah informasi dan manajer. Di dalam organisasi, SIM berfungsi baik untuk pengelolaan transaksi manajemen kontrol maupun sebagai sistem pendukung pengambilan keputusan. Di dalam pengembangan suatu SIM, ada banyak faktor yang mempengaruhi pengembangannya. Faktor inilah yang menentukan karakteristik SIM yang dibangun. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut adalah: 1. Integrasi. Dibagi dalam dua jenis yaitu sistem yang tergandeng erat dan sistem yang tergadeng lunak. Sistem yang tergandeng erat, data diupdate setiap detiknya sesuai dengan transaksi yang dilakukan. Sedangkansistem yang tergandeng lunak, proses pengupdate-an data dapat dilakukan sesekali, misalnya satuhari sekali yaitu pada sore hari ketika kegiatan penginputan data telah selesai dihari tersebut. Cara ini lebih menghemat waktu jika dibandingkan dengan sistem yang tergandeng erat. 2. Format tatap muka layar tampilanharus dibuat yang baik agar nyaman dan mudah digunakan. 3. Kekuatan kompetitor (persaingan). 4. Kualitas informasi yang dikehendaki 5. Kebutuhan sistem. Ada 6 faktor yang perlu dipertimbangkan di dalam membuat SIM: realiabilitas sistem, kemudahan, keluwesan, jadwal instalasi, harapan umur sistem, serta kemudahan dipelihara.
36
6. Pengolahan data. Ada 2 hal yang perlu dipertimbangkan: volume data yang diolah, Kecepatan komputasi yang dibutuhkan. 7. Faktor organisasi. 4 aspek yang harus diperhitungkan karena turut memengaruhi perancangan SIM yang dibuat, yaitu: a. Jenis organisasi (profit atau nonprofit). b. Model organisasi. Ada 3 model organisasi, yaitu orgaisasi model divisional yaituorganisasi di mana manajer bertanggung jawab atas semua fungsi yang ada dalam divisi yang dipimpinnya.Model fungsional model di mana manajer bertanggung jawab atas sebuah fungsi tertentu di dalam seluruh organisasi. Model matriks adalah model di mana manajer bertanggung jawab atas divisi tertentu, fungsi tertentu dan pada saat tertentu. Model divisional cocok untuk SIM yang terdesentralisasi, sedangkan model fungsional cocok untuk SIM yang tersentralisasi. c. Ukuran. d. Gaya manajemen. 8. Kebutuhan untung rugi organisasi 9. Faktor manusia yang akan mempengaruhi kecanggihan SIM 10. Masalah hukum. Berkaitan dengan hak cipta dari perangkat keras dan lunak yang dipergunakan. Sistem informasi merupakan sistem konseptual yang memakai sumber daya konseptual, data dan informasi, untuk mewakili sistem fisik yang dalam hal ini berupa organisasi. Komputer merupakan suatu sistem fisik, tetapi data dan informasi yang tersimpan di dalamnya dapat dipandang sebagai suatu sistem konseptual. Data atau informasi mewakili sistem fisik. Bagaimana data tersebut disimpan tidaklah penting. Yang penting adalah apa yang diwakili oleh data atau informasi tersebut. Oleh karena itu sistem informasi membantu pimpinan instansi untuk mendapatkan gambaran yang berkaitan dengan informasi tersebut. Informasi yang didapatkan merupakan bahan masukan penting bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan. Dalam kaitannya dengan kependudukan, data kependudukan yang terdapat di Disdukcapil diolah melalui sistem informasi manajemen yang disebut dengan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
37
(SIAK) dimana hasil dari pengolahan tersebut dapat menjadi informasi yang sangat bermanfaat untuk kepentingan lainnya. Misalnya, kita dapat mengetahui berapa banyak penduduk usia sekolah, dimana informasi tersebut dapat membantu program di Dinas Pendidikan dan instansi-instansi lainnya.
2.1.5
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Administrasi kependudukan merupakan perpaduan dari dua kata yaitu
administrasi dan kependudukan. Menurut The Liang Gie dalam Syafiie (1999:29)administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu. Sedangkan kependudukan adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Administrasi kependudukan menurut UU No. 23 Tahun 2006 adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. Pengelolaan informasi administrasi kependudukan merupakan kegiatan pengumpulan, perekaman,
38
pengelolaan dan pemutakhiran data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil untuk penerbitan dokumen penduduk, pertukaran data penduduk dalam rangka menunjang pelayanan publik, serta penyajian informasi kependudukan guna perumusan kebijakan dan pembangunan. Kependudukan
merupakan
aspek
yang
sangat
penting
dalam
pembangunan nasional, sebab penduduk merupakan obyek sekaligus subyek pembangunan. Oleh karena itu data kependudukan harus dikemas menjadi suatu keterangan yang bersifat informatif. Sistem informasi dalam pengolahan data kependudukan memang sangat diperlukan. Sistem informasi ini menjadi media pemerintah dalam membantu mengoptimalkan pengelolaan data kependudukan yang masuk dan keluar menjadi informasi yang dapat membantu pemerintah dalam kegiatan pembangunan di bidang lainnya. Media pengelolaan data kependudukan di Indonesia menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan. Menurut Peraturan Mendagri No. 25 Tahun 2011, Sistem Informasi Administrasi Kependudukan atau yang disingkat SIAK adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk
memfasilitasi
pengelolaan
informasi
administrasi
kependudukan di tingkat penyelenggara dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai satu kesatuan. Kunci item data dari SIAK adalah Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang dimiliki oleh masing-masing penduduk yang telah melakukan pencatatan biodata di instansi terkait. NIK ini merupakan NIK tunggal, dimana seorang penduduk hanya diperkenankan memiliki satu NIK yang akan digunakan dalam setiap proses administrasi kependudukan dimanapun ia
39
berada.SIAK adalah suatu aplikasi untuk mengelola kependudukan daerah, yang meliputi pengelolaan Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte Kelahiran, Hasil Sensus, dan Laporan Demografi penduduk. Aplikasi ini dapat digunakan untuk mengelola data kependudukan pada Kecamatan/ Kelurahan yang lokasinya terpisah, akan tetapi dengan berbasiskan teknologi internet dimana seluruh data dan aplikasi ditempatkan di satu titik yaitu Internet Data Center, maka integritas keseluruhan data selalu terjamin.Sistem Informasi ini berkaitan dengan data penduduk mencakup seluruh aspek kependudukan. Dipusatkan di Kabupaten dan Kota, dengan prasarana teknologi informasi SIAK dapat menangani pendataan status penduduk dengan segala perubahannya. Pada pengaplikasiannya, keberhasilan SIAK membutuhkan beberapa syarat
mendasar
yang
harus
dipenuhi,
antara
lain
(http://laely-
widjajati.blogspot.com/) : a) Teknologi informasi, yaitu bagaimana merencanakan dan memilih perangkat lunak (software), perangkat keras (komputer), dan membangun jaringan (network) yang terintegrasi dalam mengelola administrasi kependudukan. b) Sumber daya manusia yang mampu mengelola dan merawat semua peralatan tersebut di setiap distrik, supaya data selalu update dan perawatan (maintenance) peralatan berjalan dengan teratur dan sempurna, sehingga selalu dalam kondisi yang prima dalam melayani masyarakat. c) Pemerintah daerah sebagai penanggung jawab roda pemerintahan, diharapkan mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kehadiran SIAK dan memanfaatkannya secara optimal dalam perencanaan pembangunan. d) Penduduk sebagai subyek yang akan didata, sebaiknya diberikan pemahaman yang menyeluruh tentang manfaat yang terkandung dalam SIAK, sehingga ikut melancarkan proses penerapannya.
40
2.1.6
SIAK Online dan SIAK Offline Penerapan SIAK dibagi kedalam dua macam yaitu SIAK Online
(tersambung) dan SIAK Offline (tak tersambung). SIAK Online (tersambung) biasanya dilaksanakan di daerah yang tersedia fasilitas listrik, sarana komputer dan jaringan komunikasi data. Sedangkan untuk SIAK Offline (tak tersambung) dilaksanakan pada daerah-daerah yang kabupatennya tidak tersedia jaringan komunikasi data atau kabupaten yang sebagian atau seluruh kecamatannya tidak tersedia jaringan komunikasi data. Hasibuan (2007) menjelaskan bahwa SIAK Online atau Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Online adalah sistem informasi atau aplikasi yang ditujukan untuk memfasilitasi pelayanan bidang administrasi kependudukan (capil, dafduk dan pendayagunaan infoduk). SIAK Online didesain sebagai aplikasi terpusat (centralized application) yang akan diakses dari TPDK (Tempat Perekaman Data Kependudukan) yang direncanakan berbasis di Kecamatan di seluruh Indonesia. SIAK online berfungsi sebagai perekam dan pencetak data penduduk dan juga berfungsi sebagai buku laporan. SIAK online iniberbasis Web sehingga praktis memiliki requirement yang minimal untuk TPDK agar dapat menggunakan SIAK, yaitu Web Browser (contoh: Internet Explorer).Infrastruktur SIAK online dirancang menggunakan VPN dial, yang melakukan koneksi secara synchcronous dari TPDK ke Pusat (Data center Adminduk) dan sebaliknya. Jenis koneksi ini lebih banyak membutuhkan biaya operasional karena harus selalu mempertahankan koneksi antara kecamatan dan pusat. Kelemahan lain dari sistem online ini adalah koneksi dapat terputus secara tiba-tiba ketika server atau alat
41
lainnya mengalami kerusakan sehingga mengakibatkan proses transaksi menjadi terhambat. Ketika koneksi terputus maka proses harus dimulai dari awal kembali. SIAK Offline berbasis Web sehingga diakses menggunakan browser. Aplikasi SIAK offline ini berada ditingkat kabupaten/kota dan propinsi. Offlinepada kabupaten/kota berfungsi sebagai perekam data (pendaftaran penduduk maupun pencatatan sipil) dan pencetak data penduduk sedangkan offline propinsi berfungsi sebagai buku laporan. Karena sifatnya yang offline antara kabupaten/kota dengan propinsi, komunikasi yang dilakukan adalah dengan cara mempertukarkan media penyimpanan data secara fisik seperti disket, CD maupun media penyimpanan lainnya. Proses pertukaran data dapat dilakukan setiap hari atau minggu atau setiap bulan tergantung dari kebutuhan data tersebut.
2.1.7
Tujuan SIAK SIAK dikembangkan untuk mengintegrasikan penyelenggaraan Sistem
Administrasi Kependudukan secara nasional, melalui pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta pengoperasian aplikasi SIAK yang tersebar di berbagai wilayah, guna terwujudnya tertib administrasi kependudukan dan pusatpusat data basis (database) kependudukan di Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan, pengelolaan administrasi kependudukan bertujuan untuk: 1. Peningkatan kualitas pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
42
2. Penyediaan data untuk perencanaan pembangunan dan pemerintahan. 3. Penyelenggaraan pertukaran data secara tersistem dalam rangka verifikasi data individu dalam pelayanan publik. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dijelaskan bahwa Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dimaksudkan untuk : 1. Terselenggaranya administrasi kependudukan dalam skala nasional yang terpadu dan tertib 2. Terselenggaranya administrasi kependudukan yang bersifat universal, permanen, wajib, dan berkelanjutan 3. Terpenuhinya hak penduduk di bidang administrasi kependudukan dengan pelayanan yang profesional 4. Tersedianya data dan infromasi secara nasional mengenai pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan pembangunan pada umumnya. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari adanya penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) adalah untuk mewujudkan tertib administrasi kependudukan dengan melibatkan aparat pemerintah dan masyarakat selaku obyek dalam suatu pembangunan.
43
2.2 Kerangka Berfikir Dari pembahasan teori yang telah dijabarkan sebelumnya, peneliti membuat alur pemikiran dalam penelitian ini yang digambarkan dalam kerangka berfikir. Kerangka berfikir berisi tentang permasalahan penelitian dari hasil identifikasidi lapangan yang dikaitkan dengan teori yang berhubungan dengan permasalahan tersebut. Pemanfaatan
teknologi
informasi
dalam
lingkungan
pemerintah
selayaknya dapat meningkatkan efisiensidan efektivitas kerja pemerintah. Sistem informasi administrasi
kependudukan (SIAK)
yang dikembangkan oleh
Kemendagri pada dasarnya adalah untuk mewujudkan tertib administrasi kependudukan. SedangkanUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan diharapkan mampu mengatasi segala permasalahan kependudukan yang terjadi. Namun pada realisasinya penerapan SIAK di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang dihadapkan pada beberapa kendala yaitu : sumber daya manusia yang kurang memiliki pengetahuan dalam bidang teknologi informasi, kurang adanya pengembangan pada jaringan telekomunikasi yang menyebabkan jaringan SIAK masih sering mengalami gangguan terutama ketika cuaca buruk, tidak diterapkannya standar operasional prosedur (SOP) pada pelayanan administrasi kependudukan, serta kurangnya kesadaran masyarakat akan perntingnya pelaporan peristiwa kependudukan, perubahan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk dan keluarganya yang mengakibatkan pada ketidakvalidan data kependudukan di Kota Tangerang.
44
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan instansi yang berwenang
dalam
penyelenggaraan
administrasi
kependudukan
dengan
memanfaatkan aplikasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Berdasarkan pada permasalahan yang terjadi maka penelitian ini adalah mengenai Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Karena penelitian ini berkaitan dengan sistem informasi manajemen maka penelitian dilakukan dengan menggunakan indikator evaluasi sistem informasi Model DeLone dan McLean guna mengukur Berapa besar penerapan aplikasi ini diterapkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Sub dimensi dari indikator tersebut antara lain kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan, intensi memakai/pemakaian, kepuasan pemakai, dan manfaat bersih.
45
Gambar 2.4 Kerangka Berfikir Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Kota Tangerang
Masalah yang timbul dalam penerapan SIAK : 1. Sumber daya manusia kurang memiliki pengetahuan dalam bidang teknologi informasi 2. Kurang adanya pengembangan pada jaringan telekomunikasi yang menyebabkan jaringan SIAK masih sering mengalami gangguan terutama ketika cuaca buruk 3. Tidak diterapkannya standar operasional prosedur (SOP) pada pelayanan administrasi kependudukan 4. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam melaporkan peristiwa kependudukan
Evaluasi Sistem Informasi Model DeLone & McLean: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kualitas Sistem Kualitas Informasi Kualitas Pelayanan Intensi Penggunaan Kepuasan Pemakai Manfaat Bersih
Sumber: Nugroho (2008:193)
Terwujudnya Tertib Administrasi Kependudukan
46
2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti telah melakukan pengamatan awal terhadap objek penelitian. Oleh sebab itu peneliti merumuskan hipotesis nol (H0)sebagai berikut : “Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang kurang dari atau sama dengan 70%” H0 : µ ≤ 70%
Ha : Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang lebih dari 70% Ha : µ > 70%
47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2009:2) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional (masuk akal), empiris (dapat diamati), dan sistematis (logis). Dalam penelitian mengenai Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan SipilKota Tangerang ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel evaluasi sistem informasi Model Kesuksesan DeLone dan Mc Lean yang terdiri dari enam indikator antara lain kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan, intensi memakai, kepuasan pemakai dan manfaat bersih. Penelitian kuantitatif menurut Irawan (2006:101) lebih menekankan kepada keakuratan deskripsi setiap variabel dan keakuratan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.Sedangkan metode deskriptif menurut Whitney dalam Nazir (2005:54) adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian tidak hanya memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.
48
3.2 Instrumen Penelitian Sugiyono mengungkapkan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (2009:102). Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel evaluasi sistem informasi Model DeLone dan McLean. Tabel. 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel
Indikator 1. Kualitas Sistem
Sub Indikator
No. Item
Kemudahan untuk digunakan
1,2,3,4,5,6,7
(ease of use)
,8
Kecepatan akses (response time)
Evaluasi Sistem
Keandalan sistem (reliability)
Informasi Model
Fleksibilitas sistem
Kesuksesan
(flexibility)
DeLone & McLean (Nugroho, 2008: 192)
Keamanan sistem (security)
Kelengkapan (completeness)
9,10,11,12,
Relevan (relevance)
13
Akurat (accurate)
Ketepatan waktu (timeliness)
3. Kualitas Pelayanan
Hardware dan software yang
14,15,16,17,
up to date (tangible)
18,19
2. Kualitas Informasi
Kecepatan respon (responsiveness)
Jaminan (assurance)
Empati (emphaty)
49
Evaluasi Sistem 4. Intensi Informasi Model
Frequency of use
20,21
Efisiensi
22,23,24,25
Penggunaan
Kesuksesan
5. Kepuasan Pemakai
DeLone &
Keefektifan
McLean
Kepuasan
Manfaat individual
26,27,28,29,
Manfaat organisasi
30
Manfaat masyarakat
(Nugroho, 2008: 6. Manfaat Bersih 192)
Untuk skala pengukuran instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Fenomena sosial yang ditetapkan secara spesifik selanjutnya disebut sebagai vaiabel penelitian. Dengan skala ini maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel untuk kemudian variabel tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban dari setiap item pernyataan atau pertanyaan instrumen tersebut kemudian diberi skor seperti berikut: Tabel 3.2 Skor Dalam Penelitian Jawaban
Skor
Keterangan
SS
4
Sangat Setuju
S
3
Setuju
TS
2
Tidak Setuju
STS
1
Sangat Tidak Setuju
50
3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 3.3.1 Uji Validitas Menurut Jogiyanto (2008:168) validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya mencapai sasaran. Validitas juga berhubungan dengan tujuan dari pengukuran. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar. Alat ukur yang tidak valid adalah yang memberikan hasil ukuran menyimpang dari tujuannya. Penyimpangan ini disebut dengan kesalahan (error) atau varian. Pengujian validitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi pearson product moment
rxy
𝑛∑𝑥𝑦 – (∑𝑥)(∑𝑦)
=
√{𝑛∑𝑥 2 − (∑𝑥 2 )}{𝑛∑𝑦 2 − (∑𝑦 2 )} Keterangan : r
= Koefisien korelasi product moment
∑x = Jumlah skor dalam sebaran x ∑y = Jumlah skor dalam sebaran y ∑xy = Jumlah hasil kali skor x dan y yang berpasangan ∑x 2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x ∑y2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y n
= Jumlah sampel Rumus korelasi pearson product moment di atas diterapkan pada
tiap-tiap instrumen yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada angket. Hasil r hitung dari uji validitas kemudian dibandingkan dengan r tabel
51
dengan ketentuan bahwa instrumen dinyatakan valid jika r hitung > r tabel dan dinyatakan tidak valid jika r hitung < r tabel. 3.3.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan suatu pengukur yang menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari suatu instrumen yang mengukur suatu konsep. Besarnya tingkat reliabilitas ditunjukkan oleh nilai koefisiennya, yaitu koefisien reliabilitas. Uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. ∑α b2
k r11
=
1− k−1
α12
Keterangan : r11
= Reliabilitas instrumen
k
= Banyaknya butir pertanyaan
∑α b2
= Jumlah varian butir
α12
= Varian total
3.4 Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai yang terkait langsung dalam penerapan SIAK terdiri dari pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang pada Bidang Pengolahan Data dan Informasi yang berjumlah 10 orang serta pegawai kecamatan Seksi Pemerintahan selaku operator SIAK di kecamatan sebanyak 13 orang.
52
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel jenuh. Menurut Sugiyono (2009:85) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan ketika jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Maka dengan demikian yang menjadi sampel responden dalam penelitian ini sebanyak 23 orang yang terdiri dari seluruh pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang serta operator SIAK di kecamatan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam suatu penelitian dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti wawancara, observasi, dan kuesioner. Lain halnya dengan penelitian kualitatif yang menekankan pada wawancara di dalam penelitiannya, pada penelitian kuantitatif pengumpulan data dilakukan dengan cara membuat kuesioner (angket) yang diisi oleh responden penelitian. Sugiyono (2009:142) mengungkapkan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner cocok digunakan apabila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet. Karena penelitian ini dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas yaitu hanya pada dinas dan
53
kecamatan maka kuesioner diantarkan langsung pada respoden. Dengan adanya kontak langsung antara peneliti dan responden diharapkan dapat menciptakan kondisi yang cukup baik dalam proses pengumpulan data.
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan data merupakan kegiatan yang dimulai dari penataan data mentah sampai dengan data siap untuk dianalisis. Beberapa kegiatan teknis yang berhubungan dengan pengolahan data menurut Irawan (2006:178) adalah sebagai berikut : 1. Penataan data mentah Penataan data mengacu kepada kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatur dan mengorganisasikan (secara fisik) data mentah yang terkumpul dari lapangan. Pada tahap penataan data ini, peneliti sama sekali belum “masuk” ke segi-segi substansi dari data tersebut, tetapi benar-benar terbatas pada segi “fisik” dari data-data atau sumber data. 2. Editing data Tahap ini mengacu pada kegiatan persiapan data sebelum dianalisis. Peneliti melakukan penelitian awal terhadap data untuk meyakinkan agar data tersebut tidak mengandung kesalahan atau cacat dengan cara melihat secara cermat apakah ada kuisioner yang salah diisi oleh responden, ada halaman yang hilang, atau ada poin-poin penting yang terlewatkan.
54
3. Koding data Koding data adalah kegiatan pembuatan kode-kode (dalam bentuk angka) yang mewakili (merepresentasikan) data-data tertentu. 4. Tabulasi data Tabulasi data adalah untuk mengetahui frekuensi jawaban responden dengan cara menyusun jawaban responden berdasarkan bobot nilai dalam bentuk tabel yang ditetapkan. Tahap selanjutnya dari pengolahan data yaitu analisis data. Analisis data sifatnya adalah untuk mentransformasikan data menjadi informasi.
3.6.1 Uji t-test Uji t-test digunakan untuk menjawab hipotesis deskriptif yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk menganalisis penerapan sistem informasi administrasi kependudukan di Kota Tangerang, maka dalam pengujian hipotesis deskriptif digunakan uji t-test untuk satu sampel atau satu variabel. Berikut rumus uji t-test satu sampel :
t =
x̅−µo s √n
Keterangan : t = nilai t yang dihitung x̅ = nilai rata-rata µo = nilai yang dihipotesiskan s = simpangan baku sampel n = jumlah anggota sampel
55
3.6.2 Uji Pihak Kanan Dalam menguji suatu hipotesis, yang kita uji adalah hipotesis nol (H0). Hipotesis nol ini bisa diterima atau ditolak, tergantung pada standar yang digunakan untuk menerima/menolak. Pada penelitian sosial tingkat signifikansi 0,05 dimana daerah penerimaan H0 adalah 95% dan daerah penolakan H0 adalah 5%. Pada uji satu sisi daerah penolakan tersebut dapat terletak di sebelah kanan atau sebelah kiri dan besarnya 5%. Hipotesis dalam penelitian Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administasi Kependudukan (SIAK) di Kota Tangerang adalah sebagai berikut : Hipotesis nol
: Penerapan SIAK di Disdukcapil Kota Tangerang kurang dari atau sama dengan 70%.
Hipotesis alternatif
: Penerapan SIAK di Disdukcapil Kota Tangerang lebih dari 70%.
H0 : µ ≤ 70% Ha : µ > 70% Dengan melihat hipotesis tersebut, maka pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji pihak kanan. Uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (H0) berbunyi “lebih kecil atau sama dengan (≤)” dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “lebih besar (>).
56
3.7 Tempat dan Waktu Penelitian 3.7.1 Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang serta kecamatankecamatan yang ada di Kota Tangerang. 3.7.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi penerapan Sistem Informasi
Administrasi
Kependudukan
di
Kota
Tangerang
setelah
ditemukannya masalah-masalah yang telah dijabarkan sebelumnya. Adapun waktu penelitian ini dimulai dari Februari 2012 hingga Februari 2015.
Pengajuan judul
Observasi awal
Penyusunan dan bimbingan proposal
Seminar proposal
Revisi dan Penelitian lapangan
Analisis data
Sidang skirpsi
Revisi skripsi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Nama Kegiatan
1.
No Feb ‘12 Mar
Apr ’12 – Mar ’13
Apr
Mei ’13 – April ‘14
Waktu Penelitian
Jadwal Penelitian
Tabel 3.3
Mei ’14-Feb ‘15
Mei ‘15
57
58
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang Kota Tangerang merupakan salah satu wilayah yang termasuk kedalam Propinsi Banten. Dahulu Kota Tangerang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tangerang yang kemudian dibentuk sebagai kotamadya melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang pada tanggal 28 Februari 1993. Secara geografis terletak pada posisi 106°36′ – 106°42′ Bujur Timur (BT) dan 6°6ʹ – 6° Lintang Selatan (LS), dan memiliki luas wilayah sekitar 18.378 Ha. Hampir keseluruhan wilayah Kota Tangerang dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Tangerang, sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan DKI Jakarta. Letak
Kota Tangerang
yang dekat
dengan DKI Jakarta
menjadikannya sebagai salah satu kota penyangga Ibukotayang termasuk ke dalam wilayah Jabodetabek. Pada pertengahan tahun 2013, jumlah penduduk Kota Tangerang mencapai 1.790.940 jiwa. Penduduk tersebut tersebar di dalam wilayah-wilayah administrasi Kota Tangerang. Wilayah administrasi Kota Tangerang terbagi kedalam13 kecamatan, 104 kelurahan yang terdiri dari 931 RW dan 4.587 RT. Kecamatan tersebut antara lain: 1. Kecamatan Tangerang 2. Kecamatan Jatiuwung
59
3. Kecamatan Batu Ceper 4. Kecamatan Benda 5. Kecamatan Cipondoh 6. Kecamatan Ciledug 7. Kecamatan Karawaci 8. Kecamatan Periuk 9. Kecamatan Cibodas 10. Kecamatan Neglasari 11. Kecamatan Pinang 12. Kecamatan Karang Tengah 13. Kecamatan Larangan.
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Dalam penelitian tentang Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, peneliti memusatkannya pada lokus penelitian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang serta SKPD yang ada di kecamatan. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Tangerang dan melaksanakan tugas unit kerjanya berdasarkan pada Peraturan Walikota Tangerang Nomor 29 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, serta
60
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. Sebelum menjelaskan lebih jauh mengenai fokus penelitian, peneliti akan memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai beberapa istilah dalam administrasi kependudukan berdasarkan UU No. 23 Tahun 2006, yaitu :
Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Dinas yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
Pendaftaran
penduduk
adalah
pencatatan
biodata
penduduk,
pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk
rentan
administrasi
kependudukan
serta
penerbitan
dokumen kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.
61
Peristiwa kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penertiban atau perubahan kartu keluarga, katu tanda penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
Nomor Induk Kependudukan (NIK) adalah nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk indonesia.
Kartu Keluarga (KK) adalah kartu identitas keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.
Kartu Tanda Penduduk (KTP adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang berlaku di wilayan Indonesia.
Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang dalam register pencatatan sipil.
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
memfasilitasi
pengelolaan
informasi
administrasi
kependudukan di tingkat penyelenggara dan dinas sebagai satu kesatuan.
Database adalah kumpulan berbagai jenis data kependudukan yang tersimpan secara sistematik, terstruktur dan saling berhubungan
62
dengan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan komunikasi data. 4.1.2.1
Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi DinasKependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Tangerang adalah sebagai berikut : 1. Kedudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang merupakan salah satu dinas yang berkedudukan sebagai dinas yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil. 2. Tugas Pokok Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang kependudukan dan pencatatan sipil berdasarkan asas otonomi dan melaksanakan tugas pokok dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang administrasi kependudukan. 3. Fungsi Fungsi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang adalah, sebagai berikut : a. Perumusan kebijakan teknis urusan kependudukan dan pencatatan sipil
63
b. Penyelenggaraan
pengendalian
dan
teknis
operasional
kependudukan dan pencatatan sipil c. Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan d. Pelaksanaan tugas teknis pendataan dan pengolahan data kependudukan e. Pelaksanaan tugas teknis pencatatan sipil f. Pelaksanaan pembinaan dan pengendalian penduduk g. Pelaksanaan teknis administratif meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, sarana prasarana, serta administrasi perlengkapan h. Melaksanakan koordinasi dengan lintas sektor i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
4.1.2.2
Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Dinas Kependudkan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang
memiliki visi sebagai berikut : “ Terlaksananya Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang Tertib, Cepat dan Tepat “ Visi tersebut mengandung makna sebagai berikut : 1. Rangkaian
kegiatan
penataan
dan
penertiban
dokumen
kependudukan melalui pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil
64
serta pengelolaan sebagai informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah khususnya dalam bidang kependudukan 2. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang harus mampu
melayani
secara
tertib,
cepat
dan
tepat
dengan
mengoptimalkan segala potensi yang ada pada Dinas, dengan tujuan memberikan kepuasan kepada masyarakat Kota Tangerang dalam hal kepemilikan dokumen kependudukan. Guna mewujudkan visi yang telah dikemukakan sebelumnya, dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang menetapkan misi yang harus dijalankan, antara lain : 1. Melaksanakan Peningkatan Manajemen Perkantoran. Misi ini mengandung makna bahwa setiap pengelolaan manajemen keuangan maupun manajemen perkantoran harus ada peningkatan kearah yang lebih baik, sehingga diharapkan tidak lagi terjadi adanya temuan-temuan dari pengawas internal, tertib administrasi mengacu ketentuan aturan yang ada, orientasi kinerja mengarah kepada sistem terukur dan terkendali untuk menuju kinerja berwawasan profesionalisme, proporsional dan akuntabel. 2. Melaksanakan Pengelolaan dan Pengembangan Informasi Data Kependudukan.
Mengandung
makna
bahwa
dalam
rangka
terlaksananya pelayanan administrasi kependudukan secara online sebagaimana yang diamanahkan oleh Undang-undang No.23 Tahun 2006,
tentunya
diperlukan
adanya
pemeliharaan
jaringan
65
komunikasi dan sistemnya demi kesinambungan, kelancaran dan ketertiban pelayanan administrasi kependudukan, masyarakat harus mendapatkan pelayanan yang cepat, mudah, murah, dan akurat. 3. Melaksanakan Pelayanan Pendaftaran, Mutasi dan Pengendalian Penduduk. Mengandung makna bahwa masih banyaknya warga masyarakat Kota Tangerang yang belum taat/patuh aturan hukum, perlu diadakan pendataan dan pendaftaran penduduk guna terlaksanana tertib administrasi kependudukan. Hal ini disebabkan data penduduk yang ada masih belum optimal, sehingga menyulitkan
didalam
pengambilan
kebijakan
perencanaan
pembangunan. 4. Melaksanakan Pelayanan Akta Pencatatan Sipil. Mengandung makna bahwa diperlukannya tertib administrasi, penataan dan penertiban akta pencatatan sipil dalam rangka pelayanan kepada masyarakat secara maksimal, peningkatan pelayanan kepada masyarakat dengan dukungan dokumen pendokumentasian secara sistematis akan sangat mempermudah percepatan proses pelayanan kepada masyarakat sebagai cerminan profesionalitas aparat dinas.
4.1.2.3
Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 Tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Tangerang,
66
maka struktur organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terdiri dari : a. Kepala Dinas b. Sekretaris, membawahi : 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 2. Sub Bagian Keuangan 3. Sub Bagian Perencanaan c. Bidang Pengolahan Data dan Informasi, membawahi : 1. Seksi Pendataan Penduduk 2. Seksi Pengolahan Data dan Jaringan Komunikasi 3. Seksi Penyajian Informasi Kependudukan d. Bidang Pengendalian Penduduk : 1. Seksi Pendaftaran Penduduk 2. Seksi Mutasi Penduduk 3. Seksi Pengendalian Penduduk e. Bidang Pencatatan Sipil : 1. Seksi Kelahiran dan Kematian 2. Seksi Perkawinan dan Perceraian 3. Seksi Pemeliharaan dan Penataan Dokumen
Untuk lebih jelasnya berikut gambaran struktur organisasi yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
67
KEPALA DINAS H. Erlan Rusnarlan, SH
SEKRETARIAT Drs. H. Ahsan Annahar, MM
SUB. BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN Tuti Alawiyah, MAP
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SUB. BAGIAN KEUANGAN Rini Hartini, S.Sos
SUB. BAGIAN PERENCANAAN Henry Dwi Kirana Putra, SE
BIDANG PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI Drs. Soetan Sjahdan Alamsyah
BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK Drs. Wawan Kuswanto, M.Si
Hj. Emma Rahmawati R, M.Si
SEKSI PENDATAAN PENDUDUK
SEKSI PENDAFTARAN PENDUDUK Darma Budi Mulia, SH
SEKSI KELAHIRAN DAN KEMATIAN Gunawan Subandi, S.Sos
SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN JARINGAN KOMUNIKASI Mohamad Muflih Sutisna, SSTP
SEKSI MUTASI PENDUDUK Dede Purnama Alam, SSTP
SEKSI PERKAWINAN DAN PERCERAIAN Nina Ressy Agustina, S.Sos
SEKSI PENYAJIAN INFORMASI KEPENDUDUKAN Mutmainah, S.Kom
SEKSI PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KOORDINASI Hj. Indrani Novalenty, ST, MM
SEKSI PEMELIHARAAN DAN PENATAAN DOKUMEN Yadi Teguh Heryadi, S.Sos, M.Si
Drs. A. Juwaeni
BIDANG PENCATATAN SIPIL
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang
4.1.2.4
Kelembagaan SIAK dan Pengaturan Hak Akses Pengelola sistem informasi administrasi kependudukan merupakan
petugas yang pekerjaannya berkaitan dengan pemanfaatan SIAK seperti pengelola, teknisi, hingga operator. A.
Tingkat kota terdiri dari
68
i.
Supervisor Perizinan, mempunyai tugas khusus mengusulkan pengguna hak akses tingkat kota (Supv aplikasi dan opr) dan kecamatan (supv dan opr) pada Ditjen Adminduk. Tugas, fungsi, dan kewenangan :
Meneruskan dan membatalkan usulan pengguna hak akses tingkat kota dan kecamatan
Membuat usulan pengguna hak akses tingkat kota dan kecamatan
Atas nama Walikota, Supv perijinan mengirim usulan pengguna hak akses tingkat kota dan kecamatan ke Ditjen Adminduk
ii.
Menerima dan mendistribusikan usulan yang disetujui.
Supervisor Aplikasi Pendaftaran Penduduk WNA, mempunyai tugas khusus mengawasi proses entri data pendaftaran penduduk WNA. Tugas, fungsi, dan kewenangan :
Memberikan persetujuan perubahan biodata penduduk WNA
Memberikan
persetujuan
pencetakan
dokumen
mengendalikan operator
Melaporkan ke pusat apabila terjadi kerusakan system
Mengarahkan dan mengawai kinerja operator.
dan
69
iii.
Supervisor Aplikasi Pencatatan Sipil, mempunyai tugas khusus mengawasi proses entri data dan pencatatan sipil. Tugas, fungsi dan kewenangan :
Memberikan persetujuan perubahan data dan pencatatan sipil
iv.
Memberikan pesetujuan pencetakan dokumen
Mengendalikan operator
Melaporkan ke pusat apabila terjadi kerusakan system
Mengarahkan dan mengawasi kinerja operator
Mengaktifkan kembali hak akses yang bermasalah.
Administrator
Database,
secara
terus
menerus
memantau
pengoperasionalan database. Tugas, fungsi dan kewenangan :
Menyelesaikan
permasalahan
dalam
operasionalisasi
database v.
Memonitor backup dan recovery dari data SIAK setiap hari.
Teknisi Perangkat Keras, mempunyai tugas khusus dalam penanganan trouble shooting ringan pada perangkat keras.
vi.
Operator Pendaftaran Penduduk WNA, mempunyai tugas khusus dalam entri data dalam pelayanan pendaftaran penduduk. Tugas, fungsi dan kewenangan :
Melakukan kegiatan entri
Mencetak dokumen dengan persetujuan supervisor aplikasi
Memelihara semua perangkat
70
vii.
Memberikan informasi data statistik
Mengatasi kerusakan teknis
Operator Pencatatan Sipil, mempunyai tugas khusus dalam entri data pencatatan sipil (kelahiran, kematian, perkawinan, dan perceraian). Tugas, fungsi dan kewenangan :
Melakukan kegiatan entri data pencatatan sipil yang telah divalidasi
Mencetak dokumen pencatatan sipil atas persetujuan supv aplikasi pencatatan sipil
viii.
Memelihara semua perangkat
Mengatasi kerusakan teknis.
Operator Layanan Data dan Informasi, mempunyai tugas dalam pemanfaatan data-data agregat kependudukan. Tugas, fungsi dan kewenangan :
Mengakses dan menginformasikan data agregat tentang kependudukan atas perintah atasan
Memberikan pelayanan informasi data agregat tentang kependudukan
Menyimpan arsip-arsip yang berkaitan dengan data agregat kependudukan.
B. Tingkat kecamatan terdiri dari i.
Supevisor Aplikasi, mempunyai tugas khusus mengawasi proses entri data. Tugas, fungsi dan kewenangan :
71
ii.
Memberikan persetujuan perubahan biodata penduduk WNI
Memberikan persetujuan pencetakan dokumen
Mengendalikan operator
Melaporkan ke pusat apabila terjadi kerusakan system
Mengarahkan dan mengawasi kinerja operator
Mengaktifkan kembali hak akses yang bermasalah.
Operator Pendaftaran Penduduk WNI, mempunyai tugas khusus dalam entri data penduduk WNI. Tugas, fungsi dan kewenangan :
iii.
Melakukan kegiatan entri
Mencetak dokumen dengan persetujuan supervisor aplikasi
Memelihara semua perangkat
Memberikan informasi data statistik
Mengatasi kerusakan teknis.
Operator Pencatatan Sipil, mempunyai tugas khusus dalam entri data Pencatatan Sipil (Kelahiran dan Kematian). Tugas, fungsi dan kewenangan :
Melaksanakan entri dan pengiriman data kelahiran dan kematian ke pusat
Membuat Surat Keterangan Lahir Mati
Membuat laporan kelahiran dan kematian
Memelihara semua perangkat
Mengatasi kerusakan teknis.
72
4.2 Pengujian Instrumen Penelitian 4.2.1 Uji Validitas Instrumen Uji validitas merupakan langkah untuk menguji kelayakan butirbutir pertanyaan yang digunakan dalam penelitian. Kelayakan tersebut berkenaan dengan sah atau tidaknya suatu pertanyaan pada kuisioner yang dijadikan sebagai alat ukur penelitian. Pengujian validitas instrumen menggunakan rumus korelasi pearson product momentyang dibantu dengan SPSS Statistics versi 17.0. Rumus Pearson Product Moment yaitu :
rxy
𝑛∑𝑥𝑦 – (∑𝑥)(∑𝑦)
=
√{𝑛∑𝑥 2 − (∑𝑥 2 )}{𝑛∑𝑦 2 − (∑𝑦 2 )} Dari hasil penghitungan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment di atas yang dibantu dengan SPSS Statistics versi 17.0, didapatkan hasil r hitung tiap-tiap item pertanyaan. Dengan korelasi product moment n = 23 dan tingkat kesalahan 5% didapat r tabel = 0,413, maka berikut hasil uji validitas instrumennya. Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen/Pertanyaan No. Item
Koefisien Korelasi (rhitung)
rtabel
Keterangan
1 2 3
0,651 0,576 -0,318
0,413 0,413 0,413
Valid Valid Tidak Valid
4 5
0,515 0,590
0,413 0,413
Valid Valid
6 7
0,506 0,828
0,413 0,413
Valid Valid
73
8
0,818
0,413
Valid
9 10 11
0,687 0,746 0,702
0,413 0,413 0,413
Valid Valid Valid
12 13
0,708 0,245
0,413 0,413
Valid Tidak Valid
14
0,705
0,413
Valid
15
0,692
0,413
Valid
16
0,642
0,413
Valid
17
0,762
0,413
Valid
18 19
0,586 0,116
0,413 0,413
Valid Tidak Valid
20 21
0,735 0,539
0,413 0,413
Valid Valid
22 23 24
0,792 0,624 0,540
0,413 0,413 0,413
Valid Valid Valid
25 26 27 28
0,231 0,586 0,796 0,441
0,413 0,413 0,413 0,413
Tidak Valid Valid Valid Valid
29
0,335
0,413
Tidak Valid
30 0,685 0,413 Sumber: Peneliti, Output SPSS 17.0 yang diolah, 2014
Valid
Kriteria yang digunakan yaitu jika r hitung > r tabel, maka instrumen dinyatakan valid dan jika r hitung < r tabel, maka instrumen dinyatakan tidak valid. Berdasarkan tabel hasil uji validitas di atas dapat diketahui bahwa terdapat 25 item instrumen yang dinyatakan valid karena memiliki skor di atas 0,413. Sedangkan 5 item instrumen lainnya dengan skor di bawah 0,413 dinyatakan tidak valid. Item instrumen yang dinyatakan tidak valid tersebut dapat dibuang/dihilangkan dan tidak perlu diganti karena indikatornya dapat terukur dari instrumen lainnya.
74
4.2.2 Uji Reliabilitas Instrumen Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui kehandalan suatu instrumen atau alat ukur. Pengujian reliabilitas hanya dapat dilakukan pada instrumen yang dinyatakan valid, sedangkan instrumen yang tidak dinyatakan valid tidak dapat diuji reliabilitasnya. Uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha dengan bantuan SPSS Statistics versi 17.0. Rumus Cronbach’s Alpha : ∑α b2
k r11
=
1− α12
k−1
Sementara itu diketahui bahwa jika nilai alpha lebih besar dari r tabel, maka item-item instrumen dinyatakan reliabel dan jika nilai alpha lebih kecil dari r tabel maka instrumen dinyatakan tidak reliabel. Dari hasil perhitungan uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini didapatkan nilai alpha cronbach sebesar 0,938. Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .938
25
Sumber: Peneliti, Output SPSS 17.0 yang diolah, 2014
75
Nilai alpha didapat dari hasil pengujian 25 item pertanyaan bukan 30 karena 5 item pertanyaan lainnya dinyatakan tidak valid pada pengujian validitas sebelumnya, sehingga tidak dapat diikutsertakan pada uji reliabilitas. Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa nilai alpha sebesar 0,938. Nilai ini lebih besar dari r tabel yaitu 0,413. Jadi dengan melihat nilai alpha 0,938 > r tabel 0,413 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini.
4.3 Deskripsi Data 4.3.1 Identitas Responden Responden dalam penelitian ini merupakan pegawai yang secara langsung menggunakan serta memanfaatkan sistem informasi administrasi kependudukan dalam kegiatan pekerjaannya. Pegawai yang menggunakan SIAK disebut sebagai operator SIAK. Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, SIAK banyak digunakan olehoperator yang melaksanakan penginputan data pada bidang Pengolahan Data dan Informasi. Pada bidang ini terdapat 10 orang operator yang membantu dalam pelayanan administrasi kependudukan. Selain di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, di kecamatan juga terdapat operator SIAK yang diambil sebagai sampel penelitian. Karena Kota Tangerang memiliki 13 Kecamatan, maka operator kecamatan yang dijadikan sebagai sampel penelitian berjumlah 13 orang. Jadi, keseluruhan responden yang terdapat penelitian ini adalah 23
76
orang.Pengambilan sampel mengunakan teknik sampel jenuh dikarenakan jumlah responden yang kurang dari 30 orang. Dalam pengisian kuisioner, responden diminta untuk mengisi identitas diri guna menunjang data penelitian. Identitas yang diminta meliputi jenis kelamin, usia, dan pendidikan terakhir responden.
Diagram 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
22%
78%
Laki-laki Perempuan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Diagram 4.1 menunjukkan bahwa dari responden yang berjumlah 23 orang, terdapat responden laki-laki sebesar 78% atau sebanyak 18 orang dan responden perempuan sebesar 22% atau sebanyak 5 orang. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini adalah laki-laki.
77
Diagram 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia
22% 43%
35%
21-30 th 31-40 th >40 th
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Pada diagram 4.2 terlihat bahwa usia pegawai yang menjadi responden dalam penelitian ini dibagi kedalam tiga kategori yaitu kelompok usia 21-30 tahun, 31-40 tahun, dan lebih dari 40 tahun. Diagram 4.2 menunjukkan reponden usia 21-30 tahun sebesar 43% atau sebanyak 10 orang, responden usia 31-40 tahun sebesar 35% atau sebanyak 8 orang, dan responden usia >40 tahun sebesar 22% atau sebanyak 5 orang.Berdasarkan data tersebut responden usia 21-30 tahun lebih banyak dibandingkan dengan responden usia 31-40 tahun dan usia >40 tahun, sehingga dapat diketahui bahwa mayoritas pegawai yang menjalankan aplikasi SIAK adalah pegawai dengan usia 21-30 tahun.
78
Diagram 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
26%
57% 17% SLTA/Sederajat DIPLOMA 3 S1
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Diagram 4.3 menjelaskan bahwa responden dalam penelitian ini terdiri dari responden dengan berbagai macam tingkat pendidikan. Responden dengan pendidikan berlatar SLTA/Sederajat adalah sebesar 26% atau berjumlah 6 orang. Responden dengan latar pendidikan Diploma 3 (D3) sebesar 17% atau berjumlah 4 orang, dan responden dengan latar pendidikan Strata 1 (S1) sebesar 57% atau berjumlah 13 orang. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang bekerja dalam bidang ini adalah pegawai dengan latar pendidikan Strata 1 (S1).
4.3.2 Analisis Data Analisis data merupakan proses pendeskripsian data dari hasil penyebaran kuisioner kepada pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan
79
Sipil serta operator kecamatan di Kota Tangerang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan pegawai terhadap sistem informasi administrasi kependudukan yang digunakan dalam kegiatan pekerjaan mereka. Adapun untuk lebih jelasnya, peneliti menguraikannya dalam bentuk diagram yang disertai dengan pemaparan dan hasil kesimpulan jawaban berdasarkan pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner yang dibagikan kepada pegawai selaku sampel penelitian. Kuisioner tersebut dibagikan kepada 23 responden yang memanfaatkan SIAK dalam kegiatan bekerjanya. Dengan
menggunakan
satu
variabel
penelitian,
peneliti
menggunakan teori evaluasi sistem informasi dari DeLone dan McLean dengan 6 (enam) indikator di dalamnya. Teori ini kemudian diuraikan ke dalam 25 item pertanyaan valid dari 30 pertanyaan (5 pertanyaan tidak valid). Guna mendampingi item pertanyaan yang diajukan, peneliti kemudian menggunakan skala pengukuran likert. Dengan berdasarkan kepada skala ini peneliti, memberikan 4 (empat) pilihan jawaban kepada responden yang jawabannya memiliki skor berbeda. Pilihan jawaban SS (sangat setuju) berpoin 4, S (setuju) berpoin 3, TS (tidak setuju) berpoin 2, dan STS (sangat tidak setuju) berpoin 1. Berikut adalah pemaparan hasil jawaban responden dari pertanyaan yang diajukan peneliti melalui kuisioner.
4.3.2.1 Indikator Kualitas Sistem Model kesuksesan sistem informasi yang pertama dari DeLone dan McLean yaitu kualitas sistem. Kualitas sistem ini merujuk pada kualitas
80
dari kombinasi hardware dan software dalam sistem informasi. Terdiri dari beberapa sub indikator di antaranya kemudahan penggunaan, kecepatan akses, keandalan sistem, fleksibilitas sistem, serta keamanan sistem dalam pemanfaatannya.
Diagram 4.4 Tanggapan Responden Tentang Kebutuhan Pelatihan Khusus dalam Menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
0% 13% 30%
sangat setuju setuju tidak setuju
57%
sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.4 dapat dilihat bahwa tanggapan responden yang menjawab setuju tentang kebutuhan pelatihan khusus dalam menggunakan SIAK adalah sebanyak 57%. Hal ini berarti bahwa pegawai memang membutuhkan pelatihan khusus dalam menggunakan sistem informasi administrasi kependudukan atau SIAK. Menurut mereka pelatihan khusus ini diperoleh ketika pegawai melakukan bimbingan teknis (bintek) yang biasanya diadakan oleh dinas. Pegawai-pegawai dilatih
81
untuk mengoperasikan SIAK dan cara menghadapi trouble jika sewaktuwaktu terjadi hal yang tidak terduga. Namun, dari keseluruhan jawaban responden terdapat 13% yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan. Menurutnya sistem informasi administrasi kependudukan mudah untuk dioperasikan. Pegawai hanya tinggal mengikuti petunjuk yang terdapat pada sistem tanpa perlu pelatihan khusus.
Diagram 4.5 Tanggapan Responden Tentang Kecepatan Akses ketika Melakukan Penelusuran Data Penduduk
0% 22%
13% sangat setuju setuju tidak setuju 65%
sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.5 dilihat bahwa mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 65%. Hal ini berarti bahwa SIAK memang memiliki akses yang cepat dalam melakukan penelusuran data penduduk yang jumlahnya ribuan tersebut. Kecepatan akses sangat membantu kerja
82
pegawai karena dengan adanya kecepatan akses maka pekerjaan pun akan cepat selesai. Namun, dari keseluruhan jawaban responden terdapat 22% yang menjawab tidak setuju bahwa SIAK dapat diakses secara cepat karena terkadang menurut mereka SIAK berjalan lambat ketika melakukan penelusuran data penduduk.Akses yang lambat ini sebenarnya tidak sering dirasakan pegawai hanya ketika sistem atau jaringan sedang mengalami gangguan atau ketika database tidak dapat menampung jumlah penduduk yang ada.
Diagram 4.6 Tanggapan Responden Tentang Pengaksesan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan yang Selama 24 Jam
0% 13%
13% sangat setuju setuju tidak setuju 74%
sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.6 diketahui bahwa mayoritas jawaban responden menjawab setuju sebanyak 74%. Akses sistem informasi administrasi kependudukan dapat dilakukan selama 24 jam. Penggunaan
83
SIAK oleh pegawai tidak hanya dilakukan pada saat jam kerja saja. Ketika pekerjaan sedang banyak, pegawai terkadang bekerja hingga malam hari saat waktu kerja telah selesai. Kehandalan sistem merupakan salah satu faktor penting dalam suatu sistem informasi yang dimanfaatkan pegawai. Sistem yang dapat digunakan secara terus menerus serta tahan dari kerusakan dapat membantu meningkatkan kinerja pegawai. Dari jawaban reponden juga terdapat 13% yang menjawab tidak setuju bahwa pengaksesan SIAK tidak dapat dilakukan selama 24 jam. SIAK memang terkadang tidak dapat diakses ketika jaringan sedang mengalami masalah. Namun ketika jaringan sudah baik, SIAK dapat berjalan normal kembali.
Diagram 4.7 Tanggapan Responden Tentang Pengembangan Sistem oleh Pegawai
4%
5%
39% 52%
sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
84
Berdasarkan diagram 4.7 tentang pengembangan sistem oleh pegawai, diketahui bahwa mayoritas jawaban responden menjawab tidak setuju sebanyak 52%. Hal ini berarti bahwa Sistem Informasi Administrasi Kependudukan tidak dapat dikembangkan sesuai kebutuhan pegawai yang menggunakannya. Pegawai hanya menerima sistem yang dibuatkan oleh Ditjen Adiminitrasi Kependudukan Kementerian Dalam Negeri tanpa bisa melakukan pengembangan pada aplikasi sistem tersebut. Dari hasil wawancara dengan petugas teknis SIAK di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang, beliau mengatakan bahwa salah satu kelemahan SIAK adalah sistem tidak dapat dikembangkan sendiri oleh pemerintah daerah. Pengembangan ini bertujuan agar sistem dapat diperbaharui
agar
sesuai
dengan
kebutuhan
pengadministrasian
kependudukan di setiap daerah. Namun, dari keseluruhan jawaban responden terdapat jawaban setuju sebanyak 39%. Menurutnya sistem informasi administrasi kependudukan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pengembangan sistem ini tentunya dilakukan bukan oleh pegawai sendiri melainkan
oleh
si
pembuat
sistem
yaitu
Ditjen
Administrasi
Kependudukan Kemendagri. Sebab pegawai di dinas dan kecamatan hanya diperkenankan untuk menggunakan sistem yang telah dibuat oleh kemendagri dandiupgrade secara berkala.
85
Diagram 4.8 Tanggapan Responden Tentang Hak Akses Yang Hanya Dimiliki Oleh Pegawai
5%
0% 4%
26%
sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
65%
tidak menjawab
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.8 tentang hak akses yang hanya dimiliki oleh pegawai, mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 65% dan sangat setuju sebanyak 26%. Hal ini berarti bahwa responden berpendapat bahwa masing-masing pegawai memang diberikan hak akses SIAK. Hak akses ini berupa username dan password yang diisi saat pengguna akan masuk ke dalam sistem informasi administrasi kependudukan. Username dan password hanya diketahui oleh pegawai yang bertugas sebagai operator
SIAK
dan
teknisi,agar
tidak
sembarang
orang
dapat
mengaksesnya karena hanya pegawai yang bersangkutan yang mengetahui username dan password untuk masuk kedalam SIAK.
86
Diagram 4.9 Tanggapan Responden Tentang Data Penduduk yang Tersimpan dalam Database Terjaga dan Tidak Mudah Hilang Ketika Terjadi Kerusakan Sistem
4% 0%
48%
sangat setuju setuju
48%
tidak setuju sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.9 mengenai tanggapan responden tentang database yang terjaga dan tidak mudah hilang ketika terjadi kerusakan sistem, diketahui bahwa mayoritas responden menjawab sangat setuju dan setuju masing-masing sebanyak 48%. Hal ini menunjukkan bahwa data pribadi yang terdapat dalam database kependudukan memang terjaga dan tidah mudah hilang ketika terjadi kerusakan sistem. Banyaknya data hilang ternyata bukan berasal dari kerusakan sistem informasi administrasi kependudukan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti banyaknya data hilang di Kota Tangerang lebih disebabkan
karena
rusaknya
perangkat
penyimpanan
database
kependudukan yang kurang mampu menampung data yang jumlahnya
87
sangat banyak. Selain itu juga diakibatkan oleh kesalahan administrator yang secara tidak sengaja membuat kesalahan dalam pekerjaan yang mengakibatkan terhapusnya sebagian data kependudukan.
Diagram 4.10 Tanggapan Responden Tentang Keamanan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
4% 0%
44%
sangat setuju setuju
52%
tidak setuju sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.10 tentang keamanan SIAK terlihat bahwa mayoritas responden menjawab setuju dan sangat setuju yang jika dijumlahkan sebanyak 96%. Ini berarti bahwa sistem informasi administrasi kependudukan memiliki tingkat keamanan yang tinggi dimana hanya pegawai yang diberi wewenang yang dapat mengakses database kependudukan. Karena data kependudukan ini bersifat rahasia, maka keamanan sistem merupakan hal utama dalam sebuah sistem informasi.
88
Berdasarkan hasil pemaparan 7 pernyataan tentang kualitas sistem di atas, terlihat bahwa terdapat 2 pernyataan yang memiliki kesenjangan jawaban yang diberikan responden. Pertama, terdapat pada pernyataan tentang pengembangan sistem oleh pegawai, responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 52% dan yang menjawab setuju sebanyak 39%. 52% responden berpendapat bahwa pegawai tidak dapat mengembangkan sistem. Dari jawaban responden mengenai pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pegawai tidak dapat mengembangkan sistem agar disesuaikan dengan kebutuhan pengadministrasian kependudukan di Kota Tangerang, sedangkan beberapa pegawai yang memahami ilmu teknologi sistem informasi menghendaki agar pemerintah daerah diberikan hak untuk megutak atik sistem tersebut agar dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan di Kota Tangerang. Kedua, dari pernyataan tentang kecepatan akses ketika melakukan penelusuran data penduduk. 22% responden berpendapat bahwa SIAK tidak dapat diakses secara cepat. Hal ini bisa dikarenakan karena jaringan sedang mengalami gangguan ketika cuaca buruk atau tidak tertampungnya data penduduk dalam database.
4.3.2.2 Indikator Kualitas Informasi Indikator kedua dalam model evaluasi ini yang kualitas informasi. Kualitas informasi merujuk pada keluaran (output) dari sistem informasi, meliputi keakuratan, kelengkapan, dan penyajian informasi.
89
Diagram 4.11 Tanggapan Responden Tentang Kelengkapan Data Pada Database Kependudukan
4% 13%
26%
sangat setuju setuju
22%
tidak setuju 35%
sangat tidak setuju tidak menjawab
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.11 mengenai kelengkapan database kependudukan dapat dilihat bahwa mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 35%. Hal ini berarti bahwa data penduduk yang terdapat dalam database lengkap, sehingga memudahkan pegawai ketika melakukan pencarian data pada saat penginputan data penduduk. Jika data sudah terdapat di dalam database, maka operator tidak perlu menginput ulang data, cukup mengedit dan mengubah data sesuai dengan permintaan sang pemilik data. Namun, dari keseluruhan jawaban terdapat 22% yang menjawab tidak setuju. Mereka berpendapat bahwa database kependudukan yang ada di Kota Tangerang kurang lengkap. Sebab, ada beberapa data ktp atau kartu keluarga yang ketika dicek di sistem informasi administrasi
90
kependudukan tidak terdapat dalam database kependudukan. Hal ini mengakibatkan pegawai kesulitan untuk meperkirakan secara pasti jumlah penduduk yang ada di Kota Tangerang.
Diagram 4.12 Tanggapan Responden Tentang Kelengkapan Pengisian Data Penduduk oleh Pegawai
5% 4%
13% sangat setuju setuju tidak setuju
78%
sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.12 diketahui bahwa jawaban responden tentang kelengkapan pengisian data penduduk, mayoritas menjawab setuju sebanyak 78%. Hal ini berarti bahwa pegawai selaku petugas penginput data, memasukkan data penduduk ke dalam sistem informasi administrasi kependudukan secara lengkap sesuai dengan kolom-kolom yang telah disediakan.Pengisian kolom biodata penduduk ini memang harus diisi secara lengkap. Sebab ketika operator tidak mengisi salah satu kolom, sistem secara otomatis akan menolak untuk menyimpan data. Pengisian
91
kelengkapan data penduduk akan mengakuratkan informasi yang dihasilkan Diagram 4.13 Tanggapan Responden Tentang Pertanggungjawaban Kebenaran Informasi yang Dihasilkan dari Pengelolaan Data Kependudukan
0% 4% 9% sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
87%
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.13 diketahui bahwa mayoritas jawaban responden menjawab setuju sebanyak 87%. Hal ini berarti bahwa informasi yang dihasilkan dari pengelolaan data kependudukan memang dapat
dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
Selain
kelengkapan
pengisian data penduduk suatu informasi juga harus disertai dengan kebenaran data tersebut. Data yang dimiliki oleh dinas merupakan data yang up to date yang tidak lagi menyimpan data penduduk pindah dan meninggal. Sebab data tersebut sudah dipindahkan dan dihapus sesuai dengan laporan pihak keluarga yang bersangkutan. Dalam SIAK data-data tersebut akan terupdate secara online saat penduduk yang bersangkutan
92
melaporkan di kecamatan. Kebenaran data akan menunjang kebenaran informasi yang dihasilkan dari pengolahan data kependudukan.
Diagram 4.14 Tanggapan Responden Tentang Kesesuaian Data dengan Hasil Pendaftaran Penduduk
0% 4%
13% sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
83%
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.14 tentang kesesuaian data dengan hasil pendaftaran penduduk, diketahui bahwa mayoritas jawaban responden menjawab setuju sebanyak 83%. Hal ini berarti bahwa terdapat kesesuaian data
penduduk
hasil
penginputan
petugas
dengan
pendaftaran
penduduk.Data kependudukan harus sesuai dengan apa yang diajukan oleh pemohon, misalnya data nama, tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan lainnya, dimana data tersebut diperkuat dengan dokumen pendukung yang dimiliki pemohon. Pengisian yang lengkap dan sesuai
93
tentunya akan menambah keakuratan infomasi yang dikeluarkan oleh sistem informasi tersebut. Dari 4 instrumen kualitas informasi yang telah diajukan, hampir keseluruhan responden berpendapat positif tentang kualitas informasi yang dimiliki oleh SIAK. Namun, ada 1 instrumen yang memiliki kesenjangan jawaban yaitu pada pernyataan tentang kelengkapan data ada database kependudukan.
22%
responden
berpendapat
bahwa
database
kependudukan yang terdapat di Kota Tangerang kurang lengkap. Hal ini bertentangan dengan 35% responden lainnya yang menjawab setuju. Dikatakan tidak lengkap karena ada beberapa KTP yang ketika dicek oleh pegawai dalam SIAK ternyata tidak terdapat di dalam database atau data tidak dapat ditemukan. Oleh sebab itu pegawai merasa kesulitan untuk memperkirakan secara akurat berapa jumlah penduduk yang terdapat di Kota Tangerang.
4.3.2.3 Indikator Kualitas Pelayanan Indikator ketiga pada teori ini adalah kualitas pelayanan yang berfokus pada dukungan teknologi service provider sistem. Kualitas ini juga dapat dinilai dengan kecepatan respon dan sebagainya. Selain itu dapat juga dinilai dari output pelayanan yang dihasilkan dari pemanfaatan aplikasi.
94
Diagram 4.15 Tanggapan Responden Tentang Standarisasi Perangkat Komputer yang Digunakan
0% 17%
9% sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
74%
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan
diagram
4.15
tanggapan
tentang
standarisasi
perangkat komputer dapat diketahui bahwa mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 24% yang menyatakan bahwa perangkat komputer yang digunakan untuk mendukung penerapan sistem informasi administrasi kependudukan sudah terstandarisasi dengan baik.Standarisasi baiknya perangkat berdasarkan pendapat pihak yang paham akan teknologi informasi. Perangkat keras ini meliputi CPU, monitor, printer, perangkat jaringan, dan perangkat lainnya yang nyata bentuk fisiknya. Namun, dari keseluruhan jawaban responden terdapat 17% yang menjawab tidak setuju. Menurut mereka perangkat komputer yang digunakan dalam mendukung jalannya sistem informasi administrasi kependudukan masih belum terstandar dengan baik. Hal ini disebabkan
95
karena fasilitasi perangkat keras berupa komputer dan jaringan yang terdapat di dinas dan kecamatan berbeda-beda. Terkadang mereka harus membeli sendiri perangkat komputer seperti monitor saat terjadi kerusakan pada salah satu perangkat. Pembelian perangkat ini disesuaikan dengan kondisi penganggaran di tiap-tiap kecamatan.
Diagram 4.16 Tanggapan Responden Tentang Software (Perangkat Lunak) Sesuai Dengan Standar Kesisteman
0%
4%
18% sangat setuju setuju tidak setuju 78%
sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.16 tanggapan respoden tentang software sesuai dengan standar kesisteman, dapat dilihat bahwa jawaban responden mayoritas menjawab setuju sebanyak 78%. Hal ini berarti bahwa software yang mendukung sistem informasi administrasi kependudukan sudah sesuai dengan standar kesisteman. Software yang digunakan memang software yang cocok untuk mendukung penerapan sistem informasi
96
administrasi kependudukan. Perangkat lunak yang digunakan untuk mendukung SIAKantara lain Oracle, windows, microsoft office dan sebagainya. Namun, dari keseluruhan jawaban responden terdapat jawaban tidak setuju sebanyak 18%. Menurut mereka software yang digunakan tidak sesuai dengan standar kesisteman. Software yang digunakan merupakan program lama yang harusnya diupdate ke versi yang lebih baru. Tentunya pendapat ini didapat dari responden yang memahami sistem informasi yaitu pegawai dengan latar belakang pendidikan sistem komputer.
Diagram 4.17 Tanggapan Responden Tentang Jaminan Penggantian Alat
0% 0% 39%
sangat setuju setuju 61%
tidak setuju sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.17 mengenai jaminan penggantian alat diketahui bahwa mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 61%.
97
Hal ini berarti bahwa adanya jaminan pergantian alat ketika terjadi kerusakan pada salah satu perangkat. Sebab ketika salah satu perangkat komputer mengalami kerusakan akan mempengaruhi jalannya kegiatan pelayanan administrasian kependudukan yang menggunakan sistem informasi administrasi kependudukan ini. Dari keseluruhan jawaban tersebut juga terdapat juga responden yang tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan yaitu sebanyak 39%. Menurut responden yang menjawab tidak setuju, tidak adanya penggantian alat ketika terjadi kerusakan karena mereka biasanya membeli sendiri untuk mengganti alat yang rusak tersebut.Mayoritas yang pengadaan peralatan yang dilakukan sendiri ketika terjadi kerusakan adalah kecamatan.
Karena
untuk
menghindari
terhambatnya
pelayanan
administrasi kependudukan di kecamatan, pegawai lebih memilih untuk membeli
sendiri
peralatan
yang
dibutuhkan
penggantian yang tidak pasti kapan datangnya.
daripada
menunggu
98
Diagram 4.18 Tanggapan Responden Tentang Peningkatan Kecepatan Pelayanan Administrasi Kependudukan
4%0% 5%
sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
91%
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan
diagram
4.18
tanggapan
responden
tentang
peningkatan kecepatan pelayanan administrasi kependudukan, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 91%. Hal ini berarti bahwa dengan memanfaatkan sistem informasi administrasi kependudukan, pelayanan administrasi kependudukan dapat dilakukan dengan cepat. Kecepatan pelayanan ini dinilai dari sisi pegawai selaku pengguna
langsung
sistem
informasi
administrasi
kependudukan.
Pekerjaan pegawai menjadi sangat terbantu dengan adanya SIAK ini, sebab kegiatan pengadministrasian menjadi lebih singkat dan pekerjaan menjadi lebih cepat selesai.
99
Diagram 4.19 Tanggapan Responden Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Kependudukan
0%
4%
18% sangat setuju setuju tidak setuju 78%
sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.19 diketahui bahwa terdapat 78% responden yang setuju. Hal ini berarti bahwa pegawai melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku. SOP dibuat oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang kemudian disosialisasikan dan diterapkan di tiap kecamatan. Namun dari keseluruhan jawaban responden, terdapat 18% responden yang menjawab tidak setuju bahwa mereka bekerja sesuai dengan SOP yang berlaku. Menurutnya SOP dirasa masih sulit untuk diterapkan pada pelaksanaan pelayanan administrasi kependudukan. Sebab pada kenyataaannya mutu baku waktu pelayanan yang tercantum dalam SOP terlalu singkat dan sulit untuk diterapkan pada tiap penduduk secara individu.
100
Berdasarkan hasil jawaban responden di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan berkaitan dengan penerapan SIAK di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang adalah indikator yang berkontribusi paling kecil dari keseluruhan indikator. Pertama, 17% berpendapat bahwa perangkat komputer yang digunakan guna mendukung jalannya aplikasi SIAK masih belum terstandar dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan penganggaran pengadaan perangkat komputer di dinas dan kecamatan yang berbeda. Kedua, tidak adanya jaminan penggantian alat ketika terjadi kerusakan. Dinas tidak memfasilitasi penggantian alat ketika terjadi kerusakan pada salah satu perangkat yang ada di kecamatan. Biasanya penggantian kerusakan perangkat yang terjadi di kecamatan dilakukan sendiri tanpa bantuan dinas. Padahal sebagai satu kesatuan kelembagaan SIAK harusnya dinas memfasilitasi seluruh kebutuhan yang berkaitan dengan pemanfaatan SIAK baik di kecamatan ataupun dinas. Ketiga, mengenai standar operasional prosedur dimana 18% responden berpendapat SOP masih sulit untuk diterapkan pada pelayanan administrasi kependudukan. Terlalu singkatnya mutu baku pelayanan hanya akan membuat lelah dan bosan pegawai dalam melakukan pekerjaannya. Dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan masih kurang memuaskan di Disdukcapil Kota Tangerang meskipun nilainya melebihi angka yang diperkirakan, karena beberapa instrumen yang masih memiliki kesenjangan jawaban.
101
4.3.2.4. Indikator Intensi Penggunaan Intensi penggunaan berhubungan dengan seberapa sering pengguna memakai sistem informasi administrasi kependudukan. Intensi penggunaan juga mengacu pada apakah pengguna memakai sistem informasi ini merupakan suatu keharusan atau secara sukarela. Berikut jawaban responden menganai intensi penggunaan.
Diagram 4.20 Tanggapan Responden Tentang Pemanfaatan SIAK pada Hampir Keseluruhan Proses Administrasi Kependudukan
0% 9%
13% sangat setuju setuju tidak setuju
78%
sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.20 diketahui bahwa mayoritas jawaban responden menjawab setuju sebanyak 78%. Hal ini berati bahwa hampir keseluruhan administrasi kependudukan memang diproses melalui Sistem Informasi Administrasi Kependudukan. Jadi, penggunaan sistem ini
102
merupakan suatu kebutuhan dimana ketika sistem ini tidak ada kegiatan administrasi kependudukan menjadi terhambat.SIAK digunakan untuk menginput data kependudukan, mencetak dokumen kependudukan, serta mengolah data kependudukan. Kegiatan operator selaku penginput data memang mengharuskan bekerja dengan menggunakan sistem ini secara penuh.
Diagram 4.21 Tanggapan Responden Tentang Kenyamanan Pegawai dalam Menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
0% 9%
9% sangat setuju setuju tidak setuju 82%
sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.21 diketahui 82% responden setuju dengan pernyataan bahwa pegawai merasa nyaman menggunakan sistem informasi administrasi kependudukan saat ini. Kenyamanan dalam penggunaan akan menumbuhkan semangat pegawai dalam bekerja. Pegawai tidak mudah merasa bosan untuk menggunakan sistem tersebut setiap hari.
103
Instrumen intensi penggunaan hanya diukur berdasarkan frequency of use, yang mengacu pada penggunaan sistem yang merupakan suatu keharusan atau secara sukarela. Dari 2 pernyataan yang telah diajukan, keduanya memiliki jawaban yang positif akan indikator ini. Pertama tentang pemanfaatan SIAK pada hampir keseluruhan proses administrasi kependudukan
dan
kedua
tentang
kenyamanan
pegawai
dalam
menggunakan SIAK. Dari kedua instrumen tersebut dapat disimpulkan bahwa
SIAK
kenyamanannya
dapat
menumbuhkan
sehingga
pegawai
semangat tidak
pegawai
merasa
bosan
karena untuk
menggunakan sistem tersebut setiap hari.
4.3.2.5. Indikator Kepuasan Pemakai Indikator ini merupakan respon umpan balik yang dimunculkan pengguna setelah menggunakan sistem informasi. Seberapa suka pengguna terhadap sistem yang digunakan. Berikut jawaban responden mengenai kepuasan pemakaian sistem informasi.
104
Diagram 4.22 Tanggapan Responden Tentang Terjadinya Penghematan Anggaran Setelah Memanfaatkan SIAK
9%
4% 4% sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
83%
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.22 tentang adanya penghematan anggaran setelah memanfaatkan SIAK, mayoritas responden setuju dengan pernyataan ini yaitu sebesar 83%. Hal ini berarti bahwa memanfaatkan sistem
informasi
admistrasi
kependudukan
mampu
menghemat
pengeluaran anggaran. Karena SIAK menyimpan data kependudukan secara digital maka akan menghemat pengeluaran kertas dan alat tulis. Disdukcapil cukup melakukan pengadaan perangkat komputer serta sistem jaringan pada awalnya untuk digunakan dalam jangka panjang. Pada misi Disdukcapil Kota Tangerang tercantum bahwa pengelolaan manajemen baik perkantoran dan keuangan harus ada peningkatan ke arah yang lebih baik. Ini berarti bahwa memanfaatkan SIAK dapat membantu mencapai misi tersebut.
105
Namun, dari jawaban responden tersebut terdapat jawaban tidak setuju sebanyak 9%. Mereka menolak bahwa SIAK mampu menghemat anggaran pengeluaran. Menurut mereka dinas juga harus mengeluarkan biaya untuk perawatan terutama ketika terjadi kerusakan pada salah satu perangkat sistem. Diagram 4.23 Tanggapan Responden Tentang Kepuasan Pegawai Terhadap Hasil Pekerjaannya 0% 4% sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
96%
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan
diagram
4.23
hampir
keseluruhan
responden
menjawab setuju yaitu sebanyak 96%. Responden berpendapat bahwa setelah memanfaatkan sistem informasi administrasi kependudukan mereka merasa puas dengan hasil pekerjaannya. Pekerjaan menjadi lebih praktis sebab proses pengolahan terkomputerisasi. Kepuasan pegawai membuktikan bahwa sistem yang diperuntukkan bagi pengelolaan administrasi kependudukan memang sangat membantu kerja operator selaku petugas administrasi kependudukan.
106
Diagram 4.24 Tanggapan Responden Tentang SIAK sebagai Solusi bagi Permasalahan Pengelolaan Administrasi Kependudukan
0% 9%
13% sangat setuju setuju tidak setuju
78%
sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.24 diketahui bahwa mayoritas jawaban responden menjawan setuju sebanyak 78%. Hal ini berarti bahwa sistem informasi administrasi kependudukan merupakan solusi yang tepat dalam menjawab segala permasalahan pengelolaan administrasi kependudukan. Pengadministrasian data kependudukan yang sangat rumit ketika dikerjakan secara manual menjadi lebih mudah saat sistem ini diterapkan. Dari keseluruhan jawaban responden akan indikator kepuasan pemakai dapat disimpulkan bahwa dengan memanfaatkan aplikasi SIAK pada pekerjaan dapat menghemat pengeluaran anggaran, serta terjadinya kepuasan akan hasil pekerjaannya. Bahkan pegawai menganggap bahwa SIAK merupakan solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahan pengelolaan administrasi kependudukan.
107
4.3.2.6. Indikator Manfaat Bersih Indikator manfaat bersih merupakan manfaat yang diterima berbagai pihak dari adanya sistem informasi. Terdiri dari manfaat terhadap individual, organisasi, kelompok, masyarakat dan negara. Berikut jawaban responden mengenai manfaat bersih.
Diagram 4.25 Tanggapan Responden Tentang Peningkatan Produktivitas Kerja
0% 13%
17% sangat setuju setuju tidak setuju
70%
sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.25 diketahui bahwa mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 70%. Responden setuju bahwa semakin hari pegawai mengalami peningkatan produktivitas kerja. Pegawai yang menggunakan SIAK dalam pekerjaan merasa bahwa sistem ini dapat meningkatkan produktivitas pekerjaannya selama ini. Hal ini dirasakan
108
ketika pegawai tidak perlu bekerja lembur dalam menyelesaikan pekerjaannya. Namun dari keseluruhan jawaban responden terdapat 13% yang berpendapat bahwa tidak terjadi peningkatan produktivitas kerja ketika pegawai memanfaatkan sistem ini. Menurut mereka produktivitas kerja tetap sama ketika sebelum dan setelah menngunakan sistem.
Diagram 4.26 Tanggapan Responden Tentang Kemudahan Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
0% 9%
17% sangat setuju setuju tidak setuju
74%
sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.26 diketahui bahwa mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 74%. Hal ini berarti bahwa dengan memanfaatkan sistem informasi administrasi kependudukan maka tercapailah kemudahan pelayanan administrasi kependudukan
dan
pencatatan sipil. Kemudahan pelayanan administrasi merupakan salah satu
109
misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu ketika faktor ini telah terpenuhi maka diharapkan terjadi peningkatan kualitas pelayanan administrasi kependudukan di Kota Tangerang. Kemudahan pelayanan sekaligus mewujudkan pelayanan terpadu yang dicanangkan dalam pemerintahan Kota Tangerang.
Diagram 4.27 Tanggapan Responden Tentang Peningkatan Pendaftaran Peristiwa Kependudukan
0% 9% 30% sangat setuju setuju tidak setuju 61%
sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.27 dapat dilihat bahwa 61% responden menjawab setuju dengan pernyataan adanya peningkatan pendaftaran peristiwa kependudukan di Kota Tangerang. Hal ini berarti bahwa terjadi peningkatan dalam administrasi kependudukan karena semakin banyaknya penduduk yang mendaftarkkan peristiwa kependudukan. Banyaknya
110
peristiwa kependudukan yang didaftarkan merupakan hasil dari pelayanan yang baik, cepat, dan mudah. Sehingga persepsi masyarakat yang selama ini beranggapan bahwa pelayanan KTP, KK, dan Akte Kelahiran rumit, berbelit-belit, dan memakan waktu yang lama menjadi berubah ke persepsi yang baik sebagaimana disebutkan sebelumnya.Dengan banyaknya pendaftaran
peristiwa
kependudukan
maka
tertib
administrasi
kependudukan di Kota Tangerang semakin mudah untuk diwujudkan. Pada diagram 4.27 juga terdapat 30% responden yang menolak atau tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Menurut mereka pendaftaran peristiwa kependudukan di wilayahnya tidak mengalami peningkatan. Artinya masih minimnya kesadaran masyarakat akan tertib administrasi kependudukan di wilayah tersebut.Beberapa pegawai merasa jumlah pendaftaran peristiwa kependudukan stabil, tidak mengalami peningkatan yang berarti semenjak diterapkannya sistem informasi administrasi kependudukan selama beberapa tahun ini. Terutama pegawai yang berada di wilayah-wilayah terpencil yang masih kurang paham akan pentingnya kepemilikan dokumen kependudukan seperti KTP, KK serta akte kelahiran.
111
Diagram 4.28 Tanggapan Responden Tentang Pembangunan Sistem Jaringan Informasi Kependudukan Terpadu
0% 4%
9% sangat setuju setuju tidak setuju
87%
sangat tidak setuju
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.28 diketahui bahwa 87% responden menjawab setuju dengan pernyataan adanya pembangunan sistem jaringan informasi terpadu di Kota Tangerang. Pembangunan sistem jaringan terpadu dimaksudkan untuk mendukung kelancaran dan ketertiban pelayanan administrasi dalam rangka pelaksanaan pelayanan administrasi kependudukan secara online. Sistem jaringan terpadu ini akan secara langsung mengupdate data kependudukan ketika terjadi perubahan data kependudukan di kecamatan. Dari indikator manfaat bersih yang telah dipaparkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan produktivitas kerja pegawai setelah menggunakan aplikasi ini karena pegawai tidak perlu bekerja ekstra dalam menyelesaikan pekerjaan setiap harinya. Meskipun di sisi
112
lain tidak terjadi peningkatan yang signifikan dari pendaftaran peristiwa kependudukan, pegawai berpendapat bahwa pelayanan administrasi kependudukan lebih mudah dilakukan sehingga ke depannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan administrasi kependudukan di Kota Tangerang.
4.4 Pengujian Hipotesis Dalam penelitian mengenai evaluasi penerapan sistem informasi administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang, peneliti memiliki hipotesis nol (H0) sebagai berikut : H0 : 𝜇≤ 70% “Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang kurang dari atau sama dengan 70%” Ha : 𝜇> 70% Ha : Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang lebih dari 70% Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, maka skor ideal yang diperoleh adalah 4 x 23 x 25 = 2300 (4 = nilai tertinggi dari setiap jawaban yang dnyatakan responden yang termasuk kriteria skor berdasarkan pada skala Likert). (23 = jumlah anggota sampel yang dijadikan responden). (25 = jumlah pertanyaan yang ditanyakan kepada setiap responden). Skor hasil penelitian berdasarkan data
113
yang terkumpul dari instrumen adalah 1708. Sedangkan untuk nilai mean atau rata-ratanya 2300 : 23 = 100. Mengingat penelitian Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang yang dihipotesiskan adalah paling rendah 70%, maka hal ini dapat berarti bahwa 0,7 x 100 = 70. Hipotesis statistiknya dapat dirumuskan sebagai berikut : H0 untuk memprediksi 𝜇 paling tinggi atau sama dengan 70% dari skor ideal paling tinggi. Sedangkan Ha paling rendah 70% dari skor ideal diharapkan. Atau hipotesis statistiknya dapat ditulis dengan rumus : H0 = 𝜇 ≤ 70% ≤ 0,70 x 100 = 70 Ha = 𝜇 > 70% > 0,70 x 100 = 70 Diketahui : 1708
𝑥̅
=
𝜇0
= 70
23
= 74,26069 = 74,26
(𝑥 − 𝑥̅ )2 𝑛−1
S
=
√
S
=
1822 √ 23 − 1
S
=
1822 √ 22
114
S
= √88,818
S
= 9,424
S
= 9,4
n
= 23
Ditanya : t ? Jawab : t =
x̅−µo s √n
=
74,26– 70 9,4 √23 4,26
=
9,4 4,8
=
4,26
=
1,96 2,173
=
2,2 thitung
(thitung> ttabel)
Nilai thitung selanjutnya dibandingkan dengan nilai ttabel dengan derajat kebebasan (dk) = (n – 1) = (23 – 1) = 22 dan taraf kesalahan ∝= 5%, maka didapatlah nilai ttabel pada uji satu pihak (one tail test) yaitu 1,717. Karena nilai
115
thitung lebih besar dari pada nilai ttabel (2,2 > 1,717) dan jatuh pada penerimaan Ha maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Berdasarkan hasil perhitungan sampel, ditemukan bahwa Evaluasi Penerapan Sistem informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Kota Tangerang, yaitu : Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan = 1708 2300
x 100%= 74,26 %
Jadi, hipotesis yang menyatakan bahwa Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang lebih dari 70% diterima. Hasil perhitungan terhadap data sampel diperoleh bahwa penerapan sistem informasi administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang adalah sebesar 74,26%.
Penerimaan Ho
Penerimaan Ha
0
1,717 2,2 70%
74,26%
Gambar 4.2 Kurva Penolakan dan Penerimaan Hipotesis untuk Uji Pihak Kanan
116
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian Penelitian
yang
berjudul
Evaluasi
Penerapan
Sistem
Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang bahwa hal yang paling penting dan utama adalah menjawab rumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti pada awal penelitian. Sebagaimana dijelaskan pada awal penelitian, rumusan masalah yang dibuat peneliti adalah sebagai berikut : “ Berapa besar penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang? ” Untuk menjawab rumusan masalah penelitian tersebut, kita dapat melihat dari pembahasan yang memaparkan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus t-test satu sampel dengan menguji pihak kanan bahwa harga thitung lebih besar (>) dari harga ttabel dan hal itu dapat diartikan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima karena mencapai 74,26% dari angka paling rendah sebesar 70%. Sehingga
dapat
dijelaskan
bahwa
bahwa
Penerapan
Sistem
Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang mencapai angka 74,26% artinya baik. Hal tersebut dapat dilihat pada kategori berikut : Tidak Baik 575
Kurang Baik 1150
Baik
Sangat Baik
1725
2300
1708 Gambar 4.3 Kategori Instrumen Komponen SIAK
117
Nilai 1708 termasuk ke dalam kategori interval kurang baik dan baik, maka masuk ke dalam kategori baik karena lebih mendekati kategori baik. Sehingga interpretasi yang tepat untuk menjawab rumusan masalah adalah penerapan sistem informasi administrasi kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang adalah 74,26%, artinya penerapan SIAK di Disdukcapil Kota Tangerang baik.
4.6 Pembahasan Pada pembahasan ini, peneliti akan memberikan pemaparan terlebih dahulu mengenai pengujian hipotesis, dimana dalam pengujian hipotesis tersebut diperoleh bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan data tersebut dijelaskan bahwa penerapan sistem informasi administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang mencapai angka 74,26% dari angka yang dihipotesiskan yaitu 70%, artinya berhasil. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan pada variabel penelitian tersebut, yaitu penerapan sistem informasi administrasi kependudukan di Disdukcapil Kota Tangerang. Skor ideal instrumen adalah 4 x 23 x 25 = 2300 (4 = nilai tertinggi dari setiap jawaban yang dnyatakan responden yang termasuk kriteria skor berdasarkan pada skala Likert, 23 = jumlah anggota sampel yang dijadikan responden, 25 = jumlah pertanyaan yang ditanyakan kepada setiap responden). Sedangkan untuk skor hasil penelitian instrumen berdasarkan data yang terkumpul adalah sebesar 1708. Sehingga, evaluasi penerapan sistem informasi administrasi kependudukan (SIAK) di Dinas
118
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang adalah sebesar 1708 : 2300 = 0,7426 atau 74,26% dalam prosentase. Dari hasil penelitian lapangan, diperoleh skor hasil perhitungan tiap indikator evaluasi sistem informasi administrasi kependudukan di Kota Tangerang dalam bentuk tabel. Tabel 4.3 Hasil Penelitian Dan Perhitungan Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang berdasarkan Teori Evalusi Sistem Informasi Model DeLone dan McLean tiap Indikator Sub indikator
Jumlah instrumen
Kualitas Sistem
5
7
Kualitas Informasi
4
4
Kualitas Pelayanan
4
5
Intensi Penggunaan
1
2
Kepuasan Pemakai
3
3
Manfaat Bersih
3
4
perhitungan
tiap-tiap
Indikator
Berdasarkan
hasil
Hasil prosentase tiap indikator 493 x 100% = 76,55% 644 269 x 100% = 73,1% 368 328 x 100% = 71,3% 460 139 x 100% = 75,54% 184 204 x 100% = 73,91% 276 275 x 100% = 74,73% 368 indikator,
maka
peneliti
menyimpulkan bahwa tiap-tiap indikator memiliki nilai prosentase melebihi angka minimal 70%. Dari keenam indikator tersebut, kualitas sistem merupakan indikator yang berpengaruh paling besar dalam penerapan sistem informasi administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Indikator kualitas sistem memiliki nilai prosentase sebesar 76,55%.
119
Hal ini dikarenakan adanya kemudahan penggunaan sistem oleh pegawai yang telah dibekali ilmu pengetahuan akan sistem informasi administrasi kependudukan pada bimbingan teknis yang biasanya diadakan oleh dinas. Bimbingan teknis ditujukan agar dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang kebanyakan bukan berlatar belakang pendidikan ilmu komputer. Sebagaimana diketahui sebanyak 25% pegawai pengguna SIAK berpendidikan SLTA. Meskipun indikator kualitas sistem berkontribusi paling besar dalam penerapan SIAK di Kota Tangerang, bukan berarti indikator ini tidak memiliki kekurangan. Dari pernyataan tentang “pegawai dapat mengembangkan sistem sesuai kebutuhan pengguna”, diketahui bahwa dinas selaku pengguna SIAK tidak dapat mengembangkan sistem sesuai kebutuhan di daerahnya. Dinas tidak diberikan hak untuk memodifikasi sistem sebab hanya diperkenankan untuk menggunakan sistem yang telah dibuat oleh kemendagri yang diupgrade secara berkala oleh pusat. Hal ini pun diungkapkan oleh Bapak Muflih Sutisna selaku Kepala Seksi Pengolahan Data dan Jaringan Komunikasi yang menyatakan bahwa aplikasi SIAK masih bergantung pada pusat sehingga sulit untuk dimodifikasi. Padahal sebagai pengguna sistem mestinya dinas dapat memberikan masukan pada sistem yang digunakan agar nantinya sistem dapat dimodifikasi menjadi lebih baik lagi sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing. Pada indikator kualitas informasi dalam sub indikator kelengkapan, terdapat 22% responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa data penduduk dalam database kependudukan di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang lengkap sesuai dengan hasil pendaftaran dan pencatatan sipil. Menurut
120
mereka database kependudukan tidak lengkap. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya data penduduk yang tidak terdaftar pada saat pembagian undangan perekaman e-ktp yang lalu, dimana data undangan tersebut diambil dari data hasil olahan SIAK. Banyaknya penduduk yang tidak mendapatkan undangan adalah penduduk yang memang mempunyai dokumen kependudukan yang sah namun tidak terdaftar dalam database kependudukan Disdukcapil Kota Tangerang. Padahal salah satu tujuan adanya fasilitasi SIAK dalam pengelolaan administrasi kependudukan adalah untuk pembangunan database yang lengkap serta penyediaan data dan informasi yang akurat. Untuk indikator yang berkontribusi paling kecil dalam penerapan sistem informasi administrasi kependudukan di Kota Tangerang adalah indikator kualitas pelayanan sebesar 71,3%. Pada sub indikator empati terdapat 39% responden yang menjawab tidak setuju bahwa adanya jaminan penggantian alat ketika terjadi kerusakan. Salah satu faktor berhasilnya suatu penerapan sistem informasi adalah dukungan perangkat, apabila terjadi kerusakan pada salah satu perangkat pendukungnya maka kegiatan kerja pegawai pun terhambat. Di Kota Tangerang, dinas tidak memberikan jaminan penggantian alat ketika terjadi kerusakanpada peralatan yang terdapat di kecamatan. Beberapa kecamatan menyediakan sendiri perangkat yang mendukung jalannya SIAK. Perangkat yang meliputi perangkat komputer dan jaringan ini mestinya masuk ke dalam anggaran pengeluaran dinas yang kemudian didistribusikan ke setiap kecamatan. Masih dari indikator kualitas pelayanan yaitu pernyataan tentang penerapan standar operasional prosedur (SOP) Kartu Tanda Penduduk dan Kartu
121
Keluarga pada pelayanan administrasi kependudukan. Meskipun nilai pada sub indikator ini jawaban setuju mencapai 78%, namun kenyataan dilapangan malah terlihat sebaliknya. Berdasarkan hasil observasi peneliti, terlihat bahwa SOP KTP dan KK yang dibuat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang tidak diterapkan oleh kecamatan. Standar operasional prosedur tidak diterapkan karena akan malah merepotkan pegawai ketika KTP atau KK ditekankan untuk selesai dalam beberapa menit saja. Sedangkan penduduk yang membuat KTP atau KK jumlahnya cukup banyak sehingga pegawai akan kelelahan untuk melayani penduduk setiap harinya. Selain itu pejabat yang menandatangani dokumen kependudukan tersebut juga tidak selalu ada di tempat. Maka dari itu ketika penduduk membuat KTP atau KK, berkas dikumpulkan terlebih dahulu dan dikerjakan ketika jumlahnya mencukupi untuk diproses. Di kecamatan, waktu yang dibutuhkan untuk memproses KTP hingga selesai adalah 3 hari dan KK selama 1 minggu. Terakhir pada indikator manfaat bersih tentang terjadinya peningkatan jumlah pendaftaran peristiwa kependudukan. Dari pernyataan tersebut terdapat 30% responden yang menjawab tidak setuju. Menurutnya pendaftaran peristiwa kependudukan tidak mengalami peningkatan berarti pada saat SIAK diterapkan karena masih banyaknya masyarakat yang tidak memperbaharui bahkan membuat dokumen kependudukan. Hal ini membuktikan bahwa penerapan SIAK tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan pelaporan peristiwa kependudukan sebagaimana diharapkan oleh pemerintah.
122
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti mempertegas kembali tentang jawaban atas rumusan masalah pertama, yaitu sejaumana penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Berdasarkan hasil perhitungan pengujian hipotesis
dinyatakan
bahwa
penerapan
sistem
informasi
adminitrasi
kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang sudah baik yaitu mencapai angka 74,26%.
123
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Penelitian mengenai Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang, dikaji dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan teori Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean. Terdapat 6 (enam) indikator dalam model DeLone dan McLean ini, yaitu kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan, intensi penggunaan, kepuasan pemakai, dan manfaat bersih. Berdasarkan perumusan masalah penelitian, maka peneliti melakukan penyimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai evaluasi sistem informasi yang berjudul “Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang”, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa bahwa penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang adalah baik atau berhasil karena mencapai angka 74,26% dari angka yang dihipotesiskan peneliti yaitu minimal 70%. Dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus t-test satu sampel dengan menguji pihak kanan diperoleh nilai thitung lebih besar dari pada nilai ttabel (2,2 > 1,717) dan jatuh pada penerimaan Ha yang berarti hipotesis nol yang berbunyi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang kurang dari atau sama dengan 70% ditolak.
124
5.2 Saran Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
kesimpulan,
peneliti
mencoba
memberikan saran untuk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang guna mewujudkan tertib administrasi kependudukan di Kota Tangerang. Saran tersebut antara lain : 1. Guna meningkatkan kualitas pelayanan dinas diharapkan memperbaharui standar operasional prosedur (SOP) agar lebih akurat dan memungkinkan untuk diterapkan, sehingga terjadi keseragaman pelayanan administrasi kependudukan di tiap-tiap kecamatan ataupun dinas. 2. Membangun keakuratan data guna meningkatkan kualitas informasi dengan cara melakukan pengecekkan secara langsung antara data yang tersimpan dalam database dengan keadaan di lapangan dengan melibatkan RT, RW, dan Lurah setempat. 3. Guna meningkatkan kepuasan pengguna aplikasi ini, dinas diharapkan dapat memberikan fasilitasi sarana dan prasarana yang lebih baik lagi bagi kecamatan melalui anggaran pengeluaran dinas yang memadai, misalnya dengan mengupdate atau mengganti peralatan komputer baik hardware maupun software dengan yang lebih canggih agar kecamatan dan dinas dapat melakukan pekerjaannya secara maksimal dan pelayanan pun berjalan optimal.
125
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan publik. Bandung: Alfabeta Dwidjowijoto, Riant Nugroho. 2006. Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara Berkembang. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Nugroho, Eko. 2008. Sistem Informasi Manajemen: Konsep, Aplikasi, & Perkembangannya. Yogyakarta: Penerbit Andi Indrajit, Ricardus Eko. 2005. E-Government In Action: Ragam Kasus Implementasi Sukses Di Berbagai Dunia. Yogyakarta: Penerbit Andi Siagian, Sondang. Sistem Informasi Manajemen. 2009. Jakarta: Bumi aksara McLeod, Raymond & George Schell. 2004. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Indeks Laudon, Kenneth C & Jane P Laudon. 2012. Sistem Informasi Manajemen: Mengelola Perusahaan Digital. Jakarta: Salemba Empat. Sutabri, Tata. 2004. Analisa Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi Al Fatta, Hanif. 2007. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Gaol, Chr. Jimmy L. 2008. Sistem Informasi Manajemen : Pemahaman dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo. Syafiee, Inu Kencana. 1999. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
126
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: DIA FISIP UI. Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Sujarweni, V. Wiratna. 2014. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. DeLone, William H. and Ephraim R. McLean. 2003. The DeLone and McLean Model of Information Systems Success: A Ten-Year Update. Journal of Management Information Systems. [online]. Diakses 05 Februari 2014. Diunduh dari : http://www.asiaa.sinica.edu.tw/~ccchiang/GILIS/LIS/p9Delone.pdf Hasibuan, Zainal A., Husni Fahmi dan Herald Setiadi. 2007. Perubahan Arsitektur Database dan Aplikasi Administrasi Kependudukan yang Sejalan dengan Otonomi Daerah. Jurnal Sistem Informasi. Diakses 02 Desember 2012. Diunduh dari : http://dl2.cs.ui.ac.id/v3/wp-content/uploads/2008/08/perubahan-arsitekturdatabase-zainal-hasibuan.pdf Sumber Lain: Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.
127
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengkajian,
Pengembangan
dan
Pengelolaan
Sistem
Informasi
Administrasi Kependudukan. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan. http://laely-widjajati.blogspot.com/2011/01/sistem-informasi-administrasi.html, akses 24 Januari 2012 http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_administrasi_kependudukan http://www.bappenas.go.id/node/133/2173/inpres-no3-tahun-2003-tentang-kebijakandan-strategi-nasional-pengembangan-e-governmet
Kajian Pustaka: Yuliana, Dina. 2010. Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Serang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Serang : Skripsi (Tidak Diterbitkan)
128
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
Identitas Pribadi Nama
: Euis Juhaeriah
NIM
: 6661081081
Tempat Tanggal Lahir
: Tangerang, 24 Mei 1989
Agama
: Islam
Alamat
: Kp. Gebang RT.002/002 Kel. Sangiang Jaya Kec. Periuk Kota Tangerang Banten 15132
II.
III.
Email
:
[email protected]
No. HP
: 085710053435
Identitas Orang Tua Nama Ayah
: Suhendi
Nama Ibu
: Umu Kulsum
Pekerjaan Ayah
: Pegawai Negeri Sipil
Pekerjaan Ibu
: Mengurus Rumah Tangga
Riwayat Pendidikan SD
: SD Negeri Gebang Raya (1995-2001)
SMP
: SLTP Negeri 8 Kota Tangerang (2001-2004)
SMA
: SMK Negeri 3 Kota Tangerang (2004-2007)
S1
: Administrasi Negara UNTIRTA (2008-2015)
129
130
131
132
133
134
EVALUASI PENERAPAN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (SIAK) No. Responden
:
(diisi oleh peneliti)
Umur
:
tahun
Jenis Kelamin
:
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan Terakhir : Jabatan Responden
:
Berilah tanda ceklist ( √ ) pada pernyataan berikut (Ket: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju)
NO
PERNYATAAN
A.
Kualitas Sistem Pegawai membutuhkan pelatihan khusus untuk dapat menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Sistem dapat diakses secara cepat ketika melakukan penelusuran data penduduk
1. 2. 3.
Sistem sering mengalami kerusakan yang dapat mengganggu kerja pegawai
4.
Aplikasi SIAK online tersambung terus menerus dan dapat diakses selama 24 jam
5.
Pegawai dapat mengembangkan sistem sesuai dengan kebutuhan pengguna
6.
Pegawai diberikan hak akses SIAK yang hanya digunakan oleh pengguna yang bersangkutan
7. 8. B.
Data pribadi penduduk yang tersimpan dalam database terjaga dan tidak mudah hilang ketika terjadi kerusakan sistem SIAK memiliki tingkat keamanan tinggi dimana hanya pegawai yang diberi wewenang yang dapat mengakses database kependudukan Kualitas Informasi
9.
Database penduduk lengkap, sehingga memudahkan penelusuran pada saat pengentry-an
10.
Petugas memasukkan data penduduk secara lengkap sesuai dengan kolom yang telah disediakan
SS
S
TS
STS
135
11.
12. 13. C.
Informasi yang dihasilkan dari pengelolaan data kependudukan, dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, tidak lagi menyimpan data penduduk yang sudah pindah atau meninggal Data penduduk yang terdapat dalam database kependudukan sesuai dengan hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil Dalam rangka meningkatkan kualitas informasi, petugas melakukan penyikronisasian data secara berkala dengan instansi lain. Kualitas Pelayanan
14.
Perangkat komputer yang digunakan sudah terstandarisasi dengan baik
15.
Software pendukung dalam penerapan SIAK sudah sesuai dengan standar kesisteman
16.
Adanya jaminan penggantian alat ketika terjadi kerusakan pada salah satu perangkat
17.
Dengan SIAK, pelayanan administrasi kependudukan dapat dilakukan dengan cepat
18.
Pegawai melaksanakan pekerjaan sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang berlaku
19.
Minimnya keluhan negatif yang diterima petugas mengenai pelayanan yang telah diberikan
D.
Intensi Penggunaan
20.
Hampir keseluruhan administrasi kependudukan diproses melalui SIAK
21.
Pegawai merasa nyaman ketika menggunakan sistem informasi administrasi kependudukan yang ada
E.
Kepuasan Pemakai
22.
Memanfaatkan SIAK mampu menghemat pengeluaran anggaran
23.
Pegawai merasa puas dengan hasil pekerjaannya
24.
SIAK merupakan solusi yang tepat dalam menjawab segala permasalahan pengelolaan administrasi kependudukan
25.
Menggunakan SIAK dapat menumbuhkan semangat pegawai dalam melaksanakan pekerjaan
136
F.
Manfaat Bersih
26.
Adanya peningkatan produktivitas kerja pegawai
27.
Tercapainya kemudahan pelayanan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
28.
Semakin banyaknya penduduk yang mendaftarkan peristiwa kependudukan
29.
Adanya peningkatan pencetakan dokumen kependudukan
30.
Adanya pembangunan sistem jaringan informasi kependudukan yang terpadu
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147