ETIKA PUBLIC RELATIONS DALAM STRATEGI PUBLIC RELATIONS WEBER SHANDWICK INDONESIA DALAM MENGELOLA CITRA PT. NOKIA INDONESIA
Melia Vamelza Jurusan Komunikasi Pemasaran, Fakultas Ilmu Ekonomi dan Komunikasi, Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat, 11480. Telp. (62-21) 5345830 Email Penulis:
[email protected]
Mia Angeline, S.Kom., M.M. ABSTRAK TUJUAN PENELITIAN adalah untuk mengetahui etika Public Relations di dalam strategi Public Relations Weber Shandwick Indonesia dalam mengelola citra PT. Nokia Indonesia. METODE PENELITIAN yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara terstruktur dengan 3 informan serta melakukan observasi. ANALISIS data yang digunakan adalah dengan proses reduksi data, penyajian data, dan verifikasi, dengan menggunakan teknik validasi internal untuk mengukur kebenaran dari data yang diperoleh. HASIL YANG DICAPAI adalah strategi Public Relations yang dilakukan dalam mengelola citra PT. Nokia Indonesia adalah dengan menerapkan etika Public Relations serta kode etik di dalamnya. SIMPULAN adalah praktisi di Weber Shandwick Indonesia telah menjalankan etika dan strategi Public Relations dengan baik walaupun ada salah satu strategi yang belum diterapkan sesuai dengan konsep strategi Public Relations (PENCILS), yaitu teknik lobi dan negosiasi. Kata Kunci: Etika Public Relations, Strategi Public Relations, Citra
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine Public Relations ethics on Weber Shandwick Indonesia’s public relations strategy for managing PT. Nokia Indonesia’s image. Methods used are a qualitative method of data collection techniques by conducting structured interviews with 3 informant and doing observations. Analysis of the data used is the process of data reduction, data display, and verification, by using internal validation techniques for measuring the correctness of the data obtained. The results indicate that Public Relations strategies used for managing PT. Nokia Indonesia’s image were to implement the Public Relations ethics and ethics codes. The conclusion of this study is Weber Shandwick Indonesia practitioners implement the Public Relations strategy is doing well, although there is one strategy that has not been implemented according to the Public Relations strategy (PENCILS), namely lobby and negotiating. Keywords: Public Relations Ethics, Public Relations Strategy, Image
PENDAHULUAN Praktisi Public Relations pada saat ini sangat dibutuhkan bagi perusahaan, lembaga, maupun organisasi untuk mengelola citra perusahaan maupun organisasi tersebut. Public Relations yang profesional juga harus mampu berkomunikasi dengan baik, terutama ketika sedang berhubungan dengan publik, mewakili perusahaan yang dikelolanya. Karena public relations tersebut bertugas untuk mewakili perusahaan, maka agar komunikasi tersebut berjalan sesuai dengan harapan, dan tidak melanggar aturan yang ada, dan tetap kepada perilaku etis, etika PR disini sangat diperlukan untuk menuntut praktisi public relations dalam berkomunikasi, bersikap dan mengambil sebuah keputusan sesuai dengan keputusan yang etis. Secara umum, etika yang dimaksud berkenaan dengan nilai yang memberikan pedoman kepada seseorang, organisasi, atau masyarakat untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, adil dan tidak adil, kejujuran dan kebohongan. (Nova, 2011:24). Etika PR juga dapat dijadikan sebagai patokan atau rambu-rambu yang paling mendasar, serta harus ditaati dan dipatuhi oleh setiap praktisi PR. Berhubungan dengan Public Relations terdapat salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang PR Consultant yaitu Weber Shandwick Indonesia yang berdiri pada tahun 2003 di Indonesia. Weber Shandwick Indonesia merupakan perusahaan PR dan komunikasi terkemuka yang telah memenangkan banyak penghargaan dengan riwayat keberadaan di kawasan Asia Pasifik selama lebih dari 50 tahun. Weber Shandwick Indonesia juga merupakan bagian dari Interpublic Group (IPG), salah satu perusahaan advertising dan jasa pemasaran utama di dunia. Melalui semangat kolaboratif di Asia Tenggara, Asia Pasifik dan lembaga global dalam IPG, Weber Shandwick dapat memberikan berbagai macam jasa komunikasi yang efektif dan inovatif kepada klien-klien baik yang berada di Indonesia, maupun di dunia. Salah satu klien nya tersebut adalah PT. Nokia Indonesia. PT. Nokia Indonesia dipilih sebagai salah satu contoh klien yang ingin diteliti karena perusahaan dari Finlandia tersebut hingga sekarang ini masih terus mengembangkan inovasi nya yang tidak hanya di bidang teknologi khususnya handphone namun juga dalam bidang lainnya. Perusahaan ini sangat dikenal dengan inovasi-inovasi barunya, di bandingkan dengan produkproduk pesaing, karena perusahaan ini juga telah bergabung dengan Microsoft, sehingga nama Nokia semakin berkembang dan dapat bertahan dalam dunia persaingan pada saat sekarang ini. Kerjasama yang dibentuk itulah yang membuat Nokia dapat tetap eksis dan dikenal oleh banyak masyarakat. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka pembahasan ini berjudul “Etika PR dalam strategi Public Relations Weber Shandwick Indonesia dalam mengelola citra PT. Nokia Indonesia” dengan tujuan lebih menelaah dan memperdalam bagaimana penerapan etika PR di dalam strategi PR di Weber Shandwick Indonesia khususnya terhadap klien nya yaitu PT. Nokia Indonesia. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Goran Grubić, Milijanka Ratković dan Jovan Marković menyebutkan bahwa PR yang sukses harus mampu menyiratkan rasa hormat terhadap aspek
etika dalam menjalankan tugasnya seperti menekankan kejujuran, kompetensi, dan karisma. Serta kedua, dilakukan oleh Eyun-Jung Ki, Junghyuk Lee dan Hong-Lim Choi, yang mengatakan bahwa dengan adanya kode etik di sebuah perusahaan PR, sangat memiliki dampak yang kuat. Dengan memperhatikan kode etik tersebut, akan memungkinkan untuk menunjukkan standar etika yang lebih tinggi. Dalam penelitian ini jika di bandingkan dengan penelitian sebelumnya, tentu akan lebih berbeda karena ruang lingkup yang diteliti lebih luas seperti pada konsep strategi PR yang dilakukan. Dalam strategi tersebut tentunya akan ditemukan nya etika PR yang kemungkinan selama ini tidak disadari sangat berguna dan fundamental bagi para praktisi Public Relations. Penelitian ini juga disertakan dengan beberapa pertanyaan, meliputi: 1. Dalam kegiatan apa saja etika PR diterapkan oleh PR Weber Shandwick Indonesia dalam mengelola citra PT. Nokia Indonesia? 2. Bagaimana praktisi PR Weber Shandwick Indonesia menerapkan nilai kode etik Public Relations dalam menjalankan tugasnya? Serta tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui dalam kegiatan etika PR yang diterapkan oleh PR Weber Shandwick Indonesia dalam mengelola citra PT. Nokia Indonesia dan mengetahui cara praktisi PR Weber Shandwick Indonesia menerapkan kode etik Public Relations dalam menjalankan tugasnya.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang ini. Langkah-langkah dari penelitian deskriptif adalah sebagai berikut: Diawali dengan adanya masalah, menentukan jenis informasi yang diperlukan, menentukan prosedur pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan, pengolahan informasi atau data, dan menarik kesimpulan penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data yang berupa dengan kata-kata, gambar, dan bukan angkaangka. Karena adanya penerapan metode kualitatif. Semua yang dikumpulkan juga berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Maka, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian adalah dengan menggunakan teknik: wawancara dan observasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan tersebut melalui data primer dan sekunder. Dimana data primer di dapatkan dari: 1. Wawancara: melakukan kegiatan tanya jawab dengan teknik wawancara terstruktur, dimana pewawancara nya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber. Pertanyaan nya pun disusun rapi dan terstruktur. Kegiatan wawancara dilakukan dengan 3 informan yang berasal dari objek penelitian. 2. Observasi: melakukan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi antara lain: ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Bentuk observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi (participant observation) yang merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data melalui pengamatan dan pengindraan di mana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden. Sedangkan data sekunder di dapatkan dari: 1. Dokumentasi: Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi peneliti sosial untuk menelusuri data historis. Sebagian besar data berbentuk catatan harian, kenang kenangan, laporan, dan foto. 2. Studi pustaka: menggunakan referensi buku-buku, jurnal komunikasi yang berhubungan dengan pembahasan penelitian, artikel, dan beberapa sumber lain yang berkaitan dengan topik skripsi yang dijadikan sebagai fokus penelitian. Studi ini digunakan sebagai bahan perbandingan dalam proses penelitian.
1.
2.
3.
Teknik Analisis Data yang digunakan adalah sebagai berikut: Reduksi data (data reduction): Dengan banyaknya data yang dapat ditemukan dilapangan, maka dilakukanlah analisis data melalui teknik reduksi data guna merangkum, memilih hal-hal pokok, fokus pada hal-hal yang penting, serta mencari tema dan polanya secara teliti dan rinci. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah dalam melakukan pengumpulan data. Penyajian data (data display). Setelah melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Hal ini dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam Teknik Keabsahan Data, untuk membuktikan data tersebut akurat atau tidak, maka digunakan teknik keabsahan data bernama validitas internal. Validitas internal menurut Nasution (dalam Ardianto, 2010:195) merupakan suatu pengukuran kebenaran dari sebuah data yang diperoleh dengan instrumen, yaitu apakah instrumen itu sungguh-sungguh mengukur variabel yang sebenarnya. Setelah itu, pengujian validitas internal akan digunakan dengan triangulasi untuk memeriksa keabsahan data yang ada. Dimana dalam penelitian ini, digunakan triangulasi sumber dengan membandingkan ketiga narasumber yang ada, berdasarkan hasil wawancara dan observasi.
HASIL DAN BAHASAN Melalui metode pengumpulan data yang dilakukan, yaitu melalui data primer dan sekunder: wawancara dan observasi, serta melalui teknik keabsahan data yang ada dengan triangulasi sumber kepada 3 informan, maka data tersebut akan direduksi terlebih dahulu melalui beberapa tahapan. Pertama, melakukan kegiatan transkip hasil wawancara yang telah direkam sebelumnya. Kedua, dari hasil transkip hasil wawancara tersebut, dilakukan kegiatan mencari kata kunci dari setiap point jawaban dari masingmasing narasumber. Ketiga, setiap kata kunci yang ada akan dihubungkan dengan teori-teori yang telah dijelaskan pada bab 2. Dimana proses reduksi data ini setiap kata kunci nya dipisahkan dan dikaitkan dengan teori tersebut agar lebih memudahkan dalam memahami hasil reduksi data tiap narasumber. Secara garis besar, dari hasil pengolahan data sementara yang dilakukan, memperoleh sebuah kesimpulan sebagai berikut. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, dapat disimpulkan bahwa dengan mengetahui pentingnya Etika PR sebagai praktisi PR, maka akan membuat citra yang positif dimata publik, karena jika tidak masyarakat pun tidak kan simpati dengan perusahaan kita, apapun yang kita lakukan. Tidak hanya berdasarkan hasil wawancara saja, namun berdasarkan observasi yang dilakukan dalam event peluncuran Nokia X, para praktisi PR dengan ramah tamah menyambut media yang berdatangan, dan apabila ada media yang rasanya tidak di undang, praktisi PR Weber Shandwick dengan tenang mengatasi nya tanpa memarah-marahi ataupun membuat tersinggung pihak media tersebut. 1. Public Relations Dalam penelitian yang dilakukan ini, PR memang bertugas untuk melakukan kegiatan komunikasi khususnya dengan pihak eksternal yaitu publik. Bagaimana kita sebagai profesi PR mampu bertindak dan memahami etika PR dengan baik, maka hal ini juga akan memberikan citra yang positif bagi seseorang maupun perusahaan yang dikelola. Seperti dalam pengertian oleh Firsan Nova, mengatakan bahwa PR merupakan bidang yang berkaitan dengan mengelola citra dan reputasi seseorang ataupun lembaga di mata publik. (2011:39). Dalam penelitian ini akan lebih membahas mengenai strategi PR (PENCILS), sebagai berikut: a) Publications (publikasi): dalam kegiatan publikasi, praktisi PR di Weber Shandwick Indonesia dengan klien nya PT. Nokia Indonesia, melakukan kegiatan press conference, media briefing, dan press release. Dimana dapat disimpulkan bahwa kegiatan tersebut dilakukan dengan memperhatikan dan menerapkan bagaimana etika PR yang baik. Media sangat kritis, hal yang harus ditanamkan adalah menciptakan kepercayaan kepada media, dengan memberikan informasi yang sesuai dengan kenyataan yang ada, ada
klaim yang mendukung, dan tidak merugikan publik. Kita sebagai praktisi PR yang profesional juga harus dapat bersikap dengan etis kepada media, dan harus menghindari istilah wartawan amplop dengan memberikan dana kepada wartawan dalam konteks yang negatif, b) Event (acara): Di dalam sebuah event, praktisi PR diharapkan dapat bersikap ramah tamah kepada media, dan misalnya ada media yang memang tidak diundang, akan terlihat dari media attendance yang telah ada. Sebagai praktisi PR yang kita harus bersikap baik dan tetap profesional, alangkah baiknya kita menanyakan apakah media tersebut memiliki undangan atau tidak, karena kemungkinan mereka mendapatkan undangan diluar dugaan kita. Selain itu pada event tersebut juga dilakukan penyebaran press release dimana dalam siaran pers tersebut berisi konten dan informasi yang sesuai dengan fakta dan memang berkaitan dengan event tersebut, bukan berita yang mengada-ngada. c) News (Pesan/berita): dalam hal ini berkaitan dengan social media dengan tujuan mendapatkan respon positif dari khalayak. Kegiatan social media tersebut memungkinkan untuk adanya kegiatan interaksi langsung dalam bentuk komentar, reply, dan retweet. Pada suatu ketika, berdasarkan informasi yang didapatkan, bahwa ada salah satu media yang membuat sebuah status dengan menggunakan hastag kepada pihak Nokia melalui akun twitter, yang mengatakan sesuatu hal yang kurang baik, dan kurang enak di dengar. Dalam hal inilah etika juga harus diterapkan, dengan bagaimana menjaga profesionalitas kita sebagai PR dengan tidak gegabah melawan media tersebut, namun jika memang yang dikatakan media tersebut tidak benar, maka lebih baik kita mengacuhkan nya dan tetap menjaga image klien, begitu juga PR internal PT. Nokia Indonesia itu sendiri. d) Corporate Identity (Identitas Perusahaan): PT. Nokia Indonesia menggunakan logo, company profile, video profile, annual report, dan lainnya sebagai Corporate Identity (Identitas Perusahaan) yang digunakan untuk mempresentasikan citra perusahaan kepada publik. Melalui hal itu, tentunya strategi yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan mengkomunikasikan sebuah informasi secara intensif, konsisten, merupakan informasi yang tidak menyesatkan, komunikasi yang tepat, baik pada media, maupun pada produk yang dikomunikasikan juga harus tepat. e) Community Involvement (Hubungan dengan Khalayak): Salah satu upaya yang dilakukan oleh PR di Weber Shandwick dengan Nokia dalam mengelola citra perusahaan nya adalah dengan memuaskan pelanggan dan para stakeholder dari perusahaan client ny, yaitu dengan diadakannya gathering komunitas fotografi. Hal ini dikarenakan pada saat itu, Nokia tengah gencar dalam memperkenalkan Lumia 1020 yang dibekali dengan kamera beresolusi 41 MP. Kegiatan itu dilakukan di Moodz Café, Epicentrum, Kuningan. f) Lobbying and Negotiation (Teknik Lobi dan Negosiasi): Berdasarkan penelitian dan wawancara yang dilakukan, belum ada ditemukannya kegiatan teknik lobi dan negosiasi yang dilakukan. Kemungkinan hal ini diharapkan dapat terjadi dan dapat menjadi masukan serta saran kepada pihak PT. Nokia Indonesia dan Weber Shandwick Indonesia untuk mengembangkan teknik lobi dan negosiasi tersebut. g) Social Responsibility: Salah satu kegiatan CSR yang dilakukan oleh pihak Nokia dengan praktisi PR di Weber Shandwick Indonesia adalah memberikan sebuah donasi, pada hari perayaan Idul Fitri Lebaran yang diperingati oleh sejumlah umat Muslim. Donasi ini ditujukan untuk diberikan kepada kaum Dhuafa, dengan nama program “Donasi Ramadhan Dompet Dhuafa”. Kegiatan ini biasanya dilakukan sesuai dengan agenda yang ada dari Nokia. Dan masih ada kegiatan CSR lainnya yang biasanya memang dilaksanakan rutin oleh pihak Nokia. Selanjutnya adalah mengenai etika PR yang ada. Dimana Etika itu sendiri mengacu pada sistem nilai seseorang dan bagaimana dia menentukan benar ataupun salah. Di dalam buku J.A. Jaksa dan M.S. Pritchard memberikan sebuah definisi yang baik mengenai etika di dalam buku nya yang berjudul “Methods of Analysis” yang menjelaskan bahwa “Etika berkaitan dengan bagaimana kita harus menjalani
hidup kita.” (Wilcox, 2009:73). Etika PR disini lebih kepada bagaimana kita menciptakan citra yang baik dimata publik dengan menerapkan nya dalam keadaan dan kegiatan apapun dan serta mengambil keputusan sesuai dengan pedoman dan kode etik yang baik. Berikut ada beberapa penjelasan dari etika dalam berhubungan dengan media (Media Relations): 1. Honesty and accuracy: Menekankan pada informasi yang tidak menyesatkan, namun harus adanya kejujuran dan keakuratan. Hal ini berkaitan terutama dengan press release. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Amalia Tania mengenai etika PR yang harus diterapkan dalam penulisan press release, yaitu harus adanya kejujuran, ada klaim yang mendukung. 2. Judiciousness: Bijaksana dalam menggunakan media, agar tidak memberikan efek yang merugikan kepada masyarakat. Intinya adalah menjalin hubungan dengan media, susah-susah tidak. Karena walaupun praktisi PR sudah memiliki hubungan dekat dengan media, namun tetap saja ada batasan yang harus kita jaga antara kepentingan klien kita dengan mereka. 3. Responsiveness: Tanggap terhadap media merupakan hal yang sangat penting dari kepercayaan dalam sebuah hubungan. Tanggap disini lebih kepada bagaimana praktisi PR merespon baik itu dari segi pertanyaan yang media berikan, maupun tanggap dalam berbagai hal. 4. Respects: Respects disini lebih kepada menumbuhkan sikap hormat yang merupakan langkah pertama untuk interaksi yang sangat moral. Sikap hormat ini tentu saja sangat penting, tidak hanya kepada media, namun kepada orang banyak. Lalu berdasarkan kode etik yang ada di Weber Shandwick Indonesia, akan di implementasikan dengan konsep-konsep kode etik yang ada, yang dapat disimpulkan dengan: 1. Kejujuran: jujur disini berkaitan dengan kode etik humas dengan adanya keterbukaan, kejujuran, dan tidak menutup-nutupi. Karena jika kita berbohong pastinya kebohongan itu akan ketahuan dan efeknya ke kita akan lebih parah. Seperti yang tertera pada salah satu kode etik di Weber Shandwick Indonesia, yaitu “dear friendly, openly and honestly with the media” dan “authentic in content, candid, transparent” 2. Integritas: Mengatakan apa yang dimaksud, dan menepati apa yang dijanjikan serta menegakkan kebenaran yang ada. Hal ini didukung pula oleh pernyataan dari Ibu Yeyen Yenuarizki yang mengatakan bahwa kita sebagai sebagai praktisi PR tidak bisa melewati batas-batas yang tidak menjadi ruang gerak kita, bagaimana kita menyampaikan informasi kepada publik, apakah hal tersebut merupakan suatu kebenaran atau tidak, hal ini tentunya berkaitan dengan etika kita sebagai praktisi PR. Dalam kode etik Weber Shandwick, berkaitan dengan point mengenai “the highest professional standards of excellence”, “Authentic in content, candid, transparent”, dan “Clearly disclose client relationship” 3. Hormat: Memperlakukan satu sama lain dengan homat dan adil, serta menghargai adanya keberagaman di tempat kerja dan adanya keunikan di masing-masing karyawan. Hal ini berkaitan dengan “The highest professional standards of excellence” dan “Clearly disclose client relationship” dimana praktisi PR tetap menjaga sesuatu hal yang bersifat confidential pada Nokia, dari semua kompetitor yang ada 4. Percaya: Membangun kepercayaan melalui kerjasama dan melakukan komunikasi secara terbuka. Kode etik di Weber Shandwick Indonesia, menunjukkan hal ini, yaitu yang tertera pada point mengenai “The highest professional standards of excellence” dan “Clearly disclose client relationship” Kepercayaan disini tidak hanya diterapkan di dalam ruang lingkup organisasi saja, namun kepercayaan harus diterapkan dimana saja, karena dengan adanya kepercayaan, kerjasama yang terjalin juga akan nyaman dan sesuai dengan harapan kita. 5. Bertanggung-jawab: hal ini berkaitan dengan kode etik di Weber Shandwick Indonesia yaitu mengenai “The spirit and letter of all laws of Indonesia” yang dijelaskan oleh Ibu Amalia Tania mengenai proses dimana perusahaan itu bekerja, bagaimana posisi perusahaan itu, bagaimana industri nya, sehingga kita mengetahui segala macam regulasi yang ada di perusahaan itu. Apakah perusahaan itu mengikuti peraturan yang ada atau tidak. 6. Kewarganegaraan: Mematuhi seluruh aturan hukum di masa perusahaan melakukan bisnis dan melakukan perannya untuk membuat kehidupan masyarakat lebih baik. Hal ini juga berkaitan dengan point diatas, dimana perusahaan harus mengikuti aturan hukum yang berlaku dan melakukan bisnis memang sesuai dengan yang ada.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa: 1.
2.
3.
4.
5.
1. 2. 3. 4. 5.
Kegiatan yang dilakukan untuk menerapkan etika PR oleh Public Relations Weber Shandwick Indonesia dalam mengelola citra PT. Nokia Indonesia adalah berkaitan dengan kegiatan saat berhubungan dengan media, yang menjadi stakeholder utama nya, dan hal ini juga berkaitan dengan istilah “menyelipkan amplop” kepada wartawan. Hal ini sangat tidak dianjurkan sekali, disamping akan merusak integritas dan kredibilitas, tentunya juga akan membuat citra dan reputasi Nokia menjadi buruk Selain itu, praktisi PR di Weber Shandwick menerapkan prinsip “kejujuran” agar citra klien yang dikelola tidak buruk dimata media. Hal ini diterapkan dalam kegiatan publikasi yang dilakukan. Bagaimana praktisi PR mampu memberikan informasi yang tidak sesat. Dan dalam kegiatan konsultasi pun, praktisi PR di Weber juga senantiasa memberikan nasihat/konsultasi terbaik bagi Nokia, dan tidak suka menyuap wartawan dengan uang (dana), serta mengemukakan segala informasi berdasarkan fakta. Lalu praktisi PR di Weber juga menerapkan point penting dalam mengelola citra Nokia. Yaitu dengan menekankan pada informasi yang tidak menyesatkan, namun harus adanya kejujuran dan keakuratan. Tentunya hal ini berkaitan dengan kegiatan penyebaran press release, yang sering dibuat oleh praktisi PR. Selain itu, praktisi PR di Weber juga menghindari dan menjauhkan katakata “no comment” karena hal ini tentunya akan menimbulkan prediksi yang tidak-tidak dan media pun akan berfikiran negatif kepada Nokia. Media merupakan stakeholder utama dari perusahaan. Maka praktisi PR di Weber sangat berusaha untuk menjalin hubungan yang baik dengan media (wartawan) dan hal ini dilakukan agar pengelolaan citra klien dapat berjalan dengan baik. Lalu cara praktisi PR Weber Shandwick Indonesia menerapkan nilai kode etik Public Relations dalam menjalankan tugasnya adalah dengan menerapkan kode etik berikut ini: The spirit and letter of all laws of Indonesia The highest professional standards of excellence Dear fairly, openly and honestly with the media Authentic in content, candid, transparent Clearly disclose client relationship
Saran Akademis 1. Topik mengenai Etika Public Relations ini merupakan topik yang belum banyak digunakan jadi alangkah baiknya untuk dilakukan pengembangan informasi melalui buku-buku dan jurnal yang lebih praktis mengenai Etika PR. 2. Bila penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh mahasiswa/i Binus University menggunakan topik yang sama, disarankan untuk menambahkan teori yang lain untuk menemukan penemuan baru. Saran Praktis 1. Lebih mengetahui mengenai Etika PR yang seharusnya diterapkan oleh praktisi PR di Weber Shandwick Indonesia yang pastinya akan bermanfaat untuk kedepannya. 2. Lebih mengembangkan strategi PR yang lain, seperti teknik lobi dan negosiasi, maupun strategi PR yang lainnya. Serta mempertahankan kode etik yang sudah ada.
REFERENSI Referensi buku: Ardianto, E. (2010). Metodologi Penelitian Untuk Public Relation Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa. Butterick, K. 2011. Introducing Public Relations. Cornwall: Sage Publications Hikmat, M. M. (2011). Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. Jefkins, Frank (2004). Public Relations. Jakarta: Erlangga JR , H.L Goodall; Sandra Goodall & Jill Schiefelbein. (2010). Business and Professional Communication in the Global Workplace . United States: Lyn Uhl. Kriyantono, R. (2012). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. M.A, M. (2010). MANAJEMEN PUBLIC RELATIONS: STRATEGI MENJADI HUMAS PROFESIONAL. Jakarta: Kencana. Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. Mulyana, D. (2009). ILMU KOMUNIKASI: Suatu Pengantar. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA Nova, F. (2011). CRISIS PUBLIC RELATION. Jakarta: Rajawali Pers. Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana. Parsons, P. (2008). Ethics in Public Relations: A guide to best practice. London: KOGAN PAGE. Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ruslan, R. (2006). Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Ruslan, R. (2008). Etika Kehumasan Konsepsi & Aplikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Soemirat, Soleh & Elvinaro Ardianto. 2008. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. Wilcox, Dennis L. & Glen T. Cameron. 2009. Public Relations: Strategies and Tactics. United States: Pearson Education.
Referensi jurnal: Grubić, Goran; Milijanka Ratković & Jovan Marković. 2012. Ethics In Public Relations. International Journal of Economics & Law. Volume 2, No.6, Issue 6, Juni 2012 Ki, Eyun-Jung; et al. 2012. Factors affecting ethical practice of public relations professionals within public relations firms. Journal of Business Ethics. Volume 10, No.7, Agustus 2012 Komari, Nurul & Fariastuti Djafar. 2013. Work Ethics, Work Satisfaction and Organizational Commitment at the Sharia Bank, Indonesia. Journal of International Business Research. Volume 6, No.12, November 2013 Wallace, Ferguson & Chandler. 2012. Rehabilitating Your Organization’s Image: Public Relations Professionals’ Perceptions of the Effectiveness and Ethically of Image Repair Strategies in Crisis Situations. Public Relations Journal. Volume 6, No.1, September 2012 Walden, Brian. 2009. PROFESSIONAL ETHICS: BACK TO BASIS. Journal of Professional Ethics. Volume 9, No.1, Januari 2009
RIWAYAT PENULIS Melia Vamelza lahir di Painan pada 21 September 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara Jurusan Marketing Communication peminatan Public Relations pada tahun 2014.