ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN STRATEGI ADAPTASI TERHADAP BANJIR ROB DI KAMPUNG PONDOK, PESISIR DESA PANTAI HARAPAN JAYA, KECAMATAN MUARA GEMBONG, KABUPATEN BEKASI
CHARRA ROSEMARRY
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Strategi Adaptasi terhadap Banjir Rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2014
Charra Rosemarry NIM. H44090049
ABSTRAK CHARRA ROSEMARRY. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Strategi Adaptasi Terhadap Banjir Rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan BENNY OSTA NABABAN. Kecamatan Muara Gembong merupakan wilayah pesisir utara Pulau Jawa yang terletak di Kabupaten Bekasi dan dikelilingi oleh perairan Laut Jawa serta dilintasi oleh sungai Citarum yang bermuara ke Laut Jawa. Desa Pantai Harapan Jaya merupakan wilayah pesisir terluas di Kecamatan Muara Gembong yang sering mengalami banjir rob. Kampung Pondok merupakan wilayah terparah di Desa Pantai Harapan Jaya yang terkena dampak langsung dari banjir rob karena berbatasan dengan laut. Genangan banjir rob menyebabkan masyarakat yang tinggal di wilayah Kampung Pondok mengalami kerugian ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi persepsi masyarakat mengenai karakteristik dan dampak dari banjir rob, mengestimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir rob, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob serta mengidentifikasi strategi adaptasi terhadap banjir rob. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Penelitian ini menggunakan 4 metode analisis, yaitu: (1) analisis deskriptif, (2) metode penilaian kerusakan, (3) analisis regresi logistik dan (4) Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak dari banjir rob adalah terganggunya aktivitas dan kesehatan masyarakat, berkurangnya penghasilan yang diperoleh, rusaknya rumah dan peralatan rumah tangga serta kondisi lingkungan menjadi kotor. Total estimasi kerugian ekonomi yang dialami masyarakat Kampung Pondok pada banjir rob periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 sebesar Rp 127.188.875. Total biaya pencegahan yang dikeluarkan masyarakat Kampung Pondok dalam kurun waktu enam tahun terakhir sebesar Rp 22.671.570. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan dan adaptasi terhadap banjir rob adalah total kerugian ekonomi, pendapatan rumah tangga, dan lama tinggal. Empat alternatif strategi adaptasi banjir rob yang diperoleh dari hasil analisis kebijakan dengan MPE adalah penanaman dan perawatan mangrove, pembuatan alat pemecah ombak, pembuatan tembok penahan tanah di sepanjang sungai dan relokasi tempat tinggal. Kata kunci: Banjir Rob, Kampung Pondok, Kerugian Ekonomi, Strategi Adaptasi
ABSTRACT CHARRA ROSEMARRY. Estimated Value of Economic Losses and Adaptation Strategy of Tidal Flood in Pondok Village, Pantai Harapan Jaya Coastal Village, Muara Gembong Sub district, Bekasi District. Supervised by TRIDOYO KUSUMASTANTO and BENNY OSTA NABABAN. Muara Gembong Sub-district is one of the northern coast Java located in Bekasi District. Muara Gembong Sub-district surrounded by the Java Sea and crossed by the Citarum river with four tributaries which end to the Java Sea. Pantai Harapan Jaya Village is the widest coastal region at Muara Gembong Sub-district which often experienced frequent tidal flood. Kampung Pondok is the worst affected area in the Pantai Harapan Jaya Village which are directly affected by tidal flood. People who live in Kampung Pondok experienced economic losses because of tidal flood. The purpose of this research were to identify perception community about the characteristics and impacts of tidal flood, to estimate economic losses by tidal flood, to identify factors that affected community’s decision to make preventive measures and to identify the adaptation strategies to minimize the impact of tidal flood. The research method that used was a case study. This research used four analysis methods, that were: (1) descriptive analysis, (2) damaged assessment method, (3) logistic regression analysis and (4) Exponential Comparison Method (ECM). The result showed that the impact of tidal flood were the disruption of daily activities and public health of the community, the decrease of income, house damage and the decreasing of housing environment condition. The total estimated of economic losses which suffered by the community of Kampung Pondok due to the tidal flood period from January to February 2013 was Rp 127.188.875. The total of prevention cost that the community Kampung Pondok issued within the last six years was Rp 22.671.570. The factors that influenced the decision of community to conduct a prevention and adaptation were the total economic losses, household income, and length of stay. There were four alternatives adaptation strategy of tidal flood based on the result of policy analysis with MPE. The alternatives were planting and maintenance mangrove, using waves breaker, develop of soil retaining wall along the river and community relocation. Keywords: Adaptation Strategies, Economic Losses, Kampung Pondok, Tidal Flood
ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN STRATEGI ADAPTASI TERHADAP BANJIR ROB DI KAMPUNG PONDOK, PESISIR DESA PANTAI HARAPAN JAYA, KECAMATAN MUARA GEMBONG, KABUPATEN BEKASI
CHARRA ROSEMARRY
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
2
Judul Penelitian
: Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Strategi Adaptasi Terhadap Banjir Rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi
Nama
: Charra Rosemarry
NIM
: H44090049
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, M.S Pembimbing I
Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
1
4
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilakukan penulis berjudul Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Strategi Adaptasi Terhadap Banjir Rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Kedua orangtua tercinta yaitu Ayah Sutiman, SE, MM dan Ibu Sumirah serta Kakak Dewo Widodo Purbowaseso yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat, dukungan dan masukan kepada penulis.
2.
Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, M.S dan Bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, arahan dan waktu yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3.
Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku Dosen Penguji Utama dan Ibu Hastuti, SP, MP, M.Si selaku Dosen Penguji Wakil Departemen ESL atas masukan dan saran yang telah diberikan.
4.
Seluruh dosen dan staff Departemen ESL yang telah memberikan ilmu, bantuan, dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan masa studi di ESL.
5.
Seluruh warga Kampung Pondok, Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong.
6.
Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data yaitu Dinas Badan Penanggulanggan Bencana Daerah Kabupaten Bekasi, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bekasi, Dinas Kehutanan Kabupaten Bekasi dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi.
7.
Rekan-rekan bimbingan skripsi, yaitu Edwina, Retno, Hesti, Romil, dan Nur Afniati atas semangat, saran, dan bantuan selama menyelesaikan skripsi ini.
8.
Teman-teman di Departemen ESL Qyqy, Nita, Tari, Khoirunissa, Nasita, Febi, Nando, Gugat, Ma’ruf, Reyna, Adinna, Intan, Susan, Renita, Miranty, Nadia, Charista, Citra, Resty, Sandra, Aisya, dan teman-teman ESL 46 lainnya atas berbagi kebersamaan, semangat, dan bantuannya.
ii
9.
Teman-teman satu kostan Riris, Disny, Bryan atas semangat, motivasi dan bantuannya.
10. Sahabat-sahabat Oky, Albertus, Rezi, Fea, Lucky, Mutia, Putri, Utari, Damar yang selalu memberikan dukungan, doa, kebersamaan dan motivasi. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi berbagai pihak dalam mengkaji nilai kerugian ekonomi akibat banjir rob.
Bogor, April 2014
Charra Rosemarry NIM H4409049
6
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ......................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
vi
I PENDAHULUAN .................................................................................. 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 1.5 Manfaat Penelitian............................................................................
1 1 3 6 6 7
II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 2.1 Pesisir ............................................................................................... 2.2 Banjir Rob ....................................................................................... 2.3 Kerugian Ekonomi akibat Banjir Rob ............................................. 2.4 Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan .............. 2.4.1 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya ............................. 2.4.2 Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach) ..... 2.4.3 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) atau Pendapatan yang Hilang ........................................................ 2.5 Analisis Pendapatan Usaha Tambak .............................................. . 2.6 Model Regresi Logistik ................................................................... 2.7 Analisis Kebijakan ........................................................................... 2.8 Strategi Adaptasi terhadap Banjir Rob ............................................ 2.9 Penelitian Terdahulu ........................................................................
8 8 9 10 11 11 12
III KERANGKA PEMIKIRAN ...............................................................
22
IV METODE PENELITIAN..................................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 4.2 Metode Penelitian ........................................................................... . 4.3 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 4.4 Metode Pengambilan Sampel .......................................................... 4.5 Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 4.5.1 Identifikasi Persepsi Responden Mengenai Karakteristik dan Dampak Banjir .............................................................. 4.5.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi akibat Banjir Rob .......... 4.5.2.1 Biaya Perbaikan ...................................................... 4.5.2.2 Biaya Kehilangan ................................................... 4.5.2.3 Biaya Kesehatan ..................................................... 4.5.2.3.1 Biaya Pengobatan ...................................
25 25 25 26 26 27
12 12 14 17 18 19
28 29 29 30 30 31
ii
4.5.2.3.2 Nilai Pendapatan yang Hilang ............... 4.5.2.4 Pendapatan yang Hilang ........................................ 4.5.2.5 Analisis Pendapatan Usaha Tambak ...................... 4.5.3 Biaya Pencegahan ............................................................... 4.5.4 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan Pencegahan Terhadap Banjir Rob ......................................................... 4.5.5 Identifikasi Strategi Adaptasi terhadap Banjir Rob .......... .. Batasan Penelitian ....................................................................... .
31 32 32 33
V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ........................... 5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ................................................ 5.2 Kondisi Lingkungan Daerah Penelitian ...................................... . 5.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden .................................. .. 5.3.1 Jenis Kelamin ................................................................... 5.3.2 Usia.................................................................................... 5.3.3 Tingkat Pendidikan Terakhir ............................................ 5.3.4 Jenis Mata pencaharian Kepala Keluarga .......................... 5.3.5 Pendapatan Rumah tangga ............................................... 5.3.6 Jumlah Anggota Keluarga ................................................ 5.3.7 Status Kependudukan ....................................................... 5.3.8 Status Kepemilikan dan Jenis Rumah .............................. 5.3.9 Lama Tinggal ...................................................................
40 40 41 42 42 43 43 44 45 45 46 46 47
VI HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................
48
4.6
6.1
6.2
Persepsi Masyarakat Mengenai Karakteristik dan Dampak dari Banjir Rob ...................................................................................... 6.1.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Karakteristik Banjir Rob.. 6.1.2 Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak Banjir Rob ........ 6.1.2.1 Persepsi Responden Mengenai Dampak Banjir Rob terhadap Terganggunya Aktivitas dan Kesehatan Masyarakat ......................................... 6.1.2.2 Persepsi Responden Mengenai Dampak Banjir Rob terhadap Berkurangnya Penghasilan ............ 6.1.2.3 Persepsi Responden Mengenai Dampak Banjir Rob terhadap Kondisi Lingkungan ...................... Estimasi Kerugian Ekonomi Masyarakat akibat Banjir Rob ......... 6.2.1 Kerugian Langsung (Direct) ............................................. 6.2.1.1 Perbaikan Bangunan Rumah ................................ 6.2.1.2 Perbaikan Peralatan Rumah tangga ...................... 6.2.1.3 Kehilangan Peralatan Rumah tangga ................... 6.2.1.4 Total Kerugian Langsung (Direct) yang Dialami Masyarakat .............................................
34 36 37
48 48 49
50 51 52 53 53 54 55 56 56
iii
8
6.2.2
Kerugian Tidak Langsung (Indirect) ............................... 6. 2.2.1 Biaya Kesehatan .................................................. 6.2.2.1.1 Biaya Pengobatan ................................. 6.2.2.1.2 Kehilangan Pendapatan yang Diperoleh karena Sakit .......................................... 6.2.2.2 Kehilangan Pendapatan yang Diperoleh karena Memilih Tidak Pergi Bekerja ............................... 6.2.2.3 Perubahan Pendapatan Usaha Tambak ................ 6.2.2.4 Total Kerugian Tidak Langsung (Indirect) yang Dialami Masyarakat .............................................. 6.3 Biaya Pencegahan ........................................................................... 6.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan Pencegahan terhadap Banjir Rob ..... 6.4.1 Fungsi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan Pencegahan terhadap Banjir Rob ....................................... 6.4.2 Pengujian Hipotesis ........................................................... 6.4.3 Variabel-variabel yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan Pencegahan Terhadap Banjir Rob .......................................................... 6.4.3.1 Variabel yang Berpengaruh Signifikan ................. 6.4.3.2 Variabel yang Tidak Berpengaruh Signifikan ...... 6.5 Strategi Adaptasi dalam Menghadapi Banjir Rob ..........................
57 57 57 58 59 60 61 61 62 63 64
65 66 67 68
VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 7.1 Simpulan ....................................................................................... 7.2 Saran ...........................................................................................
73 73 74
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
75
LAMPIRAN ................................................................................................
78
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................
103
ivx ii
DAFTAR TABEL No
Halaman
1.
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian …................
26
2.
Matriks metode analisis data ………………………………................
28
3.
Matriks keputusan dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) ...................................................................................................
36
4.
Mata pencaharian penduduk Desa Pantai Harapan Jaya .....................
41
5.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ............................
43
6.
Karakteristik responden berdasarkan usia …………...........................
43
7.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ....................
44
8.
Karakteristik responden berdasarkan jenis mata pencaharian kepala keluarga ………………………………………....................................
44
Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga .........
45
10. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga ..........
45
11. Karakteristik responden berdasarkan status kependudukan …............
46
12. Karakteristik responden berdasarkan jenis rumah ...............................
47
13. Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal ..............................
47
14. Persepsi responden mengenai karakteristik banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 …......................................
49
15. Persepsi responden mengenai penyebab banjir rob …………….........
50
16. Persepsi responden mengenai pengaruh banjir rob terhadap aktivitas responden ……………………………………………….....................
50
17. Persepsi responden mengenai pengaruh banjir rob terhadap gangguan kesehatan responden …………………………………........
51
18. Persepsi responden mengenai pengaruh banjir rob terhadap berkurangnya penghasilan yang diperoleh ……………......................
52
19. Persepsi responden mengenai kondisi lingkungan di Kampung Pondok ……………………………………………………………….
52
20. Kerusakan bangunan rumah …............................................................
54
21. Total biaya perbaikan bangunan rumah …...........................................
54
22. Kerusakan peralatan rumah tangga ......................................................
55
23. Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga ....................................
55
24. Total biaya kehilangan akibat kerusakan peralatan rumah tangga ......
56
25. Total kerugian langsung (direct) yang dialami masyarakat .................
57
26. Total biaya pengobatan ........................................................................
58
9.
10
v
27. Total pendapatan yang hilang karena sakit ............................………..
58
28. Total biaya kesehatan ...........................................................................
59
29. Total pendapatan yang hilang karena memilih tidak pergi bekerja .....
59
30. Rata-rata pendapatan usaha tambak akibat banjir rob (per musim panen) ...................................................................................................
60
31. Total kerugian tidak langsung (indirect) yang dialami masyarakat ....
61
32. Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 .....................
61
33. Total biaya pencegahan …...................................................................
62
34. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob ........................................................................................................
63
35. Nilai total alternatif keputusan …………………………………….....
71
36. Urutan pemberian rangking keputusan ……………………………....
71
vixii
ii
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1.
Gambar transformasi logit ...................................................................
14
2.
Alur kerangka pemikiran .....................................................................
24
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1.
Peta lokasi penelitian ...........................................................................
79
2.
Kuesioner .............................................................................................
80
3.
Kondisi pemukiman masyarakat pasca banjir rob ...............................
90
4.
Biaya perbaikan kerusakan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga (Rupiah) ....................................................................................
91
5.
Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (Rupiah) …........................
92
6.
Biaya pengobatan masyarakat (Rupiah) ..............................................
93
7.
Kehilangan pendapatan yang diperoleh karena sakit (Rupiah) ............
94
8.
Kehilangan pendapatan yang diperoleh karena memilih tidak pergi bekerja (Rupiah) ..................................................................................
95
Penerimaan hasil tambak ikan bandeng dan udang windu (per musim panen) ...................................................................................................
96
10. Biaya tetap tambak ikan bandeng dan udang windu (per musim panen) ...............................................................................................................
97
11. Biaya variabel tambak ikan bandeng dan udang windu saat tidak banjir dan saat banjir rob (per musim panen) .................................................
98
12. Biaya investasi tambak ikan bandeng dan udang windu saat tidak banjir dan saat banjir rob (per musim panen) ......................................
99
13. Biaya pencegahan masyarakat dalam kurun waktu enam tahun terakhir (Rupiah) ..................................................................................
100
14. Hasil olahan Minitab ............................................................................
101
15. Matriks keputusan alternatif startegi adaptasi terhadap banjir rob …..
102
9.
1
I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.480 pulau dan luas laut sekitar 5,8 juta km2 (0,8 juta km2 laut teritorial, 2,3 juta km2 laut nusantara dan 2,7 juta km2 zona ekonomi eksklusif). Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km1. Berkaitan dengan garis pantai yang panjang, Indonesia juga memiliki kawasan pesisir yang cukup luas. Kawasan pesisir adalah kawasan yang berada di sekitar pantai, ke arah laut dan ke arah darat. Ke arah laut, kawasan pesisir mencakup perairan yang masih dipengaruhi oleh daratan sementara ke arah darat, kawasan pesisir mencakup daratan yang masih dipengaruhi oleh laut (Dahuri 2000). Menurut Desmawan (2012), kawasan pesisir (coastal area) merupakan suatu daerah yang masih dipengaruhi aktivitas lingkungan fisik darat dan laut. Ekosistem kawasan pesisir yang sangat luas dan beragam menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati laut terbesar didunia. Ekosistem kawasan pesisir mencakup hutan mangrove, terumbu karang (coral reefs), padang lamun (sea grass beds) (Dahuri et al. 2008). Kondisi tersebut memberikan konsekuensi agar memanfaatkan sumberdaya alam tersebut secara optimal dan mengelola dengan lebih bijaksana. Hal ini dikarenakan keanekaragaman hayati sangat rentan terhadap perubahan lingkungan, baik yang terjadi di wilayah daratan maupun lautan. Wilayah pesisir Indonesia juga mempunyai potensi bencana alam yang sangat tinggi, selain memiliki kekayaan sumberdaya alam pesisir yang potensial. Salah satu bencana alam yang terjadi di wilayah pesisir adalah banjir yang disebabkan oleh gelombang pasang air laut atau sering disebut sebagai banjir rob. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang paling rentan terkena banjir rob karena berbatasan langsung dengan laut. Banjir rob adalah banjir yang terjadi akibat pasang surut air laut menggenangi lahan/kawasan yang lebih rendah. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan naiknya gelombang pasang air laut seperti dorongan
1
http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/1048/Garis-Pantai-Indonesia-Terpanjang-Keempat-diDunia/?category_id diakses pada tanggal 14 Februari 2014
2
air, angin dan fenomena-fenomena alam lain yang sering terjadi di laut. Pasang tinggi dan surut terendah gelombang air laut mempunyai siklus kedatangan yang panjang maupun pendek. Siklus terpanjang pasang-surut terjadi setiap 18,6 tahun dan siklus pendek bisa hanya 12 jam, 24 hari, 6 bulan dan 1 tahun (Team Mirah Sakethi 2010). Banjir rob terjadi terutama karena pengaruh tinggi-rendahnya pasang surut air laut yang disebabkan oleh gaya gravitasi. Gravitasi bulan merupakan pembangkit utama pasang surut air laut. Walaupun massa matahari jauh lebih besar dibandingkan massa bulan, namun karena jarak bulan yang jauh lebih dekat ke bumi di bandingkan matahari maka gravitasi bulan memiliki pengaruh yang lebih besar (Chandra dan Supriharjo 2013). Beberapa penyebab banjir rob di pesisir belum dapat dipastikan, namun pada beberapa kondisi terjadinya pasang secara umum dapat disebabkan oleh pasangsurut air laut dan posisi bulan yang menyebabkan gaya tarik, land subsidence yang terjadi sebagai akibat dari beban pemanfaatan lahan yang ada di pesisir, pengambilan air tanah yang berlebihan serta perubahan pemanfaatan ruang di pesisir (Kodoatie dan Sugiyanto 2002). Banjir rob akan semakin parah dengan adanya genangan air hujan atau banjir kiriman, dan banjir lokal akibat saluran drainase yang kurang terawat. Air laut yang pasang ini umumnya akan menahan air sungai yang seharusnya mengalir ke laut. Dengan jumlah air sungai yang terus bertambah, akhirnya mampu merusak tanggul dan menggenangi daerah-daerah yang lebih rendah dari permukaan air laut saat pasang terjadi (Desmawan 2012). Banjir rob menimbulkan dampak bagi masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan pesisir. Menurut Nurhayati (2012) banjir rob memiliki dampak fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan. Dampak fisik berupa kerusakan sarana umum dan kantor pelayanan publik sedangkan dampak sosial mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental, menurunnya perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan, terganggunya aktivitas kantor pelayanan publik, kekurangan makanan, energi, air dan kebutuhan dasar lainnya. Dampak ekonomi mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan ekonomi (orang tidak dapat pergi bekerja, terlambat bekerja atau transportasi komoditas terhambat dan lain-lain) adapun dampak lingkungan mencakup pencemaran air.
ii
3
Kecamatan Muara Gembong termasuk wilayah pesisir utara Pulau Jawa menyebabkan wilayah ini rentan terkena banjir rob dengan rata-rata ketinggian ± 2 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Muara Gembong dikelilingi oleh perairan Laut Jawa dan dilintasi oleh sungai Citarum dengan empat anak sungai yang bermuara ke Laut Jawa. Kecamatan Muara Gembong merupakan kecamatan pesisir yang terletak di Kabupaten Bekasi dengan luas wilayah sebesar 14.009 Ha (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi 2012). Kecamatan Muara Gembong merupakan wilayah pesisir yang perairan di sekitarnya sangat dipengaruhi oleh arus laut regional yang bergerak secara musiman (Yulianti 2006). Terdapat empat musim yang berpengaruh, yaitu musim barat (bulan Desember–Februari), musim timur (bulan Juni–Agustus), musim peralihan barat ke timur (bulan Maret-Mei) dan musim peralihan timur ke barat (bulan September-Nopember). Musim barat dikenal dengan musim paceklik karena angin pada musim ini bertiup dari arah utara pantai sehingga gelombang laut menjadi tinggi. Desa Pantai Harapan Jaya merupakan wilayah pesisir terluas di Kecamatan Muara Gembong yang sering mengalami banjir rob. Wilayah terparah di Desa Pantai Harapan Jaya yang terkena banjir rob adalah Kampung Pondok. Banjir rob di wilayah ini terjadi setiap tahun dengan intensitas ketinggian banjir yang berbedabeda. Dampak banjir rob yang terjadi di Kampung Pondok menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Kerugian ekonomi ini dapat dilihat pada kerusakan bangunan tempat tinggal maupun terhadap mata pencaharian penduduk setempat. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, penelitian ini penting dilakukan untuk mengukur besarnya kerugian dan dampak yang ditimbulkan dari genangan banjir rob terhadap masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah Kampung Pondok, sehingga nantinya diketahui usaha-usaha yang bisa dilakukan dalam meminimalisir dampak yang ditimbulkan. 1.2 Perumusan Masalah Desa Pantai Harapan Jaya termasuk wilayah yang bertopografi datar dengan ketinggian 4 meter di atas permukaan laut sehingga menyebabkan terjadinya fenomena banjir rob. Wilayah terparah di Desa Pantai Harapan Jaya yang sering mengalami banjir rob adalah wilayah Kampung Pondok. Wilayah ini mengalami
4
banjir rob karena berbatasan dengan laut di bagian barat. Banjir rob di wilayah ini akan semakin parah dengan adanya genangan air hujan atau dan banjir lokal akibat luapan air sungai Cikarang Bekasi Laut (CBL). Hal ini dikarenakan wilayah Kampung Pondok berada tepat di muara yaitu pertemuan antara laut dan sungai CBL. Berkurangnya lahan mangrove di pinggir pantai menyebabkan air pasang laut tidak tertampung lagi sehingga menggenangi kawasan yang lebih rendah lainnya. Lahan mangrove yang berkurang ini merupakan perubahan penggunaan lahan mangrove menjadi perluasan lahan tambak. Menurut Team Mirah Sakethi (2010), banjir rob yang terjadi di Pesisir Utara Jakarta tidak saja disebabkan oleh gelombang pasang laut yang tinggi namun juga disebabkan oleh penurunan muka tanah. Tanda-tanda bahwa lokasi ini masih terus mengalami penurunan muka tanah adalah penyedotan air bawah tanah oleh penduduk Jakarta untuk kepentingan rumah tangga sehari-hari dan untuk industri. Fenomena banjir rob yang terjadi di kawasan Semarang merupakan akibat dari perubahan penggunaan lahan di wilayah pantai, penurunan muka tanah di kawasan pantai (land subsidence), penurunan permukaan air tanah sebagai akibat dari penggunaan air tanah yang berlebihan dan pengisian kembali air tanah pada kawasan konservasi yang buruk (Sarbidi 2008). Banjir rob tidak hanya terjadi pada musim hujan tetapi juga pada musim kemarau. Genangan banjir rob dapat berlangsung berhari-hari, bahkan satu minggu terus menerus dengan tinggi genangan banjir yang bervariasi. Genangan banjir di wilayah Kampung Pondok menyebabkan masyarakat mengalami kerusakan pada bangunan tempat tinggal dan peralatan rumah tangga yang dimiliki. Lantai dan dinding rumah pada umumnya tergenang air sehingga menjadi retak dan miring. Genangan banjir membuat aktivitas bekerja dan kesehatan masyarakat menjadi terganggu. Terganggunya aktivitas bekerja masyarakat berpengaruh pada penghasilan yang diperoleh. Penyakit yang diderita masyarakat, diantaranya gatalgatal pada kulit, demam, diare dan flu. Bagi masyarakat yang menggantungkan sumber penghidupannya dari lahan tambak, banjir rob menyebabkan lahan tambak menjadi rusak dan hasil panen dari usaha tambak juga menjadi berkurang karena terbawa oleh arus genangan air.
ii
5
Dampak negatif dan kerugian dari genangan rob akan semakin terasa dengan bertambahnya luas genangan banjir dari tahun ke tahun (Diposaptono et al. 2009). Melihat dampak yang ditimbulkan banjir rob yang terjadi di Kampung Pondok maka diharapkan untuk segera menyusun bentuk penanganan bencana banjir rob. Bentuk penanganan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara adaptasi. Adaptasi merupakan upaya untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi perubahan lingkungan. Adaptasi dapat bersifat swadaya seperti melindungi tempat tinggal mereka dari banjir dan berupa inisiatif pemerintah seperti penyediaan fasilitas pertahanan banjir lainnya (Barker 2003). Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi belum melakukan upaya dan strategi adaptasi untuk memecahkan persoalan banjir rob di sepanjang daerah Pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Belum adanya strategi adaptasi terhadap banjir rob dari pemerintah membuat masyarakat memiliki inisiatif sendiri untuk melakukan berbagai upaya adaptasi. Upaya adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Pondok, antara lain peninggian lantai rumah maupun pembuatan tanggul di pintu masuk rumah. Upaya adaptasi yang dilakukan masyarakat adalah bentuk pertahanan dalam menghadapi kemungkinan dampak negatif saat banjir rob. Upaya adaptasi yang sudah dilakukan masyarakat Kampung Pondok belum dapat membuat masyarakat terhindar dari banjir rob. Oleh karena itu, estimasi nilai kerugian ekonomi ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan bagi Pemerintah Daerah terkait strategi adaptasi terhadap banjir rob agar dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai karakteristik dan dampak yang ditimbulkan dari banjir rob? 2. Berapa estimasi besarnya nilai kerugian ekonomi masyarakat yang ditimbulkan akibat banjir rob? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob? 4. Bagaimana strategi adaptasi yang dilakukan dalam usaha mengurangi dampak banjir rob?
6
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi persepsi masyarakat mengenai karakteristik dan dampak yang ditimbulkan dari banjir rob. 2. Mengestimasi besarnya nilai kerugian ekonomi masyarakat yang ditimbulkan akibat banjir rob. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob. 4. Mengidentifikasi strategi adaptasi yang dilakukan dalam usaha mengurangi dampak banjir rob. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan mengestimasi nilai kerugian ekonomi dan strategi adaptasi terhadap banjir rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Kerugian ekonomi hanya akan menghitung kerugian tangible yang terbagi menjadi kerugian langsung (direct) dan kerugian indirect. Kerugian direct yang dihitung dalam penelitian ini antara lain biaya kehilangan peralatan rumah tangga dan biaya perbaikan bangunan rumah serta peralatan rumah tangga. Kerugian indirect mencakup biaya pengobatan yang terdiri dari biaya kesehatan dan kehilangan pendapatan yang diperoleh karena sakit, kehilangan pendapatan yang diperoleh karena memilih tidak pergi bekerja dan perubahan pendapatan dari usaha tambak. Penelitian ini juga mengidentifikasi persepsi masyarakat mengenai karakteristik, dampak yang ditimbulkan dan kekhawatiran terhadap banjir rob melalui analisis deskriptif. Hasil dari persepsi masyarakat tersebut akan diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengeluaran biaya pencegahan. Estimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir rob dievaluasi untuk rekomendasi kebijakan terkait strategi adaptasi terhadap banjir rob di Pesisir Kecamatan Muara Gembong.
ii
7
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis, untuk meningkatkan pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan untuk dipraktikan dilapangan. 2. Bagi akademisi dan peneliti, sebagai informasi tambahan atau bahan rujukan untuk menambah khasanah ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi pemerintah Kabupaten Bekasi, sebagai informasi dan bahan pertimbangan untuk menghitung kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir rob serta untuk menetapkan kebijakan yang tepat terkait strategi adaptasi terhadap banjir rob. 4. Bagi masyarakat, sebagai informasi mengenai besarnya kerugian ekonomi langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) yang diderita dan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob.
8
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pesisir Wilayah pesisir (coastal zone) secara teknis didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara daratan dan lautan; batas ke arah darat mencakup kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses kelautan, seperti gaya pasang surut, interusi air laut dan percikan gelombang; dan batas ke arah laut meliputi perairan laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alamiah di darat seperti aliran di darat seperti aliran air sungai dan dampak kegiatan manusia di darat seperti bahan pencemar dan sedimentasi (Dahuri 2000). Sedangkan secara administrasi (kebijakan), batas wilayah pesisir ke arah darat yang termasuk dalam desa pantai; dan batas ke arah laut meliputi daerah perairan laut meliputi perairan laut dangkal paparan benua (continental shelf) atau 12 mil dari garis pasang-surut terendah (Dahuri et al. 2008). Secara ekologis, wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara ekosistem laut dan daratan, di mana segenap faktor yang bekerja di ekosistem laut dan daratan bertemu serta membentuk ekosistem yang unik. Berdasarkan kesepakatan internasional wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara darat dan laut, ke arah daratan didefinisikan sebagai daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi paparan dunia. Apabila ditinjau dari garis pantai (coastline), maka suatu wilayah pesisir memiliki dua batas (boundaries), yaitu: batas yang sejajar garis pantai (longshore) dan batas yang tegak lurus pantai (crossshore) (Dahuri et al. 2008). Definisi wilayah pesisir yang disepakati pada pembakuan teknis wilayah pesisir untuk Indonesia, yaitu jalur saling pengaruh antara darat dan laut, mempunyai ciri geosfer secara khusus, ke arah darat dibatasi oleh pengaruh sifat fisik laut, dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah laut dibatasi oleh proses serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan darat. Dahuri et al (2008) mendefinisikan konsep pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumberdaya dan kegiatan pemanfaatan secara terpadu guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan, dimana keterpaduan dalam konsep ini mengandung tiga dimensi, yaitu sektoral, bidang
9
ilmu dan keterkaitan ekologis. Keterpaduan secara sektoral diartikan sebagai suatu keadaan, dimana proses koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau instansi pemerintah pada tingkat tertentu (horizontal integration) dan pada semua level pemerintahan dari mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi sampai tingkat pusat (vertical integration) dijalankan secara terpadu. Keterpaduan keilmuan diartikan sebagai suatu keterpaduan dalam sudut pandang pengelolaan wilayah pesisir yang dilaksanakan atas dasar pendekatan interdispilin ilmu yang melibatkan bidang ilmu ekonomi, ekologi, teknik, sosiologi, hukum dan lain sebagainya yang relevan dan keterkaitan ekologis sebagai sesuatu yang diperlukan dan diperhatikan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu, karena jika suatu ekosistem mengalami perubahan atau kerusakan maka akan terjadi pula pada ekosistem yang lainnya. 2.2 Banjir Rob Rob adalah kejadian/fenomena alam dimana air laut masuk ke wilayah daratan, pada waktu permukaan air laut mengalami pasang. Rob dapat terjadi karena dinamika alam atau karena kegiatan manusia. Dinamika alam yang dapat menyebabkan rob adalah adanya perubahan elevasi pasang surut air laut. Sedangkan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia misalnya karena pemompaan air yang berlebihan, penggerukan alur pelayaran, reklamasi pantai dan lain-lain (Wahyudi 2007). Air pasang laut akan memperlambat aliran sungai yang menuju ke laut. Pada waktu banjir yang bersamaan dengan air pasang tinggi maka akan mempengaruhi tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater). Banjir akibat pasang air laut merupakan pola fluktuasi muka air laut yang dipengaruhi oleh gaya tarik (gravitasi) bulan dan matahari terhadap massa air laut bumi (Sunarto 2003). Tinggi rendahnya kenaikan air pasang itu ditentukan oleh dua faktor: posisi relatif bulan dan matahari terhadap bumi, serta jarak bulan (pada orbitnya) dengan titik pusat (inti) bumi. Tarikan itu akan menyebabkan permukaan air laut bergerak vertikal dan horizontal. Saidja (1988) yang diacu dalam Pratiwi (2012) menjelaskan bahwa air laut akan terjadi pasang naik dan pasang surut secara harian dan bulanan. Pasang harian terjadi siang dan malam, masing-masing dua kali
10
pasang naik dan surut. Pasang bulanan akan terjadi dua kali pasang naik, yaitu: (1) pada bulan purnama (tanggal 14 atau 15 komariah), dan (2) pada bulan baru dan bulan mati (tanggal 1 dan 30 komariah), serta dua kali pasang surut, yaitu: (1) pada minggu pertama/kwarter pertama (tanggal 7 atau 8), dan (2) pada pekan terakhir/kwarter terakhir (tanggal 21 atau 22). Pada pasang harian akan terjadi dua kali pasang naik dan dua kali pasang surut. Pasang naik dan pasang surut harian akan terlambat kira-kira 50 menit untuk hari berikutnya. 2.3 Kerugian Ekonomi akibat Banjir Rob Dampak banjir rob adalah timbulnya biaya kerusakan yang ditanggung oleh masyarakat wilayah Pesisir Kampung Pondok. Menurut Marfai (2013), penilaian akibat banjir terdiri dari dua tipe kerusakan yang berdasarkan ada atau tidaknya nilai moneter. Tipe kerusakan tersebut dapat diaplikasikan untuk nilai konsekuensi dari banjir, contohnya nilai tangible (yang dapat dihitung) dan intangible (tidak dapat dihitung). Stres, depresi dan ketidaknyamanan adalah contoh kerusakan intangible. Kerusakan tangible dapat dibagi menjadi langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung berkaitan dengan properti rumah, mobil, alat rumah tangga, dan sebagainya. Kerusakan tidak langsung adalah kerugian yang disebabkan oleh perbedaan antara hubungan ekonomi dan fisik berdasarkan nilai ekonomi. Ketika terjadi banjir, menyebabkan kemacetan pada aktifitas pasar dan bisnis, orang tidak dapat bekerja dan akan kehilangan pendapatan, dan sebagainya dapat dimasukkan dalam definisi kerusakan tidak langsung. Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002), kerugian akibat banjir pada umumnya sulit diidentifikasi secara jelas, dimana terdiri dari kerugian banjir akibat banjir langsung dan tak langsung. Kerugian akibat banjir langsung, merupakan kerugian fisik akibat banjir yang terjadi, antara lain robohnya gedung sekolah, industri, rusaknya sarana transportasi, hilangnya nyawa, hilangnya harta benda, kerusakan di pemukiman, kerusakan daerah pertanian dan peternakan, kerusakan sistem irigasi, sistem air bersih, sistem drainase, sistem kelistrikan, sistem pengendali banjir termasuk bangunannya, kerusakan sungai, dsb. Sedangkan kerugian akibat banjir tak langsung berupa kerugian kesulitan yang timbul secara
11
tak langsung diakibatkan oleh banjir, seperti komunikasi, pendidikan, kesehatan, kegiatan bisnis terganggu, dan sebagainya. 2.4 Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011), kerusakan lingkungan merupakan perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Penilaian kerusakan biasanya harus membangun hubungan sebab akibat antara sumber kerusakan dengan dampak dari kerusakan tersebut (Grigalunas et al. 1998). Penilaian tersebut diperlukan guna menentukan dan menilai sejauh mana kerugian dan penderitaan masyarakat sebagai dampak dari kerusakan yang terjadi. 2.4.1 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya Suparmoko dan Ratnaningsih (2011) menjelaskan bahwa dalam menelusuri langkah-langkah dalam penilaian dampak lingkungan, sesungguhnya kita terlihat memberikan nilai ekonomi terhadap dampak perubahan kualitas lingkungan terhadap barang dan jasa alami maupun barang dan jasa buatan manusia. Menilai atau memberikan harga terhadap dampak suatu proyek, selama ada harga pasar untuk produk atau jasa yang hilang atau timbul dari adanya suatu proyek, sebaiknya menggunakan harga pasar. Pendekatan harga pasar sebenarnya terdiri dari: 1.
Biaya perbaikan dan biaya kehilangan Metode ini digunakan untuk mengestimasi nilai kerugian langsung rumah
tangga berupa kerusakan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga. Nilai kerugian dari kerusakan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga yang sudah diperbaiki diestimasi melalui pendekatan biaya perbaikan. Kemudian Nilai kerugian ekonomi dari kerusakan peralatan rumah tangga yang belum diperbaiki dan atau sudah dibuang diestimasi melalui nilai sisa barang pada tahun kerusakan. 2.
Biaya pencegahan (Preventive Expenditure) Pendekatan biaya pencegahan merupakan pendekatan melalui estimasi
kesediaan individu untuk mengeluarkan biaya agar dapat terhindar dari kerusakan akibat degradasi lingkungan (Garrod dan Willis, 1999). Nilai lingkungan yang
12
dihitung dalam metode ini berdasarkan hal-hal yang disiapkan masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan kerusakan lingkungan (Dhewanthi et al. 2007). 2.4.2 Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach) Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach) menilai nilai lingkungan melalui dampak kerusakan lingkungan terhadap kuantitas dan kualitas masyarakat (Garrod and Willis 1999). Pendekatan modal manusia ini berfokus pada dampak kondisi lingkungan yang merugikan kesehatan masyarakat seperti pendapatan yang hilang (Loss of Earning) karena sakit dan biaya perawatan medis (Cost of Illness) yang dikeluarkan masyarakat (Garrod and Willis 1999). Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011) pendekatan ini disebut pula Cost of Illness Approach, diterapkan untuk menilai sumberdaya manusia bila terjadi kematian, cacat tubuh yang permanen, sakit, tidak masuk kerja dan sebagainya sebagai akibat adanya suatu proyek. Cost of illness mengukur biaya kesehatan secara penuh, termasuk biaya berobat, obat, dan biaya perawatan. 2.4.3
Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) atau Pendapatan yang Hilang Sulitnya mendapatkan harga pasar atau jasa yang timbul karena adanya
suatu proyek maka sedapat mungkin digunakan nilai harga alternatif atau biaya kesempatan (Opportunity Cost). Biaya kesempatan atau pendapatan yang hilang dari penggunaan SDA dapat digunakan untuk mengestimasi nilai SDA tersebut. Cara ini dapat dipakai untuk mengukur berapa pendapatan yang hilang karena adanya suatu proyek (Suparmoko dan Ratnaningsih 2011). Dampak dari suatu proyek ini bisa didapatkan dengan menilai seberapa besar perubahan dari pendapatannya. 2.5 Analisis Pendapatan Usaha Tambak Menurut Soeharjo dan Patong (1973), pendapatan didefinisikan sebagai hasil dari total penerimaan yang diperoleh petani dikurangi hasil dari biaya yang dikeluarkan selama periode usahatani. Pendapatan juga merupakan balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi, lahan, modal, tenaga kerja, dan pengelolaan (manajemen). Analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk mengukur tingkat
13
keberhasilan suatu usahatani, hal yang sama digunakan untuk analisis pendapatan usaha tambak. Soekartawi et al (1986), menyatakan bahwa besarnya pendapatan usahatani tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Penerimaan merupakan hasil kali harga jual produk dengan jumlah produksi total, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain yang dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan. Besar kecilnya tingkat pendapatan yang diperoleh petani dipengaruhi antara lain: skala usaha, ketersediaan modal, tingkat harga output, ketersediaan tenaga kerja keluarga, sarana transportasi, sistem pemasaran, kebijakan pemerintah dan sebagainya. Biaya usahatani terdiri dari biaya tetap dan variabel baik yang bersifat tunai maupun non tunai. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah ketika kuantitas output berubah. Biaya ini akan tetap ada walaupun perusahaan tidak melakukan produksi. Salah satu contoh biaya tetap adalah penyusutan mesin-mesin atau alat produksi yang dipakai. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah ketika jumlah barang yang diproduksi berubah. Salah satu contohnya adalah biaya pembelian bahan mentah atau bahan dasar yang digunakan untuk produksi. Biaya total (total cost) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli berbagai input untuk keperluan produksi. Biaya total dihitung dari jumlah biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani secara tunai, contohnya biaya untuk pembelian input, upah tenaga kerja dari luar keluarga, dan lain-lain. Biaya non tunai adalah biaya yang diperhitungkan untuk menghitung pengeluaran petani jika modal, sewa lahan, tenaga kerja dalam keluarga, biaya benih milik sendiri diperhitungkan (Suratiyah 2008). Soekartawi (1995) menjelaskan pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan. Secara matematis pendapatan usahatani diformulasikan sebagai berikut : I = TR - TC Keterangan: I
= Pendapatan (Rp)
…................................... (2.1)
14
TR
= Total Penerimaan (Rp)
TC
= Total Pengeluaran (Rp) Ketika total penerimaan lebih besar dari total pengeluaran maka usaha
menguntungkan. Sebaliknya jika total penerimaan lebih kecil dari total pengeluaran maka usaha dapat dikatakan rugi. Namun, jika total penerimaan dan total pengeluaran seimbang usaha dikatakan impas yaitu tidak untung dan tidak rugi. 2.6 Model Regresi Logistik Rosadi (2011) menjelaskan regresi logistik merupakan salah satu model statistika yang dapat digunakan untuk menganalisis pola hubungan antara sekumpulan variabel independen dengan suatu variabel dependen bertipe kategoris atau kualitatif. Kategori dari variabel dependen dapat terdiri atas dua kemungkinan nilai (dichotomous), seperti ya/tidak, sukses/gagal, dan lain-lain, atau lebih dari dua nilai (polychotomous), seperti sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Menurut Firdaus dan Afendi (2008), pemodelan peluang kejadian tertentu dalam analisis regresi logistik dari kategori peubah respon dilakukan melalui 𝑃𝑖
transformasi dari regresi linear ke logit: Logit (Pi) = loge (1−𝑃𝑖). Pi merupakan peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon untuk orang ke-i dan loge adalah logaritma dengan basis bilangan e. Kategori sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian dalam penelitian. Pi
Logit (Pi)
Logit transform
Predictor
Predictor Gambar 1 Gambar transformasi logit
Gambar 1 mengilustrasikan proses transformasi logit (Firdaus dan Afendi 2008). Logit (Li) merupakan logaritma dari rasio sebelumnya dan linier dalam variabel independen dan parameter. Estimasi parameter dari metode regresi logistik dapat dilakukan dengan metode maximum likelihood estimator (mle), dimana parameter optimal dapat diperoleh dengan metode numerik. Persamaan model logit atau model regresi logistik:
15
𝑃𝑖
Li = Ln (1−𝑃𝑖) = β0 + β1X1 + β2X2 + ... + βjXj ............... (2.2) Interpretasi model logistik sama seperti model OLS yaitu dengan koefisien slope dari parameter. Koefisien slope diinterpretasikan sebagai perubahan pada logit (p) akibat suatu perubahan satu unit pada variabel bebas. Cara yang paling umum digunakan dalam menginterpretasikan koefisien model regresi logistik adalah dengan melibatkan odds ratio. Odds berarti resiko atau kemungkinan peluang kejadian sukses terhadap kejadian tidak sukses dari variabel respon. Apabila pengamatan Y ke-i merupakan setuju/bersedia untuk membayar maka dilambangkan Yi = 1, peluangnya adalah Pi, sedangkan peluang untuk Yi = 0 (tidak setuju) adalah (1– Pi). Makin besar nilai odds maka makin besar peluang seseorang untuk mengambil keputusan, sehingga nilai odds merupakan suatu indikator kecenderungan seseorang menentukan pilihan yang pertama. Secara matematis Odds ratio dapat dituliskan sebagai berikut (Juanda 2009): 𝑃𝑖 1−𝑃𝑖
.................................................... (2.3)
Keterangan: Pi
= peluang kejadian yang terjadi
1-Pi
= peluang kejadian yang tidak terjadi Pengujian parameter model dilakukan dengan menguji semua parameter
secara keseluruhan (simultan) dan menguji masing-masing parameter secara terpisah (individual). a) Uji G Hasil pengujian signifikansi regresi secara simultan didasarkan pada statistik uji G. Statistik uji G adalah uji rasio kemungkinan maksimum (likelihood ratio test) yang dapat digunakan untuk menguji peranan variabel bebas secara bersamaan (Hosmer dan Lemeshow 2000). Untuk menguji apakah variabel bebas memberikan pengaruh terhadap kebaikan dari model dengan uji rasio likelihood, mula-mula dicari nilai statistik G. 𝑙o
𝐺 = −2 ln [ 𝑙𝑖 ] ................................................................................................... (2.4) Keterangan: lo = Likelihood pada model tanpa variabel bebas li
= Likelihood pada model dengan variabel bebas
16
Hipotesis yang dipakai adalah: H0 : β1 = β2 = ... = βk = 0 dak ada pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel tidak bebas) H1 : Minimal ada satu nilai β ≠ 0 (ada pengaruh paling sedikit satu variabel bebas terhadap variabel tidak bebas) dengan k = 1,2,3,...,p Pada hipotesis nol bahwa semua koefisien bernilai nol, distribusi untuk statistik G adalah Chi-square dengan derajat bebas p sehingga keputusan yang diambil, yaitu hipotesis H0 ditolak jika statistik p-value < α atau G > χ2p(α) artinya variabel bebas X secara bersama-sama mempengaruhi variabel tidak bebas Y. b) Uji Wald Untuk melakukan pengujian pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel tidak bebas, Uji Wald (Wald Test) dapat diterapkan. Menurut Rosadi (2011), untuk kecocokan koefisien, kita bisa menggunakan Uji Wald. Uji Wald merupakan uji univariat terhadap masing-masing koefisien regresi logistik. Hipotesis yang diterapkan dalam uji ini adalah : H0 : βj = 0 (variabel bebas ke j tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas) H1 : βj ≠ 0 (variabel bebas ke j mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas) dengan j=1,2,3,...,k Statistik uji yang digunakan adalah :
𝑊𝑗 =
̂𝑗 𝛽 ̂ 𝑗) 𝑆𝐸 (𝛽
.................................................................................................. (2.5)
Keterangan: 𝛽̂ j
= penduga dari βj
SE 𝛽̂ j = penduga dari standard error untuk 𝛽̂ j Statistik W mengikuti sebaran normal (Z) dengan kriteria keputusan yang dipakai adalah menolak H0 jika nilai Wj > Zα/2 atau two-tailed p-value dari statistik Wj < taraf nyata (α) yang artinya variabel bebas ke-j tersebut berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap variabel tidak bebas.
17
2.7 Analisis Kebijakan Analisis kebijakan menurut Dunn (2003) yang diacu dalam Sapanli (2009) adalah sebuah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang ada hubungannya sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan permasalahan kebijakan yang ada. Ruang lingkup dan metode-metode analisis sebagian bersifat deskriptif dan informasi yang nyata (faktual) mengenai sebab akibat kebijakan sangat penting untuk memahami masalah-masalah kebijakan. Oleh karena itu, dalam pengambilan keputusan atau perumusan kebijakan akan lebih mudah bila menggunakan suatu model tertentu. Model kebijakan (policy model) adalah sajian yang disederhanakan mengenai aspek-aspek terpilih dari situasi problematis yang disusun untuk tujuan-tujuan khusus. Model yang dipakai untuk merumuskan kebijakan adaptasi untuk tindakan pencegahan dampak dari banjir rob dalam penelitian ini digunakan model deskriptif melalui analisis pengambilan keputusan dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Menurut Marimin (2004) Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) adalah metode pengambilan keputusan yang mengkuantitaskan pendapat seseorang atau lebih dalam skala tertentu. MPE digunakan untuk membandingkan beberapa alternatif dengan menggunakan sejumlah kriteria yang ditentukan berdasarkan hasil survei dengan pakar terkait. Penilaian yang diberikan dalam hal ini telah ditetapkan sebelumnya. Prinsip MPE adalah metode skoring terhadap pilihan-pilihan yang ada. Dengan perhitungan secara eksponensial, perbedaan nilai kriteria yang satu dengan kriteria yang lainnya dapat dibedakan dengan jelas tergantung tingkat penilaian tersebut. Marimin (2004) menjelaskan ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam menggunakan metode perbandingan eksponensial yaitu: 1.
Menyusun alternatif-alternatif keputusan yang akan dipilih
2.
Menentukan kriteria atau perbandingan kriteria keputusan yang penting untuk dievaluasi
3.
Menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria
4.
Melakukan penilaian terhadap semua alternatif pada setiap kriteria
18
5.
Menghitung skor atau nilai total setiap alternatif
6.
Menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total masing-masing alternatif. Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan dengan cara wawancara
pakar atau melalui kesepakatan curah pendapat. Sedangkan penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya. Semakin besar nilai alternatif, semakin besar pula skor alternatif tersebut. Total skor masing-masing alternatif keputusan akan relatif berbeda secara nyata karena adanya fungsi eksponensial. 2.8 Strategi Adaptasi terhadap Banjir Rob Adaptasi merupakan kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang dapat dibagi terbagi menjadi beberapa cara melalui: 1. Proses fisiologis, 2. Adaptasi morfologi, 3. Adaptasi kultural atau perilaku yang di dalamnya termasuk penerapan teknologi dan pranata sosial khususnya bagi makhluk hidup (Soemarwoto 1991). Adaptasi dalam konteks menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dapat berupa “penyesuaian” dengan tempat tinggal (modifikasi bentuk rumah atau relokasi tempat tinggal), mata pencaharian atau pekerjaan, dan bentuk adaptasi lainnya (Shalih 2012). Menurut Diposaptono (2007), tiga pola atau strategi yang dapat dilakukan dalam adaptasi terhadap banjir pasang di wilayah pesisir adalah: 1. Pola protektif yaitu dengan membuat bangunan pantai yang mampu mencegah banjir pasang agar tidak masuk ke darat serta dengan melakukan restorasi melalui peremajaan pantai dan rehabilitasi mangrove. 2. Pola adaptif yaitu menyesuaikan dengan banjir pasang. Rumah-rumah penduduk dibuat model panggung agar aman dari genangan air laut terutama pada waktu banjir pasang. 3. Pola mundur (retreat). Pola ini bertujuan menghindari genangan dengan cara merelokasi permukiman, industri, daerah pertanian dan lain-lain ke arah darat agar tidak terjangkau air laut akibat banjir pasang. Adaptasi disusun oleh berbagai tindakan dalam masyarakat yang dilakukan oleh individu, kelompok, dan pemerintah. Adaptasi dilatarbelakangi oleh berbagai
19
faktor termasuk perlindungan terhadap kesejahteraan dan keselamatan (Adger et al 2005).
Menurut
Kusnanto
(2011),
kriteria
pemilihan
adaptasi
perlu
mempertimbangkan: 1.
Efektivitas teknis: apakah opsi adaptasi efektif dalam memecahkan masalah yang timbul, sementara juga memenuhi tujuan pengembangan atau manajemen?
2.
Biaya: berapa besar biaya untuk melaksanakan kegiatan adaptasi?
3.
Manfaat: apakah jenis (dan besar) manfaat yang akan dihasilkan melalui adaptasi dan siapa yang akan memperoleh keuntungan?
4.
Pertimbangan implementasi: seberapa mudah atau sulit untuk merancang dan mengimplementasikan pilihan dalam hal tingkat kemampuan yang diperlukan, informasi yang dibutuhkan, dan skala implementasi. 2.9 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang dijadikan referensi antara lain penelitian yang
dilakukan oleh Srihuzaimah (2011) tentang kerugian fisik dan non fisik Rumah tangga Pesisir Akibat Banjir Pasang di Kelurahan Kamal Muara, Penjaringan Jakarta Utara, hasil penelitian oleh Setyaningrum (2012) mengenai Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Pasang (Studi Kasus: Kampung Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara) dan penelitian yang dilakukan oleh Berina (2011) mengenai Strategi Adaptasi dan Biaya Adaptasi Masyarakat Teluk Jakarta Terhadap Dampak Banjir Rob Akibat Perubahan Iklim. Hasil penelitian Srihuzaimah (2011) tentang kerugian fisik dan non fisik Rumah tangga Pesisir Akibat Banjir Pasang di Kelurahan Kamal Muara menunjukkan bahwa kerugian fisik yang timbul akibat banjir pasang pada tahun 2007-2009 adalah biaya perbaikan dan biaya kehilangan yang ditanggung rumah tangga. Rata-rata biaya perbaikan akibat banjir selama tahun 2007-2009 sebesar Rp 3.994.125 per rumah tangga sedangkan rata-rata biaya kehilangan akibat banjir selama tahun 2007-2009 sebesar Rp 526.304 per rumah tangga. Hasil estimasi model menunjukkan bahwa nilai biaya perbaikan dipengaruhi oleh pengeluaran rumah tangga dan lokasi rumah. Rumah tangga yang pengeluarannya tinggi, ratarata nilai biaya perbaikannya sebesar Rp 20.683.284, rumah tangga yang
20
pengeluarannya sedang, rata-rata nilai biaya perbaikannya sebesar Rp 2.288.590, sedangkan rumah tangga yang pengeluarannya rendah, rata-rata nilai biaya perbaikannya sebesar Rp 1.782.417. Rata-rata nilai biaya perbaikan untuk lokasi rumah yang dekat dari pantai sebesar Rp 4.944.342, sedangkan rata-rata nilai biaya perbaikan untuk lokasi rumah yang jauh dari pantai sebesar Rp 835.865. Nilai biaya perbaikan untuk lokasi rumah yang dekat dari pantai dipengaruhi oleh pengeluaran rumah tangga sedangkan nilai biaya perbaikan untuk lokasi rumah yang jauh dari pantai dipengaruhi oleh pengeluaran rumah tangga, tinggi banjir dan status rumah. Hasil dari penelitian Setyaningrum (2012) tentang Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Pasang (Studi Kasus: Kampung Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara) menunjukkan total estimasi kerugian responden rumah tangga sebesar Rp 2.855.653.684 untuk hilangnya waktu bekerja, Rp 405.594.880 untuk biaya pencegahan dan Rp 493.588.897 untuk biaya pencegahan. Sedangkan untuk unit usaha, rata-rata estimasi kerugian akibat banjir pasang sebesar Rp 4.133.910 setiap satu unit usaha. Pengelolaan kawasan pesisir harus melibatkan masyarakat di dalamnya, sehingga menimbulkan rasa memiliki dan kesadaran masyarakat di dalamnya, sehingga menimbulkan rasa memiliki dan kesadaran masyarakat akan sumberdaya dan lingkungannya serta diperlukan kerjasama yang baik antar pemerintah dan masyarakat agar upaya pencegahan dan minimisasi banjir pasang di wilayah ini dapat terlaksana dengan baik. Berina (2011) melakukan penelitian tentang Strategi dan Biaya Adaptasi Masyarakat Teluk Jakarta Terhadap Dampak Banjir Rob Akibat Perubahan Iklim menunjukkan, sebagian besar masyarakat Teluk Jakarta belum memahami istilah perubahan iklim. Saat banjir terjadi, masyarakat lebih memilih menetap dirumah dibandingkan mengungsi ke tempat lain. Hal tersebut menimbulkan biaya yang harus ditanggung masyarakat untuk beradaptasi. Biaya adaptasi total yang harus ditanggung masyarakat adalah sebesar Rp 50.775.630.927. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar biaya adaptasi tersebut yaitu pendapatan rumah tangga, jarak rumah ke laut dan status kepemilikan rumah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah lokasi penelitian yang dilakukan di Pesisir Kabupaten Bekasi. Penelitian ini menghitung seberapa besar kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung (indirect). Kerugian
21
langsung (direct) dalam penelitian ini mencakup biaya kehilangan peralatan rumah tangga, biaya perbaikan terhadap bangunan rumah dan peralatan rumah tangga sedangkan kerugian tidak langsung (indirect) mencakup biaya pengobatan yang terdiri dari biaya kesehatan dan kehilangan pendapatan yang diperoleh karena sakit. Kerugian indirect lainnya, yakni kehilangan pendapatan yang diperoleh karena tidak pergi bekerja dan perubahan pendapatan dari usaha tambak. Selanjutnya, penelitian ini menghitung biaya pencegahan yang telah dikeluarkan masyarakat dalam kurun waktu enam tahun terakhir dan membahas jenis-jenis strategi adaptasi yang bisa diterapkan sebagai alternatif kebijakan terkait strategi adaptasi untuk meminimalisir dampak dari banjir rob.
22
III
KERANGKA PEMIKIRAN
Wilayah Pesisir Kecamatan Muara Gembong yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa menyebabkan wilayah pesisir ini rentan mengalami banjir rob. Banjir rob terjadi karena pengaruh pasang surut air laut dan posisi bulan yang menyebabkan gaya tarik. Pasang air laut yang terjadi akan menimbulkan genangan air di wilayah daratan atau tempat yang lebih rendah. Desa Pantai Harapan Jaya merupakan wilayah pesisir terluas di Kecamatan Muara Gembong yang sering mengalami banjir rob setiap tahun. Wilayah pesisir terparah di Desa Pantai Harapan Jaya yang sering mengalami banjir rob adalah Kampung Pondok. Wilayah ini berbatasan dengan laut di bagian barat. Banjir rob ini menimbulkan kerugian ekonomi bagi masyarakat rumah tangga yang tinggal di wilayah tersebut. Kerugian yang dirasakan rumah tangga merupakan kerugian tangible yang terbagi menjadi kerugian langsung (direct) dan kerugian indirect yang ditimbulkan dari banjir rob. Tujuan pertama dari penelitian ini adalah mengidentifikasi persepsi masyarakat mengenai karakteristik dan dampak yang ditimbulkan dari banjir rob yang dialami oleh masyarakat dengan analisis deskriptif. Persepsi masyarakat mengenai karakteristik banjir diantaranya adalah lama banjir, frekuensi banjir dan ketinggian banjir rob. Persepsi responden mengenai dampak terhadap banjir rob mencakup terganggunya aktivitas masyarakat, gangguan kesehatan, berkurangnya penghasilan serta kondisi lingkungan sekitar. Selanjutnya dari persepsi responden mengenai dampak banjir rob ini dapat dilihat kekhawatiran masyarakat terhadap banjir rob. Dari identifikasi kekhawatiran masyarakat terhadap banjir rob akan didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob dengan menggunakan metode analisis regresi logit. Tujuan kedua dari penelitian ini adalah mengestimasi kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir rob. Kerugian ekonomi dalam penelitian ini merupakan kerugian direct dan kerugian indirect yang dikeluarkan masyarakat pada tahun 2013. Kerugian direct dalam penelitian ini mencakup kehilangan peralatan rumah tangga dan perbaikan peralatan rumah tangga dan komponen bangunan rumah. Kerugian indirect yakni, biaya pengobatan yang terdiri dari biaya kesehatan dan kehilangan pendapatan yang diperoleh karena sakit, kehilangan pendapatan yang
23
diperoleh karena tidak pergi bekerja dan perubahan pendapatan dari usaha tambak. Kerugian banjir rob tahun 2013 diestimasi menggunakan metode biaya perbaikan, biaya kehilangan, analisis pendapatan usahatani, Cost of Illnes, Loss of Earning, dan Loss of Income. Banjir rob yang terjadi setiap tahun menyebabkan masyarakat mengeluarkan biaya pencegahan untuk meminimalisir kerugian ekonomi dan mewaspadai banjir rob yang akan datang kembali. Biaya pencegahan banjir rob ini diestimasi menggunakan metode Preventive Expenditure. Tujuan ketiga dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob yang akan di analisis menggunakan metode regresi logistik. Metode analisis regresi logistik ini digunakan untuk mengetahui variabel-variabel independen yang berpengaruh nyata dalam keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob yang terjadi di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi strategi adaptasi terhadap banjir rob dari pemerintah Kabupaten Bekasi dengan menggunakan analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Dalam MPE dilakukan proses analisis terhadap alternatif keputusan yang tersedia dengan mempertimbangan kriteria-kriteria kebijakan. Selanjutnya ditentukan penilaian untuk memperoleh bobot kriteria sehingga akan didapatkan urutan keputusan yang akan diambil. Keputusan dengan nilai tertinggilah yang pada akhirnya akan menjadi pilihan sebagai sebuah strategi adaptasi terhadap banjir rob di Pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui sejauh mana kerugian yang ditimbulkan akibat banjir rob. Setelah mengetahui kerugian dari banjir rob, diharapakan dari nilai kerugian tersebut bisa digunakan sebagai rekomendasi kebijakan bagi pemerintah daerah dalam menentukan langkah-langkah penanganan terkait strategi adaptasi terhadap banjir rob di Pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
24
Wilayah Pesisir Muara Gembong yang berbatasan dengan laut
Menyebabkan pasang air laut ke wilayah daratan
Masyarakat
Banjir pasang di wilayah Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong
Persepsi masyarakat mengenai karakteristik dan dampak yang ditimbulkan serta kekhawatiran terhadap banjir rob
Pendapatan yang Hilang
Analisis Deskriptif
Analisis regresi logit
Kerugian ekonomi yang dirasakan masyarakat
Kerugian tidak langsung (indirect)
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan
Pemerintah
Loss of income
Kerugian langsung (direct)
Biaya kesehatan
Pendapatan usaha tambak
Biaya perbaikan dan biaya kehilangan bangunan dan peralatan rumahtangga
Cost of illness dan Loss of earning
Analisis pendapatan usahatani
Pendekatan Harga Pasar Sebenarnya
Estimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir rob
Strategi adaptasi terhadap banjir rob
Keterangan: Ruang lingkup penelitian:
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
25
IV
METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang diambil untuk melakukan penelitian ini adalah Kampung Pondok, Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Desa Pantai Harapan Jaya berjarak 12 km dari Kecamatan Muara Gembong. Lokasi penelitian ini dipilih karena Desa Pantai Harapan Jaya merupakan desa yang terluas di wilayah Kecamatan Muara Gembong dan sering mengalami banjir rob (Lampiran 1). Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dan terbagi ke dalam beberapa tahap. Tahapan yang pertama yaitu pra penelitian yang dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai pada bulan Maret 2013 sampai bulan Mei 2013. Pra penelitian merupakan proses pengamatan masalah di lapangan sehinga dapat merumuskan masalah yang terjadi. Perumusan masalah tersebut selanjutnya akan dikembangkan menjadi kerangka berpikir hingga penyusunan proposal. Setelah penyusunan proposal dilanjutkan dengan proses pengambilan data. Pengambilan data dilaksanakan selama empat minggu dari bulan Juni 2013 sampai bulan Juli 2013. Tahapan selanjutnya adalah proses pengolahan dan analisis data serta penyusunan skripsi. 4.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus (case study). Metode studi kasus yaitu penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Nazir 2011). Subjek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas diatas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum (Nazir 2011).
26
4.3 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui proses wawancara responden dengan menggunakan kuesioner (Lampiran 2) dan pengamatan langsung di lokasi penelitian. Penjelasan mengenai jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian No 1
2
3
Jenis Data Karakteristik sosial ekonomi masyarakat, persepsi masyarakat mengenai karakteristik, dampak dan kekhawatiran terhadap banjir rob, total biaya yang dikeluarkan dan hilangnya pendapatan masyarakat akibat banjir rob. Jenis alternatif strategi adaptasi terhadap banjir rob.
Indeks Harga Konsumen Kabupaten Bekasi
Sumber Data Wawancara menggunakan kuesioner dengan responden.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Kehutanan, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kabupaten Bekasi. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi.
Data sekunder diperoleh dari Kantor Kelurahan Pantai Harapan Jaya, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi serta instansi pemerintah lainnya. Data sekunder juga diperoleh melalui berbagai sumber data yang relevan berupa buku referensi, jurnal ilmiah, literatur dari internet, serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. 4.4 Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non-probability sampling, yaitu purposive sampling. Metode purposive sampling diterapkan dalam pengambilan data kuesioner terhadap responden, dengan dasar pertimbangan, yaitu responden yang mengalami dampak banjir rob. Kriteria responden yang dipilih adalah masyarakat yang lokasi tempat tinggalnya berdekatan dengan laut dan mengalami kerugian langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) dari banjir rob. Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 42 responden (78%) dari masyarakat RT 01/RW 01 yang terdiri dari 14 responden
27
petani tambak dan 25 responden nelayan. Gujarati (2007) menjelaskan dalam prakteknya, tak peduli distribusi probabilitas apapun yang mendasarinya, rata-rata sampel dari besaran sampel yang terdiri dari sekurang-kurangnya 30 observasi akan mendekati normal. Metode purposive sampling juga digunakan untuk mencari informasi mengenai jenis-jenis alternatif adaptasi yang mungkin bisa dilakukan terhadap banjir rob. Proses pencarian informasi mengenai strategi adaptasi ini dilakukan dengan wawancara dan kuesioner terhadap pakar dan pihak pengambil kebijakan yang mengetahui dan memahami program adaptasi penanggulangan bencana. Jumlah responden yang diwawancarai adalah 5 responden, yaitu 1 responden dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi, 1 reponden dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bekasi, 2 responden dari Dinas Kehutanan Kabupaten Bekasi, dan 1 responden dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kabupaten Bekasi. 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program komputer, yaitu Microsoft Office Excell 2007 dan Minitab 14.0. Data selanjutnya diolah dan dianalisis secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk tabel dan perhitungan matematis. Matriks metode analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuantujuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
28
Tabel 2 Matriks metode analisis data No. Tujuan Penelitian 1. Identifikasi persepsi masyarakat mengenai dampak banjir rob 2.
Estimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir rob Biaya perbaikan dan kehilangan
Biaya pengobatan dan pendapatan yang hilang karena sakit
Pendapatan yang hilang karena tidak pergi melaut Pendapatan usaha tambak
3.
4.
Biaya Pencegahan Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob
Mengidentifikasi strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam mengantisipasi dampak banjir rob
Sumber Data Data primer dan sekunder (kuesioner dan wawancara) Data primer (kuesioner dan wawancara) Data biaya perbaikan bangunan rumah dan kehilangan peralatan rumah tangga Data pendapatan dan data pengobatan
Metode Analisis Data Analisis deskriptif
Data pendapatan harian
Loss of Income
Data hasil panen satu musim panen Data biaya untuk melakukan tindakan pencegahan Data primer berupa karakterisitk sosial ekonomi responden terhadap keputusan pencegahan yang dilakukan oleh rumah tangga Data primer (wawancara dengan pemerintah daerah setempat dan masyarakat) terkait adaptasi banjir rob
Analisis pendapatan usaha tambak Preventive Expenditure
Metode penilaian kerusakan SDAL Pendekatan harga pasar yang sebenarnya
Cost of Illness dan Loss of Earning
Analisis regresi logistik
Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
4.5.1 Identifikasi Persepsi Responden Mengenai Karakteristik dan Dampak Banjir Rob Identifikasi persepsi responden mengenai karakteristik banjir rob meliputi frekuensi banjir, ketinggian dan lama waktu terjadinya banjir rob. Identifikasi mengenai dampak dari banjir rob diantaranya persepsi responden mengenai pengaruh banjir rob terhadap terganggunya aktivitas masyarakat, gangguan kesehatan, penghasilan yang diperoleh, serta kondisi lingkungan Kampung Pondok. Metode
analisis data yang digunakan dalam mengidentifikasi persepsi responden mengenai karakteristik dan dampak banjir rob di Kampung Pondok adalah dengan metode deskriptif. Nazir (2011) menyatakan metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan analisis
29
deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode deskriptif juga digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang dijadikan responden dalam penelitian ini. Karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang diidentifikasi meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir, jenis mata pencaharian kepala keluarga, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, status kependudukan, status kepemilikan, jenis rumah dan lama tinggal. 4.5.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi akibat Banjir Rob Nilai kerugian ekonomi akibat banjir rob yang dihitung dalam penelitian ini adalah kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung (indirect). Kerugian direct meliputi biaya kehilangan peralatan rumah tangga dan biaya perbaikan bangunan rumah maupun peralatan rumah tangga. Kerugian indirect mencakup biaya pengobatan yang terdiri dari biaya kesehatan (biaya pengobatan dan kehilangan pendapatan karena sakit), kehilangan pendapatan karena memilih tidak pergi bekerja serta perubahan pendapatan dari usaha tambak. Berikut metodemetode yang digunakan untuk menghitung kerugian dalam penelitian ini: 4.5.2.1 Biaya Perbaikan Kerugian ini dilihat dari biaya yang ditanggung oleh responden dihitung dari pengeluaran sejumlah uang untuk melakukan perbaikan kerusakan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga akibat genangan banjir rob. Biaya perbaikan ini diestimasi menggunakan metode pendekatan harga pasar. Kerusakan bangunan yang dimaksud meliputi pintu, jendela, lantai dan kusen. Kerusakan peralatan rumah tangga yang dimaksud adalah furnitur (tempat tidur, kursi, dan lemari) serta lemari es. Besar biaya rata-rata untuk upaya perbaikan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga dapat diperoleh melalui persamaan berikut (Setyaningrum 2012): n
BB = ∑ i=1
BBi ................................................................................................. (4.1) … … … … … … … … … … … … … … . … … … … … … … … … … (4.1) n
30
Keterangan: BB
= Rata-rata biaya perbaikan (Rp/KK)
BBi
= Biaya perbaikan yang dilakukan responden i (Rp)
n
= Jumlah responden (KK)
i
= Responden ke-i (1, 2, 3, …, n)
4.5.2.2 Biaya Kehilangan Kerugian ini dilihat dari peralatan rumah tangga yang mengalami kerusakan dan tidak bisa digunakan kembali sesuai fungsinya. Metode yang digunakan adalah pendekatan harga pasar sebenarnya. Biaya kehilangan peralatan rumah tangga yang dialami oleh masyarakat dapat dilihat dari harga pembelian awal dan tahun kehilangan peralatan rumah tangga tersebut. Biaya kehilangan ini dihitung menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan tahun dasar 2007 = 100. Alasan menggunakan IHK dengan tahun dasar 2007 adalah karena untuk konsistensi keseragaman tahun dasar IHK. IHK tahun dasar 2007 sudah diterapkan mulai tahun 2006 bulan Oktober. Penggunaan metode ini untuk mencari nilai riil dari biaya kehilangan pada setiap tahun. Perhitungan rata-rata biaya kehilangan responden diperoleh dengan cara membagi total biaya kehilangan dengan jumlah responden yang menderita kerusakan peralatan rumah tangga. Nilai rata-rata biaya kehilangan dapat dilihat pada persamaan berikut (Setyaningrum 2012): n
BK = ∑ i=1
BKi ................................................................................................. (4.2) … … … … … … … … … … … … . . … … … … … … … … … … … … (4.4) n
Keterangan: BK
= Rata-rata biaya kehilangan properti (Rp/KK)
BKi
= Biaya kehilangan yang dialami responden ke-i (Rp)
n
= Jumlah responden (KK)
i
= Responden ke-i (1, 2, 3, … , n)
4.5.2.3 Biaya Kesehatan Kerugian ekonomi lainnya dari banjir rob yaitu kerugian kesehatan. Kerugian kesehatan adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan responden untuk mengobati penyakit yang berasal dari genangan banjir rob dan hilangnya
31
pendapatan responden akibat tidak bekerja karena sakit. Kerugian ini diestimasi menggunakan pendekatan modal manusia (Human Capital Approach) yaitu biaya kesehatan. Biaya kesehatan masyarakat diperoleh dari penjumlahan hilangnya pendapatan karena sakit dengan biaya pengobatan dapat dilihat pada persamaan berikut (Setyaningrum 2012): C = P + BO
................................................................................................... (4.3)
Keterangan: C
= Biaya kesehatan (Rp)
P
= Pendapatan yang hilang (Rp)
BO
= Biaya pengobatan (Rp)
4.5.2.3.1 Biaya Pengobatan Biaya pengobatan adalah pengeluaran sejumlah biaya responden untuk pengobatan akibat penyakit yang diderita dari genangan air banjir rob. Biaya pengobatan yang ditanggung responden merupakan biaya yang dikeluarkan responden untuk mengobati sakit atau anggota keluarga responden yang menderita sakit yang menjadi tanggungan responden. Biaya pengobatan dihitung dari biaya kunjungan ke puskesmas desa. Biaya pengobatan yang dikeluarkan responden dapat dilihat pada persamaan berikut (Setyaningrum 2012): n
BO = ∑ i=1
BOi n
................................................................................................. (4.4) … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … … … … … … … (4.7)
Keterangan: BO
= Rata-rata biaya pengobatan (Rp/KK)
BOi
= Biaya pengobatan yang dilakukan responden i (Rp)
n
= Jumlah responden (KK)
i
= Responden ke-i (1, 2, 3, … ,n)
4.5.2.3.2 Nilai Pendapatan yang Hilang Kerugian ini dilihat dari responden yang mengalami kehilangan pendapatan harian karena sakit akibat banjir rob. Kerugian ini diestimasi dengan pendekataan cost of time. Cost of time adalah kerugian responden yang tidak pergi bekerja karena menderita sakit. Nilai rata-rata kerugian dari hilangnya pendapatan responden selama banjir dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut (Setyaningrum 2012):
32
𝑛
P=∑ 𝑖=1
[𝐽𝐻𝑇𝐾𝑖 𝑥 𝑇𝑃𝑅𝑖] ................................................................................ (4.5) … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (4.8) 𝑛
Keterangan: P
= Hilangnya pendapatan responden tidak dapat bekerja (Rp/KK)
JHTKi = Jumlah hari tidak bekerja responden ke i (hari) TPRi
= Pendapatan responden ke i per hari (Rp/hari)
n
= Jumlah responden (KK)
i
= Responden ke-i (1, 2, 3, … ,n)
4.5.2.4 Pendapatan yang Hilang Kerugian selanjutnya adalah kehilangan pendapatan harian masyarakat akibat banjir yang menghalangi mereka untuk bekerja. Kerugian ini diestimasi melalui pendekatan pendapatan yang hilang atau Loss of Income. Pendapatan yang hilang ini merupakan pendapatan harian yang tidak responden dapatkan karena responden memilih untuk tidak bekerja selama banjir. Berikut persamaan yang digunakan dalam perhitungan (Setyaningrum 2012): n
HP = ∑ i=1
[PRi x LBi] n
.................................................................................... (4.6) … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (4.9)
Keterangan: HP
= Hilangnya pendapatan per responden (Rp/KK)
PRi
= Pendapatan harian yang hilang pada responden ke-i (Rp/hari)
LB
= Lama tidak bekerja (hari)
n
= Jumlah responden (KK)
i
= Responden ke-i (1, 2, 3, …, n)
4.5.2.5 Analisis Pendapatan Usaha Tambak Kerugian lain yang dirasakan oleh masyarakat yang menggantungkan sumber penghidupannya dari usaha tambak, banjir rob menyebabkan pendapatan dari usaha tambak menjadi berkurang. Perubahan pendapatan dari usaha tambak ini merupakan pengurangan antara pendapatan usaha tambak saat tidak banjir rob dengan pendapatan usaha tambak saat banjir rob. Penerimaan usaha tambak dihitung berdasarkan hasil produksi tambak ikan bandeng dan udang windu
33
dikalikan dengan harga jual ikan bandeng dan udang windu. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi 1995): ∆I = I1 – I2
................................................................................................... (4.7)
I1/2 = TR – TC ................................................................................................... (4.8) TR = y . Py
................................................................................................... (4.9)
TC = x . Pxi
................................................................................................. (4.10)
Keterangan: ∆I
= Perubahan pendapatan (Rp)
I1
= Pendapatan saat tidak banjir rob (Rp)
I2
= Pendapatan saat banjir rob (Rp)
TR
= Total Penerimaan (Rp)
TC
= Total Biaya (Rp)
y
= Hasil panen ikan bandeng dan udang windu (kg)
Py
= Harga jual ikan bandeng dan udang windu (Rp)
xi
= Jumlah faktor produksi (i = 1,2, ..., n)
Pxi
= Harga faktor produksi (Rp)
4.5.3 Biaya Pencegahan Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan responden untuk melakukan pencegahan terhadap banjir rob. Biaya pencegahan diestimasi melalui biaya yang dikeluarkan untuk melakukan tindakan pencegahan pada bangunan tempat tinggal responden dalam rangka melindungi rumah tangga responden dari penurunan kesejahteraan. Besar biaya rata-rata untuk upaya pencegahan tersebut dapat diperoleh melalui persamaan (Setyaningrum 2012): 𝑛
𝐵𝑃 = ∑ 𝑖=1
𝐵𝑃𝑖 𝑛
............................................................................................. … … … … … … … … … … … … . … … … … … … … … … … … … …(4.11) (4.5)
Keterangan: BP
= Rata-rata biaya pencegahan (Rp/KK)
BPi
= Biaya pencegahan responden ke-i (Rp)
n
= Jumlah responden (KK)
i
= Responden ke-i (1, 2, 3, …, n)
34
Biaya pencegahan yang dikeluarkan masyarakat dihitung menggunakan indeks harga konsumen dengan tahun dasar 2007 = 100. Penggunaan metode ini untuk mencari nilai riil dari biaya pencegahan pada setiap tahun. 4.5.4 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat untuk MelakukanTindakan Pencegahan terhadap Banjir Rob Tindakan pencegahan yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah berupa peninggian lantai rumah maupun pembuatan tanggul di depan rumah (PEN) yang diasumsikan dapat mewakili tindakan pencegahan yang dilakukan oleh rumah tangga secara keseluruhan. Adapun faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob adalah total kerugian ekonomi (TKE), pendapatan rumah tangga (PDT), tingkat pendidikan (PDK), lama tinggal (LMT), dan kekhawatiran masyarakat terhadap datangnya
banjir
rob
(KWM).
Berdasarkan
faktor-faktor
yang
diduga
mempengaruhinya, maka model logit dapat dijabarkan sebagai berikut: 𝑃𝑖
Ln (1−𝑃𝑖) = PENi = β0 + β1 TKE + β2 PDT + β3 PDK + β4 LMT + β5 KWM ...... (4.12) Keterangan: Pi
= Peluang keputusan penduduk untuk melakukan tindakan pencegahan
1 – Pi = Peluang penduduk untuk tidak melakukan tindakan pencegahan PENi = Keputusan penduduk untuk melakukan tindakan pencegahan β₀
= Intersep
βi
= Parameter peubah Xi
i
= Peubah ke-i (1,2,3,......,n)
TKE
= Total kerugian ekonomi (Rp)
PDT
= Pendapatan rumah tangga(Rp)
PDK = Tingkat pendidikan (tahun) LMT = Lama tinggal (tahun) KWM = Kekhawatiran masyarakat terhadap terjadinya banjir rob 1 = Dummy (khawatir) 0 = Dummy (tidak khawatir) Berikut ini adalah hipotesis dari faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan penduduk dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob:
35
1. Total kerugian ekonomi Variabel total kerugian ekonomi yang dirasakan suatu rumah tangga diharapkan akan bernilai positif. Semakin tinggi total kerugian ekonomi yang dialami suatu rumah tangga akibat banjir rob, maka rumah tangga tersebut diharapkan akan lebih mudah untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob. 2. Pendapatan rumah tangga Variabel tingkat pendapatan suatu rumah tangga diharapkan akan bernilai positif. Semakin tinggi tingkat pendapatan suatu rumah tangga, maka rumah tangga tersebut diharapkan akan lebih mudah untuk mengeluarkan biaya-biaya yang terkait dengan upaya mereka untuk mencegah dampak negatif terhadap banjir rob. 3. Tingkat pendidikan Variabel tingkat pendidikan kepala keluarga dalam suatu rumah tangga diharapkan akan bernilai positif. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh oleh suatu kepala keluarga dalam rumah tangga, diharapkan kepala keluarga tersebut akan lebih memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap resiko terjadinya banjir rob pada keluarganya. 4. Lama tinggal Variabel lama tinggal diharapkan akan bernilai positif. Semakin lama suatu rumah tangga tinggal di lokasi yang sering mengalami banjir rob, maka diharapkan rumah tangga tersebut akan memiliki pengetahuan atau pemahaman yang lebih baik mengenai banjir rob dan biasanya telah memiliki strategi tertentu untuk menghindari dampak negatif sehingga akan melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob. 5. Kekhawatiran masyarakat terhadap banjir rob Variabel kekhawatiran rumah tangga terhadap banjir rob diharapkan akan bernilai positif terhadap keputusan rumah tangga untuk melakukan tindakan pencegahan. Masyarakat yang sangat khawatir terhadap terjadinya banjir rob diharapkan akan lebih cenderung untuk melakukan tindakan pencegahan dibandingkan yang sedikit atau sama sekali tidak khawatir terhadap terjadinya banjir rob.
36
4.5.5 Identifikasi Strategi Adaptasi terhadap Banjir Rob Identifikasi strategi adaptasi terhadap banjir rob menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Marimin (2004) menyatakan bahwa Metode Perbandingan Eksponensial merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak atau disebut juga sebagai model keputusan berbasis indeks kerja. tahapan yang harus dilakukan, yaitu: 1. Menyusun alternatif-alternatif keputusan yang akan dipilih. Hasil identifikasi literatur dan wawancara kepada stakeholder diperoleh beberapa alternatif adaptasi untuk meminimalisir dampak banjir rob, yaitu penanaman dan perawatan mangrove di sekitar pantai, pembuatan Alat Pemecah Ombak (APO), pembuatan Tembok Penahan Tanah (TPT) di sepanjang sungai, serta relokasi tempat tinggal. Alternatif adaptasi yang didapat dari pemerintah adalah penanaman dan perawatan mangrove, pembuatan TPT, pembuatan APO. 2. Menentukan kriteria atau perbandingan kriteria keputusan yang penting untuk dievaluasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder diperoleh empat kriteria keputusan yang menjadi dasar pengambilan kebijakan dalam strategi adaptasi untuk banjir rob. Masing-masing kriteria keputusan tersebut adalah kesesuaian dengan SDM lokal, ketersediaan dana, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan adaptasi dan efektivitas teknis. Tabel matriks keputusan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Matriks keputusan dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) Kriteria No
Alternatif
1
Penanaman dan perawatan mangrove Pembuatan alat pemecah ombak Pembuatan tembok penahan tanah di sepanjang sungai Relokasi tempat tinggal
2
3
4
Kesesuaian dengan SDM lokal
Bobot Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Ketersediaan dana
Waktu
Efektivitas teknis
Nilai
Rangking
37
3. Menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria. Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan dengan cara wawancara dengan stakeholder. Tingkat kepentingan ditentukan dengan menentukan besarnya bobot dari masing-masing kriteria yang ada. Angka pembobotan ditentukan berdasarkan skala ordinal dengan skala 1 sampai 3. Bobot 1 berarti kriteria tersebut tidak penting, bobot 2 jika kriteria penting dan bobot 3 berarti sangat penting (Ruswandi et al. 2008). 4. Melakukan penilaian terhadap semua alternatif pada setiap kriteria 5. Menghitung skor atau nilai total setiap alternatif 6. Menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total masing-masing alternatif. Penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya. Semakin besar nilai alternatif, semakin besar pula skor alternatif tersebut. Total skor masing-masing alternatif keputusan akan relatif berbeda secara nyata karena adanya fungsi eksponensial. Formulasi perhitungan nilai untuk masing-masing alternatif dalam metode perbandingan eksponensial adalah sebagai berikut (Marimin 2004): 𝑚
(4.13) … … … … … … … … … . … … … … … … … … … … (4.14) TNi = ∑(RKij)𝑇𝐾𝐾𝑗 … ............................................................................ 𝑗=1
Keterangan: TNi
= Total nilai alternatif ke-i
RK ij
= Derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i
TKK j
= Derajat kepentingan dari kriteria keputusan ke-j; TKK > 0; bulat
n
= Jumlah pilihan keputusan
m
= Jumlah kriteria keputusan 4.6 Batasan Penelitian Adapun batasan dari penelitian ini adalah:
1. Nilai kerugian adalah nilai rugi yang ditanggung karena adanya suatu bencana dan belum diketahui pasti besarnya yang dalam penelitian ini adalah nilai
38
kerugian akibat bencana banjir rob di Pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.. 2. Kerugian direct dalam penelitian ini mencakup biaya kehilangan peralatan rumah tangga, biaya perbaikan peralatan rumah tangga dan bangunan rumah. 3. Kerugian indirect dalam penelitian ini mencakup biaya kesehatan (biaya pengobatan dan kehilangan pendapatan karena sakit), kehilangan pendapatan karena memilih tidak pergi bekerja dan perubahan pendapatan dari usaha tambak. 4. Biaya perbaikan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk memperbaiki kerusakan pada bangunan rumah dan peralatan rumah tangga akibat banjir rob. Nilai riil dari biaya perbaikan diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen dengan tahun dasar 2007=100. Satuan biaya perbaikan yaitu rupiah. 5. Biaya kehilangan adalah biaya peralatan rumah tangga yang rusak dan tidak diperbaiki sehingga tidak dapat digunakan kembali sesuai fungsinya. Nilai riil dari biaya perbaikan diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen dengan tahun dasar 2007=100. Satuan biaya perbaikan yaitu rupiah. 6. Biaya kesehatan adalah biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mengobati penyakit yang berasal dari genangan banjir rob dan hilangnya pendapatan responden akibat tidak bekerja karena sakit. Satuan biaya kesehatan yaitu rupiah. 7. Pendapatan usaha tambak adalah selisih antara total penerimaan usaha tambak dengan total biaya atau pengeluaran usaha tambak (biaya variabel ditambah biaya tetap), selama satu musim tanam yang dikeluarkan dalam satuan rupiah. 8. Biaya pencegahan adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk meminimalisir kerugian ekonomi akibat banjir rob. Biaya pencegahan yang dihitung dalam penelitian ini adalah biaya pencegahan yang dikeluarkan masyarakat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir (2008-2013). Nilai riil dari biaya perbaikan diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen dengan tahun dasar 2007=100. Satuan biaya perbaikan yaitu rupiah.
39
9. Strategi adaptasi adalah upaya atau cara yang dipilih untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan yang dalam penelitian ini merupakan upaya yang dipilih dalam menghadapi banjir rob di Pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.
40
V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Pantai Harapan Jaya merupakan salah satu desa yang termasuk wilayah Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi dan merupakan desa yang memiliki wilayah terluas di Kecamatan Muara Gembong yaitu 46,8 km2 dengan batas wilayah desa: Sebelah Utara
: Desa Pantai Mekar
Sebelah Selatan
: Kecamatan Sukawangi
Sebelah Barat
: Desa Pantai Mekar
Sebelah Timur
: Kecamatan Cabangbungin
Penggunaan luas lahan di Desa Pantai Harapan Jaya adalah sebesar 4.680 Ha yang terdiri dari penggunaan lahan untuk pertanian sawah dan non sawah serta lahan non pertanian. Penggunaan lahan pertanian sawah terbagi atas lahan pertanian sawah irigasi dan non irigasi. Luas lahan yang digunakan untuk pertanian sawah irigasi sebesar 680 Ha sedangkan untuk pertanian sawah non irigasi sebesar 1000 Ha. Luas lahan yang digunakan untuk pertanian non sawah dan non pertanian masing-masing sebesar 1.500 Ha (Kecamatan Muara Gembong 2011). Jumlah penduduk Desa Pantai Harapan Jaya tahun 2012 yaitu 6.173 jiwa yang terdiri dari 3.151 laki-laki dan 3.022 perempuan. Jumlah rumah tangga di Desa Pantai Harapan Jaya sebesar 1.523 rumah tangga dengan rata-rata 4 jiwa per rumah tangga. Jumlah rumah tangga pertanian di Desa Pantai Harapan Jaya pada tahun 2012 sebanyak 842 RTP sedangkan jumlah rumah tangga perikanan budidaya tambak sebanyak 145 RTP. Desa Pantai Harapan Jaya terdiri dari 4 dusun yang terdiri dari 11 RW dan 23 RT. Penduduk di Desa Pantai Harapan Jaya 40% bermatapencaharian sebagai petani sawah. Selain itu juga terdapat penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan, petani tambak, petani sawah, buruh, pegawai negeri, dan wiraswasta. Jumlah persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.
41
Tabel 4 Mata pencaharian penduduk Desa Pantai Harapan Jaya Mata pencaharian Nelayan Petani tambak Petani sawah Buruh Pegawai negeri Wiraswasta Jumlah
Persentase (%) 15 10 40 10 5 20 100
Sumber: Desa Pantai Harapan Jaya (2013)
Daerah yang menjadi fokus penelitian adalah wilayah RW 01 atau yang lebih dikenal dengan Kampung Pondok. Kampung Pondok ini terdiri dari 2 RT, yaitu RT 01 dan RT 02. Kampung Pondok merupakan daerah yang paling parah mengalami banjir rob di Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya. Hal ini dikarenakan wilayah Kampung Pondok berbatasan dengan laut di bagian barat. Jarak wilayah RT 01 dengan laut adalah 500 m sampai 1 km, sedangkan jarak wilayah RT 02 adalah 1 km sampai 2 km. Lokasi Kampung Pondok ini merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikarang Bekasi Laut (CBL). Sungai ini merupakan saluran yang memasok air dari darat masuk ke laut, juga menjadi jalur masuknya air dari laut ke darat pada saat pasang air laut. Jumlah penduduk RW 01 sebanyak 303 Kepala Keluarga (KK), terbagi atas 136 KK pada RT 01 dan 167 KK pada RT 02. Wilayah yang berbatasan langsung dengan laut, membawa konsekuensi sektor perikanan merupakan sektor unggulan, dan memberikan kontribusi besar pada kesejahteraan bagi penduduk sekitar. Mayoritas penduduk Kampung Pondok bermatapencaharian sebagai nelayan laut sisanya antara lain sebagai pemilik tambak maupun buruh. Fasilitas umum yang terdapat di Kampung Pondok ini masih rendah hanya terdapat mesjid, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan beberapa warung-warung kecil di sekitar permukiman warga. 5.2 Kondisi Lingkungan Daerah Penelitian Kampung Pondok merupakan wilayah yang mengalami kesulitan dalam memperoleh air bersih. Kondisi wilayah yang berada tepat di muara antara sungai Cikarang Bekasi Laut (CBL) dan Laut Jawa menyebabkan kualitas air di wilayah ini menjadi kotor dan asin (payau). Hal ini diperparah dengan tidak terjangkaunya akses pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam mendistribusikan air.
42
Pemenuhan kebutuhan air bersih dilakukan dengan cara membuat jet pam, sumur bor yang dibuat oleh masyarakat sendiri. Hanya 5 rumah yang baru memiliki jet pam. Sedangkan masyarakat lainnya memakai pompa atau sumur bor sedalam 95 meter untuk mendapatkan air bersih yang dimanfaatkan untuk mandi, mencuci bahkan konsumsi air minum. Berbagai masalah lingkungan telah terjadi di Kampung Pondok, antara lain pencemaran limbah sungai dan sampah dan banjir rob. Khusus di wilayah ini bencana banjir rob merupakan bencana dengan intensitas kejadian yang cukup sering. Hal ini juga diperparah jika intensitas turunnya hujan cukup tinggi yang mengakibatkan air sungai Cikarang Bekasi Laut meluap naik dan menyebabkan kerugian bagi masyarakat sekitar cukup tinggi. Permasalahan ini timbul karena ketinggian tempat yang rendah, topografi dataran landai, dan sistem drainase yang belum baik. Kondisi ini menimbulkan genangan ketika permukaan tanah di wilayah yang terkena banjir lebih rendah saat naiknya air pasang. Belum adanya bentuk adaptasi dari pemerintah setempat yang bertujuan untuk mengurangi dampak banjir rob juga turut memperparah dampak terhadap banjir rob ini. 5.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Karakteristik sosial ekonomi responden Kampung Pondok diperoleh berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 42 responden yang mewakili rumah tangga. Karakteristik sosial ekonomi responden untuk rumah tangga ini dilihat dari beberapa aspek yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir, jenis mata pencaharian kepala keluarga, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, status kependudukan, status kepemilikan dan jenis rumah, dan lama tinggal. Penjelasan masing-masing kriteria karakteristik sosial ekonomi responden dapat dijabarkan pada pembahasan di bawah ini. 5.3.1 Jenis Kelamin Responden dalam penelitian ini 88% adalah berjenis kelamin laki-laki dan 12% berjenis kelamin perempuan. Perbandingan persentase jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.
43
Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin No 1 2 Jumlah
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 37 88 5 12 42 100
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Dominasi responden laki-laki dalam penelitian ini dikarenakan pada umumnya kepala keluarga adalah sebagai pengambil keputusan dan lebih berperan dalam suatu rumah tangga sehingga dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. Hal tersebut membantu peneliti dalam memperoleh informasi kerugian yang dialami oleh responden akibat banjir rob. 5.3.2 Usia Tingkat usia menjadi faktor yang berpengaruh terhadap pemahaman dan pola pikir seseorang dalam melakukan pengambilan suatu keputusan dan tindakan. Distribusi tingkat umur responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan usia No 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah
Usia 24-31 tahun 32-39 tahun 40-47 tahun 48-55 tahun 56-63 tahun 64-71 tahun 72-79 tahun
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 11 22 11 22 8 19 7 17 2 5 2 5 1 2 42 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat usia responden tergolong bervariasi, dimulai dari usia 24 sampai 74 tahun. Sebagian besar responden berada pada kelompok usia 24-31 tahun dan 32-39 tahun yaitu masing-masing sebesar 22% dari keseluruhan responden. 5.3.3 Tingkat Pendidikan Terakhir Pendidikan menunjukkan pendidikan formal yang pernah ditempuh seseorang. Tingkat pendidikan seseorang yang lebih tinggi berpengaruh terhadap pemahaman dan pola pikir orang tersebut dalam melakukan suatu pekerjaan dan tindakan yang akan diambil untuk memenuhi kelangsungan hidupnya. Tingkat
44
pendidikan responden dalam penelitian ini mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Perbandingan persentase tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan No 1 2 3 4 Jumlah
Tingkat Pendidikan SD SMP SMA D2
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 29 69 10 24 2 5 1 2 42 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Hasil survei menunjukkan jumlah responden terbanyak terdapat pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 69% dan 24% responden menempuh pendidikan sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sedangkan jumlah responden terendah terdapat pada tingkat SMA, yaitu sebanyak 7%. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya tingkat pendidikan responden masih rendah karena sebagian besar mengenyam pendidikan terakhir hanya sampai SD. 5.3.4 Jenis Mata pencaharian Kepala Keluarga Jenis mata pencaharian kepala keluarga responden dalam penelitian ini bervariasi. Jenis mata pencaharian tersebut diantaranya adalah nelayan, petani tambak, buruh dan supir pribadi seperti yang terdapat pada Tabel 8. Tabel 8 Karakteristik responden berdasarkan jenis mata pencaharian kepala keluarga No 1 2 3 4 Jumlah
Jenis Pekerjaan Nelayan Petani tambak Buruh Supir Pribadi
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 25 60 14 33 2 5 1 2 42 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Tabel 8 menunjukkan jenis mata pencaharian kepala keluarga (KK) responden dengan jumlah terbanyak adalah sebagai nelayan sebanyak 60%. Hal ini dikarenakan wilayah Kampung Pondok yang berdekatan dengan laut sehingga sebagian besar masyarakat di wilayah ini sebagai adalah nelayan. Jumlah mata pencaharian KK responden dengan jumlah terbanyak kedua adalah petani tambak sebanyak 33%.
45
5.3.5 Pendapatan Rumah tangga Besarnya pendapatan rumah tangga responden dalam penelitian ini bervariasi. Pendapatan rumah tangga adalah jumlah dari penghasilan utama dan sampingan yang diperoleh kepala keluarga. Besarnya pendapatan rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga No 1 2 3 4 5 6 Jumlah
Pendapatan Rumah tangga (Rp) 900.000-1.400.000 1.400.001-1.900.000 1.900.001-2.400.000 2.400.001-2.900.000 2.900.001-3.400.000 ≥3.400.001
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 4 9 18 43 8 19 2 5 7 17 3 7 42 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Tabel 9 menunjukkan tingkat pendapatan suatu rumah tangga, pendapatan rumah tangga terbanyak berada pada kisaran Rp 1.400.001-1.900.000 yaitu sebesar 43%. Tingkat pendapatan rumah tangga paling sedikit berada pada kisaran Rp 2.400.001-2.900.000, yaitu sebanyak 5%. 5.3.6 Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga responden yang dimaksudkan dalam penelitian ini ditentukan dari jumlah anggota rumah tangga yang terdiri dari istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama dalam satu atap dan menjadi tanggungan. Perbandingan persentase jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden tercantum pada Tabel 10. Tabel 10 Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga No 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah
Jumlah Anggota Keluarga 2 orang 3 orang 4 orang 5 orang 6 orang 7 orang Lebih dari 7 orang
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 1 2 10 24 12 28 8 19 7 17 2 5 2 5 42 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Responden yang memiliki jumlah anggota keluarga terbanyak dalam penelitian ini adalah yang berjumlah 4 orang dengan persentase sebanyak 28% dari
46
keseluruhan responden. Responden yang paling sedikit memiliki jumlah anggota keluarga adalah yang berjumlah 2 orang dengan persentase sebanyak 2 %. 5.3.7 Status Kependudukan Status kependudukan diklasifikasikan menjadi penduduk asli dan pendatang. Penduduk asli adalah penduduk yang berasal (lahir) dan telah turun temurun bertempat tinggal di Kampung Pondok, yaitu sebesar 57%. Perbandingan persentase status kependudukan responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Karakteristik responden berdasarkan status kependudukan No 1 2 Jumlah
Status Kependudukan Asli Pendatang
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 24 57 18 43 42 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Penduduk pendatang adalah penduduk yang berasal dan bertempat tinggal di luar Kampung Pondok sebelum akhirnya menetap di tempat tinggal yang sekarang yang berjumlah sebesar 43%. Alasan penduduk pendatang mendiami wilayah ini yaitu karena ingin mencari alternatif pekerjaan sebagai nelayan dan petani tambak maupun karena ikut istri/suami yang sudah berstatus penduduk asli. 5.3.8 Status Kepemilikan dan Jenis Rumah Berdasarkan hasil survei, seluruh kepemilikan rumah responden di Kampung Pondok adalah milik sendiri. Kepemilikan sendiri rumah tersebut menunjukkan bahwa bila terjadi banjir rob maka responden akan menanggung sendiri kerugian dari kerusakan bangunan tempat tinggal mereka. Jenis rumah responden berkaitan dengan kerugian yang dirasakan responden dan tindakan adaptasi saat terjadi banjir rob. Jenis rumah yang umumnya dimiliki di Kampung Pondok yaitu jenis rumah permanen dan non permanen. Rumah permanen adalah rumah yang lantai serta dindingnya dibuat dari campuran pasir, batu bata dan semen. Rumah non permanen adalah rumah yang tidak terbuat dari campuran pasir dan semen maupun campuran batu bata serta potongan besi dan bambu, namun terbuat dari bambu atau jalinan bambu saja serta jenis lainnya. (Marfai et al. 2008). Perbandingan persentase jenis rumah dapat dilihat pada Tabel 12.
47
Tabel 12 Karakteristik responden berdasarkan jenis rumah No 1 2 Jumlah
Jenis Rumah Permanen Non Permanen
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 32 76 10 24 42 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Tabel 12 menunjukkan bahwa responden yang memiliki rumah permanen di Kampung Pondok sebesar 76% sedangkan responden yang memiliki rumah nonpermanen sebesar 24%. Rumah nonpermanen yang terdapat di lokasi penelitian merupakan jenis rumah yang dibuat hanya dari kayu serta bambu. 5.3.9 Lama Tinggal Lama tinggal responden berkaitan dengan sejauh mana responden melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Lama tinggal responden di Kampung Pondok cukup bervariasi dengan distribusi lama tinggal dari 5 tahun sampai 74 tahun. Perbandingan distribusi status tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal No 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah
Lama Tinggal 5-14 tahun 15-24 tahun 25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun 65-74 tahun
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 1 2 5 12 16 38 5 12 8 19 4 10 3 7 42 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Mayoritas responden sudah tinggal di Kampung Pondok selama 25-34 tahun yaitu sebesar 38%. Meskipun banjir rob sering terjadi namun masyarakat sudah merasa nyaman tinggal disana. Hal ini dikarenakan mata pencaharian mereka yang berhubungan dengan kegiatan di wilayah pesisir, seperti nelayan dan pemilik tambak maupun karena lahir dan telah turun temurun tinggal di kawasan ini. Kurangnya pendidikan dan keahlian telah menyebabkan masyarakat tidak memiliki pilihan pekerjaan lain di luar wilayah pesisir sehingga tempat tinggal yang dekat dengan pekerjaan menjadi pilihan bagi mereka.
48
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Karakteristik dan Dampak dari Banjir Rob Banjir rob adalah genangan air di daratan pantai yang terjadi karena air laut pasang. Banjir rob akan menggenangi bagian daratan pantai atau tempat yang lebih rendah dengan ketinggian banjir yang berbeda-beda. Banjir rob yang sering terjadi menimbulkan berbagai dampak bagi masyarakat Kampung Pondok. Penjelasan tentang persepsi masyarakat mengenai banjir rob dan dampak yang ditimbulkan dijabarkan di bawah ini. 6.1.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Karakteristik Banjir Rob Letak wilayah Kampung Pondok yang berbatasan langsung dengan laut, kali serta muara sungai memicu ancaman datangnya banjir. Jika periode pasang air laut sedang tinggi maka air dari sungai juga akan meluap ke daratan yang menyebabkan genangan banjir yang lebih besar. Menurut pemahaman masyarakat, banjir rob merupakan hasil interaksi antara posisi bulan purnama dan angin. Masyarakat Kampung Pondok lebih sering menggunakan istilah kata “lompa” untuk menjelaskan terjadinya banjir rob. Istilah kata “lompa” ini berdasarkan arah bergeraknya angin, yaitu angin barat dan angin timur sehingga masyarakat sering menyebutnya dengan lompa barat dan lompa timur. Lompa barat terjadi pada bulan Desember-Februari yang merupakan bulan musim penghujan sehingga frekuensi lompa barat sangat besar karena disebabkan juga oleh hujan. Rob yang terjadi saat lompa barat umumnya pada waktu siang hari sekitar jam 13.00 WIB dan mulai surut di sore hari. Lompa timur terjadi pada saat musim kemarau yaitu bulan MeiAgustus. Rob saat lompa timur umumnya pada malam hari. Pasang air laut tertinggi dalam sebulan terjadi pada pertengahan bulan yaitu tanggal 15, 16, dan 17 saat bulan purnama terjadi. Bulan purnama terjadi dimana posisi bulan-bumi-matahari berada pada satu garis lurus sehingga gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling memperkuat maka akan menghasilkan pasang air laut yang sangat tinggi. Responden dalam penelitian ini mempunyai pendapat masing-masing mengenai karakteristik banjir rob dan perubahan ketinggian genangan yang bervariasi. Hal ini terlihat dari ketinggian serta lama banjir yang
49
tidak sama menurut setiap responden (Tabel 14). Perbedaan pendapat mengenai ketinggian genangan serta lama terjadinya banjir rob disebabkan oleh kemiringan tanah yang tidak sama antar masing-masing rumah. Tabel 14 Persepsi responden mengenai karakteristik banjir rob periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 No 1
2
3
Karakteristik Banjir Rob Lama banjir rob (jam/hari) a. ≤ 3 b. 3 < x ≤ 12 c. > 12 Frekuensi banjir rob (hari/bulan) a. ≤ 7 b. 7 < x ≤ 14 c. 14< x ≤ 28 Tinggi banjir rob (cm) a. ≤ 10 b. 10< x ≤ 30 c. > 30
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 6 33 3
14 79 7
10 12 20
24 28 48
13 22 7
31 52 17
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Persepsi masyarakat yang dominan mengenai karakteristik banjir rob periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 adalah sebanyak 79% responden menyatakan bahwa lama genangan banjir rob mencapai 3-12 jam/hari. Sebanyak 48% responden menyatakan bahwa frekuensi banjir rob mencapai 14-28 hari dalam sebulan. Ketinggian banjir pada periode bulan Januari sampai Februari menurut 52% responden mencapai 10-30 cm. 6.1.2 Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak Banjir Rob Suatu wilayah yang rentan terhadap bencana alam akan memberikan dampak tidak hanya terhadap lingkungan alam sekitar, tetapi juga mempengaruhi kehidupan masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut. Begitu juga dengan banjir rob yang sering terjadi di Kampung Pondok mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat serta kondisi lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil survei, seluruh responden dalam penelitian ini memiliki pendapat yang cukup bervariasi mengenai penyebab terjadinya banjir rob. Hal-hal yang dikemukakan oleh responden sebagai penyebab terjadinya banjir rob, yakni: (1) siklus pasang air laut, (2) pendangkalan sungai, (3) limbah sampah yang menumpuk, serta (4) intensitas hujan yang tinggi. Penyebab yang paling banyak menimbulkan banjir menurut responden adalah siklus pasang air laut. Responden menganggap bahwa banjir rob terjadi karena
50
bentuk kejadian alam setiap terjadi bulan purnama (siklus pasang air laut). Persepsi responden mengenai penyebab banjir rob dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Persepsi responden mengenai penyebab banjir rob No
Penyebab Banjir Rob
1 2 3 4 Jumlah
Siklus pasang air laut Pendangkalan sungai Limbah sampah yang menumpuk Intensitas hujan yang tinggi
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 30 71 6 14 4 10 2 5 42 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Genangan banjir rob yang terjadi sampai area pemukiman menjadikan pengalaman yang cukup lama bagi masyarakat Kampung Pondok sehingga menganggap banjir rob sebagai hal yang biasa dalam kehidupan mereka. Sikap masyarakat Kampung Pondok yang sudah terbiasa dengan banjir rob ini menunjukkan sikap bertahan untuk tinggal di wilayah tersebut. Beberapa alasan yang menyebabkan masyarakat tetap bertahan adalah sebagai berikut: 1. Masyarakat memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan di wilayah pesisir seperti nelayan dan pemilik atau buruh tambak. 2. Masyarakat tidak memiliki biaya untuk memiliki tempat tinggal baru di luar kawasan Kampung Pondok. 3. Masyarakat yang telah bermukim cukup lama merasakan bahwa tempat tinggal mereka saat ini adalah rumah yang tepat bagi mereka/lingkungan yang telah terbentuk. 6.1.2.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak Banjir Rob terhadap Terganggunya Aktivitas dan Kesehatan Masyarakat Berdasarkan hasil survei, dampak yang ditimbulkan dari banjir rob meliputi terganggunya aktivitas dan kesehatan pada responden. Hasil penelitian terhadap 42 responden rumah tangga, sebanyak 88% responden menyatakan bahwa banjir rob menganggu aktivitas mereka. Persepsi responden mengenai pengaruh banjir rob terhadap aktivitas responden dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Persepsi responden mengenai pengaruh banjir rob terhadap aktivitas responden No 1 2 Jumlah
Menganggu Aktivitas Responden Ya Tidak
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 37 88 5 12 42 100
51
Banjir rob menyebabkan wilayah Kampung Pondok terendam air sehingga mengakibatkan kegiatan masyarakat terganggu. Ketika air laut sedang pasang, masyarakat tidak dapat melakukan aktivitas diluar rumah dan mengakibatkan terganggunya kegiatan mata pencaharian masyarakat. Genangan rob juga mengakibatkan waktu istirahat (tidur) masyarakat menjadi terganggu karena banjir rob yang terjadi pada malam hari. Tabel 17 Persepsi responden mengenai pengaruh banjir rob terhadap gangguan kesehatan responden No 1 2 Jumlah
Mengalami Gangguan Kesehatan Ya Tidak
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 27 64 15 36 42 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Banjir rob juga mempengaruhi kondisi lingkungan tempat tinggal wilayah Kampung Pondok, terbukti sebanyak 64% responden menyatakan bahwa banjir rob menyebabkan terganggunya kesehatan (Tabel 17). Lamanya genangan banjir rob menyebabkan sebagian responden menyatakan bahwa sering terkena berbagai jenis penyakit pasca banjir rob. 6.1.2.2 Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak Banjir Rob terhadap Berkurangnya Penghasilan Banjir rob juga menimbulkan dampak terhadap berkurangnya penghasilan yang diperoleh Kepala Keluarga (KK). Berdasarkan hasil survei, sebanyak 29% responden menyatakan bahwa banjir rob tidak mempengaruhi penghasilan yang diperoleh. Saat banjir rob, responden yang bekerja sebagai buruh dan supir pribadi tetap pergi bekerja seperti biasa. Hal ini dikarenakan tempat bekerja mereka yang jauh dari laut dan tempat tinggal mereka sehingga tidak mempengaruhi hilangnya penghasilan responden tersebut secara langsung. Sebanyak 71% responden menyatakan bahwa banjir rob menyebabkan penghasilan yang diperoleh menjadi berkurang (Tabel 18). Responden yang mengalami berkurangnya penghasilan mayoritas bermatapencaharian sebagai nelayan maupun petani tambak. Berkurangnya penghasilan yang diperoleh dikarenakan genangan banjir rob menyebabkan mereka menderita sakit dan tidak dapat bekerja. Petani tambak rentan terhadap banjir rob karena kehidupan mereka sangat bergantung pada sektor perikanan tambak yang dipengaruhi oleh iklim.
52
Tabel 18 Persepsi responden mengenai pengaruh banjir rob terhadap berkurangnya penghasilan yang diperoleh No 1 2 Jumlah
Berkurangnya Penghasilan Yang Diperoleh Ya Tidak
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 30 71 12 29 42 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Selain menggenangi kawasan pemukiman, banjir rob juga menggenangi dan menimbulkan kerusakan pada tambak-tambak di Kampung Pondok. Tambak pada wilayah ini berbatasan langsung dengan sungai sehingga apabila datang banjir rob, maka petani tambak selalu mengalami kerugian. Kerugian yang dialami petani tambak ini dikarenakan ikan bandeng maupun udang di tambak hilang terbawa genangan air. Jika banjir rob datang maka para petani tambak langsung segera pergi ke tambaknya untuk memastikan apakah tanggul tambak mereka rusak atau tidak. Menurut persepsi petani tambak, kerugian yang dialami saat banjir dapat mencapai 30% sampai dengan 50% dari hasil yang seharusnya diperoleh setiap kali musim panen. Banjir rob terkadang membuat udang alam atau udang dari laut menjadi masuk ke dalam lahan tambak karena terbawa saat air laut pasang. Masuknya udang alam ke lahan tambak dapat menjadi penghasilan tambahan bagi petani tambak. 6.1.2.3 Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak Banjir Rob terhadap Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan suatu wilayah dapat terlihat dari kebersihan lingkungan di wilayah tersebut. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang penting untuk menentukan kualitas hidup masyarakat yang baik, karena lingkungan merupakan salah satu bagian dari ekosistem tempat manusia hidup dan berinteraksi. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 76% responden melihat bahwa kondisi lingkungan di Kampung Pondok cenderung kotor karena masih banyak sampah dan limbah dari Kali CBL yang dekat dengan area pemukiman masyarakat. Sebanyak 24% responden menyatakan bahwa kondisi lingkungan sekitar Kampung Pondok cukup bersih. Persepsi responden mengenai kebersihan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Persepsi responden mengenai kondisi lingkungan di Kampung Pondok No 1 2 Jumlah
Kondisi Lingkungan di Sekitar Kampung Pondok Ya Tidak
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 32 76 10 24 42 100
53
Responden Kampung Pondok pada umumnya sadar akan risiko tinggal di wilayah pesisir pantai yang sering terancam bencana banjir rob. Banjir rob yang sering terjadi mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar Kampung Pondok. Mayoritas responden menyatakan bahwa kondisi lingkungan Kampung Pondok menjadi kotor karena pencemaran air setelah banjir rob datang. Pencemaran air ini berasal dari interusi air laut maupun sampah dari sungai yang naik ke jalan setelah air pasang laut terjadi. Banjir rob juga membuat tanah-tanah di wilayah Kampung Pondok menjadi tergerus karena air laut pasang. Kondisi wilayah Kampung Pondok setelah banjir rob datang disajikan dalam Lampiran 3. 6.2
Estimasi Kerugian Ekonomi Masyarakat akibat Banjir Rob
Banjir rob yang selalu terjadi setiap tahun di Kampung Pondok memiliki ketinggian genangan banjir yang berbeda-beda sehingga menyebabkan masyarakat mengalami kerugian. Pengertian umum “kerugian” yang diakibatkan suatu bencana meliputi beberapa klasifikasi mencakup jumlah korban jiwa, jumlah kerusakan bangunan, biaya yang harus dikeluarkan untuk perbaikan/pergantian, rusak atau hilangnya fungsi komunikasi, transportasi, dan infrastruktur lainnya, biaya terganggunya bisnis, jumlah penduduk yang kehilangan rumah tinggal, dan sebagainya (Wuryanti 2007). Kerugian ekonomi yang dirasakan masyarakat akibat banjir rob dalam penelitian ini merupakan kerugian tangible. Kerugian tangible dibagi menjadi dua, yaitu kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung (indirect). Informasi mengenai kerugian tangible ini diperoleh melalui hasil wawancara dan observasi langsung dengan masyarakat Kampung Pondok. Estimasi total kerugian didasarkan pada jumlah nilai kerugian masyarakat yang mengalami dampak banjir rob. 6.2.1 Kerugian Langsung (Direct) Kerugian direct yang dialami responden meliputi perbaikan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga yang rusak serta kehilangan peralatan rumah tangga. Perbaikan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga merupakan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga yang rusak namun masih dapat dipakai jika responden mengeluarkan biaya servis. Kehilangan peralatan rumah tangga
54
merupakan peralatan rumah tangga yang sudah dibuang karena tidak dapat diperbaiki dan digunakan kembali. 6.2.1.1 Perbaikan Bangunan Rumah Banjir rob membuat bangunan rumah rusak dikarenakan pasang air laut yang tinggi sehingga sebagian responden melakukan perbaikan bangunan rumah. Berdasarkan hasil survei, sebanyak 76% (32 responden) menyatakan banjir rob menyebabkan kerusakan pada bangunan rumah. Kerusakan bangunan rumah yang dialami responden diantaranya lantai, kusen, dinding dan tiang rumah (Tabel 20). Tabel 20 Kerusakan bangunan rumah No
Bangunan Rumah
1 Lantai dan dinding rumah 2 Lantai 3 Lantai, dinding, dan kusen 4 Tiang rumah Jumlah
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 17 53 9 28 4 13 2 6 32 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Rusaknya tiang rumah biasanya terjadi pada jenis rumah non permanen yang masih terbuat dari bambu sebagai pondasi (tiang) rumah. Hal ini dikarenakan responden tersebut telah membangun rumah yang sudah permanen dan melakukan peninggian rumah (seperti rumah panggung) sehingga banjir rob dapat dicegah. Responden yang mengeluarkan biaya perbaikan atas kerusakan bangunan rumah berjumlah 4 responden (12,5%) dari 32 responden yang mengalami kerusakan bangunan rumah. Tabel 21 Total biaya perbaikan bangunan rumah No Hal 1 Biaya perbaikan bangunan rumah (Rp) 2 Responden (KK) 3 Rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah (Rp/KK) 4 Populasi (KK) Total biaya perbaikan bangunan rumah (Rp)
Jumlah 5.000.000 4 1.250.000 32 40.000.000
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah biaya perbaikan bangunan rumah sebesar Rp 5.000.000 dengan jumlah 4 responden sehingga diperoleh rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah sebesar Rp 1.250.000. Jumlah masyarakat yang mengalami kerusakan bangunan rumah sebesar 32 KK dari total populasi sebesar 54 KK. Total biaya perbaikan bangunan rumah yang ditanggung masyarakat
55
Kampung Pondok akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 sebesar Rp 40.000.000 (Tabel 21). 6.2.1.2 Perbaikan Peralatan Rumah tangga Perbaikan peralatan rumah tangga perlu dilakukan oleh responden agar peralatan rumah tangga tersebut dapat digunakan kembali. Responden yang mengalami kerusakan peralatan rumah tangga sebanyak 62% (26 responden). Kerusakan peralatan rumah tangga yang dialami responden meliputi lemari pakaian, buffet, kursi (sofa), meja, tempat tidur, lemari es, TV 14 inch dan rak piring (Tabel 22). Tabel 22 Kerusakan peralatan rumah tangga No
Jenis Peralatan Rumah tangga
1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah
Lemari pakaian Kursi (sofa) Meja Buffet Tempat tidur Lemari es TV 14 inch Rak piring
Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 5 19 6 23 1 4 6 23 3 11 2 8 1 4 2 8 26 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Berdasarkan wawancara, saat banjir rob sebagian masyarakat telah melakukan pencegahan terlebih dahulu dengan memindahkan sebagian peralatan rumah tangga ke tempat yang lebih tinggi. Responden yang mengeluarkan biaya untuk memperbaiki kerusakan peralatan rumah tangga sebanyak 3 responden (12%) dari 26 responden yang mengalami kerusakan peralatan rumah tangga. Tabel 23 Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga No Hal 1 Biaya perbaikan peralatan rumah tangga (Rp) 2 Responden (KK) 3 Rata-rata biaya perbaikan peralatan rumah tangga (Rp/KK) 4 Populasi (KK) Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga (Rp)
Jumlah 480.000 3 160.000 26 4.160.000
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah biaya perbaikan peralatan rumah tangga dari keseluruhan responden sebesar Rp 480.000. Jumlah biaya ini dibagi dengan 3 responden yang mengeluarkan biaya perbaikan peralatan rumah tangga sehingga diperoleh rata-rata biaya perbaikan peralatan rumah tangga sebesar Rp 160.000. Jumlah masyarakat yang mengalami kerusakan peralatan rumah tangga
56
sebesar 26 KK dari total populasi sebesar 54 KK. Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga yang ditanggung masyarakat Kampung Pondok akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 sebesar Rp 4.160.000 dapat dilihat pada Tabel 23. Hasil perhitungan secara rinci biaya perbaikan kerusakan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga disajikan dalam Lampiran 4. 6.2.1.3 Kehilangan Peralatan Rumah tangga Kehilangan peralatan rumah tangga yang dialami responden meliputi buffet, bangku (sofa), tempat tidur, rak piring dan TV. Nilai dari biaya kehilangan peralatan rumah tangga yang berbeda untuk setiap tahunnya maka menggunakan pendekatan Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK digunakan untuk mendapatkan nilai riil dari biaya kehilangan peralatan rumah tangga yang disebabkan oleh adanya pengaruh inflasi terhadap biaya kehilangan pada setiap tahun. Indeks harga yang dipakai adalah indeks harga umum konsumen dengan tahun dasar 2007 = 100. Tabel 24 Total biaya kehilangan akibat kerusakan peralatan rumah tangga No Hal 1 Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (Rp) 2 Responden (KK) 3 Rata-rata biaya kehilangan peralatan rumah tangga (Rp/KK) 4 Populasi (KK) Total kehilangan peralatan rumah tangga (Rp)
Jumlah 5.795.490 2 2.897.745 26 75.341.370
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Berdasarkan perhitungan, jumlah biaya kehilangan peralatan rumah tangga sebesar Rp 5.795.490. Jumlah biaya tersebut dibagi dengan 2 responden yang mengeluarkan biaya kehilangan peralatan rumah tangga sehingga diperoleh ratarata biaya kehilangan sebesar Rp 2.897.745. Total biaya kehilangan peralatan rumah tangga yang dialami masyarakat Kampung Pondok akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 sebesar Rp 75.341.370 (Tabel 24). Hasil perhitungan biaya kehilangan peralatan rumah tangga disajikan dalam Lampiran 5. 6.2.1.4 Total Kerugian Langsung (Direct) yang Dialami Masyarakat Total kerugian langsung (direct) diperoleh dari penjumlahan total biaya perbaikan bangunan rumah, biaya perbaikan peralatan rumah tangga dan biaya kehilangan peralatan rumah tangga.
57
Tabel 25 Total kerugian langsung (direct) yang dialami masyarakat No Hal 1 Total biaya perbaikan bangunan rumah (Rp) 2 Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga (Rp) 3 Total biaya kehilangan peralatan rumah tangga (Rp) Total kerugian langsung yang dialami masyarakat (Rp)
Jumlah 40.000.000 4.160.000 75.341.370 119.501.370
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Berdasarkan perhitungan, diperoleh total kerugian langsung (direct) yang dialami masyarakat Kampung Pondok akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 sebesar Rp 119.501.370 dapat dilihat pada Tabel 25. 6.2.2 Kerugian Tidak Langsung (Indirect) Kerusakan tidak langsung (indirect) dalam penelitian ini meliputi biaya kesehatan yang terdiri dari biaya pengobatan dan kehilangan pendapatan yang diperoleh karena sakit. Kerugian indirect lainnya, yakni kehilangan pendapatan yang diperoleh karena memilih tidak pergi bekerja dan perubahan pendapatan dari usaha tambak yang menjadi berkurang karena banjir rob. 6.2.2.1 Biaya Kesehatan Banjir rob menimbulkan dampak bagi kesehatan masyarakat yang tinggal di wilayah Kampung Pondok. Penyakit yang diderita masyarakat menyebabkan masyarakat harus mengeluarkan biaya untuk mengobati penyakit tersebut. Kerugian lainnya yang diderita masyarakat ialah masyarakat tidak dapat pergi bekerja karena sakit. Hal ini menyebabkan masyarakat kehilangan pendapatan yang seharusnya mereka peroleh jika mereka pergi bekerja. 6.2.2.1.1 Biaya Pengobatan Genangan dari banjir rob menyebabkan kesehatan masyarakat terganggu karena lingkungan sekitar tempat tinggal masyarakat yang tercemar oleh sampahsampah. Sampah-sampah yang kotor tersebut hanyut dan terbawa saat banjir yang kemudian menggenangi jalan bahkan masuk ke rumah masyarakat sehingga kesehatan masyarakat menjadi terganggu. Berdasarkan hasil survei, sebanyak 15 responden (36%) yang menderita sakit dan mengeluarkan biaya berobat ke dokter. Penyakit yang kebanyakan diderita oleh masyarakat adalah gatal-gatal pada kulit, diare, demam, dan flu. Responden yang menderita sakit biasanya pergi berobat ke puskemas desa.
58
Tabel 26 Total biaya pengobatan No Hal 1 Biaya pengobatan (Rp) 2 Responden (KK) 3 Rata-rata biaya pengobatan (Rp/KK) 4 Populasi (KK) Total biaya pengobatan (Rp)
Jumlah 1.510.000 15 100.667 27 2.718.000
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 26, jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan oleh responden yang menderita sakit sebesar Rp 1.510.000. Besar biaya tersebut dibagi dengan jumlah responden yang mengeluarkan biaya untuk pengobatan sebanyak 15 responden maka rata-rata biaya yang dikeluarkan setiap responden sebesar Rp 100.667. Jumlah masyarakat yang mengalami kerusakan bangunan rumah sebesar 27 KK dari total populasi sebesar 54 KK. Total biaya pengobatan yang dikeluarkan oleh responden akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari 2013 adalah Rp 2.718.000. Hasil perhitungan biaya pengobatan disajikan dalam Lampiran 6. 6.2.2.1.2 Kehilangan Pendapatan yang Diperoleh karena Sakit Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 4 responden tidak pergi bekerja karena sakit sehingga mengalami kehilangan pendapatan. Responden yang mengalami adalah responden yang bekerja sebagai nelayan. Kehilangan pendapatan responden nelayan diestimasi dari jumlah hari tidak bekerja karena sakit dikalikan dengan pendapatan responden per hari. Tabel 27 Total pendapatan yang hilang karena sakit No Hal 1 Pendapatan yang hilang (Rp) 2 Responden yang mengalami kehilangan pendapatan karena sakit (KK) 3 Rata-rata pendapatan yang hilang (Rp/KK) 4 Populasi (KK) Total pendapatan yang hilang karena sakit (Rp)
Jumlah 630.000 4 157.500 6 945.000
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 27, jumlah pendapatan yang hilang dari keseluruhan responden akibat tidak bekerja karena sakit sebesar Rp 630.000. Jumlah biaya ini dibagi 4 responden yang tidak bekerja sehingga rata-rata pendapatan yang hilang sebesar Rp 157.500. Total pendapatan responden yang hilang karena sakit akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 sebesar Rp 945.000 (Lampiran 7).
59
Tabel 28 Total biaya kesehatan No Hal 1 Total biaya pengobatan (Rp) 2 Total pendapatan yang hilang karena sakit (Rp) Total biaya kesehatan (Rp)
Jumlah 2.718.000 945.000 3.663.000
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Tabel 28 menunjukkan total biaya kesehatan yang dikeluarkan masyarakat akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013. Total biaya kesehatan diperoleh dari penjumlahan total biaya pengobatan dengan total pendapatan yang hilang karena sakit. Total biaya kesehatan masyarakat Kampung Pondok akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 adalah sebesar Rp 3.663.000. 6.2.2.2 Kehilangan Pendapatan yang Diperoleh karena Memilih Tidak Pergi Bekerja Kerugian yang dirasakan oleh keseluruhan responden pada saat banjir rob adalah kehilangan pendapatan. Banjir rob yang terjadi menyebabkan jalan di wilayah Kampung Pondok menjadi tergenang oleh air dan membuat responden tidak dapat melakukan aktivitas di luar rumah termasuk bekerja. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 8 responden yang bekerja sebagai nelayan memilih untuk tidak pergi bekerja. Alasan lainnya responden tidak pergi bekerja dikarenakan responden membersihkan rumah mereka yang tergenang banjir rob dan mewaspadai datangnya banjir rob kembali. Tabel 29 Pendapatan yang hilang karena memilih tidak pergi bekerja No 1 2
Hal Pendapatan yang hilang (Rp) Responden yang mengalami kehilangan pendapatan karena memilih tidak pergi bekerja (KK) 3 Rata-rata pendapatan yang hilang (Rp/KK) 4 Populasi (KK) Total pendapatan yang hilang karena memilih tidak pergi bekerja (Rp)
Jumlah 1.440.000 8 180.000 10 1.800.000
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Pendapatan harian yang hilang dari keseluruhan responden sebesar Rp 1.440.000. Selanjutnya, jumlah pendapatan yang hilang tersebut dibagi dengan 8 responden sehingga rata-rata pendapatan yang hilang sebesar Rp 180.000. Total pendapatan yang hilang masyarakat Kampung Pondok karena memilih tidak pergi bekerja akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 sebesar Rp 1.800.000 (Tabel 29). Hasil perhitungan kehilangan pendapatan yang diperoleh karena memilih tidak pergi bekerja disajikan dalam Lampiran 8.
60
6.2.2.3 Perubahan pendapatan usaha tambak Bagi responden yang menggantungkan sumber penghidupannya dari usaha tambak, datangnya banjir rob menyebabkan mereka mengalami kerugian. Hal ini dikarenakan saat terjadi banjir rob dapat membuat tanggul tambak mereka rusak dan menyebabkan ikan bandeng maupun udang windu menjadi hanyut terbawa air. Kerugian yang dialami akibat rob dapat mencapai hingga 30% dari total benih yang disebar. Tabel 30 Rata-rata pendapatan usaha tambak akibat banjir rob (per musim panen) Hal Penerimaan tambak Penerimaan ikan bandeng (Rupiah/kg) Penerimaan udang windu (Rupiah/kg) Rata-rata penerimaan tambak Biaya tetap tambak Pajak/Ha/musim (Rupiah) Biaya rehabilitasi/Ha/musim (Rupiah) Biaya sewa TK. Panen/Ha/musim (Rupiah) Rata-rata biaya tetap tambak Biaya variabel tambak Bibit /Ha/musim (Rupiah/ekor) Obat/Ha/musim (Rupiah) Tenaga kerja (Rp/HOK) Rata-rata biaya variabel tambak Biaya investasi Pintu air (Rupiah) Rata-rata biaya investasi tambak Rata-rata pendapatan usaha tambak
Saat Tidak Banjir Rob
Saat Banjir Rob
4.156.593 3.036.538 7.193.131
2.909.615 2.125.577 5.035.192
70.000 665.659 573.778 1.309.437
70.000 732.225 573.778 1.376.003
981.978 73.100 600.000 1.655.078
981.978 73.100 600.000 1.655.078
1.928.571 1.928.571 2.300.045
1.928.571 1.928.571 75.540
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Berdasarkan Tabel 30, rata-rata pendapatan usaha tambak saat tidak terjadi banjir rob adalah sebesar Rp 2.300.045 sedangkan saat banjir rob sebesar Rp 75.540. Rata-rata perubahan pendapatan usaha tambak akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 sebesar Rp 2.224.505. Penjelasan mengenai penerimaan, biaya tetap dan biaya variabel usaha tambak ikan bandeng dan udang windu saat tidak banjir maupun saat banjir rob pada Lampiran 9-12. 6.2.2.4 Total Kerugian Tidak Langsung (Indirect) yang Dialami Masyarakat Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh total kerugian tidak langsung (indirect) yang dialami masyarakat Kampung Pondok akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 sebesar Rp 7.687.505 dapat dilihat pada Tabel 31 dibawah ini.
61
Tabel 31 Total kerugian tidak langsung (indirect) yang dialami masyarakat No Hal 1 Total biaya kesehatan (Rp) 2 Total pendapatan yang hilang karena memilih tidak pergi bekerja (Rp) 3 Total perubahan pendapatan usaha tambak (Rp) Total kerugian tidak langsung yang dialami masyarakat (Rp)
Jumlah 3.663.000 1.800.000 2.224.505 7.687.505
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
6.2.3 Total Kerugian Ekonomi yang Dialami Masyarakat Berdasarkan hasil penelitian terhadap 42 responden di wilayah Kampung Pondok yang terkena dampak dari banjir rob, kerugian ekonomi terbesar yang dialami masyarakat adalah kerugian langsung (direct) dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32 Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 No Hal 1 Total kerugian langsung (direct) yang dialami masyarakat (Rp) 2 Total kerugian tidak langsung (indirect) yang dialami masyarakat (Rp) Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat (Rp)
Jumlah 119.501.370 7.687.505 127.188.875
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Berdasarkan hasil perhitungan, total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat Kampung Pondok akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 sebesar Rp 127.188.875 (Tabel 32). Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat akibat banjir rob ini diperoleh dari penjumlahan total kerugian langsung dan total kerugian tidak langsung yang dialami masyarakat. 6.3
Biaya Pencegahan
Total kerugian ekonomi yang cukup besar menyebabkan sebagian responden melakukan upaya pencegahan untuk meminimalisasi dampak dari banjir rob. Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 12% (5 responden) sudah melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob sedangkan sisanya (88%) belum melakukan tindakan pencegahan. Responden yang belum melakukan tindakan pencegahan dikarenakan dampak banjir rob yang mereka alami terhadap kerusakan bangunan tempat tinggal tidak terlalu serius dan ketersediaan dana yang belum mencukupi. Tindakan pencegahan yang umumnya dilakukan oleh masyarakat, yaitu tindakan membuat tanggul kecil di depan rumah dan tindakan meninggikan lantai rumah.
62
Nilai biaya pencegahan yang dikeluarkan oleh masyarakat berbeda pada setiap tahun maka dilakukan perhitungan untuk mencari nilai riil dari biaya pencegahan pada setiap tahun dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan tahun dasar 2007=100. Biaya pencegahan yang dihitung adalah biaya dikeluarkan oleh masyarakat untuk tindakan melakukan pencegahan dalam kurun waktu 2008-2013. Tabel 33 Total biaya pencegahan Hal 1. Biaya pencegahan (Rp) 2. Responden (KK) 3. Rata-rata biaya pencegahan (Rp) 4. Populasi (KK) Total biaya pencegahan (Rp)
Jumlah 18.892.976 5 3.778.595 6 22.671.570
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Berdasarkan perhitungan, jumlah biaya pencegahan yang dikeluarkan masyarakat sebesar Rp 18.892.976. Jumlah biaya tersebut dibagi dengan 5 responden yang mengeluarkan biaya pencegahan sehingga diperoleh rata-rata biaya pencegahan sebesar Rp 3.778.595. Total biaya pencegahan terhadap banjir rob yang dikeluarkan masyarakat Kampung Pondok dalam kurun waktu 2008-2013 sebesar Rp 22.671.570 (Tabel 33). Hasil perhitungan biaya pencegahan masyarakat dalam kurun waktu enam tahun terakhir disajikan dalam Lampiran 13. 6.4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan Pencegahan terhadap Banjir Rob
Banjir rob yang terjadi menyebabkan air laut masuk ke dalam rumah dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat sekitar. Melihat kerugian yang ditimbulkan dari banjir rob beberapa masyarakat telah melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko pasang air laut masuk ke dalam rumah masyarakat. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan dianalisis menggunakan model regresi logistik. Variabel dependen dalam model ini adalah keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob (PEN) yang bernilai “satu” dan keputusan masyarakat untuk tidak melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob yang bernilai
“nol”.
Variabel
independen
yang
menjadi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi adalah total kerugian ekonomi (TKE), pendapatan rumah tangga (PDT), tingkat pendidikan (PDK), lama tinggal (LMT), dan kekhawatiran
63
masyarakat terhadap datangnya banjir rob (KWM). Adapun tindakan pencegahan yang akan dilihat adalah berupa tindakan pencegahan dengan melakukan pembuatan tanggul kecil di depan rumah dan tindakan meninggikan lantai rumah yang diasumsikan dapat mewakili tindakan pencegahan yang dilakukan oleh rumah tangga responden secara keseluruhan. 6.4.1 Fungsi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan Pencegahan terhadap Banjir Rob Variabel-variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob dapat diperoleh dengan melakukan pengujian model regresi logistik yang dalam penelitian ini menggunakan program Minitab 14.0. Tabel 34 Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob Predictor Coefisien Z Constant -11,2241 -2,44 Total kerugian ekonomi 0,0000006 2,03 Pendapatan rumah tangga 0,0000015 1,67 Tingkat pendidikan -0,157532 -0,51 Lama tinggal 0,132615 1,91 Kekhawatiran masyarakat 1 (Khawatir) 0,285178 0,16 Log-Likelihood = -6,832 Test that all slopes are zero: G = 16,998, DF = 5, P-Value = 0,005
P 0,015 0,042** 0,095* 0,607 0,056*
Odds ratio 1,00 1,00 0,85 1,14
0,873
1,33
Goodness-of-Fit Tests Method Pearson Deviance Hosmer-Lemeshow
Chi-Square 47,1595 13,6639 12,8481
DF 35 35 8
P 0,082 1,000 0,117
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Keterangan: **nyata pada taraf α = 5% * nyata pada taraf α = 10%
Hasil regresi pada Tabel 34 dan disajikan pada Lampiran 14, diperoleh fungsi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob, yaitu: PENi = -11,2241 + 0,0000006 TKE + 0,0000015 PDT – 0,157532 PDK + 0,132615 LMT + 0,285178 KWM Keterangan: PENi = keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan β₀
= intersep
β1-5
= koefisien regresi
64
TKE
= total kerugian ekonomi (Rp)
PDT
= pendapatan rumah tangga(Rp)
PDK = tingkat pendidikan (tahun) LMT = lama tinggal (tahun) KWM = kekhawatiran masyarakat terhadap terjadinya banjir rob 1 = Dummy (khawatir) 0 = Dummy (tidak khawatir) 6.4.2
Pengujian Hipotesis Berdasarkan analisis regresi logistik dilakukan uji G dan uji Wald. Dari
kedua uji statistik tersebut akan diperoleh beberapa hasil mengenai pengaruh dari variabel bebas (total kerugian ekonomi, pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan, lama tinggal, dan kekhawatiran masyarakat terhadap datangnya banjir rob) terhadap variabel tak bebasnya (keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob). 6.4.2.1 Uji G Uji statistik G bertujuan untuk mengetahui peran variabel-variabel bebas dalam model secara simultan atau bersama-sama. Pengujian statistik G dapat dilakukan dengan membandingkan antara nilai G dengan nilai Chi-square (χ2) tabel pada taraf nyata (α) tertentu dengan derajat bebas (k-1), namun jika menggunakan paket pada program Minitab 4.0 dapat dilihat melalui nilai P (p-value). Berdasarkan hipotesis yang dibuat sebelumnya yakni jika p-value dari statistik G lebih kecil dari taraf nyata (α = 0,10), maka keputusannya adalah menolak H0 yang artinya ada pengaruh paling sedikit satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Berdasarkan hasil olahan data pada Tabel 34 menunjukkan bahwa nilai G sebesar 16,998 dengan p-value yaitu 0,005. Hasil tersebut menunjukan bahwa p-value memiliki nilai yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (0,005 < 0,10), sehingga keputusannya adalah menolak H0 yang artinya variabel independen yang digunakan dalam model tersebut secara bersama-sama dapat menjelaskan keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob.
65
6.4.2.2 Uji Wald dan Uji Kebaikan Model Berdasarkan hipotesis yang dibuat sebelumnya yakni jika p-value dari statistik W lebih kecil dari taraf nyata (α = 0,10), maka keputusannya adalah menolak H0 artinya variabel independen tersebut berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependennya. Hasil olahan data pada Tabel 34 menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji Wald terdapat tiga variabel dependen yang berpengaruh nyata secara signifikan dengan level of significant atau α yang berbeda. Variabel total kerugian ekonomi yang dirasakan masyarakat terhadap datangnya banjir rob berpengaruh signifikan pada taraf uji 5%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel tersebut 95% secara parsial mempunyai pengaruh nyata terhadap keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob. Adapun variabel pendapatan rumah tangga dan lama tinggal signifikan pada α = 10%. Hal ini berarti variabel pendapatan rumah tangga dan lama tinggal tersebut 90% secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob. Berdasarkan analisis hasil uji Wald yang dilakukan, terdapat dua variabel independen yang ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya. Kedua variabel tersebut adalah tingkat pendidikan dan kekhawatiran masyarakat terhadap terjadinya banjir rob. Hal tersebut dikarenakan p-value dari kedua variabel independen tersebut lebih besar dari α yang digunakan (α = 0,10), sehingga tidak memenuhi syarat signifikan. Uji kebaikan model dilihat dengan metode Pearson, Deviance, dan HosmerLomeshow diperoleh nilai P pada Pearson sebesar 0,082; Deviance sebesar 1,000; dan Hosmer-Lomeshow sebedar 0,117. Nilai P tersebut memiliki nilai yang lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu α = 10%. Keputusannya adalah tolak H0 yang artinya adalah model regresi yang dihasilkan cukup baik. 6.4.3 Variabel-variabel yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan Pencegahan terhadap Banjir Rob Berdasarkan hasil regresi logistik, dapat dilakukan penafsiran mengenai variabel-variabel yang diduga menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob. Interpretasi dilakukan dengan melihat nilai p-value dan odds ratio. Nilai p-value menentukan
66
variabel-variabel
yang
berpengaruh
nyata
dalam
model.
Odds
ratio
menggambarkan estimasi seberapa besar kecenderungan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien variabel independen yang bernilai positif akan memiliki nilai odds ratio lebih dari satu, sedangkan koefisien yang bernilai negatif akan menghasilkan nilai odds ratio kurang dari satu. 6.4.3.1 Variabel yang Berpengaruh Signifikan Berikut ini merupakan pembahasan mengenai variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob: 1) Total kerugian ekonomi Variabel total kerugian ekonomi sangat berpengaruh pada keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob. Koefiesien bertanda positif (+) yang berarti variabel total kerugian ekonomi berpengaruh positif, semakin besar total kerugian ekonomi yang dirasakan akibat banjir rob maka semakin besar peluang menjawab setuju. Variabel total kerugian ekonomi memiliki koefisien sebesar 0,0000006 artinya adalah meningkatnya total kerugian ekonomi akibat banjir rob Rp 1.000.000 akan mempengaruhi peluang menjawab setuju sebesar 0,6%. Variabel total kerugian ekonomi memiliki p-value sebesar 0,042 yang menandakan variabel berpengaruh signifikan pada taraf nyata α = 10%. Nilai odds ratio variabel total kerugian ekonomi adalah 1,00. Hal ini berarti peluang keputusan rumah tangga yang mengalami total kerugian ekonomi adalah 1,00 kalinya lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak mengalami total kerugian ekonomi akibat banjir rob. 2) Pendapatan rumah tangga Variabel pendapatan rumah tangga merupakan faktor penting bagi rumah tangga untuk melakukan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan yang dilakukan akan menyebabkan rumah tangga harus bersedia mengeluarkan sebagian dari pendapatannya untuk melakukan pencegahan terhadap banjir rob. Koefisien bertanda positif (+) yang berarti variabel pendapatan rumah tangga berpengaruh positif, semakin besar pendapatan rumah tangga maka semakin besar peluang menjawab setuju. Variabel pendapatan rumah tangga memiliki
67
koefisien sebesar 0,0000015 artinya adalah kenaikan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 100.000 akan mempengaruhi peluang menjawab setuju sebesar 0,15%. Variabel pendapatan rumah tangga memiliki p-value sebesar 0,095 yang menandakan variabel berpengaruh signifikan pada taraf nyata α = 10%. Nilai odds ratio variabel pendapatan rumah tangga sebesar 1,00 yang berarti responden dengan pendapatan rumah tangga yang lebih tinggi mempengaruhi keputusan responden untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob sebesar 1,00 kalinya lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki pendapatan rumah tangga lebih rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendapatan suatu rumah tangga, maka akan lebih mudah bagi rumah tangga tersebut untuk mengeluarkan biaya melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob. 3) Lama tinggal Variabel lama tinggal berpengaruh nyata terhadap keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob. Hal ini dikarenakan masyarakat yang sudah lama tinggal di wilayah tersebut sudah memahami karakteristik dari banjir rob. Koefisien variabel lama tinggal bertanda positif (+) yang berarti variabel lama tinggal berpengaruh positif, semakin lama tinggal maka semakin besar peluang untuk menjawab setuju. Variabel lama tinggal memiliki koefisien sebesar 0,132615 yang artinya adalah meningkatnya lama tinggal masyarakat selama 1 tahun akan mempengaruhi peluang menjawab setuju sebesar 0,13%. Variabel lama tinggal memiliki p-value sebesar 0,056 yang menandakan variabel berpengaruh signifikan pada taraf nyata α = 10%. Nilai odds ratio variabel lama tinggal sebesar 1,14 yang berarti peluang keputusan bagi rumah tangga yang sudah lama tinggal untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob adalah 1,14 kalinya lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga yang belum lama tinggal. 6.4.3.2 Variabel yang Tidak Berpengaruh Signifikan Variabel-variabel independen dalam yang tidak berpengaruh signifikan, yaitu tingkat pendidikan dan kekhawatiran masyarakat terhadap banjir rob. Kedua variabel tersebut memiliki p-value lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (α = 0,1), sehingga tidak memenuhi syarat signifikan. Penjelasan mengenai variabel
68
yang tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob adalah sebagai berikut: 1.
Tingkat pendidikan Variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan dalam keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob. Variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata karena memiliki p-value sebesar 0,607 yang lebih besar dari taraf nyata. Hal ini disebabkan seberapa lama tingkat pendidikan yang ditempuh oleh kepala keluarga tidak memiliki kecenderungan dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob.
2.
Kekhawatiran masyarakat terhadap terjadinya banjir rob Variabel kekhawatiran masyarakat terhadap terjadinya banjir rob dalam kasus ini tidak mempengaruhi keputusan rumah tangga dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob. Variabel kekhawatiran masyarakat ini merupakan variabel dummy dimana masyarakat yang merasa khawatir terhadap banjir rob diberi nilai satu sedangkan yang merasa tidak khawatir akan diberi nilai nol. Variabel kekhawatiran masyarakat terhadap banjir rob tidak berpengaruh nyata karena memiliki p-value sebesar 0,873 yang lebih besar dari taraf nyata. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi banjir rob yang sering, membuat masyarakat menganggap menjadi hal yang sudah biasa dan merasa tidak khawatir apabila banjir rob datang.
6.5 Strategi Adaptasi dalam Menghadapi Banjir Rob Banjir rob yang sering terjadi di Pesisir Kecamatan Muara Gembong telah menimbulkan kerugian bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Selama ini masyarakat hanya melakukan upaya pertahanan terhadap banjir rob, yaitu dengan adaptasi. Adaptasi yang dilakukan masyarakat seperti pembuatan tanggul kecil di depan rumah dan peninggian lantai rumah. Adaptasi yang dilakukan masyarakat tersebut membuat mereka mengeluarkan biaya yang cukup besar sehingga tidak semua masyarakat di Kampung Pondok mengeluarkan biaya untuk adaptasi. Belum adanya kebijakan terkait strategi adaptasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten
69
Bekasi untuk meminimalisasi dampak dari banjir rob menyebabkan masyarakat berinisiatif sendiri untuk melakukan pencegahan terhadap banjir rob. Sub bab ini mengkaji tentang strategi-startegi adaptasi yang dapat diterapkan di Pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi dalam meninimalisasi dampak dari banjir rob. Jenis-jenis strategi adaptasi diperoleh dari hasil wawancara dan diskusi dengan pemerintah daerah dan masyarakat. Jenis strategi adaptasi ini diharapkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kampung Pondok. Identifikasi mengenai alternatif-alternatif strategi adaptasi terhadap banjir rob dalam penelitian ini menggunakan model kehijakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Penentuan kebijakan MPE ini dilakukan berdasarkan wawancara dengan para pakar yang kemudian dijadikan sebagai bangunan dalam pengambilan keputusan untuk sebuah kebijakan adaptasi bencana banjir rob. Beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam MPE (Marimin 2004) adalah: 1. Menyusun alternatif-alternatif keputusan Pada penelitian ini, alternatif keputusan yang dipilih adalah menentukan strategi adaptasi yang dapat diterapkan di Pesisir Kecamatan Muara Gembong berjumlah empat elemen adaptasi bencana yang diharapkan dapat diterapkan sebagai adaptasi banjir rob. Sesuai dengan keempat elemen adaptasi tersebut, maka diperoleh empat alternatif keputusan yang akan disusun dalam perancangan analisis MPE. Alternatif-alternatif keputusan tersebut adalah: Penanaman dan perawatan mangrove di sekitar pantai; Pembuatan Alat Pemecah Ombak (APO); Pembuatan Tembok Penahan Tanah (TPT) di sepanjang sungai; Relokasi tempat tinggal. 2. Menentukan kriteria atau perbandingan kriteria keputusan Penentuan kriteria keputusan merupakan faktor penting dalam mendapatkan sebuah keputusan yang tepat dan mampu menggambarkan indikator penting dari sebuah kebijakan. Semakin baik kriteria yang dapat ditentukan, maka keputusan yang dihasilkan pun akan lebih baik sehingga pada akhirnya kebijakan yang dihasilkan akan tepat sasaran. Pada analisis MPE ini, ditentukan sebanyak empat kriteria keputusan yang akan menjadi dasar pengambilan kebijakan dalam bentuk adaptasi terhadap banjir rob. Masing-masing kriteria keputusan adalah:
70
a) Kesesuaian dengan SDM lokal. Hal tersebut penting, mengingat dalam penerapan bentuk adaptasi, masyarakat setempat adalah yang paling pertama dan utama terlibat dalam penanggulangan bencana yang terjadi. b) Efektivitas teknis. Apakah alternatif adaptasi ini efektif dalam memecahkan masalah akibat banjir rob dan memberikan manfaat kepada masyarakat yang diperoleh berdasarkan hasil pendapat para pakar dan masyarakat maupun tinjauan pustaka yang telah dilakukan. Pakar yang dijadikan responden adalah para pengambil kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan kelautan, penanggulangan bencana daerah dan kehutanan. Jumlah pakar tersebut adalah 5 orang: 1 orang dari Kepala Bidang Pencegahan dan Rehabilitasi Badan Penanggulanggan Bencana Daerah (BPBD) Kab Bekasi, 1 orang dari Kepala Bidang Sumberdaya Laut dan Pesisir Dinas Peternakan dan Perikanan Kab Bekasi, 2 orang dari Kepala Bidang Rehabilitasi Mangrove Dinas Kehutanan Kab. Bekasi, dan 1 orang dari Kepala Bidang Rehabilitasi Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi c) Ketersediaan dana. Ketersediaan dana merupakan pertimbangan utama sebab segala
tindakan
yang
dilakukan
dalam
penanggulangan
bencana
membutuhkan biaya yang besar. d) Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan adaptasi. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan alternatif strategi adaptasi. Semakin cepat waktu penyelesaian maka akan strategi adaptasi tersebut menjadi efektif untuk dapat segera digunakan. 3. Menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan Tingkat kepentingan ditentukan dengan menentukan besarnya bobot dari masing-masing kriteria yang ada. Penentuan besarnya bobot ini dilakukan melalui persepsi dari pakar dan masyarakat. Angka pembobotan ditentukan berdasarkan skala ordinal dengan skala 1 sampai 3 (Ruswandi et al. 2008). Bobot 1 berarti kriteria tersebut tidak penting, bobot 2 berarti penting dan bobot 3 berarti sangat penting.
71
4. Menghitung skor atau nilai total setiap alternatif Pada MPE ini, nilai total setiap alternatif diperoleh dengan menjumlahkan seluruh kriteria yang dipangkatkan dengan bobotnya yang dapat dilihat pada Tabel 35 dan Lampiran 15. Tabel 35 Nilai total alternatif keputusan No 1 2 3 4
Alternatif Penanaman dan perawatan mangrove di sekitar pantai Pembuatan Alat Pemecah Ombak (APO) Pembuatan Tembok Penahan Tanah (TPT) di sepanjang sungai Relokasi tempat tinggal
Nilai 71 52 33 19
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Alternatif strategi adaptasi penanaman dan perawatan mangrove di sekitar pantai memiliki nilai sebesar 71. Alternatif adaptasi kedua adalah pembuatan APO dengan nilai 52, sedangkan alternatif adaptasi dengan nilai sebesar 33 adalah pembuatan TPT. Nilai bagi adaptasi untuk relokasi tempat tinggal sebesar 19. 5. Menentukan urutan prioritas keputusan Langkah terakhir dalam MPE adalah menentukan urutan prioritas keputusan dari seluruh alternatif keputusan yang tersedia. Pemberian rangking dilakukan dengan mengurutkan alternatif keputusan dari jumlah nilai terbesar sampai nilai yang terkecil. Adanya perangkingan ini maka akan diperoleh alternatif keputusan yang paling baik untuk dipilih menjadi sebuah kebijakan dalam strategi adaptasi banjir rob. Tabel 36 Urutan pemberian rangking keputusan No
Alternatif Bentuk Adaptasi Banjir Rob
Nilai
Rangking
1
Penanaman dan perawatan mangrove
71
1
2
Pembuatan Alat Pemecah Ombak (APO) Pembuatan Tembok Penahan Tanah (TPT) di sepanjang sungai Relokasi tempat tinggal
52
2
33
3
19
4
3 4
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Berdasarkan hasil perangkingan alternatif keputusan diatas, maka dapat diambil sebuah kebijakan bentuk adaptasi terhadap banjir rob di Kecamatan Muara Gembong. Kebijakan yang paling tepat bagi adaptasi terhadap banjir rob adalah penanaman dan perawatan mangrove di sekitar pantai. Kebijakan ini dianggap paling tepat dipilih karena pohon mangrove telah tumbuh di pinggir pantai dan
72
dapat dengan mudah ditanam karena memiliki manfaat sebagai penahan abrasi air laut maupun tempat pemijahan biota laut. Selanjutnya, bentuk adaptasi yang mungkin dapat terealisasikan pada rangking kedua adalah pembuatan APO namun hal ini terhalang oleh kendala dana yang besar untuk membangunnya sama dengan halnya pembuatan TPT di sepanjang sungai. Alternatif adaptasi yang terakhir adalah relokasi tempat tinggal. Mayoritas masyarakat pesisir tidak berminat untuk pindah dari tempat tinggalnya yang sekarang dikarenakan sudah nyaman dan dekat dengan mata pencaharian mereka yang kebanyakan sebagai nelayan laut maupun petani tambak.
73
VII
SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan
Berdasarkan tujuan serta hasil penelitian yang telah diperoleh dan dijabarkan dalam pembahasan mengenai estimasi nilai kerugian ekonomi dan strategi adaptasi terhadap banjir rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Persepsi responden mengenai karakteristik banjir rob dengan lama banjir 3-12 jam/hari, frekuensi terjadinya banjir rob selama 14-28 hari/bulan, dan tinggi banjir antara 10-30 cm. Persepsi responden mengenai dampak dari banjir rob, yaitu terganggunya aktivitas dan kesehatan masyarakat, berkurangnya penghasilan yang diperoleh, rusaknya rumah dan peralatan rumah tangga serta kondisi lingkungan menjadi kotor. 2. Kerugian ekonomi masyarakat dihitung berdasarkan kerugian langsung (direct) dan tidak langsung (indirect). Total estimasi kerugian ekonomi yang dialami masyarakat Kampung Pondok pada banjir rob periode bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp 127.188.875. Total biaya pencegahan yang dilakukan masyarakat Kampung Pondok dalam kurun waktu enam tahun terakhir adalah sebesar Rp 22.671.570. Biaya pencegahan ini terdiri dari biaya pembuatan tanggul kecil di depan rumah dan biaya peninggian lantai rumah. 3. Terdapat tiga faktor yang berpengaruh signifikan pada keputusan masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan yaitu variabel pendapatan rumah tangga, lama tinggal dan total kerugian ekonomi. Variabel pendapatan rumah tangga dan lama tinggal signifikan pada α < 10% sedangkan variabel total kerugian ekonomi signifikan pada α < 5%. 4. Hasil analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) diperoleh empat alternatif keputusan strategi adaptasi dalam meminimalisir dampak dari banjir rob, yaitu perawatan dan penanaman mangrove yang merupakan prioritas pertama. Prioritas yang kedua adalah pembentukan alat pemecah ombak. Prioritas ketiga adalah pembangunan sejenis tanggul atau TPT disepanjang sungai. Prioritas yang terakhir adalah relokasi tempat tinggal.
74
7.2 Saran 1. Berdasarkan nilai kerugian dari banjir rob yang dialami masyarakat, diharapkan pemerintah Kabupaten Bekasi serta pihak-pihak yang terkait segera menyusun langkah-langkah strategi adaptasi diantaranya penanaman dan perawatan mangrove, pembuatan Alat Pemecah Ombak (APO), pembuatan Tembok Penahan Tanah (TPT) maupun relokasi tempat tinggal yang komprehensif dan efisien agar masyarakat tidak mengalami kerugian. 2. Tindakan pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat dalam menghadapi banjir rob dengan memperhatikan faktor-faktor antara lain tingkat pendapatan rumah tangga, lama tinggal dan total kerugian ekonomi. Sehingga dengan memperhatikan
faktor-faktor
tersebut
diharapkan
masyarakat
mampu
melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob. 3. Aparat desa sebaiknya lebih memperhatikan dampak yang ditimbulkan dari banjir rob terhadap keadaan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir sehingga semua aspirasi dan keluhan masyarakat dapat ditampung dan dikoordinasikan dengan pemerintah serta diambil tindakan nyata. 4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan kelembagaan yang sudah ada dalam melakukan tindakan adaptasi di Pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.
75
DAFTAR PUSTAKA Adger W N, N W Arnell, E L Tompkins. 2005. Succesful Adaptation to Climate Change Across Scales. Global Environmental Change Vol.15 No.1: 77-86. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten Bekasi dalam Angka 2012. Bekasi (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi. Barker T. 2003. Representing Global Climate Change, Adaptation, and Mitigation. Global Environmental Change. Vol 13 No. 1:1-6. Berina D. 2011. Strategi dan Biaya Adaptasi Masyarakat Teluk Jakarta Terhadap Dampak Banjir Rob Akibat Perubahan Iklim [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Chandra R K dan R D Supriharjo. 2013. Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print). Dahuri R. 2000. Strategi dan Program Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia. Prosiding Pelatihan untuk Pelatih, Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. PKSPL-IPB. Bogor. Hal. 114-130. Dahuri R, J Rais, S P Ginting, M J Sitepu. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta (ID): PT Pradnya Paramita. Desmawan B T. 2012. Adaptasi Masyarakat Kawasan Pesisir Terhadap Banjir Rob di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Jurnal Bumi Indonesia. Vol.1 No.1. Dhewanthi L, A T Apriani, Gustami, S Sarasseatiwaty, M Alfian, dan L Nurbaningsih. 2007. Panduan Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta (ID): KLH. Diposaptono S. 2007. Sebuah Kumpulan Pemikiran “Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi, Tsunami, Banjir, Abrasi, Pemanasan Global, dan Semburan Lumpur Sidoarjo”. Bogor (ID): Penerbit Buku Ilmiah Populer. Diposaptono S, Budiman dan F Agung. 2009. Menyiasati Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Bogor (ID): Buku Ilmiah Populer. Firdaus M dan F M Afendi. 2008. Aplikasi Metode Kuantitatif Terpilih untuk Manajemen dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press. Garrod G and K Willis. 1999. Economic Valuation of the Environment: Method and Case Studies. Cheltenham (UK): Edward Elgar Publishing Limited. Grigalunas T A, R J Johnston, J J Opaluch. 1998. Natural Resources Damage Assesment Manual for Tropical Ecosystems. International Maritime Organization. Gujarati D N. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi Ketiga: Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga.
76
Hosmer D W and S Lemeshow. 2000. Applied Logistic Regression 2th ed. New York (USA): John Wiley and Sons. Juanda B. 2009. Ekonometrika I. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kodoatie R J dan Sugiyanto. 2002. Banjir: Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. Kusnanto H. 2011. Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim . Yogyakarta (ID): BPFE. Marfai M A. 2013. Bencana Banjir Rob Studi Pendahuluan Banjir Pesisir Jakarta. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Marfai M A, S R Hardoyo, N M Ni’mah, R Y Mukti, Q Zahro dan A Halim. 2011. Strategi Adaptasi Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan. Yogyakarta (ID): Percetakan Pohon Cahaya. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta (ID): PT Gramedia Widya Sarana Indonesia (Grasindo). Nazir M. 2011. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Nurhayati E P. 2012. Dampak Rob Terhadap Aktivitas Pendidikan dan Mata Pencaharian di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Journal of Educational Social Studies 1 (2) (2012). Pratiwi M R I. 2012. Dampak Dinamika Banjir Pasang (Rob) terhadap Sistem Sosial Ekologis Kota Semarang (Studi Kasus di Kelurahan Tanjung Mas) [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rosadi D. 2011. Analisis Ekonometrika dan Runtun Waktu Terapan dengan R. Andi. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI. Ruswandi, A Saefuddin, S Mangkuprawira, E Riani dan P Kardono. 2008. Identifikasi Potensi Bencana Alam dan Upaya Mitigasi yang Paling Sesuai Diterapkan di Pesisir Indramayu dan Ciamis. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan. Jilid 18 No.2.Hal 1-19. Sapanli K. 2009. Analisis Kebijakan Pembangunan Ekonomi Kelautan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sarbidi ST. 2008. Pengaruh Rob pada Permukiman Pantai (Kasus Semarang). Prosiding Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-kota Pantai di Indonesia. Setyaningrum P. 2012. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Rob (Studi Kasus: Kampung Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Shalih O. 2012. Adaptasi Penduduk Kampung Melayu Jakarta Terhadap Banjir Tahunan [Skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia. Soeharjo A dan D Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
77
Soekartawi, A Soeharjo, J L Dillon, dan J B Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta (ID): Penerbit Universitas Indonesia. Edisi Ketiga. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Cetakan Pertama. Jakarta (ID): UI Press. Soemarwoto O. 1991. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan. Jakarta (ID): Penerbit Djambatan. Srihuzaimah. 2011. Kerugian Fisik dan Nonfisik Rumah tangga Pesisir Akibat Banjir Pasang di Kelurahan Kamal Muara, Penjaringan Jakarta Utara [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sunarto. 2003. Geomorfologi Pantai: Dinamika Pantai [Tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada. Suparmoko M dan M Ratnaningsih. 2011. Ekonomika Lingkungan Ed ke-2. Yogyakarta (ID): BPFE-Yogyakarta. Suratiyah K. 2008. Ilmu Usahatani. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Team Mirah Sakethi. 2010. Mengapa Jakarta Banjir: Pengendalian Banjir Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jakarta (ID): PT Mirah Sakethi. Wahyudi I S. 2007. Tingkat Pengaruh Elevasi Pasang Laut Terhadap Banjir dan Rob di Kawasan Kaligawe Semarang. Riptek. Vol 1 No.1: 27-34. Wuryanti W. 2007. Identifikasi Kerugian Bangunan Rumah di Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut. Prosiding Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-kota Pantai di Indonesia. Yulianti E. 2006. Tinjauan Terhadap Konflik Pemanfaatan Lahan di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Wilayah Pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
86
77
LAMPIRAN
78
79
Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian
Sumber: www.streetdirectory.com/indonesia/jakarta/zone/muara+gembong Keterangan:
: Lokasi penelitian (Kampung Pondok)
80
Lampiran 2. Kuesioner INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper level 5 Wing 5 kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp. (0251) 8621 834, Fax (0251) 8421 762 KUESIONER PENELITIAN MASYARAKAT (RUMAH TANGGA) Nama : No. : Alamat : Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penelitian tugas akhir skripsi yang berjudul “Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Strategi Adaptasi Terhadap Banjir Rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi” oleh Charra Rosemarry, Mahasiswa Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Saya mohon partispipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat memberikan data yang obyektif. Atas perhatian dan partisipasinya Saya ucapkan terima kasih.
A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin 2. Usia 3. Status Pernikahan 4. Jumlah Anggota Keluarga 5. Pendidikan Terakhir
6. 7.
8.
9.
: L/P : ………………. Tahun : Belum Menikah / Sudah Menikah : …………….... orang : a. Tidak Sekolah e. D1/Sederajat b. SD/Sederajat f. D2/Sederajat c. SLTP/Sederajat g. D3/Sederajat d. SLTA/Sederajat h. S1/Sederajat Pekerjaan : a. Nelayan c. Pedagang b. Buruh d. Lainnya………… Total Pendapatan rumah tangga per Bulan (Rp.) a. < Rp 500.000,00 Tepatnya : Rp........................... b. Rp500.001,00 – 1.000.000,00 Tepatnya : Rp........................... c. Rp 1.000.001,00 – 1.500.000,00 Tepatnya : Rp........................... d. Rp 1.500.001,00 – 2.500.000,00 Tepatnya : Rp........................... e. > Rp 2.500.001,00 Tepatnya : Rp........................... Pendapatannya lainnya: a. Ya, bekerja sebagai..................................pendapatan per bulan Rp....................... b. Tidak Pengeluaran Anda per Bulan : a. Biaya konsumsi Tepatnya : Rp............................ Tepatnya : Rp......................... b. Biaya Listrik
81
c. Biaya pendidikan anak d. Kebutuhan sehari-hari e. Lainnya,..........................
Tepatnya : Rp......................... Tepatnya : Rp......................... Tepatnya : Rp.........................
B. Informasi Keputusan Untuk Tinggal 10. Status kependudukan: a. Asli Muara Gembong b. Pendatang 11. Sudah berapa lama tinggal di lokasi ini: …………………….. tahun 12. Alasan tinggal di lokasi ini: a. Penduduk asli b. Ikut suami/istri c. Dekat dengan tempat kerja d. Lainnya, …………………………….. 13. Sebelumnya tinggal di ……………………………………………………. 14. Status tempat tinggal a. Milik Sendiri c. Lainnya b. Sewa/Kontrak 15. Luas tanah tempat tinggal ……………………..m2 16. Luas bangunan tempat tinggal ………………...m2 17. Jenis bangunan : a. Tingkat 0 b. Tingkat 1 c. Lainnya,......... 2 18. Jarak rumah dengan Laut ……………….. m C. Identifikasi Persepsi Masyarakat Terhadap Dampak Banjir Rob 19. Apakah Anda tahu tentang fenomena banjir rob? a. Ya b. Tidak Alasan ………………………………………………………………………….. 20. Apakah Anda tahu penyebab banjir rob? a. Ya b. Tidak Alasan ………………………………………………………………………….. C.1 Dampak Sosial 21. Menurut Anda, apakah terjadinya banjir rob mengganggu kegiatan sehari-hari Anda termasuk kegiatan rumah tangga? a. Ya b. Tidak Alasan ….………………………………………………………………………. 22. Apakah Anda menjadi kehilangan mata pencaharian akibat banjir rob? a. Ya b. Tidak Alasan …………………………………………………………………………. 23. Jika Ya, apakah Anda memiliki mata pencaharian sampingan? a. Ya, jenis mata pencaharian………………………. b. Tidak 24. Apakah banjir rob menyebabkan terganggunya aksesibilitas jalan? a. Ya b. Tidak Alasan………………………………………………………………………….. 25. Apakah ada keluarga anda yang mengalami gangguan kesehatan ketika terjadi banjir rob? a. Ya b. Tidak Alasan…………………………………………………………………………..
82
C.2 Dampak Ekonomi 26. Menurut Anda, apakah banjir rob membuat Anda tidak dapat bekerja? a. Ya b. Tidak Alasan …..……………………………………………………………………… 27. Menurut Anda, apakah banjir rob membuat Anda menjadi kehilangan pendapatan (materi)? a. Ya b. Tidak Alasan ………………………………………………………………………….. C.3 Dampak Lingkungan 28. Apakah Anda mengetahui bahwa lingkungan tempat tinggal Anda termasuk pada kawasan pesisir yang rawan terhadap banjir rob? Tidak a. Ya b. Alasan ………………………………………………………………………… 29. Apakah banjir rob mempengaruhi kondisi kualitas lingkungan tempat tinggal Anda? a. Ya b. Tidak Alasannya ……………………………………………………………………… 30. Apakah banjir rob menyebabkan lingkungan tempat tinggal Anda menjadi tercemar? a. Ya b. Tidak Alasan ………………………………………………………………………….. 31. Faktor-faktor lingkungan apa saja yang mempengaruhi kebersihan lingkungan tempat tinggal Anda? ………………………………………………………………………………….. D. Informasi Tentang Banjir Rob 32. Apakah setiap tahun banjir rob menimpa rumah Anda? a. Ya b. Tidak 33. Dalam satu tahun, berapa kali banjir rob menimpa rumah Anda?............ kali 34. Kapan banjir rob terakhir kali menimpa rumah Anda? ……………….. 35. Berapa kedalaman banjir rob yang Anda alami? ……………………….. cm 36. Berapa lama terjadinya banjir rob yang menimpa rumah Anda sampai surut? ……….. hari/jam E. Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Rob Kerusakan pada bangunan tempat tinggal 37. Apakah Anda mengalami kerusakan bangunan tempat tinggal akibat banjir rob? a. Ya b. Tidak 38. Kerusakan apa saja yang Anda alami pada bangunan tempat tinggal Anda? ………………………………………………………………………………… 39. Apa usaha Anda untuk memperbaiki kerusakan tersebut? ………………………………………………………………………………… 40. Berapa biaya yang Anda keluarkan untuk melakukan perbaikan? ………………………………………………………………………………….. 41. Pada tahun berapa Anda melakukan perbaikan tempat tinggal? ........................ 42. Apakah Anda mengalami kerusakan properti akibat banjir rob? Ya / Tidak 43. Apa saja properti Anda yang rusak dan tidak terpakai lagi akibat banjir? ………………………………………………………………………………… 44. Masih ingatkah Anda, pada tahun berapa Anda membeli properti tersebut? tahun ………………………….
83
45. Berapa biaya kerusakan properti yang rusak dan tidak terpakai yang Anda alami? ………………………………………………………………………….. 46. Apa saja properti Anda yang rusak dan masih dapat diperbaiki akibat banjir? ………………………………………………………………………………...... 47. Berapa biaya perbaikan properti yang rusak yang Anda alami? ………………………………………………………………………………….. Kehilangan Pendapatan 48. Apakah selama banjir Anda tidak bisa bekerja? a. Ya b. Tidak 49. Jika ya, berapa hari anda tidak bekerja? .............................. hari 50. Apa alasan anda tidak bekerja? ......................................................................... Biaya Kesehatan 51. Ketika banjir, apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan? a. Ada b. Tidak 52. Jenis penyakit apa yang diderita? …………………………………………….... 53. Apakah penyakit tersebut merupakan penyakit turunan? a. Ya b. Tidak 54. Berapa jumlah anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan? .............orang 55. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan per orang? Biaya kunjungan berobat/orang Rp................................. Biaya membeli obat/orang Rp........................................ F. Adaptasi yang dilakukan Akibat Banjir Rob 56. Apakah Anda melakukan tindakan adaptasi akibat banjir rob? a. Ya, (lanjut kepertanyaan berikutnya) b. Tidak, alasan: …………………………………………………….... 57. Apa yang Anda lakukan untuk mencegah banjir rob tersebut? (pilihan boleh lebih dari satu) a. Meninggikan pondasi rumah b. Membuat tanggul permanen dan non permanen di pantai c. Meninggikan jalan sekitar 1-1,5 m d. Pindah rumah e. Lainnya……………………. 58. Upaya adaptasi tersebut dilakukan pada tahun ………………………. 59. Apakah ada program pemerintah yang telah terlaksana terkait pencegahan maupun penyelesaian masalah banjir rob di sekitar lokasi tempat tinggal Anda? a. Ya, sebutkan ……………………………………………………………….. b. Tidak 60. Jika Ya, apakah program tersebut telah sesuai dengan kebutuhan Anda? a. Ya b. Tidak Alasannya ……………………………………………………………………… 61. Apa harapan anda kepada pemerintah terkait penanggulanggan kerugian dan kerusakan dari dampak banjir rob di sekitar lokasi tempat tinggal Anda? ………………………………………………………………………………..… …………………………………………………………………………………..
---- TERIMA KASIH ---
84
Nama Alamat
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper level 5 Wing 5 kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp. (0251) 8621 834, Fax (0251) 8421 762 KUESIONER PENELITIAN PETAMBAK : No. : :
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penelitian tugas akhir skripsi yang berjudul “Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Strategi Adaptasi Terhadap Banjir Rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi” oleh Charra Rosemarry, Mahasiswa Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Saya mohon partispipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat memberikan data yang obyektif. Atas perhatian dan partisipasinya Saya ucapkan terima kasih.
A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin 2. Usia 3. Status Pernikahan 4. Jumlah Anggota Keluarga 5. Pendidikan Terakhir
6. Penghasilan bertambak : a. < Rp 500.000,00 b. Rp 500.000 – 1.000.000,00 c. Rp 1.000.0000 – 1.500.000 d. Rp 1.500.000 – 2.000.000 e. > Rp 2.000.0000
: L/P : ………………. Tahun : Belum Menikah / Sudah Menikah : …………….... orang : a. Tidak Sekolah e. D1/Sederajat b. SD/Sederajat f. D2/Sederajat c. SLTP/Sederajat g. D3/Sederajat d. SLTA/Sederajat h. S1/Sederajat Tepatnya : Rp ………………….. Tepatnya : Rp ………………….. Tepatnya : Rp ………………….. Tepatnya : Rp ………………….. Tepatnya : Rp …………………..
B. Informasi Karakteristik Usahatani Tambak 7. Luas lahan tambak : …………………………… (Ha) 8. Jenis komoditi tambak : ……………………………. 9. Status kepemilikan lahan : a. Pemilik b. Non Pemilik 10. Status penguasaan lahan : 1. Milik 2. Sewa 3. Sakap/bagi hasil 4. Gadai 11. Kalau Sewa, berapa biaya sewa? : Rp …………………………………… 12. Pengelolaan : 1. Digarap sendiri 2. Digarap orang lain 13. Waktu panen dalam setahun : ………………… kali 14. Waktu tanam dalam setahun : ………………… kali
85
15. Status usahatani
: 1. Penghasilan Utama 2. Penghasilan Sampingan 16. Jika sebagai pekerjaan sampingan, sebutkan pekerjaan utamanya:............... 17. Pengalaman bertambak : ………………… Tahun 18. Modal investasi awal usaha tambak : 1. Sendiri 2.Koperasi 3. Lainnya............... Besarnya modal Rp ………………………………………….. Luas Tambak Harga Lahan Jumlah (Rp) Status Ha Rp/Ha Milik-beli Ha Rp/Ha Garapan Ha Rp/Ha/tahun Sewa 19. Jumlah biaya produksi dalam bertambak : Rp …………………… / Ha 20. Input produksi yang digunakan : No
Jenis Input
Satuan fisik
A. Input Tetap (Biaya diperhitungkan) 1. 2. 3. 4. 5.
B. Input Variabel (biaya tunai) 1
Benih ikan bandeng
Kg/unit
2
Benih udang
Kg/unit
3
Obat-obatan
Pot
4
Pakan
Kg/unit
C. Lainnya (biaya tunai) 1
bunga pinjaman
%
2
/tahun
3
Pajak Retribusi izin usaha perikanan
4
Upah Tenaga kerja
Orang
5
Upah panen
6
Biaya perawatan jarring
Orang Orang x hari x MT
7 8
Unit
Sebelum Harga Satuan Jumlah (Rp)
Sesudah Harga Jumlah Satuan ( Rp)
86
21. Biaya Perawatan Sebelum banjir rob Sesudah banjir rob 22. Hasil Penjualan Uraian
: : : :
Satuan
Volume
Persentase (%)
Harga (Rp/kg)
Nilai (Rp)
Total Produksi Udang - Dijual: 1.Pedagang Pengumpul 2.Pabrik Pengolahan 3.KUD 4.Gapoktan 5.Pasar 6.Lainnya........................ - Disimpan untuk konsumsi Lainnya....................... Total Produksi Ikan Bandeng 1. 2. 3. 4. 5. Lainnya.......................
23. Tenaga kerja yang digunakan : sebelum terkena banjir rob No
Kegiatan
1. 2. 3. 4. 5.
Persiapan Lahan Persemaian Penanaman Pemeliharaan Pemanenan
Waktu penyelesaian (jamxhari)
Jumlah TK Total (orang)
Jumlah TK dalam Keluarga (orang) L
P
Jumlah TK Luar Keluar ga (orang) L P
Upah (Rp/ HOK)
L
Borongan (Rp)
P
sesudah terkena banjir rob
No
Kegiatan
1. 2. 3. 4. 5.
Persiapan Lahan Persemaian Penanaman Pemeliharaan Pemanenan
Waktu penyelesaian (jamxhari)
Jumlah TK Total (orang)
Jumlah TK dalam Keluarga (orang) L
P
Jumlah TK Luar Keluar ga (orang) L P
Upah (Rp/ HOK)
L
P
Borongan (Rp)
87
24. Penyusutan penggunaan peralatan yang digunakan: sebelum terkena banjir rob No
Jenis alat
Jumlah (buah)
1 2 3 4 5
Nilai pembelian (Rp)
Waktu pembelian (tahun)
Estimasi umur ekonomis (tahun)
biaya penyusutan (Rp)
Waktu pembelian (tahun)
Estimasi umur ekonomis (tahun)
biaya penyusutan (Rp)
musim hujan (Rp)
musim kering (Rp)
Total/Thn (Rp)
Pompa Tambang
Total penyusutan
sesudah terkena banjir rob
No
Jenis alat
1 2 3 4 5
Pompa Tambang
Jumlah (buah)
Nilai pembelian (Rp)
Total penyusutan
25. Biaya lainnya Sebelum terkena banjir rob jenis pengeluaran
sistem bayar
a. Iuran irigasi/beli air b. Iurasn desa c. PBB d. Sewa Lahan e. Lainnya...... Total
Sesudah terkena banjir rob jenis pengeluaran
a. Iuran irigasi/beli air b. Iurasn desa c. PBB d. Sewa Lahan e. Lainnya...... Total
sistem bayar
musim hujan (Rp)
musim kering (Rp)
Total/Thn (Rp)
88
C. Identifikasi Persepsi Petambak Mengenai Banjir Rob 26. Apakah Anda tahu penyebab terjadinya banjir rob? a. Ya b. Tidak Alasan ………………………………………………………………………….. 27. Apakah banjir rob menyebabkan lingkungan tambak Anda menjadi tercemar (kotor)? a. Ya b. Tidak Alasan ………………………………………………………………………….. 28. Apakah banjir rob menyebabkan perubahan penggunaan lahan tambak Anda menjadi sempit atau hilang? a. Ya b. Tidak Alasan ………………………………………………………………………….. 29. Apakah banjir rob mempengaruhi jumlah hasil tambak Anda? a. Ya b. Tidak Alasan ………………………………………………………………………….. 30. Menurut pengalaman Anda, apa saja dampak terjadinya banjir rob terhadap kondisi tambak? a. Ya b. Tidak Alasan ………………………………………………………………………….. D. Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Rob Kerusakan pada lahan Tambak 31. Berapa lama terjadinya banjir rob? ……………………………….. 32. Apakah Anda mengalaminya? a. Ya b. Tidak 33. Kerusakan apa saja yang Anda alami pada lahan tambak Anda? ………………………………………………………………………………….. 34. Apa usaha Anda untuk memperbaiki kerusakan tersebut? ………………………….………………………………………………………. 35. Berapa biaya yang Anda keluarkan untuk melakukan perbaikan? ……………………………….………………………………………………… 36. Kerugian apa saja yang Anda alami dari hasil tambak Anda? ………………………………………………………………………………….. 37. Berapa total kerugian yang Anda alami? …………………………………………………………………………………..
--- TERIMA KASIH ---
89
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper level 5 Wing 5 kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp. (0251) 8621 834, Fax (0251) 8421 762 KUISIONER STRATEGI ADAPTASI TERHADAP BANJIR ROB DI PESISIR KECAMATAN MUARA GEMBONG, KABUPATEN BEKASI Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penelitian tugas akhir skripsi yang berjudul “Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Strategi Adaptasi Terhadap Banjir Rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi” oleh Charra Rosemarry, Mahasiswa Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Saya mohon partispipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat memberikan data yang obyektif. Atas perhatian dan partisipasinya Saya ucapkan terima kasih.
1. Nama 2. Umur 3. Dinas/Jabatan
: : :
Daftar Pertanyaan 1) Apakah Anda setuju dengan penanaman dan perawatan mangrove di sekitar pantai sebagai strategi adaptasi terhadap banjir rob? 3. Sangat penting 1. Tidak penting 2. Penting Alasan: 2) Setujukah Anda dengan pembuatan Alat Pemecah Ombak (APO) sebagai strategi adaptasi terhadap banjir rob? 1. Tidak penting 2. Penting 3. Sangat penting Alasan: 3) Setujukah Anda dengan pembuatan Tembok Penahan Tanah (TPT) di sepanjang sungai sebagai strategi adaptasi terhadap banjir rob? 1. Tidak penting 2. Penting 3. Sangat penting Alasan: 4) Setujukah Anda jika dilakukan relokasi tempat tinggal sebagai strategi adaptasi terhadap banjir rob? 1. Tidak penting 2. Penting 3. Sangat penting Alasan:
---- TERIMA KASIH ----
90
Lampiran 3 Kondisi pemukiman masyarakat pasca banjir rob
Kondisi pasca banjir rob
Kerusakan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga
Tindakan pencegahan yang dilakukan masyarakat
91
Lampiran 4 Biaya perbaikan kerusakan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga (Rupiah) Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 Biaya Perbaikan (Rp) Responden (KK) Rata-rata biaya perbaikan (KK) Populasi (KK) Total Biaya Perbaikan (Rp) Total Biaya Perbaikan keseluruhan (Rp)
Biaya Perbaikan Bangunan rumah Peralatan Rumah tangga 0 0 0 0 0 0 0 0 2.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15.000.000 0 0 0 0 0 100.000 0 0 0 0 0 0 0 800.000 0 0 0 0 80.000 0 0 0 0 0 0 300.000 0 0 0 0 0 0 0 0 700.000 0 0 5.000.000 480.000 4 3 1.250.000 160.000 32 26 40.000.000 4.160.000 44.160.000
Keterangan: 0 = Rumah tangga yang mengalami dampak banjir rob pada bangunan rumah dan peralatan rumah tangga namun belum dapat menyatakan nilai kerugian - = Rumah tangga yang tidak mengalami dampak banjir rob atas perbaikan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga
92
Lampiran 5 Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (Rupiah) Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33* 34 35* 36 37 38 39 40 41 42
Kerusakan peralatan rumah tangga Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Buffet Bangku (sofa) TV (14 inch) Tidak ada Tempat tidur Buffet Rak piring Bangku Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tahun Harga Beli kehilangan 2005 2013 300.000 2005 2013 1.500.000 2005 2013 800.000 2007 2013 1.500.000 2007 2013 800.000 2007 2013 400.000 2007 2013 2.000.000 Biaya Kehilangan (Rp) Responden (KK) Rata-rata biaya kehilangan (Rp/KK) Populasi (KK) Total biaya kehilangan peralatan rumah tangga (Rp)
Keterangan: * =
Tahun beli
Nilai Riil Biaya kehilangan 238.171 1.190.854 635.122 1.190.854 635.122 317.561 1.587.806 5.795.490 2 2.897.745 26 75.341.370
Rumah tangga yang mengalami dampak banjir rob atas pengeluaran biaya kehilangan peralatan rumah tangga - = Rumah tangga yang tidak mengalami dampak banjir rob atas kehilangan peralatan rumah tangga
93
Lampiran 6 Biaya pengobatan masyarakat (Rupiah) Responden 1 2 3 4 5 6 7 8* 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19* 20* 21* 22* 23* 24* 25* 26* 27 28* 29 30 31* 32 33 34* 35* 36 37* 38 39* 40 41 42
Jenis Penyakit
Jumlah anggota keluarga yang sakit (Orang)
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Gatal-gatal 2 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Demam 2 Demam dan diare 1 Gatal-gatal dan flu 1 Demam 2 Demam 2 Demam dan gatal-gatal 2 Demam dan flu 2 Demam dan flu 3 Tidak ada Diare dan gatal-gatal 2 Tidak ada Tidak ada Demam dan diare 2 Tidak ada Tidak ada Gatal-gatal 4 Diare dan gatal-gatal 2 Tidak ada Demam 2 Tidak ada Gatal-gatal 1 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Biaya Pengobatan (Rp) Responden (KK) Rata-rata biaya pengobatan (Rp/KK) Populasi Total biaya pengobatan (Rp)
Biaya berobat (Rp/KK) 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 40.000 50.000 60.000 50.000 50.000 60.000 50.000 -
Total Biaya Berobat (Rp) 100.000 100.000 50.000 50.000 100.000 100.000 100.000 100.000 120.000 100.000 120.000 200.000 100.000 120.000 50.000 1.510.000 15 100.667 27 2.718.000
Keterangan: * = Rumah tangga yang mengalami dampak banjir rob atas pengeluaran biaya pengobatan penyakit - = Rumah tangga yang tidak mengalami dampak banjir rob atas pengobatan penyakit
94
Lampiran 7 Kehilangan pendapatan yang diperoleh karena sakit (Rupiah) Responden
Pendapatan RT Pendapatan RT Lama tidak bekerja (Rp/hari) (Rp/bulan) (hari) 1 2 3 4 5* 70.000 2.100.000 1 6* 100.000 3.000.000 2 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27* 60.000 1.800.000 2 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38* 60.000 1.800.000 4 39 40 41 42 Kehilangan pendapatan karena sakit (Rp) Responden (KK) Rata-rata kehilangan pendapatan karena sakit (Rp/KK) Populasi (KK) Total kehilangan pendapatan yang diperoleh karena sakit (Rp)
Cost of time (Rp) 70.000 200.000 120.000 240.000 630.000 4 157.500 6 945.000
Keterangan: * = Rumah tangga yang mengalami dampak banjir rob atas kehilangan pendapatan yang diperoleh karena sakit - = Rumah tangga yang tidak mengalami dampak banjir rob atas kehilangan pendapatan yang diperoleh karena sakit
95
Lampiran 8 Kehilangan pendapatan yang diperoleh karena memilih tidak pergi bekerja (Rupiah) Responden 1 2 3 4* 5 6 7 8 9 10 11* 12 13 14 15 16 17 18 19 20* 21 22 23* 24* 25 26 27 28 29* 30 31 32* 33* 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Pendapatan RT (Rp/hari)
Pendapatan RT (Rp/bulan)
Lama tidak bekerja (hari) 2 7 7 3 3 2 5 3 -
120.000 3.600.000 50.000 1.500.000 30.000 900.000 50.000 1.500.000 50.000 1.500.000 50.000 1.500.000 30.000 900.000 30.000 900.000 Kehilangan pendapatan (Rp) Responden (KK) Rata-rata kehilangan pendapatan (Rp/KK) Populasi (KK) Total kehilangan pendapatan karena tidak pergi bekerja (Rp)
Cost of time (Rp) 240.000 350.000 210.000 150.000 150.000 100.000 150.000 90.000 1.440.000 8 180.000 10 1.800.000
Keterangan: * = Rumah tangga yang mengalami dampak banjir rob atas kehilangan pendapatan karena tidak pergi bekerja - = Rumah tangga yang tidak mengalami dampak banjir rob atas kehilangan pendapatan karena tidak pergi bekerja
96
Lampiran 9 Penerimaan hasil tambak ikan bandeng dan udang windu (per musim panen) (Rupiah) 1) Penerimaan hasil tambak saat tidak banjir rob No Responden
Luas lahan tambak (Ha)
Hasil panen bandeng (kg)
Harga jual bandeng (Rp)
Penerimaan produksi bandeng (Rp/kg/Ha)
Hasil panen udang windu (kg) 30 1000 300 180 200 50 30 120 40 40 40 60 400 60
Harga jual udang windu (Rp) 80000 70000 80000 85000 80000 80000 85000 80000 80000 70000 70000 70000 80000 80000
Penerimaan produksi udang windu (Rp/kg/Ha)
Hasil panen udang windu (kg) 21 700 210 126 140 35 21 84 28 28 28 42 210 42
Harga jual udang windu (Rp) 80000 70000 80000 85000 80000 80000 85000 80000 80000 70000 70000 70000 80000 80000
Penerimaan produksi udang windu (Rp/Ha)
1 2,5 200 18000 1.440.000 7 4 2000 10000 5.000.000 8 4 4000 16000 16.000.000 9 5 2000 20000 8.000.000 10 4 1000 15000 3.750.000 12 2 300 15000 2.250.000 13 2,5 500 10000 2.000.000 14 8 600 13000 975.000 15 4 500 12000 1.500.000 16 4 500 15000 1.875.000 17 5 400 12000 1.000.000 18 4 400 10000 750.000 41 13 7000 18000 9.692.308 42 4 1000 15000 3.750.000 Total penerimaan hasil tambak (Rp/kg/Ha) 58.192.308 Rata-rata penerimaan (Rp/kg/Ha) 4.156.593 Total rata-rata penerimaan hasil tambak saat tidak banjir rob (Rp/kg/Ha)
960.000 17.500.000 6.000.000 3.060.000 4.000.000 2.000.000 1.020.000 1.200.000 800.000 700.000 560.000 1.050.000 2.461.538 1.200.000 42.511.538 3.036.538 7.193.131
2) Penerimaan hasil tambak saat banjir rob No Responden
Luas lahan tambak (Ha)
Hasil panen bandeng (kg)
Harga jual bandeng (Rp)
Penerimaan produksi bandeng (Rp/Ha)
1 2,5 140 18000 1.008.000 7 4 1400 10000 3.500.000 8 4 2800 16000 11.200.000 9 5 1.400 20000 5.600.000 10 4 700 15000 2.625.000 12 2 210 15000 1.575.000 13 2,5 350 10000 1.400.000 14 8 420 13000 682.500 15 4 350 12000 1.050.000 16 4 350 15000 1.312.500 17 5 280 12000 672.000 18 4 280 10000 700.000 41 13 4900 18000 6.784.615 42 4 700 15000 2.625.000 Total penerimaan hasil tambak (Rp/kg/Ha) 40.734.615 Rata-rata penerimaan (Rp/kg/Ha) 2.909.615 Total rata-rata penerimaan hasil tambak saat tidak banjir rob (Rp/kg/Ha)
672.000 12.250.000 4.200.000 2.142.000 2.800.000 1.400.000 714.000 840.000 560.000 490.000 392.000 735.000 1.723.077 840.000 29.758.077 2.125.577 5.035.192
97
Lampiran 10 Biaya tetap tambak ikan bandeng dan udang windu (per musim panen)
1) Biaya tetap tambak saat tidak banjir rob No Responden 1 7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 18 41 42 Total Rata-rata
Lahan tambak (Ha) 2,5 4 4 5 4 2 2,5 8 4 4 5 4 13 4
Pajak/Ha /musim
Biaya rehabilitasi tambak/Ha/musim
Biaya sewa TK. Panen/Ha/musim
46.667 70.000 0 140.000 70.000 70.000 0 70.000 70.000 46.667 70.000 70.000 0 46.667 770.000 70.000
800.000 750.000 750.000 600.000 750.000 1.000.000 800.000 500.000 500.000 500.000 600.000 500.000 769.231 500.000 9.319.231 665.659
200.000 3.000.000 1.250.000 480.000 750.000 400.000 280.000 187.500 200.000 150.000 120.000 200.000 615.385 200.000 8.032.885 573.777
Pajak/Ha /musim
Biaya rehabilitasi tambak/Ha/musim
Biaya sewa TK. Panen/Ha/musim
46.667 70.000 0 140.000 70.000 70.000 0 70.000 70.000 46.667 70.000 70.000 0 46.667 770.000 70.000
880.000 825.000 825.000 660.000 825.000 1.100.000 880.000 550.000 550.000 550.000 660.000 550.000 846.154 550.000 10.251154 732.225
200.000 3.000.000 1.250.000 480.000 750.000 400.000 280.000 187.500 200.000 150.000 120.000 200.000 615.385 200.000 8.032.885 573.778
Total biaya tetap/Ha/musim (Rp) 1.046.667 3.820.000 2.000.000 1.220.000 1.570.000 1.470.000 1.080.000 757.500 770.000 696.667 790.000 770.000 1.384.616 746.667 18.122.117 1.309.436
2) Biaya tetap tambak saat banjir rob No Responden 1 7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 18 41 42 Total Rata-rata
Lahan tambak (Ha) 2,5 4 4 5 4 2 2,5 8 4 4 5 4 13 4
Total biaya tetap/Ha/musim (Rp) 1.126.667 3.895.000 2.075.000 1.280.000 1.645.000 1.570.000 1.160.000 807.500 820.000 746.667 850.000 820.000 1.461.539 796.667 19.054.040 1.367.003
98
Lampiran 11 Biaya variabel tambak ikan bandeng dan udang windu saat tidak banjir dan saat banjir rob (per musim panen) 1) Biaya variabel tambak No Responden 1 7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 18 41 42 Total Rata-rata
Bibit ikan bandeng (ekor) 7.000 10.000 23.000 10.000 10.000 10.000 6.000 10.000 10.000 20.000 4.000 3.000 22.000 10.000 155.000 11.071
Biaya(Rp)
840.000 625.000 1.725.000 600.000 500.000 1.000.000 480.000 312.500 750.000 1.000.000 160.000 150.000 507.692 500.000 9.150.192 653.585
Bibit udang windu (ekor)
Biaya (Rp)
Total biaya bibit (Rp)
50.000 40.000 50.000 20.000 30.000 50.000 20.000 50.000 50.000 30.000 50.000 30.000 130.000 50.000 650.000 46.429
600.000 300.000 375.000 120.000 225.000 750.000 240.000 187.500 375.000 225.000 300.000 225.000 300.000 375.000 4.597.500 328.393
1.440.000 925.000 2.100.000 720.000 725.000 1.750.000 720.000 500.000 1.125.000 1.225.000 460.000 375.000 807.692 875.000 13.747.692 981.978
Tenaga kerja (HOK) 18,75 18,75 18,75 18,75 18,75 18,75 18,75 56,25 37,5 18,75 18,75 18,75 18,75 18,75 318,75 42,5
Gaji/musim
Total biaya (Rp)
0 0 750.000 0 0 0 0 450.000 750.000 0 0 0 450.000 0 2.400.000 600.000
1.496.000 1.100.000 2.912.500 780.000 787.500 1.842.500 733.600 950.000 1.968.750 1.285.000 545.000 375.000 1.311.538 937.500 17.024.888 1.655.078
2) Biaya variabel tambak No Responden 1 7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 18 41 42 Total Rata-rata
Biaya bibit (Rp)
Biaya Obat (Rp)
1.440.000 925.000 2.100.000 720.000 725.000 1.750.000 720.000 500.000 1.125.000 1.225.000 460.000 375.000 807.692 875.000 13.747.692 981.978
56.000 175.000 62.500 60.000 62.500 92.500 13.600 0 93.750 60.000 85.000 0 53846 62500 877.196 73.100
99
Lampiran 12 Biaya investasi tambak ikan bandeng dan udang windu saat tidak banjir dan saat banjir rob (per musim panen) Pintu Air No Responden
Luas lahan (Ha)
Jumlah
1 7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 18 41 42 Rata-rata
2,5 4 4 5 4 2 2,5 8 4 4 5 4 13 4
1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 4 1
Harga 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 750.000
Umur 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Penyusutan 750.000 750.000 750.000 750.000 750.000 750.000 750.000 750.000 750.000 750.000 750.000 750.000 750.000 750.000 750.000
Total penyusutan (Rp) 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 6.000.000 1.500.000 1.928.571
100
Lampiran 13 Biaya pencegahan masyarakat dalam kurun waktu enam tahun terakhir (Rupiah) Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25* 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35* 36 37* 38 39 40* 41 42*
Tahun melakukan pencegahan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Meninggikan lantai dasar 2008 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Membuat tanggul 2011 Tidak ada Meninggikan lantai dasar 2013 Tidak ada Tidak ada Membuat tanggul 2010 Tidak ada Meninggikan lantai dasar 2013 Biaya Pencegahan (Rp) Responden (KK) Rata-rata biaya pencegahan (Rp/KK) Populasi (KK) Total biaya pencegahan (Rp) Upaya Pencegahan
Nilai Nominal Biaya Pencegahan 6.000.000 3.000.000 2.000.000 150.000 12.000.000
Nilai Riil Biaya Pencegahan 5.177.770 2.472.799 1.587.806 127.747 9.526.854 18.892.976 5 3.778.595 6 22.671.570
Keterangan: * = Rumah tangga yang mengeluarkan biaya pencegahan - = Rumah tangga yang tidak mengeluarkan biaya pencegahan Menggunakan Indeks Harga Konsumen dengan Tahun Dasar 2007 = 100 (IHK Tahun 2008 = 115,88, IHK Tahun 2010 = 117,42, IHK Tahun 2011 = 121,32, dan IHK Tahun 2013 = 125,96)
101
Lampiran 14 Hasil Olahan Minitab Binary Logistic Regression: KEPUTUSAN MAS versus TOTAL KERUGI; PENDAPATAN R; ... Link Function: Logit Response Information Variable KEPUTUSAN MASYARAKAT
Value 1 0 Total
Factor Information Factor KEKHAWATIRAN MASYARAKAT
Count 5 37 42
(Event)
Levels Values 2 0; 1
Logistic Regression Table Predictor Constant TOTAL KERUGIAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA (Rp/KK) TINGKAT PENDIDIKAN LAMA TINGGAL KEKHAWATIRAN MASYARAKAT 1 Predictor Constant TOTAL KERUGIAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA (Rp/KK) TINGKAT PENDIDIKAN LAMA TINGGAL KEKHAWATIRAN MASYARAKAT 1
Coef -11,2241 0,0000006 0,0000015 -0,157532 0,132615
SE Coef 4,59672 0,0000003 0,0000009 0,306433 0,0694563
0,285178
1,78921
Z -2,44 2,03 1,67 -0,51 1,91 0,16
Odds P Ratio 0,015 0,042 1,00 0,095 1,00 0,607 0,85 0,056 1,14 0,873
95% CI Lower Upper 1,00 1,00 0,47 1,00
1,00 1,00 1,56 1,31
0,04
44,35
Log-Likelihood = -6,832 Test that all slopes are zero: G = 16,998, DF = 5, P-Value = 0,005 Goodness-of-Fit Tests Method Pearson Deviance Hosmer-Lemeshow
Chi-Square 47,1595 13,6639 12,8481
DF 35 35 8
P 0,082 1,000 0,117
Table of Observed and Expected Frequencies: (See Hosmer-Lemeshow Test for the Pearson Chi-Square Statistic) Group Value 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total 1 Obs 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 5 Exp 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,1 0,2 0,4 1,1 3,2 0 Obs 4 4 4 4 6 3 4 4 4 0 37 Exp 4,0 4,0 4,0 4,0 5,9 3,9 3,8 3,6 2,9 0,8 Total 4 4 4 4 6 4 4 4 4 5 42 Measures of Association: (Between the Response Variable and Predicted Probabilities) Pairs Number Percent Summary Measures Concordant 171 92,4 Somers' D 0,85 Discordant 13 7,0 Goodman-Kruskal Gamma 0,86 Ties 1 0,5 Kendall's Tau-a 0,18 Total 185 100,0
1,33
4
3
2
1
No
Penanaman dan perawatan mangrove Pembuatan Alat Pemecah Ombak (APO) Pembuatan Tembok Penahan Tanah (TPT) di sepanjang sungai Relokasi tempat tinggal Bobot
Alternatif Strategi Adaptasi Banjir Rob
1 3
2
3
2
Kesesuaian dengan SDM lokal
2 3
2
2
3
Waktu yang dibutuhkan
1 3
2
2
3
Ketersediaan dana
Kriteria
Lampiran 15 Matriks keputusan alternatif strategi adaptasi terhadap banjir rob
3 2
3
3
3
Efektivitas teknis
19
33
52
71
Nilai
4
3
2
1
Rangking
102
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 29 November 1991, dari pasangan Sutiman dan Sumirah, sebagai anak kedua dari dua bersaudara, kakak bernama Dewo Widodo. Pendidikan formal ditempuh di SDN Teluk Pucung Asri Bekasi (1997-2003), SMPN 3 Bekasi (2003-2006) dan SMA Mutiara 17 Agustus Bekasi (2006-2009). Pada tahun yang sama, penulis masuk sebagai salah satu mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama masa kulaih, penulis aktif pada kegiatan organisasi kemahasiswaan intra kampus. Penulis pernah menjadi bendahara dua Himpunan Profesi REESA (Resources and Environmental Economic Student Association) Institut Pertanian Bogor masa kepengurusan 2010-2011. Penulis juga aktif sebagai panitia kegiatan kemahasiswaan dan peserta pada berbagai kegiatan seminar yang terkait keilmuan penulis.