VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH 7.1
Biaya Memperoleh Sumber Air Tanah Air tanah merupakan salah satu sumber air bersih utama yang masih
digunakan oleh sebagian besar masyarakat di Kelurahan Harapan Jaya. Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 100 orang responden, sebanyak 60 orang responden menggunakan air tanah saja sebagai pemenuhan kebutuhan air bersihnya, sedangkan 36 responden memilih untuk mengombinasikan penggunaan air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM. Sumber air tanah yang digunakan oleh rumah tangga responden dalam penelitian ini pada umumnya berasal dari sumur air tanah dangkal dengan kedalaman 20-70 m. Biaya untuk memperoleh air tanah oleh rumah tangga responden biasanya dihitung berdasarkan konsumsi daya listrik yang digunakan saat melakukan penyedotan air tanah dengan menggunakan pompa listrik. Pada umumnya pompa listrik yang digunakan oleh rumah tangga responden memiliki daya 250 – 300 watt dengan penggunaan rata-rata 6 jam per hari. Oleh karena itu rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga responden untuk memperoleh air tanah adalah berkisar antara Rp 20.000 – Rp 27.000 setiap bulannya. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan kepada 60 rumah tangga responden kelompok 1, total biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh sumber air tanah setiap bulannya adalah sebesar Rp 1.393.000 yang diperoleh dari total penjumlahan biaya konsumsi listrik atas penggunaan pompa listrik setiap bulannya untuk dapat memperoleh sumber air tanah. Rata-rata biaya memperoleh air tanah per bulan diperoleh dengan membagi total biaya dengan jumlah responden pada klasifikasi rumah tangga responden kelompok 1, sehingga rata-
rata biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga responden kelompok 1 untuk memperoleh air tanah adalah sebesar Rp 23.217 per bulan. Biaya tersebut memiliki persentase sebesar 1,06 % terhadap pendapatan rata-rata responden yang besarnya mencapai Rp 2.180.833 per bulan. Hal ini berarti bahwa 1,06% dari pendapatan rumah tangga responden pada kelompok 1 digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih mereka dengan sumber air tanah. Adapun hasil survei yang dilakukan kepada 36 rumah tangga responden kelompok 3, total biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh sumber air tanah setiap bulannya adalah sebesar Rp 780.012 yang diperoleh dari total penjumlahan biaya konsumsi listrik atas penggunaan pompa listrik setiap bulannya untuk dapat memperoleh sumber air tanah. Rata-rata biaya memperoleh air tanah per bulan diperoleh dengan membagi total biaya dengan jumlah responden pada klasifikasi rumah tangga responden kelompok 3, sehingga rata-rata biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga responden kelompok 3 untuk memperoleh air tanah adalah sebesar Rp 21.667 per bulan. Biaya tersebut memiliki persentase sebesar 0,79 % terhadap pendapatan rata-rata responden yang besarnya mencapai Rp 2.729.167 per bulan. Hal ini berarti bahwa 0,79% dari pendapatan rumah tangga responden pada kelompok 3 digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih mereka dengan sumber air tanah. Data mengenai biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga responden untuk memperoleh air tanah dapat dilihat pada Tabel 14.
74
Tabel 14.
Biaya Memperoleh Air Tanah Rata-Rata Biaya untuk Memperoleh Air Tanah (Rp/bulan)
Rata-Rata Biaya untuk Memperoleh Air Tanah (Rp/tahun)
Persentase Biaya untuk Memperoleh Air Tanah terhadap Pendapatan (%)
Jumlah Responden (RT)
Pendapatan Rata-Rata Responden (Rp/bulan)
Total Biaya untuk Memperoleh Air Tanah (Rp/bulan)
Klasifikasi RT Kelompok 1
60
2.180.833
1.393.020
23.217
278.604
1,06
Klasifikasi RT Kelompok 3
36
2.729.167
780.012
21.667
260.004
0,79
Sumber Air Bersih yang Digunakan
Air Tanah
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
7.2
Biaya Berlangganan Air PDAM Air PDAM atau air ledeng adalah air yang disalurkan melalui pipa-pipa ke
setiap rumah tangga yang berlangganan oleh Perusahaan Air Minum (PAM). Apabila PAM berada pada pengelolaan di tingkat daerah, maka disebut Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Harapan Jaya pada tahun 2010, disebutkan bahwa dari 29 RW yang berada di Kelurahan Harapan Jaya, 14 RW diantaranya telah memiliki sambungan air ledeng yang dikelola oleh PDAM Tirta Patriot. Sebagian besar daerah yang terjangkau oleh PDAM Tirta Patriot tersebut merupakan kawasan pemukiman baru yang telah disediakan jaringan perpipaannya oleh pengembang permukiman tersebut. Adapun 15 RW lainnya masih belum bisa terjangkau oleh layanan PDAM Tirta Patriot karena keterbatasan sarana, prasarana serta volume air yang dapat dialirkan. Adapun untuk berlangganan air PDAM, setiap rumah tangga harus membayar tagihan air setiap bulannya. Tagihan air ini terdiri dari biaya berlangganan atau biaya tetap dan biaya pemakaian air. Besarnya biaya berlangganan ditentukan oleh kategori kelompok pelanggan pengguna air PDAM.
75
Rumah tangga yang menjadi responden dalam penelitian ini merupakan kelompok pelanggan golongan 3B yaitu kelompok pelanggan untuk kategori rumah menengah. Besarnya biaya berlangganan bagi kelompok pelanggan golongan 3B ini adalah sebesar Rp 16.500. Biaya pemakaian air ditentukan berdasarkan mekanisme blok tarif atau increasing block rates (IBR), yakni setiap pemakaian 0–10 m3 dikenakan biaya sebesar Rp 2.750 per m3, kemudian untuk pemakaian 10–20 m3 dikenakan biaya sebesar Rp 4.400 per m3, dan pemakaian yang lebih besar dari 20 m3 dikenakan biaya sebesar Rp 5.100 per m3. Berdasarkan hasil survei, terdapat 40 rumah tangga responden yang menggunakan air PDAM sebagai pemenuhan kebutuhan air bersih sehari-hari. Sebanyak 4 responden berasal dari klasifikasi rumah tangga responden kelompok 2 dan sebanyak 36 responden berasal dari klasifikasi rumah tangga responden kelompok 3. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 4 rumah tangga responden pada kelompok 2, total biaya yang dikeluarkan untuk berlangganan air PDAM adalah sebesar Rp 238.304 per bulan yang diperoleh dari penjumlahan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh 4 responden yang menggunakan air PDAM pada klasifikasi rumah tangga responden kelompok 2. Rata-rata biaya berlangganan air PDAM per bulan diperoleh dengan membagi total biaya berlangganan dari tagihan air yang dibayarkan oleh responden setiap bulannya dengan jumlah responden yang berlangganan, sehingga rata-rata biaya berlangganan air PDAM adalah sebesar Rp 59.576 per bulan. Biaya tersebut memiliki persentase sebesar 3,18 % terhadap pendapatan rata-rata responden yang besarnya mencapai Rp 1.875.000 per bulan. Hal ini berarti bahwa 3,18% dari
76
pendapatan responden pada kelompok 2 digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih mereka dengan berlangganan air PDAM. Adapun berdasarkan hasil survei terhadap 36 rumah tangga responden pada klasifikasi kelompok 3, total biaya yang dikeluarkan untuk berlangganan air PDAM adalah sebesar Rp 1.621.125 per bulan yang diperoleh dari penjumlahan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh 36 responden yang menggunakan air PDAM pada klasifikasi rumah tangga responden kelompok 3. Rata-rata biaya berlangganan air PDAM per bulan diperoleh dengan membagi total biaya berlangganan dari tagihan air yang dibayarkan oleh responden setiap bulannya dengan jumlah responden yang berlangganan, sehingga rata-rata biaya berlangganan air PDAM adalah sebesar Rp 45.301 per bulan. Biaya tersebut memiliki persentase sebesar 1,65 % terhadap pendapatan rata-rata responden yang besarnya mencapai Rp 2.729.167 per bulan. Hal ini berarti bahwa 1,65% dari pendapatan responden pada kelompok 3 digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih mereka dengan berlangganan air PDAM. Data mengenai biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga responden untuk berlangganan air PDAM dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15.
Biaya Berlangganan Air PDAM Rata-Rata Biaya Berlangganan Air PDAM (Rp/tahun)
Persentase Biaya Berlangganan Air PDAM terhadap Pendapatan (%)
Jumlah Responden (RT)
Klasifikasi RT Responden Kelompok 2
4
1.875.000
283.304
59.576
714.912
3,18
Klasifikasi RT Responden Kelompok 3
36
2.729.167
1.621.125
45.031
540.375
1,65
Sumber Air Bersih yang Digunakan
Total Biaya Berlangganan Air PDAM (Rp/bulan)
Rata-Rata Biaya Berlangganan Air PDAM (Rp/bulan)
Pendapatan Rata-Rata Responden (Rp/bulan)
Air PDAM
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
77
7.3
Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Pendekatan Perilaku Pencegahan
Penduduk
Berdasarkan
Pencemaran air tanah yang terjadi di Kelurahan Harapan Jaya menyebabkan sumber air tanah tidak lagi dapat dikonsumsi secara bebas. Berkurangnya jumlah air bersih akibat pencemaran pada sumber air tanah merupakan kerugian bagi penduduk setempat. Penduduk akan melakukan berbagai tindakan pencegahan untuk menjaga kualitas dan kuantitas pasokan air bersih mereka dalam upaya menghindari kemungkinan dampak negatif dari pencemaran air tanah yang terjadi. Beberapa tindakan pencegahan yang mereka lakukan akan menyebakan korbanan biaya yang harus mereka keluarkan demi memperoleh kualitas dan kuantitas air yang lebih baik. Salah satu pendekatan untuk mengukur kehilangan ekonomi akibat pencemaran adalah berdasarkan perilaku pencegahan (averting behaviour method). Perilaku pencegahan responden yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah berdasarkan upaya mereka untuk membeli alat penjernih air (water treatment devices) serta sumber air bersih pengganti air tanah yakni air galon untuk menghindari dampak negatif akibat tercemarnya sumber air tanah. Oleh karena itu untuk memperoleh nilai kerugian atas pencemaran air tanah yang terjadi digunakan teknik yang relevan dengan pendekatan averting behavior method yakni metode biaya pencegahan (preventive expenditure). Metode
tersebut
digunakan
untuk
mengetahui
biaya-biaya
yang
dikeluarkan oleh penduduk atas upayanya menghindari dampak negatif dari tercemarnya sumber air tanah. Biaya-biaya tersebut akan mengestimasi kemampuan membayar maksimum dari masyarakat untuk perbaikan kualitas air tanah. Berikut ini akan dibahas mengenai upaya-upaya pencegahan yang
78
dilakukan oleh rumah tangga responden beserta biaya-biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga responden untuk menghindari dampak negatif atas kondisi air tanah yang tercemar tersebut. 7.3.1. Biaya Pembelian Alat Penjernih Air Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 96 rumah tangga responden yang masih menggunakan air tanah sebagai sumber pemenuhan kebutuhan air bersihnya, diperoleh bahwa terdapat terdapat 45 responden yang melakukan tindakan pencegahan dengan membeli alat penjernih air, yakni 28 responden berasal dari klasifikasi rumah tangga kelompok 1 dan 17 responden berasal dari klasifikasi rumah tangga kelompok 3. Hasil survei juga menunjukan bahwa terdapat empat jenis alat penjernih air yang pada umumnya digunakan oleh sebagian besar responden untuk menjernihkan atau menyaring sumber air tanah yang akan mereka gunakan. Keempat alat penjernih tersebut yaitu filter yang dipasang pada mesin jet pump, filter yang dipasang pada air keran, penyaring air minum mineral (mineral pot) biasa, dan mineral pot bermerk “Pure It”. Data mengenai jenis alat penjernih air yang digunakan oleh rumah tangga responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Jenis Alat Penjernih Air yang Digunakan Oleh RT Responden Jenis Alat Penjernih Air Tanah (RT)
Jumlah Responden (RT)
Filter Jet Pump
Filter Air Keran
Mineral Pot Biasa
Mineral Pot Merk “Pure It”
Klasifikasi RT Kelompok 1
28
7
8
2
11
Klasifikasi RT Kelompok 3
17
5
4
4
4
Total
45
12
12
6
15
Klasifikasi Responden Pengguna Alat Penjernih Air
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
79
Berdasarkan data hasil survei tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang melakukan tindakan pencegahan adalah berasal dari klasifikasi rumah tangga responden kelompok 1 yaitu sebesar 28 responden, sedangkan sisanya, 17 responden, berasal dari klasifikasi rumah tangga responden kelompok 3. Jenis penjernih air yang paling banyak digunakan oleh responden adalah penjernih air jenis mineral pot bermerk “Pure It” yang dipilih oleh 15 orang responden. Mereka meyakini bahwa penggunaan alat penjernih air jenis ini akan lebih efektif mengurangi kontaminasi mikroorganisme ataupun zat kimia berbahaya dibandingkan dengan jenis alat penjernih lainnya meskipun memiliki harga yang relatif lebih mahal. Adapun untuk memperoleh rata-rata biaya pencegahan setiap bulannya sebagai upaya pembelian alat penjernih air untuk menghindari dampak negatif akibat air tanah yang tercemar digunakan metode biaya pencegahan (preventive expenditure). Berdasarkan metode yang digunakan maka total biaya pencegahan atas pembelian alat penyaring air adalah sebesar Rp 723.600 per bulan yang diperoleh dari penjumlahan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh 45 responden yang membeli alat penyaring air. Rata-rata biaya pencegahan per bulan diperoleh dengan membagi total biaya pencegahan dari pembelian jenis alat penjernih air dengan jumlah responden yang menggunakannya, sehingga rata-rata biaya pencegahan yang harus dikeluarkan oleh setiap rumah tangga akibat pencemaran air tanah adalah sebesar Rp 16.080 per bulan. Biaya pencegahan atas pembelian alat penjernih air tersebut memiliki persentase sebesar 0,70% terhadap pendapatan rata-rata responden yang besarnya mencapai Rp 2.312.222 per bulan. Hal ini berarti bahwa 0,70% dari pendapatan rumah tangga responden digunakan untuk
80
melakukan tindakan pencegahan dengan membeli alat penjernih air sebagai upaya untuk menghindari dampak negatif dari sumber air tanah yang tercemar. Data mengenai biaya pencegahan atas pembelian alat penjernih air dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Biaya Pencegahan Atas Upaya Pembelian Alat Penjernih Air
Upaya Pencegahan
Jumlah Responden (RT)
Pendapatan Rata-Rata Responden (Rp/bulan)
Total Biaya Pencegahan (Rp/bulan)
Rata-Rata Biaya Pencegahan (Rp/bulan)
Rata-Rata Biaya Pencegahan (Rp/tahun)
Persentase Biaya Pencegahan terhadap Pendapatan (%)
Pembelian Alat Penjernih Air Klasifikasi RT Kelompok 1
28
2.157.143
481.700
17.204
206.448
0,80
Klasifikasi RT Kelompok 3
17
2.567.647
241.900
14.229
170.748
0,55
Total
45
2.312.222
723.600
16.080
192.960
0,70
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
7.3.2. Biaya Pembelian Air Galon Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 96 rumah tangga responden yang air tanahnya mengalami pencemaran, diperoleh bahwa keseluruhan rumah tangga responden melakukan tindakan pencegahan dengan membeli air galon sebagai upaya mereka untuk menghindari dampak negatif akibat tercemarnya sumber air tanah yang digunakan. Adapun alasan lainnya adalah rumah tangga responden tersebut akan merasa lebih praktis dan mudah apabila menggunakan air galon untuk keperluan minum dan memasak. Pada umumnya terdapat dua jenis air galon yang biasa digunakan oleh penduduk di Kelurahan Harapan Jaya, yakni air galon jenis air minum isi ulang (AMIU) dan air galon jenis air minum dalam kemasan (AMDK). Hasil survei yang dilakukan terhadap rumah tangga responden menunjukan bahwa penggunaan
81
kedua jenis air galon ini bervariasi pada masing-masing rumah tangga responden. Bagi 60 rumah tangga responden pada klasifikasi rumah tangga responden kelompok 1, sebagian besar respondennya mengombinasikan penggunaan AMIU dan AMDK, yaitu sebanyak 29 responden, sedangkan bagi 36 rumah tangga responden pada klasifikasi rumah tangga responden kelompok 3, sebagian besar respondennya hanya menggunakan AMIU saja sebagai alternatif pengganti sumber air minum mereka untuk menghindari dampak negatif dari tercemarnya sumber air tanah. Secara keseluruhan jenis air galon yang paling banyak digunakan adalah air galon jenis AMIU yang dipilih oleh 43 responden. Adapun perilaku penggunaan air galon pada umumnya dipengaruhi oleh perbedaan harga dari kedua air galon tersebut. Air galon jenis AMIU memiliki harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan air galon jenis AMDK. Harga yang berlaku untuk galon jenis AMIU ini bervariasi yaitu berkisar antara Rp 3.000 – Rp 4.500 per galon, sedangkan untuk galon jenis AMDK berkisar antara Rp 10.000 – Rp 13.000 per galon. Perbedaan harga tersebut tergantung dari pihak yang memproduksi air galon tersebut. Air galon jenis AMIU diproduksi oleh depot penyulingan mandiri yang dimiliki oleh individu atau kelompok usaha tertentu, sedangkan AMDK diproduksi oleh perusahaan tertentu yang biasanya telah memiliki standar sertifikasi kualitas yang terjamin. Hal inilah yang menyebabkan harga AMDK relatif lebih mahal dibandingkan dengan AMIU. Meskipun memiliki kualitas yang relatif dibawah air galon jenis AMDK, namun penggunaan AMIU lebih disukai oleh penduduk karena harganya yang relatif lebih terjangkau. Data mengenai perilaku responden dalam penggunaan air galon dapat dilihat pada Tabel 18.
82
Tabel 18. Perilaku Responden dalam Penggunaan Air Galon Jumlah Responden (RT)
Klasifikasi Responden yang Membeli Air Galon
Jenis Air Galon AMIU
AMIU +AMDK
AMDK
Klasifikasi RT Kelompok 1
60
26
5
29
Klasifikasi RT Kelompok 3
36
17
9
10
Total
96
43
14
39
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Adapun untuk memperoleh rata-rata biaya pencegahan setiap bulannya sebagai upaya pembelian air galon untuk menghindari dampak negatif akibat air tanah
yang tercemar
digunakan metode
biaya pencegahan (preventive
expenditure). Berdasarkan metode yang digunakan tersebut, maka total biaya pencegahan atas pembelian air galon adalah sebesar Rp 9.486.488 per bulan yang diperoleh dari penjumlahan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh 96 responden yang membeli air galon. Rata-rata biaya pencegahan per bulan diperoleh dengan membagi total biaya pencegahan dari pembelian air galon dengan jumlah responden yang menggunakannya, sehingga rata-rata biaya pencegahan yang harus dikeluarkan oleh setiap rumah tangga akibat pencemaran air tanah adalah sebesar Rp 98. 188 per bulan. Biaya pencegahan atas pembelian air galon tersebut memiliki persentase sebesar 4,10% terhadap pendapatan rata-rata responden yang besarnya mencapai Rp 2.411.579 per bulan. Hal ini berarti bahwa 4,10% dari pendapatan rumah tangga responden digunakan untuk melakukan tindakan pencegahan dengan membeli air galon sebagai upaya untuk menghindari dampak negatif dari sumber air tanah yang tercemar. Data mengenai biaya pencegahan atas pembelian air galon dapat dilihat pada Tabel 19.
83
Tabel 19. Biaya Pencegahan atas Pembelian Air Galon
Upaya Pencegahan
Jumlah Respon den (RT)
Pendapatan Rata-Rata Responden (Rp/bulan)
Biaya Total (Rp/bulan)
Biaya RataRata (Rp/bulan)
Biaya RataRata (Rp/tahun)
Persenta se Biaya terhadap Pendapa tan (%)
Pembelian Air Galon RT Responden Kel. 1 -
AMIU
26
1.962.000
1.393.000
53.577
642.924
2,73
-
AMDK
5
2.660.000
705.000
141.000
1.692.000
5,30
-
AMIU +AMDK
29
2.362.069
3.724.238
128.422
1.271.688
4,88
RT Responden Kel. 3 -
AMIU
17
2.417.647
865.000
50.882
610.584
2,10
-
AMDK
9
3.016.667
1.330.500
147.833
1.773.996
4,90
-
AMIU + AMDK
10
3.000.000
1.468.750
146.875
1.762.500
4,89
Total
96
2.411.579
9.486.488
98.818
1.185.811
4,10
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
7.3.3. Total Biaya Pencegahan Total biaya pencegahan merupakan penjumlahan dari keseluruhan biayabiaya yang dikeluarkan atas tindakan pencegahan yang dilakukan oleh rumah tangga untuk menghindari dampak negatif akibat tercemarnya sumber air tanah. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, maka diperoleh bahwa terdapat dua jenis upaya pencegahan yakni dengan membeli alat penjernih air dan air galon. Biaya total atas ketiga upaya pencegahan tersebut adalah sebesar Rp 10.192.088 per bulan. Rata-rata biaya pencegahan per bulan diperoleh dengan membagi total biaya dari ketiga upaya pencegahan yang dilakukan dengan 96 responden yang melakukan tindakan pencegahan, sehingga rata-rata biaya
84
pencegahan yang harus dikeluarkan oleh setiap rumah tangga akibat pencemaran air tanah adalah sebesar Rp 106.167 per bulan. Biaya pencegahan tersebut memiliki persentase sebesar 4,40% terhadap pendapatan rata-rata responden yang besarnya mencapai Rp 2.411.579 per bulan. Hal ini berarti bahwa 4,40% dari pendapatan rumah tangga responden digunakan untuk melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan kedua upaya tersebut. Data mengenai total biaya pencegahan akibat pencemaran air tanah dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Total Biaya Pencegahan Akibat Pencemaran Air Tanah
Upaya Pencegahan
Jumlah Responden (RT)
Pendapatan Rata-Rata Responden (Rp/bulan)
Biaya Total (Rp/bulan)
Biaya Rata-Rata (Rp/bulan)
Biaya Rata-Rata (Rp/tahun)
Persentase Biaya terhadap Pendapatan (%)
Pembelian Alat Penjernih Air
45
2.312.222
723.600
16.080
192.960
0,70
Pembelian Air Galon
96
2.411.579
9.486.488
98.818
1.185.811
4,10
Total
96
2.411.579
10.192.088
106.167
1.274.011
4,40
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
7.4
Estimasi Nilai Kerugian Pendekatan Biaya Kesehatan
Ekonomi
Penduduk
Berdasarkan
Selain biaya pencegahan, penduduk juga mengalami kerugian berupa biaya yang harus dikeluarkan atas upayanya untuk mengobati penyakit-penyakit yang timbul akibat pencemaran pada air tanah yang mereka konsumsi, baik yang digunakan untuk konsumsi secara langsung ataupun hanya untuk keperluan MCK. Adapun metode yang digunakan untuk menghitung biaya tersebut adalah metode biaya kesehatan (cost of illness). Pengeluaran masyarakat atas biaya kesehatan yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi hanya pada biaya-biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk memperoleh pengobatan ke rumah sakit, puskesmas, ataupun
85
dokter
praktek
atas
penyakit
yang
dideritanya
akibat
mereka
masih
mengkonsumsi air tanah yang telah tercemar tersebut. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan pencemaran air tanah diperoleh melalui studi literatur dan wawancara langsung kepada tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Seroja. Puskesmas Seroja merupakan salah satu tempat berobat yang paling sering dikunjungi oleh penduduk Kelurahan Harapan Jaya karena memiliki biaya yang relatif murah serta dekat dengan pemukiman penduduk. Berdasarkan wawancara yang dilakukan bahwa penyakit diare dan gatal-gatal pada kulit (dermatritis) merupakan gejala yang paling umum dirasakan oleh penduduk apabila terkena kontaminasi secara langsung ataupun tidak langsung terhadap air tanah yang tercemar. Selama tahun 2010 kedua penyakit tersebut masuk ke dalam 10 penyakit yang memiliki frekuensi kejadian tertinggi di masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat biaya-biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat atas upaya mereka untuk mengobati penyakit diare ataupun gatal-gatal pada kulit yang disebabkan oleh kontaminasi mikroorganisme ataupun senyawa kimia berbahaya yang terdapat pada air tanah yang tercemar tersebut. Data mengenai jumlah responden berdasarkan jenis penyakit dan pilihan berobat dapat dilihat pada Tabel 21. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 45 responden yang mengeluhkan adanya penyakit yang timbul akibat pencemaran pada air tanah yang mereka gunakan. Sebagian besar responden yang menderita penyakit terkait pencemaran air tanah adalah pada klasifikasi rumah tangga responden kelompok 1, yakni sebanyak 26 responden. Jenis penyakit yang paling sering dikeluhkan adalah diare yang dialami oleh 37 responden, sedangkan pilihan berobat yang
86
paling banyak diminati oleh responden adalah berobat ke puskesmas yang dipilih oleh 34 responden. Hal ini disebabkan karena biaya berobat ke puskesmas relatif lebih murah dibandingkan dengan alternatif berobat ke tempat lainnya. Selain itu puskesmas juga memiliki lokasi yang dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga diharapkan penanganan atas penyakit yang diderita oleh responden akan lebih cepat. Tabel 21. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Penyakit dan Pilihan Berobat
Klasifikasi Responden yang Berobat
Jumlah Responden (RT)
Jenis Penyakit yang diderita oleh Responden
Pikihan Berobat
Diare
Gatalgatal
Puskesm as
Dokter Umum
Rumah Sakit
Klasifikasi RT Responden Kelompok 1
26
21
5
19
4
2
Klasifikasi RT Responden Kelompok 3
19
16
3
15
4
1
Total
45
37
8
34
8
3
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Adapun biaya berobat responden untuk mengatasi penyakit yang dideritanya ini bervariasi dan tergantung pada jenis pilihan berobat serta penanganan atau tindakan yang diinginkan oleh masing-masing responden tersebut. Berdasarkan survei biaya yang dikeluarkan oleh responden, maka biaya yang dibutuhkan untuk berobat ke puskesmas berada pada kisaran Rp5000 Rp15.000 setiap kali berobat. Biaya berobat ke puskesmas ini belum termasuk subsidi yang ditanggung oleh pemerintah yaitu sebesar Rp 26.000 per orang setiap kali berobat. Adapun biaya untuk berobat ke rumah sakit berada pada kisaran Rp100.000 – Rp150.000 setiap kali berobat. Bagi penduduk yang ingin berobat ke
87
dokter umum, maka biaya yang dibutuhkan adalah berada pada kisaran Rp35.000 – Rp65.000 setiap kali berobat. Estimasi biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh 45 responden yang menderita penyakit, baik diare maupun gatal-gatal pada kulit, akibat terkontaminasi oleh mikroorganisme maupun zat kimia berbahaya yang terdapat pada sumber air tanah yang mereka gunakan akan dihitung menggunakan metode biaya kesehatan (cost of illness). Total biaya kesehatan responden diperoleh dengan mengalikan biaya yang dikeluarkan oleh setiap responden yang berobat dengan frekuensi atau banyaknya responden tersebut berobat dalam waktu satu tahun. Hasil perhitungan menunjukan bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh responden atas upayanya untuk berobat adalah sebesar Rp 498.780 per bulan. Rata-rata biaya kesehatan per bulan diperoleh dengan membagi total biaya dari ketiga pilihan berobat yang dilakukan dengan 45 responden yang mengeluarkan biaya beorbat, sehingga rata-rata biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh setiap rumah tangga akibat pencemaran air tanah adalah sebesar Rp 11.084 per bulan. Biaya kesehatan tersebut memiliki persentase sebesar 0,45 % terhadap pendapatan rata-rata responden yang besarnya mencapai Rp 2.470.930 per bulan. Hal ini berarti bahwa 0,45 % dari pendapatan rumah tangga responden digunakan untuk berobat akibat pencemaran air tanah yang terjadi. Data mengenai biaya kesehatan atas pengobatan yang dilakukan oleh penduduk akibat pencemaran air tanah dapat dilihat pada Tabel 22.
88
Tabel 22. Biaya Kesehatan Akibat Pencemaran Air Tanah
Pilihan Berobat
Jumlah Respond en (RT)
Pendapatan Rata-Rata Responden (Rp/bulan)
Biaya Total (Rp/bulan)
Biaya RataRata (Rp/bulan)
Biaya RataRata (Rp/tahun)
Persentase Biaya terhadap Pendapatan (%)
Klasifikasi RT Responden Kelompok 1 Puskesmas
19
2.268.421
189.083
9.952
119.424
0,43
Dokter Umum
4
1.700.000
40.417
10.104
121.248
0,59
Rumah Sakit
2
3.350.000
41.667
20.834
250.008
0,62
Klasifikasi RT Responden Kelompok 3 Puskesmas
15
2.643.333
134.166
8.944
107.328
0,34
Dokter Umum
4
2.500.000
52.917
13.299
159.588
0,53
Rumah Sakit
1
3.000.000
37.500
37.500
450.000
1,25
45
2.470.930
495.750
11.017
132.200
0,45
Total
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
7.5
Nilai Kerugian Ekonomi Pencemaran Air Tanah
Rumah
Tangga
Responden
Akibat
Berdasarkan penjelasan sebelumnya diketahui bahwa terdapat biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga responden untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih mereka sehari-hari. Biaya-biaya tersebut diantaranya adalah biaya untuk memperoleh sumber air bersih itu sendiri beserta biaya-biaya yang muncul akibat tercemarnya sumber air tanah penduduk oleh perembesan zat pencemar dari kebocoran saluran pembuangan limbah domestik yang letaknya berdekatan dengan sumber air tanah penduduk. Biaya tersebut merupakan biaya pencegahan dengan pembelian alat penyaring air dan air galon serta biaya kesehatan yang diderita oleh akibat gangguan kesehatan seperti diare dan gatalgatal pada kulit akibat tercemarnya sumber air tanah yang mereka gunakan. Berikut ini merupakan rincian rata-rata biaya perolehan air, biaya pencegahan,
89
dan biaya kesehatan yang dikeluarkan setiap bulannya oleh rumah tangga responden yang dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23.
Rincian Biaya Perolehan Air Bersih, Biaya Pencegahan, dan Biaya Kesehatan oleh Rumah Tangga Responden Rata-rata Biaya Memperoleh Air Bersih (Rp/bulan)
Rata-rata Biaya Pencegahan (Rp/bulan)
Rata-rata Biaya Kesehatan (Rp/bulan)
Klasifikasi RT Responden
Jumlah Respon den
Kelompok 1
60
23.217
-
16.219
97.037
11.688
Kelompok 2
4
-
59.567
-
-
-
Kelompok 3
36
21.667
45.031
15.889
101.785
11.259
Air Tanah
Pembelian Alat Penjernih Air
Air PDAM
Pembelian Air Galon
Sumber : Data Primer Diolah, 2012
Biaya pencegahan dan biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh rumah tangga responden yang timbul akibat pencemaran air tanah yang terjadi merupakan kerugian bagi penduduk Kelurahan Harapan Jaya. Penduduk rela untuk mengeluarkan sejumlah uang untuk mengurangi rersiko dari pencemaran air tanah yang terjadi demi memperoleh kualitas dan kuantitas sumber air bersih yang lebih baik. Oleh karena itu, untuk menghitung biaya-biaya tersebut digunakan metode biaya pencegahan (preventive expenditure) dan biaya kesehatan (cost of illness). Keseluruhan biaya-biaya tersebut merupakan nilai kerugian yang dialami oleh penduduk akibat pencemaran air tanah yang terjadi di Kelurahan Harapan Jaya. Nilai kerugian rumah tangga responden dalam penelitian ini diperoleh dengan menghitung jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk setiap tindakan pencegahan yang dilakukan oleh rumah tangga responden kelompok 1 dan kelompok 3. Adapun pengeluaran rumah tangga responden kelompok 2 tidak dimasukkan ke dalam perhitungan nilai kerugian ekonomi karena diasumsikan
90
tindakan pencegahan yang dilakukan oleh rumah tangga responden kelompok 2 bukan disebabkan oleh sumber air tanah yang tercemar. Data mengenai nilai kerugian ekonomi rumah tangga responden akibat pencemaran air tanah yang terjadi di Kelurahan Harapan Jaya dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24.
Nilai Kerugian Ekonomi Rumah Tangga Rata-rata Biaya Pencegahan (Rp/bulan) Pembelian Pembelian Alat Air Galon Penjernih Air
Rata-rata Biaya Kesehatan (Rp/bulan)
Nilai Kerugian Ekonomi Rumah Tangga (Rp/bulan)
Klasifikasi RT Responden
Jumlah Responden
Kelompok 1
60
16.219
97.037
11.688
124.944
Kelompok 3
36
15.889
101.785
11.259
128.933
Sumber : Data Primer Diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa nilai kerugian ekonomi terbesar dirasakan oleh rumah tangga responden kelompok 3 yang nilainya mencapai Rp 128.933 per bulan. Nilai kerugian terbesar yang dirasakan oleh rumah tangga responden adalah kerugian yang disebabkan atas upayanya untuk melakukan tindakan pencegahan dengan membeli air galon yang nilainya mencapai Rp 101.785 per bulan, sedangkan nilai kerugian terkecil yang dirasakan oleh rumah tangga responden adalah atas upayanya untuk mengobati penyakit yang timbul terkait dengan pencemaran air tanah yakni sebesar Rp 11.259 per bulan. Nilai kerugian tersebut mengestimasi nilai minimum dari kerusakan sumberdaya air tanah akibat pencemaran yang terjadi di Kelurahan Harapan Jaya.
91