ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR LUAPAN SUNGAI CIDURIAN PADA PERTANIAN PADI SAWAH DI KECAMATAN KRESEK, KABUPATEN TANGERANG
NURUL AINI MUHTAR
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Luapan Sungai Cidurian pada Pertanian Padi Sawah di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Nurul Aini Muhtar NIM H44090115
ABSTRAK NURUL AINI MUHTAR. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Luapan Sungai Cidurian pada Pertanian Padi Sawah di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL dan NUVA. Peningkatan intensitas curah hujan di wilayah hulu Daerah Aliran Sungai Cidurian menyebabkan peningkatan debit air yang mengalir dan terjadinya banjir di salah satu daerah hilir yaitu di Kecamatan Kresek. Tanggul Sungai Cidurian sepanjang 60 meter mengalami kerusakan sehingga air meluap ke daerah sekitarnya. Kawasan pertanian khususnya padi sawah merupakan salah satu sektor yang terkena dampak dari banjir Sungai Cidurian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi petani mengenai kondisi lingkungan pertanian akibat banjir, mengestimasi besarnya kerugian ekonomi setelah banjir pada sektor pertanian akibat banjir Sungai Cidurian, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir pada sektor pertanian, dan menganalisis stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian responden petani terhadap kondisi lingkungan pertanian setelah banjir adalah buruk. Banjir di Kecamatan Kresek melibatkan semua pihak baik kelompok pemerintah maupun kelompok non-pemerintah dalam mengatasi permasalahan banjir. Hasil wawancara menunjukkan bahwa setiap kelompok memiliki peran masing-masing dan bersinergi dalam mengatasi banjir. Kerugian banjir dipengaruhi secara signifikan oleh jarak sungai terhadap sawah, luas lahan yang terkena banjir, ketinggian banjir, dan lama banjir. Hasil estimasi kerugian ekonomi petani pemilik lahan sebesar Rp 8 927 087.50 dan kerugian ekonomi total satu kecamatan sebesar Rp 1 904 574 711 sedangkan hasil estimasi kerugian ekonomi per responden sebesar Rp 6 994 231.27 dan kerugian ekonomi total satu kecamatan sebesar Rp 2 081 848 142. Tindakan perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu memperbaiki tanggul yang rusak sebesar Rp 1 385 989 000. Selain itu, perbaikan kondisi lingkungan terutama normalisasi Sungai Cidurian perlu dilakukan agar dapat meminimalkan luapan air ke daratan. Kata kunci: Kecamatan Kresek, kerugian ekonomi, luapan sungai, padi sawah
ABSTRACT NURUL AINI MUHTAR. Estimating Economic Losses of Paddy Agricultural due to Flooding of Cidurian River in Kresek Subdistrict, Tangerang Regency. Supervised by AHYAR ISMAIL and NUVA. The raise of rainfall intensity in the upper area of Cidurian watershed causes an increase water discharge and flood in Kresek subdistrict as a downstream areas. Cidurian river’s levee is damaged for about sixty meters, that makes the water overflows into the surrounding area. One of the sectors affected by the river flood is the agricultural sector, especially in rice planting area. The objectives of this study are to identify farmers' perceptions about the condition of their farmlands during flood periods, to estimate the economic losses of agricultural sector due to the flooding of Cidurian river, to analyze the factors that affect the magnitude of economic losses in the agricultural sector, and analyze the stakeholder’s role to overcome the problem of floods in Kresek subdistrict. The result shows that respondents have bad perceptions about the condition of post-flood of the agricultural sector. Flood disaster in Kresek subdistrict involves both governmental and non-governmental parties to overcome the flood problem. Based on the interview, each of them has a role and works together to solve the problem. The total economic losses of the subdistrict is estimated for about IDR 1 904 574 711 with the average loss of IDR 8 927 087.50 per landowner farmer while the total economic losses of the subdistrict is estimated for about IDR 2 081 848 142 with the average loss of IDR 6 994 231.27 per sharecropper. Moreover, the economic losses due to the flood are significantly influenced by the wide of affected land area, flood frequency, and age of the rice planting. The government has taken service action by spending IDR 1 385 989 000 to fix the broken levee. In addition, the improvement of environmental conditions, including the normalization of Cidurian River needs to be implemented in order to minimize the overflowing river. Keywords: economic losses, Kresek Subdistrict, paddy, river flooding
ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR LUAPAN SUNGAI CIDURIAN PADA PERTANIAN PADI SAWAH DI KECAMATAN KRESEK, KABUPATEN TANGERANG
NURUL AINI MUHTAR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Luapan Sungai Cidurian pada Pertanian Padi Sawah di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang Nama
: Nurul Aini Muhtar
NIM
: H44090115
Disetujui oleh
Dr Ir Ahyar Ismail, MAgr Pembimbing I
Nuva, SP, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanallahu wa ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Luapan Sungai Cidurian pada Pertanian Padi Sawah di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang”. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1.
Kedua orang tua tercinta yaitu Muhtarman dan Sumaryani, serta kakak dan adik, yaitu Sendi Firdaus dan Fathan Robbiansyah yang senantiasa memberikan doa, dukungan, kasih sayang, dan perhatian.
2.
Bapak Dr Ir Ahyar Ismail, MAgr dan Ibu Nuva SP, MSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi ini.
3.
Bapak Rizal Bahtiar, Spi, MSi dan Ibu Hastuti, SP, MP, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukannya dalam penulisan skripsi ini.
4.
Bapak Adi Hadianto, SP, MSi selaku dosen pembimbing akademik serta segenap dosen dan staff Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas ilmu, kesabaran, dan bimbingan yang telah diberikan.
5.
Pihak pemerintah Kecamatan Kresek dan pihak pemerintah Desa Patrasana, Desa Koper, Desa Pasir Ampo, Desa Renged, Desa Kresek, dan Desa Talok yang sudah banyak membantu dalam pengumpulan data primer dan sekunder untuk kelancaran penulisan skripsi ini.
6.
Bapak Suhayar selaku penyuluh pertanian Kecamatan Kresek yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian serta seluruh staff Balai Penyuluhan Pertanian Kaliasin.
7.
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang, Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang, Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, serta seluruh kelompok tani Kecamatan Kresek yang telah memberikan informasi dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8.
Tante Ida, Om Ambardi yang telah memberikan tempat tinggal dan semangat kepada penulis selama penelitian.
9.
Teman-teman satu bimbingan Annisia, Nita, Rizqiyyah, Galuh, Dita, dan Sandra yang selalu memberikan semangat.
10.
Tria, Syfa, Mutiara, Linda, Dara yang telah memberikan doa dan semangat.
11.
Tina, Kukuh, Lusi, Fitri, Frima, Nasita, Gugat, atas doa, dukungan, dan semangat serta rekan-rekan ESL angkatan 46 yang tidak bisa disebutkan satu per satu namanya.
12.
Agus Nuramin yang telah memberikan doa dan motivasi serta berbagi cerita dengan penulis. Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna. Akhir kata, semoga
penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca.
Bogor, Februari 2014
Nurul Aini Muhtar NIM H44090115
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xii I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah................................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................
1 1 3 5 5 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 7 2.1 Bencana Banjir ....................................................................................... 7 2.2 Dampak Banjir terhadap Sektor Pertanian ............................................. 8 2.3 Konsep Penilaian Kerugian Ekonomi .................................................... 9 2.4 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 10 III. KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................................... 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................. 3.1.1 Analisis Deskriptif ...................................................................... 3.1.2 Pendekatan Produktivitas (Productivity Approach) .................... 3.1.3 Metode Regresi Linear Berganda ............................................... 3.1.4 Analisis Stakeholder ................................................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...........................................................
15 15 15 16 17 18 18
IV. METODE PENELITIAN .............................................................................. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................. 4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 4.3 Metode Pengambilan Sampel ................................................................. 4.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data .......................................... 4.4.1 Identifikasi Penilaian Petani terhadap Kondisi Lingkungan Pertanian Padi Sawah .................................................................. 4.4.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi pada Pertanian Padi Sawah Akibat Banjir ............................................................................... 4.4.2.1 Kerugian tangible secara langsung (direct) .................... 4.4.2.2 Kerugian tangible secara tidak langsung (indirect) ........ 4.4.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besar Kerugian Banjir ........................................................................................... 4.4.3.1 Model Kerugian Ekonomi ............................................ 4.4.3.2 Hipotesis ....................................................................... 4.4.3.3 Evaluasi Model ............................................................. 4.4.4 Analisis Stakeholder dalam Mengatasi Permasalahan Banjir di Kecamatan Kresek ......................................................................
21 21 21 22 22 24 25 25 26 26 27 28 28 30
V. GAMBARAN UMUM .................................................................................. 31 5.1 Gambaran Umum Kecamatan Kresek .................................................... 31
5.2 Kondisi Lingkungan Daerah Penelitian .................................................. 5.3 Karakteristik Responden Petani .............................................................. 5.3.1 Jenis Kelamin .............................................................................. 5.3.2 Usia ............................................................................................. 5.3.3 Pendidikan Formal ...................................................................... 5.3.4 Jenis Pekerjaan ............................................................................ 5.3.5 Jumlah Tanggungan .................................................................... 5.4 Karakteristik Lahan Pertanian .............................................................. 5.4.1 Status Kepemilikan Lahan .......................................................... 5.4.2 Lama Bertani ............................................................................... 5.4.3 Luas Lahan Pertanian .................................................................. 5.5 Karakteristik Banjir .............................................................................. 5.5.1 Jarak Sungai terhadap Lahan Pertanian ...................................... 5.5.2 Ketinggian Banjir ........................................................................ 5.5.3 Lama Banjir ................................................................................ VI. ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PERTANIAN .................................................................. 6.1 Persepsi Responden Petani terhadap Kondisi Lingkungan Pertanian Sebelum dan Setelah Banjir ................................................................. 6.2 Persepsi Responden Petani terhadap Keberhasilan Lingkungan Sebelum dan Setelah Banjir ................................................................. 6.3 Persepsi Responden Petani terhadap Upaya Pencegahan..................... 6.4 Penilaian Responden Petani terhadap Gangguan Kenyamanan ........... VII. ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI ......................................................... 7.1 Kerugian yang Dialami oleh Petani...................................................... 7.1.1 Perubahan Produksi .................................................................... 7.1.2 Biaya Produksi Setelah Banjir .................................................... 7.1.3 Perubahan Pendapatan Petani ..................................................... 7.2 Biaya Kerusakan yang Dikeluarkan oleh Pemerintah ..........................
32 33 33 34 34 35 35 36 36 36 37 37 37 38 38 39 39 40 41 41 43 44 44 46 48 49
VIII.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESAR KERUGIAN BANJIR ....................................................................................................... 51 IX. ANALISIS STAKEHOLDER DALAM MENGATASI PERMASALAHAN BANJIR ..................................................................... 55 9.1 Kelompok Pemerintah Daerah ............................................................. 56 9.2 Kelompok Non-Pemerintah .................................................................. 58 X. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 61 10.1 Simpulan............................................................................................... 61 10.2 Saran ..................................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 63 LAMPIRAN ....................................................................................................... 65 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 97
DAFTAR TABEL Nomor 1. 2.
Halaman
Luas tanaman padi yang terendam dan luas puso akibat banjir di Indonesia tahun 2011 ..................................................................................
2
Luas lahan per kecamatan yang terkena puso di Kabupaten Tangerang akibat banjir bulan januari 2013..................................................................
3
3.
Matriks metode analisis data ....................................................................... 23
4.
Indikator persepsi petani terhadap kondisi lingkungan pertanian padi sawah setelah banjir .................................................................................... 24
5.
Analisis stakeholder dalam mengatasi permasalahan banjir....................... 30
6.
Sembilan nama desa beserta luas wilayahnya yang berada di Kecamatan Kresek ......................................................................................................... 31
7.
Jumlah responden petani berdasarkan kelompok usia ................................ 34
8.
Jumlah responden petani berdasarkan pendidikan formal terakhir ............. 34
9.
Jumlah responden petani berdasarkan jenis pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan ................................................................................... 35
10. Jumlah responden petani berdasarkan jumlah tanggungan ......................... 35 11. Jumlah responden petani berdasarkan kepemilikan lahan .......................... 36 12. Jumlah responden petani berdasarkan lama bertani .................................... 36 13. Jumlah responden petani menurut luas kepemilikan lahan ......................... 37 14. Jumlah responden petani berdasarkan jarak sungai terhadap lahan pertanian ...................................................................................................... 38 15. Jumlah responden petani berdasarkan ketinggian banjir ............................. 38 16. Jumlah responden petani berdasarkan lama banjir ..................................... 38 17. Persepsi responden petani terhadap kondisi lingkungan pertanian sebelum dan setelah banjir .......................................................................... 39 18. Persepsi responden petani terhadap kebersihan lingkungan sebelum dan setelah banjir ............................................................................................... 40 19. Upaya pencegahan responden petani terhadap banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 ...................................................................................... 41 20. Persepsi responden terhadap gangguan kenyamanan akibat banjir ............ 42 21. Perubahan produksi padi per responden petani pemilik akibat banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam .......................................................... 45 22. Perubahan produksi padi per responden petani penggarap akibat banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam .......................................................... 45
23. Total dan rata-rata biaya produksi per responden petani pemilik sebelum banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim tanam ............ 46 24. Total dan rata-rata biaya produksi per responden petani penggarap sebelum banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim tanam ........................................................................................................... 46 25. Total dan rata-rata biaya tambahan produksi per reponden petani pemilik setelah banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim tanam ............................................................................................... 47 26. Total dan rata-rata biaya tambahan produksi per reponden petani penggarap setelah banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim tanam ............................................................................................... 48 27. Perubahan pendapatan responden petani pemilik di Kecamatan Kresek akibat banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam ..................................... 48 28. Perubahan pendapatan responden petani penggarap di Kecamatan Kresek akibat banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam ......................... 49 29. Total kerugian pendapatan petani berdasarkan kepemilikan lahan yang terkena dampak banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam...................... 49 30. Peran dan fungsi stakeholder pemerintah dan non-pemerintah dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek ................................ 55
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Diagram alur kerangka berpikir .................................................................. 20
2.
Peta wilayah Kecamatan Kresek ................................................................. 33
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Kuesioner penelitian responden petani ....................................................... 66
2.
Penerimaan responden petani pemilik sebelum banjir ................................ 72
3.
Penerimaan responden petani penggarap sebelum banjir ........................... 74
4.
Penerimaan responden petani pemilik lahan setelah banjir ........................ 77
5.
Penerimaan responden petani penggarap setelah banjir ............................. 79
6.
Biaya produksi responden petani pemilik sebelum banjir .......................... 82
7.
Biaya produksi responden petani penggarap sebelum banjir ...................... 83
8.
Biaya perbaikan responden petani pemilik ................................................. 84
9.
Biaya perbaikan responden petani penggarap ............................................. 86
10. Produktivitas padi responden petani pemilik .............................................. 87 11. Produktivitas padi responden petani penggarap.......................................... 89 12. Hasil model regresi ..................................................................................... 91 13. Dokumentasi penelitian............................................................................... 94
1
I.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional dan kelangsungan hidup masyarakat Indonesia terutama berperan dalam memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sebagai penyedia pangan, penyedia bahan baku, penyedia lapangan pekerjaan, dan sumber devisa bagi negara. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2013) menjelaskan sektor pertanian menyumbang cukup besar untuk perekonomian nasional dan perekonomian daerah pada triwulan II tahun 2013 sebesar 23.77 persen namun Armah et al. (2010) menjelaskan sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim merupakan implikasi dari pemanasan global. Pemanasan global disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca yang menimbulkan pemantulan dan penyerapan gelombang panjang yang bersifat panas (inframerah) kembali ke permukaan bumi sehingga menjadikan permukaan bumi semakin panas (Susandi et al. 2008). Perubahan iklim memberikan dampak pada kenaikan suhu dan peningkatan curah hujan yang berpotensi menyebabkan banjir. Frekuensi dan intensitas banjir dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang dapat mengancam wilayah Indonesia dan berbagai sektor pertanian. Data
Badan
Nasional
Penanggulangan
Bencana
(BNPB)
(2011)
menunjukkan bahwa hampir setiap tahun banjir terjadi di setiap provinsi Indonesia atau seluruh wilayah Indonesia. Sebagian besar banjir yang terjadi di wilayah Indonesia umumnya disebabkan oleh tingginya intensitas curah hujan pada waktu musim penghujan. Perkembangan penggunaan lahan di sejumlah daerah aliran sungai khususnya di wilayah hulu untuk berbagai pemanfaatan seperti pemukiman, industri, dan pariwisata yang terus meningkat merupakan faktor penyebab pendukung terjadinya banjir di Indonesia. Kondisi tersebut menyebabkan berkurangnya daerah resapan air. Apabila kondisi saluran air yang membawa air permukaan menuju ke hilir tidak cukup menampung volume air maka air akan mencari jalannya sendiri kemudian air akan melewati bahkan menggenagi daerah yang rendah.
2
Banjir pada lahan pertanian terutama sawah merupakan salah satu ancaman yang sangat serius sebagai salah satu dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian karena berpotensi mendatangkan masalah bagi keberlanjutan produksi pangan dan sistem produksi pertanian pada umumnya. Banjir pada sektor pertanian menyebabkan kerusakan pada sumber daya lahan pertanian, berkurangnya luas areal panen, penurunan produksi dan produktivitas, dan pergeseran waktu tanam. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2010, luas tanaman padi yang terkena banjir dan puso sebagai dampak dari banjir mencapai 290 446 hektar dan luas yang mengalami puso mencapai 89 228 hektar. Banjir tahun 2009 menyebabkan tanaman padi terendam seluas 222 481 hektar dan 67 821 hektar yang mengalami puso. Luas tanaman padi yang terendam dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami peningkatan seperti data yang ditunjukkan di Tabel 1. Tabel 1 Luas tanaman padi yang terendam dan luas puso akibat banjir di Indonesia tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009 Rata-rata 5 tahun Komoditi T (ha) P (ha) T (ha) P (ha) T (ha) P (ha) Padi 296 491 91 088 222 481 67 821 309 937 99 598 Keterangan: T= luas yang terkena banjir, P= luas yang terkena puso Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011
Salah satu provinsi yang mengalami banjir adalah Provinsi Banten. Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Lebak adalah daerah terdampak banjir di Provinsi Banten pada bulan Januari 2013 (BNPB 2013). Kabupaten Tangerang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Banten yang mengalami banjir di sektor pertanian. Banjir yang terjadi disebabkan oleh meluapnya air sungai akibat curah hujan yang tinggi. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menjadi penyebab banjir adalah DAS Cidurian. Wilayah administratif kabupaten yang dilalui Sungai Cidurian adalah Kabupaten Bogor, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, dan Kabupaten Tangerang (Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten 2013). Banjir menyebabkan dampak negatif berupa kerusakan pada sumberdaya lahan pertanian dan kerugian pada aspek sosial ekonomi masyarakat dan masalah lingkungan. Genangan banjir mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar, baik kerugian materi maupun nonmateri. Besarnya dampak pada sektor pertanian
3
perlu dilakukan penelitian dan pengkajian lebih lanjut mengenai kerugian pada sektor pertanian akibat banjir tahun 2013 serta perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak berupa kebijakan sehingga dapat diketahui usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan meminimalkan dampak tersebut. 1.2
Perumusan Masalah
Banjir yang terjadi pada bulan Januari 2013 merupakan banjir besar di Kabupaten Tangerang. Banjir luapan air Sungai Cidurian ini tidak hanya berdampak pada sektor perumahan saja tetapi juga pada sektor pertanian yang dirasakan oleh para petani. Data Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang (2013) menunjukkan terdapat 24 kecamatan di Kabupaten Tangerang yang terendam banjir khususnya pada sektor pertanian. Banjir Januari 2013 mengakibatkan total lahan pertanian di Kabupaten Tangerang yang ditanami padi mengalami gagal panen atau puso seluas 3328.45 hektar. Tabel 2 menunjukkan luas lahan yang mengalami puso akibat banjir di 24 kecamatan Kabupaten Tangerang. Tabel 2 Luas lahan per kecamatan yang terkena puso di Kabupaten Tangerang akibat banjir bulan Januari 2013 No Kecamatan Luas Puso (ha) No Kecamatan Luas Puso (ha) 1 Cisoka 192.00 13 Legok 10.00 2 Jambe 50.00 14 Kelapa Dua 6.00 3 Tigaraksa 206.00 15 Panongan 75.00 4 Balaraja 236.50 16 Kronjo 79.00 5 Sukamulya 124.15 17 Pakuhaji 224.00 6 Rajeg 92.00 18 Sepatan 13.00 7 Sindang Jaya 67.00 19 Mauk 110.00 8 Pasar Kemis 99.00 20 Sukadiri 70.00 9 Kemeri 486.00 21 Pagedangan 20.00 10 Teluk Naga 6.00 22 Jayanti 315.80 11 Kresek 511.00 23 Mekar Baru 157.00 12 Kosambi 19.00 24 Gunung Kaler 144.00 Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang (diolah) 2013
Wilayah Kecamatan Kresek merupakan wilayah yang memiliki dampak terparah akibat banjir khususnya terhadap sektor pertanian karena Kecamatan Kresek merupakan wilayah hilir dan berdekatan dengan Sungai Cidurian. Penyebab banjir di Kecamatan Kresek adalah peningkatan intensitas curah hujan
4
yang mengakibatkan debit air Sungai Cidurian meningkat secara berlebih namun penyempitan daerah resapan air menjadikan badan sungai tidak mampu menampung air berlebih yang berasal dari hulu sehingga air merusak tanggul sungai dan menggenangi lahan pertanian yang berada di daerah hilir. Lahan pertanian berupa areal persawahan seluas 798 hektar terendam selama kurang lebih dua minggu saat musim tanam yang menyebabkan kegagalan panen seluas 511 hektar (Kecamatan Kresek 2013). Dampak banjir biasanya juga menyebabkan pergeseran waktu musim panen dan terjadi penurunan luas panen sehingga produksi padi dan produktivitas mengalami penurunan. Dampak dari pergeseran waktu musim panen mendatangkan serangan organisme pengganggu tanaman yaitu hama penggerek dan walang sangit yang berasal dari wilayah lain yang sudah melakukan panen. Tanaman padi yang umumnya berusia dua bulan terendam sehingga sudah tidak dapat dimanfaatkan oleh petani yang akhirnya memaksa petani harus mengeluarkan biaya produksi kembali untuk mengganti tanaman yang terendam oleh air. Banjir yang terjadi merupakan ancaman bagi para petani karena akan mempengaruhi pendapatan usaha tani mereka. Sebagian besar lahan sawah di Kecamatan Kresek merupakan sawah tadah hujan yang artinya air hujan menjadi sumber pengairan sawah. Air hujan yang seharusnya menjadi sumber pengairan sawah menjadi penyebab bencana ketika memasuki musim penghujan karena air hujan yang berlebih menyebabkan lahan sawah banyak terendam air yang dapat mengganggu kegiatan masyarakat maupun ekonomi wilayah ini. Banjir luapan air Sungai Cidurian menyebabkan saluran irigasi terendam yang menimbulkan kendala besar bagi warga yang memiliki lahan persawahan karena khususnya di Kecamatan Kresek sebagian besar masyarakatnya adalah petani. Permasalahan-permasalahan yang timbul akibat banjir di Kecamatan Kresek jika dibiarkan dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar. Hal tersebut menjadi perhatian khusus dari berbagai pihak pembuat kebijakan yang terkait. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi mengenai siapa saja stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek. Selain itu, estimasi nilai kerugian akibat banjir di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang menjadi sangat penting dilakukan untuk melihat
5
seberapa besar dampak yang dialami oleh petani. Berdasarkan uraian perumusan masalah, beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dikaji diantaranya adalah: 1. Bagaimana persepsi petani mengenai kondisi lingkungan pertanian padi sawah akibat banjir di sekitar Kecamatan Kresek? 2. Berapa estimasi nilai kerugian ekonomi pertanian padi sawah akibat banjir di Kecamatan Kresek? 3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir pada pertanian padi sawah? 4. Siapa saja stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi persepsi petani mengenai kondisi lingkungan pertanian padi sawah di sekitar Kecamatan Kresek akibat banjir. 2. Mengestimasi nilai kerugian ekonomi pertanian padi sawah akibat banjir di Kecamatan Kresek. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir pada pertanian padi sawah. 4. Menganalisis stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek. 1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak, diantaranya: 1. Bagi peneliti, sebagai media pembelajaran dan penerapan ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan. 2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan mejadi pelengkap khasanah keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan. 3. Bagi pemerintah, pemerintah daerah, dan para pemangku kepentingan sebagai bahan panduan dalam melakukan pengkajian estimasi nilai kerugian
6
sosial ekonomi dari sebuah bencana serta bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan. 4. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi mengenai besarnya nilai kerugian sosial ekonomi yang diderita akibat bencana dan sebagai bahan pertimbangan dalam menjaga kelestarian lingkungan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengestimasi kerugian tangible petani akibat banjir luapan air Sungai Cidurian pada bulan Januari 2013 yaitu musim tanam pertama. Kerugian tangible terdiri dari kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung (indirect). Kerugian langsung meliputi kerusakan pada lahan pertanian yang diestimasi melalui pendekatan biaya perbaikan. Kerugian tidak langsung meliputi pendekatan perubahan produktivitas dan kehilangan pendapatan petani akibat penurunan produktivitas. Pertanian difokuskan pada komoditas padi sawah jenis ciherang. Penelitian ini tidak mengestimasi nilai kerugian dari ketertinggalan masa panen. Kerugian dibedakan menjadi kerugian petani pemilik lahan dan petani penggarap lahan. Satu responden petani ada yang mengolah kedua lahan yaitu lahan milik sendiri dan lahan milik orang lain. Oleh karena itu, jumlah responden akan lebih dari responden petani yang diwawancarai dalam perhitungan. Total lahan masingmasing kepemilikan dalam satu kecamatan dihitung berdasarkan asumsi perbandingan antara jumlah masing-masing kepemilikan lahan responden petani dengan jumlah seluruh lahan responden dikalikan total lahan yang mengalami kerusakan. Hal ini dilakukan karena keterbatasan data. Penelitian ini mengestimasi biaya perbaikan yang dikeluarkan oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Biaya perbaikan yang dilakukan dinas terkait yaitu biaya pembuatan tanggul Sungai Cidurian. Analisis stakeholder merupakan penjabaran dari kelompok pemerintah dan kelompok nonpemerintah dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek.
7
II.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Bencana Banjir
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Menurut Subiyantoro (2010), dampak yang diakibatkan oleh suatu bencana dapat memberikan kerugian dan kerusakan bagi manusia dan lingkungannya, seperti kehilangan jiwa, cidera serta gangguan terhadap kesehatan, kerugian harta benda, bahkan kerusakan bangunan serta fasilitas layanan masyarakat seperti putusnya aliran listrik dan rusaknya jaringan komunikasi. Salah satu bencana yang frekuensi kejadiannya sering terjadi pada beberapa tahun terakhir ini di seluruh wilayah Indonesia yaitu bencana banjir. Banjir merupakan bencana klimatologis karena banjir dipengaruhi oleh faktor iklim seperti tingginya intensitas curah hujan. Menurut Kodoatie dan Sjarief (2008), penyebab banjir dan genangan yang terjadi di su atu lokasi diakibatkan oleh perubahan tata guna lahan (land-use) di daerah aliran sungai, pembuangan sampah, erosi dan sedimentasi, kawasan kumuh di sepanjang sungai atau drainase, perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, curah hujan, pengaruh fisiografi atau geofisik sungai, kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai, pengaruh air pasang, penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang air laut), drainase lahan, bendung dan bangunan air, dan kerusakan bangunan pengendali banjir. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Banjir (2010), berdasarkan sumber air, banjir dikategorikan menjadi empat, yaitu: 1. Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia.
8
2. Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai. 3. Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan, bendung, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir. 4. Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat runtuhnya atau longsornya tebing sungai. 2.2
Dampak Banjir terhadap Sektor Pertanian
Menurut Armah et al. (2010), bagi negara agraris, sektor pertanian merupakan sumber mata pencaharian penduduk. Sebagian besar pendapatan penduduknya dihasilkan dari sektor pertanian. Sektor pertanian menyumbang cukup besar untuk pendapatan nasional namun sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim atau bencana khususnya bencana banjir. Apabila musim penghujan datang dan intensitas hujan yang lebih sering, wilayah perdesaan yang dekat dengan aliran sungai selalu digenangi banjir yang mengakibatkan hilangnya nyawa, perpindahan tempat tinggal, hancurnya infrastruktur utama, kerusakan pada sistem irigasi dan pasokan air,
dan
hancurnya lahan pertanian serta hilangnya cadangan makanan dan ternak di seluruh wilayah. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan produksi pertanian, pergeseran mata pencaharian dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian, dan secara signifikan akan berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Tanaman pangan (jagung, sorgum, millet, kacang tanah, ubi, singkong, dan padi) yang terkena banjir diperkirakan rentan mengalami kerawanan pangan dan kekurangan gizi pascabencana. Selanjutnya Armah et al. (2010) menjelaskan kerentanan yang ditimbulkan dari bencana banjir adalah timbulnya kerentanan lingkungan, kerentanan perubahan sosial, dan tidak adanya kemampuan untuk beradaptasi. Kerentanan sosial ekologi menjelaskan tindakan manusia, struktur sosial masyarakat, dan kebijakan pemerintah terhadap pertanian yang sewenang-wenang memanfaatkan dan mengolah sumberdaya alam dan lingkungan. Kerentanan adaptif menjelaskan kapasitas adaptif manusia terhadap bencana banjir. Kapasitas adaptif merupakan kemampuan manusia untuk merencanakan, mempersiapkan,
9
dan melaksanakan langkah-langkah adaptasi. Faktor yang menentukan kapasitas adaptasi manusia yaitu kekayaan ekonomi, teknologi dan infrastruktur, informasi, pengetahuan dan keterampilan, kelembagaan, keadilan, dan modal sosial. Menurut Kumar et al. (2009), bencana alam hidrometeorologi seperti banjir menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan dan kerugian cukup besar terhadap kehidupan manusia dan dapat menghambat pembangunan daerah bahkan negara. Banjir yang menggenangi sumberdaya alam seperti lahan pertanian, peternakan, dan perikanan menimbulkan banyak kerugian yang sangat besar bagi masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagai petani. Dampak banjir terhadap lahan pertanian yaitu perubahan pola tanam secara drastis dan tanaman padi sebagian besar terendam oleh banjir. Itu artinya petani mengalami penurunan produksi padi sehingga dapat menyebabkan beberapa kasus seperti kelaparan, menurunkan pendapatan petani yang terkena dampak, dan mengurangi kemampuan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan makanan dan input pertanian. Dampak banjir terhadap peternakan yaitu menurunnya populasi jumlah ternak karena hewan ternak beserta kandangnya hanyut terbawa arus banjir yang mengakibatkan pendapatan petani berkurang dan mengalami kerugia cukup besar. Dampak banjir terhadap perikanan menimbulkan kerugian bagi petani karena ikan terbawa hanyut arus banjir. 2.3
Konsep Penilaian Kerugian Ekonomi
Konsep penilaian kerugian akibat kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan yaitu pemberian nilai moneter secara kuantitatif terhadap kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan. Sebelum melakukan penilaian, peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi kerusakan yang terjadi agar metode yang digunakan sesuai dengan hasil identifikasi. Bencana alam dapat menimbulkan berbagai perubahan, baik terhadap manusia dan lingkungan. Perubahan yang ditimbulkan tersebut dihitung secara ekonomi kemudian dinamakan kerugian ekonomi. Kerugian ekonomi ini mengacu pada kerugian finansial dan kerugian fisik atau properti. Metode yang dapat diterapkan untuk perhitungan nilai ekonomi total kerusakan lingkungan dan kerugian ekonomi ini disesuaikan dengan fungsi dan manfaat lingkungan yang terganggu.
10
Kementerian Lingkungan Hidup (2007) menjelaskan penetapan nilai ekonomi total maupun nilai ekonomi dari kerusakan lingkungan digunakan pendekatan harga pasar dan pendekatan non pasar. Pendekatan harga pasar dapat dilakukan melalui harga pasar yang sebenarnya atau pendekatan produktivitas, pendekatan modal manusia (human capital) atau pendekatan nilai yang hilang (foregone earning), dan pendekatan biaya kesempatan (opportunity cost). Sedangkan pendekatan harga non pasar dapat digunakan melalui pendekatan preferensi masyarakat (non-market method). Beberapa pendekatan non-pasar yang dapat digunakan antara lain adalah metode nilai hedonis (hedonic pricing), metode biaya perjalanan (travel cost), metode kesediaan membayar atau kesediaan menerima ganti rugi (contingent valuation), dan metode benefit transfer. Suriya et al. (2012) menjelaskan kerusakan akibat banjir terbagi menjadi dua yaitu tangible dan intangible. Kerusakan tangible dapat dibagi ke dalam kerusakan langsung (direct damages) dan kerusakan secara tidak langsung (indirect damages). Kerusakan langsung diakibatkan oleh kontak langsung air banjir dengan properti yang mengalami kerusakan dan tingkat kerusakan diasumsikan menjadi biaya restorasi atau perbaikan dari properti yang rusak tersebut, pada kondisi sebelum banjir atau kerusakan yang dihitung dengan harga pasar apabila biaya restorasi atau perbaikan tidak dapat dilaksanakan. Kerusakan tidak langsung adalah kerugian yang disebabkan oleh hubungan gangguan fisik dan ekonomi yang termasuk kehilangan produksi, kehilangan pendapatan, kehilangan bisnis dan penundaan transportasi. Kerusakan intangible termasuk ketakutan, kegelisahan, gangguan kesehatan, dan kehilangan nyawa. 2.4
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang membahas mengenai penilaian kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan dijadikan referensi dalam penelitian ini. Penelitian yang dijadikan referensi adalah penelitian yang dilakukan oleh Kumar et al. (2009) mengenai penilaian dampak sosial ekonomi terhadap mata pencaharian akibat Tsunami di sektor pertanian, peternakan, dan budi daya perikanan. Penelitian ini dilakukan di Pulau Andaman, India. Benua India sangat
11
rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, tanah longsor, dan kebakaran hutan. Banjir besar dan gempa bumi dengan 9.2 skala richter terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 di Pulau Andaman yang mengakibatkan tenggelamnya lahan pertanian, peternakan, dan perikanan. Survei dilakukan pada 150 responden saat sebelum terjadi Tsunami dan setelah bencana Tsunami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banjir besar pada lahan pertanian menghilangkan sumber mata pencaharian petani dan sumber kelangsungan hidup petani. Kontribusi sumber pendapatan dari sektor pertanian mengalami penurunan yang sangat signifikan yaitu 40.30 persen menjadi 7.13 persen sedangkan sumber pendapatan dari sektor peternakan dan sektor perikanan sedikit meningkat dari 6.51 sampai 6.61 persen dan 2.21 sampai 4.19 persen. Hal tersebut terjadi karena departemen pembangunan telah memberikan bantuan berupa anak-anak kambing, unggas, dan bibit ikan pasca-Tsunami. Dampak Tsunami pada lahan pertanian yaitu menurunnya pendapatan petani, menggeser sumber mata pencaharian dari pertanian ke non-pertanian karena Tsunami telah menghilangkan lahan pertanian mereka, mengubah pola tanam secara drastis karena tanaman padi yang sebagian besar terendam oleh banjir digantikan oleh tanaman baru, dan hilangnya nilai tanah serta tanaman yang mengakibatkan petani merugi. Dampak Tsunami terhadap peternakan yaitu menurunnya populasi jumlah ternak, seperti sapi, kambing, unggas, dan lain-lain. Hal ini terjadi karena ternak dan kandang ternak hanyut oleh arus Tsunami yang menyebabkan pendapatan petani berkurang dan mengalami kerugian yang cukup besar. Dampak Tsunami terhadap budi daya perikanan yaitu petani mengalami kerugian karena beberapa kolam hanyut dan terkena gempa. Implikasi kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah India yaitu melakukan tindakan rehabilitasi yang dapat meningkatkan mata pencaharian di desa yang terkena Tsunami dan menciptakan kesempatan kerja pada sektor pertanian dan non-pertanian. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) (2005) juga melakukan penelitian mengenai penilaian kerusakan dan kerugian akibat bencana alam Tsunami di Aceh dengan menggunakan metode ECLAC (Economic Commission for Latin America and Carebian). Total kerusakan dan kerugian akibat bencana Tsunami di Aceh diperkirakan mencapai Rp 41.4 triliun.
12
Kerusakan dan kerugian pada sektor sosial khususnya perumahan, pendidikan, kesehatan, sarana ibadah dan lembaga sosial merupakan kerusakan yang terparah sebesar Rp 1.74 miliar. Sektor lain yaitu infrastruktur, produktif, dan lintas sektoral. Kerusakan dan kerugian di sektor infrastruktur seperti transportasi, komunikasi, energi, sanitasi dan air, pengontrol banjir, irigasi, dan pelindung laut sebesar Rp 876.8 juta. Sektor produktif yaitu pertanian dan peternakan, perikanan, dan perusahaan swasta sebesar Rp 1.18 miliar, sedangkan lintas sektoral yaitu lingkungan, pemerintahan dan administrasi, serta bank dan badan keuangan sebesar Rp 652 juta. Laksono (2010) melakukan penelitian mengenai estimasi nilai kerusakan dan kerugian bencana Situ Gintung dengan menggunakan metode analisis deskriptif, Habitat Equivalency Analysis, loss of earnings, pendekatan produktivitas dan pendekatan biaya pemulihan dengan software Habitat Equivalency Analysis 2.5 dan Microsoft Office Excel. Penelitian ini mengestimasi nilai kerusakan dan kerugian terhadap sumberdaya buatan seperti sektor perumahan, sektor infrastruktur, sektor ekonomi, dan sektor sosial yang terdiri dari beberapa subsektor. Nilai kerusakan dan kerugian dari sektor perumahan sebesar Rp 12 554 003 833, sektor infrastruktur Rp 315 771 870, sektor ekonomi Rp 10 330 361 675, dan sektor sosial sebesar Rp 10 151 250 000. Total nilai kerusakan dan kerugian yang diestimasi dari sumberdaya alam dan sumberdaya buatan sebesar Rp 149 681 265 728.48. Penelitian lain dilakukan oleh Brown et al. (no date) mengenai dampak cuaca ekstrim terhadap sektor pertanian. Penelitian ini dilakukan di Amerika Serikat. Perubahan iklim dalam dekade terakhir menyebabkan kondisi cuaca menjadi ekstrim yang mengakibatkan terjadinya tornado, kekeringan, angin topan, banjir, dan angin musim. Peristiwa ini memiliki efek merugikan pada sektor pertanian yang dapat mempengaruhi produksi pertanian dan sektor peternakan yang dapat mempengaruhi jumlah hewan. Penelitian ini menunjukkan bahwa banjir menyebabkan kegagalan panen, mengurangi pendapatan petani, mengubah pengeluaran petani dalam satu musim, serta kerusakan pada tanaman padi yaitu penipisan oksigen, penyakit, dan hilangnya nitrogen pada tanaman. Banjir juga
13
menyebabkan hewan ternak mati, kandang hancur, dan membawa penyakit serta hama yang menyebar dengan cepat. Penelitian
yang
mengkaji
penilaian
kerugian
terhadap
kerusakan
sumberdaya alam dan lingkungan akibat dampak banjir cukup banyak dilakukan. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu lokasi dan bahasan penelitian. Lokasi penelitian ini berkonsentrasi pada sektor pertanian khususnya pertanian padi di kawasan Kabupaten Tangerang yang terendam banjir sehingga kemungkinan kerugian yang dirasakan petani cukup besar. Pertanian padi ini berada di Kecamatan Kresek. Selain itu, penelitian ini membahas faktorfaktor yang mempengaruhi besar kerugian akibat banjir pada pertanian padi. Terdapat beberapa kesamaan dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu metode yang digunakan untuk menghitung perubahan produktivitas dan biaya perbaikan dengan menggunakan pendekatan change of productivity.
14
15
III.
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Penelitian ini terdiri atas empat tujuan. Tujuan pertama dari penelitian ini adalah mengidentifikasi persepsi petani mengenai kondisi lingkungan pertanian padi sawah di sekitar Kecamatan Kresek akibat banjir. Tahap untuk mengidentifikasi
persepsi
petani
terhadap
kondisi
lingkungan
adalah
mendeskripsikan karakteristik petani. Karakteristik petani sangat berpengaruh terhadap kepedulian petani terhadap lingkungannya. Pendekatan ini dilakukan menggunakan analisis deskriptif dan wawancara langsung kepada responden. Tujuan kedua adalah mengestimasi nilai kerugian ekonomi setelah banjir pada pertanian padi sawah di Kecamatan Kresek dengan menggunakan pendekatan perbaikan, pendekatan perubahan produktivitas, dan pendekatan kehilangan pendapatan. Tujuan ketiga adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir pada pertanian padi sawah. Hasil ini menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir. Hasil ini didapat dari hasil regresi liniear berganda. Tujuan keempat adalah menganalisis stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek. Pendekatan analisis deskriptif digunakan dalam menganalisis tujuan ini. 3.1.1 Analisis Deskriptif Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menjadikan data deskripsi berupa suatu status, keadaan, sikap, hubungan, atau suatu sistem pemikiran suatu masalah sebagai objek penelitian. Objek penelitian biasanya individu manusia atau suatu masyarakat untuk mendapatkan deskripsi, gambaran atau suatu lukisan secara sistematis, faktual, detail dan akurat serta sifat-sifat atau perilaku hubungan antara berbagai fenomena. Metode deskriptif ini dituntut untuk mengumpulkan dan
menginterpretasikan
secara
objektif
walaupun
sangat
sulit
untuk
menghilangkan subjektif. Metode ini biasanya difokuskan pada masalah aktual yang ada pada waktu penelitian. Data yang dikumpulkan, disusun, dianalisis, dan diinterpretasi sangat tergantung pada teknik penelitian yang digunakan, karena teknik pengumpulan dan analisis data yang disajikan harus jelas dan detail.
16
Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif juga dituntut memiliki nilai kuantitatif walaupun teknik pengumpulan data dapat diperoleh melalui wawancara, observasi, angket, uji atau testing (Suratmo 2002). 3.1.2 Pendekatan Produktivitas (Productivity Approach) Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2007), penilaian nilai ekonomi kerusakan lingkungan dengan menggunakan pendekatan produktivitas bertujuan untuk memberikan harga sumberdaya alam dan lingkungan yang menggunakan harga pasar sesungguhnya. Tahapan pelaksanaannya adalah: 1. Menyiapkan data dan informasi mengenai kuantitas sumberdaya (SDA). 2. Melakukan survei sederhana untuk membantu mendapatkan informasi yang diperlukan mengenai kuantitas dan harga SDA yang belum tersedia. 3. Mengalikan jumlah kuantitas SDA dengan harga pasarnya. Selanjutnya KLH (2007) menjelaskan terdapat beberapa metode yang biasa digunakan dalam pendekatan produktivitas ini, yaitu perubahan produktivitas, biaya pengganti, dan biaya pencegahan. a) Perubahan Produktivitas (Change of Productivity) Metode perubahan produktivitas ini menggunakan nilai pasar yang ada dari suatu SDA dengan mengetahui harga pasar dan kuantitas SDA kemudian dapat diketahui nilai dari SDA tersebut. Kuantitas SDA dipandang sebagai faktor
produksi.
Perubahan
dalam
kualitas
lingkungan
mengubah
produktivitas dan biaya produksi yang kemudian mengubah harga dan tingkat hasil yang dapat diamati dan diukur. Tahapan pelaksanaannya, yaitu: 1. Menggunakan pendekatan langsung dan menuju sasaran. 2. Menentukan perubahan kuantitas SDA yang dihasilkan untuk jangka waktu tertentu. 3. Memastikan bahwa perubahan merupakan hal yang berkaitan dengan perubahan lingkunga yang terjadi. 4. Mengalikan perubahan kuantitas dengan harga pasar. b) Biaya Pengganti (Replacement Cost) Metode ini mengidentifikasi biaya pengeluaran untuk perbaikan lingkungan hingga mencapau keadaan semula. Tahapan pelaksanaannya adalah:
17
1. Mengidentifikasi fungsi SDA yang hilang karena perubahan kualitas lingkungan. 2. Menentukan pengganti fungsi SDA yang hilang atau terganggu. 3. Menyiapkan data fisik termasuk harga pasar untuk masing-masing komponen yang dibutuhkan sehubungan dengan fungsi pengganti. 4. Menghitung jumlah nilai moneter untuk menciptakan semua fungsi dan manfaat yang diganti. c) Biaya Pencegahan (Prevention Cost Expenditure) Metode ini dapat dipakai apabila nilai jasa lingkungan tidak dapat diduga nilainya, baik pengeluaran aktual maupun potensi pengeluaran. Nilai lingkungan dihitung berdasarkan hal-hal yang disiapkan masyarakat untuk melakukan
upaya
pencegahan
kerusakan
lingkungan.
Tahapan
pelaksanaannya adalah: 1. Menentukan cara untuk melakukan pencegahan (meminimkan dampak), baik cara preventif secara fisik maupun perilaku menghindari risiko. 2. Mengidentifikasi data dan harga pasar untuk setiap komponen data yang dibutuhkan. 3. Menjumlahkan semua nilai pengeluaran untuk melaksanakan upaya pencegahan tersebut. 3.1.3 Metode Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda mempertimbangkan kemungkinan adanya lebih dari satu variabel penjelas yang mempengaruhi variabel tak bebas (Gujarati 2007). Fungsi linear berganda adalah: Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + ... + βn Xn + ε Keterangan: Y
= variabel tak bebas/dependent
β0
= konstanta
β1,...,βn = koefisien regresi X1,...,Xn = variabel bebas/independent ε
= error
.......................................................(1)
18
Metode analisis regresi paling sering digunakan adalah metode kuadrat terkecil (LS) atau yang lebih dikenal dengan sebutan metode kuadrat terkecil biasa (ordinary least squares/OLS). Metode kuadrat terkecil biasa (OLS) digunakan umtuk menaksir parameter-parameter dalam regresi linear berganda yang ciri utamanya adalah bersifat tak bias linear yang terbaik (best linear unbiased estimator, BLUE). 3.1.4 Analisis Stakeholder Analisis stakeholder diperlukan ketika akan memutuskan siapa saja stakeholder yang harus diikutsertakan dalam pertimbangan pengambilan keputusan berdasarkan analisis pengaruh dan kepentingan dari masing-masing stakeholder. Kebijakan yang berlaku dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek tidak terlepas dari peran seluruh stakeholder. Masing-masing stakeholder memiliki tugas dan fungsi tersendiri yaitu dalam pelaksanaannya berada dalam sistem kerja yang terintegritas. Grimbel dan Chan (1995) menjelaskan analisis stakeholder sebagai suatu pendekatan dan prosedur untuk mencapai pemahaman suatu sistem dengan cara mengidentifikasi aktor-aktor kunci atau stakeholder kunci di dalam sistem serta menilai kepentingan masing-masing di dalam sistem tersebut. Stakeholder yang dimaksud adalah semua stakeholder mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh kebijakan, keputusan dan tindakan sistem tersebut. Hal ini dapat bersifat individual, masyarakat, kelompok sosial atau institusi. Stakeholder meliputi pembuat kebijakan, perancang, dan administrator dalam pemerintah serta kelompok pengguna objek dalam sistem. 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional
Bencana banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Banjir menggenangi hampir di seluruh kawasan di Indonesia termasuk di Kabupaten Tangerang. Salah satu wilayah di Kabupaten Tangerang yang terendam banjir yaitu Kecamatan Kresek. Enam dari sembilan desa yang ada di Kecamatan Kresek mengalami kerusakan dan kerugian yaitu Desa Koper, Pasir Ampo, Patrasana, Renged, Talok, dan Kresek. Penyebabnya
19
adalah tingginya intensitas curah hujan, buruknya sistem drainase, dan kurangnya daerah resapan air di wilayah tersebut sehingga mengakibatkan air Sungai Cidurian meluap dan tanggul Sungai Cidurian rusak. Bencana banjir ini menimbulkan berbagai dampak dimana salah satu sektor yang terkena dampak cukup parah adalah pertanian padi sawah. Penelitian ini mengkaji dampak banjir luapan sungai terhadap lahan pertanian
yang mengakibatkan turunnya
produktivitas kemudian menimbulkan kerugian ekonomi cukup besar bagi petani serta siapa saja stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir. Penelitian ini memiliki empat tujuan yakni mengidentifikasi kondisi lingkungan pertanian berdasarkan persepsi petani, mengestimasi nilai kerugian ekonomi yang dialami petani, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir, dan menganalisis stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir. Kajian mengenai kondisi lingkungan pertanian padi sawah berdasarkan persepsi petani dianalisis secara deskriptif untuk menjelaskan kondisi pertanian setelah bencana. Kajian mengenai estimasi nilai kerugian ekonomi dianalisis melalui pendekatan pendekatan biaya perbaikan, pendekatan perubahan produktivitas (change of productivity) pada lahan pertanian, dan pendapatan yang hilang. Kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besar kerugian banjir dianalisis dengan menggunakan metode regresi linear berganda. Selanjutnya, kajian mengenai stakeholder dianalisis secara deskriptif untuk menjelaskan pihak atau aktor yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai besarnya kerugian ekonomi petani akibat banjir. Alur penelitian yang lebih jelas dapat dilihat pada diagram alur kerangka berpikir dalam Gambar 1.
20
Banjir di sektor pertanian Kecamatan Kresek akibat luapan air sungai
Dampak banjir luapan sungai terhadap pertanian padi sawah di Kecamatan Kresek
Kerugian ekonomi akibat banjir luapan sungai pada pertanian padi sawah
Mengidentifikasi kondisi lingkungan pertanian berdasarkan persepsi petani
Mengestimasi nilai kerugian ekonomi pada pertanian padi sawah
Analisis Deskriptif
Pendekatan produktivitas (productivity)
Pendekatan biaya perbaikan
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kerugian banjir
Menganalisis stakeholder yang berperan dalam mengatasi banjir
Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis Deskriptif
Pendekatan pendapatan petani yang hilang
Penilaian Kerugian Ekonomi Petani Padi Sawah Akibat Bencana Banjir Keterangan:
Batasan Penelitian
Aliran
Gambar 1 Diagram alur kerangka berpikir
21
IV.
METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Wilayah penelitian meliputi enam desa yang terkena banjir, yaitu Desa Koper, Desa Pasir Ampo, Desa Patrasana, Desa Renged, Desa Talok, dan Desa Kresek. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive) karena pada awal bulan Januari tahun 2013 wilayah ini digenangi banjir akibat luapan air Sungai Cidurian yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang cukup besar di sektor pertanian padi sawah. Pengambilan data primer dilaksanakan dari bulan Mei hingga Agustus 2013. 4.2
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara menggunakan kuesioner kepada petani yang mengelola lahan milik sendiri, lahan garapan, dan mengelola keduanya serta mengalami kerugian akibat bencana banjir. Data primer adalah data cross section yang meliputi karakteristik petani, karakteristik lahan pertanian, persepsi petani terhadap kondisi lingkungan, biaya perbaikan, dan perubahan produktivitas pada lahan pertanian. Data sekunder yang diperoleh meliputi data keadaan umum kecamatan, keadaan umum keenam desa, dan data terkait dengan bencana yang terjadi. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur-literatur yang relevan berupa buku referensi, jurnal ilmiah, internet, hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh instansi, lembaga, atau perorangan yang berkaitan dengan penelitian ini serta instansi
yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Tangerang, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang, Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kaliasin, Kecamatan Kresek, Desa Koper, Desa Pasir Ampo, Desa Patrasana, Desa Renged, Desa Talok, dan Desa Kresek, Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Mitra Cai, dan ketua kelompok tani.
22
4.3
Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non-probability sampling yaitu purposive sampling. Teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria dari responden,
yaitu
responden
petani
pemilik
dan/atau
penggarap
yang
mengusahakan pertanian padi secara langsung dan mengalami dampak banjir serta menderita kerugian produksi padi. Sampel yang diambil sebanyak 84 responden yang sudah mencakup perwakilan semua kelompok tani yang lahannya terkena dampak banjir. Jumlah tersebut diharapkan sudah dapat mewakili populasi petani secara keseluruhan di satu kecamatan. Gujarati (2007) menjelaskan rata-rata sampel dari besaran sampel yang terdiri dari sekurang-kurangnya 30 observasi akan mendekati normal apapun distribusi probabilitas yang mendasarinya. 4.4
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan dalam mengidentifikasi persepsi petani petani mengenai kondisi lingkungan pertanian akibat banjir serta menganalisis stakeholder yang berperan dalam mengatasi banjir. Analisis kuantitatif digunakan dalam mengestimasi kerugian ekonomi pada pertanian padi sawah melalui analisis pendekatan perubahan produktivitas, biaya perbaikan, dan kehilangan pendapatan serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16. Matriks metode analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
4.
3.
2.
No. 1. terhadap kondisi lingkungan pertanian padi sawah
pertanian padi sawah di sekitar
Kecamatan Kresek akibat banjir
banjir
dalam mengatasi permasalahan
Kecamatan Kresek.
Peran dan fungsi kelompok pemerintah dan non-pemerintah
stakeholder
berperan dalam mengatasi banjir di
Menganalisis
yang
dan total kerugian responden
akibat banjir terhadap pertanian padi
sawah di Kecamatan Kresek.
dari responden setelah banjir
Petani
produk pertanian.
mempengaruhi besarnya kerugian
dan Pengairan, Kecamatan Kresek,
setelah terjadi bencana, harga
Karakteristik yang diperoleh
Tangerang , BPS, Dinas Bina Marga
produktivitas sebelum dan
Menganalisis faktor-faktor yang
Dinas Pertanian Kabupaten
perbaikan responden,
banjir di Kecamatan Kresek.
(kuesioner) dan data sekunder
Data primer
(kuesioner)
Data primer
(kuesioner) dan sekunder
pencegahan responden, biaya
pada pertanian padi sawah akibat
Data primer
Luas lahan sawah, biaya
Kresek.
Petani, Kelurahan Desa, Kecamatan
(kuesioner) dan sekunder
Data primer
Sumber Data
Mengestimasi nilai kerugian ekonomi
berdasarkan persepsi responden.
Variabel yang Digunakan Indikator persepsi responden
Tujuan Penelitian Mengidentifikasi kondisi lingkungan
Tabel 3 Matriks metode analisis data
Analisis Deskriptif
Regresi Linear Berganda
pendapatan
perbaikan, pendekatan kehilangan
Productivity), pendekatan biaya
perubahan produktivitas (Change of
Pendekatan harga pasar yaitu pendekatan
Metode Analisis Data Analisis Deskriptif
23
23
24
4.4.1 Identifikasi Persepsi Petani terhadap Kondisi Lingkungan Pertanian Padi Sawah Analisis data yang digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan pertanian di Kecamatan Kresek dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Nazir (2011) menjelaskan analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Data dan informasi yang diperlukan meliputi indikator persepsi terhadap kondisi lingkungan pertanian padi sawah. Hasil yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama dan dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. Persentase terbesar dari setiap hasil merupakan faktor dominan dari masing-masing variabel yang dianalisis. Tabel 4 menyajikan informasi mengenai pengukuran persepsi petani terhadap kondisi lingkungan pertanian setelah banjir. Tabel 4 Indikator persepsi petani terhadap kondisi lingkungan pertanian padi sawah setelah banjir No 1
2
Persepsi Kondisi lingkungan
Kebersihan lingkungan
Indikator Dibedakan menjadi empat kelas, yaitu: Sangat buruk Seluruh tanaman padi rusak dan busuk, sawah dipenuhi sampah plastik, pematang sawah hancur Buruk Sebagian besar tanaman padi rusak dan busuk, tidak banyak sampah plastik di sawah, pematang sawah hancur Baik Tanaman padi utuh walaupun terendam banjir namun merebah Sangat baik Tanaman padi utuh walaupun terndam banjir, masih pada posisi tegak, sawah bersih dari sampah Dibedakan menjadi empat kelas, yaitu: Sangat buruk Tempat tinggal ikut terendam banjir dan terbawa oleh arus bersama barang rumah tangga, meninggalkan sampah dan lumpur sehingga mengeluarkan bau tidak sedap Buruk Tempat tinggal ikut terendam banjir, sedikit meninggalkan sampah dan lumpur namun tidak mengeluarkan bau tidak sedap Baik Tempat tinggal tidak terendam banjir, lingkungan tidak kotor Sangat baik Tempat tinggal tidak terendam banjir, lingkungan bersih dan asri
25
No 3
Persepsi Gangguan kenyamanan
Sangat mengganggu Mengganggu
Tidak mengganggu Sangat tidak mengganggu
Indikator Mengganggu kegiatan sehari-hari (kegiatan bertani dan kegiatan lainnya terhenti) dan terisolir Mengganggu kegiatan sehari-hari khususnya kegiatan bertani terhenti namun kegiatan lainnya bisa berjalan Kegiatan sehari-hari berjalan seperti biasa Tidak mengganggu kegiatan sehari-hari dan tidak merasakan dampak tidak langsung dari banjir
Sumber: data primer diolah 2013
4.4.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi pada Pertanian Padi Sawah Akibat Banjir Estimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir luapan sungai terhadap pertanian padi sawah merupakan kerugian tangible yang terdiri dari direct dan indirect yang menggunakan beberapa metode. Kerugian langsung (direct) meliputi kerusakan pada lahan pertanian yang diestimasi melalui pendekatan biaya perbaikan. Selanjutnya kerugian tidak langsung (indirect) meliputi penurunan produktivitas dan kehilangan pendapatan petani yang menggunakan pendekatan perubahan produktivitas. 4.4.2.1 Kerugian tangible secara langsung (direct) Kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan fisik pada lahan pertanian diestimasi dari pengeluaran biaya petani untuk memperbaiki kualitas lahan pertanian yang mengalami kerusakan akibat genangan air banjir selama satu periode. Biaya perbaikan ini nantinya dimasukkan ke dalam biaya produksi setelah banjir untuk menghitung pendapatan petani yang hilang. Metode yang digunakan dalam mengestimasi kerugian ini adalah pendekatan harga pasar yang berlaku dengan menggunakan rumus di bawah ini: ...........................................................................................(2) Keterangan: = Rata-rata biaya perbaikan (Rupiah/Kepala Keluarga) = Biaya perbaikan responden i (Rupiah) n
= Jumlah responden (Kepala Keluarga)
i
= Responden ke-i (1,2,3,...,n)
26
Selain itu, kerugian juga dilihat dari pengeluaran biaya Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang untuk memperbaiki tanggul rusak akibat terkena banjir yang bertujuan untuk mencegah kerugian yang lebih besar lagi akibat banjir di masa yang akan datang. Biaya perbaikan tanggul diestimasi melalui biaya yang dikeluarkan dinas untuk membuat tanggul. 4.4.2.2 Kerugian tangible secara tidak langsung (indirect) Perubahan hasil produksi pada lahan pertanian akibat dari kerusakan sumberdaya alam yang ditimbulkan oleh genangan banjir menyebabkan terjadinya penurunan pada hasil produksi padi yang dapat diestimasi menggunakan pendekatan perubahan produktivitas (change of productivity). Nilai perubahan hasil produksi tersebut diestimasi dengan menggunakan harga pasar untuk barang dan jasa yang memiliki pasar atau mengestimasi nilai non-pasar untuk barang dan jasa yang tidak memiliki nilai pasar. Bencana banjir akibat rusaknya tanggul Sungai Cidurian telah berdampak pada perubahan produktivitas lahan pertanian di enam desa Kecamatan Kresek. Nilai kerugian dari perubahan produktivitas dapat dihitung dengan rumus: KHP= ΔP x L x H
...........................................................................................(3)
ΔP
...........................................................................................(4)
= P1 – Pt+1
Keterangan: KHP = Nilai kerugian turunnya hasil panen padi (Rp) ΔP
= Perubahan jumlah hasil panen padi (kw/ha)
P1
= Jumlah hasil panen padi sebelum terjadi bencana (kw/ha)
Pt+1
= Jumlah hasil panen padi setelah terjadi bencana (kw/ha)
L
= Luas sawah padi yang terkena banjir (ha)
H
= Harga produk padi (Rp/kw)
4.4.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besar Kerugian Banjir Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai kerugian banjir pada pertanian padi sawah di Kecamatan Kresek dilakukan menggunakan metode regresi linear berganda pada aplikasi SPSS 16. Model yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor tersebut adalah model double log. Metode regresi linear berganda mempunyai asumsi bahwa variabel dependent Y merupakan
27
fungsi linear dari beberapa variabel independent X1, X2, ..., Xn, dan komponen sisaan ε (error). Metode ini juga bisa dijelaskan bahwa metode yang menjelaskan hubungan linear antara satu variabel dependent dengan dua atau lebih variabel independent (Juanda 2009). Nilai kerugian dalam penelitian ini merupakan penjumlahan dari kehilangan pendapatan akibat perubahan produktivitas dan biaya perbaikan pada lahan pertanian. Nilai kerugian tersebut merupakan fungsi dari beberapa variabel independent, yaitu: jarak sungai ke lahan (jss), luas lahan yang terkena banjir (luban), ketinggian banjir (tiban), lamanya banjir (lamban), umur padi (umpad). 4.4.3.1 Model Kerugian Ekonomi Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap besarnya nilai kerugian adalah jarak sungai terhadap sawah, luas sawah yang terkena banjir, ketinggian banjir, lamanya banjir, dan umur padi. Fungsi persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut: Ln RUGI = β0 + β1 Ln JSSᵢ + β2 Ln LUBANᵢ + β3 Ln TIBANᵢ + β4 Ln LAMBANᵢ + β5 Ln UMPADᵢ + εᵢ
...................................................................(5)
Estimasi parameter yang diharapkan adalah β0, β2, β3, β4, β5 > 0 dan β1 < 0 Keterangan: Ln RUGI
= nilai kerugian (Rp/responden)
β0
= intersep
β1,...,β5
= koefisien regresi
Ln JSS
= jarak sungai ke lahan (m)
Ln LUBAN
= luas lahan yang terkena banjir (m²)
Ln TIBAN
= ketinggian banjir (m)
Ln LAMBAN = lamanya banjir (hari) Ln UMPAD
= umur padi (hari)
εᵢ
= error Variasi model ini dipilih dengan mengubah peubah bebas menjadi Ln
membuat jarak antar data menjadi tidak terlalu lebar sehingga dapat terhindar dari heteroskedastisitas dan ketidakstasioneran. Hasil regresi berupa presentase yang telah mencerminkan elastisitas variabel X terhadap variabel Y (Juanda 2009).
28
4.4.3.2 Hipotesis Hipotesis penelitian ini diduga β1 < 0 yaitu jarak lahan sawah berpengaruh negatif terhadap nilai kerugian banjir karena semakin jauh jarak sungai terhadap sawah akan menurunkan besar nilai kerugian yang dialami oleh petani sedangkan β2, β3, β4, β5 > 0 karena luas sawah yang terkena banjir, ketinggian banjir, lamanya banjir, dan umur padi diduga berpengaruh positif terhadap nilai kerugian banjir. Semakin luas lahan sawah yang terkena banjir, semakin tinggi banjir yang terjadi, semakin lama hari banjir, dan semakin bertambah umur padi diduga akan menimbulkan kerugian yang semakin besar. 4.4.3.3 Evaluasi Model Evaluasi model dalam penelitian ini menggunakan kriterian uji statistik dan uji ekonometrika. Kriteria uji statistik dilakukan dengan melihat nilai R2-Adjusted untuk mengukur keragaman variabel dependent, nilai F-hitung untuk menguji model secara keseluruhan (uji-F), dan nilai t-hitung untuk menguji masing-masing koefisien regresi (uji-t). Kriteria uji ekonometrika dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pelanggaran asumsi pada model. 1. Kriteria Uji Statistik R2-Adj dapat mengukur proporsi keragaman Y yang dijelaskan oleh model regresi berganda. R2-Adj mempunyai karakteristik yang diinginkan sebagai ukuran kesesuaian model (goodness of fit) (Juanda 2009). Uji-F dilakukan untuk menguji model secara keseluruhan yang dapat mengetahui variabel bebas secara keseluruhan memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis statistiknya adalah: H0 : βi = 0 atau variabel bebas Xi secara keseluruhan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y H1 : βi ≠ 0 atau variabel bebas Xi secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap variabel Y Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara nilai F-hitung yang didapatkan dari hasil regresi dengan nilai kritis F-tabel. Jika nilai F-hitung < F-tabel maka terima H0/tolak H1, artinya variabel bebas Xi secara keseluruhan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y. Jika F-hitung >
29
F-tabel maka tolak H0/terima H1, artinya secara keseluruhan variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y. Pengujian statistik dapat digunakan dengan membandingkan Pvalue dengan α, yaitu tolak H0 jika Pvalue< α dan terima H0 jika Pvalue > α. Uji-t dilakukan untuk menguji masing-masing koefisien regresi yang dapat mengetahui masing-masing variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis statistiknya adalah: H0 : βi = 0 atau variabel bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y H1 : βi ≠ 0 atau variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara nilai t-hitung yang didapatkan dari hasil regresi dengan nilai kritis t-tabel. Jika nilai t-hitung < t-tabel maka terima H0/tolak H1, artinya variabel bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y. Jika t-hitung > t-tabel maka tolak H0/terima H1, artinya variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y. Selain itu, dapat digunakan dengan membandingkan Pvalue dengan α, yaitu tolak H0 jika Pvalue < α dan terima H0 jika Pvalue > α. 2. Kriteria Uji Ekonometrika Uji ekonometrika dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pelanggaran asumsi pada model. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi data residual menyebar normal atau tidak. Uji normalitas dapat menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan melihat nilai asymp. sig (2-tailed) yaitu tolak H0 jika Pvalue < α dan terima H0 jika Pvalue > α. Hipotesis uji normalitas adalah sebagai berikut: H0 : data residual berdistribusi normal H1 : data residual tidak berdistribusi normal b. Uji Multikolinearitas Salah satu asumsi dari model regresi linear berganda adalah tidak ada hubungan linear sempurna antarpeubah bebas dalam model tersebut. Jika
30
hubungan tersebut ada, peubah-peubah bebas dikatakan berkolinearitas ganda atau multikolinearitas. Cara mendeteksinya adalah dengan melihat Varian Inflation Factor (VIF). Jika VIF < 10 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas (Juanda 2009). c. Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi dari model regresi linear berganda adalah ragam sisaan sama atau homogen. Asumsi ini disebut homoskedastisitas. Pelanggaran atas
asumsi
homoskedastisitas
adalah
heteroskedastisitas.
Cara
mendeteksinya adalah dengan menggunakan uji Gold Feld-Quant, uji Breush Pagan, uji White, uji Park, dan uji Gleiser (Juanda 2009). d. Uji Autokorelasi Autokorelasi terjadi apabila adanya korelasi yang tinggi antara nilai errornya. Cara mendeteksi autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW). Nilai statistik DW berada diantara 1.55 dan 2.46 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi (Firdaus 2004). 4.4.4 Analisis Stakeholder dalam Mengatasi Permasalahan Banjir di Kecamatan Kresek Analisis stakeholder dalam mengatasi permasalahan banjir dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Analisis stakeholder dilakukan dengan mengidentifikasi peran dan fungsi masing-masing stakeholder baik kelompok pemerintah maupun kelompok non-pemerintah dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek. Matriks analisis stakeholder disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Analisis stakeholder dalam mengatasi permasalahan banjir Pemerintah
Nonpemerintah
Stakeholder 1. 2. 3. 1. 2. 3.
Peran
Fungsi
31
V. 5.1
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Kecamatan Kresek
Kecamatan Kresek secara administratif terletak di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Kecamatan Kresek berbatasan dengan Kabupaten Serang disebelah Barat, Kecamatan Gunung Kaler sebelah Utara, Kecamatan Sukamulya sebelah Timur, dan Kecamatan Jayanti di sebelah Selatan. Kecamatan Kresek sebagian besar wilayahnya merupakan areal persawahan dan pemukiman penduduk. Letak ketinggian laut sekitar tujuh meter dengan curah hujan rata-rata 15 milimeter. Jarak Kecamatan Kresek dari ibu kota kabupaten sekitar 25 kilometer yang dihubungkan dengan jalan negara, jalan provinsi, dan jalan kabupaten. Desa-desa yang termasuk wilayah Kecamatan Kresek dapat dilihat di Tabel 6. Tabel 6 Sembilan nama desa beserta luas wilayahnya yang berada di Kecamatan Kresek No Desa Luas Wilayah 1 Desa Kresek 381 hektar 2 Desa Renged 381 hektar 3 Desa Talok 248 hektar 4 Desa Kemuning 448 hektar 5 Desa Patrasana 234 hektar 6 Desa Rancailat 309 hektar 7 Desa Jengkol 357 hektar 8 Desa Pasir Ampo 245 hektar 9 Desa Koper 260 hektar Sumber: Kecamatan Kresek 2012
Secara demografis, Kecamatan Kresek terbagi menjadi sembilan desa dengan jumlah penduduk sebanyak 62.240 orang dengan perbandingan jumlah laki-laki sebanyak 30.804 jiwa dan perempuan sebanyak 31.436 jiwa serta jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 17.363 jiwa. Jumlah penduduk didominasi oleh kategori usia 15-60 tahun baik jenis kelamin laki-laki maupun perempuan, yaitu 21.378 jiwa dan 21.077 jiwa. Matapencaharian penduduk Kecamatan Kresek didominasi oleh penduduk yang bermatapencaharian sebagai buruh, pegawai swasta, dan petani yaitu sebanyak 8.189 jiwa, 7.357 jiwa, dan 5.212 jiwa (Kecamatan Kresek 2012).
32
Penelitian secara khusus difokuskan pada wilayah enam desa yaitu wilayah Desa Patrasana, Desa Renged, Desa Pasir Ampo, Desa Koper, Desa Kresek, dan Desa Talok. Wilayah-wilayah ini merupakan desa yang mengalami banjir dan letaknya dekat dengan Sungai Cidurian. Oleh karena itu, jika terjadi luapan air yang besar dari Sungai Cidurian, desa-desa tersebut terkena dampak banjir. Desa Patrasana, Desa Pasir Ampo, Desa Koper merupakan desa yang paling parah diantara tiga desa lainnya yaitu Desa Renged, Desa Kresek, dan Desa Talok. Tiga desa yang paling parah merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Sungai Cidurian, sedangkan tiga desa lainnya tidak terlalu parah. 5.2
Kondisi Lingkungan Daerah Penelitian
Kecamatan Kresek merupakan daerah yang hampir tiap tahun mengalami banjir khususnya pada musim hujan. Banjir di wilayah Kecamatan Kresek disebabkan tingginya intensitas hujan dan meningkatnya debit air Sungai Cidurian. Hal lain yang menyebabkan banjir di wilayah ini adalah rusaknya tanggul Sungai Cidurian sepanjang 12 meter yang dibangun oleh Dinas Sumberdaya Air Provinsi Banten pada tahun 2012. Lamanya banjir menggenangi wilayah ini antara 7 sampai 14 hari dengan ketinggian banjir rata-rata mencapai 0.5 meter sampai 5 meter tergantung intensitas air hujan dan lokasi sawah. Perubahan fungsi lahan di sekitar bantaran sungai menjadi perumahan menyebabkan pendangkalan sungai dan penyempitan aliran sungai sehingga tidak dapat menampung debit air yang mengalami peningkatan dari bagian hulu sungai. Banjir di Kecamatan Kresek juga menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi masyarakat yang tempat tinggalnya tergenang banjir dan harta benda ikut terbawa arus air. Kondisi lingkungan pertanian Kecamatan Kresek akibat banjir juga mengalami penurunan seperti banyaknya sampah pada lahan pertanian. Tidak hanya kerugian materi saja yang dialami oleh masyarakat, tetapi kerugian nonmateri pun mereka alami seperti gangguan psikologis, hilangnya kenyamanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan timbulnya penyakit akibat banjir. Gambar 2 adalah peta wilayah Kecamatan Kresek.
33
Sumber: Kecamatan Kresek 2013
Gambar 2 Peta wilayah Kecamatan Kresek 5.3
Karakteristik Responden Petani
Karakteristik sosial ekonomi responden di Kecamatan Kresek didapatkan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 84 orang responden yang diwakili oleh beberapa petani dari berbagai kelompok tani. Kelompok responden ini didapat dari enam desa Kecamatan Kresek yang terkena banjir. Karakteristik responden petani ini dilihat dari berbagai aspek yang meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan formal, jenis pekerjaan, dan jumlah tanggungan. 5.3.1 Jenis Kelamin Seluruh responden petani yang masuk dalam survei berjenis kelamin lakilaki karena pada umumnya kegiatan usaha tani di Kecamatan Kresek dilakukan oleh laki-laki yang berperan sebagai kepala keluarga yang bertindak sebagai manajer usaha tani dan pengambil keputusan mengenai tindakan yang akan dilakukan dalam usaha taniya. Persentase jumlah responden laki-laki sebesar 100 persen.
34
5.3.2 Usia Tingkat usia responden petani tergolong cukup bervariasi dengan sebaran usia 29 tahun sampai 65 tahun. Persentase tertinggi terdapat pada kelompok usia >50 tahun, yaitu sebesar 48 persen. Responden yang berusia lebih dari 50 tahun memiliki banyak pengalaman dalam melakukan usaha tani. Suratiyah (2006) menjelaskan umur seseorang dapat menentukan kinerja seseorang tersebut. Semakin tua tenaga kerja dan berat pekerjaan fisik maka semakin turun pula kinerjanya namun dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena semakin berpengalaman. Sebaran kelompok usia responden petani dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah responden petani berdasarkan kelompok usia No 1 2 3 4 Total
Kelompok Umur ≤ 30 31-40 41-50 > 50
Jumlah (orang) 1 12 31 40 84
Persen (%) 1.19 14.29 36.90 47.62 100.00
Sumber: data primer diolah 2013
5.3.3 Pendidikan Formal Tingkat pendidikan terakhir responden petani diklasifikasikan berdasarkan lama tahun menempuh pendidikan formal dimulai dari jenjang tidak sekolah sampai dengan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara pandang responden petani terhadap persepsi kejadian banjir dan cara menghadapi suatu permasalahan banjir. Sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan lulusan sekolah dasar atau sederajat sebesar 64 persen. Sebaran jumlah responden tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah responden petani berdasarkan pendidikan formal terakhir No 1 2 3 4 5 Total
Pendidikan Tidak Sekolah SD SLTP SLTA S1
Sumber: data primer diolah 2013
Jumlah (orang) 4 54 13 10 3 84
Persen (%) 4.76 64.29 15.48 11.90 3.57 100.00
35
5.3.4 Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan responden petani dibagi menjadi dua bagian, yaitu pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan. Pekerjaan utama responden petani sebagian besar adalah petani. Pekerjaan sampingan terdiri dari guru, wirausaha, dan pegawai swasta. Mayoritas responden petani memiliki pekerjaan utama petani dan tidak memiliki pekerjaan sampingan sebesar 82 persen. Hal ini dikarenakan sebagian besar curahan waktu responden petani digunakan untuk mengelola lahan sawah. Sebaran jenis pekerjaan responden petani dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah responden petani berdasarkan jenis pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan No Pekerjaan Utama - Pekerjaan Sampingan Jumlah (orang) Persen (%) 1 Petani - Tidak ada 69 82.14 2 Petani - Wirausaha 5 5.95 3 Petani - Lainnya 3 3.57 4 Wirausaha - Petani 3 3.57 5 Lainnya - Petani 3 3.57 6 Pegawai swasta - Petani 1 1.19 Total 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
5.3.5 Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan yang dimaksud mecakup keluarga inti (anak dan istri) serta tambahan tanggungan bukan keluarga inti yang tinggal satu rumah maupun tidak tetapi kebutuhannya dibiayai oleh responden petani. Presentase jumlah tanggungan responden petani mayoritas berada pada selang 2-3 orang yaitu sebesar 56 persen. Sebaran jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah responden petani berdasarkan jumlah tanggungan No 1 2 3 4 Total
Tanggungan ≤1 2-3 4-5 ≥6
Sumber: data primer diolah 2013
Jumlah (orang) 11 47 22 4 84
Persen (%) 13.10 55.95 26.19 4.76 100.00
36
5.4 Karakteristik Lahan Pertanian Karakteristik lahan pertanian responden petani dilihat dari berbagai aspek yang meliputi status kepemilikan lahan, lama bertani, dan luas lahan pertanian. 5.4.1 Status Kepemilikan Lahan Status kepemilikan lahan yang dikelola oleh responden petani terbagi menjadi tiga jenis, yaitu lahan milik sendiri, lahan garapan, dan keduanya. Responden petani yang mengelola lahan milik sendiri sebesar 14 persen, responden petani yang mengelola lahan garapan sebesar 50 persen, dan responden petani yang mengelola lahan keduanya yaitu sebesar 36 persen. Sebaran responden petani menurut status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Jumlah responden petani berdasarkan kepemilikan lahan No Kepemilikan Lahan 1 Milik Sendiri 2 Garapan (Bagi Hasil) 3 Milik Sendiri dan Garapan Total
Jumlah (orang) 12 42 30 84
Persen (%) 14.29 50.00 35.71 100.00
Sumber: data primer diolah 2013
5.4.2 Lama Bertani Lama bertani responden petani sebagian besar berada pada kelompok antara 11-20 tahun dengan presentase sebesar 31 persen dan kelompok antara 21-30 tahun sebesar 30 persen. Hal ini terkait dengan kemampuan pengelolaan (skill) responden petani dalam melakukan usaha tani. Daniel (2004) menjelaskan semakin baik pengelolaan atau manajemen suatu usaha pertanian maka akan semakin tinggi produksi yang diperoleh. Sebaran lama bertani dapat dilihat di Tabel 12. Tabel 12 Jumlah responden petani berdasarkan lama bertani No 1 2 3 4 5 Total
Lama Bertani ≤ 10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun ≥ 40 tahun
Sumber: data primer diolah 2013
Jumlah (orang) 24 26 25 6 3 84
Persen (%) 28.57 30.95 29.76 7.14 3.57 100.00
37
5.4.3 Luas Lahan Pertanian Mayoritas responden petani mengelola lahan milik sendiri dengan luas 0.51.0 hektar sebanyak 20 orang. Satu responden petani ada yang mengelola lahan milik sendiri, lahan garapan, dan keduanya. Sebagian besar responden petani mengelola lahan garapan dengan luas kurang dari 0.5 hektar sebanyak 25 orang. Sebaran luas lahan pertanian dapat dilihat di Tabel 13. Tabel 13 Jumlah responden petani menurut luas kepemilikan lahan No
Luas Lahan
1 2 3 4 5 Total
< 0.5 ha 0.5 – 1.0 ha 1.1 – 2.0 ha 2.1 – 5.0 ha > 5.1 ha
Jenis Kepemilikan Lahan Lahan Milik Sendiri (orang) Lahan Garapan (orang) 14 25 20 16 4 8 1 6 1 0 40 55
Sumber: data primer diolah 2013
5.5 Karakteristik Banjir Karakteristik banjir dilihat dari aspek yang meliputi jarak sungai terhadap lahan pertanian dan kedalaman banjir. 5.5.1 Jarak Sungai terhadap Lahan Pertanian Ketinggian banjir di sektor pertanian Kecamatan Kresek tergantung dari seberapa dekat jarak sungai terhadap lahan sawah responden petani. Faktor lain yang mempengaruhi ketinggian banjir adalah tinggi atau rendahnya suatu lahan. Presentase jarak sungai responden terhadap lahan sawah sebagian besar memiliki jarak 20 < x ≤ 2500 meter yaitu sebesar 90 persen. Hal ini menunjukkan sebagian besar lahan sawah di Kecamatan Kresek dekat dengan sumber air baik rawa maupun sungai. Petani umumnya sadar akan resiko lahan sawah mereka dekat dengan sumber air namun itu tidak mempengaruhi petani untuk memiliki sawah dekat dengan sumber air. Sebaran jarak sungai terhadap lahan pertanian dapat dilihat di Tabel 14.
38
Tabel 14 Jumlah responden petani berdasarkan jarak sungai terhadap lahan pertanian No Jarak Sungai Ke Sawah (meter) Jumlah (orang) Persen (%) 1 ≤ 20 6 7.14 2 20 < x ≤ 2500 76 90.48 3 > 2500 2 2.38 Total 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
5.5.2 Ketinggian Banjir Ketinggian banjir di sawah yang berbeda-beda disebabkan oleh perbedaan kemiringan sawah antar masing-masing wilayah dan jarak lahan sawah terhadap sumber penyebab banjir. Ketinggian banjir yang paling banyak dialami responden petani adalah antara 0.5 < x ≤ 2.5 meter sebesar 79 persen. Sebaran ketinggian banjir dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Jumlah responden petani berdasarkan ketinggian banjir No 1 2 3 Total
Ketinggian Banjir (meter) ≤ 0.5 0.5 < x ≤ 2.5 > 2.5
Jumlah (orang) 13 66 5 84
Persen (%) 15.48 78.57 5.95 100.00
Sumber: data primer diolah 2013
5.5.3 Lama Banjir Petani memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai lama banjir. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kemiringan sawah antar masing-masing wilayah dan jarak lahan sawah terhadap sumber penyebab banjir. Presentase lama banjir terbesar antara 10 < x ≤ 15 hari sebesar 79 persen. Sebaran lama banjir dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Jumlah responden petani berdasarkan lama banjir No Lamanya Banjir (hari) 1 ≤ 10 2 10 < x ≤ 15 3 > 15 Total Sumber: data primer diolah 2013
Jumlah (orang) 13 70 1 84
Persen (%) 15.48 83.33 1.19 100.00
39
VI. PERSEPSI PETANI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PERTANIAN 6.1 Persepsi Responden Petani terhadap Kondisi Lingkungan Pertanian Sebelum dan Setelah Banjir Penilaian kondisi lingkungan pertanian diklasifikasikan ke dalam empat golongan, yaitu sangat buruk, buruk, baik, dan sangat baik. Penilaian persepsi responden dilakukan untuk menilai penurunan kualitas pada lingkungan pertanian akibat banjir dengan cara membandingkan kondisi lingkungan sebelum dan setelah banjir. Genangan banjir membawa material sampah dari hulu sungai dan meninggalkan berbagai kerusakan fisik di sekitar lingkungan pertanian. Areal persawahan menjadi kotor akibat banyak sampah menumpuk, tanaman padi yang terendam sehingga membusuk, pematang sawah rusak, saluran irigasi dan sarana pengairan lainnya rusak serta akses jalan menuju sawah rusak. Hasil survei terhadap 84 orang responden di Kecamatan Kresek menunjukkan bahwa mayoritas responden menilai kondisi lingkungan tempat tinggal dan lingkungan pertanian sebelum banjir adalah baik karena kondisi sawah bagus, tanaman padi tumbuh dengan baik, lingkungan bersih, dan asri. Persepsi responden petani terhadap kondisi lingkungan pertanian sebelum dan setelah banjir dapat dilihat di Tabel 17. Tabel 17 Persepsi responden petani terhadap kondisi lingkungan pertanian sebelum dan setelah banjir Sebelum Banjir Setelah Banjir Persepsi Kondisi No Jumlah Persen Jumlah Persen Lingkungan (orang) (%) (orang) (%) 1 Sangat Buruk 0 0.00 33 39.29 2 Buruk 0 0.00 49 58.33 3 Baik 84 100.00 2 2.38 4 Sangat Baik 0 0.00 0 0.00 Total 84 100.00 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
Sebanyak 49 responden petani menilai kondisi lingkungan pertanian setelah banjir adalah buruk karena sebagian besar tanaman padi rusak dan membusuk, tidak banyak sampah plastik di sawah, serta pematang sawah hancur. Sebanyak 33 responden petani menilai kondisi lingkungan pertanian sangat buruk karena seluruh tanaman padi rusak dan membusuk, sawah dipenuhi oleh sampah plastik,
40
serta pematang sawah hancur. Sebanyak 2 responden petani menilai kondisi lingkungan pertaniannya baik. Hal ini dikarenakan setelah banjir, tanaman padi utuh walaupun terendam banjir namun tanaman padi merebah. 6.2
Persepsi Responden Petani terhadap Kebersihan Lingkungan Sebelum dan Setelah Banjir Banjir yang terjadi di suatu wilayah akan menyebabkan penurunan kualitas
kebersihan lingkungan. Banjir di Kecamatan Kresek tidak hanya merendam lahan pertanian saja tetapi pemukiman penduduk juga. Penilaian penurunan kualitas lingkungan akibat banjir dilakukan dengan cara membandingkan persepsi responden terhadap kondisi lingkungan sebelum dan setelah banjir di wilayah mereka. Persepsi responden petani terhadap kebersihan lingkungan sebelum dan setelah banjir dapat dilihat di Tabel 18. Tabel 18 Persepsi responden petani terhadap kebersihan lingkungan sebelum dan setelah banjir Sebelum Banjir Setelah Banjir Persepsi Kebersihan No Jumlah Persen Jumlah Persen Lingkungan (orang) (%) (orang) (%) 1 Sangat Buruk 0 0.00 15 17.86 2 Buruk 0 0.00 52 61.90 3 Baik 84 100.00 17 20.24 4 Sangat Baik 0 0.00 0 0.00 Total 84 100.00 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
Sebanyak 84 responden petani menilai kondisi kebersihan lingkungan mereka baik karena lingkungan pemukiman tidak kotor. Penilaian responden petani terhadap kondisi kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggalnya setelah banjir sebanyak 52 responden menilai buruk karena tempat tinggal ikut terendam banjir, sedikit meninggalkan sampah dan lumpur namun tidak mengeluarkan bau yang tidak sedap. Sebanyak 17 responden petani menilai kondisi kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggalnya baik. Hal ini dikarenakan wilayah tempat tinggal responden berada di daerah tinggi sehingga tidak ikut terendam oleh genangan banjir. Sebanyak 15 responden petani menilai kondisi kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggalnya sangat buruk karena wilayah tempat tinggal responden ikut terendam banjir, beberapa peralatan rumah tangga ikut terbawa
41
derasnya arus banjir, meninggalkan sampah dan lumpur serta mengeluarkan bau yang tidak sedap. 6.3
Persepsi Responden Petani terhadap Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan yang dilakukan responden petani pada lahan pertanian dalam meminimalkan kerugian banjir sangat rendah. Upaya pencegahan banjir responden petani dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Upaya pencegahan responden petani terhadap banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 No Upaya Pencegahan Jumlah (orang) Persen (%) 1 Pembersihan saluran kali pembuang 80 95.24 2 Pembersihan saluran irigasi 4 4.76 Total 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
Berdasarkan hasil wawancara, bentuk upaya pencegahan responden petani dalam meminimalkan kerugian banjir adalah dengan melakukan pembersihan saluran kali pembuang dan pembersihan saluran irigasi dari sesuatu yang dapat menghambat aliran air. Responden petani yang melakukan upaya pembersihan saluran kali pembuang sebanyak 80 orang sedangkan responden petani yang melakukan pembersihan saluran irigasi sebanyak 4 orang. Responden petani tidak melakukan upaya peninggian pematang sawah dalam mengatasi permasalahan banjir di lahan pertanian karena setinggi apapun upaya peninggian pematang sawah tidak dapat mengurangi besar kerugian akibat banjir karena menurut mereka upaya pencegahan dilakukan pada Sungai Cidurian yang merupakan penyebab banjir. 6.4
Persepsi Responden Petani terhadap Gangguan Kenyamanan
Persepsi
responden
petani
terhadap
gangguan kenyamanan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari khususnya melakukan kegiatan bertani akibat adanya banjir pada lahan sawah dilakukan dengan cara memilih satu dari empat pilihan. Nilai 1 menunjukkan sangat mengganggu, nilai 2 menunjukkan mengganggu, nilai 3 menunjukkan tidak mengganggu, dan nilai 4 menunjukkan sangat tidak mengganggu. Hasil persepsi responden terhadap gangguan kenyamanan akibat adanya banjir dapat dilihat di Tabel 20.
42
Tabel 20 Persepsi responden petani terhadap gangguan kenyamanan akibat banjir No Gangguan Jumlah (orang) Persen (%) 1 Sangat Mengganggu 50 59.52 2 Mengganggu 33 39.29 3 Tidak Mengganggu 1 1.19 4 Sangat Tidak Mengganggu 0 0.00 Total 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
Sebesar 60 persen responden petani menilai bencana banjir yang terjadi di areal persawahan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari mereka dalam kegiatan bertani maupun kegiatan ekonomi lainnya. Hal ini dikarenakan kegiatan bertani dan kegiatan lainnya terhenti dan akses menuju sawah terisolir. Sebesar 39 persen responden petani menilai bencana banjir yang terjadi mengganggu aktivitas sehari-hari karena tidak semua kegiatan bertani, bekerja, kegiatan berdagang terganggu. Akses menuju sawah tidak terlalu terganggu karena tidak semua lahan terendam banjir dan kedalaman banjir tidak terlalu tinggi. Sebesar 1 persen responden petani menilai bencana banjir tidak mengganggu kegiatan sehari-hari karena sawah milik responden petani ini hanya sebagian kecil terendam.
43
VII.
ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI
Peningkatan intensitas curah hujan di wilayah hulu DAS Cidurian menyebabkan tingginya debit air yang merusak salah satu tanggul daerah hilir Sungai Cidurian yaitu di Kecamatan Kresek. Kerusakan tanggul Sungai Cidurian mengakibatkan luapan air sungai menggenangi sebagian wilayah di Kecamatan Kresek. Banjir tersebut menimbulkan kerusakan fisik pada lahan pertanian, saluran irigasi, dan jalan desa. Kerusakan fisik tersebut secara tidak langsung menimbulkan kerugian terutama pada petani berupa kerugian produksi. Sebagian besar tanaman padi sudah berumur dua bulan bahkan ada tanaman padi yang beberapa hari lagi akan dipanen. Keterbatasan biaya dan waktu membuat sebagian petani menggunakan tanaman padi yang masih dapat dimanfaatkan untuk ditanam kembali. Petani kehilangan satu kali musim tanam pertama yang mengharuskan petani menanam kembali tanaman padi yang rusak. Satu tahun terjadi dua kali musim tanam. Akibatnya, terjadi pergeseran waktu musim panen jika dibandingkan dengan wilayah lain yang tidak terendam banjir. Hal ini menimbulkan ancaman pengganggu organisme atau hama yang berasal dari wilayah yang sudah memasuki musim panen. Kumpulan jerami yang dibiarkan di areal persawahan wilayah lain menyebabkan hama seperti hama penggerek batang, wereng, dan tikus bermunculan yang kemudian menyerang areal persawahan di Kecamatan Kresek yang baru memasuki musim tanam akibat banjir. Produksi padi menjadi turun setiap hektarnya kemudian berpengaruh terhadap pendapatan petani. Kerugian dalam penelitian ini juga dihitung dari biaya yang dikeluarkan untuk mengurangi (preventif) dan memperbaiki dampak yang sudah terjadi. Upaya pencegahan atau preventif diketahui sebagai perlakuan sebelum terjadinya dampak (ex-ante) sedangkan perbaikan merupakan perlakuan setelah dampak terjadi (ex-post) (Sihite 2001). Pengambilan kebijakan ataupun keputusan mengenai upaya perbaikan dilakukan oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan dengan membuat tanggul sungai dan upaya perbaikan dilakukan oleh petani untuk memperbaiki dampak yang sudah terjadi dalam memperbaiki benih, pupuk, dan obat-obatan yang sudah diberikan terhadap tanaman padi yang terendam. Hal ini mengakibatkan biaya sarana produksi menjadi lebih tinggi karena terjadi
44
peningkatan biaya untuk mengelola kembali sawah yang terendam banjir. Pupuk yang biasa digunakan oleh petani dan dianjurkan oleh penyuluh adalah pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk an-organik (Urea, NPK Poska, SP-36, NPK Kujang). Penggunaan pestisida yang biasa digunakan adalah jenis pestisida cair, trobost atau PPC, dan carbofuran. Proporsi sarana produksi yang digunakan oleh petani berbeda tiap musim tanam karena tergantung faktor cuaca dan hama. Selain itu, biaya tenaga kerja harus dikeluarkan lagi untuk mengolah kembali lahan karena tipe produksi pertanian di Kecamatan Kresek merupakan padat karya. Sebagian kecil petani mengalami peningkatan biaya dalam menyewa peralatan dan mesin seperti traktor serta ongkos irigasi atau pengairan. 7.1
Kerugian yang Dialami oleh Responden Petani
Kerugian yang dialami petani berkaitan dengan kerusakan yang terjadi pada lahan sawah adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh petani dalam menghadapi masalah banjir. Nilai kerugian meliputi biaya kehilangan pendapatan petani akibat penurunan produktivitas dan biaya perbaikan lahan sawah yang meningkatkan biaya produksi petani setelah banjir. Kerugian yang dialami oleh responden petani dibagi menjadi tiga berdasarkan kepemilikan lahan, yaitu kerugian yang dialami oleh petani yang menggarap lahan milik sendiri, petani yang menggarap lahan milik orang lain (bagi hasil). 7.1.1 Perubahan Produksi Dampak secara tidak langsung langsung akibat banjir luapan sungai adalah penurunan produktivitas pertanian komoditi padi. Kerugian yang ditanggung petani merupakan perubahan produktivitas akibat penurunan produksi. Total luas lahan responden petani padi yang terkena banjir adalah seluas 83.95 hektar mengalami penurunan hasil panen selama satu musim sedangkan total lahan sawah yang terkena puso satu Kecamatan Kresek adalah 511 hektar. Perubahan produksi padi responden petani setelah banjir dibagi berdasarkan status kepemilikan lahan yaitu perubahan produksi padi lahan milik sendiri yang disajikan pada Tabel 21 (perhitungan dapat dilihat di Lampiran 2 dan 4) sedangkan perubahan produksi padi lahan garapan milik orang lain disajikan pada
45
Tabel 22 (perhitungan dapat dilihat di Lampiran 3 dan 5). Faktor penyebab menurunnya hasil produksi padi adalah gagal tanam dan ketertinggalan masa panen sehingga banyak tanaman padi yang terserang hama. Kualitas gabah setelah banjir menjadi kurang baik dan beras menjadi kehitam-hitaman. Hal ini mengakibatkan harga gabah setelah banjir sebagian besar menurun dibandingkan harga sebelum banjir. Tabel 21 Perubahan produksi padi per responden petani pemilik akibat banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam Rata-rata Jumlah Rata-rata Rata-rata Nilai Uraian Produksi Harga Produk Produksi (kw/MT) (Rp/kw) (Rp/MT) Produksi sebelum banjir 41.80 413 750 17 766 400.00 (per petani) Produksi setelah banjir 26.85 381 500 10 419 312.50 (per petani) Nilai Penurunan 14.95 32 250 7 347 087.50 Produksi Padi Keterangan: MT = masa tanam Kw = kuintal Sumber: data primer diolah 2013
Rata-rata perubahan produksi padi per responden petani yang mengelola lahan milik sendiri sebesar 14.95 kw/MT dengan penurunan harga per kuintal rata-rata sebesar Rp 32 350 yang mengakibatkan penurunan rata-rata penerimaan sebesar Rp 7 347 087.50/MT. Produktivitas padi responden petani pemilik sebesar 49.33 kw/ha sedangkan produktivitas setelah banjir 31.50 kw/ha sehingga penurunan produktivitas padi petani pemilik sebesar 17.83% (dapat dilihat di Lampiran 9). Tabel 22 Perubahan produksi padi per responden petani penggarap akibat banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam Rata-rata Jumlah Rata-rata Rata-rata Nilai Uraian Produksi Harga Produk Produksi (kw/MT) (Rp/kw) (Rp/MT) Produksi sebelum banjir 42.01 410 727 16 790 472.73 (per petani) Produksi setelah banjir 29.58 384 909 11 277 790.91 (per petani) Nilai Penurunan 12.43 25 818 5 512 681.82 Produksi Padi Keterangan: MT = masa tanam Sumber: data primer diolah 2013
46
Rata-rata perubahan produksi padi responden petani penggarap yang mengelola lahan milik orang lain sebesar 12.43 kuintal/MT dengan penurunan harga per kuintal rata-rata sebesar Rp 25 818 yang menurunkan rata-rata penerimaan responden petani sebesar Rp 5 512 681.82/MT. Produktivitas padi responden petani penggarap sebesar 48.65 kw/ha sedangkan produktivitas setelah banjir 34.49 kw/ha sehingga penurunan produktivitas padi petani penggarap sebesar 14.16% (dapat dilihat di Lampiran 11). 7.1.2 Biaya Produksi Setelah Banjir Pendekatan biaya produksi sebelum banjir diperoleh dari biaya yang dikeluarkan oleh petani pemilik dan petani penggarap untuk mengolah lahan sawah dalam memproduksi padi yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya saprodi yang disajikan pada Tabel 23 dan Tabel 24 (perhitungan dapat dilihat di Lampiran 6 dan 7). Tabel 23 Total dan rata-rata biaya produksi per responden petani pemilik sebelum banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim tanam Jumlah Biaya Biaya Rata-rata Produksi/MT Jenis Biaya (Rp/MT) (Rp/MT) Biaya Tenaga Kerja 81 484 000 2 037 100.00 Biaya Saprodi 50 698 500 1 267 462.50 Jumlah 132 182 500 3 304 562.50 Sumber: data primer diolah 2013 Keterangan: MT = masa tanam
Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan responden petani pemilik untuk biaya tenaga kerja sebelum terjadi banjir sebesar Rp 2 037 100/MT dan biaya saprodi sebesar Rp 1 267 462.50/MT. Rata-rata biaya produksi per hektar sebelum banjir sebesar Rp 3 304 562.50/MT. Tabel 24 Total dan rata-rata biaya produksi per responden petani penggarap sebelum banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim tanam Jumlah Biaya Biaya Rata-rata Produksi Jenis Biaya (Rp/MT) (Rp/MT) Biaya Tenaga Kerja Biaya Saprodi Jumlah Sumber: data primer diolah 2013 Keterangan: MT = masa tanam
105 222 000 30 562 000 135 784 000
1 913 127.27 555 672.73 2 468 800.00
47
Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan responden petani penggarap untuk biaya tenaga kerja sebelum terjadi banjir sebesar Rp 1 913 127.27/MT. Responden petani penggarap membagi dua biaya saprodi dengan pemilik lahan
sehingga rata-rata biaya saprodi sebesar Rp 555 672.73/MT. Rata-rata biaya produksi per hektar sebelum banjir sebesar Rp 2 468 800/MT. Rusaknya tanaman padi yang sudah diberikan perlakuan seperti benih, pupuk, dan obat mengakibatkan petani mengeluarkan kembali biaya saprodi. Pengelolaan lahan sawah yang cukup luas sangat memerlukan bantuan tenaga kerja, untuk itu petani harus mengeluarkan biaya tenaga kerja untuk memperbaiki kerusakan akibat banjir. Biaya untuk memperbaiki kerusakan ini sangat diperlukan guna mengembalikan fungsi dari lahan sawah itu sendiri. Berdasarkan hasil survei, rata-rata biaya tambahan produksi setelah banjir yang dikeluarkan oleh responden petani pemilik dapat dilihat pada Tabel 25 (perhitungan dapat dilihat di Lampiran 8) sedangkan rata-rata biaya tambahan produksi setelah banjir yang dikeluarkan oleh responden petani penggarap dapat dilihat pada Tabel 26 (perhitungan dapat dilihat di Lampiran 9). Tabel 25 Total dan rata-rata biaya tambahan produksi per reponden petani pemilik setelah banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim tanam Jenis Biaya Jumlah Biaya Biaya Rata-rata Produksi Tambahan (Rp/MT) (Rp/MT) Biaya Tenaga Kerja 34 169 500 854 237.50 Biaya Saprodi 29 030 500 725 762.50 Jumlah 63 200 000 1 580 000.00 Sumber: data primer diolah 2013 Keterangan: MT = masa tanam
Rata-rata biaya tambahan tenaga kerja responden petani pemilik untuk memperbaiki kerusakan setelah banjir sebesar Rp 854 237.5/MT sedangkan ratarata biaya sarana produksi yang dikeluarkan responden petani pemilik dalam memperbaiki kerusakan setelah banjir sebesar Rp 725 762.5/MT sehingga diperoleh rata-rata jumlah biaya tambahan produksi setelah banjir secara keseluruhan sebesar Rp 1 580 000/MT.
48
Tabel 26 Total dan rata-rata biaya tambahan produksi per reponden petani penggarap setelah banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim tanam Jenis Biaya Jumlah Biaya Biaya Rata-rata Produksi Tambahan (Rp/MT) (Rp/MT) Biaya Tenaga Kerja 47 352 000 860 945.45 Biaya Saprodi 34 133 000 620 600.00 Jumlah 81 485 000 1 481 545.45 Sumber: data primer diolah 2013 Keterangan: MT = masa tanam
Rata-rata biaya tambahan tenaga kerja responden petani penggarap untuk memperbaiki kerusakan setelah banjir sebesar Rp 860 945.45/MT sedangkan ratarata biaya sarana produksi yang dikeluarkan responden petani penggarap dalam memperbaiki kerusakan setelah banjir sebesar Rp 620 600/MT sehingga diperoleh rata-rata jumlah biaya tambahan produksi setelah banjir secara keseluruhan sebesar Rp 1 481 545.45/MT. Responden petani yang memiliki lahan sawah milik sendiri mengalami kerugian yang lebih besar dibandingkan responden petani dengan mengolah lahan sawah garapan namun tergantung dari luas kepemilikan lahan sawah yang terkena banjir. Hal
ini disebabkan responden petani yang
mengelola lahan sawah sendiri memiliki keinginan lebih besar untuk melakukan perbaikan jika terjadi kerusakan akibat banjir. 7.1.3 Perubahan Pendapatan Petani Penurunan produksi setelah banjir mempengaruhi nilai penerimaan petani, biaya produksi, dan nilai pendapatan petani. Tabel 27 menunjukkan rata-rata penerimaan petani pemilik berkurang sebesar Rp 7 347 087.50/MT dibandingkan rata-rata penerimaan saat kondisi normal sedangkan biaya produksi mengalami peningkatan sebesar Rp 1 580 000/MT dari kondisi normal sehingga pendapatan petani berkurang sebesar Rp 8 927 087.50/MT. Tabel 27 Perubahan pendapatan responden petani pemilik di Kecamatan Kresek akibat banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam Uraian Sebelum banjir Setelah banjir Selisih perubahan
Nilai Penerimaan Produksi Padi (Rp/MT) 17 766 400.00 10 419 312.50 7 347 087.50
Sumber: data diolah peneliti 2013
Biaya Produksi Padi (Rp/MT) 3 304 562.50 4 884 562.50 1 580 000.00
Pendapatan Petani (Rp/MT) 14 461 837.50 5 534 750.00 8 927 087.50
49
Tabel 28 menunjukkan rata-rata penerimaan petani penggarap berkurang sebesar Rp 5 512 681.82/MT dibandingkan rata-rata penerimaan saat kondisi normal sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan mengalami peningkatan sebesar Rp 1 481 549.45/MT dari kondisi normal sehingga pendapatan petani berkurang sebesar Rp 6 994 231.27/MT. Tabel 28 Perubahan pendapatan responden petani penggarap di Kecamatan Kresek akibat banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam Uraian
Nilai Penerimaan Produksi Padi (Rp/MT)
Sebelum banjir Setelah banjir Selisih perubahan
16 790 472.73 11 277 790.91 5 512 681.82
Biaya Produksi Padi (Rp/MT) 2 468 800.00 3 950 349.45 1 481 549.45
Pendapatan Petani (Rp/MT) 14 321 672.73 7 327 441.46 6 994 231.27
Sumber: data diolah peneliti 2013
Total kerugian yang dialami oleh seluruh petani yang mengelola lahan milik sendiri di Kecamatan Kresek akibat penurunan pendapatan yaitu sebesar Rp 1 904 574 711/MT dan total kerugian akibat penurunan pendapatan yang dialami seluruh petani yang mengelola lahan milik orang lain atau petani penggarap sebesar Rp 2 081 848 142/MT. Data tersebut dapat dilihat di Tabel 29. Tabel 29 Total kerugian pendapatan petani berdasarkan kepemilikan lahan yang terkena dampak banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam No Kerugian Nilai Kerugian (Rp/MT) Persen (%) Kehilangan pendapatan 1 1 904 574 711 47.78 petani pemilik Kehilangan pendapatan 2 2 081 848 142 52.22 petani penggarap Total 3 986 422 853 100.00 Sumber: data diolah peneliti 2013
7.2
Biaya Kerusakan yang Dikeluarkan oleh Pemerintah
Kebijakan mengurangi suatu dampak lingkungan akan dipengaruhi oleh perhitungan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengurangi (preventif) atau memperbaiki dan manfaat yang akan diperoleh kemudian (Spash 1997). Pengambilan kebijakan ataupun keputusan apakah preventif atau perbaikan harus dibuat terutama untuk melihat besar investasi yang dikeluarkan untuk tindakan preventif maupun melihat biaya untuk memperbaiki dampak yang sudah terjadi. Permasalahan banjir yang terjadi pada tahun 2013 dikarenakan tidak adanya
50
pemeliharaan pada daerah aliran sungai serta tanggul sungai sehingga tanggul mengalami kerusakan ketika debit air sungai mengalami peningkatan. Pemerintah daerah mengeluarkan beberapa kebijakan dalam memperbaiki kerusakan dampak banjir salah satunya dengan memperbaiki tanggul dan dinding penahan Sungai Cidurian serta jalan Kampung Koper Kecamatan Kresek. Tanggul dan dinding penahan banjir dibangun di sepanjang aliran Sungai Cidurian yang mengalami kerusakan untuk menahan dan menghindari luapai air ke daratan atau di sekitarnya. Tanggul dan dinding penahan banjir menggunakan batu yang dililitkan kawat (bronjong), dinding beton, dan bahan lainnya yang memenuhi syarat teknik. Pemerintah daerah yang berwenang dalam perbaikan tanggul dan jalan ini adalah Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Biaya perbaikan yang dihitung dalam penelitian ini adalah biaya perbaikan yang dikeluarkan oleh Bupati Tangerang tentang Alokasi Anggaran Penanggulangan Banjir dan Pascabanjir Kabupaten Tangerang tahun 2013 No.903/Kep.102Huk/2013 tanggal 14 Februari 2013 kepada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang sebesar Rp 1 385 989 000. Perbaikan alur sungai dan normalisasi saluran Sungai Cidurian sangat diharapkan semua pihak agar dampak banjir dapat diminimalkan serta banjir tidak terjadi lagi. Salah satu upaya perbaikan alur sungai yaitu perbaikan tanggul yang lebih kokoh kemudian didukung dengan pemeliharaan pada tanggul serta pengerukan sedimen pada endapan lumpur atau limpasan bawah sungai. Upaya perbaikan ini merupakan upaya yang paling efektif dan efisien dalam meminimalkan dampak banjir.
51
VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESAR KERUGIAN PETANI Model pendugaan fungsi faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mempengaruhi besar biaya kerugian petani merupakan model regresi double log. Peubah bebas yang dimasukkan ke dalam model, yaitu jarak sungai terhadap sawah (JSS), luas banjir (LUBAN), ketinggian air banjir (TIBAN), lamanya banjir (LAMBAN), dan umur padi (UMPAD). Model diperoleh dari pengolahan data melalui program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 16. Persamaan kerugian banjir yaitu: Ln Y = 11.366 – 0.257 Ln JSS + 0.533 Ln LUBAN + 0.156 Ln TIBAN + 0.244 Ln LAMBAN + 0.123 Ln UMPAD Hasil dari pengolahan data menunjukkan persamaan regresi double log dengan peubah tak bebas biaya kerugian memiliki koefisien determinasi yang telah disesuaikan (R² Adjusted) sebesar 75.5%. Artinya, keragaman pada kerugian dapat dijelaskan oleh peubah bebas yang dimasukkan ke dalam model dan sisanya 24.5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Hubungan antara peubah bebas dan peubah tak bebas dilakukan pengujian terhadap model yaitu uji kenormalan, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Nilai asymp. sig. (2-tailed) uji Kolmogorov-Smirnov (0.842) lebih besar dari taraf nyata 20% maka galat menyebar normal. Nilai Variance Inflation Factor (VIF) semua variabel bebas tidak lebih dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas karena keberadaan multikolinearitas ditunjukkan apabila VIF > 10. Uji Gleiser dilakukan untuk memeriksa keberadaan homoskedastisitas yaitu diperoleh nilai Pvalue
abresid
lebih besar dari taraf nyata 20%. Hal ini
menunjukkan tidak ada pelanggaran asumsi homoskedastisitas sehingga model tidak terdapat heteroskedastisitas. Selain uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedatisitas, dilakukan uji autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai DW sebesar 1.635 yang berada diantara selang 1.55 sampai 2.46 maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada
52
model (Firdaus 2004). Hasil uji parameter model regresi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 12. Tanda koefisien positif memiliki arti pengaruh dari peubah bebas tersebut bersifat berbanding lurus, yaitu peningkatan peubah bebas tersebut akan meningkatkan besar kerugian banjir sedangkan tanda koefisien negatif memiliki arti sebaliknya, yaitu peningkatan peubah bebas akan menurunkan besarnya kerugian banjir. Berdasarkan hasil analisis regresi pada model double log, peubah bebas yang terdapat pada model berpengaruh nyata (signifikan) pada taraf nyata 20% adalah jarak sungai ke sawah, luas banjir, ketinggian banjir, dan lamanya banjir. Peubah bebas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Jarak Sungai ke Sawah Jarak sungai ke sawah mempengaruhi besar dampak banjir yang dialami responden. Berdasarkan hasil analisis regresi pada model double log, peubah bebas jarak sungai ke sawah memiliki hubungan negatif terhadap besar kerugian dengan nilai elastisitas -0.257. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan jarak sungai ke sawah sebesar 1% maka rata-rata kerugian banjir diduga akan mengalami penurunan sebesar 0.257% dengan asumsi variabel lainnya tetap (cateris paribus). Nilai Pvalue jarak sungai ke sawah yaitu 0.000. Artinya, jarak sungai ke sawah memberikan pengaruh nyata terhadap besar kerugian banjir pada taraf nyata 1%. Hal tersebut sesuai secara teoritis dan keadaan di lapang yaitu responden yang memiliki jarak lahan sawah yang lebih dekat dengan Sungai Cidurian yang menjadi sumber penyebab banjir menerima dampak lebih besar. 2. Luas Banjir Luas banjir mempengaruhi besar dampak banjir yang dialami responden. Peubah bebas luas banjir memiliki hubungan positif terhadap besar kerugian dengan nilai elastisitas 0.533. Artinya, apabila terjadi peningkatan luas lahan yang terkena banjir sebesar 1% maka rata-rata kerugian banjir diduga akan mengalami peningkatan sebesar 0.533% (cateris paribus).
53
Nilai Pvalue luas banjir yaitu 0.000 yang berarti luas lahan yang terkena banjir memberikan pengaruh nyata terhadap besar kerugian pada taraf nyata 1%. Hal tersebut sesuai secara teoritis dan keadaan di lapang yaitu semakin luas suatu lahan sawah responden terkena banjir maka semakin banyak tanaman padi yang rusak akibat terendam banjir. 3. Ketinggian Banjir Ketinggian banjir mempengaruhi besar dampak banjir yang dialami responden. Hasil regresi pada model double log menunjukkan peubah bebas ketinggian banjir memiliki hubungan positif terhadap besar kerugian banjir dengan nilai elastisitas 0.156. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan ketinggian banjir sebesar 1% maka rata-rata besar kerugian banjir diduga akan mengalami peningkatan sebesar 0.156% dengan asumsi peubah bebas lain tetap (cateris paribus). Berdasarkan pengujian Pvalue diperoleh nilai sebesar 0.196 yang berarti ketinggian banjir berpengaruh nyata terhadap besar kerugian banjir pada taraf nyata 20%. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis awal karena tingginya air banjir di lahan sawah akan mengakibatkan semakin banyak tanaman padi yang mengalami kerusakan. 4. Lama Banjir Lama banjir mempengaruhi besar dampak banjir yang dialami responden. Hasil regresi pada model double log menunjukkan peubah bebas lama banjir memiliki hubungan positif terhadap besar kerugian banjir dengan nilai elastisitas 0.244. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan lamanya banjir sebesar 1% maka rata-rata besar kerugian banjir diduga akan mengalami peningkatan sebesar 0.244% (cateris paribus). Berdasarkan pengujian Pvalue diperoleh nilai sebesar 0.168 yang berarti lamanya banjir berpengaruh nyata terhadap besar kerugian banjir pada taraf nyata 20%. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis awal yaitu lama hari banjir mengakibatkan tanaman padi membusuk karena semakin lama tanaman padi dalam genangan air semakin tidak mampu bertahan dan membusuk. Adapun peubah bebas yang tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 20% adalah umur padi. Peubah bebas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
54
5. Umur Padi Hasil regresi pada model double log menunjukkan peubah bebas umur padi memiliki hubungan positif terhadap besar kerugian banjir dengan nilai elastisitas 0.123. Semakin bertambah umur padi, semakin besar petani mengeluarkan biaya untuk memberi perlakuan terhadap tanaman padi. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan umur padi sebesar 1% maka rata-rata besar kerugian banjir diduga akan mengalami peningkatan sebesar 0.123% (cateris paribus). Berdasarkan pengujian Pvalue diperoleh nilai sebesar 0.340 yang berarti lamanya umur padi tidak berpengaruh nyata terhadap besar kerugian banjir pada taraf nyata 20%. Hal tersebut tidak sesuai dengan hipotesis awal karena fakta di lapang menunjukkan semakin bertambah umur padi semakin kuat padi untuk bertahan dalam genangan banjir. Hal ini tidak banyak mengakibatkan kerusakan pada tanaman padi khususnya pada ketinggian air banjir yang rendah tergantung dari kekuatan tanaman padi saat terendam air. Ada beberapa petani yang memanfaatkan padi yang sudah terendam namun masih dalam keadaan baik untuk ditanam kembali.
55
IX. ANALISIS STAKEHOLDER DALAM MENGATASI PERMASALAHAN BANJIR Besarnya dampak kerugian baik fisik dan non-fisik yang dialami petani dikhawatirkan dapat merugikan kehidupan masyarakat, oleh karena itu diperlukan kebijakan dari banyak pihak dalam mengambil langkah yang terkoordinasi dan terintegrasi sesuai tugas, fungsi, dan kewenangannya masing-masing untuk mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek. Analisis stakeholder dilakukan terhadap sembilan stakeholder yang terdiri dari kelompok pemerintah dan kelompok non-pemerintah. Masing-masing kelompok memiliki peran, fungsi, dan kewenangan yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat saling melengkapi untuk mengatasi banjir di Kecamatan Kresek dan diperlukan sinergisasi antar stakeholder. Identifikasi peran dan fungsi masing-masing stakeholder dalam mengatasi permasalahan banjir dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30 Peran dan fungsi stakeholder pemerintah dan non-pemerintah dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek Pemerintah Daerah
Stakeholder 1. Bupati
2.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang
3.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang
4.
Kepala Dinas Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Kabupaten Tangerang Kepala Dinas Kesehatan
5.
Peran Menetapkan dan menyetujui keputusan terkait alokasi anggaran penanggulangan banjir dan setelah banjir Membentuk Tim Gerak Reaksi Cepat, melakukan observasi dan mengidentifikasi tingkat keparahan banjir, dan membuat laporan kepada Dinas Pertanian Provinsi Banten Memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak sesuai kewenangan akibat banjir
Membuat tim pemberi bantuan untuk menyelamatkan atau evakuasi korban
Membentuk tim kesehatan, menyediakan obat-obatan, dan membuat posko kesehatan yang bekerjasama dengan petugas medis dan Puskesmas Kecamatan Kresek di Kantor Desa Patrasana dan Kantor Desa Koper
Fungsi Perencanaan dan pengawasan
Penyelenggaraan monitoring terhadap kondisi daerah bencana
Pengawasan terhadap sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan akibat banjir Pelaksanaan penanggulangan bencana
Penanggulangan timbulnya penyakit akibat banjir
56
Nonpemerintah
Stakeholder 6. Pemerintah Kecamatan Kresek (Camat dan Sekretaris) dan Pemerintah Desa (Kepala Desa) 1. Masyarakat 2.
Penyuluh Pertanian Kecamatan Kresek
3.
Ketua Perkumpulan Petani Pengguna Air Mitra Cai Banyu Aji Sumber: data primer diolah 2013
9.1
Peran Menyediakan tempat untuk menampung warga yang terkena banjir sebagai posko dan memberikan izin kepada para donatur dalam mendistribusikan bantuan Bergotong royong dalam mengatasi masalah banjir Melakukan observasi lapang bersama DPP Kabupaten Tangerang untuk mengumpulkan data petani yang lahannya terkena dampak dan memberikan penyuluhan cara menanam dan pemupukan yang baik kepada petani Menanggulangi kerusakan berat pada jaringan irigasi
Fungsi Perencanaan dan pengawasan
Pengawasan dampak banjir Distributor bantuan benih kepada para kelompok petani yang telah diberi oleh Kementerian Pertanian Perbaikan kerusakan
Kelompok Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah yang terlibat dalam mengatasi banjir di Kecamatan Kresek adalah Bupati, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, Dinas Penanggulangan
Bencana
dan
Kebakaran
Kabupaten
Tangerang,
Dinas
Kesehatan, Pemerintah Kecamatan, dan Desa. Peran Bupati dalam mengatasi banjir di Kecamatan Kresek adalah sebagai stakeholder pemerintah tingkat kabupaten yang berwenang dalam menetapkan dan menyetujui keputusan terkait alokasi anggaran penanggulangan banjir dan setelah banjir. 1. Dinas Pertanian dan Peternakan (DPP) Kabupaten Tangerang Peran DPP dalam mengatasi kerugian saat banjir dan pasca banjir adalah membentuk Tim Gerak Reaksi Cepat yang telah ditetapkan pada Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang. Tugas dari tim ini adalah melakukan observasi terhadap wilayah banjir dan melakukan pendataan luasan lahan yang terendam banjir dan puso. DPP juga mengidentifikasi tingkat keparahan banjir dan membuat laporan kepada Dinas Pertanian Provinsi Banten. Laporan tersebut disampaikan kepada Kementerian Pertanian untuk mendapatkan ganti rugi benih bagi petani yang mengalami puso akibat banjir. DPP menjadi penghubung antara petani
57
dengan pemerintah Kementerian Pertanian dalam pendistribusian bantuan benih sesuai dengan penetapan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang tentang Penetapan Kelompok Tani Calon Penerima Bantuan Benih Padi melalui Cadangan Benih Nasional (CBN) tahun Anggaran 2013. CBN salah satunya diperuntukkan dalam rangka memenuhi kebutuhan benih yang bersifat mendesak guna pemulihan tanaman yang rusak atau puso sebagai akibat atau dampak anomali (bencana alam). Setiap petani yang mengalami kerugian mendapatkan bantuan per hektar sebanyak 25 kilogram benih padi varietas Ciherang (Penyuluh Kecamatan Kresek 2013). Fungsi DPP Kabupaten Tangerang adalah penyelenggaraan monitoring terhadap kondisi daerah bencana dan pelaksanaan koordinasi serta kerja sama dengan BPP dalam mencatat siapa saja dan luas lahan yang terkena dampak. 2. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengairan berperan penting dalam mengatasi banjir di Kecamatan Kresek yaitu memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak sesuai kewenangan akibat banjir. Perbaikan kerusakan pada tanggul Sungai Cidurian sebagian dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Pengelolaan Sungai Cidurian adalah kewenangan dari pemerintah provinsi namun pemerintah kabupaten ikut serta dalam upaya perbaikan pada tanggul sungai. Upaya ini sangat penting dalam mengatasi permasalahan banjir karena penyebab utama banjir adalah luapan air sungai yang berasal dari Sungai Cidurian. Fungsi dinas ini adalah penyelenggaraan monitoring terhadap sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan akibat banjir. Dinas ini terdapat sub dinas pengairan yaitu Unit Pelaksana Teknis Dinas Bina Marga Kecamatan Kresek yang berfungsi dalam pelaksanaan perbaikan, pengembangan, dan pembangunan pengairan dan jaringan irigasi. 3. Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Tangerang Penanganan banjir di Kecamatan Kresek pun tidak luput dari perhatian Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten
58
Tangerang. Peran dinas ini adalah membuat tim bersama untuk memberikan bantuan dalam tindakan penyelamatan atau evakuasi korban. Dinas ini menyediakan peralatan berupa perahu karet beserta personil-personil yang terlatih untuk mengevakuasi warga yang menjadi korban banjir. Selain itu, dinas menerima laporan dari pemerintah desa berupa kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana banjir. Fungsi dinas ini adalah menanggulangi dampak bencana alam. 4. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Peran Dinas Kesehatan dalam mengatasi banjir di Kecamatan Kresek adalah membentuk tim kesehatan, menyediakan obat-obatan, dan membuat posko kesehatan yang bekerjasama dengan petugas medis dan Puskesmas Kecamatan Kresek di Kantor Desa Patrasana dan Kantor Desa Koper. Fungsi dinas ini adalah pelaksanaan kegiatan pencegahan, pemberantasan, dan penanggulangan penyakit yang diakibatkan oleh bencana banjir. 5. Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa Pemerintah kecamatan dan pemerintah desa menyediakan tempat yang digunakan untuk menampung warga yang terkena banjir sebagai posko. Pemerintah kecamatan dan pemerintah desa menjadi fasilitator dan memberikan izin kepada para donatur dalam mendistribusikan bantuan. Fungsi kecamatan dan desa dalam mengatasi bencana banjir adalah merencanakan dan mengawasi dampak dari bencana banjir. 9.2 Kelompok Non-pemerintah Stakeholder yang termasuk ke dalam kelompok non-pemerintah yang terlibat dalam mengatasi banjir di Kecamatan Kresek adalah masyarakat, Balai Penyuluhan Pertanian Kaliasin, dan Perkumpulan Petani Pemakai Air. 1. Kelompok Masyarakat Peran aktif masyarakat baik secara swadaya maupun dengan bantuan pemerintah dalam mengatasi banjir sangat penting dalam penanggulangan awal. Masyarakat berperan dalam memantau kondisi perubahan lingkungan akibat banjir. Masyarakat terlibat dalam mengawasi dampak bencana banjir
59
karena
masyarakat
dianggap
lebih
mengetahui
perubahan
kondisi
lingkungan mereka masing-masing. 2. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kaliasin Peran BPP Kaliasin dalam mengatasi banjir adalah melakukan observasi lapang bersama DPP Kabupaten Tangerang untuk mengumpulkan data petani yang lahannya terkena dampak dan memberikan penyuluhan cara menanam dan pemupukan yang baik kepada petani. Fungsi BPP Kaliasin adalah sebagai distributor bantuan benih kepada para kelompok petani yang telah diberi oleh Kementerian Pertanian. 3. Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) Mitra Cai Banyu Aji Kelembagaan yang ada dalam P3A Mitra Cai Banyu Aji (MCBA) terbentuk sejak awal dibentuknya P3A. P3A memiliki tugas pokok mendayagunakan potensi air irigasi yang tersedia di dalam Petak Tersier atau Daerah Irigasi Pedesaan untuk kesejahteraan masyarakat tani. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77 tahun 2001 tentang Irigasi, perkumpulan petani pemakai air atau P3A adalah kelembagaan pengelola irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi yang dibentuk oleh petani secara demokratis, termasuk kelembagaan lokal pengelola air irigasi. Setiap anggota P3A MCBA dapat memanfaatkan pelayanan air irigasi tersier jika membayar iuran berupa Iuran Pengelolaan Irigasi (IPI). Bentuk IPI dapat berupa uang atau barang. Berdasarkan hasil rapat anggota, ditetapkan bahwa tiap anggota harus membayar iuran wajib sebesar 50 kilogram gabah kering panen per hektar setiap musim. Jika anggota membayar dengan uang berarti 50 kilogram gabah kering panen per hektar dikali harga gabah kering pada saat panen. Iuran ini harus dibayarkan selambat-lambatnya satu minggu setelah panen. Banjir yang merendam jaringan irigasi mengakibatkan kerusakan fisik pada jaringan irigasi. Peran kelembagaan P3A menjadi penting karena dengan kelembagaan kegiatan pengelolaan air dan jaringan tersier atau irigasi pedesaan terhadap sawah petani yang merupakan sawah tadah hujan dapat berjalan kembali dengan lancar dan terstruktur dengan baik. Guna
60
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula diperlukan rehabilitasi jaringan irigasi yaitu kegiatan rehabilitasi dan perbaikan jaringan irigasi. Berdasarkan tugas dan kewajibannya, pada saat banjir ini pengurus yang mengarahkan tenaga kerja petani anggota P3A MCBA bersama kelompok kwarter dalam menanggulangi kerusakan berat pada jaringan irigasi adalah pelaksana teknis atau ulu-ulu. Pengurus dan anggota P3A MCBA secara swadaya dan gotong royong hanya memperbaiki jaringan irigasi yang rusak. Hal ini dikarenakan kelembagaan P3A kurang berjalan dengan baik sesuai peran dan fungsinya. Besar biaya iuran anggota atau IPI sudah ditetapkan setiap anggota harus membayar hasil panen per hektar setiap musim dengan membagi sawah menbagi tujuh bagian. Banjir yang mengakibatkan penurunan produksi padi bahkan mengalami kegagalan panen tetap diwajibkan membayar IPI. Petani tetap membayar IPI meskipun banjir menurunkan hasil produksi panen namun petani merasa keberatan jika harus tetap membagi lahan sawah menjadi tujuh bagian untuk membayar IPI.
61
X. SIMPULAN DAN SARAN 10.1 Simpulan 1. Banjir
merendam
beberapa
wilayah
Kecamatan
Kresek
termasuk
lingkungan pertanian. Banjir mengakibatkan kondisi lingkungan menjadi buruk dan sangat mengganggu kegiatan bertani namun upaya pencegahan petani dalam meminimalkan kerugian akibat sangat rendah. 2. Banjir menyebabkan penurunan produktivitas padi baik terhadap petani yang memiliki lahan sawah milik sendiri maupun petani yang mengolah lahan sawah garapan. Total kerugian yang dialami oleh seluruh petani akibat kehilangan pendapatan di Kecamatan Kresek sebesar Rp 3 986 422 853 per musim tanam dalam satu kali periode banjir. 3. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap besarnya kerugian banjir, yaitu jarak sungai dengan lahan sawah, luas lahan yang terkena banjir, ketinggian banjir, dan lamanya banjir. 4. Kelompok pemeritah daerah maupun non-pemerintah memiliki peran dan fungsi sesuai dengan kewenangan masing-masing. Stakeholder ini bersinergi dan saling melengkapi dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek. 10.2 Saran Saran yang terkait hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan penelitian, selain tingginya curah hujan, salah satu penyebab banjir di Kecamatan Kresek adalah rusaknya tanggul Sungai Cidurian. Upaya pembangunan tanggul yang kokoh dan normalisasi di Daerah Aliran Sungai Cidurian perlu dilakukan dengan harapan upaya tersebut dapat menanggulangi banjir di Kecamatan Kresek. 2. Perlu dilakukan pemeliharaan jaringan irigasi dengan mengaktifkan kembali atau rehabilitasi kelembagaan P3A. Adanya kelembagaan P3A merupakan salah satu upaya agar petani dapat mewujudkan pengurangan resiko banjir pada pertanian padi sawah.
62
3. Keinginan petani yang rendah dalam melakukan upaya pencegahan untuk meminimalkan dampak kerugian banjir pada sektor pertanian perlu menjadi pertimbangan pemerintah dalam melakukan sosialisasi kepada petani tentang perlunya upaya strategi adaptasi dalam menentukan musim tanam agar tidak terkena banjir yang bekerja sama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat guna memberikan peringatan dini. 4. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai total kerugian ekonomi pada seluruh sektor pertanian serta dampak yang ditimbulkan banjir terhadap kerentanan pangan petani.
63
DAFTAR PUSTAKA Alokasi Anggaran Penanggulangan Banjir dan Pascabanjir Kabupaten Tangerang tahun 2013 No.903/Kep.102-Huk/2013. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Mitra Cai Banyu Aji Tahun 2011. Armah FA, Yawson DA, Yengoh GT, Odoi JO, dan Afrira EKA. 2010. Impact of Floods on Livelihoods and Vulnerability of Natural Resource Dependent Communities in Northern Ghana. Journal Water Vol 2 Hal 120-139. [BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2005. INDONESIA: Preliminary Damage and Loss Assessment. Banda Aceh (ID): Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. [BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2010. BAB III Karakteristik Bencana di Indonesia. http://mis.bnpb.go.id. Diakses pada tanggal 04 April 2013. [BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2013. Peta Daerah Terdampak Banjir di Provinsi Banten. http://geospasial.bnpb.go.id. Diakses pada tanggal 04 April 2013 [BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2011. Peta Zonasi Ancaman Bencana Banjir di Indonesia. http://geospasial.bnpb.go.id/2011/02/23/petazonasi-ancaman-bencana-banjir-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 04 April 2013 [BPSRI] Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2013. Berita Resmi Statistik. http://www.bps.go.id/?news=1031. Diakses pada tanggal 29 Desember 2013 Brown AR, Schmidt JM, Berg KL, Monga R, and Catoire SM. No Date. Through the Decade: Extreme Weather’s Impact On Agriculture. Governor’s School for Agriculture, Virginia Tech, Blacksburg, VA 24061. Daniel M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang. 2013. Data Puso Kebanjiran Kabupaten Tangerang. Tangerang (ID): Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang. Dinas Sumber Daya dan Pemukiman Provinsi Banten. 2013. Profil Sungai di Provinsi Banten. http://dsdap.bantenprov.go.id/read/contents/67.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2013 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2011. Laporan Tahunan 2011. Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Grimble R and Chan MK. 1995. Analisis Stakeholder untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam di Negara Berkembang. Mokhsen A dan Trajudi D, penerjemah; Suporahardjo, editor. Bogor (ID): Pustaka LATIN.
64
Terjemahan dari: Stakeholder Analysis for Natural Resource Management Developing Countries Gujarati DN. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi Ketiga: Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga. Juanda B. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press. Kecamatan Kresek. 2013. Laporan Kondisi Pasca Banjir Tahun 2013. _______________. 2013. Peta wilayah Kecamatan Kresek Tahun 2013. _______________. 2012. Profil Kecamatan Kresek Tahun 2012.
[KLH] Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007. Panduan Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta (ID): Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Kodoatie RJ dan Sjarief R. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta (ID): ANDI OFFSET. Kumar BG, Sendhil R, Venkatesh P, Raja R, Jayakumar V, dan Jeyakumar S. 2009. Socio-economic Impact Assessment of Livelihood Security in Agriculture, Animal Husbandry and Aquaculture on the Tsunami-hit Lands of Andaman. Journal Agricultural Economics Research Review Vol 22 Hal 483-494. Laksono AP. 2010. Estimasi Nilai Kerusakan dan Kerugian Bencana Situ Gintung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nazir M. 2011. Metode Penelitian. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77 tahun 2001 tentang Irigasi. Sihite J. 2001. Evaluasi Dampak Erosi Tanah Model Pendekatan Ekonomi Lingkungan dalam Perlindungan DAS: Kasus Sub-DAS Besai – DAS Tulang Bawang [disertasi]. Lampung (ID): Institut Pertanian Bogor. Spash CL. 1997. Ethics and Environmental Attitudes with Implication for Economic Valuation. Journal of Environmental Management Vol.50. Academic Press. Subiyantoro I. 2010. Selayang Pandang Tentang Bencana. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol.1 No. 1. Jakarta. Suratiyah K. 2006. Ilmu Usahatani. Yogyakarta (ID): Penebar Swadaya. Suratmo FG. 2002. Panduan Penelitian Multidisiplin. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press. Suriya S, Mudgal BV, Nelliyat P. 2012. Flood damage assessment of an urban area in Chennai, India. Nat Hazards. 62:149-167.doi:10.1007/s11069-0119985-3. Susandi A, Herlianti I, Tamamadin M, dan Nurlela I. 2008. Dampak Perubahan Iklim terhadap Ketinggian Muka Laut di Wilayah Banjarmasin. Jurnal Ekonomi Lingkungan. Vol.12/No.2/2008. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Definisi Bencana.
65
LAMPIRAN
66
Lampiran 1. Kuesioner penelitian responden petani
Tanggal:
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jalan Kamper Level 5 Wing 5 Kampus IPB Darmaga Bogor 16680 Telp. (0251) 8621 834, Fax (0251) 8421 762 KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden : Nama Responden : No Hp/Telp : Alamat : a. Desa Koper b. Desa Pasir Ampo c. Desa Patrasana d. Desa Renged e. Desa Talok f. Desa Kresek Kampung / RT/RW : Kuesioner ini digunakan sebagai bahan SKRIPSI mengenai “ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR LUAPAN SUNGAI CIDURIAN PADA PERTANIAN PADI SAWAH DI KECAMATAN KRESEK, KABUPATEN TANGERANG” yang dilakukan oleh Nurul Aini Muhtar (H44090115), mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Saya mohon partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/ i untuk berkenan mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat memberikan data yang objektif. Informasi yang Bapak/ Ibu/ Saudara/ i berikan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/ i, Saya ucapkan terima kasih. Petunjuk : Isilah pertanyaan di bawah ini dengan benar A. Karakteristik Responden :L/P 1. Jenis Kelamin 2. Usia : ....................... tahun 3. Status Pernikahan : Belum Menikah / Menikah 4. Jumlah Tanggungan : .......... orang 5. Pendidikan Formal Terakhir : a. SD/ Sederajat = ....................... tahun b. SLTP/ Sederajat = ....................... tahun c. SLTA/ Sederajat = ....................... tahun d. Akademi/ Diploma / PT = ....................... tahun e. Tidak Sekolah = ....................... tahun 6. Pekerjaan Utama : a. PNS b. Pegawai Swasta c. Petani d. Wirausaha e. Lainnya : ............... 7. Pekerjaan Sampingan a. PNS b. Pegawai Swasta
67
c. Petani d. Wirausaha e. Lainnya : ............... 8. Status Penduduk : a. Penduduk Asli b. Penduduk Pendatang, alasan............................................................. 9. Lama Tinggal : ........................ tahun 10. Rata-rata pendapatan per bulan : Rata-Rata Pendapatan Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan
11. Lama Bertani : ........................ tahun 12. Status Lahan : a. Pemilik b. Penggarap c. Lainnya, ................ 13. Luas Lahan: a. ............................. = ............................. m² b. ............................. = ............................. m² c. ............................. = ............................. m² B. Informasi Mengenai Banjir 14. Dalam 1 tahun terakhir berapa kali banjir? Bulan apa saja? Apa penyebabnya? ...................................................................................................................... 15. Dalam 5 tahun terakhir, kapan banjir yang terparah? Apa penyebabnya? ...................................................................................................................... 16. Apakah lahan pertanian Anda mengalami kerusakan akibat banjir? ...................................................................................................................... 17. Kerusakan apa saja yang Anda alami pada lahan pertanian akibat banjir? ...................................................................................................................... 18. Ketika banjir terjadi, apakah musim tanam / musim panen? ...................................................................................................................... 19. Berapa kali Anda mengalami banjir di tahun ini antara bulan Januari hingga Mei? ...................................................................................................................... 20. Berapa lama daerah Anda mengalami banjir ? (hari/jam) ...................................................................................................................... 21. Berapa kedalaman banjir yang Anda alami? (cm) ...................................................................................................................... 22. Berapa jarak lahan pertanian Anda ke Sungai Cidurian? (km) ...................................................................................................................... 23. Apakah Anda memiliki keinginan untuk bermitigasi? ......................................................................................................................
68
C. Kerugian Ekonomi Akibat Banjir 24. Kerusakan pada lahan pertanian a. ............................. = ............................. m² b. ............................. = ............................. m² c. ............................. = ............................. m² 25. Harga lahan pertanian Lahan Pertanian / Harga Lahan (m²) Perikanan Sebelum Banjir Setelah Banjir a. Pertanian - Padi - Lainnya : ................. 26. Adakah upaya perbaikan yang Anda lakukan terhadap kerusakan yang ditimbulkan di lahan pertanian Anda? a. Ada b. Tidak Upaya Perbaikan Biaya Perbaikan Pertanian 1. 1. 2. 2. 3. 3. 27. Adakah upaya pencegahan yang Anda lakukan agar banjir tidak merusak lahan pertanian Anda lagi? a. Ada b. Tidak Upaya Pencegahan Biaya Pencegahan Pertanian 1. 1. 2. 2. 3. 3. 28. Apakah ada iuran wajib di sekitar wilayah Anda untuk program pencegahan banjir? a. Ya, berapa? .......................................................................................... b. Tidak 29. Apakah terjadi perubahan pada produktivitas tanaman pangan padi akibat banjir? a. Ya b. Tidak 30. Jika ya, apakah terjadi peningkatan produktivitas atau penurunan produktivitas tanaman pangan padi? Peningkatan padi ................... /Ha menjadi ................... /Ha Penurunan padi ................... /Ha menjadi ................... /Ha 31. Berapa produksi tanaman pangan yang gagal panen? ......................................................................................................................
69
32. Berapakah harga produk pertanian per kg? Lahan Pertanian / Harga produk (kg) Perikanan Sebelum Banjir Setelah Banjir a. Pertanian - Padi - Lainnya : ................. 33. Berapa penerimaan Anda pada saat kondisi normal? ...................................................................................................................... Hasil penjualan padi (Jumlah produksi x harga jual) = ................... kg x Rp ................... /kg 34. Pascabencana banjir, berapa besanya penerimaan Anda? ...................................................................................................................... Hasil penjualan padi (Jumlah produksi x harga jual) = ................... kg x Rp ................... /kg 35. Jika ada penerimaan lainnya, berapa besarnya pascabencana banjir? ...................................................................................................................... D. Penilaian Kondisi Lingkungan Pertanian 36. Dampak apa saja yang Anda rasakan akibat bencana banjir? Keterangan Sebelum Terjadi Setelah Terjadi Banjir Banjir (Sekarang) SOSIAL 1. Hubungan dengan masyarakat 2. Keamanan 3. Penyimpangan sosial 4. Kegiatan gotong royong atau kerja bakti 5. Lainnya: .................... 37. Kondisi lahan pertanian Anda sebelum terjadi banjir? a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat baik e. Alasan, ..................................................................................................... 38. Kondisi lahan pertanian Anda setelah terjadi banjir? a. Sangat buruk b. Buruk c. Baik d. Sangat baik e. Alasan, ..................................................................................................... 39. Bagaimana kebersihan lingkungan Anda sebelum terjadi banjir? a. Sangat kotor b. Kotor c. Bersih
70
40.
41.
42.
43.
d. Sangat bersih e. Alasan, ..................................................................................................... Bagaimana kebersihan lingkungan Anda setelah terjadi banjir? a. Sangat kotor b. Kotor c. Bersih d. Sangat bersih e. Alasan, ..................................................................................................... Apakah ada tindakan dari masyarakat setempat dengan adanya banjir tahunan tersebut? a. Ada b. Tidak ada c. Alasan, ..................................................................................................... Apakah ada peran pemerintah Kecamatan Kresek atas terjadinya banjir tahunan tersebut? a. Ada b. Tidak ada c. Alasan, ..................................................................................................... Dampak negatif apa saja yang Anda ketahui akibat adanya banjir tahunan tersebut? a. Mengganggu kenyamanan dan keindahan lingkungan b. Menimbulkan pencemaran air c. Berkembangnya bibit penyakit d. Lainnya, sebutkan ...................................................................................
44. Apakah dengan terjadi banjir tahunan tersebut memberikan gangguan terhadap aktivitas dan kehidupan anda sehari-hari? a. Sangat tidak mengganggu b. Mengganggu c. Sangat mengganggu e. Alasan, .....................................................................................................
71
E. Biaya Produksi Pertanian No
Kegiatan
Sebelum Banjir MT1 MT2
I A
B
II
III
Biaya Produksi Biaya Tenaga Kerja Pembibitan Olah Tanah Penanaman Pemupukan Penyiangan Pengairan Pengendalian HPT Pemanenan Biaya Saprodi Bibit/benih Kapur Pupuk Kandang Urea Kujang TSP/SP 36 Lainnya............. Pestisida Trobost/PPC Karbofuran Furadan Lainnya............. Jumlah biaya produksi Hasil Produksi Harga Per Kwintal Jumlah hasil produksi Keuntungan Usahatani Jumlah hasil produksi jumlah biaya produksi
Setelah Banjir MT1
MT2
Harga Satuan (Sebelum)
Harga Satuan (Setelah)
No Responden 2 4 8 9 10 13 15 18 20 21 22 23 24 25 26 27 28 30 32 33 36 39 41
Lahan Milik Sendiri (ha) 6.00 1.00 0.06 0.15 0.20 0.29 0.25 1.00 0.10 0.50 3.00 1.00 1.50 0.27 0.40 0.60 0.70 0.30 1.00 0.40 0.20 0.70 1.00
Hasil Produksi (kw) 300.00 55.00 3.00 6.00 12.00 13.70 10.00 40.00 8.00 20.00 120.00 40.00 50.00 13.90 20.00 36.00 40.00 15.00 50.00 15.00 10.30 36.00 30.00
Lampiran 2 Penerimaan responden petani pemilik sebelum banjir Harga Jual Produk (Rp/kw) 500 000 380 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 420 000 420 000 420 000
Penerimaan (Rp) 150 000 000 20 900 000 1 200 000 2 400 000 4 800 000 5 480 000 4 000 000 16 000 000 3 200 000 8 000 000 48 000 000 16 000 000 20 000 000 5 560 000 8 000 000 14 400 000 16 000 000 6 000 000 20 000 000 6 000 000 4 326 000 15 120 000 12 600 000
72
No Responden 42 43 44 45 52 57 59 61 63 64 72 73 76 80 82 83 84 Total Rata-rata
Lahan Milik Sendiri (ha) 1.00 1.00 1.50 1.00 0.50 0.80 2.00 0.83 0.20 0.10 0.80 1.00 0.80 0.40 1.50 0.50 0.50 35.05 0.88
Hasil Produksi (kw) 47.50 52.00 77.00 50.00 30.00 40.00 91.00 43.00 10.50 4.00 50.00 50.00 48.00 24.00 65.00 22.00 24.00 1 726.90 43.17
Harga Jual Produk (Rp/kw) 420 000 500 000 450 000 380 000 400 000 400 000 380 000 380 000 500 000 500 000 400 000 450 000 400 000 450 000 400 000 400 000 400 000 16 550 000.00 413 750.00
Penerimaan (Rp) 19 950 000 26 000 000 34 650 000 19 000 000 12 000 000 16 000 000 34 580 000 16 340 000 5 250 000 2 000 000 20 000 000 22 500 000 19 200 000 10 800 000 26 000 000 8 800 000 9 600 000 710 656 000.00 17 766 400.00
73
73
No Responden 1 3 4 5 6 7 11 12 13 14 16 17 19 25 26 29 31 34 35 36 37 38 39
Lahan Garapan (ha) 0.20 1.50 5.00 3.00 0.40 2.50 2.00 1.50 0.50 0.30 0.35 0.30 0.40 1.00 0.50 0.20 0.50 0.20 1.00 0.10 0.40 0.80 0.30
Hasil Produksi (kw) 10.00 53.00 250.00 135.00 24.00 100.00 100.00 71.25 23.75 14.25 15.00 14.00 15.00 51.50 26.00 10.00 30.00 7.00 42.00 6.90 16.00 38.00 14.00
Lampiran 3 Penerimaan responden petani penggarap sebelum banjir
74
Harga Jual Produk (Rp/kw) 360 000 300 000 380 000 380 000 300 000 350 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 390 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 420 000 420 000 420 000 420 000
Penerimaan (Rp) 3 600 000 15 900 000 95 000 000 51 300 000 7 200 000 35 000 000 40 000 000 28 500 000 9 500 000 5 700 000 6 000 000 5 600 000 5 850 000 20 600 000 10 400 000 4 000 000 12 000 000 2 800 000 16 800 000 2 898 000 6 720 000 15 960 000 5 880 000
74
No Responden 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 53 54 55 56 58 60 62 65 66 67 68 69
Lahan Garapan (ha) 0.50 0.50 1.00 1.50 0.50 2.50 1.00 1.50 0.15 0.14 0.10 0.15 0.20 0.20 0.30 0.30 3.00 0.25 1.50 0.25 0.20 0.15 1.00 0.50
Hasil Produksi (kw) 27.00 25.00 38.00 60.00 28.00 96.00 50.00 70.00 7.20 7.14 5.10 8.00 12.00 12.00 15.60 16.00 120.00 5.00 60.00 10.00 8.00 6.00 60.00 40.00 Harga Jual Produk (Rp/kw) 420 000 420 000 420 000 500 000 450 000 380 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 400 000 400 000 400 000 400 000 380 000 400 000 380 000 500 000 500 000 500 000 400 000 400 000
Penerimaan (Rp) 11 340 000 10 500 000 15 960 000 30 000 000 12 600 000 36 480 000 22 500 000 31 500 000 3 240 000 3 213 000 2 295 000 3 600 000 4 800 000 4 800 000 6 240 000 6 400 000 45 600 000 2 000 000 22 800 000 5 000 000 4 000 000 3 000 000 24 000 000 16 000 000
75
75
No Responden 70 71 74 75 77 78 79 81 Total Rata-rata
76
Lahan Garapan (ha) 1.50 1.00 0.50 1.50 3.00 0.50 0.40 0.16 48.90 0.89
Hasil Produksi (kw) 80.00 40.00 26.00 78.00 178.00 28.00 18.00 10.00 2 310.69 42.01 Harga Jual Produk (Rp/kw) 400 000 400 000 450 000 450 000 400 000 400 000 400 000 400 000 22 590 000.00 410 727.27
Penerimaan (Rp) 32 000 000 16 000 000 11 700 000 35 100 000 71 200 000 11 200 000 7 200 000 4 000 000 923 476 000.00 16 790 472.73
76
No Responden 2 4 8 9 10 13 15 18 20 21 22 23 24 25 26 27 28 30 32 33 36 39
Lahan Milik Sendiri (ha) 6.00 1.00 0.06 0.15 0.20 0.29 0.25 1.00 0.10 0.50 3.00 1.00 1.50 0.27 0.40 0.60 0.70 0.30 1.00 0.40 0.20 0.70
Hasil Produksi Sebelum Banjir (kw) 300.00 55.00 3.00 6.00 12.00 13.70 10.00 40.00 8.00 20.00 120.00 40.00 50.00 13.90 20.00 36.00 40.00 15.00 50.00 15.00 10.30 36.00
Kehilangan Produksi (kw) 100.00 25.00 0.25 3.00 2.00 6.50 4.00 20.00 4.00 10.00 60.00 40.00 20.00 8.80 10.00 18.00 10.00 1.00 20.00 5.00 1.30 7.00
Lampiran 4 Penerimaan responden petani pemilik lahan setelah banjir Hasil Produksi Setelah Banjir (kw) 200.00 30.00 2.75 3.00 10.00 7.20 6.00 20.00 4.00 10.00 60.00 0.00 30.00 5.10 10.00 18.00 30.00 14.00 30.00 10.00 9.00 29.00
Harga Jual Produk Pasca (Rp/kw) 380 000 400 000 310 000 300 000 300 000 300 000 350 000 350 000 350 000 300 000 400 000 400 000 300 000 300 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 400 000 380 000
76 000 000 12 000 000 852 500 900 000 3 000 000 2 160 000 2 100 000 7 000 000 1 400 000 3 000 000 24 000 000 0 9 000 000 1 530 000 4 500 000 8 100 000 13 500 000 6 300 000 13 500 000 4 500 000 3 600 000 11 020 000
Penerimaan (Rp)
77
77
No Responden 41 42 43 44 45 52 57 59 61 63 64 72 73 76 80 82 83 84 Total Rata-rata
78
Lahan Milik Sendiri (ha) 1.00 1.00 1.00 1.50 1.00 0.50 0.80 2.00 0.83 0.20 0.10 0.80 1.00 0.80 0.40 1.50 0.50 0.50 35.05 0.88
Hasil Produksi Sebelum Banjir (kw) 30.00 47.50 52.00 77.00 50.00 30.00 40.00 91.00 43.00 10.50 4.00 50.00 50.00 48.00 24.00 65.00 22.00 24.00 1 726.90 43.17
Kehilangan Produksi (kw) 7.00 14.00 7.00 15.00 10.00 15.00 15.00 21.00 21.00 3.50 1.50 5.00 15.00 15.00 11.00 25.00 11.00 10.00 597.85 14.95
Hasil Produksi Setelah Banjir (kw) 23.00 33.50 45.00 62.00 40.00 15.00 25.00 70.00 22.00 7.00 2.50 45.00 35.00 33.00 13.00 40.00 11.00 14.00 1 129.05 28.23
Harga Jual Produk Pasca (Rp/kw) 380 000 380 000 400 000 400 000 400 000 380 000 380 000 370 000 370 000 400 000 400 000 380 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 15 260 000.00 381 500.00
8 740 000 12 730 000 18 000 000 24 800 000 16 000 000 5 700 000 9 500 000 25 900 000 8 140 000 2 800 000 1 000 000 17 100 000 14 000 000 13 200 000 5 200 000 16 000 000 4 400 000 5 600 000 438 772 500.00 10 969 312.50
Penerimaan (Rp)
78
No Responden 1 3 4 5 6 7 11 12 13 14 16 17 19 25 26 29 31 34 35 36 37 38
Lahan Hasil Produksi Garapan (ha) Sebelum Banjir (kw) 0.20 10.00 1.50 53.00 5.00 250.00 3.00 135.00 0.40 24.00 2.50 100.00 2.00 100.00 1.50 71.25 0.50 23.75 0.30 14.25 0.35 15.00 0.30 14.00 0.40 15.00 1.00 51.50 0.50 26.00 0.20 10.00 0.50 30.00 0.20 7.00 1.00 42.00 0.10 6.90 0.40 16.00 0.80 38.00
Kehilangan Produksi (kw) 1.50 5.15 35.00 24.00 6.00 40.00 47.00 6.00 10.00 5.00 6.00 2.00 7.50 13.00 0.00 3.00 5.00 2.00 15.00 0.90 7.00 15.00
Lampiran 5 Penerimaan responden petani penggarap setelah banjir Hasil Produksi Setelah Banjir (kw) 8.50 47.85 215.00 111.00 18.00 60.00 53.00 65.25 13.75 9.25 9.00 12.00 7.50 38.50 26.00 7.00 25.00 5.00 27.00 6.00 9.00 23.00
Harga Jual Produk Pasca (Rp/kw) 360 000 400 000 400 000 400 000 400 000 300 000 300 000 300 000 300 000 350 000 350 000 300 000 400 000 300 000 450 000 450 000 450 000 380 000 380 000 400 000 400 000 400 000
3 060 000 19 140 000 86 000 000 44 400 000 7 200 000 18 000 000 15 900 000 19 575 000 4 125 000 3 237 500 3 150 000 3 600 000 3 000 000 11 550 000 11 700 000 3 150 000 11 250 000 1 900 000 10 260 000 2 400 000 3 600 000 9 200 000
Penerimaan (Rp)
79
79
No Responden 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 53 54 55 56 58 60 62 65 66 67
80
Lahan Hasil Produksi Garapan (ha) Sebelum Banjir (kw) 0.30 14.00 0.50 27.00 0.50 25.00 1.00 38.00 1.50 60.00 0.50 28.00 2.50 96.00 1.00 50.00 1.50 70.00 0.15 7.20 0.14 7.14 0.10 5.10 0.15 8.00 0.20 12.00 0.20 12.00 0.30 15.60 0.30 16.00 3.00 120.00 0.25 5.00 1.50 60.00 0.25 10.00 0.20 8.00 0.15 6.00
Kehilangan Produksi (kw) 3.00 5.00 8.00 16.00 10.00 0.00 31.00 10.00 30.00 2.10 2.00 1.50 2.00 3.00 3.00 5.00 5.00 40.00 1.50 15.00 3.00 2.00 2.00
Hasil Produksi Setelah Banjir (kw) 11.00 22.00 17.00 22.00 50.00 28.00 65.00 40.00 40.00 5.10 5.14 3.60 6.00 9.00 9.00 10.60 11.00 80.00 3.50 45.00 7.00 6.00 4.00
Harga Jual Produk Pasca (Rp/kw) 380 000 380 000 380 000 380 000 400 000 400 000 400 000 400 000 450 000 450 000 450 000 450 000 450 000 380 000 380 000 380 000 380 000 370 000 370 000 370 000 400 000 400 000 400 000
4 180 000 8 360 000 6 460 000 8 360 000 20 000 000 11 200 000 26 000 000 16 000 000 18 000 000 2 295 000 2 313 000 1 620 000 2 700 000 3 420 000 3 420 000 4 028 000 4 180 000 29 600 000 1 295 000 16 650 000 2 800 000 2 400 000 1 600 000
Penerimaan (Rp)
80
No Responden 68 69 70 71 74 75 77 78 79 81 Total Rata-rata
Lahan Hasil Produksi Garapan (ha) Sebelum Banjir (kw) 1.00 60.00 0.50 40.00 1.50 80.00 1.00 40.00 0.50 26.00 1.50 78.00 3.00 178.00 0.50 28.00 0.40 18.00 0.16 10.00 48.9 2310.69 0.89 42.01
Kehilangan Produksi (kw) 20.00 2.00 15.00 15.00 26.00 78.00 54.00 10.00 4.50 3.00 683.65 12.43
Hasil Produksi Setelah Banjir (kw) 40.00 38.00 65.00 25.00 0.00 0.00 124.00 18.00 13.50 7.00 1 627.04 29.58
Harga Jual Produk Pasca (Rp/kw) 380 000 380 000 380 000 380 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 280 000 21 170 000.00 384 909.09
15 200 000 14 440 000 24 700 000 9 500 000 0 0 49 600 000 7 200 000 5 400 000 1 960 000 416 772 500.00 10 419 312.50
Penerimaan (Rp)
81
81
82
Lampiran 6 Biaya produksi responden petani pemilik sebelum banjir No Responden 2 4 8 9 10 13 15 18 20 21 22 23 24 25 26 27 28 30 32 33 36 39 41 42 43 44 45 52 57 59 61 63 64 72 73 76 80 82
Biaya Produksi Biaya Tenaga Kerja Biaya Saprodi (Rp) (Rp) 12 220 000 8 730 000 2 450 000 1890 000 236 000 250 000 318 000 350 000 600 000 325 000 740 000 375 500 435 000 450 000 1 520 000 1 390 000 273 000 330 000 1 220 000 1 052 500 6 300 000 3 660 000 1 000 000 1 500 000 3 695 000 1 890 000 682 000 343 000 992 000 540 000 1 660 000 912 000 1 976 000 1 019 000 645 000 555 000 2 090 000 1 435 000 1 520 000 577 000 426 000 319 000 1 795 000 924 500 2 820 000 1 320 000 2 570 000 1 550 000 2 500 000 1 360 000 3 610 000 1 965 000 2 470 000 1 445 000 1 005 000 1 085 000 2 128 000 1 010 000 4 480 000 2 770 000 2 158 000 1 231 000 480 000 314 500 315 000 200 000 1 600 000 1 133 000 2 400 000 1 360 000 2 535 000 1 035 000 1 120 000 650 000 3 900 000 2 077 500
Total Biaya (Rp) 20 950 000 4 340 000 486 000 668 000 925 000 1 115 500 885 000 2 910 000 603 000 2 272 500 9 960 000 2 500 000 5 585 000 1 025 000 1 532 000 2 572 000 2 995 000 1 200 000 3 525 000 2 097 000 745 000 2 719 500 4 140 000 4 120 000 3 860 000 5 575 000 3 915 000 2 090 000 3 138 000 7 250 000 3 389 000 794 500 515 000 2 733 000 3 760 000 3 570 000 1 770 000 5 977 500
83
No Responden 83 84 Total Rata-rata
Biaya Produksi (Rp) Biaya Tenaga Kerja Biaya Saprodi (Rp) (Rp) 1300 000 687 500 1 300 000 687 500 81 484 000.00 50 698 500.00 2 037 100.00 1 267 462.50
Total Biaya (Rp) 1 987 500 1 987 500 132 182 500.00 3 304 562.50
Lampiran 7 Biaya produksi responden petani penggarap sebelum banjir No Responden 1 3 4 5 6 7 11 12 13 14 16 17 19 25 26 29 31 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Biaya Tenaga Kerja (Rp) 775 000 1 530 000 11 250 000 6 000 000 800 000 2 500 000 4 840 000 2 760 000 950 000 790 000 600 000 750 000 1 068 000 2 350 000 1 195 000 460 000 1 095 000 480 000 1 970 000 253 000 845 000 1 770 000 336 000 1 115 000 1 180 000 2 510 000 3 395 000 1 285 000 5 750 000 2 230 000
Biaya Produksi (Rp) Biaya Biaya Saprodi Penggarap (Rp) (Rp) 325 000 162 500 1 620 000 810 000 5 637 500 2 818 750 1 950 000 975 000 1 020 000 510 000 2 587 500 1 293 750 2 520 000 1 260 000 2 117 500 1 058 750 720 000 360 000 444 000 222 000 600 000 300 000 410 000 205 000 749 000 374 500 1 435 000 717 500 717 500 358 750 383 000 191 500 665 000 332 500 257 500 128 750 1 700 000 850 000 201 000 100 500 604 000 302 000 1 164 000 582 000 495 000 247 500 750 000 375 000 650 000 325 000 1 232 500 616 250 1 871 500 935 750 632 500 316 250 2 800 000 1 400 000 1 150 000 575 000
Total Biaya (Rp) 937 500 2 340 000 14 068 750 6 975 000 1 310 000 3 793 750 6 100 000 3 818 750 1 310 000 1 012 000 900 000 955 000 1 442 500 3 067 500 1 553 750 651 500 1 427 500 608 750 2 820 000 353 500 1 147 000 2 352 000 583 500 1 490 000 1 505 000 3 126 250 4 330 750 1 601 250 7 150 000 2 805 000
84
No Responden 47 48 49 50 51 53 54 55 56 58 60 62 65 66 67 68 69 70 71 74 75 77 78 79 81 Total Rata-rata
Biaya Tenaga Kerja (Rp) 2 840 000 311 000 313 000 253 000 293 000 420 000 420 000 780000 800 000 5 400 000 580 000 3 600 000 450 000 400 000 390 000 2 400 000 1 530 000 3 125 000 2 150 000 1 585 000 3 830 000 7 800 000 1 300 000 1 000 000 420 000 105 222 000.00 1 913 127.27
Biaya Produksi (Rp) Biaya Biaya Saprodi Penggarap (Rp) (Rp) 1 845 000 922 500 210 000 105 000 196 000 98 000 140 000 70 000 250 000 125 000 285 000 142 500 340 000 170 000 420 000 210 000 450 000 225 000 3 570 000 1 785 000 315 000 157 500 1 957 500 978 750 345 000 172 500 267 000 133 500 110 000 55 000 1 343 000 671 500 650 000 325 000 1 950 000 975 000 1 872 500 936 250 750 000 375 000 1 744 000 872 000 3 210 000 1 605 000 700 000 350 000 560 000 280 000 235 000 117 500 30 562 000.00 555 672.73
Total Biaya (Rp) 3 762 500 416 000 411 000 323 000 418 000 562 500 590 000 990 000 1 025 000 7 185 000 737 500 4 578 750 622 500 533 500 445 000 3 071 500 1 855 000 4 100 000 3 086 250 1 960 000 4 702 000 9 405 000 1 650 000 1 280 000 537 500 135 784 000.00 2 468 800.00
Lampiran 8 Biaya perbaikan responden petani pemilik No Responden 2 4 8 9 10 13 15 18
Perbaikan Tenaga Kerja (Rp) 3 600 000 913 000 56 000 140 000 120 000 145 000 190 000 680 000
Perbaikan Saprodi (Rp) 4 180 000 343 000 76 000 130 000 325 000 493 000 460 000 635 000
Total Biaya Perbaikan (Rp) 7 780 000 1 256 000 132 000 270 000 445 000 638 000 650 000 1 315 000
85
No Responden 20 21 22 23 24 25 26 27 28 30 32 33 36 39 41 42 43 44 45 52 57 59 61 63 64 72 73 76 80 82 83 84 Total Rata-rata
Perbaikan Tenaga Kerja (Rp) 90 000 260 000 6 300 000 1 000 000 780 000 513 000 728 000 1 660 000 1 330 000 400 000 760 000 300 000 280 000 556 500 753 000 1 300 000 420 000 562 500 200 000 300 000 1 492 500 780 000 729 000 292 000 200 000 144 000 600 000 950 000 545 000 2 500 000 800 000 800 000 34 169 500.00 854 237.50
Perbaikan Saprodi (Rp) 410 000 1 000 000 2 440 000 1 500 000 500 000 121 000 382 000 840 000 490 000 1 100 000 1 240 000 400 000 380 000 493 500 580 000 950 000 300 000 937 500 371 000 500 000 1 007 500 320 000 596 000 250 000 100 000 320 000 340 000 750 000 420 000 2 050 000 650 000 650 000 29 030 500.00 725 762.50
Total Biaya Perbaikan (Rp) 500 000 1 260 000 8 740 000 2 500 000 1 280 000 634 000 1 110 000 2 500 000 1 820 000 1 500 000 2 000 000 700 000 660 000 1 050 000 1 333 000 2 250 000 720 000 1 500 000 571 000 800 000 2 500 000 1 100 000 1 325 000 542 000 300 000 464 000 940 000 1 700 000 965 000 4 550 000 1 450 000 1 450 000 63 200 000.00 1 580 000.00
86
Lampiran 9 Biaya perbaikan responden petani penggarap No Responden 1 3 4 5 6 7 11 12 13 14 16 17 19 25 26 29 31 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 53 54 55 56 58
Perbaikan Tenaga Kerja (Rp) 184 000 2 410 000 4 567 000 3 000 000 214 000 250 000 400 000 640 000 355 000 398 000 200 000 200 000 267 000 1 387 000 912 000 290 000 680 000 225 000 600 000 140 000 450 000 1 060 000 238 500 650 000 377 000 1 300 000 630 000 187 500 500 000 1 200 000 800 000 325 000 300 000 225 000 400 000 445 000 300 000 570 000 500 000 1 100 000
Perbaikan Saprodi (Rp) 220 000 750 000 1 717 000 1 025 000 500 000 1 675 000 600 000 1 020 000 1 207 000 497 000 300 000 340 000 386 000 329 000 478 000 195 000 320 000 250 000 1 400 000 190 000 1 550 000 480 000 211 500 300 000 290 000 950 000 450 000 312 500 929 000 1 300 000 1 200 000 210 000 196 000 140 000 250 000 520 000 550 000 420 000 400 000 1 800 000
Total Biaya Perbaikan (Rp) 404 000 3 160 000 6 284 000 4 025 000 714 000 1 925 000 1 000 000 1 660 000 1 562 000 895 000 500 000 540 000 653 000 1 716 000 1 390 000 485 000 1 000 000 475 000 2 000 000 330 000 2 000 000 1 540 000 450 000 950 000 667 000 2 250 000 1 080 000 500 000 1 429 000 2 500 000 2 000 000 535 000 496 000 365 000 650 000 965 000 850 000 990 000 900 000 2 900 000
87
No Responden 60 62 65 66 67 68 69 70 71 74 75 77 78 79 81 Total Rata-rata
Perbaikan Tenaga Kerja (Rp) 575 000 1 700 000 400 000 370 000 253 000 1 700 000 1 900 000 1 900 000 875 000 2 600 000 3 900 000 380 000 950 000 720 000 252 000 47 352 000.00 860 945.45
Perbaikan Saprodi (Rp) 300 000 1 200 000 150 000 125 000 110 000 780 000 625 000 690 000 865 000 750 000 1 500 000 150 000 350 000 280 000 400 000 34 133 000.00 620 600.00
Total Biaya Perbaikan (Rp) 875 000 2 900 000 550 000 495 000 363 000 2 480 000 2 525 000 2 590 000 1 740 000 3 350 000 5 400 000 530 000 1 300 000 1 000 000 652 000 81 485 000.00 1 481 545.45
Lampiran 10 Produktivitas padi responden petani pemilik Keterangan No Res 2 4 8 9 10 13 15 18 20 21 22 23 24 25 26 27 28 30
Luas (ha) 6.00 1.00 0.06 0.15 0.20 0.29 0.25 1.00 0.10 0.50 3.00 1.00 1.50 0.27 0.40 0.60 0.70 0.30
Produktivitas Sebelum Banjir Produktivitas Setelah Banjir Hasil Hasil Produktivitas Produktivitas Produksi Produksi (kw/ha) (kw/ha) (kw) (kw) 300.00 50.00 200.00 33.33 55.00 55.00 30.00 30.00 3.00 50.00 2.75 45.83 6.00 40.00 3.00 20.00 12.00 60.00 10.00 50.00 13.70 47.24 7.20 24.83 10.00 40.00 6.00 24.00 40.00 40.00 20.00 20.00 8.00 80.00 4.00 40.00 20.00 40.00 10.00 20.00 120.00 40.00 60.00 20.00 40.00 40.00 0.00 0.00 50.00 33.33 30.00 20.00 13.90 51.48 5.10 18.89 20.00 50.00 10.00 25.00 36.00 60.00 18.00 30.00 40.00 57.14 30.00 42.86 15.00 50.00 14.00 46.67
88
No Res
Luas (ha)
32 33 36 39 41 42 43 44 45 52 57 59 61 63 64 72 73 76 80 82 83 84 Total Ratarata
1.00 0.40 0.20 0.70 1.00 1.00 1.00 1.50 1.00 0.50 0.80 2.00 0.83 0.20 0.10 0.80 1.00 0.80 0.40 1.50 0.50 0.50 35.05
Hasil Produksi (kw) 50.00 15.00 10.30 36.00 30.00 47.50 52.00 77.00 50.00 30.00 40.00 91.00 43.00 10.50 4.00 50.00 50.00 48.00 24.00 65.00 22.00 24.00 1671.90
0.88
41.80
50.00 37.50 51.50 51.43 30.00 47.50 52.00 51.33 50.00 60.00 50.00 45.50 51.81 52.50 40.00 62.50 50.00 60.00 60.00 43.33 44.00 48.00 1973.10
Hasil Produksi (kw) 30.00 10.00 9.00 29.00 23.00 33.50 45.00 62.00 40.00 15.00 25.00 70.00 22.00 7.00 2.50 45.00 35.00 33.00 13.00 40.00 11.00 14.00 1074.05
49.33
26.85
Produktivitas (kw/ha)
Produktivitas (kw/ha) 30.00 25.00 45.00 41.43 23.00 33.50 45.00 41.33 40.00 30.00 31.25 35.00 26.51 35.00 25.00 56.25 35.00 41.25 32.50 26.67 22.00 28.00 1260.09 31.50
89
Lampiran 11 Produktivitas padi responden petani penggarap Keterangan No Res 1 3 4 5 6 7 11 12 13 14 16 17 19 25 26 29 31 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 53 54 55
Luas (ha) 0.20 1.50 5.00 3.00 0.40 2.50 2.00 1.50 0.50 0.30 0.35 0.30 0.40 1.00 0.50 0.20 0.50 0.20 1.00 0.10 0.40 0.80 0.30 0.50 0.50 1.00 1.50 0.50 2.50 1.00 1.50 0.15 0.14 0.10 0.15 0.20 0.20 0.30
Produktivitas Sebelum Banjir Hasil Produktivitas Produksi (kw/ha) (kw) 10.00 50.00 53.00 35.33 250.00 50.00 135.00 45.00 24.00 60.00 100.00 40.00 100.00 50.00 71.25 47.50 23.75 47.50 14.25 47.50 15.00 42.86 14.00 46.67 15.00 37.50 51.50 51.50 26.00 52.00 10.00 50.00 30.00 60.00 7.00 35.00 42.00 42.00 6.90 69.00 16.00 40.00 38.00 47.50 14.00 46.67 27.00 54.00 25.00 50.00 38.00 38.00 60.00 40.00 28.00 56.00 96.00 38.40 50.00 50.00 70.00 46.67 7.20 48.00 7.14 51.00 5.10 51.00 8.00 53.33 12.00 60.00 12.00 60.00 15.60 52.00
Produktivitas Setelah Banjir Hasil Produktivitas Produksi (kw/ha) (kw) 8.50 42.50 47.85 31.90 215.00 43.00 111.00 37.00 18.00 45.00 60.00 24.00 53.00 26.50 65.25 43.50 13.75 27.50 9.25 30.83 9.00 25.71 12.00 40.00 7.50 18.75 38.50 38.50 26.00 52.00 7.00 35.00 25.00 50.00 5.00 25.00 27.00 27.00 6.00 60.00 9.00 22.50 23.00 28.75 11.00 36.67 22.00 44.00 17.00 34.00 22.00 22.00 50.00 33.33 28.00 56.00 65.00 26.00 40.00 40.00 40.00 26.67 5.10 34.00 5.14 36.71 3.60 36.00 6.00 40.00 9.00 45.00 9.00 45.00 10.60 35.33
90
No Res 56 58 60 62 65 66 67 68 69 70 71 74 75 77 78 79 81 Total Ratarata
0.30 3.00 0.25 1.50 0.25 0.20 0.15 1.00 0.50 1.50 1.00 0.50 1.50 3.00 0.50 0.40 0.16 48.90
Hasil Produksi (kw) 16.00 120.00 5.00 60.00 10.00 8.00 6.00 60.00 40.00 80.00 40.00 26.00 78.00 178.00 28.00 18.00 10.00 2310.69
0.89
42.01
Luas (ha)
53.33 40.00 20.00 40.00 40.00 40.00 40.00 60.00 80.00 53.33 40.00 52.00 52.00 59.33 56.00 45.00 62.50 2675.42
Hasil Produksi (kw) 11.00 80.00 3.50 45.00 7.00 6.00 4.00 40.00 38.00 65.00 25.00 0.00 0.00 124.00 18.00 13.50 7.00 1627.04
48.64
29.58
Produktivitas (kw/ha)
Produktivitas (kw/ha) 36.67 26.67 14.00 30.00 28.00 30.00 26.67 40.00 76.00 43.33 25.00 0.00 0.00 41.33 36.00 33.75 43.75 1896.83 34.49
91
Lampiran 12 Hasil model regresi Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
1 (Constant)
11.366
1.025
-.257
.048
luban
.533
tiban
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
11.091
.000
-.389
-5.381
*.000
.565
1.769
.073
.517
7.326
*.000
.594
1.684
.156
.120
.084
1.304 **.196
.709
1.410
lamban
.244
.176
.076
1.392 **.168
.992
1.008
uspad
.123
.128
.056
.875
1.143
jss
.960
.340
a. Dependent Variable: rugi *nyata pada taraf α = 1% **nyata pada taraf α = 20%
Uji Normalitas H0: Data residual berdistribusi normal H1: Data residual tidak berdistribusi normal Asymp. Sig. (2-tailed)= 0.842 > α 20% maka data residual menyebar normal One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
84 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 .48216654
Absolute
.067
Positive
.067
Negative
-.054
Kolmogorov-Smirnov Z
.616
Asymp. Sig. (2-tailed)
.842
a. Test distribution is Normal.
92
Uji F Hipotesis uji: H0: Semua variabel bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y H1: Semua variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y Pvalue (0.000) < α 20% maka tolak H0 artinya semua variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y (model signifikan). ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
64.513
5
12.903
Residual
19.296
78
.247
Total
83.809
83
a. Predictors: (Constant), uspad, lamban, luban, tiban, jss b. Dependent Variable: rugi
F 52.155
Sig. .000a
93
Uji Multikolinearitas Hasil regresi menunjukkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas karena VIF semua variabel bebas kurang dari 10 (VIF < 10) Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
1 (Constant)
11.366
1.025
11.091
.000
-.257
.048
-.389 -5.381
.000
.565
1.769
luban
.533
.073
.517
7.326
.000
.594
1.684
tiban
.156
.120
.084
1.304
.196
.709
1.410
lamban
.244
.176
.076
1.392
.168
.992
1.008
uspad
.123
.128
.056
.960
.340
.875
1.143
jss
Std. Error
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
a. Dependent Variable: rugi
Uji Heteroskedastisitas Nilai Pvalue (0.336) > α 20% sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
F
.459
5
.092
Residual
6.165
78
.079
Total
6.624
83
Sig.
1.161
.336a
a. Predictors: (Constant), uspad, lamban, luban, tiban, jss b. Dependent Variable: abresid
Uji Autokorelasi Nilai Durbin-Watson hasil regresi (1.635) menunjukkan tidak terjadi autokorelasi pada model karena berada pada selang antara 1.55 dan 2.46 (Firdaus 2004) Model Summaryb
Model 1
R
R Square
.877a
.770
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .755
a. Predictors: (Constant), uspad, lamban, luban, tiban, jss b. Dependent Variable: rugi
.497
Durbin-Watson 1.635
94
Lampiran 13 Dokumentasi penelitian Kondisi Setelah Banjir
Sumber: penulis 2013 Ketua kelompok tani sedang menunjukkan hasil padi yang akan dipanen setelah banjir
Sumber: penulis 2013 Kualitas hasil padi yang buruk setelah banjir
Sumber: penulis 2013 Lahan sawah yang sudah dipanen setelah banjir
Sumber: penulis 2013 Lahan sawah di Desa Koper yang mengalami keterlambatan panen
Sumber: penulis 2013 Pengairan sawah menggunakan sistem pompanisasi
Sumber: penulis 2013 Kondisi lahan pertanian di Desa Renged Kecamatan Kresek
95
Kondisi Setelah Banjir
Sumber: penulis 2013 Sumber: penulis 2013 Tanggul Sungai Cidurian Tanggul Sungai Cidurian Kegiatan Wawancara dengan Petani
Sumber: penulis 2013 Wawancara dengan petani di Desa Kresek
Sumber: penulis 2013 Wawancara dengan petani di Desa Renged
Sumber: penulis 2013 Wawancara dengan petani di Desa Talok
Sumber: penulis 2013 Wawancara dengan petani di Desa Koper
96
Kondisi Saat Banjir
Sumber: Ketua poktan 2013 Banjir di lahan sawah
Sumber: Kecamatan Kresek 2013 Banjir yang terjadi pada saluran irigasi
Sumber: Kecamatan Kresek 2013 Tanggul Sungai Cidurian yang rusak
Sumber: Kecamatan Kresek 2013 Kondisi lahan pertanian saat banjir
97
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Nurul Aini Muhtar, dilahirkan di Bogor pada tanggal 31 Mei 1991 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Muhtarman dan Sumaryani. Penulis mengawali pendidikan di TK Miftahussalam Bogor dan melanjutkan ke pendidikan dasar di Sekolah Dasar Rimba Putra tahun 1997-2003. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2006. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2009. Penulis melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2009 dan diterima sebagai mahasiswi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan. Penulis pernah aktif sebagai anggota Divisi Musik Gentra Kaheman tahun 2010 dan Staff Divisi Entrepreneurship Resource and Environmental Economics Student Association (REESA) tahun 2011-2012. Selain itu, penulis aktif sebagai panitia kegiatan mahasiswa dan peserta pada berbagai kegiatan seminar serta lomba karya tulis ilmiah seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Penulis menerima beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) pada tahun 2010-2011 dan Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2012-2013.