Analisis Daerah Genangan Akibat Luapan Sungai Porong Kabupaten Sidoarjo Rizhandi Nugroho Nusantoro1, Donny Harisuseno2, Ery Suhartanto2 1
Mahasiswa Program Sarjana Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia Jl. MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia E-mail:
[email protected], -, ABSTRAK
Banjir adalah bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya banjir. Salah satu daerah yang perpotensi terjadi banjir adalah kabupaten Sidoarjo khususnya didaerah sekitar Kali Porong. Sehingga tujuan studi ini adalah memetakan luas daerah genangan yang terjadi akibat banjir Kali Porong yang secara geografis sungai ini merupakan batas antara Kabupaten Sidoarjo dengan Kabupaten Pasuruan. Metode yang dipakai dalam studi ini adalah menggunakan simulasi debit banjir rancangan kala ulang 25, 50, dan 100 tahun dengan bantuan aplikasi HEC-RAS v.4.1 dan aplikasi HEC-GeoRAS v.3.1 yang merupakan file ekstensi dari program ArcView 3.3. Data yang dipakai adalah debit harian maksimum tahunan yang Kali Porong tahun 1996 – 2006, data pasang surut, dan data kontur Kali Porong. Hasil studi menggunakan aplikasi HEC-RAS didapatkan pada KP 240 sampai KP 270 terjadi luapan banjir yang mengakibatkan sungai tidak dapat menampung kapasitas air, sedangkan dengan menggunakan aplikasi HEC-GeoRAS didapatkan luas genangan yang terjadi menggunakan debit Q25, Q50, Q100 berurutan sebesar 174,8 km2, 175,2 km2, dan 175,6 km2. Kata kunci: banjir; genangan; kedalaman; simulasi ABSTRACT Floods are natural disasters that frequently occur in Indonesia. Many factors that cause flooding. Area that potentialy flooded is Sidoarjo particularly in the area around the Porong River. So the purpose of this study is to map the extent of inundation caused by the floods. In geographically Porong river is the boundary between the Sidoarjo district and Pasuruan. The method used in this study is the use of simulation when the design flood discharge on 25, 50, and 100 years with the help of application HEC-RAS v.4.1 application and HEC-GeoRAS v.3.1 application that is a extension file of the ArcView 3.3 program. Data that used in this study are annual maximum daily discharge Porong River in 1996 - 2006, Porong River tide data and contour data of Porong River. Results of studies using HEC-RAS applications obtained at KP 240 to KP 270 overflow occurs resulting in river flood can not accommodate the capacity of the water, then with analysis using HECGeoRAS application obtained extensive inundation occurs using simulation of Q 25, Q50, Q100 sequentially by 174.8 km2, 175.2 km2 and 175.6 km2. Keywords: floods; inundation; depth; simulation
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Salah satu bencana alam yang menimbulkan dampak yang merusak adalah banjir. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana seIndonesia menyatakan potensi banjir dan longsor terus meningkat mulai dari tahun 1815 sampai 2014. Data menyatakan bahwa Indonesia rawan banjir dan longsor setidaknya saat ada 61 juta jiwa penduduk yang tinggal di 315 kabupaten atau kota yang berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari banjir. Dampak bencana banjir dan longsor cukup besar. Selama kurun waktu 1815-2014 terdapat 8.501 kejadian bencana banjir dan longsor. Dampaknya 31.432 orang tewas, 20,7 juta mengungsi dan menderita, dan ratusan ribu rumah rusak. Untuk tahun 2014, data sementara ada 697 kejadian banjir dan longsor yang menyebabkan 399 orang tewas, 1,7 juta jiwa mengungsi dan menderita, dan ribuan rumah rusak. Kondisi pada tahun 2014. Media republika.co.id mengatakan bahwa Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) pada akhirnya turun tangan untuk mengatasi banjir di Porong. Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Dwinanto di Sidoarjo, Rabu (5/2), mengatakan, tujuh unit pompa tersebut digunakan untuk menyedot air yang masih menggenangi kawasan Porong. Beliau mengemukakan, air sedotan banjir
tersebut sebagian dikembalikan lagi ke sungai dan sebagian ada yang ditampung di dalam kolam penampungan. Tingginya curah hujan yang terjadi di kawasan tersebut juga menjadi salah satu hambatan terjadinya banjir mengingat lokasi banjir lebih rendah dibandingkan dengan wilayah lainnya. 1.3. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui besarnya debit Sungai Porong dengan kala ulang 25 tahun (Q25), 50 tahun (Q50), dan 100 tahun (Q100). 2. Mengetahui kapasitas Kali Porong pada kondisi eksisting untuk menampung debit dengan kala ulang 25 tahun (Q25), 50 tahun (Q50), dan 100 tahun (Q100). 3. Mengetahui sebaran daerah genangan akibat adanya luapan Sungai Porong Kabupaten Sidoarjo. 4. Mengetahui alternatif penanggulangan daerah genangan akibat luapan Sungai Porong Kabupaten Sidoarjo. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisa Frekwensi Pada studi ini dilakukan metode analisa Distribusi Gumbel dan Distribusi Log Pearson III a. Distribusi Gumbel Tujuan teori statistik nilai ekstrim adalah untuk menganalisis hasil pengamatan nilai – nilai ekstrim tersebut untuk memperkirakan nilai ekstrim berikutnya. Untuk menghitung probabilitas kumulatifnya (P): (
( )
)
Untuk menghitung waktu balik (Tr): ( )
( )
atau, [
( ) ] ( )
Faktor frekwensi dengan:
Gumbel
ditulis
Nilai G didapat dari: Tabel 1. Nilai G (Cs) 3,0 2,5 2,2 2,0 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0.2 0,1 0,0 ‐0,1 ‐0,2 ‐0,3 ‐0,4 ‐0,5 ‐0,6 ‐0,7 ‐0,8 ‐0,9 ‐1,0 ‐1,2 ‐1,4 ‐1,6 ‐1,8 ‐2,0 ‐2,2 ‐2,5 ‐3,0
dengan: Yt = reduced variate Yn = reduced mean yang tergantung dari besarnya sampel n Sn = reduced standar deviation yang tergantung pada besarnya sampel n Kemudian untuk menghitung nilai ekstrim digunakan rumus Chow: ̅ dengan: X = harga nilai ekstrim
̅
s K
= harga rerata sampel = simpangan baku sampel = faktor frekwensi
b.
Distribusi Log Pearson III Merupakan distribusi yang fleksibel dengan kepencengan dari negatif sampai positif. Penerapan log adalah untuk mereduksi kepencengan yang terlalu positif. Untuk menghitung nilai tengah logaritma dengan rumus: ∑ ̅̅̅̅̅̅̅ Untuk menghitung nilai deviasinya dengan rumus: √
∑
(
standar
̅̅̅̅̅̅̅ )
Untuk menghitung koefisien kepencengan dengan rumus: ̅̅̅̅̅̅̅ ) ∑ ( ( )( ) Menghitung logaritma debit dengan waktu balik yang dikehendaki dengan rumus sebagai berikut: ̅̅̅̅̅̅̅̅
2
5
10
50 ‐0,396 ‐0,360 ‐0,330 ‐0,307 ‐0,282 ‐0,254 ‐0,225 ‐0,195 ‐0,164 ‐0,148 ‐0,132 ‐0,116 ‐0,099 ‐0,083 ‐0,066 ‐0,050 ‐0,033 ‐0,017 0,000 0,017 0,033 0,050 0,066 0,083 0,099 0,116 0,132 0,148 0,164 0,195 0,225 0,254 0,282 0,307 0,330 0,360 0,396
20 0,420 0,518 0,574 0,609 0,643 0,675 0,705 0,732 0,758 0,769 0,780 0,790 0,800 0,808 0,816 0,824 0,830 0,836 0,842 0,836 0,850 0,853 0,855 0,856 0,857 0,857 0,856 0,854 0,852 0,844 0,832 0,817 0,799 0,777 0,752 0,711 0,636
10 1,180 1,250 1,284 1,302 1,318 1,329 1,337 1,340 1,340 1,339 1,336 1,333 1,328 1,323 1,317 1,309 1,301 1,292 1,282 1,270 1,258 1,245 1,231 1,216 1,200 1,183 1,166 1,147 1,128 1,086 1,041 0,994 0,945 0,895 0,844 0,771 0,660
Periode Ulang Tahun 25 50 Peluang (%) 4 2 2,278 3,152 2,262 3,048 2,240 2,970 2,219 2,912 2,193 2,848 2,163 2,780 2,128 2,706 2,087 2,626 2,043 2,542 2,018 2,498 2,998 2,453 2,967 2,407 2,939 2,359 2,910 2,311 2,880 2,261 2,849 2,211 2,818 2,159 2,785 2,107 2,751 2,054 2,761 2,000 1,680 1,945 1,643 1,890 1,606 1,834 1,567 1,777 1,528 1,720 1,488 1,663 1,488 1,606 1,407 1,549 1,366 1,492 1,282 1,379 1,198 1,270 1,116 1,166 0,035 1,069 0,959 0,980 0,888 0,900 0,793 0,798 0,666 0,666
100
200
1000
1 4,051 3,845 3,705 3,605 3,499 3,388 3,271 3,149 3,022 2,957 2,891 2,824 2,755 2,686 2,615 2,544 2,472 2,400 2,326 2,252 2,178 2,104 2,029 1,955 1,880 1,806 1,733 1,660 1,588 1,449 1,318 1,200 1,089 0,990 0,905 0,799 0,667
0,5 4,970 4,652 4,444 4,298 4,147 3,990 3,828 3,661 3,489 3,401 3,312 3,223 3,132 3,041 2,949 2,856 2,763 2,670 2,576 2,482 2,388 2,294 2,201 2,108 2,016 1,926 1,837 1,749 1,664 1,501 1,351 1,216 1,097 1,995 0,907 0,800 0,667
0,1 7,250 6,600 6,200 5,910 5,660 5,390 5,110 4,820 4,540 4,395 4,250 4,105 3,960 3,815 3,670 3,525 3,380 3,235 3,090 3,950 2,810 2,675 2,540 2,400 2,275 2,150 2,035 1,910 1,800 1,625 1,465 1,280 1,130 1,000 0,910 0,802 0,668
Sumber: CD, Soemarto, 1999 2.2. Uji Kesesuaian Distribusi a. Uji Chi Square (X2) Uji Chi Square digunakan untuk uji kesesuaian distribusi secara vertikal dari data. Uji ini didasarkan pada perbedaan nilai ordinat teoritis atau frekuensi harapan dengan ordinat empiris. yang dinyatakan dengan rumus: ( ) =∑ dengan: X2 = harga Chi – Square hitung Ef = Frekuensi teoritis kelas k (Expected Frequency) Of = Frekuensi pengamatan kelas k (Observed Frequency) k = Jumlah kelas b.
Uji Smirnov-Kolmogorov Uji Smirnov – Kolmogorov digunakan untuk menguji kesesuaian dari distribusi secara horisontal dari data. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan probabilitas tiap data antara sebaran empiris dan sebaran teoritis.
Distribusi dianggap sesuai bila:
Δmaks < Δcr dengan: Δmaks = simpangan maksimum dari data Δcr = simpangan yang diperoleh dari dengan selang keyakinan () tertentu 2.3. Alternatif Penganggunalangan menggunakan Tanggul Tanggul di sepanjang sungai adalah salah satu bangunan yang paling utama dan paling penting dalam usaha melindungi kehidupan dan hartabenda masyarakat terhadap genangangenangan yang disebabkan oleh banjir dan badai. Tanggul dibangun terutama dengan konstruksi urugan tanah. a. Bagian Tanggul
Gambar 1. Nama Bagian Tanggul b.
Tinggi Jagaan Tinggi jagaan merupakan tambahan tinggi pada tanggul untuk menampung loncatan air dari permukaan air sungai yang sedang mengalir, walaupun debitnya masih lebih rendah dari debit rencana. Tabel 2. Tinggi Jagaan Tanggul Debit banjir Tinggi Rencana Jagaan (m3/dt) (m) < 200 0,6 200 – 500 0,8 500 – 2000 1,0 2000 – 5000 1,2 5000 – 10.000 1,5 > 10.000 2,0 Sumber: Sosrodarsono, 1994
c.
Lebar Mercu Tanggul Mercu tanggul diperlukan dalam rangka pencegahan bahaya banjir, seperti pencegahan bobolnya tanggul akibat limpasan atau akibat gelombang dan untuk jalan-jalan transportasi dalam pelaksanaan pembangunan tanggul. Tabel 3. Lebar Mercu Tanggul Debit banjir Lebar rencana Mercu (m3/dt) (m) < 500 3 500 – 2000 4 2000 – 5000 5 5000 – 10.000 6 > 10.000 7 Sumber: Sosrodarsono, 1994 c.
Kemiringan Lereng Tanggul Dalam keadaan biasa tanpa perkuatan, lereng, tanggul direncanakan dengan kemiringan 1:2 atau lebih kecil. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Daerah Studi Studi ini dilakukan pada wilayah Kali Porong yang merupakan sungai banjir kanal (floodway) Kali Brantas yang berhulu di Kota Mojokerto dengan bendungnya yaitu Bendung Lengkong Baru, mengalir ke arah timur dan bermuara di Selat Madura. Secara geografis, Kali Porong terletak antara 112,5⁰ BT – 112,9⁰ BT dan 7,3⁰ LS - 5⁰ LS. Sungai ini juga merupakan batas Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan.
Gambar 2. Peta Lokasi Studi
3.2. Data yang diperlukan Dalam penyusunan studi ini diperluakan data-data yang mendukung baik itu data primer maupun data sekunder. Yang dimaksud data sekunder adalah data yang bersumber dari instansi-instansi yang terkait dan pernah dilakukan pengukuran, sedangkan data primer diperoleh berdasarkan pengukuran langsung di lapangan. Secara umum data yang diperlukan dalam studi ini adalah: a. Data Debit Data debit kali Porong digunakan untuk analisa karakteristik banjir/debit yang terjadi. b. Data Penampang Sungai Data penampang memanjang dan melintang sungai yang digunakan untuk analisa pengaliran debit di sungai dengan menggunakan paket program HEC-RAS v.4.1. dan HEC-GeoRAS v.3.1. 3.3. Sistematika Pengerjaan Studi Secara garis besar tahapan penyelesaian studi ini adalah sebagai berikut: a. Menghitung data debit menggunakan metode analisa frekwensi dengan distribusi Log Pearson III untuk mengetahui debit banjir rancangan dengan kala ulang 25 tahun (Q25), 50 tahun (Q50), dan 100 tahun (Q100) yang terjadi di Sungai Porong. b. Input data debit banjir rancangan, data cross section, data long section pada program HEC-RAS 4.1 c. Menganalisa profil aliran sungai dengan bantuan program HECRAS 4.1. Dari program ini dapat diketahui kapasitas tampungan sungai, titik kritis tempat terjadi luapan banjir, luas permukaan luapan banjir dengan debit andalan yang telah ditentukan, dan perubahan dasar sungai yang mengakibatkan banjir.
d.
Impor data HEC-RAS 4.1 ke HECGeoRAS 3.1 Analisis luas genangan dan tinggi genangan dengan debit banjir rancangan menggunakan program HEC-GeoRAS 3.1 yang akan menghasilkan pemetaan dataran banjir. Menganalisa alternatif penanggulangan terhadap dataran banjir yang telah dikembangkan dengan HEC-GeoRAS 3.1. Memberikan kesimpulan dan rekomendasi terhadap hasil studi yang telah dilakukan. Selesai
e.
f.
g.
h.
4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Hidrologi Dari hasil perhitungan debit rancangan didapatkan hasil: Tabel 4. Rekapitulasi debit rancangan Debit Rancangan (m3/det) Tr (tahun) Gumbel Log Pearson III 25 1624.85 1441.56 50 1807.48 1577.47 100 1988.76 1713.55
Setelah diuji menggunakan Uji Chi Square maka rekapitulasi hasil yang didapatkan adalah: Tabel 5. Rekapitulasi hasil uji Chi Square Derajat Bebas Dk = 1 Dk = 2
α (%)
X2cr
5 1 5 1
3.841 6.635 5.991 9.210
Dist. Gumbel X2 hitung 3.182 3.182 3.182 3.182
Hasil Diterima Diterima Diterima Diterima
Dist. Log Pearson III X2 hitung Hasil 1.000 Diterima 1.000 Diterima 1.000 Diterima 1.000 Diterima
Sedangkan untuk pengujian dengan Uji Smirnov Kolmogorov didapatkan hasil: Tabel 6. Rekapitulasi hasil uji Smirnov Kolmogorov n
α (%)
Δcr
11 11
5 1
0.391 0.468
Dist. Gumbel Δmaks 0.147 0.147
Hasil Diterima Diterima
Dist. Log Pearson III Δmaks Hasil 0.115 Diterima 0.115 Diterima
4.2. Analisa HEC-RAS 4.1 Dari bantuan aplikasi HEC-RAS didapatkan hasil potongan memanjang sungai studi sebagai berikut: Plan: mixed
13 Legend EG PF 3 WS PF 3
5
02
Porong Hulu Hilir 10
Plan: mixed
Porong Hulu Hilir
Elevation (m)
Sungai P orong Mei 2013
Sungai P orong Mei 2013 10
Legend
Crit PF 3 Ground Left Levee Right Levee
0
Ground Left Levee
Elevation (m)
5
-5
Right Levee 0
5000
10000
15000
20000
25000
Main Channel Distance (m) 0
Gambar 7. Analisis Long Section menggunakan debit 100 tahun
-5
0
5000
10000
15000
20000
25000
Dapat dilihat dari gambar diatas bahwa mulai pada KP240 sampai KP270 air sungai meluap sehingga diperlukan solusi. Dan berikut adalah contoh beberapa hasil analisis potongan melintang yang dihasilkan menggunakan debit 25 tahun.
Main Channel Distance (m)
Gambar 3. Potongan memanjang sungai Porong Dan denah sungai Porong yang terbentuk adalah sebagai berikut: 09 10 23
25 24
22
21
20
19 Po r ong
18
17
16
15
14
13
12
08
11
07 06
Hulu Hilir
05
Sungai P orong Mei 2013
04 03
Plan: mixed
13
KP 152 01
.02
.02
. 0 2
10
Legend
Gambar 4. Denah sungai Porong NoneGeo-Ref of Geo-Ref the XS's Non user Non Geo-Ref are interpolated entered Geo-Ref Geo-Referenced user XSinterpolated XS entered(XSXS)
Setelah data sebit dimasukkan maka hasil potongan memanjang yang dihasilkan menggunakan debit 25, 50, dan 100 tahun adalah sebagai berikut: Sungai P orong Mei 2013
Plan: mixed
13
Porong Hulu Hilir 10
Elevation (m)
8
EG PF 1
6
WS PF 1
4
Crit PF 1
2
Ground Levee
0
Bank Sta
-2 -4 -50
0
50
100
150
200
250
Station (m)
Gambar 8. Analisis Cross Section KP 152
Legend EG PF 1
Sungai P orong Mei 2013
WS PF 1
Plan: mixed
13
KP 200
Crit PF 1
.02
Ground
.02
.02
6
Legend
4
EG PF 1
Left Levee Right Levee
0
Elevation (m)
Elevation (m)
5
-5
WS PF 1
2
Crit PF 1 0
Ground
-2
Levee Bank Sta
-4 0
5000
10000
15000
20000
25000
-6 -200
Main Channel Distance (m)
Gambar 5. Analisis Long Section menggunakan debit 25 tahun Sungai P orong Mei 2013
Plan: mixed
-150
0
50
100
Gambar 9. Analisis Cross Section KP 200
13
Sungai P orong Mei 2013
Legend
4
WS PF 2 5
Crit PF 2
Right Levee
. 0 2
.02
13 . 0 2
Legend EG PF 1
2
Elevation (m)
Ground Left Levee
Plan: mixed
KP 270
EG PF 2
Elevation (m)
-50 Station (m)
Porong Hulu Hilir 10
0
-100
WS PF 1 0
Crit PF 1 Ground
-2
Levee -4
Bank Sta
-5
-6 -100 0
5000
10000
15000
20000
25000
Main Channel Distance (m)
Gambar 6. Analisis Long Section menggunakan debit 50 tahun
0
100
200
300
400
500
600
700
Station (m)
Gambar 10. Analisis Cross Section KP 270
4.3. Analisa HEC-GeoRAS 3.1 Dari data yang telah tersedia dan bantuan aplikasi HEC-GeoRAS didapatkan hasil analisa luas genangan adalah sebagai berikut:
Gambar 11. Sebaran daerah genangan dengan debit 25 tahun
Gambar 12. Sebaran daerah genangan dengan debit 50 tahun
Gambar 13. Sebaran daerah genangan dengan debit 100 tahun Dari hasil yang didapatkan maka tabulasi luas genangan dapat dilihat dari tabel dibawah: Tabel 7. Tabulasi luas genangan Kala Ulang
Luas Genangan (ha)
Luas Genangan (km2)
Q25 Q50 Q100
17488,4 17522,8 17562,0
174,8 175,2 175,6
El. Muka Air di Hulu KP150 (mdpl) + 5,10 + 5,33 + 5,55
4.4. Alternatif Penanggulangan a. Normalisasi sungai Dalam penanganan alternatif normalisasi sungai dibuat perencanaan
saluran dengan menggunakan cara melebarkan sungai yang didasarkan pada kondisi lapangan yang ada yang fungsinya adalah untuk menurunkan tinggi muka air. Diperkirakan untuk pelebaran sungai dibuat dengan melihat kanan dan kiri sungai yang memungkinkan untuk dilaksanakan pelebaran sungai Setelah dilakukan normalisasi sungai, hasil perencanaan pelebaran sungai dimasukkan ke dalam HECRAS dan didapatkan hasil yang sama. Dalam studi kasus ini didapatkan tinggi muka air yang sama meskipun lereng sungai telah dilebarkan dikarenakan nilai batas kondisi yang ada menggunakan batas pasang tertinggi senilai 3,25 mdpl. Sehingga normalisasi sungai dalam studi kasus ini tidak dapat dipakai. b. Perencanaan tanggul sungai Sebelum merencanakan tanggul terlebih dahulu harus diperhatikan dengan teliti situasi sungai, sehingga dalam perencanaan pembuatan tanggul terutama penempatan tanggul akan sesuai dengan situasi sungai sesungguhnya dan juga tidak mengganggu masyatakat sekitar. Contoh perencanaan tanggul pada patok KP240 adalah sebagai berikut: 1. Debit Rencana = Q25 sebesar 1441,56 m3/det dengan kondisi keadaan air laut pasang tertinggi. 2. Bahan = Urugan tanah 3. El. muka air = +3,42 m 4. El. dasar sungai = -4,12 m 5. Tinggi muka air = (el. muka air – el. dasar sungai) 7,54 m 6. Tinggi jagaan = 1 m 7. Tinggi tanggul = (tinggi muka air + jagaan) 8,54 m 8. Lebar sungai = 400 m 9. Lebar berm = 50 m 10. Lebar mercu = 4 m 11. Kemiringan tanggul = 1 : 2 12. Kemiringan lereng = 1 : 2
Tanggul dibangun dengan menggunakan bahan urugan tanah dengan perkuatan lereng yaitu pasangan batu kali. Penggunaan pasangan batu kali dikarenakan pada beberapa kondisi lapangan yang hanya menggunakan urugan tanah tanpa menggunakan perkuatan apapun maka lereng akan mudah longsor, sehingga bahan pasangan batu kali akan memperkuat lereng agar tidak mudah longsor. Maka tabulasi untuk perencanaan tanggul dapat dilihat dari tabel dibawah: Tabel 8. Tabulasi perencanaan tanggul menggunakan debit 25 tahun Elevasi Dasar (mdpl) -4.12 -4.59 -5.48 -4.30 -3.20 -3.30 -4.70
Patok KP240 KP245 KP250 KP255 KP260 KP265 KP270
Muka Air (mdpl) 3.42 3.30 3.28 3.29 3.25 3.25 3.25
Tinggi Air (m) 7.54 7.89 8.76 7.59 6.45 6.55 7.95
Tinggi Jagaan (m) 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Rencana Tanggul (mdpl) 4.42 4.30 4.28 4.29 4.25 4.25 4.25
2.
Setelah perencanaan tanggul sungai dibuat maka dapat dilihat pada gambar dibawah bahwa luapan sungai sudah tidak terjadi. Sungai P orong Mei 2013
Plan: P lan 14
20
Porong Hulu Hilir 10
Legend EG PF 3
8
EG PF 2 EG PF 1
Elevation (m)
6
WS PF 2 WS PF 3
4
WS PF 1 Crit PF 3
2
Crit PF 2
0
Crit PF 1
-2
Left Levee
Ground
RightLevee
-4 -6 -8
0
5000
10000
15000
20000
25000
Main Channel Distance (m)
Gambar 14. Potongan melintang setelah direncanakan tanggul 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa yang telah dijelaskan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Setelah data debit dalam studi ini melewati proses uji homogenitas data yaitu Uji F dan Uji T, dengan
3.
menggunakan alternatif uji kesesuaian distribusi yaitu Uji Chi Square dan Uji SmirnovKolmogorof, didapatkan hasil distribusi Log Pearson III yang mempunyai nilai penyimpangan data kecil. Sehingga dalam studi ini digunakan debit banjir rancangan menggunakan distribusi Log Pearson III dengan rincian: Debit banjir kala ulang 25 tahun (Q25) sebesar 1441,56 m3/dt. Debit banjir kala ulang 50 tahun (Q50) sebesar 1577,47 m3/dt. Debit banjir kala ulang 100 tahun (Q100) sebesar 1713,55 m3/dt. Kapasitas kali porong dalam analisis HEC-RAS dengan menggunakan batas kondisi di hilir + 3,25 m adalah sebagai berikut: Debit 1441,56 m3/dt sebesar 26,91 juta m3, terjadi banjir pada KP 240 hingga KP 270 dengan tinggi muka air pada KP 240 sebesar + 3,42 m. Debit 1577,47 m3/dt sebesar 27,29 juta m3, terjadi banjir pada KP 240 hingga KP 270 dengan tinggi muka air pada KP 240 sebesar + 3,45 m. Debit 1713,55 m3/dt sebesar 27,67 juta m3, terjadi banjir pada KP 240 hingga KP 270 dengan tinggi muka air pada KP 240 sebesar + 3,48 m. Didapatkan nilai luas genangan banjir yang terjadi sebagai berikut: Menggunakan debit banjir kala ulang 25 tahun (Q25) sebesar 174,8 km2 dan tinggi muka air di hulu (KP 150) sebesar + 5,10 m. Menggunakan debit banjir kala ulang 50 tahun (Q50) sebesar 175,2 km2 dan tinggi muka air di hulu (KP 150) sebesar + 5,33 m.
4.
Menggunakan debit banjir kala ulang 100 tahun (Q100) sebesar 175,6 km2 dan tinggi muka air di hulu (KP 150) sebesar + 5,55 m. Setelah diketahui luas genangan maka direncanakan alternatif penanggulangan. Dalam alternatif penanggulangan studi ini ada dua yaitu dengan normalisasi sungai dan perencanaan tanggul sungai. Didapatkan hasil dengan normalisasi sungai, tinggi muka air pada KP 240 sampai KP 270 tidak mengalami pengurangan hingga pelebaran 2 km ke arah kanan dan kiri sungai. Maka alternatif yang bisa digunakan adalah menggunakan tanggul sungai. Dengan adanya upaya tersebut, kapasitas kali Porong mampu menampung debit dengan kala ulang 25 tahun (Q25), 50 tahun (Q50), dan 100 tahun (Q100).
5.2. Saran Selain beberapa kesimpulan diatas, ada beberapa saran guna mendukung studi lanjut yang berkaitan dengan pengendalian banjir di sungai Porong yaitu: 1. Dalam analisis luas genangan menggunakan HEC-geoRAS
2.
disarankan menggunakan data kontur dengan interval 1 m atau lebih kecil dan menggunakan data batimetri atau kontur dibawah muka air agar dalam hasil penampang melintang yang dikeluarkan HEC-RAS menyerupai sungai asli. Agar hasil yang didapatkan bisa maksimal maka diperlukan studi lanjut untuk perencanaan tanggul sungai di kawasan Kali Porong ini.
DAFTAR PUSTAKA 1. Limantara, L.M. 2009. Hidrologi TSA-2. CV. Asrori. Malang. 2. Limantara, L.M. 2010. Hidrologi Praktis. Lubuk Agung. Bandung 3. Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional. Surabaya. 4. Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data: Jilid 1. Nova. Bandung. 5. Sosrodarsono, Suyono. Takeda, Kensaku. 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. 6. Sosrodarsono, Suyono. Tominaga, Masateru. 1994. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. PT. Pradnya Paramita. Jakarta