ERA PKMD, POSYANDU DAN PENYULUHAN KESEHATAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK (KURUN WAKTU 1975 – 1955)
A. PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN Perlunya peran serta masyarakat dalam pembangunan, termasuk di bidang kesehatan , didasarkan pada kesadaran bahwa tidak mungkin pembangunan hanya di lakukan dan di tanggung jawab oleh pemerintah saja. Masyarakat bukan hanya sebagai obyek tetepi juga sebagai subyek pembangunan. Hal ini sejak awal sudah merupakan konsep dasar pendidikan atau penyuluhan kesehatan, yang sudah dilaksanakan sejak sebelum dan di awal kemerdekaan. Berdasarkan pertemuan Alma (1978), WHO memberi rumusan tentang peran serta masyarakat adalah suatu proses dimana individu dan keluarga: 1. Bertanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat. 2. Berkembang kemampuannya untuk berkontribusi dalam pembangunan 3. Mengetahui keadaannya dengan lebih baik dan termotivasi untuk memecahkan masalahnya. 4. Memungkinkan menjadi penggerak pembangunan (agent of development) Bank Dunia ( world Bank,1978) merumuskan partisipasi masyarakat dari dimensi cakupannya, yakni : 1. Keterlibatan dari semua unsure yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan terhadap apa yang harus di kerjakan dan bagaimana cara pelaksanaanya. 2. Kontribusi masa dalam upaya pembangunan, misalnya dalam pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil. 3. Menikmati bersama hasil program pembangunan Selanjutnya dalam “World Health Assembly 1979” dirumuskan : peran serta masyarakat adalah proses utuk mewujudkan kerjasama kemitraan (parthnership) antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam merencanakan, melaksanaan dan memanfaatkan kegiatan kesehatan, sehingga di peroleh manfaat berupa peningkatan kemampuan swadaya masyarakat dan masyarakat ikut berperan dalam penentuan prasarana dan pemeliharaan teknologi tepat guna dalam pelayanan kesehatan. Dari berbagai pengertian dan rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa : peran serta masyarakat adalah proses dimana individu dan keluarga serta lembaga swadaya masyarakat termasuk swasta: 1. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan diri sendiri, keluarga serta masyarakat. 2. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam peningkatan kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk memecahkan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi.
3. Menjadi agen, perintis atau penggerak pembangunan kesehatan dan pemimpin pergerakan peran serta masyarakat dibidang kesehatan yang dilandasi semangat gotong royong. Dalam perkembangannya nanti, istilah peran serta masyarakat dipandang kurang dinamis. Istilah tersebut dipandang kurang sesuai dengan isi pengertian yang dicakupnya. Di dunia internasional, selanjutnya juga digunakan istilah lain yang lebih menunjukkan tanggung jawab masyarakat yang lebih besar, yaitu : empowerment, atau community empowerment. Di Indonesia istilah itu menjadi “pemberdayaan masyarakat”.
B. MUNCULNYA PKMD PKMD ( Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa ) mulai muncu dipermukaan pada sekitar tahun 1975 pada waktu itu depkes membentuk panitia kerja untuk meningkatkan konsep program PKMD. Ketuanya adalah Dr. R. Soebekti, dirjen pembinaan kesehatan masyarakat. Landasan dasar di kembangkannya PKMD ini adalah sejarah kebudayaan bangsa Indonesia yang telah turun menurun yakni gotong royong dan musyawarah. Mengacu pada dua prinsip ini maka konsep PKMD dikembangkan dengan format kekeluargaan dan saling membantu. PKMD juga dikaitkan dengan kebijakan departemen dalam negeri untuk melaksanakan program pembangunan desa jangka panjang, yaitu untuk menuju desa suasembada dengan pendekatan UDKP (Unit Daerah Kerja Pembangunan). Tiga tipe daerah pembangunan desa pada waktu dikelompokkan berdasarkan perkembangannya yakni desa swadaya (desa tradisional), desa swakarya (desa transisi), dan desa swasembada (desa modern). Kemudian pada tahun 1976 (januari) di dalam rapat kerja kesehatan nasional ditetapkan bahwa PKMD merupakan pendekatan yang strategis untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan dengan target meningkatkan kesehatan masyarakat. PKMD adalah program nasional. Untuk mengoperasikan PKMD pada bulan maret tahun 1976 diadakan lokakarya. Hasil lokakarya tersebut menetapkan Kabupaten Karanganyar sebagai daerah uji coba PKMD. Disamping itu lokakarya juga menetapkan prokesa (promoter kesehatan desa) merupakan tenaga lapangan PKMD, dan dana sehat merupakan salah satu elemen pokok PKMD. Pada rapat kerja kesehatan nasional tahun 1977, hasil uji coba PKMD di Kabupaten Karanganyar dibahas, dari hasil pembahasan disimpulkan bahwa PKMD dimantapkan sebagai strategi nasional untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia terutama di daerah pedesaan. Oleh sebab itu, implementasi PKMD di perluas secara nasional, bukan saja dipedesaan tetapi juga di perkotaan, sehingga muncul istilah PKMD perkotaan.
C. PKMD DAN DEKLARASI ALMA ATA PKMD adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan dengan berazazkan gotongroyong dan swadaya. Tujuan umum PKMD dilaksanakan dalam rangka menolong diri (masyarakat) sendiri untuk mengenal dan memecahkan masalah atau
kebutuhan yang dirasakan masyarakat. Sasaran utama PKMD adalah masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kehidupannya yang sehat dan sejahtera. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan tingkat kecamatan atau kelurahan yang mengambil parakarsa dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Tujuan khusus PKMD adalah ; 1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki untuk menolong diri sendiri dalam meningkatkan mutu hidup. 2. Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan serta aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. 3. Menghasilkan tenaga-tenaga msyarakat setempat yang mamu, trampil serta mampu berperan aktif dalam kegiatan pembangunan. 4. Meningkatkan kesehatan masyarakat PKMD memperoleh dukungan dunia internasional yang menggalakkan primary healt care yang dicetuskan dalam “Deklarasi Alma Ata”. Dicetuskan pada tahun 1978 dalam suatu konferensi kesehatan yang dihadiri oleh 140 negara didunia, termasuk Indonesia, di Alma Ata. Salah satu keputusan penting konfrensi adalah di deklarasikan “Sehat Untuk Semua Pada Tahun 2000” atau yang lebih dikenal dengan “Health For All By The Year 2000”. Indonesia sepakat ingin mencapai kesehatan untuk semua tahun 2000 dan “Primary Health Care” sebagai bentuk operasionalnya. Yang intinya adalah pelaksanaan “Primary Health Care”, maka memberikan dorongan pada pelaksanaan PKMD di Indonesia.
D. PKMD dan SKN Pada sekitar tahun 1982 ditetapkan Sistem Kesehatan Nasional oleh menteri Kesehatan RI yang menetapkan pembangunan sebagai suatu system dari suprasistem pembangunan nasional. Peningkatan kesehatan dilakukan dengan melibatkan masyarakat berpenghasilan rendah baik didesa maupun dikota. Panca karsa husada sebagai tujuan pembangunan panjang bidang kesehatan, mencakup : 1. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dalam bidang kesehatan 2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan 3. Peningkatan status gizi masyarakat 4. Pengurangan kesakitan dan kematian 5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera dengan makin diterimannya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
E. PENYEBARLUASAN PKMD Begitu PKMD memperoleh komitmen nasional bahkan dunia internasional (melalui primary health care). Direktorat tersebut bekrjasama dengan pusdiklat depkes dan unit unit lain yang berkaitan,mula mula menyelenggarakan pelatih pelatih di beberapa provinsi dan kabupaten.
F. PENYULUHAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK
Selain penggerakan dan pemberdayaan melalui masyarakat dan posyandu,penyuluhan kesehatan pada waktu itu melalui berbagai media baik cetak, media luar ruangan maupun media elektronik. Kemudian pada sekitar tahun 1980 an, Direktorat PKM mempunyai program kuat tentang penyuluhan kesehatan melalui RRI program nasional. Selanjutnya pada sekitar tahun 1980-1995 itu, penyuluhan kesehatan melalui TVRI diorganisir melalui direktorat PKM melalui beberapa acara, antara lain : 1. Sebaiknya anda tahu yang menjelaskan hal hal yang berkaitan dengan kesehatan dan penyakit yang perlu diketahui oleh masyarakat luas. 2. Dari desa ke desa mengekpose kegiatan masyarakat desa dalam melakukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Sedangkan acara penyuluhan kesehatan melalui televise mulai berlangsung sejak tahun 1960-1970. Pada waktu itu televise pada umumnya masih hitam putih dan bintangnya adalah dr.Herman Susilo,Mph kepala dinas kesehatan DKI Jakarta. Penyuluhan penyuluhan berupa nasehat yang diberikan oleh dokter kepada pasiennya yang datang berobat dengan berbagi penyakit yang di deritanya.
G. SINETRON DR.SARTIKA DAN BIDAN MINATI Pada sekitar tahun 1980 ada drama TV losmen yang sangat digemari masyarakat. Kemudian menkes pada waktu itu Dr. SOEwardjono memanggil Dr. IB mantra kapus PKM waktu ituuntuk menjajagi adanya sinetron seperti losmen . maka dirancanglah sinetron khusus untuk menyebar luaskan pesan pesan kesehatan ini yang diberi nama Dr. Sartika.
H. SINETRON KUPU KUPU Selain kedua sinetron itu, juga ada sinetron lepas dengan judul relung hati yanmg dibintangi oleh Drg. Fadli dan minati atmanegara untuk mempromosikan dokter inpres. Penyuluhan melalui televisi selain melalui sinetron juga melalui acara acara lain seperti kompetisi lagu lagu kesehatn. Pesan pesan kesehatan yang disebarluaskan melalui media televisi dan kerjasam dengan para artis ini tetap berlangsung sampai sekarang.
REFERENSI
Pusat Promosi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan, Jakarta. Fitriani sinta, 2011, Promosi Kesehatan Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu. Diposkan oleh Purwati wati di 01.20
OTTAWA CHARTER Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang pertama dilaksanakan di Ottawa, Canada, yang berlangsung tanggal 17 – 21 November 1986. Konferensi Promosi Kesehatan yang pertama ini mengambil tema “Menuju Kesehatan Masyarakat Baru” (The Move Towardsa New Public Health). Konferensi diikuti oleh perwakilan dari kurang lebih 100 negara, baik yang berasal dari negara-negara maju dan maupun negara berkembang. Konferensi Promosi Kesehatan yang pertama ini tidak terlepas dari Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang “Pelayanan Kesehatan Dasar atau Primary Health Care”. Kesepakatankesepakatan yang dicapai dalam konferensi ini merupakan peletakan dasar pembaharuan Promosi Kesehatan, dalam konteks seperti tema konferensi ini, yakni Gerakan Menuju Kesehatan Masyarakat Baru. Kesepakatan bersama tersebut dituangkan dalam Piagam Ottawa (Ottawa Charter).
Batasan promosi kesehatan Menurut Piagam Ottawa, Promosi Kesahatan adalah suatu proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kendali (control) atas kesehatannya, dan meningkatkan status kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health). Untuk mencapai status kesehatan paripurna baik fisik, mental dan kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan , dan mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber sosial dan personal, sebagaimana halnya kapasitas fisik. Karena itu, promosi kesehatan bukan saja tanggung jawab sektor kesehatan, tapi juga meliputi sektor-sektor lain yang mempengaruhi gaya hidup sehat dan kesejahteraan sosial.
Isi Ottawa charter Dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa Canada tahun 1986 telah menghasilkan Piagam Ottawa ( Ottawa Charter ) yang berisi 5 ( lima ) butir kesepakatan yang meliputi : 1. Kebijakan berwawasan kesehatan ( Healthy public policy ) Dalam proses pembangunan adakalanya aspek kesehetan sering diabaikan, oleh karena itu adanya kebijakan yang berwawasan kesehatan, diharapkan bisa mengedepankan proses pembangunan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada para pengambil kebijakan ( policy makers) atau pembuat keputusan (decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta. Sebagai contoh ; adanya perencanaan pembangunan PLTN di daerah jepara, para penagmbil kebijakan dan pembuat keputusan harus benar-benar bisa memperhitungkan untung ruginya. harus diperhatikan kemungkinan dampak radiasi yang akan ditimbulkan, serta kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa berdampak pada kesehatan. 2.
Lingkungan yang mendukung ( Supportive environment ). Aspek lingkungan juga perlu diperhatikan. Lingkungan disini diartikan dalam pengertian luas. Baik
lingkungan fisik (biotik, non biotik), dan lingkungan non fisik. Diharapkan tercipta lingkungan yang kondusip yang dapat mendukung terwujudnya masyarakat yang sehat. Contoh : perlunya jalur hijau didaerah perkotaan, yang akhir-akhir ini sering diabaikan pemanfaatannya oleh oknum-oknum tertentu. perlunya perlindungan diri pada kelompok terpapar pencemaran udara , seperti penggunaan masker pada penjaga loket jalan tol, petugas polantas, dsb. 3. Reorientasi pelayanan kesehatan ( Reorient health service ). Adanya kesalahan persepsi mengenai pelayanan kesehatan, tanggung jawab pelayanan kesehatan kadang hanya untuk pemberi pelayanan (health provider ), tetapi pelayanan kesehatan juga merupakan
tanggung jawab bersama antara pemberi pelayanan kesehatan ( health provider ) dan pihak yang mendapatkan pelayanan. Bagi pihak pemberi pelayanan diharapkan tidak hanya sekedar memberikan pelayanan kesehatan saja, tetapi juga bisa membangkitkan peran serta aktif masyarakat untuk berperan dalam pembangunan kesehatan. dan sebaliknya bagi masyarakat, dalam proses pelayanan dan pembangunan kesehatan harus menyadari bahwa perannya sangatlah penting, tidak hanya sebagai subyek, tetapi sebagai obyek. Sehingga peranserta masyarakat dalam pembangunan kesehatan sangatlah diharapkan. Contoh : semakin banyaknya upaya-upaya kesehatan yang bersumberdaya masyarakat (UKBM), seperti posyandu, UKGMD, Saka bhakti Husada, poskestren, dll. 4.
Ketrampilan individu ( Personal Skill ) Dalam mewujudkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan, ketrampilan individu mutlak
diperlukan. Dengan harapan semakin banyak individu yang terampil akan pelihara diri dalam bidang kesehatan, maka akan memberikan cerminan bahwa dalam kelompok dan masyarakat tersebut semuanya dalam keadaan yang sehat. ketrampilan individu sangatlah diharapkan dalam mewujudkan keadaan masyarakat yang sehat. Sebagai dasar untuk terapil tentunya individu dan masyarakat perlu dibekali dengan berbagai pengetahuan mengenai kesehatan, selain itu masyarakata juga perlu dilatih mengenai cara-cara dan pola-pola hidup sehat. Contoh : melalui penyuluhan secra indicidu atau kelompok seperti di Posyandu, PKK. Adanya pelatihan kader kesehatan, pelatihan dokter kecil, pelatihan guru UKS, dll. 5. Gerakan masyarakat ( Community action ). Adanya gerakan ini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kesehatan tidak hanya milik pemerintah, tetapi juga milik masyarakat. Untuk dapat menciptakan gerakan kearah hidup sehata, masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan. selain itu masyarakat perlu diberdayakan agar mampu berperilaku hidup sehat. Kewajiban dalam upaya meningkatkan kesehatan sebagai usaha untuk mewujudkan derajat setinggi-tingginya, teranyata bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan. Masyarakat justru yang berkewajiban dan berperan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Hal ini sesuai yang tertuang dalam Pasal 9 , UU N0. 36 tahun 2009 Tentang kesehatan, yang berbunyi : “Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya”. Contoh ; adanya gerakan 3 M dalam program pemberantasn DBD, gerakan jumat bersih, perlu diketahuai di negeri tetangga malaysia ada gerakan jalan seribu langkah (hal ini bisa kita contoh), bahkan untuk mengukurnya disana sudah dijual alat semacam speedometer.
Upaya pemasaran produk dan jasa Dalam strategi promosi kesehatan berdasarkan piagam Ottawa, ada berbagai macam upaya pemasaran produk dan jasa yang telah dilakukan, melalui: • media elektronik : TV,radio,internet, telepon seluler, film layar lebar • media massa : surat kabar, majalah, billboard, spanduk, umbul-umbul, poster, leaflet, brosur bahkan tulisan ilmiah/ tulisan populer • tatap muka langsung door to door
Upaya pemasaran produk dan jasa tersebut dirasakan kurang efektif apabila tidak dilakukan upaya perubahan prilaku hidup sehari-hari masyarakat. Maka dilancarkan upaya pendidikan kesehatan yang dipadukan upaya pembangunan kesehatan dan pengorganisasian kesehatan
Perkembangan pendidikan kesehatan ; 1975-an : disebut Penyuluhan kesehatan 1995 - sekarang : disebut Promosi kesehatan Revisi Istilah Promosi Kesehatan di Bangkok bermakna : KIE( Komunikasi,Informasi dan Edukasi), pemasaran sosial, Mobilisasi sosial, Pemberdayaan masyarakat, dll. Diposkan oleh dhedhew isma di 09.10