e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
PENGARUH KECUKUPAN MODAL, KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF, RENTABILITAS, DAN LIKUIDITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA (Studi Kasus pada Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten Buleleng) 1
Putu Novi Andayani, Gede Adi Yuniarta, 2Edy Sujana
1
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, rentabilitas, dan likuiditas terhadap pertumbuhan laba pada LPD Kabupaten Buleleng baik secara parsial maupun simultan. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan LPD Kabupaten Buleleng periode 20102013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh LPD di Kabupaten Buleleng yang berjumlah 124 LPD. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel adalah 45 LPD. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda yang diolah menggunakan program SPSS 19,0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kecukupan modal berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba, kualitas aktiva produktif dan rentabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba, dan likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba LPD Kabupaten Buleleng. Sementara secara simultan hasil penelitian menunjukkan bahwa kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, rentabilitas, dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba LPD Kabupaten Buleleng. Kata kunci: LPD, laba, kecukupan modal, aktiva produktif, rentabilitas, likuiditas Abstract The study was conducted in order to find out the effect of capital sufficiency, productive assets, profitability, and liquidity towards profit growth at the rural credit institution in Buleleng regency both partially as well as simultaneously. This study utilized a quantitative approach, involving a secondary type of data obtained from annual financial report of the rural credit institutions in Buleleng during the period of 2011-2013. The population of the study involved 124 rural credit institutions around Buleleng area. The sampes were selected based purposive sampling technique to obtain 45 respondents. The analysis was conducted based on multiple linear regression analysis supported by the SPSS program 19.0 for windows. The results of the study indicated that partially capital sufficiency had a negative but significant effect on the profit growth, productive assets quality and profitability had no significant effect towards the profit growth and liquidity had a significant positive effect towards profit growth of rural credit institution in Buleleng. Meanwhile capital sufficiency, productive assets quality, profitability, and liquidity had a simultaneous significant effect towards the profit growthof rural credit institutions in Buleleng.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
Key-words: rural credit institution, profit, capital sifficiency, productive assets, profitability, liquidity
PENDAHULUAN Provinsi Bali memiliki keunikan tersendiri pada sistem pemerintahan tingkat desa, mengingat dalam satu desa terdapat dua sistem pemerintahan yang berjalan sekaligus, yakni sistem administrasi yang berlaku secara umum di Indonesia dan sistem adat. Sehingga di Provinsi Bali terdapat dua jenis desa yaitu desa dinas dan desa adat (desa pakraman). Desa pakraman adalah sebuah kesatuan dari sekumpulan orang, wilayah, dan sistem sosial-budaya yang hidup bersama berazaskan pandangan hidup, cara hidup, sistem kontrol, dan sistem kepercayaan yang dimilikinya (Windia, 2006). Untuk mendukung eksistensi desa pakraman di Bali, Ida Bagus Mantra selaku Gubernur Bali pada tahun 1984, berinisiatif untuk mendirikan Lembaga Perkreditan Desa (LPD). LPD merupakan lembaga keuangan di tingkat desa yang kegiatan operasionalnya adalah menghimpun dana masyarakat berupa tabungan untuk disalurkan kembali kepada masyarakat yang memerlukan berupa kredit. Peluang sekaligus tanggung jawab LPD untuk mengelola potensi keuangan desa pakraman setempat menuntut kesehatan pengelolaan LPD. Mengingat hanya lembaga keuangan yang sehat yang dapat melakukan fungsi dan perannya sebagai lembaga intermediary keuangan dalam jangka panjang (Ramantha, 2006). Sehingga senantiasa LPD dapat mencapai tujuan yang diharapkan serta pengelolaannya dapat dipertanggungjawabkan kepada pihakpihak yang berkepentingan. Terlebih dengan menjamurnya berbagai lembaga keuangan baru baik milik pemerintah maupun swasta saat ini. Sehingga menjadi suatu tantangan tersendiri bagi LPD untuk bertahan dalam ketatnya persaingan dunia usaha khususnya pada usaha sejenis. Dasar hukum pengaturan kesehatan LPD, telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4 tahun 2012. Dalam Perda tersebut disebutkan bahwa faktor penilaian kesehatan LPD dinilai
berdasarkan pada lima aspek yaitu kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Kesehatan suatu LPD erat kaitannya dengan kinerja keuangan LPD itu sendiri, dalam hal ini indikator kinerja keuangan yang dapat digunakan adalah perolehan laba. Laba akan menjadi ukuran dari prestasi yang diraih oleh LPD. Sebagaimana lembaga keuangan pada umumnya, LPD mempunyai tujuan bisnis utama untuk memperoleh laba optimal. Sebagai suatu usaha yang berorientasi pada laba, setiap LPD sudah pasti mengaharapkan laba tahun berjalan lebih besar dari laba tahun sebelumnya, atau yang umum disebut dengan pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba yang baik mencerminkan peningkatan kinerja LPD juga baik. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu kelemahan LPD dalam menciptakan suatu pertumbuhan laba adalah sempitnya jangkauan operasional LPD. LPD sebagai badan usaha keuangan yang bersifat khusus, didirikan khusus untuk mensejahterakan masyarakat desa pakraman setempat, sehingga dalam kegiatannya LPD hanya melayani masyarakat desa pakraman saja. Dengan kata lain, walaupun memiliki kesehatan yang sangat baik sebuah LPD tetap tidak boleh berekspansi ke masyakat desa lain yang tidak dalam jangkauannya. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian lanjutan mengenai pengaruh kesehatan LPD. Empat dari lima aspek yang digunakan dalam menilai kesehatan LPD yaitu kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, rentabilitas, dan likuiditas dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi keuangan, perkembangan, maupun kinerja yang telah dicapai LPD untuk suatu periode tertentu. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang digunakan dalam menilai kesehatan LPD terhadap kinerja LPD yang diproksikan dengan pertumbuhan laba LPD di
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Kabupaten Buleleng. Banyaknya jumlah LPD yang terdapat di Kabupaten Buleleng, membutukan riset-riset yang dapat dijadikan kajian oleh pihak manajemen LPD agar dapat bertahan dan berkembang serta bermanfaat bagi masyarakat desa khususnya mengenai masalah kesehatan LPD yang akan berdampak pada kinerja LPD itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecukupan modal yang diproksikan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), kualitas aktiva produktif (KAP), rentabilitas yang diproksikan dengan rasio Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO), dan likuiditas yang diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) baik secara parsial maupun simultan terhadap pertumbuhan laba LPD Kabupaten Buleleng. Kecukupan modal dapat dinilai dengan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio). CAR dapat dihitung dengan membandingkan modal sendiri dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). CAR dapat memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, dan tagihan pada lembaga keuangan lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumbersumber lain (Dendawijaya, 2003). CAR yang tinggi menandakan banyak modal sendiri yang digunakan untuk mendanai aktiva produktif, dimana peningkatan modal sendiri tersebut akan menurunkan biaya dana. Semakin rendah biaya dana akan semakin meningkatkan perubahan laba (Muljono, 1999). Sehingga semakin tinggi CAR akan semakin meningkatkan pertumbuhan laba, atau dengan kata lain CAR berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Penelitian Rina Ani Sapariyah tahun 2010, penelitian Aryo Prayogi pada tahun 2012, dan penelitian Nur Aini pada tahun 2012 menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan Laba. Sehingga dalam penelitian ini penulis dapat mengajukan hipotesis 1 sebagai berikut: H1. Kecukupan modal yang diproksikan dengan capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan
terhadap pertumbuhan laba LPD Kabupaten Buleleng Aktiva produktif atau earning assets adalah semua penanaman dana dalam rupiah dan valuta asing yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya (Dahlan, 1995:230). Sehingga rasio KAP adalah rasio yang digunakan untuk menghitung keseluruhan kredit yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. KAP dapat dihitung dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) terhadap Total aktiva produktif. APYD merupakan aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, sedangkan Total Aktiva Produktif merupakan total dari penanaman dana LPD dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. Semakin kecil rasio KAP menunjukkan semakin efektif kinerja LPD untuk menekan APYD serta memperbesar total aktiva produktif yang akan memperbesar pendapatan, sehingga laba yang dihasilkan semakin bertambah (Syahyunan,2002). Oleh karena itu dapat disimpulkan Kualitas Aktiva Produktif perpengaruh negatif terhadap perubahan laba Penelitian Nur Aini pada tahun 2012, menunjukkan bahwa KAP berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Perubahan Laba. H2. Kualitas aktiva produktif (KAP) berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba LPD Kabupaten Buleleng Aspek rentabilitas (earning) adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Penilaian aspek ini dapat menggunakan rasio BOPO yang merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi (Dahlan, 1995). Rasio BOPO merupakan rasio efisiensi perusahaan, karena BOPO dapat menunjukkan kemampuan LPD untuk menutup biaya dengan penerimaan yang diperoleh. Semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh LPD, semakin kecil angka rasio BOPO, maka semakin meningkat pula laba perusahaan. Sehinggan dapat ditarik kesimpulan bahwa
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) BOPO berpengaruh negatif terhadap perubahan laba. Penelitian Eppy Yuniar Putri pada tahun 2010, penelitian Sandra Dewi dengan Gede Merta Sudiartha pada tahun 2011, dan penelitian Nur Aini pada tahun 2012 menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan Laba. H3 Rentabilitas yang diproksikan dengan rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba LPD Kabupaten Buleleng Suatu LPD dikatakan likuid apabila LPD yang bersangkutan mampu membayar semua hutangnya terutama hutang-hutang jangka pendek, membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan. Dalam penelitian ini aspek likuiditas diwakili oleh rasio LDR. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Dendawijaya, 2003). Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh LPD untuk memberikan kredit. Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin banyak kredit yang disalurkan, yang akan berdampak pada semakin banyaknya pendapatan bunga yang mungkin diperoleh sehingga semakin tinggi pula pertumbuhan laba yang dicapai. Penelitian Lilis Erna Ariyanti pada tahun 2010, menunjukkan bahwa LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel perubahan laba. H4. Likuiditas yang diproksikan dengan loan to deposite ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba LPD Kabupaten Buleleng Menurut Triandaru dan Budisantoso (2007), kesehatan suatu lembaga keuangan dapat dipahami sebagai suatu kemampuan untuk melakukan kegiatan operasional secara normal dan mampu memenuhi berbagai kewajiban yang dimilikinya dengan baik yaitu sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Selanjutnya Kasmir (2008:5) menjelaskan bahwa suatu lembaga keuangan memperoleh keuntungan yang didapat dari selisih antara bunga pinjaman dengan bunga simpanan yang disebut dengan spread based, dimana spread based pada umumnya dihasilkan oleh bank yang melakukan operasional berdasarkan pada prinsip konvensional. Sehingga kesehatan suatu LPD diduga memiliki hubungan erat dengan keuntungan yang akan diperoleh. Penelitian Sandra Dewi dan Gede Merta Sudiartha pada tahun 2011, menunjukkan bahwa secara simultan variabel capital, assets, earnings, dan liquidity berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan bank. H5. Kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, rentabilitas, dan likuiditas yang diproksikan dengan CAR, KAP, BOPO, dan LDR secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba LPD Kabupaten Buleleng METODE Penelitian ini dilakukan di LPD Kabupaten Buleleng. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Jumlah populasi penelitian adalah sebanyak 124 LPD. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. yaitu metode pengambilan sampel yang ditetapkan atau ditentukan dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2007:78). Adapun yang menjadi kriterianya adalah LPD yang meraih peringkat 5 besar dalam memperoleh laba tertinggi tahun buku 2013 di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Buleleng, sehingga dalam penelitian ini digunakan sampel sebanyak 45 LPD. Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel dependennya yaitu pertumbuhan laba, sementara variabel independennya yaitu kecukupan modal yang diproksikan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), kualitas aktiva produktif (KAP), rentabilitas yang diproksikan dengan rasio Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO), dan likuiditas yang diproksikan dengan Loan to
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Deposit Ratio (LDR). Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif sekunder berupa laporan keuangan tahunan LPD Kabupaten Buleleng Periode 2010-2013. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer IBM SPSS (Statistical Package for Social Science) 19 for windows. Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda, tentunya model tersebut harus bebas dari uji asumsi klasik yang terdiri dari uji autokorelasi, uji normalitas data, uji multikolonierietas, dan uji heteroskedastisitas. Uji F (uji simultan) digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel terikat. Sementara Uji t dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dengan asumsi variabel bebas yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Selain itu dilakukan pula analisis koefisien determinasi yang pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk memperoleh deskripsi data sebagai gambaran awal karakteristik data yang diteliti. Hasil analisis menunjukkan jumlah observasi dalam penelitian ini sebanyak 135. Variabel pertumbuhan laba memiliki nilai minimum sebesar -48,80%, nilai maksimum sebesar 208,79%, rata-rata sebesar 27,2355%, dan standar deviasi sebesar 27,95898%. Variabel kecukupan modal (CAR) memiliki nilai minimum sebesar 7,67%, nilai maksimum sebesar 69,36%, rata-rata sebesar 25,4813%, dan standar deviasi sebesar 13,20321%. Variabel KAP memiliki nilai minimum sebesar 0,00%, nilai maksimum sebesar 16,91%, rata-rata sebesar 2,1163%, dan standar deviasi sebesar 2,86985%. Variabel rentabilitas (BOPO) memiliki nilai minimum sebesar 43,63%, nilai maksimum sebesar 86,89%, rata-rata sebesar 71,01861%, dan standar deviasi sebesar 10,08678%. Variabel likuiditas (LDR)
memiliki nilai minimum sebesar 15,59%, nilai maksimum sebesar 94,46%, rata-rata sebesar 66,3914%, dan standar deviasi sebesar 14,28903%. Standar deviasi yang lebih besar dari rata-rata pada variabel pertumbuhan laba dan KAP menunjukkan bahwa data pertumbuhan laba dan KAP sangat bervariasi antar LPD dari tahun ke tahun. Sementara standar deviasi yang lebih kecil dari rata-rata pada variabel kecukupan modal (CAR), rentabilitas (BOPO), dan likuiditas (LDR) mengindikasi bahwa datanya terdistribusi secara normal. Hasil Uji Asumsi Klasik Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2001). Untuk mendeteksi gejala autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan uji Durbin Watson terhadap model regresi dan ternyata model regresi mengalami gejala autokorelasi, sehingga model regresi harus diperbaiki melalui transformasi data dengan metode Cochrane Orcutt. Transformasi data tersebut menyebabkan jumlah observasi berkurang menjadi 134 dan hasil output SPSS menunjukkan nilai DW-test sebesar 2,096. Nilai DW-test tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai DW tabel pada tingkat signifikansi 5% untuk jumlah sampel (n) 134 dan jumlah variabel independen (k) sebanyak 4. Berdasarkan DW-tabel diperoleh nilai dL sebesar 1,66 dan dU sebesar 1,78. Oleh karena nilai DW-test lebih besar dari dU dan kurang dari 4–dU (1,78 < 2,096 > 2,22) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif antar residual. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2001). Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Hasil output SPSS menunjukkan nilai KolmogorovSmirnov sebesar 1,177 dengan nilai signifikansi sebesar 0,125. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 (0,125>0,05) ini
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2001). Untuk mengetahui gejala multikolonieritas dapat
dilihat pada nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF ≥ 10 dan nilai tolerance ≤ 0,10 maka terindikasi terjadi gejala multikolonieritas. Hasil uji multikolonieritas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Multikolonieritas Collinearity Statistics Tolerance
Model 1 (Constant) Lag_CAR Lag_KAP Lag_BOPO Lag_LDR
.370 .867 .408 .829
VIF 2.702 1.153 2.448 1.206
Sumber: Data sekunder diolahdengan SPPS 19, 2014
Berdasarkan hasil uji multikolonieritas pada tabel 1 di atas, menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas memiliki nilai VIF yang lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance yang lebih besar dari 0,10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini model regresinya tidak mengalami gejala multikolonieritas. Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2001). Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji glejser. Pada uji ini akan dilakukan regresi variabel bebas dengan nilai absolut dari residualnya, apabila variabel bebas signifikan secara statistik terhadap variabel dependen, maka terdapat indikasi gejala heteroskedastisitas. Berdasarkan output SPSS, terlihat bahwa probabilitas
signifikansi variabel kecukupan modal (CAR) sebesar 0,606, kualitas aktiva produktif (KAP) sebesar 0,228, rentabilitas (BOPO) sebesar 0,718 dan likuiditas (LDR) sebesar 0,662. Karena nilai-nilai signifikansi tersebut semuanya lebih besar dari dari 0,05 maka model regresi terbukti tidak mengalami gejala heteroskedastisitas. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, rentabilitas, dan likuiditas yang diproksikan dengan CAR, KAP, BOPO, dan LDR terhadap Pertumbuhan Laba LPD di Kabupaten Buleleng. Hasil analisis regresi linear berganda pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Model 1 (Constant) Lag_CAR Lag_KAP Lag_BOPO Lag_LDR
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 53.243 40.293 -.797 .260 -.403 .350 .776 .039 -.269 .316 -.106 .335 .164 .180
Sumber: Data sekunder diolah dengan SPPS 19, 2014
t
Sig. 1.321 -3.062 .451 -.849 2.048
.189 .003 .653 .397 .043
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut: Y = α + β1 X1+ β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + ε Y = 53,243 – 0,797 X1 + 0,350 X2 – 0,629 X3 + 0,335 X4 + ε Dimana: Y = Pertumbuhan Laba α = Bilangan Konstant β1 = CAR β2 = KAP β3 = BOPO β4 = LDR ε = Error Disturbance Pengujian secara parsial dimaksudkan untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesis yang menyatakan bahwa secara individual variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Untuk melakukan pengujian secara parsial digunakan regresi parsial (t-test) pada tingkat signifikansi 5%. Dalam pengujian ini akan dilakukan perbandingan antara t-hitung dengan t-tabel dan nilai signifikansi, apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka hipotesis dapat diterima, demikian pula sebaliknya. Dimana jumlah observasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 134, sehingga diperoleh df = n-k = 134-5 = 129, sehingga t tabel adalah 1,6568 (t tabel uji satu sisi pada df 129). Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa kecukupan modal (CAR) berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba, karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (0,003 < 0,05) dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (3,062 > 1,6567). Namun koefisien regresi kecukupan modal (CAR) bernilai negatif yaitu -0,797 menunjukkan bahwa kecukupan modal (CAR) mempunyai arah pengaruh yang negatif (berlawanan arah) terhadap Pertumbuhan Laba. Hal tersebut tidak sesuai dengan hipotesis pertama yang menyebutkan bahwa kecukupan modal yang diproksikan dengan capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba, sehingga hipotesis pertama ditolak. Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa kualitas aktiva produktif (KAP) tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba, karena nilai
signifikansinya lebih besar dari 0,05 (0,653 > 0,05) dan nilai t hitung lebih kecil dari t tabel (0,451 < 1,6567). Selain itu koefisien regresi kualitas aktiva produktif (KAP) bernilai 0,350 mengandung arti bahwa kualitas aktiva produktif (KAP) mempunyai arah pengaruh yang positif (searah) terhadap Pertumbuhan Laba. Hal tersebut tidak sesuai dengan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kualitas aktiva produktif (KAP) berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba, sehingga hipotesis kedua tidak dapat diterima. Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa rentabilitas (BOPO) tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba, karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 (0,397 < 0,05) dan nilai thitung lebih kecil dari ttabel (0,849 < 1,6567). Sehingga hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa rentabilitas yang diproksikan dengan rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba tidak dapat diterima. Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa likuiditas (LDR) berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba, karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (0,043 > 0,05) dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,408 < 1,6567). Sehingga hipotesis keempat yang menyatakan likuiditas yang diproksikan dengan loan to deposite ratio (LDR) berpengaruh signifikan positif terhadap Pertumbuhan Laba diterima. Pengujian secara simultan dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama keempat variabel bebas dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Untuk melakukan pengujian secara simultan digunakan regresi simultan (F-test) pada tingkat signifikansi 5%. Dalam pengujian ini akan dilakukan perbandingan antara thitung dengan t-tabel dan nilai signifikansi, apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka hipotesis dapat diterima, demikian pula sebaliknya. Jumlah observasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 134 (n), sementara jumlah seluruh variabel adalah 5 (k). Sehingga diperoleh df1 = k-1 = 5-1 = 4 dan df2 = n-k = 134-5 = 129, sehingga
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) diperoleh Ftabel sebesar 2,44. Hasil uji
simultan dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Hasil Uji Simultan Sum of Model Squares df Mean Square F 1 Regression 16609.898 4 4152.474 6.703 Residual 79909.639 129 619.455 Total 96519.537 133 a. Predictors: (Constant), Lag_LDR, Lag_KAP, Lag_BOPO, Lag_CAR b. Dependent Variable: Lag_PL
Sig. .000a
Sumber: Data sekunder diolah dengan SPPS 19, 2014
Berdasarkan output SPSS diketahui bahwa secara simultan variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, karena nilai signifikansinya jauh lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) dan nilai F hitung lebih besar dari F tabel (6,703 > 2,44). Oleh karena itu hipotesis kelima yang menyatakan bahwa kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, rentabilitas, dan likuiditas yang diproksikan dengan CAR, KAP, BOPO, dan LDR secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba LPD Kabupaten Buleleng diterima. Koefisien determinasi (R2) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2001). Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4 berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Koefesien determinasi (R2) Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate 1 .415a .172 .146 24.88884 a. Predictors: (Constant), Lag_LDR, Lag_KAP, Lag_BOPO, Lag_CAR b. Dependent Variable: Lag_PL Sumber: Data sekunder diolah dengan SPPS 19, 2014
Dari hasil uji koefesien determinasi terlihat bahwa Nilai Adjusted R Square yang diperoleh sebesar 0,146, hal ini menunjukkan bahwa Pertumbuhan Laba LPD di Kabupaten Buleleng mampu dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, rentabilitas, dan likuiditas yang diproksikan dengan CAR, KAP, BOPO, dan LDR sebesar 14,6%, sedangkan sisanya 85,4% dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian ini. Pengaruh Kecukupan Modal yang Diproksikan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba Hasil t-test menunjukkan bahwa kecukupan modal (CAR) memiliki pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan
Laba namun memiliki arah pengaruh yang tidak sesuai dengan hipotesis, sehingga hipotesis pertama yang menyatakan bahwa kecukupan modal yang diproksikan dengan capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba ditolak. CAR diperoleh dari perbandingan modal sendiri dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Jadi menurunnya rasio CAR dapat dikarenakan kenaikan rata-rata ATMR lebih tinggi dari pada kenaikan rata-rata modal. Hal ini terjadi karena modal pada LPD terutama modal disetor nilainya tidak berubah setiap tahunnya, hanya modal berupa cadangan umum saja yang berfluktuasi sesuai perolehan laba, sementara ATMR setiap LPD terus meningkat setiap tahun.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Peningkatan ATMR terutama disebabkan oleh peningkatan pos pinjaman yang diberikan, yang dapat menghasilkan pendapatan bunga yang besar kepada LPD. Dimana sumber dana pinjaman yang diberikan oleh LPD kepada masyarakat tidak harus berasal dari modal sendiri melainkan dapat berasal dari dana pihak ketiga. CAR yang rendah memang relatif lebih beresiko, akan tetapi menunjukkan bahwa manajemen LPD telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif untuk meningkatkan keuntungan. Selain itu CAR yang terlalu besar juga perlu menjadi pertimbangan manajemen LPD karena mengindikasikan bahwa modal sendiri tidak dioperasionalkan secara optimal sehingga beban LPD meningkat dengan menanggung biaya dana yang besar. Sehingga rendahnya CAR tidak dapat secara langsung menghalangi LPD untuk meraih keuntungan, mengingat sebenarnya modal utama suatu lembaga keuangan termasuk LPD adalah kepercayaan masyarakat. Menurut Susilo (2006) salah satu fungsi utama lembaga keuangan adalah Agent of Trust yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan, sehingga dasar utama kegiatan LPD adalah kepercayaan (trust), baik dalam penghimpun dana maupun penyaluran dana. Sehingga banyak LPD yang walaupun mengalami penurunan CAR tetap mengalami pertumbuhan laba yang baik. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Eppy Yuniar Putri pada tahun 2010, menunjukkan bahwa CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba. Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terhadap Pertumbuhan Laba Hasil t-test menunjukkan bahwa kualitas aktiva produktif (KAP) tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba dan memiliki arah pengaruh yang tidak sesuai dengan hipotesis. Sehingga hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kualitas aktiva produktif (KAP) berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba tidak dapat diterima. Walaupun tidak signifikan, hasil pengujian tersebut mengindikasi bahwa
meningkatnya risiko kredit tidak menghalangi LPD di Kabupaten Buleleng untuk meningkatkan pertumbuhan laba, mengingat resiko kredit LPD relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan Bank. Dalam kondisi ini diduga pertumbuhan laba tetap dapat meningkat karena total kredit yang diberikan terus meningkat, sehingga bunga kredit yang belum diterima dapat tertutupi oleh kenaikan bunga pinjaman baru. Faktor lain yang mungkin menyebabkan pengaruh positif KAP terhadap pertumbuhan laba ini adalah adanya trend kenaikan suku bunga kredit yang tidak diimbangi kenaikan suku bunga simpanan yang proporsional. sehingga pendapatan bunga pinjaman meningkat lebih tinggi jika dibanding dengan biaya bunga simpanan. Serta ada pula kemungkinan perolehan pendapatan dari angsuran pinjaman yang telah hapus buku atau KAP lama, maupun adanya pendapatan dari pencadangan penghapusan aktiva produktif (PPAP) dari KAP yang membaik kembali kualitasnya. Selain itu berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala LPD Desa Pakraman Pegadungan, ternyata LPD LPD yang memiliki kemampuan lebih saat ini sudah mulai merambah usaha non operasional lainnya, salah satu usaha diluar kegiatan operasional LPD yang menghasilkan keuntungan besar bagi LPD adalah usaha kapling tanah, sehingga pertumbuhan laba LPD terus meningkat. Oleh karena itulah rasio kualitas aktiva produktif (KAP) terlihat tidak berpengaruh bahkan memiliki arah pengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Aryo Prayogi pada tahun 2012 menunjukkan bahwa KAP tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba dan memiliki arah pengaruh yang searah (positif). Pengaruh Rentabilitas yang Diproksikan dengan Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Pertumbuhan Laba Hasil t-test menunjukkan bahwa rentabilitas (BOPO) tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba, sehingga hipotesis ketiga yang menyatakan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) bahwa rentabilitas yang diproksikan dengan rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba tidak dapat diterima. Hasil pengujian menunjukkan BOPO mempunyai arah pengaruh yang berlawanan terhadap Pertumbuhan Laba LPD di Kabupaten Buleleng. Peningkatan BOPO menunjukkan bahwa biaya operasi semakin besar, sehingga pada akhirnya pertumbuhan laba akan menurun. Oleh karena itu apabila ingin meningkatkkan pertumbuhan laba maka LPD harus meningkatkan pendapatan dan menurunkan beban biaya operasi. Namun uji statistik menunjukkan pengaruh BOPO tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Tidak signifikannya variabel BOPO terhadap pertumbuhan laba dikarenakan sebagian besar nilai BOPO pada periode penelitian cenderung konstan, seperti yang yang ditunjukkan oleh LPD Desa Pakraman Sumberkima BOPO pada tahun 2011, 2012, dan 2013 adalah sebesar 80.40%, 80.10%, dan 82.15%. Kekonstanan nilai BOPO ini diakui oleh Bapak Kepala LPD Desa Pakraman Pegadungan terjadi karena dalam manajemen LPD terdapat unsur kesepakatan paruman, dalam paruman itulah ditetapkan target nilai BOPO, dimana dari tahun ke tahun nilai BOPO yang disepakati umumnya tetap. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Iswatun Khasanah pada tahun 2010 yang menunjukkan bahwa BOPO tidak berpengaruh signifikan dan memiliki arah pengaruh negatif terhadap pertumbuhan Laba. Pengaruh Likuiditas yang Diproksikan dengan loan to deposite ratio (LDR) terhadap Pertumbuhan Laba Hasil t-test menunjukkan bahwa likuiditas (LDR) berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba, sehingga hipotesis keempat yang menyatakan likuiditas yang diproksikan dengan loan to deposite ratio (LDR) berpengaruh signifikan positif terhadap Pertumbuhan Laba diterima. Pengaruh LDR yang signifikan positif menunjukkan bahwa semakin tinggi LDR suatu LPD maka semakin besar kredit yang disalurkan, yang akan meningkatkan
pendapatan bunga LPD dan akan mengakibatkan kenaikan laba. Kondisi ini mengindikasi LPD telah menjalankan fungsi intermediasi dengan baik, yaitu mampu mengelola simpanan yang diterima dari masyarakat dengan memutarnya kembali kepada masyarakat lain dalam bentuk kredit, Bapak Kepala LPD Desa Pakraman Pegadungan juga menambahkan bahwa pertumbuhan laba yang dialami LPD terlihat nyata fluktuasinya salah satunya karena laba yang diperoleh oleh LPD tidak dikenakan pajak, jadi kemungkinan LPD untuk mengungkapkan pendapatan dan biayanya secara transparan lebih tinggi karena tidak harus menghindari beban pajak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Lilis Erna Ariyanti pada tahun 2010 yang menunjukkan bahwa LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel perubahan laba. Pengaruh Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif, Rentabilitas, dan Likuiditas yang Diproksikan dengan CAR, KAP, BOPO, dan LDR secara simultan terhadap Pertumbuhan Laba Hasil t-test menunjukkan bahwa secara simultan kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, rentabilitas, dan likuiditas yang diproksikan dengan CAR, KAP, LDR, dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba, sehingga hipotesis kelima diterima. Peraturan Gubernur Bali No. 11 tahun 2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Lembaga Perkreditan Desa. mensyaratkan nilai minimal CAR sebesar 12%, nilai maksimal KAP sebesar 7,80%, nilai maksimal BOPO sebesar 79,75%, dan nilai maksimal LDR sebesar 94,75%. Sementara data menunjukkan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata CAR sebesar 25,48%, rata-rata KAP sebesar 2,12%, rata-rata BOPO sebesar 71,02%, dan rata-rata LDR sebesar 71,02%. Sehingga sampel dalam penelitian ini rata-rata merupakan LPD yang sehat. Dengan kata lain kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, rentabilitas, dan likuiditas LPD dalam keadaan baik, sehingga LPD yang bersangkutan dapat melakukan kegiatan operasional dengan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) optimal untuk dapat menghasilkan pertumbuhan laba seperti tujuan fundamental setiap LPD. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sandra Dewi dan Gede Merta Sudiartha pada tahun 2011, menunjukkan bahwa secara simultan variabel capital, assets, earnings, dan liquidity berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan bank. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial kecukupan modal yang diproksikan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1) mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan laba LPD di Kabupaten Buleleng. Kualitas aktiva produktif (KAP) (X2) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan dan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan laba LPD di Kabupaten Buleleng. Rentabilitas yang diproksikan dengan Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) (X3) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan dan berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan laba LPD di Kabupaten Buleleng. Likuiditas yang diproksikan dengan Loan to Deposite Ratio (LDR) (X4) mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan laba LPD di Kabupaten Buleleng. Sementara secara simultan Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif, Rentabilitas, dan Likuiditas yang diproksikan dengan CAR, KAP, BOPO, dan LDR berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba LPD di Kabupaten Buleleng. Dari pengujian koefisien determinasi diperoleh adjusted R square sebesar 0,146. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pertumbuhan laba LPD di Kabupaten Buleleng mampu dijelaskan secara bersama-sama oleh perubahan Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif, Rentabilitas, dan Likuiditas yang diproksikan dengan CAR, KAP, BOPO, dan LDR sebesar 14,6%, sedangkan sisanya 85,4% dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian ini.
Saran Berdasarkan simpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, adapun beberapa saran dan rekomendasi yang dapat diberikan, antara lain: 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecukupan modal dan likuiditas yang diproksikan dengan CAR dan LDR merupakan rasio keuangan yang paling kuat dalam mempengaruhi pertumbuhan laba, dimana keduanya berkaitan erat dengan jumlah kredit yang disalurkan, sehingga jika LPD ingin terus mengalami pertumbuhan laba maka LPD bersangkutan wajib memperhatikan efesiensi penyaluran kreditnya tanpa mengesampingkan kepercayaan nasabah. 2. Hasil penelitian menunjukkan dua variabel yaitu kecukupan modal yang diproksikan dengan CAR dan kualitas aktiva produktif (KAP) memiliki arah pengaruh yang berlawanan dengan hipotesis sehingga perlu untuk diteliti lebih lanjut oleh peneliti selanjutnya dengan menjadikan penelitian ini sebagai kajian pendukungnya. 3. Penelitian selanjutnya dapat memperpanjang periode pengamatan dan menambah jumlah sampel agar jumlah observasi dalam penelitian menjadi lebih banyak sehingga dapat meningkatkan distribusi data yang lebih baik. 4. Penelitian selanjutnya juga dapat menambah variabel rasio keuangan yang lain yang belum dimasukkan sebagai variabel independen yang mempengaruhi pertumbuhan laba agar variabel independent mampu menjelaskan pertumbuhan laba dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Aini, Nur. 2012. “Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, dan Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Perubahan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Tahun 2009 – 2011)”. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Volume 2, Nomor 1, (hlm 14-25).
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Ariyanti, Lilis Erna. 2010. Analisis Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, ROA, dan Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Perubahan Laba Pada Bank Umum di Indonesia. Tesis. Program Studi Magister Akuntansi, Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro. Dahlan, Siamat. 1995. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indinesia. Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan, Edisi kedua. Jakarta : Ghalia Indonesia. Dewi, Sandra dan Gede Merta Sudiartha. 2011. “Pengaruh Rasio CAEL Terhadap Kinerja Keuangan Bank yang Terdaftar di PT. BEI”. Jurnal Manajemen Universitas Udayana, Volume 1, Nomor 2, (hlm 159-175). Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Edisi Kedua. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Khasanah, Iswatun. 2010. Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Muljono, Teguh Pudjo. 1999, Analisis Laporan Keuangan Untuk Perbankan Cetakan Keenam. Jakarta : Djambatan. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Lembaga Perkreditan Desa Prayogi, Aryo.2012. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Laba (Studi Kasus Pada
Bank Pemerintah). Skripsi. Universitas Gunadarma. Putri, Eppy Yuniar. 2010. Analisis Pengaruh Rasio CAMEL dan Ukuran Bank, Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderating Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Periode 2005-2007. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ramantha, I Wayan. 2006. Pengaruh Volume Perdagangan dan Volatilitas Harga Saham Terhadap Bid-ask Spread pada Saham Teraktif di Bursa Efek Jakarta. Denpasar : Universitas Udayana. Santoso A. Budi, Susilo Sri, Triondani. 2006. Manajemen Perkreditan Bank Umum. Edisi 2. Jakarta : Salemba Empat. Sapariyah, Rina Ani. 2010. “Pengaruh Rasio Capital, Assets, Earning dan Liquidity terhadap Pertumbuhan Laba pada Perbankan di Indonesia. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Perbankan, Volume 18, Nomor 13. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta. Syahyunan. 2002. Analisis Kualitas Aktiva Produktif Sebagai Salah Satu Alat Ukur Kesehatan Bank. Jurnal Perbankan, Universitas Sumatra Utara, Medan. Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2007. Bank dan lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat. Windia, Wayan. 2006. Transportasi Sistem Irigasi Subak yang Berlandaskan Konsep Tri Hita Karana. Jakarta : Pustaka Bali Post.