BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari analisis data yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Strategi bertahan hidup waria ODHA dalam komunitas HIWASO adalah adanya unsur keterbukaan, motivasi/dukungan, dan perawatan (terapi ARV) yang saling berkaitan. Jelasnya, antara keterbukaan, motivasi/dukungan, dan perawatan tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Ketiganya sama-sama memiliki pengaruh yang besar bagi penderita HIV/AIDS agar bisa bertahan hidup melawan virus tersebut. a. Keterbukaan Mengenai keterbukaan, memang tidak semua orang yang sudah positif HIV berani membuka status kepada keluarga, orang terdekat, bahkan pasangan sekalipun. Banyak diantara mereka yang memilih untuk menutup diri dan akhirnya dikuasai oleh penyakitnya sendiri. Pandangan orang yang masih menganggap bahwa HIV/AIDS adalah penyakit yang “keji” karna selalu identik dengan PSK, membuat mereka merasa malu jika harus terbuka. Padahal dalam kondisi seperti ini justru dukungan dari orang-orang terdekat sangat diperlukan. Dalam kasus seperti ini, tindakan yang diambil seorang penderita HIV, sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan penyakit HIV itu sendiri. Atau bisa dikatakan keterbukaan adalah salah satu kunci seorang pengidap HIV/AIDS jika ingin terus bertahan hidup. b. Motivasi/ Dukungan Motivasi, salah satu kunci jika seorang pengidap HIV/aids ingin bertahan hidup. Baik motivasi itu timbul dari dirinya sendiri atau paling tidak dari individu lain. Tetapi dalam kasus ini, semakin banyak motivasi/dukungan yang masuk semakin besar pula keinginan seseorang pengidap HIV/aids bisa bertahan.
c. Perawatan dan Terapi ARV Terapi yang bisa dilakukan oleh penderita HIV sejauh ini hanya dengan mengkonsumsi obat ARV. Obat tersebut harus diminum sehari dua kali dalam rentan waktu selama 12 jam. Dan tidak ada batasan sampai kapan penderita harus mengkonsumsi obat tersebut, istilahnya mereka harus mengkonsumsi obat ARV selama mereka masih hidup. Sedangkan bentuk perawatan tersebut adalah berupa perawatan yang sifatnya untuk menunjang ARV, aeperti misalnya olahraga teratur dan mengkonsumsi makan-makanan yang sehat untuk menjaga sistem daya tuhan tubuh penderita ODHA. 2. Bagi para anggota HIWASO yang terinfeksi HIV/aids, komunitas tersebut juga selalu siap dalam memberi dukungan, baik dukungan secara moril ataupun materil. a. Dukungan Materil 1) Membantu Pembayaran Administrasi Terapi Untuk anggota HIWASO yang sudah positif HIV/AIDS, tidak ada perlakuan khusus bagi mereka. Tetapi ada sedikit kebijakan mengenai bantuan jika anggota yang terinfeksi HIV tersebut tidak memiliki uang untuk membayar biaya adminstrasi di Moewardi. Jika biaya administrasi sebesar Rp 35.000.00 maka HIWASO akan membantu membayar sebesar Rp 15.000,00 yang diambil dari uang kas. 2) Sebagai Pihak Ketiga Dalam Penerimaan Bantuan Dari Berbagai Pihak HIWASO juga memiliki peran lain yakni sebagai wadah yang dipercaya pihak stake holder sebagai pihak ketiga ketika mendapat bantuan. Misalnya bantuan dari Dinas Sosial, ketika DINSOS hendak memberi bantuan maka bukan waria secara individu yang bisa mendapat bantuan tersebut melainkan harus melalui lembaga mereka yakni HIWASO.
3) Menyediakan Rumah Singgah Bagi Anggota ODHA Tidak semua waria bisa diterima oleh keluarganya, apalagi jika waria tersebut sudah terinfeksi HIV. Bisa jadi penolakan dari keluarga akan selalu terjadi. Dalam hal ini, komunitas HIWASO memiliki peran menyediakan tempat singgah jika waria positif tersebut tidak mampu mengontrak rumah/ ngekos sendiri. b. Dukungan Moril 1) Menyediakan Ruang Bagi ODHA Untuk Berolahraga Waria yang berprofesi sebagai PSK, tentu menjalankan aktifitas olahraga bukanlah suatu hal yang mudah. Bagi mereka pagi hari adalah saatnya untuk beristirahat. Tetapi, dalam hal ini HIWASO memberi wadah bagi mereka untuk tetap bisa menjalankan olahraga melalui kegiatan voli. Kegiatan voli tersebut rutin dilakukan setiap 3x dalam 1 minggu. 2) Sebagai Ruang Open Status Bagi Anggota ODHA Komunitas HIWASO selalu menegaskan kepada anggotanya jika ingin terus bertahan hidup maka harus segera membuka status kepada komunitas paling tidak satu orang, agar segera mendapat pendampingan. Karena dengan terbuka, komunitas mereka bisa selalu memotivasi setiap saat sehingga anggota yang terinfeksi juga memiliki kepercayaan diri melalui dukungan-dukungan tersebut. 3) Sebagai PMO HIWASO juga memiliki peran sebagai PMO dan alarm bagi anggota yang positif HIV. PMO atau pengawas minum obat juga sering dilakukan oleh pihak komunitas terkait kepatuhan minum obat ARV. Mengingat banyak sekali resiko jika ARV tidak dipatuhi maka diperlukan seseorang yang bisa mengawasi kepatuhan minum obat tersebut.
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Dalam penelitian strategi bertahan hidup waria ODHA dalam komunitas HIWASO menggunakan teori tindakan sosial Max Weber. Penggunaan teori tersebut sudah sesuai dengan penelitian yang diakukan. Tetapi ada salah satu hasil dari penelitian yakni keterbukaan yang kurang sesuai jika dikaji dengan salah satu klasifikasi tindakan sosial Weber. Maka dari itu peneliti mengembangkan 4 klasifikasi tindakan sosial Weber menjadi 5 macam untuk mengkaji tentang keterbukaan tersebut. Hasil pengembangan teori tersebut sebenarnya berdasar pada tindakan werk rational menjadi rational awareness (kesadaran rasional). kesadaran rasional adalah tindakan yang dilakukan untuk mencapai nilai, tetapi dalam melakukannya individu benar-benar terdorong atas dasar kesadaran dari dalam dirinya, serta memerlukan proses yang cukup panjang dan pemikiran yang cukup matang hingga pada akhirnya individu tersebut berani untuk melakukan tindakan bernilai tersebut. Hal inilah yang membuat peneliti melakukan pengembangan karena dalam tindakan werk rational hanya terbatas pada tujuan untuk mencapai nilai, sedangkan dalam kesadaran rasional tindakan untuk mencapai nilai tersebut diringi dengan proses pemikiran dan pertimbangan yang cukup panjang.
2. Implikasi Metodologis Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sudah sesuai dan dapat diterapkan dengan baik dari proses awal pemilihan jenis penelitian hingga proses akhir dari penelitian yakni validitas data. Namun dalam penerapan penggunaan sampel masih terdapat beberapa kekurangan diantaranya dari 70 anggota HIWASO, 7 diantaranya menjadi ODHA dan peneliti hanya menjadikan 2 dari 7 waria ODHA untuk menjadi informan. Tentu jika keseluruhan waria ODHA tersebut dapat dijadikan informan. Data yang dihasilkan akan lebih bervariasi. Selain itu, adanya keterbatasan waktu dan biaya juga menjadi
pertimbangan peneliti mengapa hanya mengambil 2 informan ODHA. Namun meskipun begitu, dua informan waria ODHA tersebut sudah mampu menghasilkan data secara mendalam.
3. Implikasi Empiris Mengenai implikasi empiris, dalam penelitian ini peneliti memiliki prediksi ke depan kaitanya antara masyarakat kepada waria, dan antara waria kepada waria ODHA. Kaitanya respon masyarakat kepada waria adalah masyarakat yang sebelumnya kurang menerima kehadiran waria akan memberi persepi yang salah bahkan cenderung mengidentifikasikan waria dengan HIV. Tentu saja hal tersebut harus segera diminimalisir dengan
adanya
sosialisasi-sosialisasi
mengenai
informasi
tentang
HIV/AIDS. Dalam kaitanya dengan waria dan waria ODHA, diantara mereka akan terjalin kerjasama yang baik dalam bentuk ikatan solidaritas yang lebih dalam. Mereka akan lebih peduli dengan anggota-anggota atau bahkan masyarakat secara umum yang terinfeksi HIV.
C. Saran 1. Bagi waria ODHA a. Menganai HIV/AIDS, sebaiknya waria selalu bersikap terbuka kepada orang lain paling tidak dengan keluarga atau komunitas mereka jika terinfeksi HIV/AIDS agar segera mendapat dukungan dari pihak lain dengan begitu terapi ARV dapat berhasil diterapkan. b. Bagi waria ODHA yang sudah melakukan terapi ARV, sebaiknya selalu menerapkan kepatuhan terhadap obat karena hal tersebut dapat mencegah berkembangnya virus menjadi AIDS. c. Bagi waria ODHA yang masih menjadi PSK, agar selalu melakukan tindak pencegahan penularan virus HIV tersebut kepada pelanggan.
2. Bagi HIWASO a.
Agar selalu konsisten dalam memberi dukungan baik dukungan moril ataupun materil kepada para anggota, khususnya bagi waria ODHA.
b. Dalam hal tindak pencegahan penularan PMS, sebaiknya komunitas HIWASO agar selalu memberikan sosialisasi-sosialisasi kepada anggota mengenai tindak pencegahan penularan PMS dan perilaku seks yang benar, mengingat sebagian besar profesi waria adalah sebagai PSK. 3. Bagi masyarakat a. Sebaiknya masyarakat lebih terbuka dan menerima kehadiran waria atau paling tidak menghargai waria sebagai bagian dari masyarakat agar tidak terjadi diskriminasi terhadap waria. b. Bagi masyarakat yang terinfeksi HIV, agar menerapkan strategi-strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh waria yakni dapat dilakukan dengan cara keterbukaan, dukungan, dan perawatan.