TEKNIK PENYUSUNAN PROGRAM KEGIATAN SECARA PARTISIPATIF Oleh:
Rija Sudirja Dosen pada Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Kampus Unpad Jatinangor, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km 21, Jatinangor 40600 Telp./faks: 022-7796316 E-mail:
[email protected]
PENGERTIAN
Apa itu rencana program ? Rencana program adalah lanjutan dari kegiatan pengkajian keadaan masyarakat yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah, kebutuhan dan potensi dengan menggunakan teknik-teknik tertentu secara partisipatif. Rencana program harus bersifat: •
Sederhana
•
Jelas
•
Wajar
Benar-benar dapat dilaksanakan oleh masyarakat (P3A/GP3A) dengan dukungan dari lembaga terkait dan lembaga mitra yang mempunyai hubungan kerja
Apa tujuan perencanaan program ? •
Memfasilitasi masyarakat P3A/GP3A untuk menyusun program mereka sendiri berdasarkan kebutuhan dan potensi yang mereka miliki.
•
Mendapatkan perencanaan dari tingkat masyarakat P3A/GP3A yang akan diprogramkan oleh lembaga pengembang program (Dinas Teknis) sebagai bahan perencanaan program lembaga itu sendiri di wilayah yang bersangkutan.
1
Manfaat Perencanaan program Bagi “orang dalam” (masyarakat) •
Proses belajar untuk membuat program kegiatan bersama
•
Menimbulkan perasaan kebersamaan dan tanggungjawab
Bagi “orang dalam” (masyarakat) •
Dasar pengembangan program yang berasaskan aspirasi mayarakat
•
Dasar pertimbangan bagi dinas teknis dalam menentukan bantuan tambahan yang akan diberikan berdasarkan prioritas kebutuhan
Perencanaan irigasi partisipatif adalah perencanaan dalam setiap tahapan kegiatan keirigasian yang melibatkan secara aktif petani/P3A/GP3A/IP3A dan pihak-pihak terkait lainnya dalam pengambilan keputusan atau dalam memilih
alternatif-alternatif
yang
terbaik
dari
sejumlah
alternatif
--
berdasarkan kebutuhan dan potensi daerah-- untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan irigasi partisipatif bersifat holistis, artinya selain dilaksanakan pada setiap tahapan kegiatan keirigasian (seperti penelusuran jaringan, penyusunan profil sosial ekonomi teknis dan kelembagaan, operasi dan pemeliharaan, pengembangan kelembagaan, dan sebagainya) juga dilakukan pada setiap level pengambilan keputusan, baik di tingkat Daerah Irigasi (DI) maupun di tingkat kabupaten. Karena perencanaan irigasi partisipatif
merupakan
komponen
tak
terpisahkan
dari
manajemen
keirigasian, maka perencanaan pun dilakukan pada semua komponen, seperti perencanaan pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
2
n partisipattif di tingkat Daerah Irigasi (DI)) akan men nghasilkan Perencanaan 2 (d dua) progra am perenca anaan objekktif.
Program m-program
yang
se ecara
sossial,
ekon nomi,
teknis,
dan
kelemba agaan dap pat dikelola a dan dila akukan seccara swad daya oleh masyara akat, dan
Program m-program
yang
secara
so osial,
ekonomi,
tek knis
dan
kelemba agaan terla alu berat biayanya untuk dap pat dikelolla secara swadaya a oleh massyarakat. P Program ya ang kedua ini selanjuttnya akan dibawa ke tingkat musyawara m ah pembang gunan desa a (musbang gdes) atau u dimussyawarahka an secara partisipatif. p UDKP untuk
Tenaga Pendampiing Petani (TPP) dan n Staf Lapa angan Dina as Teknis engairan) hanya h mem mfasilitasi ke egiatan pen nyusunan rencana r pro ogram ini. (Pe Sedangkan peserta p uta amanya ad dalah peta ani dalam wadah P3A/GP3A. ncanaan pro ogram tingkkat DI cuku up besar, se ebaiknya pihak p yang Karena peren an terlibat turut had dir dalam kegiatan ini, seperrti Dinas Pertanian, P aka Perikanan, Peternakan, Koperasi, dan pihak penyand dang dana jika ada. Ma asukan-mas sukan darri mereka akan sangat mem mbantu pe enyusunan ren ncana kegia atan, sehing gga akan m memudahka an di dalam pelaksana aannya.
ANGKAH-LA ANGKAH PENYUSUN P NAN PROG GRAM KEG GIATAN LA A. PERSIA APAN a. Bahan-bah han perenc canaan Seluruh infformasi berrdasarkan profil p sosio ekonomi teknis t dan kelembaga aan (PSET TK) dikum mpulkan da an dikaji bersama, mengenai; Berb bagai masa alah yang te erkumpul Berb bagai poten nsi yang terrkumpul
3
A Apabila di tingkat GP P3A/IP3A, persiapan bahan ini dilakukan oleh unit-u unit P3A.
Berdasarrkan penga alaman, masyarakat m
senang billadiminta u untuk mem mpersiapkan n bahan yang akan disampaika annya send diri pada pertemuan di desa.
b. Kesepakattan waktu Masyaraka at P3A hen ndaknya be enar-benar mengetah hui bahwa penyusuna an program m kerja ini meman ng untuk membuat kegiatan bersama,se b ehingga waktu w perte emuan pe enyusunan rencana program p m merupakan hasil kessepakatan bersama. W Waktu pem mbahasan dapat dise esuaikan d dengan kes sepakatan diantara mereka m juga a, akan tettapi sekura angnya dip perlukan 2 atau 3 kali pertemuan n untuk mem mbahas; entasi seluruh hasil pertemuan p dan pengo organisasiPrese an ma asalah Kajian alternatif pemecahan masalah dan pilihan n kegiatan ncana kegia atan Penyusunan ren
c. Persiapan teknis g perlu dilak kukan antara lain adallah: Persiapan teknis yang Menyyepakati
jadwal
p pertemuan
dengan
petani/
masy yarakat Meng gundang berbagai pihak yang terlibat un ntuk hadir dalam m pertemua an (dengan lisan atau surat) Mempersiapkan n tempat pertemuan ya ang represe entatif n jamuan (m minuman, makanan m rin ngan) Mempersiapkan n alat-alat dan d bahan (kartu, ke ertas, lem, Mempersiapkan selotif, alat tulis, dll.)
4
B. PELAKSANAAN PENYUSUNAN PROGRAM KERJA BERSAMA a. Pembukaan, Penyampaian Maksud dan Tujuan Umumnya pertemuan yang bersifat resmi, sulit untuk menghindari formalitas sambutan-sambutan, misal dari kepala desa/camat dan tokoh-tokoh masyarakat. Namun, TPP atau KTPP dapat memulai dengan mengutarakan kembali maksud dan tujuan dari pertemuan ini. b. Penyajian Seluruh Hasil Informasi PSETK Tahap selanjutnya penyampaian hasil PSETK, yang berisi rangkuman dan masalah-masalah utama yang ditemukan di masing-masing wilayah, beserta potensinya. c. Pengorganisasian Masalah Masalah-masalah yang muncul di masyarakat sangat beragam dengan topik-topiknya, meskipun dalam kaitan ini pengelolaan irigasi.
Oleh
karenanya
perlu
dilakukan
“seleksi”
dengan
pengorganisasian masalah, yaitu; i. Pengumpulan Masalah Setelah mencatat semua permasalahan, bisa saja ditawarkan kembali
kepada
peserta
untuk
diteliti
kembali,
dan
kemungkinan muncul masalah-masalah yang di”drop” karena tidak relevan, itu dapat saja terjadi. ii. Pengelompokan Masalah Tujuannya adalah: -
Menyederhanakan tampilan
-
Mendiskusikan per-bidang/aspek yang paling banyak masalah
Sepakati bersama setiap bidang yang ditentukan maupun setiap masalah yang masuk dalam bidang tersebut. Dapat pula
menggunakan
metaplan
(masing-masing
menulis
masalah dalam warna kartu yang sudah ditentukan, seperti 5
erah, atau kelembasosial=hijjau, ekonomi=kuning, teknis=me gaan=biru u) iii. Kajian Hu ubungan Se ebab-Akiba at Masalah Tujuannyya adalah: -
M Mengkaji masalah-masalah mana yang menjadi m p penyebab d masalah yang lain dari n
-
M Mengkaji m masalah-m masalah ya ang paling g banyak m menyebabk kan masalah lainnya a, disebutt sebagai A AKAR MAS SALAH
-
M Mengkaji m masalah-m asalah mana yang menjadi a akibat dari m masalah ya ang lain
Manfaat kajian k hubu ungan seba ab-akibat an ntara lain ad dalah: -
M Mesyarakat t melihat permasala ahan yang g mereak h hadapi seccara menyyeluruh da alam bentuk visual ( (bagan hubungan seba ab-akibat masalah) m
-
M Masyarakat t menilai pe ermasalaha an itu seba agai suatu k keadaan ya ang tidak da apat dipisah h-pisahkan sehingga p perlu pemecahan berssama
iv. Penguruttan Prioritass Masalah Bagian yang y terpe enting darri penyusunan progrram kerja bersama adalah penyepaka atan priorittas masalah yang dirasakan n paling p penting dan n juga me emiliki sum mber daya (potensi) untuk merrancang kegiatan yang g benar-be enar dapat dilaksana akan. Lang gkah-langka ahnya adala ah: Berd dasarkan h hasil poho on masalah h, pilihlah sejumlah mas salah yang paling pen nting untuk dicantumkkan dalam tabe el prioritas m masalah Diskkusikan
allasan-alasa annya
dan n
sepakatti
terse ebut (minta alah pendap pat dari ban nyak fihak) 6
pilihan
Seju umlah massalah utam ma terpilih,, lakukan penilaian untu uk menguru utkan masalah utama a tersebut (prioritas mas salah denga an teknik ba agan urutan n (Matriks Ranking) R Umumnya kriteria un ntuk memb buat prioritas masalah adalah: esakan, ma asalah utam ma (akar ma asalah), kepentingan Kemende umum, ketersediaa k an potensii (sumber daya), menambah m pendapattan (mengh hasilkan uan ng), dan ke eterangan la ainnya. d. Pem mbahasan Alternatif-a A lternatif Kegiatan Berrdasarkan bagan b priorritas masa alah, P3A/G GP3A meng gembangkan n gagasan kegiatan yang dapa at dilakuka an untuk mengatasi m mas salah terse ebut. Karen na suatu masalah m dapat saja diipecahkan mellalui berbag gai cara, P3A/GP3A sebaiknya s d diajak untu uk memilih keg giatan
yan ng
paling
mungkin n
dilaksan nakan
berdasarkan
perttimbangan--pertimbang gan tertenttu, misalnyya mengka aji dengan keb butuhan ala at dan bah han, sertaa a modal untuk masin ng-masing pilih han yang ada a diband dingkan de engan sum mberdaya alam a yang ada a, keteramp pilan yang d dimiliki, tenaga kerja yyang tersed dia, waktu, mod dal, tempatt, dan lain-la ain.
7
Tabel contoh matrik penilaian masalah
Tabel contoh matrik cara mengatasi masalah Masalah utama
Sebab-sebab
8
Cara mengatasi masalah
Ranking
Jumlah nilai
Mudah tidaknya
Akibat Mendesak
Sebabsebab masalah
Biaya
Masalah utama
Kepentingan umum Ketersediaan bahan
Penilaian masalah
e. Pemilihan dan Pengisian Bagan Rencana Kegiatan Bagan
alternatifpemecahan
masalah
yang
telah
disusun,
kemudian dijadikan bahan diskusi untuk melakukan pembuatan bagan rencana kegiatan.
Caranya adalah dengan memilih dari
alternatif-alternatif kegiatan tersebut, mana yang paling mudah dilaksanakan. Bentuk penulisan perencanaan kegiatan dibuat atas kesepakatan dengan masyarakat.
Contoh bentuk penulisan
sederhana yang dapat dipertimbangkan penggunaannya berisikan: i. Pemilihan
(alternatif)
kegiatan
dan
skala
prioritas
berdasarkan tingkat kebutuhan petani ii. Output Kegiatan (tujuan, sasaran, target, dan indikator keberhasilan) iii. Penentuan metode/strategi yang digunakan iv. Penentuan penanggungjawab Kegiatan v. Penetapan pendukung kegiatan (termasuk lembaga donor yang dapat membiayai program kegiatan) vi. Pembuatan jadwal pelaksanaan kegiatan vii. Pembuatan alat evaluasi dan monitoring yang dapat menentukan
indikator
keberhasilan
masing-masing
program kegiatan yang terukur dan memiliki dimensi tindak lanjut.
9
10 Monev
Bahan
Waktu
Pendukung
Penanggungjawab
Pelaksana
Metode/ strategi
Output Kegiatan
Kegiatan
Masalah
Contoh matrik pengisian bagan rencana program kegiatan
BAHAN RUJUKAN
Daniel Selener. 1977. Participatory Action Research and Sosial Change. Cornell University. New York. Ditjen SDA DPU-RI. 2000. Pedoman Pengadaan Tenaga Pendamping Petani (TPP) untuk Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah. Jakarta. FTP UGM – DEPDAGRI. Nopember 2000. Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi . Pelatihan untuk Pelatih (ToT) Tenaga Pendamping Petani. Yogyakarta. Rija Sudirja. 2001. Modul Pelatihan Tenaga Pendamping Petani (TPP) dan Koordinator TPP. Bandung. _________. 2004. Modul Pelatihan Perencanaan Partisipatif. Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat. Bandung. Rianingsih Djohari, dkk. 1996. Berbuat Bersama Berperan Setara: Acuan Penerapan Participatory Rural Appraisal. Studio Driya Media untuk KPDTNT. Bandung.
11
Lampiran 1
Hasil Dialog Publik Rencana Kerja GP3A Menyusun Matriks Ranking (Skala Prioritas)
No
MASALAH
1.
Pemberdayaan
2.
Penyerahan Pengelolaan Irigasi PPI : Status GP3A/P3A kedudu kan P3A dalam pemerinta‐ Han daerah/desa Pendanaan : Belum ada peraturan yang jelas tentang mekanisme pemungutan Ipair terutama dari pihak pabrik PPI : P3A belum tersosialisasi ke seluruh masyarakat maupun pemerintahan daerah setempat desa
3.
4.
5.
FISIK : Dalam pelaksanaan konstruksi P3A/GP3A yang sudah punya Badan Hukum diberdayakan dalam pelaksanaannya,
ALTERNATIF RANKING PEMECAHAN Pembinaan dari 7 dinas/ Pokja tentang fungsi/tugas kepengurusan dalam lembaga P3A/GP3A Harus ada perda 3 yang jelas
‐Harus ada ketegasan dari propinsi mengenai masalah tersebut ‐Harus ada perda yang jelas
1
Sosialisasi harus 3 dilakukan sampai tk. tersier dan melibatkan pihak‐ pihak,yaitu: ‐GP3A ‐Dinas ‐LSM ‐Camat/Kades Dalam pekerjaan 6 fisik dilakukan oleh P3A didampingi oleh cabang dinas.
12
PENANGGUNG JAWAB Pokja
Pokja
Semua instansi terkait dari tk. Kab s.d Kades Fasilitator; POKJA POKJA
Dinas PU Pengairan
No
6.
7.
8.
MASALAH karena dari hasil pelaksanaan sebelumnya terbukti pekerjaan yang dilakukan P3A/GP3A lebih baik daripada hasil kerja kontraktor. PPI : Pencemaran air oleh pabrik sehingga kualitas air mulai menurun FISIK : Sempadan saluran digunakan oleh masyarakat sehingga tidak ada jalan infeksi untuk melakukan rehab/normalisasi saluran FISIK : Bocoran‐ bocoran di sepanjang saluran masih banyak. Dalam musim kemarau di Wangisagara kekurangan air
ALTERNATIF PEMECAHAN
RANKING
Ada himbauan dari 4 Dinas/instansi terkait terhadap perusahaan ‐Kesadaran 2 masyarakat tentang masalah ini perlu ditingkatkan ‐Harus ada peraturan yang lebih tegas dalam masalah pendirian bangunan di sepanjang sempadan jalan ‐Harus ada 5 pengkirmiran ‐Ada suplesi lain/dari ciharus
13
PENANGGUNG JAWAB
Dinas/Instansi terkait Semua Dinas terkait Fasilitator: POKJA
PU pengairan
Lampiran 2
Contoh Penyusunan Program Kerja Berbasis Profil Sosial Ekonomi Teknik dan kelembagaan (PSETK) di Daerah Irigasi Pasir Angin Kabupaten Bandung
Keadaan Umum Daerah irigasi Pasir Angin merupakan salah satu daerah irigasi teknis yang berlokasi di Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat mengairi areal sawah seluas 525 ha, meliputi 4 desa yaitu : 1. Desa Sumur Bandung 51 ha 2. Desa Cipatat 50 ha 3. Desa Kerta Mukti 274 ha 4. Desa Sari Mukti 159 ha Daerah Irigasi Pasir Angin terdiri dari dua saluran, yaitu Saluran Induk Cimeta sepanjang 11,3 km dan Saluran Suplesi Cipicung sepanjang 3,6 km. Bendung Cimeta pada DI Pasir Angin merupakan bendung peninggalan jaman Belanda (telah ada sejak tahun 1913) dan telah mengalami beberapa kali renovasi/ perbaikan sampai tahun 1986. Sejak itu menjadi bendung permanen, kemudian mendapat biaya rehabilitasi dan Program Tersierisasi dari PIJB pada tahun 1983/1984. Sedangkan Bendung Suplesi Cipicung dibangun dengan dana Inpres Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung pada tahun 1976/1977. DI Pasir Angin merupakan salah satu DI yang dicanangkan menjadi lokasi uji coba PPI di Kabupaten Bandung. Daerah Irigasi Pasir Angin berada dalam wilayah kerja Cabang Dinas PU Pengairan Wilayah I Padalarang, Dinas PU Pengairan Kabupaten Bandung. Lokasi Kantor Cabang Dinas PU Pengairan Wilayah I Padalarang berada dijalur jalan propinsi antara Bandung dan Cianjur tepat disamping Situ Ciburuy sebelah timur, beralamat di Jl Raya Ciburuy no. 272 Tlp. (022) 6806740 Padalarang, dengan ketinggian kurang lebih 687 m dpl. Lokasi Bendung Cimeta pada DI Pasir Angin berada di sebelah barat kota Padalarang sejauh 13.50 km, terletak di kampung Singaparna Desa Sumur Bandung Kecamatan Cipatat. Dari jarak 13,50 km hanya 12 km yang dapat dilalui kendaraan roda empat dan roda dua sedangkan 1,5 Km hanya dapat ditempuh dengan jalan kaki. Kondisi Awal (PSETK) DI Pasir Angin terletak di daerah tebing sepanjang 8 km dan semi datar sepanjang 3 km. Masyarakat yang memanfaatkan air irigasi hidup di sepanjang saluran irigasi dengan kondisi jalan yang terjal, tanah berlumpur dan sempit. Lebar jalan sepanjang 8 km adalah satu meter sehingga tidak bisa dijangkau oleh mobil, bahkan motor pun sulit mencapai daerah ini terutama di musim hujan, sehingga untuk dapat sampai ke daerah ini hanya dapat dilakukan dengan berjalan kaki. Kesulitan askes ini mengakibatkan harga kebutuhan pokok sangat mahal sementara hasil produksi pertanian dinilai dengan sangat murah. Fasilitas kesehatan di daerah ini belum ada. Kondisi perekonomian masyarakat setempat umumnya miskin, bermata pencaharian sebagai petani padi dengan kepemilikan lahan rata-rata 100 tumbak per orang dengan hasil produksi 2-
14
7 kg per 100 tumbak, sehingga untuk menutupi kebutuhan sehari-hari masyarakat menyambi bekerja sebagai kuli/buruh bangunan di kota. Namun demikian kebiasaan gotong royong saling tolong menolong antar tetangga masih sangat kuat. Sifat ramah dan familier masih bisa dirasakan terbukti dengan penerimaan masyarakat terhadap TPP (Tenaga Pendamping Petani) sangat baik sehingga pada saat pengerukan irigasi, masyarakat yang terlibat cukup banyak. Pembinaan dari TPP relatif diterima dan diikuti. Kegiatan O&P di bendung dan jaringan utama dilaksanakan oleh staf Cabang Dinas PU Pengairan Wilayah I Padalarang. Juru Pengairan DI Pasir Angin dibantu oleh Petugas Penjaga Bendung (PPB) , 4 Penjaga Pintu Air (PPA), sedangkan pengelolaan air di jaringan tersier dilaksanakan oleh P3A yang tergabung dalam wadah P3A Mitra Cai, pelaksana teknis (ulu-ulu) yang dibantu oleh ketua blok. Seluruh hamparan areal DI Pasir Angin sesuai kebutuhan telah terbentuk 1 GP3A yang terdiri dari 4 unit P3A desa. Keadaan Bendung (Head Work) Secara umum kondisi bendung cukup baik setelah dilakukan rehabilitasi bendung dan seluruh jaringan pada tahun 1983/1984 dan 1985/1986. Lebar Bendung Pasir Angin 15 m, dilengkapi pintu penguras 1 buah dengan lebar 2 m dan pintu pengambilan 2 buah dengan lebar 1 m. Kondisi pintu rusak berat (bes ulir baik pintu penguras maupun pintu pengambilan hilang ) sehingga semua pintu tidak dapat dioperasikan secara sempurna (baik). Terdapat kerusakan sayap bendung sebelah kanan bagian hilir, serta fasilitas O&P seperti Papan Perikal dan Operasi perlu perbaikan. Begitu pula Bendung Suplesi Cipicung kondisinya rusak berat, sepanjang fondasi mercu bendung hilir dan sayap kiri bagian hilir juga rusak. Keadaan Bangunan Air Kondisi bangunan rata-rata cukup baik, pada Saluran Induk DI Pasir Angin ada 3 buah bangunan bagi sadap, 20 buah bangunan sadap, 3 buah penguras, 1 buah bangunan pelimpah, 9 buah gorong-gorong, 1 buah talang, 1 buah bangunan terjun/got miring dan 1 buah bangunan ukur. Pada Saluran Suplesi Cipicung ada 1 buah bangunan sadap, 1 buah bangunan penguras, 1 buah bangunan pelimpah dan 7 buah bangunan gorong-gorong. Dari semua bangunan bagi/sadap, bangunan sadap, bangunan penguras dan pelimpah pintu-pintunya rusak dan ada pasangan dari bangunan-bangunan tersebut yang rusak yang memerlukan perbaikan. Keadaan Saluran Kondisi saluran umumnya cukup baik, saluran induk maupun saluran suplesi merupakan saluran yang berada di lereng perbukitan terdiri dari saluran tertutup, saluran pasangan dan saluran tanah. Keadaan saluran rawan longsor dan banyak bocoran. Di beberapa tempat perlu dilakukan penambahan saluran tertutup, perbaikan saluran pasangan/keermur, perbaikan bocoran dan pengadaan normalisasi lebar dasar dan tanggul saluran. GP3A Tirta Mukti terbentuk dari unit-unit P3A yang berada di wilayah DI Pasir Angin Desa Kerta Mukti Kecamatan Cipatat. Unit P3A yang bernama Tirta
15
Mukti ini berdiri sejak tanggal 23 April 1993 dengan susunan pengurus sebagai berikut : Ketua : Yuyun Yusuf Wakil Ketua : Anduy Sekretaris : Abah Tarkaya Bendahara : Amar Ulu-Ulu : Iim Samsudin Ketua Blok : Enceh/Gozim Setelah ada rencana PKPI (Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi) pada tahun 1999, maka dibentuklah GP3A berdasarkan hasil musyawarah unit-unit P3A dari 4 Desa, yaitu : 1. P3A Unit Desa Sumur Bandung 2. P3A Unit Desa Cipatat 3. P3A Unit Desa Kerta Mukti 4. P3A Unit Desa Sari Mukti Kegiatan tersebut dihadiri juga oleh kepala desa dan camat yang turut menyaksikan pembentukan GP3A Tirta Mukti. GP3A Tirta Mukti berkantor di DI Pasir Angin Desa Kerta Mukti Kecamatan Cipatat. Susunan kepengurusan unit P3A, semuanya pasif. Pengurus yang aktif hanya pengurus inti, baik dalam pemungutan Ipair, menggerakkan pemeliharaan jaringan maupun menghadiri rapat-rapat. Namun motivasi pengurus untuk memajukan organisasi P3A cukup baik, sehingga peluang untuk mengaktifkan semua pengurus dan anggota P3A sangat memungkinkan. Kendati pengetahuan mereka tentang P3A, irigasi, ketersediaan air, dan segala manfaatnya sangat minim, namun petani sudah mempunyai kesadaran untuk membayar ipair dengan sistem 2 kg/patok atau 56 kg/ha (1 patok = 25 tumbak). Pembayaran dilakukan setiap musim, namun yang sudah mampu membayar baru mencapai 10 % dari jumlah keseluruhan yang wajib bayar. Permasalahan dan Potensi Pemecahan Masalah Secara umum kondisi fisik jaringan di DI Pasir Angin adalah rusak berat, yang disebabkan oleh : Tanahnya labil (mudah longsor), Terjadi sedimentasi, Tanggul jebol, Banyak bocoran, Bendung utama sayap kiri hancur, Pintu-pintu rusak, Kerusakan-kerusakan di atas selain karena kondisi alam yang kurang menunjang, disebabkan juga oleh : 1. Bangunan jaringan irigasi masih banyak warisan Belanda, yang dibangun pada tahun 1913. 2. Lokasi saluran irigasi yang kurang tepat (saluran irigasi ada di pinggir tebing dan jurang),
16
3.
Di atas saluran ada sawah, tidak ada pohon-pohon atau tanaman penguat sawah, 4. Pemeliharaan saluran cukup sulit dilakukan karena sulit dijangkau, 5. Bangunannya sudah tua dan rapuh. Akibat kondisi fisik jaringan irigasi seperti disebutkan di atas, maka areal potensial DI Pasir Angin yang seharusnya seluas 521 ha, hanya mampu terairi seluas 400 ha karena debit air sangat kecil untuk sampai di hilir yaitu Desa Mukti Sari. Bahkan ada areal yang dulunya merupakan persawahan, sekarang sudah tidak bisa lagi digunakan sebagai sawah karena aliran air tidak sampai. Melihat kondisi seperti itu, TPP dan Pokja yang terdiri dari unsur : Bapeda, Dinas Pengairan, Dinas Perikanan, dan Dinas Pertanian setelah mengadakan penelusuran jaringan, sepakat untuk memperbaiki kerusakan tersebut melalui dana APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) tahun 2002. Berdasarkan identifikasi masalah, GP3A Tirta Mukti telah dibentuk pada tahun 1999 berdasarkan hasil musyawarah unit-unit P3A yang disaksikan oleh kepala desa dari empat desa di wilayah DI Pasir Angin dan disaksikan juga oleh Camat Kecamatan Cipatat. Proses pembentukan GP3A berdasarkan kebutuhan pemerintah bukan berangkat dari kebutuhan petani sehingga nuansa top down masih sangat kental. Namun demikian para pengurus GP3A yang terpilih sebagian besar tokoh masyarakat yang berpengaruh, contohnya wakil ketua dan sekretaris adalah mantan kepala desa setempat, ada pula pensiunan PNS dan ABRI maupun tokoh agama. Sehingga dengan memperhatikan potensi pengurus GP3A yang relatif dinamis dan menjadi panutan warga, walau ada ketidak puasan dari unsur unit P3A maupun masyarakat diharapkan tujuan dan harapan Program PKPI dapat mengejawantah. Berkaitan dengan Pokja PKPI Kabupaten Bandung, dari hasil pengamatan dan penerimaan masyarakat, Pokja yang ada sudah menunjukkan kontribusinya sebagai pendukung kegiatan PKPI. Hal ini diindikasikan dengan: Telah dikeluarkannya SK Bupati tentang Pembentukan Pokja, Ada sosialisasi PKPI yang dilakukan oleh Pokja bersama TPP, Rapat rutin Pokja yang dihadiri oleh dinas terkait, LSM dan masyarakat, Penyelenggaraan pelatihan P3A bersama dinas KPL dan TPP, Evaluasi kegiatan PKPI dibahas bersama-sama antara koordinator TPP, GP3A dan Pokja. Disisi lain KPL masih sangat rendah kinerjanya, sehingga masih butuh waktu untuk memperbaikinya. Program Kerja Kegiatan TPP: 1. Sosialisasi PKPI di tingkat petani, 2. Mengadakan penyegaran pengurus unit P3A, 3. Membantu GP3A melakukan pendataan luas areal dan besaran wajib bayar Ipair, 4. Memfasilitasi komunikasi antara P3A/GP3A dengan desa dan kecamatan,
17
5. 6. 7. 8.
Mengadakan pembinaan sesuai dengan kesepakatan TPP, petugas dan petani secara rutin, Koordinasi dengan Pokja menyangkut perkembangan di lapangan, Mengupayakan dana rehabilitasi bersama-sama dengan Pokja, Mengadakan pembenahan-pembenahan baik di bidang administrasi maupun kelembagaan.
Program Kerja Partisipatif meliputi: 1. Melakukan inventarisasi masalah sosial, ekonomi dan kelembagaan, 2. Penelusuran jaringan bersama-sama antara TPP, GP3A dan Pokja, 3. Melakukan pengerukan sedimentasi pada saluran irigasi, 4. Melakukan sosialisasi Ipair, 5. Menyusun rencana kerja GP3A. Pelaksanaan dan Hasil yang Dicapai Sosialisasi tentang Inpres No.3 tahun 1999 dilakukan dengan cara kunjungan dan silaturahmi pada masyarakat petani dari rumah ke rumah, dari blok ke blok dan dari unit P3A yang satu ke unit P3A berikutnya yang ada di 4 desa yang termasuk wilayah DI Pasir Angin, sehingga diharapkan program PKPI ini diketahui oleh berbagai lapisan. Selanjutnya diharapkan ada kesadaran petani untuk kumpul bersama-sama dalam wadah P3A dan menyadari akan pentingnya operasional dan pemeliharaan irigasi oleh petani. Pada saat sosialisasi PKPI pertama kali dilakukan pengetahuan petani tentang P3A dan irigasi sangat minim, bahkan ada petani yang sama sekali tidak tahu tentang P3A. Hal ini merupakan bukti keterbatasan petugas yang ada dalam melakukan pembinaan. Kondisi ini membuat TPP semakin yakin bahwa petani sangat menginginkan kunjungan petugas yang peduli terhadap kesulitan-kesulitan petani. Untuk melengkapi identifikasi potensi dan masalah, TPP bersama-sama GP3A dan Pokja melakukan penelusuran jaringan di DI Pasir Angin sepanjang 11,3 km dari hulu Desa Sumur Bandung sampai hilir Desa Sari Mukti dengan tujuan : 1. Mengetahui kerusakan-kerusakan yang ada di sepanjang saluran irigasi secara benar dan akurat bersama-sama petani, P3A/ GP3A dan instansi terkait. 2. Sebagai sarana duduk bersama antara petani dan pemerintah dalam melaksanakan operasional dan pemeliharaan irigasi. 3. Proses penampungan aspirasi dalam pelaksanaan rehabilitasi baik dari petani maupun pemerintah. 4. Mencari kemungkinan-kemungkinan atau mengoptimalkan saluran untuk kepentingan kesejahteraan petani. Untuk menambah pengetahuan petani di bidang teknologi pertanian, irigasi, perikanan dan peternakan, TPP secara bersama-sama dengan Pokja mengadakan pelatihan yang dihadiri oleh anggota dan pengurus P3A dari empat desa yang materinya disesuaikan dengan kebutuhan petani itu sendiri yang dihadiri oleh unsur: 1. Kepala Desa, 2. BPD, 3. Petani,
18
4. Pengurus P3A, 5. Pengurus GP3A, 6. Tokoh Agama, 7. Petugas PPL, KCD, Ulu-Ulu, 8. Dan lain-lain. Sedangkan Narasumber yang hadir adalah : 1. Bapeda Kabupaten Bandung, 2. PU Pengairan Kabupaten Bandung, 3. Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, 4. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung, 5. Koordinator Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman, 6. Pokja. Hasil yang dicapai dari kegiatan-kegiatan di atas adalah: 1. Timbul motivasi petani untuk meningkatkan pemeliharaan irigasi dalam rangka mempertahankan kelangsungan usahatani masyarakat di sekitar DI Pasir Angin. 2. Ada kesadaran P3A dan GP3A untuk melengkapi kepengurusannya karena begitu berat beban yang harus mereka pikul. 3. Semangat gotong royong bertambah. 4. Terjadi peningkatan kesadaran untuk membayar Ipair karena operasional dan pemeliharaan membutuhkan dana yang tidak sedikit. 5. Pokja peduli sehingga merasa perlu untuk merehabilitasi saluran irigasi yang rusak melalui APBD II tahun 2002. 6. Timbul kesadaran bersama dari hulu sampai hilir akan perlunya pemeliharaan jaringan irigasi. 7. Pemerintah lebih serius memperhatikan kondisi masyarakat yang hidup miskin di sepanjang DI Pasir Angin, sehingga timbul kemauan untuk memberikan bantuan. 8. Terjadi kemungkinan peningkatan hasil produksi karena serangan hama relatif bisa dikendalikan. 9. Timbul kemauan GP3A untuk berbadan hukum. 10. Timbul kemauan GP3A untuk mendirikan koperasi. 11. Administrasi lebih lengkap dan mudah dibaca. 12. Kelembagaan lebih baik, hasil pendataan tentang areal dan anggota P3A/GP3A yang bayar Ipair lebih jelas/tegas.
19
Lampiran 4
Slide Penyusunan Program Kegiatan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
TEKNIK PENYUSUNAN PROGRAM KERJA
TIPS 1. 2.
Jelaskan secara singkat tujuan modul ini dan uraikan secara singkat latar belakang modul ini. Mintalah masing-masing peserta untuk menyusun rencana tindak lanjut setelah berakhirnya pelatihan ini dengan mengajukan pertanyaan:
a.
3. 4.
b. c.
Tindak lanjut "apa" yang perlu saya lakukan setelah latihan / lokakarya ini? Bagaimana itu dilakukan ? Kapan mulai dan kapan selesai ?
Berikan cukup waktu bagi masing-masing peserta untuk menyelesaikan Rencana Tindak Lanjut (RTL) perorangan tersebut secukupnya. Mintalah masing-masing peserta untuk menyajikan RTL nya secara singkat.
20
Mengkaji Program • Apa tujuan jangka panjang dan tujuan khusus program? • Apakah tujuan khusus itu sudah sesuai/belum dengan rencana ? Mengapa? • Apakah masalah tersebut bisa diatasi? • Dengan bantuan media? atau • Dengan mengubah strategi program?
Mengidentifikasi Masalah • Secara umum, perubahan apa saja yang kiranya bisa mengatasi atau mengurangi masalah-masalah itu ? • Bagaimana cara mengukurnya agar perubahan-perubahan itu tepat dan cocok? • Bagaimana kemajuan/keberhasilan itu dapat diukur ?
21
Tahapan Pemberdayaan Tahap 1: Penentuan lokasi Tahap 2: Sosialisasi pemberdayaan P3A Tahap 3: Proses pemberdayaan P3A • Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif • Pengembangan Kelompok • Penyusunan Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan • Monitoring dan Evaluasi Partisipatif
Tahap 4: Pemandirian masyarakat P3A
RENCANA PROGRAM Apa itu rencana program ? Rencana program adalah lanjutan dari kegiatan pengkajian keadaan masyarakat yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah, kebutuhan dan potensi dengan menggunakan teknik-teknik tertentu secara partisipatif. Rencana program harus bersifat: Benar-benar dapat dilaksanakan oleh • Sederhana masyarakat (P3A/GP3A) dengan dukungan • Jelas dari lembaga terkait dan lembaga mitra yang mempunyai hubungan kerja denganwilayah • Wajar bersangkutan
22
Apa tujuan perencanaan program ? • Memfasilitasi masyarakat P3A/GP3A untuk menyusun program mereka sendiri berdasarkan kebutuhan dan potensi yang mereka miliki. • Mendapatkan perencanaan dari tingkat masyarakat P3A/GP3A yang akan diprogramkan oleh lembaga pengembang program (Dinas Teknis) sebagai bahan perencanaan program lembaga itu sendiri di wilayah yang bersangkutan.
Manfaat Perencanaan program Bagi “orang dalam” (masyarakat) • Proses belajar untuk membuat program kegiatan bersama • Menimbulkan perasaan kebersamaan dan tanggungjawab Bagi “orang dalam” (masyarakat) • Dasar pengembangan program yang berasaskan aspirasi mayarakat • Dasar pertimbangan bagi dinas teknis dalam menentukan bantuan tambahan yang akan diberikan berdasarkan prioritas kebutuhan
23
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM KEGIATAN
• • • • • • • • • • •
A. B.
-
PERSIAPAN Bahan-bahan perencanaan Kesepakatan waktu Persiapan teknis PELAKSANAAN PENYUSUNAN PROGRAM KERJA BERSAMA Pembukaan, Penyampaian Maksud dan Tujuan Penyajian Seluruh Hasil Informasi PSETK Pengorganisasian Masalah Pembahasan Alternatif-alternatif Kegiatan Pemilihan dan Pengisian Bagan Rencana Kegiatan
a. Bahan-bahan perencanaan • Seluruh informasi berdasarkan profil sosio ekonomi teknis dan kelembagaan (PSETK) dikumpulkan dan dikaji bersama, mengenai; – Berbagai masalah yang terkumpul – Berbagai potensi yang terkumpul
• Apabila di tingkat GP3A/IP3A, persiapan bahan ini dilakukan oleh unit-unit P3A. Berdasarkan pengalaman, masyarakat senang biladiminta untuk mempersiapkan bahan yang akan disampaikannya sendiri pada pertemuan di desa
24
b. Kesepakatan waktu •
Masyarakat P3A hendaknya benar-benar mengetahui bahwa penyusunan program kerja ini memang untuk membuat kegiatan bersama, sehingga waktu pertemuan penyusunan rencana program merupakan hasil kesepakatan bersama. Waktu pembahasan dapat disesuaikan dengan kesepakatan diantara mereka juga, akan tetapi sekurangnya diperlukan 2 atau 3 kali pertemuan untuk membahas; – Presentasi seluruh hasil pertemuan dan pengorganisasian masalah – Kajian alternatif pemecahan masalah dan pilihan kegiatan – Penyusunan rencana kegiatan
c. Persiapan teknis • •
• • •
Menyepakati jadwal pertemuan dengan petani/ masyarakat Mengundang berbagai pihak yang terlibat untuk hadir dalam pertemuan (dengan lisan atau surat) Mempersiapkan tempat pertemuan yang representatif Mempersiapkan jamuan (minuman, makanan ringan) Mempersiapkan alat-alat dan bahan (kartu, kertas, lem, selotif, alat tulis, dll.)
25
a.
Pembukaan, Penyampaian Maksud dan Tujuan
Umumnya pertemuan yang bersifat resmi, sulit untuk menghindari formalitas sambutan-sambutan, misal dari kepala desa/camat dan tokoh-tokoh masyarakat. Namun, TPP atau KTPP dapat memulai dengan mengutarakan kembali maksud dan tujuan dari pertemuan ini.
b. Penyajian Seluruh Hasil Informasi PSETK Tahap selanjutnya penyampaian hasil PSETK, yang berisi rangkuman dan masalah-masalah utama yang ditemukan di masing-masing wilayah, beserta potensinya.
26
c.
Pengorganisasian Masalah
• Pengumpulan Masalah • Pengelompokan Masalah • Kajian Hubungan Sebab-Akibat Masalah • Pengurutan Prioritas Masalah
d. Pengurutan Prioritas Masalah Berdasarkan bagan prioritas masalah, P3A/GP3A mengembangkan gagasan kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Karena suatu masalah dapat saja dipecahkan melalui berbagai cara, P3A/GP3A sebaiknya diajak untuk memilih kegiatan yang paling mungkin dilaksanakan berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu, misalnya mengkaji dengan kebutuhan alat dan bahan, sertaa modal untuk masing-masing pilihan yang ada dibandingkan dengan sumberdaya alam yang ada, keterampilan yang dimiliki, tenaga kerja yang tersedia, waktu, modal, tempat, dan lain-lain.
27
Bentuk penulisan sederhana yang dapat dipertimbangkan penggunaannya Pemilihan (alternatif) kegiatan dan skala prioritas berdasarkan tingkat kebutuhan petani Output Kegiatan (tujuan, sasaran, target, dan indikator keberhasilan) Penentuan metode/strategi yang digunakan Penentuan penanggungjawab Kegiatan Penetapan pendukung kegiatan (termasuk lembaga donor yang dapat membiayai program kegiatan) Pembuatan jadwal pelaksanaan kegiatan Pembuatan alat evaluasi dan monitoring yang dapat menentukan indikator keberhasilan masing-masing program kegiatan yang terukur dan memiliki dimensi tindak lanjut.
28
PEL LATIHAN N TENAGA A PENDA AMPING MASYARA M AKAT (TP PM) DAN N KOORDINAT TOR TEN NAGA PEN NDAMPIN NG MASY YARAKAT T (KTPM)) DALAM RANGKA R A PISP Hotel Permata P – Bandung,, 25 Juni 22007
T TEKNIK K PENY YUSUNA AN PRO OGRAM M KEGIA ATAN SEC CARA P PARTISSIPATIF F Oleh:
RIJA A SUDIRJJA Dossen Fakultaas Pertaniaan UNPAD D
PE EMERIN NTAH PR ROPINSII JAWA B BARAT J Jl. Braga No o. 137 Telp p. (022) 42 233401 42 239047 Bandung 40111 1