PENGARUH PROGRAM PEMBERDAYAAN GABUNGAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (GP3A) TERHADAP PENDAPATAN PETANI ANGGOTA GP3A di KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR
Oleh : ALAN RIADI H 34066009
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN ALAN RIADI. Pengaruh Program Pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Terhadap Pendapatan Petani Anggota GP3A di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HENY K DARYANTO). Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia yang memiliki pertumbuhan penduduk yang tinggi harus mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduknya terutama beras. Namun, sampai saat ini Indonesia masih memiliki masalah dalam memenuhi kebutuhan pangan. Masalah yang sering timbul terkait dengan peran pertanian tanaman padi sebagai sektor penghasil bahan pangan utama adalah terancamnya kestabilan pangan yang umumnya diakibatkan oleh kontinuitas produksi yang terganggu karena ketidakpastian dari cuaca dan hama penyakit tanaman padi. Irigasi merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan produksi tanaman padi, maka kebijakan pemerintah dalam pembangunan pengairan harus diikuti dengan peningkatan sarana irigasi persawahan yang mati dan rusak. Salah satu upaya pemerintah dalam usaha meningkatkan pembangunan sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan khususnya beras adalah meningkatkan pembangunan di sektor irigasi melalui program pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A). Kondisi jaringan irigasi sangat menentukan produksi padi yang dihasilkan. Semakin baik kondisi jaringan irigasi persawahan, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat. Pengembangan rehabilitasi/pemeliharaan infrastruktur pertanian melalui perbaikan jaringan irigasi serta pengelolaan jaringan irigasi dengan baik dan benar harus dilakukan, karena dapat meningkatkan pendapatan dari hasil produksi padi sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan para petani. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kegiatan yang dilaksanakan dalam program pemberdayaan GP3A dengan melihat sejauh mana konsep kegiatan tersebut dapat diterapkan di GP3A Mitra Tani di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor guna meningkatkan kinerja GP3A tersebut dalam pengelolaan irigasi, dan menganalisis pengaruh dari pelaksanaan program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan anggotanya dengan memperhatikan perubahan tingkat pendapatan yang akan dibandingkan antara sebelum dan sesudah saluran tersier diperbaiki. Pengumpulan data dilakukan pada bulan September sampai Desember 2010 di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Petani yang dijadikan sebagai responden sebanyak 30 orang petani Anggota GP3A. Penelitian ini menggunakan alat analisis pendapatan usaha tani , rasio keuntungan terhadap biaya (R/C) dan Uji t berpasangan (Paired t – test). Data primer pada penelitian ini diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan serta wawancara langsung dengan ketua GP3A dan para petani anggota GP3A yang menjadi responden dalam penelitian ini. Wawancara disertai dengan menggunakan panduan kuesioner, dan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor,
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor serta GP3A Mitra Tani. Data sekunder tersebut mencangkup data produktivitas pertanian tanaman pangan di Kabupaten Bogor tahun 2009, luas penggunaan lahan sawah tahun 2009 di Kabupaten Bogor, proyeksi permintaan beras dalam periode 2005 – 2025 menurut wilayah, penjelasan/ definisi GP3A, dan gambaran GP3A Mitra Tani. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari internet serta beberapa studi literatur berupa hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini. Input yang digunakan dalam kegiatan usahatani padi secara umum sama antara sebelum dan setelah program dilakukan yaitu benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan alat – alat pertanian. Petani responden anggota GP3A Mitra Tani rata – rata menggunakan benih varietas Ciherang. Pupuk yang digunakan yaitu KCL, Urea, dan NPK. Pestisida yang digunakan yaitu pestisida cair merk Sistrin. Tenaga kerja yang digunakan yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga. Alat – alat pertanian yang digunakan yaitu cangkul, parang, arit, dan semprotan. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani padi di Desa Karehkel menunjukkan bahwa pelaksanaan program pemberdayaan GP3A khususnya rehabilitasi/perbaikan saluran tersier memberikan dampak terhadap tingkat pendapatan petani anggota GP3A Mitra Tani. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan atas biaya tunai dan biaya total yang lebih tinggi ketika setelah program dilaksanakan bila dibandingkan dengan sebelum program dilaksanakan. Pendapatan atas biaya tunai per hektar per tahun sebelum program dilakukan adalah Rp 3.378.254. Pendapatan atas biaya tunai per hektar per tahun setelah program dilakukan adalah Rp 4.372.260. Pendapatan atas biaya total per hektar per tahun sebelum program dilakukan adalah Rp 9.841.205 dan pendapatan atas biaya total per hektar per tahun setelah program dilakukan adalah Rp 12.009.202. Hasil analisis R/C rasio pada kegiatan usahatani padi di Desa Karehkel baik sebelum maupun setelah program dilaksanakan menunjukkan hasil penerimaan yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan. Nilai R/C rasio atas biaya tunai ketika sebelum program adalah 3,095, dan setelah program adalah 3,308. Kondisi ini menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan oleh petani responden anggota GP3A Mitra Tani setelah program dilaksanakan memberikan tingkat pendapatan yang lebih besar dibandingkan ketika sebelum program, namun perbedaan nilai R/C rasio ini tidak terlalu besar antara sebelum dan setelah program. Nilai R/C rasio atas biaya total ketika sebelum program adalah 1,793, dan setelah program adalah 1,848. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat imbangan penerimaan dan biaya setelah program memang lebih besar dibandingkan sebelum program dlaksanakan. Berdasarkan hasil uji t berpasangan (paired t-test) terhadap pendapatan responden sebelum dan setelah program dilakukan diperoleh nilai-p(0.000) < alpha 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata – rata pendapatan sebelum program berbeda nyata dengan rata-rata pendapatan sesudah program. Pelaksanaan program pemberdayaan GP3A yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bogor sudah sesuai dengan prosedur pelaksanaan program. Adanya program pemberdayaan GP3A secara umum telah menunjukan adanya pengaruh yang signifikan dari kegiatan program rehabilitasi/ perbaikan saluran tersier terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani responden anggota GP3A, sehingga program tersebut harus terus ditingkatkan.
PENGARUH PROGRAM PEMBERDAYAAN GABUNGAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (GP3A) TERHADAP PENDAPATAN PETANI ANGGOTA GP3A DI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR
ALAN RIADI H34066009
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi : Pengaruh Program Pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) Terhadap Pendapatan Petani Anggota GP3A di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Nama
: Alan Riadi
NIM
: H34066009
Disetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Heny K Daryanto, MEc NIP. 19610916 198601 2 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Program Pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) Terhadap Pendapatan Petani Anggota GP3A Di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2011
Alan Riadi H34066009
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 Juni 1985. Penulis adalah anak ke pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Salam dan Ibu Siti Aisyah. Penulis memulai pendidikan di TK AL-Munawwar Bogor pada tahun 1990, SDN Perwira 1 Bogor pada tahun 1991-1997, SLTPN 8 Bogor tahun 19972000 dan SMUN 6 Bogor tahun 2000-2003. Penulis menyelesaikan sekolah menengah atas pada tahun 2003 dan masuk perguruan tinggi negeri tahun 2003 di Program Studi Teknik Pendayagunaan Lahan dan Air, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Program Diploma III IPB Bogor dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama setelah lulus dari diploma penulis melanjutkan studinya ke program sarjana penyelanggaraan khusus IPB dengan Program Studi Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada saat menjalani kuliah di Agribisnis, penulis pernah bekerja di Yayasan Pendidikan SMP Eka Wijaya Cibinong sebagai guru mata pelajaran fisika. Penulis juga pernah menjadi pelatih futsal di yayasan tersebut dan di SMU Negeri 1 Bogor. Saat ini penulis bekerja di Dinas Bina Marga dan Pengairan sebagai staf pelaksana pada sub bagian program dan pelaporan.
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Program Pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) Terhadap Pendapatan Petani Anggota GP3A Di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor”. Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendeskripsikan
kegiatan
yang
dilaksanakan dalam program pemberdayaan GP3A dengan melihat sejauh mana konsep kegiatan tersebut dapat diterapkan di GP3A Mitra Tani di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor guna meningkatkan kinerja GP3A tersebut dalam pengelolaan irigasi, dan menganalisis pengaruh dari pelaksanaan program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan anggotanya dengan memperhatikan perubahan tingkat pendapatan yang akan dibandingkan antara sebelum dan sesudah saluran tersier diperbaiki. Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan kerena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Walaupun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2011 Alan Riadi
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril serta materil kepada penulis dalam penyelesaian karya ilmiah ini, antara lain sebagai berikut : 1. Dr. Ir. Heny K Daryanto, MEc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator pada kolokium penulis yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan proposal penelitian. 3. Ir. Lukman M Baga, MAEc selaku dosen penguji dalam ujian akhir yang telah banyak memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini. 4. Arief Karyadi Suwandi, SP selaku dosen penguji dari komite akademik dalam ujian akhir yang telah memberikan banyak masukan dan arahan. 5. Bapak H. Zulfakar selaku ketua kelompok GP3A Mitra Tani yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian, serta memberikan bantuan, arahan, dan masukan selama penelitian. Serta seluruh petani responden di P3A Sugih Tani Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang. 6. Orangtua, adik, keluarga tercinta dan Karina Kartika Sari untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 7. Sekretariat Program Studi Agribisnis atas bantuan dan kerjasamanya. 8. Rekan – rekan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor, khususnya sub bagian program dan pelaporan atas dukungan dan kerjasamanya. 9. Teman-teman Ekstensi Agribisnis, UKM Futsal IPB, SKDX FC atas semangat dan sharing sampai saat ini. serta seluruh pihak dan sahabat-sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya, sukses untuk kita semua.
Bogor, Januari 2011 Alan Riadi
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiii I PENDAHULUAN ...................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 6 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 7 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 8 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 8 II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 2.1. Karakteristik Masyarakat Petani di Pedesaan ....................... 2.2. Program Pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) ............................................................. 2.3. Penelitian Terdahulu ............................................................. 2.3.1. Studi Empiris Mengenai Pemberdayaan ...................... 2.3.2. Studi Empiris Mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Padi .............................................................. 2.3.3. Studi Empiris Mengenai Program Pemberdayaan dan Analisis Pendapatan .....................................................
9 9 10 12 12 13 14
III
KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................... 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................. 3.1.1. Konsep Pemberdayaan ................................................. 3.1.2. Konsep Pendapatan Petani ........................................... 3.1.3. Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) ............. 3.1.4. Uji t Berpasangan (Paired t – Test)............................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ..........................................
18 18 18 20 22 23 24
IV
METODE PENELITIAN .......................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 4.2. Metode Penentuan Responden .............................................. 4.3. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 4.4. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 4.5. Metode Analisis Data ............................................................ 4.5.1. Analisis Pendapatan ................................................... 4.5.2. Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) .......... 4.5.3. Uji t Berpasangan (Paired t – Test).............................. 4.6. Definisi Operasional ..............................................................
28 28 28 29 29 30 31 32 32 33
V
KEADAAN UMUM DESA KAREHKEL KECAMATAN LEUWILIANG ............................................................................ 5.1. Wilayah dan Topografi .......................................................... 5.2. Profil Kelompok GP3A Mitra Tani .......................................
35 35 36
5.3. Karakteristik Petani Responden ............................................... 5.3.1. Status Usaha ................................................................ 5.3.2. Umur .......................................................................... 5.3.3. Pendidikan ..................................................................... 5.3.4. Luas Areal Usahatani Padi ............................................ 5.3.5. Pengalaman Dalam Usahatani Padi .............................. 5.3.6. Status Kepemilikan Lahan ............................................ 5.4. Budidaya Tanaman Padi ..........................................................
38 39 40 41 41 42 42 43
VI HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 6.1. Keragaan Usahatani Padi di GP3A Mitra Tani ........................ 6.1.1. Penggunaan Input ......................................................... 6.1.2. Output Usahatani .......................................................... 6.2. Pelaksanaan Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani ......... 6.2.1. Jenis Kegiatan Pelatihan pada Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani ..................................................................... 6.2.2. Kinerja GP3A Mitra Tani dalam Pengelolaan Irigasi ..... 6.3. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Adanya Progaram Pemberdayaan GP3A Mitra Tani ............... 6.3.1. Penerimaan Usahatani ................................................... 6.3.2. Biaya Usahatani ........................................................... 6.3.3. Pendapatan Usahatani ................................................... 6.4. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C rasio) Sebelum dan Setelah Adanya Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani ..................................................................... 6.5. Hasil Uji t Berpasangan (paired t-test) Terhadap Perbedaan Pendapatan ................................................................................
48 48 48 54 55
VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 7.1. Kesimpulan ........................................................................... 7.2. Saran .....................................................................................
69 69 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... LAMPIRAN ..........................................................................................
71 73
56 60 62 62 63 65
66 67
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Proyeksi Permintaan Beras dalam Periode 2005 – 2025, menurut wilayah (000 ton) ............................................................................ 2 2. Produktivitas Pertanian Tanaman Pangan di Kab. Bogor Tahun 2009 ..................................................................................... 2 3. Luas Penggunaan Lahan Sawah Tahun 2009 di Kabupaten Bogor. ............................................................................................. 4 4. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ....................... 17 5. Produktivitas Pertanian Tanaman Padi di Kec. LeuwiliangTahun 2009. ............................................................................................... 36 6. Daerah Irigasi Cianten Cigatet/ GP3A Mitra Tani. ........................ 37 7. Karakteristik Petani Responden Anggota Kelompok GP3A Mitra Tani. ................................................................................................ 39 8. Penggunaan Benih Kerja per Hektar per Tahun .............................. 48 9. Penggunaan Pupuk Kerja per Hektar per Tahun………………….
49
10. Penggunaan Pestisida Kerja per Hektar per Tahun………………….
50
11. Penggunaan Tenaga Kerja per Hektar per Tahun………………….
51
12. Rata – rata Nilai Penggunaan Alat Pertanian Sebelum dan Setelah Program di Kelompok GP3A Mitra Tani per Hektar per Tahun…. 13. Nilai Penyusutan Alat Pertanian Sebelum dan Setelah Program di Kelompok GP3A Mitra Tani per Hektar per Tahun. ...................... 14. Hasil Produksi Tanaman Padi di GP3A Mitra Tani per Hektar per Tahun ............................................................................................. 15. Jumlah Peserta Pelatihan Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani ................................................................................................ 16. Penerimaan Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Program Dilakukan per Hektar per Periode Panen dan per Tahun. .............. 17. Produksi, Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani Sebelum dan Setelah Program per Hektar per Periode Panen. ....... 18. Perbandingan R/C rasio Sebelum dan Setelah Program. ................
53 53 54 56 62 65 67
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ........................................ 27
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Bagan Wilayah GP3A Mitra Tani (DI Cianten Cigatet) ................. 74 2. Struktur Organisasi GP3A Mitra Tani ............................................. 75 3. Peta Lokasi Penelitian Desa Karehkel Kec. Leuwiliang ................. 76 4. Rincian Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C rasio Usahatani Padi Kelompok GP3A Mitra Tani Sebelum Program per Hektar Per Periode Panen ............................................................................ 77 5. Rincian Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C rasio Usahatani Padi Kelompok GP3A Mitra Tani Setelah Program per Hektar Per Periode Panen ............................................................................ 79 6. Rincian Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C rasio Usahatani Padi Kelompok GP3A Mitra Tani Sebelum dan Setelah Program Per Hektar Per Tahun ...................................................................... 81 7. Rincian Pendapatan Petani Responden Kelompok GP3A Mitra Tani Sebelum dan Setelah Program ................................................ 83 8. Hasil Uji t Berpasangan (paired t-test) Terhadap Pendapatan Petani Responden ............................................................................ 84 9. Kuesioner Pengambilan Data .......................................................... 85
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pertanian sangat berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan PDB, perolehan devisa, pengentasan kemiskinan, penciptaan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian juga tidak akan pernah lepas dari fungsinya sebagai sumber utama untuk penyediaan bahan pangan. Kebutuhan pangan nasional memang dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri dan luar negeri (impor). Namun karena jumlah penduduk terus bertambah dan tersebar di seluruh pulau, maka ketergantungan akan pangan impor menyebabkan rentannya ketahanan pangan sehingga berdampak terhadap aspek sosial, ekonomi, dan bahkan politik. Sektor pertanian tanaman padi dijadikan prioritas atau lebih diperhatikan dalam pembangunan pertanian tanaman pangan, karena tantangan besar saat ini adalah konsumsi masyarakat masih bertumpu pada beras. Pengembangan pertanian tanaman padi bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas (mutu dan gizi), dan meningkatkan kesejahteraan petani. Dalam mendukung ketahanan pangan, produktivitas dan perluasan areal tanaman padi perlu ditingkatkan, serta meningkatkan nilai tambah ekonomi sistem produksi, peningkatan efisiensi produksi, perbaikan mutu produk, diversifikasi, dan pengembangan sistem. Masalah yang sering timbul terkait dengan peran pertanian tanaman padi sebagai sektor penghasil bahan pangan utama adalah terancamnya kestabilan pangan yang umumnya diakibatkan oleh kontinuitas produksi yang terganggu karena ketidakpastian dari cuaca dan hama penyakit tanaman padi. Inovasi teknologi, strategi, dan pendekatan program intensifikasi merupakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi1. Peningkatan produktivitas tanaman padi perlu dilakukan agar dapat memenuhi proyeksi permintaan beras hingga tahun 2025 di Indonesia yang terus meningkat berdasarkan Tabel 1.
1
http : /www.litbang.deptan.go.id/Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. Edisi 2004. Diakses 15 Mei 2010
Tabel 1. Proyeksi Permintaan Beras dalam Periode 2005 – 2025, menurut Wilayah (000 ton) WILAYAH 2003 2005 2010 2015 2020 2025 Sumatera 7.433 7.601 8.037 8.499 8.987 9.504 Jawa 18.611 19.019 20.081 21.202 22.386 23.637 Bali&Nusteng 1.961 2.005 2.120 2.242 2.371 2.507 Kalimantan 1.798 1.838 1.944 2.055 2.173 2.298 Sulawesi 2.362 2.416 2.556 2.704 2.862 3.028 Maluku&Papua 399 408 432 457 484 512 Indonesia 32.563 33.287 35.170 37.160 39.263 41.487 Sumber : www.litbang.deptan.go.id/Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. Edisi 2004. Asumsi yang digunakan untuk menghitung proyeksi permintaan beras yaitu dengan perhitungan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per tahun, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2025 lebih dari 296 juta, 58 persen di antaranya terkonsentrasi di Jawa dan 21,3 persen di Sumatra. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang mengembangkan tanaman padi dan tanaman pangan lainnya seperti palawija, sayuran, dan biofarmaka. Salah satu daerah di Kabupaten Bogor yang mengembangkan tanaman padi adalah Kecamatan Leuwiliang, dengan produktivitas tanaman padi sebesar 5.370 Kg/Ha pada tahun 20092. Nilai produktivitas tersebut berada di bawah nilai produktivitas tanaman padi di Kabupaten Bogor. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa produktivitas tanaman padi di Kabupaten Bogor tahun 2009 adalah 6.046,48 Kg/Ha. Tabel 2. Produktivitas Pertanian Tanaman di Kab. Bogor Tahun 2009. No 1 2 3 4
Komoditi
Luas Panen (Ha) 84.891 17.553 68.189 80.799
Produksi (Kg) 513.292.000 243.183.000 1.252.888 3.633.799
Tanaman Padi Tanaman Palawija Tanaman Sayuran Tanaman Biofarmaka (Jahe, lengkuas, kencur, kunyit, dll) Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Bogor (2010) 2
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.2009.
Produktivitas (Kg/Ha) 6.046,48 1.3854,21 18,37 44,97
Strategi yang dapat dilakukan dalam meningkatkan produksi tanaman padi adalah3 : 1. Meningkatkan akses petani terhadap sumberdaya, modal, teknologi, dan pasar; 2. Mendorong peningkatan produktivitas melalui inovasi baru; 3. Mendorong diversifikasi produksi; 4. Mendorong partisipasi aktif seluruh pihak yang mendukung; 5. Pemberdayaan petani dan masyarakat; 6. Pengembangan kelembagaan (kelembagaan produksi dan penanganan pascapanen, irigasi, koperasi, lumbung pangan desa, dan penyuluhan). Irigasi merupakan prasarana untuk meningkatkan produktivitas lahan dan meningkatkan intensitas panen per tahun. Tersedianya air irigasi yang cukup merupakan input untuk meningkatkan produksi padi yang tidak kalah penting dibanding input yang lain. Mayoritas petani padi anggota Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) membutuhkan air untuk kegiatan pertanian, khususnya padi sawah. Air yang mengalir membawa lumpur dan kotoran yang diendapkan pada petak sawah. Kotoran yang mengendap tersebut dapat digunakan sebagai pupuk dan lumpur yang sangat baik untuk tanaman padi. Genangan air pada ketinggian yang diinginkan berfungsi membantu pertumbuhan tanaman padi yang merata pada petak sawah. Banyaknya saluran irigasi persawahan yang rusak (mati) akibat dikeringkan untuk kebutuhan pemukiman menyebabkan lahan yang seharusnya sangat potensial untuk pengembangan pertanian tanaman padi menjadi terlantar dan akhirnya beralih fungsi menjadi lahan permukiman. Sawah irigasi adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang diatur dan dikuasai Dinas Pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. Jenis – jenis irigasi yang ada di Kabupaten Bogor antara lain4 : 1. Irigasi pedesaan. Merupakan irigasi yang pembangunan, pendayagunaan dan pemeliharaan jaringannya dilaksanakan oleh para petani dibawah pembinaan pemerintah desa, dengan atau tanpa bantuan pemerintah pusat maupun daerah. 3
Op.cit. Hlm 1 Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.2001. Potensi dan Peluang Pengembangan Pertanian dan Kehutanan 4
2. Irigasi sederhana. Merupakan sistem jaringan irigasi yang belum dapat diatur dan diukur. 3. Irigasi semi teknis. Merupakan sistem jaringan irigasi yang pemberian airnya hanya dapat diatur tetapi belum dapat diukur. 4. Irigasi teknis. Merupakan sistem jaringan irigasi
yang sudah lengkap sehingga
pemberian airnya dapat diatur dan diukur. Tabel 3. Luas Penggunaan Lahan Sawah Tahun 2009 di Kabupaten Bogor Jenis Penggunaan Lahan Sawah
Luas (ha)
Persentase (%)
Sawah Irgasi Desa/ Non PU
12.453
25,54
Sawah Irigasi Sederhana
14.982
30,72
Sawah Semi Teknis
7.997
16,4
Sawah Irigasi Teknis
3.664
7,51
Sawah Tadah Hujan
9.670
19,83
48.766
100
TOTAL
Sumber :Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Bogor (2010) Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa luas sawah irigasi sederhana di Kabupaten Bogor tahun 2009 merupakan yang terluas dengan total 14.982 Ha (30,72% dari total seluruh luas lahan sawah), sedangkan luas sawah irigasi teknis merupakan yang terkecil dengan total 3.664 Ha (7,51%). Luas lahan sawah lainnya yaitu sawah irigasi desa/non PU 12.453 Ha, sawah setengah irigasi 7.997 Ha, dan sawah tadah hujan 9.670 Ha. Kondisi di atas menggambarkan areal persawahan di Kabupaten Bogor dengan sistem irigasi teknis masih sedikit. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan air untuk tanaman padi masih kurang dan tidak teratur, maka jaringan irigasi di Kabupaten Bogor perlu ditingkatkan. Salah satu upaya pemerintah dalam usaha meningkatkan pembangunan sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan khususnya beras adalah meningkatkan pembangunan di sektor irigasi. Irigasi merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan produksi tanaman padi, maka kebijakan
pemerintah dalam pembangunan pengairan harus diikuti dengan peningkatan sarana irigasi persawahan yang mati dan rusak. Pada era pemerintahan orde baru, pemerintah menganjurkan dibentuk organisasi perkumpulan petani pemakai air (P3A) secara formal yang membuat anggaran dana dan anggaran rumah tangga. Proses pembentukan harus dikembalikan berawal dari inisiatif masyarakat dengan nama dan dasar aturan sesuai dengan norma dan nilai yang berkembang secara spesifik di daerah masing – masing. Program Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) merupakan salah satu agenda kebijakan pemerintah dalam pengelolaan irigasi di Indonesia. Hal tersebut diatur dalam KEPMENDAGRI No.50 Tahun 2001. Untuk meningkatkan jaringan irigasi, pemerintah terus berupaya mengembangkan peran serta masyarakat dalam operasi dan pemeliharaan irigasi, maka lembaga–lembaga pengelola irigasi yang telah dibentuk oleh petani secara bertahap di Kabupaten Bogor dikembangkan oleh pemerintah melalui Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor menjadi organisasi P3A yang formal dan modern. Kondisi jaringan irigasi merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil produksi padi yang dihasilkan. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap hasil produksi padi adalah penggunaan input produksi seperti penggunaan benih dan pemakaian pupuk. Semakin baik kondisi jaringan irigasi persawahan, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat. Sebaliknya, semakin rusak kondisi jaringan irigasi persawahan, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin menurun. Pengembangan rehabilitasi/pemeliharaan infrastruktur pertanian melalui perbaikan jaringan irigasi serta pengelolaan jaringan irigasi dengan baik dan benar harus dilakukan, karena dapat meningkatkan pendapatan dari hasil produksi padi sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan para petani. Kondisi jaringan irigasi yang baik tentunya harus didukung dengan ketersedian air yang mencukupi bagi areal persawahan. Ketersediaan air yang cukup dipengaruhi curah hujan dan adanya sumber air yang melintasi areal persawahan. Sehingga lokasi yang curah hujannya rendah dan jauh dari sumber air,tidak dimanfaatkan untuk areal persawahan.
Dengan ketersediaan air yang cukup melalui saluran irigasi yang baik, akan membantu menghasilkan produktivitas padi yang lebih efektif. Kareana Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak membutuhkan air, khususnya pada saat tumbuh harus selalu tergenangi air. Air berfungsi untuk proses fotosintesis tanaman serta membawa karbohidrat dan mineral ke bagian –bagian tanaman sebagai cadangan makanan.
1.2.
Perumusan Masalah Untuk lebih meningkatkan pemberdayaan P3A di Kabupaten Bogor, maka
dibentuk Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) agar dapat membantu P3A dalam mengatasi persoalan pengelolaan jaringan irigasi. Adapun Program Pemerintah bagi GP3A yang diberikan melalui Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor adalah pemberdayaan GP3A di Kabupaten Bogor khususnya perbaikan saluran tersier di areal persawahan, dengan harapkan program tersebut dapat memenuhi kebutuhan air di areal persawahan sehingga dapat meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Hasil produksi yang meningkat tentunya
akan
berpengaruh
terhadap
kesejahteraan
anggotanya
dengan
meningkatnya pendapatan/ penghasilan dari usaha pertanian yang dilakukan. Salah satu unit GP3A di Kabupaten Bogor adalah GP3A Mitra Tani yang berlokasi di kecamatan Leuwiliang dan dibentuk pada tanggal 7 Oktober 2004. GP3A Mitra Tani berada di wilayah Daerah Irigasi (DI) Cianten Cigatet dengan luas areal yang terairi sekitar 422 Ha. GP3A Mitra Tani terdiri dari 5 Unit P3A yang meliputi 5 Desa, salah satunya yaitu P3A Sugih Tani di Desa Karehkel. Mayoritas anggota GP3A merupakan petani tanaman padi yang membutuhkan air untuk kegiatan pertanian. Pada Tahun 2008 GP3A Mitra Tani mendapatkan dana bantuan dari luar Negeri sebesar Rp 45.000.000,- melalui Program WISMP (Water Resources and irrigation Sector Management Program) untuk pemberdayaan GP3A dari sisi kerjasama pengelolaan irigasi. Dana tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan rehabilitasi/perbaikan saluran tersier sepanjang ± 150 meter yang ada di Desa Karehkel (P3A Sugih Tani). Desa Karehkel dipilih karena letaknya yang berada di bagian paling hilir berdasarkan skema jaringan irigasi di areal
persawahan GP3A Mitra Tani (Lampiran 1), sehingga menyebabkan kurangnya ketersedian
air
dengan
kondisi
saluran
tersier
yang
rusak.
Kegiatan
rehabilitasi/perbaikan saluran tersier ini berpengaruh untuk blok 1 di P3A Sugih Tani dengan jumlah petani sebanyak 56 orang. Kegiatan rehabilitasi/perbaikan saluran tersier ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan air yang mencukupi bagi luas areal persawahan sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi dan mempengaruhi pendapatan petani. Kegitan tersebut diharapkan memberikan pengaruh yang signifikan dari program
pemberdayaan
GP3A
terhadap
pendapatan
dan
kesejahteraan
anggotanya. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh program pemberdayaan GP3A yang timbul terhadap pendapatan petani padi anggota GP3A. Berdasarkan kondisi di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Kegiatan apa saja yang dilaksanakan dalam program pemberdayaan GP3A Mitra Tani di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor ? 2. Apakah pelaksanaan program Pemberdayaan GP3A telah memberikan pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani padi peserta program dari sisi ekonomi?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan
kegiatan
yang
dilaksanakan
dalam
program
pemberdayaan GP3A dengan melihat sejauh mana konsep kegiatan tersebut dapat diterapkan di GP3A Mitra Tani di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor guna meningkatkan kinerja GP3A tersebut dalam pengelolaan irigasi. 2. Menganalisis pengaruh dari pelaksanaan program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan anggotanya dengan memperhatikan perubahan tingkat pendapatan yang akan dibandingkan antara sebelum dan sesudah saluran tersier diperbaiki.
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai : 1. Bahan masukan dan evaluasi bagi pemerintah daerah tentang pelaksanaan Program pemberdayaan GP3A. 2. Media penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh, bagi penulis. 3. Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi penulisan selanjutnya.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Secara umum program pemberdayaan GP3A terdiri dari berbagai kegiatan
seperti kegiatan motivasi, pelatihan, penyerahan kewenangan, fasilitasi, bimbingan teknis, pendampingan, kerjasama pengelolaan dan audit pengelolaan irigasi, namun pada penelitian ini difokuskan untuk mengkaji pengaruh program pemberdayaan GP3A dari kegiatan rehabilitasi/perbaikan saluran tersier di areal persawahan guna memenuhi kebutuhan air bagi tanaman padi. Pelaksanaan program pemberdayaan GP3A Mitra Tani yang berupa kegiatan rehabilitasi/perbaikan saluran tersier dilakukan pada bulan Agustus tahun 2008. Analisis pendapatan petani padi yang dilakukan sebelum kegiatan rehabilitasi/perbaikan saluran tersier yaitu pada masa panen bulan Januari dan bulan Juni tahun 2008. Sedangkan analisis pendapatan petani padi yang dilakukan setelah kegiatan rehabilitasi/perbaikan saluran tersier yaitu pada masa panen bulan Januari dan bulan Juni tahun 2009.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Karakteristik Masyarakat Petani di Pedesaan Masyarakat desa adalah individu yang bertinggal di desa. Secara sosiologis, desa merupakan satu kesatuan masyarakat atau komunitas penduduk yang bertempat tinggal dalam suatu lingkungan dimana mereka saling mengenal. Kehidupan masyarakat desa banyak bergantung kepada alam, dan desa sering digambarkan dengan masyarakat yang hidup sederhana. Sebagian besar masyarakat pedesaan hidup dari kegiatan pertanian dan pendidikannya relatif rendah. Ikatan sosial, adat dan tradisi masyarakat desa masih kuat, serta bersifat jujur dan bersahaja dalam kehidupan sehari – hari 5. Pada umumnya atau kebanyakan mata pencaharian masyarakat di daerah pedesaan adalah bertani. Seorang petani harus kompeten dalam bermacam-macam keahlian seperti keahlian memelihara tanah, bercocok tanam, hama dan penyakit tanaman, pemasaran, dan sebagainya. Ciri-ciri umum masyarakat petani di pedesaan menurut riset Sayogyo (1993) antara lain : 1. Satuan keluarga (rumah tangga) petani adalah satuan dasar dalam masyarakat desa yang berdimensi ganda; 2. Petani hidup dari usahatani, dengan mengolah tanah atau lahan; 3. Pola kebudayaan petani berciri tradiosional dan khas; 4. Petani menduduki posisi rendah dalam masyarakat, mereka adalah ”orang kecil” terhadap masyarakat di atas desa . Sedangkan Soekartawi (1986) mengidentifikasikan ”petani kecil” dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat. 2. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah. 3. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsistem 4. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya.
5
Dirjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri. 2009. Pedoman Umum Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Petani merupakan kelompok masyarakat yang memegang peranan penting, baik dinegara industri maupun negara berkembang. Usahatani kecil merupakan bentuk usaha yang mengolah lahan terbatas, menggunakan semua atau sebagian tenaga kerja keluarga sendiri dalam kesatuan usaha ekonomi yang mandiri. Usahatani merupakan bentuk usaha paling banyak dan memasok sebagian besar hasil produksi pertanian. Tipe usahatani yang paling sering ditemui dibanyak negara adalah usahatani keluarga, mereka terorganisir menurut masing-masing struktur keluarga tani yang berlaku.
2.2.
Program Pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Gabungan perkumpulan petani pemakai air (GP3A) diatur dan dijelaskan
dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 50 Tahun 2001 tentang Pedoman Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air6. Gabungan perkumpulan petani pemakai air (GP3A) adalah istilah umum untuk wadah kelembagaan dari sejumlah P3A yang memanfaatkan fasilitas irigasi, yang bersepakat bekerjasama dalam pengelolaan pada sebagian daerah irigasi atau pada tingkat sekunder. Pembentukan GP3A dilakukan dengan cara : 1. Beberapa P3A yang berlokasi pada sebagian daerah irigasi atau pada tingkat sekunder mengadakan kesepakatan untuk membentuk GP3A, kepengurusan GP3A, serta menyusun rancangan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga GP3A. 2. Pembentukan GP3A, kepengurusan GP3A, serta anggaran dasar dan anggaran dasar rumah tangga GP3A ditetapkan dalam rapat anggota dan dilaporkan oleh pengurus/ketua GP3A kepada Bupati/ Walikota setempat. Dalam kaitan dengan penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi, pengurus GP3A wajib mendaftarkan anggaran dasar GP3A kepada pengadilan negeri atau notaris setempat untuk mendapatkan status badan hukum. Susunan organisasi GP3A terdiri dari pengurus dan anggota. Setiap anggota GP3A berhak untuk dipilih dan memilih dalam kepengurusan serta berhak mendapatkan pelayanan air irigasi yang adil sesuai dengan ketentuan 6
http : /www.pu.go.id/Kepmen. 2004. Diakses 15 Mei 2010
pembagian air yang berlaku. Sedangkan kewajiban anggota GP3A yaitu menjaga kelangsungan fungsi sarana dan prasarana irigasi, wajib membayar iuran pengelolaan irigasi, dan melaksanakan ketentuan – ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan – keputusan lain yang ditetapkan oleh rapat anggota. Pemberdayaan GP3A dilakukan untuk menguatkan kelembagaan sampai berstatus badan hukum dan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia di bidang organisasi, teknis, dan keuangan untuk mengelola suatu sistem irigasi secara mandiri dalam upaya keberlanjutan sistem irigasi. Pemberdayaan GP3A dilakukan melalui rangkaian kegiatan yang tidak terpisahkan dengan penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi. Berdasarkan kemitraan , transparansi, demokratis, akuntabilitas, dan kepastian hukum sesuai dengan tingkat kepentingannya. Dana yang diterima guna pemberdayaan GP3A dikelola secara otonom oleh GP3A sendiri sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Adapun dana GP3A dapat bersumber dari : 1. Iuran pengelolaan irigasi yang berasal dari anggota P3A; Besarnya iuran, pemungutan, pengelolaan dan pemanfaatannya ditetapkan oleh P3A dan GP3A. Serta dikelola secara transparan dalam penyelenggaraan tugas dan kewajibanya serta biaya pengelolaan irigasi. 2. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat; 3. Usaha – usaha lain yang sah menurut hukum; 4. Bantuan pemerintah dan pemerintah daerah (APBD atau APBN); Bantuan ini diberikan atas dasar permintaan dan kesepakatan dengan GP3A. Besarnya disesuaikan dengan kemampuan keuangan pemerintah dan pemerintah daerah dengan memperhatikan prinsip kemandirian GP3A. Tata cara penyaluran dan pertanggungjawaban bantuan dari pemerintah dan pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan pedoman pendanan pengelolaan irigasi yang berlaku. 5. Bantuan dari Yayasan/ Luar negeri Program kegiatan Water Resources and irrigation Sector Management Program (WISMP) merupakan program bantuan dana dari luar negeri.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai tugas Pembantuan dari Departemen Pekerjaan Umum kepada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor. Hasil dari kegiatan ini adalah terlaksananya perkuatan irigasi partisipatif di tingkat petani serta meningkatnya tanggung jawab P3A dalam pengelolaan irigasi partisipatif. Program pemberdayaan GP3A terdiri dari berbagai kegiatan seperti kegiatan motivasi, pelatihan, penyerahan kewenangan, fasilitasi, bimbingan teknis, pendampingan, kerjasama pengelolaan dan audit pengelolaan irigasi. Pemberdayaan GP3A melalaui kerjasama pengelolaan Irigasi secara partisipatif dilakukan untuk mengembangkan kemampuan GP3A di kabupaten Bogor yang memenuhi syarat untuk mengelola sistem irigasi secara partisipatif.
2.3.Penelitian Terdahulu 2.3.1. Studi Empiris Mengenai Pemberdayaan Penelitian mengenai pemberdayaan komunitas nelayan melalui penerapan program sea farming, studi kasus komunitas nelayan sea farming Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Jakarta dilakukan oleh Rio (2009). Rio menggunakan metode pendekatan kualitatif dan menggunakan teknik triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perkembangan keberdayaan komunitas nelayan sea farming jika dilihat berdasarkan delapan Tingkatan Partisipasi Arnstein, telah sampai pada tahap kemitraan dan pendelegasian kekuasaan. Kemandirian secara material telah sangat terlihat jelas dari pengamatan dan pengakuan para informan, namun secara kelompok masih perlu binaan lebih jauh lagi. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa kebutuhan kelompok sea farming saat ini ada enam poin. Pertama, teknik yang lebih efisien, efektif, ramah lingkungan dan murah. Kedua, pasokan benih yang jelas dan pasti baik dari segi jumlah dan kualitas. Ketiga, pelatihan pengembangan usaha budidaya, khususnya pengelolaan bersama penjualan hasil panen untuk dijual ke pasar. Keempat pengelolaan kelompok yang kuat. Kelima, pengembangan kelompok menjadi kelompok usaha. Keenam, pemahaman lebih dalam peran masing – masing pihak
yang terkait dalam kelembagaan SF sehingga kelompok SF dapat memahami peran dan posisinya dalam kelembagaan SF.
2.3.2. Studi Empiris Mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Padi Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani padi pandan wangi dan varietas unggul baru (Studi kasus Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Jawa Barat) dilakukan oleh Feni (2009). Feni menggunakan analisis pendapatan usahatani dan analisis R/C ratio. Tingkat produksi rata – rata padi pandan wangi sebesar 11.702,40 kg MKP per hektar per tahun sedangkan varietas unggul baru adalah sebesar 16.042,79 kg GKP per hektar per tahun. Pendapatan tunai usahatani padi pandan wangi pertahun perhektar lahan adalah sebesar Rp 25.817.911,57 sedangkan padi varietes unggul baru menghasilkan pendapatan tunai sebesar Rp 23.719.117,86. Pendapatan total usahatani padi pandan wangi adalah sebesar Rp 20.503.308,15 sedangkan padi varietes unggul baru adalah sebesar Rp 18.936.495,37. Nilai R/C rasio atas biaya tunai pada usahatani pandanwangi adalah 4,78 dan pada usahatani varietes unggul baru adalah 3,40. Sedangkan nilai R/C rasio atas biaya total untuk usahatani padi pandan wangi adalah 2,69 dan untuk varietes unggul baru adalah 2,29. Dapat disimpulkan bahwa usahatani kedua varietes padi tersebut layak untuk diusahakan karena efisien secara pendapatan. Dian (2008) Analisis usahatani dan pemasaran beras varietas pandan wangi dan varietas unggul baru (Kasus : Kec. Warungkondang, Kab. Cianjur, Jawa Barat). Pendapatan atas biaya tunai padi pandan wangi lebih kecil yaitu Rp 33.631.110,1/ha/tahun sedangkan padi varietas unggul baru adalah Rp 34.081.956,6/ha/tahun. Tetapi pendapatan atas biaya total padi pandan wangi lebih besar yaitu Rp 6.475.878,8/ha/tahun sedangkan padi varietas unggul baru adalah Rp 5.338.127,8/ha/tahun. R/C Rasio atas biaya tunai padi pandan wangi lebih besar yaitu 5,11 sedangkan padi varietas unggul baru adalah 4,19. R/C Rasio atas biaya total padi pandan wangi lebih besar yaitu 1,18 sedangkan padi varietas unggul baru adalah 1,14. Pembagian hasil panen yang diperoleh antara petani penggarap dan pemilik lahan menggunakan sistem pertilu, dimana 1/3 hasil panen
menjadi milik petani penggarap dan 2/3 hasil panen diberikan kepada pemilik lahan dengan seluruh biaya dikeluarkan oleh pemilik lahan. Saluran pemasaran beras pandan wangi yang dapat dikatakan efisien adalah saluran 2c, sedangkan saluran pemasaran beras varietas unggul baru yang dapat dikatakan efisien adalah saluran pemasaran 2 karena memiliki total margin yang terkecil, nilai farmer’s share terbesar dan penyebaran rasio pada setiap lembaga pemasaran lebih merata. Juniasti (2009) melakukan penelitian Analisis usahatani dan tataniaga padi varietas unggul nasional (Kasus : Varietas bondoyudo pada gapoktan tani bersatu, Kec. Cibungbulang, Kab. Bogor). Juniasti menggunakan analisis pendapatan usahatani, analisis faktor produksi usahatani, analisis tataniaga. Pendapatan atas biaya tunai pada usahatani bondoyudo adalah Rp 6.311.564, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp 3.303.928. nilai R/C Rasio atas biaya tunai adalah 2,66, sedangkan nilai R/C Rasio atas biaya total adalah 1,50. Faktor – faktor yang diduga berpengaruh dalam model ini adalah luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), NPK (X4), TSP (X5), pupuk organik (X6), furadan (X7), pestisida (X8), dan tenaga kerja (X9). Hasil regresi secara keseluruhan diperoleh fungsi produksi adalah (y) = - 27 + 4080 (X1) + 130 (X2) 1.0 (X3) – 4.02 (X4) – 14.9 (X5) + 2.2 (X6) - 14.3 (X7) - 134 (X8) + 0.50 (X9). Berdasarkan pendugaan model linier berganda diperoleh koefisien determinasi (RSq) sebesar 93.6 persen. Nilai F-hitung sebesar 48,82 lebih besar dari nilai F-tabel pada selang kepercayaan 90 persen yaitu 3,17. Hasil dari uji-t menunjukkan bahwa secara parsial, faktor produksi luas lahan, benih, dan pestisida berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Sedangkan faktor produksi TSP dan tenaga kerja berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 85 persen. Saluran yang lebih efisien adalah saluran 1 (petani – pedagang pengumpul – konsumen), karena nilai farmer’s share dan rasio keuntungan/biaya nilainya paling besar dan nilai margin tataniaga paling kecil. 2.3.3. Studi Empiris Mengenai Program Pemberdayaan dan Analisis Pendapatan Komarudin (2009) melakukan penelitian Pengaruh program local economic resources development komoditi nenas terhadap produksi dan
pendapatan petani di Desa Cipelang Kec. Cijeruk Kabupaten Bogor. Pendapatan atas biaya total per musim untuk petani non peserta program dengan luas lahan 0,1 – 0,5 dan 0,6 – 2,5 hektar adalah Rp 20.030.300,- dan Rp 19.314.600,-. Pendapatan atas biaya total per musim untuk petani non peserta program dengan luas lahan 0,1 – 0,5 dan 0,6 – 2,5 hektar adalah Rp 8.822.919,- dan Rp 15.518.950,-. Kondisi ini dipengaruhi oleh penggunaan input produksi yang berbeda berdasarkan luas lahan yang digunakan. Nilai R/C Rasio pada petani peserta dan non peserta program dengan luas lahan 0,1 – 0,5 atas biaya total adalah 2,53 dan 1,94. Kondisi ini menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan pada dasarnya memberikan tingkat pendapatan yang lebih besar dibandingkan petani non peserta program. Nilai R/C rasio atas biaya total untuk petani peserta dan non peserta program dengan luas lahan 0,6 – 2,5 hektar adalah 2,54 dan 2,09. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat imbangan penerimaan dan biaya pada petani peserta program memang lebih besar dibandingkan petani non peserta program. Variabel bebas yang digunakan dalam model penduga fungsi produksi adalah bibit, pupuk kandang, urea, SP-36, KCL, dan Tenaga Kerja. Faktor – faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi nenas meliputi penggunaan bibit, luas lahan, penggunaan pupuk kandang dan tenaga kerja. Sedangkan faktor – faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan meliputi harga bibit, pupuk kandang, urea, Sp-36, KCL, harga jual nenas dan dummy antara peserta dan non peserta program. Penelitian mengenai analisis pendapatan masyarakat pesisir dalam program Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP), kasus : Kecamatan Cilincing Jakarta Utara dilakukan oleh Souli (2006). Souli menggunakan analisis pendapatan dan analisis faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pengambalian DEP dengan analisis diskriminan. Hasil analisis pendapatan menunjukkan terjadinya peningkatan pendapatan responden rata – rata 21,7 persen. Analisis pendapatan
ini
dilakukan
dengan
membandingkan
pendapatan
setelah
memperoleh dana bantuan. Berdasarkan analisis R/C Ratio seluruh responden memiliki nilai lebih dari satu, tetapi apabila dibandingkan dengan kondisi sebelum dan sesudah menerima dana, beberapa responden memiliki selisih R/C Ratio yang
bernilai negatif. Kondisi tersebut menunjukkan terjadinya ketidakefisienan dalam melakukan usaha. Hasil
analisis
diskriminan
menunjukkan
faktor
–
faktor
yang
mempengaruhi tingkat pengembalian adalah tingkat pendidikan formal, tingkat pendapatan, jumlah keluarga, dan modal. Ifan (2009) melakukan penelitian pengaruh program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) terhadap pendapatan masyarakat pesisir Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pencapaian program PEMP dari sisi ekonomi terlihat dari penggunaan dana DEP bergulir yang seluruhnya untuk keberlangsungan usaha, dimana terjadi peningkatan biaya usaha yang lebih dominan dibandingkan investasi usaha. Rata – rata peningkatan biaya usaha sebesar 30,27 persen mampu meningkatkan pendapatan rata – rata per bulan sebesar 31,19 persen atau rata – rata Rp 2.258.000 dari pendapatan awal seluruh responden sebelum mengikuti program PEMP. Hal ini semakin diperjelas dari hasil uji – t yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan secara nyata terhadap pendapatan masyarakat pesisir peserta program pada taraf kesalahan < 5 persen. Secara sosial tidak terlihat adanya perkembangan hubungan kerjasama (kelembagaan) antara pengurus koperasi dan peserta program. Hubungan yang terjadi hanya sebatas urusan permodalan bukan yang lainnya. Namun setidaknya dari sisi budaya terlihat dari mulai tumbuhnya kebiasaan untuk menyisihkan sebagian dari pendapatan responden untuk ditabung. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian terdahulu di atas dalam penggunaan metode analisis yang digunakan dan persamaan jenis komoditi tanaman padi dengan penelitian Kusumawati (2009), Murdiani (2008), Zalukhu (2009). Penelitian ini memiliki perbedaan lokasi penelitian dengan semua penelitian terdahulu diatas dan perbedaan jenis program dengan penelitian Komarudin (2009), Asianto (2006), Ariansyach (2009). Penelitian terdahulu memberikan masukan dan pembelajaran untuk kesempurnaan penelitian ini. Secara ringkas penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama Penulis Rio
Tahun 2009
Judul
Metode Analisis
Pemberdayaan komunitas nelayan melalui penerapan program sea farming (studi kasus komunitas nelayan sea farming Pulau Panggang, Kel. Pulau Panggang, Kab. Administrasi Kepulauan Seribu Jakarta) Analisis pendapatan usahatani padi pandan wangi dan varietas unggul baru (Studi kasus Kec. Warung kondang Kab. Cianjur Jawa Barat) Analisis usahatani dan pemasaran beras varietas pandan wangi dan varietas unggul baru (Kasus : Kec. Warungkondang, Kab. Cianjur, Jawa Barat) Analisis usahatani dan tataniaga padi varietas unggul nasional (Kasus : Varietas bondoyudo pada gapoktan tani bersatu, Kec. Cibungbulang, Kab. Bogor)
metode pendekatan kualitatif dan menggunakan teknik triangulasi data
Feni Indah Kusumawati
2009
Dian Murdiani
2008
Juniasthi Zalukhu
2009
Komarudin
2009
Pengaruh program local economic resources development komoditi nenas terhadap produksi dan pendapatan petani di Desa Cipelang Kec. Cijeruk Kabupaten Bogor
Souli Asianto
2006
Ifan Ariansyach
2009
Analisis pendapatan masyarakat pesisir dalam program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP), kasus : Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara Pengaruh program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) terhadap pendapatan masyarakat pesisir Kab. Sukabumi, Jawa Barat
Analisis Pendapatan, R/C rasio Analisis usaha tani, analisis pemasaran
Analisis Pendapatan sahatani, analisis faktor produksi usahatani, analisis tataniaga Analisis Fungsi Produksi, Analisis Pendapatan, Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Analisis Pendapatan, Analisis Diskriminan Analisis Pendapatan, R/C rasio, Uji t berpasangan
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya konsep usahatani, imbangan penerimaan dan biaya (R/C Rasio) dan Uji t Berpasangan (paired t - test). Konsep tersebut berfungsi untuk menguraikan teori – teori dalam upaya menjawab tujuan penelitian secara deduktif, yaitu menganalisis pendapatan masyarakat pedesaan peserta program pemberdayaan GP3A sebelum saluran tersier diperbaiki dan sesudah saluran tersier diperbaiki, serta menganalisis pengaruh dari pelaksanaan program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan masyarakat pedesaan peserta program dengan memperhatikan perubahan tingkat pendapatan yang akan dibandingkan antara sebelum saluran tersier diperbaiki dengan sesudah saluran tersier diperbaiki.
3.1.1. Konsep Pemberdayaan Pemberdayaan dapat dipahami dari berbagai sudut pandang, sehingga sampai saat ini tidak terdapat makna yang baku terhadap istilah pemberdayaan. Istilah pemberdayaan (empowerment) berasal dari akar kata empower, dapat diartikan sebagai berikut7 : 1. Menguasakan, memberi kuasa, atau memberi wewenang sehingga si objek yang menjadi kuasa 2. Memberikan kewenangan atau memberikan kemampuan kepada seseorang untuk memahami sehingga mengarahkan dirinya sendiri 3. Memberikan bantuan kepada seseorang untuk memperoleh kemampuan dalam
memutuskan
keterbatasan
dan
perorangan
bertindak dan
sendiri
masyarakat,
dengan dengan
pengurangan meningkatkan
kemampuan dan rasa percaya diri dalam memanfaatkan kemampuan, dan dengan transfer kemampuan lingkungan pada seseorang. 4. Proses untuk meningkatkan asset dan kemampuan secara individual maupun kelompok suatu masyarakat. 7
Op.cit. Hlm 8
Berdasarkan pemahaman di atas, secara garis besar pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat,
kemandirian
tersebut merupakan proses pengembangan kekuatan pada diri manusia untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi masa depannya. Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan berawal dari pemberdayaan setiap individu (rumah tangga) sampai ke komunitas (kelompok masyarakat). Dalam konteks ini, maka pemberdayaan masyarakat setidaknya dilakukan melalui tiga aspek pokok, yakni : 1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Sebagai titik tolak pemahaman bahwa setiap manusia dan setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, artinya tidak ada satupun manusia atau masyarakat yang sama sekali tanpa daya atau tidak memiliki potensi sumber daya. Untuk itu, pemberdayaan merupakan upaya untuk mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi sumber daya yang dimilikinya dan mengembangkannya secara produktif. 2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Upaya produktif ini dilakukan dengan pemberian input, berupa bantuan dana, pembanguna sarana dan prasarana pendukung, baik fisik (jalan, irigasi, listrik) maupun sosial (sekolah, kesehatan), serta pengembangan lembaga pendanaan, penelitian dan pemasaran di daerah, serta pemberian kemudahan akses dan berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. 3. Melindungi masyarakat melalui pemihakan kepada masyarakat yang lemah. Hal ini bertujuan untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang antara kelompok masyarakat yang tidak berdaya dengan yang kuat diantaranya melalui berbagai program yang bersifat pemberian. Namun demikian, dalam pelaksanaanya harus diarahkan pada pemberdayaan masyarakat, bukan membuat masyarakat bergantung, karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri, yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain.
Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya merupakan upaya penguatan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi masa depannya, penguatan masyarakat untuk dapat memperoleh dan mengelola faktor – faktor produksi, serta penguatan masyarakat untuk dapat menentukan pilihan masa depannya. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat merupakan suatu alternatif strategi
pengelolaan
pembangunan memprasyaratkan
adanya
keterlibatan
langsung masyarakat, baik secara perorangan sebagai warga masyarakat maupun secara lembaga, dalam seluruh proses pengelolaan pembangunan, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi hasil – hasil pembangunan Pemberdayaan masyarakat petani di pedesaan tidak cukup hanya dengan meningkatkan produktivitas atau modal saja, tetapi harus ikut serta dalam mendukung berkembangnya potensi masyarakat melalui peningkatan peran terhadap empat akses yaitu: sumberdaya, teknologi, pasar, dan sumber biaya. Empat
akses
tersebut
menjadi
tanggung
jawab
pemerintah
untuk
memfasilitasinya, dan diperlukan peran aktif dari kelompok – kelompok masyarakat di desa untuk membentuk usaha bersama atas kepentingan bersama. Konsep pemberdayaan masyarakat petani di pedesaan secara mendasar berarti menempatkan masyarakat beserta institusi – institusi pemerintah sebagai kekuatan dasar bagi pengembangan ekonomi, polotik, sosial, dan budaya. Kekuatan dasar tersebut adalah hubungan sinergis antara masyarakat dengan institusi
–
institusi
pemerintah
yang harus
terus
dikembangkan
agar
perkambangan ekonomi masyarakat pedesaan terus meningkat.
3.1.2. Konsep Pendapatan Usahatani Berhasilnya suatu usaha dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh petani dalam mengelola usahatani. Pendapatan dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diharapkan adalah pendapatan yang bernilai positif. Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan ini mencangkup semua produk
yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, yang digunakan kembali untuk bibit atau yang disimpan digudang (Soekarwati et al, 1986). Pendapatan usahatani yang diterima seseorang petani dalam satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima petani lainnya. Perbedaan pendapatan petani ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantaranya masih dapat berubah dalam batas-batas kemampuan petani, misalnya luas lahan usaha tani, efisiensi kerja dan efisiensi produksi. Tetapi ada pula faktor – faktor yang tidak dapat berubah seperti iklim dan jenis lahan. Ukuran pendapatan dan keuntungan dapat dikemukakan dalam beberapa definisi (Soekarwati et al, 1986), yaitu : 1. Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) : nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencangkup pinjaman uang untuk keperluan usahatani. 2. Pengeluaran usahatani (farm payment) : jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani dan tidak mencangkup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok. 3. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) : selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani. 4. Penerimaan total usahatani (total farm revenue) : penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil dan nilai penggunaan untuk konsumsi keluarga. 5. Pengeluaran total usahatani (total farm expensive) : semua biaya-biaya operasional dengan tanpa menghitung bunga dari modal usahatani dan nilai kerja dari pengelolaan usahatani. Pengeluaran ini meliputi pengeluaran tunai , penyusutan benda fisik, pengurangan nilai inventaris dan nilai tenaga kerja yang tidak dibayar atau tenaga kerja keluarga. 6. Pendapatan total usahatani (total farm income) : merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dibebankan pada produk yang bersangkutan. Biaya usahatani yang dikeluarkan berupa biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.
Biaya yang diperhitungkan digunakkan untuk menghitung nilai pemakaian barang dan jasa yang dihasilkan dari usaha itu sendiri. Menurut
Hermanto
(1988),
klasifikasi
biaya
penting
dalam
membandingkan pendapatan untuk mengetahui kebenaran jumlah biaya yang tertera pada pernyataan pendapatan. Ada empat kategori atau pengelompokkan biaya, yaitu : 1. Biaya tetap (fixed costs) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi atau bisa juga diartikan sebagai biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya : pajak tanah, pajak air, penyusutan alat dan bangunan pertanian, pemeliharaan alat pertanian dan bunga pinjaman. 2. Biaya variabel atau biaya berubah (variable costs) adalah biaya yang berhubungan langsung dengan produksi atau besar kecilnya biaya yang sangat bergantung kepada biaya skala produksi, misalnya : biaya untuk benih, pupuk, obat pembasmi hama dan penyakit, biaya tenaga kerja, biaya panen, dan biaya pengolahan tanah. 3. Biaya tunai adalah biaya yang langsung dikeluarkan, berupa biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap misalnya : pajak tanah, pajak air, bunga pinjaman. Sedangkan biaya variabel misalnya : biaya untuk benih, pupuk, obat – obatan, dan tenaga kerja luar keluarga. 4. Biaya tidak tunai adalah biaya yang diperhitungkan, berupa biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap misalnya : biaya penyusutan alat – alat pertanian. Sedangkan biaya variabel misalnya : tenaga kerja dalam keluarga. Dalam pembiayaan juga dikenal biaya langsung dan biaya tidak langsung. Yang dimaksud dengan biaya langsung adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi, sedangkan biaya tidak langsung diluar proses produksi seperti halnya biaya penyusutan.
3.1.3. Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) Soekartawi (1986) menyatakan bahwa pendapatan yang besar bukanlah sebagai petunjuk bahwa usahatani efisien. ukuran yang bisa dijadikan indikator
untuk mengetahui keuntungan usahatani yang dilihat dari segi pendapatan adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya atau R/C. R/C Rasio menunjukkan berapa besarnya penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Apabila usahatani memiliki nilai R/C rasio lebih besar dari satu berarti penerimaan yang diperoleh akan lebih besar dari pada tiap unit biaya yang dikeluarkan memperoleh penerimaan tersebut sehingga kegiatan usahatani efisien untuk dilakukan. Sebaliknya, jika R/C rasio lebih kecil dari satu maka tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari pada penerimaan yang diperoleh sehingga usaha yang dilakukan tidak efisien. Sedangkan jika kegiatan usahatani memiliki nilai R/C rasio sama dengan satu, maka kegiatan usahatani tersebut berada pada keuntungan normal. Artinya setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan, maka kegiatan usahatani mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar satu satuan atau dapat dikatakan impas. 3.1.4. Uji t Berpasangan (Paired t – Test) Statistik memegang peranan yang penting dalam penelitian, baik dalam penyusunan model, dalam perumusan hipotesis, dalam pengembangan alat dan instrumen pengumpulan data, dalam penyusunan desain penelitian, dalam penentuan sampel, dan dalam analisis data. Statistik dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah hubungan kualitas antara dua atau lebih variabel benar – benar terkait secara benar dalam suatu kualitas empiris, ataukah hubungan tersebut hanya bersifat random atau hanya kebetulan saja (M. Nazir 2005). Berdasarkan jenisnya, statistik dibedakan menjadi dua, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan metode atau cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data. Sedangkan statistik inferensial adalah statistik yang berkenaan dengan cara penarikan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari sampel untuk menggambarkan karakteristik atau ciri dari suatu populasi. Statistik inferensial disebut juga statistik induktif atau statistik penarikan kesimpulan. Pada statistik inferensial biasanya dilakukan pengujian hipotesis dan
pendugaan mengenai karekteristik (ciri) dari suatu populasi, seperti mean dan Uji t8 . Mengingat tujuan penelitian pada umumnya adalah untuk menguji hipotesis – hipotesis yang telah dirumuskan, maka statistik telah banyak sekali menolong peneliti dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu hipotesis. Dalam hubungannya dengan pengujian hipotesis, seorang peneliti dapat mengalami hasil error. Jika sebuah hipotesis ditolak, di mana sebenarnya hipotesis tersebut harus diterima, maka dikatakan, peneliti tersebut telah membuat error tipe I. Di lain pihak, jika suatu hipotesis yang seharusnya ditolak, tetapi diterima, peneliti telah membuat error tipe II. Tipe error yang dibuat sangat tergantung dari cara seseorang memformulasikan hipotesisnya. Dalam penelitian dengan metode percobaan, hipotesis yang sering dirumuskan adalah hipotesis nul. Hipotesis ini dibuat sedemikian rupa, sehingga probabilitas membuat error tipe I dapat dicari. Probabilitas untuk membuat error tipe I dapat dispesifikasikan, dan kemungkinan membuat error tipe I tersebut dinamakan level significance. Level significance yang sering digunakan adalah 0,05 atau 0,01. Uji t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri – ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh 2 macam data sempel, yaitu data dari perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua9. 3.2.Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian tentang pengaruh program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan masyarakat pedesaan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor ini diawali dari permasalahan areal persawahan di Kabupaten Bogor dengan sistem irigasi teknis masih sedikit. Sawah beririgasi adalah Lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi yang dilengkapi bangunan penyada 8
http : /www.skripsizone.com/Jenis Statistik. 2008. Diakses 15 Mei 2010. http : /ineddeni.wordpres.com/Uji t Berpasangan (Paired t-Test). Deny Kurniawan. 2008. Diakses 15 Mei 2010. 9
dan jaringan – jaringannya yang diatur dan dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. Sistem irigasi sangat penting guna mengatur ketersediaan air bagi tanaman padi. Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak membutuhkan air, khususnya pada saat tumbuh mereka harus selalu tergenangi air. Dengan ketersediaan air yang cukup melalui saluran irigasi, akan menghasilkan produktivitas padi lebih efektif sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, pemerintah mencanangkan program pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A). Secara umum program pemberdayaan GP3A terdiri dari berbagai kegiatan seperti kegiatan motivasi, pelatihan, penyerahan kewenangan, fasilitasi, bimbingan teknis, pendampingan, kerjasama pengelolaan dan audit pengelolaan irigasi, namun pada penelitian ini lebih mengkaji pengaruh program pemberdayaan GP3A dari sisi kerjasama pengelolaan irigasi dengan bantuan dana dari luar negeri (WISMP) khususnya berupa kegiatan Rehabilitasi/perbaikan saluran tersier. Pelaksanaan
program
pemberdayaan
GP3A
melalui
kegiatan
Rehabilitasi/perbaikan saluran tersier dilaksanakan guna memberikan manfaat bagi para petani padi anggota GP3A. Penilaian terhadap program tesebut perlu dilakukan guna mengetahui apakah telah memberikan pengaruh positif dan bermanfaat bagi para petani padi anggota GP3A. Bentuk penilaian yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan mengukur tingkat pendapatan petani padi sebelum saluran tersier diperbaiki dan sesudah saluran tersier diperbaiki. Pendapatan usahatani diukur dengan mengurangkan penerimaan usahatani dengan biaya usahatani yang dikeluarkan. Pendapatan ini kemudian dibandingkan dengan biaya yang terjadi (R/C) untuk mengetahui efisiensi usahatani tersebut. Bila R/C >1 maka usahatani efisien untuk dilaksanakan, tetapi bila R/C <1 maka usahatani ini tidak efisien untuk dilaksanakan. Perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah saluran tersier diperbaiki dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan masyarakat pedesaan dengan melakukan Uji t berpasangan (Paired t – Test). Uji t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas
(berpasangan). Hipotesis yang dibuat adalah Rata – rata pendapatan meningkat setelah program dilakukan. Koordinasi dan partisipasi dari semua pihak baik masyarakat pedesaan maupun aparatur pemerintahan sangat diperlukan untuk mendukung program pemberdayaan GP3A di Kabupaten Bogor. Adapun kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini dijelaskan dalam Gambar 1.
Areal persawahan di Kab. Bogor dengan sistem irigasi teknis masih sedikit, Sebagian Besar merupakan sawah dengan irigasi sederhana
Ketersediaan air di areal persawahan kurang tercukupi dan tidak teratur
Program pemberdayaan GP3A (Rehabilitasi/ Perbaikan saluran tersier)
Kegiatan program pemberdayaan GP3A dan kinerja GP3A Pendapatan Petani Anggota GP3A
Sebelum Program dilakukan Analisis Pendapatan R/C Rasio
Setelah Program dilakukan Analisis Pendapatan R/C Rasio
Perbedaan Pendapatan Uji t Berpasangan (t – Paired Test)
Pengaruh program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan petani anggota GP3A di Kecamatan Leuwiliang Kab. Bogor
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1.Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kelompok GP3A Mitra Tani di kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (Purposive), dengan pertimbangan bahwa kelompok GP3A Mitra Tani merupakan salah satu kelompok GP3A yang sudah maju dan berkembang di Kabupaten Bogor. GP3A Mitra tani memiliki SDM yang berkualitas di bidang pertanian, karena sudah adanya Pusat Pelatihan dan Pendidikan Pertanian Swadaya (P4S). GP3A Mitra Tani juga telah memiliki Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA), Usaha penggilingan padi dan pengelolaan Traktor, serta kerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor sehingga memiliki satu orang pendamping masyarakat (Seorang Sarjana Pertanian) untuk membantu memecahkan masalah – masalah yang timbul. Penelitian ini diawali dengan melakukan pra survei ke lokasi dan dilanjutkan dengan survey yang dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010.
4.2.Metode Penentuan Responden GP3A Mitra Tani terdiri dari 5 Unit P3A yang meliputi 5 Desa, salah satunya yaitu P3A Sugih Tani di Desa Karehkel. Areal persawahan di P3A Sugih Tani terbagi dalam beberapa blok. Program pemberdayaan GP3A khususnya kegiatan Rehabilitasi/perbaikan saluran tersier yang
dilakukan pada bulan
Agustus 2008 berada di areal persawahan Blok 1 P3A Sugih Tani, sehingga kegiatan tersebut paling dirasakan oleh petani padi di Blok 1 P3A Sugih Tani Desa Karehkel. Oleh sebab itu, populasi yang diambil adalah petani anggota GP3A Mitra Tani di blok 1 P3A Sugih Tani sebanyak 56 Orang. Penentuan responden petani dalam penelitian ini sebanyak 30 petani dilakukan secara acak (random sampling) dari jumlah populasi petani yang berada di blok 1 P3A Sugih Tani berjumlah 56 Orang. Dimana populasi dibagi dalam kelompok berdasarkan alamat masing – masing, lalu anggota responden ditarik dari setiap alamat secara acak.
4.3.Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan mencangkup data karakteristik petani responden (Status usaha petani responden, umur petani responden, tingkat pendidikan petani responden, luas lahan petani responden, pengalaman bertani, dan status kepamilikan lahan), serta kegiatan usahatani berupa penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan dalam kegiatan usahatani padi. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung dan wawancara. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor serta GP3A Mitra Tani. Data sekunder tersebut mencangkup data Produktivitas Pertanian Tanaman Pangan di Kab Bogor Tahun 2009, Luas Penggunaan Lahan Sawah Tahun 2009 di Kabupaten Bogor, Proyeksi permintaan beras dalam periode 2005 – 2025 menurut wilayah, penjelasan/ definisi GP3A, dan Gambaran GP3A Mitra Tani. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari internet serta beberapa studi literatur berupa hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini.
4.4.Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data primer untuk keperluan data primer. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Metode pengumpulan data selalu berhubungan dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Data yang dikumpulkan harus valid untuk digunakan. Validitas data dapat ditingkatkan dengan alat ukur yang cukup valid serta kualitas dari pengambil data yang harus terampil. Secara umum metode pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa kelompok (Nazir 2005), yaitu: 1. Metode pengamatan langsung. Cara ini dilakukan dengan menggunakan mata secara langsung tanpa ada bantuan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan langsung
dapat memperoleh data dari subjek yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal. 2. Metode dengan menggunakan pertanyaan (Wawancara). Metode ini dilakukan dengan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan panduan wawancara (interview guide). Wawancara ini adalah suatu proses pengumpulan data untuk penelitian, jadi harus dapat membedakan dengan percakapan sehari – hari. Data primer pada penelitian ini diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan serta wawancara langsung dengan ketua GP3A dan para petani anggota GP3A yang menjadi responden dalam penelitian ini. Wawancara disertai dengan menggunakan panduan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan informasi dari berbagai literatur yang terkait dengan penelitian.
4.5.Metode Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dapat memberikan dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir, 2005). Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data yang terkumpulan dari lapangan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yakni data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif yang selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan uraian. Data kuantitatif dianalisis untuk melihat pengaruh program Pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan peserta program dengan melakukan analisis pendapatan berdasarkan biaya usaha dan pendapatan usaha sebelum saluran tersier diperbaiki dan sesudah saluran tersier diperbaiki. Analisis selanjutnya adalah dengan melakukan uji t berpasangan (pired t – test) guna mengetahui pengaruh nyata dari pelaksanaan program terhadap nilai pendapatan masyarakat pedesaan (petani padi), dilihat dari perbedaan pendapatan sebelum saluran tersier diperbaiki dan sesudah saluran tersier diperbaiki. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan data lapangan
pelaksanaan
program
Pemberdayaan
GP3A
dengan
cara
menginterprestasikan hasil pengolahan data melalui tabulasi dan gambar. Sedangkan pengolahan data dilakukan dengan menggunkan Microsoft Exel dan SPSS (Statistical Package For The Social Science).
4.5.1. Analisis Pendapatan Usahatani Untuk melihat pengaruh program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan masyarakat pedesaan dilakukan dengan pendekatan keuntungan, yakni dengan melihat selisih perbandingan penerimaan dan pengeluaran sebelum (masa panen bulan Januari dan Juni 2008) dan sesudah (masa panen bulan Januari dan Juni 200) saluran tersier diperbaiki melalui analisis pendapatan. Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu. Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Pendapatan total usahatani merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total (Soekarwati et al, 1986). Rumus penerimaan, total biaya dan pendapatan adalah : TR
=PxQ
TC
= Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan
π atas biaya tunai
= TR – biaya tunai
π atas biaya total
= TR – TC
Keterangan : TR
: Total penerimaan usahatani (Rp)
TC
: Total biaya usahatani (Rp)
P
: Harga Output (Rp/Kg)
Q
: Jumlah Output (Kg)
π
: pendapatan atau keuntungan (Rp) pendapatan dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya tidak tunai atau
biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja keluarga diperhitungkan.
4.5.2. Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) Menurut Murdiani (2008), efisiensi usaha dapat dilihat melalui nilai R/C. R/C dapat diketahui dari hasil perbandingan antara penerimaan (R) dengan total biaya (C) dalam satu kali periode produksi usahatani. Rumus R/C adalah sebagai berikut : R/C Rasio atas biaya tunai
= TR/Biaya tunai
R/C Rasio atas biaya total
= TR/TC
Keterangan : TR
: Total penerimaan usahatani (Rp)
TC
: Total biaya usahatani (Rp) Nilai R/C> 1 maka kegiatan usahatani yang dilakukan dapat dikatakan
efisien karena kegiatan usahatani yang dilakukan dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada pengeluarannya. Nilai R/C < 1 maka kegiatan usahatani yang dilakukan dapat dikatakan tidak efisien karena kegiatan usahatani yang dilakukan tidak dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada pengeluarannya. Nilai R/C = 1 maka kegiatan usahatani yang dilakukan dapat dikatakan tidak memberikan keuntungan maupun kerugian (impas) karena penerimaan yang diterima oleh petani akan sama dengan pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani. 4.5.3. Uji t Berpasangan (Paired t – Test) Analisis ini digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan pendapatan petani padi setelah program pemberdayaan GP3A dilakukan khususnya kegiatan rehabilitasi/ perbaikan saluran tersier berdasarkan hipotesis yang diajukan, yaitu : Hipotesis
: Rata – rata pendapatan berbeda nyata setelah program
dilakukan. H0 : Rata – rata pendapatan sebelum program tidak beda nyata atau sama dengan setelah program dilakukan. Hα : Rata – rata pendapatan sebelum program berbeda nyata dengan setelah program dilakukan.
Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel, yakni thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak. Untuk batas penerimaan dan penolakan H0 , ditetapkan penggunaan selang kepercayaan pada α = 0,05. Nilai thitung diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Supranto & Limakrisna 2010) : thitung = d Sd
√n
Dimana : d : Rata – rata beda/ selisih n : Jumlah data/responden Sd : Standrat deviasi dari beda ∑d²
Sd =
(∑d)² n n-1
Adapun pengambilan keputusan uji Hipotesis menggunakan SPSS dilakukan dengan membandingkan nilai P-value dengan nilai α, yaitu jika probabilitas atau P-value < α maka H0 ditolak, sebaliknya jika P-value > α maka H0 diterima. 4.6.Definisi Operasional Dalam penelitian ini digunakan beberapa definisi operasional, antara lain : 1. Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencangkup pinjaman uang untuk keperluan usahatani dan diukur dengan satuan rupiah. 2. Pengeluaran usahatani (farm payment) adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani dan tidak mencangkup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok serta diukur dengan satuan rupiah. 3. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) adalah selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani dan diukur dengan satuan rupiah. 4. Penerimaan total usahatani (total farm revenue) adalah penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai
penjualan hasil dan nilai penggunaan untuk konsumsi keluarga serta diukur dengan satuan rupiah. 5. Pengeluaran total usahatani (total farm expensive) adalah semua biaya-biaya operasional dengan tanpa menghitung bunga dari modal usahatani dan nilai kerja dari pengelolaan usahatani. Pengeluaran ini meliputi pengeluaran tunai , penyusutan benda fisik, pengurangan nilai inventaris dan nilai tenaga kerja yang tidak dibayar atau tenaga kerja keluarga. Pengeluaran total usahatani diukur dengan satuan rupiah. 6. Pendapatan total usahatani (total farm income) adalah selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total dan diukur dengan satuan rupiah. 7. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai (langsung) dan diukur dengan satuan rupiah 8. Biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan secara tidak tunai (tidak langsung) dan diukur dengan satuan rupiah.
BAB V. KEADAAN UMUM DESA KAREHKEL KECAMATAN LEUWILIANG
5.1.Wilayah dan Topografi. Lokasi penelitian pengaruh program pemberdayaan GP3A Mitra Tani terletak di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang. Desa Karehkel memiliki batas – batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rumpin b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Leuwiliang c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Rumpin dan Kec. Leuwisadeng d. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Cibungbulang Desa Karehkel memiliki luas wilayah 4.200 km². Dimana luas tanah di Desa Karehkel menurut penggunaannya diantaranya adalah lahan sawah 189,1 km², perumahan 181,4 km², ladang 5 km², kuburan 10,8 km², dan penggunaan lainnya 33,7 km². Jumlah penduduk di Desa Karehkel berjumlah 12.538 jiwa, yang terdiri dari 6.631 laki – laki dan 5.907 perempuan. Berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk, maka dapat diperoleh kepadatan penduduk di Desa Karehkel sebesar 0,33 Jiwa/ km². Keadaan alam Desa Karehkel sangat sesuai untuk kegiatan usahatani padi dan palawija. Curah hujan rata – rata per bulan mencapai 519,29 mm. Keadaan suhu rata – rata berkisar 25 ºC dengan tinggi 200 meter dari permukaan laut. Ketersediaan air mencukupi sepanjang tahun, selain faktor curah hujan yang cukup juga karena Desa Karehkel dilalui oleh Sungai Cisadane dan memiliki 2 sumber mata air. Desa Karehkel merupakan wilayah yang strategis, karena dekat dengan jalan raya, pasar dan terminal. Desa Karehkel merupakan salah satu daerah yang mengembangkan tanaman padi di Kecamatan Leuwiliang, dengan nilai produktivitas tanaman padi berada diatas nilai produkrifitas padi di Kecamatan Leuwiliang (Tabel 5). Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa produktivitas tanaman padi di Desa Karehkel tahun 2009 adalah 5,63 Ton/Ha dengan luas Panen 189.10 Ha dan Produksi 1.065,00 Ton. Jumlah produktivitas terbesar berada di Desa Karyasari dan Desa Karacak dengan nilai 5.68 Ton/Ha, sedangkan produktivitas terendah berada di Desa Puraseda dengan nilai 5.64 Ton/Ha.
Tabel 5. Produktivitas Pertanian Tanaman Padi di Kec. Leuwiliang Tahun 2009 No
Desa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Purasari Puraseda Karyasari Pabangbon Karacak Barengkok Cibeber II Cibeber I Leuwimekar Leuwiliang Karehkel JUMLAH
Luas Panen (Ha) 190,00 140,00 210,00 425,20 210,00 220,00 200,00 105,85 39,00 86,13 189,10 2.015
Produksi (Ton) 1.071,03 267,03 1.192,63 2.501,04 1.192,63 1.255,12 1.131,83 559,39 152,95 439,50 1.065,55 10.829
Produktivitas (Ton/Ha) 5,64 1,91 5,68 5,88 5,68 5,71 5,66 5,28 3,92 5,10 5,63 5,37
Sumber : KCD Pertanian dan Kec. Leuwiliang (2010) Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Karehkel yaitu sebanyak 4.735 jiwa tidak tamat SD, 4.066 jiwa Tamat SD, dan 16 jiwa tamat Universitas, dari jumlah 10.239 jiwa. Hal tersebut menggambarkan bahwa tingkat pendidikan para petani padi di Desa Karehkel masih rendah, sehingga ilmu bertani yang mereka dapat berasal dari ilmu turun temurun orang tuanya. Selain itu, ilmu bertani diperoleh dari pelatihan – pelatihan yang diselenggarakan pemerintah maupun kelompok tani yang tidak dapat diserap maksimal oleh para petani akibat dari faktor tingkat pendidikan yang masih relatif rendah. 5.2.Profil Kelompok GP3A Mitra Tani GP3A Mitra Tani merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang mewadahi para petani yang berada di wilayah daerah irigasi Cianten Cigatet. Sebagian besar masyarakat petani yang tergabung dalam GP3A Mitra Tani merupakan para petani yang menjadikan padi sebagai tanaman utama untuk dibudidayakan. Untuk menambah pendapatan rumah tangga, para petani ada yang melakukan diversifikasi usaha seperti perikanan, peternakan dan industri rumah tangga. Akan tetapi, sebagian besar petani masih menggantungkan hidupnya dari bertani padi atau menjadi buruh tani.
GP3A Mitra Tani dibentuk pada tanggal 7 Oktober 2004, dan beralamat di Kampung Parung Singa Rt 01/07 Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Tujuan GP3A Mitra Tani adalah : 1. Terwujudnya sistem pertanian yang terintegrasi di setiap wilayah DI. 2. Terciptanya lapangan kerja di daerah pedesaan. 3. Meningkatnya pendapatan bagi para petani pemakai air di Kabupaten Bogor. Sedangkan visi GP3A Mitra Tani adalah menjadikan GP3A Mitra Tani sebagai lembaga terdepan dalam usaha peningkatan kesejahteraan petani pemakai air di Kecamatan Leuwiliang dan mempunyai misi antara lain meningkatkan SDM petani, mengembangkan LKMA/ Koprasi, dan memberdayakan petani untuk pengembangan ekonomi produktif sebagai penunjang usaha pertanian. GP3A Mitra Tani berada di wilayah daerah irigasi (DI) Cianten Cigatet Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. GP3A Mitra Tani meliputi lima desa yaitu Barengkok, Leuwiliang, Karehkel, dan desa Cibeber. Luas areal lahan terairi daerah irigasi Cianten Cigatet sekitar 422 hektar. Daerah Irigasi Cianten Cigatet/ GP3A Mitra Tani dapat dilihat pada Tabel 6. Saat ini ada sebagian area pesawahan yang mulai berubah fungsi untuk pemukiman, terutama areal pesawahan yang dekat dengan pusat perekonomian (pasar Leuwiliang).
Tabel 6. Daerah Irigasi Cianten Cigatet / GP3A Mitra Tani. Daerah Irigasi
Nama GP3A
CIANTEN Mitra CIGATET
Luas areal
Lokasi Kecamatan Desa
442 Ha Leuwiliang
Tani
Barengkok
Nama P3A Hegar Mukti
Leuwimekar Mekar Tani Leuwiliang
Laksana Paritas
Karehkel
Sugih Tani
Cibeber
Cinta Damai
Sumber : GP3A Mitra Tani (Tahun 2010)
GP3A Mitra Tani mulai melakukan usaha untuk mengembangkan ekonomi produktif khususnya didesa Karehkel. Pengembangan ekonomi produktif ini melibatkan para anggota P3A. Dari kegiatan ekonomi produktif ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para anggota P3A, kegiatan ekonomi produktif
yang mulai dikembangkan yaitu budidaya belut, kelinci, perikanan, serta industri rumah tangga seperti pembuatan dendeng patin. Adanya pengembangan ekonomi produktif ini dapat memberikan masukan dana untuk biaya pemeliharaan saluran irigasi di wilayah P3A tersebut. Sebagai bagian dari pengembangan ekonomi produktif, maka di desa Karehkel juga dibentuk lembaga keuangan mikro agribisnis untuk membantu memecahkan masalah permodalan. Program pemberdayaan di GP3A Mitra Tani diarahkan untuk : 1. memperkuat status organisasi, hak dan kewajiban anggotanya, manajemen organisasi, pengakuan keberadaannya dan kewenangan pengelolan irigasi. 2. Memperkuat kemampuan teknis pengelolaan irigasi dan teknis usahatani. 3. Memperkuat kemampuan keuangan dan pengelolaannya dalam upaya mengurangi ketergantungan dari pihak lain. Program pemberdayaan di GP3A Mitra Tani berperan sebagai lembaga yang mampu mengelola irigasi secara mandiri, melakukan kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan usahatani anggotanya dan kerjasama dengan pihak lain berdasarkan potensi yang dimiliki Program pemberdayaan di GP3A Mitra Tani dilaksanakan melalui kegiatan motivasi, pelatihan, penyerahan kewenangan, fasilitasi, bimbingan teknis, pendampingan, kerjasama pengelolaan dan audit pengelolaan irigasi. Berbagai macam pelatihan dan bimbingan teknis yang diberikan antara lain Pelatihan profil Sosial ekonomi teknik kelembagaan, Pelatihan operasi dan pemeliharaan irigasi, Praktek pelaksanaan OPJI (Operasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi), Pelatihan manajemen Organisasi dan Keuangan, Pelatihan Administrasi, Pelatihan Tata guna Air, Penyusunan rencana tanam, Penyusunan rencana dan pelaksanaan pembagian air, Petunujuk praktek pengukuran debit, Ketersediaan air berdasarkan perhitungan debit andalan, Petunjuk praktis operasi bendungan, Pemeliharaan partisipatif
5.3.Karakteristik Petani Responden Responden dalam penelitian ini merupakan petani anggota GP3A Mitra Tani. Beberapa karakteristik responden yang dianggap penting meliputi status usaha, umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman dalam usahatani padi dan status
kepemilikan lahan. Karakteritik tersebut dianggap penting karena mempengaruhi pelaksanaan usahatani terutama dalam melaksanakan teknik budidaya padi. Karakteristik petani responden anggota GP3A Mitra Tani tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Karakteristik Petani Responden Anggota GP3A Mitra Tani. Karakteristik Responden
Jumlah Petani (Orang)
Persentase (%)
1. Status Usaha a. Utama b. Sampingan 2. Umur (thn) a. 25-40 b. 41-55 c. 56-70 3. Pendidikan a. SD b. SLTP c. SMU 4. Luas Lahan (m²) a. < 1,500 b. 1,500-3,000 c. > 3,000 5.Pengalaman bertani (thn) a. 1-10 b. 11-25 c. 26-40 6.Status Kepemilikan Lahan a. Milik Sendiri b. Sebagai Penggarap 5.3.1
16 14
53,33 46,73
12 15 3
40 50 10
24 4 2
80 13,33 6,67
7 18 5
23,33 60 16,67
19 4 7
63,33 13,33 23,33
10 20
33,33 66,67
Status Usaha Anggota GP3A Mitra Tani Responden menjadikan bertani sebagai mata
pencaharian utama (100 %) dari jumlah responden. Sebagian responden yaitu 53,33 persen dari responden tidak memiliki mata pencaharian lain selain bertani, sisanya yaitu 46,67 persen dari jumlah responden memiliki mata pencaharian sampingan. Namun pendapatan usaha yang diperoleh petani dari usaha sampingan tersebut masih dibawah tingkat pendapatan yang diperoleh dari bertani padi. Mata
pencaharian sampingan yang dimiliki oleh sebagian petani responden seperti berdagang, berternak, memelihara ikan, menjahit, supir, buruh tani, buruh bangunan dan pedagang pengumpul beras. Status usaha petani responden bisa berpengaruh terhadap pendapatan usahatani. Apabila merupakan status usaha utama bagi petani responden, maka petani tersebut akan melakukan kegiatan usahatani semaksimal mungkin dan sangat memperhitungkan setiap kegiatan dan biaya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar – besarnya. Sedangkan yang menjadikan usahatani padi sebagai sampingan, tidak memperhitungkan setiap kegiatan dan biaya yang dikeluarkan karena mereka harus lebih berkonsentrasi pada pekerjaan utamanya.
5.3.2
Umur Umur anggota GP3A Mitra Tani responden di lokasi penelitian paling
banyak antara 41-55 tahun, yaitu berjumlah 15 orang. Umur antara 25-40 tahun pun tidak jauh beda jumlahnya, yaitu berjumlah 12 orang. Hal tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar petani responden adalah orang-orang yang berusia produktif. Biasanya, orang-orang yang masih berusia produktif memiliki semangat yang tinggi untuk mengembangkan usahanya karena pada usia tersebut terdapat dorongan kebutuhan yang tinggi. Namun, ada 3 orang petani yang telah berusia lanjut (lebih dari 56 tahun) masih tetap bertani. Mereka menganggap bertani merupakan mata pencaharian pokok mereka yang telah turun menurun. Di lain pihak banyak generasi muda tidak ingin bekerja pada sektor pertanian. Mereka menganggap bertani merupakan pekerjaan berat yang membutuhkan tenaga besar, bukan pekerjaan yang cepat menghasilkan uang tunai dan pendapatan yang diperoleh tidak rutin. Hal tersebut dikarenakan pendapatan dari usahatani diperoleh setelah panen yaitu beberapa bulan setelah tanam. Pendapatan yang diperoleh dari usahatani juga tidak rutin setiap bulan, hanya diperoleh dua atau tiga kali dalam setahun. Oleh karena itu, mereka lebih tertarik menjadi tukang ojek, supir angkot atau bekerja di kota. Umur petani responden bisa berpengaruh terhadap pendapatan usahatani. Petani responden yang berusia produktif tentunya lebih bisa memanfaatkan tenaga dan pikirannya dalam menjalankan kegiatan usahataninya, sehingga dapat
mengurangi biaya tenaga kerja yang dibutuhkan dengan lebih mengandalkan kepada diri sendiri yang masih produktif. Sebaliknya petani responden yang sudah tidak produktif biasanya menggunakan tenaga kerja yang harus mereka bayar, sehingga biaya yang dikeluarkan akan bertambah dan pendapatan yang diperoleh menjadi lebih sedikit.
5.3.3
Pendidikan Tingkat pendidikan petani responden akan berpengaruh pada tingkat
penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan. Seluruh responden di lokasi penelitian pernah mengikuti pendidikan formal, Namun tingkat pendidikan yang diikuti oleh petani tersebut masih rendah. Sebagian besar petani responden hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu 80 persen. Hanya sebagian kecil petani yang mencapai tingkatan sekolah lanjut tingkat pertama (SLTP) dan sekolah menengah atas (SMA). Biasanya orang yang hanya mengenyam pendidikan rendah lebih cenderung menggunakan teknologi tradisional baik cara maupun alat yang sudah turun temurun dalam mengembangkan usahanya. Hal ini terjadi karena orangorang yang memiliki pendidikan rendah biasanya akan mengalami kesulitan dalam transfer teknologi. Penyebabnya orang tersebut merasa khawatir dengan resiko yang akan diterimanya jika menggunakan teknologi baru tersebut. Pendidikan petani responden bisa berpengaruh terhadap pendapatan usahatani. Semakin tinggi pendidikan seorang petani, maka semakin luas juga pengetahuan mengenai kegiatan usahatani yang dilakukan. Sehingga petani – petani tersebut dapat menerapkan ilmunya dan mencari berbagi cara yang efisien guna meningkatkan pendapatan mereka.
5.3.4. Luas Areal Usahatani Padi Luas areal rata-rata usahatani padi di lokasi penelitian adalah 2.922 m². Sebagian besar responden memiliki luasan areal usahatani 1.500 m² – 3.000 m² yaitu sebanyak 60 % atau berjumlah 18 orang. Hal tersebut terjadi karena lahan yang dimiliki sebagian besar petani merupakan lahan warisan dari orang tua mereka atau merupakan lahan milik orang lain yang hanya digarap oleh mereka.
Dengan demikian lahan yang dimiliki tidak luas karena luas keseluruhan lahan telah dibagi-bagi kepada beberapa orang pewaris atau penggarap lainnya. Luas lahan petani responden sangat berpengaruh terhadap pendapatan usahatani. Semakin luas lahan yang dimiliki, maka hasil produksi yang dihasilkan akan semakin banyak sehingga pendapatan usahatani akan lebih besar bila dibandingkan dengan luas lahan yang lebih kecil.
5.3.5. Pengalaman dalam Usahatani Padi Sebagian besar petani responden telah berprofesi sebagai petani padi kurang lebih selama 10 Tahun. Bertani merupakan usaha turun-temurun dari orang tua mereka. Petani responden berjumlah 19 orang di lokasi telah bertani selama 1-30 tahun. Ada juga petani responden yang telah bertani selama 26-40 tahun, yaitu berjumlah 7 orang. Pengalaman yang cukup menjadikan petani lebih memahami usahatani yang mereka lakukan dengan lebih baik. Selain pemahaman secara praktik langsung dilapang, petani juga diberi petunjuk oleh petugas PPL (Petugas Penyuluh Lapang) mengenai teknik budidaya yang lebih baik lagi. Bekal pemahaman tersebut
dapat diterapkan seefisien mungkin guna meningkatkan
pendapatan mereka.
5.3.6. Status Kepemilikan Lahan Sebagian besar responden yaitu 66,67 persen dari 30 responden petani responden merupakan petani penggarap. petani penggarap pada awalnya mengeluarkan biaya untuk pembelian input usahatani seperti benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Namun setelah panen, hasilnya harus dibagi dua dengan pemilik lahan. Hal tersebut tentunya dapat mengurangi pendapatan petani penggarap. Sisanya 33,33 persen merupakan lahan milik sendiri, sehingga petani menggunakan modal sendiri dalam melaksanakan usahataninya. Semua biaya seperti biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan biaya lainnya berasal dari modal sendiri. Petani dengan lahan milik sendiri tidak perlu membagi hasil panennya, sehingga pendapatan yang diperoleh tidak berkurang.
5.4.Budidaya Tanaman Padi Teknik budidaya padi di GP3A Mitra Tani yang dilakukan terdiri dari pembibitan,
pengolahan
tanah,
penanaman,
pemupukan,
penyiangan,
penyemprotan serta pemanenan. Kegiatan budidaya ada yang dilakukan secara bersama – sama antar sesama anggota kelompok GP3A dan ada pula yang dilakukan sendiri oleh petani responden.
a. Pembibitan Petani di daerah penelitian pada umumnya melakukan proses pembibitan melalui dua tahap yaitu penyiapan media semai dan menebar benih. Pembuatan media semai dilakukan agar lahan semai menjadi gembur sehingga benih mudah tumbuh. Media tanam untuk persemaian ada yang menggunakan lahan persemaian maupun kotak atau nampan. Namun di lokasi penelitian, penyemaian sebagian besar menggunakan lahan persemaian sebagai media tanam. Perlakuan benih sebelum disemai berbeda-beda. Beberapa petani responden ada yang melakukan pemilihan benih yang akan disemai dengan perendaman benih di air garam. Sebelum benih disemai, benih terlebih dahulu direndam dengan air garam. Kemudian direndam dengan air yang bersih untuk memilih benih yang bagus. Benih yang mengapung dibuang karena merupakan benih yang tidak bagus dan benih yang bagus adalah benih yang tenggelam di bawah air. Setelah dilakukan pemilihan benih kemudian benih yang terpilih direndam dalam air. Perendaman tersebut dilakukan selama dua malam sampai benih berkecambah. Namun sebagian besar petani responden tidak melakukan pemilihan benih melalui perendaman ke air garam terlebih dahulu tetapi benih yang dipilih sebagai benih yang akan disebar langsung direndam selama dua malam sampai benih berkecambah kemudian didiamkan selama dua malam pula. Setelah itu benih yang telah berkecambah siap untuk di semai. Pembuatan media atau tempat persemaian dilakukan dengan mencangkul dan membersihkan tanah. Setelah dilakukan pengolahan tanah, tanah tersebut dibiarkan selama 4 hari kemudian benih ditebar. Lama persemaian padi kurang lebih satu bulan.
Cara penaburan benih padi dilahan pembibitan (persemaian) yang umumnya dilakukan petani di lokasi penelitian adalah sebagai berikut : 1) Pilih benih yang berkecambah kemudian segera ambil benih dengan kerapatan sekitar 0,5 genggaman tangan untuk 0,5 meter persegi lahan, 1 hektar sawah memerlukan sekitar 450 meter persegi lahan persemaian. 2) Ketika penebaran benih ke lahan persemaian, harus dipastikan tidak ada air yang tergenang di area persemaian. 3) Tebar benih secara merata di area persemaian.
b. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan untuk menciptakan struktur tanah yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan menstabilkan kondisi tanah, memperbaiki sifat fisik tanah serta memperbaiki pengairan (drainase) sehingga diharapkan hasil yang diperoleh maksimal. Kegiatan pengolahan tanah yang dilakukan yaitu membabat jerami, memopok pematang, pembajakan lahan dan perataan permukaan lahan. Babat jerami dilakukan dengan membersihkan sisa-sisa jerami dari musim panen sebelumnya yang terdapat di areal sawah dengan membenamkan jerami ke dalam tanah. Cara tersebut dilakukan agar jerami cepat membusuk dan berubah menjadi kompos. Namun kebanyakan petani tidak melakukan babat jerami tetapi langsung membajak tanah karena tinggi jerami padi dan tingkat kesulitan untuk membabatnya membuat petani lebih cenderung untuk langsung membajaknya dengan traktor. Membersihkan pematang dilakukan dengan menutup pematang sawah dengan lumpur sawah agar aliran air di lahan tidak bocor. Lama pembajakan tergantung luas lahan yang akan dibajak. Pembajakan dengan menggunakan traktor dilakukan dengan tiga tahap. Tahap pertama yaitu tahap pembalikan tanah. Pembalikan tanah menggunakan mata traktor khusus yang membuat tanah bagian bawah dapat terangkat dan tanah secara bertahap dapat membalik. Setelah proses pembalikan tanah digemburkan dengan mata traktor khusus untuk penggemburan tanah. Selanjutnya dilakukan perataan permukaan lahan, jika lahan telah rata dan gembur maka lahan siap untuk ditanami.
c. Penanaman dan Penyulaman Petani menyebut penanaman bibit dengan istilah tandur. Bibit dilahan semai dicabut (babut) dan diikat kemudian ditanam dilahan persawahan. Bibit yang telah dicabut diikat dengan menggunakan merang padi. Pemilihan merang padi sebagai pengikat karena tekstur batang merang padi yang lembut namun cukup kuat. Dengan tekstur tersebut bibit padi yang diikat tidak akan rusak. Banyaknya benih padi setiap ikat ”bendel” kira-kira sejumlah genggaman orang dewasa (20-30 benih). Ketika sampai di sawah, bibit harus segera ditanam. Penanaman ada yang dilakukan dengan teknik maju ataupun mundur. Untuk penanaman maju, sebelum penanaman, lahan sawah digarisi (ngagurat) dengan agar jarak tanamnya sesuai. Jarak tanam padi yaitu 25 x 25 cm. Penanaman secara mundur tidak dilakukan penggarisan terlebih dahulu dimana petani hanya mengandalkan perkiraan berdasarkan pengalaman dan kebiasaan bertani selama ini. Jumlah bibit yang ditanam untuk satu lubang tanam adalah 3-7 bibit dengan kedalaman tanam sekitar 2-4 cm. Penanaman bibit yang terlalu dalam akan menyebabkan tanaman lambat tumbuh dan mudah terserang penyakit sedangkan penanaman yang kurang dalam akan menyebabkan tanaman tumbuh kurang kuat. Penanaman (tandur) umumnya dilakukan wanita sedangkan pria mengangkut bibit dari lahan semai ke lahan penanaman dan menggarisi lahan.
d. Pemupukan Pemupukan untuk tanaman padi tersebut biasanya dilakukan sebanyak dua kali untuk satu musim tanam. Pemupukan pertama dilakukan 20-30 hari setelah bibit ditanam. Pemupukan kedua dilakukan pada saat 60 hari setelah tanam. Petani umumnya menggunakan pupuk padat seperti KCL, Urea, dan NPK. Pupuk padat biasanya dicampur dengan berbagai kombinasi yang biasa digunakan kemudian pupuk disebar.
e. Penyiangan dan Pengairan Penyiangan dilakukan untuk membersihkan lahan dari gulma-gulma yang dapat menghambat pertumbuhan padi. Penyiangan untuk kedua varietas biasanya
dilakukan sebanyak dua kali. Penyiangan pertama (ngarambet) dilakukan pada saat padi berumur 20-30 hari setelah tanam sedangkan penyiangan kedua (ngaramas) dilakukan pada saat padi berumur 60 hari setelah tanam. Penyiangan umumnya dilakukan oleh wanita. Pengairan harus diatur untuk memperlancar aliran air yang mengairi sawah sehingga tidak menghambat pertumbuhan padi. Aliran air dikontrol setiap tiga hari sekali terutama pada saat padi harus digenangi air terus menerus. Padi digenangi air terus menerus umur 7-130 hari. Setelah mencapai umur tersebut padi tersebut dikeringkan karena telah mendekati waktu panen. Namun selama masa tanam petani dapat melakukan pengeringan lahan apabila terdapat hama agar hama tidak menyebar. Pengeringan sawah ini biasanya untuk menanggulangi hama tikus.
f.
Pengendalian Hama Penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan untuk mengurangi dan
mengatasi kerusakan tanaman akibat aktivitas organisme pengganggu. Petani terlebih dahulu melakukan pengamatan sebelum melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Tindakan pengendalian baru dilakukan jika tanaman terserang organisme pengganggu. Sebelum melakukan penyemprotan terlebih dahulu petani melakukan usaha pengendalian hama secara tradisional terlebih dahulu seperti pengeringan lahan dan pengambilan hama secara manual dengan tangan. Hama dan penyakit yang umumnya ada di lokasi penelitian adalah tikus, keong mas dan kungkang (walang sangit). Petani padi melakukan penyemprotan insektisida untuk memberantas hama dan penyakit tersebut. Frekuensi penyemprotan disesuaikan dengan tingkat kerusakan yang dialami tanaman padi. Dalam penyemprotan pestisida ke tanaman padi, petani biasanya menggunakan alat seperti sprayer. Pestisida yang digunakan petani umumnya berbentuk cair yang dilarutkan dalam air seperti sistrin. Masa kritis padi terserang hama ketika berumur 5-60 hari keong mas dan tungro. Serangan hama tungro mengakibatkan kadar hampa gabah meningkat dan merusak tanaman padi sehingga menurunkan produksi sebesar 50 persen.
g. Pemanenan Tahapan sebelum panen yaitu memiliki kelopak daun 65 hari setelah tanam, masa premodia (berbunga/ada bakal padi/menjelang bunting) 95 hari dan pemasakan biji (masak susuk) 110 hari. Padi dipanen beserta malainya sehingga disebut Malai Kering Panen (MKP). Pemanenannya dilakukan hanya dengan menggunakan arit. Setelah itu padi dirontokkan untuk mendapatkan gabah. Untuk sistem penjualan hasil panen secara tebasan biasanya panen dan seluruh biaya pekerja panen ditanggung oleh tengkulak. Sistem tebasan biasanya sudah terdapat tawar-menawar harga dan taksiran tengkulak beberapa hari sebelum masa panen. Untuk sistem jual bebas, petani menanggung seluruh biaya panen sendiri.
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Keragaan Usahatani Padi di GP3A Mitra Tani Keragaan usahatani padi di GP3A Mitra Tani dikaji secara kualitatif untuk mengetahui gambaran tentang usahatani padi di lokasi penelitian. Hal tersebut dilakukan dengan mengidentifikasi penggunaan sumberdaya atau input, serta output yang dihasilkan pada usahatani padi di GP3A Mitra Tani.
6.1.1. Penggunaan Input Input produksi yang digunakan dalam kegiatan usahatani padi sama antara sebelum dan setelah program dilakukan. input produksi yang digunakan antara lain benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan alat – alat pertanian.
a. Benih Petani responden anggota GP3A Mitra Tani menggunakan benih varietas Ciherang. Para petani menggunakan varietas Ciherang dengan pertimbangan bahwa varietas tersebut memiliki kualitas yang lebih baik dari varietas lain, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, serta rasa nasi yang dihasilkan pun enak (pulen). Nilai diperhitungkan atas penggunaan benih sebelum maupun setelah program lebih besar dibanding nilai tunainya, nilai tunai adalah nilai pembelian benih padi yang dibeli petani dari pihak lain sedangkan nilai diperhitungkan adalah nilai atas penggunaan benih milik sendiri. Tabel 8. Penggunaan Benih per Hektar per Tahun Waktu Sebelum Program Setelah Program
Jumlah (kg)
Harga (Rp/kg)
Penggunaan Benih Nilai (Rp) Tunai Diperhitungkan
Total
52,03
4.750
247.119
-
247.119
52,03
5.000
260.125
-
260.125
Berdasarkan Tabel 8, rata – rata kebutuhan benih per hektar petani responden sebelum dan setelah program sebesar 52.03 kg. Namun biaya untuk benih yang dikeluarkan setelah program lebih besar dari sebelum program
dilakukan, hal ini dipengaruhi oleh kenaikan harga benih varietas Ciherang. Biaya benih sebelum program sebesar Rp 247.119 dengan harga benih per kilogram Rp 4.750, sedangkan biaya benih setelah program sebesar Rp 260.125 dengan harga benih per kilogram Rp 5.000 .
b. Pupuk Pada usahatani padi di kelompok GP3A Mitra Tani , rata – rata jenis pupuk yang digunakan antara lain KCL, Urea, dan NPK. Kegiatan pemupukan dilakukan dua sampai tiga kali dalam satu musim tanam. Rata – rata penggunaan pupuk dan biaya yang dikeluarkan oleh petani responden sebelum dan setelah program dilakukan disajikan pada Tabel 9. Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa Rata – rata kebutuhan pupuk per hektar petani responden sebelum program adalah 200,11 kg KCL, 400 kg Urea, dan 600,11 kg NPK dan setelah program adalah 197,26 kg KCL, 394,52 kg Urea, dan 589,96 kg NPK. Tabel 9. Penggunaan Pupuk per Hektar per Tahun Sebelum Program Jenis Pupuk KCl Urea (kg) NPK Total biaya pupuk
Jumlah (kg)
Harga (Rp)
200,11 400,00 600,11
2.300 1.700 1.800
Nilai (Rp) 460.262 680.000 1.080.205 2.220.468
Setelah Program Jumlah (kg)
Harga (Rp)
197,26 394,52 589,96
2.500 1.800 2.000
Nilai (Rp) 493.155 710.143 1.179.920 2.383.217
Berdasarkan Tabel 9, biaya untuk pupuk yang dikeluarkan setelah program lebih besar dari sebelum program dilakukan, hal ini dipengaruhi oleh kenaikan harga pupuk KCL, Urea, dan NPK. Biaya pupuk KCL sebelum program sebesar Rp. 460.262 dengan harga KCL per kilogram Rp 2.300, sedangkan biaya pupuk KCL setelah program sebesar Rp 493.155 dengan harga KCL per kilogram Rp 2.500. Biaya pupuk Urea sebelum program sebesar Rp 680.000 dengan harga Urea per kilogram Rp 1.700, sedangkan biaya pupuk Urea setelah program sebesar Rp 710.000 dengan harga Urea per kilogram Rp 1.800. Biaya pupuk NPK sebelum program sebesar Rp 1.080.205 dengan harga NPK per kilogram Rp
1.800, sedangkan biaya pupuk NPK setelah program sebesar Rp 1.179.920 dengan harga NPK per kilogram Rp 2.000.
c. Pestisida Pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah salah satu bentuk komponen teknologi yang berguna untuk mengurangi resiko gagal panen. Penggunaan pestisida untuk memberantas hama dan penyakit merupakan salah satu cara yang secara umum digunakan oleh kebanyakan petani, tidak terkecuali petani responden anggota kelompok GP3A Mitra Tani di Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang. Beberapa jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi diantaranya adalah tikus, wereng, burung dan lain sebagainya. Petani responden menggunakan pestisida cair merek sistrin untuk mengatasi masalah hama dan penyakit tersebut. Pemberian pestisida tersebut dilakukan sebanyak dua kali atau tergantung dari datangnya serangan hama dan penyakit. Tabel 10. Penggunaan Pestisida per Hektar per Tahun Pestisida yang digunakan Jumlah (ml) Sistrin (ml) Harga (Rp/ml) Nilai (Rp)
Sebelum Program 400 500 200.000
Setelah Program 394,52 600 236.714
Rata – rata kebutuhan pestisida per hektar petani responden sebelum program sebesar 400 ml dan setelah program sebesar 394,52 ml. Namun biaya untuk pestisida yang dikeluarkan setelah program lebih besar dari sebelum program dilakukan, hal ini dipengaruhi oleh kenaikan harga pestisida tersebut. Biaya pestisida yang dikeluarkan sebelum program sebesar Rp 200.000 dengan harga pestisida per ml Rp 500, sedangkan biaya pestisida setelah program sebesar Rp 600. d. Tenaga Kerja Kegiatan usahatani padi di kelompok GP3A Mitra Tani baik sebelum program maupun setelah program dilakukan menggunakan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK). Kegiatan tersebut
dimulai dari kegiatan Pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan, penyemprotan, pemanenan dan Pasca Panen. Pada kegiatan penanaman, pemupukan, dan penyiangan para petani responden banyak menggunakan tenaga kerja perempuan (TKDK). Sedangkan kegiatan penyiangan, penyemprotan dan pemanenan menggunakan tenaga kerja laki – laki (TKLK). Penggunaan tenaga kerja dalam analisis usahatani padi ini menggunakan satuan Hari Orang Kerja (HOK), setiap harinya tenaga kerja yang dihitung dengan jumlah jam kerja rata – rata delapan jam per hari. Rata – rata penggunaan tenaga kerja dan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani responden sebelum dan setelah program dilakukan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Penggunaan Tenaga Kerja per Hektar per Tahun. Sebelum Program Kegiatan TKLK (Tunai) Pengolahan Tanah (Traktor) Penanaman Pemupukan Penyiangan Penyemprotan Pemanenan Pasca Panen(kg) KCl Urea (kg) NPK TKDK (Diperhitung kan) Penanaman Pemupukan Total biaya Tenaga Kerja
Jumlah (HOK)
Harga (Rp)
Setelah Program
Nilai (Rp)
Jumla h (HOK)
Harga (Rp)
Nilai (Rp)
2
700.000
1.400.000
2
800.000
1.600.000
34,51 3,83 46 4 50
14.000 14.000 22.000 22.000 22.000
483.172 53.668 1.012.000 88.000 1.100.000
34,51 3,83 46 4 50
16.000 16.000 24.000 24.000 24.000
552.196 61.335 1.104.000 96.000 1.200.000
9.677
40
387.085
10,470
40
418.807
200,11 400,00 600,11
2.300 1.700 1.800
460.262 680.000 1.080.205
197,26 394,52 589,96
2.500 1.800 2.000
493.155 710.143 1.179.920
15,49
14.000
216.828
15,49
16.000
247.804
10,17
14.000
142.332
10,17
16.000
162.665
4.883.085
5.442.807
Berdasarkan Tabel 11, biaya untuk tenaga kerja yang dikeluarkan setelah program lebih besar dari sebelum program dilakukan, hal ini dipengaruhi oleh kenaikan harga upah per HOK. Dimana upah tenaga kerja wanita per HOK naik dari Rp 14.000 sebelum program menjadi Rp 16.000. Begitu pula dengan tenaga kerja laki - laki per HOK naik dari Rp 22.000 sebelum program menjadi Rp 24.000. Biaya tenaga kerja kegiatan penanaman yang menggunakan TKDK sebelum program sebesar Rp 216.828, dan yang menggunakan TKLK sebesar Rp 483.172, sehingga biaya total tenaga kerja kegiatan penanaman sebesar Rp. 700.000. Sedangkan Biaya tenaga kerja kegiatan penanaman yang menggunakan TKDK setelah program sebesar Rp 247.804, dan yang menggunakan TKLK sebesar Rp 552.196, sehingga biaya total tenaga kerja kegiatan penanaman sebesar Rp 800.000. Biaya tenaga kerja kegiatan pemupukan yang menggunakan TKDK sebelum program sebesar Rp. 142.332, dan yang menggunakan TKLK sebesar Rp 53.668, sehingga biaya total tenaga kerja kegiatan pemupukan sebesar Rp 196.000. Sedangkan biaya tenaga kerja kegiatan pemupukan yang menggunakan TKDK setelah program sebesar Rp 162.665, dan yang menggunakan TKLK sebesar Rp 61.335, sehingga biaya total tenaga kerja kegiatan pemupukan sebesar Rp 224.000. Biaya tenaga kerja kegiatan penyiangan menggunakan TKLK sebelum program sebesar Rp 1.012.000, sedangkan biaya tenaga kerja kegiatan penyiangan menggunakan TKLK setelah program sebesar Rp 1.104.000. Biaya tenaga kerja kegiatan penyemprotan menggunakan TKLK sebelum program sebesar Rp 88.000, sedangkan Biaya tenaga kerja kegiatan penyemprotan menggunakan TKLK setelah program sebesar Rp 96.000. Biaya tenaga kerja kegiatan pemanenan menggunakan TKLK sebelum program sebesar Rp 1.100.000, sedangkan biaya tenaga kerja kegiatan pemanenan menggunakan TKLK setelah program sebesar Rp 1.200.000. e. Alat – Alat Pertanian Jenis alat – alat pertanian yang umumnya digunakan dalam kegiatan usahatani padi di kelompok GP3A Mitra Tani antara lain cangkul, parang, arit,
dan semprotan. Rata rata jumlah alat pertanian yang dimiliki petani responden per hektar dan nilai penggunaan dari masing – masing alat pertanian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rata – Rata Nilai Penggunaan Alat Pertanian Sebelum dan Setelah Program di Kelompok GP3A Mitra Tani per Hektar per Tahun. NO
1 2 3 4
Jenis Alat
Volume
Cangkul Parang Arit Semprotan Jumlah
9,81 12,32 6,85 2,97
Harga Satuan (Rp)
Nilai Ekonomis (Rp)
60.000 30.000 40.000 95.000
588.705 369.652 273.816 281.803 1.513.976
Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai penggunaan alat – alat pertanian setelah sebesar Rp 1.513.976, dimana nilai terbesar dikeluarkan untuk pembelian alat cangkul sebesar Rp 588.705 yang jumlah kebutuhannya cukup banyak yaitu 10 buah per hektar. Pengeluaran terbesar kedua adalah pembelian parang sebesar Rp 369.652, lalu diikuti pembelian semprotan sebesar Rp 281.803 dan arit sebesar Rp 273.816. Para petani responden tidak selalu membeli alat pertanian setiap musim tanam. Pertimbangannya adalah alat – alat pertanian tersebut masih layak dan dapat dimanfaatkan beberapa kali sampai sudah tidak layak digunakan lagi, sehingga yang diperhitungkan dalam analisis pendapatan hanya nilai penyusutan dari penggunaan alat – alat pertanian tersebut. Nilai penyusutan dari peralatan yang digunakan oleh petani responden dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Nilai Penyusutan Alat Pertanian Sebelum dan Setelah Program di Kelompok GP3A Mitra Tani per Hektar per Tahun. NO
1 2 3 4
Jenis Alat
Cangkul Parang Arit Semprotan Jumlah
Umur Ekonomis
4 3 3 5
Nilai Ekonomis (Rp)
588.705 369.652 273.816 281.803
Penyusutan (Rp)
147.176 123.217 91.272 56.361 418.026
Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan oleh petani responden yaitu sebesar Rp 418.026 per hektar per tahun, terdiri dari nilai penyusutan cangkul sebesar Rp 147,176, nilai penyusutan parang sebesar Rp 123.217, nilai penyusutan arit Rp 91.272, dan nilai penyusutan semprotan Rp 56.361. Besarnya nilai penyusutan alat – alat pertanian sebelum dan setelah program dilakukan tidak mengalami perubahan. Alat – alat pertanian tersebut memang sudah ada ketika para petani responden memulai usahataninya. Namun biaya pengeluaran akan kembali dipergunakan apabila alat – alat pertanian sudah tidak layak pakai lagi dan harus digantikan dengan peralatan yang baru.
6.1.2. Output Usahatani Output usahatani padi adalah hasil panen dalam bentuk gabah kering panen (GKP) dimana belum ada pengeringan sampai siap digiling. Hasil Produksi tersebut ada yang langsung dijual termasuk dalam penerimaan tunai, dan ada yang digunakan untuk kebutuhan sehari – hari para petani yang termasuk dalam penerimaan diperhitungkan. Hasil produksi tanaman padi di GP3A Mitra Tani pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Produksi Tanaman Padi di GP3A Mitra Tani per Hektar per Tahun. Output Jumlah Output (kg) a. Dijual (kg) b. Dikonsumsi (kg) Harga Satuan (Rp/kg) Total Nilai (Rp)
Sebelum Program 9.677 4.596 5.082 2.300 22.257.387
Setelah Program 10.470 4.914 4.891 2.500 26.175.414
Berdasarkan Tabel 14, padi yang dihasilkan sebelum program sebanyak 9.677 kg gabah kering (GKP) sedangkan setelah program menghasilkan 10.470 kg gabah kering panen (GKP). Harga satuan meningkat setelah program menjadi Rp 2.500/kg, dari sebelum program
Rp 2.300/kg. Sengingga total penerimaan
tanaman padi sebelum program Rp 22.257.387 dan meningkat setelah program menjadi Rp 26.175.414 per hektar per tahun.
6.2. Pelaksanaan Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani. Program pemberdayaan GP3A Mitra Tani diberikan kepada masyarakat petani padi di Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang yang menjadi anggota GP3A guna mengembangkan GP3A tersebut menjadi Organisasi yang otonom dan mandiri. Agar organisasi kelompok GP3A Mitra Tani tidak tergantung pada pihak luar, melainkan secara perlahan dan bertahap organisasi ini berusaha untuk membiayai dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan para anggotanya. Pembentukan GP3A Mitra Tani didirikan oleh petani, dari petani, dan untuk petani. Sehingga pihak luar atau pihak pemerintah desa tidak boleh ikut campur tangan dalam urusan GP3A. GP3A Mitra Tani berkembang menjadi organisasi yang tidak hanya mengurusi masalah, tetapi berkembang di bidang ekonomi dengan adanya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA), Pengelolaan traktor, dan pengelolaan penggilingan padi. Kelompok GP3A Mitra Tani juga memiliki hubungan dengan organisasi lain di desa seperti LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), lembaga ekonomi (LKMA), dan kelompok tani. Hubungan yang dilakukan dengan ketiga pihak tersebut adalah hubungan sederajat untuk kepentingan kerja sama yang saling menguntungkan. Kelompok GP3A Mitra Tani bekerja sama dengan lembaga pemberdayaan masyarakat dalam memfasilitasi petani untuk dapat memecahkan masalahnya agar menjadi petani mandiri. Setiap masalah dan cara pemecahannya akan ditampung dalam pertemuan petani anggota GP3A dengan anggota LPM, lalu akan dibahas atau dijadikan masukan dalam rapat koordinasi pembangunan tingkat desa. Hubungan GP3A Mitra Tani dengan lembaga ekonomi (LKMA) adalah hubungan kerja sama dalam hal penyediaan sarana produksi pertanian dan pemasaran hasil produksi. Dapat juga melakukan kegiatan ekonomi simpan pinjam atau mencari alternatif kerjasama dengan lembaga ekonomi lain. Anggota GP3A Mitra Tani juga merupaka anggota kelompok tani yang ada. Agar memudahkan kepengurusan, maka setiap kelompok tani mempunyai wakil dalam kepengurusan GP3A. Adapun kegiatan yang dilakukan pada program pemberdayaan di GP3A Mitra Tani adalah berupa pelatihan – pelatihan yang dilakukan secara
berkelanjutan dan berkesinambungan setiap tahunnya sesuai dengan tingkat perkembangan
dinamika
masyarakat
dan
mengacu
pada
pelaksanaan
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif secara terkoordinasi oleh instansi/dinas terkait dibidang irigasi. Pelatihan yang diberikan kepada anggota GP3A Mitra Tani dapat memberikan penambahan pengetahuan yang baru berupa konsep pengembangan/ pemikiran dan sebagainya. Pelatihan tersebut juga dapat memberikan peningkatan keterampilan, seperti penggunaan komputer dengan program tertentu atau penggunaan hand tractor untuk pengolahan lahan sawah. Selain itu, anggoata GP3A Mitra Tani yang peserta pelatihan mendapatkan minat terhadap hal yang baru dilingkungan mereka. Hal tersebut berkaitan dengan perubahan sikap atau attitude terhadap suatu kondisi sosial, lingkungan atau kebiasaan.
6.2.1. Jenis Kegiatan Pelatihan pada Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani Secara umum program pemberdayaan GP3A terdiri dari berbagai kegiatan seperti kegiatan motivasi, pelatihan, penyerahan kewenangan, fasilitasi, bimbingan teknis, pendampingan, kerjasama pengelolaan dan audit pengelolaan irigasi. Dari berbagai kegiatan diatas, kegiatan pelatihan merupakan kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan dan berkesinambungan setiap tahunnya. Kegiatan pelatihan diberikan satu kali dalam setahun dengan diikuti oleh seluruh anggota GP3A sebagai peserta pelatihan. Jumlah peserta pelatihan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 14. Jumlah Peserta Pelatihan Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani. No 1
Hegar Mukti
2
Mekar Tani
3
Cinta Damai Laksana Paritas
4 5
Jumlah Peserta 22
Padi
21
Padi
20
Padi
Ds Leuwiliang
20
Padi
Ds Karehkel
25
Padi/Sayuran Organik & Ternak Kelinci
Nama P3A
Sugih Tani
Lokasi Ds Barengkok Ds Leuwimekar Ds Cibeber 1
TOTAL
Sumber : GP3A Mitra Tani
108
Jenis Usaha
Kebutuhan untuk kegiatan pelatihan antara lain calon peserta, calon instruktur, lokasi pelatihan, waktu pelatihan, materi pelatihan, media pelatihan, metode pelatihan, instansi/panitia penyelenggara pelatihan, dan pembiayaan. Kegiatan pelatihan yang dilakukan di GP3A Mitra Tani adalah Pelatihan pendampingan, pelatihan operasi partispatif, dan pelatihan pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi. Kegiatan – kegiatan tersebut secara detail dijelaskan dibawah ini. a. Pelatihan Pendampingan. Pelatihan ini dilakukan agar dapat membantu peserta anggota GP3A Mitra Tani untuk belajar, memecahkan masalah, dan mengorganisasi diri dalam melakukan kegiatan usahataninya. Selain itu, pelatihan pendampingan dapat menumbuhkan kreativitas dan kemmpuan refleksi, serta mengubah kesadaran dan perilaku masyarakat dengan mampu memahami realitas kehidupan mereka serta mengambil langkah untuk melakukan perubahan guna memperbaiki situasi yang ada. Pendampingan bertujuan untuk memfasilitasi dan memberdayakan peserta anggota GP3A Mitra Tani agar dapat membebaskan diri dari ketergantungan baik mental maupun fisik untuk mencapai kemampuan berdikari, berpikir progresif dan transformatif, merencanakan dan mewujudkan perubahan sistematis, dan mendapatkan hasil yang rasional. Pendamping berperan sebagi fasilitator dan koordinator dan berfungsi netral terhadap persoalan yang dibahas dalam proses diskusi dan tidak berwenang menentukan keputusan. Pendamping juga harus bisa menjamin adanya komunikasi yang baik dalam kelompok dan harus bisa merangsang peserta anggota GP3A Mitra Tani untuk berfikir kritis, mengidentifikasi masalah, dan menemukan pemecahan masalahnya. Proses pelatihan pendampingan dilakukan dengan cara menyelenggarakan forum yang melibatkan seluruh peserta anggota GP3A Mitra Tani. Teknik perlakuan dalam forum yang dilakukan oleh pendamping adalah membuka acara, menanyakan
informasi,
memberikan
informasi,
menanyakan
pendapat,
memberikan pendapat, unjuk kata, memperjelas danmembuat intisari. Sedangkan proses pengelolaan yang harus diperhatikan adalah memberi kepercayaan,
mengajak, menetapkan standar, mendialogkan kesulitan, menunjukkan perasaan diri sendiri dan kelompok, penyelarasan, dan melakukan penilaian. b. Pelatihan Operasi Partisipatif. Kegiatan pelatihan ini diberikan kepada peserta anggota GP3A Mitra Tani agar semua anggota dapat ikut berperan aktif dalam upaya pengaturan air pada jaringan irigasi yang meliputi penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, konservasi. Kegiatan tersebut dilakukan melalui praktek membuka dan menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi. Anggota GP3A Mitra Tani dapat berperan serta dalam operasi jaringan irigasi primer dan sekunder sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan antara lain : 1. Kegiatan pengumpulan data. Mencatat data luas jenis tanaman, luas panen, dan kerusakan tanaman. 2. Perencanaan Operasi. Menyampaikan usulan rencana tata tanam Menyampaikan usulan rencana pembagian dan pemberian air irigasi Menyepakati secara tertulis rencana tahunan operasi Menyepakati rencana pembagian dan pemberian air irigasi 3. Pelaksanaan Operasi Menerima alokasi air irigasi, mengusulkan peninjauan kembali apabila ada alokasi air yang tidak sesuai dengan rencana penyediaan air Melaporkan kondisi kekurangan/ kelebihan air setiap periode operasi Membantu melaksanakan pekerjaan operasi seperti membuka atau menutup pintu, dan memberikan pelumasan pintu air. Menyampaikan usulan kebutuhan air irigasi berdasarkan luas dan jenis tanaman setiap periode operasi 4. Monitoring dan evaluasi operasi. Melaporkan adanya pengambilan air irigasi secara tidak resmi Melaporkan kejadian perusakan bangunan, saluran, dan pintu air Melaporkan konflik air dan mengupayakan penylesaiannya
c. Pelatihan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Irigasi. Kegiatan ini sangat penting dilakukan oleh peserta anggota GP3A Mitra Tani karena pemeliharaan jaringan irigasi merupakan suatu kegiatan yang wajib dilaksanakan dengan sebaik – baiknya agar fungsi pelayanan irigasi dapat berfungsi secara berkelanjutan dan tidak cepat mengalami penurunan. Adapun peran serta anggota GP3A Mitra Tani dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi diwujudkan mulai dari pemikiran awal, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jaringan. Kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pemeliharan jaringan irigasi yang dilakukan secara praktek oleh peserta anggota GP3A Mitra Tani antar lain : 1. Anggota
GP3A
bersama
petugas
melakukan
penelusuran
untuk
mengidentifikasikan kerusakan – kerusakan, lalu kerusakan tersebut diusulkan rencana perbaikan dengan skala prioritas. 2. Penyusunan jenis – jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan anggota GP3A. 3. Seluruh anggota GP3A Mitra Tani dapat berperan serta dalam pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi dalam bentuk tenaga, bahan atau biaya sesuai kemampuannya. 4. Seluruh anggota GP3A Mitra Tani ikut berperan aktif dalam pengamanan jaringan irigasi. 5. Seluruh anggota GP3A Mitra Tani ikut melakukan pengawasan atas pelaksanaan pemeliharaan jarinagan irigasi dalam bentuk penyampaian laporan penyimpangan pelaksanaan kepada dinas terkait. Jenis – jenis pemeliharaan saluaran irigasi yang dapat dilakukan peserta anggota GP3A terdiri dari : 1. Pengamanan jaringan irigasi. Pengamanan jaringan irigasi merupakan upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kerusakan jaringan irigasi yang disebabkan oleh daya rusak air, hewan, atau oleh manusia seperti pengambilan batu/ pasir pada badan sungai, memandikan hewan pada saluran,mendirikan bangunan atau menanam pohon di tanggul saluran. Setiap kegiatan yang membahayakan atau merusak jaringan irigasi dilakukan tindakan
pencegahan berupa pemasangan papan larangan, papan peringatan, atau perangkat pengamanan lainnya. 2. Pemeliharaan rutin. Pemeliharaan
rutin
merupakan
kegiatan perawatan
dalam rangka
mempertahankan kondisi jaringan irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi pemberian minyak pelumas pada bagian pintu, membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar/ semak – semak dan sampah/kotoran. Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur, menutup lubang – lubang bocoran kecil di saluran atau bangunan. 3. Pemeliharaan berkala. Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas yang berwenang, dan dapat bekerja sama dengan anggota GP3A Mitra Tani secara swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut dan dapat pula dilaksanakan secara kontraktual. Pemeliharaan berkala dapat dibagi menjadi tiga, yaitu yang bersifat perawatan (pengecatan pintu, pembuangan lumpur), pemeliharaan bersifat perbaikan (perbaikan bendung, perbaikan saluran, perbaikan bangunan ukur dan pintu air), dan pemeliharaan yang bersifat penggantian (penggantian pintu, penggantian alat ukur). 4. Penanggulangan/perbaikan darurat. Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam atau kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa (seperti penjebolan tanggul, longsoran tebing yang menutup jaringan, tanggul putus, dan lain – lain) dan perlu penanggulangan secara konstruksi tidak permanen, agar jaringan tetap berfungsi.
6.2.2. Kinerja GP3A Mitra Tani dalam Pengelolaan Irigasi. Kinerja kelompok GP3A Mitra Tani dapat dilihat dari hasil penerapan kegiatan yang dilakukan pada program pemberdayaan GP3A. Kinerja GP3A Mitra Tani sudah cukup baik, dengan seluruh anggotanya yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan pemberdayaan dan pengelolaan jaringan irigasi di areal
persawahan. Peningkatan kinerja juga dapat terlihat dari terus berkembanya kelompok GP3A tersebut dari pertama kali berdiri hingga saat ini, hal ini dibuktikan dengan sudah adanya kegiatan – kegiatan usaha mandiri seperti usaha penangkaran benih, usaha pengelolaan traktor, usaha pengelolaan penggilingan padi, dan adanya lembaga keunagan mikri agribisnis (LKMA). Kinerja GP3A Mitra Tani dapat dinilai dari beberapa hal berikut ini : 1. Para pengurus GP3A Mitra Tani yang tercantum di struktur organisasi telah aktif bekerja sesuai dengan fungsinya. Hal ini menggambarkan bahwa semua pengurus telah mengetahui dan menjalankan tugasnya sesuai tugas pokok dan fungsinya masing – masing. Selain itu, seluruh anggota ikut mencontoh pengurusnya yang bekerja sama dengan aktif dalam mengelola jaringan irigasi melalui program pemberdayaan GP3A. 2. Kegiatan yang dilakukan dalam program pemberdayaan GP3A dirasakan manfaatnya oleh petani, misalnya ditandai dengan kepuasan anggota terhadap pelayanan air irigasi. Karena sampai saat ini belum ada keluhan dari anggota yang merasa tidak mendapatkan keadilan dalam pembagian air. 3. Kegiatan pemberdayaan GP3A selalu mendapat dukungan dari anggotanya, hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan kegiatan – kegiatan GP3A dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana dan waktu pelaksanaan. 4. Iuran pengelolaan air irigasi dapat terkumpul dengan lancar dan dapat digunakan untuk kegiatan yang telah direncanakan agar fasilitas irigasi terpelihara dengan baik. 5. Dengan
adanya
kelompok
GP3A
Mitra
Tani
beserta
kegiatan
pemberdayaannya untuk mengelola jaringan irigasi secara partisipatif, dapat
meningkatkan
produktivitas
hasil
pertanian sehingga dapat
meningkatkan pendapatan dari usahatani yang dilakukan dan meningkatkan kesejahteraan petani anggota GP3A Mitra Tani.
6.3. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Adanya Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani. Analisis pendapatan usahatani dilakukan dengan menghitung tingkat pendapatan dan Rasio R/C usahatani padi sebelum dan sesudah program dilakukan. Adapun analisis yang dilakukan mengacu kepada konsep pendapatan atas biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai merupakan pengeluaran secara tunai yang dikeluarkan guna untuk pembelian barang dan jasa usahatani. Biaya yang tergolong biaya tunai meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan benih, pupuk, pestisida, dan biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Biaya
total
adalah
biaya
tunai
ditambah
dengan
biaya
yang
diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan adalah pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan oleh petani, seperti biaya yang dikeluarkan untuk membiayai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), biaya penyusutan pertanian, dan iuran GP3A. 6.3.1. Penerimaan Usahatani Jumlah produksi per hektar padi berbeda pada setiap musim panen. Oleh karena itu jumlah penerimaan per hektar yang diperoleh petani responden anggota GP3A Mitra Tani juga berbeda pada setiap musim seperti yang dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Penerimaan Usahatani Padi Sebelum dan Sesudah Program Dilakukan per Hektar per Periode Panen dan per Tahun. Waktu Panen Sebelum Program - Periode panen bulan Januari 2008 - Periode panen bulan Juni 2008 Total Setelah Program - Periode panen bulan Januari 2009 - Periode panen bulan Juni 2009 Total
Jumlah Produksi (kg)
Harga Satuan (Rp/kg)
Nilai (Rp)
4.832 3.845 9.677
2.300 2.300
11.114.261 11.143.126 22.257.387
5.170 5.300 10.470
2.500 2.500
12.925.271 13.250.143 26.175.414
Jumlah produksi padi sebelum program dilakukan yaitu pada periode panen bulan Januari 2008 sebanyak 4.832 kilogram dengan penerimaan sebesar Rp 11.114.261 dan periode panen bulan Juni 2008 sebanyak 3.845 kilogram dengan penerimaan sebesar Rp 11.143.126. Jumlah produksi padi setelah program dilakukan yaitu pada periode panen bulan Januari 2009 sebanyak 5.170 kilogram dengan penerimaan sebesar Rp 12.925.271 dan periode panen bulan Juni 2009 sebanyak 5.300 kilogram dengan penerimaan sebesar Rp 13.250.143 Total jumlah produksi sebelum program per hektar per tahun adalah 9.677 kilogram sedangkan padi setelah program adalah 10.470 kilogram. Penerimaan usahatani per hektar per tahun yang diperoleh petani responden sebelum dan setelah program pun tidak jauh berbeda yaitu sebesar Rp 3.918.027. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan hasil produksi dan kenaikan harga satuan gabah kering per kilogram. Penerimaan petani responden sebelum program sebesar Rp 22.257.387/ha/tahun dan setelah program sebesar Rp 26.175.414/ha/tahun.
6.3.2. Biaya Usahatani Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu komoditi atau produk baik secara tunai maupun diperhitungkan. Komponen biaya yang digunakan pada usahatani padi yaitu benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya seperti biaya penyusutan peralatan, sewa lahan dan iuran GP3A. Total biaya usahatani per hektar yang dikeluarkan sebelum dan sesudah program berbeda setiap musim. Perbedaan tersebut dikarenakan pada setiap musim tanam terdapat perbedaan harga benih, harga pupuk, perbedaan biaya tenaga kerja luar keluarga, dan biaya sewa lahan. Biaya tersebut berbeda karena perhitungannya berdasarkan jumlah produksi padi yang dihasilkan. Dengan demikian perbedaan jumlah produksi pada setiap musim mengakibatkan biaya tersebut juga berbeda. Biaya pasca panen dihitung dengan mengalikan jumlah produksi dengan biaya Rp 40/kg gabah kering. Perhitungan biaya sewa lahan didasarkan pada jumlah produksi dimana penggunaan lahan sawah dibayar dengan hasil panen yang menggunakan sistem bagi hasil paro - paro. Pada sistem tersebut seluruh nilai hasil panen terlebih
dahulu dikurangi dengan biaya sarana produksi seperti biaya benih, pupuk dan pestisida. Dari hasil pengurangan tersebut 1/2 merupakan bagian pemilik lahan yang dianggap sebagai sewa lahan dan 1/2 merupakan bagian penggarap. Oleh karena itu perbedaan jumlah produksi pada setiap musim baik sebelum maupun setelah program menyebabkan biaya pasca panen dan sewa lahan berbeda pada setiap musim. Total biaya usahatani per hektar sebelum program pada periode penen bulan Januari 2008 adalah Rp 6.204.942 yang terdiri dari biaya tunai Rp 3.595.505 dan biaya diperhitungkan Rp 2.609.437. Pada periode panen bulan Juni 2008, total biaya yang dikeluarkan Rp 6.211.240 yang terdiri dari biaya tunai Rp 3.596.007 dan biaya diperhitungkan Rp 2.615.233. Rincian biaya usahatani sebelum program per hektar per periode panen dapat dilihat pada Lampiran 4. Total biaya usahatani per hektar setelah program pada periode penen bulan Januari 2009 adalah Rp 7.018.084 yang terdiri dari biaya tunai Rp 3.933.307 dan biaya diperhitungkan Rp 3.084.777. Pada periode panen bulan Juni 2009, total biaya yang dikeluarkan Rp 7.148.127 yang terdiri dari biaya tunai Rp 3.979.087 dan biaya diperhitungkan Rp 3.169.040. Rincian biaya usahatani setelah program per hektar per periode panen dapat dilihat pada Lampiran 5. Total biaya tunai pada setiap musim baik sebelum program maupun setelah program lebih besar dari pada biaya diperhitungkan yang dikeluarkan. Tingginya biaya tunai disebabkan oleh tingginya biaya tenaga kerja luar keluarga yang digunakan untuk pengolahan tanah dan pemanenan, juga dipengaruhi oleh biaya pupuk yang cukup tinggi. Total biaya yang dikeluarkan per hektar periode panen setelah program lebih besar dari pada sebelum program dilakukan. Hal tersebut dikarenakan meningkatnya harga benih, harga pupuk, upah pekerja luar keluarga dan sewa lahan yang dikeluarkan dalam usahatani padi oleh petani responden anggota GP3A. Total biaya per hektar per tahun yang dikeluarkan setelah program lebih besar dari pada sebelum program. Total biaya usahatani setelah program sebesar Rp
14.166.212/ha/tahun
sedangkan
sebelum
program
sebesar
Rp
12.416.182/ha/tahun. Rincian biaya usahatani sebelum dan setelah program per hektar per Tahun dapat dilihat pada Lampiran 6.
6.3.3. Pendapatan Usahatani Suatu usahatani dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan dan pengeluarannya bernilai positif. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran total. Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total per hektar yang diterima petani responden anggota GP3A setelah program pada setiap musim lebih besar daripada sebelum program. Hal ini dikarenakan meningkatnya hasil produksi setelah program (setelah saluran tersier diperbaiki), sehingga kebutuhan air bagi areal persawahan lebih mencukupi dibandingkan sebelum program dilakukan (saluran tersier rusak). Produksi, penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C Rasio usahatani per hektar per periode panen sebelum dan setelah program dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Produksi, Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan, Usahatani Sebelum dan Setelah Program per Hektar per Periode Panen.
No
Periode Panen Sebelum Program Jan-2008 Juni 2008 4.832 4.845
Periode Panen Setelah Program Jan-2009 Juni 2009 5.170 5.300
11.114.261
11.143.126
12.925.271 13.250.143
Biaya Usahatani
6.204.942
6.211.240
7.018.084
7.148.127
Tunai
3.595.505
3.596.007
3.933.307
3.979.087
Diperhitungkan
2.609.437
2.615.233
3.084.777
3.169.040
1.684.130
1.694.124
2.153.401
2.218.859
4.909.319
4.931.886
5.907.187
6.102.015
Uraian
A
Produksi (kg)
B
Penerimaan Usahatani
C
D
Pendapatan atas biaya tunai
E
Pendapatan atas biaya total
Pada penelitian ini juga dilakukan analisis usahatani petani responden anggota GP3A Mitra Tani per hektar per tahun agar perbandingan yang dilakukan antara sebelum dan sesudah program dilakukan menjadi lebih jelas. Rincian biaya usahatani sebelum dan setelah program per hektar per tahun juga dapat dilihat
pada Tabel 17. Pendapatan atas biaya tunai sebelum program lebih kecil yaitu Rp 3.378.254/ha/tahun sedangkan setelah program adalah Rp 4.372.260/ha/tahun. Begitu juga pendapatan atas biaya total sebelum program lebih kecil yaitu Rp 9.841.205/ha/tahun sedangkan setelah program adalah Rp 12.009.202 /ha/tahun.
6.4.Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) Sebelum dan Setelah Adanya Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) usahatani padi yang diusahakan oleh petani responden menunjukan bahwa usahatani ini memiliki penerimaan yang lebih besar dibanding dengan biaya usahatani. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Artinya setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan maka akan memberikan penerimaan sebesar lebih dari satu satuan biaya atau usahatani tersebut menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan. Nilai R/C rasio atas biaya tunai sebelum program dilakukan sebesar 3,095, artinya setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan pada usahatani akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,095. Sementara itu apabila memasukkan sejumlah biaya yang diperhitungkan sebagai komponen biaya total, maka nilai R/C rasio sebesar 1,793. Berarti setiap pengeluaran biaya total sebesar Rp 1 akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,793. Selanjutnya adalah melihat nilai R/C rasio dari usahatani padi setelah program pemberdayaan GP3A dilakukan. Analisis imbangan R/C rasio biaya tunai sebesar 3,308. Artinya adalah setiap pengeluaran tunai sebesar Rp 1 akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,308. Apabila dimasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen total biaya maka R/C rasio yang dihasilkan sebesar 1,848 yang berarti setiap pengeluaran biaya total Rp 1 maka akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,848. Berdasarkan hasil uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai kedua R/C rasio di atas baik sebelum maupun setelah adanya program pemberdayaan GP3A dengan menunjukkan nilai R/C Rasio lebih besar dari satu yang berarti dapat dikatakan bahwa usahatani padi pada GP3A Mitra Tani di Kecamatan Leuwiliang layak untuk diusahakan. Namun antara sebelum dan setelah program dilakukan
terdapat perbedaan R/C rasio biaya tunai dengan R/C rasio biaya total. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Perbandingan R/C Rasio Sebelum dan Setelah Program Uraian
Sebelum Program
Setelah Program
R/C rasio biaya tunai
3,095
3,308
R/C rasio biaya total
1,793
1,848
Berdasarkan Tabel 18 diatas diketahui bahwa antara nilai R/C rasio biaya tunai dengan R/C rasio biaya total memiliki perbadaan yang cukup besar. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh biaya diperhitungkan yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani cukup besar. Biaya diperhitungkan tersebut berasal dari biaya tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga dan biaya sewa lahan yang bagi petani penggarap dengan memberikan setengah hasil panen kapada pemilik lahan, dimana 66,67 persen petani responden merupakan petani penggarap yang harus membagi dua hasil panennya dengan pemilik lahan.
6.5.Hasil Uji t Berpasangan (paired t-test) Terhadap Perbedaan Pendapatan. Pengaruh program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan petani diukur berdasarkan perubahan pendapatan sebelum dan sesudah program dilakukan, dimana akan terlihat apakah terjadi peningkatan, penurunan, atau tetap. Pengukuran pengaruh ini dilakukan dengan menggunakan alat uji t berpasangan (paired t-test). Berdasarkan hasil uji t berpasangan (paired t-test) terhadap pendapatan responden sebelum dan pendapatan responden setelah program dilakukan diperoleh nilai-p(0.000). nilai hasil perhitungan tersebut secara nyata masih lebih kecil dari nilai level of significant (alpha) yang digunakan yakni 5% (0,05). Sehingga dapat disimpulkan untuk tolak H0 yang menyatakan bahwa rata – rata pendapatan sebelum program berbeda nyata dengan rata-rata pendapatan sesudah program. Dari nilai rata-rata pendapatan dapat disimpulkan bahwa nilai pendapatan petani responden sesudah program lebih besar dari pendapatan
sebelum program dilakukan. Hasil uji t berpasangan (paired t-test) terhadap pendapatan petani responden dapat dilihat pada lampiran 8. Hasil analisis yang diperoleh menunjukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan dari kegiatan program rehabilitasi/ perbaikan saluran tersier terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani responden anggota GP3A Mitra Tani.
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 1.1.Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian pengaruh program pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) terhadap pendapatan petani anggota GP3A di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan program pemberdayaan GP3A yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bogor secara umum sudah sesuai dengan prosedur pelaksanaan program. Kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan – pelatihan pengelolaan jaringan irigasi dan kegiatan perbaikan jaringan irigasi dalam program pemberdayaan GP3A telah dirasakan manfaatnya oleh para anggota GP3A Mitra Tani. Penerapan kegiatan yang dilakukan pada program pemberdayaan GP3A. Kinerja GP3A Mitra Tani sudah cukup baik, dengan seluruh anggotanya yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan pemberdayaan dan pengelolaan jaringan irigasi di areal persawahan. Hal tersebut berpengaruh terhadap kinerja kelompok GP3A Mitra Tani yang terus berkembang hingga saat ini. 2. Jika dilihat dari analisis pendapatan usahatani padi yang dijalankan petani responden anggota GP3A sebelum maupun setelah program menunjukan bahwa usahatani padi yang dijalankan telah memberikan keuntungan bagi para petani responden. Kondisi ini dilihat dari nilai pendapatan yang meningkat setelah program dilaksanakan, walaupun peningkatan tersebut tidak terlalu besar. Selain pengaruh program, peningkataan pendapatan dapat dipengaruhi oleh kenaikan harga pasar, dan efisiensi penggunaan input usahatani sehingga dapat meminimalisasika biaya yang dikeluarkan. Dengan diperbaiki saluran tersier di areal persawahan maka kehilangan air semakin berkurang, dengan kata lain kebutuhan air untuk tanaman padi dapat terpenuhi. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan hasil produksi tanaman padi para petani responden. Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil prodiksi diantaranya adalah perluasan lahan penggunaan input usahatani seperti benih dan pupuk, serta menciptakan inovasi baru dalam kegiatan usahatani.
1.2.Saran 1. Pelaksanaan program pemberdayaan GP3A yang dilakukan melalui kegiatan pelatihan baik untuk dilanjutkan atau diberikan pada tahun – tahun berikutnya secara rutin kepada para anggota GP3A. Hal ini dikarenakan kegiatan yang dilakukan dalam program pemberdayaan GP3A sangat dirasakan manfaatnya oleh petani anggota, ditunjukan dengan kepuasan petani anggota terhadap pelayanan air irigasi. 2. Sistem bagi hasil setengah setengah antara pemilik tanah dengan petani penggarap dirasakan sangat berat oleh petani penggarap, yang ditunjukkan oleh relatif kecilnya pendapatan yang diperoleh para petani penggarap. Untuk itu perlu dicari sistem lain pembayaran sewa lahan yang tidak memberatkan bagi petani penggarap. Misalnya dengan sistem pertilu, dimana 1/3 hasil panen menjadi milik petani penggarap dan 2/3 hasil panen diberikan kepada pemilik lahan dengan seluruh biaya dikeluarkan oleh pemilik lahan.
DAFTAR PUSTAKA Ariansyach, Ivan. 2009. Pengaruh program pemberdayaan ekonim masyarakat pesisir (PEMP) terhadap pendapatan masyarakat pesisir Kab. Sukabumi, Prov. Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. [Deptan] Departemen Pertanian. 2004. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. http://www.deptan.go.id. [15 Mei 2010]. [Dept.PU] Departemen Pekerjaan Umum. 2004. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 50 Tahun 2001 tentang Pedoman Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air. http://www.pu.go.id. [15 Mei 2010]. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.2009. Potensi dan Peluang Pengembangan Pertanian dan Kehutanan. Bogor : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri. 2009. Pedoman Umum Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri. Komarudin. 2009. Pengaruh Program Local Economic Resorces Development Komoditi Nenas Terhadap Produksi dan Pendapatan Petani di Desa Cipelang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Komputer Wahan. 2010. Mengolah Data Statistik Hasil Penelitian dengan SPSS 17. Semarang : Penerbit andi. Murdani Dian. 2008. Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Varietas Pandan wangi dan Varietas Unggul Baru. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Nazir Moh. 2005. Metode Penelitian Edisi keenam. Bogor : Ghalia Indonesia. Pratiwi, Indah Suci. 2009. Pengaruh Penyaluran Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Terhadap Produksi dan Pendapatan Peternak Sapi Perah. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, Hardaker JB.1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. Jakrta : UI Press.
Supranto J, Limakrisna N. 2010. Statistika Ekonomi&Bisnis Cetakan Pertama. Jakarta : Mitra Wacana Media. Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika Edisi ketiga. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Zalukhu, Junoiasti. 2009. Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Zelvina Ochtri. 2009. Analisis pendapatan usaha pembenihan dan pemasaran benih ikan patin di Desa Tegal Waru Kec. Ciampea Kab. Bogor. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Wilayah GP3A Mitra Tani (DI Cianten Cigatet)
Bendung
Aliran Sungai
Desa Barengkok Luas Areal 22 Ha P3A Hegar Mukti
1 3 18
2
Desa Leuwimekar Luas Areal 75 Ha P3A Mekar tani
7
Desa Cibeber I Luas Areal 73 Ha P3A Cinta Damai
2 11 25 53
23 4
Desa Leuwiliang Luas Areal 75 Ha P3A Laksana Paritas
57 18
21
43 45 51 20 10,5
10,5
Desa Karehkel Luas Areal 180 Ha P3A Sugih Tani
Lampiran 2. Struktur Organisasi GP3A Mitra Tani KETUA H. Zulfakar
WAKIL KETUA Mamat
SEKRETARIS Endang N Bibih L
BENDAHARA Mahmud Udin S
TEKNIS Jumiati A Junaedi
HUMAS Encep
USAHA M Saleh Supardi
P3A Hegar Mukti
P3A Mekar Tani
P3A Cinta Damai
P3A L. Paritas
P3A Sugih Tani
Mista Endik Dulkarim Dudung
Subarnas M. Ro’ih Bibih L Samsul B
Mansyur Endang Jana
Mamat Hadi Pardi Dudung
M. Saleh Mahmud Encep Sahuri
Ulu - Ulu Saepudin
Ulu - Ulu Sarta
Ulu - Ulu Mad Sa’ih
Ulu - Ulu Adung
Ulu - Ulu Tohir
PETANI PENGGUNA AIR
Lampiran 3. Peta Lokasi Penelitian Desa Karehkel Kec. Leuwiliang.
Lampiran 4. Rincian Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Padi Aggota kelompok GP3A Mitra Tani Sebelum Program per Hektar per Periode Panen NO
KOMPONEN
1 A
2 Penerimaan dijual (kg) Penerimaan dikonsumsi (kg) Total Penerimaan Usahatani Biaya Benih (kg) Pupuk : KCL (kg) Urea (kg) NPK (kg) Total Biaya Pupuk Pestisida : Sistrin Cair (ml) Total Biaya Pestisida Tenaga Kerja : Pengolahan Tanah (Traktor) Penanaman (HOK)
B 1 2
3
4
Volume
Periode Panen Bulan Januari 2008 Nilai (Rp) Harga Satuan Tunai Diperhitungkan (Rp)
3 2,295
4 2,300
2,537
2,300
4,832
2,300
26.01
4,750
100.06 200.00 300.06
5 = (3x4) 5,279,635
6 = (3x4)
TOTAL 7 = (5+6)
Volume
Periode Masa Panen Bulan Juni 2008 Nilai (Rp) Harga Satuan Tunai Diperhitungkan (Rp)
8 2,300
9 2,300
2,545
2,300
11,114,261
4,845
2,300
123,560
123,560
26.01
4,750
123,560
123,560
2,300 1,700 1,800
230,131 340,000 540,103
230,131 340,000 540,103 1,110,234
100.06 200.00 300.06
2,300 1,700 1,800
230,131 340,000 540,103
230,131 340,000 540,103 1,110,234
200.00
500
100,000
100,000 100,000
200.00
500
100,000
100,000 100,000
1.00 7.74
700,000 14,000
700,000
700,000
1.00 7.74
700,000 14,000
700,000
700,000
5,834,626
10 = (8x9) 5,290,131
11 = (8x9)
TOTAL 12 = (10+11)
5,852,995 11,143,126
108,414 Penanaman (HOK) Total Penanaman
17.26 25.00
14,000 14,000
Pemupukan (HOK) Pemupukan (HOK) Total Pemupukan Penyiangan (HOK) Penyemprotan (HOK) Pemanenan (HOK) Pasca Panen Total Biaya Tenaga Kerja
5.08 1.92 7.00 23.00 2.00 25.00 4,832
14,000 14,000 14,000 22,000 22,000 22,000 40
108,414
241,586 350,000 71,166 26,834 506,000 44,000 550,000 193,292
98,000 506,000 44,000 550,000 193,292 2,441,292
17.26 25.00
14,000 14,000
5.08 1.92 7.00 23.00 2.00 25.00 4,845
14,000 14,000 14,000 22,000 22,000 22,000 40
241,586 350,000 71,166 26,834 506,000 44,000 550,000 193,793
98,000 506,000 44,000 550,000 193,793 2,441,793
Lampiran 4. (Lanjutan) NO
KOMPONEN
1 5
2
6
C D
Biaya Penyusutan Peralatan : Cangkul (Umur Teknis 4 Tahun) Parang (Umur Teknis 3 Tahun) Arit (Umur Teknis 3 Tahun) Semprotan (Umur Teknis 5 Tahun) Total Biaya Penyusutan Peralatan Biaya Lainnya : Iuran GP3A Sewa Lahan Total Biaya Lainnya Total Biaya Produksi Total Biaya Produksi (Tunai+Diperhitungkan) Pendapatan atas biaya Tunai Pendapatan atas biaya Total R/C atas Biaya Tunai R/C atas Biaya Total
Volume 3
Periode Panen Bulan Januari 2008 Nilai (Rp) Harga Satuan Tunai Diperhitungkan (Rp) 4
5 = (3x4)
6 = (3x4)
TOTAL
Volume
7 = (5+6)
8
Periode Masa Panen Bulan Juni 2008 Nilai (Rp) Harga Satuan Tunai Diperhitungkan (Rp) 9
10 = (8x9)
11 = (8x9)
TOTAL 12 = (10+11)
5 6 3 1
60,000 30,000 40,000 95,000
73,588 61,609 45,636 28,180
73,588 61,609 45,636 28,180 209,013
5 6 3 1
60,000 30,000 40,000 95,000
73,588 61,609 45,636 28,180
73,588 61,609 45,636 28,180 209,013
36
2,300
82,396 2,138,448
82,396 2,138,448 2,220,844
36
2,300
82,396 2,144,244
82,396 2,144,244 2,226,640
3,595,505
2,609,437
3,596,007
2,615,233
6,204,942
6,211,240
1,684,130 4,909,319 3.091 1.791
1,694,124 4,931,886 3.099 1.794
Lampiran 5. Rincian Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Padi Aggota kelompok GP3A Mitra Tani Sesudah Program per Hektar per Periode Panen
NO
1 A
B 1 2
3
4
KOMPONEN
2 Penerimaan dijual (kg) Penerimaan dikonsumsi (kg) Total Penerimaan Usahatani Biaya Benih (kg) Pupuk : KCL (kg) Urea (kg) NPK (kg) Total Biaya Pupuk Pestisida : Sistrin Cair (ml) Total Biaya Pestisida Tenaga Kerja : Pengolahan Tanah (Traktor) Penanaman (HOK) Penanaman (HOK)
Volume
Periode Panen Januari 2009 Nilai (Rp) Harga Satuan Tunai Diperhitungkan (Rp)
3 2,435 2,070 5,170
4 2,500 2,500 2,500
5 = (3x4) 6,086,708
26.01
5,000
97.20 194.52 289.90
6 = (3x4)
TOTAL
Volume
9 2,500 2,500 2,500
10 = (8x9) 6,197,946
130,063
130,063
26.01
5,000
130,063
130,063
2,500 1,800 2,000
243,012 350,143 579,806
243,012 350,143 579,806 1,172,961
100.06 200.00 300.06
2,500 1,800 2,000
250,143 360,000 600,114
250,143 360,000 600,114 1,210,257
194.52
600
116,714
116,714 116,714
200.00
600
120,000
120,000 120,000
1.00 7.74 17.26
800,000 16,000 16,000
800,000
800,000
1.00 7.74 17.26
800,000 16,000 16,000
800,000
800,000
123,902 276,098
11 = (8x9)
TOTAL
8 2,479 2,821 12,925,271 5,300
5,175,414
7 = (5+6)
Periode Masa Panen Juni 2009 Nilai (Rp) Harga Satuan Tunai Diperhitungkan (Rp)
12 = (10+11)
7,052,196 13,250,143
123,902 276,098
Total Penanaman Pemupukan (HOK) Pemupukan (HOK) Total Pemupukan Penyiangan (HOK) Penyemprotan (HOK) Pemanenan (HOK) Pasca Panen Total Biaya Tenaga Kerja
25.00 5.08 1.92 7.00 23.00 2.00 25.00 5,170
16,000 16,000 16,000 16,000 24,000 24,000 24,000 40
400,000 81,333 30,667 552,000 48,000 600,000 206,804
112,000 552,000 48,000 600,000 206,804 2,718,804
25.00 5.08 1.92 7.00 23.00 2.00 25.00 5,300
16,000 16,000 16,000 16,000 24,000 24,000 24,000 40
400,000 81,333 30,667 552,000 48,000 600,000 212,002
112,000 552,000 48,000 600,000 212,002 2,724,002
Lampiran 5. (Lanjutan)
NO
KOMPONEN
1 5
2 Biaya Penyusutan Peralatan : Cangkul (Umur Teknis 4 Tahun) Parang (Umur Teknis 3 Tahun) Arit (Umur Teknis 3 Tahun) Semprotan (Umur Teknis 5 Tahun) Total Biaya Penyusutan Peralatan Biaya Lainnya : Iuran GP3A Sewa Lahan Total Biaya Lainnya Total Biaya Produksi
6
C D
Total Biaya Produksi (Tunai+Diperhitungkan) Pendapatan atas biaya Tunai Pendapatan atas biaya Total R/C atas Biaya Tunai R/C atas Biaya Total
Volume 3
Periode Panen Januari 2009 Nilai (Rp) Harga Satuan Tunai Diperhitungkan (Rp) 4
5 = (3x4)
6 = (3x4)
TOTAL
Volume
7 = (5+6)
8
Periode Masa Panen Juni 2009 Nilai (Rp) Harga Satuan Tunai Diperhitungkan (Rp) 9
10 = (8x9)
11 = (8x9)
TOTAL 12 = (10+11)
4.91 6.16 3.42 1.48
60,000 30,000 40,000 95,000
73,588 61,609 45,636 28,180
73,588 61,609 45,636 28,180 209,013
4.91 6.16 3.42 1.48
60,000 30,000 40,000 95,000
73,588 61,609 45,636 28,180
73,588 61,609 45,636 28,180 209,013
36
2,500
89,561 2,580,968
89,561 2,580,968 2,670,529
36
2,500
89,561 2,665,232
89,561 2,665,232 2,754,793
3,933,307
3,084,777
3,979,087
3,169,040
7,018,084
7,148,127
2,153,401 5,907,187 3.286 1.842
2,218,859 6,102,015 3.330 1.854
Lampiran 6. Rincian Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Padi Aggota kelompok GP3A Mitra Tani Sebelum dan Sesudah Program per Hektar per Tahun
NO
1 A
B 1 2
3
4
KOMPONEN
2 Penerimaan dijual (kg) Penerimaan dikonsumsi (kg) Total Penerimaan Usahatani Biaya Benih (kg) Pupuk : KCL (kg) Urea (kg) NPK (kg) Total Biaya Pupuk Pestisida : Sistrin Cair (ml) Total Biaya Pestisida Tenaga Kerja : Pengolahan Tanah (Traktor) Penanaman (HOK) Penanaman (HOK)
Volume
Harga Satuan (Rp)
3 4,596 5,082 9,677
Sebelum Program Nilai (Rp) Tunai
Diperhitungkan
4 2,300 2,300 2,300
5 = (3x4) 10,569,766
6 = (3x4)
52.03
4,750
200.11 400.00 600.11
TOTAL
Volume
Tunai
Diperhitungkan 11 = (8x9)
TOTAL
8 4,914 4,891 22,257,387 10,470
9 2,500 2,500 2,500
10 = (8x9) 12,284,655
247,119
247,119
52.03
5,000
260,125
260,125
2,300 1,700 1,800
460,262 680,000 1,080,205
460,262 680,000 1,080,205 2,220,468
197.26 394.52 589.96
2,500 1,800 2,000
493,155 710,143 1,179,920
493,155 710,143 1,179,920 2,383,217
400.00
500
200,000
200,000 200,000
394.52
600
236,714
236,714 236,714
2.00 15.49 34.51
700,000 1,400,000 14,000 14,000 483,172
1,400,000
2.00 15.49 34.51
800,000 16,000 16,000
1,600,000
1,600,000
11,687,621
216,828
7 = (5+6)
Harga Satuan (Rp)
Sesudah Program Nilai (Rp)
12 = (10+11)
12,227,610 26,175,414
247,804 552,196
Total Penanaman Pemupukan (HOK) Pemupukan (HOK) Total Pemupukan Penyiangan (HOK) Penyemprotan (HOK) Pemanenan (HOK) Pasca Panen Total Biaya Tenaga Kerja
50.00 10.17 3.83 14.00 46.00 4.00 50.00 9,677.12
14,000 14,000 14,000 14,000 22,000 22,000 22,000 40
700,000 142,332 53,668 1,012,000 88,000 1,100,000 387,085
196,000 1,012,000 88,000 1,100,000 387,085 4,883,085
50.00 10.17 3.83 14.00 46.00 4.00 50.00 10,470
16,000 16,000 16,000 16,000 24,000 24,000 24,000 40
800,000 162,665 61,335 1,104,000 96,000 1,200,000 418,807
224,000 1,104,000 96,000 1,200,000 418,807 5,442,807
Lampiran 6. (Lanjutan)
NO 1 5
6
C D
KOMPONEN 2 Biaya Penyusutan Peralatan : Cangkul (Umur Teknis 4 Tahun) Parang (Umur Teknis 3 Tahun) Arit (Umur Teknis 3 Tahun) Semprotan (Umur Teknis 5 Tahun) Total Biaya Penyusutan Peralatan Biaya Lainnya : Iuran GP3A Sewa Lahan Total Biaya Lainnya Total Biaya Produksi Total Biaya Produksi (Tunai+Diperhitungkan) Pendapatan atas biaya Tunai Pendapatan atas biaya Total R/C atas Biaya Tunai R/C atas Biaya Total
Volume
Harga Satuan (Rp)
3
4
Sebelum Program Nilai (Rp) Tunai
Diperhitungkan
5 = (3x4)
6 = (3x4)
TOTAL
Volume
Harga Satuan (Rp)
7 = (5+6)
8
9
Sesudah Program Nilai (Rp) Tunai
Diperhitungkan
10 = (8x9)
11 = (8x9)
TOTAL 12 = (10+11)
9.81 12.32 6.85
60,000 30,000 40,000
147,176 123,217 91,272
147,176 123,217 91,272
9.81 12.32 6.85
60,000 30,000 40,000
147,176 123,217 91,272
147,176 123,217 91,272
2.97
95,000
56,361
56,361
2.97
95,000
56,361
56,361
418,026 71.65
2,300
164,792 4,282,692 7,191,512
164,792 4,282,692 4, ,484
5,224,670
418,026 71.65
2,500
179,122 5,246,200 7,912,395
179,122 5,246,200 5,425,322
6,253,817
12,416,182
14,166,212
3,378,254 9,841,205 3.095 1.793
4,372,260 12,009,202 3.308 1.848
Lampiran 7. Rincian Pendapatan Petani Responden kelompok GP3A Mitra Tani Sebelum dan Sesudah Program LUAS NO
NAMA
ALAMAT / BLOK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
MASTU JELAN BARNAS SURYA SURYANA SUGAN MISJA JAMHANA SAAN SURADI BADRUDIN YATMI NYAI TATI ABD ROHMAN H.ZULFAKAR MAD RO'IH SARTIAH H.OOY ICIH
BANTAR KANDANG BANTAR KANDANG BANTAR KANDANG BANTAR KANDANG BANTAR KANDANG BANTAR KANDANG BANTAR KANDANG BANTAR KANDANG BANTAR KANDANG BANTAR KANDANG BANTAR KANDANG LEBAK ASEM LEBAK ASEM LEBAK ASEM LEBAK ASEM LEBAK ASEM LEBAK ASEM LEBAK ASEM LEBAK ASEM
M 1,500 1,500 1,000 1,850 1,000 1,300 2,000 3,000 3,000 1,500 2,000 1,000 1,000 3,000 5,000 3,000 2,000 11,000 3,000
Pendapatan Sebelum Program Masa Panen Masa Panen TOTAL Januari 2008 Juni 2008
Pendapatan Setelah Program Masa Panen Masa Panen TOTAL Januari 2009 Juni 2009
994,467 508,533 316,008 1,282,437 632,017 432,488 1,389,817 2,071,367 2,071,367 508,533 694,908 316,008 316,008 1,035,683 3,589,917 2,071,367 694,908 8,097,667 1,045,183
1,285,317 642,658 409,467 1,550,972 818,933 547,937 1,674,567 2,510,567 2,510,567 642,658 837,283 409,467 409,467 1,255,283 4,260,367 2,510,567 837,283 9,508,067 1,264,783
1,017,067 508,533 316,008 1,282,437 632,017 432,488 1,389,817 2,093,967 2,093,967 508,533 694,908 316,008 316,008 1,046,983 3,612,517 2,093,967 694,908 8,108,967 1,056,483
2,011,533.33 1,017,066.67 632,016.67 2,564,873.33 1,264,033.33 864,976.67 2,779,633.33 4,165,333.33 4,165,333.33 1,017,066.67 1,389,816.67 632,016.67 632,016.67 2,082,666.67 7,202,433.33 4,165,333.33 1,389,816.67 16,206,633.33 2,101,666.67
1,308,567 654,283 428,133 1,620,677 856,267 564,823 1,748,367 2,608,967 2,608,967 654,283 874,183 428,133 428,133 1,304,483 4,395,667 2,608,967 874,183 9,741,767 1,313,983
2,593,883 1,296,942 837,600 3,171,648 1,675,200 1,112,760 3,422,933 5,119,533 5,119,533 1,296,942 1,711,467 837,600 837,600 2,559,767 8,656,033 5,119,533 1,711,467 19,249,833 2,578,767
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
EBENG OCA UMAR ENI ENENG SUTISNA IROH MA ODENG TETEN SUMIATI SAHURI
LEBAK ASEM GNG SODONG GNG SODONG GNG SODONG GNG SODONG GNG SODONG KIARA KIARA KIARA KIARA KIARA JUMLAH
1,000 2,500 3,000 4,000 1,000 2,000 1,500 2,000 7,000 2,000 13,000 87,650
316,008 878,783 2,086,367 1,419,583 316,008 694,908 508,533 694,908 2,538,433 694,908 4,813,108 43,030,233
316,008 878,783 2,108,967 1,430,883 316,008 694,908 508,533 694,908 2,549,733 694,908 4,818,758 43,227,983
632,016.67 1,757,566.67 4,195,333.33 2,850,466.67 632,016.67 1,389,816.67 1,017,066.67 1,389,816.67 5,088,166.67 1,389,816.67 9,631,866.67 86,258,217
409,467 1,045,458 2,525,567 1,700,183 409,467 837,283 642,658 837,283 3,006,733 837,283 5,640,083 51,777,675
428,133 1,091,583 2,623,967 1,755,533 428,133 874,183 654,283 874,183 3,086,683 874,183 5,769,233 53,482,933
837,600 2,137,042 5,149,533 3,455,717 837,600 1,711,467 1,296,942 1,711,467 6,093,417 1,711,467 11,409,317 105,260,608
Lampiran 8. Hasil uji t berpasangan (paired t-test) terhadap pendapatan petani responden.
Dari uji-t diatas niali-p(0.000) < alpha 5% maka tolak H0 artinya rata2 sebelum program berbeda nyata dengan rata-rata sesudah program. Dari nilai rata-rata dapat disimpulkan bahwa pendapatan sesudah program lebih besar dari pendapatan sebelum program.
Lampiran 9. Kuesioner Pengambilan Data Lampiran 2. Kuesioner Pengambilan Data Lokasi : No. Responden :
Tanggal Pengisian :
PENGARUH PROGRAM PEMBERDAYAAN GABUNGAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (GP3A) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PEDESAAN DI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR Oleh : Alan Riadi (H34066009)
Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor 2010 S a y a m o h o n k es e d ia a n b a p a k /ib u /s a u d a ra /i u n tu k b er p a r tis ip a s i d a la m m e n g is i k u es io n er p e n e litia n in i s e c a ra le n g k a p d a n b e n a r s e h in g g a h a s iln y a d a p a t d ip er ta n g g u n g ja w a b k a n d a n m e m b er ik a n h a s il y a n g d iin g in k a n . K u es io n er in i d ig u n a k a n u n tu k m e m p e r o le h in f o r m a s i s eb a g a i d a ta p r im er d a la m p e n e litia n . I n f o r m a s i y a n g d ip er o le h d a r i k u es io n er in i b er s ifa t r a h a s ia d a n h a n y a d ig u n a k a n u n tu k k ep e n t in g a n a k a d e m ik . T er im a k a s ih a ta s b a n tu a n d a n k es e d ia a n n y a d a la m m e n g is i k u es io n er in i.
SCREENING Informasi Umum dan Karakteristik Responden Petunjuk : Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang menurut penilaian anda paling sesuai : 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : 3. Usia : 4. Alamat 5. Pendidikan ? ……………………. Tahun a. SD c. SMA e. Sarjana b. SLTP d. Diploma f. Lainnya, sebutkan 6. Sudah berapa lama anda menjadi petani ? ……………………… tahun 7. Sudah berapa lama anda menjadi anggota GP3A ? ……………………… tahun 8. Apakah Usahatani padi ini merupakan ? a. Pekerjaan Utama, dengan pekerjaan sampingan sebagai………………………………… b. Pekerjaan Sampingan, dengan pekerjaan utama sebagai ………………... 9. Berapa Luasan lahan yang diusahakan untuk bertani padi ?............................Ha 10. Apa Status kepemilikan lahan anda ?
a. Sewa b. Hak milik
11. Sumber modal usahatani : a. Sendiri b. pinjaman (Jumlah pinjaman Rp……………………..) 12. Rata-rata total pendapatan rumah tangga a. Kurang dari Rp. 1.000.000 c. > Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000 b. Rp.1.000.000 - Rp. 2.000.000 d. Lebih besar Rp. 3.000.000 13. Berapa Jumlah tanggungan keluarga (termasuk responden)?............................ 14. Bagaimana Kondisi ketersediaan air di lahan sawah anda ? a. Kurang b. Cukup 15. Bagaimana peran serta anda dalam kelompok GP3A ? a. Kurang Aktif b. Cukup Aktif
Lampiran 9. (Lanjutan)
Lampiran 9. (Lanjutan)