Wealth Management Newsletter - Mei 2014
1 | Market Perspective | Mei 2014
Nasabah yang terhormat, Kita baru saja melewati bulan pemilu legislatif yang sarat dengan gejolak dan nuansa politik. Derasnya likuiditas dari investor asing turut meramaikan eforia atas harapan munculnya koalisi dan figur kepemimpinan yang baru untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Dalam edisi kali ini, kami akan membahas dinamika pergerakan indeks saham global dan domestik serta katalis positif yang dapat mendorong IHSG lebih lanjut. Kami juga akan memaparkan tantangan dan arah kebijakan pemerintahan ke depan yang sekiranya dapat menjadi bahan pertimbangan investor dalam memilih investasi. Pada bulan Mei ini kami memulai kerjasama strategis dengan PT Eastspring Investments Indonesia (Eastspring Indonesia) yang merupakan salah satu manajer investasi retail terbesar dan terbaik di Asia. Kami sangat gembira dengan kerja sama ini karena kami dapat menyediakan dua pilihan produk reksa dana terbaik yaitu Reksa Dana Saham Eastspring Investments Alpha Navigator dan Reksa Dana Pendapatan Tetap Eastspring Investments IDR High Grade kepada para Nasabah Commonwealth Bank di seluruh Indonesia. ”Alpha Navigator” mengandung makna secara aktif melakukan navigasi terhadap pasar saham untuk mencari nilai tambah (alpha) bagi investor, melalui proses seleksi, perumusan dan pembobotan saham berdasarkan nilai fundamental. Sedangkan “High Grade” memilki makna secara aktif membentuk portofolio yang berisi instrumen Obligasi dengan kualitas yang baik (highgrade) untuk mendapatkan potensi peningkatan imbal hasil bagi investor. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih atas kesetiaan Anda menjadi Nasabah PT Bank Commonwealth dan berharap kesuksesan selalu menyertai Anda Salam hangat, Ian Whitehead Director of Retail and Business Banking
GLOBAL OUTLOOK
D
ata ekonomi global di bulan April 2014 menunjukkan hasil yang bervariasi. Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Uni Eropa masih berusaha menjaga momentum pemulihan laju ekonominya, ditengah kondisi iklim yang buruk dan konflik yang terjadi di Ukraina. Sedangkan negara-negara Emerging Asia yang selama ini menjadi motor penggerak ekonomi global dihadapkan pada tantangan perlambatan laju pertumbuhannya. Meskipun demikian secara umum, investor semakin optimis terhadap perbaikan ekonomi global dan peluang investasi ke depannya. Hal ini tercermin dari rata-rata kinerja indeks saham global di bulan April yang relatif lebih baik dibandingkan Q1-2014. US Uneven Recovery
Kinerja indeks harga saham global pada Q1-14 dan bulan April 2014. Indeks
The U.S. economy sputtered during the first quarter, as an initial estimate indicates one of the worst growth rates since the sluggish recovery began
Q1-2014
Apr-2014
MSCI World
0.77%
0.83%
US S&P 500
1.30%
0.62%
UK FTSE 100*
-1.16%
3.94%
Japan Nikkei*
-8.29%
-3.53%
MSCI Asia Pacific ex Japan
0.99%
0.90%
MSCI Emerging Markets
-0.80%
0.06%
Indonesia IHSG*
11.56%
1.51%
*Dalam mata uang asal, Sumber: Bloomberg
U.S. GDP, quarterly change at an annual rate 4% 2 0 -2 -4 -6 -8
recession +0.1%
2007
‘08
‘09
‘10
‘11
‘12
‘13
‘14
Continued consumer strength wasn’t enough to overcome the drag wrought by weakness in business and residential investments and a sharp decline in exports. Contribution to GDP growth, in percentage points. PERSONAL SPENDING 2.0 1.5 1.0 0.5 0 -0.5 -1.0 2013
RESIDENTIAL FIXED INVESTMENT
BUSINESS SPENDING EQUIPMENT
-0.2
NET EXPORTS OF GOODS AND SERVICES
-0.3
-0.8
+0.2 pct pts. ‘14
2013
‘14
2013
‘14
2013
‘14
Note: Data are adjusted for inflation and seasonality. Sumber: Commerce Depatment, The Wall Street Journal
Amerika Serikat (AS) melanjutkan QE Tapering dengan optimisme perbaikan ekonomi. Data pertumbuhan ekonomi (GDP) AS pada Q1-2014 menunjukkan perlambatan di level 0,1% YoY, jauh lebih rendah dari kuarter sebelumnya Q4-13 di level 2,6% YoY dan estimasi analis di 1,1% YoY. Bank Sentral AS menilai perlambatan aktivitas ekonomi di Q1-2014 ini lebih diakibatkan oleh dampak negatif dari cuaca musim dingin yang buruk. Kondisi ini telah menekan konsumsi dan menurunkan belanja pemerintah, serta menyebabkan perdagangan ekspor menyusut 7,6% dan impor melemah 1,4%. Namun ada satu hal yang positif yaitu konsumsi pribadi yang meningkat 3% lebih tinggi dari ekspektasi 2%. Hal ini memunculkan optimisme dari Bank Sentral AS untuk melihat perbaikan pertumbuhan ke depan karena sektor konsumsi menyumbang hampir 70% dari GDP di AS. Disamping itu beberapa sektor lain seperti penjualan ritel dan manufaktur mulai tumbuh kembali di bulan Maret, yang akan memberikan dorongan bagi pertumbuhan kedepannya.
Sesuai ekspektasi, Federal Open Market Committee (FOMC) kembali meneruskan pengurangan QE (atau QE Tapering) dengan menurunkan jumlah QE per bulan sebesar US$10 miliar, di mana saat ini posisi pembelian terhadap US Treasury dan Mortgage Backed Securities mencapai US$45 miliar. Dengan mempertimbangkan data tenaga kerja yang menunjukkan penambahan setiap bulannya rata-rata 220.000 dan tingkat pengangguran juga sudah turun ke 6,3%, diperkirakan FOMC akan menerus pengurangan yang sama setiap bulannya sehingga QE akan tuntas dalam 5 bulan ke depan.
Laju pertumbuhan China sedikit menurun akibat perlambatan investasi. China melaporkan tingkat pertumbuhan ekonomi untuk Q1-14 di level 7,4% YoY, sedikit di atas ekspektasi 7,3%. Pertumbuhan ini masih di bawah target pemerintah China di level 7,5% dan lebih rendah dari pertumbuhan di kuarter sebelumnya Q4-13 di level 7,7%. Perlambatan laju pertumbuhan ini disebabkan dua motor perekonomi China yaitu investasi
2 | Market Perspective | Mei 2014
dan konsumsi melambat. Berbeda dengan ekspektasi pertumbuhan yang lebih cepat di AS, pertumbuhan ekonomi China diekspektasi masih akan terus melambat seiring dengan proses rebalancing yang dilakukan Pemerintah China untuk menjadikan ekonomi yang lebih didorong oleh konsumsi dibandingkan investasi .
Europe Composite output PMIs 70 PMI Level
65 60 55
China’s Slowing Engine
50
Change from a year earlier in China’s quarterly GDP
45
7.84%
12%
40 35
Q1 2014
10 8 6
10
11 Euro area
12 Germany
13 France
14
Sumber: Markit, Haver Analytics, Barclays Research
4 2 0
2008
‘09
‘10
‘11
‘12
‘13
‘14
Sumber: National Bureau of Statistics, The Wall Street Journal
Untuk tetap menjaga pertumbuhan ekonominya, di awal bulan April Pemerintah China mengumumkan kebijakan mini-stimulus untuk mendongkrak perlambatan di sektor perdagangan dan produksi industri, contohnya dalam hal pengucuran anggaran belanja yang lebih cepat untuk pembangunan rel kereta dan pembangunan ulang untuk kota-kota yang tua.
Eropa terus menjaga pemulihan ekonomi, ditengah konflik dan penurunan laju pertumbuhan kredit. Di tengah konflik yang terjadi antara Russia dan Ukraina, pemulihan ekonomi Eropa masih berlanjut dengan indikator tingkat keyakinan konsumen dan bisnis yang terus meningkat. Data Purchasing Manufacturing Index (PMI) yang menunjukkan pembelian barang-barang untuk industri manufaktur di bulan April mengindikasikan ekonomi Zona Eropa sudah mulai lebih kuat diawal Q2-2014 ini. Aktivitas ekonomi di sektor jasa juga meningkat dipimpin oleh Jerman. National IFO business survey untuk bulan April menunjukkan para emiten sudah mulai lebih positif akan prospek jangka pendek, sehingga momentum pertumbuhan yang terlihat di awal Q2 ini diperkirakan dapat berlanjut.
Namun di sisi lain tingkat inflasi di bulan April dilaporkan berada di level 0,7% YoY, masih di bawah konsensus. Pertumbuhan kredit perbankan sepertinya masih menurun, dimana pinjaman untuk sektor privat turun 2% selama 12 bulan terakhir sampai bulan Maret. Dengan kondisi kredit yang ketat serta tingkat inflasi yang masih rendah, tekanan untuk European Central Bank (ECB) untuk mengeluarkan kebijakan moneter untuk menjaga pemulihan ekonomi menjadi semakin besar. Pada bulan ini, Mario Draghi memberikan sinyal bahwa program QE baru akan dikucurkan jika proyeksi tingkat inflasi untuk jangka menengah memburuk secara signifikan. Sementara itu konflik antara Russia dan Ukraina telah membuat para investor mengamankan posisinya. Pada Q1-14 tercatat US$63,7 miliar dana investor asing keluar dari Rusia. Pertumbuhan ekonomi juga melemah signifikan, bahkan diproyeksi akan tumbuh tidak lebih dari 0,5% di tahun 2014 ini. Kondisi ini membuat lembaga pemeringkat kredit S&P juga memangkas peringkat hutang Russia dari BBB menjadi BBB-, dengan adanya risiko pemangkasan lebih lanjut jika pertumbuhan ekonomi melambat dan konflik dengan Ukraina berisiko menimbulkan sanksi yang lebih berat dari AS dan Eropa. Bank Sentral Rusia segera merespon dengan meningkatkan suku bunga acuan dari 7% menjadi 7,5% untuk menahan koreksi mata uangnya yang melemah hampir 8% terhadap USD tahun ini.
analisa valas
E
konomi Amerika menunjukkan perbaikan di bulan April, ditandai oleh menurunnya tingkat pengangguran ke level 6,3%, terendah selama lebih dari 5 tahun. Di akhir bulan, Federal Reserve kembali memutuskan untuk mengurangi quantitative easing sebanyak US$10 miliar sehingga, pada saat ini, jumlah pembelian aset tiap bulannya hanya sebesar US$45 miliar. Meski demikian, gubernur Federal Reserve memberikan sinyal bahwa Federal Funds Rate belum akan dinaikkan, setidaknya hingga akhir tahun. Di dalam negeri, surplus neraca perdagangan dilaporkan sebesar US$673 juta. Surplus ini tercatat lebih tinggi dari perkiraan, meskipun turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat dilaporkan US$785 juta. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga sedikit melambat pada kuartal pertama 2014 menjadi 5,21% YoY. Diperkirakan, investor masih akan mencermati hasil pemilu legislatif yang akan dimumkan secara resmi bulan ini.
USD/IDR Pemilu legislatif yang diadakan pada 9 April menjadi faktor penting penggerak Rupiah pada bulan April. Rupiah sempat terus menguat hingga, satu hari sebelum pemilu diadakan, mencatatkan diri di level 11,289 per Dollar Amerika didorong oleh surplus neraca perdagangan dan pelambatan inflasi. Namun, hasil pemilu yang tidak sesuai harapan memutar arah pergerakan Rupiah. Mengacu pada hasil perhitungan cepat sejumlah lembaga survei, kendaraan politik Joko Widodo, PDI-P, yang sebelumnya diprediksi mampu memperoleh suara lebih dari 25% sehingga dapat mengusung capres sendiri, hanya mendulang ±19% suara nasional. Dibutuhkannya koalisi untuk memajukan Joko Widodo sebagai capres membuat investor mengkhawatirkan politik transaksional yang dapat menghambat perbaikan kondisi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, sentimen negatif terkait repatriasi pendapatan meningkatkan kebutuhan akan Dollar Amerika sehingga Rupiah sepanjang April lalu terpantau terdepresiasi sedalam 2,19%. Memasuki bulan Mei, pasar akan mencermati manuver sejumlah partai
politik untuk menggalang koalisi setelah pengumuman hasil resmi pemilu legislatif pada 9 Mei. Diperkirakan USD/IDR akan cenderung bergerak stabil dengan rentang 11,400-11,600 pada bulan Mei 2014.
AUD/USD Selama bulan April, Dollar Australia menguat sebanyak 0,25% terhadap Dollar Amerika. Pada minggu kedua bulan April, Dollar Australia sebenarnya sempat menyentuh level tertinggi dalam 4,5 bulan terakhir di level 0,9424 Dollar Amerika, didorong oleh tingkat pengangguran yang dilaporkan berada pada level 5,8%, berkurang dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,1%. Berkurangnya tingkat pengangguran Australia ini diyakini investor sebagai tanda membaiknya ekonomi Australia. Namun, ketergantungan Australia terhadap ekonomi China sepertinya belum dapat terpisahkan, terlihat dari nilai Dollar Australia yang berangsur-angsur turun setelah menyentuh level tertinggi tersebut diakibatkan oleh mengecewakannya sejumlah data ekonomi China.
3 | Market Perspective | Mei 2014
Semakin jelasnya perlambatan ekonomi China diyakini akan membebani pergerakan Dollar Australia di bulan Mei ini. Selain itu, krisis Ukraina yang tidak kunjung reda dan perbaikan ekonomi Amerika juga berpotensi membawa Dollar Australia terdepresiasi lebih jauh. Diperkirakan AUD/USD cenderung memiliki pola bearish/turun, dengan rentang 0,9125-0,9390 pada bulan Mei 2014.
EUR/USD Risiko deflasi dan tarik-ulur mengenai stimulus ekonomi di Zona Eropa mewarnai pergerakan mata uang 18 negara benua biru, Euro, sepanjang bulan April lalu. Pernyataan bank sentral Eropa yang menegaskan kemampuannya dalam mengendalikan risiko deflasi membuat Euro menguat hingga hampir menyentuh level 1,3900 di minggu kedua bulan April. Namun, penguatan Euro ini membuat Bank Sentral Eropa khawatir mengingat apresiasi Euro berakibat pada perlambatan inflasi. Hal ini segera direspons pasar dan nilai Euro pun bergerak turun. Di akhir bulan, nilai Euro kembali menguat seiring dengan menggembirakannya angka indeks manufaktur dan jasa yang mengindikasikan ekspansi. Selain itu, indikasi mengenai peningkatan jumlah uang beredar menimbulkan ekspektasi positif terkait inflasi sehingga nilai Euro secara umum terpantau menguat 0,71% terhadap Dollar Amerika sepanjang bulan April lalu. Sinyal positif mengenai level inflasi di Zona Eropa diperkirakan mampu menopang nilai Euro di bulan Mei ini. Namun, tidak diinginkannya nilai Euro yang terlalu tinggi dan adanya sinyal positif mengenai perbaikan ekonomi Amerika akan membatasi apresiasi. Diperkirakan EUR/USD cenderung bergerak stabil dengan rentang 1,3750-1,3950 pada bulan Mei 2014.
GBP/USD Pound sterling mencatatkan diri sebagai mata uang major dengan performa terbaik sepanjang bulan April lalu. Secara umum, nilai Pound
sterling mengalami peningkatan sebesar 1,27% terhadap Dollar Amerika. Penguatan ini didorong oleh sejumlah rilis data ekonomi Inggris yang menggembirakan investor seperti meningkatnya output dari sektor manufaktur, mengecilnya defisit neraca perdagangan, dan indikasi peningkatan pertumbuhan ekonomi di Q1 2014. Namun, di antara semuanya, mengecilnya tingkat pengangguran ke level terendah selama 5 tahun di angka 6,9% menjadi motor utama terapresiasinya Pound sterling di bulan lalu. Momentum perbaikan ekonomi Inggris diprediksi akan mampu menjaga nilai Pound sterling di bulan Mei 2014. Meski demikian, mulai menggeliatnya ekonomi Amerika berpotensi menghambat peningkatan nilai Pound sterling lebih jauh. Diperkirakan GBP/USD cenderung bergerak stabil dengan rentang 1,6675-1,6980 pada bulan Mei 2014.
USD/JPY Tidak kunjung redanya krisis di Ukraina membuat demand terhadap asset safe haven terutama Yen Jepang terus meningkat. Peristiwa seperti penyanderaan peninjau militer Eropa dan penyerbuan gedung-gedung pemerintahan oleh milisi pro-Russia serta pengerahan angkatan bersenjata Ukraina ke kota-kota di bagian timur berimbas pada peningkatan nilai Yen Jepang. Sebenarnya, terdapat berbagai rilis data terkait kondisi ekonomi Jepang seperti dipertahankannya kebijakan stimulus ekonomi berupa pembelian obligasi sebesar 7 triliun Yen tiap bulannya dan melebarnya defisit neraca perdagangan Jepang yang membebani pergerakan Yen. Namun, sepertinya beban tersebut tidak cukup mampu membatasi apresiasi Yen yang terpantau menguat sebanyak 0,96% terhadap Dollar Amerika. Di bulan Mei, Yen Jepang masih akan dibayangi oleh isu deflasi, defisit neraca perdagangan dan stimulus ekonomi sehingga berpotensi untuk melemah. Terkait kondisi di Ukraina, terus bertambahnya sanksi terhadap Rusia mungkin akan mampu meredakan tensi dan mengurangi demand terhadap Yen sebagai asset safe haven. Diperkirakan USD/JPY cenderung memiliki pola bullish/naik (pelemahan JPY) dengan rentang 101,50-103,50 pada bulan Mei 2014.
Recommendation USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
USD/JPY 101.50 - 101.80
Expected buying level
11.400 - 11.450
1.3700 - 1.3750
1.6680 - 1.6725
0.9150 - 0.9200
Expected selling level
11.625 - 11.675
1.3975 - 1.4000
1.6975 - 1.7000
0.9320 - 0.9380
104.00 - 104.50
Long profit taking @
11.550 and above
1.3900 and above
1.6850 and above
0.9300 and above
103.75 and above
Short profit taking @
11.450 and below
1.3750 and below
1.6750 and below
0.9200 and below
102.50 and below
Long cut loss @
11.200 - 11.250
1.3575 - 1.3625
1.6575 - 1.6625
0.9050 - 0.9090
100.80 - 101.25
Short cut loss @
11.725 - 11.800
1.4050 - 1.4100
1.7075 - 1.7125
0.9450 - 0.9480
105.00 - 105.30
Entry Point Profit Taking Cut Loss *Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
comMinsight EQUITY MARKET REVIEW – APRIL 2014
S
ejak awal tahun 2014, IHSG telah mencatat kenaikan fantastis sebesar 13,24% yang didukung oleh derasnya aliran dana asing sebesar US$2893,6 juta. Di bulan April, IHSG berhasil membukukan kinerja positif sebesar 1,5% dengan dana asing yang masuk sebesar US$765,1 juta. Faktor pemilu legislatif nampaknya sangat mempengaruhi sentimen dan volatilitas pasar. Pada satu hari sebelum pemilu, IHSG sudah naik 3,2% dan ditutup di level 4,921. Namun seketika hasil hitung cepat pemilu legislatif menunjukkan partai PDI-P tidak berhasil mengumpulkan suara lebih dari 20%, maka IHSG terkoreksi 3,16%. Penurunan IHSG ini tidak berlangsung lama karena aksi pembelian investor asing dan lokal kembali berlanjut yang menunjukkan optimisme terhadap pasar saham maupun pasar obligasi Indonesia. Optimisme ini mungkin datang dari beberapa hal, diantaranya: rasional untuk valuasi IHSG yang sudah cukup tinggi, laporan laba emiten Q1-14 yang diatas ekspektasi, ekspektasi kucuran dana kampanye yang akan mendukung konsumsi domestik dan pertumbuhan ekonomi, potensi berlanjutnya eforia pemilu Presiden, dan likuiditas dari investor asing yang diperkirakan masih dapat berlanjut karena posisi asing relatif underweight atau neutral terhadap Indonesia. Namun di satu sisi ada beberapa hal yang dipertimbangkan sebagai risiko terhadap volatilitas IHSG seperti: defisit neraca transaksi berjalan 1Q-14 yang melebar, pelemahan Rupiah, pelemahan ekonomi di China, dan QE tapering di Amerika yang akan dilakukan terus tahun ini.
4 | Market Perspective | Mei 2014
Apakah IHSG sudah mahal saat ini? Sampai dengan 30 April 2014, IHSG sudah mencatat YTD return sebesar 13,24%, naik dari level 4,274.177 di akhir tahun 2013 menuju level 4,840.146. Meski belum mencapai level tertinggi IHSG pada bulan Mei 2013 di 5,214, namun jika mengacu pada Price/Earning ratio (P/E) positive IHSG saat ini berada pada level 14,28, yang menunjukkan valuasi IHSG sudah di atas rata-rata valuasi 10 tahun terakhir pada level 12,57. Hal yang menarik adalah semenjak tahun 2009, valuasi IHSG hampir tidak pernah mencapai level discount dan selalu berada di level premium. Namun valuasi yang relatif tinggi ini juga dapat dirasionalkan dengan tingginya Return on Equity (ROE) dari IHSG yang memang tertinggi dibandingkan bursa saham Asia lainnya selama periode yang sama.
Laporan laba emiten LQ45 cukup positif JAKARTA LQ-45 INDEX 1) Surprise 2) Growth
Range CQ1 Ending: Feb 16, 2014 - May 15, 2014
Industry (ICB)
Reported
11) All Securities 12)> Basic Materials 13)> Industrials 14)> Consumer Goods 15)> Health Care 16)> Consumer Services 17)> Telecommunications 18)> Utilities 19)> Financials 20)> Technology
Sales Surprise
40 / 45 3/4 10 / 10 9/9 1/1 5/5 1/2 0/1 11 / 12 0/1
Earnings Surprise
7.65% 5.92% 0.31% 3.14% 0.27% 0.55%
5.27% 75.36% -0.59% 4.76% 0.78% -8.18% 1.26%
20.90%
4.04%
Sumber: Bloomberg
P/E IHSG selama 5 tahun terakhir selalu berada di level premium. JCI Index 6M
YTD
3) Save As 1Y
3Y
5Y
7Y
4) Load
5) Actions
Feedback
Graph Fundamentals Security/Study
Monthly
10Y Max
Apakah investor asing masih akan terus masuk ke IHSG?
Options
JCI Index 16.00 14.2804
12.00 10.00
1- BEst P/E (JCI Index) (Blended High Low Average Median
15.80 on 10/31/2007 5.78 on 10/31/2008 12.57 13.08
8.00 6.00
BEst P/E (Blended 12 Months) on 14,28,04 Dec 31 2005
Dec 31 2006
Dec 31 2007
Dec 31 2008
Dec 31 2009
Dec 31 2010
Dec 31 2011
Dec 31 2012
4.00
Dec 31 2013
Sumber: Bloomberg, per 28 April 2014
ROE Indonesia yang tertinggi di antara negara Asia lain. The high levels of ROEs in Indonesia make it a naturally attractive destination for investment 28% 23% 18%
Malaysia
Thailang
Jul-13
Jun-14
Jul-12
Jun-13
Jul-11
Jun-12
Jul-10
Philippines
Jun-11
Jul-09
Jun-10
Jul-08
Jun-09
Jul-07
Jun-08
Jul-06 India
Jun-07
Jul-05
Indonesia
Jun-06
Jul-04
Jun-05
Jul-03
Jun-04
8%
Jun-03
13%
Sejak tahun 2013 lalu, Indonesia dikelompokan sebagai salah satu negara Fragile Five bersama dengan Brasil, India, Afrika Selatan dan Turkey. Kelima negara ini dinilai rentan terhadap capital outflow karena mempunyai defisit neraca transaksi berjalan dan bergantung pada Hot Money. Pemerintah Indonesia sudah mengambil beberapa langkah perbaikan seperti menaikkan suku bunga dari 5,75% menjadi 7,5%. Hasilnya tahun ini Indonesia menjadi salah satu negara yang menunjukkan perbaikan kondisi makroekonomi paling cepat. Neraca perdagangan sudah kembali surplus, tingkat inflasi menurun, defisit necara transaksi berjalan menyempit. Hal ini berakibat sentimen terhadap pasar modal dan Rupiah berangsur membaik dengan menurunnya persepsi risiko terhadap Indonesia. Rupiah yang melemah 19,54% tahun lalu sudah menguat 5,04% tahun ini. Begitu pula aliran dana asing sudah masuk US$2,893.64 juta hingga 30 April 2014. Jika dibandingkan dengan dana asing yang keluar dari IHSG antara bulan Mei-Desember tahun 2013 sebesar US$3,820 juta, maka dana asing yang keluar tahun lalu belum sepenuhnya kembali. Hal ini sejalan dengan banyaknya posisi investor asing yang masih mempunyai posisi Underweight terhadap Indonesia. Dengan ekspektasi kondisi makroekonomi yang membaik dan pemerintahan baru yang akan melanjutkan rencana reformasi, laju dana asing masih berpotensi berlanjut. Investor mendapatkan kesempatan untuk akumulasi karena fluktuasi dan koreksi pasar dinilai bersifat temporer.
Brazil
Sumber: MSCI
Jumlah dana asing yang masuk belum menutupi jumlah yang keluar di pertengahan 2013 Di sisi lain, jika mengacu pada Price to Book (PB) selama 10 tahun terakhir, PB IHSG saat ini berada di level 2,45 dan masih di bawah rata-rata 10 tahun terakhir di level 2,64. Laporan laba emiten Q1-2014 diekspektasi hasilnya akan sesuai ekspektasi, karena sejak tahun lalu para analis sudah terus menurunkan proyeksinya sehingga saat ini sudah berada di level yang rendah. Jika hasilnya sesuai atau bahkan di atas ekspektasi, maka terbuka kemungkinan untuk analis meningkatkan proyeksi Earning Per Share (EPS) dan yang kemudian dapat menyumbang penurunan P/E.
JCI At 16:05 JCI Index
4819.681 O 4810.514
01/31/2013
04/29/2014
1D
3D
1M
6M
YTD
+.923 H 4823.574
L 4800.007 96) Actions
Prev 4818.758 97) Edit
G 22 - jci and foreign (mtd) 11)Compare
1Y
5Y
Max
Local CCY
Security/Study
Monthly
JCI Index - Last Price (R1) 4819.681 JASXMTDN Index - Last Price (R2) 822.819
1500
1271.030 1272.030 822.819
658.940
-251.951
822.819
197.564
-336.280
-27.826
1000
4819.681
500 0
-33.508
-180.556
4600
-435.970
-519.974
-500 -1000
4400
Apa katalis kenaikan IHSG kedepannya? Selama tahun 2014 ini, IHSG sempat mencapai kenaikan hingga 15% dan kenaikan ini didorong oleh likuiditas yang ditunjukkan oleh PE Expansion. Namun IHSG kemudian mengalami konsolidasi di akhir bulan April untuk menyeimbangkan ekspektasi EPS growth sebesar 10-15% tahun ini. Selain faktor likuiditas, kenaikan IHSG kedepannya akan bertumpu pada faktor fundamental seperti kinerja emiten-emiten yang terdaftar pada IHSG, khususnya LQ45. Sebagai informasi, LQ45 merupakan indeks dari 45 saham yang memiliki transaksi terbanyak dibursa dan dianggap likuid, yang kapitalisasinya mencapai 70% dari total kapitalisasi IHSG. Sampai berita ini diturunkan sudah ada 40 dari 45 emiten LQ45 yang melaporkan labanya, dan hasilnya cukup positif di mana secara agregat untuk sales penjualan dan earnings mencapai 7,65% dan 5,27% di atas ekspektasi. Hasil ini memberikan sentimen positif karena emiten yang berkapitalisasi besar pun masih dapat melaporkan laba diatas ekspektasi untuk Q12014 ini, yang dapat memberikan pijakan yang kuat untuk kenaikan IHSG selanjutnya.
-1500 -3203.01
4300 Feb
Mar
Apr
May
Jun Jul 2013
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb 2014
Mar
-2000
Apr
Sumber: Bloomberg
Apakah eforia Jokowi masih dapat mendorong IHSG? Pemilu legislatif 2014 telah selesai dilaksanakan. Sesuai dengan hasil hitung cepat, parlemen yang terbentuk nanti akan tersebar dengan adanya 10 partai politik yang bisa menempatkan wakilnya di parlemen karena perolehan suara sah nasionalnya di atas 3,5%. Hasil hitung cepat menunjukkan bahwa 5 besar partai politik hasil pemilu 2014 secara urutan adalah PDIP, Golkar, Gerindra, Demokrat dan PKB. Kekuatan riil partai politik tidak sebatas hanya perolehan suara sah nasional, tetapi juga jumlah kursi di Parlemen yang akan menjadi basis kekuatan dalam setiap pengambilan keputusan. Jika berdasarkan hasil
5 | Market Perspective | Mei 2014
perhitungan akhir dan pembentukan koalisi PDIP berhasil memperoleh jumlah kursi yang cukup signifikan, maka hal ini diyakini akan direspon positif oleh pasar. Melalui kegiatan kampanye akan semakin banyak dana yang dikucurkan, yang secara tidak langsung membantu perekonomian kita tahun ini.
Government will be focusing on cutting “other import” category 200
Cutting other imports is the only viable option
180 160
Bagaimana kebijakan pemerintah kedepan? Terlepas hasil Pemilu tahun ini, Pemerintah Indonesia sudah memiliki tantangan dan kebijakan yang nyata. Fokus jangka pendek adalah untuk menekan defisit neraca transaksi berjalan dan inflasi. Sedangkan dalam jangka panjang, Pemerintah dituntut untuk mendorong pertumbuhan, menarik dana investasi dan meningkatkan infrastruktur.
USD bn
140 120 100 80 60 40 20 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah diekspektasi akan menekan impor dengan mengenakan pajak barang mewah, memberikan insentif pajak untuk perusahaan asing yang menginvestasikan kembali di domestik, memberikan insentif untuk membangun sektor yang memproduksi barang yang sebelumnya diimpor, dan pentingnya untuk mengurangi beban subsidi BBM. Dalam kondisi ini, investor diharapkan dapat memposisikan portofolio investasinya agar dapat lebih maksimal dalam memanfaatkan kesempatan yang akan tercipta.
Policies pulling in different direction Short-term policies
• Higher interest rates • Lower machinery and consumer imports • Luxury taxes • Weaker Rupiah
Common ground
• Rising import barrier • Import substitution via targeted FDI • Subsidy cuts • Tax incentives
Long-term policies
• Polocies to attract FDI • Higher capital goods import • Rate cuts
Sumber: Credit Suisse Research
Kebijakan pemerintah saat ini dan jangka waktu kedepan Selama 10 tahun terakhir, neraca transaksi berjalan Indonesia mengalami surplus karena kontribusi yang besar dari pendapatan ekspor komoditas. Akan tetapi dengan perlambatan ekonomi di China serta berakhirnya era kejayaan komoditas, Indonesia dihadapi dengan neraca transaksi berjalan yang terus defisit. Surplus yang tercatat dibeberapa bulan ini lebih didorong oleh penurunan impor yang signifikan dari impor barang modal dan konsumsi, yang kemungkinan tidak dapat terus berlanjut karena tidak sejalan dengan rencana jangka panjang pemerintah untuk meningkat sektor manufaktur dan pendapatan masyarakat. Untuk menekan defisit neraca transaksi berjalan, pemerintah dapat meningkatkan ekspor, menarik Foreign Direct Investment (FDI), dan menekan impor.
Oil & Gas Organic chem sub
Machineries & eq Agricultural
Auto and auto parts Others
Sumber: CEIC
Meningkatkan ekspor merupakan tantangan yang cukup sulit, karena meskipun mata uang Rupiah sudah melemah dibandingkan tahun lalu, namun secara Real Effective Exchange Rate (REER), produk-produk Indonesia masih belum cukup kompetitif. Selain itu 60% dari komposisi ekspor yang didominasi oleh komoditas mentah (seperti batu bara, karet dan minyak kelapa sawit) jumlahnya tidak dapat ditingkatkan secara signifikan (supply inelasticity). Selain itu, penurunan harga komoditas juga menekan pendapatan ekspor. Meningkatkan FDI merupakan hal yang penting bagi Pemerintah. Hal ini disebabkan repatriasi modal (income transfer) yang meningkat signifikan dari investor asing yang mengirimkan kembali pendapatannya ke negara asal. Pada saat ini jumlah income transfer sebanding dengan FDI yang masuk di tahun 2013. Untuk menghadapi outflow akibat income transfer ini, Pemerintah dituntut untuk mendorong peningkatan jumlah FDI lebih cepat. Dari tantangan-tantangan di atas, dapat dimengerti bahwa perbaikan pada neraca perdagangan lebih dikontribusikan oleh penurunan impor. Saat ini dua komponen terbesar dari impor Indonesia yang mencapai 55% dari total impor adalah mesin dan bahan bakar. Untuk menekan impor bahan bakar akan lebih sulit, sedangkan untuk terus menahan impor mesin tidak akan sejalan dengan objektif pemerintah untuk meningkatkan infrastruktur dan FDI. Oleh karena itu dalam jangka pendek, pemerintah berusaha menekan impor barang modal dan konsumsi, namun dalam jangka panjang kebijakan pemerintah akan cenderung untuk men-substitusi barang impor. Dalam arti, pemerintah ingin memudahkan bagi perusahaan multinational untuk membangun pabrik manufaktur di Indonesia, sehingga permintaan untuk impor dapat dipenuhi oleh produksi domestik. Kebijakan pemerintah ini akan menguntung bagi perusahaan yang mempunyai kapasitas untuk memenuhi permintaan lokal dan mengantikan import, dan anak perusahaan multinational serta yang bergerak di sektor infrastruktur dan semen. Emiten yang akan mendapat dampak negatif seperti importir, distributor dan yang menjual ritel barang impor.
BOND MARKET REVIEW – APRIL 2014 Pada bulan April, kinerja dari obligasi pemerintah IDR masih dapat mencatat kinerja yang positif, walaupun di bawah kinerja pada bulan sebelumnya. Selera investor asing terhadap obligasi pemerintah berdenominasi IDR masih tinggi. Menurut data DMO per tanggal 25 April, kepemilikan asing pada SBN masih terus meningkat ke level IDR375.3 triliun atau 34,4%. Kekhawatiran mengenai inflasi diyakinin mulai mereda dengan dilaporkannya tingkat inflasi di bulan April 2014 menurun dari level 7,32% YoY ke 7,25% YoY. Tingkat inflasi ini diekspektasi akan semakin menurun hingga akhir tahun 2014 dan mendekati target Pemerintah di level 3,5-5,5%, yang didukung oleh penurunan permintaan domestik, mata uang Rupiah yang stabil, pelonggaran kebijakan bahan makanan impor, serta semakin menurunnya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar 44% pada bulan Juni tahun 2013 lalu. Selain tren penurunan inflasi, katalis positif lainnya datang dari neraca perdagangan di bulan Maret yang diperkirakan dapat mencapai surplus USD 717 juta sebagai dampak penyusutan impor yang sesuai konsensus masih berlanjut di level 4,2% YoY.
6 | Market Perspective | Mei 2014
Dengan pertimbangan bahwa investor asing sudah melakukan pembelian cukup besar tahun ini dan permintaan investor lokal masih akan tertahan oleh akses kepada tingkat deposito yang relatif masih tinggi, terlihat bahwa kenaikan harga obligasi IDR di bulan April sudah melambat dibandingkan kenaikan di bulan Maret. Akan tetapi minat asing untuk menjaga atau mengakumulasi obligasi pemerintah Indonesia kedepannya mungkin masih ada, jika menganalisa risk premium dari perspektif asing. Risk premium dapat diukur oleh rata-rata selisih diantara imbal hasil obligasi pemerintah IDR dengan imbal hasil US Treasury, yang merupakan indikator aset bebas risiko. Jika mengambil kurun waktu 3 tahun terakhir, saat ini selisih imbal hasil US Treasury dengan obligasi pemerintah IDR bertenor 10 tahun sebesar 526 bps, yaitu lebih lebar dibandingkan rata-rata dalam kurun waktu 3 tahun terakhir lebih tinggi sebesar 449 bps. Dalam arti lain, imbal hasil obligasi pemerintah IDR berpotensi menurun (harga berpotensi meningkat) sehingga selisih imbal hasil dapat mendekati selisih rata-rata selama 3 tahun terakhir. Investor asing akan menilai obligasi pemerintah IDR masih mempunyai upside yang menarik.
Rata-rata selisih imbal hasil US Treasury dengan obligasi pemerintah domestik bertenor 10 tahun (kurun waktu 3 tahun terakhir) – 449.4921BPS Buy
GIDN10Y Index
Data Field Mult. 1D
1.0 Constant 3D
1M
6M
Hi: 3.2225 9.000 8.500
-
Sell
USGG10YR Index
96) Actions
97) Edit
Last Price
05/04/2011
04/30/2014
Data Field
Last Price
Mult.
1.0 YTD
1Y
5Y
1.0
Max
Constant
Last Price GIDRN10Y Index (L1) 7.966 USGG10YR Index (R1) 2.704
7.966
0.0
Normalize by
Percent
Security/Study
-15.92%
526.1591
Mean
449.4921
Off Avg
76.667
2.5000
Median
436.379
StDev
78.5097
2.000
1.500 Low: 5.047 Low 1.3875
Sumber: Bloomberg, per 30 April 2014
Local CCY Event
2.7041
6.000 5.500
120
Last
StDev from mean
6.500
Corr
SPREAD SUMMARY 3.0000
7.000
5.000
100.0 Calc.
Hi: 9.176
2.34%
7.500
Factor
Daily
Spread Analysis Regression
Percentile
0.9765 78.9744
High 02/03/14
647.6108
Low 02/09/14
301.0452
Harga obligasi pemerintah USD berpotensi tertekan dengan investor yang cenderung memilih aset safe haven seperti US Treasury akibat kondisi Ukraina yang meruncing serta semakin dekatnya akhir dari QE tapering. Tantangan lain kedepannya, juga muncul dari sisi suplai di mana Pemerintah berpeluang menambah penjualan obligasi di Q3 untuk menutupi defisit anggaran. Untuk mendiversifikasi penerbitan obligasi pemerintah IDR yang agresif selama tahun berjalan, pemerintah mungkin dapat memilih mendanai defisit dengan menjual obligasi pemerintah dalam mata uang asing. Menurut estimasi Mandiri Sekuritas, pemerintah mungkin akan memerlukan pendanaan tambahan dari penjualan obligasi sebesar IDR79 triliun, sehingga total gross issuance menjadi IDR 450 triliun, yang kemungkinan akan dilakukan pada Q3.
TEMA INVESTASI DAN ALTERNATIF YANG DAPAT DIPERTIMBANGKAN – 2014
Fokus : Tema Investasi dan Solusi yang Dapat Dipertimbangkan di Tahun 2014 Akumulasi investasi pada obligasi pemerintah berdenominasi IDR yang saat ini memiliki imbal hasil tinggi, namun mewaspadai investasi pada obligasi pemerintah berdenominasi USD (perhatikan durasi obligasi) Obligasi pemerintah berdenominasi IDR telah dijabarkan di atas, namun untuk obligasi pemerintah berdenominasi USD yang berpotensi terkena dampak langsung dari program QE Taper, investor lebih disarankan untuk memilih obligasi dengan tenor rendah maupun reksa dana pendapatan tetap USD yang memiliki dampak minimal terhadap fluktuasi pasar.
Hasilkan pendapatan regular jangka pendek semaksimal mungkin dalam situasi suku bunga tinggi, namun tetap berpikir untuk mencari potensi imbal hasil lebih tinggi dalam jangka panjang Di saat suku bunga deposito berada di level tinggi seperti saat ini, adalah merupakan hal yang wajar untuk melakukan diversifikasi pada aset kas untuk mengincar potensi imbal hasil tinggi dalam jangka pendek. Namun hal ini tetap harus diseimbangkan dengan mewaspadai faktor inflasi dan depresiasi nilai tukar yang dapat menggerus portofolio Anda dengan cara mecari potensi imbal hasil lebih tinggi dalam jangka panjang yang ditawarkan oleh instrument pasar modal.
Manfaatkan investasi pada reksa dana saham untuk memperoleh imbal hasil optimal ditengah derasnya likuiditas yang masuk karena sentimen positif akan pemilu dan laporan laba emiten yang hasilnya berpotensi diatas estimasi analis, namun waspadai fluktuasi tinggi dengan strategi portofolio yang seimbang Memilih reksa dana saham dengan strategi diversifikasi yang menyeluruh dan melakukan strategi bottom up akan lebih memberikan hasil yang optimal dan menjaga fluktuasi portofolio investor.
7 | Market Perspective | Mei 2014
Portfolio IDR May 2014* Konsep Portofolio
Pilihan Reksa Dana
Alokasi pada portofolio
Core Portfolio
Eastspring Investment Alpha Navigator Fund 50% First State Indoequity Dividend Yield Shroder 90 Equity Plus
Growth Portfolio
BNP Paribas Infrastruktur Plus Batavia Dana Saham Optimal
20%
Fixed Income Medium to Long duration
First State Indonesia Bond Fund FR68 / FR65 / FR71
20%
Fixed Income Short duration
Danareksa Melati Platinum Rupiah Schroder Dana Andalan 2 FR66 / 63
10%
Portfolio USD May 2014* Konsep Portofolio
Pilihan Reksa Dana
Alokasi pada portofolio
Core Portfolio
Manulife Greater Indonesia Fund
70%
Fixed Income Long duration
Indon 35/42/43
10%
Fixed Income Medium duration
Indon 21/22/23 New
20%
*Subject to disclaimer
DISCLAIMER
Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktuwaktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 5000 30 atau email kami di
[email protected].
www.commbank.co.id CommBankID CommBank_ID