Market Perspective // 1
Wealth Management Newsletter - November 2014
Wealth Management Newsletter // Edisi November 2014
2 // Market Perspective
GREETINGS Nasabah terhormat, Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi nasabah setia Commonwealth Bank. Pada edisi Market Perspective kali ini, kami akan mengulas berbagai faktor kondisi global dan domestik yang berkembang dan mempengaruhi persepsi dari pelaku pasar. Mulai dari The Fed (Amerika Serikat) yang akhirnya menghentikan program pembelian obligasi atau dikenal dengan “QE Tapering”, hingga pelantikan Presiden Indonesia Bapak Joko Widodo dan pembentukan Kabinet Kerja juga mewarnai pergerakan pasar. Dengan mulai bekerjanya Pemerintahan Baru, kami menambahkan ulasan yang cukup mendalam mengenai latar belakang dan bagaimana dampak dari program kerja yang sangat dinantikan pelaku pasar, yakni rencana kenaikan harga BBM. Hal ini merupakan satu program yang cukup strategis bagi perbaikan struktur ekonomi ke depannya, sebagai bagian dari reformasi di bidang energi dan pengembangan infrastruktur. Dengan berbagai program yang akan dijalankan oleh Pemerintahan baru dan dukungan stabilitas ekonomi makro yang terus menunjukkan perbaikan, maka kami menjadi lebih optimis menghadapi iklim investasi ke depannya. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager kami di cabang terdekat. Semoga materi yang kami sampaikan ini dapat berguna bagi perencanaan keuangan Anda.
Hormat kami, Rian Kaslan EVP, Head of Wealth Management and Business Strategy
Wealth Management Newsletter // Edisi November 2014
Market Perspective // 1
global Outlook
The big theme
“Normalisasi Kebijakan The Fed” Pelaku pasar khawatir dengan berakhirnya QE dan mulai naiknya suku bunga acuan, maka akan mendorong peningkatan risiko volatilitas di pasar modal. Dengan money outflow kembali ke pasar AS maka artinya pelemahan mata uang terhadap Dollar AS dan penurunan harga aset (saham dan obligasi) di berbagai belahan dunia. Namun kami memprediksi bahwa risiko/volatilitasnya tidak setinggi pada saat krisis tahun 2008 – 2009.
“As employment, economic activity, and inflation rates return to normal, monetary policy will eventually need to normalize too…. This normalisation could lead to some heightened financial volatility” … Janet Yellen, Chair, FOMC, 7 November 2014
Janet Louise Yellen, The Most Powerful Woman Chair of The Federal Reserve System
“One thing which is certain is that the low volatility will not persist.…there are probably a sizeable number of investors who are presuming they can exit their positions ahead of any sell off. History tells us that this is generally not a successful strategy”… Guy Debelle, Assistant Governor, RBA, 14 October 2014
The Fed akhirnya menghentikan program pembelian obligasi (yang lebih banyak dikenal dengan Quantitative Easing-QE) pada FOMC Meeting di akhir Oktober 2014. Namun dengan berakhirnya program pembelian aset bukan berarti bahwa likuiditas mulai ketat karena The Fed belum melakukan penarikan likuiditas di pasar. The Fed masih mempertahankan level suku bunga rendah. Walaupun terjadi perubahan pada tone statement yang disampaikan The Fed yakni menjadi lebih optimis pada pemulihan pasar tenaga kerja. Bila dilihat data historis, bagaimana QE Mempengaruhi Pergerakan yield US Treasury dan harga aset investasi. Di mana setiap QE diumumkan, yield US Treasury mengalami penurunan (harga obligasi naik). Sebaliknya, setiap ada issue QE diakhiri akan mendorong kenaikan yield US Treasury (harga obligasi turun).
Ekonomi AS pada QQ3/2014 kembali tumbuh 3,5% (QoQ). Hal ini semakin memperkuat view The Fed dan IMF atas pemulihan ekonomi AS
6
120
Selected US interest rates vs. Fed QE programs
4
100
2
7.0%
Corp AA
TSY 10Yr
TSY 5Yr
TSY 2Yr
TSY 1Yr
TSY 6M
TSY 3M
Effective Fed Rate
0 -2
60
-4 40 -6
Fed Target
US GDP Growth QoQ
20
-10 Mar-12
Jun-11
Sep-10
0 Sep-07
5.0%
-8
Leading Index Dec-09
QE-EVA
MEP
Mar-09
QE2
Jun-08
6.0%
Jun-14
QE1
MEP
Sep-13
8.0%
80
QE
Dec-12
9.0%
4.0% Sumber : Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Taper
3.0%
2.0%
1.0%
0.0% 2007 Sumber : Bloomberg
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Alasannya, berakhirnya QE dan mulai naiknya suku bunga acuan AS, turut didukung dengan pemulihan pertumbuhan AS. Hal ini akan mendukung meningkatnya kembali demand atau ekspor ke negara AS. Dengan demikian, walaupun ada gejolak di pasar finansial hanya bersifat terbatas. Selanjutnya realitas fundamental ekonomi akan kembali menjadi arah berinvestasi.
Wealth Management Newsletter // Edisi November 2014
2 // Market Perspective
Pasar saham AS, yang diwakili dengan Indeks S&P500 juga sudah mengalami kenaikan cukup tinggi, menembus level di atas 2.000. Kami melihat pemulihan pertumbuhan ekonomi AS turut mendukung valuasi dalam kenaikan harga saham tersebut.
Dukungan Likuiditas Masih Mengalir Dari Negara Maju Lainnya
Pertumbuhan ekonomi artinya laba perusahaan di AS juga mengalami pertumbuhan. Terlihat dari earning perusahaan di AS yang mencatatkan pertumbuhan di atas ekspektasi. Sekitar 79% dari perusahaan terdaftar di S&P menunjukkan kinerja diatas konsensus. Consumer confidence index juga naik ke level 94.5 yang merupakan level tertinggi dalam 7 tahun terakhir.
Bank Of Japan yang dipimpin Kuroda kembali menaikkan target tahunan monetary base ke level Yen 80 Triliun (US$724 Miliar) dari sebelumnya Yen 60-70 triliun.
Walaupun pemulihan ekonomi AS terus Berjalan, Namun The Fed masih mempertahankan level suku bunga rendah. Apalagi setelah IMF menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi dunia pada Oktober 2014 lalu. Investor khawatir atas perlambatan ekonomi dunia yang masih melanda Jepang, China, Eropa dan beberapa Emerging Market, akan menghambat laju pemulihan ekonomi AS.
Selain itu Government Pension Investment Fund (GPIF) juga menaikkan target alokasi saham dari 12% menjadi 25%. Sedangkan alokasi obligasi diturunkan dari 60% menjadi 35%. Aset kelolaan GPIF yang cukup besar senilai Yen 127.3 Triliun (US$1.1 Triliun) ini tentunya juga memberikan support pada kenaikan harga saham. Pasar saham Jepang langsung mengalami kenaikan signifikan 4% dalam 1 hari perdagangan.
Akibatnya, indeks VIX yang menjadi salah satu ukuran risiko sempat naik tajam ke level 24.6 (dari sebelumnya level 12). Sedangkan di pasar obligasi, yield US Treasury kembali turun ke level terendah 2,1% (harga obligasi naik). Ditambah dengan target inflasi The Fed sebesar 2% belum dapat tercapai maka semakin mempersulit The Fed menaikkan suku bunga acuan sesuai estimasi sebelumnya.
Year over Year
Projection 2012 2013 2014 2015
Difference from July2014 WEO Update 2014 2015
Q4over Q4 Projection 2013
2014 2015
World Output1
3.4
3.3
3.3
3.8
-0.1
-0.2
3.7
3.1
3.8
Advanced Economies
1.3
1.4
1.8
2.3
0.0
-0.1
2.2
1.7
2.4
United States
2.3
2.2
2.2
3.1
0.5
0.0
3.1
2.1
3.0
-0.7 -0.4
0.8
1.3
-0.3
-0.2
0.5
0.8
1.6
Euro Area Germany
0.9
0.9
1.4
1.5
-0.5
-0.2
1.4
1.1
1.9
France
0.3
0.3
0.4
1.0
-0.4
-0.5
0.8
0.3
1.3
Italy
-2.4 -1.9
-0.2
0.8
-0.5
-0.3
-0.9
-0.1
1.3
Spain
-1.6 -1.2
1.3
1.7
0.1
0.1
0.2
2.0
1.5
Japan
1.5
1.5
0.9
0.8
-0.7
-0.2
2.4
0.6
0.5
United Kingdom
0.3
1.7
3.2
2.7
2.7
0.0
2.7
3.5
2.2
Canada
1.7
2.0
2.3
2.4
0.1
0.1
2.7
2.2
2.4
Other Advanced Economies2
2.0
2.3
2.9
3.1
0.0
-0.1
2.8
2.6
4.0
Emerging Market
5.1
4.7
4.4
5.0
-0.1
-0.2
5.1
4.5
5.0
Commonwealth of Independent States 3.4
2.2
0.8
1.6
-0.1
-0.5
2.1
-1.5
1.5
Russia
3.4
1.3
0.2
0.5
0.0
-0.5
1.9
-0.8
0.9
Excluding Russia
3.6
4.2
2.0
4.0
-0.4
-0.4
...
...
...
Emerging and Developing Asia
6.7
6.6
6.5
6.6
0.1
0.0
6.7
6.6
6.3
China
7.7
7.7
7.4
7.1
0.0
0.0
7.7
7.5
6.8
India4
4.7
5.0
5.6
6.4
0.2
0.0
6.1
5.8
6.5
ASEAN-55
6.2
5.2
4.7
5.4
0.1
-0.2
4.7
5.1
5.0
and Developing Economies1
Sumber : World Economic Outlook (IMF, Okt 2014)
Wealth Management Newsletter // Edisi November 2014
Mario Draghi, ECB juga menyatakan akan meningkatkan program stimulus, hingga pada level balance sheet yang setara dengan tahun 2012 lalu atau sekitar Euro 3 Triliun dalam 2 tahun ke depan. Hal ini berarti ECB berencana meningkatkan tambahan Euro 1 Triliun hingga akhir 2016. Statement ini cukup mengejutkan pasar, setelah terjadi perdebatan yang panjang dengan Perdana Menteri Jerman. Belum selesai sampai disitu, selanjutnya pelaku pasar kembali berspekulasi adanya potensi dari China untuk menggulirkan kembali kebijakan moneter yang mendorong pemulihan investasi. Dengan demikian, dinamika akan selalu ada yang akan mewarnai pasar global dan regional. Hal terpenting adalah bagaimana mengelola portofolio investasi sesuai target valuasi dan jangka waktu investasi. Termasuk bagaimana melihat setiap risiko menjadi sebuah peluang.
Market Perspective // 3
analisa valas
T
he Fed mengakhiri program pembelian Obligasi di bulan Oktober memicu spekulasi kenaikan suku bunga US yang akan di prediksi dengan kenaikan 25 Basis Point pada tahun 2015. Hal ini memicu penguatan 20% pada index USD terhadap mata uang lain. Oleh karena itu, para pelaku pasar kembali melakukan aksi flight to quality, dengan mengalokasikan lebih asset-asset mereka kembali ke USD dari high yielding asset. AUD/USD
USD/IDR Dampak dari kemeriahan politik di Indonesia paska pemilu presiden telah disesuaikan dengan kondisi pasar valas di Indonesia saat ini. Pemicu fluktuasi USD/ IDR selanjutnya adalah keputusan seberapa besar pemotongan subsidi BBM. Pasalnya, besaran kenaikan harga BBM masih belum di pastikan. Diperkirakan berkisar di level Rp2.000 – Rp3.000. Pemotongan subsidi BBM ini akan berdampak pada iklim investasi dan pasar valas Rupiah baik dari domestk maupun international. Dari sisi domestik, diperkirakan inflasi akan naik dengan kisaran 2%-3%, namun suku bunga saat ini di level 7,5% cenderung sudah mengantisipasi kenaikan inflasi tersebut, diperkirakan kenaikan suku bunga belum terjadi hingga akhir tahun 2014. Defisit neraca perdagangan diperkirakan juga akan mengalami perbaikan dari 3,2% ke rentang 2,4%-2,5%. Diharapkan, penghematan anggaran tersebut bisa dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, sehingga akan mampu menarik investor asing untuk kembali mengalokasikan dana masuk ke Indonesia. Resiko pelemahan IDR lebih dipengaruhi oleh fluktuasi USD indeks secara keseluruhan. Rencana The Fed untuk menaikan suku bunga, seiring dengan membaiknya data-data sektor ketenagakerjaan di AS cenderung memberikan penguatan terhadap USD. Diperkirakan pada bulan November 2014 USD/IDR akan bergerak dengan rentang 11.900-12.200, dengan kecenderungan turun menjelang pengumuman kenaikan harga BBM.
GBP/USD
Pada tanggal 4 November suku bunga AUD tetap di 2,5%. Meskipun diiringi kekhawatiran akan house-pricing bubble, RBA memutuskan untuk tetap tidak menaikan suku bunga untuk sementara karena masih tingginya angka pengangguran di level 6,1%.
Mata uang GBP mengalami penurunan dikarenakan statement BOE untuk mempertahankan suku bunga di 0,5% dan menahan jumlah anggaran program pembelian asetnya di angka £375 Miliar. Biro Statistik Nasional Inggris (ONS) melaporkan bahwa tingkat inflasi melambat hingga 1,2% bulan lalu dari sebelumnya di 1,5%. Angka tersebut lebih rendah daripada ekspektasi para ekonom yang memperkirakan penurunan hanya akan mencapai 1,4% saja.
Secara keseluruhan, potensi AUD turun disebabkan oleh rencana kenaikan suku bunga AS. Namun karena suku bunga AUD yang masih relatif tinggi, diperkirakan berpotensi menciptakan carried trad. Rendahnya suku bunga di EUR dan tingginya nominal stimulus Jepang, diprediksikan akan memburu high yielding assets yang diantaranya adalah AUD.
Data PDB Inggris pada kuartal ketiga hanya tumbuh 0,7% dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 0,9%. Perlambatan makro ekonomi Inggris membuat GBP tertekan terhadap mata uang lainnya.
Diperkirakan AUD/USD akan bergerak dengan rentang 0.8450 – 0.8810 pada bulan November 2014 dengan kecenderungan turun.
Diperkirakan GBP/USD akan bergerak dengan rentang 1.5750-1.6000 dengan kecenderungan turun
EUR/USD
USD/JPY JPY melemah terhadap mata uang lainnya ke titik terendah dalam 7 tahun terakhir. Pelemahan tersebut cenderung berdampak positif terhadap neraca perdagangan Jepang yang mengandalkan ekspor. BOJ juga menambahkan total stimulis menjadi 80 Triliun JPY atau setara 715 Miliar USD per tahun ke pasar guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menjaga tingkat inflasi di atas 2%. Banjirnya likuiditas JPY ini berakibat pada terus melemahnya nilai tukar JPY terhadap mata uang lainnya. Diperkirakan JPY akan masih cenderung melemah dalam jangka menengah hingga panjang, selama stimulus digelontorkan.
Hasil stress test perbankan di Zona Eropa, menunjukan hasil yang positif, mengindikasikan bank-bank besar di Eropa cukup kuat untuk menghadapi perekonomian saat ini. Namun, suku bunga deposit yang masih negatif dan inflasi yang masih sangat rendah, membuat ECB kembali menggelontorkan stimulus ke pasar untuk menunjang kenaikan inflasi. Pasalnya, rendahnya suku bunga dan pemberian stimulus menyebabkan lonjakan likuiditas EUR di pasar, dan berdampak pada pelemahan EUR terhadap mata uang lainnya.
Diperkirakan USD/JPY akan bergerak dengan rentang 112.00-115.20 dengan kecenderungan melemah pada bulan November 2014.
Diperkirakan EUR/USD akan bergerak dengan rentang 1.2300-1.2650 dengan kecenderungan turun.
Recommendation USD/IDR
EUR/USD 1.2280 - 1.2350
GBP/USD AUD/USD 1.2750 - 1.5850
0.8450 - 0.8580
USD/JPY
Expected buying level
11.900 - 12.000
108.50 - 109.10
Expected selling level
12.550 - 12.400
1.2650 - 1.2750
1.6100 - 1.6200
0.8880 - 0.8900
116.00 - 117.00
Long profit taking @
12.250 and above
1.2550 and above
1.6050 and above
0.8700 and above
112.00 and above
Short profit taking @
12.150 and below
1.2470 and below
1.5810 and below
0.8450 and below
113.00 and below
Long cut loss @
11.800 - 11.850
1.2150 - 1.2220
1.5600 - 1.5650
0.8350 - 0.8400
107.00 - 107.50
Short cut loss @
12.380 - 12.450
1.2850 - 1.2930
1.6225 - 1.6275
0.9020 - 0.9070
117.50 - 118.00
Entry Point Profit Taking Cut Loss *Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
Wealth Management Newsletter // Edisi November 2014
4 // Market Perspective
EQUITY MARKET REVIEW & OUTLOOK
S
elama bulan Oktober 2014, IHGS mengalami koreksi sebesar -0,93% ke level 5.089.6. IHSG mengalami koreksi ke level di bawah 5000, sejak memasuki awal hingga pertengahan Oktober 2014. Selain issue politik domestik, faktor global juga turut andil mengawal IHSG pada level pelemahan ini. Faktor global kembali muncul setelah IMF menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi di berbagai negara maju (Eropa, China, Jepang) dan Emerging Market khususnya Brazil. Investor khawatir pelemahan ekonomi Eropa dan negara maju lainnya akan menghambat laju pemulihan ekonomi AS.
Namun pada 15 Oktober 2014, IHSG kembali rebound didorong spekulasi pelaku pasar menjelang pelantikan Jokowi dan pengumuman Kabinet. Pertemuan antara Prabowo (calon Presiden dari Partai Gerindra) dengan Jokowi juga turut membantu kenaikan IHSG hingga kembali mencapai level di atas 5100. Setelah itu, IHSG kembali terkoreksi setelah pengumuman Kabinet tak kunjung datang dan antisipasi menjelang FOMC Meeting di akhir Oktober 2014. Akhirnya IHGS ditutup dengan harapan positif akan bertahannya suku bunga Amerika Serikat di level rendah, walaupun The Fed sudah mengakhiri program stimulus pembelian obligasi (QE Tapering). Selama Oktober 2014, investor asing masih mencatatkan penjualan bersih (Net Sell) senilai -Rp3.2 Triliun selama Oktober 2014. Akumulasi Net Sell selama 3 bulan terakhir ini sudah mencapai –Rp11.9 Triliun namun belum menghapus inflow dana asing yang masuk dari Januari hingga Juli 2014 sebesar Rp64.9 Triliun.
• Review dan screening dari KPK dan PPATK merupakan 1 hal baru yang menunjukkan terobosan di Pemerintahan Jokowi. Di mana Integritas menjadi hal utama dalam pemilihan Kabinet.
IHSG & Arus Dana Asing di Portofolio Saham (Rp Triliun) 20.0 5,138
14.6
14.5
15.0
11.5 10.0
5,090
5.000
9.5
7.8
• Kabinet kerja terdiri atas 59% dari Profesional yang berpengalaman dibidangnya dan 41% dari Profesional Politik.
•
Walaupun masih banyak kritikan dari berbagai pengamat ekonomi dan politik, namun kami melihat sebagai bagian dari check and balances dalam proses Politik Indonesia. Tinggal berikutnya, bagaimana implementasi dari berbagai program Jokowi.
4,274 4.3
5.0
2.7 4.000
Foreign Flow (Rp Tn) Net Buy (+) & Net Sell (-)
IHSG
Oct-14
Sep-14
(1.3)
(5.3) (10.0)
Aug-14
Jul-14
Jun-14
May-14
Apr-14
Mar-14
Feb-14
Jan-14
(5.0)
Dec-13
-
(3.2) (7.4)
3.000
Sumber : Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Setidaknya risiko politik sudah lebih mereda dan Pemerintahan Jokowi telah membentuk Kabinet Kerja
Selamat Bekerja “Kabinet Kerja” •
Walaupun cenderung mendapat tanggapan yang moderat, tanpa ada kejutan yang berarti. Namun Tim dalam Kabinet ini kami nilai cukup positif. Penyusunan Kabinet sudah mempertimbangkan unsur realita dalam Koalisi (Politik: 6 PDIP, 3 Nasdem, 2 Hanura, 4 PKB dan 1 PPP), kapabilitas dan track record pekerjaan sebelumnya dan yang paling penting “Integritas”.
Wealth Management Newsletter // Edisi November 2014
Apa Harapan Investor Selanjutnya? Setelah melalui tes pertama dalam pemilihan kabinet maka tes kedua yang akan dilihat oleh pasar adalah bagaimana agenda reformasi di bidang energi akan dilaksanakan, khususnya terkait rencana pengendalian subsidi BBM atau kenaikan harga BBM bersubisidi. Meskipun harga minyak dunia (Brent Crude Oil) sudah mengalami penurunan hingga ke level terendah US$85/barrel, namun kami memprediksi Pemerintah tetap akan menaikkan harga BBM bersubsidi. Penyebabnya: 1. Target lifting minyak dalam APBN-P 2014 sebesar 818.000 barel perhari (bph) dipastikan tidak tercapai akibat rendahnya produksi yang saat ini hanya mencapai 794.000 bph. Dengan demikian, masih diperlukan kenaikan harga Rp2.500/liter untuk mencapai harga BBM subsidi yang setara dengan harga pasar. 2. Besarnya defisit Neraca Perdagangan dan Neraca Berjalan yang disebabkan impor minyak. Walaupun defisit Neraca Perdagangan QQ3/2014 terlihat membaik sebesar US$0.5 Miliar dibandingkan QQ2/2014 sebesar US$2.2 Miliar. Namun perbaikan ini lebih disebabkan kenaikan ekspor non oil & gas (batu bara, CPO dan konsentrat copper). Sedangkan defisit perdagangan oil & gas masih tetap tinggi (US$1 Miliar di September 2014, US$0.9 Miliar di Agustus 2014 dan US$1.7 Miliar di Juli 2014).
Market Perspective // 5
3. Besarnya alokasi subsidi BBM di APBN 2014 senilai Rp246 Triliun pada tahun 2014 dan Rp276 Triliun di tahun 2015. Nilai subsidi ini juga cukup besar dan membebani anggaran kita. Padahal sebagian besar yang menikmati subsidi tersebut justru masyarakat menengah ke atas (70-90% subsidi BBM tidak dinikmati rakyat miskin). 4. Besarnya kebutuhan pembangunan infrastruktur. Coba kita lihat saja, PLN diprediksi membutuhkan sekitar US$22.5 Miliar untuk membangun pembangkit listrik 35.000 Megawatt dalam 5 tahun ke depan. Selain itu, diperlukan US$5.8 Miliar untuk membangun 5 pelabuhan besar di Indonesia. Belum lagi kebutuhan lain untuk membangun jalan, jembatan, bandara, irigasi, dan lain-lain.
Apa Yang Bisa Membuat Kenaikan BBM Tidak Terjadi? Beberapa pelaku pasar juga ada yang berpendapat bahwa rencana kenaikan BBM ini mungkin bisa tertunda, apabila: • Harga minyak dunia masih mengalami penurunan hingga di bawah US$80/barrel. •
Pemerintah semakin khawatir dengan perlambatan ekonomi domestik. Pertumbuhan ekonomi kuartal 3/2014 semakin melambat ke level 5,01% YoY, dibandingkan periode sebelumnya 5,12% YoY.
Konsumsi domestik masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi ditengah kondisi perdagangan internasional dan investasi yang belum pulih sepenuhnya.
Secara bertahap pemerintah telah menunjukkan tanda-tanda akan menaikkan harga BBM bersubsidi. •
Pada 3 November 2014 lalu, Pemerintah mulai melakukan pendistribusian 4 kartu “Sakti” di 5 kantor pos Jakarta. 4 kartu sakti ini terdiri atas: Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dan Sim Card Handphone untuk menunjang transfer uang elektronik. Kartu Sakti ini selanjutnya juga akan didistribusikan di 19 Propinsi hingga akhir 2014.
•
Selain itu, secara mengejutkan Pemerintah akan menaikkan bantuan bagi orang miskin dari Rp150.000/bulan menjadi Rp200.000/bulan. Alokasi dana bantuan tersebut ditujukan kepada 12.5 juta penduduk miskin. Alokasi dana kompensasi sosial sudah disiapkan Pemerintah sebesar Rp6.4 Triliun.
• Langkah Pemerintah ini menunjukkan sinyal awal untuk membantu/mengkompensasi masyarakat miskin dari tekanan kenaikan harga barang atau mengantisipasi kenaikan harga BBM.
Dengan rencana kenaikan BBM ini, pelaku pasar khawatir akan memukul daya beli konsumen sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia masuk ke level di bawah 5%. Namun melihat begitu pentingnya pengendalian subsidi BBM, maka kami memprediksi kenaikan BBM akan tetap dilakukan Pemerintah. Adapun untuk perlambatan ekonomi di Q3/2014 ini memang relatif sudah diprediksi sebelumnya.
Pengendalian Subsidi BBM = Bye Bye Triple Deficit (Neraca Perdagangan, Neraca Berjalan dan Anggaran Pemerintah) Berbagai argumen, pendapat dan ekspektasi yang muncul di pasar memang cukup bervariasi. Namun kami melihat bahwa pengendalian subsidi BBM dan kenaikan harga BBM ini memang cukup krusial bagi perbaikan struktur ekonomi kedepannya.
US$ Billions
Bagaimana Persiapan Pemerintah Saat Ini?
5 0 -5
-3.8
-10
-8.4
-15 -16.5
-20 -25 -30
2000 2001 2002
*January-July
2003 2004 2005 2006 2007 2008 Crude Oil
-27.7 2009 2010 2011 2012 2013 2014*
Oil Products
Sumber: BPS-Statistics Indonesia
Di tambah lagi dengan pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang sempat memberikan komentar bahwa kenaikan harga BBM akan mulai dilaksanakan pada November 2014 ini. Pernyataan ini semakin memperkuat sinyal kenaikan BBM, walaupun Lembaga Pemerintahan lainnya hanya menyatakan “kenaikan BBM sebelum akhir tahun 2014”.
Pertama, Defisit Neraca Perdagangan dan Neraca Berjalan dapat lebih ditekan. Selama ini sumber utama defisit kita terutama dari impor minyak. Walaupun Pemerintah berupaya menekan defisit dengan cara melakukan stabilisasi ekonomi (menahan level suku bunga rendah untuk menekan impor), namun dalam jangka panjang hal ini hanya akan menahan roda putaran ekonomi produktif. Dengan pengendalian subsidi BBM maka defisit dapat ditekan, tanpa perlu memperlambat laju investasi ekonomi produktif dan level konsumsi.
Wealth Management Newsletter // Edisi November 2014
6 // Market Perspective
Plus Defisit Anggaran juga dapat ditekan sehingga mendorong potensi penurunan Cost of Fund berinvestasi di Indonesia. Alokasi subsidi BBM sudah mencapai sekitar 3% dari GDP kita, padahal defisit APBN juga berada pada kisaran level tersebut. Dengan mengendalikan subsidi, artinya defisit anggaran bisa lebih ditekan atau fleksibilitas fiskal yang lebih besar. Dengan fleksibilitas fiskal yang besar maka rating berinvestasi di Indonesia berpotensi meningkat, sehingga premium risk berinvestasi di Indonesia akan menurun. Dampaknya cost of fund (biaya pendanaan) mengalami penurunan.
rendah sekitar 5-6%. Dengan kenaikan BBM dan inflasi naik mencapai puncaknya di level 8,8% (Agustus 2013) maka level bond yield dan BI rate juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
Sedangkan pada Oktober 2014 ini, yield bond masih di level 7,9-8% (tenor 10 tahun) dan BI rate masih bertahan di level 7,5%.
Kedua, alokasi anggaran untuk tujuan produktif bisa naik signifikan. Bila selama ini alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur hanya terbatas sekitar 2,5% terhadap PDB. Dengan pengendalian subsidi maka alokasi bisa meningkat 2 kali lipat menjadi 4-5% terhadap PDB. Tanpa harus menambah nilai hutang Pemerintah lebih besar atau level Debt to GDP ratio tetap terjaga dikisaran saat ini sebesar 30-35%.
Akhirnya dengan turunnya biaya pendanaan dan infrastruktur yang lebih baik, maka akan mendorong peningkatan investasi dan iklim usaha yang lebih baik di Indonesia
Sentimen volatilitas akan tetap ada namun dengan level yield yang tinggi maka sensitivitas penurunan harga tidak akan sebesar tahun 2013 lalu.
Level yield obligasi yang tinggi menyediakan cushion yang cukup untuk mengantisipasi kenaikan inflasi yang diprediksi 7,5% di akhir tahun 2014. Inflasi, BI Rate dan Yield Obligasi Pemerintah 10.0
10.0 8.8
9.0
8.0
9.0
8.0
8.0
7.0
7.5
7.5
6.0
4.8
5.0
6.0 5.0
Inflasi YoY
Nov-14
Jul-14
Sep-14
May-14
Jan-14
Mar-14
Nov-13
Jul-13
BI Rate
Sep-13
May-13
Jan-13
Mar-13
Nov-12
1.0
0.0 Jul-12
2.0
1.0 Sep-12
3.0
2.0
May-12
4.0
3.0
Jan-12
Dengan ketidakpastian rencana kenaikan BBM ini maka pelaku pasar cenderung wait & see, terlihat volume perdagangan yang relatif rendah.
7.0
4.0
Mar-12
Bagaimana Pengaruh Kenaikan Harga BBM Terhadap Pengelolaan Portofolio?
9.0
Gov Bond Yield
Sumber : Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Kenaikan BBM diprediksi sebesar Rp2.000/liter. Hal ini berdasarkan asumsi alokasi dana kompensasi sosial yang sudah disiapkan Pemerintah sebesar Rp6.4 Triliun. Namun dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat di QQ3 2014 maka ada potensi kenaikan BBM dilakukan bertahap. Dengan kenaikan harga BBM maka inflasi akhir tahun 2014 diestimasi mencapai level 7,5%. Hal ini masih dalam range suku bunga acuan Bank Indonesia. Dengan demikian, diestimasi Bank Indonesia masih akan mempertahankan level suku bunga acuan pada 7,5%. Kami melihat dampaknya relatif tidak signifikan, dibandingkan kenaikan BBM di tahun sebelumnya (2013). •
Kenaikan BBM 2014 ini relatif sudah diestimasi pasar, bila dibandingkan kenaikan BBM tahun 2013 lalu. Bila kita melihat sejarah sebelumnya, pada awal tahun 2013 investor tidak memprediksi adanya kenaikan BBM, karena 2013 merupakan 1 tahun terakhir sebelum Pemilu. Sedangkan kenaikan BBM di tahun 2014 sudah relatif menjadi issue di media sejak proses Pemilu berjalan.
• Perbedaan level yield dan inflasi Yield (imbal hasil) obligasi Pemerintah dan suku bunga acuan BI rate pada 2013 (sebelum BBM naik) pada level yang relatif
Wealth Management Newsletter // Edisi November 2014
•
Perilaku investor menyesuaikan pengalaman berinvestasi sebelumnya Investor cenderung belajar dari pengalaman sebelumnya. Di mana sebelum dan menjelang kenaikan BBM, pasar mengalami tekanan namun kemudian kembali pada tren yang positif. Belajar dari pengalaman ini maka justru kenaikan BBM ini merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu pasar dan menjadi katalis positif bagi kenaikan IHSG.
Kesimpulannya, dengan berbagai noise di pasar, kami melihatnya sebagai opportunity untuk mengakumulasikan efek-efek yang memiliki fundamental bagus. Apalagi dari segi stabilitas makro ekonomi tidak ada yang berubah signifikan, masih on track dalam perbaikan. Dengan masuk pada valuasi (harga) saham yang relatif rendah maka potensi upside menjadi lebih besar. Pada level saat ini, potensi upside masih berkisar 15-20% dengan menggunakan target IHSG pada tahun 2015 (range 5.900-6000, PE Ratio 15– 16.4x pada Earning Estimasi 2015).
Market Perspective // 7
BOND MARKET REVIEW & OUTLOOK
Harga Obligasi Mengalami Penguatan didorong Faktor Global dan Meredanya Risiko Politik Dalam Negeri Pergerakan yield US Treasury relatif sejalan dengan yield obligasi Pemerintah Indonesia.
Kenaikan harga obligasi Rupiah berkisar 1-1,6%, terutama pada seri benchmark (tenor 15 dan 20 tahun). Kenaikan harga obligasi ini ditandai dengan penurunan yield, misalnya untuk tenor 10 tahun dari 8,5% di akhir September 2014 menjadi 8,0% di akhir Oktober 2014. Adapun untuk obligasi dalam mata uang non Rupiah (INDON), juga mengalami kenaikan berkisar 0,5% - 2%. Kenaikan tertinggi khususnya pada INDON19 (tenor 5 tahun) yang mengalami kenaikan tertinggi 2%, disusul INDON 35 dan 38.
UST Yield
12.0
IDR Bond Yield
10.0
9.0
8.9
8.0
8.0 5.5
6.0 3.4
4.0
Berbeda bila dibandingkan Net Sell di pasar saham, investor asing justru terus melakukan akumulasi di pasar obligasi. Kepemilikan asing meningkat menjadi Rp459.9 Triliun di akhir Oktober 2014. Hal ini menjadikan level kepemilikan asing terus mengalami kenaikan mencapai 37,8% terhadap total obligasi Pemerintah.
2.3 2.0 1.7 Jun-14
Sep-14
Mar-14
Dec-13
Jun-13
Sep-13
Mar-13
Dec-12
Jun-12
Sep-12
Mar-12
Dec-11
Jun-11
Sep-11
Dec-10
Jun-10
Sep-10
Mar-10
Dec-09
Mar-11
akibat kekhawatiran atas kenaikan suku bunga The Fed dan pelemahan Rupiah, maka memasuki Oktober 2014 harga obligasi malah berbalik naik masuk zona positif.
Sumber : Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Kepemilikan Asing Terus Meningkat 600
12,085
12,171
500
13,000
11,361
9,793 9,069
400
9,404
11,000 460 9,000
8,996
300
271
324
361
404
447
•
Faktor Domestik: Risiko politik mereda setelah Presiden terpilih Jokowi bertemu dengan Petinggi koalisi Oposisi Prabowo. Euforia menjelang pelantikan Presiden Jokowi dan pengumuman Kabinet Jokowi berhasil mendorong rebound harga obligasi (yield tenor 10 thn turun ke 8,0% dari sebelumnya 8,5% di awal Oktober 2014).
7,000
5,000
223 196
200
3,000
108 100
1,000 Rp / USD
Kepemilikan Asing (Rp Tn) 0
Jun-14
Sep-14
Mar-14
Dec-13
Jun-13
Sep-13
Mar-13
Dec-12
Jun-12
Sep-12
Mar-12
Dec-11
Jun-11
Sep-11
Mar-11
Dec-10
Jun-10
Sep-10
Mar-10
Dec-09
(1,000)
Sumber : Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Penguatan harga obligasi ini didorong beberapa faktor: • Faktor Global: Penurunan yield US Treasury yang cukup signifikan dari level 2,6% menjadi 2,1% didorong kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global setelah IMF menurunkan outlook.
Ada kekhawatirkan ekonomi AS akan terpengaruh dengan perlambatan di Eropa, China dan Jepang. Sehingga mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed mundur dari estimasi sebelumnya.
• Berkurangan penerbitan obligasi Pemerintah di kuartal 4/2014 ini sehingga tekanan issuance berkurang.
Pemerintah telah berhasil menerbitkan Rp421.2 Triliun atau 98% dari target issuance 2014. Dengan demikian, target issuance Pemerintah juga berkurang. Hal ini terlihat dari peningkatan penawaran (bid) dan partisipasi asing dalam lelang terakhir, dari rata-rata Rp23.4 Triliun menjadi Rp33 Triliun.
Wealth Management Newsletter // Edisi November 2014
8 // Market Perspective
Bukan tidak mungkin bila dalam 2-3 tahun ke depan, yield obligasi kita kembali pada level yang rendah seperti di tahun 2011-2012 (5 – 6 % untuk tenor 10 tahun). Artinya potensi kenaikan harga obligasi yang cukup besar
Outlook Ke Depan Pada kondisi pasar saat ini yang bergerak mixed (up and down) maka pengelolaan investasi dapat dilakukan dengan melihat faktor valuasi. Pada edisi bulan lalu, kami melihat valuasi yang cukup menarik dan menawarkan opportunity masuk secara bertahap. Selanjutnya dengan yield obligasi Pemerintah tenor 10 tahun (Rupiah) sudah turun ke level 7,9% maka rekomendasi selanjutnya adalah melakukan rebalancing ke posisi netral, khususnya bagi nasabah dengan jangka waktu investasi yang pendek. Sedangkan bagi Nasabah dengan jangka waktu investasi panjang, maka posisi yield saat ini masih berpotensi menawarkan upside kenaikan harga. Apalagi bila pengendalian subsidi BBM berhasil dilakukan Pemerintah maka akan membawa Indonesia masuk dalam investment cycle yang kedua.
Wealth Management Newsletter // Edisi November 2014
Market Perspective // 9
Disclaimers
Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki resiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank. co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 62,21 7917 6000 atau email kami di
[email protected].
Wealth Management Newsletter // Edisi November 2014
10 // Market Perspective
PT. Bank Commonwealth adalah Bank yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Wealth Management Newsletter // Edisi November 2014