Wealth Management Newsletter - Februari 2014
1 | Market Perspective | Februari 2014
Nasabah yang terhormat, Bulan pertama di tahun 2014 telah kita lewati dan saya percaya bahwa Anda semua telah mempersiapkan perencanaan finansial yang lebih baik di tahun ini. Meskipun Jakarta dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia mengalami bencana banjir, saya berharap seluruh aktivitas Anda tetap berjalan dengan lancar seraya mendoakan keselamatan Anda dan keluarga. Bagi ekonomi domestik, awal tahun 2014 ini tentunya dapat dijadikan referensi positif, mengingat beberapa indikator makro seperti inflasi dan neraca perdagangan mulai menunjukkan pemulihan. Demikian pula minat investor asing yang mulai kembali berinvestasi, baik pada pasar saham maupun pasar obligasi domestik di awal tahun 2014 ini. Meski demikian, kewaspadaan investor masih relatif tinggi mengingat perekonomian di negara-negara berkembang lainnya masih rentan terhadap berbagai kebijakan moneter yang dilakukan oleh negara-negara maju. Saya senantiasa mengingatkan Anda untuk melakukan diversifikasi dan menjaga keseimbangan portfolio investasi Anda sesuai dengan profil risiko dan tujuan finansial yang hendak dicapai. Akhir kata, kami mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek 2565 bagi Anda yang merayakannya. Besar harapan kami agar di tahun kuda kayu ini kesuksesan dan kesejahteraan Anda dan keluarga semakin bertumbuh dengan pesat. Tentunya tim profesional PT Bank Commonwealth selalu siap menjadi bagian dari kesuksesan Anda dan keluarga di tahun yang baru ini. Salam hangat, Ian Whitehead Director of Retail Banking
GLOBAL OUTLOOK
D
i awal tahun 2014, investor kembali diingatkan kembali akan kerentanan bursa maupun mata uang negara berkembang. Kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi di AS serta China walaupun Eropa menguat, dampak negatif QE tapering yang dilanjutkan oleh the Fed serta devaluasi mata uang Argentina secara bersamaan mendorong keluarnya dana investasi serta penurunan mata uang negara berkembang. Dengan ekspektasi QE tapering akan berlanjut serta pelemahan ekonomi negara berkembang di tahun 2014, maka fluktuasi dan ketidakpastian yang mengintai mengingatkan investor untuk berdiversifikasi. Sentimen negatif pada negara berkembang diekspektasi akan berangsur surut dengan berjalannya waktu karena pertumbuhan global dimotori oleh pemulihan negara maju akan memberikan dampak positif, koreksi bursa juga sudah mendorong valuasi menjadi lebih menarik dibandingkan negara maju serta proyeksi pertumbuhan EPS ditahun 2014 juga lebih tinggi.
Berlanjutnya QE tapering
Kekhawatiran tentang Negara Berkembang
Bank Sentral AS melanjutkan pemotongan stimulus untuk kedua kalinya sebesar US$10 miliar menjadi US$65 miliar mulai bulan Februari 2014 setelah pertemuan FOMC bulan Januari 2014 yang dipimpin Ben Bernanke untuk terakhir kalinya. The Fed lebih optimis karena data yang dirilis menunjukkan aktivitas ekonomi yang meningkat. Seluruh anggota the Fed menyetujui berlanjutnya QE tapering yang menandakan bahwa anggota Dewan masih memandang positif proses pemulihan ekonomi makro di Amerika Serikat, terlepas dari melemahnya data tenaga kerja di bulan Desember.
Policy makers from Argentina to Turkey are scrambling to defend their currencies
Respon pelaku pasar dapat dilihat dari pergerakan imbal hasil UST 10 tahun yang stabil di level 2,6%, menurun dari 3% pada akhir tahun 2013 lalu. Berbeda dengan respon kenaikan tajam UST 10y yang meningkat dari 1,63% di bulan Mei 2013 menjadi 3% di bulan September 2013 lalu.
Pertumbuhan US pada Q4 2013 US Growth Story Since the recovery began, growth has come in fits and starts. But the second half of 2013 saw a sharp pickup. Quarterly change at a seasonally adjusted annual rate in inflation-adjusted GDP 6% Recession
4 2 0
Current Account Balance % of GDP Russia Argentina Indonesia Brazil South Africa Turkey
-8
2007 2014 estimates
-6
-4
-2
0
2
4
6
Sumber: Schroder; IMF, October WEO and January update; Bloomberg;Thomson Reuters Datastream
Keputusan the Fed untuk meneruskan QE tapering memberikan sinyal positif akan momentum pemulihan ekonomi AS. Tetapi membawa tekanan pada ekonomi negara-negara berkembang, di mana terjadi pelemahan mata uang serta keluarnya aliran dana investasi. Menurut data Fund Tracker EPFR Global, di bulan Januari, investor menarik keluar dana sebanyak US$12 miliar dari bursa saham dan pasar obligasi negara berkembang, hampir sebesar jumlah penarikan sebanyak US$15 miliar pada tahun 2013. Lima negara di atas secara bersama berkontribusi pada 12% dari GDP ekonomi global dan sejak tahun 2009, menyumbang 1/5 dari pertumbuhan ekonomi global. Dibulan Januari 2014, sentimen terhadap negara berkembang kembali negatif karena ketidakpastian ekonomi serta politik di Thailand, Argentina dan Turki mengingatkan investor kembali tentang risiko berinvestasi pada negara berkembang. Bank sentral negara berkembang merespon dengan meningkatkan suku bunga untuk menahan pelemahan mata uang.
-2 -4
Momentum pertumbuhan ekonomi Negara Berkembang yang melambat
-6 -8 -10
2008
‘09
‘10
‘11
‘12
‘13
Sumber: Wall Street Journal
Pertumbuhan ekonomi AS pada Q4 13 dilaporkan di level 3,2%, relatif melemah dibandingkan Q3 13 di 4,3%. Secara keseluruhan pertumbuhan semester 2 2013 merupakan yang tertinggi sejak tahun 2003. Pertumbuhan ekonomi pada Q4 2013 ini didorong oleh peningkatan belanja konsumen yang tumbuh 3,3%, dan menyumbang sekitar 2/3 dari aktivitas ekonomi.
Sentimen terhadap negara berkembang juga diperburuk dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat diawali dari rilis dari HSBC Holdings Plc and Markit Economics yang mendorong kekhawatiran pertumbuhan ekonomi China yang masih terus melambat. Markit/HSBC China Manufacturing PMI di bulan Januari menurun dari 50,5 menjadi 49,5, yaitu penurunan selama 4 bulan berturut dan yang pertama kali menembus di bawah level 50. China bukan saja ekonomi negara berkembang yang terbesar, tetapi juga merupakan importir terbesar dari berbagai negara berkembang lainnya. Perlambatan di China dikuatirkan merupakan permulaan yang buruk untuk
2 | Market Perspective | Februari 2014
negara berkembang lainnya. Menurut analis JP Morgan, perlambatan GDP sebanyak 1% di China akan menekan pertumbuhan global sebanyak 0,35%. Laporan lain dari Official Manufacturing Purchasing Managers’ Index, juga konsisten mengindikasikan perlambatan yang serupa, dengan jatuh ke level terendah selama 6 bulan terakhir, yaitu dari 51 menjadi 50,5 di bulan Januari. Data-data ekonomi terbaru menimbulkan pertanyaan akan prospek pertumbuhan di negara China di tahun 2014, setelah China mencatat pertumbuhan 7,7% di Q4 13 dibandingkan 7,8% di Q3 13.
Pertumbuhan sektor manufaktur AS lebih lambat tetapi Eropa lebih baik Selain perlambatan China, Sektor manufaktur AS juga tumbuh lebih perlahan di bulan Januari karena pertumbuhan order baru menurun signifikan yang merupakan dampak negatif dari musim dingin yang ekstrim. U.S. Institute for Supply Management’s index of national factory activity yang mengukur aktifitas pabrik turun ke 51,3 yaitu terendah sejak bulan Mei 2013 dan merupakan penurunan dua bulan berturut. Laporan dari Markit untuk Final U.S. Manufacturing Purchasing Managers Index menunjukkan penurunan dari level 55 di bulan Desember 2013 yang merupakan level tertinggi selama 11 bulan terakhir, menjadi 53,7 di bulan Januari. Sektor manufaktur
menambah pekerja baru untuk 7 bulan berturut-turut walaupun lebih sedikit dengan penurunan dari 54 ke 53,2. Meskipun adanya perlambatan, banyak ekonom yang berekspektasi pertumbuhan AS masih akan lebih cepat daripada pertumbuhan negara maju lainnya di tahun 2014 ini. Sektor manufaktur Eropa mencatat pemulihan yang sehat diawal tahun 2014. Tolok ukur sektor manufaktur Eropa yaitu Final Eurozone Composite PMI di bulan Januari dilaporkan di 52,9 yaitu 0,3 poin di bawah angka estimasi awal yang dirilis di bulan Desember, tetapi 0,8 poin lebih tinggi dari angka bulan Desember, dan 1 poin lebih tinggi dari angka rata-rata Q4 2013, peningkatan aktivitas manufaktur di bulan Januari didorong oleh meningkatnya PMI sektor jasa dari domestik. Pemulihan Zona Eropa dimotori oleh Jerman, di mana PMI meningkat ke level tertinggi selama 32 bulan dari 54,3 menjadi 56,5 serta pemulihan di Spanyol. Secara keseluruhan, pemulihan disektor manufaktur juga membawa pemulihan disektor ketenagakerjaan, di mana Purchasing Managers juga melaporkan penambahan lapangan kerja baru untuk pertama kalinya dalam 2 tahun terakhir. Hasil survei ini diekspektasi akan mendorong bank sentral Eropa (ECB) memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi untuk melonggarkan kebijakan moneternya. Di sisi lain, ECB juga mengkuatirkan tingkat inflasi Zona Eropa yang turun dari 0,8% di bulan Desember menjadi 0,7% di bulan Januari, semakin jauh dari target inflasi di 2%.
local OUTLOOK
D
i bulan Januari, IHSG menguat 3.38% dari level 4274.177 menjadi 4418.757 karena aksi beli terutama untuk saham blue chips yang turut mendorong kenaikan LQ45 sebanyak 4.3%. Investor asing juga mencatat pembelian bersih sebanyak US$160,5 juta. Pemulihan IHSG masih rentan disebabkan investor masih memantau indikator makroekonomi Indonesia serta ketidakpastian yang didorong oleh diberlakukannya UU Minerba yang berpotensi mempersulit usaha pemerintah untuk mengurangi defisit neraca transaksi berjalan (CAD). Dibulan Februari, sentimen terhadap Indonesia terlihat mulai membaik seiring dengan peningkatan pada data makroekonomi yang berpotensi memperbaiki tingkat deficit neraca transaksi berjalan. Berbagai sentimen positif yang timbul dari indikator-indikator ekonomi makro berpotensi mendorong penguatan IHSG lebih lanjut di tahun 2014. Investor dapat memanfaatkan koreksi yang terjadi untuk melakukan akumulasi pada pasar saham domestik dengan tujuan mencapai kinerja portofolio investasi yang lebih optimal di tahun 2014.
Data ekonomi AS yang terus menunjukkan pemulihan yang sehat kembali menimbulkan spekulasi bahwa program QE tapering dapat dimulai lebih awal. Meskipun baik bursa saham maupun pasar obligasi sudah terkoreksi ke level yang menarik, selera risiko investor masih tertahan karena investor lebih defensif dan mengantisipasi kemungkinan adanya koreksi tajam seperti periode Mei-September 2013 lalu. Di bulan November, pergerakan indeks relatif stagnan dan cenderung negatif karena ketatnya likuiditas, dengan ratarata nilai perdagangan di bulan November hanya IDR4,1 triliun yaitu 18% di bawah nilai rata-rata YTD di IDR5,1 triliun. Di mata investor asing, atraktivitas berinvestasi di Indonesia menurun dengan pelemahan rupiah yang signifikan semenjak awal tahun 2013. Dari sisi pasar obligasi, porsi kepemilikan Investor asing pada bulan November dan Oktober stabil di level 32,3%, tetapi naik dari 31,7% di bulan September. Masuknya inflow asing yang cukup deras ke pasar obligasi tidak diikuti dengan kinerja obligasi pemerintah Indonesia yang seimbang sehingga mungkin dapat menekan momentum inflow yang masuk. Investor juga mengantisipasi langkah Bank Indonesia yang masih akan memperketat kebijakan moneternya pada 2014 dan kecenderungan Indonesia untuk melelang lebih banyak obligasi di awal tahun depan.
Sektor Manufaktur Indonesia HSBC Indonesia PMI 50 - no charge on previous month increasing rate of growth 55
50
45
Increasing rate of contraction Apr’11 Jul
Oct
Jan Apr’12 Jul
Oct
Jan Apr’13 Jul
Oct Jan14
Sumber: Markit, HSBC
Berbeda dengan perlambatan yang terjadi pada sektor manufaktur di China dan AS, sektor manufaktur Indonesia masih bertumbuh positif, terutama karena dimotori oleh meningkatnya order baru domestik dan order baru untuk ekspor, yang untuk pertama kalinya tumbuh positif setelah 7 bulan berturut menurun. Markit/ HSBC manufacturing Purchasing Managers’ Index meningkat dari 50,9 di bulan Desember menjadi 51 di bulan Januari. Order baru meningkat untuk bulan ke empat berturut-turut karena meningkatnya permintaan. Order untuk ekspor baru juga menunjukkan peningkatan tipis,
tumbuh untuk pertama kalinya sejak bulan Mei 2013, dengan dimenangkannya kontrak dari Asia, Eropa dan Amerika Utara. Tetapi, disisi lain, hasil produksi menurun di bulan Januari. Jumlah pekerja juga menurun di bulan Januari, setelah di bulan Desember juga tidak dilaporkan adanya penambahan.
Pertumbuhan Indonesia lebih cepat pada Q4 2013 Untuk tahun 2013, pertumbuhan GDP Indonesia dilaporkan berada di level 5,8% relatif menurun dibandingkan 6,2% untuk tahun 2012. Untuk Q4 2013, pertumbuhan GDP Indonesia diluar ekspektasi naik 5,72% YoY jauh di atas ekspektasi consensus 5, 34% YoY, dan juga lebih tinggi dari pertumbuhan 5,62% YoY pada Q3 2013. Dari komponen Utama GDP, pertumbuhan konsumsi dan investasi dilaporkan lebih lambat. Konsumsi privat menurun dari 5,5% pada Q3 2013 menjadi 5,3% yang dinilai cukup sehat di tengah tingginya inflasi serta IDR yang melemah signifikan. Lalu, investasi turun dari 4,5% menjadi 4,4% dan konsumsi pemerintah dari 8,8% menjadi 6,5%. Pertumbuhan investasi yang lebih lambat ini, sejalan dengan menurunnya permintaan impor untuk alat berat yang mengindikasikan turunnya keyakinan akan laju pertumbuhan ekonomi kedepannya. Pelaku pasar menilai angka GDP ini sebagai hasil dari berbagai upaya pemerintah untuk menekan defisit transaksi berjalan dengan cara memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Investor cenderung menunggu konsistensi dari data makroekonomi Januari yang positif. Pelaku pasar masih skeptis akan data inflasi di bulan Januari yang dilaporkan lebih rendah dari proyeksi, yaitu di level 1,07% MoM dan 8,22% YoY dengan penurunan inflasi inti ke 4,53%, karena adanya kemungkinan kontribusi perubahan tahun dasar perbandingan dari 2007 menjadi 2012. Lalu, surplus neraca perdagangan di bulan Desember juga lebih tinggi dari estimasi karena pertumbuhan ekspor sebanyak 10,3% YoY dan penurunan impor sebesar 0,8% YoY. Menjelang akan diberlakukannya Undang-Undang Minerba per 12 januari, para eksportir minerba mendongkrak volume ekspor secara signifikan yang menyebabkan pertumbuhan ekspor yang signifikan dibulan Januari. Sebaliknya, untuk Bank Indonesia, tekanan untuk memperketat kebijakan moneter sudah berkurang. Dengan sebelumnya dilaporkan penurunan impor yang cukup besar terutama akibat penurunan pada impor barang modal karena ekspektasi menurunnya investasi, GDP diestimasi masih terus dalam tren melemah mendekati pertumbuhan 5% di tahun 2014. Sehingga penguatan GDP Indonesia di Q4 2013 membawa angin segar yang dinantikan. Dengan inflasi menurun, surplus pada neraca perdagangan,serta pertumbuhan GDP yang lebih cepat, kecil kemungkinan BI Rate akan dinaikkan 25-50bps lagi seperti pandangan pelaku pasar diawal tahun ini.
3 | Market Perspective | Februari 2014
analisa valas
A
ngka pengangguran AS yang semakin membaik membuat The Fed memutuskan untuk tetap melakukan pengurangan program QE sebesar US$10 miliar dan berdampak pada semakin ketatnya likuiditas USD di pasar valas. Likuiditas yang turun diikuti oleh nilai tukar USD yang menguat terhadap mata uang lainnya. Namun suku bunga USD masih tetap dipertahankan di 0,25% guna terus mendukung pertumbuhan perekonomian AS secara keseluruhan. Para pelaku pasar masih akan terus memantau perkembangan pasar tenaga kerja di AS guna memperkirakan langkah the Fed dalam melakukan pengurangan program QE tersebut. Disamping masalah pengurangan QE, pada bulan Februari ini fokus para pelaku pasar juga akan terbagi dengan isu debt ceiling AS yang akan menjadi pertimbangan. Volatilitas di bulan Februari juga akan tetap tinggi dikarenakan persepsi pasar yang terus berkembang seiring dengan perubahan kondisi perekonomian AS.
USD/IDR Perbaikan angka neraca perdagangan month on month Indonesia 3 bulan berturut turut berpotensi memberikan dampak positif pada penguatan IDR terhadap USD. Pasalnya perubahan kebijakan suku bunga telah menuai hasil dalam memperbaiki sektor ekspor impor Indonesia. Namun kenaikan inflasi di January 2014 membuat IDR berpotensi melemah. Suku bunga IDR berpotensi dinaikan sesuai dengan inflasi berjalan. Kenaikan suku bunga akan menekan pertumbuhan Indonesia dan cenderung berdampak pada pelemahan IDR.
lainnya. Sisi positif dari Zona Eropa adalah telah kembalinya kepercayaan para pelaku pasar pada perekonomian Eropa setelah diwarnai krisis panjang. Hal ini ditandai oleh bertumbuhnya sektor manufaktur di zona tersebut dan CDS yang turun. Diperkirakan EUR/USD akan bergerak dengan rentang 1,3320 – 1,3700 dengan kecenderungan turun di bulan Februari 2014.
Diperkirakan USD/IDR akan bergerak dengan rentang 12,150 – 12,320 dengan kecenderungan naik di bulan Februari 2014.
AUD/USD Tanggal 4 Februari yang lalu, RBA memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga di level 2,50% dengan pertimbangan kebijakan yang sedang berjalan sudah sesuai dengan kondisi perekonomian berjalan. AUD telah terdepresiasi sebanyak 17% semenjak pertengahan tahun lalu. Pelemahan tersebut berpotensi memberikan dampak pada meningkatnya pertumbuhan GDP Australia sebesar 0,5% – 1% dalam jangka waktu 1 – 2 tahun ke depan. Para pelaku pasar merespon positif pernyataan RBA tersebut dan AUD cenderung terapresiasi. Resiko pasar yang masih berpotensi memberikan dampak negatif untuk AUD adalah penguatan USD sebagai hasil dari pengurangan program QE. DIperkirakan AUD/USD akan bergerak dalam rentang 0,8600 – 0,9080 dengan kecenderungan turun pada bulan Februari 2014.
EUR/USD Permasalahan mengenai rendahnya inflasi di zona Eropa masih mewarnai kondisi perekonomian makro di zona tersebut. Rendahnya tingkat inflasi memberikan fleksibilias tambahan untuk ECB kembali melakukan pelonggaran kebijakan. Pelonggaran kebijakan dengan pemotongan suku bunga dapat berdampak pada pelemahan EUR terhadap mata uang
GBP/USD Data indeks konstruksi di Inggris dirilis melompat dari 62,1 ke 64,6 level tertinggi selama 6 tahun terakhir. Indeks konstruksi yang masih terus menunjukan sektor ini dalam tahap ekspansi tercermin dari harga perumahan yang terus naik di Inggris. Harga perumahan yang naik berpotensi membuat perekonomian Inggris overheating. Para pelaku pasar berspekulasi BOE akan segera menaikan suku bunga atau melakukan pengetatan kebijakan guna memproteksi pertumbuhan di Inggris. DIperkirakan GBP/USD akan bergerak dalam rentang 1,6160 – 1,6575 dengan kecenderungan naik pada bulan Februari 2014.
USD/JPY Isu mengenai defisitnya neraca perdagangan Jepang masih memberikan warna negatif pada pergerakan JPY terhadap mata uang lainnya. Diperkirakan BOJ akan terus memantau dan bertindak apabila diperlukan dalam menekan penguatan JPY guna memperbaiki sektor ekspor Jepang. Penguatan JPY terhadap USD dan mata uang lainnya disebabkan salah satunya oleh persepsi ketidakstabilan kondisi pasar di Negara berkembang yang berdampak pada aksi pengalihan dari asset berisiko ke safe haven oleh para pelaku pasar. Diperkirakan USD/JPY akan bergerak dengan rentang 100,00 – 103,50 dengan kecenderungan naik pada bulan Februari 2014.
Recommendation USD/IDR
EUR/USD
Expected buying level
12.150 - 12.175
1.3350 - 1.3400
Expected selling level
12.300 - 12.320
Long profit taking @ Short profit taking @
AUD/USD
USD/JPY
1.6180 - 1.6250
0.8600 - 0.8680
100.00 - 100.80
1.3670 - 1.3700
1.6525 - 1.6575
0.8980 - 0.9050
103.25 - 103.50
12.270 and above
1.3630 and above
1.6410 and above
0.8850 and above
102.50 and above
12.175 and below
1.3500 and below
1.6320 and below
0.8750 and below
102.30 and below
Long cut loss @
12.000 - 12.050
1.3230 - 1.3280
1.6020 - 1.6080
0.8500 - 0.8570
99.10 - 99.50
Short cut loss @
12.400 - 12.450
1.3780 - 1.3830
1.6625 - 1.6675
0.9120 - 0.9170
104.25 - 104.75
Entry Point Profit Taking Cut Loss *Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
GBP/USD
4 | Market Perspective | Februari 2014
comMinsight
M
eski secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi global diestimasi masih melambat di tahun 2014, selera risiko investor terhadap aset-aset berisiko dan berimbal hasil tinggi seperti pasar modal negara-negara berkembang mulai memperlihatkan tendensi positif di awal tahun 2014. Kinerja indeks saham negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) yang mencapai double digit di tahun 2013, menyisakan sebuah pertanyaan bagi investor, “Kapan waktu yang tepat untuk menjual pada saat valuasi tinggi seperti saat ini?” Investor tidak memiliki banyak pilihan saat ini, mengingat aset-aset yang dianggap sebagai safe haven seperti obligasi pemerintah AS dan komoditas emas juga mengalami kecenderungan untuk melemah akibat kebijakan QE Taper yang dilakukan oleh bank sentral AS (The Fed). Meskipun, indeks saham negara-negara berkembang sudah mulai kembali positif di awal tahun 2014, secara valuasi (menggunakan indikator rasio Price to Book), indeks saham negara-negara berkembang masih diperdagangkan 36% lebih rendah dibandingkan valuasi indeks saham negara maju (dalam hal ini indeks saham AS), serta masih berada pada level valuasi yang lebih rendah dibandingkan level rata-rata selama 3 tahun terakhir.
valuasi dari kedua indeks tersebut berada pada level yang sama. Namun perlu diingat, bahwa tingkat Return on Equity (ROE) dari IHSG relatif lebih tinggi dibandingkan indeks S&P 500 (AS) dan menjadikan IHSG sebagai alternatif investasi yang relatif lebih menarik dibandingkan S&P 500 secara risk maupun potensi return.
EM Equities trade at a significant discount to US stocks 2.50
Price-to-book ratio
2.25 2.00 1.75 1.50 1.25 1.00 2010
2011
MSCI EM
2012
2013
MSCI USA
Despite the recant EM stock rebound, EM equities were trading at a 36% discount to US stock, and below their three year average valuation, as of October 10, 2013, as measured by price-to-book ratios.
Hal positif lain yang diestimasi dapat mendorong kembalinya keyakinan investor pada pasar modal domestik adalah semakin membaiknya indikator ekonomi makro Indonesia. Tidak hanya figur inflasi Januari 2014 yang lebih rendah dari ekspektasi, namun surplus pada neraca perdagangan domestik di bulan Desember 2013 tercatat lebih tinggi dari estimasi. Meskipun masih banyak investor yang bersikap skeptis dan meragukan keberlanjutan dari trend positif ini, kedua data ini secara nyata akan menurunkan tekanan bagi Bank Indonesia untuk memperketat kebijakan moneternya pada kondisi pasar yang sangat fluktuatif saat ini.
Sumber : Bloomberg as of 10/10/13
Hal ini tentunya menguntungkan bagi negara-negara berkembang, terutama bagi negara-negara yang secara makro ekonomi mulai menunjukkan tendensi pemulihan, seperti Indonesia. Selain permasalahan valuasi sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, investor tentunya harus mencermati bahwa kinerja indeks saham negara-negara maju yang cemerlang di tahun 2013, tidak didukung oleh faktor fundamental seperti pertumbuhan pendapatan emiten. Hal ini tentunya menempatkan indeks saham negara maju pada posisi yang rentan, mengingat investasi pada pasar saham dalam jangka waktu panjang akan sangat dipengaruhi oleh faktor fundamental. Pada grafik di bawah, dapat dilihat bahwa kinerja indeks saham negaranegara maju terutama AS, Eropa, dan UK di tahun 2013 lebih dominan didorong oleh faktor likuiditas (diindikasikan melalui ekspansi rasio P/E – multiple expansion).
THE GREAT RERATING 2013 Equity Returns by Source
Surplus neraca perdagangan domestik sebesar US$1,5 miliar di bulan Desember 2013 merupakan kejutan yang positif bagi investor, dimana angka ini mencapai dua kali lipat dari estimasi analis sebelumnya. Kontribusi dari pertumbuhan ekspor sebesar 10,3% menjadi faktor utama di balik surplus tersebut. Surplus neraca perdagangan domestik senilai US$1,5 miliar merupakan surplus keempat dalam 5 bulan terakhir, dan merupakan surplus terbesar semenjak bulan November 2011. Nilai surplus ini meningkat sebesar US$1,7 miliar dibandingkan bulan Desember 2013. Meningkatnya ekspor non migas menjadi kontributor utama surplus ini, di mana nilai ekspor non migas tercatat mencapai US$5,1 miliar di Q4 2013 dibandingkan US$0,6 miliar pada periode Q4 2012. Tantangan bagi neraca perdagangan domestik selanjutnya adalah diberlakukannya kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah oleh pemerintah pada bulan Januari 2014, yang berpotensi memperlambat laju pertumbuhan ekspor di bulan Januari. Bagi pemerintah dan investor, positifnya neraca perdagangan sepanjang Q4 2013 tentunya akan berdampak positif bagi defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit) untuk periode yang sama, yang akan dilaporkan pada tanggal 14 Februari 2014 nanti. Membaiknya defisit transaksi berjalan akan mengembalikan kepercayaan investor terhadap pasar modal domestik dan membatasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap
40% 30
Total Return
20 10 0 -10
Japan Earnings Growth
US
Europe ex-UK Multiple Expansion
UK
Emerging Markets Dividends
Sumber : Thomson Reuters, MSCI and BlackRock Investment Institute, November 19, 2013 Notes: All returns are in local currency terms. Multiple expansion is represented by the change in the price-to-esrnings ratio. Earnings growth is based on aggregate 12-month forward earnings forecast
Menggunakan mekanisme perhitungan dan indikator yang sama, apabila investor membandingkan secara langsung valuasi indeks saham domestik dan indeks saham Amerika Serikat saat ini, dapat dilihat bahwa
Surplus neraca perdagangan domestik merupakan surplus keempat dalam 5 bulan terakhir, dan merupakan surplus terbesar semenjak bulan November 2011, meningkat dibandingkan bulan Desember 2013. Meningkatnya ekspor non migas menjadi kontributor utama surplus ini. Tantangan bagi neraca perdagangan domestik adalah diberlakukannya kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah oleh pemerintah yang berpotensi memperlambat laju pertumbuhan ekspor di bulan Januari.
5 | Market Perspective | Februari 2014
USD. Implikasi bagi kebijakan moneter pemerintah tentunya relatif positif, mengingat tekanan bagi pemerintah untuk kembali menaikkan suku bunga acuan akan berkurang dengan rendahnya tingkat inflasi dan surplusnya neraca perdagangan domestik. Meskipun, sekali lagi, investor masih perlu memperhatikan 2 hal penting yakni implikasi dari diberlakukannya pelarangan ekspor mineral mentah (dampaknya bagi neraca perdagangan domestik) serta pengaruh komposisi dan pembobotan figur inflasi yang baru. Namun dengan terus berlanjutnya trend menurun pada tingkat inflasi domestik, sebagaimana yang telah kami sebutkan sebelumnya, tingkat inflasi kemungkinan akan mencapai di bawah level 6% pada semester kedua tahun 2014 dan hal ini akan memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk mulai kembali menurunkan suku bunga acuan sebagai langkah untuk kembali memacu pertumbuhan ekonomi domestik. Tentunya asumsi ini hanya berlaku apabila pemerintah tidak menaikkan kembali harga BBM bersubsidi di tahun 2014. Berkaitan dengan situasi politik, memasuki periode Pemilihan Umum 2014, hal ini menjadi salah satu alasan utama investor untuk melakukan aksi wait and see untuk berinvestasi pada pasar modal domestik, investor dapat melihat bahwa secara historis ekonomi Indonesia justru mengalami ekspansi yang lebih agresif pada tahun-tahun Pemilu. Sebagaimana telah dibahas pada edisi CommInsight sebelumnya, tingkat konsumsi domestik umumnya mengalami pertumbuhan signifikan di tahun-tahun pemilu. Dan tidak hanya tingkat konsumsi domestik, tetapi tingkat investasi investor asing ke sektor riil juga mengalami pertumbuhan yang signifikan di tahuntahun pemilu (lihat grafik di bawah). Kedua hal ini (tingkat konsumsi domestik dan tingkat investasi) tentunya akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Dan dengan semakin membaiknya figur neraca perdagangan domestik sebagaimana yang telah ditunjukkan dalam 5 bulan terakhir, tentunya investor dapat bersikap optimis menatap potensi kinerja pasar modal domestik di tahun 2014. Secara historis, sejalan dengan faktor makro ekonomi di atas, kinerja pasar saham domestik umumnya juga bertumbuh positif pada tahun-tahun pemilu.
Foreign Direct Investment
Equity Performance: 2004 Election T-3 Month
Election Apr 2004-Sep 2004
T+3 Month
T+6 Month
JCI
22.5%
29.9%
Financial
28.6%
29.9%
2.8%
Trade & Services
13.9%
23.3%
1.7%
Basic Industry
41.0%
47.9%
4.8%
Infrastructure
23.5%
14.1%
0.5%
Property
15.7%
41.5%
4.7% 17.9%
10.1%
Agriculture
21.5%
47.1%
1.4%
Mining
17.7%
31.8%
1.4%
Miscellaneous
29.4%
43.3%
8.4%
34.9%
-1.5%
Consumer
Equity Performance: 2009 Election T-3 Month
Election Apr 2009-Sep 2009
T+3 Month
T+6 Month
9.0%
JCI
2.5%
11.6%
4.8%
Financial
7.0%
12.6%
11.7%
4.6%
21.2%
3.6%
Trade & Services Basic Industry
10.9%
23.7%
7.5%
Infrastructure
-4.8%
2.0%
-0.9%
Property
-5.4%
-5.6%
18.5%
Agriculture
4.0%
12.8%
17.2%
Mining
0.7%
8.1%
31.1%
Miscellaneous
14.7%
23.4%
-4.3%
Consumer
-5.6%
15.6%
Sumber: Schroder; Bloomberg, BPAM Research
USD (Mn)
Are you still waiting io invest after general election?
16,000 14,000
182%
12,000 10,000 8,000 6,000 4,000
FOKUS :
2,000
2009
2010
USD (Mn) 9,000 8,000
TEMA INVESTASI DAN SOLUSI YANG DAPAT DIPERTIMBANGKAN DI TAHUN 2014
7,000 6,000 5,000
240%
AKUMULASI INVESTASI PADA OBLIGASI PEMERINTAH BERDENOMINASI IDR YANG SAAT INI MEMILIKI IMBAL HASIL TINGGI, NAMUN MEWASPADAI INVESTASI PADA OBLIGASI PEMERINTAH BERDENOMINASI USD (PERHATIKAN DURASI OBLIGASI)
4,000 3,000 2,000 1,000 0
2004
2005
Memasuki periode Pemilihan Umum 2014, menjadi salah satu alasan utama investor untuk melakukan aksi wait and see untuk berinvestasi pada pasar modal domestik, investor dapat melihat bahwa secara historis ekonomi Indonesia justru mengalami ekspansi yang lebih agresif pada tahun-tahun Pemilu.
Obligasi pemerintah berdenominasi IDR telah dijabarkan di atas, namun untuk obligasi pemerintah berdenominasi USD yang berpotensi terkena dampak langsung dari program QE Taper, investor lebih disarankan untuk memilih obligasi dengan tenor rendah maupun reksa dana pendapatan tetap USD yang memiliki dampak minimal terhadap fluktuasi pasar.
6 | Market Perspective | Februari 2014
HASILKAN PENDAPATAN REGULAR JANGKA PENDEK SEMAKSIMAL MUNGKIN DALAM SITUASI SUKU BUNGA TINGGI, NAMUN TETAP BERPIKIR UNTUK MENCARI POTENSI IMBAL HASIL LEBIH TINGGI DALAM JANGKA PANJANG Di saat suku bunga deposito berada di level tinggi seperti saat ini, merupakan hal yang wajar untuk melakukan diversifikasi pada aset kas untuk mengincar potensi imbal hasil tinggi dalam jangka pendek. Namun hal ini tetap harus diseimbangkan dengan mewaspadai faktor inflasi dan depresiasi nilai tukar yang dapat menggerus portofolio Anda dengan cara mencari potensi imbal hasil lebih tinggi dalam jangka panjang yang ditawarkan oleh instrument pasar modal.
MANFAATKAN INVESTASI PADA REKSA DANA SAHAM DI SAAT VALUASI PASAR RENDAH UNTUK MEMPEROLEH IMBAL HASIL OPTIMAL, NAMUN WASPADAI FLUKTUASI TINGGI DENGAN STRATEGI PORTOFOLIO YANG SEIMBANG Valuasi rendah di pasar saham saat ini jelas merupakan hal yang menarik bagi investor. Namun pilihan yang terlalu berfokus pada sektor maupun saham tertentu secara spesifik sebaiknya dihindari dalam kondisi yang rentan fluktuasi di semester pertama tahun 2014. Memilih reksa dana saham dengan strategi diversifikasi yang menyeluruh dan melakukan strategi bottom up akan lebih memberikan hasil yang optimal dan menjaga fluktuasi portofolio investor.
Kami mengestimasi repatriasi aliran dana investasi ke negara-negara maju, terutama Amerika Serikat, akan relatif melambat, mengingat valuasi dari indeks saham AS yang telah relatif tinggi dan tidak seimbang dengan pertumbuhan pendapatan emitennya sehingga menjadikan likuiditas investor global secara selektif akan mulai kembali pada negara-negara berkembang.
Membaiknya indikator ekonomi makro domestik, terutama defisit transaksi berjalan yang menjadi sorotan utama investor global telah mengembalikan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia. Salah satu faktor yang masih menjadi hambatan adalah sikap wait and see investor menantikan hasil dari Pemilu 2014. Namun fakta historis menunjukkan bahwa pada periode pemilu, dua indikator terpenting bagi pertumbuhan ekonomi domestik yakni konsumsi domestik dan investasi justru cenderung bertumbuh agresif. Hal ini mendorong kami untuk meningkatkan alokasi pada instrumen reksa dana saham pada rekomendasi portofolio kami. Kami juga mengestimasi bahwa repatriasi aliran dana investasi ke negara-negara maju, terutama Amerika Serikat (AS), akan relatif melambat, mengingat valuasi dari indeks saham AS yang telah relatif tinggi dan tidak seimbang dengan pertumbuhan pendapatan emitennya. Hal ini menjadikan likuiditas investor global secara selektif akan mulai kembali pada negara-negara berkembang, tempat di mana pertumbuhan ekonomi masih relatif agresif dan rasio hutang yang relatif rendah, khususnya Indonesia. Alternatif investasi pada reksa dana syariah, dapat dipilih oleh investor yang meyakini bahwa suku bunga acuan masih akan bertahan di level saat ini hingga akhir tahun 2014, yang mendorong penurunan pada Net Interest Margin sektor perbankan serta perlambatan penyaluran pinjaman ke sektor riil terutama properti dan otomotif.
Portfolio IDR February 2014* Konsep Portofolio
Pilihan Reksa Dana
Alokasi pada portofolio
Core Portfolio
BNP Paribas Pesona Syariah 40% First State Indoequity Dividend Yield Schroder Dana Istimewa Shroder 90 Equity Plus
Growth Portfolio
BNP Paribas Infrastruktur Plus Batavia Dana Saham Optimal-New Product
20%
Fixed Income Medium to Long duration
First State Indonesia Bond Fund FR68 / FR65 / FR58
25%
Fixed Income Short duration
Danareksa Melati Platinum Rupiah Schroder Dana Andalan 2 FR66 / 63
15%
Portfolio USD February 2014* Konsep Portofolio
Pilihan Reksa Dana
Core Portfolio
Panin SRC Moderate Fund Manulife Greater Indonesia Fund
60%
Fixed Income Long duration
Indon 35/42/43
10%
Fixed Income Medium duration
Indon 21/22/23 New
30%
*Subject to disclaimer
Alokasi pada portofolio
7 | Market Perspective | Februari 2014
DISCLAIMER Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 5000 30 atau email kami di
[email protected].
www.commbank.co.id CommBankID
CommBank_ID