TINJAUAN PUSTAKA
Survei Tanah Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal penggunaan dan pengelolaan suatu lahan, maka hal pokok yang perlu diperhatikan adalah tersedianya informasi faktor fisik lingkungan yang meliputi potensi lahan. Keteranagan ini dapat diperoleh melalui kegiatan survei diikuti dengan pengevaluasian lahan (Sitorus, 1985). Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik, dan biologi di lapangan maupun di laboratorium, dengam tujuan penggunaan lahan umum maupun khusus. Suatu survei tanah baru memiliki kegunaan yang tinggi jika diteliti dalam meletakkannya. Relevansi sifat – sifat yang ditetapkan dengan penggunaannya atau tujuan penggunaannya harus tinggi. Untuk mencapai kegunaan tersebut perlu menetapkan pola penyebaran tanah yang dibagi – bagi berdasarkan kesamaan sifat – sifatnya, sehingga terbentuk soil mapping unit atau SPT. Dengan adanya pola penyebaran tanah ini, maka dimungkinkan untuk menduga sifat – sifat tanah yang dihubungkan dengan potensi penggunaan lahan dan responnya terhadap perubahan pengelolaannya (Abdullah, 1996). Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis, dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah yang sama atau hampir sama sifatnya kedalam satuan peta tanah tertentu. Sifat dari masing-masing satuan peta secara singkat dicantumkan dalam legenda, sedang uraian lebih detail dicantumkan dalam laporan survei yang selalu menyertai peta tanah tersebut (Hardjowigeno, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Jenis survei sumberdaya lahan dapat dibedakan pada beberapa tingkatan, yaitu: (1) tingkat eksplorasi, (2) tingkat tinjau, (3) semi detail, dan (4) detail. Semua jenis survei ini sering digunakan , walaupaun mempunayi perbedaan yang besar dalam hal ketentuan skala dan intensitas pengamatan (Subardja. 2000). Tanah harus ditentukan sifat-sifatnya di lapangan dalam keadaan yang sewajarnya dengan melihat ciri-ciri morfologi yang merupakan hasil genesa tanah yang dipengaruhi oleh : iklim, vegetasi, topografi, bahan induk dan wakti. Jadi jenis tanah sebagai bagian dari permukaan bumi harus diketahui tempat data penyebarannya (Buckman and Brady, 1982). Naskah hasil survei tanah, selain memuat data tentang tanah dan evaluasinya, juga memuat data tentang keadaan lahan, sepeti: topografi, geologi, iklim, dan sebagainya yang berpengaruh terhadap pengelolaan tanahnya. Disusun pula rekomendasi-rekomendasi mengenai pengelolaan tanah yang efektif dan efisien untuk meningkatkan produksi, berdasarkan sifat tanah, lahan, dan kebutuhan tanaman (Darmawijaya, 1990). Berdasarkan macam kegiatan dalam pelaksanaan survey maka dapat dikelompokkan atas: menyusun, menentukan dan menetapkan rencana survei dan sifat yang perlu dipetakan, intensitas survei serta bentuk survei yang akan digunakan; mempersiapakan peta dan legenda, mengumpulkan data tanah, menggambar batas pada peta untuk memperlihatkan penyebarannya, menjelaskan dengan kata dan simbol; menjelaskan pengambilan contoh dan cara analisisnya; evaluasi hasil yaitu dengan menilai atau menduga potensi atau keterbatasan penggunaan tanah yang disurvei dan penyajian hasil survei yaitu berupa laporan yang berbentuk tulisan, peta serta tabel yang mendukung (Sutanto, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Rossiter (2000) mengemukakan bahwa disiplin survei sumber daya lahan kini memasuki era baru karena munculnya teknologi dan metode baru sebagai berikut : 1. Satelit penginderaan jauh (Yang dalam waktu dekat hampir sama detailnya dengan foto udara) yang sangat bermanfaat untuk persiapan peta dasar dan klasifikasi tutupan lahan. 2. GPS (Global Positioning System) yang sangat bermanfaat untuk menentukan lokasi secara akurat, mampu menemukan teknologi pemetaan bawah permukaan, seta berkembangnya model elevasi digital (DEM) untuk memprediksi karakteristik medan. 3. Geostatistik dan teknik interpolasi lainnya. 4. Sistem infomasi geografis (SIG) untuk penyimpanan, transformasi, analisis dan pencetakan peta. Dengan teknologi ini, umumnya tutupan tanah (maupun sumber daya lahan lainnya) dipersepsikan sebagai bidang spasial (yaitu dengan menentukan nilai pada masing – masing titik sehingga secara kontiniu terjadi keragaman dalam ruang) yang berbeda dengan satuan peta yang digunakan dalam survei tradisional. (Rayes. 2007) Bahan organik
Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh perbedaan
Universitas Sumatera Utara
kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah semakin gelap (Hardjowigeno, 2003). Jika tanah memiliki sistem drainase yang jelek, maka biasanya disana terjadi akumulasi bahan organik pada lapisan atas tanah jadi akan memberikan warna yang gelap. Pada lapisan tanah yang lebih rendah yang sedikit mengandung bahan organik akan memberikan warna yang agak kelabu ringan, menunjukkan pula keadaan drainase tanah yang jelek. Jika pada lapisan terjadi fluktuasi (air turun-naik) maka pada lapisan ini akan terlihat karatan atau bercak-bercak yang berwarna kuning (Hakim, dkk, 1986). Tekstur tanah berhubungan erat dengan plastisitas, permeabilitas, kekerasan, kemudahan, kesuburan dan produktifitas tanah pada daerah-daerah geografis tertentu. Tanah dengan 25% liat misalnya, maka liat montmorilonit akan lebih plastis dibandingkan dengan tanah yang mengandung 70 %liat yang terdiri dari oksidasi-oksidasi berair dari besi dan aluminium (Foth, 1998). Tanah dengan struktur baik (granuler, remah) mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia danj mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk. Disamping itu struktur tanah tidak mudah rusak (mantap) sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan (Hardjowigeno, 2003). Bahan organik umumnya ditemukan banyak pada tanah lapisan atas. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5 % tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan
Universitas Sumatera Utara
akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman menurut Hardjowigeno (2003) adalah : ─
Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah.
─
Sebagai unsur hara N, P, S unsur mikro lainnya.
─
Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas tukar kation menjadi lebih tinggi).
─
Sumber energi bagi mikroorganisme.
─
Menambah kemampuan tanah untuk menahan air Bahan organik di dalam tanah jumlahnya tidak sama antara jenis tanah
yang satu dengan tanah yang lain, seperti Histosol yang mengandung bahan organik > 65%. Perbedaan kandungan bahan organik ini tergantung pada jenis tanah dan cara pengelolaan tanah tersebut. Menurut PPTA Bogor, ada beberapa kriteria dari bahan organik sebagaimana disajikan pada Tabel 3.
Salah satu ciri dari degradasi tanah adalah berkurang atau hilangnya tanah lapisan atas (top soil), dan menurunnya kadar C-Organik dan unsur-unsur hara tanah . Faktor yang dapat menyebabkan hilangnya tanah lapisan atas yang banyak mengandung
bahan organik dan unsur-unsur hara adalah erosi hujan
(Sutedjo dan Kartasapoetra.1991). Bahan organik berupa daun, ranting dan sebagainya yang belum hancur yang menutupi permukaan tanah, merupakan pelindung tanah terhadap kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh. Bahan organik tersebut juga menghambat
Universitas Sumatera Utara
aliran air di atas permukaan tanah sehingga mengalir dengan lambat. Bahan organik yang telah mulai mengalami pelapukan mempunyai kemampuan menyerap dan menahan air yang tinggi. Bahan organik dapat menyerap air sebesar dua sampai tiga kali beratnya, akan tetapi kemampuan ini hanya merupakan faktor kecil dalam pengaruhnya tehadap aliran permukaan. Pengaruh bahan organik dalam mengurangi aliran permukaan terutama berupa pelambatan aliran permukaan, peningkatan infiltrasi dan pemantapan agregat tanah (Arsyad, 2000). Menurut Karama et al. (1990) dalam Suhartatik dan Sismiyati, (2000) mengemukakan bahwa bahan organik memiliki fungsi-fungsi penting dalam tanah yaitu; fungsi fisika yang dapat memperbaiki sifat fisika tanah seperti memperbaiki agregasi dan permeabilitas tanah; fungsi kimia dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, meningkatkan daya sangga tanah dan meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi penyerapan P; dan fungsi biologi sebagai sumber energi utama bagi aktivitas jasad renik tanah. Mengingat begitu penting peranan bahan organik, maka penggunaannya pada lahan-lahan yang kesuburannya mulai menurun menjadi amat penting untuk menjaga kelestarian sumberdaya lahan tersebut.
Universitas Sumatera Utara