TINJAUAN PUSTAKA
Survei dan Pemetaan Tanah
Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang sama (Hardjowigeno, 2003), dan menurut Sutanto (2005) laporan survey yang berisi keadaan fisik dan lingkungan lokasi survey, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan, serta saran/rekomendasi. Menurut Rayes (2007) dalam survey tanah dikenal 3 macam metode survey, yaitu metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), sistem fisiografi dengan bantuan interprestasi foto udara (menggunakan prinsip pendekatan analitik), dan grid bebas yang merupakan penerapan gabungan dari kedua pendekatan. Adapun tujuan survei tanah itu sendiri adalah untuk memberikan atau menyediakan informasi bagi pengguna tanah, bentuk wilayah, dan keadaan lain yang perlu diperhatikan, maka dengan mengetahui karakter dari suatu (sifatnya) bisa dioptimalisasi fungsi dan penggunaanya (Hakim, dkk, 1986). Kegiatan survei tanah adalah suatu proses penelitian dan pemetaan permukaan bumi dimana istilah unitnya disebut tipe tanah. Proses sebenarnya pemetaan atau survai terdiri dari berjalan di atas lahan dengan interval yang sama dan mencatat perbedaan–perbedaan tanah dan gambaran yang berhubungan
Universitas Sumatera Utara
dengan permukaan seperti tingkat kemiringan lereng, erosi yang terjadi, penggunaan lahan, penutup vegetatif serta gambaran alami (Foth, 1998). Survey tanah merupakan pelajaran pengumpulan data kimia, fisik, dan biologi di lapangan maupun di laboratorium, dengan tujuan pendugaan penggunaan lahan umum maupun khusus. Suatu survey tanah baru memiliki kegunaan yang tinggi jika diteliti dalam memetakannya. Survey tanah menetapkan jenis tanah, sifat-sifatnya, penyebarannya, luasnya, genesis dan tingkah laku tanahnya (Abdullah, 1993). Menurut Soil Taxonomy USDA, 2006 ( dalam Reliaman, 2009) jenis tanahnya adalah Ultisol, merupakan tanah mineral memiliki kandungan liat, dan reaksi agak masam sampai rendah. hal ini juga di dukung, oleh Soil Taxonomy USDA (2010) menyatakan bahwa kenaikan kandungan liat dengan bertambahnya kedalaman di bawah batas atas horizon argillik atau 180 cm dari permukaan tanah serta kandungan basa – basa yang rendah yang diukur dengan kejenuhan basa < 35 % dan tanah Entisol mineral yang memiliki struktur granular, memiliki susunan horizon yang sedikit, masih sedikit mengalami pelapukan atau berasal dari tanah sisa hasil erosi, kegiatan vulkanik menjadikan topografi berbukit-bukit dan sering terjadi peremajaan tanah membentuk jenis tanah muda.
Universitas Sumatera Utara
Unsur Hara Kalium (K)
Unsur kalium (K) merupakan unsur hara yang mudah mengadakan persenyawaan dengan atau zat lain, misalnya Ca dan Mg. Unsur K merupakan unsur penting, menyebabkan tandan bernas (kokoh), maka K mutlak penting, misalnya dengan pupuk NPK maka K yang paling banyak. Sifat K yaitu mudah larut dan terbawa hanyut dan mudah pula difiksasi dalam tanah. Sumber K adalah beberapa jenis mineral, sisa tanaman, dan jasad renik, air irigasi, larutan tanah, abu tanaman dan pupuk anorganik. (Sutedjo, 1991) Kadar K-tukar tanah biasanya sekitar 0,5 – 0,6% dari total K tanah. Klarutan tanah ditambah K-tukar merupakan K yang tersedia dalam tanah. Ketersediaan K terkait dengan reaksi tanah dan status kejenuhan basa (KB). Pada pH dan kejenuhan basa yang rendah berarti ketersediaan K juga rendah. Nilai kritis K adalah 0,10 me/100 gr tanah (setara 3,9 mg/100 gr) atau sekitar 2-3% jumlah basa tertukar (Hanafiah, 2005). Kalium tersedia dalam tanah tidak selalu tetap dalam keadaan tersedia, tetapi masih berubah menjadi bentuk yang lambat untuk diserap oleh tanaman (slowly available). Hal ini di sebabkan oleh K- tersedia mengadakan keseimbangan dengan K bentuk – bentuk lain, dalam kesuburan tanah imbangan K dan unsur lain penting untuk diperhatikan, karena sifat fisiologis tanaman sering memerlukan K yang berimbang dengan unsur lain (Rosmarkam, 2002). Ketersediaan kalium di dalam tanah dapat berkurang karena 3 hal yaitu pengambilan K oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi. Biasanya
Universitas Sumatera Utara
tanaman menyerap K lebih banyak diserap dari unsur lain kecuali nitrogen. Kalium dalam jaringan tanaman tetap berbentuk ion K+ dan tidak ditemukan dalam senyawa organik. Kalium bersifat mobil (mudah bergerak) sehingga siap dipindahkan dari satu organ ke organ lain yang membutuhkan (Novizan, 2002). Kadar kalium tanah jauh lebih banyak daripada fosfor. Problem yang dijumpai pada kalium ini adalah penyediaannya. Sebagian besar dari kalium tanah adalah berada dalam mineral. Bentuk tersebut kurang tahan terhadap pengaruh air, terutama air yang mengandung CO 2 . Kalium dalam tanah yang berasal dari mineral dapat dibebaskan oleh pengaruh asam karbonat. Kalium yang dibebaskan melalui reaksi tersebut diabsorbsi tanaman, hilang bersama air drainase atau diabsorbsi oleh koloid liat. (Hakim, dkk 1986).
Kemasaman (pH)
Nilai pH tanah sesungguhnya dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang kompleks sekali. Namun, yang menonjol antara lain : kejenuhan basa, sifat misel (koloid) dan macam kation yang terjerap (Hakim, dkk, 1986). Biasanya tanah – tanah masam umum dijumpai di daerah iklim basah, dalam tanah – tanah tersebut konsentrasi ion H+ dan konsentrasi ion OH-, tanah – tanah ini dapat mengandung Al, Fe, dan Mn terlarut dalam jumlah besar, tanah – tanah alkalin kebanyakan terdapat di daerah – daerah beriklim agak kering hingga kering (Tan, 1998). Kemasaman tanah atau pH (potensial of hidrogen) adalah nilai (pada skala 0-14) yang menggambarkan jumlah relatif ion H+ terhadap ion OH- didalam
Universitas Sumatera Utara
larutan tanah (Novizan, 2007). Reaksi tanah atau pH di lapangan itu dibagi dalam tiga keadaan, yaitu reaksi tanah masam, reaksi tanah netral, dan reaksi tanah basa atau alkalis (Sarief, 1986). Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Didalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lainnya ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan dengan banyaknya ion H+. pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi dari pada OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih banyak daripada ion H+ (Hardjowigeno, 2003). Kisaran pH tanah dapat dibatasi pada dua ekstrim. Kisaran pH tanah mineral biasanya terdapat antara pH 3,5 – 10 atau lebih. Kemasaman tanah yang sangat rendah dapat ditingkatkan dengan menebarkan kapur pertanian, sedangkan pH yang terlalu Sebelum
tinggi
pengapuran,
dapat pH
diturunkan tanah
harus
dengan penambahan sulfur. diketahui
terlebih dahulu
(Novizan, 2002). Ada dua faktor utama yang menyebabkan perubahan dalam pH tanah : (1) yang menghasilkan peningkatan hidrogen yang diadsorbsi dan selanjutnya Aluminium dan (2) yang meningkatkan kandungan basa yang di adsorbsi, seperti faktor pembentukan asam an-organik seperti H2S0 4 dan HNO 3 , merupakan asam yang dapat memberikan banyak ion hidrogen dalam tanah. Kenyataanya asam ini bersama dengan asam organik kuat lainya merupakan penyebab terbentuknya keadaan keasaman tanah sedang hingga sangat masam. selain itu, kegiatan mikroba pada bahan pupuk serta pelindiaan juga sangat mempengaruhi keasaman tanah disamping itu pH tanah mineral juga dapat menurun selama musim panas,
Universitas Sumatera Utara
terutama jika dikerjakan karena asam yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Buckman and Brady, 1982). Reaksi tanah atau pH tanah di lapangan itu dibagi ke dalam tiga keadaan, yaitu reaksi tanah masam, reaksi tanah netral dan reaksi tanah basa atau alkali. reaksi tanah ini secara umum dinyatakan dengan pH tanah, yaitu dari 0 – 14, sedangkan untuk pertanian pH berkisar antara 4 – 9. pengetahuan mengenai reaksi tanah (pH) ini penting sekali karena banyak dipertimbangkan dalam pemupukan, pengapuran, dan perbaikan keadaan kimia dan fisik tanah Adapun pH tanah adalah logaritma negatife dari konsentraion – ion H bebas dalam larutan tanah atau –Log 10 [H+] (Sarief, 1986). Tabel 2 : 1. Pembagian Agroklimat Menjadi Zone dan Subzone Berdasarkan Bulan Basah dan Bulan Kering. Zone Agroklimat
Sub Zone
Jumlah Bulan
Jumlah Bulan
Agroklimat
Basah
Basah
A
10 - 12 A1
10 - 12
1
A2
10 - 12
2
B
7–9 B1
7-9
2
B2
7–9
2–3
B3
7-9
4-5
C
5–6 C1
5-6
2
C2
5–6
2–3
C3
5-6
4-6
D
3-4 D1
3-4
2
D2
3-4
2–3
D3
3-4
4-6
Universitas Sumatera Utara
D4 E
3-4
6
3 E1
3
2
E2
3
2–3
E3
3
4-6
E4
3
6
Dalam buku Guslim (2007), Mohr menyatakan bahwa membagi iklim sebagai berikut: Bulan Kering bila curah hujan < 60 mm/bulan, Bulan Lembab bila curah hujan 60-100 mm/tahun dan Bulan Basah bila curah hujan > 100 mm/tahun. Atas dasar pembagian ini, Oldeman membagi iklim berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering.
Universitas Sumatera Utara