TINJAUAN PUSTAKA Tanah Inceptisol Tanah Inceptisol (inceptum = mulai berkembang) berdasarkan Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2003) menunjukkan bahwa tanah ini mempunyai horizon penciri berupa horizon cambic yang merupakan horizon alterasi yang ketebalannya 15 cm atau lebih, mempunyai tekstur pasir sangat halus, pasir sangat halus berlempung, atau yang lebih halus, dan menunjukkan gejala-gejala bukti adanya alterasi dalam bentuk mempunyai struktur tanah atau tidak memiliki struktur batuan pada lebih dari setengah volume tanah dan mempunyai kandungan lempung lebih tinggi dari horizon yang berada di bawahnya. Tanah inseptisol merupakan tanah mineral yg mulai menunjukkan perkembangan horizon pedogenik (selain epipedon okrik dan albik pada Entisol). Tanah inseptisol berupa tanah yang belum matang, seperti tanah dari bahan induk abu volkan, tanah di wilayah curam sangat curam, tanah di permukaan geomorfik muda (lereng volkan, endapan sungai). Penyebaran di Indonesia: paling luas karena terbentuk dari semua bahan induk tanah (kecuali bahan organik) dan pada banyak posisi geomorfik yang berbeda, mulai dari dataran pantai sampai wilayah perbukitan dan pegunungan. Jenis tanah inseptisol menempati lahan terluas di Sumatera Utara dengan luas lahan 3.162.000 Ha dari total luas jenis tanah sebesr 7.180.000 Ha. Reaksi tanah masam sampai agak masam (pH 4,6 – 5,5) serta kandungan liat yang cukup tinggi dan kandungan ion Kalium relatif rendah berkisar 0,1 – 02 me/100 gr tanah serta kompleks adsorbsi didominasi oleh Ca dan Mg. Tanah inseptisol juga didominasi oleh kandungan liat yang relatif tinggi sehingga fiksasi K sangat kuat yang mengakibatkan konsentrasi K pada larutan tanah berkurang. Hal ini menyebabkan unsur K pada tanah Inceptisol relatif rendah (Puslitanak, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, sesuai ditanam di wilayah bersuhu tinggi, dan pematangan tongkol ditentukan oleh akumulasi panas yang diperoleh tanaman. Luas pertanaman jagung di seluruh dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di 70 negara, termasuk 53 negara berkembang. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis hingga 50° LU dan 50° LS, dari dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996). Pusat produksi jagung di dunia tersebar di negara tropis dan subtropis. Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air. Pada dataran rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi di atas 1000 m dpl berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan tinggi tempat 50 m dari permukaan laut, umur panen jagung akan mundur satu hari (Hyene, 1987). Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan bermacam pola tanam. Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem, pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung rata-rata 26-300C dan pH tanah 5,7-6,8 (Subandi et al., 1988). Produksi jagung berbeda antar daerah, terutama disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, ketersediaan air, dan varietas yang ditanam. Variasi lingkungan tumbuh akan mengakibatkan adanya interaksi genotipe dengan lingkungan (Allard
Universitas Sumatera Utara
and Brashaw, 1964), yang berarti agroekologi spesifik memerlukan varietas yang spesifik untuk dapat memperoleh produktivitas optimal.
Pengelolaan Hara Kalium Kalium memiliki fungsi penting dalam osmoregulasi, aktivasi enzim, regulasi dari pH sel, keseimbangan kation - anion sel, pengaturan transpirasi oleh stomata, dan transportasi dari assimilate (produk dari fotosintesis). Kalium meningkatkan kekuatan untuk dinding sel tanaman dan terlibat dalam jaringan lignification dari sclerenchyma. Secara keseluruhan
Kalium meningkatkan luas daun
dan
meningkatkan kandungan zat hijau daun, penundaan daun menjadi tua, karena itu kontribusinya besar terhadap fotosintesis dan pertumbuhan tanaman. Tidak seperti N dan P, Kalium tidak memiliki efek pada pematahan cabang (Dobermann and Fairhurst, 2000) Kekurangan Kalium menyebabkan tidak terakumulasinya molekul gula yang tingkat kestabilannya rendah, asam amino, dan enzim aminase yang cocok untuk sumber makanan untuk mencegah penyakit daun. Kalium meningkatkan toleran tanaman
dari kondisi iklim, lingkungan yang merugikan, hama serangga, dan
penyakit. Kalium sangat mobil di dalam tanaman dan berpindah kembali ke daun muda dari daun tua/lama. Seringkali, respon hasil
untuk pupuk Kalium hanya
diamati bila pasokan sumber hara lain, terutama N dan P, sudah cukup (Dobermann and Fairhurst, 2000) Kalium merupakan agen katalis yang berperan dalam proses metabolisme tanaman, seperti: (1) meningkatkan aktivasi enzim, (2) mengurangi kehilangan air transpirasi melalui pengaturan stomata, (3) meningkatkan produksi adenosine triphosphate (ATP), (4) membantu translokasi asimilat, dan (5) meningkatkan serapan N dan sintesis protein (Havlin et al., 1999).
Universitas Sumatera Utara
Unsur hara kalium di dalam tanah selain mudah tercuci, tingkat ketersediaanya sangat dipengaruhi oleh pH dan kejenuhan basa. Pada pH rendah dan kejenuhan basa rendah kalium mudah hilang tercuci, pada pH netral dan kejenuhan basa tinggi kalium diikat oleh Ca. Kapasitas tukar kation yang makin besar meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan Kalium, dengan demikian larutan tanah lambat melepaskan Kalium dan menurunkan potensi pencucian (Ismunadji, 1989). Pupuk Kandang Ayam Penggunaan bahan organik perlu mendapat perhatian yang lebih besar, mengingat banyaknya lahan yang telah mengalami degradasi bahan organik, di samping mahalnya pupuk anorganik (urea, ZA, SP36, dan KCl). Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasi kesuburan hayati tanah. Bahan organik dalam hal ini pupuk kandang dapat menambah ketersediaan unsur Kalium, salah satunya adalah pemberian pupuk kandang ayam yang dapat menyumbangkan unsur Kalium sebesar 0.89 % (Tan, 1993). Karena pupuk kandang merupakan humus yang banyak mengandung unsur-unsur organik yang dibutuhkan di dalam tanah, banyak menahan air sehingga unsur hara Kalium yang terfiksasi oleh koloid liat akan terlepas memenuhi permukaan koloid liat dan larutan tanah dan lebih mudah diserap oleh bulu akar. Menurut
Hanafiah
(2007),
pemberian
pupuk
kandang
ayam
dapat
meningkatkan sifat kimia tanah seperti naiknya pH, kadar Ca-dd, C-organik, N total, C/N dan H-dd serta turunnya kadar Al-dd dan Fe-dd yang semuanya bersifat positif terhadap perbaikan sifat-sifat kimiawi tanah kecuali nisbah C/N dan H-dd. Produktivitas jagung di tanah dengan kandungan kapur tinggi dapat ditingkatkan dengan pemberian kotoran ayam atau kotoran sapi. Sebagai bahan organik, kotoran ayam lebih baik daripada kotoran sapi (Sudaryono, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Batas Kritis Untuk menentukan batas kritis Kalium untuk tanaman jagung, dilakukan dengan menggunakan metode Grafik Cate-Nelson. Pada metode tersebut hanya diperoleh dua kategori, yaitu respon terhadap pemupukan (daerah sebelah kiri batas kritis) dan tidak respon terhadap pemupukan (daerah sebelah kanan batas kritis). Batas kritis hara Kalium tanah dipelajari dengan menghubungkan hasil analisis tanah dengan persentase hasil relatif (Puslittanak, 2000). Bila ketersediaan kalium tanah rendah maka pertumbuhan tanaman terganggu dan tanaman akan memperlihatkan gejala kekahatan. Kadar dan dinamika hara K tanah perlu diketahui untuk menentukan jumlah pupuk yang diberikan agar pemupukan efisien. Selain itu, untuk menetapkan kadar hara Kalium dalam tanah juga harus sesuai untuk tanah dan tanaman yang dikehendaki, karena respon tanah terhadap pupuk Kalium beragam berdasarkan jenis tanah dan tanaman. Selanjutnya untuk memutuskan apakah suatu tanah perlu dipupuk (dengan dosis tertentu) atau tidak maka batas kritis (critical level) suatu hara untuk tanaman pada tanah tertentu perlu ditetapkan terlebih dahulu. Batas kritis adalah konsentrasi yang menunjukan pembagian antara keadaan yang responsif dan keadaan yang tidak responsif terhadap pemberian unsur hara (Mukhlis, 2007., Widjaja- Adhi, 1996). Bila kadar hara tanah lebih rendah daripada batas kritis maka tanaman akan memberikan respon yang tinggi terhadap pemberian pupuk. Sebaliknya bila kadar hara lebih tinggi daripada batas kritis maka tanaman tidak respon terhadap pemberian pupuk. Salah satu cara untuk menentukan batas kritis tanah dan kebutuhan pupuk suatu tanaman pada tanah tertentu adalah melalui penelitian uji tanah. Dosis pupuk K sampai dengan dosis 100 kg KCl/ha dapat meningkatkan serapan hara K sekitar 23 % dan memperoleh hasil kacang tanah yang optimal di lahan kering Alfisol (Ispandi dan Munip, 2004). Dalam penelitian yang lain , pemupukan K nyata meningkatkan hasil biji kering kedelai di lokasi Tanjung Gusti dimana hasil tanaman meningkat dari 0.81 t/ha
Universitas Sumatera Utara
menjadi 1.99 t/ha akibat pemberian 80 kg K/ha atau terjadi peningkatan sekitar 146% (Nursyamsi. 2006). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk Kalium dapat meningkatkan produktivitas tanah sehingga hasil berbagai komoditas tanaman juga meningkat. Tanah yang mempunyai kelas hara Kalium tinggi dan sangat tinggi tidak perlu dipupuk Kalium (Amisnaipa, 2005). Tindakan agronomis seperti pola penentuan batas kritis kandungan unsur hara didalam tanah atau tanaman sangat menentukan tingkat produksi maksimal di suatu agroekosistem. Ketidak akuratan penentuan kebutuhan hara bagi tanaman pada kondisi tanah tertentu akan mengakibatkan penurunan produksi akibat kekurangan atau kelebihan unsur hara.
Universitas Sumatera Utara