TINJAUAN PUSTAKA
Survei Dan Pemetaan Survei dan pemetaan tanah tidak hanya dapat memberikan gambaran tentang macam tanah yang dijumpai, tetapi harus dapat menggambarkan secara tepat dimana tanah tersebut dijumpai. Hal ini tidak berarti bahwa tanah yang dijumpai haruslah homogen, melainkan harus dapat menggambarkan bahwa pada suatu polygon yang dicantumkan dalam satuan peta tanah dapat diketahui satuan tanah utama (yang mendominasi) dan satuan peta tanah pendamping (Foth, 1994). Dalam survei tanah dikenal 3 macam metode survei, yaitu metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), metode fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip amalitik), dan metode grid bebas yang merupakan penerapan gabungan dari kedua metode survei. Biasanya dalam metode grid bebas, pemeta ‘bebas’ memilih lokasi titik pengamatan dalam mengkonfirmasi secara sistematis menarik batas dan menentukan komposisi satuan peta (Rayes, 2007). Survei tanah adalah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah di suatu daerah, mengklasifikasikannya menurut sistem klasifikasi baku, memplot batas tanah pada peta dan membuat prediksi tentang sifat tanah. Perbedaan penggunaan tanah dan bagaimana tanggapan pengelolaan mempengaruhi tanah itulah yang terutama perlu diperhatikan (dalam merencanakan dan melakukan survei tanah). Informasi yang dikumpulkan dalam survei tanah membantu pengembangan rencana penggunaan lahan dan sekaligus mengevaluasi dan memprediksi pengaruh penggunaan lahan terhadap lingkungan (Rayes, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.Macam-macam Peta Tanah berdasarkan Skala Peta (Hakim, dkk 1986). Macam Peta
Skala
Luas Kerapatan tiap 1 pengamata cm2 pd n rata-rata peta 625 Dihimpun km2 dari data peta yang ada (studi pustaka)
Satuan peta dan Satuan tanah Assosiasi dan beberapa konsosiasi: ordo, subordo Assosiasi dan beberapa konsosiasi: grup dan sub-grup
Kisaran
Umumnya
Bagan
≤ 1:2.500.000
1:2.500.000
Eksploras i
1:1.000.000 s/d 1:500.000
1:1.000.000
100 km2 atau kurang
Dihimpun dari data peta yang ada (studi pustaka)
Tinjau
1:500.000 s/d 1:200.000
1:250.000 1:100.000
625 Ha 100 Ha
1 tiap 12,5km2 1 tiap 2 km2
Assosiasi dan beberapa konsosiasi: sub-grup dan family
Semidetail
1:100.000 s/d 1:25.000
1:50.000
25 Ha
1 tiap 50 Ha
Konsosiasi beberapa komplek dan asosiasi, family / seri.
Contoh penggunaan Gambaran umum tentang sebaran tanah di tingkat nasional; materi pendidikan. Perencanaan tingkat nasional, untuk menentukan penelitian secara terarah, materi pendidikan . Perencanaan pembangunan makro di tkt regional dan provinsi; Penyusunan tata ruang wilayah provinsi, Penyusunan penggunaan lahan secara nasional; Penentuan lokasi wilayaah prioritas utk dikembangkan Penyusunan peta tata ruang wilayah kabupaten / kota; Perencanaan mikro untuk proyek-proyek pertanian, perkebunan, transmigrasi, perencanaan dan perluasan jaringan irigasi.
Universitas Sumatera Utara
Macam Peta
Skala Kisaran
Umumnya
Detail
1:25.000 s/d 1:10.000
1:25.000 1:20.000 1:10.000
Sangat Detail
≥ 1:10.000
1:5.000
Luas tiap 1 cm2 pd peta 6, 25 Ha 5 Ha 1 Ha
Kerapatan pengamatan rata-rata 1 tiap 12,5 Ha 1 tiap 8 Ha 1 tiap 2 Ha
0,25 Ha
Satuan peta dan Satuan tanah Konsosiasi beberapa komplek: Fase dari family dan seri.
Konsosiasi, fase dari seri
Contoh penggunaan Perencanaan mikro dan operasional proyek-proyek pengembangan tkt kabupaten atau kecamatan, transmigrasi, perencanaan dan perluasan jaringan irigasi sekunder dan tertier. Perencanaan dan pengolahan lahan di tkt petani, penyusunan rancangan usaha tani konservasi; lahan kebun.
Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi dengan menggunakan cara atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy (Tamtomo, 2008). Kopi ( Coffea Sp.) Kopi ( Coffea Sp ) termasuk kedalam jenis coffea, anggota dari family Rubiceae yang terdiri dari 3 spesies utama yakni coffea arabika, coffea canephora, dan coffea liberica. Dari ketiga spesies tersebut terdapat banyak varietas yang merupakan hasil turunan klon-klon di golongkan dalam kelas dicotyledonae (Bahri, 1996).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Kriteria Kesesuaian lahan dan iklim untuk tanaman kopi Arabika (Coffea arabica ) dan tanaman kopi Robusta (Coffea canephora). No Karakteristik/Kualitas Kelas Kesesuaian Lahan S1 Lahan Kopi Arabika Kopi Robusta 1 Temperatur (tc) - Suhu udara rata-rata tahunan (0C) 16-22 22-25 - Ketinggian tempat dpl (m) 700-1.600 400-700 2 Ketersediaan Air (wa) - Curah hujan (mm) 1.200-1.800 2.000-3.000 - Bulan kering (< 75 mm) 1-4 2-3 - Kelembaban udara (%) 40-70 45-80 3 Ketersediaan oksigen (oa) - Drainase tanah Baik Baik 4 Media perakaran (rc) - Tekstur Halus, agak Halus, agak halus, halus, sedang sedang - Bahan kasar (%) <15 <15 - Kedalaman efektif (cm) >100 >100 5 Gambut - Ketebalan (cm) <60 <60 - Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan <140 <140 mineral/pengkayaan - Kematangan Saprik Saprik 6 Retensi hara (nr) - KTKliat (cmol) >16 ≥16 - Kejenuhan basa (%) >50 ≥20 - pH (H2O) 5,6-6,6 5,3-6,0 - C-organik (%) >1,2 ≥0,8 7 Toksisitas (xc) - Salinitas (dS/m) <0,5 <1 8 Bahaya erosi - Lereng (%) <8 <8 - Bahaya erosi Sangat rendah Sangat rendah Djaenudin et al (2003). Tanaman kopi menghendaki persyaratan kondisi tanah yang subur dan mempunyai solum tanah yang cukup dalam (±1,5 m). Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi mempunyai struktur yang baik, mengandung bahan organik paling sedikit 3%, memiliki tata udara dan tata air yang baik. Tanah lempung sesuai untuk tanaman kopi, karena memiliki
Universitas Sumatera Utara
kemampuan yang cukup baik dalam menyimpan air. Tanah berpasir kurang sesuai untuk pertanaman kopikarena tidak mampu menahan air dalam jangka waktu yang lama (Syamsulbahri, 1996). Tanaman kopi menghendaki penyinaran matahari yang cukup panjang, akan tetapi cahaya matahari yang terlalu tinggi kurang baik. Oleh karena itu dalam praktek kebun kopi diberi naungan dengan tujuan agar intensitas cahaya matahari tidak terlalu kuat. Sebaliknya naungan yang terlalu berat (lebat) akan mengurangi pembuahan pada kopi. Produksi kopi dengan naungan sedang, akan lebih tinggi dari pada kopi tanpa naungan. Kopi termasuk tanaman hari pendek (short day plant), yaitu pembungaan terjadi bila siang hari kurang dari 12 jam (Wachjar, 1984). Tanaman kopi Arabika menghendaki tanah gembur, subur, dan
kaya
bahan organik. Kopi Arabika dapat tumbuh baik pada tanah dengan kelerengan kurang dari 45%, kedalaman efektif lebih dari 100 cm, tekstur tanah lempung berpasir (loamy) dengan struktur lapisan atas remah . Selain itu tanaman kopi Arabika juga menghendaki tanah dengan sifat kimia sebagai berikut: - Kadar bahan organik > 3,5% atau kadar C > 2%. - Nisbah C/N 10-12. - Kapasitas Tukar Kation (KTK) > 15 me-1100 g tanah. - pH tanah 5,5 - 6,5. (PPKKI, 2008) Kopi arabika memiliki persyaratan tumbuh sbb: •
Ketinggian 700 – 1500 m dpl dengan kisaran optimum 900 – 1100 m dpl. Batas terendah ketinggian tempat untuk pertumbuhannya dibatasi oleh
Universitas Sumatera Utara
ketahanannya terhadap penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) dan batas ketinggian tempat tertinggi dibatasi adanya frost (suhu sangat rendah). •
Iklim memiliki batas yang tegas antara musim kering dan penghujan atau Iklim C – D menurut Schmidt dan Fergusson dengan curah hujan 1.000– 2.000 mm/tahun dengan 3–5 bulan kering.
•
Dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan tekstur geluh pasiran dan kaya bahan organik, terutama pada daerah dekat permukaan tanah.
•
Produksi tanaman dapat stabil bila tersedia sarana pengairan dan atau pohon pelindung.
•
Sifat kimia tanah umumnya menghendaki pH agak masam yaitu 5,5 – 6,5.
(Asmacs, 2008). Beberapa sifat penting kopi robusta: •
Tumbuh baik pada ketinggian 400-700 m dpl tetapi masih toleran pada ketinggian kurang dari 400 m dpl dengan suhu sekitar 21-24oC.
•
Menghendaki daerah yang mempunyai bulan kering 3-4 bulan berturut-turut dengan 3-4 kali hujan kiriman.
•
Produksi lebih tinggi d bandingkan kopi arabika dan kopi liberika (rata-rata 9-13 ku kopi beras/ha/tahun ). Bila dikelola secara intensif, bisa berproduksi hingga 20 ku/ha/tahun.
•
Kualitas buah lebih rendah dibandingkan kopi arabika tetapi lebih tinggi dari kopi liberika.
•
Rendemen sekitar 22%.
(Najiyati dan Danarti, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Aak (1988), terdapat empat jenis kopi yang telah dibudidayakan, yakni: 1. Kopi Arabika Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak di kembangkan di dunia maupun di Indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 m dari permukaan laut. Sedangkan di Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh dan berproduksi pada ketinggian 1000 – 1750 m dari permukaan laut. Jenis kopi cenderung tidak tahan Hemilia Vastatrix. Namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa yang kuat. 2. Kopi Liberika Jenis kopi ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Pohon kopi liberika tumbuh dengan subur di daerah yang memilki tingkat kelembapan yang tinggi dan panas. Kopi liberika penyebarannya sangat cepat. Kopi ini memiliki kualitas yang lebih buruk dari kopi Arabika baik dari segi buah dan tingkat rendemennya rendah. 3. Kopi Canephora (Robusta) Kopi Canephora juga disebut kopi Robusta. Nama Robusta dipergunakan untuk tujuan perdagangan, sedangkan Canephora adalah nama botanis. Jenis kopi ini berasal dari Afrika, dari pantai barat sampai Uganda. Kopi robusta memiliki kelebihan dari segi produksi yang lebih tinggi di bandingkan jenis kopi Arabika dan Liberika. 4. Kopi Hibrida Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan antara dua spesies atau varietas sehingga mewarisi sifat unggul dari kedua induknya. Namun, keturunan dari golongan hibrida ini sudah tidak mempunyai sifat yang sama dengan induk
Universitas Sumatera Utara
hibridanya. Oleh karena itu, pembiakannya hanya dengan cara vegetatif seperti stek atau sambungan. Tanaman kopi tidak cocok untuk ditanam diatas tanah liat yang terlalu lekat karena menahan terlalu banyak air, sebaliknya tidak cocok pula ditanam ditanah berpasir karena, tidak terlalu berpori tanaman kopi memerlukan distribusi curah hujan yang tepat kopi memerlukan masa agak kering selama ± 3 bulan yakni pada masa pembentukan primodial bunga, pemekaran bunga dan peyerbukan. Bagi kopi robusta masa kering sangat penting sebab diperlukan dalam masa penyerbukan silang. Kadar humus juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kopi (Najiyati, 2009). Tabel 3. Persyaratan kondisi iklim dan tanah untuk kopi Arabika dan Robusta No Parameter Iklim Arabika Robusta A. Iklim 1 Tinggi tempat (m dpl) 700-1.400 300-600 2 Curah hujan (mm/th) 2.000-4.000 1500.3.000 3 Bulan kering (curah hujan <60 1-3 bulan 1-3 bulan mm/bulan) 4 Suhu udara rata-rata (0C) 15-24 24-30 B. Tanah 1 pH 5,3-6,0 5,5-6,5 2 Kandungan bahan organik Minimal 2% Minimal 2% 3 4
Kedalaman tanah efektif Kemiringan tanah maksimum
> 100 m 40%
> 100 m 40%
Hulupi (1999). C-Organik Tanah Bahan organik tanah adalah fraksi organik dari tanah termasuk hewan dan tumbuhan yang tinggal di dalamnya yang telah mengalami dekomposisi sampai pada
suatu
keadaan
dimana
sulit
untuk
mengenali
residu mikrobia, dan produk akhir dekomposisi yang
bahan
aslinya,
relatif stabil (humus).
Faktor yamg mempengaruhi kadar bahan organik dan nitrogen tanah yaitu
Universitas Sumatera Utara
kedalaman tanah, iklim tekstur tanah dan drainase. Kedalaman lapisan tanah menentukan bahan organik dan nitrogen. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan dilapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin kebawah kadar bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi dilapisan atas (Badan Litbang Pertanian, 2006). Kandungan bahan organik tanah telah terbukti berperan sebagai kunci utama dalam mengendalikan kualitas tanah baik secara fisik, kimia maupun biologi. Bahan organik mampu memperbaiki sifat fisik tanah seperti menurunkan berat volume tanah, meningkatkan permeabilitas, menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi tanah, meningkatkan stabilitas agregat, meingkatkan kemampuan tanah memegang air, menjaga kelembaban dan suhu tanah, mengurangi energi kinetik langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah (Oades, 1989). Bahan
organik
digunakan
untuk
memperbaiki
struktur
tanah,
meningkatkan suhu tanah, meningkatkan kemantapan agregat, meningkatkan kemampuan menyimpan air, dan menrunkan kepekaan tanah terhadap erosi, serta sebagai sumber energi bagi mikroorganisme tanah (Wihardjaka, 2010). Tanah - tanah mineral pada umumnya mempunyai kandungan bahan organik sekitar 3 – 5%. Kandungan bahan organik pada sutau jenis tanah yang sama berbeda dengan berbedanya kedalaman tanah. Semakin dalam tanah, semakin berkurang kandungan bahan organiknya, demikian pula dengan pengolahan tanah, semakin sering tanah diolah, semakin berkurang kandungan bahan organik tanah tersebut (Hasibuan, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Kandungan Bahan organik tanah suatu lahan juga akan berbeda dengan waktu. Hal ini isebabkan karena BO merupakan sumber energi mikroba. Aktifitas mikroba merombak BO sangat tergantung kondisi lingkungan, terutama suhu dan kelembaban. Musim yang berbeda akan membedakan suhu dan kelembaban tanah, sehingga laju dekomposisi BO tidak akan sama, di samping laju pertumbuhan tanaman dan jumlah BO yang disumbangkannya ke tanah juga berbeda. Oleh sebab itu, jika tidak ada penambahan BO kepada suatu tanah, maka BO nya akan menurun dengan waktu (Yulnafatmawita, dkk, 2011). Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap struktur tanah sangat berkaitan dengan tekstur tanah yang diperlakukan. Pada tanah lempung yang berat, terjadi perubahan struktur gumpal kasar dan kuat menjadi struktur yang lebih halus tidak kasar, dengan derajat struktur sedang hingga kuat, sehingga lebih mudah untuk diolah (Atmojo, 2003). Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik tanah, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil (Munandar, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Sifat Fisik Tanah Bulk Density (BD) Bulk density (berat jenis suatu tanah) adalah besar massa tanah persatuan volume, termasuk butiran padat dan ruang pori, umumnya dinyatakan dalam gr/cm3. Sedangkan bentuk density adalah berat suatu massa tanah persatuan volume tanpa pori-pori tanah dengan gr/cm3. Sampel tanah yang diambil untuk menentukan berat jenis pasir halus diambil dengan hati-hati dari dalam tanah. Demikian pula halnya dengan berat per satuan volumenya. Bulk density ditentukan dengan mengukur massa tanah di udara dan massa air. Sedangkan absorpsi air dalam tanah didrasi dengan selaput parafin (Pairunan,1985). Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Tanah yang lebih padat memilki bulk density yang lebih besar dari tanah yang sama tetapi kurang padat. Pada umumnya tanah lapisan atas pada tanah mineral mempunyai bulk density yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah dibawahnya. Nilai bulk density tanah mineral berkisar 1-0,7 gr/cm3, sedangkan tanah organik umumnya memiliki bulk density antara 0,1-0,9 gram/cm3 (Hardjowigeno, 2003). Bulk density dipengaruhi oleh faktor-faktor tekstur, struktur dan kandungan bahan organik. bulk density dengan cepatnya berubah karena pengolahan tanah dan praktek budidaya. Hubungannya dengan tektur adalah misalnya saja pada tanah yang bertekstur liat memiliki pori yang kecil karena tingkat kepadatannya tinggi sehingga berpengaruh terhadap bulk densitynya, sama juga halnya dengan struktur tanah. Ketersediaan bahan organik juga
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh, hal ini disebabkan karena semakin banyak bahan organik yang terkandung dalam tanah maka semakin rendah bulk densitynya (Pairunan, 1997). Tanah lapisan bawah (sub soil) umumnya mempunyai bulk density yang lebih tinggi, sekitar 2 g/cc. Hal ini disebabkan tanah bawah itu lebih padat karena tekanan lapisan diatasnya, dan mempunyai kandungan bahan organik yg lebih rendah, dan kurangnya granulasi (Hasibuan, 2009). Menurut Hardjowigeno (1993) guna menentukan kerapatan lindak adalah untuk : 1) deteksi adanya lapisan padas dan tingkat kepadatannya, semakin memadas maka semakin tinggi kerapatan lindaknya, 2) menentukan adanya kandungan abu volkan dan batu apung yang cukup tinggi. Tanah dengan kandungan abu volkan/batu apung yang tinggi mempunyai kerapatan lindak yang rendah dengan nilai 0,85 g/cm3, 3) evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus tanah. Pada tanah-tanah dengan kerapatan lindak tinggi akar tanaman tidak dapat menembus lapisan tanah tersebut, 4) evaluasi perubahan volume tanah karena proses pembentukan tanah, akibat penambahan dan pencucian dari horizon-horizon tertentu. Tanah lebih padat mempunyai Bulk density yang lebih besar dari pada tanah mineral bagian atas mempunyai kandungan Bulk Density yang lebih rendah dibandingkan tanah dibawahnya. Bulk density di lapangan tersusun atas tanahtanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 -1,6 gr/cm3. Tanah organik memiliki nilai Bulk density yang lebih mudah, misalnya dapat mencapai 0,1 gr/cm3 – 0,9gr/cm3 pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air drainase, dll. Sifat fisik tanah ini banyak
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan
dengan
penggunaan
tanah
dalam
berbagai
keadaan
(Hardjowigeno, 2003). Bulk Density (BD) yaitu bobot padatan (pada kering konstan) dibagi total volume (padatan + pori), BD tanah yang ideal berkisar antara 1,3 -1,35 g/cm3, BD pada tanah berkisar > 1,65 g/cm3 untuk tanah berpasir ; 1,0-1,6 g/cm3 pada tanah geluh yang mengandung BO tanah sedang - tinggi, BD mungkin lebih kecil dari 1 g/cm3 pada tanah dengan kandungan BO tinggi. BD sangat bervariasi antar horizon tergantung pada tipe dan derajat agregasi, tekstur dan BO tanah. Bulk density sangat sensitif terhadap pengolahan tanah ( Kurnia, dkk, 2006 ). Bulk Density (BD) merupakan indikator dari pemadatan tanah. Hal ini dihitung sebagai berat kering tanah dibagi dengan volume. Volume ini termasuk volume dari partikel tanah dan volume pori antara partikel tanah. BD biasanya dinyatakan dalam g/cm3. BD tergantung pada tekstur tanah dan kepadatan mineral tanah (pasir, debu, liat) dan partikel bahan organik (Brady, 2008). Tekstur Tanah Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tektur tanah akan mempengaruhi
kemampuan
tanah
menyimpan
dan
menghantarkan
air,
menyimpan dan menyediakan hara tanaman. Tanah bertekstur pasir yaitu tanah dengan kandungan pasir > 70 %, porositasnya rendah (<40%), sebagian ruang pori berukuran besar sehingga aerasi nya baik, daya hantar air cepat, tetapi kemampuan menyimpan zat hara rendah. Tanah pasir mudah diolah, sehingga juga disebut tanah ringan. Tanah disebut bertekstur berliat jika liatnya > 35 % kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada diserap dengan
Universitas Sumatera Utara
energi yang tinggi, sehingga liat sulit dilepaskan terutama bila kering sehingga kurang tersedia untuk tanaman. Tanah liat juga disebut tanah berat karena sulit diolah, tanah berlempung, merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu, dan liat sedemikian rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat. (Islami dan Utomo, 1995). Oleh karena luas permukaan pasir adalah kecil, maka peranannya dalam ikut mengatur sifat sifat kimia dan bahan organik tanah adalah kecil sekali. Disamping itu, disebabkan fraksi pasir itu mempunyai luas permukaan yang kecil, tetapi mempunyai ukuran yang besar, maka fungsi utamanya adalah sebagai penyokong tanah dalam mana sekelilingnya terdapat partikel-partikel liat dan debu yang lebih aktif (Hakim, dkk 1986). Pengelompokan kelas tekstur yang digunakan adalah: - Halus (h) : Liat berpasir, liat, liat berdebu - Agak halus (ah) : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat Berdebu - Sedang (s) : Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu - Agak kasar (ak) : Lempung berpasir - Kasar (k) : Pasir, pasir berlempung - Sangat halus (sh): Liat (tipe mineral liat 2:1) (Djaenudin dkk, 2011). Kandungan bahan organik meningkat cenderung dengan meningkatnya kandungan liat. Ikatan antara liat dan bahan organik melindungi bahan tersebut dari aksi dekomposisi oleh mikrobia tanah. Tingginya kandungan liat juga
Universitas Sumatera Utara
berpotensi tinggi untuk formasi agregat. Agregat makro akan melindungi bahan organik dari mineralisasi lebih lanjut (Rice, 2002). Istilah tekstur tanah berkaitan dengan kisaran ukuran partikel tanah, yaitu partikel penyusunan tanah tertentu. Istilah tekstur tanah menyatakan distribusi ukuran partikel terukur atau proporsi dari berbagai kisaran ukuran partikel yang terdapat pada suatu tanah. Dalam pengertian ini tekstur tanah adalah atribut tanah yang bersifat permanen dan alami, dan istilah ini paling sering digunakan untuk mencirikan susunan fisik tanah. Metode tradisional pencirian ukuran partikel pada tanah adalah membagi susunan ukuran partikel menjadi tiga kisaran ukuran berbeda, dikenal sebagai fraksi tekstur atau bahan tunggal, yaitu pasir, debu dan liat (Hillel, 1997). Apabila tanah mengandung terlalu banyak liat, maka tanah tersebut dapat menyimpan air dalam jumlah yang besar, akan tetapi air tidak mudah meresap kedalam tanah tersebut karena air akan mengalir pada permukaan tanah dan menyebabkan erosi. Atau apabila tanah berpasir, air akan mudah meresap tetapi tidak dapat disimpan lama karena akan infiltrasi kelapisan bawahnya. Dengan demikian, tanah yang ideal adalah tanah yang mempunyai tekstur yang kandungan liat, pasir, dan debunya seimbang disebut lempung (loam) (Rachmiati, 2013). Tekstur
tanah
menunjukkan
kasar
halusnya
tanah
berdasarkan
perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dipengaruhi oleh faktor dan proses pembentukan tanah tersebut. Faktor pembentukan tanah yang penting antara lain adalah bahan induk tanah. Bahan induk bertekstur kasar cenderung menghasilkan tanah bertekstur kasar dan sebaliknya (Hardjowigeno, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Debu merupakan fraksi tanah yang paling mudah tererosi, karena selain mempunyai ukuran yang relatif halus, juga tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan (tanpa adanya bantuan bahan perekat/pengikat), karena tidak mempunyai muatan. Berbeda dengan debu, liat meskipun berukuran halus, namun karena mempunyai muatan, maka fraksi ini dapat membentuk ikatan (Meyer dan Harmon, 1984). Salah satu kelas tekstur tanah adalah lempung yang letaknya di sekitar pertengahan segitiga tekstur. Lempung mempunyai komposisi yang seimbang antara fraksi kasa, halus dan lempung sering dianggap sebagai tekstur yang optimal untuk pertanian. Hal ini disebabkan oleh kapasitasnya menjerap hara pada umumnya
lebih
baik
daripada
pasir.
Sementara
drainase,
aerasi
dan
kemudahannya diolah lebih baik daripada liat (Badan Litbang Pertanian, 2006). Suhu Tanah Suhu tanah merupakan suatu konsep yang bersifat luas, karena dapat digunakan untuk menggolongkan sifat- sifat panas dari suatu system. Selain itu, suhu tanah merupakan faktor penting dalam menentukan proses-proses fisika yang terjadi di dalam tanah, serta pertukaran energy dan massa dengan atmosfer, termasuk proses evaporasi dan aerasi (Kurnia dkk, 2006). Suhu tanah berperan penting dalam mengendalikan aktifitas jasad hidup, baik tanaman maupun kegiatan biologi tanah. Suhu berperan pula dalam menentukan reaksi-reaksi kimia, sifat fisika dan fisika-kimia tanah. Panas yang diterima tanah yang berasal dari radiasi matahari akan hilang melalui penguapan, radiasi kedalam atmosfer sebagai radiasi gelombang panjang, memanaskan udara dalam tanah dan tanah itu sendiri. Suhu tanah dapat dikontrol dengan pembuangan
Universitas Sumatera Utara
air berlebihan dengan pembuatan parit-parit drainase, perlindungan tanah dengan tanaman dan penggunaan mulsa (Hakim, dkk, 1986). Suhu tanah beragam menurut pola harian atau musiman. Di kedalaman 3 m, suhu agak konstan. Fluktuasi suhu terbesar berada diantara udara dan tanah, daripada berada dibawah atau diatas tanah. Di bawah 15 cm, variasi suhu tanah harian sangat kecil, namun bila terdapat bahan organik diatas permukaan tanah, dapat mengurangi fluktuasi suhu tanah. Penggunaan mulsa dan berbagai macam naungan dapat mengurangi jumlah radiasi matahari yang diserap tanah, hilangnya energi dari tanah akibat radiasi, dan hilangnya air melalui evaporasi (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006).
Universitas Sumatera Utara