TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Kelapa Mengenai asal usul kelapa belum ada kesepakatan diantara para ahli. Child (1974) melakukan penelaahan menyeluruh terhadap literatur-literatur tentang asal usul kelapa. Pada abad ke-9, pertama kali dikenal mata dagangan serat dan minuman keras yang dibuat dari kelapa, diproduksi oleh pedagang bangsa Arab bernama Soleyman yang mengunjungi negeri Cina. Di antara penulis abad pertengahan yang membuat referensi tentang kelapa adalah Marco Polo dan Friar Jordanas. Kelapa (coconut) dikenal dengan berbagai sebutan seperti Nux Indica, Al Djanz Al Kindi, Ganz-ganz, Nargil, Narle, Tenga, Temuai, dan Pohon Kehidupan. Kata coco (coquo) pertama kali digunakan oleh Vasco da Gama, kata ini berhubungan dengan kera atau wajah aneh seperti tempurung kelapa yang bermata tiga. Tentang asal usul kelapa ini, terdapat dua teori yang saling bertentangan jika dinilai berdasarkan bukti-bukti yang saling berhubungan seperti tersebut diatas. Kedua teori tersebut adalah: 1. Teori yang menyatakan bahwa kelapa berasal dari Amerika Selatan. Pendukung teori ini antara lain D. F. Cook, van Martinus Beccari dan Thor Hejerdahl. 2. Teori yang menyatakan bahwa kelapa berasal dari Asia atau Indo Pasific. Pendukung teori ini antara lain Berry, Werth, Mearill, Mayurathan, Lepesma, dan Purseglove.
5
Kedua teori ini, masing-masing memerlukan pengkajian yang mendalam untuk memperoleh bukti-bukti yang dapat dipergunakan untuk membenarkannya (Suhardiyono, 1995). Botani Kelapa Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, maka kelapa bisa di golongkan menjadi : Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Palmales
Famili
: Palmae
Genus
: Cocos
Species
: Cocos nucifera
Penggolongan varietas kelapa umumnya berdasarkan perbedaan-perbedaan umur pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah serta sifat-sifat khusus yang lain (Suhardiman, 1999). Bagian- Bagian Tanaman Kelapa dan Kegunaannya Berikut ini morfologi tanaman kelapa: 1. Batang Pada umumnya, batang kelapamengarah lurus ke atas dan tidak bercabang, kecuali pada tanaman di pinggir sungai, tebing, dan lain-lain, pertumbuhan tanaman akan melengkung menyesuaikan arah sinar matahari. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang merupakan jaringan meristem yang berfungsi membentuk daun, batang, dan bunga.
6
7
2. Akar Banyaknya akar serabut berkisar 2.000-4.000 helai. Akar-akar serabut bercabang-cabang dan rambut akar berfungsi sebagai pengisap air dan unsur hara tanaman. 3. Daun Pertumbuhan dan pembentukan mahkota daun, dimulai sejak biji berkecambah dan pada tingkat pertama dibentuk 4-6 helai daun. Daun tersusun saling membalut satu sama lain merupakan selubung dan memudahkan susunan lembaga serta akar menembus sudut pada waktu tumbuh. 4. Bunga Pohon kelapa mulai berbunga kira-kira setelah 3-4 tahun pada kelapa genjah dan 4-8 tahun pada kelapa dalam. Sedang kelapa hibrida mulai berbunga sesudah umur 4 tahun. Karangan bunga tumbuh dari ketiak daun yang bagian luarnya diselubungi oleh seludang yang disebut mancung (spatha). 5. Buah Buah mencapai ukuran maksimal sesudah buah berumur 9-10 bulan, dengan berat 3-4 Kg dan bervolume 3-4 Liter. Buah kelapa sendiri, terdiri dari: -
Kulit luar, keras licin serta tipis (0,14 mm). Warna ada yang hijau, kuning atau jingga.
8
-
Kulit tengah atau sabut (mesocarp), bagian ini berserabut dan terdiri dari jaringan dengan sel serat yang keras, antara sel-sel terdapat jaringan lunak.
-
Kulit dalam, merupakan lapisan
yang keras karena banyak
mengandung Silikat (SiO2). -
Kulit luar biji kelapa adalah semua bagian yang berada di sebelah dalam dari tempurung.
-
Putih lembaga (endosperm), merupakan daging kelapa berwarna putih, lunak dan enak dimakan. Putih lembaga inilah yang sangat dimanfaatkan manusia sebagai kebutuhan rumah tangga (bumbu dapur, santan, minyak, dan lain-lain) ataupun sebagai bahan komoditi (kopra, minyak, dan lain-lain).
-
Air kelapa, air degan ini mengandung mineral 4%, gula 2% (glukosa, fruktosa dan sukrosa) dan abu serta air.
-
Lembaga, buah yang cukup masak atau tua, lembaganya bisa tumbuh baik membentuk calon tanaman ataupun membentuk suatu alat pengisap makanan yang disebut kentos.
(Suhardiman, 1999). Kondisi Perkelapaan di Indonesia Sejak dahulu kelapa telah dikenal di kepulauan Indonesia dan kepulauan di lautan Pasifik. Wajarlah bila para ahli yang mengatakan asal mula tanaman kelapa dari daerah lautan Pasifik (New Zealand), Amerika Selatan, atau Indonesia, karena tanaman kelapa terutama tumbuh baik di daerah khatulistiwa dengan suhu sekitar 27 derajat celsius. Sebelum Indonesia merdeka (pada tahun 1940) produksi kelapa
9
di luar pulau Jawa mencapai 750.000 ton yang umumnya diolah menjadi kopra. Sedangkan produksi dari pulau Jawa, sekitar 450.000 ton kebanyakan dipergunakan untuk minyak kampung dan keperluan dapur (konsumsi segar). Bila kelapa diproduksi untuk minyak, maka hasil minyaknya termasuk diurutan kedua sesudah kelapa sawit. Kelapa sawit menghasilkan 3.375 kg/ha/tahun, sedangkan kelapa menghasilkan 1.375 kg/ha/tahun. Kekurangan minyak kelapa/minyak sawit, bisa diganti dengan minyak dari kacang tanah, minyak biji kapas ataupun minyak kedelai. Produksinya diperkirakan 700 kg/ha/tahun untuk kacang tanah, 500 kg/ha/tahun dari biji kapas dan 150 kg/ha/tahun dari kedelai. Perkembangan tanaman kelapa akan makin pesat dengan bertambahnya penduduk baik di Indonesia sendiri maupun di dunia. Apalagi kegunaannya selain untuk minyak, dapat dipergunakan sebagai bahan pembuat sabun, lilin ataupun untuk bahan ramuan obat-obatan. Oleh karena itu, wajarlah bila saat ini orang berduyun-duyun mencari bibit kelapa unggul, terutama kelapa hibrida dari badan-badan pembuat bibit, misalnya Lembaga Penelitian Tanaman Industri (Suhardiman, 1999). Tanaman kelapa bagi Indonesia merupakan tanaman yang sangat penting, karena tanaman ini sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, menjadi salah satu komoditi usaha tani rakyat dan merupakan komoditi ekspor. Dengan luas pertanaman yang meliputi 2,5 juta hektar, diperkirakan tidak kurang dari 1,2 juta keluarga petani memperoleh pendapatan utamanya dari usaha tani kelapa. Walaupun demikian, posisi Indonesia yang secara tradisional menjadi produsen kopra, minyak dan bungkil, dewasa ini tengah mengalami kemunduran. Dengan produksinya
yang
rata-rata
0,624
ton/hektar/tahun
ekuivalen
kopra,
10
mengakibatkan realisasi ekspor komoditi ini terus menurun dari tahun ke tahun (Setyamidjaja, 1991). Pengeringan Bahan Pangan Menurut Winarno, dkk. (1980) dalam Rohanah (2006), tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air sampai batas perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama. Keuntungan pegeringan secara mekanis adalah: 1. Memungkinkan pengeringan dilakukan disembarang waktu tanpa terikat musim tertentu, walaupun hari mendung/hujan pengeringan masih dapat dilakukan. 2. Luas areal yang dibutuhkan untuk pengeringan dapat dikurangi, misalnya dengan memperbanyak rak-rak pengering. 3. Pengaturan suhu dapat lebih mudah sehingga dapat disesuaikan dengan karakteristik bahan yang dikeringkan. Bahan pangan kering matahari dan kering buatan adalah lebih pekat daripada setiap bentuk bahan pangan awetan yang lain. Dalam bahan pangan kering biaya produksinya lebih murah, diperlukan tenaga yang lebih sedikit, peralatan pengolahan terbatas, kebutuhan penyimpanan untuk bahan pangan kering minimal, dan besarnya biaya distribusi berkurang (Desrosier, 1988). Mesin pengering yang sederhana terdiri atas satuan baling-baling kipas angin, satuan alat pemanas, satuan alat pengering, dan satuan motor penggerak. Ada mesin penggerak yang bekerja secara terus-menerus dan ada pula yang
11
terputus-putus; sedangkan kontak panas dengan bahan yang dikeringkan ada dua cara, yaitu secara langsung (konduksi) atau tidak langsung (konveksi) (Hardjosentono, dkk., 1990). Dalam pengeringan dengan cara konduksi, panas dipindahkan dari permukaan yang panas ke bahan yang akan dikeringkan. Panas ini melengkapi panas laten penguapan air, dan pengeringan berlangsung bebas dari udara. Keseimbangan panas tercipta antara perpindahan panas ke dalam bahan pangan dan panas hilang oleh penguapan air serta oleh konveksi dan konduksi ke udara (Earle, 1969). Informasi kuantitatif
berikut, sekurang-kurangnya dalam menentukan
mesin pengering yang sesuai: a.
Kapasitas mesin pengering ; mode produksi bahan umpan (curah/kontinu)
b.
Sifat fisik, kimia dan biokimia bahan umpan basah serta spesifikasi hasil bahan yang diinginkan ; keragaman karakteristik umpan yang diharapkan
c.
Operasi pengolahan hulu dan hilir
d.
Kadar air umpan dan hasil pengeringan
e.
Kinetika pengeringan ; isotermi sorpsi padatan basah
f.
Parameter mutu ; (fisik, kimia, biokimia)
g.
Aspek keamanan, misal kebakaran, ledakan, dan keracunan
h.
Nilai produk
i.
Kebutuhan akan kendali otomatis
j.
Sifat keracunan produk
12
k.
Rasio pengembalian modal, kelenturan dalam kebutuhan kapasitas
l.
Jenis dan biaya bahan bakar, biaya listrik
m.
Peraturan lingkungan
n.
Ruang dalam pabrik
(Devahastin, 2001). Kelapa Parutan Kering Kelapa parutan kering (desiccated coconut) disingkat DCN, secara ringkas dapat dinyatakan sebagai daging buah kelapa kering yang diproses secara higienis untuk keperluan bahan makanan. Tidak seperti kopra, DCN berbentuk lempengan, benang-benang atau butiran. Negara penghasil terbesar adalah Philipina dan Sri Lanka yang mengekspornya masing-masing ke Amerika Serikat dan Eropa. Menurut Emata (1970) dan Vibar (1954) DCN pada umumnya dibuat melalui tahapan-tahapan pemisah tempurung, pengupasan testa, memarut atau memotong untuk memperoleh bentuk dan ukuran yang dikehendaki serta pengeringan. Tahapan-tahapan pemgolahan DCN secara lengkap adalah sebagai berikut: 1. Seleksi awal buah kelapa Kelapa yang dikirimkan ke pabrik DCN adalah kelapa butiran; kelapa butiran dalam keadaan pecah, berkecambah atau kelapa kurang masak, dipisahkan dan kelapa butiran terpilih dimasukkan kedalam bin penyimpan yang berareasi baik. 2. Pengupasan tempurung Kelapa butiran, dari bin dibawa ke tempat pemecah tempurung, biasanya dilayani oleh tenaga kerja laki-laki. Kelapa butiran pecah tempurungnya,
13
menggunakan alat pemecah tanpa memecah daging buahnya. Daging buah kelapa yang pecah akan mengganggu proses berikutnya, yaitu pengupasan testa (selaput tipis berwarna cokelat yang membungkus daging buah kelapa). Kelapa yang tepat masak, daging buahnya mudah dipisahkan dari tempurung. 3. Pengupasan testa Pengupasan testa dilakukan dengan menggunakan alat pengupas khusus yang biasanya dilayani oleh tenaga kerja wanita. Setelah testa dikupas, daging buah kelapa dibelah untuk mesisahkan air buahnya. Daging buah dipotong-potong kecil, dicuci dan direndam dalam air mengalir untuk mencegah terjadinya perubahan warna 4. Pasteurisasi Pasteurisasi ini dilakukan dengan diawali dari potongan-potongan daging buah kelapa dari perendaman dipanaskan dengan uap pada temperatur 70 derajat – 80 derajat Celsius selama 8-10 menit atau temperatur 88 derajat Celsius selama 5 menit (untuk proses di Philipina) atau dimasukkan ke dalam air mendidih selama 15 menit (untuk proses di Sri Lanka). Mulai tahap keempat sampai dengan kesembilan, proses sepenuhnya dilakukan secara mekanis untuk menghindari kontaminasi bakteri sebagai akibat penanganan secara manual. 5. Stabilisasi Potongan-potongan kecil daging buah kelapa yang telah dipasteurisasi, selanjutnya dialirkan dan direndam di dalam larutan Sulfit dioksida (SO2).
14
6. Pemotongan atau pemarutan Dari perendaman larutan Sulfit dioksida, potongan-potongan kecil daging buah kelapa kemudian dimasukkan ke dalam mesin pemotong untuk memperoleh bentuk yang diinginkan. Untuk pemotongan sangat halus (fancy cuts) seperti pipa, lempengan dan lainnya dilakukan dengan mesin yang disebut thread mill atau mesin pemarut (grater machine), sedangkan jika diinginkan DCN berbentuk butiran maka digunakan desintegrator. 7. Desikasi atau pengeringan Kadar air di dalam daging buah kelapa parutan atau irisan halus daging buah kelapa lebih dari 50% dan harus diturunkan sampai 3%. Desikasi dilakukan menggunakan mesin khusus. Pengeringan dilakukan pada temperatur 60-70 derajat Celsius selama 20-45 menit atau dapat juga dilakukan pengeringan dengan dua tahap, yaitu tahap I pada temperatur 115 derajat Celsius dan pada tahap II 105 derajat Celsius. Setiap pabrik DCN mengembangkan cara pengeringannya masing-masing. 8. Klasifikasi mutu DCN yang diperoleh setelah pengeringan dipisahkan menurut klasifikasi mutu berdasarkan ukurannya yaitu, sangat halus (extra fine), halus (fine), sedang, kasar. Pemisahan ini dilakukan dengan saringan. Pada tahap ini juga dilakukan pemeriksaan kadar air. 9. Pembungkusan Pembungkusan dilakukan dengan polyethylene dilapisi dengan beberapa lapis
kantong pembungkus
dengan
berat
bersih
45
kg.
Tidak
diperkenankan mencampur berbagai mutu DCN dalam 1 pembungkus. (Suhardiyono, 1995)
15
Kelapa parut kering sendiri bisa dimanfaatkan untuk pembuatan roti, biskuit, manisan ataupun dapat diambil santannya. Kelapa parut kering (desiccated coconut) berwarna putih, memiliki rasa dan bau khas kelapa. Penamaan produk desiccated coconut berhubungan erat dengan ukuran partikel yaitu extra fine, fine (macaroon), medium, coarse, shreds and treads dan sliced. Tabel 1. Spesifikasi desiccated coconut Woodroof, Banzon & Velasco, 1979 1982 Kadar Lemak 67 – 71% 66% Kadar Asam Lemak Bebas 0.15% 0.3% Bakteri (Salmonella) Negatif Negatif Warna Putih Putih Kadar air 4.0% 2.5% Sumber : Balai Penelitian Tanaman Palma
Anonim, 1999 65% minimun 0.3% minimum Negatif Putih 3.5% maximum
(Balai Penelitian Tanaman Palma, 2010) Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: ha, Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat atau mesin itu menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi: Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW (Daywin, dkk., 2008). Elemen Mesin Motor listrik Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi gerak. Alat ini banyak dipakai untuk menggerakkan kipas angin, kompresor pada kulkas, alat pengering rambut, mesin pembangkit tenaga listrik maka dapat memutar motor listrik yang menggunakan mesin untuk berbagai keperluan seperti
16
mesin untuk menggiling padi menjadi beras. Prinsip kerja motor listrik mirip dengan prinsip kerja meter listrik. Perbedaannya terletak pada loop kawatnya yang diganti dengan kumparan kawat yang dililitkan pada sebuah silinder besar yang dinamakan rotor. Selain itu, terdapat alat tambahan berupa sikat dan komutator atau cincin belah (Surya, 2006). Tenaga listrik merupakan ubahan dari tenaga lain. Tenaga listrik melalui motor listrik dapat menghasilkan tenaga listrik dapat menghasilkan tenaga mekanik lainnya. Keuntungan penggunaan tenaga listrik antara lain: a. Motor listrik konstruksinya sederhana dan kompak b. Pengembalian tenaga listrik mudah terutama setelah listrik masuk desa c. Membutuhkan pemeliharaan dan perawatan yang sederhana d. Cara mengoprasikannya sangat mudah, yaitu hanya memutar kontak e. Tidak menimbulkan suara, bersih f. Menghasilkan tenaga yang halus dan seragam g. Dapat menyesuaikan dengan beban (Rizaldi, 2006). Sabuk-V Sabuk-V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Tenunan teteron atau semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan yang besar. Sabuk-V dibelitkan di keliling alur puli yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan
17
salah
satu
keunggulan
sabuk-V
dibandingkan
dengan
sabuk
rata
(Sularso dan Suga, 2004). Pada perpindahan Sabuk, gerak putarnya dipindahkan dari puli sabuk yang satu ke puli sabuk yang lain, supaya terdapat suatu gesekan yang cukup kuat antara sabuk dan pulinya sabuknya dipasang sekencang- kencangya pada pulipulinya atau diberi puli pengencang, tetapi pada sabuk bentuk V tidak perlu dipasang sekencang sabuk rata (Daryanto, 2007). Speed reducer Speed reducer adalah jenis motor yang mempunyai reduksi yang besar. Gearbox bersinggungan ke dalam motor, tetapi secara bersamaan rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran (output speed). Speed reducer digunakan untuk menurunkan putaran. Dalam hal ini perbandingan speed reducer putarannya dapat cukup tinggi. 𝑁𝑁1
i = 𝑁𝑁2 .......................................................................................................... (1) dimana: i
= perbandingan reduksi
N1
= input putaran (rpm)
N2
= output putaran (rpm)
(Niemann, 1982). Bantalan Bearing (bantalan) adalah elemen mesin yang menumpu poros yang mempunyai beban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat
18
berlangsung secara halus, aman, dan mempunyai umur panjang. Bearing harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bearing tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem tidak dapat bekerja secara semestinya (Hermawan, 2012). Berbagai macam bantalan, pada prinsipnya bantalan dapat digolongkan menjadi: -
Bantalan luncur
-
Bantalan gelinding (bantalan peluru dan bantalan rol)
-
Bantalan dengan beban radial
-
Bantalan dengan beban aksial
-
Bantalan dengan beban campuran (aksial-radial)
(Daryanto, 2007). Poros Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam merencanakan sebuah poros adalah: 1. Kekuatan poros Suatu poros dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin dll. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau poros bertangga, mempunyai alur pasak harus diperhatikan.
19
Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di atas. 2. Kekakuan poros Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan cukup tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian, atau menumbulkan getaran dan suara. Karena itu kekakuan dari poros harus diperhatiakan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan dilayani oleh poros tersebut. 3. Putaran Kritis Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik, dll. Jika mungkin poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya. 4. Korosi Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk propeler dan pompa bila terjadi kontak dengan media yang korosif. Demikian pula untuk poros yang terancam kavitasi dan poros mesin yang sering berhenti lama. (Sularso dan Suga, 2004). Kapasitas Kerja Alat Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: ha. Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat atau mesin itu menggunakan daya penggerak
20
motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi: Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW (Daywin, dkk., 2008). Kadar air Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air per satuan bobot bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan tersebut yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah (wet basis). Dalam penentuan kadar air bahan biasanya dilakukan berdasarkan bobot basah (wet basis). Dalam hal ini berlaku rumus sebagai berikut : Wa
KA = Wb x 100 % ...................................................................................... (2)
Dimana :
KA = Kadar air bahan berdasarkan bobot basah (%) Wa = Bobot air bahan (gr) Wb = Bobot bahan basah (gr) (Taib, dkk., 1988). Uji organoleptik Menurut Soekarto (1995) dalam Panggabean (2013) Penilaian indera yang digabungkan dengan uji organoleptik yang meliputi tekstur, warna, dan rasa banyak digunakan untuk menilai kualitas suatu komoditi hasil pertanian dan makanan. Penelitian cara ini banyak disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung terhitung cukup teliti. Dalam beberapa hal penilaian indera bahkan dapat melebihi ketelitian alat yang paling sensitif. Penilaian indera
21
merupakan kelebihan sensorik yang hanya dimiliki oleh orang tertentu dan tidak dapat diturunkan ataupun diajarkan pada orang lain. Kelebihan sensorik ini hanya dimiliki oleh dirinya sendiri secara pribadi. Kelebihan inilah yang memunculkan penilaian indera untuk menguji suatu kualitas bahan pangan secara organoleptik dengan cara merasa, meraba, dan melihat untuk menentukan kualitas makanan. Daya Menentukan daya yang diperlukan untuk beban konstan. Untuk pengangkatan obyek. Bila obyek dari W (kg) diangkat melawan gravitasi untuk l meter (simbol m) pada kecepatan konstan, mengambil waktu t sekon (simbol s), kakas F dan daya diperlukan P adalah F =W.l (kg.m) maka, P = W.l / t (kg.m/s) karena l/t adalah kecepatan v (m/s), jadi: P = W.v (kg.m/s) ....................................................................................... (3) Apabila satuan gravitasi dinyatakan dinyatakan dalam kg.m diubah dalam nilai MKS, maka1 (kg-m) = g (J) = 9,8 (J) (Joule); 1 (kg.m/s) = 9,8 (J/s) = 9,8 (W). Akibatnya, persamaan sebelumnya dapat diubah ke dalam unit MKS sebagai berikut:P = 9,8 W.v (W) (Soelaiman dan Magarisawa, 1995). Rendemen Rendemen adalah perbandingan antara minyak yang dihasilkan dengan bahan tumbuhan yang diolah. Besarnya rendemen yang dihasilkan antara jenis bahan yang satu berbeda dengan yang lainnya. Misalnya 2,5% sampai 4% untuk jenis nilam Aceh (Luntony dan Rahmayati, 2002).
22 Analisis Ekonomi Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung
pada
banyak
sedikitnya
produk
yang
akan
dihasilkan
(Soeharno, 2007). Untuk menilai kelayakan finansial, diperlukan semua data yang menyangkut aspek biaya dan penerimaan usaha tani. Data yang diperlukan untuk pengukuran kelayakan tersebut meliputi data tenaga kerja, sarana produksi, hasil produksi, harga, upah, dan suku bunga (Nastiti, 2008). Biaya Pokok Biaya produksi atau biaya pokok adalah biaya dari tiga unsure biaya yaitu biaya langsung, tenaga kerja langsung dan over head pabrik. Biaya-biaya ini secara langsung berkaitan dengan biaya pembuatan produk secara fisik yang dikeluarkan dalam rangka kegiatan proses produksi sehingga disebut juga dengan production cost. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan tak langsung, biaya tenaga kerja tak langsung, dan biaya tak langsung lainnya
(Giatman, 2006).
Bagi suatu kegiatan usaha, apapun bidang usaha hanya mengenal dua macam biaya, yaitu:
23
a.
Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang selalu harus dikeluarkan tanpa memandang aktifitas produksi yang sedang dilaksanakan, misalnya: gaji personel, staf kantor, biaya rutin kantor, penyusutan, dll.
b.
Biaya tidak tetap (variable cost) yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan produksi misalnya: pembelian bahan, sewa alat, upah buruh, bahan bakar, dll.
(Waldiyono, 2008). Investasi di bidang mesin/alat dimaksud untuk memperoleh keuntungan yang wajar, karena itu perlu dilakukan perhitungan biaya produksi. Prestasi mesin/alat harus mengimbangi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Prestasi mesin/alat dapat diukur dengan cara: Biaya produksi =
Biaya per jam serendah mungkin Produksi per jam setinggi mungkin
.......................................... (4)
(Daywin, dkk., 2008). 1.
Biaya tetap Biaya tetap terdiri dari : - Biaya penyusutan (Sinking Fund Methods) Dt = P – (P-S)(A/F, i%, n) (F/A, i%, t) ................................................... (5) dimana : Dt
=
Biaya penyusutan (Rp/tahun)
P
=
Nilai awal (harga beli/pembuatan) alsin (Rp)
S
=
Nilai sisapadatahunakhir (Rp)
i
=
Suku bunga (%)
n
=
Perkiraan umur ekonomi (tahun)
- Biaya bunga modal dan asuransi, diperhitungkan untuk mengembalikan nilai modal yang ditanam sehingga pada akhir umur peralatan diperoleh
24
suatu nilai uang yang present valuenya sama dengan nilai modal yang ditanam. Persamaan yang digunakan: I=
i(P)(n+1) 2n
.............................................................................................. (6)
dimana : i
=
Total persentase bunga modal dan asuransi (7,5% pertahun)
I
=
Total bunga modal dana asuransi (Rp/tahun)
P
=
Harga awal mesin (Rp)
N
=
Umur ekonomis (tahun)
(Daywin, dkk., 2008) - Biaya pajak Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, namun beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar1% pertahun dari nilai awalnya (Waldiyono, 2008). 2.
Biaya tidak tetap Biaya tidak tetap terdiri dari biaya bahan bakar, biaya reparasi, biaya perawatan preventip, biaya ban dan biaya operator. -
Biaya bahan bakar adalah pengeluaran solar atau bensin (bahan bakar) pada kondisi kerja per jam. Satuannya adalah liter per jam, sedangkan harga per liter yang digunakan adalah harga lokasi.
-
Biaya pemeliharaan preventip adalah untuk memberikan kondisi kerja yang baik bagi mesin dan peralatan.
25
-
Biaya ban per jam diperuntukan bagi traktor-traktor roda, sebab banyak pengalaman
menunjukkan
bahwa
penggantian
ban
ini
besar
pengaruhnya terhadap biaya operasi. -
Dalam perhitungan biaya perbaikan ini dapat digolongkan ke dalam 3 golongan/alat pertanian, yaitu: biaya perbaikan untuk peralatan besar, biaya perbaikan untuk traktor roda dua dan biaya perbaikan dan pemeliharaan mesin sumberdaya motor.
(Daywin, dkk., 2008). Break even point Break even point (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri BEP maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan BEP akan memperoleh keuntungan. Analisis BEP juga digunakan untuk : 1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha. 2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi untuk peralatan produksi. 3. Tingkat
produksi
dan
penjualan
yang
menghasilkan
ekuivalensi
(kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak
26
untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Untuk mendefinisikan antara titik impas pada keuntungan (P) nol dan titik impas dengan kontribusi keuntungan, keuntungan sebelum pajak (P) perlu diperhatikan, yakni: FC + P
S = SP - VC...................................................................................................... (7) dimana: S
=
sales variabel (produksi) (Kg)
FC
=
fix cash (biaya tetap) per tahun (Rp)
P
=
profit (keuntungan) (Rp) dianggap nol untuk mendapat titik impas.
SP
=
selling per unit (penerimaan dari tiap unit produksi) (Rp)
VC =
variabel cash (biaya tidak tetap) per unit produksi (Rp)
(Waldiyono, 2008). Net present value Net Present Value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto) pada waktu sekarang (present). Asumsi present yaitu menjelaskan waktu awal perhitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke nol (0) dalam perhitungan cash flow investasi. Cash flow yang benefit saja perhitungannya disebut dengan present worth of benefit (PWB), sedangkan jika yang diperhitungkan hanya cash out (cost) disebut dengan present worth of cost (PWC). Sementara itu NPV diperoleh dari PWB dikurangi PWC, yakni: NPV = PWB - PWC .................................................................................... (8) PWB = present worth of benefit
27
PWC = present worth of cost Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak ekonomis atau tidak, diperlukan suatu ukuran atau kriteria tertentu dalam metode NPV, yaitu: NPV > 0 artinya investasi akan menguntungkan/ layak NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan (Giatman, 2006). Internal rate of return Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu. IRR adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh: B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut:
IRR = p % +
X x(q % − p %)( positif dan negatif ) ....................................... (9) X +Y
dan
IRR = q% +
X x(q% − p%)( positif dan positif ) X −Y
dimana: p = suku bunga bank paling atraktif q = suku bunga coba-coba ( > dari p) X = NPV awal pada p Y = NPV awal pada q (Purba, 1997).
...................................(10)