POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU DI LOKASI PENEBANGAN IUPHHK-HA PT. ANDALAS MERAPI TIMBER
Oleh: WAHYUNI/ 051203003 TEKNOLOGI HASIL HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian Nama Mahasiswa NIM Program Studi
: Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber : Wahyuni : 051203003 : Teknologi Hasil Hutan
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
Ketua,
Anggota,
Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si NIP : 132 303 841
Iwan Risnasari, S.Hut. M.Si NIP : 132 259 571
Mengetahui, Ketua Departemen Kehutanan
Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS NIP : 132 287 853
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
ABSTRAK
WAHYUNI. Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber (AMT). Dibimbing oleh Bapak Luthfi Hakim dan Ibu Iwan Risnasari.
Tujuan penelitian ini untuk menghitung potensi limbah hasil pemanenan kayu, menghitung faktor eksploitasi, dan optimalisasi pemanfaatan limbah pemanenan kayu berdasarkan dimensi limbah. Penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK-HA PT. AMT Kecamatan Sangir, Kebupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat selama 1 bulan pada bulan Maret dan April 2009. Hasil penelitian menunjukkan besarnya Faktor Eksploitasi rata-rata adalah 0,74. Persentase limbah pemanenan kayu terbesar diperoleh dari jenis meranti sepat (Shorea palembanica) yaitu sebesar 21,05 % dan persentase terkecil yaitu diperoleh dari jenis meranti kulit buaya (Shorea platycladus) sebesar 8,48 %. Persentase limbah pemanenan kayu yaitu 45 % dari keseluruhan pengamatan terhadap limbah dari 120 batang, terdapat 54 batang yang berlimbah dan 66 batang tidak berlimbah. Terdapat Faktor penyebab limbah terdiri dari cacat alami sebesar 70,61 %, cacat mekanis sebesar 11,88 %, dan yang disebabkan faktor alam berupa kelerengan yaitu sebesar 17,51 %. Kata Kunci: Potensi, Faktor Eksploitasi, Limbah, Pemanenan Kayu.
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
ABSTRACT
WAHYUNI. Potency of Logging Waste in felling area, Case Study at IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber (AMT). Supervised by Luthfi Hakim and Iwan Risnasari.
The aim of this research was to know potency of logging waste, exploitation factor, and optimalization of logging waste based log dimention. This research was done in IUPHHK-HA PT. AMT Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Provinci Sumatera Barat during 1 month in March 2009. Result of research show that the level of exploitation factor is 0,74. Logging waste precentage biggest from meranti sepat (Shorea palembanica) is 21,05 % and smallest percentage that is from meranti kulit buaya (Shorea platycladus)is 8,84 %. Logging waste percentage that is 45 % from overall of perception to waste from 120 bar, there are 54 bar which have waste and 66 bar do not have waste. Logging waste cause factor consist of natural handicap is 70,61 %, mechanical handicap is 11,88 %, and which caused by natural factor in the from of ramp that is 17,51 %. Keyword: Potency, Factor Exploitation, Logging Waste, Forest Harvesting.
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Takengon pada tanggal 19 Januari 1987 dari ayah Drs. Syafaruddin Malik dan ibu (Alm) Diana, S.Pd. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Jeumpa Bireuen dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk USU melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Praktikum Pengantar Inventarisasi Hutan tahun 2008, asisten Praktikum Pengeringan Kayu tahun 2008, asisten Praktikum Mekanika Kayu tahun 2008, dan asisten Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) tahun 2008 dan 2009. Penulis juga mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) Departemen Kehutanan USU sebagai anggota, Komunitas Pembibitan (KOMBIT) Departemen Kehutanan USU sebagai anggota, interpreter pada interpreter CommunitiyPendidikan dan Interpretasi Lingkungan dan Alam Sekitar (IC-PILAR). Penulis melaksanakan praktek kerja lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat selama 2 bulan tahun 2009. Penulis juga melakukan penelitian di IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber pada bulan Maret hingga April tahun 2009 dengan judul “Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber.
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah limbah pemanenan kayu dengan judul Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi limbah hasil pemanenan kayu di lokasi penebangan, menghitung faktor eksploitasi, dan memprediksi optimalisasi pemanfaatan limbah pemanenan di IUPHHK-HA PT. AMT. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si dan Ibu Iwan Risnasari, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Di samping itu penghargaan penulis sampaikan kepada IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber dan Tropical Forest Trust (TFT) yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan perhatiannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, Juni 2009
Penulis
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
DAFTAR ISI Halaman RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................... iii DAFTAR TABEL ....................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................ 1 Tujuan..................................................................................................... 2 Manfaat Penelitian .................................................................................. 2 TINJAUAN PUSTAKA PT. Andalas Merapi Timber .................................................................... 4 Pemanenan Kayu .................................................................................... 6 Limbah Pemanenan Kayu........................................................................ 6 Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu ................................................... 9 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................. 12 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 12 Metode Penelitian ................................................................................... 12 Pengumpulan Data .................................................................................. 14 Data Primer ....................................................................................... 14 Data Sekunder ................................................................................... 14 Pengolahan dan Analisa Data .................................................................. 14 Volume Log yang Diharapkan Termanfaatkan................................... 15 Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan ............................... 15 Persentase Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan.............. 16 Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan................... 16 Faktor Eksploitasi.............................................................................. 17 Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu ................................................... 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Volume Kayu Tebangan dan Faktor Eksploitasi ..................................... 18 Limbah Pemanenan Kayu........................................................................ 20 Limbah Pemanenan Berdasarkan Sebaran Diameter Sortimen ........... 23 Limbah Pemanenan Berdasarkan Sebaran Panjang Sortimen ............. 24 Limbah Pemanenan Berdasarkan Sebaran Diameter dan panjang Sortimen............................................................................................ 25 Faktor Penyebab Limbah Pemanenan ...................................................... 26 Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu ................................................... 33 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................. 35 Saran ....................................................................................................... 35
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 36 LAMPIRAN ................................................................................................ 38
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
DAFTAR TABEL Halaman 1. ..................................................................................................... Letak Areal Kerja IUPHHK-HA PT. AMT ................................................. 5 2. ..................................................................................................... Juml ah sampel tiap petak tebangan ........................................................... 13 3. ..................................................................................................... V olume log yang diharapkan termanfaatkan dan volume log yang termanfaatkan .................................................................................... 18 4. ..................................................................................................... P ersentase limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan berdasarkan jenis ............................................................................... 21 5. ..................................................................................................... P ersentase limbah pemanenan kayu berdasarkan faktor penyebabnya .. 31
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. ..................................................................................................... Limb ah pemanenan kayu pada lokasi penebangan ..................................... 22 2. ..................................................................................................... S ebaran diameter sortimen limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan ....................................................................................... 24 3. ..................................................................................................... S ebaran panjang sortimen limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan ....................................................................................... 25 4. ..................................................................................................... S ebaran diameter dan panjang sortimen limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan ..................................................................... 26 5. ..................................................................................................... L imbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan ............................... 27 6. ..................................................................................................... L imbah pemanenan kayu yang disebabkan oleh faktor alami (gerowong) ........................................................................................ 28 7. ..................................................................................................... L imbah pemanenan kayu yang disebabkan oleh faktor alami (mata kayu) ................................................................................................. 28 8. ..................................................................................................... L imbah pemanenan kayu yang disebabkan oleh factor alami (bengkok) ......................................................................................... 28 9. Limbah pemanenan kayu yang disebabkan oleh faktor alami (banir) .29 10. ................................................................................................... L imbah pemanenan kayu yang disebabkan oleh faktor mekanis (pecah) ............................................................................................. 29 11. ................................................................................................... P ersentase limbah pemanen kayu berdasarkan faktor penyebabnya ...... 30 12. ................................................................................................... T onggak yang ditinggalkan pada lokasi penebangan ............................ 32
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. ......................................................................................................... Pe rsentase Limbah Berdasarkan Jenisnya .................................................. 38 2. ......................................................................................................... Fa ktor Eksploitasi Perjenis ........................................................................ 38 3. ......................................................................................................... Li mbah Berdasarkan Faktor Penyebabnya................................................. 38 4. ......................................................................................................... Li mbah berdasarkan Faktor Penyebabnya ................................................. 39 5. ......................................................................................................... Se baran Diameter Limbah Pemanenan ...................................................... 39 6. ......................................................................................................... Se baran Panjang Limbah Pemanenan ........................................................ 40 7. ......................................................................................................... Se baran Panjang dan Diameter Limbah Pemanenan .................................. 40 8. D ata Volume Pohon yang Diharapkan Termanfaatkan dari Limbah (meranti merah)………………………………………………………. ... 40 9. ......................................................................................................... D ata Volume Pohon yang Termanfaatkan dari Limbah (meranti merah) ................................................................................................... 41 10. ....................................................................................................... Da ta Limbah(meranti merah) ..................................................................... 41 11. ....................................................................................................... Fa ktor Eksploitasi(meranti merah)............................................................. 42 12. ....................................................................................................... D ata Volume Pohon yang Termanfaatkan (tanpa limbah) (meranti merah) ................................................................................................... 43
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
13. ....................................................................................................... D ata Volume Pohon yang Diharapkan Termanfaatkan dari Limbah (meranti cengkawang) ........................................................................... 44 14. ....................................................................................................... D ata Volume Pohon yang Termanfaatkan dari Limbah (meranti cengkawang) ......................................................................................... 44 15. ....................................................................................................... Da ta Limbah (meranti cengkawang)........................................................... 44 16. ....................................................................................................... Fa ktor Eksploitasi (meranti cengkawang) .................................................. 44 17. ....................................................................................................... D ata Volume Pohon yang Termanfaatkan (tanpa limbah) (meranti cengkawang) ......................................................................................... 45 18. ....................................................................................................... D ata Volume Pohon yang Diharapkan Termanfaatkan dari Limbah (meranti sepat)....................................................................................... 45 19. ....................................................................................................... D ata Volume Pohon yang Termanfaatkan dari Limbah (meranti sepat) .... 45 20. ....................................................................................................... Da ta Limbah (meranti sepat) ...................................................................... 46 21. ....................................................................................................... Fa ktor Eksploitasi (meranti sepat) ............................................................. 46 22. ....................................................................................................... D ata Volume Pohon yang Termanfaatkan (tanpa limbah) (meranti sepat)..................................................................................................... 46 23. ....................................................................................................... D ata Volume Pohon yang Diharapkan Termanfaatkan dari Limbah (meranti kulit buaya) ............................................................................. 46 24. ....................................................................................................... D ata Volume Pohon yang Termanfaatkan dari Limbah (meranti kulit buaya) ................................................................................................... 47 25. ....................................................................................................... Da ta Limbah (meranti kulit buaya)............................................................. 47 26. ....................................................................................................... Fa ktor Eksploitasi (meranti kulit buaya) .................................................... 47 27. ....................................................................................................... D ata Volume Pohon yang Termanfaatkan (tanpa limbah) (meranti kulit buaya) ........................................................................................... 47 28. ....................................................................................................... D ata Volume Pohon yang Diharapkan Termanfaatkan dari Limbah (meranti batu) ........................................................................................ 48 29. ....................................................................................................... D ata Volume Pohon yang Termanfaatkan dari Limbah (meranti batu) ...... 48 30. ....................................................................................................... Da ta Limbah (meranti batu) ....................................................................... 49 31. ....................................................................................................... Fa ktor Eksploitasi (meranti batu) ............................................................... 49
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
32. ....................................................................................................... D ata Volume Pohon yang Termanfaatkan (tanpa limbah) (meranti batu) ...................................................................................................... 49 33. ....................................................................................................... Pet a Rencana Kerja IUPHHK-HA PT. AMT .............................................. 50
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
PENDAHULUAN
Latar Belakang PT. Andalas Merapi Timber (AMT) adalah salah satu perusahaan pemegang Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) berdasarkan akte No. 86 tanggal 26 Desember 1978. Perkembangan selanjutnya PT AMT saat ini sedang menuju pengelolaan hutan secara lestari. Sebagai salah satu indikator pengelolaan hutan secara lestari adalah optimalisasi limbah pemanenan kayu. Kegiatan pemanenan kayu untuk keperluan industri menghasilkan volume kayu yang lebih kecil bila dibandingkan dengan limbah yang dihasilkan berupa kayu yang tidak termanfaatkan. Sehingga masalah limbah pemanenan kayu perlu mendapat perhatian bagi pengusaha kehutanan. Limbah hasil pemanenan kayu berasal dari petak tebangan dan tempat pengumpulan sementara (TPn). Bahan baku
untuk
industri perkayuan
sudah
mulai menipis,
sehingga perlu
meminimalkan volume limbah pemanenan, yaitu dengan cara melakukan kegiatan pemanenan kayu yang tepat dan cermat dalam hal tenaga kerja, peralatan, cara kerja, organisasi kerja, pengawasan dan pemeliharaan peralatan. Kebutuhan kayu sebagai bahan baku industri maupun bukan industri terus meningkat sejalan dengan meningkatnya laju degradasi hutan. Salah satu pemanfaatan kayu yang utama yaitu sebagai komponen bangunan. Kayu yang digunakan untuk komponen bangunan dari hutan alam pasokannya semakin menurun. Berbagai jenis kayu dapat digunakan sebagai komponen bangunan baik struktural maupun bukan struktural. Potensi limbah terbesar pada kegiatan
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
pemanenan kayu terdapat pada petak tebangan. Upaya pengurangan limbah pemanenan dapat dilakukan dengan memanfaatakan limbah tersebut sebagai komponen bangunan yang sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia). Optimalisasi limbah pemanenan kayu merupakan salah satu indikator menuju pengelolaan hutan secara lestari. Hal tersebutlah yang menjadi acuan PT AMT dalam upaya meminimalkan limbah pemanenan kayu sehingga sebisa mungkin dapat mencapai zero waste. Salah satunya adalah optimalisasi pemanfaatan limbah pemanenan kayu berdasarkan dimensi limbah. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi limbah pemanenan kayu serta kebijakan optimalisasi pemanfaatan berdasarkan dimensi limbah.
Tujuan Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Menghitung potensi limbah hasil pemanenan kayu di lokasi penebangan IUPHHK-HA PT. AMT. 2. Menghitung faktor eksploitasi limbah pemanenan kayu. 3. Memprediksi
optimalisasi
pemanfaatan
limbah
pemanenan
kayu
berdasarkan dimensi limbah.
Manfaat Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini antara lain : 1. Mendapatkan data akurat potensi limbah pemanenan kayu di lokasi penebangan IUPHHK-HA PT. AMT.
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan optimalisasi pengelolaan limbah pemanenan IUPHHK-HA PT. AMT untuk kebutuhan lokal. 3. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi IUPHHK-HA PT. AMT dalam usaha meminimalisasi limbah pemanenan.
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
TINJAUAN PUSTAKA
PT. Andalas Merapi Timber PT. AMT mendapatkan Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK). IUPHHK diperoleh berdasarkan Forest Agreement (FA) dari pemerintah dengan keputusan No. FA/N/024/IV/1980, tanggal 21 April 1980 dan dengan SK Menteri Pertanian dengan No. 624/kts/Um/1980, tanggal 26 Agustus 1980. Luas kawasan PT AMT adalah 118.200 Ha, dengan areal 40.000 Ha terdapat di Muara Timpeh dan 78.200 Ha di Pasaman. Setelah berakhirnya masa pengusahaan hutan tahap pertama tanggal 28 Agustus 2000, Berdasarkan SK Pembaharuan HPH/IUPHHK PT. AMT perpanjangan pengelolaan hutan tahap ke II oleh Menteri Kehutanan dengan Nomor 82/Kpts-II/2000 tanggal 22 Desember 2000, maka luas areal kerja PT. AMT adalah 28.840 Ha. Seluruh areal kerja berlokasi di Kecamatan Sungai Pagu, Kecamatan Sangir, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, Kecamatan Sangir Jujutan dan Sangir Batanghari di Kabupaten Solok Propinsi Sumatera Barat (PT. AMT, 2004). Letak, luas dan batas-batas areal kerja HPH/IUPHHK PT. AMT ini secara lengkap disajikan pada Tabel 1
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Tabel 1. Letak Areal Kerja IUPHHK-HA PT. AMT No. 1.
Deskripsi Luas Areal
Keterangan 28.840 ha (SK Menhut No. 82/Kpts-II/2000)
HPH/IUPHHK 2.
3.
Batas Astronomi : a. Bujur Timur
101001’ – 101016’
b. Lintang Selatan
01018’ – 01030’
Batas Areal Kerja : a. Sebelah Utara
Hutan Lindung Batang Hari II
b. Sebelah Timur
HPT yang dicadangkan untuk penambahan areal kerja PT. AMT (Sei Pemomongan Gadang)
c. Sebelah Selatan
Desa Durian Tarung/Lubuk Gadang dan sebagian Hutan Lindung Batang Hari II
d. Sebelah Barat 4.
Hutan Lindung Batang Hari II
Administrasi
Propinsi Sumatera Barat
Pemerintahan
Kabupaten Solok Selatan Kecamatan Sangir, Sungai Pagu, Koto parik Gadang Diateh, Sangir Jujutan dan Sangir Batang Hari
5.
Administrasi Kehutanan
Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Barat Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan Sangir Dinas Kehutanan Kabupaten Solok Selatan
6.
Kelompok Hutan
S. Batang Hari – S. Sangir
7.
DAS / Sub DAS
DAS Sungai Batanghari Hulu – Sungai Batang Sangir
8.
Ketinggian Tempat
80 – 550 m dpl
Sumber : PT. AMT (2004).
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Pemanenan Kayu Pemanenan kayu diartikan sebagai proses kegiatan pemindahan hasil hutan berupa kayu dari hutan atau tempat tumbuhnya, menuju pasar atau tempat-tempat pemanfaatannya, sehingga kayu tersebut berharga dan berguna bagi kehidupan manusia. Dengan demikian pada hakikatnya pemanenan kayu adalah suatu proses produksi, dimana kayu bulat (log) merupakan produknya (Nugroho, 1999 dalam Widiyanti, 2005). Pada kenyataannya, volume kayu yang dimanfaatkan lebih kecil dibandingkan volume kayu yang ditebang, sehingga terdapat banyak kayu yang tidak terangkut di petak tebangan dan di tempat pengunpulan kayu (TPn) berupa limbah (Muhdi, 2003). Menurut McMinn, et al. (1987) bahwa pada kebanyakan operasi penebangan menghasilkan banyak jumlah kayu yang tertinggal pada tempat tebangan. Kegiatan pemotongan tersebut menghasikan sisa kayu yang tidak dapat diperdagangkan lagi. Limbah tersebut menghasilkan sisa sumber daya pada lokasi pemanenan.
Limbah Pemanenan Kayu Limbah pemanenan adalah bagian pohon yang seharusnya dapat dimanfaatkan, tetapi karena berbagai sebab terpaksa ditinggalkan di hutan. Besarnya limbah tersebut dinyatakan dalam persentase antara volume bagian batang yang ditinggalkan dengan volume seluruh batang yang diharapkan dapat dimanfaatkan (Sastrodimejo dan Simarmata, 1978 dalam Muhdi, 2006). Menurut McKeever dan Falk (2004) menyatakan bahwa limbah pemanenan kayu merupakan bahan yang dipindahkan dari tempat pertumbuhan
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
dan sumber kayu lain selama proses pemanenan kayu dan sisa kayu ditinggalkan pada tempat pemanenan kayu. Simarmata dan Haryono (1986) dalam Muhdi (2006) mengartikan limbah pemanenan kayu sebagai pohon atau bagian batang yang tertinggal dan belum dimanfaatkan di areal tebangan yang berasal dari pohon yang ditebang dan pohon-pohon lain yang rusak akibat penebangan dan penyaradan. Jenis limbah pemanenan meliputi tunggak, bagian atas batang, dan bagian batang yang tidak dapat digunakan (Xu dan Carraway, 2005). Simarmata dan Sinaga (1982) dalam Muhdi (2006) menyatakan bahwa limbah pemanenan kayu meliputi : a. Bagian tunggak di atas batas yang diperkenankan. b. Bagian-bagian dari kayu bulat yang pecah atau tercabut seratnya sampai batas cabang. Limbah kayu dari pemanenan kayu dan pada saat pengolahan terbagi menjadi dua sumber yaitu : (a) Limbah kayu dihutan dan (b) Limbah kayu utama yang dihasilkan dari pengolahan (McKeever dan Falk, 2004). Berdasarkan pekerjaannya, Widarmana et al. (1973) dalam Muhdi (2006) membedakan limbah kayu menjadi : 1. Limbah pemanenan (logging waste), yaitu limbah akibat kegiatan pemanenan kayu. 2. Limbah industri (processing wood waste), yaitu limbah yang diakibatkan kegiatan industri kayu seperti pada pabrik penggergajian, meubel dan lain-lain.
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Berdasarkan Muhdi (2006) bahwa terjadinya logging waste dibedakan sebagai berikut : 1. Limbah yang terjadi di tempat tebangan (felling area) Limbah yang terjadi di tempat tebangan biasanya berupa cabang-cabang, ranting-ranting yang berdiameter > 10 cm. Kelebihan tunggak dan tinggi yang dibenarkan (25-50 cm dari permukaan tanah) dan potongan-potongan atau tatal-tatal akibat pembagian batang (bucking). 2. Limbah yang terjadi di tempat pengumpulan kayu (log deck) Limbah yang terjadi di log deck biasanya berbentuk batang yang tidak memenuhi syarat-syarat kayu ekspor baik kualitas maupun ukurannya. Misalnya kayu yang bengkok, pecah, busuk dan sebagainya. Pada sistem pemanenan yang melakukan pembagian batang (bucking) di log deck, limbah yang terjadi berupa batang-batang pendek, yaitu sisa-sisa pembagian batang tersebut. 3. Limbah yang terjadi di log pond Limbah ini umumnya terjadi pada pemanenan kayu rimba di luar pulau Jawa. Limbah di sini terutama disebabkan karena penolakan kualita oleh pihak pembeli. Kayu-kayu tersebut mungkin disebabkan terlalu lama disimpan di log pond sehingga kayu menjadi pecah-pecah, busuk atau terkena jamur. Penelitian Sugiri (1981) dalam Muhdi (2006) juga mengemukakan bahwa limbah pemanenan kayu di hutan tropika basah dari suatu HPH di Kalimantan Selatan mencapai 51,0 % dari tegakan pohon komersial yang ditebang. Limbah tersebut terdapat di areal tebangan sebesar 42,3 % dalam bentuk batang dan
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
cabang di atas 10 cm, log pond 6,8 % dalam bentuk batang dan log yard 1,9 % dalam bentuk batang. Lempang, et al. (1995) dalam Muhdi (2006) menjelaskan cara untuk menentukan faktor eksploitasi, yaitu dengan melihat perbandingan antara bagian batang yang dimanfaatkan dengan bagian batang yang diperkirakan dapat dimanfaatkan. Bagian batang yang diperkirakan dapat dimanfaatkan adalah bagian batang yang dimulai dari batas tunggak yang diijinkan sampai cabang pertama. Bagian batang yang ditinggalkan adalah bagian batang sampai cabang pertama (bebas cabang) yang karena sesuatu hal akibat pemanenan kayu menjadi limbah.
Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu Umumnya limbah pemanenan yang dihasilkan melalui proses pemanenan kayu memiliki diameter yang relative besar. Sehingga limbah pemanenan kayu tersebut memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai komponen bangunan. Menurut Abdurachman dan Hadjib (2006) bahwa dalam pemakaian kayu untuk konstruksi bangunan harus memenuhi syarat mampu menahan bermacam-macam beban yang bekerja dengan aman dalam jangka waktu yang direncanakan : mempunyai ketahanan dan keawetan yang memadai melebihi umur pakainya, serta mempunyai ukuran penampang dan panjang yang sesuai dengan pamakainya dalam konstruksi. Untuk keperluan konstruksi, sebaiknya ukurannya disesuaikan dengan ukuran standar, misalnya untuk reng berukuran 2/3, 4/6 ; kaso berukuran 5/7, atau untuk komponen kuda-kuda kayu berukuran 5/10, 6/12 dan 8/12 dan sebagainya.
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Selain itu disyaratkan kadar air, kerapatan dan sebaginya perlu pula diperhatikan (Abdurachman dan Hadjib, 2006). Dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat diperkirakan kebutuhan akan bahan chip kayu dan kayu bakar akan sangat mendesak. Mungkin dalam waktu 10 atau 20 tahun mendatang limbah eksploitasi, akibat kecerobohan dan yang tidak terhindarkan, akan memadai untuk diangkut ke tempat-tempat pengolahan atau pusat distribusi. Dengan demikian masalah mengurangi besar limbah eksploitasi menjadi ringan (Suparto, 1999). Berdasarkan Departemen Kehutanan, Direktoran Jenderal Pengusahaan Hutan Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IVPHH/1990 Tanggal 6 Oktober 1990, tentang Pedoman Teknis Penekanan dan Pemanfaatan Kayu Limbah Pembalakan bahwa Kayu limbah pembalakan yang dapat dipungut berbentuk kayu bulat berupa tunggak, bagian batang yang cacat/rusak, bagian batang di atas cabang, cabang dan ranting bersumber dari pohon yang ditebang sesuai perijinan yang sah (RKT) HPH atau IPK) di luar ukuran sortimen kayu bulat untuk pertukangan, kayu serpih dan sortimen khusus lainnya dengan ukuran diameter lebih kecil dari 30 cm (panjang tanpa batasan) atau panjang kurang dari 2 meter (diameter tanpa batasan). SNI 03-2445-1991, Ukuran kayu untuk bangunan Rumah dan Gedung spesifikasi ukuran panjang nominal (m): 1; 1.5; 2; 2.5; 3; 3.5; dst 5.5. Serta dapat disesuaikan dengan SNI 03-0675-1989 untuk spesifikasi ukuran kusen pintu kayu, kusen jendela kayu, daun pintu kayu dan daun jendela kayu untuk bangunan rumah dan gedung, spesifikasi ukuran untuk daun pintu tunggal (m) : (2,2.1,2.4) x
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
(0.8,0.9, 1.2). Ukuran untuk dua daun pintu berbeda (m) : (2,2.1, 2.4) x(1.2, 1.5), dan ukuran untuk daun pintu ganda (m) : (2, 2.1,2.4)x (1.5,1.8, 2.1, 2.4).
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lokasi penebangan RKT tahun 2009 IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, Padang. PT. AMT terletak di daerah Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dimulai pada tanggal 6 Maret 2009 sampai dengan 4 April 2009.
Alat dan Bahan Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : pita ukur dengan ukuran 50 meter yang digunakan untuk mengukur panjang limbah, phiband untuk pengukuran diameter limbah kayu, kompas, kamera, parang, tally sheet, alat-alat tulis dan alat-alat hitung. Sedangkan bahan atau objek penelitian ini adalah tegakan hutan sesudah kegiatan pemanenan serta kayu-kayu hasil penebangan di lokasi tebangan.
Metode Penelitian Jumlah populasi yang diukur adalah yang layak ditebang pada RKT tahun 2009 atau pohon yang berdiameter di atas 60 cm dan sebanyak 10 % dari jumlah pohon yang ditebang pada interval waktu penelitian di lapangan pada RKT tahun 2009. Jumlah pohon produksi yang ditebang selama satu bulan adalah sebesar 1.200 batang hal tersebut menunjukkan sampel yang diambil adalah sebanyak 120 batang. Untuk mendapatkan jumlah sampel tersebut dilakukan penelitian selama
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
satu bulan penuh dengan asumsi 25 hari kerja efektif, sehingga total sampel yang akan diperoleh dapat mewakili potensi limbah pada lokasi tebangan. Selama batas waktu tersebut data primer yang dikumpulkan berupa pengamatan dan pengukuran pada lokasi penebangan terhadap 4 petak tebangan. Pengamatan dan pengukran dilakukan secara acak terhadap 4 petak tersebut dan dapat ditabulasikan pada Tabel 2 Tabel 2. Jumlah sampel tiap petak tebangan No.
Petak Tebangan
Jumlah Kayu
Keterangan
1
Petak 55
25
Luas = 92 Ha
2
Petak 56
27
Luas = 83 Ha
3
Petak 73
25
Luas = 100 Ha
4
Petak 74
43
Luas = 97 Ha
Jumlah
120 batang
Sumber : data primer penelitian (2009). Pengukuran
volume
log
yang
menjadi
limbah
dan
diharapkan
termanfaatkan diperoleh dengan cara mengukur panjang log dan diameter ujung dan pangkal log tersebut. Jenis kayu yang diteliti adalah jenis kayu komersial yang berasal dari kayu dari keluarga meranti yaitu meranti merah, meranti cengkawang, meranti sepat, meranti kulit buaya, dan meranti batu. Pengukuran panjang log yang dijadikan limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan yaitu log dengan panjang mulai dari 1,6 m dan lebih besar disesuaikan untuk pemanfaatan log berdasarkan SNI 03-0675-1989 dan SNI 03-2445-1991.
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Pengumpulan Data Data Primer Data primer didapatkan dengan cara melakukan pencatatan data secara langsung di areal penelitian. Jenis data primer yang dikumpulkan meliputi : 1. Data total volume log yang diharapkan termanfaatkan 2. Data volume log yang tidak termanfaatkan (limbah pemanenan kayu di lokasi penebangan). Pengukuran data primer meliputi : 1. Pengukuran total volume log yang diharapkan termanfaatkan. Volume log yang diharapkan termanfaatkan menunjukkan volume log setelah kegiatan penebangan yang masih berada pada lokasi penebangan yang diharapkan dapat termanfaatkan seluruhnya. 2. Pengukuran volume log yang tidak termanfaatkan. Volume log yang tidak termanfaatkan adalah volume log yang ditinggalkan pada lokasi penebangan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kesalahan cacat alami kayu, cacat mekanis, dan faktor alam yaitu kelerengan. Volume log yang tidak termanfaatkan dapat disebut sebagai limbah pemanenan kayu yang berada pada lokasi penebangan.
Data Sekunder Data sekunder diperoleh langsung dari IUPHHK PT. AMT dan dari berbagai literatur yang mendukung. Jenis data sekunder yang dikumpulkan berupa keadaan fisik kawasan dan kondisi IUPHHK PT AMT meliputi status kawasan,
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
geografi, topografi, iklim, variasi, vegetasi dan satwa yang terdapat di dalam hutan, serta kondisi demografi di sekitar wilayah pengusahaan hutan. Data sekunder lainnya yang juga penting yaitu spesifikasi alat (chainsaw dan alat penyaradan/traktor) yang digunakan selama penelitian pemanenan tersebut dilaksanakan.
Pengolahan dan Analisa Data Volume log yang diharapkan termanfaatkan Perhitungan volume log yang diharapkan termanfaatkan pada lokasi penebangan dilakukan dengan menggunakan rumus Brereton (Muhdi, 2006) :
V = ¼ π [ { (du + dp )/2 }/100]2 x t Keterangan : V : Volume (m3) π : 3,14 dp : Diameter Pangkal (cm) du : Diameter Ujung (cm) t : Panjang (m)
Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan
Limbah pemanenan yang diukur pada penelitian ini adalah sisa-sisa atau bagian pohon yang ditebang yang dianggap tidak bernilai ekonomis dalam suatu proses produksi pemanenan dan ditinggalkan di tempat tebangan setelah operasi pemanenan selesai. Selain limbah pemanenan, log yang diangkut juga dihitung volumenya untuk kemudian di hitung persentase limbahnya. Pengukuran panjang log yang dijadikan limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan yaitu log Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
dengan panjang mulai dari 1,6 m dan lebih besar disesuaikan untuk pemanfaatan log berdasarkan SNI 03-0675-1989 dan SNI 03-2445-1991. Limbah yang berasal dari cabang, ranting, dan pucuk tidak dilakukan pengamatan dan pengukuran disebabkan jarang untuk dapat dimanfaatkan. Sehingga dapat memakan waktu dan biaya dalam pengukuran, sedangkan limbah tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi. Pengamatan dan pengukuran yang dilakukan pada saat penelitian adalah limbah yang mungkin untuk dimanfaatkan.
Persentase Limbah Pemanenan kayu di Lokasi Penebangan Persentase limbah pemanenan kayu adalah perbandingan antara volume limbah pemanenan kayu terhadap volume total pemanenan kayu (volume batang ditambah volume limbah pemanenan kayu). Persentase limbah pemanenan kayu dapat dihitung dengan rumus (Muhdi, 2003) : % Limbah =
V1 X 100% V2
Keterangan : V1 : Volume limbah pemanenan kayu yang tidak termanfaatkan V2 : Volume total pemanenan kayu yang diharapkan dapat dimanfaatkan (volume limbah pemanenan + volume log yang diangkut)
Potensi Limbah Pemanenan Kayu di Lokasi Penebangan Potensi limbah pemanenan kayu merupakan gambaran besaran jumlah limbah pemanenan yang berdasarkan jumlah batang pohon yang ditargetkan ditebang pada RKT 2009. Potensi limbah pemanenan kayu di patak tebangan menunjukkan besarnya limbah pemanenan kayu yang terdapat pada lokasi tebangan berdasarkan jumlah batang yang diamati.
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Faktor Eksploitasi Menurut Elias (2002) dalam Widiyanti (2005), Faktor Eksploitasi adalah perbandingan volume kayu yang dapat diproduksi dari sebatang pohon yang ditebang dengan volume batang pohon berdiri sampai dengan cabang pertama dari pohon yang sama. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran pohon berdiri namun dilakukan pengukuran dimensi terhadap kayu yang sudah ditebang sampai dengan cabang pertama. Fe =
Vp Vph
Keterangan : Fe : Faktor Eksploitasi Vp : Volume kayu yang diproduksi dari pohon yang ditebang sampai dengan TPn (m3) Vph : Volume batang pohon berdiri sampai dengan cabang pertama (m3)
Pemaafaatan Limbah Pemanenan Kayu Pemanfaatan limbah pemanenan dapat merujuk pada penggunaan limbah sebagai bahan baku produk penggergajian kayu serta dapat digunakan sebagai bahan bakar. Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan kayu bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan atau bentukbentuk yang sesuai dengan tujuan penggunaannya (SNI, 1991). Limbah pemanenan kayu yang dapat dijadikan kayu gergajian untuk bangunan rumah dan gedung disesuaikan dengan SNI 03-2445-1991, sesuai dengan SNI tersebut spesifikasi ukuran panjang minimal yaitu 1 m. Serta dapat disesuaikan dengan SNI 03-0675-1989 untuk spesifikasi ukuran kusen pintu kayu, kusen jendela kayu, daun pintu kayu dan daun jendela kayu untuk bangunan rumah dan gedung, sesuai SNI tersebut spesifikasi ukuran panjang minimal yaitu 0,8 m.
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Volume Kayu Tebangan dan Faktor Eksploitasi Kegiatan penebangan yang baik adalah yang tidak menyisakan limbah pemanenan. Pengukuran terhadap volume kayu tebangan adalah suatu kegiatan untuk dapat memprediksi besaran limbah yang tertinggal di lokasi penebangan. Volume log yang diharapkan termanfaatkan, volume log termanfaatkan, dan faktor eksploitasi dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Volume log yang diharapkan termanfaatkan dan volume log yang termanfaatkan
No.
Volume Diharapkan Termanfaatka n (Vph)
Jenis Meranti Merah 1 (Shorea leprosula) 186.5 Meranti Cengkawang 2 (Shorea parvifolia) 104.15 Meranti Sepat 3 (Shorea palembanica) 149.52 Meranti Kulit Buaya 4 (Shorea platycladus) 63.18 Meranti Batu 5 (Hopea mengarawan) 104.63 Jumlah 607.98 Sumber : data primer penelitian (2009).
Volume Termanfaatkan (Vp)
Kelas kuat
Kelas Awet Fe
III-IV
III
138.2
0.74 III-V
III
83.67
0.80 III-V
IV
97.81
0.65 II
II
II-I
II
44.73
0.71
83.73 448.14
Tabel 3 menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara volume log yang diharapkan termanfaatkan dengan volume log yang termanfaatkan. Volume log yang termanfaatkan diperoleh dari pengukuran volume log yang diangkut ke TPn, dengan asumsi volume log tersebut termanfaatkan. Sedangkan untuk volume log yang diharapkan termanfaatkan adalah volume log yang diharapkan dapat termanfaatkan secara keseluruhan tanpa adanya limbah.
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
0.80
Rata-rata Fe yang diperoleh adalah 0,74 dengan Fe terbesar diperoleh dari jenis meranti cengkawang dan meranti batu yaitu sebesar 0,80. Sedangkan untuk nilai Fe terkecil diperoleh dari jenis meranti sepat yaitu sebesar 0,65. Berdasarkan Widiyanti (2005) bahwa besarnya nilai Fe menunjukkan melalui sistem pemanenan yang ada seberapa besar kayu yang dapat dimanfaatkan, setelah mempertimbangkan kondisi topografi lapangan. Nilai Fe yang rendah dapat mengindikasikan bahwa semakin banyak volume pohon yang seharusnya termanfaatkan menjadi limbah pemanenan. Semakin tinggi nilai Fe maka akan semakin baik. Karena kondisi ini mengindikasikan semakin minimnya limbah kayu yang dihasilkan.
Hasil nilai Fe yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 0,74 menunjukkan nilai Fe yang lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Widiyanti (2005) di areal PT. Inanta Timber yaitu sebesar 0,85. Perbedaaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan kondisi topografi lapangan. Demikian juga nilai Fe yang diperoleh pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Elias (2002) dalam Widiyanti (2005) yang dilakukan di areal PT. Kiani Lestari yaitu sebesar 0,90. Besarnya faktor eksploitasi yang diperoleh pada penelitian tersebut dapat disebabkan oleh kondisi topografi lapangan yang mudah serta sistem pengelolaannya sebagai HPHTI.
Menurut Elias (2002) dalam Widiyanti (2005), besarnya Fe pada dasarnya ditentukan oleh adanya 2 faktor dominan, yaitu:
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
1. Efisiensi pemanenan kayu Efisiensi pemanenan kayu terutama sekali dipengaruhi oleh sistem dan teknik kegiatan pemanenan kayu. Teknik pemanenan kayu tidak terlepas dari tahapan penebangan yang merupakan komponen dari kegiatan pemanenan kayu, dan tidak terlepas dari kegiatan penentuan arah rebah pohon, pelaksana penebangan, pembagian batang, penyaradan, pengupasan dan pengangkutan. Teknik penebangan yang baik, yang mengusahakan pembuatan arah rebah yang tepat dan pembuatan teknik rebah yang serendah mungkin dapat meminimalisasi tingkat kerusakan kayu di lokasi penebangan. 2. Kerusakan biologis Kerusakan biologis merupakan salah satu hal yang paling banyak menimbulkan masalah limbah pemanenan kayu setelah sistem dan teknik pemanenan kayu yang kurang tepat.
Limbah Pemanenan Kayu Menurut Sastrodimejo dan Simarmata (1978) dalam Muhdi (2006) Limbah pemanenan adalah bagian pohon yang seharusnya dapat dimanfaatkan, tetapi karena berbagai sebab terpaksa ditinggalkan di hutan. Besarnya limbah tersebut dinyatakan dalam persentase antara volume bagian batang yang ditinggalkan dengan volume seluruh batang yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan juga berarti kayu sisa yang tidak termanfaatkan lagi yang ditinggalkan pada lokasi penebangan. Artinya kayu tersebut seharusnya dapat termanfaatkan namun karena ditinggalkan di lokasi penebangan maka disebut limbah. Limbah pemanenan kayu merupakan
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemanenan kayu. Limbahlimbah yang diamati dan diukur pada lokasi penebangan adalah sisa-sisa kayu yang tertinggal pada lokasi penebangan dengan dimensinya dapat dimanfaatkan. Sedangkan untuk limbah dengan ukuran kecil tidak dilakukan pengamatan dan pengukuran disebabkan sudah tidak dapat termanfaatkan lagi. Besarnya limbah tersebut dinyatakan dalam persentase antara volume bagian batang yang ditinggalkan dengan volume seluruh batang yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Besarnya persentase limbah pada lokasi penebangan dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 4. Persentase limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan berdasarkan jenis No.
Jenis Pohon
Meranti Merah Meranti Cengkawang Meranti Sepat Meranti Kulit Buaya Meranti Batu
Volume Log yang diharapkanTermanfaatkan (m3) 186,5 104,15 149,52 63,18 104,63
Volume Limbah (m3) 23,37 16,92 31,47 5,36 16,62
Persentase Limbah (%) 12,53 16,25 21,05 8,48 15,88
1 2 3 4 5
Total
607,98
93,74
14,84
Sumber : data primer penelitian (2009). Hasil persentase limbah pemanenan yang terbesar diperoleh dari jenis meranti sepat dengan nilai sebesar 21,05 % dan persentase terkecil diperoleh dari jenis meranti kulit buaya yaitu sebesar 8,48 %. Rata-rata persentase limbah pemanenan yang terdapat pada lokasi penebangan dalam bentuk batang adalah sebesar 14,84 %. Persentase limbah yang diperoleh pada penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan penelitian Widiananto (1981) dalam Muhdi (2006) mengemukakan bahwa limbah pemanenan kayu di hutan alam tropika basah dari suatu HPH di Kalimantan Timur mencapai 39,9 %, yang terdiri dari 26,5 % dalam bentuk batang dan 13,4 % dalam bentuk cabang. Persentase limbah pemanenan Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
yang lebih baik tersebut dapat disebabkann oleh penerapan RIL pada kegiatan pemanenan kayu pada IUPHHK-HA PT. AMT. Salah satu contoh limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan dapat dilihat pada Gambar 1
Gambar 1. Limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan. Menurut
Keputusan
Direktur
Jenderal
Pengusahaan
Hutan
No.
212/Kpts/IV-PHH/1990 Tentang Pedoman Teknis Penekanan dan Pemanfaatan Kayu Limbah Pembalakan dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :6886/KptsII/2002 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pemberian Izin Pemungutan Hasil Hutan (HPH) pada Hutan Produksi, Kayu limbah pembalakan adalah kayu yang tidak atau belum dimanfaatkan pada kegiatan pembalakan yang berasal dari pohon yang boleh ditebang berupa sisa pembagian batang, tunggak, cabang, ranting, pucuk dan kayu bulat yang mempunyai ukuran diameter kurang dari 30 cm atau panjang kurang dari 2 meter atau kayu cacat/gerowong lebih dari 40%. Tujuan dari pemanfaatan limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan adalah untuk peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat disekitar lokasi IUPHHK PT. AMT
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
dan juga berguna untuk mengurangi kegiatan illegal logging pada areal kerja IUPHHK PT. AMT.
Limbah Pemanenan Berdasarkan Sebaran Diameter Sortimen Hasil pengamatan dan pengukuran sortimen limbah pemanenan pada lokasi penebangan diklasifikasikan berdasarkan kelas diameter limbah. Sebaran sortimen yang paling banyak dengan kelas diameter 41 cm hingga 61 cm yaitu sebanyak 19 sortimen dan persentasenya sebesar 35,19 %, sedangkan kelompok sortimen yang paling sedikit adalah kelas diameter diatas 100 cm dengan jumlah 11 sortimen dan dengan persentasenya sebesar 20,37 %. Jumlah sortimen yang memiliki limbah pemanenan yaitu sebanyak 54 sortimen sedangkan sortimen selebihnya adalah sortimen yang diamati tanpa limbah. Jumlah sortimen terbanyak dengan persentase terbesar untuk kelas diameter 41 cm hingga 61 cm disebabkan limbah yang diperoleh kebanyak adalah berasal dari ujung batang yang dipanenan. Sehingga diameter limbah yang diperoleh relative lebih kecil. Untuk jumlah sortimen dan persentase terkecil adalah diameter di atas 100 cm disebabkan limbah yang diperoleh lebih sedikit berasal dari pangkal batang yang dipanen. Jenis-jenis kayu yang memiliki diameter yang lebih besar dari 100 cm relative jarang, namun ada. Persentase sebaran diameter limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan dapat dilihat dari Gambar 2
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Gambar 2. Sebaran diameter sortimen limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan.
Limbah Pemanenan Berdasarkan Sebaran Panjang Sortimen Hasil pengamatan dan pengukuran limbah pemanenan kayu pada lokasi penabangan untuk sebaran panjang sortimen. Sebaran sortimen yang paling banyak dengan kelas panjang 1,6 m hingga 2,6 m yaitu sebanyak 27 sortimen dan persentasenya sebesar 50 %, sedangkan kelompok sortimen yang paling sedikit adalah dengan kelas panjang 2,6 m hingga 3,6 m dengan jumlah 9 sortimen dan dengan persentasenya sebesar 16,67 %. Dimensi limbah yang terdapat pada lokasi penebangan relative berbedabeda. Hal tersebut juga terpengaruh oleh jenis-jenis kayu yang dihasilkan, apakan kayu tersebut memiliki cacat alami sehingga ditinggalkan dengan ukuran sortimen yang relative panjang. Demikian juga dipengaruhi oleh medan yang dilalui, bila kemiringan lapangannya besar maka akan semakin susah menyarad log yang memiliki ukuran yang panjang. Sehingga limbah yang dihasilkan relative panjang. Limbah pemanenan berdasarkan sebaran panjang sortimen dapat dilihat pada Gambar 3 Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Gambar 3. Sebaran panjang sortimen limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan. Gambar 3 menunjukkan besarnya persentase sebaran panjang sortimen limbah pemanenan yang terdapat pada lokasi penebangan. Persentase yang paling besar ditunjukkan dengan panjang 1,6 m hingga 2,6 m yaitu sebesar 50 %.
Limbah Pemanenan Berdasarkan Sebaran Diameter dan Panjang Sortimen Sebaran diameter dan panjang sortimen limbah pemanenan pada lokasi penebangan terbanyak yaitu terdapat pada kelas panjang 1,6 m sampai 2,6 m dengan kelas diameter 41 cm sampai 61 cm yaitu sebesar 18,51 %. Sedangkan sebaran diameter dan panjang sortimen limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan terkecil yaitu pada kelas panjang 2,6 m hingga 3,6 m dengan kelas diameter 61 cm hingga 81 cm. Hasil persentase sebaran diameter dan panjang sortimen limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan dapat dilihat pada Gambar 4
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Gambar 4. Sebaran diameter dan panjang sortimen limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan.
Faktor Penyebab Limbah Pemanenan Perbedaan persentase limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan dipengaruhi beberapa faktor penyebab terjadinya limbah. Menurut Sularso (1996) dalam Muhdi, 2003 ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi besarnya limbah kayu antara lain : diameter pohon yang ditebang, bentuk tajuk dan percabangannya, kemiringan lapangan serta kerapatan tegakan. Faktor-faktor tersebutlah yang mempengaruhi persentase limbah, semakin banyak limbah pemanenan pada lokasi penebangan mengindikasikan bahwa ada pengaruh dari faktor penyebab tersebut. Salah satu contoh limbah pada lokasi penebangan yang ditinggalkan karena faktor kelerengan dapat dilihat pada Gambar 5
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Gambar 5. Limbah pada lokasi penebangan yang ditinggalkan karena faktor kelerengan Hasil penelitian Yudiarto (1997) dalam Widiyanti (2005) juga menyatakan bahwa pada limbah pemanenan terdapat kecenderungan bahwa besarnya limbah pemanenan kayu sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor teknis pelaksanaan metode penebangan dan permintaan pasar. Semakin terampil seorang operator, maka limbah yang ditimbulkan akan semakin kecil, sehingga bagian kayu yang termanfaatkan akan semakin besar. Hal ini sangat menguntungkan karena akan meminimalisasi limbah pemanenan kayu dan peningkatan nilai ekonomis kayu. Limbah-limbah yang berasal dari kegiatan pemanenan pada lokasi penebangan disebabkan oleh berbagai faktor. Diantaranya yaitu disebabkan oleh cacat alami kayu, cacat mekanis yang disebabkan oleh teknik penebangan, dan yang terakhir adalah faktor alam yang disebabkan oleh kemiringan medan. Faktorfaktor tersebut saling berhubungan dengan potensi limbah pada lokasi penebangan. Cacat alami yang terdapat pada limbah yaitu berupa gerowong (Gambar 6), mata kayu (Gambar 7), bengkok (Gambar 8), dan banir (Gambar 9)
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Gerowong
Gambar 6. Limbah pemanenan kayu yang disebabkan oleh faktor alami (gerowong)
Mata Kayu
Gambar 7. Limbah pemanenan kayu yang disebabkan oleh faktor alami (mata kayu)
Bengkok
Gambar 8. Limbah pemanenan kayu yang disebabkan oleh faktor alami (bengkok) Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Banir
Gambar 9. Limbah pemanenan kayu yang disebabkan oleh faktor alami (banir) Cacat mekanis yang terjadi pada limbah pemanenan kayu dapat disebabkan teknik pelaksanaan metode penabangan oleh operator tebang. Cacat mekanis yang terjadi dapat berupa pecah pada log sehingga ditinggalkan pada lokasi penebangan. Gambar limbah yang diakibatkan oleh cacat mekanis berupa pecah dapat dilihat pad Gambar 10
Pecah
Gambar 10. Limbah pemanenan kayu yang disebabkan oleh faktor mekanis (pecah).
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Penyebab yang terakhir terjadinya limbah pemanean pada lokasi penebangan yaitu faktor alam yang disebabkan oleh kemiringan medan. Data yang diperoleh dari PT. AMT mengenai kemiringan medan pada areal kerja PT. AMT menunjukkan bahwa sebagian besar dari areal kerja memiliki kemiringan lereng curam dengan persentase kemiringan antara 25 % sampai 40 % sebesar 57,66 % dari keseluruhan areal kerja PT. AMT. Hal tersebut menunjukkan limbah yang terjadi pada lokasi penebangan disebabkan oleh faktor alam, sehingga sulit untuk menyarad kayu dengan kemiringan medan curam. Faktor terbesar penyebab terjadinya limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan adalah cacat alami yaitu sebesar 70,61 %, dengan jumlah sortimen yaitu sebanyak 40 sortimen. Kemudian untuk faktor penyebab limbah yang disebabkan oleh faktor alam yaitu sebesar 17,51 %. Sedangkan faktor terkecil penyebab terjadinya limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan adalah cacat mekanis sebesar 11,88 %. Persentase limbah berdasarkan faktor penyebabnya dapat dilihat dari Gambar 11 dan Tabel 5
Gambar 11. Persentase limbah pemanen kayu berdasarkan faktor penyebabnya.
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Tabel 5. Persentase limbah pemanenan kayu berdasarkan faktor penyebabnya
No. Jenis Cacat 1 Cacat Alami a. Gerowong
2
3
Jenis Kayu
Jumlah Volume Persentase Sortimen (m3) (%)
Meranti Merah Meranti Cengkawang Meranti Sepat Meranti Kulit Buaya Meranti Batu
3 2 4 0 1
5.31 8.72 17.69 0 3.34
5.67 9.30 18.87 0 3.56
b. Mata Kayu
Meranti Merah Meranti Cengkawang Meranti Sepat Meranti Kulit Buaya Meranti Batu
8 1 1 0 4
4.27 2.28 0.76 0 2.71
4.56 2.43 0.81 0.00 2.89
c. Bengkok
Meranti Merah Meranti Cengkawang Meranti Sepat Meranti Kulit Buaya Meranti Batu
2 1 0 1 3
1.81 0.54 0 0.63 2.23
1.93 0.58 0.00 0.67 2.38
d. Banir
Meranti Merah Meranti Cengkawang Meranti Sepat Meranti Kulit Buaya Meranti Batu
3 0 1 2 2
4.25 0 4.94 4.25 2.46
4.53 0.00 5.27 4.53 2.62
Meranti Merah Meranti Cengkawang Meranti Sepat Meranti Kulit Buaya Meranti Batu
4 0 0 0 2
7.72 0 0 0 3.42
8.24 0.00 0.00 0.00 3.65
Meranti Merah Meranti Cengkawang Meranti Sepat Meranti Kulit Buaya Meranti Batu
0 3 3 1 2 54
0 5.38 8.08 0.48 2.46 93.73
0.00 5.74 8.62 0.51 2.62 100.00
Cacat Mekanis a. Pecah
Faktor Alam a. Kelerengan (25%-40%)
Jumlah Sumber : data primer penelitian (2009).
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan terhadap faktor penyebab terjadinya limbah diperoleh persentase terkecil dari faktor mekanis. PT. AMT telah mulai melaksanakan penerapan RIL (reduce impact logging) Suatu usaha yang dilakukan untuk mengurangi dampak pemanenan kayu terhadap lingkungan (sistem pemanenan kayu ramah lingkungan). Salah satunya yaitu meminimalilsasikan limbah pemanenan kayu. Teknik penebangan dan pembagian batang oleh operator sudah dilaksanakan semaksimal mungkin. Salah satunya yaitu penebangan dengan menyisakan tonggak yang lebih kecil (gambar 12). Pemotongan batang yang dilakukan pada lokasi penebangan adalah memotong batang pada batas cabang pertama untuk meminimalkan limbah pemanenan.
Gambar 12. Tonggak yang ditinggalkan pada lokasi penebangan. Munurut Enters (2001) dalam Muhdi (2003) menyatakan bahwa pemotongan tonggak kayu yang ditebang yang seoptimal mungkin merupakan langkah awal dalam pengurangan limbah pemanenan kayu. Hal ini disebabkan pemotongan tonggak adalah salah satu kegiatan utama dalam pemanenan kayu tergantung seberapa besar usaha untuk mengurangi kerusakan tegakan tinggal yang diharapkan menjadi tegakan utama pada siklus tebang berikutnya. Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Limbah pemanenan yang dihasilkan pada lokasi penebangan adalah sebesar 45 % dari keseluruhan pengamatan terhadap 120 batang. Jumlah pohon yang menghasilkan limbah adalah sebesar 54 dan 66 pohon lainnya adalah tidak berlimbah. Hal tersebut menunjukkan banyaknya pohon yang menghasilkan limbah.
Kegiatan pemanenan dimaksudkan untuk memanfaatkan hutan produksi dan dilaksanakan dengan memperhatikan aspek ekonomi, ekologi dan sosial dengan tujuan untuk mengoptimalkan nilai hutan, menjaga pasokan untuk industri stabil, dan meningkatkan peluang kerja, meningkatkan ekonomi lokal dan regional. Hal tersebut merupakan arti penting dalam pengelolaan secara lestari.
Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu
Limbah pemanenan kayu yang diperoleh pada lokasi penebangan dapat dimanfaatkan seluruhnya. Berdasarkan Departemen Kehutanan, Direktoran Jenderal Pengusahaan Hutan Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990 Tanggal 6 Oktober 1990, tentang Pedoman Teknis Penekanan dan Pemanfaatan Kayu Limbah Pembalakan bahwa Kayu limbah pembalakan memiliki sortimen khusus lainnya dengan ukuran diameter lebih kecil dari 30 cm (panjang tanpa batasan) atau panjang kurang dari 2 meter (diameter tanpa batasan).
Pengukuran terhadap limbah pemanenan yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan ukuran terkecil untuk panjang yaitu 1,6 m. dan dengan diameter terkecil yaitu 43 m. Berdasarkan pada SNI 03-2445-1991 tentang Spesifikasi
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Ukuran Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung yang mensyaratkan ukuran panjang minimal yang dapat digunakan adalah 1 meter, maka kayu yang di atas 1 meter atau kurang dari 2 meter masih dapat dimanfaatkan untuk kayu pertukangan. Begitu juga dengan SNI 03-0675-1989 untuk spesifikasi ukuran kusen pintu kayu, kusen jendela kayu, daun pintu kayu dan daun jendela kayu untuk bangunan rumah dan gedung panjang kayu yang minimal yaitu 0,8 m dapat digunakan. Tujuan dari pemanfaatan limbah kayu ini selain bernilai dari segi ekonomis juga untuk peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber dan bertujuan juga untuk meredam kegiatan masyarakat untuk melakukan kegiatan illegal logging. Pemanfaatan limbah pemanenan kayu pada PT. AMT terkendala pada berbagai faktor, yaitu biaya yang dikeluarkan lebih besar dalam pengelolaan limbah. Faktor selanjutnya disebabkan oleh perizinan sawmill lokal yang belum mendapatkan izin oleh pemerintah daerah. Mengingat hal tersebut, limbah yang berada pada areal kerja PT. AMT sama sekali belum dapat dimanfaatkan.
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Persentase limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan adalah sebesar yaitu 45 % dari keseluruhan pengamatan terhadap limbah dari 120 batang, terdapat 54 batang yang berlimbah dan 66 batang tidak berlimbah. Persentase limbah pemanenan kayu terbesar diperoleh dari jenis meranti sepat yaitu sebesar 21,05 % dan persentase terkecil yaitu diperoleh dari jenis meranti kulit buaya sebesar 8,48 % dengan rata-rata limbah pemanenan kayu pada lokasi penebangan perjenisnya yaitu sebesar 14,84 %. Faktor eksploitasi yang diperoleh untuk limbah pemanenan kayu yaitu sebesar 0,74. Faktor penyebab limbah terdiri dari cacat alami sebesar 70,61 %, cacat mekanis sebesar 11,88 %, dan yang disebabkan factor alam berupa kelerengan yaitu sebesar 17,51 %. Seluruh sortimen limbah yang diperoleh secara keseluruhan dapat dimanfaatkan berdasarkan pada SNI 032445-1991 tentang Spesifikasi Ukuran Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung dan SNI 03-0675-1989 untuk spesifikasi ukuran kusen pintu kayu, kusen jendela kayu, daun pintu kayu dan daun jendela kayu untuk bangunan rumah dan gedung.
Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai limbah pemanenan kayu secara keseluruhan dari mulai kelebihan tunggak, cabang, ranting, dan pucuk untuk dapat diketahui nilai manfaat yang dapat diperoleh. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai efektivitas penerapan RIL (Reduce Impact Logging) dalam meminimalisasikan limbah pemanenan kayu. Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman dan Hadjib, N., 2006. Pemanfaatan Kayu Rakyat untuk Komponen Bangunan. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148 Budiaman. A., Rawenda, dan Gustian. R., 2005. Limbah Pemanenan di Petak Tebangan Pada Pengusahaan Hutan Tanaman Industri di Pt Inhutani II dan Perum Perhutani KPH Banten. Jurnal Teknologi Hasil Hutan Volume 18 McKeever. D. B., Falk. R. H., 2004. Woody Residues and Solid Waste Wood Available for Recovery in the United State, 2002. Fores Product Laboratory. Madison USA McMinn, J.W., Clark, A., dan Loggins, T. J., 1987. Pre-Harvest Estimations of Logging Residues in Middle Georgia. Research Division Georgia Forestry Commission. Georgia Muhdi, 2003. Limbah Kayu Akibat Teknik Pemanenan Kayu di Hutan Alam Tropika. Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura. Jakarta Muhdi, 2006. Limbah Pemanenan. Karya Tulis Departemen Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Medan Muhdi dan Hanafiah. D. S., 2007. Dampak Pemanenan Kayu Berdampak Rendah terhadap Kerusakan Tegakan Tinggal di Hutan Alam (Studi Kasus di Areal HPH PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat). Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Jakarta PT. AMT. 2004. Rencana Kerja Karya Tahunan Upaya Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam Tahun 2004. Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat Standar Nasional Indonesia, 1989. Spesifikasi Ukuran Kusen Pintu Kayu, Kusen Jendela Kayu, Daun Pintu Kayu dan Daun Jendela Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-0675-1989. Standar Nasional Indonesia, 1991. Spesifikasi Ukuran Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-2445-1991.
Suparto, R. S., 1999. Bunga Rampai Pemanenan Kayu Gagasan, Pemikiran, dan Karya Tulis. IPB Press. Bogor Widiyanti, 2005. Studi Faktor Eksploitasi dan Kaitannya dengan Limbah Pemanenan Kayu Hutan Alam di Areal HPH PT Inanta Timber Trading
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
& Co Ltd, Natal SUMUT. Skripsi Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Tidak dipublikasikan Xu. W., dan Carraway. B., 2005. Biomassa from Logging Residue and Mill Residue in East Texas, 2003. Texas Forest Service. Texas
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
LAMPIRAN
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
No. 1 2 3 4 5
No. 1 2 3 4 5
No. 1 2 3
Lampiran 1. Persentase Limbah Berdasarkan Jenisnya Volume Log yang diharapkan Volume Limbah Jenis Termanfaatkan (m3) (m3) MM 186.5 23.37 MCK 104.15 16.92 MSP 149.52 31.47 MKB 63.18 5.36 MB 104.63 16.62 Jumlah 607.98 93.74
Jenis MM MCK MSP MKB MB
Lampiran 2. Faktor Eksploitasi Perjenis Volume Diharapkan Termanfaatkan (Vph) (m3) 186.5 104.15 149.52 63.18 104.63
Volume Termanfaatkan (Vp) (m3) 138.2 83.67 97.81 44.73 83.73
Lampiran 3. Limbah Berdasarkan Faktor Penyebabnya Jenis Cacat Jumlah Sortimen (batang) Volume (m3) Cacat Alami 40 66.19 Cacat Mekanis 5 11.14 Faktor Alam 9 16.41 Jumlah 93.74
Persentase Limbah (m3) 12.53 16.25 21.05 8.48 15.88 74.19
Fe 0.74 0.80 0.65 0.71 0.80
Persentase (%) 70.61 11.88 17.51 100.00
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
No. 1
2
3
Lampiran 4. Limbah Berdasarkan Faktor Penyebabnya Jumlah Jenis Sortimen Cacat Jenis Kayu (batang) Cacat Alami Gerowong Meranti Merah 3 Meranti Cengkawang 2 Meranti Sepat 4 Meranti Kulit Buaya 0 Meranti Batu 1 Mata Kayu Meranti Merah 8 Meranti Cengkawang 1 Meranti Sepat 1 Meranti Kulit Buaya 0 Meranti Batu 4 Bengkok Meranti Merah 2 Meranti Cengkawang 1 Meranti Sepat 0 Meranti Kulit Buaya 1 Meranti Batu 3 Banir Meranti Merah 3 Meranti Cengkawang 0 Meranti Sepat 1 Meranti Kulit Buaya 2 Meranti Batu 2 Cacat Mekanis Pecah Meranti Merah 4 Meranti Cengkawang 0 Meranti Sepat 0 Meranti Kulit Buaya 0 Meranti Batu 2 Faktor Alam Kelerengan Meranti Merah 0 Meranti Cengkawang 3 Meranti Sepat 3 Meranti Kulit Buaya 1 Meranti Batu 2
Volume (m3)
Persentase (%)
5.31 8.72 17.69 0 3.34 4.27 2.28 0.76 0 2.71 1.81 0.54 0 0.63 2.23 4.25 0 4.94 4.25 2.46
5.67 9.30 18.87 0 3.56 4.56 2.43 0.81 0.00 2.89 1.93 0.58 0.00 0.67 2.38 4.53 0.00 5.27 4.53 2.62
7.72 0 0 0 3.42
8.24 0.00 0.00 0.00 3.65
0 5.38 8.08 0.48 2.46
0.00 5.74 8.62 0.51 2.62
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
No. 1
2
3
Lampiran 5. Sebaran Diameter Limbah Pemanenan Kelas Diameter No. (cm) Jumlah Sortimen (batang) 1 41 - <61 cm 19 2 61 - <81cm 12 3 81 - <101 cm 12 4 ≥ 101 cm 11 Jumlah 54
Persentase (%) 35.19 22.22 22.22 20.37 100
Lampiran 6. Sebaran Panjang Limbah Pemanenan No. Kelas Panjang Jumlah Sortimen (batang) 1 1.6 - <2.6 m 27 2 2.6 - <3.6 cm 9 3 ≥ 3.6 cm 18 Jumlah 54
Persentase (%) 50 16.67 33.33 100
Lampiran 7. Sebaran Panjang dan Diameter Limbah Pemanenan Kelas Panjang Kelas Diameter Jumlah Sortimen (batang) 1.6 - <2.6 m 41 - <61 cm 10 61 - <81cm 6 81 - <101 cm 7 ≥ 101 cm 4 2.6 - <3.6 cm 41 - <61 cm 3 61 - <81cm 1 81 - <101 cm 2 ≥ 101 cm 3 ≥ 3.6 cm 41 - <61 cm 6 61 - <81cm 5 81 - <101 cm 3 ≥ 101 cm 4 Jumlah 54
Persentase (%) 18.51 11.11 12.96 7.4 5.5 1.8 3.7 5.5 11.11 9.5 5.5 7.4 100.00
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Lampiran 8. Data Volume Pohon yang Diharapkan Termanfaatkan dari Limbah (meranti merah) No. No.Pohon Jenis DR.Pangkal DR.Ujung D.Rata-Rata Panjang (m) Volume (m3) 1 2251 MM 57 42 49.5 18.47 3.55 2 4310 MM 71 52.5 61.75 27.3 8.18 3 3782 MM 68.5 41 54.75 27.94 6.58 4 1655 MM 129.5 62.5 96 22.4 16.21 5 8982 MM 60 51.5 55.75 22.53 5.50 6 895 MM 60 42 51 26.48 5.41 7 774 MM 135 66 100.5 30.2 23.96 8 126 MM 84 80 82 27.52 14.53 9 310 MM 65 47 56 26.03 6.41 10 183 MM 69 48 58.5 23.12 6.21 11 796 MM 140 100 120 24 27.14 12 201 MM 78 54 66 22.95 7.85 13 117 MM 93.5 62 77.75 23.32 11.07 14 1435 MM 60 45 52.5 19.13 4.14 15 6 MM 85 63 74 16 6.88 16 528 MM 61 50 55.5 21.3 5.15 17 24 MM 86 60 73 13.07 5.47 18 2750 MM 55 43 49 23.2 4.37 19 1187 MM 98 60 79 26.75 13.11 20 1397 MM 58 43 50.5 23.71 4.75 Jumlah 186.50 Lampiran 9. Data Volume Pohon yang Termanfaatkan dari Limbah (meranti merah) No. No.Pohon 1 2251 2 4310 3 3782 4 1655 5 8982 6 895 7 774 8 126 9 310 10 183 11 796 12 201 13 117 14 1435
Jenis MM MM MM MM MM MM MM MM MM MM MM MM MM MM
DR.Pangkal 57 53.5 68.5 93.5 60 60 92 82 65 69 102 78 83 58
DR.Ujung 45.5 52.5 44 62.5 51.5 42 66 80 50 55 100 58 62 45
D.Rata-Rata 51.25 53 56.25 78 55.75 51 79 81 57.5 62 101 68 72.5 51.5
Panjang (m) 16.32 17.4 23.84 19.1 20.35 16.8 28.2 25.72 24.3 19.87 22.3 21.15 21.3 16.5
Volume (m3) 3.37 3.84 5.92 9.13 4.97 3.43 13.82 13.25 6.31 6.00 17.87 7.68 8.79 3.44
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
15 16 17 18 19 20
6 528 24 2750 1187 1397
MM MM MM MM MM MM
74 61 70 55 85 58
63 52 60 46 60 44
68.5 56.5 65 50.5 72.5 51
11.2 17.1 11 18.2 25 21.31
4.13 4.29 3.65 3.65 10.32 4.35 138.20
D.Rata-Rata 43.75 62.25 43.25 106.5 51.75 43 119.5 83.5 51 51.5 122 56 89 59 82.5 51.5 80.5 44 93 44
Panjang (m) 2.05 9.8 4 3.2 2.08 9.58 1.9 1.7 1.63 3.15 1.6 1.7 1.92 2.53 4.7 4.1 1.97 4.9 1.65 2.3
Volume (m3) 0.31 2.98 0.59 2.85 0.44 1.39 2.13 0.93 0.33 0.66 1.87 0.42 1.19 0.69 2.51 0.85 1.00 0.75 1.12 0.35 23.37
Jumlah Lampiran 10. Data Limbah (meranti merah) No. No.Pohon 1 2251 2 4310 3 3782 4 1655 5 8982 6 895 7 774 8 126 9 310 10 183 11 796 12 201 13 117 14 1435 15 6 16 528 17 24 18 2750 19 1187 20 1397
Jenis MM MM MM MM MM MM MM MM MM MM MM MM MM MM MM MM MM MM MM MM
D.Pangkal 45.5 71 45.5 129.5 51.5 44 135 84 56 55 140 54 93.5 60 85 53 86 45 98 45
D.Ujung 42 53.5 41 83.5 52 42 104 83 46 48 104 58 84.5 58 80 50 75 43 88 43 Jumlah
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Lampiran 11. Faktor Eksploitasi (meranti merah) No. No.Pohon Jenis Vp Vph 1 2251 MM 3.37 3.55 2 4310 MM 3.84 8.18 3 3782 MM 5.92 6.58 4 1655 MM 9.13 16.21 5 8982 MM 4.97 5.5 6 895 MM 3.43 5.41 7 774 MM 13.82 23.96 8 126 MM 13.25 14.53 9 310 MM 6.31 6.41 10 183 MM 6.00 6.21 11 796 MM 17.87 27.14 12 201 MM 7.68 7.85 13 117 MM 8.79 11.07 14 1435 MM 3.44 4.14 15 6 MM 4.13 6.88 16 528 MM 4.29 5.15 17 24 MM 3.65 5.47 18 2750 MM 3.65 4.37 19 1187 MM 10.32 13.11 20 1397 MM 4.35 4.75
Fe 0.95 0.47 0.90 0.56 0.90 0.63 0.58 0.91 0.98 0.97 0.66 0.98 0.79 0.83 0.60 0.83 0.67 0.84 0.79 0.92
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Lampiran 12. Data Volume Pohon yang Termanfaatkan (tanpa limbah) (meranti merah) No. No.Pohon Jenis DR.Pangkal DR.Ujung D.Rata-Rata Panjang (m) Volume (m3) 1 1968 MM 54 50 52 22.5 4.78 2 767 MM 59 55 57 16.7 4.26 3 1346 MM 80 67 73.5 23.2 9.84 4 1035 MM 71 54 62.5 24.5 7.52 5 895 MM 49 41 45 24.6 3.91 6 249 MM 72 61 66.5 22 7.64 7 892 MM 60 49 54.5 24.5 5.72 8 201 MM 76 58 67 20.8 7.33 9 245 MM 58 39 48.5 23 4.25 10 1187 MM 74 66 70 23 8.85 11 1578 MM 76 60 68 24 8.72 12 1319 MM 70 66 68 19.6 7.12 13 1817 MM 99 79 89 19 11.82 14 800 MM 82 64 73 17.1 7.16 15 558 MM 69 52 60.5 21 6.04 16 380 MM 81 65 73 19 7.95 17 1778 MM 73 51 62 28.8 8.69 18 476 MM 50 37 43.5 19.5 2.90 19 1233 MM 65 56 60.5 21.2 6.09 20 831 MM 69 53 61 19 5.55 21 9046 MM 75 48 61.5 24.5 7.28 22 1500 MM 64 40 52 26 5.52 23 1934 MM 64 48 56 21.6 5.32 24 2578 MM 86 64 75 21.4 9.45 25 1509 MM 65 46 55.5 16 3.87 26 1511 MM 80 67 73.5 23.2 9.84 27 1517 MM 66 51 58.5 21.16 5.69 28 245 MM 58 39 48.5 23 4.25 29 56 MM 72 56 64 21.1 6.79 30 2750 MM 55 46 50.5 18.2 3.65 31 2534 MM 53 46 49.5 21 4.04 32 291 MM 81 68 74.5 17.9 7.80 33 24 MM 70 54 62 21.5 6.49 34 1170 MM 50 46 48 16.5 2.99 35 923 MM 85 68 76.5 25 11.49 36 1062 MM 52 36 44 21.8 3.31 Jumlah 233.93
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
No. 1 2 3 4 5 6 7
Lampiran 13. Data Volume Pohon yang Diharapkan Termanfaatkan dari Limbah (meranti cengkawang) No.Pohon Jenis DR.Pangkal DR.Ujung D.Rata-Rata Panjang (m) Volume (m3) 1776 MCK 112 73 92.5 31.07 20.88 943 MCK 120 99 109.5 17.3 16.29 1428 MCK 114 87 100.5 21.6 17.13 253 MCK 67 53 60 18.7 5.29 455 MCK 85 76 80.5 13.43 6.84 158 MCK 110 90 100 21.05 16.53 1208 MCK 110 95 102.5 25.68 21.19 104.15
Lampiran 14. Data Volume Pohon yang Termanfaatkan dari Limbah (meranti cengkawang) No. No.Pohon Jenis DR.Pangkal DR.Ujung D.Rata-Rata Panjang (m) Volume (m3) 1 1776 MCK 105 73 89 29.37 18.27 2 943 MCK 120 100 110 14.3 13.59 3 1428 MCK 114 91 102.5 18.5 15.27 4 253 MCK 67 55 61 16.2 4.73 5 455 MCK 80 76 78 11.05 5.28 6 158 MCK 95 90 92.5 18.25 12.26 7 1208 MCK 107 95 101 17.8 14.26 Jumlah 83.67
No. 1 2 3 4 5 6 7
Lampiran 15. Data Limbah (meranti cengkawang) No.Pohon Jenis D.Pangkal D.Ujung D.Rata-Rata 1776 MCK 112.5 112.5 112.5 943 MCK 101 99 100 1428 MCK 89 87 88 253 MCK 54 53 53.5 455 MCK 85 83 84 158 MCK 110 98 104 1208 MCK 110 106 108 Jumlah Lampiran 16. Faktor Ekslpoitasi (meranti cengkawang) No. No.Pohon Jenis Vp Vph 1 1776 MCK 18.27 20.88 2 943 MCK 13.59 16.29 3 1428 MCK 15.27 17.13 4 253 MCK 4.73 5.29 5 455 MCK 5.28 6.84 6 158 MCK 12.26 16.53 7 1208 MCK 14.26 21.19
Panjang (m) 1.6 2.9 3 2.4 2.28 2.7 7.78
Volume (m3) 1.59 2.28 1.82 0.54 1.26 2.29 7.13 16.92
Fe 0.88 0.83 0.89 0.89 0.77 0.74 0.67
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Lampiran 17. Data Volume Pohon yang Termanfaatkan (tanpa limbah) (meranti cengkawang) No. No.Pohon Jenis DR.Pangkal DR.Ujung D.Rata-Rata Panjang (m) Volume (m3) 1 2570 MCK 64 51 57.5 23.1 6.00 2 2389 MCK 96 83 89.5 19.5 12.27 3 2587 MCK 114 101 107.5 19 17.24 4 2995 MCK 47 40 43.5 22.1 3.28 5 2768 MCK 76 64 70 20 7.70 6 2389 MCK 89 65 77 19 8.85 7 2587 MCK 104 91 97.5 18.5 13.81 8 11 MCK 80 65 72.5 18.2 7.51 9 949 MCK 126 119 122.5 21.6 25.46 Jumlah 102.12
Lampiran 18. Data Volume Pohon yang Diharapkan Termanfaatkan dari Limbah (meranti sepat) No. No.Pohon Jenis DR.Pangkal DR.Ujung D.Rata-Rata Panjang (m) Volume (m3) 1 1195 MSP 191 99 145 21.2 35.01 2 1319 MSP 71 61 66 12.82 4.39 3 200 MSP 106.5 77 91.75 19.83 13.11 4 98 MSP 135 80 107.5 14.2 12.89 5 4266 MSP 107 75 91 27.22 17.70 6 970 MSP 101 84 92.5 25.2 16.93 7 28 MSP 87 68 77.5 29.1 13.73 8 1211 MSP 80 67 73.5 23.7 10.06 9 1874 MSP 116.5 90 103.25 30.7 25.70 Jumlah 149.52 Lampiran 19. Data Volume Pohon yang Termanfaatkan dari Limbah (meranti sepat) No. No.Pohon Jenis DR.Pangkal DR.Ujung D.Rata-Rata Panjang (m) Volume (m3) 1 1319 MSP 71 65 68 10.22 3.71 2 200 MSP 88 77 82.5 18.1 9.68 3 98 MSP 85 80 82.5 10.3 5.51 4 4266 MSP 83.5 75 79.25 18.35 9.05 5 970 MSP 101 97 99 19.1 14.70 6 28 MSP 87 74 80.5 25.36 12.91 7 1211 MSP 70 67 68.5 17.1 6.30 8 1874 MSP 101 90 95.5 25.2 18.05 9 1195 MSP 123 99 111 18.5 17.90 Jumlah 97.81
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Lampiran 20. Data Limbah (meranti sepat) No. No.Pohon Jenis D.Pangkal D.Ujung D.Rata-Rata 1 1319 MSP 63.5 61 62.25 2 200 MSP 106.5 91.5 99 3 98 MSP 135 88.5 111.75 4 4266 MSP 107 105 106 5 970 MSP 95 84 89.5 6 28 MSP 70 68 69 7 1211 MSP 80 72 76 8 1874 MSP 116.5 100 108.25 9 1195 MSP 191 120 155.5 Jumlah Lampiran 21. Faktor Eksploitasi (meranti sepat) No. No.Pohon Jenis Vp Vph 1 1195 MSP 17.9 35.01 2 1319 MSP 3.71 4.39 3 200 MSP 9.68 13.11 4 98 MSP 5.51 12.89 5 4266 MSP 9.05 17.7 6 970 MSP 14.7 16.93 7 28 MSP 12.91 13.73 8 1211 MSP 6.3 10.06 9 1874 MSP 18.05 25.7
Panjang (m) 2.5 1.63 3.8 8.77 6 3.64 6.5 5.4 2.6
Volume (m3) 0.76 1.25 3.73 7.74 3.77 1.36 2.95 4.97 4.94 31.47
Fe 0.51 0.85 0.74 0.43 0.51 0.87 0.94 0.63 0.70
Lampiran 22. Data Volume Pohon yang Termanfaatkan (tanpa limbah) (meranti sepat) No. No.Pohon Jenis DR.Pangkal DR.Ujung D.Rata-Rata Panjang (m) Volume (m3) 1 2153 MSP 122 90 106 21.9 19.33 2 1916 MSP 68 61 64.5 20 6.53 3 2119 MSP 92 77 84.5 21.95 12.31 4 939 MSP 87 73 80 24.6 12.37 5 1195 MSP 123 99 111 18.5 17.90 6 1181 MSP 101 80 90.5 24.8 15.95 7 1193 MSP 69 48 58.5 19.5 5.24 8 931 MSP 46 36 41 20.5 2.71 Jumlah 92.34
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Lampiran 23. Data Volume Pohon yang Diharapkan Termanfaatkan dari Limbah (meranti kulit buaya) No. No.Pohon Jenis DR.Pangkal DR.Ujung D.Rata-Rata Panjang (m) Volume (m3) 1 1326 MKB 76 59 67.5 16.95 6.07 2 1323 MKB 76 61 68.5 17.39 6.41 3 73 MKB 182.5 100 141.25 23.87 37.40 4 796 MKB 102 61 81.5 25.5 13.30 Jumlah 63.18
No. 1 2 3 4
No. 1 2 3 4
Lampiran 24. Data Volume Pohon yang Termanfaatkan dari Limbah (meranti kulit buaya) No.Pohon Jenis DR.Pangkal DR.Ujung D.Rata-Rata Panjang (m) Volume (m3) 1326 MKB 76 63 69.5 15.2 5.77 1323 MKB 76 63 69.5 15.2 5.77 73 MKB 117 100 108.5 21.7 20.06 796 MKB 102 66 84 23.7 13.13 Jumlah 44.73 Lampiran 25. Data Limbah (meranti kulit buaya) No.Pohon Jenis D.Pangkal D.Ujung D.Rata-Rata 1326 MKB 63 59 61 1323 MKB 63 61 62 73 MKB 182.5 119.5 151 769 MKB 66 61 63.5 Jumlah Lampiran 26. Faktor Eksploitasi (meranti kulit buaya) No. No.Pohon Jenis Vp Vph 1 1326 MKB 5.77 6.07 2 1323 MKB 5.77 6.41 3 73 MKB 20.06 37.4 4 769 MKB 13.13 13.3
No. 1 2
Pajang (m) 1.65 2.09 2.07 1.7
Volume (m3) 0.48 0.63 3.71 0.54 5.36
Fe 0.95 0.90 0.54 0.99
Lampiran 27. Data Volume Pohon yang Termanfaatkan (tanpa limbah) (meranti kulit buaya) No.Pohon Jenis DR.Pangkal DR.Ujung D.Rata-Rata Panjang (m) Volume (m3) 907 MKB 62 45 53.5 23.7 5.33 474 MKB 58 42 50 21.2 4.16 Jumlah 9.49
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Lampiran 28. Data Volume Pohon yang Diharapkan Termanfaatkan dari Limbah (meranti batu) No. No.Pohon 1 4928 2 5152 3 986 4 474 5 739 6 974 7 973 8 978 9 2560 10 2020 11 808 12 1501 13 1191 14 577
Jenis MB MB MB MB MB MB MB MB MB MB MB MB MB MB
DR.Pangkal DR.Ujung 68 57 90 63 68 54 58 52 84.5 80 83 67 72 58 74 52 65 49 74 52 65 50 52 42 64 53 103 85 Jumlah
D.Rata-Rata 62.5 76.5 61 55 82.25 75 65 63 57 63 57.5 47 58.5 94
Panjang (m) 22.37 21.33 21.08 25.6 13.88 19.3 23.88 20.95 22.4 28.25 25.95 21 18.8 22.2
Volume (m3) 6.86 9.80 6.16 6.08 7.37 8.53 7.92 6.53 5.72 8.81 6.74 3.64 5.05 15.41 104.63
Lampiran 29. Data Volume Pohon yang Termanfaatkan dari Limbah (meranti batu) No. No.Pohon Jenis DR.Pangkal DR.Ujung D.Rata-Rata Panjang (m) Volume (m3) 1 4928 MB 68 60.5 64.25 20.67 6.70 2 5152 MB 76 63 69.5 15.9 6.03 3 986 MB 68 54 61 18.25 5.33 4 474 MB 58 42 50 22.5 4.42 5 739 MB 81 80 80.5 12.1 6.16 6 974 MB 83 70 76.5 16.3 7.49 7 973 MB 62 58 60 19.5 5.51 8 978 MB 66 52 59 19.2 5.25 9 2560 MB 65 53 59 20.2 5.52 10 2020 MB 66 52 59 19.6 5.36 11 808 MB 65 57 61 20.55 6.01 12 1501 MB 52 45 48.5 16.1 2.97 13 1191 MB 64 59 61.5 16.8 4.99 14 577 MB 91 85 88 19.7 11.98 Jumlah 83.73
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Lampiran 30. Data Limbah (meranti batu) No. No.Pohon Jenis D.Pangkal D.Ujung D.Rata-Rata Panjang (m) 1 4928 MB 64 57 60.5 1.6 2 5152 MB 90 79 84.5 5.33 3 986 MB 54 54 54 2.73 4 474 MB 44 42 43 3 5 739 MB 84.5 81 82.75 1.68 6 974 MB 70 67 68.5 2.9 7 973 MB 72 64 68 4.28 8 978 MB 74 68 71 1.65 9 2560 MB 55 49 52 2.1 10 2020 MB 74 67 70.5 8.55 11 808 MB 55 50 52.5 5.3 12 1501 MB 44 42 43 4.8 13 1191 MB 62 53 57.5 1.9 14 577 MB 103 93 98 2.4 Jumlah Lampiran 31. Faktor Eksploitasi (meranti batu) No. No.Pohon Jenis Vp Vph Fe 1 4928 MB 6.7 6.86 0.98 2 5152 MB 6.03 9.8 0.62 3 986 MB 5.33 6.16 0.87 4 474 MB 4.42 6.08 0.73 5 739 MB 6.16 7.37 0.84 6 974 MB 7.49 8.53 0.88 7 973 MB 5.51 7.92 0.70 8 978 MB 5.25 6.53 0.80 9 2560 MB 5.52 5.72 0.97 10 2020 MB 5.36 8.81 0.61 11 808 MB 6.01 6.74 0.89 12 1501 MB 2.97 3.64 0.82 13 1191 MB 4.99 5.05 0.99 14 577 MB 14.96 15.41 0.97
Volume (m3) 0.46 2.99 0.63 0.44 0.90 1.07 1.55 0.65 0.45 3.34 1.15 0.70 0.49 1.81 16.62
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Lampiran 32. Data Volume Pohon yang Termanfaatkan (tanpa limbah) (meranti batu) D.RataNo. No.Pohon Jenis DR.Pangkal DR.Ujung Rata Panjang Volume 1 1300 MB 74 64 69 23 8.60 2 244 MB 77 70 73.5 19.4 8.23 3 760 MB 90 71 80.5 21 10.69 4 761 MB 65 57 61 23.2 6.78 5 3675 MB 61 46 53.5 23.2 5.22 6 2992 MB 61 43 52 21.5 4.57 7 2409 MB 63 49 56 27 6.65 8 1034 MB 60 48 54 22.7 5.20 9 1578 MB 76 60 68 24 8.72 Jumlah 64.65
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
Lampiran 33. Peta Rencana Kerja IUPHHK-HA PT. AMT PETA RENCANA KERJA PT. ANDALAS MERAPI TIMBER 101°5'0"E
101°10'0"E
15
16
17
18
19
22
23
24
25
26
27
28
29
35
36
37
38
35
40
41
42
43
44
21
1°20'0"S
33
34
30
RKL VII
45
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
75
76
77
78
79
80
81
93
94
95
96
97
98
99
100
113
114
115
116
117
48
49
50
66
67
68
69
70
71
72
73
74
85
86
87
88
89
90
91
92
1°20'0"S
14
101°15'0"E
82
84
102
RKL VI
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135 136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
170
171
118
119
1°25'0"S
169B
246
172
RKL VIII
RKL V
168 169
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
RKL IX 214 215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
190
191
192
193
194
209
210
211
212
213
228
229
230
231
232
233
234
235
247
248
249
250
251
252
253
254
238
239
240
241
242
243
RKL X257 256
258
259
260
261
262
236
237
244
187
245
227 246
1°25'0"S
151B 152
135
263
255
279 264 283
265
266
284
285
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
306
307
308
309
310
311
312
313
314
322
323
324
305
1°30'0"S
320
321
RKL XI 325 326
101°5'0"E
101°10'0"E
327 337
334
335
336
340
341
342 343
344
345
346
348
278
349
101°15'0"E
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.
1°30'0"S
263
Wahyuni : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Lokasi Penebangan Iuphhk-Ha PT. Andalas Merapi Timber, 2010.