Bab VII PENGANGKUTAN HASIL HUTAN Pengangkutan hasil hutan atau biasa disebut pengangkutan jarak jauh (sering disebut hauling atau transportation merupakan tahap terakhir dari kegiatan pemanenan hasil hutan (khususnya yang berupa kayu). Pengangkutan yang disebut terakhir ini mengambil peranan yaitu mengangkut kayukayu yang telah disarad sampai kepinggir jalan angkutan, yang tempat ini disebut sebagai tempat pengumpulan (TPN), atau landing, skidway. Dari sini kayu itu kemudian dibawa ketempat yang lebih jauh yakni apakah sampai kepabrik pengolahan, kepasar, atau ketempat penimbunan besar (TPK), atau logyard, logpond. Berlainan dengan penyaradan, karena bila pengangkutan ini dilakukan didaratan, jalannya sudah dipersiapkan terlebih dahulu. sehingga bisa lebih mudah dan lancar. Bahkan dalam beberapa kasus lebih menguntungkan lagi apabila telah tersedia jalan umum yang dibuat oleh negara. Berdasarkan tempat berlangsungnya kegiatan, pengangkutan kayu bisa dibagi menjadi tiga macam, yakni lewat darat, lewat air dan lewat udara; sehingga bisa berupa jalan truk, jalan kereta api, perakitan diair, dengan kapal, dan bahkan ada yang menggunakan baton atau pesawat udara, dan didaerah yang bersalju bisa juga menggunakan kereta luncur. Seperti diketahui bahwa kayu merupakan salah satu produk hasil hutan yang merupakan komuditas yang sifatnya berat dan memakan tempat. Oleh karena itu haruslah dicaru suatau cara yang dapat menghasilkan beaya pengangkutan yang minimal. Kita tabu bahwa kayu itu hampir semuanya hares diangkut kesuatu pabrik atau ketempat pengolahan untuk diproses selanjutnya, dimana kayu tersebut dipabrik ini akan dikonversi (diubah) menjadi papan, pulp, veneer, atau berbagai bentuk produk yang lainnya. Bahkan mungkin akan dilakukan pengawetan (treatment), kecuali untuk produk tertentu misalnya hanya untuk kayu bakar, dahan dan ranting dan semua bagian pohon yang tidak akan mengalami pengolahan lebih lanjut. Pada umumnya bila harus diangkut dalam jumlah besar dan secara terns menerus dan secara teratur untuk setiap harinya, maka kita tidak boleh mengandalkan jalan yang sudah ada, namun sebaiknya harus membangun jalan angkutan sendiri (khusus ) yang biasanya bisa berupa jalan rel (kereta api) atau dapat juga berupa jalan mobil (truk). Bila telah tersedia sungai yang
Universitas Gadjah Mada
bisa dihandalkan maka akan sangat beruntung karena pengangkutan lewat sungai sampai sekarang masih merupakan cara yang paling murah. Dengan demikian maka jenis dan sistem transportasi yang disgunakan untuk memasok bahan bake industri pengolahan kayu akan bergantung kepada jumlah kayu yang akan diangkut dan juga jarak dari hutan kepabrik ataj mungkin juga kepasar, dimana kayu itu akan diolah lebih lanjut atau langsung dijual. Pada umumnya semakin besar suatu pabrik pengolahannya akan semakin kompleks masalah pengangkutan yang dihadapinya. Disebabkan lokasi hutan yang kebanyakan jauh dari keramaian, maka pada umumnya juga sangat sedikit fasilitas pengangkutan yang ada. Dengan demikian maka sebagian besar para pengusaha kayu yang berskala besar akan membangun fasilitas pengangkutannva sendiri. Sarana yang akan dibangun bisa berupa jalan mobil, atau jalan rel. tetapi sekali lagi perlu ditekankan bahwa bilamana tersedia sungai yang bisa dihandalkan, maka pilihan yang pertama harus tetap menggunaklan sungai sebagai sarana angkutan primer. Oleh karena itu jenis transportasi yang digunakan bergantung kepada banyak pertimbangan antara lain : topografi, iklim, ukuran kegiatan, kontinuitas permintaan pabrik. jarak kayu yang akan diangkut, volume yang akan diolah per harinya, fasilitas yang telah ada, dan juga kondisi tempat penimbunan kayu yang ada, misalnya berapa luasnya, bagimana bentuknya dan lain sebagainya. Beaya pengangkutan merupakan beaya yang termahal diantara kegiatan logging, karena itu maka semua perhatian dan pengalaman harus digunakan untuk memilih kombinasi yang terbaik dari pertimbangan kondisi yang ada, yaitu dari lokasi, metode pengangkutannya dan standar jalan yang ada, dan juga pemilihan alat transportasi yang akan digunakan sehingga kesemuanya itu dapat memberikan beaya persatuan angkutan yang paling murah. Jadi dalam kegiatan pemanenan problematika yang utama
adalah
sebagian
besar
merupakan
problematika transportasi, sebab menyangkut transportasi dari barang yang bersifat berat dan memakan tempat yang harus dipindahkan dari hutan kepabrik atau kepasar. Pada umumnya dinegara manapun pengangkutan melalui sungai (air) dapat dikatakan masih yang paling murah beayanya dibandingkan dengan sistem pengangkutan yang lain. Jalan angkutan kayu dapat juga dibedakan berdasarkan pemilikannya, misalnya: Jalan privat yang bersifat swasta, dimana yang membuat adalah dari fihak perusahaan sendiri; maska disini perusahaan mempunyai hak penuh untuk
Universitas Gadjah Mada
menggunakan jalan tersebut. sedangkan fihak lain bila akan menggunakannya harus minta izin dari perusahaan kehutanan itu dan tanpa memohon izin dari pemerintah. Jalan angkutan umum; disini semua fihak boleh menggunakan dan memang jalan itu dibangun oleh pemerintah untuk kepentingan umum. Dari pembagian diatas inilah sebaiknya fihak dinas kehutanan (pemerintah) meletakkan kebijaksanaannya berhubung dengan pemilihan cara pengangkutan yang paling menguntungkan. Selanjutnya dalam seri pengangkutan jarak jauh ini akan diuraikan, pengangkutan lewat darat, pengangkutan lewat air, dan pengangkutan lewat udara. Pengangkutan Lewat Daratan Secara garis besar pengangkutan lewat daratan dapat dibagi menjadi tiga cara, yaitu : dengan jalan rel (kereta api, dengan jalan mobil (trek) dan dengan kereta luncur es Pengangkutan dengan Rel Kereta api Yang dimaksud pengangkutan dengan rel ialah pengangkutan yang ditarik oleh lokomotif yang digandengkan dengan lori-lori (gerobak). Lori inilah tempat untuk meletakkan kayu yang diangkut oleh lokomotif. Namun adakalanya pengangkutan lewat rel ini tidak ditarik oleh lokomotif, tetapi sebagai penggantinya dipakai tenaga manusia yakni dengan jalan mendorongnya seperti dapat dilihat pada daerah Jati di Jawa atau kadang juga dilaksanakan oleh orang-orang Jawa didaerah rawa diluar Jawa. Ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian bila akan menggunakan rel ini. Lokasi.Dikarenakan investasi yang ditanamkan untuk keperluan ini sangat besar, maka apabila alat ini yang dipilih pertama-tama harus memilih lokasi yang setepattepatnya. Kesalahan didalam memilih lokasi akan dapat berakibat mendapat kerugian yang sangat besar. misalnya pada suatu areal hutan dimana tidak atau kurang potensinyadan kemudian disitu dipasang jalan rel, maka jelas bahwa basil yang akan diperoleh tidak akan banyak dan akibatnya tidak akan kuat membayar beaya transportasinya. Jadi dalam hal ini yang sangat esensial adalah bahwa barang (kayu) yang akan diangkut haruslah mampu menahan beban bagi angkutannya. Juga pada pemilihan lokasi ini keadaan topografi harus mendapatkan perhatian juga. Kita tahu bahwa jalan rel harus hanya dibangun dengan tanjakan maksimum 6% saja, sehingga apa yang terjadi bila kita meletakkan sistem rel ini pada topografi yang berat.
Universitas Gadjah Mada
Karena itu maka untuk dapat meletakkan jalan rel (route)yang tepat, maka sebelumnya haruslah dilakukan pen-trasean lebih dahulu. Mentrase jalan rel ini berarti akan menciptakan jalan jalan rel yang banyak dan kemudian dapat memilih salah satu yang dianggasp paling naik (tepat). Artinya baik disini ialah dengan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut : Dan segi teknis dapat dipertanggung jawabkan, antara lain : dapat menghasilkan rute jalan dengan tanjakan dan turunan yang ringan menurut sistem jalan rel; lebihlebih jalan yang akan menuju ketempat penimbunan haruslah dapat diciptakan jalan yang enak. Dari segi ekonomis, juga harus dapat dipertanggung jawabkan, antara lain : dapat mengangkut kayu yang sebanyak-banyaknya sehingga beaya pengangkutannya menjadi kecil karena dapat dibagi dengan kapasitas muatan yang besar. Konstruksi.Pada umumnya kits beroperasi pada wilayah yang tidak datar, karena kebanyakan areal hutan berada ditempat yang berpegunungan, dengan demikian maka pembuatan jalan rel dituntut untuk dapat menciptakan konstruksi yang kuat dan baik. Secara skematis konstruksi pembuatan jalan rel akan meliputi : 1. Pekerjaan pada tanahnya. Yang dimaksud dengan pekerjaan tanah disini ialah misalnya penentuan mengenai pembuatan profit. Untuk dasar peletakan rel dan bantalannya maka profilnya tidak bole kurang dari empat meter, dan pinggirannya dikiri dan dikanan harus dengan kemiringan 1:20. Disamping itu pekerjaan-pekerjaan seperti pembuatan talud, pembuatan selokan pembuangan air dan pekerjaan galian dan timbunan termasuk pekerjaan tanah. 2. Pekerjaan bangunan diatasnya. Yang termasuk pekerjaan ini misalnya: penaburan kerikil disekitar rel dan bantalan. pemasangan rel dan bantalannya sendiri, dan juga pekerjaan yang berhubungan dengan perlengkapan jalan rel. 3. Pembuatan jalan rel diareal berawa. Jalan rel diareal berawa sangat banyak dijumpai diluar Jawa (Sumatera, Kalimantan. Irian Jaya dan beberapa pulau lainnya). Di Jawa sangat jarang dijumpai. Karena areal yang selalu berawa itu, tidak pernah kelihatan permukaan daratannya, maka dengan sendirinya jalan rel itu harus dibangun diatas permukaan air. Seperti dikatahui bahwa permukaan air itu datar (rata) sehingga jalan rel didaerah rawa pada umumnya tidak perlu mengatasi pekerjaan tanah.
Universitas Gadjah Mada
Karena jalan rel harus berada diatas permukaan air, maka harus dibuat terlebih dahulu dasar jalan rel yang digunakan untuk meletakkan baik relnya maupun bantalannya. Untuk kepentingan tersebut sepanjang jalan rel terlebih dahulu ditancapkan tiang pancang. Jarak antara tiang pancang satu dengan yang lain adalah 100 Cm, dimana disini diletakkan bantalan dari kayu. Setelah bantalan dibuat barulah diatasnya diletakkan jalan relnya. Rel yang digunakan
dalam
pengangkutan
kayu
ukurannya
berbeda-beda
berdasarkan
kebutuhannya. Ukuran rel bisanya dibedakan berdasarkan berat persatuan panjang, dimana semakin berat relnya akan semakin besar dan begitu sebaliknya. Ukuran yang berbeda-beda ini disebabkan untuk melayani ukuran berat lokomotif dan berat kayu yang lewat. Semakin berat kayu yang lewat, maka akan semakin besar dan berat relnya. Dalam perkembangannya. ada rel yang dibuat dengan sangat sederhana. mengingat beaya pengadaan rel (dalam bentuk dan konstruksi yang standar) yang mahal. Bentuk dan konstruksi rel yang sederhana ini hanya terdiri atas besi siku dan sebelahnya ditempelkan dengan kayu usuk (kasau), sehingga bisa dilewati roda loko dengan mantap. Tetapi karena konstruksinya yang tidak kuat. maka jalan rel semacam ini hanya boleh digunakan untuk dolewati lokomotif dan lori yang tidak terlalu berat dan dengan jalan yang tidak terlalu cepat. Pemilihan Jenis Lokomotif. Pekerjaan ini sangat erat kaitannya dengan berat beban yang akan diangkut. Semakin banyak dan semakin berat beban yang akan diangkut, semakin meminta lokomotif yang semakin kuat. Kekuatan ini bisa diukur dari berapa ukuran besamya HP (Hours Power). misalnya 150 HP, 245 HP dan lain sebagainya, Juga bisa dilihat dari berapa days kekuatan menarik beban misalnya apakah 5.000 Kg, 10.000 Kg dan lain sebagainya. Disamping itu penting juga difikirkan sampai seberapa lama umur rel yang akan dibangun itu. Hal ini dapat juga diajukan untuk bahan pertimbangan pembelian jenis lokomotif yang akan digunakan. Kesimpulan dari uraian diatas adalah bahwasanya untuk pengangkutan dengan rel, dapat disarankan bilamana : a. Kayu yang akan diangkut cukup banyak tersedia disatu tempat b. Pada satu waktu yang terus menerus dan produksi yang menuntut jumlah yang banyak c. Tidak cukup banyak jalan yang tersedia yang dapat dilalui dengan truk, dan beaya pembuatan jalan rel cukup banyak d. Areal hutannya berpotensi tinggi
Universitas Gadjah Mada
e. Areal hutannya tidsak bergunung-gunungl hal ini berhubungan dengan adanya persyaratan tanjakan dan turunan yang diperbolehkan Pengangkutan dengan Truk Pada saat ini penggunaan truk untuk mengangkut kayu sebagai hasil tebangan baik kepabrik pengolahan maupun langsung kepasar, merupakan cara yang paling banyak disukai oleh para pengusaha hutan. Jalan untuk truk lebih mudah cara pembuatannya, dan dengan demikian beaya pembuatannyapun jauh lebih murah dibanding dengan jalan rel. tetapi bila harus dilewati oleh truk dengan muatan yang sangat tinggi dan dengan kecepatan yang tinggi, maka konstruksinya juga tidak sesederhana seperti jalan truk pada umumnya. Jalan truk pada umumnya hanya mampu dilewati oleh truk yang berkapasitas sampai 10 ton saja. Dalam hal ini truk-truk yang beroperasi dihutan luar Jawa pada umumnya berkapasitas jauh dari itu. Karena itu pembuatan jalannya juga cukup rumit. Persyaratan yang harus diberlakukan untuk jalan truk yang berat, adalah bahwa konstruksi pengerasannya harus mendapatkan perhatian yang cukup (tebalnya, jenis bahannya), dan juga dikarenakan jalan siluar Jawa sangat sering melewati sungai, maka harus dibuat jembatan yang juga harus kuat. Jalan tanah yang demikian biasanya hanya khusus dibuat didalam areal hutan saja. Jalan ini bersifat jalan privat, yang kadang-kadang aturannya berlainan dengan jalan umum diluar hutan. Misalnya karena jalan tersebut diprioritaskan untuk jalan logging yang biasanya truknya gandengan (disebut logging truck and trailer) maka posisi jalannya tidak selalu disebelah kiri (aturan Indonesia), tetapi kadang-kadang berjalan pada posisi sebelah kanan bagian jalan. Disebelah mana dia berjalan bergantung pada arch yang akan dituju. Bila truk tersebut menuju kearah hutan, yang berarti mengambil muatan (truk dalam keadaan kosong), maka truk tersebut biasanya lewat sebelah kiri terus sampai ketujuan. Hal ini disebabkan pertama karena dia tidak membawa muatan, sehingga gandengannya dapat digendong (dinaikkan diatas kendaraan), sehingga truk tersebut berukuran panjang seperti truk biasa, dan selanjumya yang kedua adalah dia tidak khawatir akan muatan yang ditaruh sampai gandengan itu menerpa tebing sebelah jalan. Berbeda dengan pada waktu truk itu membawa muatan (turun dari hutan), maka truk beserta gandengannya itu berukuran sangat panjang. Bila dia selalu lewat dibagian sebelah kiri jalan, maka ada kalanya pada waktu menikung dibelokan ukung truk (gandengannya) akan terkena diding jalan sebelahnya. Untuk itu maka truk tersebut pada saat menikung dibelokan kan selalu
Universitas Gadjah Mada
memotng belokan. Jadi bila belokannya kekiri, dia tetap berjalan disebelah kiri, akan tetapi bila belokannya kekanan, maka dia akan berada disebelah kanan (memotong belokan). Walaupun demikian jalan yang dilalui oleh truk tersebut harus mempunyai belokan yang cukup besar radiusnya, agar truk bisa berjalan dengan aman. Ada beberapa alasan mengapa pada saat sekarang lebih banyak orang menggunakan truk untuk mengangkut kayu. 1. Didalam menghadapi topografi yang agak berat, truk selalu mampu mengatasinya. Truk bisa berjalan dengan menaiki tanjakan sampai 15%, sedangkan bila menggunakan rel (loko) hanya mampu menaiki tanjakan sebesar 6% saja. 2.
Didalam pembuatan jalannya, jalan truk lebih sederhana dan dengan
demikian akan lebih murah beayanya. Hal ini disebabkan antara lain komponen pekerjaan pembuatan jalan truk lebih sedikit, antara lain pekerjaan galian, timbunan (urugan) maupun pekerjaan tanah yang lain. 3.
Karena jalan truk pada hakekatnya sama dengan jalan mobil, maka sudah
sangat banyak tersedia jalan-jalan langsung dapat dimanfaatkan oleh truk. Hal ini akan sangat membantu kelancaran pengangkutan dengan truk 4.
Waktu operasi kendaraan truk lebih panjang bila dibanding dengan « aktu
berhentinya. Hal sangat nyata pada saat waktu memuat dan membongkar muatan.Karena muatan truk relatif sedikit, maka waktu yang diperlukan untuk memuatnyapun juga hanya memerlukan watu yang sangat pendek. . 5.
Truk dapat dirancang disesuaikan dengan jumlah muatan. Artinya bila truk itu
harus mengangkut beban yang sangat banyak dan berat, maka truk tersebut dapat dilengkapi dengan trailer (gandengan). 6.
Truk yang dirancang untuk memuat kayu biasanya dilengkapi dengan loader.
suatu alat must yang dapat dioperasikan sendiri oleh pengemudi. 7.
Truk dengan mudah dan cepat dapat menyesuaikan dengan keadaan yang
luar biasa. 8.
Investasi yang dibutuhkan untuk pengadaan truk jauh lebih kecil bila
dibandingkan dengan kereta api. Pembelian lokomotifnya, pembelian lorinya, jalan relnya dam perlengkapan bengkelnya jauh lebih tinggi dari truk. Dengan kenyataan yang telah disebutkan diatas, maka kondisi perusahaan yang bagaimanapun (skala kecil, waktu pengusahaannya pendek, modalnya sedikit dll ) dapat memanfaatkan dan selalu memilih truk untuk mengangkut kayunya. Perusahaan
Universitas Gadjah Mada
tersebut tinggal mengatur berapa banyak dan jenis truk yang bagaimana yang akan dioperasikan. Tingkat efektivitas truk sebagai alat pengangkut kayu dapat juga dipengaruhi oleh kondisi jalan angkutan yang ada (misal standarnya). Akan lebih menguntungkan apabila dapat membangun jalan sendiri. sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan: disamping itu perjalanannya akan dapat lebih lancar dan cepat,karena tidak ada kendaraan lain yang lewat dijalan itu. Bilamana kita sudah menetapkan akan menggunakan truk, maka ada beberapa hal yang harus difikirkan pada pemilihan truk yang akan dioperasikan. Dasar pemikiran pemilihan truk ini adalah suatu kenyataan bahwa sebenarnya pabrik-pabrik pembuat truk itu sudah mengeluarkan banyak tipe dan jenus truk, sehingga kita tinggal memilih berdasarkan kesesuaian dengan pekerjaan yang dihadapi. Ada jenis truk yang dibuat dengan umur tertentu, dengan kapasitas terbatas, dengan days mesin tertentu, dengan konstruksi tertentu dan sebagainya sehingga mengakibatkan truk tersebut berlainan penggunaannya. Pada saat sekarang sudah banyak truk yang menggunakan gandengan (trailer). disebabkan menyesuaikan dengan keadaan kayunya yang sangat sayang bila harus dipotong. Mengenai trailernya sendiri dapat disampaikan beberapa uraian sebagai berikut. Trailer adalah salah satu gandengan yang dirancang memang tanpa mesin. yang dapat dipasang dengan satu ban atau dua pasang ban yang ditempatkan pada poros truk. Dengan pemasangan trailer maka truk yang bersangkutan kapasitasnya menjadi bertambah. Bahkan jumlah kayu yang bisa diangkut bisa dua kali lipatnya dari truk yang tanpa trailer. Namun salah satu kendalanya ialah kecepatannya menjadi rendah, terlebih pada jalan yang tidak berstandar tinggi. Selanjutnya poros (as) trailer dapat diperpanjang atau diperpendek bergantung kepada ukuran yang akan diangkutnya. Penggandengan truk dengan trailer dikonstruksi dengan sangat sedeerhana sehingga memudahkan pada saat memasang maupun membongkarnya, dengan demikian waktunya tidak dihabiskan hanya untuk memasang trailernya. Bila truk yang dipasangi trailer itu selesai membongkar muatan, maka segera trailer itu dilepas dari kendaraan induknya. Dengan demikian truk ini menjadi lebih ringkas ukurannya. Dengan ukuran yang demikian, maka akan lebih cepat perjalanannya pada saat menuju kehutan untuk mencari muatan. Cara melepas trailer adalah dengan pertolongan loader, yakni dengan tangannya (kepitingnya) mengambil
Universitas Gadjah Mada
loader dan kemudian memuatnya keatas bak truk induknya. Dengan demikian, maka pada saat truk tanpa muatan. trailer tadi digendongnya. Selanjutnya didalam keadaan tertentu yang akan disebutkan dibawah ini, tidak dianjurkan untuk menggunakan truk (apalagi dengan trailer), misalnya bila menghadapi kondisi seperti berikut : 1. Apabila keadaan lapangannya sangat berat yang bisa disebabkan karena topografinya bergunung-gunung atau bisa jugs karena tanahnya sangat berawa-rawa dan tidak ada bahan pengeras jalan 2. Didalam waktu yang sangat singkat dan secara periodik harus mengangkut kayu dalam jumlah yang sangat besar. Misalnya pada industri penggergajian besar, industri kayu lapis dan lain sebagainya Untuk memberikan gambaran penggunaan truk diluar Jawa dibawah ini disampaikan beberapa uraian sebagai berikut' Seperti diketahui bahwa areal-areal hutan diluar Jawa dikelola oleh pars Pemegang HPH (Hak Pengusahaan Hutan) yang berstatus swasta. Mat angkutan kayunya terkenal dengan nama Logging truck & Trailer (seperti diuraikan diatas). Truk ini dirancang khusus untuk mengangkut kayu sebagai hasil tebangan. Ada juga truk yang tidak diberi gandengan yang khusus digunakan untuk mengangkut kayu-kayu panjang potongannya terbatas, karena keadaan medannya (misalnya paling panjang hanya delapan meteran saja), sedangkan yang disebut Logging Truck & Trailer tadi bisa mengangkut kayu dari enam meter hingga 16 meter. Untuk dapat mengoperasikan jenis truk yang demikiaqn maka diperlukan sarana dan prasarana jalan yang berstandar lebih tinggi dari pada standar jalan pada umumnya. Ditambah lagi pembuatan jembatannya harus lebih kuat karena harus mampu mendukung muatan diatas 50 ton. Disamping jalan truk yang terdiri atas tanah, maka jembatan, gorong-gorong dan bangunan air yang lain akan dapat mempengaruhi besar kecilnya kelas jalan dan drainase yang diperlukan. Seperti diketahui bahwa air adalah musuh yang paling besar pada pembangunan sebuah jalan hutan. Oleh karena itu pertimbangan utamanya adalah bagaimana cara yang dapat dilakukan agar air dapat mengering secara cepat dan segera mengalir keselokan yang dibuat disepanjang pada sisi jalan itu. Untuk dapat menghasilkan pengurangan beaya pembuatan jalan, maka semua aspek
alam
yang
menyangkut
drainase
dilokasi
tersebut
harus
betul-betul
mendapatkan perhatian, misalnya kelerengannya, jenis tanahnya, curah hujannya, bentuk dan luas daerah tangkapan air diatasnya dan lain sebagainya. kadang-kadang
Universitas Gadjah Mada
harusa dibuat gorong-gorong yang menyilang dibawah jalandan juga tidak boleh ketinggalan pula harus dibuat saluran pengering air yang dibuat dikiri dan kanan jalan. Mengenai spasi jalan (jarak rata-rata antara dua jalan dihutan yang berurutan) dipengaruhi pertama oleh volume kayu persatuan luasnya dan metode penyaradan yang digunakan. Pada umumnya semakin tebal/rapat tegakannya akan semakin kecil spasinya, yang berarti jarak penyaradannya semakin dekat. Hal ini disebabkan tegakan yang tebal mampu membuat jalan angkutan yang lebih banyak (panjang). Jumlah jalan yang ada persatuan luas disebut sebagai kerapatan jalan, dan ini nilainya berbanding terbalik dengan nilai spasi jalan. Artinya semakin tinggi kerapatan jalan, akan semakin rendah (kecil) spasi jalannya, dan demikian juga sebaliknya. Spasi jalan yang semakin rapat akan dapat mengurangi jarak penyaradan, yang juga mengurangi jumlah beaya penyaradannya. Hal ini penting untuk diperhatikan sebab biasanya beaya penyaradan dikarenakan harus melewati jalan yang belum disiapkan, beayanya akan lebih mahal dibandingkan dengan beaya pengangkutan lewat jalan angkutan yang memang sudah disiapkan dulu. Dengan demikian besarnya spasi jalan akan bergantung kepada jumlah beaya penyaradannya dan beaya pembuatan jalannya. Untuk mendapatkan berapa nilai spasi jalan yang terbaik (optimal) ada beberapa macam cara yang bisa ditempuh, dimana semua cara itu prinsipnya adalah mencari kombinasi beaya yang menghasilkan total beaya penyaradan dan beaya pembuatan jalan menjadi minimal, atau dengan kata lain jumlah beaya penyaradan akan sama dengan jumlah beaya pembuatan jalan. Dibawah ini akan diberikan secara ringkas salah satu metode untuk menetapkan nilai spasi jalan yang optimal. Beaya penyaradan sangat dipengaruhi oleh besarnya spasi jalan. Karena itu masalah yang terpenting pada perhitungan beaya penyaradan adalah jarak sarad. Semakin panjang jarak saradnya maka akan semakin tinggi beaya penyaradannya. Dilain fihak beaya pembuatan jalan akan naik per satuan produksi sejalan dengan jauhnya satuan wilayah yang dipanen yang semakin menurun. Jadi misalnya bila jalan dibuat dengan spasi satu mile berurutan, maka setiap jalan sepanjang satu mile akan dapat melayani hutan seluas 640 acre, yang diperoleh dengan areal sepanjang satu mile menurut jalan dan sejauh setengan mile masuk kedalam hutan disebelah kiri kanan jalan tersebut. Jadi bila interval antara dua jalan dibuat setengah mile maka setiap mile akan melayani hutan seluas 320 acre. Dengan demikian maka semakin rapat spasi jalannya akan semakin tinggi beaya untuk pembuatan jalan yang harus dipikul oleh tegakan yang akan dipanen.
Universitas Gadjah Mada
Karena beaya penyaradan dipengaruhi oleh besarnya spasi jalan maka semakin tinggi spasi jalan akan menaikkan beaya penyaradannya dan sebaliknya akan menurunkan beaya pembuatan jalan. Demikian pula bila beaya penyaradannya berkurang maka beaya pembuatan jalan akan naik. Gambar ...... dibawah akan memberikan ilustrasi adanya hubungan ini dan menunjukkan bahwa kombinasi yang paling rendah (antara beaya penyaradan dan beaya pembuatan jalan) akan dapat diperoleh bila beaya pembuatan jalan per satuan produksi sama besarnya dengan beaya total variabel penyaradan per satuan produksi. Jarak sarad rata-rata selalu sama dengan seperempat lebar spasi jalan, bila jalan tersebut dapat dibuat lurus terus menerus. Problema ini dapat diselesaikan dengan baik dengan model grafis, atau bila curve beaya penyaradan berupa garis lurus, bisa juga dengan model matematika. Baik model grafis maupun model matematika satuan beaya penyaradan dan beaya pembuatan jalan harus sama yaitu beaya per satuan produksi (m3). Spasi jalan pada beaya penyaradan total variabel per 1.000 ft sebagai contoh, harus sama besarnya dengan beaya pembuatan jalan per 1.000 ft yang mengahsilkan beaya kombinasi yang minimal. Untuk membuat jalan diperlukan kaidah-kaidah standardisasi jalan angkutan hutan yang berbeda dengan jalan umum. Standar jalan hutan mengacu kepada spesifikasi yang berupa kemampuan fisik jalan seperti lebar jalanyang harus dibersihkan, tanjakan dan turunan maksimum, radius minimum belokan dan lain-lain yang diperlukan agar kendaraan dapat berjalan dengan cepat dan dapat mengangkut muatan yang efisien pada kendaraan truk yang digunakan. Suatu contoh standar jalan hutan yang dapat digunakan sepanjang tahun (segala cuaca, yang lebih terkenal dengan istilah all weather), misalnya tentang perkerasannya harus dengan batu (kerakal), tldak hanya dengan tanah. Pengangkutan lewat air Hampir didapati diseluruh dunia, pada awalnya pengangkutan kayu selalu menggunakan jasa sungai atau Taut, yang berarti pengangkutan lewat air. Mengapa demikian/ Karena sampai sekarangpun pengangkutan dengan memanfaatkan air, masih merupakan pengangkutan kayu yang beayanya paling murah dibanding dengan sistem pengangkutan kayu yang lain. Dinegara kits yang juga cukup banyak mempunyai sungai dan lautan, maka prioritas yang utama untuk mengangkut kayu baik dari hutan maupun dari pabrik
Universitas Gadjah Mada
kekonsumen selalu dengan air. Di Jawa karena sungai yang ada sudah dimanfaatkan sedemikian banyaknya kepentingan, maka kiranya pengangkutan lewat sungai sudah jarang dilakukan. Tetapi pada zaman dahulu sungai memegang peranan yang penting juga dalam pengangkutan kayu, terutama juga belum adanya kemajuan yang sangat pesat pengangkutan kayu lewat daratan (baik oleh jalan rel maupun oleh jalan truk). Diluar Jawa sampai sekarang pengangkutan lewat sungai masih menjadi andalan. terutama dalam mengangkut kayu-kayu yang terapung (floater). Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan sungai (air) sebagai sarana pengangkutan kayu ialah : 1. Beayanya sangat murah persatuan m3 kayu yang diangkut 2. Cara memuatnya sangat mudah dan tidak memerlukan banyak pekerja 3. Tidak ada kendaraan yang harus pulang kembali, jadi tidak ada kehilangan bahan bakar 4. Kalau diperlukan maka sebayak-banyaknya kayu dapat diangkut dengan cam ini Hanya dalam beberapa kondisi dibawah ini tidak dianjurkan untuk mengangkut kayu lewat sungai, misalnya : 1. Volume air sangat berlebihan yang diakibatkan oleh adanya banjir besar, sehingga kayu yang diangkut sukar untuk dikontrol dan bercerai berai 2. Sangat sulit untuk menentukan kapan adanya air yang cukup memadai, misalnya sungai itu keadaan airnya sangat bergantung kepada adanya air hujan 3. Kalau kayu yang akan diangkut, sebagian besar terdiri atas kayu yang berukuran sangat panjang. dan tidak boleh dipotong. Kayu yang demikian akan mendapatkan kesulitan pada saat berada disungai 4. Kemungkinan kayu itu dengan mudah akan terjadi penurunan kualita, misalnya harus lama berada diair, sehingga bisa kena cendawan atau bluestain Agar pengangkutan lewat air dapat berjalan dengan lancar (terutama yang lewat sungai). maka diperlukan tindakan-tindakan seperti berikut : 1. Kayu-kayu yang akan diangkut sebagian besar harus kayu yang berjenis kayu ringan (terapung), sehingga dalam air keadaannya dapat timbul sampai timbul tenggelam. tetapi tidak pernah tenggelam 2. Sungai yang dipakai untuk pengangkutan ini tidak jauh sekali jaraknya, sehingga masih dalam batas ekonomis untuk suatu kegiatan pemungutan kayu 3. Aliran airnya cukup deras, sehingga perjalanan kayunya (rakit) cukup lancar
Universitas Gadjah Mada
4. Kayu yang dirakit sebaiknya tidak terlalu panjang sehingga perjalanan rakit tidak terhalang dan terhambat karena panjangnya kayu 5. Fasilitas penampungan pabrik agar dibuat lebih luas dibanding dengan luas penampungan dengan sistem pengangkutan selain lewat air 6. Keadaan sungai yang digunakan tidak banyak jeram, tidak banyak belokan dan keadaan yang lain yang bisa mengganggu jalannya rakit 7. Sebaiknya sungai yang digunakan untuk merakit tidak banyak digunakan untuk pelayaran kapal(perahu) sehingga dapat saling mengganggu satu sama lain. Kecuali persiapan-persiapan di atas maka untuk meningkatkan kelancaran pengangkutan leawat air ini, diperlukan beberapa usaha antara lain rencana pengemudiannya. Sungai yang digunakan dibagi menjadi tiga seksi (bagian), yaitu bagian bawah, bagian tengah, dan bagian atas. Pembagian ini didasarkan pada saat kapan sungai ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Suatu contoh dalam sebuah sungai tidak semua panjang sungai itu dapat digunakan untuk perakitan, berhubung dengan ketersediaan airnya. Bagian sebelah bawah akan selalu tersedia air yang cukup, sehingga kapan saja selalu dapat digunakan untuk dirakiti. Bagian tengah akan lebih terbatas airnya dan bagian diatasnya lagi akan sangat terbatas airnya. Untuk sungai dibagian atas ada kemungkinan hanya dapat digunakan untuk perakitan bilamana ada air hujan yang lebat dan cukup lama. sehingga jumlah volume air memadai untuk dapat mengalirkan rakit. Berdasarkan tempat kegiatan pemanenan, maka perlu ada usaha-usaha untuk dapat melancarkan perakitan, Namun sebelum hal-hal ini dilakukan, sebaiknya dipertimbangkan lebih dahulu bebrapa point dibawah ini : 1. Berapa volume kayu yang akan dipanen dan akan dirakitkan 2. Berapa kali perjalanan rakit per tahunnya yang diperlukan untuk mengangkut kayu ang akan dipanen 3. Perbaikan yang bagaimana yang harus dilakukan yang dapat menurunkan beayabeaya kombinasi antara beaya perjalanan rakiy dengan beaya perbaikan /sarana sungai yang digunakan (misalnya logpond) Secara garis besar sistem pengangkutan kayu lewat air dapat dibagi menjadi dua bagian. yang pada umumnya orang menganggap bahwa pengangkutan kayu lewat sungai atau taut hanya dengan sistem rakit saja. Sedangkan yang sebenarnya adalah pengangkutan dengan rakit berarti semua bagian kayu yang diangkut itu terkena air. Jikalau kayu yang diangkut itu tidak kena air, maka berarti bukan perakitan, dan
Universitas Gadjah Mada
kayunya terlebih dahulu dimasukkan kedalam sebuah kapal, atau semua kayu diangkut dengan ponton (istilah lain dari tongkang) yang ditarik dengan tugboat. Barging Pengangkutan lewat sungai/danau/laut dimana kayu-kayunya tidak kena air dalam istilahnya disebut barging. Barging ini bisa dibuat baik dari besi maupun dari kayu. Jadi ponton atau tongkang itu juga merupakan barging. Barging itu bisa terbuka atau bisa jug :a tertutup (diberi atap). Dengan adanya tutup dibagian atas maka akan berbeda cara memuat kayunya. Biasanya bila terbuka maka cara memuat kayunya dilaksankan dengan alat pemuat spesial, yang dilengkapi dengan sebuah tangan yang panjang yang disebut crane. Crane in biasanya diletakkan diatas ponton. dan dengan tangannya yang panjang itu kemudian mengambil kayu yang ada didaratan (diatas sungai) yang kemudian diletakkan dan diatur diatas ponton sampai penult Jadi ponton ini tidak bermesin, hanya merupakan tempat untuk meletakkan kayu seperti layaknya sebuah lori pada sistem pengangkutan dengan lokomotif Jadi pengangkutan yang dilakukan dengan ponton berarti harus ada perahu penariknya yang selanjutnya disebut tugboat. Tugboat diperlengkapi dengan mesin bertenaga besar karena untuk mengangkut kayu-kayu yang berat. Kayu-kayu ini biasanya tenggelam (sinker). Untuk hutan kita kayu- kayu yang tenggelam diantaranya adalah Kerning, Mersawa. Kamper (Kapur), dan
lain-lain.
Sedangkan
kayu-kayu
yang
terapung (floater) seperti Meranti, Pulai. Jelurung dan lain-lain diangkut dengan cara dirakit tanpa ada ponton dan kemudian juga oleh tugboat. Ukuran ponton bisa bermacam-macam, tetapi yang banyak digunakan di Indonesia adalah panjang 130 fit, lebar 32 fit dan kedalaman 6 fit. Ponton dengan ukuran tersebut bias memuat kayu sebanyak 100 m3 dan kecepatan perjalanan mencapai 2.5 mil 6 mil perjamnya. Rakit Perkembangan sistem pembuatan rakit dapat dijelaskan seperti dibawah ini. 1.
Semua kayu yang dirakit lepas sama sekali dari satu batang dengan batang
yang lainnya. Setiap batang hanya dihamburkan begitu saja kesungai dan perjalanannya sepenuhnya bergantung kepada deras tidaknya aliran sungai yang digunakan. Bentuk rakit semacam ini adalah bentuk yang paling sederhana, dan tidak bisa dikontrol sama sekali diperjalanan, sehingga banyak kayu yang hilang atau rusak, Juga sungai yang digunakan untuk rakit yang demikian itu tidak bisa digunakan untuk pelayaran, karena sungainya akan dipenuhi oleh kayu yang letaknya malamg melintang disungai tidak keruan ujung pangkalnya. Karena banyak mengakibatkan
Universitas Gadjah Mada
kerugian baik kayu yang dirakit maupun dari segi penggunaan sungainya, maka rakit bentuk demikian sekarang sudah dilarang, dan memang sangat tidak efisien 2.
Kayu-kayu yang dirakit. antara batang satu dengan lainnya juga tidak diikat
sama sekali, jadi terlepas sama sekali antara batang satu dengan lainnya. Akan tetapi semua kayukayu yang dirakit itu. diletakkan didalam semacam kurungan, yang dibuat dari batang-batang kayu yang diikat satu dengan yang lain dan diletakkan mengelilingi semua kayu yang dirakit. hingga rakit ini sudah merupakan satu kesatuan rakit yang bisa diatur jumlah kayunya atau dapat ditentukan volume kayu yang dirakit. Rakit dengan bentuk yang demikian sudah lebih maju dibandingkan dengan rakit yang diluncurkan semula. Rakit bentuk ini sudah bisa dikontrol dan dapat dikemudikan, walaupun masih belum mudah untuk menjinakkannya. Karena itu jalannya rakit ini masih belum lancar (lihat Gambar 3.
)
Semua kayu yang dirakit sudah terikat satu sama lain dengan kuatnya,
sehingga sangat mudah untuk mengemudikannya. hingga perjalanan rakit ini sangat cepat (bergantung kepada tugboat yang menariknya). Kadang-kadang rakit ini masih dikurung dengan ikatan kayu yang dibuat mengelilingi rakit ini, dan dibawah kayu-kayu yang dirakit juga dipasang batang melintang yang digunakan untuk memperkuat rakit ini (lihat Gambar
…)
Posisi rakit terhadap tugboat penariknya, dapat dilihat pada skema dibawah (Gambar....). Bila rakit yang ditarik berukuran kecil dan perjalanannya tidak mengalami banyak belokan. maka tugboat yang digunakan cukup sebuah saja, yang dipasang dimuka rakit sehingga mudah untuk menarik rakit tanpa harus mengemudikannya. Sedangkan bila rakit yang ditarik itu berukuran besar dan dalam perjalanannya mengalami banyak belokan sungai maka harus ada satu tugboat lagi sebagai pengemudi rakit (pengontrol) yang ditaruh dibelakang rakit. Apabila tidak ada tugboat pengontrol, maka pada saat rakit melewati sebuah tikungan (belokan) sungai pasti rakit bagian belakang akan mengenai pinggir sungai. Bila hal ini terjadi. maka rakit tersebut akan hancur berantakan (bubar). sebelum sampai ketujuan.
Universitas Gadjah Mada