Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN Sebelum kegiatan pemanenan kayu dapat dilaksanakan dihutan secara aktual, maka sebelumnya harus disusun perencanaan pemanenan kayu terlebih dahulu. Perencanaan pemanenan kayu itu penting karena untuk bisa memanen kayu harus dikumpulkan beberapa informasi mengenai hutan yang akan dipanen, besar kecilnya perusahaan (kegiatan yang akan dilaksanakan), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran pemanenan kayu, dan akhirnya dapat disusun dan ditetapkan metode dan peralatan _yang digunakan untuk dapat mencapai target yang telah direncanakan. Hutan dapat tumbuh dalam berbagai kondisi iklim dan topografi, maka untuk melaksanakan pemanenannya harus disesuaikan dengan kondisi hutan yang dihadapi ( spesies, ukuran baik diameter maupun tinggi, persebarannya dan lain sebagainya). Disamping itu perlu juga diperhatikan letak lokasi areal yang akan dipanen terhadap jalan angkutan (bisa berupa sungai, jalan truk, dan jalan rel), dan jugs konsentrasi penduduk dan pasar. Informasi yang harus dikumpulkan Informasi ini terutama adalah dari areal hutan yang akan dipanen. Semakin banyak informasi yang dapat dikumpulkan, maka akan semakin sempurna rencana yang akan dibuat. Untuk memperoleh informasi ini, salah satunya adalah dengan mengadakan cruising (penjelajahan). Hasil cruising biasanya diujudkan dalam dua bentuk, yakni tabel dan peta, dimana kedua-duanya harus dapat memberikan informasi mengenai kondisi topografi, lokasi, persebaran pohon dan jenis, serta potensi yang ada. Data Lapangan lnformasi yang harus dikumpulkan dari lapangan meliputi : Lokasi dan aksesibilitas. Lokasi harus dijelaskan dalam peta, berapa derajat terhadap garis bujur (timur dan barat) dan juga terhadap garis lintang (utara atau selatan). Disamping itu harus juga dijelaskan dilapangan dengan menetapkan batas-batasnya (sebelah barat, timur, utara dan selatan). Setelah diketahui secara pasti lokasinya, maka kemudian dapat dilihat bagaimana aksesibilitasnya, terhadap jalan, sungai, desa, pabrik, pasar dan tempattempat penting lainnya. Semua informasi ini sangat besar manfaatnya dalam Universitas Gadjah Mada
memperkirakan
beaya
pemanenannya
khususnya
yang
menyangkut
beaya
pengangkutannya. Persebaran pohon dan topografi. mengetahui dengan pasti hal ini, maka pada saat melakukan cruising harus dibuat Pula "peta pohon" dan peta topografi secara sederhana. Jadi dengan melihat peta pohon dan kondisi topografi, dengan tidak usah masuk kehutan kita sudah dapat memperkirakan besarnya potensi pohon, lokasi setiap pohon (terutama yang akan ditebang), dan jalur angkutannya (terutama angkutan jarak dekat). Tipe kegiatan yang dapat dilaksanakan Karena adanya perbedaan kondisi baik hutannya maupun topografinya, maka tipe kegiatan yang dilaksanakan akan berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang dijumpai. Yang harus mendapatkan perhatian yang cukupn adalah masalah pengangkutannya (baik jarak dekat maupun jarak jauh), karena kayu itu merupakan benda yang berat dan memakan tempat, sehingga bila dapat menekan beaya pengangkutannya berarti dapat menekan juga beaya pemanenan secara keseluruhannya. Adapun secara lengkap jenis kegiatan dalam pemanenan meliputi : (1). Selection of trees for removal. Sebelum dapat dilakukan penebangan dihutan clam yang berdasarkan "tebang pilih". maka jenis pohon, ukuran pohon yang akan ditebang harus ditetapkan lebih dahulu. Dalam hal tebang habis, maka pemilihan pohon yang akan ditebang tidak diberlakukan. (2). Cutting.. Kegiatan ini terdiri atas : "felling" (penebangan), "limbing (pembersihan dahan dan ranting), "bucking" (pembagian batang), dan "topping( pemotongan bagman pucuk pohon. Cuting dapat dilaksanakan dengan berbagai alat. misalnya dengan kampak, gergaji tangan (baik manual maupun chain saw) dan juga dengan gergaji mesin (power saw). (3). Bunching. Kegiatan ini berupa pengumpulan beberapa batang menjadi satu tumpukan, yang ukurannya sama dengan satu kali muatan traktor sarad (baik dengan Bulldozer maupun dengan Forwarder). Tujuannya adalah efisiensi baik waktu maupun beaya. Bunching sering disebut penyaradan pendahuluan (praskidding). (4).Skidding. Kegiatan ini adalah menarik atau membawa kayu dalam jarakpendek,
yaitu dari tunggak sampai ketempat pengumpulan (landing) yang
lokasinya masih didalam hutan. Ada beberapa sistem penyaradan antara lain : ground skidding
Universitas Gadjah Mada
(penyaradan diatas tanah), cable yarding (penyaradan dengan kabel), dan Forwarding (penyaradan dengan Forwarder). Pemilihan sistem mans yang digunakan bergantung kepada banyak hal, antara lain topografi, keadaan kayu, dan beaya yang disediakan. (5) Loading. Kegiatan ini adalah pemuatan kayu keatas kendaraan pengangkut (truk, kereta api, dan kapal). Sistem pemuatan dapat dilakukan baik oleh manusia, maupun dengan mesin, bahkan ada juga yang berdasarkan gaya gravitasi. Untuk di Jawa biasanya pemuatan dilakukan dengan tenaga manusia, karena kayunya kecilkecil, dan untuk kegiatan pemuatan diluar Jawa digunakan traktor pemuat (pay loader). (6). Transportation. Kegiatan ini adalah mengangkut kayu dari tempat pengumpulan dihutan (TPn) sampai ketempat terakhir, yang mungkin tempat penimbunan kayu (TPK), halaman pabrik pengolahan, dan mungkin ketempat penjualan kayu. Transportasi kayu dapat dilakukan melalui daratan (truk dan rel), lewat air sungai dan Taut (rakit dan kapal), dan dapat juga lewat udara (dengan balon dan helicopter). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemanenan hasil hutan Faktor ini sifatnya bisa berasal dari dalam maupun dari luar. Faktor dalam misalnya ukuran kayu, fasilitas yang beda, dan lain-lain. Faktor dari luar misalnya buruh tenaga kerja, peraturan-peraturan, dan lain-lain. Beberapa fak-tor yang harus dipertimbangkan adalah :
(1). Ukuran hasil. Yang harus diperhatikan adalah pengaruh ukuran hasil terhadap metode dan slat transpornya. Bila kecil-kecil maka dapat digunakan truk ukuran kecil. Akan tetapi bila kayunya bedrukuran besar dan panjang maka pengangkutannya harus dengan logging truck and trailer.
(2). Lama beroperasi. Waktu bisa dalam waktu harian dan dapat pula waktu bulanan atau tahunan. Bila perusahaan hanya beroperasi dalam waktu beberapa tahun saja, maka disarankan untuk membangun sarana yang tidak permanen, karena bangunan permanen memerlukan investasi tinggi. Bangunan permanen lebih cocok untuk perusahaan yang jangka operasinya sepanjang masa. Juga peralatan angkutan, misalnya untuk jangka panjang (jauh) dibenarkan menggunaka kereta api, tetapi untuk jangka pendek lebih tepat menggunakan truk saja.
(3). Volume yang akan dipanen persatuan lugs (dalam satuan ha). Bila yolume kayunya tinggi dalam setiap ha, maka dapat digunakan rel untuk pengangkutannya: dan sebaliknya untuk yang rendah volumenya sebaiknya digunakan truk saja.
Universitas Gadjah Mada
(4). Tenaga kerja. Lokasi pemanenan hutan biasanya terletak ditempat yang jauh, dengan demikian maka para buruh harus dibuatkan perumahan. Buruh yang diperlukan untuk pemanenan kecuali berbadan sehat, tegap juga harus mempunyai ketrampilan menggunakan mesin, walaupun secara sederhana. Perumahan untuk buruh, bisa bermacam-macam tipe bangunannya, misalnya satuan individu, panel portabel, portable unit, trailer berban pompa, camp terapung dan sebagainya.
(5). Produksi persatuan waktu. Bila setiap harinya dibutuhkan bahan baku yang sangat tinggi (banyak), maka diperhitungkan produksinya perhari satuannya. Pengangkutannya dengan demikian disarankan dengan lokomotif. Tetapi bila bahan baku yang diperlukan tidak terlalun tinggi, maka produksinya dapat diperhitungkan dengan satuan tahunan. Pengangkutannya dapat dengan truk.
(6). Fasilitas yang telah ada. Ada perusahaan yang mulainya tidak dad awe al. misalnya melanjutkan dari perusahaan lain. Dalam hal ini maka metode dan peralatan yang akan digunakan harus memperhitungkan fasilitas yang telah ada. Apakah beaya operasinya sudah besar sekali, apa belum. Dibandingkan dengan bila membeli alat baru,
yang
harus
mengeluarkan
investasi
dan
harus
menghitung
beaya
penyusutannya. Semua ini dihitung berdasarkan produktivitasnya dan beaya pengoperasiannya, Bila alat lama memang sudah tidak efisien lagi, sebaiknya beli alat baru. (7).
Peraturan yang ada. Misalnya pengangkutannya akan direncanakan
lewat sungai karena ada sungai yang mencukupi untuk keperluan itu. Akan tetapi oleh pemerintah daerah sungai itu tidak boleh dipakai untuk pengangkutan kayu, karena mungkin untuk diambil airnya untuk air minum atau untuk pembangkit tenaga listrik. Maka hal ini harus diperhatikan. (8).
Kebijaksanaan pemilik hutan. Hutan Indinesia semuanya milik negara,
hanya pengusahaannya dapat dilimpahkan kepada para pemegang HPH. Dengan demikian halhal yang menyangkut kebijaksanaan tentang hutan berada sepenuhnya dibawah pemerintah. Hutan dimanfaatkan tidak hanya kayunya, tetapi juga untuk pariwisata, pengatur tanah air, penggembalaan, perlindungan flora dan fauna dan masih banyak lagi manfaat yang lain. Maka dalam memanennya manfaat yang banyk itu harus juga mendapatkan perhatian, jangan hanya terfokus pada kayu saja. (9).
Pemuliaan tegakan. Diharapkan pada tebang pilih, hasil tebangan pada
siklus berikutnya akan lebih tinggi atau paling tidak sama, tidak menurun hasilnya. Hal ini dapat diupayakan dengan cara pemuliaan tegakan, yakni dengan cara mematikan jenis yang dianggap tidak komersial. Universitas Gadjah Mada
Perencanaan peralatan pemanenan Tujuan merencanakan kebutuhan peralatan dalam kegiatan pemanenan kayu adalah untuk dapat mencapai produktivitas yang optimal, yakni dengan cara membuat keseimbangan antar fase (tahap kegiatan) Bila setiap tahap dapat berproduksi secara optimal, maka dapat disebut kegiatannya ekonomis dan efisien. Prinsip keseimbangan antar fase (tahap) adalah adanya aliran kegiatan yang tidak terputus. Untuk itu diperlukan kerja sama yang baik antara manusia sebagai operatornya dan alat sebagai mesinnya. Berdasarkan pengalaman para pelaku pembalakan besar, maka pilihan perlengkapan yang utama (pertama kali) yang harus diperhatikan adalah alat angkutan. Baru setelah itu diperhitungkan terhadap kapasitas dan produktivitas alat angkutannya tersebut. Contoh perhitungan peralatan pemanenan : -Target tebangan per tahun (AAC) = 50.000 m3 -Dalam satu tahun hanya dapat bekerja selama 9 bulan -Dalam satu bulan dapat bekerja selama 20 hari -Produktivitas truk = 75 m3 per hari -Produktivitas pemuatan = 100 m3 per hari -Produktivitas penyaradan = 60 m3 per hari -Produktivitas penebangan = 55 m3 per hari Berapakah jumlah peralatan disetiap tahap, agar dicapai keseimbangan produksi. Hitungan secara kasar : Kebutuhan alat angkutan truk : Produktivitas truk dalam satu tahun = 75 x 20 x 9 = 13.500 m3. Jadi kebutuhannya = 50.00: 13.500 = 3 buah Produktivitas loader per tahun = 18.000 m3, jadi kebutuhan loader = 2 buah Produktivitas traktor sarad = 10.800 m3, jadi kebutuhan traktor sarad = 5 buah. Produktivitas chainsaw dalam satu tahun = 9.900 m3, jadi kebutuhannya = 5 buah. Jadi agar tercipta keseimbangan dalam setiap tahap, untuk pelaksanaan pemanenan dengan AAC sebesar 50.000 m3, maka diperlukan peralatan : chainsaw 5 buah, traktor sarad 5 buah, loader 2 buah, dan truk 3 buah
Universitas Gadjah Mada