PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN ……..(24):125-132
PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN KAYU DENGAN TRUK DAN TUGBOAT DI HUTAN RAWA GAMBUT : KASUS DI SATU PERUSAHAAN HUTAN DI JAMBI Oleh/By : SONA SUHARTANA1 & YUNIAWATI2 1)
Peneliti pada Pusat Litbang Hasil Hutan Bogor, Departemen Kehutanan, dengan bidang utama keahlian Keteknikan Hutan dan Pemanenan Hasil Hutan. 2) Peneliti yunior pada Pusat Litbang Hasil Hutan Bogor, Departemen Kehutanan ABSTRACT Log transportation in peat swamp forest estate could be carried out by pontoon that is pulled by a tugboat passing channel and by trucks passing land road. This study was carried out in June 2008 in PT Wirakarya Sakti, Jambi. The aim of the study is to find out the productivity and transportation cost by tugboat and truck in peat swamp forest estate. Data were analyzed by tabulation and calculating its mean. Results revealed that : (1). The average of transportation productivity by using tugboat and truck each are 35.20 m3.km/hour and 105.44 m3.km/hour; and (2).The average of transportation cost by tugboat and by truck each are Rp 3,722.3/m3.km and Rp 2,228.6/m3.km. Keyword : Log transportation, peat swamp forest, tugboat, truck, productivity Alamat Korespondensi : HP 081310686099 E-mail
[email protected] &
[email protected]
PENDAHULUAN
Pengangkutan kayu adalah pemindahan kayu dari tempat pengumpulan kayu ke tujuan akhir dengan menggunakan metode tertentu. Tujuan akhir dapat berupa industri pengolahan kayu, pasar, konsumen atau tempat pengiriman lainnya. Pengangkutan kayu dapat dilakukan melalui jalan darat dan jalan air, serta kombinasi keduanya (Budiaman, 1996). Pengangkutan merupakan tahap terakhir dari kegiatan pemanenan hasil hutan (bagian produksi). Kegiatan pengangkutan lebih mudah dilakukan daripada kegiatan penyaradan dikarenakan jalur-jalur jalan yang akan dilewati sudah dipersiapkan terlebih dahulu, bahkan kadang-kadang dijumpai jalan
yang akan dilalui sudah dibuat menjadi jalan umum (Haryanto, 1984). Di hutan rawa gambut terkadang memiliki dua kondisi lahan yaitu kering dan berair, kondisi ini disebut dengan lahan gambut kering dan basah. Sebagian kondisi lahan yang kering memudahkan untuk dilakukan pengangkutan menggunakan truk dan sebagian lagi lahan yang basah atau berair biasanya menggunakan sampan yang ditarik tugboat. Tanah gambut terbentuk bila proses penghancuran bahan organik lebih lambat dari proses penimbunannya (Ismunadji dan Soepardi, 1984). Akumulasi gambut karena kegiatan untuk perombakan bahan organik hanya dilakukan oleh
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
125
PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN ……..(24):125-132
bakteri anaerob yang terbatas (Polak, 1952). Hal ini mengakibatkan kecepatan penimbunan bahan organik lebih besar dari penghancurannya. Karakteristik iklim yang mempengaruhi tanah gambut tropika di antaranya adalah tingginya curah hujan, evapotranspirasi dan tingginya rata-rata temperatur harian. Karakteristik iklim tersebut berpengaruh langsung termasuk karakteristik rawa gambut misalnya hidrologi dan berpengaruh secara tidak langsung terhadap spesies tanaman yang mendominasinya (Andriesse, 1988). Menurut Haryanto (1984) ada beberapa alasan mengapa penggunaan truk sangat cocok digunakan sebagai alat pengangkutan pada lahan kering yaitu : (1) Saat menghadapi topografi agak berat, truk dapat berjalan dengan naik tanjakan sampai 15%; (2) Karena jalan truk pada hakekatnya sama dengan jalan mobil, maka sudah sangat banyak dijumpai jalan-jalan yang langsung dapat dimanfaatkan oleh truk. Hal ini akan membantu memperlancar pengangkutan; dan (3) Truk dapat dirancang, dapat disesuaikan dengan jumlah muatan. Pengangkutan di hutan rawa gambut melewati kanal-kanal yang
telah dibuat dan biasanya menggunakan ponton yang ditarik kapal tarik/tugboat. Kanal merupakan sarana transportasi air buatan yang dibangun dengan tujuan sebagai sarana trasportasi pengangkutan kayu dari TPn ke TPK, juga berfungsi untuk pengeringan lahan pada areal rawa dan sebagai batas petak. Juta (1954) menerangkan bahwa dalam memilih kapal tarik harus memperhatikan faktor-faktor antara lain : (1) Daya motor, dengan daya 60-80 HP sudah cukup untuk di sungai; (2) Motor lambat atau cepat; dan (3) Bentuk kapal, yaitu tentang seberapa bagian yang masuk air, bentuk yang luas dan dapat mengatasi gelombang serta ukuran kapal. Menurut Buenaflor (1981) kekuatan mesin kapal tarik/tugboat berkisar antara 7-650 HP. Kapal tarik dengan mesin yang kekuatannya besar digunakan untuk menarik 2001000 m3 kayu, sedangkan yang kekuatannya lebih kecil biasanya dipakai untuk menarik kayu bervolume antara 100-150 log. Bertolak dari latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas dan biaya pengangkutan kayu dengan tugboat dan truk di hutan tanaman rawa gambut.
BAHAN DAN METODE Waktu, Lokasi dan Bahan Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2008 di areal kerja hak pengusahaan hutan tanaman industri (HPHTI) PT. Wirakarya Sakti , Distrik VI. Areal ini termasuk ke dalam wilayah Dinas Kehutanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Propoinsi Jambi. Berdasarkan letak
geografisnya, kelompok hutan ini terletak di antara 00o 52’ - 01o 00’ LS dan 103o 07’15”- 103o 19’ 35” BT. Keadaan areal penelitian sebagian besar memiliki kemiringan lapangan antara 0-8 % dengan ketinggian tempat antara 3-6 m dari permukaan laut. Jenis tanah didominasi oleh Histosol. Ada pun tipe iklim menurut Schmit & Ferguson
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
126
PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN ……..(24):125-132
termasuk tipe A dengan curah hujan bulanan 124,5 mm dan tidak mempunyai bulan kering. Keadaan tegakan pada areal penelitian berupa jenis pohon Acacia crassicarpa. Memiliki kerapatan antara 900-1120 pohon/ha (untuk pohon berdiameter 10 cm ke atas). Untuk tumbuhan bawah rata-rata memiliki kerapatan sedang. Alat pengangkutan kayu yang digunakan di hutan rawa gambut dengan lahan berair adalah ponton/perahu besi melalui kanal yang ditarik oleh tug boat. Rangkaian ponton untuk pengangkutan kayu adalah 2 buah, karena jarak angkut relatif dekat yaitu 1 - 4 km dengan muatan 60 ton sedangkan alat pengangkutan kayu dari TPn/logyard di hutan rawa gambut kering menggunakan truk melalui jalan darat. Dalam rencana karya tahunan (RKT) tahun 2008, perusahaan memungut kayu dari areal seluas 45.304 ha , perkiraan volume 5.531.598,63 m3 dengan rata-rata produksi kayu 3.273.232,85 m3/tahun berupa jenis kayu Acacia crassicarpa (Anonim, 2008). Bahan yang digunakan adalah meteran, pengukur waktu (stopwatch) sedangkan alat yang digunakan adalah alat tulis, ponton, tugboat serta truk (alat yang dioperasikan di lapangan).
Prosedur Penelitian Penelitian dilaksanakan melalui tahap kegiatan sebagai berikut : 1. Menentukan 1 petak tebang yang segera akan dilakukan kegiatan pengangkutan.
2. Melakukan kegiatan pengangkutan kayu dengan ulangan 5 rit. 3. Pengukuran produktivitas dan biaya pengangkutan sebagai berikut: a. Produktivitas pengangkutan dihitung dengan cara mencatat waktu angkut dengan metode nul-stop, jarak angkut dan volume kayu yang diangkut; b. Biaya produksi pengangkutan dengan cara mencatat semua pengeluaran seperti pemakaian bahan bakar, oli/pelumas, upah, biaya penyusutan, biaya pemeliharaan/perbaikan, bunga, asuransi dan pajak. 4. Mencatat data umum sebagai berikut: keadaan umum lapangan dan keadaan umum perusahaan yang dikutip dari kantor perusahaan dan wawancara dengan karyawan.
Analisis Data Data lapangan berupa produktivitas dan biaya angkut, diolah ke dalam bentuk tabulasi dengan menghitung nilai rata-ratanya. 1. Produktivitas angkut dihitung dengan rumus berikut: VxJ P = ____… (1) W di mana: Pa = produktivitas angkut (m3.hm/jam); J = jarak (km); W = waktu kerja (jam); V = volume kayu (m3). 2. Biaya dihitung dengan menggunakan rumus dari FAO (Anonim, 1992) sebagai berikut:
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
127
PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN ……..(24):125-132
BP + BA + BB + Pj + BBB + BO + BPr + UP Ba = Pa
; ……………… (2)
H x 0,9 BP =
; ……………………………………………………….. (3) UPA H x 0,6 x 3%
BA =
; ……………………………………………………...... (4) JT H x 0,6 x 15%
BB =
; ……………………………………………………… (5) JT H x 0,6x2%
Pj =
; ………………………………………………………… (6) JT BBB = 0,12 x HP x HBB; ………………………………………………… (7) BO = 0,1 x BBB; ………………………………………………………… (8) BPr = 1,0 x BP ………………………………………………………………. (9). di mana : Ba = Biaya angkut (Rp/m3.hm); BO = Biaya oli/pelumas (Rp/jam); H = Harga alat (Rp); BP = Biaya penyusutan (Rp/jam); Pa = produktivitas angkut (m3.hm/jam); BA = Biaya asuransi (Rp/jam); Up = Upah pekerja (Rp/jam); BB = Biaya bunga (Rp/jam); Pj = Biaya pajak (Rp/jam); BBB = Biaya bahan bakar (Rp/jam); Bpr = Biaya pemeliharaan (Rp/jam); HBB = Harga bahan bakar (Rp/liter); UPA = Umur pakai alat (jam); JT = Jam kerja alat per tahun (jam); dan HP = Besar daya. HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas
Pengangkutan
Dengan Tugboat Anonim (1983) menyatakan bahwa produktivitas dirumuskan sebagai perbandingan antara output dengan input perusahaan, industri dan ekonomi secara keseluruhan. Produktivitas juga merupakan suatu gabungan sumber (input) dengan demikian sama dengan jumlah barang atau jasa (output) yang dihasilkan sumber tersebut. Sumber-sumber itu
meliputi tanah dan bangunan, bahan baku, mesin dan tenaga kerja. Produktivitas harus ditinjau dari sudut waktu, karena output produksi yang memuaskan dari sebuah mesin, alat atau seorang pekerja dalam waktu tertentu yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung produktivitas. Hasil perhitungan produktivitas pengangkutan disajikan pada Tabel 1. Dari Tabel 1, menunjukkan rata-rata produktivitas pengangkutan menggunakan tugboat adalah 35,20 m3.km/jam. Produktivitas
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
128
PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN ……..(24):125-132
pengangkutan sangat dipengaruhi oleh waktu, volume dan jarak. Waktu total yang digunakan berupa berjalan kosong, muat, berjalan isi dan bongkar muatan. Dari ke empat kegiatan tersebut, berjalan kosong menghasilkani rata-rata waktu paling cepat yaitu 680 detik dikarenakan belum adanya beban dan tug boat menggunakan mesin Truk Diesel Mitsubishi PS 120 merupakan tipe mesin motor cepat. Sedangkan ratarata waktu untuk memuat kayu merupakan waktu yang lama yaitu 1995,5 detik. Hal ini di karenakan rata-rata volume kayu yang dimuat cukup banyak (49,84 m3), sedangkan untuk kegiatan pemuatan harus hatihati karena di hawatirkan akan banyak kayu jatuh ke air selama perjalanan akibatnya kualitas kayu dapat menurun. Perjalanan ponton menuju jalan darat untuk selanjutnya dilakukan pengangkutan dengan truk menuju TPK ditempuh dengan ratarata jarak tempuh 1,02 km di mana dalam satu rit, kapal tariknya dapat menarik ponton sebanyak 2 buah. Sedikitnya jumlah ponton dan banyaknya volume kayu yang diangkut mempengaruhi produktivitas pengangkutan. Kondisi kanal juga ikut mempengaruhi produktivitas pengangkutan, di areal penelitian memiliki ukuran yaitu : (1) Kanal primer lebar 12 m dan kedalaman 2,53 m; (2) Kanal sekunder lebar 6 m dan kedalaman 2,5-3 m dengan interval 500 m antar kanal.; dan (3) Kanal tersier lebar 1 m dan kedalaman 1 m. Kondisi kanal yang lurus, tidak banyak tikungan dengan lebar dan kedalaman kanal yang memenuhi syarat maka dapat meningkatkan produktivitas pengangkutan kayu melalui kanal.
Produktivitas Dengan Truk
Hasil pengukuran produktivitas kerja pengangkutan menggunakan truk di sajikan pada Tabel 2. Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas pengangkutan truk di hutan rawa gambut adalah 105,44 m3.km/jam. Besarnya rata-rata produktivitas pengangkutan dengan truk jika dibandingkan dengan menggunakan ponton karena kondisi jalan darat mengakibatkan pengangkutan tidak begitu banyak mengalami gangguan daripada di air yang dipengaruhi kecepatan angin dan besarnya arus air. Di samping itu pengangkutan menggunakan ponton dimaksudkan mengangkut kayu dari TPn menuju jalan darat. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata jarak tempuh ponton (1,02) lebih pendek daripada truk (23,61 km). Tetapi untuk kapasitas angkut ponton lebih banyak di mana rata-rata volume kayu yang diangkut dapat mencapai 49,84 m3 sedangkan truk hanya 24,92 m3. Besarnya volume muatan tersebut disebabkan ponton yang digunakan berjumlah 2 buah dengan muatan 60 ton. Secara keseluruhan pengangkutan dengan menggunakan truk menghasilkan produktivitas lebih besar dibandingkan pengangkutan di air. Hal tersebut disebabkan : (1) truk dapat digunakan pada jarak tempuh yang panjang; (2) kondisi jalan yang berbelok atau memiliki banyak tikungan bukan menjadi penghalang; (3) kecepatan truk dapat diatur tanpa mengalami hambatan; dan (4) waktu yang digunakan untuk menempuh jarak tertentu lebih cepat.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
Pengangkutan
129
PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN ……..(24):125-132
Biaya Pengangkutan Biaya pengangkutan kayu adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut 1 m3 dijabarkan dari biaya tetap dan tidak tetap (Suparto, 1975) sedangkan menurut Elias (1987) biaya untuk produksi yang didasarkan pada data biaya mesin yang telah dipersiapkan secara teliti sangat penting untuk memperkirakan biaya total pada keadaan operasi yang berbeda. Untuk mengetahui biaya pengangkutan dengan ponton melalui kanal dilakukan analisis biaya alat yaitu tugboat dengan mesin Truk Diesel Mitubhisi PS 120 dan 2 rangkaian perahu dengan harga alat pada tahun 2008 Rp 256.000.000, waktu kerja alat 1000 jam per tahun, konsumsi solar 5 liter per jam dengan harga Rp 6000/liter, konsumsi oli 0,1 liter/jam dan upah operator dan 2 orang tenaga pembantu Rp 150.000/hari. Dengan mengunakan rumus tersebut di atas diperoleh komponen biaya mesin per jam seperti disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 1 dan 3 dapat dihitung rata-rata biaya pengangkutan kayu dengan ponton yang ditarik oleh tugboat dengan cara membagi total biaya mesin dengan produktivitas rata-ratanya, yaitu sebesar Rp 3.722,3/m3.km. Faktor yang berpengaruh terhadap biaya pengangkutan
menggunakan ponton yang ditarik tugboat adalah jarak angkut, kecepatan tugboat, dan volume kayu. Jarak angkut yang panjang tetapi dilakukan dengan kecepatan tugboat yang maksimal dan volume kayu yang diangkut banyak maka biaya yang dikeluarkan tidak begitu besar. Untuk mengetahui biaya pengangkutan dengan truk melalui jalan darat dilakukan analisis biaya alat yaitu Truk Hino Rangger dengan harga alat pada tahun 2008 Rp 500.000.000, waktu kerja alat 1000 jam per tahun , konsumsi solar 10 liter perjam dengan harga Rp 6000/liter, konsumsi oli 0,1 liter/jam dan upah operator dan 2 orang tenaga pembantu Rp 250.000/hari. Dengan mengunakan rumus tersebut di atas diperoleh komponen biaya mesin per jam seperti disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 2 dan 4 dapat dihitung rata-rata biaya pengangkutan kayu dengan truk dengan cara membagi total biaya mesin dengan rata-rata produktivitasnya, yaitu sebesar Rp 2.228,6/m3.km. Biaya pengangkutan dengan truk lebih murah jika dibandingkan menggunakan pontoon/tugboat (Rp 3.722,3/m3.km). Besarnya biaya pengangkutan menggunakan ponton/tugboat disebabkan produktivitasnya kecil. Produktivitas sangat mempengaruhi biaya.
Tabel 1. Produktivitas Pengangkutan Kayu dengan Tugboat No
1 2 3 4 5 Ratarata
Berjalan kosong ( detik) 672 677 685 679 687 680
Muat kayu ( detik) 2017 1950 2000 2025 1987 1995,5
Berjalan isi (detik) 795 800 797 801 790 796,6
Bongkar kayu ( detik ) 1680 1800 1720 1700 1690 1718
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
Total Waktu (detik) 5164 5277 5202 5205 5154 5200,4
Volume kayu ( m3 ) 48,92 50,80 49,44 49,86 50,18 49,84
Jarak angkut ( km) 0,8 1,0 1,1 1,2 1,0 1,02
Produktivitas angkut (m3.km/ jam) 27,29 34,65 37,64 41,38 35,04 35,20
130
PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN ……..(24):125-132
Tabel 2. Produktivitas pengangkutan kayu dengan truk No
1 2 3 4 5 Ratarata
Berjalan kosong (detik) 6150 4500 5100 5700 6000 5550
Muat kayu (detik) 840 900 860 850 845 859
Berjalan isi (detik) 12.300 12.600 13.500 12.900 13.200 12.900
Bongkar kayu (detik) 720 780 900 960 840 840
Total Waktu (detik) 20.070 18.780 20.360 20.410 20.885 20.101
Volume kayu ( m3 ) 24,46 25,40 24,72 24,93 25,09 24,92
Jarak angkut ( Km) 23,61 23,61 23,61 23,61 23,61 23,61
Produktivitas angkut (m3.km/jam) 103,59 114,95 103,19 103,83 102,12 105,44
Tabel 3. Komponen biaya mesin dengan pontoon yang ditarik tugboat No Komponen biaya Jumlah (Rp/jam) 1 Biaya penyusutan 23.040 2 Biaya asuransi 4.608 3 Biaya bunga bank 23.040 4 Biaya pajak 3.072 5 Biaya perawatan 23.040 6 Biaya bahan bakan 30.000 7 Biaya oli dan pelumas 3.000 8 Upah operator 18.750 Total biaya mesin 128.550 Tabel 4. Komponen biaya mesin dengan truk No Komponen biaya 1 Biaya penyusutan 2 Biaya asuransi 3 Biaya bunga bank 4 Biaya pajak 5 Biaya perawatan 6 Biaya bahan bakan 7 Biaya oli dan pelumas 8 Upah operator Total biaya mesin
Jumlah (Rp/jam) 45.000 9.000 45.000 6.000 45.000 60.000 6.000 18.750 234.750
KESIMPULAN 2.
Rata-rata produktivitas pengangkutan menggunakan ponton/tugboat 35,20 m3.km/jam sedangkan rata-rata produktivitas pengangkutan menggunakan truk 105,44 m3.km/jam.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
131
1.
Pengangkutan di hutan rawa gambut dapat dilakukan dengan menggunakan ponton yang ditarik tugboat melalui kanal dan truk melaui jalan darat.
PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN ……..(24):125-132
3.
Produktivitas pengangkutan menggunakan ponton/tugboat sangat dipengaruhi oleh waktu, volume, jarak tempuh, jumlah ponton, kecepatan angin, besarnya arus air dan kondisi kanal. Sedangkan dengan truk
dipengaruhi oleh jarak tempuh, waktu, kondisi jalan dan volume. 4. Rata-rata biaya pengangkutan dengan ponton/tugboat yaitu Rp 3.722,3/m3.km dan dengan truk sebesar Rp 2.228,6/m3.km.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1983. Penelitian kerja dan pengukuran kerja. Erlangga. Jakarta. Anonim. 1992. Cost control in forest harvesting and road construction. FAO Forestry Paper No. 99, FAO of the UN. Rome. Anonim. 2008. Rencana Karya Tahunan 2008. PT. Wirakarya Sakti. Jambi. Andriesse, J.P. 1988. Nature and Management of Tropical Peat Soils. FAO Soil Buletin No. 59 p. 165-175. Rome. Budiaman, A. 1996. Diktat kuliah Pemanenan Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Buenaflor, V. 1981. Logging and transportation. FAO the United Nations in Cooperation with the Directorate General of Forestry of the Government of Indonesia. Jakarta.
Elias.
Haryanto. 1984. Pemungutan Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Ismunadji, M. dan G. Soepardi, 1984. Peat soils problems and crop production. IRRI. P.489-502. Los Banos. Philipines. Juta, E.H.P. 1954. Pemungutan Hasil Hutan. NV. Timun Mas. Jakarta. Polak. 1952. Occurrence and fertility of tropical peat soil in Indonesia. Contribusi Genetic Agriculture. Bogor. Suparto, R.S. 1975. Eksploitasi Hutan Modern. Proyek peningkatan pengembangan perguruan tinggi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
1987. Pembukaan Wilayah Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
132
PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN ……..(24):125-132
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
126