BAB I I I METODA PERENCANAAN 3. 1.
Perencanaan Pompa Injeksi Bahan Bakar Seperti yang telah kita bahas sebelumnya bahwa perencanaan pompa
injeksi bahan bakar bertujuan untuk menentukan parameter-parameter yang diperlukan untuk satu rakitan pompa injeksi bahan bakar dengan merek lain yang akan diaplikasikan ke Mesin Diesel merek Komatsu. Pompa merupakan suatu pesawat pengangkut untuk zat-zat cair. Pengangkutan atau pemindahan zat cair dilakukan dengan pekerjaan gaya tekan yang gunanya membatasi hambatan-hambatan yang dialami oleh zat cair tersebut waktu pemindahan, sedangkan pemindahan zat cair itu dapat terjadi menurut arah mendatar dan tegak atau menurut arah komponen-komponen yang tegak dan mendatar. Hal yang sama dapat k i t a perhatikan pada pompa injeksi dimana pemindahan zat cair-nya terjadi menurut arah tegak. Untuk hambatan-hambatan yang terjadi diantaranya adalah hambatan gesekan, hambatan kecepatan, hambatan percepatan dan hambatan karena perbedaan tinggi.antara pemukaan isap dan permukaan tekan. Dalam klasifikasi pompa untuk pompa tersebut dikategorikan sebagai pompa jenis aksial atau pompa torak dan secara lebih spesifik pompa-pompa tersebut dapat dikategorikan sebagai pompa-pompa aksial yang bekerja tunggal, yang terdiri atas rumah pompa dan silinder pompa dan proses yang terjadi pada pompa jenis ini ada dua yaitu langkah isap dan langkah tekan.
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pada gambar 17 dibawah kita ini dapat lihat proses aliran bahan bakar secara sederhana pada motor diesel merek Komatsu dengan melihat pompa injeksi bahan bakar dan pompa suplai sebagai subjek dari proses ini dari beberapa komponen lain yang menjadi bagian dari sistem bahan bakar. Untuk alirannya terbagi menjadi dua yaitu aliran masuk yang merupakan proses pengangkutan bahan bakar dari tangki bahan bakar menuju sistem bahan bakar dan aliran balik yaitu proses pengembalian bahan bakar dari sistem bahan bakar ke tangki bahan bakar.
Penyaring bahan bakar
Pompa injeksi
Nosel
Ruang pembakaran
Pompa supply Tangki bahan bakar
Aliran masuk Aliran balik Gambar: 17 Diagram Aliran Bahan Bakar Sedangkan tahap-tahap yang harus diperhitungkan untuk merencanakan pompa injeksi bahan bakar dapat k i t a lihat dalam diagram aliran perencanaan pada gambar 18 dibawah ini:
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menentukan parameter-parameter pada motor disel; Daya maksimum Putaran mesin Konsumsi bahan bakar spesifik Berat jenis bahan bakar Jumlah silinder Firing order Menentukan ukuran-ukuran utama: - Kebutuhan bahan bakar - Langkah dan luas penampungan pluyer - Kecepatan plunyer
Menentukan data-data katup: Ukuran utama katup Kecepatan maksimal katup Percepatan maksimal katup Tinggi angkat dan sudut penyusulan Gaya katup Pegas katup
Menetukan hambatan-hambatan: - Hambatan Isap (kecepatan gesekan, percepatan, katup) - Hambatan Tekanan (kecepatan, gesekan, percepatan, katup)
Menentukan data-data pada proses isap dan tekan dan juga menentukan daya pompa Menentukan data-data pluyer: Gaya pluyer Ukuran Pluyer Pegas Pluyer
Menentukan data-data pada camshaft dan roller/tappel
Gambar: 18 Diagram Aliran Perencanaan Pompa Injeksi Bahan Bakar
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. 2. Kebutuhan Bahan Bakar Untuk pompa yang bekerja tunggal, secara teoritis banyaknya zat cair yang dipindahkan selama satu langkah bolak balik ialah: Qs
=
F s
Jika dalam rumus ini F = luas torak dalam cm2 , s= langkah dalam cm maka Qs didapat dalam cm³. Jika plunyer digerakkan oleh sebuah camshaft dan tappet yang berputar dengan putaran sebesar n (putaran t iap menit), maka kita dapatkan laju aliran dalam satuan cm/ menit sebesar: Q
=
F. s. n
Laju aliran yang sebenarnya (Qe) karena kehilangan-kehilangan, adalah lebih kecil dari pada laju aliran yang di hi t un g menurut teori Q. Perbandingan Qe dan Q dinamakan rendemen volumetrik ηv : ηv
=
Qe/Q
Rendemen volumetrik pada pompa-pompa yang kecil, seperti pompa injeksi besarnya sekitar 0,8-0,85. Parameter yang menjadi dasar dari perencanaan pompa injeksi bahan bakar ialah kebutuhan bahan bakar, yang merupakan jenis zat cair yang dipindahkan oleh pompa injeksi. Kebutuhan bahan bakar/injeksi/silinder didapat dengan persamaan berikut ini: Vb
=
N b max.Sf c.a ----- --- ---- ---- --- 60.Z.y 1
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dimana : Vb
=
Kebutuhan Bahan Bakar/ injeksi/ silinder (cm3)
Nb Max
=
Daya Maksimum dari motor diesel (kW)
Sfc
=
Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (gr/kW.h) Sfc (Spec. fuel Comsumsion)
y1
=
Kerapatan massa Bahan Bakar (N/m3)
a
=
2 (untuk motor empat langkah)
z
=
jumlah silinder
Didasari pada kebutuhan bahan bakar pada satu kali injeksi untuk tiap silinder yang diberi lambang V
b
tersebut, tidak mutlak dikonotasikan sebagai laju
aliran untuk pompa injeksi, karena pada dasarnya tidak semua laju aliran dari pompa injeksi masuk ke ruang pembakaran. Nilai kebutuhan bahan bakar tersebut diperbolehkan bertambah sebagai persediaan/tambahan yang dilambangkan dengan AV1: AV1
=
(0,1-0,15) Vb
Sedangkan untuk menentukan langkah maksimum plunyer, kita juga harus menentukan volume bahan bakar yang tidak digunakan yaitu: a. Volume bahan bakar dalam sistem di kurangi sebesar AV2 ketika dikompresikan karena tekanan i nj eksi. b. Volume bahan bakar didalam pipa injeksi ditambah sebesar AV3 karena
ekspansi dari dinding pipa oleh tekanan bahan bakar. c. Volume yang melewati pompa injeksi pada langkah pengiriman dilambangkan
AV4.
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Karena AV2 dan AV3 relatif kecil, maka data-data tersebut dapat diabaikan, sehingga kita dapat menentukan penghasilan sebenarnya sebesar:
3.3. Katup Katup-katup yang dipakai pada pompa biasanya bekerja sendiri, artinya bahwa katup-katup itu tidak dibuka dan ditutup oleh sebuah mekanik, tetapi oleh perbedaan tekanan zat cair diatas dan dibawah katup. Jenis-jenis katup yang banyak digunakan adalah katup-katup angkat yang bergerak tegak lurus pada lubang haluan, seperti halnya delivery valve pada pompa injeksi bahan bakar. Sesuai dengan teori bahwa pada pengaliran stationer, melalui sebuah penampang sebuah pembuluh pipa t i ap satuan waktu mengalir zat cair atau gas yang sama jumlah beratnya. J i ka dalam penampang 1, Luas penampang = A1, sedangkan kecepatan massa yang mengalir = v1 dan berat jenis = y1, dan jika besaran besaran pada penampang 2 adalah A2, v2, y2 maka didapat persamaan: A1 . v1. y1
=
A 2 . v2 . y2
Karena zat cair itu tidak dapat dimampatkan maka: A1.v1.
=
A2. v2
Artinya bahwa melalui setiap penampang pada tiap satuan waktu mengalir jumlah volume yang sama. Pada gambar 19 ini penampang laluan dudukan merupakan sebuah lingkaran dengan luas A1 = π .d 2 / 4, dan penampang diantara dudukan dan katup (penampang laluan celah) merupakan sebuah mantel silinder dengan luas A2 = π.d. h , dimana h adalah tinggi angkat katup.
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar: 19 Katup dun lubang lahan Sedangkan untuk menentukan diameter rumah pompa (dh),
kembali
kita
mengunakan persamaan: A1 v1 = A2 v2 π.d2/4.v1 = (π.d.h2/4- π.d.h2/4).v2, dimana v1=v2
Sudah
dipastikan
bahwa
langkah
katup
dipengaruhi
oleh
pergerakan
plunyer, bila kita hubungkan dengan kecepatan plunyer maka didapat persamaan: Ap vp
=
π. d . h . vsp
Dimana: Ap
=
luas plunyer (cm2)
Vp
=
kecepatan plunyer (m/dt)
d
=
diameter penampang masuk (cm)
h
=
tinggi angkat katup (cm)
vsp
=
kecepatan zat cair pada celah katup (m/dt)
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Jika dikehendaki, bahwa kecepatan celah selama katup t et a p terbuka dan te ta p sama, maka tinggi pengangkatan h yang berubah-ubah harus memenuhi persamaan:
h=
A p .v p π.d.v sp
Bahwa h itu berubah-ubah, i al a h disebabkan karena kecepatan vp yang berubah-ubah juga dan tergantung pada sudut yang dijalani oleh conrod melalui titik mati. Kecepatan conrod dipandang dari besar sudut (lihat gambar 18) yang terbentuk di definisikan sebagai berikut: =
R . @ . sin α
R
=
Jari- jari maksimum pada conrod (cm)
@
=
Kecepatan sudut (rad/dt)
α
=
Posisi / sudut yang terbentuk
vp Dimana:
P
R0
vp= R0 sin α
Gambar: 20 Kecepatan katup
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tinggi pengangkatan katup yang diperlukan untuk membuat kecepatan tetap didalam celah katup menjadi:
[email protected] 2 .d.v.sp
h= h max =
Ap.R.@ .d.vsp
, dimana sin α = 1, α = 90
Dengan persamaan diferensial kita bisa menghitung kecepatan (vk) dan percepatan (ak) katup dengan tetap memandang pada posisi sudut: Vk max =
Ap.R .d.v sp
, dimana cos α = 1, α = 180
Vk max = h max
K = (-)
Ap . R . @2 .d.v.sp
, dimana sin α = 1, α = 90
Vk max = h max 2
Percepatan itu adalah negatif terhadap arah gerakan dari katup dan karena itu mengarah kejurusan dudukan. Diwaktu permulaan langkah katup itu diperlambat dan selama bagian langkah katup yang kedua dipercepat, tetapi pada akhir langkah percepatan itu nol. Pada katup terjadi proses pengerjaan pompa katup, yaitu proses dimana zat cair didesak oleh katup untuk keluar melalui celah katup. Jika pengerjaan pompa itu diperhitungkan, maka rumus untuk tinggi pengangkatan menjadi:
h=
Ap .Vp Ak. Vk .d.v.sp
h1 + h2
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dimana: Ak
=
Luas katup (cm2)
Vk
=
Kecepatan katup (cm/dt)
h1
=
Tinggi pengangkatan pertama yang sudah didapat
h2
=
Jumlah dimana tinggi pengangkatan tersebut harus ditambah dan dikurang untuk membuat kecepatan celah supaya tetap.
Menurut persaman Westphal (Ref 1 hal 45), bahwa pada akhir langkah jika kecepatan plunyer adalah nol masih terdapat tinggi pengangkatan sebesar h2: Ak .Vk Ak . Ap .R.@2 h2 = .d.v. = (.d.v. )2 sp sp
Jadi katup diwaktu akhir langkah belum tertutup. Waktu yang masih diperlukan untuk penutupan dinamakan waktu tutup penyusulan. Kita harus menghindari terjadinya herrtakan katup pada dudukannya pada saat katup menutup, dengan menentukan suatu kecepatan celah tertentu pada katup yang terbuka, untuk mendapatkan itu harus ada perbedaan tekanan didalam zat cair diatas dan dibawah katup, jika perbedaan tekanan itu dinamakan p, maka hubungan antara csp dan p ditunjukan dengan rumus dibawah ini:
Dimana µ adalah suatu koefisien yang tergantung dari jenis katup, besar katup dan perbandingan antara penampang laluan celah dan penampang laluan 31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dudukan, yang dilambang dengan α. Atas dasar riset dan percobaan Lindner telah mendapatkan suatu nilai rata-rata untuk perbandingan µ dan α yang dipaparkan
dengan grafik pada gambar 21.
Gambar: 21. Grafik perbandingan µ dan α Dengan adanya perbedaan tekanan, terjadinya proses terbukanya katup. Sedangkan Gaya yang diperlukan untuk menutup diperoleh dengan memasang pegas pada katup. Diwaktu katup terangkat, pegas itu tertekan dan gaya tegang bertambah dengan bertambahnya pegas i t u tertekan. Hal itu mempunyai keuntungan, bahwa beban katup dapat disesuaikan dengan gaya yang diperlukan. Pegas itu mendapat ukuran-ukuran yang sedemikian besarnya, sehingga beban katup diwaktu katup tertutup dan diwaktu katup sama sekali terbuka sesuai dengan nilai-nilai yang diinginkan. Beban katup itu terdiri atas berat katup yang dibenamkan dengan gaya pegas atas gaya yang ditekankan oleh pegas yang tegang itu pada katup sehingga persamaan yang terbentuk: K
=
Ak . p
=
G+V
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dimana: K = Gaya tekan (kg) Ak = Luas katup (cm2) P = Perbedaan tekanan (kg/cm2) G = Berat katup + pegas (kg) V = Gaya tegang pada pegas (kg). 3. 4. Hambatan Sebelumnya telah dijelaskan bahwa untuk mengalirkan zat cair melalui pompa dan pipa, diperlukan suatu perbedaan tekan guna dapat mengatasi berbagai hambatan. Tingginya isapan yang sebenarnya dapat tercapai lebih kecil dari pada tingginya isapan yang teoritis hal itu timbul karena adanya hambatan. Hambatanhambatan yang timbul antara lain:
Hambatan kecepatan (h 1 )
Dimana: Ap = luas saluran Vp = Kecepatan Plunyer A1 = luas Penampang 2g = 2 x gravitasi
Hambatan gesekan (h2)
Dimana: ΣϚ = total faktor gesekan
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hambatan percepatan (h3) h3
Ls.ap max
=
g
Dimana: Ls = Panjang saluran (m)
apmax k
hmax.2k2
=
2
= koefisien sudut pada control
Hambatan katup (h4) h4 = p - ph Dimana: p
= Tekanan zat cair dibawah katup (m)
ph = Tekanan zat cair diatas katup (m) Parameter diatas dapat ditentukan dengan persamaan dibawah ini: p.f = ph.fh + G + V mk. ak Dimana: f
= Luas tekanan pada sisi bawah katup (m2)
fh
= Luas tekanan pada sisi atas katup (m2)
mk
= Masa katup (kg)
ak
= Percepatan aliran disaat katup mulai terbuka (m/dt2)
3.5.
Proses Isap Tekan dan Daya Pompa Proses isap dan proses tekan tidak akan terpisahkan dalam mekanisme
pompa, karena dalam pemindahan zat cair pompa bekerja menggunakan proses isap dan tekan. Dalam menganalisa proses isap dan tekan kita perlu menghitung
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tekanan didalam silinder pompa diwaktu mengisap dan menekan. Tekanan didalam silinder pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air seperti yang direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalansi yang akan dilayani pompa. Tekanan dalam didalam silinder pompa diwaktu mengisap dalam meter kolom zat cair dapat ditulis sebagai berikut. Hez = Ha – Hz - Hwz Dimana: Ha
= Tekanan atmosfir (m)
Hz
= Tinggi isap (m)
Hwz
= Jumlah hambatan-hambatan diwaktu langkah mengisap (m)
Sedangkan tekanan rata-rata didaiam silinder diwaktu langkah menekan ialah: Hcp
=
Ha
+
Hr
+
Hwp
Dimana: Ha
=
Tekanan atmosfir (m)
Hp
=
Tinggi tekan (m)
HWp
=
Jumlah hambatan-hambatan diwaktu langkah menekan (m)
Pompa mempunyai usaha yang bertujuan untuk memberi gaya pada plunyer, gaya yang ditimbulkan oleh plunyer tergantung pada tinggi isap dan tinggi hambatan yang bersangkutan. Pada sebuah pompa yang bekerja tunggal usaha yang dikerjakan pada satu perputaran conrod : W
=
( Hu/ + Hup) A.s.y
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dimana: W
=
Usaha pompa (Nm)
Huz
=
Tekanan lebih yang harus rnengatasi gaya luar pada waktu mengisap, sebesar :
Hup
=
Hz + Hwz (m)
Tekanan lebih yang harus diatasi gaya luar pada waktu menekan, sebesar:
Hp + Hwp (m)
A
=
Luas torak (m2)
s
=
langkah plunyer (m)
y
=
Berat jenis zat cair (kg /m3 )
Dengan menganalisa bahwa Huz + Hup = Hz + Hwz + Hz dan kita lihat bahwa: Hz + Hp = H dan Hwz + Hwp, maka Huz + Hup = H + Hw Tinggi kenaikan teoritis (m). Sedangkan daya yang secara teori diperlukan untuk menggerakkan pompa yaitu sebesar: N1
=
(H+H)A.s.y.n (60.75) /1,36
Dimana: N1 n
= =
Daya Teoritis (KW) Putaran conrod (rpm)
Daya yang diperlukan guna mengerakkan pompa harus lebih besar dari gaya teoritis, hal ini di sebabkan karena kerugian-kerugian gesekan dalam alat-alat mekanik, daya tersebut di kenal sebayai daya efektif, sebesar: Nc =
N1 rm
Dimana: rm
Nc =
=
Daya efektif Rendemen Mekanik (0,85-0,95)
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/