STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN DI BMT AMAL MULIA SURUH TUGAS AKHIR Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi Perbankan Syari’ah
OLEH: MUHAMMAD ASYHURI (201 10 021)
JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA 2013
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323706 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Muhammad Asyhuri
NIM
: 201 10 021
Jurusan
: Syariah
Program Studi
: DIII Perbankan Syariah
Menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam Tugas Akhir ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 31 Juli 2013 Yang Menyatakan,
Muhammad Asyhuri NIM: 201 10 021
MOTTO:
v
Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan – kesalahan, tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan lagi.
v
Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas kelengahan kita tak akan bisa dikembalikan seperti semula.
v
Hati suci selalu benar, tetapi gejolak hati selalu mengubah hasrat hati suci. Orang yang ada dalam hati suci adalah orang yang taqwa dan beriman. Itulah tantangan hidup.
PERSEMBAHAN
v
Allah S.W.T
v
Nabi Agung Muhammad S.A.W
v
Bapak dan Ibu tercinta
v
Seluruh keluarga besarku
v
Sahabat-sahabatku
v
STAIN Salatiga
v
BMT AMAL MULIA Suruh
v
Mahasiswa DIII Perbankan Syari’ah angkatan 2010
v
Semua pihak yang membantu penyelesaian Tugas Akhir ini
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya telah menjadikan penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya. Maksud dari penulis Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan kelulusan mencapai derajad Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Diploma III Perbankan Syari’ah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu melalui ruang ini penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Bpk. Imam Sutomo selaku Ketua beserta Dosen dan Staff STAIN Salatiga, yang telah memberikan dukungan dan fasilitas baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Bpk. Abdul Aziz, N.P, MM selaku Kaprodi DIII Perbankan Syari’ah STAIN Salatiga yang telah memberikan tuntunan hingga selesainya penulisan Tugas Akhir ini. 3. Bpk. Ari Setiawan, S.Pd., MM selaku Dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan pengarahan hingga selesainya penulisan Tugas Akhir ini. 4. Mustofa Al Amin, S.Ag selaku manajer BMT AMAL MULIA Suruh beserta staff karyawan, Terkhusus buat mas Yogie Aryanto, SKM yang selalu rela untuk penulis ikuti selama berada di BMT.
5. Bapak dan Ibu serta saudara-saudara penulis, yang memberikan dorongan moril maupun materiil hingga penulis mampu menyelesaikan studi tepat waktu. 6. Teman-teman seangkatan penulis serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya, yang telah memberikan bantuan yang berguna bagi kelancaran penulisan Tugas Akhir ini. Akhirnya, penulis menyadari atas keterbatasan yang dimiliki dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, sehingga masih ditemui kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karenanya kritik dan saran dari pembaca sangat penulis nantikan. Namun demikian sekecil apapun karya ini, penulis berharap hasil Tugas Akhir ini akan bermanfaat bagi pembaca dan terutama akan dapat membantu meningkatkan kinerja BMT AMAL MULIA Suruh, dimana penulis melakukan penelitian. Salatiga, 20 Juli 2013 Penulis
Muhammad Asyhuri
ABSTRAK Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah sekarang telah menunujukkan peningkatan yang signifikan. Dalam hal ini diperkuat dengan semakin banyaknya Bank Syariah, Bank Unit Syariah, Usaha Unit Syariah, Serta Lembaga Keuangan mikro lainnya seperti BMT (Baitul Maal wa Tamwil). BMT sebagai lembaga keuangan non Bank dengan system syariah ( bagi hasil ) yang saat ini juga mengalami perkembangan yang begitu pesat. Seiring dengan kemajuan lembaga keuangan ini, BMT diharuskan untuk memiliki manajemen yang baik. Baik dalam hal mengatasi masalah serta mengurusi dana yang dititipka masyarakat serta dana yang disalurkan kepada masyarakat. Karena semakin kuat BMT mengatasi permasalahan yang ada maka akan semakin menunjukkan bahwa lembaga tersebut bonafit dan masyarakatpun akan mempercayakan dananya kepada fihak BMT. Untuk mengatasi pembiayaan bermasalah seharusnya dilakukan dengan prosedur yang sesuai dan aturan yang telah dibuat. Selain hal tersebut selalu tingkatkan kualitas penilaian kredit yang sesuai dengan aturan yang berlaku, karena semakin sesuai dengan aturan, maka pembiayaan bermasalah akan dapat dicegah. Untuk penanganan kredit macet, nasabah harus selalu didampingi dalam hal penyelesainnya, supaya segala kesulitan yang dihadapi nasabah dapat diperingan dengan adanya kerjasama dengan fihak BMT. Kata kunci: Pencegahan dan Penyelamatan, Kredit Macet
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................................ i Halaman Pengesahan…............................................................................................... ii Persetujuan Pembimbing ............................................................................................ iii Motto ............................................................................................................................... iv Persembahan ................................................................................................................... v Kata Pengantar ................................................................................................................ vi Abstrak ............................................................................................................................. viii Daftar Isi ........................................................................................................................... ix Daftar Gambar, Tabel, Grafik ......................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 5 D. Penelitian Terdahulu................................................................................... 7 E. Metode Penelitian ....................................................................................... 9 F. Sistematika Penulisan.............................................................................. 11 BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian BMT ........................................................................ 13 B. Pengertian pembiayaan ............................................................. 13 C. Tujuan Pembiayaan ................................................................... 15 D. Fungsi Pembiayaan .................................................................... 16 E. Unsur-unsur Pembiayaan ........................................................... 16
F. Prinsip-prinsip Pembiayaan ....................................................... 18 G. Jenis-jenis Pembiayaan .............................................................. 22 H. Prosedur Pengajuan Pembiayaan ............................................... 24 I. klasiikasi kolektabilitas pembiayaan, ........................................ 26 J. penanganan pembiayaan bermasalah ......................................... 29 BAB III LAPORAN OBJEK A. Sejarah Berdiri BMT AMAL MULIA Suruh ........................................... 33 B. Visi dan Misi ............................................................................................... 34 C. Lokasi dan Wilayah Usaha......................................................................... 35 D. Struktur Organisasi BMT AMAL MULIA Suruh .................................... 36 E. Produk-produk BMT AMAL MULIA Suruh ............................................ 38 F. Proses Pengajuan Pembiayaan ................................................................... 40 G. Laporan Bidang Usaha ............................................................................... 44 H. Pencegahan Kredit Bermasalah BMT AMAL MULIA ........................... 46 I. Penyelamatan Kredit Macet BMT AMAL MULIA................................... 50 BAB IV ANALISIS A. Strategi pencegahan kredit macet ……………………………….55 B. Strategi penyelamatan kredit macet ……………………………..58 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………...…………..65 B. Saran……………………………………………………………....66 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1: Struktur Organisasi BMT AMAL MULIA Suruh ……………....38 DAFTAR TABEL Tabel 3.2
: data perkembangan outstanding pembiayaan tahun 2012……. 46 DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.3
: pencairan dana pembiayaan tahun 2013……………………… 46
Grafik 3.4
: Angsuran masuk tahun 2013…………………………………. 47
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Belakangan ini, perkembangan ekonomi syariah Indonesia cukup cemerlang. Seperti yang diungkapkan oleh Saputro (2013) dalam artikelnya yang berjudul “Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia” bahwa saat ini semakin menjamur bank dan lembaga keuangan lain yang berbasis syariah. Dimulai sejak awal 2000-an, industri perbankan syariah terus berkembang, dan perkembangannya pun tidak main-main. Terus menunjukkan grafik peningkatan yang luar biasa. Apalagi, beberapa waktu lalu terjadi krisis ekonomi yang terjadi di dunia. Tapi disisi lain justru semakin membuat ekonomi syariah naik daun. Ekonomi syariah diprediksi akan menjadi sistem ekonomi yang tidak akan terpengaruh krisis yang terjadi di belahan dunia mana pun. Tidak hanya itu, ekonomi syariah juga dianggap sebagai solusi penyelesaian permasalahan ekonomi. Berdasarkan ajaran Islam, ekonomi merupakan salah satu hal yang dibahas dan mempunyai aturan. Seperti yang dikutip oleh Fachrudin (1993:30-36) yang membahas tentang inti dari sistem ekonomi syariah itu adalah perekonomian yang dilakukan berdasarkan prinsip hukum islam dan mengharamkan adanya sistem riba, sebagaimana telah ditetapkan dalam ayatayat yang terkandung dalam Alquran.
Perekonomian syariah mulai banyak dilirik oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Alasannya, karena sistem perekonomian ini dianggap menguntungkan dan memberikan keadilan bagi semua pihak. Karena dalam sistem ekonomi konvensional pemilik modal tentu akan lebih dominan mendapatkan keuntungan, namun dengan sistem ekonomi syariah semua pihak akan merasakan keuntungan bersama. Berkembangnya ekonomi syariah di Indonesia juga didasari karena kondisi negara Indonesia itu sendiri. Pasalnya, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Indonesia juga merupakan negara muslim terbesar di dunia. Indonesia merupakan negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi syariah yang
tinggi. Dimotori sektor perbankan, perkembangan industri
keuangan syariah di Indonesia dalam dua dekade ini sangat menggembirakan. Menurut Bank Indonesia (2013) melaporkan bahwa bank syariah di Indonesia tumbuh dengan pesat antara 40-60% per tahun. Dan pada tahun ini terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (USS) dan 158 Bank Pembiayaanan Rakyat Syariah (BPRS) sampai dengan tahun 2013. Dengan diberlakukannya pasar bebas ASEAN pada tahun 2015, Bank Syariah di Indonesia memiliki peluang sekaligus tantangan dalam mengembangkan dan meningkatkan kontribusi Bank Syariah terhadap industri perbankan di Indonesia. Untuk itu tentunya diperlukan strategi yang tepat dan efektif untuk dapat mewujudkan Bank Syariah yang sehat dan kuat secara finansial dan senantiasa patuh prinsip-prinsip syariah.
Seperti yang dikutip oleh Sumiyanto (2008:16) yang menyatakan bahwa di Indonesia pada tahun 1990-an Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) sangat aktif melakukan pengkajian tentang pengembangan ekonomi Islam di Indonesia. Hasil diskusi oleh beberapa kalangan, diantaranya ICMI dan para ulama yang tergabung dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menghendaki adanya lembaga keuangan syari’ah dan bebas dari unsur riba, salah satunya lembaga keuangan syari’ah adalah BMT. Karena keterbatasan jangkauan dari Bank terhadap usaha lapisan bawah, banyak para rentenir yang meminjamkan uangnya kepada pelaku usaha kalangan kecil dengan bunga yang tinggi. Hal ini sangat jelas mendhzolimi orang-orang yang lemah secara ekonomi. seperti yang dikutip oleh Yunus (2009:7) yang membahas tentang kehadiran BMT (baitul maal wa tamwil) adalah untuk menghilangkan para rentenir, yang sangat jelas menjerat kalangan usaha kecil dan menengah dengan jeratan hutang yang berbunga tinggi. Ketika Indonesia mengalami masa-masa sulit selama krisis ekonomi dan moneter, BMT banyak berperan hingga ke lapisan bawah. Dengan kata lain, BMT sering melakukan pendekatan dan bantuan kepada kalangan usaha kecil dan menengah untuk mendorong kemajuan usaha mereka. BMT dilihat dari fungsinya merupakan lembaga intermediasi keuangan antara pemilik dana (surplus unit) dan peminjam (defisit unit). seperti yang dikutip oleh Ridwan (2004:150-159) yang membahas tentang
BMT beroperasi berlandaskan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang pada intinya menerapkan bahwa dana pada dasarnya merupakan salah satu alat produksi untuk meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan orang atau perorang. BMT tumbuh dari keinginan dan prakarsa masyarakat sendiri, sehingga BMT merupakan salah satu jenis kelompok swadaya masyarakat yang bekerja dari, oleh dan untuk anggota. BMT sebagaimana yang dipahami orang sebagai lembaga ekonomi kaum akar rumput, yang dibentuk atas prakarsa dan swadaya masyarakat dengan segala kelebihan dan kelemahannya, terbukti sangat efektif untuk menolong pengusaha kecil dan mikro dalam mengakses sumber dana pembiayaan. .
Sejalan dengan pengertian diatas, koperasi BMT Amal Mulia
merupakan koperasi yang bergerak dalam bidang jasa khususnya simpan pinjam secara syariah. Koperasi BMT Amal Mulia berkembang pesat di daerah Salatiga dan keberadaanya memberikan manfaat bagi penduduk sekitar. Semakin berkembangnya BMT AMAL MULIA SURUH tidak terlepas dengan masalah yang dihadapai. Antara lain adalah perputaran modal yang belum tentu kembali 100 % untuk BMT. Salah satu masalah yang sering dihadapi adalah pembiayaan bermasalah. Lambatnya angsuran yang diterima oleh BMT menjadi alasan yang klasik bagi BMT. Persoalan ini sudah menjadi
hal yang umum tiap terjadi akad-akad pembiayaan walaupun tidak semua peminjam selalu bermasalah. Atas dasar inilah yang mendorong penulis untuk meneliti lebih dalam mengenai strategi apa yang dilakukan atau dijalankan BMT AMAL MULIA SURUH dalam rangka pencegahan pembiayaan bermasalah dan penyelamatan pembiayaan bermasalah. Hasilnya disusun dalam bentuk tugas akhir (TA) dengan
judul
:
“STRATEGI
PENANGANAN
PEMBIAYAAN
BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN DI BMT AMAL MULIA SURUH ”. B. Rumusan masalah Berdasarkan dengan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir sebagai berikut:: 1. Bagaimana cara pencegahan terjadinya pembiayaan bermasalah di BMT AMAL MULIA Suruh ? 2. Bagaimana cara penyelamatan terhadap pembiayaan bermasalah yang telah terjadi di BMT AMAL MULIA Suruh pada produk pembiyaan ? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tugas Akhir ini dibuat untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul di atas, dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui cara atau strategi pencegahan terjadinya pembiayaan bermasalah yang akan mungkin dihadapi oleh BMT AMAL MULIA Suruh. 2. Untuk mengetahui cara atau strategi yang dilakukan oleh BMT AMAL MULIA Suruh dalam rangka penyelamatan pembiayaan bermasalah. Selain memiliki tujuan-tujuan yang telah disebutkan di atas, penulis juga memaparkan kegunaan dalam penulisan Tugas Akhir ini, baik bagi mahasiswa, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, maupun bagi pembaca. Adapun kegunaannya antara lain sebagai berikut: 1. Bagi Penulis a. Untuk prasarat kelulusan diploma pada Program Studi DIII Perbankan Syariah di STAIN Salatiga. b. Memberikan pengetahuan dan informasi dari dunia praktis yang sangat berguna untuk disinkronkan dengan pengetahuan teori yang didapat di bangku kuliah. 2. Bagi STAIN Salatiga a. Memperkenalkan
STAIN
Salatiga
kepada
masyarakat
luar
khususnya Program Studi DIII Perbankan Syariah. b. Sebagai tambahan referensi literatur serta informasi khususnya bagi mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi DIII Perbankan Syariah.
3. Bagi Pembaca Sebagai tambahan wawasan tentang bagaimana BMT melakukan penanganan
mengenai
Pembiayaan
masalah.
Dalam
hal
ini
berhubungan dengan strategi yang digunakan pihak BMT dalam pencegahan Pembiayaan bermasalah dan penyelamatan Pembiayaan bermasalah. D. PENELITIAN TERDAHULU Pembiayaan merupakan kegiatan yang penting dilakukan di lembaga keuangan. Tidak sedikit akademisi tertarik terhadap pembiayaan sebagai obyek penelitian. Pada tahun 2008 telah dilakukan penelitian yang dilakukan oleh Ade Nur Setyanto dengan judul ‘Strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah di BMT Sumber Mulia Tuntang Tahun 2007’’. Penelitian
tersebut
menghasilkan
strategi
penanganan
pembiayaan
bermasalah meliputi kerja sama dan pencarian jaminan. Pada penelitian ini hanya mencakup strategi penyelesaian pembiayaan saja tidak membahas cara meminimalisasi pembiayaan bermasalah. Penelitian ini juga dilakukan pada tahun 2010 oleh Abdul Ghofur dengan judul “Penaganan pembiayaan bermasalah di KSU BISAMA Klumpit Salatiga”. Penelitian tersebut membahas faktor utama yang menyebabkan terjadinya Pembiayaan bermasalah karena adanya kedekatan dan keakraban yang terlalu berlebihan antara pihak BMT dan nasabah, selain itu faktor lain yang mendorong terjadinya pembiayaan bermasalah
adalah lemahnya sistem pengamatan dari lembaga terkait dengan barang jaminan. Selain faktor diatas ada beberapa faktor-faktor lain diantaranya kebangkrutan nasabah, kematian, dan akibat ketidaksengajaan nasabah yang tidak mau membayar hutangnya. Selain meneliti faktor-faktor penyebab
terjadinya
dijelaskan
juga
pembiayaan
bagaimana
bermasalah,
BMT
BISAMA
dalam Klumpit
penilitiannya menangani
pembiayaan bermasalah yang dihadapi, yaitu dengan menerapkan strategi rescheduling, reconditioning, restrucuting, dan kombiasi untuk kategori diragukan. Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Liza Muzayana Afifah pada
tahun
2010
dengan
judul
“Srategi
Meminimalisasi
dan
menanggulangi resiko pembiayaan bermasalah pada BMT MUHAJIRIN Salatiga”. Dalam penelitian ini membahas tentang analisis yang diterapkan dalam pembiayaan adalah berdasarkan informasi yang berhubungan dengan identitas pribadi calon debitur. Selanjutnya membahas penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah, faktor utama yang mendorong terjadinya
pembiayaan
bermasalah
adalah
kurang
telitinya
dalam
melakukan penilain debitur. Kemudian alam penelitian ini dijelaskan juga mengenai strategi yang digunakan oleh pihak BMT dalam meminimalisasi resiko pembiayaan bermasalah yaitu dengan menyarankan nasabah untuk mengangsur secara harian dan mensyaratkan keanggotaan minimal 3 bulan untuk memperoleh fasilitas pembiayaan.
Menurut Kurniawati, (2008), bahwa sistem penilaian terhadap calon nasabah pembiayaan mudharabah dilakukan dengan pengumpulan data yang dikenal dengan prinsip 5c yaitu: Character, Capital, Capacity, Condition dan Collateral.Character, artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pinjaman.Capital, artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam. Capacity, yaitu kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan mengembalika pinjaman yang diambil. Condition, yaitu keadaan usaha atau nasabah yang prospek atau tidak Menurut Astuti, (2009), menyatakan bahwa persyaratan yang harus dipenuhi nasabah dalam mengajukan pembiayaan adalah: fotocopy identitas diri (KTP, SIM, KK, dan Surat Nikah), surat pengantar dari kelurahan, fotocopy agunan BPKB dan STNK yang masih berlaku serta sertifikat tanah, rekening pembayaran listrik, telepon dan air, surat kesanggupan potong gaji dan slip gaji untuk pegawai negeri dan pegawai swasta
serta
mengisi
formulir
permohonan
pembiayaan.
Dengan
persyaratan tersebut apakah nantinya nasabah berhak mendapatkan pembiayaan atau tidak setelah di data keseluruhan. E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis
penelitian
atau
penulisan
dalam
tugas
akhir
ini
menggunakan pendekatan kualitatif, menurut Daymon (2008:7-9) karakteristik penelitian kualitatif yaitu:
a. Kata, dalam penelitian ini berfokus pada kata bukan angka. Penelitian menggunakan penyusunan kata-kata yang dirangkai menjadi sebuah kalimat. b. Keterlibatan peneliti, peneliti terlibat dekat dengan hal-hal yang diteliti. c. Sudut pandang partisipan, menyelidiki dan menyajikan berbagai perspektif subjektif para partisipan. d. Riset skala kecil, mengeksplorasi penelitian secara terperinci. e. Fokus yang holistik, tidak hanya terpaku pada satu atau dua variabel, tetapi lebih luas cakupannya. f. Fleksibel, tidak hanya meneliti topik, tetapi juga menyelidiki hal baru yang diungkapkan informan tentang pemahaman mereka. g. Proses, menangkap proses yang berlangsung dari waktu ke waktu. h. Latar alami, dilakukan di lingkungan alami tempat orang berada. i. Induktif
ke
deduktif,
mendapatkan
mengumpulkan dan meneliti data. 2. Jenis data yang dibutuhkan a. Data primer
gagasan
dari
hasil
Data primer yang dimaksud yaitu data yang diperoleh dari observasi, penulis memperoleh data dengan pengamatan secara langsung dari sumber penelitian yang diamati. b. Data sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen, buku-buku dan arsip-arsip yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti. Dalam penelitian ini menggali beberapa teori-teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan. 3. Teknik pengumpulan data a. Wawancara peneliti menggali dan mengumpulkan data penelitian, dengan melakukan pertanyaan dan pernyataan secara lisan untuk dijawab oleh responden peneliti. b. Observasi partisipan Peneliti terlibat secara langsung dengan objek penelitian. Disini penulis ikut dalam proses pengumpulan kelengkapan data yang diperlukan. c. Analisa dokumen Teknik Analisis Data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. F. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan.
Dalam pendahuluan ini dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dan berhubungan dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, penelitian terdahulu, metodologi laporan tugas akhir, serta sistematika penulisannya.
Bab II Landasan Teori. Dalam bab ini berisi tentang telaah pustaka dan membahas tentang pengertian BMT, pengertian pembiayan, tujuan pembiayaan,
fungsi
pembiayaan, unsur-unsur pembiayaan, prinsip pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan, prosedur pengajuan pembiayaan, klasiikasi kolektabilitas pembiayaan, penanganan pembiayaan bermasalah. Bab III Laporan Obyek. Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum dan sejarah berdirinya Bank Syariah Mandiri, visi dan misi, struktur organisasi, produk-produk, proses pengajuan pembiayaan, penyajian data pembiayaan, serta strategi penanganan kedit bermasalah pada BMT AMAL MULIA Suruh. Bab IV Analisis. Bab ini berisi tentang analisis bagaimana strategi yang dijalankan oleh pihak BMT AMAL MULIA Suruh dalam semua hal yang menyangkut Pembiayaan bermasalah atau pembiayaan yang bermasalah. Dimulai dari cara pencegahan terjadinya pembiayaan bermasalah dilakukan BMT AMAL
MULIA Suruh serta yang dijalankan oleh pihak BMT dalam menyelamatkan pembiayaan bermasalah. Bab V Penutup. Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI a. Pengertian BMT Menurut Sumiyanto (2008:24-25) Baitul Maal wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non – profit, seperti; zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Secara kelembagaan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) didampingi atau didukung Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) sebagai lembaga primer karena mengemban misi yang lebih luas, yakni menetapkan usaha kecil. Dalam prakteknya, Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) menetapkan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dan pada gilirannya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) menetapkan usaha kecil. Keberadaan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan representasi dari kehidupan masyarakat dimana Baitul Maal wa Tamwil (BMT) itu berada, dengan jalan ini Baitul Maal wa Tamwil (BMT) mampu mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat. b. Pengertian Pembiayaan Seperti yang dikutip oleh Kasmir (2002:325) pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti Bank Syariah kepada nasabah. Dalam kondisi ini arti pembiayaan menjadi sempit dan pasif. Seperti yang dikutip oleh Muhammad (2001:10) pembiayaan berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain. Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menyatakan pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
c. Tujuan Pembiayaan Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyakbanyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Menurut Kasmir (2002:106) tujuan pembiayaan adalah sebagai berikut: 1. mencari keuntungan Segala kegiatan usaha tentunya mengharapkan suatu nilai tambah atau menghasilkan laba yang diinginkan. Sedangkan dari fihak BMT sendiri memperolehnya dalam bentuk bagi hasil.. 2. Membantu Pemerintah Kegiatan
kredit
dapat
berdampak
berkembangnya
pembangunan diberbagai sektor, terutama sector usaha yang nyata. Hal ini dapat membantu masyarakat dalam hal penerimaan pajak, Memperluas lapangan kerja, meningkatka jumlah barang dan jasa. Sehingga dengan ini pemerintah akan mendapatkan devisa yang semakin menguatkan suatu Negara itu sendiri. 3. Membantu Usaha Nasabah
Dari kegiatan yang dikucurkan lembaga keuangan diharapkan dapat meningkatkan usaha dan pendapat masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam hal ini fihak lembaga keuangan dapat menjadi sarana bagi para nasabah untuk mendapatkan modal yang diinginkan. d. Fungsi Pembiayaan Keberadaan
bank
syariah
yang
menjalankan
pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya: 1. Memberikan
pembiayaan
dengan
prinsip
syariah
yang
menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkan debitur. 2. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank konvensional 3. Karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank konvensional. 4. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang dilakukan. e. Unsur - unsur Pembiayaan Dalam pembiayaan mengandung berbagai maksud, atau dengan kata lain dalam pembiayaan terkandung unsur – unsur yang direkatkan
menjadi satu. Menurut Kasmir (2002:103 ) terdapat 5 unsur pembiayaan, antara lain:
1. Kepercayaan. Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa pembiayaan yang diberikan benar – benar diterima kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu yang sudah diberikan. Kepercayaan yang diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu pembiayaan berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum pembiayaan dikucurkan harus dilakukan penyelidikan dan penelitian terlebih dahulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon pembiayaan sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etika baik nasabah terhadap bank. 2. Kesepakatan. Kesepakatan antara pemohon dengan pihak bank. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing - masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing - masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad pembiayaan dan ditandatangani kedua belah pihak. 3. Jangka Waktu.
Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran yang sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini bisa diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. 4. Resiko. Akibat
adanya
tenggang
waktu,
maka
pengembalian
pembiayaan akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu pembiayaan. Semakin panjang jangka waktu pembiayaan maka semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko disengaja, maupun resiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga tidak mampu melunasi pembiayaan yang diperoleh. 5. Balas Jasa. Dalam bank konvensional balas jasa dikenal dengan nama bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya dikenal dengan bagi hasil. f. Prinsip Pembiayaan
Dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan bank syariah bagian marketing harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon nasabah. Di dunia perbankan syariah prinsip penilaian dikenal dengan 5 C + 1 S dan 7P Menurut Kasmir (2009:109) 5C + 1S adalah sebagai berikut: 1) Character Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima
pembiayaan
kemungkinan
bahwa
dengan penerima
tujuan
untuk
pembiayaan
memperkirakan
dapat
memenuhi
kewajibannya. 2) Capacity Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima pembiayaan untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi penerima pembiayaan di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan. 3) Capital Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang ditujukan oleh rasio finansial dan penekanan pada komposisi modalnya. 4) Collateral
Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan. Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi , maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajiban. 5) Condition Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon penerima pembiayaan. 6) Syariah Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan dibiayaai benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah sesuai dengan fatwa DSN “Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah. Sedangkan menurut (Kasmir,2009:110) 7 P kredit adalah sebagai berikut: a. Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadian dan tingkah lakunya sehari – hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabh dalam menghadapi suatu masalah
b. Party Mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan – golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya, sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank. c. Purpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang dinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam – macam apakah tujuan untuk konsumtif, produktif atau tujuan untuk perdagangan. d. Prospect Yaitu untuk menilai nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospect atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospect, bukan hanya bank yang rugi tetapi jaga nasabah. e. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang diambil atau sumber dari mana saja dana untuk
pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik.
f. Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah tetap sama atau meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang diperolehnya dari bank. g. Protection Yaitu bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang, orang atau jaminan asuransi. g. Jenis-jenis Pembiayaan Menurut Muhammad (2002;91), Manajemen Bank Syariah. Penyaluran dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya yaitu: 1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli ( Ba’i ) Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda Transfer Of Property. Tingkat keuntungan ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dapat dibedakan
berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan yakni sebagai berikut: a. Pembiayaan Murabahah b. Pembiayaan Salam c. Pembiayaan Istisnah 2. Pembiayaan dengan prinsip sewa ( Ijarah ) Transaksi ijarah dilandasi oleh adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksi adalah jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah. a. Prinsip bagi hasil Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut : b. Pembiayaan Musyarakah c. Pembiayaan Mudharabah 3. Pembiayaan dengan akad pelengkap Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tetapi di tujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, meskipun tidak ditujukan untuk mencari
keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Adapun jenis-jenis akad pelengkap ini adalah sebagai berikut: h. Hiwalah (Alih Hutang-Piutang) i. Rahn (Gadai) j. Qardh k. Wakalah (Perwakilan) l. Kafalah (Garansi Bank) Sedangkan menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu: a) Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. b) Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang dipergunakan untuk memenuhi konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. h. Prosedur Pengajuan Kredit Menurut Kasmir (2009:115) prosedur pemberian kredit secara umum oleh badan hukum adalah sebagai berikut: 1. Pengajuan berkas-berkas
Permohonan kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu proposal yang dilampiri berkas-berkas antara lain latar belakang perusahaan, maksud dan tujuan, besarnya
kredit
dan
jangka
waktu,
cara
pemohonan
mengembalikan kredit.
2. Penyelidikan berkas pinjaman. Tujuannya mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar agar permohonan kredit dapat segera diproses. 3. Wawancara I Wawancara bertujuan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. 4. On the Spot Merupakan
kegiatan
pemeriksaan
ke
lapangan dengan
meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan, kemudian hasilnya dicocokkan dengan hasil wawancara I. 5. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas bila masih ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. 6. Keputusan kredit Yakni menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya. Bila ditolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan sesuai dengan alasannya masing-masing. 7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya Sebelum kredit dicairkan, maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangi akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotek dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan antara bank dengan debitur secara langsung, atau dengan melalui notaris. 8. Realisasi kredit Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan suratsurat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. 9. Penyaluran/penarikan dana Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit.
i.
Klasifikasi kolektabilitas pembiayaan Dalam pembiayaan diperlukan pengelompokan atau klasifikasi
tentang ukuran atau kualitas ketepatan waktu atau jumlah pengembalian pembiayaan. Berdasarkan Pasal 10 Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Kualitas pembiayaan menurut ketentuan kredit adalah sebagai berikut : 1. Lancar, Kredit yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening Bank dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit, b. Hubungan debitur dengan Bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat, c. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. 2. Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kredit yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus (DPK) apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai 90 hari b. Jarang mengalami cerukan overdraft c. Hubungan debitur dengan Bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat,
d. Dukumentasi kredit lengkap dan pengikat agunan kuat e. Pelanggaran perjanjian kredit tidak prinsipil 3. Kurang lancar, Kredit yang digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari. b. Terdapat cerukan atau overdraft yang berulang kali khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas. c. Hubungan debitur dengan Bank memburuk dan informasi keuangan debitur tidak dapat dipercaya, dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah. d. Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit. e. Perpenjangan
kredit untuk menghubungkan kesulitan
keuangan. 4
Diragukan, Kredit
yang
digolongkan
diragukan
apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari sampai 270 hari. b. Terjadi cerukan atau overdraft yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas.
c. Hubungan debitur dengan Bank semakin memburuk dan informasi keuangan debitur tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya. d. Dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan yang lemah. e. Pelanggaran yang prinsipal terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian kredit. 5. Macet, Kredit yang digolongkan Macet apabila memenuhi criteria sebagai berikut: a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari b. Dokumentasi kredit dan atau pengikatan agunan tidak ada j. Penanganan Pembiayaan Bermasalah Menurut Siamat (1993:222-223) untuk menyelesaikan dan menyelamatkan kredit yang dikategorikan macet, dapat ditempuh usaha-usaha sebagai berikut: a. Rescheduling (Penjadwalan Ulang) Yaitu perubahan syarat kredit hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang grace period dan perubahan besarnya angsuran kredit. Tentu tidak kepada semua debitur dapat diberikan kebijakan ini oleh bank, melainkan hanya kepada debitur yang menunjukkan itikad dan karakter yang
jujur dan memiliki kemauan untuk membayar atau melunasi kredit. Di samping itu, usaha debitur juga tidak memerlukan tambahan dana atau likuiditas. b. Reconditioning (Persyaratan Ulang) Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga, penundaan pembayaran sebagian atau seluruh bunga dan persyaratan lainnya. Perubahan syarat kredit tersebut tidak termasuk penambahan dana atau injeksi dan konversi sebagian atau seluruh kredit menjadi equity perusahaan. Debitur yang bersifat jujur, terbuka dan cooperative yang usahanya sedang mengalami kesulitan keuangan
dan
diperkirakan
masih
dapat
beroperasi
dengan
menguntungkan, kreditnya dapat dipertimbangkan untuk dilakukan persyaratan ulang. c. Restructuring (Penataan Ulang) Yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut 1. Penambahan dana Bank 2. Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, dan atau 3. Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan bank atau mengambil partner yang lain untuk menambah penyertaan.
d. Liquidation (Liquidasi) Yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan utang. Pelaksanaan likuidasi ini dilakukan terhadap kategori kredit yang memang benar-benar menurut bank sudah tidak dapat lagi dibantu untuk disehatkan kembali atau usaha nasabah yang sudah tidak memiliki prospek untuk dikembangkan. Proses likuidasi ini dapat dilakukan dengan menyerahkan penjualan barang tersebut kepada nasabah yang bersangkutan. Sedang bagi bank-bank umum milik negara, proses penjualan barang jaminan dan aset bank dapat diserahkan kepada BPPN, untuk selanjutnya dilakukan eksekusi atau pelelangan. Sedangkan mengenai penyelamatan kredit bermasalah dapat dilakukan dengan berpedoman kepada Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993 yang pada prinsipnya mengatur penyelamatan kredit bermasalah sebelum diselesaikan melalui lembaga hukum adalah melalui alternatif penanganan secara penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring). Dalam surat edaran tersebut yang dimaksud dengan penyelamatan kredit bermasalah melalui rescheduling, reconditioning, dan restructuring adalah sebagai berikut: 1. Melalui rescheduling (penjadwalan kembali), yaitu suatu upaya hukum untuk melakukan perubahan terhadap beberapa syarat
perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali/ jangka waktu kredit termasuk tenggang (grace priod), termasuk perubahan jumlah angsuran. Bila perlu dengan penambahan kredit. 2. Melalui reconditioning (persyaratan kembali), yaitu melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh persyaratan perjanjian, yang tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal angsuran, atau jangka waktu kredit saja. Tetapi perubahan kredit tersebut tanpa memberikan tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan. 3. Melalui restructuring (penataan kembali), yaitu upaya berupa melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit berupa pemberian tambaha kredit, atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit menjadi perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling atau reconditioning
BAB III LAPORAN OBJEK a. Sejarah berdirinya BMT AMAL MULIA Suruh BMT Amal Mulia merupakan salah satu dari 15 Koperasi Syariah baru di wilayah Kabupaten Semarang yang lahir melalui program P3T (Penanggulangan Pengangguran Pekerja Terampil) pada bidang LEP (Lembaga Ekonomi Produktif) yang diselenggarakan atas kerjasama antara Depnaker Kabupaten Semarang dengan fasilitator PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil)
Dati II Kabupaten
Semarang. Proses pendirian diawali dengan sosialisasi Koperasi Syariah oleh PINBUK Dati II Kabupaten Semarang pada acara pengajian IPHI Kecamatan Suruh yang diselenggarakan di rumah Bapak H. Syahri di Dusun Morangan Desa Suruh, sosialisasi perdana Kecamatan Suruh ini baru bersifat informative. Bersamaan dengan Calon Pengelola yang terseleksi melalui P3T tersebut mengikuti pelatihan tentang manajemen operasional Koperasi Syariah se-Jawa Tengah di Asrama Haji Donohudan Solo yang diselenggarakan oleh PINBUK Dati I Propinsi Jawa Tengah. Pelatihan tersebut diadakan selama dua minggu dan dilanjutkan dengan Job on Training di Koperasi Syariah Assa’adah Gedangan Salatiga selama tiga hari.
Setelah pelatihan purna dan Job on Training selesai kemudian diadakan pertemuan ulang pada pertengahan bulan Agustus 1998 di rumah Bapak H. Badarudin yang dihadiri oleh beberapa orang yang merupakan tim formatur yang mengagendakan segera dibentuk susunan pengurus sementara, kemudian ditindak lanjuti pertemuan di gedung Ar-Rohmah yang dihadiri oleh calon pendiri, tepat pada acara tersebut disahkan susunan pengurus BMT AMAL MULIA Suruh serta disepakati ketentuan simpanan pokok per anggota Rp. 200.000,- dan simpanan wajib per anggota pendiri sebanyak Rp. 2.000,- setiap bulanya. Akhirnya pada hari selasa Pon tanggal 20 Oktober 1998 telah diresmikan BMT Amal Mulia oleh Bapak Camat Suruh yang diwakili oleh MPP Kecamatan Suruh Bapak Suparno Andes di kantor BMT Amal Mulia Suruh yang berlokasi di Jl. Sumberejo Suruh No. 57 yang dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat, pengurus, Anggota Pendiri dan tamu undangan lainya. b. Visi dan Misi 1. Visi “ Menjadi lembaga ekonomi swadaya yang tumbuh dan berkembang di wilayah kecamatan Suruh dan sekitarnya ” 2. Misi
“ Terbentuknya pusat penghimpunan dan pendistribusian dana umat berdasarkan prinsip syariat Islam dengan sistem bagi hasil melalui kegiatan usaha yang bersifat produktif, social, perspektif, untuk memberi semangat usaha masyarakat dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup.” c. Lokasi dan Wilayah Perusahaan 1. Lokasi Lokasi BMT Amal Mulia Suruh dalam melakukan kegiatan operasional sehari-hari berlokasi di Jl suruh – Salatiga, Kecamatan Suruh Kab. Semarang 2. Wilayah Wilayah kerja Koperasi BMT Amal Mulia meliputi daerah salatiga dan sekitarnya.
d. Struktur Organisasi Koperasi BMT Amal Mulia Suruh Gambar 3.I Struktur Organisasi BMT AMAL MULIA Suruh General Manager Mustofa Al Amin, S.Ag
Manager Cabang Isti’anah, SE
Manager Cabang Iwan Susiyanto,SE
Pembiayaan Siti Saidah, AMd
Pembiayaan Yogie Aryanto, SKM
Marketing :
1. Edy Yulianto 2. Slamet Bagyo 3. Shihabudin , SE Kasir/Teller : Fatmawati, AMd
Marketing :
1. Wahyu Adi .P ,S.Kom 2. Puji Haryono, S.Pd
Kasir/Teller :
1. Nur Faizah, AMd 2. Kiptiyah, BA
Pengawas
Manager Cabang Amir Mahmud
1. Pembiayaan Hamdan Majid, AMd
Marketing /CS:
2. Anny Puji Rahayu, AMd 3. Hamdan Majid, AMd
Kasir/Teller : Restina Hardanik, SE
Customer Service Linta Aftukha Royana, SE
Sumber : Koperasi BMT Amal Mulia, Tahun : 2013
Struktur organisasi Koperasi BMT Amal Mulia Suruh adalah sebagai berikut : 1. Pengurus a. Ketua
: Fathul Munib
b. Sekretaris
: H. Hartoyo, S.Pd
c. Bendahara
: H. Budoyo Akbar
2. Pengawas a. Ketua
: Ahmad Hazim, SE
b. Anggota 1
: Hj. Robiyah
c. Anggota 2
: Dra. Hj Rachmawati
3. Pengelola a. Manajer Umum
: Mustofa Al Amin, S.Ag
b. Manajer Cabang
: Isti’anah, SE Iwan Susiyanto, SE Amir Mahmud
c. Kasir/Teller
: Restina Hardanik, SE Nur Faizah, AMd Kiptiyah, BA Fatmawati, AMd
d. Pembiayaan
: Yogie Aryanto, SKM Siti Sai’dah, AMd
e. Marketing
: Edi Yulianto Slamet Bagyo Shihabudin, SE Hamdan Majid, AMd Anny Puji Rahayu, AMd Sri Susilowati, AMd Wahyu Adi Prasetyo, S.Kom Puji Hartoyo, S.Pd
f. Customer Service
: Linta Aftukha Royana, SE
g. Penjaga
: sukarli Afid Eka Ardana Wahyudi Sugito
e. Produk-produk BMT Amal Mulia Suruh 1. SI RELA (Simpanan Sukarela Lancar) Merupakan bentuk simpanan Mudharabah biasa, yaitu simpanan pihak ketiga yang di simpan di BMT atas dasar akad wadi’ah (titipan) dan BMT berkewajiban memelihara dana
tersebut yang oleh para penyimpan sewaktu-waktu dapat ditarik. Syarat : a. Foto copy kartu identitas (KTP/SIM/PASPOR) b. Setoran awal minimal Rp. 10.000,c. Selanjutnya minimal Rp. 5.000,d. Menandatangani kesepakatan nisbah bagi hasil. Nisbah bagi hasil : 35% nasabah : 65% BMT 2. SI SUKA (Simpanan Sukarela Berjangka) Merupakan bentuk simpanan berupa deposito yang penarikanya hanya dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah dengan BMT. Jangka waktu jatuh temponya adalah sebagai berikut : a. Tiga (3) bulan, dengan prosentase nisbah bagi hasil 40% untuk penabung dan 60% untuk BMT. b. Enam (6) bulan, dengan prosentase nisbah bagi hasil 45% untuk penabung dan 55% untuk BMT. c. Dua belas (12) bulan, dengan prosentase nisbah bagi hasil 50% untuk penabung dan 50% untuk BMT. 3. Pembiayaan Mudharabah Merupakan
pembiayaan
yang
dilakukan
untuk
membiayaai modal yang diperlukan nasabah dengan bagi hasil
yang telah disepakati bersama dan pengembalian sesuai jangka waktu yang telah disepakati (muqayyadah) 4. Pembiayaan Murabahah Pembiayaan yang diberikan untuk pembelian barang yang diperlukan nasabah, dan nasabah akan membayar secara tangguh pada waktu yang telah ditentukan sebesar harga barang ditambah mark up yang diberikan kepada BMT. 5. Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil Pembiayaan yang diberikan untuk pembelian yang diperlukan nasabah, dan nasabah akan membayar secara angsur sebesar harga pokok ditambah kelebihan yang telah disepakati (mark up) 6. Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan yang dilakukan untuk investasi / modal kerja dengan kondisi berbagi modal dan pengelolaan antara BMT dengan anggota, dengan pembagian keuntungan sesuai nisbah yang telah disepakati. Selain produk yang tersebut di atas , Koperasi BMT juga mempunyai
produk
layanan
yang
bertujuan
untuk
lebih
mempermudah nasabah koperasi BMT Amal Mulia Suruh yang meliputi: 1. Pembayaran listrik dengan biaya Rp. 1.600,-
2. Pembayaran rekening Telepon dengan biaya Rp. 2.000,3. Pembelian pulsa 4. FIF f. Proses pengajuan pembiayaan BMT Demi keefektifan dan efisiensinya suatu proses pemberian pembiayaan, maka perlu adanya suatu pedoman atau prosedur dalam pemberian pembiayaan yang layak, sehingga terjadi saling control antara satu dengan lainnya yang diharapkan tidak terjadi penyalah gunaan tugas dan wewenang dalam penanganan pembiayaan. Prosedur itu dibuat mengingat tingginya resiko terjadinya pembiayaan macet yang kerap kali menjadi batu sandungan bagi BMT AMAL MULIA Suruh untuk tumbuh dan berkembang layaknya lembaga-lembaga keuangan lainnya. Menurut Linta Aftukha Royana, SE selaku CS di BMT AMAL MULIA Suruh secara garis besar, proses pemberian pembiayaan dalam 11 tahapan, yaitu: a. Calon nasabah datang ke BMT kemudian menghubungi petugas BMT pada bagian pelayanan nasabah (CS) untuk mengajukan permohonan pembiayaan. b. Petugas BMT (CS) akan menyodorkan blangko permohonan pembiayaan antara lain berisi: Nama pemohon, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, alamat, no telp, jenis pembiayaan,
jumlah pembiayaan yang diminta, jangka waktu angsuran, dll c. Untuk kelengkapan data, maka calon nasabah harus menyerahkan berupa fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami dan istri atau wali, fotocopy Kartu Kelurga (KK), fotocopy akte nikah dan fotocopy jaminan, masing-masing rangkap 2 (dua). d. Menyerahkan bukti agunan/jaminan fisik berupa BPKB (motor, mobil), SHM (tanah), SHGB, fotocopy bukti jaminan. e. Calon
nasabah
menandatangani
surat
permohonan
pembiayaan tersebut dan diserahkan kepada Costumer Service (CS). f. Costumer Service(CS) kemudian menyerahkan berkasberkas permohonan pembiayaan calon nasabah kepada Account Officer g. Account Officer (AO) atau Marketing Pembiayaan akan survey dan membuat analisa kelayakan pembiayaan calon nasabah baik dari segi kualitatif, meliputi: karakter, watak, kepribadian, serta komitmen calon nasabah dan juga dari segi kuantitatif, yaitu menghitung kemampuan membayar calon nasabah dengan cara menghitung pendapatan dan
biaya-biaya yang menjadi beban calon nasabah untuk mengetahui
pendapatan
bersih
calon
nasabah
untuk
membayar angsuran kepada BMT h. Apabila menurut Kepala Cabang/Manajer permohonan pembiayaan calon nasabah di anggap tidak layak dan tidak memenuhi kriteria yang di biayai, maka semua dokumen harus dikembalikan kepada calon nasabah. Tetapi jika proses pengajuan permohonan pembiayaan telah disetujui oleh Manajer, maka CS akan menghubungi calon nasabah melalui telepone atau langsung mendatangi rumah calon nasabah. i. Setelah itu dilanjutkan akad pembiayaan antara BMT dengan calon nasabah. Pada saat itu juga BMT akan meminta menyerahkan agunan/jaminan j. Pelunasan dapat dilakukan dengan cara angsuran atau dicicil sesuai dengan akad perjanjian kesepakatan kedua belah pihak (BMT dan nasabah). k. Dan pada akhirnya dana dapat diberikan kepada nasabah pembiayaan
g. Laporan Bidang Usaha Laporan data-data yang berhubungan dengan pembiayaan BMT AMAL MULIA Suruh, data diperoleh berdasarkan laporan RAT tahun 2012. Laporan tersebut adalah sebagai berikut Tabel 3.2 data perkembangan outstanding pembiayaan tahun 2012 Jenis Akad
2011
2012
Kenaikan
(%)
Al Murobahah
337.068.050
359.123.850
-17.944.200
-4.74
Bai’ Bitsaman
6.009.263.566
9.716.595.566
3.707.331.800
61.69
Ajil
Al-Musyarakah
2.847.474.150
2.034.070.250
813.403.900
28.56
Qordul Hasan
118.320.000
75.200.000
43.120.000
36.44
Total
9.352.125.966
12.184.989.666
2.832.863.700
30.29
Grafik 3.3 pencairan dana pembiayaan tahun 2013
GRAFIK PENCARIAN PEMBIAYAAN 16,000,000,000.00 14,000,000,000.00 12,000,000,000.00 10,000,000,000.00 8,000,000,000.00 6,000,000,000.00 4,000,000,000.00 2,000,000,000.00 0.00 ﯾﻨﺎﯾﺮ-13
ﻓﺒﺮاﯾﺮ-13 ﻣﺎرس-13 أﺑﺮﯾﻞ-13
ﻣﺎﯾﻮ-13
ﯾﻮﻧﯿﻮ-13
Grafik 3.4 Angsuran masuk tahun 2013
GRAFIK ANGSURAN MASUK 10,000,000,000.00 9,000,000,000.00 8,000,000,000.00 7,000,000,000.00 6,000,000,000.00 5,000,000,000.00 4,000,000,000.00 3,000,000,000.00 2,000,000,000.00 1,000,000,000.00 0.00 ﯾﻨﺎﯾﺮ-13
ﻓﺒﺮاﯾﺮ-13 ﻣﺎرس-13 أﺑﺮﯾﻞ-13
ﻣﺎﯾﻮ-13
ﯾﻮﻧﯿﻮ-13
h. Pencegahan Pembiayaan bermasalah BMT AMAL MULIA Suruh
1. Penilaian/Analisis terhadap Permohonan Pembiayaan. Setiap permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon debitur, tentu harus dilakukan penilaian secara seksama oleh pejabat BMT. Terlebih lagi untuk pemberian pembiayaan jangka panjang, mengingat semakin lama jangka waktu pembiayaan, maka semakin tinggi faktor ketidak pastiannya, sehingga semakin besar pula resiko yang dihadapi BMT. Namun sebelum menyalurkan dana kepada debitur, pihak BMT Terlebih dahulu meneliti kelengkapan syarat-syarat pengajuan pembiayaan yang telah diberikan oleh nasabah. Syarat-syarat yang telah ditentukan oleh pihak BMT merupakan prosedur awal yang harus diserahkan oleh debitur atau calon penerima pembiayaan. Kelengkapan ini menjadi tolak ukur kesiapan pihak debitur untuk melakukan pengajuan pembiayaan. Semua syarat yang telah ditentukan harus komplit karena nantinya syarat-syarat yang telah diajukan akan dinilai oleh pihak BMT. Adapun syarat-syarat mengajukan pembiayaan BMT AMAL MULIA Suruh adalah sebagai berikut : a.
Foto copy Kartu anggota BMT Amal Mulia. Untuk pengajuan baru atau nasabah
yang belum
masuk dalam anggota BMT, calon nasabah diwajibkan untuk menjadi anggota terlebih dahulu. Karena BMT merupakan
lembaga yang berdiri dalam bentuk perkoperasian. Sehingga mewajibkan nasabah untuk menjadi anggotanya terlebih dahulu, agar bisa melakukan peminjaman dana atau Pembiayaan. b. Foto copy Buku Tabungan SIRELA. Seperti
halnya
kartu
anggota,
pihak
nasabah
diwajibkan untuk memiliki buku tabungan SIRELA. Dalam hal ini dimaksutkan bagi nasabah yang akan melakukan pembayaran
angsuran
secara
harian.
Pihak
BMT
memberikan keringanan kepada debitur dalam pembayaran angsuran, khususnya daerah area pasar. Setiap harinya Karyawan BMT akan melakukan penarikan tabungan. Pada akhir bulan jumlah tabungan yang telah terkumpul akan dipotong sebagai pembayaran angsuran. c.
Foto copy KTP cuami Istri / Saksi 3 lembar Salah satu kelengkapan yang lazim digunakan pada
setiap lembaga perbankan adalah KTP. Syarat tersebut menunjukkan identitas calon nasabah dalam mengajukan pembiayaan. Pihak BMT harus mengetahui secara rinci identitas calon nasabahnya.
d. Foto Copy KK 2 lembar Kartu keluarga merupakan salah satu syarat yang harus dilengkapi oleh pihak nasabah. e.
Foto Copy Jaminan 2 lembar 1. BPKB dan STNK (Pajak Hidup) sepeda motor minimal tahun 2002 2. Sertifikat Tanah dan SPPT wilayah Karang Gede, Suruh, dan sekitarnya
2. Dalam penilaian Pembiayaan, ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan. Yaitu prinsip 5 C + 1C, penggunaan prinsipprinsip disamping dilakukan oleh pihak BMT yaitu melalui survey kepada calon nasabah. Adapun hal-hal yang dinilai adalah sebagai berikut :
a. Character BMT akan melakukan penilaian watak debitur, sifat dan kepribadian. b. Capacity Kemampuan nasabah dalam mengembalikan pinjaman pokok beserta marginnya. c. Capital
modal yang dimiliki oleh debitur sendiri, biasanya bisa dilihat dari pendapatan nasabah per bulan dikurangi pengeluarannya. d. Collateral Nilai barang jaminan yang digunakan oleh debitur sepadan dengan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BMT. e. Condition Kondisi dunia usaha, prospek ekonomi dan kepastian hukum. Bertujuan untuk
melihat dan
memprediksi resiko yang akan terjadi. f. Constraint BMT
perlu
mempertimbangkan
juga hambatan
mengetahui
dan
(constraint)
yang
mungkin muncul di lapangan. 3. Pemantauan penggunaan pembiayaan. Setelah pembiayaan
BMT
memutuskan
untuk
memberikan
kepada
nasabahnya,
Selanjutnya
BMT
memantau pembiayaan yang telah disalurkannya. Apakah debitur benar-benar menggunakan pembiayaannya sesuai dengan permohonan semula, atau digunakan untuk keperluan lain? Bagaimana perkembangan dan prospek usaha debitur?
Bagaimana
keadaan
perekonomian
nasional
secara
keseluruhan, kondusif atau tidak bagi perkembangan usaha debitur? i.
Penyelamatan Pembiayaan Macet BMT AMAL MULIA Suruh Untuk menyelamatkan dan menyelesaikan pembiayaan yang
dikategorikan macet, BMT mempunyai langkah penyelesaian dengan menerapkan cara-cara sebagai berikut: 1. Pemberitahuan melalui telepon kepada nasabah yang telat melakukan pembayaran. 2. Pemberian surat penagihan I Angsuran belum terbayarkan selama beberapa bulan, adapun surat
penagihan pertama tersebut berisi pemberitahuan
mengenai nominal tunggakan angsuran pokok dan bagi hasil yang harus dibayar sampai bulan bersangkutan.
3. Penagihan langsung oleh pengelola Apabila surat penagihan pertama tidak berhasil, selanjutnya pihak BMT melakukan penagihan langsung dengan mendatangi rumah nasabah tersebut. 4. Penagihan oleh Pengurus “Managemen BMT”
Karena
pembiayaan
bermasalah
belum
terselesaikan, nasabah akan diminta untuk datang ke kantor dan
menemui
terselesaikan
pengurus
dengan
agar
baik-baik
permasalahan melalui
dapat
perundingan.
Adapun perundingan tersebut adalah sebagai berikut: a. Rescheduling (Penjadwalan Ulang) Yaitu perubahan syarat pembiayaan hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang
dan perubahan
besarnya angsuran pembiayaan. Tentu tidak kepada semua debitur dapat diberikan kebijakan ini oleh pihak BMT, melainkan hanya kepada debitur yang menunjukkan itikad dan karakter yang jujur dan memiliki kemauan untuk membayar atau melunasi pembiayaan. Di samping itu, usaha debitur juga tidak memerlukan tambahan dana atau likuiditas. Perubahan syarat Pembiayaan terdiri dari : 1. Memperpanjang
jangka
waktu
Pembiayaan Dalam hal ini debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu pembiayaan misalnya perpanjangan jangka
waktu pembiayaan dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya. 2. Memperpanjang jangka waktu angsuran Memperpanjang
angsuran
hampir
sama dengan jangka waktu Pembiayaan. Dalam hal ini jangka waktu angsuran Pembiayaannya
diperpanjang
pembayarannya pun misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran. b. Reconditioning (Persyaratan Ulang) Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat pembiayaan yang tidak terbatas. Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti: 1. Kapitalisasi bagi hasil yaitu margin bagi hasil dijadikan hutang pokok. 2. Penundaan pembayaran margin bagi hasil sampai waktu tertentu. Dalam hal penundaan
pembayaran
bagi
hasil
sampai waktu tertentu, maksudnya hanya margin bagi hasil yang dapat ditunda
pembayarannya,
sedangkan
pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa. 3. Penurunan margin bagi hasil. Penurunan margin bagi hasil dimaksudkan agar lebih
meringankan
beban
nasabah.
Sebagai contoh jika margin bagi hasil per tahun sebelumnya dibebankan 20 % diturunkan menjadi 18 %. Hal ini tergantung
dari
pertimbangan
yang
bersangkutan. Penurunan margin bagi hasil
akan
angsuran
mempengaruhi
yang
semakin
jumlah mengecil,
sehingga diharapkan dapat membantu meringankan nasabah. c. Restructuring (Penataan Ulang) Yaitu
perubahan
syarat
menyangkut: 1.Penambahan dana bank
pembiayaan
yang
2.Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok Pembiayaan baru 3.Konvensi
seluruh
pembiayaan
atau
sebagian
menjadi penyertaan
dari modal
sementara. e. Sita Jaminan Cara selanjutnya yang dilakukan oleh pihak BMT adalah melalui sita jaminan. Barang yang dijaminkan akan disita sebagai ganti untuk melunasi hutangnya. f. Eksekusi Jaminan Tahap ini merupakan cara yang paling akhir ketika pembiayaan bermasalah tersebut tidak dapat terselesaikan. Barang
jaminan
ini
dapat
dilakukan
dengan
jenis
jaminannya, untuk sertifikat tanah melalui pihak notaris, sedangkan untuk BPKB kendaraan bermotor dilakukan secara langsung disertai hak kuasa menjual yang telah ditandatangani oleh pemilik.
BAB IV ANALISIS A. Pencegahan Terjadinya Pembiayaan Bermasalah BMT AMAL MULIA Suruh Bagi sebuah lembaga keuangan, pembiayaan bermasalah bukanlah hal yang asing lagi didengarkan, Penulis yakin bahwa semua lembaga keuangan pasti mengalami hal tersebut. Oleh karena itu, masalahnya sekarang adalah bagaimana menghadapi masalah tersebut. pencegahan dapat dilakukan supaya pembiayaan bermasalah tidak terjadi. Tidak sedikit lembaga keuangan yang hancur karena tidak mampu memanajemen masalah ini dengan baik. Seperti halnya lembaga keuangan lain, BMT AMAL MULIA Suruh juga memiliki masalah yang serupa. Resiko pembiayaan bermasalah atau pembiayaan bermasalah pasti akan dihadapi oleh BMT sebagai resiko lembaga keuangan. Setiap penyaluran pembiayaan oleh BMT tentu mengandung resiko, karena adanya keterbatasan kemampuan manusia dalam memprediksi masa yang akan datang. Apalagi dalam situasi dan kondisi ‘lingkungan’ yang cepat berubah dan penuh ketidak pastian seperti sekarang ini. BMT AMAL MULIA Suruh telah menerapkan beberapa strategi pencegahan terjadinya pembiayaan bermasalah pada produk pembiayaannya. Cara-cara yang ditentukan oleh pihak BMT tentu
mempunyai tujuan agar pembiayaan bermasalah dapat dikurangi atau diminimalisir. Namun pada kenyataannya strategi yang digunakan masih tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya. Karena memang untuk menemukan strategi yang tepat untuk mencegah pembiayaan
bermasalah tidaklah
semudah seperti terdapat pada teori. Penanganannya diperlukan suatu sistem yang berkesinambungan. Masalahnya menurut penulis berdasarkan kenyataan dilapangan, terkadang teori yang yang digunakan sangatlah bertolak belakang dengan dilapangan sehingga untuk menerapkan teori 100% didalam pekerjaan sangatlah sulit. Penulis akan memaparkan strategi-strategi yang dijalankan oleh BMT AMAL MULIA SURUH. Untuk yang pertama adalah penilaian atau analisis terhadap permohonan pembiayaan. Setiap permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon debitur, tentu harus dilakukan penilaian secara seksama oleh pejabat BMT. Dalam penilaan permohonan pembiayaan ini berhubungan dengan kelengkapan persyaratan pengajuan pembiayaan. Tidak semua persyaratan yang telah diberikan oleh calon nasabah diteliti dengan seksama oleh pihak BMT. Terkadang syarat-syarat masih saja tidak komplit dan tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Sebagai contoh adalah yang terjadi pada Bapak X selaku calon nasabah pembiayaan, Seperti yang diungkapkan oleh Linta Aftukha Royana, SE (25 Juli 2013) bahwa Bapak X menggunakan jaminan BPKB kendaraan bermotor dengan tahun pembuatan 1995, padahal
pada persyaratan sudah jelas ditentukan, bahwa jaminan kendaraan bemotor minimal tahun pembuatannya adalah 2002. Tahap kedua adalah dilihat dari penilaian pembiayaan, ada prinsipprinsip yang harus diperhatikan. Yaitu prinsip 5 C + 1C yaitu character, Capacity, Colateral, Capital, Condition, Constraint. Dalam penilaiannya, marketing pembiayaan selaku pihak surveyer harus teliti dalam melakukan penilain yang menyangkut seluruh aspek yang berhubungan dengan debitur. Namun dari pihak BMT hanya menggunakan 3 prinsip yang dianggap paling penting. Ketiganya adalah character (sifat), Capacity (kemampuan), dan Collateral (jaminan). Untuk ketiga prinsip ini dapat diketahui ketika survey kepada calon nasabah, namun ketiganya dianggap sulit diprediksi oleh surveyer. Biasanya surveyer menanyakan kepada orang-orang terdekat nasabah, saudara dan tempat bekerja. Namun pada kenyatannya data yang telah didapatkan oleh surveyer tidak sesuai dengan keadaannya. Nasabah akan pintar untuk menutupi segala kekurangan yang mereka miliki. Hal inilah yang membuat surveyer tidak mengetahui secara pasti data-data yang dibutuhkan dari nasabah itu sendiri. Menurut penulis apabila hanya menggunakan ketiga prinsip tersebut kemungkinan pembiayaan bermasalah akan menjadi lebih besar karena tidak memperhatikan prinsip-prinsip yang lain. Tahapan yang terakhir atau ketiga adalah pemantauan atau pengawasan penggunaan pembiayaan. Setelah BMT memutuskan untuk memberikan pembiayaan kepada debiturnya, bukan berarti bahwa tugas BMT
sebagai perantara keuangan selesai sampai di situ, melainkan itulah awal mula tugas BMT yang sesungguhnya dalam penyaluran pembiayaan. BMT senantiasa harus memantau pembiayaan yang telah disalurkannya. Menurut penulis pemantauan dan pengawasan tidak dapat dijalankan dengan maksimal, karena memiliki hambatan yang dihadapi, adapun hambatannya adalah petugas tidak akan mampu mengunjungi nasabah secara keseluruhan karena jumlahnya ribuan. Sebenarnya hal-hal yang dapat dilakukan BMT yaitu dengan cara bersilaturahmi dengan nasabah. Seperti hasil wawancara dengan Bapak Edi Yuliyanto selaku karyawan marketing (20 Juli 2013) bahwa pihak BMT AMAL MULIA Suruh kesulitan dalam mengawasi semua pembiayaan yang telah disalurkan, karena jumlah nasabah sangat banyak sehingga tidak memungkinkan semua untuk diawasi. Selain itu pihak nasabah juga akan merasa malu ketika mereka sering didatangi oleh petugas BMT. Alasannya adalah apabila mereka didatangi petugas BMT, maka mereka pasti mempunyai masalah dengan BMT, walaupun sebenarnya tidak. Sungguh merupakan hal yang sulit untuk meyakinkan nasabah akan maksud baik cara ini. B. Penyalamatan Pembiayaan Bermasalah BMT AMAL MULIA Suruh Pemberian pembiayaan yang tertuang dalam suatu perjanjian tidak dapat dilepaskan dari prinsip kepercayaan, yang sering menjadi sumber malapetaka bagi nasabah sehubungan dengan pembiayaan bermasalah.
Pembiayaan bermasalah biasanya cenderung untuk diselesaikan apabila tidak diatasi dengan cara yang benar. Menurut penulis penanganan pembiayaan bermasalah akan lebih efektif apabila dilakukan sejak dini yaitu ketika pembiayaan tersebut sudah teridentifikasi
akan
mengalami
masalah.
Penyelesaian
pembiayaan
bermasalah melalui cara damai dapat dilakukan antara lain dengan keringanan pembayaran tunggakan pokok, penjualan agunan, pengambil alihan aset debitur oleh lembaga keuangan, novasi pembiayaan bermasalah kepada pihak ketiga dengan kompensasi aset perusahaan debitur kepada pihak ketiga. Penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui saluran hukum tidak dilakukan oleh semua BMT, karena penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui hukum tergantung kebijakan dari pihak BMT. Namun jika ada BMT
yang memakai jalur hukum dalam penyelesaian
pembiayaannya, maka antara lain dengan penyelesaian pembiayaan melalui pengadilan negeri, yang mencakup somasi atau peringatan dan gugatan, penyerahan pengurusan kepada Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara, permohonan pernyataan kepailitan melalui pengadilan niaga, penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui kejaksaaan, penyelesaian pembiayaan dengan mengajukan klaim. Sebagai cara untuk menyelamatkan dan menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah, BMT AMAL MULIA Suruh memiliki cara-cara atau strategi yang dipergunakan. Yang dimaksud dengan penyelamatan
pembiayaan adalah suatu langkah penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui perundingan kembali antara BMT dan nasabah peminjam sebagai debitur.
Mengenai
penyelamatan
pembiayaan
bermasalah
sebelum
diselesaikan melalui lembaga hukum adalah dengan melalui perundingan. Strategi yang telah digunakan oleh BMT AMAL MULIA Suruh selama ini telah berjalan dengan baik. Namun masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki oleh pihak manajemen BMT. Sedikit mengulas tentang tindakan yang dilakukan BMT dalam penyelamatan pembiayaan bermasalah. Menurut penulis beberapa prosedur yang dijalankan oleh BMT belum 100% sesuai dengan teori yang ada. Terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan hal tersebut dapat terjadi. Pada kenyataan di lapangan prosedur awal yang digunakan adalah pemberitahuan melalui via telepone, namun persoalan masih saja muncul ketika nasabah memberikan nomor yang tidak dapat dihubungi. Seperti hasil wawancara dengan Bapak Edi Yuliyanto selaku karyawan marketing (21 Juli 2013) bahwa, Beberapa alasan yang didapat pihak BMT. Yang pertama adalah terdapat sebagian nasabah yang telah mengganti nomor telepone mereka, namun selanjutnya nasabah tidak memberitahukan kembali nomor terbaru mereka kepada pihak BMT, yang kedua faktor kesengajaan dari nasabah itu sendiri untuk tidak mengangkat telepone atau membalas sms dari petugas. Hal inilah yang membuat petugas kesulitan untuk menggunakan prosedur pertama tersebut.
Selanjutnya prosedur yang kedua yaitu pemberian surat penagihan I. Menurut penulis pada kenyataan di lapangan sebagian besar prosedur ini tidak memberikan hasil yang maksimal, karena alasannya hanya sebuah surat pemberitahuan dan tidak berdampak terlalu besar untuk nasabah. Seperti yang terjadi dengan Bapak Y, Hasil wawancara dengan Bapak Edy Yuliyanto karyawan marketing (19 Juli 2013), bahwa Bapak Y mengganggap enteng surat pemberitahuan ini dan cendurung untuk tidak membayar karena belum didatangi oleh petugas BMT. Prosedur yang ketiga adalah penagihan langsung. Penagihan langsung ini dilakukan oleh petugas dengan mendatangi rumah nasabah. Yang intinya adalah untuk mengetahui keadaan nasabah serta melakukan penagihan tunggakan. Namun pada tindakan ini masih ada saja yang belum mampu melunasi tunggakan hutangnya. Bahkan terdapat beberapa nasabah yang sengaja untuk tidak menemui atau beralasan tidak ada dirumah atau bisa disebut dengan sembunyi dari petugas. Seperti kasus yang terjadi pada Bapak X yang menunggak hutangnya selama 4 bulan, hasil pengamatan langsung penulis ketika melakukan penagihan pada tanggal 30 Juli 2013, bahwa menurut tetangga terdekat Bapak X baru saja melewati depan rumahnya, namun pada saat didatangi oleh petugas Bapak X mengunci tempat tinggalnya. Meskipun tidak semua nasabah yang melakukan hal tersebut, namun kendala-kendala yang dialami oleh petugas tergolong banyak apabila berhubungan langsung dengan nasabah yang telat
melakukan pembayaran. Tetapi catatan yang terbaik adalah pihak BMT selalu mengedepankan asas kemanusiaan dan menjauhkan kekerasan dalam melakukan penagihan terhadap nasabah yang mengalami masalah. Ketika prosedur ketiga tidak mendapatkan hasil prosedur yang selanjutnya adalah penagihan oleh managemen BMT, yaitu dengan cara meminta nasabah yang belum mampu membayar tunggakannya untuk datang ke kantor BMT AMAL MULIA Suruh. Adapun tujuannya adalah untuk melakukan perundingan dengan nasabah yaitu melalui Rescheduling (penjadwalan
ulang),
Reconditioning
(Persyaratan
ulang),
dan
Restructuring (penataan ulang). Menurut penulis ketiga cara inilah yang menunjukkan hasil yang menggembirakan. Sepeti yang diungkapkan oleh Bapak Y selaku nasabah yang belum mampu membayar tunggakan hutangnya (15 Juli 2013). Bapak Y merasa terbantu dengan perundingan yang telah dilakukan dengan pihak BMT, karena alasannya Bapak Y merasa kesulitan untuk membayar tunggakan hutang yang semakin besar pada setiap bulannya. Hal tersebut di yakini sanat membantu bagi Bapak Y untuk sedikit meringankan beban tunggakan hutangnya. Untuk selanjutnya adalah melalui penyitaan jaminan. Ketika prosedur di atas tidak mampu menemukan titik terang, maka pihak BMT akan melakukan penyitaan barang jaminan nasabah. Namun pada kenyataannya masih saja terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh nasabah. Persoalan muncul ketika
nasabah pergi atau dengan sengaja tidak membayar dan
meninggalkan barang jaminannya berupa BPKB atau sertiikat tanah saja. Pada kenyataan yang ada, pihak BMT hanya memiliki sebuah BKPB atau sertifikat tanah saja. Barang yang akan disita oleh pihak BMT telah dijual kepada pihak lain, hal inilah yang menjadi masalah bagi BMT, pihak BMT tidak dapat melakukan sita jaminan karena memang barang telah berpindah kepada pihak lain. Selain masalah tersebut pihak BMT juga memiliki masalah yang lain ketika barang disita telah mengalami kerusakan. Penulis menilai bahwa barang tidak akan terjual dengan maksimal karena barang yang telah disita telah mengalami kerusakan. Seperti yang terjadi dengan barang sitaan berupa mobil kijang tahun 1989 yang didapat dari Ibu Y, keadaan barang sitaan sudah mengalami kerusakan. Hasil wawancara dengan ibu Linta Aftukha Royana, SE selaku CS (18 Juli 2013). Prosedur yang paling akhir adalah eksekusi jaminan. Menurut penulis hal ini dianggap paling akhir dan paling efektif yang dapat dilakukan oleh pihak BMT supaya pembiayaan bermasalah dapat terbayarkan. Eksekusi terhadap barang jaminan ini dilakukan apabila tidak ada i’tikad baik dari nasabah untuk melunasi tunggakan hutangnya. Jangka waktu dan keringanankeringanan yang telah diberikan tidak mendapat tanggapan baik dari peminjam setelah barang telah disita. Selama ini untuk pelelengan terhadap jaminan sertifikat tanah belum pernah terjadi di BMT AMAL MULIA Suruh, namun untuk penjualan jaminan berupa sepeda motor telah beberapa kali terjadi dan semuanya berjalan dengan baik karena tidak memerlukan proses
yang berbelit-belit. Pihak BMT dapat secara langsung menjual barang sitaan kepada pihak ketiga yang bersedia membeli barang tersebut.
. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis dalam bab ini akan memaparkan kesimpulan dan implikasi yang diperlukan. Maka dengan analisa diatas penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Untuk melakukan pencegahan terjadinya pembiayaan bermasalah pada
produk pembiayaannya
BMT
AMAL
MULIA
Suruh
melakukan 3 tindakan atau prosedur pokok, yaitu dengan melakukan
analisis
atau
penilaian
terhadap
permohonan
pembiayaan, analisis penilaian pembiayaan yaitu menggunakan 3 prinsip character (sifat), Capacity (kemampuan), dan Collateral (jaminan), serta yang terakhir dengan pemantauan penggunaan pembiayaan. Namun tidak semua strategi tersebut dapat berjalan dengan baik karena kurang mampunya pihak BMT dalam meramalkan masa yang akan datang serta kurang teliti dalam menganalisa permohonan pembiayaan dan persyaratan
yang
diajukan oleh nasabah. Tetapi yang menjadi faktor utama tidak berjalannya strategi pencegahan pembiayaan bermasalah ini adalah karena kurangnya pemantauan terhadap pembiayaan yang telah dicairkan. Dalam hal ini berhubungan dengan jumlah karyawan
yang menjadi pengelola, pengelola tidak mampu mengcover seluruh nasabah pembiayaan karena memang jumlahnya ribuan 2. Untuk menyelamatkan pembiayaan bermasalah, BMT AMAL MULIA Suruh melakukan 6 prosedur yang dijalankan atau digunakan yaitu dengan pemberitahuan via telepone, pemberian surat penagihan I, Penagihan secara langsung oleh pengelola, penagihan langsung oleh manajemen, penyitaan jaminan, serta eksukusi jaminan. Namun pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang terjadi dalam setiap prosedur yang dijalani. Kekurangan pengawasan terhadap nasabah serta ketidak mampuan pihak BMT dalam melakukan pengawasan terhadap prosedur penanganan pembiayaan bermasalah yang sesuai dengan aturan yang ada. Kekurangan yang lain adalah kekurangan tenaga ahli dalam penanganan pembiayaan bermasalah. Namun yang menjadi faktor utama srategi tidak berjalan dengan maksimal karena dari pihak nasabah sendiri yang tidak patuh terhadap aturan yang telah disampaikan oleh pihak BMT. B. Saran Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis ingin memberikan beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan dan masukan bagi perbankan syari’ah pada umumnya dan BMT AMAL MULIA Suruh pada khususnya:
1. Untuk melakukan pencegahan terhadap pembiayaan bermasalah, alangkah baiknya pihak BMT melakukan prosedur penerimaan pembiayaan dengan teliti dan selalu melakukan pengawasan terhadap pembiayaan yang telah tersalurkan 2. Penyelamatan pembiayaan bermasalah pihak BMT seharusnya memperbanyak karyawan yang berkompeten untuk melakukan tugas
tersebut.
Selanjutnya
tingkatkan
kerjasama
antar
karyawan dalam melakukan tindakan penyelamatan pembiayaan bermasalah.
DAFTAR PUSTAKA
Sumiyanto, Ahmad.2008. BMT Menjadi Koperasi Modern, Yogyakarta: Ises Publishing Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Ridwan. 2004. Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII Press Yunus, Jamal Lulail. 2009. Manajemen Bank Syariah Mikro, Malang: UINMalang Press, Fachrudin, Fuad Mohd. 1993. Riba Dalam Bank, Koperasi, Perseroan, & Assuransi, Bandung: PT Alma’arif Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Edisi revisi. Yogyakarta.: UPP AMP YKPN Siamat. 1993. Manajemen Bank Umum. Jakarta: Intermedia Ghofur, Abdul. 2010. Penaganan pembiayaan bermasalah di KSU BISAMA Klumpit Salatiga, Salatiga: STAIN Setyanto, Ade Nur. 2008. Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT Sumber Mulia Tuntang Tahun 2007, Salatiga: STAIN Afifah, Liza Muzayana. 2008. Srategi Meminimalisasi dan menanggulangi resiko pembiayaan macet pada BMT MUHAJIRIN Salatiga, Salatiga: STAIN Kurniawati, Desi Tri. 2008. Pembiayaan Mudharabah dan Aplikasinya di BMI Cabang Pembantu Magelang, Salatiga: STAIN Astuti, Yuli. 2009. Prosedur Pembiayaan Mudharabah Pada BMT AlMuaawanah Bringin Kab. Semarang, Salatiga: STAIN Rapat Anggota Tahunan (RAT), Tahun 2012, BMT AMAL MULIA Suruh
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres//77FFB81A-7E62-4408-89BB-B87DE48 2D7D0/227761/ OutlookBS2013Seminar1 http://teropongbisnis.com/teropong-perbankan/perkembangan-perbankansyariah-di-indonesia/
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Muhammad Asyhuri
Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 23 Oktober 1990 Jenis Kelamin
: Laki-laki
Warga Negara
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
: Manggung, RT/RW 24/10, Patemon, Tengaran, Kabupaten Semarang
Jenjang Pendidikan: -
TK Tarbiyatul Banin 34
-
SDN 2 Patemon
-
SMPN 2 Tengaran
-
SMAN 1 Tengaran
-
DIII Perbankan Syari’ah STAIN Salatiga
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 20 Juli 2012 Penulis
Muhammad Asyhuri NIM. 20110021