STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH PADA BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) MEKAR DA’WAH
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
NAWFALSKY BAGIS MUHAMMAD KARANGPUANG NIM : 1113053000075
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN ISLAM PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M
ABSTRACT Nawfalsky Bagis Muhammad Karangpuang, 2017, Thesis. Title: “The Handling Strategy of Problematics Murabahah Financing in Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Mekar Da’wah” Advisor: Lili Bariadi, MM, M.Si. Keywords: Handling Strategy, Murabahah Financing, Problematics and Troubled Murabahah Financing. Murabahah is an Islamic financing structure in Islamic banking, which like a credit loans in the conventional banking. In providing murabahah finance, islamic banks are very susceptible to loss caused by financing problems, if the financing is already arrears, the financing can be categorized as substandard or problematic. This funding must be quickly addressed in order not to cause harm to the islamic banks. BMT Mekar Da’wah including one that runs BMT of murabahah financing, and BMT Mekar Da’wah is one of the reliable BMT in Indonesia, applying some handling strategies to resolve murabahah financing problems. This study used a qualitative approach. The data collection techniques are interviews, observation, and documentation. The data were analyzed by using descriptive analysis, the type of research that is used is a combination between research literature and field research, which is the data were collected in the field, and then analyze it and get the conclusions of this study. The purpose of this study was to describe to society about the handling strategy of murabahah problematics financing in BMT Mekar Da’wah and analyze the strategy whether it is based on the Qur’an and Sunnah. The result was the handling strategy of murabahah financing in BMT Mekar Da’wah is using administrative strategy, rescheduling strategy, reconditioning strategy, liquidation collateral strategy, and writeoff strategy which is appropriate with Islamic sharia law.
ABSTRAK Nawfalsky Bagis Muhammad Karangpuang, 2017, Skripsi. Judul: Strategi Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Mekar Da’wah” Pembimbing: Lili Bariadi, MM, M.Si. Kata Kunci: Strategi Penanganan, Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan Murabahah adalah sebuah pembiayaan dalam perbankan Islam, yang mana mirip dengan peminjaman kredit pada perbankan konvensional. Dalam memberikan pembiayaan murabahah, bank syariah sangat rentan mengalami kerugian yang disebabkan oleh pembiayaan yang bermasalah, jika pembiayaan sudah mengalami penunggakan, maka pembiayaan tersebut dapat dikategorikan sebagai pembiayaan yang kurang lancar atau bermasalah. Pembiayaan ini harus cepat ditangani agar tidak menimbulkan kerugian bagi pihak bank syariah. BMT Mekar Da’wah adalah BMT yang menyediakan pembiayaan murabahah, dan BMT Mekar Da’wah juga adalah salah satu BMT yang dipercaya di Indonesia, yang mengaplikasikan strategi penanganan untuk menyelesaikan pembiayaan murabahah yang bermasalah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif, jenis penelitian yang digunakan merupakan perpaduan antara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, yakni penelitian yang mengumpulkan data-data di lapangan, kemudian menganalisisnya dan mendapatkan kesimpulan dari penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana strategi penanganan pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Mekar Da’wah dan menganalisa apakah strateginya berdasarkan dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Hasilnya menjelaskan bahwa strategi penanganan pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Mekar Da’wah menggunakan strategi administrative, strategi rescheduling, strategi reconditioning, strategi eksekusi/penyitaan jaminan, dan strategi penutupbukuan atau writeoff yang mana cara-cara ini sangat sesuai dengan syariat Islam.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT yang sampai detik ini selalu memberikan segala nikmat, rahmat, taufik, hidayah, dan inayahnya yang tanpa henti dan patut untuk disyukuri. Karena sesungguhnya hanya karena Allah SWT lah penulis masih bisa terus bernafas dan menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda besar kita Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat, dan umatnya. Aamiin. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kendala yang menghambat langkah penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Namun, berkat do’a, bimbingan, arahan, semangat, dan motivasi dari berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis secara khusus ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada: 1. Orang tua tercinta, H. E. Mochamad Chamdan, M.Si. dan Dr. Hj. Ispawati Asri, MM. yang tidak henti-hentinya memberikan do’a, motivasi, dan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Arif Subhan, M.Ag. selaku dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MM. selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai Pembimbing Akademik penulis yang selalu memberikan motivasi sehingga penulis tetap semangat dalam menjalani proses penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Sugiharto, MA. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu mendukung dan memberikan ide-ide kreatif kepada penulis dalam menjalani proses penulisan skripsi ini. 5. Bapak Lili Bariadi, MM, M.Si. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, motivasi, serta ilmunya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Segenap Pihak BMT Mekar Da’wah, khususnya Bapak Ismail, Bapak Irfan, Bapak Fauzi, Kak Risma, Kak Shara, Kak Candra, dan Bu Ammah yang telah dengan ikhlas meluangkan waktunya ditengah kesibukannya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu dan akhlak yang sangat luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Kepada adik-adik penulis, Nabielsky Bagis Abdullah Bawakaraeng dan (alm.) Caesarani Divalka Bagis yang selalu mendoakan kakaknya agar terus semangat. 9. Kakek dan nenek saya, (alm.) H. Alim Saleh dan Hj. Siti Raniah yang terus memberikan do’a, cinta dan kasih sayangnya kepada penulis. 10. Seluruh keluarga besar Alim dan keluarga besar Uyo yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu tanpa mengurangi rasa cinta saya kepada mereka yang terus memberikan saya do’a dan motivasinya.
11. Seluruh keluarga besar Jurusan Manajemen Dakwah angkatan 2013 khususnya kepada Gusfia Handayani, M. Taufiq Alwan, Rahmat Wibowo, Choirunnisa, Elis Sya’adah, Jannatul Ma’wah, Siti Hanna Wijayati, Dzaki Hawari, Deba Hibatullah, Abdur Rahman Al-Huzaifi, dan Nurhamni Mawaddah yang selalu ada untuk penulis dikala penulis sedang bosan dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Kepada Om Bagus dan Mbak Wie selaku orang tua spiritual penulis yang terus-terusan memberikan kasih sayang dan motivasinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 13. Kepada seluruh keluarga besar Kahfi BBC Motivator School khususnya kepada La Fourmi (Angkatan 17) yang selalu memberikan motivasi setiap harinya sehingga penulis tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 14. Kepada partner yang selalu kudo’akan, Prameswari Putri Pramono dan keluarga yang selalu memberikan support kepada penulis dalam keadaan suka maupun duka. Semoga apa yang kita semogakan dikabulkan oleh Allah. Aamiin. 15. Kepada Wehsing “SingSing” Yuen dan teman-teman yang selalu memberikan inspirasi ketika penulis sedang berada dalam kondisi bingung dalam penulisan skripsi ini. 16. Kepada kelompok KKN FAITH dan warga Kelurahan Muncul yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. 17. Semua pihak yang telah membantu memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak
mengurangi rasa hormat penulis. Semoga seluruh kontribusinya dicatat sebagai amal shaleh oleh Allah SWT, Aamiin. 18. Dan terakhir, terima kasih saya berikan kepada anda yang membaca tulisan saya. Tanpa anda, tulisan saya hanyalah kumpulan kertas yang dicetak. Terima kasih banyak, semoga bermanfaat. Aamiin.
Jakarta, 14 Jumadil Akhir 1438 H 15 Maret 2017 M
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ v DAFTAR ISI ........................................................................................................... x DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................................. 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 7 D. Metodologi Penelitian ...................................................................................... 8 E. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 11 F. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 13 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG UPAYA PENYELAMATAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH ............................................ 16 A. Teori Pembiayaan .......................................................................................... 16 1. Pengertian Pembiayaan .............................................................................. 16 2. Macam-macam Pembiayaan ...................................................................... 18 3. Tujuan Pembiayaan .................................................................................... 21 4. Fungsi Pembiayaan .................................................................................... 22 5. Prinsip Pembiayaan .................................................................................... 23 6. Pengertian Pembiayaan Bermasalah .......................................................... 25 7. Upaya Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah ......................................... 26 8. Faktor-faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah ..................................... 30 B. Pembiayaan Murabahah ................................................................................. 32 1. Pengertian Murabahah ............................................................................... 32 2. Rukun dan Syarat Murabahah .................................................................... 35 3. Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah................................................ 40 4. Jenis Murabahah ........................................................................................ 43 5. Tujuan dan Manfaat Murabahah ................................................................ 43 6. Resiko dalam Murabahah........................................................................... 45 7. Skema Pembiayaan Murabahah ................................................................. 45 BAB III PROFIL BMT MEKAR DA’WAH ........................................................ 46 A. Sejarah BMT Mekar Da’wah ......................................................................... 46 B. Visi, Misi, dan Tujuan BMT Mekar Da’wah ................................................. 48
x
C. Filosofi, Prinsip, dan Fungsi BMT Mekar Da’wah ....................................... 49 D. Budaya Kerja BMT Mekar Da’wah............................................................... 50 E. Target, Motto, dan Jargon BMT Mekar Da'wah ............................................ 52 F. Legalitas dan Struktur Organisasi BMT Mekar Da'wah ................................ 53 G. Teknologi dan Jaringan Kerja BMT Mekar Da'wah ...................................... 55 H. Produk-Produk BMT Mekar Da'wah ............................................................. 56 BAB IV ANALISIS STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH PADA BMT MEKAR DA’WAH ................. 60 A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di BMT Mekar Da’wah......... 60 B. Faktor Penyebab Timbulnya Pembiayaan Bermasalah .................................. 64 C. Kriteria Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan pada BMT Mekar Da’wah……………………………………………………………………… 67 D. Upaya Penyelamatan Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada BMT Mekar Da'wah............................................................................................................ 70 BAB V PENUTUP ................................................................................................ 81 A. Kesimpulan .................................................................................................... 81 B. Saran ............................................................................................................... 82 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 83 LAMPIRAN .......................................................................................................... 86
xi
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 NPF Akad Murabahah BMT Mekar Da’wah ......................................... 5 Tabel 2.1 Produk-Produk Pembiayaan ................................................................. 20 Tabel 4.1 Penilaian NPF pada Kriteria Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan pada BMT Mekar Da’wah Tahun 2015 ................................................................ 69
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nabi Muhammad SAW membawa ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin, yang mana di dalam Islam sendiri selalu membawa setiap solusi bagi setiap persoalan yang timbul di dalam masyarakat. Seiring perkembangan zaman, hukum di dunia ini menjadi semakin fleksibel dan dinamis, sehingga membuat islam menjadi agama yang harus selalu memberikan solusi bagi setiap permasalahan yang dimiliki oleh penganutnya. Islam juga berkonsep kepada hubungan dengan Allah SWT, yang biasa kita sebut dengan hablumminallah dan hubungan dengan antar sesama manusia yakni hablumminannas. Dari sini jelaslah bahwa islam sangat mementingkan kedua belah sisi kehidupan yakni dunia dan akhirat. Islam sangat mengatur keharmonisan ibadah dan muamalat kepada setiap umat. Salah satu contohnya adalah Islam sangat mengatur keharmonisan dalam bermuamalat demi tercapainya kemaslahatan umat. Sistem ekonomi di dalam Islam sangat diatur sedemikian rupa, larangan terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat menimbulkan kerugian atas harta orang lain atau kepentingan masyarakat. Sabda Rasulullah:
ُ ان الخدريِّ رضي هللا عنه أَنَّ َرسُو َل هللا صلى هللا عليه ٍ بن سِ َن ِ بن َمالِك ِ عنْ أَبي َسعي ٍد َسع ِد اج َة َ ار – َح ِديْث َح َسنٌ َر َواهُ ابْنُ َم َ ض َر َر َوالَ ضِ َر َ َ ال:وسلم َقا َل Dari Abu Sa’id, Sa’ad bin Malik bin Sinan Al Khudri radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda: “Janganlah engkau membahayakan dan saling merugikan” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah). Dari hadits tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa sistem ekonomi islam sendiri itu sangat menekankan prinsip tolong-menolong dalam
1
2
bermuamalat. Sebagai salah satu upaya untuk merealisasikan nilai-nilai ekonomi islam adalah dengan mendirikan lembaga keuangan yang berdasarkan syariah1. Hubungan muamalat disesuaikan dengan syariat Islam sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 130 yang berbunyi:
َّ ضا َعفَةً ۖ َواتَّقُوا ََّللاَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون َ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ََل تَأْ ُكلُوا ال ِّربَا أَضْ َعافًا ُم “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan hasil riba yang berlipat ganda, takutlah kepada Allah agar kamu memperoleh keberuntungan” (Ali ‘Imran[3]:130) Ayat diatas sangat menekankan kepada setiap umat islam untuk tidak memakan hasil riba, maka dari itu sistem ekonomi islam sangat mengharamkan riba. Ekonomi Islam diikat oleh seperangkat nilai iman, akhlak, dan moral etik bagi setiap aktivitas ekonominya baik dalam posisinya sebagai konsumen, produsen, distributor, dan lain-lain dalam melakukan usahanya serta menciptakan hartanya.2 Baitul Mal Wat Tamwil (Selanjutnya BMT) dapat dilihat sebagai sebuah bentuk realisasi dari nilai-nilai syariah dalam sistem ekonomi islam itu sendiri. Karena BMT dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat, sangatlah cocok dengan prinsip islam dalam bermuamalat yaitu tolong-menolong. BMT adalah salah satu unit usaha koperasi yang mana BMT ini sendiri memiliki 2 kegiatan yaitu Baitul Mal dan Baitut Tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infak dan shodaqoh. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Kegiatan Baitut Tamwil mengutamakan perkembangan kegiatan-kegiatan investasi dan
1 2
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, )Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002(, h. 4. Muhammad, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, )Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007(, h. 2.
3
produktif dengan sasaran usaha ekonomi yang dalam pelaksanaannya saling mendukung untuk pembangunan usaha-usaha kesejahteraan masyarakat. Sedangkan Baitul Maal mengutamakan kegiatan kesejahteraan, bersifat nirlaba, diharapkan mampu menghimpun dana zakat, infaq, shadaqah yang pada gilirannya berfungsi mendukung kemungkinan-kemungkinan risiko yang terjadi dalam kegiatan ekonomi pengusaha kecil.3 Salah satu produk BMT adalah pembiayaan murabahah, Akad murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam murabahah penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu.4 Secara sederhana, jual-beli murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut (harga pokok) ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Dalam pelaksanaan akad ini, seperti seorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu, berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam persentase dari harga pembeliannya, misalnya 10% atau 20%5. Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual-beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa keuntungan yang ingin diperoleh.
3
Madjid dan Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, (Jakarta: Penerbit PINBUK, 2000), cet. I hal. 182. 4 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), cet. II, h. 62. 5 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), cet. VII, h. 113.
4
Di dalam memberikan pembiayaan, BMT
sangat rentan mengalami
kerugian yang disebabkan oleh pembiayaan-pembiayaan yang bermasalah yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor penyebab pembiayaan bermasalah dapat berasal dari pihak perbankan dalam hal ini adalah BMT itu sendiri. Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analisis pembiayaan kurang teliti sehingga apa yang seharusnya terjadi tidak diprediksi sebelumnya dan dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analisis pembiayaan dengan pihak nasabah sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subjektif.6 Selain itu, salah satu faktor lainnya adalah dari faktor nasabahnya, salah satu contoh faktor pembiayaan bermasalah dari nasabah adalah turunnya kondisi usaha nasabah yang menyebabkan bermasalahnya pembiayaan yang sedang dijalani oleh nasabah itu sendiri, adanya itikad kurang baik dari nasabah pembiayaan dengan menunda-nunda pembayarannya padahal dalam keadaan mampu, banyaknya berhutang di tempat lain, dan nasabah kurang cakap dalam mengelola usahanya. Jika pembiayaan sudah mengalami penunggakan, maka pembiayaan tersebut dapat dikategorikan sebagai pembiayaan yang kurang lancar atau bermasalah. Pembiayaan ini harus cepat ditangani agar tidak menimbulkan kerugian bagi pihak BMT. Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini diputuskan untuk meneliti bagaimana upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah, khususnya pada pembiayaan murabahah, dan dari beberapa pertimbangan, maka penulis memilih BMT Mekar Da’wah yang berkedudukan di daerah Serpong, Tangerang Selatan sebagai tempat untuk melaksanakan penelitian ini.
6
Kasmir, Dasar-dasar perbankan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 115.
5
Alasan dipilihnya BMT Mekar Da’wah sebagai tempat penelitian dapat dilihat dari table NPF (Non Performing Financing) akad murabahah BMT Mekar Da’wah dibawah ini: Jumlah Pembiayaan No.
Tahun
NPF
Persentase
Murabahah 1.
2011
510.555.000
24.915.084
4,88%
2.
2012
341.350.000
15.429.020
4,52%
3.
2013
98.250.000
4.038.075
4,11%
4.
2014
182.000.000
7.771.400
4,27%
5.
2015
158.774.471
6.652.650,33
4,19%
6.
2016
100.300.000
4.162.450
4,15%
Tabel 1.1 NPF Akad Murabahah BMT Mekar Da’wah Sumber: BMT Mekar Da’wah Berdasarkan tabel diatas, pada BMT Mekar Da’wah pertumbuhan NPF akad murabahah dari tahun ke tahun dapat dikatakan cukup baik, karena setiap tahunnya pertumbuhan NPF akad murabahah di BMT Mekar Da’wah cenderung mengalami penurunan. Ini menandakan bahwa BMT Mekar Da’wah menggunakan upaya penyelamatan yang efektif dalam menyelamatkan pembiayaan murabahah yang bermasalah, oleh karena itulah penulis ingin meneliti terkait bagaimana upaya penyelamatan pembiayaan murabahah bermasalah yang digunakan oleh BMT Mekar Da’wah sehingga diharapkan dari apa yang ditulis dan dianalisa oleh penulis dapat menjadi referensi dan acuan tambahan bagi perbankan syariah dalam menyelamatkan pembiayaan murabahah yang bermasalah.
6
Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai hal tersebut dan menuliskannya dalam sebuah skripsi dengan judul : “UPAYA PENYELAMATAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH PADA BAITUL MAL WAT TAMWIL MEKAR DAKWAH”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dibuat agar penelitian atau analisis ini lebih terarah dan tidak meluas ke permasalahan lain, maka penulis membatasi masalah hanya kepada upaya penyelamatan apa yang digunakan oleh BMT Mekar Da’wah ketika menghadapi pembiayaan murabahah yang bermasalah pada periode 20142016. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana prosedur pemberian pembiayaan murabahah kepada nasabah di BMT Mekar Da’wah? b. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan murabahah yang bermasalah yang terdapat di BMT Mekar Da’wah? c. Bagaimanakah kriteria penggolongan kolektabilitas pembiayaan pada BMT Mekar Da’wah? d. Bagaimanakah upaya penyelamatan pembiayaan murabahah bermasalah yang digunakan oleh BMT Mekar Da’wah?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pembiayaan murabahah kepada para nasabah. b. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya masalah pada pembiayaan murabahah. c. Untuk mengetahui kriteria penggolongan kolektabilitas pembiayaan pada BMT Mekar Da’wah. d. Untuk mengetahui upaya penyelamatan apa yang digunakan oleh BMT Mekar Da’wah ketika menghadapi pembiayaan murabahah yang bermasalah. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang di peroleh dari penelitian ini adalah : a. Manfaat Akademis : Penelitian ini di harapkan dapat menambah referensi dan menambah jumlah studi mengenai upaya penyelamatan pembiayaan murabahah bermasalah, dan mempraktekkan teoritis yang telah diperoleh selama perkuliahan. b. Manfaat Praktis : Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kajian yang menarik dan dapat menambah wawasan cakrawala keilmuan, khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca.
8
D. Metodologi Penelitian Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dan jenis data yang diperlukan, maka penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Peneliti berusaha mengumpulkan data yang akurat dengan cara melakukan observasi dan wawancara kepada objek yang akan diteliti. 1. Jenis Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal.7 Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.8 Dengan memilih metode kualitatif ini, peneliti mengharapkan dapat memperoleh data yang tepat dan akurat. Melalui metode ini juga nantinya peneliti juga mengharapkan dapat mendeskripsikan apa saja faktor-faktor yang mendorong terjadinya pembiayaan murabahah yang bermasalah pada BMT Mekar Da’wah. 2. Objek Penelitian
7 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara, 2004), h. 23. 8 L. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet. XXVI, h. 3.
9
Objek dari penelitian ini adalah Baitul Mal Wat Tamwil Mekar Dakwah, dan upaya penyelamatan yang dilakukan oleh BMT Mekar Da’wah dalam menyelesaikan pembiayaan murabahah yang bermasalah. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini bertempat di Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Mekar Dakwah yang beralamat di Jl. Raya Serpong km 1, Samping Kantor Pos & Giro Serpong – Kota Tangerang Selatan. Waktu penelitian yaitu pada bulan Desember 2016 sampai Februari 2017. 4. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang mana data yang telah diperoleh disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif yaitu dengan memperhatikan data-data yang ada dalam praktek kemudian dibandingkan dengan data yang diperoleh dari studi kepustakaan.9 5. Teknik Pengumpulan Data a. Data Primer
9
h. 244.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010),
10
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber data pertama di lapangan.10 Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Observasi Observasi atau pengamatan adalah adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian. Data- data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca indra.11 2) Wawancara Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer)
yang
mengajukan
pertanyaan
dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.12 3) Dokumentasi Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan untuk mengetahui perkembangan pembiayaan murabahah bermasalah di BMT Mekar Da’wah pada periode 2014-2016. Selain itu peneliti mengumpulkan berkas-berkas yang berkaitan dengan kejadiankejadian dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah.
10 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), h. 128. 11 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), h. 133 12 L. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. XXVI, h. 186
11
4) Studi Kepustakaan Studi
kepustakaan
dalam
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendapatkan data sekunder melalui pengumpulan data-data yang relevan dari literatur yang sudah ada khususnya yang berhubungan dengan pokok masalah yang diteliti.
E. Tinjauan Pustaka Ada Karya Ilmiah (Skripsi) yang penulis jadikan sebagai tinjauan pustaka, yang mana Karya Ilmiah tersebut penulis anggap sebagai bahan referensi yang ada hubungannya dengan pembahasan yang akan di angkat pada Karya Ilmiah ini, yakni di antaranya : 1. Penanganan Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah Bermasalah Baitul Maal wat tamwil (BMT) al-Fath Ikatan Masjid Indonesia (IKMI), oleh Firza Syahrullah Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun skripsi 2011M/1432H. Menurut penulis, di dalam skripsinya dituliskan bahwa bagaimana cara penanganan pembiayaan mudharabah dan murabahah bermasalah pada BMT al-Fath IKMI yaitu dengan cara menggunakan analisis 5C+S dan 7P(character, capacity, capital, collateral, condition, personality, party, purpose, prospect, payment, profitability, dan protection), namun yang penulis tuliskan dalam skripsi ini adalah bagaimana upaya penyelamatan yang dilakukan oleh BMT Mekar Da’wah ketika menghadapi
pembiayaan
bermasalah
khususnya
murabahah saja dengan analisis al-Qur’an dan Hadits.
pada
pembiayaan
12
2. Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah Pada Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati, oleh Lukmanul Hakim Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun skripsi 2016M/1438H. Skripsi ini menjelaskan bagaimana manajemen risiko pembiayaan murabahah yang terjadi pada Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati yaitu dengan menerapkan beberapa cara dengan berpedoman pada peraturan Bank Indonesia no. 13/23/PBI/2011 mengenai penerapan manajemen resiko, sedangkan penulis akan menjelaskan bagaimana upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah khususnya pada pembiayaan murabahah pada BMT Mekar Da’wah. 3. Upaya penyelamatan Pemasaran Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Mega Syariah Kantor Cabang Tangerang City, oleh Abdurrohim Al Ayubi Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun skripsi 2016M/1438H. Pada skripsi ini dijelaskan bagaimana upaya penyelamatan pemasaran yang terjadi pada PT. Bank Mega Syariah Kantor Cabang Tangerang City khususnya upaya penyelamatan pemasaran pada pembiayaan murabahah dan hasilnya adalah upaya penyelamatan pemasaran pembiayaan murabahah PT. Bank Mega Syariah Kantor Cabang Tangeran City adalah dengan menawarkan dua skema, yaitu skema wakalah dan skema tanpa wakalah sehingga melalui dua skema tersebut PT. Bank Mega
Syariah
menyusun
upaya
penyelamatan
marketing
dengan
mempertimbangkan unsur produk, price, dan promosi, sedangkan penulis
13
akan menuliskan upaya penyelamatan pembiayaan murabahah yang bermasalah pada BMT Mekar Da’wah. 4. Analisis Problem Solving Dalam Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Unit Recovery Dan Remedial Bank BNI Syariah Kantor Cabang Jakarta Barat, oleh Mochamad Gustaf Maulana Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun skripsi 2016M/1438H. Skripsi ini menjelaskan secara luas terkait bagaimana problem solving dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah khususnya pada unit recovery dan remedial Bank BNI Syariah Kantor Cabang Jakarta Barat yang hasilnya menunjukkan analisa yang dilakukan unit recovery dan remedial dalam metode pemecahan masalah menggunakan metode yang efektif dengan melakukan langkah-langkah yang kooperatif dan sesuai dengan syariah dengan fasilitas restrukturisasi pembiayaan untuk menjaga kualitas aktiva yang dimiliki Bank BNI Syariah Cabang Jakarta Barat sedangkan skripsi yang akan penulis tulis adalah upaya penyelamatan pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Mekar Da’wah yang mengkhususkan pada pembiayaan murabahah saja.
F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penulis dalam membahas masalah yang diteliti, maka penulis membagi pembahasan dalam lima bab, setiap bab terdiri dari sub bab. Bab-bab tersebut secara keseluruhan saling berkaitan satu sama lain, yang
14
diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan bab penutup yang berupa kesimpulan dan saran-saran. Bab I
Pendahuluan : Dalam bab ini penulis menerangkan secara garis besar mengenai pembahasan tentang semua yang sudah dilakukan, adapun isi dalam bab ini adalah : latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan.
Bab II
Kajian Teori: dalam bab ini, penulis menguraikan tentang landasan
teori
dari
variabel-variabel
yang
mendukung
terlaksananya penelitian. Bab ini juga membahas mengenai aspek umum mengenai pembiayaan murabahah, pengertian pembiayaan dan pembiayaan bermasalah, macam-macam pembiayaan, tujuan pembiayaan, fungsi pembiayaan, prinsip pembiayaan, pengertian murabahah, rukun dan syarat murabahah, landasan hukum pembiayaan murabahah, jenis murabahah, tujuan dan manfaat murabahah, resiko dalam murabahah, serta skema pembiayaan murabahah.
Bab III
Gambaran umum BMT Mekar Da’wah: dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai sejarah, visi, misi, tujuan, prinsip, Struktur organisasi, program, dan produk-produk BMT Mekar Da’wah.
15
Bab IV
Dalam bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai prosedur pemberian pembiayaan murabahah di BMT Mekar Da’wah yang meliputi
persyaratan
pengajuan pembiayaan
bagi
mitra,
mekanisme pencairan pembiayaan, faktor apa saja yang mempengaruhi pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Mekar
Da’wah,
serta
bagaimana
upaya
penyelamatan
pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Mekar Da’wah.
Bab V
Penutup: dalam bab ini berisikan penutup yakni terdiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG UPAYA PENYELAMATAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH
A. Teori Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.1 Secara sederhana, kredit (pembiayaan) merupakan penyaluran dana dari pihak pemilik dana kepada pihak yang memerlukan dana.2 Pembiayaan berasal dari bahasa latin yaitu dari kata credere yang berarti percaya. Oleh karena itu dasar pemikiran persetujuan pemberian pembiayaan oleh suatu lembaga keuangan kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan.3 Dalam pengertian lain, pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.4
1 2
Kasmir, Manajemen Perbankan, )Jakarta: Rajawali Pers, 2014(, Edisi Revisi, h. 82. Ismail, Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi, )Jakarta: Kencana, 2010(,
h. 93. 3 Moh. Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Perbankan: Konsep, Teknik, dan Kasus, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999), Edisi I, h. 1. 4 Muhammad Nur Al Arif, Dasar-dasar dan Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 42.
16
17
Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 No. 25, dinyatakan bahwa : Pembiayaan
adalah
penyediaan
dana
atau
tagihan
yang
dipersamakan dengan itu berupa: a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutan murabahah, salam, dan istishna’; d. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa Sistem pembiayaan ini berjalan berdasarkan sesuai dengan persetujuan antara bank syariah dan nasabah untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Menurut beberapa uraian diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa pengertian pembiayaan adalah pemberian bantuan uang atau tagihan yang nilainya dapat diukur dengan uang, misalnya bank atau lembaga keuangan yang membiayai pembelian suatu barang. Kemudian adanya kesepakatan antara kedua belah pihak (yang membiayai dan yang dibiayai) dalam sebuah perjanjian yang telah disepakati, yang mana di dalam perjanjian ini terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta perolehan keuntungan yang telah disetujui bersama berdasarkan kedua belah pihak.
18
2. Macam-macam Pembiayaan Pembiayaan dalam perbankan syariah dapat dibagi tiga:5 1. Return bearing finance, yaitu bentuk pembiayaan yang secara komersial menguntungkan, ketika pemilik modal mau menanggung resiko kerugian dan nasabah juga memberikan keuntungan. 2. Return free financing, yaitu bentuk pembiayaan yang tidak untuk mencari keuntungan yang lebih ditujukan kepada orang yang membutuhkan (poor), sehingga tidak ada keuntungan yang diberikan. 3. Charity financing, yaitu bentuk pembiayaan yang memang diberikan kepada orang miskin dan membutuhkan, sehingga tidak ada klain terhadap pokok dan keuntungan. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut:6 1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. 2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
5
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.
122. Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), Cet. I, h. 160. 6
19
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut:7 1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. 2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. Produk-produk pembiayaan bank syariah dapat menggunakan empat pola yang berbeda.8 1. Pola bagi hasil, untuk invesment financing: a. Musyarakah b. Mudharabah 2. Pola jual beli, untuk trade financing: a. Murabahah b. Salam c. Istishna 3. Pola sewa, untuk trade financing: a. Ijarah
7 Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), Cet. I, h. 160. 8 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 123.
20
b. Ijarah muntahiya bittamlik 4. Pola pinjaman, untuk dana talangan: a. Qardh Produk No.
Prinsip Pembiayaan
1.
Modal Kerja
Mudharabah,
musyarakah,
murabahah, salam 2.
Investasi
Mudharabah,
musyarakah,
murabahah, istishna, ijarah, ijarah muntahiya bittamlik 3.
Pengadaan Murabahah,
ijarah
muntahiya
barang investasi, bittamlik, musyarakah mutanaqisah aneka barang 4.
Perumahan,
Murabahah,
ijarah
property
bittamlik, musyarakah mutanaqisah
5.
Proyek
Mudharabah, musyarakah
6.
Ekspor
Mudharabah, murabahah
7.
Produk Salam, salam parallel agribisnis/sejenis
8.
Manufaktur, Istishna, istishna parallel konstruksi
9.
Penyertaan
Musyarakah
10.
Surat Berharga
Mudharabah, qardh
muntahiya
musyarakah,
21
11.
Sewa beli
Ijarah muntahiya bittamlik
12.
Akuisisi aset
Ijarah muntahiya bittamlik
Tabel 2.1. Produk-produk pembiayaan9 3. Tujuan Pembiayaan Suatu bank dalam memberikan pembiayaan kepada para debitur pasti mempunyai beberapa tujuan yang tidak terlepas dari misi dari bank tersebut. Tujuan utama pemberian suatu pembiayaan antara lain:10 1. Mencari keuntungan, yaitu untuk memperoleh return ditambah laba dari pembiayaan tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bagi hasil atau margin yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi pembiayaan yang diberikan kepada nasabah. 2. Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun modal untuk kerja. 3. Membantu pemerintah agar semakin banyak pembiayaan yang diberikan oleh pihak perbankan, mengingat semakin banyak pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat maka akan berdampak kepada pertumbuhan di berbagai sektor. Tujuan pembiayaan mencakup lingkup yang luas. Tujuan pembiayaan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu tujuan pembiayaan secara makro dan mikro.11
9
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.
124. 10
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2013), Edisi Revisi, h. 96. Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 681. 11
22
Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk: (1) peningkatan taraf ekonomi umat, (2) tersedianya dana bagi peningkatan usaha, (3) meningkatkan produktivitas, (4) membuka lapangan kerja baru, dan (5) terjadi distribusi pendapatan. Sedangkan secara mikro, pembiayaan bertujuan untuk:
(1)
mengoptimalkan
laba,
(2)
meminimalkan
risiko,
(3)
pendayagunaan sumber ekonomi dan, (4) penyaluran kelebihan dana. Maka dapat diketahui bahwa tujuan dari pembiayaan adalah tidak hanya sekedar peningkatan pada aspek profit saja, melainkan juga pada aspek benefit. Sehingga tujuan pembiayaan bank islam adalah untuk memenuhi kepentingan stakeholder.
4. Fungsi Pembiayaan Pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi membantu masyarakat untuk:12 1. Meningkatkan usahanya. 2. Meningkatkan utility (daya guna) modal atau uang. 3. Meningkatkan utility (daya guna) suatu barang. 4. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. 5. Menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat, dan 6. Pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional dan sebagai alat hubungan ekonomi internasional. Pembiayaan juga
12
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 712.
23
memberikan manfaat tidak hanya bagi bank dan nasabah pembiayaan, namun juga pemerintah dan masyarakat luas.13
5. Prinsip Pembiayaan Pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah maupun lembaga syariah untuk menyalurkan dana yang telah dihimpunnya kepada masyarakat, melalui pembiayaan dapat dilakukan dengan prinsip sebagai berikut: 1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki barang, dimana keuntungan telah ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual.14 Akad yang dipergunakan dalam produk jual beli ini antara lain: a) Murabahah Murabahah adalah jual beli pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.15 b) Salam Salam adalah bentuk jual beli dengan pembayaran di muka dan penyerahan barang di kemudian hari (advanced payment atau forward buying atau future sales) dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas,
13
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 110. Muhammad Nur Al Arif, Dasar-Dasar dan Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 42. 15 Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), Cet. I, h. 101. 14
24
dan tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelum dalam perjanjian.16 c) Istishna’ Istishna adalah akad jual beli antara pemesan atau pembeli (mustashni’) dengan produsen atau penjual (shani’) dimana barang yang akan diperjualbelikan harus dibuat (manufactured) lebih dahulu dengan kriteria yang jelas.17 2. Pembiayaan dengan prinsip sewa Pembiayaan dengan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa, dimana keuntungan ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau barang yang di sewa.18 Yang termasuk dalam kategori ini adalah ijarah dan Ijarah muntahiya bittamlik (IMBT). 3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil Prinsip ini digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan untuk mendapatkan barang dan jasa sekaligus, produk tersebut terdiri dari: a) Musyarakah Musyarakah yaitu pembiayaan sebagian kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan.19
16
Veithzal Rivai, Bank and Finansial Institution Management, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 780. 17 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 91. 18 Muhammad Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 48. 19 Wirdyaningsih, Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), Cet. III, h. 119
25
b) Mudharabah Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.20 4. Pembiayaan dengan akad pelengkap Sedangkan pembiayaan dengan akad pelengkap ditujukan untuk memperlancar pembiayaan dengan menggunakan prinsip-prinsip di atas. Berikut akad pelengkap tersebut, yaitu: hawalah (alih hutang-piutang), rahn (gadai), qard (pinjaman uang), wakalah (perwakilan), kafalah (garansi bank).
6. Pengertian Pembiayaan Bermasalah Pembiayaan
bermasalah
berarti
pembiayaan
yang
dalam
pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank, pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian.21 Standar Operasional Prosedur Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi (SOP KJKS & UJKS)
20 Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. (Jakarta: Gema Insani, 2001), Cet. I, h. 95 21 Veithzal Rivai dan Andria Permanda Veithzal, Credit Management Handbook: Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 475.
26
Peraturan Menteri Tahun 2007 menyatakan bahwa pembiayaan bermasalah yaitu suatu kondisi pembiayaan di mana terdapat suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali dalam suatu pembiayaan yang berakibat terjadi kelambatan dalam pengembalian, atau diperlukan tindakan yuridis dalam pengembalian, atau kemungkinan terjadinya kerugian bagi koperasi. Bagi nasabah yang tidak bertanggung jawab atau melanggar perjanjian yang telah disepakati, biasanya mengalami pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah ini dapat berupa: pembiayaan yang tidak lancar, diragukan, perhatian khusus, dan macet.22 Pembiayaan bermasalah yang banyak terjadi dikalangan lembaga keuangan terjadi tidak secara tiba-tiba, melainkan disebabkan oleh 2 hal yaitu: (pertama) dari pihak perbankan, (kedua) dari pihak nasabah.23 Dari beberapa uraian diatas, penulis kembali mengambil kesimpulan bahwa pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang tidak mampu mengendalikan pembiayaan berdasarkan syarat-syarat maupun perjanjian yang telah disetujui oleh kedua belah pihak (bank dan nasabah) yang disebabkan oleh 2 hal yaitu dari pihak perbankan ataupun dari pihak nasabah.
7. Upaya Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah Secara umum dalam hal menangani pembiayaan macet atau pembiayaan yang bermasalah, pihak bank perlu melakukan penyelamatan
22 23
VI, h. 115.
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005) h. 312. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007), Cet.
27
sehingga tidak menimbulkan kerugian. Penyelamatan kredit atau pembiayaan yang macet meliputi: rescheduling, reconditioning, restructuring, kombinasi dan penyitaan jaminan.24 Dalam menyelesaikan pembiayaan DSN MUI sudah mengesahkan enam fatwa baru, antara lain tentang line facility, potongan utang pembiayaan murabahah (pembiayaan dengan prinsip jual beli), rescheduling
pembiayaan
murabahah,
reconditioning
pembiayaan
murabahah, penyelesaian pembiayaan bagi nasabah yang tidak mampu membayar, dan pencadangan bagi hasil dalam pembiayaan musyarakah dan mudharabah.25 a. Rescheduling Rescheduling adalah perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktu.26 Selaras dengan definisi di atas maka Surat Edaran Bank Indonesia nomor 13/18/DPbS perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia nomor 10/34/DPbS adalah salah satu upaya untuk meminimalkan potensi kerugian yang disebabkan oleh pembiayaan bermasalah dengan cara melakukan perubahan atas jadwal pembayaran kewajiban nasabah dan jangka waktunya.27 Menurut pengertian lain, rescheduling yaitu penjadwalan kembali
24
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007), Cet. VI, h. 116-117. 25 DSN, Himpunan Fatwa DSN, (Jakarta: PT Intermasa, 2003), Edisi II, h. 105. 26 Peraturan Bank Indonesia No. 13/09/PBI/2011 tentang tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. 27 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/18/DPbS tanggal 30 Mei 2011 tentang Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/DPbS tanggal 22 Oktober 2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
28
jangka waktu angsuran pembiayaan serta memperkecil jumlah angsuran pembiayaan.28 b. Reconditioning Reconditioning yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan Pembiayaan tanpa menambah sisa pokok kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada Bank, antara lain meliputi: 1) perubahan jadwal pembayaran; 2) perubahan jumlah angsuran; 3) perubahan jangka waktu; 4)
perubahan
nisbah
dalam
pembiayaan
mudharabah
atau
musyarakah; 5) perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah atau musyarakah; dan/atau 6) pemberian potongan.29 Menurut Kasmir, Reconditioning yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat pembiayaan meliputi perubahan jadwal pembayaran angsuran, jangka waktu, dan margin.
28 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2003), Edisi. 1, cet-II, h. 36 29 Peraturan Bank Indonesia No. 13/09/PBI/2011 tentang tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.
29
c. Restructuring Restructuring yaitu perubahan persyaratan pembiayaan yang antara lain meliputi: 1) penambahan dana fasilitas pembiayaan bank; 2) konversi akad pembiayaan; 3) konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka waktu menengah; dan/atau 4) konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah, yang dapat disertai dengan rescheduling atau reconditioning.30 Sedangkan menurut Kasmir, Restructuring yaitu tindakan bank kepada nasabah dengan cara menambah modal nasabah dengan pertimbangan nasabah memang membutuhkan dana tambahan atau usaha yang dibiayai masih layak.31 d. Kombinasi Kombinasi merupakan gabungan dari ketiga jenis metode yang digunakan di atas. Misalnya, Restructuring dengan Rescheduling atau Restructuring dengan Reconditioning.
30 Peraturan Bank Indonesia No. 13/09/PBI/2011 tentang tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. 31 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2003), Edisi. 1, cet-II, h. 36
30
e. Penyitaan Jaminan Penyitaan jaminan atau agunan yang merupakan jalan terakhir apabila nasabah benar-benar tidak punya itikad baik atau sudah tidak mampu lagi dalam membayar utang-utangnya.32
8. Faktor-faktor penyebab Pembiayaan Bermasalah Faktor-faktor
yang
menyebabkan
terjadinya
pembiayaan
bermasalah adalah:33 1. Yang berasal dari mitra/nasabah a. Nasabah menyalahgunakan pembiayaan yang diperolehnya. b. Nasabah kurang mampu mengelola usahanya. c. Nasabah beritikad kurang baik. 2. Yang berasal dari BMT: a. Kualitas pejabat BMT yang tidak profesional. b. Persaingan antar bank sehingga timbul persaingan tidak sehat. c. Hubungan ke dalam atau koneksi yang tidak wajar. d. Pengawasan yang Lemah Kesalahan bank yang dapat mengakibatkan pembiayaan bermasalah berawal dari tahap perencanaan, tahap analisis, dan tahap pengawasan. Faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya pembiayaan bermasalah tersebut perlu disadari oleh bank agar bank dapat mencegah atau menangani
32 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2003), Edisi. 1, cet-II, h. 104 33 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit: Suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta: Djambatan, 1996), h.132.
31
dengan baik. Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya pembiayaan bermasalah adalah sebagai berikut:34 1. Karena kesalahan bank atau lembaga keuangan syariah 1) Kurang pengecekan terhadap latar belakang calon nasabah. 2) Kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud dan tujuan penggunaan pembiayaan dan sumber pembayaran kembali. 3) Kurang pemahaman terhadap kebutuhan keuangan yang sebenarnya dari calon nasabah dan apa manfaat pembiayaan yang diberikan. 4) Kurang mahir dalam menganalisis laporan keuangan calon nasabah. 5) Kurang lengkap dalam mencantumkan syarat-syarat. 6) Terlalu agresif atau terburu-buru. 7) Pemberian kelonggaran terlalu banyak. 8) Kurangnya pengalaman pejabat pembiayaan atau account officer dalam melaksanakan tugas. 9) Mudah untuk dipengaruhi, diintimidasi, atau dipaksa oleh calon nasabah. 10) Keyakinan yang berlebihan. 11) Kurang mengadakan review, minta laporan, dan menganalisis laporan keuangan serta informasi-informasi kredit lainnya. 12) Kurang mengadakan kunjungan ke lokasi nasabah. 13) Kurang mengadakan kontak dengan nasabah. 14) Pengikatan agunan kurang sempurna.
34
478-479.
Veithzal Rivai, Islamic Financial Management, (Jakarta: PT Rajawali Press, 2007), h.
32
15) Adanya kepentingan pribadi pejabat bank. 16) Tidak punya kebijakan dalam pembiayaan yang sehat. 17) Sikap terlalu memudahkan, dari pejabat bank atau account officer. 2. Karena kesalahan nasabah atau mitra pembiayaan 1) Nasabah tidak kompeten dalam menjalankan usahanya. 2) Nasabah tidak atau kurang pengalaman. 3) Nasabah kurang memberikan waktu untuk usahanya. 4) Nasabah tidak jujur. 5) Nasabah serakah. 3. Karena faktor eksternal 1) Kondisi perekonomian. 2) Perubahan-perubahan kebijakan atau peraturan pemerintah. 3) Bencana alam.
B. Pembiayaan Murabahah 1. Pengertian Murabahah Secara bahasa, kata murabahah berasal dari bahasa Arab yaitu kata rabaha, yurabihu, murabahatan, yang berarti untung atau menguntungkan, seperti ungkapan “tijaratun rabihihah, wa baa’u asy-syai murabahatan” artinya perdagangan yang menguntungkan, dan menjual sesuatu barang yang
33
memberi keuntungan.35 Kata murabahah juga berasal dari kata ribhun atau rubhun yang berarti tumbuh, berkembang, dan bertambah.36 Secara istilah, ba’i al murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ al murabahah penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.37 Menurut Dewan Syariah Nasional (DSN), murabahah yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.38 Murabahah menurut Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati.39 Murabahah menurut Undang-undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati. Dan menurut
35
Asy-Syihab al-Jundi, al-Aqdu al-Murabahah baina al-Fiqh al-Islami wa at-Ta’amuli alMashrafi, (Saudi Arabia: Dar al-Nahdhah al-Arabiyyah, 1986), h. 15. Sebagaimana juga dikutip Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, M.A. dalam buku Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Cet. II, h. 108. 36 Muhammad Usman Syubair, Al-Mu’amalat al-Muliyah al-Mu’ashirah fi al-Fiqh alIslami, (Yordan: Dar an-Nafais, 1996), h. 216. Sebagaimana juga dikutip Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, M.A. dalam buku Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Cet. II, h. 108. 37 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank, Syari’ah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: BI & Tazkia Institute, 1999), h. 145 38 Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000: Murabahah 39 Peraturan Bank Indonesia Pasal 1 Angka 7 No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
34
Sayyid Sabiq, murabahah adalah penjualan dengan harga pembelian barang berikut untung yang diketahui.40 Murabahah merupakan salah satu bentuk pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah dengan mengambil keuntungan dari margin/ mark-up. Keuntungan yang diperoleh bank syariah berasal dari selisih harga jual yang diberikan oleh pihak bank dengan harga beli kendaraan tersebut. Misalnya pihak bank membeli sebuah sepeda motor untuk nasabah seharga Rp.15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), kemudian pihak bank menjualnya kepada nasabah tersebut seharga Rp.17.000.000,00 (tujuh belas juta rupiah). Maka keuntungan yang diperoleh pihak bank ialah Rp.2.000.000,00 (dua juta rupiah). Dan dua juta rupiah itulah margin keuntungan yang diperoleh pihak bank. Secara aplikasinya, berikut ini adalah beberapa contoh transaksi murabahah dalam praktik:41 a. Pengadaan barang, misalnya kebutuhan sepeda motor untuk pegawai. b. Persediaan modal kerja (modal kerja barang), dilakukan dengan transaksi sekali putus, bukan sekali akad dengan pembelian berulang-ulang.
40
Asmi Nur Siwi Kusmiyati, Jurnal Ekonomi Islam La_Riba Vol. I No. 1, (Yogyakarta: UII Press, 2007), h. 28. Sebagaimana juga dikutip Sayyid Sabiq dalam buku Fikih Sunnah 12, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1988), h. 82 41 Asmi Nur Siwi Kusmiyati, Jurnal Ekonomi Islam La_Riba Vol. I No. 1, (Yogyakarta: UII Press, 2007), h. 28. Sebagaimana juga dikutip Wiroso dalam buku Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), h. 56-57
35
2. Rukun dan Syarat Murabahah Rukun murabahah adalah sama dengan rukun jual beli pada umumnnya, yaitu adanya penjual (al-bai’), pembeli (al-musytari’), barang yang dibeli (al-mabi’), harga (al-tsaman), dan shigat (ijab-qabul). Murabahah mempunyai beberapa rukun yaitu:42 a. Para pihak (al-‘aqidaen) b. Pernyataan kehendak (sigat al-‘aqd) c. Obyek akad (mahall al-‘aqd) d. Tujuan Akad (maudu al-‘aqd) Terdapat delapan syarat terbentuknya akad murabahah, yaitu:43 a. Tamyiz (at-tamyiz) b. Berbilang pihak (ta’addud at-tarfain) c. Pertemuan kehendak atau kesepakatan (tatabuq al-iradatain) d. Kesatuan majlis (ittihad at-tarfain) e. Obyek ada pada waktu akad (dapat diserahkan) (wujud al-mal ‘inda al‘aqd au al-qudrah ‘ala at-taslim) f. Obyek dapat ditransaksikan (salahiyah al-mal li at-ta’amuli) g. Obyek tertentu atau dapat ditentukan (at-ta’yin au qabiliyah al-mahal li at-ta’amuli) h. Tidak bertentangan dengan ketentuan syariah (‘adamu mukhalafah asysyar’i)
42 Hufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 13 43 Hufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 13
36
Dalam jual beli murabahah itu disyaratkan beberapa hal, antara lain:44 a. Mengetahui harga pokok Dalam jual beli murabahah disyaratkan agar pembeli mengetahui harga pokok atau harga asal, karena mengetahui harga merupakan syarat sah jual beli. Syarat ini juga diperuntukkan bagi jual beli attauliyyah dan al-wadhi'ah. b. Mengetahui keuntungan Hendaknya margin keuntungan juga diketahui oleh pembeli, karena margin keuntungan tersebut termasuk bagian dari harga, sedangkan mengetahui harga merupakan syarat sah jual beli. c. Harga pokok merupakan sesuatu yang dapat diukur, dihitung dan ditimbang, baik pada waktu terjadi jual beli dengan penjual dengan penjual yang pertama atau setelahnya. Disamping syarat-syarat diatas, terdapat juga syarat-syarat khusus, yaitu:45 a. Harus diketahui besarnya biaya perolehan komoditi. b. Harus diketahui keuntungan yang diminta penjual. c. Pokok modal harus berupa benda bercontoh atau berupa uang. d. Murabahah hanya bisa digunakan dalam pembiayaan bilamana pembeli murabahah memerlukan dana untuk membeli suatu komoditi secara riil dan tidak boleh untuk lainnya termasuk membayar hutang pembelian
44
Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), Jilid IV,
45
Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), Jilid IV,
h. 705 h. 706
37
komoditi yang sudah dilakukan sebelumnya, membayar biaya overhead, rekening listrik, dan semacamnya. e. Penjual harus telah memiliki barang yang dijual dengan pembiayaan murabahah. f. Komoditi bersangkutan harus telah berada dalam resiko penjual. g. Komoditi obyek murabahah diperoleh dari pihak ketiga bukan dari pembeli murabahah bersangkutan (melalui jual beli kembali). Sedangkan menurut Syafi’i Antonio, syarat murabahah adalah sebagai berikut : a. Penjual memberitahukan biaya modal kepada nasabah/mitra. b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c. Kontrak harus bebas dari riba. d. Penjual harus menjelaskan kepada pebeli apabila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya pembelian dilakukan dengan hutang.46 Pada dasarnya jika syarat no, 1, 4, atau 5 tidak dipenuhi, maka pembeli boleh melakukan pilihan : a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya. b. Kembali kepada penjual dan menyatakan tidak setuju atas barang yang dijual. c. Membatalkan kontrak.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 146 46
38
Jual beli secara murabahah dengan syarat-syarat murabahah di atas hanya untuk barang (produk) yang telah dikuasai (dimiliki) oleh penjual pada waktu negosiasi atau berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual, pola yang digunakan dapat berupa murabahah kepada pemesanan pembelian (KPP). Hal ini dinamakan demikian karena si penjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang memesannya. Bank syariah dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah dalam bentuk akad murabahah harus sesuai dengan prinsip syariah. Di mana akad murabahah itu memiliki syarat47: a. Bahwa pembeli harus mengetahui harga pokok pembelian barang yang akan dibeli, yaitu nasabah selaku pembeli wajib mengetahui harga pokok dari barang yang akan dibelinya pada pihak bank. Hak dari pembeli untuk mengetahui harga pokok dari suatu barang yang akan dibeli agar tidak terjadi spekulasi harga yang mengakibatkan prinsip jual beli ini keluar dari koridor prinsip syariah. b. Jumlah keuntungan penjual harus diketahui oleh pembeli, yaitu pihak bank selaku penjual barang harus memberitahukan keuntungan yang akan diambil dari harga jual yang akan ditawarkan kepada nasabah selaku pembeli. Hal ini harus dilakukan agar kepercayaan nasabah terhadap bank semakin meningkat.
47 Abd. Shomad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 168
39
c. Barang yang dibeli jelas kriterianya, ukuran, jumlah, dan sifatnya yaitu barang yang ditawarkan oleh pihak bank harus sesuai dengan spesifikasi barang yang diinginkan oleh pihak nasabah (pembeli). d. Barang yang dijual sudah dimiliki oleh penjual, yaitu bank selaku pihak penjual harus telah memiliki barang yang hendak dijual. Barang tersebut sudah harus berada pada kekuasaan pihak bank. Di mana hak milik barang tersebut seutuhnya menjadi milik bank bukan milik orang lain. e. Penjual dan pembeli harus saling ridha, yaitu dalam melakukan perjanjian jual beli ini, pihak bank selaku penjual dan pihak nasabah selaku pembeli harus saling sepakat dalam melakukan hak dan kewajiban mereka masingmasing. f. Penjual dan pembeli mempunyai kekuasaan dan cakap hukum dalam transaksi jual beli, yaitu pihak penjual dan pihak pembeli dalam melakukan transaksi jual beli haruslah cakap menurut hukum. Di mana cakap menurut hukum ialah telah berusia 21 tahun atau telah menikah walaupun belum berusia 21 tahun. Dan dalam melakukan transaksi jual beli tersebut haruslah atas kehendak sendiri, di mana tidak ada paksaan atau tekanan dalam melakukan transaksi. g. Sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama, yaitu pihak pembeli berkewajiban melakukan pembayaran setelah memperoleh barang yang diinginkan sebagaimana telah disebutkan dalam perjanjian tersebut.
40
3. Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah Sebenarnya akad murabahah ini tidak memiliki rujukan atau referensi langsung di dalam Al-Qur’an dan hadits, namun mayoritas ulama berpendapat bahwa dasar hukum akad murabahah ini adalah sama halnya dengan jual beli pada umumnya. Dalam fatwa Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah, sebagai landasan syariah transaksi murabahah adalah sebagai berikut:48 a. Al-Qur’an : Al-Baqarah [2]:275 b. Al-Hadits : Hadis Nabi dari Abu Said al-Khudri: Dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.”(H.R. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban). c. Ijma’ : (Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, II/161; al-Kasani, Bada’i asSana’i V/220-222). d. Kaidah Fikih : “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya” Maka dari itu, penulis akan menuliskan ayat-ayat, hadits, dan hasil daripada ijma’ yang berkaitan dengan jual beli. Adapun referensinya antara lain sebagai berikut:
48
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional edisi kedua, (Jakarta: MUI, 2003), h. 22-25.
41
a. Al-Qur’an 1. Q.S Al-Baqarah : 275
َّ َوأَ َح َّل َّللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ بَا “... padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ...”(Al-Baqarah[2]:275) 2. Q.S An-Nisa : 29
يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ََل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم َب ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل إِ ََّل أَ ْن تَ ُكونَ ِت َجا َرةً ع َْن حي ًما ِ َر
َّ اض ِم ْن ُك ْم ۚ َو ََل تَ ْقتُلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم ۚ إِ َّن َّللاَ َكانَ بِ ُك ْم ٍ تَ َر
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil , kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”(An-Nisa[4]:29) 3. Q.S Ali Imron : 130
َّ ضا َعفَةً ۚ َواتَّقُوا َّللاَ لَ َعلَّ ُك ْم َ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ََل تَأْ ُكلُوا ال ِّربَا أَضْ َعافًا ُم َتُ ْفلِحُون “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (Ali ‘Imran[3]:130) b. Hadits 1)
اَ ْل َب ْي هع إِلَى: َثالَث ِفي ِْهن ْال َب َر َك هة:صلى للا ه َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو َسل َم َقا َل َ أَن الن ِبي َو َخ ْل ه،ض هة ت لَ ل ِْل َبي ِْع ِ ط ْالبهر ِبالش ِعي ِْر ل ِْل َب ْي َ ار َ َو ْال هم َق،أَ َج ٍل
“Nabi bersabda, ‘Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.’” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib). 2)
صلى للا ه َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َ للا ِ َعنْ أَ ِبيْ َس ِع ْي ٍد ْال هخ ْد ِريْ رضي للا عنه أَن َرس ْهو َل اض ٍ إِن َما ْال َب ْي هع َعنْ َت َر:َو َسل َم َقا َل
“Dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.”(H.R. alBaihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
42
Bagi jumhur ulama, murabahah adalah salah satu jenis jual beli yang dihalalkan oleh syara. Oleh sebab itu, secara umum ia tunduk kepada rukun dan syarat jual beli murabahah ini, yaitu:49 a. Penjual hendaknya menyatakan modal yang sebenarnya bagi barang yang hendak dijual. b. Pembeli setuju dengan keuntungan yang ditetapkan oleh penjual sebagai imbalan dari harga perolehan/harga beli barang, yang selanjutnya menjadi harga jual barang secara murabahah. c. Sekiranya ada ketidakjelasan/ketidakcocokan masalah harga jual barang, maka pihak pembeli boleh membatalakan akad yang telah dijalankan, sehingga bubarlah jual beli secara murabahah tersebut. d. Barang yang dijual secara murabahah bukan barang ribawi.
c. Fatwa Dewan Syariah Nasional 1) Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah. 2) Nomor 13/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 tentang Uang Muka Dalam Murabahah. 3) Nomor 16/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 tentang Diskon Dalam Murabahah. 4) Nomor 17/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran.
49
Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, M.A., Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Cet. II, h. 112
43
5) Nomor 23/DSN-MUI/III/2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang Potongan Pelunasan Dalam Murabahah. Sesuai dengan UU No.10/1998 tentang perubahan UU No.7 tentang Perbankan dalam penjelasan pasal 6 huruf m dijelaskan bahwa yang mempunyai kewenangan untuk mengatur kegiatan usaha bank syari’ah adalah bank Indonesia.
4. Jenis Murabahah Murabahah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (1) Murabahah tanpa pesanan dan (2) Murabahah berdasarkan pesanan. Murabahah berdasarkan pesanan dapat dibedakan
menjadi
murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat mengikat dan murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat tidak mengikat. Sedangkan jika dilihat cara pembayarannya, maka murabahah dapat dilakukan dengan cara tunai atau dengan pembayaran tangguh.50
5. Tujuan dan Manfaat Murabahah Tujuan murabahah dibagi menjadi dua, tujuan bagi Baitul Mal wat Tamwil (BMT) itu sendiri dan tujuan bagi nasabah/mitra yang melaksanakan pembiayaan murabahah.
50 Asmi Nur Siwi Kusmiyati, Jurnal Ekonomi Islam La_Riba Vol. I No. 1, (Yogyakarta: UII Press, 2007), h. 29. Sebagaimana juga dikutip Wiroso dalam buku Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), h. 37-38
44
Tujuan
pembiayaan
murabahah
bagi
BMT
adalah
untuk
meningkatkan kualitas dan pelayanan BMT serta prosedur yang lebih mudah tanpa menghilangkan prinsip kehati-hatian di dalam melakukan pembiayaan, tujuan pembiayaan murabahah lainnya adalah untuk saling tolong menolong antara pihak BMT dan nasabah yang memerlukan pembiayaan murabahah tersebut. Tujuan pembiayaan murabahah bagi nasabah/mitra yang melakukan pembiayaan murabahah pada BMT adalah untuk memenuhi pengadaan modal usaha yang dibutuhkan dan melakukan pembelian barang melalui pembayaran yang ditangguhkan oleh BMT. Manfaat pembiayaan murabahah bagi BMT adalah dengan mudahnya sistem pembiayaan murabahah ini, BMT semakin mudah mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli barang yang diberikan kepada nasabah. Dan manfaat pembiayaan murabahah bagi nasabah/mitra yang melakukan pembiayaan murabahah pada BMT adalah memudahkan pembelian suatu barang dengan cara pembayaran yang ditangguhkan, menambah modal usaha dan meningkatkan pendapatan dari modal usaha yang didapatkan melalui pembiayaan murabahah ini.
45
6. Risiko dalam Murabahah Risiko dalam pembiayaan murabahah antara lain:51 a. Risiko yang terkait dengan barang. b. Risiko yang terkait dengan klien (nasabah). c. Risiko yang terkait dengan pembayaran.
7. Skema Pembiayaan Murabahah Skema Murabahah 1
2
Negosiasi & Persyaratan
Akad Jual Beli
BMT
Mitra
Bayar
6
3
Beli Barang
SUPPLIER / PENJUAL
4
Kirim
Terima Barang & Dokumen
51 Asmi Nur Siwi Kusmiyati, Jurnal Ekonomi Islam La_Riba Vol. I No. 1, (Yogyakarta: UII Press, 2007), h. 30. Sebagaimana juga dikutip Muhammad dalam buku Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 128-130
5
BAB III PROFIL BMT MEKAR DA’WAH A. Sejarah BMT Mekar Da’wah1 Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan suatu lembaga keuangan mikro yang menjalankan usahanya dengan prinsip syariah. Dalam pelaksanaan usahanya, BMT Menjalankan konsep Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan islam. Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan Bank Islam atau BPR Islam. Prinsip operasinya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli (ijarah), dan titipan (wadiah). Karena itu, meskipun mirip dengan Bank Isam, bahkan boleh dikata menjadi cikal bakal dari Bank Islam, BMT memiliki pangsa pasar tersendiri, yaitu masyarakat kecil yang tidak terjangkau layanan perbankan serta pelau usaha kecil yang mengalami hambatan “psikologis” bila berhubungan dengan pihak bank. Peningkatan ekonomi kerakyatan yang berorientasi pada usaha mikro (kecil bawah) di wilayah serpong dan sekitarnya mengalami kendala, yaitu sulitnya mendapat dana pinjaman (pembiayaan) dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), khususnya dalam menjangkau masyarakat kalangan bawah yang mayoritas dan yang tidak memenuhi persyaratan formal untuk mendapatkan pembiayaan (kredit) dari Bank.
1
Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
46
47
Berawal dari itu, untuk mengembangkan ekonomi umat dengan berbasis Islam dengan berbentuk lembaga keuangan mikro atau BMT. Awal nama BMT Taruna Qur’an yag memulai usaha atau operasional pada awal November 2003 dan resmi berdiri tanggal 12 Februari 2004 dengan nama BMT Mekar Da’wah, manajemennya BMT Taruna Qur’an Yogyakarta. Manajemen Taruna Yogyakarta mengalami kendala cukup berat yang menyebabkan bulan Juni 2004 penanganan BMT Mekar Da’wah terpisah dari BMT Taruna Qur’an Yogyakarta sebagai induk, sehingga diambil alih sebuah komunitas yang perduli syariah di Jakarta. Pembenahan manajemen itu dilaksanakan oleh Tim Counterpart hingga mengalami perkembangan yang positif sehingga cukup layak dianggap sebuah lembaga keuangan mikro yang berbasis syariah Islam. Meskipun kondisi baik dari eksternal maupun internal BMT Mekar Da’wah mengalami pasang surut tetapi kinerja operasional membaik walau sering terjadi pergantian pengurus, pengelola, dan lokasi usaha. Pergantian tersebut mulai membentuk tim kinerja BMT yang semakin solid menginjak tahun 2008. Pemulihan keadaan yang semakin solid terlihat pada tahun 2009. Kinerja dari BMT baik di baitul maal tertata rapi dan pada sisi baitul tamwil menunjukkan peranannya. BMT Mekar Da’wah di Serpong makin diakui serta dipercaya, bahkan menjadi lembaga yang mendapat tempat tersendiri. Fungsi BMT dengan pemberdayaan ekonomi umat dari social dan bisnis, BMT Mekar Da’wah makin berkembang dengan ada program-program kemaslahatan umat, didukung oleh lembaga-lembaga yang bersinergi dengan BMT, baik lembaga keuangan pendidikan, sosial, pemerintahan, dan lainnya.
48
B. Visi, Misi, dan Tujuan BMT Mekar Da’wah2 BMT Mekar Da’wah dalam pelaksanaan kegiatannya, mengusung visi dan misi sebagai berikut: a. Visi dari BMT Mekar Da’wah adalah: Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah yang handal karena kualitas pelayanan
dan
kinerja
operasional,
dalam pengembangan dan
pemberdayaan sumber dayanya hingga berkesinambungan dan selalu berusaha sesuai Prinsip Syariah.
b. Misi dari BMT Mekar Da’wah adalah: 1. Meningkatkan taraf hidup dan kemampuan baik sosial maupun ekonomi masyarakat melalui muamalah sesuai syari’ah. 2. Meningkatkan baik kuantitas maupun kualitas pelayanan dan kinerja operasional dalam bermuamalah. 3. Membangun kepercayaan dan mengengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak, baik Serpong hingga skala nasional. 4. Usaha yang memiliki keunggulan kompetitif, accountable serta terpercaya dalam bermuamalah dan tetap dalam koridor yang sesuai dengan prinsip syariah. 5. Mewujudkan lembaga yang ideal bagi pengembangan diri dan pembentukan sumber daya yang selalu tetap konsisten dalam menerapkan kinerjanya sesuai dengan prinsip syariah.
2 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
49
c. Tujuan BMT Mekar Da’wah 1. Membentuk sumber daya yang berkemampuan, berwawasan, dan profesional di dalam menerapkan muamalah yang sesuai dengan prinsip syariah. 2. Meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas dalam penerapan usaha demi kemaslahatan bersama.
C. Filosofi, Prinsip, dan Fungsi BMT Mekar Da’wah3 a. Filosofi BMT Mekar Da’wah adalah sebagai berikut: 1) Kepedulian, terhadap kondisi yang terjadi baik simpati maupun empati. 2) Membantu atau menolong, baik materi atau non materi sesuai kemampuan. 3) Pembinaan, dalam hal ruhiah maupun jasmaniah dalam bermuamalah. 4) Pengawasan, atau menjaga sumber daya agar tetap sesuai syariah. 5) Pemberdayaan, baik ekonomi dan sosial di dalam penerapan kinerjanya atau bermuamalah tetap sesuai dengan prinsip syariah.
b. Prinsip-prinsip BMT Mekar Da’wah adalah sebagai berikut: 1) Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dalam melaksanakan kegiatan muamalah agar tetap sesuai prinsip-prinsip syariah. 2) Keterpaduan dalam segala hal yang berhubungan dengan muamalah baik dari nilai-nilai spiritual, moral, etika, sikap, pengetahuan, dan lainnya.
3 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
50
3) Kekeluargaan, yakni lebih mementingkan kepentingan bersama dan kebersamaan, dalam satu kesatuan visi, misi, dan tujuan BMT. 4) Kemandirian yang tidak terpengaruh oleh kepentingan pihak tertentu. 5) Profesionalisme dalam bekerja yang selalu dilandasi keimanan dalam bermuamalah dan menjadikan sifat Rasulullah SAW sebagai tauladan. 6) Istiqomah dalam bekerja dan selalu berusaha sesuai prinsip syariah. 7) Silaturahim dengan berbagai pihak atau jaringan kerja selalu dijaga.
c. Fungsi BMT Mekar Da’wah untuk mencapai tujuannya adalah: 1) Fungsi sosial, yakni BMT sebagai institusi dakwah yang memiliki kepedulian tinggi hingga kualitas spritiual dan moral meningkat. 2) Fungsi ekonomis, yakni BMT sebagai perantara manajemen dan keuangan berbagai pihak demi kemaslahatan bersama. 3) Fungsi ilmu pengetahuan, yakni BMT menjadi tempat pengembangan sumber daya insani khususnya dalam muamalah sesuai syariah. 4) Fungsi pengembangan, yakni BMT motivator, pengarah, dan juga pengembang potensi sosial dan ekonomi masyarakat.
D. Budaya Kerja BMT Mekar Da’wah4 a. Prinsip-prinsip kerja BMT Mekar Da’wah adala sebagai berikut: 1) Selalu berusaha memegang nilai-nilai akudah yang sesuai syariah Islam.
4 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
51
2) Selalu menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri tauladan dalam bekerja dan berperilaku. 3) Selalu berusaha berlaku jujur dan seimbang atau adil dalam menentukan suatu keputusan. 4) Berlaku transparan di dalam menjaga amanah sesuai syariah. 5) Utamakan kekompakan tim dalam bekerja. 6) Selalu menerapkan asas kesederhanaan di dalam memberikan solusi dari masalah yang ada dan tidak melanggar syariah Islam.
b. Etika kerja BMT Mekar Da’wah adalah sebagai berikut:5 1) Lebih banyak memberikan asas manfaat bagi kemaslahatan umat. 2) Berusaha memberikan solusi yang mudah dan menyenangkan bagi semua pihak. 3) Selalu berusaha menepati janji dan menjaga amanah yang diberikan. 4) Segala kegiatan atau aktivitas yang dijalankan harus menambah pengetahuan yang berguna. 5) Selalu menjaga jalinan tali silaturahim dengan semua pihak. 6) Selalu menjaga nilai-nilai ibadah di dalam tiap bekerja dan sesuai dengan syariah Islam. 7) Selalu memiliki rasa kepedulian yang tinggi, baik simpati maupun empati.
5
Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
52
E. Target, Motto, dan Jargon BMT Mekar Da’wah6 a. Target atau sasaran BMT Mekar Da’wah adalah sebagai berikut: 1) Letak lokasi usaha meliputi: lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga pendidikan, dan lembaga usaha. 2) Pelaku usaha meliputi: perorangan, kelompok atau komunitas serta badan usaha dari mikro hingga menengah khususnya dan bila dimungkinan makro, baik formal maupun non formal. 3) Alokasi atau jenis usaha meliputi: produktif dan konsumtif. 4) Sektor usaha meliputi: bidang jasa, perdagangan, industry kecil dan menengah, konsumtif, dan lain-lain. 5) Bentuk usaha meliputi: dana kebajikan, dana talangan atau bantuan, kemitraan, dan pemberdayaan. 6) Jangka waktu meliputi: jangka pendek, menengah, dan panjang. 7) Wilayah usaha meliputi: Kecamatan Serpong khususnya hingga Kabupaten Tangerang bahkan hingga skala nasional. b. Motto BMT Mekar Da’wah Adapun motto BMT Mekar Da’wah adalah “Jujur Bermitra, Profesional Bekerja”. c. Jargon BMT Mekar Da’wah Adapun jargon BMT Mekar Da’wah adalah “Mekar Raih Prestasi, Bismillah !!!”.
6 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
53
F. Legalitas dan Struktur Organisasi BMT Mekar Da’wah7 a. Legalitas BMT Mekar Da’wah Serpong adalah sebagai berikut: 1. Akta Pendirian No. : 01/KUS-SMD/II/2004 2. Badan Hukum No. : 518/7/BH/DISKUK/2004 3. Domisili No.
: 503/74.Kel-Srp/2014
4. SIUP No.
: 503/001205-BP2T/30-08/PK/IX/2012
5. TDP No.
: 30.08.2.47.00081 (berlaku s/d 10-09-2017)
6. NPWP No.
: 02.629.064.3-411.000
b. Struktur Organisasi BMT Mekar Da’wah Rapat Anggota Tahunan
Pembina & Pengawas Syariah & Manajemen
Dewan Pengurus
Badan Pengelola
Baitul Maal
Baitul Tamwil
Mitra Usaha, Kerja, dan Pemberdayaan
7 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
54
Uraian tugas dan jabatan pada Struktur Organisasi di BMT Mekar Da’wah Serpong adalah sebagai berikut:8 1. Ketua Pengurus Fungsi utama adalah coordinator Badan Pengurus BMT agar berjalan sesuai syariah Islam dalam bermualah. Tugas utama adalah pengembangan sumber daya BMT baik usaha maupun insani baik dalam operasional dan kinerjanya agar dapat berjalan sesuai dengan syariah Islam. 2. Sekretaris Pengurus Fungsi utama adalah pengarah, pengontrol, pengawas kinerja pengelola dalam muamalah sesuai syariah. Tugas utama adalah pengarah, pengontrol, pengawas terhadap kinerja marketing baik penghimpunan, penyaluran maupun pemberdayaan usaha agar dapat berjalan sesuai dengan syariah Islam. 3. Bendahara Pengurus Fungsi utama adalah pengarah, pengontrol, pengawas kinerja pengelola dalam muamalah sesuai syariah. Tugas utama adalah pengarah, pengawas, pengontrol terhadap system dan kinerja operasional BMT agar manajemen berjalan sesuai dengan syariah Islam. 4. Manajer BMT Fungsi utama adalah penanggung jawab manajemen dari pengelola dalam muamalah sesuai syariah Islam. Tugas utama adalah koordinator dari system,
8 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
55
kinerja dan operasional dalam pengelolaan muamalah BMT teknis sehari-hari sehingga manajemen berjalan sesuai dengan syariah Islam. 5. Bagian Operasional Fungsi utama adalah menjalankan fungsi kinerja manajemen yang berhubungan pada operasional BMT. Tugas utama adalah pendukung sistem, kinerja, dan operasional BMT dalam administrasi dan dalam perihal laporannya. 6. Bagian Marketing Fungsi utama adalah menjalankan fungsi kinerja dan operasional muamalah dari BMT yang meliputi penghimpunan dana, penyaluran dana dan remedial hingga pemberdayaan.
G. Teknologi dan Jaringan Kerja BMT Mekar Da’wah9 a. Teknologi Kerja Operasional BMT Mekar Da’wah BMT Mekar Da’wah telah menggunakan sistem komputerisasi, baik administrasi maupun keuangan, transaksi maupun pelaporan telah berbasis teknologi informasi (TI). Dengan sistem komputerisasi tersebut akan meminimalkan resiko kesalahan manusia yang berarti menjamin adanya transparansi dan accountable. Sistem TI ini diharapkan dapat menjadi jaminan meningkatnya kualitas pelayanan terhadap masyarakat makin baik sehingga kepercayaan dari masyarakat semakin baik
9 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
56
b. Jaringan Kerja Operasional BMT Mekar Da’wah BMT Mekar Da’wah merupakan bagian tak terpisah dari komunitas Serpong dan komunitas yang lebih besar yakni Kota Tangerang Selatan khususnya, bahkan jangkauannya se-Jabodetabek hingga lingkup nasional umumnya. Komunitas tersebut merupakan salah satu bentuk dari fungsi BMT sebagai salah satu lembaga pemberdayaan sosial maupun ekonomi. BMT Mekar Da’wah diharapkan dapat menjalankan fungsi-fungsinya secara baik, demi kemaslahatan umat yang sesuai dengan syariah Islam.
H. Produk-produk BMT Mekar Da’wah10 a. Produk Penghimpunan Dana 1) Simpanan pihak kedua yang bersifat titipan maupun berbagi hasil yaitu Simpanan Mekar Da’wah (tabungan) dengan ketentuan: a) Setoran awal minimal Rp. 10.000,-. b) Setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,-. c) Saldo akhir minimal Rp. 10.000,-. 2) Investasi pihak kedua untuk mendapat keuntungan yang halal dengan nilai kompetitif yaitu Simpanan Berjangka Mekar Da’wah (deposito) dengan ketentuan: a) Jangka waktu deposito 3, 6, 9, dan 12 bulan. b) Minimal nominal deposito Rp. 500.000,-.
10 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
57
3) Program pemberdayaan dan sosial yaitu Dana ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah). a) Fasilitas penyaluran dana / permodalan b) Dana bisnis yaitu sistem jua beli, yakni murabahah. Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang dilakukan untuk transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dengan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. c) Dana pengembangan usaha, yaitu musyarakah dan mudharabah. Pembiayaan musyarakah adalah akad kerja sama diantara 2 (dua) pihak atau lebih untuk suatu usaha tertetu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing. Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama suatu usaha antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau Bank Syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua (amil, mudharib, atau nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pihak pertama (malik, shahibul mal, atau Bank Syariah) kecuali jika pihak kedua (amil, mudharib, atau nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian. 4) Dana pinjaman untuk kepentingan pemberdayaan diri, keluarga maupun memulai usaha, yaitu al-Qardh/Qardhul Hasan. Pembiayaan Qardh adalah pembiayaan yang ditujukan kepada nasabah yang tidak mampu.
58
b. Produk Layanan Anggota Bentuk produk layanan kemudahan dalam membantu pembayaran untuk tagihan seperti: 1) Pembayaran listrik. 2) Pembayaran telepon. 3) Pembelian pulsa. Semua aktivitas produk-produk BMT Mekar Da’wah diatas didasarkan atas kepentingan masyarakat yang memang membutuhkan pelayanan dalam masalah keuangan, untuk membantuk meningkatkan taraf hidup menjadi lebih baik dan bagi masyarakat yang memiliki harta dapat memanfaatkan harta yang dimiliki. Sebelum nasabah mengajukan permohonannya, terlebih dahulu sebelumnya sudah menjadi anggota BMT Mekar Da’wah. Adapun syarat keanggotaan BMT Mekar Da’wah yaitu:11 1) Fotokopi KTP/SIM/identititas diri lainnya. 2) Mengisi formulir biodata anggota/nasabah. 3) Membuka salah satu rekening simpanan (tabungan/deposito) 4) Bisa mendapatkan fasilitas pembiayaan/pendanaan. Setelah syarat keanggotaan terpenuhi, maka untuk melakukan permohonan pembiayaan/permodalan/pendanaan dari BMT Mekar Da’wah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
11 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
59
1) Sudah resmi terdaftar sebagai anggota/nasabah di BMT Mekar Da’wah, dibuktikan dengan adanya No. Base Nasabah serta sudah memiliki salah satu rekening simpanan yang aktif di BMT Mekar Da’wah. 2) Mengisi formulir permohonan pembiayaan. 3) Fotokopi KTP pasangan (suami/istri) bagi yang sudah menikah dan menyertakan surat keterangan lainnya yang dipersyaratkan. 4) Bersedia survey (tempat usaha/rumah) dan diwawancara oleh petugas. 5) Bersedia mengikuti seluruh aturan/prosedur/ketentuan yang diterbitkan oleh BMT Mekar Da’wah.12
12 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
BAB IV ANALISIS UPAYA PENYELAMATAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH PADA BMT MEKAR DA’WAH A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di BMT Mekar Da’wah Salah satu tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian pembiayaan khususnya pembiayaan murabahah yang ditetapkan pada BMT Mekar Da’wah. Dan dalam menciptakan kepercayaan dalam melakukan pembiayaan, maka timbul pertimbangan serta prinsip kehatihatian sehingga pembiayaan yang diberikan dapat berjalan dengan lancar dan terjaminnya pengembalian pembiayaan yang tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang dilakukan sebelumnya. BMT Mekar Da’wah adalah salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang bergerak dalam sistem koperasi syariah yang tujuannya adalah menolong masyarakat sekitar dan masyarakat kalangan menengah kebawah yang membutuhkan dana untuk modal usaha atau prkmbangan usahanya. Salah satu produk yang ada dalam BMT Mekar Da’wah adalah pembiayaan Murabahah. Dalam setiap pembiayaan yang diajukan setiap mitra harus menjadi anggota koperasi BMT Mekar Da’wah dan memenuhi persyaratan yang ada. Adapun syarat keanggotaan dan persyaratan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan pada BMT Mekar Da’wah:1 a) Syarat keanggotaan BMT Mekar Da’wah: 1. Fotocopy KTP/SIM/Identitas diri lainnya.
1
Hasil wawancara pertama dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 27 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
60
61
2. Mengisi formulir biodata anggota/mitra. 3. Membuka rekening simpanan. 4. Bisa mendapatkan fasilitas pembiayaan/pendanaan (bagi yang memenuhi persyaratan). b) Persyaratan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan dari BMT Mekar Da’wah: 1. Sudah resmi terdaftar sebagai anggota/mitra di BMT Mekar Da’wah, dibuktikan dengan adanya No. Base mitra serta sudah memiliki salah satu rekening simpanan yang aktif di BMT Mekar Da’wah. 2. Mengisi formulir permohonan pembiayaan. 3. Fotocopy KTP pasangan (suami/istri) bagi yang sudah menikah dan menyertakan surat keterangan lainnya yang dipersyaratkan (yang diminta petugas). 4. Bersedia disurvey (tempat usaha/rumah) dan diwawancara oleh petugas. 5. Bersedia mengikuti seluruh aturan/prosedur/ketentuan yang ditetapkan oleh BMT Mekar Da’wah. Setelah terdaftar menjadi anggota BMT, maka mitra dapat melakukan permohonan
pembiayaan.
Berikut
adalah
langkah-langkah
pengajuan
pembiayaan dalam BMT Mekar Da’wah:2 1. Pengajuan permohonan pembiayaan Mitra yang mengajukan permohonan pembiayaan datang ke BMT Mekar Da’wah untuk mengisi formulir permohonan pembiayaan serta membawa dokumen-dokumen yang menjadi syarat pengajuan pembiayaan 2
Hasil wawancara pertama dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 27 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
62
seperti fotocopy KTP suami/istri (jika sudah berpasangan), fotocopy KK, surat domisili, dan jaminan. Mitra yang mengajukan pembiayaan murabahah harus terlebih dahulu membuka tabungan di BMT Mekar Da’wah minimal 3
bulan agar pihak BMT Mekar Da’wah dapat
memperhatikan karakteristik calon mitra pembiayaan. 2. Penyelidikan berkas Setelah mitra mengisi formulir permohonan pembiayaan, pihak BMT Mekar Da’wah menyelidiki dokumen-dokumen persyaratan. Jika menurut pihak BMT persyaratannya belum lengkap maka mitra diminta untuk segera melengkapi persyaratan tersebut. 3. Wawancara Wawancara dilakukan langsung kepada mitra, dalam wawancara ini pihak BMT Mekar Da’wah mengkonfirmasi isi formulir permohonan pembiayaan yang diajukan dengan menanyakan secara langsung kepada mitra tentang tujuan permohonan pembiayaan, jumlah pinjaman, jumlah pendapatan mitra dan jangka waktu pembiayaan apakah perhari, perminggu atau pertahun. 4. Peninjauan lokasi Setelah melakukan wawancara pihak BMT Mekar Da’wah akan terjun langsung ke lokasi usaha. Ini bertujuan untuk memastikan usaha yang dijalankan sesuai dengan apa yang ditulis
diformulir pengajuan
pembiayaan. Selain terjun ke lokasi usaha, pihak BMT Mekar Da’wah juga mengunjungi tempat tinggal mitra
untuk menggali informasi dari
masyarakat sekitar tentang karakter mitra yang mengajukan permohonan pembiayaan.
63
5. Analisis kelayakan pembiayaan Dalam penilaian kelayakan pembiayaan, pihak BMT Mekar Da’wah memperhatikan beberapa aspek yang meliputi kepemilikan usaha, karakter mitra, kemampuan mitra dalam memenuhi kewajiban, jaminan yang disertakan oleh mitra dan usaha yang dilakukan mitra tidak melanggar prinsip syari’ah. 6. Keputusan pembiayaan Setelah segala sesuatunya telah lengkap dan sesuai prosedur, maka pihak BMT Mekar Da’wah memalakukan rapat komite untuk memutuskan pembiayaan tersebut layak atau tidak. Jika dianggap layak maka pihak BMT akan menghubungi mitra untuk penandatanganan akad dan pihak BMT mempersiapkan hal-hal yang diperlukan.3 Alur Pemberian Pembiayaan pada BMT Mekar Da’wah Calon mitra mendaftar sebagai anggota BMT Mekar Da’wah
BMT Mekar Da’wah melakukan analisis kelayakan pembiayaan
Setelah terdaftar, calon mitra melakukan pengajuan pembiayaan BMT Mekar Da’wah melakukan peninjauan lokasi calon mitra (tempat usaha/tempat tinggal)
BMT Mekar Da’wah memutuskan apakah calon mitra tersebut layak dibiayai atau tidak
3
BMT Mekar Da’wah melakukan penyelidikan berkas calon mitra
BMT Mekar Da’wah melakukan wawancara kepada calon mitra.
Bila dapat dibiayai, BMT Mekar Da’wah menghubungi calon mitra untuk melakukan tanda tangan akad
Hasil wawancara pertama dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 27 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
64
B. Faktor Penyebab Timbulnya Pembiayaan Bermasalah Dalam memberikan pembiayaan, BMT sangat mengedepankan prinsip kehati-hatian agar kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam pembiayaan benar-benar terwujud guna melancarkan pembiayaan itu sendiri dan terjaminnya pengembalian pembiayaan tersebut tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian yang dibuat sebelumnya. Secara
keseluruhan
faktor-faktor
yang
menyebabkan
timbulnya
pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Mekar Da’wah adalah sebagai berikut:4 1. Faktor Internal (BMT Mekar Da’wah) Faktor internal ini adalah faktor yang menyebabkan pembiayaan murabahah bermasalah dari BMT Mekar Da’wah itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara penulis, faktor internal ini hanya memiliki peran sebesar 35% menjadi penyebab pembiayaan murabahah yang bermasalah pada BMT Mekar Da’wah.5 Berikut adalah faktor internal yang menjadi penyebab terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah: 1) Kurangnya pengawasan dari pihak BMT Dalam hal ini, kemampuan petugas BMT dalam menganalisa calon nasabah kurang baik atau juga kemungkinan karena kemampuan petugas dalam menganalisa karakter dan usaha calon nasabah kurang akurat sehingga menimbulkan pembiayaan murabahah yang bermasalah. Upaya yang dilakukan oleh BMT Mekar Da’wah dalam menangani faktor ini
4
Hasil wawancara kedua dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 1 Maret 2017 di BMT Mekar Da’wah. 5 Hasil wawancara ketiga dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 20 April 2017
65
adalah dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan dan pengawasan terhadap setiap nasabah yang melakukan pembiayaan murabahah di BMT Mekar Da’wah. 2) Kurangnya collecting data Data yang dianalisa oleh pihak BMT kurang lengkap sehingga menimbulkan pembiayaan murabahah yang bermasalah, khususnya data terkait mitra dan karakteristik usaha yang dijalankan oleh mitra tersebut. Dalam hal ini, upaya yang dilakukan oleh BMT Mekar Da’wah dalam menangani kurangnya collecting data adalah dengan cara melengkapi setiap data nasabah yang melakukan pembiayaan dan secepatnya menganalisa apakah pembiayaan yang akan terjadi memiliki resiko untuk bermasalah. 2. Faktor Eksternal (Mitra)6 Faktor eksternal ini memiliki persentase peran yang cukup besar karena faktor eksternal lebih sering terjadi pada BMT Mekar Da’wah, faktor ini memiliki peran sebesar 65% penyebab terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah.7 Berikut adalah faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Mekar Da’wah: 1) Mitra kurang mampu mengelola usahanya. Hal ini disebabkan oleh ketidaksesuaian antara rencana kerja mitra ketika mengajukan pembiayaan dan realitas yang terjadi di lapangan sehingga menimbulkan sikap pesimis oleh mitra yang menyebabkan hilangnya
6
Hasil wawancara kedua dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 1 Maret 2017 di BMT Mekar Da’wah. 7 Hasil wawancara ketiga dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 20 April 2017
66
semangat untuk mengelola usahanya. BMT Mekar Da’wah membantu serta membimbing setiap nasabahnya yang kurang mampu dalam mengelola usahanya guna mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah. 2) Mitra dengan karakter yang buruk. Dalam kasus ini, mitra yang diberikan pembiayaan banyak yang sengaja tidak mengembalikan pembiayaan tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian yang dilakukan. Dalam kasus ini, BMT Mekar Da’wah melakukan analisa yang cukut ketat kepada setiap nasabah yang akan dibiayai agar nasabah yang memiliki karakter yang buruk dapat diketahui sesegera mungkin. 3) Mitra menyalahgunakan dana pembiayaan. Sebagai contoh dalam kasus ini, mitra menggunakan dana pembiayaan yang diberikan oleh BMT Mekar Da’wah untuk membayar hutang pada bank lainnya, sehingga tidak terjadi perputaran modal kerja dan menimbulkan pembiayaan yang bermasalah. Dalam mencegah faktor ini, BMT Mekar Da’wah selalu melakukan pengawasan yang ekstra kepada para nasabahnya agar pembiayaan yang dilakukan tidak disalahgunakan. 4) Mitra melarikan diri. Dalam kasus ini, BMT Mekar Da’wah melakukan interogasi kepada lingkungan sekitar dimana tempat nasabah memberikan alamatnya, sehingga dapat ditelusuri kemana mitra tersebut melarikan diri.
67
5) Jaminan yang diberikan sulit untuk dilikuidasi. Pada kasus ini, BMT Mekar Da’wah menyarankan kepada para nasabahnya untuk memberikan jaminan yang mudah dilikuidasi sebagai bentuk
kehati-hatian
dan
upaya
pencegahan
pembiayaan
yang
bermasalah. Dan yang paling sering terjadi pada BMT Mekar Da’wah adalah nasabah/mitra yang melarikan diri atau pindah alamat sehingga menimbulkan pembiayaan murabahah yang bermasalah.8
C. Kriteria Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan pada BMT Mekar Da’wah9 1. Penggolongan Kualitas Piutang Murabahah: a. Lancar 1) Piutang yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) bulan pembayaran angsuran tepat waktu sesuai dengan persyaratakn akad, atau terdapat tunggakan angsuran sampai dengan 1 (satu) bulan. 2) Piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan pembayaran angsuran tepat waktu sesuai dengan persyaratan akad, atau terdapat tunggakan sampai dengan 3 (tiga) bulan. 3) Nasabah selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat. 4) Dokumentasi perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat.
8
Hasil wawancara kedua dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 1 Maret 2017 di BMT Mekar Da’wah. 9 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
68
b. Kurang Lancar 1) Piutang yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) bulan terdapat tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 1 (satu) bulan sampai dengan 3 (tiga) bulan. 2) Piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan terdapat tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan. 3) Nasabah menyampaikan informasi keuangan tidak teratur dan meragukan. 4) Dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikatan agunan kuat. 5) Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan perjanjian piutang. c. Diragukan 1) Piutang yang berjangka waktu 1 (satu) bulan terdapat tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 3 (tiga) bulan sampai dengan 24 (dua puluh empat) bulan. 2) Piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan terdapat tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 6 (enam) bulan sampai dengan 27 (dua puluh tujuh) bulan. 3) Nasabah tidak menyampaikan informasi keuangan. 4) Dokumentasi perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah.
69
d. Macet 1) Piutang yang berjangka waktu 1 (satu) bulan terdapat tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 24 (dua puluh empat) bulan. 2) Piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan terdapat tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 27 (dua puluh tujuh) bulan. 3) Dokumentasi perjanjian dan pengikatan agunan tidak ada.
Tabel Penilaian NPF pada Kriteria Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan pada BMT Mekar Da’wah Tahun 201510 Jumlah Bulan
Kurang Lancar
Pembiayaan Januari
1.956.395.901
Februari
2.117.210.900
Maret
Diragukan
Macet
NPL (%)
Lancar 4,22
1.873.835.993
39.714.837
20.737.797
22.107.274
2.021.089.525
45.308.313
25.194.810
25.618.252
2.244.755.900
2.148.455.872
45.344.069
25.141.266
25.814.693
4,29
April
2.221.091.900
2.124.252.293
45.754.493
24.209.902
26.875.212
4,36
Mei
2.072.788.900
1.984.902.651
42.492.172
22.178.841
23.215.236
4,24
Juni
1.959.666.900
1.877.164.924
40.957.038
19.792.636
21.752.303
4,21
Juli
1.802.995.900
1.722.582.283
36.781.116
20.373.854
23.258.647
4,45
Agustus
1.944.834.900
1.855.955.945
43.369.818
22.171.118
23.338.019
4,57
September
1.929.736.455
1.842.512.368
42.261.228
21.613.048
23.349.811
10
Hasil wawancara ketiga dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 20 April 2017.
4,54
4,52
70
Oktober
2.089.062.899
November
2.215.148.836
Desember
2.151.783.899
2.000.695.539
32.589.381
31.753.756
24.024.223
2.125.303.638
34.521.800
32.530.158
22.793.240
2.064.851.830
33.783.007
30.985.688
22.163.374
Tabel 4.1 Penilaian NPF pada Kriteria Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan pada BMT Mekar Da’wah Tahun 2015
D. Analisis Upaya Penyelamatan Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada BMT Mekar Da’wah Penyelamatan pembiayaan bermasalah adalah bagian yang tidak dapat dihindari dalam proses pembiayaan di dalam suatu institusi perbankan, maka penyelamatan pembiayaan yang bermasalah merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan. Oleh sebab itu, jika diketahui adanya gejala suatu pembiayaan yang berpotensi bermasalah, bank harus segera mengambil langkah penyelamatan sebelum masalah tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak bank.11 Secara garis besar, dalam melakukan penyelamatan pembiayaan murabahah bermasalah BMT Mekar Da’wah menggunakan 5 upaya penyelamatan yaitu:12 1. Upaya penyelamatan Administrative a. Memberikan surat peringatan kepada mitra sebanyak 3 kali. b. Pemanggilan dan mendiskusikan dengan mitra terkait dengan pembiayaan murabahah yang bermasalah. c. Silaturahmi/mendatangi rumah mitra. 11
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 168. 12 Hasil wawancara kedua dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 1 Maret 2017 di BMT Mekar Da’wah.
4,23 4,06 4,04
71
Menurut analisa penulis, upaya penyelamatan administrative ini sangat berpengaruh kepada golongan pembiayaan murabahah yang kurang lancar, karena salah satu kriteria sebuah pembiayaan murabahah yang kurang lancar adalah nasabah menyampaikan informasi keuangan tidak teratur dan meragukan. Dan ketika BMT Mekar Da’wah mendatangi rumah nasabah yang bermasalah maka akan langsung dicarikan solusi agar pembiayaannya dapat diselamatkan atau diselesaikan. 2. Rescheduling BMT Mekar Da’wah memberikan keringanan kepada mitra yang melakukan pembiayaan murabahah bermasalah terkait dengan jadwal atau jangka waktu termasuk perubahan besarnya angsuran. Upaya penyelamatan ini dilakukan setelah adanya musyawarah dengan mitra sehingga dengan dilakukannya rescheduling ini, mitra diberi kemudahan dan keringanan untuk menyelesaikan pembiayaannya. Menurut analisa penulis, Rescheduling sangat berpengaruh kepada pembiayaan yang masuk ke dalam golongan diragukan atau macet. Karena selain melakukan perubahan jadwal, upaya ini juga memperkecil jumlah angsuran kepada para nasabah yang sudah masuk ke dalam kategori diragukan dan macet. Para nasabah yang sudah masuk ke dalam golongan pembiayaan diragukan atau macet ketika masih memiliki itikad baik untuk menyelesaikan pembiayaan, maka akan sangat terbantu dengan cara ini. 3. Reconditioning BMT Mekar Da’wah memberikan keringanan berupa perubahan berbagai persyaratan dengan memperpanjang jangka waktu pembayaran dan
72
mengurangi jumlah bagi hasil yang seharusnya dibayar oleh mitra. Upaya penyelamatan ini dilakukan oleh BMT Mekar Da’wah ketika mitra benarbenar mengalami kesulitan keuangan tetapi masih memiliki itikad baik untuk melunasi sisa angsurannya seperti terkena musibah, mengalami penyakit berat sehingga usahanya tidak dapat berjalan lagi. Berdasarkan analisa penulis, reconditioning juga memiliki pengaruh yang besar kepada para nasabah yang sudah masuk ke dalam kriteria macet. Salah satu kriteria pembiayaan yang tergolong diragukan adalah: (1) piutang yang berjangka waktu 1 (satu) bulan terdapat tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 24 (dua puluh empat) bulan. (2) piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan terdapat tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 27 (dua puluh tujuh) bulan. Dengan upaya reconditioning sangat membantu dalam mengubah kategori pembiayaan macet yang dialami oleh para nasabah menjadi pembiayaan yang lancar dengan melakukan perubahan jadwal, angsuran, jangka waktu, bahkan akad dan melakukan potongan kepada mereka yang sudah masuk ke dalam golongan pembiayaan macet. Penulis melampirkan contoh pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Mekar Da’wah yang ditangani dengan cara reconditioning karena sudah jatuh tempo, akad ini berlangsung pada tanggal 2 Maret 2011 (tanggal pencairan dana) dan diberikan jangka waktu 36 bulan. Karena sudah jatuh tempo pada tanggal 28 Februari 2014, BMT Mekar Da’wah mengubah akad yang awalnya murabahah menjadi al-qardh, sehingga mempermudah nasabah dalam menyelesaikan pembiayaan.
73
4. Penyitaan/Eksekusi dan likuidasi jaminan a. Eksekusi/penyitaan Jaminan Yaitu pihak BMT Mekar Da’wah sementara menyita barang jaminan milik mitra yang tertera pada saat akad jika mitra dinilai telah lalai dalam pembayaran angsuran dan tidak ada itikad baik dari mitra untuk menyelesaikan pembiayaan. Berdasarkan analisa penulis, eksekusi atau penyitaan jaminan hanya berpengaruh besar kepada pembiayaan murabahah yang kurang lancar dan diragukan saja. Karena jaminan hanya disita dan belum dilikuidasi sehingga hanya menimbulkan sedikit semangat para nasabah untuk menyelesaikan pembiayaannya. b. Likuidasi Yaitu jaminan yang telah dieksekusi akan dilelang atau dijual. Sebelum dilelang mitra diberi kesempatan untuk melunasi dengan cara lain. Ketika mitra benar-benar tidak mau menyelesaikan dengan cara lain maka pihak BMT Mekar Da’wah akan langsung melelang atau menjual jaminan mitra untuk menutup sisa angsuran mitra tersebut. Jika dari hasil lelang barang tersebut tidak mencukupi untuk melunasi pembiayaannya, maka mitra tersebut berkewajiban untuk menutupi sisa hutangnya tersebut. Dimana hal itu merupakan kesepakatan dari kedua belah pihak (BMT dan mitra). Akan tetapi, bila hasil lelang barang jaminan tersebut ternyata masih ada sisa atau lebih, maka sisa atau lebihnya akan dikembalikan sepenuhnya kepada mitra.
74
Menurut analisa penulis, likuidasi jaminan sangat berpengaruh kepada pembiayaan yang masuk ke dalam golongan diragukan atau macet. Karena upaya likuidasi ini menjadi ancaman kepada para nasabah yang masih ingin mengambil jaminannya kembali, biasanya likuidasi jaminan menjadi pilihan terakhir yang dilakukan BMT Mekar Da’wah ketika sebuah pembiayaan benar-benar sudah macet dan tidak dapat diselamatkan lagi guna menutupi kerugian yang ada. 5. Penghapusan Bukuan/Write Off Langkah terakhir yang dapat dilakukan oleh BMT Mekar Da’wah dalam menyelesaikan
pembiayaan
bermasalah
adalah
dengan
melakukan
penghapusbukuan dengan cara menjual jaminan atau mengalihkan akad pembiayaan menjadi akad Qardhul Hasan atau pengalihan akad yang bersifat mencari keuntungan menjadi akad pembiayaan kebajikan yang tidak mencair keuntungan. Menurut analisa penulis, upaya terakhir ini menjadi sangat berpengaruh ketika pembiayaan sudah masuk ke dalam kategori macet dan tidak ada itikad dari nasabah untuk menyelesaikan pembiayaannya. Penghapusbukuan biasanya dibarengi dengan likuidasi sehingga kerugian yang ada di BMT Mekar Da’wah dapat langsung tertutupi, langkah ini mengubah pembiayaan yang tadinya macet menjadi lancar apabila jaminan yang diberikan sudah dilikuidasi dan dilunasi oleh nasabah bila hasil likuidasi dari jaminan tersebut masih kurang untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah tersebut.
75
Kesimpulan analisa penulis adalah kelima upaya penyelamatan ini sangat berpengaruh kepada kolektabilitas pembiayaan karena kelima upaya ini sangat membantu, mempermudah, serta meringankan nasabah yang masuk ke dalam golongan kurang lancar, diragukan, dan macet sehingga dapat melanjutkan pembiayaan dan merubah status pembiayaan mereka menjadi pembiayaan yang lancar. BMT Mekar Da’wah juga melakukan deteksi awal dalam mengamankan pembiayaan
sehingga
BMT
Mekar
Da’wah
melakukan
klarifikasi
penyelamatan pembiayaan sesuai dengan tingkatannya yaitu:13 1. Pembiayaan Lancar Pada pembiayaan yang lancar, BMT Mekar Da’wah melakukan pengawasan dan pembinaan dengan cara menelpon atau langsung mendatangi alamat nasabah untuk mengetahui bagaimana usaha atau pembiayaan yang diberikan agar tetap lancar. 2. Pembiayaan Kurang Lancar Dalam kasus ini, BMT Mekar Da’wah lebih fokus kepada proses pembinaan, salah satu prosesnya adalah menelaah bersama permasalahan yang terjadi pada nasabah dan mencari solusi bersama agar pembiayaan yang dilakukan menjadi lancar kembali serta melakukan upaya yang mencegah terjadinya masalah pada pembiayaan tersebut. Salah satu contohnya adalah dengan upaya penyelamatan administrative atau upaya penyelamatan rescheduling untuk mempermudah nasabahnya dalam menyelesaikan pembiayaan. 13
Hasil wawancara kedua dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 1 Maret 2017 di BMT Mekar Da’wah.
76
3. Pembiayaan Diragukan dan Macet Untuk pembiayaan pada kategori diragukan atau macet, BMT Mekar Da’wah akan melakukan penyelamatan yang lebih serius serta membuat langkah-langkah upaya penyelamatan pembiayaan yang bermasalah baik dengan upaya penyelamatan rescheduling atau reconditioning. Bahkan BMT Mekar Da’wah bisa melakukan penyitaan atau penjualan terhadap jaminan yang diberikan oleh nasabah untuk menutupi hutang nasabah terhadap BMT Mekar Da’wah. BMT Mekar Da’wah adalah BMT yang sangat dipercaya, terutama di daerah serpong dan sekitarnya, karena dengan berbagai upaya yang dilakukan BMT Mekar Da’wah untuk terus berguna bagi masyarakat. Salah satu upaya BMT Mekar Da’wah dalam mencegah terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah adalah:14 1. Analisis Nasabah Setiap nasabah yang ingin melakukan pembiayaan harus dianalisa terlebih dahulu, hal-hal yang dianalisa oleh BMT Mekar Da’wah sebelum memberikan pembiayaan antara lain adalah data diri nasabah, jenis usaha, pemasukan nasabah, kejelasan usaha nasabah ke depannya, dan lain sebagainya. Analisis ini yang selalu menjadi andalan BMT Mekar Da’wah dalam melakukan pencegahan terhadap pembiayaan murabahah yang bermasalah. Berdasarkan hasil wawacara penulis, proses analisis nasabah ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pencegahan terjadinya
14
Hasil wawancara kedua dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 1 Maret 2017 di BMT Mekar Da’wah.
77
pembiayaan bermasalah, proses ini memiliki peran sebesar 85% pengaruh yang dapat mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah.15 2. Pengawasan Ekstra Yang dimaksud disini adalah pengawasan yang dilakukan secara intensif kepada seluruh nasabah BMT Mekar Da’wah, selain tetap mengontrol setiap pembiayaan yang berjalan, pengawasan ekstra ini juga berguna sebagai jalan penyambung tali silaturahmi antar BMT dan nasabah. Dibandingkan dengan cara pencegahan yang sebelumnya, proses pengawasan ekstra ini hanya memiliki peran sebesar 15% yang disebabkan karena apabila nasabah sudah teranalisa dengan baik, maka pengawasan ekstra hanya dibutuhkan kepada para nasabah yang masuk kedalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet. Para nasabah yang sudah masuk kedalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet akan diberikan pengawasan secara intensif tanpa melupakan para nasabah yang berada dalam kategori lancar.16 BMT Mekar Da’wah juga memiliki upaya penyelamatan pendekatan yang dilakukan dalam mengawasi dan mengontrol pembiayaan murabahah yang bermasalah, antara lain:17 1. Non-Hukum a. Simpati Dalam proses simpati kepada mitra, BMT Mekar Da’wah sangat menjunjung tinggi rasa kepedulian. Sikap sopan dan membina dalam
15
Hasil wawancara ketiga dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 20 April 2017 16 Hasil wawancara ketiga dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 20 April 2017 17 Hasil wawancara kedua dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 1 Maret 2017 di BMT Mekar Da’wah.
78
hal ruhiah dan jasmaniah dalam bermuamalah sangat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah nasabah yang mengalami pembiayaan murabahah yang bermasalah kembali diajak menabung dan diberikan motivasi agar nasabah merasa terbantu dalam menyelesaikan pembiayaan murabahahnya yang bermasalah. b. Empati Dalam memberikan empati, BMT Mekar Da’wah selalu mengajak nasabah untuk melakukan proses perenungan dan menyelam kedalam masalah yang dihadapi oleh setiap mitra sehingga BMT Mekar Da’wah selalu berfungsi sebagai motivator yang selalu memberikan solusi bagi nasabah. c. Evaluasi BMT Mekar Da’wah akan terus membantu mitra/nasabahnya untuk tetap berjuang untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalahnya salah satunya dengan proses pendekatan dan evaluasi pada pembiayaan bermasalah
yang juga
diberikan. tidak
dapat
Jika
pembiayaan
diselamatkan
murabahah
melalui
upaya
penyelamatan, maka BMT Mekar Da’wah akan melakukan penjualan jaminan atau pelunasan pembiayaan dengan pengurangan tunggakan margin/bagi hasil atau kewajiban lainnya. 2. Hukum Apabila pembiayaan murabahah bermasalah tidak dapat diselamatkan melalui upaya penyelamatan, maka BMT Mekar Da’wah akan melakukan
79
upaya tindakan secara hukum, BMT Mekar Da’wah akan membawa nasabah yang sudah tidak dapat diselamatkan ke pengadilan agama guna melakukan penagihan piutang.18 Penelitian ini sangat dilandaskan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits, jadi penulis ingin mengkolaborasikan antara upaya penyelamatan pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Mekar Da’wah dengan hukum yang sesuai dengan syariat Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dalam upaya penyelamatannya yang telah penulis teliti, BMT Mekar Da’wah selalu membantu dan menolong mitra yang mengalami masalah dalam pembiayaannya, khususnya pembiayaan murabahah, hal ini sangat berkaitan dengan Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 280 yang berbunyi:
ْص َّدقُوا َخيرْ لَ ُكمْ ْۚ إِنْ ُكن ُتم َْ َوإِنْ َك َ ان ُذو عُس َرةْ َف َنظِ َرةْ إِلَىْ َمي َس َرةْ ْۚ َوأَنْ َت َْ َتعلَم ُون “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahui”(Al-Baqarah[2]:280) BMT Mekar Da’wah juga memberikan sanksi kepada setiap mitranya yang sebenarnya mampu untuk melunasi hutangnya namun ditunda-tunda, sesuai dalam Al-Hadits yang diriwayatkan oleh Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad dari Syarid bin Suwaid yang intinya adalah: 19 “Dari Amru bin Syarid dari ayahnya r.a, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda: Penundaan pembayaran utang oleh orang yang mampu itu merupakan suatu
18
Hasil wawancara kedua dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 1 Maret 2017 di BMT Mekar Da’wah. 19 Hafidz bin Fajar al-Asqalany, Bulughul Maram min Adilatil Ahkam, (Semarang: Toha Putra, 1987), h. 195.
80
kezaliman yang menghalalkan kehormatan dan penyiksaannya (Diriwayatkan oleh Imam Muslim). Jadi upaya penyelamatan pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Mekar Da’wah sangat sesuai dengan syariat Islam. Karena BMT Mekar Da’wah sangat mengedepankan fungsi BMT itu sendiri yaitu menjadi penolong bagi sesama umat manusia yang berlandaskan kepada undang-undang yang berlaku serta Al-Qur’an dan Al-Hadits.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir dari skripsi ini, penulis akan memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut: 1. Prosedur pemberian pembiayaan murabahah pada BMT Mekar Da’wah adalah setiap mitra harus menjadi anggota koperasi BMT Mekar Da’wah dan memenuhi persyaratan yang ada. Selanjutnya adalah mitra harus datang ke BMT Mekar Da’wah untuk melakukan pengajuan pembiayaan dengan membawa syarat-syaratnya yaitu fotocopy KTP suami/istri (jika sudah berpasangan), fotocopy KK, surat domisili, dan jaminan. Setelah itu BMT Mekar Da’wah melakukan penyelidikan berkas, wawancara, peninjauan lokasi, analisis kelayakan pembiayaan dan keputusan pembiayaan apakah mitra tersebut layak untuk dibiayai atau tidak. 2. Ada 2 faktor yang menyebabkan pembiayaan murabahah bermasalah yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya adalah kurangnya pengawasan dari pihak BMT dan kurangnya collecting data. Dan faktor eksternalnya adalah mitra kurang mampu mengelola usahanya, mitra dengan karakter yang buruk, mitra menyalahgunakan pembiayaan, mitra melarikan diri, dan jaminan yang diberikan sulit untuk dilikuidasi. 3. Upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah pada BMT Mekar Da’wah memiliki 5 upaya yaitu upaya administrative, rescheduling, reconditioning, eksekusi/penyitaan dan likuidasi jaminan, serta penutup bukuan/writeoff. Kesimpulan analisa penulis adalah kelima upaya penyelamatan ini sangat
81
82
berpengaruh kepada kolektabilitas pembiayaan karena kelima upaya ini sangat membantu, mempermudah, serta meringankan nasabah yang masuk ke dalam golongan kurang lancar, diragukan, dan macet sehingga dapat melanjutkan pembiayaan dan merubah status pembiayaan mereka menjadi pembiayaan yang lancar.
B. Saran 1. BMT Mekar Da’wah harus tetap mempertahankan fungsinya sebagai institusi dakwah yang terus berikhtiar untuk membantu masyarakat dalam bermuamalah karena Allah Ta’ala. 2. BMT Mekar Da’wah juga harus tetap meningkatkan kualitas kinerjanya khususnya di bidang SDM yang lebih fokus, cermat, dan teliti lagi agar mencegah terjadinya pembiayaan yang bermasalah. 3. Peneliti selanjutnya harus meningkatkan kualitas karyanya dengan menambah variabel yang berbeda kepada hal yang dapat mempengaruhi pembiayaan bermasalah. Sehingga penelitian di masa yang akan datang akan menjadi lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA A. Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010, Cet. VII. Al Arif, Muhammad Nur, Dasar-dasar dan Pemasaran Bank Syariah, Bandung: Alfabeta, 2010. Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta: BI & Tazkia Institute, 1999. --------, Islamic Banking Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001, Cet. I. Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. az-Zuhaili, Wahbah, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989, Jilid IV. Bungin, M. Burhan, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013. Djamil, Fathurrahman, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2013, Cet. II. DSN, Himpunan Fatwa DSN, Jakarta: PT Intermasa, 2003, Edisi II. Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000: Murabahah Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006. al-Asqalany, Hafidz bin Fajar, Bulughul Maram min Adilatil Ahkam, Semarang: Toha Putra, 1987. Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2004, Cet. II. Irawan, Prasetya, Logika dan Prosedur Penelitian, Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara, 2004. Ismail, Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi, Jakarta: Kencana, 2010. --------, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana, 2011. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007, Cet. VI.
83
84
--------, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. --------, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2003, Edisi. 1, cet-II. --------, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: Rajawali Pres, 2013, Edisi Revisi. --------, Manajemen Perbankan, Jakarta: Rajawali Pres 2014, Edisi Revisi. Kusmiyati, Asmi Nur Siwi, Jurnal Ekonomi Islam La_Riba Vol. I No. 1, Yogyakarta: UII Press, 2007. Madjid dan Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, Jakarta: Penerbit PINBUK, 2000 Cet. I. Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional edisi kedua, Jakarta: MUI, 2003. Mas’adi, Hufron A., Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Moleong, L. J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, Cet. XXVI. Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005. --------, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005. --------, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Peraturan Bank Indonesia Pasal 1 Angka 7 No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Peraturan Bank Indonesia No. 13/09/PBI/2011 tentang tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah Rivai, Veithzal, Bank and Finansial Institution Management, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. --------, dan Arifin, Arviyan, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010. --------, dan Veithzal, Andria Permanda, Credit Management Handbook: Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
85
--------, Islamic Financial Management, Jakarta: PT Rajawali Press, 2007. Shomad, Abd., Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia, Jakarta: Kencana, 2010. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010. Supramono, Gatot, Perbankan dan Masalah Kredit: Suatu Tinjauan Yuridis, Jakarta: Djambatan, 1996. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/18/DPbS tanggal 30 Mei 2011 tentang Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/DPbS tanggal 22 Oktober 2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tjoekam, Moh., Perkreditan Bisnis Inti Perbankan: Konsep, Teknik, dan Kasus, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999, Edisi I. Wirdyaningsih, Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005, Cet. III.
HASIL WAWANCARA Pewawancara
: Nawfalsky Bagis Muhammad Karangpuang (Mahasiswa)
Narasumber
: Ahmad Fauzi (Account Officer BMT Mekar Da’wah)
Hari, Tanggal
: Senin, 27 Februari 2017
Tujuan Wawancara
: Penelitian Skripsi
Pewawancara (P), Narasumber (N) P: Assalamualaikum bapak Fauzi, saya Nawfalsky Bagis dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ingin mewawancarai bapak terkait skripsi saya yang berjudul “Strategi Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada BMT Mekar Da’wah”. N: Waalaikumsalam, baik silahkan langsung saja Bagis ke pertanyaannya.
P: Baik terima kasih pak, pertanyaannya bagaimana sih pak prosedur pemberian pembiayaan murabahah pada BMT Mekar Da’wah ini? N: Nah, dalam setiap pembiayaan yang diajukan setiap mitra harus menjadi anggota koperasi BMT Mekar Da’wah dan memenuhi persyaratan yang ada. Adapun syarat keanggotaan dan persyaratan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan pada BMT Mekar Da’wah itu yang pertama fotocopy KTP/SIM/Identitas diri lainnya lalu mengisi formulir biodata anggota/mitra selanjutnya membuka rekening simpanan.
P: Lalu setelah itu langsung bisa diberikan pembiayaan pak? N: Nah, nasabah bisa mendapatkan fasilitas pembiayaan/pendanaan bagi yang memenuhi persyaratan, persyaratannya adalah sudah resmi terdaftar sebagai anggota/mitra di BMT Mekar Da’wah, dibuktikan dengan adanya No. Base mitra serta sudah memiliki salah satu rekening simpanan yang aktif di BMT Mekar Da’wah lalu mengisi formulir permohonan pembiayaan jangan lupa untuk melampirkan fotocopy KTP pasangan suami/istri bagi yang sudah menikah dan menyertakan surat keterangan lainnya yang dipersyaratkan atau yang diminta petugas setelah itu bersedia disurvey tempat usaha/rumahnya dan diwawancara oleh petugas dan yang terakhir adalah bersedia mengikuti seluruh aturan/prosedur/ketentuan yang ditetapkan oleh BMT Mekar Da’wah.
P: Lalu bagaimana langkah-langkah pengajuan pembiayaannya pak? N: Setelah terdaftar menjadi anggota BMT, maka mitra dapat melakukan permohonan pembiayaan, langkah-langkah pengajuan pembiayaan dalam BMT Mekar Da’wah yang pertama mitra yang mengajukan permohonan pembiayaan datang
ke
BMT Mekar Da’wah untuk mengisi formulir permohonan
pembiayaan serta membawa dokumen-dokumen yang menjadi syarat pengajuan pembiayaan seperti fotocopy KTP suami/istri (jika sudah berpasangan), fotocopy KK, surat domisili, dan jaminan. Mitra yang mengajukan pembiayaan murabahah harus terlebih dahulu membuka tabungan di BMT Mekar Da’wah minimal 3 bulan agar pihak BMT Mekar Da’wah dapat memperhatikan karakteristik calon mitra pembiayaan. Setelah mitra mengisi formulir
permohonan pembiayaan, pihak BMT Mekar Da’wah menyelidiki dokumendokumen persyaratan. Jika menurut pihak BMT persyaratannya belum lengkap maka mitra diminta untuk segera melengkapi persyaratan tersebut. Selanjutnya adalah wawancara, wawancara dilakukan langsung kepada mitra, dalam wawancara ini pihak BMT Mekar Da’wah mengkonfirmasi isi formulir permohonan pembiayaan yang diajukan dengan menanyakan secara langsung kepada mitra tentang tujuan permohonan pembiayaan, jumlah pinjaman, jumlah pendapatan mitra dan jangka waktu pembiayaan apakah perhari, perminggu atau pertahun. Setelah melakukan wawancara pihak BMT Mekar Da’wah akan terjun langsung ke lokasi usaha. Ini bertujuan untuk memastikan usaha yang dijalankan sesuai dengan apa yang ditulis diformulir pengajuan pembiayaan. Selain terjun ke lokasi usaha, pihak BMT Mekar Da’wah juga mengunjungi tempat tinggal mitra untuk menggali informasi dari masyarakat sekitar tentang karakter mitra yang mengajukan permohonan pembiayaan. Dalam penilaian kelayakan pembiayaan, pihak BMT Mekar Da’wah memperhatikan beberapa aspek yang meliputi kepemilikan usaha, karakter mitra, kemampuan mitra dalam memenuhi kewajiban, jaminan yang disertakan oleh mitra dan usaha yang dilakukan mitra tidak melanggar prinsip syari’ah. Setelah segala sesuatunya telah lengkap dan sesuai prosedur, maka pihak BMT Mekar Da’wah memalakukan rapat komite untuk memutuskan pembiayaan tersebut layak atau tidak. Jika dianggap layak maka pihak BMT akan menghubungi mitra untuk penandatanganan akad dan pihak BMT mempersiapkan hal-hal yang diperlukan.
P: Alhamdulillah, baik pak untuk sekarang terima kasih atas prosedur pemberiannya, insya allah bermanfaat. N: Aamiin, terima kasih Bagis telah melakukan penelitian di BMT Mekar Da’wah.
Serpong, 27 Februari 2017
Ahmad Fauzi Account Officer BMT Mekar Da’wah
HASIL WAWANCARA Pewawancara
: Nawfalsky Bagis Muhammad Karangpuang (Mahasiswa)
Narasumber
: Ahmad Fauzi (Account Officer BMT Mekar Da’wah)
Hari, Tanggal
: Rabu, 1 Maret 2017
Tujuan Wawancara
: Penelitian Skripsi
Pewawancara (P), Narasumber (N) P: Assalamualaikum bapak Fauzi, saya Nawfalsky Bagis dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ingin melanjutkan wawancara saya dengan bapak terkait skripsi saya yang berjudul “Strategi Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada BMT Mekar Da’wah”. N: Waalaikumsalam, baik gis, seperti biasa langsung saja ke pertanyaan.
P: Baik terima kasih pak, pertanyaannya adalah apa saja faktor-faktor ang dapat menyebabkan pembiayaan murabahah bermasalah ini? N: Ada 2 faktor gis yang menyebabkan pembiayaan murabahah bermasalah di BMT Mekar Da’wah, yang pertama itu faktor internal dari BMT Mekar Da’wah itu sendiri, yang pertama itu kurangnya pengawasan dari pihak BMT, terkadang kita kurang teliti dalam menganalisa calon nasabah sehingga menimbulkan pembiayaan murabahah yang bermasalah lalu kurangnya collecting data dari kita, kadang mitra ngasih data terkait usahanya juga ga lengkap dan terkadang
ketika ga lengkap dan udah disuruh melengkapi, kita terkadang lalai untuk terus menanyakan untuk pelengkapan datanya. Nah, faktor kedua yaitu dari nasabahnya sendiri, banyak nih disini, ada nasabah yang kurang mampu ngelola usahanya, ada juga yang niatannya buruk, minjem niat balikinnya lama, ada juga yang menyalahgunakan dana pembiayaan, yang melarikan diri paling sering terjadi disini, dan yang terakhir itu nasabah ngasih jaminan tapi sulit untuk dilikuidasi. Kira-kira itu aja gis faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan murabahah bermasalah di BMT ini.
P: Lalu bagaimana strategi penanganan pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Mekar Da’wah ini pak? N: Nah, ada 5 cara yang biasanya kita lakukan sebagai strategi penanganan pembiayaan murabahah bermasalah disini, yang pertama itu strattegi administrative, kita memberikan surat peringatan kepada mitra sebanyak 3 kali. Lalu kita melakukan pemanggilan dan mendiskusikan dengan mitra terkait dengan pembiayaan murabahah yang bermasalah. Setelah itu kita bersilaturahmi/mendatangi
rumah
mitra.
Yang
kedua
itu
strategi
rescheduling, kita memberikan keringanan kepada mitra yang melakukan pembiayaan murabahah bermasalah terkait dengan jadwal atau jangka waktu termasuk perubahan besarnya angsuran. Strategi ini dilakukan setelah adanya musyawarah dengan mitra sehingga dengan dilakukannya rescheduling ini, mitra
diberi
kemudahan
dan
keringanan
untuk
menyelesaikan
pembiayaannya. Yang ketiga itu strategi reconditioning, kita memberikan
keringanan berupa perubahan berbagai persyaratan dengan memperpanjang jangka waktu pembayaran dan mengurangi jumlah bagi hasil yang seharusnya dibayar oleh mitra. Strategi ini dilakukan oleh kita ketika mitra benar-benar mengalami kesulitan keuangan tetapi masih memiliki itikad baik untuk melunasi sisa angsurannya seperti terkena musibah, mengalami penyakit berat sehingga usahanya tidak dapat berjalan lagi. yang keempat itu strategi penyitaan atau eksekusi jaminan, kita sementara menyita barang jaminan milik mitra yang tertera pada saat akad jika mitra dinilai telah lalai dalam pembayaran angsuran dan tidak ada itikad baik dari mitra untuk menyelesaikan pembiayaan. Setelah itu baru kita likuidasi, jaminan yang telah dieksekusi akan dilelang atau dijual. Sebelum dilelang mitra diberi kesempatan untuk melunasi dengan cara lain. Ketika mitra benar-benar tidak mau menyelesaikan dengan cara lain maka pihak BMT Mekar Da’wah akan langsung melelang atau menjual jaminan mitra untuk menutup sisa angsuran mitra tersebut. Jika dari hasil lelang barang tersebut tidak mencukupi untuk melunasi pembiayaannya, maka mitra tersebut berkewajiban untuk menutupi sisa hutangnya tersebut. Dimana hal itu merupakan kesepakatan dari kedua belah pihak (BMT dan mitra). Akan tetapi, bila hasil lelang barang jaminan tersebut ternyata masih ada sisa atau lebih, maka sisa atau lebihnya akan dikembalikan sepenuhnya kepada mitra. Dan strategi yang terakhir ya penghapus bukuan atau write off dengan cara menjual jaminan atau mengalihkan akad pembiayaan menjadi akad Qardhul Hasan atau pengalihan akad yang bersifat mencari keuntungan menjadi akad pembiayaan kebajikan yang tidak mencair keuntungan.
P: Apakah BMT Mekar Da’wah juga melakukan klarifikasi penanganan pembiayaan murabahah bermasalah sesuai dengan tingkatannya? N: Pada pembiayaan yang lancar, BMT Mekar Da’wah melakukan pengawasan dan pembinaan dengan cara menelpon atau langsung mendatangi alamat nasabah untuk mengetahui bagaimana usaha atau pembiayaan yang diberikan agar tetap lancar. Dalam kasus yang kurang lancar, BMT Mekar Da’wah lebih fokus kepada proses pembinaan, salah satu prosesnya adalah menelaah bersama permasalahan yang terjadi pada nasabah dan mencari solusi bersama agar pembiayaan yang dilakukan menjadi lancar kembali serta melakukan upaya yang mencegah terjadinya masalah pada pembiayaan tersebut. Salah satu contohnya adalah dengan cara rescheduling untuk mempermudah nasabahnya dalam menyelesaikan pembiayaan. Untuk pembiayaan pada kategori diragukan atau macet, BMT Mekar Da’wah akan melakukan penanganan yang lebih serius serta membuat langkah-langkah strategi penanganan pembiayaan yang bermasalah baik dengan cara rescheduling, reconditioning, atau restructuring. Bahkan BMT Mekar Da’wah bisa melakukan penyitaan atau penjualan terhadap jaminan yang diberikan oleh nasabah untuk menutupi hutang nasabah terhadap BMT Mekar Da’wah.
P: Bagaimana dengan upaya pencegahan pembiayaan murabahah bermasalahnya pak? N: Ada 2 cara yang selalu kita lakukan sebagai upaya pencegahan, yang pertama itu analisis nasabah yang harus ditekankan dan dilengkapkan datanya dan yang
kedua adalah pengawasan ekstra kepada setiap nasabah yang sudah kita berikan pembiayaan, kita harus membimbing dan mengawasi para nasabah kita guna mencegah terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah.
P: Lalu bagaimana strategi pendekatan yang dilakukan BMT Mekar Da’wah untuk mengawasi dan mengontrol pembiayaan murabahah yang bermasalah? N: Ada 4 pendekatan untuk mengontrol pembiayaan murabahah yang sudah kadung bermasalah, yang pertama itu simpati, kita harus tetap memberikan semangat dan motivasi kepada para nasabah untuk menyelesaikan pembiayaan murabahahnya, yang kedua adalah empati, kita harus bisa memposisikan diri kita sebagai mitra yang bermasalah, kita harus ajak mereka merenung, dan menyadarkan diri mereka kembali kepada semangat untuk menyelesaikan pembiayaan murabahahnya, yang ketiga itu pendekatan secara non-hukum, BMT Mekar Da’wah akan terus membantu mitra/nasabahnya untuk tetap berjuang untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalahnya salah satunya dengan proses pendekatan dan evaluasi pada pembiayaan yang diberikan. Jika pembiayaan murabahah bermasalah juga tidak dapat diselamatkan melalui upaya penanganan, maka BMT Mekar Da’wah akan melakukan penjualan jaminan atau pelunasan pembiayaan dengan pengurangan tunggakan margin/bagi hasil atau kewajiban lainnya. Dan yang terakhir itu pendekatan secara hukum, apabila pembiayaan murabahah bermasalah tidak dapat diselamatkan melalui upaya penanganan, maka BMT Mekar Da’wah akan melakukan upaya tindakan secara
hukum, BMT Mekar Da’wah akan membawa nasabah yang sudah tidak dapat diselamatkan ke pengadilan agama guna melakukan penagihan piutang.
P: Baik, Alhamdulillah sudah habis pak pertanyaannya, semoga dari wawancara ini bisa menghasilkan sebuah karya skripsi yang bermanfaat ya pak, aamiin. N: Iya gis, makasih juga nih udah ngadain penelitian disini, kita seneng banget kalo ada mahasiswa ngadain penelitian disini, makasih juga ya gis.
P: Iya pak sama-sama, Assalamualaikum N: Waalaikumsalam.
Serpong, 1 Maret 2017
Ahmad Fauzi Account Officer BMT Mekar Da’wah
HASIL WAWANCARA Pewawancara
: Nawfalsky Bagis Muhammad Karangpuang (Mahasiswa)
Narasumber
: Ahmad Fauzi (Account Officer BMT Mekar Da’wah)
Hari, Tanggal
: Rabu, 27 April 2017
Tujuan Wawancara
: Penelitian Skripsi
Pewawancara (P), Narasumber (N) P: Assalamualaikum bapak Fauzi, saya Nawfalsky Bagis dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ingin melanjutkan wawancara saya dengan bapak terkait skripsi saya yang berjudul “Strategi Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada BMT Mekar Da’wah”. N: Waalaikumsalam, baik gis, seperti biasa langsung saja ke pertanyaan.
P: Kira-kira pak, berapa persen peran yang diberikan faktor internal sehingga faktor internal ini menjadi penyebab terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah? N: Faktor internal ini adalah faktor yang menyebabkan pembiayaan murabahah bermasalah dari BMT Mekar Da’wah itu sendiri gis. Faktor internal ini hanya memiliki peran sebesar 35% menjadi penyebab pembiayaan murabahah yang bermasalah pada BMT Mekar Da’wah. Karena terjadinya pembiayaan bermasalah itu lebih sering terjadi dari faktor eksternal.
P: Nah bagaimana dengan faktor eksternalnya pak? Berapa persentase pengaruh yang diberikan? N: Nah kalo faktor eksternal ini cukup banyak gis, faktor ini memiliki peran sebesar 65% penyebab terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah. Terutama sama nasabah-nasabah yang melarikan diri.
P: Selanjutnya, kemarin kan ada 2 cara pencegahan yang dilakukan oleh BMT Mekar Da’wah dalam mencegah pembiayaan bermasalah, analisis nasabah dan pengawasan ekstra. Kira-kira berapa persentase pengaruh yang diberikan kedua cara tersebut dalam mencegah pembiayaan bermasalah pak? N: Proses analisis nasabah ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pencegahan terjadinya pembiayaan bermasalahgis , proses ini memiliki peran sebesar 85% pengaruh yang dapat mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah, karena analisis ini sangat penting untuk melihat apakah calon nasabah ini memiliki resiko bermasalah atau tidak. Nah kalau proses pengawasan ekstra ini hanya memiliki peran sebesar 15% yang disebabkan karena apabila nasabah sudah teranalisa dengan baik, maka pengawasan ekstra hanya dibutuhkan kepada para nasabah yang masuk kedalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet. Para nasabah yang sudah masuk kedalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet akan diberikan pengawasan secara intensif tanpa melupakan para nasabah yang berada dalam kategori lancar.
P: Baik pak kiranya hanya itu saja sebagai pelengkap wawancara untuk revisi skripsi saya, terima kasih banyak pak.
N: iya bagis, sama-sama.
P: Baik pak, Assalamualaikum N: Waalaikumsalam.
Serpong, 20 April 2017
Ahmad Fauzi Account Officer BMT Mekar Da’wah
BMT Mekar Da'wah Badan Hukum No : 518/7/BH/DISKUK - Jl. Raya Serpong No.134, Serpong, TNG. 15310. Telp (021)70116141
Laporan Rincian Mutasi Angsuran Debitur MURABAHAH No.Rekening : 111110.00132 / PIUTANG MURABAHAH Nama Debitur : Tn. X Alamat Kp.Serpong No. Identitas Pekerjaan Dagang No. Akad 132 Nama Barang : Perlengkapan Kandang Bebek Harga Beli (Pokok) Periode Pembayaran : 151,500,000.00 Margin BMT Skala Angsuran 109,080,000.00 Harga Jual (Piutang) : Jumlah Angsuran : 260,580,000.00 Tgl. Pencairan Account Officer 2-Mar-11 Jangka Waktu 36 Bulan Tgl. Jatuh Tempo 28-Feb-14 Jumlah Mutasi No. Tanggal Saldo / Sisa Piutang Angsuran 1 6/28/2011 2,000,000.00 258,580,000.00 2 7/25/2011 2,000,000.00 256,580,000.00 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
9/30/2011 10/31/2011 4/28/2012 5/31/2012 6/30/2012 7/31/2012 8/31/2012 10/31/2012 11/30/2012 1/31/2013 2/28/2013 4/30/2013 6/26/2013 7/20/2013 7/31/2013 8/26/2013 9/30/2013 11/20/2013 12/20/2013 12/31/2013 1/30/2014 2/27/2014 3/29/2014 4/29/2014 6/7/2014 6/30/2014 8/7/2014 8/29/2014 10/20/2014 11/28/2014 12/31/2014 1/31/2015 3/7/2015 3/30/2015 4/30/2015 5/29/2015 6/29/2015 8/5/2015 8/28/2015 9/28/2015
1,000,000.00 500,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 2,000,000.00 1,000,000.00 2,000,000.00 1,000,000.00 2,000,000.00 1,080,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 2,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
255,580,000.00 255,080,000.00 254,080,000.00 253,080,000.00 252,080,000.00 251,080,000.00 250,080,000.00 248,080,000.00 247,080,000.00 245,080,000.00 244,080,000.00 242,080,000.00 241,000,000.00 240,000,000.00 239,000,000.00 238,000,000.00 237,000,000.00 236,000,000.00 235,000,000.00 234,000,000.00 233,000,000.00 232,000,000.00 231,000,000.00 230,000,000.00 229,000,000.00 228,000,000.00 227,000,000.00 226,000,000.00 224,000,000.00 223,000,000.00 222,000,000.00 221,000,000.00 220,000,000.00 219,000,000.00 218,000,000.00 217,000,000.00 216,000,000.00 215,000,000.00 214,000,000.00 213,000,000.00
Bulanan 36 Kali 7,238,333.33 AF = Ahmad Fauzi
Keterangan Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
10/28/2015 11/30/2015 12/28/2015 1/30/2016 2/27/2016 3/28/2016 4/27/2016 5/23/2016 6/9/2016 7/20/2016 8/12/2016
Tanggal Pencetakan 10-Maret-2017 Dicetak Oleh : RISMA / 008
1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 203,000,000.00
212,000,000.00 211,000,000.00 210,000,000.00 209,000,000.00 208,000,000.00 207,000,000.00 206,000,000.00 205,000,000.00 204,000,000.00 203,000,000.00 0
Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai Angsuran Tunai
Angsuran Tunai
Angsuran Tunai
Mengetahui