MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DI BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) FORSITAMA KALITIRTO BERBAH SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Disusun oleh : EVI SEPTI HERNAWATI NIM. 09240036 Dosen Pembimbing:
Hj. Early Maghfiroh Innayati, M.Si. NIP. 19741025 199803 2 001
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014
i
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada: Almamaterku tercinta Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
v
MOTTO
Setiap Keputusan Memiliki Konsekuensinya Sendiri (Penulis)
vi
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas limpahan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita kejalan yang telah dirahmati oleh Allah SWT. Skripsi dengan judul “Manajemen Risiko Pembiayaan di BMT Forsitama Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta”, alhmdulillah telah selesai disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu pada Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komuniaksi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Dengan rasa hormat dan syukur, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Waryono Abdul Ghafur, M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Bapak Drs. Muhammad Rosjid Ridla, M.Si selaku Kepala Jurusan Manajemen Dakwah dan pembimbing akademik. 3. Ibu Hj. Early Maghfiroh Innayati, S.Ag, M.Si selaku pembimbing dalam penyusunan skripsi ini.
vii
4. Seluruh Dosen Manajemen Dakwah, Staff dan Karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan kalijaga Yogyakarta 5. Bapak Bukhori, S.Ag., selaku Manajer BMT Forsitama, yang telah mengizinkan melakukan penelitian di BMT Forsitama. 6. Mbak Ita, Mbak Wiwin dan Pak Dydiet selaku karyawan BMT Forsitama, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi. 7. Nasabah BMT Forsitama, yang sudah memberikan informasinya. 8. Keluarga besarku yang sudah memberikan do’a, dorongan dan semangat untukku, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Untuk Bastian yang selalu memberi semangat dan mendorong aku dalam mengerjakan skripsi ini. 10. Semua teman-teman jurusan Manajemen Dakwah angkatan 2009 terutama Vhya, Sonya dan Farida Aulia, yang selalu memberikan masukan dan semangat. Akhirnya kepada Allah SWT, penulis panjatkan do’a dan rasa syukur atas terselesaikannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi ilmu yang bermanaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Yogyakarta, 30 Desember 2013 Penyusun
Evi Septi Hernawati NIM 09240036
viii
ABSTRAK Evi Septi Hernawati, 09240036, Manajemen Risiko Pembiayaan di Baitul Mal Wat Tanwil (BMT) Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta, Skripsi Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Manajemen risiko pembiayaan atau kredit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen risiko secara keseluruhan. Sasaran manajemen risiko pembiayaan meliputi memantau, mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan seluruh risiko yang timbul dari pemberian pembiayaan secara terarah, terintegrasi, dan kesinambungan serta dapat meningkatkan pendapatan dan meminimalkan risiko dari pemberian pembiayaan melalui pengelolaan portofolio pembiayaan dan penetapan kebijakan, sistem serta prosedur yang tepat. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Manajemen Risiko Pembiayaan di BMT Forsitama Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogykarta”, dengan tujuan untuk mengetahui manajemen risiko pembiayaan yang diterapkan di BMT Forsitama. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriptifkualitatif. Dalam teknik pengumpulan data peneliti menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi langsung kepada manajer, karyawan dan nasabah BMT Forsitama. Setelah data terkumpul, dilakukan editing dan penyajian data sesuai karakter dan jenis masing-masing data. Sebelum data yang terkumpul dianalisa, terlebih dahulu dilakukan pengecekan keabsahannya dengan menggunakan metode triangulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen risiko pembiayaan di BMT Forsitama telah dilaksanakan dengan baik. Terbukti dengan adanya pembiayaan macet 0,12% dari jumlah pembiayaan. Pembiayaan pada BMT Forsitama dari tahun ke tahun mengalami peningkatkan pesat. Manajemen risiko pembiayaan yang digunakan dalam mengidentifikasi risiko pembiayaan yaitu survei dan wawancara. Setelah diidentikasi BMT melakukan pengukuran dengan membagi kedalam 4 golongan yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Dalam pemantauannya bmt menggunakan beberapa cara seperti memantau pelunasan nasabah, rekening anggota, usaha nasabah dan lain-lain. Kemudian untuk mengendalikan risiko BMT mempunyai 4 cara yaitu penetapan prosedur dan kebijakan pembiayaan, asuransi, peningkatan SDM, dan penagihan intensif.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................
ii
SURAT PERSETUJUAN SKRISPI ..............................................
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ..........................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................
v
MOTTO ...........................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................
vii
ABSTRAK .......................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................
xii
DAFTAR TABEL ...........................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ..............................................................
1
B. Latar Belakang Masalah .................................................
2
C. Rumusan Masalah ...........................................................
5
D. Tujuan Penelitian ............................................................
5
E. Kegunaan Penelitian .......................................................
5
F. Tinjauan Pustaka .............................................................
6
G. Kerangka Teori ...............................................................
7
H. Metode Penelitian ...........................................................
30
I. Sistematika Pembahasan .................................................
35
BAB II GAMBARAN UMUM BMT FORSITAMA A. Sejarah BMT Forsitama ........................................................ x
37
B. Identitas Lembaga ................................................................
40
C. Legalitas Lembaga ................................................................
41
D. Visi, Misi dan Motto .............................................................
41
E. Prospek dan Potensi Pengembangan Koperasi .....................
42
F. Perkembangan BMT Forsitama ............................................
43
G. Struktur Organisasi BMT Forsitama .....................................
44
H. Produk-Produk ......................................................................
45
I. Ketentuan Simpanan dan Pembiayaan ..................................
47
J. Kerjasama Dengan Instansi dan Lembaga Lain ....................
48
K. Prosedur dan Penyaluran Pembiayaan ..................................
49
L. Keanggotaan .........................................................................
51
BAB III MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN Di BMT FORSITAMA A. Mekanisme Pembiayaan .......................................................
52
B. Analisis Data 1. 2. 3. 4.
Identifikasi Risiko Pembiayaan ...................................... Pengukuran Risiko Pembiayaan ..................................... Pemantauan Risiko Pembiayaan ..................................... Pengendalian Risiko Pembiayaan ...................................
56 61 65 68
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ...........................................................................
74
B. Saran .....................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................
76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Struktur Organisasi BMT Forsitama ...............................
xii
44
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Lembaga yang kerjasama dengan BMT ................................
48
Tabel 2.2 Jumlah Anggota BMT Forsitama 2011-2013 .......................
51
Tabel 3.1 Jumlah anggota pembiayaan BMT Forsitama ......................
53
Tabel 3.2 Laporan Rekap Nominatif per 31 Agustus 2013 ..................
64
Tabel 3.3 Volume Pembiayaan 2010-2013 ..........................................
67
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Dalam upaya memperjelas arah dan batas penelitian serta menghindari terjadinya kesalahan interpretasi terhadap skripsi yang berjudul “Manajemen Risiko Pembiayaan Di Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Forsitama Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta”, maka terlebih dahulu perlu ditegaskan pengertian dan istilah-istilah yang terdapat dalam judul tersebut sebagai berikut: 1. Manajemen Risiko Pembiayaan Manajemen risiko pembiayaan atau kredit merupakan suatu proses dimana risiko pembiayaan atau kredit diidentifikasi, diukur, dan dikelola (termasuk monitoring, controlling dan communication).1 Dalam bank syariah, risiko pembiayaan ada dua macam yaitu risiko terkait produk dan risiko terkait pembiayaan korporasi.2 Adapun yang dimaksud manajemen risiko pembiayaan dalam penelitian ini adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan dan memantau risiko terkait pembiayaan korporasi untuk meminimalkan terjadinya risiko pembiayaan. 1
http://bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=103, akses tanggal 6 Mei 2013. 2
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 260.
2
2. Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Forsitama BMT merupakan kependekan dari Baitul Mal wat Tamwil. Secara harfiah baitul maal berarti rumah dana dan baitul tanwil berarti rumah usaha. Baitul maal dikembangkan berdasarkan sejarah perkembangannya, yakni dari masa nabi sampai abad pertengahan perkembangan
Islam,
dimana
baitul
maal
berfungsi
untuk
mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial. Sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba.3 BMT Forsitama merupakan lembaga keuangan dengan pola syari’ah yang berkedudukan di Jl. Tanjungtirto Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Jadi penelitian dengan judul Manajemen Risiko Pembiayaan di Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta adalah suatu penelitian lapangan yang mengarah pada proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko yang terkait pembiayaan korporasi di BMT Forsitama. B. Latar Belakang Masalah Situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan pesat yang diikuti dengan semakin kompleknya risiko kegiataan usaha perbankan sehingga meningkatkan kebutuhan praktik tata kelola bank yang sehat dan penerapan manajemen risiko yang meliputi pengawasan aktif pengurus bank, kebijakan, prosedur, dan penetapan limit 3
Muh. Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tanwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm. 126.
3
risiko, proses identifikasi, pengukuran, sistem informasi, dan pengendalian risiko, serta sistem pengendalian intern.4 Esensi penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiataan usaha bank tetap dapat terkendali pada batas yang dapat diterima serta menguntungkan bank. Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan maupun yang tidak diperkirakan yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank.5 Secara umum, risiko-risiko yang melekat pada aktivitas fungsional bank syariah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis resiko, yaitu risiko pembiayaan, risiko pasar (terdiri dari forex risk, interest rate risk, liquidity risk, dan price risk) dan risiko operasional (terdiri dari transactional risk, compliance risk, strategic risk, reputation risk dan legal risk).6 Risiko pembiayaan yang dihadapi oleh perbankan syariah merupakan salah satu risiko yang perlu dikelola secara tepat karena kesalahan dalam pengelolaan risiko pembiayaan dapat berakibat fatal pada peningkatan NPF (Non Performance financing). Baitul Maal wa Tamwil ( BMT ) merupakan lembaga keuangan mikro syariah dengan berbadan hukum koperasi yang berfungsi untuk mengumpulkan, mengelola dana dari masyarakat dan menyalurkan 4
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm.
941. 5
Ibid, hlm. 942.
6
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis..., hlm. 260.
4
kembali kepada masyarakat melalui pembiayaan. Pembiayaan sering digunakan untuk menunjukkan aktivitas utama BMT, karena berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan. Disamping itu BMT juga berfungsi untuk mengumpulkan, mengelola dan menyalurkan zakat infak shadaqah (ZIS) kepada masyarakat yang berhak menerimanya (mustahik).7 Di Yogyakarta khususnya di daerah Sleman, sebuah lembaga keuangan syariah yang dianggap menunjukkan perkembangan sangat pesat adalah Baitul Maal wal Tanwil (BMT) Forsitama. BMT Forsitama merupakan lembaga keuangan syariah yang berdiri pada tanggal 12 Juli 2008,
bergerak
pada
pertumbuhan
sektor
usaha
mikro
dengan
melandaskan aktivitasnya pada aturan-aturan syariah dan menitikberatkan perhatian pada perekonomian rakyat. Dalam hal produk-produk yang ditawarkan oleh lembaga keuangan syariah, produk-produk tersebut sebagian besar memiliki kesamaan dengan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan konvensional. Namun, dalam penerapannya tentunya berbeda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan prinsip diantara keduanya. Pada Tahun 2012 BMT Forsitama mempunyai 645 anggota dan Tahun 2013 meningkat pesat menjadi 733 anggota. Anggota yang melakukan pembiayaan sekitar 312 anggota. Pembiayaan Rp 10.000.000Rp 50.000.000 ada sekitar
23 anggota.8 Dengan pembiayaan yang
7
Soemitra Andri, Bank & Lembaga Keuangan syariah, (Jakarta: KENCANA, 2009),
hlm. 448. 8
Wawancara dengan Bapak Bukhori, tanggal 4 Juli 2013, di BMT Forsitama.
5
semakin besar, BMT harus siap dalam menghadapi risiko-risiko akibat pembiayaan. Sehingga perlu diterapkan manajemen yang baik, yang dapat meminimalisir risiko yang akan timbul dari pembiayaan.9 Berdasarkan berbagai uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik memilih judul : “Manajemen Risiko Pembiayaan di Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta”. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah manajemen risiko pembiayaan yang diterapkan di Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta? D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen risiko pembiayaan yang diterapkan di Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta. E. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi manajemen BMT dan kalangan akademis. Adapun manfaat yang diharapkan dari peneliti ini adalah : 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan tentang manajemen risiko pembiayaan sebagai sumbangan pemikiran bagi BMT Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta dan bagi 9
http://danyhadiwijaya.blogspot.com/2011/01/strategi-manajemen-resikopembiayaan.html, akses tanggal 10 September 2013
6
mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan bagi BMT sebagai bahan evaluasi dalam proses manajemen risiko pembiayaan. F. Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian mengenai Manajemen Risiko Pembiayaan di Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta telah dilakukan sebelumnya, diantaranya adalah Skripsi Umar Hasan Bashori dengan judul “Manajemen Risiko Bank Syariah, Pendekatan Normatif tentang Sistem Bagi Hasil”. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik risiko yang dihadapi bank syariah secara individual ketika bank-bank ini mengadopsi sistem bagi hasil yang ideal dalam kegiatan operasionalnya. Penelitian ini meneliti tentang manajemen risiko sistem bagi hasil bank syariah.10 Skripsi Arifin Kusumah dengan judul “Analisis Pengaruh Risiko Pembiayaan, Tingkat Efisiensi Manajemen, Total Financing Outstanding (TFO) dan Non Performing financing (NPFS) terhadap Earning Before Tax and Provision (EBTP) pada PT. Bank Muamalat Indonesia TBK Tahun 2002-2005”. Skripsi ini bertujuan untuk menguji bagaimana 10
Umar Hasan Bashori, “Manajemen Risiko Bank Syariah, Pendekatan Normatif Tentang Sistem Bagi Hasil”, Skripsi (Tidak Diterbitkan), (Malang: UIN Malang, 2008)
7
Pengaruh Risiko Pembiayaan, Tingkat Efisiensi Manajemen, Total Financing Outstanding (TFO) dan Non Performing financing (NPFS) terhadap Earning Before Tax and Provision (EBTP) pada PT. Bank Muamalat Indonesia TBK Tahun 2002-2005. Pada skripsi ini fokus pada faktor pembiayaan bermasalah atau macet.11 Skripsi Miss Hasnah Saleng dengan judul “Strategi Pemasaran BMT Forsitama Berbah, Sleman, Yogyakarta”. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat strategi pemasaran dan ingin mengetahui bagaiman strategi pemasaran yang dilakukan BMT Forsitama dengan menggunakan analisis pengembangan marketing mix, strategi pemilihan media dan segmentasi pasar.12 Berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap skripsi-skripsi sebelumnya, bahwa penelitian yang akan penulis lakukan berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya dan juga atas pertimbangan bahwa di BMT Forsitama ini belum ada penelitian tentang manajemen risiko pembiayaan. G. Kerangka Teori 1.
Tinjauan Umum Tentang Manajemen Risiko Pembiayaan a. Pengertian Manajemen Risiko Pembiayaan
11
Arifin Kusumah, “Analisis Pengaruh Risiko Pembiayaan, Tingkat Efisiensi Manajemen, Total Financing Outstanding (TFO) dan Non Performing financing (NPFS) terhadap Earning Before Tax and Provision (EBTP) pada PT. Bank Muamalat Indonesia TBK Tahun 20022005”, Skripsi (Tidak Diterbitkan), (Yogyakarta: UIN SUKA Yogyakarta, 2007) 12
Miss Hasnah Saleng, “Stategi Pemasaran BMT Forsitama Berbah, Sleman, Yogyakarta”, Skripsi (Tidak Diterbitkan), (Yogyakarta: UIN SUKA Yogyakarta, 2012)
8
Manajemen risiko pembiayaan atau kredit merupakan tindakan pro-active, yang lebih menekankan pada manajemen portofolio kredit active balance sheet, dan kuantitas risiko pembiayaan, sehingga dapat diperoleh model risiko atas capital intensive model serta risk return yang optimal, untuk mendapatkan nilai maksimal.13 Manajemen risiko pembiayaan atau kredit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen risiko secara keseluruhan. Sasaran manajemen risiko pembiayaan meliputi memantau, mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan seluruh risiko yang timbul dari pemberian pembiayaan secara terarah, terintegrasi, dan kesinambungan serta dapat meningkatkan pendapatan dan meminimalkan risiko dari pemberian pembiayaan melalui pengelolaan portofolio pembiayaan dan penetapan kebijakan, sistem serta prosedur yang tepat.14 Manajemen risiko pembiayaan di bank syariah sangat berkaitan dengan risiko karakter nasabah dan risiko proyek. Risiko karakter berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan karakter
13
http://gemaswadaya.blogspot.com/2011/12/sekilas-tentang-manajemen-risikokredit.html, akses tanggal 6 Mei 2013. 14
http://papers.gunadarma.ac.id/files/journals/8/articles/14891/public/14891-41850-1PB.pdf, akses tanggal 5 Mei 2013.
9
nasabah. Sementara risiko proyek berkaitan dengan karakter proyek yang dibiayai.15 b. Proses Manajemen Risiko Pembiayaan Dalam menerapkan proses manajemen risiko, maka pada tahap awal yaitu mengidentifikasi risiko. Setelah dilakukan identifikasi risiko selanjutnya melakukan pengukuran, pemantauan dan pengendalian.16 Dalam pelaksanaannya proses manajemen risiko pembiayaan sebagai berikut: 1) Identifikasi Risiko Pembiayaan Bank harus mengidentifikasi risiko pembiayaan yang melekat pada seluruh produk dan aktivitasnya. Identifikasi risiko pembiayaan tersebut merupakan hasil kajian terhadap karakteristik risiko pembiayaan yang melekat pada aktivitas fungsional tertentu. Untuk kegiataan pembiayaan dan jasa pembiayaan perdagangan, penilaian risiko pembiayaan harus memerhatikan kondisi keuangan debitur, dan khususnya kemampuan membayar secara tepat waktu, serta jaminan atau agunan yang diberikan. Dalam kegiatan tresuri dan investasi, penilaian risiko pembiayaan
harus
memperhatikan
kondisi
keuangan
15
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), hlm.
365. 16
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 623.
10
counterparty, rating, karakteristik instrumen, jenis transaksi yang dilakukan dan likuiditas pasar serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi risiko pembiayaan.17 Identifikasi risiko dilaksanakan dengan melakukan analisis terhadap karakteristik risiko yang melekat pada aktivitas fungsional dan risiko dari produk dan kegiatan usaha.18 2) Pengukuran Risiko Pembiayaan Pengukuran risiko merupakan tahap lanjutan setelah pengidentifikasian risiko. Pengukuran risiko adalah usaha untuk mengetahui besar atau kecilnya risiko yang akan terjadi. Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi perusahaan, kemudian bisa melihat dampak dari risiko terhadap kinerja perusahaan sekaligus bisa melakukan prioritisasi risiko, risiko yang mana yang paling relevan.19 Ada 2 dimensi pengukuran yaitu frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi, artinya berapa kali terjadinya suatu kegiatan selama suatu periode tertentu dan keparahan dari kerugian itu, artinya untuk mengetahui seberapa besar
17
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic..., hlm. 970
18
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis..., hlm. 260.
19
http://agungfaris.wordpress.com/2012/10/23/pengukuran-resiko/, akses pada tanggal 6 Desember 2013.
11
pengaruh dari suatu kerugian terhadap kondisi perusahaan terutama kondisi financial.20 Sistem pengukuran risiko pembiayaan sepatutnya mempertimbangkan karakteristik setiap jenis transaksi risiko pembiayaan, kondisi keuangan debitur serta persyaratannya dalam perjanjian pembiayaan seperti jangka waktu dan tingkat interest,
jangka
waktu
pembiayaan
dikaitkan
dengan
perubahan potensial yang terjadi di pasar, aspek jaminan, agunan dan garansi, potensi terjadinya kegagalan membayar, baik berdasarkan hasil penilaian pendekatan konvensional maupun hasil penilaian pendekatan yang menggunakan proses pemeringatan yang dilakukan secara intern dan kemampuan Bank untuk menyerap potensi kegagalan.21 Bagi Bank yang menggunakan teknik pengukuran risiko dengan pendekatan internal risk rating harus melakukan validasi data secara berkala. Parameter yang digunakan dalam pengukuran risiko pembiayaan yaitu mencakup:22 a) Nonperforming loans (NPLs) b) Konsentrasi pembiayaan berdasarkan peminjam dan sektor ekonomi. 20
http://kikigunadarma.blogspot.com/2012/06/identifikasi-risiko.html, akses pada tanggal 6 Desember 2013.
21
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic..., hlm. 970.
22
Ibid, hlm. 971.
12
c) Kecukupan agunan. d) Pertumbuhan pembiayaan. e) Nonperforming portofolio tresuri dan investasi. f)
Komposisi portofolio tresuri dan investasi (antar bank, surat berharga dan penyertaan).
g) Kecukupan cadangan transaksi tresuri dan investasi. h) Transaksi pembiayaan perdagangan yang default. i)
Konsentrasi pemberian fasilitas pembiayaan perdagangan. Penggunaan
menggunakan
Credit
sistem
dan
Scoring
Tools
metodologi
bank
dapat
statistik
atau
probabilistik untuk mengukur risiko yang berkaitan dengan jenis tertentu dari transaksi risiko pembiayaan. Dalam menggunakan sistem tersebut maka bank harus melakukan kaji ulang secara berkala terhadap akurasi model dan asuransi yang digunakan untuk memproyeksikan kegagalan, menyesuaikan asumsi dengan perubahan yang terjadi pada kondisi internal dan eksternal. Apabila terdapat eksposur risiko yang besar atau transaksi yang relatif kompleks maka proses pengambilan keputusan transaksi risiko pembiayaan tidak hanya didasarkan pada
sistem
tersebut
sehingga
harus
didukung
saran
pengukuran risiko pembiayaan lainnya. Bank juga harus mendokumentasikan pembiayaan seperti asumsi, data, dan
13
informasi yang digunakan pada sistem tersebut, termasuk perubahannya,
serta
dokumentasi
tersebut
selanjutnya
dikinikan secara berkala.23 3) Pemantauan Risiko Pembiayaan Bank harus mengembangkan dan menerapkan sistem informasi dan prosedur untuk memantau kondisi setiap debitur dan counterparty pada seluruh portofolio pembiayaan bank. Sistem pemantau risiko pembiayaan sekurang-kurangnya memuat ukuran-ukuran dalam rangka memastikan bahwa bank mengetahui kondisi keuangan akhir dari debitur, memantau kepatuhan terhadap persyaratan dalam perjanjian pembiayaan atau kontrak transaksi risiko pembiayaan, menilai kecukupan agunan
dibandingkan
mengidentifikasi
dengan
ketidaktepatan
kewajiban pembayaran
debitur, dan
mengklasifikasikan pembiayaan bermasalah secara tepat waktu, dan menangani dengan cepat pembiayaan permasalah. Bank juga harus melakukan pemantauan eksposur risiko
pembiayaan
dibandingkan
dengan
limit
risiko
pembiayaan yang telah ditetapkan, antara lain dengan menggunakan kolektibilitas. Pemantauan eksposur risiko pembiayaan tersebut harus dilakukan secara berkala dan terusmenerus oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko dengan cara 23
Ibid, hlm. 972.
14
membandingkan risiko pembiayaan aktual dengan limit risiko pembiayaan yang ditetapkan. Untuk keperluan pemantauan eksposur risiko pembiayaan, Satuan Kerja Manajemen Risiko harus menyusun laporan mengenai perkembangan risiko pembiayaan
secara
berkala,
termasuk
faktor-faktor
penyebabnya, yang dismpingkan kepada Komite Manajemen Risiko dan Direksi.24 Monitoring merupakan alat kendali apakah dalam pemberian pembiayaan telah dilaksanakan sesuai perencanaan maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dibidang pembiayaan.25 Monitoring adalah mengetahui secara dini penyimpanan (deviasi) yang terjadi dari kegiatan pembiayaan sehingga dapat mengambil langkah-langkah secepat mungkin untuk perbaikannya. Monitoring ini diklasifikasikan dalam tiga jenis:26 a) On desk monitoring; pemantauan pembiayaan secara administratif, yaitu melalui instrumen administrasi, seperti laporan-laporan, financial statement, kelengkapan dokumen dan informasi pihak ketiga. Data administrasi yang di-
24
Ibid, hlm. 972-973.
25
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial..., hlm. 489.
26
Ibid, hlm. 491-492.
15
monitor adalah dari kegiatan debitur dan lembaga keuangan sendiri. b) On site monitoring, yaitu pemantauan pembiayaan itu langsung
ke
lapangan
(nasabah),
baik
sebagian,
menyeluruh, atau khusus atas kasus tertentu untuk membuktikan pelaksanaan kebijakan pembiayaan atau secara menyeluruh apakah ada deviasi yang terjadi atas terms of lending yang disepakati. c) Exception monitoring, yaitu pemantauan pembiayaan dengan memberikan tekanan kepada hal-hal yang kurang berjalan baik dan hal-hal yang telah berjalan sesuai dengan terms of lending, dikurangi intensitasnya. 4) Pengendalian Risiko Pembiayaan Pengendalian risiko adalah suatu tindakan untuk memperkecil kemungkinan atau peluang terjadinya kerugian, menyelamatkan perusahaan dari kerugian dan mengurangi keparahan bila suatu risiko memang terjadi. Pengendalian risiko bisa difokuskan pada usaha mengurangi kemungkinan (probability) munculnya risiko dan mengurangi keseriusan (severity) konsekuensi risiko tersebut.27 Pelaksanaan proses
27
http://tugaskuliahanakmenej.blogspot.com/2011/12/teknik-teknik-manajemenrisiko.html, akses tanggal 13 November 2013.
16
pengendalian risiko, digunakan untuk mengelola risiko tertentu yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank.28 Dalam pengendalian risiko pembiayaan bank harus menetapkan suatu sistem penilaian yang independen dan berkelanjutan
terhadap
efektivitas
penerapan
proses
manajemen risiko pembiayaan. Pelaksanaan kaji ulang tersebut harus dilakukan oleh satuan kerja atau petugas yang independent terhadap satuan kerja yang melakukan transaksi risiko pembiayaan. Bank
harus
memastikan
bahwa
satuan
kerja
pembiayaan dan transaksi risiko pembiayaan lainnya telah dikelola secara memadai dan eksposur risiko pembiayaan tetap konsisten dengan limit yang ditetapkan dan memenuhi standar kehati-hatian. Bank juga harus menetapkan dan menerapkan pengendalian intern untuk memastikan bahwa penyimpangan terhadap kebijakan prosedur dan limit telah dilaporkan tepat waktu kepada Direksi atau pejabat terkait untuk keperluan tindakan terbaik. Pada saat melakukan audit intern, SKAI harus melakukan pengujian terhadap efektifitas pengendalian intern untuk memastikan bahwa sistem pengendalian tersebut telah efektif, aman, serta sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku 28
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis..., hlm. 260.
17
serta kebijakan, pedoman, dan prosedur intern. Bank harus memiliki prosedur pengelolaan penanganan pembiayaan bermasalah termaksud sistem deteksi pembiayaan bermasalah secara tertulis dan menetapkan secara efektif.29 Pengendalian risiko dapat digunakan oleh manajemen risiko
untuk
mengatasi
risiko
yang
mungkin
terjadi.
Pengendalian risiko dapat dijalankan dengan metode:30 a) Menghindari risiko Salah satu cara mengendalian suatu risiko ialah dengan menghindari harta, orang atau kegiatan dari exposure terhadap risiko dengan jalan menolak memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan itu walaupun hanya untuk sementara dan menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima, atau segera menghentikan kegiatan begitu kemudian diketahui mengandung risiko. Jadi menghindari risiko berarti menghilangkan risiko. Beberapa
karakteristik
penghindaran
risiko
seharusnya diperhatikan: 1) Boleh jadi tidak ada kemungkinan menghindari risiko, makin luas risiko yang dihadapi, maka makin besar 29
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic..., hlm. 974
30
Herman Darmawi, Manajemen Risiko, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 79-90.
18
ketidakmungkinan menghindarinya, misalnya kalau ingin menghindari semua risiko tanggung jawab, maka semua kegiatan perlu dihentikan. 2) Laba potensial yang bakal diterima dari sebab pemilikan
suatu
harta,
memperkerjakan
pegawai
tertentu, atau tanggung jawab atas suatu kegiatan akan hilang, jika dilaksanakan pengendalian risiko. 3) Makin sempit risiko yang dihadapi, maka akan semakin besar kemungkinan akan tercipta risiko yang baru, misalnya menghindari risiko pengangkutan dengan kapal dan menukarnya dengan pengangkutan darat akan timbul risiko yang berhubungan dengan pengangkutan darat. Untuk
mengimplementasikan
keputusan
penghindaran risiko, maka harus diadakan penetapan semua harta, personil atau kegiatan yang menghadapi risiko yang ingin dihindarkan. Dengan dukungan pihak manajemen puncak, maka manajer risiko seharusnya menganjurkan policy dan prosedur tertentu yang harus diikuti oleh semua bagian perusahaan dan pegawai. Penghindaran risiko dikatakan berhasil jika tidak ada terjadi kerugian yang disebabkan risiko yang dihindarkan itu.
19
b) Mengendalikan kerugian Pengendalian kerugian dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: 1) Memperkecil kans (chance) untuk terjadinya kerugian; 2) Mengurangi keparahan atas kerugian bila kerugian sesungguhnya tidak dapat dihindarkan; 3) Dengan
menjalankan
pencengahan
kerugian
(preventive); 4) Tindakan mengurangi kerugian. Dalam berproduksi kans untuk produk gagal dapat terjadi dapat dihindari dengan pengawasan mutu (quality control).
Contoh
membangun
pabrik
lainnya tahan
ialah api
dihindari untuk
dengan
menghindari
kebakaran. c) Pemisahan risiko Yang
dimaksud
dengan
pemisahan
adalah
menyebarkan harta yang menghadapi risiko yang sama, menggantikan penempatan dalam satu lokasi. Misalnya jika banyak mempunyai truk, maka tindakan pemisahan dilakukan dengan menempatkannya dalam beberapa pool yang berlainan, menempatkan barag persediaan tidak dalam satu gudang saja, tapi dipisahkan dalam dua atau
20
lebih. Maksud pemisahan ini adalah mengurangi jumlah kerugian untuk satu peristiwa. d) Pemindahan risiko Pemindahan risiko dapat dilakukan dengan tiga cara: 1) Harta milik atau kegiatan yang menghadapi risiko dapat dipindahkan kepada pihak lain, bail dinyatakan dengan tegas, maupun dengan transaksi atau kontrak. 2) Risiko itu sendiri yang dipindahkan. 3) Suatu risk financing transfer menciptakan suatu loss exposure untuk transferee. Pembatalan perjanjian itu oleh transferee dapat dipandang sebagai cara ketiga dalam risk control transfer. Dengan pembatalan itu, transferee tidak bertanggung jawab secara hukum untuk kerugian yang semula ia setujui, untuk dibayar. c. Macam-macam Risiko Pembiayaan Menurut Ir. Adiwarman A. Karim, dalam bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait pembiayaan.31 1) Risiko Terkait Produk a) Risiko Terkait Pembiayaan Murabahah
31
Adiwarman A. Karim, Bank Islam..., hlm. 261-271
21
Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan pembayarannya kemudian, baik dalam bentuk angsuran atau maupun dalam bentuk lump sum (sekaligus). Dengan demikian, pemberian pembiayaan murabahah dengan jangka waktu panjang menimbulkan risiko tidak bersaingnya bagi hasil kepada dana pihak ketiga. Bank dapat menetapkan jangka panjang waktu maksimal
untuk
pembiayaan
murabahah
dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut: (1) Tingkat (marjin) keuntungan saat ini dan prediksi perubahaannya di masa mendatang yang berlaku dipasar perbankan syariah. (2) Suku bunga kredit saat ini dan prediksi perubahannya di masa mendatan yang berlaku dipasar perbankan konvensional. (3) Ekspektasi bagi hasil kepada dana pihak bank ketiga yang kompetitif di pasar perbankan syariah. b) Risiko Terkait Pembiayaan Ijarah Risiko yang terkait dengan pembiayaan ijarah mencakup beberapa hal sebagai berikut:
22
(1) Dalam hal yang disewakan adalah milik bank, timbul risiko tidak produktifnya aset ijarah karena tidak adanya nasabah. (2) Dalam hal yang disewakan bukan milik bank, timbul risiko rusaknya barang oleh nasabah di luarpemakain normal. (3) Dalam hal jasa tenaga kerja yang disewa bank kemudian disewakan kepada nasabah, timbul risiko tidak perform-nya pemberi jasa. c) Risiko Terkait Pembiayaan IMBT Risiko yang terkait dengan pembiayaan IMBT terjadi ketika pembayaran dilakukan dengan metode balloon payment, yakni pembayaran angsuran dalam jumlah besar di
akhir
periode.
Dalam
hal
ini,
timbul
risiko
ketidakmampuan nasabah untuk membayarnya. Risiko tersebut dapat diatas dengan memperpanjang jangka sewa (ijarah). d) Risiko Terkait Pembiayaan Salam dan Istishna’ Pembiayaan salam dan istishna’ merupakan pembiayaan yang
dicirikan
dengan
pembayaran
penyerahan barang secara tangguh.
di
muka
dan
23
2) Risiko Terkait Pembiayaan Korporasi Kompleksitas dan volume pembiayaan korporasi menimbulkan risiko tambahan selain risiko yang terkait dengan produk. Risiko tambahan yang harus diantisipasi antara lain: a) Risiko yang Timbul dari Perubahan Kondisi Bisnis Nasabah Setelah Pencairan Pembiayaan Terdapat setidaknya tiga risiko yang dapat timbul dari perubahan kondisi bisnis nasabah setelah pencairan pembiayaan, yaitu sebagai berikut: (1) Over Trading Over
Trading
terjadi
ketika
nasabah
mengembangkan volume bisnis yang besar dengan dukungan modal yang kecil. Keadaan ini akan menimbulkan krisis cash flow. (2) Adverse Trading Adverse mengembangkan
Tranding
terjadi
bisnisnya
ketika
dengan
nasabah
mengambil
kebijakan melakukan pengeluaran tetap yang besar setiap tahunnya serta bermain di pasar yang tingkat volume penjualannya tidak setabil. (3) Liquidity Run
24
Liquidity Run terjadi ketika nasabah mengalami kesulitan pendapatan
likuiditas dan
karena
kehilangan
peningkatan
sumber
pengeluaran
yang
disebabkan oleh alasan yang tidak terduga. Kondisi ini tentu saja akan mempengaruhi kemampuan nasabah dalam menyelesaikan kewajibannya kepada bank. b) Risiko yang Timbul dari Komitmen Kapital yang Berlebihan Sebuah
perusahaan
mungkin
saja
mengambil
komitmen kapital yang berlebihan dan mendatangkan kontrak untuk pengeluaran berskala besar. Apabila tidak mampu untuk menghargai komitmennya, bank dapat dipaksa untuk likuidasi. Bank maupun suplier pembiayaan perdagangan seringkali tidak mampu untuk mengontrol suatu pengeluaran yang berlebihan dari sebuah perusahaan. Namun
demikian,
memonitorinya
bank
dengan
dapat melihat,
mencoba misalnya
untuk neraca
perusahaan tersebut yang terakhir dipublikasikan, dimana komitmen pengeluaran kapital harus diungkap. c) Risiko yang Timbul dari Lemahnya Analisis Bank Terdapat tiga macam risiko yang timbul dari lemahnya analisis bank, yaitu:
25
(1) Analisis pembiayaan yang keliru Risiko ini terjadi bukan karena perubahan kondisi nasabah yang tidak terduga, tetapi memang sejak awal nasabah yang bersangkutan berisiko tinggi. Keputusan pembiayaan bisa terjadi adalah keputusan yang tidak valid. Kesalahan dalam pengambilan keputusan ini biasanya bersumber dari informasi yang tersedia. (2) Creative Accounting Creative accounting merupakan istilah yang digunakan untuk mengambarkan penggunaan kebijakan akuntasi perusahaan yang memberikan keterangan menyesatkan tentang suatu laporan posisi keuangan perusahaan. (3) Karakter Nasabah Terkadang nasabah dapat memperdaya bank dengan sengaja menciptakan pembiayaan macet. Bank perlu waspada terhadap kemungkinan ini dengan mencoba untuk membuat suatu keputusan berdasarkan informasi obyektif tentang karakter bank.
26
2.
Tinjauan Umum Lembaga Keuangan Islam (LKUI) a. Pengertian Lembaga Keuangan Islam (LKUI) Menurut SK Menkeu Ri No. 792 Tahun 1990, lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.32 Lembaga keuangan memberikan pembiayaan atau kredit kepada nasabah dan menanamkan dananya dalam surat-surat berharga. Lembaga keuangan juga menawarkan berbagai jasa keuangan antara lain menawarkan berbagai jenis skema tabungan, proteksi asuransi, progam pensiun, penyediaan sistem pembayaran dan mekanisme transfer dana. Menurut
Kasmir,
lembaga
keuangan
adalah
setiap
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana atau kedua-duanya. Artinya kegiatan yang dilakukan oleh lembaga keuangan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, apakh kegiatannya hanya menghimpun dana atau hanya menghimpun dana dan menyalurkan dana.33 b. Macam-macam Lembaga Keuangan Islam Sistem keuangan di Indonesia dijalankan oleh dua jenis lembaga keuangan yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga 32
Soemitra Andri, Bank & Lembaga..., hlm. 27
33
Ibid, hlm. 28-29.
27
keuangan nonbank. Secara umum lembaga keuangan syariah di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:34 1) Lembaga Keuangan Bank Lembaga
keuangan
bank
merupakan
lembaga
yang
memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan di samping menyalurkan dana atau memberikan pembiayaan atau kredit juga melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Lembaga keuangan bank terdiri dari: a) Bank Umum Syariah b) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 2) Lembaga Keuangan Nonbank Lembaga keuangan nonbank merupakan lembaga keuangan yang lebih banyak jenisnya dari lembaga keuangan bank. Lembaga keuangan nonbank secara operasional dibina dan diawasi oleh Departemen Keuangan yang dijalankan oleh Bapepam LK. Sedangkan pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip-prinsip syariah dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional MUI. Lembaga keuangan nonbank, terdiri dari: a) Pasar modal b) Pasar uang 34
Ibid, hlm. 45-51.
28
c) Perusahaan asuransi d) Dana pensiun e) Perusahaan modal ventura f)
Lembaga pembiayaan
g) Perusahaan pegadaian h) Lembaga Keuangan Syariah Mikro (1) Lembaga pengelola zakat (BAZ dan LAZ) (2) Lembaga pengelola wakaf (3) Baitul Mal wat Tamwil (BMT) c. Baitul Mal wat Tamwil (BMT) BMT merupakan kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Mal wat Tamwil35. Baitul Mal wat Tamwil, yaitu
lembaga
keuangan
mikro
(LKM)
yang
beroperasi
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi utama, yaitu:36 a.
Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.
35
36
Ibid, hlm. 51. Ibid, hlm. 447-448.
29
b.
Baitul mal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Baitul mal wal tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri
terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiataan menabung dan menunjang pembiayaan kegiataan ekonominya. Selain itu, Baitul Mal wal Tamwil juga bisa menerima titipan zakat, infak, dan sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya. H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekat deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.37 Sedangkan penelitian deskripsi adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menggumpulkan 37
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 6.
30
informasi mengenai status gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.38 Penelitian deskripsi tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.39 2. Ruang Lingkup Penelitian a. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah individu yang dijadikan sasaran kasus yang diteliti sebagai sumber informasi. Subjek penelitian ini adalah manajer, teller, marketing dan nasabah di BMT Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta. b. Objek Penelitian Objek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah manajemen risiko pembiayaan di BMT Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta. 3. Sumber Data Secara garis besar data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
38
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm.
309. 39
Ibid, hlm. 310.
31
a. Data primer diambil dengan melakukan observasi dan wawancara dengan manager, teller, marketing dan nasabah BMT Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta. b. Data sekunder didapat dari dokumen-dokumen laporan keuangan dan buku pedoman pengelolaan risiko BMT Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta. 4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data akan dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. a. Pengamatan (Observasi) Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap
menggunakan
teknik
gejala-gejala observasi
yang yang
diteliti. terpenting
Dalam ialah
mengandalkan pengamatan dan ingatan.40 Dalam observasi ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung tentang manajemen risiko pembiayaan di BMT Forsitama Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.
40
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 54.
32
b. Wawancara (Interview) Wawancara (Interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.41 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data atau informasi yang tidak dapat diperoleh melalui observasi. Metode
wawancara
yang
peneliti
gunakan
adalah
wawancara terstruktur yaitu wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.42 Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui data tentang manajemen risiko pembiayaan. Melalui teknik ini informasi yang akan diungkap yaitu tentang identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemantauan risiko dan pengendalian risiko. Dalam wawancara ini peneliti melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang bersangkutan yaitu manajer, teller, marketing dan nasabah di BMT Forsitama.
41
Suharsimi Arikunto, Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, ( Jakarta: Renika Cipta, 1991), hlm. 126. 42
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian..., hlm. 190.
33
c.
Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karyakarya monumental dari seseorang.43 Teknik
pengumpulan
data
dokumentasi,
digunakan
melengkapi data yang dijaring melalui teknik observasi dan wawancara. Dalam dokumentasi ini yang diteliti berupa data-data tertulis yang berkaitan dengan manajemen risiko pembiayaan di BMT Forsitama dalam bentuk laporan dan arsip-arsip. 5. Metode Analisis Data Dalam menganalisis data penulis menggunakan teknik analisis kualilatif maksudnya adalah dari data yang telah dikumpulkan dan telah dicek keabsahannya serta dinyatakan valid. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisa data kualitaif adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.44 a. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.. b. Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Dalam mendisplaykan data, maka akan
memudahkan
untuk
memahami
apa
yang
terjadi,
43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, ( Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 240. 44
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian...., hlm. 247-253.
34
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut . c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan. I. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) sehingga data yang diperoleh sangat besar peluang untuk keluar dari obyektifitas, untuk ini cukup bagi peneliti melakuakn pemeriksaan kembali data yang diperoleh, dengan tujuan mendapatkan kevalidan data. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap dari variabel yang diteliti secara tepat.45 Dalam peneltian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding terhadap data itu.46 Penelitian ini menggunakan triangulasi dengan metode yang datanya
didapatkan
dengan
metode
wawancara,
45
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian...., hlm. 136.
46
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian...., hlm. 330.
observasi,
dan
35
dokumentasi dibandingkan hasilnya. Triangulasi dengan metode terdapat dua strategi, yaitu pengecekan derejat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.47 J. Sistematika Pembahasan Untuk memberikan gambaran mengenai isi bahasan proposal skripsi ini, maka peneliti akan menguraikan sistematika pembahasan, sebagai berikut: Bab I pendahuluan Bab ini berisi tentang penegasan judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II Gambaran Umum Pada bab ini berisi tentang gambaran umum BMT Forsitama Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta yang berisi tentang sejarah singkat, visi misi dan motto, struktur organisasi, dan produkproduk. Bab III Pembahasan Bab ini berisi tentang hasil penelitian manajemen risiko pembiayaan di BMT Forsitama Kalitirto, Berbah, Sleman, 47
Ibid, hlm. 331.
36
Yogyakarta untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Bab VI Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran atas penelitian yang telah dilakukan, serta dimuat daftar pustaka dan lampiranlampiran yang dianggap perlu.
74
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa manajemen risiko pembiayaan yang dilakukan BMT Forsitama yaitu: 1.
Identifikasi dilakukan saat terjadi risiko pembiayaan yaitu nasabah sudah mulai tidak teratur membayar cicilan. Teknik yang digunakan BMT dalam mengidentifikasi dengan survei dan wawancara ulang kepada nasabah.Penyebab terjadinya risiko pembiayaan dikarenakan kegagalan usaha dan bencana alam.
2.
Pengukuran risiko BMT mengelompokan pembiayaan yang mengalami keterlambatan pembayaran menjadi 4 jenis yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Untuk mengukur presentase kredit tidak produktif yaitu dengan cara 50% dari jumlah kredit lancar, 75% dari jumlah kredit diragukan dan 100% dari jumlah kredit macet kemudian ditotal.
3.
Pemantauan risiko BMT memantau kondisi usaha nasabah, jaminan, rekening nasabah, pemantauan pelunasan angsuran dan memantau langsung kerumah nasabah. Selain itu BMT juga melakukan memantau secara administratif melalui laporan keuangan setiap bulannya.
75
4.
Upaya pengendalian yang dilakukan oleh BMT yaitu penetepan prosedur dan kebijakan pembiayaan, menggunakan asuransi jiwa, peningkatan kualitas SDM dan penagihan secara intensif.
B. Saran 1.
Bagi BMT Forsitama a.
Manajemen risiko pembiayaan yang digunakan oleh BMT sudah baik dan harus lebih ditingkatkan lagi manajemennya, agar risiko pembiayaan di BMT semakin berkurang.
b.
Meningkatkan ketelitian dalam menilai nasabah yang mengajukan pembiayaan maupun teliti terhadap barang jaminan yang dibawa oleh nasabah agar pembiayaan bisa jatuh pada nasabah yang tepat sehingga tidak terjadi risiko.
2.
Bagi peneliti berikutnya Penelitian ini juga hanya sebatas pada pengamatan terhadap satu BMT saja. Maka untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengamatan terhadap BMT yang lain. Sehingga diharapkan dapat diperoleh kesimpulan yang lebih umum.
76
Daftar Pustaka .Arifin Kusumah, “Analisis Pengaruh Risiko Pembiayaan, Tingkat Efisiensi Manajemen, Total Financing Outstanding (TFO) dan Non Performing financing (NPFS) terhadap Earning Before Tax and Provision (EBTP) pada PT. Bank Muamalat Indonesia TBK Tahun 2002-2005”, Skripsi (Tidak Diterbitkan), Yogyakarta: UIN SUKA Yogyakarta, 2007. Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005. Arikunto, Suharsimi, Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Renika Cipta, 1991. Darmawi, Herman, Manajemen Risiko, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Karim, Adiwarman A., Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004. Miss Hasnah Saleng, “Stategi Pemasaran BMT Forsitama Berbah, Sleman, Yogyakarta”, Skripsi (Tidak Diterbitkan), Yogyakarta: UIN SUKA Yogyakarta, 2012. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012. Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002. Ridwan, Muh., Manajemen Baitul Maal wa Tanwil (BMT), Yogyakarta: UII Press, 2004. Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008. Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin, Islamic Banking, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
77
Soemitra, Andri, Bank & Lembaga Keuangan syariah, Jakarta: KENCANA, 2009. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010. Umar Hasan Bashori, “Manajemen Risiko Bank Syariah, Pendekatan Normatif Tentang Sistem Bagi Hasil”, Skripsi (Tidak Diterbitkan), Malang: UIN Malang, 2008. Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. http://agungfaris.wordpress.com/2012/10/23/pengukuran-resiko/ http://bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=103 http://bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=104:tuj uan-pengendalian-risiko-kredit&catid=94:risiko-kredit&Itemid=147 http://danyhadiwijaya.blogspot.com/2011/01/strategi-manajemen-resikopembiayaan.html
http://gemaswadaya.blogspot.com/2011/12/sekilas-tentang-manajemen-risikokredit.html
http://kikigunadarma.blogspot.com/2012/06/identifikasi-risiko.html http://papers.gunadarma.ac.id/files/journals/8/articles/14891/public/14891-418501-PB.pdf http://tugaskuliahanakmenej.blogspot.com/2011/12/teknik-teknik-manajemenrisiko.html
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Interview Guide A. Identifikasi 1.
Bagaimana langkah awal mengidentifikasi yang dilakukan oleh BMT Forsitama dalam mengetahui timbulnya risiko pembiayaan?
2.
Upaya apa yang dilakukan BMT Forsitama dalam mengidentifikasi nasabah yang memiliki risiko pembiayaan?
3.
Apa saja yang disurvai ulang saat terjadinya risiko pembiayaan?
4.
Pertanyaan tentang apa yang diajukan oleh BMT kepada nasabah pada waktu wawancara?
5.
Apa penyebab terjadinya nasabah yang kurang lancar atau yang mengalami risiko pembiayaan?
B. Pengukuran 1.
Bagaimana pengukuran risiko yang digunakan oleh BMT?
2. Adakah ketentuan dalam mengukur risiko pembiayaan di BMT? 3.
Kapan pengukuran risiko pembiayaan itu dilaksanakan?
4. Apakah dalam mengukur risiko pembiayaan BMT menggunakan metodelogi statistik? Adakah contoh statistik pengukuran risiko pembiayaan? 5. Berapa besar kerugian yang tanggung BMT per Agustus 2010-2013? C. Pemantauan 1.
Apa saja yang harus dipantau saat terjadi risiko pembiayaan?
2.
Apakah BMT menggunakan pemantauan secara administratif?berupa apa pemantauan tersebut?
3.
Dalam pemantauan pembiayaan, apakah setiap tahunnya selalu ada peningkatan jumlah pembiayaan?
D. Pengendalian 1. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh BMT dalam mengendalikan risiko? 2. Seperti apa prosedur dan kebijakan pembiayaan yang digunakan oleh BMT? 3. Asuransi apa yang digunakan oleh BMT dalam pembiayaan? 4. Berapa persen dana yang ditanggung oleh pihak asuransi? 5. Upaya apa saja yang dilakukan oleh BMT untuk meningkatkan kualitas SDM? 6. Bagaimana penagihan intensif yang dilakukan oleh BMT selama ini? E. Nasabah 1.
Sudah berapa lama ibu jadi anggota BMT Forsitama?
2.
Apakah ibu pernah mengalami risiko pembiayaan atau pembiayaan yang kurang lancar?
3.
Apakah pada saat ibu mengalami keterlambatan mengangsur di survai ulang ketempat usaha?
4.
Apa saja yang disurvai bu?
5.
Apa saja yang ditanyakan pada waktu wawancara?
6.
Jika ibu terlambatan membayar masalahnya apa bu?
7.
Apakah pembiayaan yang dipersetujui sesuai yang di inginkan ibu?
8.
Jaminan apa yang dipakai oleh ibu saat pembiayaan?
9.
Apakah ibu diberi lembar monitoring oleh BMT?
10. Pada saat ibu terlambat membayar apa didatangi langsung atau dihubungin oleh BMT? 11. Apakah setiap bulan pembukuan keuangan usaha ibu dicek langsung oleh BMT? 12. Apakah ibu mengetahui kalau di BMT Forsitama ada asuransi? 13. Apakah pada saat jatuh tempo ibu dihubungin lewat telepon bu? 14. Apa ibu pernah diberi surat peringatan dari BMT?
DOKUMENTASI
BMT Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta
Ibu Ponirah, usaha warung makanan
Ibu Sunarsih, Usaha Toko Mebel
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri Nama
: Evi Septi Hernawati
Tempat/Tgl. Lahir
: Bantul, 5 September 1989
Alamat
: Sarirejo I RT 03, Singosaren, Banguntapan, Bantul
Nama Ayah
: Agus Hernawan
Nama Ibu
: Sri Wartini
B. Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri Mutihan II, Tahun Lulus 2002 2. SMP Negeri 1 Pleret, Tahun Lulus 2005 3. SMK Negeri 4 Yogyakarta, Tahun Lulus 2008 C. Pengalaman Organisasi 1. Karang Taruna Jaya Kusuma 2. Muda-mudi Kucup Mekar 3. Nasyiatul ‘Aisyiyah
Yogyakarta, 16 Januari 2014
Evi Septi Hernawati