STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT TEKUN KARANGGEDE TAHUN 2011
TUGAS AKHIR
Oleh : Khoirul Huda Irawan NIM : 201 08 044
JURUSAN SYARIAH PROGRAM DIII PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA 2011
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT TEKUN KARANGGEDE TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah
Oleh Khoirul Huda Irawan
NIM 201 08 044
JURUSAN SYARIAH PROGRAM DIII PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lampiran : 3 (tiga) Exemplar Hal
Salatiga, 11 Agustus 20111
: Naskah Tugas Akhir Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di-Salatiga assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah tugas akhir saudara : Nama
: Khoirul Huda Irawan
NIM
: 20108044
Jurusan
: Program DIII Perbankan Syariah
Judul
: STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT TEKUN KARANGGEDE
Demikian ini kami mohon Tugas Akhir saudara tersebut dapat di munaqosahkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing
Mochlasin, M. Ag. NIP. 19710923 200604 1 002
TUGAS AKHIR STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT TEKUN KARANGGEDE
DISUSUN OLEH KHOIRUL HUDA IRAWAN NIM : 20108044
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Tugas Akhir Jurusan syariah program DIII Perbankan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 22 Agustus 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh sebutan A. Md. E. Sy (Ahli madya Ekonomi Syariah)
Susnan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Suwardi, S. Pd., M. Pd
Sekretaris Penguji
: Benny Ridwan, M. Hum
Penguji I
: Drs. Alfred l, M. Si
Penguji II
: Ilyas Muhasin, S. Hi., M. si
Penguji III
: Mochlasin, M. Ag.
Salatiga, 12 September 2011 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag NIP. 19580827 198303 1 002
MOTTO
“jika kamu belum bermimpi maka cepat-cepatlah kamu tidur untuk mencari mimpi itu, namun Jika kamu bermimpi maka jangan tidur lagi tapi bangun dan bergerak untuk mencapai mimpi itu” “banyaklah membaca maka akan lebih banyak yang kamu lupa, namun jika semakin banyak yang kamu lupa maka semakin banyak yang kamu ketahui”
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini dipersembahkan untuk : 1. Ayah (alm), Ibu tercinta
yang selalu
mendidik penulis, dan terima kasih atas kasih sayang dan perhatiannya 2. Orang yang selalu dihatiku yang telah mau meluangkan waktunya untuk selalu memberi dukungan baik dukungan moril maupun materiil 3. Kakak
dan
adikku
terima
kasih atas
dukungan dan perhatiannya 4. BMT TEKUN Karanggede 5. Bapak Mochlasin, M. Ag dan Bapak Joko Sumanto, A. Md 6. Temen-temen
mahasiswa
dan
temen-
temenku yang selama ini masih memeberi support pada penulis
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat-Nya kepada kita semua, serta sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW sehingga Tugas Akhir ini yang berjudul, “Strategi Pencegahan dan Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BMT Tekun Karanggede” dapat diselesaikan dengan baik. Dalam penyususnan Tugas Akhir ini, Penulis menyadari banya pihik yang membantu dalam penyelesaiannya. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag, selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Drs. Mubasirun, M. Ag, selaku ketua jurusan Syariah. 3. Bapak Abdul Aziz N P., MM, selaku Ketua Program DIII Perbankan Syariah. 4. Bapak Mochlasin, M. Ag, selaku dosen pembimbing yang dengan ihklas, sabar mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian tugas akhir ini. 5. Bapak Joko Sumanto, A. Md, Bapak Suwarto, Ibu Elvi Yanuastuty, SE, selaku Manajer yang telah memberikan pengarahan dan izin kepada penulis, sehingga terwujud Tugas Akhir ini.
6. Bapak/Ibu Dosen Program DIII Perbankan Syariah STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama penulis belajar di STAIN Salatiga 7. Semua Staff BMT TEKUN karanggede yang banyak membantu kelancaran magang penulis 8. Ayah (alm), Ibuku tercinta, dan kakakku yang membiayai dan memberi doa serta motivasi penulis sehingga mampu menyelesaikan Tugas Akhir. Serta adikku yang selalu membuat aku tertawa. 9. Buat cintaku yang telah memberi dorongan baik moril maupun materiil sehingga terselesaikannya Tugas Akhir ini. 10. Teman-teman yang banyak membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Segala saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kebaikan penulis dimasa datang. Semoga dengan penulisan Tugas Akhir ini akan menambah ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Salatiga, 11 Agustus 2011
Penulis
ABSTRAK
Irawan, Khoirul Huda. 2011. Strategi Pencegahan dan Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BMT Tekun Karanggede. Tugas Akhir. Jurusan Syariah. Program DIII Perbankan Syariah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: mochlasin, M. Ag Kata kunci: Murabahah, Rescheduling, Reconditioning, Restructuring, Manageament assistancy, Inisiasi, solisitasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab pembiayaan Murabahah bermasalah, pencegahan, dan penanganan pembiayaan bermasalah. Perencanaan penyaluran pembiayaan harus dilakukan dengan baik agar tidak terjadi penyalah gunaan dana yang telah dicairkan olen BMT Tekun Karanggede kepada nasabah yang akan mengakibatkan kerugian bagi pada lembaga keuangan tersebut. Hal yang paling berpengaruh terhadap pembiayaan adalah bagaimana kebijakan yang diambil oleh BMT Tekun dalam Pembiayaan yang akan digunakan dalam usaha pengembangan bisnisnya. semakin banyak dan baik pembiayaan yang diberikan oleh BMT Tekun Karanggede kepada nasabah ini akan berdampak pada peningkatan pendapatan yang akan diperoleh BMT Tekun Karanggede.
Temuan penelitian ini adalah mengetahui penyebab pembiayaan murabahah bermasalah di BMT Tekun Karanggede berupa kelemahan dari faktor internal BMT seperti lemahnya dalam penilaian terhadapa jaminan yang dijadikan pengikat oleh nasabah serta hubungan yang terlalu dekat yang mengakibatkan terjdinya kinerja yang kurang professional. Fakor lain adalah berasal dari nasabah bisa berupa kesengajaan yang dilakukan nasabah karena nasabah memang tidak memiliki itikad yang baik atau terjainya kebangkrutan usaha yang mengakibatkan nasabah putus asa yang tidak mau melunasi kewajibannya atau ketidak sengajaan oleh nasabah misalnya terjadi kondisi alam yang merugikan, serta kondisi ekonomi yang tidak menentu yang dialami oleh nasabah. Pencegahan yang dilakukan oleh BMT Tekun Karanggede adalah melakukan analisis prospek usaha dimasa yang akan datang, penilaian terhadapa agunan yang dijadikan nasabah sebagai pengikat pembiayaan, serta tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian. Yang terakhir adalah penanganan dalah hal ini bisa dilakukan dengan penyelamatan terhadapa pembiayaan yang telah disalurkan dengan tetap berusaha nasabah melunasi kewajibannya namun usaha yang dijalankan tetap dapat berkembang atau penyelamatan yang lebih mengedepankan pada pemenuhan kewajiban yang ahrus dipenuhi oleh nasabah.
DAFTAR ISI
HALAM JUDUL ……………………………………………………...
i
HALAMAN PENGAJUAN TUGAS AKHIR………………………..
ii
HALAM PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………..
iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………...
iv
MOTTO…………………………………………………………………
v
PERSEMBAHAN……………………………………………………..
vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………
vii
ABSTRAK……………………………………………………………..
ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………..
x
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………..
1
B. Rumusan Masalah …………………………………
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………
4
D. Metode Penulisan ………………………………….
5
E. Sistematika Penulisan………………………………
6
LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka …………………………………….
11
1. Pengertia Strategi ……………………………..
11
2. Pengertian Pembiayaan ……………………….
12
3. Prinsip Pemberian Pembiayaan………………..
14
4.
BAB III
Kemampuan Yang Harus Dimiliki AO (Acconut Officer)……………………………...
17
5. Pengertian Murabahah…………………………
19
6. Prosedur Pembiayaan Murabahah……………..
20
7. Penyebab pembiayaan bermasalah…………….
21
8. Pencegahan pembiayaan bermasalah………...
22
9. Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah...
22
LAPORAN OBYEK A. Profil BMT TEKUN Karanggede………………….
25
1. Sejarah Berdirinya BMT TEKUN Karanggede.
25
2. Visi Misi……………………………………….
26
3. Kelembagaan dan Organisasi………………….
27
B. Peoduk Pembiayaan di BMT TEKUN Karanggede..
31
C. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Di BMT Tekun Karanggede………………………. BAB IV
BAB V
32
ANALISIS A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah…………………
50
B. Pencegahan Pembiayaan Bermasalah………………
54
C. Penanganan Pembiayaan Bermasalah………………
56
KESIMPULAN A. Kesimpulan ………………………………………..
63
B. Saran……………………………………………….
64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi…………………………………………..
30
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perbankan adalah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat kelebihan dana untuk disalurkan kepada masyarakat kekurangan dana untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Dalam dunia perbankan seperti pada perbankan syariah salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah pemberian pembiayaan kepada masyarakat yang merupakan fondasi yang menentukan kemajuan dari perbankan itu sendiri. Pembiayaan dapat diartikan sebagai pemindahan daya beli dari satu tangan ke tangan yang lainnya biasanya terkumpul dari sebagian penghasilan seorang yang tidak untuk dikonsumsi melainkan untuk dititipkan, dan atau penciptaan daya beli bagi seorang mudaharib akan mengetahui untuk apa pembiayaan itu akan dipergunakan ( Rivai, 2008: 2) Di berbagai bank banyak sekali jasa-jasa yang ditawarkan, baik bank syariah maupun bank konvensional. Diantara produk-produk yang ditawarkan semisal pembiayaan dibank syariah dan kredit di bank konvensional. Pembiayaan atau kredit yang ditawarkan oleh bank itu bisa didapat apabila telah memenuhi persyaratanyang telah ditentukan oleh setiap bank. Setelah para nasabah memenuhi semua persyaratan dan para pihak bank juga telah memberikan keputusan bahwa layak untuk di biayai maka proses pencairan dapat dilaksanakan. Saat pembiayaan dicairkan kepada anggota, saat itu juga
resiko akan muncul karena tidak semua anggota tepat dalam membayar angsuran. Pembiayaan merupakan salah satu produk yang dikembangkan dalam lembaga keuangan syariah, pembiayaan adalah kegiatan menyalurkan dana yang dimiliki oleh lembaga keuangan syariah kepada nasabah yang membutuhkan dana yang akan dijadikan sebagai modal untuk pengembangan usaha maupun pembuatan usaha baru. Di Indonesia sendiri system pembiayaan yang digunakan dalam perbankan syariah maupun lembaga keuangan syariah sangat berfariatif namun tetap menggedepankan prinsip syariah, keadilan, dan kehati-hatian. Salah satu produk pembiayaan yang mengalami perkembangan cukup pesat terutama di Indonesia adalah produk pembiayaan murabahah, dibandingkan dengan produk yang lain akad murabahah merupakan akad yang sering digunakan dalam lembaga keuangan syariah. Hal ini yang mengakibatkan pertumbuhan produk pembiayaan yang lain cukup lambat dibandingkan dengan perkembangan produk murabahah. Murabahah merupakan salah satu konsep islam dalam melakukan perjanjian jual beli. Konsep ini telah banyak digunakan oleh bank-bank dan lembaga keuangan syariah untuk pembiayaan modal kerja, dan pembiayaan perdagangan para nasabahnya. (Muhammad, 2000: 22). Murabahah adalah akad jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan magin keuntungan yang disepakati (Burhanuddin, 2008: 271)
Murabaha adalah akad pembiayaan dimana harga pokok ditambah dengan keuntungan yang telah disepakati sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya, dalam akad ini penyerahan barang dilakukan setelah perjanjian dan pembayaran dapat dilakukan secara termin (angsur). Sejalan dengan perkembangan dalam penggunaan pembiayaan sebagai salah satu media transaksi khususnya pembiayaan murabahah, terlihat pula perkembangan yang sama pesatnya didalam bisnis lembaga pembiayaan. Ekspansi yang cepat dibidang industri, perdagangan, jasa dan kegiatan ekonomi lainnya telah mempercepat tumbuh dan lahirnya berbagai jenis lembaga pembiayaan. Mula mula bersifat umum, tetapi kemudian menjurus kearah spesialisasi (Rivai, 2008: 2) Dengan adanya hal tersebut maka pembiayaan adalah salah satu fondasi keuangan syariah untuk memperlancar perkembangan lembaga keuangan syariah, dengan semakin berkembangnya pembiayaan harus diikuti dengan pencegahan penyalah gunaan dana oleh nasabah maupun resiko resiko yang akan timbul pada waktu yang akan datang. Salah satu resiko yang akan timbul adalah pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan. Misalnya pembiayaan yang diberikan kepada saudara sutarman yang merupakan slah satu nasabah yang tidak memenuhi kewajiban yang harus dipenuhinya, dia tidak sanggup melunasi sebagian kewajibannya, dengan adanya pembiayaan bermasalah hal ini akan berakibat pada Laba rugi
moral, karena akan mengurangi kepercayaan dari masyarakat. Jadi, kepercayaan terhadap suatu bank yang memiliki tingkat NPL tinggi akan semakin berkurang dan kesehatan suatu lembaga pasti dipertanyakan walaupun lembaga yang sehat masih memiliki NPL walaupun rendah. Akibat NPL pihak dibitur kesulitan membayar utangnya, jangankan untuk membayar bunga membayar pokoknya saja pun sulit. Ini sangat berdampak bagi bank atau lembaga dari penyaluran dana tersebut bank akan mengalami kerugian. Serta peningkatan Biaya administrasi penyelsaian pembiayaan bermasalah. Dengan melihat hal semacam itu penulis ingin meneliti tentang “Strategi Pencegahan dan Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BMT Tekun Karanggede” sehingga nanti dapat digunakan sebagai referensi untuk pengambilan keputusan.
B. Rumusan Masalah 1. Apa penyebab pembiayaan bermasalah di BMT Tekun Karanggede? 2. Bagaimana strategi pencegahan pembiayaan bermasalah di BMT Tekun Karanggede? 3. Bagaimana strategi penanganan pembiayaan bermasalah di BMT Tekun Karanggede?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian: Untuk menegetahuai apa penyebab seorang anggota dalam koperasi jasa keuangan syariah macet dalam pembiayaan dan apa pencegahan yang harus dilakukan serta penanganan jika memang terjadi pembiayaan bermasalah. 2. Manfaan penelitian : a. Bagi penulis Merupakan salah satu rangkaian kegiatan perkuliahan sekaligus untuk mengetahui bagaimana pencegahan dan penanganan bila terjadi pembiayaan bermasalah. b. Bagi STAIN Salatiga Dapat digunakan sebagia sumber data bagi para pembaca baik dari kalangan
dosen
maupun
mahasiswa
serta
dapat
menambah
perbendaharaan buku di perpustakaan. c. Bagi BMT Tekun Karanggede Sebagai salah satu referensi dalam pencegahan dan penyelesaian masalah yang mungkin akan timbul pada waktu yang akan datang khususnya dalam masalah pembiayaan yang bermasalah.
D. Metode Penulisan 1. Jenis penelitian Jenis penelitian menggunakan metode diskriptif yaitu suatu metode yang menguraikan secara mendetail tentang suatu yang menjadi obyek penelitian. 2. Jenis data yang dibutuhkan a. Data primer Adalah data yang berisi tentang variable produk pembiayaan BMT yang digunakan dalam analisis dan pembahasan masalah. b. Data sekunder Data yang diperoleh secara tidak langsung dan semua kegiatan yang ada di BMT dengan menbaca buku, serta sumber-sumber yang berhubungan dengan laporan. 3. Metode pengmpulan data a. Obserbai langsung Merupakan teknik pengumpulan atau memperoleh data informasi dan cara melakukan pengamatan langsung dari BMT. Pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.
E. Sistematika Penulisan Pendahulaun berisi latar belakang masalah yang merupakan awal pemilihan judul, rumusan masalah yang akan menjadi pokok pembahasan dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu pennyebab pembiayaan murabahah bermasalah pencegahan serta penanganannya, tujuan dan manfaat penelitian berupa tujuan
penulis melakukan penelitian ini serta manfaat setelah
dilakukan penelitain baik manfaat untuk penulis lembaga atau STAIN Salatiga maupun untuk BMT Tekun Karanggede sendiri, metode penulisan bagimana penulis melakukan penelitian di BMT Tekun karanggede yaitu jenis penelitian yang digunakan data data yang dibutuhkan serta metode pengumpulan data dengan melakukan observasi sevara langsung di BMT , sistematika penulisan merupakan urut-urutan penulisan dari awal sampai pada kesimpulan. Untuk BAB II berisikan telaah pustaka berupa pengetian strategi yaitu , suatu cara yang dipersatukan, luas dan berintegrasi yang digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang. Pengertian Pembiayaan kerja sama antara kedua belah pihak yaitu antara pemilik modal dengan pengelola dengan prinsip saling percaya, prinsip pemberian pembiayaan dalam pembiayaan prinsip yang sangat dikedepankan adalah 5C yaitu Character, capacity, capital, condition, collateral selain prinsip 5C ada berupa prinsip lain dalam pemberian kredit adalah 7P dan 3R personality, purpose, prospect, payment, profitability, protection, perti dan untuk 3R adalah return, repayment, dan risk bearing ability. Kemampuan yang harus dimiliki AO seorang account officer
merupakan penjembatan antara pihak lembaga dengan nasabah sehingga AO harus meiliki beberapa kemampuan diantaranya adqalah memiliki karakter yang baik, kecakapan dan pengetahuan dalam menjalankan usaha, pengalaman dalam menjalankan usaha seorang AO harus memiliki pengalam menjalakan usaha agar usaha yang dijalankan dapat berjalan dengan baik, kesungguhan dan keberanian dalam mengambil resiko dan penampilan. Prosedur pemberian pembiayaan murabahah seorang nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank dengan perjanjian dengan prinsip jual beli harga jual merupakan harga beli ditambah dengan biaya dan keuntungan yang telah disepakati, penyerahan barang dilakukan setelah perjanjian dan pembayaran dapat dilakukan secara termin atau angsuran. Penyebab pembiayaan bermasalah dari pihak internal bank sendiri berupa analisis kredit yang kurang mendetail hubungan personality yang kurang baik serta kebijakan pembiayaan yang kurang tepat sedangkan dari pihak nasabah karakter dari nasabah yang tidak memiliki itikad yang baik serta adanya keterbatasan pengembangan usaha. Strategi penenganan pembiayaan bermasalah dalam penanganan pembiayaan bermasalah dapat dilakukan melalui cara penagihan secara intensif oleh bank, rescheduling, reconditioning, restructuring, maupun manageament assistancy Laporan Obyek Merupakan laporan atas tempat yang dijadikan obyek penelitian berupa profil BMT Tekun dalam profil disini berisikan tentang sejarah awal pendirian BMT Tekun Karanggede yang memang berawal dari KSP yang bersifat konvensional selain itu juga terdapat struktur, visi dan
misi. Produk pembiayaan adalah produk yang ditawarkan oleh BMT kepada nasabah.
Prosedur pengajuan pembiayaan membahas mengenai prosedur
awal seoarang calon nasabah mengajukan pembiayaan sampai pada realisasi pembiayaan yang diajukan jika memang telah disetujui oleh komite pembiayaan yang telah di bentuk oleh BMT Tekun karanggede. Bab analisis poin pertama berisikan penyebab pembiayaan bermasalah yang terjadi di BMT Tekun Karanggede yaitu faktor dari lembaga dan faktor dari nasabah. Faktor lembaga berupa lemahnya dalam pengikatan angunan yang dijadikan jaminan oleh nasabah, terjidinya analisis usaha yang tidak mendetail, dan tidak adanya pengawasan usaha nasabah secara mendetail, serta kebijakan pembiayaan yang kurang tepat terhadap lingkungan dan kondisi nasabah. Sedang faktor nasabah bisa berupa ketidak sengajaan oleh nasabah atau memang kesengajaan dari nasabah. Point kedua pencegahan yang dilakukan adala dengan analisis karakter nasabah apakah memiliki itikad yang baik atau sebaliknya, anailis agunan yang dijadikan jaminan secara mendetail, melihat kondisi atau prospek usaha nasabah dimasa yang akan datang. Sedang point terakhir yaitu penanganan pembiayaan bermasalah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penyelamatan ataupun penyelesaian. Dalam penyelamatan disini memiliki tujuan agar nasabah dapat memenuhi kewajibannya
dan
tetap
mengembangkan
usahanya
namun
dalam
penyelesaiaan di sini lebih ditekankan pada pengembaliaan kewajiban oleh nasaabah kepada BMT.
Penutupan memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan hasil dari penelitian yaitu penyebab pembiayaan bermasala berupa faktor internal BMT maupun faktor internal nasabah. Faktor internal BMT berupa kelemahan dalam dalam pengikatan jaminan yang dijadikan sebagai agunan dan adanya rasa yang terlalu dekat anatara nasabah dengan petugas BMT, faktor nasabah bisa berasal dari kesengajaan oleh nasabah hal ini karena nasabah memang miliki itikad tidak baik atau keputus asaan nasaha dalam mengelola usahanya. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan analisis pembiayaan atau karakter nasabah secara lebih mendetail, penilaian prospek usaha, serta melihat jaminan yang dijadikan agunan oleh nasabah. Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DARTAR RIWAYAT HIDUP
BAB II LANDASAN TEORI
A.. Telaah Pustaka 1. Pengertian Strategi Definisi strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis bisa berupa perluasan geografis, diversifikasi, akusisi, pengembangn produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi, likuidasi dan joint venture. Pengertian strategi adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (www.konsep-strategi-defenisi-perumusanhtml) Pengertian strategi secara umum dan khusus sebagai berikut: a.
Pengertian Umum Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
b.
Pengertian khusus Strategi
merupakan
tindakan
(senantiasa
meningkat)
dan
yang
bersifat
terus-menerus,
serta
incremental dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan. 2. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan kerjasama antara kedua belah pihak antara pemegang/pemilik modal dengan pengelola untuk menjalankan usaha dengan prinsip saling percaya antara kedua belah pihak. Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trush), berarti lembaga pembiayaan selaku shahibul mal menaruh kepercayaan kepada seorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat yang jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, (Rivai,2008: 3) Hai orang orang yang beriman, Penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu, (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hokum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.(Al-Ma’idah [5] 1) Selain yang dikemukakan diatas, ada pengertian lain tentang pembiayaan yang lain. Pembiayaan adalah penyedia uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara lembaga keuangan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya stelah jangka waktu tertentu, dengan imbalan atau bagi hasil. Istilah yang merupakan pasangan pembiayaan adalah dain (debt). Pembiayaan dan wadiah adalah istilah untuk perbuatan ekonomi (perbuatan yang menimbulkan akibat ekonomi) yang dilihat dari arah yang berlawanan. Pembiayaan dalam bank islam adalah penyedia dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu ( Rivai, 2008: 4 ) : a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. Transaksi sewa dalam bentuk ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik dalam bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, istisna’; d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e. Transaksi multi jasa dengan menggunakan akad ijarah dan kafalah. Berdasarkan persetujuan antara pihak lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan, tanpa imbalan atau bagi hasil. Dengan demikian, dalam praktiknya pembiayaan adalah: a. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama di kemudian hari;
b. Suatu tindakan atas dasar perjanjian yang dalam perjanjian tersebut terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu; c. Pembiayaan adalah suatu hak, dengan hak mana seorang dapat mempergunakannya untuk tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu dan atas pertimbangan tertentu pula. 3. Prinsip Pemberian Pembiayaan Dalam dunia perbankan syariah untuk prinsip pemberian pembiayaan tidaklah memiliki perbedaan dengan prinsip yang diterapkan dalam dunia perbankan konvensional (www.analisispembiayaanhtml) Prinsip pembiayaan dikenla dengan istilah 5C; yaitu a. Character (watak) AO harus mencari sifat sifat dari calon nasabah. Hal ini berkaitan dengan kemauan nasabah untuk melunasi kewajibannya, lembaga keuangan ingin pembiayaan yang disalurkan dapat kembali pada waktunya.Bank harus member pembiayaan kepada nasabah yang memiliki komitmen
yang tinggi terhadap
persetujuan yang dibuat. Tanpa itikad yang baik dari debitur lebih baik pembiayaan tidak disalurkan. b. Capacity (kapasitas) pada analisa ini bank berusaha mengetahui kemampuan manajemen mengoperasikan perusahaannya sehingga dapat memenuhi kewajibannya terhadap bank secar rutin dan pada saat jatuh tempo. Kapasitas ini menunjukan kemampuan riil dari perusahaan untuk merealisasikan rencana yang telah dibuatnya.
Sebagian aspek ini dapat dibaca dari laporan keuangan yang disediakan perusahaan seperti kondisi likuiditas, rentabilitas, dan aspek
keuangan
lainya
yang
merupakanrefleksi
kemampuan
manajemen. c. Capital (modal) analisis aspek modal meliputi struktur modal yang disetor,
cadangan-cadangan,
dan
laba
yang
ditahan.
Modal
menunjukan tingkat resiko yang ikut ditanggung oleh nasabah dalam pembiayaan. d. Condition (kondisi) analisis terhadap aspek ini meliputi analisa terhadap variable ekonomi makro yang melingkupi perusahaan baik variable regional, nasional, maupun internasional. e. Collateral (jaminan) penelitian ini meliputi penilaian terhadap jaminan yang diberikan debitur sebagai pengaman kredit yang diberikan bank. Penilaian tersebut meliputi kecenderungan nilai jaminan di masadepan dan tingkat kemudahan
mengkonversikan
menjadi uang tunai. Selain prinsip 5C ada penilaian lain yang juga dijadikan sebagia dasar pengembilan keputusan pemberian kredit yang dikenal dengan istilah prinsip 7P dan prinsip 3R; a. Personality: bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat hidupnya (kelahiran, pendidikan,
pengalaman,
usaha/pekerjaan, dan sebagainya), hobi, keadaan keluarga (istri, anak), social standing (pergaulan dalam masyarakat serta pendapat
masyarakat tentang sipempinjam), serta hal hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian sipeminjam. b. Purpose mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. Apakah akan digunakannya untuk berdagang, atau untuk membeli rumah uatau untuk tujuan lain. Selain itu apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kredit yang bersangkutan. Misalnya untuk keperluan perkapalan sedang line of business bank dalam bidang pertanian. c. Prospect yang dimaksud dengan prospect adalah harapan masa depan di bidang usaha utau kegiatan usaha si peminjam. Ini dapat diketahuai dari perkembangan usaha peminjam selama beberapa bualan/tahun, perkembangan keadaan ekonami perdagangan, keadaan ekonomi perdagangan
sector
usaha
si
peminjam,
kekuatan
keuangan
perusahaan yang dibuat dari kekuatan pendapatan/keuntungan masa lalu dan perkiraan masa mendatang. d. Payment untuk mengetahui bagaimana perkiraan pembayaran kembali pinjaman yang diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentang proyek, kelancaran, penjualan dan pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah pengembaliannya. e. Profitability menilai berapa tingkat keuntungan yang akan diraih calon debitur, sebagaimana polanya, apakah makin lama makin besar atau sebaliknya.
f. Protection menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau asuransi. g. Perti bertujuan mengkalsifikasi calon debitur berdasarkan modal, loyalitas, dan karakternya. Pengkalsifikasian ini akan menentukan perlakuan bank dalam hal pemberian fasilitas. Tujuan unsur dalam konsep 7P sebenarnya mempunyai kesamaan dalam lima unsure dalam 5C. Tiga komponen dalam prinsip 3R adalah; a. Tingkat pengembalian usaha (return) b. Kemampuan membayar kembali (repaiment) c. Kemampuan menanggung resiko (risk bearing ability) 4. Kemampuan Yang Harus Dimiliki AO Account officer merupakan penyalur antara bank dan pihak nasabah, yang harus memelihara hubungan dengan nasabah, dan wajib memonitor seluruh kegiatan nasabah secara terus menerus. Segala keperluan fasilitas nasabah harus tertuang dalam memo pembiayaan nasabah dan dalam ringkasan fasilitas pembiayaan, disamping memberikan fasilitas kepada nasabah AO (account officer) harus pula mampu melakukan (Rivai, 2008: 353) Dengan demikian seorang account officer harus memiliki beberapa kemampuan diantaranya: a. Karakter
Karakter yang baik merupakah syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang account officer, sehingga nanti akan mampu menilai calon-calom nasabah yang memiliki karakter kuarang baik atau etikad yang tidak baik. Selain itu seorang AO harus memiliki kemampuan untuk menilai nasabah yang memang membtuhkan modal dari lembaga keuangan syariah dan yang bukan dengan karakter yang ia miliki. b. Kecakapan dan pengetahuan Kecakapan disini adalah account officer mampu mengatur pembiayaan yang akan dicairkan kepada nasabah sehingga akan meningkatkan produktifitas bank maupun nasabah itu sendiri. Account officer tidak harus memiliki pendidikan yang tinggi, tetapi hendaknya mempunyai kecakapan dan pengetahuan yang cukup tinggi sesuai dengan besar tanggung jawab yang dia emban. Jadi AO harus memiliki kecakapan yang akan membantunya dalam memilih nasabah yang akan mampu mengembangkan lembaga yang dia tampati c. Pengalam menjalankan usaha Seorang yang memiliki pengalaman dalam bidang usaha yang dijalankan merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam menilai apakah yang bersangkutan dapat dipercaya mengelola fasilitas pembiayaan yang diberikan. Jadi seorang account officer harus mampu memiliki kemampuan menilai apakah yang nantinya diberi
pembiayaan mampu menjalankan fasilitas yang diberikan atau hanya akan merugikan pihak perbankan itu sendiri. d. Kesungguhan dan kenberanian mengambil resiko Account
officer
harus
berani mengambil
keputusan
dan
mengambil resiko, dalam memberikan fasilitas pembiayaan bank menghendaki
agar
pembiayaan
tersebut
sungguh-sungguh
dimanfaatkan untuk pengembangan usaha dan demi kepantingan perusahaan, sesuai dengan tujuannya. e. Penampilan Seoarang account officer yang baik adalah orang yang penampilan pribadinya baik, mempunyai kewibawaan di hadapan orang lain. Penampilan sangat penting untuk menunjang keberhasilan negosiasi dengan pihak lain sehingga mau bekerja sama untuk mencapai tujuannya 5. Pengertian Murabahah Pengertian AI-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang bertanggung jawab. Murabahah di bagi ke dalam dua jenis yaitu
1. mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama dan pihak lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan daerah bisnis. 2. mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah di mana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah bisnis. 6. Prosedur pembiayaan murabahah Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnya laba/keuntungan dalam jumlah tertentu (Muhammad, 2000: hal 105). a. Nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank yang kemudian diproses oleh bank. b. Bank membeli barang yang dipesan oleh dan menjualnya kepada nasabah. Harga jual adalah harga beli ditambah dengan keuntungan yang yang disepakati. Bank harus jujur member tahu kepada nasabah harga jual yang sesungguhnya ditambah dengan biaya-biaya yang dibutuhkan. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Pada umumnya pembayaran dilakukan secara cicilan, dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad sedang pembayaran dapat dilakukan secara tangguh (Siregar, 2010: 41).
7. Penyebab Pembiayaan Bermasalah Pembiayaan bermasalah bukan hanya berasal dari salah satu pihak apakah hanya dari lemga keuangan maupun nasabah melainkan keduanya memiliki potensi yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah. a. Dari internal Yaitu yang berasal dari perbankan syariah atau lembaga keuangan syariah itu sendari yang menyebabkan seorang nasabah mangkir dalam memenuhi kewajiban yang seharusnya dipenuhi. 1) Hubungan personality dengan mitra yang tidak terjalin dengan baik sehingga rasa ewoh (melu) tidak terbawa 2) Analisis pembiayaan yang dilakukan oleh manajeman tidak berjalan dengan semestinya atau kuarang teliti 3) SDM dari manajemen atau lembaga yang kurang memadahi sehingga mengakibatkan pemilihan atau penentuan nasanah yang kurang mendetail 4) Kebijakan pembiayaan yang kurang tepat terhadap lingkungan maupun anggota. b. Dari eksternal 1) Karakter dari anggota yang memang tidak memiliki niat untuk memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi 2) Kondisi dari rumah tangga yang menyebabkan seorang anggota tidak bisa memenuhi kewajibannya
Keterbatasan pengembangan usaha, pembiayaan yang dicairkan kepada anggota digunakan untuk pengembangan maupun pembuatan usaha baru sehingga jika perkembangan usaha mengalami kesulitan sehingga hal ini yang akan mengakibatkan seorang anggota sulit atau tidak bisa memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi 8. Pencegahan pembiayaan bermasalah Pencegahan pembiayaan bermasalah dibuat untuk mengantisipasi agar dapat mengurangi resiko atas pembiayaan yang telah diberikan kepada anggota pembiayaan. Dalam pencegahan pembiayaan bermasalah yang dapat dilakuakan oleh lembaga keuangan syariah diantaranya adalah( rivai, 2008, hal: 200): Untuk pencegahan pembiayaan bermasalah dapat dilakukan dengan melakukan analisis pembiayaan yang lebih mendetail yang mencakup prinsip 5C, 7R dan 3R yang dijadikan dasar dalam analisis pembiayaan. Selain dengan analisis pembiayaan yang mendetail lembaga harus melakukan administrasi dan dokumentasi dengan baik dan melakukan pengawasan secara terus menerus terhadap usaha yang dijalankan oleh nasabah sehingga lembaga akan mengetahui kondisi dari usaha nasabah apakah mengalami perkembangan atau sebaliknya. 9. Strategi Penenganan Pembiayaan Bermasalah. a. Ada beberapa arti dalam pembiayaan bermasalah diantaranya: 1) Pembiayaan yang tidak lancar
2) Pembiayaan dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan. 3) Pembiayaan yang tidak menepati jadwal angsuran 4) Pembiayaan yang memiliki potensi merugikan BMT 5) Pembiayaan yang memiliki potensi menunggak dalam satu waktu tertentu. b. Gejala-gejala pembiayaan bermasalah 1) Pembayaran angsuran tersendat-sendat 2) Sering meminta penundaan pembayaran 3) Terjadi penyimpangan penggunaan pembiayaan 4) Mengajukan perpanjangan pembiayaan 5) Sering menghindar saat penagihan 6) Adanya hutang kepihak lain Langkah langkah penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan bank bagi nasabah yang masih mempunyai prospek dan mempunyai iktikad yang baik untuk menyelesaikan kewajibannya adalah (www.langkahpenyelamatan-kredit-bermasalahhtml) : a. Penagihan intensif oleh bank Terhadap nasabah yang usahanya masih berprospek dan dianggap masih mempunyai itikad baik, namun telah menunjukan gejala-gejal kearah kredit bermasalah harus dilakukan penagihan secara insentif kepada nasabah agar memenuhi seluruh kewajibannya. b. Rescheduling
Rescheduling
adalah
upaya
penyelamatan
kredit
dengan
melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali kredit atau jangka waktu, termasuk grace period baik termasuk besarnya jumlah angsuran atau tidak. c. Reconditioning Reconditioning merupakan upuaya penyelamatan kredit dengan cara melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh syarat-syarat perjanjian kredit yang tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal angsuran dan jangka waktu kredit saja, namun perubahan tersebut tanpa memberikan tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan d. Restructuring Restructuring ialah upaya penyelamatan dengan melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity bank yang dilakukan dengan tanpa rescheduling dan atau recondioning. e. Menageament assistancy Management
assistancy
adalah
bantuan
konsultansi
dan
manajemen profisional yang diberikan kepada bank kepada nasabah yang masih mempunyai proses dan mempunyai itikad baik untuk melunasi
kewajibannya,
perusahannya.
namun
lemah
didalam
pengelolaan
BAB III LAPORAN OBYEK
A. Profil BMT Tekun Karanggede 1. Sejarah Berdirinya BMT TEKUN Berangkat dari sebuah program LSM LPTP (Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan ) Surakarta bekerja sama dengan Yayasan BORDA melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat pedesaan melalui kegiatan pendampingan kelompok swadaya masyarakat terutama yang terkait dengan permodalan.Kegiatan tersebut lebih dikenal dengan istilah “Revolving Fund” yang meliputi wilayah kecamatan Cepogo, Selo, Ampel. Seiring dengan perjalanan waktu program tersebut berakhir tahun 1988.
Untuk menjaga keberlanjutan program tersebut maka LPTP
bersama masyarakat sepakat untuk membentuk wadah yaitu Koperasi Simpan Pinjam dengan nama Tekad Usaha Mandiri yang dikenal dengan KOSPIN TEKUN Boyolali dengan Badan Hukum No. 20 / BH / KWK. 11-25 / XI / 1988 yang berkantor di Ngepos Sukabumi Cepogo Boyolali. Perkembangan KOSPIN TEKUN dalam perjalanannya semakin menunjukkan grafik yang positif sehingga pada tahun 2003 berniat membuka kantor cabang di wilayah Kecamatan Karanggede. Setelah berjalan sekitar satu tahun ada tuntutan dari masyarakat dan pengelola untuk membuka unit syariah di Karanggede sehingga pada bulan April
2004 layanan KOSPIN TEKUN berubah pola dengan system syariah dengan nama BMT TEKUN Karanggede Boyolali. Hal ini telah dikuatkan dengan keputusan RAT 08 / TAP / RAT-5 / KOP – TEKUN / II / 2004 tentang Pengesahan Pendirian Unit BMT TEKUN di Karanggede. Pengelolaan BMT TEKUN harus dikelola secara terpisah dengan induknya dalam arti sisi keuangan sudah harus berdiri sendiri dan tidak tergantung pada induknya sehingga sebagai modal awal maka seluruh asset yang ada di Cabang Karanggede berubah status sebagai hutang BMT TEKUN ke KOSPIN TEKUN CEPOGO.Karena saat itu
KOSPIN
TEKUN mempunyai hutang ke LPTP maka disepakati hutang BMT TEKUN Karanggede dialihkan menjadi Hutang ke LPTP dan hutang ke KOSPIN TEKUN CEPOGO lunas.Hutang ke LPTP pada tahun 2009 juga telah dilunasi.
Status otonom penuh ini dikuatkan dengan keputusan
pengurus nomor 47/SK/P/KSP – TEKUN/III/2004. Sehingga sejak 01 April 2004 BMT TEKUN Karanggede benar-benar sebagai unit otonom dalam kegiatan operasionalnya namun dalam status Badan Hukum dan Kepengurusan tetap menjadi satu wadah besar KOPERASI TEKUN BOYOLALI sampai saat ini. 2. Visi dan Misi Visi : “Menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yang mandiri, professional dan Terdepan dalam Layanan” Misi :
Membangun Kemandirian Lembaga yang Profesional Berbasis pada Ekonomi Kerakyatan dengan Mengedepankan Pelayanan yang Islami untuk Mencapai Kesejahteraan Bersama. Slogan: “Mandiri dalam Usaha Terdepan dalam Layanan” Tujuan: · Mengembangkan usaha secara mandiri yang berbasis pada ekonomi kerakyatan · Memberikan pelayanan yang terbaik kepada para anggota · Membangun budaya kerja yang professional dan bernuansa islami · Meningkatkan kesejahteraan bersama 3. Kelembagaan dan Organisasi a. Identitas Umum : 1). Nama Lembaga
: BMT TEKUN Karanggede Boyolali
2). Tanggal Berdiri
: 1 April 2004
3). Alamat
: Jl. Raya Karanggede – Wonosegor KM 0.5 Pulutan Kebonan Karanggede Boyolali Telp 0298– 610846 Fax 0298 – 610644
b. Dasar Hukum: 1). Nomor Badan Hukum 2). Aturan Tertulis
: 20 / BH / KWK. 11 – 25 / XI / 1988
: Anggaran Dasar dan : Anggaran Rumah Tangga
3). NPWP
: 02.082.631.9-526.000
c. Pengurus dan Pengelola 1)
Pengurus a) Ketua
: Drs. Surur Wahyudi
b) Sekretaris
: Siti Nurhasanah, A Md
c) Bendahara
: H. Parmono
2)
Pengawas Manajemen
& Syariah BMT a) Ketua
: Sujarwo
b) Anggota
: Drs. Ahmad Robith Sya’bani,SE
3)
Pengelola a) General Manager Accounting
: Joko Sumanto, A Md : Sudarni, S Pd
b) Manager Cabang Karanggede : Elvi Yanuastuti, SE Marketing
: Tri Santoso : Soleh Dwiyanto : Eni Setyasih : Nasrudin
Customer Service/ Adm Pembiayaan : Agus Tri Prakoso & Umum Teller
: Anti Fatchul Choiriyah
General Affair
: Fatchul Muin
c) Manager Cabang Klego
: Suwarto, SE
Marketing
: Muhammad Rosyid, A,Md : Sabdo Slamet
Teller d) Manager Cabang Kacangan Marketing
: Kurnia Indah Habsari : Suwarto, SE : Siti Maryati : Karyawan Baru 2 orang (rekrut)
Teller
: Dhoni Triyanto
4. Srtruktur Organisasi Struktur Organisasi BMT TEKUN Karanggede RAT TEKUN PENGAWAS MANAJEMEN & SYARIAH BMT PENGURUS
GENERAL MANAGER BMT TEKUN ACCOUNTING
MANAGER CABANG
MANAGER CABANG
MANAGER CABANG
KARANGGEDE
KACANGAN
5. KLEGO
MARKETING:
TELLER
· FUNDING · LANDING
MARKETING:
TELLER
· FUNDING · LANDING
· FUNDING · LANDING
CUSTOMER SERVICE
GENERAL AFFAIR
ANGGOTA
Gambar 1
MARKETING:
ANGGOTA
TELLER
B. Produk Pembiayaan di BMT Tekun Karanggede BMT “TEKUN” juga dapat melayani produk-produk jasa pembiayaan yang terdiri dari: 1. Mudharabah Penyediaan modal kerja (Shohibul Maal ) yang diberika oleh BMT, sedangkan nasabah bertindak selaku pengelola (Mudharib). Cara pengembaliannya : Pokok + nisbah bagi hasil yang sesuai kesepakatan. 2. Musyarakah Perjanjian pembiayaan yang dilakukan oleh BMT dengan nasabah dimana bagi hasil resiko usahanya ditanggung bersama sesuai dengan komposisi modal masing-masing dan kerugian ditanggung berdasarkan prosentase rasio. 3. Murabahah akad jual beli antara BMT dengan nasabah untuk pembelian suatu barang dengan ketentuan harga jual sama dengan harga beli ditambah dengan keuntungan diperjanjian awal, penyerahan barang setelah perjanjian disepakati dan pembayaran dapat dilakukan secara angsuran. 4. Ijarah Akad pembiayaan berupa sewa dimana ketika masa akhir perjanjian barang menjadi milik nasabah atau dengan kata lain pergantian kepemilikan dimasa akhir sewa.
C. Prosedur Pengajuan Pembiayaan di BMT Tekun Karanggede 1. Syarat-Syarat Pembiayaan Untuk menjaga kedisiplinan dan kepatuhan, bagi setiap pejabat pembiayaan BMT TEKUN haruslah mengikuti langkah-langkah dan prosedur proses persetujuan pembiayaan yang meliputi: Permohonan Pembiayaan a. BMT TEKUN hanya akan memberikan fasilitas pembiayaan yang diajukan secara tertulis, baik untuk pembiayaan baru, penambahan pembiayaan, perpanjangan pembiayaan, perubahan syarat pembiayaan, dengan menggunakan formulir yang disediakan oleh BMT TEKUN b. Permohonan pembiayaan berisi: 1) Identitas pemohon 2) Rencana atau prospek usaha 3) Perincian penggunaan dana dan angunan yang digunakan 4) Jumlah dan jangka waktu penggunaan dana 5) Proyeksi pengembalian pembiayaan Legalitas a. Pembiayaan Untuk Perorangan 1) Foto copy KTP/SIM suami-istri (yang masih berlaku) 2) Foto copy Kartu Keluarga dan Surat Nikah yang masih berlaku 3) Foto copy rekening (listrik / telpon / PAM) 4) Surat keterangan tempat usaha (kios, toko, lapak) jika ada 5) Peta lokasi rumah tinggal dan tempat usaha
6) Daftar barang dan atau
spesifikasi barang jika pengajuan
pembiayaan untuk pembelian barang 7) Apabila telah memiliki menyerahkan foto copy (SIUP, TDP, NPWP) 8) Menyerahkan SPK bila pembiayaan yang diajukan untuk membiayai modal kerja suatu proyek 9) Menyerahkan keadaan keuangan sederhana (dapat dibuatkan oleh Account Officer) b. Pembiayaan Untuk Badan Usaha (PT, CV, Koperasi, Yayasan) a) Foto copy SIUP dan TDP b) Foto copy NPWP c) Surat Keterangan Domisili perusahaan d) Foto copy akta/anggaran dasar badan usaha beserta segala perubahannya e) Surat pengesahan akta/anggaran dasar dari Menteri Kehakiman untuk badan usaha CV, PT, Yayasan dan Menteri Koperasi & PPKM untuk badan usaha koperasi. f) Foto copy KTP pemohon dan pengurus badab usaha (yang masih berlaku) g) Surat kuasa dan atau persetujuan dari pengurus badan usaha kepada pemohon untuk mengajukan pembiayaan h) Struktur organisasi i) Surat perintah kerja apabila pengajuan pembiayaan untuk membiayai modal kerja suatu proyek
j) Daftar barang/spesifikasi barang yang akan diajukan pembeliannya kepada BMT TEKUN c. Laporan Keuangan (minimal 3 bulan terakhir) d. Data Jaminan dan hubungan hukum mitra dengan jaminan e. Persyaratan lainnya yang diperlukan oleh BMT TEKUN 2. Inisiasi a. Pengumpulan Informasi Dalam pengumpulan informasi yang harus diperhatikan meliputi: Jenis Mitra Calon
mitra
pembiayaan
yang
akan
diproses
pengajuan
pembiayaannya terdiri dari 2 (dua) kategori yaitu: 1) Calon Mitra yang datang ke kantor BMT TEKUN atau dikenal dengan istilah ‘walking client’ untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan. Proses awal dan analisis pembiayaan terhadap calon mitra kategori ini haruslah ekstra hati-hati. 2) Calon mitra yang kualifikasinya baik haruslah dicari dan ditemukan oleh Account Officer. Dengan kata lain bahwa satuan kerja marketing (pembiayaan) haruslah proaktif mencari dan menemukan mitra potensial agar pembiayaan yang disalurkan aman dan menghasilkan secara optimal. b. Teknik Mencari Informasi 1) Intern: deposan besar, penabung besar, mitra yang mempunyai reputasi bagus, calon mitra sendiri.
2) Ekstern: referensi (surat atau kenalan), pembeli dari produk eksisting calon mitra, suplier dari produk eksisting calon mitra, jasa seseorang terhadap koperasi. c. Ta’aruf (Perkenalan/wawancara) Dalam ta’aruf ini dipersiapkan dan dilakukan hal-hal : 1) Cakupan materi penting dalam wawancara 2) Kelengkapan data pemohon 3) Penjelasan data pendukung 4) Pemeriksaan kembali kebenaran dan konsistensi data pemohon d. Penentuan Calon Mitra Potensial Dari hasil ta’aruf dapat ditentukan calon mitra potensial menurut standar
kualifikasi
KJKS
atau
UJKS
Koperasi,
yang
tidak
membandingkan dengan mitra lain serta kualifikasinya tidak di bawah rata-rata. 3. Solisitasi a. Dasar pelaksanaan solitisasi adalah untuk mengetahui tentang kondisi usaha dan membicarakan hal hal khusus yang menjadi perhatian koperasi. b. Langkah langkah solitisasi (meminta informasi) meliputi: 1) Eksistensi usaha, Filosofi usaha, sejarah, sasaran, rencana usaha, kepemilikan, prospek, tenaga kerja, sistem penggajian dan jaminan sosial. 2) Kebutuhan calon mitra
Bidang
usaha,
rekanan
usaha,
bantuan
teknologi,
bantuan
manajemen, dan lain lain. 3) Kemampuan membayar Kondisi produksi dan hasil produksi, pemasaran dan strategi penjualan, kekuatan/kelemahan perusahaan (manajemen) sumber bahan baku/cara pengadaan bahan baku, sistem pencatatan keuangan. 4) Risiko Meliputi usaha, rumah tangga dan lingkungannya serta upaya dan cara-cara mengantisipasinya 5) Jaminan Apakah jaminan mempunyai market value, tidak bermasalah keberadaannya, kemudahan memonitor lokasinya. 4. Analisis Pembiayaan a. Setiap calon mitra yang telah memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen umum permohonan pembiayaan harus dilakukan analisis secara tertulis dengan mengedepankan: 1) Analisis menggambarkan semua informasi yang berkaitan erat dengan usaha dan data pemohon, termasuk (jika diperlukan) hasil penelitian pada pembiayaan bermasalah. 2) Analisis menyajikan penilaian yang obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan pemohon pembiayaan
3) Analisis pembiayaan dilakukan secara konsisten dan profesional dan tidak hanya untuk memenuhi prosedur pembiayaan. b. Faktor-Faktor Analisis Pembiayaan Faktor-faktor yang dianalisis sebagai dasar penilaian kelayakan untuk pemberian pembiayaan meliputi : 1) Kemauan/Niat Bayar (Willingness To Pay) Analisis ini penting dilakukan oleh Account Officer untuk memperoleh informasi yang benar terhadap calon mitra tentang : a) Character (Akhlak) Akhlak calon mitra pembiayaan hendaknya diketahui secara baik oleh Account Officer. Mereka tidak termasuk orang yang berperilaku boros, tidak amanah, tidak suka berspekulasi dalam berusaha. b) Integritas Untuk mengetahui apakah calon mitra pembiayaan mempunyai komitmen yang baik terhadap janji, waktu, tata nilai-aturan, hutang,
ucapannya
tidak
banyak
menyimpang
dari
perbuatannya. Untuk mengetahui karakter dan integritas calon mitra dilakukan melalui teknik wawancara dan cross check kepada keluarga, tetangga, sesama pengusaha, rekanan usaha, dan ustadz (mu’alim) setempat dan atau karena calon mitra sudah dikenal dengan sangat baik oleh pejabat koperasi.
2) Kemampuan Bayar (Ability To Pay) Analisis
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
keberadaan
dan
kemampuan usaha calon mitra yang meliputi: a) Tujuan Penggunaan Pembiayaan Account Officer harus mengetahui secara pasti tentang tujuan penggunaan dana oleh calon mitra, apakah untuk modal kerja, investasi atau multiguna. b) Analisis Keberadaan Usaha Yaitu analisis keberadaan dan kelangsungan usaha dari calon mitra yang meliputi: Analisis Syariah: Menilai apakah usaha yang dikelola oleh calon mitra tidak bertentangan dengan nilainilai syariah. Apakah produk, proses produksi, sistem penjualan tidak ada yang melanggar nilai-norma dan syariah. Analisis Yuridis: Identitas calon mitra dan usahanya harus dinilai aspek legalnya. Apakah (KTP/SIM/KK/Surat Nikah) masih berlaku, dan apakah usaha calon mitra (perorangan atau badan usaha) tidak
mengganggu
tetangga-warga
setempat
dan
telah
memperoleh legalitas (perijinan) dari instansi yang berwenang (SIUP, TDP, TDR, NPWP, Akta Pendirian dll). c) Analisis Kondisi Usaha Untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan oleh calon mitra cukup baik, dalam artian hasilnya mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya secara wajar, mampu
menutupi biaya operasional usaha dan ada kelebihan pendapatan yang bisa dijadikan sebagai akumulasi modal, sehingga usahanya akan terus berkembang. Dan apabila kebutuhan modal usahanya dibiayai oleh koperasi, maka usahanya tersebut mampu membayar kembali kepada
koperasi dan mampu
berkembang sehingga volume usahanya semakin besar. d) Analisis Kemampuan Usaha dan Manajemen Calon mitra haruslah memiliki kemampuan mengelola usaha secara profesional, tangguh dan ulet. Pengusaha akan memiliki kemampuan mengatasi permasalahan dalam usahanya apabila telah memiliki pengalaman sekurangnya 2 (dua) tahun. Oleh karena itu kebijakan pemberian pembiayaan di BMT TEKUN hanya diberikan apabila calon mitra yang telah memiliki pengalaman dalam bidang usahanya sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun. Selain itu calon mitra harus memiliki kecakapan dalam hal produksi,
penjualan-pemasaran dan mengatur
keuangan berdasar skala dan sektor usahanya. e) Analisis Keuangan dan Modal Dalam mengelola usahanya calon mitra harus mampu mengatur keuangannya dengan baik, sehingga mampu menyisihkan sebahagian keuntungannya dalam bentuk saving yang akan terakumulasi menjadi modal yang akan meningkatkan skala usahanya.
Harus dicermati bagaimana struktur modal usaha
calon mitra apakah sumber modal berasal dari diri sendiri (self finance) atau berasal dari pinjaman (hutang). Satu hal yang harus diwaspadai adalah apabila sumber modal usaha yang sedang dijalankan sebagian besar berasal dari sumber pinjaman. f) Analisis Jaminan Earning assets BMT TEKUN sebagian besar berasal dari liability yaitu dana masyarakat dan lembaga-lembaga keuangan syariah lain untuk dikelola dengan amanah, aman dan mampu memberikan benefit yang layak. Oleh karena itu Account Officer harus dapat menganalisis usaha calon mitra dimana sumber utama (Repayment Capacity) untuk pelunasan pembiayaan nantinya dibayarkan dari hasil keuntungan usahanya (first way out). 3) Analisis Jaminan a) Jaminan
(agunan)
dalam
pembiayaan
adalah
sebagai
komplemen dalam perikatan muamalah setelah diyakini benar atas kelayakan usaha calon mitra. b) Fungsi jaminan dapat dijadikan sebagai sumber terakhir pengganti
pelunasan
pembiayaan,
apabila
mitra
sudah-
nyatanyata tidak mempunyai kemampuan lagi untuk membayar walau sebelumnya pihak koperasi telah berupaya memberikan masa tangguh dan upaya lain agar tidak terjadi pengambilan jaminan sebagai sumber pembayaran pelunasan pembiayaan.
Jaminan (agunan) dijadikan sebagai pelunasan pembiayaan apabila mitra nyata-nyata melakukan tindakan ingkar janji dengan indikasi keculasan dan kesengajaan. c) Bentuk jaminan dibagi dua yaitu: Jaminan utama berupa benda tidak bergerak, misalnya akte jual beli dan Hak Milik, Hak Guna Bangunan. Benda bergerak (kendaraan bermotor) benda tak berwujud yaitu tabungan dan deposito. Jaminan tambahan jaminan yang datang atas pihak ketiga d) Penyidikan dan Penilaian Penyidikan dan penilaian dilakukan dengan cara: Meninjau langsung ke lokasi jaminan itu berada, Menilai secara akurat tentang kondisi jaminan berdasarkan data-data dan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan (personal checking), Jika berupa tanah meminta advis planning ke dinas tata kota e) Peringkat jaminan berdasar jenis dan tata cara pengikatannya sebagai agunan untuk suatu jumlah-pembiayaan akan dibuat ketentuan tersendiri. 4) Analisis Risiko a) Analisis Risiko Makro Perkembangan politik, ekonomi dan sosial budaya secara nasional harus dilihat dan diprediksi pengaruhnya baik positif maupun negatif terhadap dunia usaha secara keseluruhan dan kemungkinan pengaruh langsungnya terhadap usaha calon mitra.
Misalnya apakah pemilu dan atau terjadinya pergantian kepemimpinan nasional akan mempunyai dampak terhadap perkembangan ekonomi dan khususnya usaha calon mitra yang bersangkutan. b) Analisis Bisnis Dan Industri Melakukan analisis kondisi usaha calon mitra dalam hubungannya dengan usaha lain yang mempunyai kaitan secara langsung. Bagaimana hubungan dengan suplier bahan baku, transportasi, harga, sistem pembayaran, calon konsumen. Kemudian dari pada itu juga perlu dianalisis membandingkan usaha calon mitra dengan usaha sejenis yang ada di pasar (kualitas, harga, tingkat permintaan), sehingga diketahui adakah tingkat kejenuhan terhadap produk sejenis dan prospek usaha calon mitra. Dari analisis bisnis dan industri tersebut dapat diprediksi titik kritis usaha calon mitra. c) Analisis Keuangan Adalah menilai kelayakan usaha dengan dasar laporan keuangan (neraca dan rugi/laba). Analisis ini dapat dilakukan dengan: Analisis vertikal, mengetahui porsi pengalokasian dana terhadap basis tertentu. Analisis horizontal, membandingkan dua atau lebih pospos keuangan sejenis dalan satu laporan keuangan. Analisis rasio, melihat perkembangan usaha dengan skala tertentu.
d) Analisis Manajemen Adalah melihat kemampuan manajerial calon mitra terhadap usahanya. e) Analisis Yuridis Menilai kelayakan calon mitra dari aspek legal, baik meliputi identitas nyata diri maupun usaha. Misalnya apakah identitas diri (KTP,SIM,) masih berlaku, apakah ada bukti surat nikah bagi yang telah menikah, apakah ada bukti persetujuan dari pejabat yang berwenang bila calon mitra terikat hubungan kerja dengan suatu instansi, dan lain-lain. Sedangkan untuk usaha calon mitra apakah tidak ada masalah dengan. lingkungan dan telah memperoleh ijin dari lembaga yang berwenang, dan lainlain. f) Analisis Jaminan Apakah jaminan yang diberikan cukup baik secara fisik dan tidak bermasalah. Jaminan yang baik adalah yang dapat dipasarkan dan dapat dijual, karena tidak semua benda yang dapat dipasarkan dapat dijual akan tetapi semua benda yang dapat dijual pasti dapat dipasarkan. 5. Strukturisasi Dari hasil identifikasi kebutuhan mitra akan pembiayaan dan analisis kelayakan, analisis risiko, analisis jaminan oleh Account Officer,
selanjutnya ditentukan strukturisasi pembiayaan yang sesuai. Strukturisasi pembiayaan dilakukan untuk menetapkan: a. Bentuk penggunaan pembiayaan untuk menentukan produk dan akad b. Jangka waktu penggunaan pembiayaan c. Besarnya plafon sehingga tepat jumlah d. Sumber dan cara pelunasan pembiayaan e. Meminimalkan risiko pembiayaan yang akan menjadi risiko koperasi 6. Penyusunan Usulan Pembiayaan Setelah proses analisis pembiayaan, Account Officer membuat usulan pembiayaan
diajukan
kepada
Komite/Panitia
Pembiayaan
untuk
direkomendasikan mendapat fasilitas pembiayaan. Usulan pembiayaan berisi yang terpenting: a. Tujuan Memuat permohonan ringkas calon mitra. b. Data dan analisis kualitatif 1) Legalitas usaha, mencakup analisis yuridis atas calon mitra dan usahanya. 2) Riwayat usaha, uraian singkat mengenai kegiatan usaha yang dijalankan calon mitra sejak awal hingga saat ini. 3) Permodalan, menjelaskan tentang struktur dan sumber modal perusahaan, yang nantinya akan mempengaruhi pembagian wewenang dalam menjalankan usaha.
4) Strategi pemasaran, melihat strategi yang dijalankan oleh calon mitra dalam menghadapi persaingan pasar. 5) Prospek usaha, menganalisis kemampuan calon mitra untuk menghasilkan produk dan jasa sesuai dengan perkembangan poleksosbudhankam dan kebutuhan masyarakat di kemudian hari. c. Data dan analisis kuantitatif 1) Omzet (produksi / penjualan). 2) Laporan Keuangan (neraca dan laba rugi). 3) Kebutuhan pembiayaan. 4) Menguraikan jenis pembiayaan yang sesuai dan menentukan porsi dana koperasi untuk seluruh kebutuhan calon mitra. 5) Menguraikan jenis pembiayaan yang sesuai dan menentukan porsi dana koperasi terhadap seluruh kebutuhan calon mitra d. Hubungan perbankan Mengetahui bank koresponden calon mitra baik untuk pendanaan maupun pembiayaan. e. Analisis jaminan Mengetahui kelayakan jaminan baik dari aspek legal maupun materi dihubungkan dengan pembiayaan yang akan diberikan kepada calon mitra. Penilai atau appraiser koperasi dilakukan oleh bagian Hukum dan Remedial. f. Kesimpulan
Merupakan kesimpulan dari analisis kualitatif, analisis kuantitatif, hubungan perbankan dan analisis jaminan. g. Rekomendasi Merupakan usulan Account Officer yang bersangkutan secara profesional, dan rasional atas permohonan pembiayaan calon mitra untuk diajukan kepada Komite/Panitia Pembiayaan. 7. Rapat Komite Pembiayaan a. Rapat Komite Pembiayaan diselenggarakan untuk membahas, menganalisis dan memutuskan usulan pembiayaan yang diajukan oleh Account Officer, yang diikuti oleh anggota Komite Pembiayaan. b. Pelaksanaan Rapat Komite Pembiayaan: 1) Komite/Panitia Pembiayaan Sirkulir Komite/Panitia Pembiayaan Sirkulir beranggotakan: Kepala Bagian Marketing, Kepala Bagian Operasional, Account Officer, Adm Pembiayaan & Legal 2) Rapat Komite Pembiayaan a) Rapat Komite Pembiayaan diselenggarakan untuk memutuskan bagi: Pembiayaan kepada pihak terkait, Pembiayaan mitra lama yang pengajuannya melebihi plafon pembiayaan sebelumnya, Besarnya jumlah plafon ditentukan oleh Kebijakan Pengurus b) Teknis Rapat Komite
c) Teknis permintaan analisis, penilaian dan persetujuan dari Pengurus atas pengajuan pembiayaan jika tidak memungkinkan untuk dilakukan dalam rapat dikirimkan melalui facsimile. d) Proses pengambilan keputusan: · Apabila keputusan (rekomendasi) komite sirkulir bulat dalam
hal
menolak
dan
atau
menyetujui
usulan
pembiayaan, maka tinggal dimintakan Manajer BMT TEKUNuntuk memberikan approval. · Apabila rekomendasi putusan tidak bulat, maka dapat diajukan banding pada Manajer BMT TEKUN · Setiap perbedaan pendapat dari anggota rapat sehingga mengakibatkan keputusan rapat komite tidak bulat, maka harus dicatat didalam notulasi rapat komite pembiayaan. · Keputusan banding yang diajukan oleh rapat komite kepada Manajer BMT TEKUN dapat berupa menolak, menyetujui dan atau mengembalikan kepada Account Officer untuk memperbaiki sesuai dengan catatan pemutus banding yang bersangkutan. 8. Prinsip Pemberian Persetujuan Pembiayaan a. Setiap pemberian persetujuan pembiayaan harus mendasarkan kepada analisis dan rekomendasi tertulis persetujuan usulan pembiayaan.
b. Dalam hal keputusan pemberian persetujuan pembiayaan tidak sejalan dengan rekomendasi tertulis usulan pembiayaan, harus dijelaskan secara tertulis dan alasan apa yang mempertimbangkan dan meyakinkan pejabat pemutus pembiayaan yang bersangkutan. c. Keputusan
akhir
persetujuan
pembiayaan
berada
di
komite
pembiayaan. 9.
Akad Pembiayaan a. Setiap pembiayaan yang telah disetujui dan disepakati oleh pemohon dengan koperasi, maka wajib dibuatkan akad secara tertulis yang memuat hal-hal: 1) Memenuhi keabsahan dan persyaratan hujum syariah dan hukum positif yang dapat dilindungi kepentingan koperasi (penyebutan komparisi,jenis akad) 2) Memuat jumlah jangka waktu,penggunaan,tata cara pembayaran kembali,dan persyaratan lainnya. b. Setiap
akad
pembiayaan
yang
dibuat
oleh
koperasi
harus
ditandatangani di kantor koperasi oleh para pihak dan pihak yang memberikan persetujuan kepada pemohon beserta para saksi yang salah satu dari saksi tersebut adalah berasal dari pihak pemohon. 10. Proses Realisasi Pembiayaan a. Proses realisasi adalah proses pencairan dana atau pembelian barang mitra
setelah
Pembiayaan.
diproses
dan
diputuskan
oleh
komite/Panitia
1) Penggunaan
dana
untuk
pembiayaan
jual-beli
dinamakan
pembayaran, sedangkan penggunaan dana untuk pembiayaan syirkah dan jasa disebut pencairan. 2) Pemeriksaan kepatuhan ketentuan intern dan ekstern yang berlaku yang menjamin perlindungan bagi koperasi telah dipenuhi dan diselesaikan. 3) Dokumen Pendukung Pencairan b. Utama 1) Surat Persetujuan Prinsip 2) Perjanjian Pembiayaan 3) Surat Sanggup Angsuran 4) Pengikatan Jaminan 5) Jadwal Angsuran 6) Tanda Terima Uang Mitra (penarikan pembiayaan) c. Tambahan 1) Standar jaminan 2) Kuasa debet (angsuran, biaya administrasi, notaris, asuransi) 3) SPK 4) Pengecekan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum pencairan.
BAB IV ANALISIS
A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah Penyebab pembiayaan bermasalah yang terjadi pada BMT Tekun Karanggede adalah sebagai berikut: 1. Faktor dari lembaga atau internal BMT a. Lemahnya system pengamanan dari BMT terkait barang dan jaminan Sertifikat tanah, menurut peraturan perbankan pembiayaan diatas Rp 3.000.000;, dengan jaminan sertifikat tanah harus diuruskan melalui notaris dengan tujuan jika terjadi kemacetan dalam pembiayaan dan tidak ada itikad baik dari nasabah untuk mengembalikan kewajibannya maka lembaga dapat dengan mudah mengurus pengeksekusian terhadap barang jaminan tersebut, baik untuk dimiliki maupun untuk di jual untuk menutupi kewajibannya yang belum dipenuhi. Jika dijual dan masih terdapat sisa penjualan setelah
dikurangi
dengan
kewajibannya
maka
sisa
dapat
dikembalikan kepada pemilik jaminan. b. Kelalaian dalam menganalisis usaha Permasalah ini dapat diakibatkan pemikiran bagian pembiayaan yang terkadang muncul sifat kemanusiaan misalnya menolong atau membantu teman dekat, tetangga yang memerlukan uang walaupun
sebenarnya orang tersebut kurang layak untuk dibiayai, akhirnya terjadi masalah dalam pelunasannya. Hal ini akan berakibat kurang adanya rasa professional yang dilakukan oleh pegawai yang menangani masalah pembiayaan. c. Tidak adanya pengawasan yang baik dari lembaga mengenai usaha nasabah Hal ini terjadi karena banyaknya pembiayaan yang disalurkan oleh BMT yang baik jumlah uang yang disalurkan atau jumlah anggota yang terlalu banyak dan berpencar sehingga lembaga tidak mampu melakukan pengawasan secara kontinyu dan keseluruhan usaha nasabah
untuk
mempererat
tali
silaturrohmi
sekaligus
membangkitkan semangat nasabah untuk melunasi kewajibannya terhadap BMT. Faktor ini sangat penting karena kunjungan dalam bentuk
ini
merupakan
usaha
untuk
mengakrabkan
atau
mendekatkan hubungan antara BMT dengan nasabah. d. Kebijakan pembiayaan yang kurang tepat Dalam hal ini kebijakan yang dikeluarkan oleh BMT kurang tepat terhadap kondisi dari nasabah baik kondisi lingkungan maupun kondisi keuangan nasabah. Misalnya adalah prosedur pembiayaan yang terlalu penjang bagi calon nasabah baru, jika sejak awal nasabah sudah merasa bosan terhadap kebijakan yang dikeluarkan maka selanjutnya nasabah tidak akan atau sulit sekali membayar kewajibannya yang harus dibayarkan kepada BMT.
2. Faktor dari nasabah Faktor dari nasabah memang seharusnya dapat diminimalisir oleh petugas pembiayaan sebelum memang pembiayaan direalisasikan kepada calon nasabah. Dimulai dari penilaian karakter nasabah karena hal ini adalah faktor utama pendukung nasabah bersedia melunasi kewajibannya atau tidak. Faktor dari nasabah yang menyebabkan pembiayaan bermasalah adalah: a. Faktor ketidak sengajaan 1) Keadaan ekonomi yang tidak menentu sehinggan nasabah sulit memenuhi kewajibannya kepada BMT, persaingan usaha yang terus menerus melonjak sehingga nasabah yang tidak memiliki kesiapan akan sulit mengikuti perkembangan yang akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang akan diterima hal ini berakibat penghasilan yang tidak menentu sedangkan kewajiban yang harus dipenuhi tidak berubah-ubah. Salain itu harga barang yang meningkat yang mengakibatkan pengusaha harus mematok harga baru yang mengakibatkan berkurangnya pembeli. 2) Pendapatan yang tidak cukup untuk membayar, Hal ini biasanya berawal dari kerugian usaha sehingga uang yang digunakan untuk menutup usaha bukan untuk melunasi hutangnya. 3) Menomorduakan BMT
Nasabah
selalu berfikir menggampangkan atau menganggap
mudah mengenai urusan terhadap BMT dan bisa diselesaikan nanti-nanti sehingga
akan
menyepelekan
atau
menunda
kewajibannya. b. Faktor kesengajaan Selain itu ada juga faktor kesengajaan dari nasabah itu sendiri. Nasabah dengan sengaja tidak mau melunasi kewajibannya hal ini biasanya merupakan faktor sifat yang tidak baik dari nasabah. Sifat sifat tidak baik nasabah ini dapat muncul sejak awal maupun setelah mereka mendapat pinjaman. Adapun sifat yang muncul sejak awal memang dari sifatnya yang tidak baik. Oleh karena itu, bagian pembiayaan harus benar-benar mengerti character dari peminjam. Sedangkan sifat yang muncul setelah mereka mendapat pinjaman biasanya disebabkan kerugian dalam usaha yang mengakibatkan putus asa dan tidak mau berusaha lagi untuk melunasi
kewajibannya
ataupun
mungkin
karena
masalah
keuangan. Faktor kesengajaan ini sebenarnya bisa dilihat tanda-tanda sejak awal oleh BMT antara lain bisa dilihat dari ketidakmauan mereka dalam membayar angsuran berkali-kali secara berurutan, menghindar apabila didatangi oleh petugas BMT, ataupun tidak ada itikad baik untuk membayar kewajibanya untuk mendatangi BMT dalam menyelesaikan masalah.
B. Pencegahan Pembiayaan Bermasalah Pencegahan pembiayaan bermasalah dibuat untuk mengantisipasi agar dapat mengurangi resiko atas pembiayaan yang telah diberikan kepada anggota pembiayaan. Dalam pencegahan pembiayaan bermasalah yang dapat dilakuakan oleh lembaga keuangan syariah ( Rivai, 2008: 200): Pencegahan yang dilakukan oleh BMT Tekun Karanggede dalam mengurangi terjadinya pembiayaan bermasalah yang telah disalurkan kepada nasabah. 1. Penilaian terhadap itikad baik debitur BMT aka melakukan penilaian terhadap itikad baik debitur melaui dari karakter calon nasabah apakah sebelumnya pernah memiliki tanggung jawab yang belum dipenuhi terhadap lembaga keuangan yang lain, penilaian penuh terhadap anggota keluarga nasabah yang memang menunjukan itikad baik, BMT akan bertindak tegas terhadap nasabah yang memang tidak memiliki itikad yang baik dengan membatalkan pemberian pinjaman. 2. Menilai prospek usaha calon nasabah BMT akan menilai apakah hari-hari yang akan datang usaha yang akan dikembangkan oleh nasabah dapat berkembang dan dapat menjamin pembiayaan yang diberikan BMT kepada calon nasabah. Selain itu, penilaian terhadap prospek usaha untuk mengetahui apakah memang bisa
dijadikan dasar dalam pemberian pembiayaan dan dijadikan dasar untuk pelunasan pembiayan yang telah dicairkan. 3. Melihat jaminan (agunan) Jenis dan cara pengikatan agunan akan mempengaruhi kecepatan BMT dalam melakukan penyelamatan pembiayaan yang telah disalurkan jika memang suatu hari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh BMT. Jika yang di agunkan adalah benda bergerak BMT akan melaukan penjualan lebih mudah dan relative cepat sedang benda yang dijaminkan adalah tidak bergerak maka hal ini akan lebih aman bagi BMT. 4. Mengetahui nilai nasabah terhadap BMT BMT perlu berfikir sebelum melakukan realisasi pembiayaan terhadap nasabah yang memiliki nilai tinggi bagi BMT. Seorang nasabah tersebut Misalnya seorang bendahara instansi yang memiliki tanggung jawab mengumpulkan semua angsuran pokok dan bagi hasil yang kemudian akan diserahkan kepada BMT. 5. Mengenal nasabah lainnya BMT harus berfikir dengan cermat bila tindakan pada seorang nasabah mengakibatkan larinya nasabah lainnya. Jadi BMT harus benar-benar mencermati nasabah yang demikian ini karena bila mengakibatkan hal yang merugikan BMT maka harus dihindari namun jika memang memiliki prospek yang dapat mengembangkan BMT maka nasabah yang demikian ini harus dicari oleh patugas BMT. Nasabah yang demikian ini biasanya berupa tokoh dilingkuang tertentu.
6. Perbandingan antara biaya BMT akan membandingkan antara biaya dari sejumlah tindakan yang berakibat biaya rendah namun tetap menghasilkan pendapat yang tinggi. Jadi BMT harus bisa membandingkan biaya yang dikeluarkan oleh nasabah dengan pendapatan atau keuntungan yang akan diterima oleh nasabah jangan sampai terjadi pembiayaan lebih tinggi di bandingkan dengan pendapatannya. 7. Prinsip Kehati-hatian dalam Pembiayaan Dalam prinsip kehati hatian BMT Tekun Karanggede untuk mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah. Prinsip kehati hatian disini BMT sangat memperhatiakan analisis pembiayaan yang dijalankan atau dilakukan oleh petugas pembiayaan baiak dari 5C, 7P, dan 3R namun hal yang paling menonjol dalam prinsip kehati-hatian ini adalah BMT menilai karakter calon nasabah jika memang memiliki itiakad yang baik maka tidak akan terjadi di hari yang akan datang pemblotan dalam melunasi kewajibannya. C. Penanganan Pembiayaan Bermasalah Dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar. Terhadap kredit yang mengalami
kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan sehingga bank tidak mengalami kerugian. (www.langkah-penyelamatan-kredit-bermasalahhtml) : 1. Penyelamatan Hubungan kerjasama antara BMT dengan nasabah masih harus dilanjutkan.Pertimbangan utama adalah pembiayaan dapat dilanjutkan dengan resiko yang masih dapat diterima dan nasabah masih mapu memberikan penyelamatan
pendapatan
kepada
BMT.
Untuk
menangani
atau
pembiayaan bermasalah BMT melakukan cara yang
berkesinambungan a. Pemberian surat penagihan I Apabila nasabah pembiayaan telat dalam 2 bulan berturut-turut belum membayar angsurannya, sehingga BMT memberikan surat melalui petugasnya. Surat penagihan I berisi pemberitahuan mengenai nominal tunggakan angsuran dan margin yang harus dibayar sampai bulan bersangkutan b. Pemberian surat penagiahn II Dilakukan oleh BMT, apabila nasabah pembiayaan stelah 1 bulan diberi surat penagihan I namun tetap tidak ada itikad baik untuk melunasi pinjamannnya. Surat penagihan II berisi pemberitahuan mengenai tunggakan angsuran dan bagi hasil sampai bulan bersangkutan yang harus dibayar dan pemberitahuan akan dilakukan penyitaan terhadap barang jaminan apabila nasabah pembiayaan tidak mampu melunasi kewajibannya.
Sebelum dilakukan langkah selanjutnya bila memang nasabah belum sanggup untuk melunasi kewajibannya secara keseluruhan dan memiliki itikad yang baik terhadap BMT dan bersedia berunding atau menyelesaikan masalah dengan datang kekantor maka BMT akan menawarkan beberapa solusi lain yaitu: 1) Rescheduling (penjadwalan kembali) Suatu tindakan yang diambil dengan cara memperpanjang jangka waktu pembiayaan atau jangka waktu angsuran. Dalam hal ini sisi debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu k pembayaran pembiayaan. Misalnya saldo Rp 700.000;, masih kurang 10 kali selama 10 bulan angsuran pokok Rp 700.000/ bulan dan margin Rp 100.000/bulan (flat) artinya pinjaman plus margin adalah 10 X Rp 800.000;, adalah Rp 8.000.000;, usahanya menhasilkan laba bersih pembayaran margin pembiayaan sebesar Rp 500.000 dengan strategi rescheduling a) Memperpanjang jangka waktu pembiayaan Rp 500.000;, laba bersih disisihkan Rp 100.000 sebagai cadangan dengan tujuan agar nasabah dapat menumpuk modal kemudian untuk pembayaran angsuran dan margin atau bagi hasil pembiayaan adalah Rp 400.000/bulan dengan kemampuan sebesar tersebut dan tanpa penambahan beban pokok pembiayaan serta
beban bagi
hasil tertunggak.
Maka
pembiayaan ini diharapkan bisa diselesaikan dalam waktu
(Rp700.000;, + Rp100.000;.) Rp 400.000;, X 10 bulan = 20 bulan 2) Reconditioning (persyaratan kembali) Dalam strategi ini pihak BMT bisa melakukan penyelamatan dengan strategi rescheduling ditambah perubahan kebijakan BMT. Kebijakan BMT yang dapat diubah sebagai pengganti persyaratan pembiayaan misalnya a) Penundaan pembayaran margin Dalam hal inimargin dihitung berdasarkan saldo pinjaman yang tertunggak namun pembayaran bisa ditangguhkan hingga naabah
mampu
membayarnya
berdasarkan
kemampuan
usahanya b) Penurunan margin Cara ini dapat dilakukan dengan melihat kondisi usaha nasabah yang masih bisa mengahasilkan surplus dan likuidasinya masih memungkinkan untuk membayar margin yang diturunkan dengan nilai tertentu c) Pembebasan margin Apabila
kondisi
usaha
belum
memungkinkan
nasabah
membayar margin maka pihak BMT akan memberikan kelonggaran membebaskan nasabah dari kewajiban membayar margin untuk suatu waktu tertentu. Pembebasan bunga ini
dalam bentuk sebagian atau seluruhnya tergantung dari kondisi usaha nasabah. c. Pada tahap ini petugas memberikan surat pernyataan yang harus ditandatangani oleh nasabah yang berisi kesanggupan untuk melunasi pinjamannnya berdasarkan waktu yang disetujui oleh peminjam dan apabila peminjam tetap tidak mampu melunasi hutangnya atau tidak memiliki itikad yang baik, maka BMT berhak untuk mengambil barang jaminan tersebut baik di antar sendiri oleh nasabah atau di ambil langsung oleh BMT dan selanjutnya BMT berhak menjual barang jaminan untuk menutupikewajiban yang masih tersisa dan apabila sisa akan dikembalikan kepada nasabah. Namun dalam langkah ini BMT dapat melakukan apabila memang nasabah tidak memiliki itikad yang baik terhadaap BMT dalam penyelesaian masalahnya. Jika memang nasabah masih memiliki itikad yang baik dan bersedia untuk melunasi kewajibannya dengan toleransi yang telah disepakati maka BMT tidak akan melakukan langkah ini dengan kata lain BMT akan bertindak JIka nasabah sudah tidak bersedia untuk melunasi kewajibannya. 2. Penyelesaian Penyelesaian pembiayaan bermasalah dapat dilakukan dengan proses pengadilan atau dengan proses diluar pengadilan. Dalam penanganan pembiaayn bermasalah dapat mengakibatkan putusnya hubungan kerja sama anata BMT dengan nasabah karena meskipun dilanjutkan hal ini
tidak akan menguntungkan bagi pihak BMT. Beberapa cara yang diterapkan oleh BMT Tekun Karnggede dalam penanganan pembiayaan bermasalah : a. Penagihan langsung oleh BMT Penagihan langsung dapat dilakukan selama BMT masih memiliki keyakinan usaha nasabah masih dapat berjalan atau berjalan lagi setelah tindakan rescheduling dan reconditioning oleh BMT terhadap nasabah yang macet. Dari segi barang jaminan yang dikuasai oleh BMT telah diikat dengan sempurna, mudah dicairkan, dan nilainya cukup besar lebih besar dari pokok dan margin yang tertunggak. b. Penagihan pembiayaan kepada penjamin Dalam hal pembiaayaan jaminan dari pihak ketiga misalnya perorangan, perusahaan, dan BMT, mereka disebut penjamin atas pembiayaan yang telah diberikan. Sehingga bila nasabah tidak mau membayar kewajibannya maka BMT dapat menagih kepada penjamin. Jumlah pinjaman yang dapat ditagihkan kepada penjamin bisa sebagian atau seluruhnya bisa berupapa pokoknya saja atau bagi hasil/marginnya saja atau keduanya. Hak BMT untuk menagih kepad penjamin tergantung kewajiban penjamin sebagaimna yang tertuang dalam perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. c. Penyelesaian melalui saluran hukum Apabila upaya penyelesaian secara damai sudah diupayakan secara maksimal dan belum
memberikan
hasil atau
nasabah tidak
menunjukkan
itikad
baiknya
(on will)
dalam
menyelesaikan
kewajibannya, maka penyelesaiaannya dapat ditempuh melalui saluran hukum. Karena pembiayaan yang telah disalurkan kepada nasabah namun nesabah tidak mampu memenuhi kewajibanya sehingga permbiayaan menjadi bermasalah maka BMT dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan untuk meminta bantuan kepada pengadilan untuk melakukan sita eksekusi barang yang dijadikan jaminan oleh nasabah yang telah diikat oleh BMT secara sempurna.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Untuk
penyebab pembiayaan bermasalah di BMT Tekun
Karanggede Faktor lembaga atau internal BMT : hal ini terjadi karena masih lemah dalam pengikatan dan penilaian terhadap barang yang dijadikan nasabah sebagai pengikat pembiayaan dan adanya keakraban yang berlebihan pihak BMT dengan nasabah yang akahirnya membuat nasabah bisa berbuat semaunya yang berakibat bahwa BMT akan dijadikan nomordua oleh nasabah dalam usahanya. Selain itu ada faktor lain yang mengakibatkan pembiayaan yang disalurkan terjadi bermasalah hal ini berupa kebangkrutan yang dialami oleh nasabah, bencana alam, juga bias diakibatkan oleh kesengajaan nasabah yang memang tidak memiliki niat untuk melunasi kewajibannya. 2. Pencegahan terjadinya pembiayaan bermasalah di BMT Tekun Karanggede Untuk mencegah agar pembiayaan dapat berjalan seperti apa yang telah dikehendaki maka BMT harus melakuakan antisipasi terlebih dahulu sebelum pembiayaan memang dicairkan. Dalam pencegahan petugas memang harus benar-benar memahami pekerjaannya sehingga agar meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginkan dikemudian
hari, petugas harus benar-benar menilai karakter nasabah sebelum mendapatkan dana apakah memang memiliki itikad yangt baik terhadapa BMT atau hanya akan merugikan pihak BMT saja, tidak hanya itu manajemen harus bisa menilai kondisi usaha nasbah apakah dikemudian hari usaha tersebut dapat dijadikan jaminan untuk melunasi kewajibaanya secara keseluruhan. Tidak hanya itu BMT memang
harus
Mengutamakan
prinsip
kehati-hatian
sebelum
pembiayaan direalisasikan kepada nasabah hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya penyalahgunaan dana oleh nasabah. 3. Penanganan pembiayaan bermasalah di BMT Tekun Karanggede Untuk penanganan pembiayaan bermasalah ada beberpa hal yang bisa dilakukan oleh BMT Tekun Karanggede penyelamatan atau penyelesaian. Kedua hal tersebut membutuhkan kesabaran dan keuletan yang harus dimiliki oleh petugas pembiayaan dan ini mutlak adanya, petugas pembiayaan harus menghindari kekerasan dalam bentuk apapun baik yang di profokatori oleh nasabah sendiri atau karena keteledoran petugas karena hal ini akan berakibat fatal dan dana akan sanangat sulit kembali apabila menggunakan cara ini dalam penyelesaiannya. B. Saran Sebagai sebuah lembaga keuangan yang berbasis syariah yang memiliki konsep, sistem, dan tujuan yang berbasis syariah maka ada beberapa hal yang menjadi point agar memperlancar berjalanya sistem
syariah yang dijalankan BMT Tekun karanggede, serta meminimalisir terjadinya penyalahgunaan dana yang telah dikucurkan/dicairkan kepada nasabah atau dengan kata lain terjadinya pembiayaan bermasalah 1. Manajemen a. Dalam setiap pemberian pembiayaan harus diperhatiakn secara maksimal dengan beberapa analisis yang telah diterapkan sehingga akan meminimalisir terjadinya penyalahgunaan dana. b. Harus lebih diteliti dari setiap pengajuan yang telah diberikan kepada BMT jengan sampai ada keteledoran dari petugas. c. Jangan sampai ada kesenjangan antara nasabah dengan pihak manajemn sehinggka akan meimbulkan keakraban yang secara tidak langsung hal ini akan membantu perkembangan BMT itu sendiri namun jangan sampai keakrabab ini dijadikan senjata oleh nasabah
untuk
melakukan
pengajuan
pembiayaan
secara
berlebihan. d. Jangan sampai ada rasa pekewuh/belas kasihan kepada nasabah yang benar-benar tidak memiliki itikad yang baik terhadap kewajiban yang harus dipenuhi e. Disetiap perekrutan karyawan harus benar-benar diperhatikan karena hal ini akan berdampak pada kemajuan dan perkembangan BMT dimasa yang akan datang 2. Karyawan
a. Karyawan adalah salah satu tangan yang dimiliki oleh lembaga sehingga keberhasilan maupun perkembangan BMT sangat ditentukan dari situ, sehingga jangan sampai bagi karyawan memanfaatkan kondisi atau keadaan yang di rasakan saat ini. b. Harus bisa menilai manakah nasabah yang akan membantu perkembangan BMT atu manakah yang tidak mampu atau malah merusak perkembangan BMT. c. Buatlah seorang nasabah menjadi seorang marketing yang tidak perlu kita suruh ditunjukan dengan etos kerja dan tanggung jawab kerja kita kepada manajemen maupun nasabah.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad. 2000: Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah. UII Press. Yogyakarta Rivai, veithzal dan Adrian permata veithzal. 2008: Islamic Finansial Managemant. Raja Grafindo Persada. Jakarta Utara Siregar, Mulya E. 2010: Perbankan Syariah Lebih Dari Sekedar Bank. Jakarta Susanto, Burhanudin. 2008: Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia. UII Press. Yogyakarta www.analisispembiayaan.html www.faktorpenyebabpembiayaanbermasalah.html www.konsep-definisi-perumusan.html www.langkah-penyelamatan-kreditbermasala.html
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Khoirul Huda Irawan
Tempat, Tanggal Lahir
: Boyolali, 18 Februari 1991
Agama
: Islam
Alamat
: Kadirejo RT 02 RW 02, Des. Sempulur, Kec.Karanggede,Kab. Boyolali, Jawa Tengah
Pendidikan
:
1. TK BA Sempulur
: 1995 - 1997
2. MIM 02 Karanggede
: 1997 - 2002
3. MTs Muh 02 Karanggede
: 2002 - 2005
4. MAN 02 Boyolali
: 2005 - 2008
5. STAIN Salatiga
: 2008 - sekarang
Pengalaman Organisasi
:
1. HMI Cab salatiga Kom Walisongo 2009 - 2010 2. KSEI Tahun 2009 - 2011