PENANGANAN PEMBIAYAAN BA’I BITSAMAN AJIL (BBA) BERMASALAH PADA BMT KHARISMA CABANG SKYLIGHT MAGELANG
TUGAS AKHIR
Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat Guna memperoleh gelar Ahli Madya Pada Program Studi Perbankan Syariah
Oleh: SEPTI MUSYARIFAH NIM : 201 07 010
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN) SALATIGA 2010
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 2 (dua) eksemplar Hal
: Pengajuan Naskah Tugas Akhir Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi, dam perbaikan seperlunya, maka tugas akhir saudara: Nama NIM
: Septi Musyarifah : 201 07 010
Program Studi : Perbankan Syariah Judul
: Penanganan Pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) Bermasalah Pada BMT Kharisma Cabang Skylight Magelang
Dapat diajukan dalam sidang Munaqosah. Demikian untuk menjadi periksa. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 12 Agustus 2010 Pembimbing
HIKMAH ENDRASWATI, SE, M. Si NIP : 1977 0507 200003 2001
PENGESAHAN TUGAS AKHIR JUDUL TUGAS AKHIR
:
PENANGANAN
PEMBIAYAAN
BA’I
BITSAMAN AJIL (BBA) BERMASALAH PADA
BMT
KHARISMA
CABANG
SKYLIGH MAGELANG NAMA
:
SEPTI MUSYARIFAH
NIM
:
201 07 010
PROGRAM STUDI
:
PERBANKAN SYARIAH
Telah dipertahankan di depan sidang Munaqosyah pada tanggal 24 Agustus 2010 dan dinyatakan LULUS sehingga dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya. Salatiga, 30 Agustus 201 Ketua
Sekretaris
Dr. Imam Sutomo, M. Ag NIP : 19580827 198303 1002
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP : 19670112 199203 1 005 Dewan Penguji
Penguji 1
Penguji II
H. Agus Waluyo, M. Ag NIP : 19750211 200003 1 001
Anton Bawono, SE. M. Si NIP : 19740320 200313 1001 Dosen Pembimbing
Hikmah Endraswati, SE., M.Si
NIP. 19770507 200003 2 001
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT ysng telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga Tugas Akhir yang berjudu “PENANGANAN BERMASALAH
PEMBIAYAAN PADA
BMT
BA’I
BITSAMAN
KHARISMA
CABANG
AJIL
(BBA)
SKYLIGHT
MAGELANG” dapat penulis selesaikan dengan baik. Dengan terselesaikannya tugas akhir ini, tidak terlepas dari berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan untuk membantu penulis dalam kelancaran pembuatan Tugas Akhir ini. Untuk itu perkenankanlah penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs Imam Sutomo, M. Ag, selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negri Salatiga. 2. Bapak Abdul Azis NP. MM selaku Ketua Program Studi Perbankan Syariah
STAIN Salatiga. 3. Ibu Hikmah Endraswati, M. SE, selaku Pembimbing dalam penulisan Tugas Akhir, yang telah meluangkan waktu serta memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis serta selama penyusunan Tugas Akhir. 4. Ibu Dwi Hastuti Ambar W, SH, selaku manajer utama beserta staf yang telah memberikan ijin, bantuan dan bimbingan selama penelitian. 5. Bapak Purwanto, A.MD selaku manajer cabang skyligh magelang yang telah memberikan informasi dan pengarahan. 6. Bapak dan Ibu yang selalu memberi semangat, dorongan, doa serta
pengorbanan kepada penulis. 7.
Mbak Novi, Mas Jaki yang selalu memberikan masukan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaian tugas akhir.
8. Sahabatku, duwi, rahma, arina, ima yang selalu bersedia mendengarkan segala keluh kesah penulis selama ini, semoga persahabatan kita tidak hanya sepenggal kisah di masa lalu.
9. Teman-teman Perbankan Syariah 2007 terimakasih untuk persahabatan dan doa, bantuan dan dukungan kalian, semoga sukses. 10. Penghuni kost jalan Kenanga terima kasih atas persaudaraan dan kekeluargaan serta dukungan kalian semua sangat berarti. 11. Semua sahabat, teman, saudara yang selalu bertanya tentang Tugas Akhirku, terimakasih itulah semangatku. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuan. Penulis menyadari atas kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Oleh sebab itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun, penulis harapkan agar kelak dikemudian hari dapat menghasilkan karya yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Assalamu’alaikum Wr. Wb
12 Agustus 2010 Penulis
Septi Musyarifah NIM: 201 07 010
MOTTO
1. Sesugguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka
apabila
urusan)
kamu
telah
kerjakanlah
selesai
dengan
(dari
sesuatu
sungguh-sungguh
(urusan) yamg lain, dan hanya kepada Tuhan mulah kamu berharap. (Qs. A-lam Nasyrah:6-8) 2. Sesungguhnya orang pandai itu adalah yang pandai dari sisi perbuatanya, bukanlah pandai itu di ukur dari kepandaian kata dan bicara, 3. Jadilah diri sendiri, meskipun jadi orang lain kan terlihat lebih indah, namun menjadi diri sendiri lebih berarti. (Penulis)
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur kepada Allah SWT karya sederhana ini penulis persembahkan untuk:
Bapak ibU tercinta yang selalu penulis banggakan, terima kasih atas doa dan pengorbanan yang telah bapak ibu berikan selama ini.
Serta penulis bingkiskan pula untuk: Mbak novi, mas jaki dan de’ ryan, terimakasih atas doa, cinta dan dukungannya.
ABSTRAK Tujuan di adakan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penanganan pembiayaan bermasalah pada BMT Kharisma cabang Skylight Magelang, berdasarkan pada : Pertimbangan untuk menentukan jenis penanganan pembiayaan bermasalah yaitu berdasarkan pada : i’tikad baik, prospek usaha, jaminan tambahan dan biaya penagihan serta rehabilitasi. 2. Alternatif tindakan penanganan pembiayaan bermasalah yaitu dengan peningkatan nilai agunan pendekatan secara yuridis, pendekatan secara persuasif, penghapusan tagihan bagi hasil, pemotongan sebagian pokok pinjaman, penjadwalan kembali pembayaran dan penghapusan pinjaman. 3. Penanganan pembiayaan bermasalah berupa penyelamatan pembiayaan dan penyelesaian pembiayaan. 1.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa strategi penanganan pembiayaan bermasalah cukup baik, saran yang perlu diberikan adalah peningkatan etos kerja karyawan sehingga perlu adanya penyuluhan dan pembinaan kepada karyawan tentang pelayanan kepada nasabah. Selain itu karyawan juga harus bersikap profesional dan berakhlak. Kata kunci : strategi, penanganan pembiayaan bermasalah
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
LEMBAR PENGAJUAN NASKAH ............................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
iv
MOTTO ..........................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ..........................................................................................
vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii DAFTAR ISI ..................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xii
BAB 1
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
4
C. Tujuan dan Manfaat .................................................................
4
D. Metode Penelitian ....................................................................
5
E. Sistematika Penulisan ..............................................................
6
LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka .........................................................................
8
B. Kerangka Teoritik ....................................................................
9
1. Pengertian Pembiayaan ......................................................
9
2. Unsur-unsur Pembiayaan ...................................................
10
3. Jenis-jenis Pembiayaan ......................................................
12
4. Analisa Pembiayaan ...........................................................
13
5. Tujuan Analisa Pembiayaan ..............................................
16
6. Prosedur Analisa Pembiayaan ...........................................
16
7. Penyebab Pembiayaan Bermasalah ...................................
17
8. Penanganan Pembiayaan Bermasalah ................................
18
9. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah ............................
20
10. Kualitas Pembiayaan .........................................................
21
11. Matrik Kualifikasi Pembiayaan .........................................
25
12. Pengelolaan Pembiayaan Bermasalah ...............................
32
BAB III LAPORAN OBJEK
BAB IV
A. Sejarah Berdirinya BMT Kharisma .........................................
37
B. Data Deskriptif .........................................................................
53
ANALISA DATA A. Faktor Penyebab Pembiyaan Bermasalah ................................
57
B. Penanganan Pembiayaan Bermasalah ...................................... 64
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................
70
B. Saran ........................................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Barang Jaminan Secara Kuantitatif ....................
25
Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Bonafiditas ............................................
28
Tabel 2.3 Matrik Pembiayaan ...............................................................
31
Tabel 3.1 Daftar Anggota Pembiayaan BBA Bermasalah ....................
53
Tabel 3.2 Daftar Keuangan Anggota BBA Bermasalah .......................
54
Tabel 3.3 Daftar Kolektabilitas Anggota BBA Bermasalah .................
55
Tabel 3.4 Daftar Anggota Pembiayaan .................................................
56
DARTAR GAMBAR Gambar 3.1 Struktur Organisasi ................................................................
40
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bank
sebagai
salah
satu
lembaga
keuangan
memiliki
fungsi
menghimpun dana masyarakat. Dana yang telah terhimpun kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat. Kegiatan Bank menghimpun dana disebut “funding”. Sementara kegiatan menyalurkan dana disebut “financing” atau “lending”. Dalam menjalankan dua aktivitas besar tersebut, Bank Syariah harus menjalankan sesuai dengan kaidah-kaidah perbankan yang berlaku, yaitu kaidah transaksi dalam pengumpulan dan penyaluran dana menurut islam. Namun bagi syariah, disamping harus tuntutan kaidah islam, juga mengikuti kaidah hukum perbankan yang berlaku dan telah di atur olah Bank Central. (Muhammad, 2005:261) Dua fungsi utama bank syariah adalah mengumpulkan dana dan menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan bank syariah adalah pemberian pembiayaan kepada debitur yang membutuhkan, baik untuk modal usaha maupun untuk keperluan konsumsi. Praktik pembiayaan yang sebenarnya di jalankan oleh lembaga keuangan islam adalah pembiayan dengan sistim bagi hasil atau “syirkah”. Praktik “syirkah” ini terkemas dalam dua jenis pembiayaan yaitu Mudharabah (MBA) dan Musyarokah (MSA). Jenis
pembiayaan
lainnya
adalah
1
terkemas
dalam
pembiayaan
2
berakad/bersistim jual beli, yaitu Murabahah (MBA), Ba’i as-salam dan ba’i istishna’. ( Muhammad, 2005:303). Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau Balai Usaha Terpadu, adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkan usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat serta martabat dalam rangka membela kepentingan kaum miskin. Ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh – tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistim ekonomi yang salaam, keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian dan keselamatan. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. (Kasmir, 2002:102) Peranan
lembaga
keuangan
tidak
terlepas
dari
masalah
pembiayaan/kredit, bahkan ini merupakan kegiatan utamanya. Besarnya jumlah pembiayaan yang disalurkan akan sangat menentukan keuntungan bagi lembaga keuangan tersebut. Jika lembaga keuangan tersebut tidak mampu menyalurkan, sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak, maka akan menyebabkan lembaga keuangan tersebut rugi. Pemberian pembiayaan sangat penting untuk memajukan perekonomian. Karena ini memungkinkan dapat memajukan berbagai usaha. Tetapi sebelum pembiayaan diberikan kepada nasabah/anggota, maka pihak lembaga
3
keuangan (BMT) terlebih dahulu harus melakukan analisa pembiayaan agar dapat diketahui dengan pasti kemampuan dan kesediaan nasabah untuk mengembalikan pembiayaan yang telah diberikan, sehingga kemungkinan pembiayaan bermasalah kecil. Salah satu lembaga keuangan syariah bersistim bagi hasil adalah BMT KHARISMA cabang skylight Magelang. Berbagai produk di tawarkan oleh BMT KHARISMA untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat baik untuk penyedia modal usaha atau yang bersifat konsumtif. Salah satu produk pembiayaan yang ditawarkan yaitu BBA. Akan tetapi tidak semua pembiayaan BBA tersebut berjalan dengan lancar. Terjadinya pembiayaan bermasalah merupakan hal umum dalam dunia perbankan. Walaupun berbagai cara sudah dilakukan untuk pencegahannya, seperti melalui penyempurnaan sistim serta kebijakan pembiayaan ataupun dengan peningkatan mutu dan kualitas staf pembiayaan. Pembiayaan bermasalah terjadi dikarenakan anggota pembiayaan tidak mampu mengembalikan dana yang di pinjam semula, baik di sengaja maupun tidak di sengaja. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat judul “PENANGANAN PEMBIAYAAN BA’I BITSAMAN AJIL (BBA) BERMASALAH PADA BMT KHARISMA CABANG SKYLIGHT MAGELANG”.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang terkait dengan pembiayaan bermasalah, yaitu: 1. Faktor apa sajakah yang menjadi penyebab terjadinya pembiayaan BBA
bermasalah pada BMT KHARISMA cabang Skyligh Magelang ? 2. Bagaimana cara penanganan pembiayaan BBA bermasalah pada BMT
KHARISMA cabang Skyligh Magelang ?
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan dari penyelesaian tugas akhir ini adalah: a. Untuk mengetahui faktor yang menjadi penyebab pembiayaan bermasalah. b. Untuk mengetahui cara penanganan pembiayaan bermasalah. 2. Manfaat Selain mempunyai tujuan tersebut di atas. Tugas Akhir ini di harapkan berguna bagi semua pihak, di antaranya: a. Bagi BMT Kharisma Agar menjadi koreksi supaya kedepannya bisa lebih baik dalam menganalisis pembiayaan, supaya tidak terdapat lagi pembiayaan bermasalah. b. Bagi dunia Akademik STAIN Salatiga
5
Dapat menambah perbendaharaan perpustakaan dan sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa yang akan melaksanakan penyusunan laporan. c. Bagi Penulis 1) Sebagai referensi yang
dapat menambah pengetahuan dan
wawasan penulis, serta sarana untuk menerapkan ilmu yang sudah diperoleh selama di bangku perkuliahan. 2) Untuk
melengkapi
tugas
dan
memenuhi
syarat
dalam
menyelesaikan program Diploma 3 (D3) Perbankan Syariah STAIN SALATIGA.
D. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Tipe prnelitian dari penulisan tugas akhir ini adalah tipe penulisan Deskriptif, yaitu tipe penelitian yang menyajikan analisis mengenai suatu obyek dengan menggambarkan secara sistematik dan akurat mengenai bidang tertetu. 2. Jenis Data yang digunakan a. Data Primer Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian (bertanya langsung kepada petugas pembiayaan). b. Data Sekunder
6
Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, misal berupa arsip, dokumen, buku-buku literatur, kartu angsuran, dan laporan lainnya. 3. Tehnik Pengumpulan Data Untuk menyusun Tugas Akhir ini, penulis mengunakan beberapa tehnik pengumpulan data. Sehingga memudahkan dalam menganalisa dan menarik kesimpulan. Dapun tehnik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah : a. Studi Pustaka Yaitu tehnik memperoleh data melalui pencarian informasi dari literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini. b. Pengamatan (Observasi) Yaitu tehnik memperoleh data dengan melakukan pengamamtn secara langsung terhadap obyek yang diteliti. c. Wawancara (Interview) Yaitu tehnik memperoleh data dengan cara tanya jawab dengan pihak yang berkepentingan di obyek penelitian (bertanya pada karyawan).
E. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I. Pendahuluan Membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode yang digunakan dalam menyusun tugas akhir dan sistematika penulisan
7
BAB II. Landasan Teori Membahas tentang telaah pustaka dan Landasan Teoritik yang berisi: pengertian pembiayaan, unsur pembiayaan, jenis pembiayaan, analisa pembiayaan,
tujuan
analisa
pembiayaan,
penyebab
pembiayaan,
pembiayaan
prosedur
bermasalah,
analisis
penanganan
pembiayaan bermasalah, penyelamatan pembiayaan bermasalah, kualitas pembiayaan, matrik klasifikasi pembiayaan dan pengelolaan pembiayaan bermasalah
BAB III. Laporan Obyek Membahas tentang gambaran umum laporan obyek dan data – data deskriptif yang berkaitan dengan pembiayaan bermasalah.
BAB IV. ANALISA Membahas tentang faktor yang menjadi penyebab pembiayaan bermasalah dan strategi yang dilakukan BMT Kharisma dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah.
BAB V. KESIMPULAN Membahas tentang kesimpulan dan saran
8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Menurut Fuziyah
Nurul
Hayati
(2006:105),
dalam
skripsinya
menuliskan tentang salah satu kegiatan yang dilakukan dalam sebuah BMT, untuk pengelolaan risiko operasional bidang pembiayaan dalam rangka meningkatkan kualitas pembiayaan, yaitu melalui kegiatan monitoring, evaluasi bulanan dan evaluasi semesteran. Sedangkan penyelamatan terhadap pembiayaan yang bermasalah dilakukan melalui beberapa tehnik yaitu rescheduling, restructuring dan penyitaan jaminan. Menurut Asmi Nur Siwi Kismiyati (2007:34), dalam skripsinya menuliskan tentang cara mengatasi pembiayaan bermasalah dalam sebuah BMT adalah dengan melakukan penagihan secara efektif dan rutin. Maksudnya adalah terencana dan terjadwal sampai habis jangka waktu pembiayaannya. Selain itu petugas BMT juga akan melakukan kontrol atau pengawasan, pengecekan, dan penanganan yang lebih intensif bagi bagi pembiayaan yang bermasalah tersebut. Jika sampai jangka waktu namun anggota belum melunasi maka pihak BMT akan memberi SP sebanyak tiga kali. Pada surat ketiga intinya adalah menyatakan jika tidak sanggup membayar maka jaminan akan dilelang. Menurut Ristanto (2009:75), dalam skripsinya menyatakan bahwa setiap pemberian pembiayaan tentunya ada risiko. Pihak nasabah melakukan
8
9
wanprestasi maka untuk mengatasinya dalam sebuah BMT melakukan langkah-langkah : 1. Untuk
pembiayaan lancar, meliputi pemantauan usaha nasabah,
pembinaan anggota dalam pelatihan 2. Pembiayaan
potensi
bermasalah,
meliputi
pembinaan
anggota,
pemberitahuan surat peringatan satu, kunjungan oleh BMT ke anggota, rescheduling dan reconditioning 3. Pembiayaan kurang lancar, meliputi pemberitahuan dengan surat
peringatan dua, kunjungan lebih sungguh-sungguh, upaya rescheduling dan reconditioning
B. Kerangka Teoritik 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan menurut Kasmir (2008:96) adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan menurut Muhammad (2005:304), secara arti luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti
10
Bank Syariah kepada nasabah. Dalam kondisi ini arti pembiayaan menjadi sempit dan pasif.
2. Unsur - unsur Pembiayaan
Dalam pembiayaan mengandung berbagai maksud, atau dengan kata lain dalam pembiayaan terkandung unsur – unsur yang direkatkan menjadi satu. Adapun unsur - unsur ysng terkandung dalam pembiayaan menurut Kasmir (2008:98) adalah sebagai berikut: a. Kepercayaan Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa pembiayaan yang diberikan benar – benar diterima kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu yang sudah diberikan. Kepercayaan yang diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu pembiayaan berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum sebelum pembiayaan dikucurkan harus dilakukan penyelidikan dan penelitian terlebih dahulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon pembiayaan sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etika baik nasabah terhadap bank. b. Kesepakatan Kesepakatan antara si pemohon dengan pihak bank. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing - masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing - masing. Kesepakatan ini
11
kemudian dituangkan dalam akad pembiayaan dan ditandatangani kedua belah pihak. c. Jangka Waktu Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran yang sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini bisa diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. d. Risiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian pembiayaan akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu pembiayaan. Semakin panjang jangka waktu pembiayaan maka semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko disengaja, maupun risiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga tidak mampu melunasi pembiayaan yang diperoleh. e. Balas Jasa Dalam Bank konvensional balas jasa dikenal dengan nama bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya dikenal dengan bagi hasil.
12
3. Jenis –jenis Pembiayaan Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak – pihak yang merupakan defisit unit. Pembiayaan menurut sifat penggunaan dapat dibagi menjadi 2 hal, sebagai berikut: (Antonio, 2001:160) a. Pembiayaan Produktif Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. b. Pembiayaan Konsumsi Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kousumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut: a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: 1) Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil
produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atu mutu hasil produksi. 2) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari
suatu barang. b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang
modal (capital goods).
13
4. Analisa Pembiayaan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisa pembiayaan adalah sebagai berikut: (Muhammad, 2005:304) a. Pendekatan Analisis Pembiayaan Ada beberapa pendekatan analisa pembiayaan yang dapat diterapkan olah para prngelola bank syariah dalam kaitanya dengan pembiayaan yang akan dilakukan, yaitu: 1) Pendekatan jaminan, artinya bank dalam memberikan pembiayaan selalu memperhatikan kuantitas dan kualitas jamminan yang dimiliki oleh peminjam. 2) Pendekatan karakter, artinya bank mencermati secara sungguh-
sungguh terkait dengan karakter nasabah. 3) Pendekatan kemampuan pelunasan, artinya bank menganalisis kemampuan nasabah untuk melunasi jumlah pembiayaan yang telah diambil. 4) Pendekatan dengan studi kelayakan, artinya bank memperhatikan kelayakan usaha yang dijalankan oleh nasabah peminjam. 5) Pendekatan Fungsi - fungsi bank, artinya bank memperhatikan
fungsinya sebagai lembaga intermediary keuangan, yaitu mengatur mekanisme dana yang dikumpulkan dengan dana yang disalurkan. b. Prinsip Analisis Pembiayaan Prinsip analisis pembiayaan didasarkan pada rumus 5 C, yaitu:
14
1) Character artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pinjaman. 2) Capacity artinya kemampuan nasabah untuk mejalankan usaha dan
mengembalikan pinjaman yang diambil. 3) Capital artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam. 4) Colateral
artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan
peminjam kepada bank. 5) Condition artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak.
Prinsip 5C tersebut terkadang ditambahkan dengan 1 C, yaitu constraint artinya hambatan - hambatan yang mungkin mengganggu proses usaha. Kemudian penilaian pembiayaan dapat dianalisis dengan metode 7 P, adalah sebagai berikut : (Kasmir, 2002 : 119) 1) Personality Yaitu menilai nasabah dari kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari - hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. 2) Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan – golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga naasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari BMT.
15
3) Purpose
Yaitu untuk mrngetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan,
termasuk
jenis
pembiayaan
yang
diinginkan
nasabah / anggota. Tujuan pengambilan pembiayaan dapat bermacam – macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif, dan lain sebagainya. 4) Prospect
Yaitu menilai suatu usaha anggota dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas pembiayaan yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya lembaga keuangan yang rugi tapi juga anggota. 5) Payment Mrupakan ukuran bagaimana cara anggota mengembalikan pembiayaan yang telah atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian pembiayaan. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, akan semakin baik. Dengan demikian, jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya. 6) Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan anggota dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan pembiayaan yang akan diperoleh.
16
7) Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan atau oramg atau jaminan asuransi.
5. Tujuan Analisis Pembiayaan Analisis pembiayaan memilki dua tujuan, yaitu: (Muhammad, 2005:305) a. Tujuan umum analisis pembiayaan adalah pemenuhan jasa palayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi, jasa–jasa, bahkan konsumsi yang kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. b. Tujuan khusus analisis pembiayaan adalah :
1) Untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam 2) Untuk menekan risiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan 3) Untuk menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak
6. Prosedur Analisis Pembiayaan Aspek-aspek penting dalam analisis pembiayaan yang perlu dipahami oleh pengelola bank syariah, adalah: a. Berkas dan pencatatan
17
b. Data pokok dan analisis pendahuluan 1) Realisasi pembelian, produksi dan penjualan 2) Rencana pembelian, produksi dan penjualan 3) Jaminan 4) Laporan keuangan 5) Data kualitatif dari calon debitur c. Penelitian data d. Penelitian atas realisasi usaha e. Penelitian atas rencana usaha f. Penelitian dan penilaian barang jaminan g. Laporan keuangan dan penelitiannya
Keputusan permohonan pembiayaan a. Bahan pertimbangan pengambilan keputusan b. Wewenang pengambilan keputusan 7. Penyebab Pembiayaan Bermasalah
Menurut
Kasmir
(2002:128)
dalam
praktiknya
pembiayaan
bermasalah disebabkan oleh dua unsur, sebagai berikut: a. Dari pihak Bank Artinya dalam melakukan analisis pihak analisis kurang teliti, sehingga apa yang harusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan. Dapat pula terjadi akibat kolusi
18
dari pihak analisis pembiayaan sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subyektif dan akal-akalan. b. Dari pihak nasabah Dari pihak nasabah kemacetan dapat terjadi akibat 2 hal: 1) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk
tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga pembiayaan yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk membayar, walaupun sebenrnya mampu membayarnya. 2) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau membayar
akan tetapi tidak mampu. Dikarenakan mengalami musibah seperti usahanya bangkrut, korban bencana alam dan sebagainya.
8. Penanganan Pembiayaan Bermasalah
Risiko yang terjadi dari peminjaman adalah pembayaran yang tertuntda atau ketidakmampuan pemimnjam untuk membayar kewajiban yang telah dibebankan, untuk mengantisipasi hal tersebut maka bank syariah
harus
mampu
menganakisis
penyebab
permasalahannya.
(Muhammad, 2005:311) a. Analisis sebab kemacetan 1) Aspek Internal a) Peminjam kurang cakap dalam hal usaha tersebut b) Manajemen tidak baik atau kurang rapi
19
c) Laporan keuangan kurang lengkap d) Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan e) Perencanaan yang kurang matang f) Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha tersebut 2) Aspek eksternal a) Aspek pasar kurang mendukung b) Kemampuan daya beli masyarakat kurang c) Kebijakan pemerintah d) Pengaruh lain diluar usaha e) Kenakalan peminjam b. Menggali potensi peminjam Anggota yang mengalami kemacetan dalam memenuhi kewajiban harus dimotivasi untuk memulai kembali atau membenahi dan mengantisipasi penyebab kemacetan usaha atau angsuran. Untuk itu perlu digali potensi yang ada pada peminjam agar dana yang telah diberikan lebih efektif digunakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan: 1) Adakah peminjam memilki kecakapan lain? 2) Adakah peminjam memiliki usaha lainnya? 3) Adakah penghasilan lain peminjam? c. Melakukan perbaikan akad (remidial) d. Memberikan pinjaman ulang, mungkin dalam bentuk : pembiayaan al
qordul hasan, murobahah, atau mudharabah
20
e. Penundaan pembayaran f.
Memperkecil angsuran dengan memperpanjang waktu atau akad dan martgin baru (rescheduling)
g. Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil
9. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah
Penyelamatan pembiayaan bermasalah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : (Kasmir, 2008:127) a. Rescheduling 1) Memperpanjang jangka waktu pembiayaan
Dalam hal ini debitur diberi keringanan dalam masalah jangka waktu pembiayaan, misalnya perpanjangan jangka waktu dari 6 bulan menjadi satu tahun, sehingga debitur mempunyai jangka waktu lebih panjang dalam membayar. 2) Memperpanjang jangka waktu angsuran Memperpanjang jangka waktu angsuran hampir sama dengan jangka waktu pembiayaan. Dalam hal ini wktu angsuran yang diperpanjang masa angsurannya, misal dari 36 kali angsuran menjadi 48 kali angsuran, sehingga jumlah angsuranpun mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran. b. Reconditioning Dengan merubah berbagai persyaratan yang ada seperti berikut : 1) Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan utang pokok.
21
2) Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu. 3) Penurunan suku bunga 4) Pembebasan bunga c. Restructuring 1) Dengan menambah jumlah kredit / pembiayaan 2) Dengan menambah equity a) dengan menyetor uang tunai b) tambahan dari pemilik d. Kombinasi Merupakan kombinasi dari ketiga jenis yang di atas. e. Penyitaan jaminan Penyitaan jaminan merupakan langkah terakhir apabila nasabah sudah benar – benar tidak punya etiket baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua utang – utangnya.
10. Kualitas Pembiayaan
Untuk menentukan berkualitas atu tidaknya suatu pembiayaan perlu di beri ukuran - ukuran tertentu. Bank Indonesia menggolongkan kualitas pembiayaan menurut ketentuan sebagai berikut : (Kasmir, 2008:123) a. Lancar (pass)
Suatu pembiayaan dapat dikatakan lancar apabila : 1) Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu ; 2) Memiliki mutasi rekening yang aktif atau ;
22
3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash
collateral)
b. Dalam perhatian Khusus (special mention)
Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria, antara lain : 1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau 2) Kadang – kadang terjadi cerukan; atau 3) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau 4) Mutasi rekening relatif aktif; atau 5) Didukung dengan pinjaman baru c. Kurang lancar (substandard)
Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria diantaranya: 1) Terdapat tunggakan pemayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau 2) Sering terjadi cerukan; atau 3) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; 4) Frekuensi mutasi rekening rerlatif rendah 5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitu; atau 6) Dokumen pinjaman lemah
23
d. Diragukan (doubtful)
Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria diantaranya: 1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau buga yang telah melampaui 180 hari; atau 2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau 3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau 4) Terjadi kapitalsasi bunga;
5) Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. e. Macet (loss)
Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain: 1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau 2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; 3) Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan
pada nilai wajar. Dari hasil survei yang dilakukan pada bank syariah di Yogyakarta ditemukan bahwa dalam proses penanganan pembiayaan dilakukan survei dengan
kolektabilitas
pembiayaan,
sebagai
berikut:
2005:314) 1. Pembiayaan lancar, dilakukan dengan cara a. Pemantauan usaha nasabah b. Pembinaan anggota dengan pelatihan – pelatihan
(Muhammad,
24
2. Pembiayaan potensial bermasalah, dilakukan dengan cara: a. Pembinaan anggota b. Pemberitahuan dengan surat teguran c. Kujungan lapangan atau silaturahmi oleh bagian pembiayaan kepada nasabah d. Upaya
preventatif
dengan
penanganan
rescheduling,
yaitu
penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran. Juga dapat dilakukan dengan reconditioning, yaitu memperkecil marjin keuntungan atau bagi hasil. 3. Pembiayaan kurang lancar, dilakukan dengan cara: a. Membuat surat teguran peringatan b. Kujungan lapangan atau silaturahmi oleh bagian pembiayaan kepada nasabah secara lebih sungguh -sungguh c. Upaya penyehatan dengan cara rescheduling, yaitu penjadwalan
kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran. Juga dapat dilakukan dengan reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil. 4. Pembiayaan diragukan atau macet, dilakukan dengan cara: a. Dilakukan rescheduling, yaitu menjadwal kembali jangka waktu
angsuran serts memperkecil jumlah angsuran. b. Dilakukan reconditioning, yaitu memperkecil marjin keuntungan
atau bagi hasil usaha.
25
c. Dilakukan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam bentuk
pembiayaan al - Qordul hasan 11. Matrik klasifikasi pembiayaan Menurut Teguh Pudjo Mulyono (2002:360), penentuan klasifikasi barang jaminan dapat di susun secara kuantitatif dengan cara-cara sebagai berikut: Tabel 2.1 Klasifikasi Barang Jaminan Secara Kuantitatif Keterangan 1. Nilai barang jaminan Jaminan nilai lebih 150% Jaminan nilai 150% Jaminan nilai 125% - 149% Jaminan nilai 100% - 124% Jaminan nilai 25% - 99% Jaminan tidak ada sama sekali atau 0 – 24% 2. Pengikatan barang jaminan Ada sertifikat, izin milik sendiri, ikatan sempurna, hipotek Ada sertifikat, milik sendiri, izin bangunan ada, di ikat
Point 10 8 6 4 2 0 10 8
SKMH, atau ada sertifikat bukan milik sendiri, ada kuasa notariil di ikat SKMH Ada sertifikat bukan milik sendiri, atau ada sertifikat milik
6
orang lain kuasa di bawah tangan telah di ikat SKMH Ada sertifikat belum di ikat tapi milik sendiri atau ada
4
sertifikat milik orang lain kuasa di bawah tangan telah di ikat SKMH Sertifikat Model A, Girik, Petok D telah di ikat SKMH atau sertifikat milik orang lain bekum ada ikatan Tidak ada sertifikat dan tidak pengikatan 3. Asuransi jaminan Jumlah asuransi lebih 150% dari maksimum kredit dan
2 0 10
26
bankers clause Jumlah asuransi 125-150% dari maksimum kredit bankers
8
clause Jumlah asuransi 100-124% bankers clause Jumlah asuransi kebih dari 100% tidak bankers clause atau
6 6
nilai asuransi 75%-99% Bankers clause Jumlah asuransi sampai dengan 74% bankers clause Tidak di asuransikan Sumber : Teguh Pudjo Mulyono, 2001
4 2 0
Dari tiga komponen di atas apanila di gabungkan dan memperoleh point: a. Baik dengan point 25 sampai 30 b. Cukup dengan point 18 sampai dengan 24 c. Kurang dengan point 8 sampai dengan 17 d. Tidak ada dengan point 0 sampai dengan 7 Sedangkan cara untuk penetapan kriteria kegiatan usaha nasabah atau manajemennya perlu didasarkan dari hal-hal sebagai berikut: 1. Kelengkapan tersedianya faktor-faktor produksi nasabah antara lain: a. Aspek pemasaran b. Aspek teknis c. Aspek finansial d. Aspek komersil e. Aspek manajemen atau tenaga kerja 2. Keaktifan nasabah dalam hubungan dengan bank antara lain menyangkut
hal-hal sebagai berikut:
27
a. Keaktifan dalam membayar bunga dan kewajiban lain-lain terhadap
bank b. Keaktifan di dalam menyerahkan laporan-laporan kegiatan usahanya
(laporan stock, laporan usaha neraca atau laporan laba rugi dan lainlain) c. Keaktifan rekening nasabah dalam bank (menyangkut masalah
loyalitas) d. Keaktifan nasabah dalam perpanjang akta-akta ikatan perjanjian kredit
dengan bank 3. Disamping itu juga perlu diukur mengenai kemampuan nasabah dalam
merealisir kegiatan usahanya. Jadi, perlu dinilai berapa tingkat profitabilitasnya ataupun realisasi kerja (produksi atau penjualannya). Untuk memudahkan dalam pemberian klasifikasi mengenai tingkatan tingkatan bonafiditas manajemen maka dapat kita susun range sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Bonafiditas Manajemen Keterangan 1. Realisasi kerja ( produksi, penjualan, profij dan
Point
lain-lain) Target dicapai lebih 150% Target dicapai lebih 100% Target dicapai lebih 80%
10 8 6
Target dicapai lebih 60% Target dicapai lebih 40%
4 2
28
Target dicapai kurang 40% 2. Tingkat Profitabilitas Nasabah dapat profit dan membayar kewajiban-kewajiban
10
kepada krediturnya Nasabah dapat membayar bunga kewajiban-kewajiban
8
kepada krediturnya Nasabah dapat mencapai break event dan masih dapat
6
membayar bunga Nasabah dapat break event Nasabah rugi 3. Pembayaran Bunga dan Angsuran Tidak pernah menunggak bunga dan angsuran Menunggak bunga dan angsuran tidak lebih 3 bulan
0
4 0 10 8
karena faktor seasonil, kontraktor Menunggak bunga dan angsuran tidak lebih 6 bulan Menunggak bunga dan angsuran sampai dengan 12 bulan Menunggak bunga dan angsuran lebih 12 bulan Nasabah tidak pernah membayar bunga 4. Keaktifan Rekening Aktif tidak pernah melampaui plafon, sering bersaldo
10
kredit Aktif tidak pernah melampaui plafon Aktif pernah melampaui plafon karena beban bunga atau
8 6
6 4 2 0
biaya bank dan dapat dilunasi segera Mutasi rekening aktif tetapi sering over draft Mutasi rekening kecil dan kurang aktif Tidak ada mutasi 5. Perjanjian Kredit Setiap jatuh tempo selalu diadakan perpanjangan dengan
10
baki debet nihil (pelunasan terlebih dahulu) Perpanjangan kredit setiap saat akan jatuh tempo tetapi
8
baki debet tidak dilunasi terlebih dahulu Perpanjangan kredit terlambat 1 sampai 3 bulan Perpanjangan kredit terlambat 3 sampai 6 bulan Perpanjangan kredit terlambat 6 sampai 12 bulan Perpanjangan kredit terlambat lebih dari 12 bulan 6. Feasible faktor-faktor produksi (man, machine,
4 2 0
6 4 2 0
29
money, market, method, and management) 5 faktor produksi feasible 4 faktor produksi feasible 3 faktor produksi feasible 2 faktor produksi feasible 1 faktor produksi feasible Tidak ada yang feasible Sumber : Teguh Pudjo Mulyono, 2001
10 8 6 4 2 0
Dengan demikian, kriteria bonafiditas manajemen nasabah dapat ditetapkan sebagai berikut: 1. Baik dengan point 48 sampai 60 2. Cukup dengan point 36 sampai 47 3. Rugi / kurang lancar dengan point 24 sampai 35 4. Macet dengan point 0 sampai 23
Untuk memudahkan pelaksanaan klasifikasi tersebut dapat di lihat dengan matrik pembiayaan berikut:
30
Tabel 2.3 Matrik Pembiayaan Jaminan Usaha Baik/profitabl
Baik
Cukup
Kurang
Tidak ada
O1
PI
Q1
R1
Q2 Q3 Q4
R2 R3 R4
e Break event O2 P2 Rugi O3 P3 Macet O4 P4 Sumber : Teguh Pudjo Mulyono, 2001
Kebijakan perbankan dalam menangani nasabah dalam masing-masing matrik adalah: a. Untuk nasabah dalam kondisi O1, P1 adalah nasabah hanya perlu di bina
oleh pihak bank atau dalam hal ini BMT. b. Nasabah dalam kondisi Q1, R1 adalah nasabah hanya perlu di monitori
secara ketat. c. Nasabah
dalam kondisi Q2, P2 adalah dilakukan dinamisasi
pembiayaan, yang meliputi: 1) Melakukan
injeksi pembiayaan yaitu memberikan tambahan
pembiayaan untuk modal kerja/untuk membeli alat-alat produksi. 2) Melakukan restrukturisasi pembiayaan yaitu penyesuaian sifat
pembiayaan, misalnya dari pembiayaan kerja menjadi pembiayaan investasi 3) Perpanjangan pembiayaan yaitu penyesuaian dengan perpanjangan jangka waktu penyelesaian pembiayan
31
4) Melakukan
kelonggaran
reconditioning dalam
pembiayaan
penyelesaian
yaitu
memberikan
pembiayaan,
misalnya
memperhitungkan bagi hasil yang lebih kecil 5) Melakukan
novasi
pembiayaan
yaitu
pengalihan
fasilitas
pembiayaan pada pihak lain karena ketidakmampuan nasaba / karakteristik nasabah yang kurang baik 6) Equity yaitu mengubah status pembiayaan menjadi penyertaan
saham d. Nasabah dalam kondisi Q3, P3 adalah perbankan akan melikuidasi
barang jaminan atau dinamisasi pembiayaan. e. Nasabah dalam kondisi O4, P4 adalah perbankan melakukan likuidasi
barang jaminan. f.
Nasabah dalam kondisi Q4, R2, R3, R4 adalah perbankkan melakukan likuidasi dan melakukan black list.
Dari matrik tersebut urutan golongan yang lebih harus diperhatikan adalah: a. Golongan R3, R4, Q4 b. Golongan Q1, Q2, Q3. R1, R2 c. Golongan Q3, Q4, P3, P4
32
12. Pengelolaan pembiayaan bermasalah Fungsi pengelolaan pembiayaan bermasalah menurut Julius R. Latumaerissa (1991:75) hampir sama dengan pentingnya dengan fungsi – fungsi lainnya yang ada dalam aktivitas usaha perbankan. Jika suatu pembiayaan tidak dikelola dengan baik, pengaruhnya akan cukup besar terhadap tingkat profit atau laba yang diperoleh. Pertama, akan dapat menurunkan pendapatan bank dari hasil bunga yang diperoleh. Kedua, akan menimbulkan kerugian bagi bank akibat beban dana yang selalu ada. Berbeda dengan pembiayaan biasa, pengelolaan pembiayaan bermasalah memerlukan cara – cara dan perhatian yang lebih khusus. Pada dasarnya pengelolaan pembiayaan bermasalah dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut: ( Latumaerissa, 1991:75) a. Pengumpulan informasi sering merupakan pekerjaan yang sulit dalam
pengelolaan
pembiayaan
bermasalah.
Jika
dalam
pembiayaan
bermasalah, debitor sering tidak kooperatif (cooperative) dan bahkan enggan untuk menyampaikan informasi yang diperlukan oleh bank.beberapa informasi dasar yang diperlukan dalam pengelolaan pembiayaan bermasalah adalah informasi mengenai: 1) Hubungan antara bank dengan debitur
Dengan mempelajari hubungan kreditur selama ini dengan bank relationship manager-nya, kita bisa mendapatkan pandangan tentang potensi debitur bersangkutan untuk diajak bekerja sama guna mencari jalan penyelesaian atas pembiayaan bermasalah.
33
2) Potensi manajemen Gambaran mengenai potensi dan kemampuan manajemen debitor dimasa mendatang dapat diperoleh dengan melihat perkembangan usahanya serta kebijakan – kebijakan yamg dilakukan debitor slam ini dalam mengelola perusahaannya. 3) Laporan – laporan keuangan Laporan – laporan keuangan yang selama ini disampaikan debitor merupakan hal yang paling berguna. Dengan cara menganalisa perkembangan keuangannya kemungkinan kita dapat mengetahui penyebab utama terjadinya permasalahan. 4) Kekuatan dan kelemahan bank dari segi hukum Dengan melakukan tinjauan ulang terhadap dokumen – dokumen pembiayaan debitur, kita diharpkan dapat mengetahui kekuatan serta kelemahan yang ada yang dapat merugikan bank secara hukum. Jika kelemahan ditemui, kita perlu berhati – hati dalam mengadakan hubungan atau untuk melakukan suatu tindakan selanjutnya terhadap debitur dimasa mendatang. 5) Kekuatan – kekuatan yang ada pada debitur
Pada situasi pembiayaan sudah bermasalah, debitur sering mencari setiap kemungkinan yang bisa menguntungkannya sehingga dapat menyebabkan bank dalam posisi yang sulit. Jika hal tersebut ditemui, konsultasi perlu segera dilakukan dengan ahli hukum atau pihak – pihak lainnya.
34
6) Fungsi kreditur – kreditur lainnya
Posisi kreditur – kreditur lainnya terhadap aset (kekayaan) perusahaan perlu diprlajari sehingga kalau sewaktu – waktu diperlukan tindakan penjualan aset untuk penyelesaian pinjaman debitor, bank tidak akan menemui kesulitan. Sumber – sumber informasi lainnya yang dapat digunakan antara lain, adalah: a) industri atau pesang – pesaing (competitors) debitor
trade and other creditor (suppliers) yang digunakan
b)
c) nasabah – nasabah yang kenal akan debitor bersangkutan d) instansi – instansi dan lembaga – lembaga lainnya b. Analisa permasalahan Apabila segala informasi yang diperlukan sudah dapat dikumpulkan, sebelum suatu rencana tindakan (action plan) yang optimal disusun, beberapa masalah pokok harus sudah terjawab. Pertama, faktor penyebab sesungguhanya penyebab dari permasalahan yang sudah diketahui. Kemudian pertimabangan atau prognosis harus dibuat
mengenai
dapat
atau
tidaknya
permasalahan
tersebut
diselesaikan dengan tanpa melakukan aksi hukum yang dapat merusak hubungan yang selama ini telah dibina dengan debitor. Biasanya tindakan aksi hukum ini terpaksa dilaksanakan kalau hasil analisa diketahui bahwa penyebab permasalahannya adalah karena adanya faktor kecurangan yang dilakukan debitor dengan
35
sifatnya sudah tidak kooperatif. Atau kemungkinan penyelesaian dari hasil usahanya sudah tidak diharapkan. Untuk mengetahui prospek usaha debitor dan mampu tidaknya membayar kewajiban pada bank, analisis dilakukan dengan segala aspek: manajemen, keuagan, teknis produksi, ekonomi/industri, marketing dan aspek hukum. Beberapa hal penting yang perlu terjawab dalam melakukan analisis sehingga bisa diketahui apakah hubungan (relationship) dengan debitor masih bisa dilanjutkan atau tidak adalah: 1) potensi kecakapan manajemen 2) prospek kelangsungan hidup usaha debitur
3) jumlah serta kualitas faktor produksi yang tersedia 4) strategi yang akan dilakukan debitor untuk menyelasaikan masalah
36
BAB III LAPORAN OBYEK
A. Sejarah Berdirinya BMT Kharisma BMT Karisma hadir dikota magelang pada tahun 1996, tepatnya diresmikan oleh bapak Prof. Dr.Ing.H B.J.Habibie bersama dengan 17 BMT yang lain pada tanggal 21 April 1995. Pada mulanya adalah sekelompok anak muda yang mendirikan sebuah pengajian rutin yang diberi nama Karisma kependekan dari kalimat keluarga remaja islam magelang. Setiap hari ahad mereka berkumpul untuk megadakan TAD (telaah ahad dhuha) yang dipandu oleh para mahasiswa sebagai senior dari karisma dan juga ustadz-ustadz di kota magelang. Pada tahun 1994, seiring dengan bangkitnya semangat umat untuk mengamalkan “ekonomi syariah” yang dirintis dan dikembangkan di Indonesia oleh Bank Muamalat Imdonesia, Karisma mengirimkan utusan untuk belajar tentang ekonomi syariah ini dan kemudian mendirikan sebuah BMT. BMT Karisma dirikan deangn modal awal patungan dari teman-teman anggita karisma total sejumlah Rp. 1.875.000. dengan seiring perjalanan waktu selama kurang lebih 15 tahun aset kami menjadi sebesar 13.649.924.437 per 31 Des 2009. BMT Karisma adalah unit otonomi dari KSU Harapan Makmur yang mempunyai Badan Hukum 12734/KWK.II/VI/1996. Demikianlah setelah mempunyai badan hukum ini, gerak langkah BMT Karisma semakin mantap 37
37
dan dapat merambah dikota Magelang. Pada tahun 2008, mengingat JUKLAK dari kementrian koperasi perihal legalitas usaha dimana mengharuskan BMT merubah Anggaran Dasar dari Koperasi Serba Usaha menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah, maka BMT Karisma berubah menjadi KJKS BMT Karisma yang operasinya mencakup wilayah seluruh Kabupaten/ Kota di provinsi Jawa Tengah. Kegiatan operasional pertama BMT Karisma berada di kios Jl. Singosari Magelang. Setelah itu BMT Karisma menyewa ruko dua lantai di Jl. Singosari 952 B sampai tahun 2004 karena bertambahnya jumlah nasabah. BMT Karisma juga membuka kantor kas di Pasar Gotong Royong magelang. Seiring dengan usaha yang semakin besar, BMT Karisma membeli rumah dua lantai di Jl. Beringin I/ 49 kiringan Kota Magelang. Kantor ini diresmikan Bapak Walikota H. Fahriyanto pada bulan November yang dikemudian digunakan sebagai Kantor Pusat dan Kantor Cabang Utama. Secara bertahap BMT Karismamembuka beberapa kantor Cabang lagi. Yang pertama adalah Kantor Cabang Pasar Gotong Royong yang sebelumnya kantor kas dirubah menjadi kantor cabang dimana bangunannya telah menjadi milik sendiri. Yang kedua adalah Kantor Cabang Grabag tahun 2008 di Krajan Kauman Grabag dan yang terakhir kantor Cabang Skylight Plaza pada tahun 2009.
38
Kelembagaan BMT : 1. Nama koperasi
: KJKS BMT Karisma
2. Tanggal berdiri
: 21 april 1995
3. Alamat koperasi : Jl. Beringin I / 49 Rt 01 / 01 tidar utara Kota Magelang 4. No Akta pendirian: 12734/BH/KWK.11/VI/1996 5. No dan tanggal pengesahan badan hukum a) Sama atas b) 12374/a/PAD/BH/KWK.11-35/V/1999 tanggal 10 Mei 1999 A. VISI dan MISI BMT Karisma 1. VISI Menjadi BMT yang amanah, profesional dan Mandiri. 2. MISI a) Memperluas syiar ekonomi Islam di Magelang dan ke semua pemjuru Indonesia pada umunya bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘alamin. b) Menjadi lahan dakwah generasi muda mengimplementasikan ilmu untuk dunia akhirat.
39
c) Berpartisipasi membangun perekonomian berskala mikro di Magelang. d) Lembaga intermediasi syariah bagi kaum muslim dan pengusaha untuk bisa maju dan berkembang. B. Struktur Organisasi
DIREKTUR UTAMA Dwi Hastuti Ambar W, SH
DIR. INTERNAL CONTROL Tri Puji Lestari, AMd
DIR. KEUANGAN Haryati, S.E.
DIR. HRD Fajar Yuniantoro
MANCAB UTAMA Rudi Nugroho, S.E.
MANCAB GOTRO Nina Sumiyati
MANCAB GRABAG
MANCAB SKYLIGHT
Subagyo, A.Md
Purwanto, A.Md.
ADM Eva Faza
KASIR Baru
AO Faizal Rahman Muh Yazin
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
DIR. MARKETING A. Marhaendarto, S.E
40
C. Job Description 1. Direktur Utama a) Menentukan target jangka panjang dan jangka pendek
b) Membuat rencana kerja tahunan dan rencana kerja pamjang 3 tahunan. c) Menusun rencana anggaran tahunan berdasarkan anggaran tahun sebelumnya. d) Memonitor dan memberi arahan terhadap upaya pencapaian target. e) Mengevaluasi seluruh aktifitas dalam rangkaian pencapaian target. f) Mencari peluang dan membuka peluang kerjasama dengan pihak manapun guna terjalinnya kerjasama dengan berbagai pihak. 2. Direktur Operasional dan keuangan a) Merencanakan,
mengarahkan,
mengontrol
dan
mengevaluasi
seluruh rangkaian aktivitas di bidang keuangan dan operasional baik yang berhubungan dengan internal maupun eksternal. b) Terbitnya laporan keuangan, laporan penghimpunan dana, laporan perkembangan pembiayaan secar asah dan akurat secara harian, mingguan dan bulanan.
41
c) Terarsipnya seluruh dokumen keuangan, dan dokumen lembaga serta dokumen lainnya di kantor pusat BMT. d) Mengetahui dan mengesahkan penutupan rekening anggota sebatas kewenagannya. e) Meminta
pertanggungjawaban
karyawan
supaya
cepat
menyelesaikan kas kecil maksimal lima hari kerja. f)
Melakukan perencanaan anggaran rumah tangga bersama bagian umum dan mengajukan pada direktur utama dan kontrol terhadap setiap kewajiban BMT.
g) Memeriksa laporan keuangan baik harian, mingguan dan bulanan dan mengesahkannya di setiap tingkat cabang. 3. Direktur pengembangan dan maal a) Membuka hubungan dengan pihak ketiga berkenaan dengan pengembangan usaha BMT. b) Bersama direktur operasional dan keuangan menyiapkan semua dokumen yang dibutuhkan Direktur Utama guna kerjasama dengan pihak ketiga. c) Menciptakan alat kontrol unutk penilaian manager cabang dan para Aonya.
42
d) Memasarkan dan mentasarufkan penerimaan ZIS (zakat, infaq, sodaqah) BMT Karisma. e) Mencari peluan kerja sama dan menindaklanjuti pemanfaatan dan penggalian dana ZIS. f) Mentraining karyawan tetang IT g) Notulensi rapat di tingkat pusat dan mengagendakan keputusan rapat. 4. Direktur Internal Control
a) Melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan operasional baik simpanan maupun pembiayaan agar tujuan dan sasaran dalam mengamankan dan mengembangkan asset dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. b) Memonitor seluruh kegiatan transaksi operasional baik simpanan maupun pembiayaan dan memastikan tidak ada penyimpangan atas SOP yang ada. c) Melakukan sidak ke anggota untuk mengecek kinerja AO dan
memastikan tidak ada penyelewengan. d) Membuat laporan hasil kinerja internal control setiap dua minggu sekali disetiap kantor cabang guna evaluasi.
43
e) Melakukan pengecekan terhadap slip-slip transaksi baik keaslian tanda tangan maupun kelengkapan pengisian slip dan membuat berita acaranya. f) Setiap dua bulan sekali mengecek antara catatan jaminan dan keadaan fisik jaminan di brankas dan sidak beberapa jaminan secara acak disetiap kantor cabang. g) Memeriksa semua catatan BMT, harta milik dan hutang di tingkat cabang dan dapat memasuki semua bagian serta wenang melakukan berbagai teknik pemeriksaan. 5. Direktur Marketing
a) Bertanggung jawab secara teknis unutk merealisasikan target pendapatan dan asset yang telah ditetapkan oleh BMT Karisma. b) Meninjau jaminan dan usaha pemohon pembiayaan yang berplafon Rp. 35.000.000,00 ke atas bersama dengan AO / manager cabangnya. c) Menyetujui atau menolak permohonan pembiayaan sesuai dengan kewenangannya (maksimal Rp. 50.000.000,00). d) Mengkooedinasikan dan merealisasikan target yang ditentukan dengan manager cabang.
44
e) Menganalisa pangsa pasar dan jenis produk yang akan dipasarkan sehingga tepat sasaran. f) Memberikan teguran dan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan bawahan berkenaan deangn pembiayaan dan simpanan secara tertulis. g) Membuat mekanisme atau sistem peminjaman untuk dokumendokumen berharga. h) Melakukan penilaian kualitas pelaksanaan tugas tiap unit kerja dalam melaksanakan tangguung jawabnya. 6. Direktur Personalia dan Umum a) Memastikan tersedianya tenaga kerja yang cukup handal bagi kepentingan BMT. b) Terselenggaranya penilaian prestasi kerja bagi setiap karyawan di semua lapisan. c) Mengelola karyawan sehingga kebutuhan karyawan disetiap bagian tercukupi. d) Mengirim
karyawan
pada
pelatihan,
training,
pendidikan
disesuaikan dengan kebutuhan BMT dengan persetujuan direktur utama.
45
e) Memberikan sanksi atas pelanggaran yang ada berupa SP 1, SP 2, SP 3 dan surat PHK. f) Melakukan kontrol terhadap kehadiran dan absensi karyawan. g) Terarsipnya dokumentasi transaksi harian dengan tertib dan aman. h) Pembayaran pajak dan semua biaya di kantor utama dan cabang seperti listrik, telepon dan air. 7. Manajer Cabang
a) Bertanggung jawab atas terealisasinya semua progam kerja dan target yang sudah dan akan ditetapkan. b) Mengatur pembagian target ke bawahan. c) Bertanggung jawab atas kinerja bawahannya dan terciptanya suasana kerja yang dinamis dan harmonis. d) Menyetujui dan menandatangani permohonan pembiayaan dengan batas wewenang yang ada pada kantor cabangnya. e) Meningkatkan pendapatan dan menekan biaya serta mengawasi operasional kantor cabangnya. f) Mengusulkan penambahan, pengurangan dan promosi karyawan pada kantor cabangnya.
46
g) Mengetahui
perkembangan
lembaga
yang
ada
di
bawah
pimpinannya dan mengatur operasional keuangan yang ada sehingga tujuan lembaga tercapai. h) Menyetujui
atau
otorisasi
transaksi
harian
dalam
batas
kewenangannya. i) Mengetahui dan menyetujui penutupan rekening simpanan dan pembiayaan anggota pada batas kewenangan yang ditentukan. 8. Administrasi pembiayaan a) Menjaga kerahasiaan password progam karena karena tanggung jawab yang diberikan. b) Memberikan pelayanan bagi anggota sehubungan pembiayaan. c) Memahami akad – akad yang ada dengan benar dan menjelaskan kepada calon anggota secara jelas agar tidak terjadi kesalahan akad secara syar’i. d) Mengelola asministrasi pembiayaan mulai dari kelengkapan berkas yang masuk sampai pencairan dan pelunasan. e) Membuat urutan daftar nama calon anggota pembiayaan yang masuk unutk diserahkan ke AO atauppun manager unutk doproses pembiayaannya sehingga tahu jadwal survey yang akan dijanjikan ke anggota dan sebagai data BMT unutk anggota yang ditolak.
47
f) Menawarkan harga jual BMT ke anggota sampai terjadi kesepakatan harga dengan bahasa yang santun dan syar’i. g) Mengarsip seluruh berkas pambiayaan. h) Membukukan angsuran yang masuk ke dalam buku pembantu pembiayaan masing – masing anggota. i)
Membuat akad, tanda terima jaminan dan kartu angsuran yang berkenaan dengan pembiayaan.
9. Teller a) Melaksanakan segala transaksi yang bersifat tunai. b) Terselesaikannya laporan kas harian. c) Terjaganya keamanan kas. d) Menerima
dan
mengeluarkan
transaksi
tunai
sesuai
batas
kewenanangannya. e) Memeriksa keaslian tanda tangan dan kelengkapan pengisian slip transaksi dan melakukan pengesahan pada bukti transaksi. f)
Menyusun dan memberi nomor bukti transaksi.
g) Menolak pengeluaran kas apabila tidak ada bukti yang valid. h) Memegang kas tunai sebesar kebijakan yang ada. Apabila kas kurang ataumelebihi batasan, maka lapor pada atasan langsung.
48
i)
Menyerahkan slip dan sudah dibukukan ke bagian administrasi pembiayaan.
10. Customer service a) Memeberikan pelayanan bagi anggota sehubungan dengan produk BMT baik simpanan maupun pembiayaan. b) Meregistrasi calon anggota ke buku anggota dan komputer c) Memberikan ke anggota simpanan berjangka yang akan jatuh tempo. d) Membantu anggota yang akan bertransaksi di kasir bila da kesulitan baik cara penulisan slip yang anggota butuhkan. e) Melakukan pemindahbukuan atas simpanan berjangka yang jatuh tempo. f)
Mengganti buku saldo buku lama ke buku baru sesuai data komputer dan buku lama.
11. Account Officer a) Menjemput dan mengantar setoran dan tarikan baik angsuran pembiayaan maupun setoran simpanan anggota. b) Memastikan bahwa setoran dan angsuran yang harus dijemput telah ditagih sesuai jadwalnya.
49
c) Memastikan tidak ada selisih antara dana yang dijemput dengan dana yang disetorkan ke BMT. d) Bertanggung jawab atas anggota yang bertransaksi melaluinya. e) Memenuhi target yang sudah ditetapkan untuknya. f)
Meminimalkan resiko dalam bekerja, berusaha mencari anggota potensial yang ada dalam wilayah kerjanya.
g) Mengontrol transaksi anggota yang diampunya dengan data yang ada di kantor melalui komputer yang telah disediakan. 12. Pembukuan a) Mengelola administrasi keuangan hingga ke pelaporan keuangan. b) Menjaga kewenangan yang diberikan dalam progam dengan benar. c) Membuat laporan keuangan harian untuk mengontrol keuangan harian
cabangnya
unutk
pengambilan
keputusan
manager
cabangnya. d) Membuat laporan keuangan bulanan meliputi neraca, perhitungan
SHU, arus kas, target dan perolehan masing-masing AO dan kantor. e) Menyediakan data yang dibutuhkan untuk analisis lembaga. f) Membuat perincian biaya setiap bulannya.
50
g) Menghitung perolehan AO unutk evaluasi target yang ditentukan. 13. Security a) Bertanggung jawab atas keamanan lingkungan kantor. b) Bertanggung jawab atas barang milik kantor dan karyawan yang berada di lingkungan kantor. c) Membantu bagian umum yang berkenaan dengna tugas BMT. d) Mengatur lalulintas karyawan. 14. Office Boy a) Bertanggung jawab atas kebersihan dan keindahan kantor. b) Menyaediakan kebutuhan karyawan yang berhubungan dengan konsumsi. C. Produk – Produk BMT 1. Simpanan a) Simpanan karisma adalah simpanan pihak ketiga yang setoran dan penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu. Setoran pertama simpanan Karisma adalah Rp. 10.000,- dan setoran selanjutnya tidak dibatasi. Untuk maksimal pengambilan, anggota harus menyisihkan setidaknya Rp. 10.000,-. Jika anggota ingin tutup
51
buku, saldo yang harus disisihkan adalah Rp. 5.000,- sebagai biaya administrasi. b) Simpanan aqiqah adalah simpanan dengan setoran awal 20.000 dan dapat pada waktu penyelenggaraan aqiqoh putra putri nasabah. c) Simpanan qurban adalah simpanan pembelian hewan qurban dan dapat diambil pada waktu Iedul qurban d) Simpanan berjanka mudharabah adalah depo karisma yaitu simpanan berjanghka yang dikelola denagn pola bagi hasil yang kompetitif dengan jangka waktu 3,6dan 12 bulan e) Simpanan pendidikan adalah tabungan dari murid atau guru yang akan mendapatkan bagi hasil atau bonus setiap bulannya sesuai besar kecilnya tabungan masing-masing anggota 2. Pembiayaan a) Murabahah (BBA) adalah pembiayaan untuk pembaelian barang-
barang konsumtif seperti sepeda motor dan berakad jual beli b) Musyarokah adalah menambah mosdal usaha nasabah dengan sistem angsuran yang fleksibel bagi hasil ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama
52
c) Qordhul hasan adalah pembiayaan lunak bagi anggota yang kurang mampu tanpa bagi hasil dan mark up .dana diambil dari maal.
53
B. Data Deskriptif TABEL 3.1 Daftar nasabah pembiayaan BBA bermasalah Anggota Poniman
PLAFON Rp. 1.000.000
Jaminan Tanpa
Pekerjaan Swasta
Ruslan
Rp. 1.000.000
Tanpa
Swasta
Aridjo
Rp. 300.000
Tanpa
Dagang
Mugiyah
Rp. 1.000.000
Tanpa
IRT
Ms. Mulyono
Rp. 1.000.000
BPKB
Swasta
Marvira Dwi
Rp. 700.000
Tanpa
Swasta
Anas Solichin Rp. 300.000
Tanpa
Swasta
Amin
Rp. 700.000
Tanpa
Swasta
Ade Romi
Rp. 1.500.000
BPKB
Swasta
Sariyono
Rp. 2.000.000
BPKB
Swasta
Indah Wardani Rp. 750.000
Tanpa
IRT
Mujiono
Rp. 5.000.000
BPKB
Swasta
Muchamad
Rp. 1.500.000
BPKB
Swasta
Mardi Ari S
Rp. 2.000.000
Tanpa
Perhutani
Kelik Anwari Rp. 2.700.000 BPKB Sumber : Data BMT Kharisma, 2010
Swasta
TABEL 3.2 DAFTAR KEUANGAN ANGGOTA BBA BERMASALAH Anggota Poniman
Pendapatan Rp. 2.100.000
Pengeluaran Sisa Angsuran Rp. 1.805.500 Rp. 598.000
Ruslan
Rp. 4.700.000
Rp. 1.595.000 Rp. 565.000
54
Aridjo
Rp. 2.500.000
Rp. 750.000
Rp. 232.000
Mugiyah
Rp. 1.000.000
Rp. 710.000
Rp. 986.500
Ms. Mulyono
Rp. 900.000
Rp. 529.000
Rp. 284.334
Marvira Dwi
Rp. 874.000
Rp. 730.000
Rp. 428.500
Anas Solichin Rp. 840.000
Rp. 669.000
Rp. 256.000
Amin
Rp. 1.300.000
Rp. 1.160.000 Rp. 147.000
Ade Romi
Rp. 750.000
Rp. 590.000
Rp. 414.000
Sariyono
Rp. 1250000
Rp. 679.000
Rp. 1.051.000
Indah Wardani Rp. 750.000
Rp. 525.000
Rp. 369.000
Mujiono
Rp. 1.250.000
Rp, 722.700
Rp. 636.000
Muchamad
Rp. 800.000
Rp. 579.000
Rp. 523.000
Mardi Ari S
Rp. 900.000
Rp. 495.000
Rp. 680.000
Kelik Anwari Rp. 1.760.000 Rp. 1.760.000 Rp. 2.412.880 Sumber : Data BMT Kharisma, 2010
TABEL 3.3 Daftar Kolektabilitas Anggota Bermasalah Anggota Poniman Ruslan Aridjo Mugiyah Ms. Mulyono Marvira Dwi Anas Solichin Amin Ade Romi Sariyono Indah Wardani
Jangka waktu 10 bulan 10 bulan 6 bulan 20 minggu 12 bulan 10 bulan 8 bulan 10 bulan 12 bulan 18 bulan 10 bulan
Angsuran per bulan Rp. 122.000 Rp. 130.000 Rp. 60.000 Rp. 60.000 Rp. 107.000 Rp. 85.500 Rp. 44.500 Rp. 86.000 Rp. 158.000 Rp. 156.000 Rp. 92.000
Kolektabilitas Diragukan Kurang lancar Diragukan Diragukan Kurang lancar Diragukan Diragukan Kurang Lancar Diragukan Diragukan Diragukan
55
Mujiono 24 bulan Rp. 318.000 Muchamad 15 bulan Rp. 133.000 Mardi Ari S 10 bulan Rp. 244.000 Kelik Anwari 12 bulan Rp. 279.000 Sumber : Data BMT Kharisma, 2010
Kurang kancar Kurang lancar Kurang lancar Diragukan
TABEL 3.4 Daftar anggota pembiayaan per Januari 2009 - Mei 2010 TAHUN Jumlah Anggota Pembiayaan 2009 2256 2010 339 JUMLAH 2595 Sumber : Data BMT Kharisma, 2010
Total Pembiayaan 9.383.455.000 1.608.900.000 10.992.355.000
56
BAB IV ANALISA DATA
A. Faktor penyebab pembiayaan bermasalah Dalam pemberian suatu pembiayaan mengandung suatu risiko pembiayaan bermasalah. Akibatnya pembiayaan tidak dapat ditagih sehingga menimbulkan kerugian yang harus ditanggung pihak BMT. Sepandai apapun dalam menganalisis pembiayaan, kemungkinan pembiayaan bermasalah pasti ada dalam hal ini bagaimana pihak BMT Kharisma dalam merminimalisir risiko tersebut. Terdapat 15 anggota pembiayaan BBA bermasalah, yaitu: 1. Poniman
anggota pembiayaan BBA dengan kategori diragukan,
memperoleh pambiayaan sebesar Rp. 1.000.000,- tanpa barang jaminan. Bisa mencapai target realisasi kerja 40% baru bisa break event dan masih dapat membayar bagi hasil, pernah menunggak tiga kali angsuran, dengan kondisi mutasi rekening kurang aktif, perjanjian pembiayaan 3-6 bulan. Hanya ada 2 faktor feasible. Termasuk dalam matrik golongan R4
57
tindakan yang akan dilakukan dengan metode rescheduling dan reconditioning, serta dengan melakukan likuidasi. 2. Ruslan
anggota
pembiayaan
BBA
kurang
lancar,
memperoleh
pembiayaan sebesar Rp. 1.000.000,- tanpa barang jaminan. Bisa mencapai target realisasi 43% baru bisa mencapai break event dan masih dapat membayar bagi hasil, pernah menunggak dua kali angsuran dan dalam kondisi mutasi rekening kurang aktif. Perpanjangan pembiayaan 1-3 57
bulan, dan hanya ada 2 faktor feasible. Sehingga dalam matrik golongan R3. Tindakan yang dilakukan membuat surat teguran peringatan, kunjungan lapangan atau silaturahmi kepada anggota secara lebih sungguh-sungguh. Upaya penyelamatan dengan rescheduling dan reconditioning serta melakukan likuidasi. 3. Aridjo anggota pembiayaan BBA kategori diragukan, memperoleh
pembiayaan sebesar Rp. 300.000,- tanpa barang jaminan. Hanya bisa mencapai target realisasi 22% bisa mencapai break event dan tidak bisa membayar bagi hasil, tidak pernah membayar bagi hasil dan dalam kondisi mutasi rekening kurang aktif. Terdapat dua faktor feasible, perjanjian pembiayaan 3-6 bulan. Termasuk matrik dalam golongan R4, tindakan yang akan dilakukan dengan metode rescheduling dan reconditioning, serta dengan melakukan likuidasi. 4. Mugiyah anggota pembiayaan BBA kategori diragukan, memperoleh
pembiayaan Rp. 1.000.000,- tanpa barang jaminan. Hanya bisa mencapai target realisasi 10% anggota dalam kondisi rugi, menunggak pembayaran
58
sampai 12 kali, mutasi rekening kurang aktif. Mempunyai 2 faktor feasible. Termasuk matrik dalam golongan R4, tindakan yang akan dilakukan dengan metode rescheduling dan reconditioning, serta dengan melakukan likuidasi. 5. Ms. Mulyono anggota pembiayaan BBA kurang lancar, memperoleh
pembiayaan Rp. 1.000.000,- dengan jaminan BPKB milik sendiri, dengan harga taksiran Rp. 4.000.000,- x 60% = Rp. 2.400.000,- target realisasi 71% dapat mencapai break event dan dapat membayar bagi hasil, pernah menuggak 4 kali angsuran, mutasi rekening kurang aktif, perpanjangan pembiayaan 3-6 bulan, terdapat 2 faktor feasible. Termasuk matrik dalam golongan Q3, tindakan yang dilakukan dengan melikuidasi barang jaminan atau dengan dinamisasi barang jaminan. 6. Marvira Dwi anggota pembiayaan BBA kategori diragukan, memperoleh
pembiayaan Rp. 700.000,- tanpa jaminan. Target realisasi 38% anggota bisa mencapai break event dan masih dapat membayar bagi hasil. Pernah menunggak 5 kali angsuran, mutasi rekening kurang aktif. Perpanjangan pembiayaan terlambat 3-6 bulan, terdapat 2 faktor feasible. Termasuk matrik dalam golongan R4, tindakan yang akan dilakukan dengan metode rescheduling dan reconditioning, serta dengan melakukan likuidasi. 7. Anas solichin anggota pembiayaan BBA kategori diragukan, memperoleh
pembiyaan Rp. 300.000,- tanpa jaminan. Target realisasi 20% anggota dapat break event tapi tidak dapat membayar bagi hasil, pernah menunggak 6 kali angsuran, mutasi rekening kurang aktif. Perpanjangan
59
pembiayaan terlambat 6-12 bulan dan sehingga
mempunyai 2 faktor feasible,
masuk matrik dalam golongan R4.
Tindakan yang akan
dilakukan dengan metode rescheduling dan reconditioning, serta dengan melakukan likuidasi. 8. Amin anggota pembiayaan BBA kurang lancar, memperoleh pembiayaan
Rp. 700.000,- tanpa jaminan. Target realisasi 79% anggota dapat break event dan dapat membayar bagi hasil. Pernah menunggak 3 kali angsuran, mutasi rekening kurang aktif, perpanjangan pembiayaan terlambat 3-6 bulan dan terdapat 2 faktor feasible, sehingga termasuk dalam matrik golongan R3, tindakan yang dilakukan membuat surat teguran peringatan, kunjungan lapangan atau silaturahmi kepada anggota secara lebih sungguh-sungguh. Upaya penyelamatan dengan rescheduling dan reconditioning serta melakukan likuidasi. 9. Ade Romi anggota pembiayaan BBA kategori diragukan. Memperoleh
pembiayaan sebesar Rp. 1.500.000,- dengan jaminan BPKB milik sendiri, Supra fit dengan harga taksiran Rp. 7.000.000 x 60% = Rp. 4.200.000,target realisasi 72% dapat mencapai break event dan dapat membayar bagi hasil, pernah menunggak 7 kali angsuran, mutasi rekening kurang aktif. Perpanjangan pembiayaan 6-12 bulan, terdapat 2 faktor feasible. Termasuk dalam matrik Q4 tindakan yang dilakukan yaitu dengan melikuidasi barang jaminan. 10. Sariyono anggota pembiayaan BBA kategori diragukan. Memperoleh
pembiayaan sebesar Rp. 2.000.000,- dengan jaminan BPKB milik sendiri
60
Honda Shogun dengan harga taksiran Rp. 6.000.000 x 60% = Rp. 3.600.000,- target realisasi 47%, anggota dapat mencapai break event dan dapat membayar bagi hasil, pernah menunggak angsuran 6 kali, mutasi rekening kurang aktif, Perjanjian pembiayaan 6-12 bulan, terdapat dua faktor feasible. Sehingga termasuk dalam matrik golongan Q4 tindakan yang dilakukan yaitu dengan melikuidasi barang jaminan. 11. Indah
Wardani
anggota
pembiayaan
BBA
kategori
diragukan.
Memperoleh pembiayaan sebesar Rp. 750.000,- tanpa jaminan, target realisasi 50% anggota dapat mencapai break event dan dapat membayar bagi hasil, pernah 5 kali menunggak angsuran, mutasi rekeng kurang aktif. Perpanjangan pembiayaan terlambat 3-6 bulan, mempunyai dua faktor feasible, sehingga termasuk dalam matrik golongan R4. Tindakan yang akan dilakukan dengan metode rescheduling dan reconditioning, serta dengan melakukan likuidasi. 12. Mujiono
anggota pembiayaan BBA kurang lancar. Memperoleh
pembiayaan sebesar Rp. 5.000.000,- dengan jaminan BPKB SUZUKI milik sendiri dengan harga taksiran Rp. 9.000.000 x 60% = Rp. 5.400.000,- target realisasi 87% dapat mencapai break event dan dapat membayar bagi hasil. Pernah 2 kali menunggak angsuran, mutasi rekening kurang aktif. Perpanjangan pembiayaan terlambat 1-3 bulan, mempunyai 2 faktor feasible. Termasuk dalam matrik golongan Q3, tindakan yang dilakukan dengan melikuidasi barang jaminan atau dengan dinamisasi barang jaminan.
61
13. Muchamad anggota pembiayaan BBAS kurang lancar. Memperoleh
pembiayaan sebesar Rp. 1.500.000,- dengan jaminan BPKB milik sendiri. Dengan harga taksiran Rp. 9.000.000 x 60% = Rp. 5.400.000,- target realisasi 65%. Anggota dapat break event dan dapat membayar bagi hasil. Pernah 4 kali menunggak angsuran, mutasi rekening kurang aktif. Perpanjangan pembiayaan terlambat 3-6 bulan, mempunyai 2 faktor feasible. Termasuk dalam matrik golongan Q3, tindakan yang dilakukan dengan melikuidasi barang jaminan atau dengan dinamisasi barang jaminan. 14. Mardi Ari anggota pembiayaan BBA kurang lancar. Memperoleh
pembiayaa sebesar Rp. 2.000.000,- tanpa jaminan. Target realisasi 66% anggota dapat mencapai break event dan dapat membayar bagi hasil. Pernah 3 kali menunggak angsuran, mutasi rekening kurang aktif. Perpanjangan pembiayaan terlambat 3-6 bulan, memiliki 2 faktor feasible. Termasuk dalam matrik golongan R4, tindakan yang akan dilakukan dengan metode rescheduling dan reconditioning, serta dengan melakukan likuidasi. 15. Kelik Anwari anggota pembiayaan BBA kategori diragukan. Memperoleh
pembiayaan sebesar Rp. 2.700.000,- dengan jaminan BPKB Supra X milik sendiri. Dengan harga taksiran sebesar Rp. 6.500.000 x 60% = Rp. 3.900.000,- target realisasi hanya 15%. Anggota dapat break event tapi tidak dapat membayar bagi hasil. Pernah menunggak angsuran selama 9 kali angsuran, mutasi rekening kurang aktif. Perpanjangan pembiayaan
62
terlambat 6-12 bulan, memiliki 2 faktor feasible. Termasuk dalam matrik golongan Q4, tindakan yang dilakukan yaitu dengan melikuidasi barang jaminan. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab pembiayaan bermasalah pada BMT Kharisma. Faktor tersebut bisa muncul dari pihak analisis BMT itu sendiri maupun dari pihak anggota pembiayaan. Faktor penyebab pembiayaan tersebut diantaranya: 1. Analisa data survei yang kurang tepat Dalam melakukan analisis anggota pihak survei/BMT kurang teliti sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya atau salah dalam melakukan perhitungan. Ketidaktepatan analisis disebabkan beberapa hal, yaitu: a. Analisa pinjaman yang kurang memuaskan tentang kemampuan manajemen anggota pembiayaan b. Persyaratan yang kurang baik dalam pemberian pembiayaan, seperti
adanya hubungan saudara antara pihak analisis dengan anggota pembiayaan c. Kurang teliti dalam menganalsa data pribadi anggota d. Terlalu menekankan pada target
2. Pihak kolektor lalai dalam menagih pada anggota Hal ini disebabjan karena pada saat waktu membayar kolektor tidak datang untuk menagih, dikarenakan ada urusan lain yang menyebabkan
63
tidak menagih, atau pada saat jatah membayar bertepatan dengan tanggal merah. Dengan hal ini bisa menjadi pemicu alasan untuk tidak membayar angsuran. 3. Anggota pembiayaan belum bisa membayar pada saat jatuh waktu angsuran Hal ini disebabkan pada saat jatuh masa angsuran anggota pembiayaan belum mempunyai uang dikarenakan ada kebutuhan lain yang lebih mendesak sehingga tidak dapat membayar angsuran 4. Kelalaian dari anggota untuk tidak membayar Hal seperti ini bisa terjadi karena dari pihak anggota sendiri enggan untuk membayar angsuran drngan berbagai alasan agar terlepas dari kewajiban angsuran tersebut. 5. Faktor – faktor lain
Faktor lain yang dimaksudkan adalah seperti terjadinya kebangkrutan dalam usaha anggota, bencana alam yang melanda anggota, atau berbagai hal di luar kendali anggota.
B. Upaya yang dilakukan BMT Kharisma dalam menangani pembiayaan
bermasalah 1. Penyelamatan Dalam upaya menangani pembiayaan bermasalah BMT Kharisma menggunakan berbagai cara. Dikarenakan setiap anggota memiliki masalah pembiayaan yang berbeda – beda, untuk itu BMT Kharisma dalam
64
menyelesaikan permasalahan pembiayaan
dengan cara kekeluargaan.
Diantaranya yaitu: a.
Dengan diberikannya perpanjangan waktu kurang lebih selama 3 hari dari tanggal waktu pembayaran. Dengan perpanjangan waktu 3 hari diharapkan anggota dapat memenuhi kewajiban untuk mengangsur. Jika dalam jangka waktu 3 hari tersebut anggota belum juga dapat memenuhi kewajiban, kemudian diadakan perjanjian/kesepakatan antara kolektor dengan pihak anggota yang bermasalah perihal kesanggupan membayar.
b. Jika dalam jangka waktu perjanjian tersebut anggota belum juga dapat
memenuhi
kewajiban untuk membayar kemudian dari pihak BMT
memberikan surat peringatan (SP). Surat peringatan tersebut diberikan sampai tiga kali. Kritria dalam pemberian surat peringatan (SP), yaitu: 1) SP 1 diberikan jika anggota menunggak ansuran selama satu sampai dua kali masa angsuran atau satu sampai dua bulan. 2) SP 2 diberikan jika anggota menunggak angsuran selama 3-4 kali masa angsuran. 3) SP 3 diberikan jika anggota menunggak angsuran selama 5 kali masa
angsuran, dalam SP 3 berisi akan dillakukan penyitaan jaminan jika anggota belum dapat memenuhi kewajiban. Selain menggunakan cara tersebut diatas BMT juga menempuh cara penyelamatan pembiayaan sesuai dengan prosedur yang ada, diantaranya langkah yang ditempuh BMT Kharisma adalah: 1) Penjadwalan ulang (reshceduling)
65
Merupakan strategi penyelamatan pembiayaan bermasalah hanya dengan penjadwalan ulang pembayaran angsuran serta perubahan jangka waktu pembiayaan termasuk masa tenggang yang diperlukan. Strategi ini merupakan strategi yang cukup efektif dalam penyelamatan pembiayaan apabila kondisi usaha anggota/debitor masih bertahan meskipun usahanya sudah menurun. Kondisi usaha anggota bisa di deteksi secara dini dengan tertundanya angsuran pokok pinjaman maupun pembayaran bagi hasil. Seperti contoh: Saldo pinjaman seorang anggota pembiayaan bermasalah sebesar Rp. 414.000 dalam kondisi kolektabilitas diragukan, terdapat tunggakan angsuran selama 7 kali masa angsuran, dengan angsuran pokok sebesar Rp. 125.000 dan bagi hasil/mark up sebesar Rp. 33.000 realisasi pembiayaan Rp. 1.500.000 dengan jangka waktu angsuran satu tahun atau 12 kali angsuran. Dengan menggunakan metode rescheduling, alternatif penjadwalan ulang yang digunakan adalah memperpanjang jangka waktu angsuran. Dari data tersebut kita dapat menghitung kembali angsuran pokok dan bagi hasil per bulan, misal dengan menambah jangka waktu angsuran menjadi 18 kali masa angsuran agar cicilan tiap bulannya bisa menjadi lebih ringan, yaitu: Angsuran pokok (AP) = jumlah pembiayaan Jangka waktu = Rp1.500.000 18
66
= Rp 84.000,-
Bagi hasil (BH)= bunga x nominal pinjaman 24 bulan
= 26% x Rp 1.5000.000 18 = Rp 21.500,Dengan diperpanjangkannya jangka waktu menjadi 18 kali angsuran maka tiap bulanya anggota hanya mempunyai kewajiban membayar sebesar Rp 105.500. Dengan mengecilnya jumlah angsuran tersebut diharapkan anggota ini bisa mengangsur tiap bulannya dan tidak terjadi tunggakan angsuran kembali. 2) Persyaratan kembali (reconditioning)
Strategi
penyelamatan
pembiayaan
bermasalah
dengan
metode
reconditioning atau dengan melakukan perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan meliputi jadwal pembayaran, jangka waktu atau persyaratan lain. Metode penyelamatan ini dilakukan jika metode reshceduling yang dilakukan BMT Kharisma belum berhasil. Kebijakan BMT yang dapat dirubah sebagai pengganti reconditioning misalnya: a) Penundaan pembayaran bagi hasil
67
Dalam hal ini penundaan pembayaran bagi hasil sampai waktu tertentu, maksudnya hanya bagi hasil yang dapat di tunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjaman tetap dibayarkan seperti biasa.
Contoh: Anggota hanya sanggup membayar pokok pinjaman saja sebesar Rp 125.000/ bulan untuk membayar pokok pinjaman tertunggak 7 x Rp 125000 = Rp.875.000,- dengan jangka waktu 18 bulan . sementara itu bagi hasil tertunggak sebesar 7 x Rp 33.000 = Rp.231.000,- bisa dibayar kemudian setelah angsuran pokok dapat dilunasi. Cara membayar juga bisa dilakukan dengan cara angsuran atau sesuai kemampuan membayar. b) Penurunan bagi hasil Penurunan tingkat bagi hasil ini dimaksudkan agar dapat meringankan beban anggota. Contoh: Bagi hasil/mark up yang dibebankan sebesar Rp.33.000 bisa diturukan menjadi Rp 21.500/ bulan. Dengan diturunkannya bagi hasil diharapkan dapat meringankan beban anggota, sehingga anggota tersebut dapat memenuhi kewajiban tiap bulanya c) Pembebasan bunga
68
Apabila dilihat dari kondisi usaha anggota tidak memungknkan untuk membayar bagi hasil kepada pihak BMT, maka pihak BMT bisa memberikan kelonggaran untuk membebaskan beban bagi hasil kepada anggota. Pembebasan kewajiban ini dapat dipertimbangkan dari kondisi usaha anggota itu sendiri.
2. Penyelesaian Pemutusan hubungan kerjasamam merupakan langkah terakhir yang dilakukan BMT Kharisma, karena jika hubungan tersebut dilanjutkan akan menimbulkan kerugian untuk pihak BMT Kharisma itu sendiri. Sebelum langkah terakhir ditempuh BMT dalam penyelesaiannya menggunakan cara: a. Penagihan langsung oleh pihak BMT Penagihan langsung yang dilakukan oleh pihak kolektor yang didampingi oleh manajer marketing dan pemberian surat peringatan mempunyai keyakinan bahwa dengan cara ini anggota akan merasa malu dan diharapkan pada akhirnya akan bisa membayar angsuran meskipun tidak dalam jumlah yang penuh. b. Penyitaan barang jaminan Dikarenakan anggota/debitur tidak dapat memenuhi kewajiban atau tidak mengenakan segala peringatan yang diberikan dari pihak BMT, maka pihak BMT berhak untuk menyita barang jaminan sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati diawal sebelum realisasi pembiayaan.
69
70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah pada BMT Kharisma. Faktor – faktor tersebut diantaranya: 1. Analisa data survei kurang tepat 2. Pihak kolektor lalai dalam menagih pada anggota
3. Anggota pembiayaan belum bisa membayar angsuran pada saat jatuh tempo membayar 4. Kelalaian dari pihak anggota untuk tidak membayar 5. Faktor – faktor lain, seperti terjadinya kecelakaan, musibah maupun usaha
yang mulai merugi. Strategi penanganan pembiayaan bermasalah pada BMT Kharisma: 1. Penyelamatan a) penjadwalan ulang (rescheduling) b) persyaratan kembali (reconditioning) Dari kedua strategi penyelamatan pembiayaan bermasalah, strategi yang paling sering digunakan yaitu rescheduling (penjadwalan ulang). Dengan menggunakan strategi rescheduling yaitu memperpanjang jangka waktu pembiayaan/angsuran, beban angsuran tiap bulannya menjadi mengecil, sehingga dapat meringankan beban anggota tiap bulannya.
70
71
Dengan mengecilnya beban angsuran tiap bulannya diharapkan anggota dapat memenuhi kewajibannya kembali. 2. Penyelesaian a) penagihan langsung dari pihak BMT b) penyitaan barang jaminan
B. SARAN Agar dalam upaya penanganan pembiayaan bermasalah dapat sesuai dengan yang di harapkan, maka diperlukan adanya peningkatan etos kerja karyawan sehingga sangat diperlukan adanya penyuluhan dan pembinaan kepada para karyawan tentang peningkatan pelayanan terhadap anggota. Selain itu di harapkan pula bagi pihak analisis pembiayaan agar dalam memberikan pembiayaan disesuaikan dengan prinsip analisis pembiayaan yaitu prinsip 5 C dan 7 P. Agar kedepannya tidak terdapat lagi pembiayaan bermasalah dikarenakan ketidak tepatan dalam mengnalisis anggota. Karyawan diharapkan mampu bersikap profesional dan berahklak, karena timbulnya pembiayaan bermasalah tidak hanya disebabkan oleh anggota yang lalai saja
melainkan kemampuan untuk mempengaruhi dan melakukan
pembinaan kepada anggota. Selain itu, sangat diperlukan adanya peningkatan kemampuan account officer (AO) sehingga pembiayaan bermasalah dapat ditanggulangi dan ditekan sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal.
72
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Hosen, Nadratuzzaman, Dkk. 2008. Materi Dakwah Ekonomi Syari’ah. Jakarta: PKES Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Kasmir. 2008. Bank dan Keuangan lainnya, Edisi revisi. Jakarta: Rjawali Pers, PT Raja Grafindo Persada Latumaerissa, Julius. 1996. Mengenal Aspek-aspek Operasi Bank Umum. Jakarta: Bumi Aksara Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah, Edisi revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Mulyono, Teguh Pudjo. 2001. Manajement Perkreditan Bagi Komersiil. Yogyakarta: BPFE Ristanto. 2009. Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Sistim Murobahah pada BMT AL-Falah Sukoharjo, Skripsi. Solo:UMS www. Junedzone. Co. Cc/.../risiko akad dalam pembiayaan murobahah