KLASIFIKASI NASABAH PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT KARISMA CABANG “SKYLIGHT” MAGELANG
TUGAS AKHIR Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Progam Studi Perbankan Syariah
Oleh: ARINA ARIFAH 201 07 012
JURUSAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
i
ii
iii
MOTTO Bermalas-malasan tak akan pernah didikuti dengan kesuksesan.
“Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.(QS. Ar Ra’d: 11)
PERSEMBAHAN 1. Ayah dan ibu yang telah merawat dan mencurahkan
seluruh kasih sayangnya serta Ibu kandungku (almh) dan ayah. 2. Kakak-kakak dan adik-adikku (mbak Nik, Mas Ad, mbak Tina, Lutfi, Ahsan) yang selalu mendukungku meski kita tak pernah tinggal bersama. 3. Teman-teman di Edi Mancoro.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamual’aikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat,
menyelesaikan PEMBIAYAAN
tugas
hidayah akhir
serta yang
MURABAHAH
inayahNya berjudul
PADA
sehingga
penulis
“KLASIFIKASI BMT
KARISMA
dapat
NASABAH CABANG
SKYLIGHT MAGELANG”. Shalawat serta salam penulis haturkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya dari dunia sampai akhirat. Amin. Penulis sadar, tugas akhir ini tidak akan selesai dengan lancar tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya, karena tanpa ridhoNya penulis tidak mungkin dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga.
3. Abdul Aziz N.P, MM selaku ketua progam studi perbankan syariah. 4. H. Agus Waluyo, M.Ag sebagai dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis hingga akhir tugas akhir ini. 5. Ayah dan Ibu yang tak pernah lelah berdoa dan terus mendukungku secara spiritual dan material. Untuk almh ibu kandungku, meski aku tak pernah melihat tapi aku dapat merasakan kasih sayangmu.
v
6. Pimpinan BMT Karisma Magelang beserta seluruh staf, khususnya Mas
Ipunk, Mbak Eva, Mas Ical dan Pak Yazin di Skylight. 7. Seluruh dosen D-III
Perbankan Syariah yang telah memberikan
pendidikan selama perkuliahan. 8. Bapak Kyai Mahfudz Ridwan L.C beserta keluarga yang telah
memberikan pendidikan agama selama di Ponpes Edi Mancoro. 9. Teman-teman di Ponpes Edi Mancoro yang selalu mendukung serta
menghiburku, khususnya teman seperjuanganku Tuthi’ dan personil kamar A, Anis dan si kecil Iis. Buat Nyamnyul dan Tiko’ tetep semangat di PS. 10. Teman-teman satu angkatan di D-III perbankan syariah, khususnya
sahabat-sahabatku (Encep, Rahma, Duwi, Ima). Penulis sadar tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk bisa memperbaikinya. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 28 Juli 2010 Penulis
Arina Arifah 201 07 012
vi
ABSTRAK
Arina Arifah. Klasifikasi Nasabah Pembiayaan Murabahah pada BMT Karisma Cabang Skylight Magelang. 2010 Tugas akhir ini disusun dengan latar belakang belum banyaknya lembaga keuangan yang mengklasifikasikan nasabahnya. Hal ini terkait dengan penanganan nasabah yang baik harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/ 26/ PBI/ 2009 Tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Structured Product bagi Bank Umum yang mengharuskan seluruh bank mengklasifikasikan nasabahnya dengan rumusan masalah macam-macam pembiayaan, klasifikasi nasabah dan penanganan nasabah berdasarkan klasifikasinya. Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi anggota pada BMT Karisma Cabang Skylight Magelang melalui metode observasi langsung dan menganalisa data-data pembiayaan anggota yang telah malakukan pembiayaan lebih dari dua kali dan menghasilkan kesimpulan bahwa anggota BMT Karisma Cabang Skylight Magelang sebagian besar berada pada matrik P2, yaitu nasabah dengan sistem manajemen dan jaminan yang cukup.
Kata kunci: pembiayaan murabahah, jenis nasabah, aspek penilaian klasifikasi nasabah pembiayaan, penanganan nasabah
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................ iv KATA PENGANTAR................................................................................. v ABSTRAK.................................................................................................... vii DAFTAR ISI................................................................................................ viii DAFTAR TABEL....................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1 B. Rumusan Masalah............................................................................. 5 C. Tujuan dan Kegunaan....................................................................... 6 D. Telaah Pustaka.................................................................................. 7 E. Metode Penelitian............................................................................. 9 F. Sistematika Penulisan....................................................................... 11
viii
BAB II KERANGKA TEORITIK A. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan............................................................... 13 2. Macam-macam Pembiayaan....................................................... 14 3. Syarat Pemberian Pembiayaan................................................... 17 4. Prinsip Pemberian Pembiayaan.................................................. 17
B. Nasabah 1. Pengertian Nasabah..................................................................... 19 2. Klasifikasi Nasabah.................................................................... 20
BAB III LAPORAN OBJEK A. Gambaran Umum 1. Sejarah Berdirinya BMT Karisma Magelang.............................
25
2. Visi dan Misi..............................................................................
27
3. Struktur Organisasi.....................................................................
28
4. Job Descrisption..........................................................................
29
5. Produk-Produk ...........................................................................
41
ix
B. Data Deskriptif 1. Perkembangan Pembiayaan........................................................
42
2. Kolektifitas.................................................................................
43
BAB IV ANALISIS A. Prosedur Penerimaan Pembiayaan............................................... 49 B. Matrik Klasifikasi Nasabah..........................................................51 C. Penanganan Anggota................................................................... 53
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 55 B. Implikasi...................................................................................... 56
Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil.......................................... 14
Tabel 2
Matrik Klasifikasi Nasabah Pembiayaan............................... 23
Tabel 3
Target Lending BMT Karisma cabang Skylight....................42
Tabel 4
Perkembangan Nasabah Pembiayaan Cabang Skylight.........43
Tabel 5
Kolektifitas Angsuran............................................................ 43
Tabel 6
Pekerjaan Nasabah................................................................. 44
Tabel 7
Data Anggota Pembiayaan Murabahah................................. 45
Tabel 7
Klasifikasi Nasabah Aspek Jaminan dan Manajemen........... 48
xi
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perbankan sangatlah cepat. Terlepas apakah itu Perbankan Syariah atau Konvensional. Sebagai lembaga perantara dana, keberadaan bank menjadi sangatlah penting bagi masyarakat umum, baik dari kalangan bawah, menengah maupun atas. Tak ada alasan bagi seseorang untuk bermalas-malasan karena Islam sendiri telah menyuruh umat-Nya untuk mencari harta sebanyak-banyaknya selama itu tidak melanggar syariah. Allah SWT juga tidak akan merubah keadaan umat kecuali umat itu sendiri mau merubahnya seperti dalam firmanNya sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.(QS. Ar Ra’d: 11)
Islam sebagai agama bersifat universal dan komprehensif. Universal artinya bersifat umum dan komprehensif adalah mencakup seluruh bidanga kehidupan. Tak hanya masalah akidah dan fiqih saja yang dibahas dalam Islam. Sistem muamalah Islam meliputi berbagai aspek ajaran mulai dari
1
2
persoalan hak atau hukum sampai urusan lembaga keuangan. Lembaga keuangan diadakan dalam rangka mewadahi aktifitas konsumsi, simpanan dan investasi. Saat ini telah banyak lembaga keuangan yang berdiri baik itu lembaga keuangan bank ataupun non bank seperti koperasi, BPRS dll. Lembagalembaga keuangan tersebut telah tersebar sampai tingkat pedesaan sebagai penunjang usaha-usaha mikro. Bank dapat dimanfaatkan untuk memulai sebuah usaha dalam upaya mencari rizki Allah SWT. Adanya krisis global yang melanda dunia telah mempengaruhi seluruh perekonoman dunia. Hal itu menyebabkan inflasi yang tidak wajar. Ditengah krisis tersebut salah satu sektor yang terus berdiri adalah Perbankan Syariah. Dalam Undang-Undang Perbankan Syariah Bab Ketentuan Umum pasal 1 No 25 poin a disebutkan bahwa pembiayaan dalam bank syariah menggunakan sistem bagi hasil. Keunggulan-keunggulan Bank Syariah mendorong tumbuhnya Bank Syariah di Indonesia. Pada awalnya, sistem operasionalnya memang belum jelas karena belum ada landasan hukum yang jelas. Setelah diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah lebih percaya diri dalam pelaksanaannya. Hal ini berkaitan dengan produk dan pelayanaan apa saja yang boleh dikerjakan oleh Bank Syariah.
3
Selain Undang-Undang Tentang Perbankan, pertumbuhan Bank Syariah didukung dengan Fatwa Bunga Bank Haram dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tahun 2003. Banyak bank yang menjalankan prinsip syariah, baik yang melakukan konversi sistem perbankan atau membuka cabang syariah (Wiroso, 2005; 1). Secara istilah, riba adalah pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam. dalam pandangan Islam (Antonio, 2001; 37). Bank Konvensional telah menerapkan riba karena besarnya bunga yang telah ditentukan diawal transaksi. Praktek riba lebih jelas terjadi pada pinjaman yang dilakukan oleh rentenir atau yang lebih sering disebut lintah darat. Besarnya bunga akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya hari pelunasan hutang. Praktek tersebut jelas merugikan salah satu pihak. Munculnya Bank Syariah sebagai salah satu pilihan bagi masyarakat yang bahkan sampai saat ini masih ada yang tidak mau bersentuhan dengan dunia perbankan dengan alasan riba. Keberhasilan sebuah lembaga agar tetap berdiri tidak hanya berasal dari internal lembaga saja. Dalam dunia perbankan atau lembaga non bank, nasabah atau anggota juga sangat berperan dalam keberhasilan tersebut. Namun, tidak semua nasabah atau anggota dalam sebuah bank yang 100% sehat, termasuk pada perbankan syariah.
4
Penyaluran dana tidak hanya berhenti pada pemberian pembiayaan pada anggota atau nasabah yang membutuhkan dana. Setelah dana keluar, pihak bank harus mengawasi kegiatan anggota agar anggota mampu membayar kewajibannya dengan lancar. Cara tersebut dapat memperkecil adanya pembiayaan bermasalah. Bank dikatakan berhasil jika mempu menyeimbangkan antara pembiayaan dan pengendapan. Terlalu banyak dana yang mengendap bisa mempengaruhi jumlah bagi hasil dan dan hanya akan menambah biaya. Untuk itulah bank mengadakan pembiayaan. Bagi masyarakat ekonomi baik makro maupun mikro, produk pembiayaan lebih diminati untuk menunjang usaha mereka. Melihat peluang ini,
tentu
banyak
lembaga
keuangan
yang
manawarkan
produk
pembiayaannya dengan berbagai variasi dan cara untuk menarik calon nasabahanya. Namun disinilah, kejelian lembaga keuangan akan terlihat. Apakah lembaga tersebut akan begitu saja menerima nasabah untuk memutarkan dananya, karena secara tidak langsung pada saat tersebut telah terjadi proses klasifikasi. Jika salah dalam menerima nasabah, lembaga tersebut justru akan menerima kesulitan saat mengampu nasabahnya untuk mengangsur. Tidak semua nasabah baik individu maupun berupa lembaga yang mempunyai nama besar langsung menjadi jaminan atas lancarnya pembayaran angsuran. Begitupun sebaliknya, pengusaha atau orang yang baru awal dalam usaha atau bahkan baru memulai usaha tidak bisa membayar angsuran dengan lancar. Sebagian besar lembaga keuangan lebih bersemangat
5
saat mengadakan survei pada awal pembiayaan dan lebih menitik beratkan pada barang agunan atau jaminan. Saat ini, belum banyak lembaga keuangan yang mengklasifikasikan nasabahnya kedalam beberapa golongan. Hal tersebut terlihat dari belum banyaknya penelitan tentang klasifikasi nasabah dan usulan dari ahli hukum saat dialog interaktif dengan kompas. Kalaupun ada beberapa, mereka hanya mengklasifikasinkannya berdasarkan
lancar atau tidaknya nasabah dalam
membayar angsuran. Dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/ 26 /PBI/2009 tentang prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan kegiatan structured product bagi Bank Umum, mewajibkan seluruh bank untuk mengklasifikan nasabahnya. Meskipun peraturan tersebut diperuntukkan untuk Bank Umum, klasifikasi nasabah tetap juga diperlukan dalam lingkup Perbankan Syariah. BMT Karisma adalah BMT pertama yang berdiri di Magelang. Hingga memasuki usia yang ke 15, BMT Karisma sudah mempunyai empat cabang yang tersebar di di Kota Magelang. Jumlah nasabah BMT mencapai lebih dari 10.000 orang. Semakin banyak anggota, semakin banyak juga karakteristik anggota. Setiap anggota membutuhkan penanganan yang berbeda sesuai klasifikasinya. Dari penjabaran diatas, penulis tertarik menganalisis masalah tersebut dengan mengambil judul Tugas Akhir “ Klasifikasi Nasabah Pembiayaan Murabahah pada BMT Karisma Cabang Skylight Magelang”.
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang akan penulis paparkan adalah sebagai berikut: 1. Apa
sajakah
macam-macam
pembiayaan
dan
proses
realisasi
pembiayaan di BMT Karisma cabang Skylight Magelang? 2. Bagaimanakah klasifikasi anggota di BMT Karisma cabang Skylight
Magelang? 3. Bagaimanakah perlakuan BMT Karisma cabang Skylight Magelang pada
anggota berdasarkan klasifikasinya? C. Tujuan Dan Kegunaan 1. Tujuan Adapun tujuan penelitian dari tugas ini adalah: a. Untuk mengetahui macam-macan pembiayaan dan proses realisasi pembiyaan di BMT Karisma cabang Skylight. b. Untuk mengetahui klasifikasi anggota di BMT Karisma Cabang
Skylight. c. Untuk mengetahui perlakuan BMT pada anggota berdasarkan
klasifikasinya. 2. Kegunaan
7
Adapun kegunaannya adalah: a. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan mengetahui pengelolaan
pembiayaan
dan kaitannya dengan klasifikasi nasabah. Selain itu
sebagai syarat akademik. b. Bagi STAIN, untuk menilai kualitas belajar mengajar berdasarkan tugas akhir ini. c. Bagi BMT Karisma, untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan pemberian pembiayaan dan memperlakukan nasabah sesuai kebutuhannya. D. Telaah Pustaka Menurut Mustika Kuwera, seorang ahli hukum dan perbankan mengusulkan klasifikasi nasabah dibutuhkan untuk mengatasi keruwetan kasus transaksi produk derivatif di pengadilan. Pengklasifikasian tersebut dapat melindungi nasabah dan perbankan sehingga ada kepastian hukum untuk semua pihak. Bank Indonesia harus membuat peraturan yang memperjelas klasifikasi nasabah produk derivatif menjadi sophisticated dan non-sophisticated. Nasabah non-sophisticated harus mendapat perlindungan hukum yang lebih baik karena belum berpengalaman seperti UD atau koperasi. Sedangkan yang termasuk nasabah sophisticated adalah perusahaan dengan nilai transaksi besar dan sekelas ekspor impor. Nasabah tersebut tidak mungkin tidak mengetahui tentang hukum derivatif karena mereka dapat menyewa akuntan internasional.
8
Sistem manajemen prekreditan yang sehat merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan pengelolaan kredit perbankan. Tindakan preventif dalam sistem manajemen prekreditan harus dilakukan untuk menghindari semakin luasnya masalah kredit nasabah. Aktivitas pemantauan nasabah merupakan salah satu aktivitas yang bersifat preventif atau tindakan dini untuk mendeteksi gejala pemasalanan yang timbul sebelum masalah kredit menjadi semakin parah. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam siklus manajemen perkreditan. Aktivitas pemantauan dimulai sejak kredit disetujui sampai kredit nasabah dinyatakan lunas. Penetapan kolektibilitas kredit nasabah merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memantau kredit nasabah. Namun penentuan kolektibilitas yang berdasarkan pada ketentuan Bank Indonesia tersebut hanya dapat memberikan gambaran dari segi kemampuan nasabah atau repayment capacity, padahal untuk memberikan pemantauan yang menyeluruh perlu diketahui tentang aspek kemauan dan kemampuan dari nasabah. Analisa kondisi nasabah dengan alat analisa tiga pilar dapat menilai tentang kredibilitas manajemen, kemampuan membayar kembali serta kondisi jaminan. Dengan analisa ini terlihat bahwa nasabah yang berkolektibilitas lancar belum tentu tidak bermasalah. Penyusunan strategi klasifikasi nasabah juga dapat dibuat dengan bantuan matrik tiga pilar dari nasabah yang masuk klasifikasi bermasalah menurut analisa tiga pilar. Menurut Tutik Zubaidah dalam tugas akhir yang berjudul Analisis Manajemen Pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil di BMT Mandiri Getasan
9
menyimpulkan bahwa nasabah dapat mengembalikan pembiayaan sesuai kemampuannya. Dengan demikian masyarakat tidak merasa disulitkan dalam pengajuan pembiayaan. Sedangkan untuk pembiayaan bermasalah, BMT memberikan kelonggaran waktu agar nasabah bisa melunasi dengan tidak merasa dikejar-kejar dan tetap bisa berusaha dengan tenang. Berdasarkan telaah di atas dapat disimpulkan bahwa belum banyak bank atau BMT yang menerapkan sistem klasifikasi nasabah dan lebih menggunakan sistem kekeluargaan kepada siapa saja dan cenderung mengalah. Klasifikasi nasabah diperlukan untuk mengatasi atau mencegah pembiayaan bermasalah. Klasifikasi nasabah juga diperlukan untuk menentukan perlindungan hukum terhadap nasabahnya, karena tidak semua nasabah sudah mengerti dengan hukum. Sedangkan pada BMT Karisma, belum ada penelitian yang membahas tentang klasifikasi nasabah. Jadi, tugas akhir ini merupaka penelitian pertama mengenai klasifikasi nasabah. E. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan adalah sebagai berikut: 1. Jenis data yang digunakan a. Data primer Data yang diperoleh berisi variabel produk BMT Karisma cabang Skylight, buku dan jurnal. b. Data sekunder
10
Data yang diperoleh secara tidak langsung selama kegiatan praktik dan magang serta sumber-sumber lain yang digunakan dalam penelitian. c. Populasi dan sampel Populasi adalah kumpulan unsur-unsur yang menjadi sumber sampel yang benar-benar terpilih yaitu nasabah pembiayaan pada BMT Karisma cabang Skylight. Sampel merupakan bagian dari populasi. Hasil sampel merupakan pencerminan seluruh populasi yang ada. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling. Accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan. Dalam hal ini adalah nasabah BMT Karisma yang sudah mengadakan pembiayaan lebih dari satu kali karena terkait dengan penilaian klasifikasi nasabah aspek manajemen, yaitu perpanjangan pembiayaan. 2. Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif yaitu mengadakan suatu penyelidikan yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi atau menggambarkan suatu keadaan.
11
3. Teknik pengumpulan data a. Observasi Langsung
Data yang diperoleh dengan mengadakan pengamatan langsung di BMT Karisma Cabang Skylight. b. Metode Interview
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan sistem tanya jawab antara pimpinan dan karyawan. c. Metode Dokumentasi
Teknik pengumpulan data atau melengkapi data yang telah ada dengan melihat catatan data sesuai dengan prosedur di BMT Karisma cabang Skylight. F. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis membagi bahasan menjadi lima bab, yang terdiri dari beberapa sub bab. Tugas akhir ini diawali dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II menguraikan tentang kerangka teoritik yang berisi macammacam pembiayaan, syarat-syarat pembiayaan, prinsip-prinsip pemberian pembiayaan, jenis-jenis nasabah berdasarkan dan matrik klasifikasi nasabah.
12
Bab III menguraikan tentang sejarah berdirinya BMT Karisma, visi dan misi, struktur organisasi, job description, produk-produk BMT dan data deskriptif yang menunjang penelitian seperti target lending pembiayaan murabahah, kolektifitas angsuran, daftar sample, daftar pekerjaan, daftar perkembangan nasabah pembiayaan murabahah dan klasifikasi nasabah pembiayaan murabahah. Bab IV menguraikan tentang analisa prosedur pemberian pembiayaan, sistem monitoring, klasifikasi nasabah berdasarkan jamianan dan manajemen, klasifikasi nasabah berdasarkan structured product serta penanganan nasabah berdasarkan klasifikasinya. Tugas akhir ini ditutup dengan kesimpulan dan implikasi atau saran bagi BMT Karisma Magelang.
13
BAB II KERANGKA TEORITIK A. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan
adalah
penyediaan
uang
atau
tagihan
yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Anshori, 2008 : 53). Selain sebagai kegiatan yang menghasilkan bagi hasil, pembiayaan juga berperan dalam perkembangan perekonomian masyarakat sekitar. Pembiayaan berbeda dengan kredit. Kredit adalah penyediaan uang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Kasmir, 2008; 73). Perbedaan kredit dan pembiayaan adalah pada pemberian jasa terhadap pembiayaan tersebut.
Jika
kredit
menggunakan
sistem
bunga,
pembiayaan
menggunakan sistem bagi hasil. Terdapat perbedaan besar antara bunga dan bagi hasil. Menurut Anshori (2008), perbedaan bunga dan bagi hasil tersebut adalah:
13
14
Tabel Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil No. Perbedaan
Bunga
Bagi Hasil
1.
Waktu penentuan
Penentuan bunga dibuat Waktu akad pada waktu akad dengan berpedoman asumsi selalu untung pada kemungkinan untung rugi
2.
Penentuan prosentase
Berdasarkan jumlah Berdasarkan modal yang dipinjam keuntungan yang diperoleh
3.
Profit
Pembayaran bunga tetap seperti dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan untung/ rugi
4.
Jumlah pembayaran kontra prestasi
Eksistensi bunga Tidak ada yang diragukan oleh semua meragukan agama
Sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
2. Macam-macam Pembiayaan
Pembiayaan menurut Syafi’i Antonio(2001) terbagi menjadi 5 (lima), yaitu: a. Mudharabah Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak dimana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan seluruh modal.
15
Sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung pemilik modal selama bukan akibat kelalaian pengelola. Namun jika kerugian diakibatkan kelalaian si pengelola maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. b. Musyarokah Musyarokah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai kesepakatan. c. Ijarah Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui
pembayaran
upah
sewa
tanpa
diikuti
pemindahan
kepemilikan. Adapun jenis ijarah yang diakhiri dengan kepemilikan adalah ijarah muntahiya bit-tamlik. d. Salam Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh. Banyak orang yang menyamakannya dengan sistem ijon, padahal keduanya terdapat berbedaan besar. Dalam ijon, barang yang dibeli tidak diukur atau ditimbang secara jelas dan spesifik.
16
e. Istishna Istishna adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati
dengan
pembayaran
sesuai
dengan
kesepakatan.
Perbedaanya dengan salam adalah pada waktu pembayarannya. f. Murabahah Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Murabahah merupakan transaksi pembiayaan yang paling dominan dijalankan bank. Kekhawatiran tidak transparannya nasabah dalam melaporkan keuntungan usaha menjadi salah satu alasan. Pembiayaan murabahah sering dianggap banyak orang bahwa perbankan syariah tidak berbeda dengan sistem kredit pada bank konvensional. Akan tetapi dalam transaksi murabahah, bagi hasil disebut margin. Bagi hasil adalah sistem yang digunakan dalam transaksi mudharabah. Skema Murabahah Negoisasi & Persyaratan
BANK
Akad & jual Bayar
NASABAH
17
Beli Barang
Kirim
SUPLIER/ PENJUAL
1) Landasan Hukum a) Al-Qur’an
“..dan Aku telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”(Al-Baqarah: 275). b) Hadist Dari Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah SAW. Bersabda “tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.”(HR Ibnu Majah) 2) Syarat Murabahah a) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. b) Kontrak pertama harus sah sesuai rukun yang ditetapkan. c) Kontrak harus bebas riba. d) Penjual harus menjelaskan kepada nasabah bila terjadi cacat
barang sesudah pembelian. 3) Prinsip Pemberian Pembiayaan
18
Menurut Kasmir (2003), prinsip pemberian pembiayaan atau kredit terangkum dalam 5C, yaitu: 1. Character Sifat atau watak seseorang yaitu calon nasabah. Tujuannya adalah memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang yang akan diberikan pembiayaan benar-benar dapat dipercaya. 2. Capacity Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar pembiayaan yang dihubungkan dengan kemampuan mengelola bisnis serta mencari keuntungan. 3. Capital Sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. 4. Collateral Jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya. 5. Condition
19
Kondisi ekonomi sekarang dan masa akan datang sesuai sektor masing-masing. B. Nasabah 1. Pengertian Nasabah
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank syariah dan atau Unit Usaha Syariah. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dalam bentuk simpanan berdasarkan akad antara bank syariah atau Unit Usaha Syariah dan nasabah yang bersangkutan. Nasabah investor adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dalam bentuk investasi berdasarkan akad antara Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dan nasabah yang bersangkutan. Nasabah penerima fasilitas adalah nasabah yang memperoleh fasilitas dana atau yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan prinsip syariah. Dalam BMT Karisma terdapat dua jenis nasabah/ anggota, yaitu: 1. Calon anggota, yaitu anggota yang jumlah simpanan pokoknya belum ada Rp. 25.000,00. Sebagian besar calon anggota adalah anggota yanng hanya menggunakan jasa simpanan saja. 2. Anggota, yaitu anggota yang jumlah simpanan pokoknya Rp. 25.000,00
atau lebih. Sebagian besar anggota adalah anggota pembiayaan karena
20
setiap pelaksanaan akad anggota diwajibkan membayar simpanan pokok. Dalam koperasi, dikenal istilah simpanan pokok dan simpanan wajib. Oleh karena BMT berada dibawah naungan Badan Koperasi, maka anggota BMT harus membayar simpanan pokok dan simpanan wajib. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya dan sama nilainya yang wajib dibayarkan oleh anggota pada saat masuk menjadi anggota. simpanan pokok tidak dapat diambil selama yang bersangkutan menjadi anggota. Sedangkan simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama jumlahnya yang wajib dibayarkan oleh anggota dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil selama menjadi anggota (Sudarsono, 2006: 149-150). 2. Klasifikasi Nasabah
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/ 26 /PBI/2009 tentang prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan kegiatan structured product bagi Bank Umum, nasabah diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: a. Nasabah Profesioal
Nasabah digolongkan sebagai nasabah profesional apabila nasabah tersebut memiliki pemahaman terhadap karakteristik, fitur, dan risiko dari structured product dan terdiri dari:
21
1) Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang terdiri dari bank, perusahaan efek, perusahaan pembiayaan atau pedagang berjangka
sepanjang
tidak
bertentangan
dengan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang perbankan, pasar modal, lembaga pembiayaan dan perdagangan berjangka komoditi yang berlaku. 2) Perusahaan dengan modal lebih dari Rp. 20.000.000.000,-(dua puluh miliar rupiah) atau ekuivalennya dalam valuta asing dan telah melakukan kegiatan usaha paling kurang 36 bulan berturutturut. 3) Pemerintah Republik Indonesia atau pemerintah negara lain. 4) Bank central atau bank negara lain 5) Bank atau lembaga pembangunan multilateral. b. Nasabah Eligible
Nasabah digolongkan sebagai nasabah profesional apabila nasabah tersebut memiliki pemahaman terhadap karakteristik, fitur, dan risiko dari structured product dan terdiri dari: 1) Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan berupa dana pensiun
atau
perusahaan
perasuransian
sepanjang
tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di bidang dana pensiun dan usaha perasuransian yang berlaku.
22
2) Perusahaan dengan modal setidaknya Rp. 5.000.000.000,-(lima miliar rupiah) atau ekuivaennya dalam valuta asing dan telah melakukan kegiatan paling kurang 12 bulan berturut-turut. 3) Nasabah perorangan yang mempunyai portofolio aset berupa kas,
giro, tabungan paling kurang Rp. 5.000.000.000 (lima miliar rupiah). c. Nasabah Retail adalah nasabah yang tidak termasuk dalam nasabah
profesional dan eligible. Structured Products adalah produk Bank yang merupakan penggabungan antara 2 (dua) atau lebih instrumen keuangan berupa instrumen keuangan non derivatif dengan derivatif atau derivatif dengan derivatif dan paling kurang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Nilai atau arus kas yang timbul dari produk tersebut dikaitkan dengan
satu atau kombinasi variabel dasar seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi dan/ atau ekuitas. b. Pola perubahan atas nilai atau arus kas produk bersifat tidak reguler
apabila dibandingkan dengan pola perubahan variabel dasar sebagaimana dimaksud pada huruf a sehingga mengakibatkan perubahan nilai atau arus kas tersebut tidak mencerminkan keseluruhan perubahan pola dari variabel dasar secara linear.
23
Menurut Teguh Pujo Mulyono (2005), klasifikasi nasabah dapat dilihat dengan matrik klasifikasi nasabah pembiayaan. Matrik tersebut menggabungan antara aspek jaminan dan menajemen. Matrik Klasifikasi Nasabah Pembiayaan Jaminan
Baik
Cukup
Kurang
Tidak Ada
Baik
O1
P1
Q1
R1
Break event
O2
P2
Q2
R2
Rugi
O3
P3
Q3
R3
Macet
O4
P4
Q4
R4
Usaha
Kebijakan penerimaan dan identifikasi nasabah menurut Rifqi Muhammad (2008) adalah: 1. Meminta informasi calon nasabah mengenai: a) Identitas calon nasabah. b) Maksud dan tujuan calon nasabah melakukan hubungan dengan
bank. c) Mencari informasi tambahan mengenai profil nasabah. d) Identitas tambahan bagi yang bertindak atas nama pihak lain.
2. Identitas calon nasabah sekurang-kurangnya mencakup:
24
a) Nasabah perorangan 1) Data diri yang masih berlaku 2) Keterangan mengenai pekerjaan dan alamat pekerjaan 3) Spesimen tandatangan
4) Keterangan mengenai sumber dana dan tujuan penggunaan dana. 5) Ahli waris yang ditunjuk. b) Nasabah badan hukum 1) Akta pendirian dan atau perubahannya yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang. 2) Ijin usaha atau ijin lainnya dari instansi yang berwenang. 3) Nama, specimen tanda tangan pengurus
4) Keterangan sumber dana dan tujuan penggunaan dana. 5) NPWP (nomor pajak wajib pajak) 6) Identitas pengurus yang berwenang mewakili badan hukum
yang dibuktikan dengan data diri yang berlaku. 7) Meneliti kebenaran dokumen pendukung identitas calon nasabah.
25
8) Wajib bertatap
muka dengan calon nasabah pada saat
pembukaan rekening.
BAB III LAPORAN OBYEK A. Gambaran Tentang Bmt Karisma Magelang
1. Sejarah Berdirinya BMT Karisma Magelang BMT Karisma hadir dikota Magelang pada tahun 1996, tepatnya diresmikan oleh bapak Prof. Dr.Ing.H B.J.Habibie bersama dengan 17 BMT yang lain pada tanggal 21 April 1995. Pada mulanya BMT Karisma adalah sekelompok anak muda yang mendirikan sebuah pengajian rutin yang diberi nama Karisma kependekan dari keluarga remaja Islam Magelang. Setiap hari ahad mereka berkumpul unutk megadakan TAD (telaah ahad dhuha) yang dipandu oleh para mahasiswa sebagai senior dari karisma dan juga ustadz-ustadz di kota magelang. Pada tahun 1994, seiring dengan bangkitnya semangat umat untuk mengamalkan “ekonomi syariah” yang dirintis dan dikembangkan di Indonesia oleh Bank Muamalat Indonesia, Karisma mengirimkan utusan untuk belajar tentang ekonomi syariah ini dan kemudian mendirikan sebuah BMT. BMT Karisma dirikan dengan modal awal patungan dari
25
26
teman-teman anggita karisma total sejumlah Rp. 1.875.000. Seiring perjalanan waktu selama kurang lebih 15 tahun aset BMT menjadi sebesar 13.649.924.437 per 31 Des 2009. BMT Karisma adalah unit otonomi dari KSU Harapan Makmur yang mempunyai Badan Hukum 12734/KWK.II/VI/1996. Demikianlah setelah mempunyai badan hukum ini, gerak langkah BMT Karisma semakin mantap dan dapat merambah dikota Magelang. Pada tahun 2008, mengingat JUKLAK dari kementrian koperasi perihal legalitas usaha dimana mengharuskan BMT merubah Anggaran Dasar dari Koperasi Serba Usaha menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah, maka BMT Karisma berubah menjadi KJKS BMT Karisma yang operasinya mencakup wilayah seluruh Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan operasional pertama BMT Karisma berada di kios Jl. Singosari Magelang. Setelah itu BMT Karisma menyewa ruko dua lantai di Jl. Singosari 952 B sampai tahun 2004 karena bertambahnya jumlah nasabah. BMT Karisma juga membuka kantor kas di Pasar Gotong Royong Magelang. Seiring dengan usaha yang semakin besar, BMT Karisma membeli rumah dua lantai di Jl. Beringin I/ 49 kiringan Kota Magelang. Kantor ini diresmikan Bapak Walikota H. Fahriyanto pada bulan November yang dikemudian digunakan sebagai Kantor Pusat dan Kantor Cabang Utama.
27
Secara bertahap BMT Karisma membuka beberapa kantor cabang lagi. Yang pertama adalah Kantor Cabang Pasar Gotong Royong yang sebelumnya kantor kas dirubah menjadi kantor cabang dimana bangunannya telah menjadi milik sendiri. Yang kedua adalah Kantor Cabang Grabag tahun 2008 di Krajan Kauman Grabag dan yang terakhir kantor Cabang Skylight Plaza pada tahun 2009. Kelembagaan BMT : Nama koperasi
: KJKS BMT Karisma
Tanggal berdiri
: 21 april 1995
Alamat koperasi
: Jl. Beringin I / 49 Rt 01 / 01 tidar utara Kota Magelang
No Akta pendirian 1.
: 12734/BH/KWK.11/VI/1996
No dan tanggal pengesahan badan hukum a) Sama dengan akta pendirian. b) 12374/a/PAD/BH/KWK.11-35/V/1999 tanggal 10 Mei 1999.
2. VISI dan MISI BMT Karisma Visi dari BMT Karisma Magelang adalah menjadi BMT yang amanah, profesional dan mandiri. Sedangkan misi dari BMT Karisma Magelang adalah:
28
a. Memperluas syiar ekonomi Islam di Magelang dan ke semua
penjuru Indonesia pada umunya bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘alamin. b. Menjadi lahan dakwah generasi muda mengimplementasikan ilmu untuk dunia akhirat. c. Berpartisipasi membangun perekonomian berskala mikro di Magelang. d. Lembaga intermediasi syariah bagi kaum muslim dan pengusaha untuk bisa maju dan berkembang. 3. Struktur Organisasi Pengurus Ketua
: Teguh Rismanto, ST, Macc
Sekretaris Bendahara
: Mokh Faozan, SE : Haryati, SE
Pengawas Ketua
: Didi Achjari, Phd
Anggota
: Ashari Sutrisno, ST, MT Nugroho Adibroto, SIP
Pengawas Syariah
29
Ketua
: DR. Ing Fahmi Amhar
Anggota
: Ridwan, Sag
Pengelola
DIREKTUR UTAMA Dwi Hastuti Ambar W, SH
DIR. INTERNAL CONTROL Tri Puji Lestari, AMd
DIR. KEUANGAN Haryati, S.E.
DIR. HRD Fajar Yuniantoro
DIR. MARKETING
MANCAB UTAMA Rudi Nugroho, S.E.
MANCAB GOTRO Nina Sumiyati
MANCAB GRABAG
MANCAB SKYLIGHT
Subagyo, A.Md
Purwanto, A.Md.
ADM Eva Faza Risanti
KASIR Baru
AO Faizal Rahman Muh Yazin
A. Marhaendarto, S.E
4. Job Description 1. Direktur Utama a) Menentukan target jangka panjang dan jangka pendek
30
b) Membuat rencana kerja tahunan dan rencana kerja pamjang 3 tahunan. c) Menusun rencana anggaran tahunan berdasarkan anggaran tahun sebelumnya. d) Memonitor dan memberi arahan terhadap upaya pencapaian target. e) Mengevaluasi seluruh aktifitas dalam rangkaian pencapaian
target. f) Mencari peluang dan membuka peluang kerjasama dengan pihak manapun guna terjalinnya kerjasama dengan berbagai pihak. 2. Direktur Operasional dan keuangan a) Merencanakan, mengarahkan, mengontrol dan mengevaluasi seluruh rangkaian aktivitas di bidang keuangan dan operasional baik yang berhubungan dengan internal maupun eksternal. b) Terbitnya laporan keuangan, laporan penghimpunan dana, laporan perkembangan pembiayaan secar asah dan akurat secara harian, mingguan dan bulanan. c) Terarsipnya seluruh dokumen keuangan, dan dokumen lembaga serta dokumen lainnya di kantor pusat BMT.
31
d) Mengetahui dan mengesahkan penutupan rekening anggota sebatas kewenagannya. e) Meminta
pertanggungjawaban
karyawan
supaya
cepat
menyelesaikan kas kecil maksimal lima hari kerja. f) Melakukan perencanaan anggaran rumah tangga bersama bagian umum dan mengajukan pada direktur utama dan kontrol terhadap setiap kewajiban BMT. g) Memeriksa laporan keuangan baik harian, mingguan dan bulanan dan mengesahkannya di setiap tingkat cabang. 3. Direktur pengembangan dan maal a) Membuka hubungan dengan pihak ketiga berkenaan dengan pengembangan usaha BMT. b) Bersama direktur operasional dan keuangan menyiapkan semua dokumen yang dibutuhkan Direktur Utama guna kerjasama dengan pihak ketiga. c) Menciptakan alat kontrol unutk penilaian manager cabang dan para Aonya. d) Memasarkan dan mentasarufkan penerimaan ZIS (zakat, infaq, sodaqah) BMT Karisma.
32
e) Mencari peluan kerja sama dan menindaklanjuti pemanfaatan dan penggalian dana ZIS. f) Mentraining karyawan tetang IT g) Notulensi rapat di tingkat pusat dan mengagendakan keputusan rapat. 4. Direktur Internal Control
a) Melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan operasional baik simpanan maupun pembiayaan agar tujuan dan sasaran dalam mengamankan dan mengembangkan asset dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. b) Memonitor seluruh kegiatan transaksi operasional baik simpanan maupun pembiayaan dan memastikan tidak ada penyimpangan atas SOP yang ada. c) Melakukan sidak ke anggota unutk mengecek kinerja AO dan memastikan tidak ada penyelewengan. d) Membuat laporan hasil kinerja internal control setiap dua minggu sekali disetiap kantor cabang guna evaluasi. e) Melakukan pengecekan terhadap slip-slip transaksi baik keaslian tanda tangan maupun kelengkapan pengisian slip dan membuat berita acaranya.
33
f) Setiap dua bulan sekali mengecek antara catatan jaminan dan keadaan fisik jaminan di brankas dan sidak beberapa jaminan secara acak disetiap kantor cabang. g) Memeriksa semua catatan BMT, harta milik dan hutang di tingkat cabang dan dapat memasuki semua bagian serta wenang melakukan berbagai teknik pemeriksaan. 5. Direktur Marketing
a) Bertanggung jawab secara teknis unutk merealisasikan target pendapatan dan asset yang telah ditetapkan oleh BMT Karisma. b) Meninjau jaminan dan usaha pemohon pembiayaan yang berplafon Rp. 35.000.000,00 ke atas bersama dengan AO / manager cabangnya. c) Menyetujui atau menolak permohonan pembiayaan sesuai dengan kewenangannya (maksimal Rp. 50.000.000,00). d) Mengkooedinasikan dan merealisasikan target yang ditentukan dengan manager cabang. e) Menganalisa pangsa pasar dan jenis produk yang akan dipasarkan sehingga tepat sasaran.
34
f) Memberikan teguran dan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan bawahan berkenaan deangn pembiayaan dan simpanan secara tertulis. g) Membuat mekanisme atau sistem peminjaman untuk dokumendokumen berharga. h) Melakukan penilaian kualitas pelaksanaan tugas tiap unit kerja dalam melaksanakan tangguung jawabnya. 6. Direktur Personalia dan Umum a) Memastikan tersedianya tenaga kerja yang cukup handal bagi kepentingan BMT. b) Terselenggaranya penilaian prestasi kerja bagi setiap karyawan di semua lapisan. c) Mengelola karyawan sehingga kebutuhan karyawan disetiap bagian tercukupi. d) Mengirim karyawan pada pelatihan, training, pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan BMT dengan persetujuan direktur utama. e) Memberikan sanksi atas pelanggaran yang ada berupa SP 1, SP 2, SP 3 dan surat PHK.
35
f)
Melakukan kontrol terhadap kehadiran dan absensi karyawan.
g) Terarsipnya dokumentasi transaksi harian dengan tertib dan aman. h) Pembayaran pajak dan semua biaya di kantor utama dan cabang seperti listrik, telepon dan air. 7. Manager Cabang a) Bertanggung jawab atas terealisasinya semua progam kerja dan target yang sudah dan akan ditetapkan. b) Mengatur pembagian target ke bawahan. c) Bertanggung jawab atas kinerja bawahannya dan terciptanya suasana kerja yang dinamis dan harmonis. d) Menyetujui dan menandatangani permohonan pembiayaan dengan batas wewenang yang ada pada kantor cabangnya. e) Meningkatkan
pendapatan
dan
menekan
biaya
serta
mengawasi operasional kantor cabangnya. f) Mengusulkan
penambahan,
pengurangan
karyawan pada kantor cabangnya.
dan
promosi
36
g) Mengetahui perkembangan lembaga yang ada di bawah pimpinannya dan mengatur operasional keuangan yang ada sehingga tujuan lembaga tercapai. h) Menyetujui atau otorisasi transaksi harian dalam batas kewenangannya. i) Mengetahui dan menyetujui penutupan rekening simpanan dan pembiayaan anggota pada batas kewenangan yang ditentukan. 8. Administrasi pembiayaan a) Menjaga
kerahasiaan
password
progam
karena karena
tanggung jawab yang diberikan. b) Memberikan pelayanan bagi anggota sehubungan pembiayaan. c) Memahami akad – akad yang ada dengan benar dan menjelaskan kepada calon anggota secara jelas agar tidak terjadi kesalahan akad secara syar’i. d) Mengelola asministrasi pembiayaan mulai dari kelengkapan berkas yang masuk sampai pencairan dan pelunasan. e) Membuat urutan daftar nama calon anggota pembiayaan yang masuk unutk diserahkan ke AO atauppun manager unutk doproses pembiayaannya sehingga tahu jadwal survey yang
37
akan dijanjikan ke anggota dan sebagai data BMT unutk anggota yang ditolak. f) Menawarkan harga jual BMT ke anggota sampai terjadi kesepakatan harga dengan bahasa yang santun dan syar’i. g) Mengarsip seluruh berkas pambiayaan. h) Membukukan angsuran yang masuk ke dalam buku pembantu pembiayaan masing – masing anggota. i) Membuat akad, tanda terima jaminan dan kartu angsuran yang berkenaan dengan pembiayaan. 9. Teller a) Melaksanakan segala transaksi yang bersifat tunai. b) Terselesaikannya laporan kas harian. c) Terjaganya keamanan kas. d) Menerima dan mengeluarkan transaksi tunai sesuai batas kewenanangannya. e) Memeriksa keaslian tanda tangan dan kelengkapan pengisian slip transaksi dan melakukan pengesahan pada bukti transaksi. f) Menyusun dan memberi nomor bukti transaksi. g) Menolak pengeluaran kas apabila tidak ada bukti yang valid.
38
h) Memegang kas tunai sebesar kebijakan yang ada. Apabila kas kurang ataumelebihi batasan, maka lapor pada atasan langsung. i) Menyerahkan slip dan sudah dibukukan ke bagian administrasi pembiayaan. 10. Customer service a) Memeberikan pelayanan bagi anggota sehubungan dengan produk BMT baik simpanan maupun pembiayaan. b) Meregistrasi calon anggota ke buku anggota dan komputer c) Memberikan ke anggota simpanan berjangka yang akan jatuh tempo. d) Membantu anggota yang akan bertransaksi di kasir bila da kesulitan baik cara penulisan slip yang anggota butuhkan. e) Melakukan pemindahbukuan atas simpanan berjangka yang jatuh tempo. f) Mengganti buku saldo buku lama ke buku baru sesuai data komputer dan buku lama. 11. Account Officer a) Menjemput dan mengantar setoran dan tarikan baik angsuran pembiayaan maupun setoran simpanan anggota.
39
b) Memastikan bahwa setoran dan angsuran yang harus dijemput telah ditagih sesuai jadwalnya. c) Memastikan tidak ada selisih antara dana yang dijemput dengan dana yang disetorkan ke BMT. d) Bertanggung jawab atas anggota yang bertransaksi melaluinya. e) Memenuhi target yang sudah ditetapkan untuknya. f) Meminimalkan resiko dalam bekerja, berusaha mencari anggota potensial yang ada dalam wilayah kerjanya. g) Mengontrol transaksi anggota yang diampunya dengan data yang ada di kantor melalui komputer yang telah disediakan. 12. Pembukuan a) Mengelola administrasi keuangan hingga ke pelaporan keuangan. b) Menjaga kewenangan yang diberikan dalam progam dengan benar. c) Membuat laporan keuangan harian untuk mengontrol keuangan harian cabangnya unutk pengambilan keputusan manager cabangnya.
40
d) Membuat
laporan
keuangan
bulanan
meliputi
neraca,
perhitungan SHU, arus kas, target dan perolehan masingmasing AO dan kantor. e) Menyediakan data yang dibutuhkan untuk analisis lembaga. f) Membuat perincian biaya setiap bulannya. g) Menghitung perolehan AO unutk evaluasi target yang ditentukan. 13. Security a) Bertanggung jawab atas keamanan lingkungan kantor. b) Bertanggung jawab atas barang milik kantor dan karyawan yang berada di lingkungan kantor. c) Membantu bagian umum yang berkenaan dengna tugas BMT. d) Mengatur lalulintas karyawan. 14. Office Boy a) Bertanggung jawab atas kebersihan dan keindahan kantor. b) Menyaediakan kebutuhan karyawan yang berhubungan dengan konsumsi.
41
5. Produk – Produk BMT 1.
Simpanan a) Simpanan karisma adalah simpanan pihak ketiga yang setoran
dan penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu. Setoran pertama simpanan Karisma adalah Rp. 10.000,- dan setoran selanjutnya tidak dibatasi. Untuk maksimal pengambilan, anggota harus menyisihkan setidaknya Rp. 10.000,-. Jika anggota ingin tutup buku, saldo yang harus disisihkan adalah Rp. 5.000,- sebagai biaya administrasi. b) Simpanan aqiqah adalah simpanan dengan setoran awal 20.000
dan dapat pada waktu penyelenggaraan aqiqoh putra putri nasabah. c) Simpanan qurban adalah simpanan pembelian hewan qurban dan dapat diambil pada waktu Iedul qurban d) Simpanan berjangka mudharabah adalah depo karisma yaitu
simpanan berjangka yang dikelola denagn pola bagi hasil yang kompetitif dengan jangka waktu 3,6dan 12 bulan e) Simpanan pendidikan adalah tabungan dari murid atau guru yang akan mendapatkan bagi hasil atau bonus setiap bulannya sesuai besar kecilnya tabungan masing-masing anggota 2.
Pembiayaan
42
a) Murabahah adalah pembiayaan untuk pembaelian barang-
barang konsumtif seperti sepeda motor dan berakad jual beli. b) Musyarokah adalah menambah mosdal usaha nasabah dengan
sistem angsuran
yang
fleksibel
bagi
hasil
ditentukan
berdasarkan kesepakatan bersama. c) Qordhul hasan adalah pembiayaan lunak bagi anggota yang
kurang mampu tanpa bagi hasil dan mark up .dana diambil dari maal. B. Data Deskriptif 1. Perkembangan Pembiayaan Murabahah
Dalam sebuah lembaga, ada sebuah target pencapaian sebagai ukuran keberhasilan realisasi kerja, tak terkecuali BMT Karisma. BMT Karisma telah mempunyai empat cabanag dan masing-masing cabang mempunyai target pembiayaan sendiri meskipun target tersebut ditentukan oleh kantor pusat. Target Lending BMT Karisma Cabang Skylight Bulan
Target
Real
Pencapaian
Januari
94.245.875
154.450.000
163,88%
Februari
103.558.420
136.800.000
132,10%
Maret
111.723.739
212.300.000
190,02%
April
120.406.421
277.700.000
230,64%
43
Tabel Perkembangan Nasabah Pembiayaan BMT Karisma Cabang Sylight Bulan
Jumlah pembiayaan
JANUARI
35
FEBRUARI
26
MARET
43
APRIL
43
Dari kedua tabel tersebut dapat dilihat target pembiayaan BMT Karisma setiap bulannya. Setiap bulan, target tersebut selalu naik. Setiap kantor cabang memiliki target pembiayaan yang berbeda karena disesuikan dengan kemampuan masing-masing cabang. 2. Kolektifitas Tabel Kolektifitas Angsuran Bulan
Lancar
Kurang lancar
Diragukan
Macet
Januari
244
46
12
0
Februari
235
59
12
0
Maret
245
62
9
0
April
250
67
13
0
44
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata setiap bulan anggota yang angsurannya lancar adalah 77,6%, kurang lancar 18,5% dan diragukan 3,6%. Anggota yang diragukan adalah anggota yang mendekati macet atau bermasalah. a. Pekerjaan anggota Tabel dibawah menunjukkan data anggota berdasarkan pekerjaan: Pekerjaan
Jumlah
Prosentase
Swasta
34
68%
PNS/ TNI
6
12%
Pedagang
2
4%
Wirausaha
2
4%
Tani
2
4%
Lain-lain
4
8%
Jumlah
50
100%
Dari data diatas dapat dilihat bahwa anggota yang perprofesi swasta 68%, PNS/TNI 12%, pedagang 4%, wirausaha 4%, petani 4% dan sisanya 8% lain-lain. Tabel data anggota pembiayaan aspek jaminan dan manajemen No
Nama
Plafon
Jaminan
Angsuran
Tab.
45
1.
Sumarno
3.000.000
BPKB
Lancar
Aktif
2.
Artiningsih
1.500.000
Sertifikat tanah
Telat 1 bulan
Aktif
3.
Yoyok I.
1.000.000
-
Telat 1 bulan
Aktif
4.
Nasikin
10.000.000
BPKB
&
mesin Lancar
Aktif
fotocopy 5.
Pristiyono
1.000.000
Sertifikat tanah
Lancar
Aktif
6.
Achmad S
5.000.000
BPKB
Lancar
Aktif
7.
Surachmi
2.500.000
Sertifikat orang
Telat 1 bulan
Aktif
8.
Isrochim
1.500.000
Sertifikat tanah
Telat 2 bulan
Aktif
9.
Slamet S
2.000.000
BPKB
Lancar
Aktif
10.
Subiyarti
500.000
-
Telat 3 bulan
Aktif
11.
Dwi H
700.000
-
Telat 1 bulan
Aktif
12.
Sisca M
3.500.000
-
Lancar
Aktif
13.
Juwarti
3.000.000
Tabungan
Lancar
Aktif
14.
Arum K
1.500.000
-
Telat 1 bulan
Aktif
15.
Hj. Sumedi
20.000.000
Tabungan berjangka
Telat 8 bulan
Aktif
16.
Kanti S
2.000.000
Kios
Lancar
Aktif
17.
Ahmad D
8.000.000
2 BPKB
Lancar
Aktif
18.
Subagio
1.000.000
-
Lancar
Aktif
19.
Suprastio
1.000.000
-
Lancar
Aktif
20.
S. Suharti
5.000.000
BPKB
Telat 3 bulan
Aktif
21.
Sumarno
1.000.000
Letter D
Lancar
Tidak
46
22.
Farid A
13.000.000
BPKB
Lancar
Aktif
23.
Eko T
1.000.000
-
Lancar
Aktif
24.
Sri P
3.000.000
BPKB
Lancar
Aktif
25.
Ning F
1.000.000
-
Telat 1 bulan
Aktif
26.
Untung
4.000.000
BPKB
Telat 1 bulan
Tidak
27.
Isnain K
8.000.000
BPKB
Lancar
Aktif
28.
Achmad S
3.000.000
BPKB orang
Lancar
Aktif
29.
Dewi M
15.000.000
Sertifikat dan BPKB
Telat 1 bulan
Aktif
30.
Sukrisnanto
1.200.000
BPKB
Lancar
Aktif
31.
Sumedi
5.000.000
BPKB
Lancar
Aktif
32.
Sukur
500.000
-
Telat 1 bulan
Aktif
33.
Achmad S
1.5000.000
BPKB
Telat 1 bulan
Tidak
34.
Rahmad B
10.000.000
Sertifikat tanah
Lancar
Aktif
35.
Nur K
5.750.000
BPKB
Lancar
Aktif
36.
Adi S
1.000.000
BPKB
Telat 1 bulan
Aktif
37.
Sudiyati
3.500.000
BPKB
Telat 3 bulan
Aktif
38.
Rina U
600.000
-
Lancar
Tidak
39.
Nur Naim
2.500.000
BPKB
Telat 1 bulan
Aktif
40.
Zaidah
2.000.000
Sertifikat tanah
Telat 1 bulan
Tidak
41.
Budiyarto
2.000.000
Sertifikat
Telat 1 bulan
Aktif
42.
Iskroni
1.000.000
BPKB
Telat 1 bulan
Aktif
43.
Abdul W
2.000.000
-
Telat 1 bulan
Aktif
47
44.
Siscawati
500.000
-
Lancar
Aktif
45.
Sri S
15.000.000
Sertifikat tanah
Lancar
Aktif
46.
Muh K
1.500.000
Sertifikat tanah
Lancar
Aktif
47.
A Yamin
3.000.000
BPKB
Telat 2 bulan
Tidak
48.
Abdillah
1.500.000
Sertifikat tanah
Lancar
Aktif
49.
Sodiq
1.500.000
BPKB orang
Lancar
Aktif
50.
Budiarti
5.000.000
Sertifikat tanah
Lancar
Aktif
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada satupun jaminan yang diasuransikan oleh anggota. Faktor pengikatan jaminan juga diperlukan dalam menilai klasifikasi nasabah. Adapun untuk pembayaran margin dapat terlihat pada angsuran. Selain angsuran, faktor keaktifan juga mempengaruhi. Pada BMT Karisma, simpanan tidak dikenakan biaya administrasi. Namun, batas minimal saldo yang harus dipenuhi adalah Rp. 10.000. Nasabah yang tidak aktif adalah nasabah yang memiliki saldo dibawah Rp.10.000. Hal tersebut dapat terjadi saat pembayan angsuran yang kekurangannya diambil dari simpanan. Adapun untuk data target pencapaian tidak dapat dianalisa karena tidak ada laporan keuangan dari anggota yang diserahkan pada BMT. Karena anggota BMT Karisma bergerak di mikro ekonomi, faktor feasible yang mempengaruhi adalah man, money dan machine. Meskipun alat yang digunakan masih sederhana.
48
Tabel klasifikasi nasabah pembiayaan murabahah: Aspek
Jumlah Baik
Cukup Kurang/ rugi
Tidak ada/macet
Jaminan
-
24
13
13
Manajemen
-
42
8
-
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anggota pembiayaan BMT Karisma memiliki jaminan dan manajemen yang cukup.
BAB IV ANALISIS
49
A. Prosedur penerimaan Pembiayaan Pembiayaan bermasalah merupakan suatu kondisi yang umum terjadi disetiap lembaga keuangan. Berbagai cara dan strategi diterapkan untuk mengatasi atau mencegah agar kondisi tersebut tidak terjadi. Sebagian besar lembaga keuangan menerapkan langkah mengatasi pembiayaan bermasalah setelah kondisi tersebut benar-benar terjadi. Proses penerimaan anggota pembiayaan
merupakan
langkah
awal
dalam
mencegah
terjadinya
pembiayaan bermasalah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan dengan benar prosedur penerimaan pembiayaan. Pada BMT Karisma Cabang skylight, prosedur pengajuan pembiayaan sudah baik, namun kurang pada poin hak waris. Adapun pelaksanaan akad murabahah sendiri telah mengalami perkembangan arti. Jika secara teori murabahah adalah jual beli dimana pihak BMT yang membelikan barang, pada BMT Karisma, nasabah melakukan kegiatan jual beli sendiri dengan BMT sebagai penyedia dana. Akan tetapi saat pencairan pembiayaan, BMT mengharuskan anggota datang dengan istri/ suami/ orang tua/ saudara untuk ikut menandatangani akad pembiayaan. Dengan diketahuinya proses pembiayaan oleh keluarga atau orang terdekat, kecil kemungkinan anggota tersebut untuk berikhtikad tidak baik. Secara tidak langsung, pembiayaan tersebut juga ikut ditanggung oleh keluarga atau orang yang ikut menandatangani akad. Setelah akad pembiayaan selesai, pihak BMT tidak langsung melepas anggota begitu saja dan hanya menunggu anggota membayar angsuran setiap
50
bulan. BMT akan melakukan pengawasan (controlling) selama masa pembiayaan. Adapun tipe pengawasan yang dilakukan BMT Karisma adalah: a. Control by Exception Yaitu menitikberatkan pada kelemahan dan ancaman bagi usaha anggota. pengawasan ini memiliki komposisi 20%. b. Verband Control Yaitu melakukan pengujian informasi tetapi secara tersamar. Tindakan ini misalnya dengan bertanya dengan pedagang lain atau tetangga calon anggota. Pengawasan ini memiliki komposisi 30%. c. On the Spot Yaitu melakukan pengawasan ke tempat usaha itu dilakukan. Kegiatan ini biasanya dilakukan saat proses survei dan jemput bola pada waktu pembayaran angsuran. Pengawasan ini memiliki komposisi 50%. Meskipun jenis monitoring ada tiga, BMT Karisma tidak memilih salah satu untuk dijalankan. Semua jenis monitoring dipakai namun dengan porsi yang diseuaikan dengan kebutuhan. Selain mendekatkan diri dengan anggota, tindakan tersebut dapat membantu untuk dasar penerimaan apabila nasabah melakukan pembiayaan kembali di BMT. B. Matrik Klasifikasi Nasabah
51
Klasifikasi adalah kegiatan mengelompokkan sesuatu berdasarkan ciri-cirinya. Pada BMT Karisma, klasifikasi nasabah hanya ditunjukkan dalam kolektifitas angsuran berdasarkan lancar atau tidaknya nasabah dalam mengangsur. Dalam analisis ini, penulis melakukan analisa terhadap 50 sampel nasabah. Berdasarkan data penelitian klasifikasi nasabah BMT Karisma Cabang Skylight adalah: 1. Berdasarkan aspek jaminan dan manajemen P2 =
x 100% = 38%
P3 =
x 100% = 10%
Q2 =
x 100% = 24%
Q3 =
x 100% = 4%
R2 =
x 100% = 22%
R3 =
x 100% = 2%
Berdasarkan data diatas klasifikasi nasabah yang mendominasi adalah P2 yaitu dengan prosentase 38%. klasifikasi ini adalah nasabah yang mempunyai jaminan cukup dan manajemen yang cukup. Dari 50 sampel yang dianalisa, 26% anggota tidak menggunakan barang jaminan saat melakukan akad pembiayaan. Hal tersebut diperuntukkan
52
bagi pembiayaan dibawah Rp. 1.000.000,00. Sebagian besar anggota yang mengajukan pembiayaan tanpa jaminan adalah para pedagang pasar. Meski tanpa jaminan, ada penilaian sendiri dalam menentukan apakah pembiayaan tersebut diterima atau tidak. Penilaian tersebut diantaranya adalah: 1. Mutasi tabungan harian. Setiap hari account officer berkeliling sesuai wilayah yang diampunya untuk menarik setoran maupun angsuran. Sebagian besar pedagang menyimpan dengan sistem harian. Keaktifan mutasi simpanan yang dinilai adalah selama tiga bulan. 2. Usaha yang dijalankan anggota. Meski tidak ada laporan keuangan tertulis yang bisa dianalisa, sistem jemput bola secara tidak langsung dapat membantu menganalisa perkembangan usaha yang dijalankan anggota. 3. Silaturrahmi. Sebagai badan koperasi BMT lebih mengedepankan sistem kekeluargaan. Cara ini digunakan untuk menganalisa lebih dekat dan menjalin jaringan dengan anggota. Pembiayaan tanpa jaminan juga diperbolehkan jika ada anggota lain yang bersedia menjamin calon anggota tersebut. Pihak yang bersedia menjamin tentu saja telah memiliki sejarah perilaku yang baik. Pada saat realisasi pembiayaan, pihak penjamin juga ikut menandatangani akad pembiayaan sebagai dasar tanggung jawab.
2. Berdasarkan structured products
53
Klasifikasi lainnya adalah nasabah/ anggota di BMT Karisma Cabang Skylight tergolong nasabah retail karena nasabah BMT Karisma merupakan masyarakat yang belum mempunyai aset setidaknya lima miliar rupiah. Selain itu, anggota BMT Karisma tidak ada yang bergerak atau merupakan bank atau perusahan pasar modal. C. Penanganan Anggota
Penanganan anggota adalah tindakan yang dilakukan pihak BMT untuk
menjaga
kelancaran
pembiayaan
dan
jaringan
kekeluargaan.
Penanganan anggota disesuaikan dengan klasifikasi masing-masing anggota. Penanganan teresbut yaitu sebagai berikut : 1. Anggota dengan matrik P2 dan Q2
Anggota yang mempunyai matrik P2 adalah anggota yang mempunyai klasifikasi jaminan dan usaha yang cukup. Pada anggota ini pihak BMT akan menganjurkan untuk akad ulang atau memperpanjang waktu. Sebelum akad ulang atau perpanjangan waktu, account officer akan mensurvei ulang anggota. 2. Angoota dengan matrik Q2 dan R2
Anggota dengan matrik Q2 dan R2 adalah anggota yang mempunyai klasifikasi jaminan dan usaha yang kurang atau tanpa jaminan. Karena sebagian besar anggota yang tersebut adalah
54
pedagang pasar, pihak BMT melakukan silaturrahmi ke tempat anggota melakukan usaha. Kegiatan ini dilakukan hampir setiap hari. 3. Anggota dengan matrik P3 dan Q3
Anggota dengan matrik P3 dan Q3 adalah anggota yang mempunyai klasifikasi jaminan cukup atau kurang dan manajemen yang kurang atau rugi. Dalam menangani nasabah jenis ini BMT tidak sampai meliquidasi barang jaminan. BMT hanya akan memberikan surat peringatan sampai tiga kali. Jika tidak ada tanggapan dari nasabah, barang jaminan baru ditarik. Namun sebelumnya ada tawaran untuk membuka pembiayaan lagi atau menyerahkan barang jaminan. 4. Anggota dengan Matrik R2 dan R3 Anggota dengan matrik R2 dan R3 adalah anggota yang tidak mempunyai jaminan, tetapi manajemennya cukup atau kurang. Seharusnya anggota dengan klasifikasi ini bisa di black list atau diliquidasi. Namun, karena ada persyaratan khusus yang dinilai dari anggota yang menggunakan jaminan saat mengajukan pembiayaan, penanganan anggota ini hampir sama dengan anggota matrik P3 dan Q3.
55
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai klasifikasi nasabah pembiayaan murabahah pada BMT Karisma dapat disimpulkan bahwa: 1. Prosedur pengajuan pembiayaan yang ditetapkan BMT Karisma sudah baik karena melibatkan keluarga atau orang terdekat anggota. sistem monitoring yang digunakan juga baik karena menggunakan tiga jenis monitoring secara bersamaan dengan porsi yang disesuaikan. 2. 68% anggota BMT Karisma cabang Skylight bekerja dibidang swasta yang bergerak di ekonomi mikro. Selebihnya anggota bekerja sebagai PNS, petani, pedagang, wirausaha dan lain-lain. Anggota BMT bukan merupakan bank atau individu yang mempunyai aset lebih dari lima miliar. Maka klasifikasinya adalah nasabah retail. 3. Matrik klasifikasi anggota BMT Karisma berdasarkan jaminan dan
manajemen yaitu 38% P2, 24% Q2, 22% R2, 10% P3, 4% Q3 dan 2% R3. Keadaan menunjukkan bahwa anggota BMT karisma cukup secara manajemen tapi kurang dalam aspek jaminan. Hal tersebut
56
dikarenakan
barang
yang
dijadikan
sebagai
jaminan
tidak
diasuransikan. 4. Klasifikasi nasabah pada BMT Karisma masih berupa kolektifitas angsuran yang berdasarkan lancar tidaknya pembayaran angsuran.
B. Implikasi 1. Cara
55
memperlakukan
nasabah
hendaknya
disesuikan
dengan
kebutuhan anggota berdasarkan klasifikasinya, tidak hanya dengan sistem kekeluargaan. 2. Dalam proses survei hendaknya account officer juga melihat aspek
jaminan. 3. Meskipun anggota merupaka masyarakat ekonomi mikro, pelaporan laporan keuangan tetap diperlukan walaupun dengan cara sederhana. 4. Melakukan klasifikasi anggota secara tertulis sehingga membantu dalam mengontrol anggota.
57
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Abdul Ghofur. 2008. Tanya Jawab Perbankan Syariah. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.
Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahannya: PT Syaamil Cipta Media.
Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Muhammad, Rifqi. 2008. Akuntansi Keuangan Syariah konsep dan Implementasi PSAK Syariah. Yogyakarta: P3EI Press.
Mulyono, Teguh Pujo. 2004. Manajemen Perkreditan Bagi Komersil. Yogyakarta: BPFE.
58
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/ 26/ PBI/ 2009 Tentang Prinsip Kehatihatian dalam Melaksanakan Kegiatan Strustured Product Bagi Bank Umum.
Sudarsono, Heri dan Hendi Yogi Prabowo. 2006. Istilah-istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
Wiroso. 2005. Jual Beli Murabahah. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta.
Zubaidah, Tutik. 2005. Analisis Manajemen Pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil di BMT Mandiri Getasan. Salatiga: Tugas Akhir STAIN Salatiga.
http://www.tempointeraktif.com/hg/perbankan_keuangan/2009/07/22/brk,2009 0722-188543,id.html.
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptsbmitb-gdlyuliarto-473.