STRATEGI MARKETING PRODUK PEMBIAYAAN PADA BMT TA’AWUN CIPULIR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh :
Nihlah Dewi Purnama Sari NIM. 206046103858
PROGRAM STUDI MUAMALAT KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
STRATEGI MARKETING PRODUK PEMBIAYAAN PADA BMT TA’AWUN CIPULIR
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh Nihlah Dewi Purnamasari NIM: 206046103858
Dibawah Bimbingan:
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA., MM NIP. 195505051982031012
PROGRAM STUDI MUAMALAT KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/ 2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Strategi Marketing Produk Pembiayaan pada BMT Ta’awun, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Februari 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 10 Februari 2011 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah Ketua
: Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM (......................) NIP. 195505051982031012
Sekretaris
: Mufidah, S,HI
(......................)
Pembimbing : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM (......................) NIP. 195505051982031012 Penguji I
: Dr. H.Djawahir, Hejazziey, SH., MA NIP. 195510151979031002
(......................)
Penguji II
: Dr. JM Muslimin, MA NIP. 150295489
(......................)
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Februari 2011
Nihlah Dewi Purnama Sari
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang dengan rahmat dan karunia-NYA yang telah diberikan, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Solawat dan salam selalu senantiasa tercurah kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Penulis menyadari bahwa penelitian untuk penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa ada bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk mengucapkan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sekaligus dosen pembimbing penulisan skripsi yang secara kooperatif telah memberikan bimbingan dan dukungan dari berbagai segi, dengan meluangkan waktu, tenaga dan pikiranya untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Euis Amalia, M, Ag. Ketua Program Studi Muamalat dan Ah. Azharudin Lathif, M. Ag. Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
3. Bapak Dr. H. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A dan Drs. H. Ahmad Yani, M.A. Selaku Ketua dan Sekertaris Kordinator Teknis Program Non Regular Fakultas syariah dan Hukum. 4. Dr. H. Djawahir, Hejazziey, SH., MA dan Dr. JM Muslimin, MA selaku dosen penguji. 5.
Drs. Noryamin Aini, MA selaku dosen Penasehat Akademik.
6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat. 7. Kepada Pemimpin dan para staff perpustakaan, baik Perpustakaan Syariah maupun Perpustakaan Utama yang telah memberikan banyak referensi dan inspirasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Pihak BMT Ta‘awun dan segenap karyawan yang telah berkenan memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian sekaligus belajar. Terima kasih atas bantuan, ilmu serta pengalamannya. 9. Orang tua tercinta Ibunda dan Ayahanda. Yang telah merawat dan membesarkan penulis dengan cinta, kasih sayang dan kesabaran, yang selalu memotivasi dengan penuh keikhlasan membantu penulis baik moril maupun materiil, semoga Allah selalu memberikan rahmat dan perlindungan kepada keduanya. Serta kakak-kakakku dan adikku tercinta, terima kasih untuk kasih sayang dan kesabaran kalian kepada penulis.
vi
10. Untuk orang yang selalu mendampingi penulis baik suka maupun duka serta memberikan semangat kepada penulis. Terimakasih untuk waktu, tenaga dan sayangnya kepada penulis. 11. Sahabat-sahabatku di Perbankan Syariah C, Siti Khadijah, Amelia, Mugi, Rida, Adang , Iis, Jamruddin, Arif H, Zein, bang adin dan Angkatan 2006, terima kasih atas segala bantuan, pengalaman berharga, dan semangat kebersamaannya selama menuntut ilmu di kampus tercinta. 12. Dan pihak-pihak lainnya yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, tapi tidak mengurangi rasa terima kasih penulis kepada semuanya. Semoga kontribusi dan amal baik dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang melimpah. Dan penulis tidak akan melupakan semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Dan juga Penulis menyadari akan kekurangan dari skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan sumbang saran kepada penulis yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semuanya. Akhir kata,
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Jakarta,02 Februari 2011 Penulis
Nihlah Dewi Purnamasari vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN........................................................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................... iv KATA PENGANTAR................................................................................................. v DAFTAR ISI............................................................................................................. viii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................. 4 C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan...................................................... 5 D. Kajian Pustaka ............................................................................... 6 E. Metode Penelitian........................................................................... 7 F. Sistematika Penulisan..................................................................... 9
BAB II
LANDASAN TEORI A. Strategi.......................................................................................... 11 B. Marketing...................................................................................... 17 C. Pembiayaan................................................................................... 29
BAB III
GAMBARAN UMUM BMT TA’AWUN A. Sejarah Berdirinya BMT Ta’awun............................................... 38 B. Visi dan Misi................................................................................. 39
viii
C. Struktur Organisasi....................................................................... 40 D. Produk-Produk BMT Ta’awun..................................................... 42 BAB IV
ANALISIS MARKETING PRODUK PEMBIAYAAN BMT TA’AWUN A. Strategi Marketing Produk Pembiayaan BMT Ta’awun.............. 55 B. Faktor Pendukung dan Penghambat BMT Ta’awun dalam Marketing Produk Pembiayaan ................................................... 62
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................... 65 B. Saran............................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 68 LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bank syariah dalam beberapa tahun terakhir ini tampaknya telah memicu berdirinya lembaga-lembaga keuangan lainnya, seperti asuransi syariah (Takaful), leasing syariah (Ijarah), pegadaian syariah (Al-Rahn), Baitul maal wat tamwil (BMT), serta lembaga lainnya yang tentunya akan semakin memurnikan system perekonomian di Indonesia. BMT sebagai lembaga yang berbasis masjid1 yang mulai tumbuh dan berkembang secara efektif pada masa khalifah Ali Ibn Abi Thalib bahkan pada masa Rasulullah yang merupakan lembaga keuangan non bank yang cukup potensial untuk dikembangkan, ditengah ketidak percayaan masyarakat kepada institusi koperasi yang dianggap sebagai perwujudan dari lembaga koperasi, yaitu lembaga yang keuntungannya selalu habis pengurus yang tidak bertanggung jawab. BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan Bayt-al maal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu BMT juga bisa menerima titipan, Zakat, Infak, dan Shodaqoh, serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.
1
Karnaen A. Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok: Usaha Kami, 1996), hal.209.
1
BMT dapat didirikan dalam bentuk KSM (kelompok swadaya masyarakat) atau koperasi. Penggunaan badan hukum KSM dan koperasi untuk BMT ini disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga keuangan formal yang dijelaskan UU No. 7 tahun 1992 dan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.2 BMT telah terbentuk lebih dari 3500 BMT di Indonesia. Dewasa ini telah memiliki asset (konsolidasi) lebih dari Rp 1 Triliun, dengan jumlah pengelola lebih dari 30.000 orang, hampir setengahnya S1 dan wanita. BMT melayani lebih dari 2 juta penabung, dan memberikan pinjaman lebih dari 1,5 juta pengusaha mikro dan kecil. Terbukti bahwa BMT mampu berkembang berlandaskan pada swadaya. Para pemarkarsa pendiri dari masyarakat lokal itu sendiri, BMT mampu menghimpun dan memberikan pembiayaan pada berbagai lapisan masyarakat, terutama yang miskin, dengan latar belakang dan kepercayaan yang berbeda-beda.3 Pada tahun 1990-an banyak perusahaan menyadari pentingnya pemasaran yang berorientasi pada konsumen dalam aktivitas penjualan produk atau jasanya, jadi orientasi pada produk maupun pada teknologi saja tidaklah cukup, banyak sekali produk yang ditolak dikarenakan perusahaan membuat produk tanpa masukan dari pelanggan, demikian pula banyak perusahaan maupun bank melupakan pelanggan atau nasabahnya sesudah terjadi transaksi penjualan, akibatnya mereka kehilangan pelanggan atau nasabah prima. Dari kenyataan tersebut akhirnya pada tahun 1990-an 2
A. Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002),H.187 3 M. Amin Aziz, Pusat Komunikasi Ekonomi Syari’ah (PKES), h. 7
2
muncul pandangan baru mengenai keunggulan bersaing dalam bisnis yaitu pandangan yang berbasis pasar (market based view). Oleh karenanya peranan marketing sangatlah penting dalam menunjang keberhasilan perusahaan. Tanpa adanya strategi pemasaran yang baik produk yang telah didesain sedemikian rupa tidak akan di beli oleh konsumen. Disinilah tugas para Marketer untuk memasarkan produk mereka sehingga dibeli oleh konsumen. Dalam strategi marketing dikenal dengan tiga medan pertempuran yang harus dimenangkan, yaitu pada aspek strategi, yaitu segmentasi pasar (segmentation), target pasar yang tepat (targeting) dan penetuan posisi (positioning) harus lebih baik dalam rangka memenangkan perang pemikiran, bagaimana untuk menarik nasabah. Pada aspek taktik, dalam berdagang mesti memperhatikan tiga aspek penting, yaitu differentiation (keunikan) dari sebuah produk, juga dengan marketing mix yang sering dikenal dengan istilah 4P (Product, Price, Place, dan Promotion), dan selling, yaitu kekuatan penjualan untuk memenangkan persaingan pasar. Dalam konteks pemasaran, promosi penjualan merupakan upaya pemasaran yang bersifat media dan non media untuk merangsang coba-coba dari konsumen, meningkatkan permintaan dari konsumen atau memperbaiki kualitas produk. Hal yang penting yaitu bahwa upaya pemasaran melalui promosi penjualan dilakukan dalam jangka pendek. Konsumen akan terbiasa dengan promosi penjualan sehingga respon terhadap kegiatan promosi penjualan akan cenderung sama dengan respon terhadap kegiatan yang bukan promosi penjualan. Promosi penjualan dapat dirancang
3
untuk memperkenalkan produk baru dan juga membangun merk dengan penguatan pesan iklan dan citra perusahaan. Selain itu promosi penjualan dapat mendorong konsumen dengan segera untuk melakukan pembelian.4 Dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan perusahaan di dalam persaingan yang sangat ketat kepada pasar global serta agar penjualan tidak menurun akibat ketidak puasan pelanggan, maka perusahaan mencoba memecahkan permasalahan dengan merencanakan strategi pemasaran yang cocok untuk dijalankan. Kebutuhan informasi harus segera di penuhi dengan melakukan riset agar perusahaan dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu sebagai suatu strategi pemasaran dan perbaikan produk demi meningkatkan kinerja perusahaan.5 Maka bertolak dari permasalahan diatas, penulis merasa perlu untuk mencoba memberikan pemaparan lebih lanjut tentang hal tersebut. Untuk itu, penulis mencoba menuangkannya dalam skripsi yang berjudul : STRATEGI MARKETING PRODUK PEMBIAYAAN PADA BMT TA’AWUN CIPULIR. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Setelah diuraikan latar belakang masalah diatas, tentu saja dalam pembahasan skripsi ini harus dilakukan pembatasan masalah agar penulisan skripsi ini lebih terarah, penulis merasa perlu membuat batasan masalah yang akan dibahas. Penelitian
4
M. Taufiq Amir, Dinamika Pemasaran, Jelajahi dan Rasakan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, h. 207 5 Budi Purwadi, Riset Pemasaran, Implementasi dalam Bauran Pemasaran, PT. Raja Grasindo, Jakarta, 2000, h. 313
4
ini dibatasi hanya pada upaya mengkaji “Strategi Marketing Produk Pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Ta’awun”. Dari pokok permasalah tersebut penulis merumuskan beberapa rincian permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi marketing produk pembiayaan yang dilakukan BMT Ta’awun? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat yang dialami dalam memasarkan produk pembiayaan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui bagaimana konsep strategi marketing produk pembiayaan yang dilakukan BMT Ta’awun. b. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dialami BMT Ta’awun dalam memasarkan produk pembiayaan. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: a. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan di bidang ekonomi dan dapat memberikan memberikan kontribusi pemikiran bagi dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi, di
5
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Fakultas Syari’ah dan Hukum. b. Manfaat Praktis Dengan tersusunnya skripsi ini, diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi masyarakat, akademisi, BMT, dan penulis sendiri khususnya. D. Kajian Kepustakaan Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, penulis perlu melengkapi ataupun menyempurnakan penelitian ini dengan melakukan study review karena disana ada sumber yang dapat dijadikan tambahan untuk penyelesaian penelitian penulis ini. Adapun kajian pustaka yang di gunakan adalah: 1. “Strategi Pemasaran Produk Gadai Syariah dalam Upaya Menarik Minat Nasabah pada Pegadaian Syariah Cab Dewi Sartika”. Skripsi ini disusun oleh Faridatun Sa’adah, skripsi ini membahas tentang strategi yang digunakan mengunakan konsep segmenting, targeting dan pesitioning serta dengan menerapkan empat unsur atau komponen yang terdapat pada bauran pemasaran atau marketing mix, yakni strategi produk, strategi harga, strategi distribusi dan strategi promosi. 2. “Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan dalam Meningkatkan Pendapatan Bank” (studi kasus di BPRS Attaqwa Garuda Utama). Skripsi ini disusun oleh Siti Muawiyah, skripsi ini membahas tentang strategi yang digunakan BPRS AGU tergabung dalam bauran pemasaran, yaitu Produk, Price, Place, Promotion.
6
Dengan strategi pemasaran produk pembiayaan yang digunakan BPRS AGU mengalami peningkatan pendapatan yang diperoleh bank. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Metode yang digunakan adalah kualitatif, karena dapat digolongkan kedalam deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu untuk mendapatkan gambaran secara riil dilapangan, terhadap peristiwa tertentu yang berkaitan dengan penelitian. 2. Sumber Data a. Data Primer, merupakan informasi yang telah dikumpulkan peneliti langsung dari sumbernya, yaitu dari BMT Ta’awun, yaitu berupa data-data yang diperoleh dari wawancara. b. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan, buku-buku. Atau dengan kata lain data sekunder adalah informasi yang telah dikumpulkan pihak lain, jadi peneliti bertindak sebagai pemakai data. 3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua macam teknis pengumpulan data yaitu melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research).6 a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
6
Burhan Ashshofa, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2004),
hal.61
7
Penelitian
Kepustakaan,
yaitu
dimana
peneliti
melakukan
penelusuran literatur atau buku rujukan yang relevan dengan pembahasan skripsi ini. b. Penelitian Lapangan (Field Research) Interview atau wawancara adalah percakapan dengan tujuan atau pembicaraan yang memiliki tujuan.7 Interview yang sering disebut wawancara lisan adalah sebuah dialog atau pewawancaraan.8 4. Teknik Analisa Data Analisis data adalah sebuah proses percakapan dan pengaturan secara sistematik transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan yang lain dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut. Agar dapat dipresentasikan temuannya kepada orang lain.9 Studi yang merupakan penelitian kepustakaan ini lebih bersifat deskriptif analisis.10 5. Teknik Penulisan Skripsi Untuk penulisan dalam skripsi ini, penulis merujuk pada buku “pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007”.
7
Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan, (Malang : Kalimasahada, Press, 1994) cet I, h. 36. 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1996), cet X, h.144. 9 Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-ilmu social dan Keagamaan, h.77 10 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktik, Sinar Grafika Jakarta, 2008 h.9
8
F. Sistematika Penulisan Sistematika ini disusun dalam lima bab, dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Sistematika penulisan merupakan uraian secara garis besar mengenai hal-hal pokok yang dibahas, guna mempermudah dalam memahami dan melihat hubungan suatu bab dengan yang lainnya. Adapun uraian pada setiap bab adalah sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Pada bab ini membahas tentang pengertian strategi dan pengertian marketing dimana didalamnya menjelaskan tentang sub-sub strategi dan sub-sub marketing.
BAB III
GAMBARAN UMUM BMT TA’AWUN Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil BMT, yang terdiri dari sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, serta langkahlangkah marketing produk pembiayaan BMT Ta’awun.
9
BAB IV
ANALISIS STRATEGI MARKETING PRODUK PEMBIAYAAN BMT TA’AWUN Pada bab ini membahas tentang strategi marketing produk pembiayaan BMT Ta’awun, serta apa saja faktor pendukung dan penghambat BMT Ta’awun.
BAB V
PENUTUP Dalam bab ini dikemukakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam pembahasan bab-bab sebelumnya dan juga dikemukakan saran-saran yang mungkin bermanfaat.
10
11
BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi 1. Pengertian Strategi Dari segi etimologi istilah strategi berasal dari kata Yunani yaitu strategia (stratus: militer, dan ag: memimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal, konsep ini relevan pada saat itu; karena memang kondisinya sedang berkecamuk perang. Strategi juga diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. 1 Sama seperti halnya yang diungkapkan oleh Hari Murti Kridalaksana, bahwa strategi berarti siasat perang, haluan, kebijaksanaan dan akal atau budi daya.2 Menurut Fuad Amsyari dalam bukunya yang berjudul Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia mengatakan bahwa: strategi dan taktik adalah metode untuk memenangkan suatu persaingan. Persaingan ini berbentuk suatu percampuran fisik untuk merebut suatu wilayah dengan memakai senjata dan tangan manusia, sedangkan dalam bidang militer strategi dan taktik adalah suatu cara atau teknik memenangkan suatu persiapan antara kelompok-kelompok yang berbeda orientasi hidupnya.3
1
Ziauddin Sardar, Tantangan Dunia Dalam Islam Abad 21, terjemah A.E. Priyono Hasan (Bandung, Mizan, 1996), h.ii 2 Hari Murti Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia (Jakarta: Nusa Indah 1981). 3 Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia (Bandung: Mizan, 1990), h.4
12
Menurut Onong Uchjana dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, mengatakan bahwa strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan.4 Namun dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan tentang strategi yaitu: a. Strategi merupakan satu kesatuan rencana terpadu yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. b. Dalam menyusun strategi perlu dihubungkan dengan lingkungan organisasi, sehingga dapat disusun kekuatan strategi organisasi. c. Dalam perencanaan tujuan organisasi perlu alternative strategi yang dipertimbangkan dan harus dipilih. d. Strategi yang dipilih akan diimplementasikan oleh organisasi dan akhirnya memerlukan evaluasi terhadap strategi tersebut. Organisasi yang menyusun strategi umumnya lebih efektif dibandingkan dengan organisasi yang tidak menyusun strategi. Hal ini disebabkan strategi adalah kacamata yang bermanfaat untuk memonitor apa yang dikerjakan dan apa yang sedang terjadi di dalam suatu organisasi, dapat memberikan sumbangan terhadap kesuksesan organisasi atau malah mengarahkan kepada kegagalan organisasi.
4
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), h.32
13
2.
Tahapan-Tahapan Strategi Seperti yang dikatakan oleh Joel Ross dan Michael bahwa sebuah organisasi
tanpa adanya strategi seperti kapal tanpa kemudi, bergerak berputar tanpa lingkaran. Organisasi yang demikian seperti pengembara tanpa tujuan tertentu.5 Proses strategi terdiri dari tiga tahapan yaitu: A. Perumusan Strategi Dalam perumusan strategi termasuk di dalamnya ialah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternative, memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan. Teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi kerangka kerja di antaranya: 1. Tahap In Put (Masukan) Dalam tahap ini peroses yang dilakukan adalah meringkas informasi sebagai awal untuk merumuskan strategi. 2. Tahap Pencocokan
5
Fred. R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h.3
14
Dalam tahap ini proses yang dilakukan adalah memfokuskan pada menghasilkan strategi alternative yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal.6 3. Tahap keputusan Dalam tahap ini proses yang digunakan adalah dengan menggunakan satu macam teknik setelah diproses dari secara sasaran dalam mengevaluasi strategi alternative yang diidentifikasikan dalam dua tahap.7 Perumusan strategi haruslah selalu melihat kearah kedepan dengan tujuan artinya peran perencanaan amatlah penting dan mempunyai andil yang besar. B. Implementasi Strategi Setelah para manajer memilih strategi apa yang ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dari seluruh unit, tingkat, dan anggota organisasi. Tanpa adanya komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian SDM yang ditampakkan melalui penetapan struktur organisasi, mekanisme kepemimpinan yang dijalankan berikut budaya perusahaan dan organisasi.8
6
Ibid, h. 183 Ibid, h. 198 8 M. Ismail Yustanto dan Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategi Perspektif Syariah (Jakarta: Khairul Bayan, 2003), cet. Ke-1, h.92 7
15
1. Penetapan Strategi Organisasi Manajemen strategi menentukan bahwa strategi dan struktur organisasi yang digunakan perusahaan haruslah sesuai. Intinya pimpinan harus meneliti secara cermat struktur organisasi yang sedang berjalan dan bertanya apakah perusahaan memiliki organisasi yang tepat untuk mendukung strategi tersebut. Alfred Chandler mengutarakan suatu prinsip yaitu “Struktur Follows Strategy” yang berarti struktur organisasi harus dibentuk untuk mendukung agar penerapan strategi yang telah dibuat dapat lebih efektif. Jika suatu saat strategi diubah maka perusahaan wajib untuk mengubah atau menyesuaikan struktur organisasinya.9 Untuk mendapatkan struktur organisasi yang paling efektif adalah harus disesuaikan dengan tuntunan strategi organisasi, karena desain struktur organisasi erat kaitannya dengan kegiatan dan sumber daya penting organisasi. Jika struktur organisasi sesuai dengan perubahan yang diusulkan di dalam strategi, dan ini menunjukkan organisasi yang kuat. Namun, bila struktur organisasi tidak sejalan dengan formulasi strategi yang telah ditetapkan akan sulit untuk diimplementasikan sehingga organisasi dalam kondisi yang sangat lemah. 2. Mekanisme Kepemimpinan Dalam konteks manajemen strategi,
kepemimpinan strategis
adalah
kemampuan dalam mengantisipasi setiap permasalahan yang terjadi, memiliki visi, mampu mempertahankan fleksibelitas organisasi, dan dapat memberikan atau
9
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik Pengantar Proses Berfikir Strategik, (Jakarta: Bina Aksara, 1996), cet ke-1, h.113
16
mendelegasikan kuasa kepada orang lain untuk menciptakan perubahan strategis yang perlu.10 3. Budaya Organisasi Setiap organisasi memiliki budaya yang terbentuk. Keberadaan sebuah budaya dalam organisasi sangat memberikan peran penting bagi kelangsungan hidup organisasi dan dalam pelaksanaan strategi organisasi. Budaya dapat menjadi pengikat sekaligus motivator rasa kebersamaan para anggota organisasi melalui pemahaman yang sama tentang tata cara dan batasan perilaku dalam berorganisasi.11 Artinya, setiap perusahaan akan membentuk budayanya sendiri yang berbeda dengan organisasi lain. Begitu pula budaya merupakan komponen yang menyebabkan suatu organisasi dapat diimplementasikan pada suatu organisasi, sementara strategi tersebut tidak dapat diimplementasikan pada organisasi lain dengan kondisi yang relative sama. Budaya suatu organisasi merupakan sikap dan nilai-nilai, gaya manajemen dan kebiasaan mengambil keputusan dari orang-orang yang ada didalam organisasi. Oleh sebab itu, budaya suatu organisasi harus tercipta sejak awal berdirinya organisasi seiring dengan penetapan struktur, misi, tujuan, dan berbagai harapan yang diinginkannya.
10
Amirullah dan Sari Budi Cantika, Manajemen Stratejik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), cet. Ke-1, h.165 11 Ibid, h.172
17
C.
Evaluasi Strategi Tahap organisasi dalam organisasi adalah evaluasi strategi. Tiga macam
aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah:12 1. Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan faktor eksternal seperti tindakan yang dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau aktifitas implementasi yang buruk dapat berakibat pula bagi hasil yang akan dicapai. 2. Mengukur Prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan) menyelidiki dari rencana, mengevaluasi prestasi individual dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. B. Marketing 1. Pengertian Marketing Marketing menurut kamus Oxford adalah bagian dari bisnis yang berhubungan dengan periklanan, penjualan dan pendistribusian barang.13 Menurut American Marketing Associaton14, pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi, pendistribusian barang dan jasa dan ide-ide untuk menciptakan pertukaran dengan kelempok tertentu, dimana proses ini dapat memuaskan pelanggan dan tujuan perusahaan. 12
Ibid, h. 104 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah popular, (Surabaya: Arloka, 1994), hal. 440 14 Sofan Assuari, Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan Strategi, (Jakarta: Rajawali, 1998), hal.4 13
18
Philiph Kotler mendefinisikan pemasaran sebagai sebuah proses social dan manajerial dimana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui proses penciptaan, penawaran dan pertukaran produk-produk atau value dengan pihak lainnya.15 Definisi ini berdasarkan konsep-konsep inti yaitu kebutuhan, keinginan dan permintaan, produk-produk (layanan, barang-barang dan ide), value, biaya dan kepuasan, pertukaran dan transaksi hubungan dan jaringan, pasar dan para pemasar serta prospek. Menurut Hermawan Kertajaya, pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis strategi yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan nilai dari suatu inisiator kepada stakeholdersnya.16 Pemasaran adalah perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi, pendistribusian barang atau jasa, dan ide untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok yang dituju dimana proses ini dapat memuaskan pelanggan dan tujuan perusahaan.17 Dua tujuan utama pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai supersior dan mempertahankan pelanggan saat ini dengan memberikan kepuasan.
15
Philip Kotler and Amstrong, Dasar-dasar pemasaran, alih bahasa Alexander Sindoro, (Jakarta: PT. Indeks, 2004), hal. 7 16 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syari’ah Marketing, (Jakarta: Mizan, 2006), hal. 26 17 Philip Kotler and Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, alih bahasa: Damos Sihombing, (Jakarta: Erlangga,2001), Edisi 8, JIlid ke-1, hal.6
19
Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pemasaran adalah cara atau proses untuk mendistribusikan barang atau jasa dari produsen kepada para konsumen untuk kepuasan para pelanggan. 2. Prinsip-prinsip Marketing Saat ini system ekonomi syariah sedang berkembang dan menjadi alternatife bagi masyarakat yang sudah jenuh dengan system ekonomi kapitalis yang mengutamakan kekayaan dan pribadi dan berdampak pada ketidakmerataan distribusi kekayaan. Untuk menjadi perusahaan yang berbasis syari’ah, budaya perusahaan tentu haruslah berdasarkan nilai-nilai Islami. Institusinya pun harus mengimplementasikan prinsip-prinsip syari’ah. Hermawan Kertajaya dalam bukunya menjelaskan ada tujuh belas prinsipprinsip pemasaran syari’ah yang harus ada dalam perusahaan yang berbasis syari’ah. Ada tujuh belas prinsip-prinsip yang harus menjadi pedoman bagi perusahaan yang berbasiskan syari’ah. Ketujuh belas prinsip itu adalah sebagai berikut: 1) Teknologi Informasi untuk menuju perubahan yang nyata (Teknoligi information technology allows us to be transparent (change)) 2) Bersaing secara sehat (Be respectful to your competitors) 3) Menjaring konsumen secara keseluruhan (The emergence of customers global paradox (customer))
20
4) Menjadikan nilai-nilai spiritual sebagai prinsip dasar perusahaan (develop a spiritual-based organization (company)) 5) Melihat target pasar secara keseluruhan (View market universally (segmentation)) 6) Membidik hati dan jiwa calon konsumen (Target customer’s heart and soul (targeting)) 7) Membangun system kepercayaan (Build a belief system (positioning)) 8) Diferensiasi yang berbeda dalam kontek dan konten (Differ yourself with a good package of content and context (diferensiation)) 9) Jujur dalam membentuk bauran pemasaran (Be honest with your 4P (marketing mix)) 10) Menerapkan ukhwah sebagai dasar dalam penjualan (Practice a relationshipbased selling (selling)) 11) Karakter merek yang Islami (Use aspiritual brand character (brand)) 12) Perubahan yang lebih baik dalam pelayanan (Service should have the ability to transform (services)) 13) Menerapkan proses bisnis yang amanah (Practice a reliable business process (process)) 14) Membangun nilai yang baik dimata konsumen (Create value to your stake holders (scorecard)) 15) Membangun inspirasi yang mulia (Create a noble cause (inspiration))
21
16) Menjadikan budaya perusahaan yang beretika (Develop an ethical corporate culture (culture)) 17) Pengukuran yang jelas dan transparan (Measurement must be clear and transparent (instution))18. Empat prinsip pertama yang terdiri dari change, competitor, customer dan company menjelaskan lanskap bisnis syari’ah, sedangkan company merupakan faktor internal yang penting dalam proses pembuatan strategi. Prinsip lima sampai tigabelas menerangkan Sembilan elemen dari arsitektur bisnis strategis, yang terbagi dalam tiga paradigma yaitu: Syari’ah Marketing Strategy untuk memenangkan mind share, Syari’ah Marketing Tactic untuk memenangkan market share dan Syari’ah Marketing Value untuk memenangkan heart-share. Kemudian tiga prinsip terakhir adalah prinsip-prinsip yang membahas soal inspirasi (inspiration), budaya (culture) dan institusi (institution). Ketiganya disebut Enterprise. Berdasarkan definisi pemasaran dalam persfektif Islam, maka kata kunci dalam pemasaran syari’ah adalah bahwa dalam seluruh proses, baik dalam proses penawaran maupun proses perubahan nilai tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah dalam Islam, yaitu19: 1) Berprilaku baik dan simpatik 18 19
Hermawan Kertajaya., Op., Cit, hal 151 Muhammad Syakir Sula, Op., Cit, hal 486
22
2) Bersikap melayani dan mempermudah 3) Bersaing secara sehat 4) Mendahulukan sikap tolong menolong 5) Jujur dan tidak curang 3. Konsep Marketing Mix Dalam dunia pemasaran selalu terkait dengan yang dinamakan marketing mix (bauran pemasaran). Marketing mix adalah deskripsi dari suatu kumpulan alat-alat yang dapat digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi penjualan.20 Kotler dan Armstrong mendefinisikan bauran pemasaran sebagai perangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan, yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Kemungkinan yang banyak itu dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Kemungkinan yang banyak itu dapat digolongkan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal dengan “empat P” : Product, Price, Place, dan Promotion (Produk, harga, distribusi, promosi).21 Empat P dalam marketing mix yaitu:
20 21
Firdaus NH dkk, Dasar & Strategi Pemasaran Syariah, (Jakarta: Renaisan, 2005)., h. 22 Kotler dan Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran., h. 48
23
1) Product (Produk) Menurut Philip Kotler “Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan, atau untuk dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan.”22 Dalam definisi secara luas produk meliputi objek secara fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, ide, atau bauran dari semua bentuk-bentuk tadi. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produk adalah sesuatu yang ingin dimiliki oleh konsumen. Produk biasanya digunakan untuk dikonsumsi baik untuk kebutuhan rohani maupun jasmani. Untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan akan produk, maka konsumen harus mengorbankan sesuatu sebagai balas jasanya. Dalam perspektif syariah produksi merupakan sesuatu yang penting. AlQur’an menggunakan konsep produksi barang dalam arti yang sangat luas. Tekanan Al-Qur’an diarahkan pada manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan hidup manusia. Berarti barang itu harus diproduksi untuk kebutuhan manusia, bukan untuk memproduksi barangbarang mewah secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia. Islam juga mengajarkan untuk memperhatikan kualitas dan keberadaan produk tersebut. Islam melarang jual beli suatu produk yang belum jelas (gharar) bagi pembeli. Pasalnya di sini berpotensi terjadinya penipuan dan ketidakadilan terhadap salah satu pihak. 22
8., h.346.
Kotler dan Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta, Erlangga, 2001) Jilid I ed. Ke-
24
Selain keberadaan suatu produk, Islam juga memerintahkan untuk memperhatikan kualitas produk. Barang yang dijual harus terang dan jelas kualitasnya, sehingga pembeli dapat dengan mudah memberi penilaian.23 Setiap produk yang diluncurkan ke pasar tidak selalu mendapat respon yang positif. Bahkan cenderung mengalami kegagalan jauh lebih besar dibandingkan keberhasilannya. Untuk mengantisipasi agar produk yang diluncurkan berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peluncuran produk diperlukan strategi-strategi tertentu. Khusus dengan yang berkaitan dengan produk, strategi ini kita kenal dengan nama strategi produk.24 Dalam strategi produk yang harus dilakukan untuk mengembangkan suatu produk adalah: a) Penentuan logo dan moto. Logo merupakan ciri khas suatu perusahaan sedangkan moto merupakan serangkain kata-kata yang berisi visi dan misi. b) Menciptakan merk. Karena jasa memiliki beraneka ragam, maka setiap jasa harus memiliki nama. Tujuannya agar mudah dikenal dan diingat. c) Menciptakan kemasan. Kemasan merupakan pembungkus suatu produk. Dalam hal ini kemasan lebih diartikan sebagai pemberian pelayanan atau jasa kepada para nasabah.25 Dalam strategi produk, perusahaan harus dapat melihat produk apa yang lebih dibutuhkan dan diinginkan oleh pembeli sehingga perusahaan dapat memperoleh 23
Firdaus NH dkk, Dasar & Strategi Pemasaran Syariah., h.23 Kasmir, Pemasaran Bank., h. 141. 25 Kasmir, Pemasaran Bank, h. 141-143. 24
25
banyak nasabah. Selain itu kualitas dan keberadaan produk juga harus diperhatikan sehingga tidak berpotensi terjadi penipuan. 2) Price (Harga) Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh suatu produk.26 Dalam konsep Islam, penentuan harga ditentukan oleh mekanisme pasar, yakni bergantung pada kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran. Pertemuan antara permintaan dan penawaran itu harus berlangsung secara sukarela. Ini bermakna tidak ada yang menzalimi dan dizalimi. Dalam praktik fiqh muamalah, harga mengambil posisi tengah, tidak berlebihlebihan, tidak pula merendah-rendahkan. Ini berarti bahwa dalam praktik fiqh muamalah harga mestinya harus proporsional.27 Tujuan penentuan harga secara umum adalah: Pertama, Untuk Bertahan Hidup. Artinya, dalam kondisi tertentu, terutama dalam kondisi persaingan yang tinggi. Dalam hal ini perusahaan menentukan harga semurah mungkin dengan maksud produk atau jasa yang dipasarkan laku di pasaran. Kedua, Untuk Memaksimalkan Laba. Tujuan harga ini dengan mengharapkan penjualan yang meningkat sehingga laba dapat ditingkatkan. Penentuan harga biasanya dapat dilakukan dengan harga murah atau tinggi.
26 27
Kotler dan Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran., h. 48. Firdaus NH dkk, Dasar & Startegi Pemasarn Syariah., h. 24-25.
26
Ketiga, Untuk Memperbesar Market Share. Penentuan harga ini dengan harga yang murah, sehingga diharapkan jumlah nasabah meningkat dan diharapkan pula nasabah pesaing beralih ke produk yang ditawarkan. Keempat, Mutu Produk. Tujuan dalam hal mutu produk adalah untuk memberikan kesan bahwa produk atau jasa yang ditawarkan memiliki kualitas yang tinggi dan biasanya harga ditentukan setinggi mungkin. Kelima, Karena Pesaing. Dalam hal ini, penentuan harga dengan melihat harga pesaing. Tujuannya adalah agar harga yang ditawarkan jangan melebihi harga pesaing.28 Strategi harga yang dilakukan perusahaan adalah strategi kedua pada bauran pemasaran. Di mana perusahaan sebisa mungkin menawarkan harga yang terendah sehingga lebih banyak menarik minat nasabah. Tetapi dalam Islam harga haruslah proporsional tidak boleh terlalu tinggi tidak boleh terlalu rendah. 3) Place (Distribusi) Dalam sektor jasa, distribusi didefinisikan sebagai setiap sarana yang meningkatkan
keberadaan
atau
kenikmatan
suatu
jasa
yang
menambah
penggunaannya, baik dengan mempertahankan pemakai yang ada, meningkatkan nilai kegunaannya di antara pemakai yang ada ataupun menarik pemakai baru.29 Saranasarana tersebut dapat berupa kantor pusat, kantor cabang, dan lain-lain yang dapat memudahkan nasabah untuk memperoleh manfaat dari jasa perusahaan tersebut.
28 29
Kasmir, Pemasaran Bank., h. 153-154. Murti Sumarni, Marketing Perbankan, (Yogyakarta: Liberty, 1997),. h. 269.
27
Distribusi termasuk aktivitas perusahaan untuk membuat produk tersedia bagi konsumen sasaran. Setiap perusahaan haruslah memiliki pandangan saluran distribusi keseluruhan terhadap masalah distribusi dari produknya ke pemakai akhir. Dalam usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan di bidang pemasaran, setiap perusahaan melakukan kegiatan penyaluran. Penyaluran merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ke tangan si pemakai atau konsumen pada waktu yang tepat. Dalam kegiatan distribusinya perusahaan dapat memperhatikan, pertama, kantor pusat pemasaran, yaitu departemen ekspornya atau divisi yang membuat keputusan mengenai saluran distribusi dan elemen-elemen bauran pemasaran lainnya. Kedua, mengenai jenis-jenis perantaranya, yaitu agen, perusahaan perdagangan dalam hal ini adalah kantor cabang yang mudah dijangkau oleh masyarakat dapat mempermudah pendistribusian produk yang ditawarkan kepada nasabah.30 Dalam strategi distribusi tempat yang mudah dijangkau oleh nasabah merupakan hal yang penting. Karena dapat menghemat waktu dan biaya dalam menjangkau kantor atau perusahaan yang menawarkan suatu produk yang dibutuhkan oleh nasabah.
30
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian), (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 1993), Vol. II ed. Ke-7., h.181.
28
4) Promotion (Promosi) Promosi merupakan cara langsung atau tidak langsung untuk mempengaruhi konsumen agar lebih suka membeli merk barang tertentu.31 Kata ”promosi’ berkonotasi arus informasi satu arah, sedangkan komunikasi marketing lebih menekankan interaksi dua arah. Konsekuensinya, promosi dipersepsikan sebagai bentuk komunikasi yang bersifat masal, sedangkan komunikasi marketing lebih bersifat personal dan individual. Meskipun begitu, antara Dalam Islam mempromosikan suatu barang diperbolehkan. Hanya saja dalam berpromosi tersebut harus mengedepankan faktor kejujuran dan menjauhi penipuan. Di samping itu, metode yang dipakai dalam promosi tidak bertentangan dengan syariah Islam.32 Secara garis besar ada tiga macam sarana promosi yang dapat digunakan oleh perusahaan, yaitu:33 Pertama, Periklanan (Advertising). Merupakan promosi yang dilakukan dalam bentuk tayangan atau gambar atau kata-kata yang tertuang dalam spanduk, brosur, Koran, majalah, televisi, atau radio. Kedua, Publisitas (Publicity). Merupakan promosi yang dilakukan untuk meningkatkan citra perusahaan di depan para calon nasabah atau nasabahnya melalui kegiatan sponsorhip terhadap suatu kegiatan amal atau sosial.
31
Murti Sumarni, Marketing Perbankan, (Yogyakarta : Liberty, 1997), h. 208 Firdaus, Dasar & Strategi Pemasaran Syariah, h. 27 33 Kasmir, Pemasaran Bank, h. 176-177 32
29
Ketiga,
Penjualan Pribadi. Merupakan promosi yang dilakukan melalui
pribadi-pribadi karyawan setempat dalam melayani serta ikut mempengaruhi nasabah. Strategi promosi adalah sesuatu yang dapat memperkenalkan atau mensosialisasikan produk yang ditawarkan suatu perusahaan melalui berbagai macam media dan cara. Tetapi dalam mempromosikan suatu produk harus mengedepankan kejujuran dan menjauhi unsur penipuan. C. Pembiayaan a. Pengertian Pembiayaan Banyak definisi yang dikemukakan oleh para pakar mengenai pembiayaan, dan pengertian tersebut pada dasarnya tidaklah berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut Syafi’i Antonio, pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.34 Pengertian lain menyebutkan, pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan bank Islam kepada masyarakat yang membutuhkan dana yang telah dikumpulkan oleh bank Islam dari masyarakat yang surplus dana.35 Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah pemberian dana oleh bank kepada nasabah yang membutuhkan. b. Jenis-jenis Pembiayaan 34
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 165. 35 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 71.
30
Secara garis besar produk pembiayaan syariah terdiri dari 3 kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu sebagai berikut : 1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang yang dilakukan dengan prinsip jual beli. 2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan dengan prinsip sewa-menyewa. 3) Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan untuk mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.36 1. Pembiayaan Musyarakah a. Pengertian Musyarakah Istilah lain yang digunakan untuk musyarakah adalah sharikah atau syirkah. Musyarakah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan partnership. Sedangkan lembaga-lembaga keuangan Islam menerjemahkannya dengan istilah participation financing.37 Syirkah dari segi bahasa berarti percampuran (al-ikhtilath), yaitu penggabungan dua bagian atau lebih yang tidak bisa dibedakan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Sedangkan menurut syara’, syirkah adalah transaksi antara dua orang atau lebih yang kedua-duanya sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dengan tujuan mencari keuntungan.38
36
Hasanudin Rahman Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi (The Bankers Hand Book), (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005), h. 68. 37 Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999), h. 57. 38 Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, Perbankan Syariah: Perspektif Praktis, (Jakarta: Muamalat Institute, 1999), h. 78.
31
Musyarakah adalah akad kerjasama diantara para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka untuk mencari keuntungan. Mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank.39 Dalam definisi lain disebutkan secara lebih sederhana, musyarakah adalah akad kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dan masingmasing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.40 Dari beberapa definisi musyarakah yang dikemukakan di atas pada dasarnya tidaklah jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa musyarakah adalah akad kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. b. Landasan Hukum Musyarakah 1) Al-Quran : …
….
39
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 2002). 40 Merza Gamal, Aktivitas Ekonomi Syariah, (Pekanbaru : UNRI Press, 2004), h. 66.
32
Artinya: ”…Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, dan amat sedikitlah mereka ini…" (QS. Shaad /38 : 24) Penggalan ayat Al-Qur’an ini mendukung keberadaan prinsip musyarakah, dimana setiap partner dalam bisnis haruslah mempunyai akhlak yang baik pada saat melakukan usaha bisnisnya. Ayat ini mencela perilaku orang-orang yang berkongsi atau berserikat dalam berdagang dengan menzalimi sebagian dari mitra mereka. Kedua ayat di atas menunjukkan perkenaan dan pengakuan akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja berbeda dengan QS. Annisa: 12 yang perkongsiannya terjadi secara otomatis, dalam QS. Shaad: 24 perkongsian terjadi atas dasar akad (Ikhtiyari). 2) Hadist Rasulullah SAW َجت ْ َ خَر,َ فَاِرَا خَا ن.ًَُ اَوَا ثَاِلثُ الّشَِّر يْكَيْهِ مَا لَمْ يَخُهْ اَحَذُ ٌُمَا صَا حِب: ُ رَفَعًَُ – قََا لَ اَنْ اهللَ يَ ُقُْ ل-َعَهْ اَبِيْ ٌُرَ يْ َرة )مِهْ بَيْىٍِِمَا ( رَاي ابُداَد Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah SWT berfirman : Aku adalah pihak ketiga dari dua pihak yang berkongsi selama salah satunya tidak mengkhianati mitranya, karena apabila salah seorang berkhianat, aku keluar dari perkongsian mereka.” (HR. Abu Dawud, al-Hakim, al-Baihaqi dan adDaruquthni)41 Hadist Qudsi di atas menunjukkan kecintaan Allah SWT kepada hambahambanya yang melakukan perkongsian selama saling menjunjung tinggi amanat kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan. Allah akan memberikan bantuan dalam 41
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Koleksi Hadis-hadis Hukum, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2001), Jilid 7, h. 1
33
kemitraan ini dan menurunkan berkah dalam perniagaan mereka. Jika keduanya atau salah satu dari keduanya telah berkhianat, maka Allah meninggalkan mereka dengan tidak memberikan berkah dan pertolongan sehingga perniagaan itu merugi.42 3) Ijma Para ulama sepakat bahwa secara umum melakukan syirkah diperbolehkan dan tidak ada yang menolak legitimasi al-musyarakah meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai unsur di dalamnya.43 2. Pembiayaan Mudharabah a. Pengertian Mudharabah Mudharabah adalah salah satu bentuk kerjasama dalam lapangan ekonomi, yang biasa pula disebut qiradh yang berarti al-qath’ (potongan). Kata mudharabah berasal dari akar kata dharaba pada kalimat al-dharb fi al-ardh, yakni bepergian untuk urusan dagang. Secara bahasa, menurut Abdurrahman al-Jaziri, mudharabah berarti ungkapan terhadap pemberian harta dari seorang kepada orang lain sebagai modal usaha dimana keuntungan yang diperoleh akan dibagi diantara mereka berdua, dan apabila rugi akan ditanggung oleh pemilik modal.44 Mudharabah berdasarkan ahli fiqih merupakan suatu perjanjian dimana seseorang memberikan hartanya kepada orang lain berdasarkan prinsip dagang
42
Aish az–Zahra, “Musyarakah”. Artikel diakses pada 19 Juni 2010 dari http://aishkhuw.blogspot.com/ 43 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, (Jakarta: BI dan Tazkia Institute, 1999), h. 143-144. 44 Helmi, Karim. Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997). Ed. I, cet ke 2, h. 11
34
dimana keuntungan yang diperoleh akan dibagi berdasarkan proporsi yang telah disetujui, seperti ½ dari keuntungan atau 1/3 dan sebagainya.45 Sedangkan secara teknis al-Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua menjadi pengelola.46 b. Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah Secara umum landasan dasar syariah al-Mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha.47 Hal ini tampak dari ayat berikut ini:
….. … Artinya: “……dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah….” (Q.S. Al-Muzammil : 20) Berdasarkan ayat Al-Qur’an diatas, dapat kita ketahui bahwa kata “yadhribuuna fil’ardh” mengandung arti bahwa mencari karunia Allah dapat dilakukan secara mudharabah dan hukumnya adalah boleh dan sah, karena sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dengan tidak merugikan salah satu pihak, dalam arti salah seorang diantara yang berakad tidak berbuat curang untuk mendapatkan nisbah yang tidak sesuai kesepakatan.
45
Muhammad, Muslaehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994). Cet ke 2, h. 63 46 Aries, Mufti dan M Syakir Sula, Amanah Bagi Bangsa, (Jakarta: MES, 2006), h.64 47 Syafi’I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Bogor : Tazkia Institute, 2001), h. 136
35
c. Jenis-jenis Mudharabah Secara umum mudharabah terbagi kepada dua jenis, yaitu: Mudharabah Muthlaqah dan Mudharabah Muqayyadah. a) Mudharabah Muthlaqah Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat)48 adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam bahasa fiqih ulama Salaf ash Shalih seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberikan kekuasaan sangat besar.49 b) Mudharabah Muqayyadah Mudharabah Muqayyadah (investasi terikat)50 atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan jenis usaha, waktu dan tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.51
48
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah: Strategi Memaksimalkan Return dan Meminimalkan Resiko Pembiayaan di Bank Syariah sebagai Akibat Masalah Agency, h. 48 49 Ibid, M. Syafi’I Antonio, h. 137 50 Ibid, Muhammad, h. 48 51 Ibid, M. Syafi’I Antonio, h. 137
36
3. Pembiayaan Murabahah a. Pengertian Murabahah Secara bahasa kata Murabahah berasal dari kata dasar (rabaha) yang berarti beruntung. Jadi pengertian murabahah secara bahasa adalah saling beruntung atau saling menguntungkan. Bai’al Murabahah adalah prinsip bai’ (jual beli) dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah nilai keuntungan (ribhun) yang disepakati. Pada murabahah
penyerahan
barang
dilakukan
pada
saat
transaksi
sementara
pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil.52 Menurut ibnu Rusyd dalam kitab Bidyatul Mujtahid wa nihayah al Muqtasid, murabahah ialah jika penjual menyebutkan harga pembelian barang pada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnya keuntungan dalam jumlah tertentu, dinar atau dirham.53 Sedangkan menurut praktisi perbankan yang selama ini dikenal aktif dalam dunia perbankan syariah, Muhammad Syafi’I Antonio menjelaskan bahwa murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan
52
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim,2003), h.39 53 Ibnu Rusyd, Bidyatul Mujtahid wa nihayah al Muqtasid, (Beirut: Dar-el Fikri,1995), juz 2, h.172
37
yang disepakati. Dalam murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.54 4. Ijarah Ijarah secara bahasa berarti upah dan sewa. Jasa atau imbalan. Ia sesungguhnya merupakan transaksi yang memperjual-belikan manfaat suatu harta benda. Transaksi ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah yang banyak dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 5. Rahn Rahn (gadai) yaitu sebuah akad piutang yang disertai dengan jaminan (atau agunan). Sesuatu yang dijadikan sebagai jaminan disebut marhun, pihak yang menyerahkan jaminan disebut rahin, sedangkan pihak yang menerima jaminan disebut murtahin. 6. Qardul Hasan Qardul Hasan yaitu pembiayaan lunak yang diberikan kepada anggota untuk pengembangan usaha tanpa dikenakan pembagian keuntungan.
54
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Tazkia Institute,1999), h.145
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Singkat Berdirinya BMT Ta’awun Pada saat kondisi ekonomi yang tidak menentu pasca krisis moneter, mulai muncullah beberapa gagasan/pemikiran untuk mereformasi dunia usaha dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang berbasis usaha mikro. Langkah untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan sangat penting, terbukti dengan penyerapan tenaga kerja dalam menggerakkan aktivitas ekonomi nasional, serta banyak berdiri dan berkembangnya lembaga keuangan yang mngembangkan usaha kecil dan menengah salah satunya adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) yang peranannya mulai dirasakan oleh masyarakat. Kehadiran BMT Ta’awun sebagai lembaga Mikro Syari’ah yang berlokasi di Jl. Amsar No.4 Cipulir Kebayoran Lama Jakarta Selatan dengan Legalitas SK Menkop dan UKM No : 0254/BH/-1,82/VII/2005 dan Akta Notaris : ARNASYA PATTINAMA,SH No: 6 Tanggal 18 Juli 2005 dan telah mengalami akta perubahan No. 117/BH/PAD/XII.4/-1.829.41/2009 Tanggal 09 September 2009 Notaris TITIEK IRAWATI No : 24 Tanggal 05 Agustus 2009 yang telah beropersi hampir 4 tahun ini memberikan harapan bagi rakyat kecil untuk mengembangkan dan meningkatkan usaha kearah yang lebih baik. Namum tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui lembaga BMT ini, begitu pula kehadiran
38
lembaga ini tidak akan berfungsi secara optimal bila tidak didukung oleh semua pihak. BMT didirikan oleh Bapak Abdul Hoir selaku ketua yayasan Ta’awun dengan modal awal pendirian sebesar Rp 92.751.700 dan asset perusahaan senilai Rp 194.026.901 dengan jumlah karyawan sebanyak 6 orang. Dan pada tahun 2008 modal BMT Ta’awun meningkat menjadi RP 11.249.872.446 dan asset perusahaan senilai Rp 3.496.262.384 dengan jumlah karyawan sebanyak 16 orang. Kehadiran BMT Ta’awun telah memberikan harapan bagi rakyat kecil untuk mengembangkan dan meningkatkan usaha kearah yang lebih baik. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui lembaga ini sebagai salah satu pilihan terbaik dalam bermuamalah. B. Visi dan Misi BMT Ta’awun Sesuai dengan visi yang selama ini dipegang teguh oleh BMT Ta’awun, yaitu menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang professional dan amanah, menegakkan perekonomian umat dengan mensosialisasikan konsep ekonomi Islam, meningkatkan profesionalisme dalam pengelolaan zakat, dan meningkatkan kesadaran berzakat bagi para muzakki serta membangun kemandirian para mustahiq, BMT Ta’awun berusaha untuk mewujudkan misinya, yaitu: 1. Memperkenalkan konsep ekonomi Islam pada masyarakat luas. 2. Menciptakan potensi masyarakat (SDM) yang berkualitas dan berakhlak mulia. 3. Memberikan kesadaran kepada para aghniya untuk mengeluarkan ZIS. 39
C. Struktur Organisasi a) Pengurus 1. Ir. Hilwin Manan 2. Ir. Edy Supriyanto 3. Abdul hoir b) Dewan Pengawasan Syariah 1. Ir. Deni Hadiana 2. Ust. H. Mashyuri Husein S.Ag c) Dewan Pengawas Management 1. Ir. Muhammad Agustiono MM 2. Ir. Hariyanti Soeroso d) GM BMT Ta’awun
: Subandikot Amd
e) Manager Marketing/Pembiayaan
: Abdul Kodir, SHI
f) Manager Operasional/Manager Keuangan
: Syahruddin, S.Kom
g) Kabag Baitul Maal
: Irfan Abdulloh
h) Kabag Pembiayaan
: Kamaluddin Nazuli
i) Sekum
: Dian Amrulloh
j) A/O
: Agung Kurniawan Nur Achamd 40
Irwansyah, S.Pd Iim Iman Nudin k) OB
: Slamet Arianto
Agar pengelolaan BMT dapat dilakukan seoptimal mungkin maka pengurus menunjuk pengelola untuk mengelola BMT. Untuk itu disusun struktur organisasi BMT Ta’awun yang bertolak dari kebutuhan untuk mewujudkan penguatan BMT. Adapun tugas-tugas pengurus antara lain: Menunjuk para pengelola BMT 1. Membuat keputusan yang berhubungan dengan pihak luar BMT 2. Melihat peluang-peluang yang ada untuk pengembangan BMT 3. Membuat kebijakan kepegawaian BMT 4. Mengangkat para pengelola BMT 5. Membuat kebijakan BMT dalam hal pengawasan, kepegawaian, keuangan, marketing dan operasional. Dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di BMT Al-Karim maka pengurus berusaha menghindari overlapping kebijakan, sehingga lebih mengutamakan pemecahan masalah yang bersifat bottom up. Di mana para pengurus mengumpulkan pendapat para staf dalam melihat masalah yang ada kemudian memutuskan pemecahan masalah tersebut bersama-sama para pengelola. Karena pada dasarnya BMT Ta’awun dalam menjalankan BMT adalah berdasarkan pengalaman di lapangan. Sehingga berbagai kebijakan yang akan dibuat BMT dalam hal ini 41
pengurus
harus
memperhatikan
pendapat
para
pengelola
BMT
Ta’awun.
Kewenangan para pengurus dalam hal pemberian pembiayaan bagi anggota atau nasabah pembiayaan yang berjumlah antara Rp. 2.000.000,- sampai Rp. 5.000.000,diberikan harus dengan persetujuan pengurus. Dengan pertimbangan bahwa anggota memenuhi syarat 5C (character, capital, collateral, condition, and capacity) serta untuk menjaga kehati-hatian terhadap pembiayaan bermasalah dan diharapkan agar tingkat likuiditas BMT tetap terjaga. Proses pemantauan dan evaluasi dilakukan melalui rapat evaluasi yang dilakukan sebulan sekali oelh seluruh pengurus pengelola BMT Ta’awun. D. Produk-Produk BMT Ta’awun Kegiatan jasa keuangan yang dikembangkan oleh BMT berupa penghimpunan dana dan menyalurkannya melalui kegiatan pembiayaan untuk anggota maupun non anggota. Kegiatan ini dipersamakan secara operasional dengan kegiatan simpan pinjam dalam koperasi atau kegiatan perbankan secara umum. Namun demikian, karena BMT merupakan lembaga keuangan Islam, maka BMT dapat dipersamakan dengan syari’at Islam. Hal ini juga terlihat dari produk-produk jasanya yang kurang lebih sama dengan yang ada dalam perbankan Islam.1 Secara garis besar produ-produk BMT Ta’awun terbagi atas dua bagian, yaitu produk simpanan dan produk pembiayaan. a. Produk Simpanan 1
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga keuangan, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 1999), cet Ke-2, h. 462
42
Yaitu Titipan yang tidak menanggung risiko kerugian, serta pihak BMT akan memberikan profit kepada penabung sejumlah tertentu dari bagi hasil yang didapat
BMT
dalam
menyalurkan
pembiayaan
kepada
nasabah
yang
diperhitungkan secara harian dan dibayar setiap bulan. Penabung akan mendapatkan buku tabungan untuk mencatat transaksi dan baki.2 Pada BMT Ta’awun produk simpanan ini terbagi dalam 5 jenis, yaitu: 1) Simpanan Ta’awun Adalah simpanan nasabah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Tabungan ini menggunakan konsep mudharabah, dimana dana akan dikelola BMT agar mendapatkan keuntungan dengan system bagi hasil, dan setoran awal minimal Rp 20.000,-. 2) Simpanan Pendidikan Adalah simpanan untuk pembiayaan mulai TK sampai dengan Perguruan Tinggi, yang penarikannya hanya dapat diambil sepekan sebelum tahun ajaran baru, tengah kwartal, dan kenaikan kelas. Tabungan ini berguna untuk pendidikan sekolah dan kuliah, dan penyetorannya dapat dilakukan setiap hari kerja dengan setoran awal minimal Rp 10.000,-.
2
Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,
h.102
43
3) Simpanan Idul Fitri Tabungan ini sengaja dilakukan semata-mata untuk memenuhi keperluan hari raya Idul Fitri yang penarikannya hanya dapat dilakukan menjelang hari raya Idul Fitri dengan setoran awal minimal Rp. 10.000,-. 4) Simpanan Qurban Merupakan simpanan untuk keperluan ibadah, membantu nasabah dalam menyalurkan hewan qurban kepada mustahik dan membuka kesempatan untuk satu keluarga melaksanakan ibadah qurban yang penarikannya hanya dapat dilakukan saat menjelang hari raya Idul Adha. Setoran awal minimal Rp. 10.000,-. 5) Deposito Simpanan ini adalah investasi secara syari’ah yang dapat ditarik berdasarkan jangka waktu tertentu setelah jatuh tempo (1,3,6 dan 12 bulan) atau menurut perjanjian dengan BMT Ta’awun. Dana tersebut akan dikelola BMT untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan kesepakatan. b. Produk Pembiayaan Yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam/jual beli antara BMT dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu, yang dapat disepakati dengan pembagian
hasil
keuntungan,
mark-up, 44
infaq/imbalan
yang
dapat
dipersamakan dengan itu. Pada BMT Ta’awun produk pembiayaan yang disalurkannya adalah: 1. Musyarakah (Penyertaan Modal) yaitu pembiayaan berupa penyertaan modal oleh BMT yang diberikan kepada anggota dari jumlah keseluruhan. Pihak BMT dapat dilibatkan dalam pengelolaan jika diperlukan. 2. Mudharabah (Modal Kerja) yaitu pembiayaan yang seluruh permodalannya dibiayai oleh BMT yang pengelolaannya diserahkan kepada anggota dan pihak BMT berhak ikut campur dalam mengurus manajemen. 3. Murabahah adalah salah satu jenis produk pembiayaan dengan system jual beli syari’ah, teknisnya dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang (pembiayaan) ditambah keuntungan (margin) yang disepakati, sementara pembayaran bisa dilakukan dengan tunai, tangguh, ataupun dicicil 4. Ijarah (sewa) yaitu penyediaan barang oleh BMT, yang pada awalnya transaksi ini berbentuk sewa namun setelah lunas barang menjadi milik nasabah. 5. Qardul Hasan yaitu pembiayaan lunak yang diberikan kepada anggota untuk pengembangan usaha tanpa dikenakan pembagian keuntungan. E. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Dalam pengajuan pembiayaan, setiap anggota harus memenuhi persyaratanpersyaratan antara lain foto cofy kartu tanda penduduk (KTP), kartu keluarga (KK), surat keterangan domisili serta surat jaminan (jika ada). Setelah anggota melengkapi 45
semua persyaratan untuk pengajuan pembiayaan tersebut selanjutnya pihak pengelola BMT akan melakukan analisis kelayakan usaha dengan berbagi pertimbangan melalui sirkulasi pembiayaan dan prosedur pelepasan pembiayaan. Sirkulasi prosedur pembiayaan itu adalah: 1. Anggota (nasabah) yang mengajukan pembiayaan melengkapi permohonan pembiayaan yaitu berupa foto cofy kartu tanda penduduk (KTP), surat keterangan domisili, serta surat jaminan (jika ada). 2. Staf marketing memberikan permohonan pembiayaan yang diminta dari administrasi pembiayaan kepada nasabah. 3. Calon nasabah mengisi permohonan pembiayaan dan menyerahkan kelengkapan pengajuan pembiayaan kepada staf marketing. 4. Staf marketing memberikan permohonan pembiayaan yang telah diisi oleh calon nasabah kepada bagian administrasi pembiayaan untuk dicatat di buku realisasi pembiayaan. 5. Staf marketing melakukan analisis kelayakan usaha terhadap nasabah. 6. Staf marketing melaporkan pembiayaan tersebut kepada kepala bagian marketing untuk mendapatkan persetujuan. Persetujuan ini disesuaikan dengan besarnya pembiayaan, yaitu: a. Pembiayaan < Rp 500.000,-
: disetujui staf marketing
b. Pembiayaan Rp 500.000-Rp 1.000.000
: disetujui kabag marketing
c. Pembiayaan Rp 1.000.000-Rp 2.000.000
: disetujui manajer umum
46
d. Pembiayaan Rp 2.000.000-Rp 3.000.000
: disetujui pengurus
e. Pembiayaan > Rp 3.000.000,-
: disetujui pengawas
7. Apabila berdasarkan analisis kelayakan usaha tersebut permohonan pembiayaan disetujui, akan disusun penjadwalannya sesuai kebutuhan. Seluruh realisasi selanjutnya dilengkapi dengan surat perjanjian dan pengakuan harga kuitansi dan kartu pendukung/angsuran. Jika permohonan tersebut ditolak maka data permohonan di serahkan kepada calon nasabah atau dikumpulkan sebagai arsip. 8. Seluruh staf perjanjian dan pengeluaran harga serta kuitansi yang sudah sah harus dikumpulkan kepada bagian administrasi pembiayaan untuk dijadikan arsip. 9. Seluruh data yang telah direalisasikan pembiayaannya oleh kepala bagian keuangan, segera dikembalikan ke bidang administrasi pembiayaan untuk dicatat dalam data anggota pada buku realisasi pembiayaan. Mengenai pembiayaan-pembiayaan yang harus disetujui oleh pengurus dan pengawas yakni pembiayaan diatas Rp 2.000.000,- maka pertimbangannya adalah3: 1. Untuk memenuhi peraturan misalnya 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition). 2. Untuk menjaga likuiditas BMT 3. Untuk kehati-hatian apabila kredit macet Tindakan-tindakan yang diambil oleh pengurus apabila terjadi kredit macet bagi nasabah yang mengajukan pembiayaan adalah melalui persuasive serta
3
Subandikot, Amd, Wawancara Pribadi, Jakarta, 5 Januari 2011
47
kebijakan keringanan. Misalnya, waktu angsuran diperpanjang dan bagi hasil diperkecil dengan membuat surat penawaran baru atau akad baru yang dibuat oleh nasabah. Bagi nasabah yang sudah melakukan akad baru jika akan mengajukan permohonan pembiayaan maka permohonannya akan sangat dipertimbangkan kelayakannya tidak semudah pada saat mengajukan permohonan pada sebelumnya4. Pertimbangan utama yang digunakan BMT Ta’awun dalam memberikan pembiayaan adalah5: 1. Pertimbangan ekonomis, yaitu melakukan analisa kelayakan usaha, dimana pengelola BMT dalam memberikan pembiayaan kepada anggota didasarkan kepada
kebutuhan
modal
para
anggota
dan
kemampuannya
dalam
mengembalikan atau membayar angsuran pembiayaan. 2. Karakter peminjam, hal ini diperoleh dari informasi anggota lain jika ia anggota baru dan pengalaman angsuran pembiayaan sebelumnya jika ia anggota lama. 3. Analisis pasar, yaitu pengelola dalam memberikan pembiayaan kepada anggota melihat segmentasi pasar, potensi pasar, pesaing anggota dan lokasi atau tempat usaha anggota. 4. Pertimbangan kemanusiaan dan social, misalnya membantu pedagang dari jeratan rentenir atau pinjaman dari lembaga lain yang memberatkan pedagang.
4
Ibid http://bmtta’awun.wordpress.com, diakses pada tanggal 07 Januari 2011
5
48
F. Sistem Pembayaran Cicilan Pembiayaan Strategi yang dilakukan oleh BMT Ta’awun dalam pengembalian atau penarikan cicilan pembiayaan adalah: 1. Proaktif atau jemput bola atau door to door atau pick up service yaitu petugas (staf marketing) mendatangi para anggota untuk mengambil angsuran dan tabungan anggota. 2. Nasabah datang sendiri ke kantor BMT Ta’awun untuk melakukan pembayaran cicilan pembiayaan. Adapun tipe cicilan pembiayaan yang akan dibayarkan oleh nasabah, pihak BMT Ta’awun menggunakan tiga model tipe cicilan yaitu: 1. Harian 2. Mingguan 3. Bulanan Dengan strategi pick up service maka pada saat menjemput angsuran dan tabungan anggota, staf marketing dapat berkomunikasi secara akrab, informal dengan suasana kekeluargaan dengan para anggota. Staf marketing bisa diajak bertukar fikiran dan berkonsultasi dalam banyak hal seperti penilaian kelayakan usaha, permohonan pembiayaan, pengelolaan usaha dan perkembangan usaha sampai pada pemecahan permasalahan keluarga. Strategi yang demikian juga dapat membantu kelancaran dalam penarikan angsuran pengembalian anggota serta berguna untuk memperoleh pertimbangan guna memberikan pembiayaan pada masa yang akan 49
datang. Karena dengan hubungan psikologi yang dekat dan informal dengan anggota, maka staf marketing akan cepat mengetahui masing-masing karakteristik para anggota (nasabah) yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pemberianpemberian pada masa berikutnya. Dengan strategi ini pula BMT dapat menarik angsuran pengembalian anggota yang bermasalah atau macet. Untuk menarik kembali pembiayaan yang bermasalah BMT mempunyai strategi khusus, yaitu melalui pendekatan psikologis, pengenalan karakter anggota secara mendalam, tidak menekan ataupun memaksa dan penuh empati. Dalam hal ini staf marketing lebih bersikap pasif. Penarikan pembiayaan yang bermasalah dilakukan pada sore hari setelah staf marketing menarik angsuran dan tabungan dari pasar. Mereka tidak memaksa anggota membayarkan angsuran sesuai dengan ketentuan namun anggota dapat membayar angsuran sesuai kemampuannya asalkan pembiayaan yang diberikan itu kembali. Bahkan kalau kondisinya sangat memperihatinkan, staf marketing tidak akan menarik bagi hasil dari anggota tersebut, cukup membayar pokoknya saja sesuai dengan persetujuan manajerial BMT. Kebijakan BMT inilah yang sering disalah gunakan oleh para anggota, hal ini terlihat dari ketidak berhasilan BMT dalam menggunakan prinsip musyarakah dalam pemberian pembiayaan dimana para nasabah sering kali tidak jujur dan tidak terbuka kepada BMT ketika staf marketing datang menagih cicilan dengan alasan bahwa penjualan sedang sepi sehingga yang terjadi adalah pembayaran cicilan tersendat bahkan sampai pada tahap pembiayaan bermasalah. 50
Bebarapa hal yang menyebabkan pembiayaan bermasalah adalah karakter anggota, kondisi usaha anggota dan kondisi ekonomi makro, serta musibah yang dialami oleh anggota atau keluarganya seperti sakit, kecelakaan atau meninggal dunia dan kejadian lainnya seperti musibah kebakaran atau kebanjiran yang sangat berdampak bagi usaha anggota. G. Langkah-langkah Marketing Produk Pembiayaan BMT Ta’awun Perkembangan BMT saat ini patut kita syukuri, karena dapat dilihat semakin banyak masyarakat yang melakukan transaksi melalui BMT. Namun pertumbuhan ini tidak hanya dapat dilihat dari tingginya minat masyarakat. Melihat dari tingginya minat masyarakat terhadap BMT, maka BMT harus menyikapi dengan baik. Oleh karenanya BMT dapat melakukan pengenalan produkproduk yang di tawarkan sehingga memiliki daya tarik kepada nasabah maupun calon nasabah untuk mengetahui lebih jauh tentang produk-produk BMT. Menyikapi semakin berkembangnya BMT saat ini, khususnya BMT Ta’awun maka BMT Ta’awun memiliki langkah-langkah atau proses marketing tersendiri untuk dapat mengembangkan dan mengenalkan produk-produknya agar dapat lebih dikenal dan dipahami oleh masyarakat sekitar. Layaknya sebuah perusahaan yang menawarkan produk dan jasa, langkahlangkah atau proses yang patut untuk di kembangkan dalam memasarkan produk adalah pelayanan yang baik merupakan factor pendukung untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan BMT. Pelayanan adalah hal terpenting karena hal 51
ini berhubungan langsung dengan nasabah yang nantinya dapat menilai baik dan buruknya pelayanan yang diberikan BMT. Langkah ini mempunyai tujuan agar dapat dipercayai oleh masyarakat dan ini nantinya dapat membangun citra BMT untuk jangka panjang, baik untuk produk yang dihasilkan. Adapun langkah-langkah atau metode marketing, dimana metode marketing yaitu proses pengenalan atau proses pemasyarakatan. Langkah-langkah atau metode sosialisasi tersebut didukung oleh berbagai faktor, yaitu: 1. Pelanggan atau Nasabah Pelanggan atau nasabah adalah umat Islam yang tersadar akan tuntunan agama. Namun, belum semua pelanggan atau nasabah yang mengetahui banyak tentang seluk beluk BMT Ta’awun. Meskipun demikian, BMT tetap menanamkan kepercayaan terhadap pelanggan atau nasabahnya. 2. Produk atau Jasa Dalam hal produk, BMT memberikan produk yang menguntungkan nasabahnya. Produk BMT selalu inovatif yang tidak sama dengan produk-produk Bank Konvensional. Selain produk, BMT Ta’awun pun menawarkan jasa yang meliputi: a) Transfer On Line & Real Time antar bank. b) Pembayaran Rekening PLN, TELKOM dan PAM c) Pembayaran Kartu Kredit (Visa dan Master) 52
d) Pembayaran Tagihan Selular Pasca Bayar e) Isi Ulang Pulsa f) Pembayaran Prudential, ACC dan FIF Dalam hal ini, BMT Ta’awun memberikan jasa yang ditawarkan pada setiap hari kerja. 3. Pasar Segmen pasar BMT Ta’awun memang kalangan menengah kebawah yang ditargetkan kepada para pedagang, dan bagi mereka yang masih kurang mengetahu bagaimana cara bertransaksi dengan BMT. BMT memfasilitasi hal tersebut untuk memuaskan konsumen. Untuk mendapatkan pangsa pasar yang luas. 4. Teknologi Dalam memasarkan produk, BMT Ta’awun menggunakan media elektronik maupun media cetak. Media yang digunakan seperti internet, dalam situs internetnya ditampilkan secara detail mulai dari profil sampai produk-produknya dalam situs tersebut BMT Ta’awun mengenalkan visi dan misi dan dalam situs tersebut juga disediakan pula kolom Tanya jawab dan konsultasi. Selain dari internet BMT Ta’awun melakukan promosi melalui media cetak seperti brosur dan juga spanduk. 5. Komitmen terhadap pertumbuhan, keuntungan atau stabilitas BMT Ta’awun memegang teguh pendirian dengan selalu memberikan inovasi terhadap produk-produk yang telah dikeluarkan. Apabila produk yang diluncurkan
53
dipasarkan telah ada duplikatnya, maka BMT Ta’awun akan melakukan inovasi dan meluncurkan produk barunya.
6. Konsep Perusahaan BMT Ta’awun memiliki konsep perusahaan yang jelas, yakni menanamkan kesadaran akan tuntunan agama dalam bertransaksi secara syariah, yang tidak menyimpang konsep syariah. 7. Komitmen terhadap image masyarakat Image masyarakat tentang BMT Ta’awun adalah seluruh lembaga keuangan mikro syariah yang secara konsisten memberikan pinjaman yang berdasarkan syariah. 8. Komitmen terhadap karyawan Seluruh karyawan di BMT Ta’awun keseluruhannya beragama Islam, memiliki ideology serta kebersamaan untuk memajukan BMT Ta’awun. Seperti pada bagian marketing dituntut untuk dapat mengkomunikasikan apa yang BMT Ta’awun miliki, mengkoordinasikan hubungan kerjasama serta menjaga hubungan baik dengan pelanggan atau nasabah.
54
55
BAB IV ANALISA STRATEGI MARKETING PRODUK PEMBIAYAAN BMT TA’AWUN A. Strategi Marketing Produk Pembiayaan Sesuai dengan visinya “menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang professional dan amanah, menegakkan perekonomian umat dengan mensosialisasikan konsep ekonomi Islam, meningkatkan profesionalisme dalam pengelolaan zakat, dan meningkatkan kesadaran berzakat bagi para muzakki serta membangun kemandirian para mustahiq”, maka salah satu kunci terpenting bagi BMT Ta’awun untuk mewujudkan visi tersebut adalah dengan Marketing. Sebagai salah satu modal perusahaan, BMT Ta’awun berupaya melakukan perbaikan-perbaikan yang berkesinambungan guna untuk mengembangkan kualitas produk-produknya. Adapun upaya-upaya yang dilakukan BMT Ta’awun dalam proses marketing produk pembiayaan kepada masyarakat, yaitu memanfaatkan media yang ada berupa brosur, spanduk merupakan media yang tepat untuk melakukan proses strategi sosialisasi karena spanduk mudah dijangkau oleh masyarakat, selain itu biaya yang dikeluarkan cukup murah dan lebih efektif. Sedangkan internet merupakan media marketing yang lengkap di mana media ini dapat memudahkan nasabah atau calon nasabah dalam melakukan transaksi. Namun BMT Ta’awun lebih tertuju kepada brosur dan spanduk, karena pemasangan spanduk ditempat-tempat strategis diyakini merupakan target pasar yang tepat. Selain pelaksanaan yang strategis namun biayanya juga relative murah dan terjangkau juga lebih mengena kepada masyarakat.
56
Sampai saat ini Musyarakah merupakan produk yang paling diminati oleh masyarakat di BMT Ta’awun. Musyarakah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan
partnership.
Sedangkan
lembaga-lembaga
keuangan
Islam
menerjemahkannya dengan istilah participation financing.1 Syirkah dari segi bahasa berarti percampuran (al-ikhtilath), yaitu penggabungan dua bagian atau lebih yang tidak bisa dibedakan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Sedangkan menurut syara’, syirkah adalah transaksi antara dua orang atau lebih yang kedua-duanya sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dengan tujuan mencari keuntungan.2 Musyarakah adalah akad kerjasama diantara para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka untuk mencari keuntungan. Mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank.3 Adapun setiap usaha yang dilakukan oleh BMT Ta’awun adalah merupakan bagian dari marketing. Bagaimana cara untuk menarik minat nasabah serta agar nasabah yang sudah ada tetap setia dan loyal kepada BMT Ta’awun.
1
Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999), h. 57. 2 Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, Perbankan Syariah: Perspektif Praktis, (Jakarta: Muamalat Institute, 1999), h. 78. 3 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 2002).
57
Sasaran produk pembiayaan adalah kepada nasabah yang potensial, diantaranya adalah nasabah yang memerlukan dana untuk keperluan perdagangan. Untuk mencapai sasaran yang sudah ditentukan strategi pemasaran yang dilakukan oleh BMT Ta’awun meliputi 4 variabel dalam bauran pemasaran, yaitu: a. Strategi Dalam Bidang Produk Dalam hal ini BMT Ta’awun telah mengembangkan atau memasarkan 5 produk pembiayaan, yaitu:4 1. Musyarakah (Penyertaan Modal) yaitu pembiayaan berupa penyertaan modal oleh BMT yang diberikan kepada anggota dari jumlah keseluruhan. Pihak BMT dapat dilibatkan dalam pengelolaan jika diperlukan. 2. Mudharabah (Modal Kerja) yaitu pembiayaan yang seluruh permodalannya dibiayai oleh BMT yang pengelolaannya diserahkan kepada anggota dan pihak BMT berhak ikut campur dalam mengurus manajemen. 3. Murabahah adalah salah satu jenis produk pembiayaan dengan system jual beli syari’ah, teknisnya dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang (pembiayaan) ditambah keuntungan (margin) yang disepakati, sementara pembayaran bisa dilakukan dengan tunai, tangguh, ataupun dicicil 4. Ijarah (sewa) yaitu penyediaan barang oleh BMT, yang pada awalnya transaksi ini berbentuk sewa namun setelah lunas barang menjadi milik nasabah.
4
2011.
Wawancara dengan Bpk. Syahruddin, S.Kom selaku Manager keuangan. Jakarta 02 februari
58
5. Qardul Hasan yaitu pembiayaan lunak yang diberikan kepada anggota untuk pengembangan usaha tanpa dikenakan pembagian keuntungan. Dengan strategi produk pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Ta’awun diharapkan mampu menarik minat nasabah. Karena nasabah dapat memilih salah satu produk yang dibutuhkan oleh nasabah dari 5 macam produk yang ada di BMT Ta’awun. b. Strategi Dalam Bidang Promosi Promosi yang dilakukan oleh BMT TA’awun dalam memasarkan produk pembiayaan adalah dengan cara: Pertama, melalui Periklanan (Advertising), yaitu promosi yang dilakukan dalam bentuk gambar atau kata-kata yang tertuang dalam buku atau majalah pegadaian, spanduk, brosur, dan lain-lain. Kedua, melalui Penjualan Pribadi (Personal selling), yaitu promosi yang dilakukan oleh karyawan BMT Ta’awun dalam melayani, mensosialisasikan atau menjelaskan kelebihan produk-produk pembiayaan kepada nasabah yang datang langsung ke BMT Ta’awun. Ketiga, melalui Publisitas (publicity), yaitu promosi dengan cara menjadi seponsor untuk kegiatan-kegiatan yang membutuhkan dana, dan membuka stand di kegiatan tersebut. Dengan menerima mahasiswa magang dan observasi juga merupakan salah satu cara mempromosikan BMT Ta’awun.
59
Strategi promosi yang dilakukan oleh BMT Ta’awun melalui periklanan baik majalah, brosur, spanduk dan media lainnya cukup menarik minat nasabah untuk menggunakan produk pembiayaan yang ditawarkan oleh BMT Ta’awun dengan memberitahukan manfaat ataupun keuntungan yang dapat diperoleh dari produkproduk yang dikeluarkan oleh BMT Ta’awun. Promosi yang dilakukan dengan publisitas melalui kegiatan amal yang dilakukan, diharapkan agar masyarakat dapat melihat bahwa BMT Ta’awun peduli akan masyarakat yang kurang mampu, dan peduli akan kegiatan positif yang dilakukan oleh masyarakat. Marketing produk pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Ta’awun kepada masyarakat dapat dilihat dari segi perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pelaksanaan (Actuating), dan pengawasan (Control) adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan (Planning) Perencanaan yaitu proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Esensi perencanaan sebagai fungsi manajemen adalah pengambilan keputusan dengan memilah dan memilih alternative kegiatan yang akan atau tidak dilaksanakan, agar usaha mencapai tujuan organisasi berlangsung secara efektif dan efisien.5
5
Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non-Profit bidang Pemerintahan: dengan ilustrasi di bidang Pendidikan, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press,2003), cet ke-2, h.53
60
Dalam menentukan perencanaan, BMT Ta’awun melakukan kegiatankegiatan sebagai berikut: tujuan yang ingin di capai (Objective), penetapan dan perumusan sasaran dalam rangka pencapaian tujuan, perkiraan dan perhitungan masa depan (Fore Casting), penetapan kebijakan (Policies), penetapan program, penetapan jadwal, penetapan prosedur, dan penetapan biaya (Anggaran). 2. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian adalah sistem kerjasama sekelompok orang yang dilakukan dengan pembidangan dan pembagian seluruh pekerjaan atau tugas dengan membentuk sejumlah satuan atau unit kerja, yang menghimpun pekerjaan sejenis dalam satu satuan atau unit kerja. Kemudian dilanjutkan dengan menetapkan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, diikuti dengan mengatur hubungan kerjanya. Hasil pertama dari fungsi manajemen ini adalah struktur organisasi, yang selain memberikan gambaran tentang pembagian dan pembidangan pekerjaan dan tugas, juga menggambarkan hubungan kerja sebagai suatu jaringan (network), yang dalam pengertian lama disebut prosedur dan/atau mekanisme kerja, meskipun antara yang satu dengan yang lain tidak sama maknanya.6 3. Pelaksanaan (Actuating) Di antara kegiatannya adalah melakukan
pengarahan (Comanding),
bimbingan (Directing), dan komunikasi (Comunication).
6
Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non-Profit bidang Pemerintahan: dengan ilustrasi di bidang Pendidikan, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press,2003), cet ke-2, h.63-64
61
Pengarahan dan bimbingan adalah kegiatan menciptakan, memelihara, menjaga atau mempertahankan dan memajukan organisasi melalui setiap personil, baik secara structural maupun fungsional, agar langkah operasionalnya tidak keluar dari usaha mencapai tujuan organisasi.7 Kegiatan pengarahan dan bimbingan sebagai perwujudan fungsi pelaksanaan (actuating) dalam manajemen fungsional memerlukan penciptaan dan pengembangan komunikasi
secara
efektif
dan
efisien.
Oleh
karena
itulah
komunikasi
(communication) ditempatkan sebagai bagian dari fungsi pelaksanaan (actuating). Sehubungan dengan itu komunikasi diartikan sebagai penyampaian dan penerimaan informasi yang menjadi salah satu sumber daya untuk menjaga, memelihara, memajukan, dan mengembangkan organisasi secara dinamis sesuai tujuannya. Di samping itu komunikasi dapat juga diartikan sebagai proses penyampaian informasi berupa gagasan, pendapat, penjelasan, saran-saran, dan lain-lain dari sumbernya kepada dan untuk memperoleh, mempengaruhi atau mengubah respon penerima informasi sesuai dengan yang diinginkan sumber informasi.8 4. Pengawasan (Control) Control diartikan sebagai proses mengukur (Measurment) dan menilai (Evolution) tingkat efektifitas kerja personil dan tingkat efisiensi penggunaan sarana kerja dalam memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan organisasi. Dalam hal ini,
7 8
Ibid., h. 95 Ibid., h.99
62
pengawasan atau monitoring dilakukan oleh BMT dan selalu ada evaluasi setiap minggu dan bulan pada akhir tahun.9 Dalam hal pengawasan, BMT Ta’awun melaksanakannya baik secara langsung maupun periodic yang dilakukan oleh manager maupun dewan pengawas, secara langsung pengawasan dilaksanakan pada saat operasional dan pelaksanaan program kerja BMT berlangsung seperti adanya absensi untuk karyawan, laporan neraca laba rugi harian, pengecekan terhadap kelengkapan administrasi maupun adanya pengawasan terhadap tinjauan langsung pelaksanaan acara. B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Yang Di Hadapi BMT Ta’awun dalam Mensosialisasikan Produk Pembiayaan. Setiap menjalankan kegiatan usaha pasti akan ditemui berbagai macam factor pendukung dan penghambat. Strategi atau langkah-langkah yang telah tersusun rapi tidak dapat berjalan sesuai dengan rencana yang diharapkan. Begitu juga halnya yang terjadi pada BMT Ta’awun yang tidak luput dari faktor pendukung dan penghambat dalam proses marketing produk pembiayaan. Meskipun masih menguasai pangsa pasar yang relative kecil, telah banyak bukti bahwa sistem perekonomian syariah disambut sangat baik oleh masyarakat. Namun, dalam kenyataannya masih terdapat beberapa masalah yang menghambat laju pertumbuhan BMT. BMT belum mampu mengoptimalkan pemanfaatan dan peluang tersebut untuk mencapai pangsa pasar yang lebih besar. Ini dapat dilihat dari masih banyaknya yang belum memahami BMT beserta produknya. Hal ini juga yang 9
Ibid., h.115
63
dirasakan oleh BMT Ta’awun dalam usaha untuk mensosialisasikan produk pembiayaan kepada masyarakat sekitar. Adapun faktor pendukung yang dihadapi oleh BMT Ta’awun adalah sebagai berikut: 1. Lokasi yang strategis, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat, sehingga memudahkan nasabah dalam bertransaksi. 2. SDM yang berkualitas , beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti luhur, penuh dedikasi dan tanggung jawab, sehat jasmani dan rohani serta memiliki keterampilan (skill) dalam bidangnya. 3. Memiliki standar operasional (SOP) 4. Publikasi dan Marketing dengan pembuatan papan nama. Adapun faktor penghambat atau kendala yang dihadapi oleh BMT Ta’awun adalah sebagai berikut: 1. Masyarakat masih kurang memahami dan mengetahui apa itu BMT dan produkproduknya, sehingga menjadi kendala terhadap perkembangan dan pertumbuhan BMT, terutama BMT Ta’awun. Pemahan ini tidak lepas dari kemunculan BMT yang masih baru dan butuh penjelasan yang cukup agar dapat diterima oleh masyarakat. 2. Tingkat kepercayaan masyarakat yang masih lemah tentang BMT, sehingga masyarakat lebih memilih untuk bertransaksi melalui bank konvensional yang dianggap memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan BMT.
64
3. Masyarakat masih familiar dengan keberadaan BMT Ta’awun yang sudah ada sejak lama. Sehingga kemunculan BMT kurang mendapat tangapan yang positif dari masyarakat. Melihat dari strategi marketing yang dilaksanakan oleh BMT Ta’awun, terdapat adanya kesamaan dengan strategi pemasaran yang ada pada umumnya. Implementasi ini dapat dilihat dari strategi yang sudah berjalan yang diterapkan oleh BMT Ta’awun. Pada tahap perkenalan BMT Ta’awun memanfaatkan media periklanan sebagai langkah untuk memasarkan produk atau jasanya. Hal ini tertuang dalam bentuk iklan di internet, spanduk, brosur dan lain-lain. Strategi lain yang diterapkan oleh BMT Ta’awun adalah strategi dalam bentuk pengembangan dan pertumbuhan pasar adalah melalui marketing yaitu layanan yang diberikan kepada nasabah melalui pemberitaan secara langsung, dengan strategi jemput bola (pick up servise) yang bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi nasabah yang cukup sibuk dengan kegiatannya, khususnya para pedagang, karena pada waktu-waktu tertentu pasar memiliki kesibukan yang cukup tinggi sehingga nasabah tidak sempat datang ke BMT. Dan untuk memberikan kemudahan bagi nasabah dan calon nasabah.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Strategi marketing produk pembiayaan yang diterapkan BMT Ta’awun adalah sebagi berikut: a. Memasarkan produk pembiayaan melalui media yang ada seperti, brosur, spanduk dan internet yang dianggap cukup efektif. Selain itu BMT Ta’awun juga berusaha untuk memasarkan produk pembiayaan melalui sektor perdagangan. b. Strategi yang digunakan BMT Ta’awun melalui strategi marketing yaitu layanan yang diberikan kepada nasabah melalui pemberitahuan secara langsung. Dengan sistem jemput bola (pick up service) yang bertujuan untuk melayani nasabah yang khususnya pedagang yang sibuk dengan pekerjaannya dengan cara menjemput langsung ketempat nasabah. 2. Selain penerapan marketing, BMT Ta’awun juga menghadapi factor penghambat dan pendukung dalam memasarkan produk pembiayaan, yaitu: a. Masyarakat masih kurang memahami dan mengetahui apa itu BMT dan produk-produknya, sehingga menjadi kendala terhadap perkembangan dan pertumbuhan BMT, terutama BMT Ta’awun. Pemahaman ini tidak lepas dari
65
kemunculan BMT yang masih baru dan butuh pemasaran yang cukup agar dapat diterima oleh masyarakat. b. Tingkat kepercayaan masyarakat yang masih lemah tentang BMT, sehingga masyarakat lebih memilih untuk bertransaksi melalui bank konvensional yang dianggap memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan BMT. c. Masyarakat masih familiar dengan keberadaan BMT Ta’awun yang sudah ada sejak lama. Sehingga kemunculan BMT kurang mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat. d. Lokasi yang strategis, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat, sehingga memudahkan nasabah dalam bertransaksi. e. SDM yang berkualitas , beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti luhur, penuh dedikasi dan tanggung jawab, sehat jasmani dan rohani serta memiliki keterampilan (skill) dalam bidangnya. f. Penyediaan soft ware sebagai alat pendukung sistem komputerisasi keuangan. g. Memiliki standar operasional (SOP). h. Sarana fisik yang mendukung seperti adanya bangunan yang dijadikan kantor, meja teller, dan meja marketing yang tersendiri. Sehingga tercipta suasana kerja yang nyaman. i. Publikasi dan marketing dengan pembuatan papan nama, penyebaran brosur dan pemasangan spanduk.
66
j. Aspek legal (menyangkut perjanjian dan penyelesaian kasus-kasus). B. Saran-saran 1. BMT Ta’awun harus lebih gencar lagi dalam memasarkan sebuah produk, agar pedagang atau pengusaha yang ada disekitar kawasan BMT tahu
akan
keberadaan BMT tersebut dan masyarakat mengetahui produk-produk apa saja yang dimiliki oleh BMT Ta’awun. Karena kebanyakan masyarakat belum mengetahui tentang keberadaan BMT Ta’awun dan produk-produknya. 2. Untuk dapat dengan mudah diterima masyarakat luas, kedepannya BMT Ta’awun perlu melakukan perubahan secara menyeluruh baik itu dari segi penerapan sistemnya maupun dari segi kualitas SDM yang memiliki potensi dibidangnya. 3. Keberadaan BMT Ta’awun dirasakan cukup besar manfaatnya oleh masyarakat, oleh sebab itu lebih ditingkatkan lagi dalam melakukan kerjasama dengan pihak lain, agar dapat menaggulangi masalah sosial dan kemiskinan yang semakin rumit, terutama mereka yang berada dikelas bawah dan menengah, sehingga menumbuh kembangkan masyarakat yang berjiwa usaha yang gigih dan professional. Demikian kesimpulan dan sasaran yang dapat penulis kemukakan, dengan harapan semoga skripsi ini dapat lebih membuka cakrawala berfikir kita untuk lebih giat dalam melakukan bisnis/usaha Islam. Sehingga masyarakat memahami dan sadar bahwa syariah Islam lebih sesuai dengan hati nurani.
67
HASIL WAWANCARA 1. Strategi apa yang dilakukan BMT Ta’awun dalam memasarkan produk pembiayaan? Jawab : Melalui marketing MLM (Mulut Lewat Mulut) yaitu layanan yang diberikan kepada nasabah melalui pemberitahuan langsung. Dan juga melalui sistem jemput bola (pick up service) yang bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi nasabah yang cukup sibuk dengan kegiatannya, khususnya bagi para pedagang. Dan untuk memberikan kemudahan bagi nasabah dan calon nasabah. 2. Media apa yang digunakan BMT Ta’awun dalam memasarkan produk pembiayaan? Jawab : Brosur, spanduk dan internet (www.bmtta’awun.wordpress.com) 3. Produk-produk apa saja yang ditawarkan BMT Ta’awun? Jawab : produk-produk BMT Ta’awun terdiri dari produk pendanaan dan produk pembiayaan. Adapun produk pendanaan antara lain: Zakat, Infak, Shadaqah, Simpanan Pendidikan, Simpanan Idul Fitri, Simpanan Qurban. Produk Pembiayaan terdiri dari: Pemberdayaan zakat dengan menyalurkan santunan, beasiswa pendidikan, Qard Hasan, Amilin, Muqayyadah, Pemberdayaan Infaq. Penyaluran dana dari kegiatan Baitul tamwil: Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Qard, Pembiayaan Ijarah.
4. Bagaimana prosedur pengajuan pembiayaan pada BMT Ta’awun? Jawab : Prosedur pembiayaan pada BMT Ta’awun sebagai berikut: a. Calon nasabah yang membutuhkan pembiayaan mendatangi BMT dan mengisi formulir permohonan pembiayaan yang telah dibuat oleh pihak BMT, yang berisikan tentang identitas pemohon, keterangan akad pembiayaan yang ingin dilakukan pemohon, jumlah pembiayaan, jangka waktu pelunasan dan mengisi formulir kelayakan usaha. b. Pemohon juga diwajibkan untuk melampirkan, surat-surat dan dokumen seperti: Foto cofy KTP suami dan istri, foto cofy kartu keluarga, surat persetujuan istri/suami, foto cofy SIPT/Surat Kontrak, foto cofy surat Jaminan/ Agunan, Materai. Data tersebut kemudian dianalisa untuk menentukan layak tidaknya calon nasabah tersebut mendapat pembiayaan dengan langkah yang dilakukan diantaranya: Analisa kelengkapan data identitas, proposal dan lain-lain, Analisa kelayakan usaha, analisa survey lapangan, wawancara. Semua data yang telah dianalisa kemudian dirapatkan dalam komite yang terdiri dari: Kabag. Tamwil/Pembiayaan, Kepala Unit BMT/Manager dan Kabid Usaha, dengan pembahasan yang mencakup: kelayakan usaha, kondisi keuangan BMT, bentuk akad yang dilakukan, kesepakatan untuk dicairkannya pembiayaan atau tidak, pertimbangan teknis dan yuridis.
Hasil dari komite kemudian diserahkan pada administrasi pembiayaan untuk selanjutnya dibuatkan bentuk akad yang akan dilaksanakan dan kelengkapan administrasi lainnya, termasuk asuransi pembiayaan. Bagian administrasi menyerahkan hasil pembuatan akad setelah melalui kelenhkapan administrasi dan menyerahkan kepada pihak marketing yang terkait dengan nasabah untuk aplikasi pembiayaan. 5. Bagaimana cara pembayaran pembiayaan yang dilakukan oleh nasabah kepada BMT Ta’awun? Jawab : a. Pembayaran dapat dilakukan nasabah di BMT. Yaitu nasabah mendatangi BMT untuk melakukan pembayaran pembiayaan. b. Pembayaran juga dapat dilakukan nasabah ditempat. Yaitu nasabah dapat membayarkan hutangnya kepada BMT ditempat nasabah berada, dan pihak BMT yang mendatangi nasabah sehingga kegiatan nasabah dapat terus berlangsung. c. Pembayaran dapat dilakukan secara angsuran/cicilan pada harian, mingguan dan bulanan, adapun jangka waktunya tergantung pada pilihan nasabah. 6. Teknik apa yang dilakukan BMT Ta’awun dalam pengumpulan piutang pembiayaan? Jawab :
a. Melakukan klarifikasi penagihan piutang melalui telepon. Hal ini dilakukan BMT untuk mengingatkan bahwa nasabah harus membayarkan hutangnya kepada BMT atau pada saat pihak BMT akan mendatangi nasabah untuk menagih hutangnya. b. Pihak BMT mengirimkan utusannya (AO/ Account Officer) untuk menagih hutang nasabah. c. Apabila nasabah mengalami kemacetan pembayaran hutang kepada BMT maka pihak BMT akan mengeksekusi agunan (jaminan) yang diberikan nasabah kepada pihak BMT. Apabila terdapat sisa hasil penjualan agunan maka akan dikembalikan kepada nasabah. d. Apabila nasabah mengalami kemacetan pembayaran hutang kepada BMT karena adanya musibah kejadian alam (gempa bumi, tsunami, kebakaran dll) maka pihak BMT akan melakukan penjadwalan ulang atas hutang nasabah sampai nasabah akan membayar hutangnya kembali kepada pihak BMT. 7. Faktor-faktor apakah yang dapat mendukung dan menghambat dalam memasarkan produk pembiayaan? Jawab : a. Adanya SDM (Sumber Daya Manusia) yang memiliki skill yang baik. b. Penyediaan soft ware sebagai alat pendukung system komputerisasi keuangan. c. Memiliki standar operasional (SOP).
d. Sarana fisik yang mendukung seperti adanya bangunan yang dijadikan kantor, meja teller, dan meja marketing yang tersendiri. Sehingga tercipta suasana kerja yang nyaman. e. Publikasi dan marketing dengan pembuatan papan nama, penyebaran brosur dan pemasangan spanduk. f. Aspek legal (menyangkut perjanjian dan penyelesaian kasus-kasus). 8. Strategi apa yang diterapkan BMT ta’awun dalam pengelolaan dan pengendalian pembiayaan bermasalah? Jawab : a. Melakukan pemisahan tugas yang memadai, pemisahan tugas yang memadai bermanfaat untuk mencegah berbagai macam kesalahan, baik disengaja maupun tidak. b. Melakukan otorisasi yang semestinya sesuai dengan prosedur. c. Memberikan barang/surat jaminan. d. Membuat dokumen dan catatan yang memadai. e. Mendebet tabungan untuk pembayaran cicilan. f. Menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan pembiayaan. g. Membuat surat penolakan untuk pinjaman selanjutnya (yang termasuk nasabah macet). h. Pembayaran angsuran dilakukan secara harian, mingguan, dan bulanan. i. Menggunakan sistem jemput bola.
j. Mengenakan denda keterlambatan pelunasan angsuran pembiayaan. k. Meningkatkan mutu pelayanan. l. Meningkatkan fasilitas karyawan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. m. Memberikan peningkatan skill pada karyawan. n. Meningkatkan pengawasan internal.
Jakarta, 02 Februari 2011 Pewawancara
(Nihlah Dewi P)
Nara Sumber
(Bpk.Syahruddin,S.Kom)
DAFTAR PUSTAKA Al Qur’an al-Karim Amir, M. Taufiq. Dinamika Pemasaran, Jelajahi dan Rasakan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005. Amirullah dan Sari Budi Cantika, Manajemen Stratejik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002 Amsyari, Fuad. Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia. Bandung: Mizan, 1999 Antonio, Muhammad Syafi’I. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press, 2004. -----------. Bank Syariah bagi Bankir dan Praktisi Keuangan. Jakarta: BI dan Tazkia Institute, 1999. -----------. Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan. Jakarta: BI dan Tazkia Institute, 1999. Aries, Mufti dan M Syakir Sula. Amanah Bagi Bangsa. Jakarta: MES, 2006 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1996 Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi . Koleksi Hadis-hadis Hukum. Jilid 7. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2001. Ashshofa, Burhan. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta : PT Asdi Mahasatya,2004. Assuari, Sofan. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan Strategi, Jakarta: Rajawali, 1998. Az–Zahra, Aish. “Musyarakah”. Artikel diakses pada 19 Juni 2010 dari http://aishkhuw.blogspot.com. Aziz, M. Amin. Pusat Komunikasi Ekonomi Syari’ah (PKES), Chandradhy, Dwiyono. Strategi-strategi Pemasaran di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1978 David, Fred. R. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Prenhalindo, 2002.
68
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999 Firdaus NH dkk, Dasar & Strategi Pemasaran Syariah, Jakarta: Renaisan, 2005. Gamal, Merza. Aktivitas Ekonomi Syariah. Pekanbaru: UNRI Press, 2004. George Steiner dan John Minner, Manajemen Stratejik. Jakarta: Erlangga Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syari’ah Marketing, Jakarta: Mizan, 2006 Imron. Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan. Malang : Kalimasahada, Press, 1994 Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat, 2002 Karim, Helmi. Fiqh Muamalah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997 Kridalaksana, Hari Murti. Kamus Sinonim Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah, 1981 M. amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengenal Sosiologi. Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006 Margaret M. Paloma, Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Marzuki. Pemikiran dan Strategi Memberdayakan Sector Ekonomi UMKM di Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2006 Mas’adi, Drs. Ghufron A. Fiqih Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. M. Ismail Yustanto dan Karebet Widjajakusuma. Manajemen Strategi Perspektif Syariah. Jakarta: Khairul Bayan, 2003. Muhammad, Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005. Muslaehuddin, Muhammad. Sistem Perbankan Dalam Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994.
69
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah: Strategi Memaksimalkan Return dan Meminimalkan Resiko Pembiayaan di Bank Syariah sebagai Akibat Masalah Agency Nawawi, Hadari. Manajemen Strategik Organisasi Non-Profit bidang Pemerintahan: dengan ilustrasi di bidang Pendidikan. Yogyakarta, Gajah Mada University Press,2003 Naja, Hasanudin Rahman Daeng. Hukum Kredit dan Bank Garansi (The Bankers Hand Book). Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005. Rusyd,Ibnu. Bidyatul Mujtahid Wa Nihayah al Muqtasid. Beirut: Dar-el Fikri,1995 Sardar, Ziauddin. Tantangan Dunia Dalam Islam Abad 21, terjemah A.E. Priyono Hasan. Bandung: Mizan, 1996 Sjahdeini, Sutan Remi. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999. Sumarni, Murti. Marketing Perbankan, Yogyakarta: Liberty, 1997 Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat. Perbankan Syariah: Perspektif Praktis. Jakarta: Muamalat Institute, 1999. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,2002. Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah popular, Surabaya: Arloka, 1994 Philip Kotler and Amstrong, Dasar-dasar pemasaran, alih bahasa Alexander Sindoro, Jakarta: PT. Indeks, 2004 Purwadi, Budi. Riset Pemasaran dalam Bauran Pemasaran. Jakarta: PT Raja Grasindo, 2000 Wahyudi, Agustinus Sri. Manajemen Strategik Pengantar Proses Berfikir Strategik. Jakarta: Bina Aksara, 1996. Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum dalam Praktik. Jakarta: Sinar Grafika,2008 Walgito, Bimo. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Ardi, 2002
70
Wawancara dengan Bpk. Syahruddin, S.Kom selaku Manager keuangan. Jakarta 02 februari 2011. Zulkifli, Sunarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim,2003. www.Bmtta’awun.wordpress.com www.Wikipedia.co.id
71